LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2016
PUSAT SAINS ANTARIKSA LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL JL. Dr. DJUNDJUNAN NO. 133 BANDUNG
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan syukur kehadirat Yang Maha Kuasa, hasil kegiatan Pusat Sains Antariksa pada tahun 2016 yang berbentuk Laporan Akuntabilitas Kinerja Pusat Sains Antariksa tahun 2016 telah dapat kami selesaikan. Laporan ini sebagai wujud pertanggung jawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Pussainsa yang telah ditetapkan. Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja ini dilaksanakan setiap akhir tahun atau awal tahun anggaran berikutnya, berdasarkan kepada Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang wajib dilaksanakan oleh instansi pemerintah mulai dari eselon II keatas. Susunan laporan mengacu kepada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Selama tahun 2016 seluruh satuan kerja LAPAN menjalankan struktur organisasi baru dan bisa dijadikan waktu evaluasi pertama kali terhadap struktur organisasi baru tersebut. Pertengahan tahun ini juga merupakan tahun awal reorganisasi LAPAN dengan struktur organisasi yang berbeda dengan sebelumnya. Tahun 2015 menjadi tahun yang penting untuk merencanakan kinerja untuk mencapai Visi Misi LAPAN yang berubah sejalan dengan perubahan organisasi. Sehingga pencapaian sampai akhir tahun 2015 menjadi sangat penting karena merupakan tahap awal pelaksanaan rencana jangka menengah lima tahunan atau rencana strategis. Laporan Akuntabilitas Kinerja memuat tentang perencanaan strategis yang berisikan visi, misi, tujuan dan sasaran, cara pencapaian tujuan dan sasaran, dan akuntabilitas kinerja dengan cara melaksanakan pengukuran kinerja setiap kegiatan dan program serta mengevaluasi dan menganalisis kinerja dari sasaran program dan sasaran kegiatan. Keberhasilan dan ketidakberhasilan dalam pencapaian target merupakan bahan penting untuk evaluasi dan dalam merencanakan kegiatan untuk mencapai sasaran akhir Renstra di tahun 2019. LAKIP Pussainsa 2016
i
LAKIP Pussainsa 2016
ii
RINGKASAN EKSEKUTIF
Pengukuran dan evaluasi kinerja Pusat Sains Antariksa tahun 2016 ini dilakukan melalui tahap-tahap yang diperlukan untuk melihat pencapaian target yang ditetapkan. Laporan ini juga memuat tujuan, sasaran, perencanaan strategis, perjanjian kinerja, dan akuntabilitas kinerja. Hasil pengukuran dan evaluasi dari indikator kinerja dan targetnya menunjukkan bahwa dari 6 (enam) indikator kinerja yang ditetapkan, secara rata-rata pencapaian kinerja tahun 2016 adalah sebesar 176 %. Secara keseluruhan memang melampaui target, akan tetapi ada satu indikator yang hanya mencapai 40%, tidak sesuai dengan target yang ditetapkan. Pencapaian untuk Indikator Kinerja Utama (IKU) 1 yaitu model sains antariksa yang operasional sebesar 100%, berupa 4 model, yaitu model badai ionosfer, model dan metode indeks gangguan ionosfer, metode penentuan karakteristik pola medan magnet Matahari sebelum flare, dan model dinamo ionosfer global. IKU 2 berupa jumlah pengguna yang memanfaatkan layanan iptek di bidang sains antariksa menunjukkan pencapaian yang cukup besar yaitu 32 instansi dari 30 instansi yang ditargetkan (106,6%). Lebih sedikit dari tahun 2015 yang mencapai 45 instansi. Pada tahun 2016 tingkat kepuasan masyarakat yang mendapatkan layanan dari Pusat Sains Antariksa juga dijadikan sebagai satu indikator kinerja utama. Pencapaian IKU-3, yaitu indeks kepuasan masyarakat sebesar 87,9, diatas target yang dicanangkan sebesar 78,5. Indeks ini diperoleh dengan menyebarkan kuesioner kepada pengguna layanan Pussainsa, dan menganalisis nilai dan umpan balik yang diberikan. Terkait dengan IKU-4, yaitu jumlah publikasi nasional terakreditasi di bidang sains antariksa,
pencapaiannya
hanya
4
dari
10
makalah
yang
ditargetkan
(40%).
Ketidakberhasilan ini disebabkan karena penerbitan yang seringkali lambat dan banyaknya SDM yang sedang melaksanakan tugas belajar di luar negri sehingga kurang produktif untuk menghasilkan publikasi di Indonesia. Untuk publikasi internasional (IKU-5) melebihi jumlah yang ditargetkan (550%) dengan menghasilkan 22 makalah internasional (dari empat yang
LAKIP Pussainsa 2016
iii
ditargetkan), yang diterbitkan dalam publikasi internasional terindeks. Sedangkan untuk IKU-6, yaitu HAKI yang berstatus granted belum ditargetkan, karena HAKI dari Pussainsa masih dalam tahap pengusulan, yang diperkirakan akan memakan waktu lama sampai mendapatkan kepastian hukum. Selain kinerja berdasarkan IKU, Pusat Sains Antariksa juga melaksanakan kegiatan sosialisasi hasil litbang, pengembangan perangkat pengamatan, evaluasi dan monitoring. Penerimaan kunjungan ke Pusat Sains Antariksa mencapai 24 kali dengan jumlah peserta 2153 tamu. Beberapa perbaikan sarana dan prasarana penelitian pada tahun 2016 antara lain ruang monitor SPICA (Sistem Pemantauan dan Informasi CUaca Antariksa), serta perangkat pengolahan dan interpretasi data sains antariksa. Evaluasi dan pemantauan (monitoring) dilakukan melalui evaluasi I, II, dan evaluasi akhir, serta dalam rapat struktural setiap bulan. Evalusi dan pemantauan juga dilakukan terhadap setiap pegawai melalui laporan bulanan yang disampaiakan kepada atasan langsung. Selain itu, evaluasi juga dilakukan melalui rapat khusus untuk suatu kegiatan dan juga melalui laporan kegiatannya. Dari pagu DIPA sebesar Rp. 44.580.973.000,- terealisasi sebesar Rp. 41.862.982.121,atau 88.72% dari pagu anggaran. Realisasi anggaran yang tidak mencapai 100% ini disebabkan karena adanya belanja pegawai, berupa tunjangan kinerja, transito yang tidak terpakai dan sisa uang makan pegawai yang tidak dibayarkan karena pegawai tidak hadir. Sedangkan anggaran belanja barang yang tidak terserap sebagian besar berasal dari honor kegiatan dan honor narasumber yang diperketat sebagai konsekuensi pererapan Reformasi Birokrasi dan adanya tunjangan kinerja. Sisa anggaran belanja modal berasal dari sisa lelang pengadaan peralatan. Selama tahun 2016 telah dilakukan upaya meletakkan dasar untuk kegiatan selanjutnya dalam rangka pelaksanaan Renstra 2015 – 2019. Ini dilihat dari indikator kinerja utama yang lebih ditekankan pada outcome. Upaya peningkatan kinerja juga telah memberikan dampak positif dengan meningkatnya kegiatan layanan bimbingan teknis pemanfaatan hasil riset antariksa. Dari segi kompetensi juga terlihat adanya peningkatan kualitas publikasi khususnya pada publikasi internasional terindeks. Semua capaian ini menjadi modal utama dalam menghadapi tantangan dalam tahapan 5 tahun berikutnya hingga tahun 2019. Peningkatan kompetensi yang diwujudkan dengan
LAKIP Pussainsa 2016
iv
diperolehnya model/metode yang dapat digunakan untuk memprediksi cuaca antariksa, kemasan informasi yang yang mudah dimanfaat oleh pengguna, jalinan komunikasi dengan pengguna yang telah dibangun, dan sarana penyampaian informasi cuaca antariksa yang telah dirintis, semuanya akan menjadi dasar pelaksanaan Renstra 2015 - 2019.
LAKIP Pussainsa 2016
v
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
i
Ringkasan Eksekutif
iii
Daftar Isi
vi
Daftar Tabel
viii
Daftar Gambar
ix
Daftar Lampiran
x
Bab I
1
Pendahuluan A. Latar Belakang
1
B. Tugas Pokok dan Fungsi
1
C. Struktur Organisasi
2
D. Sumber Daya
3
Bab II
Bab III
Perencanaan Kinerja Pusat Sains Antariksa
7
A. Visi dan Misi
7
B. Tujuan
8
C. Sasaran
8
D. Peta Strategi
9
E.
Rencana Strategis dan Penetapan Kinerja
9
F.
Kegiatan Litbang dan Pemanfaatan
11
G
Rencana Anggaran
13
Akuntabilitas Kinerja Pusat Sains Antariksa
14
A. Capaian Kinerja Organisasi
14
1. Pencapaian Kinerja Tahun 2016
14
2. Evaluasi Kegiatan Layanan Produk Litbang Sains Antariksa
16
3. Kegiatan Litbang Untuk HKI dan Publikasi Makalah
18
4. Kegiatan Pembinaan dan Layanan Teknis Bidang Sains Antariksa
29
LAKIP Pussainsa 2016
vi
5. Perbandingan Capaian Kinerja Tahun 2016 dengan Tahun
30
Sebelumnya 6. Evaluasi Capaian Output Dibandingkan dengan Renstra LAPAN
33
7. Pengembangan Kapasitas Litbang Sains Antariksa
34
8. Pemantauan dan Evaluasi Kegiatan
39
B. Akuntabilitas Keuangan BAB IV
39
Penutup
42
LAKIP Pussainsa 2016
vii
DAFTAR TABEL
TABEL 1-1
Komposisi Pegawai di Pusat Sains Antariksa
3
TABEL 1-2
Komposisi Aparatur Sipil Negara Berdasarkan Golongan
3
TABEL 1-3
Komposisi Aparatur Sipil Negara Berdasarkan Tingkat Pendidikan
4
TABEL 1-4
Komposisi Aparatur Sipil Negara Berdasarkan Tingkat Jenjang
4
Fungsional TABEL 1-5
Prasarana Litbang Sains Antariksa Hingga Tahun 2016
4
TABEL 1-6
Stasiun dan Jenis Perangkat Pengamatan Antariksa Tahun 2016
5
TABEL 2-1
Target Kinerja Pusat Sains Antariksa Tahun 2016
10
TABEL 2-2
Besar Anggaran Tiga Tahun Terakhir
13
TABEL 3-1
Capaian Kinerja Pusat Sains Antariksa Tahun 2016
15
TABEL 3-2
Kegiatan Layanan Produk Litbang Sains Antariksa Tahun 2016
17
TABEL 3-3
Kegiatan Pembinaan Teknis di Pusat Sains Antariksa Tahun 2016
29
TABEL 3-4
Layanan Teknis dan Produk Litbang Cuaca Antariksa
30
TABEL 3-5
Rataan Presentase Capaian Kinerja Pusat Sains Antariksa 2011-2016
31
TABEL 3-6
Perbandingan Capaian Kinerja Pusat Sains Antariksa 2011-2016
31
TABEL 3-7
Sasaran Strategis, IKU, dan Target LAPAN Tahun 2016
33
TABEL 3-8
Kerjasama Dalam Rangka Meningkatkan Kapasitas Litbang Sains
38
Antariksa TABEL 3-9
PAGU Anggaran Setelah Penghematan
41
LAKIP Pussainsa 2016
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1-1
Struktur Organisasi Pusat Sains Antariksa
3
Gambar 1-2
Skema Jaringan Transfer Data Cuaca Antariksa Menggunakan FO
5
dan VPN Gambar 3-1
Tampilan Layanan Informasi On-line melalui SWIFtS
17
Gambar 3-2
Layanan Informasi On-line melalui Web
18
Gambar 3-3
Ruang SPICA sebagai ruang sidang oleh Tim SWIFtS, kondisi
35
sebelum renovasi (a) dan setelah renovasi (b) Gambar 3-4
Situs ISES dengan Indonesia yang diwakili oleh SWIFtS menjadi
36
salah datu anggotanya. Gambar 3-5
Gunung Timau, situs Observatorium Nasional di Kabupaten
37
Kupang Kecamatan Amfoang Tengah. Gambar 3-6
Realisasi penyerapan anggaran TA. 2016
40
LAKIP Pussainsa 2016
ix
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A Lampiran A-1 Lampiran A-2
Penetapan Kinerja Pusat Sains Antariksa Tahun 2016 Rencana Aksi Penetapan Kinerja Pusat Sains Antariksa Tahun 2016
45 47
Lampiran A-3
Rencana Kinerja Tahunan Pusat Sains Antariksa Tahun 2016
49
Lampiran A-4
Peta Strategis BSC Pusat Sains Antariksa
50
Lampiran A-5
Matrik Peta Strategis Pusat Sains Antariksa
51
Lampiran A-6
Sasaran Strategis, IKU, dan Target Pusat Sains Antariksa
52
Lampiran A-7
Sasaran Strategis, IKU, dan Target Pusat Sains Antariksa
54
LAMPIRAN B Lampiran B-1 Lampiran B-2 Lampiran B-3 Lampiran B-4
Publikasi Karya Tulis Ilmiah (KTI) Pusat Sains Antariksa Tahun 2016 Jumlah Makalah Ilmiah yang Sudah Diterbitkan pada Jurnal Internasional Jumlah Makalah Ilmiah yang Sudah Diterbitkan pada Jurnal Nasional Jumlah Makalah Ilmiah yang Sudah Diterbitkan pada Media Nasional Tak-Terakreditasi Jumlah Makalah Ilmiah yang Sudah Diterbitkan pada Media Populer
55 55 57 58 60
LAMPIRAN C
Daftar Kunjungan di Pusat Sains Antariksa Tahun 2016
61
LAMPIRAN D
Daftar Instansi Yang Terlibat Dalam Kegiatan Pussainsa
62
LAKIP Pussainsa 2016
x
LAKIP Pussainsa 2016
xi
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang TAP MPR RI nomor XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas korupsi, kolusi dan nepotisme dan Undang-Undang Nomor 28 tahun 1999 dengan judul yang sama sebagai tindak lanjut TAP MPR tersebut telah ditetapkan. Sebagai tindak lanjut dari produk hukum tersebut, maka telah diterbitkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Berdasarkan peraturan Kepala LAPAN Nomor: 8 tahun 2015 susunan organisasi LAPAN terdiri dari Kepala, Sekretariat Utama, 3 (tiga) Kedeputian Teknis dan Inspektorat, Pusat Kajian Kebijakan Penerbangan dan Antariksa, Pusat Pemanfaatan Teknologi Dirgantara, dan Pusat Teknologi Informasi dan Standar Penerbangan dan Antariksa. Tiga Kedeputian Teknis adalah Kedeputian Bidang Sains Antariksa dan Atmosfer, Kedeputian Bidang Teknologi Penerbangan dan Antariksa, dan Kedeputian Bidang Penginderaan Jauh. Kedeputian Bidang Sains Antariksa dan Atmosfer membawahi 2 (dua) Pusat yaitu: Pusat Sains Antariksa dan Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer. Pusat Sains Antariksa berkedudukan di Bandung dengan alamat lengkap: Pusat Sains Antariksa – LAPAN Jl. Dr. Djundjunan No. 133, Bandung 40173. Tlp. (022)6012602, 6038060, Fax (022) 6014998 B. Tugas Pokok dan Fungsi Berdasarkan Perka LAPAN Nomor: 8 tahun 2015, Pusat Sains Antariksa mempunyai tugas melaksanakan penelitian, pengembangan, perekayasaan, dan pemanfaatannya
LAKIP Pussainsa 2016
1
serta penyelenggaraan keantariksaan di bidang sains antariksa (Pasal 64). Sedangkan fungsi yang diembannya meliputi (Pasal 65): a. penyusunan rencana, program, kegiatan, dan anggaran di bidang sains antariksa; b. penyiapan bahan rumusan kebijakan teknis di bidang sains antariksa; c. penelitian, pengembangan, perekayasaan, dan pemanfaatan sains antariksa; d. pengelolaan fasilitas penelitian, pengembangan, perekayasaan, dan pemanfaatan di bidang sains antariksa; e. pelaksanaan kegiatan diseminasi hasil penelitian, pengembangan, perekayasaan, dan pemanfaatan di bidang sains antariksa; f. pemberian informasi khusus dan bantuan teknis tentang sains antariksa; g. pemberian peringatan dini, mitigasi, dan penanganan bencana akibat cuaca antariksa dan benda jatuh antariksa; h. pembinaan dan pemberian bimbingan di bidang penelitian, pengembangan, perekayasaan, dan pemanfaatan sains antariksa; i.
pelaksanaan kerja sama teknis di bidang sains antariksa; dan
j.
pelaksanaan administrasi keuangan, penatausahaan Barang Milik Negara, pengelolaan rumah tangga, sumber daya manusia aparatur, dan tata usaha pusat.
C. Struktur Organisasi Pusat Sains Antariksa adalah unsur pelaksana dari sebagian tugas dan fungsi Kedeputian Bidang Sains Antariksa dan Atmosfer yaitu menyelenggarakan fungsi penelitian, pengembangan,
perekayasaan,
dan
pemanfaatannya
serta
penyelenggaraan
keantariksaan di bidang sains antariksa yang meliputi litbang tentang cuaca antariksa, lingkungan antariksa, dan astrofisika. Pusat Sains Antariksa membawahi 2 (dua) bidang, satu bagian, dan sub bagian (Lihat Gambar 1-1). Rinciannya adalah sebagai berikut: 1. Bidang Program dan Fasilitas. 2. Bidang Diseminasi. 3. Bagian Administrasi. 4. Sub Bagian Keuangan dan Barang Milik Negara 5. Sub Bagian Sumber Daya Manusia dan Tata Usaha
LAKIP Pussainsa 2016
2
Pusat Sains Antariksa Bagian Administrasi Bidang Program dan Fasilitas
Bidang Diseminasi
Subbagian Keuangan dan Barang Milik Negara Subbagian Sumber Daya Manusia dan Tata Usaha
Kelompok Jabatan Fungsional
Gambar 1-1: Struktur organisasi Pusat Sains Antariksa (Perka LAPAN No. 8 Tahun 2015). D. Sumber Daya Tahun 2016 jumlah sumber daya manusia di Pusat Sains Antariksa adalah sebanyak 123 pegawai dengan komposisi seperti pada Tabel 1-1, 1-2, 1-3, dan 1-4. Dari sejumlah itu terdapat 82 Aparatur Sipil Negara (ASN) dan 41 Pegawai Tidak Tetap (PTT). Berdasarkan jabatan fungsional, jabatan fungsional Peneliti merupakan mayoritas sumber daya manusia di Pusat Sains Antariksa. Berdasarkan golongan, pegawai negeri sipil mayoritas golongan III. Tabel 1-1: Komposisi pegawai di Pusat Sains Antariksa
Peneliti 34 (28%)
Aparatur Sipil Negara Fungsional Tertentu Perekayasa Litkayasa Lainnya 5 11 26 (4%) (9%) (21%)
NonFungsional 6 (5%)
Pegawai Tidak Tetap 41 (33%)
Tabel 1-2: Komposisi Aparatur Sipil Negara berdasarkan golongan. Golongan IV 12 (15%)
Golongan III 59 (72%)
Golongan II 11 (13%)
LAKIP Pussainsa 2016
3
Tabel 1-3: Komposisi Aparatur Sipil Negara berdasarkan tingkat pendidikan. Strata-3 3 (4%)
Strata-2 28 (34%)
Strata-1 31 (38%)
< Strata-1 18 (24%)
Tabel 1-4: Komposisi Aparatur Sipil Negara berdasarkan tingkat jenjang fungsional. Fungsional Peneliti Perekayasa Litkayasa* Lainnya
Utama Penyelia* 2 0 3 1
Madya Lanjutan* 9 1 4 1
Muda Pelaksana* 19 0 2 1
Pertama Pemula* 4 4 2
Umum 23
Fasilitas penelitian dan pengembangan di Pusat Sains Antariksa meliputi sarana litbang berupa perangkat pengamatan (Tabel 1-5), piranti interpretasi dan pengolahan data, perangkat analisis; prasarana litbang transfer transfer data, jaringan internet, dan web (Tabel 1-6 dan Gambar 1-2). TABEL 1-5: Prasarana litbang sains antariksa hingga tahun 2016 No.
Prasarana
Keterangan
1.
Jaringan transfer data sains antariksa dan server basis data
2. 3.
Jaringan internet Sarana layanan SWIFtS dan displai untuk DSS (Decission Support System)
4.
Website Pusat Sains Antariksa
Menggunakan FO dan Vsat dengan kapasitas rata-rata 20 Mbps. Server dengan kapasitas 20 Mbps Kapasitas 100 Mbps Satu sistem terpadu dan displainya menggunakan 1 ruangan khusus. Bergabung dengan LAPAN keseluruhan.
LAKIP Pussainsa 2016
4
FO 1 Mbps
FO 1 Mbps
VSAT 512 kbps
VSAT 256 kbps
FO 1 Mbps FO 1 Mbps FO 20 Mb FO 1 Mbps
VSAT 256 kbps
VSAT 512 kbps VSAT 256 kbps VSAT 512 kbps
VSAT 256 kbps VSAT 512 kbps
space research for a better life
1 Mbps = 1024 kbps : VPN KSH Jakarta : VPN Bandung
Gambar 1-2: Skema jaringan transfer data cuaca antariksa menggunakan FO dan VPN
TABEL 1-6: Balai, stasiun kerjasana dan jenis perangkat pengamatan antariksa tahun 2016. No
1
2 3
Stasiun (Koordinat) BPAA Agam (0,3°LS, 100,35°BT
Matahari
Stakerma BMKG Kototabang (0,22°LS, 100,32°BT) Stakerma UIN-SUSKA Pekanbaru (0,53°LU, 101,45°BT) Bandung (6,90°LS, 107,83°BT)
4
BPAA Sumedang (6,91°LS, 107,83°BT)
5
Balai Garut (7,65°LS, 107,96°BT)
6
BPAA Pontianak (0,03°LS, 109,33°BT)
7
Stasiun Yogyakarta
Jenis Peralatan dan Tipenya Geomagnet Ionosfer ALE, GRBR*), Ionosonde FMCW*), MWR*), All Sky Imager*), Fluxgate Magnetometer*) ALE
Teleskop optik Celestron, NGT, radio spektrograf SN4000
Fluxgate Magnetometer
Fluxgate Magnetometer, Magson Magdas 9*)
GISTM- GSV4004B, ALE, VLF-receiver, GRBR, WinRadio Ionosonde IPS71, GRBR
Ionosonda IPS51, ALE, Komrad Khusus Ionosonda CADI, ALE, GISTM- GSV4004B, WinRadio, GRBR, MFradar*), VLF-B*), GRBR
LAKIP Pussainsa 2016
5
8 9 10
11 12
13 14
(7,49°LS, 110,22°BT) BPAA Pasuruan (7,57°LS, 112,68°BT)
Teleskop optik Celestron, NGT.
Fluxgate magnetometer, Magson Magnetometer induksi, Magson
ALE, GRBR
Stakerma BMKG Nagara-Bali (8,20°LS, 114,36°BT) Stakerma BMKG Magdas 9*) Kupang (10,21°LS, 23,65°BT) Stakerma UNDANA Ionosonda CADI, Kupang GISTM-GPStation6, ALE (10,16°LS,123,67°BT) Stasiun Bumi Magdas II*) Parepare (3,98°LS, 119,65°BT) Stakerma BMKG Magdas II*) Manado-Tondano (1,30°LU, 124,93°BT) Stakerma UNSRAT ASI, Ionosonda CADI, Manado-Tomohon GISTM-GPStation6, ALE, (1,34°LU, 124,82°BT) GRBR. Balai Biak Ionosonda CADI, ALE (1°LS, 136°BT) Stakerma BMKG Magdas 9*) Jayapura (1,41°LS, 136,85°BT) *) Perangkat hasil kerjasama dengan lembaga mitra luar negeri.
LAKIP Pussainsa 2016
6
BAB II. PERENCANAAN KINERJA PUSAT SAINS ANTARIKSA
Perencanaan kinerja Pusat Sains Antariksa mengacu kepada rencana strategis (renstra) tahun 2015-2019 Pusat Sains Antariksa yang telah disusun dan ditetapkan. Renstra tersebut merupakan penjabaran dari rencana strategis LAPAN, khususnya Arah Kebijakan 1, huruf a yaitu pengembangan kapasitas Iptek penerbangan dan antariksa dengan menerapkan kompetensi bidang sains antariksa dan atmosfer. Strategi pencapaiannya meliputi: 1. Pembangunan pusat unggulan cuaca antariksa; 2. Pembangunan pusat unggulan sains atmosfer; 3. Pengembangan DecisionSupportSystem (DSS) untuk mitigasi Cuaca Antariksa, Dinamika Atmosfer, dan perubahan iklim; 4. Kerjasama dengan institusi litbang atmosfer ekuatorantariksa di dalam dan luar negeri; dan 5. Kerjasama dengan perguruan tinggi dan pemerintah daerah dalam pembangunan observatorium nasional; A. Visi dan Misi Visi Pusat Sains Antariksa adalah menjadi pusat unggulan sains antariksa untuk mewujudkan Indonesia yang maju dan mandiri. Visi ini merupakan penjabaran dari Kedeputian Sains Antariksa dan Atmosfer yaitu menjadi pusat unggulan sains antariksa dan atmosfer untuk mewujudkan indonesia yang maju dan mandiri yang juga merupakan penjabaran visi dari LAPAN yakni menjadi pusat unggulan penerbangan dan antariksa untuk mewujudkan indonesia yang maju dan mandiri. Untuk mewujudkan visi tersebut, maka misi yang harus dijalankan oleh Pusat Sains Antariksa adalah: 1. Meningkatkan kualitas sains antariksa bertaraf internasional. 2. Meningkatkan kualitas produk penelitian dan pengembangan serta informasi di bidang sains antariksa dalam memecahkan permasalahan nasional. 3. Melaksanakan penyelenggaraan keantariksaan untuk kepentingan nasional.
LAKIP Pussainsa 2016
7
B. Tujuan Tujuan penyelenggaraan kegiatan penelitian, pengembangan, dan pemanfaatan sains antariksa adalah: 1. Mewujudkan sumber daya litbang Sains Antariksa yang berkualitas dengan produk publikasi dan HKI yang unggul; 2. Mewujudkan kemitraan internasional dalam bidang Sains Antariksa yang saling menguntungkan; 3. Mewujudkan sistem layanan dan Informasi Sains Antariksa yang terpercaya, tanggap, dan mutakhir untuk memberikan manfaat bagi masyarakat. 4. Melaksanakan penyelenggaraan keantariksaan untuk kepentingan nasional C. Sasaran Sasaran strategis Pusat Sains Antariksa selama tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut: 1. Penguasaan Iptek di bidang sains antariksa yang maju. 2. Layanan data dan informasi sains antariksa yang prima. 3. Dihasilkannya publikasi nasional terakreditasi, publikasi internasional, dan HKI di bidang sains antariksa. 4. Meningkatnya kapasitas Iptek di bidang sains antariksa. 5. Tersedianya DSS yang operasional di bidang sains antariksa untuk mitigasi bencana. 6. Tersedianya pedoman dan standar pengolahan data serta pengelolaan data dan informasi di bidang sains antariksa 7. Terlaksananya pelayanan teknis yang efektif di bidang sains antariksa 8. Terwujudnya reformasi birokrasi di lingkungan Pusat Sains Antariksa Sedangkan sasaran strategis Pusat Sains Antariksa untuk tahun 2016, sesuai dengan Perjanjina Kinerja tahun 2016 Pusat Sains Antariksa, adalah 1.
Meningkatnya penguasaan dan kemandirian Iptek di bidang sains antariksa yang maju.
2.
Meningkatknya layanan data dan informasi sains antariksa yang prima.
LAKIP Pussainsa 2016
8
D. Peta Strategi Dalam mewujudkan Visi Misi diperlukan peta strategi yang bermuara pada kebutuhan pengguna. Peta strategi yang dibuat untuk mewuudakan VIsi Misi ini khusus untuk Pusat Sains Antariksa diperlihatkan dala dalam m peta strategi (Balanced Score Card) di bawah ini
E. Rencana Strategis dan Penetapan Kinerja Dalam rangka pencapaian visinya, yaitu menjadi institusi yang dapat mendorong tercapainya Pusat Unggulan Sains Antariksa Untuk Mewujudkan Indonesia yang Maju dan Mandiri, maka Pusat Sains Antariksa perlu menerapkan strategi yang mendukung arah kebijakan yang telah ditentukan. Strategi tersebut meliputi: 1. Pemanfaatan dan layanan publik Iptek penerbangan dan antariksa dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan berkelanjutan dengan menerapkan strategi meningkatkan spaceawareness masyarakat Indonesia.
LAKIP Pussainsa 2016
9
2. Pengembangan kapasitas Iptek penerbangan dan antariksa dengan menerapkan strategi: (a) membangun pusat unggulan cuaca antariksa; (b) meningkatkan kapasitas dan kapabilitas sumber daya LAPAN; (c) meningkatkan fasilitas dan produktivitas litbang; (d) menjalin kerjasama dengan institusi litbang atmosfer ekuator-antariksa di dalam dan luar negeri. 3. Melanjutkan RB LAPAN sesuai dengan RB Nasional yang meliputi penerapan human capital management dan implementasi tata kelola TI. Dalam rangka melaksanakan strategi yang telah di atas, maka Pusat Sains Antariksa telah menetapkan target kinerja yang akan dicapai selama tahun 2016. Adapun target kinerja Pusat Sains Antariksa selama tahun 2016 yang telah ditetapkan seperti pada Tabel 2-1. Tabel 2-1: Target Kinerja Pusat Sains Antariksa Tahun 2016 Sasaran Strategis Utama 1 Meningkatnya penguasaan dan kemandirian Iptek di bidang sains antariksa yang maju.
2
Meningkatnya layanan data dan informasi sains antariksa yang prima.
Indikator Kinerja 1 Jumlah prototipe bidang sains antariksa yang dihasilkan atau model pemanfaatan Iptek di bidang sains antariksa yang operasional untuk mitigasi bencana antariksa. 2 Jumlah publikasi nasional terakreditasi di bidang sains antariksa. 3 Jumlah publikasi internasional yang terindeks di bidang sains antariksa. 4 Jumlah HKI yang diusulkan di bidang sains antariksa. 5 Jumlah instansi pengguna yang memanfaatkan layanan iptek di bidang sains antariksa. 6 Indeks kepuasan masyarakat atas layanan iptek di bidang sains antariksa.
Satu- Taran get Model 4
Penyelesaian Desember
Makal ah
10
Desember
Makal ah
4
Desember
Judul
0
Desember
instansi
30
Desember
78.5
Desember
LAKIP Pussainsa 2016
10
F. Kegiatan Litbang dan Pemanfaatan Selama tahun 2016 telah direncanakan kegiatan penelitian dan pengembangan, serta kegiatan pendukung lainnya. Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi: 1. Kegiatan yang menghasilkan produk litbang sains antariksa dan layanannya kepada pengguna. Kegiatan ini meliputi: a. Layanan prediksi frekuensi komunikasi radio. Dilakukan 4 kali (edisi) dalam setahun dan diberikan kepada pelanggan di lingkungan TNI, POLRI, Pemprov, Pemkab, dan lembaga lain yang membutuhkan. b. Layanan prediksi cuaca antariksa (on-line&off-line) (12 edisi). Prediksi kondisi cuaca antariksa secara on-line dilakukan setiap bulan dan hasilnya ditampilkan dalam web. Sedangkan prediksi cuaca antariksa secara on-line dilakukan 3 bulan sekali dan disampaikan kepada pengguna melalui Buletin Cuaca Antariksa. c. Penerbitan Buletin Cuaca Antariksa (4 edisi). Buletin ini diterbitkan 4 kali (edisi) dalam setahun dan memuat tentang cuaca antariksa secara umum, evaluasi kondisi antariksa (matahari-magnetosfer-ionosfer) 3 bulan terakhir, prediksi 3 bulan berikutnya, serta berita lainnya. d. Penerbitan Buletin Data Ionosfer yang dilakukan 2 kali (edisi) dalam setahun. Buletin ini memuat data (baku) ionosfer yang siap digunakan untuk penelitian. e. Layanan informasi cuaca antariksa (SWIFtS, Space Weather Information and Forecast Services, http://swifts.sains.lapan.go.id), yang berisi informasi dan prakiraan kondisi cuaca antariksa harian f. Pelaksanaan Festival Sains Antariksa. g. Pengamatan Antariksa, termasuk
didalamnya pengamatan
hilal untuk
penentuan 1 Ramadhan dan 1 Syawal h. Seminar Nasional Sains Antariksa i.
Diseminasi Sampah dan Benda Jatuh Antariksa
j.
International Symposium on Sun, Earth, and Life; bekerjasama dengan Institut Teknologi Bandung dan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI)
k. Diseminasi Navigasi berbasis satelit l.
Pengelolaan Web Kedeputian Sains
m. Sosialisasi internal. LAKIP Pussainsa 2016
11
n. Layanan insidentil penggunaan frekuesi komunikasi HF o. Layanan informasi Gerhana Matahari Total 2016 p. Pengembangan Kapasitas. 2. Kegiatan yang menghasilkan HKI yang diusulkan dan makalah ilmiah yang dipublikasikan. Kegiatan ini meliputi: a. Litbang aktivitas matahari dan lingkungan antariksa yang berdampak pada Bumi, orbit, dan anomali satelit. Litbang ini mencakup topik-topik: (i) Analisis vektor medan magnet di daerah aktif dalam rangka mengkaji prakiraan flare; dan (ii) Kajian penggunaan data GPS satelit LAPAN A2 untuk studi kerapatan atmosfer atas; dan (iii) Dampak Hujan meteor thd ionosfer regional Indonesia. b. Litbang
geomagnet,
seismo-elektromagnet dan magnet
antariksa
dan
dampaknya pada Bumi. Litbang ini meliputi topik-topik: (i) Karakteristik gangguan geomagnet regional Indonesia respon dari fenomena di matahari; (ii) Karakteristik gangguan geomagnet regional indonesia terkait fenomena di matahari; dan (iii) Pengembangan bank data dan sistem pemrosesan informasi medan magnet bumi; dan (iv) Akuisisi data magnetometer satelit LAPAN A4. c. Litbang dinamika dan prediksi ionosfer untuk komunikasi terrestrial, satelit serta penentuan posisi berbasis satelit. Topik riset yang dilakukan meliputi: (i) Model badai ionosfer Indonesia terkait badai geomagnet; (ii) Interaksi antara medan antar planet dan angin di ionosfer berdasarkan simulasi numerik menggunakan model dnamo ionosfer global; (iii) Pengembangan metode dan model indeks gangguan ionosfer untuk pengguna GNSS di Indonesia; dan (iv) Kajian SBAS (Satellite Based Augmentastion System) dan GBAS (Ground Based Augmentation System) bagi pengguna GNSS (Global Navigation Satellite System) di Indonesia. d. Litbang teknologi pengamatan antariksa untuk peningkatan kuantitas dan kualitas data. Kegiatan riset dan perekayasaan ini mencakup: (i) Analisis data kuat sinyal HF windradio utk mengamati gangguan komunikasi radio; (ii) Akuisisi Data GNSS EVK - MSF di wilayah Bandung; (iii) Rekonstruksi Tomografi Ionosfer berbasis TEC-beacon dari jaringan GRBR Indonesia; (iv) Pengembangan sistem penerima calisto menggunakan USRP dan antena penjejak matahari; dan (v) Pengembangan basis data sains antariksa. LAKIP Pussainsa 2016
12
3. Pembinaan dan Layanan Teknis Bidang Sains Antariksa: a. Bimtek Manajemen Frekuensi dan Teknis Komunikasi Radio (MFTKR) Tingkat Dasar. b. Bimtek Optimalisasi Transfer Data Cuaca Antariksa tingkat Dasar. c. Bimtek Optimalisasi Transfer Data Cuaca Antariksa tingkat Lanjut. d. Bimtek Pengolahan Data Magnetosfer/Geomagnet. e. Bimtek pengamatan antariksa. f. Focus Group Discussion (FGD) dengan Institusi terkait data geomagnet. g. Workshop SWIFtS. h. Workshop cuaca antariksa di Manado. i.
Kuliah umum Cuaca Antariksa di Kupang
G. Rencana Anggaran Dalam melaksanakan program penelitian, pengembangan, dan pemanfaatan tahun 2016, Pusat Sains Antariksa mendapatkan dukungan dana yang dituangkan dalam DIPA 2016 (sebelum pemotongan) sebesar Rp. 49.522.00.000, setelah ada pemotongan anggaran menjadi Rp. 44.580.973.000,- (empat puluh empat milyar lima ratus delapan puluh juta sembilan ratus tujuh puluh tiga ribu rupiah). Jumlah ini jauh lebih tinggi dibandingkan tahun 2015 (Tabel 2-2).
Dari anggaran tersebut, sebesar Rp.
20.071.002.000,- untuk kegiatan yang menghasilkan produk litbang sains antariksa dan yang menghasilkan HKI dan publikasi ilmiah (kegiatan 1); Rp. 5.994.425.000,- untuk kegiatan pembinaan dan layanan teknis (kegiatan 2). Sisanya untuk membiayai kegiatan layanan perkantoran, pengadaan perangkat pengolah data dan komunikasi, peralatan dan fasilitas perkantoran, serta gedung/bangunan. Tabel 2-2: Besar anggaran 3 tahun terakhir. No.
TAHUN
ANGGARAN (Rp)
1
2014
20.060.140.000
2
2015
33.026.627.000
3
2016
44.580.973.000
LAKIP Pussainsa 2016
13
BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT SAINS ANTARIKSA
A. Capaian Kinerja Organisasi Capaian kinerja Pusat Sains Antariksa tahun 2016 dilakukan selama 12 bulan dengan cara Pelaporan setiap triwulan untuk capaian jumlah model pemanfaatan; Pelaporan setiap kegiatan layanan data dan informasi baik bimtek, diseminasi, kunjungan maupun layanan data prediksi frekuensi HF dan bulletin triwulanan; Pelaporan setiap keikut serta dalam kegiatan seminar yang menghasilkan publikasi nasional maupun nternasional. Pengukuran tingkat capaian kinerja Pusat Sains Antariksa tahun 2016 dilakukan dengan cara membandingkan target masing-masing indikator kinerja dengan realisasinya. Jika capaian kinerja sesuai dengan targetnya, maka tingkat capaiannya 100%. Jika capaian kinerja lebih tinggi dari target yang telah ditetapkan, maka tingkat capaiannya > 100%, dan sebaliknya. Dengan cara ini dapat diketahui tingkat keberhasilan dari masing-masing indikator. Tingkat keberhasilan ini merupakan ukuran untuk mengevaluasi pencapaian kinerja Pusat Sains Antariksa selama tahun 2016, dan akan digunakan sebagai rujukan dalam menentukan target kinerja tahun berikutnya. Jadi, analisis terhadap pencapaian kinerja ini akan menentukan tingkat keberhasilan yang akan datang. Pusat Sains Antariksa telah melakukan kegiatan selama tahun 2016 dan melakukan analisis terhadap hasil capaiannya. 1. Pencapaian Kinerja Tahun 2016 Secara keseluruhan, rataan persentase capaian kinerja Pusat Sains Antariksa tahun 2016 adalah 176%. Rataan capaian kinerja tersebut dipaparkan dalam 2 sasaran strategis (SS) dengan SS 1 mempunyai 4 indikator kinerja (IK) dan SS 2 mempunyai 2 indikator kinerja.
LAKIP Pussainsa 2016
14
Target dari IK 1 pada SS 1 adalah menghasilkan 4 jumlah prototipe/model bidang sains antariksa atau model pemanfaatan Iptek di bidang sains antariksa yang operasional untuk mitigasi bencana antariksa. Sesuai dengan rencana aksi tahun 2016 Pusat Sains Antariksa, keempat model dirinci menjadi: 1 model gangguan geomagnet, 2 model ionosfer dan 1 model propagasi HF. Selama tahun 2016 telah dihasilkan empat model/prototipe sesuai dengan target IK1 pada SS1. Judul dan abstrak model-model tersebut dijelaskan di bab 3 bagian A3. Target IK 2 pada SS 1 adalah menghasilkan 10 publikasi nasional terakreditasi di bidang sains antariksa. Realisasinya, selama tahun 2016 hanya ada 4 makalah (40 % dari target) yang sudah terpublikasi di jurnal nasional terakreditasi (lampiran B-2). Target IK 3 pada SS1 adalah menghasilkan 4 publikasi internasional yang terindeks di bidang sains antariksa. Realisasinya, 22 makalah (550% dari target) sudah terpublikasi di jurnal internasional terindeks (lampiran B-1). Target IK 4 pada SS 1 adalah mengusulkan 0 HKI di bidang sains antariksa. Realisasinya, tidak ada HKI yang diusulkan pada tahun 2016. Target IK 5 pada SS 2 adalah 30 instansi pengguna yang memanfaatkan layanan iptek di bidang sains antariksa. Realisasinya, dari kegiatan-kegiatan dan layanan yang dilakukan Pusat Sains Antariksa selama tahun 2016, sebanyak 32 instansi (106,6% dari target) sudah memanfaatkan layanan yang diberikan Pusat Sains Antariksa (lampiran D). Target IK 6 pada SS 2 adalah indeks kepuasan masyarakat (IKM) atas layanan iptek di bidang sains antariksa yang bernilai 78,5. Dari kuesioner yang dibagikan kepada penerima layanan Pusat Sains Antariksa, diperoleh nilai IKM 87,9 atau 112% dari target. Capaian kinerja Pusat Sains Antariksa tahun 2016 terangkum dalam table 3-1.
Tabel 3-1: Capaian Kinerja Pusat Sains Antariksa Tahun 2016 Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
1
1 Jumlah prototipe bidang sains antariksa yang dihasilkan atau model pemanfaatan Iptek di bidang sains antariksa yang operasional untuk mitigasi bencana antariksa 2 Jumlah publikasi nasional terakreditasi di bidang sains
Meningkatnya penguasaan dan kemandirian iptek di bidang sains antariksa yang maju
Satuan Model /proto tipe
Target 4
Realisasi (%) 4 (100%)
makalah
10
4 (40%)
LAKIP Pussainsa 2016
15
3 4 2
Meningkatnya layanan data dan informasi sains antariksa yang prima
5
6
antariksa Jumlah publikasi internasional yang terindeks di bidang sains antariksa Jumlah HKI yang diusulkan di bidang sains antariksa Jumlah instansi pengguna yang memanfaatkan layanan iptek di bidang sains antariksa Indeks kepuasan masyarakan atas layanan iptek di bidang sains antariksa
makalah
4
22 (550%)
Judul
0
0 (100%)
instansi
30
32 (106,6%)
78,5
87,9(112%)
Rataan:
176%
Target kinerja yang yang telah dicapai tersebut tidak terlepas dari kegiatan dari tiga kegiatan yang telah disebutkan pada Bab II, sub-bab E. Evaluasi masing-masing kegiatan diuraikan pada sub-bab berikutnya. 2. Evaluasi Kegiatan Layanan Produk Litbang Sains Antariksa. Selama 2016 telah dilaksanakan 7 kegiatan layanan produk dan informasi bidang sains antariksa, baik yang sifatnya pemanfaatan (komunikasi 2 arah) dan diseminasi (komunikasi 1 arah) (Tabel 3-2).Kegiatan layanan pemanfaatan meliputi layanan prediksi frekuensi komunikasi radio tri-wulanan dan insidental, serta layanan Buletin Cuaca Antariksa.Kegiatan layanan
pemanfaatan
diberikan kepada
lembaga
operator
komunikasi radio di seluruh Indonesia yang meliputi TNI, POLRI, Pemerintahan Kabupaten, Pemerintahan Propinsi, dan instansi teknis lainnya. Kegiatan layanan yang bersifat diseminasi dan sosialisasi kepada masyarakat secara luas secara on-line maupun off-line. Layanan yang dilakukan secara on-line meliputi informasi cuaca antariksa melalui web LAPAN (lapan.go.id), SpaceWeatherInformationand Forecast Services (SWIFtS) (swifts.lapan.go.id) (Gambar 3-1), Buletin Cuaca Antariksa (http://pussainsa.lapan.go.id/index.php/subbuletin/ read), dan benda jatuh antariksa (Gambar 3-2). selain layanan informasi, juga diselenggarakan kegiatan diseminasi berupa kegiatan Festival Sains Antariksa (FSA), Seminar/workshop, dan pengamatan antariksa. Pengamatan antariksa yang dilakukan berupa pengamatan hilal untuk LAKIP Pussainsa 2016
16
menentukan awal bulan Ramadhan dan Idul Fitri, serta pengamatan matahari pada kegiatan an sosialisasi/pameran iptek. Tabel 3-2:: Kegiatan Layanan Produk Litbang Sains Antariksa Tahun Tahun 2016 No.
Nama Kegiatan
Waktu
1.
Januari, April, Juli, Oktober Setiap hari kerja
3.
Layanan prediksi frekuensi komunikasi radio SWIFtS (Space Weather Information and Forecast Services) Penerbitan Buletin Cuaca Antariksa
4. 5. 6.
Penerbitan Buletin Data Ionosfer Festival Sains Antariksa Pengamatan Antariksa*)
7.
Seminar Nasional Sains Antariksa
2.
Januari, April, Juli, Oktober Juni, Desember 8-10-2016 Juni, Juli, November (2x) 22-11-2016
Jumlah pengguna (instansi) 300 00/edisi - (layanan searah via web) 300/edisi 300 - (internal) 20 (sekolah) 15 (non-LAPAN) (non
Gambar 3-1:: Tampilan layanan informasi on-line melalui SWIFtS (swifts.sains.lapan.go.id).
LAKIP Pussainsa 2016
17
Gambar 3-2:: Layanan informasi on on-line line melalui web (http://pussainsa.lapan.go.id) 3. Kegiatan Litbang Untuk Pembuatan Model, HKI dan Publikasi Ilmiah Ilmiah. Berikut diuraikan ringkasan hasil h kegiatan litbang dan capaian yang dihasilkan. Kegiatan ini merupakan inti dari kegiatan iatan di Pusat Sains Antariksa sebagai pusat unggulan sains antariksa. Output dari kegiatan ini menjadi target kinerja model, publikasi ilmiah, dan HKI. Dari kegiatan litbang yang dilakukan, target kinerja model yang berjumlah empat buah model dicapai melalui lui penelitian penelitian-penelitian sebagai berikut: a. Model Badai Ionosfer Indonesia Terkait Badai Geomagnet (PI:: Anwar Santoso Santoso, Anggota: Sri Ekawati, Mira Juangsih, Anton Winarko, Siska Filawati,, Dadang Nurmali, Iyus Edi Rusnadi). Capaian: Model badai ionosfer dengan input data Dst beberapa jam sebelumnya dengan output indeks Kp lokal di Indonesia Indonesia. Abstrak: Dampak cuaca antariksa terhadap kehidupan manusia di Bumi maupun perubahan konduktivitas ionosfer dipengaruhi oleh kopling magnetosfer-ionosfer magnetosfer melalui garis medan magnet tersebut. Gangguan medan magnet menjalar dari ruang antar-planet, planet, melewati magnetosfer dan ionosfer. Sebuah model empiris respon foF2 ionosfer terhadap badai geomagnet telah dikembangkan oleh Araujo Araujo-Pradere Pradere dengan tivitas geomagnet lintang tinggi). Dengan menggunakan masukan indeks ap (indeks ak aktivitas data indeks ap, indeks Dst dan foF2 ionosfer BPAA Sumedang tahun 2005 2005-2015 akan
LAKIP Pussainsa 2016
18
dilakukan modifikasi model tersebut. Indeks ap dan indeks Dst digunakan untuk memodifikasi model Araujo-Pradere agar dapat diperoleh model badai ionosfer regional Indonesia terhadap badai geomagnet. Dari analisis disimpulkan bahwa model badai ionosfer foF2 BPAA Sumedang baik model empiris global (Pradere et al., 2002) maupun model numerik lokal sama-sama layak (Deviasinya < 40% terhadap data) dan dapat dipergunakan untuk kegiatan estimasi badai ionosfer foF2 akibat badai geomagnet di BPAA Sumedang. Model lokal memiliki sedikit kelebihan yakni dilengkapi dengan persamaan estimasi durasi dan delay.
b. Interaksi Antara Medan Antar-Planet dan Angin di Ionosfer Berdasarkan Simulasi Numerik Menggunakan Model Dinamo Ionosfer Global (PI: Fitri Nuraeni, Anggota: Musafar, Mira Juangsih, Visca Wellyanita, Siska Filawati) Capaian: Script koefisien Gauss sebagai dasar model dinamo ionosfer global. Abstrak: Dampak cuaca antariksa terhadap kehidupan manusia di Bumi maupun perubahan konduktivitas ionosfer dipengaruhi oleh kopling magnetosfer-ionosfer melalui garis medan magnet tersebut. Gangguan medan magnet menjalar dari ruang antar-planet, melewati magnetosfer dan ionosfer hingga mencapai permukaan Bumi. Besar lesapan energi gangguan ketika mencapai permukaan Bumi sangat ditentukan oleh kondisi lapisan ionosfer. Oleh karena itu dalam menyelidiki penjalaran gangguan terkait cuaca antariksa tersebut sangat penting untuk mengetahui sifat-sifat kelistrikan di lapisan ionosfer. Dalam penelitian ini akan dilakukan simulasi numerik dinamo ionosfer global dengan memecahkan persamaan dinamo. Dari hasil simulasi numerik akan dilakukan pengujian respon arus ionosferik terhadap perubahan medan antarplanet selama berlangsungnya saat badai magnet. Manfaat dari penelitian ini adalah dimasa datang dapat dikembangkan untuk menyelidiki penjalaran gelombang ULF dari magnetosfer melalui ionosfer menuju permukaan Bumi karena LAPAN memiliki magnetometer permukaan Bumi, kerapatan partikel magnetosferik melalui data magnetometer permukaan Bumi, transpor partikel ionosferik menuju magnetosfer luar selama pembentukan sabuk radiasi elektron, peristiwa sabuk radiasi proton atau sabuk Van-Allen, GIC (geomagnetic induction current) dan fenomena-fenomena lainnya. Selain
LAKIP Pussainsa 2016
19
itu, sifat-sifat kelistrikan ionosfer juga sangat penting untuk mempelajari kopling atmosfer-ionosfer yang terkait dengan transpor partikel atmosferik ke ionosfer.
c. Karakteristik Gangguan Geomagnet Regional Indonesia Respon Dari Fenomena Di Matahari (PI: Mamat Ruhimat, Anggota: Tiar Dani, Sungging, Fitri, Anton, Cucu) Capaian: Karakteristik hubungan gangguan geomagnet dengan parameter aktivitas di Matahari masih berdasarkan statistik belum mempertimbangan hubungan fisisnya. Abstrak: Gangguan geomagnet merupakan penyimpangan geomagnet reaksi global untuk kondisi antarplanet ekstrim terutama setelah peristiwa erupsi matahari seperti CME, CH. Dalam penelitian ini akan diolah data geomagnet dan data matahari untuk mendapatkan karakteristiknya dan dibangun model empirik gangguan geomagnet region Indonesia dengan masukkan fenomena di matahari. Dari hasil pengolahan data Dst, CME dan CH. Diperoleh model empirik gangguan geomagnet dengan error rata-rata 35%.
d. Pengembangan Basis Data Sains Antariksa (PI: Elyyani, Anggota: Siti Maryam, Yoga Andrian, Ahmad Zulfiana, Syahril, Imam Safei) Capaian: Metode pencarian data antariksa dengan aplikasi yang mudah digunakan dengan membuat standar penamaan file. Abstrak: Pengembangan sistem basis data sains antariksa merupakan program pendukung terhadap layanan data hasil pengamatan yang akan memberikan informasi penting secara real time tentang dinamika aktivitas matahari dan lingkungan antariksa. Sistem basis data sains antariksa terus dikembangkan untuk mendapatkan sistem aplikasi yang layak digunakan oleh user. Rencana pengembangan aplikasi sistem basis data antariksa 2016 secara garis besar adalah perubahan proses bisnis pada saat pencarian data. Aplikasi simbada 2015 menggunakan sistem manajemen file tanpa menggunakan Data Base Management System, pada saat dilakukan pengecekan aplikasi terkadang ada beberapa jenis data yang tidak ditemukan berbanding terbalik dengan ketersedian data pada server. Setelah dilakukan kajian ulang ternyata penamaan file dan
LAKIP Pussainsa 2016
20
struktur folder pada struktur pada server tidak seragam, hal ini menyebabkan file dianggap tidak tersedia oleh sistem aplikasi. Selain itu apabila ada perubahan struktur folder harus merubah pengkodean program, tentu hal tersebut akan merepotkan pengembang (developer), untuk memperbaiki hal tersebut maka proses bisnis pencarian data akan menggunakan Database Management System.
Untuk mendukung capaian target publikasi ilmiah, selain penelitian untuk menghasilkan model, dilakukan juga berbagai penelitian sebagai berikut: e. Analisis Vektor Medan Magnet di Daerah Aktif Dalam Rangka Mengkaji Prakiraan Flare (PI: Gunawan Admiranto, Anggota: Johan Muhamad, Sungging, Rasdewita, Zamzam, Nana) Capaian: Metode penentuan karakteristik vektor medan magnet daerah aktif sebelum flare kelas > X3. Abstrak: Flare adalah peristiwa yang masih sulit diramalkan kejadiannya. Meskipun demikian, para peneliti sudah menemukan beberapa metode yang paling tidak bisa menjadi petunjuk tentang peristiwa flare tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang karakteristik daerah aktif yang akan menghasilkan flare. Di sini akan ditelaah perubahan vektor medan magnet di daerah aktif beberapa saat sebelum flare dan beberapa saat sesudahnya untuk melihat perubahan vektor medan magnet itu. Data yang dipakai adalah data HMI (Helioseismic and Magnetic Imager) yang terdapat di wahana SDO (Solar Dynamics Observatory). Yang akan dicari di sini terutama adalah perubahan karakteristik vektor medan magnet yang menghasilkan flare tersebut, dan dari sini diharapkan bisa diperoleh informasi tentang onset time flare tersebut.
f. Pengembangan Metode dan Model Indeks Gangguan Ionosfer Untuk Pengguna GNSS di Indonesia (PI: Buldan Muslim, Anggota: Asnawi Husin, Yoga Andrian, Annis Sirodj Mardiani) Capaian: Software indeks W harian update setiap hari termasuk prediksinya 3 hari ke depan dari TEC GIM di atas Bakosurtanal / BIG (Cibinong).
LAKIP Pussainsa 2016
21
Abstrak: Tingkat gangguan ionosfer dapat diklasifikasikan menggunakan indeks W yang diturunkan dari data TEC global ionospheric map (GIM), data GPS stasiun IGS (BAKO, JOG2, BTNG dll) dan GISTM. Dalam skala indeks W, kondisi ionosfer dikelompokkan menjadi 4 kategori: tenang, aktif, menengah dan besar. Indeks gangguan ionosfer tersebut dirancang untuk pengguna GPS berdasarkan penyimpangan nilai TEC dari nilai TEC kondisi tenang. Tetapi belum diuji menggunakan data akurasi posisi GPS pada berbagai nilai indeks W sehingga belum dapat dijadikan pedoman operasional dalam penentuan posisi GPS. Makalah ini membahas hasil penelitian pengukuran posisi dengan metode precise point positioning GPS frekuensi tunggal di daerah lintang rendah pada beberapa kondisi ionosfer dalam skala W dari data TEC GIM. Data GPS yang digunakan adalah dari pengamatan GPS di daerah lintang rendah yaitu stasiun NTUS Singapura. Sebagai pembanding telah digunakan juga data GPS dari daerah lintang tengah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kondisi aktivitas matahari masih tinggi untuk daerah lintang tengah indeks ionosfer W cukup membantu pengguna GPS frekuensi tunggal, tetapi untuk pengguna GNSS di lintang rendah dan pada kondisi aktivitas matahari rendah, indeks tersebut belum dapat digunakan dengan baik. Oleh karena itu indeks gangguan ionosfer tersebut perlu dimodifikasi agar dapat digunakan secara konsisten baik pada saat aktivitas matahari tinggi maupun rendah. Selain itu pengelompokan nilai gangguan ionosfer ke dalam indeks W perlu disesuaikan berdasarkan tingkat simpangan posisi GPS dalam berbagai kondisi gangguan ionosfer. Verifikasi lanjut penggunaan indeks W untuk pengguna GNSS adalah dengan menuurnkan indeks W lokal (Wp) dari data GPS BAKO, JOG2, BTNG dan GISTM LAPAN.
g. Rekonstruksi Tomografi Ionosfer Berbasis Tec-Beacon dari Jaringan GRBR Indonesia (PI: Timbul Manik, Anggota: Lathif, Peberlin, Mario, Rizal, Zulfi, Sefria, Imam) Capaian: Motode dan SW untuk rekonstruksi kerapatan elektron ionosfer dari data TEC Beacon tetapi belum divalidasi dengan data ionosonde. Abstrak: Sistem pengamatan GRBR untuk pengamatan TEC dan Sintilasi Ionosfer dikembangkan dan dioperasikan di Indonesia sejak tahun 2010. Jaringan pengamatan ekuator Indonesia terdiri dari pengamatan GRBR di Kototabang. Pontianak, Tomohon, LAKIP Pussainsa 2016
22
Biak, Sumedang, Yogyakarta dan Watukosek. Jaringan pengamatan GRBR secara terus menerus menerima sinyal beacon dari satelit melintas pada orbit rendah (Low Earth Orbit = LEO), antara lain OSCAR, COSMOS, FORMOSAT-3/COSMIC, C/NOFS, untuk mendapatkan TEC ionosfer untuk selanjutnya digunakan untuk rekonstruksi tomografi kerapatan elektron ionosfer. Rekonstruksi tomografi ionosfer dilakukan menggunakan data dari dua atau lebih stasiun pengamat GRBR yang berdekatan mengikuti lintang dan bujur ekuator Indonesia dengan teknik rekonstruksi aljabar sederhana (Algebraic Reconstruction Technique=ART). Inisiasi awal tomografi dapat diperoleh dari Model IRI2012. Validasi hasil rekonstruksi tomografi ionosfer dilakukan dengan membandingkan dengan hasil pengamatan ionosonda.
h. Riset Ionosfer dan Pengembangan Produk Layanan Informasi Kondisi Ionosfer Untuk Mendukung Sistem Komunikasi dan Navigasi Pada DSS Maritim (PI: Jiyo, Anggota: Asnawi, Varulianto, Sri Ekawati, Sefria, Annis, Dadang, Siti Maryam) Capaian: Kemasan SWIFTS untuk pengguna berupa informasi frekuensi komunikasi HF dan kesalahan posisi GPS-Interface. Abstrak: Kajian frekuensi kerja untuk nelayan, dengan studi kasus pemprov DIY. Simulasi dalam menentukan frekuensi kerja dilakukan dengan menggunakan model IRI (International Reference Ionosphere), paket program ASAPs (Advanced Stand – Alone Prediction System) dan GWPS (Ground Wave Prediction System). Analisis dilakukan untuk menentukan frekuensi kerja optimal untuk komunikasi kapal nelayan di pemprov DIY dengan syahbandar. Hasil kajian frekuensi kerja telah dikemas dalam format dokumen rekomendasi.
i.
Pengembangan Bank Data dan Sistem Pemrosesan Informasi Medan Magnet Bumi
(PI: Setyanto, Anggota: Harry Bangkit, Visca, Andi Aris, Cucu, Elyyani, Anwar) Capaian: SW matlab untuk proses data geomagnet format IAGA skala LAB Abstrak: Ketersediaan data yang cepat dalam suatu penelitian merupakan suatu hal yang sangat penting, dikarenakan dapat mempercepat dalam melakukan kajian, analisis
LAKIP Pussainsa 2016
23
maupun dalam penyampaian informasi. LAPAN sebagai salah satu lembaga penelitian pemerintah mempunyai tugas dan fungsi memberikan informasi tentang kondisi cuaca antariksa kepada masyarakat, serta melakukan prakiraan (forecasting) tentang kemungkinan gangguan aktivitas magnet bumi yang berpotensi memberikan gangguan (bencana) terhadap lingkungan antariksa di sekitar bumi dan kehidupan manusia di bumi. Untuk menunjang hal tersebut maka perlu dikembangkan suatu system manajemen data dan informasi medan magnet bumi.
j.
Pengembangan Sistem Penerima Calisto Menggunakan USRP dan Antena Penjejak
Matahari (PI: Peberlin Sitompul, Anggota: Timbul, Mario, Rizal, Lathif, Yana, Farah, Zamzam) Capaian: Callisto dengan antena rotator sehingga dapat mnegikuti arah matahari. Abstrak:
CALLISTO (Compact Astronomical Low-frequency, Low-cost Instrument for
Spectroscopy in Transportable Observatories) peralatan penerima ‘cerdas’, yang relatif kecil dan murah untuk mengamati burst pada matahari sepanjang hari dengan rentang frekuensi
45 – 870 MHz. Peralatan tersebut sudah terbukti sangat sensitif untuk
menerima gelombang radio matahari, namun masih memerlukan pengembangan sistem dan perolehan data di wilayah Indonesia tengah dan timur. Untuk mencapai target tersebut, kami akan melakukan 3 kegiatan utama, yaitu 1). Pemasangan baru CALLISTO di wilayah tengah (Kupang/Menado) dan timur (Biak) Indonesia, 2). Pemasangan antena dengan motor rotator untuk mengikuti pergerakan matahari. 3) Pengujian Universal Software Radio Pheripheral (USRP) menjadi penerima gelombang radio matahari.
k. Akuisisi Data Magnetometer Satelit Lapan A4 (PI: Harry Bangkit, Anggota: Mamat, Setyanto, Musafar, Effendi, AndiA, Gatot, Dwiko) Capaian: Desain pengolahan data magnetometer di satelit LAPAN A4. Abstrak: Cuaca antariksa tidak hanya mengenai fenomena skala besar seperti badai magnet, tetapi juga melibatkan fenomena yang sifatnya transient di lingkungan magnetosfer – ionosfer. Pengamatan variasi harian ground based perlu dikonfirmasi,
LAKIP Pussainsa 2016
24
begitu pula halnya dalam mempelajari fenomena yang bersifat transient di atas diperlukan data pengamatan insitu yang dapat dilakukan dengan pengamatan di orbit satelit. Setelah sukses meluncurkan satelit LAPAN-A3, LAPAn berencana meluncurkan satelit generasi LAPAN-A4 pada tahun 2018. LAPAN-A3 telah dilengkapi payload magnetometer resolusi tinggi. Data LAPAn-A3 dapat digunakan sebagai pembelajaran dalam mendesain LAPAN-A4. Pada kegiatan ini telah dihasilkan desain pengelolaan dan prototype pengolahan data magnetometer satelit LAPAN-A4. Selain itu karakteristik noise magnetic satelit, kalibrasi data magnet LAPAn-A3, dan model lingkungan orbit satelit juga telah dilakukan.
l.
Akuisisi Data GNSS EVK – M8F di Wilayah Bandung (PI: Effendy, Anggota: Gatot,
Yana, Haries, Syahril, Heri) Capaian: Diperolehnya data pengamatan GNSS EVK-MBF serta cara operasionalisasinya. Abstrak: Kemajuan teknologi GNSS saat ini berkembang sangat pesat untuk memenuhi kebutuhan posisi navigasi maupun geodesi bagi komunitas pengguna GNSS. Namun dibalik kebutuhan yang pesat diperlukan pemahamanan dasar bagi pengguna dalam hal tingkat akurasi dan presisi, yang dihasilkan sejumlah eror yang diterima setiap penerima GNSS dibumi, hal ini merupakan kegiatan kajian tentang propagasi transionosfer. Prinsip kerja dari system GNSS tediri dari beberapa satelit GPS/Glonass/Beideu memancarkan sinyal dengan code yang unik, diterima oleh penerima GNSS dibumi dengan proses yang komplek dihasilkaan lokasi koordinat lintang, bujur dan ketinggian serta visibilitas satelit dll. Sejumlah satelit GNSS memancarkan sinyal sepanjang waktu dapat diterima dimanapun penerima itu berada, pada umumnya akurasi penerima GNSS yang tersedia dipasaran tingkat akurasinya rendah, kuantitas eror yang dihasilkan umumnya disebabkan oleh dinamika Ionosfer dan atmosfer maupun keterbatasan visibilitas satelit dan aktivitas matahari, saat propagasi sinyal berlangsung, ukuran kesalahan posisi biasanya dalam level orde puluhan bahkan ratusan meter. Berdasarkan uraian diatas diperlukan suatu perangkat penerima sinyal GNSS dan antena berupa EVK – M8F system, yang dapat mereduksi kesalahan sistimatis pengukuran, sehingga menghasilkan tingkat akurasi pada orde centimeter. Telah dilakukan pengukuran secara stasioner
LAKIP Pussainsa 2016
25
maupun mobile dalam orde waktu harian maupun jaman, untuk melihat respon karakteristik dari sistem GNSS.
m. Kajian SBAS (Satellite Based Augmentastion System) dan GBAS (Ground Based Augmentation System) Bagi Pengguna GNSS (Global Navigation Satellite System) di Indonesia (PI: Slamet Supriadi, Anggota: Effendy, Dwiko, Mumen, Haries, Heri Nurul) Capaian: Informasi yang lengkap tentang SBAS dan GBAS dna langkah-langkah untuk standar keselamatan navigasi penerbangan. Abstrak: Indonesia merupakan negara kepulauan yang membuat moda transportasi penerbangan dan pelayaran menjadi primadona dalam kesehariannya. Pengukuran posisi dan navigasi kedua moda ini kebanyakan menggunakan bantuan GPS (Global Positioning System). Posisi yang didapat masih memerlukan koreksi agar lebih akurat, dengan menggunakan sistem augmentasi (bantuan) dari sistem lain maka tingkat akurasi bisa dipertinggi. Namun untuk keperluan navigasi dengan tingkat kepercayaan yang tinggi, maka sistem ini tidak bisa berdiri sendiri. Tingkat kepercayaan dari informasi yang diberikan harus bisa diukur dengan parameter khusus yang disebut dengan integrity. Ionosfer adalah lapisan di atas permukaan bumi yang bisa memperlambat (delay) sinyal GNSS yang melaluinya. Komponen utama dari sistem augmentasi ialah ionosfer yang akan disampaikan kepada pengguna sebagai koreksi ionosfer. Ionosfer sangat dinamis dan dipengaruhi oleh aktifitas cuaca antariksa. Terdapat banyak potensi jenis gangguan atau anomali ionosfer di wilayah ekuator geomagnet. Namun koreksi Ionosfer mempunyai nilai ketidakpastian yang sangat besar. Metode Koreksi Ionosfer yang diterapkan pada SBAS yang telah ada beroperasi maupun dalam tahap pembangunan berbeda-beda satu sama lain dan perlu dipelajari parameter navigasi dari sistem Augmentasi dapat terjaga.
n. Kajian Penggunaan Data GPS Satelit Lapan A2 Untuk Studi Kerapatan Atmosfer Atas (PI: Tiar Dani, Anggota: Slamet, Abdul, Rhorom, Heri S, Amrullah) Capaian: Kerapatan atmosfer atas dari data GPS di satelit LAPAN A2 walaupun belum dikaji akurasinya terkait sumber kesalahan dari ionosfer yang dominan bessar. LAKIP Pussainsa 2016
26
Abstrak: Studi kerapatan atmosfer atas sangat penting untuk memperoleh koreksi dari model kerapatan atmosfer. Peningkatan akurasi dari model atmosfer yang telah ada (CIRA, JASCHIA, NRLMSISE) sangat penting dalam penerapannya untuk prediksi re-entry, penjejakan satelit dan prakiraan kemungkinan terjadinya tabrakan antara satelit aktif dengan sampah antariksa. Selain itu, peningkatan akurasi dari model atmosfer ini juga dapat menambah pemahaman proses fisis yang terjadi di atmosfer atas. Salah satu cara untuk memperoleh kerapatan atmosfer atas adalah dengan melakukan pengukuran insitu. Peralatan GPS yang terpasang di satelit LAPAN-A2 akan dikaji untuk studi kerapatan atmosfer atas, meskipun tingkat resolusi temporalnya masih lebih rendah dibandingkan menggunakan instrumen akselerometer tetapi masih jauh lebih baik dibandingkan menggunakan data Two-Line Element (TLE) seperti studi-studi yang telah dilakukan sebelumnya. Studi ini masih berupa kajian penggunaan GPS-based akselerometri untuk memperoleh nilai dari kerapatan atmosfer atas yang dilalui oleh LAPAN-A2.
o. Dampak Hujan Meteor Terhadap Ionosfer Regional Indonesia (PI: Rhorom Priyatikanto, Anggota: Farah, Nana, Heri Sutastio) Capaian: Karakteristik hungan hujan meteor dan lapisan Es. Abstrak: Hujan meteor dengan intensitas tinggi dapat mempengaruhi cuaca antariksa, terutama dalam aspek astronavigasi dan telekomunikasi radio. Kandungan ion loga dan molekuler di lapisan ionosfer dapat mengalami peningkatan yang cukup signifikan ketika hujan meteor, salah satunya teramati sebagai kemunculan lapisan E-sporadis. Namun, masih terdapat beberapa kontroversi seputar hal ini. Untuk itu, penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui karakteristik hujan meteor sepanjang tahun serta perkiraan fluksnya bila diamati di Indonesia, (2) rekaman kemunculan lapisan E-sporadis, dan (3) mempelajari keterkaitan antara kejadian hujan meteor dan kemunculan lapisan Esporadis di wilayah Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut, katalog hujan meteor utama akan digunakan untuk membangun model fluks meteor, sedangkan data hasil scaling ionogram sejak bulan Januari 2015 digunakan untuk mengetahui pola kemunculan lapisan E-sporadis.
LAKIP Pussainsa 2016
27
p. Analisis Data Kuat Sinyal Hf Windradio Untuk Mengamati Gangguan Komunikasi Radio (PI: Mumen T, Anggota: Gatot, Dadang, Syahril) Capaian: Analisis data kuat sinyal masih perlu dikembangkan sehingga dapat diketahui gangguan komunikasi radio yang disebabkan aktivitas matahari dan geomagnet. Abstrak: Salah satu teknik mengamati gangguan komunikasi radio HF adalah dengan memanfaatkan penerimaan sinyal gelombang radio HF oleh penerima Winradio. Dengan mengamati, merekam, mengolah dan menganalisis data kuat sinyal yang diterima winradio dalam rentang HF akan diketahui gangguan komunikasi yang terjadi. Penerimaan kuat sinyal gelombang dapat mengalami gangguan pada saat terjadi pemantulan gelombang oleh lapisan ionosfer karena beberapa faktor. Factor penyebab gangguan diionosfer dapat bersumber dari matahari dan bukan dari matahari.
LAKIP Pussainsa 2016
28
4. Kegiatan Pembinaan dan Layanan Teknis Bidang Sains Antariksa Selama tahun 2016 telah dilaksanakan 10 kegiatan pembinaan dan layanan teknis bidang sains antariksa (Tabel 3-3). Dari 9 kegiatan tersebut, 2 di antaranya merupakan kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan kompetensi SDM internal LAPAN.Sisanya merupakan
kegiatan
pembinaan
teknis
ekternal
yang
diperuntukkan
bagi
lembaga/instansi pengguna. Lima kegiatan pembinaan teknis eksternal menghasilkan sejumlah 32 instansi yang mendapatkan pembinaan teknis. Tabel 3-3: Kegiatan pembinaan teknis di Pusat Sains Antariksa tahun 2016 No. Nama Kegiatan
Tempat &Waktu
1.
Diseminasi Benda Jatuh dan Sampah Antariksa
Bandung, 5 April 2016
12
2.
Diseminasi Hasil Riset Ionosfer untuk Navigasi
Bandung, 12 April 2016
-
3.
Workshop On Multi GNSS in Indonesia
Bandung, 18 April 2016
12
Bimtek Pengolahan dan Interpretasi Data Geomagnet
Bandung, 26-27 April 2016
5.
Bimtek Pengamatan Antariksa
6.
Diklat MFTKR Tk Dasar
7.
Pelatihan Astronomi dan Antariksa
Bandung, 10-11 Mei 2016 Bandung, 25-27 Mei 2016 Bandung, 21 – 27 Agustus 2016
Workshop Obnas kerma Bosscha ITB
Bandung, 21- 28 Agustus 2016
-
Bimtek Optimalisasi Transfer Data Cuaca Antariksa
Pontianak, 14- 17 September 2016
-
4.
8. 9.
Jumlah lembaga pengguna
Jumlah Instansi (non-LAPAN)
5 3
: 32 instansi
LAKIP Pussainsa 2016
29
Layanan teknis dilakukan, baik yang bersifat reguler maupun insidental (Tabel 3-4). Layanan teknis secara reguler dilakukan 4 kali setahun dalam bentuk layanan prediksi frekuensi radio HF triwulanan (4x), layanan informasi melalui web (12x), Buletin Cuaca Antariksa (4x), dan Buletin Data (2x). Layanan prediksi triwulanan diberikan kepada 300 instansi dan Buletin Cuaca Antariksa diberikan kepada 300 instansi pengguna. Oleh karena layanan teknis ini bersifat searah, maka jumlah instansi ini tidak diperhitungkan dalam realisasi IKU. Tabel 3-4: Layanan teknis dan produk litbang cuaca antariksa. No. 1.
Layanan/produk litbang yang diberikan kepada pengguna
Layanan prediksi frekuensi komunikasi radio HF Triwulanan 2. SWIFtS 3. Buletin Cuaca Antariksa 4. Buletin Data Ionosfer Jumlah layanan (edisi/kali) : 27 kali.
Satuan edisi
edisi
Vol./ tahun 4
Jumlah Pengguna (nonLAPAN) 300 instansi*)
4 2
300 instansi*) -
Jumlah lembaga penerima layanan : 2 (300*) instansi. *) menjadi satu paket dan sifatnya rutin (tidak berdasarkan permintaan khusus). 5. Perbandingan Capaian Kinerja Tahun 2016 Dengan Tahun Sebelumnya Perkembangan pencapaian kinerja Pusat Sains Antariksa secara umum dalam 5 tahun terakhir seperti pada Tabel 3-5 Terdapat perbedaan unsur pencapaian untuk tahun 2016 dengan 4 tahun sebelumnya sehingga tabel ini tidak bisa digunakan analisis secara langsung. IKU tahun 2016 dan tahun 2015 terdapat Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) yang tahun-tahun sebelumnya belum dimasukkan sebagai IKU. Kemudian, pada tahuntahun sebelumnya jumlah publikasi pada jurnal internasional terindeks dan jurnal nasional terakreditasi masih diperhitungkan menjadi satu. Beberapa unsur pencapaian yang yang pada tahun-tahun sebelumya dijadikan IKU tetapi kemudian tahun 2016 tidak dijadikan IKU. Unsur-unsur itu antara lain jumlah informasi, jumlah penambahan sarana litbang, publikasi makalah pada media tak-terakreditasi, akuisisi data, dan laporan kerja sama. Unsur-unsur tersebut tidak dijadikan IKU setelah dilakukan penetapan IKU yang lebih tepat, terukur, dan dapat mencerminkan hasil kinerja dengan lebih baik.
LAKIP Pussainsa 2016
30
Tabel 3-5: Rataan persentase capaian kinerja Pusat Sains Antariksa 2012-2016 Tahun
Capaian Kinerja (%)
2012
149
2013
105
2014
124
2015
133
2016
176
Agar perbandingan capaian kinerja lima tahun terakhir dapat dilakukan, maka dipilih unsur pencapaian yang sama/hampir sama (Tabel 3-6). Unsur-unsur itu adalah jumlah model, jumlah pengguna, jumlah publikasi nasional dan internasional yang telah dipilah untuk tahun 2016, dan penyerapan anggaran. Indeks kepuasan masyarakat juga kami cantumkan dalam tabel tersebut agar bisa digunakan untuk perbandingan tahun berikutnya. Tabel 3-6: Perbandingan Capaian Kinerja Pusat Sains Antariksa 2012-2016. Unsur Pencapaian
Pencapaian (%) 2012
2013
2014
2015
2016
Jumlah model
100
114
113
100
100
Jumlah pengguna
121
104
100
225
107
Indeks kepuasan masyarakat
-
-
-
101
112
102
113
90
90
40
150
600
Jumlah publikasi pada jurnal terakreditasi Jumlah publikasi pada jurnal internasional terindeks Jumlah HKI yang berstatus granted Penyerapan anggaran
-
-
0
0
0
85,79
90,42
91,24
88,72
93.90
LAKIP Pussainsa 2016
31
Jumlah model pemanfaatan bidang sains antariksa yang dicapai dari proses litbang dan pemanfaatan pada tahun 2016 berjumlah 4 model (100%). Persentase capaian ini tidak berbeda jauh dari pencapaian 4 tahun sebelumnya yaitu anta 100% hingga 114%. Pencapaian yang relatif stabil ini karena faktor penentunya lebih banyak dari internal. Artinya, proses litbang dan pemanfaatan yang dilakukan di Pusat Sains Antariksa untuk menghasilkan model lebih dipengaruhi oleh kinerja manajemen dan peneliti di satuan kerja ini. Hampir tidak ada faktor ekternal (misalnya penganggaran) yang menyebabkan berkurangnya pencapaian unsur ini. Selanjutnya, jumlah pengguna yang memanfaatkan layanan Iptek bidang sains antariksa pada tahun 2016 mencapai 32 instansi (107%) dari 30 instansi yang ditargetkan. Unsur pencapaian jumlah instansi pengguna ini sangat bergantung kepada tingkat permintaan dari luar satuan kerja. Penghitungan ini diluar sekolah yang mengadakan kunjungan ke kantor Pusat Sains Antariksa Bandung. Jumlah publikasi nasional terakreditasi yang dicapai tahun 2016 adalah 4 publikasi (40%) dari target 10 publikasi. Kemudian publikasi pada jurnal internasional terindeks mencapai 22 makalah (550%) dari target 4 makalah. Pencapaian target publikasi nasional tahun 2016 menarik untuk dianalisis. Pencapaian target publikasi nasional terakreditasi adalah 4 makalah dari target 10 makalah. Hal ini kemungkinan disebabkan 2 hal. Pertama, media penerbitan masih bertumpu pada Jurnal Sains Dirgantara (JSD) yang dikelola LAPAN dan belum memanfaatkan jurnal yang diterbitkan lembaga lain. Dengan kapasitas penerbitan JSD yang masih terbatas yakni 12 makalah dalam setahun yang terbit dalam 2 edisi, maka media ini masih belum bisa memenuhi kebutuhan 2 Pusat di Kedeputian Sains. Jika 2 pusat masing-masing menargetkan 10 makalah terbit, maka kapasitas terbit dari JSD seharusnya 20 makalah per tahun. Selain itu, proses telaah makalah yang masuk ke JSD cukup memakan waktu. Meskipun tahun 2016 lalu hanya 4 makalah yang berhasil terbit di JSD, namun masih ada 6 makalah yang masih ditelaah hingga awal tahun 2017. Kemudian, publikasi pada jurnal internasional terindeks terjadi peningkatan yang signifikan menjadi 22 publikasi pada tahun 2016. Publikasi internasional pada tahun 2015 baru mencapai 3 makalah. Salah satu faktor peningkatan ini adalah adanya
LAKIP Pussainsa 2016
32
international symposium on sun, earth and live yang diadakan untuk mengpublikasikan hasil kegiatan Gerhana Matahari Total (GMT). 6. Evaluasi Capaian Output Dibandingkan dengan Renstra LAPAN Dari Rencana Strategis LAPAN tahun 2015-2019 diperoleh sasaran strategis, IKU, dan target LAPAN tahun 2016 seperti pada Tabel 3-7 Dari 4 sasaran strategis (SS) LAPAN, Pusat Sains Antariksa berkontribusi dalam 3 sasaran strategis yaitu meningkatnya penguasaan dan kemandirian iptek penerbangan dan antariksa (SS-1), meningkatnya layanan iptek penerbangan dan antariksa yang prima (SS-2), dan meningkatnya hasil karya ilmiah iptek penerbangan dan antariksa (SS-3). Pusat Sains Antariksa berkontribusi terhadap pencapaian 5 IKU LAPAN dari 9 IKU yang telah ditetapkan. Lima IKU tersebut adalah IKU-5, IKU-6, IKU-7, IKU-8, dan IKU-9. Dari 14 jumlah model pemanfaatan yang ditargetkan (IKU-5), Pusat Sains Antariksa memberikan sumbangan empat model. Jika satuan kerja yang mempunyai kompetensi terkait adalah 7 (2 Satker Kedeputian Sains, 2 Satker Kedeputian Inderaja, 3 Satker Kedeputian Tekgan), maka beban kontribusi Pusat Sains Antariksa adalah 2 model. Dengan 4 model yang dicapai, maka Pusat Sains Antariksa telah memberikan kontribusi lebih tinggi daripada yang dibebankan. Demikian pula jumlah instansi pengguna layanan, dari 130 instansi pengguna (IKU-6) yang ditargetkan LAPAN, Pusat Sains Antariksa memberikan sumbangan 32 instansi pengguna (25%). Tabel 3-7: Sasaran Strategis, IKU, dan Target LAPAN tahun 2016 Sasaran Strategis (SS) 1 Meningkatnya penguasaan dan kemandirian iptek penerbangan dan antariksa
(sumber: Renstra LAPAN 2015-2019) Indikator Kinerja Utama (IKU) 1 2 3 4 5
Jumlah tipe roket untuk penggunaan khusus Jumlah tipe satelit untuk pemantauan Jumlah tipe pesawat tanpa awak untuk pemantauan Jumlah produk disain pesawat transport nasional yang siap diproduksi oleh industri penerbangan Jumlah model pemanfaatan iptek penerbangan dan antariksa untuk SDA, lingkungan, serta mitigasi bencana dan
Target 2016 2
LAKIP Pussainsa 2016
3 2 1 15
33
2 Meningkatnya layanan 6 iptek penerbangan dan antariksa yang prima 7 3 Meningkatnya hasil karya ilmiah iptek penerbangan dan antariksa 4 Terlaksananya penyelenggaraan keantariksaan yang memenuhi standar
8 9 10 11
perubahan iklim Jumlah instansi pengguna layanan iptek penerbangan dan antariksa Indeks Kepusan Masyarakat atas pelayanan iptek penerbangan dan antariksa Jumlah publikasi nasional terakreditasi Jumlah publikasi internasional terindeks Jumlah HKI yang berstatus granted Persentase penyelenggara keantariksaan di Indonesia yang memenuhi standar
130 78,5 60 20 3 100%
Indeks kepuasan masyarakat (IKU-7) atas layanan yang diberikan Pusat Sains Antariksa mencapai. Nilai ini hampir sama dengan target LAPAN yaitu 87,9. Artinya, Pusat Sains Antariksa sudah memberikan kontribusi positif terhadap pencapaian IKU-7. Pencapaian publikasi nasional terakreditasi hanya 40% dan pencapaian ini hanya memberikan kontribusi 9% dari target LAPAN yaitu 45 makalah terbit pada jurnal nasional terakreditasi. Namun pada jurnal internasional terindeks (IKU-8), Pusat Sains Antariksa memberikan kontribusi melebihi target yang ditetapkan untuk seluruh LAPAN, yakni 22 makalah dari 20 makalah yang ditargetkan.
7. Pengembangan Kapasitas Litbang Sains Antariksa Meskipun tidak secara langsung menghasilkan IKU, namun pengembangan kapasitas litbang sains antariksa mempunyai peran yang sangat penting. Perangkat pengamatan dan pemrosesan data yang lengkap dan memadai, kerjasama yang meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dan data, serta sarana publikasi dan diseminasi hasil litbang menjadi kunci keberhasilan Pusat Sains Antariksa dalam mewujudkan target kinerja yang telah ditetapkan. Berikut ini beberapa pengembangan yang dilakukan. a. Pengembangan layanan prediksi cuaca antariksa (SWIFtS) Salah satu pengembangan yang dilakukan terhadap layanan SWIFtS adalah peningkatan sarana dan prasarana publikasi dan diseminasi hasil litbang berupa renovasi ruang SPICA (Sistem Pemantauan dan Informasi Cuaca Antariksa) (Gambar 3-8), yang LAKIP Pussainsa 2016
34
digunakan sebagai ruang sidang tim SWIFtS. Setiap hari kerja pada pukul 14:00 forecaster dari bidang Matahari, Geomagnet, dan Ionosfer serta tim ahli berkumpul di ruang SPICA ini untuk melakukan kegiatan forecasting cuaca antariksa satu hari kedepan serta melakukan evalusi cuaca antariksa satu hari sebelumnya. Pengembangan telah dilakukan dengan meningkatkan media tampilan dan pemroses data dalam ruang khusus (workshop) sebagai tempat melaksanakan proses evaluasi dan prakiraan kondisi cuaca antariksa. SWIFtS merupakan bentuk layanan cuaca antariksa terpadu yang akan menjadi cikal-bakal DSS (Decision Support System) bidang sains antariksa yang menjadi salah satu IKU Pusat Sains Antariksa. SWIFtS juga merupakan salah satu program unggulan dari Pusat Sains Antariksa.
Gambar 3-3: Ruang SPICA sebagai ruang sidang oleh Tim SWIFtS, kondisi sebelum renovasi (a) dan setelah renovasi (b). Tahun 2016, SWIFtS mengukir prestasi yang cukup membanggakan yakni secara resmi sudah bergabung menjadi anggota International Spcae Environment Service (ISES), organisasi internasional dalam bidang pelayanan cuaca antariksa. SWIFtS menjadi yang pertama dan satu-satunya yang menjadi anggota ISES untuk kawasan Asia Tenggara. Dengan menjadi anggota ISES, kesempatan untuk mengembangkan kapasitas SDM yang menjalankan SWIFtS terbuka lebih lebar lagi.
LAKIP Pussainsa 2016
35
Gambar 3-4: Situs ISES dengan Indonesia yang diwakili oleh SWIFtS menjadi salah datu anggotanya. b. Pengadaan
peralatan
sistem
teleskop
untuk
persiapan
pembangunan
Observatorium Nasional di Timau, Kabupaten Kupang. Pada tahun 2013 pemerintah Indonesia mengesahkan undang-undang no 21 tentang keantariksaan. Di dalam undang-undang tersebut, khususnya pasal 11 ayat 3, pemerintah mengamanatkan penelitian antariksa dapat dilakukan menggunakan fasilitas observasi ruas bumi. Fasilitas ruas bumi yang ada sekarang, yaitu Observatorium Bosscha di Lembang Bandung, memiliki kondisi lingkungan yang semakin tidak sesuai untuk pengamatan astronomi skala riset lanjut. Sehingga diperlukan pembangunan sebuah observatorium baru untuk pengamatan antariksa. Saat ini udah ada calon lokasi observatorium baru, yaitu di provinsi NTT, kabupaten Kupang kecamatan Amfoang Tengah. Lokasi ini dipilih Karena mempunyai karakteristik cuaca yang mendukung untuk pengamatan astronomis diantaranya curah hujan yang tidak terlalu tinggi. Observatorium ini sementara diberi nama Observatorium Nasional (Obnas) Timau. Pembangunan Obnas Timau merupakan salah satu program besar LAPAN sebagai lembaga penelitian yang bertanggung jawab melakukan penelitian, pengembangan dan pemanfaatan antariksa. Secara khusus, Pusat Sains Antariksa LAPAN melakukan penelitian dan pengembangan sains antariksa.
LAKIP Pussainsa 2016
36
Gambar 3-5: Gunung Timau, situs Observatorium Nasional di Kabupaten Kupang Kecamatan Amfoang Tengah. Pembangunan Obnas Timau nantinya akan membantu perwujudan visi misi Pusat Sains Antariksa LAPAN. Terkait dengan hal ini, visi Pusat Sains Antariksa adalah menjadi “Pusat Unggulan Sains dan Antariksa untuk menjadi Indonesia yang maju dan mandiri”, sedangkan misinya adalah (a) meningkatkan kualitas sains antariksa bertaraf internasional; (b) meningkatkan kualitas produk penelitian dan pengembangan serta informasi di bidang sains antariksa dalam memecahkan masalah nasional; dan (c)melaksanakan penyelenggaraan keantariksaan untuk kepentingan nasional. Meskipun obnas Timau merupakan salah satu program besar LAPAN, tapi dalam pelaksanaan perencanaan lalu pembangunannya melibatkan berbagai instansi pemerintah, dengan LAPAN sebagai motor penggeraknya. Instansi pemerintah yang terlibat diantaranya program studi astronomi ITB, Observatorium Bosscha, Univesitas Nusa Cendana, pemerintah provinsi NTT, dan pemerintah kabupaten Kupang. Diharapkan dengan banyaknya instansi pemerintah yang terlibat, obnas Timau ini benar-benar menjadi ikon nasional dan kebanggaan rakyat Indonesia. Pemilihan teleskop untuk Observatorium Nasional telah mengerucut pada teleskop reflektor multi-segmen berdiameter 3,8 meter seperti yang dikembangkan di Kyoto University, Jepang. Terobosan teknologi yang digunakan dalam teleskop tersebut membuatnya lebih mudah dan murah untuk diproduksi sehingga layak untuk menjadi pilihan. Dengan teleskop tersebut, astronom Indonesia dapat menempatkan diri di barisan tengah penelitian astronom dan astrofisika dunia. Sebelum mendatangkan teleskop 3,8 meter tersebut, tahun 2016 telah dibeli dua sistem teleskop kecil
LAKIP Pussainsa 2016
37
berdiameter 50 cm. Kedua sistem teleskop tersebut dipersiapkan untuk pengujian situs observatorium serta menguji sistem pengamatan dan robotik yang nantinya bisa diadaptasi untuk sistem yang lebih besar lagi. c. Program Kerjasama Pengembangan kapasitas litbang juga dilakukan melalui kerjasama, baik dengan lembaga dalam negeri maupun luar negeri (Tabel 3-8). Selama tahun 2015 telah dilaksanakan kegiatan kerjasama untuk meningkatkan jumlah data dan juga kerjasama dalam rangka meningkatkan kompetensi SDM. Kerja sama dalam rangka meningkatkan jumlah data dilakukan dalam bentuk kerjasama pengamatan geomagnet dan ionosfer. Kemudian kerja sama untuk meningkatkan kompetensi SDM dilakukan dalam bentuk riset bersama (ERICA), pemagangan (NICT). Tabel 3-8: Kerjasama dalam rangka meningkatkan kapasitas litbang sains antariksa. No. Lembaga Mitra 1 Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) 2 Badan Informasi Geospasial (BIG) 3 Universitas Sam Ratulangi 4
Universitas Nusa Cendana
5
Institut Teknologi Bandung
6
National Institute of Informations and Communications Technology (NICT) RISH, Kyoto University
7 8 9
International Center for Space Weather Science and Education, Kyushu University Instituto Superiore Mario Boella (ISMB), Italy
Bidang Kerjasama Pengamatan geomagnet Pengamatan ionosfer menggunakan resiver GPS Pengamatan ionosfer menggunakan ionosonda, GISTM, ASI, ALE Pengamatan ionosfer menggunakan ionosonda, GISTM, ASI, ALE Peningkatan SDM, persiapan pembangunan Observatorium Nasional Pengamatan ionosfer di Stasiun Kototabang, peningkatan kompetensi SDM Pengamatan ionosfer dan kopling atmosferionosfer Pengamatan geomagnet program MAGDAS Peningkatan kompetensi SDM melalui riset ERICA (Equatorial Ionosphere Characterization in Asia)
LAKIP Pussainsa 2016
38
8. Pemantauan dan Evaluasi Kegiatan Upaya lain yang mempunyai peranan penting dalam pencapaian target kinerja Pusat Sains Antariksa adalah Pemantauan dan Evaluasi kegiatan litbang dan pemanfaatan hasil riset sains antariksa. Waktu pelaksanaan dua kegiatan tersebut sudah dijadwalkan pada awal tahun. Pemantauan rutin dilakukan setiap bulan melalui evaluasi laporan bulanan dan logbook masing-masing pelaksana kegiatan. Laporan bulanan juga menjadi bahan pemantauan oleh atasan langsung dari setiap pegawai. Evaluasi kegiatan pemanfaatan dan diseminasi juga dilakukan melalui rapat struktural yang dilakukan setiap awal bulan. Evaluasi kegiatan penelitian dilaksanakan 3 kali dalam setahun dalam bentuk presentasi I, II, dan evaluasi akhir. Dalam kegiatan presentasi I difokuskan kepada Disain Riset dari masing-masing kelompok penelitian. Dalam desain riset harus dipastikan beberapa faktor yang akan mempengaruhi keberhasilan, yaitu tersedianya data dan metode pengolahan data yang akan digunakan. Dengan desain riset yang lengkap bisa diharapkan keberhasilan dari pelaksanaan penelitian tersebut. Kemudian presentasi II lebih dititik-beratkan kepada hasil riset semester I. Pada tahap ini masukan dan koreksi terhadap hasil yang dicapai akan menentukan angkah selanjutnya. Dengan mengetahui hasil awal yang diperoleh, apabila harus dilakukan perubahan pada metode dan prosedur apabila memang diperlukan masih bisa dilakukan. Sedangkan pada evaluasi akhir dilakukan pemantauan hasil akhir dari masingmasing kelompok penelitian dan penyempurnaan hasilnya. Evaluasi khusus untuk kegiatan yang lain dilakukan dalam bentuk kolokium maupun pertemuan-pertemuan khusus sesuai dengan jadwal kegiatan yang telah dilakukan.
B. Akuntabilitas Keuangan Anggaran kegiatan Pusat Sains Antariksa untuk tahun 2016 setelah adanya pemotongan adalah sebesar Rp. 44.580.973.000,- (empat puluh empat milyar lima ratus delapan puluh juta Sembilan ratus tujuh puluh tigas ribu rupiah) (Tabel 3-9). Anggaran kegiatan tahun 2016 lebih besar dibandingkan dengan anggaran kegiatan tahun 2015 yaitu sebesar Rp 33.026.627.000,- (tiga puluh tiga milyar dua puluh enam juta enam ratus dua puluh tujuh ribu rupiah) dikarenakan pada kegiatan tahun 2016 ada tambahan kegiatan LAKIP Pussainsa 2016
39
Pembangunan Observatorium Nasional di NTT sebesar RP 13.963.101.000,- (tiga belas milyar Sembilan ratus enam puluh tiga juta seratus satu ribu rupiah). Dari anggaran tahun 2016 yang direalasasikan sebesar Rp. 41.862.982.121,- atau 93,90%. Anggaran untuk belanja pegawai (51) terserap 93,72%, anggaran untuk belanja barang (52) terealisasikan sebesar 86%, dan penyerapan terbesar untuk anggaran belanja modal (53) sebesar 99%. Pada mata anggaran 51 (belanja pegawai) sisa anggaran sebesar Rp 695.090.657,sisa belanja pegawai yang terbesar dari belanja uang makan, dikarenakan tidak mendapatkan uang makan bagi pegawai yang melaksanakan perjalanan dinas. Sisa anggaran dari mata anggaran 52 (belanja barang) sebesar Rp 1.807.218.295,- berasal dari biaya pemeliharaan peralatan mesin dan belanja bahan dikarenakan banyaknya peralatan mesin yang masih baru sehingga sagat kecil biaya pemeliharaannya dan pemanfaatan paperless bisa meminimumkan penggunaan kertas. Sedangkan dari mata anggaran 53 (belanja modal) sisa anggaran sebesar Rp 215.681.927,- berasal dari sisa anggaran lelang. Penggunaan anggaran 53 (belanja modal) tebesar pada bulan Nopember dan Desember dikarenakan pembayaran lelangnya pada bulan tersebut. Gambar 3-4 menggambarkan realisasi setiap jenis belanja dan setiap bulannya. 45,000,000,000 40,000,000,000 35,000,000,000 30,000,000,000
51
25,000,000,000
52
20,000,000,000
53
15,000,000,000
Ttl
10,000,000,000 5,000,000,000 JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DEC
Gambar 3-6: Realisasi penyerapan anggaran TA. 2016
LAKIP Pussainsa 2016
40
Tabel 3-9: PAGU Anggaran Setelah Penghematan. Pagu (ssdh penghematan)
kode
uraian
082.01.06
Program Pengembangan Teknologi Penerbangan dan Antariksa
3525
44,580,973,000
Pengembangan Sains Antariksa MODEL BIDANG SAINS ANTARIKSA [Base Line] Litbangyasa Sains Antariksa
44,580,973,000
052
Pembangunan Observatorium Nasional di NTT
13,963,101,000
053
Pembinaan Fungsional (Seminar, Publikasi, Diklat, Kolokium, Kerma Riset, Usulan kebijakan nasional dan Lain-lain)
3525.001 051
20,071,002,000 1,065,421,000
710,972,000
Melakukan Penguatan Jaringan Pengamatan Antariksa dan Meningkatkan Kapasitas Basis Data Antariksa LAYANAN BIDANG SAINS ANTARIKSA [Base Line]
5,994,425,000
051
Layanan Informasi Data Antariksa
1,727,639,000
052
Melakukan Diseminasi dan Sosialisasi Produk dan Layanan Sains Antariksa
1,879,462,000
053
Membangun sinergi proaktif lintas sektoral dalam membangun DSS di bidang sains antariksa
2,272,074,000
054 3525.002
054 3525.994 001 002 005 3525.996 007 3525.997 007 3525.998 008
Penyelenggaraan Reformasi Birokrasi Pussainsa Layanan Perkantoran [Base Line] Gaji dan Tunjangan Operasional dan Pemeliharaan Kantor Dukungan Penyelenggaraan Tugas dan Fungsi Unit Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi [Base Line] Peralatan dan Mesin Peralatan dan Fasilitas Perkantoran [Base Line] Peralatan dan Mesin Gedung/Bangunan [Base Line] Gedung dan Bangunan
4,331,508,000
115,250,000 16,553,246,000 11,031,700,000 5,083,134,000 438,412,000 406,400,000 406,400,000 547,700,000 547,700,000 1,008,200,000 1,008,200,000 44,580,973,000
LAKIP Pussainsa 2016
41
BAB IV. PENUTUP
Secara umum hasil kegiatan yang dilaksanakan oleh Pusat Sains Antarika pada tahun 2016 memberikan hasil yang memenuhi target dari segi persentase rata-rata, yaitu 176%, walaupun bila dilihat per indikator ada yang tidak memenuhi target, yaitu publikasi nasional terakreditasi yang hanya mencapai 40%. Dibandingkan dengan tahuntahun sebelumnya pencapaian kinerja ini secara persentase tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya. Akan tetapi dari segi kuantitas mengalami kemajuan, karena setiap tahun target diperbesar. Anggaran yang diserap secara persentase naik dibandingkan tahun yang lalu, tetapi secara keseluruhan tidak mengganggu pencapaian target. Naiknya persentase penyerapan anggaran pada sebagian disebabkan oleh anggaran belanja pegawai yang cukup besar. Selama periode pembangunan jangka menengah 2010 – 2014 telah diletakkan dasardasar yang cukup kuat untuk melanjutkan rencana pembangunan berikutnya. Model maupun metode yang diperoleh di tahun-tahun sebelumnya sudah diaplikasikan untuk kegiatan tahun 2016 ini, misalnya untuk pembinaan teknis dan untuk layanan informasi dan prakiraan cuaca antariksa serta untuk kegiatan edukasi masyarakat tentang keantariksaan yang menjadi kompetensi Pusat Sains Antariksa. Untuk selanjutnya, untuk memperkuat dan memastikan pencapaian target diperlukan inisiatif-inisiatif strategis yang perlu diterapkan dan memperkuat proses internal didalam unit kerja Pussainsa, antara lain dengan meningkatkan kualitas diseminasi, memperbanyak forum ilmiah diantara para peneliti untuk knowledge sharing di dalam dan luar negri, mendorong publikasi nasional dan internasional, mendorong kontribusi dari para peneliti senior,memperkuat jaringan dan basis data, serta membangun sinergi yang proaktif lintas sektoral Laporan akuntabilitas kinerja ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai kinerja yang telah dicapai oleh Pusat Sains Antariksa dan proses pencapaian yang dilakukan selama satu tahun, dan merupakan transparansi dalam mewujudkan tugas LAKIP Pussainsa 2016
42
pokok dan fungsinya. Kami menyadari bahwa meskipun laporan ini belum sempurna dalam memenuhi prinsip transparansi dan akuntabilitas yang diharapakan oleh pemerintah maupun masyarakat, kami berharap laporan ini dapat memberikan informasi maupun gambaran yang memadai mengenai kinerja Pussainsa. Kiranya LAKIP ini dapat memenuhi kewajiban dalam akuntabilitas dan menjadi sumber informasi yang berguna untuk peningkatan kinerja yang akan datang.
LAKIP Pussainsa 2016
43
LAMPIRAN
LAKIP Pussainsa 2016
44
LAMPIRAN A Lampiran A-1: Perjanjian Kinerja Pusat Sains Antariksa Tahun 2016
LAKIP Pussainsa 2016
45
LAKIP Pussainsa 2016
46
Lampiran A-2: Rencana Aksi Perjanjian Kinerja Pusat Sains Antariksa Tahun 2016
LAKIP Pussainsa 2016
47
LAKIP Pussainsa 2016
48
Lampiran A-3: Rencana Kinerja Tahunan Pusat Sains Antariksa Tahun 2016
LAKIP Pussainsa 2016
49
Lampiran A-4: Peta Strategis BSC Pusat Sains Antariksa Tahun 2016
LAKIP Pussainsa 2016
50
Lampiran A-5: Matriks Peta Strategi Pusat Sains Antariksa Tahun 2016
LAKIP Pussainsa 2016
51
Lampiran A-6:: Sasaran Strategis, IKU, dan Target Pusat Sains Antariksa (Sumber: Rencana Strategis Pusat Sains Antariksa 2015 2015-2019)
LAKIP Pussainsa 2016
52
LAKIP Pussainsa 2016
53
Lampiran A-7:: Sasaran Strategis, IKU, dan Target Pusat Sains Antariksa (Sumber: Re Rencana Strategis LAPAN 2015-2019)
LAKIP Pussainsa 2016
54
Lampiran B PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH (KTI) PUSAT SAINS ANTARIKSA TAHUN 2016 Lampiran B-1: Jumlah makalah ilmiah yang sudah diterbitkan pada jurnal internasional terindeks. No. 1.
2. 3.
4.
5.
6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Judul Multi-wavelength fibril dynamics and ossilation above sunspot – I: Morphological Signature Multi-wavelength analysis from tomography study on solar chromosphere Multi-wavelength fibril dynamics and oscillations above sunspot – Fourier decomposition Preliminary Result of the Solar Corona Spectroscopic Observation 9 March 2016 Total Solar Eclipse Instrumentation development for space debris optical observation system in Indonesia; Preliminary results Ludendorff Coronal Flattening Index of the Total Solar Eclipse on March 9, 2016 Moreton waves and EIT waves related to the flare events of June 3, 2012 and July 6, 2012 Pawukon: from Incest, Calendar, to Horoscope Multiwavelength observation of two explosive events and their effects on the solar atmosphere Towards photometry pipeline of the Indonesian space surveillance system Dynamical Fate of Binary Star Clusters in the Galactic Tidal Field Shape Parameter of the Solar Corona from 1991 to 2016
Penulis
Media Publikasi
E. Sungging, dkk
Research in Astronomy and Astrophysics
E. Sungging, dkk
AIP Conf. Proc. 1656, 070009
E. Sungging, dkk
AIP Conf. Proc. 1677, 050006
E. Sungging, dkk
Journal of Physics Conference Series 771(1)
T. Dani, dkk
AIP Conf. Proc. 1677, 050016
T. Dani, dkk
Journal of Physics Conference Series 771(1): 012021 (IOP Publishing), 2016
A.G. Admiranto, dkk
AIP Conf. Proc. 1677, 050014
A.G. Admiranto
Journal of Physics Conference Series 771(1), 012019 Journal of Astronomy and Space Science, The Korean Space Science Society
A. G. Admiranto dan R. Priyatikanto R. Priyatikanto, dkk
AIP Conf. Proc. 1677, 050011
R. Priyatikanto dkk
Monthly Notices of the Royal Astronomical Society 457:1339, 2016
R. Priyatikanto
Research in Astronomy and Astrophysics (2016) 16:181 LAKIP Pussainsa 2016
55
Three-dimensional simulations of solar granulation and blast wave using ZEUS-MP code Effect of March 9, 2016 Total Solar Eclipse on Geomagnetic Field Variation Change of NmF2 and hmF2 over Biak during Totel Solar Eclipse
M. Z. Nurzaman dan D. AIP Conf. Proc. 1677, 050010 Herdiwijaya
16.
Tutulemma of Near Equator Partial Solar Eclipse 2016
F. Mumtahana, dkk
17.
F. Mumtahana, dkk Stellar background observation during total solar eclipse March 9th 2016 F. Mumtahana, dkk AIP Conference Proceedings Correlation between solar 1677, 050018, 2015 activity and El Nino Southern Oscillation (ENSO) Asnawi Journal of Physics Conference Analysis of Inospheric Series 771(1): IOP Publishing, Irregularities over South East 2016 Asia during Tota Solar Eclipse 2016 Based on GNSS Observation S. Perwitasari Geophysics Research Letter Three years of concentric 43. Doi:10.10021, 2016 gravity wave variability in the Mesopause as Observed by IMAP/V S. Filawati Journal of Physics Conference The Determination of Area and Series 771(1) Time Comparison of the Partial Solar Eclipse at Space Science Center LAPAN Timbul dkk ASP Conference Series Book Solar Radio Observation using vol 504, Ground-based Solar Callisto Spectrometer at Observation in the Space Sumedang West Java Indonesia: Instrumentation Era Current Status and Future Development Plan in Indonesia Jumlah publikasi pada jurnal internasional terindeks: 22 makalah.
13. 14. 15.
18. 19.
20.
21.
22.
M. Ruhimat, dkk
Journal of Physics Conference Series 771(1): IOP Publishing, 2016
Sefria, dkk
Journal of Physics Conference Series 771(1): IOP Publishing, 2016 Journal of Physics Conference Series 771(1): 012021 (IOP Publishing), 2016 Journal of Physics Conference Series 771(1): 012021 (IOP Publishing), 2016
LAKIP Pussainsa 2016
56
Lampiran B-2: Jumlah makalah ilmiah yang sudah diterbitkan pada jurnal nasional terakreditasi. No. 1.
2. 3. 4.
Judul
Penulis
Media Publikasi
Analisis Prekursor Peristiwa A.G. Admiranto Jurnal Sains Dirgantara, Juni Flare/Pelontaran Masa Korona 2016 Dalam Rangka Peringatan Dini Antariksa Variasi Diurnal dan Musiman R. Priyatikanto, dkk Jurnal Sains Dirgantara, Kemunculan Lapisan E Sporadis 2016 diatas Sumedang tahun 2015 Arus cincin dan pengaruhnya M. Ruhimat Jurnal Sains Dirgantara, terhadap medan geomagnet di 2015 wilayah Indonesia Studi Gelombang ULF: Korelasi Setyanto Jurnal Sains Dirgantara Pulsa Magnet pc3 dengan Kecepatan Angin Surya dan Medan Magnet Antarplanet Jumlah publikasi pada jurnal nasional terakreditasi: 4 makalah.
LAKIP Pussainsa 2016
57
Lampiran B-3: Jumlah makalah ilmiah yang sudah diterbitkan pada media nasional takterakreditasi. No 1
Judul
Penulis
Publikasi
Pengembangan DSS berbasis TEC GPS untuk mendukung sistem peringatan dini tsunami di Indonesia Membangun Analemma Gerhana Pertama di Indonesia menjelang Gerhana Matahari 2016 Super konjungsi planet Venus dan Jupiter 2015 Pengembangan Sistem Pemantauan Aktivitas Matahari Sebagai Pendukung Program Prediksi Cuaca Antariksa Di Pusat Sains Antariksa LAPAN Pendekatan Model Entity Relasional terhadap Pengelolaan Data Sains Antariksa Korona Matahari – Laboratorium Astrofisika dari Gerhana Matahari Total Pemodelan Korona Matahri Global untuk Prakiraan Penampakan Gerjhana Matahari Total Integrasi Algoritma DNC dengan FDG untuk Memvisualisasikan Monitoring Jaringan Pengamatan Cuaca Antariksa Gerhana Matahari Total 9 maret 2016: Lintasan dan Potensi Dampaknya terhadap Cuaca Antariksa danAtmosfer Indonesia Analisis Tingkat Gangguan adai Geomagnet KuatGeomagnet di Manado Pada Saat B
Buldan Muslim dkk
Prosiding Seminar Nasional Sains Antariksa 2015
Farahhati
Media Dirgantara Vol 10 No 3, Sept 2015
Farahhati
Media Dirgantara Vol 10 No 3, Sept 2015 Prosiding Workshop Cuaca Antariksa danPeluang Pemanfaatannya 2015
11
Kondisi Geomagnet Lokal Manado Ketika Terjadi Badai Geomagnet Akibat CME dan CIR
Fitri N
12
Karakteristik Sintilasi Ionosfer di Atas Manado selam Siklus
Sefria
2 3 4
5 6 7
8
9
10
Farahhati
Elyyani
Prosiding Seminar Nasional Sains Antariksa 2015
E. Sungging
Media Dirgantara Vol 10, Sept 2015
Gunawan A.
Prosiding Seminar Nasional Sains Antariksa 2015
Ahmad Zulfiana
Prosiding Seminar nasional Sains Antariksa 2015
Anton Winarko
Media Dirgantara 2016
Anton Winarko
Prosiding Workshop Riset Cuaca Antariksa dan Peluang Pemanfaatannya 2015 Prosiding Workshop Riset Cuaca Antariksa dan Peluang Pemanfaatannya 2015 Prosiding Workshop Riset Cuaca Antariksa dan LAKIP Pussainsa 2016
58
Matahari Tinggi 13
14 15 16
17 18
19 20
Badai Ionosfer Negatif di atas Manado Berdasarkan Data GPS terkait Badai Geomagnet 17 Maret 2015 Analisis Propagasi Gelombang Radio HF di Wilayah Penagkapan Ikan Sadeng Yogyakarta Simulasi Mitigasi Pengaruh Ionosfer Terhadap Kinerja GBAS Analisis Interferensi Frekuensi Radio untuk Optmalisasi Konfigurasi Frekuensi Spektrometer Callisto Determination of TEC above Yogyakarta-Watukosek by using Beacon Receiver Solar Emission Data Processing of Radio Callisto Experiment and Computational Result in Spectrogram Analysis in Indonesia Algoritma Otomatisasi Pemrosesan dan Transfer Data GPS-SCINDA Real Time Study of Two Fluid Flows Model by using the MPS Method
Sri Ekawati
Varuliantor Slamet Supriadi
Peluang Pemanfaatannya 2015 Prosiding Workshop Riset Cuaca Antariksa dan Peluang Pemanfaatannya 2015 Prosiding Seminar Nasional Fisika Universitas Negri Yogyakarta Prosiding SIPTEKGAN 2016
Timbul dkk
Prosiding Seminar Nasional Sains Antariksa 2015
Peberlin dkk
Proceeding of International Symposium on Sustainable Humanosphere 2015 Proceeding of International Symposium on Sustainable Humanosphere 2015
Mario Batubara dkk
Mario Batubara
Prosiding Seminar Nasional Sains Antariksa 2015
Mario Batubara
Proceedings of SEAMS UGM 2015 The 7th SEAMS UGM International Conference on Mathematics and Its Applications 2015 Jumlah publikasi pada media nasional tak-terakreditasi: 20 makalah.
LAKIP Pussainsa 2016
59
No. 1
2 3 4 5 6
7 8
9 10
Lampiran B-4: Jumlah makalah yang sudah diterbitkan pada media populer. Judul Penulis Media Publikasi Tingkat gangguan ionosfer berdasarkan indeks W dan kaitannya dengan ganguan geomagnet Ekspedisi kandidat situs Observatorium Nasional Kupang Q & A Pelengkap Konten Informasi Cuaca Antariksa Mengenal Observatorium Nasional Sekilas Review: Akurasi Prediksi Aktivitas Geomagnet pada SWIFtS Peta Variasi Densitas Elektron (Ne) Ionosfer Terhadap Ketinggian di Atas Indonesia Berdasarkan Model IRI-2012 Teknologi Sinkronisasi Data Sistem Analisis dan Pengolahan Data Base Pengamatan berbasis IUGONET Data Analysis Software (UDAS) Pengenalan dan Implementasi SunPy pada Pengolahan Data Pengamatan Sains Antariksa Pengolahan Sinyal Dijital
Buldan Muslim
Buletin Cuaca Antariksa Juli – September 2016
Farrahati
Buletin Cuaca Antariksa 2016 Buletin Cuaca Antariksa 2016 Buletin Cuaca Antariksa 2016 Buletin Cuaca Antariksa april 2016
Siti Maryam E. Sungging Anton Winarko Sri Ekawati
Buletin Cuaca Antariksa 2016
Yoga Andrian
Buletin Cuaca Antariksa 2016 Buletin Cuaca Antariksa 2016
Mario Batubara
Mario Batubara
Buletin Cuaca Antariksa 2016
Setyanto
Buletin Cuaca Antariksa 2016
Jumlah publikasi makalah populer: 10 makalah.
LAKIP Pussainsa 2016
60
Lampiran C DAFTAR KUNJUNGAN DI PUSAT SAINS ANTARIKSA TAHUN 2016 BULAN Januari
Februari
SEKOLAH / INSTANSI
JUMLAH
SMK Taman Harapan Bekasi
105 orang
MA PPM Daar El-Kutub Bayah Banten
45 orang
SMPK I Ciparay
145 orang
SD Islam Nur Hikmah Bandung
120 orang
PENS Surabaya
120 orang
SMPK Trimulia
65 orang
SMPT Darussalam Bandung
101 orang
SMA Budi Luhur
115 orang
SDIT Luqman Al-Hakim
160 orang
Universitas Sarjanawiyata Taman Siswa
65 orang
Yogyakarta Maret
SMA Sampoerna Academic Jakarta
30 orang
April
SDN Pajagalan 47 Bandung
120 orang
TK Bumblebee CDC Bandung
20 orang
SMAN 4 Cirebon
150 orang
STIMIK Pranata Indonesia Bekasi
70 orang
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
60 orang
Universitas Brawijaya Malang
70 orang
Universitas Gadjah MAda Yogyakarta
65 orang
SMA El Fitra
65 orang
Universitas Sebelas Maret
40 orang
SMP IT Al Ishmah
200 orang
SD Bina Talenta
160 orang
Astronomi ITB
12 Orang
SMK Islamiyah Serua
50 orang
Mei Agustus
Oktober November
Desember
LAKIP Pussainsa 2016
61
LAMPIRAN D DAFTAR INSTANSI YANG TERLIBAT DALAM KEGIATAN PUSSAINSA
1
BMKG
17
Universitas Nusa Cendana
2
PPPGL
18
Politeknik Caltex Riau
3
Badan Survei Geologi
19
UIN Sultan Syarief Kasim Riau
4
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi
20
Universitas Widyatama
Bencana Geologi 5
Asosiasi Satelit Indonesia
21
Politeknik Pos Indonesia
6
ORARI
22
UPI Bandung
7
Dinas Litbang TNI AU
23
Politeknik Negeri Bandung
8
POLRI
24
ITB
9
Kemen Kominfo
25
UNPAS
10
Lemigas
26
UGM
11
Badan Informasi Geospasial
27
Universitas Mataram
12
PLN
28
Universitas Lampung
13
PSDG
29
Institut Teknologi Sumatera
14
Pusat Survei Geologi
30
STMKG
15
Universitas Padjajaran
31
Pemkab Raja Ampat
16
Universitas Sam Ratulangi
32
Pemkab Kupang
LAKIP Pussainsa 2016
62