LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSLITBANG TANAMAN PANGAN TAHUN 2011
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN
KATA PENGANTAR Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Tanaman Pangan merupakan instansi pemerintah di bawah Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian. Tugas dan fungsinya adalah melaksanakan penelitian dan pengembangan pada tanaman padi dan palawija untuk mendukung pembangunan pertanian, serta melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan yang mencakup sumber daya manusia, dana, dan sumber daya penelitian. Sebagai salah satu unit kerja yang mandiri, Puslitbang Tanaman Pangan wajib membuat dan menyampaikan laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (LAKIP) di bidang penelitian dan pengembangan pertanian khususnya tanaman pangan. Penyusunan laporan kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2011 ini telah mengacu pada pedoman penyusunan LAKIP yang disusun oleh Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia tahun 2003. Laporan ini merupakan media komunikasi pencapaian tujuan dan sasaran stratejik organisasi kepada para pengguna yang dibuat sebagai perwujudan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi yang dipercayakan kepada Puslitbang Tanaman Pangan berdasarkan suatu sistem akuntabilitas yang memadai, sesuai dengan Inpres Nomor 7 tahun 1999. Semoga laporan ini dapat memenuhi harapan masyarakat dan dalam rangka membangun kinerja khususnya dalam kegiatan penelitian dan pengembangan pertanian sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan pengembangan IPTEK tanaman pangan.
Bogor, 13 Januari 2012 Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan,
Dr. Hasil Sembiring
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
i
IKHTISAR EKSEKUTIF Kebutuhan bahan pangan makin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Mengandalkan pangan impor untuk memenuhi kebutuhan nasional dinilai kurang tepat karena akan mempengaruhi aspek sosial, ekonomi, dan politik, sehingga peningkatan produksi pangan di dalam negeri terus diupayakan. Indonesia memiliki peluang besar meningkatkan produksi pangan yang dapat ditempuh melalui peningkatan produktivitas dan perluasan areal tanam ke lahan suboptimal, seperti lahan sawah tadah hujan, lahan kering, dan lahan rawa pasang surut, serta peningkatan indeks pertanaman. Ketersediaan inovasi teknologi sangat diperlukan. Karena itu, perakitan dan perekayasaan inovasi teknologi tanaman pangan perlu didukung oleh perencanaan yang sistematis dan terarah, sinergi antar-institusi terkait, sumber daya manusia (SDM) profesional, dan fasilitas penelitian yang memadai dan manajemen operasional yang transparan, efektif, dan efisien. Secara nasional, kontribusi pengembangan inovasi teknologi tanaman pangan terhadap peningkatan produksi dan pendapatan sangat menggembirakan. Penggunaan varietas unggul padi telah mendominasi 90% areal panen dari total seluas 12 juta ha. Dengan peningkatan produktivitas 0,75 t gabah/ha sementara harga gabah Rp. 2.800/kg, sumbangan penggunaan varietas unggul baru padi mencapai Rp. 22,7 triliun. Demikian pula hanya dengan komoditas pangan lainnya. Dominasi varietas unggul baru jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubikayu dan ubijalar masingmasing 45%, 80%, 80%, 35% dan 80% dari total areal panen berturut-turut seluas 4 juta ha, 0,7 juta ha, 0,3 juta ha, 0,3 juta has, 1,2 juta ha dan 0,2 juta ha. Peningkatan produktivitas komoditas palawija dengan penerapan vaietas unggul baru masingLaporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
masing 1,0 t/ha untuk jagung, 0,5 t/ha untuk kedelai, 0,5 t/ha untuk kacang tanah, 0,5 t/ha untuk kacang hijau, 6,0 t/ha untuk ubikayu dan 1,0 t/ha ubijalar. Dengan harga jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubikayu, dan ubijalar masing-masing Rp. 2.150, Rp. 6.250, Rp. 8.000, Rp. 5000, Rp. 540, dan Rp. 1000/kg, maka kontribusi pengembangan varietas unggul baru palawija masing-masing sebesar Rp. 3,9 triliun, Rp. 1,8 triliun, Rp. 960 miliar, Rp. 600 miliar, Rp. 1,4 triliun, dan Rp. 160 miliar. Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian RI Nomor 61/Permentan/OT.140/10/2010 tahun 2010, Puslitbang Tanaman Pangan bertugas melaksanakan kebijakan teknis, rencana dan program, penelitian dan pengembangan tanaman pangan, serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan. Dalam melaksanakan tugasnya, Puslitbang Tanaman Pangan menyelenggarakan fungsi: a) penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program, serta pemantauan/evaluasi penelitian dan pengembangan tanaman pangan, b) pelaksanaan kerja sama dan pendayagunaan hasil penelitian dan pengembangan tanaman pangan, c) penelitian dan pengembangan tanaman pangan, dan d) pengelolaan urusan tata usaha Puslitbang Tanaman Pangan. Adanya UU No. 18 tahun 2002 tentang Sistem Penelitian Nasional, Pengembangan dan Penerapan IPTEK, telah mendorong pertumbuhan dan pendayagunaan sumber daya IPTEK secara lebih efektif, pembentukan jaringan penelitian yang mengikat semua pihak, baik pemerintah pusat dan daerah maupun masyarakat luas untuk berperan aktif dalam memajukan kegiatan IPTEK.
ii
Tujuan Kegiatan di Puslitbang Tanaman Pangan tahun 2010-2014 bertujuan: 1) Memanfaatkan keragaman sumber daya genetik untuk pembentukan dan perakitan varietas unggul baru guna peningkatan produktivitas, 2) Menghasilkan teknologi optimasi pemanfaatan sumber daya tanah (lahan dan air), tanaman dan organisme pengganggu tanaman yang dapat meningkatkan potensi hasil dan mengurangi emisi gas rumah kaca, 3) Mempercepat alih teknologi dan distribusi benih sumber tanaman pangan kepada pengguna, 4) Menghasilkan rekomendasi opsi kebijakan pembangunan pertanian bersifat antisipatif dan responsif mendukung pembangunan sistem pertanian industrial, 5) Mengembangkan jejaring dan kemitraan dengan dunia usaha, pemerintah daerah, lembaga penelitian dalam dan luar negeri, dan 6) Meningkatkan kualitas dan mengembangkan sumber daya penelitian. Sasaran Sasaran strategis yang ingin dicapai oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan adalah: 1) Diperolehnya fenotipe sekitar 800 sumber daya genetik untuk bahan perakitan varietas unggul baru yang sesuai preferensi konsumen, serta adaptif terhadap cekaman faktor biotik dan abiotik dampak perubahan iklim, 2) Dilepasnya 5-15 galur harapan sebagai varietas unggul baru padi, serealia, kacang-kacangan dan umbi-umbian, 3) Dihasilkannya 5-8 teknologi yang dapat merealisasikan potensi hasil dan mengurangi emisi gas rumah kaca di lahan suboptimal dan antisipasi dampak iklim ekstrim, 4) Terdistribusikannya 15 - 23 ton benih BS dan 29 - 38 ton benih FS tanaman pangan kepada pengguna mendukung program strategis Kementerian Pertanian dan untuk mempercepat adopsi varietas unggul baru, 5) Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
Tersedianya lima opsi kebijakan pembangunan pertanian yang bersifat antisipatif dan responsif dalam rangka pembangunan sistem pertanian industrial, 6) Meningkatnya jejaring kerja sama nasional dan internasional serta diterbitkannya 2 - 4 makalah hasil penelitian yang diterbitkan di jurnal ilmiah nasional dan internasional, dan 7) Berkembangnya kompetensi personil dan kelembagaan penelitian serta sistem koordinasinya secara horisontal dan vertikal melalui pengembangan Sistem Informasi Manajemen (SIM) secara terintegrasi di semua bidang. Kendala
Perubahan Iklim Global. Krisis pangan dunia akhir-akhir ini berkaitan erat dengan perubahan iklim akibat pemanasan global. Perubahan iklim akan berdampak luas terhadap berbagai aspek kehidupan dan sektor pembangunan pertanian. Indonesia sebagai negara kepulauan yang terletak di daerah khatulistiwa sangat rentan terhadap perubahan iklim. Pertanian mengalami dampak paling serius dan kompleks akibat perubahan iklim biofisik dan teknis, serta sosial-ekonomi. Perubahan iklim berdampak terhadap penurunan produksi pertanian dan ancaman perubahan keanekaragaman hayati yang nantinya dapat menjadi penyebab eksplosi hama dan penyakit tanaman. Dampak lainnya, bergesernya pola dan kalender tanam karena rawan banjir dan kekeringan.
Status, Konversi, dan Degradasi Lahan. Jumlah rumah tangga petani gurem (kepemilikan lahan <0,5 ha) meningkat dari 10,9 juta rumah tangga tahun 2003 menjadi 13,7 juta rumah tangga saat ini. Rata-rata pemilikan lahan petani di pedesaan di Jawa 0,41 ha dan 0,96 ha di Luar Jawa, dan cenderung menurun. Kondisi tersebut disebabkan meningkatnya konversi lahan pertanian untuk keperluan pemukiman dan fasilitas umum serta fragmentasi lahan.
iii
Kelangkaan Energi Fosil. Kelangkaan sumber energi fosil memicu kenaikan harga BBM di pasar internasional yang berdampak terhadap kenaikan biaya produksi pada industri pertanian maupun transportasi. Kenaikan harga BBM tentunya biaya sarana produksi pertanian dan produk olahan pangan akan meningkat pula. Oleh karena itu, perlu dikembangkan energi alternatif terbarukan berbasis nabati, biopestisida, pestisida nabati, dan pemanfaatan limbah pertanian untuk pupuk maupun energi. Sarana dan Kelembagaan Sarana Produksi. Hingga saat ini masih dijumpai adanya senjang (gap) produktivitas dan mutu hasil penelitian dengan di tingkat petani. Penyebab utamanya adalah (a) perbedaan ketersediaan sarana produksi, yaitu benih/bibit unggul bermutu, pupuk, pakan, pestisida/obat-obatan, alat dan mesin pertanian dan (b) belum berkembangnya kelembagaan pelayanan penyedia sarana produksi. Keterbatasan sarana seperti jalan usahatani berpengaruh terhadap kelancaran arus input dan output produksi pertanian yang mempengaruhi produktivitas pertanian. Keterbatasan kelembagaan tani juga berpengaruh dalam akses sumber pembiayaan dan pemasaran hasil pertanian. Dalam pembangunan pertanian ke depan, senjang ini harus dipersempit melalui pengembangan sarana dan kelembagaan yang memadai di tingkat usahatani.
Sumber Daya Penelitian. Perbandingan jumlah peneliti dengan tenaga nonpeneliti/administrasi 1 : 3,5 yang kurang ideal bagi lembaga penelitian. Dalam 5 tahun ke depan jumlah tenaga yang akan memasuki usia pensiun sekitar 30 orang/tahun, termasuk peneliti yang memiliki bidang kepakaran spesifik seperti pemulia tanaman. Hasil analisis TCM dan ECM menunjukkan bahwa untuk mencapai Critical Mass Puslitbang Tanaman Pangan dalam 5 tahun ke depan memerlukan 74 peneliti (12 S3, 23 S2, dan 39 S1).
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
Sarana penelitian berupa 18 unit laboratorium di setiap Balai Penelitian telah digunakan secara optimal. Dari 18 laboratorium, 2 laboratorium telah terakreditasi SNI 19-17025: 2005. Upaya yang dilakukan yaitu terus meningkatkan kompetensi laboratorium yang belum terakreditasi hingga diperoleh pengakuan internasional. Kebun percobaan seluas 704,1 ha sebagian belum dimanfaatkan secara optimal baik untuk penelitian maupun sebagai sumber PNBP. Keadaan ini di antaranya karena ketersediaan SDM yang lemah dan dana pengelolaan kebun yang kurang memadai. Implikasi bagi Puslitbang Tanaman Pangan Implikasi penting bagi Puslitbang Tanaman Pangan adalah perlunya: (1) meningkatkan akuntabilitas dan kredibilitas lembaga dengan meningkatkan efektivitas dan efisiensi program, ouput, dan kualitas SDM, (2) meningkatkan penguasaan Iptek mutakhir melalui penelitian dan pengembangan tanaman pangan serta kemutakhiran teknologi yang dihasilkan, dan (3) memperluas jaringan kerja sama penelitian antar-lembaga penelitian nasional dalam rangka pemanfaatan/diseminasi hasil penelitian. Litbang tanaman pangan harus fokus pada penciptaan teknologi benih/bibit, dan teknologi budi daya dan pascapanen primer untuk meningkatkan nilai tambah berdaya saing. Kegiatan riset ditujukan untuk meningkatkan daya saing komoditas dengan karakteristik sesuai keinginan konsumen. Penelitian kebijakan tetap diperlukan dalam rangka evaluasi kebijakan maupun penyusunan usulan rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian. Rekomendsai kebijakan mencakup aspek teknologi, ekonomi, sosial (kelembagaan) dan lingkungan, serta fokus pada upaya untuk mendukung terwujudnya pertanian industrial unggul berkelanjutan yang berbasis sumber daya lokal.
iv
Orientasi litbang tanaman pangan adalah mendukung pencapaian produktivitas dan produksi 4-F (Food, Feed, Fiber dan Fuel). Berdasarkan potensi dan peluang pengembangan prioritas tanaman pangan untuk food, feed, dan fibre adalah padi (hibrida dan VUTB), jagung (hibrida dan komposit), dan kedelai. Untuk fuel dikembangkan ubi kayu dan sorgum. Ketersediaan energi dari fosil yang makin terbatas, maka perlu dicarikan sumber energi lain. Di antaranya ubi kayu, sorgum dan limbah pertanian seperti jerami, tongkol dan hijauan lainnya serta kotoran ternak dapat diolah menjadi sumber energi alternatif terbarukan. Apabila energi sumber nabati dan limbah ini dapat dikembangkan terutama di pedesaan, akan tercipta masyarakat mandiri energi terutama untuk memenuhi kebutuhan energi rumah tangga sehari-hari. Dalam lima tahun ke depan, optimalisasi pemanfaatan lahan kering yang banyak tersedia di luar Jawa menjadi sangat penting. Karena itu, perlu dicari inovasi teknologi antara lain: (1) varietas unggul baru umur genjah toleran cekaman biotik, abiotik, dan produktivitas tinggi, (2) pola manajemen air irigasi yang efisien, (3) teknologi penanggulangan kelelahan lahan (soil fatigue), (4) sistem usahatani konservasi di DAS yang berwawasan lingkungan, dan (5) pengembangan komoditas pertanian bernilai tinggi, khususnya untuk lahan sawah di Jawa. Puslitbang Tanaman Pangan bekerja sama dengan Lembaga Riset lainnya akan melakukan: a) Perakitan varietas unggul (toleran genangan, kekeringan, salinitas, umur genjah, organisme pengganggu tanaman), teknologi pengelolaan lahan/tanah/ pemupukan dan air, dan b) Sosialisasi dan pengembangan teknologi model adaptasi perubahan iklim, seperti Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT), Sistem Integrasi Tanaman dan Ternak, Teknologi hemat air, dan Carbon Efficient Farming (CEF).
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
Untuk penurunan emisi gas rumah kaca, Puslitbang Tanaman Pangan bekerja sama dengan lembaga riset lainnya mendukung Program Utama Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN-PE-GRK) melalui penelitian dan pengembangan: a) budi daya tanaman ramah lingkungan, b) biopestisida, c) pemanfaatan kotoran/urine ternak dan limbah pertanian untuk energi dan pupuk organik, dan d) teknologi rendah emisi, metodologi MRV (measurable, reportable, verifiable) sektor pertanian. Program pemuliaan untuk mendapatkan varietas unggul lebih terarah dan dapat dipercepat melalui molecular breeding. Marka molekuler dapat digunakan sebagai alat bantu dalam seleksi, sehingga seleksi dilakukan lebih cepat dan efisien. Mikroba dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan pestisida hayati yang ramah lingkungan dan senyawa bioaktif yang potensial untuk keperluan industri, serta sumber gen-gen penting untuk rekayasa genetika. Penerapan invensi hasil litbang pertanian dalam rangka percepatan diseminasi inovasi teknologi, merupakan faktor penentu bagi upaya percepatan pelaksanaan program pembangunan pertanian dalam arti umum. Kegiatan kerja sama dan peningkatan jejaring kerja dapat dikategorikan menjadi: (1) memperkuat dan memperluas jejaring kerja dengan lembaga-lembaga penelitian pemerintah dan perguruan tinggi untuk mengoptimalkan penggunaan sumber daya, menghilangkan tumpang tindih penelitian, konvergensi program litbang dan meningkatkan kualitas penelitian, (2) memperkuat keterkaitan dengan swasta, lembaga penyuluhan dan pengambil kebijakan dengan melibatkan mereka pada tahap penyusunan program dan perancangan penelitian untuk mengefektifkan diseminasi hasil penelitian, dan (3) meningkatkan keterlibatan dalam jejaring kerja internasional baik bilateral, multilateral, maupun regional.
v
Ke depan, peneliti Puslitbang Tanaman Pangan harus profesional, harus mampu menghasilkan jasa atau layanan sesuai dengan protokol dan peraturan dalam bidangnya. Peneliti yang telah ahli dalam suatu bidang disebut "profesional". Karakter yang perlu dimiliki seorang peneliti adalah bertanggungjawab, jujur, respek, integritas, bermartabat dan patriotik dalam arti mempunyai kebanggaan sebagai bangsa Indonesia. Laboratorium dan kebun percobaan sangat potensial untuk dimanfaatkan sebagai sumber PNBP. Adanya masalah SDM yang lemah, dana pengelolaan kebun yang kurang memadai, berimplikasi perlunya dilakukan revitalisasi SDM dan pendanaan. Pelatihan dan magang di laboratorium atau kebun percobaan yang telah berkembang perlu dilakukan, di samping mencoba melakukan kerja sama dengan pihak ketiga (outsourcing) jika dana APBN terbatas. Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan Kinerja Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan pada tahun 2011 dapat dilihat pada format PPS yang mencapai 174,6%. Pencapaian kinerja tersebut digolongkan dalam kategori sangat berhasil. Beberapa varietas unggul baru telah dilepas tahun 2011 dan disebarluaskan melalui BPTP dan media publikasi lainnya. Beberapa varietas unggul baru telah dilepas tahun 2011 dan disebarluaskan melalui BPTP dan media publikasi lainnya, antara lain: padi, jagung, kedelai, kacang tanah, dan ubijalar. Secara rinci varietas padi unggul baru yaitu varietas INPARI 14 (Pakuan) potensi hasil 8,2 ton/ha, umur genjah, tahan HDB dan mutu baik, INPARI 15 (Parahyangan) potensi hasil 7,5 ton/ha, tahan HDB, Blas dan mutu baik (pulen), INPARI 16 (Pasundan) potensi hasil 7,6 Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
ton/ha, tahan HDB, Blas dan mutu baik (pulen), INPARI 17 potensi hasil 7,9 ton/ha, umur genjah, tahan wereng batang coklat, HDB dan mutu baik (pulen), INPARI 18 potensi hasil 9,5 ton/ha, umur genjah, tahan wereng batang coklat dan HDB, INPARI 19 potensi hasil 9,5 ton/ha, umur genjah, tahan wereng coklat, HDB mutu baik (pulen) INPARA 20 potensi hasil 8,8 ton/ha umur genjah, tahan wereng batang coklat, HDB dan Blas, Inpari (Sidenuk) potensi hasil 7,58 ton/ha tahan HDB, Blas mutu baik (pulen), Inpago 8 potensi hasil 8,1 ton/ha tahan Blas, toleran kekeringan dan Al mutu baik (pulen), Inpago (Unsoed1) potensi hasil 7,2 ton/ha tahan wereng batang coklat, toleran FE dan kekeringan mutu baik (pulen) dan aromatik, Inpago Unram1 potensi hasil 7,6 ton/ha tahan Blas, Al dan Fe mutu baik (pulen) merah, Hipa Jatim1 potensi hasil 10 ton/ha agak rentan WBC 1 dan 2 mutu baik (pulen), Hipa Jatim2 potensi hasil 10,9 ton/ha agak rentan WBC3, agak tahan HDB III mutu baik (pulen), Hipa Jatim3 potensi hasil 10,7 ton/ha agak tahan HDB III mutu baik (pulen) Hipa 12 (SBU) potensi hasil 10,5 ton/ha tahan wereng batang coklat3, tahan HDB3 mutu baik (pulen), Hipa 13 potensi hasil 10,5 ton/ha tahan wereng batang coklat 2, tahan HDB mutu baik (pulen), Hipa 14 (SBU) potensi hasil 12,1 ton/ha tahan WBC2, tahan HDB III mutu baik (pulen). Varietas unggul baru jagung hibrida unggul baru, antara lain: varietas Bima 12Q memiliki potensi hasilnya 9,3 t/ha, berumur 98 hst, memiliki kandungan asam amino lisin dan triptofan tinggi, stay green yaitu warna batang dan daun di atas tongkol masih hijau, saat biji sudah masak/waktu untuk panen. Sedangkan jagung hibrida varietas Bima 13Q toleran bercak daun, agak toleran busuk pelepah dan rentan hama gudang, potensi hasilnya 9,3 t/ha, berumur ± 103 hst, selain itu juga memiliki kandungan asam amino
vi
lisin dan triptofan tinggi, juga stay green. Jagung hibrida varietas Bima 14 BATARA potensi hasilnya 12,9 t/ha, berumur ± 95 hst, juga stay green sehingga sangat baik diintegrasikan dengan usaha ternak. Jagung hibrida varietas Bima 15 SAYANG potensi hasilnya 13,2 t/ha, berumur ± 100 hst, juga stay green dan Bima 15. Program fortifikasi jagung kerja sama Badan Litbang Pertanian dengan CIMMYT menghasilkan 2 varietas jagung komposit yang mengalami proses pengayaan kandungan vitamin A. Jagung hibrida varietas Provit A-1 kandungan vitamin A (beta karotin tinggi 0,081 ppm), kandungan protein lebih tinggi dibanding jagung biasa, potensi hasil 7,4 t/ha, umur 96 hst. Jagung ini sangat sesuai untuk mengatasi permasalahan gizi buruk. Jagung hibrida varietas Provit A-2 mempunyai kandungan vitamin A (beta karotin tinggi 0,144 ppm), kandungan protein 8,64%, potensi hasil 8,8 t/ha, dan umur 98 hst. Varietas unggul baru kedelai yaitu: varietas GEMA potensi hasil 3,06 t/ha berumur genjah (73 hari), ukuran bijinya 11,90 g/100 biji, kandungan protein 39% lebih tinggi daripada kedelai impor hanya 37%. Varietas GEMA prospektif dikembangkan pada daerah bercurah hujan terbatas atau dibudidayakan pada MK2. Varietas unggul baru ubijalar yaitu: dua klon harapan dengan kandungan antosianin tinggi yaitu MSU 01022-12 dan MSU 0101619 telah disetujui untuk dilepas oleh TP2V Tanaman Pangan dengan nama varietas Antin 1 dan Antin 2. Varietas Antin 1 memiliki potensi hasil 33,2 t/ha, toleran kekeringan, mengandung zat antosianin 33,89 mg/100 g dan distribusi warna ungunya sangat menarik, cocok untuk dibuat keripik. Sedangkan varietas Antin 2 memiliki
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
potensi hasil 27,3 t/ha dan kandungan antosianin tinggi (156 mg/100g umbi). Varietas unggul baru kacang tanah yang diusulkan untuk dilepas dengan nama Hypoma 1 dan Hypoma 2, saat ini sedang menunggu terbitnya SK Menteri Pertanian. Hypoma 1 adaptif di lingkungan optimal, dengan potensi hasil 3,70 t/ha polong kering. Varietas tersebut cukup tahan terhadap penyakit bercak dan karat daun sekaligus agak tahan terhadap penyakit layu bakteri. Varietas Hypoma 2 mempunyai daya adaptasi umum yang baik terutama di lingkungan dengan musim hujan yang terbatas yang sering menyebabkan tanaman mengalami cekaman kekeringan pada fase generatif. Potensi hasil varietas Hypoma2 mencapai 3,50 t/ha polong kering, toleran kekeringan, serta agak tahan terhadap penyakit bercak dan karat daun. Berbagai inovasi teknologi yang telah dihasilkan Puslitbang Tanaman Pangan diharapkan dapat mendukung 4 sukses Kementerian Pertanian. Selanjutnya tidak hanya peningkatan kesejahteraan petani dan pembangunan pertanian, tetapi juga meningkatnya pembangunan ekonomi nasional dan kesejahteraan penduduk Indonesia. Capaian kinerja akuntabilitas bidang keuangan Puslitbang Tanaman Pangan berdasarkan kelompok kegiatan dan sasaran pada umumnya telah berhasil dalam mencapai sasaran dengan baik. Realisasi anggaran lingkup puslitbang tanaman pangan sampai dengan 31 Desember 2011 sebesar Rp.130.845.450.980,- atau 93,69% terdiri dari belanja pegawai Rp. 44.064.977.549,(96,03%), belanja barang Rp. 54.545.036.721,- (94,59), belanja modal Rp. 32.235.436.710,- (89,28) dan sisa anggaran TA. 2011 sebesar Rp. 8.807.507.020,- atau (6,31%).
vii
Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak lingkup Puslitbang Tanaman Pangan sampai dengan akhir bulan Desember 2011 sebesar Rp. 3.280.721.870,- (190,65%) dari target PNBP sebesar Rp. 1.720.815.132,- yang terdiri dari target penerimaan umum sebesar Rp. 44.370.132,- dan penerimaan fungsional Rp. 1.676.445.000,- dengan realisasi penerimaan umum Rp. 152.927.549,- (344,66%) dan penerimaan fungsional Rp. 3.127.794.321,- (196,57%).
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
viii
DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar .................................................................
i
IV. Penutup .....................................................................
72
Ikhtisar Eksekutif .............................................................
ii
4.1. Keberhasilan .......................................................
72
Daftar Isi ..........................................................................
ix
4.2. Hambatan/Masalah .............................................
74
Daftar Tabel ......................................................................
x
4.3. Pemecahan masalah ............................................
75
Daftar Gambar ..................................................................
xi
Lampiran:
Daftar Lampiran ................................................................ xiii
1.
Formulir RS 2011
I. Pendahuluan ................................................................
1
2.
Formulir PKT 2011
1.1. Tugas ……………………………………………………………….
1
3.
Formulir PKK 2011
1.2. Fungsi ……………………………………………………………….
1
4.
Formulir PPS 2011
1.3. Struktur Organisasi dan Jumlah Pegawai ………………
1
II. Perencanaan dan Perjanjian Kinerja..…………………..
4
2.1. Rencana Strategik ……………………………………………...
4
2.2. Perencanaan Kinerja ……………………………..…………... 12 2.3. Perjanjian kinerja .................................................. 15 III. Akuntabilitas Kinerja …………………………………........... 22 A. Pengukuran Kinerja …………………………………………...... 22 B. Analisis Capaian Kinerja ........................................... 25 C. Akuntablitas Keuangan ……………………………............... 65 D. Analisis Akuntabilitas Kinerja.....……………………………... 69
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
ix
DAFTAR TABEL
1.
Halaman Distribusi SDM di Lingkup Puslitbang Tanaman Pangan berdasarkan pendidikan dan jabatan fungsional 2011..... 2
2.
Matriks kegiatan penelitian dan pengembangan tanaman pangan 20110 .............................................................
14
3.
Matriks tingkat capaian kinerja 2011 .............................
23
4.
Varietas unggul baru padi yang dilepas tahun 2011 .......
28
5.
Hasil analisis kimia/hara pupuk organik kaya hara ”SANTAP-M” ..............................................................
40
6.
Pengaruh pemberian tiga jenis pupuk terhadap hasil biji kering kedelai pada lahan kering masam di Sukadana Lampung Timur, 2011 ................................................
40
7.
Judul makalah ilmiah yang diterbitkan melalui Jurnal Penelitian Tanaman Pangan 2011 ................................
42
8.
Pengaruh pemberian tiga jenis pupuk terhadap hasil ubikayu pada lahan kering masam di Sukadana Lampung Timur, 2011 ................................................
42
Akuntabilitas keuangan Puslitbang Tanaman Pangan berdasarkan indikator sasaran kegiatan tahun 2011 ......
66
9.
10. Persentase analisis akuntabilitas kinerja kegiatan Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Tahun 2011 ...............................................................
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
71
x
DAFTAR GAMBAR Halaman
16. Alat pengering kedelai dengan sumber energi gas LPG........ 40
1.
Struktur organisasi Puslitbang Tanaman Pangan, 2011 ....... 3
2.
Keragaan di lapang VUB padi Inpari 14 .............................. 29
17. Pengaruh pemberian pupuk terhadap pertumbuhan tanaman kedelai (Wilis) pada lahan kering masam (Podsolik MerahKuning) di Lampung Timur, 2011 ...................................... 41
3.
Keragaan di lapang VUB padi Inpago 8 .............................. 29
4.
Keragaan di lapang VUB padi Inpari 17 .............................. 29
5.
Keragaan di lapang VUB padi Inpari 19 .............................. 29
6.
Keragaan di lapang kedelai varietas GEMA berumur genjah dan produksi tinggi 3,06 t/ha ............................................ 30
7.
Antin2 ubijalar kaya anthosianin ........................................ 30
8.
Polong dan biji kacang tanah varietas Hypoma 1 ................ 31
9.
Polong dan biji kacang tanah varietas Hypoma 2 ................ 31
10. Keragaan di lapang jagung Bima 15 Batara ........................ 32 11. Keragaan di lapang jagung Bima 14 Sayang ....................... 32 12. Keragaan jagung Bima 13Q potensi hasil 9,8 t/ha ............... 32 13. Keragaan jagung Bima 15 Batara potensi hasil 12,9 t/ha .... 32 14. SlNPV yang telah dikemas dalam botol dan plastik ............. 37
18. Pengaruh pemberian pupuk terhadap pertumbuhan tanaman kacang tanah (Jerapah) pada lahan kering masam (Podsolik Merah-Kuning) di Lampung Timur, 2011 ............................ 41 19. Pengaruh pupuk oganik SANTAP-M+ terhadap pertumbuhan ubikayu (UJ-3) umur 3 bulan pada lahan kering masam Podsolik Merah-Kuning di Sukadana (Lampung Timur), tahun 2011 ..................................................................... 42 20. Menteri Pertanian berdiskusi dengan pemulia jagung pada waktu kunjungan ke pameran indoor Penas XIII ................ 57 21. Keragaan tanaman ubi-ubian di Cluster Pangan Alternatif pada Penas XIII di Tenggarong, Kalimantan Timur ............ 57 22. Dr. Hasil Sembiring (Kepala Puslitbangtan) menjelaskan kemajuan penelitian kedelai kepada Wakil Presiden, Menteri Pertanian dan Gubernur Gorontalo ................................... 58 23. Menteri Pertanian didampingi Kepala Badan Litbang Pertanian dan Dirjen Tanaman Pangan pada acara open house di BB Padi memanen padi varietas INPARI 13 yang ditengarai tahan wereng coklat ........................................ 58
15. Produk Bio-Lec yang berbahan aktif konidia cendawan entomopatogen L. Lecanii ................................................. 39
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
xi
24. Menteri Pertanian, Wakil Gubernur Sulawesi Selatan, dan Kepala Badan Litbang Pertanian melakukan tanam perdana jagung hibrida varietas Bima-14 dan Bima-15 dan wawancara pada acara Openhouse Balitsereal ............. 59 25. Kepala Badan Litbang Pertanian membuka Seminar KABI 2011 dan penyerahan benih sumber kedelai FS untuk di Jawa Timur dan Yogyakarta ............................... 60 26. Kepala Badan Litbang Pertanian mencicipi produk olahan pangan karya ibu-ibu peserta pelatihan ........................... 60 27. Keragaan kedelai di sela-sela tanaman hutan jati mampu berproduksi dan mengoptimalkan lahan .......................... 61 28. Keragaan tanaman kedelai, panen dan temu lapang di Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara .........................
62
29. Tanaman kedelai di tanah Vertisol di Pilangkenceng (Madiun) yang menunjukkan gejala defisiensi K .............
62
30. Pada tanah Vertisol di Kedunggalar (Ngawi) yang mengandung K-dd 1,03 me/100 g, tanaman kedelai tidak respon terhadap pemupukan K yang meningkat, setara dengan 50 – 200 kg KCl/ha ........................................... 63 31. Publikasi hasil penelitian tanaman pangan 2011 .............. 64
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
xii
DAFTAR LAMPIRAN
1.
Formulir Rencana Strategik (RS), tahun 2011
2.
Formulir Rencana Kinerja (PKT), tahun 2011
3.
Formulir Pengukuran Kinerja Kegiatan (PKK), tahun 2011
4.
Formulir Pengukuran Pencapaian Sasaran (PPS), tahun 2011
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
xiii
I. PENDAHULUAN Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.61/Permentan/ OT.140/10/2010 tentang organisasi dan tata kerja Kementerian Pertanian, kedudukan, tugas, dan fungsi Puslitbang Tanaman Pangan sebagai berikut: 1.1. TUGAS Puslitbang Tanaman Pangan sebagai salah satu unit kerja di bawah Badan Litbang Pertanian memperoleh mandat melaksanakan penelitian dan pengembangan padi dan palawija. Mandat tersebut dilaksanakan oleh: (a) Balai Besar Penelitian Tanaman Padi di Sukamandi – Jawa Barat, (b) Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian di Malang – Jawa Timur, (c) Balai Penelitian Tanaman Serealia di Maros – Sulawesi Selatan, dan (d) Loka Penelitian Penyakit Tungro di Lanrang, Sidrap, Sulawesi Selatan. Tugas yang diemban adalah menyiapkan perumusan kebijakan dan program serta melaksanakan penelitian dan pengembangan tanaman pangan. Penelitian yang dilakukan bersifat mendasar dan strategis untuk mendapatkan teknologi tinggi dan inovatif yang berlaku bagi agroekologi dominan di beberapa wilayah. Penelitian yang bersifat hulu (upstream) ditujukan untuk mengembangkan teknologi dasar dan teknologi generik yang akan diuji daya adaptasinya oleh BPTP sebelum disebarluaskan kepada petani.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
1.2. FUNGSI Dalam melaksanakan tugasnya, Puslitbang Tanaman Pangan menyelenggarakan fungsi yaitu: a) penyiapan rumusan dan kebijakan penelitian dan pengembangan, b) perumusan program penelitian dan pengembangan, c) pelaksanaan kerja sama dan pendayagunaan hasil penelitian dan pengembangan, d) pelaksanaan penelitian dan pengembangan, e) evaluasi serta pelaporan pelaksanaan penelitian dan pengembangan tanaman pangan, dan f) pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga di tingkat pusat. 1.3. STRUKTUR ORGANISASI DAN JUMLAH PEGAWAI Untuk melaksanakan mandat, tugas, dan fungsinya, Puslitbang Tanaman Pangan didukung sejumlah tenaga peneliti dan tenaga administratif untuk dapat melaksanakan penelitian dan pengembangan tanaman pangan. Data per 31 Desember 2011, jumlah pegawai di lingkup Puslitbang Tanaman Pangan berjumlah 895 orang. Berdasarkan tingkat pendidikan, 54 orang berpendidikan S3 (Doktor), 96 orang S2, 187 orang S1, 53 orang setingkat Sarjana Muda, 332 orang SLTA, dan 173 orang setingkat SLTP (Tabel 1). Di samping itu, 11 tenaga peneliti telah dikukuhkan menjadi Profesor Riset dari berbagai disiplin ilmu. Adapun struktur organisasi Puslitbang Tanaman Pangan disajikan pada Gambar 1.
1
Tabel 1. Distribusi SDM di lingkup Puslitbang Tanaman Pangan berdasarkan pendidikan, 31 Desember 2011. Unit Kerja
S3
S2
S1
SM
D3
D2
SLTA
SLTP
SD
Total
Puslitbangtan
8
7
15
3
7
1
51
9
9
110
BB Padi
15
25
58
2
10
2
112
15
43
282
Balitkabi
18
32
61
3
4
1
73
22
27
241
Balitsereal
13
28
43
11
7
-
84
11
34
231
-
4
10
1
1
-
12
-
3
31
54
96
187
20
29
4
332
57
116
895
Lolit Tungro Jumlah
Kontribusi nyata Puslitbang Tanaman Pangan adalah varietas unggul baru padi dan palawija, teknologi budi daya panen dan pascapanen, benih sumber, serta kebijakan tanaman pangan, turut mewarnai keberhasilan pencapaian swasembada beras dan jagung sejak tahun 2008. Padi varietas INPARI 13 banyak diminati di beberapa propinsi karena produksi tinggi dan tahan wereng coklat. Jagung hibrida BIMA 12Q dan 13Q yang mengandung protein tinggi sesuai untuk diversifikasi pangan akan dikembangkan oleh Pemda Sulawesi Selatan. Kedelai varietas GEMA yang dilepas tahun 2011, berumur genjah 73 hari dengan potensi hasil 3,06 ton/ha diharapkan segera berkembang di masyarakat untuk menunjang pencapaian swasembada kedelai 2014.
17,93 juta ton pipilan kering, mengalami penurunan 438,96 ribu ton (2,39%) dibanding tahun 2010. Penurunan produksi jagung terjadi karena luas panen menurun 74,47 ribu hektar (1,80%). Sedangkan produksi kedelai tahun 2011 sebesar 0,93 juta ton biji kering, meningkat sebanyak 25,89 ribu ton (2,85%) dibandingkan tahun 2010. Kenaikan produksi kedelai terjadi karena luas panen meningkat 4,99 ribu hektar (0,75%) dan produktivitas sebesar 0,29 kuintal/ha (2,11%). Peningkatan produksi dan produktivitas tanaman pangan akan terus dipacu untuk mencapai swasembada padi dan jagung berkelanjutan serta pencapaian swasembada kedelai tahun 2014.
Berdasarkan ARAM I BPS tahun 2011, produksi padi sebesar 67,31 juta ton GKG meningkat sebanyak 895,86 ribu ton (1,35%) dibandingkan tahun 2010. Produksi jagung tahun 2011 sebesar Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
2
Gambar 1. Struktur organisasi Puslitbang Tanaman Pangan, 2011.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
3
II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIK 2.1.1. Visi Visi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian merupakan bagian integral dari visi pembangunan pertanian dan pedesaan Indonesia. Visi Badan Litbang Pertanian adalah:
”Pada tahun 2014 menjadi lembaga penelitian dan pengembangan pertanian berkelas dunia yang menghasilkan dan mengembangkan inovasi teknologi pertanian untuk mewujudkan pertanian industrial unggul berkelanjutan berbasis sumber daya lokal” Sejalan dengan visi Badan Litbang Pertanian, maka Puslitbang Tanaman Pangan merumuskan visi yaitu:
2. Meningkatkan kualitas sumber daya penelitian tanaman pangan serta efisiensi dan efektivitas pemanfaatannya. 3. Mengembangkan jejaring kerja sama nasional dan internasional dalam rangka penguasaan Iptek dan peningkatan peran Puslitbang Tanaman Pangan dalam pembangunan pertanian (impact recoqnition). 2.1.3. Tujuan, Sasaran, dan Target Utama Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
a. Tujuan Tujuan Puslitbang Tanaman Pangan pada tahun 2010 – 2014 ditetapkan sebagai berikut: 1.
Mengembangkan dan memanfaatkan keragaman sumber daya genetik untuk bahan perakitan varietas unggul baru guna meningkatkan produktivitas, kandungan mineral, dan vitamin sesuai preferensi konsumen, serta adaptif terhadap cekaman faktor biotik dan abiotik dampak perubahan iklim.
2.
Menghasilkan teknologi optimasi pemanfaatan sumber daya tanah (lahan dan air), tanaman, dan organisme pengganggu tanaman yang dapat merealisasikan potensi hasil dan mengurangi emisi gas rumah kaca (methan) di lahan suboptimal dan antisipasi dampak iklim ekstrim.
”Puslitbang Tanaman Pangan tahun 2014 menjadi lembaga rujukan Iptek dan sumber inovasi teknologi yang bermanfaat sesuai kebutuhan pengguna”. 2.1.2. Misi Misi yang diemban Puslitbang Tanaman Pangan adalah: 1. Menghasilkan, mengembangkan, dan mendiseminasikan inovasi teknologi dan rekomendasi kebijakan tanaman pangan yang unggul, bernilai tambah, efisien, dan kompetitif (scientific recognition).
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
4
3.
4.
5.
6.
Mempercepat alih teknologi dan distribusi benih sumber tanaman pangan kepada pengguna mendukung program strategis Kementerian Pertanian. Menghasilkan rekomendasi opsi kebijakan pembangunan pertanian yang bersifat antisipatif dan responsif dalam rangka pembangunan sistem pertanian industrial. Mengembangkan jejaring dan kerja sama kemitraan dengan dunia usaha, pemerintah daerah, lembaga penelitian di dalam dan luar negeri. Meningkatkan kualitas sumber daya penelitian.
dan
mengembangkan
b. Sasaran Strategis Untuk dapat menjadi lembaga rujukan iptek dan sumber inovasi teknologi yang bermanfaat sesuai kebutuhan pengguna, sasaran strategis tahunan Puslitbang Tanaman Pangan adalah: 1.
Tersedianya informasi tanaman pangan.
2.
Terciptanya varietas unggul baru tanaman pangan.
3.
Tersedianya benih sumber varietas unggul baru tanaman pangan untuk penyebaran varietas berdasarkan SMM ISO 9001-2008.
4.
Terciptanya teknologi budi daya, panen, dan pascapanen primer tanaman pangan.
5.
Tersedianya rumusan kebijakan pengembangan tanaman pangan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
sumber
daya
c. Target Utama Puslitbang Tanaman Pangan Dalam lima tahun ke depan (2010 – 2014), Puslitbang Tanaman Pangan mempunyai beberapa target utama yaitu : 1.
Padi, jagung hibrida, dan kedelai tropika ultra genjah, tahan hama penyakit, toleran kekeringan, dan kelebihan air untuk mendukung peningkatan indeks panen.
2.
Gandum tropika adaptif pada ketinggian tempat <400 m dpl, produksi tinggi.
3.
Padi, jagung, ubijalar untuk pangan fungsional.
4.
Sorgum dan bioenergi.
5.
Kacang tanah dan kacang pengembangan industri agro.
6.
Pengembangan sistem perbenihan tanaman pangan dengan menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001-2008 dalam produksi benih sumber.
7.
Teknologi peningkatan produktivitas dan teknologi pengelolaan hara, lahan dan air untuk mendukung peningkatan indeks panen.
genetik
ubikayu
untuk
pangan hijau
dan untuk
5
2.1.4. Kendala
Ketahanan, Mutu, dan Keamanan Pangan Revolusi hijau yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pangan berhasil meningkatkan produksi padi secara meyakinkan, dan dengan pendekatan yang sama produksi jagung juga berhasil ditingkatkan sehingga mencapai taraf swasembada. Di lain pihak, revolusi hijau memicu munculnya gejala kelelahan lahan. Ketahanan pangan secara berkelanjutan melalui revolusi hijau lestari akan mensinkronkan teknologi modern dengan kebijakan ekologi dari komunitas tradisional untuk menciptakan teknologi yang berbasiskan pengelolaan sumber daya alam terpadu dan bersifat spesifik lokasi. Semakin ketatnya persaingan memperoleh pangsa pasar, para pelaku usaha mengembangkan strategi pengelolaan rantai pasok (Supply Chain Management, SCM) yang mengintegrasikan para pelaku dari semua segmen rantai pasok secara vertikal ke dalam usaha bersama berlandaskan kesepakatan dan standardisasi proses dan produk. Kemampuan suatu rantai pasok merebut pasar, bergantung pada kinerja pelaku dalam rantai itu menyikapi permintaan konsumen menyangkut mutu, harga, dan pelayanan. Pada perkembangannya, persaingan antarnegara akan diterjemahkan menjadi persaingan antarrantai pasok plus berbagai fasilitas yang dimungkinkan melalui infrastruktur dan kebijakan. Standardisasi proses dan produk spesifik rantai pasok menimbulkan konsekuensi diterapkannya standar lingkungan yang dikaitkan dengan emisi karbon, perubahan iklim, biodiversitas, kualitas lahan, air dan hutan untuk mengembangkan pertanian. Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
Keluaran yang dihasilkan dari pembangunan pertanian harus mengandung citra ramah lingkungan sebagai branding. Branding ini menjadi permasalahan ketika standar lingkungan yang ditetapkan terlalu kaku dan tidak sesuai dengan kemampuan penerapannya atau manakala standar lingkungan yang ditetapkan berubah-ubah. Branding ramah lingkungan ini menjadi hambatan teknis untuk berproduksi dan melakukan perdagangan. Demikian pula labelling diterapkan untuk memenuhi tuntutan keamanan dan kesehatan pangan. Kandungan pangan ditetapkan dan diberi atribut dapat membahayakan kesehatan. Labelling menjadi permasalahan karena dapat menjadi hambatan teknis untuk berproduksi dan melakukan perdagangan. Peningkatan daya saing produk pangan Indonesia terhadap produk impor terkait dengan peningkatan kualitas dan keamanan pangan.
Perubahan Iklim Global Krisis pangan dunia akhir-akhir ini berkaitan erat dengan perubahan iklim akibat pemanasan global. Perubahan iklim akan berdampak terhadap berbagai aspek kehidupan dan pembangunan pertanian. Indonesia yang terletak di daerah khatulistiwa termasuk wilayah yang sangat rentan terhadap perubahan iklim. Perubahan pola curah hujan, kenaikan muka air laut, kenaikan suhu udara, dan peningkatan frekuensi kejadian iklim ekstrim adalah dampak serius perubahan iklim. Pertanian mengalami dampak paling serius dan kompleks akibat perubahan iklim biofisik dan teknis maupun sosial dan ekonomi. Oleh sebab itu, perubahan iklim dikawatirkan akan mendatangkan masalah baru bagi keberlanjutan produksi pertanian, terutama tanaman pangan.
6
Dampak lanjutan dari perubahan iklim adalah terjadinya penurunan produksi pertanian dan ancaman perubahan keanekaragaman hayati yang dapat menjadi penyebab meningkatnya eksplosi hama dan penyakit tanaman. Kondisi tersebut berdampak pula terhadap bergesernya pola dan kalender tanam sehingga diperlukan upaya khusus untuk pemetaan daerah rawan banjir dan kekeringan. Di pihak lain, kemampuan petugas lapang dan petani memahami data dan informasi prakiraan iklim masih sangat terbatas, sehingga kurang mampu menentukan awal musim tanam dan melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim. Tantangan terkait dampak perubahan iklim global adalah meningkatkan kemampuan petani dan petugas lapang memahami prakiraan iklim serta langkah antisipasi dan adaptasi yang diperlukan. Di samping itu, perlu diciptakan teknologi tepat guna dan varietas yang memiliki potensi Emisi Gas Rumah Kaca rendah, toleran kenaikan suhu, kekeringan, banjir/genangan, dan salinitas.
Status, Konversi, dan Degradasi Lahan Jumlah rumah tangga petani gurem yang kepemilikan lahannya kurang dari 0,5 hektar meningkat dari 10,9 juta rumah tangga pada tahun 2003 menjadi 13,7 juta rumah tangga saat ini. Rata-rata pemilikan lahan petani di pedesaan sebesar 0,41 ha dan 0,96 ha masing-masing di Jawa dan Luar Jawa, dan cenderung menurun. Hal ini antara lain disebabkan oleh meningkatnya konversi lahan pertanian untuk keperluan pemukiman dan fasilitas umum serta terjadinya fragmentasi lahan karena proses pewarisan. Konversi sawah menjadi lahan nonpertanian dari tahun 19992002 mencapai 563.159 ha atau 187.719,7 ha/tahun. Pada tahun Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
1998-1999, terdapat tambahan lahan sawah seluas 1,6 juta ha, namun antara tahun 1999 – 2002 terjadi penciutan luas lahan seluas 0,4 juta ha atau 141.285 ha/tahun. Data BPS tahun 2004 menunjukkan bahwa besaran laju alih fungsi lahan pertanian dari lahan sawah ke nonsawah 187.720 ha/tahun, dengan rincian alih fungsi ke nonpertanian sebesar 110.164 ha/tahun dan alih fungsi ke pertanian lainnya 77.556 ha/tahun. Adapun alih fungsi lahan kering pertanian ke nonpertanian sebesar 9.152 ha/tahun. Permasalahan degradasi lahan, yaitu terjadinya penurunan kemampuan lahan, aktual dan potensial untuk menghasilkan barang dan jasa kuantitatif dan kualitatif akibat ketidaksesuaian kemampuan lahan dengan penggunaan lahan. Degradasi lahan juga akan menyebabkan kegagalan pencapaian pembangunan pertanian berkelanjutan.
Kelangkaan Energi Fosil Kelangkaan sumber energi fosil memicu kenaikan harga BBM di pasar internasional dan menimbulkan kenaikan biaya produksi. BBM digunakan oleh industri pupuk, pestisida, transportasi, dan industri pangan. Oleh karena itu, kenaikan harga BBM akan meningkatkan kenaikan biaya sarana produksi pertanian, selain meningkatkan biaya produksi produk olahan pangan yang menggunakan BBM. Karenanya perlu dikembangkan pemanfaatan energi alternatif terbarukan berbasis nabati, biopestisida, dan pemanfaatan limbah pertanian untuk pupuk maupun energi. Penelitian dan pengembangan energi alternatif tersebut diarahkan untuk dapat menekan ongkos penggunaan energi secara signifikan.
7
Sarana dan Kelembagaan Sarana Produksi Hingga saat ini masih ada senjang (gap) produktivitas dan mutu antara hasil lembaga penelitian dengan di tingkat petani. Penyebab utamanya adalah (a) perbedaan ketersediaan sarana produksi benih/bibit unggul bermutu, pupuk, pakan, pestisida/obatobatan, alat dan mesin pertanian, dan (b) belum berkembangnya kelembagaan pelayanan penyedia sarana produksi. Keterbatasan sarana seperti jalan usahatani berpengaruh terhadap kelancaran arus input dan output produksi pertanian yang tentunya akan berpengaruh terhadap produktivitas pertanian. Keterbatasan kelembagaan tani juga berpengaruh dalam mengakses sumber pembiayaan dan pemasaran hasil pertanian.
Sumber Daya dan Pemanfaatan Hasil Penelitian Perbandingan jumlah peneliti dengan tenaga nonpeneliti dan administrasi adalah 1:3,5 kurang ideal bagi lembaga penelitian. Dalam 5 tahun ke depan jumlah tenaga yang akan memasuki usia pensiun sekitar 30-50 orang/tahun termasuk tenaga peneliti yang memiliki bidang kepakaran spesifik seperti pemulia tanaman. Hasil analisis TCM dan ECM menunjukkan bahwa untuk mencapai Critical Mass Puslitbang Tanaman Pangan 5 tahun ke depan membutuhkan 74 peneliti dengan komposisi kekurangan 12 S3, 23 S2 dan 39 S1. Sarana penelitian berupa 18 unit laboratorium di Balai Penelitian telah digunakan secara optimal dan 2 laboratorium telah terakreditasi SNI 19-17025: 2005. Tantangan ke depan adalah meningkatkan kompetensi laboratorium yang belum terakreditasi hingga diperoleh pengakuan internasional. Daya saing ilmiah dan komersial harus dijadikan sasaran pengembangan laboratorium. Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
Sarana penelitian berupa kebun percobaan seluas 704,1 ha sebagian belum dimanfaatkan secara optimal, karena ketersediaan SDM serta dana pengelolaan kebun yang kurang memadai. Hasil penelitian berupa paten, lisensi, serta penyaluran hasil penelitian masih berskala nasional dan komersialisasinya rendah, kecuali untuk benih padi. Permasalahan ini terkait dengan belum kondusifnya sistem hukum komersialisasi hasil penelitian. Potensi kerugian yang timbul sulit diprediksi secara kuantitatif mengingat berbagai faktor yang mempengaruhi perolehan royalti, antara lain: a) Kesepakatan persentase royalti antara Unit Kerja pemilik HKI dengan industri penerima lisensi; b) Nilai ekonomis teknologi hasil litbang yang dilisensikan; c) Kondisi lingkungan strategis seperti: potensi pasar, iklim, geografis, dukungan kelembagaan dan lembaga keuangan; dan d) Persaingan industri baik domestik maupun internasional. Implikasi bagi Puslitbang Tanaman Pangan
Kebijakan Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Kondisi saat ini menghendaki peran masyarakat dominan dan pemerintah hanya sebagai fasilitator. Reformasi total menuntut perlunya melaksanakan rekonstruksi kelembagaan pemerintahan publik berdasarkan prinsip good governance dengan tiga karakteristik utama yaitu kredibilitas, akuntabilitas, dan transparansi. Kebijakan pembangunan dirancang dan dilaksanakan secara transparan, serta diawasi publik, sedangkan pelaksana bertanggungjawab atas keberhasilan dari kebijakan tersebut.
8
Implikasi Puslitbang Tanaman Pangan adalah perlunya: (1) meningkatkan akuntabilitas dan kredibilitas lembaga dengan meningkatkan efektivitas dan efisiensi program, ouput serta peningkatan kualitas SDM, (2) meningkatkan penguasaan Iptek mutakhir dalam pelaksanaan litbang tanaman pangan serta kemutakhiran teknologi yang dihasilkan, (3) memperluas jaringan kerja sama penelitian antarlembaga penelitian nasional dalam rangka diseminasi hasil penelitian. Litbang tanaman pangan harus fokus pada penciptaan teknologi benih/bibit, dan teknologi budi daya dan pascapanen primer untuk meningkatkan nilai tambah yang berdaya saing dengan karakteristik yang sesuai keinginan konsumen domestik maupun internasional.
spesifik daerah yang memiliki keunggulan kompetitif yang tidak dimiliki oleh daerah lain maupun negara lain.
Penelitian kebijakan diperlukan untuk mengevaluasi kebijakan dan penyusunan usulan rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian. Rekomendsai kebijakan mencakup aspek teknologi, ekonomi, sosial (kelembagaan), dan lingkungan serta fokus pada upaya mendukung terwujudnya pertanian industrial unggul berkelanjutan yang berbasis sumber daya lokal. Selain itu, dibangun pula sistem inovasi pertanian yang utuh mulai dari hulu sampai ke hilir yang bersifat inovasi spesifik lokasi.
Penelitian Antisipasi Konversi Lahan, Perubahan Pemuliaan Molekuler (Molecular Breeding)
Penelitian Food, Feed, Bio Fuel dan Bio Fibre (4-F) Secara umum orientasi litbang tanaman pangan adalah mendukung pencapaian produktivitas dan produksi 4-F (Food, Feed, Fiber, dan Fuel). Peluang pengembangan tanaman pangan untuk food, feed dan fibre adalah padi (hibrida dan VUTB), jagung (hibrida dan komposit), dan kedelai. Untuk fuel dikembangkan ubi kayu dan sorgum. Selain itu, masih dapat diusulkan komoditas
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
Terbatasnya ketersediaan energi dari fosil perlu dicari sumber energi lain. Ubi kayu, sorgum, dan limbah pertanian seperti jerami, tongkol, hijauan lainnya, dan kotoran ternak dapat diolah menjadi sumber energi alternatif terbarukan. Apabila energi sumber nabati dan limbah ini dapat dikembangkan terutama di pedesaan, maka akan diciptakan masyarakat yang mandiri energi untuk memenuhi kebutuhan energi rumah tangganya. Karena itu, litbang tanaman pangan akan berorientasi pada pengembangan dan pemanfaatan tanaman dan limbah tersebut secara efisien dengan sasaran ongkos produksinya menjadi lebih rendah dibanding energi fosil.
Iklim
dan
Dalam lima tahun ke depan, optimalisasi pemanfaatan lahan kering yang banyak tersedia di luar Jawa menjadi sangat penting. Berkaitan dengan hal tersebut, perlu dicari inovasi teknologi antara lain: (1) varietas unggul baru umur genjah toleran cekaman biotik dan abiotik dan produktivitasnya tinggi, (2) pola manajemen air irigasi yang efisien, (3) teknologi penanggulangan kelelahan lahan (soil fatigue), (4) sistem usahatani konservasi di DAS yang berwawasan lingkungan, dan (5) pengembangan komoditas pertanian bernilai tinggi, khususnya untuk lahan sawah di Jawa. Antisipasi ditempuh melalui peningkatan indeks panen dengan memanfaatkan anomali iklim seperti saat terjadi La-Nina tidak dapat tanam palawija diganti tanam padi umur genjah. Sebagai konsekuensi dari strategi dan kebijakan penanggulangan dampak 9
perubahan iklim pada sektor pertanian seperti yang digariskan Kementerian Pertanian, maka Puslitbang Tanaman Pangan bekerjasama dengan Lembaga Riset lainnya akan melakukan 1) Perakitan varietas unggul (toleran genangan, kekeringan, salinitas, umur genjah, organisme pengganggu tanaman), teknologi pengelolaan lahan/ tanah/pemupukan dan air, dan 2) Sosialisasi dan pengembangan teknologi model untuk adaptasi perubahan iklim, seperti Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT), Sistem Integrasi Tanaman dan Ternak (SITT), Teknologi hemat air, dan Carbon Efficient Farming (CEF). Penurunan emisi gas rumah kaca, Puslitbang Tanaman Pangan bekerjasama dengan lembaga riset lainnya mendukung Program Utama Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca melalui: 1) Penelitian dan pengembangan (litbang) teknologi budi daya tanaman ramah lingkungan, 2) Litbang biopestisida, 3) Litbang pemanfaatan kotoran/urine ternak dan limbah pertanian untuk energi dan pupuk organik, dan 4) Litbang teknologi rendah emisi, metodologi MRV (measurable, reportable, verifiable) sektor pertanian. Program pemuliaan untuk mendapatkan varietas unggul dapat dipercepat melalui molecular breeding. Teknik kultur in vitro dapat dimanfaatkan untuk pembentukan populasi atau galur yang diperlukan merakit varietas baru, selain untuk menghasilkan bibit tanaman bebas penyakit dalam jumlah banyak dan seragam dengan waktu lebih cepat dibandingkan dengan cara konvensional. Pemanfaatan lain dari teknik kultur in vitro adalah perbaikan tanaman melalui seleksi in vitro dan keragaman somaklonal.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
Mikroba dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan pestisida hayati yang ramah lingkungan dan senyawa bioaktif yang potensial untuk industri, serta sumber gen penting untuk rekayasa genetika. Aspek lain penggunaan bioteknologi adalah perakitan tanaman transgenik atau dikenal dengan rekayasa genetik melalui integrasi gen tertentu langsung ke dalam genom tanaman target. Penggunaan tanaman transgenik yang secara global menunjukkan peningkatan luas areal penanaman setiap tahunnya. Permasalahan penting di Indonesia dan diharapkan dapat diatasi dengan bioteknologi antara lain pembentukan varietas tanaman pangan produktivitas tinggi, umur sangat genjah, tahan terhadap cekaman biotik dan abiotik tertentu, efisien terhadap input seperti pupuk.
Pemanfaatan Hasil Penelitian dan Jejaring Kerja Penerapan invensi hasil litbang pertanian dalam rangka percepatan diseminasi inovasi teknologi, merupakan faktor penentu upaya percepatan pelaksanaan program pembangunan pertanian. Puslitbang Tanaman Pangan sebagai sumber inovasi teknologi pertanian harus menghasilkan invensi yang terencana, terfokus dengan sasaran yang jelas dan dapat diterapkan pada skala industri untuk memecahkan masalah aktual yang dihadapi masyarakat dengan memanfaatkan iptek. Kegiatan kerja sama dan peningkatan jejaring kerja dapat dikategorikan menjadi (1) memperkuat dan memperluas jejaring kerja dengan lembaga penelitian pemerintah dan perguruan tinggi untuk mengoptimalkan penggunaan sumber daya, menghilangkan tumpang tindih penelitian, konvergensi program litbang, dan meningkatkan kualitas penelitian, (2) memperkuat keterkaitan
10
dengan swasta, lembaga penyuluhan, dan pengambil kebijakan serta melibatkannya dari tahap penyusunan program dan perancangan penelitian untuk mengefektifkan diseminasi hasil penelitian, dan (3) meningkatkan keterlibatan dalam jejaring kerja internasional baik bilateral, multilateral, maupun regional.
Peningkatan Kompetensi Sumber Daya Manusia Ke depan, peneliti Puslitbang Tanaman Pangan harus profesional (ahli dalam suatu bidang) yang mampu menghasilkan jasa sesuai dengan protokol dan peraturan dalam bidangnya. Peneliti profesional harus berkarakter, di antaranya bertanggungjawab, jujur, respek, integritas, bermartabat dan patriotik dalam arti memiliki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia. Laboratorium dan kebun percobaan sangat potensial untuk dimanfaatkan sebagai sumber penerimaan negara bukan pajak (PNBP). SDM yang lemah, dana pengelolaan kebun yang kurang memadai, dapat dilakukan dengan cara magang di laboratorium atau kebun percobaan yang telah berkembang, atau melakukan kerja sama dengan pihak ketiga. 2.1.5. Pencapaian Tujuan dan Sasaran Pencapaian tujuan dan sasaran telah ditetapkan dalam strategi operasional penelitian dan pengembangan kemudian dijabarkan menjadi kebijakan, kegiatan penelitian dan pengembangan. Kegiatan disusun atas dasar komoditas serta bidang masalah atau wilayah agro-ekosistem yang sesuai bagi pengembangan tanaman pangan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
Arah kebijakan dan strategi litbang tanaman pangan merupakan bagian dari arah kebijakan dan strategi litbang pertanian pada Renstra Badan Litbang Pertanian 2010-2014 khususnya yang terkait langsung dengan program Badan Litbang Pertanian yaitu penciptaan teknologi dan varietas unggul berdaya saing untuk bidang tanaman pangan.
Kebijakan Kebijakan Puslitbang Tanaman Pangan dalam penelitian dan pengembangan tanaman pangan merupakan bagian integral dari kebijakan Badan Litbang Pertanian. Kebijakan dibangun dengan menerapkan prosedur standar seperti analisis SWOT dan logical framework. Pola pikir kemudian dielaborasi dari lintas jalan (pathway) penelitian, adopsi, dampak litbang pertanian dan evaluasi umpan balik. 1.
Memfokuskan penciptaan inovasi teknologi benih/bibit unggul dan rumusan kebijakan guna pemantapan swasembada beras dan jagung serta pencapaian swasembada kedelai untuk peningkatan produksi produk komoditas pangan substitusi impor, diversifikasi pangan, bioenergi dan bahan baku industri.
2. Memperluas jejaring kerja sama penelitian, promosi dan diseminasi hasil penelitian kepada stakeholders nasional maupun internasional untuk mempercepat proses pencapaian sasaran pembangunan pertanian (impact recoqnition) pengakuan ilmiah internasional (scientific recognition) dan perolehan sumber-sumber pendanaan penelitian lainnya di luar APBN. 11
3. Meningkatkan kuantitas, kualitas dan kapabilitas sumber daya penelitian melalui perbaikan sistem rekruitmen dan pelatihan SDM, penambahan sarana dan prasarana, dan struktur penganggaran yang sesuai dengan kebutuhan institusi. 4. Mendorong inovasi teknologi yang mengarah pada pengakuan dan perlindungan HaKI (Hak Kekayaan Intelektual) secara nasional dan internasional.
4.
Meningkatkan intensitas komunikasi dan partisipasi pada kegiatan ilmiah nasional dan internasional.
5.
Meningkatkan intensitas pendampingan teknologi kepada calon pengguna.
6.
Meningkatkan intensitas promosi inovasi teknologi kepada pelaku usaha industri agro.
7.
Meningkatkan kerja sama penelitian dan pengembangan dengan lembaga internasional/nasional berkelas dunia dalam rangka memacu peningkatan produktivitas dan kualitas penelitian untuk memenuhi peningkatan kebutuhan pengguna dan pasar. Kerja sama penelitian dan pengembangan ini juga diarahkan untuk pencapaian pengakuan kompetensi sebagai impact recoqnition yang mengarah pada peningkatan perolehan pendanaan di luar APBN.
8.
Mengembangkan sistem alih teknologi berbasis HaKI hasil litbang ke dunia industri melalui lisensi.
9.
Menerapkan kebijakan reformasi birokrasi secara konsisten pada semua jajaran Badan Litbang Pertanian.
5. Meningkatkan penerapan manajemen penelitian dan pengembangan yang akuntabel dan good governance.
Strategi Litbang Tanaman Pangan 1.
Menyusun cetak biru kebutuhan inovasi teknologi untuk pencapaian sasaran pembangunan pertanian dan benchmark hasil penelitian.
2.
Mengoptimalkan kapasitas unit kerja untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas penelitian, memperkuat inovasi teknologi tanaman pangan yang berorientasi ke depan, memecahkan masalah, berwawasan lingkungan, aman bagi kesehatan dan menjamin keselamatan manusia serta dihasilkan dalam waktu yang relatif cepat, efisien dan berdampak luas.
3.
Menyusun dan meningkatkan pemanfaatan rekomendasi kebijakan antisipatif dan responsif dalam kerangka pembangunan pertanian untuk memecahkan berbagai masalah dan isu-isu aktual dalam pembangunan pertanian.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
penerapan
2.2. PERENCANAAN KINERJA Sesuai dengan Pokok-pokok Reformasi Perencanaan dan Penganggaran (SEB Meneg Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala BAPPENAS dan Menkeu, No.0412.M.PPN/06/ 2009 19 Juni 2009) program di Eselon I dan kegiatan di Eselon II. Program Badan Litbang Pertanian periode 20102014 adalah Penciptaan teknologi dan varietas unggul 12
berdaya saing. Sejalan dengan hal tersebut, Puslitbang Tanaman Pangan menetapkan kebijakan alokasi sumber daya litbang menurut komoditas prioritas utama yang ditetapkan oleh Kementerian Pertanian, yaitu 3 di antara 5 komoditas prioritas tanaman pangan (padi, jagung, dan kedelai) serta ubikayu dan kacang tanah yang termasuk dalam 30 fokus komoditas lainnya. Penyusunan rencana kinerja kegiatan penelitian diselaraskan dengan sasaran Renstra Puslitbangtan 2010-2014. Sejalan dengan hal tersebut Puslitbangtan telah menyusun Rencana Kinerja Tahunan (RKT) 2011 yang berisi : 1) uraian kegiatan yang akan dilaksanakan, 2) indikator kinerja input sumber daya dan pembiayaan, dan 3) indikator output berupa hasil yang akan dicapai secara terukur, efektif, efisien dan akuntabel untuk mendorong pengembangan profesionalisme institusi Puslitbangtan menuju good governance yang ditetapkan melalui Penetapan Kinerja Tahunan (PKT) 2011.
4.
Tersedianya benih sumber varietas unggul baru padi, jagung, kedelai untuk penyebaran varietas berdasarkan SMM ISO 9001-2008.
5.
Tersedianya kebijakan pengembangan tanaman pangan.
6.
Terselenggaranya diseminasi teknologi tanaman pangan.
Jumlah anggaran yang Rp.104.720.000.000,-.
diusulkan
dalam
RKT sebesar
Adapun matriks kegiatan Litbang Tanaman Pangan disajikan pada Tabel 2.
Rencana kegiatan penelitian dan pengembangan tanaman pangan telah dituangkan dalam RKT tahun 2011 yang dilakukan untuk mencapai sasaran organisasi sebagai berikut: 1.
Tersedianya informasi sumber daya genetik tanaman pangan.
2.
Terciptanya varietas unggul baru tanaman pangan.
3.
Terciptanya teknologi budi daya, panen, dan pascapanen primer tanaman pangan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
13
Tabel 2. Matriks Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan 2011. Program litbang pertanian I.
Penciptaan teknologi dan varietas unggul berdaya saing
Kegiatan litbang tanaman pangan 1. Pengkayaan, pengelolaan, pemanfaatan, dan pelestarian sumber daya genetik tanaman pangan
2. Penelitian pemuliaan dan perakitan varietas unggul baru tanaman pangan 3. Perakitan teknologi budi daya, panen, dan pascapanen primer tanaman pangan
4. Perbenihan tanaman pangan sesuai SMM ISO 9001 : 2008
Judul litbang tanaman pangan a.
Peningkatan sumber genetik koleksi plasma nutfah padi karakterisasi, verifikasi, dan rejuvinasi untuk perbaikan sifat varietas padi
b.
Pengelolaan dan pemberdayaan plasma nutfah aneka kacang dan ubi secara konvensional, serta memanfaatkan teknologi DNA
c.
Koleksi, rejuvinasi, karakterisasi, dan evaluasi sumber daya genetik jagung genjah, sorgum manis, gandum tropis, dan jawawut
a.
Perakitan varietas unggul baru padi
b.
Perakitan varietas unggul baru tanaman aneka kacang dan ubi
c. a. b. c. d.
Perakitan varietas unggul baru jagung dan serealia lainnya Teknologi budi daya tanaman padi Pengembangan teknik peringatan dini di pesemaian dan tanaman umur muda, serta pengendalian penyakit tungro untuk menekan kehilangan hasil Teknologi budi daya tanaman aneka kacang dan ubi Teknologi budi daya tanaman serealia
a.
Penyediaan benih sumber varietas unggul padi
b.
Penyediaan benih penjenis kedelai dan benih sumber aneka kacang dan ubi
c.
Produksi benih sumber jagung
5. Analisis kebijakan pengembangan tanaman pangan
a.
Analisis dan sintesis kebijakan pengembangan tanaman pangan
6. Diseminasi inovasi teknologi tanaman pangan
a.
Pengembangan sistem informasi komunikasi, diseminasi, dan umpan balik inovasi tanaman padi Pengembangan diseminasi dan penjaringan umpan balik teknologi aneka kacang dan ubi Penyebarluasan dan alih teknologi inovasi produksi serealia Pengembangan sumber daya informasi IPTEK, diseminasi dan jaringan umpan balik tanaman pangan
b. c. d.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
14
2.3. PERJANJIAN KINERJA Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintah yang efektif, transparan, akuntabel, dan berorientasi kepada hasil, Puslitbang Tanaman Pangan terus berupaya meningkatkan akuntabilitas kinerja menggunakan indikator kinerja yang meliputi efisiensi masukan (input), kualitas perencanaan dan pelaksanaan (proses), keluaran (output) baik primer (varietas, produk, komponen teknologi, prototipe, rumusan standar dan norma, alternatif kebijakan) maupun sekunder (publikasi dan fasilitas penelitian yang terakreditasi). Setelah Rencana Kinerja Tahunan (RKT) disetujui dengan terbitnya DIPA 2011, selanjutnya disusun Penetapan Kinerja Tahunan (PKT) yang merupakan ikhtisar rencana kerja tahunan yang akan dicapai tahun 2011. Penetapan kinerja ini merupakan wujud komitmen perjanjian kinerja sebagai tolok ukur keberhasilan dan dasar evaluasi akuntabilitas kinerja Puslitbang Tanaman Pangan pada akhir tahun anggaran. Kegiatan Puslitbang Tanaman Pangan tahun 2011 memperoleh anggaran yang telah direvisi sebesar Rp.139.652.958.000 dengan indikator kinerja yang ditetapkan melalui PKT 2011 yaitu: 1.
Jumlah aksesi sumber daya genetik tanaman pangan yang dapat dimanfaatkan untuk perbaikan sifat varietas: 1.255 aksesi.
2.
Jumlah varietas unggul baru tanaman pangan : 11 varietas.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
3.
Jumlah teknologi budi daya, panen, dan pascapanen primer tanman pangan: 17 teknologi.
4.
Jumlah produksi benih sumber padi, serealia, aneka kacang dan ubi : 120 ton
5.
Rumusan kebijakan tanaman pangan : 8 rekomendasi
6.
Terselenggaranya diseminasi teknologi tanaman pangan berupa jumlah publikasi ilmiah 10 judul dan jumlah pertemuan ilmiah 4 kali.
Uraian kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Puslitbang Tanaman Pangan sebagai berikut: 1. Pengkayaan, pengelolaan, pemanfaatan, dan pelestarian sumber daya genetik tanaman pangan 1.a. Peningkatan sumber genetik koleksi plasma nutfah padi karakterisasi, verifikasi, dan rejuvinasi untuk perbaikan sifat varietas padi.
Input
kegiatan ini sebesar Rp. 345.000.000,(dilaksanakan oleh BB Padi) melibatkan 10 orang peneliti. Target output kegiatan adalah : a) Tersedianya diversitas genetik koleksi plasma nutfah padi 500 aksesi untuk dimanfaatkan kegiatan pemuliaan tanaman, b) Benih koleksi plasma nutfah dalam jumlah cukup dan berdaya tumbuh baik serta terkarakterisasi, dan c) Informasi hasil verifikasi varietas yang muncul dan berkembang di lapang serta potensi pengembangannya lebih lanjut.
15
1.b. Pengelolaan dan pemberdayaan plasma nutfah tanaman aneka kacang dan ubi secara konvensional, serta memanfaatkan teknologi DNA.
Input
kegiatan ini sebesar Rp. 172.178.000,(dilaksanakan oleh Balitkabi) melibatkan 8 orang peneliti. Target output kegiatan adalah: a) Dipertahankannya identitas 300 aksesi plasma nutfah aneka kacang dan diremajakannya 250-325 aksesi plasma nutfah aneka tanaman ubi, b) Terkarakterisasinya sifat kimia dan keunggulan ubi potensial untuk pangan fungsional, c) Diperolehnya informasi toleransi aksesi aneka kacang dan ubi terhadap cekaman lingkungan biotik dan abiotik serta kontribusinya dalam program diversifikasi pangan dan perbaikan varietas, dan d) Diperbaharuinya katalog plasma nutfah aneka kacang dan ubi sebagai penunjang sistem bioinformatika. 1.c. Koleksi, rejuvinasi, karakterisasi, dan evaluasi sumber daya genetik jagung genjah, sorgum manis, gandum tropis, dan jawawut.
Input
kegiatan ini sebesar Rp. 220.252.000,(dilaksanakan oleh Balitsereal) melibatkan 8 orang peneliti. Target output kegiatan ini adalah: a) Terkoleksinya minimal 4 varietas jagung lokal, b) Diperbaharui minimal 50 aksesi jagung, sorgum, dan jawawut dengan daya tumbuh rendah hasil observasi tahun sebelumnya dan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
tersimpan di cool storage, c) Tersedianya informasi 25 aksesi jagung dan 25 aksesi jawawut sifat agronomisnya, d) Tersedianya informasi ketahanan terhadap cekaman biotik minimal 30 aksesi jagung untuk kumbang bubuk dan 40-60 aksesi jagung untuk penyakit bulai, e) Tersedianya informasi ketahanan cekaman abiotik minimal 25 aksesi jagung terhadap kekeringan, genangan, dan pemupukan N rendah, dan f) Tersedianya benih inti jagung komposit minimal 300 tongkol per varietas (Lamuru, Bisma, Lagaligo, Srikandi Kuning-1, Srikandi Putih-1, dan Sukmaraga), serta benih penjenis (BS) tetua jagung hibrida varietas Bima minimal 10 kg per tetua (MR14, MR-4, B-11209, Nei-9008, G-180, G-193, dan N-150). 2. Penelitian pemuliaan dan perakitan varietas unggul baru tanaman pangan. 2.a. Perakitan varietas unggul baru padi.
Input
untuk kegiatan penelitian ini sebesar Rp. 7.221.000.000,- (dilaksanakan oleh BB Padi) melibatkan 91 orang peneliti. Target output kegiatan ini adalah: a) Dilepasnya 4 varietas unggul baru serta diperolehnya 1 paket informasi potensi hasil, daya adaptasi galur-galur harapan padi gogo dan padi rawa di berbagai lingkungan tumbuh, 2 calon varietas unggul padi gogo, dan 2 varietas unggul padi rawa, b) Diperolehnya 10 galur harapan padi sawah ultra genjah, dan 5 galur padi ultra genjah untuk bahan evaluasi
16
lanjutan, c) Diperolehnya 2 galur calon GMJ baru, 2 galur calon galur pelestari, 10 galur calon galur pemulih kesuburan, d) Diperolehnya 6 galur harapan hasil mutasi siap UML dan 6 galur harapan hasil mutasi untuk evaluasi UDHL, e) Diperolehnya 3 CVUB padi gogo unggul, 9 galur padi gogo yang beradaptasi baik, produksi tinggi, tahan blas dan sesuai selera petani, dan 5 galur padi gogo berpenampilan baik di lahan kering dataran tinggi, f) Diperolehnya 5 galur harapan padi/beras fungsional tahan hama dan penyakit utama, g) Diperolehnya 35 galur mutan padi sawah varietas lokal dataran tinggi dan galur generasi menegah toleran suhu rendah; 5 galur harapan padi sawah dataran tinggi yang memiliki umur genjah, dan h) Diperolehnya 2 galur harapan padi toleran rendaman, 1 informasi adaptabilitas dan stabilitas hasil galur-galur yang diuji pada berbagai kondisi lingkungan pengujian. 2.b. Perakitan varietas unggul baru tanaman aneka kacang dan ubi
Input kegiatan penelitian ini sebesar Rp. 1.793.109.000,(kegiatan dilaksanakan oleh Balitkabi) melibatkan 99 orang peneliti. Target output kegiatan ini adalah: a) Diperoleh data/ informasi adaftasi galur-galur harapan kedelai toleran lahan masam, kekeringan dan naungan, serta kadar lengas rendah, b) Mendapatkan 2-3 calon VUB kacang tanah berumur genjah dan tahan hama penyakit, c) Mendapatkan sejumlah klon ubikayu berdaya hasil dan berkadar pati
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
tinggi adaptif lahan kering masam, mendapatkan 2-3 calon varietas VUB ubijalar yang memiliki potensi hasil tinggi, kadar antosianin dan beta karotin tinggi yang cocok digunakan sebagai bahan pangan fungsional dan bahan baku industri, d) mendapatkan 1-2 GH calon VUB kacang hijau toleran cekaman biotik, penyakit embun tepung dan thrips, dan e) mendapatkan galur homozigot kedelai tropis umur genjah, ukuran biji sedang dan potensi hasil tinggi. 2.c. Perakitan varietas unggul baru jagung dan serealia lainnya
Input kegiatan penelitian ini sebesar Rp. 1.490.424.000,(kegiatan dilaksanakan oleh Balisereal) melibatkan 67 orang peneliti. Target output kegiatan ini adalah: a) Dilepasnya minimal satu calon VUB jagung hibrida berumur genjah, berpotensi hasil tinggi dan toleran kekeringan, b) Tersedianya galur dan populasi dasar untuk pembentukan varietas jagung hibrida dan bersari bebas berumur super dan ultra genjah, dilepasnya satu calon VUB gandum yang toleran terhadap suhu tinggi dapat ditanam di dataran tinggi dan dataran rendah, c) Diperoleh hibrida hibrida F1 sorgum manis produksi etanol dan biomas tinggi, dan 2 calon VUB jagung hibrida QPM biji kuning dan putih dengan kandungan lisin dan triptofan tinggi.
17
3. Perakitan teknologi budi daya, panen, dan pascapanen primer tanaman pangan 3.a. Teknologi budi daya tanaman padi
Input
penelitian ini sebesar Rp.4.120.000.000,(dilaksanakan oleh BB Padi) melibatkan 83 orang peneliti. Target output kegiatan ini adalah : a) Diperolehnya 1 paket rekomendasi untuk pengendalian hama yang menyerang tanaman padi di dalam dan sekitar kebun Sukamandi, 1 informasi teknik pengendalian hama dengan rekayasa ekologi, dan 1 paket informasi dosis VCD untuk pengendalian tikus, b) Diperolehnya 1 paket informasi sifat-sifat biologi virus padi yang berhasil diidentifikasi, informasi varietas/galur padi yang tahan tungro dengan bantuan marker, c) Diperolehnya 1 paket informasi cara pengelolaan air dan populasi (sistem tanam) yang sesuai untuk menghasilkan kanopi sehat, pertumbuhan dan hasil yang tinggi untuk 3 tipe varietas padi (inbrida, hibrida, dan PTB) dan 2 paket informasi status hara tanah dan respon tanaman padi pada lahan sawah irigasi yang menerima berbagai perlakuan pemupukan; 1 paket informasi keseimbangan hara menurut waktu; dan 1 paket hubungan antara input output (efisiensi) dalam kaitannya dengan penggunaan pupuk; 1 paket saran pengelolaan hara yang lebih baik berdasar gejala penurunan produktivitas dan trend produksi dalam jangka panjang, d) Diperolehnya 1 paket informasi komponen (senyawa) penyusun flavor 20 varietas dan galur harapan padi
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
aromatik, 1 informasi sifat sensoris/organoleptik 20 varietas lokal/galur harapan serta 1 peta preferensi konsumen beras berdasarkan kepulenan dan komposisi aroma untuk menunjang perakitan varietas sesuai selera konsumen, e) 1 paket teknologi budi daya peningkatan IP Padi dalam satu tahun, serta teknologi peningkatan Indeks Pertanaman dengan target >25 ton GKP/ha/tahun; 1 paket informasi stabilitas hama dan penyakit tanaman, 1 paket teknologi optimum bagi lahan rawa pasang surut demi keberlanjutan usahatani dan peningkatan IP padi; 1 paket teknologi optimum bagi lahan terdampak salinitas, dan f) Diperolehnya 1 peta pemanfaatan VUB padi di 3 propinsi sentra produksi padi, alasa petani menanam atau tidak menanam UB padi, adopsi teknologi PTT, dan deskripsi faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi PTT. 3.b. Pengembangan teknik peringatan dini di pesemaian dan tanaman umur muda, serta pengendalian penyakit tungro untuk menekan kehilangan hasil
Input penelitian ini Rp. 874.878.000,- (dilaksanakan oleh Lolit Tungro) dan melibatkan 5 orang peneliti. Target output penelitian ini yaitu: a) Diperoleh 100-200 galur generasi awal yang mempunyai gen ketahanan terhadap virus tungro, b) Diperoleh 10-15 galur yang mempunyai ketahanan terhadap berbagai sumber inokulum di daerah spesifik endemik dan memperlihatkan karakter fisiologi yang lebih baik, dan c) Diperoleh 5 – 10
18
Target output penelitian ini, yaitu: a) Terkarakterisasi secara genetik koleksi plasma nutfah jagung, gandum dan sorgum berbasis marka SSR dan SNP, b) Diketahui ketahanan varietas/galur jagung terhadap Aspergillus flavus, penyakit bulai dan resistensinya terhadap metalaksil, dan pembiakan masal MO patogen terhadap hama penggerek tongkol dan ulat grayak, c) Dihasikannya komponen teknologi dasar dengan pendekatan PTT jagung yang sinergis yang dapat mendukung penerapan IP400, dan d) Dihasilkannya prototipe mesin perontok benih gandum dan mesin sosoh gandum termodifikasi.
galur harapan tahan tungro yang memiliki produktivitas lebih baik dari sejumlah varietas unggul yang saat ini umum ditanam petani, informasi teknik konservasi yang tepat untuk meningkatkan populasi musuh alami pada awal pertumbuhan vegetatif tanaman, dan informasi keragaman ketahanan lebih dini galur padi terhadap penyakit tungro berdasarkan marka molekuler. 3.c. Teknologi budi daya tanaman aneka kacang dan ubi
Input penelitian ini Rp. 488.590.000,- (dilaksanakan oleh Balitkabi) dan melibatkan 16 orang peneliti. Target output kegiatan ini yaitu: a) Mendapatkan satu formula pupuk hayati bakteri pelarut P yang mampu meningkatkan produktivitas tanaman, menghemat pupuk kimia, menentukan produktivitas dan efisiensi penggunaan inokulum rhizobium asal tanah masam dan pupuk organik kaya hara pada pola tanam berbasis ubikayu di lahan masam, b) Mendapatkan formulasi pestisida nabati dan agens hayati sederhana yang efektif untuk pengendalian hama dan penyakit aneka kacang, dan c) Diperolehnya satu unit prototipe alat pengering kedelai biji/benih dan satu unit alat tanam kedelai.
4.
Perbenihan tanaman pangan sesuai SMM ISO 90012008 4.a. Penyediaan benih sumber varietas unggul padi
Input kegiatan ini Rp. 1.191.000.000,- (dilaksanakan oleh BB Padi dan Lolit Tungro) dan sumber daya yang terlibat 20 orang peneliti. Target output kegiatan ini, yaitu: a) Benih inti sekitar 1520 varietas inbrida b) Benih sumber padi inbrida sebanyak 20 ton benih BS, 60 ton benih FS dan 17 ton benih SS.
3.d. Teknologi budi daya tanaman serealia
Input
penelitian ini sebesar Rp. 225.342.000,(dilaksanakan oleh BB Balitsereal) dan sumber daya yang terlibat 36 orang peneliti.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
19
4.b. Penyediaan benih penjenis kedelai dan benih sumber aneka kacang dan ubi
Input penelitian ini Rp. 1.277.730.000,- (dilaksanakan oleh Balitkabi) dan melibatkan 28 orang peneliti. Target output kegiatan ini, yaitu: a) benih inti kedelai 700 kg untuk 10 varietas (Grobogan, Burangrang, Detam-1, Detam-2, Kaba, Tanggamus, Anjasmoro, Argomulyo, Ijen, dan Wilis) kacang tanah; 700 kg untuk 8 varietas (Tuban, Bima, Domba, Jerapah, Gajah, Kelinci, dan Bison) dan kacang hijau; 350 kg untuk 8 varietas (Kutilang, Murai, Betet, Perkutut, Sriti, Kenari, Vima-1, dan Walet), b) benih penjenis 15.000 kg untuk 10 varietas (Grobogan, Burangrang, Detam-1, Detam-2, Kaba, Tanggamus, Anjasmoro, Argomulyo, Ijen, dan Wilis) kacang tanah; 9.000 kg untuk 8 varietas (Tuban, Bima, Domba, Jerapah, Gajah, Kelinci, dan Bison) dan kacang hijau; 4.500 kg untuk 8 varietas (Kutilang, Murai, Betet, Perkutut, Sriti, Kenari, Vima-1, dan Walet). 4.c. Produksi benih sumber jagung
Input penelitian ini Rp. 1.093.622.000,- (dilaksanakan oleh Balitsereal) dan melibatkan 26 orang peneliti. Target output kegiatan ini, yaitu: a) Dihasilkan 3000 kg benih BS jagung bersari bebas yang berkualitas varietas Lamuru, Sukmaraga, Srikandi Kuning-1, Bisma, dan Anoman-1 dengan penerapan sistem manajemen mutu, b) Dihasilkan 10.000 kg benih BD jagung bersari bebas yang
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
berkualitas varietas Lamuru, Sukmaraga, Srikandi Kuning1, Bisma, dan Anoman-1 dengan penerapan sistem manajemen mutu, c) Dihasilkan 25.000 kg benih F1 hibrida jagung varietas Bima-1 s/d Bima-11, dan d) tersurvelensinya UPBS Balitsereal berbasis SMM ISO 90012001 dalam produksi benih sumber jagung. 5. Analisis kebijakan pengembangan tanaman pangan
Input penelitian ini Rp. 791.000.000,- (dilaksanakan oleh Puslitbangtan) dan melibatkan 15 orang peneliti. Target output penelitian ini, yaitu: a) Analisis kebijakan peningkatan daya saing dan nilai tambah tanaman pangan menghadapi persaingan global, b) Analisis kebijakan tingkat adopsi teknologi produksi padi sawah mengacu produktivitas optimal dan keberlanjutan, c) Analisis kebijakan kesiapan sistem perbenihan kedelai dalam mendukung swasembada, d) Analisis kebijakan kesiapan tindakan adaptasi usahatani tanaman pangan menghadapi banjir dan kekeringan akibat perubahan iklim global, e) Analisis kebijakan efektivitas bantuan benih dan bantuan pupuk pada program SL-PTT, f) Analisis kebijakan permasalahan implementasi PHT di lapangan, g) Analisis kebijakan permasalahan sistem produksi benih jagung komposit, dan h) Analisis pupuk dan pemupukan padi sawah spesifik lokasi.
20
6. Diseminasi teknologi tanaman pangan 6.a. Pengembangan sistem informasi komunikasi, diseminasi dan umpan balik inovasi tanaman padi
6.c. Penyebarluasan dan alih teknologi inovasi produksi serealia
Input penelitian ini Rp. 1.272.643.000,- (dilaksanakan oleh
Input penelitian ini Rp. 11.222.747.000,- (dilaksanakan
Balitsereal) dan melibatkan 45 orang peneliti.
oleh BB Padi) dan melibatkan 56 orang peneliti.
Target output kegiatan ini, yaitu: a) Menyeberluaskan informasi dan difahaminya teknologi inovatif produksi serealia oleh pengguna, serta terjadi proses yang cepat dalam penerapan teknologi inovatif tersebut, b) Menyelenggarakan peragaan teknologi jagung komposit dan hibrida produk litbang, pameran dan komunikasi tatap muka, c) Menginformasikan hasil penelitian terbaru dalam bentuk cetakan, dan d) Dilaksanakannya open house di Balitsereal dengan berbagai kegiatan dalam rangka penyebarluasan hasil teknologi penelitian.
Target output kegiatan ini, yaitu: a) Dilaksanakannya 1 kali kegiatan Temu Teknis dan Temu Bisnis, 1 kali kegiatan Seminar Ilmiah Padi Nasional, 14 kali kegiatan diseminasi dalam bentuk Ekpose, Gelar Teknologi, dan Open House, b) Dilaksanakannya 18 kegiatan pendampingan SL-PTT, penyediaan 415 ton benih VUB padi untuk seluruh lokasi LL-PTT di Indonesia, 3 kali sertifikasi dan akreditasi, 3 paper kebijakan perpadian, dan 2 laporan workshop konsorsium padi nasional. 6.b. Pengembangan diseminasi dan penjaringan umpan balik teknologi aneka kacang dan ubi
Input penelitian ini Rp. 1.512.384.000,- (dilaksanakan oleh Balitkabi) dan sumber daya yang terlibat 7 orang peneliti. Target output kegiatan ini, yaitu: a) Pencetakan prosiding, research highlight, buku pedoman PTT, teknik budi daya leaflet, buletin, buku resep kabi, dan cetakan lainnya, b) Menyelenggarakan visitor plot, sosialisasi, temu lapang, open house, seminar, dan bentuk pertemuan lainnya, c) Mengidentifikasi varietas yang sesuai keinginan petani dan industri, dan d) Pendampingan SL-PTT dan atau kacang tanah.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
6.d. Pengembangan sumber daya informasi IPTEK, diseminasi dan jaringan umpan balik tanaman pangan
Input penelitian ini Rp. 1.080.865.000,- (dilaksanakan oleh Puslitbangtan) dan melibatkan 21 orang SDM. Target output dari kegiatan ini adalah: a) Diterbitkannya publikasi hasil penelitian tanaman pangan yang diperlukan oleh pengguna, b) Tersedianya berbagai publikasi ilmiah, populer dan semi populer hasil penelitian tanaman pangan, dan c) Mengembangkan iptek hasil penelitian tanaman pangan.
21
III. AKUNTABILITAS KINERJA Penelitian tanaman pangan telah memberikan sumbangan nyata bagi keberhasilan program peningkatan produksi pangan melalui penyediaan teknologi optimasi produktivitas dan stabilitas hasil. Teknologi yang telah dihasilkan melalui penelitian meliputi varietas unggul, efisiensi pemupukan, pengendalian OPT, efisiensi pengairan, perbaikan teknologi pascapanen dan budi daya. Hasilhasil penelitian dituangkan dan disebarluaskan antara lain melalui berbagai seminar, simposium, pertemuan ilmiah lain, dan melalui ekspose indoor dan outdoor di berbagai even seperti Penas XIII, serta menerbitkan sejumlah publikasi tercetak dalam bentuk jurnal, prosiding, buletin, berita penelitian, laporan tahunan, brosur, dan booklet. Tahun anggaran 2011 Puslitbang Tanaman Pangan telah menetapkan 30 (tiga puluh) sasaran yang akan dicapai. Ke 30 sasaran tersebut selanjutnya diukur dengan 83 (delapan puluh tiga) indikator kinerja. Realisasi sampai akhir tahun 2011 menunjukkan bahwa indikator sasaran seluruhnya telah dapat dicapai dengan hasil baik.
indikator kinerja yang meliputi efisiensi masukan (input), kualitas perencanaan dan pelaksanaan (proses), keluaran (output) baik primer (varietas, produk, komponen teknologi, prototipe, rumusan standar dan norma, alternatif kebijakan) maupun sekunder (publikasi dan fasilitas penelitian terakreditasi), manfaat yang diperoleh sebagai rujukan standar nasional, swasta agribisnis agroindustri, kerja sama kemitraan, rujukan kebijakan, serta penyebaran teknologi dan pemanfaatan konsep kebijakan. Pengukuran tingkat capaian kinerja Puslitbang Tanaman Pangan tahun 2011 dilakukan dengan cara membandingkan antara target indikator kinerja sasaran dengan realisasinya. Rincian tingkat capaian kinerja masing-masing indikator sasaran tersebut dapat diilustrasikan dalam Tabel 3 berikut :
A. PENGUKURAN KINERJA Dalam rangka mengukur kinerja dan keberhasilan penelitian dan pengembangan tanaman pangan secara umum dapat dilihat pada tujuan, manfaat dan keluaran pogram penelitian dengan menggunakan indikator tolok ukur kinerja, alat verifikasi, dan asumsi/risiko yang tertuang dalam matriks kerangka logis. Puslitbang Tanaman Pangan terus berupaya meningkatkan akuntabilitas kinerja yang dilaksanakan dengan menggunakan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
22
Tabel 3. Matriks tingkat capaian kinerja tahun 2011. No
1.
2.
Sasaran
Tersedianya informasi sumber daya genetik tanaman pangan.
Terciptanya varietas unggul baru tanaman pangan.
3.
Terciptanya teknologi budi daya, panen, dan pascapanen primer tanaman pangan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
Indikator Kinerja Uraian
Target
Capaian
%
Peningkatan sumber genetik koleksi plasma nutfah padi karakterisasi, verifikasi, dan rejuvinasi untuk perbaikan sifat varietas padi.
500 aksesi
1.363 aksesi
272,6
Pengelolaan dan pemberdayaan plasma nutfah tanaman aneka kacang dan ubi secara konvensional, serta memanfaatkan teknologi DNA.
200 aksesi
1.154 aksesi
577,0
Koleksi, rejuvinasi, karakterisasi, dan evaluasi sumber daya genetik jagung genjah, sorgum manis, gandum tropis, dan jawawut
555 aksesi
1.030 aksesi
185,6
Perakitan varietas unggul baru padi
4 VUB
17 VUB
425,0
Perakitan varietas unggul tanaman aneka kacang dan ubi
baru
4 VUB
5 VUB
125,0
Perakitan varietas unggul baru jagung dan serealia lainnya
3 VUB
7 VUB
233,3
Teknologi budi daya tanaman padi dan
5 paket
5 paket
100,0
Teknologi budi daya tanaman aneka kacang dan ubi
7 paket
8 paket
114,3
Teknologi budi daya tanaman serealia
5 paket
6 paket
120,0
Pengembangan teknik peringatan dini di pesemaian dan tanaman umur muda, serta pengendalian penyakit tungro untuk menekan kehilangan hasil
23
Tabel 3. (lanjutan).............. No
Sasaran
Indikator Kinerja Uraian
4
Tersedianya benih sumber varietas unggul baru padi, jagung, kedelai untuk penyebaran varietas berdasarkan SMM ISO 9001-2008.
Target
Capaian
20.000 kg (BS)
20.000 kg (BS)
100,0
60.000 kg (FS)
60.000 kg (FS)
100,0
17.000 kg (SS)
17.000 kg (SS)
100,0
1.050 kg (NS)
2.182 kg (NS)
207,8
10.000 kg (BS)
13.000 kg (BS)
130,0
18.000 kg (FS)
21.500 kg (FS)
119,4
3.000 kg (BS)
5.340 kg (BS)
178,0
5.000 kg (FS)
12.700 kg (FS)
254,0
Analisis kebijakan tanaman pangan
8 Rekomendasi
8 Rekomendasi
100,0
Pengembangan sistem informasi komunikasi, diseminasi dan umpan balik inovasi tanaman padi
1 paket
1 paket
100,0
420 ton
420 ton
100,0
Pengembangan diseminasi dan penjaringan umpan balik teknologi aneka kacang dan ubi
1 paket
1 paket
100,0
Penyebarluasan dan alih teknologi inovasi produksi serealia
1 paket
1 paket
100,0
Pengembangan sumber daya informasi IPTEK, diseminasi, dan jaringan umpan balik tanaman pangan
1 paket
1 paket
100,0
Penyediaan benih sumber varietas unggul padi
Penyediaan benih penjenis kedelai dan benih sumber aneka kacang dan ubi
Produksi benih sumber jagung 5.
Tersedianya kebijakan tanaman pangan
6.
Terselenggaranya tanaman pangan
pengembangan
diseminasi
teknologi
Penyediaan benih SS
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
%
24
B. ANALISIS CAPAIAN KINERJA Analisis dan evaluasi capaian kinerja tahun 2011 Pulitbang Tanaman Pangan dapat dijelaskan sebagai berikut:
Sasaran 1 : Tersedianya informasi sumber daya genetik tanaman pangan Untuk mencapai sasaran tersebut diukur melalui pencapaian indikator kinerja utama dengan target yang ditetapkan dalam PKT yaitu tersedianya 1.255 aksesi sumber daya genetik tanaman pangan untuk materi kegiatan perakitan calon varietas unggul baru. Sasaran 1 tersebut telah dicapai melalui kegiatan “Pengkayaan, pengelolaan, pemanfaatan, dan pelestarian sumber daya genetik tanaman pangan”. Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan dalam tahun 2011 telah tercapai dengan persentase rata-rata 345,1%. Target yang disusun dalam PKT sebesar 1.255 aksesi sumber daya genetik tanaman padi, aneka kacang dan ubi (kabi), serta serealia. Adapun realisasi tingkat capaian telah diperoleh 3.547 aksesi (282,63%), antara lain sumber daya genetik tanaman padi 1.363 aksesi, aneka kacang dan ubi (kabi) 1.154 aksesi, dan serealia 1.030 aksesi. Realisasi keuangan pada kegiatan ini sebesar Rp. 736.338.400,(99,85%). Pencapaian indikator kinerja kegiatan untuk sasaran dapat dilihat secara rinci pada formulir PKK.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
mencapai
Adapun pencapaian target dari masing-masing indikator kinerja disajikan sebagai berikut : Indikator tingkat capaian kinerja kegiatan tahun 2011. Indikator Kinerja Sumber daya genetik padi: Terkarakterisasi sifat kegenjahan, toleran kekeringan, salinitas, dan rendaman Sumber daya genetik kabi: Terbarukan benih aneka kacang dan ubi melalui konservasi/ rejuvenasi Sumber daya genetik serealia: Tersedia materi genetik plasma nutfah tanaman jagung dan serealia lainnya
Target
Realisasi
%
500
1.363
272,6
200
1.154
577,0
555
1.030
185,6
Sebagai perbandingan jumlah koleksi sumber daya genetik tanaman pangan tahun 2011 lebih sedikit daripada 2010 (lihat Tabel), karena sebagian benih yang ditanam tidak tumbuh. Namun, realisasinya tetap melebihi dari target IKU tahun 2010 dan 2011 masing-masing 800 aksesi. Perbandingan capaian kinerja tahun 2010 dan 2011. Indikator Kinerja Sumber daya genetik padi: Terkarakterisasi sifat kegenjahan, toleran kekeringan, salinitas, dan rendaman Terbarukan benih aneka kacang dan ubi melalui konservasi/rejuvenasi Tersedia materi sumber daya genetik tanaman jagung dan serealia lainnya
2010
2011
1.910
1.363
2.308
1.154
475
1.052
25
Keluaran (output) dan outcome yang telah dicapai dari masing-masing subkegiatan diuraikan sebagai berikut: Padi Kegiatan pengelolaan sumber daya genetik padi dilakukan melalui korespondensi dengan instansi pemerintah dan nonpemerintah lingkup dalam negeri, INGER, dan karakterisasi koleksi sumber daya genetik BB Padi. Dari kegiatan tersebut, diperoleh 1.363 aksesi baru dari lingkup dalam negeri, 8 kali importasi, dan 3 kali eksportasi materi genetik. Hasil karakterisasi sumber daya genetik diperoleh hasil bahwa terdapat variasi pada karakterkarakter yang diamati. Namun sebagian besar menunjukkan karakter warna kaki hijau, warna leher daun hijau muda, permukaan daun sedang, warna lidah daun putih, bentuk lidah daun cleft, dan warna telinga daun putih. Aneka Kacang dan Ubi Jumlah aksesi yang dicapai merupakan hasil dari konservasi sumber daya genetik tanaman kacang dan ubi yang meliputi 150 aksesi kedelai, 150 aksesi kacang tanah, 150 aksesi kacang hijau, 162 ubijalar, 250 ubi kayu dan kacang potensial (75 asesi kacang tunggak, 4 aksesi kacang koro, 4 aksesi kecipir dan 4 aksesi kacang beras), dan 201 aksesi ubi potensial (50 aksesi kimpul, 50 aksesi tales, 21 aksesi suweg, 64 aksesi Dioscorea, 8 aksesi ganyong, dan 8 aksesi garut). Serealia Telah terkoleksi dan teridentifikasi sekitar 1.030 aksesi sumber daya genetik tanaman serealia yaitu: 4 aksesi jagung lokal, 612 aksesi jagung, 114 aksesi sorgum, 90 aksesi jawawut, 51 Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
aksesi tambahan informasi jagung, 13 aksesi jawawut, yang terdiri atas 644 aksesi jagung, 191 aksesi sorgum, 2 aksesi hermada, 101 varietas gandum, 106 aksesi jawawut, dan 5 aksesi jali.
Outcome dari kegiatan ini adalah tersedianya dan telah dimanfaatkannya informasi karakteristik sumber daya genetik untuk bahan tetua perakitan calon varietas unggul baru padi, kabi, serealia yang memiliki sifat keunggulan sesuai dengan keinginan konsumen dan keunggulan lainnya. Di antaranya, telah dilepasnya 29 varietas unggul baru tanaman pangan tahun 2011 yang telah memanfaatkan koleksi sumber daya genetik dan sifat-sifat yang dimilikinya. Pengelolaan sumber daya genetik tanaman pangan melibatkan pula lembaga riset internasional seperti IRRI Filipina maupun CIMMYT di Mexico, serta beberapa lembaga riset lainnya.
Sasaran 2 : Terciptanya varietas unggul baru tanaman pangan
Untuk mencapai sasaran tersebut diukur melalui pencapaian indikator kinerja utama dengan target yang ditetapkan dalam PKT yaitu 11 varietas unggul baru yang dilepas tahun 2011. Sasaran 2 tersebut telah dicapai melalui kegiatan “Penelitian pemuliaan dan perakitan varietas unggul baru tanaman pangan”. Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan dalam tahun 2011 telah tercapai dengan persentase rata-rata 261%. Target yang disusun dalam PKT yaitu 11 varietas unggul baru (VUB) yang dilepas. Adapun realisasi tingkat capaian telah dilepas 29 varietas unggul baru padi dan palawija antara lain 17 VUB padi, 7 VUB 26
jagung, dan 5 VUB aneka kabi. Realisasi keuangan pada kegiatan ini sebesar Rp. 10.463.238.350 (99,61%).
Keluaran (output) dan outcome yang telah dicapai dari masing-masing subkegiatan diuraikan sebagai berikut:
Pencapaian indikator kinerja kegiatan untuk sasaran dapat dilihat secara detail pada formulir PKK.
Padi.
mencapai
Adapun pencapaian target dari masing-masing indikator kinerja disajikan sebagai berikut : Indikator tingkat capaian kinerja kegiatan tahun 2011 Indikator Kinerja
Target
Realisasi
Varietas unggul baru padi
4 VUB
17
425,0
%
Varietas unggul baru aneka kacang dan ubi
4 VUB
5
125,0
Varietas unggul baru serealia
3 VUB
7
233,3
Sebagai perbandingan varietas yang dilepas tahun 2011 lebih banyak daripada tahun 2010 seperti disajikan pada tabel di bawah ini. Hal ini karena adanya kegiatan konsorsium yang telah dilaksanakan dengan mengoptimalkan sumber daya penelitian baik yang ada di lingkup Puslitbang Tanaman Pangan, perguruan tinggi, maupun lembaga riset lainnya di Indonesia. Perbandingan capaian kinerja tahun 2010 dan 2011. Indikator Kinerja Varietas unggul baru padi Varietas unggul baru aneka kacang dan ubi Varietas unggul baru serealia
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
2010
2011
10 VUB
17 VUB
-
5 VUB
5 VUB
7 VUB
Selama tahun 2011 telah dilepas sebanyak 17 VUB padi hibrida, inbrida, dan padi gogo, antara lain: Varietas unggul baru padi sawah inbrida sebanyak 8 VUB yang dilepas dengan nama varietas INPARI 14 Pakuan, INPARI 15 Parahyangan, INPARI 16 Pasundan, INPARI 17, INPARI 18, INPARI 19, INPARI 20, dan INPARI Sidenuk. Varietas unggul baru padi sawah hibrida sebanyak 6 VUB yang dilepas dengan nama varietas HIPA Jatim 1, HIPA Jatim 2, HIPA Jatim 3, HIPA 12 SBU, HIPA 13, dan HIPA 14 SBU. Varietas unggul baru padi gogo sebanyak 3 VUB yang dilepas dengan nama INPAGO 8, INPAGO Unsoed 1, INPAGO Unram 1. Varietas yang telah dilepas telah disebarluaskan kepada pengguna melalui Balai Pengkajian Teknologi Pertanian yang tersebar di 33 propinsi di Indonesia. Keunggulan masing-masing varietas unggul baru padi yang dilepas tahun 2011 disajikan secara rinci pada Tabel 4.
27
Tabel 4. Varietas unggul baru padi yang dilepas tahun 2011. Umur (hari)
Potensi hasil (t/ha)
Inpari 14 Pakuan
113
8,2
Agak tahan HDB III,IV, Blas, mutu lebih baik dari Ciherang, Pulen
Inpari 15 Parahyangan
117
7,5
Agak tahan HDB III,IV, Blas, mutu lebih baik dari Ciherang, Pulen
Inpari 16 Pasundan
118
7,6
Tahan HDB,agak tahan blas, mutu lebih baik dari Ciherang, Pulen
Inpari 17
111
7,9
Agak tahan WBC 1,2, tahan HDB III,IV,VIII, dan agak tahan blas, Pulen
Inpari 18
102
9,5
Tahan WBC 1,2 agak tahan HDB
Inpari 19
104
9,5
Tahan WBC 1,2 agak tahan WBC 3, tahan HDB III, Pulen
Inpari 20
102
8,8
Agak Tahan WBC 2,Tahan HDB III, agak than blas
Inpari Sidenuk
114
7,58
Agak tahan HDB III, Agak than blas,Pulen
Inpago 8
119
8,1
Tahan blas, toleran kekeringan, agak toleran Al,Pulen
Inpago Unsoed 1
110
7,2
Agak tahan WBC1, toleran Fe, Agak toleran kekeringan, Pulen, Aromatik
Inpago Unram 1
108
7,6
Tahan Blas, agak toleran Al dan Fe,Pulen, merah
Hipa Jatim 1
119
10,0
Agak rentan WBC 1,2, Pulen
Hipa Jatim 2
116
10,9
Agak rentan WBC 3, Agak tahan HDBIII, Pulen
Hipa Jatim 3
117
10,7
Agak tahan HDBIII, Pulen
Hipa 12 SBU
105
10,5
Agak tahan WBC 3, agak tahan HDB III, Pulen
Hipa 13
105
10,5
Agak tahan WBC2,agak tahan HDBIII, Pulen.
Hipa 14 SBU
112
12,1
Agak tahan WBC2,agak tahan HDBIII, Pulen.
Nama
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
Keterangan
28
Gambar 2. Keragaan di lapang VUB padi Inpari 14
Gambar 3. Keragaan di lapang VUB padi Inpago 8
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
Gambar 4. Keragaan di lapang VUB padi Inpari 17
Gambar 5. Keragaan di lapang VUB padi Inpari 19
29
Kedelai
Ubijalar
Kedelai unggul baru varietas GEMA. Hasil uji adaptasi sejumlah galur harapan di 16 sentra produksi kedelai di Indonesia, varietas GEMA memiliki potensi hasil 3,06 t/ha. Di samping itu, varietas ini berumur genjah (73 hari), ukuran bijinya 11,90 g/100 biji, kandungan protein 39% lebih tinggi daripada kedelai impor hanya 37%. Varietas GEMA prospektif dikembangkan pada daerah bercurah hujan terbatas atau dibudidayakan pada MK2.
Dua klon harapan dengan kandungan antosianin tinggi yaitu MSU 01022-12 dan MSU 01016-19 telah disetujui untuk dilepas oleh TP2V Tanaman Pangan dengan nama varietas Antin 1 dan Antin 2. Varietas Antin 1 memiliki potensi hasil 33,2 t/ha, toleran kekeringan, mengandung zat antosianin 33,89 mg/100 g dan distribusi warna ungunya sangat menarik, cocok untuk dibuat keripik. Sedangkan varietas Antin 2 memiliki potensi hasil 27,3 t/ha dan kandungan antosianin tinggi (156 mg/100g umbi).
Gambar 6. Keragaan di lapang kedelai varietas GEMA berumur genjah dan produksi tinggi 3,06 t/ha.
Gambar 7. Antin2 ubijalar kaya anthosianin
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
30
Kacang tanah Varietas unggul baru kacang tanah yang diusulkan untuk dilepas dengan nama Hypoma 1 dan Hypoma 2, saat ini sedang menunggu terbitnya SK Menteri Pertanian. Hypoma 1 adaptif di lingkungan optimal, dengan potensi hasil 3,70 t/ha polong kering. Varietas tersebut cukup tahan terhadap penyakit bercak dan karat daun sekaligus agak tahan terhadap penyakit layu bakteri. Varietas Hypoma 2 mempunyai daya adaptasi umum yang baik terutama di lingkungan dengan musim hujan yang terbatas yang sering menyebabkan tanaman mengalami cekaman kekeringan pada fase generatif. Potensi hasil varietas Hypoma 2 mencapai 3,50 t/ha polong kering, toleran kekeringan, serta agak tahan terhadap penyakit bercak dan karat daun.
Gambar 9. Polong dan biji kacang tanah varietas Hypoma 2
Jagung Selama tahun 2011 telah dilepas sebanyak 7 VUB jagung hibrida dan komposit, antara lain: a) Varietas unggul jagung hibrida yang dilepas dengan nama varietas BIMA 12 Q, BIMA 13Q, BIMA 14 Batara, BIMA 15 Sayang, dan BIMA 16, dan b) Varietas unggul baru jagung komposit (bersari bebas) yang dilepas dengan nama varietas PROVIT A1 dan PROVIT A2. Deskripsi varietas unggul baru jagung yang telah dilepas diuraikan pada halaman berikutnya.
Gambar 8. Polong dan biji kacang tanah varietas Hypoma 1
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
31
Gambar 10. Keragaan di lapang jagung Bima 15 Sayang
Gambar 12. Keragaan jagung Bima 13Q potensi hasil 9,8 t/ha
Gambar 11. Keragaan di lapang jagung Bima 14 Batara
Gambar 13. Keragaan jagung Bima 16
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
32
Jagung hibrida varietas Bima 12Q memiliki potensi hasilnya 9,3 t/ha, berumur 98 hst, memiliki kandungan asam amino lisin dan triptofan tinggi, stay green yaitu warna batang dan daun di atas tongkol masih hijau, saat biji sudah masak/ waktu untuk panen. Sedangkan jagung hibrida varietas Bima 13Q toleran bercak daun, agak toleran busuk pelepah dan rentan hama gudang, potensi hasilnya 9,3 t/ha, berumur ± 103 hst, memiliki kandungan asam amino lisin dan triptofan tinggi. Jagung hibrida varietas Bima 14 BATARA potensi hasilnya 12,9 t/ha, berumur ± 95 hst, juga stay green sehingga sangat baik diintegrasikan dengan usaha ternak. Jagung hibrida varietas Bima 15 SAYANG potensi hasilnya 13,2 t/ha, berumur ± 100 hst, juga stay green. Varietas jagung hibrida Bima 16 potensi hasil 12,4 t/ha, beradaptasi spesifik pada lingkungan yang suboptimal. Varietas jagung hibrida Bima 16 ini tergolong tahan terhadap penyakit bulai dan hawar daun.
Sasaran 3 : Terciptanya teknologi budi daya, panen, dan
Program fortifikasi jagung kerja sama Badan Litbang Pertanian dengan CIMMYT menghasilkan 2 varietas jagung komposit yang diperkaya vitamin A. Jagung varietas Provit A-1 kandungan vitamin A (beta karotin tinggi 0,081 ppm), kandungan protein lebih tinggi dibanding jagung biasa, potensi hasil 7,4 t/ha, umur 96 hst. Sedangkan varietas Provit A-2 mempunyai kandungan vitamin A (beta karotin 0,144 ppm), kandungan protein 8,64%, potensi hasil 8,8 t/ha, dan umur 98 hst. Jagung ini sangat sesuai untuk mengatasi permasalahan gizi buruk di masyarakat.
Sedangkan realisasi keuangan sebesar Rp. 5.609.650.938,(98,26%). Pencapaian indikator kinerja kegiatan untuk mencapai sasaran dapat dilihat secara rinci pada formulir PKK. Sedangkan uraian tingkat capaian kinerja disajikan pada tabel berikut ini.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
pascapanen primer tanaman pangan Untuk mencapai sasaran tersebut diukur melalui pencapaian indikator kinerja utama dengan target yang telah ditetapkan dalam PKT 2011, yaitu dihasilkannya 17 teknologi budi daya, panen, dan pascapanen primer tanaman pangan dalam rangka mendukung upaya peningkatan produksi dan produktivitas tanaman pangan. Sasaran 3 tersebut telah dicapai melalui kegiatan “Perakitan teknologi budi daya, panen, dan pascapanen primer tanaman pangan.” Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan dalam tahun 2011 telah tercapai seluruhnya dengan rata-rata 111,4%. Target yang disusun dalam PKT yaitu dihasilkannya 17 teknologi budi daya tanaman pangan. Adapun realisasi tingkat capaian yaitu telah dihasilkannya 19 teknologi tanaman pangan seperti cara budi daya, pemupukan, pestisida hayati, dan penggunaan biologi molekuler.
Indikator tingkat capaian kinerja kegiatan tahun 2011. Indikator Kinerja
Target
Realisasi
%
Teknologi budi daya padi
5
5
100,0
Teknologi budi daya aneka kacang dan ubi
7
8
114,3
Teknologi budi daya tanaman serealia
5
6
120,0
33
Sebagai perbandingan teknologi yang dihasilkan tahun 2011 sebanyak 19 paket lebih tinggi daripada tahun 2010 (10 paket). Hal ini bergantung pada sifat teknologi dan waktu penelitiannya yang memerlukan waktu pengujian dan pemantapan teknologi sehingga kadangkala memerlukan waktu lebih dari satu tahun anggaran. Perbandingan capaian kinerja tahun 2010 dan 2011. Indikator Kinerja
2010
2011
Teknologi budi daya padi
4
5
Teknologi budi daya aneka kacang dan ubi
2
8
Teknologi budi daya tanaman serealia
4
6
Keluaran (output) dan outcome yang telah dicapai dari masing-masing subkegiatan diuraikan sebagai berikut: 1.
Kesesuaian Varietas Tahan di Daerah Endemis Penyakit Tungro Tungro disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh wereng hijau. Varietas tahan tungro dapat digolongkan menjadi varietas tahan wereng hijau dan tahan virus tungro. Varietas tahan virus digolongkan sebagai berikut: 1) Golongan V1 tetua Utri Merah: Tukad Petanu, Inpari 7 Lanrang, 2) Golongan V2 tetua tahan TKM6: Tukad Balian, Kalimas, 3) Golongan V3 tetua TKM6 + Gampai: Bondoyudo, Inpari 8, Inpari 9 Elo, 4) Golongan V4 tetua tahan Balimau Putih: Tukad Unda. Varietas tahan wereng hijau digolongkan sebagai berikut: 1) Golongan T1 gen tahan tetua Glh1: IR 20, 30, 26, 46, Citarum, Serayu, 2) Golongan T2 gen tahan tetua Glh6: IR 32, 38, IR 36, 47, Semeru, Asahan, Ciliwung, K. Aceh, Bengawan Solo, 3) Golongan T3 gan tahan tetua
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
Glh3: IR 50, 48, 54, 52, 64, dan 4) Golongan T4 gen tetua tahan glh 4: IR 66, 70, 72, 68, Klara, Barumun. Kemampuan wereng hijau menularkan virus bervariasi, begitu pula virulensi virus tungro, sehingga perlu dilakukan uji kesesuaian varietas terhadap populasi wereng hijau dan virus tungro dari berbagai daerah endemis tungro. Sampai 2011, pengujian kesesuaian varietas telah dilakukan di 15 provinsi daerah endemis tungro dengan uji efisiensi penularan virus oleh wereng hijau pada varietas tahan wereng hijau dan uji virulensi inokulum tungro terhadap varietas tahan tungro. Varietas tahan wereng hijau Golongan T1 agak tahan di Provinsi Jabar, Sulsel, Jatim, Lampung, Sulbar, Sulteng. Golongan T2 agak tahan di Provinsi Yogyakarta, Jatim, Papua. Golongan T3 telah peka di semua provinsi. Golongan T4 agak tahan di Banten, Sulbar, Jabar, Jateng, Sulsel dan tahan di Provinsi Jatim, Lampung, Sulteng, Papua, Sultra, Sulut, Yogyakarta, Kalsel. Varietas tahan virus Golongan V1 agak tahan di Provinsi Sultra dan tahan di Provinsi Yogyakarta, Banten, Kalsel, Jatim, Lampung, Sulbar, Sulteng, Papua, Jateng, Bali, NTB, Jabar, Sulsel. Golongan V2 agak tahan di Provinsi Jabar, Sulsel, Sultra, Yogyakarta, dan tahan di Provinsi Jatim, Lampung, Sulbar, Sulteng, Papua, Jateng, NTB. Golongan V3 agak tahan di Provinsi Bali, NTB, Jabar, Sultra, Sulut, Kalsel dan tahan di Provinsi Sulut, Jatim, Lampung, Sulbar, Sulteng, Papua, Sulsel. Golongan V4 agak tahan di Provinsi Sultra, Kalsel, dan tahan di Provinsi Sulut, Jatim, Lampung, Sulbar, Sulteng, Papua, Jateng, Bali, NTB, Jabar, Sulsel. 34
2. Pemetaan Patotipe Penyakit Hawar Daun Bakteri Penelitian ini untuk mengetahui penyebaran dan komposisi kelompok patotipe bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo) penyebab penyakit hawar daun bakteri (HDB) di daerah sentra produksi padi di Sulawesi Selatan dan Sumatera Utara. Daun padi bergejala HDB dikoleksi dan disolasi untuk memperoleh isolat bakteri Xoo dengan metode pencucian. Pengujian patotipe dilaksanakan dengan menginokulasikan isolat Xoo pada 5 varietas diferensial yang telah diketahui gen ketahanannya terhadap bakteri Xoo. Pengujian dilakukan di screen field KP Sukamandi pada MT 2011. Pengamatan keparahan penyakit dilakukan dengan mengukur gejala penyakit yang muncul pada 2 minggu setelah inokulasi. Keparahan < 11% digolongkan tahan (R) dan >11% tergolong peka (S). Pengelompokan patotipe Xoo didasarkan tingkat virulensinya terhadap varietas diferensial. Hasil koleksi daun sakit HDB di Sulawesi Selatan yang dilakukan di Kabupaten Maros, Bone, Sopeng, Wajo, Sidrap, Barru, Pangkep, Pinrang, Luwu, dan Palopo diperoleh sebanyak 210 sampel daun sakit HDB. Hasil isolasi bakteri dari 210 sampel diperoleh 176 isolat bakteri Xoo. Hasil pengujian patotipe terhadap 176 isolat bakteri Xoo tersebut ditemukan 3 jenis patotipe Xoo yaitu patotipe III, IV dan VIII yang terdiri dari 102 isolat bakteri Xoo (58%) patotipe III, 41 (23%) isolat Xoo patotipe IV dan 33 isolat (19%) patotipe VIII. Koleksi daun sakit HDB di wilayah propinsi Sumatera Utara dilakukan di 10 kabupaten yaitu Deli Serdang, Binjai, Langkat, Serdang Bedagi, Simalungun, Batubara, Asahan, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, dan Toba
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
Samosir. Hasil koleksi diperoleh sebanyak 255 sampel daun sakit HDB dan hasil isolasi bakteri Xoo sementara dari 255 sampel diperoleh 188 isolat bakteri Xoo. Hasil identifikasi patotipe dari 188 isolat bakteri Xoo tersebut diperoleh 3 kelompok patotipe Xoo yaitu kelompok patotipe III, IV dan VIII dengan komposisi 61 isolat (32%) patotipe III, 110 isolat (59%) patotipe IV dan 17 isolat (9%) patotipe VIII. Dengan dasar kesesuaian ini pengendalian penyakit HDB dengan varietas tahan akan lebih efektif dan efisien. Penggunaan varietas tahan merupakan cara pengendalian yang sampai saat ini dianggap paling efektif dan ramah lingkungan. 3. Karakterisasi Sifat Fisik, Fisikokimia, Gizi dan Indeks Glikemik Beras Beberapa Varietas/Galur Harapan Padi Sejumlah varietas dan galur padi sebagai bahan penelitian diperoleh langsung dari petani di Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, Jawa Barat, dan Jawa Timur, serta koleksi galur harapan padi penelitian Kelti Pemuliaan, Plasma Nutfah dan Perbenihan BB Padi, terdiri dari 22 varietas dan 10 galur harapan. Sampel GKG diproses menjadi beras giling. Selanjutnya beras giling diamati karakter fisik meliputi: rendemen beras giling, persentase beras kepala, beras patah, ukuran dan bentuk, chalkiness serta translusensi beras. Pengamatan sifat fisikokimia dan gizi beras, meliputi kadar amilosa, sifat konsistensi gel, suhu gelatinisasi, serta kadar protein. Identifikasi nilai indeks glikemik dilakukan hanya untuk lima varietas. Pengamatan karakter fisik dan fisikokimia beras dilakukan dengan metode IRRI, penentuan indeks glikemik dengan metode FAO.
35
Hasil penelitian menunjukkan, seluruh varietas dan galur padi yang diuji memiliki rendemen beras giling relatif tinggi (62,471,5%), dengan beras kepala >70%, memiliki ukuran panjang butiran sedang (medium grain) (5,51-6,60 mm) sampai dengan panjang (long grain) (6,61-7,50 mm), serta memiliki bentuk beras medium (rasio P/L 2,1-3,0) dan ramping (slender) (rasio P/L >3,0). Hampir semua varietas dan galur memiliki tingkat kebeningan beras yang baik dengan nilai pengukuran >1,3%, serta memiliki karakter chalkiness rendah/ kecil (0-10%). Tingkat kepulenan nasi seluruh varietas dan galur padi yang diuji termasuk klasifikasi sedang sampai tinggi dengan kadar amilosa 20,7-24,9%, serta memiliki tekstur nasi yang beragam dari keras sampai lunak, suhu gel rendah sampai tinggi (skor 1-7) serta kadar protein beras dengan kisaran 7,3-9,6%. Karakter fisik, kimia, dan gizi beras galur-galur padi yang diuji secara deskriptif memiliki kesesuaian karakter dengan varietas pembandingnya. Nilai indeks glikemik beras varietas Hipa 7, Inpari 12, Inpari 13 termasuk dalam klasifikasi indeks glikemik rendah, sedangkan varietas Hipa 6 dan Inpara 5 termasuk indeks glikemik sedang. Beras dengan nilai indeks glikemik rendah disarankan untuk dikonsumsi penderita diabetes. 4. Identifikasi Tingkat Adopsi Varietas Unggul Teknologi PTT dan Pengembangan Padi
Baru,
Penelitian ini dilaksanakan di Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Nanggroe Aceh Darusalam. Hasil survei di Kalbar menunjukkan bahwa Ciherang masih ditanam hampir 50% petani responden. VUB lain yang cukup teradopsi adalah Inpara 1 dan 3 yang ditanam hampir 20% petani responden, yang sesuai dengan kondisi lahan berupa rawa gambut. Di Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
Kaltim, proporsi Ciherang lebih kecil, berkisar 25%, disusul IR 64 (16%). VUB lain cukup bervariasi, dan yang paling menonjol adalah Cibogo, Mekongga, Cigeulis, dan Inpari 13 dengan proporsi 10%. NAD mengalami program rehabilitasi pasca-tsunami, sehingga pilihan benih belum bervariasi. Benih program adalah Ciherang yang telah ditanam selama tiga tahun terakhir, dengan proporsi 70%. Beberapa VUB yang sedang dalam tahap perkenalan adalah Inpari. Hibrida masuk lewat BLBU dan promosi dan perusahaan. Beberapa varietas lokal masih ditanam petani yang lokasinya di pegunungan. Untuk penerapan teknologi PTT, menyesuaikan kondisi lahan, adat istiadat dan kebiasaan lokal. Komponen yang sudah diterapkan adalah VUB bersertifikat, perlakuan benih dan bibit muda (1-3 bibit), dan panen menggunakan thresher. Adapun komponen yang belum dapat diterapkan adalah BWD, PHT, dan pengendalian gulma dengan gasrok. Di Kalbar 80% responden telah menanam VUB yang dilepas dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir, dan 71% menggunakan benih yang bersertifikat. Petani responden di Kaltim hanya 61% yang menanam VUB dan 37% di antaranya benih bersertifikat. Di NAD, 95% petani responden menanam VUB dan 60% di antaranya menggunakan benih bersertifikat. Masalah yang dihadapi petani dalam penerapan PTT adalah keterbatasan tenaga kerja yang tidak berimbang dengan luas lahan yang diolah, ketersediaan benih yang tidak tepat waktu dan kurangnya penyuluh. Namun secara umum VUB telah diterima oleh petani.
36
5. Pengembangan Teknik Peringatan Dini di Pesemaian dan Tanaman Umur Muda, serta Pengendalian Penyakit Tungro untuk Menekan Kehilangan Hasil Selama tahun 2011 telah dihasilkan 111 galur padi yang tahan tungro serta 14 galur tahan terhadap berbagai sumber inokulum tungro, 6 galur hasil UDHP yang memperlihatkan ketahanan terhadap penyakit tungro dan memperlihatkan produktivitas tinggi yang siap diuji multilokasi untuk diusulkan sebagai calon varietas tahan tungro dengan potensi hasil tinggi, didukung 2 paket teknologi dan ketersediaan benih sebanyak 17 ton. Produksi yang dihasilkan sangat membantu tidak hanya mempertahankan ketahanan pangan nasional, tetapi juga mendukung industri agro, yang pada gilirannya mampu memberi nilai tambah komoditas tanaman pangan.
kematian S. litura setelah aplikasi SlNPV-JTM 97C mencapai 80-100%. Virus pada umumnya bersifat spesifik, pada tingkat genus saja, namun strain JTM 97C selain dapat mematikan ulat grayak juga dapat mematikan ulat hama penggulung daun, ulat jengkal, penggerek polong perusak polong kedelai, dan Maruca testulalis Geyer perusak polong pada kacang hijau. Ini membuktikan bahwa SlNPV JTM 97C mampu membunuh serangga sampai ke tingkat ordo Lepidoptera. Keuntungan SlNPV sebagai bioinsektisida untuk ulat grayak adalah: a) Bersifat spesifik dan selektif terhadap hama sasaran dan tidak berbahaya bagi manusia, hewan, dan aman bagi musuh alami, b) Persisten di alam tidak menimbulkan residu beracun, c) Efektif terhadap inang yang sudah resisten terhadap insektisida kimia, dan d) Kompatibel dengan teknik pengendalian lain.
6. VIR-GRA,WP Bioinsektisida Pengendali Hama Daun dan Penggerek Polong Kedelai VIR-GRA merupakan biopestisida berbahan aktif isolat JTM 97 C yang berasal dari agens hayati Spodoptera litura Nuclear Polyhedrosis Virus (SlNPV), virus ini berasal dari ulat grayak Hasil penelitian menunjukkan bahwa SlNPV potensial untuk mengendalikan ulat grayak. SlNPV sebagai salah satu agens hayati yang efektif yang dapat diformulasikan dan diproduksi secara in vivo (dengan menginfeksi ulat grayak) maka SlNPV layak dikembangkan sebagai bioinsektisida. Salah satu isolat SlNPV yang ditemukan dari Kabupaten Banyuwangi (SlNPVJTM 97C) memiliki potensi yang tinggi sebagai biopestisida untuk mengendalikan ulat grayak pada tanaman kedelai. Dengan takaran 1,5 x 1011 PIBs/ha atau setara 500 g/ha Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
Gambar 14. SlNPV yang telah dikemas dalam botol dan plastik
37
7.
BIO-LEC: Biopestisida Efektif untuk Pengendalian Hama Utama Kedelai yang Ramah Lingkungan
Bio-Lec, merupakan biopestisida yang terformulasi kedalam bentuk tepung (powder), mengandung bahan aktif konidia cendawan entomopatogen Lecanicillium lecanii (Zare & Gams). Produk Bio-Lec mampu membunuh berbagai jenis hama utama kedelai terutama pengisap polong (kepik coklat) Riptortus linearis. Kelebihan produk Bio-Lec ini adalah mampu membunuh semua stadia kepik coklat, mulai telur, nimfa maupun imago. Efikasi Bio-Lec terhadap stadia telur kepik coklat karena mampu menggagalkan penetasan telur (ovicidal) hingga mencapai 80%. Produk Bio-Lec (Gambar 13) juga toksik terhadap seluruh stadia nimfa maupun imago kepik coklat (Gambar 2 & 3). Bio-Lec menghasilkan toksin yaitu dipicolinic acid, hydroxycarboxylic acid, bassionalide, beauvericin, maupun cyclosporin. Produk Bio-Lec juga efektif untuk mengendalikan kutu kebul (Bemisia tabaci) yang menjadi hama sangat penting pada kedelai selama lima tahun terakhir. B. tabaci merupakan vektor berbagai macam virus cowpea motle mozaic virus (CMMV). Aplikasi insektisida kimia sering terjadinya resistensi, resurjensi dan terbunuhnya serangga berguna sebagai pemangsa terhadap B. tabaci baik pada stadia telur, nimfa maupun imago. Selain itu, bahan aktif dari senyawa insektisida dapat memicu hormon reproduksi serangga lebih aktif sehingga serangga dapat memproduksi jumlah telur lebih banyak dalam waktu yang lebih singkat. Produk Bio-Lec yang mengandung kumpulan konidia jika dicampur dengan air dan berkecambah akan memproduksi berbagai jenis toksin Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
yang dapat menolak proses peletakan telur serangga. Dengan demikian, B, tabaci tidak menyukai tanaman tersebut untuk dihinggapi maupun dijadikan sebagai tempat tinggal untuk perkembangbiakannya. Kelebihan lain dari cendawan L. lecanii yaitu mampu memparasitasi spora cendawan penyebab penyakit karat Phakopsora pachyrhizi, downy mildew Peronospora manshurica dan powdery mildew Microsphaera diffusa. Cendawan P. pachyrhizi, P. manshurica, dan M. diffusa merupakan mikroorganisme yang bersifat obligat dan merupakan penyakit utama pada kedelai. Kemampuan L. lecanii dalam menekan perkecambahan spora ketiga penyakit tersebut masing-masing 29,55%, 36,35%, dan 21,44%. Bio-Lec dapat dikombinasikan dengan cara pengendalian lain yaitu predator. Aplikasi cendawan L. lecanii pada kerapatan konidia hingga 1011/ml tidak menyebabkan kematian predator hingga 30 hari setelah aplikasi (HSA). Oxyopes javanus Thorell merupakan predator generalis yang banyak ditemukan di pertanaman kedelai di Indonesia dengan kemampuan pemangsaan 3-13 ekor mangsa. Produk Bio-Lec juga dapat dikombinasikan dengan pestisida nabati terutama serbuk biji srikaya (SBS) dan serbuk biji jarak (SBJ) untuk meningkatkan efikasi pengendalian telur kepik coklat di lapangan. Efikasi kombinasi antara cendawan L. lecanii dengan pestisida SBS maupun SBJ dinilai dari persentase telur kepik coklat yang tidak menetas. Bio-Lec berpeluang besar dapat diaplikasikan sehubungan dengan pertanian ramah lingkungan.
38
Iletrisoy, berisi verisi 3 (tiga) jenis bakteri Rhizobium yang dikemas dalam bahan pembawa berkualitas dengan populasi bakteri Rhizobium mencapai 108 -109 sel/g bahan. Bakteri yang digunakan berasal dari tanah masam dan telah diuji toleran terhadap pH tanah hingga 4,5 dan toleran terhadap Fe dan Mn tinggi, serta telah teruji keefektifannya di lahan masam pada kejenuhan Al tanah di atas 20%.
Gambar 15. Produk Bio-Lec yang berbahan aktif konidia cendawan entomopatogen L. lecanii. 8.
ILLETRISOY Pupuk Hayati untuk Kedelai di Lahan Masam Iletrisoy adalah pupuk hayati yang dapat menggantikan peran pupuk urea untuk kedelai di lahan masam, karena terkandung bakteri Rhizobium asal tanah masam efektif memacu pembentukan bintil akar pada tanaman kedelai. Di tanah masam, populasi bakteri Rhizobium dalam tanah umumnya sangat rendah sehingga tanaman tidak mampu membentuk bintil akar. Tanaman yang mampu membentuk bintil akar dengan baik, bintilnya dapat berfungsi sebagai pabrik pupuk nitrogen alami yang mampu mencukupi kebutuhan pupuk nitrogen lebih dari 75%. Oleh karena itu, bertanam kedelai di lahan masam, benihnya perlu di inokulasi dengan Rhizobium toleran masam agar tanaman mampu membentuk bintil akar dengan baik dan memenuhi kebutuhan hara nitrogen.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
Cara penggunaannya benih dimasukkan dalam ember, dibasahi air secukupnya. Inokulan ditaburkan ke dalam benih (0,5 kg/50 kg benih/ha), diaduk sampai rata. Benih ditanam secara tunggal dan ditutup dengan tanah/pupuk organik. 9.
Alat Pengering Mendukung Budi Daya Kedelai Lahan Kering untuk Menghasilkan Benih Berkualitas Alat pengering lebih memberikan prospek untuk dikembangkan lebih lanjut. Hal ini terbukti dari adanya minat salah satu kelompok tani binaan Yayasan PT. Unilever di Dusun Gambirejo, Desa Warujayeng, Kec. Tanjunganom, Kab. Nganjuk; untuk mengoperasikan dua alat pengering tipe bak agar diperoleh mutu biji yang memenuhi standar mutu bahan baku pembuatan kecap. Kedua alat pengering tersebut sudah mulai dioperasikan oleh kelompok tani sejak September 2010 hingga sekarang. Kelompok tani tersebut cukup inovatif dalam mengoperasikan alat pengering dengan mendayagunakan sumber energi kayu bakar yang tersedia sebagai pengganti sumber energi LPG, khususnya pada saat pengeringan kedelai brangkasan. Dengan demikian, alat pengering ini tidak hanya untuk tujuan benih tetapi juga dibutuhkan untuk pengeringan kedelai untuk tujuan konsumsi. 39
Tabel 5. Hasil analisis kimia/hara pupuk organik kaya hara “SANTAP-M” Macam analisis Data analisis Standar SNI pupuk organik*) pH-H2O C-Organik (%) N-tota (%) C/N-ratio P2O5-total (%) K2O-total (%) CaO-total (%) MgO-total (%) S-total (%) Zn (ppm)
Gambar 16. Alat pengering kedelai dengan sumber energi gas LPG 10. Pupuk Organik Kaya Hara SANTAP-M Pupuk “SANTAP-M” adalah pupuk organik kaya hara yang sesuai untuk lahan masam. Pupuk ini dibuat dari bahan baku yang banyak dan mudah diperoleh di setiap daerah, serta diproduksi dalam bentuk curah-padat, tidak diperkaya mikrobia. Bahan baku pupuk organik ini antara lain kotoran sapi, kotoran ayam, batuan fosfat, dan abu ketel pabrik gula. Hasil analisis kimia/kandungan unsur hara pupuk “SANTAP-M” bervariasi, tentunya sangat dipengaruhi oleh bahan bakunya (kandungan hara). Hasil analisis kimia pupuk organik kaya hara “SANTAP-M” disajikan pada Tabel 5.
6,7 – 8,1 15,0 – 21,0 1,26 -1,79 12,0 – 25,0 4,0 - 5,5 1,0 – 1,6 5,8 – 13,8 0,6 - 0,9 0,50 – 1,3 300 – 555
4,0 – 8,0 >12 < 6,0 15 – 18 <6,0 < 6,0 0 – 5.000
*Peraturan Menteri Pertanian No. 28/Permentan/OT.140/2/2009 (bentuk curah)
Hasil evaluasi di lahan kering Podsolik Merah-Kuning di Sukadana (Lampung Timur) pada tahun 2011, menunjukkan bahwa pupuk organik kaya hara “SANTAP-M” mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil biji kering kedelai, kacang tanah, dan ubikayu (Tabel 6). Tabel 6. Pengaruh pemberian tiga jenis pupuk terhadap hasil biji kering kedelai pada lahan kering masam di Sukadana, Lampung Timur. 2011 Perlakuan
Hasil biji kering (t/ha)
Hasil biji relatif (%)
Tanpa pupuk 45 kg N+45 kg P2O5+45 kg K2O/ha Pupuk organik kaya hara SANTAP-M 1,5 t/ha Pupuk organik kaya hara SANTAP-M+ 1,5 t/ha*
0,51 0,86 1,02
100 167 200
1,23
241
*SANTAP-M+: SANTAP-M ditambah urea 2,0%
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
40
Tanpa pupuk
SANTAP M
Gambar 17. Pengaruh pemberian pupuk terhadap pertumbuhan tanaman kedelai (Wilis) pada lahan kering masam (Podsolik Merah-Kuning) di Lampung Timur, 2011.
Gambar 19. Pengaruh pupuk oganik SANTAP-M+ terhadap pertumbuhan ubikayu (UJ-3) umur 3 bulan pada lahan kering masam Podsolik Merah-Kuning di Sukadana (Lampung Timur), tahun 2011. 11. Teknologi Penyimpanan Benih Kedelai
Tanpa Pupuk
SANTAP M
Gambar 18. Pengaruh pemberian pupuk terhadap pertumbuhan tanaman kacang tanah (Jerapah) pada lahan kering masam (Podsolik Merah-Kuning) di Lampung Timur, 2011 Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
Teknologi memperpanjang daya simpan benih telah dihasilkan dalam upaya untuk mencegah menurunnya mutu benih. Pelleted soybean seeds (benih kedelai tersalut) dirancang untuk dapat mempertahankan agar benih kedelai dapat disimpan lebih lama. Bahan salut terdiri dari dolomit + lempung + SP36 dengan berbagai perbandingan 3:2:1 dan 2:2:0,5 dengan kadar air awal 12%. benih kedelai yang disalut mampu mempertahankan kualitas sampai dengan 1 tahun masa penyimpanan.
41
12. Komponen Teknologi Pengendalian Tungau Merah. Telah dihasilkan teknologi pestisida nabati berasal dari ekstrak minyak mimba untuk pengendalian tungau merah yang seringkali menyerang tanaman ubikayu. Penggunaan minyak mimba merupakan cara yang efektif dalam pengendalian tungau merah dengan takaran 5 ml/l, yang setara dengan penggunaan pestisida kimia progargit/omit 70EC dengan konsentrasi 2 ml/l. 13. Teknik Pengendalian Hama Dan Penyakit Utama Yang Efektif, Efisien, Ramah Lingkungan Dan Menekan Kehilangan Hasil 25 – 30%. Teknik pengendalian hama dan penyakit utama yang efektif, efisien, ramah lingkungan dan menekan kehilangan hasil 25 – 30% dicapai menggunakan Bt dan NVP dengan dosis 2 g/l mampu menekan serangan penggerek polong dan aman bagi musuh alaminya. Terhadap penyakit yang muncul pada kacang hijau, penyemprotan ekstrak bawang merah enam kali mempunyai nilai intensitas bercak daun terkecil 3,9%. 14. Formulasi
Biopestisida untuk Pengendalian Aspergillus flavus dan OPT Utama Lainnya Pada Jagung Untuk Menekan Kehilangan Hasil. Telah dihasilkan 1 paket formulasi pestida dengan hasil yang dicapai 32 varietas/galur tahan terhadap Aspergilus flavus dan mengidentifikasi 11 isolat cendawan, 3 isolat bakteri antagonis, patogen dan 1 isolat spodoptera litura, dari hasil uji antagonis ini akan dipilih yang kemampuan antagonisnya paling baik untuk dikembangkan guna pengujian selanjutnya.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
15. Peningkatan Hasil Jagung Melalui Pendekatan PTT Dalam Konsep IP400 Dengan Tingkat Hasil >32 T/Ha/Tahun Pada Lahan Kering Dan Lahan Sawah. Penerapan paket teknologi dasar PTT jagung hibrida dan komposit dalam mendukung penerapan IP400, kegiatan yang telah dicapai tahun ini yaitu: dengan menggunakan metode nutrient manager hasil yang dihasilkan 10,74 t/ha, peningkatan populasi dengan cara legowo dari 66.666 tanaman/ha menjadi 71.428 tanaman/ha, penggunaan pupuk dengan metode BWD menghasilkan 7,9 t/ha dan pemberian pupuk N untuk hibrida dengan hasil 8,7 t/ha. 16. Peningkatan Hasil Jagung Hibrida dan Komposit Melalui Perbaikan Cara Tanam Legowo dengan Penerapan IP400 di Lahan Kering. Jagung komposit (Sukmaraga dan Bisma) dan hibrida (Bima-3 dan Bisi-2) ditanam secara legowo dan jarak tanam normal pada populasi 66.666 tanaman/ha dan 71.428 tanaman/ha. Pada pertanaman I dan II, varietas Bisma yang ditanam secara legowo hasilnya meningkat 7,6% pada populasi 71.428 tanaman/ha dibanding dengan jarak tanam normal dengan hasil 10,63 t/ha pada pertanaman I. Sedangkan varietas Sukmaraga hasilnya 10,69 t/ha pada populasi 71.428 tanaman/ha dengan peningkatan hasil 4,2% dibanding jika ditanam secara normal. Pada pertanaman II, hasil kedua varietas tersebut secara umum menurun dibanding pertanaman I. Hasil varietas Bisma yang ditanam secara legowo dengan populasi 71.428 tanaman/ha mencapai 9,19 t/ha dan Sukmaraga mencapai 9,50 t/ha. Pada pertanaman I, 42
varietas Bima-3 jika ditanam secara legowo pada populasi 71.428 tanaman/ha hasil yang dicapai tertinggi 8,68 t/ha, sedangkan Bisi-2 hasilnya 8,39 t/ha. Pada pertanaman II, dengan cara tanam dan populasi seperti pertanaman I, hasil yang dicapai Bima-3 (8,81 t/ha), sedangkan hasil Bisi-2 (8,49 t/ha). Nilai ILD varietas Bisma ditanam secara legowo dengan populasi 66.666 tanaman/ha mencapai 4,75, sedangkan pada populasi dan cara tanam yang sama varietas Sukmaraga nilai ILD-nya 4,73. Jika populasi ditingkatkan menjadi 71.428 tan/ha dengan cara tanam legow, nilai ILD menurun 3,0% untuk varietas Sukmaraga dan 10,5% untuk varietas Bisma.
18. Penekanan Kehilangan Hasil pada Proses Perontokan Gandum dan Penurunan Kandungan Tanin Sorgum pada Proses Penyosohan. Telah dihasilkan 1 unit prototipe TH-6-M2 sebagai alat perontok gandum dan 1 unit prototipe PSA-M3 sebagai alat penyosoh sorgum. Alat perontok TH-6-M2 dapat menekan kehilangan hasil gandum (susut bobot) sebesar 15% akibat proses pada tahapan perontokan. Alat penyosoh PSA-M3 untuk sorgum dapat menurunkan kandungan tanin sorgum pada tahapan penyosoh.
17. Cara Pengelolaan Air untuk Jagung Hibrida dan Komposit dalam Sistem Tanam Legowo dengan Penerapan IP400 di Lahan Kering.
Telah dihasilkan beberapa koleksi plasma nutfah serealia potensial untuk persiapan karakterisasi molekuler berbasis marka SSR dan SNP (549 jagung, 43 gandum,115 sorgum, 106 millet, 8 jali, dan mendapatkan 10 galur/aksesi jagung yang tahan cekaman abiotik (kekeringan, N rendah, kemasaman, dan umur genjah) melalui skrining lapangan untuk persiapan pembuatan populasi segregasi berbasis MARS (Marker Assisted Recurrent Selectiondan yang tahan cekaman biotik (bulai, penggerek batang, dan hama gudang pada tanaman jagung, penyakit bercak daun pada gandum, dan hama aphis pada sorgum) untuk persiapan pembuatan populasi segregasi berbasis MARS (Marker Assisted Recurrent Selection) berbasis marka SSR dan SNP dan mengetahui marka SSR dan SNP yang terpaut dengan karakter target tersebut.
Pemberian air secara terjadwal 10 hari sekali sebanyak 6 kali pengairan tidak berbeda nyata dengan cara pemberian air berdasarkan titik layu (4 kali pemberian air). Terindikasi bahwa pemberian air yang dilakukan pada setiap alur memberikan hasil lebih tinggi dibanding pemberian setiap 2 alur, baik yang ditanam secara normal maupun legowo. Pemberian air terjadwal 6 kali pemberian melalui setiap alur untuk pertanaman secara legowo hasilnya 7,26 t/ha dan yang ditanam secara normal mencapai 7,36 t/ha. Pemberian air berdasar titik layu melalui setiap alur, hasil pertanaman secara legowo 7,40 t/ha dan yang ditanam secara normal mencapai 7,54 t/ha. Karena itu, untuk menghemat air pada musim kemarau, pemberian air pada tanaman jagung sebaiknya dilakukan berdasarkan titik layu.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
19. Rintisan Penelitian Serealia Berbasis Marka Molekuler
43
Sasaran 4 : Tersedianya benih sumber varietas unggul baru padi, jagung, dan kedelai untuk penyebaran varietas berdasarkan SMM ISO 9001-2008. Untuk mencapai sasaran tersebut diukur melalui pencapaian indikator kinerja utama dengan target yang telah ditetapkan dalam PKT, yaitu tersedianya benih sumber padi, jagung, kedelai sebanyak 120 ton berdasarkan SMM ISO 9001-2008. Sasaran 4 tersebut telah dicapai melalui kegiatan “Perbenihan tanaman pangan sesuai SMM ISO 90012008”. Indikator kinerja sasaran yang ditargetkan pada tahun 2011 telah tercapai dengan persentase rata-rata 148,7%. Target yang ditetapkan dalam PKT 2011 sebesar 120 ton benih padi, jagung, dan kedelai, sedangkan tingkat capaiannya sebesar 151,72 ton. Realisasi keuangan pada kegiatan ini sebesar Rp. 3.469.495.260,(97,39%).
Pencapaian indikator kinerja kegiatan untuk sasaran dapat dilihat secara detail pada formulir PKK.
mencapai
Sebagai perbandingan atas kemajuan yang telah diperoleh dari tahun sebelumnya 2010 dapat dijelaskan sebagai berikut : Perbandingan capaian kinerja tahun 2010 dan 2011. Indikator Kinerja Benih padi: BS (kg) FS (kg) SS (kg) Benih aneka kacang dan ubi NS (kg) BS (kg) FS (kg) Benih jagung BS (kg) FS (kg)
2010
2011
7.690 23.970 -
20.000 60.000 17.000
0,77 9,38 -
2.182 13.000 21.500
2.160 -
5.340 12.700
Indikator tingkat capaian kinerja kegiatan tahun 2011 Indikator Kinerja Benih padi: BS (kg) FS (kg) SS (kg Benih aneka kacang dan ubi NS (kg) BS (kg) FS (kg) Benih jagung BS (kg) FS (kg)
Target
Realisasi
%
Adapun keluaran (output) dan outcome yang telah dicapai dari masing-masing subkegiatan diuraikan sebagai berikut: Penyediaan benih sumber varietas unggul padi
20.000 60.000 17.000
20.000 60.000 17.000
100,0 100,0 100,0
1.050 10.000 18.000
2.182 13.000 21.500
207,8 130,0 119,4
3.000 5.000
5.340 12.700
178,00 254,00
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
Sampai dengan 2011 telah diproduksi 97.000 kg benih sumber terdiri dari 20.000 kg benih BS dan 60.000 kg Benih FS. Di samping itu, juga telah diproduksi 420.000 kg benih SS untuk mendukung kegiatan SL-PTT di 18 propinsi di seluruh Indonesia.
44
Selain itu, telah diproduksi benih SS tahan penyakit tungro sebanyak 17.000 kg dalam upaya penyediaan dan penyebarluasan benih sumber padi tahan tungro untuk menjalin kerja sama dengan berbagai instansi di daerah khususnya daerah-daerah yang merupakan endemik tungro. Penyediaan benih penjenis kedelai dan benih sumber aneka kacang dan ubi Produksi benih inti (NS) 27 varietas yaitu, kedelai (10 varietas), kacang tanah (9 varietas), kacang hijau (8 varietas) telah menghasilkan 2.182 kg benih. Produksi benih BS kedelai 11 varietas (Grobogan, Burangrang, Kaba, Tanggamus, Anjasmoro, Argomulyo, Wilis, Ijen, Panderman, Detam 1, Detam 2, dan Wilis) diperoleh hasil sebanyak 13.000 kg. Produksi benih FS kedelai 9 varietas (Grobogan, Burangrang, Kaba, Tanggamus, Anjasmoro, Argomulyo, Sinabung, Wilis dan Panderman) menghasilkan benih 21.500 kg. Produksi benih sumber kacang tanah 8 varietas (Tuban, Bima, Domba, Jerapah, Gajah, Kelinci, Kancil, dan Bison), diperoleh hasil benih sebanyak 8.900 kg. Produksi benih BS kacang hijau 8 varietas (Kutilang, Murai, Betet, Perkutut, Sriti, Kenari, Vima 1, dan Walet) diperoleh hasil benih sebanyak 4.700 kg.
Produksi benih BS ubijalar 8 varietas (Beta 1, Beta2, Sukuh, Kidal, Papua Patippi, Papua Salossa, Sawentar dan Sari) sebanyak 13.000 stek. Produksi benih jagung hibrida dan bersari bebas dengan penerapan manajemen mutu Pada tahun anggaran 2011 ini telah diperbanyak benih sumber jagung bersari bebas klas penjenis (BS) sebanyak 6 varietas yaitu Lamuru, Sukmaraga, Bisma, Srikandi Kuning-1, Srikandi Putih-1, dan Anoman-1. Total hasil yang dicapai adalah 5.340 kg dengan rincian masing-masing varietas sebagai berikut: Lamuru 890 kg, Sukamaraga 730 kg, Bisma 1.125 kg, Srikandi Kuning-1 865 kg, Srikandi Putih-1 830 kg, dan Anoman-1 900 kg. Jika hasil benih sumber klas BS tersebut diperbanyak oleh penangkar menjadi benih sumber klas BP, maka diperkirakan akan diperoleh hasil sebanyak 80.100 ton benih klas BP (Benih Pokok) yang dapat untuk memenuhi kebutuhan areal pertanaman jagung bersari bebas seluas 4.005.000 ha. Kegiatan perbanyakan benih sumber klas BD/FS untuk 6 varietas yaitu Lamuru, Sukmaraga, Bisma, Srikandi Kuning, Srikandi Putih, dan Anoman. Masing-masing varietas ditanam pada luasan 1,0 ha, dan ke enam varietas tersebut telah ditanam, dan 4 varietas telah selesai diproses dengan total hasil 12.700 kg.
Produksi benih BS ubikayu 8 varietas (Darul Hidayah, Adira 1, Adira-4, Malang 1, Malang-6, Malang-4, Uj-3, dan UJ-5) sebanyak 55.000 stek.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
45
Sasaran 5: Tersedianya kebijakan pengembangan tanaman
7.
pangan Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur melalui pencapaian indikator kinerja utama dengan target yang ditetapkan dalam PKT 2011 yaitu tersedianya 8 rekomendasi kebijakan tanaman pangan. Sasaran 5 tersebut dicapai melalui kegiatan “Analisis kebijakan pengembangan tanaman pangan.” Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan dalam tahun 2011 telah tercapai 100%. Target yang ditetapkan dalam PKT 2011 yaitu tersedianya 8 rekomendasi dan telah terealisasi 8 rekomendasi kebijakan tanaman pangan. Sedangkan realisasi keuangan sebesar Rp. 768.314.800,(97,13%). Pencapaian indikator kinerja kegiatan untuk mencapai sasaran tersebut dapat dilihat secara rinci pada formulir PKK. Adapun topik rekomendasi kebijakan tanaman pangan antara lain: 1. Analisis peningkatan daya saing dan nilai tambah tanaman pangan menghadapi persaingan global. 2. Analisis tingkat adopsi teknologi produksi padi sawah mengacu produktivitas optimal dan keberlanjutan. 3. Analisis kesiapan tindakan adaptasi usahatani tanaman pangan menghadapi banjir dan kekeringan akibat perubahan iklim global. 4. Analisis efektivitas bantuan benih dan bantuan pupuk pada program SL-PTT. 5. Analisis kesiapan sistem perbenihan kedelai dalam mendukung swasembada kedelai. 6. Analisis peningkatan kualitas implementasi PHT di lapangan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
8.
Analisis permasalahan sistem produksi benih komposit. Pupuk dan pemupukan padi sawah spesifik lokasi
jagung
Sebagai perbandingan atas kemajuan yang telah diperoleh dari tahun sebelumnya 2010 dapat dijelaskan sebagai berikut : Perbandingan capaian Kinerja tahun 2010 dan 2011. Indikator Kinerja Rumusan kebijakan pangan
tanaman
2010 8
2011 8
Adapun keluaran (output) dan outcome yang telah dicapai dari masing-masing subkegiatan diuraikan sebagai berikut: Analisis peningkatan daya saing dan nilai tambah tanaman pangan menghadapi persaingan global. Kebijakan peningkatan daya saing dan nilai tambah tanaman pangan di Jawa Tengah dan Jawa Timur masih didominasi program pemerintah pusat berupa bantuan alat dan mesin pascapanen dan pengolahan hasil pertanian. Terlihat kecenderungan bahwa hanya beberapa kabupaten saja yang perkembangannya meningkat karena mendapatkan bantuan dan dapat memanfaatkan bantuan tersebut secara optimal, sedangkan kabupaten lainnya tidak berhasil atau tidak dapat memanfaatkan bantuan tersebut guna meningkatkan daya saing dan nilai tambah produk tanaman pangan yang dihasilkan di daerah tersebut. Oleh karena itu, perlu dirancang suatu kebijakan peningkatan daya saing dan nilai tambah tanaman pangan yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi spesifik lokasi agar bantuan alat dan mesin pertanian benar-benar efektif dan produktif. 46
Saran alternatif kebijakan : Aspek legalitas kebijakan pemerintah. Peningkatan mutu dan nilai tambah tanaman pangan serta penanganan pasca panen harus didukung oleh aspek legal yang memadai, di antaranya keputusan Presiden No. 47 tahun 1986 tentang “peningkatan penanganan pascapanen hasil pertanian” dan Undang-Undang No. 12 tahun 1992 tentang “sistem budi daya tanaman”.
bekerjasama kemitraan, dan (f) penerapan sistem jaminan mutu dalam proses penanganan hasil tanaman pangan, terutama penerapan Good Handling Practices (GHP), Good Manufacturing Practices (GMP), dan Good Distribution Practices (GDP). Aspek kelembagaan
Koordinasi lintas sektoral mutlak diperlukan untuk mengkoordinasikan serta mensinkronisasikan program dan kegiatan penanganan pascapanen atau pengolahan untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing tanaman pangan.
Dalam aspek kelembagaan perlu difokuskan pada usaha pembentukan, pengorganisasian, pengelolaan, dan operasionalisasi kelembagaan petani atau kelompok tani, UPJA, LDM, penggilingan padi, dan pemangku kepentingan lainnya untuk dihimpun dalam organisasi yang disebut “kecamatan pascapanen” dengan mempertimbangkan kemampuan kelemba-gaan tersebut dalam usaha peningkatan nilai tambah dan daya saing usaha.
Aspek sarana dan teknologi
Aspek Sumber Daya Manusia (SDM)
Aspek ini berperan penting karena menggambarkan (a) peningkatan peran sarana dan teknologi pascapanen atau pengolahan dengan cara penambahan jumlah sarana alat dan mesin pascapanen, termasuk penyediaan fasilitas kredit dengan tingkat suku bunga rendah dan persyaratan lunak, (b) usaha-usaha kaji terap dan sosialisasi dari inovasi sarana alat dan mesin pascapanen tanaman pangan, (c) kebutuhan riil sarana alat dan mesin pascapanen atau pengolahan secara spesifik, (d) pemasyarakatan penggunaan sarana alat dan mesin pasca panen atau pengolahan melalui kampanye, demonstrasi atau gelar teknologi tanaman pangan, (e) langkah-langkah nyata untuk mendorong UPJA, LDM, penggilingan padi, pabrikan alat dan mesin pascapanen, distributor, perbengkelan dan petani/kelompok tani untuk
Peningkatan mutu SDM harus diarahkan untuk meningkatkan sikap dan prilaku, pengetahuan, kemampuan, keterampilan, dan pengembangan kewirausahaan (enterpreuneurship), serta kemampuan pengelola usaha dibidang agribisnis tanaman pangan.
Aspek koordinasi lintas sektoral
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
Aspek permodalan Kelembagaan petani yang menangani penanganan pasca panen atau pengelolahan gabah atau beras harus diberi pemahaman dan keberanian untuk memperoleh akses tentang skim kredit dengan persyaratan mudah, suku bunga rendah, dan dapat dijangkau oleh skala usaha kelembagaan petani.
47
Outcome untuk kegiatan penelitian ini adalah: a) peningkatan nilai tambah dan pendapatan petani serta pelaku usaha, b) peningkatan daya saing produk tanaman pangan di pasar global, c) terbukanya kesempatan kerja di pedesaan sejalan dengan berkembangnya industri pengolahan hasil pertanian pada skala kecil dan menengah, dan d) meningkatnya kepercayaan terhadap kualitas produk dalam negeri. Analisis tingkat adopsi teknologi produksi padi sawah mengacu produktivitas optimal dan keberlanjutan. Proses alih teknologi dari sumber teknologi kepada pengguna belum terjadi secara proaktif-partisipatif, masih bersifat “top down” dan “project driven”. Alih teknologi menjadi semata-mata keinginan pemerintah, belum menjadi keinginan dan kebutuhan petani. Akibat, alih teknologi selalu harus memerlukan pembiayaan bagi calon pengadopsi (petani) dan petugas penyuluhnya. Teknologi budi daya padi yang tidak didukung oleh pendanaan proyek nampaknya tidak akan menjadi bahan (program) penyuluhan dan tidak akan disampaikan kepada petani. Dinas Pertanian dan Instansi penyuluhan dalam fungsinya membina petani padi, baru melaksanakan proyek sesuai dengan persyaratan administratif, belum menggunakan terjadi proses pembelajaran pemilihan teknologi yang paling sesuai bagi lahan petani. Pengelolaan Tanaman dan Sumber daya Terpadu yang dialihkan melalui proyek SLPTT/LLPTT, di lokasi studi ternyata belum dipahami sepenuhnya oleh petani. Petani baru mengadopsi sebagian dari komponen sebagian dari komponen teknologi PTT, dan proses partisipatif dalam memilih teknologi belum terjadi. Bantuan sarana benih dan pupuk pada LLPTT/SLPTT sedikit banyak Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
justru “membelenggu petani” dalam menentukan pilihan komponen teknologi yang paling sesuai terutama dari segi pilihan varietas unggul baru adaptif. Konsep “pelestarian sumber daya lahan pertanian menuju keberlanjutan sistem produksi pertanian“ belum sepenuhnya dipahami oleh pejabat Dinas Pertanian dan Penyuluh Pertanian, dan bahkan sama sekali belum dimengerti oleh petani. Terdapat gejala terjadinya penurunan mutu sumber daya lahan sawah di Banten, yang perlu mendapat perhatian pemerintah. Saran alternatif kebijakan : Program operasional pembangunan tanaman pangan hendaknya memberikan keleluasaan pilihan berbagai kemasan teknologi yang paling sesuai dengan kondisi petani dan agroekologi setempat. Pemerintah otonomi kabupaten seyogianya dapat memfasilitasi terjadinya pilihan tersebut melalui petugas penyuluhan di BPP. Program pembangunan yang bersifat top-down perlu diubah menjadi bersifat proaktif bottom-up, atas dasar kebutuhan petani sehingga alih teknologi tidak selalu harus memerlukan pembiayaan. Rendahnya tingkat pemahaman petani terhadap PTT perlu difasilitasi dengan penyediaan sarana penyuluhan berupa buku pedoman, leaflet, dan brosur untuk petani atau ketua kelompok tani yang mudah diakses semua petani. Pemberian bantuan sarana hanya kepada sebagian kelompok petani peserta LL/SLPTT kemungkinan kurang baik/kurang kondusif bagi adopsi PTT oleh semua petani.
48
Perlu memasukkan upaya pelestarian sumber daya lahan pertanian sawah kedalam program pembangunan pertanian. Perlu diterbitkan buku pedoman sebagai bahan penyuluh dan pencerahan bagi petani. Masih rendahnya pemahaman pejabat pertanian tentang Pelestarian Mutu Sumber daya Lahan Pertanian, menunjukkan perlunya diadakan pelatihan, lokakarya, dan diskusi tentang hal tersebut, agar keberlanjutan sistem produksi tanaman pangan dapat dijamin bagi keberlanjutan kecukupan pangan bangsa Indonesia.
Secara umum kekeringan disebabkan adanya anomali iklim dan aktifitas manusia. Kemarau panjang yang menyebabkan kekeringan sering terjadi karena anomali iklim seperti El nino. Kegiatan studi dilaksanakan di Propinsi Jawa Tengah khususnya Kabupaten Rembang untuk masalah kekeringan dan banjir.
Outcome penelitian ini adalah: a) penanganan faktor terkait dengan senjang hasil dapat meningkatkan produksi padi petani, meningkatnya produktivitas daerah, wilayah dan produksi padi secara nasional yang pada gilirannya akan berdampak pada peningkatan ketahanan pangan nasional, b) peningkatan kesadaran petani dan tindakan pelestarian sumber daya lahan pertanian menjadikan sistem produksi padi sawah dapat berkelanjutan.
Pembangunan sistem pemantauan dan peringatan dini pada bagian sungai yang sering menimbulkan banjir
Analisis kesiapan tindakan adaptasi usahatani tanaman pangan menghadapi banjir dan kekeringan akibat perubahan iklim global.
Saran alternatif kebijakan menanggulangi dampak kekeringan
Iklim di wilayah nusantara sangat dipengaruhi oleh letak geografis, di antara dua samudra hindia dan pasifik dan dua benua Asia dan Australia. Kondisi ini menyebabkan wilayah Indonesia memiliki dua musim yang sangat berbeda karakteristiknya yaitu musim kemarau dan musim hujan. Iklim dengan dua kondisi ini dikenal sebagai muson (moonsoon). Selama musim kemarau pada beberapa kondisi tertentu yang ekstrim, dapat terjadi peristiwa kekeringan, sedangkan musim hujan, dapat memicu banjir.
Pemeliharaan dam parit, embung, waduk secara reguler agar daya tampungnya dapat ditingkatkan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
Saran alternatif kebijakan menanggulangi dampak banjir Penataan daerah aliran sungai secara terpadu dan sesuai fungsi lahan.
Tidak membuang sampah ke sungai Mengadakan program pengerukan sungai Pemasangan pompa untuk daerah yang lebih rendah dari permukaan laut
Konservasi daerah aliran sungai, agar hujan dapat meresap ke dalam tanah sebanyak mungkin
Mengatur komposisi luas tanam komoditas yang akan diusahakan dihamparan pertanian Penyiapan varietas-varietas padi toleran kekeringan, berumur genjah, dan tahan OPT musim kemarau Pengembangan early warning system untuk mengetahui akan terjadinya kekeringan secara lebih awal 49
Penyiapan sarana dan prasaran produksi untuk daerahdaerah yang mulai terancam kekeringan.
3.
Jumlah bantuan benih padi nonhibrida (inbrida) pada umumnya cukup untuk luas sawah yang dimiliki petani, sedangkan bantuan benih padi hibrida jumlahnya 15 kg/ha menurut petani tidak cukup, apabila terjadi banyak serangan keong mas tidak tersedia untuk menyulam.
4.
Bantuan benih varietas padi unggul padi non hibrida (Ciherang, Inpari-1, Cibogo) pada program SLPTT di Kabupaten Grobogan, Sragen dan Pati, cukup efektif. Hal ini ditandai dengan terdapatnya peningkatan produktivitas di tiga kabupaten tersebut, yaitu antara 0,85-1,3 t/ha GKP
5.
Dari 3 kabupaten yang diteliti rata-rata produktivitas yang dapat dicapai petani di lokasi SL adalah 8,3 t, 7,4 t dan 8,0 t/ha GKP. Sedangkan pada laboratorium lapang LL rata-rata 8,65 t, 8,0 t dan 8,4 t/ha, atau di lokasi LL produktivitasnya 350-550 kg lebih tinggi daripada petani SL.
6.
Di Grobogan, bantuan benih unggul padi hibrida varietas Intani-1 dan Sembada yang diterima petani SL-PTT kurang efektif, karena kedua varietas tersebut produktivitasnya hampir sama dengan varietas Ciherang, Cibogo, dan Inpari-1, bahkan di Pati produktivitasnya lebih rendah daripada Ciherang. Rendahnya produksi padi hibrida di Sragen dan Pati karena ketidaksesuaian lahan, musim, dosis pupuk, dan daya adaptasi varietas.
7.
Bantuan pupuk untuk laboratorium lapang (LL) pada SL-PTT padi non hibrida cukup efektif, sedangkan untuk padi hibrida kurang efektif karena dosis pupuk kurang sesuai. Padi hibrida memerlukan dosis pupuk lebih tinggi dari pada padi inbrida (nonhibrida).
Dapat memanfaatkan biomas yang sudah terlanda kekeringan/puso untuk pakan ternak. Bantuan pengadaan/penyiapan sumber-sumber cadangan di lahan-lahan pertanian.
air
Outcome penelitian ini adalah: a) terjadinya penurunan tingkat kerusakan tanaman pangan yang terkenan banjir dan kekeringan akibat perubahan iklim global, dan b) stabilitas produksi padi dan palawija di daerah sentra produksi padi masa kini dan masa mendatang, meskipun perubahan iklim telah terjadi. Analisis efektivitas bantuan benih dan bantuan pupuk pada program SL-PTT Kegiatan survei telah dilakukan di Jawa Tengah yang secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut : 1.
Bantuan langsung benih unggul (BLBU) padi varietas Ciherang, Inpari-1, Cibogo, dan IR 64 yang diterima petani SL-PTT di Kabupaten Grobogan, Sragen, dan Pati Jawa Tengah umumnya mempunyai mutu benih (kemurnian dan daya tumbuh) baik, sedangkan padi hibrida Intani-1 dan Sembada mutunya ada yang baik, cukup, dan kurang baik.
2.
Bantuan benih padi pada umumnya diterima tepat waktu sesuai musim tanam, kecuali varietas Intani-1 yang diterima petani di Kabupaten Sragen mengalami keterlambatan sampai 30 hari, sehingga pelaksanaan SL-PTT varietas Intani-1 dilakukan pada musim berikutnya (MT-II, 2010/2011).
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
50
Saran alternatif kebijakan :
3.
Produsen benih di Jawa Tengah belum berkembang, ada kecenderungan bahwa keberadaan produsen benih dikarenakan adanya proyek pengadaan benih kedelai dari pemerintah. Jarang ada produsen benih kedelai yang konsisten dan bersifat mandiri. Sedangkan di Jawa Timur, ada beberapa produsen/penangkar benih yang masih konsisten dan bwerisifat mandiri dalam memproduksi benih kedelai, namun terbatas hanya 2-3 varietas kedelai sesuai dengan permintaan masyarakat tani setempat.
4.
Sistem jabalsim (jalinan arus benih antar lapang dan musim) saat ini tidak dapat dipertahankan sejalan dengan menurunnya minat petani untuk menanam kedelai.
5.
Minat petani untuk menanam kedelai menurun, karena berusahatani kedelai saat ini kurang menguntungkan dan tidak menarik bagi petani. Sebagai imbasnya akses terhadap benih kedelaipun menurun, dan akibatnya sistem perbenihan kedelai tidak berjalan.
Mutu benih (kemurnian dan daya tumbuh) bantuan benih padi hibrida perlu terus ditingkatkan agar dapat diperoleh hasil yang maksimal. Jumlah bantuan benih padi hibrida perlu ditingkatkan (>15 kg/ha), agar apabila terdapat serangan hama keong mas atau hama lain tersedia benih untuk menyulam Agar program SLPTT padi hibrida dapat berhasil lebih baik, dalam pelaksanaannya perlu memperhatikan faktor-faktor kesesuaian lahan, musim, dosis pupuk, daya adaptasi varietas dan mutu benih yang tinggi Outcome penelitian ini adalah: diketahuinya efektivitas bantuan benih unggul padi dan bantuan pupuk pada program SLPTT untuk peningkatan produktivitas padi secara nasional. Analisis kesiapan sistem mendukung swasembada.
perbenihan
kedelai
dalam
Kegiatan survei telah dilakukan di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Output yang telah dicapai secara ringkas dapat digambarkan sebagai berikut : 1.
2.
Penggunaan benih bermutu dari varietas-varietas unggul nasional di Jawa Tengah dan Jawa Timur umumnya belum begitu berkembang. Vub kedelai yang dikembangkan di daerah cenderung tidak berjalan atau putus ditengah jalan. Alur kelas benih belum berjalan sebagaimana mestinya, cenderung terputus ditengah jalan yang mengakibatkan tidak terjaminnya komoditas ketersediaan benih sumber.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
Saran alternatif kebijakan : Menetapkan pengembangan kawasan industri benih kedelai, agar ketersediaan benih menjadi lebih dekat dengan petani sehingga lebih efisien. Meningkatkan sosialisasi tentang manfaat penggunaan benih bermutu dari varietas unggul kedelai. Menumbuh kembangkan produsen/penangkar benih khususnya pada wilayah/daerah sentra produksi kedelai. Meningkatkan kemampuan SDM penanganan perbenihan kedelai.
perbenihan
dalam
51
Mengembangkan jaringan suistem informasi perbenihan kedelai, melalui penggunaan teknologi informasi yang dapat memudahkan terjadinya titik temu antara produsen dan konsumen benih serta instansi terkait lainnya, guna terciptanya agribisnis perbenihan kedelai. Outcome penelitian ini adalah: a) percepatan penyebaran dan adopsi varietas unggul baru, b) terhasilkannya produk berupa benih sumber dan benih sebar kedelai dengan penerapan sistem mutu, c) terpecahkannya permasalahan ketidakseimbangan penyediaan benih sumber dan benih sebar, kedelai bermutu sepanjang waktu, musim dan lokasi, dan d) terimplementasikannya sistem perbenihan serta terwujudnya industri benih kedelai yang stabil dan mantap. Analisis peningkatan kualitas implementasi PHT di lapang 1.
2.
Organisme pengganggu tanaman (OPT) padi utama yang dilaporkan petani di daerah DIY dan Jawa Tengah adalah tikus, penggerek batang, wereng batang coklat, dan kresek. Walaupun menurut hitungan statistik nasional akibat serangan OPT ini belum mengurangi produksi nasional secara nyata, akan tetapi di tingkat individu petani atau tingkat daerah kabupaten akibatnya sangat nyata. Oleh karena itu, petani sangat membutuhkan perhatian dan bantuan yang nyata dari berbagai pihak terkait. Ledakan wereng batang coklat di berbagai daerah di Pulau Jawa masih berlanjut hingga pertengahan 2011 karena banyak faktor, seperti pertanaman yang tumpang tindih dan petani masih menanam varietas yang rentan seperti varietas
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
Ciherang, IR64, IR42, dan Ketan yang berperan dalam peningkatan populasi wereng batang coklat. 3.
Seringkali pertimbangan harga jual gabah yang baik menyebabkan petani mengesampingkan faktor perlindungan tanaman yang ramah lingkungan. Sebagai akibatnya petani akan melakukan aplikasi pestisida dengan tujuan OPT tertentu mati.
4.
Pengendalian OPT padi di tingkat petani di berbagai daerah bervariasi, karena tingkat dominasi OPT utama berbeda. Memperhatikan dominasi wereng batang coklat pada dua setengah tahun terakhir, petani menggunakan teknik pengendalian dengan pestisida sintetis, dan bahan nabati (bawang putih, akar alang-alang, dan lain-lain) jarang dimanfaatkan padahal ramah lingkungan.
Saran alternatif kebijakan : Penyakit yang ditularkan wereng batang coklat, yaitu virus kerdil hampa dan virus kerdil rumput tidak dapat dikendalikan dengan pestisida, tetapi dengan sanitasi dan pengendalian vektornya. Mengingat gejala penyakit virus kerdil hampa dan virus kerdil rumput mungkin sangat membingungkan petani, maka materi penyuluhan harus di up date dan para penyuluh pertanianpun perlu di training dalam masalah ini. Menyiasati faktor iklim hampir tidak mungkin, tetapi dengan menanam varietas yang lebih genjah dan dengan arsitektur tanaman yang tegak akan dapat mengurangi kelembaban dan suhu pada iklim mikro di pertanaman padi. Yang terjadi pada saat ini, pada musim hujan yang sangat panjang, dengan pemupukan N yang tinggi, banyak petani yang memanen 52
tanaman yang rebah, padahal banyak gabah yang masih hijau, sehingga dapat diduga hasil gabah atau berasnya berkualitas rendah, terutama dengan tumbuhnya jamur atau bakteri pembusuk biji. Inilah salah satu permasalahan mutu gabah/beras di tingkat petani saat ini. Menghadapi banyak kenyataan bahwa petani telah menggunakan pestisida kurang tepat tetapi berkaitan erat dengan permasalahan yang ada di lapangan, seperti kurangnya air pada saat aplikasi, sehingga volume semprot juga berkurang. Permasalahan lainnya adalah pencampuran beberapa jenis pestisida dalam satu tangki sprayer menimbulkan in-efisiensi dan in-efektivitas aplikasi pestisida. Oleh karena itu kepada para peneliti entomologi perlu didalami kembali untuk menciptakan teknologi yang mudah digunakan petani, tetapi tetap efektif. Outcome untuk kegiatan penelitian ini adalah: hasil analisis tingkat adopsi PHT di lapang oleh petani dapat digunakan untuk meletakan permasalahan PHT pada tempatnya yang jelas, sehingga dapat dijadikan sebagai dasar perbaikan program PHT pada masa yang akan datang. Analisis sistem produksi benih jagung komposit Penelitian dilaksanakan di Propinsi Jawa Barat (Bandung, Garut, Cirebon, Majalengka). Responden penelitian meliputi Kepala dan aparat instansi atau lembaga yang terkait dalam sistem perbenihan jagung, yaitu BPSB Provinsi Jawa Barat di Bandung, BPB Palawija di Plumbon, Cirebon, UPT BPSB Wilayah di Garut dan Majalengka, Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
Majalengka, penangkar benih, pengusaha/pedagang/pemilik kios benih, dan petani. 1. Faktor-faktor penyebab kurang berkembangnya varietas unggul jagung komposit (bersari bebas) hasil riset litbang pertanian serta isu-isu permasalahan dalam sistem perbenihan jagung komposit di antaranya adalah: (1) lemahnya diseminasi dan promosi varietas unggul hasil riset litbang pertanian, (2) kurang terjalinnya komunikasi dan pertukaran informasi secara optimal antara produsen/penyedia benih yaitu BPB/UPT BPSB dan penangkar benih, pendistribusi/pemasar/penjual benih, dan petani pengguna benih, (3) kurangnya unit demplot untuk menunjukkan keragaan varietas unggul jagung komposit hasil riset litbang pertanian, (4) gencarnya promosi yang dilakukan oleh produsen/distributor/ pengusaha/pedagang benih jagung hibrida melalui media massa (cetak dan elektronik), demplot, display, pertemuan dengan kelompok tani, komunikasi tatapmuka, dan sering juga melibatkan penyuluh lapangan, (5) kurangnya insentif terhadap penyuluh untuk mendiseminasikan dan mempromosikan varietas unggul jagung komposit hasil riset litbang pertanian, (6) tidak terdatanya jenis atau varietas jagung yang ditanam petani di suatu daerah, apakah terkategori jagung komposit atau hibrida, (7) tidak adanya data atau ”peta” wilayah yang menanam jagung komposit di suatu daerah, dan (8) tidak adanya keharusan bagi pemulia untuk mengawal atau menelusur lebih lanjut pasca pelepasan varietas mulai fase produksi sampai pendistribusian benih sumber, benih pokok, dan benih sebar. 53
2.
Pengembangan produksi benih jagung komposit perlu dilakukan secara in situ disesuaikan dengan lokasi BPB Palawija, UPT BPSB Wilayah, atau cakupan pendistribusiannya. Permintaan benih sumber kepada Balitsereal perlu disampaikan beberapa bulan atau satu musim sebelum jadwal tanam, sehingga Balitsereal dapat memproduksi benih sumber sesuai dengan prinsip enam tepat (varietas, mutu, jumlah, waktu, lokasi/tempat, harga).
Saran alternatif kebijakan : Perlu dijalin komunikasi dan koordinasi yang lebih intensif antara Dinas Pertanian Propinsi dan Kabupaten, instansi atau lembaga perbenihan di tingkat Pusat dan Daerah, Penyuluh, Penangkar, dan Kelompok Tani dalam memecahkan masalah yang dihadapi dan merencanakan kebutuhan benih untuk musim tanam yang akan datang dengan tepat, Dinas Pertanian Kabupaten bersama-sama kantor BPP dan Penyuluh di Kecamatan perlu menginformasikan data prediksi kebutuhan benih sebar dan varietas jagung komposit yang perlu disediakan oleh produsen atau penangkar benih, Atas dasar informasi tentang prediksi kebutuhan benih sebar tersebut, BPB atau UPT BPSB Wilayah perlu menyampaikan permintaan benih pokok dan varietasnya untuk diproduksi di BPB atau UPT BPSB Wilayah kepada Dinas Pertanian Provinsi c.q. BPSB Provinsi, dan untuk selanjutnya BPSB Provinsi menyampaikan permintaan benih sumber kepada Balitsereal dengan tembusan kepada Puslitbang Tanaman Pangan dan Direktorat Perbenihan Serealia, Dinas Pertanian Kabupaten bersama-sama BPB atau UPT BPSB Wilayah perlu menyampaikan laporan/informasi Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
kepada Dinas Pertanian Provinsi c.q. BPSB Provinsi tentang benih pokok dan/atau benih sebar dan varietas jagung komposit yang didistribusikan kepada penangkar dan/atau petani, disertai keterangan tentang mutu benih (daya tumbuh), jumlah, waktu pendistribusian, dan lokasi/tempat penyebaran atau penanamannya, Dinas Pertanian Provinsi c.q. BPSB Provinsi perlu menyampaikan informasi kepada Balitsereal dengan tembusan kepada Puslitbang Tanaman Pangan dan Direktorat Perbenihan Serealia tentang benih pokok dan varietas jagung komposit yang didistribusikan kepada BPB atau UPT BPSB Wilayah, disertai keterangan tentang mutu benih (daya tumbuh), jumlah, waktu pendistribusian, dan lokasi/tempat penyebaran atau penanamannya, Penyuluh dan pihak terkait yang terlibat dalam rantai produksi dan distribusi benih, termasuk penangkar dan petani pengguna benih, perlu diberikan insentif yang wajar karena telah membantu dalam produksi, pendistribusian, dan peningkatan adopsi benih dan varietas unggul jagung komposit, serta peningkatan produksi jagung mendukung program swasembada jagung. Outcome untuk kegiatan penelitian ini adalah: a) diketahui faktor-faktor yang menjadi penyebab kurang berkembangnya varetas unggul jagung komposit hasil riset Litbang Pertanian, b) saran kebijakan operasional untuk pengembangan produksi benih jagung bersari bebas/komposit dan c) langkah-langkah operasional untuk pemecahan masalah terkait isu-isu perbenihan jagung komposit yang terjadi saat berlangsungnya penelitian.
54
Pupuk dan Pemupukan Padi Sawah Spesifik Lokasi Pemerintah telah mengurangi subsidi pupuk mulai 1 April 2010 yang menyebabkan harga pupuk meningkat 25-40%, dan diperkirakan harga pupuk akan terus meningkat. Oleh karena itu, petani harus lebih efisien dalam pengelolaan pemupukan padi sawah. Usahatani lahan sawah di Indonesia yang dicirikan oleh kondisi kepemilikan lahan sawah yang kecil, menyebabkan manajemen pengelolaan lahan beragam baik antarpetani maupun antarhamparan sawah. Kondisi ini memerlukan suatu teknologi pemupukan tepat guna untuk usahatani lahan sawah. Badan Litbang Pertanian bekerjasama dengan IRRI telah mengembangkan perangkat lunak berjudul “Nutrient Manager for Rice” atau Pemupukan Hara Spesifik Lokasi. Salah satu manfaatnya adalah memberikan saran strategi pemupukan yang efisien (tepat takaran, tepat sumber, tepat cara, dan tepat waktu applikasinya). Menteri Pertanian telah meluncurkan PHSL berbasis web berjudul “Pemupukan Hara Spesifik Lokasi” yang dapat diakses melalui http://webapps.irri.org/nm. Teknologi PHSL dalam bentuk website bertujuan untuk memudahkan diseminasi dalam skala luas guna perbaikan manajemen pemupukan padi sawah di Indonesia dengan target pengguna adalah (a) teknisi BPTP dan (b) penyuluh pertanian lapangan (PPL). Saran alternatif kebijakan : Bagi pabrik pupuk, baik BUMN maupun pengusaha lokal, disarankan dapat membuat paling tidak dua komposisi pupuk majemuk lagi yaitu (a) dengan kandungan hara N seperti pada Ponska tetapi kandungan P-nya relatif rendah dan kandungan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
K- nya relatif tinggi dan (b) formula pupuk dengan kandungan hara N seperti juga pada Ponska tapi kandungan P-nya relatif tinggi dan kandungan K-nya relatif rendah (sebagai pemeliharaan), sehingga tidak terjadi penambangan hara P dan K secara berlebihan di tanah. Petani memerlukan penyuluhan dan pemahaman bahwa penggunaan pupuk yang efisien sangat menentukan jumlah pupuk yang harus diberikan serta target hasil gabah yang dapat dicapai. Dengan teknologi pemupukan hara spesifik lokasi (PHSL) diharapkan penggunaan pupuk oleh petani dapat lebih rasional sesuai kebutuhan tanaman sekaligus meningkatkan produksi dan pendapatan petani
Sasaran 6: Terselenggaranya diseminasi teknologi tanaman pangan Untuk mencapai sasaran tersebut diukur melalui pencapaian indikator kinerja utama dengan target yang telah ditetapkan dalam PKT 2011 yaitu diterbitkannya 10 judul publikasi ilmiah dan 4 kali pertemuan ilmiah. Sasaran 6 tersebut dicapai melalui kegiatan “Diseminasi teknologi tanaman pangan”, yang terdiri dari 4 subkegiatan yaitu 1) Pengembangan sistem informasi komunikasi, diseminasi, dan umpan balik inovasi tanaman padi, 2) Pengembangan diseminasi dan penjaringan umpan balik teknologi aneka kacang dan ubi, 3) Penyebarluasan dan alih teknologi inovasi produksi serealia, dan 4) Pengembangan sumber daya informasi iptek, diseminasi, dan jaringan umpan balik tanaman pangan.
55
Adapun pencapaian target dari masing-masing indikator kinerja disajikan sebagai berikut : Indikator tingkat capaian kinerja kegiatan tahun 2011 Indikator Kinerja Pengembangan sistem informasi komunikasi, diseminasi dan umpan balik inovasi tanaman padi (paket kegiatan)
Target
Realisasi
1
1
% 100,0
420 ton
420 ton
100,0
Pengembangan diseminasi dan penjaringan umpan balik teknologi aneka kacang dan ubi (paket kegiatan)
1
1
100,0
Penyebarluasan dan alih teknologi inovasi produksi serealia (paket kegiatan)
1
1
100,0
Pengembangan sumber daya iptek dan diseminasi tanaman pangan (paket kegiatan)
1
1
100,0
Penyediaan benih kelas SS
Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan dalam tahun 2011 berdasarkan target yang direncanakan telah tercapai dengan persentase pada masing-masing kegiatan rata-rata 100%, sedangkan realisasi keuangan sebesar Rp. 14.451.629.274,(95,78%). Pencapaian indikator kinerja kegiatan untuk mencapai sasaran dapat dilihat secara rinci pada formulir PKK. Sebagai perbandingan atas kemajuan yang telah diperoleh dari tahun sebelumnya 2010 dapat dijelaskan sebagai berikut :
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
Capaian Kinerja 2010 Indikator Kinerja
2010
2011
Diseminasi inovasi teknologi padi mendukung kemandirian pangan (paket kegiatan)
1
1
Diseminasi inovasi teknologi aneka kacang dan ubi (paket)
1
1
Diseminasi inovasi teknologi tanaman serealia (paket kegiatan)
1
1
Pengembangan sumber daya iptek dan diseminasi tanaman pangan (paket kegiatan)
1
1
Dari perbandingan capaian kinerja tahun sebelumnya dengan capaian kinerja tahun 2011 terlihat sama tetapi ada penambahan beberapa kegiatan di antaranya PPN XIII di Tenggarong Kalimantan Timur, gelar teknologi, workshop, seminar open house, dan Hari Pangan Sedunia. Tahun 2011 merupakan tahun implementasi Sistem Diseminasi Multi Channel di lingkup Badan Litbang Pertanian. Artinya bahwa hasil penelitian yang menonjol harus segera disebarluaskan kepada para penggunanya melalui berbagai channel komunikasi seperti pembuat kebijakan baik pusat dan daerah, penyuluh, petani dan swasta serta melalui kegiatan temu lapang, open house, seminar, pameran, maupun publikasi. Kegiatan diseminasi yang menonjol tahun 2011 lingkup Puslitbangtan adalah partisipasi dalam kegiatan Penas XIII di Tenggarong Kalimantan Timur, Hari Pangan Sedunia di Gorontalo, Openhouse Balitsereal dengan Tanam Perdana Jagung Hibrida, KRPL Pacitan, Seminar, dan berbagai pameran lainnya.
56
Pekan Nasional (Penas) XIII PENAS Petani Nelayan XIII tahun 2011 yang berlangsung tanggal 18-23 Juni 2011 dilaksanakan di Desa Perjiwa, Kecamatan Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur. Penas XIII dibuka oleh Wakil Presiden RI dihadiri sekitar 30 ribu petani, nelayan, penyuluh, dan pejabat pemerintah seluruh Indonesia. Puslitbangtan bersama seluruh Satker Kementerian Pertanian, menyajikan gelar teknologi varietas unggul padi, jagung, aneka kacang dan ubi yang beradaptasi pada perubahan iklim.
Gambar 18. Keragaan tanaman pangan di Cluster Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan pada Penas XIII di Tenggarong, Kalimantan Timur
Kegiatan ini juga sebagai upaya Puslitbangtan untuk mengoptimalkan keterlibatan masyarakat petani secara langsung dalam proses pembelajaran pemahaman aplikasi inovasi teknologi di lapang. Varietas unggul tanaman pangan ditampilkan di lapang pada Cluster Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan dan Cluster Pangan Alternatif, serta Pameran Indoor.
Gambar 21. Keragaan tanaman ubi-ubian di Cluster Pangan Alternatif pada Penas XIII di Tenggarong, Kalimantan Timur.
Gambar 20. Menteri Pertanian berdiskusi dengan pemulia jagung saat kunjungan ke pameran indoor Penas XIII
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
57
Hari Pangan Sedunia Saat ini penduduk dunia hampir mencapai 7 miliar orang dan tahun 2050 diprakirakan mencapai 9 miliar orang. Dalam hal penyediaan pangan dirasakan belum aman akibat penambahan jumlah penduduk, ke depan kerawanan pangan perlu diantisipasi. Oleh karena itu, Wapres mengatakan bahwa untuk mengatasi kerawanan pangan diperlukan pemanfaatan teknologi yang tepat dan pengelolaan sumber daya yang baik untuk menghasilkan pangan yang cukup bagi bangsa Indonesia. Kunjungan Wapres pada acara HPS tersebut disertai Menteri Pertanian, Perwakilan FAO James Mc Grane, perwakilan 21 negara sahabat, dan gubernur di Indonesia. Pada Acara HPS tersebut Badan Litbang Pertanian menampilkan berbagai inovasi teknologi yang dikelompokkan pada empat cluster yaitu 1) Rumah Pangan Lestari (RPL), 2) Pangan Fungsional, 3) Swasembada Pangan, dan 4) Tanaman Obat dan Aromatik. Dalam kunjungan Wapres ke lahan Gelar Teknologi Badan Litbang Pertanian, beliau sangat tertarik dengan penampilan berbagai tanaman sayuran dan biofarmaka yang ada di hamparan RPL. Selain itu, Wapres berkesempatan mendengarkan penjelasan tentang kemajuan penelitian kedelai, padi, dan jagung. Pada kesempatan ini Wapres sempat memetik polong kedelai muda dan memakannya. Pada tanaman jagung, Wapres sempat memegang tanaman jagung yang memiliki tongkol dua dan berdiskusi dengan peneliti jagung. Hal yang menarik dari acara HPS tersebut, Wapres sangat memperhatikan kemajuan riset di bidang pertanian dan bagaimana hasil riset tersebut segera disebarkan kepada petani serta sampai di lahan petani.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
Gambar 22. Dr. Hasil Sembiring (Kepala Puslitbangtan) menjelaskan kemajuan penelitian kedelai kepada Wakil Presiden, Menteri Pertanian dan Gubernur Gorontalo. Open house di Balai Penelitian Tanaman Padi
Gambar 23. Menteri Pertanian didampingi Kepala Badan Litbang Pertanian dan Dirjen Tanaman Pangan pada acara open house di BBPadi memanen padi varietas INPARI 13 yang ditengarai tahan wereng coklat
58
Openhouse dan Seminar Nasional Jagung Openhouse Balitsereal berlangsung tanggal 3-4 Oktober 2011 dengan tema Inovasi Teknologi Mendukung Swasembada Jagung dan Diversifikasi Pangan yang dibuka secara resmi oleh Menteri Pertanian Dr. Ir. Suswono, MMA. Open House tersebut dihadiri oleh Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Selatan, 11 Bupati Daerah dan 1 Wali Kota dari wilayah Sulawesi Selatan. Dalam acara tersebut Menteri Pertanian berkesempatan melakukan penanda-tanganan peresmian pengoperasian Laboratorium Biologi Molekuler Badan Litbang Pertanian yang menggunakan teknologi molekuler seperti genotyping dan sequencing berteknologi tinggi. Seusai melakukan penandatanganan peresmian laboratorium, Menteri Pertanian bersamasama dengan sejumlah pejabat pusat dan daerah melakukan tanam perdana jagung hibrida unggul Bima 14 Batara dan Bima 15 Sayang, yang merupakan varietas hasil Badan Litbang Pertanian. Selanjutnya, Menteri Pertanian berkesempatan mengunjungi visitor plot Badan Litbang Pertanian yang menggelar varietas unggul jagung hasil penelitian Badan Litbang Pertanian. Teknologi tersebut antara lain jagung hibrida BiomasTinggi (varietas Bima 1 – 6), jagung hibrida berumur genjah (varietas Bima 7 – 8) dengan umur 88 hari, dan jagung hibrida kaya protein (varietas Bima 12Q dan 13Q) dengan potensi hasil sampai 13 t/ha. Selain jagung hibrida, Badan Litbang Pertanian juga memamerkan calon varietas unggu baru jagung hibrida bertongkol 2 serta jagung QPM biji putih yang sesuai guna mendukung diversifikasi pangan dan mengatasi masalah gizi buruk.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
Gambar 24. Menteri Pertanian, Wakil Gubernur Sulawesi Selatan, dan Kepala Badan Litbang Pertanian melakukan tanam perdana jagung hibrida varietas Bima-14 dan Bima-15 dan wawancara pada acara Openhouse Balitsereal. Seminar Nasional Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan litbang yang perannya telah dinilai baik oleh Kementerian Pertanian tidak boleh kehilangan momen, stagnan, dan berhenti berinovasi. Untuk itu seluruh peneliti di Badan Litbang Pertanian harus kuasai pertanian holistik, pahami aspek yang lebih luas mencakup teknis, sosial-ekonomi, bahkan budaya, serta perubahan lingkungan termasuk dinamika politik. Ada dua indikator keberhasilan penelitian yang harus dipenuhi peneliti lingkup Badan Litbang Pertanian yakni science recoqnition dan impact recoqnition. Demikian inti arahan Dr Haryono, Kepala Badan Litbang Pertanian pada pembukaan Seminar Nasional Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi, di Balitkabi, Malang, 15 November 2011.
59
Gambar 25. Kepala Badan Litbang Pertanian membuka Seminar KABI 2011 dan penyerahan benih sumber kedelai FS untuk di Jawa Timur dan Yogyakarta
Pelatihan ini diharapkan hasil usahatani tidak langsung dijual segar, namun diproses terlebih dulu menjadi pangan olahan sehingga meningkat nilai ekonominya. Pemrosesan ini secara langsung akan menambah kegiatan ekonomis bagi warga Desa Kayen. Itulah salah satu daya katrol pelatihan ini terhadap pengembangan KRPL di Pacitan. Perlu dikemukakan bahwa dengan konsep KRPL ini, lahan yang tidak diusahakan, baik tegalan, pekarangan, maupun sawah, diusahakan tanaman yang cocok untuk kondisi lahannya. Tanaman yang diusahakan antara lain umbi-umbian (ubi jalar, suweg, mbote, dan sejenisnya), aneka tanaman obat, serta tanaman tahunan. Balitkabi di wilayah KRPL mengembangkan ubijalar MSU 03028-10, Antin-1, dan Beta-1, serta umbi-umbian potensial mbote, ganyong, talas, garut dan suweg.
Produk olahan pangan bahan baku dari kebun KRPL Untuk lebih meningkatkan nilai tambah produk pertanian dan kegiatan ekonomi di Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) di Desa Kayen, Kabupaten Pacitan, Balitkabi melatih para pengrajin, Kelompok Kerja (Pokja) PKK, staf Ketahanan Pangan, dan Penyuluh Pertanian. Materi pelatihan mencakup pengolahan ubi jalar, ubi kayu, dan kedelai menjadi produk pangan olahan yang nilai ekonominya lebih tinggi ketimbang bahan segarnya. Pelatihan diikuti oleh 28 orang terdiri dari ibu-ibu pengrajin pangan, Pokja PKK Desa Kayen, staf Kantor Ketahanan Pangan, dan Penyuluh Pertanian. Hadir Dr. Haryono, Kepala Badan Litbang Pertanian, Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian (Kemtan), dan Gubernur Jawa Timur. Sebelumnya, Gubernur Jawa Timur bersama Bupati Pacitan dan rombongan meninjau ke kampung KRPL.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
Gambar 26. Kepala Badan Litbang Pertanian mencicipi produk olahan pangan karya ibu-ibu peserta pelatihan
60
Budi Daya Kedelai di Kawasan Hutan Jati
Menyongsong Kebangkitan Kedelai di Sulawesi Tenggara
Budi daya kedelai di kawasan hutan jati dilaksanakan sebagai sarana untuk mendiseminasikan hasil penelitian kedelai kepada pengguna, DEMFARM untuk mendukung suksesnya Gerakan Peningkatan Produksi Pangan berbasis Kemitraan (GP3K). Gelar teknologi budi daya kedelai di kawasan hutan ini dapat menjawab keraguan semua pihak bahwa apakah lahan hutan dapat dimanfaatkan untuk produksi tanaman pangan?. Pertumbuhan kedelai di antara tegakan pohon jati dapat tumbuh dengan baik. Keuntungan bertanam kedelai yang di tumpangsarikan dengan pohon jati antara lain : (a) Pemanfaatan lahan lebih optimal, (b) Produk panen beragam, (c) Lebih cepat memperoleh penghasilan (kedelai panen umur 85-90 hari), (d) Memperoleh tambahan hasil, (e) Memperbaiki kesuburan tanah karena tambahan N dari rhzobium dan bahan organik dari serasah tanaman kacangkacangan, (f) Mencegah erosi, dan (g) Menyediakan pakan ternak.
Sepuluh tahun terahir (2000 – 2010) luas pertanaman kedelai di Sulawesi Tenggara (Sultra) berfluktuasi dari 1.600 ha hingga 6.700 ha. Luas pertanaman kedelai tertinggi terjadi tahun 2009 yaitu 6.700 ha dan kemudian turun menjadi 2.650 ha pada tahun 2010, dengan tingkat produktivitas sekitar 0,9 t/ha. Sentra pertanaman kedelai yaitu di Kabupaten Konawe Selatan yaitu hampir 90% dari total luas di Propinsi Sultra.
Gambar 27. Keragaan kedelai di sela-sela tanaman hutan jati mampu berproduksi dan mengoptimalkan lahan Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi) bekerjasama dengan BPTPertanian Sulawesi Tenggara melaksanakan Gelar Teknologi Budi Daya Kedelai di lahan sawah di Desa Pangan Jaya, Kecamatan Lainea, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara seluas 1,5 ha, melibatkan tiga petani koperator, menggunakan varietas Argomulyo dan Burangrang. Kedua varietas selain berbiji besar juga berumur genjah (76-80 hari). Tanah di lokasi tersebut adalah Ultisol, dan berdasarkan uji tanah yang dilakukan oleh BPTP Sultra pH tanah sekitar 5, kandungan P dan bahan organik sangat rendah, kandungan N rendah, dan K sedang. Hasil panen menunjukkan potensi varietas unggul Argomulyo dapat mencapai hasil 2,1 t/ha. Varietas Burangrang menunjukkan keragaan yang lebih baik daripada varietas Argomulyo, namun belum panen. Petani lebih menyukai varietas Burangrang dibandingkan Argomulyo. Petani sangat senang dengan adanya kegiatan ini karena baru pertama kali menanam kedelai dengan sistim tanpa olah tanah (TOT). Adanya gelar teknologi tersebut petani semakin yakin bahwa menanam kedelai di lahan sawah setelah padi dapat dilakukan dengan sistim TOT. Dalam sambutannya mengahiri acara temu lapang, ketua Gapoktan Desa 61
Pangan Jaya (Bapak Mashari) menyatakan bahwa tanam kedelai dengan sistim TOT adalah sesuatu yang baru bagi petani setempat. Berdasarkan pengakuan petani koperator, banyak petani yang membeli hasil panennya untuk dijadikan benih pada musim tanam bulan Nopember 2011. Hasil analisis usahatani kedelai, apabila dapat mencapai hasil 2,1 t/ha maka akan diperoleh keuntungan Rp 6.332.000/ha atau nisbah B/C 1,21. Secara umum, petani sangat tertarik dan antusias untuk menanam kedelai yang sudah ditinggalkannya selama 15 tahun. Demplot kedelai dan temu lapang ini merupakan awal kebangkitan kembali kedelai di Sulawesi Tenggara pada umumnya dan di Kabupaten Konawe Selatan pada khususnya.
Gambar 28. Keragaan tanaman kedelai, panen dan temu lapang di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
Lokakarya pengelolaan hara kalium untuk tanaman kedelai pada lahan sawah dengan pola tanam padi – padi – kedelai Balitkabi bekerja sama dengan Internasional Potash Institute (IPI) melakukan penelitian tentang pemupukan/ pengelolaan K pada kedelai di lahan sawah yang berpola tanam ”Padi – Pad – Kedelai”. Penelitian ini direncanakan berjalan tiga tahun, dimulai tahun 2011. Tahun ini kegiatan dilakukan di Madiun (Desa Pulerejo, kec. Pilangkenceng) dan Ngawi (Desa Wonokerto, kec. Kedunggalar). Sebagai rangkaian kegiatan penelitian tersebut, dilakukan: ”Pelatihan dan Lokakarya untuk Penyuluh dan Petani”, dengan topik: ”Pengelolaan Hara Kalium untuk Tanaman Kedelai pada Lahan Sawah dengan Polatanam ”Padi – Padi – Kedelai”
Gambar 29. Tanaman kedelai di tanah Vertisol di Pilangkenceng (Madiun) yang menunjukkan gejala defisiensi K
62
Kepala Dinas Pertanian dan Hortikultura Daerah Tingkat II Ponorogo, menyampaikan beberapa hal, yaitu: (a) bahwa Madiun, Ponorogo, dan Ngawi adalah sebagian dari wilayah Provinsi Jawa Timur yang cukup banyak memproduksi kedelai, namun hasilnya belum optimal, karena berbagai sebab seperti kualitas benih yang kurang baik, gangguan hama/penyakit, dan kekurangan hara, serta (b) pada tahun ini (2011) hasil kedelai di tiga kabupaten tersebut dipastikan akan naik, karena luas tanamannya meningkat, hal ini disebabkan oleh kondisi curah hujan yang kurang dan sebagian petani takut menanam padi karena hama wereng. Beberapa hal penting yang dapat diperoleh, terkait dengan pengelolaan hara K untuk kedelai pada lahan sawah adalah sebagai berikut: Status hara K pada lahan sawah, khususnya di Madiun, Ponorogo, dan Ngawi adalah beragam, mulai dari sangat rendah (<0,1 me/100 g) sampai sangat tinggi (>1,0 me/100 g). Sebagian besar lahan sawah di tiga kabupaten tersebut adalah tergolong rendah sampai sangat rendah, berturut-turut: (a) Madiun 66,3%, (b) Ponorogo 65,7%, dan (c) Ngawi 58,1% dari areal sawah, yang disurvei pada tahun 2001. Kalium sangat berperanan penting dalam proses fisiologi tanaman, karena terlibat dalam 60 reaksi enzimatis, diantaranya dalam proses fotosintesis dan sistesis protein. Kecukupan kalium selain akan menentukan tingkat hasil juga kualitas hasil. Tanaman yang kurang hara K akan mudah rebah dan rentan terhadap serangan hama dan penyakit, serta cekaman kekeringan. Hara K dalam jerami akan cepat tersedia bagi tanaman setelah dibenamkan ke dalam tanah yang cukup air karena cepat terdekomposisi dan melepaskan K (30 hari 100% K dalam jerami telah terlepas/tersedia), atau jerami dibakar
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
Gambar 30. Pada tanah Vertisol di Kedunggalar (Ngawi) yang mengandung K-dd 1,03 me/100 g, tanaman kedelai tidak respon terhadap pemupukan K yang meningkat, setara dengan 50 – 200 kg KCl/ha Publikasi Hasil Penelitian Diseminasi teknologi tanaman pangan untuk menyebarluaskan teknologi baru kepada pengguna baik melalui ekspose maupun penerbitan berbagai publikasi ilmiah, antara lain: Jurnal penelitian tanaman pangan No. 1, 2, dan 3. Buletin Iptek tanaman pangan No. 1 dan 2 tahun 2011 Laporan tahunan 2010 penelitian padi dan palawija Buku saku musuh alami hama padi Berita Puslitbangtan SOP pengendalian wereng coklat Profile of Indonesia Centre for Rice Research Buku musuh alami hama padi 63
Pengendalian hama tikus terpadu Pengendalian penyakit kresek dan hawar daun bakteri SOP pengendalian penggerek batang Padi toleran rendaman Jagung, sorgum, dan gandum Diskripsi varietas unggul Jagung, Sorgum dan Gandum Leaflet Panduan Praktis Leaflet Budi daya Tanaman Jagung Tanaman Sisip Lefleat Sekilas Balai (Bahasa Indonesia, Inggris)
Gambar 31. Publikasi hasil penelitian tanaman pangan 2011
Tabel 7. Judul makalah ilmiah yang diterbitkan melalui Jurnal Penelitian Tanaman Pangan 2011. No
Judul Tulisan
Penulis
1
Karakter Agronomi dan Hasil Galur Padi Toleran Rendaman
Aris Hairmansis, dkk
2
Pembentukan Galur Mandul Jantan Baru Padi Hibrida Tahan HDB dan WBC
Yudhistira Nugraha, dkk
3
Pengaruh Derajat Sosoh dan Pengemas pada Mutu Beras Aromatik selama Penyimpanan
Elsera B Tarigan, dkk
4
Efektivitas Kombinasi Amelioran dan Pupuk Kandang dalam Meningkatkan Hasil Kedelai pada Tanah Ultisol
Sudaryono, dkk
5
Pengaruh Takaran Pupuk NPKS, Dolomit, dan Pupuk Kandang terhadap Hasil Kedelai di Lahan Pasang Surut
A. Taufiq, dkk
6
Peningkatan Efikasi Cendawan Lecanicillium lecanii untuk Mengendalikan Telur Hama Kepik Coklat pada Kedelai
Yusmani P, dkk
7
Galur Harapan Padi Rawa Toleran Rendaman
Rini Hermanasari, dkk
8
Pengelolaan Hara pada Varietas Padi Toleran Rendaman
Ikhwani, dkk
9
Peningkatan daya Berkecambah dan Vigor Benih Padi Hibrida Melalui Invigorasi
Sri Wahyuni
Outcome hasil penelitian tersebar dan diketahui dengan cepat
10
Sudir
oleh pengguna petani, pemerintah (pusat dan daerah), swasta, LSM, dan khalayak umum lainnya.
Reaksi Padi Hibrida Introduksi terhadap Penyakit HDB dan Hasil Gabah
11
Mutu Beras Padi Aromatik dari Pertanaman di Lokasi dengan Ketinggian Berbeda
Suhartini, dkk
12
Kandungan Mineral Beberapa Galur Harapan Padi Sawah
Cucu Gunarsih, dkk
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
64
C. AKUNTABILITAS KEUANGAN
Tabel 7. (lanjutan) ......... No
Judul Tulisan
Penulis
13
Potensi Cendawan Entomopatogen Verticillium lecanii dan Beauveria bassiana dalam Mengendalikan Wereng Hijau dan menekan Intensitas Penyakit Tungro
Fausiah T. Ladja, dkk
14
Pewarisan Ketahanan Penyakit Tungro pada galur Padi OBSTG02-28
Ahmad Muliadi, dkk
15
Identifikasi Varietas/Klon Ubikayu Unggul untuk Bahan Baku Bioetanol
Erliana Ginting, dkk
16
Peran Varietas Tahan dalam Menurunkan Populasi Wereng Coklat Biotipe 4 pada Tanaman Padi
Baehaki S.E, dkk
17
Pengaruh Bahan Pengemas terhadap Mutu Beras Padi Aromatik selama Penyimpanan
Jumali, dkk
18
Seleksi dan Identifikasi Bakteri Antagonis sebagai Agens Pengendali Hayati Penyakit Hawar Pelepah Padi
Rustam, dkk
19
Laju Pertumbuhan Vegetatif dan Generatif Genotipe Kedelai Berumur Genjah
A. Ghozi Manshuri
20
Pengaruh Penyosohan dan Pemasakan terhadap Kandungan Vitamin B Beras Merah
Siti D. Indrasari
21
Keragaan Padi Hibrida pada Sistem Pengairan intermittent dan Tergenang
Yuniati Pieter
22
Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L) pada Berbagai Jarak Tanam
Yuslima
23
Karakteristik Agronomis dan Fisikokimia Umbi Klon Ubikayu Genjah
Titik Sundari, dkk
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
Alokasi Anggaran Lingkup Puslitbang Tanaman Pangan Pagu anggaran lingkup Puslitbang Tanaman Pangan tahun anggaran 2011 Rp. 139.652.958.000, terdiri dari belanja pegawai Rp.45.887.163.000, belanja barang Rp.57.661.776.000,- dan belanja modal Rp.36.104.019.000,-. Anggaran tersebut dibagi untuk Puslitbangtan dan tiga balai komoditas serta satu loka penelitian penyakit tungro dengan rincian sebagai berikut: a) Puslitbangtan Rp. 12.384.295.000,- b) Balai Besar Padi Rp. 80.348.074.000,- c) Balai Penelitian Kacang-Kacangan dan UmbiUmbian Rp. 20.830.939.000,- d) Balai Penelitian Tanaman Serealia Rp. 23.090.208.000,- dan e) Loka Penelitian Penyakit Tungro Rp. 2.999.442.000,-. Realisasi Anggaran Total anggaran lingkup Puslitbang Tanaman Pangan TA 2011 sebesar Rp.139.652.958.000, sedangkan realisasi anggaran lingkup Puslitbang Tanaman Pangan sampai dengan 31 Desember 2011 sebesar Rp.130.845.450.980,- atau 93,69% terdiri dari belanja pegawai Rp. 44.064.977.549,- (96,03%), belanja barang Rp. 54.545.036.721,(94,59%), dan belanja modal Rp. 32.235.436.710,- (89,28%). Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Puslitbang Tanaman Pangan berdasarkan peraturan yang berlaku juga diwajibkan untuk mengumpulkan dan menyetorkan penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Secara umum target yang ditetapkan dapat tercapai bahkan terlampaui (tercapai 190,65% dari target tahun 2011).
65
Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak lingkup Puslitbang Tanaman Pangan sampai dengan akhir bulan Desember 2011 sebesar Rp. 3.280.721.870,- (190,65%) dari target PNBP sebesar Rp. 1.720.815.132,- yang terdiri dari target penerimaan umum sebesar Rp. 44.370.132,- dan penerimaan fungsional Rp. 1.676.445.000,- dengan realisasi penerimaan umum Rp. 152.927.549,- (344,66%) dan penerimaan fungsional Rp. 3.127.794.321,- (196,57%). Analisis Akuntabilitas Keuangan Penelitian Capaian kinerja akuntabilitas bidang keuangan Puslitbang Tanaman Pangan berdasarkan kelompok kegiatan dan sasaran penelitian pada umumnya telah berhasil dalam mencapai sasaran dengan baik. Tahun anggaran 2011 untuk pagu biaya operasional berdasarkan kelompok kegiatan dan sasaran sebesar Rp. 36.392.864.000, sedangkan realisasinya sebesar Rp. 35.498.667.022 atau 97,54% dengan perincian seperti terlihat pada Tabel 8 di bawah ini :
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
66
Tabel 8. Akuntabilitas keuangan Puslitbang Tanaman Pangan berdasarkan indikator sasaran kegiatan TA. 2011. No. 1.
Indikator Sasaran Tersedianya informasi sumber genetik tanaman pangan
daya a.
b.
c.
2.
Terciptanya varietas unggul baru tanaman a. pangan b. c.
3.
Tersedianya teknologi budi daya, panen, dan pascapanen primer tanaman pangan
a. b.
c. d.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
Kegiatan Peningkatan sumber genetik koleksi plasma nutfah padi karakterisasi, verifikasi, dan rejuvinasi untuk perbaikan sifat varietas padi Pengelolaan dan pemberdayaan plasma nutfah tanaman aneka kacang dan ubi secara konvensional, serta memanfaatkan teknologi DNA Koleksi, rejuvinasi, karakterisasi, dan evaluasi sumber daya genetik jagung genjah, sorgum manis, gandum tropis, dan jawawut Perakitan varietas unggul baru padi Perakitan varietas unggul baru tanaman aneka kacang dan ubi Perakitan varietas unggul baru jagung dan serealia lainnya Teknologi budi daya tanaman padi Pengembangan Teknik Peringatan Dini di Pesemaian dan Tanaman Umur Muda serta Pengendalian Penyakit Tungro untuk menekan Kehilangan Hasil Teknologi budi daya tanaman aneka kacang dan ubi Teknologi budi daya tanaman serealia
Anggaran 345.000.000
Realisasi 344.372.000
% 99,8
172.178.000
171.948.300
99,9
220.252.000
220.018.100
99,9
7.221.000.000 1.793.109.000
7.191.200.820 1.785.635.703
99,6 99,6
1.490.424.000
1.486.401.827
99,7
4.120.000.000 874.878.000
4.024.010.008 874.878.000
97,7 100,0
488.590.000
488.167.780
99,9
225.342.000
222.595.150
98,8
67
Tabel 8. (lanjutan).................... No. Indikator Sasaran 4. Tersedianya benih sumber varietas unggul baru padi, jagung, kedelai untuk penyebaran varietas berdasarkan SMM ISO 9001-2008 5. 6.
Tersedianya kebijakan pengembangan tanaman pangan Terselenggaranya diseminasi teknologi tanaman pangan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
Kegiatan a. Penyediaan benih sumber varietas unggul padi b. Penyediaan benih penjenis kedelai dan benih sumber aneka kacang dan ubi c. Produksi benih sumber jagung
Anggaran 1.191.000.000 1.277.730.000
Realisasi 1.154.990.500 1.227.243.810
% 97,0 96,0
1.093.622.000
1.087.260.950
99,4
a. Analisis kebijakan pengembangan tanaman pangan 1. Pengembangan sistem informasi komunikasi, diseminasi dan umpan balik inovasi tanaman padi 2. Pengembangan diseminasi dan penjaringan umpan balik teknologi aneka kacang dan ubi 3. Penyebarluasan dan alih teknologi inovasi produksi serealia 4. Pengembangan sumber daya informasi IPTEK, diseminasi dan jaringan umpan balik tanaman pangan TOTAL
791.000.000
768.314.800
97,1
11.222.747.000
10.648.485.600
94,9
1.512.384.000
1.474.856.753
97,5
1.272.643.000
1.270.442.585
99,8
1.080.865.000
1.057.844.336
97,9
36.392.764.000
35.498.667.022
97,5
68
D. ANALISIS AKUNTABILITAS KINERJA Kinerja Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan pada tahun 2011 dapat dilihat pada format PPS yang mencapai rata-rata 174,6%. Pencapaian kinerja tersebut digolongkan dalam kategori sangat berhasil.
merah, Hipa Jatim1 potensi hasil 10 ton/ha agak rentan WBC 1 dan 2 mutu baik (pulen), Hipa Jatim2 potensi hasil 10,9 ton/ha agak rentan WBC3, agak tahan HDB III mutu baik (pulen), Hipa Jatim3 potensi hasil 10,7 ton/ha agak tahan HDB III mutu baik (pulen) Hipa 12 (SBU) potensi hasil 10,5 ton/ha tahan wereng batang coklat3, tahan HDB3 mutu baik (pulen), Hipa 13 potensi hasil 10,5
Beberapa varietas unggul baru telah dilepas tahun 2011 dan
ton/ha tahan wereng batang coklat 2, tahan HDB mutu baik
telah disebarluaskan melalui BPTP dan media publikasi lainnya,
(pulen), Hipa 14 (SBU) potensi hasil 12,1 ton/ha tahan WBC2,
antara lain: padi, jagung, kedelai, kacang tanah, dan ubijalar.
tahan HDB III mutu baik (pulen).
Secara rinci varietas padi unggul baru yaitu varietas INPARI 14 (Pakuan) potensi hasil 8,2 ton/ha, umur genjah, tahan HDB dan mutu baik, INPARI 15 (Parahyangan) potensi hasil 7,5 ton/ha, tahan HDB, Blas dan mutu baik (pulen), INPARI 16 (Pasundan) potensi hasil 7,6 ton/ha, tahan HDB, Blas dan mutu baik (pulen), INPARI 17 potensi hasil 7,9 ton/ha, umur genjah, tahan wereng batang coklat, HDB dan mutu baik (pulen), INPARI 18 potensi hasil 9,5 ton/ha, umur genjah, tahan wereng batang coklat dan HDB, INPARI 19 potensi hasil 9,5 ton/ha, umur genjah, tahan wereng coklat, HDB mutu baik (pulen) INPARA 20 potensi hasil 8,8 ton/ha umur genjah, tahan wereng batang coklat, HDB dan Blas, Inpari (Sidenuk) potensi hasil 7,58 ton/ha tahan HDB, Blas mutu baik (pulen), Inpago 8 potensi hasil 8,1 ton/ha tahan Blas, toleran kekeringan dan Al mutu baik (pulen), Inpago (Unsoed1) potensi hasil 7,2 ton/ha tahan wereng batang coklat, toleran FE dan kekeringan mutu baik (pulen) dan aromatik, Inpago Unram1 potensi hasil 7,6 ton/ha tahan Blas, Al dan Fe mutu baik (pulen) Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
Varietas unggul baru jagung hibrida unggul baru, antara lain: varietas Bima 12Q memiliki potensi hasilnya 9,3 t/ha, berumur 98 hst, memiliki kandungan asam amino lisin dan triptofan tinggi, stay green yaitu warna batang dan daun di atas tongkol masih hijau, saat biji sudah masak/waktu untuk panen. Sedangkan jagung hibrida varietas Bima 13Q toleran bercak daun, agak toleran busuk pelepah dan rentan hama gudang, potensi hasilnya 9,3 t/ha, berumur ± 103 hst, selain itu juga memiliki kandungan asam amino lisin dan triptofan tinggi, juga stay green. Jagung hibrida varietas Bima 14 BATARA potensi hasilnya 12,9 t/ha, berumur ± 95 hst, juga stay green sehingga sangat baik diintegrasikan dengan usaha ternak. Jagung hibrida varietas Bima 15 SAYANG potensi hasilnya 13,2 t/ha, berumur ± 100 hst, juga stay green. Program fortifikasi jagung kerja sama Badan Litbang Pertanian dengan CIMMYT menghasilkan 2 varietas jagung komposit yang mengalami proses pengayaan kandungan vitamin A. Jagung hibrida varietas Provit A-1 kandungan vitamin A (beta 69
karotin tinggi 0,081 ppm), kandungan protein lebih tinggi dibanding jagung biasa, potensi hasil 7,4 t/ha, umur 96 hst. Jagung ini sangat sesuai untuk mengatasi permasalahan gizi buruk. Jagung hibrida varietas Provit A-2 mempunyai kandungan vitamin A (beta karotin tinggi 0,144 ppm), kandungan protein 8,64%, potensi hasil 8,8 t/ha, dan umur 98 hst. Varietas unggul baru kedelai yaitu: varietas GEMA potensi hasil 3,06 t/ha berumur genjah (73 hari), ukuran bijinya 11,90 g/100 biji, kandungan protein 39% lebih tinggi daripada kedelai impor hanya 37%. Varietas GEMA prospektif dikembangkan pada daerah bercurah hujan terbatas atau dibudi dayakan pada MK2
baik terutama di lingkungan dengan musim hujan yang terbatas yang sering menyebabkan tanaman mengalami cekaman kekeringan pada fase generatif. Potensi hasil varietas Hypoma2 mencapai 3,50 t/ha polong kering, toleran kekeringan, serta agak tahan terhadap penyakit bercak dan karat daun. Berbagai inovasi teknologi yang telah dihasilkan Puslitbang Tanaman Pangan diharapkan dapat mendukung 4 sukses Kementerian Pertanian. Selanjutnya tidak hanya peningkatan kesejahteraan petani dan pembangunan pertanian, tetapi juga meningkatnya pembangunan ekonomi nasional dan kesejahteraan penduduk Indonesia.
Varietas unggul baru ubijalar yaitu: dua klon harapan dengan kandungan antosianin tinggi yaitu MSU 01022-12 dan MSU 0101619 telah disetujui untuk dilepas oleh TP2V Tanaman Pangan dengan nama varietas Antin 1 dan Antin 2. Varietas Antin 1 memiliki potensi hasil 33,2 t/ha, toleran kekeringan, mengandung zat antosianin 33,89 mg/100 g dan distribusi warna ungunya sangat menarik, cocok untuk dibuat keripik. Sedangkan varietas Antin 2 memiliki potensi hasil 27,3 t/ha dan kandungan antosianin tinggi (156 mg/100g umbi). Varietas unggul baru kacang tanah yang diusulkan untuk dilepas dengan nama Hypoma 1 dan Hypoma 2. Varietas Hypoma 1 adaptif di lingkungan optimal dengan potensi hasil 3,70 t/ha polong kering. Varietas tersebut cukup tahan terhadap penyakit bercak dan karat daun sekaligus agak tahan terhadap penyakit layu bakteri. Varietas Hypoma 2 mempunyai daya adaptasi umum yang
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
70
Tabel 9. Persentase analisis akuntabilitas kinerja Puslitbang Tanaman Pangan tahun 2011. Sasaran Kegiatan Tersedianya informasi sumber daya genetik tanaman pangan
Terciptanya varietas unggul baru tanaman pangan
Tersedianya teknologi budi daya, panen, dan pascapanen primer tanaman pangan
Tersedianya benih sumber varietas unggul baru padi, jagung, kedelai untuk penyebaran varietas berdasarkan SMM ISO 9001-2008
Tersedianya kebijakan pengembangan tanaman pangan Terselenggaranya diseminasi teknologi tanaman pangan
Rata-rata
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
Judul Kegiatan Peningkatan sumber genetik koleksi plasma nutfah padi karakterisasi, verifikasi, dan rejuvinasi untuk perbaikan sifat varietas padi b. Pengelolaan dan pemberdayaan plasma nutfah tanaman aneka kacang dan ubi secara konvensional, serta memanfaatkan teknologi DNA c. Koleksi, rejuvinasi, karakterisasi, dan evaluasi sumber daya genetik jagung genjah, sorgum manis, gandum tropis dan jawawut a. Perakitan varietas unggul baru padi b. Perakitan varietas unggul baru tanaman aneka kacang dan ubi c. Perakitan varietas unggul baru jagung dan serealia lainnya a. Teknologi budi daya tanaman padi dan Pengembangan teknik peringatan dini di pesemaian dan tanaman umur muda, serta pengendalian penyakit tungro untuk menekan kehilangan hasil b. Teknologi budi daya tanaman aneka kacang dan ubi c. Teknologi budi daya tanaman serealia a. Penyediaan benih sumber varietas unggul padi 1. BS 2. FS 3. SS b. Penyediaan benih penjenis kedelai dan benih sumber aneka kacang dan ubi 1. NS 2. BS 3. FS c. Produksi benih sumber jagung 1. BS 2. FS Analisis kebijakan pengembangan tanaman a. Pengembangan sistem informasi komunikasi, diseminasi dan umpan balik inovasi tanaman padi b. Pengembangan diseminasi dan penjaringan umpan balik teknologi aneka kacang dan ubi c. Penyebarluasan dan alih teknologi inovasi produksi serealia d. Pengembangan sumber daya informasi IPTEK, diseminasi, dan jaringan umpan balik tanaman pangan a.
Persentase Kegiatan 272,6 577,0 185,6 425,0 125,0 233,3 100,0
114,3 120,0 100,0 100,0 100,0 207,8 130,0 119,4 178,0 254,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 174,6
71
IV. PENUTUP 4.1. KEBERHASILAN Kontribusi nyata Puslitbang Tanaman Pangan adalah varietas unggul baru padi dan palawija, teknologi budi daya panen dan pascapanen, benih sumber, serta kebijakan tanaman pangan, turut mewarnai keberhasilan pencapaian swasembada beras dan jagung sejak tahun 2008. Puslitbang Tanaman Pangan terus berupaya memacu kinerja melalui penyusunan program secara komprehensif sesuai dengan keinginan pengguna dan pembangunan nasional. Produksi dan produktivitas tanaman pangan akan terus dipacu untuk mencapai swasembada padi dan jagung berkelanjutan serta pencapaian swasembada kedelai tahun 2014 Selama tahun 2011 telah dilepas 29 varietas unggul tanaman pangan terdiri dari 17 VUB padi, 7 VUB jagung, 1 VUB kedelai, 2 VUB kacang tanah, dan 2 VUB ubijalar. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) menjadi kunci Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) yang dikembangkan melalui sekolah lapang pengelolaan tanaman terpadu (SL-PTT). Terbukti padi varietas INPARI 13 banyak diminati petani di beberapa propinsi karena produksi tinggi dan tahan wereng coklat. Jagung hibrida BIMA 12Q dan 13Q yang mengandung protein tinggi dan sesuai untuk mendukung program diversifikasi pangan. Varietas jagung tersebut diminati Pemda Sulawesi Selatan untuk dikembangkan. Kedelai varietas GEMA yang dilepas tahun 2011, berumur genjah 73 hari dengan potensi hasil 3,06 ton/ha diharapkan segera berkembang di masyarakat untuk mewujudkan swasembada kedelai. Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
Berdasarkan ARAM I BPS tahun 2011, produksi padi sebesar 67,31 juta ton GKG meningkat sebanyak 895,86 ribu ton (1,35%) dibandingkan tahun 2010. Produksi jagung tahun 2011 sebesar 17,93 juta ton pipilan kering, mengalami penurunan 438,96 ribu ton (2,39%) dibanding tahun 2010. Penurunan produksi jagung terjadi karena penurunan luas panen seluas 74,47 ribu hektar (1,80%). Sedangkan produksi kedelai tahun 2011 sebesar 0,93 juta ton biji kering, meningkat sebanyak 25,89 ribu ton (2,85%) dibandingkan tahun 2010. Kenaikan produksi kedelai terjadi karena peningkatan luas panen seluas 4,99 ribu hektar (0,75%) dan produktivitas sebesar 0,29 kuintal/ha (2,11%). Kajian Mahbub Hossain dan Narciso dari International Rice Research Institute (2002) menunjukkan rata-rata produktivitas usahatani padi di lahan irigasi di Indonesia sudah mencapai 6,4 ton/hektar, kedua tertinggi di Asia Timur dan Asia Tenggara setelah China (7,6 ton/hektar). Potensi peningkatan produktivitas hanya sekitar 0,5–1,0 ton/hektar dengan input yang kian mahal. Keberhasilan peningkatan produksi padi nasional tahun 2011 terus diupayakan untuk tercapai surplus beras sebesar 10 juta ton sampai dengan tahun 2014. Beberapa peluang dapat dicapai melalui optimalisasi lahan suboptimal seperti lahan kering dan lahan pasang surut, serta memanfaatkan lahan dibawah tegakan tanaman hutan yang masih muda.
72
Demikian halnya dengan komoditas jagung diharapkan petani akan terpacu untuk lebih mengintensifkan usahataninya. International Grains Council (ICG) memperkirakan produksi jagung dunia pada periode 2010/2011 naik 1,85% menjadi 822 juta ton. Angka itu lebih tinggi dibanding proyeksi sebelumnya yaitu sekitar 809 juta ton. Produksi jagung internasional itu menggemuk lantaran negara-negara penghasil jagung memanen jagung dalam jumlah yang lebih besar daripada biasanya, yaitu AS, China, Mexico, India, Rusia, Uni Eropa, Ukraina, Kanada, dan Indonesia. Berdasarkan data Departemen Pertanian AS (USDA/ United States Department of Agriculture), produksi jagung di negeri Paman Sam pada periode 2010/2011 meningkat sekitar 2% dari periode yang sama tahun sebelumnya menjadi 13,4 miliar bushel atau 335 juta ton. Harga kedelai yang sempat melandai, kini kembali melambung. Sementara, produksi kedelai nasional masih belum mencukupi kebutuhan di dalam negeri. Alhasil, ketergantungan akan kedelai impor semakin besar. Berdasarkan data Bloomberg, harga kedelai di Chicago Board of Trade (CBOT) untuk pengiriman Mei 2011 akhir pekan lalu ada di level US$ 13,71 per bushel. Padahal, pada pertengahan Maret lalu harga kedelai ini sudah sempat melandai ke level US$ 12,7 per bushel. Sebagai catatan, harga kedelai sempat menyentuh level tertingginya US$ 14,63 per bushel. Menipisnya stok kedelai dunia menjadi salah satu pemicu kenaikan harga kedelai ini. Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) seperti dikutip Bloomberg pekan lalu menyatakan, kemungkinan luas areal tanam kedelai di AS pada tahun ini akan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
berkurang sekitar 1% ketimbang tahun lalu. Penurunan lahan tanam kedelai ini disebabkan karena petani lebih banyak menanam jagung dan gandum sehingga luas panen untuk kedua komoditas ini lebih besar. Akibat penurunan luas tanam kedelai di AS ini, para analis yang disurvei oleh Bloomberg memperkirakan cadangan kedelai AS akan melorot menjadi sebesar 136 juta bushel. Jumlah ini turun 2,9% ketimbang perkiraan dari USDA. "Luas areal tanam kedelai tidak akan meningkat banyak," ujar Jerry Gidel, analis pasar North American Risk Management Service Inc seperti yang dikutip Bloomberg pekan lalu. Ketua Dewan Kedelai Nasional Benny Kusbini mengungkapkan, menurunnya cadangan kedelai dunia ini memang tidak bisa dihindari. Akibat perubahan iklim, produksi kedelai internasional menurun. Sementara itu penggunaan kedelai semakin meningkat baik untuk bahan pangan maupun energi. "Pasokan stagnan, sementara permintaan naik. Sehingga kenaikan harga tidak bisa dihindari," ungkapnya kepada KONTAN akhir pekan lalu. Menurutnya, tren harga kedelai nasional trennya akan terus meningkat meski diselingi dengan berbagai koreksi. "Harga kedelai masih mungkin naik sekitar 20% – 30% lagi," ujarnya. Bahkan, Benny mengatakan bisa jadi, tahun ini harga kedelai masih akan menembus rekor barunya. Sebelumnya, Ketua Gabungan Koperasi Produsen Tahu tempe Indonesia (Kopti) Sutaryo menjelaskan kenaikan harga kedelai otomatis akan memukul para pengrajin tempe. Menurutnya, para pengrajin tempe saat ini sudah menyiasati kenaikan harga bahan baku tempe dengan memperkecil
73
ukuran produk atau menaikkan harga jual. Tetapi, jika kenaikan harga kedelai di tingkat pengrajin kembali naik melebihi Rp.6.500 per kg, ia mengatakan langkah alternatif yang akan diambil oleh produsen tempe adalah dengan mengurangi volume produksinya. Ini dilakukan agar produksi tetap berjalan. "Kalau harga bahan baku kembali naik ke level diatas Rp 6.500 per kg, kemungkinan para produsen akan mengurangi produksinya hingga 20%," jelas Sutaryo beberapa waktu lalu. Benny menyampaikan bahwa, ketergantungan Indonesia terhadap impor kedelai masih cukup tinggi. Produksi kedelai nasional tahun 2010 lalu hanya sebesar 908.110 ton. Tahun ini, Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan produksi kedelai nasional sebesar 934.000 ton. Padahal, "Kebutuhan kedelai nasional saat ini sekitar 2,4 juta ton dengan pertumbuhan kebutuhan kedelai sekitar 6% per tahun," jelasnya. Alhasil, jika produksi nasional tidak meningkat, maka impor akan terus terdongkrak. Berdasarkan data BPS, pada tahun 2010 lalu Indonesia mengimpor kedelai sebanyak 1,739 juta ton dengan nilai US$ 840,037 juta. Sementara itu, sepanjang Januari – Februari 2011 Indonesia telah mengimpor kedelai sebanyak 425.060 ton dengan nilai US$ 236,879 juta. Laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah tahun 2011 ini merupakan salah satu bukti partisipasi aktif dari Puslitbang Tanaman Pangan dalam Pembangunan Pertanian Nasional sesuai dengan tugas pokok dan fungsi institusi. Keseluruhan kegiatan yang dilaksanakan oleh Puslitbang Tanaman Pangan direncanakan dan dilaksanakan serta dievaluasi sesuai dengan arahan yang tertuang dalam Rencana Strategis Pusat Penelitian dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
Pengembangan Tanaman Pangan tahun 2010 – 2014. Masukan dan saran atas kekurang sempurnaan dari laporan ini sangat diharapkan untuk perbaikan. 4.2. HAMBATAN/MASALAH Puslitbang Tanaman Pangan merupakan lembaga penelitian pada tanaman semusim seperti padi, jagung, kedelai, kacangkacangan, dan umbi-umbian lainnya. Dalam melaksanakan kegiatan penelitian ini sangat bergantung pada kondisi lingkungan seperti temperatur, iklim, dan musim. Kondisi lapang yang tak terduga terkadang menyebabkan munculnya serangan hama dan penyakit yang meski sudah diantisipasi tetap tidak dapat terkendali. Seperti halnya hama tikus atau jenis hama dan penyakit lainnya yang mempengaruhi hasil penelitian di lapang. Pengaruh pemanasan global juga terasa di lapang seperti penentuan saat musim hujan tiba atau awal musim kemarau sangat sulit diprediksi. Hal ini mempengaruhi saat penentuan musim tanam dan pelaksanaan penelitian di lapang. Benih unggul dan ketersediaannya sangat diperlukan dalam upaya meningkatkan produksi tanaman pangan. Selama tahun 2011, distribusi benih BS terkendala oleh ketersediaan dana yang ada di BBI dan BBU, sehingga penyebaran varietas unggul di kalangan petani belum cepat. Petani masih banyak yang belum mengetahui berbagai varietas unggul baru yang sesuai dengan agroekosistem setempat serta tahan terhadap berbagai serangan hama dan penyakit di daerah tersebut. Untuk meningkatkan produksi aneka kacang dan umbi menghadapi berbagai kendala dan permasalahan yang terkait 74
dengan perubahan lingkungan stategis, di antaranya adalah: (a) perubahan iklim global akan berdampak meningkatnya frekuensi dan intensitas cekaman biotik dan abiotik, (b) menyusutnya lahan pertanian subur dan kompetisi dengan komoditas non-pangan, memaksa perluasan areal tanaman pangan akan banyak menggunakan lahan suboptimal yang kurang subur (umumnya di luar Jawa), (c) meningkatnya harga bahan bakar minyak yang akan berantai meningkatkan harga sarana produksi, dan (d) globalisasi dan pasar bebas yang akan berkonsekuensi pada persaingan produk yang ketat antar negara, sehingga menuntut perbaikan efisiensi produksi, serta kualitas dan ketepatan pasokan (waktu dan kontinyuitas) produk. Di samping hal-hal tersebut, dalam meningkatkan produksi komoditas, kendala dan permasalahan lain yang ditemui adalah: (a) degradasi lahan karena tekanan penggunaannya yang semakin intensif dan/atau dengan praktek bertani yang kurang sesuai, (b) minat generasi muda yang rendah untuk bekerja sebagai petani, serta (c) petani kekurangan modal karena tingkat kemiskinan yang meningkat, pada saat ini penduduk miskin sekitar 37 juta dan beberapa pihak memprediksi akan meningkat menjadi sekitar 41 juta jiwa akibat dampak dari hal-hal tersebut di atas.
Penyebarluasan inovasi teknologi baik melalui media cetak, ekspose lapang, dan media elektronik sangat bermanfaat dengan meningkatnya adopsi teknologi yang telah dihasilkan. Termasuk pula pengembangan melalui Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu di seluruh propinsi di Indonesia. Memperbanyak jumlah Demplot di berbagai daerah ditengarai mampu meningkatkan adopsi varietas unggul baru dan teknologi produksi lainnya. Puslitbang Tanaman Pangan telah berupaya untuk mengarahkan dan mengefektifkan kinerja dalam melaksanakan penelitian dan diseminasi inovasi teknologi aneka kacang dan ubi yaitu dengan melakukan koordinasi dalam bentuk : pembahasan matriks penelitian, recana kerja penelitian maupun manajemen pelaksanaan penelitian.
4.3. PEMECAHAN MASALAH Solusi untuk menghadapi berbagai kendala di lapang terus dilakukan baik dengan memanfaatkan inovasi teknologi yang telah dihasilkan melalui penelitian, maupun meningkatkan kerja sama dengan berbagai pihak, terutama penyuluh lapang dan pemerintah daerah.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011
75
LAPORAN KINERJA 2011 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2011
0
KATA PENGANTAR Program Badan Litbang Pertanian pada periode 2010-2014 adalah Penciptaan teknologi dan varietas unggul berdaya saing. Sejalan dengan program tersebut, Puslitbang Tanaman Pangan menetapkan kebijakan alokasi sumber daya Litbang menurut komoditas prioritas utama yang ditetapkan oleh Kementerian Pertanian, yaitu 3 di antara 5 komoditas prioritas tanaman pangan (padi, jagung, dan kedelai) serta ubi kayu dan kacang tanah yang termasuk dalam 30 fokus komoditas lainnya. Program Puslitbang Tanaman Pangan (Eselon II) masuk dalam Subprogram Penelitian dan Pengembangan Komoditas dengan Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Kegiatan Litbang Tanaman Pangan dikelompokkan menjadi: 1) Sub-kegiatan Litbang Padi, 2) Sub-kegiatan Litbang Serealia dan Sub-Kegiatan Litbang Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Kabi). Kegiatan penelitian Puslitbang Tanaman Pangan tahun anggaran 2011 sudah selaras dengan Program Badan Litbang Pertanian dan Rencana strategis (Renstra) 2010 – 2014 dengan mempertimbangkan kondisi internal dan eksternal, terutama yang menyangkut keunggulan, kendala, tantangan dan peluang instansi pelaksana. Laporan kinerja 2011 menyajikan berbagai hasil penelitian tanaman pangan sesuai dengan Indikator Kinerja Utama yang telah disusun. Diharapkan laporan ini dapat menjadi acuan dalam penyusunan rencana kegiatan selanjutnya dan pencapaian target Puslitbang Tanaman Pangan.
Bogor, 29 Desember 2011 Kepala Pusat,
Dr. Hasil Sembiring
1
DAFTAR ISI Kata Pengantar
1
Daftar Isi
2
Ringkasan Eksekutif
3
I.
Pendahuluan
9
II.
Pelaksanaan Kegiatan Utama
11
III.
Permasalahan Dan Upaya Tindak Lanjut
48
IV.
Penutup
49
2
RINGKASAN EKSEKUTIF Selama tahun 2011, Puslitbang Tanaman Pangan telah melaksanakan serangkaian kegiatan penelitian dan penyebarluasan infomasi melalui diseminasi multi chanel. Adapun hasil-hasil kegiatan yang telah dicapai antara lain: 1.
Pengelolaan plasma nutfah Padi telah terkoleksi sejumlah 537 aksesi meliputi varietas lokal dan introduksi INGER dan 343 aksesi terkarakterisasi. Telah pula terkoleksi dan teridentifikasi sekitar 1.052 aksesi plasma nutfah serealia yang terdiri atas 644 aksesi jagung, 191 aksesi sorgum, dua aksesi hermada, 101 varietas gandum, 106 aksesi jewawut, dan 5 aksesi jali. Hasil konservasi plasma nutfah tanaman kacang dan ubi tahun 2011 meliputi; 150 aksesi kedelai, 150 aksesi kacang tanah, 150 aksesi kacang hijau, 162 ubijalar, 250 ubi kayu dan kacang potensial (75 asesi kacang tunggak, 4 aksesi kacang koro, 4 aksesi kecipir dan 4 aksesi kacang beras), dan 201 asesi ubi potensial (50 asesi kimpul, 50 asesi tales, 21 asesi suweg, 64 asesi Dioscorea, 8 asesi ganyong dan 8 asesi erut).
2.
Perakitan varietas unggul baru Telah dilepas 28 varietas unggul baru tanaman pangan terdiri dari 17 VUB padi, 6 VUB jagung, 1 VUB kedelai, 2 VUB ubijalar, dan 2 VUB kacang tanah. Varietas unggul baru padi sawah inbrida yang dilepas dengan nama varietas INPARI 14 Pakuan, INPARI 15 Parahyangan, INPARI 16 Pasundan, INPARI 17, INPARI 18, INPARI 19, INPARI 20, dan INPARI Sidenuk. Varietas unggul baru padi sawah hibrida yang dilepas dengan nama varietas HIPA Jatim 1, HIPA Jatim 2, HIPA Jatim 3, HIPA 12 SBU, HIPA 13, dan HIPA 14 SBU. Varietas unggul baru padi gogo yang dilepas dengan nama INPAGO 8, INPAGO Unsoed 1, INPAGO Unram 1. VUB jagung hibrida dilepas dengan nama varietas BIMA 12 Q, BIMA 13Q, BIMA 14 Batara, dan BIMA 15 Sayang dan varietas unggul baru jagung komposit (bersari bebas) yang dilepas dengan nama varietas PROVIT A1 dan PROVIT A2. Kedelai unggul baru dilepas dengan nama varietas GEMA. Varietas ubijalar Antin 1 dan Antin 2 yang memiliki kandungan zat antosianin tinggi. Sedangkan varietas unggul baru kacang tanah yang diusulkan untuk dilepas dengan nama Hypoma 1 dan Hypoma 2, dengan potensi hasil 3,70 t/ha polong kering.
3.
Teknologi budi daya dan pascapanen primer tanaman pangan Kesesuaian varietas tahan di daerah endemis penyakit tungro. Penyakit tungro disebabkan oleh virus dengan penular wereng hijau, sehingga diperlukan varietas tahan tungro terutama untuk ditanam di daerah endemis.
3
Peningkatan hasil jagung hibrida dan komposit melalui perbaikan cara tanam (legowo) dengan penerapan ip400 pada lahan kering. Hasil penelitian untuk jagung komposit (varietas Sukmaraga dan Bisma) dan hibrida (varietas Bima-3 dan Bisi-2) yang ditanam secara legowo dan jarak tanam normal pada populasi 66.666 tanaman/ha dan 71.428 tanaman/ha. Pada pertanaman I dan II, varietas Bisma yang ditanam secara legowo hasilnya meningkat 7,6% pada populasi 71.428 tanaman/ha dibanding ditanam dengan jarak tanam normal dengan capaian hasil 10,63 t/ha pada pertanaman I. Sementara varietas Sukmaraga capaian hasilnya 10,69 t/ha pada populasi 71.428 tanaman/ha dengan peningkatan hasil hanya 4,2% dibanding jika ditanam secara normal. Cara pengelolaan air untuk jagung hibrida dan komposit dalam sistem tanam legowo dengan penerapan ip400 pada lahan kering. Pemberian air secara interval waktu dengan terjadwal (10 hari sekali) sebanyak 6 kali pengairan tidak berbeda nyata dengan pada cara pemberian air berdasarkan titik layu (4 kali pemberian air). Terindikasi bahwa pemberian air yang dilakukan pada setiap alur memberikan hasil lebih tinggi dibanding pemberian pada setiap 2 alur, baik yang ditanam secara normal maupun legowo. Pemberian air secara terjadwal (6 kali pemberian) melalui setiap alur, hasil yang dicapai untuk pertanaman secara legowo adalah 7,26 t/ha dan sementara yang ditanam secara normal mencapai 7,36 t/ha. Sedangkan pada pemberian air berdasar titik layu, melalui setiap alur, hasil yang dicapai untuk pertanaman secara legowo 7,40 t/ha dan yang ditanam secara normal 7,54 t/ha. VIR-GRA,WP bioinsektisida pengendali hama daun dan penggerek polong kedelai. Merupakan biopestisida berbahan aktif isolat JTM 97 C yang berasal dari agens hayati Spodoptera litura Nuclear Polyhedrosis Virus (SlNPV), virus ini berasal dari ulat grayak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa SlNPV potensial dikembangkan untuk mengendalikan ulat grayak. Keuntungan bioinsektisida SlNPV pada ulat grayak adalah a) Bersifat spesifik dan selektif terhadap hama sasaran, sehingga tidak berbahaya terhadap manusia, hewan, dan aman bagi musuh alami, b) Persisten di alam, tidak menimbulkan residu beracun, c) Efektif terhadap inang yang sudah resisten terhadap insektisida kimia, d) Kompatibel dengan teknik pengendalian lain BIO-LEC: Biopestisida efektif untuk pengendalian hama utama kedelai yang ramah lingkungan. Produk Bio-Lec mampu membunuh berbagai jenis hama utama kedelai terutama pengisap polong (kepik coklat) Riptortus linearis. Kelebihan produk Bio-Lec ini adalah mampu membunuh semua stadia kepik coklat, mulai telur, nimfa maupun imago. Efikasi Bio-Lec terhadap stadia telur kepik coklat karena mampu menggagalkan penetasan telur (ovicidal) hingga mencapai 80%. 4
ILLETRISOY pupuk hayati untuk kedelai di lahan masam. Iletrisoy mampu menggantikan peran pupuk urea untuk kedelai di lahan masam karena terkandung bakteri Rhizobium asal tanah masam yang efektif dapat memacu pembentukan bintil akar pada tanaman kedelai. Iletrisoy, berisi verisi 3 (tiga) jenis bakteri Rhisobium yang dikemas dalam bahan pembawa berkualitas dengan populasi bakteri Rhisobium mencapai 10 8 -109 sel/gram bahan. Bakteri yang digunakan berasal dari tanah masam dan telah diuji toleran terhadap pH tanah hingga 4,5 dan toleran Fe dan Mn tinggi, serta telah teruji keefektifannya di lahan masam pada kejenuhan Al tanah di atas 20%. Pemetaan patotipe (strain) penyakit hawar daun bakteri. Penelitian ini untuk mengetahui penyebaran dan komposisi kelompok patotipe bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo) penyebab penyakit hawar daun bakteri (HDB) di daerah sentra produksi padi di Sulawesi Selatan dan Sumatera Utara. Hasil identifikasi patotipe dari 188 isolat bakteri Xoo tersebut diperoleh 3 kelompok patotipe Xoo yaitu kelompok patotipe III, IV dan VIII dengan komposisi 61 isolat (32%) patotipe III, 110 isolat (59%) patotipe IV dan 17 isolat (9%) patotipe VIII. Dari data yang diperoleh selanjutnya akan dihasilkan peta penyebaran patotipe bakteri Xoo penyebab penyakit HDB di Sulawesi Selatan dan Sumatera Utara. Peta penyebaran patotipe ini dapat digunakan sebagai dasar rekomendasi pengendalian penyakit HDB dengan menanam varietas tahan yang memiliki ketahanan terhadap patotipe yang ada di suatu lokasi. Karakterisasi sifat fisik, fisikokimia, gizi dan indeks glikemik beras beberapa varietas/galur harapan padi. Hasil penelitian menunjukkan, seluruh varietas dan galur padi yang diuji memiliki rendemen beras giling relatif tinggi (62,4-71,5%), dengan persentase beras kepala >70%, memiliki ukuran panjang butiran sedang (medium grain) (5,51-6,60 mm) sampai dengan panjang (long grain) (6,61-7,50 mm), serta memiliki bentuk beras medium (rasio P/L 2,1-3,0) dan ramping (slender) (rasio P/L >3,0). Hampir semua varietas dan galur memiliki tingkat kebeningan (translucent) beras yang baik dengan nilai pengukuran >1,3%, serta memiliki karakter chalkiness rendah/kecil (0-10%). Tingkat kepulenan nasi seluruh varietas dan galur padi yang diuji termasuk klasifikasi sedang sampai tinggi dengan kadar amilosa 20,7-24,9%, serta memiliki tekstur nasi yang beragam dari keras sampai lunak, suhu gel rendah sampai tinggi (skore 1-7) serta kadar protein beras dengan kisaran 7,3-9,6%. Karakter fisik, kimia, dan gizi beras galur-galur padi yang diuji secara deskriptif memiliki kesesuaian karakter dengan varietas pembandingnya. Nilai indeks glikemik beras varietas Hipa 7, Inpari 12, Inpari 13 termasuk dalam klasifikasi indeks glikemik rendah, sedangkan beras varietas Hipa 6 dan Inpara 5 termasuk indeks glikemik sedang. Beras dengan nilai indeks glikemik rendah dapat dikonsumsi oleh penderita diabetes dalam menjalankan program dietnya. 5
Karakterisasi mutu yang berkaitan dengan kesesuaian beras bagi diabetesi seperti halnya nilai indeks glikemik ini perlu lebih banyak dilakukan pada varietas unggul maupun padi lokal Indonesia lainnya. Identifikasi tingkat adopsi varietas unggul baru, teknologi PTT dan pengembangan padi. Untuk penerapan paket teknologi PTT, menyesuaikan dengan kondisi lahan, adat istiadat dan kebiasaan lokal. Komponen yang mayoritas sudah diterapkan adalah VUB bersertifikat, perlakuan benih dan bibit muda dalam pertanaman (1-3 bibit), dan panen menggunakan thresher. Komponen yang belum dapat diterapkan adalah BWD, PHT, dan pengendalian gulma dengan gasrok. Di Propinsi Kalbar 80% responden telah menanam VUB yang dilepas dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir, dan 71% diantaranya menggunakan benih yang bersertifikat. Petani responden di Kaltim lebih sedikit menurun, hanya 61% yang menanam VUB dan 37% diantaranya benih bersertifikat. Di NAD, 95% petani responden menanam VUB dan 60% di antaranya menggunakan benih bersertifikat. Alat pengering mendukung budi daya kedelai lahan kering untuk menghasilkan benih berkualitas. Alat pengering lebih memberikan prospek untuk dikembangkan lebih lanjut. Hal ini terbukti dari adanya minat salah satu kelompok tani binaan Yayasan PT. Unilever di Dusun Gambirejo, Desa Warujayeng, Kec. Tanjunganom Kab. Nganjuk; untuk mengoperasikan dua alat pengering tipe bak agar diperoleh mutu biji yang memenuhi standar mutu bahan baku pembuatan kecap. Kedua alat pengering tersebut sudah mulai dioperasikan oleh kelompok tani sejak September 2010 hingga sekarang. Kelompok tani tersebut cukup inovatif dalam mengoperasikan alat pengering dengan mendayagunakan sumber energi kayu bakar yang tersedia sebagai pengganti sumber energi LPG, khususnya pada saat pengeringan kedelai brangkasan. Dengan demikian, alat pengering ini tidak hanya untuk tujuan benih tetapi juga dibutuhkan untuk pengeringan kedelai konsumsi. Pupuk organik kaya hara SANTAP-M. Pupuk “SANTAP-M” adalah pupuk organik kaya hara yang sesuai untuk lahan masam. Pupuk ini dibuat dari bahan baku yang banyak dan mudah diperoleh di setiap daerah, serta diproduksi dalam bentuk curah-padat, tidak diperkaya mikrobia. Bahan baku pupuk organik ini antara lain kotoran sapi, kotoran ayam, batuan fosfat, dan abu ketel pabrik gula. Hasil penelitian, penggunaan pupuk organik kaya hara “SANTAPM” dapat meningkatkan produksi kedelai, kacang tanah, dan ubikayu. 4.
Analisis kebijakan Rekomendasi analisis kebijakan tanaman pangan telah dihasilkan yang terkait beberapa topik seperti perbenihan, SLPTT, dan teknologi produksi.
6
Pupuk dan Pemupukan Padi Sawah Spesifik Lokasi. Badan Litbang Pertanian bekerjasama dengan IRRI telah mengembangkan perangkat lunak berjudul “Nutrient Manager for Rice” atau Pemupukan Hara Spesifik Lokasi berbasis web. Salah satu manfaatnya memberikan saran strategi pemupukan yang efisien (tepat takaran, tepat sumber, tepat cara, dan tepat waktu applikasinya). Bagi pabrik pupuk, disarakan dapat membuat paling tidak dua komposisi pupuk majemuk lagi yaitu (a) dengan kandungan hara N seperti pada Ponska tetapi kandungan P-nya relatif rendah dan kandungan K- nya relatif tinggi dan (b) formula pupuk dengan kandungan hara N seperti juga pada Ponska tapi kandungan P-nya relatif tinggi dan kandungan K-nya relatif rendah (sebagai pemeliharaan), sehingga tidak terjadi penambangan hara P dan K secara berlebihan di tanah. Analisis Tingkat Adopsi Teknologi Produksi Padi Sawah Mengacu Produktivitas Optimal dan Keberlanjutan. Implikasi kebijakan yang disarankan adalah sebagai berikut: (1) Program operasional pembangunan tanaman pangan hendaknya memberikan keleluasan pilihan berbagai kemasan teknologi yang paling sesuai dengan kondisi masyarakat petani dan agroekologi setempat. Pemerintah otonom kabupaten seyogyanya dapat memfasiliasi terjadinya pilihan tersebut melalui petugas pemerintah di BPP, (2) Program pembangunan yang bersifat top-down perlu diubah menjadi bersifat proaktif bottom up, atas dasar kebutuhan petani, sehingga alih teknologi tidak selalu harus memerlukan pembiayaan, (3) Rendahnya tingkat pemahaman petani terhadap PTT perlu difasilitasi dengan penyediaan sarana penyuluhan berupa buku pedoman (booklet), lembar informasi (leaflet), brosur, atau poster untuk petani atau ketua kelompok tani yang mudah diakses oleh semua petani, (4) Pemberian bantuan sarana hanya kepada sebagian kelompok petani peserta LL/SL-PTT kemungkinan kurang baik atau kurang kondusif bagi adopsi PTT oleh semua petani, disarankan untuk tidak diteruskan, dan (5) Perlu memasukkan upaya pelestarian mutu sumber daya lahan pertanian sawah ke dalam program pembangunan pertanian dan perlu menerbitkan buku pedoman sebagai bahan penyuluhan dan pencerahan bagi petani. Masih rendahnya pemahaman pejabat pertanian tentang Pelestarian Mutu Sumber Daya Lahan Pertanian menunjukkan perlunya diadakan pelatihan, lokakarya, dan diskusi tentang hal tersebut, agar keberlanjutan sistem produksi pertanian pangan dapat dijamin bagi keberlanjutan kecukupan pangan bangsa Indonesia. Analisis Kesiapan Sistem Perbenihan Kedelai dalam Mendukung Swasembada. Sebagai saran pengembangan sistem perbenihan kedelai yaitu (1) Memantapkan pengembangan kawasan industri benih kedelai, agar ketersediaan benih menjadi lebih dekat dengan petani sehingga lebih efesien, (2) Meningkatkan sosialisasi tentang manfaat penggunaan benih bermutu dari 7
varietas unggul kedelai, (3) Menumbuh-kembangkan produsen/penangkar benih di wilayah sentra produksi kedelai, (4) Meningkatkan kemampuan SDM perbenihan dalam penanganan perbenihan kedelai, dan (5) Mengembangkan jaringan sistem informasi perbenihan kedelai, melalui penggunaan teknologi informasi yang dapat memudahkan terjadinya titik temu antara produsen dan konsumen benih serta instansi terkait lainnya, guna teciptanya agribisnis perbenihan kedelai. Analisis Efektivitas Bantuan Benih dan Bantuan Pupuk pada Program SLPTT . Dalam komponen teknologi unggulan SL-PTT Padi, penggunaan benih bermutu dan dosis pupuk yang tepat merupakan komponen yang sangat penting untuk berhasilnya program SL-PTT tersebut. Mengingat pentingnya ketersediaan benih bermutu dan mahalnya harga pupuk, maka sejak tahun 2008 Pemerintah telah memberikan fasilitas penyediaan bantuan langsung benih unggul (BLBU) dan bantuan langsung pupuk (BLP) pada program SLPTT padi. Dalam upaya meningkatkan efektivitas bantuan benih dan pupuk disarankan agar mengacu pada rekomendasi teknologi spesifik lokasi (PTT) oleh BPTP dan kriteria 6 tepat penyediaan benih dan pupuk dipenuhi. 5.
Produksi benih sumber Benih padi, telah diproduksi 41,7 ton benih sumber terdiri dari 25,6 ton benih BS dan 16,1 ton benih FS serta diproduksi 27,0 ton benih BS dan 204,6 ton benih FS untuk mendukung kegiatan SL-PTT di 18 propinsi di seluruh Indonesia. Benih jagung, telah dihasilkan 5.340 kg dengan rincian Lamuru 890 kg, Sukamaraga 730 kg, Bisma 1.125 kg, Srikandi Kuning-1 (865 kg), Srikandi Putih-1 (830 kg), dan Anoman-1 (900 kg). Produksi benih NS kedelai diperoleh sebanyak 756 kg meliputi 10 varietas, kacang tanah 9 varietas sebanyak 1.569 kg, kacang hijau sebanyak 344 kg 8 varietas. Sedangkan produksi benih FS kedelai meliputi 9 varietas (Grobogan, Burangrang, Kaba, Tanggamus, Anjasmoro, Argomulyo, Sinabung, Wilis, dan Panderman).
6.
Diseminasi Kegiatan diseminasi yang dilakukan Puslitbang Tanaman Pangan meliputi ekspose, seminar, open house, dan pelatihan, serta sejumlah publikasi ilmiah dan publikasi lainnya mendukung penyebarluasan inovasi teknologi tanaman pangan. Beberapa kegiatan yang menonjol antara lain PENAS XIII dan Hari Pangan Sedunia yang dihadiri Wakil Presiden RI dan sempat mengunjungi lokasi kegiatan Badan Litbang Pertanian. Pada kesempatan itu disebarluaskan pula publikasi tercetak tentang berbagai inovasi teknologi tanaman pangan.
8
I. PENDAHULUAN Kebutuhan bahan pangan makin meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk. Mengandalkan pangan impor untuk memenuhi kebutuhan nasional dinilai kurang tepat karena akan mempengaruhi aspek sosial, ekonomi, dan politik. Untuk itu, pemerintah terus berusaha memenuhi permintaan pangan khususnya beras dalam negeri. Upaya peningkatan produksi beras nasional dicanangkan sejak tahun 2007 dengan sasaran peningkatan produksi 5% setiap tahun untuk melanggengkan swasembada beras, serta peningkatan produksi jagung untuk mempertahankan swasembada yang telah dicapai, dan peningkatan produksi kedelai dengan sasaran swasembada tahun 2014. Kegiatan tersebut merupakan bagian dari program 4 sukses Kementerian Pertanian yaitu 1) pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan, (2) peningkatan diversifikasi pangan, (3) peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor, dan (4) peningkatan kesejahteraan petani. Namun, upaya peningkatan produksi tanaman pangan terkendala dengan luas lahan sawah yang semakin menurun, lebih sedikit air tersedia, lebih sedikit tenaga kerja di pedesaan, dan bahan kimia yang semakin terbatas dan mahal. Tingkat adopsi komponen teknologi juga tidak merata untuk semua jenis tanaman pangan. Meskipun demikian, Indonesia masih memiliki peluang cukup besar dalam meningkatkan produksi pangan yang dapat ditempuh melalui peningkatan produktivitas dan perluasan areal tanam ke lahan suboptimal, seperti lahan sawah tadah hujan, lahan kering, dan lahan rawa pasang surut, serta peningkatan indeks pertanaman. Untuk mengatasi kendala dan masalah di lahan suboptimal diperlukan inovasi teknologi yang mampu meningkatkan dan menstabilkan produktivitas tanaman pangan pada berbagai agroekosistem secara berkelanjutan. Produksi padi tahun 2007 mencapai 57,16 juta ton GKG, tahun 2008 meningkat menjadi 60,33 juta ton GKG, pada tahun 2009 meningkat lagi menjadi 64,39 juta ton GKG, dan pada tahun 2010 (angka sementara) telah mencapai 65,98 juta ton GKG. Berdasarkan data tersebut, Presiden RI mencanangkan agar produksi padi tahun 2011 dapat mencapai 70,60 juta ton GKG. Pencapaian kenaikan produksi pada tahun 2008 dan 2009 tersebut untuk pertama kalinya dalam sejarah produksi padi dalam negeri naik 5% berturut-turut dalam dua tahun terakhir. Capaian produksi padi tahun 2005-2009 tumbuh rata-rata 3,69%, sehingga pada tahun 2008 dan 2009 swasembada beras dapat dicapai. Pada periode lima tahun berikutnya 2010-2014 untuk mempertahankan swasembada, produksi padi diharapkan tumbuh rata-rata 3,22%.
9
Produksi jagung periode 2005-2009 tumbuh rata-rata 9,98%, sehingga swasembada jagung berhasil dicapai tahun 2008 – 2009. Guna mempertahankan swasembada, produksi jagung harus tumbuh rata-rata 10,02%/ tahun pada periode 2010-2014. Demikian pula dengan komoditas kedelai, dalam beberapa tahun terakhir, produksi kedelai berkisar antara 600-700 ribu ton per tahun, sementara kebutuhan telah mencapai 2,0 juta ton pada tahun 2007. Untuk menutupi kekurangan produksi, pemerintah mengimpor kedelai dari negara lain. Produksi kedelai pada periode 2005-2009 hanya tumbuh 0,90%/tahun, sehingga belum cukup untuk memenuhi kebutuhan kedelai dalam negeri. Agar swasembada kedelai dicapai tahun 2014, produksi harus ditingkatkan, sehingga tumbuh rata-rata 20,05%/tahun pada periode 2010-2014. Perakitan dan perekayasaan inovasi teknologi tanaman pangan sangat diperlukan dalam menunjang keberhasilan 4 (empat) sukses program Kementerian Pertanian. Di antaranya, varietas unggul baru termasuk ketersediaan benihnya dan teknologi produksi yang dapat meningkatkan produksi dan mengefisienkan biaya produksi sehingga keuntungan dan kesejahteraan petani tanaman pangan dapat meningkat pula. Oleh karena itu, inovasi teknologi pertanian harus secepatnya sampai pada pengguna terutama di perdesaan.
10
II. PELAKSANAAN KEGIATAN UTAMA Kegiatan penelitian dan pengembangan tanaman pangan merupakan bagian integral dari Program Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Berdasarkan hal tersebut penjabaran program litbang pertanian ke dalam kegiatan litbang tanaman pangan yaitu penyediaan benih sumber dan varietas unggul baru, pendampingan SLPTT dan peningkatan inovasi teknologi tanaman pangan mendukung pencapaian swasembada padi, jagung berkelanjutan dan swasembada kedelai, serta peningkatan produktivitas tanaman pangan lainnya. Secara rinci indikator kinerja utama lingkup Puslitbang Tanaman Pangan tahun 2011 antara lain: 1.
Pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya genetik (SDG) tanaman pangan untuk bahan perakitan varietas unggul baru sebanyak 800 aksesi.
2.
Perakitan varietas unggul baru (VUB) padi, jagung, kedelai, dan tanaman pangan lainnya sebanyak 11 VUB.
3.
Perakitan teknologi budi daya, panen dan pascapanen primer tanaman pangan sebanyak 8 (delapan) paket teknologi.
4.
Produksi benih sumber (BS dan FS) tanaman pangan sebanyak 45 ton yang sesuai dengan SMM ISO 9001-2000.
5.
Menghasilkan rekomendasi opsi kebijakan pembangunan pertanian dalam rangka pemabngunan sistem pertanian industrial.
Pengelolaan dan Pemanfaatan Sumber Daya Genetik Tanaman Pangan Sumber daya genetik merupakan materi yang sangat berharga dan diperlukan sebagai bahan baku perakitan varietas unggul baru untuk mengatasi berbagai kendala produksi tanaman pangan seperti serangan hama dan penyakit serta kendala abiotik lainnya. Pengelolaan sumber daya genetik tanaman pangan dilakukan untuk menambah koleksi, mengkonservasi, dan merejuvenasi agar tidak punah dan keragaman tetap terjaga. Selama tahun 2011, telah dikelola sumber daya genetik tanaman pangan yang secara rinci disajikan sebagai berikut: Padi Telah terkoleksi sejumlah 187 aksesi tanaman padi meliputi varietas lokal dan introduksi INGER. Sampai saat ini telah terkarakter sejumlah 343 aksesi melalui kegiatan di lapang dan Rumah Kaca. Sebagian data masih diolah dan ditargetkan akan ada tambahan koleksi sejumlah 350 aksesi. Dengan demikian, akan terkoleksi aksesi baru sebanyak 537 aksesi. 11
Serealia Telah terkoleksi dan teridentifikasi sekitar 1.052 aksesi plasma nutfah yang terdiri atas 644 aksesi jagung, 191 aksesi sorgum, 2 aksesi hermada, 101 varietas gandum, 106 aksesi jewawut, dan 5 aksesi jali. Plasma nutfah yang dimiliki Balitsereal sudah dimanfaatkan dalam pembentukan varietas unggul, tahun 2011 telah dilepas 6 VUB jagung, 4 jagung hibrida dan 2 jagung komposit. Aneka Kacang dan Ubi Konservasi plasma nutfah tanaman kacang dan ubi tahun 2011 meliputi; 150 aksesi kedelai, 150 aksesi kacang tanah, 150 aksesi kacang hijau, 162 ubijalar, 250 ubi kayu dan kacang potensial (75 asesi kacang tunggak, 4 aksesi kacang koro, 4 aksesi kecipir dan 4 aksesi kacang beras), dan 201 asesi ubi potensial (50 asesi kimpul, 50 asesi tales, 21 asesi suweg, 64 asesi Dioscorea, 8 asesi ganyong, dan 8 asesi erut). Semua duplikat plasma nutfah aneka tanaman kacang disimpan di ruang dingin Balitkabi. Selain itu khusus untuk tahun 2011 juga dilakukan pelestarian 500 galur kedelai adaptif lahan pasang surut. Perakitan Varietas Unggul Baru Tanaman Pangan Selama tahun 2011 Kementerian Pertanian telah melepas sejumlah varietas unggul pertanian, di mana sebanyak 28 varietas unggul baru tanaman pangan. Namun, baru 23 varietas yang dilepas telah terbit SK Menteri Pertanian, sedangkan 5 varietas lainnya masih menunggu terbitnya SK Menteri Pertanian. Adapun rincian 28 varietas unggul baru padi, jagung, dan kedelai, ubijalar, dan kacang tanah yang telah dilepas, antara lain: Padi Selama tahun 2011 telah dilepas sebanyak 17 VUB padi hibrida, inbrida, dan padi gogo, antara lain: Varietas unggul baru padi sawah inbrida sebanyak 8 VUB yang dilepas dengan nama varietas INPARI 14 Pakuan, INPARI 15 Parahyangan, INPARI 16 Pasundan, INPARI 17, INPARI 18, INPARI 19, INPARI 20, dan INPARI Sidenuk. Varietas unggul baru padi sawah hibrida sebanyak 6 VUB yang dilepas dengan nama varietas HIPA Jatim 1, HIPA Jatim 2, HIPA Jatim 3, HIPA 12 SBU, HIPA 13, dan HIPA 14 SBU. Varietas unggul baru padi gogo sebanyak 3 VUB yang dilepas dengan nama INPAGO 8, INPAGO Unsoed 1, INPAGO Unram 1. Keunggulan masing-masing varietas unggul baru padi yang dilepas tahun2011 disajikan secara rinci pada Tabel 1.
12
Tabel 1. Varietas unggul baru padi yang dilepas tahun 2011. Umur (hari)
Potensi hasil (t/ha)
Inpari 14 Pakuan
113
8,2
Agak tahan HDB III,IV, Blas, mutu lebih baik dari Ciherang,Pulen
Inpari 15 Parahyangan
117
7,5
Agak tahan HDB III,IV, Blas, mutu lebih baik dari Ciherang,Pulen
Inpari 16 Pasundan
118
7,6
Tahan HDB,agak tahan blas, mutu lebih baik dari Ciherang,Pulen
Inpari 17
111
7,9
Agak tahan WBC 1,2, tahan HDB III,IV,VIII, dan agak tahan blas, Pulen
Inpari 18
102
9,5
Tahan WBC 1,2 agak tahan HDB
Inpari 19
104
9,5
Tahan WBC 1,2 agak tahan WBC 3, tahan HDB III, Pulen
Inpari 20
102
8,8
Agak Tahan WBC 2,Tahan HDB III, agak than blas
Inpari Sidenuk
114
7,58
Agak tahan HDB III, Agak than blas,Pulen
Inpago 8
119
8,1
Tahan blas, toleran kekeringan, agak toleran Al,Pulen
Inpago Unsoed 1
110
7,2
Agak tahan WBC1, toleran Fe, Agak toleran kekeringan, Pulen, Aromatik
Inpago Unram 1
108
7,6
Tahan Blas, agak toleran Al dan Fe,Pulen, merah
Hipa Jatim 1
119
10,0
Agak rentan WBC 1,2, Pulen
Hipa Jatim 2
116
10,9
Agak rentan WBC 3, Agak tahan HDBIII, Pulen
Hipa Jatim 3
117
10,7
Agak tahan HDBIII, Pulen
Hipa 12 SBU
105
10,5
Agak tahan WBC 3, agak tahan HDB III, Pulen
Hipa 13
105
10,5
Agak tahan WBC2,agak tahan HDBIII, Pulen.
Hipa 14 SBU
112
12,1
Agak tahan WBC2,agak tahan HDBIII, Pulen.
Nama
Keterangan
13
Gambar 1. Keragaan di lapang beberapa VUB padi yang dilepas 2011 Jagung Selama tahun 2011 telah dilepas sebanyak 6 VUB jagung hibrida maupun komposit, antara lain: Varietas unggul baru jagung hibrida yang dilepas dengan nama varietas BIMA 12 Q, BIMA 13Q, BIMA 14 Batara, dan BIMA 15 Sayang. Varietas unggul baru jagung komposit (bersari bebas) yang dilepas dengan nama varietas PROVIT A1 dan PROVIT A2.
-
Gambar 2. Keragaan di lapang jagung Bima 14 Batara dan Bima 15 Sayang
14
Jagung hibrida varietas Bima 12Q memiliki potensi hasilnya 9,3 t/ha, berumur 98 hst, memiliki kandungan asam amino lisin dan triptofan tinggi, stay green yaitu warna batang dan daun di atas tongkol masih hijau, saat biji sudah masak/waktu untuk panen. Sedangkan jagung hibrida varietas Bima 13Q toleran bercak daun, agak toleran busuk pelepah dan rentan hama gudang, potensi hasilnya 9,3 t/ha, berumur ± 103 hst, selain itu juga memiliki kandungan asam amino lisin dan triptofan tinggi, juga stay green. Jagung hibrida varietas Bima 14 BATARA potensi hasilnya 12,9 t/ha, berumur ± 95 hst, juga stay green sehingga sangat baik diintegrasikan dengan usaha ternak. Jagung hibrida varietas Bima 15 SAYANG potensi hasilnya 13,2 t/ha, berumur ± 100 hst, juga stay green. Program fortifikasi jagung kerja sama Badan Litbang Pertanian dengan CIMMYT menghasilkan 2 varietas jagung komposit yang mengalami proses pengayaan kandungan vitamin A. Jagung hibrida varietas Provit A-1 kandungan vitamin A (beta karotin tinggi 0,081 ppm), kandungan protein lebih tinggi dibanding jagung biasa, potensi hasil 7,4 t/ha, umur 96 hst. Jagung ini sangat sesuai untuk mengatasi permasalahan gizi buruk. Jagung hibrida varietas Provit A-2 mempunyai kandungan vitamin A (beta karotin tinggi 0,144 ppm), kandungan protein 8,64%, potensi hasil 8,8 t/ha, dan umur 98 hst. Kedelai Kedelai unggul baru varietas GEMA. Hasil uji adaptasi sejumlah galur harapan di 16 sentra produksi kedelai di Indonesia, varietas GEMA memiliki potensi hasil 3,06 t/ha. Di samping itu, varietas ini berumur genjah (73 hari), ukuran bijinya 11,90 g/100 biji, kandungan protein 39% lebih tinggi daripada kedelai impor hanya 37%. Varietas GEMA prospektif dikembangkan pada daerah bercurah hujan terbatas atau dibudidayakan pada MK2.
Gambar 3. Keragaan di lapang kedelai varietas GEMA berumur genjah dan produksi tinggi 3,06 t/ha. 15
Ubijalar Dua klon harapan dengan kandungan antosianin tinggi yaitu MSU 01022-12 dan MSU 01016-19 telah disetujui untuk dilepas oleh TP2V Tanaman Pangan dengan nama varietas Antin 1 dan Antin 2. Varietas Antin 1 memiliki potensi hasil 33,2 t/ha, toleran kekeringan, mengandung zat antosianin 33,89 mg/100 g dan distribusi warna ungunya sangat menarik, cocok untuk dibuat keripik. Sedangkan varietas Antin 2 memiliki potensi hasil 27,3 t/ha dan kandungan antosianin tinggi (156 mg/100g umbi).
Gambar 4. Antin2 ubijalar kaya anthosianin
Kacang tanah Varietas unggul baru kacang tanah yang diusulkan untuk dilepas dengan nama Hypoma 1 dan Hypoma 2, saat ini sedang menunggu terbitnya SK Menteri Pertanian. Hypoma 1 adaptatif di lingkungan optimal, dengan potensi hasil 3,70 t/ha polong kering. Varietas tersebut cukup tahan terhadap penyakit bercak dan karat daun sekaligus agak tahan terhadap penyakit layu bakteri. Varietas Hypoma 2 mempunyai daya adaptasi umum yang baik terutama di lingkungan dengan musim hujan yang terbatas yang sering menyebabkan tanaman mengalami cekaman kekeringan pada fase generatif. Potensi hasil varietas Hypoma2 mencapai 3,50 t/ha polong kering, toleran kekeringan, serta agak tahan terhadap penyakit bercak dan karat daun.
Hypoma1
Hypoma2
Gambar 5. Polong dan biji kacang tanah varietas Hypoma 1 dan Hypoma 2. 16
Perakitan Teknologi Budi Daya Panen dan Pascapanen Primer Tanaman Pangan Sampai saat ini telah dirakit sekitar 12 teknologi dalam mendukung upaya peningkatan produksi tanaman padi dan palawija, antara lain: Kesesuaian Varietas Tahan di Daerah Endemis Penyakit Tungro Penyakit tungro disebabkan oleh virus dengan penular wereng hijau, sehingga varietas tahan tungro dapat digolongkan menjadi varietas tahan wereng hijau dan tahan virus tungro. Varietas tahan virus digolongkan sebagai berikut: 1) Golongan V1 tetua Utri Merah: Tukad Petanu, Inpari 7 Lanrang, 2) Golongan V2 tetua tahan TKM6: Tukad Balian, Kalimas, 3) Golongan V3 tetua TKM6 + Gampai: Bondoyudo, Inpari 8, Inpari 9 Elo, 4) Golongan V4 tetua tahan Balimau Putih: Tukad Unda. Varietas tahan wereng hijau digolongkan sebagai berikut: 1) Golongan T1 gen tahan tetua Glh1: IR 20, 30, 26, 46, Citarum, Serayu, 2) Golongan T2 gen tahan tetua Glh6: IR 32, 38, IR 36, 47, Semeru, Asahan, Ciliwung, K. Aceh, Bengawan Solo, 3) Golongan T3 gan tahan tetua Glh3: IR 50, 48, 54, 52, 64, dan 4) Golongan T4 gen tetua tahan glh 4: IR 66, 70, 72, 68, Klara, Barumun. Kemampuan penularan wereng hijau menularkan virus bervariasi, begitu pula virulensi virus tungro, sehingga perlu dilakukan uji kesesuaian varietas terhadap populasi wereng hijau dan virus tungro dari berbagai daerah endemis tungro. Sampai dengan tahun 2011, pengujian kesesuaian varietas telah dilakukan 15 Provinsi daerah endemis tungro dengan uji efisiensi penularan virus oleh wereng hijau pada varietas tahan wereng hijau dan uji virulensi inokulum tungro terhadap varietas tahan virus tungro. Varietas tahan wereng hijau Golongan T1 agak tahan di Provinsi Jabar, Sulsel, Jatim, Lampung, Sulbar, Sulteng. Golongan T2 agak tahan di Provinsi Yogyakarta, Jatim, Papua. Golongan T3 telah peka di semua Provinsi. Golongan T4 agak tahan di Banten, Sulbar, Jabar, Jateng, Sulsel dan tahan di Provinsi Jatim, Lampung, Sulteng, Papua, Sultra, Sulut, Yogyakarta, Kalsel. Varietas tahan virus Golongan V1 agak tahan di Provinsi Sultra dan tahan di Provinsi Yogyakarta, Banten, Kalsel, Jatim, Lampung, Sulbar, Sulteng, Papua, Jateng, Bali, NTB, Jabar, Sulsel. Golongan V2 agak tahan di Provinsi Jabar, Sulsel, Sultra, Yogyakarta, dan tahan di Provinsi Jatim, Lampung, Sulbar, Sulteng, Papua, Jateng, NTB. Golongan V3 agak tahan di Provinsi Bali, NTB, Jabar, Sultra, Sulut, Kalsel dan tahan di Provinsi Sulut, Jatim, Lampung, Sulbar, Sulteng, Papua, Sulsel. Golongan V4 agak tahan di Provinsi Sultra, Kalsel, dan tahan di Provinsi Sulut, Jatim, Lampung, Sulbar, Sulteng, Papua, Jateng, Bali, NTB, Jabar, Sulsel.
17
Peningkatan Hasil Jagung Hibrida dan Komposit Melalui Perbaikan Cara Tanam (Legowo) dengan Penerapan IP400 di Lahan Kering Hasil penelitian untuk jagung komposit (varietas Sukmaraga dan Bisma) dan hibrida (varietas Bima-3 dan Bisi-2) yang ditanam secara legowo dan jarak tanam normal pada populasi 66.666 tanaman/ha dan 71.428 tanaman/ha. Pada pertanaman I dan II, varietas Bisma yang ditanam secara legowo hasilnya meningkat 7,6% pada populasi 71.428 tanaman/ha dibanding ditanam dengan jarak tanam normal dengan capaian hasil 10,63 t/ha pada pertanaman I. Sementara varietas Sukmaraga capaian hasilnya 10,69 t/ha pada populasi 71.428 tanaman/ha dengan peningkatan hasil hanya 4,2% dibanding jika ditanam secara normal. Pada pertanamn II, hasil kedua varietas tersebut secara umum menurun dibanding pertanaman I. Hasil varietas Bisma yang ditanam secara legowo dengan populasi 71.428 tanaman/ha hanya mencapai 9,19 t/ha dan untuk Sukmaraga mencapai 9,50 t/ha. Pada pertanaman I, varietas Bima-3 jika ditanam secara legowo pada populasi 71.428 tanaman/ha hasil yang dicapai tertinggi yaitu 8,68 t/ha dan sementara untuk varietas Bisi-2 hasil yang dicapai 8,39 t/ha. Pada pertanaman II, dengan cara tanam dan populasi yang sama dengan pertanaman I, hasil yang dicapai oleh Bima-3 adalah 8,81 t/ha, sedangkan untuk Bisi-2 hasil yang dicapai 8,49 t/ha. Nilai ILD varietas Bisma yang ditanam secara legowo pada populasi tanaman 66.666 tan/ha tertinggi yaitu mencapai 4,75, sedangkan pada populasi dan cara tanam yang sama untuk varietas Sukmaraga nilai ILD-nya 4,73. Jika populasi ditingkatkan menjadi 71.428 tan/ha dengan cara tanam legowo, nilai ILD menurun masing-masing 3,0% untuk varietas Sukmaraga dan 10,5% untuk varietas Bisma. Cara Pengelolaan Air untuk Jagung Hibrida dan Komposit dalam Sistem Tanam Legowo dengan Penerapan IP400 di Lahan Kering Pemberian air secara interval waktu dengan terjadwal (10 hari sekali) sebanyak 6 kali pengairan tidak berbeda nyata dengan pada cara pemberian air berdasarkan titik layu (4 kali pemberian air). Terindikasi bahwa pemberian air yang dilakukan pada setiap alur memberikan hasil lebih tinggi dibanding pemberian pada setiap 2 alur, baik yang ditanam secara normal maupun legowo. Pemberian air secara terjadwal (6 kali pemberian) melalui setiap alur, hasil yang dicapai untuk pertanaman secara legowo adalah 7,26 t/ha dan sementara yang ditanam secara normal mencapai 7,36 t/ha. Sedangkan pada pemberian air berdasar titik layu, melalui setiap alur, hasil yang dicapai untuk pertanaman secara legowo adalah 7,40 t/ha dan sementara yang ditanam secara normal mencapai 7,54 t/ha. Dengan demikian pemberian air pada tanaman jagung untuk lebih menghemat air pada musim kemarau sebaiknya dilakukan dengan berdasarkan titik layu.
18
VIR-GRA,WP Bioinsektisida Pengendali Hama Daun dan Penggerek Polong Kedelai VIR-GRA merupakan biopestisida berbahan aktif isolat JTM 97 C yang berasal dari agens hayati Spodoptera litura Nuclear Polyhedrosis Virus (SlNPV), virus ini berasal dari ulat grayak Hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa SlNPV berpotensi dikembangkan untuk mengendalikan ulat grayak. SlNPV sebagai salah satu agens hayati yang efektif yang dapat diformulasikan dan diproduksi secara in vivo (dengan menginfeksi ulat grayak) maka SlNPV layak dikembangkan sebagai bioinsektisida. Salah satu isolat SlNPV yang ditemukan dari Kabupaten Banyuwangi (SlNPV-JTM 97C) memiliki potensi yang tinggi sebagai biopestisida untuk mengendalikan ulat grayak pada tanaman kedelai. Dengan takaran 1,5 x 10 11 PIBs/ha atau setara dengan 500 gr/ha kematian S. litura setelah aplikasi SlNPV-JTM 97C mencapai 80-100%. Virus pada umumnya bersifat spesifik, yaitu pada tingkat genus saja, akan tetapi strain JTM 97C selain dapat mematikan ulat grayak juga dapat mematikan ulat hama penggulung daun, ulat jengkal, penggerek polong perusak polong kedelai, dan Maruca testulalis Geyer perusak polong pada tanaman kacang hijau. Faktor ini membuktikan bahwa SlNPV JTM 97C mampu membunuh serangga sampai ke tingkat ordo Lepidoptera. Keuntungan SlNPV sebagai bioinsektisida untuk ulat grayak adalah a) Bersifat spesifik dan selektif terhadap hama sasaran, sehingga tidak berbahaya terhadap manusia, hewan, dan aman bagi musuh alami, b) Persisten di alam, tidak menimbulkan residu beracun, c) Efektif terhadap inang yang sudah resisten terhadap insektisida kimia, d) Kompatibel dengan teknik pengendalian lain
Gambar 6. SlNPV yang telah dikemas dalam botol dan plastik
19
BIO-LEC: Biopestisida efektif untuk pengendalian hama utama kedelai yang ramah lingkungan Bio-Lec, merupakan biopestisida yang terformulasi kedalam bentuk tepung (powder), mengandung bahan aktif konidia cendawan entomopatogen Lecanicillium lecanii (Zare & Gams). Produk Bio-Lec mampu membunuh berbagai jenis hama utama kedelai terutama pengisap polong (kepik coklat) Riptortus linearis. Kelebihan produk Bio-Lec ini adalah mampu membunuh semua stadia kepik coklat, mulai telur, nimfa maupun imago. Efikasi Bio-Lec terhadap stadia telur kepik coklat karena mampu menggagalkan penetasan telur (ovicidal) hingga mencapai 80%. Produk BioLec (Gambar 1) juga toksik terhadap seluruh stadia nimfa maupun imago kepik coklat (Gambar 2 & 3). Bio-Lec menghasilkan toksin yaitu dipicolinic acid, hydroxycarboxylic acid, bassionalide, beauvericin, maupun cyclosporin. Produk Bio-Lec juga efektif untuk mengendalikan kutu kebul (Bemisia tabaci) yang menjadi hama sangat penting pada kedelai selama lima tahun terakhir. B. tabaci merupakan vektor berbagai macam virus cowpea motle mozaic virus (CMMV). Aplikasi insektisida kimia sering terjadinya resistensi, resurjensi dan terbunuhnya serangga berguna sebagai pemangsa terhadap B. tabaci baik pada stadia telur, nimfa maupun imago. Selain itu, bahan aktif dari senyawa insektisida dapat memicu hormon reproduksi serangga lebih aktif sehingga serangga dapat memproduksi jumlah telur lebih banyak dalam waktu yang lebih singkat. Produk BioLec yang mengandung kumpulan konidia jika dicampur dengan air dan berkecambah akan memproduksi berbagai jenis toksin yang dapat menolak proses peletakan telur serangga (deterent oviposition). Dengan demikian, B, tabaci tidak menyukai tanaman tersebut untuk dihinggapi maupun dijadikan sebagai tempat tinggal untuk perkembangbiakannya. Kelebihan lain dari cendawan L. lecanii yaitu mampu memparasitasi spora cendawan penyebab penyakit karat Phakopsora pachyrhizi, downy mildew Peronospora manshurica dan powdery mildew Microsphaera diffusa. Cendawan P. pachyrhizi, P. manshurica, dan M. diffusa merupakan mikroorganisme yang bersifat obligat dan merupakan penyakit utama pada kedelai. Kemampuan L. lecanii dalam menekan perkecambahan spora ketiga penyakit tersebut masing-masing 29,55%, 36,35%, dan 21,44%. Bio-Lec dapat dikombinasikan dengan cara pengendalian lain yaitu predator. Aplikasi cendawan L. lecanii pada kerapatan konidia hingga 1011/ml tidak menyebabkan kematian predator hingga 30 hari setelah aplikasi (HSA). Oxyopes javanus Thorell merupakan predator generalis yang banyak ditemukan di pertanaman kedelai di Indonesia dengan kemampuan pemangsaan 3-13 ekor mangsa.
20
Produk Bio-Lec juga dapat dikombinasikan dengan pestisida nabati terutama serbuk biji srikaya (SBS) dan serbuk biji jarak (SBJ) untuk meningkatkan efikasi pengendalian telur kepik coklat di lapangan. Efikasi kombinasi antara cendawan L. lecanii dengan pestisida SBS maupun SBJ dinilai dari persentase telur kepik coklat yang tidak menetas. Bio-Lec berpeluang besar dapat diaplikasikan sehubungan dengan pertanian ramah lingkungan.
Gambar 7. Produk Bio-Lec yang berbahan aktif konidia cendawan entomopatogen L. lecanii.
ILLETRISOY PupukHayati untuk kedelai di lahan masam Iletrisoy adalah pupuk hayati yang mampu menggantikan peran pupuk urea untuk kedelai di lahan masam. Dalam Iletrisoy, terkandung bakteri Rhizobium asal tanah masam yang efektif dapat memacu pembentukan bintil akar pada tanaman kedelai. Di tanah masam, populasi bakteri Rhizobium yang ada di dalam tanah umumnya sangat rendah sehingga tanaman tidak mampu membentuk bintil akar. Tanaman yang mampu membentuk bintil akar dengan baik, bintilnya dapat berfungsi sebagai pabrik pupuk nitrogen alami yang mampu mencukupi kebutuhan pupuk nitrogen lebih dari 75%. Oleh karena itu, dalam bertanam kedelai di lahan masam, benihnya perlu di inokulasi dengan Rhizobium toleran masam agar tanaman mampu membentuk bintil akar dengan baik dan memenuhi kebutuhan hara nitrogen. Iletrisoy, berisi verisi 3 (tiga) jenis bakteri Rhisobium yang dikemas dalam bahan pembawa berkualitas dengan populasi bakteri Rhisobium mencapai 10 8 -109 sel/gram bahan. Bakteri yang digunakan berasal dari tanah masam dan telah diuji toleran terhadap pH tanah hingga 4,5 dan toleran terhadap Fe dan Mn tinggi, serta telah teruji keefektifannya di lahan masam pada kejenuhan Al tanah di atas 20%. Cara penggunaannya benih dimasukkan ke dalam ember, kemudian dibasahi dengan air secukupnya. Inokulan ditaburkan ke dalam benih (0,5 kg/50 kg benih/ha), diaduk sampai merata. Benih ditanam secara tunggal dan ditutup dengan tanah/pupuk organik. 21
Tabel 2. Penggunaan Iletrisoy pada kedelai di tanah masam Lampung Timur. Lokasi
Sifat tanah
Hasil (t/ha)
Kenaikan
pH
Kejenuhan Al (%)
Tanpa Iletrisoy
Dengan Iletrisoy
(%)
Sukadana
4,35
41,82
1,70
2,77
63
Bumi Ayu
5,25
11,52
0,72
1,56
117
Ponorogo
3,65
44,6
1,28
2,14
67
Pemetaan Patotipe (Strain) Penyakit Hawar Daun Bakteri Penelitian ini untuk mengetahui penyebaran dan komposisi kelompok patotipe bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo) penyebab penyakit hawar daun bakteri (HDB) di daerah sentra produksi padi di Sulawesi Selatan dan Sumatera Utara dilaksanakan dengan pengambilan sampel tanaman padi sakit (HDB). Daun padi bergejala HDB dikoleksi dan disolasi untuk memperoleh isolat bakteri Xoo. Isolasi bakteri Xoo menggunakan metode pencucian. Pengujian patotipe dilaksanakan dengan menginokulasikan isolat Xoo pada 5 varietas diferensial yang telah diketahui gen ketahanannya terhadap bakteri Xoo. Pengujian dilakukan di screen field KP Sukamandi pada MT 2011. Pengamatan keparahan penyakit dilakukan dengan mengukur gejala penyakit yang muncul pada 2 minggu setelah inokulasi. Keparahan < 11% digolongkan tahan ( R ) dan >11% tergolong peka (S). Pengelompokan patotipe Xoo didasarkan pada tingkat virulensinya terhadap varietas diferensial. Hasil koleksi daun sakit HDB di Sulawesi Selatan yang dilakukan di 10 kabupaten yaitu Maros, Bone, Sopeng, Wajo, Sidrap, Barru, Pangkep, Pinrang, Luwu, dan Palopo diperoleh sebanyak 210 sampel daun sakit HDB. Hasil isolasi bakteri dari 210 sampel diperoleh 176 isolat bakteri Xoo. Hasil pengujian patotipe terhadap 176 isolat bakteri Xoo tersebut ditemukan 3 jenis patotipe Xoo yaitu patotipe III, IV dan VIII yang terdiri dari 102 isolat bakteri Xoo (58%) patotipe III, 41 (23%) isolat Xoo patotipe IV dan 33 isolat (19%) patotipe VIII. Koleksi daun sakit HDB di wilayah propinsi Sumatera Utara dilakukan di 10 kabupaten yaitu Deli Serdang, Binjai, Langkat, Serdang Bedagi, Simalungun, Batubara, Asahan, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, dan Toba Samosir. Hasil koleksi diperoleh sebanyak 255 sampel daun sakit HDB dan hasil isolasi bakteri Xoo sementara dari 255 sampel diperoleh 188 isolat bakteri Xoo. Hasil identifikasi patotipe dari 188 isolat bakteri Xoo tersebut diperoleh 3 kelompok patotipe Xoo yaitu kelompok patotipe III, IV dan VIII dengan komposisi 61 isolat (32%) patotipe III, 110 isolat (59%) patotipe IV dan 17 isolat (9%) patotipe VIII. Dari data yang diperoleh selanjutnya akan dihasilkan peta penyebaran patotipe bakteri Xoo penyebab penyakit HDB di Sulawesi Selatan dan 22
Sumatera Utara. Peta penyebaran patotipe yang diperoleh dapat digunakan sebagai dasar rekomondasi pengendalian penyakit HDB dengan menanam varietas tahan yang memiliki ketahanan terhadap patotipe yang ada di suatu lokasi. Dengan dasar kesesuaian ini pengendalian penyakit HDB dengan varietas tahan akan lebih efektif dan efisien. Penggunaan varietas tahan merupakan cara pengendalian yang sampai saat ini dianggap paling efektif dan ramah lingkungan. Karakterisasi Sifat Fisik, Fisikokimia, Gizi dan Indeks Glikemik Beras Beberapa Varietas/Galur Harapan Padi Sejumlah varietas dan galur padi sebagai bahan penelitian diperoleh langsung dari petani di wilayah Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, Jawa Barat, dan Jawa Timur, serta koleksi galur harapan padi penelitian Kelti Pemuliaan, Plasma Nutfah dan Perbenihan BB Padi, terdiri dari 22 varietas dan 10 galur harapan. Sampel GKG diproses menjadi beras giling. Selanjutnya beras giling diamati karakter fisik meliputi: rendemen beras giling, persentase beras kepala, beras patah, ukuran dan bentuk, chalkiness serta translusensi beras. Pengamatan sifat fisikokimia dan gizi beras, meliputi kadar amilosa, sifat konsistensi gel, suhu gelatinisasi, serta kadar protein. Identifikasi nilai indeks glikemik dilakukan hanya untuk lima varietas. Pengamatan karakter fisik dan fisikokimia beras dilakukan sesuai dengan metode IRRI, penentuan indeks glikemik mengikuti metode FAO yang dimodifikasi rancangan percobaan berdasarkan analisis data deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan, seluruh varietas dan galur padi yang diuji memiliki rendemen beras giling relatif tinggi (62,4-71,5%), dengan persentase beras kepala >70%, memiliki ukuran panjang butiran sedang (medium grain) (5,51-6,60 mm) sampai dengan panjang (long grain) (6,61-7,50 mm), serta memiliki bentuk beras medium (rasio P/L 2,1-3,0) dan ramping (slender) (rasio P/L >3,0). Hampir semua varietas dan galur memiliki tingkat kebeningan (translucent) beras yang baik dengan nilai pengukuran >1,3%, serta memiliki karakter chalkiness rendah/kecil (010%). Tingkat kepulenan nasi seluruh varietas dan galur padi yang diuji termasuk klasifikasi sedang sampai tinggi dengan kadar amilosa 20,7-24,9%, serta memiliki tekstur nasi yang beragam dari keras sampai lunak, suhu gel rendah sampai tinggi (skore 1-7) serta kadar protein beras dengan kisaran 7,3-9,6%. Karakter fisik, kimia, dan gizi beras galur-galur padi yang diuji secara deskriptif memiliki kesesuaian karakter dengan varietas pembandingnya. Nilai indeks glikemik beras varietas Hipa 7, Inpari 12, Inpari 13 termasuk dalam klasifikasi indeks glikemik rendah, sedangkan beras varietas Hipa 6 dan Inpara 5 termasuk indeks glikemik sedang. Beras dengan nilai indeks glikemik rendah dapat disarankan untuk dikonsumsi oleh penderita diabetes dalam menjalankan program dietnya. Karakterisasi mutu yang berkaitan dengan kesesuaian beras bagi diabetesi seperti halnya nilai indeks glikemik ini perlu lebih banyak dilakukan pada varietas unggul maupun padi lokal Indonesia lainnya.
23
Identifikasi Tingkat Adopsi Varietas Unggul Baru, Teknologi PTT dan Pengembangan Padi Penelitian ini dilaksanakan di tiga lokasi yaitu Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Nanggroe Aceh Darusalam. Hasil survei di Kalbar menunjukkan bahwa Ciherang masih ditanam hampir 50% petani responden. VUB lain yang cukup teradopsi adalah Inpara 1 dan 3 yang ditanam hampir 20% petani responden, yang sesuai dengan kondisi lahan berupa rawa gambut. Di Kaltim, proporsi Ciherang lebih kecil, berkisar 25%, disusul IR 64 (16%). VUB lain cukup bervariasi, dan yang paling menonjol adalah Cibogo, Mekongga, Cigeulis, dan Inpari 13 dengan proporsi 10%. NAD mengalami program rehabilitasi pasca-tsunami, sehingga pilihan benih belum bervariasi. Benih program adalah Ciherang yang telah ditanam selama tiga tahun terakhir, dengan proporsi 70%. Beberapa VUB yang sedang dalam tahap perkenalan adalah Inpari. Hibrida masuk lewat BLBU dan promosi dan perusahaan. Beberapa varietas lokal masih ditanam petani yang lahannya berada di lokasi pegunungan. Untuk penerapan paket teknologi PTT, menyesuaikan dengan kondisi lahan, adat istiadat dan kebiasaan lokal. Komponen yang mayoritas sudah diterapkan adalah VUB bersertifikat, perlakuan benih dan bibit muda dalam pertanaman (1-3 bibit), dan panen menggunakan thresher. Komponen yang belum dapat diterapkan adalah BWD, PHT, dan pengendalian gulma dengan gasrok. Di Propinsi Kalbar 80% responden telah menanam VUB yang dilepas dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir, dan 71% di antaranya menggunakan benih yang bersertifikat. Petani responden di Kaltim lebih sedikit menurun, hanya 61% yang menanam VUB dan 37% di antaranya benih bersertifikat. Di NAD, 95% petani responden menanam VUB dan 60% di antaranya menggunakan benih bersertifikat. Masalah umum yang dihadapi petani dalam penerapan PTT adalah keterbatasan tenaga kerja yang tidak berimbang dengan luasan lahan yang diolah. Selain itu masalah teknis seperti ketersediaan benih yang tidak tepat waktu dan kurangnya penyuluh. Namun secara umum VUB telah diterima oleh petani, pengembangannya harus didukung dengan pendampingan pada sektor budi daya secara kontinu dan terpadu. Alat Pengering Mendukung Budi Daya Kedelai Lahan Kering untuk Menghasilkan Benih Berkualitas Alat pengering lebih memberikan prospek untuk dikembangkan lebih lanjut. Hal ini terbukti dari adanya minat salah satu kelompok tani binaan Yayasan PT. Unilever di Dusun Gambirejo, Desa Warujayeng, Kec. Tanjunganom Kab. Nganjuk; untuk mengoperasikan dua alat pengering tipe bak agar diperoleh mutu biji yang memenuhi standar mutu bahan baku pembuatan kecap. Kedua alat pengering tersebut sudah mulai dioperasikan oleh kelompok tani sejak September 2010 hingga 24
sekarang. Kelompok tani tersebut cukup inovatif dalam mengoperasikan alat pengering dengan mendayagunakan sumber energi kayu bakar yang tersedia sebagai pengganti sumber energi LPG, khususnya pada saat pengeringan kedelai brangkasan. Dengan demikian, alat pengering ini tidak hanya untuk tujuan benih tetapi juga dibutuhkan untuk pengeringan kedelai untuk tujuan konsumsi.
Gas LPG
Gambar 8. Alat pengering kedelai dengan sumber energi gas LPG. PUPUK ORGANIK KAYA HARA SANTAP-M Pupuk “SANTAP-M” adalah pupuk organik kaya hara yang sesuai untuk lahan masam. Pupuk ini dibuat dari bahan baku yang banyak dan mudah diperoleh di setiap daerah, serta diproduksi dalam bentuk curah-padat, tidak diperkaya mikrobia. Bahan baku pupuk organik ini antara lain kotoran sapi, kotoran ayam, batuan fosfat, dan abu ketel pabrik gula. Hasil analisis kimia/kandungan unsur hara pupuk “SANTAP-M” bervariasi, tentunya sangat dipengaruhi oleh bahan bakunya (kandungan hara). Hasil analisis kimia pupuk organik kaya hara “SANTAP-M” disajikan pada Tabel 3.
25
Tabel 3. Hasil analisis kimia/hara pupuk organik kaya hara “SANTAP-M”. Macam analisis
Data analisis 6,7 – 8,1
1. pH-H2O
Standar SNI pupuk organik*) 4,0 – 8,0
2. C-Organik (%)
15,0 – 21,0
>12
3. N-tota (%)
1,26 -1,79
< 6,0
4. C/N-ratio
12,0 – 25,0
15 - 18
4. P2O5-total (%)
4,0 - 5,5
<6,0
5. K2O-total (%)
1,0 – 1,6
< 6,0
6. CaO-total (%)
5,8 – 13,8
-
7. MgO-total (%)
0,6 - 0,9
-
8. S-total (%)
0,50 – 1,3
-
9. Zn (ppm)
300 – 555
0 – 5.000
*Peraturan Menteri Pertanian No. 28/Permentan/OT.140/2/2009 (bentuk curah)
Hasil evaluasi di lahan kering Podsolik Merah-Kuning di Sukadana (Lampung Timur) pada tahun 2011, menunjukkan bahwa pupuk organik kaya hara “SANTAPM” mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil biji kering kedelai, kacang tanah, dan ubikayu (Tabel 4, 5, dan 6). Tabel 4. Pengaruh pemberian tiga jenis pupuk terhadap hasil biji kering kedelai pada lahan kering masam di Sukadana, Lampung Timur. 2011 Perlakuan
Hasil biji kering (t/ha)
Hasil biji relatif (%)
Tanpa pupuk
0,51
100
45 kg N+45 kg P2O5+45 kg K2O/ha
0,86
167
Pupuk organik kaya hara SANTAP-M 1,5 t/ha
1,02
200
Pupuk organik kaya hara SANTAP-M+ 1,5 t/ha*
1,23
241
*SANTAP-M+: SANTAP-M ditambah urea 2,0% Tanah dengan kejenuhan Al-dd 9,5-10,7%, sehingga diberi batu kapur 500 kg/ha untuk pupuk Ca dan Mg.
26
Tanpa pupuk
SANTAP M
Gambar 9. Pengaruh pemberian pupuk terhadap pertumbuhan tanaman kedelai (Wilis) pada lahan kering masam (Podsolik Merah-Kuning) di Lampung Timur, 2011. Tabel 5. Pengaruh pemberian tiga jenis pupuk terhadap hasil polong kering kacang tanah (Jerapah) pada lahan kering masam di Sukadana, Lampung Timur. 2011. Perlakuan
Hasil polong kering
Hasil polong relatif (%)
(t/ha) Tanpa pupuk
1,08
100
45 kg N+45 kg P2O5+45 kg K2O/ha
1,44
133
SANTAP-M 1,5 t/ha
1,64
152
SANTAP-M+1,5 t/ha
1,74
161
*SANTAP-M+: SANTAP-M ditambah urea 2,0% Tanah dengan kejenuhan Al-dd 9,5-10,7%, sehingga diberi batu kapur 500 kg/ha untuk pupuk Ca dan Mg.
27
Tanpa pupuk
SANTAP M
Gambar 10. Pengaruh pemberian pupuk terhadap pertumbuhan tanaman kacang tanah (Jerapah) pada lahan kering masam (Podsolik Merah-Kuning) di Lampung Timir, 2011 Tabel 6. Pengaruh pemberian tiga jenis pupuk terhadap hasil UBIKAYU pada lahan kering masam di Sukadana, Lampung Timur. 2011
Perlakuan
Hasil ubi segar t/ha
Relatif (%)
1
Tanpa pupuk
7,10
100
2
NPK*)
11,95
168
3
Kandang sapi 8.000 kg/ha
13,36
188
4
Kandang ayam 5.000 kg/ha
18,84
265
5
SANTAP-M+ 2.500 kg/ha
16,67
235
6
SANTAP-M+ 2.500 kg/ha+50% NPK
23,00
324
7
SANTAP-M+3.500 kg/ha
19,87
280
8
SANTAP-M+3.500 kg/ha+50% NPK
22,25
313
Keterangan: *) NPK: Urea 300 kg+SP-18 200 kg+KCl 100 kg/ha
28
Gambar 11. Pengaruh pupuk oganik SANTAP-M+ terhadap pertumbuhan ubikayu (UJ-3) umur 3 bulan pada lahan kering masam Podsolik Merah-Kuning di Sukadana (Lampung Timur), tahun 2011. Produksi Benih Sumber Tanaman Pangan Ketersediaan benih baik mutu maupun jumlah ketersediaannya merupakan faktor penting untuk menunjang keberhasilan usahatani tanaman pangan. Salah satu kegiatan di lingkup Puslitbang Tanaman Pangan adalah penyediaan benih sumber (BS dan FS) untuk dikembangkan bai oleh petani penangkar benih maupun swasta produsen benih. Penyediaan Benih Sumber Padi Kegiatan penyediaan benih VUB terdiri dari kegiatan produksi benih sumber dan benih sumber untuk mendukung SL-PTT. Sampai dengan 2011 Telah diproduksi 41,7 ton benih sumber terdiri dari 25,6 ton benih BS dan 16,1 ton Benih FS. Disamping itu, juga telah diproduksi 231,6 ton benih sumber, terdiri dari 27,0 ton benih BS dan 204,6 ton benih FS untuk mendukung kegiatan SL-PTT di 18 propinsi di seluruh Indonesia. Penyediaan Benih Sumber Jagung Pada tahun anggaran 2011 ini telah diperbanyak benih sumber jagung bersari bebas klas penjenis (BS) sebanyak 6 varietas yaitu Lamuru, Sukamraga, Bisma, Srikandi Kuning-1, Srikandi Putih-1, dan Anoman-1. Total hasil yang dicapai adalah 5.340 kg dengan rincian masing-masing varietas sebagai berikut: Lamuru = 890 kg, Sukamaraga = 730 kg, Bisma = 1.125 kg, Srikandi Kuning-1 = 865 kg, Srikandi Putih-1 = 830 kg, dan Anoman-1 = 900 kg. Jika hasil benih sumber klas BS tersebut diperbanyak oleh penangkar menjadi benih sumber klas BP, maka diperkirakan akan diperoleh hasil sebanyak 80.100 ton benih klas BP (Benih Pokok) yang dapat untuk memenuhi kebutuhan areal pertanaman jagung bersari bebas seluas 4.005.000 ha. 29
Kegiatan perbanyakan benih sumber klas BD untuk 6 varietas yaitu Lamuru, Sukmaraga, Bisma, Srikandi Kuning, Srikandi Putih, dan Anoman. Masing-masing varietas ditanam pada luasan 1,0 ha, dan ke enam varietas tersebut telah ditanam, dan 4 varietas telah selesai diproses dengan total hasil 8.700 kg. Penyediaan Benih Sumber Kacang-Kacangan Dan Umbi-Umbian Produksi benih NS kedelai sampai dengan Oktober 2011 diperoleh secara total benih sebanyak 756 kg meliputi 10 varietas (Grobogan, Burangrang, Detam 1, Detam 2, Kaba, Tanggamus, Anjasmoro, Argomulyo, Ijen, dan Wilis). Produksi NS kacang tanah meliputi 9 varietas (Tuban, Bima, Domba, Jerapah, Gajah, Kelinci, Kancil, dan Bison), diperoleh benih sebanyak 1.569 kg. Produksi benih NS kacang hijau diperoleh hasil total sebanyak 344 kg meliputi 8 varietas (Kutilang, Murai, Betet, Perkutut, Sriti, Kenari, Vima 1, dan Walet)., dan setelah diproses diperoleh benih NS sebanyak 73 kg sedangkan sebanyak 271 kg masih belum diproses menjadi NS. Produksi BS kacang tanah meliputi 8 varietas (Tuban, Bima, Domba, Jerapah, Gajah, Kelinci, Kancil, dan Bison) diperoleh hasil benih sebanyak 3.292 kg. Produksi benih BS kacang hijau meliputi 8 varietas (Kutilang, Murai, Betet, Perkutut, Sriti, Kenari, Vima 1, dan Walet) diperoleh hasil sebanyak 4.144 kg. Produksi benih FS kedelai meliputi 9 varietas (Grobogan, Burangrang, Kaba, Tanggamus, Anjasmoro, Argomulyo, Sinabung, Wilis, dan Panderman) menghasilkan benih FS 14.324 kg. Produksi benih BS ubi kayu meliputi 8 varietas (Darul Hidayah, Adira 1, Adira-4, Malang 1, Malang-6, Malang -4, Uj-3, dan UJ-5), saat ini baru umur 6 bulan. Analisis Kebijakan Tanaman Pangan Hasil kajian analisis kebijakan tanaman pangan telah menghasilkan 5 (lima) opsi kebijakan dalam mendukung pembangunan pertanian industrial yang disajikan secara rinci sebagai berikut: Pupuk dan Pemupukan Padi Sawah Spesifik Lokasi Pemerintah telah mengurangi subsidi pupuk mulai 1 April 2010 yang menyebabkan harga pupuk meningkat 25-40%, dan diperkirakan harga pupuk akan terus meningkat. Oleh karena itu, petani harus lebih efisien dalam pengelolaan pemupukan padi sawah. Usahatani lahan sawah di Indonesia yang dicirikan oleh kondisi kepemilikan lahan sawah yang kecil, menyebabkan manajemen pengelolaan lahan beragam baik antarpetani maupun antarhamparan sawah. Kondisi ini memerlukan suatu teknologi pemupukan tepat guna untuk usahatani lahan sawah. Badan Litbang Pertanian bekerjasama dengan IRRI telah mengembangkan perangkat lunak berjudul “Nutrient Manager for Rice” atau Pemupukan Hara Spesifik Lokasi. Salah satu manfaatnya adalah memberikan saran strategi pemupukan yang 30
efisien (tepat takaran, tepat sumber, tepat cara, dan tepat waktu applikasinya). Menteri Pertanian telah meluncurkan PHSL berbasis web berjudul “Pemupukan Hara Spesifik Lokasi” yang dapat diakses melalui http://webapps.irri.org/nm. Teknologi PHSL dalam bentuk website bertujuan untuk memudahkan diseminasi dalam skala luas guna perbaikan manajemen pemupukan padi sawah di Indonesia dengan target pengguna adalah (a) teknisi BPTP dan (b) penyuluh pertanian lapangan (PPL). Sedangkan bagi pabrik pupuk, baik BUMN maupun pengusaha lokal, disarakan dapat membuat paling tidak dua komposisi pupuk majemuk lagi yaitu (a) dengan kandungan hara N seperti pada Ponska tetapi kandungan P-nya relatif rendah dan kandungan K- nya relatif tinggi dan (b) formula pupuk dengan kandungan hara N seperti juga pada Ponska tapi kandungan P-nya relatif tinggi dan kandungan K-nya relatif rendah (sebagai pemeliharaan), sehingga tidak terjadi penambangan hara P dan K secara berlebihan di tanah. Petani memerlukan penyuluhan dan pemahaman bahwa penggunaan pupuk yang efisien sangat menentukan jumlah pupuk yang harus diberikan serta target hasil gabah yang dapat dicapai. Dengan teknologi pemupukan hara spesifik lokasi (PHSL) diharapkan penggunaan pupuk oleh petani dapat lebih rasional sesuai kebutuhan tanaman sekaligus meningkatkan produksi dan pendapatan petani. Analisis Tingkat Adopsi Teknologi Produksi Padi Sawah Mengacu Produktivitas Optimal dan Keberlanjutan Penelitian ini dilakukan di Provinsi Banten dan Lampung pada 2011. Temuan yang menonjol dari penelitian ini adalah tingkat pemahaman kemasan teknologi (PTT) yang semakin berkurang pada pelaku yang posisinya semakin jauh dari sumber teknologi. Walaupun pada tingkat sumber teknologi PTT dimaknai bukan sebagai paket teknologi, tetapi pada tingkat Provinsi ke bawah hingga petugas lapangan atau penyuluh PTT dimaknai sebagai paket teknologi anjuran yang definitif. Pengelolaan Tanaman dan Sumber Daya Terpadu (PTT) yang alih teknologinya dilakukan melalui proyek SL-PTT/LL-PTT ternyata belum dipahami sepenuhnya oleh petani. Petani baru mengadopsi sebagian dari komponen teknologi PTT, dan proses partisipasi petani dalam memilih teknologi belum terjadi. Unsur partisipasi petani dalam menentukan pilihan teknologi, yang seharusnya menjadi inti dari PTT, belum terwadahi pada pelaksanaan SL-PTT di lapangan. Konsep “Pelestarian Sumber Daya Lahan Pertanian menuju Keberlanjutan Sistem Produksi Pertanian” belum sepenuhnya dipahami oleh pejabat Dinas Pertanian dan Penyuluh Pertanian, dan bahkan sama sekali belum dimengerti oleh petani. Terdapat gejala terjadinya penurunan mutu sumber daya lahan sawah yang perlu mendapat perhatian Pemerintah.
31
Bantuan benih dan sarana lain (pupuk) yang kurang sesuai dengan prinsip enam-tepat justeru membelenggu pelaksanaan PTT dan petani dalam menentukan pilihan teknologi adaptif spesifik lokasi. Kemasan teknologi lain yang telah dihasilkan Puslitbang Tanaman Pangan, karena tidak dijadikan program pembangunan pertanian yang disediakan dananya, belum diadopsi oleh Dinas Pertanian dan petugas penyuluhan. Hal ini bermakna bahwa alih teknologi produksi padi selalu harus disertai dengan penyediaan dana alih teknologi. Pejabat Dinas Pertanian, penyuluh, dan petani nampaknya masih menganggap alih teknologi sebagai kepentingan Pemerintah. Proses alih teknologi dari sumber teknologi kepada pengguna belum terjadi secara proaktif-partisipatif, masih bersifat top-down dan project driven. Alih teknologi menjadi semata-mata keinginan Pemerintah, belum menjadi keinginan dan kebutuhan petani. Akibatnya, alih teknologi selalu harus memerlukan pembiayaan bagi calon pengadopsi (petani) dan petugas penyuluhnya. Alih teknologi secara proaktif berasal dari permintaan petani, atau dari petugas penyuluhan pertanian atau pejabat Dinas Pertanian, memanfaatkan teknologi yang telah tersedia pada umumnya tidak terjadi tanpa adanya pembiayaan dalam program pembangunan atau DIPA dari Pusat. Proses alih teknologi yang demikian dinilai tidak sehat, sehingga ke depan pejabat Dinas Pertanian dan penyuluh perlu lebih aktif memilih kemasan atau model teknologi yang lebih tepat bagi masyarakat petani di wilayahnya. Teknologi budi daya padi yang tidak didukung oleh pendanaan proyek nampaknya tidak akan menjadi bahan atau programa penyuluhan dan tidak akan disampaikan kepada petani. Dinas Pertanian dan instansi penyuluhan dalam fungsinya membina petani padi, baru sebatas melaksanakan proyek sesuai dengan persyaratan administratif, belum menggunakan terjadinya proses pembelajaran pemilihan teknologi yang paling sesuai bagi lahan petani. Atas dasar temuan penelitian di atas, implikasi kebijakan yang disarankan adalah sebagai berikut: (1) Program operasional pembangunan tanaman pangan hendaknya memberikan keleluasan pilihan berbagai kemasan teknologi yang paling sesuai dengan kondisi masyarakat petani dan agroekologi setempat. Pemerintah otonom kabupaten seyogyanya dapat memfasiliasi terjadinya pilihan tersebut melalui petugas pemerintah di BPP, (2) Program pembangunan yang bersifat top-down perlu diubah menjadi bersifat proaktif bottom up, atas dasar kebutuhan petani, sehingga alih teknologi tidak selalu harus memerlukan pembiayaan, (3) Rendahnya tingkat pemahaman petani terhadap PTT perlu difasilitasi dengan penyediaan sarana penyuluhan berupa buku pedoman (booklet), lembar informasi (leaflet), brosur, atau poster untuk petani atau ketua kelompok tani yang mudah diakses oleh semua petani, (4) Pemberian bantuan sarana hanya kepada sebagian kelompok petani peserta LL/SL-PTT kemungkinan kurang baik atau kurang kondusif bagi 32
adopsi PTT oleh semua petani, disarankan untuk tidak diteruskan, dan (5) Perlu memasukkan upaya pelestarian mutu sumber daya lahan pertanian sawah ke dalam program pembangunan pertanian dan perlu menerbitkan buku pedoman sebagai bahan penyuluhan dan pencerahan bagi petani. Masih rendahnya pemahaman pejabat pertanian tentang Pelestarian Mutu Sumber Daya Lahan Pertanian menunjukkan perlunya diadakan pelatihan, lokakarya, dan diskusi tentang hal tersebut, agar keberlanjutan sistem produksi pertanian pangan dapat dijamin bagi keberlanjutan kecukupan pangan bangsa Indonesia. Analisis Kesiapan Sistem Perbenihan Kedelai dalam Mendukung Swasembada Dari hasil penelitian di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur, menunjukkan bahwa: (1) Penggunaan benih bermutu dari varietas-varietas unggul nasional di Jawa Tengah dan Jawa Timur, umumnya belum begitu berkembang. VUB kedelai yang dikembangkan di daerah cenderung tidak berjalan atau putus di tengah jalan, (2) Alur kelas benih belum berjalan sebagaimana mestinya, cenderung terputus ditengah jalan pula, mengakibatkan tidak terjaminnya ketersediaan benih sumber, (3) Produsen benih belum berkembang, ada kecenderungan bahwa keberadaan produsen benih dikarenakan adanya proyek pengadaan benih kedelai dari pemerintah. Jarang ada produsen benih kedelai yang konsisten bersifat mandiri, (4) Sistem Jabalsim (Jalinan Arus Benih Antar-Lapang dan Antar-Musim) saat ini tidak dapat dipertahankan sejalan dengan menurunnya minat petani untuk menanam kedelai, dan (5) Minat petani untuk menanam kedelai menurun, karena berusahatani kedelai saat ini kurang menguntungkan dan ini tidak menarik bagi petani. Sebagai imbasnya akses terhadap benih kedelaipun menurun, dan akibatnya sistem perbenihan kedelai tidak berjalan. Sebagai saran untuk menanggulangi permasalahan tersebut sebagai berikut: (1) Memantapkan pengembangan kawasan industri benih kedelai, agar ketersediaan benih menjadi lebih dekat dengan petani sehingga lebih efesien, (2) Meningkatkan sosialisasi tentang manfaat penggunaan benih bermutu dari varietas unggul kedelai, (3) Menumbuh-kembangkan produsen/penangkar benih di wilayah sentra produksi kedelai, (4) Meningkatkan kemampuan SDM perbenihan dalam penanganan perbenihan kedelai, dan (5) Mengembangkan jaringan sistem informasi perbenihan kedelai, melalui penggunaan teknologi informasi yang dapat memudahkan terjadinya titik temu antara produsen dan konsumen benih serta instansi terkait lainnya, guna teciptanya agribisnis perbenihan kedelai. Analisis Efektivitas Bantuan Benih dan Bantuan Pupuk pada Program SL-PTT Dalam komponen teknologi unggulan SL-PTT Padi, penggunaan benih bermutu dan dosis pupuk yang tepat merupakan komponen yang sangat penting untuk berhasilnya program SL-PTT tersebut. Mengingat pentingnya ketersediaan benih bermutu dan mahalnya harga pupuk, maka sejak tahun 2008 Pemerintah telah 33
memberikan fasilitas penyediaan bantuan langsung benih unggul (BLBU) dan bantuan langsung pupuk (BLP) pada program SL-PTT padi. Penelitian ini telah dilaksanakan di Jawa Tengah dan Yogyakarta tahun 2011. Hasil penelitian di Kabupaten Grobogan, Sragen dan Pati, Jawa Tengah, bantuan benih varietas unggul Ciherang, Cibogo, IR64 dan Inpari-1 yang diterima petani umumnya mempunyai mutu benih baik, benih seragam, kemurnian benih >95%, dan daya tumbuh benih >90%. Bantuan benih padi hibrida varietas Intani-1 dan Sembada yang diterima petani SL-PTT di Kabupaten Grobogan mempunyai mutu benih baik. Sedangkan mutu benih varietas Intani-1 yang diterima petani di Kabupaten Sragen dan Pati bervariasi ada yang baik, cukup baik, dan kurang baik. Jumlah bantuan benih padi Inbrida (Ciherang, Cibogo, IR64 dan Inpari-1) sebanyak 25 kg/ha menurut petani adalah cukup untuk luas sawah yang mereka miliki, sedangkan untuk bantuan benih padi hibrida (Intani-1 dan Sembada) sebanyak 15 kg/ha menurut petani tidak cukup, karena tidak tersedia benih untuk menyulam sewaktu terjadi serangan hama keong mas atau hama lainnya. Bantuan benih padi varietas Ciherang, Cibogo, IR64, Inpari-1 dan varietas hibrida Intani-1 dan Sembada pada umumnya diterima petani tepat waktu sesuai musim tanam, kecuali bantuan benih varietas Intani-1 yang diterima petani SL-PTT di Kabupaten Sragen mengalami keterlambatan sampai 30 hari, sehingga pelaksanaana SL-PTT diundur pada musim berikutnya (MT II). Dari 16 unit lokasi SL-PTT padi inbrida (Ciherang, Cibogo dan Inpari-1) yang diteliti di Kabupaten Grobogan, Sragen dan Pati, Provinsi Jawa Tengah menunjukkan produktivitas yang dapat dicapai oleh varietas Ciherang rata-rata 8,3 t/ha, Cibogo rata-rta 7,6 t/ha dan Inpari-1 rata-rata 8,0 t/ha GKP pada lokasi SL. Sedangkan pada laboratorium lapang (LL) rata-rata produktivitas yang dapat dicapai oleh ketiga varietas tersebut masing-masing adalah 8,65 t, 8,0 dan 8,2 t/ha GKP. Sebelum mengikuti program SL-PTT produktivitas varietas Ciherang, IR64 dan Mekongga yang biasa ditanam oleh petani di Kabupaten Grobogan, Pati dan Sragen rata-rata 7,5 t, 7,0 t dan 7,3 t/ha GKP. Dengan demikian, setelah para petani mengikuti program SL-PTT terdapat kenaikan produktivitas di tiga kabupaten tersebut masing-masing sebesar 0,8 t, 0,6 t dan 0,7 t/ha GKP. Dari 4 unit lokasi SL-PTT padi hibrida yang diteliti di Kabupaten Grobogan, yakni 2 unit SL-PTT varietas Intani-1 di Kecamatan Karang Layung dan 2 unit SLPTT vareitas Sembada di Kecamatan Purwodadi, rata-rata produktivitas varietas Intani-1 cukup tinggi yaitu 8,8 t/ha GKP di lokasi SL dan 9,4 t/ha di lokasi LL. Sedangkan untuk varietas Sembada, rata-rata produktivitas yang dapat dicapai pada lokasi SL adalah 6,9 t/ha GKP dan di lokasi LL rata-rata 7,6 t/ha GKP atau lebih rendah daripadi rata-rata varietas Ciherang (8,3 t/ha). Di Kabupaten Sragen, dari 4 unit SL-PTT padi hibrida yang diteliti, produktivitas varietas Intani-1 rata-rata 7,2 t/ha 34
GKP di lokasi SL, sedangkan pada lokasi LL hanya mencpai rata-rata 7,8 t/ha GKP atau lebih rendah daripada varietas Inpari-1 (8 t/ha). Hasil pengamatan di lapang menunjukkan rendahnya produksi padi hibrida varietas Sembada di Kabupaten Grobogan dan varietas Intani-1 di Kabupaten Sragen disebabkan oleh ketidaksesuaian lahan, musim, dosis pupuk dan daya adaptasi varietas. Jumlah bantuan pupuk untuk laboratorium lapang (LL) sebanyak 300 kg urea, 150 kg Ponska dan 300 kg pupuk organik per hektar untuk SL-PTT padi non hibrida cukup efektif dapat menaikkan hasil, namun untuk SL-PTT padi hibrida jumlah tersebut relatif kurang terutama untuk pupuk phospat, karena padi hibrida memerlukan pupuk lebih banyak untuk memperoleh hasil yang maksimal. Dalam upaya meningkatkan efektivitas bantuan benih dan pupuk disarankan agar mengacu pada rekomendasi teknologi spesifik lokasi (PTT) oleh BPTP dan kriteria 6 tepat penyediaan benih dan pupuk dipenuhi. Pengendalian Hama Penyakit Tanaman (PHT) Sebagai Model Pengelolaan Serangga Hama dan Patogen Penyakit Tanaman Padi Pengendalian hama penyakit tanaman (PHT) sebagai model pengelolaan serangga hama dan patogen penyakit tanaman padi telah dilakukan oleh banyak petani dengan tingkat kualitas dan kuantitas pelaksanaan rendah sampai sedang. Belum ada petani di Propinsi Jawa Tengah dan DI Yogyakarta yang benar-benar telah melaksanakan PHT secara baik atau baik sekali. Di daerah-daerah sentra produksi padi, seperti di Kabupaten Klaten dan Sragen petani bahkan melakukan penyemprotan insektisida secara berkala, hanya ada beberapa desa di pelosok Kabupaten Sragen yang melakukan pengendalian serangga hama secara herbal, umpamanya dengan memanfaatkan tanaman obat untuk bahan dasar insektisida nabati, seperti daun tembakau, bawang putih. Di daerah Kabupaten Bantul DI Yogyakarta ditemukan beberapa kelompok tani yang telah memanfaatkan patogen parasit serangga Beauviria bassiana sebagai bioinsektisida. Pemilikan lahan atau luas garapan petani responden kurang dari 0,5 ha atau kurang dari 0,25 ha, suatu ciri dari petani gurem, tetapi tidak selalu mencerminkan bahwa petani gurem miskin. Memang rata-rata petani gurem hidup miskin, tetapi masih ada beras yang dapat dipakai untuk bahan pangan keluarga. Bahkan petani yang mengelola tanah secara efisien dan efektif, bisa mendapatkan tambahan dari hasil tanaman selain padi, ini kelompok tani yang mengikuti pola tanam padipalawija/sayuran, bahkan di kelompok ini karena kebiasaan petani sayuran menggunakan kompos atau pupuk kandang dapat mengurangi ongkos produksi padi, sehingga mereka dapat memperoleh penghasilan yang lebih baik. Petanipetani dari kelompok ini mulai mengelola hama penyakit dengan PHT yang lebih baik (kategori sedang).
35
Hasil panen di daerah-daerah yang dikunjungi (lokasi responden) pada umumnya telah mencapai produktivitas di atas rata-rata nasional (4,5 – 5 ton/ha), yaitu 4,5 – 8,5 ton GKP/ha. Berkenaan dengan epidemi wereng batang coklat dan virus kerdil hampa/rumput yang ditularkannya, terutama daerah Kabupaten Klaten (2010 – 2011) tingkat produktivitas di tingkat petani turun tajam atau bahkan yang telah menanam 2-3 kali tidak panen alias puso. Di daerah-daerah ini tingkat penggunaan insektisida sangat tinggi. Mereka bahkan menyemprot 10 – 15 kali tiap musim tanam, berbeda sekali dengan daerah yang menggunakan herbal atau bioinsektisida yang aplikasi penyemprotannya 1-3 kali dan dapat memperoleh panen dengan lebih baik. Indikasinya, banyak beras Delanggu/Klaten yang sebenarnya “diimpor” dari Kabupaten lain, seperti Sragen atau Bantul, info ini diperoleh dari petani. Dari kajian ini, perlu diteliti lebih lanjut tentang penerapan PHT yang secara kualitas dan kuantitas lebih baik. Kita perlu memberikan perhatian yang lebih baik pada daerah-daerah yang menggunakan insektisida pabrikan yang terlalu banyak, karena masalah kesehatan dan konservasi biota menguntungkan. Di daerah ini penyemprotan bukannya berkurang, tetapi terus bertambah di daerah epidemi hama tertentu, karena musuh alami mati atau keseimbangan hayati terganggu, akibatnya pengendalian secara alami tidak berjalan sebagaimana mestinya. Varietas padi yang ditanam pada umumnya varietas yang tergolong favorit masyarakat umum, padahal seperti kita ketahui varietas-varietas tersebut, seperti Ciherang, IR 64 dan Mentik Wangi tergolong varietas yang rentan (susceptible) terhadap hama penyakit utama. Mengingat tidak semua daerah dengan menanam varietas rentan terserang parah oleh wereng batang coklat, di masa yang akan datang masih memungkinkan petani menanam varietas favorit (karena menguntungkan), tetapi perlu pengkajian lebih dalam tentang hal ini. Diseminasi Tahun 2011 merupakan tahun implementasi Sistem Diseminasi Multi Channel di lingkup Badan Litbang Pertanian. Artinya bahwa hasil penelitian yang menonjol harus segera disebarluaskan kepada para penggunanya melalui berbagai channel komunikasi seperti pembuat kebijakan baik pusat dan daerah, penyuluh, petani dan swasta serta melalui kegiatan temu lapang, open house, seminar, pameran, maupun publikasi. Kegiatan diseminasi yang menonjol tahun 2011 lingkup Puslitbangtan adalah partisipasi dalam kegiatan Penas XIII di Tenggarong Kalimantan Timur, Hari Pangan Sedunia di Gorontalo, Openhouse Balitsereal dengan Tanam Perdana Jagung Hibrida, KRPL Pacitan, Seminar, dan berbagai pameran lainnya. Pekan Nasional (Penas) XIII PENAS Petani Nelayan XIII tahun 2011 yang berlangsung tanggal 18-23 Juni 2011 dilaksanakan di Desa Perjiwa, Kecamatan Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur. Penas XIII dibuka resmi oleh Wakil Presiden 36
RI dihadiri sekitar 30 ribu petani, nelayan, penyuluh, dan pejabat pemerintah dari seluruh Indonesia. Puslitbangtan bersama seluruh Satker Kementerian Pertanian, khususnya lingkup Badan Litbang Pertanian, menyajikan gelar teknologi varietas unggul padi, jagung, aneka kacang dan ubi yang beradaptasi pada perubahan iklim. Kegiatan ini juga sebagai upaya Puslitbangtan untuk mengoptimalkan keterlibatan masyarakat petani secara langsung dalam proses pembelajaran pemahaman aplikasi inovasi teknologi di lapang. Varietas unggul tanaman pangan ditampilkan di lapang pada Cluster Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan dan Cluster Pangan Alternatif, serta Pameran Indoor.
Gambar 12. Keragaan tanaman pangan di Cluster Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan pada Penas XIII di Tenggarong, Kalimantan Timur
Gambar 13. Keragaan tanaman ubi-ubian di Cluster Pangan Alternatif pada Penas XIII di Tenggarong, Kalimantan Timur
37
Gambar 14. Menteri Pertanian berdiskusi dengan pemulia jagung pada waktu kunjungan ke pameran indoor Penas XIII. Hari Pangan Sedunia Saat ini penduduk dunia hampir mencapai 7 miliar orang dan tahun 2050 diprakirakan mencapai 9 miliar orang. Dalam hal penyediaan pangan dirasakan belum aman akibat penambahan jumlah penduduk, ke depan kerawanan pangan perlu diantisipasi. Oleh karena itu, Wapres mengatakan bahwa untuk mengatasi kerawanan pangan diperlukan pemanfaatan teknologi yang tepat dan pengelolaan sumber daya yang baik untuk menghasilkan pangan yang cukup bagi bangsa Indonesia. Demikian penggalan inti dari Pidato Wakil Presiden RI pada acara Pembukaan Hari Pangan Sedunia tanggal 20 Oktober 2011 di Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo. Kunjungan Wapres pada acara HPS tersebut disertai Menteri Pertanian, Perwakilan FAO James Mc Grane, perwakilan 21 negara sahabat, serta sejumlah gubernur di Indonesia. Pada Acara HPS tersebut Badan Litbang Pertanian menampilkan berbagai inovasi teknologi yang dikelompokkan pada empat cluster yaitu 1) Rumah Pangan Lestari (RPL), 2) Pangan Fungsional, 3) Swasembada Pangan, dan 4) Tanaman Obat dan Aromatik. Dalam kunjungan Wapres ke lahan Gelar Teknologi Badan Litbang Pertanian, beliau sangat tertarik dengan penampilan berbagai tanaman sayuran dan biofarmaka yang ada di hamparan RPL. Selain itu, Wapres berkesempatan mendengarkan penjelasan tentang kemajuan penelitian kedelai, padi, dan jagung. Pada kesempatan ini Wapres sempat memetik polong kedelai muda dan memakannya. Pada tanaman jagung, Wapres sempat memegang tanaman jagung yang memiliki tongkol dua dan berdiskusi dengan peneliti jagung. Hal yang menarik dari acara HPS tersebut, Wapres sangat memperhatikan kemajuan riset di bidang pertanian dan bagaimana hasil riset tersebut segera disebarkan kepada petani serta sampai di lahan petani.
38
Gambar 15. Dr. Hasil Sembiring (Kepala Puslitbangtan) menjelaskan kemajuan penelitian kedelai kepada Wakil Presiden, Menteri Pertanian dan Gubernur Gorontalo. Open house di Balai Penelitian Tanaman Padi
Gambar 16. Menteri Pertanian didampingi Kepala Badan Litbang Pertanian dan Dirjen Tanaman Pangan pada acara open house di BBPadi memanen padi varietas INPARI 13 yang ditengarai tahan wereng coklat 39
Openhouse dan Seminar Nasional Jagung Openhouse Balitsereal berlangsung tanggal 3-4 Oktober 2011 dengan tema Inovasi Teknologi Mendukung Swasembada Jagung dan Diversifikasi Pangan yang dibuka secara resmi oleh Menteri Pertanian Dr. Ir. Suswono, MMA. Open House tersebut dihadiri oleh Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Selatan, 11 Bupati Daerah dan 1 Wali Kota dari wilayah Sulawesi Selatan. Dalam acara tersebut Menteri Pertanian berkesempatan melakukan penandatanganan peresmian pengoperasian Laboratorium Biologi Molekuler Badan Litbang Pertanian yang menggunakan teknologi molekuler seperti genotyping dan sequencing berteknologi tinggi. Seusai melakukan penandatanganan peresmian laboratorium, Menteri Pertanian bersama-sama dengan sejumlah pejabat pusat dan daerah melakukan tanam perdana jagung hibrida unggul Bima 14 Batara dan Bima 15 Sayang, yang merupakan varietas hasil Badan Litbang Pertanian. Selanjutnya, Menteri Pertanian berkesempatan mengunjungi visitor plot Badan Litbang Pertanian yang menggelar varietas unggul jagung hasil penelitian Badan Litbang Pertanian. Teknologi tersebut antara lain jagung hibrida BiomasTinggi (varietas Bima 1 – 6), jagung hibrida berumur genjah (varietas Bima 7 – 8) dengan umur 88 hari, dan jagung hibrida kaya protein (varietas Bima 12Q dan 13Q) dengan potensi hasil sampai 13 t/ha. Selain jagung hibrida, Badan Litbang Pertanian juga memamerkan calon varietas unggu baru jagung hibrida bertongkol 2 serta jagung QPM biji putih yang sesuai guna mendukung diversifikasi pangan dan mengatasi masalah gizi buruk.
Gambar 17. Menteri Pertanian, Wakil Gubernur Sulawesi Selatan, dan Kepala Badan Litbang Pertanian melakukan tanam perdana jagung hibrida varietas Bima-14 dan Bima-15 pada acara Openhouse Balitsereal.
40
Gambar 18. Menteri Pertanian didampingi Wakil Gubernur Sulawesi Selatan dan Kepala Badan Litbang Pertanian melakukan wawancara dengan media cetak dan elektronik nasional pada acara Openhouse Balitsereal. Seminar Nasional Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan litbang yang perannya telah dinilai baik oleh Kementerian Pertanian tidak boleh kehilangan momen, stagnan, dan berhenti berinovasi. Untuk itu seluruh peneliti di Badan Litbang Pertanian harus kuasai pertanian holistik, pahami aspek yang lebih luas mencakup teknis, sosial-ekonomi, bahkan budaya, serta perubahan lingkungan termasuk dinamika politik. Ada dua indikator keberhasilan penelitian yang harus dipenuhi peneliti lingkup Badan Litbang Pertanian yakni science recoqnition dan impact recoqnition. Demikian inti arahan Dr Haryono, Kepala Badan Litbang Pertanian pada pembukaan Seminar Nasional Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi, di Balitkabi, Malang, 15 November 2011.
Gambar 19. Kepala Badan Litbang Pertanian membuka Seminar KABI 2011 dan penyerahan benih sumber kedelai FS untuk di Jawa Timur dan Yogyakarta 41
Produk olahan pangan bahan baku dari kebun KRPL Untuk lebih meningkatkan nilai tambah produk pertanian dan kegiatan ekonomi di Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) Desa Kayen Kabupaten Pacitan, Balitkabi melatih para pengrajin, Kelompok Kerja (Pokja) PKK, staf Ketahanan Pangan, dan Penyuluh Pertanian. Materi pelatihan mencakup pengolahan ubi jalar, ubi kayu, dan kedelai menjadi produk pangan olahan yang nilai ekonominya lebih tinggi ketimbang bahan segarnya. Pelatihan “Sosialisasi Pengolahan Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Mendukung KRPL di Pacitan” dilaksanakan tanggal 21-23 Februari 2011. Pelatihan diikuti oleh 28 orang terdiri dari ibu-ibu pengrajin pangan, Pokja PKK Desa Kayen, staf Kantor Ketahanan Pangan, dan Penyuluh Pertanian. Hadir Dr. Haryono, Kepala Badan Litbang Pertanian, Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian (Kemtan), dan Gubernur Jawa Timur. Sebelumnya, Gubernur Jawa Timur bersama Bupati Pacitan dan rombongan meninjau ke kampung KRPL. Pelatihan ini diharapkan hasil usahatani tidak langsung dijual segar, namun diproses terlebih dulu menjadi pangan olahan sehingga meningkat nilai ekonominya. Pemrosesan ini secara langsung akan menambah kegiatan ekonomis bagi warga Desa Kayen. Itulah salah satu daya katrol pelatihan ini terhadap pengembangan KRPL di Pacitan. Perlu dikemukakan bahwa dengan konsep KRPL ini, lahan yang tidak diusahakan, baik tegalan, pekarangan, maupun sawah, diusahakan tanaman yang cocok untuk kondisi lahannya. Tanaman yang diusahakan antara lain umbiumbian (ubi jalar, suweg, mbote, dan sejenisnya), aneka tanaman obat, serta tanaman tahunan. Varietas unggul yang dikembangkan Balitkabi di wilayah KRPL adalah tiga varietas ubi jalar yaitu: MSU 03028-10, Antin-1, dan Beta-1, serta umbiumbian potensial di antaranya mbote, ganyong, talas, garut dan suweg.
Gambar 20. Kepala Badan Litbang Pertanian mencicipi produk olahan pangan karya ibu-ibu peserta pelatihan
42
Budi Daya Kedelai di Kawasan Hutan Jati Budi daya kedelai di kawasan hutan jati dilaksanakan sebagai sarana untuk mendiseminasikan hasil penelitian kedelai kepada pengguna, sebagai sarana DEMFARM untuk mendukung suksesnya Gerakan Peningkatan Produksi Pangan berbasis Korporasi (GP3K) yang telah diprogramkan pemerintah. Gelar teknologi budi daya kedelai di kawasan hutan ini dapat menjawab keraguan semua pihak yang mempertanyakan, apakah lahan hutan dapat dimanfaatkan untuk produksi tanaman pangan?. Pertumbuhan tanaman kedelai di antara tegakan pohon jati dapat tumbuh dengan baik, keuntungan bertanam kedelai yang di tumpangsarikan dengan pohon jati antara lain : (a) pemanfaatan lahan lebih optimal, (b) Produk panen beragam, (c) lebih cepat memperoleh penghasilan (kedelai panen umur 85-90 hari), (d) memperoleh tambahan hasil dari tanaman yang ditanam, (e) memperbaiki kesuburan tanah karena tambahan N dari rhzobium dan bahan organik dari serasah tanaman kacang-kacangan (f) mencegah erosi, dan (g) menyediakan pakan ternak.
Gambar 21. Keragaan kedelai di sela-sela tanaman hutan jati mampu berproduksi dan mengoptimalkan lahan.
Menyongsong Kebangkitan Kedelai di Sulawesi Tenggara Sepuluh tahun terahir (2000 – 2010) luas pertanaman kedelai di Propinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) berfluktuasi dari 1.600 ha hingga 6.700 ha. Luas pertanaman kedelai tetinggi terjadi pada tahun 2009 yaitu 6.700 ha dan kemudian turun menjadi 2.650 ha pada tahun 2010, dengan tingkat produktivitas sekitar 0,9 t/ha. Sentra pertanaman kedelai di Sulawesi Tenggara berada di Kabupaten Konawe Selatan yaitu hampir 90% dari total luas di Propinsi Sultra. Upaya menyebarluaskan inovasi teknologi pertanian, pada tahun 2011 Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi) bekerjasama dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tenggara melaksanakan Gelar Teknologi Budi Daya Kedelai di lahan sawah di Desa Pangan Jaya 43
Kecamatan Lainea Kabupaten Konawe Selatan Propinsi Sulawesi Tenggara seluas 1,5 ha, dengan melibatkan tiga petani koperator, menggunakan varietas Argomulyo dan Burangrang. Kedua varietas tersebut selain berbiji besar juga berumur genjah (76-80 hari). Tanah di lokasi tersebut adalah Ultisol, dan berdasarkan uji tanah yang dilakukan oleh BPTP Sultra pH tanah sekitar 5, kandungan P dan bahan organik sangat rendah, kandungan N rendah, dan K sedang. Penanaman dilakukan pada tanggal 21 Juni 2011 dan dipanen pada tanggal 7-13 September 2011. Keragaan pertanaman beragam dari sedang hingga baik. Hasil panen dari gelar teknologi menunjukkan potensi varietas unggul Argomulyo dapat mencapai hasil 2,1 t/ha. Varietas Burangrang menunjukkan keragaan yang lebih baik dari varietas Argomulyo, namun belum diproses sehingga hasilnya belum bisa disampaikan, sehingga petani lebih menyukai varietas Burangrang dibandingkan Argomulyo. Petani sangat puas dan senang dengan hasil tersebut, dan baru pertama kali ini sejak tahun 1979 menanam kedelai dengan sistim tanpa olah tanah (TOT) dan dengan adanya gelar teknologi tersebut petani semakin yakin bahwa menanam kedelai di lahan sawah setelah padi dapat dilakukan dengan sistim TOT. Dalam sambutannya mengahiri acara temu lapang, ketua Gapoktan Desa Pangan Jaya (Bapak Mashari) menyatakan bahwa tanam kedelai dengan sistim TOT adalah sesuatu yang baru bagi petani setempat. Berdasarkan pengakuan petani koperator, banyak petani yang membeli hasil panennya untuk dijadikan benih pada musim tanam bulan Nopember 2011. Hasil analisis usahatani kedelai, apabila dapat mencapai hasil 2,1 t/ha maka akan diperoleh keuntungan Rp 6.332.000/ha atau nisbah B/C 1,21. Secara umum, petani sangat tertarik dan antusias untuk menanam kedelai yang sudah ditinggalkannya selama 15 tahun. Demplot kedelai dan temu lapang yang dilakukan oleh Balitkabi di Desa Pangan Jaya Keamatan Lainea Kabupaten Konawe Selatan merupakan awal kebangkitan kembali kedelai di Sulawesi Tenggara pada umumnya dan di Kabupaten Konawe Selatan pada khususnya.
Gambar 22.
Keragaan tanaman kedelai, panen dan temu lapang di Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara 44
Lokakarya pengelolaan hara kalium untuk tanaman kedelai pada lahan sawah dengan pola tanam padi – padi – kedelai Balitkabi bekerja sama dengan Internasional Potash Institute (IPI) melakukan penelitian tentang pemupukan/pengelolaan K pada tanaman kedelai pada lahan sawah yang berpola tanam”Padi – Pad – Kedelai”. Penelitian kerja sama ini direncanakan berjalan tiga tahun, dimulai tahun 2011. Pada tahun ini kegiatannya di lakukan di Madiun (Desa Pulerejo, kec. Pilangkenceng) dan di Ngawi (Desa Wonokerto, kec. Kedunggalar). Sebagai rangkaian kegiatan penelitian tersebut, dilakukan: ”Pelatihan dan Lokakarya untuk Penyuluh dan Petani”, dengan topik: ”Pengelolaan Hara Kalium untuk Tanaman Kedelai pada Lahan Sawah dengan Polatanam ”Padi – Padi – Kedelai” .
Gambar 23. Tanaman kedelai di tanah Vertisol di Pilangkenceng (Madiun) yang menunjukkan gejala defisiensi K, pada umur 45 hari setelah tanam umumnya daun ke empat dari pucuk menunjukkan gejala tersebut.
Latihan dan Lokarya dilaksanakan di Ngawi, selama satu hari pada tanggal 8 September 2011, yang dibuka oleh Kepala Dinas Pertanian dan Hortikultura Daerah Tingkat II Ponorogo. Pada penyambutannya, disampaikan beberapa hal, sebagai berikut: (a) bahwa Madiun, Ponorogo, dan Ngawi adalah sebagaian dari kabupaten Provinsi Jawa Timur yang cukup banyak memproduksi kedelai, namun hasilnya belum optimal, karena berbagai sebab serperti kualitas benih yang kurang baik, gangguan hama/penyakit, dan kekurangan hara, serta (b) pada tahun ini (2011) hasil kedelai di tiga kabupaten tersebut dipastikan akan naik, karena luas tanamannya meningkat; hal ini disebabkan oleh kondisi curah hujan yang kurang dan sebagian petani takut menanam padi karena hama wereng. Beberapa hal penting yang dapat diperoleh, terkait dengan pengelolaan hara K untuk kedelai pada lahan sawah adalah sebagai berikut: Status hara K pada lahan 45
sawah, khususnya di Madiun, Ponorogo, dan Ngawi adalah beragam, mulai dari sangat rendah (<0,1 me/100 g) sampai sangat tinggi (>1,0 me/100 g). Sebagian besar lahan sawah di tiga kabupaten tersebut adalah tergolong rendah sampai sangat rendah, berturut-turut: (a) Madiun 66,3%, (b) Ponorogo 65,7%, dan (c) Ngawi 58,1% dari areal sawah, yang disurvei pada tahun 2001. Kalium sangat berperanan penting dalam proses fisiologi tanaman, karena terlibat dalam 60 reaksi enzimatis, diantaranya dalam proses fotosintesis dan sistesis protein. Kecukupan kalium selain akan menentukan tingkat hasil juga kualitas hasil. Tanaman yang kurang hara K akan mudah rebah dan rentan terhadap serangan hama dan penyakit, serta cekaman kekeringan. Hara K dalam jerami akan cepat tersedia bagi tanaman setelah dibenamkan ke dalam tanah yang cukup air karena cepat terdekomposisi dan melepaskan K (30 hari 100% K dalam jerami telah terlepas/tersedia), atau jerami dibakar.
Gambar 24. Pada tanah Vertisol di Kedunggalar (Ngawi) yang mengandung K-dd 1,03 me/100 g, tanaman kedelai tidak respon terhadap pemupukan K yang meningkat, setara dengan 50 – 200 kg KCl/ha Publikasi Hasil Penelitian Diseminasi teknologi tanaman pangan untuk menyebarluaskan teknologi baru kepada pengguna baik melalui ekspose maupun penerbitan berbagai publikasi ilmiah di antaranya yaitu : Jurnal penelitian tanaman pangan Buletin Iptek tanaman pangan No. 1 dan 2 tahun 2011 Laporan tahunan 2010 penelitian padi dan palawija Buku saku musuh alami hama padi Berita Puslitbangtan No. 47 46
Leaflet SOP pengendalian wereng Booklet profile of Indonesia Centre for Rice Research Buku musuh alami hama padi Leaflet pengendalian hama tikus terpadu Leaflet pengendalian penyakit kresek hawar daun bakteri Leatlet SOP pengendalian penggerek batang Leaflet padi toleran rendaman Lefleat Jagung, lefleat sorgum dan gandum Diskripsi varietas unggul Jagung, Sorgum dan Gandum Leaflet Panduan Praktis Leaflet Budi daya Tanaman Jagung Tanaman Sisip Lefleat Sekilat Balai ( Bahasa Indonesia,Inggris )
47
III. PERMASALAHAN DAN UPAYA TINDAKLANJUT 1. Lisensi varietas jagung Bima 5 dengan PT SAS dan Bima 4 dengan PT. Nusa Palapa Gemilang, jika selama dua tahun tidak ada kemajuan dalam produksi benihnya maka secara otomatis kerja sama tersebut diputus. Agar kerja sama ini dalapat berjalan lancar dalam proses produksi benih, maka pemulia jagung akan melakukan pembinaan kepada tenaga peneliti kedua perusahaan tersebut. 2. Royalti sampai saat ini belum didukung dengan peraturan perundangan, oleh karena itu usulan peraturan tentang royalti akan diupayakan oleh BATP. 3. Hasil kerja sama dengan lembaga luar negeri tidak dapat ditindaklanjuti setelah diperoleh teknologi baru seperti Quick Guide SSN for Maize. Upaya yang akan dilakukan dengan menawarkan teknologi tersebut kepada Direktorat teknis di Kementerian Pertanian. 4. Untuk meningkatkan produksi aneka kacang dan umbi menghadapi berbagai kendala dan permasalahan yang terkait dengan perubahan lingkungan stategis, di antaranya adalah: (a) perubahan iklim global akan berdampak meningkatnya frekuensi dan intensitas cekaman biotik dan abiotik, (b) menyusutnya lahan pertanian subur dan kompetisi dengan komoditas non-pangan, memaksa perluasan areal tanaman pangan akan banyak menggunakan lahan suboptimal yang kurang subur (umumnya di luar Jawa), (c) meningkatnya harga bahan bakar minyak yang akan berantai meningkatkan harga sarana produksi, dan (d) globalisasi dan pasar bebas yang akan berkonsekuensi pada persaingan produk yang ketat antar negara, sehingga menuntut perbaikan efisiensi produksi, serta kualitas dan ketepatan pasokan (waktu dan kontinyuitas) produk. 5. Disamping hal-hal tersebut di atas, dalam meningkatkan produksi komoditas pangan (termasuk kacang dan umbi), kendala dan permasalahan lain yang akan ditemui adalah: (a) degradasi lahan karena tekanan penggunaannya yang semakin intensif dan/atau dengan praktek bertani yang kurang sesuai, (b) minat generasi muda yang rendah untuk bekerja sebagai petani, serta (c) petani kekurangan modal karena tingkat kemiskinan yang meningkat, sekarang penduduk miskin sekitar 37 juta dan beberapa pihak memprediksi akan meningkat menjadi sekitar 41 juta jiwa akibat dampak kenaikan BBM. 6. Sehubungan dengan hal tersebut, maka untuk mengarahkan dan mengefektifkan kinerja dalam melaksanakan penelitian dan diseminasi inovasi teknologi aneka kacang dan umbi dilakukan kordinasi dalam bentuk : pembahasan matrik penelitian, recana kerja baik dari penelitian maupun manajemen pelaksanaan penelitian. Selama penelitian berjalan di lakukan monitoring dan evaluasi untuk perbaikan pelaksanaan penelitian dan roda perjalanan manajemen.
48
IV. PENUTUP Kegiatan penelitian dan pengembangan tanaman pangan merupakan bagian integral dari Program Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Hasil-hasil kegiatan, meskipun belum seluruhnya selesai diolah datanya, secara umum sudah tercapai target yang diemban Puslitbang Tanaman Pangan, bahkan sebagian melebihi dari yang ditargetkan, seperti pengelolaan sumber daya genetik dan perakitan varietas unggul baru tanama pangan. Berbagai inovasi teknologi yang telah dihasilkan Puslitbang Tanaman Pangan diharapkan dapat mendukung 4 sukses Kementerian Pertanian. Selanjutnya tidak hanya peningkatan kesejahteraan petani dan pembangunan pertanian, tetapi juga meningkatnya pembangunan ekonomi nasional dan kesejahteraan penduduk Indonesia.
49
Lampiran 1.
RENCANA STRATEGIK TAHUN 2010 - 2014 Instansi Visi
Pusat Penelitian : dan Pengembangan Tanaman Pangan Puslitbang: Tanaman Pangan tahun 2014 menjadi lembaga penelitian dan pengembangan pertanian berkelas dunia yang menghasilkan dan mengembangkan inovasi teknologi pertanian untuk mewujudkan pertanian industrial unggul berkelanjutan berbasis sumber daya lokal : 1. Menghasilkan, mengembangkan, dan mendiseminasikan inovasi teknologi dan rekomendasi kebijakan tanaman pangan yang unggul, bernilai tambah, efisien, dan kompetitif (scientific recognition). 2. Meningkatkan kualitas sumber daya penelitian tanaman pangan serta efisiensi dan efektivitas pemanfaatannya. 3. Mengembangkan jejaring kerja sama nasional dan internasional ( networking ) dalam rangka penguasaan Iptek dan peningkatan peran Puslitbang Tanaman Pangan dalam
Misi
pembangunan pertanian (impact recognition).
Tujuan
Sasaran Uraian
Cara Mencapai Tujuan dan Sasaran Indikator
Kebijakan
Keterangan Program
1. Pengelolaan dan pemanfaatan sumber
1. Diperolehnya aksesi sumber daya
Program: Penciptaan teknologi dan varietas
Meningkatkan kerja sama
tinggi, strategis, dan unggul, serta
daya genetik tanaman pangan untuk
genetik tanaman pangan yang
benih/bibit unggul dan rumusan kebijakan
unggul berdaya saing.
penelitian dengan swasta, lembaga
alternatif kebijakan tanaman pangan
bahan perakitan varietas unggul baru
dapat dimanfaatkan untuk perbai-
mendukung pemantapan swasembada beras
Subprogram: Penelitian dan pengembangan
penelitian nasional (LIPI, Universitas,
yang diperlukan dalam membangun
padi dan palawija.
kan sifat varietas
dan jagung serta pencapaian swasembada
komoditas
swasta) dan luar negeri (IRRI,
kedelai untuk meningkatkan produksi komo-
Kegiatan: Penelitian dan pengembangan
CYMMYT, UNESCAP-CAPSA, dll)
ditas pangan substitusi impor, diversifikasi
tanaman pangan.
serta kerja sama antar-kementerian
Menghasilkan inovasi teknologi
sektor pertanian yang tangguh
2. Dilepasnya varietas unggul baru 2. Perakitan galur harapan sebagai varietas unggul baru padi, kacangkacangan dan umbi-umbian serta serealia
tanaman pangan 3. Dihasilkannya teknologi budi daya panen dan pasca panen primer tanaman pangan
3. Perakitan teknologi budi daya, panen, dan pascapanen primer tanaman pangan
4. Dihasilkannya produksi benih
1. Memfokuskan penciptaan inovasi teknologi
pangan, bioenergi, dan bahan baku industri. 2. Memperluas jejaring kerja sama penelitian, promosi, dan diseminasi hasil penelitian kepada seluruh stakeholders nasional
sumber padi, aneka kacang dan
maupun internasional untuk mempercepat
ubi serta serealia
proses pencapaian sasaran pembangunan
4. Pengembangan sistem perbenihan
5. Dihasilkannya rumusan kebijakan
pertanian (impact recognition), pengakuan
tanaman pangan berbasis sistem
tanaman pangan yang berisifat
ilmiah internasional (scientific recognition)
manajemen mutu ISO 9001-2008 dalam
responsif dn antisipatif
dan perolehan sumber-sumber pendanaan
produksi benih sumber.
6. Meningkatnya jejaring kerja sama nasional dan internasional melalui
5. Rekomendasi kebijakan pembangunan
pertemuan ilmiah dan penerbitan
pertanian yang bersifat antisipatif dan
publikasi ilmiah tanaman pangan
penelitian lainnya di luar APBN (external fundings). 3. Meningkatkan kualitas, kuantitas, dan kapabilitas sumber daya penelitian melalui per-
responsif dalam rangka mendukung
baikan sistem rekruitmen dan pelatihan SDM
pembangunan sistem pertanian
penambahan sarana dan prasarana, dan
industrial.
struktur penganggaran yang sesuai dengan kebutuhan institusi.
6. Pengembangan jejaring kerja sama
4. Mendorong inovasi teknologi yang mengarah
nasional dan internasional melalui
pada pengakuan dan perlindungan Haki
diseminasi dan publikasi ilmiah.
(Hak Kekayaan Intelektual) secara nasional dan internasional. 5. Meningkatkan penerapan manajemen penelitian dan pengembangan pertanian yang akuntabel dan good governance.
Lampiran 3. Instansi
:
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan PKK Persentase
KEGIATAN Kegiatan
Uraian
1 Pengkayaan,
2 1a Peningkatan sumber genetik
Indikator Kinerja
Satuan
3
4
Capaian (Target) 5
Realisasi 6
Pencapaian
koleksi plasma nutfah padi
* Dana
Rupiah
pemanfaatan dan
karakterisasi, verifikasi, dan
* SDM
Orang
pelestarian sumber
rejuvinasi untuk perbaikan
daya genetik
sifat varietas padi
* Laboratorium * Lahan
345,000,000 10 orang
344,372,000 10 orang
7 99.8 100.0
Kelayakan
Layak
Layak
Ketersediaan
Tersedia
Tersedia
Aksesi
500
1363
272.6
Aksesi
500
1363
272.6
Output : * Diperolehnya sejumlah fenotipe sumber daya genetik untuk bahan perakitan varietas unggul padi Outcome : * Tersedianya dan dimanfaatkannya plasma nutfah oleh pemulia padi sebagai informasi sumber gen sifat umur ultra genjah, toleran suhu rendah, kekeringan, salinitas, rendaman, dan tahan blas, dalam rangka merakit varietas unggul baru 1b Pengelolaan dan pemberdayaan plasma nutfah
* Dana
Rupiah
* SDM
Orang
172,178,000 8 orang
171,948,300 8 orang
99.9 100.0
aneka kacang dan ubi secara konvensional, serta
* Laboratorium
memanfaatkan teknologi DNA
* Lahan
Kelayakan
Layak
Layak
Ketersediaan
Tersedia
Tersedia
Aksesi
200
1154
577.0
Aksesi
200
1154
577.0
Output : * Diperolehnya sejumlah fenotipe sumber daya genetik untuk bahan perakitan varietas unggul tanaman kacang-kacangan dan umbi-umbian Outcome : * Tersedianya dan dimanfaatkannya plasma nutfah tanaman aneka kacang dan ubi oleh pemulia di Balitkabi sebagai informasi sumber gen dalam rangka merakit varietas unggul baru tanaman aneka kacang dan ubi. 1c
Koleksi, rejuvinasi,
* Dana
Rupiah
karakterisasi, dan evaluasi
* SDM
Orang
220,252,000 8 orang
220,018,100 8 orang
99.9 100.0
sumber daya genetik jagung genjah, sorgum manis,
* Laboratorium
gandum tropis, dan jawawut
* Lahan
Kelayakan
Layak
Layak
Ketersediaan
Tersedia
Tersedia
Aksesi
555
1030
185.6
Aksesi
555
1030
185.6
* Output : Diperolehnya sejumlah fenotipe sumber daya genetik untuk bahan perakitan varietas unggul serealia * Outcome : Tersedianya dan dimanfaatkannya plasma nutfah tanaman jagung dan serealia lainnya oleh pemulia di Balitsereal sebagai informasi sumber gen dalam rangka merakit varietas unggul baru tanaman serealia.
KETERANGAN
Target
Input:
pengelolaan,
tanaman pangan
Rencana Tingkat
8
PKK Persentase
KEGIATAN Kegiatan
Uraian
1 Penelitian, pemu-
Indikator Kinerja
Satuan
3
4
2 2a Perakitan varietas unggul
liaan, perbaikan
baru padi
sistem produksi dan
Rencana Tingkat Capaian (Target) 5
Realisasi 6
Pencapaian 7.00
Input: * Dana
Rupiah
* SDM
Orang
7,221,000,000 Peneliti 91 org
7,191,200,820 Peneliti 91 org
99.6 100.0
dan tekno ekonomi serta varietas unggul
* Laboratorium
baru tanaman pangan
* Lahan Output : * Dilepasnya sejumlah galur harapan sebagai
Kelayakan
Layak
Layak
Ketersediaan
Tersedia
Tersedia
VUB
4
17
425.0
VUB
4
17
425.0
varietas unggul baru padi 1. Varietas unggul padi sawah inbrida 2.
Varietas unggul padi sawah hibrida
3.
Varietas unggul padi gogo
Outcome : * Benih varietas unggul padi sawah, padi hibrida, dan padi gogo untuk diperbanyak UPBS dan disebarluaskan kepada pengguna dan mendukung kegiatan SL-PTT. 2b Perakitan varietas unggul
Input:
baru tanaman aneka kacang
* Dana
Rupiah
dan ubi
* SDM
Orang
* Laboratorium * Lahan
1,793,109,000 99 orang
1,785,635,703 99 orang
99.6 100.0
Kelayakan
Layak
Layak
Ketersediaan
Tersedia
Tersedia
VUB
4
5
125.0
VUB
4
5
125.0
Output : * Dilepasnya sejumlah galur harapan sebagai varietas unggul baru kacang-kacangan dan umbi-umbian 1. Varietas unggul baru kedelai 2. Varietas Unggul baru kacang tanah 3. Varietas unggul baru ubi jalar Outcome : * Benih/bibit varietas unggul baru kacang-kacangan dan umbi-umbian untuk diperbanyak UPBS dan disebarluaskan kepada pengguna dan mendukung kegiatan SL-PTT. 2c
Perakitan varietas unggul
Input:
baru jagung dan serealia
* Dana
Rupiah
lainnya.
* SDM
Orang
* Laboratorium * Lahan
1,490,424,000 67 orang
1,486,401,827 67 orang
99.7 100.0
Kelayakan
Layak
Layak
Ketersediaan
Tersedia
Tersedia
VUB
3
7
233.3
VUB
3
7
233.3
Output : * Dilepasnya sejumlah galur harapan sebagai varietas unggul baru jagung 1. Varietas unggul baru jagung hibrida 2. Varietas unggul baru jagung komposit Outcome : * Benih varietas unggul baru serealia untuk diperbanyak UPBS dan disebarluaskan kepada pengguna dan mendukung kegiatan SL-PTT.
KETERANGAN
Target 8
PKK Persentase
KEGIATAN Kegiatan 1 Teknologi budi daya, panen, dan
Uraian 2 1 Teknologi budi daya tanaman padi
pascapanen primer
Indikator Kinerja
Satuan
3
4
Rencana Tingkat Capaian (Target) 5
Realisasi 6
Pencapaian 7.00
Input : * Dana
Rupiah
4,024,010,008
97.7
* SDM
Orang
83 orang
83 orang
100.0
Paket
4
4
100.0
4,120,000,000
tanaman pangan Output : * Menghasilkan inovasi teknologi budi daya panen dan pasca panen primer tanaman padi
Teknologi
1. Kesesuaian Varietas Tahan di Daerah Endemis Penyakit Tungro bakteri 2. Pemetaan patotipe (Strain) Penyakit Hawar Daun Bakteri 3. Karakterisasi Sifat Fisik, Fisikokimia, Gizi dan Indeks Glikemik Beras Beberapa Varietas/Galur Harapan Padi 4. Identifikasi Tingkat Adopsi Varietas Unggul Baru, Teknologi PTT dan Pengembangan Padi * Dana
Rupiah
874,878,000
874,878,000
100.0
* SDM
Orang
5 orang
5 orang
100.0
Paket
1
1
100.0
5
5
100.0
5. Pengembangan Teknik Peringatan Dini di Pesemaian dan Tanaman Umur Muda, serta Pengendalian Penyakit
Teknologi
Tungro untuk Menekan Kehilangan Hasil Outcome : * Digunakannya inovasi teknologi budi daya panen dan pasca panen primer tanaman padi untuk mendukung
Paket Teknologi
peningkatan produksi padi melalui program P2BN. 2 Teknologi budi daya tanaman aneka kacang dan ubi
Input : * Dana
Rupiah
488,167,780
99.9
* SDM
Orang
16 orang
16 orang
100.0
Paket
7
8
114.3
7
8
114.3
Output : * Menghasilkan inovasi teknologi budi daya panen dan pasca panen primer tanaman aneka kacang dan ubi
488,590,000
Teknologi
1. VIR-GRA,WP Bioinsektisida Pengendali Hama Daun dan Penggerek Polong Kedelai 2. BIO-LEC: Biopestisida efektif untuk pengendalian hama utama kedelai yang ramah lingkungan 3. ILLETRISOY Pupuk Hayati untuk kedelai di lahan masam 4. Alat Pengering Mendukung Budi Daya Kedelai Lahan Kering untuk Menghasilkan Benih Berkualitas 5. Pupuk Organik Kaya Hara SANTAP-M 6. Teknologi penyimpanan benih kedelai 7. Komponen teknologi pengendalian tungau merah 8. Teknik pengendalian hama dan penyakit utama yang efektif, efisien, ramah lingkungan dan menekan kehilangan hasil 25 – 30% Outcome : * Digunakannya inovasi teknologi budi daya panen dan
Paket
pascapanen primer tanaman aneka kacang dan ubi
Teknologi
untuk mendukung peningkatan produksi.
KETERANGAN
Target 8
PKK Persentase
KEGIATAN Kegiatan 1
Uraian
Indikator Kinerja
Satuan
2
3
4
3 Teknologi budi daya tanaman serealia
Rencana Tingkat Capaian (Target) 5
Realisasi 6
Pencapaian 7.00
Input : * Dana
Rupiah
222,595,150
98.8
* SDM
Orang
36 orang
36 orang
100.0
Paket
5
6
120.0
5
6
120.0
Output : * Menghasilkan inovasi teknologi budi daya panen dan pasca panen primer tanaman serealia
225,342,000
Teknologi
1. Formulasi biopestisida untuk pengendalian Aspergillus flavus dan OPT utama lainnya pada jagung untuk menekan kehilangan hasil<10% 2. Peningkatan hasil jagung melalui pendekatan PTT dalam konsep IP400 dengan tingkat hasil >32 t/ha/ tahun pada lahan kering dan lahan sawah 3. Peningkatan Hasil Jagung Hibrida dan Komposit Melalui Perbaikan Cara Tanam (Legowo) dengan Penerapan IP400 di Lahan Kering 4. Cara Pengelolaan Air untuk Jagung Hibrida dan Komposit dalam Sistem Tanam Legowo dengan Penerapan IP400 di Lahan Kering 5. Penekanan kehilangan hasil pada proses perontokan gandum dan penurunan kandungan tanin sorgum pada proses penyosohan 6. Rintiasan penelitian berbasis marka molekuler tanaman serealia Outcome : * Digunakannya inovasi teknologi budi daya panen dan pasca panen primer tanaman serealia untuk mendukung peningkatan produksi dan program SL-PTT.
Paket Teknologi
KETERANGAN
Target 8
PKK Persentase
KEGIATAN Kegiatan 1 Perbenihan tanaman Pangan
Uraian
Indikator Kinerja
Satuan
2
3
4
4a Penyediaan benih benih sumber varietas unggul padi
Rencana Tingkat Capaian (Target) 5
Realisasi 6
Pencapaian 7.00
Input : 1,191,000,000
1,154,990,500
* Dana
Rupiah
* SDM
Orang
20 orang
20 orang
100.0
97.0
1. BS
Kg
20,000
20,000
100.0
2. FS
Kg
60,000
60,000
100.0
3. SS
Kg
17,000
17,000
100.0
Kg
97,000
97,000
100.0
Output : * Tersedianya benih sumber (BS dan FS) padi dengan SMM ISO 9001-2008
Outcome : * Tersebarnya benih sumber padi kepada pengguna dan mendukung kegiatan SL-PTT dan penyebaran varietas. 4b Penyediaan benih penjenis
Input :
kedelai dan benih sumber
* Dana
Rupiah
aneka kacang dan ubi
* SDM
Orang
1,277,730,000 26 orang
1,227,243,810
96.0
26 orang
100.0
Output : * Tersedianya benih inti dan benih sumber (NS, BS dan FS) aneka kacang dan ubi 1. NS
Kg
1,050
2,182
207.8
2. BS
Kg
10,000
13,000
130.0
3. FS
Kg
18,000
21,500
119.4
Kg
29,050
36,682
126.3
Outcome : * Tersebarnya benih sumber aneka kacang dan ubi kepada pengguna dan penyebaran varietas. 4c
Produksi benih sumber jagung
Input : 1,093,622,000
1,087,260,950
* Dana
Rupiah
* SDM
Orang
26 orang
99.4
1. BS
Kg
3,000
5,340
178.0
2. FS
Kg
5,000
12,700
254.0
Kg
8,000
18,040
225.5
26 orang
Output : *
Tersedia dan terdistribusikannya benih BS dan FS tanaman jagung dan serealia lainnya
Outcome : * Tersebarnya benih sumber tanaman serealia kepada pengguna mendukung kegiatan SL-PTT.
KETERANGAN
Target 8
PKK Persentase
KEGIATAN Kegiatan 1 Analisis Kebijakan Tanaman Pangan
Uraian
Indikator Kinerja
Satuan
2
3
4
5 Analisis dan sintesis kebijakan pengembangan tanaman pangan
Rencana Tingkat Capaian (Target) 5
Realisasi 6
Pencapaian 7.00
Input : 791,000,000
768,314,800
* Dana
Rupiah
* SDM
Orang
20 orang
20 orang
100.0
97.1
Alternatif
1
1
100.0
1
1
100.0
1
1
100.0
1
1
100.0
1
1
100.0
1
1
100.0
1
1
100.0
1
1
100.0
8
8
100.0
Output : 1. Analisis peningkatan daya saing dan nilai tambah tanaman pangan menghadapi persaingan global
Kebijakan
2. Analisis tingkat adopsi teknologi produksi padi sawah mengacu produktivitas optimal dan
Kebijakan
Alternatif
keberlanjutan 3. Analisis kesiapan tindakan adaptasi usahatani tanaman pangan menghadapi banjir dan kekeri-
Alternatif Kebijakan
ngan akibat perubahan iklim global 4. Analisis efektivitas bantuan benih dan bantuan pupuk pada program SL-PTT 5. Analisis kesiapan sistem perbenihan kedelai dalam mendukung swasembada 6. Analisis peningkatan kualitas implementasi PHT di lapangan 7. Analisis permasalahan sistem produksi benih jagung komposit 8. Pupuk dan pemupukan padi sawah spesifik lokasi
Alternatif Kebijakan Alternatif Kebijakan Alternatif Kebijakan Alternatif Kebijakan Alternatif Kebijakan
Outcome : * Digunakannya rekomendasi alternatif kebijakan pengembangan tanaman pangan oleh pemangku kepentingan dalam upaya meningkatkan produksi tanaman pangan dan kesejahteraan petani.
Alternatif Kebijakan
KETERANGAN
Target 8
PKK Persentase
KEGIATAN Kegiatan 1 Diseminasi inovasi teknologi tanaman pangan
Uraian
Indikator Kinerja
Satuan
2
3
4
6a Pengembangan sistem informasi komunikasi,
Rencana Tingkat Capaian (Target) 5
Realisasi 6
Pencapaian 7.00
Input :
diseminasi dan umpan balik
* Dana
Rupiah
inovasi tanaman padi
* SDM
Orang
56 orang
56 orang
100.0
Paket
1
1
100.0
Ton
420
420
100.0
Paket
1
1
100.0
11,222,747,000
10,648,485,600
94.9
Output : * Terselenggaranya pengembangan sistem informasi komunikasi, diseminasi dan umpan balik inovasi tanaman padi * Tersedianya benih SS untuk kegiatan pendampingan SL-PTT dan pengembangan UPBS BPTP di 31 propinsi Outcome : * Tersebarluaskannya inovasi teknologi padi melalui pertemuan ilmiah dan publikasi tercetak 6b Pengembangan diseminasi dan penjaringan umpan balik teknologi aneka kacang dan
Input : 1,512,384,000
1,474,856,753
* Dana
Rupiah
* SDM
Orang
7 orang
7 orang
97.5
Paket
1
1
100.0
Paket
1
1
100.0
ubi Output : * Terselenggaranya pengembangan diseminasi dan penjaringan umpan balik teknologi aneka kacang dan ubi Outcome : * Tersebarluaskannya inovasi teknologi kabi melalui pertemuan ilmiah dan publikasi tercetak
KETERANGAN
Target 8
PKK Persentase
KEGIATAN Kegiatan
Uraian
1 6c
2 Penyebarluasan dan alih teknologi inovasi produksi serealia
Indikator Kinerja
Satuan
3
4
Rencana Tingkat Capaian (Target) 5
Realisasi 6
Pencapaian 7.00
Input : 1,272,643,000
1,270,442,585
* Dana
Rupiah
* SDM
Orang
21 orang
21 orang
100.0
99.8
Paket
1
1
100.0
Paket
1
1
100.0
Output : * Terselenggaranya penyebarluasan dan alih teknologi inovasi produksi sereali Outcome : * Tersebarluaskannya inovasi teknologi dan alih teknologi melalui pertemuan ilmiah dan publikasi tercetak 6d Pengembangan sumber daya
Input : 1,080,865,000
1,057,844,336
informasi IPTEK,
* Dana
Rupiah
diseminasi dan jaringan umpan
* SDM
Orang
21 orang
21 orang
100.0
97.9
Output : * Terselenggaranya pengembangan informasi IPTEK, diseminasi dan jaringan umpan balik tanaman pangan
Paket
1
1
100.0
Paket
1
1
100.0
balik tanaman pangan
Outcome : * Tersebarluaskannya inovasi teknologi dan informasi IPTEK melalui pertemuan ilmiah dan publikasi tercetak
KETERANGAN
Target 8
Lampiran 4. PENGUKURAN PENCAPAIAN SASARAN 2011 PPS Sasaran
Indikator sasaran
Rencana Tingkat
Realisasi
Capaian (Target) 2 1. Tersedianya informasi sumber daya genetik tanaman pangan.
3
Persentase pencapaian target (%)
4
5
6
500
1,363
272.6
200
1,154
577.0
555
1,030
185.6
4
17
425.0
4
5
125.0
3
7
233.3
1. Teknologi budi daya padi
5
5
100.0
2. Teknologi budi daya aneka kacang dan
7
8
114.3
5
6
120.0
Diperolehnya sejumlah fenotipe sumber daya genetik untuk bahan perakitan varietas unggul padi Diperolehnya sejumlah fenotipe sumber daya genetik untuk bahan perakitan varietas unggul tanaman kacang-kacangan dan umbi-umbian Diperolehnya sejumlah fenotipe sumber daya genetik untuk bahan perakitan varietas unggul serealia
2. Terciptanya varietas unggul baru tanaman pangan
Dilepasnya sejumlah galur harapan sebagai varietas unggul baru padi Dilepasnya sejumlah galur harapan sebagai varietas unggul baru kacang-kacangan dan umbi-umbian Dilepasnya sejumlah galur harapan sebagai varietas unggul baru jagung
3. Terciptanya teknologi budi daya, panen, dan pascapanen primer tanaman pangan.
Menghasilkan inovasi teknologi budi daya panen dan pasca panen primer tanaman padi, aneka kacang dan ubi, serta jagung dan serealia lainnya
ubi 3. Teknologi budi daya tanaman serealia
Keterangan 7
PPS Indikator sasaran
Rencana Tingkat
Realisasi
Capaian (Target) 3 4. Tersedianya benih sumber varietas unggul baru
Persentase pencapaian target (%)
4
5
6
Tersedianya benih sumber (BS dan FS) padi
padi, jagung, kedelai untuk penyebaran varietas
dengan SMM ISO 9001-2008
berdasarkan SMM ISO 9001-2008.
1. BS
20,000
20,000
100.0
2. FS
60,000
60,000
100.0
3. SS
17,000
17,000
100.0
Tersedianya benih inti dan benih sumber (NS, BS dan FS) aneka kacang dan ubi 1. NS
1,050
2,182
207.8
2. BS
10,000
13,000
130.0
3. FS
18,000
21,500
119.4
Tersedia dan terdistribusikannya benih BS dan FS tanaman jagung dan serealia lainnya
5. Tersedianya kebijakan pengembangan tanaman pangan. 6. Terselenggaranya diseminasi teknologi tanaman pangan.
1. BS
3,000
5,340
178.0
2. FS
5,000
12,700
254.0
Tersedianya rekomendasi analisis kebijakan pembangunan pertanian tanaman pangan
8
8
100.0
Tersedianya sistem informasi komunikasi, diseminasi dan umpan balik inovasi tanaman
1
1
100.0
1
1
100.0
1
1
100.0
1
1
100.0
padi melalui pertemuan ilmiah dan publikasi tercetak Tersedianya diseminasi dan penjaringan umpan balik teknologi aneka kacang dan ubi melalui peremuan ilmiah dan publikasi tercetak Tersebarluaskannya alih teknologi inovasi produksi serealia melalui pertemuan ilmiah dan publikasi tercetak Tersebarluaskannya sumber daya informasi IPTEK, diseminasi dan jaringan umpan balik tanaman pangan Rata-rata
Keterangan
174.6
7