LAPORAN PENELITIAN DOSEN MUDA
ANALISIS KOHESI DALAM TEKS BACAAN (READING TEXT) PADA “UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2009/2010 BAHASA INGGRIS” UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)
Oleh: YULIA NUR EKAWATI, M.Pd. (KETUA) SANDAY JAMALUDIN, S.Pd. (ANGGOTA) NOOR LISWILDAYANTI, S.Pd. (ANGGOTA)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL 2010
2
SARI Ekawati, Yulia Nur. dkk. 2010. Analisis Kohesi Dalam Teks Bacaan (Reading Text) pada Ujian Nasional 2009/2010 Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah atas (SMA) Kata kunci: Kohesi, Membaca, Teks Bacaan Teks bacaan selain untuk media pengajaran, juga digunakan dalam sebuah pengukuran penilaian, yaitu dalam bentuk tes bacaan seperti yang ada dalam ujian nasional sekolah. Namun, dalam kenyataannya banyak siswa kesulitan dalam memahami teks bacaan dikarenakan beberapa faktor seperti teks yang terlalu panjang dengan tidak memperhatikan aspek kepaduan antar kata satu dengan kata lain, kalimat satu dengan kalimat lain, dan paragraf satu dengan lainnya. Dalam hal ini, kesulitan dalam memahami teks bacaan tersebut dikarenakan ketiadaan kohesi yang mana fungsi kohesi adalah untuk mengurangi kebingungan siswa dalam memahami ide di dalam teks. Oleh karena itu, timbul dua pertanyaan penting dalam penelitian ini; (1) Jenis-jenis piranti kohesi apa saja yang sering muncul pada teks bacaan ujian akhir “Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2009/2010 Bahasa Inggris” SMA? dan (2) Apakah fungsi dari piranti kohesi tersebut dalam teks bacaan pada ujian akhir “Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2009/2010 Bahasa Inggris” SMA?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, pendekatan kualitatif digunakan dengan metode pengumpulan data dokumentasi. Pengumpulan data ini dipilih karena jenis data penelitian ini adalah jenis sekunder, yaitu berupa teks bacaan yang ada pada ujian nasional bahasa inggris SMA. Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: pada teks bacaan ujian nasional SMA ditemukan penggunaan piranti kohesi baik itu kohesi gramatikal dan leksikal, yang mana piranti kohesi yang sering muncul adalah piranti referensi (134 piranti) dan yang tidak muncul sama sekali adalah piranti antonimi (0 piranti). Fungsi dari piranti-piranti tersebut pada umumnya adalah menghubungkan antar kata, frasa, dan klausa untuk menciptakan kepaduan teks yang mudah dipahami baik itu secara bentuk struktur maupun makna, sehingga pembaca dapat dengan mudah memperoleh informasi dari teks bacaan tersebut. Dari hasil di atas, maka disarankan bagi guru maupun tenaga pendidik untk memperhatikan kepaduan teks bacaan yang diberikan. Hal ini penting karena teks bacaan yang kohesif akan memberikan pemahaman baik itu bentuk maupun isi dari teks tersebut. Terbatasnya penggunaan piranti leksikal dalam hasil penelitian ini, menunjukkan kurang bervariasinya kosakata yang digunakan. Untuk itu, bagi penulis naskah soal Reading Text ujian nasional harus memperhatikan penggunaan piranti kohesi gramatikal dan kohesi leksikal agar lebih bervariasi dan tidak monoton. Selain itu, bagi para pelajar perlu diberikan materi terkait kohesi, karena pengetahuan tentang kohesi sangat bermanfaat dalam penguasaan bahasa mereka khususnya dalam kemampuan membaca dan menulis.
3
Halaman Pengesahan
1. Judul Penelitian :ANALISIS KOHESI DALAM TEKS BACAAN (READING TEXT) PADA “UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2009/2010 BAHASA INGGRIS” UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) 2. Bidang Penelitia : Pendidikan Bahasa Inggris 3. Ketua Peneliti a. Nama Lengkap : Yulia Nur Ekawati, M.Pd. b. Jenis Kelamin : Perempuan c. NIP :d. Disiplin Ilmu : Pendidikan Bahasa Inggris e. Pangkat/Golongan :f. Jabatan : Tenaga Pengajar g. Fakultas/Jurusan : FKIP / PBI h. Alamat : Jl. Halmahera Km.1 Tegal i. Telpon/Faks/Email : Telp. (0283)342519 / Faxs. (0283)342519 j. Alamat Rumah : Tonggara RT.05/02 Kec.Kedungbateng Kab.Tegal 52472 k. Telpon/Faks/Email : Telp.081325726134/Email:
[email protected] 4. Jumlah Anggota Peneliti : 2 orang a. Nama Anggota I : Sanday Jamaludin, S.Pd. b. Nama Anggota II : Noor Lis Wildayanti, S.Pd. 5. Lokasi Penelitian : TEGAL - JAWA TENGAH 6. Jumlah biaya yang diusulkan : Rp. 1.800.000,Tegal, 25 Agustus 2009 Mengetahui, Dekan FKIP
Dr. H. Basukiyantno, M.Pd.
Ketua Peneliti,
Yulia Nur Ekawati, M. Pd.
NIPY. 1251691960
NIPY. Menyetujui, Ketua Lemlit UPS Tegal Siswanto, S.H. MH NIP. 131996651
4
DAFTAR ISI
JUDUL………………………..……………………………………………..
i
SARI .......................................……..………………………………………..
ii
HALAMAN PENGESAHAN ……..………………………………………..
iii
DAFTAR ISI …………………………………………....…………….........
iv
BAB I PENDAHULUAN ………......…….....……………………........….....
1
A. Latar Belakang Masalah .…………………….…………....……..........
1
B. Identifikasi Masalah.………………………………………....……......
2
C. Tujuan Penelitian ......………………………………………....……....
3
D. Manfaat Penelitian ......………………………………………....….....
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .………………………………………........
5
A. Kohesi ...................................................................................................
5
B. Jenis-Jenis Kohesi ................................................................................
6
C. Membaca..............................................................................................
10
BAB III METODE PENELITIAN ……...………………………………........
12
A. Pendekatan Penelitian ...........................................................................
12
B. Jenis Data .............................................................................................
12
C. Teknik Pengumpulan Data....................................................................
12
5
D. Pendekatan penelitian ..........................................................................
12
E. Teknik Analisis Data............................................................................
12
BAB IV ANALISIS DATA ....................……………………………………
15
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...........……………………………...
26
DAFTAR PUSTAKA ...........……………………………................................
28
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............……...……………………………………
29
6
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pengajaran bahasa Inggris, empat kemampuan bahasa seperti mendengar (listening), berbicara (speaking), membaca (reading) dan menulis (writing), mempunyai peran penting dalam pembelajaran bahasa. Keempat kecapakan tersebut dapat membangun penguasaan bahasa siswa dengan baik. Oleh karena itu, keempat kecapakan tersebut harus diajarkan secara efektif. Cara untuk mengajarkan keempat kemampuan tersebut beragam bentuknya, tergantung dari tujuan pembelajar tersebut. Sebagai contoh ketika mengajar kemampuan
membaca, sebaiknya guru mengetahui dasar tujuan dari segala kegiatan
membaca. Karena hal ini akan memberikan informasi awal tentang kegiatan yang akan dijalankan. Sebagai pengajar, saya beranggapan bahwa mengetahui latar belakang kebutuhan belajar siswa akan membantu pengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk mencapai tujuan pembelajaran khususnya dalam membaca, pengajar harus merancang materi yang akan diajarkan. Materi membaca tersebut terdiri dari integritas komponen bahasa seperti system bunyi (sound system), tata bahasa (grammar), dan kosakata (vocabulary). Saya percaya teks bacaan dapat memberikan informasi yang bermanfaat dalam pembelajaran bahasa. Selain itu juga dapat menjadi alat bagi pengajar untuk mengukur kemampuan siswa dalam membaca. Teks bacaan, selanjutnya selain untuk media pengajar, juga digunakan dalam sebuah pengukuran penilaian, yaitu dalam bentuk tes bacaan. Contohnya dalam ujian akhir yang mengukur kemampuan membaca siswa SMA, asesor menyertakan teks bacaan di beberapa bagian tes. Namun, dalam kenyataannya siswa kesulitan dalam memahami teks bacaan dikarenakan beberapa faktor seperti teks yang terlalu panjang dengan tidak memperhatikan
7
aspek kepaduan antar kata satu dengan kata lain, kalimat satu dengan kalimat lain, dan paragraf satu dengan lainnya. Dalam hal ini, kesulitan dalam memahami teks bacaan merupakan keprihatinan utama karena memiliki peran penting. Penulis menganggap bahwa kesulitan tersebut merupakan hasil dari ketiadaan aspek kohesi. Aspek kohesi di sini adalah aspek signifikan dalam sebuah teks. Karena tujuan dari kohesi itu sendiri adalah untuk mengurangi kebingungan siswa dalam membahami sebuah teks. Siswa akan mengetahui alur ide di dalam teks, sehingga akan membuat hubungan antar kalimat dalam teks menjadi jelas. Berdasarkan pernyataan di atas, penelitian ini akan menyelidiki tentang kohesi di dalam teks bacaan. Secara rinci penelitian ini memfokuskan pada analisis kohesi pada teks bacaan yang ada di dalam ujian akhir “Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2009/2010 Bahasa Inggris” SMA.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian di atas, timbul permasalahan sebagai berikut: (1) Jenis-jenis piranti kohesi apa saja yang sering muncul pada teks bacaan ujian akhir “Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2009/2010 Bahasa Inggris” SMA? (2) Apakah fungsi dari piranti kohesi tersebut dalam teks bacaan pada ujian akhir “Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2009/2010 Bahasa Inggris” SMA?
C. Tujuan Penelitian Kohesi sangat penting dalam sebuah teks, dimana pengertian kohesi di sini adalah bagaimana kata yang satu berhubungan dengan kata yang lain, kalimat yang satu berhubungan dengan kalimat yang lain, bab yang satu berhubungan dengan bab yang lain.
8
Dalam studi ini, sebuah paragraf atau sebagian teks dikatakan kohesif apabila kalimat-kalimat di dalamnya tersusun dengan baik dan terhubung dengan baik pula. Dengan demikian, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Mendeskripsikan jenis-jenis piranti kohesi yang sering muncul di dalam teks bacaan ujian akhir “Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2009/2010 Bahasa Inggris” SMA. (2) Menjelaskan fungsi dari piranti kohesi yang ada di dalam teks bacaaan ujian akhir “Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2009/2010 Bahasa Inggris” SMA.
D. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian di atas, diharapkan penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoretis: a. Dapat menambah perbendaharaan teori di bidang bahasa. b. Penelitian ini dapat memberikan pemahaman kepada peneliti lain mengenai piranti kohesi pada sebuah teks. 2. Manfaat Praktis: a. Dapat digunakan sebagai acuan bagi pembaca dalam melakukan penelitian berikutnya. b. Menambah wawasan bagi pembaca tentang kohesi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berbagai istilah maupun pengertian-pengertian terkait dengan penelitian ini seperti pengertian kohesi, jenis-jenis kohesi dan teks bacaan, dituangkan secara rinci pada bab tinjauan pustaka ini.
A. Kohesi Pada penelitian sebelumnya mengenai kohesi, Utomo (2008: 677) melakukan penelitian untuk thesisnya yang berjudul Cohesion of Reading Passages Used in English Textbooks for the First Term, Eleventh Year of Senior High School menyimpulkan bahwa sebuah teks dikatakan kohesif jika kalimat dan paragraph yang ditulis memiliki kaitan satu dengan yang lain. Analisis kohesif yang ditemukan pada teks bacaan Buku Pelajaran Bahasa Inggris untuk kelas dua belas semester satu menunjukkan bahwa teks bacaan tersebut kohesif, karena terdapat piranti-piranti kohesi yang memudahkan siswa untuk memahami pesan teks yang disampaikan. Siswa dapat membaca dan memahami teks tersebut dengan baik. Menurut Halliday dan Hasan (1979: 4) kohesi mengacu pada hubungan arti antara satu bagian teks dengan yang lainnya. Kohesi juga memiliki fungsi untuk menghubungkan satu kalimat dengan yang lainnya. Oleh karenanya, kohesi memiliki peran penting dalam sebuah teks karena akan menciptakan satu kesatuan yang utuh baik itu dari bentuk maupun makna yang disampaikan. Berdasarkan kasus dan pengertian di atas, maka dapat siambil kesimpulan bahwa kohesi dalam sebuah konteks teks memiliki peran yang penting dalam pemahaman teks itu sendiri karena memiliki keterkaitan dan kepaduan antar kalimat dan paragraf. Untuk itu, kohesi atau kepaduan wacana dalam bahasa dapat diartikan sebagai keserasian hubungan unsur yang satu dengan unsur yang lain dalam sebuah teks sehingga terciptalah pengertian yang koheren.
5
B. Jenis-Jenis Kohesi Dalam bahasa Inggris kohesi mencakupi bentuk kohesi gramatikal (grammatical cohesive) dan kohesi leksikal (lexical cohesive). Kohesi gramatikal terdiri dari substitusi (substitution), elipsis (elipsis), referensi (reference), dan konjungsi (conjunction). Adapun kohesi leksikal terdiri dari repitisi, sinonimi, antonimi, hiponimi, dan kolokasi. B.1. Kohesi Gramatikal Piranti referensi mengacu pada penggunaan kata atau frase untuk menunjuk atau mengacu kata, frase, atau mungkin juga satuan gramatikal yang lain. Piranti kohesi kedua yaitu substitusi merupakan pendukung kepaduan wacana yang berupa penggantian unsur tertentu dengan unsur yang lain yang mengacu pada konsep yang sama. Piranti kohesi gramatikal ketiga ialah adanya unsur kalimat yang tidak dinyatakan secara tersurat pada kalimat berikutnya yang disebut elipsis. Sekalipun tidak dinyatakan secara tersurat, tetapi kehadiran unsur kalimat itu dapat diperkirakan. Sedangkan piranti terakhir yaitu konjungsi merupakan salah satu aspek gramatikal yang berfungsi menghubungkan antara unsur yang satu dengan unsur yang lainnya. B.1.1. Substitusi Menurut Halliday dan Hasan (1979: 142), substitusi adalah penggantian kata yang memiliki hubungan di dalam teks. Contohnya pada kalimat di bawah ini: (a). My axe is too blunt. I must get a sharper one. (b). You think Joan already knows? - I think everybody does. Ketika kita membaca kalimat-kalimat di atas, kita tidak akan merasa bosan karena tidak ada kata-kata yang diulang pada klausa kedua. Kata one dan does adalah piranti substitusi. Piranti ini membuat kita dapat memahami pesan yang ingin disampaikan dengan mudah di dalam kalimat.
6
B.1.2. Elipsis Elipsis melibatkan penghilangan item-item tertentu di dalam teks, dengan kata lain, di dalam piranti elipsis sebuah item dihilangkan. Berikut ini adalah contoh yang diambil dari Halliday dan Hasan, 1979: 143; 167): (a) Joan brought some carnations, and Catherine some sweet peas. (item yang dihilangkan: brought pada klausa kedua). (b) Have you been swimming? – Yes, I have. (item yang dihilangkan: been swimming pada klausa kedua). Penghilangan beberapa item pada klausa di atas, membuat teks tersebut lebih variatif dan tidak mengulang-ulang kata yang sama sehingga pembaca bisa mendapatkan informasi yang disampaikan dengan baik dan tentunya tidak cepat bosan dalam membaca teks tersebut. B.1.3. Referensi Referensi adalah hubungan antara elemen dari teks (Halliday dan Hasan, 1976: 308-309). Contoh referensi adalah sebagai berikut: (a) I can see a light. Let‟s follow it. (it mengacu pada a light.) (b) The cops chased the robbers. They cluded them. (they mengacu pada the cops, dan them mengacu the robbers.) Dari contoh-contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa referensi merupakan pengacuan dari sebuah kata maupun frasa yang memiliki hubungan keterkaitan baik itu dari personal (orang), benda, waktu, maupun tempat. B.1.4. Konjungsi Piranti kohesi gramatikal berikutnya adalah konjungsi. Halliday dan Hasan (1979: 226), menyebutkan bahwa konjungsi adalah hubungan dua unsur bahasa, baik antarklausa, antarkalimat, maupun antarparagraf dengan menggunakan perangkat atau
7
peranti penghubung. Dengan kata lain, fungsi dari piranti konjungsi ini adalah untuk merangkaikan atau menghubungkan antara kalimat satu dengan kalimat lainnya dalam suatu wacana yang sama. Berikut adalah contoh penggunaan piranti kohesi: (a) He left school at the age sixteen and became a volunteer ambulance driver in World War I. (and adalah kata penghubung / konjungsi dari klausa sebelumnya dengan klausa berikutnya yang menunjukkan penambahan) (b) The temperature outside may be as low as -45°C, but on the inside the temperature may range from -7°C to 16°C when warmed by body heat alone (but adalah kata penghubung / konjungsi dari klausa sebelumnya dengan klausa berikutnya yang menunjukkan pertentangan) Berdasarkan asumsi yang disebutkan di atas, terdapat hubungan sistematis antara kalimat, sehingga hubungan tersebut dapat disimpulkan bahwa kohesi gramatikal dapat membuat sebuah teks mengalir secara natural dan kohesif. B.2. Kohesi Leksikal Di samping piranti hubungan kohesi yang berupa gramatikal, seperti telah disebut di atas, juga terdapat piranti kohesi yang dinamakan piranti hubungan kohesi leksikal. Kohesi leksikal adalah hubungan antarkalimat yang disebabkan oleh adanya kata-kata yang secara leksikal memiliki pertalian. Menurut Baker (1992: 202), piranti kohesi leksikal mengacu pada peran yang dimainkan oleh pemilihan kosakata dalam mengatur hubungan di dalam teks. Piranti ini terdiri dari dua kategori utama, yakni reiterasi (reiteration) dan kolokasi (collocation). B.2.1. Reiterasi
8
Reiterasi merupakan pengulangan sebuah unsur leksikal atau beberapa persamaan kata dalam konteks pengacuan kedua keadaan yang memiliki referen sama (Halliday dan Hasan, 1979: 318). Reiterasi dapat berupa repetisi, sinonimi, hiponimi. Repetisi adalah pengulangan kata yang mempunyai kesamaan bentuk dan makna. Sinonimi adalah hubungan semantik yang menyatakan adanya kesamaan makna antara satu satuan ujaran dengan satuan ujaran yang lain. Hiponimi adalah hubungan semantik antara sebuah bentuk ujaran yang maknanya tercakup dalam makna bentuk ujaran yang lain.
B.2.2. Kolokasi Menurut Halliday dan Hasan (1979: 285) kolokasi merupakan hubungan yang ditunjukkan dengan adanya pasangan-pasangan kata yang mempunyai asosiasi tertentu dalam suatu hal. Hubungan tersebut antara lain dinyatakan dengan antonimi dan ekuivalensi. Kebalikan dari sinonimi adalah antonimi. Antonimi yakni dua buah satuan pernyataan yang maknanya menyatakan kebalikan, pertentangan, atau kontras antara yang satu dengan yang lain. Ekuivalensi merupakan makna yang sangat berdekatan.
C. Membaca Membaca adalah proses mental atau kognitif yang melibatkan pembaca untuk mengikuti dan menanggapi sebuah pesan dari penulis yang terpisahkan oleh jarak dan waktu. Lebih dari itu, membaca merupakan proses aktif dimana pembaca dapat berinteraksi dengan teks untuk menyusun kembali pesan yang disampaikan oleh penulis. Pada penelitian di tahun terakhir, seberapa jauh kemampuan membaca seseorang tergantung dari latar belakang
9
pengetahuan pembaca itu sendiri. Pernyataan ini sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh (Barr, Sadow, and Blachowicz: 1990), pada kutipan di bawah ini: “Reading is an active process in which readers interact with text to reconstruct the message of the author. Research in recent years emphasizes the extent to which reading depends on the background knowledge of readers. Printed symbols are signs which lead an active mind to reflect on alternatives during the process of constructing knowledge.” Thomas dan Robinson (1972: 6) menambahkan bahwa membaca adalah proses berpikir, karena aspek utama membacanya adalah mengambil makna dari poin-poin yang ada pada teks tersebut. Unit makna yang penting pada membaca adalah ide, konsep, pemikiran, kesan, dan pernyataan. Makna itu sendiri tidak akan muncul dari untaian kata yang berubah-ubah, tetapi akan muncul dari kata-kata yang saling berhubungan. Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa membaca adalah proses kognitif yang aktif dimana pembaca bisa mendapatkan informasi secara eksplisit maupun implisit, dan memperoleh pesan makna baik itu ide-ide utama, konsep, pemikiran, kesan, maupun pernyataan yang ingin disampaikan oleh penulis dari sebuah teks. Halliday dan Hasan (1989: 5) menyebutkan bahwa teks dalam ilmu bahasa adalah sebuah teks baik itu lisan maupun tertulis yang memiliki satu kesatuan utuh. Sebuah teks dianggap sebagai unit semantik yang baik adalah apabila sebuah unit tersebut bukan berupa unit bentuk tetapi unit arti. Terkait dengan anggapan bahwa teks merupakan unit semantik, maka teks harus memiliki dua hal penting yaitu kohesi dan koherensi. Kohesi dan koherensi pada teks bacaan dianggap penting karena dapat menentukan apakah teks bacaan tersebut baik atau tidak, seperti yang disebutkan oleh Halliday dan Hasan (1989:25). Oleh karenanya, sebuah teks dikatan baik, apabila teks tersebut tidak menimbulkan kebingungan. Pembaca bisa dengan baik mengikuti alur yang disajikan oleh penulis, sehingga pembaca bisa memperoleh
10
informasi yang disajikan dan mengerti maksud dari makna yang ada pada teks bacaan tersebut.
BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini, peneliti memfokuskan pada metode penelitian yang digunakan seperti pendekatan penelitian, jenis data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. 5.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analisis wacana, dimana fokus penelitiannya adalah analisis kohesi teks bacaan pada ujian akhir “Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2009/2010 Bahasa Inggris” SMA. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Dalam penelitian kualitatif ini, data penelitiannya lebih dominan deskriptif daripada angka. 5.2. Jenis Data Jenis data pada penelitian ini adalah data sekunder. Hal ini dikarenakan sudah tersedianya data dan peneliti dapat memperoleh detail data dengan cara membaca dan melihat. Untuk itu, bentuk data dari penelitian ini adalah bentuk dokumen, yaitu teks bacaan yang ditemukan pada ujian akhir Ujian Nasional Bahasa Inggris SMA. 5.3. Teknik Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data, teknik yang digunakan adalah kajian dokumen. Seperti disebutkan di atas, karena jenis datanya adalah bentuk dokumen, maka peneliti mengumpulkan data dengan cara membaca teks bacaan tersebut secara seksama dan mengalisisnya berdasarkan piranti-piranti kohesi yang ada pada teks bacaan tersebut.
5.3. Teknik Analisis Data Data yang berupa teks bacaan tersebut kemudian dianalisis melalui beberapa tahapan. Berikut ini adalah tahapan analisis data dari penelitian ini: (1). Membagi dan memberi nomor pada kalimat berdasarkan klausanya. Contohnya adalah sebagai berikut:
12
Text 1 EARTHQUAKE | I had just got into bed about half past eleven |2when I felt the tremor. |3The bed started to trouble |4and I noticed the electric light, |5which was hung on the ceiling, was swaying. 1
(2). Mengamati dan mencari item-item kohesif dengan menggarisbawahi item tersebut dan menamai setiap item dengan piranti yang mengacunya di bawah item-item yang digarisbawahi. Sebagai contoh berikut ini: Text 1 EARTHQUAKE |1I had just got into bed about half past eleven |2when I felt the tremor. referensi referensi referensi |3The bed started to trouble |4and I noticed the electric light, referensi konjungsi referensi 5 | which was hung on the ceiling, was swaying. (3). Mendistribusikannya ke dalam kolom table berdasarkan jenis-jenisnya. No.
Piranti T1
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Teks Bacaan T2 T3
T4
Substitusi Elipsis Referensi Konjungsi Reiterasi Sinonimi Antonimi
(4). Penafsiran Hasil Penelitian Berdasarkan data yang telah didapat, kemudian data tersebut dimasukkan ke kolom table untuk mengetahui piranti-piranti kohesif apa saja yang sering muncul. Setelah itu, tahap selanjutnya adalah menafsirkan data tersebut. (5). Penyimpulan Hasil Penelitian
13
Tahap akhir adalah menyimpulkan hasil penelitian yang didapat. Dalam penelitian ini, peneliti akan menyimpulkan apa saja jenis piranti kohesif yang sering muncul dalam teks bacaan bahasa Inggris ujian nasional tahun 2009/2010 dan apa fungsi dari piranti kohesif tersebut dalam sebuah teks bacaan.
BAB IV ANALISIS DATA Studi penelitian ini mengetengahkan tentang sebuah analisis wacana. Wacana dalam suatu kebahasaan memiliki kedudukan yang penting karena wacana sebagai satuan gramatikal dan sekaligus objek kajian linguistik yang mengandung semua unsur kebahasaan yang diperlukan dalam segala bentuk komunikasi. Sebagai kesatuan makna dalam suatu bahasa, wacana dibedakan dari teks, tulisan, bacaan, atau tuturan yang mengacu pada makna yang sama yaitu wujud konkret yang terlihat, terbaca, atau terdengar. Analisis wacana menginterpretasi makna sebuah ujaran dengan memperhatikan konteks. Dalam menganalisis wacana, sasaran utamanya bukan pada struktur kalimat, tetapi pada status dan nilai fungsional kalimat dan konteks. Konteks dalam sebuah bahasa bisa berupa kalimat, paragraf dan wacana itu sendiri. Manfaat dari konteks adalah untuk mencari acuan yaitu pembentukan acuan berdasarkan konteks linguistik. Wacana yang padu adalah wacana yang apabila dilihat dari segi hubungan bentuk atau struktur lahir bersifat kohesif dan dilihat dari hubungan makna atau struktur batin bersifat koheren. Kohesi tidak datang dengan sendirinya, tetapi diciptakan secara formal oleh alat bahasa yang disebut piranti kohesi, misal kata ganti, kata tunjuk, kata sambung, dan kata yang diulang. Menurut Halliday dan Hasan (1979: 6) kohesi dibagi menjadi dua bagian, yaitu kohesi gramatikal dan kohesi leksikal.
A. Kohesi Gramatikal Jenis kohesi gramatikal meliputi piranti substitusi, elipsis, referensi dan konjungsi. A.1. Substitusi Substitusi atau penggantian merupakan piranti kohesi yang menunjukkan adanya penggantian kata atau frasa yang kemudian tidak disebutkan lagi pada klausa atau kalimat
15
berikutnya. Seperti halnya yang dikatakan Halliday dan Hasan (1979: 87), subsititusi merupakan penggantian suatu unsur dengan unsur lainnya. Berikut ini adalah contoh substitusi yang ditemukan pada teks bacaan ujian akhir nasional bahasa inggris SMA. (1) |14Jakarta is becoming more polluted as the authorities cut down more and more trees for transportation projects. |15And Referensi
they don't
Konjungsi Referensi
bother to plant new trees to replace the old ones, substitusi
Kata ones pada wacana (1) adalah unsur pengganti yang menggantikan kata trees. Fungsi dari penggunaan piranti substitusi ini adalah sebagai pengganti kata untuk menciptakan perubahan variasi bentuk sehingga tidak terjadi kemonotonan dan kalimat yang tercipta menjadi lebih dinamis. Berikut ini adalah contoh lain penggunaan piranti substitusi yang menggantikan frasa. (2) |7There were three traditional types of igloos. |8The smallest one was substitusi
constructed as a temporary shelter, usually used for one or two elipsis
nights. Pada wacana (2), piranti subsititusi one menggantikan frasa three traditional types of igloos. Ini menunjukkan adanya hubungan antar kalimat yang satu dengan lainnya. Dalam hal ini, penggantian frasa tersebut juga mempunyai fungsi memberikan variasi bentuk, menciptakan kalimat yang dinamis, dan menghilangkan kemonotonan. Dari kedua contoh wacana di atas, penggantian piranti substitusi menunjukkan adanya hubungan kepaduan antar kalimat. Namun, piranti substitusi yang muncul dalam teks bacaan tersebut jumlahnya masih sangat sedikit, yaitu sejumlah 3 piranti. Ini menunjukkan bahwa teks bacaan yang diberikan masih kurang sempurna karena kurang bervariasinya penggunaan kata, frasa, kalimat maupun paragraf.
16
A.2. Elipsis Pada dasarnya elipsis memiliki kesamaan dengan substitusi karena adanya unsurunsur yang dilepaskan. Elipsis merupakan pertalian di dalam teks yang memiliki hubungan antar kata atau kelompok atau klausa, tetapi berbeda dengan referensi yang lebih mengacu pada hubungan maksud atau arti. (Halliday dan Hasan, 1979: 142). “Although substitution and elipsis embody the same fundamental relation between parts of a text (a relation between words or groups or clause – as distinct from reference, which is a relation between meaning), they are two different kinds of structural mechanism, and hence show rather different patterns.” Dari kutipan di atas, dijelaskan juga bahwa meskipun substitusi dan elipsis memiliki hubungan yang berdekatan secara semantis, namun keduanya berbeda dalam mekanisme struktur dan menunjukkan pola yang berbeda pula. Berikut adalah contoh wacana pada teks bacaan ujian nasional yang mengandung unsur piranti elipsis. (3) |7There were three traditional types of igloos. |8The smallest one was substitusi
constructed as a temporary shelter, usually used for one or two elipsis
nights. (4) |14Almost all governments claim to be democratic, |15but
many are
Konjungsi elipsis
actually totalitarian.
Pada wacana (3) di atas, unsur elipsis yang dilepas pada klausa ke delapan adalah frasa the smallest igloos. Sedangkan pada wacana (4), penggunaan piranti elipsis ditunjukkan pada kata many yang seharusnya digunakan adalah frasa many governments. Namun frasa tersebut dilepaskan sehingga kalimatnya menjadi ringkas. Untuk itu, fungsi dari piranti elipsis ini adalah untuk meringkas kalimat dan menghindari penggunaan kata atau frasa yang berulangulang.
17
A.3. Referensi (Pengacuan) Menurut Halliday dan Hasan (1979: 44), bentuk-bentuk pengacuan dapat direalisasikan melalui kata ganti orang yang meliputi kata ganti orang pertama (mengacu pada diri sendiri), kata ganti orang kedua (mengacu pada orang yang diajak bicara), dan kata ganti orang ketiga (mengacu pada orang yang dibicarakan). Berikut ini adalah kutipan yang diambil dari Halliday dan Hasan: “This system of reference is known as person, where „person‟ is used in the special sense of „role‟; the traditionally recognized categories are first person, second person, and third person, intersecting with the number categories of singular and plural.” Dalam penelitian ini, peneliti menemukan banyak piranti referensi yang digunakan. Hal ini menunjukkan penulis dari teks bacaan ujian nasional sudah memperhatikan unsur kepaduan dalam sebuah bacaan sehingga mudah untuk dipahami tiap kalimat dan paragraph. Berikut adalah contoh kalimat-kalimat yang mengandung unsur piranti referensi. (5) |1It is my greater pleasure to inform that |2Mr. Rahman will be Head referensi
of Representative Office of our firm here. |3He has been success fully handling the financial in the head office referensi
of our firm in Jakarta. |4He is extremely knowledgeable in the field referensi
of accounting. Pada contoh (5) di atas, kata He mengacu pada kata lain yang disebutkan sebelumnya, yaitu Mr. Rahman. Ini menunjukkan bahwa penggunaan kata ganti orang ketiga merupakan bentuk dari piranti pengacuan atau referensi dimana acuannya jelas ada di dalam teks dan disebutkan sebelumnya. Contoh penggunaan piranti referensi adalah sebagai berikut. (6) |6Sangkuriang had been separated from his mother since childhood. Referensi
referensi
18
(7) |6Platypus has a flat tail and webbed feet. |7Its body length is 30 to 45 cm. Referensi
referensi
14
15
(8) | Sangkuriang accepted this condition. | He dammed up the Citarum referensi
referensi
river to make a lake. Penggunaan piranti referensi pada contoh (6), (7) dan (8) menunjukkan adanya penggunaan kata ganti diri yaitu kata his yang mengacu kata Sangkuriang, dan its yang mengacu kata Platypus. Referensi atau pengacuan juga dapat berfungsi untuk mengacu sebuah tempat. Berikut ini adalah contoh penggunaan piranti referensi yang ditemukan pada teks bacaan ujian nasional. (9) |9According to the Kansas City, Missouri, Public School District referensi
records, Disney began attending the Benton Grammar School in Referensi
1911, and continued his formal education there until he graduated on referensi
referensi
referensi
June 8, 1917. Pada contoh (9) di atas, ada beberapa piranti referensi yang muncul yaitu penggunaan kata his dan he yang mengacu pada kata ganti orang ketiga, yaitu Disney. Selain itu, penggunaan kata there di sini juga merupakan piranti referensi yang mengacu pada sebuah tempat Kansas City, Missouri, Public School District. Dari beberapa contoh di atas, piranti referensi yang muncul dalam teks bacaan ujian nasional dapat ditunjukkan dengan penggunaan kata ganti orang maupun tempat. Fungsi dari piranti ini adalah untuk memberikan hubungan yang jelas antar klausa sebelumnya dengan klausa berikutnya dengan mengacu pada persona, tempat maupun waktu. A.4. Konjungsi
19
Piranti kohesi gramtikal berikutnya adalah konjungsi. Menurut Halliday dan Hasan (1979: 226), konjungsi merupakan hubungan dua unsur bahasa, baik antarklausa, antarkalimat, maupun antarparagraf dengan
menggunakan perangkat
atau peranti
penghubung. Dengan kata lain, fungsi dari piranti konjungsi ini adalah untuk merangkaikan atau menghubungkan antara kalimat satu dengan kalimat lainnya dalam suatu wacana yang sama. Halliday dan Hasan (1979: 238) menyebutkan bahwa ada empat kategori konjungsi: aditif (penambahan), adversatif (pertentangan), kausal (sebab-akibat), dan temporal (waktu). Konjungsi aditif menghubungkan dua unsur bahasa yang mempunyai kedudukan yang sama, seperti piranti penghubung. Sedangkan konjungsi adversatif terjadi apabila apa yang dinyatakan dalam klausa pertama berlawanan, atau tidak sama, dengan apa yang dinyatakan dalam klausa kedua. Untuk kategori konjungsi berikutnya adalah konjungsi sebab-akibat. Konjungsi jenis ini merupakan penggunaan kata atau kelompok kata yang menandai adanya hubungan sebab akibat antara kalimat satu dengan kalimat yang lain dalam suatu wacana yang sama. Berikutnya adalah kategori konjungsi waktu yang mengacu pada hubungan waktu. Fungsinya adalah untuk menyatakan waktu terjadinya sebuah peristiwa atau keadaan. Contoh penggunaan piranti konjungsi yang ditemukan dalam teks bacaan ujian nasional adalah sebagai berikut. (10) |9These were built and used during hunting trips, often on open sea konjungsi
ice. (11) |14Jakarta is becoming more polluted as the authorities cut down Referensi
more and more trees for transportation projects. |15And
they don't
Konjungsi Referensi
bother to plant new trees to replace the old ones, |16let alone develop new green areas.
20
Pada wacana (10) dan (11) di atas, nampak adanya hubungan antar klausa dan kalimat yang satu dengan yang lainnya. Hal ini jelas menyatakan bahwa piranti konjungsi aditif dengan menggunakan piranti and, dapat menggabungkan dua unsur bahasa tersebut. Contoh lain dari penggunaan piranti konjungsi kategori pertentangan juga nampak dalam kalimat-kalimat berikut ini: (12) |11It has no ears but has ability to sense sound and light. referensi
konjungsi
16
(13) | Female platypus usually digs burrows in the streams or river banks. |17The burrows are blocked with soil to protect it from referensi
intruders and flooding. |18On the other hand, male platypus does konjungsi
not need any burrow to stay. (14) |5The temperature outside may be as low as -45°C, |6but on the inside konjungsi
the temperature may range from -7°C to 16°C when warmed by body heat alone. Pada contoh (12) dan (14) diatas, penggunaan penghubung kata but, digunakan untuk menunjukkan adanya pertentangan pada klausa sebelumnya, yaitu klausa It has no ears. Selanjutnya pada contoh (13), penghubung antar kalimat yang digunakan adalah frasa penghubung on the other hand, yang bertujuan untuk menegaskan bahwa ada perbedaan karakteristik antara Platypus Betina dan Platypus Jantan.
Berikut ini adalah contoh penggunaan kategori konjungsi sebab-akibat. (15) |1Many people call platypus duckbill because this animal has a bill
21
konjungsi
like a duck's bill. (16) |12On the other hand, some people can‟t understand how Sutiyoso Konjungsi
can win this award |13because he hasn‟t made any improvement in Referensi
Konjungsi Referensi
Jakarta‟s air management. Contoh (15) dan (16) di atas menunjukkan adanya hubungan sebab akibat yang disebutkan pada kalimat sebelumnya, many people call platypus, kemudian dijelaskan pada kalimat berikutnya dengan menggunakan kata penghubung because. Berdasarkan contoh-contoh yang disebutkan di atas, ini menunjukkan bahwa teks bacaan ujian nasional SMA menggunakan piranti konjungsi baik itu konjungsi penambahan, pertentangan, sebab-akibat, maupun waktu dengan tujuan untuk menghubungan klausa yang satu dengan yang lainnya sehingga teks yang dihasilkan kohesif.
B. Kohesi Leksikal Selain penggunaan piranti-piranti gramatikal di atas, dalam teks bacaan ujian nasional SMA ini juga ditemukan penggunaan piranti leksikal. Dalam hal ini, kohesi leksikal adalah hubungan
leksikal antara bagian-bagian wacana untuk mendapatkan keserasian struktur
secara kohesif. Menurut Halliday dan Hasan (1993: 42), pada umumnya hubungan leksikal dibagi atas dua bagian besar, yaitu reiterasi dan kolokasi. Reiterasi dapat diwujudkan melalui repetisi, sinonim, superordinat (Halliday dan Hasan, 1979: 278). Sedangkan untuk kolokasi, dapat diwujudkan melalui hubungan antonimi dan ekuivalensi. “Reitration is a form of lexical cohesion which involves the repetition of a lexical item, at one end of the scale; the use of a general word to refer back to a lexical item, at the other end of the scale; and a number of things in between – the use of a synonym, near-synonym, or superordinate.”
22
(Halliday and Hasan, 1979:278) Berikut ini adalah contoh penggunaan kohesi leksikal yang ditemukan pada teks bacaan ujian nasional SMA. (17) |1Igloos or snowhouses are shelters constructed from blocks of snow, Repetisi
generally in the form of a dome. |2Although igloos are usually Repetisi
associated with all Inuit,….. (18) |1Democracy is a form of government. |2The word democracy means Repetisi
Repetisi
rule by the people. Contoh (15) dan (16) menunjukkan adanya penggunaan piranti repetisi pada kata Igloos dan democracy. Repetisi ini digunakan karena kata tersebut lebih diutamakan dari kata lainnya. Selain terjadi pengulangan bentuk pada contoh di atas, terjadi juga pengulangan makna. Contoh kohesi leksikal lainnya yang ditemukan pada teks bacaan ujian nasional adalah sebagai berikut: (19) 7In large communities-cities, states, provinces, or countries- it is sinonimi
impossible for all the people to meet as a group. (20) |1YONKERS, Nov l2th. |2A four alarm fire damaged 14 stores today
in the Cross County Shopping Center, the largest shopping center in sinonimi Westchester County.
Pada contoh (15) dan (16) di atas, kohesi leksikal ditunjukkan dengan penggunaan piranti sinonimi. Piranti sinonimi pada kalimat (15) berupa frasa cities, states, provinces, or countries yang memiliki kesepadaan arti dengan in large communities. Dan pada kalimat (16)
23
frasa the largest shopping center in Westchester County, juga memiliki kesepadaan arti dengan frasa in the Cross County Shopping Center. Penggunaan kohesi leksikal untuk piranti lain seperti antonimi dan ekuivalen tidak ditemukan pada teks bacaan ujian nasional. Piranti ini sebenarnya tidak kalah pentingnya dari piranti yang lain. Karena dapat memberikan variasi kosata kata dan beragam makna sehingga menciptakan kepaduan pada sebuah teks bacaan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: (1) Teks dikatakan kohesif, jika kalimat dan paragraf yang ditulis terkait satu dengan lainnya. Pada teks bacaan ujian nasional SMA ditemukan penggunaan piranti kohesi baik itu kohesi gramatikal dan leksikal, yang mana piranti kohesi yang sering muncul adalah piranti referensi (134 piranti) dan yang tidak muncul sama sekali adalah piranti antonimi (0 piranti). (2) Fungsi dari penggunaan piranti kohesi ini, pada umumnya adalah untuk menghubungkan antar kata, frasa, dan klausa sehingga menciptakan kepaduan teks yang mudah dipahami baik itu secara bentuk struktur maupun makna. Secara khusus, masingmasing piranti kohesi gramatikal dan leksikal memiliki fungsi sendiri-sendiri. Fungsi piranti substitusi sebagai pengganti bertujuan untuk memberikan variasi bentuk, menciptakan kalimat yang dinamis, dan menghilangkan kemonotonan. Piranti elipsis berfungsi untuk meringkas kalimat dan menghindari penggunaan kata atau frasa yang berulang-ulang. Piranti referensi adalah untuk memberikan hubungan yang jelas antar klausa sebelumnya dengan klausa berikutnya dengan mengacu pada personal, tempat maupun waktu. Dan piranti konjungsi berfungsi untuk menghubungkan antar klausa menggunakan penghubung aditif (penambahan), adversatif (pertentangan), kausal (sebab-akibat), maupun temporal (waktu), sehingga tercipta teks yang kohesif. Sedangkan untuk piranti kohesi leksikal seperti repetisi, sinonimi dan antonimi berfungsi sebagai piranti yang menghubungan secara leksikal antara bagian-bagian teks untuk mendapatkan keserasian struktur secara kohesif.
25
B. Saran-Saran Dari hasil dan kesimpulan di atas, maka dapat diambil beberapa saran sebagai berikut: (1) Sebuah teks bacaan memiliki peran penting dalam pengajaran maupun pengevaluasian belajar siswa terhadap kemampuan membaca. Untuk itu, bagi guru maupun tenaga pendidik harus memperhatikan kepaduan teks bacaan yang diberikan. Hal ini penting karena teks bacaan yang kohesif akan memberikan pemahaman baik itu bentuk maupun isi dari teks tersebut. (2) Terbatasnya penggunaan piranti leksikal dalam penelitian ini, menunjukkan kurang bervariasinya kosakata yang digunakan. Untuk itu, bagi penulis naskah soal Reading Text ujian nasional harus memperhatikan penggunaan piranti kohesi gramatikal dan kohesi leksikal agar lebih bervariasi. (3) Para pelajar perlu diberikan materi terkait dengan kohesi, karena pengetahuan tentang kohesi sangat bermanfaat dalam penguasaan bahasa mereka khususnya dalam kemampuan membaca dan menulis.
DAFTAR PUSTAKA Barr, Rebecca, Marilyn W. Sadow, and Camille L. Z. Blachowicz. 1990. Reading diagnosis for teachers: An instructional approach. New York: Longman.
Coulthard, M. 1981. Studies in Discourse Analysis. London: Routledge and Kegan Paul.
Halliday, M.A.K. 1985. An Introduction to Functional Grammar. London : Edward Arnold.
__________ . 1981. Reading in a Systemic Linguistics. London: Batsford Academic.
Halliday, M.A.K. and Hasan, Ruqaiya. 1979. Cohesion in English. Singapore: Longman Singapore Publisher (Pte) Ltd.
___________.1989. Language, Context, and Text: Aspects of Language in a Social-Semiotic Perspective. Victori: Deakin University Press.
___________.1994. Language, Context, and Text: Aspects of Language in a Social-Semiotic Perspective. (Diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Asruddin Barori Tou. 1992. Bahasa, Konteks, dan Teks: Aspek-Aspek Bahasa dalam Pandangan Semiotik Sosial). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Mulyana. 2005. Kajian Wacana: Teori, Metode & Aplikasi Prinsip-Prinsip Analisis Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana
27
LAMPIRAN-LAMPIRAN
28
LAMPIRAN-LAMPIRAN
I.
Lampiran I : Teks Bacaan
Reading 1 (p.8) To
:
Marguerite Michelson
From :
Ambar Patel
Date
March 22, 2010
:
Pages :
3 (this + 2)
Ref
Money Due
:
Message: |1I‟m writing to inquire about money due. |2We are concerned about payment on referensi
referensi
3
your last order, December 2009. | It was due in January. |4Could you please referensi
referensi
referensi
5
explain the delay? | I have left several phone messages over the past few weeks, referensi 6
7
| but
they have not answered. | Your company has always been prompt in
Konjungsi referensi
referensi 8
paying in our bills, | and referensi
we would like to continue to maintain a good
konjungsi referensi
relationship with you. |9However, this is an unusually long delay, |10and if referensi
konjungsi referensi
konjungsi
11
12
we don‟t hear from you until April, | we will have to take action. | Please referensi
referensi
referensi
contact me by fax or phone as soon as possible with an explanation |13and the date konjungsi 14
when we will receive the overdue payment. | The details of your order including referensi
referensi
items and prices, are available on the following two pages.
Reading 2 (p.10) Bandung, April 22, 2010
29
To: Manager of Credit Mr. Bowo |1It is my greater pleasure to inform that |2Mr. Rahman will be Head of referensi
referensi
Representative Office of our firm here. |3He has been success fully handling the financial in the head office of our firm in referensi
Jakarta. |4He is extremely knowledgeable in the field of accounting. Referensi
|5He has been scheduled to visit our office on May 1st , 2010, accompanied by referensi
Mr. Rouland, the manager of marketing. |6He will start working on the next day. Referensi
sinonimi
referensi
H.R. Manager
J Sebastian
Reading 3 (p.12) |1One day, when Sangkuriang was hunting, |2he accidentally killed referensi
referensi 3
his beautiful black dog Si Tumang. | This dog is actually Sangkuriang‟s father referensi
referensi
sinonimi
referensi
4
| who had been condemned to live the life of a dog by his GURU. Referensi 5
| However, sangkuriang never knew it. Konjungsi
referensi
6
| Sangkuriang had been separated from his mother since childhood. Referensi
referensi
7
| On his way home, he stopped at a small village and fell in love with a beautiful referensi
referensi
konjungsi
repetisi
30
|8 He didn‟t realized that the village was his homeland nor that the
girl. repetisi
referensi
referensi
repetisi
beautiful girl was his own sacred mother who remained young and pretty. Repetisi
referensi 9
| Their love grew naturally and one day, when they were discussing their referensi
konjungsi
referensi
referensi
10
wedding plans, | Dayang Sumbi suddenly realized that the profile of referensi
Sangkuriang‟s head matched that of her son‟s who had left twenty years earlier. Referensi 11
| How could she marry her own son? |12But she did not wish to disappoint him. Referensi
referensi
referensi
referensi
13
| So she agreed to marry Sangkuriang only on the condition that he would referensi
referensi
referensi
provide her with a lake and a boat with which they could sail on their wedding referensi
referensi
referensi
day the next day at dawn. |14Sangkuriang accepted this condition. |15He dammed up the Citarum river referensi
referensi
16
to make a lake. | Dayang Sumbi realized that Sangkuriang would fulfill the referensi
repetisi
condition she had set. |17With a wave of her supranatural shawl, |18she lit up the referensi
referensi
referensi 19
eastern horizon with flashes of light. | Deceived by false dawn, the cock crowed
and farmers rose for the new day. Konjungsi
|20Sangkuriang realized that he failed to finish the boat. |21With all his referensi
referensi
referensi
anger, he kicked the unfinished boat upside – down. |22The boat is now known as referensi
the mount TANGKUBAN PERAU. |23In Sundanese TANGKUBAN means
31
uptumed or upside down, and PARAHU means boat. |24With the dam torn konjungsi
asunder, the water drained off the lake and made the lake a wide plain. |24It is now repetisi konjungsi repetisi
referensi
called Bandung from the word BENDUNG which means dam.
Reading 4 (p.13) |1YONKERS, Nov l2th. |2A four alarm fire damaged 14 stores today in the
Cross County Shopping Center, the largest shopping center in Westchester Sinonimi
Sinonimi
County. |3Two fire investigators said the blaze apparently started in a pile of cardboard cartons at the rear of a shoe store |4and spread through a utilities duct konjungsi 5
above the 13 other stores. | The fire started at 4.40 p.m. |6and was declared under konjungsi
control at 6.14 p.m. |7The center is on the Cross County Parkway at the
Gov. Thomas E. Dewey Thruway. |8Five fire-fighters were busy at the scene. |9Lieut. John Carey of the
Yonkers Arson Squad said the cause of the fire was under investigation.
Reading 5 (p.14) |1Walter Elias Disney (December 5, 1901 – December 15, 1966) was an referensi
American animated film producer and animator. |2He was also the creator of an referensi
32
American-based theme park called Disneyland, |3and the founder of the highly konjungsi
profitable corporation, now known as The Walt Disney Company. |4Disney was born in Chicago to Elias Disney and Flora Call. |5He was referensi
referensi
named after his father and after his father‟s close friend Walter Parr, the minister referensi
referensi
at St. Paul Congregational Church. |6In 1906, his
family moved to a farm near
referensi repetisi
Marceline, Missouri. |7The family sold the farm in 1909 and lived in a rented Repetisi
konjungsi 8
house until 1910, when they moved to Kansas City. | Disney was nine years old referensi
at the time. |9According to the Kansas City, Missouri, Public School District records, referensi
Disney began attending the Benton Grammar School in 1911, and continued his Referensi
konjungsi
referensi
10
formal education there until he graduated on June 8, 1917. | During this time, referensi
referensi
Disney also enrolled in classes at the Kansas City Art Institute. |11In the fall of referensi
1917, Disney rejoined his family. |11He left school at the age sixteen |12 and referensi
referensi
referensi
konjungsi 13
became a volunteer ambulance driver in World War I, | after konjungsi
he changed his referensi
referensi
birth certificate to show his year of birth as 1900 in order to be able to enlist in the referensi 14
service. | He served as a member of the American Red Cross Ambulance Force referensi
in France till 1919.
33
Reading 6 (p. 15) |1Many people call platypus duckbill because this animal has a bill like Repetisi
konjungsi
2
a duck‟s bill. | Platypus is an indigenous of Tasmania and southern and eastern Repetisi
Australia. |3Although it lays eggs instead of bearing its young alive, |4 the platypus Referensi
referensi
referensi
5
is a true mammal, not a reptile. | It nurses its young with milk as do other referensi
referensi
mammals. |6Platypus has a flat tail and webbed feet. |7Its body length is 30 to 45 cm Referensi
referensi
|8and covered with a thick and woolly layer of fur. |9Its bill is detecting prey and Konjungsi
referensi 10
konjungsi
11
stirring up mud. | Platypus‟ eyes and head are small. | It has no ears but has referensi
konjungsi
ability to sense sound and light. |12The male platypus has a hollow claw, or spur, or each hind leg. |13The Sinonimi
sinonimi
sinonimi
14
spurs are connected with poison glands. | The platypus leg scratches and poisons
its enemies with the spurs. Referensi
|15Platypus lives in streams, rivers, and lakes. |16Female platypus usually digs burrows in the streams or river banks. |17The burrows are blocked with soil to protect it from intruders and flooding. |18On the other hand, male platypus does referensi
not need any burrow to stay.
konjungsi
34
Reading 7 (p. 16) |1Igloos or snowhouses are shelters constructed from blocks of snow, Repetisi
generally in the form of a dome. |2Although igloos are usually associated with all konjungsi Repetisi 3
Inuit, | they were predominantly constructed by people of Canada‟s Central Arctic referensi
and Greenland‟s Thule area. |4Inuit people tended to use snow to insulate their referensi 5
referensi 6
houses. | The temperature outside may be as low as -45°C, | but on the inside the konjungsi
temperature may range from -7°C to 16°C when warmed by body heat alone. |7There were three traditional types of igloos. |8The smallest one was substitusi
constructed as a temporary shelter, usually used for one or two nights. |9These Elipsis
referensi
were built and used during hunting trips, often on open sea ice. |10Next in size was konjungsi
Elipsis 11
the semi permanent, intermediate-sized for family dwelling. | This is a single referensi
room dwelling that housed one or two families.
|12The largest of the igloos is normally built in groups of two. |13These referensi
might have had up to five rooms |14and housed up to 20 people. |15A large igloo konjungsi
might have been constructed from several igloos attached by tunnels, giving Elipsis
common access to the outside. |16These were used to hold community feasts and Elipsis
referensi
35
traditional dances.
Reading 8 (p. 17) |1Democracy is a form of government. |2The word democracy means rule Repetisi
Repetisi
by the people. |3Abraham Lincoln described such self-government as government substitusi
of the people, by the people, for the people. |4The citizens of a democracy take part in government either directly or Repetisi
Repetisi
5
indirectly. | In a direct, or pure, democracy, the people meet in one place to make Repetisi
Repetisi
the laws for their community. |6Most modern democracy is representative democracy. |7In large
communities-cities, states, provinces, or countries- it is impossible for all the referensi
sinonimi
referensi
people to meet as a group. |8Instead, they elect certain number of their fellow referensi
konjungsi referensi
citizens to represent them in making decisions about laws and other matters that referensi
affect the people. |9An assembly of representatives may be called a council, a legislature, a parliament, or a congress. |10Government by the people through their referensi
referensi
freely elected representatives is sometimes called republican government. |11The democratic way of life recognizes the equality and dignity of all referensi
persons regardless of race, religion, sex, or social standing. |12It holds that
36
referensi
everyone is equal in court trials and other legal matters. |13It provides freedom of referensi
speech, freedom of the press, and freedom of religion. |14Almost all governments claim to be democratic, |15but
many are
Konjungsi Elipsis 16
actually totalitarian. | Totalitarian governments have almost complete control referensi
referensi
over lives of the people.
Reading 9 (p. 18) |1Sutiyoso will be given an Asian Air Quality Management Award Friday referensi
at an International Conference in Yogyakarta, |2but some people have questions Konjungsi 3
whether he really deserved the honor. | The critics say Sutiyoso has done little to referensi
referensi
reduce air pollution in the capital. |4I think Sutiyoso deserved the award. |5Although we haven‟t seen solid air Referensi
Konjungsi
quality management, |6he has restored the National Monument (Monas) park to a Referensi 7
green cool area | where families can go to jog or have a picnic. |8He also initiated the busway project, |9which I believe is a Good step Referensi
toward reducing air pollution in Jakarta. |10However, the government has to take further action, such as limiting the Konjungsi
37
number of motorcycles in Jakarta. |11All of the motorcycles on the roads repetisi
repetisi
contribute to air pollution in the city. |12On the other hand, some people can‟t understand how Sutiyoso can win Konjungsi
this award |13because he hasn‟t made any improvement in Jakarta‟s air Referensi
Konjungsi Referensi
management. |14Jakarta is becoming more polluted as the authorities cut down more and more trees for transportation projects. |15And
they don‟t bother to plant new
Konjungsi Referensi
trees to replace the old ones, |16let alone develop new green areas. Substitusi 17
| The authorities should build more parks in the city to make Jakarta repetisi
greener and less polluted. |18Monas park is greener now, |19but the fences prevent repetisi 20
Konjungsi
people from getting in. | In countries like Singapore and Australia, public parks
are pleasant places to hang out.
38
II. Lampiran II : Tabel Penggolongan Piranti Kohesi Berdasarkan Masing-masing Teks Bacaan No
Piranti
Teks Bacaan
Total
T1
T2
T3
T4
T5
T6
T7
T8
T9
1.
Substitusi
0
0
0
0
0
0
1
1
1
3
2.
Elipsis
0
0
0
0
0
0
4
1
0
5
3.
Referensi
17
7
40
0
21
11
7
12
9
134
4.
Konjungsi
5
0
6
2
5
5
4
2
7
36
5.
Repetisi
0
0
7
0
2
2
2
6
4
23
6.
Sinonimi
0
1
0
2
0
3
0
1
0
7
7.
Antonimi
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0