BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 PASANGAN USIA SUBUR (PUS) Pasangan usia subur berkisar antara usia 20-45 tahun dimana pasangan (lakilaki dan perempuan) sudah cukup matang dalam segala hal terlebih organ reproduksinya sudah berfungsi dengan baik. Ini dibedakan dengan perempuan usia subur yang berstatus janda atau cerai. Pada masa ini pasangan usia subur harus dapat menjaga dan memanfaatkan reprduksinya yaitu menekan angka kelahiran dengan metode keluarga berencana sehingga jumlah dan interval kehamilan dapat diperhitungkan untuk meningkatkan kualitas reproduksi dan kualitas generasi yang akan datang. Pasangan Usia Subur (PUS)
adalah Pasangan suami-istri yang istrinya
berumur 15-49 tahun dan masih haid, atau pasangan suami-istri yang istrinya berusia kurang dari 15 tahun dan sudah haid, atau istri sudah berumur lebih dari 50 tahun, tetapi masih haid (datang bulan). Namun dalam mini survei dibatasi wanita PUS umur 15-49 tahun. 2.1 KONTRASEPSI Kontrasepsi berasal dari kata “kontra” yang berarti mencegah atau melawan dan “Konsepsi” yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Jadi, kontrasepsi adalah upaya mencegah pertemuan sel telur matang dan sperma untuk mencegah kehamilan upaya
7
8
tersebut dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen (prawirohardjo, 2002). Jadi, pemilihan kontrasepsi adalah menentukan alat atau
obat yang
digunakan untuk mencegah atau menghindari terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma baik yang bersifat sementara maupun bersifat permanen. Menurut Sahora Pinem (2002: 202) mengemukakan bahwa : “pelayanan kontrasepsi mempunyai 2 tujuan yaitu” : a.
Tujuan Umum
: Pemberian dukungan dan pemantapan penerimaan
gagasan KB yaitu dihayatinya NKKBS. b.
Tujuan pokok
: penurunan angka kelahiran yang bermakna. Gna
mencapai tujuan tersebut, ditempuh kebijaksanaan menggolongkan pelayanan KB kedalam tiga fese yaitu : 1. Fase menunda kehamilan/kesuburan 2. Fesa menjarangkan kehamilan Menurut Saifudin, Abdul Bari dkk, 2006 (dalam Sahora Pinem, 2002: 208) bahwa
: ”secara umum persyaratan metode kontresepsi ideal adalah
sebagai berikut : a) Aman, artinya tidak akan menimbulkan komplikasi berat bila digunakan. b) Berdaya guna, artinya bila dugunakan sesuai dengan aturan akan dapat mencegah terjadinya kehamilan. c) Dapat diterima bukan hanya oleh klien tetapi juga lingkungan budaya di masyarakat.
9
d) Bila metode tersebut dihentikan penggunaannya, klen akan segera kembali kesuburannya, kecuali untuk kontrasepsi mantap. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode kontrsepsi : 1) Faktor pasangan: Usia, gaya hidup, frekuensi sanggama, jumlah keluarga yang diinginkan, pengalaman dengan kontrasepsi yang lalu, sikap kewantaan, sikap kepriaan. 2)
Faktor kesehatan:
Kontraindikasi absolut atau relatif, status kesehatan, riwayat haid, riwayat keluarga, pemeriksaan fisik, pemeriksaan panggul.
3)
Faktor metode kotrasepsi :
pemeriksaan
dan
pemakaian
berkesinambungan dipandang dari pihak calon akseptor dan pihak medis (petugas KB), efektifitas, efek samping minor, kerugian, biaya dan komplikasi potensial. Jenis-jenis kontrasepsi Di bawah ini dijelaskan beberapa jenis-jenis alat kontrasepsi yang biasa digunakan 1. Metode Sederhana 1) Tanpa Alat 1. KB alamiah = Natural family planning.
10
= Fertility Awarenness methods. = Periodik Abstines. = Metode Rhyhm. = Pantang berkala. a. Metode Kalender (ogino-Knaus) Dasar : menentukan waktu ovulasi dari data haid yang dicatat selama 6-12 bulan. Teknik metode kalender : a) Untuk
menentukan
awal
masa
subur
dengan
mengurangi 18 hari dari siklus haid terpendek. b) Untuk
menentukan
akhir
masa
subur
dengan
mengurangi 11 hari dari siklus haid terpanjang. Perkiraan masa subur secara tradisional didasarkan pada 3 asumsi yaitu : a) Spermatozoa bertahan hidup dalam tuba falopii 2-3 hari dan ovum hidup selama 24 jam setelah ovulasi. Oleh karena itu masa subur ialah 12-16 hari sebelum haid yang akan datang. b) Masa berpantang dapat dilakukan pada waktu yang bersamaan dengan masa subur tetapi lebih aman kalau dimulai 18 hari sebelum haid yang akan datang. Penjelasannya sebagai berikut:
11
c) Biasanya ovulasi terjadi pada hari ke-14 sebelum haid yang akan datang, tetapi dapat juga lebih cepat atau lebih lambat 2 hari, yakni menjadi hari ke-16 atau hari ke-12 sebelum haid yang akan datang. Sperma dapat hidup selama 2 x 24 jam, dan hal ini dapat dipakai untuk menentukan saat permulaan masa berpantang, yaitu 2 hari sebelum ovulasi sehingga masa berpantang dimulai pada hari ke-18 sebelum haid berikutnya. d) Sel telur dapat hidup selama 1 x 24 jam. Hal inipun dapat digunakan untuk menentukan saat terakhir mada berpantang, yaitu 24 jam sesudah ovulasi, sehingga masa berpantang terakhir adalah hari ke-11 sebelum haid berikutnya. b. Metode Suhu badan Basal (termal) Dasar : peninggian suhu badan basal 0,2 – 0.5 0C pada waktu ovulasi.
Peningkatan
suhu
badan
basal
disebabkan
oleh
peningkatan kadar hormon progesteron, mulai 1 -2 hari setelah ovulasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu badan basal : 1) Influenza atau infeksi saluran pernapasan lain. 2) Peradangan lokal lidah, mulut atau daerah anus. 3) Penyakit-penyakit lain yang meningkatkan suhu badan. 4) Jam tidur yang tidak teratur.
12
5) Minum minuman panas atau dingin sebelum pengambilan suhu badan basal. 6) Pemakaian selimut elektris. 7) Gagal membaca termometer dengan tepat. 8) Efektifitas metode suhu badan basal. c. Metode Lendir Serviks atau Metode Ovulasi Bilinga (MOB) Dasar : perubahan siklis dari lendir yang terjadi karena perubahan kadar estrogen. Cara pemeriksaan lendir serviks : Masa subur dapat dipantau melalui lendir serviks yang keluar dari vagina, pengamatan sepanjang hari, dan ambil kesimpulan pada malam hari. Klien dianjurkan untuk memeriksakan lendir dengan jari tangan atau tissu di luar vagina dan perhatikan perubahan perasaan kering-basah. Tidak dianjurkan untuk periksa ke dalam vagina. Ciri-ciri ledir serviks pada berbagai fase dari siklus haid (30) hari a) Fase 1. Haid hari 1-5, lendir dapat ada atau tidak dan tertutup oleh darah haid. b) Fase 2. Pasca haid hari ke 6-10, tidak ada lendir atau kalaupun ada sedikit sekali. c) Fase 3. Awal pra-ovulasi hari ke 11-13, lendir keruh, kuning atau putih dan lihat (kenyal). Perasaan wanita lihat dan atau lembab.
13
d) Fase 4. Segera sebelum pada saat dan sesudah ovulasi, hari ke 1417. Lendir bersifat jernih, licin, basah, dapat diregangkan dan konsistensinya seperti putih telur. Hari terakhir dari fase ini dikenal sebagai “gejala puncak” atau peak symptom. Perasaan wanita lubrikatif dan atau basah. e) Fase 5. Pasca ovulasi hari ke 18-21, lendir sedikit, keruh dan liat. Perasaan wanita liat dan atau lembab. f) Fase 6. Akhir pasca ovulasi atau segera pra-haid, hari ke 27-30 lendir jernih seperti air. Perasaan wanita liat dan atau lembab dan atau basah. 2.
Coitus interruptus Metode Coitus interuptus juga dikenal dengan metode senggama terputus. Teknik ini dapat mencegah kehamilan dengan cara sebelum terjadi ejakulasi pada pria, seorang pria harus menarik penisnya dari vagina sehingga tidak setetespun sperma masuk kedalam rahim wanita.
2). Dengan Alat 1.
Metode Barier a) Kondom pria b) Barier Intra-vaginal : Diagfragma, Kap serviks, spons, dan kondom perempuan.
14
2.
Kimiawi Spermisid : vagina cream, Vagina foam, Vaginal Jelly, Vagina suppositoria, Vagina tablet (busa), Vagina soluble film.
2. Metode Modern 1. Kontrasepsi hormonal Pre-oral a. Pil Oral Kombinasi (POK). b. Mini-pil. c. Morning-after-pill. Suntik : ( DMPA, NET-EN, Microspheres, Microcapsules). Sub-kutis : Implant ( Alat Kontrasepsi Bawah Kulit = AKBK) 2. Intra Utirine Devices ( IUD, AKDR). 3. Kontrasepsi Mantap : 1) Pada wanita (MOW) Tubektomi
adalah
prosedur
bedah
sukarela
untuk
menghentikan kesuburan. Dengan menutup atau oklasi tuba falopii (mengikat dan memotong atau memasang cincin) sehingga spermatozoa tidak dapat bertemu dengan ovum.
15
Kelebihan a. Sangat efektif (0,5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama penggunaan). b. Tidak efek samping dalam jangka panjang. c. Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anastesi loka. d. Tidak bergantunf pada faktor senggama. Kelemahan/Efek samping a. Risiko dan efek samping pembedahan. b. Kadang-kadang sedikit merasa nyeri pada saat operasi. c. Infeksi mungkin saja terjadi, bila prosedur operasi tidak benar. 2) Pada pria (MOP) Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa defrensia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi
(penyatuan
ovum
dengan
sperma)tidak
terjadi
(Saifuddin, Abdul Bari dkk,2006). Kelebihan a. Tidak mengganggu ereksi, potensi seksual dan produksi hormon. b. Sifatnya permanen.
16
c. Perlindungan terhadap terjadinya kehamilan sangat tinggi, dapat seumur hidup. d. Lebih efektif (tingkat kegagalan sangat kecil). Kelemahan/Efek samping a. Harus ada tindakan pembedahan. b. Tidak dilakukan pada suami yang masih ingin memiliki anak. c. Kadang-kadang timbul infeksi pada kulit skrotum, apabila operasinya tidak sesuai dengan prosedur. Berdasarakan lama efektivitasnya, kontrasepsi dapat dibagi menjadi : 1.
MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), yang termasuk dalam kategori ini adalah jenis susuk/implant, IUD, MOP, dan MOW.
2.
Non MKJP (Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), yang termasuk dalam kategori ini adalah kondom, pil, suntik, dan metode-metode lain selain metode yang termasuk dalam MKJP. Berikut ini kontrasepsi non MKJP yaitu : a. Kondom Dasarnya kondom dapat menghalangi masuknya spermatozoa ke dalam traktus genitalia interna perempuan. Kondom merupakan sarung/selubung karet yang berbentuk silinder, dapat terbuat dari lateks (karet), plastik (vinil) atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat bersenggama.
17
Muaranya berbentuk tebal dan kalau di gulung berbentuk rata atau mempunyai bentuk seperti putting susu. Cara Kerja Kondom menghalangi terjadinya pertemuan spermatozoa dan ovum dengan cara menampung sperma di ujung kondom sehingga sperma tersebut tidak masuk ke dalam vagina perempuan. Keuntungan 1. Mencegah kehamilan, dapat diandalkan dan reversibel. 2. Tidak mengganggu kesehatan klien. 3. Mencegah penularan HIV/AIDS dari satu pasangan kepaada yang lain (khusus kondom yang terbuat dari lateks dan vinil). 4. Tidak memerlukan pemeriksaan medis, supervisi atau follow up. 5. Membantu mencegah terjadinya kanker serviks pada perempuan (mengurangi iritasi bahan kasinogenik eksogen pada serviks). 6. Pria secara aktif ikut dalam program KB, pasangan saling berinteraksi. 7. Mencegah imuno infertilitas. 8. Efektif bila dipakai dengan baik dan benar. Kerugian 1. Angka kegagalan relatif tinggi.
18
2. Perlu menghentikan sementara aktifitas dan spontanitas hubungan seks guna memasang kondom. 3. Perlu dipakai secara konsisten, hati-hati dan terus-menerus pasca setiap senggama. b. Pil Pil kontrasepsi mengandung kombnasi hormon estrogen dan progesteron, dan merupakan salah satu cara pencegahan kehamilan paling ekonomis. Alasannya karena harganya relatif murah. Pil kontrasepsi bekerja dengan cara mencegah ovulasi, dan mengentalkan lendir serviks sehingga sperma tidak bisa mencapai uterus. Cara kerja 1. Menekan ovulasi. 2. Mencegah implantasi. 3. Lendir serviks mengental sehingga sulit dilalui oleh sperma. 4. Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi telur dengan sendirinya akan terganggu pula. Efektifitas Efektifitas teoritis untuk pil sebesar 99,7% sedangkan efektifitas praktisnya 90-96%. Artinya pil cukup efektif jika tidak lupa meminum pil secara teratur.
19
Keuntungan 1. Mudah menggunakannya dan mudah didapat. 2. Mengurangi kehilangan darah (akibat haid) dan nyeri haid. 3. Mengurangi resiko terjadinya KET (Kehamilan Ektropik Terganggu) dan kista ovarium. 4. Mengurangi resiko terjadinya kanker ovarium dan rahim. 5. Pemilihan kesuburan hampir 100%. Efek samping Penggunaan pil KB pada sebagian wanita dapat menimbulkan efek samping antara lain : mual, BB naik, sakit kepala (berkunang- kunang), perubahan warna kulit dan efek samping ini dapat timbul berbulan-bulan. c. Suntik Penggunaan alat kontrasepsi suntik merupakan tindakan invasif. Karena menembus pelindung kullit, penyuntikan harus dilakukan hati-hati dengan teknik aseptik untuk mencegah infeksi (buku petugas fasilitas pelayanan KB (Depkes, RI 2006). Cara Kerja 1. Menekan ovulasi.
20
2. Membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma terganggu. 3. Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implantasi terganggu. 4. Menghambat transportasi gamet oleh tuba. Efektifitas 1. Dalam teori: 99,755% 2. Dalam pratek: 95-97% Keuntungan a. Mengurangi kunjungan. b. Merupakan metode yang telah dikenal oleh masyarakat. c. Dapat dipakai dalam waktu yang lama. d. Tidak mempengaruhi produksi air susu ibu (ASI). Efek samping Efek samping dari suntik Cyclofem yang sering ditemukan adalah mual, BB bertambah, sakit kepala, pusing dan kadang gejala tersebut hilang setelah beberapa bulan atau setelah dihentikan. Sedangkan efek samping dari suntikan Depo Provera, Depo Progestin, Depo Geston dan noristiet yang sering dijumpai adalah mentruasi tidak teratur, masa menstruasi akan lebih lama, terjadi bercak perdarahan bahkan mungkin menjadi anemia pada beberapa klien.
21
d. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) AKDR atau spiral, atau dalam bahasa Inggrisnya Intra-Uterine Devices, disingkat IUD adalah alat yang dibuat dari polietilen dengan dengan atau tanpa metal/steroid yang ditempatkan di dalam rahim. Pemasangan ini dapat untuk 3-5 tahun dapat dapat dilepaskan setiap saat bila anda berkeinginan untuk mempunyai anak. Cara Kerja AKDR ini bekerja dengan mencegah pertemuan sperma dengan sel telur. Efektifitas Sangat efektif (0,5 – 1 kehamilan per 100 wanita setelah pemakaian selama 1 tahun). Keuntungan a. Tidak terganggu faktor lupa. b. Metode jangka-panjang (perlindungan sampai 10 tahun dengan menggunakan Tembaga T 380A). c. Mengurangi kunjungan ke klinik. d. Tidak mengganggu produksi ASI Kerugian a. Dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi panggul. b. Klien tdak bisa memasang ataupun melepas sendiri, petugas kesehatan yang diperbolehkan memasang juga yang telah terlatih.
22
c. Kemungkinan terlepasnya AKDR setelah pemasangan atau selama pemakaian, sehingga akseptor harus mengecek keberadaan AKDR dengan meraba dengan jari benang pada liang vagina sewaktu-waktu (bila ada indikasi terlepasnya AKDR) atau rutin pada akhir menstruasi. Efek samping Perdarahan dan kram selama minggu pertama setelah pemasangan. Kadang ditemukan keputihan yang bertambah banyak. Disamping itu pada saat berhubungan (senggama) terjadi expulsi (IUD bergeser dari posisi)
sebagian
atau
seluruhnya.
Pemasangan
IUD
mungkin
menimbulkan rasa tidak nyaman, dan dihubungkan dengan resiko infeksi rahim. 2.3 PENGETAHUAN Pengetahuan adalah isi pikiran perasaan yang dirasakan oleh individu yang belum tentu sama dengan individu lain yang disampaikan secara lisan dari sesuatu yang dia lihat dan rasakan. Notoatmodjo (2010: 27) mengemukakan bahwa : “ pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya ( mata, hidung, telinga, dan sebagainya )”.
23
Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besar dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan : 1. Tahu (know) Diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. 2. Memahami (comprehension) Memahami suatu objek bukan sekadar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekadar
dapat
menyebutkan,
tetapi
orang
tersebut
harus
dapat
mengintrepretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut. 3. Aplikasi (application) Diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. 4. Analisis (analysisi) Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. 5. Sintesis (syntesis) Sintesis menunjuk suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.
24
6. Evaluasi (evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian dengan sendirinya didasarakan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku dimasyarakat (Notoatmodjo 2010: 27-29). 2.4 SIKAP Menurut Notoatmodjo, bahwa
: “Sikap adalah juga respon tertutup
seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidaksenang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik dan sebagainya) (2010: 29). Menurut Gambell (1950) dalam (Notoatmodjo 2010: 29) bahwa
:
“An
individual’s attitude is syndrome of response consistency with regard to objek”. Jadi jelas disini dikatakan bahwa sikap itu suatu sindrom atau kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek. Sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, dan gejala kejiwaan yang lain. Menurut Newcomb bahwa
: “Sikap adalah merupakan kesiapan atau
kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan), atau reaksi tertutup” (dalam Notoatmodjo, 2010: 29). Notoatmodjo (2010: 30-31) mengeumukakan bahwa sikap berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut :
: “Tingkat-tingkat
25
1.
Menerima (receiving) Diartikan bahwa orang atau objek mau menerima stimulus yang diberikan (objek).
2.
Menanggapi (responding) Diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.
3.
Menghargai (valuing) Diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain, bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespons.
4.
Bertanggung jawab (responsible) Sikap yang paling tinggi tingkatnya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil risiko bila ada orang lain yang mencemoohkan atau adanya risiko lain”. Proses belajar sosial terbentuk dari interaksi sosial. Dalam interaksi sosial, individu membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis
yang
dihadapinya.
Diantara
berbagai
faktor
yang
mempengaruhi pembentukan sikap adalah:
1. Pengalaman pribadi. Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu,
26
sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut melibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan akan pengalaman akan lebih mendalam dan lebih lama berbekas.
2. Kebudayaan. B.F. Skinner (dalam, Azwar 2005) menekankan pengaruh lingkungan (termasuk kebudayaan) dalam membentuk kepribadian seseorang. Kepribadian tidak lain daripada pola perilaku yang konsisten yang menggambarkan sejarah reinforcement (penguatan, ganjaran) yang dimiliki. Pola reinforcement dari masyarakat untuk sikap dan perilaku tersebut, bukan untuk sikap dan perilaku yang lain.
3. Orang lain yang dianggap penting. Pada umumnya, individu bersikap konformis atau searah dengan sikap orang orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.
4.
Media massa. Sebagai sarana komunikasi, berbagai media massa seperti
televisi,
radio,
mempunyai
pengaruh
besar
dalam
pembentukan opini dan kepercayaan orang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi
27
terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam mempersepsikan dan menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.
5.
Institusi Pendidikan dan Agama. Sebagai suatu sistem, institusi pendidikan pembentukan
dan
agama
sikap
mempunyai
dikarenakan
pengaruh
keduanya
kuat
meletakkan
dalam dasar
pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.
6.
Faktor emosi dalam diri. Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadangkadang, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian bersifat sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan lebih tahan lama. contohnya bentuk sikap yang didasari oleh faktor emosional adalah prasangka.
28
2.5 KERANGKA KONSEP Pengetahuan PUS
Alat KOntrasepsi
Sikap PUS
2.6 HIPOTESIS PENELITIAN Hipotesis Statistik (H0) 1.
Tidak ada hubungan pengetahuan Pasangan Usia Subur (PUS) dengan penggunaan alat kontrasepsi di Desa Buhu Kec. Tibawa tahun 2012.
2.
Tidak ada hubungan sikap Pasangan Usia Subur (PUS) dengan penggunaan alat kontrasepsi di Desa Buhu Kec. Tibawa tahun 2012.