NUGROHO - Jurnal Ilmiah Pendididkan ISSN : 2354-5968
(Hal: 90-96 )
PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS SEJARAH MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF STAD DAN PENGAJARAN LANGSUNG DI MI AL – HIKAM GEGER MADIUN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 (PENELITIAN KUANTITATIF)
Marsini Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar STKIP Doktor Nugroho Magetan
Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan menjawab beberapa pertanyaan terkait banyaknya model pembelajaran yang sudah ada dan berkembang di Indonesia dan menjawab hasil belajar khususnya mata pelajaran IPS Sejarah yang tergolong rendah. Bermacam – macam model pembelajaran yang sudah di kembangkan ternyata tidak serta merta mampu mengubah hasil belajar siswa. Pembelajran langsung yang sering di gunakan di dalam pembelajaran mengakibatkan guru tidak mau membuat variasi model pembelajaran yang baru, sehingga hasil belajar terlihat tidak berkembang. Model STAD di tawarkan untuk menjadi variasi di dalam pembelajaran agar hasil belajar bisa ditingkatkan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang dilakukan pada bulan September – oktober 2013. Peneliti sengaja menimbulkan perlakuan untuk di teliti akibat dari perlakuan tersebut. Dalam penelitian ini peneliti melakukan perlakuan khusus yaitu dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dan pengajaran langsung yang kemudian akan di kaji akibat dari kedua pembelajaran tersebut terhadap hasil belajar. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan penerapan model kooperatif tipe STAD dan pengajaran langsung dengan materi dan tes yang sama Dari hasil yang telah dilakukan dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa penggunaan model kooperatif tipe STAD tidak lebih baik di bandingkan dengan model pengajran langsung. Hal ini juga berarti model pembelajaran dengan tipe STAD sama baiknya dengan pengajaran langsung. Kata Kunci : Model kooperatif tipe STAD, pengajaran langsung dan hasil belajar IPS Sejarah.
Abstact This research was conducted to find out and answer some questions related to the number of existing models of learning and growing in Indonesia and answer learning outcomes, especially social studies history is low. Wide - range of learning models that have been developed are not necessarily able to change student learning outcomes. Direct instruction which is often used in the study resulted in the teacher does not want to make a variation of new models of learning, so that learning outcomes do not appear to develop. STAD model on offer to be a variation on the learning to the learning outcomes can be improved. This research is a quantitative study conducted in September - October 2013. The researcher intentionally cause the treatment to be investigated as a result of such treatment. In this study, researchers conducts a special treatment by using cooperative learning Student Teams Achievement Divisions (STAD) and the direct instruction which will then be examined as a result of both the models on learning outcomes. This study was conducted to compare the implementation of cooperative learning STAD models and direct instruction in the same material and test From the results that have been done and based on all the discussion and analysis that has been done can be concluded that the use of STAD cooperative model is not better in comparison with direct instruction models. It also means learning model with STAD as good as direct instruction. Key words: cooperative model Student Teams Achievement Divisions (STAD), direct instruction and social historical.
90 Volume 02, Number 02, November 2014
NUGROHO - Jurnal Ilmiah Pendididkan ISSN : 2354-5968
PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan menjawab beberapa pertanyaan terkait banyaknya model pembelajaran yang sudah ada dan berkembang di Indonesia dan menjawab hasil belajar khususnya mata pelajaran IPS Sejarah yang tergolong rendah. Bermacam – macam model pembelajaran yang sudah di kembangkan ternyata tidak serta merta mampu mengubah hasil belajar siswa.hal ini dikarenakan sudah adanya anggapan bahwa IPS Sejarah sulit. Pemilihan model pembelajaran yang tidak sesuai dengan pembahasan materi akan sangat mempengaruhi hasil belajar siswa pada materi tersebut. Apalagi keberadaan guru yang mempraktikan model atau pendekatan baru tersebut kurang mampu menyesuaikan model atau pendekatan pembelajaran dengan materi yang diajarkan. Melihat beberapa permasalahan dilapangan, diantaranya banyak guru yang sulit mempraktikkan penggunaan model atau pendekatan yang baru diterima baik dari seminar lokakarya maupun workshop, maka kebanyakan dari mereka akan kembali menggunakan model pembelajaran langsung dengan ceramah. Hal ini dikarenakan, guru menganggap model pembelajaran apapun yang di gunakan akan sama saja hasilnya, dan dengan menggunakan model pembelajaran langsung melalui ceramah guru tidak perlu banyak mengusahakan waktu dalam menyiapkan perangkat pembelajaran. Sebenarnya, ada beberapa model pembelajaran yang bisa di kembangkan dan di gunakan di sekolah sebagai fariasi di dalam pembelajaran tanpa guru harus mempersiapkan perangkat pembelajaran terlalu banyak. Model – model pembelajaran tersebut diantaranya adalah model pembelajaran kooperatif. Dengan menggunakan pembelajaran kooperatif siswa diharapkan mampu bekerjasama, berkomunikasi dan menyelesaikan tugas yang diberikan dengan baik. Hal ini dikarenakan pola pencapaian tujuan dalam pembelajaran kooperatif digambarkan seperti dua orang yang memikul balok. Balok akan dapat dipikul bersama–sama jika dan hanya jika kedua orang tersebut berhasil memikulnya, kegagalan salah satu saja
(Hal: 90-96 )
dari ke dua orang itu berarti kegagalan keduanya, demikian halnya dengan tujuan yang akan dicapai oleh suatu kelompok siswa, tujuan akan tercapai jika anggota kelompok mencapai tujuanya secara bersama–sama (Ibrahim, 2000:4). Banyak sekali tipe dari model pembelajaran kooperatif akan tetapi menurut peneliti, model kooperatif yang penggunaan nya hampir mirip dengan pengajaran langsung adalah model kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD). Dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD di harapkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS Sejarah dapat di tingkatkan. Sesuai dengan permasalahan yang sudah di paparkan diatas atas maka penelitian ini akan membahas mengenai penggunaan model kooperatif tipe STAD dan penggunan model pengajaran langsung pada pokok bahasan pahlawan revolusi, dan akan membandingkan antara pembelajaran kooperatif tipe STAD dan pengajaran langsung mana yang lebih bisa memberikan hasil belajar yang lebih baik. Oleh karena itu, penelitian ini berjudul Perbandingan Hasil Belajar IPS Sejarah Menggunakan Model Kooperatif STAD Dan Pengajaran Langsung Di MI Al – Hikam Geger Madiun Tahun Pelajaran 2013/2014 Rumusan Masalah Apakah penggunan model kooperatif tipe STAD lebih baik daripada pengajaran langsung di MI Al Hikam Geger Madiun tahun pelajaran 2013/2014 pada pokok bahasan pahlawan revolusi? Tujuan Penelitian Mengetahui apakah penggunaan model kooperatif tipe STAD lebih baik daripada pengajaran langsung di MI Al Hikam Geger Madiun tahun pelajaran 2013/2014 pada pokok bahasan pahlawan revolusi. METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di MI Al Hikam Kecmatan Geger Kabupaten Madiun tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 pada bulan Sepember - Oktober 2013
91 Volume 02, Number 02, November 2014
NUGROHO - Jurnal Ilmiah Pendididkan ISSN : 2354-5968
Metode dan Desain Penelitian Metode Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Suharsimi Arikunto (2002:3) menyebutkan, eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan klausal) antara dua faktor yang sengaja di timbulkan oleh peneliti dengan mengeliminir, mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor yang lain yang bisa mengganggu. Dari pendapat di depan disimpulkan eksperimen dilakukan dengan tujuan untuk melihat akibat dari perlakuan. Peneliti sengaja menimbulkan perlakuan untuk di teliti akibat dari perlakuan tersebut. Dalam penelitian ini peneliti melakukan perlakuan khusus yaitu dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dan pengajaran langsung yang kemudian akan di kaji akibat dari kedua pembelajaran tersebut terhadap hasil belajar. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan penerapan model kooperatif tipe STAD dan pengajaran langsung dengan materi dan tes yang sama. Penelitian ini termasuk dalam kelompok penelitian kuantitatif, sehingga dalam penelitian ini peneliti mengelompokkan data menjadi dua kelompok. Kelompok pertama disebut kelompok eksperimen yaitu kelas yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan kelompok kedua disebut kelompok kontrol yaitu kelas yang diajar dengan pengajaran langsung. Hubungan dalam penelitian tergantung pada variabel-variabel yang diteliti. Sugiyono (2007:38) menyebutkan dalam penelitian kuantitatif peneliti melakukan pengukuran terhadap keberadaan suatu variabel dengan menggunakan instrumen penelitian dan kemudian mencari hubungan satu variabel dengan variabel yang lain. Jadi variabel merupakan gejala yang menjadi fokus untuk diteliti, variabel itu sebagai atribut dari sekelompok orang atau objek yang mempunyai variasi antara satu dengan yang lainya. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut. a. Variabel Bebas Sugiyono (2007:39) menyebutkan variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab
(Hal: 90-96 )
timbulnya atau berubahnya variabel terikat. Jadi variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah pembelajaran IPS Sejarah dengan menggunakan Model Student Teams Achievement Divisions (STAD) dan pengajaran langsung b. Variabel Terikat Sugiyono (2007:39) menyebutkan Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah hasil belajar siswa berupa skor hasil tes yang dilakukan peneliti setelah melakukan pembelajaran IPS Sejarah. Teknik Sampling Teknik pengambilan sampel yang digunakan peneliti adalah dengan menggunakan teknik random Cluster Sampling. Menurut Nasution (2004:86) Sampling adalah memilih sejumlah tertentu dari keseluruhan populasi dan Random sampling adalah bahwa setiap unsur dari keseluruhan populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih selain itu kesempatan itu harus independen artinya kesempatan bagi suatu unsur untuk dipilih tidak mempengaruhi kesempatan unsur-unsur lain untuk dipilih. Menurut Suharsimi Arikunto (2002:119) yang dimaksud Cluster adalah kelompok-kelompok yang bukan merupakan strata. Karena yang menjadi subjek penelitian adalah kelompok atau kelas dalam suatu sekolah dan merupakan populasi yang homogen maka peneliti menganggap teknik pengambilan sampel dengan cara Random dan Cluster Sampling adalah yang paling tepat. Langkah-langkah yang dilakukan untuk pengambilan sampel adalah sebagai berikut. a. Mengambil 2 lembar kertas dan ditulis A, B kemudian digulung dan dimaksukkan ke dalam kotak undian. b. Dari dalam kotak undian diambil kertas gulungan satu per satu secara acak. Sebelum pengambilan, disepakati yang terambil pertama sebagai kelompok eksperimen dan yang terambil kedua dijadikan sebagai kelas kontrol.
92 Volume 02, Number 02, November 2014
NUGROHO - Jurnal Ilmiah Pendididkan ISSN : 2354-5968
(Hal: 90-96 )
c. Setelah dilakukan undian, ternyata yang
H 0 ditolak jika harga statistik uji L ada di
terambil pertama adalah kelas VI A, sedangkan yang terambil kedua adalah kelas VI B.
dalam daerah kritik. H 0 tidak ditolak (diterima) jika harga statistik uji L ada di luar daerah kritik. Bila H 0 ditolak berarti
Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti menggunakan metode tes. Tes yang diberikan adalah soal – soal objektif kumpulan dari peneliti yang di peroleh dari kumpulan soal – soal UASBN beberapa tahun terakhir sehingga peneliti berkesimpulan soal tes tersebut valid dan reliable, sehingga tidak dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Tes di berikan di akhir pembelajaran setelah kedua kelas diajar dengan pokok bahasan yang sama dengan model pembelajaran yang berbeda. Kelas VI A diajar dengan model koopertif STAD dan kelas VI B diajar dengan model pengajaran langsung. Analisis Data Uji Normalitas Menurut Budiyono (2009:207), persyaratan normalitas populasi harus dipenuhi karena analisis variansi pada dasarnya adalah uji beda rataan. Menurut Budiyono (2009:170) uji normalitas dengan metode Lilliefors digunakan apabila datanya tidak dalam distribusi frekuensi data bergolong. Data pada penelitian ini tidak dalam distribusi frekuensi data bergolong. Oleh karena itu, metode Lilliefors digunakan untuk uji normalitas. Berikut langkah-langkah metode Lilliefors: 1). Hipotesis:
H 0 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal 2). Taraf signifikansi: 0,01 3). Statistik uji: Lobs = Maks |F(Zi)-S(Zi)| dengan: F(Zi) = P(ZZi), Z ~ N(0,1), Zi = skor terstandar untuk Xi S(Zi) = proporsi banyaknya Z Zi terhadap banyaknya Zi s = deviasai standar 4). Daerah kritik: DK = { L | L > Ltabel } 5). Keputusan uji:
sampel
berasal
dari
populasi
berdistribusi normal. Bila
yang
H 0 tidak
ditolak (diterima) berarti sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal Uji Homogenitas Menurut Budiyono (2009:207), homogenitas variansi populasi harus dipenuhi sebab di dalam analisis variansi ini dihitung variansi gabungan (pooled variance) dari variansi-variansi kelompok. Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui bahwa populasi-populasi mempunyai variansi sama. Menurut Winer dalam Budiyono (2009:174), metode Barlett yang dapat digunakan untuk uji homogenitas adalah sebagai berikut: 1). Hipotesis:
H 0 : i j (variansi populasi sama atau 2
2
populasi homogen)
H1 : i j (variansi populasi tidak 2
2
sama atau tidak homogen) 2). Taraf signifikansi: 0,05 3).Statistik uji:
2
2.203 ( f log RKG f j log s 2j ) ~ (2k 1) c
dengan: k = banyak populasi; N = banyak seluruh nilai; nj = ukuran sampel ke-j; j = 1, 2, 3;
f j n j 1
f N k fj
(derajat
kebebasan
RKG)
1 1 1 ; 3(k 1) f j f SS j RKG fj
c 1
93 Volume 02, Number 02, November 2014
NUGROHO - Jurnal Ilmiah Pendididkan ISSN : 2354-5968
X
(Hal: 90-96 )
2
SS j X
2 j
(n j 1) s
j
nj
4). Daerah kritik
DK 2 2 2( )( k 1)
2 j
x1 x 2
t,
s1
2
(Sudjana, 1996:241)
2
s 2 n2 n1
H 0 ditolak jika harga statistik uji 2
e. Menentukan kriteria pengujian Sudjana (1996:239) menjelaskan, “Statistik berdistribusi student dengan dk =
ada di dalam daerah kritik. H 0 tidak
n1 n2 2 ,
kriteria pengujianya terima
ditolak (diterima) jika harga statistik uji
H 0 jika t1 1
5). Keputusan uji:
2
ada di luar daerah kritik. Bila H 0
2
t t1 1
, dimana
2
didapat dari daftar distribusi t dengan
ditolak berarti populasi tidak homogen.
t1 1
Bila H 0 tidak ditolak (diterima) berarti
dk =
variansi-variansi populasi sama atau populasi homogen.
untuk harga-harga t lainya H 0 ditolak.
Uji Hipotesis Langkah-langkah uji hipotesis a. H 0 : 1
2 (Penggunaan model STAD
dalam pembelajaran IPS Sejarah tidak lebih baik dari pengjaran langsung) b.
Jika Variansinya heterogen rumus yang digunakan:
H 1 : 1 2 (Penggunaan model STAD
dalam pembelajaran IPS Sejarah lebih baik daripada pengajaran langsung) c. Menentukan taraf signifikan ( = 0,05) d. Menentukan statistik uji t Jika varians nya homogen digunakan rumus:
x1 x 2
t s
1 1 n1 n2 (Sudjana, 1996:239)
s2
n1 1s12 n2 1s2 2 n1 n2 2
(Sudjana, 1996:239) Keterangan:
x1 = Mean sampel kelas eksperimen x 2 = Mean sampel kelas kontrol
2
n1 n2 2 dan peluang 1 1 2 ,
f. Menarik kesimpulan
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil uji Normalitas
H 0 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal 2). Taraf signifikansi: 0,01 3). Statistik uji: Uji Normalita n Lobs s Kelas 1 0,18 Kontrol 9 54 Kelas Eksperim en
2 0
0,16 10
L0,01;n 0,235 0 0,231 0
Keputu san H0 diterim a H0 diterim a
Kes imp ulan Nor mal Nor mal
4). Daerah kritik: DK = { L | L > Ltabel } 5). Keputusan uji: H0 diterima Ini berarti, masing-masing sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
2
s1 = Varian sampel eksperimen 2
s 2 = Varians sampel kontrol
94 Volume 02, Number 02, November 2014
NUGROHO - Jurnal Ilmiah Pendididkan ISSN : 2354-5968
(Hal: 90-96 )
Hasil Uji Homogenitas Uji Kesi 02.05:k Keput mpul 2 Homoge k obs usan nitas an Pembelaj H0 0,0293 3,841 Hom aran 1 diteri 71 ogen ma Berdasarkan tabel di atas, untuk masingmasing uji normalitas
2 2 < 0, 05:k , obs
sehingga H0 diterima. Ini berarti, populasipopulasi mempunyai variansi sama atau populasi homogen. Hasil Uji Hipotesis a. H 0 : 1
2 (Penggunaan model STAD
dalam pembelajaran IPS Sejarah tidak lebih baik dari pengjaran langsung)
H 1 : 1 2
(Penggunaan
model
STAD
dalam pembelajaran IPS Sejarah lebih baik daripada pengajaran langsung) b. Menentukan taraf signifikan ( = 0,01) c. Menentukan statistik uji z
Z
X1 X 2
21 2 2 2 2 1
(budiyono, 2009:156) Keterangan:
x1 = Mean sampel kelas eksperimen x 2 = Mean sampel kelas kontrol
1 2 = Varian sampel eksperimen
2 2 = Varians sampel kontrol d.
Komputasi
Z
72,5 69,21
109,2105 100,731 20 19 3,289 3,2805 1,002 e.
Menentukan daerah kritis
z 0,01 2,327
DK=
zIz 2,327
z obs 1,002 DK f. g.
Keputusan uji: H0Diterima Kesimpulan: Penggunaan model STAD dalam pembelajaran tidak lebih baik dari pengajaran langsung.
Pembahasan Dari hasil uji hipotesis di dapat bahwa pengajaran dengan model STAD tidak lebih baik dari pengjaran langsung pada pokok bahasan pahlawan revolusi. Hal ini tidak sesuai dengan kajian teori yang menyatakan bahwa model kooperatif STAD lebih baik di bandingkan kan dengan pengajaran langsung. Beberapa hal yang mungkin mempengaruhi hal tersebut adalah a. Peneliti kurang bisa menggunakan model STAD dengan tepat b. Pokok bahasan yang di gunakan memungkinkan lebih cocok dengan menggunakan model pengajaran langsung c. Pada saat pos test banyak siswa yang melakukanya dengan mencontek pekerjaan temanya
PENUTUP Kesimpulan Dari hasil kegiatan penelitian yang telah dilakukan dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan: Bahwa penggunaan model kooperatif tipe STAD tidak lebih baik di bandingkan dengan model pengajaran langsung. Hal ini juga berarti model pembelajaran dengan tipe STAD sama baiknya dengan pengajaran langsung. Saran Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar IPS Sejarah lebih efektif dan lebih memberikan hasil belajar yang maksimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut: 1. Sebaiknya guru memilih model pengajaran yang paling sesuai dengan pokok bahasan yang akan diajarkan
95 Volume 02, Number 02, November 2014
NUGROHO - Jurnal Ilmiah Pendididkan ISSN : 2354-5968
2.
Sebaiknya guru tidak mengklaim bahwa model pembelajaran yang di gunakan adalah model pembelajaran yang terbaik sehingga guru mampu menggunakan beberapa model pembelajaran agar pembelajaran yang di sampaikan kepada siswa dapat bervariasi.
(Hal: 90-96 )
Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning theory research and Practice. Terjemahan oleh Nurulita.2008. Bandung: Nusa Media Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfa Beta
DAFTAR PUSTAKA Anita lie. 2008. Cooperative Learning. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia Baharudin dan Esa Nur Wahyuni. 2007. Teori Belajar & pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz media Budiyono. 2009. Statistika Untuk Penelitian. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Hamalik,
Oemar. 2006. Proses Belajar Menngajar. Bandung: Bumi Aksara
Mulyono Abdurrahman.1999. pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta Muslimin
Ibrahim. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA University Pers
Nasution. 2004. Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara Reni
Akbar~Hadawai. 2006. Akselerasi. Jakarta: PT.Gramedia widiasarana Indonesia
Sardulo Gembong. 2009. Pendekatan, metode dan teknik pembelajaran. Makalah disajikan dalam seminar nasional Inovasi pembelajaran berbasis PTK di IKIP PGRI Madiun, Madiun, 25 Januari 2009 Slameto. 2003. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Asdi Mahasatya Sudjana, Nana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdikarya Sudjana. 1996. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito
96 Volume 02, Number 02, November 2014