Majalah Kedokteran FKUKI No. 46 tahun XIX, Maret 2001 ISSN No. 0216-4752
ESTETIKA DENTAL DITINJAU DARI SEGI ILMU KONSERVASI GIGI *) Merry R. Sibarani, Sri Rahayu H., Jastini Raizal, Gemala Birgitta **)
Abstrak Estetika dental berperan menunjang kecantikan wajah secara keseluruhan. Wajah dan senyum menawan yang ditunjang dengan ukuran, bentuk, susunan gigi yang rapi dan warna gigi yang serasi merupakan impian setiap orang. Para ahli konservasi selalu berupaya untuk memperoleh hasil perawatan yang memperhatikan stetika dan fungsi pengunyahan yang maksimal. Untuk mencapai hal tersebut perlu ditegakkan diagnosis dan rencana perawatan dengan pemilihan bahan yang tepat. Abstract Dental esthetic is closely related to facial attractiveness. The individual tooth size, shape/form, color and alignment, create the beauty and harmony of a lovely smile, which is desired by most people. Every restorative dentist attempts not only to produce a favorable aesthetic results but also to provide long term masticatory function, individualized for each patient. It requires skill that involve the ability to diagnose and to plan the proper treatment. Materials and techniques must be carefully selected as well.
*)
Tinjauan Pustaka
**)
Dosen-dosen tetap bagian IP Gigi & Mulut FKUKI
Majalah Kedokteran FKUKI No. 46 tahun XIX, Maret 2001 ISSN No. 0216-4752
PENDAHULUAN Salah satu tujuan perawatan gigi dan mulut adalah mempertahankan atau memulihkan kesehatan dan kecantikan gigi serta jaringan pendukungnya. Penemuan bahan dan tehnik terbaru memungkinkan para klinisi melakukan perawatan dengan lebih baik dari segi estetisnya. Sementara itu kebutuhan setiap orang untuk terlihat menarik lebih meningkat sehingga pasien lebih peduli terhadap perawatan kesehatan dan kecantikan giginya. Sebagai bagian dari wajah yang selalu menjadi pusat perhatian disamping mata dan hidung, mulutpun perlu mendapat perhatian khususnya gigi agar tetap tampak menarik. Estetika merupakan hal yang tidak absolut dan bersifat sangat subyektif dimana setiap orang mempunyai standar dan selera sendiri. Setiap individu mempunyai persepsi yang berbeda tentang estetika yang dipengaruhi oleh ekspresi, interpretasi dan pengalaman pribadi, kultur dan gambaran tentang diri sendiri. Persepsi seseorang tentang apa yang dianggap cantik, mempengaruhi diri seseorang bagaimana harus tampil di depan orang lain. Perbedaan pandangan antara para klinisi dengan pasien dapat saja terjadi, sebab apa yang dianggap menarik oleh para klinisi, secara estetik mungkin justru tidak menarik bagi pasien yang dirawat. Oleh karena itu perlu komunikasi yang baik antar para klinisi dengan pasien untuk mendapatkan hasil perawatan yang memuaskan.
Ruang lingkup estetika dental sangat luas sehingga pada kesempatan ini pembahasan dibatasi pada masalah estetika gigi anterior yang masih lengkap di rongga mulut. KONSEP ESTETIKA DENTAL Estetika dental di definisikan sebagai ilmu pengetahuan kedokteran gigi tentang bagaimana mengharmoniskan perawatan sehingga hasilnya tampak alami3. Perkembangan bahan dan tehnik terbaru memberi peluang lebih besar bagi para klinisi untuk mencapai tujuan di atas dengan tidak mengabaikan kesehatan gigi dan jaringan pendukungnya1,2. Alasan pasien mencari perawatan estetika sangat bervariasi. Menurut Jarabak4 ada 5 alasan yang menyebabkan pasien mencari perawatan estetika yaitu: 1) masalah sosial 2) rasa cemas 3) intelektualitas 4) kebanggaan diri dan 5) keuntungan biologis. Untuk mendapatkan perawatan yang memuaskan, diperlukan komunikasi, kerjasama dan saling pengertian yang baik antara klinisi dengan pasien3,4. Harus disadari bahwa perawatan estetika dental tetap terbatas, tidak selalu dapat memuaskan kedua belah pihak, karena estetika itu didapat berdasarkan kesepakatan5. Keberhasilan perawatan tergantung kepada bentuk disain perawatan yang menyeluruh/holistik2. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ESTETIKA DENTAL Faktor yang mempengaruhi estetika dental adalah bentuk dan proporsi, ukuran, warna dan posisi gigi. Faktor lain
Majalah Kedokteran FKUKI No. 46 tahun XIX, Maret 2001 ISSN No. 0216-4752
yang juga berhubungan adalah posisi garis bibir, garis tertawa dan keadaan gingiva1,6. Gigi manusia dapat diklasifikasikan dalam 3 bentuk yaitu persegi panjang, segitiga dan lonjong (oval). Williams mengungkapkan bahwa bentuk gigi yang lebih disukai apabila bentuk kedua insisif pertama rahang atas identik dengan bentuk wajah7. Proporsi gigi sendiri dipengaruhi oleh perbandingan antara panjang dan lebar gigi terutama pada gigi anterior. Menurut Brisman apabila kedua gigi insisif pertama rahang atas dibuat lebih panjang akan menambah 7 estetikanya . Disamping itu perlu diperhatikan jenis kelamin, kepribadian dan usia pasien. Itu sebabnya ada sebutan gigi feminin dan maskulin. Gigi feminin ditandai dengan sudut yang bulat sedangkan gigi maskulin dengan sudut yang lebih persegi1,7,8. Ukuran gigi selain harus proporsional dengan gigi lainnya, juga harus proporsional dengan ukuran wajah agar mencapai estetika optimal. Warna gigi dipengaruhi oleh hue, chroma dan value. Hue adalah warna dasar dari gigi. Chroma adalah derajat saturasi dari warna dasar gigi sehingga bisa dibedakan warna yang mencolok dan yang lembut. Value adalah kualitas warna dimana dapat diketahui perbedaan antara terang dan gelap. Hal ini perlu diperhatikan pada pemilihan warna bahan restorasi gigi terutama untuk gigi anterior. Pemilihan warna gigi merupakan faktor penentu keberhasilan perawatan estetika1,9. Pada gigi susu, warna dasar gigi cenderung terlihat sama pada semua gigi. Dengan bertambahnya
usia, perubahan warna dasar sering terjadi karena faktor intrinsik dan ekstrinsik yang berasal dari bahan tumpatan, makanan, minuman, merokok, dan lain-lain8,10. Posisi gigi yang teratur dan berada pada satu lengkung rahang dengan oklusi yang baik, akan menunjang estetika. Sebaliknya maloklusi dapat mengurangi estetika baik pada gigi yang tidak teratur maupun teratur. Selain itu, simetri tidaknya gigi-geligi, hubungan mid-line gigi dengan mid-line wajah dan bibir juga mempengaruhi1,6. Estetika dental ditentukan pula oleh banyaknya gigi yang terlihat saat bibir dan rahang bawah dalam posisi istirahat, tersenyum dan tertawa yang dipengaruhi oleh tarikan otot dan bentuk skeletal. Demikian banyaknya gigi yang terlihat, lebih banyak berpengaruh pada pasien wanita daripada pria, dimana pada pria panjang gigi yang terlihat 1.91 mm dan pada wanita 3.40 mm. Dengan bertambahnya usia, banyaknya gigi insisif rahang atas yang terlihat semakin berkurang, sedangkan gigi insisif rahang bawah justru lebih terlihat. Garis bibir dan garis senyum juga mempunyai relevansi sebagai faktor yang mempengaruhi estetika. Hal ini berhubungan dengan penempatan tepi tumpatan atau mahkota gigi tiruan apakah di subgingiva atau supragingiva, agar keuntungan dari segi estetika dan kesehatan jaringan 3 pendukung tetap terjamin . Stain, plak, kalkulus, gingivitis dan periodontitis adalah keadaan atau kelainan yang menyebabkan kerusakan gingiva sehingga mempengaruhi
Majalah Kedokteran FKUKI No. 46 tahun XIX, Maret 2001 ISSN No. 0216-4752
kesehatan, warna dan integritas/keutuhan jaringan. Peradangan gingiva akan menimbulkan oedem, perdarahan gingiva dan kerusakan marginal gingiva, rasio antara gingiva dengan gigi. Langkah pertama untuk menjaga relasi yang baik antara gingiva dan gigi adalah menghilangkan semua peradangan periodontal sebelum melakukan perawatan estetika. Dalam menempatkan bahan restorasi harus diupayakan agar tidak berkontak dengan gingiva2. Setiap konsep estetika selalu menerapkan pola simetris karena secara psikologis bentu yang sama lebih disukai. Dengan demikian mid-line gigi harus sama dengan mid-line wajah3. RUANG LINGKUP ESTETIKA DENTAL Ruang lingkup estetika dental sangat luas karena meliputi beberapa cabang dari ilmu edokteran gigi. Harus diingat bahwa tujuan perawatan gigi tidak hanya menangani estetika saja melainkan juga mencakup fungsi. Kelainan yang perlu diperbaiki ditinjau dari segi ilmu konservasi gigi: karies, kelainan ukuran dan bentuk berupa abrasi, atrisi, erosi, fraktur peg shape, kelainan posisi berupa diastema, spacing, kelainan warna berupa discoloration yang disebabkan oleh tetrasiklin, traumatik, white spot. Kelainan-kelainan tersebut dapat ditemukan pada gigi vital maupun tidak vital PENANGGULANGAN Penanggulangan kelainan yang terjadi berkaitan erat dengan vitalitas gigi,
kondisi gigi dan restorasi yang akan dibuat. Tidak semua gigi yang mengalami kelainan memerlukan restorasi misalnya kerusakan yang ringan. Sementara itu pada gigi tidak vital lebih dahulu dilakukan perawatan endodontik untuk mengembalikan keadaan gigi yang sakit agar dapat diterima secara biologik oleh jaringan sekitarnya. Semua jenis iritasi dalam pulpa dihilangkan sehingga gigi dapat bertahan di dalam rahang dengan dukungan jaringan periodontal yang sehat11. Jenis restorasi dan tindakan untuk mengatasi kelainan-kelainan tersebut yaitu: 1. glass ionomer cement 2. composite resin 3. ceramic 4. bleaching. Glass ionomer cement walaupun relatif baru tetapi segera dapat menggantikan bahan restorasi yang sudah ada. Keunggulan bahan ini adalah selama pemakaiannya akan melepaskan fluor yang mencegah terjadinya karies sekunder dan perlekatan yang baik dengan emaildentin. Secara umum bahan ini dapat diterima oleh pulpa terutama pada kavitas yang dalam, tidak toksik, mempunyai koefisien termal mendekati struktur gigi dan mudah dalam penggunaannya. Walaupun demikian bahan ini mempunyai kelemahan yaitu: mudah patah sehingga sebaiknya digunakan pada daerah yang bebas tekanan8. Composite resin adalah bahan restorasi yang dapat menghasilkan tumpatan yang hampir tidak dapat dilihat perbedaannya karena warna yang sangat mendekati
Majalah Kedokteran FKUKI No. 46 tahun XIX, Maret 2001 ISSN No. 0216-4752
warna gigi asli/email gigi. Disamping itu, penggunaannya hanya memerlukan sedikit pengasahan gigi dibandingkan amalgam, silikat, logam atau ceramic yaitu kurang dari 0,5 mm. Composite resin dapat memperkuat dan melindungi struktur gigi yang tersisa8. Di masa depan resin komposit dalam bidang kedokteran gigi sangat menjanjikan dengan keunggulan dalam hal estetik dan fungsi serta indikasi yang terus menerus dikembangkan. Dengan demikian kebutuhan restorasi yang didukung oleh bahan logam akan berkurang8. Bahan restorasi ceramic mempunyai keuntungan yang besar antara lain menghasilkan warna dan translusensi seperti email yang alami, permukaan yang sangat halus sehingga biokompatibilitas sangat baik, tidak menimbulkan reaksi alergi, kontak dengan jaringan gingiva tidak menimbulkan perubahan warna sehingga memberi efek estetika sangat baik. Kelemahan ceramic yaitu tidak kuat terhadap tekanan kunyah sehingga memerlukan sisa struktur gigi yang cukup untuk preparasi yang ideal. Selain itu dapat menyebabkan ausnya gigi yang berlawanan8. Penanggulangan perubahan warna gigi selain membuat restorasi dan tumpatan,
dapat juga dengan bleaching. Bleaching adalah cara untuk memutihkan gigi yang mengalami perubahan warna dengan menggunakan bahan-bahan kimia. Bahan kimia yang sering digunakan adalah sodium perborat, hidrogen peroksida dan karbamid peroksida8. Mekanisme hilangnya warna belum diketahui dengan pasti tetapi diperkirakan karena adanya oksigen yang lepas, pembersihan secara mekanik dan reaksi oksidasi atau reduksi selama proses bleaching. Bleaching dapat dilakukan pada gigi vital maupun tidak vital. Perlu diperhatikan bahwa bleaching tidak dapat dilakukan pada gigi dengan karies, gigi dengan restorasi dan pulpa masih lebar8. KESIMPULAN Meningkatnya kebutuhan setiap orang untuk terlihat menarik mendorong penemuan bahan dan tehnik baru untuk mengatasi masalah estetika dental, walaupun tidak semua kelainan memerlukan perawatan. Keberhasilan perawatan selain ditentukan oleh diagnosa yang tepat, juga tergantung kepada pemilihan bahan, ketrampilan dan kerjasama yang baik antara pasien, dokter gigi dan ahli tehnik gigi di laboratorium.
Majalah Kedokteran FKUKI No. 46 tahun XIX, Maret 2001 ISSN No. 0216-4752
DAFTAR PUSTAKA 1. Qualtrough, AJE A7 Burke FJT : A look at Dental Esthetic. Quintessence International vol 25, 1994: 7 2. Dzierzak Jacqueline : Achieving the Optimal Perio-Esthetic Result : the team approach. Jad vol 123, 1992 : 41-7 3. Goldstein, RE: Change your smile, 3rd ed. Quintessence Publishing Co, Chicago 1997 : 1-2 4. Goldstein, RE: Esthetic in Dentistry. JB Lippincott Co, Philadelphia, 1976 : 3-7 5. Isler Stuart : Esthetic Principles, Concepts and Practices in Pediatric and Adolescent Dentistry. The Dental Clinic of North America, vol 33, 1989 : 171 6. Goldstein, RE, Garber DA, CE: Esthetic Update : Changing Esthetic Dental Practice. Jada vol 125, 1994 : 1447-54 7. Brisman, AS: Esthetics : A comparison of Dentist and Patients Concepts. Jad vol 100, 1980 : 345 8. Dale, BG and Aschheim KW : Esthetic Dentistry. A clinical approach to techniques and materials. Lea & Febinger, Philadelphia, 1993: TG4-TG13 9. Fruits, RJ, Duncanson MS, Miranda FJ : Invitro weathering of selected direct esthetic restorative materials. Quintessence International vol 28, 1997 : 409 10. Korson David : Esthetic Design for Ceramic Restorations. Quintessence Publishing Co., London 1994 : 11-20 11. Soerono Akbar, SM: Perawatan endodontik konvensional dan proses penyembuhannya. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1989.
Majalah Kedokteran FKUKI No. 46 tahun XIX, Maret 2001 ISSN No. 0216-4752