1 LAPORAN KEPANITERAAN KEDOKTERAN KELUARGA LONG CASE “Gastroenteritis Akut”
Disusun Oleh : Anna Rumaisyah Abidin G4A014015
Pembimbing Fakultas : dr. Diah Krisnansari, M.Si Pembimbing Lapangan : dr. Leni Kurniati Jubaidah
KEPANITERAAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN 2015
2 LAPORAN KEPANITERAAN KEDOKTERAN KELUARGA “Gastroenteritis Akut”
Disusun Oleh : Anna Rumaisyah Abidin G4A014015 Disusun untuk memenuhi laporan kepaniteraan kedokteran keluarga Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto
Disetujui dan Disahkan, Pada tanggal, Juni 2015
Preseptor Lapangan
dr. Leni Kurniati Jubaidah NIP.19721107.200604.2.013
Preseptor Fakultas
dr. Diah Krisnansari, M.Si . NIP.19770202.200501.2.001
3 I. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA Nama Kepala Keluarga : Tn.D Alamat lengkap
: Ds. Banjar Anyar RT 4/3, Kec.Pekuncen, Kab.Banyumas
Bentuk Keluarga
: Nuclear Family
Tabel 1.Daftar Anggota keluarga No Nama Kedudukan L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Pasien Ket Klinik 1 Tn. D Kepala L 50 SMP Buruh T keluarga tahun 2. Ny.S Istri P 37 SD Pedagang T tahun 3. LF Anak P 18 SMP Pelajar Y Pasien tahun Diare 4. MZ Anak L 10 SD Pelajar T tahun Sumber : Data Primer, Juni 2015 Kesimpulan dari karakteristik demografi keluarga Sdr.LF yang berbentuk nuclear family, dimana Sdr. LF sebagai anak pertama dari pasangan Tn. D sebagai kepala keluarga yang bekerja sebagai buruh bangunan, Ny.S sebagai ibu rumah tangga. Saat ini Sdr. LF tinggal bersama keduaorang tua dan adiknya Sdr. MZ.
4 II. STATUS PENDERITA A. PENDAHULUAN Laporan ini diambil berdasarkan kasus yang diambil dari seorang perempuan berusia 18 tahun pada tanggal 14 Juni 2015 dari Pasien rawat inap di Puskesmas Pekuncen Kabupaten Banyumas. B. IDENTITAS PENDERITA Nama
: Sdr. LF
Umur
: 18 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Status
: Belum Menikah
Pendidikan Terakhir
: SMP
Pekerjaan
: Pelajar
Agama
: Islam
Alamat
: Banjar Anyar RT 04/RW 03 Pekuncen
Suku
: Jawa
Kewarganegaraan
: Indonesia
Tanggal periksa
: 14 Juni 2015
C. ANAMNESIS 1. Keluhan utama : BAB cair 2. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang Ke IGD Puskesmas Pekuncen tanggal 14 Juni 2015 dengan keluhan BAB cair sejak 3 jam sebelum masuk IGD puskesmas. BAB cair sebanyak ±6 kali, tiap buang air besar awalnya terdapat ampas tanpa ada lendir dan darah namun setelah buang air kedua hanya air saja yang keluar. Banyaknya sekitar setengah gelas belimbing. Ibu pasien mencoba untuk membuat oralit untuk meringankan buang air besar namun tidak kunjung berhenti. Keluhan lain yang dirasakan saat sebelum BAB cair pasien mengeluhkan perutnya terasa sakit seperti melilit, bahkan saat dan setelah buang air besar masih dirasakan. Mual dan muntah sekitar 5 kali berisi makanan juga dikeluhkan pasien. Pasien juga mengeluhkan kepala pusing seperti ditusuk – tusuk, demam sebelumnya disangkal oleh pasien. Beberapa hari sebelum mengeluhkan BAB cair, pasien mengaku sedang berpergian ke rumah sanak saudara di daerah Brebes dan saat itu
5 pasien makan makanan pedas dan minum-minuman soda. Selain itu pasien juga mengeluhkan perutnya terasa kembung dan penuh. 3. Riwayat Penyakit Dahulu a. Riwayat keluhan yang sama
: disangkal
b. Riwayat mondok
: disangkal
c. Riwayat operasi
: disangkal
d. Riwayat asma
: disangkal
e. Riwayat alergi obat
: disangkal
f. Riwayat alergi makanan
: disangkal
g. Riwayat pengobatan
: konsumsi oralit 1 kali
4. Riwayat Penyakit Keluarga a. Riwayat keluhan sama : diakui (ibu pasien) b. Riwayat alergi obat
: disangkal
c. Riwayat alergi makanan : disangkal 5. Riwayat Sosial dan Exposure a.
Community Rumah pasien berada di daerah yang padat penduduk dan dekat dari jalan raya. Jarak antar rumah di lingkungan tersebut sekitar 2 sampai 3 meter. Lingkungan sekitar tempat tinggal pasien jalan beraspal
b.
Home Pasien tinggal bersama dengan kedua orang tua dan seorang adik laki-laki. Dinding rumah pasien terbuat dari tembok, lantai sebagian ada yang terbuat dari ubin mulai dari halaman depan sampai dapur sebagian lagi beralas tanah, atap rumah terbuat dari genteng serta eternit menggunakan anyaman bambu. Jumlah jendela untuk ventilasi hanya 2 yang ada di bagian depan rumah dan pencahayaan kurang cukup, namun jarang dibuka oleh pasien. Rumah terdiri dari 2 kamar tidur, ruang tamu, ruang tengah, 1 dapur dan
kamar mandi yang saling berdekatan. Sumber air untuk
kebutuhan sehari-hari berasal dari PAM, sehingga sumber air minum pun keluarga menggunakan air pam dan dimasak kembali. Ruangan didalam rumah tidak begitu lembab dan cukup bersih c.
Hobby Pasien tidak memiliki hobi yang khusus
d.
Occupational
6 Pasien adalah seorang pelajar, setelah kelas 2 SMP pasien segera pindah ke pondok pesantren Nuurul Quran di Bukateja,Purbalingga hingga lulus SMP dan tidak melanjutkan lagi ke pendidikan menengah atas. Saat ini pasien masih menjadi santri di pondok pesantren tersebut. e.
Personal habbit Pasien lebih sering menghabiskan waktu di pondok pesantren dan lebih sering mengkonsumsi makanan yang ada di pondo, dan pasien mengakui bahwa pasien suka telat saat makan. Pasien juga sering makan makanan pedas seperti sambal saat makan. f. Drug Pasien pertama kali mengkonsumsi oralit, sebelumnya pasien tidak pernah mengkonsumsi obat jika sakit perut karena pasien memiliki riwayat sakit lambung g. Diet Pasien makan setiap hari di pondok sebanyak 2 kali sehari makan berasal dari kantin di pondok. Makan yang dimakan terdiri dari nasi, lauk seperti tempe, telur serta sayursayuran. 6. Riwayat gizi Pasien kesehariannya makan dua kali sehari. Ketika awal sakit pasien kurang memiliki nafsu makan. Namun beberapa hari setelah pengobatan, makan mulai teratur kembali 7. Riwayat Psikologi Pasien termasuk orang yang memiliki sifat pemalu. Saat sakit pasien menahannya dan akhirnya ibu pasien yang memaksa pasien untuk dibawa ke puskesmas. Pasien jarang pulang ke rumah karena jadwal dari pondok pesantren yang memberikan waktu libur dua kali dalam setahun yaitu saat Maulud Nabi dan libur lebaran sehingga pasien jarang berinteraksi dengan tetangga disekitarnya dan pasien lebih sering berada di rumah apabila mendapat jadwal libur. 8. Riwayat Ekonomi Pasien berasal dari keluarga ekonomi kelas menengah ke bawah dengan orangtua pasien yaitu ayah sebagai buruh bangunan dengan penghasilan tiap bulan sekitar Rp500.000 per bulan. 9. Riwayat Demografi Hubungan pasien dengan anggota keluarga yang lain dapat dikatakan harmonis, namun karena pasien jarang pulang kerumah. Orangtua pasien beberapa kali menjenguk pasien di pondok pesantren.
7 10. Riwayat sosial Hubungan dengan orang tua terjalin baik, hubungan pasien dengan tetangga sekitar baik walaupun jarang mengikuti kegiatan bila ada perkumpulan warga. 11. Review of system a.
Keluhan Utama
: BAB cair >6kali
b.
Kulit
: tidak ada keluhan
c.
Kepala
: Simetris, ukuran normal, sakit kepala(+)
d.
Mata
: tidak ada keluhan
e.
Hidung
: tidak ada keluhan
f.
Telinga
: tidak ada keluhan g. Mulut
:
h.
Tenggorokan
: tidak ada kleuhan
i.
Pernafasan
: tidak ada keluhan
j.
Sistem Kardiovaskuler
: tidak ada keluhan
tidak ada keluhan
k. Sistem Gastrointestinal
:
Mual
(+),
kembung (-), nyeri perut bagian atas (+),BAB cair (+), ampas (-), lendir/darah (-) l.
Sistem Muskuloskeletal
: Lemas (+)
m.
Sistem Genitourinaria
: Buang air kecil normal
n.
Ekstremitas
: tidak ada keluhan
: Atas Bawah
: tidak ada keluhan
D. PEMERIKSAAN FISIK 1. Keadaan Umum Sedang, kesadaran Compos Mentis 2. Status gizi a.
BB
: 50 kg
b.
TB
: 155 cm
Kesan status gizi
: Baik (IMT 20.8 kg/m2)
3. Tanda Vital a. Tekanan darah : 90/60 mmHg b. Nadi
:80 x /menit, reguler
c. RR
: 16 x /menit
d. Suhu
: 36,50C
8 4. Kepala
: Bentuk simetris, mesosefal 5. Rambut : Warna hitam, distribusi merata, dan tidak mudah dicabut 6. Kulit : Sianosis (-), turgor kulit kembali cepat (<1 detik), ikterus (-) 7. Mata : Edema palpebra (-/-), konjunctiva anemis (-/-), sklera
8. Telinga 9. Hidung
ikterik (-/-), air mata (+), mata cekung (-/-) : Bentuk simetris, discharge (-) : Nafas cuping hidung (-), discharge (-) 10. Mulut : Bibir sianosis (-), mulut basah (+), Lidah kotor (-), mukosa lidah Merah muda (+). 11. Tenggorokan : Tonsil membesar (-) dan radang (-) 12. Leher : Deviasi trakea (-), JVP (+) normal, pembesaran kelenjar limfe (-) 13. Thoraks
:
Bentuk simetris normal, benjolan (-),
retraksi (-), ketinggalan Gerak (-), Suara dasar vesikuler +/+, RBK -/Jantung Inspeksi
: Benjolan (-), tanda radang (-), jejas (-), dan lesi (-).
Auskultasi
: Bunyi jantung normal, murmur (-), gallop (-)denyut jantung reguler
Palpasi
: Kardiomegali (-), nyeri tekan (-)
Perkusi
: Normal redup
Pulmo Inspeksi
: Bentuk dada normal simetris, retraksi (-), gerakan parusimetris, benjolan (-), tanda radang (-), jejas (-), lesi (-)
Palpasi
: Nyeri tekan (-), retraksi (-)
Perkusi
: Sonor di seluruh lapang paru kanan dan kiri
Auskultasi
: Vesikular normal, wheezing (-)
13. Punggung
: Skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-)
14. Abdomen Inspeksi
: Datar, asites (-), benjolan (-), lesi (-), jejas (-), tanda radang (-)
Auskultasi
: Bising usus (+) meningkat
Palpasi
: Nyeri tekan (+) epigastrum, hepar dan lien tidak teraba
Perkusi
: Timpani
15. Genitalia
: Tidak dilakukan
9 16. Anorektal
: Tidak dilakukan
17. Ekstremitas Superior
: Edema (-/-), jejas (-/-), akral dingin (+/+)
Inferior
: Edema (-/-), jejas (-/-), akral dingin (+/+)
E. Pemeriksaan Penunjang F. Resume Seorang perempuan berusia 18 tahun dengan keluhan utama BAB cari sejak 3 jam sebelum masuk IGD puskesmas Pekuncen. Pasien merupakan pasien rawat inap di Puskesmas Pekuncen. BAB cair dirasakan 3 jam sebelum masuk IGD puskesmas, mual muntah serta perut sakit dirasakan pasien. Pasien saat ini lebih banyak tinggal di pondok pesantren, namun saat liburan pasien pulang kerumah. Selain pasien, ibu pasien juga mengalami hal keluhan yang sama. Sebelumnya pasien dan keluarga berpergian ke rumah saudara di Brebes dan mengkonsumsi soda serta buah. Kebiasaan pasien yang suka makan sambal memicu kondisi pasien beberapa hari sebelum sakit mengalami perut kembung. G. Diagnosis Holistik 1. Aspek personal Sdr. LF usia 18 tahun tinggal bersama orangtua dan adik dengan bentuk keluarga nuclear family. Sdr LF menderita Gastroenteritis Akut a. Idea
:
Pasien berpikir bahwa dengan berobat penyakitnya bisa
sembuh total b. Concern
: Pasien merasa penyakit tersebut agak mengganggu
aktivitas sehari-harinya c. Expectacy
: Pasien mempunyai harapan penyakitnya segera
sembuh agar dapat kembali seperti biasa d. Anxiety : Pasien pada awalnya merasa cemas pada penyakitnya, namun setelah memulai pengobatan pasien merasa tidak begitu cemas. Pasien mengerti bahwa penyakit ini dapat disembuhkan. 2. Aspek klinis Diagnosis kerja : Gastroenteritis Akut
10 3. Aspek faktor intrinsik Penyakit tampak mengganggu psikologis pasien, hal itu dapat diketahui dari pasien yang menceritakan kekhawatirannya akan kesembuhan. Selain itu pasien pun merasa kesepian karena keluarga pasien jauh dan jarang bertemu. 4. Aspek faktor ekstrinsik Pasien tinggal di lingkungan padat penduduk dalam lingkungan yang jalan sudah berasapal. Ventilasi cukup dan jendela dibuka tiap pagi. Pendidikan pasien hanya sampai SMP, sehingga pengetahuan mengenai penyakitnya kurang. 5. Aspek skala penilaian fungsi sosial Pasien mempunyai aspek skala penilaian 2, pasien mampu melakukan pekerjaan ringan sehari-hari di dalam dan di luar rumah. H. Penatalaksaan Non Medika mentosa 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Istirahat yang cukup Minum obat secara teratur Penjelasan tentang penyakit Gastroenteritis pada keluarga dan edukasi pasien Mengatur pola makan yang baik Dukungan psikologis Makan makanan yang bergizi (tidak mengandung asam dan pedas)
Medikamentosa 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. I.
Inj. Ampicilin 2x1 gr Loperamid extra Domperidon 1 Tab Paracetamol 500 mg 3 x 1 tab Domperidon 10 mg 3 x 1 tab Zink 20 mg 1 x 1 tab Drip Vertiform 1 amp (ekstra)
FOLLOW UP Senin, 15 Juni 2015 S : BAB cair (+), terdapat ampas, lendir/darah (-), mual, muntah O :Keadaan umum tampak sedang, mata cekung (-), air mata (+), mulut basah, tidak tampak haus, turgor kulit kembali cepat (<1 detik), nyeri tekan epigastrik Tanda vital : T : 100/60
RR: 18 x/menit
N : 86 x/menit
S :36,70C
A : Gastroenteritis Akut
11 P : Terapi medikamentosa, non medika mentosa selain itu juga dilakukan dukungan psikologis, Senin, 16 Juni 2015 S : BAB cair (-) sudah padat, perut sakit dan perih. O :Keadaan umum tampak sedang, mata cekung (-), air mata (+), mulut basah, tidak tampak haus, turgor kulit kembali cepat (<1 detik), nyeri tekan epigastrik Tanda vital T : 120/70
RR : 20 x/menit
N : 80 x/menit
S : 36.30C
A : Gastroenteritis Akut P : Terapi medikamentosa, non medika mentosa selain itu juga dilakukan penjelasan mengenai cara mencegah terjadinya penyakit ini berulang Kamis , 18 Juni 2015 S : Badan lemas O :Keadaan umum tampak sedang, nyeri tekan epigastrik (-) Tanda vital T : 110/70
RR : 20 x/menit
N : 84 x/menit
S : 36 0C
A : Gastroenterotis Akut P : Terapi medikamentosa, non medika mentosa selain itu juga dilakukan penjelasan mengenai cara mencegah terjadinya penyakit yang diderita, serta edukasi menegnai perilaku hidup bersih dan sehat Sabtu, 20 Juni 2015 S : Badan tidak lemas, buang air lancar tidak cair, mual mulai berkurang. O : Keadaan umum sehat, nyeri tekan epigastrik (-) Tanda Vital T : 110 / 60
RR : 21 x / menit
N : 72 x/ menit
S
: 35 °C
A : Gastroenteritis Akut P : nonmedikamentosa mengenaik penjelasan mengenai tentang penyakit yang diderita serta edukasi pola makan.
12
I. Flow Sheet Nama : Sdr. LF Diagnosis : Gastroenteritis Akut Tabel 2.1 Flow Sheet No Tanggal Problem 1. 15-06-2015 BAB cair, mual, muntah 2. 16-06-2015 Kadang batuk berdahak 3.
18-06-2015
Kadang batuk berdahak
4.
20 -06-2015 Badan tidak lemas, BAB lancar tidak cair, mual tidak ada
Tanda vital TD : 100/60 mmHg N : 86 x/menit RR: 18 x/ menit S : 36,7 o C TD : 120/70 N : 80x/menit RR: 20 x/ menit S : 36.3 o C TD : 110/70 N : 84x/menit RR: 20 x/ menit S : 36o C TD: 110/60 N: 72x/menit RR : 21x/menit S: 35°C
Plan Terapi medikamentosa
Target Menyembuhkan dan mencegah kekambuhan
Terapi medikamentosa
Menyembuhkan dan mencegah kekambuhan
Terapi medikamentosa
Menyembuhkan dan mencegah kekambuhan
Terapi Non medikamentosa
Mencegah kekambuhan
K. Master of Problem List Tabel 2.2 Master of Problem List MASTER PROBLEM LIST Prob Approx. Date Active Problems Inactive/Resolved lem Date of Problem Problems Num Onset Recorded ber 1.
2015
16-06-2015
Gastroenteritis Akut
Date Resolved
13 III.IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA A. FUNGSI HOLISTIK 1.
Fungsi Biologis Keluarga Sdr. LF (18 tahun) merupakan keluarga dengan bentuk nuclear family. Sdr. LF saat ini tinggal bersama kedua orang tua yakni Tn. D (50 tahun) dan Ny. S (37 tahun) dan 1 adik laki – lakinya Sdr.MZ (10 tahun).. Saat ini pasien dan ibu pasien baru kali ini mengalami penyakit ini
2.
Fungsi Psikologis Sdr.LF tinggal bersama dengan kedua orang tuanya dan adik laki – lakinya. Ayah pasien yakni Tn. D bekerja sebagai buruh kayu yang saat ini bekerja di sekitar Kecamatan Pekuncen, namun beberapa tahun lalu Tn. D bekerja hingga ke luar kota seperti daerah Jakarta dan Kalimantan. Sehingga, jarang sekali pulang ke rumah. Sedangkan Ny. S berdagang pecel keliling di sekitar desa Banjar Anyar tiap pagi hingga sore hari, dan pasien pun tinggal di pondok pesantren sehingga komunikasi tetap berjalan walaupun tidak begitu intens apabila pasien berada di rumah.
3.
Fungsi Sosial Sdr. LF kurang aktif apabila ada kegiatan di wilayah sekitar, pasien cenderung pemalu dan jarang bermain dengan teman di luar rumah. Sehingga pasien lebih sering dikunjungi teman – temannya dan bermain di rumah. Namun, bila ada pengajian sesempat mungkin pasien menghadiri acara tersebut bila pasien pulang ke rumah. Saat pulang kerumah, pasien lebih senang menghabiskan waktu berada di rumah dan di kamar.
4.
Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan Pasien seorang pelajar sehingga pasien medapatkan kebutuhan uang dari ayah pasien yaitu sekitar Rp.500.000 adanya tambahan dari hasil dagang ibu pasien dari hasil jualan pecel sekitar Rp. 100.000 - 150.000/hari. Biaya pengobatan pasien di Puskesmas menggunakan BPJS Jamkesmas. Pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari dari orang tua pasien dirasa cukup.
14 B. FUNGSI FISIOLOGIS (A.P.G.A.R SCORE) Untuk menilai fungsi fisiologis keluarga ini digunakan A.P.G.A.R SCORE dengan nilai hampir selalu = 2, kadang = 1, hampir tidak pernah = 0. A.P.G.A.R SCORE disini akan dilakukan pada masing-masing anggota keluarga dan kemudian dirata-rata untuk menentukan fungsi fisiologis keluarga secara keseluruhan. Nilai rata-rata 1-5 = jelek, 5-7 = sedang, 8-10 = baik. Tabel 3.1 Nilai APGAR dari Sdr. LF (Penderita) A.P.G.A.R Ny.K terhadap keluarga
A
Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama Total poin = 9
Hampir selalu
Kadangkadang
Hampir tidak pernah
Tabel 3.2 Nilai APGAR dari Tn. D (Ayah penderita) A.P.G.A.R Tn.D Terhadap Keluarga
A
P
G
Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya Saya puas dengan cara keluarga saya menerimadan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah
Hampir selalu
Kadangkadang
Hampir tidak pernah
15 hidup yang baru A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama Total poin = 8
Tabel 3.3 Nilai APGAR dari Ny. S (Ibu penderita) A.P.G.A.R Ny.S terhadap keluarga
Hampir selalu
Kadangkadang
Hampir tidak pernah
Kadang-
Hampir
A
Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama Total poin = 10
Tabel 3.4 Nilai APGAR dari Sdr.M (Adik penderita) A.P.G.A.R Ny.S terhadap keluarga
Hampir
16 selalu A
Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama Total poin = 10
kadang
tidak pernah
A.P.G.A.R SCORE keluarga pasien = (8+9+10+10)/4 = 9.45 Kesimpulan : fungsi fisiologis keluarga pasien baik Secara keseluruhan total poin dari A.P.G.A.R keluarga pasien adalah 37, sehingga ratarata A.P.G.A.R dari keluarga pasien adalah 9.45. Hal ini menunjukkan bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga pasien dalam keadaan baik.
17 C. FUNGSI PATOLOGIS (S.C.R.E.E.M) Fungsi patologis dari keluarga Sdr.LF dinilai dengan menggunakan S.C.R.E.E.M sebagai berikut : Tabel 3.2. SCREEM SUMBER Social
Cultural
Religion
Economic
Education
Medical
PATOLOGI KET Interaksi sosial yang baik antar anggota keluarga juga + dengan saudara, partisipasi pasien dalam kegiatan kemasyarakatan kurang aktif. Penderita menghabiskan waktunya di rumah apabila pulang dari pondok pesantren. Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, hal ini dapat dilihat dari pergaulan sehari-hari baik dalam keluarga maupun di lingkungan, banyak tradisi budaya yang masih diikuti. Mengikuti acara-acara yang bersifat pengajian, sunatan, dll. Menggunakan bahasa jawa, tata krama dan kesopanan. Pemahaman agama cukup. Penerapan ajaran juga baik, hal ini dapat dilihat dari penderita dan keluarga yang rutin menjalankan sholat lima waktu, serta ayah pasien yang juga mengajar di mushola dekat rumah Ekonomi keluarga ini tergolong menengah ke bawah, untuk kebutuhan primer sudah bisa terpenuhi, meski belum mampu mencukupi kebutuhan sekunder rencana ekonomi tidak memadai, diperlukan skala prioritas untuk pemenuhan kebutuhan hidup. Pendidikan anggota keluarga khususnya orang tua + renda.Pendidikan dan pengetahuan dari penderita serta SMP. Penderita belum mengerti sepenuhnya mengenai penyakit yang diderita dan bahayanya. Dalam mencari pelayanan kesehatan keluarga + menggunakan pelayanan puskesmas dan menggunakan kartu Jamkesmas (BPJS) untuk berobat. Penderita mengaku ketika sakit akan mencoba untuk mengobati sendiri terlebih dahulu.
Keterangan :
Sosial (+) artinya penderita kurang berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya. Education (+) artinya Sdr LF masih memiliki pengetahuan yang kurang, khususnya mengenai penyakit yang diderita
Medical (+) artinya Keluarga Sdr LF menggunakan kartu Jamkesmas (BPJS) dalam memperoleh pelayanan kesehatan.
Kesimpulan :
18 Dalam keluarga Sdr.LF fungsi patologis yang positif adalah social, education dan medical. D. GENOGRAM Alamat
: Banjar Anyar RT 4RW 3 Kecamatan Pekuncen Kabupaten Banyumas - Jawa Tengah
Bentuk Keluarga : Nuclear Family
Keterangan : = pasien Gastroenteritis Akut = tinggal 1 rumah = meninggal Sumber : Data primer, Juni 2015 Kesimpulan : Dari genogram keluarga Sdr.LF ada anggota keluarga yang memliki keluhan sama yaitu ibu Pasien
E. Informasi Pola Interaksi Keluarga
19
Tn. D
Ny. S
Sdr LF
Sdr MZ
Sumber : Data Primer,Juni 2015 Keterangan :
hubungan baik
Kesimpulan : Hubungan antara anggota keluarga di keluarga dinilai harmonis dan saling mendukung.
20 IV. IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN A. Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku 1. Faktor Perilaku Perilaku di dalam keluarga Sdr. LF ini sebagian besar dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan pengetahuan pada anggota keluarga, terutama perilaku yang berhubungan dengan kesehatan. Keluarga ini menyadari arti penting kesehatan, namun hal ini dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan di bidang kesehatan. Pasien memiliki kebiasaan tidak tepat waktu saat makan, memiliki kebiasaan menkonsumsi sambal sebagai pelengkap makanan, serta mengkonsumsi minuman soda. Pengetahuan pasien mengenai penyakit gastroenteritis atau biasa disebut dengan muntaber ini masih kurang, saat pasien mengalami gejala buang – buang air dan muntah serta mual sampai berkali kali pasien tetap ingin dirawat di rumah dan tidak mau dibawa ke puskesmas. Pasien hanya mengetahui bila di obati dengan obat diare saja dan minum oralit akan sembuh. Namun karena paksaan dari ibu pasien untuk segera dibawa ke puskesmas akhirnya pasien menuruti saran ibunya. 2. Faktor Non Perilaku Dipandang dari segi ekonomi, keluarga ini termasuk keluarga menengah ke bawah. Keluarga ini memiliki sumber penghasilan dari ayah pasien yang bekerja sebagai buruh kayu dan ibu pasien sebagai pedagang pecel keliling. Rumah yang dihuni keluarga ini berada di lingkungan padat penduduk dengan jalanan terdiri dari jalan aspal. Jarak antar rumah satu dengan yang lain hanya berjarak 10 – 15 meter. Lingkungan sekitar rumah juga banyak terdapat kandang ayam di tiap rumah. Dinding rumah pasien terbuat dari tembok, sebagian beralas ubin namun sebagian lagi beralas tanah, atap rumah terbuat dari genteng dan memiliki eternit dari anyaman bambu. Ruang ventilasi cukup, dan dibuka jendela pada pagi hari agar matahari dapat masuk. Bagian rumah belakang dekat dapur terdapat banyak tumpukan tumpukan peralatan seperti meja, peralatan masak, dan kayu – kayu karena belum sempat dibersihkan. Keluarganya ada yang mengalami keluhan yang sama dengan pasien. Pasien kurang memperhatikan kesehatannya, apabila pasien sakit biasanya tidak langsung dibawa ke puskesmas. Sebisa mungkin diobati sendiri dulu sakit yang diderita. Jarak antara kamar mandi dan dapur juga sangat dekat kaena bersebelahan. Makanan yang sudah dimasak oleh ibu pun di taru di dapur dengan ditutupi tanpa tudung saji namun dengan menggunakan piring.
21
22 Diagram 3. Faktor Perilaku dan Non Perilaku Lingkungan: Lingkungan rumah cukup bersih
Pengetahuan : Pasien kurang memahami penyakitnya
Sikap: Perhatian keluarga terhadap penyakit penderita cukup baik
Keluarga Sdr LF
Keturunan: Dari keluarga ibu pasien mengalami keluhan yang sama
Tindakan Dibawa kedokter setelah pasien mengalami keluhan lebih berat
Pelayanan Kesehatan: Jika sakit berobat ke puskesmas
Individu: Kebiasaan pasien telat makan, dan mengkonsumsi minuman soda, sambal : Faktor Perilaku : Faktor Non Perilaku
A. Identifikasi Lingkungan Rumah 1. Gambaran Lingkungan Keluarga ini tinggal di sebuah rumah berukuran kurang lebih 70 m2 didaerah padat penduduk. Rumah ini mempunyai 1 lantai. Pasien dan keluarganya tinggal di pedesaan dengan bentuk bangunan tidak bertingkat. Rumah pasien dihuni oleh 3 orang penghuni yaitu pasien beserta orang tua dan adiknya. Lantai rumah pasien sebagian terbuat dari ubin dan sebagian masih beralaskan tanah. Dinding terbuat dari tembok, atap terbuat dari genteng menggunakan eternit. 2. Denah Rumah
23 Di dalam rumah pasien terdapat 5 buah ruangan terdiri dari ruang tamu, 2 kamar tidur serta ruang tengah, kamar mandi yang bersebelahan dengan dapur, Jumlah jendela sebagai tempat ventilasi cukup, pasien selalu membuka jendela tiap pagi khususnya jendela di ruang tamu.Bagian belakang keat dapur ada ruangan kosong yaitu dapur kotor dengan tungku dan tumpukan kayu.Sumber air yang digunakan berasal dari PAM, dan air sudah jernih. D
B
Tampak depan Keterangan : A = Ruang tamu B = Kamar tidur C = Km.Mandi D = Dapur bersih E = Dapur kotor F= ruang tengah
V. DAFTAR MASALAH DAN PEMBINAAN KELUARGA
24
A.
Masalah medis : Gastroenteritis Akut B. Masalah non medis : 1. Sdr LF kurang paham mengenai penyakitnya 2. Kebiasaan Sdr LF mengkonsumsi makanan pedas dan minuman soda. 3. Tingkat pengetahuan keluarga Sdr.LF tentang kesehatan kurang. C. DIAGRAM PERMASALAHAN PASIEN (Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada dengan faktorfaktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien)
1.Sdr LF kurang paham mengenai penyakitnya
biasaan Sdr LF mengkonsumsi makanan pedas dan minuman soda 3. Tingkat pengetahuan keluarga Sdr LF tentang kesehatan kurang Sdr LF 18 th GEA
25 D. MATRIKULASI MASALAH Prioritas masalah ini ditentukan melalui teknik kriteria matriks. (Azrul, 1996) Tabel 5.1 Matrikulasi masalah N.
1. 2.
3.
Daftar Masalah
I
T
P
S
SB
Sdr LF kurang paham mengenai penyakitnya Kebiasaan Sdr LF mengkonsumsi makanan pedas dan minuman soda
5
4
5
4
4
5
4
Tingkat keluarga tentang kurang
4
4
4
pengetahuan Sdr LF kesehatan
R Mn
Jumlah IxTxR Ma
4
M o 4
5
32000
3
3
3
3
6480
3
3
3
3
5184
Keterangan : I
: Importancy (pentingnya masalah)
P
: Prevalence (besarnya masalah)
S
: Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)
SB
: Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah)
T
: Technology (teknologi yang tersedia)
R
: Resources (sumber daya yang tersedia)
Mn
: Man (tenaga yang tersedia)
Mo
: Money (sarana yang tersedia)
Ma
: Material (pentingnya masalah)
Kriteria penilaian : 1
: tidak penting
2
: agak penting
3
: cukup penting
4
: penting
5
: sangat penting
E. PRIORITAS MASALAH Berdasarkan kriteria matriks diatas, maka urutan prioritas masalah keluarga Ny. K adalah sebagai berikut :
26 1. Sdr LF kurang paham mengenai penyakitnya 2. Kebiasaan Sdr LF mengkonsumsi makanan pedas dan minuman soda. 3. Tingkat pengetahuan keluarga Sdr.LF tentang kesehatan kurang. F. RENCANA PEMBINAAN KELUARGA 1.
Tujuan Tujuan Umum Setelah diberikan konseling mengenai Gastroentertis diharapkan penderita dan keluarganya lebih memahami dan mengetahui menangani penyakit tersebut. Tujuan Khusus : Setelah diberikan konseling mengenai Gastroenteritis diharapkan penderita beserta keluarganya dapat : a. Mengetahui tentang pengertian Gastroenteritis. b. Mengetahui tentang penyebab utama dari gastroenteritis. c. Mengetahui cara pencegahan gastroenteritis. d. Mengetahui penanganan awal apabila terjadi gastroenteritis.
2. Materi Edukasi kepada pasien beserta keluarganya mengenai pengertian penyebab, oencegahan serta penanganan awal dari gastroenteritis 3. Cara pembinaan Pembinaan dilakukan di rumah pasien dalam waktu yang telah ditentukan bersama. Pembinaan dilakukan dengan cara memberikan konseling kepada pasien dan keluarga, dalam suatu pembicaraan santai sehingga pesan yang disampaikan dapat diterima oleh pasien dan keluarga. 4. Sasaran Sasaran dari pembinaan keluarga ini adalah pasien dan keluarganya. 5. Target Waktu Hari/ Tanggal : Sabtu, 20 Juni 2015 Tempat: Desa Banjar Anyar RT4/3 Kec. Pekuncen Waktu
: 17:00 WIB
27 6. Cara Evaluasi Evaluasi dilakukan dengan memberikan 4pertanyaan berdasarkan materi yang disampaikan kepada pasien. Apabila pasien dapat menjawab pertanyaan yang diajukan, maka dapat disimpulkan sudah mengetahui dan memahami materi.Sdr LF dapat menjawab 4 pertanyaan, sehingga tingkat keberhasilannya adalah 100%. Kesimpulan : Prioritas masalah yang diambil adalah kurang pahamnya pasien mengenai penyakitnya dan kebiasaan mengkonsumsi makanan pedas dan minuman soda. Pembinaan Keluarga Yang Telah Dilakukan Tanggal 18 Juni 2015
20Juni 2015
Kegiatan yang dilakukan
Anggota keluarga yang terlibat 1. Mengkaji pengetahuan pasien Pasiendan ibu tentang penyakit pasien Gastroenteritis Akut (GEA) 2. Memberikan penjelasan tentang : Pengerti an GEA Penyeba b GEA Tanda dangejalaGEA Pencega han terjadi GEA Makana n yang baik dikonsumsi 3. Menganjurkan pasien untuk periksa Puskesmas apabila sudah ada tanda-tanda dari GEA sejak awal 1. Menanyakan ulang apa saja Pasien yang telah dijelaskan. 2. Menjelaskan kembali apa yang belum atau pasien lupa tentang yang sudah dijelaskan
Hasil kegiatan Pasien memahami apa yang telah disampaikan mengenai GEA
Pasien sudah mengerti tentang apa yang di anjurkan
28
VI. TINJAUAN PUSTAKA A. Gastroenteritis Akut (GEA) Gastroenteritis atau biasa disebut diare akut adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau (setengah padat). Kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200ml/24 jam dan berlangsung kurang dari 15 hari. Sedangkan menurut World Gastroenterology Organization global guidelines 2005, diare akut didefinisikan sebagai pasase tinja yang cair / lembek dengan jumlah lebih banyak dari normal, berlangsung kurang dari 14 hari (Simadibrata & Daldiyono, 2009). B. Etiologi (Simadibrata, 2008) : 1. Infeksi a.
Virus
(30-40%)
:
Rotavirus,
Norwalk virus b.
Bakteri dan parasite (20%-30% diare) : Campylobakter jejuni, Salmonella, Shigella, E.coli (30% diare infektif berdarah), Entamoeba
c. d.
Helminth : Strongyloides Infeksi lain :ototis media, sepsis, penyakit menular seksual
2. Non Infeksi a.
Diare osmotic : pada diare ini
Natrium tinja rendah ( 30-40 mEq/L), diare air, disebabkan kerusakan microvilli usus, obat atau makanan / minuman yang hiperosmotik sehingga terjadi diare b.
Diare sekretorik : pada diare ini Natrium tinja tinggi (60-120 mEq/L), diare air disebabkan laksans yang
c.
meningkatkan sekresi usus, infeksi, dan lain – lain. Penyebab obstruksi usus, asupan toksik, keadaan inflamatorik dan alergi (intoleransi laktosa, spru seliak, efek samping obat).
B. Pathogenesis 1.
Diare Osmotik (Berhman et al., 2000 ; Suharyono et al., 2014)
29 Penyebab dasar, kelainan non infeksi yang mengganggu morfologi mukosa usus halus adalah gangguan imunologi.Kelainan yang mengenai morfologi mukosa bisa menyebabkan diare osmotik maupun sekretorik, tergantung pada tingkat cedera villi dan panjangnya usus yang terkena. Gangguan morfologi mukosa usus halus ini dapat menyebabkan diare osmotik akibat hilangnya permukaan absorbsi usus serta perubahan fungsi pada kapasitas absorbsi sepanjang unit kripta-vilus akibat meningkatnya pergantian epitel.Upaya kompensasi untuk pembaruan epitel bisa mengakibatkan naiknya angka migrasi ke atas unit kripta-vilus sehingga sel imatur menempati vilus apikal. Diare osmotik biasanya disebabkan oleh solute yang sulit diabsorbsi di dalam usus. Makanan yang tidak diserap atau tidak dicerna, misalnya laktosa (dari susu) merupakan makanan yang baik bagi bakteri. Di dalam usus besar, laktosa ini akan difermentasikan oleh bakteri anaerob menjadi molekul yang lebih kecil, misalnya H 2, CO2, H2O dan sebagainya dan menyebabkan tekanan osmotik di dalam lumen usus meningkat. Keadaan dalam lumen usus yang hiperosmoler akan menyebabkan terjadinya pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus yang diikuti oleh peningkatan peristaltik usus (hiperperistaltik) sehingga timbul diare.
2. Diare Sekretorik (Suahryono et al., 2014) Sekresi usus yang disertai sekresi ion secara aktif merupakan faktor penting pada diare sekretorik. Perbedaan fungsional unit kripta vilus menerangkan mengapa dapat timbul diare sekretorik. Fungsi utama sel-sel vilus tersebut adalah absorbsi dan fungsi sel kripta terutama adalah sekresi.Absorbsi akhir solut dan air tergantung pada efisiensi fungsi transportasi tepi bersilia (brush border) dan membran basolateral enterosit pada vilus dan pada permeabilitas ion jalur para seluler (sambungan rapat antara sel epitel dan ruang interstitial) vilus untuk mengabsorbsi air dan klorida secara aktif disekresikan pada bagian basal dan kripta.Gangguan yang merusak enterosit dari vilinya dengan demikian dapat menyebabkan kebocoran membran dan sekresi akhir.Hiperplasi sel kripta dalam upaya memperbaharui epitel sebagai respon terhadap jejas dapat menambah masalah dengan meningkatnya kapasitas sekresi klorida aktif. Pengetahuan terakhir mekanisme ini didapat dari penelitian diare karena infeksi enteral (bakteri lain terutama vibrio cholerae). Patogenesis terjadinya diare oleh
30 karena bakteri pada garis besarnya adalah sebagai berikut : Bakteri masuk ke dalam traktus digestivus, kemudian berkembang biak di dalam traktus digestivus tersebut. Bakteri ini kemudian mengeluarkan toksin yang akan merangsang epitel usus sehingga terjadi peningkatan aktivitas enzim adenil siklase (bila toksin bersifat tidak tahan panas, disebut labile toxin = LT) atau enzim guanil siklase (bila toksin bersifat tahan panas, disebut stable toxin = ST). Sebagai akibat peningkatan aktivitas enzim-enzim ini akan terjadi peningkatan cAMP (cyclic Adenosine monophospate) atau cGMP (cyclic guanosine monophospate), yang mempunyai kemampuan merangsang sekresi klorida, natrium dan air dari dalam sel ke lumen usus ke dalam sel. Hal ini akan menyebabkan peninggian tekanan osmotik di dalam lumen usus (hiperosmoler). Kemudian akan terjadi hiperperistaltik usus untuk mengeluarkan cairan yang berlebihan dalam lumen usus, sehingga cairan dapat dialirkan dari lumen usus halus ke lumen usus besar (kolon). Dalam keadaan normal, kolon orang dewasa dapat menyerap sebanyak 4400 mL cairan sehari, karena itu produksi atau sekresi cairan sebanyak 4500 mL sehari belum menyebabkan diare. Bila kemampuan penyerapan kolon berkurang, atau sekresi cairan melebihi kapasitas penyerapan kolon, maka akan terjadi diare. Pada kolera sekresi cairan dari usus halus ke usus besar dapat mencapai 10 liter atau lebih sehari.Oleh karena itu diare pada kolera biasanya sangat hebat, suatu keadaan yang disebut diare profus. Penegakkan Diagnosis 1. Anamnesis Pasien dengan diare akut datang dengan berbagai gejala klinik tergantung penyebab penyakit dasarnya.Keluhan diare berlangsung kurang dari 15 hari.Diare karena penyakit usus halus biasanya berjumlah banyak, diare air dan sering berhubungan dengan malabsorbsi, dan dehidrasi sering ditemukan.Diare karena kelainan kolon seringkali berhubungan dengan tinja berjumlah kecil tetapi sering, bercampur darah, dan ada sensasi ingin ke belakang.Pasien dengan diare akut infektif datang dengan keluhan khas yaitu nausea, muntah, nyeri abdomen, demam, dan tinja yang sering, bisa air, malabsorptif atau berdarah tergantung bakteri pathogen yang spesifik. 2. Pemeriksaan fisik Perlu diperiksa adanya tanda dehidrasi atau tdak. Dehidrasi dapat timbul jika diare berat dan asupan oral terbatas karena nausea dan muntah, terutama pada anak kecil dna lanjut usia. Dehidrasi bermanifestasi sebagai rasa haus yang meningkat, berkurangnya jumlah buang air kecil dengan warna urin gelap,
31 tidak mampu berkeringat dan perubahan ortostatik.Pada keadaan berat dapat mengarah ke gagal ginjal akut dan perubahan status jiwa seperti kebingungan dan nyeri kepala. Dehidrasi menurut
keadaan
klinisnya
dapat
dibagi
atas
3
tingkatan(Simadibrata, 2008) : - Dehidrasi ringan (hilang cairan 2-5% BB), gambaran klinisnya turgor -
kurang, suara serak , foxcholerica, pasien belum jatuh pada presyok. Dehidrasi sedang atau hilang cairan 5-8% BB, turgor buruk, suara serak, pasien jatuh dalam presyok/syok, nadi cepat, napas cepat dan
-
dalam. Dehidrasi berat atau hilang 8-10% BB, tanda dehidrasi sedang +
kesadaran menurun (apatis – koma), otot – otot kaku, sianosis. Kelainan – kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan fisik sangat berguna dalam menentukan diare daripada mennetukan penyebab diare.Status volume dinilai dengan memperhatikan perubahan ortostatik pada tekanan darah dan nadi, temperature tubuh dan tanda toksisitas.Pemeriksaan abdomen yang seksama merupakan hal yang penting.Adanya dan kualitas bunyi usus dan adanya atau tidak adanya distensi abdomen dan nyeri tekan merupakan tanda bagi penentuan etiologi (Daldiyono, 2009). 3. Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah (Mansjoer et al, 2012): - Pemeriksaan darah tepi lengkap - Pemeriksaan tnja lengkap - Pemeriksaan urin lengkap - Pemeriksaan analisis gas darah, elektrolit, ureum, kreatinin, dan berat jenis plasma D. Penatalaksanaan (Simadibrata, 2008) : 1. Rehidrasi, merupakan pengobatan utama pada diare akut, untuk mengganti cairan dan elektrolit yang hilang karena diare. Rehidrasi pada pasien yang masih dapat minum per oral dapat diberikan per oral misal oralit dan lain – lain. Pada pasien yang muntah – muntah dan tidak dapat minum diberikan rehidrasi melalui parenteral berupa cairan infus RL atau asering dan lain – lain. Macam – macam pemberian cairan rehidrasi : Berat jenis plasma dengan rumus : BJ plasma−1,025 Kebutuhan cairan= x Berat badan x 4 ml 0,001 Metode Pierce berdasarkan klinis : - Dehidrasi ringan : cairan : Kebutuhan perhari (30-40cc/kgBB/hari) + 5% BB
32 - Dehidrasi sedang : cairan : Kebutuhan perhari (30-40cc/kgBB/hari) + 8% BB - Dehidrasi berat : cairan : Kebutuhan perhari (30-40cc/kgBB/hari) + 10% BB c. Metode Daldiyono berdasarkan skor klinis : Skor Kebutuhan cairan= x 10 x kgBB x 1 L 15 Bila skor kurang dari 3 dan tidak ada syok, maka hanya diberikan cairan peroral. Bila skor atau lebih sama dnegan 3 disertai syok diberikan cairna per intravena. Bila dehidrasi sedang atau berat sebaiknya pasien diberikan cairan melalui infus pembuluh darah.Sedangkan dehidrasi ringan / sedang masih dapat diberikan cairan peroral atau selang nasogastric, kecuali ada kontraindikasi. Pemberian cairan rehidrasi terbagi atas : 1. 2 jam pertama (inisial) : jumlah total cairan menurut rumus BJ plasma atau skor Daldiyono diberikan langsung dalam 2 jam. 2. 1 jam berikut/ jam ketiga : pemberian diberikan berdasarkan kehilangan cairan selama 2 jam pemberian cairan rehidrasi inisial sebelumnya. Bila tidak ada syok atau skor Daldiyono kurang dari 3 dapat diganti cairan per oral. 3. Jam berikutnya pemberian cairan diberikan berdasarkan kehilangan cairan melalui tinja, dan insensible water loss (IWL) 2. Diet atau nutrisi Selain rehidrasi, pasienperlu diberikan nutrisi oral atau parenteral sesuai dengan kebutuhannya. 3. Obat anti diare Obat – obat ini digunakan unuk mengurangi gejala dan cairan yang hilang yang banyak dipakai antara lain derivate opioid (loperamid, difenoksilat-atropin), bismuth subsalysilate, obat pengeras tinja (atalpugit), obat anti sekretorik (hidrasec) 4. Antimikroba atau antibiotik Pada diare infektif diberikan antibiotik atau antiparasit atau antijamur tergantung penyebabnya. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1.
Dapat disimpulkan bahwa Sdr LF menderita gastroenteritis akut. Penderita menjalani terapi medikamentosa dengan baik.
2.
Segi Biologis : gastroenteritis akut
3.
Segi Psikologis : Kondisi psikologis baik walaupun jauh dengan orang tua, namun pasien masih dapat berhubungan dengan orangtua secara intens.Hubungan antara anggota keluarga terjalin akrab, harmonis, dan hangat
33 4.
Segi Sosial
: Pasien kurang bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, dan pasien
kurang aktif mengikuti kegiatan-kegiatan. B. SARAN 1. Edukasi pasien dan keluarga tentang penyakit gastroenterits mulai dari penyebab hingga hal hal yang dapat mengakibatkan penyakit ini memburuk, serta mengedukasi mengenai diet yang harus dikonsumsi. 2. Berperilaku sehat dan menjaga pola makan serta meningkatkan kebersihan lingkungan dan diri.
Daftar Pustaka 1. Berhman, R., M.D., Vaughan III, V.C., M.D., 2000. Diare Kronis : dalam Nelson Ilmu Kesehatan Anak, Bagian I, EGC, Jakarta. hal 1345-1360. 2. Daldiyono dan Simadibrata. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi Diare Akut. Jakarta : Interna Publishing.
V-
3. Simadibrata,M. 2008.LIMA PULUH MASALAH KESEHATAN DI BIDANG ILMU PENYAKIT DALAM- Diare Akut. Jakarta : Interna Publishing, hal 101 - 107
34 4. Suharyono, Boediarso A, Halimun EM, 2014. Gastroenterologi Anak Praktis, FKUI. Jakarta: Gaya Baru hal 85-88.
Dokumentasi Kegiatan
35
36