ISSN No. 1978-3787
Media Bina Ilmiah 1
PENERAPAN PENDEKATAN SUPERVISI KOLABORATIF DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU BK DALAM MELAKSANAKAN KONSELING INDIVIDU DI SMP BINAAN MATARAM Oleh : Hj. Baiq Sumiati Pengawas Dikpora Kota Mataram Abstrak: Latar belakang Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini adalah masih banyak guru-guru BK mengalami kesulitan dalam melaksanakan proses pelaksanaan layanan konseling kepada peserta didik yang menjadi bimbingannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan pendekatan supervisi kolaboratif dapat meningkatkan kemampuan guru-guru BK pada sekolah binaan peneliti dalam melaksanakan layanan konseling kepada peserta didik yang menjadi bimbingannya. Teknik pengambilan data yang digunakan dengan observasi, evaluasi, dan dokumentasi. Sedangkan Teknik analisa data adalah deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Penerapan pendekatan supervisi kolaboratif dapat meningkatkan kemampuan guru-guru BK dalam melaksanakan layanan konseling kepada peserta didik yang menjadi bimbingannya. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis keterlaksanaan layanan bimbingan pada subyek I, II, III, dan IV adalah sebagai berikut; pada siklus I baru mencapai nilai antara 52-77 masih tergolong dalam kategori Cukup dan Baik, sedangkan pada siklus II untuk subyek I, II, III dan IV mencapai skala nilai antara 80-81 tergolong dalam kategori Amat baik, Kata Kunci:Pendekatan Supervisi Kolaboratif, konseling individu PENDAHULUAN Berbicara tentang konteks pendidikan yang selalu mengalami perubahan, pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Pasal (1) yang isinya Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah mencakup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran/bimbingan, penilaian hasil pembelajaran. Di dalam pelaksanaan proses bimbingan/layanan konseling kami selaku pengawas sekolah sudah melakukan monitoring, dan pembinaan kepada seluruh guru BK yang menjadi binaan peneliti, baik dengan cara mengadakan pertemuan- pertemuan resmi, menyelenggarakan workshop dengan mengundang nara sumber dari Dinas Dikpora, LPMP, maupun LPTK, juga dengan melakukan supervisi. Tampaknya pembinaan – pembinaan seperti itu belum mampu merubah perilaku guru untuk meningkatkan kinerjanya dengan optimal. Masih banyak guru yang memberikan bimbingan dan layanan konseling tanpa persiapan. Guru memiliki Silabus dan .... namun ketika melaksanakan bimbingan dan layanan konseling guru tidak menjadikan pedoman atau panduan, sehingga sering terjadi antara persiapan yang dipersiapkan tidak sesuai dengan pelaksanaan. Berdasarkan hasil supervisi sebelumnya ternyata masih ada beberapa guru BK mengalami kesulitan dalam melaksanakan konseling individu. Dari 55 orang
guru ternyata 30 orang (54.55%) guru yang menggunakan metode bervariasi dalam pemberian bimbingan dengan nilai 80 s.d 89 (kategori Baik sekali), sedang 25 orang (45.45%) guru masih menggunakan metode yang monoton dengan nilai antara 60 s.d 79 (kategori Baik). Alat bantu bimbingan; baru 28 orang (50.90%) guru yang menggunakan ABP dengan nilai ≥ 80 s.d 89 (kategori Baik), 23 orang (41.81%) dengan nilai 50 s.d 69 (cukup), dan 4 orang (7.27%) dengan nilai 40 s.d 49 (kategori kurang). Masih belum optimalnya kegiatan pelaksanaan konseling individu tentunya akan mempengaruhi hasil belajar peserta didik secara individual. Berdasarkan permasalahan di atas, menggugah peneliti sebagai seorang pengawas sekolah untuk menerapkan pendekatan supervisi kolaboratif dalam meningkatkan kemampuan guruguru BK di SMP binaan dalam melaksanakan konseling individu. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana pelaksanaan pendekatan supervisi kolaboratif dapat meningkatkan kemampuan guru-guru BK dalam melaksanakan konseling individu kepada peserta didik di SMP binaan. Penelitian ini bertujuan untuk: mengetahui sejauh mana pelaksanaan supervisi kolaboratif dapat meningkatkan kemampuan guru-guru BK di sekolah binaan dalam melaksanakan konseling
_____________________________________ http://www.lpsdimataram.com
Volume 10, No. 6, Juni 2016
2 Media Bina Ilmiah individu kepada peserta didik yang menjadi bimbingannya. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi guru-guru BK pada sekolah binaan dalam meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan konseling individu kepada peserta didik yang menjadi bimbingannya. Ruang lingkup penelitian ini adalah pelaksanaan supervisi kolaboratif sebagai upaya meningkatkan kemampuan guru-guru BK di sekolah binaan dalam melaksanaan konseling individu kepada peserta didik yang menjadi bimbingannya. Sahertian (2000) memberi rumusan supervisi tidak lain dari usaha memberi layanan kepada guru-guru baik secara individual maupun secara kelompok dalam usaha memperbaiki pengajaran. Dengan demikian maka kata kunci pemberi supervisi pada akhirnya ialah memberikan layanan dan bantuan kepada guru dengan tujuan untuk memperbaiki mutu proses pembelajaran. Sebab dengan terciptanya mutu proses yang optimal maka pada giliran berikutnya akan menjadi konstribusi bagi pencapaian hasil yang optimal pula. Pendekatan supervisi kolaboratif adalah cara pendekatan yang memadukan cara pendekatan direktif dan non–direktif menjadi pendekatan baru. Pada pendekatan ini baik supervisor maupun guru bersama-sama, bersepakat untuk menetapkan struktur, proses dan kriteria dalam melaksanakan proses percakapan terhadap masalah yang dihadapi guru. Dengan demikian pendekatan dalam supervisi berhubungan pada dua arah. Dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Perilaku supervisor adalah sebagai berikut: menyajikan, menjelaskan, mendengarkan, memecahkan masalah, dan negosiasi (PPTKBPSDMP PMP, 2011) Soedjono (2001) menjelaskan pembelajaran sebagai kegiatan sadar dan disengaja, mengandung beberapa alasan bagi upaya pengembangan sumber daya manusia. Adapun alasan – alasan itu menurutnya adalah pertama, bahwa kehidupan manusia merupakan proses dan pengalaman belajar, kedua pembelajaran merupakan upaya pemecahan masalah yang selalu muncul dalam kehidupan manusia dan ketiga, pembelajaran adalah kegiatan untuk menumbuhkan proses belajar untuk belajar. Akan tetapi Usman (2002) memberi konsep yang lebih menekankan pada adanya serangkaian perbuatan guru dan peserta didik atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi yang terjadi di dalam proses pembelajaran tidak hanya hubungan antara guru dan peserta didik, bukan hanya berupa upaya _____________________________________________ Volume 10, No. 6, Juni 2016
ISSN No. 1978-3787 penyampaian berbagai materi akan tetapi juga termasuk penanaman sikap dan nilai – nilai atau dengan kata lain pembentukan dan pengembangan afeksi. Hal ini sejalan dengan konsep yang disampaikan oleh Pidarta (1997) bahwa proses pendidikan itu seyogyanya dapat mengembangkan tiga ranah kependidikan secara proposional yakni pengembangan kognisi, afeksi, dan psikomotorik. Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa pembelajaran dapat berlangsung apabila terjadi interaksi antara yang dilakukan dengan rancangan dan tujuan tertentu, berlangsung dalam situasi edukatif dengan menggunakan metode, media, dan berbagai sarana lainnya. Dari definisi yang dikemukakan oleh para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan pembelajaran adalah proses membuat orang melakukan belajar sesuai dengan rancangan. Interaksi timbal balik merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses pembelajaran. Hipotesis tindakan: ”Penerapan pendekatan supervisi kolaboratif dapat meningkatkan kemampuan guru-guru BK di SMP binaan dalam melaksanakan konseling individu pada Semester I Tahun Pelajaran 2015/2016.” METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Sekolah yang dilaksanakan secara kolaboratif dengan melibatkan kepala sekolah pembina sebagai observer. Penelitian dilakukan di SMP yang menjadi subyek penelitian yakni Negeri 6 Mataram, SMP Negeri 2 Mataram, SMP Negeri 1 Mataram, dan SMP Negeri 15 Mataram. Waktu pelaksanaan PTS selama 5 bulan dari bulan Agustus sampai dengan Desember 2015. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Sekolah yang terdiri dari dua siklus dimana tiap siklus dilaksanakan melalui tahapan refleksi awal, perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi sesuai dengan faktor-faktor yang diselidiki. a.
Perencanaan
Pada tahap awal pengawas sekolah mengidentifikasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru berdasarkan hasil supervisi sebelumnya. Pengawas sekolah dalam hal ini peneliti dan kepala sekolah sebagai observer bersama dengan guru berdiskusi untuk menyusun rencana yang akan dilakukan untuk memperbaiki kekurangan guru dalam proses bimbingan. Kekurangan tersebut muncul akibat berbagai kesulitan yang dihadapi. Kesulitan-kesulitan tersebut kemudian dicermati dan dianalisis untuk menemukan hal-hal yang menjadi penyebab munculnya masalah tersebut.
http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787 Secara rinci dapat dijelaskan kegiatan yang dilaksanakan pada tahap perencanaan adalah: (1) Menyusun skenario untuk setiap siklus dan pertemuan , (2) Mengembangkan instrumen Lembar Observasi untuk melihat aktivitas guru di kelas/di ruang konseling, (3) Mengembangkan instrumen Lembar Observasi untuk melihat aktivitas peneliti, (4) Menyiapkan daftar hadir responden, (5) Mengisi jurnal kegiatan pembelajaran berupa catatan tentang berbagai hal yang muncul saat tindakan pembimbingan berlangsung bagi aktivitas guru, (6) Menyiapkan alat dokumentasi berupa kamera. b.
Pelaksanaan
Hal-hal yang dilakukan pada tahap pelaksanaan tindakan ini yaitu melaksanakan pengamatan dengan menggunakan instrumen di kelas/di ruang konseling dengan menggunakan instrumen/lembar observasi sesuai dengan rencana yang telah dituangkan dalam scenario. c.
Pengamatan/Observasi
Selama pelaksanaan tindakan diadakan observasi, dalam observasi ini akan diamati kegiatan guru yang tampak selama proses pembimbingan serta apakah kegiatan pembimbingan dilaksanakan sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah dibuat. Semua kegiatan selama proses pembimbingan tersebut dicatat dalam lembar observasi yang telah disiapkan. d.
Media Bina Ilmiah 3 Hasil Penilaian =
Jumlah nilai riil x100 Jumlah nilai ideal
Hasil Penilaian = ………… x 100 = …………. Jumlah Nilai Ideal = 100 Kategori Penilaian 90 s/d 100 = Sangat Baik Sekali 80 s/d 89 = Baik Sekali 60 s/d 79 = Baik 50 s/d 69 = Cukup 40 s/d 49 = Kurang < 40 = Kurang Sekali Adapun indikator kinerja ditetapkan sebagai berikut: kemampuan guru dalam melaksanakan konseling individu dikatakan meningkat bila hasil supervisi kolaboratif menunjukkan rata-rata keseluruhan ≥ 90 dengan kategori Baik Sekali. HASIL PENELITIAN a.
Hasil Penelitian
1.
Hasil penelitian Siklus I Hasil Observasi Pelaksanaan Pembimbingan
Proses
Tabel 1. Data Hasil Observasi Pelaksanaan Proses Konseling Individu
Refleksi
Refleksi dilakukan pada akhir siklus. Pada tahap ini, peneliti bersama guru mengkaji pelaksanaan dan hasil yang diperoleh dalam pemberian tindakan tiap siklusnya. Sebagai acuan dalam refleksi ini digunakan sebagai dasar untuk memperbaiki serta menyempurnakan perencanaan dan pelaksanaan tindakan pada siklus selanjutnya. Pengumpulan data dilakukan dengan merekam pelaksanaan tindakan dan dampaknya terhadap peningkatan guru dalam melaksanakan konseling individu. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan nilai rata-rata variabelvariabelnya, yakni capaian kemampuan dan peningkatan guru-guru BK dalam melaksanakan konseling individu. Sebagai variabel tindakan adalah penerapan pendekatan supervisi kolaboratif dan variabel harapan adalah aktivitas guru dalam hal ini keterlaksanaan konseling individu . Untuk mengukur kemampuan guru dalam melaksanakan konseling individu adalah dengan cara:
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dari 4 orang responden ada 1 orang (25%) responden yang memperoleh rata-rata 60 dengan kategori cukup, 2 orang (50%) yang telah memperoleh nilai rata-rata 73.33 dengan kategori Baik dan sebanyak 1 orang (25%) memperoleh nilai 80 dengan kategori baik Sekali. Meskipun ada 1 orang responden yang memperoleh nilai dengan kategori sangat baik, namun apabila dilihat dari Indikator Kinerja maka dari ke 4 responden tewrsebut belum memenuhi. Pencapaian rata-rata nilai pada siklus I dari 3 aspek penilaian baru mencapai 71.67. 2.
Hasil Penelitian Siklus II
Data Hasil Observasi Pelaksanaan Proses Pembelajaran
_____________________________________ http://www.lpsdimataram.com
Volume 10, No. 6, Juni 2016
4 Media Bina Ilmiah
ISSN No. 1978-3787
Tabel 2. Data Hasil Observasi Pelaksanaan Proses Pembelajaran
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dari 4 orang responden 4 orang (100%) yang telah memperoleh nilai ≥80%, dengan nilai rata-rata dari 3 aspek penilaian mencapai 94.99 dengan kategori Baik Sekali. b.
Pembahasan
Berdasarkan analisis data hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pendekatan supervisi kolaboratif dapat meningkatkan kemampuan guru-guru BK di sekolah binaan dalam melaksanakan proses bimbingan kepada peserta didik yang menjadi bimbingannya. Tabel 3. Perbandingan Hasil Observasi Siklus I dan II Kode Subyek A B C D Jumlah: Rerata:
Rerata Siklus I 60.00 73.33 73.33 80.00 286.66 71.67
Rerata Siklus I 93.33 100 93.33 93.33 379.99 94.99
Persentase Peningkatan 33.33% 26.67% 20% 13.33%
persiapan. Sebelum masuk kelas kepala sekolah bertemu terlebih dahulu dengan guru untuk menanyakan perangkat mengajarnya. Setelah itu guru BK melaksanakan konseling dan kepala sekolah masuk bersama peneliti untuk melakukan observasi dari awal sampai akhir pelaksanaan konseling. Pengamatan dilakukan secara umum dan terfokus untuk melihat bagaimana guru BK melaksanakan Konseling individu sesuai dengan perencanaan dan kesepakatan awal. Untuk merekam seluruh kegiatan pengawas sekolah bersama kepala sekolah menggunakan alat observasi. Berdasarkan hasil pengamatan, maka dapat dijelaskan bahwa pada siklus I untuk ke empat subyek memperoleh skor diantara 9-12 dengan kategori brevariasi yakni ada yang Cukup, Baik, dan Sangat baik. Pada siklus I ini berdasarkan catatan pada tahap persiapan masih banyak yang harus diperbaiki. Untuk Subyek A pada tahap awal konseling masih ada yang belum dilaksanakan yakni pada poin b dan c. Guru belum memperjelas dan mendefinisikan masalah secara tegas dan guru lupa membuat penaksiran terhadap kasus yang dihadapi oleh peserta didik. Untuk tahap pertengahan yang masih kurang adalah point a, dan c yakni guru kurang mengeksplorasi masalah dan isu, dan pelaksanaan konseling tidak sesuai dengan kontrak awal. Untuk subyek B sbegitu juga dengna ti tbelum memiliki silabus dan Rencana Pelaksanaan Layanan sehingga langkahlangkah yang harus dilakukan pada saat melaksaan konseling kurang terarah. Untuk subyek B, C, dan D yang masih perlu diperbaiki adalah pada tahap awal konseling rata-rata ketiga subyek tidakan melakukan negosiasi kontrak, pada tahap pertengahan kurang mengeksplorasi masalah dan isu yang dihadapi peserta didik, dan pada tahap akhir konseling ketiga subyek mengakhiri kegiatan konseling begitu saja tanpa meminta persetujuan klien tewrlebih dahulu. Berdasarkan hasil refleksi di atas peneliti bersama observer merancang kegiatan untuk siklus II. Hasil pada siklus II ketercapaian keterlaksanaan variabel harapan pada subyek A 93.33, B 100, C 93.33, dan subyek D 93.33. Jadi ke 4 subyek telah mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan yakni≥ 90.
Hasil pada siklus I ketercapaian keterlaksanaan variabel harapan pada subyek A 60, B 73.33, C 73.33, dan subyek D 80. Jadi belum mencapai indikator kinerja yakni ≥ 90. Berdasarkan data tersebut dapat dijelaskan bahwa pada siklus I untuk keterlaksanaan konseling kelompok pada ke empat subyek penelitian belum tercapai, maka pelaksanaan kegiatan tindakan dilanjutkan ke siklus II dengan melakukan perbaikan-perbaikan seperti yang disarankan oleh observer baik pada tahap pertemuan tahap awal konseling, tahap pertengahan, dan tahap akhir konseling. Setelah dilaksanakan siklus II ternyata ke empat orang subyek telah mencapai indikator kinerja. Pada siklus I kegiatan observasi keterlaksanaan PBM yang dilakukan kepala sekolah pada subyek A, B, C, dan D masih banyak hal-hal yang harus diperbaiki. Berdasarkan hasil refleksi siklus I kepala sekolah telah membuat
Penerapan pendekatan Supervisi Kolaboratif dapat meningkatkan kemampuan guru-guru BK dalam melaksanakan konseling individu. Ini dapat di lihat dari hasil analisis keterlaksanaan supervisi kolaboratif maupun pelaksanaan konseling individu kepada klien dalam hal ini peserta didik
_____________________________________________ Volume 10, No. 6, Juni 2016
http://www.lpsdimataram.com
PENUTUP a.
Simpulan
ISSN No. 1978-3787 dari masing-masing responden selama siklus I dan II. Hasil pada siklus I ketercapaian keterlaksanaan guru dalam melaksanakan pada subyek A 60, B 73.33, C 73.33, dan subyek D 80. Jadi belum mencapai indikator kinerja yakni ≥ 90dan pada siklus II pada subyek A 93.33, B 100, C 93.33, dan subyek D 93.33. Jadi ke 4 subyek telah mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan yakni≥ 90. b.
Saran
Pendekatan Supervisi kolaboratif adalah supervisi yang yang memadukan cara pendekatan direktif dan non–direktif, maka dalam penerapannya hendaknya antara pengawas sekolah dan guru bersepakat untuk menetapkan struktur, proses dan kriteria dalam melaksanakan proses percakapan terhadap masalah yang dihadapi guru. Dengan demikian pendekatan dalam supervisi berhubungan pada dua arah. Dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Perilaku supervisor adalah sebagai berikut: menyajikan, menjelaskan, mendengarkan, memecahkan masalah, dan negosiasi. DAFTAR PUSTAKA Djamarah, Syaiful Bahri, 2000 a. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta : Rineka Cipta.
Media Bina Ilmiah 5 Pidarta, Made. (1997) a. Landasan Kependidikan. Jakarta : Rineka Cipta. _________ (1999) b. Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan. Jakarta : Bumi aksara Pohan, W. James dan Baker, Eva L. (2000). Teknik Mengajar Secara Sistematik. Jakarta : Rineka Cipta. Purwanto, Ngalim M. (2001) a. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosda Karya. _________ (2001) b. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung : Remaja Rosda Karya. Riyanto,
Yatim. (2001) a. Landasan Pembelajaran. Surabaya : Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya.
Sahertian,A. Piet. (2000). Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta. Usman, Moh. Uzer. (2002). Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaja Rosda Karya
_______, 2002 b. Strategi Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
_____________________________________ http://www.lpsdimataram.com
Volume 10, No. 6, Juni 2016