'.~ I':~: f)
~
,,"; _ t.:",
/6· .J.t.t'Z·
r
<
'
."
Tahun
xxv
No . 1 Juli 2001 ISSN 0216 - 9363
media GIZI & KELUARGA
JURUSAN GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Media Gizi & Keluarga
Tt:rakreditasi SK No. 531DIKTI /Kep/ 1999
ISSN . 02 1;:, - 9.16)
.
Pemiropin Umuml Penanggung .IClwab
K.etua J urusan GMSK
Fakultas Pertanian - IPB
Ketua Redaksi
Om. Emma S. Wirakusumah, MSc.
Anggota Redaksi
Dr.lr. Ali Khomsan, MS
Dr.Ir. Ujang Sumarwan, MSc
Dr.lr. Hardinsyah, MS
If. Diah K. Pranadji, MS
Ir. Hadi Riyadi , MS
Ir. Dodik Bfiawan, MeN
lr. Sri Rihati Kusno
panga::.. ;
horm~
kalsffi::: Hal rr.:::':'"
coo ,=,
~_;o:..:
Se:" .....:..: s:: stu"':', _
Setting
• Maman Hermansyah
Penerbitan
• dua kaJi setahun Uuli & Desember)
Langganan
• Rp. 20 .000,- per tahun Rek Tapius No . 061.000 112587.931 Bank BNJ Darmaga-Bogor
Alamat Redaksi
Jurusan Gizi Masyarakat dan
Sumberdaya Keluarga (OMSK)
Fakultas Penanian - IPB
Kampus Darmaga- Bogor
Telp. (0251 ) 621258
Fax (0251) 622276
E-rnail : gm sk-iph'aJ, indo . ~
Media Giz; & Keluarga merupakan majalah ilmiah Jurusan OMSK Fakultas Pertanian IPS yang tclah terakreditasi oleh Ditjen D ikti . Redaksi menerirna sumbangan nask.ah ilrniah di bidang pangan, gizi, keluarga, dan konsumen. Pedoman penulisan dapat dilihat pada halaman sampul belakang bagian dala;n. Artikel Mt:dia Gizi & Keluarga dapat dikutip dengan menyebutkan sumbernya.
wa"" ~'
t-
t'tPUmr: :--:-~ FAPERTi.\- ItJB
..
KATAPENGANTAR
Media
om
dan Keluarga edisi Juli 2001 memuat berbagai hasil penelitian di bidang
pangan, gizi dan keluarga Artikel pertama membahas status gizi wanita menopause. Perubahan honnonal yang teIjadi di sam menopause menyebabkan seoI:$g wanita memerlukan konsumsi kalsium lebih banyak. Apakah konsumsi pangan mereka telah cukup memenuhi anjuran gizi ? Hal ini dibahas secara tuntas dalam ,artikel pertama Media Gizi dan Keluarga edisi kali ini. Artikel lain membahas kemungkinan pemanfaatan tepung talas untuk pembuatan
cookie. Talas adalah pangan tradisional yang pemanfaatannya masih terbatas, untuk itu talas berpotensi sebagai substitusi tepung terigu. Krisis ekonomi telah membawa dampak pada sendi-sendi kehidupan masyarakat. Sebuah studi telah dilakukan untnk mengkaji dampak ekonomi pada mmahtangga petani, dalam studi ini juga dibahas antisipasi untuk penanggulangan krisis ekonomi.
Masih ada beberapa artikel basil penelitian lainnya yang semuanya akan memperkaya wawasan pembaca. Terima Kasih.
II
MEDIA GIZI DAN KELUARGA
I
Tahun :xxv No.
Juli 2001
halaman 1. Keragaman Konsumsi Pangan, Aktivitas Fisik dan Status Gizi pada Wanita Menopause
Tina Rahmawati, Emma S. Wlfakusumah, dan Budi Setiawan .. ... . . .. . .. . ... .. .
\./ 2.
ldentifikasi Faktor yang Berpengaruh terhadap Efektivitas Pemberian Makanan Tambahan Anak Balita KEP di Kota Bogor Hartoyo, Dwi Hastuti, Dodik Briawan, dan Lilik Noor Yuliati
Il
Ketersediaan Biologis Mineral Seng dari Beberapa Jenis dan Cara Pemasakan Beras pada Tikus Percobaan Deni Elnovriza, Rimbawan, Emma S. Wlfakusumah, dan Dadang SukandaT ..... ...... .
19
Studi Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kebiasaan Makan dan Status Gizi Lansia di Pedesaan dan Perkotaan Lina Herlina, Emma S. Wrrakusumah, dan Lilik Noor Yuliati .. .... . .. . .... ... ... .... . .. . .... .
33
/ Pemanfaatan Tepung Talas (Colocasia esculenta (L) Schott) sebagai Bahan Substitusi Tepung Terigu dalam Pembuatan Cookies Fu'adini Therik., Sri Anna Marliyati, dan Lilik Noor Yuliati .
45
6. Dampak Krisis Ekonomi terhadap Rumah Tangga Petani dan Antisipasi dalam
\
Penanggulangannya Mewa Ariani, Handewi P.S. Racbman, Sri Hastuti, dan Wahida
53
Analisis Sikap Angka Ideal terhadap Produk Jus Jeruk Ujang Sumarwan ...... . . . . . . . . . .. ................ .
61
'\ 8. Mempelajari Umur Simpan Beberapa SambaJ Tradisionallndonesia (Sambal Terasi,
'vi
Sambal Pece~ Sambal Rujak:) Emma S. Wirakusumah
68
Tingkat Konsumsi dan Status Gizi Penderits Sizoprenia Rawat lnap di Rumah Sakit Jiwa Palu Irawati, Vera Utip~ dan Amini Nasoetion ...... . . .. ..... .. ... .. . ... ............ .... ...... ... .....
77
o Konsumsi dan Ketahanan Pangan Rurnahtangga Peserta Program Pemberdayaan Keluarga di Desa Cikaroya dan Ciwalen, Kecamatan Warung Kondang, Cianjur, Jawa Barat Thomas Pahlevi Harefa, Clara M. Kusharto, dan Retnaningsib . .. .. .. . .. . ... ...... .. ... ..... ..
Gizi Kurang pada Balits Retnaningsih, dan Ruwiah ...... .... ... ... .. ... .... .... ... ... ... .. .. ...
85
11. Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Status
Diah K.
Pranadj~
96
Media Gizi & Keluarga . Juli 200 I . XXV ( I) : % - 104
A.NALJSIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAl'l"
STATUS GlZl KURANG PADA BALITA
(Aalysis Factors that Related to Malnutrition of Children Under Five Years Old) Diah K. Pranadji I, Retnaningsih I , Ruwiah 2
ABSTRACT. The aim of the sllldy was to analy;e faclors that related to malnlltritioll of
je ru.~
children IInder five years old. The study had been conducted from Jllly to Septemher 2000 at Pagelaran, Ciomas Subdistrict. Bogar. West Java Province. The subjects were 60 undenveighl children who were selected from three Posyandu. The socioeconomic background of the family are as follows: the age of fathers are between 20 to 30 years old (38.3%) and mOlhers are between 20 to 25 years old (18.6%). The level of education of most fathers (55%) and mothers (75.7%) are elementary school. The fami~y size of most sllbjects (66. 7%) is categorized a~ small fami~v (!:!. -I people). Most fathers (75%) work as lahorer and most mothers (98.5%) are housewives. The average offamily income per capita per month is Rp 8-1,803.90, which about 43.9% families are categorized as middle class. The average of mltritional knowledge of mothers is 73% and moSI of them (55%) are categorized as sufficient. The average of energy consumption ()f children under five years is 7-15 kcal and the level of energy adequacy is 61. -I%. About 56.7% children IInder five years are categorized as IIndernourished. The average of protein consumption of children IInder five years is 19. -I g and the level ofprotein adequacy is 8-1.3%. Most children (65%) are categorized as well flourished. There are -10% children under five years are underweight and 15% children are severe-underweight. Aboul 39.5% children aged between 12 to 2.J months and 53.8% children aged between 25 10 36 months are underweight, and 55.6% children aged 37 to -16 monlhs are severe-underweight. The jaclors that related to malnutrition (level oj energy and protein adequacJ) of children under five years are family income level and nlltritional knowledge of motherS.
de:1~
_.
pan?=l (S.i-~ per,~.
ko~.-J
be7:l
pe:::.=: ::>
K
b B ~
\ le:: ber::;-.J
gu:
me:: .= bef:': ~-:
K~
Ba.: ::
PENDAHULUAN Latar Belakang Susenas (BPS, 1999) menunjukkan bahwa prevalensi KEP Nasional pada balita mencapai 34,47 %, dirnana prevalensi status gizi buruk sebesar 8, II % dan status gizi kurang sebesar 26,36%. Sementara di Provinsi Jawa Barat prevalensi status gizi buruk balita sebesar 6, 16%, dan status gizi kurang sebesar 23,56%. Sebanyak 5,4% anak berusia 6-17 bulan menderita gizi buruk dan sebanyak 16,2% diantaranya menderita gizi sangat buruk di Kabupaten Bogor Hal ini memberikan indikasi bahwa masalah gizi kurang dan buruk di Kabupaten Bogor masih memerlukan penanganan serius. 1
2
Star Pcngajar Jurusan GMSK, Faperta IPB Alumnus Jurusan GMSK, Fapcrta IPB
96
Sekitar delapan juta balita terancam kelangsungan turnbuh kemban~'Tlya yang akan merugikan masa depan bangsa. Jika mereka memasulci angkatan kerja 20 tahun yang akan datang, diperlcirakan tidak memiliki daya saing yang sangat diperlukan di era globalisasi karena mereka terbarnbat kecerdasan dan produktivitasnya. Konsumsi pangan balita perlu mendapat perhatian peming karen a usia balita mentpakan masa pertumbuhan yang penting. Pada masa ini pertumbuhan gigi, tulang, dan organ-organ vital lainnya berkembang dengan cepat. Selain itu, masa kanak-kanak juga merupakan masa pengenalan lingkungan dimana anak yang sehat akan selalu aktif bergerak. Oleh karena iru , makanan yang dikonsumsi anak sebaiknya bukanlah sekedar untuk memenuhi kebutuhan energinya, rnelainkan juga rnemenuhi kebutuhan tumbuh kembang, memelihara daya tahan tubuh
Media Gizi & Keluarga, Juli 2001, XXV (I ) : % - 104
dari berbagai serangan infeksi, dan membangun persediaan .z at gizi yang diperlukan untuk penumbuhannya kelak. Pendapatan dan besar keluarga merupakan faktor yang paling menentukan kualitas dan kuantitas pangan (Berg, 1986). Tingkat pendapatan yang tinggi akan memberikan peluang yang lebih baik besar dalam pemilihan makanan yang baik dalam jumlah maupun Jerusnya Besar keluarga berhubungan erat dengan distribusi dalam jumlah maupun ragam pangan yang dikonsumsi anggota keluarga (Suhardjo, 1996). Tingkat pendidikan dan pengetahuan gizi ibu berpengaruh terhadap konsurnsi pangan anggota keJuarga karena ibu berperan penting dalam pemilihan dan pengolahan bahan pangan. Prevalensi KEP balita di Desa Pagelaran., Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor mencapai 20,57%, dimana 2,9~% diantaranya berstatus gizi buruk dan 17,62% berstatus gizi kurang (Lap 0 ran Bulanan Puskesmas Pagelaran, Juni 2000). Menilik beberapa faktor yang secara teoritis berhubungan erat dengan konsumsi dan status gizi balita, maka penulis tertarik untuk menganalisis faktor-faktor apa s
6. Menganalisis hubungan tingkat konsumsi energi dan protein dengan status gizi balita.
METODE
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Pagelaran, Kecamatan CiOffiaS, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat selarna bulan Juli - September 2000. Cara Pengambilan Contoh Pernilihan lokasi penelitian diJakukan secara purposif (Siogarimbun & Effendi, 1992) dimana desa yang dipilih adalah desa yang memiliki prevalensi KEP tertinggi di Wilayah Puskesmas Pagelaran yaitu sebesar 20,57%. Dari 12 Posyandu yang ada dipilih 3 Posyandu dengan prevalensi gizi kurang dan gizi buruk teninggi berdasarkan Laporan Bulanan Puskesmas Pagelaran pada Bulan Juni 2000. Penarikan contoh dilakukan secara purposif dengan memilih 20 balita usia 12 - <60 bulan dengan status gizi terjelek dari setiap posyandu terpilih. Dengan demikian jumlah contob adalah 60 balita. Responden dalarn penelitian ini adalah ibu dari contoh.
Jems dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Jenis data primer meliputi identitas responden, pengetahuan gizi ibu, konsumsi pangan baIita, status gizi balita, dan tingkat pendapatan keluarga Pengambilan data primer dilak.sanakan melalui wawancara langsung kepada responden dengan menggunalcan daftar pertanyaan (kuesioner). Data identitas responden meliputi (nama, alamat, usia, pekerjaan, jumlah keluarga dan pendidikan formal ibu). Data pengetahuan gizi ibu, diperoleh berdasarkan jawaban ibu terhadap pertanyaan yang diberikan. Data konsumsi pangan balita diperoleh melalui recall selama dua hari berturut-turut. Data status gin balita diukur dengan menggunakan metode antropometri dengan menggunakan indeks berat badan menurut umur (BB/u). Data tingkat 97
Media Gizi & Ke!uarga, Juli 2001, XXV (1) . 96·104
pendapatan keluarga diperoleh dari total pendapatan ke!uarga selama sebulan. Sedangkan data sekunder yaitu keadaan umum wilayah yang me!iputi lokasi dan geografi desa, mata pencaharian, sarana kesehatan dan sarana pendidikan diperoleh dari kantor desa setempat Pengolahan dan Analisis Data Data konsumsi pangan dikonversi menjadi konsumsi energi dan protein dengan rnenggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) (Hardinsyah & Briawan, 1990) Koosumsi energi dan protein selanjutnya dibandingkan dengan angka kecukupan gizi rata rata yang dianjurkan oleh Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi tabun 1998. Menurut Gibson (J 993), tingkat konsurnsi energi digolongkan dalam empat kategori: Lebih (~ 100%), Baik (85-100%), Cukup (70-84,9%), dan Kurang « 70%), sedangkan untuk tingkat konsumsi protein dikeiompokkan menjadi dua yaitu: Baik (~ 75%) dan Kurang «75%). Menurut Khomsan (2000), tingkat pengetahuan gizi ibu dikelompokkan menjadi riga yakni: Baik ( >80%), Cukup (60-80%), dan Kurang «60%). Sesuai dengan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) yang dianjurkan oleh BKKBN, roaka besar keluarga dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu : Keeil (s; 4 orang) dan Besar (> 4 orang). Peodapatan keluarga diperoleh dari total penghasilan keluarga dalam satu bulan dibagi dengan jumlah anggota keluarga. Pendapatan keluarga (per kapita per bulan) dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu: Tinggi (~Rp . 100.000,00), Sedang (Rp 60000,00 - Rp. 99999,99), dan Rendah « Rp. 60.000,00) (BPS, 1998) Status gizi balita ditentukan berdasarkan BBIU sesuai dengan standar WHO-NCHS dan dihitung berdasarkan skor simpangan baku (z score) dan dikeJompokkan menjadi empat kategori yaitu : Baik (x 2: -I sd), Sedang (-2 sd ::; x < - Jsd), Kurang (-3 sd ::; x < -2sd), dan Buruk (x < -3 sd) (Gibson, 1993). Untuk menganalisis hubungan antar variabel digunakan UJi Korelasi Spearman dengan dengan menggunaan sistem komputer pada program SPSS 10.0 .
98
RASIL DAN PEMBARASA;.'i
sebesa: t.aIDbaheJ 200 OC·~. .
Keadaan Umum Contoh dan Keluarga Comoh Usia eontoh berkisar usia amara 12-46 bulan, dengan persentase terbesar (63,3%) berada pada kelompok usia 12-24 bulan, 21 .7% usia 25 36 bulan, dan 15% usia 37-46 bulan. Usia ayah contoh berkisar antara 21 - 55 tahun dengan rata rata usia 31 tahun, sedangkan usia ibu contoh berkisar antara 20 - 50 tabun dengan rata-rata usia 27 tabun Berdasarkan pengelomDokan usia yang dilakukan, sebanyak 58,3% ayab dan 73 .3% ibu contoh berada pada kelompok 20-30 tahun. Pendidikan formal orangtua contoh seoagian besar hanya tarnat SD yairu ayah sebesar 55 % dan ibu sebesar 71,7 % . Rendahnya tingkat pendidikan ibu menyebabkan terbatasnya kemampuan untuk menerima informas~ terutama yang berkaitan dengan pol a pengasuhan makan anak, yang pada akhimya akan berpengaruh terhadap starus gizi balita. Sebagian besar (66.7%) keluarga eontoh memiliki anggota keluarga kurang dari atau sarna dengan 4 orang atau dikategorikan sebagai keluarga keeiL Sebagian besar responden (71,7%) memiliki anak ~ 20rang dan sisanya (28.3%) memiliki anak lebih dari 2 orang. Sebagian besar (75 ,0%) ayah contoh beke~a sebagai buruh dengan tingkat pendapatan yang tidak tetap, sedangkan sisanya sebagai pegawai swasta (8) %), pedagang (5 %) dan lain-lain (12,25%) yang meliputi pegawai negeri, tukang ojek, sopir dan guru ngaji . Sebagian besar ibu eontoh bekerja sebagai ibu rumah tangga (98 ,3 %) dan hanya satu orang (1 ,7%) bekerja yaitu sebagai pekerja pada salon kecantikan. Karena sebagian besar ibu tidale bekerja, maka pendapatan suami adalah satu-satunya surnber pendapatan keluarga untuk memenuhi seluruh kebutuban. Pendapatan per kapita per bulan keluarga contoh berkisar antara Rp 50.000,00 - Rp 200 .000,00 dengan rata-rata Rp . 84.803 ,90 per kapita per bulan. Sedangkan proporsi terbesar keluarga contoh (43,3%) memiliki pendapatan per kapita yang tennasuk dalam kategori sedang, dengan jumlah pendapatan perkapita berkisar antara Rp. 60.000,00 - Rp . 99 .999,00 . Keluarga yang memiliki penghasilan tambaban hanya
bulan pendEi=::l Bogo: _.. Kei.
::
Media Gizi & Keluarga. Juli 2001, XXV (1) : % - 104
sebesar }0 % dengan jumlah pengbasiJan tambahan berkisar amara Rp 50.000,00 - Rp 200.000,00. Rata-rata pendapatan per kapita per bulan keluarga lebib rendah dari raUl-rata pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Bogor yang sebesar Rp. 94.336,00 (BPS, 1998). Keikutsertaan dalam Kegiatan Posyandu Sebagian besar responden (80010) telah ikut serta dalam kegiatan posyandu selama lebih 12 bulan., dan ada 10,0% yang <2 bulan karena baru pindah ke desa tersebut, dan sisanya antara 7 - 12 bulan Sebagian besar responden (82,7%) menyatakan bahwa alasan mengikuti kegiatan posyandu atas kesadaran sendiri sedangkan (18,3%) atas saran Kepala DesaIKader. Dalam 6 bulan terakhir sebagian besar responden (81 ,7%) menyatakan selalu rutin (6 kali) membawa anaknya ke posyandu sedangkan yang menyatakan 5 kali sebesar 6,7%, 4 kali sebesar 5,0%, dan I kali sebesar 3,3%. PenyuJuhan gizi merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan pengetahuan gizi seseorang. Dengan adanya penyuluhan gizi diharapkan para ibu balita mampu mendapatkan tambahan pengetahuan yang dapat diaplikasikan dalam memberikan makanan kepada balita, sehingga jumlah balita yang mengalami lcurang gizi mampu untuk dikurangi. Basil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (60,0%) menyatakan pemah mengikuti penyuluhan gizi di posyandu, dan sisanya (40,0%) tidak. pemah mengikuti penyuluhan gizi di Posyandu. Responden yang pernah mengikuti penyuluhan gizi di Posyandu, menyatakan bahwa yang memberikan penyuluhan gizi tersebut adalah bidan (52,8 %) dan leader (41 ,6 %), Adapun materi penyuluhan gizi yang diberikan antara lain makanan bergizi pada anak (50,0 %), makanan sehat keluarga (22,2 %), gizi ibu dan anak (16,7 %), ASI dan rnakanan tambahan (8,3 %) dan pentingnya sayuran (2,8 %) Pengetahuan Gin lbu Pengetahuan gizi ibu yang diteliti meliputi pengetahuan tentang ASI dan makanan tambahan, mak:anan sehat, pengolahan pangan, status gizi, penanggulaogan diare dan sanitasi lingkungan serta imunisasi dan posyandu. Skor pengetahuan
gizi ibu berkisar antara 11 - 27 (36,6% - 90%) dari total skor maksimum 30. Adapun rata-rata tingkat pengetahuan gizi ibu sebesar 73 ,0% Tabel 1 menjelaskan bahwa sebagian besar ibu (55,0%) memiliki tingkat pengetahuan gizi cukup .
Berdasarkan jawahan yang diberik.an, pertanyaan yang paling banyak tidak dapat dijawab responden dengan benar adalah tentang usia yang tepa! untuk mendapatkan mak.anan tambahan pertama kali (71,7%), cara mencuci sayur yang baik (61 ,7%), selain AS!, bayi (usia 0 - 4 bulan) diberikan makanan tambahan (48,3%), makanan sumber zat tenaga (40,0010) dan waktu pertama kali pemberian ASI (36,7%) . Tabel 1. Sebaran Contoh menurut Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu ..Pengctahoan Gizi .
Baik Cu1:up Kunmg Total
Jumlah \11) 20 33
7 60
l'Yo) . 33,3 55 ,0 11 ,7 1000
Tingkat Konsumsi Energi dan Protein Balita Secara umum rata-rata konsumsi energi balita adalah 745 Kalori dengan kisaran antara 402-1.222 Kalori, sedangkan rata-rata tingkat konsumsi energinya adalah 64, 1% dengan kisaran antara 32,2%-135 ,9%. Tabel 2 menunjukkan bahwa secara umum tingkat konsumsi energi contoh berada pada leategori kurang (56,7%) dan presentase terbesar pada kelompok usia 36-46 bulan (77,8%). Secara umum rata-rata rata-raUl konsumsi protein balita adalah 19,4 gr dengan kisaran 8,5 31,8 gr, sedangkBD rata-rata tingkat konsumsi proteinnya adalah 84,3% dengan kisaran antara 37,1-151 ,3%. Tabel 3 menunjukkan . bahwa sebagian besar contoh (65%) memiliki tingkat konsumsi protein baik, terutama pada usia 12-24 bulan dan usia 25-36 bulan yakni 71 ,1% dan 61 ,5%. Sebagian besar (55,6%) balita usia 37-46 bulan memiliki tingkat konsumsi protein kurang. Hal ini menunjukkan bahwa semakin bertambah usia tingkat konsurnsi protein sernakin menurun Bila kondisi ini dibiarkan, ak.an berdampak pada pertumbuban fisik dan perkembangan kecerdasan anak .
99
~OOI ,
Media Gizi & Kcluarga, Juli
XXv (ll ·96- 104
Tabel2. Sebaran Contoh menurut Tingkat Konsumsi Energi Usia (bin)
Tillgkat
Konsumsi Energi
Lebih Baik Cukup Kurang Total
12- 24 (n)
('Yo) 5,3 5.3
2 2 14 20 38
36,8 52,6
100.0
I I I ! !
,
(%) .
(n)
0
0_0
I
7,7
5
38.5
0 I I
I
(n)
I
7
13
I
Total
37 -46
25-36 I
I II
53,8
7
LOO,O
9
I
(n)
I
(%)
0_0
2 ~
i
:>.3
II , I
11.1 71.8 100.0
10 34 6.0
(%)
II I
!
i
6.7
!
----
~:
33,3
I 56.7 J
i 100.0 ;
..,
Tabel 3. Sebaran Contoh menurut Tingkat Konsumsi Protein Tingkat
Konsumsi Protein Baik Kurang Total
I
12 -24 (n}
27 11 38
I II I
I
(%) 71.1
28.9 100,0
i
I I
I
Usia Chin) 25-36
;
37-46
8 5 13
(%)
(n)
(%) 61,5
(n)
38.5 100.0
Total
, ;
(n)
I
(%) 65,0
I
39
I
4 5
44,4
55.6
2l
,, 35.0
9
100,0
60
100.0
I
I I
,
sangat menentukan status gizinya Persentase contoh yang berstatus gin rurang sebesar 53 .8% pada contoh berusla 25-~6 bulan dan 39.5% contoh berusia 12-24 bulan, sementara contoh yang berada pada usia 37-46 bulan sebagian cesar berstatus gizi buruk (55,6%) Tabei 4) Kondisi status gizi kurang dan gin ouruk pada sebagian besar contoh disebabkan oleh rendahnya mutu dan jumlah konsumsi pangan yang dikonsumsi , sehingga berakibat pada berat badan tubuh yang tidak ideaL Sebagaimana diungkapkan oleh Hardinsyah dan Martianto (1992) status gizi balita dipengaruhi oleh konsumsi pangan sebelumoya dan penyakit infeksi.
Status Gizi Comoh Dan hasil penimbangan BB menunjukkan bahwa rata-rata BB contoh untuk setiap kelompok usia lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata berat badan ideal. Pada kelompok usia 12-24 rata-rata berat badan comoh adalah 9,1 kg dengan kisaran antara 7,5 kg-12 kg, pada kelompok usia 25-36 bulan rata-rata berat badan contoh adalah 10,8 kg dengan kisaran antara 9,3 kg-13 kg (berat badan ideal 13,2 kg), dan pada kelompok usia 37 46 bulan rata· rata berat badan contoh adalah 1 1,7 kg dengan kisaran antara 9,2 kg-IS kg (berat badan ideal 15,2 kg) . Rendahnya BB contoh
Tabel 4. Sebaran Status Gizi rnenurut Kelompok Usia Staius Gizi. Balita Bail;:
Sedang
Kurang Buruk Total Rata-rata BB (kg)
100
Kelompok Usia (bin) 25-J6
12-24 (n)
(%)
8 11 15 4 38
21,1
28,9 39,5
10,5 100,0 9.1
(%)
(n)
I
2 4
I
15,4 30,8
i (%) 221
(0) 2
7
53,8
.... L
0,0 22.2
0
0,0 100.0
5
55.6
13
to.8
0
I
;
9 11.7
Total
!
>36
(n) i
;
12 15 24
1
9
LOO,O ,
60
I ;
i (%)
I
20.0 , 25. 0
1
i I
~.O
;
100.0
I
l 5.0 :
9.9
I
:. - '
Media Gizi & Keluarga. Juli 2001, XXV (I) : % - 104
Hubungan Besar Keluarga dengan Tingkat Konsumsi Energi dan Protein
konsumsi energi dan tingkat konsumsi protein (p=(l,05).
Tabel 5 menunjukkan bahwa baik pada responden yang berkategori keluarga besar, maupun kecil sarna-sarna mempunyai tingkat konsumsi energi kurang (55% dan 57,5%). Sebaliknya pada keluarga b'esar dan kecil sebagian besar memiliki tingkat konsumsi protein yang baik (70% dan 62,5%). Jadi antara kategori keluarga kecil dan keluarga besar tidak berbeda dalarn hal tingkat konsumsi energi dan protein balita. Dari hasil analisis yang dilakukan dengan Uji korelasi Spearman menggunakan menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang nyata antara besar keJuarga dengan tingkat
Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Tingkat Konsumsi Energi dan Protein Tabel 6 menunjukkan bahwa semakin rendah pendapatan keluarga maka tingkat konsumsi energi dan protein balita semakin berkurang. Hal ini terlihat dari sebagian besar ke\uarga yang berpendapatan rendah memiliki balita dengan tingkat konsumsi energi kurang (80,0010), dan tingkat konsumsi protein juga kurang (66,7%). Pada keluarga berpendapatan tinggi, tingkat konsumsi energi balita cukup (42,2%) dan sebagian besar memiliki tingkat konsumsi protein baik (90010).
Tabel 5. Sebaran Besar Keluarga menurut Tingkat Konsumsi Energi dan Protein Contoh . Bes8dCeluarga
Tingkat Koosumsi
.. :
Besar .
Energi Lebih I Baik Cukup Kurang Total Protein II Baik ! Kurang Total
Ktcil ": -
~.
(n) .
. (n) ·
("~)
0 2 7 11 20
0.0 10.0 35.0 55.0 100.0
2 2 13 23 40
14 6 20
70.0 30.0 100.0
25 15 40
. ("1..) . 5.0 5.0 32.5 57.5 100.0
-
62.5 37.5 100.0
Tabel 6. Sebaran Tingkat Pendapatan KeJuarga menurut Tingkat Konsumsi Energi dan Protein Contoh
!
I
PendapatmLper Kapit8
Tin.gkat Konsumsi
(n)
I Enem Lebih I I
I I I
I
i
Baik Cuk.'UJl Kurang Total Protein
Baik
Kurang Total
I
Troggi (%)
1
Rendall .
Si:dang (%)
(n)
(o/~
(n)
i
I
2 2
I i
8
7
J9 18
I
I
19
I
I
1
10.5 10.5
I
42-2 36.8 100.0
90.0 10.0 100,0
0
! I
2 9
1
15
;
26
I i
16 10
I
26
I
I I
00 8.0 36 .0 56.0 100,0
I
64.0 36.0 100.0
I
I I
I I
0 0 3
00 0.0 20.0
12 J5
SO.O 100,0
5
10 15
i
I I
33.3 66.7 100.0
I
10]
Media Gizi & Kcluarga, Juli 2001, XXV (I) % - 104
Ting!cat pendapatan merupakan faktor yang menentukan terhadap kuantitas dan kualitas Pendapatan yang makanan yang dikonsumsi. rendah menyebabkan daya beli yang rendah pula sehingga tidak mampu membeli pangan dalam jumlah dan mutu yang diperlukan dan akhirnya berakibat buruk terhadap status gizi (Berg, 1986) statistik dengan Dari hasil analisis menggunakan Uji korelasi Spearman menunjukan adanya hubungan yang nyata antara pendapatan per kapita dengan tingkat konsumsi energi (p= 0.000) dan tingkat konsumsi protein (p=O,006). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pendapatan keluarga maka semakin baik tingkat konsumsi energi dan protein, dan sebaliknya. Hubungan Pengetahuan Gizi Tbu dan Tingkat Konsurnsi Energi dan Protein Ibu dengan tingkat pengetahuan gizi sedang dan tinggi ternyata tingkat konsumsi energi balitanya cukup (39,4% dan 30,0%), sedangkan ibu dengan tingkat pengetahuan gizi rendah (85,7%), tingkat konsumsi energi balitanya kurang Ibu dengan pengetahuan gizi sedang dan tinggi temyata tingkat konsumsi protein balitanya baik (57,6% dan 90,0%), sedangkan ibu dengan tingkat pengetahuan gizi rendah (71,4%), tingkat konsumsi protein balitanya kurang (Tabel 7). Dari hasil anaIisis statistik dengan Uji Korelasi Spearmwl menggunakan menunjukkan adanya bubungan yang nyata antara
pengetahuan glZ1 ibu dengan tingkat konsumsi energi (p=O.OOO) dan tingicat konsurnsi protein balita (p=0,036). Hal ini memberi arti semakin tinggi pengetahuan gizi ibu maka semakin tinggi tingkat konsumsi energi dan protein balita Hubungan Tingkat Konsumsi Energi dan Protein dengan Status Gizi Balita Tabel 8 menunjukkan bahwa semakin baik tingkat konsumsi energi semakin baik status gizi balita, demikian juga sebaliknya. Sejumlah contoh yang memi1iki tingkat konsumsi energi baile, memi1iki status gizi baik (50%), contoh yang memiliki tingkat konsumsi energi kurang, memiliki status gizi kurang (50%) dan buruk (26.5%). Dari hasil an ali sis statistik dengan Uji Korelasi 2;'pearman menggunakan menunjukkan ada hubungan yang nyata antara tingkat konsumsi energi dengan status gizi balira (p=O.OOO). Sejumlah eontoh yang merniliki tingkat konsumsi protein baik, memiJiki status giZl baik (30,8%) dan sedang (28,2%), sebaliknya conton yang memiJiki tingkat konsumsi proteIn k.-urang, memiliki status gizi kurang (42,9%) dan buruk (38.1%) (Tabel 9) Hasil analisis statistik dengan Uji Koreiasi Spearman menunjukan adanya hubungan yang nyata antara tingkat konsumsi protein dengan status gizi balita (p=O.003). Hal ini memberi arti semakin tinggi tingkat konsumsi protein maka semakin baik status gizinya.
~-
-
Tabel 7. Sebaran Pengetahuan Gizi Ibu menurut Tingkat Konsumsi Energi danProtein Contoh
I
Tingkat · . Konsumsi
I
!
Energi Lebih Bruk Cukup Kurang Total Protein Bruk Kurang Total
102
Pen
I
I i
i I
(n)
Tinggi I
Gizi lbu
Sedang
J
(n)
(%)
,
(%)
I
Rendah
f
I
(n)
I
I)
I
(%)
I
I
2 2
i ,I
6
:
10 20
i
I !
10.0 10.0 30.0 50.0 1000
I
! 20
18
90.0
2
10.0
100,0
I
!
0
!
2
!
13 18
I
I
33
1
i
19 14 33
I
I I
i
I
0.0 6.1 39.4
I
54.5
I
i
00
00
0 I ,
14.3
~
85.7 100.0
IJ ~ ~
100.0
I
,-
I
57.6 42.4 100,0
,
i I
~
I
L.
28.6
5
71.4
100 .0
:
Tabel 8. Sebaran Tingkat Konsumsi Energi menurut Status Gizi Balita
I Status Gizi I
Balita .
In)
I Bail.:
I
Sedang Kurang Buruk
1
i Total
Tingkat Konsumsi Energi . .CuJrun Baik
Lebih.
!
2 0 0 0 2
.(n) 2 2 0 0 4
(%) 100.0 0.0 0 .0 0.0 JOOO
(%) .. .
50.0 50.0 00 0 .0 100.0
.(n) . 6
7 7 0 20
~ ("10)
(n) 2 6
' ("/0) 30.0 35.0. 35.0 00 100.0
5 .9
17.6
17
50.0 26.5 100.0
9 34
Tabel 9. Sebaran Tingkat Konsumsi Protein menurut Status Gizi Balita !
TingkatKonsumsi Protein .
I I Baik Sed.ang
Status <Jizi.:Balita
I Kurang
Buruk Total
~
Baik
I
i
(0) 12 II 15 I 39
Menurut Martorell (J 995), konsumsi makanan merupakan salah satu faktor yang secara langsung berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Kekurangan konswnsi pangan dan gizi dalam waktu yang lama mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan anak terhambat Hardinsyah dan Martianto (1992). mengatakan bahwa gizi yang baik merupakan kunci bagi berhasilnya proses tumbuh kembang anak. yang hams dimulai sejak dalam kandungan dan diusahakan terus sepanjang rudupnya
KESIMPULA.N DAN SARAN Kesimpulan ] . Contoh dalam penelitian mi secara umum mempun)'lll latar belakang status sosial ekonomi keluarga sebagai beni.:ut : usia ayah 26-30 tahun (38,3%), usia ibu 20-25 tahun (48,3%) , pendidikan ayah dan ibu adalah SD yaitu ayab (55%) dan ibu (71 ,7%), besar keluarga contoh tergolong keluarga ked (s: 4 anggota keluarga) (66,7%), pekerjaan ayah
i
(%) 30.8 28.2 38.5 2.6 100.0
(%)
(0) 0 4
9 8 21
!
0.0 19.0 42.9 38.1 100.0
sebagai buruh (75,0%) sedangkan ibu sebagai ibu rumah tangga (98,3%), pendapatan per kapita rata-rata Rp. 84.803,9 tergolong sedang (43,3%).
2. Tingkat pengetahuan gizi ibu berkisar antara 36,6% - 90% dengan rata-rata 73%, sebagian besar (55,0%) tergolong pada kategori cukup 3 . Rata-rata konsumsi energi balita sebesar 745 Kalon, tingkat konsumsi energi 61 ,4% dan sebanyak 56,7% balita berada pada kategon kurang Rata-rata konsumsi protein balita sebesar 19,4 gr dan tingkat konsumsi protein sebesar 84,3% dan sebanyak 65,0% balita berada pada kategori baik. 4 . Secara umum balita berstatus gizi kurang sebanyak 40010 dan gizi buruk sebesar 15%. Jika dikelompokkan menu rut usia maka pada usia 12-24 bulan sebanyak 39,5% berstatus gizi kurang, usia 25-36 bulan sebanyak 53,8% berstatus gizi kurang dan pada usia 37 46 bulan sebanyak 55,6% berstatus gizi buruk 5. Tingkat pendapatan dan pengetahuan gi.zi ibu berhubungan nyata dengan tingkat konsumsi energi dan protein balita 6 Tingkat konsumsi energi dan protein berhubungan nyata dengan status gizi balita.
103
Media Gizi & Keluarga, Juli 200 I. XXV ll ) : 96 - 104
I. Mengingat masih kurang memadainya tingkat peogetahuan gizi ibu, maka diharapkan adanya intervensi gizi berupa penyuluhan gizi kepada masyarakat diwilayah pehelitian, oJeh Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor bekerja sarna dengan instansi terkait lainnya. 2. Perlunya Pemberian Makanan Tambahan bergizi melalui Posyandu dengan melibatkan peran serta masyarakat dan pihak swasta. 3. Perlu dilakukan pemberdayaan ekonomi melalui peningkatan keterarnpilan pada ibu rumah tangga.
DAFTAR PUSTAKA
Berg,
BPS.
A 1986. Peranan Gizi dalam Pembangunan Nasional (Zahara, Penterjemah) D.N. C.v. Rajawali, Jakarta. 1998. Pola Konsumsi Rumahtangga Kabupaten Bogar. Bappeda-BPS, Bogor.
1999. Statistik Kesejahteraan Rakyat. Survey Sosial Ekonomi Nasional. BPS. Jakarta. Gibson, R.. 1993. Nutritional Assessment. A Laboratory Manual. University of Guelph. Oxford University, New York.
104
Hardinsyah dan D. Briawan. 1990 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian, IPB, Bogor. _ _ _,-- dan D. Martianto. 1992. Menaksir Angka Kecukupan Energi dan Protein sena Penilaian Mutu Gizi Konsumsi Pangan Wirasari, Bogor. Khomsan, A. 2000. Tehnik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian, IPB, Bogar. Martorel1, R. 1995. Promoting Healthly Growth Rationale and Benefits Child Growth and Nutrition in Developing Country: Priorities of Action. Ed : Pinstrup-Andersen.. D Pelletier, H. Aldennan. Cornell University Press, New York. Suhardjo. 1996. Pengertian dan Kerangka Pikir Ketahanan Pangan Rumahtangga. Laporan Lokakarya Ketahanan Pangan Departemen Pertanian RI-UNICEF . Singarimbun, M dan S. Effendi. 1992. Metode Penelitian Survai. LPJES . Jakarta.