LAPORAN KASUS PORTOFOLIO DOKTER INTERNSHIP SEORANG LAKI-LAKI USIA 24 TAHUN DENGAN APENDISITIS AKUT
Disusun Oleh: dr. Dwi Adhi Nugraha
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUNAN KALIJAGA KABUPATEN DEMAK 2015
0
LAPORAN KASUS PORTOFOLIO DOKTER INTERNSHIP SEORANG LAKI-LAKI USIA 24 TAHUN DENGAN APENDISITIS AKUT Yang dipersiapkan dan disusun oleh dr. Dwi Adhi Nugraha
Telah diajukan, dikoreksi, dan dinyatakan telah memenuhi syarat laporan internship
Demak,
Januari 2016
Dokter Pendamping Internsip RSUD Sunan Kalijaga Demak
dr. Suparni Anik
1
BAB I LAPORAN KASUS PORTOFOLIO
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama Umur Jenis kelamin Alamat Agama Suku Status Perkawinan Pekerjaan Tanggal Masuk Tanggal Pemeriksaan No. CM II.
: Tn.MW : tahun : Laki-laki : Karanganyar, Demak : Islam : Jawa : Kawin : Kuli : 20 Juli 2015 : 21 Juli 2015 : 117725
ANAMNESIS
a. Keluhan Utama Nyeri perut kanan bawah b. Riwayat Penyakit Sekarang Tn. SP, 24 tahun datang ke UGD RSUD Sunan Kalijaga dengan keluhan nyeri perut kanan bawah sejak 1 hari SMRS. Pasien juga mengeluh muntah 2x, isi makanan. Pasien juga merasakan mual dan nafsu makan menurun. Pasien juga merasakan badan sedikit demam. 2 hari SMRS pasien mengeluh nyeri di perut bagian tengah. BAB (+) warna kuning, BAK (+) warna kuning terakhir 4 jam SMRS. Pasien
belum
pernah
merasakan
keluhan
yang
sama
sebelumnya. Pasien jarang memakan sayuran dan buahbuahan dalam menu makanan sehari-harinya.
2
Pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi dan diabetes melitus namun tidak rajin kontrol dan tidak rutin meminum obat.
c. Riwayat Pengobatan Pasien belum memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan manapun. d. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat sakit serupa disangkal Riwayat hipertensi : (+) tidak rutin minum obat Riwayat sakit gula: (+) tidak rutin minum obat Riwayat sakit jantung: disangkal Riawayat asma: disangkal Riwayat operasi: disangkal
e. Riwayat keluarga
Keluarga tidak ada yang mengeluhkan hal serupa seperti
yang di keluhkan pasien Riwayat hipertensi di sangkal
Riwayat diabetes mellitus di sangkal
f. Riwayat pekerjaan Pasien bekerja sebagai kuli. Pendidikan terakhir pasien adalah SMP. Pasien berobat dengan BPJS PBI. Kesan ekonomi kurang g. Kondisi ekonomi, lingkungan social dan fisik: Pasien sudah menikah, tinggal bersama istri dan satu orang anaknya III.
PEMERIKSAAN FISIK 3
a. Kesan Umum Keadaan umum : lemah. Kesadaran : Composmentis, GCS 15 ( E4 V5 M6 ). Status gizi : status gizi normal, BB:60 kg , TB:168cm b. Tanda-tanda Vital Tekanan darah : 120/80 mmHg Nadi : 98x/mnt,regular, isi dan tegangan kuat RR : 22x/mnt Suhu : 38.9 derajat celcius SaO2 : 99% c. Keadaan Tubuh Kepala : Mesosefal Kulit : turgor cukup, Sianosis (-), keringat dingin (-) Mata : Konjungtiva anemis (-/-), pupil isokor, reflek pupil (+/+), sclera ikterik (-/-), diplopia (-), kabur (-), oedem
palpebra (-/-), mata cowong (-/-) Hidung : sekret (-/-) Telinga : discharge (-/-), gangguan pendengaran (-) Mulut : bibir kering (-), mukosa kering (-), sianosis (-) Leher : simetris, tidak ada pembesaran kelenjar
limfe,kaku kuduk (-) Tenggorokan : T1-T1, faring hiperemis (-) Thoraks : bentuk dada normal, simetris, sela iga melebar (-), retraksi intercostal (-), retraksi suprasternal (-), retraksi epigastrium (-) Cor
I
:Ictus cordis tak tampak
Pa
:Ictus cordis teraba di SIC V 2 cm medial linea
medioclavicularis
sinistra, kuat angkat (-), melebar (-), sternal lift (-), pulsasi parasternal (-), pulsasi epigastrial (-), thrill (-) Pe
:Batas atas
: SIC II linea
parasternalis sinistra
4
Batas kiri : SIC V 2 cm medial linea medioclavicularis sinistra Batas kanan : Linea parasternalis dextra Pinggang jantung dalam batas normal Au
:
heart
rate:
118x/menit,
reguler, bunyi jantung I-II murni, bising(-), gallop(-) Pulmo
I
:simetris saat statis dinamis
Pa
:sterm fremitus paru kanan dan kiri normal
Pe
:sonor di hemitoraks dekstra dan sinistra
Au
:suara dasar vesikuler +/+, suara tambahan Ronki basah halus(-/-), wheezing(-/-)
Abdomen :
I
: datar, venektasi (-)
Au
:bising usus (+) menurun Pe
: timpani, pekak sisi (+) N , pekak alih (-), area traube timpani, nyeri ketok kostovertebra (-)
Pa
: supel, nyeri tekan (+)kanan bawah,
defans
muskular
(-),
rovsing sign (+), mc burney sign (+), psoas sign (+), obturator sign (+), hepar dan lien tak teraba
Ekstremitas : superior
inferior
Oedema
-/-
-/-
Sianosis
-/-
-/-
Akral dingin
-/-
-/-
5
Capillary refill
< 2"/< 2"
< 2"/< 2"
Kekuatan
5/5
5/5
Tonus
normotonus
Refleks fisiologis Refleks patologis Sensibilitas
normotonus
+N/+N
+N/+N
-/-
-/-
+N/+N
+N/+N
Genital : Tidak dilakukan pemeriksaan Anus : RT: Sphincter ani normal, mukosa rata, nyeri tekan di jam 4, sarung tangan lendir darah (-), feses (-)
IV.
PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan Hematologi tanggal 20/07/ 2015
Pemeriksaan
Hasil
Satuan
Nilai Normal
Hemoglobin
12,78
gr%
11,00 -16,50
Hematokrit
37,6
%
35,0 - 50,0
Eritrosit
4,37
juta/mm
3,80 - 5,80
MCH
28,00
Pg
26,50 - 33,50
MCV
88
fL
80,00 - 97,00
MCHC
32.4
g/dL
29,00 - 36,00
Leukosit
18,52
ribu/mmk
3,50 - 10,00
Trombosit
209
ribu/mmk
150,0 - 450,0
Bleeding time
3’00”
1-3 menit
6
Keterangan
meningkat
Clotting time
2’45”
2-6 menit
HbSAg
negatif
negatif
GDS
121
V.
mg/dl
75-126
DIAGNOSIS KERJA Apendisitis akut
VI.
PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan yang diberikan di UGD : -
IVFD RL 20 tpm.
-
Injeksi ceftriakson 1 gr/ 12 jam
-
Injeksi parasetamol 3 x 500 mg
-
Injeksi ketorolac 3 x 1amp
-
Pro appendictomi
Plan: -
Foto BNO 2 posisi
Edukasi
VII.
VIII.
-
Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit pasien yaitu
-
appendicits akut Menjelaskan kepada pasien untuk dirawat di bangsal bedah Mengedukasi kepada pasien kemungkinan dilakukan operasi
PROGNOSIS Ad vitam: dubia ad bonam Ad sanationam : dubia ad bonam Ad fungsionam: dubia ad bona FOLLOW UP
Tanggal
21 Juli 2015
22 Juli 2015
Subyektif
lemah, nyeri perut kanan bawah
lemah, nyeri pada luka post OP
7
Obyektif
-
-
-
-
Pemeriksaa n Penunjang
KU: tampak lemah, compos mentis T : 120/70 Rr : 20 x/menit N : 88 x/menit Suhu : 37,3°C SaO2 : 100% Mata: CP (-/-), mata cowong (-/-) Leher: KGB tidak membesar. Cor: IC tdk tampak, IC tdk kuat angkat, Batas jantung kesan tidak melebar, BJ I-II murni, intensitas normal, reguler, bising (-) Pulmo: retraksi intercostal (-/-), retraksi suprasternal (-/-), Pengembangan dada kanan=kiri, fremitus raba kanan=kiri, sonor/sonor, SDV(+/+), ST(-/-) Abdomen: DP//DD, bising usus (+) menurun, tympani, supel, nyeri tekan (+) kanan bawah, hepar lien tidak teraba, area Troube timpani Akral dingin:
-
-
-
-
KU: composmentis T : 110/80 Rr : 20x/menit N : 94x/menit Suhu : 37,5 °C SaO2 : 100% Mata: CP (-/-), mata cowong -/-) Leher: KGB tidak membesar. Cor: IC tdk tampak, IC tdk kuat angkat, Batas jantung kesan tidak melebar, BJ I-II murni, intensitas normal, reguler, bising (-) - Pulmo: retraksi intercostal (-/-), retraksi suprasternal (-/-), Pengembangan dada kanan=kiri, fremitus raba kanan=kiri, sonor/sonor, SDV(+/+), ST(-/-) - Abdomen: DP//DD, bising usus (+) menurun, tympani, supel, nyeri tekan (+) kanan bawah, hepar lien tidak teraba, area Troube timpani - Akral dingin: -
- EKG: normal sinus rhytm HR 84 kali/menit
Assesment
-
Apendisitis akut
-
Planning
-
KUVS/8 jam balance cairan Pro appendiktomi IVFD tutofuschin 20 tpm
-
Post appendiktomi akut KUVS/ 8jam
-
IVFD tutofuschin 20 tpm
-
Inj Cefotaxim 2 x 1 gr
-
Inj Cefotaxim 2 x 1 gr
-
Inj glibotic 2 x 1 amp
-
Inj glibotic 2 x 1 amp
-
Inj parasetamol 3 x 500 mg
-
Inj parasetamol 3 x 500 mg
-
Inj ketorolac 3 x 1 amp
-
Inj ketorolac 3 x 1 amp
Terapi
8
ec
Apendisitis
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendahuluan Apendiks yang juga disebut sebagai umbai cacing, istilah usus buntu yang dikenal di masyarakat awam adalah kurang tepat karena usus buntu sebenarnya adalah sekum dan bukan apendiks. Organ yang tidak diketahui fungsinya ini sering menimbulkan masalah kesehatan. Peradangan akut apendiks memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi yang umumnya berbahaya. Apendisitis dapat ditemukan pada semua umur, hanya pada anak kurang dari satu tahun jarang dilaporkan. Insidensi tertinggi pada kelompok umur 20-30 tahun, setelah itu menurun. Insidens pada laki-laki dan perempuan umumnya sebanding, kecuali pada umur 20-30 tahun, insidens pada lelaki lebih tinggi. 1 B. Anatomi
9
Gambar 1: Anatomi apendiks Apendiks merupakan suatu organ yang berbentuk tabung dan panjangnya kira-kira 10 cm( kisaran 3-15 cm), dan berpangkal di seku. Lumennya nsempit di bagian proximal dan melebar di bagian distal. Pada bayi appendiks berbentuk kerucut, lebar pada pangkalnya dan menyempit dihujungnya. Pangkalnya terletak pada posteromedial caecum. Apendiks terletak dikuadran kanan bawah abdomen. Tepatnya di ileosecum dan merupakan pertemuanketiga taenia coli (taenia libera, taenia colica, dan taenia omentum). Dari topografianatomi, letak pangkal appendiks berada pada titik Mc Burney, yaitu titik pada garis antara umbilicus dan SIAS kanan yang berjarak 1/3 dari SIAS kanan. Apendiks vermiformis disangga oleh mesoapendiks (mesenteriolum) yang bergabung terminale.
dengan
mesenterium
usus
halus
pada
daerah
ileum
Mesenteriolum berisi a. Apendikularis (cabang a.ileocolica).
Orificiumnya terletak 2,5cm dari katup ileocecal. Mesoapendiknya merupakan jaringan lemak yang mempunyai pembuluh appendiceal dan terkadang juga memiliki limfonodi kecil. Pada 65 % kasus, apendiks terletak intraperitoneal. Kedudukan
itu memungkinkan apendiks bergerak dan ruang geraknya
bergantung pada panjang mesoapendiks penggantungnya. 10
Jenis posisi:
Gambar 2: Jenis posisi dan letak apendiks 1. 12 o clock: Retrocolic or retrocecal (dibelakang cecum atau colon) 2. 2 o clock: Splenic (ke atas kiri – Preileal and Postileal) 3. 3 o clock: Promonteric (secara horizontal menuju ke kiri ke arah sacral promontory) 4. 4 o clock: Pelvic (turun ke dalam pelvis) 5. 6 o clock: Subcecal (di bawah caecum dan menuju ke inguinal canal) 6. 11 o clcok: Paracolic (menuju keatas kanan) 1,2,4 Appendiks dipersarafi oleh parasimpatis dan simpatis. Persarafan parasimpatis berasaldari cabang nervus vagus yang mengikuti arteri mesenterika superior dan arteriappendikularis, sedangkan persarafan simpatis berasal dari nervus thorakalis X. Olehkarena itu, nyeri viseral pada appendisitis bermula di sekitar umbilikus. Pendarahan appendiks berasal dari arteri Appendikularis , cabang dari a.Ileocecalis,cabang dari a. Mesenterica superior. A. Appendikularis merupakan arteri tanpa kolateral. Jika arteri ini tersumbat, misalnya karena trombosis pada infeksi,
appendiksakan
mengalami
gangren.Secara
11
histologis,
appendiks
mempunyai basis stuktur yang sama seperti usus besar.Glandula mukosanya terpisahkan dari vascular submucosa oleh mucosa maskularis.Bagian luar dari submukosa adalah dinding otot yang utama. Appendiks terbungkus oleh tunika serosa yang terdiri atas vaskularisasi pembuluh darah besar dan bergabungmenjadi satu di mesoappendiks. Jika apendik terletak retroperitoneal, maka appendik tidak terbungkus oleh tunika serosa. 1,2,4 Histologis: Tunika mucosa : memiliki kriptus tapi tidak memiliki villus. Tunika submucosa : banyak folikel lymphoid. Tunika
muscularis
:
stratum
sirculare
sebelah
dalam
dan
stratum
longitudinale( gabungan tiga tinea coli) sebelah luar. Tunika
serosa
:
bila
letaknya
intraperitoneal
asalnya
dari
peritoneumviscerale.4
C. Definisi
Gambar 3 : Apendisitis Apendisitis merupakan peradangan pada appendix vermiformis. Peradangan akut apendiks memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi yang umumnya berbahaya.
12
D. Etiologi Apendisitis akut merupakan infeksi bakteri. Berbagai hal berperan mencetuskanterjadi nya apendisitis akut. Antaranya adalah sumbatan lumen apendiks yang diajukan sebagai pencetus. Di samping hyperplasia jaringan limfe, fekalit, tumor apendiksdan cacing askariasis dapat menyebabkan sumbatan. Penyebab lain diduga dapat menimbul appendicitis akut adalah erosi mukosa apendiks akibat parasit seperti E.histolitica. Pada penelitian apidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendisitis. Konstipasi akan menaikan tekanan intrasekal yang mengakibatkan sumbatan fungsional apendiks dan meningkatkan pertumbuhan kuman flora normalkolon biasa, keadaan ini mempermudahkan timbulnya apendisitis akut.2 E. Patofisiologi Appendiks menghasilkan lendir 1-2 ml perhari. Lendir itu normalnya dicurahkan kedalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran lendir di muara apendiks tampaknya berperan pada patogenesis appendisitis. Apendisitis akut terjadi karena berlaku obstruksi atau sumbatan lumen apendiks oleh hyperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya, atau neoplasma. Obstruksi lumen yang tertutup disebab kan oleh hambatan pada bagian proksimalnya dan berlanjut pada peningkatan sekresi normal dari mukosa apendiks yang dapat menyebabkan terjadinya distensi pada kantung apendiks .Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Makin lama mukus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen.Kapasitas lumen apendiks normal hanya sekitar 0,1 ml. Jika sekresi sekitar 0,5 dapat meningkatkan tekanan intalumen sekitar 60 cmH20. Tekanan yang meningkat tersebut akan menyebabkan apendiks mengalami hipoksia dan menghambat aliran limfe, terjadi ulserasi mukosa dan invasi
bakteri.
Infeksi menyebabkan pembengkakan apendiks bertambah
13
(edema) dan semakin iskemik karena terjadi trombosis pembuluh darah intramural (dinding apendiks). Kemudian terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium. Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding. Peradangan timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri didaerah kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis supuratif akut Bila kemudian arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti dengan gangrene. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Gangren dan perforasi khas dapat terjadi dalam 24-36 jam, tapi waktu tersebut dapat berbeda-beda setiap pasien karena ditentukan banyak faktor Bila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi Bila semua proses diatas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak kearah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang disebut infiltrate apendikularis. Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses atau menghilang.1,2,3 Infiltrat apendikularis Merupakan tahap patologi apendisitis yang dimulai dimukosa dan melibatkan seluruh lapisan dinding apendiks dalam waktu 24-48 jam pertama, ini merupakan usaha pertahanan tubuh dengan membatasi proses radang dengan menutup apendiks dengan omentum, usus halus, atau adneksa sehingga terbentuk massaperiapendikular. Didalamnya dapat terjadi nekrosis jaringan berupa abses yang dapatmengalami perforasi. Jika tidak terbentuk abses, apendisitis akan sembuh dan massaperiapendikular akan menjadi tenang untuk selanjutnya akan mengurai diri secaralambat.Pada anak-anak, karena omentum lebih pendek dan apendiks lebih panjang, dindingapendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masihkurang memudahkan terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua perforasi mudahterjadi karena telah ada gangguan pembuluh darah.Kecepatan rentetan peristiwa tersebut tergantung pada virulensi mikroorganisme, dayatahan tubuh, fibrosis pada dinding apendiks, omentum, usus yang lain, peritoneumparietale dan juga organ lain seperti vesika urinaria, uterus tuba, mencoba membatasidan melokalisir proses peradangan ini. Bila proses
14
melokalisir ini belum selesai dansudah terjadi perforasi maka akan timbul peritonitis. Walaupun proses melokalisir sudah selesai tetapi masih belum cukup kuat menahan tahanan atau tegangan dalamcavum abdominalis, oleh karena itu pendeita harus benar-benar istirahat (bedrest).Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh sempurna, tetapi akan membentuk jaringan parut yang menyebabkan perlengketan dengan jaringansekitarnya. Perlengketan ini dapat menimbulkan keluhan berulang diperut kananbawah. Pada suatu ketika organ ini dapat meradang akut lagi dan dinyatakanmengalami eksaserbasi akut. 1,2,3 F. Gambaran klinis Gambaran klinis yang sering dikeluhkan oleh penderita, antara lain 1. Nyeri abdominal Nyeri ini merupakan gejala klasik appendisitis. Mula-mula nyeri dirasakan samar-samar dan tumpul yang merupakan nyeri viseral didaerah epigastrium atau sekitar umbilikus. Setelah beberapa jam nyeri berpindah dan menetap di abdomen kanan bawah (titik Mc Burney).Nyeri akan bersifat tajam dan lebih jelas letaknya sehingga berupanyeri somatik setempat. Bila terjadi perangsangan peritonium biasanya penderita akan 2. 3. 4. 5.
mengeluh nyeri di perut pada saat berjalan atau batuk. Mual-muntah biasanya pada fase awal. Nafsu makan menurun Obstipasi dan diare pada anak-anak. Demam, terjadi bila sudah ada komplikasi, bila belum ada komplikasi biasanya tubuh belum panas. Suhu biasanya berkisar 37,5º-38,5º C. Gejala appendisitis akut pada anak-anak tidak spesifik. Gejala awalnya sering hanya rewel dan tidak mau makan. Anak sering tidak bisa menunjukkan rasa nyerinya. Karena gejala yang tidak spesifik ini sering diagnosis apendisitis diketahui setelah terjadi perforasi. Pada orang berusia lanjut gejalanya juga sering samar-samar saja, tidak jarangterlambat diagnosis. Akibatnya lebih dari separuh
penderita baru dapat didiagnosissetelah
perforasi. 6. Pada kehamilan, keluhan utama apendisitis adalah nyeri perut, mual, danmuntah. Yang perlu diperhatikan ialah, pada kehamilan trimester
15
pertama sering jugaterjadi mual dan muntah. Pada kehamilan lanjut sekum dengan apendiks terdorong kekraniolateral sehingga keluhan tidak dirasakan di perut kanan bawah tetapi lebih keregio lumbal kanan.2,3 Gejala klinis berdasarkan letak anatomis apendiks Timbulnya gejala ini bergantung pada letak apendiks ketika meradang. Berikut gejala yang timbul tersebut: 1. Bila letak apendiks retrosekal retroperitoneal, yaitu di belakang sekum (terlindung oleh sekum), tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu jelas dan tidak ada tanda rangsangan peritoneal. Rasa nyeri lebih kearah perut kanan atau nyeri timbul pada saat melakukan gerakan seperti berjalan, bernapas dalam, batuk, dan mengedan. Nyeri ini timbul karena adanya kontraksi m.psoas mayor yang menegang dari dorsal. 2. Bila apendiks terletak di rongga pelvis - Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada rektum, akan timbul gejala dan rangsangan sigmoid atau rektum, sehingga peristalsis meningkat, pengosongan rektum akan menjadi lebih cepat dan berulang-ulang (diare). - Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada kandung kemih, dapat terjadi peningkatan frekuensi kemih, karena rangsangannya dindingnya. .2,3 G. Pemeriksaan Fisik 1. Demam ringan :37,5 – 38 oC, bila berlaku perforasi akan menjadi demam lebih tinggi 2. Pada inspeksi perut tidak ada gambaran spesifik, kembung selalu terliat pada perforasi apendisitis, penonjolan perut kanan bawah bias dilihat pada massa atau abses periapendikular 3. Palpasi dan tanda – tanda appendicitis yang dapat dilakukan adalah : - Nyeri tekan Mc Burney - nyeri tekan di titik Mc Burney. - Rovsing sign - nyeri tekan pada kiri perut bawah - Blumberg sign – nyeri tekan lepas - Psoas sign – nyeri pada saat paha pasien diekstensikan - Obturator sign - . Nyeri pada rotasi kedalam secara pasif saat paha pasien difleksikan
16
4. Pada auskultasi sering normal peristaltiknya kecuali sudah berlaku perforasi dan berlaku peritonitis dan menyebabkan berlakunya ileus paralitik.2,3 H. Uji Laboratorium 1. Hitung darah lengkap (complete bloodcount,CBC)–leukositosis, neutrofilia, tanpa eosinofil 2. Radiologi : terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi dan CT-scan. Pada pemeriksaan ultrasonografi ditemukan bagian memanjang pada tempat yang terjadi inflamasi pada apendiks. Sedangkan pada pemeriksaan CTscan ditemukan bagian yang menyilang dengan apendiks al serta perluasan dari apendiks yang mengalami inflamasi serta adanya pelebaran sekum. 3. Urinalisis—untuk menyingkirkan infeksi saluran kemih dan di saluran kemih,ginjal dan ureter.2,3 I. Skor Alvarado Skor Alvarado adalah suatu sistem pen-skor-an yang digunakan untuk menetapkan ada atau tidaknya diagnosis appendisitis akut (penyakit usus buntu). Skor Alvarado merupakan delapan komponen skor yang terdiri dari enam komponen klinik dan dua komponen laboratorium dengan total skor maksimal 10. Dibawah adalah tabel skor Alvarado: Tabel 1: Skor Alvarado Tabel Skor Alvarado Gejala Klinis
Skor
Nyeri abdominal pindah ke fossa iliaka kanan
1
Nafsu makan menurun
1
Mual dan atau muntah Tanda Klinis
1
Nyeri lepas
1
Nyeri tekan fossa iliaka kanan
2
Demam (suhu > 37,2⁰ C) Pemeriksaan Laboratoris
1
17
Leukositosis (leukosit > 10.000/ml)
2
Shift to the left (neutrofil > 75%)
1 TOTAL
10
Interpretasi: Skor 7-10 = Apendisitis akut Skor 5-6 = Curiga apendisitis akut Skor 1-4 = Bukan apendisitis akut 5 J. Diagnosa Banding 1. Kehamilan ektopik terganggu - Gejala klinis mirip dengan apendisitis akut. Hamper selalu ada riwayat terlambat haid dengan keluhanyang tidak menentu. Jika ada ruptur tuba atau abortus kehamilan di luar rahim dengan pendarahan, akan timbul nyeri yang mendadak dius di daerah pelvis
dan
mungkin
terjadi
syok
hipovolemik.
Pada
pemeriksaan vagina, di dapatkan neri penonjolan dan penonjolan rongga Douglas dan pada kuldosentesis di dapatkan darah 2. Gastroenteritis - Pada gastroenteritis, mual, muntah, dan diare mendahalui rasa nyeri. Nyeri perut bersifat lebih ringan dan tidak berbatas tegas. Sering dijumpai adanya hiperperistalsis. Panas dan leukositosis kurang menonjol dibandingkan dengan apendisitis akut 3. Infeksi panggul - Salpingitis akut kanan sering di kacaukan dengan apendisitis akut. Suhu biasanya lebih tinggi dan nyeri perut bagian bawah lebih difus. Infeksi panggul pada wanita biasanya disertai keputihan dan infeksi urin. Pada colok vagina, akan timbul
18
nyeri hebat di panggul jika uterus diayunkan. Pada gadis dapat dilakukan colok dubur jika perlu untuk diagnose banding. 4. Ureterolithiasis kanan Ada riwayat kolik dari pinggang kanan ke perut yang menjalar dari inguinal kanan merupakan gambaran khas. Eritrosituria sering ditemukan. Foto polos perut atau BNO IVPdapat memastikan penyakit ini.
2
K. Penatalaksanaan Bila sudah terdiagnosis dengan tepat, tindakan paling tepat adalah apendektomi. Pada apendisitis tanpa komplikasi biasanya tidak diperlukan antibiotik kecuali pada apendisitis gangrenosa dan perforate.penundaan tindakan bedah sambil memberikan antibiotic dapat mengakibatkan abses atau perforasi. 2,3,4 L. Tindakan Operasi Apendiktomi, merupakan tindakan pemotongan apendiks. Dapat dilakukan secara terbuka atau laparoskopi
Gambar 4: Apendektomi secara terbuka Pada apendektomi terbuka, insisi McBurney paling banyak dipilih . operasi ini dilakukan di bawah pengaruh anestesi umum. Jika apendiks mengalami perforasi maka abses disedot dan diguyur dengan NaCl dan disedot hingga bersih.
19
Gambar 5: Apendektomi menggunakan teknik lapaskopi Laparoskopi merupakan tindakan mengguankan kamera fiberoptik yang dimasukkan kedalam abdomen, apendiks dapat divisualisasi secara langsung. Teknik ini dilakukan dibawah pengaruh anestesi umum. Bila saat melakukan tindakan ini di dapatkan peradangan pada apendiks maka dapat langsung dilakukan pengangkatan apendiks2,3,4 M. Prognosis Baik, jika diagnosis yang akurat dan awal serta pembedahan akan menurunkan tingkat mortalitas dan morbiditas.3
20
DAFTAR PUSTAKA 1. Riwanto. Apendiks. Dalam : De Jong W., Sjamsuhidajat R. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 3, di terbitkan EGC, Jakarta, 2007 ; hal 755-62 2. Townsend C M, Beauchamp R D,Evers B M, Mattox K L. Sabiston Textbook Of Surgery, 18th Edition, Elsevier, India, 2008; pg 1333-47 3. Anand N, Kent T S, First Aid For the Surgery. McGraw-Hill, 2003; pg 25157 4.
Medchrome : Medical And Health Articles, Anatomy Of Appendix And Appendicitis,
December
9,
2015:
http://medchrome.com/basic-
science/anatomy/anatomy-appendix-appendicitis/ 5. Emergency Diagnostic Radiology, Alvarado Score for Acute Appendicitis, 2009 : http://emergencyradiology.wordpress.com/2009/02/05/alvarado-scorefor-acute-appendicitis/
21