LAPORAN PENELITIAN DOSEN MUDA
METODE RISK ASSESSMENT CODE (RAC) UNTUK PERANGKINGAN HAZARD DAN PENGUKURAN TINGKAT IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA & LINDUNGAN LINGKUNGAN (SMK3LL) PADA UPMS IV PERTAMINA SEMARANG
Oleh :
AKHMAD SYAKHRONI, ST IRWAN SUKENDAR, ST, MT
DIBIAYAI DIPA (DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN) NOMOR : 0145.0/023-04.0/-/2008 DIREKTORAT JENDERAL PERGURUAN TINGGI DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG NOVEMBER, 2008
HALAMAN PENGESAHAI{ LAPORAI{ PENELITIAN DOSEN MI]DA
1. a. Judul Penelitian
Metode Risk Assessment Code (RAC) Perangkingan Hazard
dan
untuk
Pengukuran Tingkat
Implementasi Sistem Manajemen Keselam atan, Keseh
atan Kerja &, Lindungan
Lingkungan
(SMK3LL) Pada [Jpms IV Pertamina Semarang 2.
b. Bidang Ilmu Penelitian
Teknologi
Ketua Peneliti a. Nama Lengkap
Akhmad Syakhroni, ST.
b. Jenis Kelamin c. NIK d. Golon ganl Pangkatl e. Jabatan
f. a
J.
Laki-laki 21060303 1 Penata Muda
III Al
Asisten Ahli
Fakult as I .Iurusan
Jumlah Anggota Peneliti a. Nama Anggota Peneliti
Teknologi Industri / Teknik Industri 1
4.
Lokasi Penelitian
5.
Kerjasama dengan Institusi Lain a. Nama Institusi
b. c.
I Irwan Sukendar, ST, MT Instalasi Pengapon lJpms IV Pertamina Semar ang
Alamat Telepon/FaxlE-mail
6.
Jangka Waktu Penelitian
8 bulan
t.
Biaya
Rp 10.000.000,00 (Sepuluh Juta Rupiah) Semarzfrg, 10 November 2008
etahui
Ketua Peneliti
:
nologi Industri
Akhmad Slzakhroni. ST
NrK. 21060303 t uj
litia "a
02910t4
1
RINGKASAN DAN SUMMARY Pertamina merupakan salah satu perusahaan yang memiliki tingkat resiko kecelakaan kerja yang tinggi Oleh karena itu Pertamina melalui Departemen LK3 telah memiliki program untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dengan menyusun kebijakan pelaksanaan program Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan (K3LL) untuk mencegah dan mengurangi terjadinya kecelakaan kerja, serta menciptakan tempat kerja yang aman. Untuk mengetahui tingkat efektifitas pelaksanaan program K3LL perlu dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaannya. Evaluasi terhadap aktivitas di lingkungan kerja harus dilakukan oleh Pertamina. UPms IV Pertamina berkewajiban dalam mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja keselamatan dan kesehatan kerja. Penelitian ini mencoba untuk mengukur tingkat keberhasilan implementasi SMK3LL. Pengukuran tingkat kinerja implementasi SMK3LL ini dilakukan di lokasi kerja yaitu Instalasi Pengapon. Data pengukuran ditunjang data risk assessment dan data kecelakaan kerja yang terjadi selama tahun 2007. Hasil penelitian ini menunjukan pencapaian tingkat implementasi program SMK3LL di Instalasi Pengapon berada pada level kuning yatu hati-hati. Kondisi ini berarti pihak LK3 Unit harus memperbaiki dan meningkatkan kinerjanya ke level hijau yaitu aman dan nyaman dengan cara melakukan pembenahan dan peningkatan kinerja pada elemen-elemen SMK3LL. Kata kunci : Keselamatan, pengukuran kinerja, kecelakaan, risk assessment, Pertamina Upms IV Semarang
ii
PRAKATA Assalamualaikum Wr. Wb Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan kekuatan, rahmat, dan hidayahnya sehingga atas perkenanNya kami bisa menyelesaikan Laporan Penelitian Dosen Muda ini tepat waktu. Penelitian Dosen Muda ini didanai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pendidikan Nasional Tahun2008, yang sangat membantu dosen dalam melakukan penelitian sebagai tugasnya dalam mengamalkan Tri Dharma perguruan tinggi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat ditinjaklanjuti untuk diadakan penelitian lebih lanjut, sehingga dapat memberikan kontribusi yang nyata terhadap masyarakat sekitarnya khusunya dunia industri, terutama Pertamina sendiri. Kami berharap agar hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat dan dapat dijadikan alternatif untuk mengatasi salah satu kendala tentang pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja dan lindungan lingkungan yang ada dalam industri. Akhirnya Tim peneliti mengucapakan banyak terimakasih yang sebesarbesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan dorongan dalam melakukan kegiatan penelitian ini. Saran dan kritik sangat kami harapkan , mengingat penelitian ini masih jauh dari nilai sempurna. Semarang, November 2008
Tim Peneliti
iii
DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................
i
A. LAPORAN HASIL PENELITIAN RINGKASAN DAN SUMMARY ................................................................
ii
PRAKATA .................................................................................................... iii DAFTAR ISI ................................................................................................. iv DAFTAR TABEL ......................................................................................... vi DAFTAR GAMBAR .................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. viii BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................
1
1.2 Perumusan Masalah ...........................................................................
2
1.3 Pembatasan Masalah ..........................................................................
3
1.4 Sistematika Penulisan ........................................................................
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Undang-undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja ............
5
2.2 Definisi Kecelakaan dan Hazard .......................................................
5
2.3 Peraturan Perundangan K3LL ...........................................................
6
2.4 Perhitungan Tingkat Implementasi ....................................................
7
2.5 Perhitungan Tingkat Kecelakaan .......................................................
7
2.6 Metode Perangkingan Sumber Bahaya (Hazard) .............................. 10 BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ................................. 16 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Tahap Identifikasi Masalah ................................................................. 17 4.2 Tahap Pengukuran Implementasi SMK3LL ....................................... 18 4.3 Tahap Perangkingan Hazards .............................................................. 20 4.4 Tahap Analisa dan Interpretasi ........................................................... 20 4.5 Tahap Penarikan Kesimpulan ............................................................. 20 BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Pengumpulan Data ............................................................................. 22
iv
5.2 Pengolahan Data ................................................................................ 26 5.3 Analisa dan Pembahasan ................................................................... 33 5.4 Usulan Prosedur dan Identifikasi Bahaya & Penilaian Resiko ........... 35 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ........................................................................................ 41 6.2 Saran .................................................................................................. 42 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN B. DRAFT ARTIKEL ILMIAH C. SINOPSIS PENELITAIAN LANJUTAN
v
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Kategori Kecelakaan Kerja ................................................................ 10 Tabel 2.2 Tabel Tingkat Implementasi - Kecelakaan ........................................ 10 Tabel 2.3 Deskripsi Kategori 10 Skala Hazards di Tempat Kerja ..................... 13 Tabel 2.4 Pengkodean Risk Assesment ............................................................... 14 Tabel 5.1 Kecelakaan yang terjadi selama tahun 2007 ...................................... 23 Tabel 5.2 Sumber-sumber Bahaya (Hazards) di Instalasi Pengapon ................. 24 Tabel 5.3 Data Penilaian Komitmen dan Kebijakan .......................................... 27 Tabel 5.4 Nilai Tingkat Implementasi SMK3LL di Pengapon .......................... 28 Tabel 5.5 Kecelakaan Kerja di Instalasi Pengapon ............................................ 31 Tabel 5.6 Tabel Tingkat Implementasi – Kecelakaan di Instalasi Pengapon .... 32 Tabel 5.7 Prosedur Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko ........................... 36 Tabel 5.8 Perangkingan Hazards di Instalasi Pengapon .................................... 37
vi
DAFTAR GAMBAR Gambar 4.1 diagram alir metode penelitian ....................................................... 21 Gambar 5.1 Radar Chart Penilaian tingkat kinerja Implementasi SMK3LL di Instalasi Pengapon ........................................................................... 29 Gambar 5.2 Radar Chart Pencapaian tingkat kinerja Implementasi SMK3LL di Instalasi Pengapon ........................................................................... 30 Gambar 5.3 Radar Chart Peta Bahaya Instalasi Pengapon ................................ 40
vii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran I : Lay out Intsalasi Pengapon Lampiran II : Lembar Validasi Checklist Lampiran III : Checklist Penilaian Implementasi SMK3LL Lampiran IV : Checklist Penilaian Responden Lampiran V : Rekapitulasi Penilaian Implementasi SMK3LL Lampiran VI : Surat Ijin Penelitian dar Pertamina Lampiran VII : Personalia Penelitian
viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kecelakaan kerja tidak hanya membahayakan jiwa pekerja tetapi juga dapat mencemari lingkungan sekitar yang akan berdampak pada kesehatan pekerja dan masyarakat sekitar. Pertamina menyadari sepenuhnya sebagai perusahaan pertambangan Migas serta panas bumi harus mengantisipasi resiko-resiko diatas dengan
menerapkan
norma-norma
pelestarian
lingkungan,
norma-norma
keselamatan dan kesehatan kerja. Oleh karena itu penerapan dan pengelolaan diharapkan dapat mengantisipasi resiko-resiko yang sebenarnya tidak perlu terjadi, dimana akan meningkatkan efisiensi serta meningkatkan kinerja K3LL. Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor : PER.05/MEN/1996, Bab III Pasal 3 ayat 1, menyatakan : “Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak seratus orang atau lebih dan atau mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja, wajib menerapkan Sistem Manajemen K3”. Pertamina merupakan salah satu perusahaan BUMN yang juga mempekerjakan lebih dari seratus pekerja sehingga harus menerapkan sistem manajemen K3 dan untuk menerapkan dan mengembangkan sistem manajemen K3LL disusun program implementasi atau elemen K3LL. SMK3LL merupakan suatu sistem untuk mencapai dan meningkatkan kinerja operasi melalui upaya pengelolaan yang baik yang penerapannya diharapkan dapat mengatur dan mengendalikan dirinya guna mencapai tujuan operasi perusahaan yang aman, andal, efisien , dan berwawasan lingkungan. Instalasi Pengapon yang berada di jalan Pengapon no.114 termasuk dalam wilayah kerja Unit Pemasaran IV Pertamina merupakan salah satu lokasi kerja yang bertugas melakukan penerimaan, penimbunan dan penyaluran BBM dan NBBM. Aktivitas yang berlangsung Insatalasi adalah saat kapal tanker merapat
1
2
kemudian menyalurkan Bahan Bakar Minyak (BBM) ke tangki timbun hingga BBM didistribusikan ke mobil tangki kemudian disalurkan ke konsumen. Selain itu Upms IV Pertamina juga bertanggung jawab atas segala aktivitas yang berkaitan dengan kegiatan perbaikan sarana dan fasilitas pendukung lainnya. UPms IV Pertamina Semarang telah menyusun kebijakan pelaksanaan program Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan (K3LL) untuk mencegah dan mengurangi terjadinya kecelakaan kerja, serta menciptakan tempat kerja yang aman. Untuk mengetahui tingkat efektifitas pelaksanaan program SMK3LL perlu dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaannya. Evaluasi terhadap aktivitas di lingkungan kerja harus dilakukan oleh Pertamina secara terpadu. 1.2. Perumusan Masalah Adanya kecelakaan kerja yang terjadi di Instalasi, maka tingkat safety untuk pekerja harus di tingkatkan lagi. Untuk mencegah dan mengurangi terjadinya kecelakaan kerja, serta menciptakan kondisi kerja yang aman, nyaman, efisien, dan produktif di Instalasi Pengapon maka diperlukan adanya penerapan program SMK3LL, yang merupakan suatu sistem untuk mencapai dan meningkatkan kinerja operasi melalui upaya pengelolaan yang baik yang penerapannya diharapkan dapat mengatur dan mengendalikan dirinya guna mencapai tujuan operasi perusahaan yang aman, andal, efisien , dan berwawasan lingkungan. Kinerja Implementasi SMK3LL perlu dievaluasi untuk mengetahui sampai sejauh mana proses pencapaiannya. Dalam mengevaluasi proses implementasi SMK3LL diperlukan adanya checklist yang dapat digunakan untuk menunjukan secara obyektif sejauh mana proses implementasi program SMK3LL telah tercapai. Sedangkan untuk mengendalikan resiko bahaya akan terjadinya kecelakaan agar dapat ditentukan tindakan pencegahan dan pengendaliannya maka diperlukan identifikasi hazards dan ditentukan nilai resiko dari hazards yang timbul di Instalasi Pengapon dengan suatu metode pendekatan Risk Assessment Code (RAC). Dengan adanya RAC ini maka dapat dibuatkan sebuah peta bahaya yang
3
mengidentifikasikan lokasi – lokasi bahaya yang berpotesi menimbulkan kecelakaan sehingga kecelakaan kerja dapat dihindari atau di minimalisasi.
1.3. Pembatasan Masalah Batasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dilakukan di Instalasi Pengapon yang merupakan wilayah kerja Unit Pemasaran IV Semarang. 1.4. Sistematika Penulisan BAB I
: Pendahuluan Bab ini merupakan latar belakang penelitian, perumusan masalah yang diteliti, pembatasan masalah, penentuan tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan penelitian ini.
BAB II
: Tinjauan Pustaka Bab ini berisi teori-teori yang menjadi pendukung penelitian ini, antara lain perundang-undangan keselamatan dan kesehatan kerja, perhitungan tingkat implementasi program, perhitungan tingkat kecelakaan kerja, definisi hazards dan risk assessment.
BAB III : Tujuan dan Manfaat Penelitian BAB IV : Metode Penelitian Bab ini berisi langkah-langkah yang dilakukan untuk mencapai tujuan dari penelitian ini serta teknik pengolahan dan analisis data yang digunakan. BAB V
: Hasil dan Pembahasan Bab ini berisi pengumpulan dan pengolahan data serta pembahasannya. Data-data yang dikumpulkan adalah data kecelakaan kerja yang terjadi di lokasi kerja yang diukur serta cheklist
penilaian
kinerja
implementasi
SMK3LL
serta
pembahasannya, analisa dan interpretasi pengukuran tingkat kinerja implementasi SMK3LL di Instalasi Pengapon.
4
BAB VI : Kesimpulan dan Saran Bab ini sebagai penutup dalam penelitian ini, yaitu berupa kesimpulan akhir dan saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Undang-undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada tahun 1890, pemerintah Amerika Serikat memasukan rancangan undang undang (UU) yang mengatur keselamatan dan kesehatan kerja dengan standar keamanan untuk area pertambangan batu bara. Meskipun demikian, tidak ada aturan yang dibuat untuk melindungi keamanan dan kesehatan di lingkungan kerja mereka secara umum hingga akhir dekade 1960-an ketika diperkirakan sebanyak 14.000 pekerja meninggal setiap tahunnya dan 2,2 juta pekerja menderita cacat akibat kecelakaan kerja. Pada tanggal 17 Desember1970 undangundang yang berhubungan keselamatan dan kesehatan selesai disusun oleh kongres dan ditandatangani oleh presiden Nixon. Keputusan yang dibuat memberikan kesempatan perwakilan tenaga kerja untuk mengajukan rancangan undang-undang ketenagakerjaan dan memimpin administrasi yang berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja (OSHA). Aktivitas OSHA diatur dan dikoordinasikan dalam sebuah kantor yang berada di Washington. Hasil dari didirikannya OSHA dengan departemen ketenagakerjaan adalah dibentuknya sebuah komisi yang secara khusus memperhatikan masalah yang berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan (OSHRC) dan lembaga Negara yang menyelidiki masalah yang berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan dalam kerja. (Kaviani dan Wentz, 1990). 2.2. Definisi Kecelakaan dan Hazard Accident atau kecelakaan adalah suatu keadaan atau peristiwa yang tidak diinginkan yang dapat mengakibatkan kematian, kerugian, atau dapat menurunkan kinerja perusahaan. Termasuk dalam hal ini adalah kejadian tidak aman (hampir celaka, hampir gagal). Bahaya pekerjaan adalah faktor-faktor dalam hubungan pekerjaan yang dapat mendatangkan kecelakaan. Bahaya dikatakan potensial jika belum mendatangkan kecelakaan (Suma’mur, 1987). 5
6
Menurut Asfahl (1999), keselamatan (safety) berkaitan dengan efek yang akut dari hazards, sedangkan kesehatan (health) berkaitan dengan efek yang kronis dari hazards. Hazards juga melibatkan resiko atau kesempatan, yang berkaitan dengan elemen-elemen yang tidak diketahui (unknown). Berikut merupakan kategori hazards dalam industri : 1. Bahaya fisik
: Kebisingan, radiasi, pencahayaan, suhu.
2. Bahaya kimia
: Bahan beracun dan larutan kimia.
3. Bahaya biologi
: Virus, bakteri, jamur.
4. Bahaya mekanis
: Penggunaan mesin dan peralatan.
5. Bahaya ergonomi
: Ruangan yang sempit, gerakan tubuh terbatas, mengangkat, mendorong, menarik, kurang cahaya.
6. Bahaya psikososial
: Sistem kerja, organisasi pekerjaan, lamanya jam kerja trauma.
7. Bahaya tingkah laku
: Ketidakpatuhan terhadap standar, kurang keahlian, tugas baru atau tidak rutin.
8. Bahaya lingkungan sekitar : Gelap, permukaan tidak rata,
kondisi
permukaan basah, cuaca, kebakaran.
2.3. Peraturan Perundangan K3LL Peraturan perundangan yang mengatur tentang keselamatan kesehatan kerja dan lindungan lingkungan yaitu : 1. UU No. 1 TH 1970 tentang Keselamatan Kerja 2. UU No. 23 TH 1993 tentang Kesehatan 3. UU No. 23 TH 1997 tentang Pengelolaan Hidup 4. UU No. 13 TH 2003 tentang Ketenagakerjaan 5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per. 05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen K3 6. Undang-undang No.22 Tahun 2001 tentang Migas
7
Soemanto (1991) menyatakan bahwa faktor terbesar penyebab kecelakaan adalah faktor manusia maka usaha meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja perlu difokuskan pada pembinaan rasa tanggung jawab dan sikap dalam bekerja. Rasa tanggung jawab perlu dikembangkan, suatu kecelakaan dapat menimpa diri pekerja, teman sekerja, dan dengan sendirinya pihak keluarga juga menanggung akibatnya. Dapat pula kecelakaan terjadi karena ketidaktahuan atau tidak tahu kemungkinan adanya bahaya. 2.4. Perhitungan Tingkat Implementasi Penilaian tingkat implementasi dilakukan dengan mengamati aktivitas kerja secara langsung dan memberikan nilai pada pertanyaan dalam checklist berdasarkan hasil pengamatan, dimana pencapaian tingkat implementasi menggunakan traffic light system. Traffic light system berhubungan erat dengan scoring system. Traffic light system berfungsi sebagai tanda apakah score dari suatu indikator kinerja memerlukan suatu perbaikan atau tidak. Indikator dari traffic light system ini direpresentasikan dengan beberapa warna merah, hiaju ataupun kuning. Adapaun makna dari simbol warna tersebut adalah : • Warna hijau, dimana besarnya pencapaian kinerja antara 85%-100%. Hal ini menyatakan achievement dari suatu indikator kinerja sudah tercapai. • Warna kuning, berarti achievement dari suatu indikator kinerja belum tercapai, meskipun nilainya sudah mendekati target pencapaian kinerja sudah mendekati target. Kisaran nilai indikator kinerja antara 60% – 84%. • Warna merah, menyatakan achievement dari suatu indikator kinerja benar– benar di bawah target yang telah ditetapkan dan memerlukan perbaikan dengan segera. Kisaran nilai indikator kinerja untuk kategori ini adalah 0 – 59%. 2.5. Perhitungan Tingkat Kecelakaan Asfahl (1999) menyatakan bahwa ada dua cara untuk menghitung tingkat kecelakaan, yaitu dengan traditional indexes dan incidence indexes. Dalam hal ini penyusun menggunakan incedence indexes.
8
2.5.1 Traditional Indexes Ukuran statistik yang terkenal dengan frekuensi dan luasnya dampak. Frekuensi diukur berdasarkan banyaknya kasus yang terjadi, sedangkan luasnya dampak berdasarkan pada besarnya pengaruh terhadap banyaknya jam kerja yang hilang. Beberapa kecelakaan seperti amputasi, terkadang mengakibatkan hanya sedikit jam kerja yang hilang atau bahkan tidak ada hari kerja yang hilang. Untuk meghindari timbulnya perbedaan dalam penilaian luasnya dampak diperlukan keputusan untuk menetapkan cedera yang permanen. Di sini, yang menjadi acuan utama dalam memutuskan luasnya dampak adalah seberapa sering kematian yang terjadi. Padahal tingkat kecelakaan fatal bukan diukur hanya dari kematian, tetapi juga dari banyaknya kasus dimana pekerja tidak dapat bekerja lagi. 2.5.2 Incidence Indexes Sistem pendataan yang ada sekarang merupakan pengembangan dari sistem lama. Banyaknya kejadian kecelakaan injury / illness di sini meliputi bagaimana perawatan medis yang harus diberikan dan juga dari banyaknya kematian. Bandingkan hal ini dengan frequency rate tradisional, yang hanya memandang kasus berdasarkan hilangnya paling sedikit satu hari kerja. Perawatan medis tidak hanya berupa pertolongan pertama, pengobatan secara preventif (seperti suntikan tetanus), atau prosedur diagnosa medis dengan hasil negatif. Pertolongan pertama dideskripsikan sebagai langkah perawatan yang pertama kali dilakukan dan peninjauan yang berkelanjutan terhadap pengobatan seperti, teriris, terbakar, terkena pecahan, dan lain-lain, yang mana tidak membutuhkan perawatan medis dan tidak dilakukan perawatan medis yang berlebihan walaupun dilakukan oleh dokter. Jika sebuah kecelakaan injury mengakibatkan hilang kesadaran,
keterbatasan
dalam
bekerja
atau
bergerak,
atau
sehingga
dipindahkannya ke bagian lain, kecelakaan tersebut perlu untuk dicatat. Istilah atau kecelakaan yang merupakan incidence rate adalah sebagai berikut:
9
1.
Injury incidence rate
2. Illness incidence rate 3. Fatality incidence rate 4. Lost-Workdays-cases incidence rate (LWDI) 5. Number-of-lost-workdays rate 6. Spesific-hazard incidence rate. Dalam perhitungan banyaknya hari kerja yang hilang, tanggal sejak terjadinya injury atau awal mula timbulnya illness tidak selalu dihitung. Hal ini terjadi jika pekerja meninggalkan tugasnya pada hari itu sanggup kembali lagi bekerja ke tugas regulernya dan mampu melakukan semua tugas regulernya sepanjang waktu dalam hari setelah injury atau illness. Juga, saat menghitung hari kerja yang hilang, liburan akhir pekan atau hari libur normal lainnya tidak boleh dihitung jika pekerja memang tidak harus bekerja pada hari tersebut. Pemilihan total jam kerja yang digunakan sebagai pembagi (penyebut) dalam menghitung spesific hazard incidence rate harus dilakukan dengan hatihati. Karena hazards spesifik lebih sempit dan lebih sedikit pekerja yang terekspos, data harus dikumpulkan selama beberapa tahun untuk memperoleh hasil yang berarti untuk spesific hazard incidence rate. Standar incidence rate yang dikenal secara luas adalah Lost-Workdayscases incidence rate (LWDI). Dalam hal ini LWDI hanya mempertimbangkan pada injury, bukan illness. Hal ini disebabkan karena untuk mencari seberapa sakit dalam Illness lebih sulit dilakukan. LWDI, yang didasarkan pada bukti yang nyata, dipertimbangkan sebagai ukuran yang lebih tepat untuk keefektifan program keselamatan dan kesehatan kerja sebuah perusahaan. Ini menjadi alasan LWDI untuk hanya mempertimbangkan banyaknya waktu yang hilang disebabkan karena injuries. Injury dan illness adalah dua hal yang berbeda. Contoh dari injury adalah terkoyak, keretakan tulang, terkilir, dan amputasi yang dihasilkan dari satu kecelakaan kerja atau dari terpaparnya sesuatu yang melibatkan kejadian tunggal dalam lingkungan kerja. Illness terjadi saat kondisi tidak normal disebabkan oleh faktor lingkungan dan biasanya terjadi lebih dari satu kali.
10
Kategori besarnya tingkat kecelakaan kerja dapat dilihat dalam tabel 2.1 sedangkan untuk menentukan besarnya pencapaian target terhadap kinerja implementasi program K3LL dapat dilihat pada tabel 2.2. di bawah ini. Tabel 2.1 Kategori Kecelakaan Kerja Kategori
Parameter Nilai
Keterangan
Hijau
Terjadi kecelakaan ringan (Injuries)
Luka ringan (Tidak kehilangan hari kerja)
Kuning
Terjadi kecelakaan sedang (Illnesses)
Luka parah atau sakit (Kehilangan hari kerja)
Merah
Terjadi kecelakaan berat (Fatalities)
Meninggal / cacat seumur hidup
Tabel 2.2 Tabel Tingkat Implementasi – Kecelakaan
2.6. Metode Perangkingan Sumber Bahaya (Hazard) Asfahl (1999) menyatakan bahwa ada beberapa cara untuk merangking hazards, antara lain dengan menggunakan skala klasifikasi hazards dan pendekatan risk assessment. 2.6.1 Skala Klasifikasi Hazards
11
Asfahl (1999) menyatakan bahwa tidak adanya data pendukung analisa costbenefit menyulitkan manajer keselamatan dan kesehatan (K3), komite keselamatan, atau pihak pengambil keputusan guna perbaikan program K3. OSHA mengelompokkan dalam 4 kategori hazards sebagai berikut : a.
Imminent danger
b.
Serious violations
c.
Nonserious violations
d.
De minimus violations
Kategori di atas didefinisikan dengan kurang jelas. Kategori Imminent danger mewajibkan OSHA untuk mengeluarkan teguran dari pengadilan Amerika Serikat yang memaksa pemilik usaha agar menghilangkan hazards atau pengadilan akan menghentikan operasinya. Sedangkan De minimus violations hanya pelanggaran teknis yang berpengaruh kecil terhadap keselamatan dan kesehatan dan biasanya tidak dikenakan pinalti keuangan. Hal ini menimbulkan bias dalam menentukan kategori pelanggaran dilakukan. Soemanto (1991) menyatakan bahwa resiko dari suatu kejadian merupakan ukuran tingkat keparahan suatu konsekuensi kecelakaan dan frekuensi kecelakaan dapat terjadi. Penilaian resiko secara kuantitatif (Quantitative Risk Assessment) memerlukan suatu besaran angka yang diperkirakan dari tingkat resiko yang berkaitan dengan bahaya yang diidentifikasi secara spesifik. Asfahl menentukan skala dari 1 hingga 10, dimana ”10” adalah hazards terburuk dan ”1” sebagai hazards yang tidak berarti. Tabel 2.3 mendeskripsikan secara subjektif setiap 10 level hazards. Definisi tersebut ditentukan berdasarkan 4 tipe hazards : hazards yang dapat menyebabkan kematian (fatal), hazards yang berkaitan dengan kesehatan, hazards dari kebisingan industri, dan hazards yang berkaitan dengan keselamatan / kecelakaan. Gambaran yang sangat jelas adalah sangat sulit diberikan, sehingga beberapa pembaca tidak setuju dengan definisi masing-masing kategori.
12
Tabel 2.3 Deskripsi Kategori 10 Skala Hazards di Tempat Kerja
No
Deskripsi
1.
Technical violations (Pelanggaran Tehnis) ; Dalam standar OSHA hal ini termasuk pelanggaran namun tidak nyata (tidak jelas) untuk pekerjaan yang beresiko (kesehatan) atau keselamatan (hazards exist)
2.
Fatality Hazard yang tidak nyata Health hazards minor belum disahkan Maupun minor injuries pun masih dipertanyakan
3.
Fatality Hazard mungkin diperhatikan Health hazard ditandai dengan tingkat tindakan Atau paparan suara yang berlebih (misal paparan suara yang kontinyu dalam skala 85-90 dBA) Atau adanya kemungkinan minor injury namun tidak untuk major injury hazard.
4.
Fatality hazard yang kecil atau tidak ada ? Karakteristik health hazards disebabkan sakit yang sementara ; pengendalian atau alat pelindung diri mungkin tidak diperlukan Atau kerusakan pendengaran yang sifatnya sementara akan terjadi tanpa pengendalian atau perlindungan dan mungkin sebagian pekerja mengalami kerusakan ermanent Atau kemungkinan minor injuries, seperti luka lecet/ tergores, tetapi resiko major injury adalah sangat kecil.
5.
Fatality hazard yang kecil atau tidak ada penerapan Adanya resiko kemungkinan kesehatan berjangka lama; pengendalian atau alat pelindung diri sebaiknya atau yang diwajibkan OSHA Atau kerusakan pendengaran mungkin bisa menjadi permanen tanpa pengendalian atau perlindungan (misal bekerja terus menerus 8 jam dalam skala 95 - 100dBA) Major Injuries seperti amputasi sangat tidak mungkin
6.
Ketidakmungkinan Fatality Hazard Resiko yang jelas/pasti dalam kesehatan jangka lama ; pengendalian atau alat pelindung diri yang diwajibkan oleh OSHA Atau kerusakan pendengaran mungkin menjadi permanen tanpa pengendalian atau perlindungan (misal bekerja terus menerus 8 jam dalam skala 100-105dBA) Atau Major injury seperti amputasi sangat tidak mungkin tapi dapat saja terjadi
13
No
Deskripsi
7.
Fatality sangat tidak mungkin , tetapi masih menjadi pertimbangan Atau dampak serius kesehatan jangka panjang sudah terbukti ; pengendalian atau alat pelindung diri diperlukan untuk mencegah bahaya penyakit yang serius dalam bekerja Atau bahaya kerusakan pendengaran yang tidak dapat dihindari (parah) dan bersifat permanent tanpa pemakaian perlindungan (missal bekerja terus menerus selama 8 jam melebihi skala 105 dBA) Atau Major injury seperti amputasi sangat mudah terjadi
8.
Fatality Posible ; pekerjaan dalam hal ini tidak selalau mengakibatkan kematian , tapi fatality dapat terjadi setiap saat bekerja Atau bahaya yang parah untuk kesehatan jangka lama adalah sangat jelas; pengendalian atau alat pelindung diri diperlukan untuk mencegah illness yang fatal dalam bekerja Atau Major injury adalah sangat mungkin ; amputasi atau major injuries yang lain siap menanti (terjadi) dalam hal ini pekerjaan yang sudah dilakukan.
9.
Fatality likely ; keadaan serupa yang mempunyai efek fatality di masa lalu; keadaan penuh resiko dalam bekerja normal; melaksanakan /menjalankan operasi penyelamatan/menolong pekerja dengan menggunakan APD.
10. Fatality Imminent ; resiko adalah kematian ; beberapa pekerja sebelumnya telah meninggal ; kondisi yang penuh resiko meskipun untuk operasi penyelamatan/ pertolongan yang optimal kecuali mungkin dengan perlindungan penyelamatan luar biasa Pengkategorian di sini memungkinkan timbul bias (Perbedaan persepsi). Oleh karena itu digunakan pendekatan risk assessment. 2.6.2 Pendekatan Risk Assessment Asfahl (1999) menyatakan bahwa perangkingan hazards akan lebih berguna jika bobot ditempatkan pada kemungkinan terjadinya kecelakaan atau kejadian. Hazard yang dikatakan fatal jika berdampak yang parah (severe). Studi analisa resiko di mana Angkatan Udara Amerika Serikat telah menetapkan “Risk
14
Assessment Code (RAC)”. Sistem RAC mempertimbangkan 4 level “severity” dan 4 level “mishap probability”, seperti ditunjukkan dalam tabel 2.4 di bawah ini. Tabel 2.4 Pengkodean Risk Assesment
Mishap Severity
Mishap Probability A
B
C
D
I
1
1
2
3
II
1
2
3
4
III
2
3
4
5
IV
3
4
5
5
Mishap severity : 1. Kematian atau ketidakmampuan bekerja secara keseluruhan yang permanen, kerugian sumber daya atau kerusakan akibat kebakaran lebih dari $1,000,000. 2. Ketidakmampuan parsial yang permanen, ketidakmampuan bekerja keseluruhan yang sementara yang lebih dari 3 bulan, kerugian sumber daya atau kerusakan akibat kebakaran $200,000 atau lebih tetapi kurang dari $1,000,000. 3. Kecelakaan dengan hilangnya hari kerja, kerugian sumber daya atau kerusakan akibat kebakaran $10,000 atau lebih tetapi kurang dari $200,000. 4. Pertolongan pertama atau perawatan medis sederhana, kerugian sumber daya atau kerusakan akibat kebakaran kurang dari $10,000 atau pelanggaran terhadap persyaratan dalam suatu standar. Mishap probability : A. Kemungkinan terjadi dengan segera atau dalam jangka waktu yang singkat.
15
B. Kemungkinan besar akan terjadi. C. Kemungkinan kecil akan terjadi. D. Mungkin tidak terjadi. Penyusunan RAC : 1. “Imminent danger”
: Bahaya yang mengancam.
2. “Serious”
: Bahaya serius.
3. “Moderate”
: Bahaya sedang.
4. “Minor”
: Bahaya kecil.
5. “Negligible”
: Tidak perlu diperhatikan.
BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghitung dan menentukan tingkat kinerja implementasi Sistem Manajemen Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan (SMK3LL) di Instalasi Pengapon serta menentukan titik – titik (lokasi) yang rawan atu berisiko menimbulkan kecelakaan atau kerusakan dan kerugian hingga ke titik yang paling aman dengan menggunakan metode pendekatan Risk Assessment Code (RAC). 3.2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dan kontribusi penelitian ini adalah dapat menentukan level keberhasilan tingkat kinerja implementasi SMK3LL di Pertamina khususnya pada Instalasi Pengapon Unit Pemasaran (Upms) IV Pertamina
- Semarang,
sehingga hal ini bisa dipakai sebagai bahan evaluasi bagi pelaksanaan SMK3LL selanjutnya serta sebagai bahan pertimbangan bagi instansi yang terkait dalam hal ini Pertamina untuk mengadakan pembinaan terhadap instalasi yang terkait di masa yang akan datang. Dengan diketahuinya titik – titik atau lokasi yang memiliki potensi hazards (bahaya) rawan kecelakaan, maka dapat ditentukan tindakan pencegahan dan pengendaliannya sedini mungkin sehingga kecelakaan kerja yang akan terjadi dapat dihindari atau dapat diminimalisasi
16
BAB IV MOTODE PENELITIAN
Metodologi penelitian adalah kerangka penelitian yang memuat langkahlangkah yang dilakukan dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi. Langkah-langkah dalam metodologi penelitian dijelaskan seperti bawah ini : 4.1. Tahap Identifikasi Masalah Tahap ini dilakukan untuk mengetahui permasalahan di Instalasi Pengapon Upms IV Pertamina Semarang dilanjutkan cross check di UPms IV Pertamina Semarang. Dari pengamatan dan interview ini dapat diketahui hal-hal yang berhubungan dengan bahaya yang mungkin terjadi dalam lingkungan kerja. Tahap ini juga mencari bahan pendukung penelitian seperti studi literatur dan studi lapangan, serta menetapkan tujuan, batasan, dan asumsi yang akan digunakan dalam penelitian. 1. Perumusan masalah Penelitian ini dilakukan untuk memberikan masukan terhadap permasalahan yang dihadapi oleh Upms IV Pertamina. Masalah yang diangkat adalah bagaimana
mengukur
kinerja
implementasi program
SMK3LL dan
merangking hazards yang ada dengan pendekatan risk assessment di Instalasi Pengapon. 2. Studi literatur Tahap ini menjelaskan teori-teori yang dipakai dalam mengukur tingkat kinerja implementasi SMK3LL serta merangking hazards yang ada. Teoriteori yang ada digunakan sebagai pendukung penelitian ini antara lain sejarah undang-undang keselamatan dan kesehatan kerja, peraturan perundangan keselamatan dan kesehatan kerja, pedoman SMK3LL Pertamina, checklist audit K3LL untuk lokasi kerja Pertamina, perhitungan tingkat kinerja, definisi bahaya, kecelakaan, hazards, dan risk assessment. 3. Studi lapangan
17
18
Tujuan dilakukannya studi lapangan di Instalasi Pengapon adalah untuk mengetahui dan memahami tingkat kinerja implementasi SMK3LL di Instalasi Pengapon serta sistem penerimaan, penimbunan dan penyaluran, juga untuk mengetahui sumber bahaya yang mungkin timbul. 4. Penentuan tujuan penelitian Dalam tahap ini akan dilakukan penarikan kesimpulan terhadap hasilhasil yang didapatkan dari pengolahan pengukuran kinerja. Dengan penelitian ini, diharapkan dapat menjadi bahan perbaikan bagi UPms IV Pertamina untuk lokasi kerja Instalasi Pengapon dan pihak yang akan meneruskan penelitian ini. 4.2. Tahap Pengukuran Tingkat Implementasi SMK3LL Pada tahap ini dilakukan pengukuran kinerja implementasi SMK3LL, yang langkah-langkahnya terdiri dari : pembuatan checklist pengukuran kinerja, penilaian kinerja, pengumpulan data kecelakaan kerja, penentuan kategori kecelakaan kerja dan penentuan level tingkat kinerja. Di dalam pengukuran kinerja implementasi SMK3LL, difokuskan pada beberapa elemen-elemen standar K3 dan beberapa atribut tambahan yang di sudah konsultasikan sebelum ke proses pengukuran. Pembuatan checklist penilaian kinerja implementasi SMK3LL dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data mengenai kecelakaan kerja yang terjadi. 1. Pembuatan checklist penilaian kinerja implementasi SMK3LL Checklist ini dibuat peneliti yang dibantu oleh Kepala Tim Audit Lokasi dengan mengacu pada standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor : PER.05/MEN/1996 tentang SMK3 serta checklist audit SMK3LL untuk lokasi kerja di lingkungan pemasaran dan niaga Pertamina. 2. Validasi checklist pelilaian kinerja implementasi SMK3LL Checklist penilaian kinerja diajukan kepada pejabat yang berwenang dalam program implementasi atau elemen K3LL di UPms IV Pertamina untuk disetujui sebelum meninjau di lokasi kerja.
19
3. Penilaian kinerja implementasi SMK3LL Penilaian kinerja implementasi SMK3LL dilakukan melalui wawancara dan pengamatan langsung, dimana penilaian disini dilakukan oleh pejabat LK3 di Unit dan pejabat LK3 di lokasi kerja atau Instalasi serta beberapa fungsi dari departemen yang terkait dalam SMK3LL di Instalasi Pangapon.
Setiap
pertanyaan dalam checklist ini diberi nilai dengan skala sebagai berikut : Skala 1 diberikan pada kondisi riil sama sekali belum memenuhi standar keselamatan dan kesehatan kerja. Skala 2 diberikan pada kondisi riil memenuhi sebagaian dari standar keselamatan dan kesehatan kerja. Skala 3 diberikan jika kondisi riil telah memenuhi standar kesalamatan dan kesehatan kerja dengan sempurna. 4. Perhitungan tingkat implementasi SMK3LL Perhitungan dilakukan dengan menghiyung rata – rata nilai yang didapat dari tiap sup elemen, kemudian menghitung rata-rata nilai dari masing-masing elemen kemudian menghitung rata-rata nilai dari masing-masing kategori penilaian untuk mengetahui kategori penilaian termasuk dalam kriteria pencapaian merah, kuning atau hijau maka nilai rata-rata tersebut harus dinormalisasikan dengan rumus normalisasi De Boer pada persamaan 4.1. (nilai aktual − skala min imum) x 100% ( skala maksimum − skala min imum) Nilai hasil normalisasi dari semua kategori kemudian dirata-rata sehingga Achievement kategori penilaian =
diperoleh satu nilai tunggal, yaitu nilai akhir yang menunjukkan tingkat implementasi program di Instalasi Pengapon. Jika nilai akhir tersebut berada dalam kisaran 85% – 100% maka tingkat implementasi dikategorikan hijau, jika berkisar antara 60% – 84% maka dikategorikan kuning dan jika nilainya kurang dari 60% maka dikategorikan merah. 5. Pengumpulan data kecelakaan kerja Data sekunder yang dikumpulkan berupa data kecelakaan kerja yang terjadi di Instalasi Pengapon dari bulan Januari sampai dengan bulan Desember selama tahun 2007.
20
6. Penentuan kategori kecelakaan kerja Ketentuan tentang kategori bahaya mengacu pada tinjauan pustaka dimana warna hijau menjelaskan potensi terjadinya kecelakaan ringan, kuning berarti berpotensi terjadi kecelakaan sedang dan merah jika berpotensi terjadi kecelakaan fatal. 7. Penentuan tingkat implementasi program SMK3LL Dilakukan dengan memetakan hasil perhitungan tingkat kinerja dan kategori kecelakan kerja ke dalam satu tabel.
4.3. Tahap Perangkingan Hazards Pada tahap ini dilakukan perangkingan terhadap hazards yang timbul di lokasi kerja yang diamati. Langkah awal tahap ini adalah memahami aktivitas yang terjadi di lingkungan kerja, lalu mengidentifikasi dan merangking hazards dengan menggunakan pendekatan risk assessment. Output yang dihasilkan berupa rangking hazards yang dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan.
4.4
Tahap Analisa dan Interpretasi Pada tahap ini dilakukan analisa dan interpretasi data-data hasil dari
pengukuran tingkat implementasi SMK3LL selama di Instalasi Pengapon selain itu juga analisa mengenai rangking hazards.
4.5
Tahap Penarikan Kesimpulan Pada tahap penarikan kesimpulan, didapatkan hasil-hasil dari tahap-tahap
sebelumnya. Kemudian diberikan saran terhadap kekurangan yang ada kepada pihak UPms IV Pertamina Semarang maupun pihak-pihak lain yang akan meneruskan penelitian ini.
21
Mulai
Perumusan masalah
Studi pendahuluan
Studi literatur
Penentuan tujuan penelitian
Pembuatan checklist kinerja implementasi SMK3LL
Data kecelakaan kerja
Identifikasi dan perangkingan Hazards dengan Risk Assessment Pengumpulan Data
Tdk Persetujuan checklist
Tahap Identifikasi Masalah
Penentuan kategori kecelakaan kerja
Ya Pembagian dan pengisian checklist kinerja implementasi SMK3LL
Penilaian kinerja implementasi SMK3LL Perhitungan kinerja implementasi SMK3LL
Pengolahn Data
Penentuan tingkat implementasi SMK3LL
Analisa dan interpretasi data
Kesimpulan dan saran
Selesai
Gambar 4.1 diagram alir metode penelitian
Tahap Perangkingan Hazards & Pengukuran Tingkat Implementasi SMK3LL Tahap Analisa dan Interpretasi Data Tahap Penarikan Kesimpulan
22
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini merupakan tahap pengumpulan dan pengolahan data, serta analisa dan pembahasannya, sesuai dengan tinjauan pustaka yang telah disebutkan. Datadata yang dibutuhkan adalah dapat digunakan untuk menentukan level atau tingkat kinerja implementasi program SMK3LL pada Intalasi Pengapon sehingga dapat diketahui sejauh mana tingkat keberhasilan dari implementasi SMK3LL tersebut, juga mengetahui sumber bahaya (hazard) yang ada di Instalasi Pengapon sehingga dapat dilakukan penanganan yang tepat terhadap hazards yang timbul sebagai usaha untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja lebih lanjut. Pada pengukuran besarnya tingkat kinerja implentasi SMK3LL di Intalasi Pengapon, pengukuran dilakukan setelah data penilaian cheklist implementasi SMK3LL dikumpulkan dan diolah, sehingga diperoleh nilai tunggal yaitu nilai pencapaian implementasi. Dari perhitungan implementasi dan dari data kategori kecelakaan kerja yang terjadi selama tahun 2007 kemudian dipetakan dengan tabel TIK yaitu Tabel Tingkat Implementasi – Kecelakaan, dengan hasil pemetaan tabel ini dapat menunjukan sejauh mana tingkat atau level implementasi SMK3LL, dilanjutkan dengan perangkingan hazards sebagai pendukung keberhasilan tingkat Implentasi SMK3LL di Instalasi Pengapon. 5.1. Pengumpulan Data Penilaian cheklist dilakukan oleh empat pejabat yang berwenang dalam melakukan penilaian terhadap checklist yaitu kepala LK3 Unit ( pejabat yang ditunjuk), Kepala Instalasi Pengapon, Kepala Distribusi, dan Pengawas Teknik. Sedangkan untuk identifikasi hazard dan kecelakaan kerja, penyusun melakukan pengamatan secara langsung, interview dengan pekerja di lokasi serta dengan Pengawas LK3 di lokasi kerja dilanjutkan dengan cross check di Departemen LK3 Unit Upms IV Pertamina. 5.1.1. Data Kecelakaan Kerja Selama Tahun 2007
22
23
Di bawah ini adalah data kecelakaan kerja yang terjadi selama tahun 2007 di Instalasi Pengapon – UPms IV Pertamina Semarang. Tabel 5.1 Kecelakaan yang terjadi selama tahun 2007
No
1
2
3
Tanggal Kejadian 21 Februari ’07
2 Maret ‘07
4 Maret ’07
Keterangan Hari kerja Luka/cideera yang hilang Pada waktu pengisian Pingsan dan di Filling set, pekerja memar pada 1 hari yang diatas tangki jatuh telapak tangan akibat vertigo kanan Penjelasan tentang terjadinya kecelakaan
Terpeleset pada waktu Luka lecet pada pengecekan produk di siku kiri dan graffito lecet-lecet pada kaki Pada waktu pegecekan Luka lecet pada di gate keeper, telapak tangan terpeleset karena tidak dan kaki memakai safety shoes
Tidak ada
Tidak ada
5.1.2. Sumber-sumber Bahaya (Hazards) di Instalasi Pengapon Identifikasi hazards dilaksanakan langsung di lokasi kerja dibantu oleh kepala tim audit lokasi, pelaksanaanya terdiri atas delapan lokasi kerja, yaitu: a. Dermaga b. Tangki Timbun c. Pompa Produk d. Filling Set e. Gudang (LPG) f. Genset g. Gate Keeper h. Kantor Dari hasil identifikasi bahaya (hazards) ini, informasi diperoleh dengan melakukan pengamatan secara langsung di lokasi kerja maupun dengan metode brainstorming dengan pihak terkait yang dilanjutkan dengan crosscheck pada departemen LK3 di Unit. Data –data yang diperoleh ditunjukan pada tabel di bawah ini.
24
Tabel 5.2 Sumber-sumber Bahaya (Hazards) di Instalasi Pengapon
Lokasi
Dermaga
Jenis Bahaya
Sumber Bahaya
Bahaya Tingkah Laku
Tidak mematuhi SOP
Bahaya kimia
Gas pompa produk
bahaya lingkungan sekitar Bahaya lingkungan
Resiko yang terjadi Kebocoran pipa, pencemaran,ledakan pusing-pusing dan mual
permukaan licin
Terpeleset
sekitar tangga licin
terpeleset, jatuh
tempat kerja berada di Tangki Timbun
Bahaya ergonomi
Gudang LPG
kebocoran minyak, edakan pusing-pusing dan mual
Bahaya fisik
suara bising (>85 db)
tuli campuran
Bahaya kimia
Gas pompa produk
pusing-pusing dan mual
permukaan licin
Terpeleset
Bahaya tingkah laku
Tidak menggunakan APD
terhirup gas
Bahaya mekanis
grade mobil tangki licin
Terpeleset
Bahaya kimia
Gas pompa produk
Bahaya Tingkah Laku
Tidak mematuhi SOP
kebocoran gas, ledakan
Bahaya fisik
suara bising (> 85 db)
tuli campuran
bahaya lingkungan
Bahaya ergonomi Genset
Tidak mematuhi SOP Tidak menggunakan APD
sekitar
Filling Set
jatuh dan meninggal
tanah (>10m) Bahaya Tingkah Laku
Pompa Produk
ketinggian tertentu dari
Bahaya lingkungan Bahaya ling.sktr (banjir)
Gate Keeper
Bahaya Tingkah Laku
Kantor
bahaya lingkungan
tempat kerja kurang pencahayaan
pusing-pusing dan mual
Jatuh
sekitar tidak ada grade
Terpeleset
bahaya listrik
tersengat listrik
Tidak menggunakan APD
terpeleset, jatuh
Tidak mematuhi SOP
kebakaran , ledakan
sekitar permukaan licin (banjir)
Terpeleset
25
5.1.3. Penyusunan Tingkat Kinerja Implementasi SMK3LL Sebelum dilakukan penilaian kinerja, penyusun melakukan penyusunan checklist penilaian kinerja Implementasi SMK3LL. Checklist ini dibuat dengan mengacu pada standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor : PER.05/MEN/1996 tentang SMK3 serta checklist audit SMK3LL untuk lokasi kerja di lingkungan pemasaran dan niaga Pertamina. Checklist penilaian kinerja diajukan kepada pejabat yang berwenang dalam program implementasi atau elemen K3LL di UPms IV Pertamina untuk disetujui sebelum meninjau di lokasi kerja. Elemen-elemen cheklist yang digunakan yaitu : 1. KOMITMEN DAN KEBIJAKAN 2. PERENCANAAN 3. PENERAPAN 4. PENGUKURAN DAN EVALUASI 5. TINJAUAN
ULANG
DAN
PENINGKATAN
OLEH
PIHAK
MANAJEMEN Selain lima elemen program pedoman penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja di atas, penyusun memasukkan beberapa elemen- elemen yang berhubungan dan mendukung proses pelaksanaan penilaian implementasi SMK3LL yang tentunya disesuaikan dengan lokasi kerja dan juga melalui proses konsultasi dengan pejabat LK3 yang berwenang. Elemen – elemen tersebut adalah : 1. BANGUNAN DAN FASILITAS KERJA 2. PERLINDUNGAN PERSONAL 3. MANAJEMEN LINGKUNGAN 5.1.4. Penilaian Kinerja Implementasi SMK3LL Penilaian kinerja implementasi SMK3LL dilakukan oleh masing – masing pejabat yang berwenang adalah orang yang memahami Sistem Manajemen Keselamatan Kesehatan Kerja dan memahami implementasinya di unit kerja yang diukur, yaitu dari Kepala lokasi, Kepala distribusi, Kepala LK3, dan Kepala
26
Pengawas Teknik. Setiap pertanyaan dalam checklist ini diberi nilai dengan skala sebagai berikut : Skala 1 diberikan jika kondisi riil sama sekali belum memenuhi standar keselamatan dan kesehatan kerja. Skala 2 diberikan jika kondisi riil memenuhi sebagian dari standar keselamatan dan kesehatan kerja. Skala 3 diberikan jika kondisi riil telah memenuhi standar keselamatan dan kesehatan kerja dengan sempurna. 5.2. Pengolahan Data Pengolahan data untuk pengukuran tingkat implementasi SMK3LL dan perangkingan hazards dibagi menjadi beberapa tahapan, yaitu : a. Perhitungan tingkat implementasi SMK3LL b. Penentuan kategori kecelakaan kerja c. Penentuan tingkat implementasi SMK3LL d. Perangkingan hazards e. Tindakan pencegahan dan pengendalian hazards f. Peta bahaya 5.2.1. Perhitungan Tingkat Kinerja Implemetasi SMK3LL Perhitungan dilakukan dengan menghitung rata-rata dari nilai yang diberikan oleh ke empat responden, kemudian menghitung rata-rata nilai dari masing-masing elemen atau kategori penilaian. Untuk mengetahui suatu kategori penilaian termasuk dalam kriteria pencapaian merah, kuning atau hijau maka nilai rata-rata tersebut harus dinormalisasikan dengan rumus normalisasi De Boer di bawah ini. Achivement kategori penilaian =
(nilai aktual − skala min imum) x 100% ( skala maksimum − skala min imum)
Nilai hasil normalisasi dari semua kategori kemudian dirata-rata sehingga diperoleh satu nilai tunggal, yaitu nilai akhir yang menunjukan tingkat implementasi program di Instalasi Pengapon. Jika nilai akhir tersebut berada dalam kisaran 85% – 100% maka tingkat implementasi dikategorikan hijau, jika berkisar antara 60% – 84% maka dikategorikan kuning dan jika nilainya kurang
27
dari 60% maka dikategorikan merah. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel dan radar chart berikut. Data dibawah ini adalah proses perhitungan rata-rata dan normalisasi yang diambil contoh dari data Komitmen dan Kebijakan. Untuk hasil penilaian checklist dari Komitmen dan Kebijakan adalah seperti pada table 5.3 di bawah ini. Tabel 5.3. Data Penilaian Komitmen dan Kebijakan
Dari tabel 5.3 diatas masing-masing penilaian dari ke empat responden di rata-rata kemudian nilai hasil dari rata-rata ke empat responden kemudian diratarata untuk memperoleh nilai aktual yaitu sebesar 2,825 untuk kategori Komitmen dan Kebijakan. Untuk melihat sejauhmana pencapaian tingkat implementasi maka harus dinormalisasikan terlebih dahulu dengan normalisasi de Boer dimana dari penjumlahan rata – rata untuk kategori komitmen dan kebijakan diperoleh nilai tunggal = 2,825, untuk skala maksimum = 3 dan skala minimum = 1. Achievement kategori penilaian = (2,825 – 1*100%) / (3 - 1) = 1,825 / 2 = 0,9125 Maka nilai nilai normalisasi kategori komitmen dan kebijakan adalah sebesar 91,25%. Dengan cara yang sama kita dapat melakukan proses perhitungan pada tiap – tiap elemen/kategori berikutnya. Untuk hasil perhitungan tingkat kinerja implementasi program secara keseluruhan dapat dilihat pada halaman lampiran.
28
Tabel 5.4. Nilai Tingkat Implementasi SMK3LL di Pengapon
Dari tabel 5.4 dapat kita lihat bahwa rata- rata dari masing-masing elemen kriteria penilaian merupakan jumlah rata-rata dari hasil penilaian cheklist yang dilakukan oleh kepala LK3, kepala lokasi, kepala distribusi dan pengawas teknik. Untuk mengetahui pencapaian implementasi masing-masing elemen maka harus dinormalisasikan terlebih dahulu, setelah itu nilai hasil normalisasi dari semua elemen di rata-rata sehingga diperoleh nilai tunggal, yaitu nilai yang menunjukan nilai tingkat kinerja implementasi program SMK3LL di Instalasi Pengapon. Pada tabel 5.4 menunjukan pencapaian tingkat implementasi SMK3LL pada Instalasi Pengapon adalah sebesar 76.5 % maka masuk dalam level kuning. Berdasarkan hasil perhitungan tingkat implementasi di atas maka dapat dibuat radar chart tingkat implementasi elemen program SMK3LL dan radar chart pencapaian implementasi SMK3LL di Instalasi Pengapon.
29
Gambar 5.1 Radar Chart Penilaian Tingkat Kinerja Implementasi SMK3LL di Instalasi Pengapon
30
Gambar 5.2 Radar Chart Pencapaian Implementasi SMK3LL di Instalasi Pengapon
5.2.2. Penentuan Kategori Kecelakaan Kerja Banyaknya
kejadian
kecelakaan
merupakan
salah
satu
indicator
keberhasilan program SMK3LL yang dapat dikategorikan dalam tiga kelompok seperti ditunjukkan dalam Tabel 5.5. Data kecelakaan kerja di sini merupakan dokumentasi kecelakaan kerja yang terjadi selama tahun 2007. Sesuai dengan tabel 2.1 Kategori Kecelakaan Kerja pada bab 2, maka dapat ditentukan kategori kecelakaan kerja adalah seperti pada tabel di bawah ini.
31
Tabel 5.5 Kecelakaan kerja di Instalasi Pengapon No
Tanggal Kejadian
1
21 Februari ’07
2
2 Maret ‘07
3
4 Maret ’07
Penjelasan tentang terjadinya kecelakaan Pada waktu pengisian di Filling set, pekerja yang diatas tangki jatuh akibat vertigo Terpeleset pada waktu pengecekan produk di graffito Pada waktu pegecekan di gate keeper, terpeleset karena tidak memakai safety shoes
Keterangan Hari kerja Luka/ideera yang hilang Pingsan dan memar pada 1 hari telapak tangan kanan Luka lecet pada siku kiri dan Tidak ada lecet-lecet pada kaki Luka lecet pada telapak tangan Tidak ada dan kaki
Kategori kecelakaan kerja Kuning
Hijau
Hijau
Dari hasil pengkategorian kecelakaan kerja diatas, penyusunan diambil sesuai metode incidence indexes dengan mempertimbangkan pada banyaknya waktu yang hilang atau Lost-Workdays-cases incidence rate.
5.2.3. Penentuan Tingkat Implementasi Program SMK3LL Sesuai dengan hasil yang telah di dapat pada sub bab sebelumnya bahwa pencapaian implementasi program SMK3LL sebesar 76,5% yang berarti masuk pada level KUNING, sedangkan pada kategori kecelakaan kerja berada pada level KUNING, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pencapaian level atau tingkat implementasi program SMK3LL di Instalasi Pengapon adalah level 3 (Hati- hati). Gambaran lebih jelasnya dari pencapaian level implementasi program SMK3LL tampak pada tabel 5.6 di bawah ini.
32
Tabel 5.6. Tabel Tingkat Implementasi - Kecelakaan
5.3. Analisa dan Pembahasan Dari hasil pengumpulan dan pengolahan data sub bab sebelumnya, maka dapat dilakukan analisa dan pembahasannya adalah sebagai berikut.
5.3.1. Perhitungan Implemetasi SMK3LL Berdasarkan nilai pencapaian kinerja implementasi program SMK3LL diperoleh angka 76,5%. Nilai ini termasuk dalam kategori kuning karena berada dalam range nilai 60% dan 84%. Secara umum, pencapaian kinerja implementasi program SMK3LL di Instalasi Pengapon sudah mendekati target. Dalam delapan elemen yang terdapat pada checklist implementasi SMK3LL, hanya tiga elemen yang telah memenuhi target dan berada dalam kategori hijau (Dalam range 85% hingga 100%). Ketiga elemen itu adalah Komitmen dan Kebijakan (91,25%), Perencanaan (85,93%), dan Pengukuran dan Evaluasi ( 85,41%). Komitmen dan Kebijakan mempunyai nilai pencapaian implementasi sebesar 91,25%, termasuk dalam kategori hijau, hal ini berarti menyatakan achievement dari suatu indikator kinerja sudah tercapai dan perlu dipertahankan. Dengan masih adanya kekurangan Kepemimpinan dan Komitmen dari level
33
manajemen serta penerapan Kebijakan K3LL yang kurang dalam aktivitas seharihari, maka perlu adanya perbaikan lebih lanjut, karena hal ini menyebabkan ketidaksempurnaan kategori ini. Pada kategori Perencanaan pencapaian implementasi sebesar 85,93%, walaupun masuk dalam kategori hijau, kekurangan tampak pada perusahaan masih belum konsisten dalam Menetapkan
dan Memelihara Peraturan
Perundangan Dan Persyaratan Lainya, serta Penetapan Tujuan dan Sasaran dalam Indikator Kinerja dan Kebijakan K3LL yang belum konsisten dan belum memenuhi kualifikasi, dan hal tersebut juga mempengaruhi pencapaian kategori ini. Kategori Pengukuran dan Evaluasi masih terdapat kelemahan sehingga nilai kurang sempurna diberikan oleh Kepala LK3 pada Inspeksi dan Pengujian serta Audit SMK3LL, walaupun masuk dalam kategori hijau (85,41%) diperlukan adanya perbaikan agar hasil dari sistem pengukuran, pemantauan dan evaluasi lebih mendekati target dari yang diharapkan karena disini juga mempengaruhi keberhasilan implementasi SMK3LL. Namun demikian, terdapat lima elemen yang dinilai pencapaian kinerjanya dalam implementasi program SMK3LL dengan kategori kuning. Nilai pencapaian kinerja dalam kategori kuning mengindikasikan bahwa kinerja tersebut sudah mendekati target dan perlu ditingkatkan agar berada dalam kategori hijau Kelima elemen itu yang dinilai pencapaian kinerjanya dalam kategori kuning antara lain: Penerapan (74,75%), Bangunan dan Fasilitas Kerja (65%), Perlindungan Personal (72,5%), Manajemen Lingkungan (62,5%), dan Tinjauan Ulang dan Peningkatan Oleh Pihak Manajemen (75%). Pada kategori penilaian Kategori Penerapan, pencapaian implementasi sebesar 74,75% masuk dalam kategori kuning, dimana kekurangan hampir ada pada masing-masing sub elemen masih banyak terdapat nilai kurang sempurna, seperti Jaminan Kemampuan, Kegiatan Pendukung (komunikasi, pelaporan, pengendalian dokumen, Pencatatan manajemen informasi), Identifikasi Sumber Bahaya dan Penilaian Resiko ( identifikasi sumber bahaya, penilaian resiko, tindakan pengendalian, perancangan design dan rekayasa, pengendalian
34
admitratif, prosedur menghadapi keadaan darurat dan bencana, prosedur menghadapi insiden). Dari keseluruhan elemen dan sub elemen di atas kebanyakan hanya bersifat formalitas dan pendokumentasian dalam arti semuanya tersusun rapi akan tetapi hanya berupa sistem saja dimana penerapannya sangat jauh dari standar LK3 bahkan ada yang tidak digunakan sama sekali. Diperlukan sosilasasi yang menyeluruh dan merata untuk aspek K3LL dalam elemen Penerapan seperti dengan adanya kegiatan pelatihan dari level manajemen sampai instalasi agar adanya peningkatan sesuai dengan target yang diharapkan. Kategori ini masuk dalam level kuning (65%). Kekurangan pada kategori Bangunan dan Fasilitas Kerja yaitu hampir nilai tidak sempurna diberikan oleh Kepala LK3, ini dikarenakan kurangnya sosialisasi factor safety dari departemen LK3 tentang bangunan dan faslitas kerja kepada pejabat dan karyawan di lokasi kerja, sosialisasi faktor safety kebanyakan hanya pada aktivitas di lapangan. Pada kategori Perlindungan Personal juga masuk dalam level kuning (72,5%). Dari hasil ini hanya larangan dan sanksi penggunaan narkoba dan alkohol yang nilainya sempurna, dari item –item perlindungan personal selain dari faktor ketidaksiapan teknis kebanyakan dari pekerja juga kurang memperhatikan faktor atau hal kecil yang ternyata dapat membahayakan mereka sendiri. Pada Kategori Manajemen Ligkungan sebesar 62,5% masuk level kuning, juga perlu adanya perbaikan-perbaikan dan sosialisasi tentang manajemen lingkungan dari departemen LK3 kepada pejabat dan karyawan di Instalasi agar lingkungan di dalam dan di luar lokasi kerja terkendali dan aman. Kategori Tinjauan Ulang dan Peningkatan Oleh Pihak Manajemen masuk dalam level kuning (75%). Kekurangan disini kebayakan merupakan kumpulan atau akumulasi dari kekurangan-kekurangan pada kategori sebelumnya, seperti evaluasi terhadap kebijakan K3LL dan tinjauan ulang terhadap audit SMK3LL.
5.3.2. Tingkat Implemetasi dan Kecelakaan Analisa Tingkat kinerja Implementasi program SMK3LL di Instalasi Pengapon berada pada tahapan yang cukup baik. Hal ini dikategorikan dengan warna kuning (prosentase pencapaian adalah (76,5 %). Sedangkan pada analisa kecelakaan yang di Instalasi Pengapon pada kategori kuning. Hal ini disebabkan
35
karena menyebabkan seorang pekerja pingsan dan mengalami kehilangan hari kerja sebanyak 1 hari kerja. Dengan menghubungkan pemetaan yang berdasarkan tingkat kinerja implementasi dan kecelakaan, didapatkan hasil pemetaan berada level 3 (Hati-hati). Hal ini harus ditingkatkan dan diperbaiki.
5.4. Usulan Prosedur Identifikasi Bahaya & Penilaian Resiko Selama ini UPms IV – PERTAMINA Semarang belum melaksanakan metode identifikasi hazards dan untuk usulan prosedur identifikasi bahaya & penilaian resiko dapat dilihat pada tabel 5.7. Dalam melakukan identifikasi bahaya (hazards) data – data atau informasi diperoleh dengan melakukan pengamatan secara langsung di lokasi kerja maupun dengan metode brainstorming dengan pihak-pihak yang terkait. Setelah semua potensi-potensi bahaya teridentifikasi, langkah
selanjutnya
adalah
dengan
merangking
hazards
dengan
mempertimbangkan probability severity munculnya hazards tersebut. Dengan menggunakan RAC (Risk Assessment Code) dapat diperoleh rangking hazards yang ditunjukan pada tabel 5.8.
22
Tabel 5.7 Prosedur Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko Lokasi / unit kerja
:
Tanggal Pelaksanaan
:
Nomor dokumen
:
Singkatan : S P RAC
Rev. :
:
Disahkan oleh :
Status
Jenis Bahaya
Sumber Bahaya
Resiko Yang Terjadi
P
S
Severity Probability Risk Assesment Codes
RAC
Rekomendasi Pencegahan
Pengendalian
36
23
Tabel 5.8. Perangkingan Hazards di Instalasi Pengapon LOKASI
Dermaga
Tangki Timbun
Pompa Produk
Filling Set
JENIS BAHAYA Bahaya Tingkah Laku bahaya nimia bahaya lingkungan sekitar bahaya lingkungan sekitar bahaya ergonomi
SUMBER BAHAYA RESIKO YG TERJADI Tidak mematuhi SOP gas pompa produk permukaan licin
Kebocoran pipa, pencemaran,ledakan pusing-pusing dan mual Terpeleset
tangga licin
terpeleset, jatuh
tempat kerja berada di jatuh dan meninggal ketinggian tertentu dari tanah (>10m) Bahaya Tingkah Tidak mematuhi SOP kebocoran minyak, Laku ledakan Tidak menggunakan pusing-pusing dan mual APD bahaya fisik suara bising (85 db) tuli campuran bahaya nimia gas pompa produk pusing-pusing dan mual bahaya lingkungan permukaan licin terpeleset sekitar bahaya tingkah laku Tidak menggunakan terhirup gas APD bahaya mekanis grade mobil tangki terpeleset licin bahaya kimia gas pompa produk pusing-pusing dan mual
PROBAILITY A
B
C √
D
SEVERITY I
II
III
RAC 2
√
√
√
5
√
√
4
√
√
4
√
√
√
√
2
2
√ √ √
√ √
√ √ √
IV
√
5
√
2 4
√
5
√
4 4
√ √
4 37
24
LOKASI Gudang LPG
Genset
Gate Keeper Kantor
Tabel 5.8 Perangkingan Hazards di Instalasi Pengapon (lanjutan) PROBAILITY JENIS BAHAYA SUMBER BAHAYA RESIKO YG TERJADI A B C D Bahaya tingkah laku
Tidak mematuhi SOP
bahaya fisik bahaya ergonomi
tuli campuran Jatuh
bahaya sekitar bahaya (banjir) Bahaya Laku
terpeleset
bahaya sekitar
suara bising (85 db) tempat kerja kurang pencahayaan lingkungan tidak ada grade
Kebocoran gas, ledakan
ling.sktr bahaya listrik Tingkah Tidak menggunakan APD Tidak mematuhi SOP lingkungan permukaan licin (banjir)
√
kebakaran , ledakan terpeleset
SEVERITY II III IV
√
√
RAC 2 2
√ √
3
√
√
4
√
√
4
√
tersengat listrik terpeleset, jatuh
I
√
√ √ √
3 2
√ √
4
38
39 22
Dari tabel RAC di atas dapat dilihat bahwa semua lokasi kerja yang berada di Pertamina IV – Unit Instalasi Pengapon tidak ada yang bernilai 1, artinya tidak terdapat bahaya yang dikategorikan sangat serius (imminent danger), namun kategori bahaya yang ada menurut RAC, terdistribusi merata dari yang bernilai 2 (bahaya serius/serious danger) sampai bernilai 5 (negligible danger/ bahaya yang dapat diabaikan). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 5.3 di bawah ini.
23 40
Gambar 5.3 Radart chart peta bahaya di Upms IV- Pertamina Pengapon Semarang
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya serta berisi saran-saran yang dapat dipergunakan sebagai masukan bagi Instalasi Pengapon – Upms IV Pertamina Semarang dan juga untuk penelitian berikutnya. 6.1. Kesimpulan Dari pengolahan data, analisa dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan : 1.
Dari hasil pengukuran kinerja terhadap implementasi program SMK3LL didapatkan bahwa achievement dari suatu indikator kinerja belum tercapai, meskipun nilainya sudah mendekati target Dari hasil pengukuran didapatkan nilai pencapaian kinerja sebesar 76,5 % masuk dalam level kategori kuning karena masuk dalam range 60%-84%, dan bisa dikatakan cukup.
2.
Dalam mengimplementasikan program SMK3LL di Instalasi Pengapon, elemen Komitmen dan Kebijakan, Perencanaan, Pengukuran dan Evaluasi dapat dikatakan telah mencapai target.
3.
Dalam pengukuran kinerja implementasi SMK3LL di Instalasi Pengapon selain dari ketiga elemen yang masuk dalam kategori hijau selebihnya dari hasil pencapaian implementasi relatif hampir sama dan masuk dalam kategori kuning.
4.
Dalam mengukur dan memetakan keterkaitan antara tingkat implementasi dengan kecelakaan yang terjadi selama periode tahun 2007 dari tabel TIK (Tingkat Implementasi-Kecelakaan) di Instalasi Pengapon, tingkat implementasi SMK3LL sebesar 76,5 % berada pada level 3 (kuning) yang berarti hati-hati.
41
42
6.2. Saran 1.
Pembenahan dan peningkatan kinerja pada kategori Penerapan, Bangunan Dan Fasilitas Kerja, Perlindungan Personal, Manajemen Lingkungan, Tinjauan Ulang Dan Peningkatan Oleh Pihak Manajemen yang masih berada dalam kategori pencapaian kuning.
2.
Dilakukan peningkatan pengontrolan pelaksanaan program, pengawasan (supervisi) dan penegakan disiplin penggunaan standar prosedur dalam bekerja, karena kecelakaan kerja masih berada dalam kategori kuning.
3.
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan pengukuran terhadap kinerja dan kecelakan yang dialami pihak Instalasi Pengapon perlu ditingkatkan dari level 3 (Hati-hati) menjadi level 1 (Aman dan nyaman)
4.
Segera menerapkan pelaksaan metode identifikasi sumber bahaya mengingat tidak adanya pelaksanaan identifikasi bahaya yang dilakukan di Instalasi
Pengapon.
Selain
itu
juga
perlu
dilakukan
penilaian
resiko/perangkingan sumber bahaya di setiap unit kerja dengan pendekatan Risk Assessment agar bisa diprioritaskan tindakan pengendalian terhadap hazards sehingga bisa mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan kerugian lebih lanjut. 5.
Melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian yang tepat terhadap setiap hazards yang telah diidentifikasi pada penelitian ini, dengan prioritas ketiga hazards yang mendapat rangking tertinggi di lokasi kerja yaitu : tidak mematuhi SOP (Dermaga, Tangki Timbun, Gudang LPG, Gate Keeper), tempat kerja berada di ketinggian tertentu dari tanah (>10 m) (Tangki Timbun) dan suara bising (85 db) (Pompa Produk, Genset).
DAFTAR PUSKATA Asfhal, C.R. (1999); Industrial Safety and Healt Management; 4th Edition, Prentice Hall, New Jersey Arif Rahman (2004); Pengukuran Tingkat Implementasi Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), Proseiding Seminara Nasional ergonomi, Aplikasi Ergonomi dalm Industri Arif Rahman, Sritomo Wignjosoebroto (2006); Pengukuran Tingkat Implementasi Program Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) dan Perangkingan
Hazard dengan Pendekatan Risk Assessment, Proseding Rekayasa, Aplikasi dan Perancangan Indutsri symposium Nasional IV 2006 Health, Safety & Environment (HSE) Pertamnina Dit. Pemasaran dan Niaga (2005); Checklist Audit SMK3LL untuk Lokasi Kerja di Lingkungan PMS dan Niaga, Pertamina, Jakarta Health, Safety & Environment (HSE) Pertamnina (2002); Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Kerja dan Lindungan Lingkungan, Pertamina, Jakarta http://www.usace.army/doc.html.
(2001);
System
Safety
Engineering
and
Management; Department of The Army, Washington http://www.seco.noaa.gov/documents/RAC.html. Risk Assessment Code Kaviani, Hamid R, and Wentz C.A. (1990); Occupational and Environment Safety Engineering and Management, Van Nostrand Reinhold, New York Keselamatan Kerja dan Linsungan Lingkungan (K3LL); Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Operasi Terpadu (SMKOT), Pertamina, Jakarta Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor : PER.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Soemanto, I.K. (1991); Dasar-dasar Keselamatan Kerja Bidang Kimia dan Pengendalian Bahaya Besar; International Labour Organization Suma’mur, P.K. (1989); Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan; Haji Massagung, Jakarta
Syakhroni, Akhmad, dkk (2007); Pengukuran Tingkat Implementasi Sistem Manajemen Keselamatan, kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan (SMK3LL) pada Lingkungan Industri Kecil di Semarang, Laporan Penelitian Diknas Prov. Jateng 2007 The National Institute of Enviromental Health Sciences, (1996); Anticipacing Occupational Hazard of Technologies: Remembering the Worker Undang- Undang Nomer 1 Tahun 1970 tentang Keselamtan Kerja
LAMPIRAN
Lampiran I
: Lay out Intsalasi Pengapon
Lampiran II : Lembar Validasi Checklist Lampiran III : Checklist Penilaian Implementasi SMK3LL Lampiran IV : Checklist Penilaian Responden Lampiran V : Rekapitulasi Penilaian Implementasi SMK3LL Lampiran VI : Surat Ijin Penelitian dar Pertamina Lampiran VII : Personalia Penelitian
Lay Out Instalasi Pengapon : CATCH PIT
SUMP PUMP
LAYOUT INSTALASI PENGAPON
F IR E G R O U N D
UTARA SEPUR SIMPANG
PENGISIAN RTW
22
GUDANG
24
5 3 KENDALA PENANGGULANGAN ROB/BANJIR DI INST. PENGAPON.
K O LAM PEM AD AM
1 KONDISI LINGKUNGAN DI INSTALSI PENGAPON MENGALAMI PENURUNAN 10 CM TIAP TAHUN, SEHINGGA AIR PERMUKAN TANAH LEVEL DENGAN PERMUKAAN AIR LAUT. 2 PEMBUANGAN AIR DARI CATCH PIT KE SALURAN UMUM DIDEPAN INSTALSI AKAN MENGGENANGI RUMAH PENDUDUK APABILA POMPA FOLDER DI DEPAN STASIUN TAWANG TIDAK DIHDUPKAN, HAL TERSEBUT BANYAK MENUAI PROTES DARI WARGA SEKITARNYA.
BENGKEL
GUDANG
6
7
PENIMBUNAN DRUM PELUMAS
23 10
21
9
8
13
12
20
15
GUDANG
16 A P E N G IS IA N T
A P E N G IS IA N T
PENIMBUNAN DRUM PELUMAS
A P E N G IS IA N T
POMPA PMK
2 2 UNIT SUMP PUMP MERK ISUZU KAPASITAS 337,5 MTER 3 PIPA PENYALUR DIA. 8”, PANJANG + 350 METER
19
GUDANG
SARFAS PENANGGULANGAN BANJIR/ROB 1 CATCH PIT KAPASITAS TAMPUNG 180 M3 ( 10 x 6 x 3 METER )
11
4
14
2
18 17
KE FOLDER STASIUN TAWANG
KANTOR
ON JL. PENGAP
Lampiran II
Lembar Validasi Dengan ini, kami sebagai pihak yang berperan dalam pelaksanaan Program LK3 di Instalasi Pengapon – PERTAMINA Unit Pemasaran IV Semarang, menyetuji rancangan checklist yang diajukan oleh , Nama Ketua Peneliti
: Akhmad Syakhroni, ST
NIK
: 210603031
Surveyor
: Taufiq Zakaria/ 162030136 : Aulia Galih Rinanto/16203080
Universitas
: Universitas Islam Sultan Agung Semarang
Fakultas/Jurusan
: Fakultas Teknologi Industri /Teknik Industri
Untuk digunakan dalam penyusunan penelitian yang berjudul ‘’Metode Risk Assessment Code (RAC) untuk Perangkingan Hazard dan Pengukuran Tingkat Implementasi Sistem Manajemen Keselamatan, Kesehatan Kerja danLindungan Lingkungan (SMK3LL) pada Upms IV Semarang’’
Semarang,
Mei 2008
LAMPIRAN III
CHECKLIST PENILAIAN IMPLEMENTASI SMK3LL KRITERIA PENILAIAN NO
IMPLEMENTASI PROGRAM SMK3LL
1
KOMITMEN DAN KEBIJAKAN 1.1 Kepemimpinan dan Komitmen a. Menempatkan organisasi K3LL pada posisi yang dapat menentukan keputusan perusahaan b.
Menyediakan tenaga kerja yang berkualitas dan sarana-sarana lain yang diperlukan bidang K3LL
c. Perencanaan K3LL yang terkoordinasi d. Melakukan penilaian kinerja dan tindak lanjut pelaksanaan K3LL 1.2 Tinjauan Awal K3LL a. Identifikasi bahaya yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan b. Meninjau sebab akibat yang membahayakan yang berkaitan dengan K3LL c. Penilaian tingkat pengetahuan, pemenuhan peraturan perundangan dan standar K3LL 1.3 Kebijakan K3LL a. Kebijakan direvisi sesuai dengan adanya perubahan b. Penerapan kebijakan sebagai acuan dalam menyususn dan meninjau sasaran dan target c. Program K3LL bersifat dinamikdan selalu ditinjau ulang dalam rangka peningkatan kinerja K3LL 2
PERENCANAAN 2.1 Perencanaan Identifikasi Bahaya, Identifikasi dan Pengendalian Resiko a. Identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko dari kegiatan, produk barang dan jasa dipertimbangkan pada saat merumuskan rencana untuk memenuhi kebijakan K3LL b. Penyusunan prosedur keadaan darurat 2.2 Peraturan Perundangan dan Persyaratan Lainnya a. Perusahaan memelihara dan menetapkan prosedur untuk inventarisasi, identifikasi dan pemahaman peraturan perundangan yang berkaitan dengan K3LL b. Sosialisasi peraturan perundangan dan persyaratan lainnya kepada setiap tenaga kerja 2.3 Tujuan dan Sasaran Penetapan kebijakan K3LL memenuhi kualifikasi dapat diukur, satuan/indikator pengukuran, sasaran pencapaian dan jangka waktu pencapaian 2.4 Indikator Kinerja Penggunaan indikator kinerja sebagai dasar penilaian kinerja K3LL, juga sebagai informasi mengenai keberhasilan pencapaian SMK3LL 2.5 Perencanaan Awal dan Perencanaan Kegiatan yang sedang Berlangsung a. Penetapan sistem pertanggungjawaban dalam pencapaian tujuan dan sasaran sesuai dengan fungsi dan tingkat manajemen perusahaan b. Menetapkan sarana dan jangka waktu untuk pencapaian tujuan dan sasaran
3
PENERAPAN 3.1 Jaminan Kemampuan a. b.
Menyediakan sumber daya yang memadai sesuai dengan ukuran dan kebutuhan Melakukan identifikasi kompetensi kerja yang diperlukan pada setiap manajemen dan menyelenggarakan setiap pelatihan yang dibutuhkan
1
2
3
Catatan
IMPLEMENTASI PROGRAM SMK3LL
NO c. d.
Tujuan dan prioritas SMK3LL diutamakan Integrasi SMK3LL dengan sistem manajemen perusahaan lainnya dilakukan selaras dan seimbang e. Pimpinan yang ditunjuk bertanggung jawab harus memastikan bahwa SMK3LL telah diterapkan di lokasi 3.2 Kegiatan Pendukung 3.2.1 Komunikasi a. Melakukan Identifikasi dan menerima Informasi K3LL yang terkait dari luar perusahaan b. Koordinasi dengan pihak security dalam mengontrol dan menjaga keamanan lingkungan kerja c. Mengkomunikasikan hasil dari sistem manajemen, pemantauan, audit dan tinjauan ulang manajemen pada semua pihak yang terkait 3.2.2 Pelaporan a. Pelaporan terjadinya insiden b. Pelaporan Kinerja K3LL c. Pelaporan identifikasi sumber bahaya 3.2.3 Pengendalian Dokumen a. Mendokumentasikan peranan, tanggung jawab dan prosedur b. Dokumen ditinjau ulang secara berkala, jika diperlukan dapat direvisi c. Dokumen sebelum diterbitkan harus terlebih dahulu disetujui oleh pejabat d. Dokumen versi terbaru harus tersedia di tempat kerja yang dianggap perlu e. Semua dokumen kadaluarsa dimusnahkan f. Dokumen mudah ditemukan, bermanfaat dan mudah dipahami 3.2.4 Pencatatan dan Manajemen Informasi sabagai sarana untuk menunujukkan kesesuaian penerapan SMK3LL yang mencakup : a. Persyaratan eksternal/internal perundangan dan indikator kinerja K3LL b. Izin kerja aman (safe working permit ) c. Kegiatan pelatihan K3LL d. Kegiatan Inspeksi, kalibrasi dan pemeliharan e. Audit dan tinjauan manajemen terhadap SMK3LL f. Identifikasi mengenai pemasok dan kontraktor g. Informasi produk termasuk MSDS (Material Safety Data Sheet ) 3.3 Identifikasi Sumber Bahaya, Penialaian dan Pengendalian Resiko 3.3.1 Identifikasi Sumber Bahaya a. Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya b. Jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin dapat terjadi 3.3.2 Penilaian Resiko a. Paparan bahaya terhadap pekerjaan b. Keparahan yang ditimbulkan c. Menentukan prioritas pengendalian terhadap tingkat resiko kecelakaan atau penyakit akibat kerja 3.3.3 Tindakan Pengendalian a. Pengendalian teknis/rekayasa yang meliputi eliminasi, substitusi, isolasi, ventilasi, higiene, sanitasi. b. Pendidikan dan pelatihan c. Pembangunan kesadaran dan motivasi yang meliputi sistem bonus, insentif, penghargaan dan motivasi diri d. e.
Evaluasi melalui audit internal, penyelidikan insiden Penggunaan APD untuk setiap jenis pekerjaan yang berbahaya yang telah memenuhi standar K3LL f. Penegakan hukum 3.3.4 Perancangan (design ) dan Rekayasa
1
2
3
Catatan
IMPLEMENTASI PROGRAM SMK3LL
NO a. b.
c. 3.3.5 a. b. 3.3.6
Pelaksanaannya terkait dengan pengendalian resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja Setiap tahap siklus perancangan meliputi pengembangan, verifikasi tinjauan ulang, validasi terkait dengan pengendalian resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja Pejabat yang berkompeten diberi wewenang Pengendalian Administratif Pengaturan/pemberlakuan shift kerja Rotasi kerja sesuai dengan kondisi karyawan Tinjauan Ulang Kontrak Pengadaan barang dan jasa melalu kontrak harus ditinjau ulang untuk menjamin kemampuan perusahaan dalam memenuhi persyaratan K3LL yang ditentukan
3.3.7 Pembelian a. Setiap pembelian barang dan jasa terintegrasi dalam strategi penanganan pencegahan resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja b. Sistem pembelian harus menjamin produk barang dan jasa serta mitra kerja perusahaan memenuhi persyaratan K3LL 3.3.8 Prosedur Menghadapi Keadaan Darurat dan Bencana a. Prosedur ini direview secara berkala maupun setiap ada perubahan b. Instalasi yang mempunyai bahaya besar dikoordinasikan dengan instalasi terkait yang berwenang c. Penanggulangan peledakan cairan dan gas atau kebakaran d. Pelatihan penanggulangan keadaan darurat dilaksanakan untuk mengetahui kesiapan SDM dan keandalan sarana dan fasilitas 3.3.9 Prosedur Menghadapi Insiden a. Penyediaan fasilitas P3K dengan kualitas dan kuatitas yang memenuhui syarat untuk melakukan pertolongan awal b. Proses perawatan/penanganan lanjutan 3.4 Prosedur Rencana Pemulihan Keadaan Darurat a. Perusahaan membuat prosedur rencana pemulihan keadaan darurat untuk secara cepat mengembalikan pada kondisi yang normal b. Membantu pemulihan tenaga kerja yang mengalami trauma 4
BANGUNAN DAN FASILITAS KERJA a. Bangunan dan fasilitas kerja sesuai dengan standar K3LL b. Pemantauan lingkungan dan kebisingan c. Kelengkapan alat pemindah bahan (material handling ) dan proses Storage d. Keselamatan kerja dalam menggunakan alat dan mesin e. Kesiapan terhadap bahaya alam (petir, badai angin, banjir)
5
PERLINDUNGAN PERSONAL a. Pencegahan dan antisipasi terhadap material /bahan atau proses yang dapat menyebabkan iritasi kulit, gangguan pernafasan, gangguan penglihatan b. c.
d. e.
Pencegahan dan antisipasi terhadap material/bahan, proses atau makanan yang dapat menyebabkan keracunan Tersedia instrumen pendeteksi atau pengukur munculnya bahaya kesehatan (iritasi, gangguan pernapasan, gangguan penglihatan atau keracunan ) Pemeriksaan kesehatan secara umum pada tiap pekerja minimal 1 kali dalam 12 bulan Terdapat larangan dan sanksi terhadap pemakaian narkoba dan alkohol
1
2
3
Catatan
NO
IMPLEMENTASI PROGRAM SMK3LL
6
MANAJEMEN LINGKUNGAN a. Pengendalian polusi dan buangan industri/ penanganan limbah dilokasi b. Penanggulangan kebocoran pipa dan gas c. Pemantauan lingkungan kerja meliputi faktor fisik, kima, biologi radiasi dan psikologis d.
7
Upaya penghijauan didalam dan disekitar lokasi
PENGUKURAN DAN EVALUASI 7.1 Inspeksi dan Pengujian a. Peralatan dan metode pengujian yang memadai sesuai dengan standar K3LL b.
Tindakan perbaikan pada saat ditemukan ketidaksesuaian terhadap persyaratan K3LL c. Hasil temuan audit ditindaklanjuti dan ditinjau ulang 7.2 Audit SMK3LL Dilakukan secara berkala, sistematis, dan independen oleh personel yang berkompeten dengan metodologi yang sudah ditetapkan 7.3 Tindakan Perbaikan dan Pencegahan a. Semua hasil temuan dari pelaksanan pemantauan, audit dan tinjauan ulang SMK3LL digunakan untuk identifikasi tindakan perbaikan dan pencegahan b.
8
Pihak manajemen menjamin pelaksanaannya secara sistematik dan efektif
TINJAUAN ULANG DAN PENINGKATAN OLEH PIHAK MANAJEMEN a. Evaluasi terhadap Penerapan kebijakan K3LL b. Tinjauan ulang dan peningkatan terhadap hasil temuan audit SMK3LL, tujuan, sasaran dan kinerja K3LL
Keterangan : Setiap daftar pernyataan dalam checklist ini diberi nilai dengan skala sebagai berikut : › Skala 1 diberikan jika kondisi riil sama sekali belum memenuhi standar K3LL › Skala 2 diberikan jika kondisi riil memenuhi sebagian dari standar K3LL › Skala 3 diberikan jika kondisi riil telah memenuhi standar K3LL
1
2
3
Catatan
Ika Kurniasari Kepala Tim Audit LK3 Pertamina Upms IV
! !" %%
# "$!#
#& ! % !!
%% #& % '(#($ )* '+ , + !$( ( -!
Taslim Husni Kepala Instalasi Pengapon - Pertamina Upms IV
! !" %%
# "$!#
#& ! % !!
%% #& % '(#($ )* '+ , + !$( ( -!
Edy Suharyanto Ka. Pengawas Instalasi Pengapon
! !" %%
# "$!#
#& ! % !!
%% #& % '(#($ )* '+ , + !$( ( -!
Agus Dwi Jatmoko Kepala Distribusi Instalasi Pengapon Pertamina Upms IV - Semarang
! !" %%
# "$!#
#& ! % !!
%% #& % '(#($ )* '+ , + !$( ( -!
LAMPIRAN IV
CHECKLIST PENILAIAN RESPONDEN IMPLEMENTASI SMK3LL NO
IMPLEMENTASI PROGRAM SMK3LL
1
KOMITMEN DAN KEBIJAKAN 1.1 Kepemimpinan dan Komitmen a. Menempatkan organisasi K3LL pada posisi yang dapat menentukan keputusan perusahaan b.
Menyediakan tenaga kerja yang berkualitas dan sarana-sarana lain yang diperlukan bidang K3LL
c. Perencanaan K3LL yang terkoordinasi d. Melakukan penilaian kinerja dan tindak lanjut pelaksanaan K3LL 1.2 Tinjauan Awal K3LL a. Identifikasi bahaya yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan b. Meninjau sebab akibat yang membahayakan yang berkaitan dengan K3LL c. Penilaian tingkat pengetahuan, pemenuhan peraturan perundangan dan standar K3LL 1.3 Kebijakan K3LL a. Kebijakan direvisi sesuai dengan adanya perubahan b. Penerapan kebijakan sebagai acuan dalam menyususn dan meninjau sasaran dan target c. Program K3LL bersifat dinamikdan selalu ditinjau ulang dalam rangka peningkatan kinerja K3LL 2
PERENCANAAN 2.1 Perencanaan Identifikasi Bahaya, Identifikasi dan Pengendalian Resiko a. Identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko dari kegiatan, produk barang dan jasa dipertimbangkan pada saat merumuskan rencana untuk memenuhi kebijakan K3LL b. Penyusunan prosedur keadaan darurat 2.2 Peraturan Perundangan dan Persyaratan Lainnya a. Perusahaan memelihara dan menetapkan prosedur untuk inventarisasi, identifikasi dan pemahaman peraturan perundangan yang berkaitan dengan K3LL b. Sosialisasi peraturan perundangan dan persyaratan lainnya kepada setiap tenaga kerja 2.3 Tujuan dan Sasaran Penetapan kebijakan K3LL memenuhi kualifikasi dapat diukur, satuan/indikator pengukuran, sasaran pencapaian dan jangka waktu pencapaian 2.4 Indikator Kinerja Penggunaan indikator kinerja sebagai dasar penilaian kinerja K3LL, juga sebagai informasi mengenai keberhasilan pencapaian SMK3LL 2.5 Perencanaan Awal dan Perencanaan Kegiatan yang sedang Berlangsung a. Penetapan sistem pertanggungjawaban dalam pencapaian tujuan dan sasaran sesuai dengan fungsi dan tingkat manajemen perusahaan b. Menetapkan sarana dan jangka waktu untuk pencapaian tujuan dan sasaran
3
PENERAPAN 3.1 Jaminan Kemampuan a. b.
Menyediakan sumber daya yang memadai sesuai dengan ukuran dan kebutuhan Melakukan identifikasi kompetensi kerja yang diperlukan pada setiap manajemen dan menyelenggarakan setiap pelatihan yang dibutuhkan
1
2
3
Catatan
IMPLEMENTASI PROGRAM SMK3LL
NO c. d.
Tujuan dan prioritas SMK3LL diutamakan Integrasi SMK3LL dengan sistem manajemen perusahaan lainnya dilakukan selaras dan seimbang e. Pimpinan yang ditunjuk bertanggung jawab harus memastikan bahwa SMK3LL telah diterapkan di lokasi 3.2 Kegiatan Pendukung 3.2.1 Komunikasi a. Melakukan Identifikasi dan menerima Informasi K3LL yang terkait dari luar perusahaan b. Koordinasi dengan pihak security dalam mengontrol dan menjaga keamanan lingkungan kerja c. Mengkomunikasikan hasil dari sistem manajemen, pemantauan, audit dan tinjauan ulang manajemen pada semua pihak yang terkait 3.2.2 Pelaporan a. Pelaporan terjadinya insiden b. Pelaporan Kinerja K3LL c. Pelaporan identifikasi sumber bahaya 3.2.3 Pengendalian Dokumen a. Mendokumentasikan peranan, tanggung jawab dan prosedur b. Dokumen ditinjau ulang secara berkala, jika diperlukan dapat direvisi c. Dokumen sebelum diterbitkan harus terlebih dahulu disetujui oleh pejabat d. Dokumen versi terbaru harus tersedia di tempat kerja yang dianggap perlu e. Semua dokumen kadaluarsa dimusnahkan f. Dokumen mudah ditemukan, bermanfaat dan mudah dipahami 3.2.4 Pencatatan dan Manajemen Informasi sabagai sarana untuk menunujukkan kesesuaian penerapan SMK3LL yang mencakup : a. Persyaratan eksternal/internal perundangan dan indikator kinerja K3LL b. Izin kerja aman (safe working permit ) c. Kegiatan pelatihan K3LL d. Kegiatan Inspeksi, kalibrasi dan pemeliharan e. Audit dan tinjauan manajemen terhadap SMK3LL f. Identifikasi mengenai pemasok dan kontraktor g. Informasi produk termasuk MSDS (Material Safety Data Sheet ) 3.3 Identifikasi Sumber Bahaya, Penialaian dan Pengendalian Resiko 3.3.1 Identifikasi Sumber Bahaya a. Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya b. Jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin dapat terjadi 3.3.2 Penilaian Resiko a. Paparan bahaya terhadap pekerjaan b. Keparahan yang ditimbulkan c. Menentukan prioritas pengendalian terhadap tingkat resiko kecelakaan atau penyakit akibat kerja 3.3.3 Tindakan Pengendalian a. Pengendalian teknis/rekayasa yang meliputi eliminasi, substitusi, isolasi, ventilasi, higiene, sanitasi. b. Pendidikan dan pelatihan c. Pembangunan kesadaran dan motivasi yang meliputi sistem bonus, insentif, penghargaan dan motivasi diri d. e.
Evaluasi melalui audit internal, penyelidikan insiden Penggunaan APD untuk setiap jenis pekerjaan yang berbahaya yang telah memenuhi standar K3LL f. Penegakan hukum 3.3.4 Perancangan (design ) dan Rekayasa
1
2
3
Catatan
IMPLEMENTASI PROGRAM SMK3LL
NO a. b.
c. 3.3.5 a. b. 3.3.6
Pelaksanaannya terkait dengan pengendalian resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja Setiap tahap siklus perancangan meliputi pengembangan, verifikasi tinjauan ulang, validasi terkait dengan pengendalian resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja Pejabat yang berkompeten diberi wewenang Pengendalian Administratif Pengaturan/pemberlakuan shift kerja Rotasi kerja sesuai dengan kondisi karyawan Tinjauan Ulang Kontrak Pengadaan barang dan jasa melalu kontrak harus ditinjau ulang untuk menjamin kemampuan perusahaan dalam memenuhi persyaratan K3LL yang ditentukan
3.3.7 Pembelian a. Setiap pembelian barang dan jasa terintegrasi dalam strategi penanganan pencegahan resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja b. Sistem pembelian harus menjamin produk barang dan jasa serta mitra kerja perusahaan memenuhi persyaratan K3LL 3.3.8 Prosedur Menghadapi Keadaan Darurat dan Bencana a. Prosedur ini direview secara berkala maupun setiap ada perubahan b. Instalasi yang mempunyai bahaya besar dikoordinasikan dengan instalasi terkait yang berwenang c. Penanggulangan peledakan cairan dan gas atau kebakaran d. Pelatihan penanggulangan keadaan darurat dilaksanakan untuk mengetahui kesiapan SDM dan keandalan sarana dan fasilitas 3.3.9 Prosedur Menghadapi Insiden a. Penyediaan fasilitas P3K dengan kualitas dan kuatitas yang memenuhui syarat untuk melakukan pertolongan awal b. Proses perawatan/penanganan lanjutan 3.4 Prosedur Rencana Pemulihan Keadaan Darurat a. Perusahaan membuat prosedur rencana pemulihan keadaan darurat untuk secara cepat mengembalikan pada kondisi yang normal b. Membantu pemulihan tenaga kerja yang mengalami trauma 4
BANGUNAN DAN FASILITAS KERJA a. Bangunan dan fasilitas kerja sesuai dengan standar K3LL b. Pemantauan lingkungan dan kebisingan c. Kelengkapan alat pemindah bahan (material handling ) dan proses Storage d. Keselamatan kerja dalam menggunakan alat dan mesin e. Kesiapan terhadap bahaya alam (petir, badai angin, banjir)
5
PERLINDUNGAN PERSONAL a. Pencegahan dan antisipasi terhadap material /bahan atau proses yang dapat menyebabkan iritasi kulit, gangguan pernafasan, gangguan penglihatan b. c.
d. e.
Pencegahan dan antisipasi terhadap material/bahan, proses atau makanan yang dapat menyebabkan keracunan Tersedia instrumen pendeteksi atau pengukur munculnya bahaya kesehatan (iritasi, gangguan pernapasan, gangguan penglihatan atau keracunan ) Pemeriksaan kesehatan secara umum pada tiap pekerja minimal 1 kali dalam 12 bulan Terdapat larangan dan sanksi terhadap pemakaian narkoba dan alkohol
1
2
3
Catatan
NO
IMPLEMENTASI PROGRAM SMK3LL
6
MANAJEMEN LINGKUNGAN a. Pengendalian polusi dan buangan industri/ penanganan limbah dilokasi b. Penanggulangan kebocoran pipa dan gas c. Pemantauan lingkungan kerja meliputi faktor fisik, kima, biologi radiasi dan psikologis d.
7
Upaya penghijauan didalam dan disekitar lokasi
PENGUKURAN DAN EVALUASI 7.1 Inspeksi dan Pengujian a. Peralatan dan metode pengujian yang memadai sesuai dengan standar K3LL b.
Tindakan perbaikan pada saat ditemukan ketidaksesuaian terhadap persyaratan K3LL c. Hasil temuan audit ditindaklanjuti dan ditinjau ulang 7.2 Audit SMK3LL Dilakukan secara berkala, sistematis, dan independen oleh personel yang berkompeten dengan metodologi yang sudah ditetapkan 7.3 Tindakan Perbaikan dan Pencegahan a. Semua hasil temuan dari pelaksanan pemantauan, audit dan tinjauan ulang SMK3LL digunakan untuk identifikasi tindakan perbaikan dan pencegahan b.
8
Pihak manajemen menjamin pelaksanaannya secara sistematik dan efektif
TINJAUAN ULANG DAN PENINGKATAN OLEH PIHAK MANAJEMEN a. Evaluasi terhadap Penerapan kebijakan K3LL b. Tinjauan ulang dan peningkatan terhadap hasil temuan audit SMK3LL, tujuan, sasaran dan kinerja K3LL
Keterangan : Setiap daftar pernyataan dalam checklist ini diberi nilai dengan skala sebagai berikut : › Skala 1 diberikan jika kondisi riil sama sekali belum memenuhi standar K3LL › Skala 2 diberikan jika kondisi riil memenuhi sebagian dari standar K3LL › Skala 3 diberikan jika kondisi riil telah memenuhi standar K3LL
1
2
3
Catatan
LAMPIRAN V REKAPITULASI PENILAIAN IMPLEMENTASI SMK3LL NO
KRITERIA PENILAIAN
1 KOMITMEN DAN KEBIJAKAN 1.1 Kepemimpinan dan Komitmen a. b. c. d. 1.2 Tinjauan Awal K3LL a. b. c. 1.3 Kebijakan K3LL a. b. c.
RESPONDEN A
B
C
Rata - Rata Normalisasi
2 3 2 3
3 3 3 3
3 3 3 3
3 3 3 3
2,75 3,00 2,75 3,00
3 3 3
3 3 3
3 3 3
3 3 3
3,00 3,00 3,00
2 2 2
3 2 2
3 3 3
3 3 3
2,75 2,50 2,50
2 PERENCANAAN 2.1 Perencanaan Identifikasi Bahaya, Identifikasi dan Pengendalian Resiko a. 3 3 3 b. 3 3 3 2.2 Peraturan Perundangan dan Persyaratan Lainnya a. 1 2 3 b. 2 3 3 2.3 Tujuan dan Sasaran 1 2 3 2.4 Indikator Kinerja 1 3 3 2.5 Perencanaan Awal dan Perencanaan Kegiatan yang sedang Berlangsung a. 3 3 3 b. 3 3 3 3 PENERAPAN 3.1 Jaminan Kemampuan a. b. c. d. e. 3.2 Kegiatan Pendukung 3.2.1 Komunikasi a. b. c. 3.2.2 Pelaporan a. b. c. 3.2.3 Pengendalian Dokumen a. b. c. d. e. f. g.
D
3 3
3,00 3,00
3 3 3 3
2,25 2,75 2,25 2,50
3 3
3,00 3,00
2,825
0,9125
2,719
0,859
2,495 3 1 3 1 2
3 2 3 2 2
3 3 3 3 3
3 2 3 2 3
3,00 2,00 3,00 2,00 2,50
2 1 1
3 2 2
3 3 3
3 3 3
2,75 2,25 2,25
2 1 1
3 2 2
2 3 3
3 2 3
2,50 2,00 2,25
2 1 1 1 3 2 3
3 3 2 2 3 3 3
3 3 3 3 3 3 3
3 3 3 3 3 3 3
2,75 2,50 2,25 2,25 3,00 2,75 3,00
0,748
NO
KRITERIA PENILAIAN
RESPONDEN A
B
C
D
3.2.4 Pencatatan dan Manajemen Informasi sabagai Sarana untuk Menunujukkan Kesesuaian Penerapan SMK3LL yang mencakup : a. 2 2 3 3 b. 1 2 3 3 c. 1 2 3 3 d. 2 2 3 3 e. 1 2 3 3 f. 3 3 3 3 g. 3 3 3 3 3.3 Identifikasi Sumber Bahaya, Penialaian dan Pengendalian Resiko 3.3.1 Identifikasi Sumber Bahaya a. 2 3 3 3 b. 1 3 3 3 3.3.2 Penilaian Resiko a. 2 2 3 3 b. 2 2 3 2 c. 2 3 3 3 3.3.3 Tindakan Pengendalian a. 2 3 3 3 b. 1 2 3 3 c. 2 3 3 2 d. 1 2 3 3 e. 1 2 3 3 f. 2 2 3 3 3.3.4 Perancangan (design) dan Rekayasa a. 2 3 3 3 b. 2 3 3 3 c. 1 2 3 3 3.3.5 Pengendalian Administratif a. 1 2 3 2 b. 1 2 2 3 3.3.6 Tinjauan Ulang Kontrak 3 3 3 3 3.3.7 Pembelian a. 3 3 3 3 b. 2 3 3 3 3.3.8 Prosedur Menghadapi Keadaan Darurat dan Bencana a. 1 2 2 2 b. 1 2 3 2 c. 1 2 3 2 d. 2 3 3 3 3.3.9 Prosedur Menghadapi Insiden a. 1 2 3 3 b. 1 3 3 3 3.4 Prosedur Rencana Pemulihan Keadaan Darurat a. 3 3 3 3 b. 3 3 3 3
Rata - Rata Normalisasi
2,50 2,25 2,25 2,50 2,25 3,00 3,00 2,75 2,50 2,50 2,25 2,75 2,75 2,25 2,50 2,25 2,25 2,50 2,75 2,75 2,25 2,00 2,00 3,00 3,00 2,75 1,75 2,00 2,00 2,75 2,25 2,50 3,00 3,00
4 BANGUNAN DAN FASILITAS KERJA a. b. c. d. e.
2 1 1 1 1
2 2 2 2 2
3 3 3 3 3
3 3 3 3 3
2,50 2,25 2,25 2,25 2,25
5 PERLINDUNGAN PERSONAL a. b. c.
1 2 2
2 2 3
2 3 3
2 3 3
1,75 2,50 2,75
2,300
0,650
2,450
0,725
NO
KRITERIA PENILAIAN d. e.
6 MANAJEMEN LINGKUNGAN a. b. c. d. 7 PENGUKURAN DAN EVALUASI 7.1 Inspeksi dan Pengujian a. b. c. 7.2 Audit SMK3LL 7.3 Tindakan Perbaikan dan Pencegahan a. b.
RESPONDEN
Rata - Rata Normalisasi
A
B
C
D
1 3
2 3
3 3
3 3
2,25 3,00
1 1 1 1
2 2 3 3
3 3 3 3
2 3 2 3
2,00 2,25 2,25 2,50
2 2 2 2
3 3 3 3
3 3 3 3
3 3 3 3
2,75 2,75 2,75 2,75
1 3
2 3
3 3
3 3
2,25 3,00
8 TINJAUAN ULANG DAN PENINGKATAN OLEH PIHAK MANAJEMEN a. 1 2 b. 3 3 PENCAPAIAN IMPLEMTASI SMK3LL
3 3
2 3
2,00 3,00
Keterangan : Responden A Responden B Responden C Responden D
2,250
0,625
2,708
0,854
2,500
0,750
0,765
: Ibu Ika Kurniasari, Kepala Tim Audit LK3 Pertamina - Pertamina Upms IV Semarang : Bpk. Taslim Husni, Kepala Instalasi Pengapon - Pertamina Upms IV Semarang : Bpk. Agus Dwi Jatmoko, Ka. Distribusi Instalasi Pengapon - Pertamina Upms IV Semarang : Bpk. Edi Suharyanto, Ka. Pengawas Teknik Instalasi Pengapon - Pertamina Upms IV Semarang
LAMPIRAN VII
PERSONALIA PENELITI 1.
2.
Ketua Peneliti a. Nama Lengkap dan Gelar
: Akhmad Syakhroni, ST
b. Pangkat/Gol. dan NIP
: Asisten Ahli / III A/ -
c. Fakultas / Jurusan
: Teknologi Industri / Teknik Industri
d. Bidang Keahlian
: Proses Manufaktur, Keselamatan Kerja
e. Waktu untuk penelitian ini
: 10 (sepuluh) jam/minggu
Anggota Peneliti a. Nama Lengkap dan Gelar
: Irwan Sukendar, ST, MT
b. Pangkat/Gol. dan NIP
: Asisten Ahli/IIIA/132312189
c. Fakultas / Jurusan
: Teknologi Industri / Teknik Industri
d. Bidang Keahlian
: Rekayasa Manufaktur
e. Waktu untuk penelitian ini
: 4 (empat) jam/minggu
3.
Tenaga Laborat/Teknisi
: Ali Wedo Sarjono
4.
Pekerja Lapangan
: 2 orang mahasiswa s-1
5.
Tenaga Administrasi
: Lilik Supriyanto
DRAFT ARTIKEL ILMIAH 1. Latar Belakang Kecelakaan kerja tidak hanya membahayakan jiwa pekerja tetapi juga dapat mencemari lingkungan sekitar yang akan berdampak pada kesehatan pekerja dan masyarakat sekitar. Pertamina menyadari sepenuhnya sebagai perusahaan pertambangan Migas serta panas bumi harus mengantisipasi resiko-resiko diatas dengan
menerapkan
norma-norma
pelestarian
lingkungan,
norma-norma
keselamatan dan kesehatan kerja. Oleh karena itu penerapan dan pengelolaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lindungan Lingkungan atau K3LL secara dini diharapkan dapat mengantisipasi resiko-resiko yang sebenarnya tidak perlu terjadi, dimana akan meningkatkan efisiensi serta meningkatkan kinerja K3LL. Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor : PER.05/MEN/1996, Bab III Pasal 3 ayat 1, menyatakan : “Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak seratus orang atau lebih dan atau mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja, wajib menerapkan Sistem Manajemen K3”. Pertamina merupakan salah satu perusahaan BUMN yang juga mempekerjakan lebih dari seratus pekerja sehingga harus menerapkan sistem manajemen K3 dan untuk menerapkan dan mengembangkan sistem manajemen K3LL disusun program implementasi atau elemen K3LL. SMK3LL merupakan suatu sistem untuk mencapai dan meningkatkan kinerja operasi melalui upaya pengelolaan yang baik yang penerapannya diharapkan dapat mengatur dan mengendalikan dirinya guna mencapai tujuan operasi perusahaan yang aman, andal, efisien , dan berwawasan lingkungan. Instalasi Pengapon yang berada di jalan Pengapon no.114 termasuk dalam wilayah kerja Unit Pemasaran IV Pertamina merupakan salah satu lokasi kerja yang bertugas melakukan penerimaan, penimbunan dan penyaluran BBM dan NBBM. Aktivitas yang berlangsung Insatalasi adalah saat kapal tanker merapat
1
2
kemudian menyalurkan Bahan Bakar Minyak (BBM) ke tangki timbun hingga BBM didistribusikan ke mobil tangki kemudian disalurkan ke konsumen. Selain itu Upms IV Pertamina juga bertanggung jawab atas segala aktivitas yang berkaitan dengan kegiatan perbaikan sarana dan fasilitas pendukung lainnya. UPms IV Pertamina Semarang telah menyusun kebijakan pelaksanaan program Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan (K3LL) untuk mencegah dan mengurangi terjadinya kecelakaan kerja, serta menciptakan tempat kerja yang aman. Untuk mengetahui tingkat efektifitas pelaksanaan program SMK3LL perlu dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaannya. Evaluasi terhadap aktivitas di lingkungan kerja harus dilakukan oleh Pertamina secara terpadu. 2.
Perumusan Masalah Adanya kecelakaan kerja yang terjadi di Instalasi, maka tingkat safety untuk
pekerja harus di tingkatkan lagi. Untuk mencegah dan mengurangi terjadinya kecelakaan kerja, serta menciptakan kondisi kerja yang aman, nyaman, efisien, dan produktif di Instalasi Pengapon maka diperlukan adanya penerapan program SMK3LL, yang merupakan suatu sistem untuk mencapai dan meningkatkan kinerja operasi melalui upaya pengelolaan yang baik yang penerapannya diharapkan dapat mengatur dan mengendalikan dirinya guna mencapai tujuan operasi perusahaan yang aman, andal, efisien, dan berwawasan lingkungan. Kinerja Implementasi SMK3LL perlu dievaluasi untuk mengetahui sampai sejauh mana proses pencapaiannya. Dalam mengevaluasi proses implementasi SMK3LL diperlukan adanya checklist yang dapat digunakan untuk menunjukan secara obyektif sejauh mana proses implementasi program SMK3LL telah dicapai oleh Instalasi Pengapon – Pertamina Upms IV Semarang. Untuk mengendalikan resiko bahaya akan terjadinya kecelakaan agar dapat ditentukan
tindakan
pencegahan
dan
pengendaliannya
maka
diperlukan
identifikasi hazards dan ditentukan nilai resiko dari hazards yang timbul di Instalasi Pengapon. Dengan pendekatan Risk Assessment Code (RCA), dapat dilakukan perangkingan dari hazards yang timbul sehingga diharapkan dapat
3
diketahui hazards yang mempunyai nilai resiko paling tinggi serta dapat dibuatkan sebuah peta bahaya yang mengidentifikasikan lokasi-lokasi bahaya yang ada di Instalasi Pengapon – Pertamina Upms IV Semarang dan berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja. 3.
Tinjauan Pustaka Accident atau kecelakaan adalah suatu keadaan atau peristiwa yang tidak di inginkan yang dapat mengakibatkan kematian, kerugian, atau dapat menurunkan kinerja perusahaan. Termasuk dalam hal ini adalah kejadian tidak aman (hampir celaka, hampir gagal). Bahaya pekerjaan adalah faktor-faktor dalam hubungan pekerjaan yang dapat mendatangkan kecelakaan. Bahaya dikatakan potensial jika belum mendatangkan kecelakaan (Suma’mur, 1987). Menurut Asfahl (1999), keselamatan (safety) berkaitan dengan efek yang akut dari hazards, sedangkan kesehatan (health) berkaitan dengan efek yang kronis dari hazards. Hazards juga melibatkan resiko atau kesempatan, yang berkaitan dengan elemen-elemen yang tidak diketahui (unknown). Macammacam hazards antara lain : bahaya fisik, bahaya kimia, bahaya biologi, bahaya mekanis, bahaya ergonomic, bahaya psikososial, bahaya tingkah laku serta bahaya lingkungan sekitar. Soemanto
(1991)
menyatakan
bahwa
faktor
terbesar
penyebab
kecelakaan adalah faktor manusia maka usaha meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja perlu difokuskan pada pembinaan rasa tanggung jawab dan sikap dalam bekerja. Rasa tanggung jawab perlu dikembangkan, suatu kecelakaan dapat menimpa diri pekerja, teman sekerja, dan dengan sendirinya pihak keluarga juga menanggung akibatnya. Dapat pula kecelakaan terjadi karena ketidaktahuan atau tidak tahu kemungkinan adanya bahaya. 3.1. Perhitungan Tingkat Implementasi Penilaian tingkat implementasi dilakukan dengan mengamati aktivitas kerja secara langsung dan memberikan nilai pada pertanyaan dalam checklist berdasarkan hasil pengamatan, dimana pencapaian tingkat implementasi menggunakan traffic light system.
4
Traffic light system berhubungan erat dengan scoring system. Traffic light system berfungsi sebagai tanda apakah score dari suatu indikator kinerja memerlukan suatu perbaikan atau tidak. Indikator dari traffic light system ini direpresentasikan dengan beberapa warna merah, hiaju ataupun kuning. Adapaun makna dari simbol warna tersebut adalah : • Warna hijau, dimana besarnya pencapaian kinerja antara 85%-100%. Hal ini menyatakan achievement dari suatu indikator kinerja sudah tercapai. • Warna kuning, berarti achievement dari suatu indikator kinerja belum tercapai, meskipun nilainya sudah mendekati target pencapaian kinerja sudah mendekati target. Kisaran nilai indikator kinerja antara 60% – 84%. • Warna merah, menyatakan achievement dari suatu indikator kinerja benar– benar di bawah target yang telah ditetapkan dan memerlukan perbaikan dengan segera. Kisaran nilai indikator kinerja untuk kategori ini adalah 0 – 59%. 3.2. Perhitungan Tingkat Kecelakaan Terdapat beberapa cara yang bisa dipakai untuk menghitung tingkat kecelakaan, yaitu dengan traditional indexes dan incidence indexes. Traditional indexes ini merupakan metode dengan ukuran statistik yang terkenal dengan frekuensi dan luasnya dampak. Frekuensi diukur berdasarkan banyaknya kasus yang terjadi, sedangkan luasnya dampak berdasarkan pada besarnya pengaruh terhadap banyaknya jam kerja yang hilang. Beberapa kecelakaan seperti amputasi, terkadang mengakibatkan hanya sedikit jam kerja yang hilang atau bahkan tidak ada hari kerja yang hilang. Untuk meghindari timbulnya perbedaan dalam penilaian luasnya dampak diperlukan keputusan untuk menetapkan cedera yang permanen. Di sini, yang menjadi acuan utama dalam memutuskan luasnya dampak adalah seberapa sering kematian yang terjadi. Padahal tingkat kecelakaan fatal bukan diukur hanya dari kematian, tetapi juga dari banyaknya kasus dimana pekerja tidak dapat bekerja lagi. Sistem pendataan yang ada sekarang merupakan pengembangan dari sistem lama. Banyaknya kejadian kecelakaan injury / illness di sini meliputi
5
bagaimana perawatan medis yang harus diberikan dan juga dari banyaknya kematian. Sistem inilah yang disebut dengan Incidence Indexes. Kategori besarnya tingkat kecelakaan kerja dapat dilihat dalam tabel 3.1 sedangkan untuk menentukan besarnya pencapaian target terhadap kinerja implementasi program K3LL dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 3.1. Kategori Kecelakaan Kerja
Kategori
Parameter Nilai
Keterangan
Hijau
Terjadi kecelakaan ringan (Injuries)
Luka ringan (Tidak kehilangan hari kerja)
Kuning
Terjadi kecelakaan sedang (Illnesses)
Luka parah atau sakit (Kehilangan hari kerja)
Terjadi kecelakaan berat (Fatalities)
Meninggal / cacat seumur hidup
Merah
Tabel 3.2. Tabel Tingkat Implementasi – Kecelakaan
3.4. Skala Klasifikasi Hazards Asfahl (1999) menyatakan bahwa tidak adanya data pendukung analisa cost-benefit menyulitkan manajer keselamatan dan kesehatan (K3), komite keselamatan, atau pihak pengambil keputusan guna perbaikan program K3. OSHA mengelompokkan dalam 4 kategori hazards sebagai berikut :
6
a.
Imminent danger
b.
Serious violations
c.
Nonserious violations
d.
De minimus violations
Kategori di atas didefinisikan dengan kurang jelas. Kategori Imminent danger mewajibkan OSHA untuk mengeluarkan teguran dari pengadilan Amerika Serikat yang memaksa pemilik usaha agar menghilangkan hazards atau pengadilan akan menghentikan operasinya. Sedangkan De minimus violations hanya pelanggaran teknis yang berpengaruh kecil terhadap keselamatan dan kesehatan dan biasanya tidak dikenakan pinalti keuangan. Hal ini menimbulkan bias dalam menentukan kategori pelanggaran dilakukan. Soemanto (1991) menyatakan bahwa resiko dari suatu kejadian merupakan ukuran tingkat keparahan suatu konsekuensi kecelakaan dan frekuensi kecelakaan dapat terjadi. Penilaian resiko secara kuantitatif (Quantitative Risk Assessment) memerlukan suatu besaran angka yang diperkirakan dari tingkat resiko yang berkaitan dengan bahaya yang diidentifikasi secara spesifik. Asfahl menentukan skala dari 1 hingga 10, dimana ”10” adalah hazards terburuk dan ”1” sebagai hazards yang tidak berarti. Tabel 3. mendeskripsikan secara subjektif setiap 10 level hazards. Definisi tersebut ditentukan berdasarkan 4 tipe hazards : hazards yang dapat menyebabkan kematian (fatal), hazards yang berkaitan dengan kesehatan, hazards dari kebisingan industri, dan hazards yang berkaitan dengan keselamatan / kecelakaan. Namun dari pengaktegorian yang dikemukakan oleh Asfhal ini memungkinkan timbul bias (Perbedaan persepsi). Oleh karena itu digunakan pendekatan risk assessment. 3.5. Pendekatan Risk Assessment Code (RAC) Perangkingan hazards akan lebih berguna jika bobot ditempatkan pada kemungkinan terjadinya kecelakaan atau kejadian. Hazard yang dikatakan fatal jika berdampak yang parah (severe). Studi analisa resiko di mana Angkatan
7
Udara Amerika Serikat telah menetapkan “Risk Assessment Code (RAC)”. Sistem RAC mempertimbangkan 4 level “severity” dan 4 level “mishap probability”, seperti ditunjukkan dalam tabel 3.4. Tabel 3.4. Pengkodean Risk Assesment
Mishap Probability
Severity
I II III IV
A 1 1 2 3
B 1 2 3 4
C 2 3 4 5
D 3 4 5 5
Mishap severity : 1. Kematian atau ketidakmampuan bekerja secara keseluruhan yang permanen, kerugian sumber daya atau kerusakan akibat kebakaran lebih dari $1,000,000. 2. Ketidakmampuan parsial yang permanen, ketidakmampuan bekerja keseluruhan yang sementara yang lebih dari 3 bulan, kerugian sumber daya atau kerusakan akibat kebakaran $200,000 atau lebih tetapi kurang dari $1,000,000. 3. Kecelakaan dengan hilangnya hari kerja, kerugian sumber daya atau kerusakan akibat kebakaran $10,000 atau lebih tetapi kurang dari $200,000. 4. Pertolongan pertama atau perawatan medis sederhana, kerugian sumber daya atau kerusakan akibat kebakaran kurang dari $10,000 atau pelanggaran terhadap persyaratan dalam suatu standar. Mishap probability : A. Kemungkinan terjadi dengan segera atau dalam jangka waktu yang singkat. B. Kemungkinan besar akan terjadi. C. Kemungkinan kecil akan terjadi. D. Mungkin tidak terjadi. Penyusunan RAC :
8
1. “Imminent danger”
: Bahaya yang mengancam.
2. “Serious”
: Bahaya serius.
3. “Moderate”
: Bahaya sedang.
4. “Minor”
: Bahaya kecil.
5. “Negligible”
: Tidak perlu diperhatikan.
Bab 4. Motode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi dapat dijelaskan di bawah ini : 4. 1. Tahap Identifikasi Masalah Tahap ini dilakukan untuk mengetahui permasalahan di Instalasi Pengapon Upms IV Pertamina Semarang dilanjutkan cross check di UPms IV Pertamina Semarang. 4.2. Tahap Pembuatan checklist Kinerja Implementasi SMK3LL Pada tahap ini dilakukan pembuatan checklist kinerja implementasi SMK3LL Pembuatan checklist penilaian kinerja implementasi SMK3LL dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data mengenai kecelakaan kerja yang terjadi yang tentunya pembuatan checklist ini harus disetuji serta dikonsultasikan terhadap pihak-pihak yang erkompeten. 4.3. Tahap Perhitungan Tingkat Implementasi SMK3LL Perhitungan dilakukan dengan menghitung rata-rata nilai yang didapat dari tiap sub elemen, kemudian menghitung rata-rata nilai dari masingmasing elemen kemudian menghitung rata-rata nilai dari masing-masing kategori penilaian untuk mengetahui suatu kategori penilaian termasuk dalam kriteria pencapaian merah, kuning atau hijau maka nilai rata-rata tersebut harus dinormalisasikan dengan rumus normalisasi De Boer. Nilai hasil normalisasi dari semua kategori kemudian dirata-rata sehingga diperoleh satu nilai tunggal, yaitu nilai akhir yang menunjukkan tingkat implementasi program di Instalasi Pengapon. Jika nilai akhir tersebut berada dalam kisaran 85% – 100% maka tingkat implementasi dikategorikan hijau, jika berkisar
9
antara 60% – 84% maka dikategorikankuning dan jika nilainya kurang dari 60% maka dikategorikan merah. 4.4. Penentuan Kategori Kecelakaan Kerja Data sekunder yang dikumpulkan berupa data kecelakaan kerja yang terjadi di Instalasi Pengapon pada periode tertentu. Ketentuan tentang kategori bahaya mengacu pada tinjauan pustaka dimana warna hijau menjelaskan potensi terjadinya kecelakaan ringan, kuning berarti berpotensi terjadi kecelakaan sedang dan merah jika berpotensi terjadi kecelakaan fatal. 4.5. Penentuan tingkat implementasi program SMK3LL Dilakukan dengan memetakan hasil perhitungan tingkat kinerja dan kategori kecelakan kerja ke dalam satu tabel. 4.6. Tahap Perangkingan Hazards Pada tahap ini dilakukan perangkingan terhadap hazards yang timbul di lokasi kerja yang diamati. Langkah awal tahap ini adalah memahami aktivitas yang terjadi di lingkungan kerja, lalu mengidentifikasi dan merangking hazards dengan menggunakan pendekatan risk assessment code. Output yang dihasilkan berupa rangking hazards yang dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan. 4.7. Tahap Analisa dan Interpretasi Pada tahap ini dilakukan analisa dan interpretasi data-data hasil dari pengukuran tingkat implementasi SMK3LL selama di Instalasi Pengapon selain itu juga analisa mengenai rangking hazards. 4.8. Tahap Penarikan Kesimpulan Pada tahap penarikan kesimpulan, didapatkan hasil-hasil dari tahap-tahap sebelumnya. Kemudian diberikan saran terhadap kekurangan yang ada kepada pihak UPms IV Pertamina Semarang maupun pihak-pihak lain yang akan meneruskan penelitian ini. Untuk lebih detailnya dapat dilihat pada flowchart metodologi penelitian di bawah ini :
10 Mulai
Perumusan masalah
Studi pendahuluan
Studi literatur
Penentuan tujuan penelitian
Pembuatan checklist kinerja implementasi SMK3LL
Tahap Identifikasi Masalah
Identifikasi dan perangkingan Hazards dengan Risk Assessment
Data kecelakaan kerja
Pengumpulan Data
Tdk Persetujuan checklist
Penentuan kategori kecelakaan kerja
Ya Pembagian dan pengisian checklist kinerja implementasi SMK3LL Penilaian kinerja implementasi SMK3LL Perhitungan kinerja implementasi SMK3LL
Pengolahn Data
Penentuan tingkat implementasi SMK3LL
Tahap Perangkingan Hazards & Pengukuran Tingkat Implementasi SMK3LL
Analisa dan interpretasi data Kesimpulan dan saran
Selesai
Gambar 4.1 diagram alir metode penelitian
Tahap Penarikan Kesimpulan
11
5. Hasil Penelitian 5.1. Data Kecelakaan Kerja Di bawah ini adalah data kecelakaan kerja yang terjadi selama tahun 2007 di Instalasi Pengapon – UPms IV Pertamina Semarang. Tabel 5.1 Kecelakaan yang terjadi selama tahun 2007 Keterangan Tanggal Penjelasan tentang Hari kerja Kejadian terjadinya kecelakaan Luka/cideera yang hilang
No
21 Februari ’07
1
2
2 Maret ‘07
3
4 Maret ’07
Pada waktu pengisian di Filling set, pekerja yang diatas tangki jatuh akibat vertigo
Pingsan dan memar pada telapak tangan kanan
1 hari
Terpeleset pada waktu pengecekan produk di graffito
Luka lecet pada siku kiri dan lecetlecet pada kaki
Tidak ada
Pada waktu pegecekan di gate keeper, terpeleset karena tidak memakai safety shoes
Luka lecet pada telapak tangan dan kaki
Tidak ada
5.2. Identifikasi Hazard di Lokasi Kerja Identifikasi hazards dilaksanakan langsung di lokasi kerja dibantu oleh kepala tim audit lokasi, pelaksanaanya terdiri atas delapan lokasi kerja, yaitu : Tabel 5.2 Sumber-sumber Bahaya (Hazards) di Instalasi Pengapon
Lokasi Dermaga
Jenis Bahaya Bahaya Tingkah Laku
Tidak mematuhi SOP
Bahaya kimia
Gas pompa produk
bahaya lingkungan sekitar Bahaya lingkungan Tangki Timbun
Bahaya ergonomi Bahaya Tingkah Laku
Pompa Produk Filling Set
Sumber Bahaya
Bahaya fisik Bahaya kimia bahaya lingkungan sekitar Bahaya tingkah laku
Resiko yang terjadi
Kebocoran pipa, pencemaran,ledakan pusing-pusing dan mual
permukaan licin
Terpeleset
sekitar tangga licin tempat kerja berada di ketinggian tertentu dari tanah (>10m)
terpeleset, jatuh jatuh dan meninggal
Tidak menggunakan APD suara bising (>85 db) Gas pompa produk
kebocoran minyak, edakan pusing-pusing dan mual tuli campuran pusing-pusing dan mual
permukaan licin
Terpeleset
Tidak menggunakan APD
terhirup gas
Tidak mematuhi SOP
12
Gudang LPG
Genset
Bahaya mekanis
grade mobil tangki licin
Bahaya kimia
Gas pompa produk
Bahaya Tingkah Laku
Tidak mematuhi SOP
kebocoran gas, ledakan
Bahaya fisik
suara bising (> 85 db) tempat kerja kurang pencahayaan sekitar tidak ada grade
tuli campuran
bahaya listrik
tersengat listrik
Tidak menggunakan APD Tidak mematuhi SOP sekitar permukaan licin (banjir)
terpeleset, jatuh kebakaran , ledakan
Bahaya ergonomi Bahaya lingkungan Bahaya ling.sktr (banjir)
Gate Keeper
Bahaya Tingkah Laku
Kantor
bahaya lingkungan
Terpeleset pusing-pusing dan mual
Jatuh Terpeleset
Terpeleset
5.3. Penilaian Kinerja Implementasi SMK3LL Sebelum dilakukan penilaian kinerja, peneliti melakukan penyusunan checklist penilaian kinerja Implementasi SMK3LL. Checklist ini dibuat dengan mengacu pada standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor : PER.05/MEN/1996 tentang SMK3 serta checklist audit SMK3LL untuk lokasi kerja di lingkungan pemasaran dan niaga Pertamina. Checklist penilaian kinerja diajukan kepada pejabat yang berwenang dalam program implementasi atau elemen K3LL di UPms IV Pertamina untuk disetujui sebelum meninjau di lokasi kerja. Penilaian kinerja implementasi SMK3LL dilakukan oleh masing – masing pejabat yang berwenang adalah orang yang memahami Sistem Manajemen Keselamatan Kesehatan Kerja dan memahami implementasinya di unit kerja yang diukur, yaitu dari Kepala lokasi, Kepala distribusi, Kepala LK3, dan Kepala Pengawas Teknik. Dari perhitungan rata-rata penilaian para responden (kepala LK3, kepala lokasi, kepala distribusi dan pengawas teknik) dapat diketahui masing-masing elemen SMK3LL, seperti pada tabel 5.3 dibawah ini.
13
Tabel 5.3 Nilai Tingkat Implementasi SMK3LL di Pengapon
Pada tabel 5.3 menunjukan pencapaian tingkat implementasi SMK3LL pada Instalasi Pengapon adalah sebesar 76.5 % maka masuk dalam level kuning. Berdasarkan hasil perhitungan tingkat implementasi di atas maka dapat dibuat radar chart tingkat implementasi elemen program SMK3LL dan radar chart pencapaian implementasi SMK3LL di Instalasi Pengapon.
Gambar 5.1 Radar Chart Penilaian Tingkat Kinerja Implementasi SMK3LL di Instalasi Pengapon
14
Gambar 5.2. Radar Chart Pencapaian Implementasi SMK3LL di Instalasi Pengapon
5.4. Penentuan Tingkat Implementasi Program SMK3LL Sesuai dengan hasil yang telah di dapat pada sub bab sebelumnya bahwa pencapaian implementasi program SMK3LL sebesar 76,5% yang berarti masuk pada level KUNING, sedangkan pada kategori kecelakaan kerja berada pada level KUNING, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pencapaian level atau tingkat implementasi program SMK3LL di Instalasi Pengapon adalah level 3 (Hati- hati). Gambaran lebih jelasnya dari pencapaian level implementasi program SMK3LL tampak pada tabel 5.4 di bawah ini.
15
Tabel 5.4. Tabel Tingkat Implementasi - Kecelakaan
5.5. Perangkingan Hazard dengan RAC (Risk Assessment Code Selama ini UPms IV – PERTAMINA Semarang belum melaksanakan metode identifikasi hazards dan prosedur identifikasi bahaya. Dalam melakukan identifikasi bahaya (hazards) data – data atau informasi diperoleh dengan melakukan pengamatan secara langsung di lokasi kerja maupun dengan metode brainstorming dengan pihak-pihak yang terkait. Setelah semua potensi-potensi bahaya teridentifikasi, langkah selanjutnya adalah dengan merangking hazards dengan mempertimbangkan probability severity munculnya hazards tersebut. Dengan menggunakan RAC (Risk Assessment Code) dapat diperoleh rangking hazards yang ditunjukan pada tabel 5.5 di bawah ini.
22
Tabel 5.6. Perangkingan Hazards di Instalasi Pengapon LOKASI
Dermaga
JENIS BAHAYA
Tidak mematuhi SOP
bahaya nimia bahaya lingkungan sekitar bahaya lingkungan sekitar bahaya ergonomi
bahaya fisik bahaya nimia bahaya lingkungan sekitar bahaya tingkah laku bahaya mekanis bahaya kimia
gas pompa produk permukaan licin tangga licin tempat kerja berada di ketinggian tertentu dari tanah (>10m) Tidak mematuhi SOP Tidak menggunakan APD suara bising (85 db) gas pompa produk permukaan licin Tidak menggunakan APD grade mobil tangki licin gas pompa produk
kebocoran minyak, ledakan pusing-pusing dan mual tuli campuran pusing-pusing dan mual terpeleset terhirup gas terpeleset pusing-pusing dan mual
Bahaya tingkah laku
Tidak mematuhi SOP
Kebocoran gas, ledakan
bahaya fisik bahaya ergonomi
tuli campuran Jatuh
bahaya lingkungan sekitar bahaya ling.sktr (banjir) Bahaya Tingkah Laku
suara bising (85 db) tempat kerja kurang pencahayaan tidak ada grade bahaya listrik Tidak menggunakan APD
bahaya lingkungan sekitar
Tidak mematuhi SOP permukaan licin (banjir)
kebakaran , ledakan terpeleset
Bahaya Tingkah Laku
Filling Set Gudang LPG
Genset
Gate Keeper Kantor
RESIKO YG TERJADI
Bahaya Tingkah Laku
Tangki Timbun
Pompa Produk
SUMBER BAHAYA
PROBAILITY A
B
Kebocoran pipa, pencemaran,ledakan pusing-pusing dan mual Terpeleset terpeleset, jatuh jatuh dan meninggal
terpeleset tersengat listrik terpeleset, jatuh
C √
D
SEVERITY I
II
√
IV
√ √ √
√
√
√ √
√
√
√
√
√
√
√
√ √ √ √
√
√ √ √ √
2 √
3
√ √
4 4 3
√ √ √
2 5 2 4 5 4 4 4 2
√
√
5 4 4 2
√
√
RAC 2
√ √ √
√ √
III
√ √
2 4 16
17 22
Dari tabel RAC di atas dapat dilihat bahwa semua lokasi kerja yang berada di Pertamina IV – Unit Instalasi Pengapon tidak ada yang bernilai 1, artinya tidak terdapat bahaya yang dikategorikan sangat serius (imminent danger), namun kategori bahaya yang ada menurut RAC, terdistribusi merata dari yang bernilai 2 (bahaya serius/serious danger) sampai bernilai 5 (negligible danger/ bahaya yang dapat diabaikan). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 5.3 di bawah ini.
17
Gambar 5.3 Radart chart peta bahaya di Upms IV- Pertamina Pengapon Semarang
18 23
6.
Kesimpulan dan Saran
6.1. Kesimpulan •
Dari hasil pengukuran kinerja terhadap implementasi program SMK3LL didapatkan bahwa achievement dari suatu indikator kinerja belum tercapai, meskipun nilainya sudah mendekati target Dari hasil pengukuran didapatkan nilai pencapaian kinerja sebesar 76,5 % masuk dalam level kategori kuning karena masuk dalam range 60%-84%, dan bisa dikatakan cukup.
•
Dalam mengukur dan memetakan keterkaitan antara tingkat implementasi dengan kecelakaan yang terjadi selama periode tahun 2007 dari tabel TIK (Tingkat
Implementasi-Kecelakaan)
di
Instalasi
Pengapon,
tingkat
implementasi SMK3LL sebesar 76,5 % berada pada level 3 (kuning) yang berarti hati-hati. 6.2. Saran • Pembenahan dan peningkatan kinerja pada kategori Penerapan, Bangunan Dan Fasilitas Kerja, Perlindungan Personal, Manajemen Lingkungan, Tinjauan Ulang Dan Peningkatan Oleh Pihak Manajemen yang masih berada dalam kategori pencapaian kuning agar mencapai kategori yang diinginkan yaitu aman (hiaju). •
Segera menerapkan pelaksaan metode identifikasi sumber bahaya mengingat tidak adanya pelaksanaan identifikasi bahaya yang dilakukan di Instalasi
Pengapon.
Selain
itu
juga
perlu
dilakukan
penilaian
resiko/perangkingan sumber bahaya di setiap unit kerja dengan pendekatan Risk Assessment agar bisa diprioritaskan tindakan pengendalian terhadap hazards sehingga bisa mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan kerugian lebih lanjut. •
Melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian yang tepat terhadap setiap hazards yang telah diidentifikasi pada penelitian ini, dengan prioritas ketiga hazards yang mendapat rangking tertinggi di lokasi kerja .
SINOPSIS PENELITIAN LANJUTAN Dari hasil penelitian yang telah Peneliti lakukan, maka perlu adanya penelitian lanjutan agar didaptakan hasil yang lebih maksimal dan terintegrasi sehingga penelitian ini akan lebih bermanfaat lagi terutama bagi peningkatan Kinerja Implementasi Sistem Manajemen Keselamatan Kesehatan Kerja & Lindungan Lingkungan (SMK3LL) di Instalasi Pengapon – Pertamina Upms IV Semarang pada khususnya dan Pertamina pada umumnya. Penelitian ini diharapkan tidak hanya bermanfaat bagi perusahaan Pertamina saja, namun metode yang telah peneliti usulkan bisa diterapkan pada industri lainnya baik besar maupun industri kecil yang ingin meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)-nya, dengan mengadopsinya sesuai dengan kebutuhan industri yang bersangkutan. Dengan diusulkannya Metode Risk Assessment Code (RAC) pada area kerja yang ada, bagaimanakah dampaknya terhadap frekuensi kecelakaan yang terjadi serta kerugian yang ditimbulkan akibat kecelakaan kerja. Bagaimanakah pula kinerja dan produktifitas perusahaan setelah dilakukannya RAC tersebut? Langkah kongkret seperti apakah yang harus dilakukan setelah diterapkannya RAC? Inilah yang perlu diteliti lebih dalam lagi