i', :..
rrl'
1l ',,r '' -. .j:.i. i,..
.
OH: '..:
1L'
i.:
i:
ilfUKHY.dRJON ,l
BP: 93 120 071
-
FAKI.'ITAS KEDOKTERAT\T '
.'IJI{,IIffiRSITAS A}.IDALA S .,,,'".
,,PADANG ts8
,,
Diqiukan, s@ai,,salah satu syarat
untuk
menempuh
*
*..,Sarjn,1$,,
( S. Ked. ), pada Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas, Padang.
Disetujui'Gleh:
Fembirnbing
I l
Dra*',Nuzulia Imwati, MS NIP. 130 934253 Bagran Parasitologi Fakultas Kedokteran LTNAND
'Ih..SakFiYrrar,,'1,, . , ,tr3t,isj:669:i, , .', ,' .:
1
:Bagian,Biolog,.,' r'
,.
:Fakultas Kedsktrtran
UNAIID
'
Skripsi
ini telah diuji dan dipertatrankan di depan:'Palitia, Ujian Sarjana
Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas Andalas,,Padang pada hari Kamis tanggal 02 bulan Aptil tahrrn
1998.
NAMA
NO
'
,
JABATAN TAJYDA TANIGAT{ -4
I
Dr AAziz Djamal OtU e g
Ketua
:.
:;*-'-tl
l
z.
Dra.
Nwulia lrawati, MS
Sekretaris :
t,
:
. , ,.
J.
Dr. Bakri Yunar
Artggota,
4.
Dr.'Gayatri A,sman
Anggota
\
\,
KATA PENGANTAR
B1
sml 1 1ah 1 rrahmanl rr.ahim,
Puj1 dan syukur hanyalah nillk A1lah SWT seurata karena dengan karunia dan rahmat-Nya Jualah penulis dapat menyelesalkan skrlpel fu:l dengan baik. Skripel inl dlsusun berdasarkan penelitian penulls dalam bldang Paraeltologl yang berjudul ,, Nematoda usus yang DLtemukan pada Permukaan Tabuh Itusea doaestLea dt LokasL Pembuangan Akhir Smeah Kota padang, KeLuralzan
Air Din4in, Kecamatan Koto Tangah, Kotamadya padang,,. Penulis ingln menyanpalkan terima kasih dan trenghargaan yang setlnggl-tingglnya kepacia rbu Dra. |luzulia rrawatl, MS selaku dosen pembinblng r dan Bapak Dr. Bakri Yunar selaku penblmblng rr atas eegala bimbingan, pengat'ahan dan saran yang dlberikan seJak pereneanaan penelitian, pelaksanaan eampai selesainya penulisan skripsi ini. Ueapan terlma kasih juga tak lupa penulis haturkan kepada
:
Bapak Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Kedokteran Universltas Andalas
Ketua baglan Parasitologl Fakurtas Kedokteran universltae Andaras dan Pegawai bagi-an parasltorogi. Fakultas Kedokteran Unlversitas Anclalas
Kettta lragian dan pegawai Blokinria Fakultae .liedokter.an Universltas Andalas
Rekan-rekan yang memlrantu penulle dalam pengumpulan sampel dr- Lokasl Pernbuangan Akhlr sanpah kota padang
tua, Adlk-adlk yang tercinta atae notlvasl, semangat, clnta kaslh dan doa yang telah dleurahkan selama lni
Kedua Orang
- Rekan-rekan
mahaslswa Fakultae Kedokteran
unlversitas
Andalas atae segala bantuan dan dorongan semangat Penulls menyadari bahwa "Tak Ada Gadlng yang Tak
Retak", skripsi inl masih jauh dari kesempunaan, untuk itu penulls sangat nengharapkan kritik dan saran yang memban-
gun darl senua pihak. Akhlrnya penulie berharap semoga ekrlpsl 1nl dapat bermant-aat bagl klta senua, Amin.
Padang, Januarl 1998
PenuLis
v1
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang tr{enatoda-I{eaatoda Ilsus yang Ditenukan pada Pernukaan Tubuh Laiat l{. doaestica di LPA sanpah Kota Padang di Kel'urahan Air Dinglin,
Kecapatan Koto TanEah, Kotaaadya Padang., Seribu ekor
sanpel telah dikunpulkan dan dilakukan identifikasi neaatoda-nenatoda usus yang terdapat Pada pernukaan tubuh lalat I{. donestiea. Dari penelitian ini didapatkan hasil
bahwa ditenukan
nenatoda-nematoda usus pada Pernukaan tubuh lf.
doaestica
Tumbrieoides dengan frekuensi sebagai betikut : Telur l. (0,402), telut Trichuris triehiura (0,10U ), Telut dan larva cacing tanbang (0,502).dan Telur O. versieuLaris
(0,102).
v]-1
ABSTRACT
A researeh about the rntestinar. I{eaa.todes that's found on the External surfaces of I{. donestiea froa rpA saapah Kota Padang in Kerurahan Air Ddngin, Kecaaatan Koto Tangah, Kotanadya Padang nas conducted. A total of 1000 sanpels were colleeted and the intestinal nematodes on their external surf aees were identif i.ed. This researeh found that the intestinal neuatodes were present on the external surfaces of the t{. domestiea with followin€ frequeney : A. lunbticoides eggs (0,40U ), T. trichiuta eggs (0,10U), Hookworms eggs and 1arvae (0,50U
) and O. veraicularjs (0,102).
vL].1
DAETAR
ISI Halaman
KATA PENGANTAR
v
vli
ABSTRAK
vt-t-1
ABsTRACT
DAFTAR
lSI
i.,
DAFTAR GAMBAR
x1
xii
DAFTAR TABEL BAB
BAB
I.
PENDAHULUAN
1
1.1. Latar Belakang L.2. Batasan Masalah 1.3. TuJuan Penelltian L.4. Manfaat Penelltian II. TINJAUAN PUSTAKA 2.t. ffusea domestic:a
2.L.L. Se,jarah 2.1.2. Klaslf lkasl 2.L.3. Morfologl, Habitat Slklus Hldup 2.t.4. Kepentlngan Medls 2.L.5.
1
4 4 4 6 6 6 7
dan
Mttsca cTomestica Usaha Peneegahan Penularan
10
Penyakit Melalul Lalat 2.2. Ascaris LumbrLcaides 2.2.t. Hoepee, Habltat dan
tz
Epiderniologl 2.2.2. Morfologl dan Slklus Hidup 2.2.3. GeJala Klinis 2.2.4. Dlagnosls 2.2.5 . Prognos'is 2.3. Tt'7c:huris tt'lchiura 2.3.L. Hospes, Habitat dan
72 13 16
Epldemlologl 2.3.2. Morfologl dan Siklus Hidup 2.3.3. Gejala Klinis l:{
L2
16 17 17 L7
t7 19
2.3.4. Diagnoel-s 2.3.3. Prognoele
2.4. Caeing Tambang 2.4.L. Hospes, Habltat dan Epidemiologi 2.4.2. Morfologl dan Slklus Hldup 2.4.3. Gejala Kllnis 2.4.4. Diasnosie 2.4.5. Prognosls 2.5. tlxyttrLs re:'arJclr-ZarJo 2.5.L. Hospes, Habitat dan Epidemlologl ... i. 2.5,2. Morfologl dan Siklus Hidup
2.5.3. Gejala K11nls 2.5.4. Diagnosis 2.5.5. Prognosie BAB III. PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tenpat Penelltian 3.2. Metodologi Penelitian 3.2.t. Disain Penelitian 3.2.2. Populasi dan Sampel 3.2.3. Teknik Pengumpulan Data 3.2.3. 1. Alat dan Bahan 3.2.3.4. Cara Kerja 3.2.4. Pengolahan Data IV. HASIL PENELITIAN BAB V. DISKUSI BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6.1. Keslmpulan 6.2
-
Saran
19 1g 19
20 20 22 23 23 23 oe
24 t*. 26 27 28 28 28 28 28 28 29 30 31 eo oz-
33 38 38 38
DAFTAR PUSTAKA
40
LAHPIRAN
42 42 42
Lampiran 1. Lamplran 2.
DAETAR GAMBAR
Halaman Ganbar Ganbar Ganbar Ganbar Gambar
Ganbar Ganbar Gambar Gambar Gambar Gaurbar Gambar Garnbar Garnbar
1. Morfologi Perrrukaan Luar Tubuh M. doalesf,lca 2. Daur Hidup ff. domestica 3. MorfologL A. Jumbricoides Dewasa 4. Morfologi Telur d- Lttmbrlcojcles 5. Morfologi Caelng Dewasa dan Telur T. tt,Lc:hiura 6. Morfologl Telur Caelng Tambang 7. Morfologi Larva Cacing Tambang 8. Morfologi Caclng Dewasa dan Telur O. rrertnlc:ttlat'J-q
9. Lokaei Pengambllan Sampel 10. Alat Penangkap Lalat 11. Pencuclan Lalat L2. Pemusingan Dengan Sentrifus 13. Pengambilan Endapan t4. Pemeriksaan Mikroskopis
:i
r_
6 g
L4 1b
18 21
29 Zs 4A
4g 44 44 45 45
DAETAR TABET
Halanan
Tabel 1.
Nematoda-Nematoda Ueus Menurut Stadlum yang Dlternukan trada permukaan Tubuh Lalat l/. doalestlc.a dl LpA Sampah Kota Padang
a.D
Tabel 2. Dtstrlbusl Jenls dan Stad,lum Paraslt yang dlternukan pada pernukaan Badan 500 ekor Lalat M. domestiea, Lokael Pasar
Jawa
Tabel 3. Dlstrlbuel Jenle dan Stadlurn Paraelt yang dltemukan pada permukaan Badan 500 ekor Lalat ff, c{oaresfjca, Lokael Pauh V Padang Tabel 4. Par.aslt yang dlteurukan pacla Permukaan Badan 2000 ekc'r ff, r{orlesf,ica d1 DKI Jakarta
g4
34
BAB
I
PEI{DAHULUAN
1-1 Latar Belakang Status kesehatarr nasyarakat ueruFakan salah satu indikator keberhasilan penban€iunan suatu bangsa, terutana pernban€unan di bidang hesehatan. Untuk itu pemerintah dan seElenap bangsa Indonesia berupaya senaksinal Eunghin meningkatkan status kesehatan dengan bertitik tolak pada peneeahan nasalah kesehatan yang ada di tengah-tengah nasyarakat. Indonesia dengan iuulah penduduk hutang lebih 2OO juta jiwa tentu akan nenghadapi nasalah kesehatan yang runit dan beragan pu}a. Salah satu nasalah kesehatan di Indonesia adalah uasih tingginya prevalensi infeksi nenatoda usus khr:susnya yang ditularkan uelalui tanah yakni 60-?0 g (6). l{enurut Gordon dan Le Richt pada tahun 1950, bahwa tirnbul atau tidaknya penyakit pada nanusia dipengaruhi oleh tigia faktor yaitu : pejanau (host), bibit penvakit (agent) dan lingkungan (environnent) (2). Hewan-hesan yang bertindak sebaEiai vektor nekanih neniliki peranan penting dalam penularan PenYakit.
talat runah atau lfusca donestica (I{- donestica) sudah sejak lana diketahui neniliki peranan sebagai vektor nekanik berbagai penyakit yang disebabkan oleh nikroorglanisne atau parasit. FtraI ini selain disebabkan oleh sifat dan eara hidup }alat, juga disebabkan oleh anatoni tubuh la1at itu sendiri-
Banyak penelitian telah dilakukan oleh para ilnuwan
yang rnendukung pendapat tersebut. Sehoof dan Silverly nendapatkan dari Penelitian nereka bahwa lalat rumah nerupakan lalat yang sangat lincah bergerak dan dapat menyebar jauh, sedan$harr penelitian yang dilahukan oleh l{eidhaas dan tabrique (1979) tentang dinanika popu}asi nendapatkan bahwa lalat l{. donestica nerupakan lalat yang sangat rnudah berhenabang biak (7). Berbeda dari dua penelitian di atas, para ahli Iain lebih nenitikberatkan penelitian nereka Pada nikroor€ani.sne atau parasit-parasit yang terdapat pada tubuh la}at. Djakaria S dan Asnono (1981), pada penelitian yang sanpelnya diambil dari berbagai daerah di Jakarta, nenemukan beberapa nenatoda usus, ptoto7oa dan bakteri usus pada pernukaan tubuh dan usus lalat. Di Padan€, Djohor ( 19S6) neneliti parasit pada lalat, menenukan beberapa nenatoda usus dan ptotozoa pada pernukaan tubuh dan usus lalat H. donestica. Penelitian lain yang lebih dikhususkan pada penglamatan nenatoda usus telah dilakukan oleh beberapa peneliti seperti: Dipeolu oo (1977), Honzon RB dkk (1991), Uneche dkk (1989), Sulainan s dkk (1988), rrenenukan kista atau telur nenatoda usus dari bahan yang dianbil dari tubuh lalat. Penelitian virus menemukan bahwa dilaporkan oleh Tan Stl dkk (1997)' la1at runah dapat meniadi vektor nekanik Rota rzjrus. bahwa Telah disepakati oleh banyak peneliti M. donestica dapat berperan sebagai vektor nrekanik yang rpenting bagi penyakit-penyakit yang disebabkan 0leh virus, BerbaEiai mikroorganisne dapat bakteri, cla.n parasit.
ditularkan, oleh laIat yakni eaeingl-cacing usus seperti A. lunbricoides, T. trichiura, cacing tambang,O.vernicularis, T. saglinaf,a dan T. soliun. Protozoa-protozoa usus yang dapat dibawa oreh lalat adarah E. historitica" G. lanblia dan B. coLi, bakteri-bakteri usus rnisalnya SaJnonelTa, Shigella dan E. col.i, virus po1io, ?. pertenue penyebab franbusia dan tt. tubercuLosa (10). Kelurahan Air Dingin adalah suatu kelurahan yang terletak dipinggiran kota Padang. Kelurahan ini nemiliki arti penting karena adanya Lohasi Penbuangan Akhir ir,tel sanpah kota Padang di daerah ini. Keberadaan lokasi pembuangan akhir sampah nenberikan dua aspek yang berbeda bagi penduduk yang tinggal disekiLar lokasi. Disatu sisi penduduk diuntungkan karena terbukanya lapanEian Fekerjaan baru ba€i penduduk, pada sisi lain penduduk dirugikan karena dengan adanya lokasi penbuangan sampah, menyebabhan meninghatnya populasi lalat rumah di pemukinan mereka sehingga akan mendatanE!kan resiko bagi kesehatan nereka. I{uzulia frawati, pada tahun 1gg1 pernah nengadakan penelitian tentang nenatoda usus pada anak usia sekolah disekitar lokasi penbuangan akhir ini. Dari hasil pemeriksaan tinja 157 oranE! anak, ternyata 99 orang terinfeksi oleh nematoda usus dengan perincian 70 orang (44,59il) terinfeksi oleh itl. Tunbricoides, 23 orang (LS,Zgy.) terinfeksi T. trichiura, S orang (3,187.) terinfeksi eacing tambang dan 16 orang (10,192) terinfeksi oleh lebih dari (campuran) nenatoda usus. satu spesies
Dengan denikian, berdasarkan paparan diatas naka perlu diteliti apakah populasi la1at yang tinggi di LpA
sanpah kodya PadanB dapat berperan dalan neningkatkan frekuensi infeks L nenatoda usus di daerah ini. 1.2 Batasan l{asalah Penelitian ini dibatasi pada ff. donestica, karena N. donestiea nerupakan larat yang paling sering diternukan di ruurah sehingga henun€kinan lalat ini berkcrntak dengan nakanan dan menyebabkan infeksi eukup tinggi. Objeh penelitian dibatasi pada rTenatoda usus yang sering menginfeksi manusia yakni: A. lunbricojdes, T. triehiura, eaeing tambang, O. vernicujarjs dan pengamatan hanya dilakukan pada nenatoda usus yang terclapat pada pernukaan tubuh lalat saja. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk rnengidentifikasi nenatoda-nenatoda usus yang terdapat pada permukaan tubuh lalat a. donestica di LPA sanpah kota padang, Kelurahan Air Dingin, Keeanatan Koto Tangah, Kodya padang.
1.4 Hanfaat Penelitian Dari penelitian ini diharapkan manfaat sebaElai berikut: - Dapat dijadihan pedoman dalarn usaha penceEiahan dan pemberantasan penyakit nenatoda usus yang ditularkan melalui N. donestica-
Dapat dijadikan acuan bagi penelitian sejenis di kenudian hari Diharapkan agar. tulisan ini dapat nenanbah pengetahuan bagi penbaea dan nenanbah pengalanan belajar bagi penulis sendiri.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
2.!. I{usca doaestica 2.1.L- Sejarah Pengetahuan orang tentang lalat sudah ada sejak pernulaan peradaban nanusia, la1at sudah dianggap berbahaya bagi kehidupan manusia. Har ini dapat dihetahui dari kisah-hisah yang terdapat dalan kitab-kitab suci seperti Al-Quran (22:73) dan rnjit. Daram bibel tertulis bahwa runah Pharaoh (Firaun) diganggu oleh kerumunan lalat yang nengerikan. Kesadaran nanusia akan bahaya yang ditinbulkan oreh lalat mendorong orang untuk melaksanakan usaha sanitasi pernulaan yaitu kakus yang beratap dan saluran air yang bersih dari ur dan Kish di Hesopotamia pada 9000 Tahun sebelum nasehi (8). ltusca donestica ditenukan pertana kari oreh Linnaeus pada tahun 1758 (3,17). Sejak saat itu orang mulai gencar nengadahan penelitian
nengenai la1at baik penelitian lapangan naupun penelitian yang diadakan di laboratoriun. l{ercurialis, L577 telah nenekankan bahwa laIat dapat nenularkan kuman penyakit pes dari penderita kepada orang lain melalui makanan yang dihinggapi lalat tersebut. Gabrier soares de souza pada tahun 1582 mengatakan bahwa larat juga manpu menurarkan penyakit frambusia dengan jalan nenghisap racun yang terdapat pada borok penderita henudian menaruhnya pada lecet-1ecet hulit orang sehat (16). 6
Thonas Syndenhau seorang dokter kenamaan bangsa Inggris pada abad ke !7, nengamati kalau kerununan Insekta terutama 1alat berlinpah-linpah di rnusim panas menunjukkan bahwa musim panas akan digantikan oleh musim gugur yang tidak sehat (8). Penyelidikarr-penyelidikan nengenai il. donestica terus berkenbang sehingga pengetahuan tentang lalat juga rreninE!kat. Hal irri nendorong orang untuh berusaha meninghatkan sanitasi lingkungan dan perorangan sehingga terhindar dari berbagiai-bagai penyakit yang ditularkan melalui lalat.
2.t.2 - Klasif ikasi klas fnseeta, 0rdo superfanili Muscoidea"
Husca dorrestiea terrrasuk he dalam
Dipthera, Subordo cychlorhapa, fanili lluscidae dan genus Nusca.
2.1.3- l{orfologi, Habitat dan Siklus Hidup tubuh lalat juga dibagi atas kepala, torak, dan abdonen. Lalat jantan berukuran panjang 5,8-6,5 nm, sedanElkan laIat betina berukuran 6,5-7.5 nm (17). la1at ini berwarna abu-abu kehitaman, di punggungnya terdapat 4 garis gelap yang berjalan longitudinal (8,9,1?). Pada kepala terdapat 2 roata yang berwarna coklat dan tersusun rapat (holoptie) pada yang jantan, dan berjarak pada yang betina. Sepasang antena yang nenpunyai 3 segmen dan nempunyai ranbut yang disebut arisfa. Sebagairnana umumnya fnsecta naka susunan
Gambar
1. Horfologi
G.nbr aa. slrutlur Lur l.Lr tbGlit Stddud: E.drp.ldl..Ln rrrp{rt.p.
l. Ftrlb A A.hF a M.[dic6il t q{6r.1 a P.h!r
C Sruklrm
a
Vcr til
ny.t
a Stum t H.ll.t
D. f.U
b.hb[
d.rl
Permukaan Luar Tubuh
Fignaa Etuadgawq&'.tbf'a Bhra *rLlrrtltu LHan' 19'r&.^ Z FJN ,. lad; d. d L Ahu i.. t CavJqt e SrL. r sid t rma tl tlid bS
H. donestiea
G.nb., tt Mq. dGrk
fatmltM|etdZ
T.Bus 6dpuny.l tidrl l.Ut dei 2
ttans:
Danlalan.
vtth
d m
dua2
Arfub:blpl!@
skn y$t hF@ mmFrny.i I trl3 t l., l6ritudi^.t ehpd lc b.t.t p6t ric rtutio pu rkulclun t.t tdbaotuL S.r.lr: Mpcrt.t htirtc b.w.h To,.lG d6g.n
yut
1.b...
'!l*
ftorc oitt..uqld. tn'|JR,w tua ls I batitsl;nt lti d,iE r{i* d.al b .k x,bir ttd; .t tu narL kt ntcitu^ b.nta.t;L Wi,& uith hqt l* alg2ta.'
l. T.Bg
I A,bb I Tmtr C S.tt
L A.t. t ?rre t Wa3
Dikutip dari Atlas Entomologi Kedokteran, Soedarto,
1990.
Bentuh nulut sudah beradaptasi dengan nakanannya yang
cair atau setengah cair yaitu tipe lekat isap (sponEiing type) (8,17). Bibir dapat melebar sehingga menudahhan la1at mengisap makanan (17). Pernukaan tubuh, kaki dan tarsus lalat dewasa memiliki banyak rambut sehingga memudahkan melekatnya bibitbibit penyakit bila lalat hinggap pada kotoran manusia atau sisa-sisa nakanan yang telah busuk (9). Pada sayap M. donestica vena ke 4 membentuk sudut sehingga vena ke-3 dan ke-4 menutup satu sana lain di pinggir sayap. Abdonen berwarna abu-abu dan dEaY, gelap yang terdiri atas 4 segmen. Ada salah satu segnen yang
mengalami modifikasi yaitu nelekuk di ujungnya seperti tabun€ yang berguna untuk neletahkan telur (8).
I{. donestica tidak nenghisap darah sehingga nemiliki roulut denEian tipe lekat isap. Hahanan akan dihisap terlebih dahulu dieairkan dengan enzim yang dikeluarkan oleh laIat. LaIat M. donestiea nenyukai tempat-tenpat yang kotor sebagai habitat hidupnya seperti tenpat penbuangan sanpah, kandang hewan dinana banyak terdapat kotoran-kotoran ternak dan di tempat yang banyak hotoran rranusia. Di terrpat seperti inilah la1at neneari makanan dan rnelanjutkan siklus hidupnya. H. donestica rrengalami metamorfosa sempurna. Dengan denikian dapat dibedakan seeara jelas stadiurn larva, pDpa dan dewasa. Ganbar 2. Daur Hidup H. donestiea MUSCA DOMESTICA hlet
rumah
J
w Tclu
lepr
Dikutip dari Dasar Parasitologi Klinik. Brown HlI,
1g?g
Lalat betina sekali bertelur neletakkan kurang lebih 100-150 telur atau keseluruhannya berjunlah kurang lebih 600 telur. Telur-telur ini diletakkan di atas turrpukan sanpah atau bahan organik. Pada umumnya lalat ini lebih menyukai kotoran kuda sebagai terupat meletakkan telurnya, namun sering juga pada kotoran sapi atau kotoran manusia. Penetasan telur sangat dipengaruhi oleh temperatur dan umunnya telur menetas dalan 8-24 jam kenudian keluarlah larva. Larva tumbuh dengan eepat kemudian rnenEialani 3 kali pergantian kulit pada kondisi yang nenguntungkan. Larva rnenjadi natang dalan 6-7 hari (g). Dalam kepustakaan lain disebutkan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk nenjadi pupa adalah 3-7 hari. Stadiun pupa dijalani selama 3-6 hari dan kenudian keluarlah lalat dewasa. Waktu yang diperlukan untuk nenyelesaikan satu siklus adalah Z-3 minggu. Di laboratorium , pada suhu 80" F seluruh siklus lalat dari telur sampai dewasa memerlukan waktu 10-12 hari (8,9). talat rumah adalah hewan yang dapat terbang jauh. Dalam keadaan biasa lalat dapat terbang sejauh 4 nil dari asalnya. Jarak naksirnum yang bisa dijangkau oleh la1at adalah sekitar 20 nil dan nungkin lebih jauh lagi kalau la1at terbawa oleh kendaraan-kendaraan pengangkut sanpah (g). Hal ini nenungkinkan lalat untuk membawa bibit penyakit dan nenularkannya ke daerah yang jauh dari sumbernya. 2.t-4- Kepentingan Hedis Husca domestica I{. donestica penting bila ditinjau dari sudut ilnu nedis karena nerupakan vektor potensial berblgai bibit penyakit seperti cacing usus yaitu A. lunbricoides, cacing i0
tambang, T. trichiura, A. vernicuLaris, T saginata dan T. saLium, protozoa-protozoa usus seperti E. histolitica, G. fanblia, dan B. coLi, bakteri-bakteri usus misalnya SaJnonelLa" ShigeTla, E. eoli, virus polio, T. Itertenue dan H. tubereulosa (9,16). Ada 3 haI yang nenyebabkan 1alat ini potensial sebagai vektor mekanik yaitu struktur permukaan tubuh lalat, cara rrakan serta kebiasaan hidup lalat (g). pernukaan tubuh, kaki dan tarsus laIat dewasa diliputi oleh bulu yang nenyebabkan nenenpelnya bibit penyakit sewaktu lalat hinggap pada feses rranusia atau binatang. HikroorEianisne yang lengket tersebut kenudian dapat bertahan hidup beberapa hari sampai beberapa ning€lu. Hekanisme lain yang penting dalam proses transportasi bibit penyakit adalah kebiasaan nakan 1aIat dan struktur mulut lalat itu sendiri. talat yang sedanEl nakan akan nenempelkan pernukaan mulutnya pada nahanan atau pernukaan apasaja yanE disukainya. Sebelun nenelan makanan, nakanan terlebih dahulu harus dicairkan yakni denEian nengeluarkan sesuatu dari nulutnya (sejerris enzim) (9) dan muntahan ini ternyata dapat mencenari pernukaan makanan atau permukaan apasaja yang dihinggapi lalat dengan bahan-bahan patogen yang sebelumnya terhisap oleh la1at. Hakanan yang telah dieairkan selanjutnya akan dihisap melalui pseuc/otrakhea ke dalan kanal makanan (food chanel) dan mikroorElanisme patogen sebaEiian akan tetap tinggal pada permukaan tadi (g). Populasi laIat yang terinfeksi oleh rrikroorEianisne patogien ahan berbanding terbalik dengan derajat sanitasi 11
lingkuncian sekitarnya. llakin tinggi pelaksanaan sanitasi lingkun€ian naka nakin rendah popurasi lalat yang membawa bibit penvakit sehingga nakin rendah pula kennungkinan nanusia akan tertular oleh bibit penyakit tersebut.
1.5. Usaha PeneeElahan Penularan Penyakit llelalui I{- donestica Ada beberapa usaha yang dapat dilahukan untuh nencegah penularan penyakit melalui lalat runah: - Heningkatkan usaha sanitasi lingkungan seperti nenggunakan tenpat sanpah yang tertutup, penakaian janban dan lain lain. - Menutup rrakanan aq-ar tidak dihinggapi oleh lalat. - Hemasang kasa nyamuk di rumah-rurrah. l,lengendalikan populasi lalat denElan bahan-bahan kimia seperti: Ronnel 0.4 "t. Naled L?l , Malation 2-4 Z d11. 2.
Z.Z. Ascaris Tumbricoides 2.2-tHospes, Habitat dan Epideuiologi lscaris Lunbricoides merupakan cacing bulat besar yang biasanya bersaranEl di usus halus nanusia. Dalam keadaan luar biasa seperti demam, iritasi, anestesi, nanipu lasi usus karena pernbedahan dapat bermiEirasi keternpat tenpat ektopik dan meninbulkan penyakit lrang Eawat ( 1) . Penvakit vang ditiurburkan oreh A. iumbricoides disebut askariasis. Hanusia adarah hospes satu-satunya parasit ini.
t2
Parasit irri diternuhan di seluruh durria (kcrsmopolit) lebih banyak ditenukan di daerah beriklim panas dan lenrbab, terutama di daerah dengan sanitasi yang buruk. Prevalensi A. lunbrieojdes eukup tinggi. Pada survei yang cliadakan di Indonesia antara tahun 1970-1980 nenuniuhhan prevalensi lebih dari 70 % (1). Sanitasi lingkungan yang buruk seperti kurangrtya jarnban heluarEla, tenpat penuhinan yang padat clan kotor nenimbulkan pencemaran tanah dan tinia di sekitat halarran rumah dibawah p6hon, di ternpat nencuci sehingga nenudahkan terjadinya infeksi dengan parasit ini. Di negiara-negara tertentu kebiasaan nemakai tinia sebagai pupuk rrerupakan sunber infeksi.
2-2-2- Horfologi dan Siklus
HiduP
Caeing dewasa berbentuk silindris yang nenElecil pada kedua ujungnya, berwarna putih susu sampai eoklat nuda.
Caeing jantan berukuran 10-30 cm X 2-4 nm dan mempunyai ekor yang rnenbengkok. Cacing betina berukuran 22-35 em X 3-6 nn dan menpunyai ekor yang lurus (1). Mulut nemiliki 3 dengan gigi-gigi kecil pada pinggirnya. Pada bibir hipodernis terdapat sel otot sonatik yang besar dan panjang berguna untuk mempertahankan posj.sinya di usus haIus. Alat reproduksi dan saluran peneernaan mengapung clalarn rongga badan. Cacing iantan meniliki 2 buah spikulun yang dikeluarkan clari kloaka. Cacing betina neniliki vuiva terbuka pada sepertiga anterj.or badan. Bagian ini lebih kecil dan dikenal sebaEiai cirrcin kopulasi i"opulatrix rin€) ( 1). 13
Garnbar 3. Horfo 1o€i
A. lunbricoides
dewasa
Dikutip dari Atlas Berwarna Parasitologi KIinik. Yanraguchi, 1981 .
Tonio
Seekor eacing betina dapat bertelur sebanyak 100.000200.000 butir perhari, terdiri
atas telur yang dibuahi dan tidak di-buahi. Telur. yanEi dibuahi berberrtuk ovoid dan berukuran 60X45 mikron, berisi satu se1 turrggal dan tidah Se1 ini dikelilingi oleh menbran vitelina yang infektif. tipis, di sekitar nenbran ini ada kulit bening dan tebal yang dikelilirrgi lagi oleh lapisan alburninoid yang tidak teratur (eorticated). Lapisan albuminoid ini kadang-kadang hj.lang atau dilepaskan oleh zaL kinia sehingga nenghasilkan telur tampa kulit (deeorticated). TeIur yang tidak dibuahi berukuran 90X40 mikron dengan lapisan alburrinoid yang kurang senrpurna dan isi yang kurang teratur. Pada lingkungan yang sesuai, telur yang dibuahi berkenbang menjadi bentuk infektif dalan waktu kuran€ lebih 3 minggu.
L4
Gambar
4. HorfoloEi telur A. l.unbricoides
dar j. Atlas Berwarna Yamaguchi, 1981.
Dikutip
ParasitoloEii Klinik.
Tomio
Telur infektif bila tertelan nanusia akan nenetas di ba€ian atas usus rruda dan henudian nengeluarkan larva rabditiforn (berukuran 200-300 X L4 nikron), kenudian nenenbus dinding usus kenudian nasuk vena keeil
atau
pernbuluh linf e. MeIalui sirkulasi portal larva nasuh
ke
dalarn hepar, hemudian ke jantunEi dan ke paru-paru. Larva nungkin sarrpai di paru-paru t-7 hari setelah infehsi. Larva ini memiliki ukuran dianeter 0,02 nrl, sedanghan diameter kapiler paru berukuran 0,01 rrn, maka kapiler tersebut akan pecah dan larva keluar ke alveoli. Larva laEi rneniadi larva IV. Dari henudian berganti kulit alveolus larva bermigrasi ke bronkus terus ke, farinE, terjadi rangsanEian batuk dan larva tertelan. Didalam usus larva berganti kulit sekali lagi dan nreniadi dewasa. Sejak
15
telur infektif tertelan sannpai cacing dewasa bertelur diperlukan wahtu kuran9 lebih Z bu1an. 2.2.3 - Gejala Klinis
Infeksi biasa, yang men€andunE! 10-20 ehor eaein€ sering berlalu tanpa diketahui oleh hospes dan baru diketahui setelah dilakukan pemeriksaan tinja rutin atau caeinEl keluar sendiri melalui tinja (g). Gangguan yang disebabkan oleh larva biasanya terjadi pada saat larva berada di paru-paru. pada orang yang rentan bisa terjadi sindroma Loefjer. Kadan€-kadang larva dapat nenyebar dan nenyerang organ seperti: otak, nata, Elinjal, sulnsun tulang belakarrEi dan huIit. GanElguan ya,ng disebabkan oleh eacing dewasa biasanya ringan, seperti muaI, nafsu makan berkurang, diare dan konstipasi. Pada infeksi berat, terutana pada anak-anak bisa terjadi nalabsorbsi sehinElEia akan menperberat gejala nalnutrisi. cacing dewasa nenperoleh nakanan dengan merampas sari-sari nrakanan hospes. Dengan dernikian infeksi berat yang disebabkan oleh beratus-ratus eaeing akan nerampas sebagian besar sebagian besar nakanan hospes dan terjadi gangguan gizi pada anak (3). Pada
2.2-4- Diagnosis Diagnosis penyakit diteErakkan dengan menenukan telur cacing pada pemeriksaan tinja secara lanEisun€ atau caeing dewasa yang keluar sencliri baih rnelalui murut atau hidung atau rrelalui rnuntah. 16
2.2.5. ProElnosis Prognosis penyakit ini biasanya baik darr bereaksi baik denEian pengobatan (3). 2.3- Triehuris trichiura Z-3.L- Hospes, Habitat dan Epideniolo€i Penyakit yang disebabhan oleh T. triehiura disebut trikuriasjs, trichocepaliasis, infeksi eaeinEi earnbuk. Hanusia merupakan hospes utana ahan tetapi eacing ini juga pernah dilaporkan terdapat pada kera dan babi (3). Habitat
eaeing ini adalah usus besar dan caeeum (1,3,4). Caeing ini tersebar ke seluruh dunia (kosnopolit) dan
nerupakan nenatoda usus terbanyak ditenukan di beberapa daerah panas (tropik) dan lembab seperti Asia TenElgara (terrrasuk Indonesia) ( 1,14). Di negara beriklim tropik tertentu frehuensi caeing ini sanpai setinggi 80 i4 (3) di Indonesia 30-90 % (1).
dan
2.3.2 - l{orfologi dan Daur hidup
Parasit ini dikenal sebagai cacing cambuk karena tiEla perlima bagian anteriornya memanjdng, halus dan dua perlina bagian posterior berotot serta menggenbung (1,3). Caeing betina panjangnya 5 cm sedangkan eaeing jantan panjangnya 4 cm (1). Baglian posterior betina menbulat turnpul sedangkan bagian postericrr yang jantan nelirrgkar (1,3). denElan satu spj/ru]urn dan sarung yang refraktil Jumlah telur yang dihasilkan setiap hari oleh cacing betina diperkirakan antara 3000-10.000 butir. Telur L7
berukuran 50-54 mikron x 23 mikron, berbentuk seperti terrpayan (gentong) dengan senaean tutup yanl jernih dan rrenonjol pada kedua kutub. KuIit bagiarr luarnya berwarna kekuningan dan bagian dalamnya j erni.h ( 1,3 ) . Telur yang dikeluarkan dari hospes bersanna tinja dan menjadi natang dalarr waktu 3-6 ninggu, pada lingkungan yang sesuai yaitu tanah yan€ lembab dan tempat yang teduh. Te1ur rratangl
adalah telur yang berisi larva dan nerupakan bentuk infektif. Infeksi terjadi seeara langsurrg yaitu bila hospes seeara kebetulan tertelan telur rratangl (1,3,4). Ganbar 5. Morfologi Caeing Dewasa dan Telur T. triehiura
Dikutip dari Atlas Berwarna Parasitologi KIinik. Yarnaguehi, 1981.
Tomio
Bila telur matanEi tertelan nanusi.a, larva menjadi ahtif dan keluar roelalui dinding telur yang sudah tidak kuat lagi, nasuk kedalaur usus halus bagian proksimal clan nenembus vilus usus. Telur nenetap selama 3-10. hari cli dehat kripta Lieberkuhn. Setelah dewasa caeing akan tururr IO
ke bawah, lte daerah
caecun. Hasa pertunbuhan
dari telur sampai caeing dewasa bertelur hira-kira 30-90 hari (1,8). 2.3.3. Gejala Klinis rnfehsi ringan biasanya tidak rrenunjukkan Eejara dan baru diketahui setelah ditemukannya tel.ur pada peneriksaan tinja rutin (1). Penderita derrgan infeksi Trihuris menahun yang sengat
berat akan rnenunjukkan ganbaran klinis yang khas yang terdiri atas : ( 1). anenia berat; (2). tinja diare ya.ng sering dan sedikit dan kadang kadang bereampur dengan sedikit darah; (3). sakit perut; (4). mual dan nuntah; (5) berat badan turun; dan (6). kadang-kadang pro;apsus rektun (3). 2.3 -4 - Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan dengan diternukannya telur yang khas seperti tennpayan pada peneriksaan tinja seeara langsung.
2.3.5- Prognosis Deneian pengobatan yang baik prog1n65i= unumny&
2.4.
trilruriasis
baik.
CacinEl Tanbang
Terdapat Z spesies eaeing tambang yang perlting clan menginfeksi nanusia yaitu lV. anerieanus dan A. duodenaLe. 1g
2.4.t- Hospes, Habitat dan Epideniologi Hospes parasit ini adalah nanusia. Cacing ini dapat nenyebabkan penyakit nekaf,oriasis dan ankiLostomjasjs ( 1,3). Caeing dewasa hidup pada usus halus nanusia (1,3,4). Caeing ini tersebar luas di seluruh negara tropik dan
subtropik, di sepanjang katulistiwa dari 36 LU sampai 30 LS atau ternpat-tempat dinana kelerababan dan tenperatulnya sesuai untuk perkenbangan larvanya di dalarn tanah (4). Di fndonesia prevalensi. eacinEl ini tinggi. sekitar 70 y. (1). 2-4.2- llorfologi dan Daur hidup Caeing tambang dewasa adalah nematoda yang keeil dan seperti silinder, berbentuk kunparan (fusiforrr) berwarna putih keabu-abuarr (3). Caeing betina lebih besar dari yang jantan. Spesies eacing tambang dapat dibedakan dari rongga mulutnya dan susunan rusuk-rusuk pada bursa nya (1,3,4). Cacing betina berukuran kuranEi lebih 2 en dan caeing j antan berukuran kurang lebih 0,8 en. Bentuk ff. ametieanus nenyerupai huruf "S" sedangkan A. duadenale nenyerupai huruf "C". Rongga nulut kedua spesies itu besar, lY. anericanus terdiri atas sepasanEf benda hitin dan pada A. duodenaLe terdapat dua pasang gigi. Caein€ jantan nerriliki bursa koptrlatrilrs (1.3.4). Cacing betina N. amerieanus tiap hari nengeluarkan telur kira-kira 9000 butir sedangkan A. duodenale 10.000 butir. Telur berbentuh oval dengan kulit iernih da.n tipis 20
berukuran kira-hira 60-40 mikron. Telur yan€ dikeluarhan bersama tinja sering sudah nen€andung beberapa sel (4-B se1), dalarr beberapa janr rrenjadi stadiun morula hemudian telur rnenetas dalan waktu 1-1,5 hari dan keluarlah larva rabditiforn (stadiun pertana) (1). Gambar
6. Morfologi Telur Caeing Tanban€
t
t
Dihutip dari Atlas Berwarna Parasitologi Klinik.
Tonio
YanaEluchi, 1981.
Secara ringkas daur hidup caeinEl tanbang adalah seba€ai berikut: telur berubah neniadi larva rabditifotn (hari ke 3 5), kemudian kenudian larva filariforn terus ke kapiler darah, iantung kanan, menerrbus kulit, pdru-paru, bronkus, trakea, laring dan akhirnya sanpai di usus halus (1).
?1
Gambar 7 . Horf
ologi Larva Caeirrg
TarrbanE i:,HS.1; 4..1
.
I
.,"J
Dikutip dari Atlas Berwarna Parasitolo€i Yama€uchi,1g81.
KIinik.
Tornio
Caeing tanbang nenElinfeksi manusia yaitu dengan eara
larva f iJarifona
menennbus
kuIit.
Z-4.3 Gejala klinis nekaf,orjasjs dan ankiJosf o.ur jasrs Gej ala kl in is nerupahan manifestasi dari stadium larva dan atau eaeing tarnbang dewasa.
Stadiurr Larva yang rrenenbus kulit dapat menyebabkan dernafjtjs, pada tempat masuknya bila banyak, rraka * akan terjadi ground itch (gatal tanah). Higrasi larva he paruparu nenimbulkan pneumonif,js dan bronkif,rs tapi biasanya lebih ringan dari sindrona Loefler yang ditenukan pada askariasis. yang kl in is Stacl iurn dewasa menyebabkan ge j ala tergantung dari spesies eaeing dan gizi penderita (fe dan protein ) . Tiap cacing N. anerieanus akan menyebabkan kehilanEian darah sebanyak 0,005-0,1 ec sehari sedanAkan
A. duodenale 0,08-0,34 ce. Biasanya anenia yang teriadi adalah tipe anenia hipokron nihrositer. KehilanEiarr darah 22
karena cacing men€hisap darah dan juga karena pendarahan yan€ berlanjut pada tenpat melekatnya caeing. Disanpingl terjadi anenia juga ditemukan eosinofilia. Penting untuk diketahui bahwa ti.dak senua orang! yang terinf eksi caeing tambang rnen j ad i sakit, harena nanifestasi klinis sangat terEiantung kepada berat ringannya infehsi dan juga intake Eizi- sese.orang (1,3) terjadi
2
-4 -4
-
DiaElnosrs
ditegakkan dengan eara rrenenuhan telur dalan tinja segar. Dalam tinja yang sudah lama munEkin dapat ditenukan larva. Untuk merrbedakan spesies N. anericanus dengan A. duodenale dilakukan biakan Harada Hori ( 1). D
iagnos
is
2.4-5- Prognosrs ProElnosis penyakit ini umunnya baik bila diobati denEian
baik.
2-5. Enterobius vermicuLaris, Oxyuris vermicularis 2.5.1. Hospes, Habitat dan Epideniologi Penyakit yang ditirnbulkan oleh cacing ini disebut enterobiasjs atau oksiuriasis dan rnanusia adalah hospes satu-satunya. Caeing dewasa berhabitat di caeeun, sebagian usus besar dan usus halus yang berdekatan. Cacing
ini hidup dengan nenakarr sisa-sisa rrakanan yang terdapat di dalam usus walaupun kadang-kadanE juga nenakan sel (3). 23
Parasit ini tersebar ke seluruh dunia (kosmopolit) dan lebih banyak ditenruhan di daerah dingin dari pada daerah panas. Hal ini nungkin disebabkan karena trada unumrrya orang di daerah dingin jarang rrandi dan rrengganti baju dalarr. Anak-anak biasanya lebih banyak terkena infeksi daripada orang dewasa. rnfeksi parasit ini lebih banyak diterrukan clalan suatu kelorrpok hidup bersana seperti heluarga, asratrra, tentara, dan sebagainya. Penyebaran penyakit ini diturrjanEi oleh eratnya hubunEian antara nanusia serta aclanys I inEihungian yang sesuai ( 1 ) .
Z-5.2- l{orfologi dan Daur Hidup Cacing ini beruhuran kecil, caeing betina berukuran 8-13 rrn X 0,4 nn nempunyai /rutiku jun seperti aJae (sayap) pada ujung anterior, bulbus esofagus terlihat nyata, ekor panjan€ runcinEi dan badan yang kahu. Uterus cacing bqtina yang hanil nelebar, penuh dengan te1ur. Cacing jantan yang
panjangnya Z-S fin, juga meniliki
alae, dengan ekor rrelingkar ( seperti tanda " ?" ) dan spiku lun.. j arang ditemukan (1,3).
24
Gannbar
8.
ologi CaeinB Dewasa dan Telur O. vernieuiaris Horf
c _t
Dikutip dari Atlas Berwarna Parasitologi Klinik. Yamaguehi, 1981.
Tonio
betina yang harril mengandunEl kira-kira 11.000 butir te1ur, pada nalam hari bernigrasi ke daerah perianal dan perineum, di sini terur diheruarkan dalan kelonpokhelonpok dengan kontraksi uterus dan vagina karena rangsangan suhu yang lebih rendah dan lingkungan udara (3). Telur jarang dikeluarkan di anus sehingga jarang terdapat di dalarn tinja. Terur berbentuk ronjong dan lebih datar pada satu sisi (asinetrik). Dinding telur bening! dan a€ah lebih tebal dari dinding telur cacing tambang. Telur nenjadi natang dalam waktu kira-kira. 6 jan setelah dikeluarkan. Infeksi terjadi bila hospes tertelan telur natang atau bila telur matang menetas di perianal bermigrasi kembali ke usus besar. Bila telur matanEl tertelan naka telur akan menetas di duodenum dan larva rabditiforn berubah dua kali sebelun menjadi dewasa di yeyunun dan bagian atas il.eun. Waktu yang dibut,uhkan untuk satu siklus hidup adalah kira-kira 2-4 minggu. Infeksi CaeinEi
25
cacing ini dapat seurbuh sendiri
terjadi reinfeksi
(
1,3)
(
self lirnitted ) bila tidak
.
2.5.3 Gejala Klinis Enterobiasjs relatif tidak berbahaya dan jarang menimbulkan lesi yang besar. Geja1a klinis kebanyakan disebabkan oreh iritasi di daerah sekitar an.us, perineuill, dan vaEiina disebabhan oleh nigrasi caeing betina yang hanil, dan jarang disebabkan oleh aktifitas parasit di dalan usus . Pruritus lohal nenyebabkan penderita menggaruk sehingga menyebabkan luka di daerah tersebut. Pada unumnya Erejala ini terjadi pada nalan hari sehinElga dapat nengganggu tidur sehingga menyebabkan kelenahan fisik penderita. Cacing ini juga sering ditenukan di apendik tapi jarang nenimbulkan apendisitjs (1,8). Berbagai penyelidik nengatakan bahwa sejumlah tanda dan Eiejala disebabkan karena adanya eaeing kreni nisarnya: kurang nafsu makan, turunnya berat badan, aktifitas yang neninggi enuresis, cepat narah, gigi nenggeneretak, sakit perut, nausea, dan muntah, nanun denikian sering sukar untuk nenbuktikan hubungannya denElan cacinE! kreni (g). 2.5 -4 - Diagnosis
Diagnosis dibuat dengan nenenukan terur atau cacing clewasa di daerah perianal dengan rnenggunakan alat yang disebut anaL swab kernudian dilihat secara langsung di bawah nikroshop (1,3,4). 26
2.5.5. Prognosis Prognosis enterobiasjs ununnya baik karena dapat sembuh sendiri nanun karena adanya reinfeksi maka kan untuk nengobati seluruh angEota keluarga (1).
2',?
dianjur_
BAB
III
PELAKSASMg PETELITTAS
3-1- Ilaktu dan Tenpat penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal z? t{ovenber_ 6 Desenber 1ggz. sam:.",eL It. doaestica dianbil dari tpA sampah Kodya Padang yang berada di kelurahan Air Dingin Padang. Peueriksaan nikroskopik dilaksanakan di Laborato_
rium Parasitologi Fakultas Kedokteran universitas Andalas.
- l{etodologi Penelitian 3 -2-L- Disain Penelitian Penelitian ini nerupakan suatu survei diskriptif yaitu untuk nelihat nenatoda-nenatoda usus yang terdapat 3 -2
pada pernukaan tubuh .tf. donestica.
3-Z-Z- Populasi dan Sanpe1 Populasi dari penelitian ini adalah yang terdapat di LPA sampah kodya padang.
lah
1OOO
il. doaestica Sanpel berjun-
ehor dan dianbil secara randon
- Teknik Pengfunpulan Data Pada penelitian ini data yang diinginkan hanya terdiri atas satu variabel yaitu jenis nematoda usus yang terdapat . pada pernukaan tubuh I{. domesticaSanpel dikelonpokkan nenjadi lina ke loupok ' ( ke Ionpok f-V, dinana tiap kelonpok terdiri atas 10 batch dan tiap 3 -Z
-3
28
bateh berisi 2B ekor la1at ) yarrg nasing-nasinginya dianbil pada tanggal 27,Zg Novenber, 1,3 dan 5 Desember 1997. PenElarabilan sanpel dilakukan dengan menggunakarr alat
terdiri atas iaring yang ujungnya ibiarkan terbuka dan diikat den€an nnenggunakan tali atau haret a*ay Penangkapan dilakukan di dapat dibuka dan ditutup. beberapa tenpat dalan areal LPA dan dilakukan pada pagi hari yaitu dari jarn 8.00-11.00. Lalat yang tertangkap selera diraasukkan ke dalan kantong plastik kenudian dibupenanghap yang
eter. La1at yang sudah nati dirrasukhan ke dalarn wadah plastik dan selanjutnya dibawa ke laboratorium Parasitologi FKUA untuk dilakukan penerihsaan nikroskopis. Pemeriksaan la1at nenggunakan metoda Djakaria S, dan Asnono yang telah dinodifikasi. Perbedaan eara peneriksaan terletak pada bahan yang dipakai dan iumlah lalat pada nasin€-nasing batch. Pada eara Diakaria digunakan larutan selenit sedangkan pada cara ini menggunahan larutan NaCl yang ditanbahkan sedikit deterien dengan fisiologlis konsentrasi 0.05 ?4. Hal ini dirnaksudkan untuk nenudahkan lepasnya nenatoda usus dari permukaan tubuh lalat. Pernbagian bateh pada eara Diakaria adalah pada nasing-
rruh denEian
nasing bateh terdiri penelitian ini berisi
atas 10 ehor lalat ZO ekor lalat.
seclanElkan pada
3.2 -3. 1. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan pada pen'elitiarr ini
adalah
:
29
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. g.
Alat penangkap Ki1lin€ bottle (wadah untuk menatikan lalat) Deck glass
Objeet €lass Sentrifus Tabung
sentrifus
Kapas
Pipet l{ikroskop
10. tidi pengaduk 11. Larutan fisiologis
yang rren€andung deterjen dengan honsentrasi 0.05 12. Larutan eter anestesi 7(
3-2.3-2. Cara Kerja 1. siaphan tabung sentrifus yang telah diisi dengan larutan NaCl fisiologis yang mengandung cleterjen 0.05 Z sebanyak 10 ec.
2. Lalat dianbil dengan
pinset kenudian dimasukkan ke dalarn tabung sentrifus masing-masing 20 ekor lalat setiap tabung (disebut satu bateh). 3. TabunEl sentiifus yang telah berisi lalat diaduk dengan lidi selama kurang lebih 5 menit. 4. Setelah selesai diaduk tabung dipusing dengan sentrifus dengan kecepatan 2500 RpH selama s nen it
30
menggunahan
5. Endapan yang terdapat di dasar tabung disedot dengan pipet kenrudian diteteskan di atas deek Eilass kenudian ditutup dengan objek glass. 6. Penganatan dilakukan di bawah nikroskop dengan penbesaran 10x10 kenudi.an dilakukan pencatatarr jumlah dan stadium .nematoda usus yan+ ditenuhan.
-4. Pengolahan Data Pada penelitian ini data yang diperoleh diorah secara manual kenrudian disajikan dalan tabel sederhana. 3.2
31
BAB IV
HASIL PENETITIAN
Penelltlan dllakukan terhadap 1OOO ekor lalat yang dibagi dalan 5 kelompok menurut tahap pengarnbilan eampel, dimana tlap kelompok terdlri atas 1O batch dan maeingmaelng bateh berlei 2O ekor lalat. Hasil pengamatan yang dilakukan terhadap nenaf,c:c{e-.trearatoc{a usus yang terdapat pada permukaan tubuh lalat adalah seperti terdapat. pada tabel dlbawah lni : Tabel 1 : Nematoda-Nematoda Usus Menurut stadium yang Ditemukan pada Permukaan Tubuh 1O0O Ekor M- doaestica dl LPA Sampah Kodya Padangstadlutr No.
1
2
3 4
Speelea nenatoda usus
A. I;.:a,hrlcojdes T. trlc:ltilwa Caelng tanbang 0. veruicularis
telur
larrra
Jttnlah
ot
/o
4
4
0,40
1
1
0, 10
5
0,50
1
0, 10
11
1,10
?
o
1
I
e
Tabel 1 menunJukkan hasil akhir penerlksaan 1000 ekor (50 batch) la1at ff. cloatesf,jca, dltemukan 4 butir telur l. Ltmbt'Lcoic{es (O,4O%), 1 butlr telur T. tt'ichiura (0,10%), 2 butlr telur dan 3 ekor larva eaclng tambang (0,50%) dan 1 butlr telur O. vernicuLali-r-.
BAB V DISKUSI
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan telur dan larva nematoda usus dari 4 spesies vang eiiarnatl yaitu
A. LumbrLcojde-q, telur T. tyjehittra, telur eaeing tambang, larva caeing tambang dan telur CI- veymic:uLarjs. Bila kita bandingkan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yang di-lakukan oleh Djakarj-a 5, Asmono dan DJohor maka akan dldapatkan hasil penelitian dari 4 lokasl penelitian yaltu LPA sanpah kota Fadang di Kelurahan Air Dingin, DKf jakarta, Pasar Jawa Padang dan Pauh V Padang. keenpat lokasl ini dapat dikelonpokkan atas daerah perkotaan,/pasar dan daerah pedesaan. Penemuan nematoda pada daerah pedesaan ugus pada permukaan tubuh laIat (Pauh V dan LPA sanpah kota Padang) ternyata lebih tinggi claripada claerah pasar/perkotaan (DKI Jakarta dan Pasar Raya Padang) sepertl terlihat pada tabel ber'lknt. Haell Penelltlan Djohor yang Tabel 2 : DlstribusL Jenls dan stadj-um parasi-t ditenukan pada permukaan badan 5O0 ekor lalat M- domestLca (50 batch), lokasl Pasar Jawatelur
Specles paraslt
Helmlnth
Stadlum
Telur
Larva
Jumlah
:
,{ . J tullrrl c:oj c{es
Cacing tanbang tV.
aateric:al
u,s
1
I . cJttc:c{er:aj e T . fric:hl rtra
1
,
0,20
0, veJ'filc:ul€t'J-s
Ki-sta Vegetatlve .).1
0,20
Protozoa
i
E. ]zlstolytlca E. coji
Tabel 3 : Distri-busi jenie
dan stadirn t>arasi-t
yang
ditenukan pada permrkaan badan dan dalam uEuE lokasi 5OO ehor H. domestica (5O batch),
Pauh V.
Speclee parasit
Helmlnth
Stadlum
Telur
i
- A .l uatbri c:c:J ct'e-q - Caclng tanbatrg l/. aaleric:€J?u-q - A.c{uoc{enaje T. fric:lrirt!".q O.
Larva
2
;
vetnjc:ujarj-q
Kleta Vegetatlve Protozoa
E.' E
ot ,4
Junlah
I
0,40
;
0,40
1
o,
i,l
1,00
T
:
ItlstttLYtJc:8 coLi
1
o, zo
1
Hasll Penelltlan S.Djakaria dan Asmono Tabel 4: Paraeit yang dltemukan pada Erermqkaan badan 2OOO ekor ly'- doaestLca (185 batch) dl- DKI JakartaSpeeles Paraglt
Stadlun
1. Tt'Jlt:httvis trichlura 2. Trit:huritls .* 3. 2xyuJs YerauctrJarjs
Telur Telnr Telur Larva rhabdltl Larva rhabdltl Kigta
4. fiecator arjeriL'antrs 5. Free Llvlng Nenatode 6. Protozoa Br&an
Jrulah 2 1 1 1 1
0,10 0,05 0,05 0,05 0,05
0
t
paraglt nantrgla.
ol
0,30
Perbedaar: hasil yang didapatkan mungkin . disebabkan
oleh perbedaan perilaku kesehatan masyarakat di kedua r-laerah tersebut. Di Pauh V dan Air. Dingin yang merupakan .t+
daerah pedesaan sangat kurang eekall pemakaian Jamban eehlngga tinJa banyak berserakan di sekitar pekarangan rumah dan ha1 ini berbeda dengan.di DKr Jakarta dan pasar. kecil atau hampir tidak ada naeyarakat yang tldak menggunakan jamban untuk buang air besar. Dengan rendahnya penggunaan jamban maka kemungkinan laIat berkontak dengan tlnja yang mengandung nematocfa usus akan lebih besar ha1 lni dapat diketahui darl , penelitlan yang dllakukan pada lalat. Maslh perlu untuk dipertanyakan apakah tingglnya caelng tambang pada la1at juga mempengaruhi infeksi nematoda tersebut, karena eaeing tambang menginfeksi nanusla bila larvanya menembus ku1it. Walaupun kemungkinannya kecil, cacing tambang dapat saja menginfeksi nanusia melalui larvanya yang dibawa lalat ke rumah-runah penduduk dan kemudlan tertinggal di lantai-lantai nrnah. Hal ini mungkln perlu dibuktikan melalui penelltian tebih lanjut. Penemuan telur A. vermic:uLarl-q Juga mengherankan karena klta tahu bahwa O. vermieulari-s tidak ditenukan\jarang dikeluarkan bersama tlnla. Menurut dugaan penulls hal in1 mungkin disebabkan oleh beberapa ha1 yang diluar dugaan seperti terkontamj-nasinya tangan atau alat yang dipakal dengan telur cacing tersebut atau. oleh ha1 yang sangat Jarang sekall terjadi yaitu terbawanya cacing oleh la1at yang sebelumnya hlnggap pada anus 'anak kecil Jawa Padang dislana hanva sebagian
ketika buang alr besar di halaman rumah.
Cara kerja Fada peneli-tlan inl dengan dua penelltian sebelumnya tidak banyak berheda nanun ada baglan yang tidak dapat dilakukan dalam keadaan yang standar yaitu tahap pengocokan detrgan nenggur:akan lj-di selama 5 nenlt. Di sln1 tldak dljelaekan jumlah kccokan atau seberapa kuat koeokan yang dilakukan sehingga klta mendapatkan suatu perlakuan yang satna terhadap maslng-masing penelltlan. Penulls nengusulkan untuk nasa yang akan datang dapat digunakan alat yang dapat melakukan pengadukan dengan kekuatan, frekuensl dan waktu yang dapat diatur sana pada setiap peng,rcokan. Pengoeokan dengan lldi juga dapat menlmbulkan blae dalam penelltian ini trila terjadi r,>bekan pada perut 1a1at sehlngga nematoda yang dltenrukan bukan hanya berasal dari pernukaan tubuh la1at saja melainkan iuga darl usus la1at, Beberapa faktor berlkut Juga turut menentukan penemuan nematoda usus atau paraslt laln pada lalat: 1. Berapa kal1 dan berapa lama laIat berkontak dengan tln.Ja atau sumber bahan lnfektif sebelum tertangkap.
2. Daya lengket paraslt r{an bakterl terhadap baglan luar badan lalat. 3. Keaktlfan lalat sebelurn tertangkap atan diproses. 4. Bahan yang digunakan untuk pemerlksaan lalat, 5. Cara mengolair bahan pemeriksaan. 6. Keberslhan dan keeterilan alat 7 . Menghindari kontanrinasi bahan pemeriksaan. ,_-rl-.f
Bahan yang yang dlgunakan pada Femerlkeaan lnl adalah NaCL fisiologls yang mengandung deterJen dengan
konsentrasl 0.05 % sedangkan pada penelltlan Djakaria S, Asmono dan DJohor larutan yang dlgunakan adalah larutan eelenit. Perbedaan larutan inl nungkin Juga dapat menyebabkan penbedaan haell yang dldapat.
37
BAB VT KESTHPULAT{ DAff SARAI
6-1- Kesinpulan Berdasarkan hasil
penelitian
naka dapat dianbil kesinpulan, bahwa telah diidentifikasi beberapa spesies neEratoda usus pada pernukaan tubuh 1800 ekor lalat I!. donestiea dari LPA sanpah Kodya Padang yaitu A. lunbricoides, T. triehiura, caeing tanbang dan A. vermieul.arjs. 6-2-
Saran
1. Henberikan penyuluhan kepada nasyarakat tentang pentingnya nenjaga sanitasi lingkungan, Ferorangan dan keluarga seperti penggunaan janban keluarga, nenutup nakanan agar tidak berkontak dengan Ialat.
2. Perlunya upaya masyarakat untuk nengendalikan populasi la1at di lingkungan tenpat tinggal. 3. Perlunya upaya penerintah khususnya Dinas Kebersihan Kota untuk mengontrol populasi lalat dengan nengadakan penyemprotan di LPA sanpah dan di . pasar-pasar, nenggunakan nobil sanpah yang tertutup agar lalat tidak berterbangan ke runahrunah penduduk
4. Bagi orang yang terlibat dengan pengolahan sanpah atau orang-orang yang bekerja denElan sampah seperti penulung diharaphan neaperhatikan sanitasi 3B
perorangan dan neneriksakan diri
secara teratur
dokter agar dapat diobati segera bila penyakit yang ditularkan oleh lalat. 5. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut danpak la1at bagi kesehatan manusia.
39
ke
nendapat
uengenai
DAFTAR PUSTAKA
1. AzLz Atnes. "Helnintologi", Diktat Kuiiah ParasitoTogi Kedokteran. Padang: Laboratoriun Parasitologi Kedokterarr Fakultas Kedokteran Universitas Anda1as,1993.
?- Azrul Azwar. Pengantar EpideaioiaEi, edisi pertama. Jakarta: PT. Birra RuPa Aksara. *lita P. 3. Brown HT. Dasar Parasjtologi Kiinik,teri. dkk. Jakarta: PT. Granedia, 1979. 4. Chatterjee KD. ParasitoloEly, 12 th edition. Ca]-cutta: Chatteri ee t{edical Publishet, 1980 . 5. Dipeolu OO. "FieId and Laboratory Investigation Into The Role of The Husca SFecies in The Transnissiorr of Intestinal Parasitic Cyst dan Eggs in Nigeria, " J. f{ig. Epideaiofog- l{icrobiolo€v f nnunoLoEly, , ?L(Z): ?Ag-2L4, 19?7 . 6. Direktorat Jendral P3t{ - Pedosan Penbetantasan Penyakit Tanah d i CacinEtan Yang Ditu larkan l{eiaLu i fndonesia. Jakarta: Depkes RI, 1980. 7. Djakaria S, dan Asrrono. "Parasit dan Bakteri Patogen Pada Lalat I{. doaestiea dari BebetaFa Teupat di DKI Jakarta, " Kunpulan makalah Seninar Parasitolo€i Nasional II, Jakarta, 1981. 8. Djohor. "Parasit Yang Diiunpai pada Lalat I{. domestica di Pauh V dan Pasar Jawa Kotanadya Padang"' t{ajalah kedoteran Andaias, voI. 10 (3 dan 4): 1519, Septenber-Desenber, 1986. g. Hunter Gtl et. alI. TropieaL nedieine, fifth editionUSA: ll.B. Saunders ComPanY, 1976. 10. Irawati NuzuIia. "Nematoda Usus pada Anak Usia Sekolah di Sekitar Lokasi Pembuangan Akhir Lubuk Laboratoriun Minturun. " Laporan penelitian, Universitas Kedoktetan Fakultas Parasitologi
Andalas, PadanEi, 1994. 11- Khan AR, Hue F. "Disease Agents Carried bv I'lies in Daeca City, Bangladesh," .&'es. eounc. bu7l"-, voI 4
(2):86-93, Decenber,
1978.
40
I?,. t{onzon RB et all. "A Conparisson of The Role of H. doaestica ( linn ) and Chrysomya lreglachelrala (Fabricius) as l{eehanieal Yectsr of Hel-nintie Parasj_tes in a Typieal 5lue Area of Hettopolitan t'tanila, " Southeasf, .r{sean J- TroP. I{ed ' Public HeaTth, vo1. 22 (2): ZZZ-ZZB, Juni,1gg1Para's-jf, 13. t{oble ER, Nob}e GA. Parasj taTogi: BiaIoEv Hada Gajah Yogyakarta: Hewan, teri. I{ardiartoUniversity Press, lg8ghuliah 14. Safar Rosdiana -EntonoTogy Kedokteran, Diktat Laboratorium Padang: parasitology kedokteran. Parasitology Fakultas Kedokteran universitas Andalas, 199415. Soedarto. -,{fjas EntonoTogi Kedokteran- Penerbit
Jakarta 1992. 16. Soedarto . EntonoTogi Kedokteran'
EGC,
Jakarta: Penerbit
EGC, 1990.
Protozoa of 1?. Shoulsby . Helninth, .arthtoPods and tondon: BailDonesticated Aniaal, 6th edition. liere, Tindal and Cassel, 1968' 1g. sulaiman s, sohadi AR, Yunus H. Iberahin R."The Role ofCycTorrhaphanFliesaSCarriersofHunan Helninths in Halaysia," t{ed- Yet- EntoaoT', vol 2 (1): 1-6, January, 1988of Rofa 19. Tan Stl, Yap KP, Lee HL. "|',leehanical Transport Virus By the LeEi and Yirus of Husca doaestica," J. |led. Entanol, vo1 34 (5) : 527-531' Septenber, 1997 2A. Uneche t{. "Helninth ova in 5oi1 fron childrens Play of Grounds in calab&f," centet Aftica JournaT t{edieine, voI. 35 ( ? ) : 432-434, Ju1v, lg8g ' of 2,L- Uneehe N, Handah LE- "Husca dosestica as Carrier East Intestinal Helninths in calabar, NiEieria," Aftica Hedical JournaT' vol' 66 (5): 349-35?' l'lei, lg8g22. Yanaguchi Tonio . At|as Bernatna ParasitoloEi Klinik' terj. Lesnana Padnasutra' R. Hakinian, Monika Juliani. Jakarta: EGC, 199?'
41
Lanpiran 1Sf,ETIA TERJA
F;l I I
v
Pencueian dengan t{aC1 fisiolo€is yang uengandung detecien B,O5l
Penusingan denEan 25O0'rpu selama 5 nenit
Peneatatan Hasil
42
't'-a.vtpitart
Z
-
DGKUI{E}ITASI PEI{EIITTAfi
Garrbar
S. Lokasi Penganbilarr Sanpei Pqd*nd\ L
gg
qa^o
,
GarrL'ar 10 . Aiat Perrarrgkap. LaLat
'iJ
(T.PA s:amr,ah Kcta \gr
rr
vss^rqrr
4qi*t6m'
l-AttTr'A'*
'r i
?erteteiart T,aLaL denEart !Ia.CL T isiaic:ezs ar,
14 o ..v.r6s..es..o
Ganbar
Lz
-^r,rlnrr 4 f)eteri uvee-4vL.
en n nF.'l
Pemusi-rrgar-r derigarr l{errElgunakarr
a4
Serrtrifus
a7.aT'6
flr,r,lir.i.
i,*p.]F!q t
1
t-
:?
Fpr,t:'r,hi'l
n HprrpFl
,
*n
-- t--_ i.'q**rr _-_
r.'r,.-{qr'*r, 9.. s kF k..
tJ-;i I t-Ll ?'(-r-aLlr-rrrl glLvr
4J
ra
.ii
DAFTAR RITYAYAT HIDUP
Nama
MT]KHYARION
Nomor BP.
93t2007t
TempaUTgl. Lahir
Duri/l3 Jvill972
Alamat OrangTua
Jl. Gaya Baru No. 8 Tel. (0765) 91414 Duri
Alamat di Padang
RW llRT 6 Kel. Air Dingin Kec. Koto Tangah Kodya Padang.
Riwayat Pendidikan SDN 015 Duri
(t979 -1e85)
SMPN
- Riau l Duri-Riau
(1985
SIIAN
2 Padang
Fakultas Kedokteran UNTAR Jakarta
- 1988) (1e88 - 1e9l) (leel - r9e3)
Fakultas Kedokteran IJNAND Padang
(1993
-
sekarang)
- Riau