Laporan Delegasi RI untuk UN Summit on NCD Shela Putri Sundawa, CIMSA Latar Belakang Pada tanggal 13 Mei 2010, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dipimpin oleh perwakilan dari Carribbean Community (CARICOM), melakukan voting resolusi PBB untuk mengadakan Sidang Majelis Umum PBB, United Nation High Level Summit on Non-Communicable Diseases, pada September 2011. Ini baru akan menjadi kedua kalinya PBB membawa isu kesehatan ke dalam agenda global pada UN High Level Summit. Di seluruh dunia, sekitar 35 juta orang telah meninggal karena sakit jantung, stroke, diabetes, kanker, penyakit respiratori kronik dan penyakit kronis lainnya, yang menyumbang sebesar 60% kematian di seluruh dunia, dan 80% dari kematian tersebut terjadi di negara dengan mendapatan rendah-menengah. Moscow Ministerial Declaration memperlihatkan bahwa angka ini akan terus melonjak hingga menjadi 75% pada 2030. Lancet NCD Action Group mengajukan 5 prioritas aksi— kepemimpinan, prevensi, penatalaksanaan, kerja sama internasional serta pemantauan dan akuntabilitas yang kesemuanya itu dapat mengurangi kematian sebanyak 2% per tahun. Sistem kesehatan di negara berpenghasilan rendah-menengah akan menghadapi 2 beban dari penyakit menular dan penyakit tidak menular. Oleh karena itu , hasil akhir dokumen negosiasi dari seluruh negara anggota PBB, yang telah dirilis beberapa hari sebelum UN summit berlangsung merupakan titik awal dimana setiap negara PBB yang telah terlibat di dalamnya diharapkan dapat memberikan komitmen penuh untuk bersama-sama melakukan perlawanan terhadap NCD. Mengingat begitu besarnya masalah NCD ini di Indonesia, pemerintah tidak akan bisa jika maju ke medan pertempuran seorang diri. Pemerintah butuh pihak lain baik tokoh-tokoh masayrakat maupun organisas-organisasi yang menjadi wadah masyarakat (civil society). Dengan begitu antara pemerintah dan civil society dapat terjadi kerja sama yang saling mendukung untuk dapat segera mengatasi NCD di Indonesia. International Federation of Medical Students Associations (IFMSA) yang berdiri pada tahun 1951 adalah organisasi mahasiswa kedokteran terbesar sedunia yang menjadi wadah perkumpulan berbagai organisasi mahasiswa kedokteran dari seluruh dunia. Beranggotakan lebih dari satu juta mahasiswa di lebih dari 90 negara, IFMSA diakui oleh World Health Organization (WHO) sebagai representasi dari mahasiswa kedokteran dari seluruh dunia. Misi IFMSA adalah memperkenalkan mahasiswa kedokteran kepada isu kesehatan global, dan memicu kerjasama antara negara-negara anggotanya maupun kerjasama dengan instansi kesehatan dunia lainnya untuk meningkatkan kesehatan dunia. Center for Indonesian Medical Students’ Activities (CIMSA), yang merupakan salah satu organisasi mahasiswa kedokteran di Indonesia, adalah anggota IFMSA yang paling berperan aktif dalam mendukung misi IFMSA di Indonesia. Salah satu isu kesehatan di Indonesia yang saat ini
menjadi titik fokus CIMSA adalah NCD atau Noncommunicable Diseases (heart disease, stroke, cancer, diabetes, chronic respiratory disease), dimana merupakan hambatan dalam mencapai Millennium Development Goals (MDGs), yang juga merupakan titik fokus CIMSA dalam membantu pemerintah memerangi isu-isu kesehatan yang terjadi di masyarakat.
Tujuan •
Menyaksikan secara langsung komitmen untuk melawan NCD dari seluruh kepala negara yang hadir maupun yang mewakilinya
•
Memperluas wawasan mengenai NCD baik dari pendekatan/cara pandang, advokasi, maupun aksi
•
Meluaskan jaringan dengan seluruh representatif civil society yang menjadi bagian dari UN summit maupun side event
•
Membuat kerja sama dan rencan tindak lanjut untuk menangani masalah NCD dengan civil society dari banyak negara untuk dapat saling mendukung akan usaha yang dilakukan baik dalam skala nasional maupun internasional
Agenda Jumat, 16 September 2011
Kegiatan
00.30
Berangkat
Keterangan dari
bandara
Soekarno-Hatta 16.00
Sampai di New York
Sabtu, 17 September 2011 09.00-15.00
Side
event:
NCD
alliance Diselenggarakan
briefing for UN Summit
oleh:
NCD
Alliance
Minggu, 18 September 2011 08.30-15.00
Side event: Youth, Students, Mempresentasikan
mengenai
and Young Proffesionals: A IFMSA (International Federation Forum for Action on NCDs
of Medical Students’ Association) dan CIMSA serta aktivitas nya yang berhubungan dengan NCD Diselenggarakan oleh: AYUDA, YP-CDN
AYUDA
:
American
Youth
Understanding Diabetes Abroad YP-CDN:
Young
Professional-
Chronic Disease Network 18.00-21.00
Makan malam dan rapat di PTRI
Senin, 19 September 2011 08.00-13.00
UN Summit: Plenary on NCD
15.00-17.00
UN Summit: Round table 2
18.00-21.00
Side event: Dinner reception dengan
American
Society,
Cancer
American
Association,
dan
Heart American
Diabetes Association Selasa, 20 September 2011 08.15-09.45
Side event: Gender responsive approaches to NCD
10.00-11.00
UN Summit: Round Table 3
11.00-13.00
High
Level
Meeting
on
Nutrition 13.15-14.30
Side event: HIV/AIDS, NCDs and Health System
Rabu, 21 September 2011 08.00-10.30
Side
event:
Breakfast
on Diselenggarakan oleh:
Young
Non- Helath Programme
Decreasing Communicable
Diseases by
Addressing Adolescent Health 14.00-17.00
Side event:
NCD Alliance Diselenggarakan
debriefing
oleh:
NCD
Alliance
Kamis, 22 September 2011 10.30
Pulang ke Jakarta
Hasil Dari segi hasil akan dipaparkan menjadi tiga bagian pelaporan yaitu pelaporan mengenai presentasi IFMSA-CIMSA di Youth, Students, and Young Proffesionals: A Forum for Action on NCDs, UN Summit dan side event. 1. Presentasi IFMSA-CIMSA Pada tanggal 18 September, saya menghadiri dan menjadi satun-satunya wakil baik dari CIMSA maupun IFMSA yang hadir dalam Youth, Students, and Young Professionals: A Forum for
Action on NCDs. Acara ini merupakan sebuah forum diskusi antara para pemuda, mahasiswa, dan profesional muda mengenai kontribusi yang dapat dilakukan dalam cakupan masalah NCD ini yang diorganisir oleh AYUDA : American Youth Understanding Diabetes Abroad dan YP-CDN: Young Professional-Chronic Disease Network. Acara ini dihadiri oleh sekitar 35 pemuda dan beberapa partisipan di atas usia 35 tahun. IFMSA mendapatkan kehormatan untuk mempresentasikan mengenai rencana IFMSA untuk mengadakan IFMSA NCD Day pada tanggal 19 September 2011 yang lalu, juga tentang policy statement yang telah dikeluarkan IFMSA terkait NCD pada March Meeting General Assembly bulan maret lalu di Jakarta. CIMSA sebagai bagian dari IFMSA telah banyak pula mengadakan projectproject yang berkaitan dengan NCD yang kemudian dipaparkan pula dalam presentasi ini. Peserta cukup senang dengan presentasi singkat IFMSA-CIMSA dalam kesempatan ini. Beberapa pertanyaan yang muncul berkaitan mengenai kerja sama antar organisasi mahasiswa nonkedokteran. CIMSA dalam hal ini sudah banyak mengadakan kooperasi dengan mahasiswa dengan ilmu disiplin lain, seperti ISMAFARSI (Ikatan Senat Mahasiswa Farmasi). CIMSA bersama 8 organisasi mahasiswa lain lintas fakultas juga baru-baru ini mendirikan aliansi tobacco control mahasiswa dengan nama Gerakan Mahasiswa Indonesia Peduli Tembakau. Sedangkan IFMSA saat ini sedang berusaha menjalin kooperasi dengan YP-CDN yang juga merupakan penyelenggara acara ini. Dalam forum ini, perwakilan berbagai organisasi dari latar belakang profesi dan interest yang berbeda-beda juga telah setuju untuk saling bekerja sama dan membuat berbagai rencana tindak lanjut mengenai peran pemuda terutama untuk membantu advokasi maupun aksi NCD summit yang kembali akan diadakan pada 2014 mendatang.
2. UN Summit Saya berkesempatan untuk menghadiri beberapa bagian dari UN summit seperti plenary session juga beberapa round table yaitu round table 2 dan 3. Komitmen yang telah disampaikan oleh banyak kepala negara dan juga perwakilan dari kepala negara tersebut (menteri, first lady) yang banyak saya dengar di beberapa kesempatan merupakan hal yang sangat baik untuk kemudian perlu lebih ditindaklanjuti. Menanggapi pernyataan yang disampaikan Menteri Kesehatan Indonesia pada forum tersebut, sangatlah luar biasa apa yang telah dan sedang diusahakan Indonesia sampai saat ini. dengan adanya sudivisi penyakit tidak menular di Kementrian Kesehatan maka pembuatan program yang mendukung promosi dan penatalaksaan PTM akan menjadi lebih mudah. Namun, sayang sekali bdalam pidato tersbut belum terlalu banyak dibahas mengenai posisi kontrol tembakau di Indonesia. Belum juga disinggung bahwa sampai saat ini Indonesia belum juga meratifikasi FCTC dan apa solusi ke depan dari masalah tersebut. Komitmen yang telah diajukan dan dinyatakan dalam UN summit ini baik yang tertuang dalam pidato maupun diskusi di round table sebaiknya ditindaklajuti dengan perencanaan dan strategi
nasional yang baik, penentuan target yang jelas dan pelaporan serta pencatatan atas seluruh usaha yang telah dilakukan. Kesanggupan dari banyak negara dan berbagai organisasi untuk ikut serta dalam bekerja sama untuk memerangi NCD di round table 3, perlu juga untuk mendapat tindak lanjut lebih jauh. Sayangnya WHO belum memperjelas bentuk dan cara koordinasi internasional antar berbagai pihak yaitu pemerintah, civil society dan private sector untuk masalah NCD ini secara lebih jelas dan terperinci. Dalam outcome document yang telah dirilis beberapa saat sebelum UN summit berlangsung, terdapat beberapa paragraf kunci, antara lain Paragraf 45
: national policies and plans by 2013
Paragraf 61 dan 62
: global monitoring framework dan voluntary juga global targret by 2012
Paragraf 64
: options for effective cooperation/ partnership by 2013
Paragraf 65
: comprehensive review and assesment in 2014
Paragraf-paragraf tersebut menjadi sangat penting karena adanya sasaran dan tenggat waktu yang jelas mengenai beberapa hal yang perlu menjadi prioritas. Namun, masih sangat disayangkan bahwa outcome document ini lemah di beberapa aspek terutama dalam hal alkohol.
3. Side event Side event bisa dikatakan merupakan bagian yang pada beberapa aspek lebih menarik dari UN Summit itu sendiri. Side event tersebut menjadi lebih menarik karena banyak dari side event yang mengajukan pendekatan baru untuk mengatasi NCD. Selain itu format dari banyak side event itu memungkinkan terjadinya diskusi antara panelis dan peserta yang hadir. Saya sempat mengikuti 5 side event berbeda seperti yang telah saya tuliskan di agenda. Salah satu side event yang cukup menarik adalah presentasi dari New York Academy of Medicine di dalam briefing yang dilakukan oleh NCD Alliance. Presentasi NYAM tersebut merekomendasikan perubahan setting transportasi dan kota seperti yang telah dilakukan di New York City. New York telah berhasil membuat setting sebuah kota yang membuat penduduknya gemar berjalan. Trotoar tempat berjalan yang luas, bangku-bangku di trotoar untuk berisitirahat sejenak ketika berjalan, juga marka jalan yang sangat membantu para pejalan kaki untuk menyeberang. Pemerintah New York juga telah berhasil mengubah banyak orang yang dulunya menggunakan kendaraan pribadi untuk kemudian beralih menjadi pengguna kendaraan umum. Pergi dengan memanfaatkan subway selain lebih nyaman juga lebih cepat dan lebih ekonomis daripada menggunakan kendaraan pribadi. Dengan setting seperti ini maka semakin banyak warga New York yang tanpa sadar telah melakukan aktivitas fisik yang cukup dengan berjalan. Pendekatan NCD berbasis gender juga merupakan suatu wacana baru yang menarik untuk diterapkan. Dengan mengetahui segi bio-psikososial wanita dan laki-laki yang memang berbeda maka pendekatan untuk pencegahan NCD pun bisa dilakukan menjadi lebih efektif dan tepat sasaran. Pendekatan NCD lain yang juga penting adalah pada anak-anak dan remaja. Seperti yang kita tahu
bahwa keempat penyakit besar NCD ini, dapat dicegah dengan mengatasi faktor resikonya sejak dini. Dengan begitu pendekatan sejak usia anak-anak atau remaja menjadi penting dalam usaha prevensi NCD. Debriefing yang diselenggarakan NCD alliance memberikan banyak masukan mengenai bagaimana dan apa yang harus dilakukan sebagai tindak lanjut dari komitmen kepala negara maupun yang mewakilinya menjadi kenyataan tidak sekedar ucapan atau hitam di atas putih. Forum ini memberikan gambaran kira-kira apa yang dapat kita lakukan sekembalinya ke negara masing-masing untuk mengubah advokasi menjadi sebuah bentuk aksi yang nyata.
Rekomendasi Berangkat dari apa yang telah saya pelajari dan saya observasi selama ada di New York dalam rangkaian UN Summit, berikut beberapa rekomendasi yang saya ajukan. 1. Meningkatkan kepedulian dan kerja sama pemerintah dengan pemuda dan organisasi yang menaungi pemuda Pemuda merupakan agent of change dan katalis dari setiap perkembangan suatu negara. Sayagnya, pemikiran pemuda yang kreatif dan inovatif yang terlihat dari kegiatankegiatan organisasi yang menaunginya tidak dapat tertuang secara sempurna karena permasalahan dana. Banyak sekali program-program yang dilakukan oleh organisasi pemuda khususnya mahasiswa yang mendukung berbagai program yang dicanangkan pemerintah. Oleh karena itu, akan menjadi simbiosis mutualisme apabila pemerintah dapat membantu mendanai usaha-usaha yang dilakukan oleh pemuda sehingga mereka pun mampu memberi kontribusi yang nyata dan signifikan sebagai dukungan pada banyak program pemerintah. 2. Mengintegrasikan NCD dengan kebijakan-kebijakan lain NCD bukanlah suatu masalah yang berdiri sendiri. NCD merupakan masalah yang melibatkan banyak sektor. Adanya integrasi untuk prevensi, promosi, maupun tata laksana NCD dengan berbagai macam kebijakan dan target pemerintah yang telah ada akan dapat mempercapat penanganan masalah NCD. Misalnya dengan mengintegrasikan program NCD dengan MDGs, NCD dengan Social Determinants of Health, NCD dengan tata
kota
dan
transportasi,
juga
NCD
dengan
pelayanan
kesehatan
primer
(PUSKESMAS). Dengan mengintegrasikan NCD ke dalam program dan kebijakan yang telah ada, maka pemerintah tidak perlu menyusun seluruh program dari awal. Pemerintah juga bisa menghemat biaya dibanding jika hanya melihat NCD dengan kacamata NCD saja. 3. Membuat kebijakan untuk membatasi faktor resiko Pemerintah perlu membuat kebijakan yang dapat membatasi paparan masyarakat akan faktor-faktor resiko NCD. Rokok, lemak jenuh, dan lemak trans merupakan bebrapa
faktor resiko penting yang dapat dibatasi dengan adanya kebijakan pemerintah yang kuat. Dalam hal rokok, pemerintah perlu meningkatkan cukai rokok menjadi sangat tinggi supaya daya beli masyarakat pada rokok menjadi menurun. Dengan menurunkan daya beli masyarakat, paling tidak jumlah perokok usia dini juga akan menurun. Sebenarnya rekomendasi akan kebijakan rokok ini sudah tercakup dengan baik pada FCTC yang sampai saat ini belum diratifikasi Indonesia. Dengan segera meratifikasi FCTC dan melakukan implementasinya dengan nyata dan tegas, maka pembatasan konsumsi rokok bukanlah hal yang tidak mungkin. Adanya lemak jenuh dan lemak trans dalam banyak makanan juga menjadi salah satu faktor resiko yang sangat penting untuk NCD. Mengenai hal ini pemerintah dapat memberikan peraturan terutama restoran mengenai kandungan maksimal dari bahanbahan ini dari makanan olahan mereka. Dapat pula dibuat label kalori di setiap bungkus maupun menu makanan terutama makanan jenis junk food. 4. Mereformasi industri pertanian Indonesia merupakan negara pertanian yang banyak memproduksi hasil makanan sendiri. Adanya penggunaan pestisida yang tinggi juga bahan pengawet untuk buah, sayur dan produk pertanian lain oleh para petani merupakan masalah yang cukup besar. Buah dan sayur adalah makanan yang sehat namun jika kandungan pestisida di dalamnya terus kita konsumsi maka lama-kalamaan pestisida ini dapat menumpuk dan menjadi karsinogen, salah satu penyebab kanker. Dengan demikian pengaturan dari pemerintah tentang produk pertanian sangat penting. Pemerintah juga perlu meningkatkan jangkauan buah dan sayur sebagai konsumsi masyarakat. Sebagian besar masyarakat menengah ke bawah jarang mengkonsumsi buah dan sayur karena harganya yang mahal. Oleh karena itu pemerintah perlu mencari cara supaya konsumsi sayur dan buah ini tidak dibatasi oleh harga. 5. Mendukung NCD Summit 2014 Monitor, pelaporan dan follow up menjadi hal yang sangat penting dalam NCD. Pada 2014, akan kembali diadakan NCD Summit untuk review usaha yang telah dilakukan oleh tiap negara untuk masalah NCD. Oleh karena itu pemerintah perlu mendukung NCD Summit ini yang akan diselenggarakan 3 tahun lagi baik dalam bentuk kedatangan kepala negara maupun bentuk dukungan lain. 6. Menjalin kerja sama dengan universitas Penting bahwa akademia ikut dilibatkan dalam masalah NCD ini. Dengan adanya kerja sama pemerintah dengan universitas maka pemerintah bsia mendapat banyak keuntungan. Pihak universitas dapat membuat buku modul pembelajaran, penelitian, panduan nasional untuk alur tata laksana NCD, dan lainnya. 7. Menerapkan differential pricing untuk membuat obat menjadi terjangkau
Pemerintah dapat mengatur harga obat dengan menerapkan differential pricing untuk harga obat yang beredar di dalam negeri. Dengan adanya differential pricing yang mengacu pada GDP PPP (Gross Domestic Product – Purchasing Power Parity), maka tiap negara berhak untuk mengatur harga maksimal obat yang ada dalam negara itu. Dengan begitu harga obat yang sama di Amerika Serikat tidak akan sama mahalnya dengan obat bermerek sama dan berjenis sama yang ada di Indonesia. Cara ini merupakan cara yang cukup bijak supaya obat-obat yang sangat mahal dapat terjangkau oleh masyarakat.
Kesimpulan Diperlukan komitmen dan usaha yang nyata dari lintas sektor pemerintah untuk menangani masalah NCD. Komitmen yang telah ada perlu dituangkan dalam rencana nasional dan sasaran yang jelas. Diperlukan pula kerja sama dari berbagai pihak dengan pemerintah untuk mengatasi masalah ini.