LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2011
SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2012
RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian ini disusun sebagai pertanggungjawaban kinerja Kementerian Pertindustrian pada tahun 2011. Hal ini sejalan dengan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas
Kinerja
Instansi
Pemerintah
(AKIP)
dimana
pimpinan
Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Kementerian, Pemerintah Daerah, Satuan Kerja atau Unit Kerja didalamnya, diminta untuk membuat laporan akuntabilitas kinerja secara berjenjang serta berkala untuk disampaikan kepada pimpinan yang lebih tinggi. Dalam Rencana Stratejik Kementerian Perindustrian 2010-2014, telah dijabarkan Visi jangka menengah Kementerian, yakni “Pemantapan daya saing basis industri manufaktur yang berkelanjutan serta terbangunnya pilar industri andalan masa depan”. Visi dimaksud telah dituangkan pada Misi, Tujuan, dan Sasaran yang akan dicapai pada tahun 2014. Secara umum gambaran pencapaian kinerja makro sektor industri pada tahun 2011, adalah sebagai berikut : 1. Pertumbuhan sektor industri non migas tahun 2011 mencapai 6,83 persen; 2. Kontribusi
terhadap
Pendapatan
Domestik
Bruto
untuk
industri
pengolahan tahun 2011 sebesar 24,28 persen dan industri pengolahan non migas sebesar 20,92 persen. 3. Investasi PMDN Tahun 2011 di sektor industri mencapai Rp. 39,05 triliun dengan jumlah proyek sebanyak 784 proyek dan PMA sebesar US$ 6.779 miliar dengan jumlah proyek sebanyak 1.861 proyek. 4. Ekspor hasil industri non migas tahun 2011 mencapai US$ 122,19 milyar, dan impor tahun 2011 mencapai US$ 125,98 miliar. Pada tahun 2011 cabang industri yang hampir semua mengalami pertumbuhan positif, antara lain: Logam Dasar Besi & Baja sebesar 13.06 persen; Makanan, Minuman dan Tembakau tumbuh sebesar 9.19 persen; Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki tumbuh sebesar 7.52 persen; Semen & Brg. Galian bukan logam tumbuh sebesar 7.19 persen; Alat Angk., Mesin & Peralatannya tumbuh sebesar 7.00 persen; Pupuk, Kimia & Barang dari karet Barang lainnya
tumbuh sebesar 3.95 persen;
tumbuh sebesar 1.82 persen; Kertas dan Barang cetakan tumbuh
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Ringkasan Eksekutif
i
sebesar 1.50 persen; dan hanya Brg. kayu & Hasil hutan lainnya tumbuh kurang dari 1 persen yaitu sebesar 0.35 persen. Kontribusi sektor industri terhadap pembentukan PDB industri non migas mencapai 20,92 persen dengan urutan distribusi per cabang industri sebagai berikut: industri makanan, minuman dan tembakau (35,20 persen); industri alat angkut, mesin dan peralatan (27,47 persen); industri pupuk, kimia dan barang dari karet (12,21 persen), industri tekstil, barang kulit dan alas kaki (9,23 persen), industri barang kayu dan hasil hutan (5,44 persen) industri kertas dan barang cetakan (4,47 persen), industri semen dan barang galian non logam
(3,27
persen), industri logam dasar, besi dan baja (2,00 persen), dan industri barang lain hanya (0,73 persen). Pertumbuhan industri pada tahun 2011 telah jauh lebih baik dibanding tahun 2010 pada saat industri terkena dampak krisis global. Tahun 2011 sektor industri dapat melampaui target pertumbuhan industri dari yang semula target sebesar 6,10 persen dan pada tahun 2011 pertumbuhan industri mencapai 6,83 persen. Hal ini terlihat bahwa sektor-sektor industri telah mulai pulih dari krisis global tahun 2009. Tentunya kita berharap bahwa tahun mendatang menjadi tahun titik balik bagi dunia industri untuk dapat lebih maju lagi. Langkah-langkah operasional yang telah ditempuh dalam pencapaian sasaran 2011 meliputi melalui: perumusan kebijakan; pelayanan dan fasilitasi; serta pengawasan, pengendalian dan evaluasi yang dilakukan. Dimana langkah-langkah operasional tersebut di laksanakan melalui Sembilan program, diantaranya (i) Program Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Unggulan Berbasis Manufaktur yang bertujuan untuk memulihkan kinerja industri yang terdampak krisis finansial global, khususnya industri yang melakukan ekspor ke Eropa dan Amerika Serikat; (ii) Program Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Agro yang bertujuan untuk memulihkan kinerja industri-industri yang terkena dampak krisis finansial global yang mengimbas pada industri-industri yang melakukan ekspor ke berbagai negara di Eropa dan Amerika Serikat; (iii) Program Penumbuhan Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi yang bertujuan untuk menumbuhkan industri yang utamanya diarahkan pada penguasaan pasar ekspor; (iv) Program Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Kecil dan Menengah yang bertujuan untuk merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang pengembangan IKM, meningkatkan nilai tambah produk, menumbuhkan populasi IKM, memanfaatkan sumber daya termasuk SDA daerah secara
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Ringkasan Eksekutif
ii
optimal, mengembangkan OVOP, menyebarkan industri ke berbagai daerah, meningkatkan daya saing industri di daerah, meningkatkan nilai tambah sepanjang rantai nilai komoditi, prioritas, membangun keunikan yang dimiliki daerah, melakukan kerjasama antar daerah, serta membangun kerjasama yang harmonis antar daerah dan pengembangan Klaster Industri Kecil dan Menengah; (v) Program Pengembangan Perwilayahan Industri yang bertujuan untuk mendorong
pelaksanaan
public-private
partnership
dan
pengembangan
kawasan industri serta mempersiapkan peta panduan industri unggulan provinsi dan kompetensi inti industri kabupaten/kota; (vi) Program Kerjasama Industri Internasional yang bertujuan untuk menciptakan penyelenggaraan kerjasama industri internasional secara optimal; (vii) Program Pengkajian Kebijakan, Iklim dan Mutu Industri yang bertujuan untuk mewujudkan iklim usaha dan kebijakan yang kondusif melalui perumusan dan analisa kebijakan dan iklim di sektor industri,
pelaksanaan
kebijakan
dan
iklim
di
bidang
penelitian
dan
pengembangan industri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta untuk meningkatkan kemampuan industri dalam menciptakan, mengembangkan, menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam uji komersialisasi hasil penelitian dan pengembangan, rancangan produk baru, proses produksi, energi terbarukan, lingkungan hidup, dan tenaga kerja serta sarana
dan
pembangunan
prasarana industri;
industri (viii)
sebagai
Program
faktor
pendukung
Pengawasan
dan
berhasilnya Peningkatan
Akuntabilitas Aparatur Negara Kementerian Perindustrian yang bertujuan untuk menjamin agar pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Kementerian Perindustrian berjalan
sesuai dengan
rencana
dan
ketentuan
peraturan
perundang-
undangan, mendukung penyelenggaraan pemerintahan yang efektif, efisien, trasnparan, akuntabel, bersih dan bebas dari KKN, serta
mewujudkan Good
Governance dan Clean Government; (ix) Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Perindustrian yang bertujuan untuk memberikan dukungan manajemen terhadap pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Kementerian Perindustrian dalam hal persiapan internal; (x) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian Perindustrian yang bertujuan untuk memberikan dukungan dalam bidang penyediaan maupun pemeliharaan sarana dan prasarana yang diperlukan Kementerian Perindustrian dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya agar dapat memberikan pelayanan yang lebih baik dan nyaman bagi para pemangku kepentingan. Hasil
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Ringkasan Eksekutif
iii
lebih rinci secara keseluruhan tergambar dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja 2011. Secara garis besar Kementerian Perindustrian telah berhasil melaksanakan tugas pokok,
fungsi
dan
misi
yang
diembannya
dalam
pencapaian
kinerja
Kementerian Perindustrian tahun 2011 dengan capaian rata-rata sasaran strategis perspektif pelaksanaan tugas pokok melebihi 100 persen. Sedangkan capaian
rata-rata
sasaran
strategis
perspektif
pemangku
kepentingan
(stakeholders) mencapai lebih dari 90 persen. Beberapa sasaran yang ditetapkan dapat dicapai, meskipun belum semuanya menunjukkan hasil sebagaimana yang ditargetkan. Keberhasilan pencapaian sasaran Kementerian Perindustrian disamping ditentukan oleh kinerja faktor internal juga ditentukan oleh dukungan eksternal, seperti kerjasama dengan institusi terkait.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Ringkasan Eksekutif
iv
KATA PENGANTAR Untuk mewujudkan tata kepemerintahan yang baik (Good Governance) dengan tingkat kinerja yang selalu meningkat bentuk perwujudannya dapat dilakukan melalui pertanggungjawaban. Seperti yang telah diamanatkan dalam Tap. MPR RI No. XI/MPR/1998 dan Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih, Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, dibutuhkan suatu bentuk pertanggungjawaban terkait pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas dan nyata
secara
periodik. Pemerintah, melalui Instruksi Presiden No. 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) sebagai tindak lanjut Tap MPR RI dan UndangUndang tersebut, mewajibkan tiap pimpinan Departemen/ Lembaga Pemerintahan Non Departemen, Pemerintah Daerah, Satuan Kerja atau Unit Kerja di dalamnya, membuat laporan akuntabilitas kinerja secara berjenjang serta berkala untuk disampaikan
kepada
atasannya.
Serta
sesuai
dengan
Peraturan
Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah bahwa peraturan tersebut sebagai acuan setiap instansi dalam menyusun dokumen Penetapan Kinerja dan LAKIP. Sebagai gambaran keberhasilan dan ketidaktercapaian pelaksanaan tugas pokok dan fungsi selama periode tahun 2011, Kementerian Perindustrian menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja. Diharapkan laporan ini dapat menjadi bahan masukan bagi pemangku kepentingan dan umpan balik bagi jajaran Kementerian Perindustrian untuk meningkatkan kinerja masing-masing satuan unit di masa yang akan datang, khususnya untuk tahun 2012 yang sedang berjalan ini. Jakarta, 14 Maret 2012 Menteri Perindustrian
ttd MOHAMAD S. HIDAYAT
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Kata Pengantar
v
DAFTAR ISI
Halaman RINGKASAN EKSEKUTIF
i
KATA PENGANTAR
v
DAFTAR ISI
vi
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
:
:
:
:
PENDAHULUAN A.
Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi
1
B.
Struktur Organisasi Kementerian Perindustrian
1
C.
Peran Stratejik Kementerian Perindustrian
4
PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A.
Rencana Strategis 2010 - 2014
9
B.
Rencana Kinerja Tahun 2011
20
C.
Penetapan Kinerja Tahun 2011
29
D.
Rencana Anggaran
34
AKUNTABILITAS KINERJA PERINDUSTRIAN A.
Analisis Capaian Kinerja Tahun 2011
35
B.
Akuntabilitas Keuangan
102
PENUTUP A.
Kesimpulan
105
B.
Permasalahan dan Kendala
106
C.
Rekomendasi
108
LAMPIRAN
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Daftar Isi
vi
BAB I PENDAHULUAN
A.
TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI Sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor: 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara Serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia, Kementerian Perindustrian berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. Kementerian Perindustrian mempunyai tugas menyelenggarakan urusan di bidang perindustrian dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Kementerian Perindustrian dipimpin oleh Menteri Perindustrian dan dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Wakil Menteri Perindustrian. Dalam melaksanakan tugas, Kementerian Perindustrian menyelenggarakan fungsi: 1. Perumusan,
penetapan,
dan
pelaksanaan
kebijakan
di
bidang
perindustrian; 2. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Perindustrian; 3. Pengawasan
atas
pelaksanaan
tugas
di
lingkungan
Kementerian
Perindustrian; 4. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian Perindustrian di daerah; dan 5. Pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional.
B.
PERAN STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN Peran strategis dalam pembangunan ekonomi nasional tersebut tercermin dari dampak kegiatan ekonomi sektor riil bidang industri dalam komponen konsumsi maupun investasi. Dari hal ini sektor industri berperan sebagai pemicu kegiatan ekonomi lain yang berdampak ekspansif atau meluas ke berbagai sektor jasa keteknikan, penyediaan bahan baku,
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Pendahuluan
1
transportasi, distribusi atau perdagangan, pariwisata dan sebagainya. Pembangunan sektor industri menjadi sangat penting karena kontribusinya terhadap pencapaian sasaran pembangunan ekonomi nasional, terutama dalam pembentukan PDB sangat besar dan berperan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi (prime mover) karena kemampuannya dalam peningkatan nilai tambah yang tinggi. Selain itu industri juga dapat membuka
peluang
untuk
menciptakan
dan
memperluas
lapangan
pekerjaan, yang berarti meningkatkan kesejahteraan serta mengurangi kemiskinan. Walau telah dicapai berbagai perkembangan yang cukup penting dalam pengembangan industri, namun dirasakan industri belum tumbuh seperti yang diharapkan. Permasalahan Pembangunan Nasional yang
sedang
dihadapi
bangsa
Indonesia
dan
memerlukan
upaya
penanganan yang terstruktur dan berkelanjutan, di antaranya meliputi: 1. Tingginya angka pengangguran dan kemiskinan. 2. Rendahnya pertumbuhan ekonomi. 3. Melambatnya perkembangan ekspor Indonesia. 4. Lemahnya sektor infrastruktur. 5. Tertinggalnya kemampuan nasional di bidang teknologi. Sementara itu, terdapat berbagai permasalahan pokok yang sedang dihadapi dalam mengembangkan sektor industri, yaitu: Pertama, ketergantungan yang tinggi terhadap impor baik berupa bahan baku, bahan penolong, barang setengah jadi maupun komponen. Kedua, keterkaitan antara sektor industri dengan ekonomi lainnya relatif masih lemah. Ketiga, struktur industri hanya didominasi oleh beberapa cabang industri yang tahapan proses industrinya pendek. Keempat, lemahnya penguasaan dan penerapan teknologi. Kelima, lebih dari 60 persen sektor industri terletak di Pulau Jawa. Keenam, masih lemahnya kemampuan kelompok industri kecil dan menengah. Dalam mengatasi permasalahan dalam mengembangkan sektor industri, isu-isu strategis lima tahun yang akan datang hasil temu nasional di bidang perekonomian sebagai prioritas Kabinet Indonesia Bersatu II adalah sebagai berikut: 1. Pembangunan Infrastruktur; 2. Ketahanan Pangan; 3. Ketahanan Energi; 4. Pengembangan UMKM; Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Pendahuluan
2
5. Revitalisasi Industri dan Jasa; 6. Pembangunan Transportasi. Sebagai bagian dari pembangunan nasional, pembangunan sektor industri
dituntut untuk mampu memberikan sumbangan yang berarti
terhadap pembangunan ekonomi maupun sosial politik. Oleh karenanya, dalam penentuan tujuan pembangunan industri di masa depan, baik jangka menengah maupun jangka panjang, bukan hanya ditujukan untuk mengatasi permasalahan dan kelemahan di sektor industri, tetapi juga harus mampu mengatasi permasalahan nasional. Dengan memperhatikan masalah nasional dan masalah yang sedang dihadapi oleh sektor industri, serta untuk mendukung keberhasilan prioritas Kabinet Indonesia Bersatu, maka telah ditetapkan proses yang harus dilakukan dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Kementerian Perindustrian dan yang dikelompokkan ke dalam: (1) perumusan kebijakan; (2) pelayanan dan fasilitasi; serta (3) pengawasan, pengendalian, dan evaluasi yang secara langsung menunjang pencapaian sasaran-sasaran strategis
yang
telah
ditetapkan,
disamping
dukungan
kapasitas
kelembagaan guna mendukung semua proses yang akan dilaksanakan. Pada dasarnya pembangunan sektor industri
diserahkan kepada
peran aktif sektor swasta, sementara pemerintah lebih banyak berperan sebagai
fasilitator
yang
mendorong
dan
memberikan
berbagai
kemudahan bagi aktivitas-aktivitas sektor swasta. Intervensi langsung Pemerintah dalam bentuk investasi dan layanan publik hanya dilakukan bila mekanisme pasar tidak dapat berlangsung secara sempurna. Arah kebijakan dalam Rencana Strategis mencakup beberapa hal pokok sebagai berikut: 1. Merevitalisasi sektor industri dan meningkatkan peran sektor industri dalam perekonomian nasional. 2. Membangun struktur industri dalam negeri yang sesuai dengan prioritas nasional dan kompetensi daerah. 3. Meningkatkan kemampuan industri kecil dan menengah agar terkait dan lebih seimbang dengan kemampuan industri skala besar. 4. Mendorong pertumbuhan industri di luar pulau Jawa. 5. Mendorong sinergi kebijakan dari sektor-sektor pembangunan yang lain dalam mendukung pembangunan industri nasional.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Pendahuluan
3
C.
STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN Berdasarkan IND/PER/10/2010
Peraturan
tentang
Menteri
Organisasi
Perindustrian,
Kementerian
Perindustrian,
9 (sembilan) unit
Perindustrian dan
Perindustrian eselon I
Tata
terdiri dan
Nomor:
Kerja atas
105/M-
Kementerian Wakil
Menteri
3 (tiga) Staf Ahli Menteri
sebagaimana terlihat pada Gambar 1.1.
Gambar 1.1. Struktur Organisasi Kementerian Perindustrian
Tugas Pokok masing-masing unit kerja adalah sebagai berikut: 1. Wakil Menteri Perindustrian Mempunyai
tugas
membantu
Menteri
Perindustrian
dalam
memimpin pelaksanaan tugas Kementerian Perindustrian. Wakil Menteri diangkat pada tanggal 10 November 2009 melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 111/M Tahun 2009 guna memperlancar pelaksanaan tugas Menteri yang memerlukan penanganan khusus sesuai ketentuan pasal 10 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara. 2. Sekretariat Jenderal Mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Pendahuluan
4
organisasi di Iingkungan Kementerian Perindustrian. Sekretariat Jenderal terdiri dari 5 (lima) biro, yaitu Biro Perencanaan, Biro Kepegawaian, Biro Keuangan, Biro Hukum dan Organisasi, serta Biro Umum. 3. Direktorat Jenderal Basis Industri Manufaktur Mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang basis industri manufaktur. Direktorat Jenderal Basis Industri Manufaktur terdiri atas 5 (lima) unit eselon II, yaitu Sekretariat Direktorat Jenderal; Direktorat Industri Material Dasar Logam; Direktorat Industri Kimia Dasar; Direktorat Industri Kimia Hilir; dan Direktorat Industri Tekstil dan Aneka. 4. Direktorat Jenderal Industri Agro Mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang industri agro. Direktorat Jenderal Industri Agro terdiri atas 4 (empat) unit eselon II, yaitu Sekretariat Direktorat Jenderal; Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan; Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan; dan Direktorat Industri Minuman dan Tembakau. 5. Direktorat Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Direktorat Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang industri unggulan berbasis teknologi tinggi. Direktorat Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi terdiri atas 5 (lima) unit eselon II, yaitu Sekretariat Direktorat Jenderal; Direktorat Industri
Alat
Transportasi
Darat;
Direktorat
Industri
Maritim,
Kedirgantaraan, dan Alat Pertahanan; Direktorat Industri Elektronika dan Telematika; dan Direktorat Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian. 6. Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang industri kecil dan menengah. Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah terdiri atas 4 (empat) unit eselon II, yaitu Sekretariat Direktorat Jenderal; Direktorat Industri Kecil dan Menengah Wilayah I; Direktorat Industri Kecil dan Menengah Wilayah II; dan Direktorat Industri Kecil dan Menengah Wilayah III.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Pendahuluan
5
7. Direktorat Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri Direktorat
Jenderal
Pengembangan
Perwilayahan
Industri
mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang pengembangan perwilayahan industri. Direktorat Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri terdiri atas 4 (empat) unit eselon II, yaitu Sekretariat Direktorat Jenderal; Direktorat Pengembangan Fasilitasi Industri Wilayah I; Direktorat Pengembangan Fasilitasi Industri Wilayah II; dan Direktorat Pengembangan Fasilitasi Industri Wilayah III. 8. Direktorat Jenderal Kerja Sama Industri Internasional Direktorat Jenderal Kerja Sama Industri Internasional mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang kerja sama industri internasional. Direktorat Jenderal Kerja Sama Industri Internasional terdiri atas 4 (empat) unit eselon II, yaitu Sekretariat
Direktorat
Jenderal;
Direktorat
Kerja
Sama
Industri
Internasional Wilayah I dan Multilateral; Direktorat Kerja Sama Industri Internasional Wilayah II dan Regional; dan Direktorat Ketahanan Industri. 9. Inspektorat Jenderal Inspektorat
Jenderal
mempunyai
tugas
melaksanakan
pengawasan intern di Iingkungan Kementerian Perindustrian. Inspektorat Jenderal terdiri atas 5 (lima) unit eselon II, yaitu Sekretariat Inspektorat Jenderal; Inspektorat I; Inspektorat II; Inspektorat III; dan Inspektorat IV. 10. Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim, Dan Mutu Industri Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim, dan Mutu Industri mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan pengkajian serta penyusunan rencana kebijakan makro pengembangan industri jangka menengah dan panjang, kebijakan pengembangan klaster industri prioritas serta iklim dan mutu industri. Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim, Dan Mutu Industri terdiri dari 5 (lima) unit eselon II, yaitu Sekretariat Badan; Pusat Standardisasi; Pusat Pengkajian Kebijakan dan Iklim Usaha Industri; Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup; dan Pusat Pengkajian Teknologi dan Hak Kekayaan Intelektual. 11. Staf Ahli Menteri Adalah unsur pembantu Menteri di bidang keahlian tertentu, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri. Staf
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Pendahuluan
6
Ahli Menteri mempunyai tugas memberi telaahan kepada Menteri mengenai masalah tertentu sesuai bidang keahliannya, yang tidak menjadi bidang tugas Sekretariat Jenderal, Direktorat Jenderal, Badan dan Inspektorat Jenderal. Staf Ahli Menteri terdiri atas Staf Ahli Bidang Penguatan Struktur Industri; Staf Ahli Bidang Pemasaran dan Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri; dan Staf Ahli Bidang Sumber Daya Industri dan Teknologi. Di samping itu, untuk menunjang pelaksanaan tugas Kementerian, terdapat
3
(tiga) unit eselon II (Pusat) yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Menteri melalui Sekretaris Jenderal, yaitu: 1. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri (Pusdiklat Industri) Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri yang selanjutnya disebut Pusdiklat Industri adalah unsur pendukung pelaksanaan tugas Kementerian Perindustrian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Perindustrian melalui Sekretaris Jenderal. Pusdiklat Industri dipimpin oleh seorang Kepala dan mempunyai tugas melaksanakan pembinaan dan pengembangan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia aparatur dan sumber daya manusia industri. 2. Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Pusat Data dan Informasi yang selanjutnya disebut Pusdatin adalah unsur pendukung pelaksanaan tugas Kementerian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri melalui Sekretaris Jenderal. Pusdatin
dipimpin
oleh
seorang
Kepala
dan
mempunyai
tugas
melaksanakan pembinaan dan pengelolaan sistem informasi, manajemen data, serta pelayanan data dan informasi industri. 3. Pusat Komunikasi Publik Pusat Komunikasi Publik adalah unsur pendukung pelaksanaan tugas Kementerian Perindustrian yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Perindustrian melalui Sekretaris Jenderal. Pusat Komunikasi
Publik
dipimpin
oleh
Kepala
dan
mempunyai
tugas
melaksanakan hubungan antar lembaga, pemberitaan, publikasi, dan informasi pelayanan publik. Dalam menunjang pelaksanaan tugas Kementerian Perindustrian untuk membangun dan memajukan sektor industri, dengan tercapainya sasaran strategis perspektif pelaksanaan tugas pokok dan perspektif
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Pendahuluan
7
Stakeholders dibutuhkan SDM. Untuk mewujudkan SDM Industri dan aparatur yang professional maka langkah-langkah yang dilakukan adalah meningkatkan penerapan kode etik dan peningkatan disiplin dan budaya kerja
pegawai,
melakukan
pengembangan
sistem
rekruitmen
pegawai,peningkatan kualitas kemampuan dan pengetahuan SDM Industri (kuantitas dan kualitas). Dengan jumlah pegawai sebanyak 6168 pegawai, diharapkan dapat mencapai target yang telah di tetapkan oleh Kementerian Perindustrian.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Pendahuluan
8
BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
A. RENCANA STRATEGIS 2010 - 2014 1.
Visi Pembangunan Industri Nasional Jangka Panjang (2025)
VISI
adalah Membawa Indonesia
pada tahun 2025 untuk
menjadi Negara Industri Tangguh Dunia yang bercirikan: 1. Industri kelas dunia; 2. PDB sektor Industri yang seimbang antara Pulau Jawa dan Luar Jawa; 3. Teknologi menjadi ujung tombak pengembangan produk dan penciptaan pasar. Untuk menuju Visi tersebut, dirumuskan Visi tahun 2020 yakni Tercapainya Negara Industri Maju Baru sesuai dengan Deklarasi Bogor tahun 1995 antar para kepala Negara APEC. Sebagai Negara Industri Maju Baru, Indonesia harus mampu memenuhi beberapa kriteria dasar antara lain: 1. Kemampuan tinggi untuk bersaing dengan Negara industri lainnya; 2. Peranan dan kontribusi sektor industri tinggi bagi perekonomian nasional; 3. Kemampuan seimbang antara Industri Kecil Menengah dengan Industri Besar; 4. Struktur industri yang kuat (pohon industri dalam dan lengkap, hulu dan hilir kuat, keterkaitan antar skala usaha industri kuat); 5. Jasa industri yang tangguh. Berdasarkan Visi tahun 2020, kemampuan Industri Nasional diharapkan mendapat pengakuan dunia internasional, dan mampu menjadi basis kekuatan ekonomi modern secara struktural, sekaligus wahana tumbuhsuburnya ekonomi yang berciri kerakyatan. Visi tersebut di atas kemudian dijabarkan dalam visi lima tahun sampai dengan 2014 yakni:
“Pemantapan daya saing basis industri manufaktur yang berkelanjutan serta terbangunnya pilar industri andalan masa depan” Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
9
2.
Dalam rangka mewujudkan visi 2025 di atas, Kementerian
MISI
Perindustrian sebagai institusi pembina Industri Nasional mengemban misi sebagai berikut:
1. Menjadi wahana pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat; 2. Menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi nasional; 3. Menjadi pengganda kegiatan usaha produktif di sektor riil bagi masyarakat; 4. Menjadi wahana (medium) untuk memajukan kemampuan teknologi nasional; 5. Menjadi wahana penggerak bagi upaya modernisasi kehidupan dan wawasan budaya masyarakat; 6. Menjadi salah satu pilar penopang penting bagi pertahanan negara dan penciptaan rasa aman masyarakat; 7. Menjadi andalan pembangunan industri yang berkelanjutan melalui pengembangan dan pengelolaan sumber bahan baku terbarukan, pengelolaan lingkungan yang baik, serta memiliki rasa tanggung jawab sosial yang tinggi. Sesuai dengan Visi tahun 2014 di atas, misi tersebut dijabarkan dalam misi lima tahun sampai dengan 2014 sebagai berikut: 1. Mendorong peningkatan nilai tambah industri; 2. Mendorong peningkatan penguasaan pasar domestik dan internasional; 3. Mendorong peningkatan industri jasa pendukung; 4. Memfasilitasi penguasaan teknologi industri; 5. Memfasilitasi penguatan struktur industri; 6. Mendorong penyebaran pembangunan industri ke luar pulau Jawa; 7. Mendorong peningkatan peran IKM terhadap PDB.
Pembangunan
3. TUJUAN
pembangunan pembangunan menjadikan
sumbangan
berarti
bagi
industri
merupakan
nasional, industri
industri
pembangunan
oleh
harus
yang
dari
sebab
itu
diarahkan
mampu
ekonomi,
bagian
sosial
untuk
memberikan dan
politik
Indonesia. Pembangunan sektor industri, tidak hanya ditujukan untuk
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
10
mengatasi permasalahan dan kelemahan di sektor industri yang disebabkan oleh melemahnya daya saing dan krisis global yang melanda dunia saat ini saja, melainkan juga harus mampu turut mengatasi permasalahan nasional, serta meletakkan dasar-dasar membangun industri andalan masa depan. Secara kuantitatif peran industri ini harus tampak pada kontribusi sektor industri dalam Produk Domestik Bruto (PDB), baik kontribusi sektor industri secara keseluruhan maupun kontribusi setiap cabang industri. Maka dijabarkan tujuannya adalah kokohnya basis industri manufaktur dan industri andalan masa depan menjadi tulang punggung perekonomian nasional.
4. SASARAN
Dalam mewujudkan tujuan tersebut, diperlukan upaya-upaya sistemik yang dijabarkan ke dalam sasaran-sasaran strategis yang mengakomodasi perspektif pemangku kepentingan (stakeholder),
perspektif pelaksanaan tugas pokok, dan perspektif peningkatan kapasitas kelembagaan yang dapat dirinci sebagai berikut: Perspektif Pemangku Kepentingan (Stakeholder)
Sasaran Strategis I: Tingginya nilai tambah industri, dengan Indikator Kinerja Utama: 1. Laju pertumbuhan industri yang memberikan nilai tambah; 2. Kontribusi industri manufaktur terhadap PDB nasional. Sasaran Strategis II: Tingginya penguasaan pasar dalam dan luar negeri, dengan Indikator Kinerja Utama: 1. Meningkatnya pangsa pasar ekspor produk dan jasa industri nasional. 2. Pangsa pasar produk industri nasional terhadap total permintaan di pasar dalam negeri. Sasaran Strategis III: Kokohnya faktor-faktor penunjang pengembangan industri, dengan Indikator Kinerja Utama: 1. Tingkat produktivitas dan kemampuan SDM industri; 2. Indeks iklim industri nasional.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
11
Sasaran Strategis IV: Tingginya kemampuan inovasi dan penguasaan teknologi industri, dengan Indikator Kinerja Utama: 1. Jumlah hasil penelitian dan pengembangan teknologi industri terapan inovatif; 2. Pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan oleh sektor industri. Sasaran Strategis V: Kuat, lengkap dan dalamnya struktur industri, dengan Indikator Kinerja Utama: 1. Tumbuhnya Industri Dasar Hulu (Logam dan Kimia); 2. Tumbuhnya Industri Komponen automotive, elektronika dan permesinan; 3. Tumbuhnya Industri lainnya yang belum ada pada pohon industri. Sasaran Strategis VI: Tersebarnya pembangunan industri, dengan Indikator Kinerja Utama: 1. Meningkatkan kontribusi manufaktur diluar pulau Jawa terhadap PDB nasional; 2. Jumlah investasi baru industri jasa pendukung dan komponen industri yang menyerap banyak tenaga kerja. Sasaran Strategis VII: Meningkatnya peran industri kecil dan menengah terhadap PDB, dengan Indikator Kinerja Utama: 1. Tumbuhnya industri kecil diatas pertumbuhan ekonomi nasional; 2. Tumbuhnya industri menengah dua kali diatas industri kecil; 3. Meningkatnya jumlah output IKM yang menjadi “Out-Source” Industri Besar.
Perspektif Pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi
Sasaran Strategis I: Mempersiapkan dan/atau menetapkan kebijakan produk hukum industri, dengan Indikator Kinerja Utama: 1. Konsep kebijakan dan produk hukum (RUU, RPP, R.Perpres/R.Keppres); 2. Kebijakan dan produk hukum yang ditetapkan Menteri. Sasaran
Strategis
II:
Menetapkan
rencana
strategis
dan/atau
pengembangan industri prioritas dan industri andalan masa depan, dengan Indikator Kinerja Utama: Renstra 2010-2014 dan Renja.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
12
Sasaran Strategis III: Menetapkan peta panduan pengembangan industri, dengan Indikator Kinerja Utama: 1. Peta Panduan Pengembangan Klaster Industri Prioritas; 2. Peta Panduan Industri Unggulan Provinsi; 3. Peta Panduan Kompetensi Inti Industri Kabupaten/Kota. Sasaran Strategis IV: Mengusulkan insentif yang mendukung pengembangan industri, dengan Indikator Kinerja Utama: 1. Rekomendasi usulan insentif; 2. Perusahaan industri yang memperoleh insentif. Sasaran Strategis V: Mengembangkan R&D di instansi dan industri, dengan Indikator Kinerja Utama: Kerjasama instansi R&D dengan industri. Sasaran
Strategis
VI:
Memfasilitasi
penerapan,
pengembangan
dan
penggunaan kekayaan intelektual, dengan Indikator Kinerja Utama: 1. Perusahaan yang mendapatkan HKI; 2. Produk HKI yang dikomersialkan (paten). Sasaran Strategis VII: Memfasilitasi pengembangan industri, dengan Indikator Kinerja Utama: 1. Tingkat utilisasi kapasitas produksi; 2. Perusahaan yang mendapat akses ke sumber pembiayaan; 3. Perusahaan yang mendapat akses ke sumber bahan baku; 4. Perjanjian kerjasama internasional. Sasaran Strategis VIII: Memfasilitasi promosi industri, dengan Indikator Kinerja Utama:
Perusahaan
mengikuti
seminar/konferensi,
pameran,
misi
dagang/investasi. Sasaran Strategis IX: Memfasilitasi penerapan standardisasi, dengan Indikator Kinerja Utama: 1. Rancangan SNI yang diusulkan; 2. Penambahan SNI wajib yang diterapkan; 3. Perusahaan yang menerapkan Sistem Manajemen Mutu/ISO 9001:2008 (Pedoman BSN 10 dan GKM). Sasaran Strategis X: Meningkatkan kualitas pelayanan publik, dengan Indikator Kinerja Utama: Tingkat kepuasan pelanggan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
13
Sasaran Strategis XI: Mengkoordinasikan peningkatan kualitas lembaga pendidikan dan pelatihan serta kewirausahaan, dengan Indikator Kinerja Utama: 1. Instruktur yang bersertifikat; 2. Jurusan
pada
lembaga
pendidikan
dan
lembaga
diklat
yang
terakreditasi. Sasaran Strategis XII: Mengoptimalkan budaya pengawasan pada unsur pimpinan dan staf, dengan Indikator Kinerja Utama: 1. Tingkat penurunan penyimpangan minimal; 2. Terbangunnya Sistem Pengendalian Internal di unit kerja. Sasaran Strategis XIII: Mengoptimalkan evaluasi pelaksanaan kebijakan dan efektifitas pencapaian kinerja industri, dengan Indikator Kinerja Utama: 1. Laporan evaluasi pelaksanaan kebijakan; 2. Tingkat penurunan penyimpangan pelaksanaan kebijakan industri.
Perspektif Peningkatan Kapasitas Klembagaan
Sasaran Strategis I: Mengembangkan kemampuan SDM aparatur yang kompeten, dengan Indikator Kinerja Utama: 1. Standar kompetensi SDM aparatur; 2. SDM aparatur yang kompeten. Sasaran Strategis II: Membangun organisasi yang professional dan probisnis, dengan Indikator Kinerja Utama: Penerapan sistem manajemen mutu. Sasaran Strategis III: Membangun sistem informasi yang terintegrasi dan handal, dengan Indikator Kinerja Utama: 1. Tersedianya sistem informasi online; 2. Pengguna yang mengakses. Sasaran Strategis IV: Meningkatkan kualitas perencanaan dan pelaporan, dengan Indikator Kinerja Utama: 1. Kesesuaian program dengan Kebijakan Industri Nasional (KIN); 2. Tingkat persetujuan rencana kegiatan (zero stars); 3. Tingkat ketepatan waktu pelaksanaan kegiatan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
14
Sasaran Strategis V: Meningkatkan sistem tata kelola keuangan dan BMN yang profesional, dengan Indikator Kinerja Utama: 1. Tingkat penyerapan anggaran; 2. Tingkat kualitas laporan keuangan (WTP). Upaya lain yang harus dilakukan untuk mewujudkan pencapaian tujuan di atas adalah dirumuskan sasaran-sasaran yang sifatnya kuantitatif sehingga
mudah
untuk
diukur
keberhasilan
pencapaiannya.
Target
pertumbuhan setiap cabang industri yang ingin dicapai dalam peningkatan daya saing industri manufaktur pada periode 2010-2014 adalah sebagai berikut: 1. Cabang Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau
Target
pertumbuhan
untuk
cabang
industri
makanan, minuman, dan tembakau rata-rata mulai tahun 2010 - 2014 diharapkan dapat mencapai sebesar 8,41 persen. Dengan nilai
target pertumbuhan terkecil pada tahun 2010 sebesar 6,64 persen hingga target pertumbuhan terbesar pada tahun 2014 yaitu sebesar 10,40 persen. Nilai tersebut diharapkan dapat disumbang dari Industri kecil, industri menengah dan industri besar dengan presentasi kontribusi di harapkan bisa berimbang, yaitu: IK ditambah IM sebesar 50 persen dan IB sebesar 50 persen.
2. Cabang Industri Tekstil, Barang Kulit, dan Alas Kaki
Target pertumbuhan untuk cabang industri tekstil, barang kulit, dan alas kaki rata-rata mulai tahun 2010 - 2014 diharapkan dapat mencapai sebesar 3,84 persen. Dengan nilai target pertumbuhan
terkecil pada tahun 2010 sebesar 2,15 persen hingga target pertumbuhan terbesar pada tahun 2014 yaitu sebesar 5,60 persen. Nilai tersebut diharapkan dapat disumbang dari Industri kecil, industri menengah dan industri besar dengan presentasi kontribusi di harapkan bisa berimbang, yaitu: IK ditambah IM sebesar 50 persen dan IB sebesar 50 persen.
3. Cabang Industri Barang Kayu dan Hasil Hutan lainnya
Target
pertumbuhan
untuk
cabang
industri
makanan, minuman, dan tembakau rata-rata mulai tahun 2010 - 2014 diharapkan dapat mencapai sebesar 2,94 persen. Dengan nilai
target pertumbuhan terkecil pada tahun 2010 sebesar 1,75 persen hingga
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
15
target pertumbuhan terbesar pada tahun 2014 yaitu sebesar 3,90 persen. Nilai tersebut diharapkan dapat disumbang dari Industri kecil, industri menengah dan industri besar dengan presentasi kontribusi di harapkan bisa berimbang, yaitu: IK ditambah IM sebesar 50 persen dan IB sebesar 50 persen.
4. Cabang Industri
Target
pertumbuhan
untuk
cabang
industri
Kertas dan
makanan, minuman, dan tembakau rata-rata
Barang Cetakan
mulai tahun 2010 - 2014 diharapkan dapat mencapai sebesar 5,04 persen. Dengan nilai
target pertumbuhan terkecil pada tahun 2010 sebesar 4,60 persen hingga target pertumbuhan terbesar pada tahun 2014 yaitu sebesar 5,58 persen. Nilai tersebut diharapkan dapat disumbang dari Industri kecil, industri menengah dan industri besar dengan presentasi kontribusi di harapkan bisa berimbang, yaitu: IK ditambah IM sebesar 50 persen dan IB sebesar 50 persen.
5. Cabang Industri
Target
pertumbuhan
untuk
cabang
industri
Pupuk, Kimia,
makanan, minuman, dan tembakau rata-rata
dan Barang dari
mulai tahun 2010 - 2014 diharapkan dapat
Karet
mencapai sebesar 6,30 persen. Dengan nilai target pertumbuhan terkecil pada tahun 2010
sebesar 5,00 persen hingga target pertumbuhan terbesar pada tahun 2014 yaitu sebesar 8,30 persen. Nilai tersebut diharapkan dapat disumbang dari Industri kecil, industri menengah dan industri besar dengan presentasi kontribusi di harapkan bisa berimbang, yaitu: IK ditambah IM sebesar 50 persen dan IB sebesar 50 persen.
6. Cabang Industri
Target
pertumbuhan
untuk
cabang
industri
Semen dan
makanan, minuman, dan tembakau rata-rata
Barang Galian
mulai tahun 2010 - 2014 diharapkan dapat
bukan Logam
mencapai sebesar 4,19 persen. Dengan nilai target pertumbuhan terkecil pada tahun 2010
sebesar 3,25 persen hingga target pertumbuhan terbesar pada tahun 2014 yaitu sebesar 5,30 persen. Nilai tersebut diharapkan dapat disumbang dari Industri kecil, industri menengah dan industri besar dengan presentasi
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
16
kontribusi di harapkan bisa berimbang, yaitu: IK ditambah IM sebesar
50
persen dan IB sebesar 50 persen.
7. Cabang Industri
Target
pertumbuhan
untuk
cabang
industri
Logam Dasar,
makanan, minuman, dan tembakau rata-rata mulai
Besi dan Baja
tahun 2010 - 2014 diharapkan dapat mencapai sebesar
4,03
persen.
Dengan
nilai
target
pertumbuhan terkecil pada tahun 2010 sebesar 2,75 persen hingga target pertumbuhan terbesar pada tahun 2014 yaitu sebesar 5,50 persen. Nilai tersebut diharapkan dapat disumbang dari Industri kecil, industri menengah dan industri besar dengan presentasi kontribusi diharapkan bisa berimbang, yaitu: IK ditambah IM sebesar 50 persen dan IB sebesar 50 persen.
8. Cabang Industri
Target
pertumbuhan
untuk
cabang
industri
Alat Angkut,
makanan, minuman, dan tembakau rata-rata
Mesin dan
mulai tahun 2010 - 2014 diharapkan dapat
Peralatannya
mencapai sebesar 7,34 persen. Dengan nilai target pertumbuhan terkecil pada tahun 2010
sebesar 4,00 persen hingga target pertumbuhan terbesar pada tahun 2014 yaitu sebesar 10,20 persen. Nilai tersebut diharapkan dapat disumbang dari Industri kecil, industri menengah dan industri besar dengan presentasi kontribusi di harapkan bisa berimbang, yaitu: IK ditambah IM sebesar 50 persen dan IB sebesar 50 persen.
9. Cabang Industri Barang Lainnya
Target
pertumbuhan
untuk
cabang
industri
makanan, minuman, dan tembakau rata-rata mulai tahun 2010 - 2014 diharapkan dapat
mencapai sebesar 6,00 persen. Dengan nilai target pertumbuhan terkecil pada tahun 2010 sebesar 5,18 persen hingga target pertumbuhan terbesar pada tahun 2014 yaitu sebesar 6,80 persen. Nilai tersebut diharapkan dapat disumbang dari Industri kecil, industri menengah dan industri besar dengan presentasi kontribusi di harapkan bisa berimbang, yaitu: IK ditambah IM sebesar 50 persen dan IB sebesar 50 persen. Untuk lebih jelasnya, target laju pertumbuhan setiap cabang industri selama periode 2010-2014 dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
17
Tabel 2.1. Target Pertumbuhan setiap Cabang Industri tahun 2010 – 2014 (%)
Makanan, Minuman dan Tembakau Tekstil, barang Kulit & Alas kaki Barang Kayu & Hasil Hutan lainnya Kertas & barang Cetakan Pupuk, Kimia & barang dari Karet Semen & Barang Galian bukan Logam Logam Dasar, Besi & Baja Alat Angkut, Mesin & Peralatannya Barang lainnya
11,29 0,53 -1,46 6,27 1,51 -0,63 -4,53 -2,94
6,64 2,15 1,75 4,60 5,00 3,25 2,75 4,00
7,92 3,40 2,75 4,80 5,46 3,74 3,40 6,40
8,15 3,75 2,90 4,90 5,75 4,05 4,00 7,78
8,94 4,30 3,40 5,30 7,00 4,60 4,50 8,30
10,40 5,60 3,90 5,58 8,30 5,30 5,50 10,20
Rata-rata 2010-2014 8,41 3,84 2,94 5,04 6,30 4,19 4,03 7,34
3,13
5,18
5,60
6,00
6,40
6,80
6,00
Total Industri
2,52
4,65
6,10
6,75
7,47
8,95
6,78
Cabang Industri
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Sumber: Renstra Kementerian Perindustrian 2010-2014
5. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
Dalam rangka mewujudkan pencapaian sasaransasaran industri tahun 2010-2014, telah dibangun Peta
Strategi
Kementerian
Perindustrian
yang
menguraikan peta-jalan yang akan ditempuh untuk
mewujudkan
visi
2014
sebagaimana
disebutkan di atas. Peta Strategi Kementerian Perindustrian tersaji pada Gambar 2.1 di bawah ini.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
18
Gambar 2.1. Peta Strategi Kementerian Perindustrian
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
19
B. RENCANA KINERJA TAHUN 2011 Dalam upaya mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebagaimana tercantum dalam RENSTRA Kementerian Perindustrian Tahun 2010-2014, maka telah ditetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU) dari masingmasing
sasaran-sasaran
strategis
yang
akan
dicapai
Kementerian
Perindustrian pada tahun 2011 sesuai dengan Peta Strategis Kementerian Perindustrian yang telah dituangkan dalam Rencana Strategis tahun 20102014 adalah yang terinci sebagai berikut:
Perspektif Pemangku Kepentingan (Stakeholder)
1. Tingginya
nilai
tambah industri
Nilai tambah industri dimaksud adalah nilai tambah dari hasil produksi yang merupakan selisih antara nilai output dengan nilai input. Sasaran strategis ini akan
dicapai melalui indikator kinerja utama: a. Laju pertumbuhan industri dengan target pada tahun 2011 sebesar 6,10 persen b. Kontribusi industri manufaktur terhadap PDB nasional dengan target pada tahun 2011 sebesar 23,39 persen.
2. Tingginya penguasaan
Penguasaan pasar di dalam negeri dimaksudkan
pasar dalam dan luar
untuk meningkatkan penjualan produk dalam
negeri
negeri dibanding dengan seluruh pangsa pasar. Sedangkan penguasaan pasar di luar negeri
dimaksudkan untuk meningkatkan nilai ekspor produk industri sehingga dapat meningkatkan rasio/ perbandingan nilai ekspor industri terhadap nilai ekspor keseluruhan. Indikator kinerja utama sasaran strategis ini adalah: a. Pangsa pasar produk industri nasional terhadap total permintaan dalam negeri dengan target pada tahun 2011 sebesar 60 persen. b. Pangsa pasar produk dan jasa industri nasional di 5 (lima) negara utama tujuan ekspor (AS, Jepang, Uni Eropa, Cina, dan Korsel) dengan target pada tahun 2011 sebesar 35 persen.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
20
3. Kokohnya faktor
faktorpenunjang
Dengan
kokohnya
faktor-faktor
penunjang
industri nasional, diharapkan dapat mendukung
pengembangan
tercapainya tujuan industri (faktor dimaksud
industri
adalah dalam hal SDM dalam industri dan iklim industri yang dinilai dari berbagai hal seperti:
kebijakan/peraturan yang mengatur industri, pelayanan Kemenperin, fasilitas dalam industri dan lain sebagainya. Sasaran strategis ini dicapai melalui indikator kinerja utama: a. Tingkat produktifitas SDM industri dengan target pada tahun 2011 sebesar 250.000 nilai tambah (rupiah) per tenaga kerja. b. Indeks iklim industri nasional dengan target pada tahun 2011 mencapai indeks 4.
4. Tingginya
kemampuan
Inovasi dimaksud adalah kreativitas untuk
inovasi dan penguasaaan
menciptakan produk baru sebagai hasil
teknologi industri
penelitian dan pengembangan teknologi terapan, dan penelitian dari berbagai sektor
lainnya. Sasaran strategis ini dicapai melalui indikator kinerja utama: a. Jumlah hasil penelitian dan pengembangan teknologi industri terapan inovatif dengan target pada tahun 2011 sebesar 250 penelitian. b. Pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan oleh sektor industri dengan target pada tahun 2011 sebesar 50 penelitian.
5. Kuat, lengkap dan dalamnya
struktur
Struktur industri dimaksud adalah perimbangan antara industri hulu dan industri antara serta bagaimana
industri
kemampuan
kandungan
lokal
digunakan dalam produksi. Sehingga indikator kinerja utamanya adalah: a. Tumbuhnya industri dasar hulu (logam dan kimia) dengan target pada tahun 2011 sebesar 3,4 persen. b. Tumbuhnya industri komponen otomotif, elektronika dan permesinan dengan target pada tahun 2011 sebesar 6,4 persen.
6. Tersebarnya pembangunan
Terpusatnya
industri
di
Jawa
dan
Sumatera
menyebabkan ketimpangan pembangunan industri,
industri Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
21
sehingga perlu adanya persebaran pembangunan industri ke luar Jawa. Indikator kinerja utama dari sasaran strategis ini diukur melalui indikator kinerja utama yaitu: a. Meningkatnya kontribusi manufaktur di luar pulau jawa terhadap PDB nasional dengan target pada tahun 2011 sebesar 27,19 persen. b. Jumlah investasi baru industri jasa pendukung komponen industri yang menyerap banyak tenaga kerja dengan target pada tahun 2011 sebesar Rp. 38.877.82 miliar.
7. Meningkatnya besar industri
peran
Saat ini Produk Domestik Bruto (PDB) sebagian
dan
masih merupakan sumbangan dari industri besar.
kecil
menengah terhadap PDB
Sedangkan industri kecil dan menengah yang jumlahnya sangat banyak masih belum mampu
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap produk domestik bruto. Untuk itu, sasaran strategis yang akan dicapai Kementerian Perindustrian adalah dengan meningkatkan peran industri kecil dan menengah terhadap PDB. Ukuran ketercapaian sasaran strategis ini diukur melalui indikator kinerja utama: a. Tumbuhnya industri kecil di atas pertumbuhan ekonomi nasional dengan target pada tahun 2011 sebesar 6,5 persen. b. Tumbuhnya industri menengah dua kali di atas industri kecil dengan target pada tahun 2011 sebesar 13 persen c. Meningkatnya jumlah “outsource” industri besar dengan target pada tahun 2011 sebesar 20 persen.
Perspektif Tugas Pokok Fungsi (TUPOKSI)
1. Mempersiapkan dan/atau menetapkan kebijakan produk hukum industri
Merupakan dihasilkan
jumlah
kebijakan
Kementerian
industri
Perindustrian
yang dalam
rangka pelaksanaan tugas sebagai perumus
kebijakan dalam rangka membangun industri nasional. Capaian sasaran strategis ini diukur melalui indikator kinerja utama: a. Jumlah konsep kebijakan dan produk hukum dengan target pada tahun 2011 sebanyak 2 konsep kebijakan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
22
b. Kebijakan dan produk hukum yang telah ditetapkan Menteri dengan target pada tahun 2011 sebanyak 20 kebijakan atau produk hukum.
2. Menetapkan rencana strategis
Dengan kertebatasan sumber daya yang
pengembangan
dimiliki, diperlukan rencana strategis untuk
industry prioritas dan industri
industri prioritas dan industri andalan yang
dan/atau
akan
andalan masa depan
dikembangkan
yang
mampu
menjadi prime mover, sehingga dengan
keterbatasan sumber daya yang ada, hasil yang dicapai tetap maksimal. Sebagai indikator kinerja utama sasaran ini adalah tersusunnya rencana kerja tahunan dengan target pada tahun 2011 sebanyak 1 (satu) dekumen Renja.
3. Menetapkan peta panduan pengembangan industri
Membuat peta tentang kondisi dan situasi industri nasional sebagai panduan untuk pengembangan industri. Dengan adanya
peta
panduan
pengembangan
industri
ini
diharapkan
adanya
kesinambungan pengembangan industri-industri tertentu. Peta panduan juga diharapkan dapat memberi gambaran yang jelas mengenai arah pengembangan industri baik itu secara Top-Down maupun Bottom-Up. Indikator kinerja utama sasaran strategis ini adalah: a. Tersusunnya peta panduan pengembangan industri unggulan propinsi dengan target pada tahun 2011 sebanyak 5 peta panduan. b. Peta panduan kompetensi inti industri daerah dengan target pada tahun 2011 sebanyak 68 peta panduan.
4. Mengusulkan insentif yang
Salah satu bentuk dukungan atau fasilitasi
mendukung pengembangan
Pemerintah
dalam
hal
ini
Kementerian
industri
Perindustrian, akan memberikan insentif, baik fiskal maupun non fiskal guna mendukung
pengembangan industri. Capaian sasaran strategis ini diukur melalui indikator kinerja utama: a. Jumlah rekomendasi usulan insentif untuk perusahaan dengan target pada tahun 2011 sebanyak 10 jenis kelompok industri.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
23
b. Jumlah perusahaan yang memperoleh insentif dengan target pada tahun 2011 sebanyak 300 perusahaan.
Minimnya
5. Mengembangkan R & D di
R&D
yang
dilakukan
terutama
Industri Kecil dan Menengah menyebabkan
instansi dan industri
lemahnya daya saing IKM terhadap produkproduk luar negeri yang masuk ke Indonesia. Untuk itu Kementerian Perindustrian akan memfasilitasi pengembangan R&D guna mendukung daya saing IKM di dalam negeri. Sebagai indikator kinerja utama sasaran ini adalah jumlah kerjasama R&D instansi dengan industri dengan target pada tahun 2011 sebanyak 18 kerjasama.
6. Memfasilitasi
penerapan,
Dalam hal melindungi dan meningkatkan
pengembangan dan penggunaan
inovasi
baru
kekayaan intelektual
pengembangan
guna
mendukung
industri,
Kementerian
Perindustrian akan memfasilitasi Perusahaan untuk mendapat sertifikasi Hak Kekayaan Intelektual serta mempromosikan produk-produk HKI (paten) untuk dikomersialisasikan. Indikator kinerja utama sasaran ini adalah: a. Jumlah perusahaan yang mendapatkan HKI dengan industri dengan target pada tahun 2011 sebanyak 220 perusahaan. b. Jumlah hak paten yang dipromosikan dengan industri dengan target pada tahun 2011 sebanyak 10 produk.
7. Memfasilitasi
Kementerian Perindustrian akan melakukan fasilitasi
pengembangan
kepada industri untuk mendapat kemudahan dalam hal
industri
akses kepada sumber bahan baku, sumber modal dan lainnya
tujuan
pengembangan
industri.
Capaian
sasaran strategis ini diukur melalui indikator kinerja utama: a. Tingkat utilisasi kapasitas produksi dengan target pada tahun 2011 sebesar 80 persen. b. Jumlah perusahaan yang mendapatkan akses ke sumber pembiayaan dengan target pada tahun 2011 sebanyak 600 perusahaan. c. Jumlah perusahaan yang mendapatkan akses ke bahan baku dengan target pada tahun 2011 sebanyak 40 perusahaan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
24
d. Jumlah perjanjian internasional dalam rangka pengembangan industri dengan target pada tahun 2011 sebanyak 5 MoU (baik G to G maupun B to B).
8. Memfasilitasi promosi industri
Selain
memfasilitasi
dalam
hal
produksi
dan
pengembangan industri, Kementerian Perindustrian juga akan memfasilitasi perusahaan untuk dapat
mengikuti pameran sebagai bentuk promosi untuk meningkatkan pangsa pasar. Untuk mengukur capaian sasaran ini adalah melalui indikator kinerja utama jumlah perusahaan yang mengikuti pameran/ seminar, misi dagang/ investasi dengan target pada tahun 2011 sebanyak 5160 perusahaan.
9. Memfasilitasi penerapan standardisasi
Standarisasi sebagai bentuk dari non tariff barrier terhadap masuknya produk-produk luar negeri sangat diperlukan. Untuk itu Kementerian
Perindustrian akan memfasilitasi penerapan standar. Capaian sasaran strategis ini diukur melalui indikator kinerja utama: a. Penyusunan Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) dengan target pada tahun 2011 sebanyak 120 RSNI. b. Penambahan jumlah SNI wajib yang diterapkan dengan target pada tahun 2011 sebanyak 10 SNI. c. Perusahaan yang menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001-2008 (Pedoman BSN10 dan GKM) dengan target pada tahun 2011 sebanyak 200.
10.Meningkatkan kualitas pelayanan publik
Guna meningkatkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Kemenperin dalam hal pelayanan dan fasilitasi, perlu dilakukan survey terhadap
pelayanan yang diberikan tersebut. Pelaksanaan survey akan dikoordinir oleh Pusat Komunikasi Publik yang akan dilakukan secara sampling. Indikator kinerja utama dari sasaran ini adalah tingkat kepuasan pelanggan dengan target pada tahun 2011 mencapai nilai index 4 (empat).
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
25
11.Mengkoordinasikan
Kementerian Perindustrian SDM
industri
akan
meningkatkan
melalui
peningkatan
peningkatan kualitas
kualitas
Lembaga Pendidikan
koordinasi dengan berbagai lembaga pendidikan
dan Pelatihan serta
dan pelatihan yang disediakan Kemenperin untuk pengembangan
kewirausahaan
berbagai
kebutuhan
industri
misalnya sertifikasi dan akreditasi. Indikator kinerja
utama dari sasaran ini adalah: a. Jumlah instruktur yang bersertifikat serta jumlah jurusan lembaga pendidikan dengan target pada tahun 2011 sebanyak 20 orang. b. Lembaga diklat yang terakreditasi dengan target pada tahun 2011 sebanyak 4 jurusan.
12.Mengoptimalkan budaya
Pelaksanaan salah satu tugas pokok Kementerian
pengawasan pada unsure
yaitu pengawasan, pengendalian dan evaluasi
pimpinan dan staf
dilakukan
dengan
mengoptimalkan
budaya
pengawasan pada unsur pimpinan dan staf dengan hasil penilaian untuk tujuan meningkatkan budaya pengawasan yang
dilaksanakan
bagian
pengawasan
di
lingkungan
Kementerian
Perindustrian. Pengawasan ini dimaksudkan untuk meminimalisir atau bahkan menghilangkan penyimpangan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi. Indikator kinerja utama sasaran ini adalah: a. Tingkat penurunan penyimpangan minimal dengan target pada tahun 2011 sebesar 6 persen. b. Terbangunnya Sistem Pengendalian Intern di unit pengawasan di 52 satuan kerja Kementerian Perindustrian.
13.Mengoptimalkan
evaluasi
Evaluasi kebijakan dan efektifitas kinerja
pelaksanaan kebijakan dan
industri akan dilaksanakan oleh Inspektorat
efektivitas
Jenderal.
pencapaian
kinerja industri
Hasil
evaluasi
pembuatan
kebijakan dan pencapaian target kinerja untuk
menjamin
tercapainya
tujuan
Kementerian. Capaian sasaran ini diukur melalui indikator kinerja: a. Hasil laporan evaluasi dengan target pada tahun 2011 sebanyak 10 laporan. b. Tingkat penurunan penyimpangan pelaksanaan kebijakan industri sebesar 40 persen.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
26
Tabel 2.2. Rencana Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2011 Sasaran Strategis PERSPEKTIF
Indikator Kinerja
Target
STAKEHOLDER I
II
III
IV
V
VI
VII
Tingginya Nilai Tambah Industri
Tingginya Penguasaan Pasar Dalam dan Luar Negeri
Kokohnya Faktor-Faktor Penunjang Pengembangan Industri Tingginya Kemampuan Inovasi dan Penguasaan Teknologi Industri
Kuat, Lengkap dan Dalamnya Struktur Industri
Tersebarnya pembangunan industri
Meningkatnya peran industri kecil dan menengah terhadap PDB
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
1
Laju pertumbuhan industri
6,10
2
Kontribusi industri manufaktur terhadap PDB Nasional
23,39
1
Pangsa pasar produk industri nasional terhadap total permintaan di pasar DN
60
2
Pangsa pasar produk dan jasa industri nasional di 5 (lima) negara utama tujuan ekspor (AS, Jepang, Uni Eropa, Cina, dan Korsel)
35
1
Tingkat produktifitas SDM industri
2
Index iklim industri nasional
1
Jumlah hasil Penelitian dan Pengembangan Teknologi Industri Terapan Inovatif
250
2
Pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan oleh sektor industri
50
1
Tumbuhnya industri logam dasar besi dan baja
3,4
2
Tumbuhnya industri komponen automotive, elektronika dan permesinan
6,4
1
Meningkatkan kontribusi manufaktur diluar pulau Jawa terhadap PDB nasional
30,00
2
Jumlah Investasi baru industri jasa pendukung dan komponen industri yang menyerap banyak tenaga kerja
38.877,82
1
Tumbuhnya industri kecil diatas pertumbuhan ekonomi nasional
6,5
2
Tumbuhnya industri menengah dua kali diatas industri kecil
13
3
Meningkatnya jumlah output IKM yang menjadi "Out-Source" industri besar
20
250.000 4
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
27
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
Target
PERSEPKTIF TUPOKSI I
Mempersiapkan dan/atau Menetapkan Kebijakan Produk Hukum Industri
1
Konsep kebijakan dan produk hukum (RUU, RPP, R.Perpres/R.Keppres)
2
2
Kebijakan dan produk hukum yang ditetapkan Menteri
40
II
Menetapkan rencana strategis dan/atau pengembangan industri prioritas dan industri andalan masa depan
1
Renstra 2010 -2014 & RENJA
1
III
Menetapkan peta panduan pengembangan industri
1
Peta Panduan Pengembangan klaster Industri prioritas
32
2
Peta panduan industri unggulan provinsi
5
3
Peta panduan kompetensi inti industri Kabupaten/Kota
68
IV
Mengusulkan insentif yang mendukung pengembangan industri
1
Rekomendasi usulan insentif
10
2
Perusahaan industri yang memperoleh insentif
300
V
Mengembangkan R & D di instansi dan industri
1
Kerjasama R&D instansi dengan industri
18
VI
Memfasilitasi penerapan, pengembangan dan penggunaan Kekayaan intelektual
1
Perusahaan yang mendapatkan HKI
220
2
Produk HKI yang dikomersialkan (Paten)
10
VII
Memfasilitasi pengembangan industri
1
Tingkat utilisasi kapasitas produksi
80
2
Perusahaan yang mendapat akses ke sumber pembiayaan
600
3
Perusahaan yang mendapat akses ke sumber bahan baku
40
4
Perjanjian kerjasama Internasional
5
VIII
Memfasilitasi promosi industri
1
Perusahaan mengikuti seminar/konfrensi, pameran, misi dagang/investasi
5160
IX
Memfasilitasi penerapan standardisasi
1
Rancangan SNI yang diusulkan
120
2
Penambahan SNI wajib yang diterapkan
10
3
Perusahaan yang menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 90012008 (Pedoman BSN10 dan GKM)
200
X
Meningkatkan kualitas pelayanan publik
1
Tingkat kepuasan pelanggan
4
XI
Mengkoordinasikan peningkatan kualitas lembaga pendidikan dan pelatihan serta kewirausahaan
1
Instruktur yang bersertifikat
20
2
Jurusan pada lembaga pendidikan dan lembaga diklat yang terakreditasi
5
1
Tingkat Penurunan penyimpangan minimal
60
2
Terbangunnya Sistem Pengendalian Intern di unit kerja
57
XII
Mengoptimalkan budaya pengawasan pada unsur pimpinan dan staf
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
28
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
Target
PERSEPKTIF TUPOKSI XIII
Mengoptimalkan evaluasi pelaksanaan kebijakan dan efektifitas pencapaian kinerja industri
1
Laporan evaluasi pelaksanaan kebijakan
10
2
Tingkat penurunan penyimpangan pelaksanaan kebijakan industri
40
C. PENETAPAN KINERJA TAHUN 2011 Berdasarkan rencana kinerja yang telah disusun, dengan dukungan pembiayaan yang telah disetujui dalam bentuk DIPA, maka ditetapkanlah kinerja yang akan dicapai.
Dengan telah diterbitkannya Inpres No. 5/2004 tentang
Percepatan Pemberantasan Korupsi dan Surat Edaran Menteri Negara PAN Nomor:
SE/31/M.PAN/12/2004
tentang
Penetapan
Kinerja,
Kementerian
Perindustrian telah membuat Penetapan Kinerja tahun 2011 secara berjenjang sesuai dengan kedudukan, tugas dan fungsi yang ada. Penetapan Kinerja ini merupakan tolok ukur akuntabilitas kinerja pada akhir tahun 2011 yang
disusun dengan berdasarkan pada Rencana Kinerja
Tahun 2011 yang telah ditetapkan. Namun dalam perjalanannya terjadi penyesuaian dikarenakan telah dilaksanakan review untuk beberapa indikator yang tidak dapat diukur karena keterbatasan data yang tersedia baik dari data Kementerian Perindustrian maupun dari Badan Pusat Statistik (BPS). Indikator yang mengalami perbaikan adalah: 1. Perspektif Stakeholder Sasaran Strategis ”Tersebarnya pembangunan industri”, indikator: Jumlah Investasi baru industri jasa pendukung dan komponen industri yang menyerap banyak tenaga kerja, diubah menjadi Jumlah Investasi baru industri jasa pendukung dan komponen industri yang menyerap banyak tenaga kerja. 2. Perspektif Stakeholder Sasaran Strategis ”Meningkatnya peran industri kecil dan menengah terhadap PDB”, indikator: Meningkatnya jumlah output IKM yang menjadi "Out-Source" industri besar, dihilangkan. 3. Perspektif
Tupoksi
Sasaran
Strategis
”Menetapkan
peta
panduan
pengembangan industri”, indikator: Peta Panduan Pengembangan klaster Industri prioritas, dihilangkan karena target ini sudah tercapai pada tahun 2010.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
29
Tabel 2.3 Penetapan Kinerja (TAPKIN) Perspektif Stakeholders
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
Target
PERSPEKTIF STAKEHOLDER Tingginya nilai tambah industri
Tingginya penguasaan pasar dalam dan luar negeri
Kokohnya faktor-faktor penunjang pengembangan industri
Tingginya kemampuan inovasi dan penguasaan teknologi Industri
Kuat, lengkap dan dalamnya struktur industri
Tersebarnya pembangunan industri
Meningkatnya peran industri kecil dan menengah terhadap PDB
1.
Laju pertumbuhan industri yang memberikan nilai tambah
6.10
Persen
2.
Kontribusi industri manufaktur terhadap PDB nasional
23.39
Persen
1.
Meningkatnya pangsa pasar ekspor produk dan jasa industri nasional
35.00
Persen
2.
Pangsa pasar produk industri nasional terhadap total permintaan di pasar dalam negeri
60.00
Persen
1.
Tingkat produktivitas dan kemampuan SDM industri
250,000
Nilai Tambah (Rupiah) per tenaga kerja
2.
Indeks iklim industri Nasional
4
Indeks
1.
Jumlah hasil penelitian dan pengembangan teknologi industri terapan inovatif
250
Jumlah
2.
Pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan oleh sektor industri
50
Jumlah
1.
Tumbuhnya Industri Logam Dasar, Besi dan Baja
3.40
Persen
2.
Tumbuhnya Industri Alat Angkut, Mesin & Peralatannya
6.40
Persen
1.
Meningkatkan kontribusi manufaktur diluar pulau Jawa terhadap PDB nasional
30.00
Persen
2.
Jumlah investasi cabang industri yang menyerap banyak tenaga kerja
38,877.82
Milyar Rupiah
1.
Tumbuhnya industri kecil diatas pertumbuhan ekonomi nasional
6.50
Persen
2.
Tumbuhnya industri menengah dua kali diatas industri kecil
13.00
Persen
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
30
Tabel 2.4 Penetapan Kinerja (TAPKIN) Perspektif Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
Target
PERSPEKTIF PELAKSANAAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI Mempersiapkan dan/atau Menetapkan Kebijakan Produk Hukum Industri
1.
Konsep kebijakan dan produk hukum (RUU, RPP, R.Perpres/R.Keppres)
1
Konsep
2.
Kebijakan dan produk hukum yang ditetapkan Menteri
50
Peraturan
Menetapkan rencana strategis dan/atau pengembangan industri prioritas dan industri andalan masa depan
1.
Renstra 2010 -2014 & RENJA
1
Paket
Menetapkan peta panduan pengembangan industri
1.
Peta panduan industri unggulan provinsi
15
Provinsi
2.
Peta panduan kompetensi inti industri Kabupaten/Kota
40
Kabupaten/ Kota
1.
Rekomendasi usulan insentif
10
Jenis
2.
Perusahaan industri yang memperoleh insentif
300
Perusahaan
Mengembangkan R & D di instansi dan industri
1.
Kerjasama R&D instansi dengan industri
18
Kerjasama
Memfasilitasi penerapan, pengembangan dan penggunaan Kekayaan intelektual
1.
Perusahaan yang mendapatkan HKI
220
Perusahaan
2.
Produk HKI yang dikomersialkan (Paten)
10
Produk
1.
Tingkat utilisasi kapasitas produksi
80.00
Persen
2.
Perusahaan yang mendapat akses ke sumber pembiayaan
600
Perusahaan
3.
Perusahaan yang mendapat akses ke sumber bahan baku
40
Perusahaan
4.
Perjanjian kerjasama Internasional
5
MoU
Memfasilitasi promosi industri
1.
Perusahaan mengikuti seminar/konferensi, pameran, misi dagang/investasi
5160
Perusahaan
Memfasilitasi penerapan standardisasi
1.
Rancangan SNI yang diusulkan
120
RSNI
2.
Penambahan SNI wajib yang diterapkan
10
SNI
3.
Perusahaan yang menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 90012008 (Pedoman BSN10 dan GKM)
200
Perusahaan
Mengusulkan insentif yang mendukung pengembangan industri
Memfasilitasi pengembangan industri
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
31
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
Target
Meningkatkan kualitas pelayanan publik
1.
Tingkat kepuasan pelanggan
4
Indeks
Mengkoordinasikan peningkatan kualitas lembaga pendidikan dan pelatihan serta kewirausahaan
1.
Instruktur yang bersertifikat
20
Orang
2.
Jurusan pada lembaga pendidikan dan lembaga diklat yang terakreditasi
5
Jurusan
1.
Tingkat Penurunan penyimpangan minimal
60.00
Persen
2.
Terbangunnya Sistem Pengendalian Intern di unit kerja
57.00
Persen
1.
Laporan evaluasi pelaksanaan kebijakan
10.00
Persen
2.
Tingkat penurunan penyimpangan pelaksanaan kebijakan industri
40.00
Persen
Mengoptimalkan budaya pengawasan pada unsur pimpinan dan staf
Mengoptimalkan evaluasi pelaksanaan kebijakan dan efektifitas pencapaian kinerja industri
Penetapan kinerja ini ditetapkan pada bulan Januari 2011 dengan asumsi bahwa indikator-indikator yang dipergunakan sebagai alat ukur pencapaian kinerja dapat diperoleh dalam kurun waktu tahun berjalan atau paling lambat bulan Februari tahun 2012. Namun setelah dilakukan penelusuran lebih lanjut, ada beberapa indikator yang belum bisa diukur karena terdapat jeda waktu dalam memperoleh sumber data. Indikator-indikator tersebut adalah: 1. Perspektif Stakeholder Sasaran Strategis ”Tersebarnya pembangunan industri”, indikator: Meningkatkan kontribusi manufaktur diluar pulau Jawa terhadap PDB nasional. Data yang dibutuhkan untuk mengukur indikator ini adalah data PDRB dari seluruh propinsi. Berdasarkan penelusuran informasi ke BPS sebagai instansi resmi yang mengeluarkan data PDRB ini diperoleh bahwa data PDRB yang sudah bisa dipergunakan baru dapat dikeluarkan oleh BPS pada tengah tahun (mempunyai jeda waktu 6 bulan) karena sebelum dirilis diperlukan proses rekonsiliasi dengan BPS daerah untuk validasi dan verifikasi data. Sehingga untuk indikator ini baru bisa diukur dengan menggunakan data tahun sebelumnya, yaitu data PDRB tahun 2010. 2. Perspektif Stakeholder Sasaran Strategis ”Meningkatnya peran industri kecil dan menengah terhadap PDB”, indikator: 1) Tumbuhnya industri kecil diatas pertumbuhan ekonomi nasional dan 2) Tumbuhnya industri menengah dua kali diatas industri kecil.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
32
Data yang dibutuhkan untuk mengukur indikator ini adalah data PDB industri kecil. Berdasarkan informasi dari baik dari BPS maupun Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah, mengalami kesulitan dalam memperoleh data ini. Sehingga indikator ini diperbaiki menjadi indikator yang juga mencerminkan ketercapaian sasaran strategis dan dapat diukur dengan sumber data yang dapat diandalkan. Indikator perbaikannya adalah sebagai berikut: 1) Meningkatnya kontribusi PDB IKM terhadap PDB Industri dengan target pada tahun 2011 sebesar 34 persen 2) Meningkatnya penyebaran IKM Jawa dan luar Jawa dengan target pada tahun 2011 mencapai rasio 63 : 37 Berdasarkan perbaikan-perbaikan dalam tahun berjalan, maka yang diukur akuntabilitas kinerjanya adalah sasaran-sasaran dalam dokumen Penetapan Kinerja yang telah disempurnakan indikator-indikator sasarannya.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
33
D. RENCANA ANGGARAN Dalam upaya mewujudkan kinerja yang telah ditetapkan untuk tahun 2011,
Kementerian
Perindustrian
didukung
oleh
dana
APBN
sebesar
Rp. 2.329.243.173.000,-. Anggaran tersebut dirinci berdasarkan program. Secara lengkap anggaran tersebut disajikan dalam Tabel 2.4. Tabel 2.5 Pagu Anggaran Kementerian Perindustrian Tahun 2011 Menurut Program (dalam Rupiah) NO.
Unit Kerja Eselon 1
Pagu Anggaran
1
Revitalisasi dan Penumbuhan Basis Industri Manufaktur
407.163.594.000,00
2
Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Agro
418.784.389.000,00
3
Penumbuhan Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi
147.402.199.000,00
4
Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Kecil dan Menengah
377.106.832.000,00
5
Pengembangan Perwilayahan Industri
55.000.000.000,00
6
Kerjasama Industri Internasional
48.557.397.000,00
7
Pengkajian Kebijakan, Iklim dan Mutu Industri
8
Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Negara Kementerian Perindustrian
45.500.000.000,00
9
Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Perindustrian
423.204.289.000,00
10
Peningkatan Sarana dan Kementerian Perindustrian Total
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Prasarana
Aparatur
386.522.638.000,00
20.001.835.000,00 2.329.243.173.000,00
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
34
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Tahun 2011 merupakan tahun ketiga pelaksanaan Rencana Strategis tahun
2010
–
2014.
Akuntabilitas
kinerja
yang
diukur
dalam
rangka
menggambarkan capaian kinerja Kementerian Perindustrian pada tahun 2011 mencakup analisis capaian kinerja yang terdiri analisis kinerja makro sektor industri, analisis kinerja program prioritas, analisis kinerja sasaran dan akuntabilitas keuangan.
A. ANALISIS CAPAIAN KINERJA TAHUN 2011 1. Analisis Kinerja Makro Sektor Industri
Di tengah memburuknya perekonomian dunia yang berpotensi
kepada
menurunnya
pertumbuhan
ekonomi global, kondisi perekonomian Indonesia tetap dapat berlangsung dengan pertumbuhan
ekonomi yang cukup moderat. Pertumbuhan Ekonomi
Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2011 tumbuh sebesar 6,46 persen dibandingkan dengan tahun 2010. Pertumbuhan terjadi pada semua sektor ekonomi, dengan pertumbuhan tertinggi di Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 10,69 persen dan terendah di Sektor Pertambangan dan Penggalian 1,36 persen. PDB (tidak termasuk migas) tahun 2011 tumbuh sebesar 6,9 persen. Pertumbuhan ekonomi tahun 2011 menurut sisi penggunaan terjadi pada komponen ekspor sebesar 13,6 persen, diikuti pembentukan modal tetap bruto (PMTB) 8,8 persen, pengeluaran konsumsi rumah tangga 4,7 persen, pengeluaran konsumsi pemerintah 3,2 persen, dan komponen impor sebagai faktor pengurang juga mengalami pertumbuhan, yaitu sebesar 13,3 persen. Pada tahun 2011, PDB digunakan untuk memenuhi konsumsi
rumah
tangga
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
sebesar
54,6
persen,
konsumsi
pemerintah
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
35
9,0 persen, pembentukan modal tetap bruto atau investasi fisik 32,0 persen, ekspor 26,3 persen, dan impor 24,9 persen. PDB per kapita atas dasar harga berlaku pada tahun 2011 mencapai Rp30,8 juta (US$3.542,9), meningkat dibandingkan pada tahun 2010 yaitu sebesar Rp27,1 juta (US$3.010,1). Melihat kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tumbuh sebesar 6,46 persen sepanjang tahun 2011, lebih tinggi dibandingkan 6,1 persen pada tahun sebelumnya. Keadaan ini merupakan prestasi bagi Indonesia dimana secara global mayoritas pertumbuhan dunia mengalami penurunan seperti China, meskipun masih berada pada level yang tinggi akan tetapi untuk tahun 2011 ini pertumbuhan ekonominya mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Begitu juga dengan India yang awalnya didera pemanasan ekonomi, akhirnya mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi cukup tinggi setelah Bank Sentral India (RBI) menaikkan suku bunga 13 kali dalam 20 bulan. Dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia diharapkan dapat diikuti juga oleh peningkatan iklim investasi dan daya saing Indonesia secara global. Tabel 3.1 Pertumbuhan Ekonomi (persen)
Sumber: BPS diolah Pusdatin
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
36
Perkembangan Sub Sektor Industri Non Migas
Dari pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan keseluruhan yang sebesar 6,70 persen pada triwulan IV 2011, pertumbuhan Sub Sektor Industri Non Migas pada triwulan IV 2011 mencapai sebesar 7,40 persen secara year on
year.
Kecuali
dibandingkan
pertumbuhan
tahun
2004
(dimana
pertumbuhan industri non migas pada tahun itu mencapai 7,51 persen), pertumbuhan triwulan IV 2011 ini merupakan pertumbuhan tertinggi yang pernah dicapai Sub Sektor Industri Non Migas sejak tahun 2001, dan jauh lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional, yang mencapai 6,49 persen secara year on year pada periode yang sama. Grafik 3.1 Grafik Pertumbuhan Ekonomi
Sumber: BPS diolah Pusdatin
Dengan pertumbuhan tersebut, maka secara kumulatif pada tahun 2011 pertumbuhan industri pengolahan non migas mencapai 6,83 persen, yang jauh lebih tinggi dari pertumbuhannya pada tahun 2010, sebesar 5,12
persen. Dibandingkan
dengan
pertumbuhan
ekonomi
nasional,
pertumbuhan industri non-migas pada tahun 2011 mencapai 6,83 persen, melampaui pertumbuhan ekonomi sebesar 6,46 persen.
Pertumbuhan
industri non-migas ini jauh lebih tinggi dari pertumbuhan tahun 2010 sebesar
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
37
5,12 persen, merupakan pertumbuhan tertinggi sejak tahun 2005. Relatif tingginya pertumbuhan sektor non migas pada tiga triwulan pertama 2011 didukung oleh kinerja pertumbuhan sebagian besar kelompok industri non migas, yang semuanya mengalami pertumbuhan positif. Tabel 3.2 Pertumbuhan Sektor-sektor Industri (persen) Lapangan Usaha
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
1). Makanan, Minuman dan Tembakau
2.75
7.21
5.05
2.34
11.22
2.73
9.19
2). Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki
1.31
1.23
3.64
0.6
1.74
7.52
3). Brg. kayu & Hasil hutan lainnya.
-0.92
0.66
3.68 1.74
3.45
-1.38
-3.5
0.35
4). Kertas dan Barang cetakan
2.39
2.09
5.79
1.48
6.34
1.64
1.50
5). Pupuk, Kimia & Barang dari karet
8.77
4.48
5.69
4.46
1.64
4.67
3.95
6). Semen & Brg. Galian bukan logam
3.81
0.53
3.4
-0.51
2.16
7.19
7). Logam Dasar Besi & Baja
-3.7
4.73
1.69
-4.26
2.56
13.06
8). Alat Angk., Mesin & Peralatannya
12.38
7.55
9.73
9.79
-2.87
10.35
7.00
9). Barang lainnya
2.61
3.62
2.82
0.96
3.19
2.98
1.82
5.86
5.27
5.15
4.05
2.56
5.12
6.83
Industri Non Migas
1.49 2.05
Sumber: BPS diolah Pusdatin
Tabel 3.3 Kontribusi masing-masing sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Industri (persen) Lapangan Usaha
2005
2006
2007
2008
2009
1). Makanan, Minuman dan Tembakau
28.58 28.46
29.8
30.4
33.16 33.61 35.20
2). Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki
12.4
12.06 10.56
9.21
9.19
8.97
9.23
3). Brg. kayu & Hasil hutan lainnya.
5.67
5.97
6.19
6.43
6.33
5.82
5.44
4). Kertas dan Barang cetakan
5.45
5.3
5.12
4.56
4.82
4.75
4.47
5). Pupuk, Kimia & Barang dari karet
12.25 12.59
6). Semen & Brg. Galian bukan logam
3.95
3.88
3.7
3.53
3.43
3.29
3.27
7). Logam Dasar Besi & Baja
2.96
2.77
2.58
2.57
2.11
1.94
2.00
8). Alat Angk., Mesin & Peralatannya
27.81 28.02 28.69 28.97 27.33 28.14 27.47
9). Barang lainnya
0.93
0.95
12.5
0.85
2010
2011
13.53 12.85 12.73 12.21
0.8
0.77
0.76
0.73
Sumber: BPS diolah Pusdatin
Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh kelompok Industri Logam Dasar Besi & Baja yang mencapai pertumbuhan sebesar 13,06 persen. Kemudian diikuti oleh kelompok Industri Makanan, Minuman dan Tembakau, yang
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
38
mencapai pertumbuhan sebesar 9,19 persen. Kemudian kelompok Industri Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki sebesar 7,52 persen. Lalu kelompok Industri Semen dan Barang Galian Bukan Logam sebesar 7,19 persen. Setelah itu kelompok industri Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya yang tumbuh sebesar 7,00 persen.
Perkembangan Ekspor dan Impor Industri Non Migas
Meskipun
mengalami
perlambatan
nilai
ekspor
sejak
bulan
September 2011, namun secara keseluruhan selama tahun 2011 kinerja ekspor
Indonesia
menunjukkan
perkembangan
yang
cukup
menggembirakan. Pada tahun 2011 nilai ekspor total Indonesia mencapai sekitar US$ 16,80 miliar, sehingga secara kumulatif dalam tahun 2011 mencapai sebesar US$ 169,03 miliar, atau naik 34,88 persen terhadap nilai ekspor pada periode yang sama tahun 2010. Dari nilai ekspor sebesar US$ 169 miliar tersebut, sekitar US$ 122,19 miliar (60,33 persen) merupakan nilai ekspor yang dihasilkan dari sektor industri non migas selama periode Januari-Desember 2011.
Dengan
demikian selama tahun 2011 nilai ekspor sektor industri non migas mengalami pertumbuhan sebesar 24,66 persen terhadap nilai ekspor pada periode yang sama tahun 2010. Tabel 3.4 Perkembangan Ekpor Industri Non Migas (US$ juta) No
URAIAN
2005
2008
2009
2010
2011
Perubah an 2011 (%)
Peran 2011 (%)
2006
2007
3,247.53
4,840.3
5,419.2 6,407.3 10,476.8 17,253.8 23,179.2
34.34
18.97
1
Pengolahan Kelapa/Kelapa Sawit
2 3
Tekstil Besi Baja, Mesin-mesin dan Otomotif
7,033.94
7,626.2
8,584.9 9,422.8 9,790.1 11,205.5 13,234.1
18.10
10.83
3,759.99
4,581.8
5,949.7 7,712.7 9,606.9 10,840.0 13,194.4
21.72
10.80
4 5 6
Pengolahan Karet Elektronika Pengolahan Tembaga, Timah dll.
2,089.70 6,109.50
2,954.1 7,142.5
3,545.8 5,465.2 6,179.9 7,853.0 7,200.2 6,359.7
9,522.6 14,540.4 9,254.6 9,536.3
52.69 3.04
11.90 7.80
1,187.13
2,165.1
3,133.5 4,134.0 6,156.0
6,506.0
7,501.0
15.29
6.14
7
Pulp dan Kertas
2,798.55
2,817.6
3,257.5 3,983.3 4,440.5
5,708.2
5,769.0
1.07
4.72
8
Kimia Dasar
2,049.72
2,640.1
2,750.2 3,521.4 4,492.5
4,577.7
6,119.8
33.69
5.01
9
Pengolahan Kayu
4,381.41
4,461.6
4,476.3 4,757.6 4,485.1
4,280.3
4,474.7
4.54
3.66
1,138.83
1,440.1
1,647.9 1,866.0 2,374.8
3,219.6
4,504.0
39.89
3.69
1,399.22
1,553.0
1,683.7 1,913.2 2,006.6
2,665.6
3,450.9
29.46
2.82
927.63
1,232.7
1,456.0 1,770.9 2,148.9
2,657.9
10 Makanan dan Minuman 11 Kulit, Barang Kulit dan Sepatu/Alas Kaki 12 Alat-alat Listrik
2,995.2
12.69
2.45
Total 12 Besar Industri
49,757.7 58,154.4
68,517.9 79,066.1 65,376.6 87,691.8 108,498.9
23.73
88.80
Total Industri
55,567.0 64,990.3
76,429.6 88,351.7 73,435.8 98,015.1 122,189.2
24.66
100.00
Sumber: BPS diolah Pusdatin
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
39
Jika dilihat menurut kelompok industri, pada tahun 2011 pertumbuhan nilai ekspor tertinggi dialami oleh kelompok industri Pengolahan Karet yang mencapai 52,69 persen, yaitu dari sekitar US$ 9,52 miliar pada tahun 2010 menjadi sebesar US$ 14,54 miliar pada tahun 2011. Pertumbuhan nilai ekspor yang tinggi juga terjadi pada kelompok industri Makanan dan Minuman yang mencapai 39,89 persen. Jika pada periode tahun 2010 nilai ekspor kelompok industri ini masih sekitar US$ 3,22 miliar, maka pada tahun 2011 nilai ekspornya sudah mencapai miliar.
US$ 4,50
Begitu juga dengan kelompok industri Pengolahan Kelapa/Kelapa
Sawit, serta kelompok industri Kimia Dasar yang masing-masing mengalami peningkatan 34,34 persen dan 33.69 persen selama periode tahun 2011. Tabel 3.5 Perkembangan Impor Industri Non Migas (US$ juta) No
1
URAIAN
2005
2006
2007
2
Besi Baja, Mesin-mesin dan Otomotif Elektronika
2,413.5
2,488.3
3 4 5 6
Kimia Dasar Tekstil Makanan dan Minuman Alat-alat Listrik
5,935.3 1,026.9 1,914.5 877.8
6,315.4 1,085.7 2,178.2 853.0
7
Pulp dan Kertas
1,298.9
8
Barang-barang Kimia lainnya
1,167.2
Makanan Ternak 10 Pengolahan Tembaga, Timah dll. 11 Plastik 12 P u p u k
17,531.0 17,031.4 20,539.0
9
Total 12 Besar Industri Total Industri
2008
2009
2010
2011
Perubah an 2011 (%)
Peran 2011 (%)
39,978.7 31,683.8 43,218.6 52,375.6
21.19
41.57
4,036.0
13,444.7 10,496.7 14,176.2
7,115.7 1,192.0 3,616.1 1,118.3
10,716.7 3,901.8 3,158.0 2,470.8
1,392.0
1,692.6
1,170.0
1,293.8
825.7
883.5
429.2
16,111.8
13.65
12.79
8,095.1 11,431.5 15,413.2 3,396.9 5,031.2 6,735.1 2,810.6 4,514.2 6,852.0 2,105.8 3,142.8 3,761.7
34.83 33.87 51.79 19.69
12.23 5.35 5.44 2.99
2,518.5
1,883.2
2,731.8
3,262.6
19.43
2.59
1,845.6
1,661.9
2,199.3
2,589.0
17.72
2.06
1,149.5
1,741.6
1,679.1
1,871.6
2,220.5
18.64
1.76
671.2
877.6
1,699.1
1,027.1
1,822.1
2,195.1
20.47
1.74
393.1
454.8
527.6
1,164.9
1,034.0
1,525.1
1,859.3
21.91
1.48
518.9
624.6
761.8
2,337.6
929.1
1,509.2
2,707.0
79.37
2.15
84,978.0 66,803.5 93,173.6 116,082.6 91,800.7 72,398.1 101,115.4 125,979.0
24.59 24.59
92.14 100.00
34,332.1 35,148.3 43,920.1 37,300.3 38,624.6 48,084.1
Sumber: BPS diolah Pusdatin
Sementara itu peningkatan nilai impor juga terjadi pada semua kelompok industri non migas.
Pada periode tahun 2011 total nilai impor
indutri non migas yang mencapai sebesar US$ 125,98 miliar merupakan kenaikan sebesar 24,59 persen dari total nilai impor periode tahun 2010. Jika dilihat menurut kelompok industri, kenaikan impor tertinggi terjadi pada industri Pupuk yang naik sebesar 79,37 persen. Kenaikan impor yang tinggi juga terjadi pada industri Makanan dan Minuman yang mencapai 51,79 persen. Yang perlu menjadi perhatian adalah kenyataan bahwa nilai impor pada kelompok industri Makanan dan Minuman jauh lebih besar dari nilai ekspornya, sehingga dalam periode tahun 2011 kelompok industri ini mengalami defisit neraca perdagangan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
40
Sedangkan
untuk
industri
Tekstil,
meskipun
nilai
impornya
juga
mengalami peningkatan yang cukup berarti, yaitu sebesar 33,87 persen dalam periode tahun 2011 terhadap nilai impornya pada tahun 2011, namun kelompok industri ini masih mengalami surplus dalam neraca perdagangannya.
2. Analisis Kinerja Program Prioritas
Kementerian
Perindustrian
pada
tahun
2011,
diamanahkan sesuai dengan Kepres No. 1 Tahun 2010
tentang
Percepatan
Pelaksanaan
Prioritas
Pembangunan Nasional dan Rencana Kerja (RKP)
Tahun 2011, serta pelaksanaan Perpres No. 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional, untuk memfokuskan pada pengembangan 6 (enam) kelompok program prioritas.
Prioritas Nasional
1. Revitalisasi Industri Pupuk
Hasil-hasil Perindustrian
yang pada
telah
dicapai
tahun
2011
yang
Kementerian berkenaan
dengan revitalisasi industry pupuk adalah sebagai
berikut:
a) Kemajuan fasilitasi pembangunan 5 (lima) pabrik pupuk urea baru dan pabrik pupuk NPK sebesar 40% di tahun 2011 Revitalisasi pabrik urea Kaltim-5: a) Telah ditandatangani Natural Gas Sales Purchase Agreement (NGSPA) untuk pasokan gas pabrik Kaltim-5 (revitalisasi Kaltim-1) sebesar 80 MMSCFD pada tanggal 20 Juni 2011, dengan jangka waktu 2012-2021, namun akan mengalami penurunan mulai tahun 2017; b) Khusus mengenai tambahan pasokan gas untuk pabrik Kaltim-5 pada saat declining period, pihak BP. Migas sudah menerbitkan surat Nomor 0363/BPB0000/ 2011/S2 tanggal 13 April 2011, dimana BP. Migas berkomitmen untuk pengalokasian tambahan gas bumi yang berasal dari lapangan Deep Water (Chevron), lapangan SangaSanga CBM (Vico), dan sumber gas bumi lain di wilayah Kaltim; c) Pada tanggal 20 Juni 2011 juga telah ditandatangani kontrak pembangunan pabrik
Kaltim-5 antara PT. Pupuk
Kaltim dengan pihak PT. Inti Karya Persada Teknik (IKPT) dan Toyo Engineering Corporation (TEC) Jepang. Effective date kontrak telah terlaksana pada
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
41
tanggal 14 September 2011 dan Kick Off Meeting tanggal 15 September 2011. Saat ini sedang berlangsung Basic Engineering di Korea Selatan. Waktu pembangunan pabrik Kaltim-5 diperkirakan selama 33 bulan sehingga pengoperasian pabrik Kaltim-5 dijadwalkan pada tahun 2014.
Gambar 3.2 Extension Pabrik Pupuk Kaltim 4
Revitalisasi pabrik Urea Ammonia II PT. PKG: a) Sudah ditandatangani Memorandum of Agreement (MoA) antara PT. Petrokimia Gresik dengan Exxon Mobil untuk alokasi pasokan gas bumi pabrik Urea Ammonia II sebesar 85 MMSCFD dari lapangan gas Cepu; b) Telah ditunjuknya PT. Pertamina EP Cepu sebagai operator lapangan gas Cepu, maka telah dilakukan koordinasi dengan pihak PT. Pertamina EP Cepu untuk menindaklanjuti MoA menjadi NGSPA. Pembangunan Pabrik Pupuk NPK: a) Mulai tahun 2011 telah beroperasi pabrik Pupuk NPK Fuse Granulation PT. Pupuk Kaltim di Bontang, Kalimantan Timur. Kapasitas 2 x 100.000 ton NPK pertahun dengan bentuk granular satu butiran; b) Telah beroperasi pabrik Pupuk NPK Phonska IV PT. Petrokimia Gresik di Gresik, Jawa Timur kapasitas 600.000 ton NPK pertahun; c) Telah dilakukan fasilitasi pengamanan bahan baku pupuk NPK melalui penjajagan kerjasama pasokan bahan baku Kalium dengan Belarusia.
b) Kemajuan peta potensi bahan baku pupuk organik di 100 Kabupaten/Kota sebesar 25% di tahun 2011. Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari kegiatan tahun 2010, dimana pada tahun 2010 telah dilakukan pemetaan bahan baku pupuk organik di 41 Kabupaten/Kota yang tersebar di 17 Propinsi. Sedangkan pada tahun 2011 telah dilakukan pemetaan potensi bahan baku pupuk organik di 70 Kabupaten/Kota yang tersebar di 18 propinsi.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
42
2. Revitalisasi Industri Gula
a) Saat ini terdapat 67 calon investor dengan total areal permohonan perkebunan tebu seluas 2,11 juta Ha, namun yang sudah diproses di Kementerian
Kehutanan sebanyak 15 investor dimana sebanyak 9 perusahaan dengan luas areal 308.128 Ha dalam tahap permohonan dan sebanyak 5 perusahaan dengan luas areal 142.590 Ha dalam tahap persetujuan prinsip. b) Telah direalisasikan bantuan keringanan pembiayaan mesin/peralatan di 7 Perusahaan Gula (PTPN VII, IX, X, XI, XIV, PT. RNI 1 dan PT. RNI 2) dengan total 46 Pabrik Gula dengan nilai bantuan Rp. 47,88 Miliar dan nilai investasi mencapai Rp. 679 Miliar.
Mesin/peralatan yang dibantu melalui skema ini
telah dimanfaatkan pada musim giling 2011.Dengan adanya bantuan keringanan
pembiayaan
mesin/peralatan
tersebut
diharapkanterjadi
peningkatan kapasitas giling dari 116.260 TCD menjadi 123.724 TCD atau naik sebesar 6,42 persen. Peningkatan rendemen dari 5,84 persen menjadi 6,69 persen. c) Bantuan langsung mesin/peralatan 2011 diberikan kepada 6 Perusahaan Gula ((PTPN II, IX, XI, XIV, PT. RNI 1 dan PT. RNI 2) dengan total. Bantuan langsung mesin/peralatan Pabrik Gula tahun 2011 terdiri dari 3 (tiga) kategori, yaitu: (1) Peralatan Analisa Rendemen Individu (ARI) dalam bentukAutomatic Digital Polarimeter sebanyak 18 unit untuk 17 Pabrik Gula, dalam rangka tranparansi perhitungan rendemen antaraPG dan petani tebu. (2) High Grade Centrifuge (HGC) sebanyak 11 unit untuk 7 Pabrik Gula dan Low Grade Centrifuge (LGC) sebanyak 10 unit untuk 6 Pabrik Gula, dalam rangka peningkatan mutu gula. (3) Cane Bagasse Dryer sebanyak4 unit,yang masing-masing dilengkapi dengan moister analyser, untuk 4 Pabrik Gula (PG. Kedawung, PG. Krebet 2, PG. Sragi, dan PG Rendeng), dalam rangka peningkatan efisiensi energi. d) Telah selesai dilakukan Audit Teknologi terhadap 10 PG existing terpilih (PG Tasikmadu, PG Sragi, PG Ngadiredjo, PG Lestari, PG Wonolangan, PG Gending, PG Jatitujuh, PG Rejo Agung Baru, PG Pagottan, dan PG Karangsuwung).
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
43
e) Bantuan langsung mesin/peralatan kepada PG Meritjan (PTPN X) tahun 2010, telah berhasil meningkatkan kemampuan produksi PG sebesar 26 %dari 23.617 ton (2010) menjadi 29.725,50 ton (2011).
Gambar 3.3 Pabrik Gula Rafinasi
3. Revitalisasi Industri Tekstil dan Alas Kaki
a) Untuk
program
mendaftar
restrukturisasi,
sampai
pemohon
dengan
yang
penutupan
pendaftaran Program Tahun 2011 sebanyak 175
perusahaan dengan rincian peserta Industri TPT sebanyak 149 perusahaan (86 diantaranya masuk dalam waiting list) dan peserta industri alas kaki serta penyamakan kulit sebanyak 26 perusahaan (16 diantaranya masuk dalam masuk waiting list); b) Perkembangan terakhir pelaksanaan Program Tahun 2011 sampai dengan tanggal 29 November 2011 adalah sebagai berikut: (1) Jumlah perusahaan yang telah disetujui KPA dan dan dapat dicairkan ke KPPN sebanyak 125 perusahaan industri TPT, alas kaki dan penyamakan kulit dengan total investasi sebesar Rp 1,55 triliun dan nilai bantuan Rp 147,52 Milyar, (2) Dari 175 perusahaan yang mendaftar, peserta waiting list yang tidak dapat
diproses
mencukupi
permohonannya
adalah
45
karena
perusahaan
anggaran
Industri
TPT,
sudah
Alas
Kaki
tidak dan
Penyamakan Kulit dengan perkiraan nilai bantuan sebesar Rp 78,51 Milyar.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
44
Hasil-hasil
4. Revitalisasi Industri Tekstil dan Alas Kaki
yang
telah
dicapai
Kementerian
Perindustrian pada tahun 2011 yang berkenaan dengan revitalisasi industri tekstil dan alas kaki adalah
sebagai berikut:
a) Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Tekstil dan Aneka melalui Restrukturisasi Mesin/Peralatan ITPT dan IAK Untuk program restrukturisasi, pemohon yang mendaftar sampai dengan penutupan pendaftaran Program Tahun 2011 sebanyak 175 perusahaan dengan
rincian
peserta
Industri
TPT
sebanyak
149
perusahaan
(86
diantaranya masuk dalam waiting list) dan peserta industri alas kaki serta penyamakan kulit sebanyak 26 perusahaan (16 diantaranya masuk dalam masuk waiting list). Perkembangan terakhir pelaksanaan Program Tahun 2011 sampai dengan tanggal 29 November 2011 adalah sebagai berikut: (1) Jumlah perusahaan yang telah disetujui KPA dan dan dapat dicairkan ke KPPN sebanyak 125 perusahaan industri TPT, alas kaki dan penyamakan kulit dengan total investasi sebesar Rp 1,55 triliun dan nilai bantuan Rp 147,52 Milyar, (2) Dari 175 perusahaan yang mendaftar, peserta waiting list yang tidak dapat
diproses
mencukupi
permohonannya
adalah
45
karena
perusahaan
anggaran
Industri
TPT,
sudah
Alas
Kaki
tidak dan
Penyamakan Kulit dengan perkiraan nilai bantuan sebesar Rp 78,51 Milyar.
b) Pengembangan Klaster Industri TPT dan Industri Alas Kaki (1) Jumlah
perusahaan
mengikuti
dan
disetujui
pada
program
Restrukturisasi Mesin/Peralatan Industri TPT, Alas Kaki dan Penyamakan Kulit sebanyak 125 perusahaan dengan total investasi sebesar Rp 1,55 triliun dan nilai bantuan Rp 147,52 Milyar, (2) Telah dilaksanakan berbagai pelatihan bagi SDM industri TPT sebanyak 650 orang dan telah dilatih calon TKI yang gagal berangkat sebanyak 3000 orang di kantong-kantong penghasil TKI dengan rincian 1530 orang di Jawa Tengah , 990 orang di jawa barat dan 480 orang di jawa timur.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
45
(3) Telah dilaksanakan Penyusunan Peraturan Menteri dan Juknis SNI Wajib Produk Tekstil dan Aneka dan disosialisasikannya SNI wajib bagi produk TPT dan Aneka dalam rangka perlindungan dan penguatan industri dalam negeri. (4) Telah dilaksanakan upaya penguatan Standar produk dan Tenaga Kerja ITPT dan Aneka melalui Penyusunan RSNI (22 judul), RSKKNI (3 judul) industri TPT dan Aneka dan fasilitasi perusahaan dalam penggunaan standar-standar internasional sebanyak 8 perusahaan. (5) Terlaksananya fasilitasi pameran di dalam negeri (Gelar Produk Sepatu dan Kulit tanggal 28 April s/d 1 Mei, pameran Inatex tanggal 27-30 April, pameran di Plasa Industri tanggal 5-8 Juli dan pameran yang akan difasilitasi antara lain pameran TEI 2011, pameran Yogya Fashion Week dan pameran di Semarang dan Terlaksananya fasilitasi pameran di luar negeri diadakan di Thailand (20-24 April), pameran GDS di Jerman (8-13 September) dan pameran yang akan difasilitasi antara
lain
pameran
Intertextile
Shanghai
(18-21
Oktober),
Guangzhou China (27-30 Oktober), Hongkong (22-23 Oktober). Telah dilaksanakan upaya-upaya penciptaan iklim usaha yang kondusif melalui berbagai kegiatan dan program.
Utilisasi kapasitas produksi semen sebesar 88,5 persen
5. Revitalisasi Industri Semen
dan
terjadi
bahan
peningkatan
bangunan
jumlah
dan
populasi
konstruksi,
industri yaitu
pembangunan pabrik semen baru di Grobogan, Jawa Tengah. Selain itu telah
dilaksanakan
MoU
pembangunan
pabrik
semen
baru
antara
Kementerian Perindustrian dengan Anhui Conch Cement Co. Ltd (rencana membangun pabrik semen di Kalimantan dan Papua), serta rencana pembangunan
pabrik
semen
terintegrasi
yang
dimulai
dengan
pembangunan packing plant semen di Ciwandan, Banten oleh PT. Gama Group. Realisasi perluasan pabrik keramik PT. Arwana Citramulia telah terlaksana dan jumlah Entitas kolaborasi klaster industri semen dan industri keramik sebanyak 104 telah tercapai. Entitas Industri Semen di Sumatera Barat sejumlah 33 Industri Kecil dan Menengah dengan penyerapan tenaga kerja
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
46
sebesar 49.200 orang (Sumber: Laporan Akhir Implementasi dan Penguatan Kolaborasi Klaster Industri Pengolahan Semen di Sumatera Barat: 2010).
Gambar 3.4 Pabrik Semen Padang
Realisasi pembangunan 1 Unit pengantongan semen di Sorong, Papua Barat oleh PT. Semen Gresik direncanakan mulai beroperasi pada pertengahan tahun 2012. Realisasi pembangunan pabrik semen baru oleh PT. Semen Gresik (Tuban IV) dan PT. Semen Tonasa (Tonasa V) dengan kapasitas masing-masing 2,5 juta metrik ton per tahun yang direncanakan mulai beroperasi pada pertengahan tahun 2012. PT. Semen Padang akan memulai pembangunan pabrik baru (Indarung VI) dengan kapasitas 2,5 juta ton per tahun yang direncanakan selesai pada tahun 2014.
6. Revitalisasi Industri Petrokimia
Hasil-hasil
yang
telah
dicapai
Kementerian
Perindustrian pada tahun 2011 yang berkenaan dengan revitalisasi industri petrokimia adalah sebagai
berikut:
a) Berkembangnya klaster industri berbasis migas dan petrokimia (1) Ada 3 (tiga) pusat Klaster industri petrokimia yaitu Banten, Jawa Timur dan Kalimantan Timur. Banten merupakan pusat klaster industri petrokimia berbasis olefin, Jawa Timur sebagai pusat klaster industri petrokimia berbasis aromatik dan Kalimantan Timur sebagai pusat klaster industri petrokimia berbasis methane (C-1). Sebuah klaster terdiri dari industri inti, industri pendukung dan industri penunjang. (2) Jumlah industri petrokimia pada masing-masing klaster yaitu Klaster Banten terdapat 56 perusahaan, Klaster Jawa Timur terdapat 24 Perusahaan dan Klaster Kalimantan Timur terdapat 15 Perusahaan. Selain industri kimia, juga ada industri pendukung dan industri
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
47
penunjang antara lain industri permesinan, industri otomotif, industri komponen, industri peralatan listrik, industri farmasi, industri karet sintetis, industri serat sintetis, dll.
b) Koordinasi pengamanan bahan baku untuk industri migas Kebutuhan nafta PT. Chandra Asri sebesar 1,7 juta ton/tahun dipenuhi dari impor, kebutuhan kondensat PT. TPPI sebesar 100.000 barrel/hari, sebesar ±60 persen dipasok dari produksi dalam negeri dan sisanya impor, kebutuhan gas bumi sebagai bahan baku industri pupuk sebesar 799,2 mmscfd. Akan tetapi kontrak pasokan gas sampai saat ini sebesar 674,0 mmscfd, tidak termasuk PT. Pupuk Iskandar Muda (PT. PIM) yang memperoleh pasokan gas melalui pembelian dengan kontrak 1 tahun. Sehingga pemenuhan pasokan bahan baku gas untuk industri pupuk sebesar 84%.
Gambar 3.5 Menteri Perindustrian menekan tombol sirene pada peresmian pabrik PT Multi Nitrotama Kimia – 2 yang memproduksi amonium nitrat di Cikampek 3 Oktober 2011
c) Subsidi bunga Pemberian
subsidi
bunga
dilakukan kepada
investasi
baru, yaitu
pembangunan refinery (kilang minyak). Pada tahun 2011 sedang dilakukan penyusunan DED pembangunan refinery di Jawa Timur dengan hasil sementara penentuan lokasi di Tuban dan pasokan minyak mentah dari Aramco (Arab Saudi). Sehingga pada tahun 2011 belum dapat melakukan pemberian subsidi bunga pada investasi baru.
d) Penyusunan model pemberian insentif untuk pengembangan industri petrokimia. Pada tahun 2011 dilakukan kegiatan Penyusunan model pemberian insentif untuk pengembangan industri petrokimia dengan keluaran
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
48
berupa
Laporan
Penyusunan
model
pemberian
insentif
untuk
pengembangan industri petrokimia.
Gambar 3.6 Menteri Perindustrian Mohamad S. Hidayat seusai membuka Pameran dan Seminar Bangun Indonesia dengan Produk Nasional ber-SNI
e) Pembangunan center of excellence klaster industri petrokimia Pada tahun 2012 akan dilakukan pembangunan Center of Excellence Industri Petrokimia di Banten dengan pelaksanaan secara multiyears. Pembangunan dilakukan berdasarkan hasil DED Center Of Excellence Industri Petrokimia yang dilakukan tahun 2011. Sehingga dengan selesainya Dokumen DED Center Of Excellence Industri Petrokimia kemajuan pembangunan Center Of Excellence Industri Petrokimia di tahun 2011 di estimasi mencapai 30 persen.
Prioritas Kementerian
1. Pengembangan Klaster Industri Prioritas
Hasil-hasil
yang
telah
dicapai
Kementerian
Perindustrian pada tahun 2011 yang berkenaan dengan revitalisasi industri pupuk adalah sebagai
berikut:
a) Industri Padat Karya Industri Padat karya meliputi: Industri Tekstil dan Produk Tekstil, Industri Alas Kaki dan Industri Furniture. Industri TPT dan Industri alas kaki telah dijelaskan pada bab terdahulu sehingga yang dijelaskan pada bagian ini adalah yang terkait dengan kinerja industri furniture.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
49
(1) Telah dibangunnya terminal kayu di Kendal-Jawa Tengah guna pengamanan pasokan bahan baku kayu/rotan. (2) Meningkatnya kompetensi 326 orang dibidang desain dan teknologi proses furniture di Jawa Tengah dan Jawa Timur, Pidie-Aceh, KatinganKalimantan Tengah dan Palu. (3) Diharapkan hasil dari kompetisi/lomba desain furnitur dapat diproduksi. (4) Telah dilakukan promosi dan pameran dalam rangka pengembangan Pasar furnitur kayu/rotan didalam negeri maupun diluar negeri.
Gambar 3.7 Menteri Perindustrian Mohamad S. Hidayat Mendengarkan Penjelasan tentang Produk Rotan Produksi AIDA Rattan di Cirebon 19 Juli 2011
b) Industri Kecil dan Menengah (1) Telah dilakukan pembinaan terhadap 68 sentra IKM fesyen, kerajinan, batu mulia, keramik dan minyak atsiri. (2) Terselenggaranya promosi dan pameran IKM di dalam negeri sebanyak 10 kali dan partisipasi pameran di luar negeri sebanyak 4 kali (3) Telah dilatih sebanyak 605 orang di bidang teknologi produksi, disain dan mutu IKM, teknik casting dan desain perhiasan, uji kadar perak, pelatihan teknis Good Agricultural Practicess (GAP) dan Good Manufacturing Process (GMP), 145 orang di bidang garmen, alas kaki, makanan di Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur, baik sebagai tenaga kerja maupun calon wirausaha baru sebagai antisipasi moratorium pengiriman TKI ke luar negeri. (4) Bantuan alat kepada 15 sentra dan 3 UPT di seluruh Indonesia. (5) Berkembangnya OVOP IKM fesyen, kerajinan, batu mulia, keramik dan minyak atsiri sebanyak 20 provinsi yaitu Provinsi Bali, Sumatera Utara, Jawa Barat, NTB, NTT, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah,
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
50
Sulawesi Utara, Jambi, Lampung, Kalimantan Selatan, Papua, Maluku Utara dan Gorontalo (6) Terealisasinya penyaluran KUR di IKM sampai dengan September 2011 sebesar Rp. 13,3 miliar dari total penyaluran KUR sebesar Rp. 560,4 miliar, sehingag kontribusi penyerapan KUR oleh IKM sebesar 2,38%.
Gambar 3.8 Program Bantuan KUR untuk Usaha Batik
Gambar 3.9 Piala Anugerah Cinta Karya Bangsa kepada Kementerian Perindustrian Peringkat 2 Penghargaan Peningkatan P3DN dalam pengadaan barang dan jasa
c) Industri Barang Modal Industri Padat karya meliputi: Industri Penghasil Barang Modal (Industri Permesinan termasuk Listrik) dan Industri Perkapalan. Hasil-hasil yang telah dicapai untuk industry barang modal adalah: (1) Fasilitasi pembangunan PLTU Batubara skala kecil di 70 lokasi di luar jawa bali oleh PT. PLN. dilaksanakan oleh Engineering Procurement and Construction (EPC) nasional sebagai main contractor, antara lain: telah ditetapkan boiler harus dipasok oleh industri boiler dalam negeri.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
51
(2) Telah mampu diproduksinya turbin dan pompa air untuk PLTU 100 MW, trafo 500 kV, Gas Insulated Switchgear (GIS) 500 kV di dalam negeri. (3) Terlaksananya
bantuan
mesin
peralatan
untuk
PT.
Barata
Indonesia dan PT. Boma Bisma Indra dalam rangka mendukung restrukturisasi pabrik gula dalam negeri. (4) Dikembangkannya reverse engineering low grade centrifugal sebagai wujud kolaborasi antara akademisi, pemerintah dan pelaku usaha, disamping prototipe mesin pembuat dry ice. (5) Terjadi peningkatan utilisasi kapasitas produksi pada tahun 2010 2011untuk industri alat berat, industri trafo, industri mesin perkakas, industri mesin peralatan pabrik (utilisasi menjadi ± 80%).
Gambar 3.10 Menteri Perindustrian Mohamad S. Hidayat memberikan sambutan pada peresmian pabrik mesin kontruksi PT. Sumitomo S. H. I di kawasan industri KICC – Karawang 15 September 2011
(6) Pemberdayaan Pusat Desain dan Rekayasa Kapal Nasional melalui pengembangan prototype desain kapal patroli 42 M. (7) Meningkatnya 220 orang SDM
pengelasan
kapal, bawah air,
pelatihan desain kapal, pelatihan coating dan reparasi kapal (8) Penambahan investasi baru di bidang industri pekapalan sebesar Rp. 770,8 milyar di Lamongan, Lampung, Jakarta dan Banten. (9) Telah siap operasionalnya lapangan fabrikasi PT. Saipem Indonesia di Kepulauan Karimun dimana nilai investasi pembangunan galangan mencapai USD 450 juta dengan kapasitas produksi direncanakan 35.000 ton/tahun yang dimulai tahun 2008. (10) Terlaksananya pemberian BMDTP bagi industri-industri perkapalan dalam negeri melalui PMK No.109/PMK.011/2011 yang terbit di bulan September 2011, pagu yang dialokasikan untuk sektor
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
52
industri perkapalan sebesar Rp.20,04 milyar dimana hingga Nopember 2011 telah masuk RIB impor sebesar Rp.1,82 milyar. (11) Pertumbuhan industri perkapalan pada tahun 2011 meningkat sebanyak 8,84 persen, ekspor kapal sebesar USD 660.83 juta. Sedangkan Impor kapal sebesar USD 126.47 juta dan kapasitas produksi industri perkapalan nasional untuk bangunan baru sebesar 650.000 DWT dan reparasi kapal sebesar 10.000.000 DWT. (12) Tenaga kerja yang terserap di Industri Perkapalan kurang lebih 45.000 orang.
Gambar 3.11 Dock perkapalan milik PT. PAL di Semarang
d) Industri Berbasis Sumber Daya Alam Industri Padat karya meliputi: industry kelapa sawit, industry hilir karet, industry hilir kakao, industry hilir baja, industry rumput laut. Hasil-hasil yang telah dicapai adalah: (1) Telah ditetapkan Proyek Kawasan Industri Sei Mangkei (KISM) menjadi satelit program MP3EI Indonesia Bagian Barat yang telah dicanangkan Presiden RI tanggal 27 Mei 2011 dan siap diresmikan pada awal tahun 2012. (2) Telah diselesaikannya perluasan kapasitas pabrik kelapa sawit Sei Mangkei dari semula 30 Ton/Jam TBS menjadi 75 Ton TBS/jam. (3) Fasilitasi
Pembangunan
pabrik
Palm
Kernel
Oil
(PKO) dan
Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBS) telah memasuki tahap akhir (siap diresmikan Awal 2012)
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
53
(4) Telah tersusunnya matriks kebutuhan infrastruktur Klaster Sei Mangkei – Sumut, Dumai – Kuala Enok Riau, dan Maloy Kaltim hasil koordinasi lintas instansi sebagai dasar pembangunan infrastruktur oleh instansi pembina teknis. (5) Terbitnya Peraturan Menteri Keuangan No. 128 Tahun 2011 (PMK 128/2011) untuk menjamin pasokan bahan baku bagi industri dalam negeri dan meningkatkan iklim investasi industri hilir. (6) Telah dilakukan Promosi Investasi Industri Hilir Kelapa Sawit di Amerika Serikat, Asia (Dubai Annual Investment Meeting), dan dalam negeri (Jakarta dan Medan) (7) Masuknya investasi industri hilir skala besar lebih dari 20 Triliun Rupiah setelah penerbitan PMK 128/2011. (8) Meningkatnya utilisasi kapasitas produksi industri fraksionasi melalui ketersediaan bahan baku. (9) Masuknya PT. Ferrostaal Indonesia dan sebuah perusahaan dari Eropa untuk membangun pabrik di Kawasan Industri Sei Mangkei. (10) Telah berpartisipasi aktif pada kegiatan Sub Working Group of Palm Oil untuk menangkal dampak negative campaign industri palm oil di Indonesia. (11) Berkembangnya industri barang karet komponen otomotif yang high precision sehingga mampu mensuplai OEM permintaan principal. (12) Tersusunnya kajian pengembangan industri karet terpadu di Sei Bamban sebagai kelanjutan MP3EI (13) Adanya investasi barang karet (ban roda 2) di Cikampek. (14) Bantuan Peralatan Pengolahan Barang Karet di Sumatera Selatan, Jambi dan Kalimantan Barat (15) Peresmian kebangkitan kakao nasional pada tanggal 24 Juni 2011 dengan meresmikan 14 pabrik diantarannya : PT.General Food Industries, PT.Bumitangerang Mesindotama, Indonesia,
PT.Cocoa Ventures
PT.Teja Sekawan Cocoa Industries, PT. Kakao Mas
Gemilang, PT.Sekawan Karsa Mulia, PT. Asia Cocoa Indonesia, PT.Maju
Bersama
Cocoa
Industries,
PT.Kopi
Jaya
Cocoa,
PT.Budidaya Kakao Lestari, PT.Jaya Makmur Hasta dan PT.Unicom Kakao Makmur Sulawesi.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
54
Gambar 3.12 Pabrik Palm Kernel Oil Kawasan Industri Sei Mangkei, PTPN-III, Simalungun Sumatra Utara
(16) Dalam rangka peningkatan kapasitas industri, PT. Cocoa Venture memerlukan listrik 865 Kva dan
pada saat ini telah dilaksanakan
proses penyambungan daya oleh PLN. (17) Melakukan Pelatihan keterampilan pengolahan berbasis cokelat dan Pelatihan pengolahan cokelat untuk mempersiapkan menjadi wirausaha
bagi 36 orang tenaga kerja yang terkena moratorium
yang dilakukan di Chocolate School dan Chocolate Academy. (18) Mengusulkan Penurunan Tarif Bea Masuk Mesin untuk mesin pengolah kakao ukuran besar, (19) Menyusun pedoman pengawasan untuk SNI 3747-2009)
baik
yang
diproduksi
kakao bubuk (SNI
maupun
yang
beredar
dipasaran. (20) Dengan adanya beberapa industri kakao yang sempat mati suri dan saat ini beroperasi kembali yaitu: PT Effem Indonesia, PT Jaya Makmur Hasta, PT Unicom Kakao Makmur Sulawesi, PT Davomas Abadi, PT Maju Bersama Cocoa Industri. (21) Disamping 5 pabrik yang beroperasi, ada beberapa perusahaan yang melakukan Industry,
perluasan
diantaranya: PT. General Food
PT. Bumitangerang Mesindotama, PT. Cocoa Ventures
Indonesia, PT.Teja Sekawan, PT.Kakao Mas Gemilang, PT. Gandum Mas Kencana, PT. Freyabadi Indotama dan PT. Sekawan Karsa Mulia. Jumlah kapasitas produksi dari lima perusahaan tersebut meningkat dari dari 188.875 ton menjadi 281.950 ton. (22) Pada tahun 2011 ini, terdapat investasi baru yaitu PT. Asia Cocoa Indonesia,
yang
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
merupakan
perluasan
dari
perusahaan
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
55
pengolahan cokelat Guan Chong Cocoa Manufacturer Sdn, Bhd di
Malaysia
dengan
kapasitas
produksi
mencapai
60.000
ton/tahun yang akan ditingkatkan menjadi 120.000 ton/tahun pada bulan Maret 2012 dengan investasi sekitar US$ 24 juta. (23) Pembangunan pabrik baru oleh PT. Nestle Indonesia salah satu industri pengguna produk kakao (makanan bayi cerelac, bubuk milo dansusu bubuk dancow)
dengan kapasitas produksi
mencapai 65.000 ton/tahun dengan total investasi Rp. 4,8 Triliun di Pasuruan dan Karawang. (24) Fasilitasi Rencana pembangunan pabrik pengolahan kakao di Sulawesi Selatan oleh PT. Cargill Indonesia dengan rencana investasi sebesar Rp. 1 Triliun yang akan dimulai pembangunan pada Juni 2012 dan selesai Juni 2013 dengan memproduksi 70- 80 jenis produk kakao olahan kualitas tinggi. (25) Koordinasi
pelaksanan
Pencanangan
Gerakan
Peningkatan
Konsumsi Kakao dan Cokelat Nasional bulan Desember 2011.
Gambar 3.13 Gulungan Baja Produksi PT. Krakatau Steel
(26) Pada
tahun
2011
investasi
industri
material
dasar
logam
mengalami peningkatan, hal ini dipicu oleh iklim usaha yang kondusif serta promosi yang dilakukan oleh pemerintah untuk menarik investor asing maupun dalam negeri. Beberapa investasi baru yang bergerak di bidang industri material dasar logam antara lain: PT Indoferro yang menghasilkan baja kasar (pig iron), PT Indoaluminium Intikarsa Industri yang menghasilkan aluminium sheet dan aluminium foil, PT Pangeran Karang Murni yang melakukan perluasan dengan membangun pabrik baru di Gresik, Jawa Timur yang menghasilkan billet, PT Indotama Ferro Alloys
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
56
yang menghasilkan ferro manganese dan ferro silicone, serta beberapa perusahaan lain yang menanamkan investasinya baik di bidang ferro maupun non ferro. Gambar 3.14 Pabrik Krakatau Steel Cilegon
(27) Pengembangan
klaster
industri
besi-baja
dalam
rangka
membangun daya saing industri yang berkelanjutan. Hasil yang telah dicapai antara lain: terwujud sinergi diantara stakeholder sebagai
dampak
dari
dilakukannya
beberapa
kali
Forum
Koordinasi Dalam Rangka Pengembangan Klaster Industri Besi-Baja khususnya dalam rangka penguatan struktur dan daya saing industri besi-baja, Tersusunnya rencana awal penyusunan Detail Engineering Design (DED) Kawasan Industri Berbasis Besi-Baja.
e) Industri Pertumbuhan Tinggi Industri Padat karya meliputi: industry otomotif, industry elektronika dan industry telematika. Hasil-hasil yang telah dicapai adalah: (1) Peningkatan investasi baru pada industri otomotif oleh 4 (empat) Perusahaan yang melakukan investasi di sektor otomotif dan industri komponen dengan nilai investasi sebesar USD 21,7 juta dan Rp. 91,1 miliar. (2) Perluasan investasi meningkat dengan nilai sebesar USD 1,033 miliar dan Rp. 3,6 Trilliun untuk peningkatan kapasitas produksi dari 9 Perusahaan yang bergerak pada Industri KBM Roda-4 serta Industri komponen KBM Roda-4 dan Roda-2. (3) Peningkatan total tenaga kerja untuk KBM R4 sebanyak 645.500 orang yang terdistribusi untuk industri perakitan sebanyak 27.000 orang, industri komponen TIER 1 sebanyak 42.000 orang, industri
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
57
komponen TIER 2 dan 3 sebanyak 27.500 orang, Outlet, Bengkel & Suku Cadang Resmi (Authorised Sales Service dan/atau Spare Parts) sebanyak 220.000 orang, dan Outlet, Bengkel & Suku Cadang Tidak Resmi (Non-Authorised Sales Service dan/atau Spare Parts sebanyak 330.000 orang. (4) Peningkatan total tenaga kerja untuk KBM R2 sebanyak 495.500 orang yang terdistribusi untuk industri perakitan sebanyak 27.600 orang, industri komponen TIER 1 sebanyak 52.500 orang, industri komponen TIER 2 dan 3 sebanyak 15.500 orang, Outlet, Bengkel & Suku Cadang Resmi (Authorised Sales Service dan/atau Spare Parts) sebanyak 350.000 orang, dan Outlet, Bengkel & Suku Cadang Tidak Resmi (Non-Authorised Sales Service dan/atau Spare Parts) sebanyak 50.000 orang. (5) Peningkatan produksi, penjualan, dan ekspor pada industri otomotif. Gambar 3.15 Mahator Unyil, Kendaraan Niaga Mungil untuk Wilayah Pedesaan
(6) Terdapat
248
perusahaan
dengan
nilai
investasi
sebesar
US$ 660.054 juta, menyerap tenaga kerja sebanyak 202.794 orang. (7) Ekspor terbesar produk elektronika disumbang oleh perusahaanperusahaan
multinasional
dari
Jepang
dan
Korea
seperti
Panasonic, Sanyo, LG, Samsung, Toshiba, Sharp, dan JVC. (8) Ekspor produk industri elektronika tahun 2010 sebesar US$ 7,85 miliar dan pada Tahun 2011 sampai dengan bulan Mei sebesar US$ 3,88 miliar. Negara tujuan utama: yaitu Singapura, Jepang, Amerika, Hongkong, China, Jerman, Belgia dan Korea Selatan. (9) Panasonic Manufacturing Indonesia telah dipilih sebagai basis produksi untuk kulkas satu pintu di ASEAN oleh perusahaan induknya sedangkan LG Indonesia telah di jadikan basis produksi kulkas, khususnya untuk mengisi pasar Australia, Kuba dan Rusia.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
58
(10) Total nilai penjualan produk-produk elektronika konsumsi hingga bulan
September
2011
sebesar
Rp.
16,1
trilyun
dengan
peningkatan sebesar 22 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2010. (11) Sebagai
implementasi
menghadapi
ASEAN
dari
kesepakatan
Harmonization
Indonesia
Electric
and
dalam
Electrical
Equipment Regulatory Regime-Mutual Recognition Agreement (AHEEERR-MRA) pada 1 Januari tahun 2011, telah dilakukan ratifikasi dan dijabarkan dalam Peraturan Menteri Perindustrian No. 02 tahun 2011 tentang Tatacara Pengakuan terhadap Sertifikat Produk Peralatan Listrik dan Elektronika dari Lembaga Penilaian Kesesuaian di Negara- Negara ASEAN serta dilakukan penguatan terhadap infrastruktur/lab uji komponen elektronika di Batam, Peningkatan kapasitas Lab Uji Milik Pemerintah (B4T Bandung dan Baristand Surabaya). (12) Dalam rangka peningkatan daya saing industri elektronika telah ditetapkan dan diberlakukan 3 (tiga) SNI produk elektronika menjadi SNI wajib sesuai dengan Peraturan Menteri Perindustrian No. 84/M-IND/PER/2010
tanggal 3 Agustus 2010 meliputi: audio
video (TV-CRT) SNI 04-6253-2003, setrika listrik SNI 04-6292.2.2-2003, dan pompa air SNI 04.6292.2 41-2003. (13) Industri telematika diarahkan untuk menumbuhkan sentra-sentra industri dan pusat inkubasi telematika regional. Pasar telematika Indonesia pada tahun 2011 diperkirakan (data IDC) mencapai Rp. 82,6 triliun yang mencakup jasa TI (6,9 persen), pasar software sebesar (3,6 persen) dan Hardware (89,5 persen). Investasi industri telematika
Indonesia
sampai
tahun
2011
telah
mencapai
Rp. 35 Triliun. (14) Ekspor produk telematika tahun 2010 sebesar US$ 2,59 miliardan nilai impor sebesar US$ 6,95 miliar, pada Tahun 2011 ekspor sampai dengan bulan Mei sebesar US$ 1,11 miliar. (15) Neraca perdagangan industri telematika masih terlihat adanya ketergantungan yang tinggi akan impor produk. Namun demikian potensi pasar dalam negeri telah menjadikan Indonesia sebagai basis produksi untuk pasar regional/global seperti industri printer.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
59
Gambar 3.16 Presiden SBY bersama Menperin MS. Hidayat ke pabrik PT. Sanyo Jaya Component Indonesia Bekasi
3. Analisis Kinerja SASARAN direncanakan Tahun 2011
Pengukuran kinerja Kementerian Perindustrian dalam pencapaian
kinerja
sasaran
seperti
yang
telah
direncanakan dalam Rencana Strategis, Rencana Kinerja Tahunan yang kemudian ditetapkan sebagai
perjanjian kontrak seperti dalam dokumen Penetapan Kinerja tahun 2011 mencakup
pengukuran
kinerja
sasaran
dalam
persepktif
pemangku
kepentingan (stakeholder) dan perspektif pelaksanaan tugas pokok dan fungsi (tupoksi).
Perspektif Pemangku Kepentingan (Stakeholder) Pengukuran
kinerja
sasaran
strategis
perspektif
stakeholders
mempunyai 7 (tujuh) sasaran strategis dengan 14 indikator kinerja utama, yaitu:
1. Tingginya
nilai
tambah industri
Nilai tambah industri dimaksud adalah nilai tambah dari hasil produksi yang merupakan selisih antara nilai
output dengan nilai input. Sasaran strategis ini akan dicapai melalui indikator kinerja utama: a. Laju pertumbuhan industri dengan target pada tahun 2011 sebesar 6,10 persen b. Kontribusi industri manufaktur terhadap PDB nasional dengan target pada tahun 2011 sebesar 23,39 persen. Laju pertumbuhan industri, diukur melalui pertumbuhan nilai tambah dihitung dengan melihat tingkat pertumbuhan rata-rata sektor industri sesuai data dari
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
60
BPS. Untuk setiap sektor akan mengikuti dengan mencantumkan nilai pertumbuhan dalam persentase masing-masing jenis industri dan data diperoleh dari BPS dengan target 6,10 persen. Kontribusi industri manufaktur terhadap PDB nasional, diukur melalui besaran persentase kontribusi industri manufaktur terhadap PDB Nasional dengan target 23,39 persen. Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat dilihat pada tabel 3.6. Tabel. 3.6 Capaian IKU dari Tingginya Nilai Tambah Industri 2010
Sasaran Strategis
Tingginya Nilai Tambah Industri
2011
IKU
Laju pertumbuhan industri yang memberikan nilai tambah Kontribusi industri manufaktur terhadap PDB nasional
Dilihat
dari
aspek
Satuan Capaian
Target
Realisasi
Capaian
102
6.10
6.83
111.97
Persen
90.09
23.39
20.92
89.44
Persen
pencapaian target, dibandingkan dengan
pencapaian tahun 2010, indikator laju pertumbuhan industri yang memberikan nilai tambah mengalami peningkatan sebesar 9,77 persen, sedangkan untuk kontribusi industri manufaktur terhadap PDB nasional mengalami penurunan sebesar 0,72 persen. Nilai capaian tingginya nilai tambah industri mencapai 111,97 persen merupakan merupakan dampak dari sejumlah sasaran yang telah dicapai oleh Kementerian Perindustrian melalui rangkaian kinerja di tahun 2010 dan 2011. Upaya yang dilakukan Kementerian Perindustrian guna mencapai target tingginya nilai tambah industri dan kotribusi industri manufaktur terhadap PDB nasional diantaranya adalah melalui revitalisasi dan penumbuhan basis industri manufaktur, industri agro, dan industri unggulan berbasis teknologi tinggi. Revitalisasi
ini
diantaranya
diupayakan
melalui
restrukturisasi
industri,
penambahan dan peremajaan mesin/peralatan industri, peningkatan utilisasi kapasitas industri dengan pengembangan klaster industri, fasilitasi dan koordinasi. Upaya lain yang dilakukan adalah pengembangan iklim usaha
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
61
dalam
rangka
mempertahankan
investasi
industri
yang
ada
dan
mengembangkan atau menarik investasi baru untuk ditanam pada industri manufaktur
di
Indonesia
sehinggga
terjadi
pertumbuhan
industri.
Pengembangan iklim usaha ini dilakukan melalui Pemodelan dan analisis industri,
yang
ditujukan
untuk
meningkatkan
keputusan
dan
mempercepat proses pengambilan keputusan pimpinan dan stakeholder dalam perumusan bagi sektor industri yang mencakup pengelolaan rantai pasokan (Supply Chain) dan rantai nilai (Value Chain) untuk komoditi tertentu, dengan output efektivitas dan efisiensi produksi cabang industri tertentu untuk meningkatkan daya saing; pengembangan kebijakan insentif fiskal dan non fiskal bagi sektor industri, yang ditujukan untuk bagi 75 kelompok industri tertentu; diseminasi atau sosialisasi kebijakan iklim usaha sektor industri untuk mengoptimalkan kinerja peraturan sektor industri dalam rangka meningkatkan daya saing industri; serta partisipasi aktif pada fora kerjasama internasional di bidang perdagangan dan industri dan jasa dalam rangka pengembangan iklim usaha sektor industri. Tabel. 3.7 Laju pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan bukan Migas (Persen) LAPANGAN USAHA
2009*
2010**
2011***
1. PERTANIAN, PTERNAKAN, HUTAN& PRIKANAN
3,96
2,99
2,95
2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN
4,47
3,57
1,36
3. INDUSTRI PENGOLAHAN
2,21
4,74
6,22
Industri bukan Migas
2,56
5,12
6,83
4. LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH
14,29
5,33
4,82
5. KONSTRUKSI
7,07
6,95
6,71
6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN
1,28
8,69
9,18
7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI
15,85
13,41
10,69
8. KEUANGAN, REAL ESTAT & JASA PERSH.
5,21
5,67
6,81
9. JASA - JASA
6,42
6,01
6,74
PRODUK DOMESTIK BRUTO
4,63
6,20
6,46
Sumber: BPS diolah Pusdatin Kemenperin Catatan: * Angka sementara; ** Angka sangat sementara; *** Angka sangat sangat sementara.
Berdasarkan data dari laju pertumbuhan PDB pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2011, sektor industri pengolahan bukan migas selalu mengalami peningkatan pertumbuhan dari tumbuh sebesar 2,56 persen pada
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
62
tahun 2009 meningkat tumbuh sebesar 5,12 persen pada tahun 2010 dan meningkat lagi tumbuh sebesar 6,83 persen. Sedangkan untuk nilai kontribusi sektor industri pengolahan bukan migas, dari tahun 2009 sampai dengan 2011 nilai kontribusi terhadap PDB nasionalnya mengalami penurunan, namun nialai kontribusi sektor industri pengolahan bukan migas tetap sebagai sektor penyumbang tertinggi terhadap PDB nasional. Tabel. 3.8 Kontribusi Sektor Industri Pengolahan bukan Migas terhadap PDB Nasional (persen) LAPANGAN USAHA 1. PERTANIAN, PTERNAKN, HUTAN& PRIKAN 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 3. INDUSTRI PENGOLAHAN a. Industri M i g a s b. Industri bukan Migas 4. LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH 5. KONSTRUKSI 6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 8. KEUANGAN, REAL ESTAT & JASA PERSH. 9. JASA - JASA PRODUK DOMESTIK BRUTO PRODUK DOMESTIK BRUTO TANPA MIGAS
2009*
2010**
2011***
15,29
15,31
14,72
10,56
11,16
11,93
26,36
24,79
24,28
3,74
3,28
3,36
22,61
21,51
20,92
0,83
0,76
0,75
9,90
10,27
10,19
13,28
13,71
13,76
6,31
6,57
6,61
7,23
7,25
7,20
10,24
10,17
10,55
100,00
100,00
100,00
91,71
92,23
91,48
Sumber: BPS diolah Pusdatin Kemenperin Catatan: * Angka sementara; ** Angka sangat sementara; *** Angka sangat sangat sementara.
2. Tingginya pasar
penguasaan dalam
dan
negeri
Tingginya penguasaan pangsa pasar adalah tingginya
penjualan
produk
dalam
negeri
dibanding seluruh pangsa pasar, sedangkan
penguasaan pangsa pasar luar negeri adalah tingginya nilai ekspor produk industri sehingga dapat meningkatkan rasio/perbandingan nilai ekspor industri terhadap nilai ekspor keseluruhan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
63
Sasaran strategis ini akan dicapai melalui indikator kinerja utama: a. Meningkatnya
pangsa
pasar
ekspor
produk
dan
jasa
industri
nasional.
b. Pangsa pasar produk industri nasional terhadap total permintaan di pasar dalam negeri Meningkatnya pangsa pasar ekspor produk dan jasa industri nasional, diukur melalui penghitungan peningkatan nilai ekspor produk industri, sehingga dapat meningkatkan rasio/perbandingan nilai ekspor produk industri saja (belum termasuk jasa ) yang memang masuk di 5 negara tujuan (AS, Jepang, Uni Eropah, Cina, dan Korsel) dengan target 35 persen. Pangsa pasar produk industri nasional terhadap total permintaan di pasar dalam negeri, diukur melalui nilai perbandingan pangsa pasar produk industri nasional di dalam negeri terhadap total permintaan pasar dalam negeri dengan target 60 persen. Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat dilihat pada tabel 3.9. Tabel. 3.9 Capaian IKU dari Tingginya Penguasaan Pasar Dalam dan Negeri 2010
Sasaran Strategis
2011
IKU
Satuan
Meningkatnya pangsa pasar ekspor produk dan jasa industri nasional Pangsa pasar produk industri nasional terhadap total permintaan di pasar dalam negeri
Tingginya Penguasaan Pasar Dalam dan Luar Negeri
Dilihat
dari
aspek
Capaian
Target
Realisasi
Capaian
62.06
35
10.22
29.20
Persen
-
60
38.37
63.95
Persen
pencapaian target, dibandingkan dengan
pencapaian tahun 2010, indikator meningkatnya pangsa pasar ekspor produk dan jasa
industri nasional mengalami penurunan, sedangkan untuk
indikator Pangsa pasar produk industri nasional terhadap total permintaan di pasar dalam negeri yang semula pada tahun 2010 belum bisa diukur, pada tahun 2011 dapat terukur dengan capaian sebesar 63,95 persen.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
64
Upaya yang dilakukan Kementerian Perindustrian guna mencapai target tingginya penguasaan pasar dalam dan luar negeri melalui perumusan
kebijakan,
pelayanan
dan
fasilitasi,
serta
pengawasan,
pengendalian dan evaluasi. Secara garis besar pengembangan pangsa pasar dalam dan luar negeri ditujukan kepada Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) melalui sosialisasi dan fasilitasi Tim peningkatan penggunaan produksi dalam negeri di tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota, Sosialisasi kemampuan industri dalam negeri melalui fasilitasi kepesertaan pameran baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Pencapaian sasaran ini juga merupakan dampak dari pelaksanaan program inisiatif kesepakatan 3 (tiga) kerjasama investasi Industri dengan Negara India, Korea dan Rusia, 4 (empat) kerjasama internasional dibidang industry, fasilitasi pertemuan pimpinan kementerian dengan 40 delegasi negara mitra/delegasi asing, fasilitasi atas 5 (lima) penanganan kasus perusahaan industri yang terkena tuduhan dumping oleh Negara-negara lain serta tersusunnya 6 (enam) dokumen Agreement
rumusan on
Anti
kebijakan Dumping
masing-masing dan
tentang
Agreement
on
Safeguards, Subsidy
and
Countervailing Measures.
Faktor-
Sasaran ini merupakan sasaran yang membuat
Penunjang
faktor-faktor penunjang industri nasional dapat
Pengembangan Industri
mendukung tercapainya tujuan industri (faktor
3. Kokohnya Faktor
dimaksud adalah dalam hal SDM, industri
dan
iklim industri yang dinilai dari berbagai hal seperti: kebijakan/peraturan yang mengatur industri, pelayanan, fasilitas dalam industri dan lain sebagainya. Sasaran strategis ini akan dicapai melalui indikator kinerja utama: a. Tingkat produktivitas dan kemampuan SDM industry b. Indeks Iklim Industri Nasional. Tingkat produktivitas dan kemampuan SDM industri, diukur melalui Persentase pembagian antara Nilai tambah dan jumlah Tenaga Kerja di sektor Industri ybs, secara ekstrapolasi dari data 2 tahun lalu yang
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
didekati dengan
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
65
peningkatan persentase pertambahan nilai tambah / jenis industri (data dari BPS) dengan target 250.000 Rupiah/Tenaga Kerja. Indeks Iklim Industri Nasional, diukur melalui nilai hasil pengukuran dengan menggunakan kuesioner. Dijalankan dengan sampling pada masing-masing industri (kuesioner disiapkan biro perencanaan, tetapi survey dilakukan masingmasing Dirjen pada perusahaan secara sampling) dengan target indeks 4 (dari skala 1-5). Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat dilihat pada tabel 3.10. Tabel. 3.10 Capaian IKU dari Kokohnya Faktor Penunjang Pengembangan Industri 2010
Sasaran Strategis
Tingginya Penguasaan Pasar Dalam dan Luar Negeri
2011
IKU
Satuan Capaian
Target
Realisasi
Capaian
Tingkat produktivitas dan kemampuan SDM industri
84.95
250.000
61.325,80
24.53
Persen
Indeks Iklim Industri Nasional
-
4
4
100.00
Persen
Dilihat dari aspek pencapaian target, dibandingkan dengan tahun 2010, untuk indikator tingkat produktivitas dan kemampuan SDM industri mengalami penurunan, namun untuk indikator indeks iklim industri yang semula belum bisa diukur, pada tahun 2011 sudah dapat diukur dan mencapai target sebesar 100 persen. Upaya yang dilakukan Kementerian Perindustrian guna mencapai target kokohnya faktor-faktor penunjang pengembangan industri melalui: perumusan
kebijakan,
pelayanan
dan
fasilitasi,
serta
pengawasan,
pengendalian dan evaluasi. Upaya- upaya yang dilakukan guna kokohnya faktor-faktor penunjang pengembangan industri dan pencapaian yang telah diperoleh antara lain adalah peningkatan iklim usaha yang kondusif dengan capaian 95 bidang usaha industri yang mendapatkan fasilitas, pengusulaan insentif yang mendukung pengembangan industri dengan capaian 18 rekomendasi usulan insentif bagi sektor industri, permodelan dan analisa industri dengan capaian 1
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
66
model sistem pasokan, implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri dalam rangka lebih menertibkan dan mengatur sebaran industri sesuai kaidah efisiensi dan pengelolaan lingkungan yang baik, penyusunan
Kebijakan
Pemberdayaan
UMKM
Percepatan Kementerian
Pengembangan Perindustrian
Sektor
tentang
Riil
dan
Peningkatan
Efektivitas Pengembangan IKM melalui Pendekatan Satu Desa Satu Produk (One Village One Product - OVOP) dengan terbitnya Peraturan Menteri Perindustrian No. 78/M.IND/PER/9/2007, pengakomodasian usulan beberapa sektor industri (Perkapalan, Komponen Otomotif, Elektronika) untuk mendapatkan fasilitas PPh (PP No. 1 Tahun 2007 dan PP No. 62 Tahun 2008), serta penerbitan Peraturan Menteri Perindustrian penting lainnya dalam upaya memfasilitasi iklim usaha yang lebih baik guna memberikan kepastian berusaha, khususnya yang terkait
dengan
perbaikan
infrastruktur,
teknologi,
permodalan
dan
penanganan lingkungan.
4. Tingginya
Inovasi yang dimaksud adalah kreativitas untuk
kemampuan inovasi
menciptakan produk baru sebagai hasil penelitian
dan
dan
Penguasaan
Teknologi Industri
pengembangan
teknologi
terapan,
dan
penelitian dari berbagai sektor lainnya. Sasaran strategis ini akan dicapai melalui indikator kinerja
utama: a. Jumlah hasil penelitian dan pengembangan teknologi industri terapan inovatif. b. Pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan oleh sektor industri dihitung dari jumlah teknologi sebagai hasil penelitian yang sudah diterapkan dan dimanfaatkan industri dan telah masuk dalam skala pabrik dengan target 50 penelitian. Jumlah hasil penelitian dan pengembangan teknologi industri terapan inovatif, diukur melalui penghitungan jumlah hasil penelitian (khusus yang dikerjakan oleh BPPI) dengan target 250 penelitian. Pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan oleh sektor industri, diukur melalui penghitungan jumlah teknologi sebagai hasil penelitian yang sudah diterapkan dan dimanfaatkan industri dan telah masuk dalam skala pabrik dengan target 50 penelitian.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
67
Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat dilihat pada tabel 3.11. Tabel. 3.11 Capaian IKU dari Tingginya Kemampuan Inovasi dan Penguasaan Teknologi Industri 2010
Sasaran Strategis Tingginya kemampuan inovasi dan penguasaan teknologi Industri
2011
IKU
Satuan Capaian
Target
Realisasi
Capaian
Jumlah hasil penelitian dan pengembangan teknologi industri terapan inovatif
62.80
250
186
74.40
Persen
Pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan oleh sektor industri
198.00
50
19
38.00
Persen
Dilihat dari aspek pencapaian target, dibandingkan dengan tahun 2010, untuk indikator jumlah hasil penelitian
dan pengembangan
teknologi industri terapan inovatif mengalami peningkatan menjadi sebesar
74,40
persen.
Namun
untuk
indikator
pemanfaatan
hasil
penelitian semakin menurun. Secara umum terjadi peningkatan realisasi jumlah Hasil Penelitian dan Pengembangan Teknologi Industri Terapan Inovatif dari tahun 2010 sejumlah 157 penelitian menjadi 186 penelitian pada tahun 2011 atau peningkatan sebesar 8,45 persen. Menurut hasil evaluasi terhadap penelitian dan pengembangan teknologi Industri TA. 2010 dan hasil analisis riset desain penelitian TA. 2011 dalam kegiatan Monitoring dan Evaluasi Program BPKIMI TA 2010 tanggal 5-7 Desember 2010 di Bandung dinyatakan bahwa banyak penelitian yang bersifat akademis, kurang relevan, merupakan pengulangan dari penelitian sebelumnya, tidak layak ditulis secara ilmiah, tidak didukung oleh literatur yang memadai, status penelitian tidak jelas sehingga hasilnya sulit untuk diterapkan pada industri. Oleh sebab itu, para peneliti Balai Besar dan Baristand Industri pada awal Tahun Anggaran 2011 banyak melakukan perubahan pada riset desain penelitiannya untuk menindaklanjuti rekomendasi Tim evaluator tersebut.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
68
Menurut hasil evaluasi terhadap penelitian dan pengembangan teknologi industri
tahun 2011 Balai Besar dan Baristand masih banyak
penelitiannya yang harus ditingkatkan kualitasnya, dan diharapkan dari mulai apliklatif sampai dengan skala teknoekonomi dapat memenuhi kebutuhan teknologi dunia usaha sehingga mampu mendorong daya saing sektor industri. Khusus untuk Baristand Industri dalam menyusun program agar supaya memperhatikan potensi daerahnya masingmasing. Sedangkan nilai capaian indikator pemanfaatan hasil penelitian, pada tahun 2011 TAPKIN BPKIMI ditargetkan 50 hasil penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan oleh sektor industri. Hingga akhir tahun 2011 BPKIMI telah menghasilkan 25 penelitian dan pengembangan yang telah dimanfaatkan oleh sektor industri terdiri dari: a. Teknologi Proses Produksi untuk Peningkatan Kualitas Samak Bulu dan Penyusunan Lay Out Mesin dan Peralatan untuk produk kulit di UD Putra Sudianto Leather, Yogjakarta; b. Pengembangan dan penerapan CRB menggunakan PCMs untuk mempertahankan kesegaran produk di PT. Istana Cipta Sembada; c. Desain Tungku Pembakaran dan Penyusunan Lay Out Mesin dan Peralatan untuk produk keramik hias di PT. Burat Kriasta, Jogjakarta dan UD Kinasih Keramik, Probolinggo, Jatim; d. Desain Unit Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) untuk produk kerajinan bulu mata palsu di PT. Cosmoprof Indokarya, Banjarnegara; e. Perancangan dan pembuatan alat bantu Rotary Table Mesin CNC 4 Axis untuk produk komponen dan peralatan teknis di CV. Intech Manufaktur; f. Desain kemasan dan perbaikan proses pengolahan dodol lidah buaya di Perusahaan Dodol Lidah Buaya Pelabour; g. Aplikasi Asap Cair Sebagai Pengawet Ikan Segar Hasil Tangkap Laut (Pengganti Es Balok) dan Pengawet Ikan Asin (Pengganti Insektisida) Dalam Proses Pengeringan di PT Global Deoroub Industry; h. Teknologi Pembuatan Nata de Coco di PT Sumber Berkat Prima; i. Teknologi Crusible berbasis alumina di Batan, Serpong; j. Aplikasi di PT KAI; Aplikasi di PT. Sigma; Aplikasi di PT. Indosemen Palimanan; Aplikasi di PT. Phosproc, PT. Wijaya Karya, PT. BASF; k. Aplikasi di CV. Sentosa Electric; Aplikasi di PT. Hikari;
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
69
l. Aplikasi di PT. Jaya Makmur Abadi (Sukabumi) m. Teknologi Pembuatan Roda Kereta Api di PT Karya Deli Steelindo; n. Inkubator Bisnis Pengembangan kemampuan Industri Pembuat Mould di CV. Doea Daya Cemerlang; o. Teknologi penyamakan kulit untuk IKM di D.I Yogyakarta, Kab. Garut dan Kab. Batang; Teknologi pembuatan alas kaki untuk IKM di D.I Yogyakarta; Teknologi Pembatikan Pada Tempurung Kelapa di IKM Nastiti; Teknologi pengolahan jahe " Merah Cut TI " di Desa Lampulo, Kota Banda Aceh; p. Aplikasi teknologi pengolahan garam di Kelompok Patani Garam pada Desa Lam Ujong, Kecamatan Baitussalam Aceh Besar, Prov. Aceh; Aplikasi teknologi pengolahan Has I Super Ganefo di Nagari VII Koto Talago, Kab. 50 Kota; Aplikasi teknologi pengolahan makanan “Dakakdakak”di Industri Ninun, Padang. Pemanfaatan Hasil Penelitian dan Pengembangan oleh Sektor Industri sebesar 25 (dua puluh lima) penelitian atau sebesar 50,00 persen, tidak mencapai target yang ditetapkan sebesar 50 (lima puluh) penelitian disebabkan antara lain: a. Beberapa
hasil
litbang
masih
dalam
proses
sosialisasi
kepada
masyarakat industri, sehingga belum ada industri/ perusahaan yang mengaplikasikan litbang tersebut; b. Beberapa hasil litbang masih memerlukan penelitian pengembangan, analisa kelayakan industri, dan kajian teknis bagaimana proses produksi
secara
massal
dilaksanakan
di
pabrik/perusahaan
pendukung; c. Beberapa
hasil
litbang
belum
membuat
MoU
dalam
proses
pengembangan penelitian ke tahap berikutnya; d. Beberapa
hasil
mengalami
litbang
kesulitan
dalam
untuk
tahap
implementasi
mendapatkan
bahan
di baku
industri yang
dibutuhkan sehingga hasil litbangnya belum dapat diterapkan. Menurut hasil evaluasi terhadap pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan TA. 2011 Balai Besar dan Baristand Industri telah cukup proaktif melakukan pendekatan pada dunia industri seperti yang disarankan Tim Evaluator pada Konsinyering Monev 2010. Pemanfaatan hasil
penelitian
dan
pengembangan
oleh
sektor
industri
sangat
bergantung pada kualitas hasil penelitian dan pengembangan yang
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
70
dilakukan Balai Besar dan Baristand Industri. Sehingga penelitian dan pengembangan didorong untuk lebih aplikatif sampai dengan skala teknoekonomi agar dapat memenuhi kebutuhan teknologi dunia usaha sehingga industri tertarik untuk memanfaatkan hasil penelitian dan pengembangan Balai Besar dan Baristand Industri.
5. Kuat, Lengkap dan
Struktur industri dimaksud adalah perimbangan
Dalamnya Struktur
antara
industri
hulu
dan
industri.
Sasaran
Industri
strategis ini akan dicapai melalui indikator kinerja utama:
a. Tumbuhnya industri dasar hulu (Logam dan Kimia). b. Tumbuhnya industri komponen automotive, elektronika dan permesinan. Tumbuhnya industri dasar hulu (Logam dan Kimia), diukur melalui perbandingan nilai industri dasar hulu (Logam dan Kimia) tahun 2010 dengan tahun 2009 dengan target 3,40 persen. Tumbuhnya industri komponen automotive, elektronika dan permesinan, diukur
melalui
perbandingan
nilai
industri
komponen
automotive,
elektronika dan permesinan tahun 2010 dengan data tahun 2009 dengan target 6,40 persen. Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat dilihat pada tabel 3.12. Tabel. 3.12 Capaian IKU dari Tingginya Kemampuan Inovasi dan Penguasaan Teknologi Industri Sasaran Strategis Kuat, Lengkap dan Dalamnya Struktur Industri
2010
2011
IKU Tumbuhnya Industri Dasar Hulu (Logam dan Kimia) Tumbuhnya Industri Komponen automotive, elektronika dan permesinan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Satuan Capaian
Target
Realisasi
Capaian
136.00
3.40
13.06
384.12
Persen
76.25
6.40
7.00
109.38
Persen
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
71
Dilihat dari aspek pencapaian target, dibandingkan dengan tahun 2010, untuk kedua indikator mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Nilai capaian kuat, lengkap dan dalamnya struktur industri yang melebihi 100.00 persen merupakan merupakan salah satu dampak dari sejumlah sasaran yang telah dicapai oleh Kementerian Perindustrian melalui kinerjanya di tahun 2010 dan tahun 2011. Kuat, lengkap dan dalamnya struktur industri merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam pengembangan suatu industri. Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan pertumbuhan investasi di industri hulu dan antara guna menumbuhkan industri-industri baru yang dapat memperkuat dan memperlengkap struktur industri yang telah ada. Sehingga salah satu upaya yang dilakukan guna mencapai sasaran tersebut antara lain telah dilakukan revitalisasi Sentra IKM Logam dan Elektronika yang mencakup: Pelatihan ISO 9000 bagi IKM Logam, fasilitasi Penerapan ISO 9000 pada 7 (tujuh) IKM Logam dan Elektronika, bimbingan Penerapan Produksi Bersih/Kaizen pada 6 (enam) IKM Logam dan Elektronika, fasilitasi Penerapan SNI pada 3 (tiga) IKM Logam dan Elektronika, Pelatihan Pengelasan dan Pembuatan Kapal Rakyat Modern serta partisipasi Pameran IKM Logam dan Elektronika.
6. Tersebarnya
Sasaran
ini
adalah
sasaran
yang
menunjukkan
Pembangunan
seberapa besar peranan sektor industri pengolahan
Industri
buka migas dalam penyebaran industri. Sasaran strategis ini akan dicapai melalui indikator kinerja
utama: a. Persentase peranan sektor industri di luar Pulau Jawa. b. Jumlah investasi cabang industri yang banyak menyerap tenaga kerja. Persentase peranan sektor industri di luar Pulau Jawa, diukur melalui penghitungan perbandingan PDRB sektor industri di luar Pulau Jawa terhadap PDRB total di luar Pulau Jawa dengan target 30 persen. Jumlah investasi cabang industri yang menyerap banyak tenaga kerja, diukur melalui penghitungan nilai investasi baik PMA maupun PMDN pada sektor yang menyerap banyak tenaga kerja dengan target Rp. 38,877.82.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
72
Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat dilihat pada tabel 3.13. Tabel. 3.13 Capaian IKU dari Tersebarnya Pembangunan Industri Sasaran Strategis
Tersebarnya Pembangunan Industri
2010
2011
IKU
Persentase peranan sektor industri di luar Pulau Jawa Jumlah investasi cabang industri yang banyak menyerap tenaga kerja
Satuan Capaian
Target
Realisasi
Capaian
-
30
24
80.00
Persen
85.60
38.877,82
25,991.50
66.85
Persen
Dilihat dari aspek pencapaian target, dibandingkan dengan tahun 2010, untuk kedua indikator persentase peranan sektor industri di luar Pulau Jawa belum bisa diperbandingkan karena untuk tahun 2010 belum diukur. Nilai capaian tersebarnya pembangunan industri ini merupakan dampak dari sejumlah sasaran yang telah dicapai oleh Kementerian Perindustrian melalui kinerjanya di tahun 2010 dan tahun 2011. Diantaranya adalah perumusan dan pelaksanaan kebijakan pengembangan kompetensi inti industri daerah (KIID) dan industri unggulan provinsi, pengembangan pusat-pusat pertumbuhan industri di daerah, pengembangan kawasan industri. Untuk mendorong peningkatan dan perluasan investasi dilakukan upaya promosi dan fasilitasi kerjasama dalam menarik investasi. Pencapaian sasaran ini didukung juga oleh upaya Pengembangan KEK, melalui kajian renstra KEK, penyusunan masterplan KEK, serta studi kelayakan ekonomi dan finansial KEK; pengembangan Sistem Informasi Peluang Potensi Sumber Daya Perwilayahan Industri, dengan adanya rekomendasi konsep
pengembangan
sistem
informasi;
serta
Pembentukan
Sekretariat Tim Nasional Kawasan Industri.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
73
7. Meningkatnya industri
peran
kecil
menengah
Sasaran ini adalah sasaran yang menunjukkan seberapa besar peranan industri
dan
menengah
terhadap
terhadap
PDB
kecil industri
dan secara
nasional serta penyebaran IKM. Sasaran strategis
PDB
ini akan dicapai melalui indikator kinerja utama: a. Meningkatnya kontribusi PDB IKM terhadap PDB Industri. b. Meningkatnya penyebaran IKM Jawa dan luar Jawa. Meningkatnya kontribusi PDB IKM terhadap PDB industri, diukur melalui penghitungan perbandingan PDB IKM terhadap PDB industri total secara nasional dengan target 30 persen. Meningkatnya penyebaran IKM Jawa dan Luar Jawa, diukur melalui penghitungan rasio jumlah IKM yang berada di Jawa dibanding dengan IKM di luar Pulau Jawa dengan target 65 : 35. Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat dilihat pada tabel 3.14. Tabel. 3.14 Capaian IKU dari Meningkatnya Peran Industri Kecil dan Menengah terhadap PDB Sasaran Strategis Meningkatnya Peran Industri Kecil dan Menengah terhadap PDB
2010
2011
IKU Meningkatnya kontribusi PDB IKM terhadap PDB Industri Meningkatnya penyebaran IKM Jawa dan luar Jawa
Satuan Capaian
Target
Realisasi
Capaian
32.49
33.47
33.57
100.30
Persen
66.95: 33.05
65:35
65.22 : 34.78
99.04
Persen
Dilihat dari aspek pencapaian target, dibandingkan dengan tahun 2010 indikator ini mengalami peningkatan. Peningkatan capaian sasaran ini merupakan dampak pelaksanaan Kebijakan pengembangan industri kecil dan menengah diarahkan untuk memperkuat daya saing produk IKM di pasar global serta untuk menyebarkan kegiatan industri di berbagai daerah secara merata. Untuk melaksanakan kebijakan tersebut, telah dilakukan strategi pelaksanaannya melalui : 1. Pembinaan IKM melalui pendekatan klaster
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
74
2. Pembinaan IKM melalui pendekatan OVOP 3. Pengembangan Kewirausahaan 4. Restrukturisasi mesin peralatan TPT dan KPK IKM Dari aspek kewirausahaan, karena adanya ketidakseimbangan pertumbuhan,
Ditjen
IKM
memperoleh
mandat
untuk
dapat
menumbuhkan dan menyebarkan industri ke seluruh daerah utamanya wilayah Barat dan Timur. Oleh karenanya, pembinaan dari masing-masing Direktorat di lingkungan Ditjen IKM memiliki fokus sebagai berikut : a. Wilayah
Barat
(Sumatera
dan
Kalimantan)
difokuskan
kepada
pengembangan kewirausahaan b. Wilayah
Tengah
(Jawa
dan
Bali)
difokuskan
kepada
upaya
peningkatan nilai tambah c. Wilayah
Timur
(Sulawesi,
Nusa
Tenggara,
Maluku
dan
Papua)
difokuskan kepada upaya pengembangan kewirausahaan.
Perspektif Pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi (TUPOKSI)
Pengukuran kinerja sasaran strategis perspektif Tupoksi mempunyai 13 (tiga belas) sasaran strategis dengan 25 indikator kinerja utama, yaitu: Sasaran ini mencakup jumlah kebijakan industri
1. Mempersiapkan dan/atau menetapkan kebijakan
produk
hukum industri
yang dihasilkan Kementerian Perindustrian untuk tujuan keberhasilan tugas kementerian. Sasaran strategis
ini
akan
dicapai
melalui
indikator
kinerja utama:
a. Konsep kebijakan dan produk hukum (RUU, RPP, R. Perpres/R.Keppres). b. Kebijakan dan produk hukum yang ditetapkan Menteri. Konsep kebijakan dan produk hukum (RUU, RPP, R. Perpres/R.Keppres), diukur dengan menghitung jumlah konsep kebijakan dan produk hukum yang direncanakan akan dikeluarkan dalam bentuk Rancangan UU, Rancangan PP dan lainnya dengan target 9 (sembilan) konsep selama 5 (lima) tahun.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
75
Kebijakan dan produk hukum yang ditetapkan Menteri, diukur dengan menghitung jumlah penyiapan kebijakan dan telah disyahkan sebagai produk Hukum untuk pengaturan pelaksanaan tugas setiap sektor dengan target 40 peraturan. Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat dilihat pada tabel 3.15. Tabel. 3.15 Capaian IKU dari Mempersiapkan dan/atau menetapkan kebijakan produk hukum industri 2010 Sasaran Strategis Mempersiapkan dan/atau menetapkan kebijakan produk hukum industri
Dilihat
2011
IKU Konsep kebijakan dan produk hukum (RUU, RPP, R.Perpres/ R.Keppres) Kebijakan dan produk hukum yang ditetapkan Menteri
Satuan Capaian
Target
Realisasi
Capaian
250
1
1
100.00
Persen
130
50
85
170.00
Persen
dari aspek pencapaian target, dibandingkan dengan
pencapaian tahun 2010, indikator sasaran ini sama-sama dapat mencapai target bahkan melebihi target. Capaian ini merupakan dampak dari pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Sekretariat Jenderal yaitu peningkatan koordinasi penyusunan rancangan
peraturan
perundang-undangan
bidang
industri
yang
menerbitkan sejumlah 85 peraturan dari 50 peraturan yang ditargetkan. Selain ini juga dilakukan kajian hukum melalui evaluasi PeraturanMenteri Perindustrian
Nomor
250/M/SK/10/1994
tentang
Pedoman
Teknis
Penyusunan Pengendalian Dampak Terhadap Lingkungan Hidup pada sektor Industri dan revisi Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 49/MIND/PER/5/2009 tentang Pedoman Penggunaan Produk Dalam Negeri dalam Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah. Kinerja lain yang terkait dengan sasaran ini adalah telah dilakukan advokasi permasalahan hukum sebanyak 7 (tujuh) perkara, yaitu pengadaan barang/jasa seperti di ATK Yogyakarta, permasalahan sertifikasi SNI palsu oleh instansi swasta dan lain-lain.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
76
2. Menetapkan rencana strategis dan/atau pengembangan industri prioritas dan industri andalan masa depan
Sasaran
ini
merupakan
bagian
dari
saran
pencapaian visi tahun 2010-2014 yaitu kokohnya basis industri manufaktur dan industri andalan masa
depan
menjadi
tulang
punggung
perekonomian nasional. Sasaran strategis ini akan dicapai melalui indikator kinerja utama:
Rencana Strategis 2010 -2014 dan Rencana Kerja. Rencana Strategis 2010 -2014 dan Rencana Kerja, diukur
dengan
terselesaikannya rencana strategis dan rencana kerja per-tahun di tiap sektor industri (terselesaikan hingga 100 %) dengan target 1 paket. Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat dilihat pada tabel 3.16. Tabel. 3.16 Capaian IKU dari Menetapkan rencana strategis dan/atau pengembangan industri prioritas dan industri andalan masa depan. 2010 Sasaran Strategis Menetapkan rencana strategis dan/atau pengembangan industri prioritas dan industri andalan masa depan
2011
IKU
Satuan
Rencana Strategis 2010 2014 dan Rencana Kerja
Capaian
Target
Realisasi
Capaian
100.00
1
1
100.00
Persen
Dilihat dari aspek pencapaian target, dibandingkan dengan pencapaian tahun 2010, indikator sasaran ini sama-sama dapat mencapai target bahkan melebihi target. Capaian target sasaran ini, untuk tahun 2011 hanya pada pencapaian target penyusunan Rencana Kerja, karena untuk target penyusunan Rencana Strategi merupakan agenda 5 (lima) tahunan.
Nilai
capaian
menetapkan
rencana
pengembangan industri prioritas dan industri
strategis
dan/atau
andalan masa depan
mencapai 100 persen.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
77
3. Menetapkan Peta Panduan Pengembangan Industri
Sasaran
ini
mencakup
perumusan
kebijakan
dilakukan dengan menetapkan peta panduan pengembangan industri dengan cara membuat peta tentang kondisi dan situasi industri nasional
sebagai panduan untuk pengembangan selanjutnya. Sasaran strategis ini akan dicapai melalui indikator kinerja utama: a. Peta panduan industri unggulan provinsi. b. Peta panduan kompetensi inti industri Kabupaten/Kota Peta panduan industri unggulan provinsi, diukur dengan tersedianya peta panduan industri unggulan di provinsi (jumlah peta yang dihitung berdasarkan jumlah provinsi yang sudah terselesaikan peta industrinya) dengan target 15 propinsi pada tahun 2011. Peta panduan kompetensi inti industri Kabupaten/Kota, diukur dengan adalah tersedianya peta panduan industri unggulan di setiap kabupaten dalam provinsi (jumlah peta yang dihitung berdasarkan jumlah kabupaten yang sudah terselesaikan peta industrinya) dengan target 40 kab/kota pada tahun 2011. Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat dilihat pada tabel 3.17. Tabel. 3.17 Capaian IKU dari Menetapkan Peta Panduan Pengembangan Industri 2010 Sasaran Strategis Menetapkan Peta Panduan Pengembangan Industri
2011
IKU
Satuan Capaian
Target
Realisasi
Capaian
Peta panduan industri unggulan provinsi
120.00
15
8
53.33
Persen
Peta panduan kompetensi inti industri Kabupaten/Kota
100.00
40
58
145.00
Persen
Dilihat dari aspek pencapaian target, dibandingkan dengan pencapaian tahun 2010, indikator sasaran penetapan peta panduan industri unggulan propinsi mengalami penurunan, yang semula pada tahun 2010 mencapai target, namun pada tahun 2011 tidak dapat mencapa target. Sedangkan untuk indikator penetapan kompetensi inti
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
78
industri daerah justru mengalami peningkatan pencapaian bahkan mampu melampaui target. Rendahnya nilai capaian indikator sasaran penetapan industri unggulan propinsi ini disebabkan oleh lemahnya implementasi IUP di daerah, terutama terkait masalah sebagai berikut : Kurangnya sosialisasi kepada pemerintah daerah tentang IUP; Penataan skema pendanaan dan penganggaran (budgetting) dalam mengimplementasikan KIID dan IUP yang belum jelas, baik di daerah itu sendiri (APBD) maupun di pusat (Dekonsentrasi, Tugas Pembantuan, DAK). Jumlah kabupaten / kota yang telah mengimplementasikan KIID sebanyak 9 kabupaten / kota yaitu Kabupaten Dairi, Kabupaten Katingan, Kabupaten Padang Pariaman, Kota Cimahi, Kabupaten Cilacap, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Morowali, Kabupaten Maluku Tenggara, dan Kabupaten Sumba Timur; sedangkan jumlah provinsi yang telah mengimplementasikan IUP sebanyak 8 provinsi yaitu Provinsi Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Papua.
4. Mengusulkan insentif yang mendukung pengembangan industri
Sasaran ini merupakan bentuk pelaksanaan tugas pokok
yaitu
perumusan
kebijakan
dilakukan
dengan mengusulkan insentif yang mendukung
pengembangan industri dengan cara membuat usulan dalam bentuk insentif yang dibuat guna mendukung pengembangan industri di masa yang akan datang. Sasaran strategis ini akan dicapai melalui indikator kinerja utama: a. Rekomendasi usulan insentif. b. Perusahaan industri yang memperoleh insentif. Rekomendasi usulan insentif, diukur dengan penghitungan jumlah usulan insentif per kelompok industri yang disetujui per-tahunnya dengan target 10 jenis usulan. Perusahaan
industri
yang
memperoleh
insentif,
diukur
dengan
penghitungan jumlah perusahaan yang mendapat insentif atas fasilitasi dari Kementerian Perindustrian dengan target 300 perusahaan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
79
Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat dilihat pada tabel 3.18. Tabel. 3.18 Capaian IKU dari Mengusulkan Insentif yang Mendukung Pengembangan Industri 2010 Sasaran Strategis Menetapkan Peta Panduan Pengembangan Industri
2011
IKU
Satuan Capaian
Target
Realisasi
Capaian
Rekomendasi usulan insentif
140.00
10
23
230.00
Persen
Perusahaan industri yang memperoleh insentif
30.67
300
329
109.67
Persen
Dilihat dari aspek pencapaian target, dibandingkan dengan pencapaian tahun 2010, indikator sasaran ini mengalami peningkatan sangat signifikan dan melampaui target. Capaian rekomendasi usulan insentif bagi sektor industri pada tahun 2011 sebesar 18 (delapan belas) sektor industri, antara lain: industri alat berat, industri PLTU, industri komponen kendaraan bermotor, industri elektronika, industri peralatan telekomunikasi, industri kabel serat optik, industri perkapalan, industri toner, industri kereta, industri methyltin mercaptide, industri sorbitol, industri kemasan dan karung plastik, industri karpet, industri HRC<2mm, industri balpoint, industri kawat ban(steel cord), industri resin, industri susu. Bila dibandingkan pada tahun 2010 capaian rekomendasi usulan insentif bagi sektor industri hanya sebesar 10 (sepuluh) sektor industri sehingga terjadi peningkatan capaian pada tahun 2011 sebesar 180 persen atau sebesar 18 (delapan belas) sektor industri. Peningkatan ini terjadi
sebagai
salah
satu
bentuk
kebijakan
pemerintah
untuk
meningkatkan daya saing industri dalam hal mengurangi beban bea masuk untuk bahan baku/bahan penolong/komponen yang diperlukan bagi industri melalui pemberian bea masuk ditanggung pemerintah (BMDTP).
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
80
5. Mengembangkan R & D di Instansi dan industri
Sasaran ini merupakan bentuk pelaksanaan tugas
pokok
dilakukan
yaitu
pelayanan
dan
fasilitasi
dengan mengembangkan R & D di
instansi dan industri dalam bentuk riset dan pengembangan industri sesuai dengan bidangnya. Sasaran strategis ini akan dicapai melalui indikator kinerja utama: Kerjasama R&D instansi dengan industri. Kerjasama R&D instansi dengan industri, diukur dengan penghitungan jumlah MOU untuk kerjasama yang difasilitasi oleh sektor industri atau yang dilakukan oleh BPPI dengan target 18 kerjasama. Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat dilihat pada tabel 3.19. Tabel. 3.19 Capaian IKU dari Mengembangkan R & D di Instansi dan Industri 2010 Sasaran Strategis Mengembangkan kerjasama R&D instansi dan industri
2011
IKU
Kerjasama R&D instansi dan industri
Satuan Capaian
Target
Realisasi
Capaian
100.00
18
54
300.00
Persen
Dilihat dari aspek pencapaian target, dibandingkan dengan pencapaian tahun 2010, indikator sasaran ini mengalami peningkatan sangat signifikan dan melampaui target. Pada tahun anggaran 2011 jumlah MoU dengan lembaga litbang/instansi/industri adalah 53 (lima puluh tiga) dengan rincian sebagai berikut : 1)
Peningkatan mutu kosmetik dari turunan kelapa sawit dengan lemak padat nano partikel/solid lipid nano particle (sumber dana : kerjasama BBKK – Puskajitek)
2)
Kerjasama penelitian Economic bioprocess development for the mass production of a high valued and functional cosmetic biopolymer by liquid fermentation using palm kernel cake as a fermentation media (Kerjasama BBKK – Korea Institute of Industrial Technology)
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
81
3)
Pilot project sistem distribusi Cold Roll Box (CRB) menggunakan PCMs untuk mempertahankan kesegaran produk makanan berbasis agro dan hasil pertanian (sumber dana : kerjasama BBKK – Puskajitek)
4)
Pilot project pembuatan plastik biodegradable dengan master batch polimer nano komposit untuk kemasan makanan (sumber dana : kerjasama BBKK – Puskajitek)
5)
Kerjasama penelitian Establishment of consortium and manufacturing process of Cold Roll Box (CRB) type smart cold supply system using low temperature thermal storage technology in Indonesia (Kerjasama BBKK – Korea Institute of Industrial Technology )
6)
Aplikasi nano komposit berbasis Titania (TiO2)-Zeolit untuk limbah industri te
7)
Aplikasi Asap Cair Sebagai Pengawet Ikan Segar Hasil Tangkap Laut (Pengganti Es Balok) Dan Pengawet Ikan Asin (Pengganti Insektisida) Dalam Proses Pengeringan)- PT. Global Deoroub Industry;
8)
Teknologi Pembuatan Nata de Coco, PT. Sumber Berkat Prima;
9)
Development of syngas production system with Indonesian biomass, KITECH Korea;
10) Penelitian Pembuatan Kain Rajut, UKMSarfudin; 11) Kajian Konservasi Energi, PT Sipatex Putri Lestari; 12) Kajian Konservasi Energi, PT Kusumahadi Santosa; 13) Kajian Konservasi Energi, PT ATEJA; 14) Kajian Konservasi Energi, PT HIMALAYA TUNAS TEXINDO; 15) Kajian Feasibility Study pada pengembangan PK Rosella Baru Surabaya, PK Rosella Baru PTPN XI Surabaya; 16) Pengujian Kain Rajut untuk pakaian renang dan cara uji kemampuan listrik statis pada kain tenun dan kain rajut untuk pembuatan standard,CV Miftahur Rizki; 17) Aplikasi Komposit Resin Epoksi dan Serat Gelas untuk Perbaikan Kerusakan Beton, PT GWS; 18) Bahan dan pengujian terhadap mutu prototype,PT. Hikari; 19) R&D dari penyediaan bahan baku,PT. Sentosa Electric; 20) Effect of Sapri, AVCell, AVN, Domsjo dissolving pulps on Viscose and Rayon making,PT. Indo Bharat 21) Penelitian Pengaruh Digester Additive terhadap Bilangan Kappa dan Derajat Putih Pulp, PT. Amazon Papyrus Chemicals;
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
82
22) The Influence of Additives on Acacia and MHW pulp qulity resulted from Oxygen Delignification, PT. Buckman Asia Pacific; 23) Penentuan
Toksisitas
Akut
(LD-50)
Sheet
Corrugated
PT.
Pura
Barutama Pratama terhadap Hewan Uji Tikus Sprague-Dawley), PT. Pura Barutama Pratama 24) Pembuatan Dissolving Pulp dari Kayu Eucalyptus, PT. Medco Cellulose; 25) Penelitian Pengaruh Digester Additive terhadap Bilangan Kappa dan Derajat Putih Pulp), PT. Amazon Papyrus Chemicals; 26) Kajian dan Implementasi Konservasi Energi dan Pengurangan Emisi IPK,Catur Bina Guna; 27) Penelitian Pembuatan Rayon Konduktif dengan Penambahan CNT. tanpa Aktivasi, P2F, LIPI; 28) Penelitian Rayon Konduktif dengan CNT. Aktivasi, P2F, LIPI; 29) Pengaruh aditif terhadap kualitas pulp hasil delignifikasi oksigen dan ekstraksi oksigen, PT.Buckman Asia Pasific 30) Aplikasi Dry Strength, Puji Lestari Purnama; 31) The Application of Enzymes on Starch, PT. Indozyme; 32) Penelitian Pembuatan Serat Rayon dengan Penambahan CNT (Carbon Nano Tube) pada Proses pelarutan Viscose, LIPI; 33) Producing Carboxymethylceelulose (CMC) from Kenaf Dissolving Pulp,FRIM ; 34) Karakterisasi Morfologi Serpih Kayu dan Serat Pulp,Tanjung Enim Lestari; 35) Penelitian Pembuatan Pulp Kayu Eucalyptus, PT. Medco Cellulose; 36) Aplikasi Hoffman chemical pada pembuatan kertas, Tri Domain Chemical; 37) Deinking Test dari ONP dan OMG,Nopco Paper Technology ; 38) Penelitian Pembuatan Pulp dan Kertas dari Bahan Baku Kayu, Wana Subur Lestari; 39) Aplikasi Cationizer MEC - Super pada pembuatan Kertas, PT. Mulia Makmur; 40) Penelitian Pembuatan Serat Rayon dari Nata de Coco, LIPI; 41) Survey, Identifikasi, dan Verifikasi Emisi Gas Rumah Kaca di Industri Pulp & kertas Indonesia, Surveyor Indonesia; 42) Effect of Dissolving Pulp Rayon Variation and Viscose Making Condition on Rayon Quality, PT. Indo Bharat Rayon;
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
83
43) Penguatan Struktur Industri - Pembuatan Produk Komponen Pabrik Foundry dan Penelitian Terapan Penguatan Struktur Industri, BBLM(MAVERIC); 44) Penguatan Struktur IndustriPembuatan Produk Komponen Pabrik Foundry dan Penelitian Terapan , BBLM-PT. Sigma Mitra Sejati; 45) Pengembangan kekuatan Industri Pembuat
ALUTISTA, BBLM-PT.
Wotan; 46) Pengembangan Bersama Pembuatan mesin Pakan Ikan, BBLM-ITB; 47) Ilmu sains dan Teknologi material, BBLM- Institut Ilmu Sains Material Korea; 48) Incubator Bisnis Pengembangan kemampuan Industri Pembuat Mould, BBLM- CV. Doea Daya Cemerlang; 49) Pembuatan Roda Kereta Api, BBLM-PT Karya Deli Steelindo; 50) Pengembangan Wood Vinegar dari Limbah Kelapa Sawit sebagai Antiseptik Pembersih Tangan, BBKK-Baristand Industri Samarinda; 51) Teknologi Proses Pengolahan dan Pengemasan Terhadap Daya Tahan Simpan Ikan Kendia, BBKK-Baristand Industri Samarinda; 52) Pemanfaatan Limbah Tandan Kosong Sawit dan Cangkang Sawit Sebagai
Bahan
Baku
Bio
Pellet
Produk
Energi,
Universitas
Mulawarman; 53) Rekayasa Alat Pasca Panen Rumput Laut, Pengumpul Rumput Laut Bontang Kuala. Namun, bila merujuk pada IKU Kementerian Perindustrian yaitu capaian Kerjasama R & D di instansi dan industri sebesar 54 (lima puluh empat) penelitian atau sebesar 300,00 persen dari target 16 kerjasama. Bila dibandingkan dengan capaian Kerjasama R & D di instansi dan industri tahun 2010 sebesar 18 kerja sama, maka capaian kerja sama di tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 54 kerja sama atau sebesar 300 persen.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
84
6. Memfasilitasi penerapan, pengembangan dan penggunaan kekayaan intelektual
Sasaran ini merupakan bentuk pelaksanaan tugas pokok pelayanan dan fasilitasi dilakukan dengan memfasilitasi penerapan, pengembangan dan penggunaan kekayaan intelektual dengan cara
penyediaan dukungan untuk menghargai kekayaan intelektual dalam lingkup industri. Sasaran strategis ini akan dicapai melalui indikator kinerja utama: a. Perusahaan yang mendapatkan HKI. b. Produk HKI yang dikomersialkan (Paten). Perusahaan yang mendapatkan HKI, diukur dengan penghitungan jumlah perusahaan yang sudah mendapat sertifikasi HKI dengan target 220 perusahaan. Produk HKI yang dikomersialkan (Paten), diukur dengan penghitungan adalah jumlah produk industri yang sudah dipatenkan sebagai produk nasional dengan target 10 produk. Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat dilihat pada tabel 3.20. Tabel. 3.20 Capaian
IKU
dari
Memfasilitasi
Penerapan,
Pengembangan
dan
Penggunaan Kekayaan Intelektual 2010 Sasaran Strategis
Memfasilitasi penerapan, pengembangan
2011
IKU
Satuan Capaian
Target
Realisasi
Capaian
Perusahaan yang mendapatkan HKI
94.09
220
258
117.27
Persen
Produk HKI yang dikomersialkan (Paten)
60.00
10
27
270.00
Persen
dan penggunaan kekayaan intelektual
Dilihat dari aspek pencapaian target, dibandingkan dengan pencapaian tahun 2010, indikator sasaran ini mengalami peningkatan sangat signifikan dan melampaui target.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
85
Bantuan pendaftaran HKI merupakan tindak lanjut dari kegiatan Bimbingan Penerapan HKI dalam memfasilitasi pengusaha yang ingin melakukan pendaftaran HKI di Ditjen HKI. Pendaftaran HKI merupakan salah satu cara pemilik hak dalam memperoleh perlindungan Hukum di bidang Hak Kekayaan Intelektual, hal dikarenakan Hak Kekayaan Intelektual merupakan hasil buah pikir dari ide/gagasan manusia yang memiliki nilai ekonomis sehingga dirasa perlu mendapatkan perlindungan hukum agar kepentingan si pemilik hak tetap terlindungi.
Dalam
pelaksanaan kegiatan realisasi capaian untuk setiap target adalah sebagai berikut: Pendaftaran Merek sebanyak 228 Merek, Pendaftaran Desain Industri sebanyak 4 Desain Industri, Hak Cipta sebanyak 26 Hak Cipta. Hambatan dan kendala yang dihadapi, antara lain: belum maksimalnya sosialisasi HKI di daerah-daerah, sehingga mereka tidak mengetahui
adanya
keberadaan
bantuan
pendaftaran
HKI
di
Kementerian Perindustrian, proses sertifikasi membutuhkan waktu yang cukup lama, tidak ada kepastian besarnya biaya pendaftaran dan sistem pembayaran untuk biaya pendaftaran HKI, masih rendahnya Kesadaran masyarakat tentang pentingnya HAKI, pendaftaran HAKI tidak boleh dilakukan secara kelompok atau oleh pemerintah, pendaftaran bagi satu hak berlaku untuk satu pemilik hak, kekhawatiran dari pelaku untuk mendaftarkan desainnya setelah didaftar, barang tidak laku atau desainnya sudah didaftarkan oleh pihak lain namun biaya administrasi tidak bisa ditarik kembali, serta kurangnya peran dan koordinasi tenaga personil HKI dengan pengusaha.
7. Memfasilitasi pengembangan industri
Sasaran ini merupakan bentuk pelaksanaan tugas pokok pelayanan dan fasilitasi dilakukan dengan dengan
memfasilitasi
pengembangan
industri
dengan cara fasilitasi untuk tujuan pengembangan industri dalam berbagai hal yang mendukung seperti akses kepada sumber bahan baku, sumber modal dan lainnya. Sasaran strategis ini akan dicapai melalui indikator kinerja utama: a. Tingkat utilisasi kapasitas produksi. b. Perusahaan yang mendapat akses ke sumber pembiayaan. c. Perusahaan yang mendapat akses ke sumber bahan baku. d. Perjanjian kerjasama Internasional.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
86
Tingkat utilisasi kapasitas produksi, diukur dengan penghitungan besar persentase penggunaan kapasitas terpasang dalam industri masing-masing (sesuai dengan jenis industrinya) dengan target sebesar 80 persen. Perusahaan yang mendapatkan akses ke sumber pembiayaan, diukur dengan penghitungan jumlah fasilitasi yang dilakukan setiap sektor untuk membantu industri mendapat akses dan bantuan lainnya ke sumber pembiayaan dengan target 600 perusahaan pada tahun 2011. Perusahaan yang mendapatkan akses ke sumber bahan baku, diukur dengan penghitungan jumlah perusahaan yang berhasil mendapat fasilitasi jaminan pasokan
bahan baku atas fasilitasi yang dilakukan oleh masing-
masing level organisasi dengan target 40 perusahaan pada tahun 2011. Perjanjian kerjasama internasional, diukur dengan penghitungan jumlah kerjasama yang sudah dilaksanakan dalam bentuk
project kerjasama
internasional yang terkait dengan fasilitasi di bidang capacity building dengan target 5 MoU pada tahun 2011. Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat dilihat pada tabel 3.21. Tabel. 3.21 Capaian IKU dari Memfasilitasi Pengembangan Industri 2010
Sasaran Strategis Memfasilitasi pengembangan industri
2011
IKU Tingkat utilisasi kapasitas produksi Perusahaan yang mendapat akses ke sumber pembiayaan Perusahaan yang mendapat akses ke sumber bahan baku Perjanjian kerjasama internasional
Satuan Capaian
Target
Realisasi
Capaian
89.45
80
88,50
110,63
Persen
197.33
600
388
64,67
Persen
5
40
16
40,00
Persen
260.00
5
8
160,00
Persen
Dilihat dari aspek pencapaian target, dibandingkan dengan pencapaian
tahun
2010,
beberapa
indikator
sasaran
mengalami
peningkatan yang signifikan dan melampaui target, meski ada satu
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
87
indikator yang mengalami penurunan capaian dan tidak mencapai target. Namun secara umum dari capaian beberapa indikator dapat menunjukkan keberhasilan pencapaian sasaran ini. Nilai capaian ini merupakan dampak dari pencapaian beberapa program revitalisasi industri seperti industri semen dengan tingkat utilisasi mencapai 88,50 persen, perumusan dan fasilitasi regulasi yang mengatur jaminan pasokan bahan baku dan energi dengan fasilitasi konservasi energi, fasilitasi pembiayaan IKM melalui fasilitasi analisis pembiayaan, sosialisasi pembiayaan dan KUR. Dalam menjamin pasokan bahan baku juga ditunjukkan dari adanya Koordinasi pengamanan bahan baku untuk industri migas, meliputi: (a) Kebutuhan nafta PT. Chandra Asri sebesar 1,7 juta ton/tahun dipenuhi dari impor, (b) Kebutuhan kondensat PT. TPPI sebesar 100.000 barrel/hari, sebesar ±60 persen dipasok dari produksi dalam negeri dan sisanya impor, (c) Kebutuhan gas bumi sebagai bahan baku industri pupuk sebesar 799,2 MMSCFD, akan tetapi kontrak pasokan gas sampai saat ini sebesar 674,0 MMSCFD, tidak termasuk PT. Pupuk Iskandar Muda (PT. PIM) yang memperoleh pasokan gas melalui pembelian dengan kontrak 1 tahun. Sehingga, pemenuhan pasokan bahan baku gas untuk industri pupuk sebesar 84 persen. Begitu juga untuk pasokan industri hilir kelapa sawit telah terjadi peningkatan investasi industri hilir dan jaminan pasokan bahan baku serta kemajuan peta potensi bahan baku pupuk organik di 100 Kabupaten/Kota sebesar 25 persen di tahun 2011. Bentuk capaian sasaran fasilitasi yang mendukung pencapaian indikator kerjasama internasional antara lain telah dilakukan 3 (tiga) kesepakatan kerjasama investasi Industri dengan Negara India, Korea dan Rusia, yaitu: Investasi Pendirian Pabrik Pupuk Berbahan Baku Gas dari Batu-bara di Kalimantan antara PT. Pupuk Sriwijaya Indonesia dan Perusahaan Rashtriya Chemical & Fertilizer Ltd India, Joint Venture pendirian Pabrik Baja antara PT. Krakatau Steel dengan Perusahaan Posco, Korea, dan Investasi antara Perusahaan Nusantara Smelting Corp dengan JSC “MMF” Norilisky Nikel dari Rusia untuk pendirian Copper Smelter. Selain itu juga telah dilakukan 4 (empat) kerjasama internasional di bidang industri: kerjasama dengan Kanada dalam rangka untuk pengurangan efek gas rumah kaca untuk Green Industri, Kerjasama
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
88
dengan Perusahaan Jerman/Indowater dalam rangka pengolahan limbah industri, telah ditandatanganinya MoU Kerjasama internasional antara
Kementerian
Perindustrian
dengan
KOICA,
Korea
tentang
penyusunan Masterplan Kawasan Industri di Boyolali, dan peningkatan kapasitas Balai Besar Tekstil, fasilitasi pertemuan pimpinan kementerian dengan 40 delegasi negara mitra / delegasi asing.
8. Memfasilitasi promosi industri
Sasaran ini merupakan bentuk pelaksanaan tugas pokok pelayanan dan fasilitasi dilakukan dengan dengan memfasilitasi promosi industri dengan hasil
kerja berbentuk fasilitasi untuk mengadakan promosi dalam bidangbidang industri yang ada. Sasaran strategis ini akan dicapai melalui indikator
kinerja
utama:
perusahaan
mengikuti
seminar/konferensi,
pameran, misi dagang/investasi. Perusahaan
mengikuti
seminar/konferensi,
pameran,
misi
dagang/investasi, diukur dengan penghitungan jumlah perusahaan yang diikutsertakan dalam seminar, konferensi dan berbagai kegiatan yang dikelola Kementerian per-tahun dengan target 5160 perusahaan. Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat dilihat pada tabel 3.22. Tabel. 3.22 Capaian IKU dari Memfasilitasi Promosi Industri 2010
Sasaran Strategis Memfasilitasi promosi industri
Dilihat pencapaian
2011
IKU
Satuan
Perusahaan mengikuti seminar/konferensi pameran, misi dagang/investasi
dari
aspek
tahun
2010,
Capaian
Target
Realisasi
Capaian
40.19
5160
673
13,04
Persen
dibandingkan
dengan
pencapaian capaian
target,
indikator
sasaran
ini
mengalami
penurunan yang signifikan meski sama-sama tidak mencapai target. Rendahnya
nilai
capaian
ini
dikarenakan
data
pengukuran
yang
disampaikan sebagian besar tidak dalam satuan perusahaan melainkan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
89
dalam satuan jumlah pameran/even promosi/seminar, sehingga hal ini berpengaruh pada rendahnya pencapaian kinerja. Dan sebenarnya pada tahun 2011 telah dilaksanakan program dan kegiatan yang memberikan dampak pada pencapaian sasaran ini diantaranya yaitu: a.
Terlaksananya fasilitasi pameran di dalam negeri (Gelar Produk Sepatu dan Kulit tanggal 28 April s/d 1 Mei, pameran Inatex tanggal 27-30 April, pameran di Plasa Industri tanggal 5-8 Juli dan pameran yang akan difasilitasi antara lain pameran TEI 2011, pameran Yogya Fashion Week dan pameran di Semarang dan Terlaksananya fasilitasi pameran di luar negeri diadakan di Thailand (20-24 April), pameran GDS di Jerman (8-13 September) dan pameran yang akan difasilitasi antara lain pameran Intertextile Shanghai (18-21 Oktober), Guangzhou China (27-30 Oktober), Hongkong (22-23 Oktober)
b.
Telah
dilakukan
promosi
dan
pameran
dalam
rangka
pengembanganPasarfurniture kayu/rotan didalam negeri maupun diluar negeri, antara lain: c.
Pameran international: Furniture Fair IMM Cologne Jerman tanggal 1619 Januari 2011, diikuti oleh 12 perusahaan. 1)
High Point Market, North Carolina, USA yaitu tanggal 2-7 April 2011 dan tanggal 22- 27 Oktober 2011, diikuti 22 perusahaan.
2)
The 17 th China International Furniture Expo di Shanghai, China tanggal 14-17 September 2011, diikuti 10 perusahaan.
3)
Feria Habitat Valencia, Spanyol tanggal 20-24 September 2011, diikuti 7 perusahaan.
4)
International Furniture Indonesia Fair (IFINA) di Jakarta International Expo Kemayoran
pada tanggal 11-14 Maret 2011, diikuti 14
perusahaan. 5)
THE 26th TRADE EXPO INDONESIA 2011tanggal 19–23 Oktober 2011, diikuti 13 perusahaan.
d.
Pameran Dalam Negeri Pameran
Furniture
Kayu
dan
Rotan
Plasa
Industri
di
Gedung
Kementerian Perindustrian pada tanggal 8-11 Nopember 2011, diikuti 42 perusahaan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
90
e.
Promosi di dalam negeri antara lain : 1)
Pekan Produk Kreatif Indonesia, Jakarta, 6-10 Juli 2011
2)
Jakarta Fashion Week, Jakarta, Oktober 2011
3)
World Batik Summit, Jakarta 28 September - 2 Oktober 2011 dan Batam 2 - 4 Desember 2011
4)
Pameran Surabaya Internasional Jewellery Fair 2011 di Hotel Shangrila 19-22 Agustus 2011.
5)
Pameran Perhiasan Asean Jewellery Expo 2011 di Balai Kartini, Jakarta.
6)
Pameran Mutumanikam di JHCC 1 - 4 November 2011.
7)
Pameran Perhiasan di Jawa Timur
8)
Pameran TEI bagi 6 sentra IKM OVOP (Malang, Tabanan, Bantul, Banjarnegara, Purwakarta dan Lombok Barat)
9)
Pameran di Plaza Kementerian Perindustrian
10) Telah mengikuti pameran untuk 10 IKM (Bantul dan Purwakarta) f.
Promosi di luar negeri antara lain : 1)
2nd Moslem World Biz 2011, Malaysia, yang diikuti oleh 5 IKM Fashion
2)
INACRAFT, Malaysia
3)
Tokyo Fashion Week, Tokyo, Jepang
4)
Pameran Hongkong Jewellery Internasional.
9. Memfasilitasi penerapan standarisasi
Sasaran ini merupakan bentuk pelaksanaan tugas pokok pelayanan dan fasilitasi dilakukan dengan dengan memfasilitasi penerapan standarisasi dengan
mendukung industri dalam penerapan standar. Sasaran strategis ini akan dicapai melalui indikator kinerja utama: a. Rancangan SNI yang diusulkan. b. Penambahan SNI wajib yang diterapkan. c. Perusahaan yang menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001-2008 (Pedoman BSN10 dan GKM). Rancangan SNI yang diusulkan, diukur dengan penghitungan jumlah jumlah rancangan standarisasi yang dirumuskan untuk bidang industri dengan target sebanyak 120 RSNI pada tahun 2011.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
91
Penambahan SNI wajib yang diterapkan, diukur dengan penghitungan penambahan standard industri (SNI wajib) yang diterapkan dengan target sebanyak 10 SNI pada tahun 2011. Perusahaan yang menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001-2008 (Pedoman BSN10 dan GKM), diukur dengan penghitungan jumlah perusahaan yang menerapkan sistem manajemen mutu dengan target sebanyak 200 perusahaan pada tahun 2011. Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat dilihat pada tabel 3.23. Tabel. 3.23 Capaian IKU dari Memfasilitasi Penerapan Standarisasi 2010
Sasaran Strategis Memfasilitasi Penerapan Standarisasi
2011
IKU
Satuan
Rancangan SNI yang diusulkan Penambahan SNI wajib yang diterapkan Perusahaan yang menerapkan sistem manajemen mutu ISO 90012008 (Pedoman BSN10 dan GKM)
Capaian
Target
Realisasi
Capaian
84.17
120
135
112.50
Persen
380.00
10
14
140.00
Persen
210.50
200
936
468.00
Persen
Dilihat dari aspek pencapaian target, dibandingkan dengan pencapaian tahun 2010, capaian indikator sasaran ini mengalami peningkatan yang signifikan dan melebihi target. Tingginya capaian sasaran ini didukung oleh pencapaian sasaran program yang dilakukan pada tahun 2011. Jumlah RSNI yang telah konsensus pada Tahun 2010 sebanyak 93 RSNI.
Jika
dibandingkan
dengan
capaian
Tahun
2010
terdapat
peningkatan jumlah RSNI dari 93 menjadi 135, terdapat kenaikan sebesar 18,42 persen. Peningkatan ini dikarenakan adanya dukungan dari Direktorat maupun instansi terkait.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
92
Hasil evaluasi yang dilaksanakan Tim Evaluator BPKIMI mengenai Rancangan SNI (RSNI) sulit untuk mempercepat proses perumusan, sebaiknya tidak dicantumkan dalam target, karena sangat tergantung dengan kinerja Panitia Teknis yang terdiri dari beragam instansi dan mengenai Regulasi teknis sebaiknya dikeluarkan dari kinerja karena kegiatan ini sangat tergantung dengan kinerja direktorat teknis serta Pelayanan Jasa bukan merupakan hasil PUSTAN melainkan kinerja LSPro. Dalam Capaian penambahan SNI secara Wajib yang diterapkan BPKIMI
adalah
Penyusunan
konsep
Peraturan
Menteri
tentang
pemberlakuan SNI Secara Wajib dan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Dirjen Pembina Industri. Menteri Perindustrian akan menunjuk LPK (LSPro maupun Laboratorium
Uji/Lembaga
Inspeksi)
dalam
rangka
pelaksanaan/
penerapan dan pengawasan SNI secara Wajib. Terkait
kenaikan
usulan
jumlah
SNI
produk
industri
dalam
memenuhi SNI wajib maka diperlukan matriks kemampuan, perencanaan dan peningkatan SDM auditor dengan mengingat beberapa hal antara lain: jumlah industri dan auditor yang tidak seimbang, pemberian kesempatan melakukan audit kepada auditor junior untuk meningkatkan kemampuannya
sehingga
semakin
banyak
jumlah
auditor
yang
melaksanakan fungsi audit dan sekaligus dapat mengurangi frekuensi audit yang dilakukan oleh auditor senior yang memiliki jabatan struktural. Sedangkan untuk pencapaian indikator ketiga banyak terkait dengan pencapaian Direktorat Jenderal IKM melalui fasilitasi Sertifikasi Halal dengan output sebanyak 80 paket sertifikat halal bagi IKM di Provinsi Sumatera Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Riau, dan Lampung, masing-masing provinsi 16 IKM, bimbingan Penerapan HACCP/SNI bagi 4 (empat) IKM di Lampung 2 IKM, Sumbar 1 IKM, dan Sumut 1 IKM, fasilitasi Penerapan ISO 9000 pada 7 (tujuh) IKM Logam dan Elektronika di Sumut 3 IKM, Sumbar 2 IKM, Riau 1 IKM, dan Lampung 1 IKM, serta bimbingan Penerapan Produk Bersih/Kaizen bagi 6 (enam) IKM Logam dan Elektronika di Lampung 3 IKM dan Kalsel 3 IKM.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
93
10. Meningkatkan kualitas pelayanan publik
Sasaran ini merupakan bentuk pelaksanaan tugas pokok pelayanan dan fasilitasi dilakukan dengan dengan
meningkatkan
kualitas
pelayanan
publik
dengan melihat sejauh mana kualitas layanan kementerian terhadap publik pengguna jasa Kementerian Perindustrian. Sasaran strategis ini akan dicapai melalui indikator kinerja utama: tingkat kepuasan pelanggan. Tingkat kepuasan pelanggan, diukur dengan dilihat dengan melakukan hasil penilaian kepuasan pelanggan yang akan dilaksanakan dengan membuat survey pelanggan dan survey akan dilakukan oleh setiap bagian organisasi secara sampling dengan nilai indeks 1 sampai 5 dengan target hasil survey nilai indeks 4. Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat dilihat pada tabel 3.24. Tabel. 3.24 Capaian IKU dari Meningkatkan kualitas pelayanan publik 2010
Sasaran Strategis Meningkatkan kualitas
2011
IKU
Satuan Capaian
Target
Realisasi
Capaian
90.00
4
4
100.00
Tingkat kepuasan pelanggan
pelayanan
Persen
publik
Dilihat dari aspek pencapaian target, dibandingkan dengan pencapaian tahun 2010, capaian indikator sasaran ini mengalami peningkatan. Tingginya capaian sasaran ini didukung oleh pencapaian sasaran program yang dilakukan pada tahun 2011, diantaranya adalah telah dikeluarkan Instruksi Menteri Perindustrian No.765/M-IND/11/2010 tentang Pembentukan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(PTSP) dan
Peraturan Menteri Perindustrian No.55/M-IND/PER/6/2011 tentang Unit Pelayanan Publik Kementerian Perindustrian,
sehingga semua jenis
Pelayanan Publik di lingkungan Kementerian Perindustrian dilaksanakan dalam satu Unit dengan menggunakan system e-licensing secara penuh pada seluruh proses penerbitan rekomendasi, secara online dan real time sehingga dapat dimonitor secara langsung oleh masyarakat; Pengadaan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
94
barang/jasa di lingkungan Kementerian Perindustrian dipusatkan di Unit Layanan Pengadaan (ULP) dengan menggunakan sistem Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE). Dengan berbagai penyempurnaan sistem dan prosedur tersebut, Berdasarkan hasil survey Integritas Pelayanan Publik KPK Tahun 2011, Kementerian Perindustrian masuk 5 besar Integritas Pelayanan Publik terbaik dari 89 Instansi pusat/vertikal/daerah yang disurvey . Instansi yang menempati peringkat 5 besar berturut-turut ; BKPM (7,80), Kementerian Kesehatan (7,52), PT. Jamsostek (7,52), Kementerian Perindustrian (7,51) dan PT Pelindo II Cabang Tanjung Priok (7,50). Pada Tahun 2010, Kementerian Perindustrian menempati peringkat ke 14 dari 50 instansi yang disurvey, sedangkan Tahun 2009, Kementerian Perindustrian masih menempati peringkat integritas terendah dari 39 instansi yang di survey.
11. Mengkoordinasikan Peningkatan Kualitas Lembaga Pendidikan Dan Pelatihan Serta Kewirausahaan
Sasaran ini merupakan bentuk pelaksanaan tugas
pokok
dilakukan
pelayanan
dengan
dan
fasilitasi
mengkoordinasikan
peningkatan kualitas lembaga pendidikan dan pelatihan
serta
kewirausahaan
dengan
meningkatkan hasil koordinasi dari berbagai lembaga pendidikan dan pelatihan yang disediakan Kementerian Perindustrian untuk pengembangan berbagai kebutuhan industri. Sasaran strategis ini akan dicapai melalui indikator kinerja utama: a. Instruktur yang bersertifikat. b. Jurusan pada lembaga pendidikan dan lembaga diklat yang terakreditasi. Instruktur yang bersertifikat, diukur dengan penghitungan dihitung dengan cara jumlah instruktur yang sudah memiliki sertifikat dalam setiap bidang industri kementerian dengan target sebanyak 20 instruktur yang bersertifikat. Jurusan pada lembaga pendidikan dan lembaga diklat yang terakreditasi, diukur dengan penghitungan jumlah lembaga pendidikan dan pelatihan yang diberikan sertifikasi guna melatih dan mengembangkan kemampuan SDM industri dengan target sebanyak 5 pada tahun 2011.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
95
Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat dilihat pada tabel 3.25. Tabel. 3.25 Capaian IKU dari Mengkoordinasikan Peningkatan Kualitas Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Serta Kewirausahaan 2010 Sasaran Strategis Mengkoordinasikan Peningkatan Kualitas Lembaga Pendidikan
Dan
Pelatihan
2011
IKU
Serta
Kewirausahaan
Satuan
Instruktur yang bersertifikat Jurusan pada lembaga pendidikan dan lembaga diklat yang terakreditasi
Capaian
Target
Realisasi
Capaian
115.00
20
19
95.00
Orang
125.00
5
1
20.00
Lembaga
Dilihat dari aspek pencapaian target, dibandingkan dengan pencapaian tahun 2010, capaian indikator sasaran ini mengalami penurunan. Capaian ini merupakan dampak dari pencapaian sasaran kegiatan yang telah dicapai pada tahun 2011, yaitu antara lain:
penyelenggaraan
diklat calon widyaiswara di lingkungan Kementerian Perindustrian dengan terakreditasinya 19 instruktur oleh Lembaga Aministrasi Negara. Para instruktur/widyaiswara ini diharapkan dapat mewujudkan SDM industri dan aparatur
yang
professional
khususnya
di
lingkungan
Kementerian
Perindustrian dan membawa Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri menjadi Center of Exellence. Selain tersedianya instruktur/widyaiswara yang
bersertifikat
sumberdaya
tersebut,
manusia
di
dalam
rangka
lingkungan
peningkatan
Kementerian
kualitas
Perindustrian,
dibutuhkan pula sebuah lembaga pendidikan dan pelatihan yang terakreditasi. Pada tahun 2011, Pusdiklat telah mendapat akreditasi dari Lembaga Administrasi Negara dalam menyelenggarakan diklat aparatur pemerintah (PIM III dan PIM IV). Pada tahun 2012, diharapkan unit-unit pendidikan daerah di bawah pusdiklat dapat terakreditasi, khususnya dalam penyelenggaraan diklat aparatur pemerintah seperti Diklat Pengadaan
Barang
dan
Jasa
Pemerintah
dan
lain
sebagainya.
Pencapaian kedua indikator tersebut, diharapkan dapat meningkatkan kualitas sumberdaya aparatur dan industri.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
96
Sasaran ini merupakan bentuk pelaksanaan
12. Mengoptimalkan Budaya Pengawasan Pada Unsur
tugas
pokok
pengawasan, pengendalian
Pimpinan dan Staf
dan evaluasi dilakukan dengan mengoptimalkan budaya pengawasan pada unsur pimpinan dan
staf dengan hasil penilaian untuk tujuan meningkatkan budaya pengawasan yang
dilaksanakan
bagian
pengawasan
di
lingkungan
Kementerian
Perindustrian. Sasaran strategis ini akan dicapai melalui indikator kinerja utama: a. Tingkat Penurunan penyimpangan minimal. b. Terbangunnya Sistem Pengendalian Intern di unit kerja adalah jumlah satuan kerja yang sudah menerapkan sistem pengendalian intern dengan target sebanyak 57 satuan kerja. Tingkat Penurunan penyimpangan minimal, diukur dengan penghitungan persentase penurunan sebagai standar minimal
penyimpangan dalam
lingkup tugas kementerian sebagai hasil tugas bidang pemeriksaan dengan target sebesar 60 persen. Terbangunnya Sistem Pengendalian Intern di unit kerja, diukur dengan penghitungan jumlah lembaga pendidikan dan pelatihan yang diberikan sertifikasi guna melatih dan mengembangkan kemampuan SDM industri dengan target sebanyak 5 pada tahun 2011. Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat dilihat pada tabel 3.26. Tabel. 3.26 Capaian IKU dari Mengoptimalkan Budaya Pengawasan pada Unsur Pimpinan dan Staf Sasaran Strategis Mengoptimalkan Budaya Pengawasan Pada Unsur Pimpinan dan Staf
IKU Tingkat Penurunan penyimpangan minimal Terbangunnya Sistem Pengendalian Intern di unit kerja
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
2010
2011
Satuan
Capaian
Target
Realisasi
Capaian
125.98
60
90
150.00
Persen
100.00
57
57
100.00
Satker
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
97
Dilihat dari aspek pencapaian target, dibandingkan dengan pencapaian tahun 2010, capaian indikator sasaran ini mengalami peningkatan yang signifikan dan mencapai target. Tingginya nilai capaian ini merupakan dampak dari pelaksanaan program dan kegiatan yang memberikan dampak pada pencapaian sasaran ini diantaranya yaitu: Telah diselenggarakan Forum Koordinasi/Temu Teknis Tindak Lanjut Hasil Pengawasan Inspektorat Jenderal untuk membahas penyelesaian atas temuan Itjen Kemenperin dan BPK sampai dengan tahun 2010, telah dilaksanakan
Pembinaan/Pengembangan
SDM/Jabatan
Fungsional
Auditor berupa Pelatihan di Kantor Sendiri (PKS) sebanyak 7 paket , dan Workshop
Sertifikasi
Pembentukan
Auditor,
Workshop
Peningkatan
Kompetensi SDM Pengawasan (Capacity Building), Workshop SPIP Bagi Pegawai Inspektorat Jenderal, Workshop Audit Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah, Workshop Audit Investigatif, Workshop Audit Kinerja dan Workshop
Penilaian
Resiko
dan
Workshop
Character
Building,
Melaksanakan Assesment APIP Itjen (bekerjasama dengan MAC BPKP) untuk
mengetahui
kebutuhan
jumlah
auditor,
formasi,
kebutuhan
kompetensi auditor dan kebutuhan diklat untuk memenuhi kompetensi yang dibutuhkan, untuk menuju peringkat APIP level 3 dimana dalam pengawasan berfokus pada efektifitas dan efisiensi kegiatan Satker, menerapkan pengawasan berbasis resiko, mampu memberikan analisis dan saran yang tepat serta mengutamakan kualitas temuan daripada jumlah temuan; Pelaksanaan Klinik Konsultasi Inspektorat Jenderal; telah dilaksanakan Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan Inspektorat Jenderal pada 165 Unit Kerja; dilakukan Updating data dalam rangka Penyusunan database pengawasan serta telah dipersiapkan berbagai macam pedoman pengawasan, antara lain pedoman audit pengadaan barang dan jasa, audit investigasi, audit kinerja, audit P3DN, pedoman pengawasan, pedoman penilaian resiko, review laporan keuangan dan pedoman monev.
13. Mengoptimalkan
Sasaran ini merupakan bentuk pelaksanaan
Evaluasi Pelaksanaan
tugas
pokok
pengawasan, pengendalian
Kebijakan dan
dan evaluasi dilakukan dengan mengoptimalkan
Efektifitas
evaluasi pelaksanaan kebijakan dan efektifitas pencapaian kinerja industri dengan evaluasi
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
98
pembuatan kebijakan dan pencapaian target kinerja untuk menjamin tercapainya tujuan Kementerian. Sasaran strategis ini akan dicapai melalui indikator kinerja utama: a. Laporan evaluasi pelaksanaan. b. Tingkat penurunan penyimpangan pelaksanaan kebijakan industry. Laporan evaluasi pelaksanaan, diukur dengan penghitungan jumlah hasil laporan evaluasi pelaksanaan tugas dengan target sebanyak 10 laporan. Tingkat penurunan penyimpangan pelaksanaan kebijakan industri adalah persentase penurunan penyimpangan pelaksanaan tugas di masing-masing level
organisasi,
diukur
dengan
penghitungan
adalah
persentase
penurunan penyimpangan pelaksanaan tugas di masing-masing level organisasi sesuai dengan hasil laporan Itjen dengan target sebesar 40 persen pada tahun 2011. Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat dilihat pada tabel 3.27. Tabel. 3.27 Capaian IKU dari Mengoptimalkan Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan dan Efektifitas 2010 Sasaran Strategis Mengoptimalkan Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan dan Efektifitas
Dilihat pencapaian
dari tahun
2011
IKU
Satuan
Laporan evaluasi pelaksanaan Tingkat penurunan penyimpangan pelaksanaan kebijakan industri
aspek 2010,
Capaian
Target
Realisasi
Capaian
125.98
10
10
100.00
Persen
100.00
40
90
225.00
Persen
pencapaian capaian
target, dibandingkan
indikator
sasaran
ini
dengan
mengalami
peningkatan dan mencapai target. Tingginya nilai capaian ini merupakan dampak dari pelaksanaan program dan kegiatan yang memberikan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
99
dampak pada pencapaian sasaran ini diantaranya Telah dilaksanakan Pengawasan kinerja pada unit pusat, vertikal dan daerah, meliputi: a.
Pengawasan kinerja unit pusat dan vertikal, dari target 59 unit vertikal telah terealisasi sebanyak 50 unit kerja.
b.
Pengawasan program dekonsentrasi perindustrian, dari target 33 unit telah terealisasi sebanyak 33 unit kerja.
c.
Audit efektifvitas pemberian bantuan mesin dan peralatan (Tugas Pembantuan Industri) dari target 72 daerah, telah selesai dilaksanakan seluruhnya.
d.
Pengawasan untuk tujuan tertentu, dari 4 kasus yang ditargetkan terealisasi 1 kasus.
e.
Telah dilaksanakan monitoring dan Evaluasi terhadap: pelaksanaan program/kebijakan industri (kompetensi inti industri Kabupaten/Kota), dari target 32 Kabupaten/Kota telah dilaksanakan semuanya di 32 Kabupaten/Kota, Monitoring dan evaluasi terhadap program/kegiatan bidang industri yaitu Monev Pemanfaatan Jasa Pelayanan Teknis, Monev Program Restrukturisasi TPT, Monev Unit Pendidikan Kemenperin, Monev Program Revitalisasi Industri Gula, Monev Dekonsentrasi IKM, Monev Pengembangan Klaster Industri Agro, Monev Capaian KPI Unit Eselon I & II dan Monev Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) IKM sudah selesai dilaksanakan dan dalam tahap penyusunan laporan akhir.
f.
Program
P3DN, Inspektorat Jenderal berkerjasama dengan BPKP,
selama tahun 2011 telah melakukan kegiatan: pelaksanaan temu teknis dengan APIP di 8 Provinsi yang diikuti para Inspektur dan auditor dari Inspektorat Provinsi/Kab/Kota, dalam rangka menyamakan persepsi bagi seluruh APIP dalam melakukan audit terhadap pelaksanaan P3DN dalam pengadaan barang dan jasa, pelaksanaan monitoring dan evaluasi
pelaksanaan
program
P3DN
yang
dilakukan
Kementerian/Lembaga/BUMN dan Pemerintah Daerah dalam rangka mendapatkan informasi seberapa jauh tingkat pemahaman dan efektiftas kepatuhan terhadap peraturan terkait P3DN, Penyusunan Pedoman Audit P3DN, Penilaian untuk pemberian penghargaan “Cinta Karya Bangsa” bagi instansi pusat, Pemerintah Provinsi dan BUMN/BUMD yang menerapkan P3DN dalam pengadaan barang dan jasa, sebagai
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
100
motivasi dan membangun komitmen dalam upaya meningkatkan penggunaan produksi dalam negeri. g.
SPIP, capaian yang telah diraih dalam rangka
Penyelenggaraan
implemetasi SPIP di Kementerian Perindustrian antara lain: telah dikeluarkan peraturan menteri Perindustrian tentang penyelenggaraan SPIP di Kementerian Perindustrian, penerbitan instruksi menteri untuk percepatan pelaksanaan SPIP, Sosialisasi SPIP dan Pembentukan Satgas SPIP di 4 unit kerja, yaitu Inspektorat Jenderal, Direktorat Jenderal IKM, Direktorat Jenderal Agro dan Sekretariat Jenderal, Workshop/Pelatihan SPIP untuk para pejabat Eselon II Kemenperin dan Kepala Satker, Workshop/Pelatihan SPIP untuk Unit vertikal Kemenperin yang ada di Bandung, Yogyakarta, Assessment
SPIP
Surabaya, Bali dan Semarang, Diagnostic
sebagai
pilot
project
di
Itjen,
Penyempurnaan
Infrastruktur SPIP, dan Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan SPIP. h.
Mempertahankan Opini WTP mencakup keberhasilan sasaran berupa telah dilaksanakan Reviu Laporan Keuangan / Barang Milik Negara pada unit-unit vertikal Kementerian Perindustrian, dari target kerja
telah
menyusun
dilaksanakan Rencana
Aksi
seluruhnya,
Inspektorat
mempertahankan
opini
59 unit
Jenderal Wajar
telah Tanpa
Pengecualian (WTP) atas Laporan Keuangan Kementerian Perindustrian serta melakukan pembinaan, pengawasan, review dan pendampingan terhadap penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Perindustrian dalam rangka terciptanya laporan keuangan Kementerian Perindustrian yang handal dan sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku,. Atas upaya tersebut,
pada
tahun 2011 Kementerian
Perindustrian telah berhasil mempertahankan Laporan Keuangan Tahun 2010 mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK, yang telah diperoleh sebelumnya untuk laporan keuangan tahunan tahun 2008 dan 2009. i.
Pencegahan Korupsi, dalam rangka pencegahan korupsi secara preemtif, Inspektorat Jenderal berinisiatif mendaftarkan Kementerian untuk ikut pada program Penilaian Inisiatif Anti Korupsi (PIAK) KPK tahun 2011, yang diwakili oleh 3 (tiga) Unit Eselon I Kementerian Perindustrian, yaitu
Setjen,
menempatkan
Ditjen
BIM
dan
Kementerian
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Ditjen
IUBTT.
Perindustrian
Hasil
penilaian
menduduki
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
KPK
peringkat
101
pertama instansi yang berinisiatif untuk pencegahan korupsi
dari 29
instansi Pemerintah yakni 18 Instansi Pusat dan 11 Pemerintah Daerah dengan nilai 6,86, diatas
Kepolisian Republik Indonesia
(6,74),
Pemerintah Kota Surabaya (6,57), Pemerintah Provinsi DKI Jakarta (6,52) dan Pemerintah Kota Makassar (6,48). Pencapaian sasaran strategis dari perspektif pelaksanaan tugas pokok Kementerian Perindustrian tersebut akan mendukung dalam pencapaian sasaran strategis dari perspektif pemangku kepentingan yang terdiri dari 7 (tujuh) sasaran strategis di dapatkan rata-rata capaian sasaran strategis sebesar 98,80 persen, sedangkan perspektif pelaksanaan tugas pokok dan fumgsi dengan rata-rata pencapaian sasaran sebesar 139,76. Hasil yang telah dicapai pada perspektif pelaksanaan tugas pokok dan fungsi diharapkan dapat memberikan dampak yang cukup berarti dalam pencapaian 7 (tujuh) sasaran strategis perspektif stakeholders sebagaimana yang tergambarkan dalam peta strategis Kementerian Perindustrian 2010-2014.
B. AKUNTABILITAS KEUANGAN TAHUN 2011 Anggaran DIPA yang disediakan untuk mendukung pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi Kementerian Perindustrian Tahun 2011 sebesar Rp Rp. 2.329.243.173.000,Sampai dengan berakhirnya tahun anggaran 2011, anggaran DIPA yang terserap sebesar Rp 1.957.965.203.803,- atau 84,06 persen. Tidak tercapainya target realisasi anggaran sesuai yang ditetapkan disebabkan oleh beberapa hal antara lain sebagai berikut : 1. Adanya Penghematan anggaran kegiatan-kegiatan kementerian yang dilaksanakan melalui lelang pengadaan barang dan jasa. 2. Adanya belanja pegawai yang belum terealisasi. 3. Ada beberapa anggaran belanja tambahan yang tidak terlaksana Realisasi DIPA sampai dengan 31 Desember 2011 berdasarkan unit kerja eselon I dan program dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
102
Tabel 3.28 Laporan Realisasi Anggaran Kementerian Perindustrian Tahun Anggaran 2011 Menurut Unit Kerja Eselon I NO
Unit Kerja Eselon I
Anggaran
Realisasi
Capaian
1
SETJEN
443.206.124.000
406.716.692.983
91,77
2
DITJEN IA
418.784.389.000
310.723.661.328
74,20
3
DITJEN BIM
407.163.594.000
367.575.752.782
90,28
4
DITJEN IUBTT
147.402.199.000
95.901.907.044
65,06
5
DITJEN IKM
377.106.832.000
290.626.735.841
77,07
6
DITJEN PPI
55.000.000.000
45.631.099.553
82,97
7
DITJEN KII
48.557.397.000
36.736.963.485
75,66
8
ITJEN
45.500.000.000
42.875.111.185
94,23
9
BPKIMI
386.522.638.000
361.177.279.602
93,44
2.329.243.173.000
1.957.965.203.803
84,06
TOTAL
Realisasi DIPA sampai dengan 31 Desember 2011 berdasarkan program dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 3.29 Laporan Realisasi Anggaran Kementerian Perindustrian Tahun Anggaran 2011 Menurut Program No
Jumlah
Program Pagu
Realisasi
%
1
Revitalisasi dan Penumbuhan Basis Industri Manufaktur
407.163.594.000
367.575.752.782
90,28
2
Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Agro
418.784.389.000
310.723.661.328
74,20
147.402.199.000
95.901.907.044
65,06
377.106.832.000
290.626.735.841
77,07
3 4
Penumbuhan Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Kecil dan Menengah
5
Pengembangan Perwilayahan Industri
55.000.000.000
45.631.099.553
82,97
6
Kerjasama Industri Internasional
48.557.397.000
36.736.963.485
75,66
7
Pengkajian Kebijakan, Iklim dan Mutu Industri
386.522.638.000
361.177.279.602
93,44
8
Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Negara Kementerian Perindustrian
45.500.000.000
42.875.111.185
94,23
9
Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Perindustrian
423.204.289.000,00
388.702.312.033
91,85
10
Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian Perindustrian
20.001.835.000
18.014.380.950
90,06
2.329.243.173.000
1.957.965.203.803
84,06
JUMLAH
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
103
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN Kementerian
Perindustrian
secara
garis
besar
telah
berhasil
melaksanakan tugas pokok, fungsi dan misi yang diembannya dalam pencapaian sasaran strategis Kementerian Perindustrian tahun 2011. Hal tersebut tercermin dari keberhasilan pencapaian sasaran strategis perspektif tugas pokok dan fungsi serta hasil sasaran strategis perspektif stakeholder yang merupakan dampak dari pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Kementerian Perindustrian. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Sasaran-sasaran
strategis
perspektif
stakeholder
berhasil
dicapai
Kementerian Perindustrian dengan nilai rata-rata capaian sebesar 98,80 persen. Nilai ini belum sepenuhnya menggambarkan keberhasilan yang dicapai sebab masih terdapat beberapa indikator kinerja utama yang belum dapat diukur ketercapaiannya dikarenakan keterbatasan data.
2. Sasaran-sasaran strategis perspektif tugas pokok dan fungsi telah berhasil dicapai dengan nilai rata-rata capaian sebesar 139,76 persen. Seluruh sasaran yang ditetapkan sebagian besar dapat dicapai, bahkan beberapa diantaranya melampaui target, meskipun masih terdapat beberapa sasaran yang hasilnya belum sesuai dengan yang ditargetkan.
3. Belum seluruh sasaran strategis menunjukkan nilai capaian seperti yang diharapkan, karena itu perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut terhadap proses perencanaan program dan penganggaran dalam rangka mewujudkan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
4. Pencapaian sasaran strategis dari perspektif tugas pokok dan fungsi yang melebihi target yang ditetapkan, belum sepenuhnya mampu mendukung ketercapaian sasaran perspektif stakeholder. Diperlukan evaluasi lebih lanjut mengenai penetapan sasaran-sasaran strategis pada perspektif tugas pokok dan fungsi, sehingga secara simultan pencapaian sasaran
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Penutup
105
perspektif tugas pokok dan fungsi mampu mendukung pencapaian sasaran perspektif stakeholder.
5. Dari perspektif stakeholder, pencapaian masing-masing indikator pada setiap sasaran strategis belum semuanya dapat diukur dan mencapai target yang telah ditetapkan. Hal ini dapat disebabkan oleh hal-hal berikut: pertama, penetapan indikator sasaran strategis yang belum dilengkapi dengan ketersediaan sumber data, sehingga menyebabkan tidak terukurnya indikator tersebut. Kedua, penetapan target sasaran strategis perspektif stakeholder dan indikatornya terlalu tinggi sehingga terlalu sulit untuk dicapai. Ketiga, penentuan sasaran strategis perspektif tupoksi beserta indikatornya justru yang kurang mendukung ketercapaian sasaran strategis perspektif stakeholder, keempat, dan merupakan kemungkinan
paling
kuat
adalah
ketercapaian
sasaran
strategis
perspektif stakeholder sangat tergantung dari dukungan institusi/lembaga terkait sehingga pelaksanaan tupoksi Kementerian Perindustrian saja belum cukup untuk
menjadikan realisasi capaian
sasaran-sasaran
tersebut sesuai atau bahkan melebihi target yang telah ditetapkan. Untuk itu, diperlukan koordinasi dan kerjasama yang lebih intensif dengan institusi/lembaga terkait lainnya. B.
PERMASALAHAN DAN KENDALA Sampai dengan tahun 2011 laju pertumbuhan sektor industri manufaktur semakin membaik dan menjadi kontributor yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Namun pada kenyataannya masih dihadapi erbagai masalah baik yang secara umum menghambat percepatan pertumbuhan industri, maupun yang secara khusus dihadapi oleh beberapa industri (penting) tertentu. 1. Masalah Internal Industri a) Struktur industri masih belum kuat dan lengkap. b) Industri dasar yang menjadi pemasok bahan baku dan bahan penolong industri jumlah dan kemampuannya masih terbatas, dan sama halnya dengan kemampuan produksi barang setengah jadi dan komponen, sehingga ketergantungan impor masih tetap tinggi. c) Masih
terbatasnya
populasi
industri
dan
SDM
industri
yang
berkompeten.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Penutup
106
d) Kapasitas produksi masih kurang optimal. e) Tuntutan masalah lingkungan yang makin ketat di negara-negara tujuan ekspor, seperti: sertifikasi bahan baku, The USA Lacey Act di USA, REACH di negara-negara Uni Eropa, dan lain-lain f)
Ketergantungan ekspor pada beberapa komoditi dan beberapa negara tujuan.
g) Lemahnya
penguasaan
desain
dan
rancang
bangun
untuk
pembangunan industri. h) Masih lemahnya R & D yang difokuskan pada pengembangan produk untuk industri tertentu. i)
Tidak tersedianya dana penelitian dan pengembangan produk industri untuk produk buatan lokal yang cukup di perusahaan industri.
j)
Penerapan standar produk komponen dan bahan baku yang tersedia di pasar dalam negeri tidak atau belum memenuhi standar yang telah ditetapkan, sehingga menyulitkan dalam proses fabrikasi dan manufacturing.
k) Sistem
sertifikasi
dan
manajemen
mutu
masih
lemah
karena
penerapan penelitian, penerapan mutu dan pengembangan serta inovasi teknologi belum maksimal. l)
Belum kuatnya peranan industri kecil dan menengah.
2. Masalah Eksternal Industri a) Keterbatasan infrastruktur (jaringan jalan, pelabuhan, kereta api, listrik, pasokan gas). b) Ketimpangan regulasi atau regulasi yang tidak menguntungkan bagi industri. c) Birokrasi yang belum pro-bisnis. d) Arus barang impor ilegal yang tinggi (penyelundupan). e) Masalah perburuhan (pesangon, premi jamsostek, UMR dan lain–lain). f)
Masalah kepastian hukum.
g) Lemah dalam kemampuan penetrasi pasar ekspor h) Insentif
fiskal
yang
belum
bersaing
dibanding
dengan
yang
ditawarkan oleh negara tetangga. i)
Ketentuan limbah B3 (limbah batu bara, baja, dan lain–lain) yang sering kali menyulitkan dunia usaha.
j)
Kurangnya
keberpihakan
serta
kesadaran
masyarakat
untuk
menggunakan produk dalam negeri.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Penutup
107
k) Keterbatasan sumber pembiayaan, suku bunga perbankan yang masih tinggi. l)
Belum terjalinnya komunikasi/hubungan yang intensif antara hasil riset dari balai riset industri dalam negeri dengan perusahaan industri lokal.
C.
REKOMENDASI Agar kinerja yang dicapai dapat berkelanjutan, diperlukan adanya koordinasi dan kerjasama antar berbagai pihak untuk mewujudkan misi Kementerian Perindustrian. Hal-hal yang perlu mendapatkan prioritas ke depan, antara lain: 1. Peningkatan koordinasi dalam rangka perencanaan dan pemantapan program pembangunan industri; 2. Menyelesaikan segera permasalahan-permasalahan yang menghambat investasi, diantaranya penanganan penyelundupan, rencana penerapan cukai produk,
PPN produk
primer, infrastruktur, ketersediaan gas,
pemanfaatan bahan bakar, penyelesaian masalah lingkungan hidup, kenaikan BBM, konversi energi dan tarif listrik, pengaruh tarif dasar listrik terhadap industri, dan sebagainya. 3. Mendorong investasi baru dan perluasan industri melalui perbaikan iklim investasi, Sinkronisai Peraturan yang dikeluarkan oleh Pusat maupun Daerah,
perbaikan
aturan
kepabeanan,
perpajakan
dan
ketenagakerjaan serta insentif investasi. 4. Mengembangkan kemampuan Industri Kecil dan Menengah yang berbasis SDA lokal. 5. Terus meningkatkan disiplin, tata kerja, kerjasama, koordinasi dengan berbagai pihak, profesionalisme dan good governance dalam rangka meningkatkan kinerja. 6. Pemanfaatan LAKIP sebagai bahan masukan dan acuan dalam penyusunan dan implementasi
Rencana Kerja (Operational Plan),
Rencana Kinerja (Performance Plan), Rencana Anggaran (Financial Plan), dan Rencana Strategis (Strategic Plan) pada masa-masa mendatang. 7. Lebih khusus, perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut dalam perencanaan kinerja yang terkait dengan penetapan sasaran, indikator kinerja dan target agar indikator yang ditetapkan dapat mencerminkan kinerja Kementerian Perindustrian.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Penutup
108
LAMPIRAN
Lampiran 1 PENETAPAN KINERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2011
Lampiran 2 PENGUKURAN PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2011
PENGUKURAN KINERJA TAHUN 2011 Kementerian
: Perindustrian
Tahun Anggaran : 2011
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
Program
Anggaran
Target
Realisasi
Satuan
%
1. Laju pertumbuhan industri yang memberikan nilai tambah
6,10
6,83
Persen
111,97
Revitalisasi dan Penumbuhan Basis Industri Manufaktur
407.163.594.000
367.575.752.782
90,28
2. Kontribusi industri manufaktur terhadap PDB nasional
23,39
20,92
Persen
89,44
Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Agro
418.784.389.000
310.723.661.328
74,2
1. Meningkatnya pangsa pasar ekspor produk dan jasa industri nasional
35,00
10,22
Persen
29,20
Penumbuhan Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi
147.402.199.000
95.901.907.044
65,06
2. Pangsa pasar produk industri nasional terhadap total permintaan di pasar dalam negeri
60,00
38,37
Persen
63,95
Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Kecil dan Menengah
377.106.832.000
290.626.735.841
77,07
1. Tingkat produktivitas dan kemampuan SDM industri Penambahan jumlah tenaga kerja industri
250.000,00
24,53
Pengembangan Perwilayahan Industri
55.000.000.000
45.631.099.553
82,97
48.557.397.000
36.736.963.485
75,66
386.522.638.000
361.177.279.602
93,44
45.500.000.000
42.875.111.185
94,23
Pagu
Realisasi
%
PERSPEKTIF STAKEHOLDER Tingginya nilai tambah industri
Tingginya penguasaan pasar dalam dan luar negeri
Kokohnya faktor-faktor penunjang pengembangan industri
2. Indeks iklim industri Nasional
4
4
Indeks
100,00
Kerjasama Industri Internasional
250
186
Jumlah
74,40
Pengkajian Kebijakan, Iklim dan Mutu Industri
50
25
Jumlah
50,00
Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Negara Kementerian Perindustrian
1. Tumbuhnya Industri Logam Dasar, Besi dan Baja
3,40
13,06
Persen
384,12
Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Perindustrian
423.204.289.000
388.702.312.033
91,85
2. Tumbuhnya Industri Alat Angkut, Mesin & Peralatannya
6,40
7,00
Persen
109,38
Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian Perindustrian
20.001.835.000
18.014.380.950
90,06
1. Persentase peranan sektor industri di luar Pulau Jawa 2. Jumlah investasi cabang industri yang menyerap banyak tenaga kerja
30,00
24,00
Persen
80,00
Tingginya kemampuan inovasi 1. Jumlah hasil penelitian dan pengembangan dan penguasaan teknologi teknologi industri terapan inovatif Industri 2. Pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan oleh sektor industri
Kuat, lengkap dan dalamnya struktur industri
Tersebarnya pembangunan industri
61.325,80 Nilai Tambah (Rupiah) per tenaga kerja
38.877,82
25.991,50 Milyar Rupiah
66,85
Sasaran Strategis Meningkatnya peran industri kecil dan menengah terhadap PDB
Target
Realisasi
Satuan
%
1. Meningkatnya kontribusi PDB IKM terhadap PDB Industri
Indikator Kinerja
33.47
33,57
Persen
100,30
2. Meningkatnya penyebaran IKM Jawa dan luar Jawa
2,73
65.22 : 34.78
Rasio
99,04 98,80
PERSPEKTIF PELAKSANAAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI Mempersiapkan dan/atau Menetapkan Kebijakan Produk Hukum Industri
1. Konsep kebijakan dan produk hukum (RUU, RPP, R.Perpres/R.Keppres)
1
1
Konsep
100,00
2. Kebijakan dan produk hukum yang ditetapkan Menteri
50
85
Peraturan
170,00
Menetapkan rencana strategis dan/atau pengembangan industri prioritas dan industri andalan masa depan
1. Renstra 2010 -2014 & RENJA
1
1
Paket
100,00
Menetapkan peta panduan pengembangan industri
1. Peta panduan industri unggulan provinsi
15
8
Provinsi
53,33
6 iup penetapan (wil II)
2. Peta panduan kompetensi inti industri Kabupaten/Kota
40
58
Kabupaten/ Kota
145,00
3 implementasi, 15 penetapan (Wil II)
Mengusulkan insentif yang mendukung pengembangan industri
1. Rekomendasi usulan insentif
10
23
Jenis
230,00
2. Perusahaan industri yang memperoleh insentif
300
329
Perusahaan
109,67
Mengembangkan R & D di instansi dan industri
1. Kerjasama R&D instansi dengan industri
18
54
Kerjasama
300,00
Memfasilitasi penerapan, pengembangan dan penggunaan Kekayaan intelektual
1. Perusahaan yang mendapatkan HKI
220
258
Perusahaan
117,27
2. Produk HKI yang dikomersialkan (Paten)
10
27
Produk
270,00
80,00
88,50
Persen
110,63
2. Perusahaan yang mendapat akses ke sumber pembiayaan
600
388
Perusahaan
64,67
3. Perusahaan yang mendapat akses ke sumber bahan baku
40
16
Perusahaan
40,00
4. Perjanjian kerjasama Internasional
5
8
MoU
160,00
Memfasilitasi promosi industri 1. Perusahaan mengikuti seminar/konferensi, pameran, misi dagang/investasi
5160
673
Perusahaan
13,04
Memfasilitasi penerapan standardisasi
1. Rancangan SNI yang diusulkan
120
135
RSNI
112,50
2. Penambahan SNI wajib yang diterapkan
10
14
SNI
140,00
Memfasilitasi pengembangan industri
1. Tingkat utilisasi kapasitas produksi
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja 3. Perusahaan yang menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001-2008 (Pedoman BSN10 dan GKM)
Target
Realisasi
Satuan
%
200
936
Perusahaan
468,00
0,9500
0,2000
Meningkatkan kualitas pelayanan publik
1. Tingkat kepuasan pelanggan
4
4
Indeks
100,00
Mengkoordinasikan peningkatan kualitas lembaga pendidikan dan pelatihan serta Mengoptimalkan budaya pengawasan pada unsur pimpinan dan staf
1. Instruktur yang bersertifikat 2. Jurusan pada lembaga pendidikan dan lembaga diklat yang terakreditasi 1. Tingkat Penurunan penyimpangan minimal
20 5
19 1
Orang Jurusan
95,00 20,00
60,00
90,00
Persen
150,00
2. Terbangunnya Sistem Pengendalian Intern di unit kerja
57,00
57,00
Persen
100,00
Mengoptimalkan evaluasi pelaksanaan kebijakan dan efektifitas pencapaian kinerja
1. Laporan evaluasi pelaksanaan kebijakan 2. Tingkat penurunan penyimpangan pelaksanaan kebijakan industri
10,00 40,00
10,00 90,00
Persen Persen
100,00 225,00
Jumlah Anggaran Tahun 2011 : Rp. 2.329.243.173.000,00 Jumlah Realisasi Anggaran Tahun 2011 : Rp. 1.957.965.203.803,00
0,9650
139,76