UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 JL. IR. H. JUANDA NO. 30, BOGOR PERIODE 03 MARET – 12 APRIL 2014
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
RANI WULANDARI, S.Farm 1306344103
ANGKATAN LXXVIII
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2014
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 JL. IR. H. JUANDA NO. 30, BOGOR PERIODE 03 MARET – 12 APRIL 2014
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
RANI WULANDARI, S.Farm 1306344103
ANGKATAN LXXVIII
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2014
ii
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
iii
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
iv
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
v
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas akhir pada Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma No. 7, Jl. Ir. H. Juanda No.30, Periode 3 Maret – 12 April 2014. Pelaksanaan PKPA di Apotek menjadi sangat penting bagi mahasiswa Profesi Apoteker agar dapat mempelajari dan memahami berbagai peran apoteker di apotek. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mencapai kelulusan pada Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UI. Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan hingga penyusunan laporan ini, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Dr. Mahdi Jufri, M.Si,selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.
2.
Dr. Hayun, MSi, selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia yang telah memberikan dukungan dan motivasi selama penulis menempuh pendidikan di Farmasi UI.
3.
Drs. Medy Hidayat, Apt. selaku Apoteker Pengelola Apotek Kimia Farma No.7
dan pembimbing penulis
atas saran dan ilmu pengetahuan yang
diberikan selama pelaksanaan hingga penyusunan laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker. 4.
Dr. Arry Yanuar, M. Si. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama
Praktek Kerja Profesi Apoteker
berlangsung hingga
penyusunan laporan akhir. 5.
Bapak Evan dan Ibu Anisa selaku Apoteker Pendamping Apotek Kimia Farma No.7
atas saran dan ilmu pengetahuan yang diberikan selama
pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker 6.
Ibu Fitri dan Ibu Tuti, selaku Supervisor Apotek Kimia Farma No.7 atas saran dan ilmu pengetahuan yang diberikan selama pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker.
vi
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
7.
Seluruh karyawan di Apotek Kimia Farma No.7, yang tidak dapat disebutkan satu persatu
atas pengarahan, ilmu pengetahuan, dan dukungan
selama
pelaksanaan hingga penyusunan laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker. 8.
Seluruh staf pengajar dan tata usaha Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UI yang telah banyak memberikan bekal ilmu, berbagi pengalaman, dan pengetahuan kepada penulis selama masa studi di Fakultas Farmasi.
9.
Seluruh teman-teman Apoteker UI angkatan 78 yang telah mendukung dan bekerja sama selama perkuliahan hingga pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker.
10. Dan akhirnya, tak henti penulis mengucap syukur dan berterima kasih kepada keluarga yang telah memberikan dukungan moral dan material yang tidak terhingga kepada penulis. 11. Semua pihak yang turut membantu dan memberikan dukungan selama penulis melaksanakan
Praktek Kerja Profesi Apoteker dan penyusunan
laporan yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun dan dapat memacu penulis untuk berkarya lebih baik dimasa yang akan datang. Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, dan dapat memberikan kontribusi ilmu pengetahuan bagi semua pihak.
Penulis 2014
vii
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
viii
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
ABSTRAK
Nama NPM Program Studi Judul
: Rani Wulandari, S. Farm : 1306344103 : Profesi Apoteker : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma No. 07, Jln Ir. H. Juanda No. 30 Bogor Periode 3 Maret – 12 April 2014
Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma No. 07 bertujuan untuk mengetahui gambaran umum kegiatan pelayanan kefarmasian, peran dan fungsi apoteker baik teknis maupun non-teknis kefarmasian serta aspek managerial. Tugas khusus yang diberikan berjudul penyakit rematik; analisis resep; dan analisis service level oleh distribution center business management terhadap enam produk pareto di apotek Kimia Farma No. 07. Tujuan dari tugas khusus ini adalah untuk mengkaji lebih dalam mengenai penyakit rematik yang meliputi definisi, etiologi, patofisiologi, klasifikasi, diagnosa dan pemeriksaan laboratorium serta terapi farmakologi dan nonfarmakologi; menganalisa kelengkapan resep; dan mengetahui pemenuhan service level enam produk pareto di Apotek Kimia Farma No. 07 periode maret 2014.
Kata kunci
: Apotek Kimia Farma; Apotek; Rematik; Analisa Resep; Service Level Tugas umum : xv + 81 halaman; 18 lampiran Tugas khusus I : v + 46 halaman Tugas khusus II : iv + 52 halaman Tugas khusus III : vi + 7 halaman Daftar Acuan Tugas Umum : 15 (1978-2011) Daftar Acuan Tugas Khusus : 9 (2002-2014)
ix
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
ABSTRACT
Name NPM Program Study Title
: Rani Wulandari, S. Farm : 1306344103 : Apothecary profession : Pharmacist Internship Program at Apotek Kimia Farma No. 07, Jalan Ir. H. Juanda No.. 30 Bogor period March 3rd - April 12th
Pharmacists Professional Practice at Apotek Kimia Farma No. 07 aims to describe the general activities of pharmacy services, roles and functions of pharmacists both technical and non-technical pharmacy and managerial aspects. Given a special task called rheumatic diseases; analysis of prescription; and analysis by distribution center service level management business of six pareto products in Apotek Kimia Farma No. 07. The purpose of this special task is to examine more deeply about rheumatic diseases that includes definition, etiology, pathophysiology, classification, diagnosis and laboratory tests as well as pharmacological and non-pharmacological therapies; analyze the completeness of prescription; and determine compliance with service level six pareto products in Apotek Kimia Farma. No. 07 period March 2014.
Keywords: Apotek Kimia Farma ; Apotek; rheumatism; predcription analysis; service level General Assignment : xv + 81 pages; 18 appendices Specific Assignment I : v + 46 pages Specific Assignment II: iv + 52 pages Specific Assignment III: vi + 7 pages General Assignment References: 15 (1978-2011) Specific Assignment References: 9 (2002-2014)
x
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ......................................................................................... i HALAMAN JUDUL ............................................................................................ ii SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME .......................................... iii HAKAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................ iv HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. v KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi HALAMAN PERSETUJUAN PUBILKASI ILMIAH ...................................... viii ABSTRAK ............................................................................................................. ix ABSTRACT ........................................................................................................... x DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xiii DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiv DAFTAR TABEL .................................................................................................. xv 1. PENDAHULUAN ............................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1 1.2 Tujuan ............................................................................................................ 2 2. TINJAUAN UMUM APOTEK ......................................................................... 3 2.1 Definisi Apotek ........................................................................................... 3 2.2 Landasan Hukum Apotek .............................................................................. 3 2.3 Tugas dan Fungsi Apotek .............................................................................. 4 2.4 Tata Cara Perizinan Apotek ......................................................................... 4 2.5 Persyaratan Apotek........................................................................................ 6 2.6 Pencabutan Izin Apotek................................................................................. 8 2.7 Tenaga Kerja Apotek..................................................................................... 9 2.8 Apoteker Pengelola Apotek........................................................................... 11 2.9 Pengalihan Tanggung Jawab Apoteker ......................................................... 12 2.10 Pengelolaan Apotek ..................................................................................... 13 2.11 Pelayanan Kefarmasian di Apotek .............................................................. 14 2.12 Sediaan Farmasi .......................................................................................... 17 2.13 Pengelolaan Narkotika ............................................................................... 19 2.14 Pengelolaan Psikotropika ............................................................................ 23 2.15 Pelayanan Obat Wajib Apotek (OWA) ....................................................... 25 2.16 Pelayanan Swamedikasi .............................................................................. 27 3. TINJAUAN UMUM PT. KIMIA FARMA (Persero), TbK32 ...................... 31 3.1 Sejarah PT. Kimia Farma (Persero), Tbk .................................................... 31 3.2 Sejarah PT. Kimia Farma Apotek ................................................................ 32 3.3 Visi dan Misi PT. Kimia Farma (Persero), Tbk .......................................... 33 3.4 Tujuan dan Fungsi PT. Kimia Farma (Persero), Tbk .................................. 34 3.4 Budaya Perusahaan ..................................................................................... 34 3.5 Struktur Organisasi Perusahaan .................................................................. 35 4. TINJAUAN KHUSUS APOTEK KIMIA FARMA NOMOR 7 .................... 36 4.1 Lokasi Apotek ............................................................................................. 36 4.2 Ruang Apotek .............................................................................................. 36 4.3 Struktur Organisasi ....................................................................................... 38 4.4 Tugas dan Fungsi Tenaga Kerja Apotek ...................................................... 38 xi
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
4.5 Kegiatan Apotek ........................................................................................... 40 5. PEMBAHASAN ................................................................................................. 45 6. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 55 6.1 Kesimpulan ................................................................................................ 55 6.2 Saran ........................................................................................................... 55 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 56 LAMPIRAN ........................................................................................................... 58
xii
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Penandaan Obat Bebas.............................................................. 17 Gambar 2.2. Penandaan Obat Bebas Terbatas……...................................... 17 Gambar 2.3 Label Peringatan....................................................................... 18 Gambar 2.4. Penadaan Obat Keras................................................................ 19 Gambar 2.5. Penandaan Obat Narkotika........................................................19
xiii
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6. Lampiran 7. Lampiran 8. Lampiran 9. Lampiran 10. Lampiran 11. Lampiran 12. Lampiran 13. Lampiran 14. Lampiran 15. Lampiran 16. Lampiran 17. Lampiran 18.
Contoh Formulir APT-1 ........................................................... Contoh Formulir APT-2............................................................ Contoh Formulir APT-3............................................................ Contoh Formulir APT-4............................................................ Contoh Formulir APT-5............................................................ Contoh Formulir APT-6............................................................ Contoh Formulir APT-7............................................................ Surat Pesanan Barang................................................................ Form Dropping Barang Dari Gudang (Dcs) Ke Apotek........... Formulir Serah Terima Barang Dcs............................................. Bon Permintaan Barang Apotek................................................ Kartu/ Buku Stok Obat ............................................................. Alur Pelayanan Resep................................................................ Salinan/ Copy Resep.................................................................. Etiket Obat................................................................................. Label Obat ................................................................................. Kemasan Obat ........................................................................... LIPH...........................................................................................
xiv
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
59 60 61 65 66 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Kelas Kebersihan Berdasarkan Jumlah Partikulat Udara yang Diperbolehkan ....................................................................................10 Tabel 3.1. Pengambilan Contoh Bahan Kemas ...................................................75 Tabel 3.2. Perbedaan n1 dan n2 ..........................................................................76
xv
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pekerjaan kefarmasian menurut UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 yaitu meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan sesuai
dengan
ketentuan
peraturan
perundang-undangan.
Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan RI No.1027/Menkes/SK/IX/2004, apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Apotek dalam perannya sebagai salah satu satu sarana penunjang kesehatan dalam mewujudkan upaya kesehatan yang dilaksanakan oleh pemerintah, menjadi sarana distribusi obat dan perbekalan farmasi yang aman, bermutu, berkhasiat serta terjangkau harganya oleh masyarakat luas. Apotek juga berperan sebagai sarana pemberian informasi obat kepada masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya sehingga kedua pihak tersebut mendapatkan pengetahuan yang benar tentang obat dan turut meningkatkan penggunaan obat yang rasional (Departemen Kesehatan RI, 2004). Selain sebagai tempat dilakukannya tugas profesional, apotek juga merupakan suatu tempat bisnis. Oleh karena itu, apoteker juga berperan dalam hal manajerial dan retailer, sehingga apotek mampu berjalan dengan baik dan memperoleh keuntungan. Apoteker merupakan profesi yang diberi wewenang untuk mengatur, mengawasi dan melaksanakan segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan teknis kefarmasian maupun non teknis kefarmasian. Dalam menjalankan perannya di apotek, apoteker dituntut untuk bekerja secara profesional. Dalam hal ini, apoteker harus memahami pengelolaan perbekalan farmasi apotek, manajemen apotek serta pelayanan kefarmasian dengan patient-oriented. Mengingat akan pentingnya hal tersebut dan upaya untuk meningkatkan kompetensi apoteker di apotek, maka Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi 1 Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
2
UI bekerja sama dengan Apotek Kimia Farma dalam menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker dari tanggal 3 Maret – 12 April 2014. Praktek Kerja Profesi Apoteker ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman calon apoteker mengenai peranan, kegiatan manajerial serta pelayanan kefarmasian di apotek dengan mengikuti kegiatan yang ada di apotek.
1.2 Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma No. 7 bertujuan agar mahasiswa: a.
Mengetahui gambaran umum kegiatan pelayanan kefarmasian di apotek.
b.
Mengetahui secara langsung bagaimana peran dan fungsi apoteker di apotek, baik dalam aspek pengelolaan teknis kefarmasian maupun non teknis kefarmasian di apotek.
c.
Mengetahui peran dan fungsi apoteker di apotek terutama dalam aspek managerial yang mencakup pengelolaan sumber daya manusia kesehatan, pengelolaan perbekalan farmasi dan perbekalan kesehatan, pengelolaan administrasi keuangan apotek.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
BAB 2 TINJAUAN UMUM APOTEK
2.1 Definisi Apotek Pengertian apotek berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Yang dimaksud dengan sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika, sedangkan perbekalan kesehatan adalah semua bahan selain obat dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh apoteker. Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional. Pelayanan kefarmasian merupakan suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan tujuan untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
2.2 Landasan Hukum Apotek Apotek sebagai tempat menjalankan praktik kefarmasian memiliki landasan hukum yang diatur dalam : a. Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. b. Undang-Undang Republik Indonesia No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. c. Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. d. Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No.
889/MENKES/PER/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. 3
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
4
e. Peraturan
Menteri
Kesehatan
No.
922/MENKES/PER/X/1993
tentang
Kententuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. f. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1027/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek g. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MENKES/SK/X/2003 tentang perubahan
atas
Peraturan
Menteri
Kesehatan
RI
No.922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. h. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. i. Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1980 tentang perubahan atas PP No.26 Tahun 1965 tentang Apotek.
2.3 Tugas dan Fungsi Apotek Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1980 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1965 tentang tugas dan fungsi apotek adalah sebagai berikut: a. Tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan. b. Sarana
farmasi
yang
melaksanakan
peracikan,
pengubahan
bentuk,
pencampuran, dan penyerahan obat atau bahan obat. c. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata.
2.4. Tata Cara Perizinan Apotek Surat Izin Apotek atau SIA adalah surat izin yang diberikan oleh Menteri kepada Apoteker atau Apoteker yang bekerja sama dengan pemilik sarana untuk menyelenggarakan Apotek di suatu tempat. Sebelum melaksanakan kegiatannya, Apoteker Pengelola Apotek wajib memiliki Surat Izin Apotek. Izin apotek berlaku untuk seterusnya selama Apotek yang bersangkutan masih aktif melakukan kegiatan dan Apoteker Pengelola Apotek dapat melaksanakan pekerjaannya dan masih memenuhi persyaratan. Menteri melimpahkan wewenang pemberian izin apotek kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota. Kepala Dinas Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
5
Kesehatan Kabupaten/Kota selanjutnya wajib melaporkan pelaksanaan pemberian izin, pembekuan izin, pencairan izin, dan pencabutan izin apotek sekali setahun kepada Menteri dan tembusan disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi. Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri KesehatanRepublik Indonesia No. 992/MENKES/SK/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek pasal 7, tata cara pemberian izin apotek adalah sebagai berikut: a. Permohonan
izin
apotek
diajukan
kepada
Kepala
Dinas
Kesehatan
Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-1 (Lampiran 1). b. Dengan menggunakan Formulir APT-2 (Lampiran 2) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan apotek melakukan kegiatan. c. Tim
Dinas
Kesehatan
Kabupaten/Kota
atau
Kepala
Balai
POM
selambatlambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat dengan menggunakan contoh Formulir APT-3 (Lampiran 3). d. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan (3) tidak dilaksanakan, Apoteker Pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Propinsi dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-4 (Lampiran 4). e. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (3) atau pernyataan ayat (4) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan Surat Izin Apotek dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-5 (Lampiran 5). f. Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM dimaksud ayat (3) masih belum memenuhi syarat, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu 12 (dua belas) hari Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
6
kerja mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-6 (Lampiran 6). g. Terhadap Surat Penundaan, sebagaimana dimaksudApoteker diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal Surat Penundaan. Dalam hal Apoteker menggunakan sarana pihak lain maka penggunaan sarana dimaksud wajib didasarkan atas perjanjian kerja sama antara Apoteker dan pemilik sarana. Pemilik sarana dimaksud harus memenuhi persyaratan tidak pernah terlibat dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang obat sebagaimana dinyatakan dalam Surat Pernyataan yang bersangkutan. Selain itu apabila terhadap permohonan izin apotek yang ternyata tidak memenuhi persyaratan atau lokasi yang tidak sesuai dengan permohonan, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam jangka waktu selambat-lambatnya 12 (dua belas) hari kerja wajib mengeluarkan Surat Penolakan disertai dengan alasanalasannya dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-7 (Lampiran 7).
2.5. Persyaratan Apotek Persyaratan apotek berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan RI No.922/MENKES/PER/X/1993 pasal 6 yaitu : a. Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker atau apoteker yang bekerja sama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat, perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan perbekalan lain yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain. b. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan komoditi lain di luar sediaan farmasi. c. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lain di luar sediaan farmasi. Sebuah apotek yang akan didirikan harus memenuhi sejumlah persyaratan seperti bangunan dan kelengkapannya, perlengkapan kerja, perlengkapan adminsitrasi.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
7
2.5.1
Persyaratan Bangunan dan Kelengkapannya
Bangunan apotek hendaknya memiliki ruang tunggu pasien, ruang peracikan, dan penyerahan obat, ruang administrasi dan ruang kerja apoteker, serta toilet Bangunan apotek perlu dilengkapi dengan sumber air yang memenuhi syarat kesehatan, sumber penerangan yang memadai, alat pemadam, ventilasi, sanitasi, papan nama bertuliskasn nama APA, nomor SIA, alamat apotek dan nomor telpon, serta billboard nama apotek.
2.5.2
Persyaratan Perlengkapan Kerja
Perlengkapan kerja yang harus dimiliki apotek meliputi: a. Alat pengolahan atau peracikan, seperti batang pengaduk, cawan penguap, corong, gelas ukur, kompor/ pemanas, labu erlenmeyer, mortar-alu, penangas air, panci, spatel logam, spatel tanduk, spatel gelas, spatel porselen, termometer skala 100ºC, serta timbangan mg atau g ditambah anak timbangan (ditera). b. Wadah berupa pot / botol, kertas perkamen, klip, dan kantong plastik serta etiket (putih dan biru). c. Tempat penyimpanan: lemari/ rak obat, lemari narkotika, lemari psikotropika, kulkas, dan lemari bahan berbahaya.
2.5.3
Persyaratan Perlengkapan Administrasi
Perlengkapan administrasi seperti blanko surat pemesanan, faktur penjualan, nota penjualan, salinan resep, serta blanko laporan narkotika dan psikotropika; buku catatan pembelian dan catatan penjualan, catatan narkotika dan psikotropika, catatan racun dan bahan berbahaya, serta kartu stok obat.
2.5.4
Persyaratan Kelengkapan Buku Pedoman
Kelengkapan buku-buku yang tersedia di apotek: a. Buku standar yang wajib: Farmakope edisi IV 1995 dan kumpulan peraturan / UU; b.
Buku lainnya: IMMS, ISO, Farmakologi dan terapi
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
8
2.5.5
Persyaratan Tenaga Kerja
Daftar tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan operasional apotek meliputi: a. Daftar tenaga farmasi: nama APA, nama apoteker pendamping, dan nama asisten apoteker; b. Daftar tenaga non farmasi: Petugas administrasi, petugas juru resep dan keamanan.
2.6 Pencabutan Izin Apotek Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek pasal 25, Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten dapat mencabut Surat Izin apotek apabila: a. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai APA. b. Apoteker tidak lagi memenuhi kewajibannya untuk menyediakan, menyimpan dan menyerahkan sediaan farmasi yang bermutu baik dan keabsahannya terjamin. c. APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari dua tahun secara terus menerus. d. Terjadi pelanggaran terhadap Undang-Undang tentang Narkotika, UndangUndang Obat Keras, dan Undang-Undang tentang Kesehatan. e. Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) APA dicabut. f. Pemilik Sarana Apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran perundangundangan di bidang obat. g. Apotek tidak dapat lagi memenuhi persyaratan untuk memperoleh izin apotek. Pelaksanaan
pencabutan
surat
izin
apotek
dilaksanakan
setelah
dikeluarkan: a. Peringatan secara tertulis kepada APA sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 2 (dua) bulan. b. Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 (enam) bulan sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan Apotek. Pembekuan Izin Apotek sebagaimana dimaksud dalam huruf (b) di atas, dapat dicairkan kembali apabila apotek telah membuktikan memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan. Pencairan Izin Apotek yang dimaksud Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
9
dilakukan setelah menerima laporan pemeriksaan dari Tim Pemeriksaan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat. Keputusan Pencabutan Izin Apotek oleh Kepala Kantor wilayah disampaikan langsung kepada yang bersangkutan dengan tembusan Direktur Jendral dan Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan setempat. Apabila Surat Izin Apotek dicabut, Apoteker Pengelola Apotek atau Apoteker Pengganti wajib mengamankan perbekalan farmasi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengamanan yang dimaksud wajib mengikuti tata cara sebagai berikut : a. Dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotika, obat keras tertentu, dan obat lain serta seluruh resep yang tersedia di apotek. b. Narkotika, psikotropika dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang tertutup dan terkunci. c. Apoteker Pengelola Apotek wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala Wilayah Kantor Kementeriaan Kesehatan atau petugas yang diberi wewenang olehnya, tentang penghentian kegiatan disertai laporan inventarisasi yang dimaksud dalam huruf (a).
2.7 Tenaga Kerja Apotek Berdasarkan Permenkes RI No. 1322/Menkes/SK/X/2002 pasal 1, tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan operasional apotek terdiri dari: a. Apoteker Pengelola Apotek (APA), yaitu apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek (SIA). b. Apoteker Pendamping, yaitu apoteker yang bekerja di apotek di samping Apoteker Pengelola Apotek (APA) dan/atau menggantikan pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek. c. Asisten
Apoteker
adalah
mereka
yang
berdasarkan
peraturan
perundangundangan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai Asisten Apoteker di bawah pengwasan apoteker. Tenaga lainnya yang diperlukan untuk mendukung kegiatan di apotek terdiri dari : a. Juru resep adalah petugas yang membantu pekerjaan Asisten Apoteker.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
10
b. Kasir adalah petugas yang bertugas menerima uang dan mencatat pemasukan serta pengeluaran uang. c. Pegawai tata usaha adalah petugas yang melaksanakan administrasi apotek dan membuat laporan pembelian, penjualan, penyimpanan dan keuangan apotek. Fungsi dan tugas apoteker sesuai dengan kompetensi apoteker di apotek menurut WHO (World Health Organization) dikenal dengan Nine Stars Pharmacist, yaitu: a. Care giver, artinya Apoteker dapat memberi pelayanan kepada pasien, memberi informasi obat kepada masyarakat dan kepada tenaga kesehatan lainnya. b. Decision maker, artinya Apoteker mampu mengambil keputusan, tidak hanya mampu mengambil keputusan dalam hal manajerial namun harus mampu mengambil keputusan terbaik terkait dengan pelayanan kepada pasien c. Communicator, artinya Apoteker mampu berkomunikasi dengan baik dengan pihak ekstern (pasien atau customer) dan pihak intern (tenaga profesional kesehatan lainnya). d. Leader, artinya Apoteker mampu menjadi seorang pemimpin di apotek. Sebagai seorang pemimpin, Apoteker merupakan orang yang terdepan di apotek, bertanggung jawab dalam pengelolaan apotek mulai dari manajemen pengadaan, pelayanan, administrasi, manajemen SDM serta bertanggung jawab penuh dalam kelangsungan hidup apotek. e. Manager, artinya Apoteker mampu mengelola apotek dengan baik dalam hal pelayanan, pengelolaan manajemen apotek, pengelolaan tenaga kerja dan administrasi keuangan. Untuk itu Apoteker harus mempunyai kemampuan manajerial yang baik, yaitu keahlian dalam menjalankan prinsip-prinsip ilmu manajemen. f. Life long learner, artinya Apoteker harus terus-menerus menggali ilmu pengetahuan, senantiasa belajar, menambah pengetahuan dan keterampilannya serta mampu mengembangkan kualitas diri. g. Teacher, artinya Apoteker harus mampu menjadi guru, pembimbing bagi stafnya, harus mau meningkatkan kompetensinya, harus mau menekuni profesinya, tidak hanya berperan sebagai orang yang tahu saja, tapi harus dapat melaksanakan profesinya tersebut dengan baik. Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
11
h. Researcher, artinya Apoteker berperan serta dalam berbagai penelitian guna mengembangkan ilmu kefarmasiannya. i. Entrepreneur, artinya seorang farmasi/apoteker diharapkan terjun menjadi wirausaha
dalam
mengembangkan
kemandirian
serta
membantu
mensejahterakan masyarakat. misalnya dengan mendirikan perusahaan obat, kosmetik, makanan, minuman, alat kesehatan, baik skala kecil maupun skala besar, mendirikan apotek, serta bisnis tanaman obat dan lai lainnya
2.8 Apoteker Pengelola Apotek Kepmenkes RI No. 1332/MENKES/SK/X/2002 menjelaskan apoteker adalah Sarjana Farmasi yang telah lulus dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker, mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai Apoteker. APA adalah apoteker yang telah diberi SIA. Dalam mengajukan berkas permohonan SIA, ada beberapa persyaratan yang perlu dipenuhi seorang apoteker untuk kemudian menjadi APA: a. Ijazahnya telah terdaftar pada Departemen Kesehatan b. Telah mengucapkan Sumpah/Janji sebagai Apoteker c. Memiliki Surat Izin Kerja dari Menteri d. Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksanakan tugasnya sebagai Apoteker. e. Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi dan tidak menjadi Apoteker Pengelola Apotek di Apotek lain. Setiap Tenaga Kefarmasian yang melaksanakan Pekerjaan Kefarmasian di Indonesia wajib memiliki surat izin sesuai tempat Tenaga Kefarmasian bekerja. Surat izin bagi apoteker yang melakukan Pekerjaan Kefarmasian di Apotek, puskesmas atau instalasi farmasi rumah sakit (IFRS) disebut SIPA. Seorang apoteker yang telah memiliki SIPA dapat melaksanakan praktik di 1 (satu) Apotik, atau puskesmas atau IFRS. SIPA bagi Apoteker penanggung jawab di fasilitas pelayanan kefarmasian atau SIKA hanya diberikan untuk 1 (satu) tempat fasilitas kefarmasian.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
12
Untuk memperoleh SIPA, berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 889/MENKES/PER/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian, Apoteker mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilaksanakan dengan melampirkan: a. Fotokopi Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) yang dilegalisir oleh KFN; b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktik profesi atau surat keterangan dari pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian yang memiliki izin; c. Surat rekomendasi dari organisasi profesi; dan d. Pas foto berwarna ukuran 4x6 sebanyak 2(dua) lembar dan 3 x 4 sebanyak 2 (dua) lembar. Surat Tanda Registrasi (STRA) merupakan bukti tertulis yang diberikan oleh Menteri kepada Apoteker yang telah diregistrasi. STRA berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu lima tahun selama masih memenuhi persyaratan. Untuk memperoleh STRA, Apoteker harus memenuhi persyaratan: a. Memiliki ijazah Apoteker. b. Memiliki sertifikat kompetensi profesi. c. Memiliki surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji Apoteker. d. Memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki surat izin praktik. e. Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi.
2.9 Pengalihan Tanggung Jawab Apoteker Pengelola Apotek Pengalihan tanggung jawab apoteker diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MenKes/SK/X/2002 (Pasal 19 dan 24) yaitu : a. Apabila Apoteker Pengelola Apotek (APA) berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka apotek, APA harus menunjuk apoteker pendamping. b. Apabila APA dan Apoteker pendamping karena hal-hal tertentu berhalangan melakukan tugasnya, APA menunjuk apoteker pengganti. Apoteker pengganti adalah apoteker yang menggantikan APA selama APA tersebut tidak berada di Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
13
tempat lebih dari 3 (tiga) bulan secara terus-menerus, telah memiliki SIPA, dan tidak bertindak sebagai APA di apotek lain. c. Penunjukkan Apoteker Pendamping dan Apoteker Pengganti harus dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat d. Apoteker Pendamping dan Apoteker Pengganti wajib memenuhi persyaratan sebagaimana Apoteker Pengelola Apotek. e. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 (dua) tahun secara terus-menerus, SIA atas nama Apoteker bersangkutan dicabut. Pada setiap pengalihan tanggung jawab pengelolaan kefarmasian yang disebabkan karena penggantian Apoteker Pengelola Apotek kepada Apoteker Pengganti wajib dilakukan serah terima resep, narkotika, obat dan perbekalan farmasi
lainnya
serta
kunci-kunci
tempat
penyimpanan
narkotika
dan
psikotropika. Pada serah terima tersebut wajib dibuat berita acara serah terima sesuai dengan bentuk yang telah ditentukan dalam rangkap empat yang ditanda tangani oleh kedua belah pihak, yang melakukan serah terima. Apabila APA meninggal dunia, dalam jangka waktu dua kali dua puluh empat jam, ahli waris APA wajib melaporkan kejadian tersebut secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Apabila pada apotek tersebut tidak terdapat apoteker pendamping, pelaporan oleh ahli waris wajib disertai penyerahan resep, narkotika, psikotropika, obat keras, dan kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika. Pada penyerahan resep, narkotika, psikotropika dan obat keras serta kunci tersebut, dibuat berita acara serah terima dengan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.
2.10 Pengelolaan Apotek Pengelolaan Apotek adalah seluruh upaya dan kegiatan Apoteker untuk melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan apotek.Pengelolaan apotek dapat dibagi menjadi dua, yaitu pengelolaan teknis farmasi dan pengelolaan non teknis farmasi. 2.10.1 Pengelolaan Teknis Kefarmasian a. Pembuatan, pengelolaan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan, dan penyerahan obat atau bahan obat. Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
14
b. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran, penyerahan perbekalan farmasi lainnya. c. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi yang meliputi pelayanan infomasi mengenai perbekalan farmasi lainnya yang diberikan baik kepada dokter, tenaga kesehatan lainnya, maupun kepada masyarakat serta pengamatan dan pelaporan mengenai khasiat, keamanan, bahaya dan/atau mutu obat serta perbekalan farmasi lainnya.
2.10.2 Pengelolaan Non Teknis Kefarmasian Pengelolaan non teknis kefarmasian meliputi semua kegiatan administrasi keuangan, personalia, pelayanan komoditi selain perbekalan farmasi dan bidang lainnya yang berhubungan dengan fungsi apotek. Agar dapat mengelola apotek dengan baik dan benar, seorang APA dituntut untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan memadai yang tidak hanya dalam bidang farmasi tetapi juga dalam bidang lain seperti manajemen. Prinsip dasar manajemen yang perlu diketahui oleh seorang APA dalam mengelola apoteknya adalah : a. Perencanaan, yaitu pemilihan dan penghubungan fakta serta penggunaan asumsi untuk masa yang akan datang dengan jalan menggambarkan dan merumuskan kegiatan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. b. Pengorganisasian, yaitu menyusun atau mengatur bagian-bagian yang berhubungan satu dengan lainnya, dimana tiap bagian mempunyai suatu tugas khusus dan berhubungan secara keseluruhan. c. Kepemimpinan, yaitu kegiatan untuk mempengaruhi dan memotivasi pegawainya agar berusaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. d. Pengawasan, yaitu tindakan untuk mengetahui hasil pelaksanaan untuk kemudian dilakukan perbaikan dalam pelaksanaan kerja agar segala kegiata sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sehingga tujuan yang diingkan dapat tercapai.
2.11 Pelayanan Kefarmasian di Apotek Berdasarkan
Keputusan
Menteri
Kesehatan
RI
Nomor
1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
15
Pelayanan Kefarmasian (Pharmaceutical care) adalah bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari obat ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care).Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi, sekarang menjadi pelayanan yang komprehensif dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien.Pelayanan kefarmasian terdiri dari pelayanan resep, pemberian informasi obat, konseling, pemantauan penggunaan obat, promosi dan edukasi, serta Pelayanan Residensial (Home Care).
2.11.1 Pelayanan Resep a. Skrining resep Apoteker melakukan skrining resep meliputi persyaratan administratif (nama, SIP, dan alamat dokter, tanggal penulisan resep, tanda tangan/paraf dokter penulis resep, nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien), kesesuaian farmasetik (bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian), pertimbangan klinis (adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain). Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya bila perlu menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan. b. Penyiapan obat Penyiapan obat terdiri dari peracikan, penulisan etiket, pengemasan, serta penyerahan obat. Peracikan merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas dan memberikan etiket pada wadah. Dalam melaksanakan peracikan obat harus dibuat suatu prosedur tetap dengan memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat serta penulisan etiket yang benar. Penulisan etiket harus jelas dan dapat dibaca. Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok sehingga terjaga kualitasnya. Sebelum obat diserahkan pada pasien, harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dan resep.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
16
Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien.
2.11.2 Pemberian Informasi Obat Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi.
2.11.3 Konseling Konseling adalah suatu proses komunikasi dua arah yang sistematik antara apoteker dan pasien untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan obat dan pengobatan. Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan salah sediaan farmasi atau perbekalan
kesehatan
lainnya.Untuk
penderita
penyakit
tertentu
seperti
kardiovaskular, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya, apoteker harus memberikan konseling secara berkelanjutan.
2.11.4 Pemantauan Penggunaan Obat Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan pemantauan penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu seperti penyakit jantung, diabetes, TBC, asma dan penyakit kronis lainnya.Pemantauan dilakukan terhadap khasiat obat serta efek samping yang kemungkinan dapat terjadi.
2.11.5 Promosi dan Edukasi Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, apoteker harus berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu diseminasi informasi, antara lain dengan penyebaran leaflet / brosur, poster, penyuluhan dan lain-lain. Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
17
2.11.6 Pelayanan Residensial (Home Care) Pelayanan residensial (Home Care) adalah pelayanan apoteker sebagai care giver dalam pelayanan kefarmasian di rumah-rumah khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan terapi kronis lainnya. Untuk aktivitas ini apoteker harus membuat catatan berupa catatan pengobatan (medication record).
2.12 Sediaan Farmasi Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetik. Untuk menjaga keamanan penggunaan obat oleh masyarakat, maka pemerintah menggolongkan obat menjadi obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, serta narkotik dan psikotropik. 2.12.1 Obat bebas Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter. Tanda khusus yang terdapat pada obat bebas adalah lingkaran bulat berwarna hijau dengan garis tepi hitam. Contoh Parasetamol
Gambar 2.1. Penandaan obat bebas
2.12.2 Obat bebas terbatas Obat bebas terbatas adalah yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan. Tanda khusus yang terdapat obat bebas terbatas adalah lingkaran bulat berwarna biru dengan garis tepi hitam (Gambar 2.3). Contoh CTM.
Gambar 2.2. Penandaan obat bebas terbatas Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
18
Gambar 2.3. Berbagai label peringatan
Tanda peringatan pada obat bebeas terbatas berbentuk kotak hitam dengan huruf putih didalamnya (Gambar 2.3). Tanda peringatan tersebut berupa: a. Tanda P no. 1 Awas! Obat Keras. Bacalah aturan memakainya. Contoh: Stopcold® dan Inza® b. Tanda P no. 2 Awas! Obat Keras. Hanya untuk kumur, jangan ditelan. Contoh: Betadine gargle® dan Listerin® c. Tanda P no. 3 Awas! Obat Keras. Hanya untuk bagian luar badan. Contoh: Canesten® dan Rivanol® d. Tanda P no. 4 Awas! Obat Keras. Hanya untuk dibakar. Contoh: Sigaret astma e. Tanda P no. 5 Awas! Obat Keras. Tidak boleh ditelan. Contoh: Suppositoria untuk laksatif f. Tanda P no. 6 Awas! Obat Keras.Obat wasir, jangan ditelan. Contoh: Suppositoria untuk wasir
2.12.3 Obat keras dan psikotropika Obat keras adalah obat yang dapat dibeli di apotek dengan resep dokter. Tanda khusus pada obat keras berupa lingkaran bulat berwarna bulat merah
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
19
dengan garis tepi hitam dengan huruf K yang menyentuh garis tepi dan harus mencantumkan kalimat “Harus dengan resep dokter”. Contoh Asam Mefenamat.
Gambar 2.4. Penandaan obat keras Obat Psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan narkotik, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Contoh Diazepam, Phenobarbital.
2.12.4 Narkotika Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Obat narkotika ditandai dengan palang medali berwarna merah (Gambar 2.5). Contoh Morfin, Petidin.
Gambar 2.5. Penandaan obat narkotika
2.13 Pengelolaan Narkotika Berdasarkan Undang-Undang No.35 tahun 2009 tentang Narkotika, narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika dibedakan ke dalam golongan-golongan yaitu : a. Narkotika Golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak dalam terapi, serta Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
20
mempunyai potensi sangat tinggi dan dapat mengakibatkan ketergantungan. Contohnya adalah Papaver somniferu L dan semua bagian-bagiannya termasuk buah dan jeraminya (kecuali bijinya), kokain, tanaman koka, ganja, heroin, amfetamin dan sebagainya. b. Narkotika Golongan II adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contohnya adalah metadona, morfina, petidina, tebaina, tebakon dan sebagainya. c. Narkotika Golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan
serta
mempunyai
potensi
ringan
yang
mengakibatkan
ketergantungan. Contohnya adalah kodeina, etilmorfina, dihidrokodeina, polkodina, propiram, dan sebagainya. Narkotika hanya dapat bertujuan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan. Menurut Undang-Undang Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika, pengaturan narkotika bertujuan untuk menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau perkembangan
ilmu
pengetahuan,
mencegah
terjadinya
penyalahgunaan
narkotika, serta memberantas peredaran gelap narkotika.Pengelolaan narkotika di apotek meliputi pemesanan, penyimpanan, pelayanan/penyerahan, pemusnahan, pencatatan dan pelaporan serta dokumentasi.
2.13.1 Pengadaan/Pemesanan Narkotika Apoteker hanya dapat memesan narkotika melalui Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang telah ditunjuk khusus oleh Menteri, yaitu PT. Kimia Farma dengan tujuan untuk memudahkan pengawasan peredaran narkotika. Pemesanan narkotika dilakuakan dengan membuat surat pesanan narkotika asli yang ditandatangani oleh Apoteker Penanggungjawab Apotek di Apotek yang dilengkapi dengan nama, nomor Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) di apotek, tanggal dan nomor surat, alamat lengkap dan stempel apotek. Satu surat pesanan hanya untuk satu jenis narkotika. Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
21
2.13.2 Penyimpanan Narkotika Berdasarkan
Permenkes
Nomor
28/Menkes/Per/V/1978
tentang
penyimpanan narkotika, apotek harus memiliki tempat khusus untuk penyimpanan narkotika yang memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat. b. Harus mempunyai kunci yang kuat c. Dibagi dua masing-masing dengan kunci yang berlainan, bagian pertama dipergunakan untuk menyimpan morfina, petidina, dan garam-garamnya serta persediaan narkotika lainnya yang dipakai sehari-hari. d. Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berukuran kurang dari 40 x 80 x 100 cm, maka lemari tersebut harus dibaut pada tembok atau lantai. e. Lemari harus dikunci dengan baik. f. Lemari khusus tidak boleh dipergunakan untuk menyimpan barang lain selain narkotika. g. Anak kunci lemari khusus harus dikuasai oleh penanggung jawab atau pegawai lain yang dikuasakan. h. Lemari khusus harus ditaruh di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum.
2.13.3 Pelayanan / penyerahan Narkotika Menurut Undang-Undang No. 35 tahun 2009 pasal 43, Apotek hanya dapat melakukan penyerahan narkotika kepada rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat, apotek lainnya, balai pengobatan, dokter dan pasien. Apotek hanya dapat menyerahkan narkotika kepada pasien dengan resep asli dari dokter. Apotek dilarang mengulangi menyerahkan narkotika atas dasar resep yang sama dari seorang dokter atau atas dasar salinan resep dokter (Undang-Undang No. 9 Tahun 1976 Pasal 7). Pada resep narkotika yang baru dilayani sebagian, apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep tersebut hanya boleh dilayani di apotek yang menyimpan resep asli.Salinan resep dari narkotika dengan tulisan iter tidak boleh dilayani sama sekali. Oleh karena itu dokter tidak boleh menambahkan tulisan “iter” pada resep yang mengandung narkotika.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
22
2.13.4 Pemusnahan Narkotika Tujuan dilakukannya pemusnahan narkotika adalah untuk menghapus pertanggungjawaban apoteker terhadap pengelolaan narkotika, menjamin narkotika yang sudah tidak memenuhi persyaratan dikelola sesuai dengan standar yang berlaku, dan mencegah penyalahgunaan bahan narkotika serta mengurangi resiko terjadinya penggunaan obat yang substandard (Departemen Kesehatan RI, 2008). Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika Pasal 60, pemusnahan narkotika dilakukan dalam hal diproduksi tanpa memenuhi standard dan persyaratan yang berlaku dan/atau tidak dapat digunakan dalam proses produksi, kadaluarsa, tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan/atau berkaitan untuk pengembangan ilmu pengetahuan atau berkaitan dengan tindak pidana. Pemusnahan yang dilakukan oleh apotek dengan membuat berita acara pemusnahan narkotika dan dilaporkan kepada pihak-pihak yang terkait. Berdasarkan
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No.
28/Menkes/Per/I/1978 tentang Penyimpanan Narkotika dan Undang-Undang No. 22 tahun 1997 tentang Narkotika, berita acara pemusnahan memuat : a. Keterangan tempat, hari, tanggal, bulan dan tahun pemusnahan. b. Nama pemegang izin khusus, apoteker pimpinan apotek dan dokter pemilik narkotika. c. Nama seorang saksi dari pemerintah dan seorang saksi dari perusahaan atau badan tersebut. d. Nama dan jumlah narkotika yang dimusnahkan. e. Cara pemusnahan. f. Tanda tangan penanggung jawab apotek / pemegang izin khusus, dokter pemilik narkotika dan saksi-saksi. Berita acara pemusnahan tersebut dibuat rangkap empat untuk ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Kepala Dinas Kesehatan Propinsi, Kepala Balai Pengawasan Obat dan Makanan, dan satu disimpan sebagai arsip di apotek.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
23
2.13.5 Pencatatan dan Pelaporan Narkotika Apotek berkewajiban menyusun dan mengirimkan laporan setiap bulan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.Dalam laporan tersebut diuraikan mengenai pembelian/pemasukan dan penjualan/pengeluaran narkotika yang ada dalam tanggung jawabnya, dan ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek.Laporan tersebut ditujukan kepada Kepala Dinas Pelayanan Kesehatan setempat dengan tembusan ke Balai Besar POM, dan arsip apotek. Laporan penggunaan narkotika terdiri dari laporan pemakaian bahan baku narkotika serta laporan penggunaan sediaan jadi narkotika. Saat ini telah keluar peraturan baru yang berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika, apotek wajib membuat, menyampaikan, dan menyimpan laporan berkala mengenai pemasukan dan/atau pengeluaran narkotika yang berada dalam penguasaannya. Pelaporan penggunaan narkotika telah dikembangkan dalam bentuk perangkat lunak atau program Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) sejak tahun 2006 oleh Kementrian Kesehatan. Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) adalah system yang mengatur pelaporan penggunaan Narkotika dan Psikotropika dari Unit Layanan (Puskesmas, Rumah Sakit, dan Apotek) ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan pelaporan elektronik selanjutnya Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan ke tingkat yang lebih tinggi (Dinkes Provinsi dan Ditjen Binfar dan Alkes) melalui mekanisme pelaporan online yang menggunakan fasilitas internet.
2.14 Pengelolaan Psikotropika Psikotropika menurut Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika, adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan
perubahan
khas
pada
aktivitas
mental
dan
perilaku.Psikotropika hanya dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan atau ilmu pengetahuan.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
24
Psikotropika dibagi menjadi empat golongan, yaitu : a. Psikotropika Golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya adalah ekstasi. b. Psikotropika Golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan digunakan dalam terapi, dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya adalah amfetamin. c. Psikotropika Golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi, dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya adalah fenobarbital. d. Psikotropika Golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi, dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya adalah diazepam, nitrazepam. Ruang lingkup pengaturan psikotropika dalam UU No.5 tahun 1997 adalah segala hal yang berhubungan dengan psikotropika yang dapat mengakibatkan ketergantungan. Tujuan pengaturan psikotropika sama dengan narkotika, yaitu untuk menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan, mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika, dan memberantas peredaran gelap psikotropika. Pengelolaan psikotropika di Apotek meliputi kegiatan :
2.14.1 Pemesanan Psikotropika Pemesanan psikotropika dilakukan dengan menggunakan Surat Pesanan Psikotropika yang ditanda tangani oleh APA dengan mencantumkan nomor SIPA. Surat pesanan tersebut dibuat rangkat tiga dan setiap surat dapat digunakan untuk memesan beberapa jenis psikotropika.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
25
2.14.2 Penyimpanan Psikotropika Walaupun belum ada peraturan yang mengatur penyimpanan psikotropika, namun untuk menghindari terjadinya penyalahgunaan maka psikotropika disimpan terpisah dengan obat-obat lain dalam suatu rak atau lemari khusus dan tidak harus dikunci.Pemasukan dan pengeluaran psikotropika dicatat dalam kartu stok psikotropika.
2.14.3 Penyerahan Psikotropika Penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter dan pasien.Penyerahan psikotropika oleh apotek dilaksanakna berdasarkan resep dokter.
2.14.4 Pemusnahan Psikotropika Pada Undang-Undang No.5 tahun 1997 pasal 53 disebutkan bahwa pemusnahan psikotropika dilaksanakan dalam hal berhubungan dengan tindak pidana, diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan/atau tidak dapat digunakan dalam proses produksi psikotropika, kadaluwarsa, dan tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan/atau untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Setiap pemusnahan psikotropika, wajib dibuatkan berita acara.
2.14.5 Pelaporan Psikotropika Pelaporan psikotropika dilakuakn sebulan sekali dengan ditandatangani oleh APA.Pelaporan ini dilakukan secara berkala dan dilaporkan kepada Suku Dinas Pelayanan DATI II dengan tembusan ke kepala Balai POM. Namun sekarang Apotek berkewajiban menyusun dan mengirimkan laporan bulanan melalui perangkat lunak atau program Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP). Mekanisme pelaporan sama dengan pelaporan narkotika.
2.15 Pelayanan Obat Wajib Apotek (OWA) Obat Wajib Apotek (OWA) yaitu obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker kepada pasien di apotek tanpa resep dokter. Obat yang termasuk dalam Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
26
OWA ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Sampai saat ini sudah ada 3 daftar obat yang diperbolehkan diserahkan tanpa resep dokter. Peraturan mengenai Daftar Obat Wajib Apotek tercantum dalam : 1. Keputusan Menteri Kesehatan nomor 347/MenKes/SK/VII/1990 tentang Obat Wajib Apotek, berisi Daftar Obat Wajib Apotek No. 1 2. Keputusan Menteri Kesehatan nomor 924/Menkes/Per/X/1993 tentang Daftar Obat Wajib Apotek No. 2 3. Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1176/Menkes/SK/X/1999 tentang Daftar Obat Wajib Apotek No. 3 Untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menolong dirinya sendiri guna mengatasi masalah kesehatan, dirasa perlu ditunjang dengan sarana yang dapat
meningkatkan
pengobatan
sendiri
secara
tepat,
aman
dan
rasional. Peningkatan pengobatan sendiri secara tepat, aman dan rasional dapat dicapai melalui peningkatan penyediaan obat yang dibutuhkan disertai dengan informasi yang tepat sehingga menjamin penggunaan yang tepat dari obat tersebut. Oleh karena itu, peran apoteker di apotek dalam pelayanan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) serta pelayanan obat kepada masyarakat perlu ditingkatkan dalam rangka peningkatan pengobatan sendiri. Walaupun APA boleh memberikan obat keras, namun ada persayaratan yang harus dilakukan dalam penyerahan OWA. a. Apoteker wajib melakukan pencatatan yang benar mengenai data pasien (nama, alamat, umur) serta penyakit yang diderita. b. Apoteker wajib memenuhi ketentuan jenis dan jumlah yang boleh diberikan kepada pasien. Contohnya hanya jenis oksitetrasiklin salep saja yang termasuk OWA, dan hanya boleh diberikan 1 tube. c. Apoteker wajib memberikan informasi obat secara benar mencakup: indikasi, kontra-indikasi, cara pemakain, cara penyimpanan dan efek samping obat yang mungkin timbul serta tindakan yang disarankan bila efek tidak dikehendaki tersebut timbul. Obat-obat yang termasuk ke dalam daftar obat wajib apotek antara lain: a. Obat kontrasepsi oral, baik tunggal maupun kombinasi. Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
27
b. Obat saluran cerna, yang terdiri dari : antasida + sedatif/spasmodik; anti spasmodik; spasmodik + analgetik; sntimual; dan laksan c. Obat mulut dan tenggorokan d. Obat saluran napas e. Obat yang mempengaruhi sistem neuromuskular, yang terdiri dari : analgetik; antihistamin f. Antiparasit yang terdiri dari obat cacing g. Obat topikal untuk kulit yang terdiri dari: semua salep/krim antibiotik; semua salep/krim kortikosteroid; semua salep/krim/gel antiinflamasi nonsteroid (AINS); antijamur; antiseptik lokal; enzim antiradang topikal; pemutih kulit
2.16 Pelayanan Swamedikasi Pengobatan sendiri (swamedikasi) adalah suatu perawatan sendiri oleh masyarakat terhadap penyakit yang umum diderita, dengan menggunakan obatobatan yang dijual bebas dipasaran atau obat keras yang bisa didapat tanpa resep dokter dan diserahkan oleh apoteker di apotek. Penggunaan obat bebas, obat bebas terbatas dan obat wajib apotek (OWA) dalam pengobatan sendiri (swamedikasi) harus mengikuti prinsip penggunaan obat secara aman dan rasional. Pelaksanaan swamedikasi yang bertanggung jawab membutuhkan produk obat yang sudah terbukti keamanan, khasiat dan kualitasnya, serta membutuhkan pemilihan obat yang tepat sesuai dengan indikasi penyakit dan kondisi pasien. Apoteker mempunyai peran yang sangat penting dalam memberikan bantuan, nasihat, dan petunjuk kepada masyarakat yang ingin melakukan swamedikasi agar masyarakat dapat melakukan swamedikasi secara bertanggung jawab.Apoteker harus dapat menekankan kepada pasien, bahwa walaupun dapat diperoleh tanpa resep dokter, penggunaan obat bebas, obat bebas terbatas, dan OWA tetap dapat menimbulkan bahaya dan efek samping yang tidak dikehendaki jika dipergunakan secara tidak semestinya. Dalam pelaksanaan swamedikasi, apoteker memiliki dua peran yang sangat penting, yaitu menyediakan produk obat yang sudah terbukti keamanan, Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
28
khasiat dan kualitasnya serta memberikan informasi yang dibutuhkan atau memberikan informasi kepada pasien dan keluarganya agar obat digunakan secara aman, tepat dan rasional. Pemberian informasi dilakukan terutama dalam mempertimbangkan: a. Ketepatan penentuan indikasi atau penyakit. b. Ketepatan pemilihan obat yang efektif, aman, dan ekonomis. c. Ketepatan dosis dan cara penggunaan obat.
Berdasarkan
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Nomor
919/MENKES/PER/X/1993 tentang kriteria obat yang dapat diserahkan tanpa resep harus memenuhi kriteria sebagai berikut: a. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak dibawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun. b. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan resiko pada kelanjutan penyakit. c. Penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan. d. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia. e. Obat
dimaksud
memiliki
resiko
khasiat
keamanan
yang
dapat
dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri.
Satu hal yang sangat penting dalam informasi swamedikasi adalah meyakinkan agar produk yang digunakan tidak berinteraksi negatif dengan produk-produk yang sedang digunakan pasien. Selain itu, apoteker juga diharapkan dapat memberikan petunjuk kepada pasien bagaimana memantau penyakitnya dan kapan harus menghentikan pengobatannya atau kapan harus berkonsultasi kepada dokter. Informasi yang perlu disampaikan oleh apoteker pada masyarakat dalam pelaksanaan swamedikasi antara lain: 1. Khasiat obat Apoteker perlu menerangkan dengan jelas khasiat obat yang bersangkutan, sesuai atau tidak dengan indikasi atau gangguan kesehatan yang dialami pasien. Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
29
2. Kontraindikasi Pasien perlu diberi tahu dengan jelas kontraindikasi dari obat yangdiberikan, agar tidak menggunakannya jika memiliki kontra indikasi dimaksud. 3. Efek samping dan cara mengatasinya (jika ada) Pasien juga perlu diberi informasi tentang efek samping yang mungkin muncul dan apa yang harus dilakukan untuk menghindari atau mengatasinya. 4. Cara pemakaian Cara pemakaian harus disampaikan secara jelas kepada pasien untukmenghindari
salah
pemakaian,
apakah
ditelan,
dihirup,
dioleskan,dimasukkan melalui anus, atau cara lain. 5. Dosis Dosis harus disesuaikan dengan kondisi kesehatan pasien. Apoteker dapat menyarankan dosis sesuai dengan yang disarankan oleh produsen (sebagaimana petunjuk pemakaian yang tertera di etiket) atau dapat menyarankan dosis lain sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. 6. Waktu pemakaian Waktu pemakaian juga harus diinformasikan dengan jelas kepada pasien, misalnya sebelum atau sesudah makan atau saat akan tidur 7. Lama penggunaan Lama penggunaan obat juga harus diinformasikan kepada pasien, agarpasien tidak menggunakan obat secara berkepanjangan karena penyakitnya belum hilang atau sudah memerlukan pertolongan dokter. Hal yang harus diperhatikan sewaktu minum obat tersebut, misalnya pantangan makanan atau tidak boleh minum obat tertentu dalam waktu bersamaan. 8. Hal yang harus dilakukan jika lupa meminum obat. 9. Cara penyimpanan obat yang baik. 10. Cara memperlakukan obat yang masih tersisa. 11. Cara membedakan obat yang masih baik dan sudah rusak. Selain itu, apoteker juga perlu memberi informasi kepada pasien tentang obat generik yang memiliki khasiat sebagaimana yang dibutuhkan, serta Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
30
keuntungan yang dapat diperoleh dengan menggunakan obat generik. Hal ini penting dalam pemilihan obat yang selayaknya harus selalu memperhatikan aspek farmakoekonomi dan hak pasien. Selain konseling dalam farmakoterapi, Apoteker juga memiliki tanggung jawab lain yang lebih luas dalam swamedikasi. Dalam pernyataan bersama yang dikeluarkan oleh IPF (International Pharmaceutical Federation) dan WMI (World Self-Medication Industry) tentang swamedikasi yang bertanggung jawab (Responsible Self-Medication) dinyatakan sebagai berikut: 1. Apoteker memiliki tanggung jawab profesional untuk memberikan nasihat dan informasi yang benar, cukup, dan objektif tentang swamedikasi dan semua produk yang tersedia untuk swamedikasi. 2. Apoteker memiliki tanggung jawab profesional untuk merekomendasikan kepada
pasien
agar
segera
mencari
nasihat
medis
yang
diperlukan
apabiladipertimbangkan swamedikasi tidak mencukupi. 3. Apoteker memiliki tanggung jawab profesional untuk memberikan laporan kepada lembaga pemerintah yang berwenang dan untuk menginformasikan kepada produsen obat yang bersangkutan mengenai efek yang tidak dikehendaki (adverse drug reaction) yang terjadi pada pasien yang menggunakan obat tersebut dalam swamedikasi. 4. Apoteker memiliki tanggung jawab profesional untuk mendorong anggota masyarakat agar memperlakukan obat sebagai produk khusus yang harus dipergunakan dan disimpan secara hati-hati, serta tidak boleh dipergunakan tanpa indikasi yang jelas.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
BAB 3 TINJAUAN UMUM PT. KIMIA FARMA (Persero), Tbk
3.1 Sejarah PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Kimia Farma merupakan perusahaan industri farmasi pertama di Indonesia yang didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda tahun 1817. Nama perusahaan ini pada awalnya adalah NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co. Berdasarkan kebijaksanaan nasionalisasi atas bekas perusahaan Belanda di masa awal kemerdekaan, pada tahun 1958, Pemerintah Republik Indonesia melakukan peleburan sejumlah perusahaan farmasi menjadi PNF (Perusahaan Negara Farmasi) Bhinneka Kimia Farma. Kemudian pada tanggal 16 Agustus 1971, bentuk badan hukum PNF diubah menjadi perseroan terbatas sehingga nama perusahaan berubah menjadi PT Kimia Farma (Persero). Pada tanggal 4 Juli 2001, PT Kimia Farma (Persero) kembali mengubah statusnya menjadi perusahaan publik, PT Kimia Farma (Persero) Tbk, dalam penulisan berikutnya disebut Perseroan. Bersamaan dengan perubahan tersebut, Perseroan telah dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya, yang sekarang telah merger menjadi Bursa Efek Indonesia. Berbekal pengalaman selama puluhan tahun, Perseroan telah berkembang menjadi perusahaan dengan pelayanan kesehatan terintegrasi di Indonesia. Perseroan kian diperhitungkan kiprahnya dalam pengembangan dan pembangunan bangsa, khususnya pembangunan kesehatan masyarakat Indonesia. Nilai-nilai budaya perusahaan "I CARE" (Innovative, Costumer First, Accountability, Responsibility, dan Eco Friendly), secara konsisten tetap dijalankan, sebagai dasar perusahaan dalam berkarya membangun kesehatan bangsa. Sekarang, PT Kimia Farma (Persero) Tbk. telah memiliki beberapa anak perusahaan, antara lain PT Kimia Farma Trading & Distribution dan PT Kimia Farma Apotek. Usaha ritel farmasi dijalankan oleh PT Kimia Farma Apotek, melalui pengoperasian apotek, sedangkan kegiatan distribusi dilaksanakan oleh PT Kimia Farma Trading & Distribution, anak perusahaan yang berperan penting
31
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
32
dalam upaya peningkatan penjualan produk-produk Perseroan (PT Kimia Farma Tbk., 2012a). Saat ini PT. Kimia Farma Trading &Distribution memiliki wilayah pasar di Sumatera, DKI Jakarta, dan Jawa Tengah, Jawa Timur dan Indonesia wilayah timur, dan 34 cabang PBF (Pedagang Besar Farmasi), sedangkan PT. Kimia Farma Apotek memiliki 36 unit bisnis dan 502 Apotek yang tersebar di seluruh Indonesia.
3.2 Sejarah PT. Kimia Farma Apotek PT Kimia Farma Apotek adalah anak perusahaan PT Kimia Farma (Persero) Tbk yang didirikan berdasarkan akta pendirian No. 6 tanggal 4 Januari 2003 yang dibuat dihadapan Notaris Ny. Imas Fatimah, S.H. di Jakarta dan telah diubah dengan akta No. 25 tanggal 14 Agustus 2009 yang dibuat dihadapan Notaris Ny. Imas Fatimah, S.H. Akta ini telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No.: AHU45594.AH.01.02. Tahun 2009 tanggal 15 September 2009 (PT Kimia Farma Tbk., 2012a). Usaha ritel farmasi dijalankan oleh PT. Kimia Farma Apotek, melalui pengoperasian apotek. Pada tahun 2011, PT Kimia Farma Apotek memulai program transformasi dan mengubah visi dari jaringan layanan ritel farmasi menjadi jaringan layanan kesehatan yang terkemuka dan mampu memberikan solusi kesehatan masyarakat di Indonesia. .Penambahan jumlah apotek merupakan bagian dari strategi perusahaan dalam memanfaatkan momentum pasar bebas AFTA, dimana pihak yang memiliki jaringan luas seperti Kimia Farma akan diuntungkan. Apotek Kimia Farma melayani penjualan langsung dan melayani resep dokter dan menyediakan pelayanan lain, misalnya praktek dokter, optik, dan pelayanan obat bebas atau Over the Counter (OTC) atau swalayan, serta pusat pelayanan informasi obat. Apotek Kimia Farma memfasilitasi jasa pelayanan kesehatan lainnya berupa klinik kesehatan dan laboratorium klinik. Klinik kesehatan yang semula berada di PT Kimia Farma (Persero) Tbk holding, sejak Maret 2009, dikelola oleh PT Kimia Farma Apotek, yang merupakan salah satu produk layanan yang terintegrasi dengan apotek, Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
33
menyediakan jasa layanan konsultasi dan pemeliharaan kesehatan. Jenis klinik yang dikembangkan meliputi klinik pratama, utama, dan khusus yang berlokasi di Jawa dan Bali. Laboratorium klinik menyediakan jasa layanan pemeriksaan kesehatan (medical check up). Laboratorium Klinik memiliki lebih dari 30 cabang yang terdiri dari laboratorium klinik kelas utama, madya, dan pratama yang berada di Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, dan Sulawesi. Terdapat dua jenis apotek di Kimia Farma, yaitu Apotek Administrator yang sekarang disebut sebagai Bussiness Manager (BM) dan Apotek Pelayanan. Apotek BM membawahi beberapa Apotek Pelayanan yang berada dalam satu wilayah. Apotek BM bertugas menangani pembelian, penyimpanan barang, dan administrasi Apotek Pelayanan yang berada di bawahnya (PT Kimia Farma Apotek, 2012). PT. Kimia Farma Apotek membawahi Apotek Kimia Farma (KF), wilayah usahanya terbagi menjadi 36 wilayah unit bisnis yang menaungi sejumlah 502 Apotek di seluruh Indonesia, mulai dari Banda Aceh hingga Papua. Tiap-tiap unit bisnis (Business Manager) membawahi sejumlah apotek pelayanan yang berada di wilayah usahanya. Untuk wilayah Jabodetabek dibagi menjadi 6 Unit Bisnis, yaitu: a. Unit Bisnis Jaya I ( Jakarta Selatan dan Jakarta Barat) b. Unit Bisnis Jaya II ( Jakarta timur, Jakarta Pusat, dan Jakarta Utara) c. Unit Bisnis Rumah Sakit (RSCM, RSPAL, dsb) d. Unit Bisnis Bogor ( Bogor dan sekitarnya) e. Unit Bisnis Tanggerang ( Tanggerang, cilegon, Banten, Serang, dan sekitarnya) f. Unit Bisnis Bekasi (Bekasi dan sekitarnya)
3.3 Visi dan Misi PT. Kimia Farma Apotek 3.2.1 Visi Menjadi perusahaan jaringan layanan kesehatan yang terkemuka dan mampu memberikan solusi kesehatan masyarakat di Indonesia.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
34
3.2.2 Misi a. Jaringan layanan kesehatan yang terintegrasi meliputi jaringan apotek, klinik, laboratorium klinik dan layanan kesehatan lainnya b. Saluran distribusi utama bagi produk sendiri dan produk principal. c. Pengembangan bisnis waralaba dan peningkatan pendapatan lainnya ( FeeBased Income)
3.3Tujuan dan Fungsi PT. Kimia Farma (Persero), Tbk 3.3.1 Tujuan Tujuan PT. Kimia Farma (Persero), Tbk adalah turut serta dalam melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan serta program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, khususnya kegiatan usaha di bidang industri kimia, farmasi, biologi, dan kesehatan serta industri makanan dan minuman. Selain itu juga bertujuan untuk mewujudkan PT. Kimia Farma (Persero), Tbk sebagai salah satu pemimpin pasar (market leader) di bidang farmasi yang tangguh. 3.3.2 Fungsi PT. Kimia Farma (Persero), Tbk mempunyai tiga fungsi yaitu: a. Mendukung setiap kebijaksanaan pemerintah di bidang kesehatan terutama di bidang pengadaan obat, mengingat PT. Kimia Farma (Persero), Tbk. merupakan salah satu badan usaha milik negara dalam bidang industri farmasi. b. Memupuk laba demi kelangsungan usaha. c. Sebagai “agent of development” yaitu menjadi pelopor perkembangan kefarmasian di Indonesia.
3.4 Budaya Perusahaan Budaya
perusahaan
PT.
Kimia
Farma
(Persero),
Tbk
adalah
mengembangkan dan mewujudkan pikiran, ucapan serta tindakan untuk membangun Budaya Kerja berlandaskan pada tiga sendi, yaitu (Pengenalan Perusahaan PT. Kimia Farma (Persero), Tbk., 2010): a. Profesionalisme 1) Bekerja secara cerdik (smart and creative) dan giat (hard). Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
35
2) Berkemampuan memadai untuk melaksanakan tugas, dengan bekal pengetahuan, keterampilan dan semangat. 3) Dengan perhitungan matang, berani mengambil resiko. b. Integritas 1) Dilandasi iman dan taqwa. 2) Jujur, setia dan rela berkorban. 3) Menunjukkan pengabdian. 4) Tertib dan disiplin. 5) Tegar dan bertanggung jawab. 6) Lapang hati dan bijaksana. c. Kerja sama 1) Menghormati dan menghargai pendapat orang lain. 2) Memupuk saling pengertian dengan orang lain. 3) Memahami dan menghayati dirinya sebagai bagian dari sistem. PT. Kimia Farma (Persero), Tbk juga mempunyai motto perusahan yaitu I-CARE yang merupakan singkatan dari : a. Innovative (I): memiliki budaya berpikir “out of the box” dan membangun produk unggulan. b. Customer First (C): mengutamakan pelanggan sebagai rekan kerja atau mitra. c. Accountability (A): bertanggung jawab atas amanah yang dipercayakan oleh perusahaan dengan memegang teguh profesionalisme, integritas, dan kerjasama. d. Responsibility (R): memiliki tanggung jawab pribadi untuk bekerja tepat waktu, tepat sasaran, dan dapat diandalkan. e. Eco Friendly (E): menciptakan dan menyediakan produk maupun jasa layanan yang ramah lingkungan.
3.5 Struktur Organisasi Perusahaan PT. Kimia Farma (Persero), Tbk., dipimpin oleh seorang Direktur Utama yang membawahi empat Direktorat, yaitu Direktorat Pemasaran, Direktorat Produksi, Direktorat Keuangan dan Direktorat Umum dan SDM (Pengenalan Perusahaan PT. Kimia Farma (Persero), Tbk., 2010). Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
BAB 4 TINJAUAN KHUSUS APOTEK KIMIA FARMA NO.7
4.1 Lokasi Apotek Apotek Kimia Farma No.7 terletak dikawasan yang sangat strategis yaitu berada di tepi jalan besar dua arah, Jl Ir. H Juanda, dengan halaman yang luas, mudah diakses, dapat dilewati oleh mobil pribadi, kendaraan umum, dekat dengan kebun raya Bogor, dan disekitarnya merupakan daerah perkantoran.
4.2 Ruang Apotek Bangunan apotek terdiri dari 4 lantai, dimana lantai basement digunakan untuk tempat laboratorium klinik dan optik, serta di tempat terpisah juga digunakan sebagai gudang sementara berisi rak obat dan lemari pendingin untuk meletakkan obat. Lantai 1 digunakan untuk kegiatan apotek pelayanan resep umum, lantai 2 digunakan untuk kegiatan apotek pelayanan resep asuransi kesehatan (Askes) dan sebagai tempat beberapa praktek dokter, sedangkan lantai 3 digunakan untuk kegiatan Business Manager (BM) untuk wilayah Bogor. Ruang di Apotek KF No.7 diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam pelaksanaan aktivitas pelayanan apotek, memberikan suasana nyaman bagi pasien dan pegawai apotek. Adapun pembagian ruang atau tempat yang terdapat di dalam apotek antara lain : a. Ruang tunggu Dalam ruang ini tersedia tempat duduk dengan jumlah yang memadai, tempat sampah, ventilasi udara dan cahaya yang cukup serta dilengkapi dengan pendingin ruangan, pengharum ruangan otomatis, dan televisi sehingga dapat memberikan kenyamanan bagi pasien yang menunggu. b. Tempat penyerahan resep Tempat ini berupa counter yang tingginya kurang lebih 1 meter untuk kegiatan penyerahan resep dan pengambilan obat. Terdapat 2 counteryang dapat melayani penyerahan resep dan pembelian obat dan barang-barang swalayan dengan 1 counter diantaranya terpisah dibagian swalayan farmasi. Masing36
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
37
masing counter tersebut dilengkapi komputer sehingga petugas dapat langsung terhubung dengan sistem yang berisi harga, stok, dan lokasi penyimpanan obat serta dapat menyimpan data tentang pasien dan penjualan obat. c. Swalayan farmasi Ruangan ini berada di sebelah kanan dari pintu masuk apotek dan mudah terlihat dari ruang tunggu pasien. Barang-barang yang dijual di swalayan farmasi adalah obat bebas, obat bebas terbatas, jamu/obat herbal, berbagai macam produk suplemen, produk susu, minyak angin, kosmetik, alat kesehatan, biskuit, dan lain-lain. d. Tempat peracikan obat Ruangan ini terletak di bagian samping tempat penyerahan resep.Di ruangan ini dilakukan peracikan obat-obat yang dilayani berdasarkan resep dokter. Ruangan ini dilengkapi fasilitas untuk peracikan seperti timbangan, blender, lumpang dan alu, gelas ukur, sealing equipment, bahan baku, dan alat-alat untuk meracik lainnya. e. Tempat penyiapan obat non racikan Tempat penyiapan obat non racikan berada di sebelah tempat penyerahan resep. Pada meja tersebut terdapat perlengkapan penyiapan obat seperti etiket, plastik pengemas, solasi, copy resep, kuitansi, stempel, dan lain-lain. f. Tempat penyimpanan obat Obat disimpan di rak-rak yang berisi kotak-kotak obat.Rak obat dipisahkan berdasarkan efek farmakologis obat dan bentuk sediaan serta disusun secara alfabetis. Terdapat rak khusus untuk obat yang dikategorikan pareto menurut apotek. Untuk penyimpanan sediaan farmasi yang termolabil, telah disediakan lemari pendingin.Selain itu, terdapat lemari kaca terkunci yang berisi lemari khusus yang terkunci untuk menyimpan narkotika dan psikotropika yang kuncinya hanya dipegang oleh Apoteker atau Supervisor. g. Tempat administrasi Tempat administrasi berupa meja kerja yang terdapat komputer yang terhubung dengan sistem informasi apotek.Kegiatan administrasi yang dilakukan diantaranya pembuatan Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA), Surat
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
38
Pesanan khusus untuk narkotika dan psikotropika, rekapitulasi resep kredit, dan perhitungan keuangan kasir. h. Tempat penyerahan dan informasi obat Apotek ini pun telah dilengkapi patient care sebaigai tempat penyerahan dan informasi obat kepada pasien.Tempat ini berupa meja yang dilengkapi dengan kursi untuk tempat duduk pasien.Fasilitas tersebut disediakan untuk mempermudah penyampaian informasi obat dan konseling. i. Sarana penunjang Apotek ini memiliki berbagai sarana penunjang seperti tempat parkir yang luas, toilet, masjid yang cukup besar, ruang praktek untuk 13 dokter spesialis, optik, laboratorium klinik, dan beberapa mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM).
4.3. Struktur Organisasi Apotek KF No.7 dipimpin oleh seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang merangkap sebagai Business Manager (BM) yang bertanggung jawab terhadap keseluruhan kegiatan apotek serta membawahi secara langsung Pharmacy Manager (Manajer Apotek Pelayanan) yang terdapat di wilayah BM. Terdapat pelaksana-pelaksana yang masing-masing memiliki tanggung jawab lain selain menyiapkan obat dan memberikan obat kepada pasien, seperti Asisten Apoteker (AA) yang bertanggung jawab mengurusi penjualan resep kredit dengan perusahaan atau instansi. Masingmasing Asisten Apoteker (AA) juga bertanggung jawab pada rak-rak obat tertentu mengenai kerapihan, kebersihan dan kelengkapan persediaan obat.
4.4. Tugas dan Fungsi Tenaga Kerja Apotek 4.4.1 Apoteker Pengelola Apotek Pimpinan apotek adalah seorang APA yang telah memiliki Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) dan Surat Izin Apotek. APA bertindak sebagai manajer apotek
pelayanan
yang
memiliki
kemampuan
untuk
merencanakan,
mengorganisasikan, memimpin, dan mengawasi jalannya apotek. 4.4.2 Apoteker Pendamping
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
39
Apoteker Pendamping yaitu apoteker yang bekerja di apotek di samping APA dan/atau menggantikan pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek. Apotek ini mempunyai dua orang Apoteker Pendamping yang melaksanakan pekerjaan kefarmasiannya sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. 4.4.3 Supervisor Apotek Pelayanan Supevisor apotek pelayanan bertanggung jawab langsung kepada Manajer Apotek Pelayanan. Supervisor apotek pelayanan bertugas untuk mengawasi kinerja asisten apotek dan turut membantu tugas manajer apotek pelayanan dalam mengawasi jalannya apotek. 4.4..3 Asisten Apoteker (AA) AA bertanggung jawab langsung kepada Manager Apotek Pelayanan. Tugas AA adalah sebagai berikut: a. Pengaturan dan penyusunan dalam hal penyimpanan obat dan perbekalan farmasi lainnya sesuai dengan bentuk dan jenis barang yang disusun secara alfabetis. b. Penerimaan resep dan pemeriksaan keabsahan dan kelengkapan resep sesuai dengan peraturan kefarmasian. c. Pemeriksaan ketersediaan obat dan perbekalan farmasi lainnya berdasarkan resep yang diterima. d. Pemberian harga pada setiap resep dokter yang masuk. e. Pelayanan dan peracikan obat sesuai dengan resep dokter, antara lain menghitung dosis obat untuk racikan, menimbang bahan, meracik, mengemas obat, dan memberikan etiket. f. Pembuatan kuitansi atau salinan resep untuk obat yang hanya diambil sebagian atau bila diperlukan pasien. g. Pemeriksaan kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien meliputi bentuk sediaan, jumlah obat, nama, nomor resep, dan cara pemakaian. h. Pemeriksaan akhir terhadap hasil penyiapan obat. i. Penyerahan obat dan perbekalan farmasi lainnya kepada pasien dan memberikan penjelasan tentang penggunaan obat atau informasi lain yang dibutuhkan. j. Pencatatan masuk dan keluarnya obat pada kartu stok barang. Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
40
k. Pelayanan informasi mengenai cara pemakaian obat melalui penyerahan obat dari AA kepada pelanggan. l. Pembuatan faktur penjualan resep, resep kredit dari instansi yang telah disepakati. m. Pencatatan/perhitungan harga resep-resep kredit dari instansi sesuai dengan perjanjian yang disepakati. n. Turut berpartisipasi dalam pelaksanaan pemeliharaan sanitasi/kebersihan di ruang peracikan.
4.4.4 Juru Resep Juru resep bertugas membantu AA dalam menyiapkan obat dan perbekalan farmasi lainnya di bawah pengawasan AA. Tugas juru resep adalah sebagai berikut: a. Membantu AA dalam penyiapan obat, pengerjaan obat-obatan racikan yang telah disiapkan oleh AA sesuai dengan sediaan yang diminta. b. Pembuatan obat-obat racikan standar di bawah pengawasan AA. c. Menjaga kebersihan ruangan apotek.
4.5. Kegiatan Apotek Kegiatan utama yang dilakukan apotek Kimia Farma No.7 meliputi kegiatan teknis kefarmasian maupun kegiatan non teknis kefarmasian. 4.5.1 Kegiatan Teknis Kefarmasian Kegiatan teknis kefarmasian yang dilakukan di apotek meliputi pengadaan, penyimpanan, peracikan, penjualan obat dan perbekalan farmasi lainnya serta pengelolaan narkotika dan psikotropika. a. Pengadaan barang Pengadaan barang di apotek dilakukan melalui BM dengan sistem Distribution Center (DCs) melalui sistem online. Dengan sistem DC ini, kita dapat mengetahui kebutuhan tiap-tiap apotek pelayanan yang berada dalam satu wilayah BM, sehingga pengiriman barang berdasarkan kebutuhan masing-masing apotek. Supervisor pengadaan melakukan pemesanan barang kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang resmi dengan menerbitkan Surat Pesanan Barang/ SPB Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
41
(Lampiran 8). Barang yang dipesan akan dikirim ke gudang pusat dan selanjutnya akan didistribusikan ke masing-masing apotek beserta dokumen droping (Lampiran 9) dan formulir serah terima barang DCs (Lampiran 10) melalui jasa ekpedisi. Permintaan barang dilakukan menggunakan Bon Pemesanan Barang Apotek/ BPBA (Lampiran 11) yang ditujukan kepada PBF. Khusus untuk pengadaan narkotika dan psikotropika, pengadaan dilakukan oleh masing-masing apotek pelayanan melalui Surat Pesanan (SP) khusus Narkotika dan Psikotropika dan diantar langsung ke apotek pelayanan. Pembelian obat dan perbekalan farmasi lainnya tidak saja berasal dari PBF Kimia Farma tetapi juga dari PBF atau distributor resmi/ berizin lainnya. Adapun dasar pemilihan PBF atau distributor adalah sebagai berikut: 1) Ketersediaan barang 2) Kualitas barang yang dikirim dapat dipertanggungjawabkan 3) Besarnya potongan harga (diskon) yang diberikan 4) Kecepatan pengiriman barang yang tepat waktu 5) Cara pembayaran. b. Penyimpanan barang Apotek memiliki ruang/tempat penyimpanan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya pada sarana swalayan farmasi dan ruang peracikan. Swalayan farmasi menyediakan tempat untuk men-display obat bebas dan obat bebas terbatas serta informasi bagi pasien berupa brosur/ leaflet. Di dalam ruang peracikan, sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya disimpan di dalam rak-rak/lemari yang memudahkan pengisian dan pengeluaran barang. Di tempat ini terdapat serangkaian kegiatan yang meliputi: penerimaan, pengawasan, pengendalian persediaan, dan pengeluaran obat. Penyimpanan sediaan farmasi disusun berdasarkan kelas terapi (sifat farmakologis), keamanan, bentuk sediaan, suhu stabilitas, dan disusun secara alfabetis. Lemari penyimpanan sediaan farmasi di ruang peracikan terdiri dari: 1) Lemari penyimpanan obat ethical/ prescription drugs berdasarkan kelas terapi dan obat yang sering diresepkan dokter. 2)
Lemari penyimpanan obat narkotika yang terkunci
3) Lemari penyimpanan obat psikotropika yang terkunci Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
42
4) Lemari penyimpanan obat-obat mahal yang terkunci 5) Lemari penyimpanan bahan baku obat 6) Lemari penyimpanan sediaan sirup atau suspensi 7) Lemari penyimpanan sediaan obat tetes/drops dan lotion 8) Lemari penyimpanan sediaan salep dan tetes mata 9) Lemari penyimpanan sediaan injeksi dan infus 10) Lemari pendingin untuk penyimpanan obat yang termolabil seperti: suppositoria, serum, vaksin, insulin, dan tetes mata tertentu. Setiap AA bertanggung jawab terhadap lemari penyimpanan obat yang telah ditetapkan, meliputi kerapihan, kebersihan, dan kelengkapan/stok obat yang ada di lemarinya. Setiap pemasukan dan penggunaan obat/barang harus selalu diinput ke dalam komputer dan dicatat pada kartu/ buku stok (Lampiran 12), meliputi tanggal pengisian/ pengambilan, nomor dokumen, jumlah barang yang diisi/ diambil, sisa barang, dan paraf petugas yang melakukan pengisian/ pengambilan barang. Kartu stok harus selalu diisi dengan lengkap dan rapi serta diletakkan di masing-masing kotak obat/ barang. c. Penjualan Penjualan yang dilakukan oleh Apotek KF No.7 meliputi penjualan tunai dan kredit obat dengan resep dokter, serta pelayanan upaya pengobatan diri sendiri (UPDS). Penjualan tunai obat dengan resep dilakukan terhadap pelanggan yang langsung datang ke apotek untuk menebus obat yang dibutuhkan dan dibayar secara tunai. Penjualan tunai obat dengan resep dokter mengikuti alur sebagai berikut (Lampiran 13): 1) AA pada bagian penerimaan resep menerima resep dari pasien, lalu dilakukan pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan resep tersebut. 2) Ada tidaknya obat pada persediaan akan diperiksa oleh AA. Bila obat yang dibutuhkan tersedia, kemudian dilakukan pemberian harga dan pemberitahuan kepada pasien. 3) Setelah disetujui oleh pasien, segera dilakukan pembayaran atas obat dan dibuatkan struk pembayaran obat tersebut yang disatukan dengan resep aslinya.Pasien menerima struk pembayaran dan diminta untuk menunggu. Informasi pasien akan dicatat di Catatan Pengobatan Pasien/ Patient Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
43
Medication Records. Bila obat hanya diambil sebagian maka petugas membuat salinan resep/ copy resep (Lampiran 14) untuk pengambilan sisanya. Bagi pasien yang memerlukan kuitansi dapat pula dibuatkan kuitansi dan salinan resep di belakang kuitansi tersebut. 4) Obat disiapkan. 5) Setelah obat selesai disiapkan maka obat diberi etiket (Lampiran 15) dan label (Lampiran 16) bila perlu dan dikemas dengan kemasan (Lampiran 17). 6) Pemeriksaan kembali dilakukan sebelum obat diberikan yang meliputi nomor resep, nama pasien, kebenaran obat, jumlah dan etiketnya, serta dilakukan juga pemeriksaan salinan resep sesuai resep aslinya serta kebenaran kuitansi. 7) Obat diserahkan kepada pasien sesuai dengan nomor resep yang disertai dengan informasi tentang cara pemakaian obat dan informasi lain yang diperlukan pasien. Konseling dapat dilakukan bersamaan pada saat pemberian informasi obat atas permintaan pasien. 8) Lembaran resep asli dikumpulkan menurut nomor urut dan tanggal resep dan disimpan sekurang-kurangnya tiga tahun. Penjualan dengan cara kredit obat dengan resep dokter adalah penjualan obat dengan resep berdasarkan perjanjian kerjasama yang telah disepakati oleh suatu perusahaan/instansi dengan apotek yang pembayarannya dilakukan secara kredit melalui penagihan kepada perusahaan secara berkala. Contohnya kerja sama dengan PT. Telkom, PT. Garuda Indonesia, PT. Simas, PT. PLN, Indosat, BPJS, PRB, Antara dan lain-lain. Prosedur pelayanan resep kredit pada dasarnya sama dengan pelayanan resep tunai, hanya saja pada pelayanan resep kredit terdapat beberapa perbedaan seperti: 1) Setelah resep dokter diterima dan diperiksa kelengkapannya maka dilakukan penetapan harga namun tidak dilakukan pembayaran oleh pasien tetapi langsung dikerjakan oleh petugas apotek. 2) Harga resep kredit ditetapkan berdasarkan perjanjian kerjasama oleh intansi/perusahaan dengan Apotek Kimia Farma, sehingga harganya berbeda dengan pembelian resep tunai. 3) Penomoran resep dokter yang dibeli secara kredit dibedakan dengan resep yang dibeli secara tunai. Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
44
4) Resep disusun dan disimpan terpisah dari resep yang dibeli secara tunai kemudian dikumpulkan dan dijumlahkan nilai rupiahnya berdasarkan masingmasing instansi atau perusahaan untuk dilakukan penagihan pada saat jatuh tempo pembayaran yang telah disepakati bersama. Pelayanan UPDS adalah penjualan obat bebas atau perbekalan farmasi yang dapat dibeli tanpa resep dari dokter seperti OTC (over the counter) baik obat bebas dan obat bebas terbatas. Pelayanan UPDS mengikuti alur sebagai berikut: 1) Petugas
menerima
permintaan
barang
dari
pasien
dan
langsung
menginformasikan ketersediaan obat. 2) Setelah disetujui oleh pembeli, pembeli langsung membayar ke kasir. 3) Bagian kasir menerima uang pembayaran dan membuat bukti penyerahan nota penjualan bebas. 4) Barang beserta bukti pembayaran penjualan bebas diserahkan kepada pasien. 4.5.2 Kegiatan Non Teknis Kefarmasian Kegiatan non teknis kefarmasian yang dilakukan oleh Apotek Kimia Farma No.7 berupa administrasi harian dalam bentuk pembuatan Laporan Ikhtisar Penerimaan Harian (LIPH) (Lampiran 18) baik tunai maupun kredit, serta memasukkan data resep tunai dan resep kredit. Kegiatan pencatatan dilakukan oleh bagian administrasi dan keuangan di Bisnis Manajer, meliputi kegiatan administrasi dan keuangan. Kegiatan administrasi ditangani oleh beberapa staf adiministrasi dan keuangan yang bertanggung jawab kepada supervisor administrasi dan keuangan, sedangkan kegiatan keuangan ditangani oleh Kasir Besar. Supervisor administrasi dan keuangan serta Kasir Besar bertanggung jawab langsung kepada BM.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1. Lokasi dan Tata ruang Apotek Lokasi Apotek Kimia Farma No. 7 berada di Jalan H. Juanda No. 30 Bogor yang letaknya strategis dan mudah diakses oleh masyarakat karena terletak di tepi jalan besar dua arah yang cukup ramai, banyak dilalui oleh kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Apotek beroperasi selama 24 jam dan 7 hari dalam seminggu tidak terkecuali di hari besar. Lokasi apotek Kimia Farma ini diperjelas dalam keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang sarana dan prasarana menurut standar pelayanan kefarmasian di apotek, yang menyebutkan bahwa apotek berlokasi pada daerah yang mudah dikenali dan dapat mudah diakses oleh masyarakat. Apotek Kimia Farma No.7 Bogor terdiri dari empat lantai dan berada satu gedung dengan Bisnis Manager wilayah Bogor sehingga lebih memudahkan dalam urusan operasional. Lantai basement digunakan untuk tempat laboratorium klinik, optik dan beberapa praktek dokter. Lantai pertama digunakan untuk kegiatan apotek pelayanan resep umum dan lantai kedua digunakan untuk beberapa praktek dokter dan kegiatan apotek pelayanan resep Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) serta pelayanan resep kredit dari perusahaan/instansi yang telah menjalin kerja sama. Sedangkan lantai 3 digunakan untuk kegiatan Bisnis Manager (BM) untuk wilayah Bogor dan beberapa praktek dokter. Sehingga apotek Kimia Farma No. 7 ini ditunjang dengan sarana dan prasarana yang baik seperti praktek dokter, pelayanan fisioterapi, laboratorium klinik, dan optik. Tata ruang
apotek
terdiri dari ruang tunggu, swalayan,
tempat
penerimaan resep dan kasir, ruang penyimpanan obat, ruang peracikan, ruang apoteker, dan ruang administrasi. Tata ruang dan bangunan Apotek Kimia Farma No. 7 ini sudah sesuai dengan KepMenKes RI No.1332/Menkes/SK/X/2002, dimana bangunan apotek sekurang-kurangnya terdiri dari ruang tunggu, ruang administrasi dan ruang kerja apoteker, ruang penyimpanan obat, ruang peracikan dan penyerahan obat, tempat pencucian obat dan toilet yang dilengkapi dengan 45
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
46
sumber air yang memenuhi syarat kesehatan, penerangan yang baik, ventilasi dan sistem sanitasi yang baik dan memenuhi syarat higienis. Bagian depan apotek juga dilengkapi neon box yang bertuliskan logo Kimia Farma dan berdampingan dengan papan nama bertuliskan praktek dokter sehingga apotek mudah dikenali dan dapat menarik pelanggan terutama yang telah mengenal reputasi Kimia Farma. Bagian depan apotek berupa kaca tembus pandang sehingga dapat terlihat dari luar. Penting untuk mengatur pencahayaan yang masuk ke bagian swalayan farmasi karena menjadi tempat men-display obat OTC sehingga cahaya dan panas matahari yang masuk dapat mempengaruhi suhu ruangan. Ruang tunggu apotek dirasa cukup nyaman karena dilengkapi dengan pendingin ruangan, televisi, dan disediakan koran. Apotek juga dilengkapi sarana penunjang seperti toilet dan mushola yang dapat digunakan oleh pelanggan apotek.Apotek juga harus dilengkapi dengan papan nama yang memuat nama apotek, nama APA (Apoteker Pengelola Apotek), nomor SIA, alamat dan nomor telepon apotek. Penataan swalayan farmasi sudah baik dan bertata rapi. Penataan barang di swalayan farmasi didesain berdasarkan kelompok terapinya dan bentuk sediaannya untuk obat-obatan (medicines) dan berdasarkan penggunaanya, misalnya hair care, skin care dan baby care untuk persedian alkes dan barangbarang di luar kategori medicines. Papan petunjuk yang bertuliskan kelompok tertentu sudah tertata dengan baik, sehingga memudahkan pelanggan atau konsumen untuk mencari produk yang diinginkan, namun dengan penulisan informasi dalam bahasa asing terkadang membuat pelanggan atau konsumen masih kesulitan untuk mencari produk yang dia inginkan, sehingga harus bertanya kepada petugas apotek mengenai letak produk yang dicarinya. Sebagian produk OTC (Over The Counter) masih belum dilengkapi dengan label harga sehingga menyulitkan konsumen untuk mengetahui atau membandingkan harga obat atau barang yang ingin dibelinya. Obat-obat di ruang racik dipisahkan berdasarkan bentuk sediaan dan disusun di rak penyimpanan menurut efek farmakologisnya dan secara alfabetis. Penyusunan obat berdasarkan efek farmakologis dinilai baik karena memudahkan asisten apoteker dan tenaga kefarmasian lainnya untuk mengetahui obat-obat Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
47
yang termasuk ke dalam efek farmakologis tertentu. Selain itu, hal tersebut juga memudahkan tenaga kefarmasian untuk menginformasikan kepada pasien tentang obat tersebut. Selain itu, penyusunan obat berdasarkan kelompok farmakologinya tersebut untuk mengurangi resiko kesalahan terapi apabila terjadi kesalahan pengambilan obat. Obat sediaan padat dan cair yang tidak memerlukan kondisi penyimpanan khusus diletakkan di tempat terpisah dengan tidak terkena cahaya matahari langsung. Obat-obat yang memerlukan kondisi penyimpanan khusus seperti suppositoria, insulin, dan obat dengan suhu penyimpanan khusus disimpan dalam lemari pendingin. Setiap obat diletakkan dalam kotak disertai label nama obat, potensi obat (jika obat tersebut tersedia dalam dua potensi atau lebih) dan dilengkapi dengan kartu stok. Penyimpanan dua macam obat dalam satu kotak atau dua obat sejenis dengan kekuatan yang berbeda memiliki kelemahan, dimana dapat terjadi salah pengambilan obat sehingga dapat merugikan pasien dan juga apotek. Untuk obat-obat generik hanya disusun berdasarkan alfabetis tidak berdasarkan efek farmakologinya. Hal yang juga harus diperhatikan adalah beberapa posisi lemari obat yang tidak ergonomis sehingga menyulitkan pengambilan obat yang dilakukan oleh personil yang bekerja. Penyimpanan obat di kotak obat dilakukan dengan mengeluarkannya dari dus aslinya. Tujuannya agar membuat susunan obat terlihat rapi. Namun perlu diperhatikan bagaimana pengelolaan obat kadaluarsa, khususnya obat yang harusnya dapat dikembalikan kepada distribusi dengan dus aslinya. Penyimpanan obat narkotika dan psikotropika disimpan terpisah dari obatobat lain di dalam lemari khusus yang terdapat pada ruangan tertentu di apotek. Lemari khusus tersebut dilengkapi dengan kunci dan dipegang oleh asisten apoteker penanggung jawab narkotika dan psikotropika. Lemari narkotika dan psikotropika tersebut dikunci setiap selesai digunakan. Hal ini untuk menjamin tidak terjadinya penyalahgunaan obat-obat tersebut. Penggunaan kartu stok dalam pencatatan dan pemasukan dan pengeluaran obat untuk mempermudah penelusuran dengan lebih baik.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
48
5.2 Personalia Apotek KF No.7 dipimpin oleh seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang merangkap sebagai Business Manager (BM) yang bertanggung jawab terhadap keseluruhan kegiatan apotek serta membawahi secara langsung Manajer Apotek Pelayanan yang terdapat di wilayah BM. Petugas apotik lainnya antara lain satu apoteker pendamping yang dibantu oleh asisten apoteker dan juru racik. Apoteker pendamping di apotik hanya satu orang saja sehingga ada waktu dimana kegiatan penyerahan obat, PIO, serta konseling tidak dilakukan oleh apoteker. Oleh karena itu, tugas tersebut digantikan oleh beberapa asisten apoteker yang sudah senior. Dalam melaksanakan sistem pengelolaan apotek, asisten apoteker bekerja dengan merangkap sebagai petugas kasir dan administrasi. Tugas administrasi menjadi tanggung jawab asisten apoteker seperti laporan narkotika, laporan psikotropika, laporan barang rusak dan kadaluarsa, laporan penjualan bebas, dan rekapitulasi tagihan resep kredit ke beberapa instansi. Selain petugas apotek, terdapat beberapa Sales Promotion Girl (SPG) yang ditugaskan di bagian swalayan untuk membantu penjualan produk-produk swalayan dan membantu petugas apotek dalam menyusun produk-produk di area swalayan farmasi.
5.3 Kegiatan Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Apotek Kegiatan pengeloaan perbekalan farmasi di Apotek kimia Farma No. 7 meliputi kegiatan perencanaan, penerimaan, penyimpanan, dan pelayanan obat dan perbekalan farmasi kepada pelanggan. Pengadaan merupakan suatu proses kegiatan yang bertujuan agar tersedia sediaan farmasi dengan jumlah dan jenis yang cukup sesuai dengan kebutuhan pelayanan. Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan dalam jenis dan jumlah yang tepat dengan harga yang ekonomis dan memenuhi persyaratan mutu, keamanan, dan kemanfaatan. Kegiatan pengadaan barang di Apotek Kimia Farma dilakukan secara terpusat oleh bagian pembelian Distribution Centers (DCs) di Business Manager (BM). Sistem DCs ini memiliki beberapa keuntungan, antara lain pembelian barang lebih ekonomis karena dilakukan dalam jumlah besar sehingga potongan harga yang diperoleh lebih besar. Dasar perencanaan pengadaan sistem ini dibuat Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
49
berdasarkan stock level seluruh apotek pelayanan berdasarkan rata-rata penjualan per hari yang diperoleh dari data I minimal 1 bulan dari masing-masing apotek. Dengan sistem informasi manajemen yang terintegrasi maka dapat diketahui stock level mulai dari pareto A hingga C, buffer stock, serta lead time untuk masing-masing apotek. Dengan demikian perencanaan persediaan dapat ditentukan dengan cepat. Distribution centers (DCs) menjalankan fungsi QR Delivery system (Quick Response Delivery System) yaitu sistem monitoring dan pengisian persediaan di apotek (Reorder Point of Purchase) untuk mengurangi lead time, sehingga apotek dapat mengurangi cost inventory investment dan diharapkan dapat memperbaiki tingkat pelayanan apotek kepada konsumen. Namun, terdapat kendala dari sistem DC ini dimana terkadang terjadi ketidakcocokan antara
data persediaan di
komputer dengan stok fisik barang. Hal ini dapat menyebabkan pelayanan obat di apotek menjadi lebih lama karena masalah kekosongan persediaan karena memerlukan waktu untuk pengambilan barang CITO langsung ke gudang. Penyebab lain yang juga menyebabkan kekosongan/kelebihan persediaan, yaitu perencanaan persediaan yang tidak akurat dan kurangnya disiplin dari petugas dalam menjaga stok obat dilemari penyimpanan (penyimpanan yang tidak rapi, tercecer ditempat lain atau persediaan rusak atau hilang). Oleh karena itu, jumlah stok barang di komputer (sistem informasi manajemen) diharapkan dapat sama dengan stok fisiknya. Untuk obat dalam golongan narkotika dan psikotropika, pengadaan dilakukan dengan cara melakukan pemesanan langsung ke PBF dengan lembar Surat Pemesanan (SP) khusus. SP Narkotika dan SP psikotropika yang telah dibuat harus dibuat dengan mencantumkan nama dan SIPA Apoteker Pengelola Apotek (APA). Untuk pemesanan narkotika, pemesanan dilakukan ke PBF Kimia Farma selaku distributor tunggal. Kegiatan pendistribusian barang dari gudang DCs ke apotek pelayanan dilakukan 2 kali dalam seminggu yaitu setiap hari rabu dan sabtu. Penerimaan barang
dilakukan oleh AA dengan memeriksa kesesuaian jenis, spesifikasi,
jumlah, mutu, expired date antara barang yang diterima dengan form dropping
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
50
barang apotek dari DCs. Apabila ditemukan ketidaksesuaian, maka petugas apotek dapat langsung mengkonfirmasikan kepada petugas DC. Barang yang datang dari DCs kemudian disimpan di dua area yaitu area apotek dan area swalayan farmasi. Pada area apotek, obat disimpan dalam rak-rak obat dan di setiap barisnya obat dimasukkan ke dalam kotak obat. Penyimpanan obat di Apotek Kimia Farma No.7 sudah sesuai dengan program GPP (Good Pharmacy Practice), yaitu penyimpanan dilakukan berdasarkan kelas terapi yang dikombinasi dengan bentuk sediaan dan alfabetis. Hal ini baik dilakukan untuk meminimalisasi kesalahan penyerahan obat dan juga memudahkan apoteker untuk memberikan alternatif obat pengganti yang mengandung zat aktif yang sama. Untuk produk tertentu seperti produk supossitoria, vaksin, dan serum disimpan pada kondisi khusus dalam lemari pendingin (2-8°C). Penyimpanan obat tertentu seperti narkotika, psikotropika dan obat mahal yang diletakkan di lemari yang terkunci dan hanya dapat diakses oleh AA yang diberi kuasa untuk memegang kunci. Obat-obat yang dimasukkan dalam rak-rak obat ditulis dalam kartu stok. Pencatatan kartu stok juga sebaiknya diisi dengan rapi, lengkap, dan benar. Hal ini penting untuk menjaga agar stok obat terkontrol dengan baik serta sesuai antara jumlah fisik obat dengan jumlah pada kartu stok. Namun, hal ini sering dilupakan terutama pada jam-jam sibuk apotek. Oleh karena itu, pada saat stock opname dilakukan, banyak ditemukan ketidakcocokan antara jumlah fisik barang dan jumlah pada kartu stok. Penyimpanan obat sebaiknya menerapkan prinsip First In First Out (FIFO)dan First Expired First Out (FEFO) serta didukung dengan catatan penyimpanan yang untuk mengontrol sediaan farmasi baik secara manual maupun komputerisasi (Departemen Kesehatan RI, 2008). Prinsip FIFO dan FEFO masih kurang mendapat perhatian dari petugas apotek sehingga masih banyak ditemukan obat-obat yang waktu kadaluarsanya dekat belum terjual.Oleh karena itu setiap petugas apotek yang diberi tanggung jawab untuk mengontrol stok obat yang ada di lemari penyimpanan sebaiknya lebih dapat mengoptimalisasi kerjanya agar dapat mencegah ketidaksesuaian stok dan kadaluarsa obat. Upaya yang telah dilakukan dalam mengelola expired date obat dengan
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
51
memberi label warna yang menunjukkan tahun daluarsa obat pada setiap kotak obat. Namun, hal tersebut tidak cukup dilakukan hanya satu kali, melainkan harus dilakukan secara berkala. Buku/ kartu stok barang digunakan sebagai catatan manual untuk mengetahui waktu, sumber, jumlah, dan petugas yang melakukan pemasukan/pengeluaran obat.
5.4 Kegiatan Pelayanan Apotek Kegiatan pelayanan yang dilakukan di Apotek Kimia Farma No. 7 adalah melakukan pelayanan resep dokter, penjualan obat bebas dan bebas terbatas/OTC (Over the Counter) dan perbekalan farmasi
lainnya yang dikenal sebagai
pelayanan HV (Hand Verkoop), serta penjualan obat OWA (Obat Wajib Apotek) yang dikenal sebagai pelayanan UPDS (Upaya Pengobatan Diri Sendiri). Apotek Kimia Farma No.7 terdapat dua pelayanan resep yaitu resep tunai dan resep kredit. Pelayanan resep untuk resep tunai dan resep pasien kredit mempunyai alur yang sama. Yang membedakan untuk resep umum pasien melakukan pembayaran sedangkan resep kredit tidak dilakukan pembayaran. Alur pelayanan resep yang pertama yaitu resep diterima dari pasien oleh petugas kasir. Kemudian resep yang diterima dicek kelengkapannya. Setelah dicek kelengkapan resep, lalu resep tersebut diberi harga sesuai dengan obat-obat yang diinginkan pasien. Kemudian setelah resep diberi harga, dilakukan kegiatan dispensing oleh petugas yang berbeda. Petugas yang berbeda diharapkan terjadi beberapa kali pengecekan dari awal resep diterima sampai obat akan diserahkan kepada pasien. Hal ini dimaksud untuk menghindari kesalahan dalam dispensing obat. Dalam melakukan kegiatan dispensing obat, juru racik menggunakan alat pelindung diri (APD) untuk meracik obat baik kapsul, puyer, salep, atau sediaan lainnya. APD yang dapat digunakan adalah tutup kepala, sarung tangan, masker dan jas lab. APD digunakan untuk mencegah terjadinya kontaminasi produk obat dari lingkungan dan juga melindungi petugas dari paparan obat. Namun terkadang ada petugas yang tidak menggunakan APD secara lengkap. Hal ini sebaiknya dilakukan untuk mencegah terjadinya kontaminasi produk obat dengan lingkungan dan juga melindungi petugas dari paparan obat.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
52
Selanjutnya setelah dispensing obat adalah pembuatan etiket obat. Etiket obat harus mencantumkan nama obat,
jumlah obat, dan tanggal kadaluarsa
disamping aturan pakai obat. Sesuai dengan GPP hal ini bertujuan untuk menjamin kemanan pasien dalam menggunakan obat. Untuk pemakaian obat antibiotik, apotek telah menyediakan stiker khusus yang berisi perhatian untuk meminum habis obat antibiotik. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai dengan pemberian informasi obat. Sebelum obat diserahkan, petugas melakukan pemeriksaan akhir untuk memastikan kesesuaian antara penulisan etiket dengan resep. Pengecekan dilakukan oleh apoteker yang menyerahkan obat. Pelayanan Informasi Obat (PIO) diberikan oleh apoteker kepada
pasien
pada saat
penyerahan obat. Informasi obat yang diberikan meliputi nama obat dan indikasi, cara pakai, aturan pakai, waktu minum obat, dan informasi penting
lainnya
seperti yang tertera pada label untuk antibiotik, yaitu obat harus dihabiskan, dan lain-lain. Konseling diberikan pada pasien yang membutuhkan konseling terkait dengan pengobatan yang diberikan oleh dokter atau karena permintaan pasien sendiri. Pengawasan dalam penyiapan obat dilakukan dengan dilakukan dengan mengisi kolom EATRPS pada lembar struk resep. EATRPS adalah singkatan dari Etiket, Ambil, Timbang, Racik, Periksa, dan Serah. Setiap petugas yang melaksanakan
masing-masing
pekerjaan
tersebut
menandatangani
atau
memberikan paraf pada kolom yang tersedia. Hal ini untuk memudahkan dalam monitoring kerja petugas dan untuk menghindari kesalahan dalam melakukan penyiapan obat. Pelayanan non resep di Kimia Farma No.7 antara lain pelayanan obat OTC dan UPDS (Upaya Pengobatan Diri Sendiri). Konsep yang dijalankan adalah konsep WWHAM (Who, What, How, Action, Medicine) yang dilakukan untuk menentukan terapi yang tepat harus dipastikan obat yang akan dibeli untuk siapa, gejala apa yang dirasakan dan sudah berapa lama berlangsung, pengobatan apa yang sudah diberikan untuk mengobati penyakit, dan obat-obat lain yang sedang dikonsumsi. Dalam pelayanan UPDS, apotek menjual obat-obat yang telah masuk dalam DOWA (Daftar Obat Wajib Apotek). Dalam proses pelayanan UPDS, petugas akan menanyakan pasien mengenai tujuan penggunaan obat yang akan Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
53
dibeli dan apakah pasien telah sering menggunakan obat tersebut. Apabila pasien belum pernah mendapatkan obat sebelumnya, dan obat tersebut tidak terdapat di daftar OWA, pasien akan merekomendasikan untuk memeriksakan diri ke dokter terlebih dahulu. Jumlah layanan resep maupun non-resep di Apotek Kimia Farma No. 7 cukup banyak, terutama pada saat jam praktik dokter sehingga membuat pelayanan apotek tidak dapat berjalan secara maksimal. Lamanya pelayanan menimbulkan ketidakpuasan bagi pasien. Hal ini harus dihindari karena justru akan memperburuk citra apotek. Saat menerima resep pasien dapat diberitahu terlebih dahulu terutama resep racikan bahwa penyiapan resep akan memakan waktu sehingga diharapkan pasien dapat bersabar dan menunggu antrian.
5.5 Kegiatan Pengarsipan dan Pengelolaan Resep asli dikumpulkan berdasarkan tanggal yang sama dan diurutkan sesuai nomor resep kecuali resep dengan pembayaran kredit. Resep yang berisi narkotika dan psikotropika dipisahkan dan nama narkotika digarisbawahi dengan tinta merah. Resep dibendel sesuai dengan kelompoknya. Bendel resep ditulis keterangan kelompok resep (umum atau narkotika & psikotropika), tanggal, bulan,
dan tahun yang mudah dibaca dan disimpan ditempat yang telah
ditentukan.
Penyimpanan bendel resep yang dilakukan secara berurutan dan
teratur dimaksudkan untuk memudahkan petugas jika sewaktu-waktu diperlukan penelusuran resep. Resep narkotika dan psikotropika disimpan terpisah untuk memudahkan penyususnan laporan ke Dinas Kesehatan wilayah setempat. Penyimpanan disatukan bersama dengan arsip laporan bulanan narkotika dan psikotropika. Semua resep disimpan selama 3 tahun sebelum dimusnahkan. Pelaporan penggunaan narkotika dan psikotropika dilakukan sebulan sekali dengan menyerahkan Laporan Penggunaan Sediaan jadi Narkotika dan Laporan Penggunaan Sediaan Jadi Psikotropika ke Kepala Dinas Kesehatan Bogor dan arsip untuk apotek. Penyusunan laporan dilakukan oleh asisten apoteker yang diberikan tanggung jawab oleh APA. Sedangkan laporan untuk barang rusak dan kadaluarsa dilakukan 3 bulan sekali bersamaan dilakukannya
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
54
stock opname. Pada laporan tersebut dirinci nama obat, jumlah, dan tanggal kadaluarsa.
5.6 Kegiatan Administrasi dan Keuangan Pengelolaan kegiatan administrasi dan keuangan digunakan Kimia Farma Informasi Sistem (KIS) untuk
seluruh Apotek Kimia Farma yang ada di
Indonesia. Dengan adanya KIS maka kegiatan yang berhubungan dengan administrasi apotek dapat dilakukan dengan cepat dan terkontrol. Fungsi keuangan diselenggarakan oleh kasir besar yang bertanggung jawab langsung kepada Bisnis Manajer. Sedangkan petugas kasir kecil menyetorkan uang hasil penjualan
setiap
shift
(kasir di apotek)
dengan menyertakan bukti
setoran kasir. Bukti setoran kasir akan dicocokkan terlebih dahulu jumlahnya dengan Laporan Ikhtisar Penjualan Harian (LIPH) oleh supervisor sebelum diserahkan kepada kasir besar. Jumlah fisik uang dengan jumlah penjualan yang ada di LIPH
harus sama, jika terjadi ketidakcocokan maka harus dicari
penyebabnya apakah ada transaksi yang belum dimasukkan atau ada penyebab lainnya. Untuk menghindari kemungkinan terjadinya penyimpangan uang, kasir kecil tidak bisa membuka LIPH. LIPH hanya dapat dibuka oleh petugas-petugas tertentu seperti supervisor dan petugas administrasi kas bank sehingga mekanisme pengontrolan uang dapat dilakukan dengan baik untuk mencegah kehilangan uang. Secara umum, fungsi keuangan di apotek ini telah berjalan dengan baik sesuai dengan standar prosedur operasional yang ditetapkan.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan a. Kegiatan pelayanan kefarmasian yang dilakukan di Apotek Kimia Farma No.7 Bogor meliputi pelayanan resep dokter, pelayanan swamedikasi/usaha penyembuhan diri sendiri (UPDS), pelayanan swalayan farmasi, manajemen perbekalan farmasi, dan perbekalan kesehatan. b. Apoteker Kimia Farma No. 7 Bogor telah melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pengelola apotek baik dalam bidang teknis kefarmasian dan fungsi non teknis kefarmasian c. Peran dan fungsi apoteker dalam aspek manajerial di apotek Kimia Farma No. 7 telah berjalan dengan baik yaitu, melakukan pengawasan seluruh aspek pelayanan kefarmasian, pengelolaan perbekalan farmasi dan perbekalan kesehatan dimulai dari pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pengelolaan dan penyaluran sediaan farmasi di apotek. Selain itu, melakukan pengelolaan dan administrasi mengenai keuangan apotek
6.2 Saran a. Penulisan stok barang di kartu stok dilakukan dengan disiplin dan tanggung jawab sehingga dapat riwayat pengeluaran atau pemasukan obat dapat diketahui b. Produk farmasi maupun non-farmasi yang ada di swalayan hendaknya diberi label harga sehingga memudahkan pelayanan bagi pasien dan efisiensi waktu. c. Hendaknya digunakan slogan sebagai jaminan waktu tunggu untuk resep racikan sehingga meningkatkan kepuasan pelanggan.
55
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. (1978). Peraturan Menteri Kesehatan No.28/Menkes/Per/I/1978 tentang Penyimpanan Narkotika. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. (1980). Apotek. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 1980. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. (1990). Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 347/MenKes/SK/VII/1990 Tentang Obat Wajib Apotek. Jakarta Departemen Kesehatan RI. (1993). Peraturan Menteri Kesehatan No. 922 Tahun 1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. (1997). Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan No.1322/Menkes/SK/X/2002 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. (2004). Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/Menkes/Sk/IX/2004. Jakarta: Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Depkes RI. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006). Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas. Jakarta: Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan RI. (2008). Petunjuk Teknis Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/Menkes/Sk/IX/2004. Jakarta: Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Depkes RI. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 889/MENKES/PER/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 56
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
57
Peraturan Pemerintah RI No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Undang-Undang Republik Indonesia No. 35 tahun 2009 Tentang Narkotika. Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. Undang-Undang Republik Indonesia No. 39 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Umar, M. (2011). Manajemen Apotek Farmasi. Jakarta : Wira Putra Kencana.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
LAMPIRAN
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
59
Lampiran 1. Contoh formulir APT-1
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
60
Lampiran 2. Contoh formulir APT-2
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
61
Lampiran 3. Contoh formulir APT-3
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
62
(lanjutan)
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
63
(lanjutan)
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
64
(lanjutan)
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
65
Lampiran 4. Contoh formulir APT-4
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
66
Lampiran 5. Contoh formulir APT-5
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
67
(lanjutan)
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
68
(lanjutan)
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
69
Lampiran 6. Contoh formulir APT-6
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
70
Lampiran 7. Contoh formulir APT-7
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
71
Lampiran 8. Surat pesanan barang
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
72
Lampiran 9. Form dropping barang dari gudang (DCs) ke apotek
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
73
Lampiran 10. Formulir serah terima barang DCs
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
74
Lampiran 11. Bon permintaan barang apotek
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
75
Lampiran 12. Kartu/ buku stok obat
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
76
Lampiran 13. Alur pelayanan resep
Penerimaan Resep
Resep Tunai
Resep Kredit
Pemeriksaan kelengkapan resep
Pemeriksaan kelengkapan administrasi
Resep dihargai & diberi nomor urut
Pemberian nomor urut
Bagian peracikan & penyiapan obat
Obat racikan diracik & obat jadi disiapkan
Pemberian etiket & pemeriksaan
/ Copy resep
Penyerahan obat
Obat diterima oleh pasien/pelanggan
Resep di simpan oleh petugas
Penagihan pada masing-masing instansi atau perusahaan sesuai perjanjian kerja sama
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
Resep di simpan oleh petugas
77
Lampiran 14. Salinan Resep/ Copy resep
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
78
Lampiran 15. Etiket obat
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
79
Lampiran 16. Label obat
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
80
Lampiran 17. Kemasan obat
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
81
Lampiran 18. LIPH
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
PENYAKIT REMATIK
TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
RANI WULANDARI, S. Farm 1306344103
ANGKATAN LXXVIII
FAKULTAS FARMASI PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2014
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
PENYAKIT REMATIK
TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar profesi Apoteker
RANI WULANDARI, S. Farm 1306344103
ANGKATAN LXXVIII
FAKULTAS FARMASI PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2014 ii
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL ....................................................................................... i HALAMAN JUDUL ......................................................................................... ii DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ iv DAFTAR TABEL .............................................................................................. v 1. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1 1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1 1.2 Tujuan ..................................................................................................... 1 2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 2 2.1 Anatomi dan Fusiologi Sendi .................................................................. 2 2.2 Definisi Rematik ...................................................................................... 3 2.3 Jenis Rematik ........................................................................................... 4 2.3.1 Osteartritis ..................................................................................... 4 2.3.2 Artritis Reumatoid ......................................................................... 12 2.3. 3 Gout Artritis ................................................................................. 21 3. METODE PENGKAJIAN ........................................................................ 32 3.1 Lokasi dan Waktu………………………………………………...............32 3.2 Metodologi Pengkajian…………………………………………............ 32 4. KAJIAN RESEP DAN PEMBAHASAN ................................................ 33 4.1 Kajian resep di Apotek Kimia Farma 6 ................................................. 33 4.2 Kajian resep di Apotek Kimia Farma 7 ................................................. 40 5. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 45 5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 45 5.2 Saran ...................................................................................................... 45 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 46
iii
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Sendi Normal ................................................................................... 3 Gambar 2.2 Karakteristik Osteoartrtis pada sendi aiartodial .............................. 5 Gambar 2.3 Pengobatan Osteoartritis ............................................................... 11 Gambar 2.4 A. Skema persendian normal. B. Skema Persendian dengan atritis reumatoid yang menunjukkan kerusakan kartilago dan tulang. ............................................................................................ 13 Gambar 2.5 Algoritma terapi artritis reumatoid. ................................................ 16 Gambar 2.6 Metabolisme Purin dalam Tubuh ................................................... 23 Gambar 2.7 Algoritma terapi untuk terapi arthritis gout .................................. 26 Gambar 4.1. Resep rematik di Apotek Kimia Farma 6 ..................................... 33 Gambar 4.2. Resep rematik di Apotek Kimia Farma 7 ..................................... 40
iv
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Obat-Obat untuk OA ........................................................................... 9 Tabel 2.2 AINS dan Dosisnya ........................................................................... 17 Tabel 2.3 Obat dan Dosis pada Terapi AR serta Monitoringnya ...................... 20 Tabel 4.1 Kelengkapan Administratif Resep Apotek Kimia Farma No.6 ............ 35 Tabel 4.2 Kesesuaian Farmasetik Resep Apotek Kimia Farma No.6................... 35 Tabel 4.3 Komposisi dan Sediaan Pada Resep Apotek Kimia Farma No.6 ......... 36 Tabel 4.4 Indikasi Obat pada Resep Apotek Kimia Farma No.6 ......................... 36 Tabel 4.5 Mekanisme Kerja Obat pada Resep Apotek Kimia Farma No.6 .......... 37 Tabel 4.6 Efek Samping Obat pada Resep Apotek Kimia Farma No.6 ............... 37 Tabel 4.7 Dosis Obat pada Resep Apotek Kimia Farma No.6 ........................... 38 Tabel 4.8 Interaksi Obat pada Resep Apotek Kimia Farma No.6 ........................ 38 Tabel 4.9 Kelengkapan Administratif Resep Apotek Kimia Farma No.7 ............ 41 Tabel 4.10 Kesesuaian Farmasetik Resep Apotek Kimia Farma No.7 ................ 41 Tabel 4.11 Efek Samping Obat pada Resep Apotek Kimia Farma No7 .............. 42 Tabel 4.12 Dosis Obat pada Resep Apotek Kimia Farma No.7 ........................... 42 Tabel 4.13 Interaksi Obat pada Resep Apotek Kimia Farma No.7 ...................... 43
v
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Arthritis atau rematik adalah istilah umum bagi peradangan (inflamasi) dan pembengkakan di daerah persendian. Penyakit ini cukup banyak menyerang masyarakat Indonesia pada usia 25-74 tahun dengan prevalensi dan keparahan yang meningkat dengan usia.. Penyakit rematik terkadang dianggap bukan permasalahan besar karena jarangnya pasien yang berakhir
pada kematian.
Namun jika penyakit ini tidak segera ditangani dapat mengalami hambatan aktivitas sehari-hari karena rasa sakit yang timbul ataupun anggota tubuh yang tidak dapat berfungsi normal. Gejala klinis yang sering adalah rasa sakit, ngilu, kaku, atau bengkak di sekitar sendi. Arthritis dapat mempengaruhi bagian lain dari tubuh; menyebabkan rasa sakit, kehilangan kemampuan bergerak dan kadang bengkak Terdapat lebih dari 100 macam penyakit yang mempengaruhi daerah sekitar sendi. Yang paling banyak adalah Osteoarthritis (OA), arthritis gout (pirai), arthritis rheumatoid (AR), dan fibromialgia. Dengan semakin banyaknya masyarakat yang mengidap penyakit ini maka diperlukan suatu kepedulian dari tenaga kesehatan seperti apoteker untuk berperan serta dalam pemberian informasi yang benar untuk penyakit tersebut. Dengan tugas khusus ini diharapkan agar dapat menambah informasi bagi apoteker yang bekerja di sarana pelayanan umum sehingga dapat berkontribusi dalam peningkatan kualitas pelayanan kesehatan sehingga tercapai tujuan pengobatan pasien.
1.2 Tujuan Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengkaji lebih dalam mengenai penyakit rematik, yang meliputi definisi, etiologi, patofisiologi, klasifikasi, diagnosa
dan
pemeriksaan
laboratorium
serta
terapi
farmakologi
dan
nonfarmakologi.
1
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi Sendi Sendi adalah tempat pertemuan dua atau lebih tulang. Tulang-tulang ini dipadukan dengan berbagai cara, misalnya dengan kapsul sendi, pita fibrosa, ligamen, tendon, fasia, atau otot. Terdapat tiga tipe sendi: 1. Sendi fibrosa (siantrodial) merupakan sendi yang tidak dapat bergerak. Dapat dibedakan menjadi dua: a. Sinartrosis sinfibrosis: sinartrosis yang tulangnya dihubungkan jaringan ikat fibrosa. Contoh: persendian tulang tengkorak. b. Sinartrosis sinkondrosis: sinartrosis yang dihubungkan oleh tulang rawan. Contoh: hubungan antarsegmen padatulang belakang.
2. Sendi sinovial (diartrodial) merupakan
sendi
yang
dapat
digerakkan
dengan
bebas.
Dapat
dikelempokkan menjadi: a. Sendi peluru: persendian yang memungkinkan pergerakan ke segala arah. Contoh: hubungan tulang lengan atas dengan tulang belikat. b. Sendi pelana: persendian yang memungkinkan beberapa gerakan rotasi, namun tidak ke segala arah. Contoh: hubungan tulang telapak tangan dan jari tangan. c. Sendi putar: persendian yang memungkinkan gerakan berputar (rotasi). Contoh: hubungan tulang tengkorak dengan tulang belakang I (atlas). d. Sendi luncur: persendian yang memungkinkan gerak rotasi pada satu bidang datar. Contoh: hubungan tulang pergerlangan kaki. e. Sendi engsel: persendian yang memungkinkan gerakan satu arah. Contoh: sendi siku antara tulang lengan atas dan tulang hasta. 3. Sendi kartilaginosa, (amfiartrodial) merupakan sendi yang dihubungkan oleh jaringan tulang rawan sehingga memungkinkan terjadinya sedikit gerakan. 2
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
3
a. Sindesmosis: Tulang dihubungkan oleh jaringan ikat serabut dan ligamen. Contoh:persendian antara fibula dan tibia. b. Simfisis: Tulang dihubungkan oleh jaringan tulang rawan yang berbentuk seperi cakram. Contoh: hubungan antara ruas-ruas tulang belakang.
Gambar 2.1 Sendi normal
2.2 Definisi Rematik Rematik adalah sekumpulan penyakit yang melibatkan sistem tulang, sendi, otot dan jaringan lunak di sekitarnya (ligamen, tendon, entesis), serta gangguan pada sistem imun (sistem kekebalan tubuh). Terdapat lebih dari 100 penyakit yang termasuk ke dalam kelompok rematik, dan sebagian besar mempunyai keluhan utama yang sama yaitu nyeri sendi. Jadi, seseorang dengan keluhan nyeri sendi harus dibedakan diagnosisnya. Menegakkan diagnosis penyakit reumatologis sangat tergantung pada pola klinis, karena pola keterlibatan sendi, struktur periartikular, dan jaringan ikat biasanya sangat khas untuk keadaan tertentu. Ada tiga pola yang diketahui: a. Ganguan lokal dimana terdapat satu sendi yang bengkak/area yang terasa nyeri (misalnya gout, nyeri punggung bawah, tennis elbow) disebabkan oleh peradangan, infeksi, atau ganguan mekanis dan biasanya timbul sebagai sindrom nyeri regional.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
4
b. Gangguan meluas yang menyebabkan gejala terutama pada salah satu komponen sistem muskuloskeletal, seperti artritis reumatoid (RA) jika terutama mengenai sendi. c. Gangguan meluas dengan tambahan manifestasi ekstra-artikular: melibatkan banyak komponen sistem muskoskeletal dan jaringan ikat., misalnya lupus eritematosus sistemik (SLE) yang mengenai sendi, kulit, permukaan serosa, dan juga organ utama seperti ginjal dan otak.
2.3 Jenis Rematik. Terdapat beberapa penyakit rematik yang sering ditemui antara lain , Osteoartritis/pengapuran, Artritis reumatoid, Artritis gout/pirai (asam urat) dan lainnya. Berikut penjelasan mengenai beberapa penyakit rematik.
2.3.1
Osteoatritis
Osteoatritis (OA) merupakan penyakit yang berkembang dengan lambat, biasa mempengaruhi terutama sendi diartrodial perifer dan rangka aksial. Penyakit ini ditandai dengan kerusakan dan hilangnya kartilago artikular yang berakibat pada pembentukan osteofit, rasa sakit, pergerakan yang terbatas, deformitas, dan ketidakmampuan. Inflamasi dapat terjadi atau tidak pada sendi yang dipengaruhi.
2.3.1.1 Etiologi dan patogenesis osteoatritis Beberapa faktor risiko yang berperan dalam kejadian OA diantaranya adalah kadar estrogen rendah, kadar insulin-like growth factor 1 (IGF1) rendah, usia, obesitas, jenis kelamin wanita, ras, genetik, aktifitas fisik yang melibatkan sendi yang bersangkutan, trauma, tindakan bedah orthopedik seperti menisektomi, kepadatan massa tulang, merokok, endothelial cell stimulating factor dan diabetes mellitus. OA idiopatik, terutama pada sendi DIP (nodus Heberden), memiliki dasar genetik yang kuat dengan pola penurunan secara dominan pada wanita dan pola resesif pada pria. Meski berlainan proses kejadian OA pada sendi penumpu berat badan atau bukan, nyatanya ada kesamaan akibat yang ditimbulkannya, yakni kerusakan Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
5
rawan sendi. Dasar utama konsep degenerasi pada patogenesis OA adalah proses wear and tear, yaitu kerusakan sendi yang diikuti perbaikan sebagai respons tulang subkhondral yang tampak berupa pembentukan osteofit atau spur. Konsep ini umumnya dikaitkan dengan faktor risiko usia dan beban biomekanik pada sendi tanpa mengabaikan proses inflamasi yang terjadi secara bersamaan. Teoritis, proses
perbaikan
tersebut
dapat
dideteksi
melalui
pengukuran
2,6-
dimethyldifuro8-pyrone (DDP) yang merupakan petanda mutakhir degradasi rawan sendi. Selain itu, tampak peningkatan granulocyte macrophage-colony stimulating factor (GMCSF) yang berperan pada metabolisme khondrosit. Sedangkan efusi yang terjadi pada beberapa kasus OA berkaitan dengan peran sinovium yang berfungsi dalam sintesis cairan sendi. Gambaran patofisiologisnya adalah kerusakan progresif pada kartilago dengan terbentuknya fisura-fisura dan kemudian bisa sampai denudasi tulang. Hipertropi tulang reaktif yang terjadi setelah hilangnya kartilago akan menimbulkan pembentukan osteofit yang khas. Tulang subkondral di bawahnya mengalami remodelisasi dan mungkin menyebabkan pembentukan kista dan sklerosis. Tonjolan-tonjolan tulang pada osteofitosis, sklerosis subkondral, dan kista tampak jelas pada foto rontgen polos dan menjadi temuan radiologis utama OA.
Gambar 2.2 Karakteristik osteoatritis pada sendi diartodial
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
6
2.3.1.2 Manifestasi klinik a. Nyeri yang bersifat tumpul pada sendi yang terkena terutama saat aktivitas. b. Kaku, terutama setelah imobilisasi (tidak bergerak beberapa saat). Biasanya berkurang setelah beberapa menit atau setelah sendi digerakkan. c. Gesekan permukaan sendi yang tidak rata (crepitus) saat digerakkan. d. Bengkak. Jika bengkaknya bersifat lunak merupakan hasil dari cairan tambahan di synovium. Jika bengkaknya bersifat keras merupakan hasil dari tulang-tulang yang menonjol. e. Perubahan bentuk sendi, yang disebabkan oleh bentuk tulang yang berubah dan otot yang kejang. f. Rentang gerak sendi menjadi terbatas
2.3.1.3 Diagnosa Osteoatritis Osteoarthritis biasanya terjadi pada pasien dengan kondisi sebagai berikut: a.
Usia diatas 50 tahun.
b.
Memiliki rasa nyeri pada sendi yang tidak kunjung hilang, dan rasa nyeri bertambah seiring penggunaan sendi.
c.
Tidak mengalami kekakuan sendi pada pagi hari atau kekauan sendi berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Diagnosis OA sederhana dikerjakan dengan menggali riwayat pengobatan
pasien, pemeriksaan fisik, dan temuan radiologi. Sasaran Diagnosis adalah membedakan arthritis primer dan sekunder serta menegaskan sendi mana yang terkena, keparahannya dan respon terhadap terapi sebelumnya yang menjadi dasar pengobatan sebelumnya.
2.3.1.4 Terapi Farmakologi dan Nonfarmakologi Terapi farmakologis untuk penatalaksanaan rasa nyeri, paling efektif bila dikombinasikan dengan strategi terapi non farmakologis. 1. Terapi Non Farmakologis untuk OA : a. Edukasi pasien b. Terapi Fisik, okupasional, aplikasi dingin/panas Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
7
c. Latihan Fisik d. Istirahat dan merawat persendian e. Penurunan berat badan f. Bedah (pilihan terakhir) g. Akupunktur h. Biofeedback i.
Cognitive Behavioural Therapy
j.
Hipnosis
k. Teknik relaksasi (yoga dan meditasi), dll.
2.
Terapi Farmakologis untuk OA :
a. Parasetamol ACR (American College of Rheumatology) merekomendasikan parasetamol sebagai obat pertama dalam penatalaksanaan nyeri, karena relatif aman, efikasi, dan harga murah dibanding NSAID. Penghilang rasa sakit setara dengan aspirin, naproksen, ibuprofen, dan beberapa NSAID bagi beberapa pasien dengan OA. Walau demikian ada beberapa pasien mempunyai respons lebih baik dengan NSAID2. Tidak mengurangi peradangan. Tidak mengiritasi lambung, relatif lebih aman, harga lebih murah. Peringatan: pasien dengan penyakit hati, peminum berat alkohol, dan yang minum antikoagulan atau NSAID harus hati-hati minum parasetamol. Drug of choice bagi pasien dengan masalah ginjal. Paracetamol bekerja pada susunan saraf pusat (SSP) untuk menghambat sintesa prostaglandin, (yang berfungsi meningkatkan sensasi rasa nyeri). Dengan cara memblok kerja siklooksigenase pusat. Parasetamol oral diabsorpsi, mencapai konsentrasi puncak 1-2 jam, diaktivasi di hati dengan cara konjugasi dengan sulfat atau glukoronid, dan metabolitnya diekskresi lewat ginjal. Parasetamol, penurun rasa sakit ringan sampai sedang, 2,6-4g/hari setara dengan aspirin 650mg empat kali sehari, ibuprofen 1200-2400mg/hari, naproksen 750mg/hari, seperti halnya NSAID lain
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
8
b. NSAID (Non Steroidal Anti Inflammatory Drug) Obat NSAID Nonselective, yaitu Aspirin (Obat bebas),Ibuprofen (Obat bebas), Diklofenak, Naproksen, Sulindak, Ketoptofen, Indometasin, Tolmetin, Piroksikam. Sedangkan yang selective diantaranya, Celecoxib dan Valdecoxib.
NSAID (Non Steroidal Anti Inflammatory Drug), dari penelitian tidak ditemukan ranking efikasi. Dokter menyadari pasien akan memilih berdasarkan pengalaman pribadinya. NSAID adalah suatu kelas obat yang dapat menekan inflamasi melalui inhibisi enzim cyclooxygenase (COX). Efek penting dalam mengurangi rasa sakit. NSAID memberikan rasa nyaman bagi banyak orang dengan masalah persendian kronis, tetapi juga menimbulkan masalah penyakit gastrointestinal yang serius. Prinsip mekanisme NSAID sebagai analgetik adalah blokade sintesa prostaglandin melalui hambatan cyclooxcigenase (Enzim COX-1 dan COX-2), dengan mengganggu lingkaran cyclooxygenase. Enzim COX-1 adalah enzim yang terlibat dalam produksi prostaglandin gastroprotective untuk mendorong aliran darah di gastrik dan menghasilkan bikarbonat. COX-1 berada secara terus menerus di mukosa gastrik, sel vaskular endotelial, platelets, renal collecting tubules, sehingga prostaglandin hasil dari COX-1 juga berpartisipasi dalam hemostasis dan aliran darah di ginjal. Sebaliknya enzim COX-2 tidak selalu ada di dalam jaringan, tetapi akan cepat muncul bila dirangsang oleh mediator inflamasi, cedera/luka setempat, sitokin, interleukin, interferon dan tumor necrosing factor. Blokade COX-1 (terjadi dengan NSAID nonspesifik) tidak diharapkan karena mengakibatkan tukak lambung dan meningkatnya risiko pendarahan karena adanya hambatan agregasi platelet. Hambatan dari COX-2 spesifik dinilai sesuai dengan kebutuhan karena tidak memiliki sifat di atas, hanya mempunyai efek antiinflamasi dan analgesik.
c. .Glukosamin dan Chondroitin Glukosamin dan chondroitin sulfate sendiri-sendiri atau dalam kombinasi tidak menurunkan rasa sakit secara efektif untuk keseluruhan kelompok pasien dengan OA lutut. Keduanya efektif untuk subkelompok pasien dengan rasa nyeri yang moderat sampai parah.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
9
d. Obat-obat lain Obat luar seperti krem gosok, spray (capsaicin spray), metilsalisilat. Kortikosteroid yang merupakan antiinflamasi yang kuat, dapat diberikan secara suntik pada sendi. Ini adalah tindakan untuk jangka pendek, tidak disarankan untuk lebih dari 2-3 x suntik per tahun. Tidak diberikan per oral.
Asam
hyaluronidase disuntikkan di sendi, biasanya untuk OA lutut. Zat ini adalah komponen dari sendi, terlibat dalam lubrikasi dan nutrisi sendi.
Tabel 2.1. Obat-obat untuk OA Golongan dan nama obat
Dosis dan Frekuensi
Maksimum (per hari)
325mg – 650mg setiap
4000mg
Analgetika oral a. Asetaminophen
4 – 6 jam atau 1 g, 34x/hari 50mg – 100mg setiap
b. Tramadol
400mg
4 – 6 jam Analgetika topical
Dioleskan pada sendi,
Capsaicin 0,025 atau 0,075 %
-
3 – 4 kali sehari
Suplemen a. Glukosamin sulfat
500mg , 3 kali sehari
1500mg
atau 1500mg per hari b. Jahe dan kunyit
-
-
AINS a. COX non selektif -
Aspirin
325mg – 650mg setiap
3600mg
4 – 6 jam untuk nyeri dan inflamasi mulai 3600mg/hari dalam dosis terbagi -
Diflunisal
500mg – 1000mg, 2
2000mg
kali sehari Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
10
-
100mg – 150mg dalam 200mg
Dikofenak
dosis terbagi -
Indometasin
Ibuprofen
25mg 2– 3x/hari atau
200mg
75 mg SR 1x/hari
150 mg
1200-3200mg/hari,
3200mg
dalam 3-4 dosis terbagi -
150-300 mg/hari,
Ketoprofen
300mg
dalam 3-4 dosis terbagi -
250mg – 500mg, 2
Naproksen
1500mg
x/hari -
Asam mefenamat
250mg setiap 6 jam
1000mg
-
Piroksikam
10-20mg per hari
20mg
100mg 2x/hari atau
200mg
b. COX-2 selektif -
Celekosib
200mg/hari
-
Valdecoxib
10mg/hari,
10 mg
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
11
Gambar 2.3 Pengobatan Osteoartritis
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
12
2.3.2 Artritis reumatoid Artritis reumatoid adalah ganguan autoimun sistemik, ditandai dengan adanya artritis erosif pada sendi sinovial yang simetris dan kronis yang menyebabkan gangguan fungsi yang berat serta kecacatan. Kelainan ini juga dihubungkan dengan adanya manifestasi ekstraartikular dan autoantibodi terhadap imunoglobulin dalam sirkulasi, dikenal sebagai faktor reumatoid (rhemumatoid factor [RF]).
2.3.2.1 Etiologi dan patogenesis artritis reumatoid RA (Reumatoid Arthritis) merupakan manifestasi dari suatu respon sistem imun terhadap antigen asing pada individu-individu dengan predisposisi genetik. Proses ini memicu terjadinya inflamasi, aktivasi sel-sel endotel dan penarikan selsel inflamasi spesifik ke arah sendi, difasilitasi oleh adanya aktivasi molekul adhesi pada endotel pembuluh darah sinovial dan pada sel-sel inflamasi yangberedar di sirkulasi. Bertambah kuatnya proses inflamasi ini muncul sebagai respon terhadap produksi lokal sitokin inflamasi (TNFα dan Interleukin-1 [IL-1] ) di dalam sendi oleh makrofag yang teraktivasi. Jaringan sinovial berproliferasi dan menjadi invasif secara lokal pada persendian. Pannus adalah lesi patologis yang khas pada RA., suatu jarinagn granulasi inflamasi yang menebal. Sel-sel di dalam pannus menghasilkan protease dan kolagenase yang bersifat destruktif. Enzim-enzim ini memperantai erosi kartilago pada tulang subkondral/sambungan kartilago dan terus menuju ke arah dalam sampai kartilago sendi dihancurkan. Destruksi kartilago menyebabkan subluksasi, kerusakan mekanis dan akhirnya menyebabkan ketidakstabilan sendi yang menyebabkan artopati destruktif RA yang khas baik secara klinis maupun secara radiologis.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
13
Gambar 2.4 A. Skema persendian normal. B. Skema Persendian dengan atritis reumatoit yang menunjukkan kerusakan kartilago dan tulang.
2.3.2.2 Manifestasi Klinik Gejala prodromal klinik yang berkembang indsidiously selama beberapa minggu hingga bulan dapat meliputi kelelahan, capek, demam tingkat bawah, hilang selera makan, dan rasa sakit pada persendian kekakuan dan myalgias dapat mengawali peningkatan sinovitis. Pergerakan sendi cenderung menjadi simetrik dan mempengaruhi sendi-sendi kecil pada tangan, pergelangan tangan, dan kaki, siku, bahu, pinggul, lutut, dan pergelangan kaki dapat juga dipengaruhi. Kekakuan persendian umumnya memburuk pada pagi hari, biasanya melebihi 30 menit dan dapat berlangsung sepanjang hari. Pada pemeriksaan, pembengkakan sendi dapat terlihat hanya dengan perabaan. Jaringan terasa lebut dan berpori dan dapat tampak erythematous dan rasa hangat, terutama pada awalawal penyakit. Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
14
2.3.2.3 Diagnosa Reumatoid Atritis a.
Uji Darah
1.
Tingkat Sedimentasi Eritrosit (Erythrocyte Sedimentation Rate/ESR) Dalam uji ESR, sampel sel darah merah ditempatkan ke dalam tabung reaksi.
Kemudian sel-sel tersebut diamati seberapa cepat jatuh ke dasar tabung (diukur dalam satuan milimeter per jam). Jika sel-sel tersebut tenggelam lebih cepat dari biasanya, kemungkinan terdapat kondisi peradangan, seperti rheumatoid arthritis. 2.
Protein C - reaktif (C-Reactive Protein/CRP) Tes CRP dapat menunjukkan ada atau tidaknya peradangan di tubuh dengan
memeriksa berapa banyak CRP yang terdapat dalam darah. CRP diproduksi oleh hati. Jika kadar CRP lebih dari biasanya, dapat disimpulkan terdapat peradangan pada tubuh. 3. Perhitungan Darah Lengkap (Full Blood Count) Perhitungan darah lengkap akan mengukur sel darah merah untuk mengetahui kondisi anemia. Anemia adalah suatu kondisi di mana darah tidak dapat membawa oksigen yang cukup karena kurangnya sel darah. Delapan dari 10 orang dengan rheumatoid arthritis memiliki anemia. Namun, anemia dapat memiliki banyak penyebab, termasuk kurangnya zat besi. Oleh karena itu, memiliki anemia tidak selamanya membuktikan menderita rheumatoid arthritis. 4. Faktor Rheumatoid Tes darah ini memeriksa untuk melihat apakah antibodi spesifik, yang dikenal sebagai faktor rheumatoid, terdapat dalam darah. Antibodi ini ditemukan pada delapan dari 10 orang dengan rheumatoid arthritis. Namun, tidak selalu dapat dideteksi pada kondisi tahap awal. Antibodi ini juga ditemukan pada satu dari 20 orang yang tidak memiliki rheumatoid arthritis, jadi tes ini tidak dapat memastikan rheumatoid arthritis. Jika negatif, tes antibodi lain (anti - CCP) dapat dilakukan, yang lebih spesifik untuk penyakit ini.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
15
b.
Penilaian Sendi
1.
Sinar X Hasil sinar X dari sendi dapat membantu membedakan antara berbagai jenis
arthritis. Serangkaian sinar X juga dapat membantu menunjukkan perbaikan atau perburukan kondisi. 2.
Musculoskeletal Ultrasound USG muskuloskeletal dapat digunakan untuk mengkonfirmasi kehadiran,
distribusi dan tingkat keparahan pada peradangan dan kerusakan sendi. 3.
Magnetic Resonance Imaging (MRI) MRI scan dapat membantu menunjukkan kerusakan yang terjadi pada sendi.
2.3.2.4 Terapi Farmakologi dan Nonfarmakologi Berikut terapi farmakologi dan nonfarmakologi rheumatoid atritis: 1. Terapi non farmakologi : a. Cukup istirahat pada sendi b. Mengurangi berat badan jika gemuk dan obesitas c. Fisioterapi (dilakukan beberapa pergerakan sendi secara sistematis) d. Kompres dingin atau panas e. Pembidaian untuk imobilisasi dan untuk mengistirahatkan satu atau beberapa sendi f. Pembedahan untuk memperbaiki deformitas
2. Terapi farmakologi : Obat antireumatik yang memodifikasi penyakit / disease-modifying antirheumatic drug (DMARD) seharusnya dimulai pada 3 bulan pertama dari onset simtomatik RA. NSAID dan/atau kortikosteroid bisa digunakan untuk pengobatan simtomatik. Keduanya dapat mempengaruhi simtom lebih baik daripada DMARD yang membutuhkan waktu minggu hingga bulan baru terlihat. Namun bagaimanapun juga NSAID tidak mempengaruhi perkembangan penyakit dan penggunaan jangka panjang kortikosteroid memberikan dampak yang tidak diinginkan. Penggunaan DMARD dapat menurunkan jumlah mortalitas akibat RA. Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
16
DMRAD termasuk aden biologi seharusnya diberikan pada semua pasien kecuali dengan keterbatasan penyakit atau penyakit kelas IV. DMRAD yang umumnya
digunakan
adalah
metotreksat
(Rheumatrex,
Trexall),
dan
hydroxychloroquine (Plaquenil), Sulfasalazine, dan leflunomide (Arava) dan agen biologi yang mempunyai aktivitas memodifikasi penyakit termasuk dalam antiTNF drug. obat etanercept (Enbrel), infliximab (Remicade), anakinra (Kineret), adalimumab (Humira), rituximab (Rituxan), dan abatacept (Orencia).
Gambar 2.5 Algoritma terapi artritis reumatoid
Terapi kombinasi dengan dua atau lebih DMRAD ketika menggunakan singleDMRAD tidak efektif. Kombinasi siklosporin-metotreksat serta metotreksatsulfasalzine dan hidroksikloroquin
a. AINS Untuk terapi simtomatik pilihan pertama untuk mengurangi gejala yang timbul akibat AR seperti nyeri, pembengkakan, dan memperbaiki fungsi sendi
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
17
Tabel 2.2 AINS dan Dosisnya Nama
Dewasa(mg)
Anak-anak
Diberikan
Aspirin
2600-5200
60-100mg/kg
4 kali
Diklofenac
150-200
-
3-4 kali
Diflunisal
500-1500
-
2 kali
Etodolak
200-1200
-
3-4 kali
Ibuprofen
1200-3200
20-40mg/kg
3-4 kali
Indometasin
50-200
2-4mg/kg
2-3 kali
Ketoprofen
150-300
-
3-4 kali
Meklofenamat
200-400
-
3-4 kali
Meloksikam
7,5-15
-
Sekali
Naproksen
1000-2000
-
2 kali
Piroksikam
500-1000
10mg/kg
2 kali
Refekosib
10-20
-
Sekali
Selekosib
12,5-50
-
Sekali
Sulindak
200-400
-
1-2 kali
Tolmetin
300-400
-
2 kali
600-1800
15-30mg/kg
3-4 kali
b. DMARDs AINS merupakan terapi simtomatik utama untuk nyeri dan inflamasi, tetapi efeknya sangat kecil bahkan tidak ada dalam mengurangi progresif kerusakan tulang, tulang rawan, tulang sendi. DMARD dapat mengubah perjalanan penyakit atau memperlambat kerusakan pada tulang dan sendi dan sekitarnya. Kerjanya sangat lambat, maka diperlukan terapi dalam jangka yang lama, yaitu mulai dari 6 minggu sampai 6 bulan. Obat obat yang dapat berfungsi untuk memperlambat atau mengubah perjalanan
penyakit
adalah
metotreksat,
azathioprin,
penisillamin,
hidroksiklorokuin, sulfasalazin, leuflonamid, antagonis tumor, necrosis factor (TNF). Obat ini dipakai dalam jangka relatif panjang, maka banyak efek samping dan efek toksik yang terjadi. Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
18
1. Metotreksak Adalah DMARD utama untuk terapi AR pada dosis yang lebih rendah jika dibandingkan untuk terapi kanker. Metotreksak bekerja menghambat sintesis sitokinin dan biosintesis purin yang bertanggung jawab terhadap timbulnya inflamasi pada AR. Onzet obat cepat 2-3 minggu. Efek toksik pada lambung (mual, muntah, stomatitis, diare), hematologi (trombositopenia, leucopenia), Paru-paru( fibrosis dan pneumositis), pada hepar (peningkatan SGPT dan SGOT). Pemberian Asam Folat dapat mengurangi efek toksik tanpa mengurangi efektifitasnya.
2. Klorokuin dan hidroklorokuin Obat ini biasa untuk terapi malaria. Obat ini bekerja menekan limfosit T pada saat mitogen, mengurangi kemotaksis dari leukosit,stabilisasi enzim lisosomal, menghambat sintetis DNA dan RNA, dan mengikat radikal bebas (R*). Toksisitas pada ocular terjadi pada dosis lebih besar dari 250mg/hari untuk klorokuin dan 6,4 mg/kg/hari pada hidroklorokuin, tetapi jarang terjadi pada dosis rendah. Pemeriksaan pada mata harus dilakukan6-12 bulan bila menggunakan obat ini. Toksisitas lain yang terjadi adalah dyspepsia, mual muntah, nyeri lambung, rash kulit, dan mimpi buruk, toksisitas pada tulang punggung, hepar, dan ginjal, tetapi lebih rendah dari DMRDs lainnya. Relatif aman pada wanita hamil.
3. Azathioprin Adalah analog pirin yang akan dimetabolisme oleh tubuh menjadi metabolit aktifyang bernama 6-Thioguanin. Metabolit ini akan mensintesis asam inosinat, fungsi sel-T, sel B, produksi immunoglobulin, dan sekresi IL-2. Selain itu juga akan mempengaruhi sintesis DNA dan RNA. Efek antirematiknyakemungkinan akan tercapai setelah pemberian 3-4 minggu. Bila tidak ada respon pengobatan selama 12 minggu, maka pengobatan harus dihentikan. Efek toksik obat ini antara lain menekan sumsum tulang Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
19
belakang, stomatitis, GI, intoleran, infeksi, hepatitis,dan potensial memacu timbulnya kanker.
4. Ciklosporin Bekerja dengan menekan produksi sitokin, makropage, tulang,dan sel kartilago. Onzet terapi 3-4 bulan. Toksisitas dari obat ini antara lain hipertensi, hiperglikemi, neprotoksik, tremor,GI intoleran dan hirsutism. Obat ini sebagai cadangan jika penderita AR refrakteratau intoleranterhadap, DMARDs yang lain.
5. Penisilamin, sulfasalasin adalah DMARDs yang sudah jarang digunakan karena toksisitasnya relatif lebih besar. c. TNF-α blocking agent Sitokin berperan penting untuk respon imun pada AR. Meskipun sangat banyak sitokin yang diekspresikan pada sendi penderita AR, TNF-α nampaknya berperan penting dalam timbulnya inflamasi. Obat dalam golongan ini antara lain bekerja dengan cara mengikat TNF dan mencegah interaksi dengan reseptornya sehingga proses inflamasi berkurang. Contoh obat dalam golongan ini adalah etanercept, infliximab dan anakintra.
d. Glukokortikoid (Kortikosteroid) Kortikosteroid pada terapi RA berfungsi untuk menekan inflamasi dan mempunyai sifat sebagai immunosupresif tetapi tidak merubah perjalanan penyakit. Dosis oral rendah < 10mg/hari prednisone atau yang setara dapat digunakan sebagai jembatan terapi sebelum penggunaan DMARD’s menghasilkan efek yang diinginkan atau untuk terapi yang kontinyu pada pasien yang sukar terkontrol dengan AINS dan satu atau lebih DMARD’s. Penggunaan dosis yang tinggi baik oral atau injeksi dimungkinkan diberikan untuk beberapa hari untuk mengontrol inflamasi (flares), setelah terkontrol dosis diturunkan secara bertahap hingga mencapai dosis efektifnya. Sediaan depot dari triamcinolon hexacetonid dan methylprednisolon asetat dapat diberikan melalui injeksi IM pada pasien yang kurang patuh dalam berobat. Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
20
Tabel 2.3. Obat dan dosis pada terapi AR serta monitoringnya Obat
Dosis lazim
Monitoring
Gejala toksik
toksisitas Methotreksat
7,5mg –
Myelosupresi,
Simtom
15mg per
hepatic fibrosis,
myelosupressi
minggu
sirrhosis, infiltrasi
(ekstrem lelah,
paru, stomatitis
pendarahan,
dan rash
infeksi), mual/muntah, pembengkakan limpa, batuk, luka dimulut, diare dan jaundine
Hidroklorokuin
Oral : 200mg
Kerusakan ocular,
Penurunan
– 300mg 2x,
rash dan diare
visual pada
setelah 2
malam hari,
bulan
rash dan diare
diturunkan 200mg 1 – 2 kali perhari Azathioprin
Oral : 50mg
Myelosuppresi,
Simtom
– 150mg per
hepatotoksik,
Myelosuppresi
hari
gangguan
(ekstrem lelah,
lymphoproliferatif
pendarahan, infeksi) dan jaundine
Cyclosporine
Oral :
Serum kreatinin,
Gangguan
2,5mg/kg BB
tekanan darah
ginjal.
perhari
Hipertensi
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
21
Etanercept
Sub kutan :
Reaksi ditempat
25mg 2 kali
injeksi dan infeksi
Gejala infeksi
per minggu Infliximab
Inj iv :
Reaksi imun dan
3mg/kg BB
infeksi
pada minggu ke 0, 2, 6 kemudian setiap 8 minggu Glukokortikoid
Oral, im, iv,
Hipertensi,
Tekanan darah,
intraartikular
hiperglikemia dan
polidipsi,
dan injeksi
osteoporosis
edema, sakit
pada jaringan
kepala, patah
lunak
tulang atau nyeri tulang
Pemberian depot obat diatas akan mengontrol symptom sekitar 2 – 8 minggu. Pemberian injeksi intraartikular sediaan depot dapat diberikan jika hanya sedikit sendi yang terserang RA. Jika efektif, injeksi dapat diulang setiap 3 bulan, tetapi tidak boleh satu sendi diinjeksi lebih dari 3 kali dalam setahun. Efek
sitemik
yang
merugikan
dari
kortikosteroid
membatasi
penggunaannya dalam jangka panjang. Dosis harus dikurangi secara gradual atau kalau perlu dihentikan pada beberapa pasien yang menerima kortikosteroid untuk terapi kronik
2.3.2
Gout Artritis Gout menggambarkan suatu spektrum penyakit termasuk hiperurisemia
serangan akut sendi beberapa kali yang berkaitan dengan adanya monososium urat dalam leukosit yang ditemukan diantaranya pada cairan sendi sinovial, endapan kristal monosodium urat dalam jaringan (tofi), penyakit ginjal interstisial, nefrolitiasis asam urat. Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
22
Kondisi hiperurisemia dapat hanya berupa peningkatan kadar asam urat dalam serum yang abnormal, tetapi asimtomatik. Untuk menentukan risiko untuk gout, hiperurisemia didefinisikan sebagai kondisi konsentrasi urat yang supersaturasi . Dengan definisi ini konsentrasi urat lebih besar dari 7,0mg/dL adalah abnormal dan dikaitkan dengan peningkatan risiko untuk gout. 2.3.3.1 Etiologi dan patogenesis Gout Artritis Menurut studi, konsentrasi asam urat (risiko gout), berkorelasi dengan umur, kadar kreatinin dalam serum, kadar nitrogen urea dalam darah, gender lakilaki, tekanan darah, berat badan, dan konsumsi alkohol. Asam urat merupakan hasil akhir dari metabolisme purin, suatu produk sisa yang tidak mempunyai peran fisiologi. Manusia tidak memiliki urikase yang dimiliki hewan, suatu enzim yang menguraikan asam urat menjadi alantoin yang larut dalam air. Asam urat yang terbentuk setiap hari di buang melalui saluran pencernaan atau ginjal. Pada keadaan normal, jumlah asam urat terakumulasi pada laki-laki kurang lebih 1200mg dan pada perempuan 600mg. Jumlah akumulasi ini meningkat beberapa kali lipat pada penderita gout. Berlebihnya akumulasi ini dapat berasal dari produksi berkelebihan atau ekskresi yang kurang. Meskipun asupan purin berlebih, dalam keadaan normal, seharusnya ginjal dapat mengekskresikannya. Pada kebanyakan pasien gout (75-90%), clearence asam urat oleh ginjal sangat menurun. Produksi normal asam urat dalam tubuh manusia dengan fungsi ginjal normal dan diet bebas purin adalah 600mg per hari. Meningkat pada penderita gout maupun
hiperurisemia. Hiperurisemia didefinisikan sebagai konsentrasi
asam urat dalam serum yang melebihi 7mg/dL. Konsentrasi ini adalah batas kelarutan monosodium urat dalam plasma. Pada konsentrasi 8mg/dL atau lebih, monosodium urat lebih cenderung mengendap di jaringan. Pada PH 7 atau lebih asam urat ada dalam bentuk monosodium urat. Purin dalam tubuh yang menghasilkan asam urat, berasal dari tiga sumber: purin dari makanan, konversi asam nukleat dari jaringan, pembentukan purin dari dalam tubuh. Ketiga-tiganya masuk dalam lingkaran metabolisme menghasilkan diantaranya asam urat.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
23
Gambar 2.6 Metabolisme Purin dalam Tubuh
Beberapa sistim enzim mengatur metabolisme purin. Bila terjadi sistim regulasi yang abnormal maka terjadilah produksi asam urat yang berlebihan. Produksi asam urat berlebihan ini dapat juga terjadi karena adanya peningkatan penguraian asam nukleat dari jaringan, seperti pada myeloproliferative dan lymphoproliferative disorder. Purin dari makanan tidak ada artinya dalam hiperurisemia, selama semua sistim berjalan dengan normal. Dua abnormalitas dari dua enzim yang menghasilkan produksi asam urat berlebih: peningkatan aktivitas Phosphoribosylpyrophosphate (PRPP) synthetase menyebabkan peningkatan konsentrasi PRPP. PRPP adalah kunci sintesa purin, berarti juga asam urat. Yang kedua adalah defisiensi hypoxanthine guanine phosphoribosyl
transferase
(HGPRT).
Defisiensi
HGPRT
meningkatkan
metabolisme guanine dan hipoxantin menjadi asam urat. Berkurangnya ekskresi asam urat ditemukan pada kurang lebih 90 % penderita gout. Penyebab kurangnya ekskresi asam urat tidak diketahui, tetapi faktor seperti obesitas, hipertensi, hiperlipidemia, menurunnya fungsi ginjal, konsumsi alkohol dan obat-obatan tertentu memegang peranan.
2.3.3.2 Manifestasi klinik Serangan akut gout ditandai dengan onset rasa nyeri yang menyiksa, pembengkakan, dan inflamasi. Serangan ini pada awalnya khas monoartikular, Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
24
lebih sering mempengaruhi sendi metatarsofalangeal (podagra), dan kemudian mempengaruhi bagian dorsal kaki, pergelangan kai, tumit, lutut, pergelanagn tangan, jari, dan siku. Serangan biasanya dimuali pada malam hari, dengan pasien terbangun dari tidurnya dengan rasa nyeri yang meyiksa. Sendi yang dipengaruhi eritamentosus, hangat, dan membengkak. Demam dan leukositosis umum terjadi. Serangan yang tidak diobati dapat berlangsung selama 3 hingga 14 hari sebelum penyembuhan spontan. Meskipun serangan akut atritis gout dapat terjadi tanpa provokasi yang jelas, serangan dapat timbul oleh stres, trauma, konsumsi alkohol, infeksi, operasi, penurunan kadar asam urat serum yang cepat akibat mengkonsumsi obat penutun asam urat, dan mengkonsumsi obat-obat tertentu
yang diketahui dapat
meningkatkan konsentrasi asam urat serum
2.3.3.3 Diagnosa Gout a. Uji Serum Asam Urat Uji serum asam urat biasanya dilakukan empat sampai enam minggu setelah serangan gout, kadar serum asam urat seringkali tidak mengalami kenaikan pada saat serangan. Uji ini dilakukan dengan cara menganalisis sampel darah yang diambil dari pembuluh vena di lengan. Kenaikan asam urat mengindikasikan kemungkinan menderita gout. Namun, uji asam urat serum tidak definitif. Beberapa orang sehat tanpa gout memiliki kadar asam urat yang tinggi dalam darahnya, sementara beberapa yang mengalami serangan gout memiliki kadar yang normal.
b. Uji Cairan Sinovial Cairan sinovial berfungsi untuk melumasi sendi dan mencegah tulang bergesekan satu sama lain. Sampel cairan diambil dengan menggunakan jarum suntik. Kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Pada penderita gout, akan terdapat kristal natrium urat pada sampel.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
25
c. Sinar X Sinar X dapat membantu mendiagnosis gout, namun metode ini jarang digunakan untuk mendiagnosis gout karena peradangan yang disebabkan oleh gout biasanya sulit terdeteksi dengan menggunakan metode ini.
d. Penetapan Diagnosis Oleh karena memeriksa kristal natrium urat terkadang sulit dilakukan, daftar periksa sering digunakan untuk menetapkan diagnosis. Daftar periksa yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Memiliki lebih dari satu serangan dengan gejala nyeri, pembengkakan dan peradangan. 2. Mengalami peradangan tingkat tinggi dalam waktu hanya satu hari dari timbulnya gejala. 3. Gejala hanya mempengaruhi satu sendi pada suatu waktu. 4. Timbul gejala pada sendi di jempol kaki atau sendi kaki yang lain. 5. Hasil uji asam urat menunjukkan adanya kenaikan kadar asam urat dalam darah. 6. Pemeriksaan fisik atau sinar X telah mendeteksi pembengkakan di dalam sendi. 7. Tidak ada bukti bahwa sendi terinfeksi oleh bakteri. Pasien dapat didiagnosis menderita gout jika setidaknya enam dari daftar periksa diatas sesuai dengan kondisi yang terjadi.
2.3.3.4 Terapi Farmakologi dan non farmakologi Berikut adalah terapi farmakologi dan nonfarmakologi gout atritis: 1. Terapi non farmakologi : a. Penurunan berat badan (bagi yang obesitas) b. Menghindari makanan (misalnya yang mengandung purin tinggi seperti emping melinjo, hati sapi, kalkun) dan minuman tertentu yang dapat menjadi pencetus gout c. Mengurangi konsumsi alkohol (bagi peminum alkohol) d. Meningkatkan asupan cairan Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
26
e. Mengganti obat-obatan yang dapat menyebabkan gout (mis diuretik tiazid) f. Terapi es pada tempat yang sakit
2. Terapi farmakologi : a. Arthritis Gout Akut Tujuan terapi serangan Arthritis gout akut adalah menghilangkan simtom. Penting untuk menghindarkan fluktuasi konsentrasi urat dalam serum karena dapat memperpanjang serangan atau memicu episoda lebih lanjut. Sebab itu hipourisemik seperti alopurinol tidak diberikan sampai paling sedikit tiga minggu setelah serangan akut berhenti dan diteruskan pada pasien yang mengalami serangan pada saat minum alopurinol. Sendi yang sakit harus diistirahatkan dan terapi obat dilaksanakan secepat mungkin untuk menjamin respons yang cepat dan sempurna Ada tiga pilihan obat untuk Arthritis gout akut: NSAID, kolkhisin, kortikosteroid.
Gambar 2.7 Algoritma terapi untuk terapi artritis gout.
Setiap obat ini memiliki keuntungan dan kerugian. Pemilihan untuk pasien tetentu tergantung pada beberapa faktor, termasuk waktu onset dari serangan yang
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
27
berhubungan dengan terapi awal, kontraindikasi terhadap obat karena adanya penyakit lain, efikasi versus resiko potensial.
1. NSAID NSAID biasanya lebih dapat ditolerir dibanding kolkhisin dan lebih mempunyai efek yang dapat diprediksi. NSAID tidak mempengaruhi kadar urat dalam serum. Ada beberapa NSAID yang sering diperuntukan untuk Arthritis gout Diklofenak, indometasin, ketoprofen, naproksen, piroxikam, sulindak. Indometasin cenderung paling sering dipakai, walau tidak ada perbedaan yang signifikan antara obat ini dengan obat NSAID lain. Pemakaian aspirin harus dihindarkan sebab mengakibatkan retensi asam urat, kecuali kalau dipakai dalam dosis tinggi tergantung pada keparahan serangan dan waktu antara onset dan permulaan terapi, dosis 50-100mg indometasin oral akan menghilangkan nyeri dalam dua-empat jam. Dapat diikuti menjadi 150-200mg sehari, dengan dosis dikurangi bertahap menjadi 25mg tiga kali sehari untuk 5 sampai 7 hari, hingga nyeri hilang. Cara ini dapat mengurangi toksisitas gastrointestinal. NSAID biasanya dibutuhkan antara 7 sampai 14 hari tergantung respons pasien, walau pasien dengan kronik atau gout tofi membutuhkan terapi NSAID lebih lama untuk mengendalikan simtom. Pemanfaatan NSAID menjadi terbatas karena efek sampingnya, yang menimbulkan masalah terutama pada manula dan pasien dengan gangguan fungsi ginjal. Pada manula, atau mereka dengan riwayat PUD (Peptic Ulcer Disease), harus diikuti dengan H2 antagonis, misoprostol atau PPI (Proton Pump Inhibitor). Untuk
Misoprostol,
perlu
kehati-hatian
dalam
pemakaiannya,
kontraindikasi untuk wanita hamil karena dapat , dan penggunaannya masih sangat terbatas di Indonesia. Untuk pasien dengan gangguan ginjal, NSAID harus dihindarkan sedapat mungkin, atau diberikan dengan dosis sangat rendah, apabila keuntungan masih lebih tinggi dibanding kerugian. Apabila demikian maka harus dilakukan pemantauan creatinin clearance, urea, elektrolit secara reguler. NSAID selektif COX-2 (Celecoxib), pada dosis 120mg sehari sebanding dengan indometasin dosis tinggi (150 mg/hari) dalam mengobati tanda-tanda gout Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
28
akut dalam waktu 4 jam, ini akan sangat berguna bagi pasien yang tidak dapat memakai NSAID.
2. Kolkhisin Kolkhisin
dipakai
untuk
Arthritis
gout
akut,
sebagian
rematologis
menganggap tidak efektif, karena cenderung menyebabkan diare berat terutama bagi pasien dengan mobilitas terbatas. Sebaiknya dipakai untuk pencegahan saja atau sebagai pilihan terakhir. Kolkhisin telah dipakai sejak tahun 1920. Kolkhisin adalah antimitotik, menghambat pembelahan sel, dan diekskresi melalui urin. Tidak menurunkan kadar urat dalam serum, dan kalau menjadi pilihan maka harus diberikan secepat mungkin saat serangan terjadi agar efektif. Kolkhisin dapat juga dipakai untuk mencegah serangan, dan direkomendasikan untuk diberikan dalam dosis rendah sebelum memulai obat penurun urat, kemudian dilanjutkan sampai 1 tahun setelah urat dalam serum menjadi normal. Bila diberikan secara oral maka diberikan dosis awal 1 mg, diikuti dengan dosis 0,5 mg. Walau BNF menganjurkan diberikan setiap 2 jam sampai timbul diare atau total pemberian 8 mg, kenyataan jarang diikuti. Kebanyakan pasien merespons dalam waktu 18 jam dan inflamasi menghilang pada 75-80% pasien dalam 48 jam. Reaksi yang tidak dikehendaki dari kolkhisin adalah gangguan gastrointestinal, disfungsi sumsum tulang belakang, dan disfungsi neuromuskular. Hal ini lebih sering terjadi pada pasien dengan gangguan ginjal atau hati dan manula. Kolkhisin sebagai vasokonstriktor dan mempunyai efek stimulasi pada pusat vasomotor, sebab itu hatihati bagi pasien dengan gagal jantung kronis.
3. Kortikosteroid Injeksi intra-artikular kortikosteroid sangat berguna bila NSAID atau kolkhisin bermasalah, misalnya pada pasien dengan gagal jantung kronis atau gangguan ginjal atau hati. Ini juga sangat berguna untuk Arthritis gout akut yang terbatas hanya sendi atau bursa tunggal. Bagaimanapun harus dipastikan bahwa penyakit ini bukan Arthritis septik, sebelum menyuntikkan steroid. Kortikosteroid dapat diberikan secara oral dalam dosis tinggi (30-40mg) atau intramuskular, Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
29
berangsur-angsur diturunkan selama 7-10 hari, terapi ini baik untuk pasien yang tidak dapat mentolerir NSAID, kolkhisin ataupun gagal dengan terapi ini, juga bagi mereka dengan serangan poliartikular. Hati-hati bagi pasien dengan gagal jantung.
b. Gout Kronis Pengobatan gout kronis membutuhkan waktu jangka panjang untuk mereduksi serum urat sampai dibawah normal; Harus dijaga agar tidak terjadi seranganserangan gout akut, mengurangi volume tofi, mencegah perusakan selanjutnya. Terapi penurunan urat hendaknya tidak direkomendasikan saat terjadi serangan akut. Sebelum memberi pasien alopurinol, beberapa hal harus dipertimbangkan apakah pasien adalah kandidat yang tepat untuk urikosurik Obat penurun urat diindikasikan untuk : • Pasien dengan serangan lebih dari 2 kali setahun • Gout tofi yang kronis • Produksi berlebih asam urat (primary dan purin enzyme defect) • Gout kronis yang berkaitan dengan kerusakan ginjal atau batu ginjal urat • Tambahan terapi sitotoksik untuk hematological malignancy
Obat ini dibagi menjadi 3 kategori • Urikostatik (xantin oksidase inhibitor) misalnya alopurinol • Urikosurik misalnya benzbromaron, sulfinperazon, probenesid • Urikolitik misalnya urat oksidase
1. Urikostatik (Xantin oxidase inhibitor) Alopurinol adalah drug of choice untuk menurunkan urat dalam serum. Alopurinol menghambat pembentukan asam urat. Risiko untuk menimbulkan serangan gout akut pada awal pengobatan dapat dihindarkan dengan memakai dosis awal yang rendah (50-100mg), dan ditingkatkan bila perlu. Kolkhisin atau NSAID ditambahkan sebagai pencegahan terjadinya episode akut.Dosis 50600mg sehari untuk mengurangi kadar urat. Normalisasi kadar urat dalam serum Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
30
biasanya terlihat dalam 4 minggu dan serangan gout akut berhenti dalam 6 bulan dengan terapi yang kontinyu. Reduksi tofi memakan waktu tahunan. Kadangkadang dosis dibutuhkan sampai 900mg. Waspada: • Banyak interaksi, terutama dengan antikoagulan oral, teofilin, azatioprin. • Efek samping utama : ruam (2%) • Reaksi hipersensitif: (0.4%), meningkat bila dimakan bersama ampisilin (20%), tiazid. Reaksi hipersensitif dapat mengakibatkan mortalitas. • Karena ekskresi hanya lewat ginjal, hati-hati bagi yang mengalami kerusakan ginjal, sebab itu dosis harus disesuaikan dengan creatinin clearance. Fobuxostat: obat dalam penelitian.
2.
Urikosurik Obat urikosurik meningkatkan ekskresi urat di ginjal dengan menghambat
reabsorpsi pada proksimal tubule. Karena mekanisme ini ada kemungkinan terjadi batu ginjal atau batu di saluran kemih. Untuk mencegah risiko ini dosis awal harus rendah ditingkatkan perlahan-lahan, dan hidrasi yang cukup. Tidak boleh dipakai pada kondisi overproduction atau nefrolitiasis ginjal. Obat ini ternyata dapat dipakai untuk hiperurisemia yang disebabkan diuretik. Probenesid dan sulfinpirazon* sebaiknya tidak dipakai untuk pasien dengan kerusakan ginjal Benzbromaron* suatu alternatif dari alopurinol, untuk pasien normal dan pasien dengan fungsi ginjal yang terganggu, hasilnya bagus. Telah dipakai pula untuk pasien yang tidak mengalami kemajuan dengan pengobatan alopurinol, dan pada pasien transplan ginjal dalam terapi siklosporin. Ada kekhawatiran tentang hepatoksisita, dan pemakaiannya pada pasien yang alergi alopurinol dengan gangguan ginjal belum diteliti lebih lanjut. Dosis 25- 150 mg Losartan, suatu angiotensin II converting enzyme inhibitor (ACE inhibitor) yang dipakai untuk terapi hipertensi, menghambat reabsorpsi tubular ginjal sebab itu bekerja sebagai urikosurik. Losartan juga menunjukkan penurunan urat dalam Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
31
serum yang meningkat akibat diuretik. Obat ini berguna sebagai terapi tambahan pada pasien dengan hipertensi dan gout/hiperurisemia. Fenofibrat, obat penurun lipid, ternyata mempunyai efek urikosurik juga. Penurunan sebesar 20-35% terjadi. Akan berguna bagi pasien dengan hiperlipidemia dan gout/hiperurisemia Terapi kombinasi dari fenofibrat atau losartan dengan obat anti-hiperurisemik, termasuk benzbromaron(50mg sekali sehari) atau alopurinol (200mg dua kali sehari), secara signifikan mengurangi urat dalam serum sesuai dengan peningkatan ekskresi asam urat. Kombinasi ini adalah pilihan yang baik untuk terapi pasien gout dengan hipertrigliseridamia dan/atau hipertensi, walau efek tambahan hipourisemik sifatnya sedang.
3.Urikolitik Sebagai katalisator, urat oxidase merubah asam urat menjadi alantoin pada binatang tingkat rendah. Manusia tidak memiliki enzim ini. Bila dipakai secara parentral urikase* adalah penurun urat yang lebih cepat dibanding alopurinol. Urat oxidase mencegah terbentuknya urat dan juga menguraikan asam urat yang telah ada, tidak seperti alopurinol.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
BAB 3 METODE PENGKAJIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Pengumpulan data dan penulisan dilakukan mulai tanggal 3-21 Maret 2014 di Apotek Kimia Farma No. 7, Jl. Ir. H. Juanda No.30, Bogor dan Apotek Kimia Farma 6, Jl. Tondano No. 1 Pejompongan, Jakarta Pusat 10210.
3.2 Metodologi Pengkajian Tugas khusus ini dibuat dengan studi literatur dari beberapa buku dan sumber elektronik sebagai tinjauan pustaka tentang rematik. Setelah itu dilakukan analisis resep mengenai rematik yang masuk ke Apotek Kimia Farma No. 7 dan No. 6 berdasarkan teori-teori yang telah dipelajari.
32
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
BAB 4 KAJIAN RESEP DAN PEMBAHASAN
4.1 Kajian resep dari Apotek Kimia Farma 6 Untuk mengetahui tentang obat – obat yang digunakan pada penyakit rematik, maka penulis melakukan pengkajian resep obat rematik.
Gambar 4.1 Resep Rematik di Apotek Kimia Farma 6
34
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
35
a. Kelengkapan Administratif Tabel 4.1 Kelengkapan administratif resep apotek Kimia Farma No.6 No.
Persyaratan Administrasi
Ada
1.
Nama dokter
√
2.
Sip dokter
√
3
Alamat dokter
√
4.
Tanggal penulisan resep
√
5.
Tanda tangan dokter
√
6.
No. Telp dokter
√
7.
Nama pasien
√
8.
Alamat pasien
9.
Umur pasien/Tgl lahir
√
10.
Jenis kelamin pasien
√
11.
Berat badan pasien
Tidak
√
√
Menurut persyaratan, kelengkapan administratif pada resep tersebut tidak lengkap karena tidak ada alamat pasien dan berat badan pasien, akan tetapi resep tersebut dapat dilayani karena alamat pasien, berat badan pasien dapat dilengkapi dengan menanyakan pada keluarga pasien saat pengambilan obat.
b. Kesesuaian Farmasetik Tabel 4.2 Kesesuaian farmasetik resep apotek Kimia Farma No.6 No. Nama Obat
Jumlah
Aturan pakai
1.
10 capsul
3 x sehari 1 cap
Nonflamin capsul
Sesudah makan 2.
Piroxicam 10mg
20 tablet
3 x sehari 1 cap Sesudah makan
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
36
c. Pertimbangan klinis Tabel 4.3 Komposisi dan sediaan pada resep apotek Kimia Farma No.6 No. Nama Obat
Komposisi
1.
Nonflamin mengandung
Nonflamin capsul
Sediaan
: Tinoridini HCl 55,8 mg yang
setara
dengan
basanya 50,0 mg. 2.
Piroxicam
Piroxicam
10mg
dan
20mg
Tabel 4.4 Indikasi obat pada resep apotek Kimia Farma No.6 No. Nama Obat
Indikasi
1.
Dapat
Nonflamin capsul
diberikan
untuk
pengobatan
Peradangan setelah pembedahan, luka atau sarana pemeriksaan pada urologi, peradangan saluran pernapasan bagian atas akut, lumbago (sakit pinggang), nyeri punggung, atralgia (nyeri sendi), nyeri setelah pencabutan dan pemotongan gigi, nyeri pada penyakit rematik kronik.
2.
Piroxicam
Terapi simptomatik rematoid artritis, osteoartritis,
ankilosing
spondilitis,
gangguan muskuloskeletal akut dan gout akut.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
37
Tabel 4.5 Mekanisme kerja obat pada resep apotek Kimia Farma No.6 No. Nama Obat
Mekanisme Kerja
1.
Tinoridini adalah non-steroid (NSAID)
Nonflamin capsul
dan mempunyai daya anti-peradangan dan analgetik. Mekanisme kerja dari Tinoridini
untuk
menstabilkan
biomembran terutama pada lisosom yang berhubungan dengan sel atau jaringan yang rusak sewaktu terjadinya peradangan,
yaitu
dengan
cara
melepaskan enzim hidrolisis.
2.
Piroxicam
Piroksikam adalah obat antiinflamasi non steroid
yang
mempunyai
aktifitas
antiinflamasi, analgetik – antipiretik. Aktifitas
kerja
sepenuhnya
piroksikam
diketahui,
belum
diperkirakan
melalui interaksi beberapa tahap respon imun dan inflamasi, antara lain : penghambatan enzim siklo-oksigenase pada biosintesa prostaglandin
Tabel 4.6 Efek samping obat pada resep apotek Kimia Farma No.6 No. Nama Obat
Efek Samping
1.
Nonflamin capsul
Nausea, anoreksia, diare, dan konstipasi.
2.
Piroxicam
Keluhan
gastrointestinal,
misalnya
anoreksia, nyeri perut, konstipasi, diare, flatulen, mual, muntah, perforasi, tukak lambung dan duodenum.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
38
Tabel 4.7 Dosis obat pada resep apotek Kimia Farma No.6 No. Nama Obat
Dosis dalam Dosis
Keterangan
resep 1.
Nonflamin
2.
Piroxicam
3 x sehari 1 sehari 3 x 1-2 kapsul.
Masih
cap
dosis lazim
3 x sehari 1 Dewasa tab (10mg)
:
dalam
Rematoid Masih
dalam
artritis, osteoartritis dan dosis lazim ankilosing spondilitis, dosis
awal
20
mg
dalam dosis tunggal. Gout
akut,
sehari
40
dalam
tunggal
mg dosis
selama
4–6
hari.
Tabel 4.8 Interaksi obat pada resep apotek Kimia Farma No.6 No. Nama Obat
Interaksi dengan obat lain
1.
Nonflamin capsul
-
2.
Piroxicam
Pemberian
piroksikam
bersama
antikoagulan oral, sulfonil urea atau salisilat harus
hati-hati
Asetosal
dan
diberikan
dan
piroksikam secara
dipantau. tidak
boleh
bersama-sama.
Piroksikam dilaporkan dapat meningkatkan kadar litium dalam darah.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
39
d. Informasi obat dan konseling 1. Nonflamin capsul -
Aturan pakai : 3 kali sehari 1kapsul. Sesudah makan
-
Indikasi : nyeri pada penyakit rematik kronik.
-
Penyimpanan : Simpan di tempat sejuk, terlindung dari cahaya. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
2. Piroxicam capsul -
Aturan pakai : 3 kali sehari 1kapsul. Sesudah makan
-
Indikasi : Terapi simptomatik rematoid artritis, osteoartritis, ankilosing spondilitis, gangguan muskuloskeletal akut dan gout akut.
-
Penyimpanan : Simpan di tempat sejuk, terlindung dari cahaya. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
-
Segera hubungi dokter apabila mengalami efek samping obat
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
40
4.2 Kajian resep dari Apotek Kimia Farma 7
Gambar 4.2 Resep Rematik di Apotek Kimia Farma 7
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
41
b. Kelengkapan Administratif Tabel 4.9 Kelengkapan administratif resep apotek Kimia Farma No.7 No.
Persyaratan Administrasi
Ada
1.
Nama dokter
√
2.
Sip dokter
√
3
Alamat dokter
√
4.
Tanggal penulisan resep
√
5.
Tanda tangan dokter
√
6.
No. Telp dokter
√
7.
Nama pasien
√
8.
Alamat pasien
9.
Umur pasien/Tgl lahir
√
10.
Jenis kelamin pasien
√
11.
Berat badan pasien
Tidak
√
√
Kelengkapan administratif pada resep kedua tersebut tidak lengkap karena tidak ada alamat pasien dan berat badan pasien, akan tetapi resep tersebut dapat dilayani karena alamat pasien, berat badan pasien dapat dilengkapi dengan menanyakan pada keluarga pasien saat pengambilan obat.
c. Kesesuaian Farmasetik Tabel 4.10 Kesesuaian farmasetik resep apotek Kimia Farma No.7 No. Nama Obat
Jumlah
Aturan pakai
1.
15 tablet
1 x sehari 1
Allupurinol tablet
tablet
pada
malam hari
2.
Atorvastatin tablet
7,5 tablet
1 x sehari 1/2 tablet
pada
malam hari Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
42
d. Pertimbangan klinis Tabel 4.11 Efek samping obat pada resep apotek Kimia Farma No.7 No. Nama Obat
Efek Samping
1.
Gangguan GI, sakit kepala, mialgia,
Allupurinol
astenia, insomnia, edema angioneurotik, kram otot, miositis, miopati, ikterus kolestatik, neuropati perifer, pruritus 2.
Atorvastatin
Trombositopenia, agranulositosis & anemia aplastik pd pasien dg ggn fungsi ginjal
Tabel 4.12 Dosis obat pada resep apotek Kimia Farma No.7 Nama Obat No. 1.
Dosis
dalam Dosis
Keterangan
resep Allupurinol
100 mg sehari Berdasarkan selama 15 hari
literatur Masih
dalam
dosis allopurinol 100 dosis lazim mg
sehari,
ditingkatkan
setiap
minggu dengan 100 mg sehari sampai 300 mg sehari setelah 2 minggu (dan sampai 600 mg sehari dalam 4-6
minggu
bila
dibutuhkan). 2.
Atorvastatin 1 x sehari 1/2 Dosis harian 5 mg dan Masih tab (20mg)
dalam
dosis maksimum 40 dosis lazim mg/hari
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
43
Tabel 4.13 Interaksi obat pada resep apotek Kimia Farma No.7 No. Nama Obat 1.
Interaksi dengan obat lain
Allupurinol
Resiko miopati meningkat jika digunakan bersama dengan siklosporin, derivat asam fibrat, eritromisin, niasin, atau anti jamur golongan azol. Penurunan kadar atorvastatin dalam plasma jika digunakan dengan suspensi antasida per oral
yang
mengandung
mg
dan
al
hidroksida, dan kolestipol. Peningkatan
kadar
"steady-state"
atorvastatin dalam plasma jika digunakan dengan eritromisin. Penurunan nilai auc (daerah di bawah kurva) untuk noretindron dan etinilestradiol.
2.
Atorvastatin
Gunakan 0,25 dosis 6-merkaptopurin atau azatioprin bila diberikan bersamaan dengan atorvastatin.
Atorvastatin dapat meningkatkan waktu paruh adenine arabinoside dalam plasma.
Efek atorvastatin dikurangi oleh urikosurik & salisilat dosis tinggi Penggunaan statin banyak dikaitkan dengan insiden
miopati.
Miopati
didefinisikan
sebagai nyeri, kaku, lemah, dan atau kram di otot dan juga peningkatan kreatinin kinase (CK).
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
44
d. Informasi obat dan konseling 1. Alupurinol -
Aturan pakai : 1 kali sehari 1 tablet pada malam hari.
-
Indikasi : profilaksis gout dan batu asam urat dan kalsium oksalat di ginjal
-
Penyimpanan : Simpan di tempat sejuk, terlindung dari cahaya. Jauhkan dari jangkauan anak-anak. 2. Atorvastatin -
Aturan pakai : 1 kali sehari ½ tablet pada malam hari.
-
Indikasi : digunakan untuk terapi pengobatan hiperlipidemia.
-
Penyimpanan : Simpan di tempat sejuk, terlindung dari cahaya. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Kesimpulan dari penyusunan makalah tugas khusus ini adalah: Arthritis atau remaik adalah istilah umum untuk peradangan (inflamasi) dan pembengkakan di daerah persendian atau sekumpulan penyakit yang melibatkan sistem tulang, sendi, otot dan jaringan lunak di sekitarnya (ligamen, tendon, entesis), serta gangguan pada sistem imun (sistem kekebalan tubuh). Arthritis dapat mempengaruhi bagian lain dari tubuh; menyebabkan rasa sakit, kehilangan kemampuan bergerak dan kadang bengkak. Terdapat lebih dari 100 macam penyakit yang mempengaruhi daerah sekitar sendi. Yang paling banyak adalah Osteoarthritis (OA), arthritis gout (pirai) dan arthritis rheumatoid (AR). Gejala klinis yang sering adalah rasa sakit, ngilu, kaku, atau bengkak di sekitar sendi. Menegakkan diagnosis penyakit reumatologis sangat tergantung pada pola klinis, karena pola keterlibatan sendi, struktur periartikular, dan jaringan ikat biasanya sangat khas untuk keadaan tertentu. Diagnosa yang dilakukan dengan melihat manifestasi klinik penyakit dan juga pengujian laboratorium klinik. Obat-obat yang dapat diberikan umumnya adalah untuk meredakan gejala nyeri yang timbul seperti analgetik dan antiinflamasi.
5.2.
Saran
Perlu dilakukan pengkajian resep rematik dengan variasi pengobatan yang berbeda agar dapat menjadi bahan pembelajaran dalam penanganan terapi penyakit rematik.
45
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Davey, Patrick. 2002. At a Glance: Medicine. Jakarta: Erlangga Dipiro, Joseph T., et al. 2005. Pharmacotherapy : A Patophysiologic Approach 6thEdition. New York : Mc Graw-Hill. Departemen Kesehatan. 2006. Pharmaceutical Care untuk Pasien Penyakit Arthritis Rematik. Jakarta: Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Joewono, S et. al. 2006.. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV Chapter 279 : Osteoartritis 1195-1202. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia NHS. (2012)a. Gout – Diagnosis. Diakses pada 17 Maret 2014, pukul 16.00 WIB. http://www.nhs.uk/Conditions/Gout/Pages/Diagnosis.aspx. NHS. (2012)b. Osteoarthritis – Diagnosis. Diakses pada 17 Maret 2014, pukul 16.15 WIB. http://www.nhs.uk/Conditions/Osteoarthritis/Pages/Diagnosis.aspx. NHS. (2012)c. Rheumatoid Arthritis – Diagnosis. Diakses pada 17 Maret 2014, pukul
16.30
WIB.
http://www.nhs.uk/Conditions/Rheumatoid-
arthritis/Pages/Diagnosis.aspx. Mandelbaum, B & David, W. 2005. Etiology and Pathophysiology of Osteoarthritis. ORTHO Supersite. Sukandar, E. Y, et.al. 2008. Iso Farmakoterapi. Jakarta: PT. ISFI penerbitan.
46
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISA RESEP DI APOTEK KIMIA FARMA No. 7 PERIODE MARET-APRIL 2014
TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
RANI WULANDARI, S. Farm 1306344103
ANGKATAN LXXVIII
Universitas Indonesia
FAKULTAS FARMASI PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2014
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISA RESEP DI APOTEK KIMIA FARMA No. 7 PERIODE MARET-APRIL 2014
TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar profesi Apoteker
RANI WULANDARI, S. Farm 1306344103
ANGKATAN LXXVIII
FAKULTAS FARMASI PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2014
ii
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ....................................................................................... i HALAMAN JUDUL ......................................................................................... ii DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iv Analisa Resep Apotek Kimia Farma No. 7 ............................................ 1
iii
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
iv
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
ANALISA RESEP APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 JL. IR. H. JUANDA NO. 30, BOGOR No.
Resep
Nama Obat
Komposisi
Indikasi
Dosis
Efek Samping
R/ Calnic Susp No.1 S1dd 5 ml
Calnic suspensi
Kalsium (Ca)
Untuk membantu memenuhi kebutuhan kalsium (Ca)
Anak : 1-3 sdt 1x sehari
Gangguan gastrointestinal ringan
2.
R/ Lasal syrup No.1 S1dd CI malam R/ C last No. XL S2dd1 pc R/ Wiacid 150 mg No. XC S2dd1 pc
Lasal sirup
Salbutamol sulfate
Kleboprida maleat 0,5 mg
Dewasa : 5-10 ml Anak 6-12 tahun : 5 mL. Anak < 6 tahun : 2.5-5 mL Diberikan 2-3 kali/hari. Dewasa : 1 tablet 3 x per hari
Tremor, palpitasi.
C last tablet
Asma bronkial, bronkitis kronik, emfisema, dan kondisi bronkospastik lain. Tukak peptik, gastroduodenitis.
1
1.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
Dalam dosis besar menyebabkan : mengantuk dan pusing
Konseling Diminum 1 kali sehari 5 ml sendok takar. Dihindari konsumsi bersama dengan sediaan tetrasiklin oral atau preparat fluorid, dan susu karena akan terjadi interaksi. Diminum 1 kali sehari 5 ml (sendok takar)
Diminum 2 kali sehari 1 tablet sebelum makan pagi dan malam. Efek samping mengantuk dan pusing karena itu hindari mengendarai kendaraan setelah mengkonsumsi obat ini.
Wiacid tablet
Ranitidine HCl
Ulkus duodonenum dan lambung.
1 tab 2x per hari selama 4-8 minggu
Hepatitis reversibel, sakit kepala, pusing.
Diminum 2 kali sehari 1 tablet setelah makan pagi dan malam.
R/ Vibramycin 50 mg No. XXVIII S2dd1
Vibramycin tablet
Doxycycline hyclate
Infeksi bakteri saluran nafas, saluran urogenital, jaringan lunak.
Dewasa : 200 mg (100 mg BB/hari untuk pemeliharaan).
Gangguan gastrointestinal, ruam makulopapular & eritematosa, fotosensitivitas, reaksi hipersensitivitas.
Diminum 2 kali sehari 1 tablet. Hindari konsumsi bersama dengan susu.
4.
R/ Harnal No. V
Harnal tablet
Tamsulosin HCl
Gejala gangguan saluran kemih bagian bawah yang berhubungan dengan hiperplasia prostat jinak.
0,2 – 0,4 mg 1x per hari
Gangguan fungsi hati, ikterus, pusing, sakit kepalagelisah, penurunan tekanan darah, gangguan gastrointestinal, dan palpitasi.
5.
R/ Galvusmet 50/500 No. 60 S2dd1
Galvusmet tablet
Vildagliptin, Metformin HCl
Tambahan terhadap diet dan olahraga untuk memperbaiki kontrol glukosa darah pada pasien DM tipe 2 yang tidak dapat dikendalikan dengan metformin HCL atau
Dewasa 1 tablet 2 x/hari (pagi dan sore hari). Dosis harian anjuran: 100 mg vildagliptin/2000 mg metformin HCl.
Sakit kepala, tremor, pusing, mual.
Diminum 1 kali sehari 1 tablet. Dapat mengganggu kemampuan mengemudi/menjalank an mesin karena itu hindari mengendarai kendaraan setelah mengkonsumsi obat ini. Diminum 2 kali sehari 1 tablet pada pagi hari dan sore hari.
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
2
Universitas Indonesia
3.
6.
R/ Methioson tab No. X S3dd1
Methioson tablet
7.
R/ Allopurinol 100 mg No. XV S 0-0-1 R/ Atorvastatin 10 mg No. XV S 0-0-1
Allopurinol tablet
Metionin 100 mg, kolin bitartrat 100 mg, vit B1 2 mg, vit B2 2 mg, nikotinamid 6 mg, vit B6 2 mg, pantotenat 3 mg, biotin 0,1 mg, asam folat 0,4 mg, vit B12 0,67 mcg, vit E 3 mg. Allopurinol 100 mg
Atorvastatin tablet
Artovastatin 10 mg
vidagliptin saja atau pasien DM yang sebelumnya telah diterapi dengan kombinasi vildagliptin dan metformin HCl. Gangguan fungsi hati (misalnya pada penyakit kuning, zat hepatotoksik, dan infeksi), infiltrasi lemak.
Diminum 3 kali sehari 1 tablet.
Sehari 100 mg sampai kadar asam urat normal, maksimum 8 tablet.
Reaksi kulit, gangguan gastrointestinal, diare.
Diminum 1 kali sehari 1 tablet pada malam hari.
Awal : 10 mg 1x per hari. Kisaran dosis anjuran : 10-80 mg 1x per hari.
Konstipasi, kembung, dispepsia, nyri perut, mual, diare, sakit kepala.
Diminum 1 kali sehari 1 tablet pada malam hari sebelum tidur.
3
Universitas Indonesia
Hiperurisemia primer (gout) dan hiperurisemia sekunder (mencegah pengendapan asam urat dan kalsium oksalat) Menurunkan kadar LDL total dan trigilserida yang meningkat pada pasien dengan hiperkolesterolam ia primer
Sehari 3x 2-3 tab setelah makan
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
8.
9.
R/ Hyperil 5 mg tab No. XV S1dd1 R/ Bisoprolol 5 mg tab No. VIII S1dd½ R/ Lansoprazole No. XV S1dd1 R/ Spironolakton 25 mg No. XV S1dd1
Ramipril 5 mg
Hipertensi, gagal jantung kongestif.
Bisoprolol tablet
Bisoprolol 5 mg
Sebagai terapi tunggal atau kombinasi dengan antihipertensi lain
Lansoprazole kapsul
Lansoprazol 30 mg
Pengobatan jangka pendek tukak usus, tukak lambung, dan refluks esofagus.
Spironolakton tablet
Spironolakton 25 mg
Captopril tablet
Kaptopril 25 mg
Hipertensi, kondisi edema seperti pada gagal jantung Hipertensi ringan sampai sedang.
V-bloc tablet
Carvedilol
Hipertensi esensial dan gagal jantung kronik.
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
Hipertensi awal tanpa diuretik : sehari 1x2,5 mg. Pemeliharaan : hingga 2 mg per hari terbagi dalam 1-2 dosis. Awal : 5 mg 1x per hari, dapat dinaikan sampai 10-20 mg 1x per hari. Tukak usus dan refluks esofagus : sehari 1x 30 mg selama 4 minggu. Tukak lambung ; sehari 1x 30 mg selama 8 minggu 25-100 mg per hari
Reaksi anafilaktoid, gangguan kardiovaskular, gannguan ginjal, gangguan saluran cerna. Mual, muntah, diare, sakit kepala.
Diminum 1 kali sehari 1 tablet.
Konstipasi, diare, mulut kering, mual.
Diminum 1 kali sehari 1 tablet Diminum sebelum atau 1 jam setelah makan.
Diare, mual, sakit kepala, mengantuk
Diminum 1 kali sehari 1 tablet
Awal : sehati 2x 12,5 mg Pemeliharaan : 2x 25 mg Hipertensi esensial dewasa dan orang tua diawali dosis : 12,5 mg sekali sehari dalam dua hari pertama dilanjutkan 25 mg
Batuk kering, iritasi gastrointestinal.
Diminum 3x sehari 1 tablet
Edema, pusing, bradikardia, mual, diare, gangguan penglihatan
Diminum 1 kali sehari 1 tablet
Diminum 1 kali sehari setengah tablet
4
Universitas Indonesia
R/ Captopril 25 mg No. CXX S3dd1 R/ V-bloc 6,25 mg No. XXX S1dd1 R/ Furosemide 40 mg No.
Hyperil tablet
XXX S1dd1 R/ Phenoxymethylpenicilli n 500 mg No. LX S2dd1
R/ Ketesse tab No. X
Furosemide 40 mg
Phenoxymethylpenicillin tablet
Phenoxymethylpenicil lin
Ketesse tablet
Dexketoprofen trometamol
Udema yang disebabkan oleh payah jantung, sirosis hati, penyakit ginjal termasuk sindrom nefrotik, hipertensi ringan sampai sedang. Infeksi saluran nafas, saluran cerna.
Nyeri muskuloskeletal akut, dismenore,
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
Hiperurisemia, hipokalemia.
Diminum 1 kali sehari 1 tablet.
Dewasa : 2 tablet 3x/hari. Anak : 1 tab 3x/hari.
Reaksi alergi, anafilaksis, gangguan gastrointestinal.
Diminum 2 kali sehari 1 tablet. Diminum pada saat perut kosong, 1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan.
Tab 12,5 mg tiap 4-6 jam atau 25 mg tiap 8 jam.
-
Diminum 2 kali sehari 1 tablet Berikan 30 menit
5
Universitas Indonesia
10.
Furosemid tablet
sekali sehari. Dosis dapat ditingkatkan dalam interval 2 minggu hingga dosis maks. 50 mg perhari. Pasien gagal jantung kongestif : 3,125 mg dua kali sehari selama 2 minggu dapat ditingkatkan menjadi 6,25 mg dua kali sehari. Awal : 20-80 mg per hari
sakit gigi, nyeri pasca operasi.
S2dd1
11.
R/ Spasminal No. X S2dd1
Spasminal tablet
12.
R/ Rimactazid No. XXX S1dd1 ac
Rimactazid tablet
13.
R/ Cendo Vitrolenta MD No. II S4dd gtt 100/5
Cendo vitrolenta MD
Meringankan rasa sakit disertai kolik (spasme).
Tiap ml larutan mengandung : Potassium Iodide 5 mg, Sodium Iodide 10 mg
Kekeruhan & pendarahan pada vitreous body dikarenakan segala penyebabnya (usia, myopia, hypertonia, diabetes, periphlebitis). Kekeruhan pada lensa sebagai ggejala awal katarak senilis
Pengobatan tuberkulosa akibat turunan Mycobacterium tuberculosae yang sensitif terhadap Rifampisin dan INH.
1 tablet, berikutnya 1 tab setiap 6-8 jam; maks 4 tab. Pasien dengan berat badan kurang dari 50 kg : 2 kaptab sehari selama pengobatan awal.
Teteskan 1 tetes pada kantung konjungtiva, 1-3 kali sehari
-
Rifampisin : urin berwarna kemerahan. Gangguan gastrointestinal, gangguan fungsi hati, leukopenia, eosinofilia. Sindrom flu. -
Diminum 1 kali sehari 1 tablet sebelum makan. Diberikan pada saat perut kosong (1 jam sebelum makan, atau 2 jam setelah makan)
Teteskan 4 kali sehari 1 tetes pada kantung konjungtiva.
6
Universitas Indonesia
Metampiron 500 mg, ekstrak beladona 10 mg, papaverin hidroklorida 25 mg,. Rifampisin 75 mg, INH 50 mg.
sebelum makan, terutama untuk meredakan nyer akut dengan cepat. Diminum 2 kali sehari 1 tablet.
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
14.
15.
16.
Regit tablet
Domperidone Maleate
Mual dan muntah fungsional, organik, infeksi atau diet. Tukak duodenal, tukak gastik, tukak peptik.
10-20 mg tiap 4-8 jam
Omeprazole granule dalam kapsul
Omeprazole 20 mg
Fastro kapsul
Fucoidan 100 mg
R/ Lanabal 500 mg No. XX S1dd1 pc malam R/ Astria S1dd1 pc pagi
Lanabal kapsul
Mecobalamin 500 mcg
Astria kapsul
R/ Minosep Gargle No. I S2dd 10 ml R/ Kalmoxillin 500 mg No. VI S3dd1
Minosep gargle
Galaktore, ginekomastia, diare, sakit kepala, ruam kulit. Mual.
Diminum 3 kali sehari setengah tablet Diminum sebelum makan. Diminum 1 kali sehari setengah kapsul
Membantu memelihara kesehatan lambung Untuk terapi neuropati perifer
Sehari 1 kapsul
-
Diminum 1 kali sehari 1 kapsul
Sehari 3 kali 1 kapsul
Mual, penurunan nafsu makan, diare.
Membantu memelihara kesehatan tubuh
1 kapsul lunak/ hari
-
Diminum 1 kali sehari 1 kapsul Diminum setalah makan pada malam hari. Diminum 1 kali sehari 1 kapsul pada pagi hari.
Astaxanthin
Chlorhexidine gluconate
Gingivitis, periodontitis, ulkus aptosa
2x sehari gunakan 10 ml, kumur selam 1 menit
Kelainan warna pada gigi dan mengurangi daya pengecapan
2x sehari gunakan 10 ml, kumur selam 1 menit Jangan ditelan
Dewasa dan anak lebih dari 20 kg : 250 - 500 mg setiap 8 jam.
Ruam, urtikaria, hipersensitif, mual, muntah, diare.
Diminum 3 kali sehari 1 tablet
Sehari 1x 20 atau 40 mg.
Menghambat pembentukan plek, mencegah karies gigi Kalmoxillin tablet
Amoxicillin
Infeksi kulit dan jaringan lunak, infeksi saluran napas, infeksi
7
Universitas Indonesia
R/ Regit No. XVI S3dd½ ac R/ Omeprazole No. XVI S1dd½ ac R/ Fastro No. VII S1dd1
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
saluran genitourinaria, infeksi gonore.
17.
R/ Kotrimoksazol 1 tab Dexametason 1 tab CTM 1 tab Zinc 1 tab mf pulv No. X S3dd1 pc habiskan
Kotrimoksazol tablet
80 mg trimetoprim dan 400 mg sulfametoksazol.
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
-
Diminum 3 kali sehari 1 puyer setelah makan. Puyer harus dihabiskan.
8
Universitas Indonesia
Infeksi saluran kemih dan kelamin yang disebabkan oleh E. coli. Klebsiella sp, Enterobacter sp, Morganella morganii, Proteus mirabilis, Proteus vulgaris. Otitis media akut yang disebabkan Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae., Infeksi saluran pernafasan bagian atas dan bronchitis kronis yang disebabkan Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae., Pneumonia yang disebabkan
Anak kurang dari 20 kg : 20 - 40 mg / kgBB / hari terbagi dalam 3 dosis. Uretritis gonore: 3 g dosis tunggal. Dewasa dan anak diatas 12 tahun: 960 mg, 2 kali sehari.
R/ Linoral tab No. VI S2dd1
Dexametason tablet
Dexametason
CTM tablet
Chlorpheniramine maleat
Keadaan alergi, ultikaria
Zinc tablet
Zinc sulfat
pelengkap untuk pengobatan diare pada anak-anak di bawah 5 tahun, diberikan bersama larutan oralit.
Linoral tablet
Ethinylestradiol
Gangguan siklus menstruasi, misalnya amenore primer dan sekunder terseleksi
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
0,5 mg - 10 mg per hari (rata2 1,5 mg - 3 mg per hari). 5 mg - 40 mg per hari. ½ - 1 tablet 34x/hari
Anak 6 bulan - 5 tahun: 1 tablet dispersibel (zinc 20 mg) diberikan setiap hari selama 10 hari berturutturut (bahkan ketika diare telah berhenti). 0.05 mg/hari selama 25 hari. Hari ke-16 sampai dengan hari ke-25 ditambahkan progesteron. Ulangi selama ≥ 3 siklus
Menambah nafsu makan, menimbun garam dan air, memberikan efek katabolik. Sedasi, gangguan gastrointestinal, sakit kepala, reaksi alergi. Muntah
Gangguan Gl, ikterus kolestatik; trombosis peningkatan TD; migren, perubahan mood; retensi cairan; perubahan BB, perubahan payudara; perdarahaan
Diminum 2 kali sehari 1 tablet
9
Universitas Indonesia
18.
Pneumocystis carinii. Diare yang disebabkan oleh E. coli. Antiinflamasi, pengobatan reumatoid artritis
19.
R/ Biostatin syrup No. I S3dd cth 5
Biostrum sirup
Colostrum bovine 300 mg, DHA 200 mg, cod liver oil 10 mg, lysine HCl 200 mg, vit A 2,000 iu, vit D 200 iu, vit B1 0.6 mg, vit B2 0.15 mg, vit B6 0.6 mg, vit B12 1.5 mcg, nicotinamide 5 mg, dexpanthenol 2.5 mg, Zn picolinate 5 mg
intermenstrual; proliferasi endometrium, peningkatan ukuran fibromiomata uteri; sakit kepala -
Diminum 3 kali sehari 5 ml (sendok takar). Berikan pada saat setelah makan.
Suplemen untuk meningkatkan kekebalan tubuh, nafsu makan, pencegahan dan terapi defisiensi vitamin, pembentukan tulang dan gigi, adjuvan pada diare.
Anak,usia diatas 4
Suplemen vitamin dan mineral untuk kehamilan.
1 kasul 1x/hari
-
Diminum 1 kali sehari 1 kapsul
Suplemen vitamin dan mineral untuk masa kehamilam dan laktasi, pertumbuhan gigi dan tulang pada
1 kapsul lunak 2x / hari
-
Diminum 1 kali sehari 1 kapsul
tahun : 1 -3 x 1 sendok teh. Anak,usia dibawah 4 tahun : 1 x sehari 1 sendok teh.
20.
Vitanam kapsul
Vossecal kapsul
Asam folic 800 mcg, vit A 5000 iu, vit B6 15 mg, vit B12 4 mcg, vit D 400 iu, Mg 100 mg, Zn 15 mg, fructooligosaccharide 50 mg, ginger extr 200 mg. Microcrystalline Hydroxyapatite (MCHA) 500 mg (Ca 130 mg, phosphorus 14,3 mg), vit C 50 mg, vit D3 5 mcg, Mg 100
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
10
Universitas Indonesia
R/ Vitamam No. XXX S1dd1 R/ Vossecal No. XXX S1dd1 R/ Duvadiline No. XX S2dd½
anak, lanjut usia.
Duvadiline tablet
Isoxsuprine
Gangguan peredaran darah berupa insufisiensi pembuluh darah perifer karena adanya spasme : kedinginan, kaku, kram, iskemik pada ekstremitas, tukak diabetik. Pemeliharaan terapi migrain, pusing vestibular, gangguan sirkulasi perifer karena arteriopati organik. Pencegahan dan pengobatan serangan akut malaria, amebiasis ekstraintestinal. Nyeri tungkai, bengkak atau edema terutama padda malam hari, pada gejala fungsional
21.
R/ Sibelium tab 5 mg No. XV S1dd1 pc
Sibelium tablet
Flunarizine 5 mg
22.
R/ Resorchin tab No. XII S1dd1
Resorchin tablet
Chloroquine phosphate
23.
R/ Ardium No. XL S2dd1
Ardium tablet
Ekstrak citrus sinensis pericarpium setara diosmin 90% dan hesperidin 10%
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
Tablet : 1 tablet 34 kali/hari. Ampul : 1 ampul 3 kali/hari.
Kadang : palpitasi sementara, penurunan TD atau pusing (turunkan dosis).
Diminum 2 kali sehari setengah tablet
2 tablet pada sore hari atau dalam 2 dosis terbagi.
Samnolen dan letih.
Diminum 1 kali sehari 1 tablet pada sore hari Diminum setelah makan.
Profilaksis dewasa 300 mg chloroquine base (2 tab) 1x/minggu
Kerusakan retina yang irreversibel, kesulitan akomodasi mata, oenglihatan berkabut Gangguan GI
Diminum 1 kali sehari 1 tablet
Nyeri tungkai : 2x sehari 1 tablet. Wasir : 6tab selama 4 hari, kemudian 4 tab sehari selama 3
Diminum 2 kali sehari 1 tablet
11
Universitas Indonesia
mg, Zn 5 mg.
24.
Lyrica kapsul R/ Lyrica 50 mg No. V S1dd1 R/ Topgesic 500 mg No. X S2dd1 pc pagi
Pregabaline 50 mg
diakibatkan oleh wasir. Neuropati perifer
hari. 150-600 mg per hari terbagi dalam 2-3 dosis
Asam mefenamat 500 mg
Nyeri pada reumatik akut & kronis, luka jaringan lunak, pegal otot & sendi, dismenore, sakit kepala, gigi, nyeri pasca bedah
Dewasa & anak > 14 tahun: awal 500 mg, kemudian 250 mg tiap 6 jam Anak > 6 bulan: 36,5 mg/kgBB tiap 6 jam. Maks 7 hari
2 kapsul 2 kali sehari selama sehari atau 2 kapsul sekali sehari selama 3 hari Dosis awal : 10 mg Dosis maks sehari: 80 mg
25.
R/ Itraconazole 200 mg No. VII S1dd1
Itraconazole kapsul
Itraconazole 200 mg
Kandidiasis vulvovagina
26.
R/ Lipitor 20 mg No. XXX S1dd1 malam R/ Salmon Omega 3 No.
Lipitor tablet salut selaput
Kalsium atrovastatin 20 mg
Pelengkap diet untuk menurunkan kolesterol total, LDL-koesterol, apolipoprotein B dan trigliserida
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
Gangguan GI, sakit kepala
Dispepsia, nyeri perut, sakit kepala, mual, diare, mialgia
Diminum sekali sehari 1 kapsul
Diminum 2 kali sehari 1 kaplet Sebaiknya diminum segera setelah makan Dapat menyebabkan kantuk, hindari mengemudi & kegiatan yang memerlukan kewaspadaan Diminum sekali sehari 1 kapsul Sebaiknya diminum setelah makan Harus dihabiskan Diminum sekali sehari 1 tablet pada malam hari Sebaiknya diminum setelah makan Tidak dianjurkan untuk pasien yang
12
Universitas Indonesia
Topgesic kaplet salut enterik
Pusng, somnolen, peningkatan nafsu makan, bingung, emosi labil, impotensi, iritabilitas, gangguan penglihatan, vertigo Gangguan GI & perdarahan, ulkus peptikum, sakit kepala, mengantuk, pusing, cemas, gangguan visual, ruam kulit, diskrasia darah, nefropati
pada hiperkolesterolimi a, hiperlipidemia
XXX S1dd1 pagi R/ Acetram No. X S2dd1 R/ Celebrex 200 mg No. X S2dd1 Salmon Omega 3 kapsul lunak
Acetram tablet
Kalori 10 g Kalori dari lemak 10 g Lemak total 1 g Lemak tak jenuh jamak 0,5 g Kolesterol 0 Minyak Ikan Salmon 1000 mg EPA 400 mg DHA 300 mg Vitamin E 10 IU Lesitin 50 mg Tramadol 37,5 mg, Parasetamol 325 mg
Diformulasikan untuk memelihara kesehatan jantung
1 kapsul lunak 1-3 kali sehari setelah makan atau sesuai anjuran ahli
-
Terapi jangka pendek nyeri akut seperti sakit punggung bawah, osteoartritis, sakit setelah operasi
Mual, pusing, rasa kantuk, sembelit, mulut kering, diare, sakit kepala, bingung, berkeringat
Diminum 2 kali sehari 1 tablet, tidak dianjurkan untuk pasien Epilepsi atau kejang. Kehamilan & menyusui
Celecoxib 200 mg
Meredakan gejala dan tanda OA dan AR pada orang
Dewasa >16 tahun: 3-4 tablet/hari. Maksimal: 8 tablet/hari. Lanjut Usia >75 tahun: min dosis minimal interval sebaiknya tidak < 6 hari Penggunaan dosis terendah harus disesuaikan
Nyeri abdomen, diare, dispepsia, kembung, mual,
Diminum 2 kali sehari 1 kapsul Penggunaan kronik
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
13
Universitas Indonesia
Celebrex kapsul
mengidap penyakit hati, wanita hamil dan ibu menyusui Tidak diperkenankan mengkonsumsi minuman atau makanan beralkohol selama dalam pengobatan Diminum sekali sehari 1 kapsul Sebaiknya diminum setelah makan
27.
R/ Provera 10 mg No. X S1dd1
Provera tablet 10 mg
Medroksiprogesteron asetat 10 mg
dengan kondisi tiap pasien. Osteoartritis: 200 mg kapsul OD atau 2 kali sehari 100 mg Artritis Rheumatoid: 2 kali sehari 100200 mg
Amenore (tidak haid) sekunder, perdarahan rahim disfungsional akibat ketidakseimbanga n hormonal dengan tidak adanya kelainan patologis organik seperti fibroid uterus atau kanker rahim, endometriosis (keadaan terdapatnya jaringan serupa selaput lendir rahim di luar rongga rahim).
Amenore sekunder : 2,5-10 mg sehari selama 5-10 hari. - Perdarahan rahim disfungsional akibat ketidakseimbanga n hormonal dengan tidak adanya kelainan patologis organik seperti fibroid uterus atau kanker rahim : 2,5-10 mgsehari selama 5-10 hari dimulai pada hari ke-16 atau hari ke-21 siklus haid.
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
nyeri punggung, edema perifer, luka karena kecelakaan, pusing, sakit kepala, insomnia, faringitis, rinitis, sinusitis, ruam kulit, memperburuk hipertensi, angina pektoris. Dapat menyebabkan tukak dan perdarahan GI Provera 10 mg
dapat menyebabkan peningkatan risiko kejadian trombosis KV serius, MI, dan stroke yang fatal
Medroksiprogesteron asetat 10 mg
14
Universitas Indonesia
dewasa
28.
R/ Adona Forte No. X S3dd1
Adona Forte
Carbazochrome Na sulfonate
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
Adona Forte
Carbazochrome Na sulfonate
15
Universitas Indonesia
Kecenderungan terjadi perdarahan (purpura) karena menurunnya resistensi kapiler dan meningkatnya permeabilitas kapiler. Perdarahan dari kulit, membran mukosa dan internal, perdarahan sekitar
Pengobatan diberikan selama 2 siklus haid berturut-turut dan tidak dilanjutkan untuk melihat jika terjadi regresi/kemundura n. Perdarahan putus obat biasanya terjadi dalam waktu 3-7 hari setelah terapi dihentikan. - Endometriosis : 3 kali sehari 10 mg selama 90 hari pada hari-hari permulaan siklus haid. Dewasa : 30-90 mg/hari terbagi dalam 3 dosis atau 1 ampul (2 mL) SK/IM dosis tuggal harian atau 1 ampul (5 mL) sampai 2 ampul (10 mL) secara IV/IV drip. Dosis dapat ditingkatkan atau dikurangi, tergantung usia
R/ Mefinal 50 mg No. VI S3dd tab 1
Mefinal tablet
Asam mefenamat 500 mg
30.
R/ Enzymfort Drage No. X S2dd1
Enzymfort Drage
31.
R/ Inlacta DHA caps No. XXX S1dd1
Inlacta DHA caps
Pancreatin triple strength 150 mg, vit B 2 mg, vit B2 2 mg, vit B6 250 mg, nikotinamid 7,5 mg, bile extr 25 mg Minyak ikan 10/50 EPA/DHA 500 mg, vitamin E 5 mg.
dan beratnya gejala.
Dewasa & anak > 14 tahun: awal 500 mg, kemudian 250 mg tiap 6 jam Anak > 6 bulan: 36,5 mg/kgBB tiap 6 jam. Maks 7 hari
Gangguan GI & perdarahan, ulkus peptikum, sakit kepala, mengantuk, pusing, cemas, gangguan visual, ruam kulit, diskrasia darah, nefropati
Menstimulasi sekresi empedu, memperbaiki pencernaan dari karbohidrat, protein dan lemak Suplemen untuk ibu hami dan menyusi
1 – 2 tablet 3 kali sehari
-
1 kapsul/ hari pada pagi hari.
-
Diminum 3 kali sehari 1 kapsul Sebaiknya diminum segera setelah makan Dapat menyebabkan kantuk, hindari mengemudi & kegiatan yang memerlukan kewaspadaan Diminum 2 kali sehari 1 tab
Diminum 1 kapsul sehari pada pagi hari.
16
Universitas Indonesia
29.
mata, perdarahan nefrotik dan metroragia. Perdarahan abnormal selama dan setelah pembedahan karena menurunnya resistensi kapiler. Nyeri pada reumatik akut & kronis, luka jaringan lunak, pegal otot & sendi, dismenore, sakit kepala, gigi, nyeri pasca bedah
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
32.
Prenamia caps
Fe fumarate 360 mg, folic acid 1.5 mg, vitamin B12 15 mcg, vitamin C 75 mg, vitamin D3 400 iu, Ca carbonate 200 mg
Vitamin dan mineral suplemen pada anemia seperti anemia selama kehamilan dan menyusui
1 kapsul per hari
Mual, muntah, feses berwarna hitam
R/ Recustein No. X S3dd1 R/ Ancefa 500 mg VI S2dd1
Recustein
Erdosteine
Mukolitik pada gangguan saluran pernafasan akut dan kronik.
2-3 kali sehari 1 kapsul.
Dapat menyebabkan gangguan lambung, mual.
Ancefa kapsul 500 mg
Cefadroxil
Sal napas, urogenital, kulit dan jar lunak
Dewasa dan anak ≥ 40 kg : 1 - 2 g/hari dibagi 2 dosis. Anak < 40 kg : 25 mg/kg BB/hari dibagi 2 dosis
Mual, muntah, diare. Reaksi hipersensitif. Kolitis pseudomembran
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
Diminum 1 kali sehari 1 kapsul, dapat diminum sebelum atau sesudah makan. Jika feses berwarna hitam itu adalah efek samping dari obat. Diminum 3 kali sehari 1 kapsul. Obat ini dianjurkan diminum sesudah makan untuk mengurangi rasa tidak nyaman pada GI. Tidak boleh diberikan bersama obat Sirosis hati dan defisiensi enzim sistationin sintetase. Gagal ginjal berat (bersihan kreatinin <25 mL/menit) dan tidak dianjurkan untuk wanita Hamil, laktasi. Anak.
Diminum 2 kali sehari sesudah makan. Obat ini tidak boleh diberikan bersamaan dengan antibiotic gol sefalosporin tidak dianjurkan untuk
17
Universitas Indonesia
R/ Prenamia caps No. XXX S1dd1
pasien yang memiliki gagal ginjal, dan wanita hamil
R/ Sifrol No. XXX S2dd1
Sifrol tablet
Pramipexole diHCl
Pengobatan tanda dan gejala penyakit Parkinson idiopatik lanjut dalam kombinasi dengan levodopa. Terapi simtomatik idiopathic restless legs syndrome
Awal : 0.375 mg/hari dibagi dalam 3 dosis. Dosis dapat ditingkatkan tiap 5-7 hari sampai maksimal : 4.5 mg/hari. Pemeliharaan : 0.375-4.5 mg/hari
Perilaku dan mimpi abnormal, bingung, konstipasi, delusi, pusing, diskinesia, kelelahan yang menyeluruh, halusinasi, sakit kepala, hiperkinesia, hipotensi, gangguan makan, hiperfagia, insomnia, gangguan libido, mual, edema perifer, paranoia, somnolen, peningkatan BB
34.
R/ Hepsera No. XXX S1dd1 R/
Hepsera
Adefovir dipivoxl
Pengobatan hepatitis B kronik pada orang dewasa dengan bukti adanya
Dewasa : 18 -65 tahun dosis anjuran : 1 kali sehari 10 mg.
Nyeri perut, mual, kembung, diare, dispepsia; astenia; sakit kepala; peningkatan kadar
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
Diminum 2 kali sehari sebelum makan untuk mengurangi gangguan pada GI. Tidak boleh dikonsumsi secara bersamaan dengan Simetidin, amantadin, antipsikotik, sedatif atau alkohol (efek aditif). Tidak dianjurkan untuk pasien yang memiliki riwayat gangguan ginjal, gangguan psikotik, penyakit KV berat. Wanita hamil dan laktasi. Hindari penghentian terapi secara mendadak. Dapat mengganggu kemampuan mengendarai dan mengoperasikan mesin Diminum 1 kali sehari sebelum makan untuk menguragi terjadinya gangguan pada GI. Perlu dilakukan :
18
Universitas Indonesia
33.
replikasi virus hepatitis B.
Heplav No. XXX S1dd1 R/ Proliva No. XXX S1dd1
Lamivudine
Pengobatan hepatitis B kronis dengan tandatanda atau replica tiruan virus hepatitis B.
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
100 mg perhari
Monitor fungsi ginjal pada semua pasien. Pada pasien dengan risisko untuk terjanya atau dengan riwayat gangguan fungsi ginjal, dianjurkan untuk pemantauan rutin terhadap perubahan pada kreatini serum dan fosfat serum. pasien dengan penyakit hati terhadap lanjut atau sirosis perlu dipanttau ketat selama awal dimulai terapi. paasien dengan hepatomegali, hepatitis atau diketahui memiliki faktor risiko penyakit hati; defisiensi karnitin kongenital. Tidak dianjurkan pada wania hamil dan laktasi.
Dapat meninbulkan gejala-gejala yang berkaitan dengan infeksi saluran nafas bagian atas, sakit kepala, mual, lesu, nyeri perut,
Diminum 1 kali sehari sesudah makan atau sebelum makan.
19
Universitas Indonesia
Heplav
kratinin, fungsi ginjal abnormal dan gagal ginjal.
diare.
35.
R/ Lutenyl tab No. X S1dd1
Selenium 200 mcg, milk thistle 300 mg, citrus bioflavonoids 120 mg, bilberry 100 mg, α-lipoic acid 100 mg, quercetin 95% 50 mg, turmeric 40 mg, licorice 40 mg, dandelion 35 mg.
Membantu menjaga kesehatan fungsi hati
1 tablet perhari.
-
Diminum 1 kali sehari 1 tablet sesudah makan.
Allegysal ED
Pemirolast Kalium
Konjungtivitis alergi dan konjungtivitis vernal
1 tetes 2 kali sehari pada pagi dan sore
Gatal pada kelopak mata, iritasi mata, blefaritis, secret abnormal dari mata dan infeksi konjungtiva.
Digunakan dengan cara diteteskan 1 tetes 2 kali sehari pada pagi hari dan sore hari untuk mata yang sakit.
Optimax Plus syrup
Per 5 ml: Lutein 1 mg, lycopene 0.5 mg, zeaxanthin 350 mcg, vit E 12.5 mg, vit C 50 mg, Zn 2.5 mg, βcarotene 10% 2.5 mg, ekstrak bilberry kering 40 mg. Nomegestrol acetate.
Supplemen untuk memelihara kesehatan fungsi mata. Membantu meningkatkan mikrosirkulasi retina.
Dewasa 3 x sehari 10 ml Anak 6-12 tahun 3 x sehari 5 ml, 1-6 tahun 3 x sehari 2.5 ml.
-
Diminum 3 kali sehari setngah sendok teh (5 ml)
Gejala yang berhubungan dengan defisiensi progesteron.
5 mg per hari selama 10 hari per siklus haid (dari hari ke 16 - 25)
Gangguan menstruasi, amenore, perdarahan terus
Diminum 1 kali sehari 1 tablet. Tidak dianjurkan untuk pasien yang
Lutenyl tablet
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
20
Universitas Indonesia
36.
R/ Allegysal ED S2dd gtt 1 ops R/ Optimax Plus syrup S3dd cth ½
Proliva
Perdarahan uterin fungsional dan menoragia pada fibroma. Endometriosis, dismenore. Terapi hormon pengganti dikombinasi dengan estrogen.
37.
R/ Trolac tab No. X S2dd1
Trolac tablet
Triamcinolone Acetonide
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
Intra artikular/intra bursitis awal 2.5 5 mg untuk sendisendi kecil dan 5 15 mg untuk sendi-sendi besar. Maksimal : ≥ 20 mg. intradermal awal 1 mg/tempat injeksi
Disfungsi cairan dan elektrolit; muski;osketel, Gl, dermatologik, dan gangguan endokrin; konvulsi, peningkatan TIK dengan papiledema, vertigo, sakit kepala, neuritis, parestesia, perburukan kondisi kejiwaan; katarak subkapsular posterior, peningkatan TIO, glaukoma, eksoftalmos; hiperglikemia, glikosuria,
memililki riwayat infark miokard atau penyakit kardio vaskular, hipertensi arterial atau diabetes, laktasi. tidak boleh mengkonsumsi obat bersamaan dengan obat : antidiabetik, antikonvulsan, barbiturat, griseofilvin, rifampisin Di konsumsi 2 kali sehari sesudah makan.
21
Universitas Indonesia
IA : Sinovitis of OA, AR, bursitis akut dan subakut, artritis gout akut, epikondilitis, tendosinovitis nonseptik akut dan OA pasca traumatik. Intradermal : pengobatan keloid, eritematosus lupus diskoid, nekrobiosis lipoidika diabetikorum, alopesia areata dan hipertrofi terlokalisir, lesi lichen planus
menerus.
yang mengalamai inflitrasi dan inflamasi, plak psoriatik, granuloma anulare dan neurodermatitis
keseimbangan negatif nitrogen, necrotizing angiitis, tromboflebitis, tromboemboli, perburukan infeksi atau menyamarkan gejala-gejala infeksi, episode sinkop -
R/ Lycoxy No. XX S1dd1
Lycoxy kaplet
Lutein 3 mg Lycopene 8 mg Vitamin E 50 mg 500,00% Vitamin C 250 mg 416,67% Seng 20 mg 133,33% ß-karoten 10000 IU Selenium yeast 30 mcg
Suplemen untuk memelihara daya tahan tubuh.
1 kaplet salut selaput 1 kali sehari.
39.
R/ Forneuro No. V S1dd1 R/ Zeufor 500 mg No. X S2dd1 R/ Epiven 300 mg No. X S2dd1
Forneuro kapsul
Vit B1 100 mg, vit B6 50 mg, vit B12 100 mcg, vit E natural 200 iu,folic acid 400 mcg.
Mencegah dan mengobati defisiensi vit B1, B6, B12, E, anemia
1kapsul/hari
-
Zeufor 500 mg
Citicoline
Sesuaikan dengan dosis
Untuk penurunan kesadaran akibat cedera kepala atau operasi otak : 100500 mg 1-2 kali/hari secara
Hipotensi, ruam kulit, insomnia, mengantuk.
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
Diminum 1 kali sehari 1 kaplet. Hindari penggunaan bersamaan dengan antikoagulan. Tidak dianjurkan dikonsumsi bersamaan dengan antasida, steroid, kontrasepsi oral (estrogen) dan makanan. 1kapsul/hari diberikan sesudah makan.
Diminum 2 kali sehari sesudah makan.
22
Universitas Indonesia
38.
infus drip IV atau Inj IV. Untuk penurunan kesadaran akibat infark serebral akut : 1000 mg 1 kali/hari secara Inj IV. Untuk hemiplegia apopleksi : 1000 mg 1 kali/hari secara oral atau Inj IV.
R/ Metoprolol 25 mg No. LX S2dd1 R/ Aspicef 80 mg No.
Gabapentin
Pengobatan serangan epilepsi terutama serangan parsial sederhana dan komplek serta serangan umum tonik klonik. Juga diindikasikan untuk Neurophatic Pain Syndrome.
Dosis efektif 900 mg - 1800 mg/hari.
Somnolen, pusing, ataksia, lelah, nistagmus, sakit kepala, tremor, diplopia, mual & muntah, rhinitis, amblyopia.
Diminum 2 kali sehari, sebelum makan maupun sesudah makan.
Metoprolol tablet 25 mg
Metoprolol
Hipertensi, Angina pectoris,aritmia terutama takikardia, supraventikular, fibrilasi atrium,
Hipertensi : sehari 100-200mg dalam 1-2 dosis aatu sebagai dosis tunggal pada pagi hari, : jika perlu dapat ditingkatkan
-
2 kali sehari 1tablet
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
23
Universitas Indonesia
40.
Epiven tablet 300 mg
XXX S1dd1
R/ Arcoxia 90 mg No. X S1dd1
atau dikombinasikan. Angina pectoris : sehari 100-200 mg dalam 2 dosis, kalau perlu dosis dapat ditingkatkan atau dikombinasikan
Aspicef tablet 80 mg
Telmisartan
Terapi hipertensi essensial,
Dewasa : 40 mg 1 kali/hari. Maksimal : 80 mg 1 kali/hari.
Arcoxia tablet 90 mg
Etorikoksib 90 mg
Menghilangkan gejala pada pengobatan osteoartritis, menghilangkan nyeri akut pada pembedahan pengobatan gigi
Osteoartritis, nyeri kronik mussculoskeletal: sehari 1 x 60 mg. Nyeri akut analgesia yang digunakan pada perawatan gigi: sehari 1 x 120 mg
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
Gangguan Gi, artralgia, berkeringat banyak, gangguan penglihatan, vertigo, infeksi saluran napas atas, cemas, eksema, kram atau nyeritungkai, tenditinitis, gejala influenza, nyeri dada dan punggung, milgia, ISK. Asthina / fatigue, pusing, edema ekstrim ringan, HTN, dispepsia, rasa panas dalam perut, nausea, sakit kepala, ALT dan AST meningkat
Diminum 1 kali sehari pada malam hari sebelum atau sesudah makan.
Ddiminum 1 kali sehari. Tidak dianjurkan dikonsumsi bersamaan dengan Warfariin , rinampisin, mtehorexat, ACEI, Lithium, Aspirin.
24
Universitas Indonesia
41.
ekstrasistol ventrikel setelah infark miokard akut dan tremor essensial.
42.
R/ Provelyn tab No. X S 1-0-1
Provelyn tablet
Pregabalin.
Nyeri neuropati perifer pada pasien dewasa; sebagai terapi tambahan pada kejang parsial dengan atau tanpa generalisasi sekunder pada pasien dewasa.
Pusing dan mengantuk, umumnya berintensitas ringan-sedang.
Diminum 2 kali sehari pada pagi hari dan sore hari. Hindari mengemudi karena dapat menyebabkan kantuk.
25
Universitas Indonesia Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
Kisaran dosis 150600 mg/hari, diberikan dalam 23 dosis terbagi. Dapat diberikan dengan atau tanpa makanan. Dosis awal yang direkomendasikan adalah 75 mg, dua kali sehari (150 mg/hari). Pada umumnya, dosis optimum adalah 150 mg, dua kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan setelah interval pemberian 1 minggu, dan bila diperlukan dapat ditingkatkan hingga dosis maksimum 300 mg dua kali sehari, pada minggu berikutnya. Catatan: pada pasien dengan gangguan hati tidak diperlukan penyesuaian dosis, efektifitas dan
R/ Proliva tab No. X S 3x1
Proliva tablet
Membantu menjaga kesehatan fungsi hati.
Twynsta tablet 40/5 mg
Selenium 200 mcg, milk thistle 300 mg, citrus bioflavonoids 120 mg, bilberry 100 mg, α-lipoic acid 100 mg, quercetin 95% 50 mg, turmeric 40 mg, licorice 40 mg, dandelion 35 mg. 40 mg telmisartan and 5 mg amlodipine
44.
R/ Twynsta 40/5 mg No. X S1dd1 malam
Pengobatan hipertensi esensial pada orang dewasa
Diminum 1 kali sehari pada malam hari sebelum atau sesudah makan.
45.
R/ Indexon tab 0,5 mg No. XV S 2x1 pc
Indexon tablet
Dexamethasone
Alergi serius, inflamasi yang responsif terhadap terapi kortikosteroid
3 kali sehari 1 tablet
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
-
Diminum 1 kali sehari 1 tablet sesudah makan.
Reaksi samping yang paling umum termasuk pusing dan edema perifer. Sinkop yang serius dapat terjadi jarang Retensi cairan dan elektrolit, peningkatan kepekaan terhadap infeksi; hambatan
Diminum 1 kali sehari pada malam hari sebelum atau sesudah makan.
Diminum 2 kali sehari 1 tablet, sesudah makan.
26
Universitas Indonesia
43.
keamanan pregabalin pada pasien anak di bawah 12 tahun dan remaja belum diketahui dengan pasti, penyesuaian dosis perlu dilakukan pada pasien usia lanjut, mengingat menurunnya fungsi ginjal pada kelompok usia ini. 1 tablet perhari.
pertumbuhan; status Cushingoid; amenore; hiperhidrosis, gangguan mental; hipertensi intrakranial; pankreatitis akut; osteonekrosis aseptic
R/ Arcoxia 60 mg No. XV S 2x1 pc R/ Rocer 20 mg No. XV S 2x1 ac
Etorikoksib 60 mg
Menghilangkan gejala pada pengobatan osteoartritis, menghilangkan nyeri akut pada pembedahan pengobatan gigi
Osteoartritis, nyeri kronik mussculoskeletal: sehari 1 x 60 mg. Nyeri akut analgesia yang digunakan pada perawatan gigi: sehari 1 x 120 mg.
Asthina / fatigue, pusing, edema ekstrim ringan, HTN, dispepsia, rasa panas dalam perut, nausea, sakit kepala, ALT dan AST meningkat.
Diminum 2 kali sehari, sesudah makan. Tidak dianjurkan dikonsumsi bersamaan dengan Warfariin , rinampisin, mtehorexat, ACEI, Lithium, Aspirin.
Rocer kapsul 20 mg
Omeprazole
Pengobatan jangka pendek untuk tukak duodenal, tukak lambung, refluks esofagitis, sindrom Zollinger-Ellison
Dewasa : 20-40 mg/hari Untuk ulkus duodenum : selama 2-4 minggu Untuk ulkus lambung, refluks esofagitis : selama 4 minggu, dilanjutkan sampai dengan 4 minggu jika gejala tidak membaik Untuk
Sakit kepala, mual, diare, konstipasi, ruam kulit, kembung
Diminum 2 kali sehari, sebelum makan.
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
27
Universitas Indonesia
Arcoxia tablet 60 mg
R/ Imunos syrup No. I S1dd cth 1
Imunos syrup
Per 5 mL : Echinacea (EFLA 894) 500 mg, zinc picolinate 5 mg, selenium 15 mcg
47.
R/ Co-vitala caps No. XX S1dd2
Co-vitala kapsul
Coenzyme Q10 50 mg, L-carnitine 250 mg, alpha lipoic acid 50 mg
48.
R/ Scabicide cream No. I Sue R/ Prolic 300 mg No. XVI
Scabicide cream
Gameksan (gama benzen heksaklorida) 10 mg Asam Usnat (Usnic Acid) 10 mg
Suplemen nutrisi untuk menstimulir sistem imun tubuh selama terjadi infeksi saluran nafas akut dan kronik; terapi penunjang untuk infeksi akut dan kronik Membantu proses metabolisme lemak dan karbohidrat
memberantas infeksi sekunder, yang umumnya menyertai scabies. Infeksi sekunder biasanya
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
-
Diminum 1 kali sehari 1 sendok the (5 ml0, di konsumsi sesudah makan.
2 kapsul 1 kali/hari
-
Diminum 1 kali sehari 2 tablet. Tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi bersamaan dengan obat warfarin. Dan tidak dianjurkan untuk wanita hamil, laktasi.
Dioleskan tipistipis pada tempat yang sakit.
Gameksan sedikit banyak merangsang selaput lendir, maka Scabicid tidak boleh terkena mata
Dioleskan tipis-tipis ditempat yang sakit 23 kali sehari, setelah dibersihkan.
28
Universitas Indonesia
46.
sindrom ZollingerEllison : awal 60 mg/hari. Pemeliharaan : 20120 mg/hari. Dosis > 80 mg harus diberikan dalam 2 dosis terbagi.. Anak > 2 tahun : 1 sendok takar/hari. Anak <= 2 tahun : ½ sendok takar/hari.
disebabkan oleh bakteri-bakteri gram-positif, seperti Streptokokus dan Stafilokokus. Terhadap bakteribakteri tersebut asam usnat adalah sangat efektif.
S3dd1 R/ Ocuson No. X S 2x1
R/ Ferospat effervescent
Prolic kapsul 300 mg
Clindamycin
Pengobatan infeksi serius yang disebabkan oleh bakteri anaaerob, Staphylococcus, Pneumococcus, & Streptococcus yang rentan terhadap Klindamisin.
Dewasa : Infeksi serius : 150-300 mg tiap 6 jam. Infeksi lebih berat : 300-450 mg tiap 6 jam. Anak-anak : Infeksi serius : 816 mg/kg BB/hari. Infeksi lebih berat : 16-20 mg/kg BB/hari.
Gangguan saluran pencernaan, reaksi hipersensitivitas, sakit kuning, perubahan hematopoietic
Diminum 3 kali sehari sesudah makan. Habiskan.
Ocuson tablet
Betametasone Dexchrolphelamine maleat
Keadaan alergi & peradangan
Dewasa & anak berusia lebih dari 12 tahun : 3-4 kali sehari 1-2 tablet. Maksimum 8 tablet/hari
Osteoporosis, pankreatitis, eritema, katarak subkapsular, glaucoma
Dimium 2 kali sehari sesudah makan. Tidak dianjurkan untuk anak di bwah usia 6 tahun.
Ferospat effervescent
Fe pyrophosphate (microencapsulated)
membantu memenuhi kebutuhan zat
1 Tablet effervescent /hari
-
1 kali sehari 1 tablet. Dilarutkan ke dalam gelas berisi air.
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
29
Universitas Indonesia
49.
atau selaput lendir lainnya. Obat ini tidak boleh digunakan lebih dari 3 kali berturut-turut, karena penggunaan terlalu sering ditempat yang sama dapat merangsang kulit.
175 mg,
No. XX S1dd1
manganese sulfate 100 mcg,
besi dan mineral selama hamil dan menyusui
copper sulfate 100 mcg, vit C 50 mg, folic acid 0.5 mg, vit B12 7.5 mcg
R/ Vagistin ovula No. V S1dd1
Vagistin ovula
Metronidazole 500 mg, nystatin 100.000 iu
51.
R/ Noperten 5 mg No. XV S2dd1 R/ ISDN 5 mg No. XXX S2dd1 R/ Lansoprazole No. XV S1dd1
Noperten tablet
Lisinopril 5 mg
Vaginitis karena jamur terutama kandida dan trikomonas. Hipertensi, gagal jantung kongestif yang tidak dapat dikontrol oleh diuretic & digitalis
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
Masukkan 1 ovula/hari ke dalam vag selama 7-10 hari. Hipertensi: Awal 10 mg sekali sehari, pemeliharaan 1020 mg sekali sehari Gagal jantung kongestif: Awal 2,5 mg per hari, pemeliharaan 5-20 mg diberikan sekali sehari dalam dosis
Iritasi lokal
Masukkan 1 ovula/hari ke dalam vag selama 7-10 hari.
Sakit kepala, pusing, diare, batuk, mual, ruam kulit, palpitasi, nyeri dada, letargi, urtikaria, edema angioneurotik
Diminum 2 kali sehari 1 tablet Sebaiknya diminum setelah makan
30
Universitas Indonesia
50.
52.
Isosorbide dinitrate 5 mg
Angina pektoris
Lansoprazole granul dalam kapsul
Lansoprazole 30 mg
Ulkus duodenum, ulkus gaster jinak & refluks esofagitis
Gentamisin salep mata
Gentamisin sulfate 0,3%
Konjungtivitis, blefaritis, blefarokonjungtivitis, keratitis, keratokonjungtivitis, episkleritis, dakriosistitis, tukak kornea, hordeleum & infeksi pada kelopak mata
Ulkus duodenum: 30 mg sekali sehari selama 4 minggu Ulkus gaster jinak: 30 mg sekali sehari selama 8 minggu Refluks esofagitis: 30 mg sekali sehari selama 4 minggu Digunakann pada mata 2-3 kali sehari
Sakit kepala, hipotensi ortostatik, reflex takikardia
Sakit kepala, nyeri abdomen, dyspepsia, mual, muntah, mulut kering, konstipasi, perut kembung, pusing, lelah, ruam kulit, urtikaria, pruritus
Iritasi
Diminum 2 kali sehari 1 tablet Sebaiknya diminum saat perut kosong Hindari minum bersamaan dengan noperten, beri jeda 2-3 jam Diminum 1 kali sehari 1 kapsul Sebaiknya diminum saat perut kosong
Digunakan pada mata 2 kali sehari
31
Universitas Indonesia
R/ Gentamisin salep mata No. I S2dd1
ISDN tablet
tunggal Terapi jangka panjang: 10-20 mg 3-4 kali sehari
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
53.
R/ Profilas syrup No. I S2dd cth 1
Nopril tablet
Lisinopril dyhidrate 10 mg
Hipertensi, gagal jantung kongestif
ISDN tablet
Isosorbide dinitrate 5 mg
Angina pektoris
Profilas sirup
Ketotifen hydrogen fumarate 0,2 mg/ml
Profilaksis jangka panjang pada asma bronchial, rhinitis alergi & dermatitis
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
Hipertensi: Awal 10 mg, pemeliharaan 20 mg dosis tunggal. Dosis dapat ditingkatkan bila respon terapi tidak tercapai setelah 24 minggu. Maks 80 mg Gagal jantung (kombinasi dengan diuretic & digitalis): Awal 2,5 mg sekali sehari, pemeliharaan 5-20 mg per hari dosis tunggal Terapi jangka panjang: 10-20 mg 3-4 kali sehari
Pusing, sakit kepala, diare, lelah, batuk, mual, ruam kulit, astenia
Diminum 1 kali sehari 1 tablet Sebaiknya diminum setelah makan
Sakit kepala, hipotensi ortostatik, reflex takikardia
Anak: 0,125 ml/kgBB, diberikan 2 kali sehari
Mengantuk, pusing, mulut kering
Diminum 2 kali sehari 1 tablet Sebaiknya diminum saat perut kosong Hindari minum bersamaan dengan nopril, beri jeda 2-3 jam Diminum 2 kali sehari 1 sendok teh Dapat menyebabkan kantuk, hindari kegiatan yang memerlukan kewaspadaan
32
Universitas Indonesia
54.
R/ Nopril 10 mg No. XV S1dd1 R/ ISDN 5 mg No. XLV S3dd1
55.
R/ Acyclovir 400 mg tab No. XX S4dd1
Acyclovir tablet
Acyclovir 400 mg
Herpes simpleks, herpes zoster & varicella zoster
56.
R/ Primolut N No. X S2dd1
Primolut N tablet
Norethisterone 5 mg
Perdarahan disfungsional, amenore primer & sekunder, sindrom pra-menstruasi, mastopati siklik, pengaturan haid, endometriosis
Gangguan GI, ruam kulit
Diminum 4 kali sehari 1 tablet Sebaiknya diminum bersamaan dengan makanan Harus dihabiskan
Perubahan dalam bentuk perdarahan, gangguan penglihatan, mual, sakit kepala, edema, migren, dispnea, reaksi hipersensitivitas
Diminum 2 kali sehari 1 tablet Hindari penggunaan saat hamil & menyusui
33
Universitas Indonesia Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
Herpes simpleks: Dewasa & anak > 2 tahun 200 mg 5 kali sehari tiap 4 jam, < 2 tahun ½ dosis dewasa Herpes zoster: Dewasa 800 mg 5 kali sehari tiap 4 jam selama 7 hari, anak > 6 tahun 800 mg 4 kali sehari selama 5 hari, anak < 6 tahun 200-400 mg 4 kali sehari selama 5 hari Perdarahan disfungsional: 1 tab 3 kali sehari selama 10 hari Amenore primer & sekunder: 1 tab 1-2 kali sehari selama 10 hari Sindrom pramenstruasi: 1 tab1-3 kali sehari Pengaturan haid: 1 tab 2-3 kali sehari tidak lebih dari 10-14 hari
57.
R/ Hyperil 5 mg No. XV S2dd1 R/ Nitrokaf 2,5 mg No. XV S1dd1
Ramipril 5 mg
Hipertensi, gagal jantung kongestif
Nitrokaf kapsul
Glyceryl trinitrate 2,5 mg
Pencegahan & terapi jangka panjang angina pektoris
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
2,5 mg 2-3 kali sehari
Reaksi anafilaktoid, gangguan KV, gangguan hematologi, gangguan ginjal, edema angioneurotik, batuk tidak produktif, gangguan GI, gangguan kulit, gangguan neurologic & psikiatrik Hipotensi ortostatik, reflex takikardi, aritmia bradikardi, sakit kepala, mengantuk, ruam kulit
Diminum 2 kali sehari 1 tablet
Diminum 1 kali sehari 1 tablet Sebaiknya diminum saat perut kosong, 1 jam sebelum makan Dapat menyebabkan kantuk, hindari
34
Universitas Indonesia
Hyperil tablet
dimulai 3 hari sebelum menstruasi yang diharapkan Endometriosis: Dimulai pada hari ke 1-5 dari siklus dengan dosis 1 tab 2 kali sehari. Pengobatan dapat dilanjutkan selama 4-6 bulan Hipertensi: Awal tanpa diuretik 2,5 mg sekali sehari, pemeliharaan 2,55 mg per hari terbagi dalam 1-2 dosis. Bila TD tidak dapat dikontrol, kombinasikan dengan diuretik
58.
59.
R/ Prolacta No. XXX S2dd1 R/ Cal-95 No. XXX S2dd1
Minyak ikan alami mengandung DHA 214 mg, EPA 20 mg, vit E 10 mg
Cal-95 kapsul salut selaput
Coral Ca 500 mg, isoflavone 20 mg, vit D3 200 iu, vit K 25 mcg, Mg 100 mg, Zn 5 mg, boron 1 mg
Ritez sirup
Cetirizine HCl 5 mg/5 ml
Suplemen bagi ibu hamil untuk mempercepat pertumbuhan otak fetus & mencukupi kebutuhan nutrisi yang meningkat Terapi suportif untuk osteoporosis. Peningkatan kebutuhan akan Ca, misalnya pada anak masa pertumbuhan, hamil & menyusui Alergi rhinitis musiman, alergi rhinitis tahunan, urtikaria kronis idiopatik
1 kapsul sekali sehari
-
1 kapsul 1-3 kali sehari
-
Diminum 2 kali sehari 1 kapsul
Dewasa & anak ≥ 12 tahun: 2 sendok teh sehari Anak 6-11 tahun: 1-2 sendok teh sehari Anak 2-5 tahun: ½-1 sendok teh sehari
Sakit kepala, pusng, mengantuk, agitasi, mulut kering, rasa tidak enak pada GI, reaksi hipersensitivitas
Diminum 2 kali sehari 1 sendok teh Dapat menyebabkan kantuk, hindari mengemudi & kegiatan yang memerlukan kewaspadaan
35
Universitas Indonesia
R/ Ritez syrup No. I S2dd cth 1
Prolacta kapsul gel lunak
mengemudi & kegiatan yang memerlukan kewaspadaan Diminum 1 kali sehari 1 kapsul Cara meminumnya potong kapsul lalu keluarkan isinya ke dalam sendok atau makanan
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
60.
61.
Ocuson tablet
Betamethasone 0,25 mg, dexchlorpheniramine maleat 2 mg
Alergi & inflamasi
Dewasa & anak > 12 tahun: awal 1-2 tab 3-4 kali sehari, maks 8 tab per hari Dewasa: 1-2 g per hari terbagi dalam 2 dosis tiap 12 jam Anak: 25-50 mg/kgBB/hari terbagi dalam 2 dosis
Osteoporosis, pancreatitis, eritema, katarak subskapsular, glaukoma Gangguan GI, reaksi hipersensitivitas. Jarang kolitis pseudomembran
Diminum 3 kali sehari ½ tablet
Cefat kapsul
Cefadroxil monohydrate 250 mg
R/ Biolincom 500 mg No. X S3dd1 R/ Mefinal 500 mg No. VI S3dd1
Biolincom kapsul
Lincomycin HCl 500 mg
Infeksi saluran nafas, kulit & jaringan lunak, ISK & infeksi kelamin,, osteomielitis, arthritis, septikemia, peritonitis, sepsis puerperium Infeksi berat oleh bakteri gram + yang rentan, strain strep, pneumokokus & staph
Dewasa: 500 mg 3-4 kali sehari Bayi > 1 bulan: 30-60 mg/kgBB/ hari terbagi dalam 3-4 dosis
Gangguan GI, reaksi hipersensitivitas
Nyeri pada reumatik akut & kronis, luka jaringan lunak, pegal otot & sendi, dismenore, sakit kepala, gigi, nyeri pasca bedah
Dewasa & anak > 14 tahun: awal 500 mg, kemudian 250 mg tiap 6 jam Anak > 6 bulan: 36,5 mg/kgBB tiap 6 jam. Maks 7 hari
Gangguan GI & perdarahan, ulkus peptikum, sakit kepala, mengantuk, pusing, cemas, gangguan visual, ruam kulit, diskrasia darah, nefropati
Penyakit saluran pernafasan akut &
Anak 6-12 tahun: 1 ml drops 2-3
Gangguan GI, reaksi
Diminum 3 kali sehari 1 kapsul Sebaiknya diminum 1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan Harus dihabiskan Diminum 3 kali sehari 1 kapsul Sebaiknya diminum segera setelah makan Dapat menyebabkan kantuk, hindari mengemudi & kegiatan yang memerlukan kewaspadaan Diminum 3 kali sehari 0,5 ml
Mefinal kapsul
Asam mefenamat 500 mg
R/ Mucera drops No. I
Mucera drops
Ambroxol 15 mg/ml
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
Diminum 2 kali sehari 1 kapsul Sebaiknya diminum bersamaan dengan makanan Harus dihabiskan
36
Universitas Indonesia
62.
R/ Ocuson No. VI S3dd½ R/ Cefat 250 mg No. X S2dd1
kronis disertai bronchial abnormal
S3dd 0,5 ml
kali sehari Anak 2-6 tahun: 0,5 ml drops 3 kali sehari Anak <2 tahun: 0,5 ml drops 2 kali sehari 1-2 ovula per hari dimasukkan ke dalam vagina. Berikan pada malam hari selama 5-10 hari
R/ Fladystin ovula No. IV S1dd1
Fladystin ovula
Metronidazole 500 mg, nystatin 100.000 iu
Pengobatan vaginitis terutama karena Trichomonas vaginalis & Candida albicans
64.
R/ Cefspan No. X S2dd1 R/ Kaltrofen No. VI S1dd1
Cefspan kapsul
Cefixime 50 mg
Kaltrofen tablet salut enterik
Ketoprofen 50 mg
ISK tanpa komplikasi, otitis media, faringitis, tonsillitis, bronchitis akut & eksaserbasi akut Pengobatan simptomatis pada AR, OA, gout akut & spondilitis ankilosa
Dewasa & anak ≥ 30 kg: 50-100 mg 2 kali sehari, untuk infeksi berat 200 mg 2 kali sehari 50 mg 3-4 kali sehari atau 100 mg 2-3 kali sehari
R/ Olmetec Plus 40 mg
Olmetec tablet salut selaput
Olmesartan medoxomil 40 mg
Hipertensi esensial
Dewasa: awal 20 mg sekali sehari, dapat ditingkatkan
65.
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
Gangguan GI, reaksi hipersensitivitas, gangguan neurologic, leucopenia, trombositopenia, peningkatan kadar enzim hati, ikterus kolestatik Syok, hipersensitivitas, gangguan hematologi, gangguan GI, defisiensi vit K Dispepsia, mual, muntah, nyeri abdomen, sakit kepala, pusing, tinnitus, gangguan penglihatan, ruam & gangguan fungsi ginjal Pusing, bronchitis, batuk, faringitis, rhinitis, nyeri
Cara meminumnya teteskan drops ke dalam sendok terlebih dahulu untuk memudahkan Sebaiknya diminum setelah makan Diberikan sekali sehari 1 ovula Cara pemberiannya dimasukkan ke dalam vagina pada malam hari
Diminum 2 kali sehari 1 kapsul Sebaiknya diminum setelah makan Harus dihabiskan Diminum sekali sehari 1 tablet Sebaiknya diminum segera setelah makan Telan utuh, jangan dikunyah/ dihancurkan
Diminum sekali sehari 1 tablet pada pagi hari Hindari penggunaan
37
Universitas Indonesia
63.
hipersensitivitas
maks 40 mg per hari atau dikombinasikan dengan HCT
No. III S1dd1 pagi
66.
Adalat OROS tablet
Nifedipine GITS 30 mg
Hipertensi, angina pektoris kronik stabil, angina pektoris paska infark miokard
1 tablet sekali sehari
Interpril tablet
Lisinopril 10 mg
Hipertensi, gagal jantung kongestif
R/ Nutrivision tab No. X S1dd1
Nutrivision tablet
GliSODin 37,5 mg, βcarotene 5000 iu, vitamin C 187,5 mg, vitamin E 50 iu, vitamin B2 6,25 mg,
Suplemen untuk membantu menjaga kesehatan mata
Hipertensi: Awal 2,5 mg per hari, pemeliharaan 10-20 mg per hari, maks 40 mg per hari Gagal jantung kongestif: Awal 2,5 mg per hari, pemeliharaan 10-20 mg per hari, 1 kapsul sekali sehari
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
Pusing, sakit kepala, lesu, batuk, mual, ruam kulit, angioneurotik edema hiperkalemia
-
saat hamil & menyusui
Diminum sekali sehari 1 tablet Hindari diminum bersamaan dengan jus anggur Telan utuh, jangan dikunyah/ dihancurkan Diminum sekali sehari 1 tablet Kontrol asupan kalium saat menggunakan interpril
Diminum sekali sehari 1 kapsul Sebaiknya diminum setelah makan Hindari penggunaan
38
Universitas Indonesia
67.
R/ Adalat Oros 30 mg No. XXX S1dd1 R/ Interpril 10 mg No. XXX S1dd1
abdomen, diare, gastroenteritis, mual, arthritis, nyeri punggung, nyeri tulang, hematuria, ISK, nyeri dada, rasa lelah, gejala menyerupai flu, edema perifer, dyspepsia & nyeri Asthenia, edema perifer, palpitasi, sakit kepala, edema & vasodilatasi, konstipasi, pusing
68.
R/ Gentasolon cream No. I Sue
Gentasolon krim
selenium 17,5 mcg, Zn 3,75 mg, chromium 30 mcg, lutein 2,5 mg, rutin 12,5 mg, quercerin 12,5 mg, taurine 25 mg, carrot root 25 mg, citrus bioflavonoids 31,25 mg, N-Acetyl LCysteine (NAC) 25 mg, bilberry fruit extrak 1,25 mg, Lglutathione 1,25 mg, zeaxanthin 0,25 mg, BioAstin Astaxanthin 125 mcg, zanthin 125 mcg, Futurebiotics BioAccelerators 5,75 mg Fluccinolone acetonide 0,025%, gentamicin sulfate 0,1%
saat hamil & menyusui
Pengobatan topikal dermatitis
Kulit kering, pruritus, iritasi, rasa terbakar/pedih, hiperkortisme, gatal, folikulitis, hipertrikosis, hipopigmentasi, dermatitis perioral, erupsi seperti jerawat, dermatitis kontak & alergik, kulit menjadi lunak & tipis, infeksi sekunder, striae & milliaria
Dioleskan pada bagian yang sakit setipis mungkin Hindari penggunaan pada jangka panjang & pada kehamilan
39
Universitas Indonesia Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
Dioleskan 2-3 kali sehari
69.
R/ Levofloxacin 500 mg No. X S1dd1 pc R/
Metformin tablet salut selaput
Metformin 500 mg
NIDDM, terapi penunjang IDDM
Awal 500 mg 3 kali sehari, maks 3 g per hari
Gangguan GI, asidosis laktat
Neurodex drag
Vit B1 100 mg, vit B6 200 mg, vit B12 200 mcg
Gejala neutropik karena defisiensi vitamin, gangguan neurologik, mual & muntah pada kehamilan, anemia
1 drag 2-3 kali sehari
-
Glimepiride tablet
Glimepiride 1 mg
Tambahan terapi terhadap diet & olahraga untuk NIDDM. Dapat digunakan bersamaan dengan metformin & insulin
Awal 1 mg sekali sehari, pemeliharaan 1- 4 mg per hari, pada kasus tertentu diberikan hingga 8 mg
Levofloxacin tablet
Levofloxacin 500 mg
Kronik bronkitis, pneuminia, sinusitis, infeksi kulit, Infeksi
Dewasa: 500mg selama 7 hari.
Hipoglikemia, gangguan penglihatan sementara, gangguan GI. Jarang: trombopenia, anemia hemolitik, eritrositopenia, leukopenia, agranulositosis Gangguan GI, sakit kepala, insomnia, depresi, halusinasi.
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
Diminum sekali sehari 2 tablet Sebaiknya diminum bersamaan dengan makanan atau setelah makan Hentikan terapi segera jika terjadi asidosis Diminum sekali sehari 1 tablet Sebaiknya diminum bersamaan dengan makanan
Diminum sekali sehari ½ tablet Sebaiknya diminum segera sebelum makan besar pada tiap harinya & jangan mengurangi jadwal makan
Diminum 1 kali sehari 1 tablet Sebaiknya diminum sebelum atau setelah makan Harus dihabiskan
40
Universitas Indonesia
70.
R/ Metformin 500 mg No. LX S2dd1 R/ Neurodex No. XXX S1dd1 R/ Glimepiride 1 mg No. XV S1dd½
Paracetamol kaplet
Paracetamol 500 mg
Analgesik, antipiretik
Dewasa: 3x 1 tab
Kerusakan liver, iritasi lambung, mual, muntah
Lansoprazole granul dalam kapsul
Lansoprazole 30 mg
Ulkus duodenum, ulkus gaster jinak & refluks esofagitis
Sakit kepala, nyeri abdomen, dyspepsia, mual, muntah, mulut kering, konstipasi, perut kembung, pusing, lelah, ruam kulit, urtikaria, pruritus
71.
R/ Tomit 10 mg No. XV S3dd1
Tomit tablet
Metoclopramide HCl 10 mg
Refluks esofagitis, mencegah/ mengurangi muntah akibat radiasi & paska bedah
Ulkus duodenum: 30 mg sekali sehari selama 4 minggu Ulkus gaster jinak: 30 mg sekali sehari selama 8 minggu Refluks esofagitis: 30 mg sekali sehari selama 4 minggu Dewasa: 10 mg 3 kali sehari Anak 6-14 tahun: 2,5-5 mg 3 kali sehari Anak <6 tahun: 0,1 mg/kgBB
72.
R/ Catapres 75 mcg No. X S1dd1
Catapres tablet
Clonidine HCl 0,075 mg
Hipertensi
Awal 0,075-0,15 mg per hari, dapat ditingkatkan setelah 2-4 minggu, pada hipertensi berat
Mulut kering, sedasi, rasa lelah
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
Reaksi ekstrapiramidal, pusing, lesu, mengantuk, sakit kepala, depresi, cepat lelah, gangguan GI, hipertensi
Diminum 1 kali sehari 3 tablet Sebaiknya diminum sebelum atau setelah makan Diminum 1 kali sehari 1 kapsul Sebaiknya diminum saat perut kosong
Diminum 3 kali sehari 1 tablet Sebaiknya diminum saat perut kosong, ½ jam sebelum makan Dapat menyebabkan kantuk, hindari mengemudi & kegiatan yang memerlukan kewaspadaan Diminum 1 kali sehari 1 tablet pada malam hari
41
Universitas Indonesia
Paracetamol No. XV S3dd1 pc R/ Lansoprazole No. VII S1dd1 ac
R/ Nipe syrup No. I S3dd 5 ml
Nipe sirup
Isothipendyl HCl 2 mg, acetaminophen 120 mg, phenylephrine HCl 5 mg
Untuk meredakan gejala influenza
74.
R/ Urdafalk tab No. LX S2dd1 R/ Zyloric No. XXX S1dd1 siang
Urdafalk tablet
Ursodeoxycholic acid
Zyloric tablet
Allupurinol 100 mg
Batu empedu tembus sinar X dg diameter ≤ 20 mm Pasien dg risiko tinggi jika op atau pasien yg menolak op kandung empedu Penderita usia lanjut & penderita dg reaksi idiosinkrasi thd anestesi umum & pasien yg menolak intervensi bedah Artritis gout dan produksi asam urat berlebihan
Valdoxan tablet
Agomelatine 25 mg
75.
R/ Valdoxan 25 mg No. XXX
Depresi
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
8-10 mg/kgBB/hr dibagi dlm 2-3 dosis
Dewasa: awal sehari 100 mg . Maks sehari 800 mg Sekali sehari 1 tablet
Gugup, insomnia, sakit kepala, mual & iritasi lambung. Pada dosis tinggi dapat menyebabkan kerusakan hati diare, ruam kulit, gatal - gatal
Diminum 3 kali sehari 1 sendok takar 5 ml Dapat diminum saat perut kosong maupun bersamaan dengan makanan
Reaksi kulit, gangguan GI, diare
Diminum 1 kali sehari 1 tablet pada siang hari
Nyeri punggung, konstipasi, diare, merasa cemas, sakit kepala,
Sebaiknya obat diminum pada malam hari, 1-2 jam sebelum
Diminum 2 kali sehari 1 tablet
42
Universitas Indonesia
73.
dapat ditingkatkan 0,3 mg 3 kali sehari Anak >6 tahun: 10 ml 3-4 kali sehari, anak 2-6 tahun: 5 ml 3-4 kali sehari
berkeringat, mengantuk, mual, muntah, nyeri abdomen, kelelahan
S1dd1 malam R/ Alganax 0,5 mg No. XXX S1dd1 malam Alprazolam 0,5 mg
Ansietas, ansietas yang berhubungan dengan depresi, gangguan panik dengan atau tanpa agoraphobia
Ansietas: dosis awal, 0,75-1,5 mg dalam dosis terbagi, dosis lazim sehari 0,54,0 mg dalam dosis terbagi
Mengantuk, kelemahan otot, ataksia, amnesia, depresi lightheadness, bingung, halusinasi, blurred vision
Metilpolisiloksan 125 mg (125mg), Mghidroksida 400 mg (400 mg), Alhidroksida koloidal 400 mg ( 400 mg) / 5 ml jeli (jeli forte) Etorikoksib 60 mg
Hiperasiditas lambung
1 tab 3-4 x/hari
Mual (jarang)
Menghilangkan gejala pada pengobatan osteoatritik, menghilangkan
Osteoatritis, nyeri kronik, mussculoskeletal: sehari 1x60. Nyeri akut analgesia
Asthenia/fatigue, pusing, edema ekstrim ringan, HTN, dispepsia, rasa panas dal
76.
R/ Polycrol 400 mg tab No. XV S3dd1
Polycrol tablet
77.
R/ Arcoxia 60 No. V S1dd1
Arcoxia tablet salut selaput
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
Diminum 1 kali sehari 1 tablet
43
Universitas Indonesia
Alganax tablet
tidur Dapat menyebabkan kantuk, hindari mengemudi & kegiatan yang memerlukan kewaspadaan Obat diminum hanya bila diperlukan, 1 kali sehari 1 tablet Sebaiknya obat diminum pada malam hari, 1-2 jam sebelum tidur Dapat menyebabkan kantuk, hindari mengemudi & kegiatan yang memerlukan kewaspadaan Diminum 3 kali sehari 1 tablet. Diberikan 1 jam sesuadah makan dan menjelang tidur malam
R/ Ixor No. XIV S2dd1
Ixor tablet
Roksitromisin 150 mg
79.
R/ Kelo-Cote gel 6 gr No. I 15% Sue
Keto-Cote gel
Polysiloxane, silicon dioxide
80.
R/ Tensivask 5 No. XXX S2dd1 R/ Fritens 150 No. XXX S2dd1
Tensivask tablet
Amlodipine besilate 5 mg
Penanganan awal utk jaringan parut baru & lama, teruta,a utk pengobatan & pencegahan jar parut hipertrofik/keloid akibat pembedahan umum (pascaop), trauma, luka bakar & luka, dll Hipertensi; iskemia jantung karena angina stabil, angina Prinzmetal atau varian
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
yang digunakan pada perawatan gigi:sehari 1x120 mg
perut, nausea, sakit kepala, ALT, dan AST meningkat
Dws: 1 tab 2x/hari. Anak 5-8 mg/kg/BB/hari dalam dua dosis dan lama terapi maks 10 hari Oleskan titip-tipis pada daerah yang membutuhkan 2x/hari. Biarkan kering. Lama terapi yang dianjurkan : min 60-90 hr
Mual, muntah, nyeri abdomen. Reaksi alergi kulit
Diminum 2 kali sehari 1 tablet. Dihabiskan. Diberikan sebelum makan
Belum ada laporan
Dioleskan tipis pada daerah yang membutuhkan
Hipertensi: sehari 1x5 mg, maks 100 mg. Pasien dengan disfungsi hati, lansia, dan bayi, mulai sehari 1x2,5 mg. Angina stabil kronik atau Prinzmetal 5-10 mg
Sakit kepala, edema, lelah, mual, flushing, pusing
Diminum 2 kali sehari 1 tablet
44
Universitas Indonesia
78.
nyeri kronik, muskuloskeletal, menghilangkan nyeri akut pada pengobatan gigi Infeksi THT, sal nafar, sal urogenital, kulit, dan jaringan lunak
Fritens kaplet
Irbesartan 150 mg
Hipertensi esensial
81.
R/ Prolic 300 No. XX S3dd1 pc Habiskan
Prolic kapsul
Klindamisin HCl 300 mg
Infeksi saluran pernapasan, septikemia, kulit, dan jaringan lunak, intra abdominal, panggul, dan sal reproduksi
82.
R/ Mezatrin No. X S2dd1
Mezatrin kapsul
Azitromisin 250 mg
Infeksi sal nafas atas dan bawah, kulit, dan struktur kulit, peny. Yang ditularkan melalui hubungan seks
Sakit kepala, trauma muskuloskeletal, rash
Diminum 2 kali sehari 1 kaplet
Kolitis, sakit perut, mual, muntah, diare
Diminum 3 kali sehari 1 kapsul Dihabiskan
Mual, nyeri perut, muntah, kembung, dan diare, palpitasi, nyeri dada, dispepsia, flatulansi, vomitus, melena dan jaundice kolestatik, monilia, vaginitis, dan nefritis, pusing, sakit kepala, vertigo, mengatuk, letih, ruam, fotosensitivitas, dan angioedema.
Diminum 2 kali sehari 1 kapsul Dihabiskan
45
Universitas Indonesia Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
Awal dan pemeliharaan sehari 1x150 mg. Dosis dapat ditingkatkan s/d 300 mg/hari Infeksi berat: Anak, 8-16 mg/kbBB/hari dalam 3-4 dosis bagi; dws, 150300 g setiap 6 jam. Infeksi lebih berat: Anak, 16-20 mg/kgBB/hari dlm 3-4 dossis bagi; dws, 300-450 mg setiap 6 jam Penderita berumur >16 thn: infeksi sal pernafasan atas dan bawah, infeksi kulit dan struktur kulit tidak terkomplikasi; hari pertama 500 mg sbg dosis tunggal; hari kedua sampai kelima: sehari 250 mg, jumlah pemakaian seluruhnya selama 5 hari 1,5 gram; servictis dan
uretritis non gonokokal
R/ Cravox 500 No. VI S1dd1
Cravox tablet salut selaput
Levofloxacin
Eksaserbasi, pneumonia, sinusitis maksilaris, infkesi kulit dan ISK
84.
R/ Utrogestan 100 No. XXX S1dd1 R/ Valvir 500 No. XV S3dd1
Utrogestan kapsul
Progesteron 100 mg
Terapi pergantian hormon
Valvir kaplet salut selaput
Valasiklovir 500 mg
Herpes zoster, herpes simpleks tipe 1 dan 2
85.
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
Dws Eksaserbasi akut dr bronkitis kronik 500 mg/harii selama 7 hari. Pneumonia yang diadapat dari masyarakat 500 mg/hr selama 7-14 hari. Sinusitis maksilaris akut 500mg.hari selama 10-14 hari. Infeksi kulit dan struktur kulit tdk terkomplikasi 500 mg.hari selama 710 hari, ISK terkomplikasi, pielenefritis akut 250 mg/hari 200 mg pada waktu istirahat
Ggn GI, sakit kepala, insomnia,mengantu k, gangguan tidur, ansietas, depresi, halusinasi, rekasi psikotik, ggn pengecapan, ruam kulit, gatal, urtikaria, edema, keringat berlebihan, vaginitis, moniliasis gential, lekore,td enak badan, lelah
Diminum sekali sehari 1 tablet Dihabiskan Pastikan kecukupan kebutuhan cairan
Gangguan GI, rash
Diminum 1 kali sehari 1 kapsul
Herpes zoster: Sehari 3 x 2 kapl selama 7 hari; Herpes simpleks episode 1: sehari 2 x 1 kapl selama 10
Jarang, sakit kepala, mual, gangguan ginjal
Diminum 3 kali sehari 1 kaplet Dihabiskan
46
Universitas Indonesia
83.
86.
87.
R/ Meloxicam 15 No. X S1dd1
Duodart kapsul
Dutasterid 500 mcg, tamsulosin HCl 400 mcg
Hiperplasia prostat
Interhistin tablet
Mebhidrolin napadisilat 50 mg
Alergi termasuk urtikaria, rinitis
Telfast HD tablet
Feksofenadin HCl 180 mg
Meloxicam tablet
Meloxicam 15 mg
Pengobatan gejala alergi sprt rinitis alergi dan urtikaria idiopatik kronik OA, AR
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
Impotensi, penurunan libido, kesulitan ejakulasi
Satu kapsul per hari. Diminum 30 menit setelah makan
Dws dan anak > 10 thn : Sehari 2-6 tab atau 2-6 sdtk; anak 5-10 thn: sehari 2-4 tab atau 2-4 sdtk; 2-5 thn: sehari 1-3 tab atau 1-3 sdtk; anak < 2thn : sehari 1-2 sdtk, diberikan dalam dosis terbagi Sehari 1 tablet
Mual, muntah, mulut kering, penglihatan kabur
Diminum 1 kali sehari 1 tablet
Sakit kepala, susah tidur, mual, muntah, mulut kering
Diminum 1 kali sehari 1 tablet
OA: 7,5 mg sekali sehari, ditingkatkan menjadi 15 mg sekali sehari AR: 15 mg sekali
Gangguaan GI, edema, nyeri, pusing, sakit kepala, anemia, artralgia, nyeri punggung,
Diminum 1 kali sehari 1 tablet
47
Universitas Indonesia
88.
R/ Duodart cap No. XXX S1dd1 R/ Interhistin No. X S1dd1 R/ Telfast 180 No. X S1dd1
hari; Episode kambuh: Sehari 2 x 1 kapl selama 5 hari; Terapi supresif: Sehari 1 x 1 kapl selama 6 bulan Sehari 1 kapsul
sehari, dikurangi menjadi 7,5 mg sekali sehari
R/ Patanol ED No. 1 S2dd gtt ODS Bila gatal
Patanol eyedrop
Olopatin HCl 0,1%
Pengobatan tanda dan gejala konjungtivitis alergi
Sehari 2 x 1 tetes pada tiap mata yang sakit dengan interval 6-8 jam
90.
R/ Sistenol No. X S3dd1
Sistenol kaplet salut selaput
Parasetamol 500 mg, asetil sisteina 200 mg
Demam, sakit kepala, dan kondisi nyeri ringan sampai sedang lainnya, mukolitik
91.
R/ Glucosamin 500 No.
Glucosamine tablet
Glukosamin 500 mg
Memelihara kesehatan persendian
Dws & anak >11 tahun 1 kaplet 3 kali sehari, 6-11 tahun ½-1 kaplet 3 kali sehari, 1-5 tahun ¼-1/2 kaplet 3 kali sehari BB < 55 kg: sehari 3 x 1 tab; BB > 55 kg: sehari 3 x 2
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
Jarang: gangguan GI
Diteteskan 2 kali sehari pada mata sebelah kanan, bila gatal
Diminum 3 kali sehari 1 kaplet
Diminum 3 kali sehari 1 tablet
48
Universitas Indonesia
89.
insomnia, batuk, infeksi saluran pernafasan, ruam kulit, pruritus, sering berkemih, ISK Sakit kepala, astenia, penglihatan kabur, rasa terbakar, stsu tersengat, gejala yang menyerupai flu, mata kering , sensasi pada mata spt kemasukan benda asing, hiperemia, hipersensilivitas, keratitis, edema kelopak mata, mual, faringitis, pruritus, rinitis, sinusitis, ggn daya pengecap. Jarang: reaksi alergi, mual
92.
XXI S3dd1 R/ Cinolon Cr 10 gr No. I S2dd (Sue)
tab Cinolon krim
Fluosinolon asetonid 0,25 mg/g
R/ Temisil Cr 10 gr No.1 Sue 3x
Temisil krim
Terninafine HCl 1%
94.
R/ Methioson No. X S1dd1
Methiason tablet
95.
R/ Kalnex 250 mg dain pulv S3dd1 No. IX
Kalnex tablet
Metionin 100 mg, kolin bitartrat 100 mg, vit-B1 2 mg, vit-B2 2 mg, nikotinamid 6 mg, vit-B6 2 mg, pantotenat 3 mg, biotin 0,1 mg, asam folat 0,4 mg, vit-B12 0,67 mcg, vit-E 3 mg Asam traneksamat 250 mg
Ggn fungsi hati misalnya pada peny. Kuning, zat hepatotoksik dan infeksi, infiltrasi lemak
Fibrinolisis dan epitaksis lokal, prostetktomi, konisasi serviks, edema angioneurotik, pendarahan abnormal
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
Oleskan pada tempat yang sakit, sehari 3-4x
Hipersensitivitas
Dioleskan 2 kali sehari pada tempat yang sakit setipis mungkin
Oleskan 1-2 x per hari. Tinea pedis: 2-4 minggu. Tinea korposis/kruris: 12 minggu Sehari 3x 2-3 tab setelah makan
Iritas lokal, eritema, kulit terasa terbakar & kering
Dioleskan 3 kali sehari pada tempat yang sakit setipis mungkin
-
Diminum 1 kali sehari 1 sehari
Sehari 3-4x 1 tablet
Gangguan GI, mual, pusing, muntah, anoreksia, eksantema & sakit kepala
Diminum 3 kali sehari
49
Universitas Indonesia
93.
Meredakan inflamasi dan prurtus pada dermatonis yang responsif oleh kortikosetroid, peny. Kulit disebabkan alergi, inflamasi, pruritus Terapi topikal untuk tinea pedis, kruris, korposis
R/ Glimepiride 3 No. XXX S1dd ac pagi
Glimepiride tablet
Glimepiride 3 mg
Tambahan terapi terhadap diet & olahraga untuk NIDDM. Dapat digunakan bersamaan dengan metformin & insulin
Awal 1 mg sekali sehari, pemeliharaan 1- 4 mg per hari, pada kasus tertentu diberikan hingga 8 mg
97.
R/ Amoksan cap 500 mg No. X S3dd1 R/ Mefinal 500 No. X S3dd1 R/ Danocrine 200 No. XXX S2dd1
Amoksan kapsul
Amoksisiklin 500 mg
Infeksi saluran napas, GUT, kulit & jaringan lunak karena rentan organisme gram + dan Gram -
Awal: 500 mg, kmd 250 mg tiap 6 jam k/p Maks. 7 hari
Mefinal kapsul
Asam mefenamat 500 mg
Nyeri pada reumatik akut & kronis, luka jaringan lunak, pegal otot & sendi, dismenore, sakit kepala, gigi, nyeri pasca bedah
Dewasa & anak > 14 tahun: awal 500 mg, kemudian 250 mg tiap 6 jam Anak > 6 bulan: 36,5 mg/kgBB tiap 6 jam. Maks 7 hari
Danocrine kapsul
Danzol 200 mg
Endometriosis, mastalgia, kista payudara jinak, penarahan uterin,
Dws: 200-800 mg /hari terbagi dalam 4 dosis
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
Hipoglikemia, gangguan penglihatan sementara, gangguan GI. Jarang: trombopenia, anemia hemolitik, eritrositopenia, leukopenia, agranulositosis Ggn GI & perdarahan, ulkus peptikum; sakit kepala, mengantuk, pusing, cemas; ganguan visual, ruam kulit, diskarasia darah, nefropati Gangguan GI & perdarahan, ulkus peptikum, sakit kepala, mengantuk, pusing, cemas, gangguan visual, ruam kulit, diskrasia darah, nefropati Akne, edema, hirsutisme ringan, pengecilan ukuran payudara
Diminum sekali sehari 1 tablet Sebaiknya diminum segera sebelum makan besar pada tiap harinya & jangan mengurangi jadwal makan
Diminum 3 kali sehari 1 tab, segera sesudah makan
Diminum 3 kali sehari 1 kapsul Sebaiknya diminum segera setelah makan Dapat menyebabkan kantuk, hindari mengemudi & kegiatan yang memerlukan kewaspadaan Diminum 1 kali sehari, secara konsisten, tanpa atau selalu dengan makanan
50
Universitas Indonesia
96.
Silver sulfadiazine 10 mg/g
ginekomastia Luka bakar semua derajat
R/ Burnazin Cr 35 No. I Sue
99.
R/ Ubi Q 30 No. X S1dd1 R/ Hyperil 2,5 No. X S1dd1
Ubi Q kapsul
Coenzym Q10
Antioksidan
Hyperil tablet
Ramipril 5 mg
Hipertensi, gagal jantung kongestif
R/ Biolincom 500 No. XV S3dd1 R/ Cataflam 50 No. X S3dd1 R/ Mefinal 500 No. X
Biolincom kapsul
Lincomycin HCl 500 mg
Infeksi berat oleh bakteri gram + yang rentan, strain strep, pneumokokus & staph
Dewasa: 500 mg 3-4 kali sehari Bayi > 1 bulan: 30-60 mg/kgBB/ hari terbagi dalam 3-4 dosis
Cataflam tablet
Kalium diklofenak 50 mg
Pengobatan jangka panjang
Dewasa : awal 100-150 mg
100.
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
Oleskan 1-2 kali sehari
-
Sehari 1 kaps, jika diperlukan dosis tinggi, dapat diberikan samapai sehari 3 kaps. Hipertensi: Awal tanpa diuretik 2,5 mg sekali sehari, pemeliharaan 2,55 mg per hari terbagi dalam 1-2 dosis. Bila TD tidak dapat dikontrol, kombinasikan dengan diuretik
1 kaps/ hari, jika perlu dosis tinggi, dpt diberikan sampai 3 kaps/hari Reaksi anafilaktoid, gangguan KV, gangguan hematologi, gangguan ginjal, edema angioneurotik, batuk tidak produktif, gangguan GI, gangguan kulit, gangguan neurologic & psikiatrik Gangguan GI, reaksi hipersensitivitas
Gangguan GI seperti mual, diare,
Dioleskan 1-2 kali sehari pada tempat yang sakit setipis mungkin Diminum 3 kali sehari 1 kapsul Sebaiknya diminum setelah makan Diminum 2 kali sehari 1 tablet
Diminum 3 kali sehari 1 kapsul Sebaiknya diminum 1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan Harus dihabiskan Diminum 3 kali sehari 1 tablet
51
Universitas Indonesia
98.
Burnazin krim
S3dd1
Mefinal kapsul
Asam mefenamat 500 mg
untuk nyeri dan inflamasi
sehari. Tidak boleh untuk anakKadangkadang nyeri epigastrum, sakit kepala, pusing, atau vertigo, ruam kulit
Nyeri pada reumatik akut & kronis, luka jaringan lunak, pegal otot & sendi, dismenore, sakit kepala, gigi, nyeri pasca bedah
Dewasa & anak > 14 tahun: awal 500 mg, kemudian 250 mg tiap 6 jam Anak > 6 bulan: 36,5 mg/kgBB tiap 6 jam. Maks 7 hari
kejang perut, dispepsia, kembung, snoreksia, sakit kepala, pusing, vertiligo, erupsi kulit, atau ruam, peningkatan transaminase dalam serum Gangguan GI & perdarahan, ulkus peptikum, sakit kepala, mengantuk, pusing, cemas, gangguan visual, ruam kulit, diskrasia darah, nefropati
Sebaiknya diminum setelah makan
Diminum 3 kali sehari 1 kapsul Sebaiknya diminum segera setelah makan Dapat menyebabkan kantuk, hindari mengemudi & kegiatan yang memerlukan kewaspadaan
52
Universitas Indonesia Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS SERVICE LEVEL OLEH DISTRIBUTION CENTER BUSINESS MANAGEMENT TERHADAP ENAM PRODUK PARETO DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 PERIODE MARET 2014
TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
RANI WULANDARI, S. Farm 1306344103
ANGKATAN LXXVIII
FAKULTAS FARMASI PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2014
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS SERVICE LEVEL OLEH DISTRIBUTION CENTER BUSINESS MANAGEMENT TERHADAP ENAM PRODUK PARETO DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 PERIODE MARET 2014
TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
RANI WULANDARI, S. Farm 1306344103
ANGKATAN LXXVIII
FAKULTAS FARMASI PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2014 ii
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ....................................................................................... i HALAMAN JUDUL ......................................................................................... ii DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... iv DAFTAR TABEL .............................................................................................. v DAFTAR RUMUS ............................................................................................ vi 1. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1 1.2 Tujuan ..................................................................................................... 1 2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 2 2.1 Analisis ABS/ Analisis Pareto ................................................................. 2 2.2 Service Level ............................................................................................ 3 3. METODE PENGKAJIAN ............................................................................ 5 3.1 Lokasi dan Waktu………………………………………………..... 5 3.2 Metodologi Pengkajian………………………………………….............. 5 3.3 Analisa service level oleh distribution center business management terhadap enam produk pareto di apotek Kimia Farma No. 7 .......................... 5 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 6 5. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 7 5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 7 5.2 Saran ........................................................................................................ 7
iii
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Diagram Batang Service Level Enam Produk Pareto KF 7 Periode Maret 2014 ........................................................................................................... 6
iv
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1.Service Level Enam Produk Pareto KF 7 Periode Maret 2014 ............ 6
v
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR RUMUS
Service level ........................................................................................................ 5
vi
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Seiring dengan majunya berkembangnya dan makin banyaknya apotek,
menjadikan semakin ketatnya kompetisi dalam bisnis apotek. Untuk menjaga eksistensinya, apotek dituntut untuk mampu bertahan dan memenangkan persaingan. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk memenangkan persaingan antara lain dengan memberikan pelayanan yang terbaik bagi konsumen. Apotek sebagai ujung tombak industri farmasi memiliki peran yang penting dalam menjamin ketersediaan obat bagi masyarakat. Demi menjamin kepuasan konsumen, apotek harus memperhatikan kualitas produk dan pelayanannya. Salah satu pelayanan pada apotek dapat berupa pemenuhan permintaan tepat waktu atau ketersediaan obat saat dibutuhkan konsumen. Umumnya, setiap konsumen memiliki tingkat kepentingan dan keinginan permintaan yang berbeda-beda. Ukuran kinerja dalam pemenuhan order konsumen biasa disebut service level. Service level harus ditentukan dengan tepat dengan asumsi pemenuhan mendekati 100%. Apabila service level kurang dari 100% berisiko menimbulkan ketidakpuasan konsumen karena ketidaktersediaan obat. Sedangkan, apabila service level lebih dari 100% berisiko meningkatnya total cost akibat berlebihnya stok obat dibandingkan yang dibutuhkan dan berisiko kerugian karena rusaknya obat sebelum dapat terjual. Oleh karena itu, perlu dilakukannya analisa untuk menilai service level dari Distribution Center (DC) Business Management (BM) Kimia Farma Bogor kepada Apotek Kimia Farma No 7 Bogor.
1.2
Tujuan
1.
Memilih 6 (enam) produk yang masuk ke dalam pareto periode maret 2014 apotek Kimia Farma No 7 Bogor.
2.
Mengetahui pemenuhan service level untuk 6 (enam) produk pareto tersebut oleh Distribution Center (DC) Business Management (BM) Kimia Farma Bogor kepada Apotek Kimia Farma No 7 Bogor. 1 Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Analisis ABC/ Analisis Pareto Analisa ABC (ABC analysis) atau dikenal dengan nama analisis pareto
(Pareto analysis) dibuat berdasarkan sebuah konsep yang dikenal dengan Hukum Pareto (Pareto’s Law). Kata ‘Pareto’ berasal dari nama seorang ekonom Itali, Vilfredo Pareto. Hukum Pareto menyatakan bahwa sebuah grup selalu memiliki persentase terkecil (20%) yang bernilai atau memiliki dampak terbesar (80%). Sebagai contoh, 20% dari total barang biasanya bernilai 80% dari total nilai. Analisis ABC adalah metode pembuatan grup atau penggolongan berdasarkan peringkat nilai dari nilai tertinggi hingga terendah, dan dibagi menjadi 3 kelompok besar yang disebut kelompok A, B dan C. Kelompok
A
biasanya
sejumlah
10-20%
dari
total item dan
merepresentasikan 60-70% total nilai. Kelompok B berjumlah 20% dari total item dan merepresentasikan 20% total nilai. Kelompok C biasanya berjumlah 60-70% dari total item dan merepresentasikan 10-20% total nilai. Pengelompokkan dengan menggunakan prinsip ini akan membantu seseorang untuk bekerja lebih fokus pada item-item yang bernilai tinggi (grup A) dan memberikan kontrol yg secukupnya untuk item-item yang bernilai rendah (grup C). Prinsip ABC ini bisa digunakan dalam pengelolaan pembelian, stok barang, penjualan, dsb. Prinsip pengelompokan ABC adalah : % Nilai
A>B>C
% Item
A
Langkah-langkah melakukan analisis ABC : 1. Buat daftar list semua item dan cantumkan harganya. 2. Masukkan jumlah kebutuhannya dalam periode tertentu. 3. Kalikan harga dan jumlah kebutuhan. 4. Hitung persentase harga dari masing-masing item. 5. Atur daftar list secara desending dengan nilai harga tertinggi berada di atas. 6. Hitung persentase kumulatif dari masing-masing item terhadap total harga. 2 Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
3
7. Tentukan klasifikasinya A, B atau C. Kelompok A merupakan kelompok obat yang paling cepat laku dan dalam beberapa kasus merupakan obat yang sangat mahal. Kelompok A merupakan kelompok mayoritas obat di apotek, oleh karena itu kelompok A seharusnya di monitoring dengan sangat ketat, agar tidak mudah dicuri orang. Obat seharusnya dikalkulasi ulang paling sedikit 6 bulan. Kelompok B merupakan obat yang penjualannya agak lambat dan dalam beberapa kasus obat yang lebih murah dibandingkan kelompok A. Kelompok ini cukup di kendalikan dengan menggunakan kartu stok saja, tidak perlu dimonitoring seketat kelompok A. Kelompok C adalah kelompok obat yang penjualannya paling lambat dan dalam beberapa kasus merupakan obat yang paling murah dibandingkan kelompok A dan B. Kelompok ini tidak perlu dimonitor terlalu ketat. Apoteker seharusnya secara periodik memonitoring kelompok C untuk menentukan apakah obat tersebut semestinya disingkirkan dari persediaan. Menyingkirkan kelompok C yang lambat lakunya merupakan metode praktis mengurangi jumlah obat dan investasi persediaan.
2.2
Service Level Service level merupakan salah satu kunci sukses pengelolaan persediaan
barang di sebuah apotek. Service level yang sangat baik diasumsikan sebesar 100%, artinya apotek mampu memenuhi semua permintaan akan obat (baik resep maupun
non
resep),
sehingga
ratio
penolakannya
0%.
Untuk
dapat
menjamin service level tersebut, diperlukan perencanaan (planning) yang sangat matang sehingga tidak terjadi penumpukan barang (over stock) yang dapat menimbulkan kerusakan terhadap obat, atau persediaan habis (out of stock) yang dapat menimbulkan ketidakpuasan pelanggan. Hal ini merupakan salah satu tugas seorang apoteker sebagai manager. Tujuannya yaitu agar perputaran persediaan (Inventory Turn Over) dapat maksimal, kemudian risiko over stock dan out of stock dapat diminimalisir. Apabila hal tersebut tercapai, maka akan menambah kepuasan pelanggan karena permintaan akan obat selalu terpenuhi.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
BAB 3 METODE PENGKAJIAN 1.1
Lokasi dan Waktu Pengumpulan data dan penulisan dilakukan mulai tanggal 21 Maret-12 April
2014 di Apotek Kimia Farma No. 7, Jl. Ir. H. Juanda No.30, Bogor.
1.2
Metodologi Pengumpulan Data Data dikumpulkan meliputi data permintaan dan pemenuhan produk yang
diperoleh dari outlet Kimia Farma No. 7 pada periode maret 2014.
1.3 Analisa service level oleh distribution center business management terhadap produk pareto di apotek kimia farma no. 7 periode maret 2014 Dalam analisis ini akan digunakan data pareto penjualan produk apotek Kimia Farma No. 7 periode 1-30 Maret 2014. Dari data tersebut dipilih 6 (enam) produk yang termasuk ke dalam pareto kelas A yang akan dianalisa service level yang diberikan DC terhadap keenam produk tersebut. Service level dihitung dengan perbandingan antara droping DC dan bon permintaan barang apotek (BPBA).
𝑆𝑒𝑟𝑣𝑖𝑐𝑒 𝑙𝑒𝑣𝑒𝑙 =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐷𝑟𝑜𝑝𝑖𝑛𝑔 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 × 100% 𝐵𝑃𝐵𝐴 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
4
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
(3.1)
Universitas Indonesia
BAB 4 PEMBAHASAN Kepuasan pelanggan menjadi salah satu hal penting bagaimana sebuah apotek dapat berkembang. Kepuasan pelanggan akan berimbas kepada loyalitas pelanggan dan juga menambah pelanggan-pelanggan baru. Pelanggan puas disaat permintaan akan obat selalu terpenuhi terutama persediaan obat-obat yang mempunyai perputaran yang cepat seperti produk pareto. Pemenuhan persediaan obat di Apotek Kimia Farma No 7 menggunakan sistem Distribution Centre. Kunci sukses pengelolaan persediaan barang di apotek pada saat service level mendekati 100%. Artinya apotek mampu memenuhi semua permintaan akan obat hingga ratio penolakannya 0%. Service level yang dapat diberikan DC terhadap pemenuhan barang di apotek Kimia Farma No. 7 akan menjadi gambaran bagaimana apotek Kimia Farma No. 7 dapat menjaga persediaan barang. Nilai Service Level yang diharapkan lebih dari 75%. Nilai ini diharapkan lebih tinggi untuk produk pareto. Karena produk pareto memiliki perputaran persediaan barang yang cepat dengan jumlah dan frekuensi yang besar sehingga menjadi sumber pemasukkan bagi apotek lebih besar. Dengan demikian diharapkan service level DC untuk produk pareto sebaiknya mendekati 90%. Untuk menghitung nilai service level tersebut maka dipilih beberapa produk pareto. Enam produk yang tersebut adalah Claneksi 500 mg, Rhinos SR, Telfast HD 180 mg, Aerius 5 mg, FG Troches, dan Nutriflam. Untuk menghitung service level DC maka dilakukan perbandingan jumlah produk tersebut pada BPBA bulan Maret 2014 dan Dropping Maret 2014. Hasil yang didapatkan dpada gambar 4.1 bahwa untuk produk Telfast HD 180 mg dan FG Troches memiliki nilai service level 100%. Sedangkan Nutriflam, Rhinos SR dan Aerius 5 mg masing-masing 88,70%, 93,04% dan 97,30%. Namun untuk produk Claneksi 500 mg yang mempunyai permintaan paling tinggi
hanya
terpenuhi 36,69%, bahkan tidak mencapai 50%. Walaupun demikian, rata-rata nilai service level untuk enam produk pareto ini mencapai 85,95%.
5
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
6
Tabel 4.1.Service Level 6 Produk Pareto KF 7 Periode Maret 2014 BPBA Maret Droping Maret Service Level Nama Obat 2014 2014 (%) Claneksi 200mg 3838 1408 36.69 Rhinos SR 1150 1070 93.04 Telfast HD 180mg 780 780 100 Aerius 5mg 555 540 97.3 FG Troches 2850 2850 100 Nutriflam 531 471 88.7 Nilai rata-rata service level 85.95
Persentase (%)
93.04
100
97.3
Telfast HD 180mg
Aerius 5mg
100
88.7
85.95
36.69
Claneksi Rhinos 200mg SR
FG Nutriflam Nilai Troches rata-rata service level
Gambar 4.1 Diagram batang service level 6 produk pareto KF 7 periode maret 2014
Akan tetapi, nilai service level ini belum cukup untuk mengevaluasi baik bagi Distribution Center maupun apotek KF 7. Namun demikian, selain permintaan produk yang besar dari jumlah dan frekuensinya, produk pareto menjadi sumber pemasukkan yang besar bagi apotek sehingga sedapat mungkin menghindari penolakkan resep dikarenakan tidak tersedianya barang. Pengaturan ini tidak hanya diatur dari pemenuhan jumlah, tetapi juga waktu yang diperlukan Distribution Center untuk memenuhi permintaan.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
1. Enam produk pareto periode maret 2014 Apotek Kimia Farma No 7 Bogor yang dipilih antara lain: Claneksi 500 mg, Rhinos SR, Telfast HD 180 mg, Aerius 5 mg, FG Troches, dan Nutriflam. 2. Persen service level dari enam produk pareto Apotek Kimia Farma No 7 Bogor, antara lain: Claneksi 500 mg 36,69%; Rhinos SR 93,04%; Telfast HD 180 mg 100%; Aerius 5 mg 97,30%; FG Troches 100%; dan Nutriflam 88,70% dengan rata-rata nilai service level untuk enam produk pareto ini mencapai 85,95%. 5.2
Saran Perlu dikembangkan teknik sampling yang lebih lanjut agar hasil dapat
mewakili nilai service level DC terhadap permintaan apotek Kimia Farma No.
7
Laporan praktik…, Rani Wulandari, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia