HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMILIHAN DAN PENYAJIAN MAKANAN DENGAN KECUKUPAN GIZI BALITA DI PUSTU BUNTUBEDIMBAR KECAMATAN TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELISERDANG 2014
Christina Roos Etty,SST M.Kes Maya Nainggolan,SKM ABSTRAK Masa balita kecukupan gizi sangat penting bagi kesehatan balita, dimana seluruh pertumbuhan dan kesehatan balita erat kaitannya dengan masukan makanan yang memadai, Pengetahuan ibu dalam mengatur konsumsi makanan dengan pola menu seimbang sangat diperlukan pada masa tumbuh kembang balita. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan pengetahuan ibu tentang pemilihan dan penyajian makanan dengan kecukupan gizi balita di pustu butubedimbar kecamatan tanjung morawa kabupaten deliserdang. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini yaitu semua ibu yang memiliki balita di kelurahan dwikora Helvetia medan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah accidental sampling, sampel penelitian adalah 33 responden. Hasil penelitian menunjukkan hasil uji statistik Spearman diperoleh nilai p value = 0.064 hal ini berarti bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang pemilihan makanan dengan status gizi balita . Dan hasil uji statistik Spearman diperoleh nilai p value = 0.005 hal ini berarti bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang penyajian makanan dengan status gizi balita . disarankan kepada tenaga kesehatan t memberikan arahan dan bimbingan kepada orang tua balita terkait milihan dan penyajian makanan dengan status gizi pada balita sehingga dapat terpenuhinya kecukupan asupan gizi balita. Kata kunci : Pengetahuan ibu, Pemilihan dan penyajian makanan, kecukupan gizi.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Balita merupakan anak kurang dari lima tahun sehingga bayi usia anak dibawah satu tahun juga termasuk dalam golongan ini. Namun, karena faal (kerja alat tubuh semestinya) bayi usia dibawah satu tahun berbeda dengan anak usia diatas satu tahun, banyak ilmuwan yang membedakannya. Anak usia 15 tahun dapat pula dikatakan mulai disapih atau selepas menyusu sampai dengan prasekolah. Sesuai dengan pertumbuhan badan dan perkembangan kecerdasannya, faal tubuhnya juga mengalami perkembangan sehingga jenis makanan dan cara pemberian makanan pun harus disesuaikan dengan keadaannya (Proverawati, 2010). Makanan anak usia 1-3 tahun banyak tergantung pada orang tua atau pengasuhnya, karena anak – anak ini belum dapat menyebutkan nama masakan yang dia inginkan. Orang tua yang memilih untuk anak. Jadi, dapat dikatakan bahwa tumbuh kembang anak usia 1-3 tahun sangat tergantung pada bagaimana orang tuanya mengatur makanan anaknya. Berbeda dengan anak kelompok usia 3 – 5 tahun, mereka sudah mulai dapat memilih apa yang disukai, dapat menyebutkan nama masakan yang pernah dia dengar namanya. Orangtua harus bijaksana tentang makanan apa yang sebaiknya diperkenalkan pada mereka (Irianto, 2010). Menurut Data World Health Organization (WHO) tahun 2002 menyebutkan, penyebab kematian balita urutan pertama disebabkan gizi
buruk dengan angka 54%.WHO (1999) mengelompokkan wilaayah berdasarkan prevalensi gizi kurang ke dalam 4 kelompok yaitu rendah (dibawah 10%), sedang (10-19%), tinggi (20-29%) dan sangat tinggi (30%). Dengan menggunakan pengelompokkan prevalensi gizi kurang berdasarkan WHO, Indonesia tahun 2004 tergolong Negara dengan status kekurangan gizi yang tinggi karena 5.119.935 (atau 28,47%) dari 17.983.244 balita di Indonesia termasuk kelompok gizi kurang dan gizi buruk. Menurut Depkes RI (2005) balita dengan gizi kurang sebesar 25,82% pada tahun 2002 dan meningkat menjadi 28,17% pada tahun 2003. Menurut Dinas kesehatan Sumatra utara (2002) prevalensi gizi kurang 18,8% Departemen kesehatan RI (Depkes RI) mencatat jumlah anak usia di bawah lima tahun (balita) yang memiliki gizi kurang meningkat dari 17,1% menjadi 19,3% pada 2002. Dengan demikian jumlah balita kurang gizi (gizi kurang ditambah gizi buruk) meningkat dari 24,6% menjadi 27,3% dari lebih kurang 20 juta anak balita pada tahun 2002. Balita merupakan salah satu golongan paling rawan gizi. Pada usia balita dikatakan sebagai saat yang rawan karena pada rentang waktu ini anak masih sering sakit (Maryunani, 2010). Upaya perbaikan pemenuhan kebutuhan nutrisi dalam rangka membantu proses fisiologis dalam tubuh untuk proses tumbuh kembang anak dan membantu aktivitas serta memelihara kesehatan salah satu bagian dari upaya pemulihan kondisi anak (Hidayat, 2009).
Pemilihan makanan yang baik merupakan makanan yang mengandung makanan pokok, laukpauk, buah-buahan dan sayursayuran serta dimakan dalam jumlah cukup sesuai dengan kebutuhan. Dengan pola makan yang baik dan jenis hidangan yang beraneka ragam dapat menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur bagi kebutuhan gizi seseorang (Baliwati, dkk., 2009). Bahan makanan yang diolah menjadi makanan dapat dimanfaatkan secara optimal maka yang harus diperhatikan adalah pemilihan dan pengolahannya.Cara pengolahan makanan yang menghasilkan tekstur lunak dengan kandungan air tinggi, yaitu direbus, diungkep atau dikukus (Maimonah, 2009). Penyajian makanan merupakan hal yang perlu diperhatikan sebelum makanan di konsumsi. Menurut Permenkes No 304/Menkes/Per/IX/1989, persyaratan penyajian makanan adalah sebagai berikut : 1. Harus terhindar dari pencemaran, 2. Peralatanuntuk penyajian harus terjaga kebersihannya, 3. Harus dijamah dan diwadahi dengan peralatan bersih, 4. Penyajian dilakukan dengan perilaku yang sehat dan pakaian yang bersih, 5. Penyajian makanan harus memenuhi persyaratan berikut : (Ditempat yang bersih, meja ditutup dengan kain putih atau plastik, asbak tempat abu rokok setiap saat dibersikan, Peralatan makan dan minum yang telah dipakai paling lambat 5 menit sudah dicuci). Penyajiaan makanan yang baik merupakan makanan yang
mengandung karbohidrat, vitamin, mineral, protein, lemak, dengan pola makan yang baik dan jenis hidangan yang beraneka ragam dapat menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur bagi kebutuhan gizi seseorang.(Baliwati, 2009).Pola makanan yang sehat serta memberikan makanan dengan gizi seimbang yang mempunyai variasi, baik dari segi rasa, bentuk, warna dan tekstur, kebersihan dalam mengelolah makanan sehingga bayi mendapatkan kandungan nutrisi yang dibutuhkannya, serta membentuk pola makan yang sehat (Satyawati, 2012). Kecukupan gizi balita merupakan jumlah yang diperkirakan cukup untuk memelihara kesehatan pada umumnya. Secara garis besar kecukupan gizi di tentukan oleh usia, jenis kelamin, aktifitas, berat badan, dan Tinggi badan (Uripi, 2004). Masa balita kecukupan gizi sangat penting bagi kesehatan balita, dimana seluruh pertumbuhan dan kesehatan balita erat kaitannya dengan masukan makanan yang memadai (Maryunani, 2010). Menurut Adriani (2012) zat gizi bagi balita sangat bermanfaat sebagai karbohidrat dan lemak sebagai penghasil energi atau tenaga, protein berguna untuk pertumbuhan dan pemeliharaan, vitamin dan mineral berguna untuk pengatur.Selain itu manfaat gizi bagi balita dapat meningkatkan kecerdasan balita, meningkatkan kesehatan (Maryunani, 2010). Dengan pola makanan bergizi seimbang tubuh bayi dapat menjamin proses tumbuh kembang yang optimal. Dengan gizi yang tercukupi, seluruh sistem
didalam tubuhnya akan bekerja dengan baik termasuk sistem kekebalan tubuhnya, sehingga anak tidak mudah terserang penyakit (Arif, 2009). Kesalahan dalam pemilihan makanan pada balita akan mengalami penyakit seperti kekurangan energi dan protein (Maryunani, 2010). Pengaruh orang tua sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak secara normal.Untuk mendapatkan anak yang tumbuh dengan normal juga tidak lepas dari tingkat pengetahuan ibu terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak.Pengetahuan ibu dalam mengatur konsumsi makanan dengan pola menu seimbang sangat diperlukan pada masa tumbuh kembang balita. Pengetahuan ibu tentang gizi dapat diperoleh melalui pendidikan baik formal maupun nonformal.Pengetahuan gizi nonformal diperoleh melalui berbagai media. Penyuluhan tentang kesehatan dan gizi di posyandu merupakan salah satunya selain pengetahuan gizi yang didapat lewat media masa (koran, majalah dll) dan media elektronik (televisi, radio) (Handono, 2010). Ibu berperan penting dalam kecukupan gizi balita, karena ibu yang memilihkan jenis makanan bagi balita serta menentukan pemberian makanan dan pemilihan jenis makanan balita, namun pemberian dan pemilihan jenis makanan pada anak balita dijumpai ketidaksesuaian dalam jenis makanan yang dipilihkan ibu kepada balita (Aliyatun , 2002). Hal ini bertujuan supaya kecukupan gizi balita terpenuhi dengan baik.Konsumsi zat gizi yang
diperlukan balita merupakan zat gizi sebagai sumber tenaga atau energi (karbohidrat), sumber zat pembangun (protein), sumber zat pengatur/vitamin (Handono, 2010).Konsumsi zat gizi yang diperlukan balita adalah zat gizi sebagai sumber tenaga atau energi (karbohidrat), sumber zat pembangun (protein), sumber zat pengatur (vitamin).Ketiga sumber zat gizi itu sangat diperlukan dalam pertumbuhan dan perkembangan balita.Namun perlu diketahui porsi atau ukuran dari masing-masing sumber zat gizi itu harus sesuai dengan pedoman umum gizi seimbang dan AKG (Angka Kecukupan Gizi) pada balita) (Handono, 2010). Berdasarkan penelitian Maimonah (2009) mengenai Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Kebutuhan Gizi Pada Balita Di Kecamatan Ngronggot Kabupaten Nganjuk Kota Malang diperoleh dari 87 responden terdapat 61 orang (70%) mempunyai pengetahuan baik, 21 orang (24%) mempunyai pengetahuan cukup dan 5 orang (6%) mempunyai pengetahuan kurang. Hal ini dikarenakan ibu balita telah menerima informasi tentang kebutuhan gizi pada balita sewaktu kegiatan posyandu di Puskesmas dan dari media cetak maupun elektronik. Berdasarkan survei yang dilakukan pada tanggal 1 – 2 Maret Tahun 2014, didapat data dari Lingkungan 1 Kelurahan Dwikora Helvetia Medan, terdapat 750 KK, dimana terdapat 111 ibu yang memiliki balita yang berjumlah 111 balita. Hasil wawancara yang dilakukan kepada 10 ibu yang memiliki balita, bahwa sewaku
dilakukan pemeriksaan di Posyandu, terdapat 6 balita yang memiliki BB dan TB yang tidak sesuai dengan usia, lingkar kepala yang tidak sesuai dengan usia, dan lingkar lengan yang tidak sesuai dengan usia. Ibu juga mengatakan bahwa makanan yang diberikan kepada anak balitanya hanya nasi dan lauknya telur atau nasi dan lauknya ikan sebagai menu makanan setiap hari. Selain itu juga, ibu jarang memberikan daging, sayuran, buahan dan susu pada saat balitanya makan. Ini disebabkan karena ibu kurang paham akan kebutuhan gizi pada balitanya dalam memilih jenis makanan yang tepat untuk balita serta ibu kurang mengerti tentang penyajian makanan untuk anaknya. Selain itu ibu juga mengatakan perekonomian dikeluarganya kurang mencukupi.Berdasarkan fenomena yang terjadi dipustunbuntu bedimbar kecamatan tanjung morawa tahun 2014. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini yaitu “apakah ada hubungan pengetahuan ibu tentang pemilihan dan penyajian makanan dengan kecukupan gizi balita di pustu buntubedimbar kecamatan tanjung morawa kabupaten deliserdang tahun 2014”. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui apakah ada hubungan pengetahuan ibu tentang pemilihan dan penyajian makanan dengan kecukupan gizi balita di pustu buntubedimbar kecamatan tanjung morawa kabupaten deliserdang 2014.
2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang pemilihan makanan dengan kecukupan gizi balita di pustu buntubedimbar kecamatan tanjung morawa kabupaten deliserdang tahun 2014. b. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang penyajian makanan dengan kecukupan gizi balita di pustu buntubedimbar kecamatan tanjung morawa kabupaten deliserdang tahun 2014 c. Untuk mengetahui kecukupan gizi balita di pustu buntu bedimbar kecamatan tanjung morawa kabupaten deliserdang tahun 2014. D. Manfaat Penelitian 1. Pada Ibu Balita Memberitahukan kepada orang tua khususnya ibu mengenai pentingnya hubungan pemilihan dan penyajian makanan dengan kecukupan gizi balita 2. Bagi Tempat Penelitian di pustu buntubedimbar kecamatan tanjung morawa Sebagai bahan masukan atau bahan tambahan dalam memberikan informasi kepada ibu-ibu tentang kecukupan gizi pada balita . 3. Bagi Peneliti Memberikan data untuk penelitian selanjutnya mengenai hubungan pengetahuan ibu tentang pemilihan dan penyajian makanan dengan kecukupan gizi balita di pustu buntubedimbar kecamatan tanjung morawa. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
2.
a.
b.
c.
panca indra manusia, yakni penglihatan : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behaviour) (Notoadmodjo, 2010). Tingkatan Pengetahuan Menurut Notoadmojo (2010) menyatakan bahwa pengetahuan yang tercangkup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yakni antara lain : Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.Yang termaksud dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) suatu spesifik dari seluruh bahan yang telah dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu dengan menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. Memahami (Comperhention) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat dijelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang telah dipelajari. Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan yang menyimpulkan materi yang telah dipelajari pada
situasi atau kondisi yang sebenarnya aplikasi ini dapat diartikan sebagai aplikasi, rumus, metode, prinsip dalam situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah dalam pemecahan masalah ketiga dari kasus yang diberikan. d. Analisis (Analysis) Analisi adalah suatu kemampuan menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (Synthesis) Sintesis diartikan sebagai suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penelitian-penelitian tersebut didasarkan pada suatu criteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.Misalnya, dapat membandingan antara anak yang cukup gizi dengan anak yang kurang gizi. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
a. 1)
2)
b. 1)
Menurut Notoadmojo (2010) pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor antara lain : Faktor Internal IQ (Intelegency Quotient) Intelegensi adalah kemampuan untuk berfikir abstrak.Untuk mengukur Intelegensi seseorang dapat diketahui melalui IQ (Intelegency Quotient) yaitu skor yang diperoleh dari sebuah alat tes kecerdasan. Individu yang memiliki intelegensi rendah maka akan diikuti oleh tingkat kreativitas yang rendah pula. Keyakinan (Agama) Agama sebagai suatu keyakinan hidup yang masuk kedalam konstruksi kepribadian seseorang yang sangat berpengaruh dalam cara berfikir, bersikap, berkreasi, dan berperilaku individu. Faktor Eksternal Pendidikan Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti terjadi prosespertumbuhan, perkembangan atau perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, keluarga atau masyarakat. Beberapa hasil penelitian mengenai pengaruh pendidikan terhadap perkembangan pribadi, bahwa pada umumnya pendidikan itu mempertinggi taraf intelegensi individu. Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang
terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan. 2) Motivasi Motivasi merupakan dorongan, keinginan dan tenaga penggerak yang berasal dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu dengan mengeyampingkan hal yang dianggap kurang bermanfaat. Motivasi murni adalah motivasi yang betul-betul disadari akan pentingnya suatu perilaku akan dirasakan suatu kebutuhan. 3) Pengalaman Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Faktor eksternal yang mempengaruhi pengetahuan antara lain : meliputi lingkungan, sosial, ekonomi, kebudayaan dan informasi. Lingkungan sebagai faktor yang berpengaruh bagi pengembangan sifat dan perilaku individu.Sosial ekonomi, penghasilan sering dilihat untuk memiliki hubungan antar tingkat penghasilan dengan pemanfaatan. Ada kecenderungan pengalaman yang kurang baik akan berusaha untuk dilupakan oleh seseorang. Namun, jika pengalaman terhadap objek tersebut menyenangkan, maka secara psikologis akan timbul kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaannya, dan akhirnya dapat pula membentuk sikap positif dalam kehidupannya, lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. 4) Usia
Dengan bertambahnya usia seseorang, maka akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologi (mental). Pertumbuhan fisik secara garis besar dapat dikategorikan menjadi 4, yaitu : perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya bentuk lama, dan timbulnya bentuk baru. Hal ini terjadi akibat pematangan fungsi organ.Pada asfek psikologis atau mental taraf berfikir seseorang semakin matang dan dewasa. 5) Minat Minat adalah suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu.Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam. B. Pemilihan makanan 1. Pengertian pemilihan makanan Pemilihan makanan yang baik merupakan makanan yang mengandung makanan pokok, laukpauk, buah-buahan dan sayursayuran serta dimakan dalam jumlah cukup sesuai dengan kebutuhan. Dengan pola makan yang baik dan jenis hidangan yang beraneka ragam dapat menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur bagi kebutuhan gizi seseorang(Baliwati, dkk., 2009). Bahan makanan yang diolah menjadi makanan dapat dimanfaatkan secara optimal maka yang harus diperhatikan adalah pemilihan makanan. Membeli makanan untuk bayi sebaiknya yang mengandung gizi lebih banyak. Pilihlah makanan yang rasa dan baunya segar. Bila mungkin
pilih lah buah dan sayuran organik yang diproduksi tanpa menggunakan bahan kimia atau pestisida dan tidak diberi bahan pengawet.Periksa tanggal berlakunya makanan dan gunakan sesuai masa yang dianjurkan.Buah dan sayuran harus bersih, kenyal, tidak rusak tercabik dan layu.Daging harus bebas lemak dan warnanya bagus. Ikan harus segar, tidak kusam dan kering. Belilah ikan segar saat anda akan memasaknya dan makan lah dalam waktu 12 jam. Simpan ikan beku saat sampai dirumah.Bila anda membeli ikan yang dibekukan jangan lupa bekukan kembali (Margaret Lawson, 2008). Ikan berlemak seperti ikan tuna yang dikeringkan dan dipotong kecil-kecil adalah pilihan yang baik.Bila ingin ikan kalengan, pilihlah yang berkemas dalam air.Tetapi ikan kaleng dalam air asin atau saus tomat terlalu asin harus dihindari sampai bayi berusia satu tahun lebih.Hindari ikan asap atau makanan hasil olahan lainnya yang mengandung banyak garam dan zat tambahan, sampai bayi berusia satu tahun dan batasi jumlahnya. Jangan berikan kerang, udang atau kepiting pada bayi anda sampai ia berusia minimal 18 bulan.Menyiapkan ikan untuk bayi sebaiknya direbus atau ditim dengan sedikit susu. Jangan digoreng atau dimasak terlalu lama karena ikannya akan keras dan hambar. Ikan sudah matang bila ditusuk dengan garpu kulitnya akan mengelupas, dan tidak hancur. Buang kulit, tulang, dan durinya lalu lumatkan atau iris kecilkecil (Margaret Lawson, 2008). Daging pertama yang dicoba untuk bayi anda sebaiknya daging ayam karena rasanya gurih, rendah lemak,
mudah disiapkan dan dimasak.Selanjutnya, anda dapat memberi jenis daging lainnya seperti sapi dan kambing. Hindari daging yang diasinkan, sosis atau daging yang diasin lainnya, serta daging asap untuk bayi dibawah usia satu tahun.Pilihlah daging tanpa lemak dan buang kulit, lemak, dan tulangnya.Sebaiknya anda menggiling daging sendiri, sehingga anda yakin kualitasnya dan menvariasikan teksturnya sesuai kemampuan mengunyah bayi.Untuk mencoba rasa daging, sebaiknya berikan makanan yang sudah dikenal dan disukai bayi lalu campurkan kaldu daging rebus tanpa garam dengan kentang, wortel dan sayuran yang telah dihaluskan.Bila bayi telah terbiasa dengan rasanya, beri sedikit daging.Caranya, sepotong daging boleh dipanggang, bakar, rebus atau ditim, lalu lembutkan atau giling.Campur dengan sayuran yang direbus atau dilumatkan. Antara delapan sampai Sembilan bulan usia bayi, anda boleh menggiling daging lebih kasar. Sekitar sepuluh bulan dan setahun usia bayi anda, ia akan mampu mengunyah potongan daging kecil (Margaret Lawson, 2008). Saat ini banyak keluarga yang lebih menyukai fast food atau makanan cepat saji dengan alasan keterbatasan waktu dan tenaga.Makanan cepat saji dinilai lebih praktis. Padahal makanan sejenis itu umumnya memiliki kandungan garam yang tinggi dan minim serat, serta sarat akan lemak. Itu yang menjadi salah satu penyebab banyaknya anak-anak pada masa kini yang mengalami obesitas. Kondisi itu pula yang menjadi pencetus munculnya gangguan jantung, diabetes tipe 2,
stroke. Ada banyak warna sayuran dan buah yang dapat dikonsumsi.Berikan dan perkenalkan anak-anak dengan beraneka warna buah dan sayur. Semakin beraneka sayuran dan buah yang dikonsumsi maka kebutuhan tubuh akan zat gizi dapat terpenuhi dengan baik (Margaret Lawson, 2008). 2. Pemilihan makanan berdasarkan usia a. Pemilihan makanan anak usia 1-2 tahun Pemilihan makanan yang baik mengandung makanan pokok, laukpauk, buah-buahan dan sayursayuran serta dimakan dalam jumlah cukup sesuai dengan kebutuhan.Dengan pola makan yang baik dan jenis hidangan yang beraneka ragam dapat menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur bagi kebutuhan gizi seseorang. Sehingga status gizi seseorang akan lebih baik dan memperkuat daya tahan tubuh terhadap serangan dari penyakit (Baliwati, 2009). Setelah usia setahun, anak harus diperkenalkan dengan makanan keluarga. Selain karena pemberian MP-ASI saja sudah tidak mencukupi kebutuhan gizi anak usia ini, anak pun mulai mengembangkan kebiasaan makan. Oleh karena itu, untuk mengenalkan makanan keluarga, bukan hanya membiasakan mengkonsumsi makanan berprinsip gizi seimbang, melainkan juga dengan membiasakan pola makan keluarga sehari – hari, yaitu serapan, makan siang dan malam, yang diselingi cemilan diantara dua waktu makanan utama. Porsi makanan anak
usia ini kira – kira separuh dari porsi orang dewasa. Tabel 2.1 pemilihan makanan pada usia 1-2 tahun N Bah o an . mak anan
Usia 13 bulan ( 1.300 kkal ) Juml Pa Selinga S ah gi n pagi ia porsi n (p) g
1 Nasi .
2¼
7/1 0
¼
7/ 10
2 Dagi . ng 3 Tem . pe 4 Say . ur 5 Bua . h 6 Sus . u 7 Min . yak 8 ASI . 9 Tab . uria Total Sehari ( kkal )
1¼
¼
¼
½
-
6 / 1 0 ¼
1½
½
-
½
-
½
1½
¼
¼
½
-
½
2
-
-
½
1
½
-
-
-
-
-
-
1
½
-
¼
-
¼
26 1
8 7
2 3 5
S el i n g a n si a n g -
S o r e
Sekehendak 1 Saset/hari 1.30 0
2 2 1
149
4. Tempe 1 porsi = 2 ptg sdg = 50 gram = 75 kkal 5. Daging 1 porsi = 1 ptg sdg = 35 gram 75 kkal 6. Minyak 1 porsi = 1 sdt = 5 gram 50 kkal 7. Gula 1 porsi = 1 sdm = 13 gram = 50 kkal 8. Susu bubuk ( tanpa lemak ) 1 porsi = 4 sdm = 20 gram = 75 kkal b. Pemilihan makanan anak usia 3 sampai 5 tahun Usia balita adalah usia yang cukup rawan dalam pertumbuhan dan perkembangan di usia ini akan menentukan perkembangan fisik dan mental anak di usia remaja dan dewasa. Asupan makanan yang beragam dan bergizi seimbang sangat penting,bukan hanya untuk pertumbuhan fisik, tetapi juga perkembangan kecerdasannya.Pada prinsipnya setiap makanan yg dihidangkan dari makanan pagi, siang, dan malam serta makanan selingan harus terdiri dari makanan pokok sehingga seluruh makanan akan memenuhi prinsip gizi seimbang(Nakita, 2010). Tabel 2.2 pemilihan makanan pada usia 3 – 5 tahun N o.
Bah an mak ana n
1.
Nas i Say ur Bua h Te mpe Dag ing
(Menurut Nakita (2010) pemilihan makanan pada balita) Keterangan : 1. Nasi 1 porsi = ¾ gls = 100 gram = 175 kkal 2. Sayur 1 porsi = 1 gls = 100 gram = 25 kkal 3. Buah 1 porsi = 1 - 2 bh = 50 – 190 gram = 50 kkal
2. 3. 4. 5.
Usia 3 – 4 tahun ( 1.200 kkal ) Jum Pag Selin Siang lah i gan pors pagi i(p ) 3 ¾ 1¼
Selin gan sore
M al a m
-
1
1
¼
-
¼
-
½
3
1
½
½
½
½
1½
-
½
1
-
-
2
½
-
1
-
½
6.
Min yak 7. Gul a 8. Sus u Total Sehari ( kkal )
2
¼
¼
¾
-
1½
¾
¾
-
-
½
-
-
-
½
1.20 0
275
112,5
437,5
87,5 a.
1. Nasi 1 porsi = ¾ gls = 100 gram = 175 kkal 2. Sayur 1 porsi = 1 gls = 100 gram = 25 kkal 3. Buah 1 porsi = 1 - 2 bh = 50 – 190 gram = 50 kkal 4. Tempe 1 porsi = 2 ptg sdg = 50 gram = 75 kkal 5. Daging 1 porsi = 1 ptg sdg = 35 gram 75 kkal 6. Minyak 1 porsi = 1 sdt = 5 gram 50 kkal 7. Gula 1 porsi = 1 sdm = 13 gram = 50 kkal 8. Susu bubuk ( tanpa lemak ) 1 porsi = 4 sdm = 20 gram = 75 kkal C. Penyajian makanan 1. Pengertian penyajiaan makanan Penyajian makanan merupakan hal yang perlu diperhatikan sebelum makanan di konsumsi. Menurut Permenkes No304/Menkes/Per/IX/1989, persyaratan penyajian makanan adalah sebagai berikut : a. Harus terhindar dari pencemaran, b. Peralatan untuk penyajian harus terjaga kebersihannya, c. Harus dijamah dan diwadahi dengan peralatan bersih, d. Penyajian dilakukan dengan prilaku yang sehat dan pakaian yang bersih, e. Penyajian makanan harus memenuhi persyaratan berikut : (ditempat yang bersih, meja ditutup dengan kain putih atau plastik, asbak tempat abu rokok setiap saat dibersikan,
2.
b.
¾ Peralatan makan dan minum yang telah dipakai paling lambat 5 menit sudah dicuci). Frekuensi makan pada balita 28 Frekuensi makan pada balita usia 1-2 7, tahun 5 Sesuai dengan karakteristik balita, pola makan yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi sering, yaitu 7 – 8 kali sehari. Pola tersebut terdiri atas tiga kali makan utama seperti orang dewasa (makan pagi, siang, dan sore) serta 2-3 kali makan selingan ditambah 2-3 kali susu. Pada awal batita, susu diberikan tiga kali sehari. Secara perlahan, turunkan hingga dua kali sehari.Sedapat mungkin, saat makan utama, anak duduk dalam satu meja bersama keluarga (Satyawati, 2012). Frekuensi makan pada balita usia 3-5 tahun Pada masa prasekolah, kebutuhan zat gizi relatif menurun jika dibandingkan dengan batita.Kapasitas saluran pencernaannya untuk menerima jumlah makanan dalam sekali makan sudah lebih besar daripada batita.Oleh karena itu, porsi makanan yang diberikan pada setiap kali makan dapat lebih besar.Namun, frekuensi makan diturunkan menjadi 5-6 kali sehari.Pola makan tersebut terdiri atas tiga kali makan utama (makan pagi, siang, dan sore) serta dua kali makan selingan. Berikan susu dalam bentuk minuman sekali sehari, yaitu pada malam hari sebelum tidur. Pilih cara pengolahan yang menghasilkan tekstur lunak dengan kandungan air tinggi seperti pada batita, yaitu dengan direbus, diungkep, atau dikukus. Namun, cara pengolahan dengan digoreng yang
menghasilkan tekstur keras dan kandungan lemak tinggi sudah dapat digunakan walaupun masih terbatas (Satyawati, 2012). 3. Pentingnya tekstur makanan Memberikan tekstur makanan yang tepat sama pentingnya dengan memberikan makanan pada saat yang tepat. Jika makanan terlalu kental atau kasar di saat yang tidak tepat, balitaakan kesulitan menelan dan mungkin tidak mau lagi menggunakan sendok. Semakin sering balita dibolehkan mencoba makanannya sendiri, semakin bersemangatlah ia mencoba cita rasa dan tekstur baru (Arif, 2009) Untuk balita sudah dapat diperkenalkan dengan makanan keluarga. Tekstur tidak halus, makanan yang disajikan sehari- hari untuk semua anggota keluarga.Dengan memasuki tahapan makanan keluarga, anak sudah dapat diajak makan bersama-sama dengan anggota keluarga lainnya (Satyawati, 2012). 4. Variasi Makanan Keragaman makanan anak setiap hari harus memenuhi kebutuhan akan makanan pokok, lauk-pauk, sayur,dan buah agar tidak terjadi masalah – masalah yang telah dikemukakan dia atas. Pada prinsipnya, setiap makanan yang dihidangkan, dari makanan pagi, siang dan malam, serta makanan selingan, harus terdiri atas makanan pokok, lauk-pauk, sayur dan buah, sehingga seluruh makanan akan memenuhi prinsip Gizi Seimbang (Nakita, 2010). Setelah usia setahun, anak harus diperkenalkan dengan makanan keluarga. Selain karena pemberian
MP-ASI saja sudah tidak mencukupi kebutuhan gizi anak usia ini, anak pun mulai mengembangkan kebiasaan makan. Oleh karena itu, untuk mengenalkan makanan keluarga, bukan hanya dengan membiasakan mengosumsi makanan berprinsip gizi seimbang, melainkan juga dengan membiasan pola makan keluarga sehari – hari, yaitu serapan, makan siang dan malam, yang diselingi cemilan diantara dua waktu makanan utama. Porsi makanan anak usia ini kira – kira separuh dari porsi orang dewasa (Nakita, 2010). 5. PolaHidup Bersih Menurut Nakita (2010) menyatakan bahwa sejak bayi, pola hidup bersih dan sehat harus sudah ditanamkan, Kebersihan dalam pengolahan dan penyajian makanan.Hal ini mutlak diperhatikan agar balita dapat terhindar dari penyakit – penyakit akibat pengolahan dan penyajian makanan yang tidak bersih. Di antaranya yang harus diperhatikan adalah : 1. Gunakan peralatan masak yang bersih. Begitupun dengan peralatan makan bayi, bila perlu disterlisasi lebih dulu. 2. Tidak mengguanakan sendok yang sama untuk mencicipi makanan dan menyuapi balita. 3. Cuci tangan dengan sabun sebelum menyiapkan makanan dan sebelum memberi makanan balita. D. Konsep Balita 1. Pengertian Balita Balita adalah individu atau sekelompok individu dari suatu penduduk yang berada dalam rentang usia tertentu. Usia balita dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu golongan usia bayi (0-2 tahun), golongan batita (2-3 tahun), dan golongan prasekolah (>3-
2. a.
1)
2)
3)
5 tahun). Adapun menurut WHO, kelompok usia balita adalah 0-60 bulan. Sumber lain mengatakan bahwa usia balita adalah 1-5 tahun ( Adriani& Wirjatmadi, 2012 ). Pertumbuhan dan Perkembangan Balita Pertumbuhan Balita Menurut Adriani & Wirjatmadi (2012), Penilaian tumbuh kembang meliputi evaluasi pertumbuhan fisis (kurva atau grafik berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar dada, dan lingkar perut), evaluasi pertumbuhan gigi geligi, evaluasi neurologis, dan perkembangan sosial serta evaluasi keremajaan. Pertumbuhan tinggi dan berat badan. Selama tahun kedua, angka penambahan berat badan adalah 0,25 kg/bulan. Lalu, menjadi sekitar 2 kg/bulan sampai berusia 10 tahun.Panjang rata-rata pada akhir tahun pertama bertambah 50% (75cm) dan menjadi dua kali lipat pada akhir tahun keempat (100cm). Nilai baku yang sering dipakai adalah grafik (peta pertumbuhan atau growth chart) yang disusun oleh NCHS untuk berat badan dan tinggi badan. Perkembangan indra. Pada usia ini, kelima indra anak yaitu indra penglihatan, pendengaran, pengecap, penciuman, peraba diharapkan sudah berfungsi optimal. Sejalan dengan perkembangan kecerdasan dan banyaknya kata-kata yang ia dengar, anak usia prasekolah sudah dapat berbicara dengan menggunakan kalimat lengkap yang sederhana. Ukuran kepala (lingkar kepala). Terdapat perbedaan pertumbuhan pada balita yang mengalami gangguan pertumbuhan dengan balita
yang pertumbuhannya normal. Balita normal dan balita dengan pertumbuhan terganggu pada awalnya mengalami tingkatan pertumbuhan yang sama, biasanya hal ini terjadi pada bayi. Namun pada usia balita perbedaan pertumbuhan akan terlihat. Pada balita yang mendapatkan asupan gizi secara baik saat usia bayi dan janin akan tumbuh secara normal sesuai dengan usianya (Adriani & Wirjatmadi, 2012). b. Perkembangan Balita MenurutArif (2009), Setelah lahir, bayi mengalami proses perkembangan dengan laju yang cukup tinggi melalui pertambahan berat badannya. Peningkatan berat badan bayi pada umur 4-6 bulan mencapai dua kali lipatnya dan mendekati tiga kali pada umur 1 tahun. Bayi saat lahir memiliki berta rata-rata 3,5 kg. usia 4-6 bulan menjadi 7 kg dan pada usia 1 tahun menjadi 10,5 kg. peningkatan panjang atau tinggi badan sebesar 50% terjadi pada tahun awal kehidupannya menjadi 2 kali lipat tingginya pada usia 4 tahun dan menjadi 3 kali lipat pada usia 13 tahun. Sementara itu perkembangan kepala terjadi sangat cepat, khususnya pada tahun pertama awal kehidupannya karena otak berkembang dengan cepat.Perkembangan kepandaian bayi terutama tergantung pada berfungsinya otak dan sistem saraf serta rangsangan dari luar yang diterima.Pertumbuhannya sedemikian cepat sehingga butuh nutrisi yang cukup. 3. Dampak jika pertumbuhan dan perkembangan tidak terpenuhi
Menurut Satyawati (2012) mengatakan bahwa Status gizi merupakan status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan asupan zat gizi. Utamanya, keseimbangan ini berasal dari zat gizi penghasil energi, yaitu karbohidrat, lemak, dan protein karena umumnya zat gizi lain akan terikutkan dengan tidak langsung. Ketidakseimbangan, baik kekurangan atau kelebihan energi dapat mengakibatkan status kesehatan yang tidak sehat. a. Kekurangan energi dan protein (KEP) Kekurangan energi dan protein merupakan salah satu gangguan gizi akibat kurangnya asupan energi dan protein. Berikut ini sebab-sebab kurangnya asupan energi dan protein : 1. Makanan yang tersedia kurang mengandung energy, 2. Nafsu makan anak terganggu sehingga tidak mau makan, 3. Gangguan dalam saluran pencernaan sehingga penyerapan sari makanan dalam usus terganggu, 4. Kebutuhan yang meningkat, misalnya karena penyakit infeksi yang tidak diimbangi dengan asupan yang memadai. Tabel 2.3 Klasifikasi KEP menurut Waterlow (1973)
Derajat berat-ringannya KEP tergantung dari akut atau menahunnya gangguan (lihat tabel 1) .gangguan asupan gizi yang bersifat akut menyebabkan anak kurus kering yng disebut dengan wasting. Wasting, yaitu berat badan anak tidak sebanding dengan tinggi badannya. Jika kekurangan ini bersifat menahun (kronik), artinya sedikit demi sedikit, tetapi dalam jangka waktu yang lama maka terjadi keadaan stunting. Stunting, yaitu anak menjadi pendek dan tinggi badan tidak sesuai dengan usianya walaupun secara sekilas anak tidak kurus.Baik wasting maupun stunting dibagi dalam tiga derajat.Seorang anak dapat mengalami kedua hal tersebut. Berdasarkan penampilan yang ditunjukkan, KEP akut derajat berat dapat diberikan menjadi tiga bentuk. 1) Marasmus Pada kasus marasmus, anak terlihat kurus kering sehingga wajahnya seperti orang tua.Bentuk ini dikarenakan kurangnya energi yang lebih dominan. 2) Kwashiorkor Anak terlihat gemuk semu akibat edema, yaitu penumpukan cairan di sela-sela sel dalam jaringan.Walaupun terlihat gemuk tetapi otot-otot tubuhnya mengalami Derajat gangguan Wastin Stunting (%) pengurusan (wasting), edema g (%) dikarenakan kekurangan asupan Normal >90 >95 protein secara akut (mendadak), I 80-90 90-95 misalnya karena penyakit infeksi II 70-79 85-89 III <70 <85 padahal cadangan protein dalam tubuh sudah habis. Keterangan: 3) Marasmik-kwashiorkor % wasting : persentase berat badan Bentuk ini merupakan kombinasi berdasarkan tinggi badan terhadap antara marasmus dan berat normal. kwashioror.Kejadian ini dikarenakan % stunting :persentase tinggi badan kebutuhan energi dan protein yang menurut usia terhadap tinggi normal
meningkat tidak dapat terpenuhi dari asupannya. Ketiga bentu diatas mengakibatkan anak menjadi tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya, dan perkembangannya terhambat.Selain itu, cairan dan enzim pencernaan menurun sehingga anak sering menderita diare.Untuk mengatasinya, diperlukan kesabaran dan tidak dapat langsung memberi makanan yang berenergi dan berprotein tinggi.Pemberian diet harus bertahap agar tubuh anak dapat melakukan penyesuaian. E. Kecukupan Gizi Balita 1. Pengertian Kecukupan gizi Balita Agar tumbuh kembang balita optimal, kebutuhan gizinya harus terpenuhi.Dimana berat badan, tinggi badan, linglkar lengan, lingkar kepala harus sesuai dengan usianya.Pola makanannya juga harus mengandung gizi seimbang.Ragam makanannya pun harus disesuaikan dengan kebutuhan balita.Jangan sampai ketidakcukupan gizi balita menghalangi tumbuh kembangnya (Arif, 2009). Peran gizi dalam pembangunan kualitas sumber daya manusia telah dibuktikan dari berbagai penelitian.Gangguan gizi pada awal kehidupan memengaruhi kualitas kehidupan berikutnya.Gizi kurang pada balita tidak hanya memengaruhi gangguan pertumbuhan fisik, tetapi juga memengaruhi kualitas kecerdasan dan perkembangan dimasa mendatang. Oleh karena itu, peran makanan yang bernilai gizi tinggi sangat penting seperti pada makanan yang mengandung energi, protein (terutama protein hewani), vitamin B komplek, vitamin C,
vitamin A ), dan mineral (Ca, Fe, Yodium, Fosfor, Zn). Perhatian orangtua terhadap makanan yang diberikan kepada anak harus bisa meningkatkan selera makan anak. Pada umumnya anak-anak lebih menyukai makanan yang bervariasi, bentuk-bentuk makanan yang lucu dan berwarna-warni, lebih menyukai makan bersama teman sebayanya Adriani & Wirjatmadi (2012).Menurut Adriani & Wirjatmadi (2012) menyatakan bahwa kebutuhan gizi pada balita di antaranya energi, protein, lemak, air, hidrat arang, dan vitamin mineral. a. Energi Kebutuhan energi sehari pada tahun pertama 100-200 kkal/kg BB.Untuk tiap tiga tahun pertambahan umur, kebutuhan energi turun 10 kkal/kg BB. Penggunaan energi dalam tubuh adalah 50% atau 55 kkal/kg BB/hari untuk metabolisme basal, 5-10% untuk Spesifik Dynamik Aktion, 12% untuk pertumbuhan, 25% atau 15-25 kkal/kg BB/hari untuk aktivitas fisik dan 10% terbuang melalui feses. Zat-zat gizi yang mengandung energi terdiri dari protein, lemak, dan karbohidrat. Dianjurkan agar jumlah energi yang diperlukan didapat dari 50-60% karbohidrat, 25-35% lemak, sedangkan selebihnya ( 10-15% ) berasal dari protein. Tabel 2.4 Kecukupan energi pada anak per kg berat badan Golongan Berat Energi umur badan (kkal) (tahun) (kg) 1-2 11,5 1.210 3-5 16,5 1.600 Sumber : karyadi dan muhilal. 1985. Kecukupan gizi yang
dianjurkan. Hlm. 10. Jakarta.
b. Protein Protein merupakan sumber asam amino esensial yang diperlukan sebagai zat pembangun, yaitu untuk pertumbuhan dan pembentukan protein dalam serum, hemoglobin, enzim, hormon serta antibodi; mengganti sel-sel tubuh yang rusak; memelihara keseimbangan asam basa cairan tubuh dan sumber energi. Disarankan untuk memberikan 2,5-3 g/kg BB bagi bayi dan 1,5-2 g/kg BB bagi anak sekolah sampai adolesensia. Jumlah protein yang diberikan dianggap adekuat jika mengandung semua asam amino esensial dalam jumlah yang cukup, mudah dicerna dan diserap oleh tubuh, maka protein yang diberikan harus sebagian berupa protein yang berkualitas tinggi seperti protein hewani. Tabel 2.5 Perkiraan kecukupan asam amino (mg/kg BB/hari) Asam amino
Bayi
Anak umur 2 tahun Histidin 28 ? Isoleusin 70 31 Leusin 161 73 Lisin 103 64 Metionin & sistin 58 27 Penilalanin & tirosin 125 69 Threonin 87 37 Triptopan 17 12,5 Valin 93 38 Sumber: FAO/WHO/UNU.1983 dalam kecukupan gizi yang dianjurkan. 1985. Hlm.12. Jakarta.
c. Hidrat arang Dianjurkan 60-70-% energi total basal berasal dari hidrat arang. Pada ASI dan sebagian besar susu formula bayi, 40-50% kandungan kalori berasal dari hidrat arang terutama laktosa.
Karbohidrat diperlukan anak-anak yang sedang tumbuh sebagai sumber energi, dan tidak ada ketentuan tentang kebutuhan minimal karbohidrat, karena glukosa dalam sirkulasi dapat dibentuk dari protein dan gliserol.Masukan yang dianggap optimal berkisar antara 40-60% dari jumlah energi.Sebaiknya karbohidrat yang dimakan terdiri dari polisakarida seperti yang terdapat dalam beras, gandum, kentang, dan sayuran. Gula yang terdapat dalam minuman manis, selai, kue, gula-gula dan cokelat harus dibatasi dan tidak melebihi 10% dari jumlah energi. Monosakarida dan disakarida lainnya terdapat dalam buah-buahan dan susu serta produk susu. Buah, susu dan produk susu merupakan sumber vitamin dan trace element untuk anak yang sedang tumbuh. Makanan yang terlalu manis dapat mengakibatkan kerusakan gigi anak-anak. d. Vitamin dan mineral Vitamin dan mineral esensial merupakan zat gizi yang penting bagi pertumbuhan dan kesehatan.Beberapa jenis vitamin B yang dibutuhkan untuk tumbuh kembang otak adalah, vitamin B1, vitamin B6, dan asam folat (vitamin B9). Bila kebutuhannya tidak terpenuhi, maka akan timbul gangguan terhadap pertumbuhan dan fungsi otak dan system saraf. Kebutuhan vitamin untuk balita digunakan untuk: 1. Vitamin A berfungsi bagi pertumbuhan sel-sel epitel dan sebagai pengatur kepekaan rangsang sinar pada saraf dan mata, 2. Vitamin B1 berfungsi untuk metabolisme karbohidrat, keseimbangan air dalam tubuh dan membantu penyerapan zat lemak dalam usus, 3. Vitamin B2 berfungsi
dalam pemindahan rangsang sinar ke saraf mata dan enzim, dan berfungsi dalam proses oksidasi dalam sel-sel, 4. Vitamin B6 berfungsi dalam pembuatan sel-sel darah merah dan dalam proses pertumbuhan serta pekerjaan urat saraf, 5. Vitamin C 112 350 berfungsi sebagai aktifator macam3 macam fermen perombak protein dan 4- dehidrasi 18 460 lemak, dalam oksidasi dan 6 dalam sel, penting dalam pembentukan trombosit, 6. Vitamin D berfungsi mengatur kadar kapur dan fosfor, dan bersama-sama kelenjar anak gondok memperbesar penyerapan kapur dan fosfor dari usus dan memengaruhi kerja kelenjar endokrin, 7. Vitamin K berfungsi alam pembentukan protombin yang berarti penting dalam proses pembekuan darah, 8. Vitamin digolongkan sebagai vitamin larut dalam lemak ( ADEK ) dan vitamin larut dalam air yaitu vitamin Bkompleks (B1, B2, Niacin, B6, asam pantotenik, biotin, asam folat, dan B12) dan vitamin C. Pada usia anak balita 1-5 tahun sering mengalami kekurangan vitamin A, B, dan C. untuk itu anak perlu mendapat 1-1/2 mangkuk atau 100-150g sayur sehari. Pilihlah buahbuahan berwarna kekuning-kuningan atau jingga dan buah-buahan yang asam seperti papaya, pisang, mangga, nanas, dan jeruk. Berikan 12 potong papaya sehari (100-200g) atau 1-2 buah jeruk atau buah lain. Kecukupan vitamin yang dianjurkan dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2.6 Kebutuhan vitamin anak balita Us ia( th)
BB (kg)
Vit. A re
V it. D µ
Vi t. E µg
Vi t. K µg
Vi t. B 1
Vi t. B 2
Niaci n µg
Vit. B12 µg
As .F ol at
P i r i
V i t .
g
µg
µg
µg
1 0
6
15
0, 5
0, 6
5,4
0,5
40
1 0
7
20
0, 8
1, 0
8
0,7
60
d o k s i n µ g 1 , 0 1 , 1
C µ g
4 0 4 5
(Sumber: Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, LIPI, Jakarta, 1998)
2.
Antropometri Menurut jellifle ( 1966 ) dan fomon ( 1974 ) dalam Adriani & Wirjatmadi (2012), ukuran antropometri yang bermanfaat dan sering dipakai antara lain, a. Berat Badan Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting, dipakai pada setiap kesempatan memeriksa kesehatan anak pada tiap kelompok umur.Berat badan merupakan hasil peningkatan seluruh jaringan tulang, otot, lemak, cairan tubuh dan lain – lain nya, merupakan indikator tunggal yang terbaik pada waktu ini untuk keadaan gizi dan keadaan tumbuh kembang. Berat badan dimanfaatkan dalam klinik untuk :Dasar perhitungan dosis obat dan makanan yang perlu diberikan, Memonitor keadaan kesehatan, misalnya pada pengobatan penyakit, Bahan informasi untuk menilai keadaan gizi atau tumbuh kembang atau kesehatan. Perlu diperhatikan, bahwa terdapat fluktuasi wajar dalam sehari sebagai akibat masukan (intake) makanan dan minuman dan keluaran (output) urine, feses, dan insensible loss. Besarnya fluktuasi bergantung pada
kelompok usia dan bersifat sangat invidual, mungkin kecil sekali 100200 g, sampai 500-1.000 g bahkan lebih, sehingga dapat memengaruhi hasil penilaian. Menurut sipriasa (2001), menimbang anak dapat dilakukan dengan menggunakan kantong celana timbang, kain sarung, atau keranjang.Harus selalu diingant bahwa sebelum anak ditimbang, jarum menunjukkan skala 0 setelah ditambahkan kain sarung, atau keranjang. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menimbang berat badan anak, antara lain : 1) Panjang badan Panjang badan /atau tinggi badan merupakan ukuran antropometri terpenting kedua, keistimewaannya adalah nilai tinggi badan meningkat terus, walaupun laju tumbuh berubah dari pesat pada masa bayi kemudian melambat dan pesat lagi pada mas remaja. Adapun menurut supriasa (2001) tinggi badan merupakan parameter penting dalam keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat.Sependapat dengan samsudin (1985), supriasa (2001) juga mengatakan disamping itu tinggi badan merupakan ukuran kedua yang penting, karena dengan menghubungkan berat badan terhadapa tinggi badan. 2) Lingkaran kepala Lingkaran kepala mencerminkan volume intracranial.Digunakan untuk menaksir pertumbuhan otak, laju tumbuh pesat pada enam bulan pertama bayi, dari 35 cm saat lahir menjadi 43 cm pada enam bulan. Laju tumbuh kemudian berkurang, hanya menjadi 46,5 cm pada usia dan 49 cm pada usia dua tahun.
Selanjutnya, akan berkurang secara drastis hanya bertambah 1 cm sampai usia 3 tahun dan bertambah lagi kira – kira 5 cm samapi usia remaja atau dewasa. Oleh karena itu, manfaat pengukuran lingkaran kepala terbatas sampai usia tiga tahun, kecuali jika diperlukan seperti pada kasus hidrosepalus. 3) Lingkaran lengan atas Lingkaran lengan atas mencerminkan tumbuh-kembang jaringan lemak dan otot yang tidak terpengaruh banyak oleh keadaan cairan tubuh dibandingkan dengan berat badan. Dapat dipakai untuk menilai keadaan gizi atau keadaan tumbuh kembang pada usia prasekolah. Laju tumbuh lambat, dari 11 cm pada saat lahir menjadi 16 cm pada usia satu tahun. Selanjutnya tidak banyak berubah selama 1-3 tahun. F. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Pemilihan dan Penyajian Makanan Dengan Kecukupan Gizi Balita Balita atau anak bawah lima tahun merupakan anak kurang dari lima tahun sehingga bayi usia anak dibawah satu tahun juga termasuk dalam golongan ini. Namun, karena faal ( kerja alat tubuh semestinya ) bayi usia dibawah satu tahun berbeda dengan anak usia diatas satu tahun, banyak ilmuwan yang membedakannya. Anak usia 1-5 tahun dapat pula dikatakan mulai disapih atau selepas menyusu sampai dengan prasekolah. Sesuai dengan pertumbuhan badan dan perkembangan kecerdasannya, faal tubuhnya juga mengalami perkembangan sehingga jenis makanan dan cara pemberian makanan pun harus disesuaikan
dengan keadaannya ( Proverawati, 2010 ). Pengetahuan ibu tentang pemilihan dan penyajian makanan adalah hasil “tahu” ibu bagaimana memilih makanan yang sehat bagi balita (mengandung karbohidrat,protein,vitamin) dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap makanan. Pengindraan terjadi melalui panca indera manusia, yakni penglihatan : indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behaviour) (Notoadmodjo, 2012). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sanjaya (2000) yang dikutip oleh Dewanti (2010) juga disebutkan bahwa sebagian anak dalam keluarga tertentu dengan sosial ekonomi rendah mempunyai daya adaptasi yang tinggi sehingga mampu tumbuh dan kembang, dan salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah pengetahuan ibu tentang gizi dan kesehatan. Hal ini senada dengan yang dianggap oleh Berg (1986) yang dikutip oleh Dewanti (2010), bahwa sekalipun daya beli merupakan halangan yang utama, tetapi sebagian kekurangan gizi akan biasa diatasi kalau orang tua tau bagaimana seharusnya memanfaatkan segala sumber yang dimiliki. Makanan yang dihidangkan harus memenuhi zat-zat gizi yang diperlukan oleh tubuh, baik kwalitas maupun kwantitasnya.Ukuran kwalitas adalah meliputi nilai sosial,
ragam jenis bahan makanan dan nilai cita rasa.Sedangkan nilai kwalitasnya yang umum dipergunakan yaitu kandungan zat gizi. Penentuan kebutuhan bahan makanan berbedabeda pada setiap orang tergantung dari : umur, jenis kelamin, aktifitas, tinggi dan berat badan, iklim, keadaan fisiologis, status kesehatan (Proverawati, 2010). Lestari Ningsih (dalam Nainggolan & Zuraida), 2000 mengatakan bahwa penyajian bahan makanan dan menu yang tepat untuk anak balita dalam meningkatkan status gizi balita akan terwujud bila ibu mempunyai tingkat pengetahuan yang baik. Seseorang yang hanya tamat SD belum tentu tidak mampu dalam menyusun makanan yang memenuhi persyaratan gizi untuk balitanya di banding orang yang memilki pendidikan yang lebih tinggi, karena bila ibu rajin mendengarkan informasi dan selalu turut serta dalam penyuluhan gizi tidak mustahil pengetahuan gizi siibu akan bertambah dan menjadi lebih baik. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sanjaya (2000) yang dikutip oleh Dewanti (2010), menyebutkan bahwa sebagian anak dalam keluarga tertentu dengan sosial ekonomi rendah mempunyai daya adaptasi yang tinggi sehingga mampu tumbuh dan kembang, dan salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah pengetahuan ibu tentang gizi dan kesehatan. Hal ini senada dengan yang dianggap oleh Berg (1986) yang dikutip oleh Dewanti (2010), bahwa sekalipun daya beli merupakan halangan yang utama, tetapi sebagian kekurangan gizi akan bisa di atasi kalau orang tua tahu
bagaimana seharusnya METODE PENELITIAN memanfaatkan segala sumber yang A. Desain Penelitian dimiliki. Jenis penelitian ini adalah deskriptif Ukuran tubuh yang pendek korelasi.Dengan desain cross merupakan salah satu indikator sectional bertujuan untuk merupakan kekurangan gizi yang mengetahui hubungan pengetahuan berkepanjangan pada balita. ibu tentang pemilihan dan penyajian Kekurangan gizi yang lebih fatal makanan dengan kecukupan gizi akan berdampak pada perkembangan balita di Pustu buntubedimbar otak, fase perkembangan otak pesat kecamatan tanjung morawa tahun pada usia 30 minggu-18 bulan. 2014. Status gizi balita dapat diketahui B. Populasi dan Sampel dengan cara mencocokkan umur 1. Populasi anak dengan berat badan standar Populasi dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan pedoman semua ibu yang memiliki balita WHO-NCHS.Sedangkan parameter sebanyak 111 orang di pustu yang cocok digunakan untuk balita buntubedimbar kecamatan tanjung adalah berat badan, dan lingkar morawa tahun 2014. kepala.Lingkar kepala digunakan 2. Sampel untuk memberikan gambaran tentang Sampel dalam penelitian adalah perkembangan otak. Kurang gizi ini sebagian ibu yang memiliki anak akan berpengaruh pada balita di pustu buntu bedimbar perkembangan fisik dan mental anak kecamatan tanjung morawa jumlah ( Proverawati, 2010 ). 111 orang.Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dengan G. Kerangka Konsep Skema 2.1 accidental sampling.Kriteria inklusi Kerangka Konsep Penelitian yaitu Ibu rumah tangga. Besar Variabel Independen sampel yang akan diambil kemudian dihitung menggunakan rumus Arikunto (2006) yang dihitung berdasarkan total populasi yaitu: n=d×N Pengetahu n = 30% × 111 an Ibu Kecukupan n = 33 orang tentang gizi Balita Ket : N = Semua ibu yang memiliki anak balita pemilihan tahun di (pengambilan Kelurahan dan Dwikora Helvetia Medan tahun 2014 penyajian Penelitian H. Hipotesis n = Besar sampel makanan Ha : Ada hubungan yang signifikan antara d = Derajat penyimpangan terhadap hubungan pengetahuan Ibu tentang populasi yang diinginkan yakni : pemilihan dan penyajian makanan 0,05 (5%) dengan Kecukupan Gizi Balita di C. Lokasi Penelitian pustu ubedimbar kecamatan tanjung Penelitian telah dilaksanakan morawa. buntubedimbar kecamatan tanjung morawa kabupaten deliserdang.
D. Waktu Penelitian Penelitian akan dilakukan pada bulan Januari - Agustus 2014. Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian Variabe l Variabe l Indepe nden Pengeta huan ibu tentang pemilih an makana n
Pengeta huan ibu tentang penyaji an makana
Definisi operasional Tingkat pemahaman ibu tentang makanan pokok yang sesuai dengan tumbuh kembang balita sperti lauk pauk, buah-buahan dan sayursayuran dengan porsi dan frekuensi yang sesuai dengan kebutuhan tubuh balita. Tingkat pemahaman ibu tentang bagaimana cara membuat makanan yang menarik,
Carau kur Kuisi1. oner 2. 3.
Kuisi1. oner 2. 3.
n
Hasiluk ur Baik = 17-20 Cukup =14-16 Kurang =10-13
Skala ukur Ordin al Variabe l Depend en Kecuku pan Gizi Balita
Baik = 17-20 Cukup = 14-16 Kurang =10-13
Ordin al
F. Aspek Pengukuran 1. Pengetahuan ibu tentang pemilihan makanan pada balita Untuk mengetahui adanya hubungan pengetahuan ibu tentang pemilihan makanan maka diberikan kuisioner sebanyak 10 pernyataan dengan pilihan jawaban benar dan salah.Jawaban yang benar diberi skor 2, dan pilihan jawaban salah diberi skor 1.Sehingga nilai tertinggi yang diperoleh adalah 20 dan nilai terendah yang diperoleh adalah 10. Maka berdasarkan rumus Hidayat (2009) : i = Skor tertinggi – Skor terendah jumlah kategorik i = 20 – 10 2i = 5
E. Definisi Operasional
variasi/keaneka ragaman makanan dan frekuensi makan balita dalam sehari serta kebersihannya Status gizi balita 1. Timb 1. yang dikatakan angan 2. baik apabila 2. centi berat badan meter sesuai dengan umur dan tinggi badan sesuai dengan umur.
cukup Tidak cukup
keterangan : i = interval Maka variabel pengetahuan ibu tentang pemilihan makanan pada balita dapat dikategorikan menjadi : a. Pengetahuan Baik jika responden memiliki skor 17-20 b. Pengetahuan Cukup jika responden memiliki skor 14-16 c. Pengetahuan Kurang jika responden memiliki skor 10-13 2. Pengetahuan ibu tentang penyajian makanan pada balita Untuk mengetahui adanya hubungan pengetahuan ibu tentang penyajian makanan maka diberikan kuisioner sebanyak 10 pernyataan dengan pilihan jawaban benar dan
Ordin al
salah.Pilihan jawaban benar diberi skor 2, dan jawaban yang salah diberi skor 1.Sehingga nilai tertinggi yang diperoleh adalah 20 dan nilai terendah yang diperoleh adalah 10. Maka berdasarkan rumus Hidayat (2009) : i = Skor tertinggi – Skor terendah Jumlah Kategorik i = 20 – 10 3 i = 3.33 = 3 keterangan : i = interval
a. b. c. 3. a.
1)
2)
3)
Maka variabel pengetahuan ibu tentang penyajian makanan pada balita dapat dikategorikan menjadi : Pengetahuan Baik jika responden memiliki skor 17-20 Pengetahuan Cukup jika responden memiliki skor 14-16 Pengetahuan Kurang jika responden memiliki skor 10-13 Kecukupan gizi balita Menggunakan tabel Antropometri. Berat Badan Tabel berikut merupakan rangkuman berat badan anak normal sesuai usianya, yang diambil dari tabel pertumbuhan anak menurut WHO.Pada tabel dibedakan antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan, yang memiliki nilai normal masing-masing. Anak yang berada antara batas bawah dan batas atas – tergolong berat badan normal sesuai usianya. Anak yang beratnya berada di bawah batas bawah – tergolong underweight (berat badan kurang). Anak yang beratnya berada di atas batas atas – tergolong overweight (kelebihan berat badan)
Tabel 3.2 Berat Badan World Health Organization (2011) TABEL BERAT BADAN-USIA ANAK LAKI-LAKI PEREMPUAN BAT AS
BAT AS
BAT AS
BAT AS
BAW AH
ATA S
BAW AH
ATA S
2.5
4.4
0:0
2.4
4.2
3.4
5.8
0:1
3.2
5.5
4.3
7.1
0:2
3.9
6.6
5.0
8.0
0:3
4.5
7.5
5.6
8.7
0:4
5.0
8.2
6.0
9.3
0:5
5.4
8.8
6.4
9.8
0:6
5.7
9.3
6.7
10.3
0:7
6.0
9.8
6.9
10.7
0:8
6.3
10.2
7.1
11.0
0:9
6.5
10.5
7.4
11.4
0:10
6.7
10.9
7.6
11.7
0:11
6.9
11.2
7.7
12.0
1:0
7.9
11.5
7.9
12.3
1:1
7.0
11.8
8.1
12.6
1:2
7.2
12.1
8.3
12.8
1:3
7.4
12.4
8.4
13.1
1:4
7.6
12.6
8.6
13.4
1:5
7.7
12.9
8.8
13.7
1:6
7.9
13.2
8.9
13.9
1:7
8.1
13.5
9.1
14.2
1:8
8.2
13.7
USIA TAHUN:B ULAN
9.2
14.5
1:9
8.4
14.0
12.9
21.7
4:2
12.6
22.1
9.4
14.7
1:10
8.6
14.3
13.1
21.9
4:3
12.7
22.4
9.5
15.0
1:11
8.7
14.6
13.2
22.2
4:4
12.8
22.6
9.7
15.3
2:0
8.9
14.8
13.3
22.4
4:5
12.9
22.9
9.8
15.5
2:1
9.0
15.1
13.4
22.7
4:6
13.0
23.2
10.0
15.8
2:2
9.2
15.4
13.5
22.9
4:7
13.2
23.5
10.1
16.1
2:3
9.4
15.7
13.6
23.2
4:8
13.3
23.8
10.2
16.3
2:4
9.5
16.0
13.7
23.4
4:9
13.4
24.1
10.4
16.6
2:5
9.7
16.2
13.8
23.7
4:10
13.5
24.4
10.5
16.9
2:6
9.8
16.5
14.0
23.9
4:11
13.6
24.6
10.7
17.1
2:7
10.0
16.8
14.1
24.2
5:0
13.7
24.9
10.8
17.4
2:8
10.3
17.1
10.9
17.6
2:9
10.4
17.3
11.0
17.8
2:10
10.5
17.6
11.2
18.1
2:11
10.7
17.9
11.3
18.3
3:0
10.8
18.1
11.4
18.6
3:1
10.9
18.4
11.5
18.8
3:2
11.1
18.7
11.6
19.0
3:3
11.2
19.0
11.8
19.3
3:4
11.3
19.2
11.9
19.5
3:5
11.5
19.5
12.0
19.7
3:6
11.6
19.8
12.1
20.0
3:7
11.7
20.1
12.2
20.2
3:8
11.8
20.4
12.4
20.5
3:9
12.0
20.7
12.5
20.7
3:10
12.1
20.9
12.6
20.9
3:11
12.2
21.2
12.7
21.2
4:0
12.3
21.5
12.8
21.4
4:1
12.4
21.8
b. Tabel 3.3 Tinggi Badan Umur
Lahir 0-1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5 Bulan 6 Bulan 7 Bulan 8 Bulan 9 Bulan 10 Bulan 11
Berat (Gram)
Tinggi (Cm)
Stan dar
80% Stan dar
Sta nda r
80% Standar
3.400 4.300 5.000 5.700 6.300 6.900 7.400 8.000 8.400 8.900 9.300 9.600 9.900
2.700 3.400 4.000 4.500 5.000 5.500 5.900 6.300 6.000 7.100 7.400 7.700 7.900
50.5 55.0 58.0 60.0 62.5 64.5 66.0 67.5 69.0 70.5 72.0 73.5 74.5
40.5 43.5 46.0 48.0 49.5 51.0 52.5 54.0 55.5 56.5 57.5 58.5 60.0
Bulan 12 Bulan 1 tahun 3 Bulan 6 Bulan 9 Bulan
10.60 0 11.30 0 11.90 0
8.500 9.000 9.600
78.0 81.5 84.5
2 tahun 0 Bulan 3 Bulan 6 Bulan 9 Bulan
12.40 0 12.90 0 13.50 0 14.00 0
9.900 10.50 0 10.80 0 11.20 0
87.0 89.5 92.0 94.0
3 tahun 0 Bulan 3 Bulan 6 Bulan 9 Bulan
14.50 0 15.00 0 13.50 0 16.00 0
11.60 0 12.00 0 12.40 0 12.90 0
96.0 98.0 99.5 101. 5
4 tahun 0 Bulan 3 Bulan 6 Bulan 9 Bulan
16.50 0 17.00 0 17.40 0 17.90 0
13.20 0 13.60 0 14.00 0 14.40 0
103. 5 105. 0 107. 0 108. 0
5 tahun 0 Bulan
18.40 0
14.70 0
109. 0
Sumber : Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI. 2009.
Lingkar kepala Untuk tabel, yang berwarna Hijau adalah nilai rata-rata dalam satuan centimeter.Waspada jika lingkar kepala jauh dibawah atau jauh diatas dari tabel referensi yang berwarna hijau.
c. Lingkar Lengan Lingkar lengan BBL adalah 9,5 – 13,5 a. 6-8 bulan = 14,75 cm b. 9-11 bulan =15,10 cm 62.5 c. 1 tahun = 16, 00 cm 65.0 d. 2 tahun = 16,25 cm 67.5 e. 3 tahun =16,50 cm f. 4 tahun= 16,75 cm g. 5 tahun = 17,00 cm G. Alat dan Prosedur Pengumpulan 69.5Data 71.5 1. Alat Pengumpulan Data 73.5Alat yang digunakan dalam 75.0menggunakan dua metode, antara lain : a. Data Primer Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini 77.0menggunakan kuisioner/angket 78.5tertutup yang telah di sediakan, 79.5timbangan berat badan dan 81.5 sentimeter. b. Data Sekunder Data sekunder yaitu data yang didapatkan dari pustu buntubedimbar kecamatan tanjung morawa. 82.5 H. Penelitian Penelitian dilakukan dengan 85.5 86.5melibatkan ibu balita sebagai subjek penelitian. Oleh karena itu peneliti memahami prinsip-prinsip etika penelitian supaya tidak melanggar 87.0hak-hak otonomi ibu balita yang juga menjadi klien (Nursalam, 2008). Terdapat empat prinsip utama dalam etik keperawatan, meliputi : 1. Menghormati Harkat dan Martabat Manusia. Subjek memiliki hak asasi dan kebebasan untuk menuntukan pilihan ikut atau menolak penelitian (autonomy). Dalam penelitian ini, peneliti terlebih dahulu memberikan informasi kepada calon responden yaitu : tentang pelaksanaan
2.
3.
I. 1.
a.
penelitian, resiko penelitian, keuntungan yang mungkin didapat dan kerahasiaan informasi. Setelah mendapatkan penjelasan yang lengkap dan mempertimbangkan dengan baik, responden diberikan Informed Consent. Menghormati Privasi dan Kerahasiaan Subjek (respect for privacy and confidentiality) Peneliti merahasiakan berbagai informasi yang menyangkut privasi responden yang tidak ingin identitas dan segala informasi tentang dirinya diketahui oleh orang lain. Prinsip ini dapat diterapkan dengan cara meniadakan identitas subjek dan diganti dengan kode tertentu. Menghormati Keadilan dan Inklusivitas (respect for justice inclusiveness) Prinsip keterbukaan dalam penelitian mengandung makna bahwa penelitian dilakukan secara jujur, tepat, cermat dan hati-hati serta professional. Sedangkan prinsip keadilan mengandung makna bahwa penelitian memberikan keuntungan dan beban secara merata sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan subjek. Teknik Pengolahan Dan Analisa Data Pengolahan Data Data yang telah dikumpul, diolah dengan cara manual dengan langkahlangkah sebagai berikut ( Notoatmodjo, 2012). Editing Proses editing dilakukan untuk memeriksa kelengkapan data dan kesalahan data responden.Perbaikan data dilakukan segera setelah peneliti memperoleh hasil kuisioner yang diisi langsung oleh responden, sehingga apabila terjadi kesalahan
data dapat segera diperbaiki.Pada saat meminta kuisioner, bila peneliti mendapatkan satu responden yang menjawab tidak lengkap sesuai dengan pada lembar kuisioner maka peneliti mengambil tindakan klasifikasi kepada responden mengenai beberapa item pertanyaan yang tidak diisi dan memberi kesempatan sekali lagi kepada responden untuk mengisi responden yang belum terisi tersebut.Selanjutnya oleh peneliti melakukan pemeriksaan kembali setelah kuisioner terkumpul dan kemudian diberi nomor urut responden. b. Coding Pemberian kode dalam bentuk angket terhadap jawaban-jawaban responden untuk memudahkan proses entri data dan analisa data. Untuk kategori usia ibu yang berusia 20-24 diberi kode 2, ibu berusia 2530 diberi kode 1. Untuk kategori pendidikan ibu SD diberi kode 1, SMP diberi kode 2, SMA diberi kode 3, DIII/PT diberi kode 4, untuk kategori pekerjaan Ibu rumah tangga diberi kode 2, wiraswasta diberi kode 1.Untuk kategori pendapatan Rp>1.000.000 diberi kode 1, pendapatan Rp<1.000.000 diberi kode 2.Untuk pengetahuan ibu tentang pemilihan dan penyajian makanan pilihan jawaban benar kode 2, salah diberi kode 1, untuk variabel kecukupan gizi balita, pilihan jawaban cukup diberi kode 2, tidak cukup diberi kode 1. c. Entry Proses penyusunan data atau pengorganisasian data dengan cara memasukkan data yang telah diberi kode dengan menggunakan komputerisasi yaitu Program
d.
2.
a.
b.
Statistical Product Service Solution (SPSS). Tabulating Memasukkan data ke dalam tabel distribusi frekuensi maupun tabulasi silang untuk mempermudah dalam pengolahan data dan analisa data dan pengambilan keputusan. Analisa Data Analisa menggunakan perangkat komputer Analisa Univariat Analisa dilakukan guna mendeskripsikan masing-masing variabel yang diteliti. Jika data kategorik menyimpulkan data dengan menggunakan data dengan tabel distribusi frekuensi. Analisa Bivariat Analisa ini dilakukan untuk melihat ada tidaknya hubungan kedua variabel pemilihan dan penyajian makanan dengan kecukupan gizi balita. Di analisa menggunakan uji statistikSpearman pada α = 0,05 dengan CI (Confidence Interval) 95%.
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Pustu buntutan bedimbar berada di jalan batangkuis di kecamatan nan ibu nifas, tanju.ng morawa kabupaten deliserdang . dipimpin oleh kapustu dan 6 orang tenaga kesehatan. Mempunyai kader kesehatan 22 orang. Ada 6 ruang tempat pelayanan kesehatan. Jenis pelayanani Pemeriksaan ibu hamil,perawatan bayi barulahir,pelayanan ibu nifas,penyuluhan kesehatan, pelayanan kesehatan anak dan balita dan imunisasi.
2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden di Pustuubedimbar keca morawa Tahun 2014 (n=33) Variabel Usia Pendidikan
Pekerjaan
Pendapata n
20-24 Tahun 25-30 Tahun SD SMP SMA DIII Wiraswasta Ibu rumah tangga >1.000.000
Jumlah 11 22 15 18 9 24
Persentase (%) 33 67 45 55 27 73
9
27
24
73
<1.000.000
Dari tabel 4.1 dapat dilihat dari hasil penelitian terhadap 33 responden mayoritas usia responden antara 25-30 tahun yaitu 67%,pendidikan mayoritas SMA sebanyak 55%, pekerjaan mayoritas ibu rumah tangga yaitu 73% dan pendapatan mayoritas <1.000.000 yaitu 73%. Distribusi Frekuensi Responden Pengetahuan Ibu Tentang Pemilihan Makanan Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan Ibu Tentang Pemilihan Makanan di pustu buntu morawa Tahun 2014 (n=33) Variabel
Kate gori
Juml ah
Pengeta huan Ibu Tentang Pemilih an Makana n
Baik Cuku p Kura ng
18 8
Persen tase (%) 55 24
7
21
Dari tabel 4.2 dapat dilihat dari hasil penelitian terhadap 33 responden mayoritas pengetahuan ibu tentang pemilihan makanan adalah baik yaitu 55%. 3. Distribusi Frekuensi Responden Pengetahuan Ibu Tentang Penyajian Makanan Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan Ibu Tentang Penyajian Makanan di puustu buntu bedimbar kecamatan tanjung morawa Tahun 2014 (n=33) Variabel
Kategori
Jumlah
Pengetahuan Ibu Tentang Pemilihan Makanan
Baik Cukup Kurang
24 4 5
Persentase (%) 73 12 15
Dari tabel 4.3 dapat dilihat dari hasil penelitian terhadap 33 responden mayoritas pengetahuan ibu tentang penyajian makanan adalah baik yaitu 73%. 4. Distribusi Frekuensi Responden Kecukupan gizi balita Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase kecukupan gizi di kelurahan di pustu buntubedimbar kecamatan tanjung morawa Tahun 2014 (n=33) Variabel Kecukupa n Gizi Balita
Kategor i Cukup
Tidak cukup
Jumla h 23
Persentas e 70
10
30
Dari tabel 4.4 dapat dilihat dari hasil penelitian terhadap 33 responden mayoritas status gizi balita adalah cukup yaitu 70%. 5. Uji statistik Spearman Pengetahuan Ibu Tentang
Pemilihan Makanan Terhadap Kecukupan Gizi Balita Tabel 4.5 Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Pemilihan Makanan Dengan Kecukupan gizi Balita di kelurahan di pustu buntubedimbar kecamatan tanjung morawa 2014 (n=33) Dari tabel 4.5 dapat diketahui bahwa dari 17 responden yang berpengetahuan baik 61% gizi cukup, 30% gizi kurang cukup. 9 responden yang berpengetahuan cukup 30% gizi kurang cukup dan 26% gizi cukup. 7 responden yang berpengetahuan kurang 40% gizi kurang cukup dan 13% gizi cukup. N o
Katego ri
Kecukupan Gizi Balita
Cukup
1 2 3
Baik Cukup Kurang Total
F 14 6 3 23
% 61 26 13 100
Kurang Cukup F % 3 30 3 30 4 40 10 100
Dari hasil uji statistik Spearman dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0.05) diperoleh nilai p value = 0.064 atau nilai p>0.05. hal ini berarti bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang pemilihan makanan dengan kecukupan gizi balita di kelurahan Pustu buntubedimbar kecamatan tanjung morawa Tahun 2014. 6. Uji statistik Pengetahuan Ibu Penyajian Makanan Kecukupan Gizi Balita Tabel 4.6
Spearman Tentang Terhadap
Tot al
17 9 7 33
p valu e
0.06 4
No
1 2
Kate gori
Baik Cuk up 3 Kura ng Total
Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Penyajian Makanan Dengan Kecukupan Gizi Balita di Pustu buntubedimbar kecamatan tanjung morawa
67%. Hal ini sesuai dengan teori yang dikatakan oleh Notoadmojo (2010) bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain adalah usia.
Kecukupan Gizi Balita Cukup Kurang Cukup F % F % 19 82 4 40 3 14 1 10
Menurut Notoadmojo (2010) dengan bertambahnya usia seseorang, maka akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologi (mental). Pertumbuhan fisik secara garis besar dapat dikategorikan menjadi 4, yaitu : perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya bentuk lama, dan timbulnya bentuk baru. Hal ini terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada asfek psikologis atau mental taraf berfikir seseorang semakin matang dan dewasa.
1
4
23
100
Total
p value
23 4
5
50
6
10
100
33
0.005
Tahun 2014 (n=33)
Dari tabel 4.6 dapat diketahui bahwa 23 responden yang berpengetahuan baik 40% gizi kurang cukup, 82% gizi cukup. 4 responden yang berpengetahuan cukup 10%. gizi kurang cukup, 14% gizi cukup. Dan 6 responden yang berpengetahuan kurang 50% gizi kurang cukup, 4% gizi cukup. Dari hasil uji statistik Spearman dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0.05) diperoleh nilai p value = 0.005 atau nilai p=0.05. hal ini berarti bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang penyajian makanan dengan kecukupan gizi balita di kelurahan B. Pembahasan 1. Interpretasi dan Diskusi Hasil a. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur dan Pendidikan Hasil penelitian yang dilakukan pada 33 responden di kelurahan dwikora HelvetiaMedan Tahun 2014 diketahui bahwa mayoritas usia responden antara 25-30 tahun yaitu
Hasil penelitian yang dilakukan pada 33 responden di kelurahan dwikora Helvetia Medan Tahun 2014 diketahui bahwa mayoritas pendidikan ibu adalah SMA yaitu 55%. Hal ini sesuai dengan teori yang dikatakan oleh Notoadmojo (2010) bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain adalah pendidikan. Menurut Notoadmojo (2010) pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, keluarga atau masyarakat. Beberapa hasil penelitian mengenai pengaruh pendidikan terhadap perkembangan pribada, bahwa pada umumnya pendidikan itu mempertinggi taraf intelegensi individu. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang
dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan. b. Pengetahuan Ibu Tentang Pemilihan Makanan Hasil penelitian yang dilakukan pada 33 responden, 18 orang diketahui bahwa mayoritas pengetahuan ibu tentang pemilihan makanan adalah baik yaitu 55%, sementara itu 8 orang memiliki pengetahuan yang cukup yaitu 24 %, dan 7 orang memiliki pengetahuan kurang yaitu 21%. Hal ini dilihat dari analisis berdasarkan hasil kuisioner pengetahuan ibu tentang pemilihan makanan masih kurang diakibatkan karena dalam hal memilih sayur ibu hanya memilih sayur satu macam yaitu sayur yang hanya disukai anaknya. Dan ibu hanya bisa membeli satu atau dua macam jenis buah dengan alasan pendapatan keluarga kecil.Hal ini dapat mengakibatkan anak mengalami malnutrisi. Hasil penelitian, ibu yang memilih dan menyiapkan makanan yang baik, ibu sebaiknya memilih makanan yang berserat tinggi yang mengandung buah seperti pepaya, yang mudah di kunyah balita, daging yang dilumatkan atau dipotong kecilkecil dan dikonsumsi 3-4 kali dalam seminggu, dan ikan 2-3 kali per hari, membuat variasi makanan yang menarik sehingga kecukupan gizi balita dapat terpenuhi. Hal ini sesuai dengan teori yang dikatakan Notoadmojo (2010) bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang
maka semakin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan. Saat ini banyak keluarga yang lebih menyukai fast food atau makanan cepat saji dengan alasan keterbatasan waktu dan tenaga. Makanan cepat saji dinilai lebih praktis. Padahal makanan sejenis itu umumnya memiliki kandungan garam yang tinggi dan minim serat, serta sarat akan lemak. Itu yang menjadi salah satu penyebab banyaknya anak-anak pada masa kini yang mengalami obesitas. Kondisi itu pula yang menjadi pencetus munculnya gangguan jantung, diabetes tipe 2, stroke. Ada banyak warna sayuran dan buah yang dapat dikonsumsi. Berikan dan perkenalkan anak-anak dengan beraneka warna buah dan sayur. Semakin beraneka sayuran dan buah yang dikonsumsi maka kebutuhan tubuh akan zat gizi dapat terpenuhi dengan baik (Margaret Lawson, 2008). Kekurangan energi dan protein merupakan salah satu gangguan gizi akibat kurangnya asupan energi dan protein. Berikut ini sebab-sebab kurangnya asupan energi dan protein : 1. Makanan yang tersedia kurang mengandung energy, 2. Nafsu makan anak terganggu sehingga tidak mau makan, 3. Gangguan dalam saluran pencernaan sehingga penyerapan sari makanan dalam usus terganggu, 4. Kebutuhan yang meningkat, misalnya karena penyakit infeksi
yang tidak diimbangi dengan asupan yang memadai. Gizi kurang pada balita tidak hanya memengaruhi gangguan pertumbuhan fisik, tetapi juga memengaruhi kualitas kecerdasan dan perkembangan dimasa mendatang. Oleh karena itu, peran makanan yang bernilai gizi tinggi sangat penting seperti pada makanan yang mengandung energi, protein (terutama protein hewani), vitamin B komplek, vitamin C, vitamin A, dan mineral ( Ca, Fe, Yodium, Fosfor, Zn ). Perhatian orangtua terhadap makanan yang diberikan kepada anak harus bisa meningkatkan selera makan anak. Pada umumnya anakanak lebih menyukai makanan yang bervariasi, bentuk-bentuk makanan yang lucu dan berwarna-warni, lebih menyukai makan bersama teman sebayanya Adriani & Wirjatmadi (2012 ). Faktor eksternal yang mempengaruhi pengetahuan antara lain lingkungan, sosial, ekonomi, kebudayaan dan informasi. Lingkungan sebagai faktor yang berpengaruh bagi pengembangan sifat dan perilaku individu. Sosial ekonomi, penghasilan sering dilihat untuk memiliki hubungan antar tingkat penghasilan dengan pemanfaatan. Pemilihan makanan yang baik merupakan makanan yang mengandung makanan pokok, laukpauk, buah-buahan dan sayursayuran serta dimakan dalam jumlah cukup sesuai dengan kebutuhan. Dengan pola makan yang baik dan jenis hidangan yang beraneka ragam dapat menjamin terpenuhinya
kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur bagi kebutuhan gizi seseorang (Baliwati, 2009). Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Maimonah (2009) mengenai Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Kebutuhan Gizi Pada Balita Di Kecamatan Ngronggot Kabupaten Nganjuk Kota Malang diperoleh dari 87 responden terdapat 61 orang (70%) mempunyai pengetahuan baik, 21 orang (24%) mempunyai pengetahuan cukup dan 5 orang (6%) mempunyai pengetahuan kurang. Hal ini dikarenakan ibu balita telah menerima informasi tentang kebutuhan gizi pada balita sewaktu kegiatan posyandu di Puskesmas dan dari media cetak maupun elektronik. Dari hasil penelitian dan teori diatas maka peneliti berasumsi bahwa pengetahuan ibu tentang pemilihan makanan sangat penting, pemilihan makanan yang baik seperti makanan pokok, lauk-pauk, buah-buahan dan sayur-sayuran serta dengan pola makan dan jenis hidangan yang beraneka ragam dapat menjamin terpenuhinya kecukupan sumber gizi seseorang. c. Pengetahuan Ibu Tentang Penyajian Makanan Hasil penelitian yang dilakukan pada 33 responden mayoritas pengetahuan ibu tentang penyajian makanan adalah baik yaitu 73%. Hal ini dapat diketahui sesuai dengan jawaban kuisioner dan master data dimana ibu yang berpengetahuan baik dalam penyajian makanan dapat kita lihat dari jawaban pertanyaan pada
kuisioner yaitu makanan yang disajikan harus ditutup dengan peralatan yang bersih, menghidangkan makanan dengan cara yang menarik (misalkan piring dihias, atau menggunakan peralatan yang bentuknya lucu), penyajian makanan harus terhindar dari pencemaran contohnya dihinggapi lalat, saat menyajikan makanan untuk balita harus terlebih dahulu mencuci tangan, dalam penyajian makanan perhatikan tekstur makanan balita (lunak dank keras)agar mudah dikunyah balita. Hal ini sesuai dengan teori menurut Permenkes No304/Menkes/Per/IX/1989, persyaratan penyajian makanan adalah sebagai berikut : 1. Harus terhindar dari pencemaran, 2. Peralatan untuk penyajian harus terjaga kebersihannya, 3. Harus dijamah dan diwadahi dengan peralatan bersih, 4. Penyajian dilakukan dengan prilaku yang sehat dan pakaian yang bersih, 5. Penyajian makanan harus memenuhi persyaratan berikut : (ditempat yang bersih, meja ditutup dengan kain putih atau plastik, asbak tempat abu rokok setiap saat dibersikan, Peralatan makan dan minum yang telah dipakai paling lambat 5 menit sudah dicuci). Memberikan tekstur makanan yang tepat sama pentingnya dengan memberikan makanan pada saat yang tepat. Jika makanan terlalu kental atau kasar di saat yang tidak tepat, bayi akan kesulitan menelan dan mungkin tidak mau lagi menggunakan sendok. Semakin sering bayi dibolehkan mencoba
makanannya sendiri, semakin bersemangatlah ia mencoba cita rasa dan tekstur baru (Arif, 2009). Dari hasil penelitian dan teori maka peneliti berasumsi bahwa keragaman makanan anak setiap hari harus memenuhi kebutuhan akan makanan pokok, lauk-pauk, sayur, dan buah agar tidak terjadi masalah–masalah. Pada prinsipnya, setiap makanan yang disajikan, dari makanan pagi, siang dan malam, serta makanan selingan, harus terdiri atas makanan pokok, lauk-pauk, sayur dan buah, sehingga seluruh makanan akan memenuhi prinsip Gizi Seimbang. d. Kecukupan gizi balita Hasil penelitian yang dilakukan pada 33 responden di kelurahan dwikora Helvetia Medan mayoritas status gizi balita adalah cukup yaitu 70%. Agar tumbuh kembang balita optimal, kebutuhan gizinya harus terpenuhi. Dimana berat badan, tinggi badan, linglkar lengan, lingkar kepala harus sesuai dengan usianya. Pola makanannya juga harus mengandung gizi seimbang. Ragam makanannya pun harus disesuaikan dengan kebutuhan balita. Jangan sampai ketidak cukupan gizi balita menghalangi tumbuh kembangnya (Arif, 2010). Peran gizi dalam pembangunan kualitas sumber daya manusia telah dibuktikan dari berbagai penelitian. Gangguan gizi pada awal kehidupan memengaruhi kualitas kehidupan berikutnya. Gizi kurang pada balita tidak hanya memengaruhi gangguan pertumbuhan fisik, tetapi juga memengaruhi kualitas kecerdasan
dan perkembangan dimasa mendatang. Oleh karena itu, peran makanan yang bernilai gizi tinggi sangat penting seperti pada makanan yang mengandung energi, protein ( terutama protein hewani ), vitamin B komplek, vitamin C, vitamin A ), dan mineral (Ca, Fe, Yodium, Fosfor, Zn). Dari hasil penelitian dan teori maka peneliti berasumsi bahwa perhatian orangtua terhadap makanan yang diberikan kepada anak harus bisa meningkatkan selera makan anak. Pada umumnya anak-anak lebih menyukai makanan yang bervariasi, bentuk-bentuk makanan yang lucu dan berwarna-warni, lebih menyukai makan bersama teman sebayanya, kebutuhan gizi pada balita di antaranya energi, protein, lemak, air, hidrat arang, dan vitamin mineral. e. Uji statistik Spearman Pengetahuan Ibu Tentang Pemilihan Makanan Terhadap Kecukupan Gizi Balita Hasil penelitian diketahui bahwa 17 responden yang berpengetahuan baik 61% gizi cukup, 30% gizi kurang cukup. 9 responden yang berpengetahuan cukup 30% gizi kurang cukup dan 26% gizi cukup. 7 responden yang berpengetahuan kurang 40% gizi kurang cukup dan 13% gizi cukup. Dari hasil uji statistik Spearman dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0.05) diperoleh nilai p value = 0.064 atau nilai p>0.05. hal ini berarti bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang pemilihan makanan dengan kecukupan gizi balita
Balita atau anak bawah lima tahun merupakan anak kurang dari lima tahun sehingga bayi usia anak dibawah satu tahun juga termasuk dalam golongan ini. Namun, karena faal ( kerja alat tubuh semestinya ) bayi usia dibawah satu tahun berbeda dengan anak usia diatas satu tahun, banyak ilmuwan yang membedakannya. Anak usia 1-5 tahun dapat pula dikatakan mulai disapih atau selepas menyusu sampai dengan prasekolah. Sesuai dengan pertumbuhan badan dan perkembangan kecerdasannya, faal tubuhnya juga mengalami perkembangan sehingga jenis makanan dan cara pemberian makanan pun harus disesuaikan dengan keadaannya (Proverawati, 2010). Pengetahuan ibu tentang pemilihan dan penyajiaan makanan adalah hasil “tahu” ibu bagaimana memilih makanan yang sehat bagi balita (mengandung karbohidrat,protein,vitamin) dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap makanan.Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behaviour) (Notoadmodjo, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Sanjaya (2000) yang dikutip oleh Dewanti (2010) juga disebutkan bahwa sebagian anak dalam keluarga tertentu dengan sosial ekonomi rendah mempunyai daya adaptasi yang tinggi sehingga mampu tumbuh dan kembang, dan salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah pengetahuan ibu tentang gizi dan
kesehatan. Hal ini senada dengan yang dianggap oleh Berg (1986) yang dikutip oleh Dewanti (2010) bahwa sekalipun daya beli merupakan halangan yang utama, tetapi sebagian kekurangan gizi akan biasa diatasi kalau orang tua tau bagaimana seharusnya memanfaatkan segala sumber yang dimiliki. Dari hasil penelitian dan teori maka peneliti berasumsi bahwa pengetahuan ibu tentang pemilihan makanan adalah hasil “tahu” ibu bagaimana memilih makanan yang sehat bagi balita (mengandung karbohidrat,protein,vitamin). pemilihan makanan yang baik seperti makanan pokok, lauk-pauk, buahbuahan dan sayur-sayuran serta dengan pola makan dan jenis hidangan yang beraneka ragam dapat menjamin terpenuhinya kecukupan sumber gizi seseorang. f. Uji statistik Spearman Pengetahuan Ibu Tentang Penyajian Makanan Terhadap Kecukupan Gizi Balita Hasil penelitian diketahui bahwa 23 responden yang berpengetahuan baik 40% gizi kurang cukup, 82% gizi cukup. 4 responden yang berpengetahuan cukup 10%. gizi kurang cukup, 14% gizi cukup. Dan 6 responden yang berpengetahuan kurang 50% gizi kurang cukup, 4% gizi cukup. Dari hasil uji statistik Spearman dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0.05) diperoleh nilai p value = 0.005 atau nilai p=0.05. hal ini berarti bahwa ada hubungan antara pengatahuan ibu tentang penyajian
makanan dengan kecukupan gizi balita. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Maimonah (2009) mengenai Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Kebutuhan Gizi Pada Balita Di Kecamatan Ngronggot Kabupaten Nganjuk Kota Malang diperoleh dari 87 responden terdapat 61 orang (70%) mempunyai pengetahuan baik, 21 orang (24%) mempunyai pengetahuan cukup dan 5 orang (6%) mempunyai pengetahuan kurang. Hal ini dikarenakan ibu balita telah menerima informasi tentang kebutuhan gizi pada balita sewaktu kegiatan posyandu di Puskesmas dan dari media cetak maupun elektronik. Lestari Ningsih (dalam Nainggolan & Zuraida), 2000 mengatakan bahwa penyajiaan bahan makanan dan menu yang tepat untuk anak balita dalam meningkatkan status gizi balita akan terwujud bila ibu mempunyai tingkat pengetahuan yang baik. Seseorang yang hanya tamat SD belum tentu tidak mampu dalam menyusun makanan yang memenuhi persyaratan gizi untuk balitanya di banding orang yang memilki pendidikan yang lebih tinggi, karena bila ibu rajin mendengarkan informasi dan selalu turut serta dalam penyuluhan gizi tidak mustahil pengetahuan gizi si ibu akan bertambah dan menjadi lebih baik. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sanjaya (2000) yang dikutip oleh Dewanti (2010), menyebutkan bahwa sebagian anak dalam keluarga tertentu dengan sosial ekonomi rendah mempunyai daya adaptasi
yang tinggi sehingga mampu tumbuh dan kembang, dan salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah pengetahuan ibu tentang gizi dan kesehatan. Hal ini senada dengan yang dianggap oleh Berg (1986) yang dikutip oleh Dewanti (2010), bahwa sekalipun daya beli merupakan halangan yang utama, tetapi sebagian kekurangan gizi akan bisa di atasi kalau orang tua tahu bagaimana seharusnya memanfaatkan segala sumber yang dimiliki. Dari hasil penelitian dan teori maka peneliti berasumsi bahwa keragaman makanan anak setiap hari harus memenuhi kebutuhan akan makanan pokok, lauk-pauk, sayur, dan buah. Perhatian orangtua terhadap makanan yang diberikan kepada anak harus bisa meningkatkan selera makan anak. Pada umumnya anakanak lebih menyukai makanan yang bervariasi, bentuk-bentuk makanan yang lucu dan berwarna-warni, lebih menyukai makan bersama teman sebayanya. 2. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan penelitian ini adalah jumlah sampel yang digunakan peneliti belum homogen (usia balita yang berbeda-beda). Peneliti juga sulit memastikan status gizi balita karena tidak adanya standart alat ukur yang baku dalam penilaian statust gizi sehingga peneliti hanya mengidentifikasikan dengan menggunakan lembar antropometri dan kuisioner yang diberikan kepada orang tua dalam menilai aspek pengetahuan ibu dalam memilih dan menyajikan makanan balita.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan analisis statistik yang telah dilakukan dan pembahasan yang telah dikemukakan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa : 1. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada 33 responden mayoritas status gizi balita adalah cukup yaitu 70%. 2. Dari hasil uji statistik Spearman dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0.05) diperoleh nilai p value = 0.064 atau nilai p>0.05. hal ini berarti bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang pemilihan makanan dengan status gizi balita 3. Dari hasil uji statistik Spearman dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0.05) diperoleh nilai p value = 0.005 atau nilai p=0.05. hal ini berarti bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang penyajian makanan dengan status gizi balita . B. Saran 1. Pada Ibu Balita Bagi orang tua khususnya ibu yang mempunyai anak balita memahami pentingnya pemilihan makanan yang sehat, sperti buah dan sayur yg segar, warnanya cerah, mempunyai vitamin yang tinggi, serat yang tinggi, dan lauk pauk yang segar, warnanya cerah. Penyajianmakanan yang menarik yang menimbulkan selera makan anak yang tinggisehingga kecukupan gizi balita terpenuhi dan aktif ikut serta dalam kegiatan posyandu. 2. Bagi Tenaga Kesehatan di pustu buntubedimbar Kepada tenaga kesehatan seperti dokter, bidan, perawat di kelurahan dwikora untuk dapat memberikan arahan dan bimbingan kepada orang tua balita terkait pemilihan
danpenyajian makanan dengan kecukupan gizi pada balita sehingga Handono, Nugroho. 2010. Hubungan dapat terpenuhinya kecukupan Tingkat Pengetahuan pada Nutrisi, asupan gizi balita serta melakukan Pola Makan dan Energi Tingkat penyuluhan kepada ibu balita tentang Konsumsidengan Status Gizi Anak gizi Usia Lima Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Selogiri. KTI AKPER 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Giri Satria Husada Wonogiri Memilikijumlah sampel digunakan peneliti yang homogen (usia balita Hidayat, A. Aziz Alimul. 2009. Pengantar yang sama).Mempunyai pembahasan ilmu keperawatan 1. Jakarta: Tentangpemilihan dan penyajian Salemba Medika makanan yang berkaitan dengan kecukupan gizi dan kekurangan gizi. Irianto, Kus dan Kusno Waluyo. 2010. Gizi dan Pola Hidup Sehat. Edisi Revisi V. Bandung: CV. Yrama Widya DAFTAR PUSTAKA Adriani, Merryana dan Bambang Kurniasih, Dedeh dan Hilmansyah Hilman. Wirjatmadi. 2012. Peranan Gizi 2010. Sehat dan Bugar Berkat Gizi Dalam Siklus Kehidupan. Jakarta: Seimbang. Jakarta: PT Penerbitan Kencana Sarana Bobo Aliyatun, Siti. 2002. Analisis Faktor Yang Lawson, Margaret. 2008. Makanan Sehat Mempengaruhi Praktik Ibu Dalam Untuk Bayi dan Balita. Edisi Revisi Pemberian Makanan Bagi Anak II. Jakarta: Dian Rakyat BalitaBerstatus Gizi Kurang di Wilayah Puskesmas Bergas Maimonah, Munifatul. 2009. Gambaran Kabupaten Semarang. Tesis. Paska Pengetahuan Ibu Tentang Kebutuhan Sarjana UNDIP Gizi Balita di Wilayah Posyandu Kelurahan III Desa Ngronggot Arif, Nurhaeni. 2009. ASI dan Tumbuh Kabupaten Nganjuk.KTI.Jurusan Kembang Balita. Yogyakarta: Kebidanan Poltekes Malang. Medpress Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Maryunani, Anik. 2010. Ilmu Kesehatan Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Anak Dalam Kebidanan. Jakarta: Revisi VI. Jakarta: Rineka Cipta CV. Trans Info Media Dewanti.2010. Hubungan Pengetahuan Ibu Proverawati, Atikah dan Erna Kusuma Tentang Makanan Bergizi Terhadap Wati.2010. Ilmu Gizi Untuk Status Gizi Balita.Jurnal. Fakultas Keperawatan dan Gizi Ilmu Kesehatan Masyarakat USU Kesehatan.Yogyakarta: Nuha Medika Ellya, Eva. 2010. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: CV. Trans Info Media
Satyawati, Dr. Sp.A. 2012. Makanan Pendamping ASI (MPASI) Dapur Ibu. Jakarta: Dian Rakyat Umordin, Zamanhuri. 2011. Pemilihan dan Penyimpanan Makanan. Diunduh
dari http:// fsq.moh. gov. my / v3 / media / artikel – rencana / item / 310 pemilihan dan penyimpanan – makanan pada tanggal 19 april 2014 pukul 22:03