<strong><span style="color: #00ccff;"><span style="font-size: small;">EVALUASI CUACA BULAN FEBRUARI 2016 DI STASIUN METEOROLOGI PERAK 1 SURABAYA
<strong><span style="color: #00ccff;"><span style="font-size: small;">OLEH : ANDRIE WIJAYA, A.Md
<strong>
<strong><span style="font-size: small;">FENOMENA GLOBAL
<span style="font-size: small;">Secara Ilmiah ENSO atau El Nino dapat di jelaskan sebagai gejala penyimpangan kondisi laut yang di tandai dengan meningkatnya suhu permukaan laut di Samudera Pasifik di sekitar garis ekuator khususnya di bagian tengah dan timur tak jauh dari wilayah Pantai Negara Peru. Lautan yang luas di bumi ini sanagat berkaitan dengan sistem atmosfer, mereka adalah dua sistem yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Maka jika ada pentimpangan kondisi laut karena El Nino, maka akan menyebabkan terjadinya penyimpangan pada kondisi atmosfer dan berakibat terjadi penyimpanagan iklim. <span style="font-size: small;">Saat memasuki gejala El Nino, aliran massa uap air dari Indonesia mengalir ke Samudera Pasifik, akibatnya terjadi pengurangan pasokan uap air di wilayah Indonesia. Pada hal pasokan uap air yang melimpah di Indonesia adalah pemicu turunnya hujan lebat.
<span style="font-size: small;">
<span style="font-size: small;">Gambar : Anomali suhu muka laut wilayah Nino 3.4
<span style="font-size: small;">( Sumber :�www.bom.gov.au )
<span style="font-size: small;">Kondisi El Nino bulan Februari 2016 mulai melemah. Anomali suhu muka laut di Samudera Pasifik equator bagian tengah (nino 3.4) masih menghangat sebesar + 1.73 � C dan di perkirakan melemah terus sampai dengan bulan Mei 2016. <span style="font-size: small;">Sehingga musim hujan bulan Februari 2016 masih di bawah normal Klimatologinya , karena El Nino hanya akan berpotensi mengurangi jumlah curah hujan harian atau bulanan saja selama musim hujan.
<span style="font-size: small;">Indeks SOI memberikan informasi tentang perkembangan dan intesitas El Nino atau La Nina di Samudera Pasifik. Indeks SOI di hitung berdasarkan perbedaan tekanan udara antara Tahiti dan Darwin. <span style="font-size: small;">Harga Indeks SOI yang terus menerus di bawah -7 (tekanan udara di Tahiti relatif lebih rendah) mengindikasikan adanya El Nino. Harga Indeks SOI yang terus menerus di bawah +7 (tekanan uadara di Darwin relatif lebih rendah) mengindikasikan adanya La Nina. Harga Indeks SOI antara-7 dan +7 umumnya mengindikasikan kondisi netral.
<span style="font-size: small;">
<span style="font-size: small;">Gambar : Indeks SOI 30 Harian
<span style="font-size: small;">( Sumber :�www.bom.gov.au )
<span style="font-size: small;">Indeks SOI selama bulan Februari 2016 (30 Hari) bernilai -17.3, yang mana menunjukkan / mengindikasikan tekanan udara di Samudera Pasifik
1/5
Artikel Ditulis oleh administrator
tengah (Tahiti) relatif konsisten lebih rendah dari pada tekanan udara di Samudera Pasifik barat (Darwin). Hal ini menunjukkan pengaruh El Nino masih ada sehingga pasokan massa uap air bulan Februari 2016 di wilayah Indonesia khususnya Jawa Timur masih berkurang dan menyebabkan musim hujan yang terjadi di Jawa Timur masih di bawah normal klimatologinya.
<span style="font-size: small;">
<span style="font-size: small;">The Madden Julian Oscillation (MJO) adalah fluktuasi cuaca mingguan atau bulanan di daerah tropis. Fluktuasi berupa periode basah yaitu periode banyak awan penghujan kemudian disusul periode kering yaitu periode awan konvektif sukar terbentuk ( convectively suppresed), fluktuasi tersebut terjadi berganti ganti (basah dan kering) dengan total periode antara 40 sampai 50 hari. Yang lebih pendek dari pada periode musim, maka di katakan sebagai variasi di dalam musim ( intraseasonal variation).
<span style="font-size: small;">MJO di pengaruhi oleh gerak semu Matahari, MJO bergerak ke arah timur dalam 8 fase sesuai dengan lokasi geografi fase MJO. Fase 1 di atas Benua Afrika ( 40�BT - 60� BT), fase 2 di Samudera Hindia Barat (60� BT - 80� BT), fase 3 di atas Samudera Hindia Timur (80� BT - 100� BT), fase 4 di atas Indonesia Barat (100� BT - 120� BT), fase 5 di atas Indonesia Timur (120� BT � 140� BT), fase 6 di Pasifik Barat (140� BT 160� BT), fase 7 di Pasifik Tengah (160� BT - 180� BT), fase 8 di Pasifik Timur (180� BB 160� BB).
<span style="font-size: small;">
<span style="font-size: small;">Gambar : MJO tgl 19 Januari �2016 � 27 Februari 2016
<span style="font-size: small;">( Sumber :�www.bom.gov.au )
<span style="font-size: small;">Posisi MJO pada bulan Februari 2016 memperlihatkan pergerakan MJO dari fase 4 hingga ke fase 7 dan hampir semuanya bergerak di luar lingkaran sehingga di daerah di atas Benua Afrika dan di atas Samudera Hindia Barat berpeluang mengalami periode basah, serta memasuki wilayah maritim kontinen (Indonesia) khususnya daerah Jawa timur sehingga bulan Februari 2016 mengalami periode basah yaitu banyaknya pertumbuhan awan konvektif yang terbentuk.<strong> Dengan kata lain Posisi MJO pada bulan Februari 2016 cenderung mengalami periode basah sehingga penambahan uap air di seluruh wilayah Indonesia mengalami peningkatan dan menyebabkan terjadinya hujan dari skala ringan hingga lebat terjadi di wilayah Indonesia termasuk� Jawa Timur.
<span style="font-size: small;">
<span style="font-size: small;">Indeks Dipole Mode di hitung berdasarkan perbedaan anomali suhu muka laut antara Samudera Hindia bagian barat ( 10�LS - 10�LU, 50�BT - 70�BT ) dan Samudera Hindia bagian timur ( 10�LS - 0�LS, 90�BT 110�BT ).
<span style="font-size: small;">Indeks Dipole Mode bernilai positif menunjukkan anomali suhu muka laut di Samudera Hindia bagian barat relatif lebih tinggi sehingga meningkatkan peluang pertumbuhan awan di Samudera Hindia bagian barat. Sedangkan Indeks Dipole Mode bernilai negatif menunjukkan anomali suhu muka laut di Samudera Hindia bagian timur relatif lebih tinggi sehingga meningkatkan peluang pertumbuhan awan di Samudera Hindia bagian timur.
<span style="font-size: small;">
<span style="font-size: small;">Gambar : DMI� Bulan Februari 2016
<span style="font-size: small;">
<span style="font-size: small;">(Sumber :�www.bom.gov.au)
<span style="font-size: small;">Indeks Dipole Mode pada bulan Februari 2016 bernilai -0.26 �yang artinya pertumbuhan awan di Samudera Hindia bagian timur lebih besar dari pada di Samudera Hindia bagian barat. Pemusatan daerah pembentukan awan terjadi di Sumatera bag. Selatan, Jawa, Bali, Kalimantan bag. Barat, Sulawesi bag. Selatan, dan Papua. Sedangkan berdasarkan nilai Indeks Dipole Mode musim hujan pada bulan Februari 2016 di wilayah Jawa Timur sama dengan normalnya biarpun masih di pengaruhi oleh El NINO.
<span style="font-size: small;">
<strong><span style="font-size: small;">FENOMENA REGIONAL
<strong><span style="font-size: small;">
<strong><span style="font-size: small;">
<span style="font-size: small;">SST (Sea Surface Temperature / Suhu Muka Laut) adalah kondisi suhu permukaan laut di perairan . Sedangkan Anomali SST adalah kondisi suhu permukaan laut di suatu perairan tersebut pada jangka waktu tertentu dan bersifat kotemporer. Anomali SST sendiri merupakan salah satu unsur yang dapat mempengaruhi kondisi curah hujan di wilayah Indonesia.
<span style="font-size: small;">Anomali SST yang bernilai positif menandakan kondisi suhu perairan Indonesia cenderung hangat sehingga meningkatkan konsentrasi massa uap air yang dapat meningkatkan curah hujan di Indonesia. Sedangkan Anomali SST yang bernilai negatif� menandakan kondisi suhu perairan Indonesia cenderung dingin dan mengakibatkan berkurangnya massa uap air sehingga awan konvektif sulit tumbuh dan berakibat curah hujan berkurang.
<strong><span style="font-size: small;">
<span style="font-size: small;">
<span style="font-size: small;">Gambar : Anomali SST 29 Februari �2016
<span style="font-size: small;">(Sumber :�www.unisys.com)
<span style="font-size: small;">
<span style="font-size: small;">Gambar : SST 28 Februari 2016
<span style="font-size: small;">(Sumber :�www.unisys.com)
<span style="font-size: small;">Dengan melihat gambar anomali SST di atas yang menunjukkan positif maka selama bulan Februari 2016 kondisi suhu perairan Indonesia cenderung hangat sehingga meningkatkan konsentrasi massa uap air yang dapat meningkatkan curah hujan di Indonesia., dan juga mengakibatkan jumlah curah hujan bertambah hampir di seluruh wilayah Jawa Timur.
<span style="font-size: small;">Suhu Muka Laut rata-rata di wilayah Indonesia pada bulan Februari 2016 �menghangat, berkisar antara (28.0 � 31.0) �C. Sedangkan �Suhu
3/5
Artikel Ditulis oleh administrator
Muka Laut di perairan �sekitar Jawa �umumnya menghangat berkisar antara (29.0 � 31.0) �C sehingga suplai uap air bulan Februari 2016 di wilayah Jawa Timur mulai bertambah buat pembentukan awan konvektif.
�
<span style="font-size: small;"><strong>2. <strong>GRADIENT WINDS 850 MB ( Angin Gradien 850 mb)
<span style="font-size: small;">
<span style="font-size: small;">Gambar : Angin Gradient di Wilayah Indonesia Dasarian II Februari 2016
<span style="font-size: small;">(Sumber : www.bmkg.go.id )
<span style="font-size: small;">Pada bulan Februari 2016, Aliran massa udara di wilayah Indonesia yang berpotensi untuk pembentukan awan terlihat di sekitar �Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi bag. Selatan dan Papua bag. Selatan. Angin baratan terlihat dominan hampir diseluruh wilayah Indonesia �dengan kecepatan antara (5 � 60) km/jam. Sedangkan untuk wilayah Jawa Timur angin yang bertiup berasal dari arah barat hingga barat laut, sehingga pada bulan Februari 2016 hujan sudah mulai merata di wilayah Jawa Timur.
<span style="text-decoration: underline;"><span style="font-size: small;">KESIMPULAN
<strong><span style="text-decoration: underline;"><span style="font-size: small;">