FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNG TIRAM KECAMATAN TANJUNG TIRAM KABUPATEN BATU BARA TAHUN 2013 (Factors related to the incidence of stunting among under five children in the region Puskesmas Tanjung Tiram at Tanjung Tiram sub- district Batu Bara district in 2013 ) Novita Siahaan 1, Zulhaida Lubis2, Fitri Ardiani2 1
Alumni Mahasiswa Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat USU ² Staf Pengajar Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat USU ABSTRACT Stunting is a public health problem because associated with an increased risk of morbidity, mortality, and impaired motoric and mental development. Stunting is a condition of the body is short and very short (-2 SD below the median length or height of body). Purpose of this study is to know the factors releated with stunting among under five children at Tanjung Tiram in 2013. This study is survey with cross-sectional design in 3 selected villages in the district Tanjung Tiram. The determination of sample is done in allocation proportion and selected by systematic random sampling with 93 under five children samples. Variabel of house hold members, education of parent, birth weight, economic status, breast feeding practice and employment of parent were measured using questionaires and height of body were measured by microtoise, then data analyzed using by Chi- Square test at =0,05. The result of the research showed that based on index TB/U stunting among under five children 59,14%. The result of Chi-Square test showed significant relationship between stunting with education of parent, economic status, and employment of parent. Meanwhile number of household and birth weight did not show significant relationship of stunting in under five children. It is recommended to local government in order to improve education of parents with Kejar Packet C and revitalize the fishing’s coperation to enhance the economic status.
Key word : Stunting, Economic Status, Under Five Children. PENDAHULUAN Kondisi gizi di Indonesia saat ini sedang mengalami masalah gizi ganda yaitu masalah gizi kurang dan gizi lebih. Saat sebagian bangsa Indonesia masih menderita kekurangan gizi terutama pada ibu, bayi dan anak secara bersamaan timbul masalah gizi lain yaitu gizi lebih yang berdampak pada obesitas. Stunting adalah keadaan tubuh yang pendek dan sangat pendek hingga melampaui -2 SD di bawah median panjang atau tinggi badan (Manary & Solomons, 2009). Stunting terjadi akibat kekurangan gizi dalam waktu lama yang diawali sejak masa janin hingga 2 tahun pertama kehidupan. Stunting merupakan masalah kesehatan
masyarakat karena berhubungan dengan meningkatnya risiko terjadinya kesakitan dan kematian, perkembangan motorik terlambat, dan terhambatnya pertumbuhan mental (Kusharisupeni, 2004). Menurut penelitian Fitri (2012) yang dilakukan di Sumatera Utara terdapat 4 faktor yang berhubungan dengan terjadinya stunting yaitu berat lahir, jenis kelamin, wilayah tempat tinggal, dan status ekonomi. Sedangkan yang merupakan faktor risiko determinan terhadap kejadian stunting adalah pendapatan, jumlah anggota rumah tangga, tinggi badan ayah, tinggi badan ibu dan pemberian ASI eksklusif (Wahdah, 2012).
Dari hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2010, ditemukan bahwa prevalensi stunting di Indonesia sebesar 35,6% yang terdiri dari pendek 17,1% dan sangat pendek 18,5%. Secara nasional terdapat 4 propinsi di kepulauan Sumatera dengan prevalensi stunting di atas prevalensi nasional, salah satunya Sumatera Utara sebesar 43,3%. stunting merupakan masalah ekologi karena adanya interaksi antara berbagai faktor lingkungan baik fisik, sosial, ekonomi budaya maupun politik. Berdasarkan berbagai penelitian diketahui bahwa faktor-faktor yang menjadi pencetus timbulnya stunting antara lain kemiskinan, pendidikan orang tua, pengetahuan gizi, besar keluarga dan dipengaruhi juga oleh status kesehatan, serta faktor lainnya. Kecamatan Tanjung Tiram merupakan salah satu Kecamatan yang berada di Kabupaten Batu Bara, merupakan kecamatan dengan angka gizi buruk dan stunting serta jumlah keluarga miskin tertinggi. Jumlah penduduk 40.863 jiwa, dengan jumlah keluarga miskin 18.905 jiwa (46,3%) dengan mata pencaharian utama adalah nelayan, dan hingga saat ini belum diketahui secara pasti prevalensi balita stunting di Kabupaten Batu Bara. Berdasarkan hal tersebut di atas, perlu dilakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Tiram.
METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan desain cross-sectional (potong lintang), yang dilakukan pada bulan September 2013 di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Tiram atas pertimbangan wilayah kerja Puskesmas Tanjung Tiram merupakan Puskesmas dengan angka tertinggi ditemukan kasus gizi kurang, gizi buruk serta stunting, dan juga merupakan wilayah dengan penduduk miskin tertinggi (46,3%) di Kabupaten Batu Bara.
TUJUAN Tujuan penelitian ini adalah untuk Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Tiram Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara.
sehingga diperoleh jumlah sampel sebesar 93 orang. Penentuan sampel dilakukan dengan cara alokasi proporsional, dengan desa 3 yang terpilih, kemudian dilakukan pengambilan sampel secara systematic random sampling.
MANFAAT Manfaat penelitian ini adalah sebagai bahan masukan untuk perencanaan program pencegahan dan penangggulangan stunting dengan tujuan untuk memotong generasi stunting di Indonesia khususnya di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Tiram.
Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh balita usia 6-59 bulan yang berjumlah 3068 orang. Besar sampel minimal yang diperlukan dihitung berdasarkan rumus Lameshow, 2007 yaitu:
= = = 93,01 Keterangan: n = Besar sampel Z = Tingkat kepercayaan (90% = 1,96) d = Galat pendugaan (10% = 0,1) P = Proporsi (0,5) N = Jumlah populasi
Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan wawancara langsung dengan responden, meliputi data umur balita, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, praktek menyusui, jumlah anggota rumah tangga, jumlah pengeluaran pangan dan non pangan serta berat lahir balita, sementara tinggi/panjang badan balita dilakukan dengan pengukuran langsung dengan menggunakan microtoise.
Sementara data sekunder diperoleh dari Puskesmas Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara yang meliputi jumlah seluruh balita usia 6-59 bulan yang terdaftar di posyandu, serta gambaran umum lokasi penelitian di peroleh dari kantor Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara. Analisis Data Data yang telah dikumpulkan dilakukan editing, coding, dan tabulasi serta diolah dengan program komputer. Selanjutnya dilakukan analisis univariat untuk menggambarkan masing-masing variabel yang disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase, serta analisis bivariat untuk melihat hubungan variabel bebas dan variabel terikat dengan menggunakan uji Chi-Square dengan tingkat kepercayaan 95% (Notoadmodjo, 2010). HASIL DAN PEMBAHASAN Besar Keluarga. Besar keluarga pada responden tidak berbeda jauh dimana yang termasuk keluarga besar sebanyak 47 KK (50,5%), sementara keluarga kecil sebanyak 46 KK (49,5%). Tabel 2. Hubungan Besar Keluarga dengan Stunting pada Balita Besar Keluarga
Besar Kecil
Stunting Ya
n 32 23
Total
Tidak
% 68,1 50
n 15 23
% 31,9 50
n 47 46
% 100,0 100,0
P 0,059
Secara statistik, tidak ada hubungan yang signifikan antara besar keluarga dengan stunting pada balita. Pekerjaan Orang Tua. Pekerjaan ayah pada anak kelompok stunting sebesar 83,6% adalah nelayan, sementara dari kelompok anak normal pekerjaan ayah terdapat 42,1% ayah yang bekerja sebagai nelayan. Sementara pekerjaan ibu pada anak kelompok stunting 92,7% berperan sebagai ibu rumah tangga, dan pada kelompok balita normal terdapat 78,9% ibu yang berperan sebagai ibu rumah tangga. Tabel 3. Hubungan Pekerjaan Ayah dengan Stunting pada Balita Pekerjaan Ayah
Nelayan
Stunting Ya
n 46
% 83,6
Total
Tidak
n 16
% 42,1
n 62
% 100,0
P
Wiraswasta Pedagang PNS
9 0
16,4
17
44,7
26
100,0
0
5
13,2
5
100,0
Secara statistik ada hubungan antara pekerjaan ayah dengan stunting pada balita. Tabel 4. Hubungan Pekerjaan Ayah dengan Stunting pada Balita Pekerjaan Ibu
Tidak bekerja Wiraswasta Pedagang PNS
Stunting Ya
Total
Tidak
n
%
n
%
n
%
51
92,7
30
78,9
61
100,0
4
7,3
6
15,8
10
100,0
5,3
2
100,0
0
0
2
P
0,04
Secara statistik ada hubungan pekerjaan ibu dengan stunting pada balita. Praktek Menyusui. Gambaran praktek menyusui responden yang paling banyak adalah yang tergolong sedang sebanyak 49 orang (52,7%), dan yang paling sedikit adalah yang tergolong baik sebanyak 20 orang (21,5%), dan selebihnya tergolong kurang sebanyak 24 orang (25,8%). Tabel 4. Hubungan Praktek Menyusui dengan Stunting pada Balita Praktek Menyusui
Baik Sedang Kurang
Stunting Ya
n 3 31 21
% 15,0 63,3 87,5
Total
Tidak
n 17 18 3
% 85,0 36,7 12,5
n 20 49 24
% 100,0 100,0 100,0
P 0,000
Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square menunjukkan bahwa probabilitas (P) < 0,05 artinya Ho ditolak. Kesimpulannya adalah ada hubungan yang signifikan antara praktek menyusui dengan terjadinya stunting pada balita. Sementara jika dilihat dari pemberian ASI eksklusif ditemukan bahwa dari seluruh sampel balita yang diteliti ternyata tidak seorangpun balita yang mendapatkan ASI eksklusif, hal ini diakibatkan sebagian besar ASI keluar 1-2 hari setelah melahirkan, yang artinya manajemen laktasi yang dimulai dari masa kehamilan seperti perawatan payudara, segera setelah persalinan dan pada masa menyusui tidak berjalan dengan baik. Perdagangan susu formula yang juga dilakukan bidan yang menolong persalinan dimana jika mereka mencapai penjualan yang tinggi akan menerima reward atau hadiah.
0,000
Pendidikan Orang Tua
Pendidikan orang tua khususnya ayah lebih dari setengahnya memiliki pendidikan yang masih rendah yang terdiri dari tamat SDSLTP yaitu sebanyak 57 orang (61,3%), dan yang paling sedikit adalah yang berpendidikan tinggi yaitu sebanyak 8 orang (8,6%) Tabel 5. Hubungan Pendidikan Ayah dengan Stunting pada Balita Pendidikan Ayah
Rendah Menengah Tinggi
Stunting Ya
n 42 13 0
Total
Tidak
% 73,7 46,4 0
n 15 15 8
% 26,3 53,6 100
n 57 28 8
% 100,0 100,0 100,0
P 0,000
Pendidikan diperlukan agar seseorang lebih tanggap terhadap masalah gizi di dalam keluarga dan bisa mengambil tindakan secepatnya ( Suharjo, 2003). Sementara jika dilihat dari pendidikan ibu ternyata tidak jauh berbeda dari tingkat pendidikan ayah, dimana terdapat 65 orang (69,9%) yang tergolong dalam tingkat pendidikan yang rendah, dan yang paling sedikit adalah yang berpendidikan tinggi yaitu sebanyak 4 orang (4,3%). Tabel 6. Hubungan Pendidikan Ibu dengan Stunting pada Balita Pendidikan Ibu
Rendah Menengah Tinggi
Stunting Ya
n 46 9 0
Total
Tidak
% 70,8 37,5 0
n 19 15 4
% 29,2 62,5 100
n 65 24 4
% 100,0 100,0 100,0
P 0,001
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square menunjukkan bahwa probabilitas (P) < 0,05 artinya Ho ditolak. Kesimpulannya adalah ada hubungan yang signifikan antara pendidikan orangtua dengan stunting pada balita. Berat Badan Lahir Balita yang memiliki berat badan lahir normal lebih banyak yaitu 83 orang (89,2%), dan yang tergolong BBLR sebanyak 10 orang (10,8%). Tabel 7. Hubungan Berat Badan Lahir Stunting pada Balita Berat Badan Lahir
BBLR Normal
Stunting Ya
n 8 47
% 80,0 85,5
Total
Tidak
n 2 36
% 20,0 94,7
n 10 83
% 100,0 100,0
dengan P 0,155
Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square menunjukkan bahwa probabilitas (P) > 0,05 yang artinya Ho diterima. Kesimpulannya adalah tidak ada
hubungan yang signifikan antara berat badan lahir dengan stunting pada balita. Status Ekonomi Jumlah responden yang status ekonominya berada di atas Upah Minimum Kabupaten (UMK) sebanyak 47 orang (50,5%), dan yang berada di bawah UMK sebanyak 46 orang (49,5%). Tabel 8. Hubungan Status Ekonomi dengan Stunting pada Balita Status Ekonomi
Di bawah UMK Di atas UMK
Stunting Ya
Total
Tidak
n 38
% 82,6
n 8
% 17,4
n 46
% 100,0
17
36,2
30
63,8
47
100,0
P
0,000
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square menunjukkan bahwa probabilitas (P) < 0,05 yang artinya Ho ditolak. Kesimpulannya adalah ada hubungan yang signifikan antara status ekonomi dengan stunting pada balita. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1.Pekerjaan orangtua, praktek menyusui, pendidikan orangtua, status ekonomi merupakan faktor yang berhubungan dengan stunting pada balita di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara. 2.Besar keluarga, berat badan lahir tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan terjadinya stunting pada balita di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara. 3.Pendidikan orangtua yang rendah berdampak kepada tingkat penghasilan, yang mempengaruhi kebutuhan pangan dalam keluarga dan akhirnya akan berpengaruh terhadap status gizi anak. Saran 1. Salah satu pendekatan jangka panjang untuk memutus mata rantai kejadian stunting adalah meningkatkan pendidikan orangtua. Diharapkan kepada Pemerintah Kabupaten Batu Bara untuk lebih menggalakkan program kejar paket C, khususnya bagi orangtua yang hanya berpendidikan tamat SD. 2. Diharapkan kepada Pemerintah Kabupaten Batu Bara untuk melakukan kerjasama dengan
pihak swasta guna menghidupkan kembali koperasi nelayan untuk meningkatkan status ekonomi nelayan di Kecamatan Tanjung Tiram. DAFTAR PUSTAKA Depkes RI. 2010. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional. Badan Penelitian dan Pengembangan. Departemen Kesehatan RI. Jakarta Fitri. 2012. Berat Lahir sebagai Faktor Dominan Terjadinya Stunting pada Balita (12-59 Bulan) di Sumatera (Analisis Data Riskesdas 2010). Tesis. Universitas Indonesia. Jakarta Kusharisupeni. 2004. Peran Status Kelahiran Terhadap Stunting pada Bayi: Sebuah Studi Prospektif. Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat. Jurnal Kedokteran Trisakti, 23:3 Lameshow, S et al. 1997. Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan. Gajah Mada Universiity Press Manary, M, J dan Solomons, N, W. 2009. Gizi Kesehatan Masyarakat dan Perkembangan Anak Penerbit Buku Kedokteran EGC. Notoadmojo, 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Penerbit Rineka, Jakarta. Suharjo. 2003. Perencanaan Pangan dan Gizi, Jakarta: Bumi Aksara Wahdah, S dan Siti. 2012. Faktor Risiko Kejadian Stunting pada Anak Umur 6-36 Bulan di Wilayah Pedalaman Kecamatan Silat Hulu Kabupaten Kapuas Hulu Provinsi Kalimantan Barat. Tesis. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.