©FKM-UNSIL 2011 ISBN 978-602-96943-1-4
PEMBERDAYAAN KADER KESEHATAN DENGAN METODE FASILITASI DALAM PENANGGULANGAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DAN CHIKUNGUNYA DI DESA PLALANGAN KEC.GUNUNGPATI 1
M. Arie Wuryanto
1. Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP Abstrak Latar Belakang : Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah utama di kota semarang. Data terakhir tahun 2009 kota Semarang mempunyai jumlah kasus sebanyak 3883 kasus (IR 27,3/10.000), dengan jumlah kematian sebanyak 43 (CFR :1,1%). Kecamatan Gunungpati merupakan salah satu daerah endemis DBD di kota Semarang. Pada tahun 2009 Kecamatan Gunungpati terdapat 148 kasus dengan IR 23,4/10.000 serta 2 kasus kematian. Bahkan diaAkhir tahun 2009 sempat mengalami KLB DBD di Desa Plalangan, dan untuk tahun 2010 jumlah kasusnya sebanyak 15 orang. Salah satu penyebab munculnya KLB atau penularan yang cepat menyebar adalah keberadaan vektor yang cukup tinggi. Sistem kewaspadaan dini terhadap kepadatan vektor DBD adalah Angka Bebas Jentik (ABJ). Berdasarkan data awal yang diperoleh di Desa Plalangan Angka bebas jentiknya sudah bagus (ABJ 85%-98%), namun hasil survei terhadap beberapa rumah yang dilakukan masih terdapat banyak ditemukan rumah positif jentik, terutama di halama rumah (Pot bunga). Hasil ini mengindikaskan bahwa pelaksanaan Pemantauan Jenti Berkala (PJ) yang dilakukan oleh kader setempat belum baik. Artinya pemantauan jentik masih sebatas bak mandi dan tempayan (gentong), namun tempat-tempat breding place yang lain seperti Pot bunga, belakang kulkas dan barang bekas di halaman rumah belum mendapat perhatian. Tujuan: Kegiatan ini bertujuan meningkatkan pengetahuan da keterampilan kader kesehatan setempat dalam melakukan PJB dengan benar. Metode : Teknik fasilitasi dan pendampingan dalam meningkatkan pengetahuan dan kesadaran kader kesehatan dalam penangulangan DBD dan Cikungunya khususnya dalam pemantauan jentik yang benar. Hasil : Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran kader dalam melakukan PJB dengan benar. Pengetahuan kader sebelum dilakukan intervensi mempunyai rata-rata skor 81,6 dan skor setelah intervensi sebesar 99,6. Analisis statistik menggunakan uji T-test menunjukkan terdapat perbedaan bermakna pengetahuan mitra sebelum dan setelah dilakukan penyuluhan (p-value = 0,001). Kegiatan pendampingan dalam pemantauan jentik memberikan hasil semakin banyak rumah yang dijumpai jentiknya, terutama pada tempat-tempat selain bak mandi dan tempayan. (Pot bunga, belakang kulkas dan pekarangan rumah). Saran : Kemampuan kader dalam melakukan PJB tidaklah berarti banyak dalam penurunan kejadian kasus DBD, apabila masyarakat tidak mau berpartisipasi di dalam melakukan PSN dengan melakukan 3 M (Menguras, Menutup dan mngubur) dilingkungan rumah masingmasing. Perlu dukungan aparat setempat agar para kader tidak mengalami hambatan dalam melakukan PJB secara periodik. Kata Kunci: Pemberdayaan, Demam Berdarah, Pemantauan Jentik.
Abstract
Background: Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is still a major problem in the city of Semarang. The latest data of 2009 town of Semarang has a number of cases as many as 3883 cases (27.3 IR / 10,000), with total mortality by 43 (CFR: 1.1%). Sub Gunungpati is one of the dengue endemic areas in the city of Semarang. In 2009 there were 148 cases Gunungpati District with 23.4 IR / 10 000 and 2 cases of death. Even diaAkhir in 2009 had experienced DHF epidemics in the village of Plalangan, and for 2010 the number of cases as many as 15 people. One cause of an outbreak or infection that rapidly spreads is the existence of a vector that is high enough. Early warning system against dengue vector density is the larva-free rate (ABJ). Based on preliminary data obtained at the Village Commons Figures Plalangan jentiknya is good (ABJ 85% -98%), but the results of a survey of some houses that do still have a lot of Prosiding Seminar Nasional “Peran Kesehatan Masyarakat dalam Pencapaian MDG’s di Indonesia” 12 April 2011
267
©FKM-UNSIL 2011 ISBN 978-602-96943-1-4 positive larva found in homes, especially in halama home (flower pots). These results mengindikaskan that implementation Jenti Periodic Monitoring (PJ) conducted by the local cadres has not been good. This means that larvae are still limited to monitoring the bath and jars (barrel), but the places breding another place such as flower pots, behind the refrigerator and used items in the yard has not received attention. Objective: This activity aims to increase knowledge of local health cadres da skills in performing SPA correctly. Methods: The technique of facilitation and assistance in improving knowledge and awareness of health cadres in penangulangan DHF and Cikungunya especially in monitoring larvae correct. Results: Increased knowledge and awareness of cadres in performing SPA correctly. Cadre of knowledge prior to the intervention had an average score of 81.6 and a score of 99.6 after the intervention. Statistical analysis using test T-test showed there were significant differences partner knowledge before and after the extension (p-value = 0.001). Assistance in monitoring mosquito activity yield more and more homes were found for jentiknya, especially in places other than the bath and jars. (Pot of flowers, fridge and rear yard). Suggestion: The ability of cadres in performing the SPA does not mean a lot in decreasing the incidence of DHF cases, if people do not want to participate in the conduct PSN by 3 M (drain, Close and mngubur) environment of their homes. Need to support local authorities for the cadres do not have problems in conducting periodic SPA. Keywords: Empowerment, Dengue Fever, Monitoring larva.
PENDAHULUAN Penyakit
Demam
Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah utama di kota
semarang. Data tahun 2009 menunjukkan bahwa kota Semarang mempunyai jumlah kasus sebanyak 3883 kasus (IR 27,3/10.000), dengan jumlah kematian sebanyak 43 (CFR :1,1%). Data tahun 2010 kasus DBD meningkat lagi dengan jumlah kasus 4825 kasus (IR: 32,5/10.000) dengan jumlah kematian 42 kasus (CFR: 0,9/10.000). Kecamatan Gunungpati merupakan salah satu daerah endemis DBD di kota Semarang. Pada tahun 2009 Kecamatan Gunungpati terdapat 148 kasus dengan IR 23,4/10.000 serta 2 kasus kematian. Bahkan di akhir tahun 2009 sempat mengalami KLB DBD di Desa Plalangan, dan untuk tahun 2010 jumlah kasusnya sebanyak 15 orang. Salah satu penyebab munculnya KLB atau penularan yang cepat menyebar adalah keberadaan vektor yang cukup tinggi. Sistem kewaspadaan dini terhadap kepadatan vektor DBD menggunakan parameter Angka Bebas Jentik (ABJ). Berdasarkan data awal yang diperoleh dari pihak Desa Plalangan menunjukkan bahwa Angka bebas jentiknya sudah bagus (ABJ 85%-98%), namun kasus masih saja terjadi di wilayah tersebut. Disamping itu hasil survei pendahuluan terhadap beberapa rumah yang dilakukan masih banyak ditemukan rumah positif jentik, terutama di halama rumah (Pot bunga). Hasil ini mengindikaskan bahwa pelaksanaan Pemantauan Jenti Berkala (PJB) yang dilakukan oleh kader setempat belum sepenuhnya baik. Artinya pemantauan jentik masih sebatas bak mandi dan tempayan (gentong), namun tempat-tempat perkembangbiakan yang lain seperti Pot bunga, belakang kulkas dan barang bekas di halaman rumah belum mendapat perhatian, sehingga seolah-olah hasil ABJ nya sudah baik. Nampak pada grafik dibawah ini hubungan antara ABJ dan pola kejadian kasus DBD di Kota Semarang tahun 2009, tidak menunjukkan pola tertentu. Hasil Prosiding Seminar Nasional “Peran Kesehatan Masyarakat dalam Pencapaian MDG’s di Indonesia” 12 April 2011
268
©FKM-UNSIL 2011 ISBN 978-602-96943-1-4
ABJ relatif sama di atas 80% sedangkan kasus mengalami penurunan dan kenaikan. Secara teori dapat dijelaskan bahwa parameter ABJ merupakan indikator kepadatan vektor dari Aedes sp. di suatu wilayah tertentu. Kepadatan vektor Aedes.sp akan meningkatkan penularan DBD di suatu tempat. Berdasarkan laporan ABJ desa Plalangan menunjukkan bahwa form PJB hanya mengandung informasi Nama Kepala Keluarga (KK) dan status positif atau negatif terhadap jentik, sehingga tidak dapat diketahui jenis container apa yang banyak dan seharusnya bredding place apa saja yang harusnya di periksa.
Grafik 1. Hubungan ABJ dan Kasus DBD Kota Semarang Tahun 2009
Sumber : Dinkes Kota Semarang TUJUAN Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan kegiatan pemberdayaan ini adalah : 1. Meningkatkan pengetahuan kader kesehatan tentang pencegahan Penyakit DBD dan Chikngunya. 2. Meningkatkan
pengetahuan
kader
kesehatan
tentang
tempat-tempat
potensial
perkembangbiakan (bredding palce) nyamuk Aedes sp. dan Cara pemantauan jentik yang benar. 3. Memberikan pendampingan kader dalam melakukan pemantauan jentik, sehingga diharapkan dapat memberikan keterampilan kader dalam pemantauan jentik secara benar.
Prosiding Seminar Nasional “Peran Kesehatan Masyarakat dalam Pencapaian MDG’s di Indonesia” 12 April 2011
269
©FKM-UNSIL 2011 ISBN 978-602-96943-1-4
METODE Untuk mencapai beberapa tujuan tersebut, maka metode yang dipakai adalah: 1. Teknik fasilitasi dalam memberikan pengetahuan dan kesadaran dalam pencegahan penyakit DBD dan pemantauan jentik. 2. Pemutaran Film Penangulangan dan Pencegahan Penyakit DBD serta pembagian DVD film nya. 3. Pembagian lampu senter dan Form pemantauan jentik yang sudah dimodifikasi kepada kader. SASARAN Sasaran kegiatan ini adalah para kader kesehatan di lingkungan wilayah Desa Plalangan, yang terdir dari Enam RW. Jumlah kader yang mengikuti kegiatan ini sebanyak 24 orang.
HASIL DAN PEMBAHASAN a. Fasilitasi Dalam Meningkatan Pengetahuan dan Kesadaran Kader Kesehatan Kegiatan ini dilakukan tanggal 19 November 2010. Dalam kegiatan ini diikuti oleh 24 kader kesehatan yang merupakan wakil dari semua RW yang ada di Desa Plalangan. Kegiatan diawali dengan perkenalan dan dilakukan Pre-test, dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan awal sasaran tentang penyakit DBD dan cara pencegahannya. Setelah Pre-test, dilanjutkan dengan mencari testimoni / mantan penderita penyakit DBD untuk bercerita pengalaman ketika sakit. Testimoni bercerita tentang awal sakit, dan bagaimana pengalaman penderitaan yang dialaminya. Nampak tercermin kesedihan saat menceritakan pengalamannya dan sampai menangis mengingat pengalaman tersebut karena dari 3 anggota keluarga ada satu yang meninggal dunia. Pada saat yang sama peserta yang lain juga terbawa situasi emosional yang dibawakan olehnya. Menampilkan testimoni bertujuan untuk menimbulkan kesadaran bagi seluruh peserta bahwa menderita penyakit DBD akan membawa penderitaan bagi seluruh anggota keluarga, bahkan dapat menyebabkan kehilangan anggota keluarga. Tujuan yang lain adalah untuk menumbuhkan semangat untuk melakukan kegiatan PSN dan PJB secara lebih baik lagi. Selain itu juga mencoba untuk digali bagaimana pengalaman sasaran atau peserta selama ini dalam melakukan PJB. Berdasarkan cerita dari salah satu peserta dan di “Amini” oleh yang lain, bahwa selama ini di dalam melakukan PJB seringnya yang dipantau adalah Bak mandi dan tempayan saja, hal ini ditambah bahwa form pemantauan jentik anya berisi informasi nama KK dan status positif dan negatif Jentik. Kemudian dilanjutkan pemutaran film, dengan tujuan agar peserta mengetahui kekurangan da kelemahan kegiatan yang selama ini mereka lakukan. Kegiatan ini diakhiri dengan melakukan Post-tes, untuk mengukur tingkat pengetahuan setelah dilakukan kegiatan ini. Hasil analisis menunjukkan bahwa ada peningkatan tingkat Prosiding Seminar Nasional “Peran Kesehatan Masyarakat dalam Pencapaian MDG’s di Indonesia” 12 April 2011
270
©FKM-UNSIL 2011 ISBN 978-602-96943-1-4
pengetahuan sesudah penyuluhan / pelatihan. Rata-rata skor pengetahuan sebelum sebesar 81 dan sesudah sebesar 99,6. Analisis statistik menggunakan uji T-test menunjukkan terdapat perbedaan bermakna pengetahuan kader sebelum dan setelah dilakukan penyuluhan dengan nilai p-value = 0,001.
b. Pendampingan PJB kepada Kader Kegiatan
pendampingan ini bertujuan untuk melatih dan memberikan keterampilan para
kader dalam melakukan pemantauan jentik secara benar. Pendampingan bertempat di RW II. Pemantauan dilakukan pada delapan dasa wisma yang terdiri dari Dasawisma Melati I sampai Melati 7. Pada kegiatan pendampingan pemantauan jentik yang dilakukan dua minggu setelah sosialisasi tempat-tempat potensial perkembangbiakan nyamuk didapatkan hasil dari 89 rumah yang diperiksa terdapat 36 rumah positif jentik. Hal ini menunjukkan peningkatan kemampuan dalam pemantauan jentik, artinya tempat-tempat potensial lain seperti bekalang kulkas, Pot bunga dan barang bekas dipekarangan sudah mulai dilihat keberadaan jentiknya. Hasil pemantauan jentik mendapatkan 27 rumah yang positif jentik di dalam rumah, dan 24 rumah positif jentik di luar rumah. Sementara data sekunder hasil pemantauan jentik dari kader sebelumnya menggambarkan bahwa rata-rata Angka Bebas Jentik (ABJ) berkisar 80% sampai 98%. Jika dibandingkan dengan ABJ hasil pendampingan berkisar 23% sampai 85%, maka dilihat dari sisi kemampuan dalam pemantauan jentiknya sudah jauh lebih bagus. Namun jika dilihat dari partisipasi masyarakat dalam melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) masih sangat rendah. Oleh karena itu ke depan kegiatan PSN yang dilakukan oleh warga ini harus lebih digiatkan kembali.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil kegiatan fasilitasi di atas dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Terbukti bahwa teknik fasilitasi memberikan hasil yang baik dalam meningkatkan pengetahuan dan kesadarann kader tentang Penanggulangan dan Pencegahan Penyakit DBD. 2. Keterampilan kader dalam melakukan PJB semakin baik setelah dilakukan pendampingan (Pelatihan).
Prosiding Seminar Nasional “Peran Kesehatan Masyarakat dalam Pencapaian MDG’s di Indonesia” 12 April 2011
271
©FKM-UNSIL 2011 ISBN 978-602-96943-1-4
SARAN : Berdasarkan hasil pendampingan dalam pemantuan jentik, dimana ABJ nya masih sangat rendah, maka perlu upaya pemberdayaan masyarakat dalam melakukan kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Berdasarkan hasil musyawarah antara pihak Puskesmas, kelurahan, dan warga memutuskan sbb: •
Bahwa upaya meningkatkan kesadaran warga dalam melakukan kegiatan PSN harus terus dilakukan baik dari Puskesmas, terutama pihak Kelurahan/Desa dan Kecamatan.
•
Bersama sama dengan FKM UNDIP melakukan Advokasi Gerakan Kebersihan (misalnya Jum’at bersih atau Minggu bersih) dalam rangka penggerakan PSN kepada pihak Kecamatan, Kelurahan dan Puskesmas, sehingga diharapkan kesadaran Masyarakat dan institusi di wilayah Desa Plalangan khususnya dan wilayah Kecamatan Gunungpati Umumnya dalam rangka kegiatan PSN akan meningkat dan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA Dinas Kesehatan Kota Semarang, “Gambaran Penyakit DBD tahun 2010”. Desa Plalangan, Kecamatan Gunungpati, “Rekap Laporan PJB tahun 2009”. Departemen Kesehatan RI. “Film Penanggulangan dan Pencegahan Penyakit Demam Berdarah”, Jakarta 2006. Depkes RI, “Pedoman Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)” Jakarta 2007.
Prosiding Seminar Nasional “Peran Kesehatan Masyarakat dalam Pencapaian MDG’s di Indonesia” 12 April 2011
272