MODEL KOMUNIKASI KELUARGA DALAM RANGKA REHABILTASI ANAK DI PENJARA ANAK PEREMPUAN; STUDI EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KELUARGA UNTUK PENYEMBUHAN ANAK NARKOBA DI PENJARA TANGERANG (Ringkasan Laporan Hasil Penelitian Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Penelitian SPPK 0131/SP2H/PKM/DP2M/I/2010, DIPA0041/023-04.1/-/2010, 31 Desember 2009) Maria Mathildis Ogur Tantri br. Tarigan Bintang Maria Tinambunan Edy Siswoyo
PENDAHULUAN Latar Belakang masalah : Dalam berinteraksi manusia membutuhkan proses komunikasi yang baik supaya terjadi keseimbangan hidup antara satu dengan yang lain. Komunikasi tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia, baik itu anak kecil sampai orang dewasa pasti membutuhkan komunikasi. Komunikasi adalah hal yang sangat penting didalam keluarga yang fungsinya sebagai perekat keluarga. Bila rumah sudah menjadi tempat yang memberikan kesejukan untuk anak-anak maka kemanapun anak pergi rumah tetap menjadi referensi utama bagi anak. Kesejukan itulah yang perlu dibangun oleh orang tua melalui komunikasi tanpa kekerasan. Dari beberapa penelitian yang sudah dilakukan dan disepakati bahwa membangun jalinan komunikasi intens antara orang tua dan anak merupakan alat ampuh untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan seperti penggunaan obat terlarang antara lain Narkoba yang sekarang ini menjadi bahaya untuk anak-anak dan kaum remaja khususnya anak perempuan . Mengenal anak adalah langkah pertama umtuk membangun hubungan dengan anak, dan mencakup pengenalan akan kepribadian dan kondisi psikologis dan emosi anak. Dalam banyak situasi, orang tua merasa mengenal anak, tapi hal-hal yang dikenal orang tuanya cenderung tidak lagi cocok dengan kondisi anak terkini. Hal ini dapat ditempuh melalui komunikasi dan terlibat aktif dalam kehidupan anak. 18
Mulai dari hal-hal kecil yakni anak merasa diperhatikan dan dihargai seperti membawakan makanan saat anak berkumpul dengan temantemannya dan duduk bersama mereka sambil cerita. Suatu survei menyatakan tradisi makan bersama meningkatkan hubungan antara anak dan orang tua berarti menguragi resiko anak jatuh dalam narkoba. Kenyataan yang terjadi bahwa, komunikasi antara orangtua dan anak terdapat gangguan-gangguan, yaitu terbatasnya waktu, media yang tidak berfungsi dengan baik, perbedaan usia, perbedaan emosi dan pendengaran yang evaluatif, yang dapat memghambat proses komunikasi tersebut. Dengan karakteristik orang tua sibuk atau bekerja, juga orang tua yang cerai, sering bertengkar . Tidak adanya tempat sharing menyebabkan anak – anak mencari atau sering berkonsultasi dengan pihak luar, mencari kesenangan dengan menggunakan narkoba, terjadi perkelahian. Sehingga anak masuk penjara. Sering kali orang tua mengira mereka sudah mengenal anak mereka. Padahal, riset membuktikan orang tualah yang kini menjadi orang terakhir yang tahu jika anak mereka terkena masalah. sebagian besar remaja (78%) di Jakarta mengakui mereka biasanya sharing keteman jika ada masalah berdasarkan Survei Faktor Resiko (YCAB, 2002), dan bukan orang tua. Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak, Seto Mulyadi mengatakan; kekerasan yang dilakukan anak terhadap teman ataupun keluarga kebanyakan dilakukan oleh anak –anak berintelegensi tinggi. Didukung dengan media televisi yang menayangkan adengan kekerasan. Anak berintelegensi tinggi kadang lupa mengembangkan ketrampilan hidup yang lain seperti
INSANI, ISSN : 0216-0552|No. 10/1/Desember/2010
kebaikan. Ditambah adanya tuntutan prestasi tinggi dari orang tua dan tidak adanya media pelampiasan kemarahan, hal itu bisa membuat anak tertekan. ”Kondisi tertekan dan frustrasi itulah yang menyebabkan agresivitas. anak akan merugikan banyak orang ataupun diri sendiri”. Dari sini, faktor harmonisasi hubungan keluarga memegang peran amat menetukan dalam upaya pencegahan penyalagunaan narkoba, Jika langkah ini bisa berjalan massal dan efektif, semangat untuk mencapai tingkat bebas narkoba pada tahun 2015 tentu lebih bisa mendekati kenyataan
Sekitar 4000 anak setiap tahunnya harus berhadapan dengan hukum. Celakanya mereka mendapat perlakuan hukum yang sama dengan orang dewasa meskipun pelanggaran yang dilakukan adalah kejahatan ringan. Dan hampir sembilan dari 10 anak tersebut berakhir dengan penahanan atau penjara bercampur dengan orang dewasa. Hal tersebut disampaikan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Prof.Dr.Meutia Hatta Swasono, pada forum komunikasi anak, juli 2008. Ikhtisar : Sekitar 1,5 % dari seluruh populasi penduduk Indonesia merupakan pemakai narkoba, atau sekitar 3,2 hingga 3,6 juta orang. Sebanyak 15 ribu orang harus meregang nyawa setiap tahun akibat narkoba, 78% di antaranya usia 19-21 tahun.(sumber : BNP JABAR). Menyadari cita-cita yang diharapkan dengan komunikasi yang efektif dan pendampingan orang tua serta perhatian untuk rehabilitasi anak yang menggunakan Narkoba , merupakan tanggung jawab keluarga. Tetapi , kenyataannya bisa saja apa yang diperhatikan dan komunikasi tidak tepat sasaran, sehingga menimbulkan permasalahan. Mengapa tidak tepat sasaran? Bisa terjadi ada perbedaan persepsi dan kesenjangan harapan antara anak dan orang tua. Misalnya perhatian orang tua yang diarahkan kepada sekolah, sementara anak berteriak untuk diperhatikan dalam urusan pergaulannya. anak berharap orang
tuanya bicara bagaimana menentukan calon pacar, pergaulan yang baik, pendidikan seksualitas, hingga bahaya narkoba. Sementara itu, orang tua melulu bertanya tentang cita-cita sejak masuk SD, pelajaran, ingin les apa dan sebagainya. Tentu saja hal ini memunculkan kesenjangan dalam komunikasi. Sehingga banyak anak -anak dan remaja mengikuti rehabilitasi di penjara anak yaitu di Tanggerang Kembalinya anak dalam sebuah keluarga yang harmonis merupakan kebahagiaan untuk orang tua maupun anak yang sembuh dari pengalaman di penjara, karena narkoba. Sangat pentingnya komunikasi keluarga antara orang tua dan anak, berarti mengambil waktu untuk mendengar dan berempati, mengambil waktu untuk berbicara pada saat yang tepat, dan pendekatan hati . Integritas sebagai orang tua sangat dibutuhkan oleh anak.Peran orang tua sangat penting dalam membangun ketahanan keluarga, untuk mempersiapkan calon pemimpin agar mampu menghadapi tantangan dan mempunyai moral yang tangguh. Rumusan Masalah: Bagaimana model komunikasi keluarga yang efektif dalam penanganan pemakai narkoba di penjara anak perempuan: Bagaimana kecenderungan komunikasi keluarga di kalangan pemakai narkoba di penjara anak? 2. Faktor-faktor apa yang berhubungan dengan efektifitas komunikasi keluarga dalam penanganan anak dari kecanduan narkoba? 1.
Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti melalui penelitian ini adalah : Untuk memperoleh data , tentang model komunikasi keluarga yang efektif dalam penanganan pemakai narkoba di penjara anak perempuan . Bagaimana kecendrungan komunikasi keluarga dikalangan pemakai narkoba. Sampai seberapa komunikasi keluarga efektif untuk penanganan anak dari kecanduan narkoba. Faktor-faktor apa yang
INSANI, ISSN : 0216-0552 |No. 10/1/Desember/2010
19
berhubungan dengan efektifitas komunikasi keluarga dalam penanganan anak dari kecanduan narkoba. Luaran penelitian : Sebuah model komunikasi keluarga yang diharapkan efektif dalam rangka rehabiltasi narkoba anak di penjara.
komunikasi manusia adalah proses yang melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespon dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan satu sama lain. Fungsi Komunikasi
Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis Mempunyai manfaat bagi masyarakat dalam penambahan wawasan mengenai model komunikasi keluarga yang efektif dalam rehabilitasi anak pemakai narkoba di penjara anak, khusus perempuan. Sehingga penelitian ini dapat membantu para orang tua yang sibuk bekerja, orang tua yang cerai, sering cecok dan tidak harmonis dengan anak. 2. Manfaat Akademis Adapun manfaat akademis peneltian ini : Untuk memperluas wawasan dan pengetahuan , dalam penanganan anak pemakai narkoba di penjara anak perempuan, yang mana di dalamnya model komunikasi keluarga yang efektif dapat ditarik suatu model komunikasi yang baru. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Komunikasi: Istilah komunikasi (dari bahasa inggris ”Communication”), secara etimologis atau menurut asal katanya adalah dari bahasa Latin Communicatus, dan perkataan ini bersumber pada kata Communis. Dalam kata communis ini memiliki makna ”berbagi” atau menjadi milik bersma, yaitu suatu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna. Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Pengertian Ruben dan Steward (1998 :16) mengenai komunikasi manusia yaitu : Human communicationis the process through which individuals-in relationship, group, organizations and societies-respond to and create messages to adapt to the environment and one another. Bahwa 20
William I.Gorden (dalam Deddy Mulyana, 2005:530) mengkategorikan fungsi komunikasi menjadi empat, yaitu : a. Sebagai komunikasi sosial Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang lain.Melalui komunikasi kita bekerja sama dengan anggota masyarakat (keluarga, kelompok belajar, perguruan tinggi, RT,) untuk mencapi tujuan bersama. b. Sebagai komunikasi ekspresif Komunikasi berfungsi untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi) kita. Perasaan-perasaan tersebut terutama dikomunikasikan melaui pesanpesan nonverbal. Perasaan sayang, peduli, rindu, simpati, gembira, prihatin, marah dan benci dapat disampaikan lewat kata-kata, namun bisa disampaikan secara lebih ekpresif lewat perilaku nonverbal. Seorang ibu menunjukkan kasih sayangnya dengan membelai kepala anaknya. c. Sebagai komunikasi Ritual Suatu komunikasi sering melakukan upacaraupacara berlainan sepanjang tahun dan sepanjang hidup, yang disebut para antropolog sebagi rites of passage, mulai dari upacara kelahiran, sunatan, ulang tahun, pertunangan, siraman, pernikahan . d. Sebagai komunikasi intrumental. Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuam umum, yaitu ; menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap, menggerakkan tindakan, dan juga menghibur.
INSANI, ISSN : 0216-0552|No. 10/1/Desember/2010
Bagaimana caranya agar komunikasi di keluarga lebih efektif? Ada lima hal yang harus diperhatikan, yaitu: 1.Respek Komunikasi harus diawali dengan saling menghargai. Adanya penghargaan biasanya akan menimbulkan kesan serupa (feedback) dari si penerima pesan. Orangtua akan sukses berkomunikasi dengan anak bila ia melakukannya dengan penuh respek. Bila ini dilakukan maka anak pun akan melakukan hal yang sama ketika berkomunikasi dengan orang tua atau orang lain di sekitarnya. 2.Empati Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri kita pada situasi dan kondisi yang dihadapi orang lain. Syarat utama dari sikap empati adalah kemampuan untuk mendengarkan dan mengerti orang lain, sebelum didengar dan dimengerti orang lain. Orang tua yang baik tidak akan menuntut anaknya untuk mengerti keinginannya, tapi ia akan berusaha memahami anak atau pasangannya terlebih dahulu. Ia akan membuka dialog dengan mereka, mendengar keluhan dan harapannya. 2.Audibel Audibel berarti ”dapat didengarkan” atau bisa dimengerti dengan baik. Sebuah pesan harus dapat disampaikan dengan cara atau sikap yang bisa diterima oleh si penerima pesan. Raut muka yang cerah, bahasa tubuh yang baik, kata-kata yang sopan, atau cara menunjuk, termasuk ke dalam komunikasi audibel ini. 3.Jelas Pesan yang disampaikan harus jelas maknanya dan tidak menimbulkan banyak pemahaman, selain harus terbuka dan transparan. Ketika berkomunikasi dengan anak, orangtua harus berusaha agar pesan yang disampaikan bisa jelas maknanya. Salah satu caranya adalah berbicara sesuai bahasa yang mereka pahami (melihat tingkat usia).
4.Rendah hati Sikap rendah hati mengandung makna saling menghargai, tidak memandang rendah, lemah lembut, sopan, dan penuh pengendalian diri. Sumber : http//hums07.multiply.com.journal/item/26 , diambil tanggal 8 September 2009 Pengertian Narkoba Narkoba adalah singkatan dari Narkotika dan obat berbahaya. Narkotika secara farmakologi adalah opioda, tetapi menurut UU no.22, tahun 1997 narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika meliputi ; golongan Opiat : heroin, morfin, madat dan lain-lain. Golongan Kanabis: ganja, hashish, golongan koka; kokain, crack. (Sumber: http://ictjogja.net/kesehatan/D2_3.htm) Penyalahgunaan narkotika dan minuman keras pada umumnya disebabkan karena zat-zat tersebut menjanjikan sesuatu yang dapat memberikan rasa kenikmatan, kenyamanan, kesenangan dan ketenangan, walaupun hal itu sebenarnya hanya dirasakan secara semu. Penyalahgunaan zat-zat ini disebabkan beberapa faktor, antara lain : a. Lingkungan sosial 1. Motif ingin tahu Di masa anak-anak dan remaja, seseorang lazim mempunyai sifat selalu ingin tahu segala sesuatu dan ingin mencoba sesuatu yang belum atau kurang diketahui dampak negatifnya. Bentuk rasa ingin tahu dan ingin mencoba itu misalnya dengan mengenal narkotika, maupun minuman keras atau bahan berbahaya lainnya.
INSANI, ISSN : 0216-0552 |No. 10/1/Desember/2010
21
2. Kesempatan Kesibukan kedua orang tua maupun keluarga dengan kegiatannya masing-masing, atau dampak perpecahan rumah tangga akibat broken home, serta kurangnya kasih sayang merupakan celah kesempatan pada anak-anak dan remaja mencari pelarian dengan cara menyalahgunakan narkotika, maupun minuman keras atau bahan berbahaya lainnya. 3. Sarana dan prasarana Ungkapan rasa kasih sayang orang tua terhadap putra-putrinya seperti memberikan fasilitas dan uang yang berlebihan, bisa jadi pemicu penyalahgunaan uang saku untuk membeli Narkotika untuk memuaskan segala keingintahuan dirinya. Biasanya, anak- anak dan remaja mengawalinya dengan merasakan minuman keras, baru kemudian mencoba narkotika b. Kepribadian 1. Rendah diri Perasaan rendah diri di dalam pergaulan bermasyarakat, seperti di lingkungan sekolah,dan sebagainya sehingga tidak dapat mengatasi perasaan itu, anak berusaha untuk nmenutupi kekurangannya agar eksitensi dirinya, melakukan dengan cara menyalahgunakan narkotika, maupun minuman keras sehingga dapat merasakan memperoleh apa-apa yang diangan-angankan antara lain lebih aktif, lebih berani. 2. Emosional Kelebihan emosi anak dan remaja pada masa pubertas dapat mendorong anak dan remaja melakukan kesalahan fatal. Pada masa-masa ini biasanya mereka ingin lepas dari ikatan aturanaturan yang diberlakukan oleh orangtuanya. Padahal disisi lain masih ada ketergantungan sehingga hal itu berakibat timbulnya konflik pribadi. dalam upaya terlepas dari konflik – pribadi itu, mereka mencari pelarian dengan menyalahgunakan narkotika, dengan tujuan 22
berusaha untuk mengurangi keterangan atau agar lebih berani menentang kehendak dan aturan yang diberikan oleh orang tuannya 3. Mental Lemahnya mental seorang akan mudah untuk dipengaruhi perbuatan dan tindakan atau halhal yang negatif oleh lingkungan sekitarnya. Sehingga kesemua pengaruh negatif ini pada gilirannya menjurus kepada aktifitas penyalahgunaan narkotika, tidak dapat mengimbangi perilaku dalam lingkungannya dan dirinya merasa diasingkan. Model komunikasi keluarga yang efektif, untuk pencegahan terhadap narkoba : Tips-tips untuk membantu berkomunikasi tentang narkoba dengan anak : a. Waktu-waktu kebersamaan Gunakan setiap kesempatan untuk membangun jalinan komunikasi dengan anak. Usahakan untuk melaukan beberapa kegiatan secara bersama-sama, misalnya; makan malam keluarga, membaca, bermain, berolah raga, atau menghadiri berbagai acara kerohanian. b. Siap mendengarkan Perhatikan apa yang sedang terjadi dalam kehidupan anak. Dengarkan keluhan dan kekhawatiran dirinya. Ketahui pesta apa yang ia tuju, dengan siapa ia pergi, dan apa saja yang akan disajikan di sana. c. Belajar terlebih dahulu anak-anak sekarang ini sudah lebih canggih darripada anak-anak tempo dulu. Karena itu, orangtua perlu belajar terlbih dahulunsebelum memberikan palajaran tentang bahaya penggunaan narkoba kepada anak. Dalam banyak kasu orangtua dan anak duduk bersama dan belajar mengenai resiko-resiko penggunaan narkoba. d. Pendidikan setiap bulan Luangkan waktu dengan anak minimal 30 menit setiap bulan untuk menjelaskan beberapa fakta
INSANI, ISSN : 0216-0552|No. 10/1/Desember/2010
sederhana bagaimana narkoba dan alkohol dapat merusak dan menghancurkan impian-impiannya. e. Tentukan batasan dalam keluarga dengan menentukan beberapa batasan mengenai sikap dan perilaku yang dapat ditolerir, orangtua telah memperlihatkan kepedulian kepada anak dan ingin membantu mengarahkan dirinya agar memiliki masa depan yang aman dan bebas dari narkoba. Buatlah aturan seperti: ”keluarga ini tidak menggunakan narkoba”. Jika orangtua mengatakan TIDAK pada Narkoba ataupun minumana keras, maka aturan juga berlaku untuk orangtua. Cobalah untuk bersikap konsisten. Beberapa aspek/faktor yang perlu Orang tua perhatikan yang berhubungan dengan efektivitas komunikasi keluarga dalam penanganan anak dalam kecanduan narkoba : 1. Cinta. Pengalaman cinta menjadi luntur akibat pengalaman-pengalaman yang menyakitkan itu. Maka ibu dapat memulai membangun cinta dengan "mencintainya". Cinta bukan hanya dirasakan tapi juga dikerjakan. 2. Pengorbanan. Dalam Efesus 5:25 dijelaskan bahwa suami istri diminta untuk melihat dan meniru pengorbanan Kristus. 3. Komunikasi. Komunikasi suami istri berperan penting dalam membangun cinta dalam kehidupan keluarga. 4. Pengampunan. Pengampunan merupakan kunci utama untuk penyembuhan luka batin yang ibu alami. 5. Pengharapan. Maksudnya selalu melihat bahwa di tengah-tengah konflik yang sulit masih ada pengharapan. Segala sesuatu yang nampaknya sebagai kegagalan, jangan dilihat sebagai kegagalan. Misalnya, kalau suami belum berhasil, jangan putus asa, kegagalan adalah sukses yang tertunda atau belum musimnya. Peran orang Tua dalam membantu rehabilitasi anak dalam penyalahgunaan narkoba: a. Anak menyalahgunakan narkoba tidak lepas dari peran dan tanggunng jawab orang tua:
b. Karena sikap orang tua yang menghadapi anaknya yg bermasalaah selalu mengatakan sesuatu berupa: perintah, sok moralis, memberi naseh mengkritik, mengejek,memuji, menasehati,mengusut dll, sehingga hal ini menimbulkan komunikasi yang buntu. c. Penanaman disiplin pada anak diciptakan dalam keadaan hubungan suami isteri yang harmonis. Ayah dan Ibu mencerminkan satu kubu yang bersatu/ menyatu dengan cara : 1) Meminimalkan perbedaan pendapat (pertengkaran mulut) antara orang tua dihadapan anak-anak. 2) Tidak ceroboh. Jadilah tegas dalam semua instruksi dan disiplin 3) Pahami bahwa tanggung jawab orang tua melampaui/ lebih besar dibanding pendidikan sekolah, klub, kelompok, dan organisasi lainnya. d. Laksanakan disiplin sesuai dengan usia anak dan pelanggarannya. Peraturan disiplin adalah sebagai berikut: 1) Buatlah pedoman/ petunjuk yang jelas sehingga anak-anak kita tahu apa yang harus dilakukannya dan apa yang dilarang. 2) Hukumlah setiap ketidak-patuhan. 3) Tegakkan disiplin dalam kasih bukan dalam kemarahan. 4) Yakinkan si anak mengerti akan kesalahan yang telah dibuatnya. 5) Tujukkan kasih kepadanya sesudahnya. 6) Selalu berikan pengampunan sesudahnya, kemudian perlakukan anak itu seperti hal itu tidak pernah terjadi. 7) Laksanakan terus disiplin, yakinkan perintah kita dipatuhi. 8) Bila orang-tua yang bersalah, mintalah maaf kepada anak-anak kita. (http://www.sarapanpagi.org/keluargavt451.html)_tgl.11/09.09.jam. Hipotesis Dari seluruh uraian tersebut diatas, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan sementara, yaitu disamping faktor lain, komunikasi yang efektif dalam keluarga untuk rehabilitasi anak pengguna narkoba membawa dampak bagi kesebuhan anak di penjara, yaitu adanya respek, empati, audibel, jelas dan
INSANI, ISSN : 0216-0552 |No. 10/1/Desember/2010
23
rendah hati. Faktor eksternal lain yang juga ikut menetukan dalam rehabiltasi untuk penyembuhan dalam lingkugan sosial dan kelurga seprti; waktuwaktu kebersamaan, siap mendengarkan, belajar terlebih dahulu, pendidikan setiap bulan, tentukan batasan dalam keluraga. Sedangkan faktor Internal yang perlu orang tua perhatikan yang berhubungan dengan efektifitas komunikasi keluarga yang efektif dalam penyembuhan dan penanganan dari pengguna narkoba adalah aspek cinta, pengorbanan, komunikasi, pengampunan dan pengharapan. Usaha ke arah keselamatan dan penyembuhan yang berhasil dan berdaya guna untuk anak penyalaguna narkoba.
Respek Empati Audibel Jelas Rendah hati
Waktu – waktu kebersamaan Siap mendengarkan Belajar terlebih dahulu Pendidikan setiap bulan Tentukan batasan dalam keluarga
seperti lingkungan masyarakat.
kepribadian,
dan
2. Populasi dan Sampel Populasi pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan jenis sampel purposive yang dilakukan dipilih dengan cara sengaja menentukan kasus anak- anak pengguna Narkoba untuk dipelajari dan kemudian diambil kesimpulan Adapun populasi penelitian yang diambil adalah keluarga dan anak pengguna Narkoba di penjara anak perempuan. Sampel diartikan sebagai bagian dari populasi yang menjadi sumber data dalam suatu penelitian. Dengan kata lain sampel adalah bagian dari populasi untuk mewakili populasi dalam arti sampel harus representatif. 3. Strategi dan Tehnik Pengumpulan Data Pengumpulan data untuk penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara dan menyebarkan angket kepada keluarga yang anak anaknya menggunakan narkoba. Selain itu juga dengan observasi dan wawancara dengan anak di penjara.
KESEMBUHAN ANAK DARI NARKOBA
Cinta Pengorbanan Komunikasi Pengampunan Pengharapan
4. Tehnik analisis Data Tehnik analisis data yang dipergunakan adalah data yang diperoleh dari lapangan kemudian dianalisa dan dikaitkan dengan teori-toeri yang disesuaikan dengan permasalahan, data yang dijelaskan mengenai kesesuaiannya. Tehnik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah tehnik analisis kualitatif yang disusun dalam tabulasi data dan dideskriptifkan.
Skema Hipotesis METODOLOGI PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Penelitian ini berjenis deskriptis – analitis, maksudnya adalah mendeskripsikan variable secara sendiri-sendiri, antara lain hubungan antara pola komunikasi keluarga dengan faktor-faktor lain 24
sosial,
INSANI, ISSN : 0216-0552|No. 10/1/Desember/2010
di penjara harus membuat surat ijin dan tembusan kepada :
PENGUKURAN KONSEP/VARIABEL
1. Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM di Banten dan tembusan kepada Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia. 2. Dirjen Pemasyarakatan Jakarta 3. Kepala Lapas anak Wanita Tangerang. Atas kerja sama yang baik dengan pihak kampus surat-surat dapat dikirim secepatnya dan mendapat jawaban yang baik. Selanjutnya bersama dosen pembimbing dan anggota kelompok menghadap Kekanwil Kementerian Hukum dan HAM di Serang – Banten, dan mendapat jawaban yang baik serta mendukung untuk melakukan penelitian tersebut. Selanjutnya menghadap kepala Lapas Wanita di Tangerang juga mendapat respon yang sangat bagus dan siap membantu kelompok dalam kegiatan yang laksanakan sesuai dengan kesepakatan.
PELAKSANAN KEGIATAN Waktu dan Tempat pelaksanaan. Kegiatan penelitian dilaksanakan kurang lebih 4 bulan, sejak bulan Februari sampai Mei 2010. Penelitian dilaksanakan di Penjara anak wanita Tangerang- Banten. Tahap Pelaksanaan. Pada awal untuk penelitian kelompok berusaha mencari informasi yang berhubungan dengan penjara anak wanita di Tangerang. Melalui alat komunikasi kami menghubungi kantor Lapas wanita Tangerang untuk mendapatkan informasi yang lengkap, selanjutnya kelompok membuat perjanjian untuk bertemu dengan kepala Lapas supaya komunikasi lebih efektif dan jelas. Dengan pertemuan yang cukup lama kelompok mendapat masukan bahwa untuk tahap-tahap birokrasi dalam rangka penelitian
Saat kelompok mau mengadakan kegiatan ada tantangan yang bermacam-macam, bahkan ingin mengundurkan diri karena keterbatasan waktu kebanyakan anggota kelompok kerja, dan memikirkan dana yang terbatas karena tempat penelitian cukup jauh anggota merasa dananya kurang, juga dengan tugas-tugas matakuliah yang kadang bersamaan namun ada beberapa anggota yang mempunyai semangat untuk kelapangan mengadakan kegiatan juga berkat dukungan dan dorongan dari para dosen serta pembimbing dan teman-teman akhirnya kelompok tetap bersemangat dan maju dan sekarang anggota yang masih eksis 3 (tiga) orang termasuk ketua , 2 (dua) orang mengundurkan diri karena sakit dan alasan kerja yang tidak bisa ditinggalkan. . Dengan anggota kelompok yang tersisah berusaha untuk menyelesaikan dan bertanggung jawab dengan komitmen yang kelompok lakukan sehingga pada saatnya bisa selesai. Instrumen Pelaksanaan. Dalam kegiatan , kelompok menggunakan pedoman pengumpulan data, wawancara langsung dengan anak yang bersangkutan (andik) dan kusioner. Mendapat data juga dari pegawai yang bertugas khusus untuk
INSANI, ISSN : 0216-0552 |No. 10/1/Desember/2010
25
mengawasi saat kunjungan dengan keluarga atau orang tua 3 (tiga) kali seminggu. Meskipun data yang didapat tidak terlalu lengkap, kelompok merasa cukup untuk bisa membuat suatu laporan akhir (lihat lampiran).
RI tentang Struktur Organisasi Departemen Kehakiman namanya berubah menjadi Lembaga Pemasyarakatn Anak Negara Wanita. Visi, Misi, Tujuan, Sasaran lapas Klas IIB anak wanita Tangerang :
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lapas Kelas IIB Anak Wanita, Tangerang Lembaga Pemasyarakatan anak Wanita Tangerang adalah salah satu Unit Pelaksana Teknis Departemen Hukum dan HAM R.I. yang dalam pelaksanaan tugas sehari – hari bertanggung jawab langsung ke kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Banten. Dasar Hukum : Keputusan Menteri Kehakiman RI No. M.01-PR.07.03 Th.1985, tgl 26 Februari 1985. Motto : ”Bekerja secara ikhlas dan cerdas, karena itu bagian dari IBADAH”. Sejarah Berdirinya: Th.1928 didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda dengan tujuan untuk pengasingan anak-anak Indo Belanda yang melakukan pelanggaran atau kenakalan agar tidak membuat malu pemerintah belanda dab dikelola oleh Yayasan bernama L.O.G. Tahun 1934 , dari pengelolaan Pemerintah Belanda diserahkan kepada Yayasan swasta yang bernama Pro Yuven tute. Tn.1942, diserahkan kepada pemerintah Jepang, dipergunakan untuk rumah tahanan perang (terutama anak-anak dan wanita Belanda) yang akan dipulangkan ke Negara Belanda. Pernah dipergunakan Sekolah Akademik Militer Tangereang dan terkenal dengan salah satu pahlawannya yaitu Daan Mogot. Th.1950, setelah Indonesia merdeka diambil alih oleh pemerintah RI dan diserahkan atau dikelola oleh yayasan yang bernama Pra Yuwgna. Th.1962, diambil alih kembali oleh pemerintah RI dan pengelolahnya oleh depertemen kehakiman dan bernama Rumah Pendidikan Negara (RPN). Th.1964, dengan lahirnya sistem pemasyarakatan, maka nama RPN diganti menjadi Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita Tangerang. Pernah dipergunakan untuk kampus Akademik Ilmu Pemasyarakatan (AKIP). Th.1977 dengan Surat Keputusan Menteri Kehakiman 26
a. Visi : Memulihkan kesatuan hubungan hidup, kehidupan dan penghidupan WBP (wanita Binaan pemasyarakatan) sebagai individu, anggota masyarakat dan makhluk Tuhan YME. (Membangun manusia mandiri). b. Misi : Melaksanakan parawatan tahanan pembinaan dan pembimbingan WBP dalam kerangka penegakandan penanggulangan kejahatan serta pemajuan dan perlindungan hak asasi manusia. c. Tujuan : Membentuk WBP agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahannya, memperbaiki diri dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab. Pesan Moral Meteri Hukum dan HAM-RI (Patrialis Akbar), pada hari Dharma Karyadhika 30 Oktober 2009: 1. Niatkan seluruh pekerjaan sebagai bagian dari Ibadah. 2. Marilah kita bekerja dengan inovatif di seluruh satuan kerja, untuk menghasilkan hal-hal baru dalam memperbaiki pelayanan kepada masyarakat. 3. Manfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi informasi sehingga pelayanan dan informasi dapat diakses dengan muda oleh masyarakat. 4. Lakukan akselerasi diberbagai program kegiatan. 5. Lakukan kajian terhadap peraturan, prosedur dan proses pelayanan umum untuk memperoleh bentuk pelayanan yang efektif, efisien dan sesuai dengan tuntutan masyarakat dan menghindarkan diri dari korupsi dan nepotisme. 6. Berkoordinasi dengan pemerintah setempat untuk mengkaji peraturan-peraturan yang menghambat investasi maupun program pembangunan lainnya.
INSANI, ISSN : 0216-0552|No. 10/1/Desember/2010
Keputusan Menteri kehakiman tentang struktur Organisasi dan tata kerja LP, maka namanya berubah menjadi LP klas B anak Wanita Tangerang, dengan tugas pokok dan fungsi lebih menitik beratkan pada bidang pendidikan, baik formal maupun non formal. Pelatihan-pelatihan, kursus-kursus yang cederung pada upaya pembekalan atau penambahan ilmu pengetahuan, bukan berorientasi pada masalah produksi. Lebih diutamakan pada pembinaan atau pendidikan dengan mengedepankan pemenuhan hakhak dan perlindungan anak serta keberpihakan pada anak. Kegiatan Harian WBP di LAPAS: Jam 06.00 s/d 09.00: bangun pagi, olag raga, mandi cuci kakus (MCK), makan pagi, apel pagi, membersihkan lingkungan. Jam 09 s/d 13.30: masuk pada kegiatan sesuai dengan pembinaan yang telah diberikan lewat sidang TPP. Pendidikan formal: SD Istimewa (bagi Andik). Pendidikan Non formal: kejar paket A (Napi Dewasa), Pesantren, kursus-kursus atau pelatihanpelatihan ketrampilan. Kegiatan ketrampilan antara lain: sulam, menjahit, salon, masak, budi daya bunga anggrek dan perkebunan sayur (pembinaan kegiatan ketrampilan tersebut bekerjasama dengan: Dnas Pendidikan dan Kbudayaan, LSM, PLAN, dan perorangan). Kegiatan agama atau pesantren. Kesenian (tari, angklung, film), sholat, makan siang, istirahat. Jam 13.30 – 16.00 (senin atau kamis ) : majelis Taklim Jam 16.00 : Mandi Cuci Kakus (MCK), makan sore. Jam 17.00 : istirahat ; masuk kamar masing-masing. Hak Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP): a. WBP yang telah memenuhi syarat, subtantif maupun administratif berhak: Mendapatkan remisi, yaitu: remisi umum dan remisi khusus. Mendapatkan PB (Pembebasan bersyarat). Mendapatkan CMB (cuti menjelang bebas). Mendapatkan CMK (cuti mengunjungi keluarga).
b. Mendapatkan pendidikan formal dan non formal (kejar paket A dan B) yang bekerja sama dengan Pendidikan Nasional (DIKNAS) kota Tangerang. c. Mendapatkan pendampingan WBP dalam menyampaikan keluhan dari wali napi dengan SK Kalapas No. W29.Eh.PK.05.10-649 Tanggal 17 April 2008. d. Mendapatkan pelayanan kesehatan tersedia : poliklinik, dr,Umum, dr. Gigi, dan para medis. e. Mendapatkan pendidikan keagamaan (4 kali seminggu) f. Pendidikan olahraga ( 3 kali seminggu) g. Pendidikan kesenian antara lain : qasidah ( 2 kali seminggu), Tari ( 1 kali seminggu), Angklung ( 1 kali seminggu). h. Rekreasi (nonton TV 3 kali seminggu) HASIL WAWANCARA DENGAN ANAK PEMAKAI NARKOBA: Gambaran Umum: 1. Bahwa sebagian anak- anak yang ada di LPAWT karena kasus narkoba tetapi dengan jenis lain-lain. 2. usia rata-rata lulusan SLTP, dan SMU, beberapa yang pernah kuliah 3. penyebab mereka menggunakan narkoba karena pengaruh lingkungan, pergaulan, kurangnya perhatian dari orangtua, kurang kasih sayang, broken home. 4. kurangnya komunikasi antara anak dan orangtua, semua sibuk dengan pekerjaan, tuntutan ekonomi. Yang menggunakan narkoba sebagian dari keluarga miskin mereka dipengaruhi pergaulan bebasa dan ingin coba, dari keluarga orang kaya terlalu memberi fasilitas yang berlebihan membuat anak hidup tidak prihatin. Dampak yang dialami oleh mereka adalah ; a. Dampak sosial; ada ganguan mental, anti sosial,, susila dan dikucilkan oleh lingkungan, merepotkan dan menjadi beban keluarga, pendidikan menjadi terganggu, masa depan yang tidak jelas (suram). b. Dampak fisik : merasakan sakit sekali bila tidak memakai, badan terasa lemas . c. Dampak psikhologis ; ada keinginan kuat untuk mengkonsumsi kembali,sering ngelamun, tidak konsentrasi, ingin berontak.
INSANI, ISSN : 0216-0552 |No. 10/1/Desember/2010
27
Manfaat Pembinaan yang sudah dijalankan selama masa rehabilitasi di LPAWT adalah: Setiap anak mengungkapkan bahwa selama berada di Lapas bisa rajin berdoa, sholat, saya menjadi kuat, belajar ngaji, bisa bekerja sama dengan teman, berkebun, belajar ketrampilan dan disiplin diri untuk semua kegiatan dan membuat dirinya berubah menjadi lebih dewasa dan bertanggungjawab dalam tugas-tugas. Saat kunjungan orangtua, keluarga sangat membahagikan bisa curhat, makan bakmi bersama. Namun ada juga aturan yang sungguh mereka rasakan sangat ekstrim misalnya tidak boleh menggunakan Handphone, dan waktu untuk nonton TV terbatas, sehingga timbul kejenuhan dan merasa bosan. Harapaan Untuk Berubah Setelah keluar dari Penjara : Mengatakan kami ingin hidup lebih baik, mau bertobat dengan kata lain tidak mau menggunakan narkoba lagi, ingin melanjutkan sekolah, mau terlibat dalam kegiatan sosial, kegiatan keagamaan, lebih hati-hati dalam pergaulan, mau meningkatkan komunikasi lebih baik dan efektif dengan keluarga dan orangtua yang dilandasi dengan kasih sayang dan cinta.pepatah mengatakan ”surga ada ditelapak kaki Ibu” keluargaku adalah impian membuatku menjadi hidup lebih berarti dan bahagia. Ungkapan hati mereka saat peneliti mengadakan kegiatan di penjara yaitu; Say no to drugs, Saya sayang papa/mama, I love my self, I love Mom, Hidup sehat tanpa narkoba, Katakan tidak untuk narkoba, Stop narkoba, Cerdas tanpa narkoba
2. Audibel: ”dapat didengarkan” atau bisa dimengerti dengan baik. Seni mendengarkan melalui ekspresi, senyuman, peluk kasih, ciuman sayang, dan kata-kata. Di sini membutuhkan totalitas perhatian orang tua mampu memahami apa yang yang di rasakan anak meski dengan katakata yang sederhana, dan juga menjadi pendengar yang baik untuk mendengarkan anak. Sebuah pesan harus dapat disampaikan dengan cara atau sikap yang bisa diterima oleh si penerima pesan. Raut muka yang cerah, bahasa tubuh yang baik, kata-kata yang sopan, atau cara menunjuk, termasuk ke dalam komunikasi audibel ini. 3. Jelas: Pesan yang disampaikan harus jelas maknanya dan tidak menimbulkan banyak pemahaman, selain harus terbuka dan transparan. Ketika berkomunikasi dengan anak, orangtua harus berusaha agar pesan yang disampaikan bisa jelas maknanya. Salah satu caranya adalah berbicara sesuai bahasa yang mereka pahami (melihat tingkat usia). 4. Rendah hati: Sikap rendah hati mengandung makna saling menghargai, tidak memandang rendah, lemah lembut, sopan, dan penuh pengendalian diri. BEBERAPA FAKTOR YANG PERLU DIPERHATIKAN OLEH ORANGTUA YANG BERHUBUNGAN DENGAN EFEKTIFITAS KOMUNIKASI KELUARGA DALAM PENANGAN ANAK YANG KECANDUAN NARKOBA 1. Cinta Membangun kembali pengalaman-pengalaman keharmonisan, kasih dan perhatian dalam keluarga yang sudah luntur. Dengan peristiwa ini orang tua menyadari bahwa cinta akan membangun jalinan komunikasi dari hati yang ikhlas.
CARA BERKOMUNIKASI YANG EFEKTIF ANTARA ORANGTUA DAN ANAK SELAMA KUNJUNGAN: 1. Empati: Kemampuan orang tua untuk menempatkan diri pada situasi dan kondisi yang dihadapi anak. Anak akan biasa bersikap terbuka karena yakin orang tua pasti mendengarkan mereka. Contoh saat kunjungan orang tua membuka pembicaraan seperti “ wah adek kamu kelihatan sedih, sedang bosan ya?” Anak akan merasa lega ketika orang tua bisa menangkap perasaan mereka. 28
2. Pengorbanan Bahwa orang tua mampu memberikan diri untuk Anak khususnya untuk pemulihan dari kesalahannya. Misalnya, mengorbankan waktu, untuk mendengarkan cerita/pengalaman dari Anak, makan bersama-sama saat Anak berkumpul bersama temanya.
INSANI, ISSN : 0216-0552|No. 10/1/Desember/2010
3. Komunikasi Perlunnya orang tua berperan penting dalam membangun cinta dalam kehidupan keluarga. Contoh: Adanya interaksi antara orang tua dan Anak saat berkumpul bersam, makan bersama, berdoa dan rekreasi bersama. Mendengarkan dan didengarkan adalah kunci hubungan orang tuaanak yang sangat bermanfaat, baik untuk pengembangan kematangan emosional, kepandaian intelektual, kemampuan membina kehidupan sosial yang baik serta penanaman nilai prinsip moral yang baik pada anak. Dengan mendengar dan didengar jalur komunikasi dua arah terbuka lebar antara orang tua dan anak, memungkinkan keduanya saling mengerti dan membuat orang tua dapat memberikan dukungan yang di perlukan oleh anak. 4. Pengampunan Pengampunan merupakan kunci utama untuk penyembuhan luka batin yang di alami oleh Anak maupun orang tua; bahwa kedua belah pihak menyadari untuk saling mengampuni, sehingga kembali terbuka untuk membangun suatu komunikasi yang baik. 5. Pengharapan Dengan adanya pengalaman anak yang kecanduan narkoba, diharapkan orang tua tetap optimis dan positif thinking terhadap masa depan Anaknya. Kegagalan merupakan motivasi untuk menuju hidup yang lebih bermakna. Binbingan Rehabilitasi / Bebas Jiwa bagi pengguna narkoba di penjara anak. 1. Saya mengakui bahwa saya tidak berdaya terhadap benda, orang, tempat dan situasi sehingga hidup saya menjadi tak terkendali. 2. Tiba pada keyakinan bahwa Tuhan yang dapat mengembalikan saya kepadakewarasan. 3. Membuat keputusan untuk menyerahkan niat dan kehidupan saya kepada Tuhan 4. Membuat daftar inventarisasi moral secara menyeluruh tanpa rasa gentar. 5. Mengakui kepadaTuhan, diri sendiri dan sesama tentang sifat dan kesalahan saya.
6. Manjadi siap sepenuhnya agar Tuhan menyingkirkan karakter buruk saya. 7. Dengan rendah hati memohon Tuhan untuk menyingkirkan kelemahan saya. 8. Membuat daftar orang-orang yang pernah saya sakiti dan mempersiapkan diri sepenuhnya untuk menebus semuanya. 9. Mengakui kesalahan saya dihadapan orang-orang yang pernah saya sakiti bilamana memungkinkan, kecuali jika dengan melakukan hal itu akan lebih menyakiti pihak-pihak terkait. 10. Secara terus menerus melakukan inventarisasi pribadi dan jika bersalah langsung mengkoreksinya. 11. Melakukan pencarian terus menerus melalui doa dan meditasi untuk meningkatkan kontak sadar dengan Tuhan. Berdoa untuk mengetahui kehendakNya bagi saya dan mohon kekuatan untuk melaksanakannya. 12. Setelah mengalami pencerahan sebagai buah penerapan langkah-langkah ini saya siap untuk menyebarkan kabar baik ini kepada para pecandu yang masih menderita dan untuk menerapkan semua prinsip ini dalam semua bidang kehidupan. KESIMPULAN 1. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Modernitas memang memaksa orang bergerak cepat, sibuk, padat atau juga tertinggal. Rutinitas yang senantiasa bergerak cepat sangat berpengaruh terhadap keluarga. Sehingga komunikasi orangtua dan anak, tentu semakin berjarak. Kesempatan untuk saling memahami , mengerti dan mendalami semakin kecil, sehingga tak heran banyak orangtua yang kaget melihat perkembangan anaknya. Sehingga tiba-tiba anaknya ditangkap polisi karena narkoba, sikap anak berubah menjadi pendiam, pemurung dan pemarah. Anak memakai narkoba hanya ingin coba-coba, juga pengaruh faktor lingkungan orangtua yang selalu memberikan fasilitas yang lebih , kebanyak anak yang bermasalah dari keluarga yang cukup kaya. 2. Model komunikasih yang dilakukan oleh keluarga dalam rangka rehabiltasi dan penyembuhan anak narkoba di LPAWT diharapkan adalah komunikasi efektif sebagai berikut : a. Seni mendengarkan Supaya komunikasi tidak hanya terbatas dengan kata-kata. Maka komunikasi juga merupakan ekspresi dari sebuah kesatuan
INSANI, ISSN : 0216-0552 |No. 10/1/Desember/2010
29
yang sangat kompleks melalui bahasa tubuh, senyum , peluk kasih, ciuman sayang, dan kata-kata. Seni mendengarkan, membutuhkan totalitas perhatian, dan keinginan untuk mendengarkan, sehingga sang pendengar dapat memahami sepenuhnya kompleksitas emosi dan pikiran orang yang sedang berbicara. Menjadi komunikasi yang paling baik sang pendengar mampu memahami apa yang terjadi yang dirasakan oleh lawan bicara dengan kata-kata yang sedikit. Manfaat dari mendengarkan ; membangun rasa percaya diri, merasa dihargai, merasa percaya diri dan mengembangkan penilaian positif terhadap dirinya, memiliki sikap berani untuk mengungkapkan apa yang terjadi pada dirinya. b. Fokuskan perhatian pada anak Pada saat anak-anak mengatakan sesuatu, berilah perhatian sepenuhnya pada ceritanya. Tataplah langsung di matanya memberi kesan orangtua benar-benar siap memperhatikan ceritanya, dan mendorongnya untuk bercerita apa saja yang sedang dialaminya. c. Sabar dan mengajak untuk berpikir yang positif Apabila anak yang masih kecewa, sedih dan diliputi emosi yang membuatnya sulit untuk berbicara, orangtua jangan memaksa anak untuk segara bicara. Konflik sering terjadi dan ini menyebabkan memburuknya hubungan orangtua anak. Ketika emosinya reda, anak akan lebih siap untuk diajak bicara, berusaha untuk tidak memberikan pikran orangtua, baik terhadap pilihan sikapnya. Tanyakan pikiran anak terhadap masalah ini dan bagaimana kira-kira sikap yang sebaiknya anak lakukan dikemudian hari. Sikap ini tidak saja menghindarkan anak dari perasaan dihakimi, namun juga membantu anak lebih memahami kejadian atau peristiwa itu secara obyektif sehingga menemukan nilai atau pelajaran berharga yang dipetik dari kejadian itu. 30
Manfaat dari mendengarkan; membangun rasa percaya diri, merasa dihargai, merasa percaya diri dan mengembangkan penilaian positif terhadap dirinya, memiliki sikap berani untuk mengungkapkan apa yang terjadi pada dirinya. SARAN Pelaksanaan penelitian model komunikasi keluarga dalam rangka rehabilitasi anak di penjara anak wanita merupakan studi efektivitas komunikasi keluarga untuk penyembuhan anak dari narkoba di penjara Tangerang, telah menciptakan perubahan dalam diri anak, namun masih ada beberapa andik yang kurang terlihat perubahan dalam dirinya baik dalam partisipasi, komunikasi, juga suasana dalam kegiatan bimbingan sosial lainnya. Pengaruh utama dalam perjumpaan keluarga atau orangtua dengan anak adalah komunikasi yang efektif tidak lepas dari pembinaan, LPAW dan mahasiswa serta lembaga institut Widuri. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti mengajukan saran-saran yaitu : Untuk Peneliti Sebagai peneliti Lapas Tangerang supaya terus dapat mengembangkan Ilmu pangetahuan dan memberikan kepada orang lain. Peneliti yang sudah melihat dan memperhatikan kondisi dan keadaan anak yang memakai narkoba di Lapas Tangerang, agar terus memparhatikan mereka dengan cara mengayomi, menyayangi, dan mengangkat mereka dari kondisi mereka yang sekarang ini. Jangan pernah meninggalkan mereka dalam kondisi sekarag ini. Hingga mereka keluar nanti. Peneliti harus terus memberikan perhatian kepada mereka walaupun peneliti selesai melanjutkan penelitian tersebut. Untuk Keluarga Untuk menghindari masalah – masalah kesejahteraan sosial, khususnya narkoba maka yang harus dilakukan oleh keluarga terhadap anak sesering mungkin menaruh perhatian , meningkatkan komunikasi yang efektif serta membangun keluarga yang harmonis dan membatasi pargaulan anak – anak. Dengan adanya komunikasi keluarga yang efektif
INSANI, ISSN : 0216-0552|No. 10/1/Desember/2010
antara anak dengan orang tua serta menciptakan keharmonisan didalam rumah tangga membuat anak dekat pada keluarga , dan adanya keterbukaan dan waktu dari orang tua terhadap anak, sehingga anak tidak mencari teman diluar rumah untuk sharing. Untuk Pemerintah Dalam meningkatkan kesejahteraan sosial, dan menghindari perilaku yang tidak baik, khususnya bagi anak – anak yang memakai narkoba harus di lakukan peningkatan kegiatan semua sektor yang terkait untuk melakukan kunjungan urbanisasi, memperluas lapangan kerja dan melakukan pengawasan tempat – tempat hiburan dan kos- kosan. Perlu adanya peningkatan sosialisasi kepada masyarakat melalui keluarga – keluarga, lembaga keagamaan , serta organisasi sosial masyarakat.
Kompas Cyber Media, Anak-anak harus Dilindungi dari Bahaya Narkoba, http://202.146.5.33/ver 1/Metropolitan/0610/11/175935.htm. Cangara Hafied, Pengantar Ilmu Komunikasi, Devisi Buku Perguruan Tinggi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Devito A.Joseph, Human Communication (Terjemahan Komunikasi antar Manusia), Profesional Books, Jakarta. Ma’roef,Drs. M. Ridha. 1976. Narkotika Masalah dan Bahayanya, Jakarta : C.V. Marga Djaja. Mulyana Deddy, Komunikasi Suatu Pengantar, Penerbit PT.Remaja RosdaKarya Bandung. Organisasi Komunikasi dan Perpustakaan Online Indonesia, http://Organisasi.Org/arti-definisipengertian-narkotika-dan-golongan-jenis-bahannarkotik-pengetahuan Narkotika Dan Psikotropika Dasar.
TIM PENELITI Untuk Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Dan Ilmu Politik ( STISIP ) WIDURI Bagi lembaga institut STISIP Widuri , sebagai wadah untuk memberikan segala informasi maupun ilmu , perlunya suatu kerja sama dengan mahasiswa dan juga penyediaan fasilitas yang cukup memadai sehingga proses kegiatan mahasiswa bisa terjawab dengan baik. Dan perlu tim para dosen dan pendampingan yang sungguh berminat untuk melakukan kreativitas mahasiswa dalam penelitian. Tentu semua itu akan sangat mendukung keberhasilan program kegiatan dalam penelitian sehingga mahasiswa semakin kreatif dan bersaing dengan pengetahuan yang cerdas, sehat dan sangat positif. DAFTAR PUSTAKA Bastaman Syarif, Komunikasi, Media Perekat Keluarga, http://Syarifbosstaman.blogspot.Com/ Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat, Pengertian Narkoba
MARIA MATHILDIS OGUR, lahir di Manggarai 23 Agustus 1967, mahasiswa Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial 2008, NIM 08110004, Telepon 68854066, Email
[email protected] TANTRI BR. TARIGAN, lahirdi Medan 2 Mei 1986, mahasiswa Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial 2009, NIM 08110016, Telepon 08176765380, Email
[email protected] BINTANG MARIA TINAMBUNAN, lahir di Pangaribuan 8 November 1988, mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi 2009, NIM 08120014, Telepon/HP 02192319566 – 081315278720, Email
[email protected] EDY SISWOYO, Doktor Sosiologi Kajian Sosiologi Lingkungan, Dosen PNS Kopertis Wilayah III: Lektor Kepala/Pembina, Kepala Pusat Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (P3M) STISIP Widuri. Kontak +628121954228,
[email protected]
INSANI, ISSN : 0216-0552 |No. 10/1/Desember/2010
31