LAPORAN KASUS BRONKITIS KRONIS EKSASERBASI AKUT DENGAN DIABETES MELITUS Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kepanitraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Tentara Tingkat II Dokter Soedjono
Pembimbing : dr. Hardi Suryaatmadja, Sp.PD Disusun oleh : Agustina Resti Handayani 1510221046
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA 2016
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KASUS BRONKITIS KRONIS EKSASERBASI AKUT DENGAN DIABETES MELITUS
Disusun dan diajukan untuk memenuhi persyaratan tugas Bagian Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Tk.II dr. Soedjono Magelang Oleh :
Agustina Resti Handayani 1510221046
Magelang, April 2016 Telah dibimbing dan disahkan oleh, Dokter pembimbing
dr. Hardi Suryaatmadja, Sp.PD
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Bronkitis Kronis eksaserbasi Akut dengan Diabetes Melitus”. Laporan kasus ini
dibuat untuk memenuhi salah satu syarat Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Dalam. Penyusunan laporan ini terselesaikan atas bantuan dari banyak pihak yang turut membantu terselesaikannya laporan ini. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Hardi Suryaatmadja, Sp.PD selaku pembimbing dan seluruh teman kepaniteraan klinik Ilmu Penyakit Dalam atas kerjasamanya selama penyusunan laporan ini. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca guna perbaikan yang lebih baik. Semoga laporan ini dapat bermanfaat baik bagi penulis sendiri, pembaca maupun bagi semua pihak-pihak yang berkepentingan.
Magelang, April 2016
Penulis
BAB I KASUS II.1 Nama
Identitas Pasien : Tn. E
Usia
: 49 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki Alamat
: Jalan Gatot Kaca PA III
Pekerjaan
: Tentara
Status
: Menikah
Agama
: Islam
Tgl. Masuk
: 11 April 2016
Datang ke IGD Rumah Sakit pada tanggal : 11 April pukul 19.00 WIB Anamnesis dilakukan secara : Autoanamnesis pada tanggal 12 April 2016 di Ruang Melati RST Dr. Soedjono Magelang
II.2
Anamnesa (Subjektif)
a. Keluhan Utama : Sesak b. Keluhan Tambahan: Badan terasa lemas, demam, mual, muntah c. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang dari IGD dengan keluhan sesak nafas sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Sesak dirasakan semakin bertambah berat apabila pasien melakukan aktifitas berat sampai sedang, dan berkurang saat pasien beristirahat. Namun kali ini pasein mengatakan sesaknya timbul bahkan saat pasien sedang beraktifitas ringan dan kadang pasien mengatakan sesaknya tidak hilang meskipun pasien sudah beristirahat. Pasien juga mengeluhkan adanya batuk yang berdahak namun sulit untuk keluarbatuknya dirasakan sudah 2 minggu. Saat ditanyakan warna dahaknya pasien mengatakan tidak pernah memperhatikan warna dahaknya, namun sesekali pasien melihat dahaknya berwarna putih dan kadang berwarna kehijauan. Selain itu pasien juga mengeluhkan adanya badan terasa lemas sejak 1 bulan terakhir ini, namun keluhan lemasnya tidak begitu dirasakan, dan pasien tidak mengetahui awal keluhan lemas yang dirasakan tersebut, pasien merasakan lemas pada seluruh tubuh. Selain itu pasien sering merasakan haus, dan rasa lapar yang terus menerus dialami pasien sudah 1 bulan belakangan ini.
Sebelumnya pasien pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya saat sedang dinas diluar kota, namun pasien tidak menghiraukan keluhannya sehingga pasien tidak berobat. Saat kembali dari luar kota pasien diperiksakan keluhannya dan di dapatkan gula darahnya tinggi, namun pasien tidak begitu mengingat berapa kadar gulanya. Saat berobatpun pasien dibekali obat untuk menurunkan gulanya, namun setelah keluhan lemasnya menghilang pasien memutuskan untuk berhenti meminum obat gula yang di berikan dokter sebelumnya, dan pasien jarang untuk kontrol gulanya kembali. Pasien mengaku jika keluhan lemasnya timbul pasien biasanya melanjutkan meminum obat gula yang diberikan oleh dokter tanpa memeriksakan gulanya. Pasien juga mengeluhkan mual hingga muntah sebanyak 2-3 kali/hari sejak 3 hari yang lalu. Sakit kepala dialami pasien terasa cekat-cekot terutama saat ingin duduk setelah berbaring Pasien juga mengeluhkan berat badanya mengalami sedikit penurunan. BAB diakui baik-baik saja oleh pasien. Di IGD pasien diperiksa dengan Tekanan darah: 130/90 Mmhg
Respirasi: 22 kali/ menit
Nadi: 86 x/ menit
Suhu: 37,3 ℃
Saturasi: 93%
GD IGD: 311
d. Riwayat Alergi : tidak ada riwayat alergi e. Riwayat Penyakit Dahulu : Hipertensi
: menyangkal riwayat hipertensi
Diabetes Melitus
: terdapat riwayat diabetes melitus tipe 2 sejak 12 tahun yang lalu
Asma
: tidak ada
Bronkitis
: memiliki riwayat bronkitis sejak 3 tahun yang lalu dan pasien mengakui pernah dirawat akibat penyakit flek paru-paru.
Pasien mengatakan sebelumnya memiliki riwayat batuk lebih dari 3 bulan dan minum obat selama 6 bulan. Pasien mengatakan keluhannya seperti itu sudah di alami pasien selama 5 tahun.
f. Riwayat Penyakit Keluarga : Hipertensi
: disangkal
DM
: diakui ibu pasien memiliki riwayat DM
g. Riwayat Sosial, Ekonomi dan Kebiasaan : Merokok
: diakui pasien. Merokok sejak pasien SMA dan berhenti sudah 2 tahun ini. Pasien mengaku merokok 1 hari bisa 5 batang rokok.
Minum alkohol
: disangkal
Olahraga
: tidak pernah
Gizi
: kurang terkontrol, suka meminum teh manis semenjak usia muda, pasien lebih banyak mengkonsusmsi teh manis dari pada air putih.
h. Riwayat Penggunaan obat Pasien mengaku 5 tahun yang lalu pasien pernah mengkonsumsi obat TB selama 6 bulan dan tidak pernah putus obat. II.3
Objektif Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 12 april 2016 di Ruang Melati RST
Dr. Soedjono Magelang pukul 07.00 WIB. Keadaan umum
: Tampak sakit sedang
Kesadaran/GCS
: Compos Mentis / E4 M6 V5
Tanda Vital : •
Tekanan Darah
: 130/80 mmHg
•
Nadi
: 98 x/menit
•
Suhu Aksilaris
: 37,4 0C
•
Respirasi
: 30 x/menit
Kepala : •
Tidak terdapat alopesia
•
Tidak terdapat deformitas atau hematom
•
Wajah simetris, edema pada wajah (-)
Mata : •
Eksoftalmus (-), enoftalmus (-), edema (-)
•
Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-
•
Pupil isokor, RCL +/+, RTCL +/+, Reflek kornea +/+
Leher : •
Tidak ada pembesaran KGB leher
•
Tidak terdapat pembesaran Kelenjar Tiroid
•
JVP normal
Thorax : •
Cor Inspeksi : Simetris bagian dada kanan dan kiri, tampak ictus cordis pada apex jantung Palpasi
: Ictus cordis teraba, tidak kuat angkat
Perkusi
: Batas jantung kanan di linea parasternal kanan ICS II Batas jantung kiri di linea midclavicularis kiri ICS II Pinggang Jantung di linea parasternal kiri ICS IV
Auskultasi : Bunyi jantung I/II reguler, S4 (-), murmur (-), gallop (-) •
Pulmo Inspeksi
: Simetris
Palpasi
: Vocal fremitus (+/+)
Perkusi
: Terdengar sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler Breathing Sound, Rhonki +/+, Wheezing +/+
Abdomen : Inspeksi
: Cembung
Auskultasi : BU (+) normal Palpasi
: Supel, Nyeri tekan abdomen (+) Hepatomegali (-) splenomegaly (-)
Perkusi
: Timpani, nyeri ketok CVA -/-
Ekstremitas : •
Edema -/-/-/-
•
Sianosis -/-/-/-
•
Akral dingin
•
Kulit kering dan tipis
•
CRT < 2 detik
II.4 Daftar Masalah Dari anamnesis 1. Sesak
sejak
SMRS 2. Sesak saat
1
hari
yang sama saat sedang dinas dan dinyatakan
aktivitas
ringan 3. Batuk disertai dahak 4. Dahaknya kadang keluar sering berwarna putih sedikit berwarna kehijuan kadang 5. Badan terasa lemas seluruh tubuh 6. Sering mengeluh sering lapar dan sering haus 7. Sakit kepala terasa cekat-cekot 8. Pasien
pernah
mengalami
keluhan
kadar
gula
darahnya
meningkat 9. Penurunan BB 10. Pasien sebelumnya pernah terdiagnosis Tb 11. Minum OAT 6 bulan dan tidak putus obat 12. Riwayat DM 13. Riwayat keluarga DM diakui pasien 14. Riwayat kebiasaan suka meminum teh manis 15. Riwayat bronkitis (+) 16. Riwayat mondok karena flek paru-paru
17. 18. 19. Dari Pemeriksaan Fisik 20. Vesikuler Breathing Sound, Rhonki +/+, Wheezing +/+ 21. Nyeri tekan abdomen 22. Ekstremitas : Akral dingin pada ektremitas superior-inferior sinistra dan dekstra, kulit kering dan tipis 23. GDS IGD 311 24. II. 5 Assesment sementara 1. Bronkitis Kronis (1,2,3,4,12,13,17) 2. TBC Reaktif (1,2,3,4,5,9,10,11,15,16,17,19) 3. Dm tipe 2 (5,6,8,9,10,11,12,19,18) 4. Prehipertensi (15,7) 25. 26. II.6 Planning Diagnostik 1. Darah lengkap 2. Glukosa, Ureum, kreatinin 3. Foto thorax 4. Cek Sputum Dahak 5. EKG 27. 28. Hasil lab darah 12 April 2016 29. 30. Jenis Peme riksa an
31. Hasil
32. Refere nsi
33. WBC
34. 8,5 x 103/mm3
35. 4,0-10
36. RBC
37. 5,18 x 106/uL
38. 3,505,50
39. HGB
40. 15,0 g/dL
41. 11,516,5
42. HCT
43. 42,9 %
44. 35,0-
55,0 45. MCV
46. 82,7 fl
47. 75,0100
48. MCH
49. 29,0 pg
50. 25,035,0
51. MCH C
52. 35,1 g/dl
53. 31,038,0
54. RDW %
55. 16,1 %
56. 11,016,0
57. PLT
58. 147 x 103/mm3
59. 100400
60. 61. 62. Diff Count 64. 1,1 x 103/fl 67. 13,7 % 70. 7,0 x 103/fl 73. 82,0 % 76. 0,4 x 103/fl 79. 4,3 %
63. Lym 66. Lym % 69. Gran 72. Gran % 75. Mid 78. Mid% 81.
65. 0,5-5,0 68. 15,0-50,0 71. 1,2-8,0 74. 35,0-80,0 77. 0,1-1,5 80. 2,0-15,0
82. 83. Pemeriksaan Kimia Darah 84. Jenis Pemeri ksaan 87. Glukos a 90. Gula 2 jam pp 93. Ureum
85.
86. Ref Hasil
88. 220 mg/d L 91. 415 mg/d L 94. 22 mg/d
96. Creati nin
L 97. 1,5 mg/d
ere nsi 89. 70115 92. 0170 95. 1743 98. 0,91,3
L 99. SGOT 102. GPT 105.
S
100.
101.
22 U/L 103.
0-37 104.
21 U/L
0-41
106. 107. 108. 109. 110. 111. 112. 113. 114. 115. 116. 117.
118. 119.
Hasil Foto Thorax
120.
Kesan :
Fibro infiltrate parahiler bilateral terutama suspect TB paru lama aktif
Defiasu trachea ke sinistra
Besar COR normal
Scoliotic thoracalis 121. 122. 123. 124. 125. 126. 127. 128. 129. 130. 131. 132.
Hasil EKG tanggal 12 April 2016
133.
134.
Hasil:
-
Susp. Left Ventricel Hypertrofi
-
Sinus Takikardi 135. 136.
II.8 Planning
137.
Planning terapi
1. Infus Asering + 1 amp Aminophilin 16 tpm 2. Inj. Lapixim 2x1gr 3. Vectrin 3x1 4. Salbutamol 3x2 5. Nebulizer Combican + Pulmicort /8 jam 6. Sanmol 3x1 138.
Planning monitoring
1. Rawat inap ruang bangsal Melati 2. Keadaan umum dan vital sign 3. Perbaikan gejala dan efek samping obat yang diberikan
139.
Planning edukasi
1. Bed rest 2. Makan 3 kali sehari 3. Kurangi konsumsi gula 140. 141. 142.
II.9 Prognosis
Quo ad Vitam
: dubia ad malam
Quo ad Functionam
: ad bonam
Quo ad Sanationam
: ad malam
143. 144. 145. 146. 147. 148. 149. 150. 151. 152. 153. 154. 155. 156. 157. 158. 159. 160. 161. 162. 163. 164. 165.
166. 167. 168. 169.
170. 171.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
172. 173.
2.1 Diabetes Mellitus 174.
Diabetes melitus merupakan penyakit kronik yang akan diderita
seumur hidup. Dalam perjalanan penyakitnya, dapat terjadi penyulit akut yang merupakan kegawatan dan penyulit menahun yang dapat menimbulkan kecacatan. Dalam pengelolaan penyakit tersebut selain dokter, perawat, ahli gizi serta tenaga kesehatan lain, peran pasien dan keluarga menjadi sangat penting. Edukasi kepada pasien dan keluarganya guna memahami lebih jauh tentang perjalanan penyakit DM, pencegahan penyulit DM, dan penatalaksanaannya
akan sangat membantu
keikutsertaan mereka dalam usaha memperbaiki hasil pengelolaan. 175.
Diabetes melitus sering disebut sebagai the great imitator, karena
penyakit ini dapat mengenai seluruh organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan. Diabetes melitus dapat timbul secara perlahan-lahan, sehingga pasien tidak menyadari akan adanya perubahan seperti minum yang menjadi lebih banyak, buang air kecil lebih sering ataupun berat badan yang menurun. Gejala-gejala tersebut dapat berlangsung lama sampai orang tersebut pergi ke dokter. Terkadang pula gambaran klinisnya tidak jelas, asimtomatik dan diabetes baru ditemukan pada saat pemeriksaan penyaring atau pemeriksaan untuk penyakit lain. 176. 1. Definisi 177.
Menurut American Diabetes Association (ADA) 2005, DM merupakan suatu
kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. 2. Klasifikasi 178. 1) DM Tipe I
Klasifikasi etiologi penyebab DM dibagi menjadi:
179. Destruksi sel beta pankreas dan umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut (Autoimun / Idiopatik) 2) DM Tipe II 180. Bervariasi, mulai yang dominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang dominan defek sekresi insulin disertai resistensi insulin 3) DM Tipe lain 4) Diabetes Melitus Gestasional (DMG) 181.
182.
184. Nam a lama 185. Umu r (th) 186. Kead aan klinik saat diagnosis 187. Kada r insulin 188. Berat badan 189. pi
Tera
D
183.
DM tipe 2
M tipe 1 190. D M Juvenil
196. DM dewasa
191. Bia sa<40 (tapi tak selalu)
197. Bias a>40 (tapi tak selalu)
192. at
198. gan
Ber
193. Tak ada insulin 194. Bia sanya kurus 195. Ins ulin, diet, olah raga.
202. 3. Faktor resiko A. Faktor risiko yang tidak bisa dimodifikasi – Riwayat keluarga dengan DM – Umur – Riwayat pernah menderita DM gestasional – Riwayat lahir dengan BB rendah B. Faktor risiko yang bisa dimodifikasi
Rin
199. Insu lin cukup / tinggi 200. Bias anya gemuk / normal 201. Diet , olah raga, tablet, insulin
– Berat badan lebih – Kurang aktifitas fisik – Hipertensi – Dislipidemia 203. 4.
Patofisiologi 204.
205.
5. Diagnosis 206. Kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhankeluhan sebagai berikut: 1) Keluhan Klasik 207. Gejala berupa 3P (poliuria, polidipsia, polifagia) disertai penurunan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya 2) Keluhan Lain 208. Badan lemas, kesemutan, gatal (pruritus), pandangan kabur, disfungsi ereksi pada pria, pruritus vulva pada wanita, luka sulit sembuh.
209.
210.
Gambar 1. Kriteria Diagnosis DM 211.
212. Jika keluhan ditemukan pada penderita, langkah selanjutnya adalah dengan pemeriksaan kadar gula darah (vena / perifer) yang terdiri dari: 1. Glukosa Darah Sewaktu (GDS) 2. Glukosa Darah Puasa (GDP) 3. Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO), dengan pemberian 75 gr glukosa setelah puasa (minimal 8 jam) dan diperiksa kadar gula darah 2 jam kemudian. 213. 214.
Diagnosis DM tergantung dari hasil yang diperoleh, yaitu : 215.
216.
GDPT 217.
Gambar 2. Patokan Diagnosis DM
Bia setelah pemeriksaan didapatkan kadar GDP 100-125 mg/dL
Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) 218. Bila setelah pemeriksaan TTGO didapatkan kadar glukosa darah 140199 mg/dL 219.
Diabetes Melitus ◦
Gejala klasik DM + GDS > 200 mg/dL, dan atau
◦
Gejala klasik DM + GDP > 126 mg/dL, dan atau
◦
Gejala klasik DM + TTGO > 200 mg/dL
220. 221.
Gambar 3. Langkah-langah diagnostik DM dan gangguan
222. 223. 224.
5. Penatalaksanaan Tujuan
penatalaksanaan
secara
umum
adalah
meningkatnya kualitas hidup penyandang DM. Tujuan penatalaksanaan terdiri dari (Arif, Mansjoer: 2001): 1. Jangka Pendek 225.
Hilangnya keluhan dan tanda DM, mempertahankan rasa nyaman, dan
tercapainya target pengendalian glukosa darah
2. Jangka Panjang 226.
Tercegah & terhambatnya progresivitas penyulit mikroangiopati,
makroangiopati, dan neuropati. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas DM. 227.
Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian kadar
glukosa darah, tekanan darah, berat badan, dan profil lipid melalui pengelolaan pasien secara holistik dengan mengajarkan perawatan mandiri dan perubahan perilaku. Pilar penatalaksanaan DM terdiri dari (1) edukasi; (2) terapi gizi medis; (3) latihan jasmani; (4) intervensi farmakologis. Penatalaksanaan DM dimulai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani selama beberapa waktu (2-4 minggu). Apabila kadar glukosa darah belum mencapai sasaran, dilakukan intervensi farmakologis dengan Anti Diabetik Oral (ADO) dan atau suntikan insulin. 228.
Pengelolaan DM dimulai dengan terapi gizi medis dan latihan jasmani
selama beberapa waktu ( 2 – 4 minggu). Apabila kadar glukosa darah belum mencapai sasaran, dilakukan intervensi farmakologis dengan Anti Diabetik Oral (ADO) dan atau suntikan insulin. Pada keadaan tertentu, ADO dapat segera diberikan secara tunggal atau langsung kombinasi, sesuai indikasi. Dalam keadaan dekompensasi metabolik berat, misalnya ketoasidosis berat, stres berat, berat badan yang menurun dengan cepat, adanya ketonuria, insulin dapat segera diberikan. Pengetahuan tentang pemantauan mandiri tanda dan gejala hipoglikemia dan cara mengatasinya harus diberikan pada pasien, sedangkan pemantauan kadar glukosa darah dapat dilakukan secara mandiri, setelah mendapat pelatihan khusus. 229.
Edukasi
230.
Berikan pemahaman tentang :
Perjalanan penyakit DM
Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM
Penyulit DM dan risikonya
Intervensi farmakologis dan non-farmakologis serta target perawatan.
Interaksi antara asupan makanan, aktifitas fisik, dan obat hipoglikemik oral atau insulin serta obat-obatan lain.
Cara pemantauan glukosa darah dan pemahaman hasil glukosa darah atau urin mandiri (hanya jika pemantauan glukosa darah mandiri tidak tersedia).
Mengatasi sementara keadaan gawat darurat seperti rasa sakit, atau hipoglikemia.
Pentingnya latihan jasmani yang teratur.
Pentingnya perawatan diri.
Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan.
231.
Terapi gizi medis (TGM) Setiap diabetes sebaiknya mendapat TGM sesuai dengan kebutuhannya guna
mencapai target terapi. Prinsip pengaturan makan pada diabetes hampir sama dengan anjuran makan untuk masyarakat umum, yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Pada diabetis perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis dan jumlah makanan, terutama pada mereka yang menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin. 232.
Perencanaan Makanan
233. Dengan komposisi seimbang antara KH, protein, dan lemak. Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut dan kesegaran jasmani untuk mencapai berat badan ideal. 234. Jumlah kalori dihitung seimbang berdasarkan BB idaman x kebutuhan basal + kebutuhan kalori untuk aktivitas. 235.
Dengan catatan :
-Status Gizi = BB aktual x 100% / TB (cm) – 100 -
BB idaman = (TB – 100) – 90%
-
Kebutuhan basal 30 kkal/kgBB untuk laki-laki dan 25 kkal/kgBB untuk wanita -
Kebutuhan kalori sesuai aktivitas / kalori yang dikeluarkan dalam kegiatannya : ringan 30 %, sedang 20 % dan berat 10 %
-
Jumlah kandungan kolesterol 300 mg/hari, jumlah kandungan serat +/- 25 g/hari diutamakan serat yang larut. Konsumsi garam dibatasi bila hipertensi serta pemanis dapat digunakan secukupnya. 236.
Latihan Jasmani
237.
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur
(3-4 kali seminggu selama 30 menit) merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan DM tipe 2. Latihan jasmani selain untuk menjaga
kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitifitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. 238.
Dianjurkan latihan jasmani 3-4 kali tiap minggu selama
30menit (kurang lebihnya). 239.
240.
Gambar 3. Aktivitas fisik sehari-hari
241. a) Continous : Latihan harus berkesinambungan dan dilakukan terus-menerus tanpa henti. Contoh jogging 30 menit tanpa istirahat b) Rytmical : Latihan olahraga harus dipilih yang berirama yaitu otot-otot berkontraksi dan berelaksasi secara teratur. c) Interval : Latihan olahraga selang-seling antara gerak cepat dan lambat. Contoh : jalan cepat diselangi jalan lambat d) Progressive : Latihan secara bertahan sesuai dengan kemampuan dari intensitas ringan hingga mencapai 30-60 menit. Sasaran Heart rate 75-85% dari Maksimum Heart Rate dimana Maksimum heart rate = 220-umur (dalam tahun). e) Endurance :
Latihan daya
tahan untuk meningkatkan kemampuan
kardiorespirasi seperti jalan santai/cepat sesuai umur, jogging, berenang dan bersepeda.
242. 6. Intervensi Farmakologis a. Anti Diabetik Oral (ADO)
Insulin sekretagog : Sulfonilurea (Glibenklamid, Glimepirid, Glikuidon) dan Glinid (Repaglinid)
Penambah
sensitivitas
terhadap
insulin
:
Biguanid
(Metformin),
Tiazolidinedion (Rosiglitazon)
Penghambat glukoneogenesis : Biguanid (Metformin)
Penghambat absorbsi glukosa intestinal / penghambat α-glukosidase : Acarbose
b. Insulin
Insulin kerja cepat (rapid acting insulin) : Humalog®, Apidra®, Novorapid®
Insulin kerja pendek (short acting insulin) : Actrapid®, Humulin R®
Insulin kerja menengah (intermediate acting insulin) : Insulatard®, Humulin N®
Insulin kerja panjang (long acting insulin) : Lantus®, Levemir®
Insulin campuran tetap, kerja pendek dan menengah (premixed insulin) : Humalog® Mix 25, Novomix®, Mixtard®, Humulin® 30/70
243. 244.
Gambar 4. Mekanisme Kerja Obat
7. Komplikasi 245.
Komplikasi DM dibagi menjadi 2, yaitu:
Komplikasi AKut
Ketoasidosis Diabetik (KAD)
Hiperosmolar Non-Ketotik (HONK)
Hipoglikemia
Komplikasi Kronik Diabetes Melitus 246.
1. Mikroangiopati
A. Retinopati diabetik B. Nefropati diabetik C. Neuropati (termasuk resiko terjadinya ulkus kaki / gangren diabetikum) 247.
2.Makroangiopati
A. Pembuluh darah otak / PPDO (cerebro vascular disease / CVD) B. Pembuluh darah jantung (penyakit jantung koroner diabetik) C. Pembuluh darah tepi (peripheral arterial disease / PAD) : ulkus kaki / gangren diabetikum 248. 249.
7. Pencegahan
Menurut WHO tahun 1994 upaya pencegahan pada diabetes
ada tiga jenis atau tahap yaitu : 1. Pencegahan primer : Semua aktifitas yang ditunjukkan untuk mencegah timbulnya hiperglikemia pada individu yang berisiko untuk menjadi diabetes atau pada populasi umum. 2. Pencegahan sekunder :
Kegiatan menemukan DM sedini
mungkin, misalnya dengan tes penyaringan terutama pada populasi risiko tinggi.
Dengan demikian pasien diabetes yang
sebelumnya tidak terdiagnosis dapat terjaring hingga demikian dapat dilakukan upaya-upaya untuk mencegah komplikasi, kalaupun sudah ada komplikasi masih reversibel. 3. Pencegahan tersier
:
Semua upaya untuk mencegah
komplikasi atau kecacatan akibat komplikasi itu.
Usaha ini
meliputi mencegah timbulnya komplikasi, mencegah progresi daripada komplikasi itu supaya tidak menjadi kegagalan organ, dan mencegah kecacatan tubuh. 250.