Stili,,\.l Kn llAIi Slr\1,\N(i.\ I Nll:ltt)ilKn l)Al.n NJ l'iil{,,\N(iKlfNltlR!)l.l'lAn N ,i}l,l .tK IND()\[StA
I'i.11...\N
\ 1,\S,^
Ir; -^( lil I r'r rk
K
tt ..\bilrr ll:r h
I I'IiNlI\II'IN,\N K IlI' I, SI]KoI, I I I )AI,A]\'I NlANA.'Ii\{t]N SllK()l.AII
ll l: lt llr\S IS hiLrrniirti r\r
\.
1,\ .llr Nl lr N Il l: l{ Il.\ S IS SIK( )l.AIl K lr i'l'N{ I N4 PINAN KFI'Al.n Sl-.K()l.AIl Nasir [ ]snran
\
I'l:l{t
I'lfNllN.l'1 r.,\N,\\\', L It,\\1.,\t)t i\'ltrirrl K:rlirnr I );rr rti
,
r \.i
iI
j
r.a-:nr
il;.;l
;;r.ir:rJ[. i-:,ii t
iill
rii
- ir."ii
i) lI):i(,]\{I l ,iii
I\ti tlt:ttt).ASAllKAN IItS.^B'tJIit.l
.\.1
,Alr,.lrrl Karinr Sr
-: -:i;i
I ;-.\S,\N
Ilt ti.t.\l,t \'.\ti 't ,\ t lt III) t rt_tI YAll
:i:i.\l
r'
';-
liiillt
t
.
lij,l
.1,;r,'
lltrtrt: in!i
,.
r
,
:lir.
E
i,,:
I \ i,., ': tr\.iir; I I {:::l l .l:;
cikh
KLSIr\I"li \(i.','\;\ \1,\S\',\it.^,1:.\ f i'i .;l:.jlll I):\l.rrir1 Lllrl.iailln I){PI lll \(.)'\..\ (il-:11'..\ llt \ll l)/\N ltl( :r \\11 l)l Klilrl :,(iS.',irl l. .,\( IrII .IAYA r\irral NlardltiLrlt
I.;:iIl1l t , :-r.i
l\'lLNlN(iKA I K N Kl,l\'1^l\1Pti,\\ ( it rltt . l)41..\l\l \l Ir\( i.\\Al.lSIS I I SII. r- rt.AN( i.\N I IAIUAN t\JLl.At.t', I \\'OItKSI IOP l)l SI) Nl(;l..ltl l-+ K() lA li.\NI)z\ A( F.ll Achrrratl (ilrozin 'l lr ( l llN(i \'()(".,\llUl.AIlY l l lll()l r(;l l ltll,\l)lN(i l li\ l S (.,\n l.\ncrirrr!'nl al ( lrss \il Strrdcots ol-Sl) Ncgcri 1"1 llartja .\ccl]) I rrrrrizi llairrh
l;,!,...
I
I;1*:, 1-,:l;:
1;.:;;t;
tlirrt;
l;;:ii.
tiffir i.r
ri.1r-l
l:'i.:-i+
I
I I
I I
I
l'l
tilliii,l
li ii:i-i'iil l-tillilt
t
[;liii,l l,i+iltl
. +l'.".:l :t'i
r-i-l}]:
r'l'i.'i
1t-::-r'r- r t r'r':,
.,
''1
r- --,
I
:'
Volume VII No. 7 Januari 2013
ISSN 20S5-s672
AL*f,VIAM JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBINAAN UMMAT SUSI.IN'AN R]]IJAKSI:
Pcnanggung Jau'ab 1'r.,f. Lj:.
Ii. Zailrl Abidin Ahrul', It{. Ag
I(etua l)cwau l'en1'unting Drs. Tannizi I{ajab, M. Pd \1'rrhil Kctua l)crvan Penyunting Dr. Ishak Ilasan, M. Si Pcnl'u nting Pt'lalisana Drs. Ir1. Duslli, N4. Kcs, liamarullah, S. r\g, M. Pd, Dr. N{. Junil Yusuf, M. Pd, Dr. Fauzi Saleh, Dr. Jasafat, MWS Syitra TR, S. Pd
Pcnl'unting Ahli
(Ilitra Ilcstari)
Drs. I{.A. Ralurran fB, l'rof. Dr. }I. Farid \\rajdi, It4.A., Prof. Dr. Danii M. Daud, Ir4.A Prof. Dr. Misri A.Muchsin, M.A, Prof. Dr. Hasbi Amiruddin, M.A, Dr.Manat Rahim,M. Si Drs. ii;lrd. Kzrlall l)ii.rcl, I1.A.g, Prof. Dr. Rusdlrti, it{. Si, Dr. I""rnail lr'fuhammad, M. Ag, r\{.,\g, Dr'. Sl aliii,iair YLlsi, ir'I. Si ProL Dr. 51 :ihr-iziil, },{.1'.. l}r. Solyan A. Gani, }r4.A.
Sekretaris Cut Endang Puspa Sari, Lc WahyuNingsih, S. Pd Ns. Siti Maria Ladia Paradisa Syitra, S. Kep
Sctting/ Layout fumbananto, Drs. Subki Djuned, Taufik, SE., Ak, M.Ed., Ir. Basri A. Bakar, M. Si
Sirkulasi T. Baluumsyah, Rusydi, S. Ag
Diterbitkan Oleh: SEKRETARIA,| BERSAMA IIIMPUNAN IMAM MASJID DAN I\,{ELTNASAH (HIMNAS) PROVINSI ACEH Jalan Utama No.4 Rukoh Kec.Syiah Kr-rala - Banda Aceh, Tetp.(0651) 7552874 08 13 6087 4443 - 08 5260007 7 7 0, email: alimamaceh@vahoo. co. id
Daftar Isi
Kata
Fengantar..............
............,.....
111
iv PERAN SURAT KABAR SEMANGATMERDEKA DAIAM MASA PERANG KEMERDEKAAN REFUBLIK NqbONTSN Teuku Abdullah
KEPEMIMPINAN KEPAI A SEKOLAH DALAM MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH Murniati Ar
MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH PERLUASAN OTONOMI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH
t9
32
Nasir Usman
PENENTUAN AV/AL RAMADT{AN BERDASARKAN HISAB '{.}RFI ..... Mohd. Kalam Daud
SHALAT BERJAMA'AH SEBAGAI IMPLEMENTASI TAITHID ULUHIYAH Abdul Karim Syeikh KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT PESISIR DALAM MENGIIADAPI BENCANA GEMPA BUMI DAN TSI.INAMI DI KRUENG SABEE ACEH JAYA Ainal Mardhiah
MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENGANALISIS TIASIL TILANGAN HARTAN MELALU WORKSHOP DI SD NEGERI 24 KOTA BANDA ACEH Achmad Ghozin TEACHING VOCABULARY THROUGH READING TEXTS (An Experiment at Class VI Shrdents of SD Negeri 24BandaAceh) Panduan Penulisan Naskah
46
58
70
88
97
tt4
[{A]-{AJEMtrlt BERBASIS SEI(OLAH PERLUASAN oTONOMI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAI{ OIeh Dr. Nasir Usman, M. Pd*) Email:
[email protected]. llP. 081360672144.
ABSTRACT i.-',::rl5;::.i,:;; Ilr':L:,;., Scl:ci.:i, (.9c.!:,.' D!;:itl )',:":nag.,l;. ri) gii'.s tllc power to the school ileadrnastcr toliendlc thc scliool, in or'.Jer to nrake it becomes porverlul maximally to reach 1!: sinrs of tl':e schcrl. IIcir-., tli,: scl::ol h:i.Cn':rster is cagerly, l:aving the high commitment ii: .il,ii! l.i:, Lr':sl cc:;lci:;r;;:; r.itI th: sclto ! t:::.lts at thc insiii'":,,iol. The school headmaster is also ea;erll ha',.'ing the i::iprolcncss in hrurdling all kinds of activities at the school institurion. It is possible to rnake the school headmastcr be able to make him to take the initiation bosed on the currcnt needs of reformation touard the school process.
Et:tt kunci: trlctnaj,.:nren Bt:;basis Sekoluh, O!o;iortti Eepcmii;tpinntt llcpala sckolah
PENDAIIULUA}I Sistern penl,elenggaraan pendidikan nasional berada pada dua tataran: (1)
I'ioilpone:i bilu'l:r'asi pcngc'lolir:rii p:irclidihul'.
<.i:':r
(2) li:-...;'irca 1''engelola-n
sekolah.
Dalam konteks pengelolaarr sekolali proscs kelancaran pendidikan sangat dipengaruhi oleh otononri kL'l)3ir scliolah dalenr pcmtrerdalaan sekolah. Isi pcko!< deri laporan Bank Dunia
(.lrlsl diiri Su;riudi drlarl L,iurnioti, 2A08:122) lcntang pcngelolaan sekolah adalah lemahnya peranan kepala sekolah dalam mengelola lembaganya. Lebih konkritnya Bank Dunia mencatat beberapa sebab yang membuat manajeruen sekolah tidak efektif, antara lain adalah :
(I)
pada umumnya kepala sekolah (khususrrya sekolah negeri) memiliki otonomi
),ang sangct terbat:is dalcr:r nlc.ngr"lole sekolahirya alau dalam rnemutuskan pengalokasian
sumber daya,
Q)
pada sisi kepala sekolah sendiri, mereka kurang
memiliki keterampilan
untuk mengelola sekolah dengan baik, (3) kecilnya petan serta masyarakat dalam pengelolaan sekolah, padahal perolehan dukungan dari masyarakat merupakan bagian dari peran kepemimpinan kepala sekolah. Keterampilan
ini
sangat penting tatkala fungsi-fungsi
pendidikan didesentralisasikan.
*) StafPengajar FKIP Unsyiah
32
Dalam mengatasi ketiga permasalahan di atas, pemerintah telah membgrlakukan otonomi daerah
{i
Indonesia dengan lahimya undang-undang No 22 Tahun 1999 tentang
Pemerinlah Daerah dan disempurnakan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2a04 vnng membc'rla berbogni prrubahan termasuk dalam pcnl clenggaraan pendidikan. Menurut -qidi dalam Mul1'asa (2007.6) ada crnpat isu kebijahan penyelenggaraan pendidikan yang
plrlu dirckonstnrk-si, yaitu: peningkatan mutu pendicil:an, efisiensi pengelolaan pendidikan, r.lcvensi. dan pernerataan llclayanan pendidikan.
Un,.uk meurujudl:ln kecm;at kebijakan t,--rseb,rt khususnya berkaitan dengan 1':ugclolaarr sekolah sangrt dipengaruhi oleh otonomi kepemirnpinan kepala sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah, baik pada jenjang dasar, menengah, negeri maupun swasta n;:merlukan keterampilan 1'ang memadai agar sasaran, tiiiuan maupun terget pendidikan di g-.::sekolahan lcrcapai dengan baik. Sebagai ietnbagr- .per:CiLlikan, seharusnya persekolahan
memiliki kepemimpinan yang kuat, tanpa adanya kepemimpinan yang kuat tidak akan dr',pat menggcrakkan dan ntelaksanakau tuntutan penclidikan.
Kepemimpinan yang kuat mengindikasikan bahrva manajemen persekolahan telah h:r"fungsi sebaeaiinana rnertinl'a. silllus 1,an,a d.riki::n ini h:irus rliiaga mobilitesnya, Dan 1'ang bertanggung .lar'.'ab menjaga mobilitas tersebut, baik secara vertikal dan horizontal
adalah kepala sekolah. Berdasarkan hal tersebut maka kepala sekolah harus mampu m:laksensl:an fungsi-firngsin1'a ccng:in baik. Funesi-fungsi l:epala sekolah sebagai seorang manajerial adalah seperti perencanaan, pengorganisasian, kegiatan dan juga melakukan evaluasi.
Menurut Stoner dalam Wahjosumidjo (2010:96-97) ada delapan fungsi kepala sekolah sebagai manajer dalam organisasi, yaitu:
(1) bekerja dengan, dan melalui orang lain (2) bertanggug jawab dan mempertanggungjawabkan (3) dengan waldu dan sumber yang terbatas mampu menghadap berbagai persoala,r (4) berpikir secara realistik dan konseptual (5) adalah juru pengarah (6) adalah seorang politisi (7) adalah seorang diplomat, dan (8) pengarnbil keputusan yang sulit
Dari kutipan di atas, jelaslah bahwa fungsi kepala sckolah sebagai manajer harus mampu menjalin hubungan kerjasama baik dengan anggota internal utaupun ekstemal sekolah. Untuk itu setiap kegiatan sekolah harus dijadikan sebagai kegiatan sistem yang
d:pat dipcrtiurggungia,.r'alikan b::ik secara etika rnrupun rcgulasi. Kepala sekolah dalam 1:!'ogafibiliin keputusal hcndakn; a bcrpiliir sccara rciilistis dan kontekstUal serta didukung cl.'h ci::',:r d.:;r iull-.:'n:ssi va:js el:r;:;.rt. r,r:llr:i: r:i,-.lal..t:t:illl:cr I.cgiatan tcrsebut kepala sekolah
i:'::rdahri'il niirmpu bertinclul< sciugri polilisi ti.ri diplunrli dalam memberdayakan potensi t l::Lg aCa socaru strar.csis.
Dl:l.rnr plos.'s 1-.rngei,l1l:ur seholali, k,.:;rah scl:olah hams mampu mclakukan irnprovisasi terhadap tugasnya sehingga
ia
dapat mengarnbil inisiatif walaupun dalam
ir.':ituli op:rasional sckoltrh scsuli dcngan lurrtul;irr rcfornresi peningl(atan liinerja seiloiah
niclalui kcpeminrpinan kepala sckolah 1'ang nrcnjadi pcrhatian pentirlg cialam
sistem
manajemen persekolahan saat ini, yaitu manajemen berbasis sekolah.
i,1;:;rrjcrncn L;:.irasis sll-irleh (Schot! Bi:sLtl tri;t:agtncnt) membelikan keiuasen
dan kelehrasaan begi sekolah untuk mengurus dirinya sendiri, sehingga
sekolah
ketika mul:i digulirkan untul< sekolah-sekolah, bersamaan dengan
di
tci'jadi
kisis
moneter yang
Indonesia. Krisis tcrsebiut berirrplikasi terhadap kemampuan pemerintah
nrJ,r)c.lii":l.irr drna pcadidikan, dau juga l).i'ruru:rkall kcn.ilmpuan orang tua dalam rnembiayai pendidikan anaknya. Dengan situasi yang dernikian tersebut, mau tidak mau, manajeuren berbasis sekolah merupakan alternatif dalam rnenyelenggarakan pendidikan persekolahan.
z\lasan ;'ang dillggap lasional mengapa rnanajemen berbasis sekolah diterapkan,
salah satunya adalah karena perlunya memberdal,akan kepala sekolah sebagai manajer
pendidikan. Disarnping mengikutsertakan masyarakat sebagai bagian dari konstituen pendidikan dan juga sebagai stakeholder pendidikan. Kepala sekolah diberi tugas dan
fungsi yang luas dalam manajemen berbasis sekolah, hal ini perlu diperhatikan karena selama
ini, kelemahan
manajemen sekolah disebabkan karena tidak diberdayakannya
kepala sekolah melaksanakan tugas-tugasnya. Bukanlah suatu hal yang aneh,
jika kemudian
Bank Dunia merekomendasikan agar manajemen berbasis sekolah diterapkan
dalam
lembaga persekolahan Indonesia, "dan dalam pelaksanaannya perlu mengembangkan tiga elemen
pokok mengenai kepala sekolah, yaitu : (1) kepala sekolah dipilih oleh masyarakat,
(2) penghargaan terhadap kepala sekolah yang baik, dan (3) program-program modular /raririrg
r.rntu!.: l:e;rr.!a
sll:olah" (Ji1,ono,
d1d<,
dalom .Ialal d?rn Supriadi, 2001:159).
Fungsi kepala sekolah adalah sebagai pengelola, supervisor dan pernimpinan. OIeh
! --r': i:,.r s':'irrir p:ri:i::'ri:r lir.ns r:an:pu mclnirsrnrll:ir berbagai organisasi yang dipimpin, untuk
itu
tugas dalam rvilal'ah
dibutuhkan manajemen pendidikan (Lazaruth,
19,'7:2C21). Irl:nljcmcrl pendiCil:rir 1'r:rg diangS::p r:rl:1rn dalam upa.v-a meningkatka.n
llir:er.ia sellclah dau kcprla sekolah scsuei dcir-qan tuntrrtan saat
ini
adalah melalui
F i
i I F
manajemen berbasis sekolah.
t )
Bcrdaslrkan hal tersehtrt di atas, tulisan ini ingin n.ienvampaikan beberapa gagasan i d3n ta$aran yang dapat meningkatl
hersifat tematis sehingga telaahann,r,'a brnyak rrengE:n:l!,:an Iiteratur baik dari sumbersunrbcr 1'ang bersilat lexl book maupun sumber-sumber aktual lainnya.
I.-
iINSLP iiANr\JENIEN IIERBASIS SELOLAI{ Manajemen berbasis sekolah (MBS) merupakan a.lternatif baru dalam pengelolaan
ptndiCikan 1'ang lcbih mr;'cl:ankan kcpada I.:er::rCiri::r, kreatifitas sekolah, adanya otonomi lua-s di tingkat sekolah, partisipasi masvarakat l,ang tinggi dalam kerangka kebiiakan pendidikan nasional. Mulyasa (2007 :34) menyebutkan bahwa: Ir4BS merupakan salah satu .,r,Lrjud
dari reformasi pendidikan yang memberikan
otonomi kepala sekolah untuk rnengatur kehidupan sesuai dengan potensi, tuntutan, dan kebutuhannya. Otonorni dalam manajemen merupakan potensi bagi sekolah untuk meningkatkan kinerja para tenaga kependidikan, menau'arkan partisipasi langsung kelompok-kelompok terkait. dan meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pendidikan. Dari kutipan di atas. jelaslah bahvra MBS merupakan manajemen yang memberikan
otonomi luas pada lembaga sekolah. Otonomi yang diberikan ke sekolah membcri
i
rlan
li:sempatan yang luas kepaCa kepala seliolah untuk mengatur dirinya dengan melibatkan
tiga
stekelroldcrs dan masyarakat dalam meningka*an kinerja sekolah. Dengan diberikan
lkat,
otouomi sekolah diharapi
lar
pfogrcn sckolah, dan rnenenlulcan arah pcmbangunan pendidikan di sekolah sesuai dengan tu:ihrtan pendidikau yang bennutu.
fl:li
Berdt.:ril:rn prinsip-prirr sip Ir{BS
r:l:a
S:1:clah sebagai lembaga terdepan dalam
t:ttu seluruh pihak yang terkait sel:olah untuk berpartisipasi alcif dalam melakukan berbagai
r,:.:i:rl.,:larr p;o:-e: pclididil.ill. mli,irrlili .a:lliii\ i". sllii.l)
",,,,
dergen penl,elenggaraan
L:,.t:
i
ielui
d,.rva manusia,
...,:1::;'r i.r..i.;:,licl.1,i:n pio:-r; Irrrr-,'ij,',,.:.ll.lJi; s:1,.r1;:il-
sumbei dala L,rlajar, sumber fasilitm
l\{llS arlelali ririrtuk rllernatif l -'ri1
L::li:,.laIlm memberdayakan sumber
s;].:olal: setr:rgai hasil
L
ini
i,.:,idiclililtrr" SeLa;lai u irjuci clari rcfi,rnrasi ptndidikan, il1IiS pada prirrsipnya bertumpu pada sekolah dan masya16f,al serta jauh dari birokrasi yang sentralistik. MBS berpotensi
I
::: -
l..iirk nre;ri:r;l;rtkr:: pa:iisi;::rsi :nasr,alal;lt, p!:il.-ialarl, efisiensi, serta manajemen
yang
bertumpu cii tingkat sekolah. N,{BS ditujukan untuk meningkatkan kinerja sekolah melalui
i.:.rrbc;'ian \\',J\1,'criitlt diin i3ll!Iitriq j:,ri:rb yl:'ig
l.ltjh
besar kepada sel
tata kclola yang bailg yaitu
partisipasi,
transparansi, Can al:rrntabilitls. Peningkatan l:inerja sekolah yang dimaksud meliputi 1i)'a
gka
;
:.i;:-l:r.',r;'. r:ll.1-i, ll.:l:iivit.rs. p:oJ:I:liviiu:, d::it i:roi ::: i pcr,did ikan (Mulyasa, 2407:25)'
\{BS
sebagai konsep peniberdaya3n, memiliki peluang yang besar dalam
meningkatkan manajemen sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan. MBS memberi
aktif dalam
tn
kcsenrpatan yang luas bagi stakeliolders untuk turut serta atau berpartisipasi
:an,
mcnentulian arah persekolel:an. Kebijakan untuli mclibatkan kelornpok kepentingan dalam
,lah
penyelenggaraan persekolahan, merupakan upaya
rasi Lkat
positif dalam memberdayakan
persekolahan. Pemberdayaan persekolahan melalui MBS merupakan kemauan
politik yang bersifat
strategis terhadap personil organisasi dan rnengutamakan manusia sebagai sasaran (an
pemberdayaan, yang akhirnya
reri
persekola[an secara kesel'druhan. Sebagaimana dikemukakan oleh Chapman dalam Sagala
35
nanti akan berpengaruh terhadap
pengorganisasian
(2011:157), MBS adalah suatu pendekatan politil( ),ang bertujuan untuk mendesain pengelolaart sekolah dengan memberikan kekuasaan dan meningkatkan partisipasi sekolah
dan masyarakat dalam upaya perbaikan kinerja sekolah. Dari uraian
di
atas, dapat
disimpulkan bahwa sekolah yang menerapkam MBS I:epala sekolah hendaknya dapat mcnota ul:ng mana;lmen sd
baik guru, peserta didih komite sekolah, dan masyarakat. MBS merupakan kebijakan ;:;;rcrir,lnh lanr n:c;:lrdi pcrioril::s r':r;, hrius dilil:s:,nll:rir di sekolah. MBS dalam konteks ini, dianggrn sehagai inslnrnren yang mampu mengembalikan ^j-'; ri:'i l':rru:il s:l',:t3:i l;c':'ri:i.l1l I;:;.:r'.!; rl:; ti. r': r,;:i:: cii:l-.rt memberdayakan manusia tl: ,i pcrsel:olahan sccarIt simirlian. ML:l;'asa (2007:24) me:tgemukakan bahwa kewenangan vang bertumpu padr sckolah men:prkn inti drri \1BS va:rg dipandang memiliki tingllat cf.'lrti'.'itas tinggi ser-ta neinl-.:ri!:en hcl,cir'.rl l:euntunran scl;a3ai berilort:
(1) I(ebijakan dan kewenangan sekolah membawa pgngaruh langsung kepad4 peserta didi1q oraugtua dan rnasyarakat serta euru. (.?) llc*rf Lra;r mendal'agunakan dan bagaimana menranfaatkan sumber daya lokal.
(3)
Efekif dalam
melakukan pembinaan peserta didik seperti kehadiran, hasil bclajar. tingllat rcnguhngian. tinrkrt -r''".- s.l"tlr.h, moral guru. dan ikiii-n s;ckolah.
(4) Adanya perhatian bersama untuk mengambil keputusan, memberdayakan guru, manajemen sekolah, rancang ulang sel:ol:h. dan pcrubahan pcrencanaan. Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpr,rlan bahwa manajemen berbasis
sekolah akan mampu mengatasi berbagai permasalahan-permasalahan yang terjadi di sekolah. baik permasalahan yang terjadi dalam internal sekolah maupun permasalahan ekstemal sekolah. Untuk itu. pemberdayaan sekolah melalui manajemen berbasis sekolah akan mampu meningliatkan kualitas organisasi sekolah.
MBS akan menjamin
terselenggaranya pendidikan yang berkualitas sehingga
berimplikasi luas terhadap peningkatan mutu lembaga pendidikan. Konrponen-komponen dalam penyelenggaran manajemen berbasis sekolah seperti manajemen, proses belajar mengajar, sumber daya manusia dan sumber daya fasilitas dan administrasi, dapat berkembang secara maksimal dan optimal sehingga penyelenggaraan sekolah tersebut dapat
momberikcn kontribusi terhedap siapa saja yang membutuhkan pendidikan (stakeholders pendidikan).
MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH OTONOMI WEWENANG
ISTE}I]} IPINAN I{EPALA SEKOI,AII Bergulimya reformasi total di Indonesia dengan kencang diibaratkan seperti bola s:ljLl 1.;rg mcng;:rlL:;;:i I t:g l;c-:.it r I.L'tn:tij, L:l; s::;; ill'.;"L.tt membau'a kesadaran bagi siapa saja yang dikenainya. Berbagai sektor dalam sistern penyelenggaraan negara telah
cl.l.cnli olrL b,rlr sr:lj'"r ti'.j.5u1, stl:ing3a niLtni,.tlhli I.esedaran untuk melakukan p:ilharurn, tid:rk terkecuali di sektor pendidikan. Sektor pendidikan sebagai sektor stratsgis telah melakukan berbagai perubahan atau rc1'orma-si. salalt salu bentul: reionnasi pendidikari
dalarr si:,tcr;r penyelenggaraannya adalah
r1l'.'erapkannya manajet:ren bcrbasis sekolah (MBS), Perlunl'a melakukan pembaruan dalam
e:rrek m3najemen persekolal:an
ini
karena berbagai penelitian menyatakan bahwa
rlrlinajemcn sekolah rlembsrikan kontribusi yang beslr t':rhadap kualitas pendidikan. Scdangl:an mengapa pilihan liiirus kepad*. rnanajerner bc,brsis sekolah, tidak lain karena
r:lio1:rh h:irus mcngu',:ural-:an ];rbutul1iln p.ianggan penci-iii.1n. Selama
ini sekolah tidak
pemah memperhatikan pelanggan pendidikan, yang terjadi adalah pengabaian terhadap mereka,
Icrlutrya Inclskukair perubahan sehingga manajemen berbasis sekolah dipilih sebagai altematif, karena pendidikan tidak lagi hanya dianggap sebagai lembaga non-profit,
sekolah telah dijadikan sebagai bagian dari sistem jasa, yaitu jasa kependidikan. Itulah sebabnya world Trade organization
(wTo)
telah menempatkan pendidikan sebagai bagian
hal ini terjadi karena terjadirya liberalisasi perdagangan intemasional.
Dimana pendidikan tidak lagi
bagian dari sistem perdagangan dan yang diperdagangkan antaxa satu negara ke negara yang lain. Pendidikan saat ini merupakan bagian dari komoditas yang memiliki nilai
eksport maupun import,. ini merupakan suatu realitas yang tidak dapat dipungkiri dan telah menjadi fenomena pergaulan global.
Sebagai bagian
dari sistem
perdagangan, tetapi tetap memperhatikan dan
mempertahankan nilai-nilai pendidikan sebagai
hrl l,ang
substansial, pendidikan kekinian
harus tncmperhotikan siapa-siapa scbenarnya pclanggaa pendidikan tersebut, agar tidak
t:riadi pcngabaiirn terhadap hal: p:lrng-1;11 sll:ali.us tnngri:ng jawab publik (akuntabilitas) pcnl,elenggra pcndidikan.
Kedudrrllrn pclanggan den .sta!:choldcr prld!ililian dalam I,.'ndidikan
rn
cngind i!:asikan balnva
le
rllxr:t pcndiCikrn hrnrs memiliki
penyelenggaraan
strategi yang jelas
dllam melibatkan seluruh lapisan masyarakat lingkungannya. Manajemen berbasis sekolah cl:rnggap mampu menjcmbatani anlara kcinsinan masvar?}:nt scbagai pclanggen dengan s';
liolah scbagai peniual jasa kepcndidikan. Oleh karena itu sistem persekolahan
harus
mampu membentuk sinerji dengan seluruh komponen-komponen yang terlibat secara !rresung mar.rpun tidak langsung dengan sekolah.
Dalam konteks pendidikan persekolahan saat ini l,ang telah menganut azas baru drtlam manajemcn pendidikan, vainr manajenren berbasis sckolah, pcminrpin persekolahrn (kepala sekolah) harus memiliki inisiatif yang besar melakukan berbagai upaya agar sekolah mampu memenuhi keburuhannya melalui pelangc:rnnya. Itulah sebabnya kepala sekoiah tidak lagi dianggap han,va sebagai seorang adminislrator yang kaku menjalankan
prinsip-prinsip organisasi kependidikan, tetapi ia harus bisa menempatkan diri sebagai seorang manajer yang mampu memberikan dan merlcari masukan secara ekonomis bagi sekolahnya.
lr4anajemen berbasis sekolah memerlukan peningkatan yang signifikan antara penyelenggara dengan masyarakat pengguna jasan1,a, oleh karena itu persekolahan harus
lebih profesional dalam menjalankan aspek-aspek manajerialnya. Profesionalisme yang dilakukan sekolah harus dapat memenuhi segala tuntutan penyelenggaraan MBS tersebut.
Dalam kerangka
ini
menurut Mulyasa (2007:98-120) mengemukakan bahrva kepala
sekolah harus memiliki keterampilan yang profesional yaitu: sebagai edukator, manajer,
administrator, snpervisor, leader, innovator, dan motivator yang disebut dengan istilah
EMASLIN{. Dalam perkembangan selanjutnya, sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman, kepal.a sekolahjuga harus mampu berperan sebagai leader, inovator
di
rn
dan moti'ator
ln
pendidil
Ll:
cCministrator, supcn'isor, leadcr, inorar;or dan rnotivator, disingkat EMASLIM.
,
sekolahnya. Dengan demikian, dalam paradigma baru manajemen
Kemampr:rn mrnajci-jrl ),ang haru-s dikuasai setiip l;cprla sekolah, tentu saja adalah
l.lnlr,-nr''uan van1r scsuai d-'ngan fungsi-fu'rsi mrnajcmeii, yaitu penguasaan membuat
nerencene:n, p:ngorcanisasicn, pel:,rlisl:ra:r alLivitas cl:l melakukan pengawasan. I i.'l:.l:L;i:i:r bcr'b::::i alltivitls tcrsrl;itt hanrs scsuui ti.,ngi.rr pl.ir:sip-prinsip psnyelenggaraan s:'kolah. tr{cnuru'. sagala (2011:161), MBS memiliki karakterislik sama dengan sekolah
r''':lg elel:tif. Lebih lanjut Drnim (2007:62) mengerrrukal:an karaktcristik seliolah vang el,:ktif rncrnenuhi kr.iteria sebagai berikut:
(1)
Mempunyai standar kerja yang tinggi dan jelas mengenai untuk apa setiap
(2)
ir,lrndorong aklivitas, pemahaman multibudaya, kesetaraan gender, dan mengembangkan secara tepat pembelajaran menurut standar potensi vang dimiliki oleh para pclajar. It 1:nghrrapka:: plra sisrva uniuk rncn3arnlrii pcran tanggung jau,ab dalam
sisrva harus mengetahui dan dapat mengerjakan sesuatu.
(3)
(4)
(5) (6)
(7) (B)
(e) (10)
belajar dan perilaku dirinya. Mempunyai instrumen evaluasi dan penilaian prestasi belajar siswa yang terkait dengan staldar pelajr* (lealncr -ster:dars), menentukan umpan h:rlil: yanc berma!.oa untuk sisrva, keluerg:, stsf, dan lingkungan tentang pembelajar siswa. Menggunakan metode pembelajaran yang berakar pada penelitian pendidikan dan praktik professional. Mengorganisasikan sekolah dan kelas untuk mengkreasikan yang bersifat member dukungan bagi kegiatan pembelajaran. Pembuatan keputusan secara demokratis dan akuntabilitas untuk kesuksesan sisu'a dan kepuasan pengguna. Menciptakan rasa aman, sifat saling menghargai, dan mengakomodasikan
lingkungan secara efektif. Mempunyai harapan yang tinggi kepada semua staf untuk menumbuhkan kemampuan professional dan meningkatkan keterampilan praktisnya. Secara aktif melibatkan keluarga di dalam membantu siswa untuk mencapai sukses.
(11)
Bekerjasama atau belpaftner dengan masyarakat dan pihak-pihak lain untuk mendukung siswa dan keluarganya.
Jika dilihat dari karakteristik tersebut maka dapat dikatakan bahrva kepala sekolafi
harus memiliki kemampuan yang kuat dan besar dalam mengelola manajemel persekolahan. Manajemen persekolahan bukan berarti bebeda dengan prinsip-prinsip manajemen lainnya. Ditemukan kesamaan baik secara teknis maupua operasionalnya, hanya s,r-ia, dahm mrnajernen t:,ersgkolahon, dii_.s.1rL., tingkat kecerdasan yang memadai
d:li scii:p klpala scl:olr:h. S:,:;ab ma;:ejtmcn
pc;sekohhan bertujuan untuk melakukan
l:;r:l;rlr:r.n terl;:rda2 si!:en a1.a',r lcrilall,: i::trt:t didill. s:hingga lulusan persekolahan :,'i:lTi1i':i k,:il.;':i;;::kl tltl::1.: ir,r:g;r'::l rl.:e rti;n; csri:riilt,n diri dengan lingkungannya.
Iiri:.r:i:-;r:ln lt:lt:s::t
u::1iil.:
d^r:l l.:i-lir:h n,l:ri:lt s:s.:,:..,
tujuan
j,.: ',d iii,l::, n.
iika ditelaah
' : b:ll:-1,llit
ini, kepaia sekolah terbelenggu oleh sistem birokrasi yang
selarna
rJr;: cc::Cerrlrq
rrli.-tf
I '.:'11anip,i3rl r: -niiiri.1:inu'a.
l.:i:: it i:,:LeL:r.ra:.: dll-r 1:,..:.:ral;pilanny,a mengembangkan
Iiai ini
tci']atli kiirena
l;l: ol.;rasi
pendidikan cenderung
menjadikan lembaga persekolahan hanya sebagai pelaksana kebijakan satuan atasan, ,'i;'.:t;';r n:rsrl:r-.lihrl lrr.t,::iclqtl.:L;1i s:lcj:. l:cin-.ila;: d:i,. nitfra-m yang telah ballu dlui safuan atasan tersebut.(r-..111n1 fl,;n1'111
lrii111i;M 1:rl:i!r.i.l.:-
rlii;tti:*.
r.,:;-:r::.tiillt1 I,:e depen mctiilniitt
I:,":tcrampilan r':anrjemen chri sctiap pcmimpin pendidikan rnsna.,emen persekolahan
li:l
s:rt ini felah
bersil'.:t birr-,i::'r1is hirarhir l;e a;r,h
bergescr
di persekolahan, maka pola
dcii mrn:,ic;:ien yang bersifat sentralistil<
tnr:jrnreir
moC.:l.'. 1,a:rg disebut dengan manajemen
berbasis sekolah (scfiocl based ntanagenrerl). Manajemen berbasis sekolah merupakan
implikasi dari reformasi pendidikan, yaitu perubahan mendasar yang dilakukan lembagalembaga pendidikan dalam menguru5 dirinya sendiri sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan pelanggan pendidikan tanpa mengorbankan prinsip-prinsip pendidikan.
Manajemen berbasis sekolah adalah suatu pendekatan politik yang bertujuan untuk
meningkatkan me-redisain penyekolaan sekolah bertujuan untuk memberikan kekuasaan dan meningkatkan partisipasi sekolah dalam uoaya perbaikan kiner.janya yang mencakup
guru, sis',"r4 orang tua sisrva, dan masyarakat. Manajemen Berbasis Sekolah memodifikasi
struktur pemerintahan dengan memindahkan otoritas dalam pengambilan keputusan 41
di tingkat lokal (local
l:rh
pemerintahan dan manrjemen ke setiap ;,ang berkepentingrin
len
stalcehotder), (Chapman,
sip
pembaruan dalam mengelola sekolah telah beralih darl yang bersifat birokatis hirarkis ke
ya,
arah kemandirian, oleh karena itu kepala sekolah dituntut memiliki komitmen yang kuat
dr.i
uniul.: ncngcloir pe;rdiCil:rn d.';:gan l:cma;uir:r y;ing memadai untuk melakukan tugas-
:an
tugas kepemimpinan di persekolahan.
)l
r.l..i:..l
J,
1990 dalam Fattah, 2000:4). Dengan demikian, prinsip
::',,,::i,::.-1.':::1:.:
:
:.'cl-:;3 kepala sekolah adalah untuk
mendul.rung konrponen-komponen kinerja kepala sekolah. Apalagi
di dalam diri
seoranjg
s-'.6t.r' t:tr:.,.|,rt t:l:;ji iul;li::l illC::l:,1:::1:r b:,';:t3:i l.rldiket, seperti sebagai seorang .."::rCidik. su.pen'is,:rr'. pcr:iil:pin, mrnajcr, aCnriiristri:lcr, drn motivator. Jika komponen1..';,31!1-
Tq
komponen tersebut ticiak melekat secara maksimal dalam
diri seorang kepala sekolah, sulit
t:;ri'.rk n-rcngharapi:i;r n kiricrja 1'ang baill Cari tugas yang dibebanl:an kepadanya.
Kepemir:rpinari menj:rdi strategis dan sifatnl,a kusial dalam tugas seorang kepala sel:olah, mutu persekolahan sangat dipenraruhi oleh mutu kepemimpinan kepala sekolah.
S:l,olalr y'ang bc.nnuiu ntenjadi tuntutan cian tcbutuhan sialceholder pendidikan. Oleh !:::iena itu kepemi:npinan I'ang baiklah 1'ang akan dapat nrelaLrrkan berbagai upaya agar
i
:.;'-ran
per:didikan, baili tui:::n sccara nssic;tal, in.;iitusirlili rnaupun individrial tercapai
sebagaimana mestinya. I,{,:ms:': g
Ci
1'cr'-.cl:.'
bi;r',:il; hal ';irt3 drprt
nrc
ri
i;ig }ratk:n r.r1:: a psncapaian tujuan pendidikan
lalnn, i;.al gi ji!rc n:arrjelncn bcrba'is si:kolah diLerapkan secara tapat.
Salah
1n
satu upaya agar pencapaian tujuan'pendidikan bermutu itu tercapai, adalah kepala sekolah
a-
harus berperan sebagai pemimpin pendidikan.
in
Sebagai seorang pemimpin pendidikan
di era reformasi ini kepala sekolah
harus
mampu rnelakukan pekerjaan lang sifatnya luas, ia rnampu mengendalikan organisasi dari
ik
dalam dan mampu melakukan kon-1ak dengan siapapun diluar organisasi untuk kepentingan
in
organisasi sekolahnya. Untuk kepentingan tersebut, kepala sekolah perlu memperhatikan
rp
prinsip-prinsip berikut ini
si IN
11
1.
:
bersikap terbuk4 tidak memaksanakan kehendak, tetapi bertindak sebagai fasilitatot yang mendorong suasana demok;ratis dan kekeiuargaan,
2.
.
3.
4. 5. i',
mendorong para guru uituk mau dan mampu mengemukakan pendapatnya dalam memecalkan suatu masalah, serta harus dapat mendorong aktivitas dan kreativitas guru, mengembangkan kebiasaan untuk berdiskusi secara terbuka, dan mendidik gurug.uru untuk mau mendengarkan pendapat orang lain secara objelrtif (hal dcmil:iln dcprt dilahrkan de:rgan ishrr rrenengahi pembicaraan dan rnenle rjcniahllan penl!,ica:aar onlg lain untuk dapat dipahami), mendorong para guru dan pegawai lainnya untuk mengambiil keputusan yang prling lrail: da:', menteati l:cpulusan itu, d:ln L;:'lellu seL;e::;i 1-"3:1"1ir5h, p::t3;1ur pi:r!:iac:riiiir, perantara, dan pengambil kesinrpulan secara redaksional (Mulyas4 2002:141).
li:qii{ri:::il: tll':;clul riilias
n:,':'un:l:an prinsi|-pLir,sip kepemimpinan kepala
sci:ol;rh tjllam liubunganni'a dengan guru,
jika
selama
ini
hubungan guru dan kepala
sr!:olal'; lcbih bcrisiial antrra atasen dan bal,ahal karen:r implil;asi dari sistem persekolahan
sci,rg:,i b.rgian da:i trirokrasi pemerintahan.
Kini
hubungan }:epala sekolah dengan gtrru
lebih bersifat kolegial, artinya hubungan itu dianggap sebagai sesama reka sej.awat, hanya
srlt
seoreng
ke;rla s:i:olah di;.ercai.x oleh girnr-gunr laicnya
kepemimpinan
di
sekolah tersebut karena
ia
melakukan flrgas
diyakini mampu melaksanakan
1:r'sekolahan un1l1l( mencepa.i tujuan bcrsema.
Dan i;ri aCalah
tugas
subsr;rnsi dari
p;nyelenggaraan sistr-.rn persekoialrrn yang berdasarkan kcpada mnanajemen berbasis sekolah.
Ir:p'lil:asi dr:"i pcneranrn slrategi manajen,en berbssis sekolah $lBS) ada)ah menciptakan kondisi di antaranya perubahan pengelolaan dengan mendelegasikan kekuasaan kepala kepala sekolah dan guru. Untuk itu sistem akuntabilitas terutama bagi para stakeholder perlu mendapat perhatian. Sehubungan dengan itu agar sekolah selalu
berhati-hati dalam pengelolaan pendidikan dan anggaran, ineskipun melaksanakan pengawasan yang
baik tidaklah mudah (Fafiah, 2AA0:21). Kedudukan
stakeholder
pendidikan dalam manajemen berbasis sekolah menjadi perhatian dan pertimbangan, sebab kedudukan
sta,Le
holder tersebut akan menentukan kebijakan apa yang harus diputuskan dan
ditetapkan oleh kepemimpinan persekolahan. Tuntutan dan kebutuhan stakeholder pendidikan akan memberikan inspirasi bagi sekolah untuk melakukan yang terbaik dan
43
terencara secara terukur sehingga pencapaian tujuan pelanggan pendidikan berjalan secara
n
efektif. Peranan kepala sekolah selaku pimpinan dalam melaksanakan upaya peningkatan
t-
tl n
mutu berkelanjutan
di
sekolah, cenderung lebih banyak menggunakan waktu untuk
l:egirlan r:icmi;::pin, r:rerel:.ar:d.:::r.r ide-iC: baru d:n bctr:erj: lcbih dekat dengan para guru maupun stafirya. Menurut Fahy Gaffar (1994), ada beberapa faktor kunci yang perlu qli;',311!-i, scc;irr3 rnr;::.i.,:r: l-t:r-l;t:;),.-! pc:.:::lia::.tsli tt:lraJ_rp philosophy mutu; kzdua
il t
visi
terrtang pcningkatair mutu berkelanju*.an; ketiga gaya kepemimpinan yang tepat untuk
n
l'mbi:d:r'el;:ll nlL:lrr; lcirrr.rt p:ian slr,:i:ris s*qi:i C;:rrrn, linglop, newenang dan l rrggring jatvall. kclinra, cr:;;otrcring taacltff atas dtsar l:ttrer focas (Fattah, 2000:33). Faktor-faktor krnci yang harus dikuasai oleh secrang kepala sekolah merupakan upaya
il
u;riuk neningkatkan mutu persekolahan, nrutu tersebut tid:k cnpat dilaksanakan begitu saja
a
tenpa adanya perencanmn yang jelas dan pemahaman yang mendasar apa sebenarnya yang
s
harus dilakukan.
I al
:J
t
-
jr,r
oleh karena itu strategi apa yang diangeap efektif agar seluruh tanggung
ah ter-sebut dopat dicapai. al:an menentukan keberhasilan tugas-tugas kepala sekolah.
1
I\ISINIT,ULAN Manajemen berbasis sekolah sebagai kebijakan baru dalam pengembangan peran pcrse!:clahan agar dapat menrenLrh! l:chlrllrllan srakcl:c!.1:r pendidikan. Kepemimpinan
l:cpala sel:olah merupakan tipaya untuk ,.rengembalil:an otonomi kepala sekolah. Oleh
karena itu, peran kepala sekolah harus difungsikan sebagaimana mestinya sehingga tuntutan pencapaian tujuan pendidikan
di persekolahan melalui kepemimpinan
kepala
sekolah dapat tercapai secara efektif. Manajemen berbasis sekolah membutuhkan kepala sekolah yang dinamis dan
keatif dalam memanfaatkan sumber daya yang ada (manusia
dan
non manusia) secara maksimai, sehingga tujuan pendidikan di persekolahan dapat tercapai.
Untuk itu kepala sekolah harus mampu memotivasi personil sekolah dan menjalin kerjasama dengan stakeholder pendidikan secara proporsional.
DAFTARPUSTAKA Danim, Sudarwan, Q007), Visi Baru Manajemen Sekolah, Jakarta, Bumi Aksara. Fattah. Nanang, (20XA), !.fan,.jurcn
]l:rlcsis S:l;oleh, ltndira, Bandung
Mulyasa, E, (2002), lttanajemen Berbasis Sekolah, Rosdakarya, Bandung.
i.irtll'c:;r, Il, (20C7), Gunt lilan:tr, Bandirng: Rcrnajo Rosda Karya.
I l:rlvasr.. Il, (2007), J!;t:io:!! .f,:yrl!s l{osda liarya
5..,1'r1,.,r,
)-,'::3 P;'a'.:.,,!cnel, Bandung: PT Remaja
Mulyasa, E, (2007), Manajemar Bu'basis Sel,"olah: Kon.rcp, Strategi, dan Intplententasi, Bandug: 'Rosda Karya. N4unriat:i
Ar, (2008), A.[onajenteri Stt"atejik Peran Kepala Sekolah dalant Pen$erdayaan. Bandung: Cita Pustaka Media Perintis.
Jr,lal.
Fasli dan Supriadi. Dedi, ( 2001),
Rr.forntasi
Pardkliittn Ddlam Konteks Otonomi Daerah,
Adicita Karya Nusa, Yogyakarta.
Srgala. S1.'aiful, (2011), Kcmatninrun Pritlb.rirtnn Crrtr dar Tcnaga Kcpendidikon. Bandung: Allfabeta.
Wahjosumidjo. Q010), Kepemimpinan Kepa!a Sal:o,/afi, .Trl:rria: Radja Grafindo Persada.