Pertanggung Jawaban Perdata Seorang Dokter dalam Kasus Malpraktek Medis
PERTANGGUNGJAWABAN PERDATA SEORANG DOKTER DALAM KASUS MALPRAKTEK MEDIS Zulhasmar Syamsu,1 Venny Sulistyawati1 Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta Salemba Raya 6, Jakarta 10430
[email protected]
1
Abstract Actually, this malpractice is not only related to the physician / health kalangangan, because other professions also can do as lawyers, teachers, journalists and others. However, because other professions less problematic than with health circles, the term is more attached to the health, especially among doctors. This will be discussed in this study is about How to implement the values contained in the Code of Medical Ethics Indonesia (Keki) for a doctor? How is accountability and medical personnel (doctors) in the event of a medical malpractice case? The objectives of the research conducted by the authors is to find out how to implement the values contained in the Code of Medical Ethics Indonesia (KEKI) for a doctor. and to find out how the accountability of medical personnel (doctors) in the event of a medical malpractice case. The method of writing this thesis is the normative method. Normative legal writing is also called the writing of literature (Library Research) is the research done by searching or reviewing and analyzing library materials or the materials ready-made documents. Keywords: Responsibility, Docter, Malpractice
jarang bermasalah dibandingkan dengan kalangan
Pendahuluan Malpraktek telah dikenal dari dahulu, per-
kesehatan, maka istilah ini lebih melekat pada kala-
kembangan kasus demi kasus pun semakin banyak
ngan kesehatan terutama kalangan dokter. Oleh se-
dan variatif seiring derasnya arus globalisasi yang
bab itu. Bila disebut malpraktek, maka asumsi ma-
melanda dunia. Indonesia adalah salah satu negara
syarakat adalah malpraktek yang dilakukan dokter.
yang kasus malprakteknya semakin merajalela dan
Istilah yang benar ini adalah malpraktek medis.
banyak yang mucul kepermukaan dan digugat se-
Berdasarkan latar belakang yang telah saya
cara formal oleh pasien/keluarga kesidang penga-
uraikan di atas, maka penulis merumuskan beberapa
dilan atau masih dalam tingkat pengaduan ke ins-
pokok permasalahan, yaitu:
tansi Kepolisian maka tidak salah jika hal ini meru-
1. Bagaimana melaksanakan nilai-nilai yang ter-
pakan salah satu yang ditakutkan kalangan kese-
kandung
dalam
Kode
Etik
Kedokteran
hatan dalam pelayanan kesehatan kepada masya-
Indonesia (KEKI) bagi seorang dokter? 2. Bagaimanakah pertanggungjawaban tenaga me-
rakat. Penjelasan mengenai malpraktek yang ditunjukkan masyarakat awam sebetulnya tidak mu-
dis (dokter) dalam hal terjadinya kasus malpraktek medis?
dah, maka dari itu harus benar – benar bijaksana dalam menjelaskan apa itu malpraktek. Sebetulnya
Adapun tujuan dari penelitian yang dilaku-
malpraktek ini tidak saja berkaitan dengan dokter/
kan oleh penulis adalah untuk menganalisis :
kalangangan kesehatan, sebab profesi lain juga bisa
1. Untuk mengetahui bagaimana melaksanakan ni-
melakukannya seperti pengacara, guru, wartawan
lai-nilai yang terkandung dalam Kode Etik Ke-
dan lain-lain. Namun karena profesi yang lain lebih
dokteran Indonesia (KEKI) bagi seorang dokter.
Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 3, Agustus 2011
268
Pertanggung Jawaban Perdata Seorang Dokter dalam Kasus Malpraktek Medis
2. Untuk mengetahui bagaimanakah pertanggungjawaban tenaga medis (dokter) dalam hal terjadinya kasus malpraktek medis.
Hubungan
Hukum–Membentuk
Pertang-
gungjawaban Perdata Bagi Dokter Hubungan hukum dokter dan pasien dari sudut perdata berada dalam suatu perikatan hukum.
Metode penulisan skripsi ini adalah metode
Perikatan hukum adalah suatu ikatan antara dua atau
normatif. Penulisan hukum normatif disebut juga
lebih subjek hukum untuk melakukan atau tidak
penulisan kepustakaan (Library Research) adalah
melakukan sesuatu atau memberikan sesuatu (1313
penelitian yang dilakukan dengan cara menelusuri
jo 1234 BW). Sesuatu disebut prestasi. Untuk me-
atau menelaah dan menganalisis bahan pustaka atau
menuhi prestasi yang pada dasarnya adalah suatu
bahan dokumen siap pakai. Dalam penelitian hukum
kewajiban hukum bagi para pihak yang membuat
bentuk ini dikenal sebagai Legal Research, sering
perikatan hukum (pada perikatan hukum timbal
juga disebut penelitian hukum doktriner, dan pene-
balik). Bagi pihak dokter, prestasi berbuat sesuatu
litian kepustakaan atau studi dokumen, seperti un-
adalah kewajiban hukum untuk berbuat dengan se-
dang-undang, buku-buku yang berkaitan dengan
baik dan secara maksimal (perlakuan medis) bagi
permasalahannya.
kepentingan kesehatan pasien, dan kewajiban hukum untuk tidak berbuat salah atau keliru dalam
Pembahasan
perlakuan medis, dalam arti kata kewajiban untuk
Hubungan Keperdataan Antara Dokter de-
pelayanan kesehatan pasien dengan sebaik-baiknya.
ngan Pasien
Malpraktik kedokteran dari sudut perdata terjadi
Dari sudut hukum perdata, perlakuan medis
apabila perlakuan salah dokter dalam hubungannya
oleh dokter pada pasien didasari oleh suatu ikatan
dengan pemberian prestasi menimbulkan kerugian
atau hubungan dalam perjanjian apa yang disebut
keperdataan (diatur dalam hukum perdata).
dengan inspanings verbentenis. Dalam Inspanings
Perikatan hukum lahir oleh 2 (dua) sebab
verbentis, kewajiban hukum dokter adalah berupa
atau sumber, yang satu oleh suatu kesepakatan
kewajiban berusaha sekeras-kerasnya dan sungguh-
(1313 BW) dan yang lainnya oleh sebab UU ( 1352
sungguh untuk berbuat (perlakuan) pengobatan atau
BW). Hubungan hukum dokter pasien berada dalam
penyembuhan atau pemulihan kesehatan pasien,
jenis perikatan hukum yang lahir sebab UU. Pelang-
yang didalam kewajiban sungguh-sungguh itu me-
garan hukum dokter atas kewajiban hukum dokter
ngandung sekaligus kewajiban perlakuan yang be-
karena UU membawa suatu keadaan perbuatan me-
nar dari sudut disiplin kedokteran, kebiasaan yang
lawan hukum (onrechtmatige daad) dokter dimana
wajar dalam kalangan dokter dan kepatutan. Perla-
kedua-duanya
kuan yang tidak benar menimbulkan kerugian meru-
penggantian kerugian.
mengemban
pertanggungjawaban
pakan perbuatan melawan hukum (onrerchtmatige
Tidak menjadi sembuhnya pasien–tidak me-
daad). Karena hubungan ini berada dalam suatu ke-
rupakan alasan wanprestasi bagi dokter, karena hu-
rangka perikatan hukum (perdata) maka perlakuan
bungan dokter pasien bukan hubungan yang memuat
dokter pada pasien membentuk pertanggung-
kewajiban hukum yang ditujukan pada hasil pe-
jawaban perdata.
nyembuhan, melainkan kewajiban untuk perlakuan medis (penyembuhan) dengan sebaik-baiknya (tidak
269
Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 3, Agustus 2011
Pertanggung Jawaban Perdata Seorang Dokter dalam Kasus Malpraktek Medis
salah langkah atau salah prosedur) dan secara mak-
cayaan belaka, disamping mungkin dengan alasan
simal berdasarkan disiplin kedokteran. Hubungan
tidak praktis – terlalu mengada-ada – tidak berguna
hukum yang demikian didasarkan pada kepercayaan
dan sangat birokratis. Kecuali dalam pelayanan me-
(saling percaya) antara kedua belah pihak. Karena
dis tertentu yang sangat berisko disarankan dibuat
itulah bentuk perikatan hukum dokter pasien ter-
dalam bentuk perjanjian tertulis, yang dalam praktik
masuk inspannings verbentenis.
kedokteran sekedar dimintakan persetujuan pada
Penyembuhan atau pemulihan kesehatan
pasien atau keluarga yang terdekat. Persetujuan se-
bukanlah suatu kewajiban hukum dokter, melainkan
macam itu tidak dapat dipakai sebagai alasan pem-
suatu kewajiban moral dan etika belaka, yang aki-
benaran perlakuan medis yang menyimpang. Perse-
batnya bukan sanksi hukum, tetapi sanksi moral dan
tujuan pasien atau keluarganya hanya sekedar mem-
sosial. Jadi, sepanjang perlakuan medis terhadap pa-
bebaskan resiko hukum bagi timbulnya akibat yang
sien telah dilakukan secara benar dan patut menurut
tidak dikehendaki dalam hal perlakauan medis yang
disiplin medis, tanpa hasil penyembuhan yang di-
benar dan tidak menyimpang. Walauapun ada per-
harapkan–tidaklah melahirkan malpraktik kedok-
setujuan semacam itu, apabila perlakuan medis dila-
teran dari sudut hukum. Namun apabila setelah per-
kukan secara salah yang dari padanya menimbulkan
lakuan medis-terjadi keadaan tanpa hasil sebagai-
akibat yang tidak dikehendaki, dokter juga tetap ter-
mana yang diharapkan (tanpa penyembuhan) atau
bebani tanggung jawab terhadap akibatnya.
bisa jadi lebih parah sifat penyakitnya, oleh sebab perlakuan medis dokter, perlakuan medis mana me-
Hubungan hukum dokter – pasien, terben-
nyalahi displin kedokteran atau menyimpang dari
tuk karena kesepakatan
standard, maka dokter dapat berada dalam keadaan
Kesepakat telah terbentuk pada saat pasien
malpraktik kedokteran. Tentu dengan syarat, ialah
menghadap dokter (baik praktik pribadi maupun
tidak sembuh atau lebih parah penyakit pasien se-
rumah sakit). Logika hukumnya, ialah dokter yang
telah perlakuan medis, dan dari sudut disiplin ke-
berpraktik ialah telah melakukan penawaran umum
dokteran dua keadaan itu benar-benar sebagai akibat
(openbare aanbod) in casu memberikan jasa pela-
(causal verband) dari salah perlakuan medis oleh
yanan medis – sebagai syarat pertama dari terben-
dokter. Jika syarat ini ada, maka dokter telah berada
tuknya kesepakatan. Pada dasarnya perbuatan pasien
dalam malpraktik kedokteran, karenanya pula pa-
yang datang menghadap untuk dilayani dokter, ada-
sien berhak menuntut penggantian kerugian (ma-
lah wujud dari penerimaan penawaran tersebut. Me-
teriil dan moril) atas kesalahan perlakuan medis
nurut hukum, kesepakatan terjadi ialah bila ada pe-
dokter tersebut. Kesepakatan dalam perikatan hu-
nawaran oleh satu pihak, dan penawaran diterima
kum dokter – pasien timbulnya secara diam-diam
atau disetujui oleh pihak lain. Menghadapnya pasien
dan lebih bersifat kepercayaan, dan adalah tidak wa-
pada dokter, itu artinya suatu persetujuan yang in
jar kesepakatan itu dibuat bentuk tertulis apalagi
casu di dalamnya terkandung kehendak dan ijin
otentik. Bukan berarti tidak boleh dibuat secara ter-
pada dokter agar kepada dirinya diberikan pela-
tulis bahkan dalam bentuk akta otentik sekalipun.
yanan medis sesuai dengan keperluan menurut di-
Ketidak wajaran itu barangkali hanya karena hubu-
siplin kedokteran yang berlaku. Bagi dokter yang
ngan dokter – pasien didasari hubungan keper-
berpraktik, kehadiran seorang pasien, menurut hu-
Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 3, Agustus 2011
270
Pertanggung Jawaban Perdata Seorang Dokter dalam Kasus Malpraktek Medis
kum adalah penawaran pelayanan kesehatan telah di
baik dalam hal berbuat (aktif) maupun tidak berbuat
terima oleh pasien. Karena penawaran dokter telah
(pasif) dalam perlakuan medis terhadap pasien. Ke-
diterima, maka kesepakatan terjadi, dan terjadi pula
rugian haruslah benar-benar diakibatkan oleh per-
suatu hubungan hukum (hubungan hukum pelaya-
lakuan medis yang salah dokter, dan harus dibuk-
nan
pasien.
tikan baik dari sudut ilmu kedokteran (terutama da-
Dalam hubungan hukum memuat hak-hak dan ke-
lam hal akibat merugikan kesehatan dan jiwa) dan
wajiban hukum para pihak secara umum yang ber-
sudut ilmu hukum atau ilmu lainnya seperti
laku bagi dokter dan pasien – walaupun tidak dibuat
psikhology atau kepatutan (dalam hal kerugian ma-
secara formal tertulis apalagi otentik. Pelaksanaan
teriil dan moril).
medis)
antara
dokter
dan
kewajiban hukum dibayangi adanya resiko berupa sanksi, mulai dari yang ringan sampai yang terberat,
Pertanggungjawaban Dokter dalam Hukum
yang bersifat moral kemasyarakatan sampai hukum
Perdata
(administrasi, perdata dan pidana). Bagi dokter ke-
Dalam proses perdata yang menyangkut gu-
wajiban perlakuan medis secara umum artinya harus
gatan seorang pasien terhadap dokter yang mena-
sesuai standard umum kedokteran, walaupun pasien
nganinya, hampir semua menyangkut masalah tun-
tidak mengerti isi standard perlakuan menurut stan-
tutan ganti rugi.
dard umum tersebut. Pelanggaran terhadap standard
Dasar untuk pertanggungjawaban medik
umum inilah salah satu aspek dari malpraktik ke-
adalah perbuatan melawan hukum (onrechtmatige
dokteran. Dokter dengan berlindung pada kewajiban
daad), dokter telah berbuat melawan hukum karena
rahasia dokter, banyak yang merasa tidak perlu un-
tindakannya bertentangan dengan azaz kepatutan,
tuk memberitahukan tentang sekitar perlakuan me-
ketelitian serta sikap hati-hati yang diharapkan dari
dis terhadapnya dalam upaya penyembuhan pasien,
padanya dalam pergaulan dengan sesame warga ma-
walaupun hal itu menjadi hak pasien.
syarakat
Lain sifatnya dalam hal pelanggaran peri-
(tanggungjawab
berdasarkan
undang-
undang).
katan hukum yang lahir karena UU (1352 BW), bi-
Dalam hal ini yang berlaku adalah Pasal 58
lamana dalam perlakuan medis dokter terdapat ke-
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
salahan dengan menimbulkan kerugian, maka pa-
Kesehatan, 1365 KUH Perdata (Pasal 1401 BW)
sien berhak menuntut adanya penggantian kerugian
mengenai ketentuan perbuatan melanggar hukum.
itu berdasarkan perbuatan melawan hukum (1365
Untuk dapat mengajukan gugatan berdasarkan per-
BW). Pasal 1365 merumuskan “Tiap perbuatan
buatan melanggar hukum harus dipenuhi 4 (empat)
melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada
syarat seperti yang tersebut dalam Pasal 1365 KUH
orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya
Perdata, yaitu:
menimbulkan kerugian itu, untuk mengganti keru-
1. Pasien harus mengalami suatu kerugian;
gian tersebut”. Karena salahnya, dalam hal perla-
2. Ada kesalahan atau kelalaian (disamping perse-
kuan medis dokter yang menimbulkan kerugian pa-
orangan, rumah sakit juga bisa bertanggung ja-
sien dapat masuk dalam kategori perbuatan mela-
wab atas kesalahan atau kelalaian pegawainya);
wan hukum menurut pasal ini. Salahnya disini boleh dalam bentuk kesengajaan ataupun kelalaian dokter 271
3. Ada hubungan kausal antara kerugian dan kesalahan;
Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 3, Agustus 2011
Pertanggung Jawaban Perdata Seorang Dokter dalam Kasus Malpraktek Medis
4. Perbuatan itu melanggar hukum. Pada pertanggungjawaban dalam perbuatan melanggar hukum, unsur kesalahan itu berdiri sendiri (schuld wet zelfstanding vereist). Dilain pihak nampaknya masalah tentang kesalahan dalam perbuatan melanggar hukum, pada kejadian-kejadian tertentu nilainya menjadi kurang penting karena ada kecendrungan unsur kesalahan “dikhayal-
Sedangkan yang dimaksud dengan PMH menurut pasal 1365 KUHPer adalah: a. adanya perbuatan yang melanggar undang-undang, ketertiban & kesusilaan b. adanya perbuatan yang melanggar hak orang lain c. adanya perbuatan yang tidak memenuhi kewajiban yang harus dipenuhi.
kan” (de schuldfictie), “diandaikan” (de schuldvermoeden), “diobyektifsir” (de schuldobjectivering).
Sedangkan perbuatan melawan hukum, hingga saat ini belum ada pengertian yang positif.
Dari ketiga teknik ini, dikhayalkan adalah
Meski demikian secara sempit menurut rumusan
yang paling kasar sehingga disebut sebagai keto-
Hoge Raad sebelum tahun 1919 adalah bahwa mela-
lolan dogmatic (eengogmatische dwaassheid) wa-
wan hukum adalah sekedar suatu perbuatan yang
laupun dapat mencapai hasil yang benar. Sedang de-
melanggar hak-hak subyektif orang lain atau yang
ngan schuldvermoeden, seorang hakim dalam hal-
bertentangan dengan kewajiban hukum dari si pem-
hal tertentu dapat memutar/mengalihkan beban
buat sendiri. Dengan kata lain bahwa suatu perbua-
pembuktian. Pelaku harus membuktikan bahwa ia
tan dikatakan melanggar hukum, jika perbuatan ter-
tidak bersalah. Pada schuldobjectivering, pelaku
sebut tidak sesuai dengan undang-undang (melawan
yang konkrit diabstrahir. Ukuran yang dipakai bu-
undang-undang). Sedangkan menurut arrest, bahwa
kan individualistis subyektif, tetapi dikaitkan pada
berbuat atau tidak berbuat merupakan suatu per-
manusia pada umumnya.
buatan melawan hukum, jika memenuhi beberapa
Karena ukuran yang diperlukan untuk me-
persyaratan :
nentukan adanya kesalahan bukan lagi ukuran
1. melanggar hak orang lain;
individualistis subyektif atau perorangan sebagai-
2. bertentangan dengan kewajiban hukum dari si
mana halnya si pelaku tetapi didasarkan ketekunan,
pembuat;
kecermatan, ketelitian dan kehati-hatian (Zorguul-
3. bertentangan dengan kesusilaan;
digheid) dari seorang dokter yang dianggap mempu-
4. bertentangan dengan kepatutan yang berlaku da-
nyai kemampuan sesuai dengan akal sehat (redelijk
lam lalu lintas masyarakat terhadap diri dan ba-
bekwaam). Sehingga dapat disimpulkan bahwa un-
rang/jasa orang lain.
sur kesalahan yang terdapat dalam perjanjian dan pelanggaran hukum (wanprestasi dan perbuatan me-
Lalu bagaimana dengan tanggung jawab
langgar hukum) dalam kenyataannya perbedaannya
pemberi pelayanan kesahatan dalam hal ada dugaan
sering sangat kecil.
kasus malpraktek? Berkaitan dengan aspek kesa-
Unsur-unsur dari ketentuan yang ada di dalam pasal 1365 KUHPer, adalah: ada perbuatan
lahan medis, khususnya pada dokter yang memberikan pelayanan kesehatan
melanggar hukum, ada kesalahan, ada kerugian, ada hubungan kausal antara kesalahan & kerugian. Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 3, Agustus 2011
272
Pertanggung Jawaban Perdata Seorang Dokter dalam Kasus Malpraktek Medis
Batas Tanggung Jawab Tenaga Kesehatan
dahulu harus melihat apakah kesalahan tersebut
(Dokter)
dilakukan oleh dokter itu sendiri atau tenaga medis
Dalam hal pertanggungjawaban atas pelaya-
lain. Setiap masalah yang terjadi baik sengaja atau-
nan medis yang mana pihak pasien merasa dirugi-
pun tidak sengaja perlu diteliti terlebih dahulu. Jika
kan maka perlu untuk diketahui siapa yang terkait di
kesalahan yang dilakukan oleh para medis tersebut
dalam tenaga medis tersebut. Tenaga Medis yang
khusus dokter yang melakukan, biasanya pihak ru-
dimaksud adalah dokter, yang bekerjasama dengan
mah sakit yang bertanggung jawab secara umum-
tenaga profesional lain dalam menyelenggarakan
nya. Dan dokter sebagai pelaksana tindakan juga
dan memberikan pelayan medis kepada masyarakat
dapat dikenakan sanksi. Terhadap tenaga kesehatan khususnya yang
atau pasien. Pertanyaannya adalah siapa yang bertang-
bekerja di rumah sakit, ada dua tenaga yaitu: tenaga
gungjawab? Dokter atau Rumah Sakit? Pada hake-
dari PNS (Pegawai Negeri Sipil) dan Swasta. Di
katnya rumah sakit adalah sebuah organisasi yang
dalam melaksanakan tugas profesinya, baik tenaga
dibuat oleh badan hukum (yayasan, perkumpulan,
dari PNS ataupun Swasta mempunyai perbedaan
PT, atau badan hukum lain). Salah satu prinsip
dalam tanggung jawab. Terhadap tenaga kesehatan
organisasi adalah prinsip authority, yaitu bahwa di
(dokter) dari PNS yang melakukan kesalahan/
dalam organisasi maupun harus ada pucuk pimpinan
kelalaian dalam tindakan medis, biasanya dokter ter-
yang memikul tanggung jawab tertinggi, harus ada
sebutdiberikan sanksi berupa pemindahan kerja ke
batas wewenang yang tegas mulai dari yang terting-
instansi kesehatan lain atau pemberhentian semen-
gi sampai setiap orang di kelompok organisasi ter-
tara, bahkan pemberhentian tidak dengan hormat
sebut.
jika dianggap pelanggaran tersebut merupakan peDi dalam sebuah rumah sakit, otoritas ter-
langgaran disiplin tingkat berat. Hal ini sesuai de-
tinggi adalah CEO yang juga disebut sebagai Di-
ngan peraturan disiplin PNS yangterutang dalam
rektur/Kepala Rumah Sakit. Namun tanggung jawab
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Po-
hukum (Legal Liability) pada instansi terakhir ada-
kok-Pokok Kepegawaian yang telah diubah melalui
lah tetap di pundak pemilik (Badan Hukum-nya).
Undang-Undang Nomor 43 tahun 1999 tentang pe-
Tanggung jawab yuridis rumah sakit mencakup 3
rubahan atas Undang-Undang Nomor 8 tahun 1974
bidang, yaitu Personalia, saranan dan peralatan
tentang Pokok-Pokok Kepegawaian .
medik, kewajiban memberikan pelayanan yang
Sedangkan terhadap dokter yang swasta,
baik. Dalam hal tanggung jawab Personalia, ter-
dalam hal melakukan kesalahan biasanya sanksi
dapat doktrin hubungan majikan-karyawan (Vica-
yang dijatuhkan berupa diberhentikan dari rumah
rious Liability), (Respondeat Superior, Let the
sakit tempat ia bekerja sesuai dengan kesepakatan
Master Answe). Yang perumusan yuridisnya tercan-
dalam kontrak kerjanya. Dan akibat dari kesalahan
tum dalam pasal 1367 jo 1365, 1366 KUH Perdata.
dokter atau paramedis lain yang menyebabkan ke-
Jika dalam tindakan medis terjadi kesalahan dan mengakibatkan kerugian dari pihak pasien,
rugian terhadap pasien akan menjadi beban bagi pihak rumah sakit.
maka tanggung jawab tidak langsung kepada pihak
Pemberian sanksi juga diatur dalam ke-
rumah sakit. Mengenai tanggung jawab terlebih
tentuan Pasal 54 (1) UU No,36/ 2009 Tentang
273
Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 3, Agustus 2011
Pertanggung Jawaban Perdata Seorang Dokter dalam Kasus Malpraktek Medis
Kesehatan yaitu “terhadap tenaga kesehatan yang
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat
melakukan kesalahan atau kelalaian dalam melak-
disimpulkan, untuk menggugat TK, pasien harus da-
sanakan profesinya dapat dikenakan tindakan di-
pat menentukan kelalaian TK yang mana, kemudian
siplin”.
apakah kerugian yang diderita pasien, betul diseMengenai tanggung jawab diatur dalam
bebkan oleh kelaian TK. Dengan kperkataan lain,
Pasal 1367 KUH Perdata sebagi penjabaran lebih
apakah kelalaian TK menyebabkan kerugian yang
lanjut mengenai siapa dan apa saja yang berada di
diderita pasien.
bawah tunggung jawabnya. Masalah tanggung jawab hukum perdata ini membawa akibat bahwa
Pertanggungjawaban Rumah Sakit dalam
yang bersalah (yaitu yang menimbulkaan kerugian
kaitannya dengan tanggung jawab terhadap
kepada pihak lain) harus membayar ganti rugi.
personalia
Kemudian yang dimaksudkan dengan kesa-
Kasus hukum dalam pelayanan medis
lahan (schuld), diartikan adanya unsur kesengajaan.
umumnya terjadi di rumah sakit dimana tenaga ke-
Dengan sengaja merugikan orang lain. Kemudian
sehatan bekerja. Menurut Keputusan Menteri Kese-
pasal 1366 KUHPer menentukan: “Seorang tidak
hatan RI Nomor 722/Menkes/SK/XII/2002 tentang
saja bertanggungjawab untuk kerugian yang di-
Pedoman Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital
sebabkan perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian
By Laws), bahwa rumah sakit merupakan suatu yang
yang disebabkan oleh kelalaian atau kurang hati-
pada pokoknya dapat dikelompokkan menjadi:
hatinya.”
pelayanan medis dalam arti luas yang menyangkut
Ketentuan pasal 1365 KUHPer menye-
kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabi-
butkan adanya kesalahan (schuld), sedangkan pasal
litatif pendidikan dan latihan tenaga medis, pene-
1366 KUHPer menentikan adanya kelalaian (nala-
litian dan pengembangan ilmu kedokteran.
tigheid). Jadi, apakah perbuatan itu disengaja, atau
Berdasarkan ketentuan tersebut pada dasar-
pun karena kalalaian/kurang hati-hati, asalkan me-
nya terdapat 4 (empat) bagian berkaitan dengan per-
nimbulkan kerugian, maka pihak yang dirugikan da-
tanggungjawaban rumah sakit selaku pelayanan me-
pat menggugat ganti rugi. Dengan perkataan lain:
dis, yaitu (1) tanggung jawab terhadap Personalia,
a. apabila terjadi kesalahan/kelalaian, namun tidak
(2) saranan dan peralatan medik, (3) kewajiban
menimbulkan kerugian, tidak dapat digugat
memberikan pelayanan yang baik dan (4) tanggung
ganti rugi
jawab keamanan bangunan dan perawatannya.
b. begitu pula apabila terdapat kerugian, namun
Pertanyaannya adalah siapa yang bertang-
tidak terdapat kesalahan/kelalaian, maka tidak
gungjawab. Dokter atau Rumah Sakit. Pada hake-
dapat digugat ganti rugi
katnya rumah sakit adalah sebuah organisasi yang
c. di samping itu, ada kerugian, ada kesalahan/ ke-
dibuat oleh badan hukum (yayasan, perkumpulan,
lalaian, namun tidak ada hubungan sebab aki-
PT, atau badan hukum lain). Salah satu prinsip
bat, maka itu pun tidak dapat digugat ganti rugi
organisasi adalah prinsip authority, yaitu bahwa di
d. keempat unsur dari PMH harus dipenuhi
dalam organisasi maupun harus ada pucuk pimpinan yang memikul tanggung jawab tertinggi, harus ada batas wewenang yang tegas mulai dari yang
Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 3, Agustus 2011
274
Pertanggung Jawaban Perdata Seorang Dokter dalam Kasus Malpraktek Medis
tertinggi sampai setiap orang di kelompok or-
inhoud van de verbintenis en de overmatch”, yang
ganisasi tersebut.
terbit pada tahun 1953 di WPNR 4316-4324 (Bunga
Berkaitan dengan tanggung jawab hukum
Rampai Medical Malpractice, MARI, 1992:3-4).
pemberi pelayanan kesehatan dalam hal ada dugaan
Suatu perikatan disebut perikatan hasil apa-
kasus malpraktek terutama pertanggungjawaban hu-
bila debitur berkewajiban menghasilkan suatu hasil/
kum rumah sakit, dalam hal ini sebagai suatu badan
akibat, misalnya dokter gigi menambal gigi yang
hukum bisa dituntut atas kerugian yang terjadi, bisa
berlubang, hasilnya adalah gigi tidak berlubang lagi
melalui 2 (dua) cara:
dan penyakit giginya menjadi sembuh. Berbeda de-
a. langsung sebagai pihak, pada suatu perjanjian
ngan perikatan usaha, pengertiannya adalah suatu
bila ada wanprestasi;atau
perikatan dimana debitur berkewajiban dengan suatu
b. tidak langsung sebagai majikan bila karyawan-
usaha (pemeliharaan, perawatan, pengabdian) guna
nya dalam pengertian peraturan perundang-un-
mencapai suatu tujuan tertentu, misalnya seorang
dangan melakukan perbuatan melanggar hu-
ahli bedah dalam melakukan operasi katup jantung
kum.
(Hendrojono, 2007). Hasilnya tidak selalu dapat
Hukum
perdata
membedakan
kategori
dipastikan dapat menyembuhkan penyakit yang di-
rumah sakit selaku pihak tergugat (korporasi), yaitu:
derita pasiennya. Perbedaan ini sangat penting da-
1. Rumah sakit pemerintah, maka manajemen
lam hubungannya dengan beban pembuktian. Pada
rumah sakit pemerintah c.q Dinas Kesehatan/
suatu perikatan hasil (resultaatsverbintenis) kreditur
Menteri Kesehatan dapat dituntut;
cukup menyatakan bahwa debitur tidak memenuhi
2. Rumah sakit swasta, maka Direktur atau Kepala
kewajibannya. Debitur harus mencoba membuktikan
rumah sakit yang dapat dituntut karena rumah
bahwa tidak dipenuhinya kewajiban tersebut dise-
sakit swasta sebagai badan hukum yang me-
babkan karena daya paksa (overmacht).
miliki kekayaan sendiri dan dapat bertindak dalam hukum.
Sedangkan dalam perikatan usaha, kedudukan kreditur agak sulit karena masalah pembuktian ada dipihaknya. Kreditur harus membuktikan bahwa
Di dalam sebuah rumah sakit, otoritas ter-
debitur cukup berusaha untuk mencapai tujuannya
tinggi adalah CEO yang juga disebut sebagai Di-
(bukan hasilnya, tetapi usaha yang dibebankan).
rektur/Kepala Rumah Sakit. Namun tanggung jawab
Apabila pasien disebut sebagai kreditur, maka jelas
hukum (Legal Liability) pada instansi terakhir ada-
bahwa pasien dapat diuntungkan dalam posisi kre-
lah tetap di pundak pemilik (Badan Hukum-nya).
ditur dari suatu perikatan hasil/akibat ia cukup membuktikan suatu fakta, misalnya saja kemunduran dari
Perikatan Hasil dan Perikatan Usaha (Resultaats en Inspanning Verbintenis)
kesehatannya. Dalam perawatan medik tubuh manusia me-
Perikatan-perikatan yang timbul dari suatu
rupakan suatu faktor yang tidak menentu/pasti. Da-
perjanjian dibagi dalam perikatan hasil dan peri-
lam kebanyakan kasus tidak ada suatu kepastian
katan usaha. Perbedaan antara perikatan hasil dan
yang mutlak tentang tercapainya hasil.
perikatan usaha (result en inspanning verbintenis)
Misalnya : Apabila seorang pembersih kaca
dimulai dari suatu tulisan Ph. A. N. Houwing “De
diminta membersihkan kaca jendela, atau seorang
275
Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 3, Agustus 2011
Pertanggung Jawaban Perdata Seorang Dokter dalam Kasus Malpraktek Medis
tukang sepeda diminta memperbaiki lampu sepeda, maka hasilnya sudah pasti. Kaca pasti bersih atau
3. Penyembuhan dari patah tulang yang sulit (Hendrojono, 2007).
lampu sepeda pasti menyala. Terkecuali dibuktikan lain oleh debitur.
Secara kasar dapat dikatakan bahwa untuk
Tubuh manusia tidak sejernih kaca dan be-
tipe pertama hasilnya akan “sangat mungkin” / “lan-
gitu juga dapat diramalkan aliran listrik pada lampu
cer” (hoogswaarschijnlijk). Sedang dalam tipe ke-
sepeda. Hanya sebagai pengecualian saja, dokter da-
dua hasilnya, akan hanya “barangkali” dan dalam
pat mengatakan hasilnya, umpama dalam hal me-
tipe ketiga hasilnya, akan “mungkin”.
nambal gigi atau dalam hal diambilnya cysten tertentu, atau dalam hal pemeriksaan darah atau
Ukuran Perawatan / Pemeliharaan
urine (Stolker. Bunga Rampai Medical Mapractice,
Dalam hamper semua kasus gugatan atau
1992). Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
tuntutan yang dipakai sebagai dasar gugatan adalah
kedokteran yang demikian pesatnya dewasa ini, ma-
bahwa dokter telah memenuhi kewajibannya ter-
sih sulit untuk membuktikan keberhasilan diagnosa
hadap pasien (wanprestasi) atau dokter telah mera-
yang dilakukan dokter.
wat dengan tidak teliti (melakukan perbuatan melanggar hukum). Tetapi, kapan hal tersebut terjadi?
Perikatan Hasil dengan Pembatasan Ber-
Dengan ukuran atau standar apa, tindakannya di-
syarat (Resultaat Onder Voorbehoud Verbin-
ukur. Leenen, memberikan perumusan standar pro-
tenis)
fesi medik sebagai berikut : “Zorgvuldig volgens de Pada umumnya skala perikatan medik, ke-
medische wetenschap en ervaring handelen al seen
cuali beberapa, adalah perikatan usaha (inspanning-
gemiddeld bekwaam art van gelijke medische cate-
verbintenis). Kemudian, apakah ada gunanya me-
gorie in gelijke verhouding staan tot het concrete
ngadakan pembedaan tersebut. Setelah Rang (dalam
behandelingsdoel” (Hendrojono, 2007).
bukunya “Sterillis van de mens”, halaman 130) me-
Terjemahannya (bebas) : “Bertindak secara
nunjukan bahwa beberapa tindakan dan perawatan
hati-hati menurut standar profesi medik seperti
merupakan perikatan hasil, maka Klijn, Kranenberg
seorang dokter yang mempunyai kemampuan rata-
dan Hyma mencari jalan keluar dengan menemukan
rata dalam bidang keahlian yang sama, dalam situasi
macam ke-3 yaitu perikatan hasil dengan pem-
dan kondisi yang sama untuk mencapai tujuan pe-
batasan bersyarat, yaitu suatu perikatan di antara ke-
ngobatan secara konkrit”. Pengertian bidang keahlian yang sama (ge-
dua perikatan tersebut diatas. Harus diakui bahwa untuk tindakan-tinda-
lijke medische categorie) maksudnya apabila tinda-
kan dari dokter diberikan tempat yang penting, te-
kan tersebut dilakukan oleh seorang spesialis jan-
tapi para pihak tentunya mempunyai harapan yang
tung, maka yang menjadi standar adalah tindakan
jelas tentang hasilnya. Sebagai contoh dari masing-
medik, sesama ahli jantung. Sedangkan pengertian
masing tipe disebutkan:
situasi dan kondisi yang sama dimaksudkan untuk
1. Pencabutan atau penambalan gigi;
membedakan dimana suatu bantuan medik dilak-
2. Dilakukannya operasi katup jantung dan;
sanakan. Sebagai contoh suatu teori yang dilakukan di rumah, tentu berbeda dengan terapi yang
Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 3, Agustus 2011
276
Pertanggung Jawaban Perdata Seorang Dokter dalam Kasus Malpraktek Medis
dilaksanakan disebuah rumah sakit yang sarananya
layak dan masuk akal, perawatan dan kewenangan
lebih lengkap. Di negeri Belanda mengenai ukuran
dari profesi medik).
yang dipakai terdapat bermacam-macam. Yurispru-
Sebagai cacatan, bahwa prestasi masa lalu
densi dari ilmu hukum telah memberikan ukuran
yang baik, dari seorang dokter, tidak diperhitung-
seperti kepatutan, ketelitian dan kehati-hatian dari
kan. Apakah ia (dokter) diminta pertanggung jawa-
teman sekeahlian yang rata-rata dari seorang dokter
bannya karena suatu kesalahan pekerjaan (beroep-
yang baik (de geode medicus) atau seorang dokter
sfout), ia tidak dapat dibela dengan suatu hal terten-
yang mempunyai kemampuan normal (normal bek-
tu; ia sebagai dokter yang baik dan tidak pernah
wame medicus). Dengan criteria ini hakim menggu-
membuat kesalahan pada pasiennya. Walaupun
nakan penilaian marginal (marginal toetsing) yaitu
pembelaan yang demikian ini tidak relevan. Hal ini
kebijaksanaan untuk menentukan sampai di mana
disebabkan karena norma yang harus dipegang se-
seseorang dapat menggunakan kewenangan tanpa
orang dokter secara terus-menerus diulang dan di-
bertentangan dengan nilai-nilai moral/kesusilaan.
pertahankan. Pasien, yang meminta pertanggung ja-
Dengan criteria terakhir ini, seorang dokter, per-
waban seorang dokter untuk suatu kesalahan (be-
tama-tama harus bertanggung jawab atas tindakan-
roepsfout) tidak dapat dirintangi oleh alasan bahwa
nya apabila menurut pendapat teman sekeahlian/
dokter tersebut dalam menangani berpuluh-puluh
seprofesi, tindakan tersebut menyimpang dari akal
kasus yang sama tidak pernah berbuat kesalahan.
sehat (geen redelijk).
Dengan demikian, bahwa menentukan pertanggung
Stolker berpendapat bahwa dari semua kua-
jawaban perdata tersebut berbeda dengan per-
lifikasi yang disarankan, nampaknya norma yang
tanggung jawaban hukum pidana dan hukum disip-
paling cocok adalah “seorang dokter yang dianggap
lin. Hal ini disebabkan, bukan karena masalah dihu-
cakap menurut akal sehat” (redelijk bekwame ge-
kumnya seseorang, tetapi masalah dihukumnya
neesher). Sedangkan Giesen, mengaharapkan dari
suatu perbuatan/tindakan yang dianggap dapat
seorang dokter bahwa ia harus menunjukkan suatu
merugikan pasien/masyarakat. Sebagai catatan dapat
tingkat keahlian yang fair, masuk akal, dan kom-
dikemukakan, bahwa dalam rencana undang-undang
peten (reasonable and competent degree of skill).
perjanjian perawatan/tindakan medik dari dokter di
Apabila seorang dokter tidak dapat me-
Negeri Belanda (de geneeskundige behandelingso-
menuhi persyaratan ini, maka sejak semula ia ber-
vereenkomst) yang saat itu masih didiskusikan telah
tanggung jawab mengenai kerugian yang ditim-
dipilih suatu perumusan yaitu: “de hulpverlener
bulkan oleh tindakannya.
moet bij zijn werkaamheden de zong van een goed
“The caaying out of treatment can be contra
hulverlener in acht nemen” (Terjemahan bebas:
legem artis (malpractice) if it is done without the
Pemberi pertolongan dalam pekerjaannya harus me-
proper and reasonable standard of skill, care and
melihara dan hati-hati sebagai pemberi pertolongan
competence of the medical profession”.
yang baik). Menurut kesimpulan yang dapat di-
(Pelaksanaan dari suatu perawatan dapat
ambil, secara materiil yang tidak berbeda dengan
merupakan contra legem artis (malpraktik) apabila
rumusan sebelumnya adalah “Seorang dokter yang
dilakukan tanpa ada standar/ukuran keahlian yang
dianggap cakap menurut akal sehat”.
277
Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 3, Agustus 2011
Pertanggung Jawaban Perdata Seorang Dokter dalam Kasus Malpraktek Medis
Tanggung jawab Hukum Pemberi Pelayan
Menurut
Hukum
Perdata
pertanggung-
Kesehatan Terhadap Dugaan Kasus Mal-
jawaban dapat dikualifikasikan dalam tiga kategori,
praktik Medis
yaitu pertanggungjawaban karena kasus Perbuatan
Menurut hukum, setiap pertanggung jawa-
Melanggar Hukum (PMH) sesuai ketentuan Pasal
ban harus mempunyai dasar, yaitu hal yang me-
1365 KUH Perdata; pertanggungjawaban karena
nyebabkan timbulnya hak hukum seorang untuk
Wanprestasi (WP) sesuai Pasal 1243 KUH Perdata;
menuntut orang lain sekaligus berupa hal yang me-
dan pertanggungjawaban penyalahgunaan. Keadaan
lahirkan kewajiban hukum orang lain itu untuk
berdasarkan doktrin hukum. Terdapat perbedaan
memberi pertanggungjawabannya.
antara pengertian wanprestasi dengan perbuatan
Secara umum prinsip-prinsip tanggup jawab
melanggar hukum (onrechtmatige daad). Wan-
dalam hukum dibedakan sebagai berikut:
prestasi (ingkar janji) adalah suatu keadaan dimana
1. prinsip tanggung jawab berdasarkan unsur
debitur dalam hal rumah sakit dan/atau tenaga medis
kesalahan (liability based on fault); 2. prinsip praduga untuk selalu bertanggung jawab
tidak melaksanakan kewajibannya bukan karena keadaan memaksa (overmacht). Ada tiga bentuk ingkar janji, yaitu:
(presumption of liability); 3. prinsip praduga untuk tidak selalu bertanggung jawab (presumption of non liability); 4. prinsip tanggung jawab mutlak (strict liability;) 5. prinsip tanggung jawab dengan pembatasan
1. tidak memenuhi prestasi sama sekali; 2. terlambat memenuhi prestasi;dan 3. memenuhi prestasi secara tidak baik (Setiawan, 1999).
(limitation of liability) (Titik,2010:48). Dalam hukum perdata dasar pertanggung
Kesimpulan
jawaban itu ada dua macam, yaitu kesalahan dan
Pelaksanaan nilai-nilai yang terkandung da-
resiko. Dengan demikian dikenal pertanggungja-
lam Kode Etik Kedokteran Indonesia (KEKI) bagi
waban atas dasar kealahan (liability without based
seorang dokter, kesimpulannya adalah bahwa Pe-
on fault) dan pertanggungjawaban tanpa kesalahan
laksanaan nilai-nilai KEKI dapat dilakukan dengan
(liability without fault) yang dikenal dengan tang-
cara pelaksanaan profesi harus ikhlas, menjunjung
gung jawab resiko (risk liability) atau tanggung ja-
tinggi, menghayati serta mengamalkan sumpah dok-
wab mutlak (strict liability)
ter serta senantiasa melaksanakan profesinya sesuai
Prinsip dasar pertanggungjawaban atas da-
dengan standar profesi yang tertinggi. Dengan
sar kesalahan mengandung arti, bahwa seorang itu
kepatuhan dan ketaatan mengamalkan isi KEKI
harus bertanggung jawab karena ia telah bersalah
diharapkan dokter dapat melaksanakan profesinya
melakukan sesuatu yang merugikan orang lain. Se-
dengan semaksimal mungkin.
baliknya dengan prinsip tanggung jawab resiko ada-
Mengenai pertanggungjawaban tenaga me-
lah tidak diwajibkan lagi membuktikan kesalahan
dis (dokter) dalam hal terjadinya kasus malpraktek
produsen tergugat sebab menurut prinsip ini dasar
medis, kesimpulannya adalah pertanggungjawaban
pertanggungjawaban bukan lagi kesalahan melain-
yang berupa ganti kerugian, sanksi administratif ba-
kan produsen tergugat langsung bertanggung jawab
gi dokter yang melakukan malpraktek.
sebagai risiko usahanya. Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 3, Agustus 2011
278
Pertanggung Jawaban Perdata Seorang Dokter dalam Kasus Malpraktek Medis
Rumah sakit harus membuka akses seluas-luasnya
Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia
terhadap pengaduan sengketa medik dengan menye-
Nomor 24 Tahun 2004 Tentang Praktik
diakan lembaga pengaduan sengketa medik sebagai
Kedokteran, Lembaran Negara Republik
salah satu cara meredam kekecewaan pasien agar
Indonesia
Tahun
permasalahan tidak melebar dan terekspose secara
Tambahan
Lembaran
luas sehingga tidak sampai terjadi pelecehan hukum
Indonesia Nomor 4431;
2004
Nomor
Negara
116,
Republik
kesehatan dan profesi kesehatan yang dapat mem-
________, Undang-Undang Republik Indonesia
bahayakan pengembangan bidang kesehatan di
Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan,
Indonesia.
Lembaran
Untuk menghilangkan atau setidaknya me-
Negara
Republik
Indonesia
Nomor 144;
ngurangi keraguan pasien/masyarakat atas pelyanan
_________, Undang-Undang Republik Indonesia
yang akan dilakukan, atau telah dilakukan dokter
Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
terhadap pasien, disarankan agar IDI sebagai orga-
Konsumen, Lembaran Negara Republik
nisasi induk para dokter mewajibkan kepada seluruh
Indonesia Tahun 1999 Nomor 42 Tambahan
anggotanya secara professional untuk meningkatkan
Lembaran
kemampuan dalam berkomunikasi, kemampuan
Nomor 3821;
memberikan informasi yang diberikan serta tindakan apa serta risiko-risiko yang mungkin akan timbul atas tindakan dokter terhadap dirinya. Dengan demikian pasien/ keluarga dapat memilih salah
Negara
Republik
Indonesia
J Guwandi, ”Kelalaian Medik”, FKUI, Jakarta, 1990. __________, ”Dokter, Pasien, dan Hukum”, Balai Penerbit FKUI. Jakarta: 2003.
satu alternative pengobatan, dan membuat suatu ke-
__________, ”Tindakan Medik dan Pertanggung
putusan yang tepat. Disamping itu, IDI perlu mela-
jawaban Medik”, Balai Penerbit FKUI,
kukan koordinasi ke samping dengan organisasi
Jakarta, 1986.
profesi lain, para aparat penegak hukum secara kontinyu / periodik.
Janus Sidabalok, ”Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia Pertanggungjawaban Menurut Hukum Perdata”, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006.
Daftar Pustaka Ali Ahmad, ”Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Filosofis dan Sosiologis)”, Toko Gunung
Nomor 290/Men.Kes/PER/III/2008 Tentang
Agung Tbk, Jakarta, 2002.
Persetujuan Tindakan Medik
Amir Amri, ”Hukum Kesehatan”, CDK ed 80.
Nomor 377/Menkes/SK/III/2007 Tentang
Jakarta, 1992. Bambang Poernomo, ”Pengembangan Pendidikan Hukum Kesehatan di FK dan FH”,, Konas III PERHUKI. Yogyakarta, 1993. Daldiyono, ”Pasien Pintar dan Dokter Bijak”, Bhuana Ilmi Populer, Jakarta, 2007. 279
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Standar
Profesi
Perekam
Medis
dan
Informasi Kesehatan KI Jayanti Nusye, ”Penyelesaian Hukum dalam Malpraktik Kedokteran”, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2009.
Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 3, Agustus 2011
Pertanggung Jawaban Perdata Seorang Dokter dalam Kasus Malpraktek Medis
Leenen & Lamintang, ”Pelayanan Kesehatan dan
Sofyan M Lubis, ”Mengenal Hak Konsumen dan
Hukum”, Binacita, Bandung, 1991. Peraturan
Pemerintah
Menkes
RI
Pasien”, Nomor
Tentang Badan Perlindungan Konsumen
Indonesia
Tahun
Negara
2001
Republik
Nomor
102,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4125;
Tahun 2001 Tentang Badan Perlindungan Konsumen Nasional; ”Hukum
Pradnya Paramitha, Jakarta, 1990. ”Pokok-
______,
Pokok
Hukum
Perdata”,
Intermasa, Jakarta, 1985 . Sudikno Mertokusumo, ”Bunga Rampai Ilmu Hukum”, Liberty, Yogyakarta, 1984. Sudikno
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57
Shidarta,
Yogyakarta,
2009.
Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2001
Lembaran
Yustisia,
Subekti, ”Kitab Undang-Undang Hukum Perdata”,
262/Men.Kes/PE/VII/1979
Nasional,
Pustaka
Mertokusumo,
”Mengenal
Hukum”,
Liberty, Yogyakarta, 1986. Supriadi Wila Chandrawila, ”Hukum Kedokteran”, CV. Mandar Maju, Bandung, 2001.
Perlindungan
Konsumen
Indonesia”, Grasindo, Jakarta, 2000.
Sutopo, ”Standar Kualitas Medis”, Mandar Maju, Jakarta, 2000.
Soewono Hendrojono, ”Batas Pertanggungjawaban
Triwulan Tutik Titik & Febriana Shita. ”Perlin-
Hukum Malpraktek Dokter Dalam Transak-
dungan Hukum Bagi Pasien”, Prestasi Pus-
si Terapeutik”, Srikandi, Yogyakarta, 2007.
taka Karya, Jakarta, 2010.
Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 3, Agustus 2011
280