GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PRAKTIK ORANG TUA SISWI KELAS 4 DAN 5 SEKOLAH DASAR ISLAM ALAZHAR 14 SEMARANG DALAM MEMBERIKAN EDUKASI TENTANG MENSTRUASI Lia Agustini Arie Wuryanto, SKM, M.Kes Ester Ratnaningsih, SST, M.Keb Abstract Background: Nowdays, the menarche age is getting younger and younger. Confused, nervous, scared, disturbed and uncomfortable feeling are always happen to every woman on the first menstruation. Parent, especially for mother, become the most important one at this situation. Aim (s): To know the description of knowledge level and attitude of parents of forth and fifth grade students in Alashar Islamic Elementary School Semarang in giving education about menstruation. Method: This research was decriptive with cross sectional approach. The method of sample taking used total sampling which were 23 respondents in total. Result: Most parents were between 40 to 42 years old, 100% parent’s background education were high, most respondent’s job were private job as 60,9%. 91,3% respondent’s knowledge was good. 95,7% education giving practice was good. Conclusion: Description of respondent’s practice and knowledge in menstruation education were good.
Keywords : Knowledge, practice, education, menstruation
Kerangka Pemikiran Pendidikan kesehatan adalah sebuah proses untuk menjembatani antara kesenjangan informasi dan tingkah laku kesehatan. Pendidikan kesehatan memotivasi seseorang untuk menerima informasi kesehatan dan berbuat sesuai dengan informasi tersebut (Budioro, 1998). Salah satu pendidikan kesehatan pada anak adalah pendidikan seksual. Pendidikan seksual bukan hanya membicarakan tentang hubungan seksual tetapi memberikan kepada
anak tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada anak setelah memasuki masa pubertas juga merupakan pendidikan seksual. Keluarga dan orang tua harus menjadi sumber utama untuk memberikan pendidikan seksual kepada anak-anak mereka. Fungsi keluarga menurut WHO (1997) mencakup lima bidang dasar yaitu biologi, ekonomi, pendidikan, psikologi, dan sosio-budaya. Kepribadian dan perilaku anak berawal dari peran orang tua dan
Jurnal Kebidanan Panti Wilasa, Vol. 3 No. 1, Oktober 2012____________________
seluruh keluarga. Dalam keluarga orang tua berperan sebagai pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, pencari nafkah, dan sebagai pengantar anak untuk hubungan sosial. Orang tua juga harus memantau setiap perkembangan dari anaknya. Pada saat anak memasuki masa pubertas orang tua harus membekali anak dengan pendidikan seputar pubertas. Orang tua harus merubah pola pikir mereka mengenai pendidikan seksual tabu untuk dibicarakan, karena bagaimanapun orang tua bertanggung jawab atas pembentukan perilaku seksual anak. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari memegang peranan yang penting, karena setiap saat semua orang atau kelompok sudah tentu melakukan interaksi. Bila tak ada komunikasi maka yang akan terjadi dalam kehidupan adalah ketidakharmonisan maupun ketidakcocokkan. Memang setiap orang akan memiliki pemikiran dan pendapat yang berbeda-beda dalam suatu topik, tetapi ide tersebut bisa dipersatukan melalui komunikasi. Bisa dibicarakan dengan komunikasi yang baik. Bila tetap berbeda maka itu menjadi suatu hal yang lumrah di alam demokrasi ini. Tetapi yang terpenting adalah bagaimana membangun komunikasi itu yang menyenangkan sehingga tujuan dari suatu organisasi atau lembaga bisa tercapai, meski ada perbedaan pendapat. Dalam pendidikan kesehatan juga memerlukan komunikasi yang baik, termasuk komunikasi antara orang tua dan anak apabila orang tua akan memberikan pendidikan kesehatan. Beberapa kendala komunikasi antara orang tua dan anak tentang pendidikan seks: a) Ada konsep yang salah tentang seksualitas pada orang tua maupun
remaja. Baik orang tua maupun anak/remaja, kadang-kadang salah kaprah mengenai seks. Umumnya beranggapan, seks itu tabu di bicarakan karena seks artinya hubungan seks atau hubungan suami istri. Padahal, seks itu mempunyai arti lebih luas, bukan hanya berarti hubungan seks. Misalnya, dalam seksualitas juga dijelaskan lewat perbedaan fisik anak laki-laki dan perempuan, bagaimana peran jenis masing-masing jenis kelamin, bagaimana menjaga kesehatan organorgan reproduksi, bagaimana aturan, nilai dan norma-norma tentang seksualitas di masyarakat, dan lain sebagainya. b) Orang tua menganggap seks itu tabu. Beberapa orang tua sangat berkeberatan berbicara masalah seksualitas dengan anaknya, Karena pandangannya tentang seks adalah hal yang kotor, tabu, dan saru. Setiap kali anak bertanya atau mengajak omong yang "nyerempet" ke seks, ucapan "Hus! Saru, nggak boleh! Langsung keluar respons refleksnya. Kalau sudah keluar kata-kata seperti itu, komunikasi menjadi tidak lancar dan anak pun menjadi susah untuk membicarakan masalah seks kepada orang tua. Hal tersebut yang menyebabkan anak mencari informasi dari luar dan informasi yang didapat belum tentu benar. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan dilakukan secara observasional dengan pendekatan cross sectional, di mana pengambilan data dilakukan secara bersamaan. Populasi dalam penelitian ini adalah orang tua terutama ibu dari siswi kelas 4 dan 5 SD Al-Azhar 14 semarang yang sudah mengalami menstruasi. Populasi berjumlah 23
Jurnal Kebidanan Panti Wilasa, Vol. 3 No. 1, Oktober 2012____________________
orang. Teknik sampling yang digunakan adalah quota sampling atau total sampling, di mana jumlah populasi dipakai semua menjadi sampel dalam penelitian ini. Data mengenai tingkat pengetahuan dan pratik orang tua siswi kelas 4 dan 5 SD Al-Azhar 14 Semarang diperoleh dengan metode wawancara menggunakan alat ukur yaitu kuesioner. Pengumpulan data dilakukan dengan alat bantu kuesioner. Kuesioner ini berupa lembar yang berisikan pertanyaan tetulis yang meliputi pengetahuan dan praktik. Peneliti menggunakan pertanyaan tertutup dengan jawaban yang sudah tersedia (A, B, C, D dan Ya atau Tidak). Analisa yang digunakan adalah analisa univariat yang dilakukan pada setiap variabel dari hasil penelitian, yaitu untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan dan praktik orang tua siswi kelas 4 dan 5 SD AlAzhar 14 Semarang dalam memberikan edukasi tentang menarche. Dalam penelitian ini hanya akan menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase tiap variabel. Hasil Penelitian Usia responden yang paling banyak muncul atau modusnya adalah 40 dan 42 tahun dan yang ditampilkan adalah modus yang mempunyai nilai yang kecil. Sedangkan rata-rata usia dari responden adalah usia 39,30 tahun dan usia yang terletak di tengah adalah usia 40 tahun. sebanyak 23 atau 100% responden berpendidikan tinggi atau D1, D3, S1, S2, S3. Responden yang bekerja swasta sebanyak 60,9% atau 14 responden. Responden yang berpendidikan sebagai Pegawai Negeri Sipil sebanyak 7 responden (30,4%).
Tingkat pengetahuan responden tentang menstruasi sebagian besar dari responden adalah baik, yaitu sebanyak 91,3% atau 21 responden. Sedangkan responden yang berpengetahuan cukup sebanyak 8,7% atau 2 responden. Sebagian besar responden mempunyai praktik yang baik, yaitu sebanyak 95,7% atau sebanyak 22 orang. Sedangkan ada 4,3% atau 1 orang yang mempunyai praktik yang kurang. Tabel silang antara tingkat pengetahuan dan praktik orang tua dalam memberikan edukasi tentang menstruasi, hasilnya adalah orang tua yang melakukan pemberian edukasi yang baik lebih banyak yang mempunyai tingkat pengetahuan baik. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan sebanyak 21 responden atau 91,3% mempunyai tingkat pengetahuan yang baik, dan sebanyak 2 responden atau 8,7% mempunyai tingkat pengetahuan cukup. Tingkat pengetahuan lebih banyak yang baik karena tingkat pendidikan orang tua juga 100% baik dan rata-rata ibu bekerja sehingga ibu mempunyai wawasan dan pergaulan yang cukup luas. Selain itu, pihak sekolah juga selalu memberikan edukasi setiap tahunnya sehingga pengetahuan ibu atau responden menjadi lebih baik tentang pentingnya pemberian edukasi tentang menstruasi. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Galih Apriliani (2007) dengan judul Dukungan Ibu Terhadap Remaja Putri dalam Membantu Kesiapan Menghadapi Menarche (Studi Kualitatif pada Ibu dari Siswi SD Pedurungan Kidul 07 Semarang) dengan hasil hampir seluruh responden mempunyai tingkat pengetahuan kurang tentang
Jurnal Kebidanan Panti Wilasa, Vol. 3 No. 1, Oktober 2012____________________
pengertian, sebab-sebab, siklus menstruasi namun cukup baik tentang gangguan menstruasi dan cara mengatasinya. Hal ini mungkin juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan ibu yang berada dalam tingkat sedang. Pada pertanyaan nomor 11 tentang wanita yang sudah mengalami menstruasi dapat hamil, responden sebanyak 65,23% menjawab dengan benar yaitu bisa hamil, sedangkan sebanyak 34,77% menjawab belum tentu bisa hamil atau pada pilihan jawaban A. Hal ini terjadi karena mungkin penangkapan orang tua lebih luas sehingga orang tua menjawab seperti itu. Penelitian yang dilakukan oleh Nur Hanif dengan judul hubungan karakteristik dan sumber informasi terhadap perilaku remaja dalam menghadapi menstruasi pertama pada siswi SMPN 1 batang taro tahun 2006, didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara Tingkat pengetahuan anak dengan tingkat pendidikan orang tua. Hal ini dikarenakan orang tua lebih banyak mempunyai tingkat pendidikan sedang tetapi anak mempunyai tingkat pengetahuan yang tinggi. Hal ini mungkin dikarenakan anak mendapat informasi lebih dari tempat lain atau media lain. Dari hasil penelitian didapatkan yang memberikan praktik baik sebanyak 22 responden atau 95,7%. Sedangkan yang memberikan praktik kurang sebanyak 1 responden atau 4,3%. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan orang tua yang tinggi dan tingkat pengetahuan orang tua yang baik. Praktik yang baik salah satunya karena tingkat pengetahuan yang baik, ini sesuai dengan teori dimana seseorang akan melakukan praktik yang baik apabila seseorang
mempunyai tingkat pengetahuan yang baik. Seseorang memberikan edukasi tentang kesehatan yang baik karena seseorang mempunyai pendidikan kesehatan yang baik dan tingkat pengetahuan yang baik. Tetapi pada penelitian yang dilakukan oleh Galih Apriliani pada tahun 2007 di mana 5 dari 7 responden tidak memberikan dukungan atau tidak memberi informasi kepada anak tentang mestruasi. Hal ini mungkin dikarenakan tingkat pengetahuan orang tua yang sedang dan tingkat pendidikan yang sedang. Kesimpulan 1. Responden rata-rata berumur 39,30 dan mempunyai dua modus atau umur yang sering muncul yaitu umur 40 tahun dan 42 tahun di mana masing-masing muncul sebanyak lima kali. 2. Pendidikan responden 100% tinggi 3. Pekerjaan responden terbanyak adalah swasta yaitu sebanyak 60,9%. 4. Tingkat pengetahuan orang tua adalah baik yaitu sebesar 91,3%. 5. Praktik orang tua dalam memberikan edukasi tentang menstruasi adalah baik yaitu 95,7%. 6. Beberapa orang tua bingung bagaimana cara memberikan dan menyampaikan dengan baik pendidikan kesehatan tentang menstruasi kepada anaknya Saran 1. Tenaga kesehatan di wilayah Puskesmas Banyumanik disarankan untuk datang dan memberikan materi pada saat seminar tentang pubertas berlangsung kepada orang tua dari siswa-siswi SDI Al-Azhar 14
Jurnal Kebidanan Panti Wilasa, Vol. 3 No. 1, Oktober 2012____________________
Semarang dan dapat mengajarkan bagaimana cara memberikan edukasi tentang menstruasi dengan benar. 2. Sekolah harus tetap mempertahankan untuk mengadakan seminar tentang pubertas kepada orang tua setiap tahunnya agar orang tua lebih mengerti. 3. Disarankan peneliti lain dapat lebih banyak menggunakan variable dan dapat menghubungkan setiap variabelnya. Daftar Pustaka 1. Proverawati A, Misaroh S. Menarche Menstruasi Pertama Penuh Makna. Yogyakarta: Nuha Medika; 2009. h. 25-26, 35-37, 4446, 58-63 2. Pieter Zan H, Lubis Lumongga N. Pengantar Psikologi Untuk Kebidanan.Jakarta: Kencana; 2010. h. 146, 157-163 3. Santrock JW. Perkembangan Masa Hidup. Jakarta: Erlangga; 2002. h. 7-8 4. Apriliani G. Dukungan Ibu Terhadap Remaja Putri dalam Membantu Kesiapan Menghadapi Menarche (Study Kualitatif pada Ibu Siswi SD Pedurungan Kidul 07 Semarang) [skipsi]. Semarang: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro; 2007 5. Pulungan PW. Gambaran Usia Menarche pada Remaja Putri di SMP Safiyyatul Amaliyyah dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan. Sumatera Utara: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara; 2009 6. Notoatmodjo S. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta; 2007. h. 143-146, 149-150, 106-110
7. Notoatmodjo W. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2003. h. 170-1 8. Anonymous. BAB II Tinjauan Pustaka. Diakses tanggal 04 Januari 2012. Didapat dari: http://digilib.unimus.ac.id/downloa d.php?id=1163 9. Utamadi G. Ngerumpiin Seks Ama Ortu. Diakses tanggal 14 Desember 2011. Didapat dari: http://www.bkkbn.go.id 10. Bobak, Lowdermik, Jensen. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC; 2004. h. 12, 14, 4549 11. Bahiyatun. Buku Ajar Bidan Psikologi Ibu dan Anak. Jakarta: EGC; 2010. h. 63-65 12. 12.Wahyuningsih M. Panikny Si Putri Saat Menstruasi Pertama. 21 April 2011 [Diakses tanggal 17 Desember 2011]. Didapat dari: http://www.detikhealth.com 13. Jahran A. Peran Komunikasi dalam Pendidikan. 17 November 2011 [diakses tanggal 04 Januari 2012]. Didapat dari http://www.radarbanten.com 14. Syaifuddin. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: EGC; 2006. h. 259-262 15. Hanafiah JM. Haid dan Siklusnya. Dalam: Prawirohardjo S. Ilmu Kandungan. Edisi Keempat. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2005. h. 103-119 16. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta: 2010 17. Hafni N. Hubungan Karakteristik dan Sumber Informasi Perilaku Remaja dalam Menghadapi Menstruasi Pertama pada Siswi SMPN 1 Batang Toru tahun 2006. Sumatera Utara: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara; 2006
Jurnal Kebidanan Panti Wilasa, Vol. 3 No. 1, Oktober 2012____________________