T ahun
xxv
No . 1 Jutj 2001
ISSN 0216 - 9363
media GIZI & KELUARGA
JURUSAN GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKUL TAS PERTANIAN INSTITUT PERTANiAN
BOGeR
Media Gizi & Keluarga
Tt:rakreditasi SK No. 531DIKTI /Kep/ 1999
ISSN . 02 1;:, - 9.16)
.
Pemiropin Umuml Penanggung .IClwab
K.etua J urusan GMSK
Fakultas Pertanian - IPB
Ketua Redaksi
Om. Emma S. Wirakusumah, MSc.
Anggota Redaksi
Dr.lr. Ali Khomsan, MS
Dr.Ir. Ujang Sumarwan, MSc
Dr.lr. Hardinsyah, MS
If. Diah K. Pranadji, MS
Ir. Hadi Riyadi , MS
Ir. Dodik Bfiawan, MeN
lr. Sri Rihati Kusno
panga::.. ;
horm~
kalsffi::: Hal rr.:::':'"
coo ,=,
~_;o:..:
Se:" .....:..: s:: stu"':', _
Setting
• Maman Hermansyah
Penerbitan
• dua kaJi setahun Uuli & Desember)
Langganan
• Rp. 20 .000,- per tahun Rek Tapius No . 061.000 112587.931 Bank BNJ Darmaga-Bogor
Alamat Redaksi
Jurusan Gizi Masyarakat dan
Sumberdaya Keluarga (OMSK)
Fakultas Penanian - IPB
Kampus Darmaga- Bogor
Telp. (0251 ) 621258
Fax (0251) 622276
E-rnail : gm sk-iph'aJ, indo . ~
Media Giz; & Keluarga merupakan majalah ilmiah Jurusan OMSK Fakultas Pertanian IPS yang tclah terakreditasi oleh Ditjen D ikti . Redaksi menerirna sumbangan nask.ah ilrniah di bidang pangan, gizi, keluarga, dan konsumen. Pedoman penulisan dapat dilihat pada halaman sampul belakang bagian dala;n. Artikel Mt:dia Gizi & Keluarga dapat dikutip dengan menyebutkan sumbernya.
wa"" ~'
t-
t'tPUmr: :--:-~ FAPERTi.\- ItJB
..
KATAPENGANTAR
Media
om
dan Keluarga edisi Juli 2001 memuat berbagai hasil penelitian di bidang
pangan, gizi dan keluarga Artikel pertama membahas status gizi wanita menopause. Perubahan honnonal yang teIjadi di sam menopause menyebabkan seoI:$g wanita memerlukan konsumsi kalsium lebih banyak. Apakah konsumsi pangan mereka telah cukup memenuhi anjuran gizi ? Hal ini dibahas secara tuntas dalam ,artikel pertama Media Gizi dan Keluarga edisi kali ini. Artikel lain membahas kemungkinan pemanfaatan tepung talas untuk pembuatan
cookie. Talas adalah pangan tradisional yang pemanfaatannya masih terbatas, untuk itu talas berpotensi sebagai substitusi tepung terigu. Krisis ekonomi telah membawa dampak pada sendi-sendi kehidupan masyarakat. Sebuah studi telah dilakukan untnk mengkaji dampak ekonomi pada mmahtangga petani, dalam studi ini juga dibahas antisipasi untuk penanggulangan krisis ekonomi.
Masih ada beberapa artikel basil penelitian lainnya yang semuanya akan memperkaya wawasan pembaca. Terima Kasih.
II
MEDIA GIZI DAN KELUARGA
I
Tahun :xxv No.
Juli 2001
halaman 1. Keragaman Konsumsi Pangan, Aktivitas Fisik dan Status Gizi pada Wanita Menopause
Tina Rahmawati, Emma S. Wlfakusumah, dan Budi Setiawan .. ... . . .. . .. . ... .. .
\./ 2.
ldentifikasi Faktor yang Berpengaruh terhadap Efektivitas Pemberian Makanan Tambahan Anak Balita KEP di Kota Bogor Hartoyo, Dwi Hastuti, Dodik Briawan, dan Lilik Noor Yuliati
Il
Ketersediaan Biologis Mineral Seng dari Beberapa Jenis dan Cara Pemasakan Beras pada Tikus Percobaan Deni Elnovriza, Rimbawan, Emma S. Wlfakusumah, dan Dadang SukandaT ..... ...... .
19
Studi Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kebiasaan Makan dan Status Gizi Lansia di Pedesaan dan Perkotaan Lina Herlina, Emma S. Wrrakusumah, dan Lilik Noor Yuliati .. .... . .. . .... ... ... .... . .. . .... .
33
/ Pemanfaatan Tepung Talas (Colocasia esculenta (L) Schott) sebagai Bahan Substitusi Tepung Terigu dalam Pembuatan Cookies Fu'adini Therik., Sri Anna Marliyati, dan Lilik Noor Yuliati .
45
6. Dampak Krisis Ekonomi terhadap Rumah Tangga Petani dan Antisipasi dalam
\
Penanggulangannya Mewa Ariani, Handewi P.S. Racbman, Sri Hastuti, dan Wahida
53
Analisis Sikap Angka Ideal terhadap Produk Jus Jeruk Ujang Sumarwan ...... . . . . . . . . . .. ................ .
61
'\ 8. Mempelajari Umur Simpan Beberapa SambaJ Tradisionallndonesia (Sambal Terasi,
'vi
Sambal Pece~ Sambal Rujak:) Emma S. Wirakusumah
68
Tingkat Konsumsi dan Status Gizi Penderits Sizoprenia Rawat lnap di Rumah Sakit Jiwa Palu Irawati, Vera Utip~ dan Amini Nasoetion ...... . . .. ..... .. ... .. . ... ............ .... ...... ... .....
77
o Konsumsi dan Ketahanan Pangan Rurnahtangga Peserta Program Pemberdayaan Keluarga di Desa Cikaroya dan Ciwalen, Kecamatan Warung Kondang, Cianjur, Jawa Barat Thomas Pahlevi Harefa, Clara M. Kusharto, dan Retnaningsib . .. .. .. . .. . ... ...... .. ... ..... ..
Gizi Kurang pada Balits Retnaningsih, dan Ruwiah ...... .... ... ... .. ... .... .... ... ... ... .. .. ...
85
11. Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Status
Diah K.
Pranadj~
96
Media Gizi & Keluarga , Juli 2001 , XXV (1) : 85 - 95
KETAHANAN PANGAN DAN "COPING MECHANlSM" PESERTA PROGRAM
PEMBERDA Y AAN KELUARGA DI DESA CIKAROYA DAN CIW ALEN, KECAMATAN
W ARUNG KONDANG, CIANJUR, JA WA BARA T
Consumption and Food Security of Targetted Households ofEmpowennent Family Programe in Cikaroya and Ciwalen Village, Warung Kondang Sub-District, Cianjur, West Java) Thomas Pahlevi Harefa I, Clara M . Kusharto 2, Retnaningsih2
ABSTRACT. This research aimed to identify consumption and food security al household level before and after intervention to empower family in Cikaroya and Ciwalen Village, Sub district Warung Kondang, Cian)ur West Java from July unlil December 2000. "Experimental Before-After Design ,. was used in this study. Respondents covered 32 households which consist of poor families (pra KS family and KS family). The result of this research showed that the average of household size is 6 and the average of household head age is 37,4 years old and housewife is 30,2 years old, with educational achievement, 8J,3% household heads and 87,6 % housewives were graduatedfrom elementary school. About 50% household heads have a main job as laborers. The average household 's income is Rp 66.297,5J/caplmo and 62.5% respondents are classified under poverty line with spending money for food as about 73, J % and for non food 26.9% Energy and protein intake hefore and after intervention is increased from 60,9% to 7J% and 90,5% to J06,. 7%, respectively. For rate ofFood Security, hefore intervention all families (100%) are classified as not resistanl (SKP < 6), but after intervention there are four families (12.4%) improved to resistant rate (SKP ;:: 6). However, statistical analysis by I-test showed there is no Significant difference, therefore it's necessary 10 prolong the intervention. The results of observation about "coping mechanism" were, about 69,8% households prefered the way of purchasing foods with instalment cr.edit in groceries, some households borrowed money from their neighbors or close families, or by working as tenants, constmction laborers and drivers, or change their animals to a needy foods, or goes 10 a pawn shop.
PENDABULUAN
Latar Belakang Pangan merupakan keburuban dasar bagi kelangsungan hidup manusia sekaligus merupakan unsur penting dalarn peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Mengacu pada hal tersebut maka sasaran pembangunan pangao pada Pembangunan Jangka Panjang (pJP) II adalah terwujudnya ketahanan pangan pada tingkat nasional, regional dan rumabtangga (GBHN , 1999) .
\ AJumnus Jurusan GMSK, Faperta IPB Star Pengajar Jurusan GMSK, Faperta IPB
1
Indonesia te1ah mencapai swasembada beras pada tahun 1984, namun pad a saat terjadinya kemarau panjang dan krisis ekonomi pada akhir tahun 1997 menyebabkan banyak daerah mengalami [awan pangan. Hal ini berimplikasi pada munculnya kejadian gizi lcurang pada anak balita yang berkaitan dengan meningkatnya jumlah penduduk miskin, dimana data terakhir pada Agustus 1999 terdapat 37,5 juta orang penduduk miskin di Indonesia, sedangkan untuk Propinsi Jawa Barat adalab 6,8 juta orang (Irawan dan Romdiati, 2000). Propinsi Jawa Bara! cenderung mempunyai nilai rata-rata konsumsi energi dan ptotein cukup rendah dari tahun J995 , dan cenderung semakin memburuk dari tahun 1996 sampai tabun 1998 dengan rata-rata
8S
Me
konsumsi energi 1794 Kka1lkapitafhari dan rata rata konsumsi protein sebesar 44 gramlkapitalbari (Latief, Atmarita, Minano, Basuni dan Tilden,
pemberdayaan serta mempelajari cara rumahtangga mengatasi (coping mechanism) apabiJa terjadi kekurangan pangan
2000).
Berdasarkan hasil anal:isis tingkat ketahanan pangan di Propinsi Jawa Barat diperoleb bahw'a dari 20 kabupaten, terdapat 13 kabupaten (65%) yang termasuk sang at tahan, satu kabupaten (5%) tennasuk tahan, dan enam kabupaten (30%) yang termasuk kurang taban. Khusus Kabupaten Cianjur yang letaknya ditengah Propinsi lawa Barat terrnasuk dalam kategori san gat taban (Kbornsan, 1999). Sekalipun demikian walaupun ketahanan pangan tinglcat regional nampak tidak menjadi rnasalah, tetapi ditingkat rumahtangga ketidak-tabanan pangan masih sering ditemui, seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk miskin yang menunjukkan adanya hambatan akses terhadap pangan (Soetrisno, 1995). Pemberdayaan atau "empowerment" adalah setiap upaya membuat individu atau sekelompok masyarakat menjadi lebih tangguh dalam mengbadapi dan menyelesaikan persoalannya yang salah satunya adalah partisipasi aktif masyarakat. Dimana Kusharto, Khomsan, Karsin, Madanijab dan Retnaningsib (1998) menyatakan bahwa dengan adanya partisipasi aktif masyarakat teIjadi peningkatan kesejahteraan keluarga yang dapat dilihat dalam hal kualitas koosumsi pangan bahwa semakin lama menjadi mitra, maka semakin tinggi skor keragaman konsumsi pangannya. Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti sejauh mana konsumsi dan ketahanan pangan rumahtangga peserta program pemberdayaan keluarga di Desa Cikaroya dan Ciwalen, Kecarnatan Warung Kondang, Cianjur, lawaBarat. Tujuan Penelitian llU adalah Tujuan umwn peneliti an mengetahui dan mempelajari konsumsi dan ketahanan pangan rumahtangga pesena program pemberdayaan keluarga. Secara khusus bertujuan untuk mengetahui karakteristik demografi rumahtangga, mengetabui koasumsi energi, protein dan zat besi sena tingkat ketahanan pangan rumabtangga sebelum dan setelah
86
Kegunaan Penelitian Ketabanan pangan rumahtangga merupakan indikator ketahanan pangan pendudu k secara luas. Dengan demik:ian hal ini dapat dijadikan bahan masukan dan penimbangan bagi pembuat kebijakan pusat dan daerah untuk memantau, mengevaluasi dan menentukan skal a prioritas penaggulangan daerah rawan pangan, serungga dampak negatifuya dapat diamisipasi
pn. :: pro::: e -or ; ke" :..: dan p :l r:;~ nl e c ~
p ar.~
dar'
Pe:-:-:_ P an ~ .~;- ':
Mu -,
METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian llU merupakan ~ Experiment Before-After Design". Tempat penelitian adalah Desa Ciwaleo dan Desa Cikaroya Kecarnatan Warung Kondang Kabupaten Cianjur Pelaksanaan penelitian berlangsung dengan dua titik pengamatan pada bulan bulan JulL dan Desember 2000 . Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung yang dilaksanakan Jurusan GMSK IPS dengan tema "Pemberdayaan Ke1uarga Menuju Ketahanan Pangan dan Perbaikan Gizi Melalui Panisipasi Aktif Masyarakat" .
d'
G£.l
5('- ·
ke!.-=.. (-5-
_
-=-
Penarikan Contoh Cootoh yang diteliti adalah rumahtangga dengan laiteria Keluarga Pra Sejahtera (pra KS) , dan Keluarga Sejahtera [ (KS I) Dari masing masing desa diambil rumahtangga yang termasuk dalam keriteria Pra KS dan KS 1. Untuk Desa Cikaroya populasinya sebanyak 459 rumabtangga, sedangkan dari Desa Ciwalen popuJasinya sebanyak 489 rumahtangga, masing masmg diambil 25 rumahtangga sebagai penerima paket pemberdayaan keluarga. Dari total 50 rumahtangga hanya 32 rumahtangga yang memenuhi syarat yakni mengikuti kegiatan sampai akhir program pemberdayaan keluarga .
S. -=-:
_
di ' _ I P' - :
pro=", ~ ene::- _ ber-~ .
Media Gizi & Keluargll, Juli 2001, XXV ( l) : 85 - 95
J enis dan Cara Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan merupakan data primer dan sekunder, data sekunder mencakup profil desa, karakteristik demografi dan sosial ekonomi, konsumsi pangan, tingkat pendidikan, kebiasaan makan, pengeluaran, pad a saat sebelum dan setelah intervensi (pemberdayaan). Data primer mencakup cara rumahtangga (coping dalam mengatasi kekurangan mechanism) pangan . Kbusus untuk data seJ...'Under diperoJeh dan data yang dikumpulkan pada Program Pemberclayaan KeJuarga Menuju Ketahanan Pangan dan Perbaikan Gizi Melalui Partisipasi .AJnif Masyarakat (Kusharto, Tanziha, Latifah & Mudjajanto, 2000). Pengolahan dan Analisa Data Data yang terlrumpul dianalisis secara deskriptif dan statistik menggunakan program Excel dan SPSS ver. 10. Analisis deskriptif dilakukan untuk karakteristik demografi dan sosial ekonomi rumabtangga. Jumlah anggota keluarga dikelompokkan menjadi keiuarga keciJ (:;;4 orang), keJuarga sedang (5-6 orang) dan keluarga besar (~7 orang). Tingkat pendidikan dikelompokkan kedalam kategori tidak pemah sekolah, sekolah dasar (SD: 1-6 tahun), sekolab lanjutan (SLTP dan SLTA: 7-12 tabun) dan perguruan tinggi (>12 tahun) . Pendapatan dihitung dengan menggunakan pendekatan pengeluaran dan dikelompokkan kedalam kategori miskin dan tidak miskin dengan batas garis kemiskinan Rp. 69.420,OO/kaplbl (Irawan dan Romdiati, 2000). Pengetahuan gizi ibu dinilai berdasarkan persentase jawaban yang benar. Skor J diberikan untuk jawaban yang benar dan 0 untuk jawaban yang salah sehingga total skor berjumlah 20. Pengetahuan gizi ibu tergolong baik bila total skor ~80%, sedang bila total skor 60-70%, dan rendah bila total skor <60%. Pangan yang dikonswnsi keluarga dikonversikan dalam bentuk energi elan zat gizi (protein elan zat besi) dengan menggunakan program Food Processor. Rata-rata kecukupan energi elan zat gizi rurnahtangga dihitung berdasarkan penjumlaban angka kecukupan gizi yang dianjurkan untuk masing-masing anggota
rumahtangga ditentukan berdasarkan anjuran WNPG (Muhilal, Jalal & Hardinsyah, 1998) dibagi dengan jumlah anggota rumahtangga. Tingkat konsumsi pangan dihitung dengan membandingkan konsumsi dengan kecukupan yang dianjurkan. Untuk mengetabui tingkat ketahanan pangan rumahtangga digunakan Skor Konsumsi Pangan (SKP) yaitu dengan mengkonversi pangan yang dikonsumsi dalam bentuk rata-rata yang dikelompokkan menjadi makanan pokok, Jauk paule, sayuran, buah-buaban dan susu yang dibandingkan dengan faktor Unit Konsumen yaitu jika konsumsi pangan
I UK Skor = 2. Total dari SKP bila berjumlab 6-10 maka rumahtangga dikatakan cukup tahan pangan dan bila <6 maka rumahtangga dikatakan tidak cukup tahan pangan.
HAS~
DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum dan Karakteristik Sosial Ekonomi Rurnahtangga ContQh Desa Cikaroya dan Desa Ciwalen secara administrasi merupakan 'bagian dan Kecarnatan Warung Kondang Kabupaten Cianjur. Luas wilayaJmya masing-masing 2J 1,58 ha dan 425,73 ha dengan jum1ah penduduk: 5501 orang dan 6932 orang. Dibandingkan dengan Desa Ciwalen, penduduk: Desa Cikaroya tingkat pendidikannya relatif lebih baik yaitu hampir setengahnya (42,4%) berpendidikan tamat SD menyusuJ tarnat SLIP (29,6%) dan tamat SLTA (21,7%) Hanya sebagian keciJ (0,7%) yang tamat Perguruan Tinggi. Sedangkan tingkat pendidikan penduduk Desa Ciwalen 79,1% hanya tarnat SD dan tidak tarnat SD yaitu masing-masing 44,3% dan 34 ,8%. Yang clapat menamatkan sampa! tingkat Perguruan Tinggi hanya 0,3%. Sarana dan prasarana kesehatan yang ada di Desa Cikaroya adalah terdapatnya posyandu sebanyak enam buah, Bielan dua orang, perawatJmantri kesehatan lima orang, serta adanya Puskesrnas pernbantu. Di Desa Ciwalen, Posyandu (enam buah), perawat/mantri kesehatan (tujuh orang) dan Bielan (satu orang). Sarana dan prasarana pendidikan yang ada di Desa Cikaroya
87
Media Gizi & Keluarga,
.ruJj
200 I . XXV ( I) : 85 - 95
( C2.- :::
adalah TK sebanyak 1 buah dan SD 4 buah. Desa Cwalen hanya terdapat 4 buah SU. Sarana dan prasarana pendidikan yang sangat minim ini mungkin sebagai salah satu penyebab rendahnya tingkat pendidikan penduduk. Pemerintah telah mencanangkan program wajib belajar 12 rabun, sehingga untuk mendukung program ini di kedua desa perlu pengadaan sarana pendidikan minimal setingkat SL TP, karena selain pelaksanaan program pemerintah dengan adanya sarana ini akan dapat meningkatkan minat pendidikan penduduk serta juga dapat meningkatkan kualitas sumberdaya manusia di kedua desa. Meningkatnya tingkat pendidikan penduduk akan membuka peluang untuk bersaing dalam merebut bursa kerja baik di sektor industri maupun di sektor pemerintahan. Rumahtangga di Desa Cikaroya berkisar antara 2-9 orang, sementara itu rumahtangga di Desa Cwalen berkisar antara 3-10 orang. Dari keseluruhan rumahtangga contoh diperoleh persentase besar rumahtangga terbanyak pada kategori sedang (40,6%) dengan rata-rata jumlah anggota rumahtangga sebesar 6 orang. Dari keseluruhan kepala rumahtangga contoh diperoleh 50% kepala rumahtangga mempurryai umur 31-40 tahun dengan rata-rata umur 37,4 tahUD. Keseluruhan ibu rumahtangga contoh diperoleb 50% ibu rumahtangga mempunyai umur 20-30 tahun dengan rata-rata umur 30,2 tahun. Dari keseluruhan pendjdikan kepala dan ibu rumahtangga masing-masing sebesar 81,3% dan 87,6% mempunyai pendidikan pada tingkat SD. Hal ini menunjukkan bahwa dengan hanya berbekal tingkat pendidikan yang rendah maka kesempatan untuk bekerja pada sektor-sektor lain seperti industri dan juga pemerintaban akan lebih kecil peluangnya. Jenis pekeJjaan utama kepala rumahtangga 50% adalah buruh tani. Jenis pekerjaan utama ibu rumahtangga 56,3% adalah sebagai ibu rumahtangga. Dengan men~ounakan pendekatan pengeluaran, rata-rata pendapatan rumahtangga contoh sebesar Rp . 66.297,51lkapitaibulan dan sebesar 62,5% contoh berada dibawah gms kemiskinan dengan pengeluaran pangan sebesar 73, 1% dan non pangan sebesar 26,9% (Lampiran 1). Sebanyak 50% rumahtangga telah memiliki rumah sendiri, 9,4% memiliki sepeda, 18,8%
88
memiliki perhiasan, 25% memiliki perhiasan, 12,5% memiliki televisi, 25% memiliki radio/tape, dan 56,3% memilild lemarilbllffet serta 65,6% memiliki kompor. Sebanyak 18,7% rumahtangga mernihki itik, 21,9% mempunyai ayam, dan 9,4% memiliki kambing serta 6,3% memiliki ikan sebagai aset rumahtangga
Pemberdayaan Keluarga dalam Upaya Peningkatan Ekonomi Rumahtangga Ekonorni rumahtangga yang baik dalam hal 1m tingginya daya beli merupakan salah satu
faktor yang menentukan keterjangkauan pangan (food access) terhadap pangan dipasaran, sehingga pangan tersebut dapat dialihkan ke rumahtangga. Keterjangkauan pangan merupakan salah satu indikator ketahanan pangan selain ketersediaan pangan dan kehandalan. Ketahanan pangan itu sendiri bail< ctitingkat keluarga maupun masyarakat merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat kesehatan dan gm masyarakat. Di Desa Cikaroya dan Ciwalen sebagian besar rumahtangga yang termasuk dalam kategori Pra KS dan KS I tidak mempunyai lahan pekarangan yang dapat digunakan unruk menanam tanaman yang dapat dikonsurnsi oleh rumahtangga itu sendiri. Dengan ketiadaan produksi pangan tersebut, maka ketahanan pangan sangat tergantung pada tingkat daya beli rumahtangga. Pemberdayaan keluarga yang dilaksanakan di kedua desa tersebut diharapkan dapat meningkatkan ekonomi rumahtangga yang akhirnya dapat meningkatkan ketahanan pangan rumahtangga melalui keterjangkauan pangan dengan meningkatnya daya be!.i pangan oieh rumahtangga. Dalam rangka meningkatkan ekonomi rumahtangga, maka kepada rumahtangga contoh sebagai rnitra binaan diberikan layanan modal usaha dengan sistem bergulir. Tujuann ya diterapkannya sistem bergulir adalah untuk meningkatkan rasa tanggungjawab mitra dalam pengelolaan dana bantuan tersebut. Hal ini dapat dijadikan bukti keberhasilan mitra dengan kelancaran pengembalian dana bantu an yang selanjutnya digulirkan pacta mitra yang lain. Dengan sistem ini pula diharapkan masyarakat
dal ar ru m.a. binaa:J diS<:{:'; diSE- deilg:::J bar::-.-i! dell_ •
ibu -_ peT.:::: se:-..<.
k2:':':" dl le~ :. : ko te ~ _ ~
\~~
C:;;::...:...
Pa.- ; :: -~ -..::..:.
.
Media Gizi & Keluarga, JuJj 2001, XXV (I) : 85 - 95
pengetahuan pangan dan gizi ibu rumahtangga berkisar antara 25-100 (Pre) dan 30-95 (post) Tingkat pengetahuan pangan dan gizi ibu rurnahtangga sebelum pemberdayaan 53,1% dengan kategori rendah dan setelah pemberdayaan tinggal hanya 43 ,8%. Kategori sedang meningkat menjadi 3] ,2% dan tinggi sebesar 25%. Hasil uji bed a berpasangan menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata atau tidak terjadi peningkatan pengetahuan pangan dan gizi ibu rumabtangga setelah pemberdayaan. Kurangnya tingkat pengetahuan ibu disebabkan rendahnya tingkat pendidikan yang menghambat jangkauan media infonnasi. Tingkat pengetahuan pangan dan gizi ibu rumahtangga di kedua desa (T abel 1) terlihat babwa sebagian besar ibu rumabtangga baik sebelum maupun setelab pemberdayaan termasuk dalam kategori rendah
(calon penerima) secara tidak Jangsung ikut dalam pengawasan (kontrol sosial) terhadap rumahtangga mitra. Berdasarkan hasil musyawarah antara mitra binaan, Kepala Desa, PPL dan Bidan Desa, disepakati bahwa jenis paket produkrif yang akan disalurkan berupa uang/dana untuk modal usaba, dengan jenis usaha (Lampiran 2) dan besarnya bantuan bergulir masing-masing rumahtangga dengan modal sebesar Rp. 300.000,00. Penyuluhan diberikan pada sasaran terutama ibu rumahtangga contoh yang bertujuan untuk pengembangan dan adanya perubaban perilaku serta kebiasaan makan yang mengarah pada kaidah gizi seimbang. Materi penyuluhan disesuaikan dengan kebutuhan sehingga dapat tercapainya peningkatan ekonomi rumahtangga, konsumsi pangan yang seimbang serta akhimya terciptanya ketahanan pang an rumahtangga yang cuk.llP kWH, dalam hal in.i adanya perbaikan gizi rumahtangga terutama ibu dan anak balita sena manilla yang merupakan golongan rawan. Materi yang diberikan adalah mengenai Manajemen Usaha, Manajemen Rumahtangga, Ketahanan Pangan Rumahtangga, Dasa Wisma, Rumah Sehat Layak Huni serta Gizi dan Kesehatan.
Kebiasaan Makan Frekuensi makan rumahtangga di kedua desa relatif sarna, dimana 75% rumahtangga mempunyai frekuensi makan 2 kali sehari dengan penentu menu adalah ibu rumahtangga Prioritas makan Iebih diutamakan pada bayi atau anak balita sena dasar pertirobangan penyusunan menu sebanyak 78,1% rumahtangga atas dasar seadanya atau disesuaikan dengan keadaan keuangan (Tabe12).
Pengetahuan Pangan dan Gizi Evaluasi terhadap penguasaan pengetabuan pangan dan gizi (20 pertanyaan) kepada ibu rumahtangga diperoleh hasil bahwa nilai
Tabel 1. Sebaran Ibu Rumahtangga Menurut Tingkat Pengetahuan Pangan dan Gizi r----::-: I
I
.
Kategon . . , . Pengetahua
Rendall , Sedang
Tinggi Jumlah
Total . .
n2
I '%:
n1
6 I 18 ,8 I
7 .:j
4
L'i
I
Pre
Pre
n
I Pzmgan dan I Gizi
I
,Cikaroya .
12,5
I
12.5 46,9
\
4
I 5 I
15
I I
:
12,5
15,6 46,9
10 4
I I
3
31 ,3 I
I
12.5 9,4
: J7 I 53 ,1 ,
8
I !
%
25 ,0
.1
Nl+
j 'n2 .' 17
I I
18,8
8
3
9,4
7
17
53,1
32
6
i
%
I!
53,1
I
i 25 ,0 I
I
21.9
JOO,O
I
'i' . .'
I
. Post . .
·n:i + •
I
j
' 02 ., ' '. ~ .,
I
43,8
10 \
31,2
14
!
I
I 8 ! 25,0 I I
32 I 100,0
1
I
89
Media Gizi & Kcluarga, Juli 2001, XXV (I) . 85 - 95
Tabel 2. Frekuensi Makan dan Dasar Pertimbangan Menyusun Menu
koost
pro e:
.Total
% .• '
n 14 !
I Tiga £
I
lwnJah ~~Jjeftf1frbtlngqp .
I
933 I 6,7 I 100,0 I
I I 15 I
,
!~~
..
.
7 17 .
41 ,2 ' [00,0 .
24 8 32
75.0 I , 25.0 100.0 ---'
6,7 2 J 9.4 I 2 6,7 1 6.3 : 1 I Gizi dan Keuangan I 5,9 I I r 2 6.3 I Keuangan 0,0 2 11,8 : 0 ~~a --------------~------~----~~------~----~70~,~5~,----~~~----~~ [2 25 78.l 13 86,6 -' 100,0 17 32 15 100,0 ! Jwnlah 100,0 . I I
kons perr,:' 65.:: ; peru:.,
dan
enerl<: sebeh
Ketai:
(Cop:
Pa..r1.g:.:
pan ~
Konsumsi Energi, Protein dan Zat Besi T erlihat pada Tabel 3 bahwa di Desa Cikaroya dan Desa CiwaJeo rata-rata konsumsi energi, protein dan zat besi, perkapita perhari baik sebelum dan setelah pemberdayaan masih sangat reodah dan jauh dari Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan, kecuali konsumsi protein (setelah pemberdayaan di Desa Ciwalen). Keadaan ini menunjukkan bahwa konsumsi eli setiap anggota rumahtangga responden masih be/urn memenuhi baku konsumsi zat gizi. Akibat dari keadaan ini menyebabkan terganggunya aktifitas masing-masing anggota keluarga. Misalnya seorang kepala rumahtangga yang kekurangan koosumSi energi dan Fe akan menyebabkan mudah lelah, lesu, kurang energi
serta dapat menyebabkan kurang bergairah daiam beke~a , Hal ini tentu akan menyebabkan hasil kerjarrya tidak optimal yang akan bersinergi dengan pendapatan yang akan diterima Seperti diketabui bahwa hampir keseluruhan kepaJa rurnahtangga responden mempunyal peke~aan yang membutuhkan energi yang tinggi. Sehiogga dengan kurangnya asupan energi akan berdampak pada pekerjaan Dimana semakin menurunnya aktifitas dalam beke~a akan menyebabkan menurunnya pendapatan Pendapatan yang kurarrg akan menyebabkan tingkat ekoDomi rumahtangga menurun dan menyebabkan cenderung mempunyai resiko kekurangan pangan bagi seluruh anggota rumahtangga.
dan seJi_
se~ k ec~
sz..-:. _.
--=--.., r "
Tabel3. Rata-rata Konsumsi dan Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi ikapitaJhari
. 'K'onsumsr
Ii Energi
i Konsumsi (ka1)
KecuJ...-upan (kal) Tingkat Konsumsi (%) I Protein I Konswnsi (g) Kecukupan (g) Tingkat Konsumsi (%) Besi (Fe) l KOnsumSl (mg) I Kecukupan (mg) Tingkat Konsumsi (%)
I
90
I
(E.1ka.roy1l Pre., Post'
!
1232.7 I 2049,7 60,1 367 i 43 ,7 I 83,9 i
[
1450,0 : 2049,7 : 70,7 i -B,l
43,7 i 98,6 :
. Total
Ciwillen Pre
[.
Post .'
I
Nilai p
Pre
Post
1487.7 D.OJ·P 2096.8
71.0 - - - - -,
1315.2 [ 2064.8 1 63,7 1
[521, I 2064.8 : 73,7 !
1276.5 2096,8 . 60.9
40,9 1 43,1 i 94.8 ;
48,4 I 43,1 ! 112,2 ;
38.9 · 43,0 90,5 I
45.9 43.0 106,7
i
0.324
"
:. - .;..
e......._ _
Ii "" --
~ c':;,,;,.,:
10,9 14,6 74,7
9,4 14,6 64,1
10,8. 14,9, 72,4 !
9,9 i 14,9 66,3 I
i
10,8 14,7 . 73,5 :
9,6 14,7 65.3
0.4))
--.--~
Media Gizi & Keh.uu:ga, Juli 200 1, XXV (I) : 85 - 95
Dari Tabel 3 menujukkan bahwa tingkat konsumsi energi sebelum pemberdayaan (60,9'%), protein (90,5%), dan Besi (73 ,5%). Tingkat konsumsi energi dan zat gi.zi setelah pemberdayaan (berturut-turut : 7] %, ] 06,7%, dan 65,3%) yang menunjukkan bahwa terjadi peningkatan konsumsi energi dan protein. Namun dari hasil uji beda berpasangan hanya koosumsi energi yang menunjukkan perbedaan yang nyata sebelum dan setel.ah pemberdayaan (p=O,05). Ketahanan Pangan dan Cara Rumahtangga (Coping Mechanism) Mengatasi Kekurangan ~
Mengingat unit terkecil sasaran ketahana.o pangan di Indonesia saat ini adalah rumahtangga dan semakin disadari. akan pentingnya untuk selalu memantau kondisi ketahanan pangan, sehingga sedapat mungkin menggambarkan keadaan yang teIjadi. Pada Lampiran 3 terlihat bahwa sebeLum pemberdayaan terdapat seJuruh rumahtangga (100'%) mempunyai skor konsumsi pangan dibawah dari SKP <6. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat sebelum pemberdayaan tidak ada satupun rumahtangga yang tahan pangan. Sementara itu setelah pemberdayaan terdapat riga rumah tangga (9,3% ) yang memiliki SKP = 6 dan satu rumah tangga (3 , I %) memiliki SKP = 7. Namun hal ini tidak dapat disimpulkan bahwa telah teIjadi perubahan dengan adanya pemberdayaan Dari hasil uji beda berpasangan menunjukkan bahwa perbedaan yang terjadi tidak signifkan antara SKP sebelum dan setelah pernberdayaan. Suatu kondisi dimana keadaan kekurangan pangan untuk dikonsumsi, pendapatan rumahtangga makin menurun dan begitu sulit mencari pekerjaan merupakan tanda-tanda teIjadinya masa paceklik atau biasa disebut pada daerah setempat dengan "muyang". Hasil wawancara menunjukkan dalam satu tahun terakhir seluruh rumahtangga respond en pernah mengalami masa kekurangan pangan untuk dikonsumsi. Waktu dan Jama teIjadinya masa paceklik yang dialami oleh rumahtangga di kedua desa cukup bervari.as~ hal ini teIjadi karena perbedaan jenis pekeIjaan dari. kepala rumahtangga (KRT). Dari hasil wawancara dapat
diketahui bahwa untuk rumahtangga dengan KR T bekerja sebagai buruh tan~ kondisi kekurangan pangan teIjadi pada waktu musim panen tiba hingga sampai saat tibanya musirn tanam. Lamanya bervariasi antara satu hingga dua bulan, untuk satu tahun terakhir terjadi pada bulan Maret sampai April dan September sampai Oktober. Rumahtangga dengan KRT bekerja sebagai pedagang, kondisi kekurangan pangan terjadi hampir senap bulannya, terutama pada hari-hari akhir setiap bulan (bulan tua), bahkan keadaan akan sernakin sulit pada saat liburan anak sekolah. Untuk satu tahun terakhir teIjadi pada bulan Desember. KRT yang mempunyai pekeIjaan tukanglburuh bangunan masa paceklik terjadi tergantung keadaan. Sedangkan untuk KRT dengan pekeIjaan jssa angkutan, kondisi kekurangan pangan sering terjadi pada hari-hari akhir setiap bulan dan juga teIjadi apabila baik becak, motor ataupun angkot tel&h lebih dahulu digunakan oleh orang lain. HasiJ wawancara juga diperoleh gambaran bahwa penyebab terjadinya terjadinya pacelli sebanyak 26 rumabtangga (81,3%) karena pendapatan menurun, dua rumahtangga (6,2%) karen a sulit bekerja sedangkan ernpat rumahtangga lain (12,5%) karena kombinasi keduanya yaitu sulit bekerja dan pendapatan menurun. Cara mengatasi kekurangan pangan pada saat paceklik di kedua desa pada umumnya menggunakan lebih satu cara, sebaran rumahtangga dengan prilaku rumah tangga dapat dilihat pada Tabel 4. Terlihat pada Tabel 4 bahwa cara rumahtangga mengatasi kekurangan pangan yang paling banyak dilakukan di kedua Desa adalah dengan melakukan pembelian secara kredit (utang). Dari 22 rumahtangga ] 5 diantaranya membeli dengan kredit tiga sampai enam \cali seminggu, atau rata-rata setiap dua hari sekali mereka melakukan peminjaman bahan pangan ke warung atau toko. Sedangkan empat rumahtangga melakukannya setiap hari pada saat kekurangan pangan serta tiga rumahatngga melakukannya satu sampai dua hari sekali. Cara rumahtangga mengurangi frekuensi makanan juga dilakukan oleh 22 rumahtangga dan 12 diantaranya satu atau dua hari dalam satu minggu Sebaran cara rumahtangga mengatasi kekurangan pangan pada rnasa paceklik berdasarkan tingkat ketahanan pangan dapat dilihat pad a Tabel 5.
91
Media Gizi & Keluarga , Juli 2001, XXV (I) • 85 ·95
Tabel 4.
Sebaran Cara Rumahtangga dalam Mengatasi Kekurangan Pangan pada Masa Paceklik
'./ .~:;: ',:~f~'~:~~+B' ';iij~:::t~~~';1:':ffr1 Murahembel.id,an·
I. ill
makanan ! awet
9 !
I
Meminjam uang Membeli dengan ! kredit I
28,1
i 0
i
0,0
4
i
12.5 i
i
0 I' . 0
O!
i
I
i
5
I 4{l,9'
3
··1
15
0,0 i 0,0
i
0.0 I 15.6 .
i i
9.4'
0
o,o !
23 I 71.9 I
...
65,6 I
32 : 100,0 :. l --i 32 ! IOD,O ;
[0 '
31,2
i
32 · IOD,O .
18,8 !
21
65,6
I
32 • IOD,O
0 i
0,0 i
18
1
56.3 i
32
I ,
3.1 ;
10 :
31,2 ,
32 , 100,0
I'
i
6 ; 0
1
!
i
18,8
21
0,0 '
i
t-.--r--- :
Mendapatkan b1lD.tUan keluarga atau;
0
i
0,0 I
1
I
3,1
4 i
12,5 ;
tetangga I I
Mengurangi makanan 10 I 31.2 ! 4 ! 12,5 I 0; 0.0 ' ~janan ' - I-----tl- - t---------t I Mengurangi o 0,0 9! 28,1 I 12 I 37,5 i i frekuensi makanan 1
6
I
100,0 .
Tabel 5. Sebaran Cara Rumahtangga dalam Mengatasi Kekurangan Pangan pada Masa Paceklik berdasarkan Tingkat Ketahanan Pangan
I Membeli makanan murah dan awet II Merninjam uang Membeli dengan kredit Mendapatkan bantuan keluarga atau t.etangga
I
TidalcTaban ~"'28
! .%
D
\
.
'u
.CuknpTahan:N=4 n%
9
32,1
9
32.1 ,
71.4
2 2
50.0
25.0
4
100.0
20 i
7 :
.
O.
0.0 50.0
Mengurangi makananjajanan
13
46.4 _ . _.l....-.- _ _ _ __
I Mengurangi frekuensi rnakanan
20
71,4
i JuaVgadai perhiasan
7
25
25.0
I JuaVgadai perabotan
4
143
25.0
- - - ---------------- ----- ----------------
Cara rumahtangga mengatasi kekurangan pangan pada rumahtangga dengan kategOli cukup tahan pangan adalah mendapatkan bantuan dari keluarga atau tetangga, sementara pada rumahtangga tidak tahan pangan adalah membeli dengan kredit (utang) dan juga mengurangi frekuensi makan. AJasan rumahtangga dalam mengatasi kekurangan pangan dapat dilihat pada Tabel6. Selain cara tersebut, rumahtangga dalam mengatasi kekurangan pangan juga menggunakan a1at tukar baik fisik (tenaga), biologi (benda
92
2
• • •
_
25.0
_ ._. 50.0
hidup) ataupun dengan a1at tukar bersifat materi (benda mati) dalam mengatasi kekurangan pangan. Tabel 7 menunjukkan bahwa di Desa Cikaroya sebanyak delapan orang kepala rumabtangga pernah menggunakan a1at tukar fisik dengan empat diantaranya menjadi buruh tani , tiga sebagai buruh bangunan dang seorang lainnya sebagai ojek motor. Pada Desa CiwaJen sebanyak tujuh orang kepala rumahtangga juga pemah menggunakan alat tukar fisik, empat diantaranya sebagai buruh bangunan dan tiga Jainnya sebagai buruh tani
• .~.
•
ili:--=
.
r._::.....:_ tiD. pek:~
tan: per:li.:
me=. ~
d~ de:-:~
se-'.. - _
Media Gizi & Keluarga, Juli 200 I, XXV (I ) • 85 - 95
Tabel 6. Alasan Rumahtangga dalam Mengatasi Kekurangan pangan ::... :.
Membeli makanan murah dan lIWet
I,
Makanan dapat bertaban lama
•
I
~.~~~ ~__~' __________________4 1_·_ _ ~Di=~== ~ ·~~~~I =~ wmg ~~Y!~=lg~~ ~______~~
Menlinjam uang
•
Orangnya dapat dipercaya Bayamya clapat dicicil Pasti ~ saat lagi membutuhk~
I•• • I
Diperbolehkan dengan pemilik wanm~ Semua rumahtangga sering rnelakukannya _ I• Malu bila minta ke saudara !• Mendapatkan banlU~ keluarga atau tetangga Dekat sarna saudara (saling berbagi) • Malu bila sarna orang lam _' - - - -- - - - - -----J Mengurangi makanaojaj~an ,• Biar cukup untuk di dapur I i ~-;-;--_ _ _ -: ..,----;-;_ ---;_ _ __ _ __ _ _--j' __ • _--.M:...::-~.~gi pengeluaran I• y ~g penting bisa mak~ sek.eluarga Mengurangi jumlah makanan Biar sedikit asal mak~ Seadanyasaja Membeli dengan kredit
Tabel 7_Sebaran RT Menurut Penggunaan Alat Tukar Mengatasi Kekurangan Pangan
. ._. :'--.JeIliS'A.laH: . - - tikar~ ·
~. .
!
~at~~(tenaga)
I. I.
Buruh rani Ojek I Alat tukar ~ifat biologi (bends hidup) Menjualayam
i.
:
. -1, . · .· . c~ . - !
-- _
I
3
.
4 I
I
~:~ ~bing
~ Menjual ikan
,CiwaiCD.
, n. ~% :' .,. •.: n :·
3
~
i I
i
i 1
I I
20,0 :
4 :
23,5
26,7 i 6,7 :
i °i
17,6 0,0
3
Ii
20,0
41
~:~
40
6,7 j
. toou ,
· -,..,
.. I% T' -
23,5
I
I
I 2~:; I 0,0 I I
i
l % Ii
n
71 7 I
i
I
21,9 . 21 ,9 3,1
I
7!
21,9
~ I l~:~
I
I
I 3,1 i Alat tukar bersifat rnateri (benda mati) I I i · MenjuaVmenggadaikan perhiasan 3 20,0 5 29,4 i 25 ,0 j ,_ . ___M_en~~~ · __~ __~_~_ · __~~ __________~_____3~ 1 ___20,_0~ _ : _ __2_~,___I _7 l ,_~i ___ _J_JI~_1_5~,6~1
I
Kepala rumahtangga yang pekerjaan sehari harinya sebagai petani baik di Desa Cikaroya maupun Desa Ciwalen menggunakan alat tukar fisik sebagai buruh bangllna n dan juga sebaliknya. Sementara yang sebagai ojek peke~aan sehari-harinya adalah sebagai burub tani . Empat rumahtangga di Desa Cikaroya pemah menggunakan alat tukar biologi dalam mengatasi kekurangan pangan, tiga diantaranya dengan menjual ayam dan satu rumahtangga lagi dengan menjual ikan. Pada Desa Ciwalen terdapat sembilan rumahtangga yang menggunakan alat tukar biologi dalam mengatasi kekurangan
I
I
~
I
pangan, empat rumahtangga menjuaJ ayarn, satu rumahtangga menjual kambing dan empat 1ainnya menjual kambing Dari seluruh rumahtangga tersebut menyatakan babwa alat tukar biologi itu sebagai hewan peliharaan (bukan khusus di ternak) yang bersifat sewa1ctu-waktu dapat dipertukarkan apabila baik kekurangan pangan maupun a.danya keperluan yang penting. Pada Tabel 7 dapat juga dilihat bahwa di Desa Cikaroya terdapat enam rumahtangga yang pemah melakukan penukaran bersifat materi, tiga diantaranya menjual perhiasan dan tiga lainnya menjual perabot rumahtangga seperti lemari
93
.
Medin (jizi & Keluarga, Juli 200 I, XXV (I ) • 85 - 95
pakaian dan buffet. Sedangkan di Desa Ciwalen terdapat tujuh rumahtangga yang rnenggunakan lima diantaranya menjuaJ alat tukar materi perhiasandan dua lainoya menjual perabot rumahtangga. Berdasarkan keterangan yang diperoleh perabot rumahtangga yang pemah dijual adalah satu set kursi tamu dan Dari hasil wawancara beberapa kepala rumahtangga menyatakan bahwa apabila tidak mempunyai uang, maka apa saja yang dimiliki akan dijual untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga.
KESIMPlJLAN DAN SARAN
Kesimpulan I. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata besar
anggota rumahtangga sebesar 6 orang. Rata rata usia kepala rumahtangga 37,4 tahun dan ibu rumahtangga 30,2 tahun, 81,3% kepala rumahtangga dan 87,6% ibu rumahtangga mempunyai pendidikan setingkat SD Jenis pekerjaan utarna kepala rumahtangga 50% adalah buruh tarn dan hanya 6,3% yang mempunyai pekerjaan tarnbahan sebagai pedagang. Jerns pekerjaao utama ibu rumahtangga 56,3% adalah sebagai ibu rumahtangga dan hanya 6,3 % mempunyai pekerjaan tambahan sebagai buruh tani sena 3, 1% sebagai pedagang. 2. Sebanyak 50% rumahtangga telah memiliki rumah sendiri, 9,4% memiliki sepeda, 18,8% memiliki perhiasan, 25% memiliki perhiasan, 12,5% memiliki televisi, 25% memiliki radio/tape, dan 56,3% memiliki lemarilbuffet serta 65,6% memiliki kompor. Sebanyak 18,7% rumahtangga memiliki itik, 21,9% mempunyai ayam, dan 9,4% memiliki kambing serta 6,3% memiliki ikan sebagai aset rumahtangga. 3. Rata-rata pendapatan rumahtangga contoh sebesar Rp66.297,5 1Ikapita/bulan dan sebesar 62,5% contoh berada dibawah garis kerniskinan dengan rata-rata pengeluaran pangan sebesar 73, I % sena pengeluaran non pangan sebesar 26,9% 4. Frekuensi makan rumahtangga dikedua desa relatif sarna, dimana 75% rumahtangga mempunyai frekuensi makan 2 kali sehari
94
dengan penentu menu adalah ibu rumahtangga Prioritas makan lebih diutamakan pada bayi atau anak balita sena
dasar pertimbangan penyusunan menu
sebanyak 78, 1% rumahtangga atas dasar seadanya atau disesuaikan dengan keadaan keuangan. 5. Hasil uji beda berpasangan hanya konsumsi energi yang menunjukkan perbedaan yang nyata sebelum dan setelah pemberdayaan (p=O,034). Tingkat konsumsi energj sebelum
pemberdayaan (60,9%), protein (90,5%), dan
Besi (73,5%). Tingkat konsumsi energi dan
zat gizi setelah pemberdayaan (benurut-turut •
71%, 106,7%, dan 65,3%)
6. Sebelum pemberdayaan (ingkat ketahanan pangan rumahtangga secara keseluruhan adalah tidak tahan (SKP < 6) dan setelah pemberdayaan hanya empat rumahtangga yang telah memiliki tingkat taban (SKP ~ 6). 7. Rumahtangga yang mengal ami kekurangan pangan di kedua desa eara mengatasi masalahnya relatif sarna dimana 69,8% rumahtangga memilih cara membeli dengan kredit (utang) pada warungltoko dengan alasan diperbolehkan oleh pemilik warung, semua rumah tangga sering melakukan dan maJu bila minta ke saodara. Cara yang juga senng dilakukan rumahtangga dalam mengatasi kekurangan pangan (coping mechanism) adalah mengurangi lTekuensi makan dengan alasan yang penting bisa makan sekeluarga, biar sedikit asal makan sena seadanya saja. Selain itu rumahtangga juga menggunakan alat tukar yaitu bersifat fisik sebagai buruh bangunan. buruh [ani dan
ojek, bersifut biologi dengan menjual temak
ayam, kambing, itik dan ikan , bersifat mmeri
dengan menjual atau menggadaikan perhiasan
dan perabot rumahtangga.
Pemberdayaan keluarga terhadap rumahtangga dengan kategori pra KS dan KS [ perlu diteruskan karena mempunvai dampak yang posit if pada tingkat ketahanan rumahtangga. Selain itu juga perlu dilakukan upaya peningkatan produktif ibu rumahtangga guna memanfaatkan waktu luang (misal kerajinan tangan atau jahit
de ._ .
Sw -,
kac,, bick: pal _,- mC·51
Pe .~ cie :1:::-' , oe~. :~'
DA D
lra
1
Media Gizi & KeIU8JlUl. JuJj 200 I, XXV (I) :
menjahit) beserta penyaluran atau pemasarannya dengan melibatkan pihak swasta dan Lembaga Swadaya Masyarakat. Perlu juga ditingkatkan pemberdayaan kader dan tokoh agamalmasyarakat sebagai mitra bidan desa dalam menillgkatkan pengetahuan pangan dan gjzi ibu rumahtangga serta lebih menggalakkan program keluarga berencana (KB) . Penelitian serupa perlu dilakukan lebih lanjut dengan titik pengamatan Jebih dari dua waktu dan dengan wilayah lebih luas.
DAFTAR PUSTAK<\. lrawan. PB &. A Romdiati 2000. Dampak Krisis Ekonomi Terhadap Kemiskinan dan Beberapa lmplikasinya Untuk Strategi Pembangunan. Dalam AK Seta, M. Almowidjojo. S.M. Atmojo. AB Jahari, P.B lrawan & T. Sudaryanto (Eds) , Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi vn (hlm 193-243) . UPI Jakarta. Khomsan, A 1999 Indikator ketahanan pangan dj Jawa. Media Gizi dan Keluarga, XXllJ
> - 104
199~ ~.,
Kusharto, CM" A Khomsan. E. Karsin. Madanijah, & Retnaningsih. Peningkatan kesejahteraan keluarga melalui partisipasi aktif masyarakat (fase perluasan). Media Gizi dan Keluarga, XXIJ (1), 51-58. _ _ _ _ _ _, l.Tanziha,M.Latifah & E. Mudjajanto. 2000. Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Menuju Ketahanan Pangan dan Perbaikan Gizi Melalui P artisipasi A"f..'1if Masyaraka
Latief, D Atmarita, Minarto, A Basuni & R Tilden . 2000. Konsumsi Pangan Tingkat Rumahtangga SebeJ.um dan Selama Krisis Ekonomi . Dalam AX Seta, M Atmowidjojo, S.M. Arrnojo, AB . Jahari, P .B. lrawan & 1. Sudaryanto (Eds).
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (hlm 193-243) LIPJ Jakarta
vn
Soetrisno, N. 1995 . Ketahanan pangan dunia, konsep, pengukuran dan faktor dominan Majalah Pangan. Vol. V, No. 21, him 27 33.
(1), 60-68.
95