Laporan Tahun 2005 P E K K A
LAPORAN AKHIR TAHUN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA KELUARGA (PEKKA) Januari – Desember 2005 I.
SINOPSIS
Tidak seperti biasanya, Kelurahan Kahulungaya, di Kecamatan Pasar Wajo terlihat ramai sore itu. Ratusan warga desa yang terdiri anak-anak, remaja, dan orang dewasa, laki-laki dan perempuan ramai berkumpul di lapangan pinggir pantai. Sorak sorai terdengar dari kejauhan menandakan sedang berlangsung kemeriahan di pinggir pantai itu. Mereka sedang menyaksikan pertandingan persahabatan antar anggota kelompok Pekka se-wilayah Sulawesi Tenggara rupanya. Seperti layaknya kemeriahan yang selalu digelar pada peringatan ulang tahun kemerdekaan RI, acara ini pun menggelar lomba antar kelompok Pekka seperti lari karung, makan kerupuk, membawa kelereng dan memasukkan bola ke dalam botol. Terlihat ratusan anggota kelompok Pekka memberi semangat kepada anggota tim-nya. Acara lomba antar kelompok Pekka merupakan salah satu rangkaian kegiatan Forum Wilayah Pekka Sulawesi Tenggara yang digelar pada tanggal 21-23 November 2005 dengan mengusung tema berbahasa lokal yang meningkatkan akan pentingnya bertumpu pada nilai tradisi yang menguatkan “Bolimo Karo Somanamo Lipu; Manga Kapala kaluarga bawine maimo tapoose ose, pomamasiaka, poangka angkata, popia piara, pomae maea, binci binciki kuli to kamajuana poromu romuata” Sementara itu, sebuah tenda plastik biru telah terpasang di depan balai desa Kahulungaya yang dipenuhi dengan kursi. Terdapat pula arena pameran di samping tempat pertemuan dimana Pekka memajang beberapa foto kegiatan dan profil Pekka Sultra serta menjual berbagai produk hasil mereka. Di tempat inilah seluruh acara forwil akan digelar. Kami sempat berbincang dengan lurah desa ini, yang memang juga terlibat aktif dalam penyelenggaraan acara forwil. Beliau menyatakan kegembiraannya bahwa forwil di gelar di desanya. Beberapa pemuda pun dikerahkan untuk membantu mulai dari pengadaan sound system dan tenaga listrik disel hingga angkat-angkat perlengkapan. Seluruh kepanitiaan dipegang oleh ibu-ibu Pekka dengan diketuai oleh Wa Mimpi. Masyarakat dikerahkan untuk menampung anggota Pekka yang datang dari wilayah luar desa tersebut. Warga desa menyediakan rumahnya sebagai tempat mereka menginap dan menjamu mereka selama tinggal di desa tersebut. Tidak kurang dari 200 peserta forwil hadir mewakili 758 anggota kelompok Pekka di seluruh Sulawesi Tenggara. Setelah lomba, pada malam harinya diadakan acara pembukaan dan malam budaya. Acara dihadiri dan dibuka oleh Camat Pasar Wajo beserta istri dan jajaran muspida kecamatan. Sebagian besar masyarakat desa ikut pula menyaksikan pagelaran malam budaya dari pinggir arena Forwil. Ibu-ibu Pekka tampil mengisi acara pentas budaya dengan berbagai pertunjukkan seperti menyanyi, menari, drama musikal dan bahkan pencak silat. Semua terlihat antusias dan gembira. Esok harinya acara dilanjutkan dengan dialog kebijakan. Meskipun tidak semua nara sumber yang diundang hadir, dialog berjalan cukup lancar. Wakil dari Bapeda dan Camat wilayah
1
Laporan Tahun 2005 P E K K A
Mawasangka menjadi nara sumber dialog yang dipandu oleh salah seorang kader lokal Pekka Sultra. Meskipun dalam bahasa yang terbata-bata, ibu-ibu Pekka bertanya dengan sangat kritis tentang berbagai hal termasuk kompensasi BBM, program pengentasan kemiskinan pemerintah, peraturan daerah, dan penebangan hutan. Selain bertanya, mereka juga memberikan saran dan himbauan pada pemerintah agar memperhatikan nasib mereka. Meskipun mereka faham bahwa tidak seluruh harapan yang disampaikan terjawab dan tidak semua janji yang terucap akan terpenuhi dalam waktu dekat, ibu-ibu Pekka tampaknya cukup puas telah bisa menyampaikan “uneg-unegnya”. Wakil Bappeda diakhir dialog berjanji akan mengupayakan untuk mengintegrasikan program Pekka dalam kerangka pembangunan daerah wilayah Buton. Forum kemudian dimanfaatkan untuk merefleksi perjalanan Pekka Buton setelah memasuki empat tahun. Peserta difasilitasi untuk melihat kembali apa yang mereka mimpikan bersama dalam Pekka, apa yang sudah tercapai dan apa masalah yang akan mereka hadapi dalam mencapai impian tersebut. Perubahan kehidupan yang lebih baik, bermartabat, dan setara dengan lainnya merupakan impian yang terungkap. Mimpi ini kemudian diartikulasikan dalam bentuk pencapaian yang lebih konkrit seperti adanya berbagai kegiatan ekonomi, lembaga keuangan mikro, akses terhadap lembaga pendidikan, akses terhadap pelayanan kesehatan,perwakilan dalam pengambilan keputusan, dan diakui dan dihargai setara dengan warga lainnya. Hasil refleksi ini jadi acuan mereka dalam menyusun rencana tindak lanjut berikutnya. Forwil serupa telah pula digelar di beberapa wilayah Pekka lain seperti NTT, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Aceh. Setiap wilayah menyisakan cerita suksesnya masing-masing. Di Jawa Barat, kemampuan memobilisasi dana dari pemerintah daerah untuk mendukung rangkaian acara forwil merupakan salah satu indikator keberhasilan Pekka Jawa Barat mengangkat eksistensi mereka dan memperoleh pengakuan terhadap akuntabilitas mereka dalam pengelolaan dana yang diberikan. Ini merupakan kedua kali wilayah Jabar memperoleh dukungan pendanaan dari pemda untuk acara serupa. Selain itu Pekka di wilayah ini juga berhasil menghadirkan nara sumber yang cukup banyak dari jajaran Muspida Jawa Barat dalam acara dialog. Acara bertema “Menjemput Perubahan” yang dikonsentrasikan di Desa Sindanglaya, Subang, dihadiri oleh tidak kurang dari 150 orang perwakilan Pekka dari seluruh Jawa Barat. Pemutaran film bertemakan “Cabaukan” yang menggambarkan perjuangan melawan rasisme untuk kesetaraan, pada salah satu malam bagi masyarakat di wilayah tersebut merupakan cara yang efektif bagi pekka untuk mengintegrasikan keberadaan mereka dalam sistem masyarakat. Ratusan angggota masyarakat memadati layar tancap di depan balai desa di salah satu malamnya. Di NTT, forwil Pekka menjadi arena unjuk kekuataan dan posisi politik Pekka. Acara ini digelar beberapa hari setelah pelantikan Bupati Flores Timur yang didukung oleh Pekka dalam pemenangannya. Posisi tawar Pekka untuk memajukan agenda perjuangan mereka dalam program pemerintah daerah dimanfaatkan secara optimal dalam cara yang dibuka oleh Bupati terpilih tersebut. Seluruh jajaran pemerintah daerah terkait hadir dalam acara dialog meskipun mereka tidak mampu menjawab sepenuhnya pertanyaan kritis ibu-ibu Pekka. “Kami ada, diakui ataupun tidak” merupakan tema yang mengandung keteguhan hati Pekka NTT untuk eksis dalam percaturan politik dan tatanan sosial kemasyarakatan di wilayah
2
Laporan Tahun 2005 P E K K A
tersebut. Sekitar 150 orang perwakilan Pekka menggelar berbagai acara seperti malam budaya, pameran dan refleksi bersama. Mengusung tema “Bersama Meraih Cita”, Pekka Jawa Tengah mengkonsentrasikan forum wilayahnya di Desa Larangan Kecamatan Larangan. Meskipun baru pertama menggelar forwil, kelompok Pekka Jawa Tengah cukup mampu mengorganisir kegiatannya dengan baik. Strategi menggunakan kebiasaan masyarakat mendengarkan pengajian umum dipakai Pekka untuk mensosialisasikan keberadaan dan isue terkait dengan mereka. Untuk itu diundang seorang penceramah agama yang cukup sensitive terhadap posisi dan status Pekka dalam konteks masyarakat Jawa tengah. Acara ini dihadiri oleh ratusan anggota masyarakat luas, laki-laki dan perempuan karena diselenggarakan dibalai desa yang kebetulan terletak di jalan utama wilayah ini. Dalam ceramahnya, sang Ustadz menggali akar persoalan perceraian yang tinggi di wilayah ini dengan menekankan pada laki-laki agar lebih bertanggungjawab dalam membina keluarganya. Sekitar 120 orang perwakilan Pekka sangat antusias mengikuti seluruh rangkaian acara dan terlibat aktif dalam penyelenggaraannya. Dalam suasana hampir setahun musibah tsunami, dan paska perjanjian perdamaian antara pemerintah RI dan GAM ditandatangani, Forwil Aceh menyajikan tema “Beudoeh Pekka Aceh”, yang artinya bangkitnya Pekka Aceh. Tema ini diharapkan dapat membangun semangat masyarakat untuk terus bangkit membangun wilayahnya. Sekitar 160 orang perwakilan kelompok pekka dari 5 kabupaten di Aceh, melakukan rangkaian kegiatan forwil sebagai kontribusi nyata terhadap upaya bangkitnya rakyat Aceh. Ceramah agama yang digelar pada hari pertama forwil dihadiri masyarakat luas di wilayah Jeunib, Bireun. Penceramah mengungkapkan perlunya membangun ketahanan keluarga dalam rangka mewujudkan Aceh yang bangkit dari berbagai persoalan. Pada malam kedua, forwil menggelar malam budaya yang juga dihadiri masyarakat luas. Rakyat Aceh yang haus hiburan memadati ruang pertemuan hingga ke jalan raya. Sebagian mereka bahkan ikut berpartisipasi mengisi acara dengan menyuguhkan lantunan nyanyian pujian untuk menenangkan jiwa. Ibuibu pekka dari Tangan-tangan menyuguhkan operete Tsunami, yang mengingatkan kembali musibah yang maha dahsyat tersebut. Dalam operet ini digambarkan kebangkitan mereka setelah terporakporandakan oleh Tsunami. Pentas budaya ini merupakan kontribusi nyata dari kelompok Pekka Aceh dalam menghibur dan memotivasi rakyat Aeh untuk bangkit. Acara dialog merupakan kesempatan bagi Pekka Aceh untuk menawarkan gagasan integrasi program mereka pada proses rekonstruksi Aceh melalui perwakilan BRR-Aceh. Acara yang digelar untuk publik telah memperkenalkan Pekka pada masyarakat luas yang umumnya menghargai apa yang telah dilakukan Pekka Aceh dengan sangat positif. Acara Forwil memang merupakan salah satu sarana yang dipergunakan oleh seknas Pekka untuk mengukur berbagai indikator perkembangan Pekka. Meskipun masih ada tiga wilayah yang belum menyelenggarakan forwil ketika laporan ini dibuat, yaitu Maluku Utara, NTB, dan Kalimantan Barat, secara umum rangkaian acara forwil tersebut, dapat dipergunakan untuk mengukur tingkat kematangan kelompok Pekka dalam menginternalisir visi dan mencapai misinya. Ada empat pilar strategi terpadu yang dijalankan seknas dalam melakukan pemberdayaan Pekka selama ini.
3
Laporan Tahun 2005 P E K K A
Pertama adalah ‘visioning’, atau upaya membangun visi, misi dan perspektif kelompok pekka, agar mereka mentransformasi program dan proyek menjadi alat untuk mengubah kehidupan mereka menjadi lebih baik, sesuai dengan cita-cita dan harapannya. Dari rangkaian kegiatan monitoring yang dilakukan selama kurun waktu 2005 dan refleksi umum pada acara forwil, secara umum kelompok pekka telah menginternalisir visi dan misi yang mereka bangun bersama selama ini, meskipun diungkapkan dalam artikulasi yang lebih sederhana namun konkrit. “Ingin punya usaha yang maju, menyekolahkan anak setinggi-tingginya, punya rumah sakit Pekka, punya rumah makan Pekka, punya Bank Pekka, ingin dihargai, tidak dihina lagi, tidak dilecehkan, hidup bahagia”, merupakan sebagian visualisasi yang diungkapkan mereka. Sebagian cita-cita ini sesungguhnya telah mampu mereka capai. Misalnya, forwil yang didukung oleh tidak hanya pemerintah tetapi juga masyarakat sekitar menunjukkan pergeseran pandangan terhadap Pekka dari seluruh komponen masyarakat. Keinginan untuk dihargai dan dihormati setara lainnya telah dapat dirasakan melalui forwil ini. “Kami dan masyarakat disini bangga forwil Pekka Buton diadakan di wilayah kami sehingga dapat memberikan inspirasi bagi perkembangan wilayah ini kedepannya” ungkap Lurah Kahulungaya. Kedua peningkatan kapasitas kehidupan (livelihood skills) agar mereka mampu mengatasi berbagai kesulitan kehidupannya secara berkesinambungan. Pelatihan, lokakarya, studi banding, dan magang telah difasilitasikan pada mereka selama ini guna meningkatkan kapasitas kehidupannya. Mereka belajar tidak hanya hal tekhnis namun juga manajerial, pengembangan kepribadian dan juga kepemimpinan. Forwil menjadi arena mereka memperlihatkan berbagai kapasitas yang telah mereka tingkatkan selama ini. Rangkaian acara yang dikelola, dipandu, dan dilaksanakan oleh mereka sendiri merupakan salah satu indikator kemajuan yang sangat pesat dalam hal kepemimpinan, manajemen, komunikasi, kepercayaan diri, dan kepribadian mereka. Selain itu ajang ini juga merupakan tanda kemampuan mereka bekerja sama dengan baik dalam wilayahnya. Gagasan pemikiran dan pertanyaan yang disampaikan dalam dialog menunjukkan kematangan mereka dalam menyikapi berbagai persoalan sosial yang muncul di masyarakatnya. “Bagaimana pemerintah daerah akan memfasilitasi perkembangan kelompok-kelompok seperti kami ini dalam pembangunan daerah” demikian salah satu contoh pertanyaan kritis yang disampaikan mereka di forwil NTT. Kemajuan ini juga diperlihatkan dengan keberanian untuk tampil di publik menjadi pembawa acara, moderator dialog, ketua panitia, seksi-seksi di panitia, merupakan tolok ukur perubahan yang positif bagi mereka yang selama ini terpinggirkan. Kapasitas untuk mengakses keadilan melalui proses hukum telah pula dimulai pada tahun 2005 ini di tiga wilayah Pekka yaitu Cianjur, Brebes dan NTB. Melalui kegiatan penguatan hukum Pekka dilatih menjadi kader hukum yang menjadi ujung tombak penyadaran dan pemberdayaan hukum masyarakat di wilayahnya. Berbagai informasi hukum seperti undangundang PKDRT dan undang-undang lainnya telah pula disosialisasikan melalui kegiatan ini. Ada perubahan mendasar terhadap perspektif mereka setelah tau berbagai hak mereka sebagai perempuan sesungguhnya dilindungi oleh undang-undang. Meskipun jalan penegakan secara total masih jauh, paling tidak mereka telah menyadari bahwa mereka dapat mencari keadilan melalui proses hukum yang berlaku jika mereka mau berjuang.
4
Laporan Tahun 2005 P E K K A
Ketiga, pengembangan organisasi dan jaringan kelompok basis, sebagai wadah membangun kekuatan kolektif yang berkontribusi pada pembangunan masyarakat secara keseluruhan. Melalui forwil yang digelar Pekka menunjukkan kekuatan kolektifnya pada masyakat umum. Penumbuhan kelompok dan penambahan anggota kelompok yang terus menerus terjadi mengantarkan pekka menjadi organisasi kelompok marjinal yang harus diperhitungkan keberadaannya. Di NTT misalnya Pekka mampu menyumbang sekitar 20% suara dalam Pilkada. Kelompok Pekka juga telah memobilisir dana melalui kegiatan simpan pinjam yang mereka kelola dan bantuan langsung yang diterima. Secara langsung kegiatan ini sebetulnya telah berkontribusi pada perputaran uang di wilayah yang bersangkutan. Artinya kekuatan ekonomi kolektif Pekka secara tidak langsung berkontribusi pada perekonomian di wilayahnya. Saat ini ada 296 Kelompok Pekka dengan jumlah anggota 6.572 perempuan kepala keluarga, tersebar di 213 desa, di 41 Kecamatan di NAD, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, NTB, NTT, Sulawesi Tenggara, dan Maluku Utara. Secara keseluruhan mereka telah memobilisir dana sejumlah Rp. 5.063.089.035,- dengan perputaran kumulatif mencapai lebih dari 10 milyar rupiah. Pekka juga difasilitasi untuk berjaringan dengan lembaga lain yang diharapkan dpaat memperkuat mereka. Melalui program penguatan hukum yang telah dimulai awal tahun 2005, Pekka mengembangkan forum multistakeholders (MSF) yang beranggotakan berbagai instansi penegak hukum seperti kejaksaan, pengadilan, kepolisian, pemerintah daerah, tokoh masyarakat, lembaga bantuan hukum, perguruan tinggi, dan LSM. Melalui forum ini Pekka akan memperoleh berbagai informasi dan pengetahuan berkaitan dengan hak hukum dan keadilan mereka. Selain itu, dengan adanya forum ini diharapkan mereka dapat mengakses keadilan melalui proses hukum yang berlaku. MSF telah terbentuk di tiga wilayah yaitu Cianjur-Jawa Barat, NTB dan Brebes, Jawa Tengah. Keempat, advokasi kebijakan dan perubahan nilai negatif yang ada dalam masyarakat guna membangun tatanan masyarakat yang lebih adil terutama dalam memperlakukan kelompok marjinal seperti Pekka. Dialog dengan pengambil kebijakan yang digelar dalam forwil merupakan langkah awal proses Pekka belajar untuk menyoal kebijakan pemerintah secara lebih sistematis dimasa mendatang. Meskipun belum ada kebijakan yang berubah dari upaya ini, paling tidak pengakuan pemerintah akan keberhasilan kelompok ini membantu program pengentasan kemiskinan pemerintah menjadi titik awal. Kesuksesan Pekka Jawa Barat mengakses berbagai sumber pendanaan pembangunan untuk mendukung kegiatan mereka termasuk dalam penyelenggaraan forwil kali ini merupakan indikator penting. Selain itu janji baik dari wakil pemerintah yang hadir dalam acara forwil seperti bupati, bapeda, camat, dinas-dinas terkait, juga dapat diperhitungkan sebagai langkah pada perubahan kebijakan yang berfihak pada mereka. Di NTT, Bupati terpilih akan mengembangkan program Pekka dengan pembiayaan APBD. Hal ini diputuskan karena pemerintah daerah melihat proses pemberdayaan yang dilakukan mampu membantu mengatatsi berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat selama ini yaitu kemiskinan dan keterkucilan. Di Aceh, BRR sebagai badan yang bertanggungjawab penuh dalam koordinasi proses pembangunan Aceh kembali juga melihat betapa pendekatan yang dilakukan Pekka sangat sesuai dengan konsep yang ingin mereka kembangkan dalam pemberdayan rakyat. Oleh karena itu, BRR juga akan mengintegrasikan pendekatan seperti Pekka dan program Pekka dalam rencana besar mereka. Tema dan kampanye yang diusung dalam acara forwil merupakan jalan Pekka untuk
5
Laporan Tahun 2005 P E K K A
mengubah cara pandang masyarakat terhadap mereka agar menjadi lebih positif. Selain itu, acara khusus yang diperuntukkan bagi masyarakat luas seperti pemutaran film, pentas seni budaya, ceramah agama, dan pameran tentang Pekka, telah mampu memberikan pandangan positif masyarakat terhadap keberadaan dan kiprah pekka secara lebih positif di dalam masyarakatnya. “Jika ada perempuan yang tersia-siakan sehingga harus menjadi kepala keluarga dan menyebabkan anak-anaknya menjadi yatim, maka laki-laki yang salah, dan harus mempertanggungjawabkan hal ini nantinya”, isi ceramah Kiyai di Jawa Tengah yang telah didengarkan oleh banyak laki-laki anggota masyarakat yang hadir pada acara tersebut. Sebagai sebuah upaya pemberdayaan rakyat miskin, tentu saja tidak ada titik akhir yang mengharuskan berhentinya upaya ini. Pemberdayaan adalah proses kehidupan yang terjadi terus menerus, karena kondisi masyarakat bergerak seperti spiral. Jatuh bangun merupakan hal lumrah dalam pemberdayaan. Misalnya, ketika Pekka berhasil memfasilitasi perkembangan usaha kelompok sehingga meningkatkan pendapatan anggoatnya hingga 100%, terjadi perubahan ekonomi makro dimana pemerintah menaikkan harga BBM hingga lebih dari 100% yang domino efeknya menaikkan seluruh harga barang kebutuhan pokok di tingkat masyarakat. Hal ini secara cepat mengembalikan lagi kesulitan ekonomi anggota kelompok Pekka. Disebagian besar wilayah, bahkan semua harus kembali ke titik nol. Berbagai persoalan mulai dari hal seperti kemalasan sebagian anggota menghadiri pertemuan rutin, ketidakmampuan sebagian anggota membayar cicilan pinjaman di kelompok karena kesulitan ekonomi yang terjadi, penyelewengan sebagian dana kelompok oleh pengurus, hingga persoalan penyalahgunaan wewenang pendamping lapang, merupakan hambatan sekaligus tantangan yang dihadapi program ini dalam perjalanan tahun 2005. Setiap wilayah memiliki keunikan tersendiri baik dalam pencapaian maupun dalam persoalan yang dihadapi. Namun demikian, benang merah yang dapat ditarik dari seluruh wilayah adalah program ini sangat dipengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung kondisi makro sosial, ekonomi dan politik negara ini.
II.
PERKEMBANGAN KELOMPOK DAN PROFILNYA
Dalam tahun 2005, terjadi pertumbuhan di setiap wilayah baik dari segi jumlah kelompok maupun anggotanya serta perluasan wilayah terjadi di tingkat desa dan kecamatan. Hingga Desember 2005, telah berkembang 296 kelompok Pekka dengan beranggotakan 6.572 Orang. Mereka tersebar di 213 Desa, meliputi 41 kecamatan di 19 kabupaten, 8 provinsi di Indonesia yaitu NAD, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, NTB, NTT, Maluku Utara dan Sulawesi Tenggara.
6
Laporan Tahun 2005 P E K K A
Data Anggota Kelompok Pekka Tahun 2005 No.
Lokasi
Sulawesi Tenggara – Buton I Kab. Buton - Kec.Mawasangka II Kab. Buton - Kec.Mawasangka Timur III Kab. Buton - Kec.Batauga IV Kab. Buton - Kec.Sampolawa V Kab. Buton - Kec.Pasar Wajo VI Kab. Buton - Kec.Wolowa VII Kab. Buton - Kec.Siontapina Total Jawa Barat I Kab. Cianjur - Kec. Pacet II Kab. Cianjur - Kec. Cipanas III Kab. Cianjur - Kec. Sukaresmi IV Kab. Sukabumi - Kec. Cibadak V Kab. Subang - Kec. Tanjung Siang VI Kab. Karawang - Kac. Telaga Sari VII Kab. Karawang - Kac. Tempura Total Nusa Tenggara Timur – Kab. Larantuka I Kab. Flores Timur - Kec. Larantuka II Kab. Flores Timur - Kec. Tite Hena III Kab. Flores Timur - Kec. Kelubagolit IV Kab. Flores Timur - Kec. Ile Boleng Total Nangroe Aceh Darussalam I Kab. Aceh Bireun – Kac. Jeunib II Kab. Aceh Bireun – Kac. Plimbang III Kab. Aceh Besar – Kec. Suka Makmur Kab. Aceh Barat Daya – Kec.TanganIV Tangan V Kab. Pidie – Kac. Mutiara Timur VI Kab. Pidie – Kac. Kembang Tanjung VII Kab. Aceh Timur - Kec. Idi Rayeuk Total
Jumlah Desa
Jumlah Kelompok
Jumlah Anggota
1 2 7 2 3 4 2 21
5 6 10 2 4 4 3 34
120 157 225 0 128 128 0 758
5 3 1 9 8 5 1 32
10 4 1 10 13 10 1 49
157 88 0 199 283 207 0 934
10 1 6 9 26
12 2 15 19 48
287 33 459 467 1246
7 4 9
7 4 9
187 98 209
10
10
247
9 2 11 52
10 2 11 53
256 30 211 1,238
MALUKU UTARA I Kec.Malifut II Kec.Kao III Kec.Tobelo IV Kec.Galela Total Nusa Tenggara Barat I Kec.Gerung II Kec.Lingsar III Kec.Jonggat IV Kec.Labuapi Total Kalimantan Barat I Kotamadya Pontianak-Kec.Pontianak
7 8 6 9 30
7 8 8 9 32
103 119 136 359 717
7 6 6 2 21
10 14 8 0 32
223 409 210 0 842
4
6
60
7
Laporan Tahun 2005 P E K K A
Timur & Utara Kab.Pontianak - Kec.Sei Raya Kab.Pantianak-Kec.Sei. Raya Pontianak Utara, Kotamadya Kec Rasau Jaya Total Jawa Tengah I Kab.Batang II Kab.Pemalang III Kab.Brebes Total GRAND T O T A L II III IV V
3 6 1 2 16
5 8 1 2 22
89 177 8 28 362
6 5 4 15 213
10 8 8 26 296
185 137 153 475 6.572
Jumlah Kelompok Pekka per Propinsi Kelompok
60
53 49
50
44
48 45
43
40
34
32 30
26
2004
23
22 19
20
32
27
19
2005
19
10
NAD
Kalbar
Jabar
Jateng
NTB
NTT
Sultra
Malut
Jumlah Anggota Pekka per Propinsi
1. 23 8
1. 22 7 1. 24 6
Orang 1.400
98 3
1. 02 8
1.200
71 7
69 9
800
75 8
84 2
93 4
1.000
600
2004
46 0
33 7
29 7
400
36 2
46 1 47 5
2005
200
NAD
Kalbar
Jabar
Jateng
NTB
NTT
Sultra
Malut
8
Laporan Tahun 2005 P E K K A
Perkembangan Simpanan Kelompok di 8 Propinsi 21.156.050
Jaw a Tengah -
22.728.000
Kalimantan Barat
10.251.750 22.961.450
Nusa Tenggara Barat
23.416.500 38.510.500
Maluku Utara
107.518.335 NTT
2004 2005
188.846.735 51.026.450 64.235.450
Sultra
50.646.300 54.521.500
Jaw a Barat
38.561.400 58.295.200
NAD
-
50.000.000
100.000.000
150.000.000
200.000.000
Perkembangan Pinjaman Kelompok di 8 Propinsi 293.437.500
Jaw a Tengah -
94.974.520
Kalimantan Barat
23.540.000 672.371.250
Nusa Tenggara Barat 22.415.000 269.036.100
Maluku Utara
1.163.438.400 NTT
2004 2005
2.351.701.850 654.724.000 898.611.800
Sultra
561.067.500 743.699.000
Jaw a Barat
865.507.000 1.452.374.000
NAD -
500.000.000
1.000.000.000
1.500.000.000
2.000.000.000
2.500.000.000
Anggota Pekka umumnya berusia antara 41-50 tahun, menanggung beban sekitar satu anggota keluarga. Mereka bekerja sebagai petani, peternak, dan perikanan dengan pendapatan harian sekitar 7,000 rupiah perhari. Sebagian besar dari mereka menjadi kepala keluarga karena suami meninggal dunia. Persentase Penddikan Pekka di 8 Propinsi
SD; 51,85%
Tidak sekolah SD SMP SMA PT
Tidak sekolah; 35,01%
PT; 0,28%
SMA; 5,43%
SMP; 7,43% Total anggota s/d 2005 : 6,572 orang
9
Laporan Tahun 2005 P E K K A
Persentase Sebaran Umur Anggota Kelompok Pekka
41- 50 31% <=20
31 - 40 22%
21 - 30 31 - 40 41- 50
21 - 30 11%
51 - 60 26% <=20 1%
51 - 60 > 60
> 60 9% Total anggota s/d 2005 : 6,572 orang
Persentase Jenis Pekerjaan Anggota Kelompok Pekka di 8 Propinsi
5,50%
41,13%
11,50% Tidak bekerja Buruh, karyawan dll Dagang Industri RT, kerajinan dll Jasa,penjahit, guru dll
26,33% 4,55%
Petani, ternak, perikanan dll
10,97% Total anggota s/d 2005 : 6,572 orang
Persentase Jumlah tanggungan Pekka di 8 Propinsi
Tidak punya anak 1 tanggungan 9,44%
anak 2
13,57%
anak 3
11,41%
anak 4 anak 5 dan lebih 24,51% 16,70% 24,36%
Total anggota s/d 2005 : 6,572 orang
10
Laporan Tahun 2005 P E K K A
Prosentase Penyebab menjadi Pekka di 8 Propinsi
53,48%
Janda cerai Janda meninggal Janda ditinggal Suami sakit
16,69%
Lajang 7,71%
12,88%
9,25%
Total anggota s/d 2005 : 6,572 orang
Persentase Pendapatan Anggota Kelompok Pekka perhari <= 7,500 51%
<= 7,500 7501-15.000 > 15.000 > 15.000 16%
7501-15.000 33%
Total anggota s/d 2005 : 6,572 orang
Persentase Pengeluaran Anggota Kelompok Pekka perhari > 15.000 33%
<= 7,500 38% <= 7,500 7501-15000 > 15000
7501-15.000 29%
Total anggota s/d 2005 : 6,572 orang
11
Laporan Tahun 2005 P E K K A
Persentase Lama menjadi Pekka di 8 Propinsi
19,18% 8,75%
< 1 tahun 1 - 5 tahun 6 - 10 tahun 11 - 15 tahun
22,82%
40,04%
> 15 tahun
9,20%
Total anggota s/d 2005 : 6,572 orang
Persentase Pendidikan Anak Pekka di 8 Propinsi
5,04%
3,13%
13,91%
Tidak sekolah
7,45%
Belum sekolah SD SMP
10,45%
SMA PT
26,68% Total anggota s/d 2005 : 6,572 orang
Sebagian besar kelompok Pekka telah pula berhasil mengembangkan perputaran simpan pinjam yang modalnya dihimpun dari swadaya simpanan mereka sendiri dan dana Bantuan Langsung Masyarakat yang diperoleh pada periode sebelumnya. Total dana yang berputar secara nasional adalah 6.776.206.020 rupiah dengan rincian tiap provinsi sebagai berikut:
12
Laporan Tahun 2005 P E K K A
13
Laporan Tahun 2005 P E K K A
Rekapitulasi Perkembangan Simpanan Kelompok di 8 Propinsi 2005 No. I 1 2 3 4 5 II 1 2 3 4 5 III 1 2 3 4 5 IV 1 2 3 4
No. V 1 2 3 4 VI 1 2 3 VII 1 2 3 VIII 1 2 3
Lokasi NAD Kec.Suka Makmur Kec.Mutiara Timur Kec.Tangan-tangan Kec.Idi Rayeuk Kec.Jeunib Total I Jawa Barat Kab.Cibadak Kab.Pacet Kab.Cipanas Kab.Tanjung Siang Kab.Talagasari Total II Sultra Kec.Batauga Kec.Mawasangka Kec.Mawasangka Timur Kec.Pasar Wajo Kec Wolowa Total III NTT Kec.Kelubagolit Kec.Larantuka Kec.Tite Hena Kec.Ile Boleng Total IV
Lokasi Maluku Utara Kec.Tobelo Kec.Kao Kec.Malifut Kec.Galela Total V Nusa Tenggara Barat Kec.Gerung Kec.Lingsar Kec.Jonggat Total VI Kalimantan Barat Kotamadya Ponianak Kab.Pontianak Kab.Pontianak-Kec.Sei. Raya Total VII Jawa Tengah Kab.Batang Kab.Pemalang Kab.Brebes Total VIII Grand Total
Pokok a
Kumulatif Simpanan (Rp.) Wajib Sukarela b c
Total Simpanan (a+b+c+d)
Khusus d
Dana Hibah
Dana BLM
Total Modal
f
g
(a+b+c+d)+e+f+g )
338.000 1.773.000 391.000 278.000 254.700 3.034.700
7.652.000 19.502.500 11.421.000 8.662.000 7.945.000 55.182.500
46.000 32.000 78.000
-
8.036.000 21.307.500 11.812.000 8.940.000 8.199.700 58.295.200
336.938.400 344.042.000 387.400.000 240.000.000 270.431.500 1.578.811.900
344.974.400 365.349.500 399.212.000 248.940.000 270.431.500 1.628.907.400
621.000 118.000 96.000 670.500 1.714.500 3.220.000
8.459.900 1.174.500 1.574.000 14.759.000 30.802.400 56.769.800
3.142.350 2.642.000 3.365.300 577.200 13.623.100 23.349.950
908.600 4.393.400 3.079.500 8.381.500 16.763.000
13.131.850 8.327.900 8.114.800 16.006.700 8.940.250 54.521.500
191.550.000 105.158.000 73.283.500 226.050.000 155.450.000 751.491.500
204.681.850 113.485.900 81.398.300 242.056.700 164.390.250 806.013.000
492.000 1.055.000 2.065.000 328,000 463,500 4.403.500
5.150.150 6.633.000 4.992.000 5,715,500 5,394,000 27.884.650
7.826.350 6.000 867.500 2,377,050 4,711,400 15.788.300
6.726.000 831.500 2,733,000 5,868,500 16.159.000
20.194.500 7.694.000 8.756.000 11,153,550 16,437,400 64.235.450
146.650.000 153.150.000 130.250.000 107,900,000 58,000,000 595.950.000
166.844.500 160.844.000 139.006.000 119,053,550 74,437,400 660.185.450
10.325.000 5.442.800 340.000 4.150.000 20.257.800
14.635.000 12.218.400 236.500 21.113.500 48.203.400
58.673.585 18.942.125 7.500 8.824.500 86.447.710
24.236.025 5.050.000 47.000 4.604.800 33.937.825
107.869.610 41.653.325 631.000 38.692.800 188.846.735
312.554.000 496.550.000 438.000.000 1.247.104.000
420.423.610 538.203.325 631.000 476.692.800 1.435.950.735
Pokok a
Kumulatif Simpanan (Rp.) Wajib Sukarela b c
Khusus d
902.000 1.115.000 359.000 1.408.000 3.784.000
6.237.500 3.904.000 2.748.000 864.000 13.753.500
3.412.000 3.698.000 958.000 364.500 8.432.500
2.978.500 8.734.000 370.000 458.000 12.540.500
13.530.000 17.451.000 4.435.000 3.094.500 38.510.500
339.000 1.006.000 458.500 1.803.500
4.058.500 8.779.500 6.784.000 19.622.000
250.000 440.100 433.850 1.123.950
369.000 35.000 8.000 412.000
5.016.500 10.260.600 7.684.350 22.961.450
479.000 429.000 790.000 1.698.000
2.643.000 1.652.500 2.141.700 6.437.200
1.225.900 4.508.400 8.285.500 14.019.800
48.000 525.000 573.000
4.395.900 6.589.900 11.742.200 22.728.000
1.369.000 748.000 1.398.000 3.515.000
5.401.500 3.849.000 5.246.000 14.496.500
773.250 1.176.800 842.500 2.792.550
11.500 340.500 352.000
41.716.500
242.349.550
152.032.760
80.737.325
Total Simpanan (a+b+c+d)
-
-
Dana Hibah
Dana BLM
Total Modal
f
g
(a+b+c+d)+e+f+g )
93.850.000 93.850.000
13.530.000 17.451.000 98.285.000 3.094.500 132.360.500
200.000.000 69.544.600 269.544.600
5.016.500 210.260.600 77.228.950 292.506.050
8.419.900 7.548.500 11.813.450 27.781.850
-
12.815.800 14.138.400 23.555.650 50.509.850
7.543.750 5.785.300 7.827.000 21.156.050
17.750.000 6.750.000 11.000.000 35.500.000
-
471.254.885
63.281.850
4.536.752.000
-
25.293.750 12.535.300 18.827.000 56.656.050 5.063.089.035
14
Laporan Tahun 2005 P E K K A
Rekapitulasi Perkembangan Pinjaman Kelompok di 8 Propinsi 2005 No. I 1 2 3 4 5 II 1 2 3 4 5 III 1 2 3 4 5 IV 1 2 3 4 V 1 2 3 4 VI 1 2 3 VII 1 2 3 VIII 1 2 3
Lokasi NAD Kec.Suka Makmur Kec.Mutiara Timur Kec.Tangan-tangan Kec.Idi Rayeuk Kec.Jeunib Total I Jawa Barat Kab.Cibadak Kab.Pacet Kab.Cipanas Kab.Tanjung Siang Kab.Talagasari Total II Sultra Kec.Batauga Kec.Mawasangka Kec.Mawasangka Timur Kec.Pasar Wajo Kec Wolowa Total III NTT Kec.Kelubagolit Kec.Larantuka Kec.Tite Hena Kec.Ile Boleng Total IV Maluku Utara Kec.Tobelo Kec.Kao Kec.Malifut Kec.Galela Total V Nusa Tenggara Barat Kec.Gerung Kec.Lingsar Kec.Jonggat Total VI Kalimantan Barat Kotamadya Ponianak Kab.Pontianak Pontianak-Kec.Sei. Raya Total VII Jawa Tengah Kab.Batang Kab.Pemalang Kab.Brebes Total VIII Grand Total
Pinjaman
Kumulatif Pinjaman (Rp.) Angsuran Sisa
Jasa
159.754.000 216.577.500 456.965.000 284.280.000 334.797.500 1.452.374.000
6.056.000 80.326.100 159.819.000 75.115.000 76.797.000 398.113.100
153.698.000 136.251.400 297.146.000 209.165.000 258.000.500 1.054.260.900
564.500 2.352.900 5.238.000 1.995.900 18.467.700 28.619.000
278.131.500 3.644.500 14.149.000 351.230.500 96.543.500 743.699.000
144.505.400 3.235.500 11.994.000 224.950.850 90.572.600 475.258.350
133.626.100 409.000 2.155.000 126.279.650 5.970.900 268.440.650
12.915.250 4.584.200 3.054.800 14.819.950 7.266.250 42.640.450
183.950.000 121.125.700 224.493.100 225,088,000 143,955,000 898.611.800
143.763.000 90.253.200 187.068.400 137,326,500 95,725,000 654.136.100
40.187.000 30.872.500 37.424.700 87,761,500 48,230,000 244.475.700
20.089.000 7.163.800 19.325.500 10,366,000 4,721,350 61.665.650
1.701.879.000 154.508.550 1.050.000 494.264.300 2.351.701.850
1.077.111.400 120.976.600 358.000 440.733.500 1.639.179.500
624.767.600 33.531.950 692.000 53.530.800 712.522.350
122.733.350 76.182.100 16.000 56.373.500 255.304.950
57.550.000 108.276.100 103.210.000 269.036.100
14.387.000 48.283.100 30.742.500 93.412.600
27.990.000 59.993.000 72.467.500 160.450.500
4.220.000 11.517.750 6.064.500 21.802.250
281.197.250 176.357.100 214.816.900 672.371.250
84.711.250 34.252.110 43.243.000 162.206.360
196.486.000 142.104.990 171.573.900 510.164.890
14.640.750 8.182.550 3.996.700 26.820.000
23.229.520 32.800.000 38.945.000 94.974.520
16.127.500 22.807.000 27.834.000 66.768.500
7.102.020 9.993.000 11.111.000 28.206.020
702.500 1.431.600 1.255.200 3.389.300
108.679.500 101.118.000 83.640.000 293.437.500 6.776.206.020
77.445.000 81.277.800 61.148.500 219.871.300 3.708.945.810
31.234.500 19.840.200 22.491.500 73.566.200 3.052.087.210
3.403.250 5.156.900 5.491.050 14.051.200 454.292.800
Untuk memperluas akses anggota dan pada akhirnya masyarakat miskin lain di wilayah tersebut, maka telah pula di kembangkan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) sebagai wadah bagi kegiatan kolektif simpan pinjam di tingkat wilayah. Hingga saat ini telah terbentuk 17 LKM yang tersebar di NAD, Jabar, Jateng, Sultra, Malut, dan NTT. Lima belas LKM telah melayani pinjaman kepada para pekka melalui kelompoknya dengan besaran antara Rp. 500.000,- sampai Rp. 15.000.000,-. Tiga LKM telah memiliki aset berupa tanah yaitu di Subang, Pasar Wajo, dan Klubagolit yang rencananya akan digunakan sebagai kantor dan usaha LKM di wilayah tersebut. Besarnya simpanan pokok dari kelompok ke LKM berkisar antara Rp. 10.000,- sampai dengan Rp. 100.000,-Sedangkan besaran simpanan wajib dari 15
Laporan Tahun 2005 P E K K A
kelompok ke LKM berkisar antara Rp. 5.000,- sampai dengan Rp. 20.000,- per bulan. Ada tujuh LKM telah melayani program asuransi mikro dengan nama ’santunan kematian’, dimana setiap anggota kelompok Pekka membayar Rp. 15.000,- sampai Rp. 20.000,- pertahun pada LKM, dan jika ada anggota kelompok Pekka yang meninggal akan mendapat santunan antara Tp. 750.000,- sampai Rp. 1.000.000,-. Misalnya di kecamatan Klubagolit LKM sudah memberikan santunan kematian pada dua anggota kelompok Pekka yang meninggal masingmasing sebesar Rp. 1.000.000,- kepada keluarga yang ditinggalkan. Untuk meningkatkan kapasitas pengelolaan LKM telah dilakukan latihan LKM kepada 163 orang pengurus LKM selama tahun 2005 ini.
16
Laporan Tahun 2005 P E K K A
Rekapitulasi Perkembangan Simpanan LKM di 8 Propinsi 2005 Kumulatif Simpanan LKM No I 1 2 3 4 5
Lokasi
III 1 2 3 4 5
NAD Kec.Suka Makmur Kec.Mutiara Timur Kec.Tangan-tangan Kec.Idi Rayeuk Kec.Jeunib Total I Jawa Barat Kab.Cibadak Kab.Pacet Kab.Cipanas Kab.Tanjung Siang Kab.Talagasari Total II Sultra Kec.Batauga Kec.Mawasangka Kec.Mawasangka Timur Kec.Pasar Wajo Kec Wolowa
IV 1 2 3 4
NTT Kec.Kelubagolit Kec.Larantuka Kec.Tite Hena Kec.Ile Boleng
II 1 2 3 4 5
Total
Pokok
Wajib
Sukarela
Khusus
Simpanan
a
b
c
d
(a+b+c+d)
Setoran Dana BLM
Total Modal
f
(a+b+c+d)+ e+f
500.000 400.000 900.000 1.800.000
480.000 720.000 840.000 2.040.000
-
-
980.000 1.120.000 1.740.000 3.840.000
43.655.000 20.500.000 42.164.000 106.319.000
44.635.000 21.620.000 43.904.000 110.159.000
150.000 1.121.500 7.606.750 8.878.250
570.000 2.061.000 2.631.000
60.000 60.000
-
780.000 3.182.500 7.606.750 11.569.250
91.350.000 52.150.000 39.500.000 156.540.000 339.540.000
92.130.000 52.150.000 39.500.000 159.722.500 7.606.750 351.109.250
500.000 200,000 300,000
550.000 520,000 780,000
250.000 170,000 370,000
1.100.000 -
2.400.000 890.000 1.450.000
113.500.000 26.900.000 91,043,500 50,500,000
115.900.000 26.900.000 91,933,500 51,950,000
1.000.000
1.850.000
790.000
1.100.000
4.740.000
281.943.500
750.000 1.900.000
750.000 1.820.000
35.904.900 -
6.105.000 -
43.509.900 3.720.000
280.346.000 237.079.150 368.852.000
Total IV
2.650.000
2.570.000
5.904.900
6.105.000
7.229.900
886.277.150
Grand Total
14.328.250
9.091.000
36.754.900
7.205.000
67.379.150
1.614.079.650
Total III
Catatan Maluku Jateng NTB & Kalbar
286.683.500 323.855.900 237.079.150 372.572.000 933.507.050 1.681.458.800
Baru satu LKM terbentuk tapi belum ada simpan pinjam Baru satu LKM terbentuk tapi belum ada simpan pinjam Belum terbentuk LKM
17
Laporan Tahun 2005 P E K K A
Rekapitulasi Perkembangan Pinjaman LKM di 8 Propinsi 2005 Komulatif Pinjaman No I 1 2 3 4 5
Lokasi
III 1 2 3
NAD Kec.Suka Makmur Kec.Mutiara Timur Kec.Tangan-tangan Kec.Idi Rayeuk Kec.Jeunib Total I Jawa Barat Kab.Cibadak Kab.Pacet Kab.Cipanas Kab.Tanjung Siang Kab.Talagasari Total II Sultra Kec.Batauga Kec.Mawasangka Kec.Mawasangka Timur
4
Kec.Pasar Wajo
5
Kec Wolowa Total III NTT Kec.Kelubagolit Kec.Larantuka Kec.Tite Hena Kec.Ile Boleng Total IV Grand Total
II 1 2 3 4 5
IV 1 2 3 4
Catatan Maluku Jateng NTB & Kalbar
Pinjaman
Angsuran
Sisa
Jasa
Provisi Kredit
49.850.000 49.850.000
8.500.000 8.500.000
41.350.000 41.350.000
42.500 42.500
71.450.000 52.150.000 39.500.000 243.500.000 406.600.000
13.686.000 25.735.000 19.750.000 110.860.350 170.031.350
57.764.000 26.415.000 19.750.000 132.639.650 236.568.650
824.000 9.667.900 10.491.900
83.400.000 99,200,000
10.925.000 65,000,000
72.475.000 -
21.250 484,500
66,000,000 248.600.000
31,550,000 107.475.000
34,200,000 34,450,000 141.125.000
568.050 4,871,500 2,052,700 7.492.250
297,500 803.250
389.400.000 291.000.000 191.000.000 871.400.000 1.576.450.000
119.880.000 64.486.500 68.894.000 253.260.500 539.266.850
269.520.000 226.513.500 122.106.000 618.139.500 1.037.183.150
10.653.000 11.064.750 8.010.000 29.727.750 47.754.400
3.795.000 2.531.000 955.000 7.281.000 8.084.250
Baru satu LKM terbentuk tapi belum ada simpan pinjam Baru satu LKM terbentuk tapi belum ada simpan pinjam Belum terbentuk LKM
18
Laporan Tahun 2005 P E K K A
III.
KEGIATAN PEKKA
3.1.
Memperkuat visi dan misi, serta motivasi berkelompok
Upaya untuk terus-menerus menjaga visi dan misi anggota Pekka dan motivasi untuk tetap bekerja dalam kelompok dilakukan melalui berbagai kegiatan seperti pelatihan dalam kelas, diskusi informal dalam kelompok dan dalam kunjungan individu, dalam forum wilayah tahunan. Mereka merefleksikan sudah sejauh mana impian mereka tercapai, mengidentifikasi masalah dan tantangan yang ada, mengidentifikasi kekuatan dan sumberdaya, serta memperbaharui lagi impian mereka dan membuat rencana untuk meraih cita-citanya tersebut. Refleksi merupakan metode yang dipilih agar Pekka belajar untuk selalu mulai dari apa yang ada dalam diri dan melihat kekuatan dan kelemahan secara proporsioanl. Upaya ini bukanlah kegiatan satu kali saja, namun dilakukan secara berulang atau reguler. Karena sebagai kelompok yang berada dalam tatanan masyarakat yang sudah banyak dipengaruhi oleh arus modernisasi, Pekka cukup rentan dipengaruhi oleh kondisi yang berkembang yang sebagian mengancam keberlangsungan upaya pengorganisasian mereka. Selain itu berbagai program pembangunan lainnya yang mempergunakan pendekatan berbeda dari Pekka dan cenderung kontraproduktif bagi kelangsungan Pekka juga menjadi ancaman dalam perkembangan Pekka menjadi mandiri. Selama tahun 2005, paling tidak ada 2.706 orang yang telah ikut dalam proses memperkuat visi dan misi serta motivasi berkelompok, baik kelompok baru maupun lama yang dilakukan melalui berbagai kegiatan tersebut. 3.2.
Meningkatkan kapasitas
Upaya meningkatkan kapasitas anggota maupun kelompok Pekka dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan mereka, membuka akses terhadap sumberdaya, memfasilitasi mereka untuk mampu berpartisipasi dalam berbagai kehidupan sosial politiknya, mengembangkan kesadaran kritis mereka, dan pada akhirnya membuat mereka sungguhsungguh memiliki kontrol atau kuasa terhadap kehidupannya. Peningkatan kapasitas dilakukan dalam dua ranah yaitu kapasitas individu dan kapasitas kolektif. Upaya ini dilakukan secara terus menerus melalui pelatihan, lokakarya, magang, dan studi banding. Peningkatan kesejahteraan dilakukan melalui upaya peningkatan pendapatan dengan mengembangkan usaha mikro yang selama ini telah digeluti anggota maupun memperkenalkan usaha baru. Berbagai pelatihan keterampilan usaha diberikan kepada mereka sesuai dengan minat, potensi, dan sumberdaya yang ada. Dalam pelatihan ini mereka memahami teori dan juga praktek langsung. Di beberapa wilayah juga dilakukan studi banding guna melihat usaha sejenis di tempat lain yang telah berkembang baik. Pelatih didatangkan dari berbagai fihak termasuk tim seknas Pekka, pemerintah daerah yang terkait, pengusaha, dan juga anggota kelompok lainnya. Jenis-jenis usaha sangat beragam misalnya di Sultra mereka berlatih tentang pembuatan VCO (Virgin Coconut Oil), kue kering, budidaya rumput laut dan tripang serta pertanian coklat. Sementara di NTT mereka belajar membuat benang tenun tidak luntur, dan di Jawa Barat mereka belajar membuat nata de coco. Di Maluku Utara beberapa kelompok juga mengembangkan VCO, di Jawa tengah tentang pengolahan hasil pertanian, di NTB usaha pertanian sawah, sementara di Aceh dan Kalbar usaha peternakan, perdagangan dan pertanian. Selain berlatih aspek tekhnis usaha, mereka
19
Laporan Tahun 2005 P E K K A
juga dilatih tentang manajemen usaha termasuk kewirausahaan, kelayakan usaha dan pemasaran. Tidak kurang dari 30 macam pelatihan telah dilakukan dengan total peserta yang dilatih mencapai 701 orang anggota Pekka di berbagai wilayah. Selain akses permodalan yang dikembangkan melalui kegiatan simpan pinjam dan juga dana Bantuan Langsung Masyarakat dalam komponen program, sebagian kelompok Pekka telah terbuka akses terhadap sumberdaya lain baik yang dikelola oleh pemerinath daerah maupun lembaga lainnya. Misalnya di Cianjur jawa Barat kelompok memperoleh dana prestasi sejumlah 19 juta rupiah, di Maluku Utara Pekka mendapatkan bantuan perlengkapan usaha catering dari UNDP dan PEMDA, di Kalimantan Barat memperoleh sumbangan dana dari Dompet Dhuafa dan perorangan, dan di Aceh mereka mendapat bantuan dari berbagai fihak termasuk untuk membangun rumah. Selain dalam bentuk dana, mereka juga mulai bisa mengakses informasi, pelatihan-pelatihan, dan pendampingan. Misalnya kelompok mengakses order pemasangan payet dari pabrik di Sukabumi, mengakses pasar jahe instan ke luar wilayah dan juga mengikuti pameran-pameran perdagangan di wilayahnya untuk akses pasar yang lebih luas. Akses terhadap penegakan hukum telah pula dilakukan terutama di tiga wilayah yaitu NTB, Jawa tengah dan Jawa Barat yaitu melalui Forum Multistakeholder penegak hukum di wilayah tersebut. Anggota Pekka dapat membawa kasus mereka dan mencari keadilan melalui forum ini. Selain membuka akses untuk mereka, Pekka juga memberikan akses pada masyarakat luas diantaranya dengan membangun fasilitas publik seperti sarana air bersih dan MCK. Hal ini terjadi di wilayah Sultra dan NTT misalnya. Selain itu beberapa wilayah juga memberikan akses usaha ekonomi pada pemuda di wilayah tersebut misalnya dengan usaha ojek kelompok yang dilaksanakan oleh mereka yang terjadi di NTT dan Sultra. Keterlibatan Pekka di dalam berbagai kegiatan baik yang terkait kegiatan Pekka maupun dalam kegiatan publik lainnya juga meningkat. Kelompok Pekka telah diakui keberadaan dan kemampuannya dalam masyarakat. Di banyak wilayah mereka telah ikut dalam kegiatan desa dengan identitas perwakilan Pekka. Untuk membangun kesadaran kritis mereka terutama berkaitan dengan hak dan kewajiban sebagai manusia, pada setiap pertemuan rutin mereka mendiskusikan hal-hal yang berkaitan dengan hak politik, kesehatan reproduksi, kesehatan lingkungan, pengobatan tradisonal, PKDRT dan kekerasan terhadap perempuan, hak perempuan dalam perkawinan, analisa soisal, dll. Selain itu mereka juga belajar membaca dan menulis agar mereka dapat mengakses informasi langsung dan memahaminya secara kritis. 3.3.
Mengembangkan organisasi, kepemimpinan, dan jaringan
Mengembangkan organisasi merupakan salah satu upaya membangun kapasitas kolekif Pekka agar proses perubahan sosial terjadi lebih luas dan cepat. Organisasi dikembangkan secara bertahap dengan membentuk kelompok-kelompok swadaya. Di setiap wilayah Pekka pada kurun waktu 2005 terbentuk paling sedikit satu kelompok baru. Perkembangan kelompok diikuti dengan perkembangan desa dan kecamatan wilayah Pekka. Meskipun ada beberapa kelompok yang mati sebelum berkembang, secara keseluruhan, grafik pertumbuhan kelompok terlihat meningkat dari tahun ke tahun.
20
Laporan Tahun 2005 P E K K A
Dinamisasi kelompok dilakukan dengan mengadakan pertemuan rutin di setiap kelompok dan pertemuan berkala di tingkat wilayah melalui forum antar kelompok. Kelompok-kelompok yang baru terbentuk diberikan pelatihan motivasi berkelompok guna membangun kesadaran mereka bahwa persoalan kompleks mereka hanya dapat diatasi jika mereka bekerjasama dalam kelompok. Pada tahun 2005 telah dilakukan 13 kali pelatihan motivasi berkelompok dengan total peserta 943 orang anggota Pekka. Kelompok-kelompok yang telah terbentuk dipimpin oleh mereka sendiri. Pemilihan pemimpin kelompok dilakukan secara demokratis. Pemimpin yang terpilih kemudian dilatih secara intensif tentang kepemimpinan termasuk manajemen kelompok. Selama tahun 2005 telah dilatih 505 orang pemimpin kelompok Pekka yang baru terbentuk maupun yang telah terbentuk sebelumnya. Cukup banyak diantara pemimpin kelompok Pekka akhirnya juga dipilih menjadi pemimpin dalam masyarakatnya. Melatih pemimpin kelompok dilakukan melalui berbagai cara, termasuk menugaskan pengurus dan anggota memimpin pertemuan rutin kelompok secara bergilir, mengajak mereka melakukan sosialisasi tentang program Pekka di wilayah baru, menugaskan dan mendampingi mereka melakukan pembentukan kelompok baru di wilayah baru, menugaskan mereka menjadi asisten saat PL memberikan pelatihan. Selain itu untuk menumbuhkan sebanyak mungkin potensi kepemimpinan yang ada, PL juga mengajak anggota yang potensial untuk terlibat mengelola kelompok, seperti membantu pengurus dalam melakukan pencatatan simpan-pinjam, diberi tanggungjawab untuk menjadi panitia pada kegiatan kelompok, dll. Refleksi rutin mereka lakukan dalam pertemuan kader, pengurus dan PL, sambil berlatih untuk memperbaiki kekurangannya. Kelompok Pekka juga difasilitasi untuk berjaringan sesama mereka dan dengan lembaga lain di wilayahnya. Jaringan ini diharapkan dapat memperkuat posisi tawar Pekka dalam memperjuangkan haknya. Ada 5 forum wilayah yang digelar selama tahun 2005 dengan total perwakilan kelompok yang aktif terlibat berjumlah 821 orang. Selain dengan sesama mereka, Pekka juga mengembangkan jaringannya dengan lembaga lain misalnya dengan Forum Multistakeholder (MSF) dalam kegiatan penguatan hukum mereka. MSF beranggotakan aparat penegak hukum, akademisi, aktivis LSM dan Ormas, serta unsur pemerintah daerah lainnya. Dalam tahun 2005 telah digelar dua kali pertemuan MSF di NTB dan Jawa Barat, satu kali di Jawa Tengah dengan total peserta lebih dari 100 orang. Jaringan kerjasama juga diperluas dalam berbagai aspek kehidupan Pekka. Misalnya di Jawa Barat kelompok Pekka dilibatkan oleh dinas terkait untuk mengikuti pameran di Propinsi bahkan pemerintah daerah ikut membantu pendanaan Forwil Pekka wilayah ini dan memfasilitasi kelompok Pekka untuk pengembangan usaha. Di NTT kelompok Pekka membangun hubungan baik dengan pemerintah daerah terutama Bupati. Dengan demikian dinas terkait berkomitmen dan telah mulai membantu Pekka terutama dalam usaha seperti pemasaran produk dan tekhnis pengolahan jambu mete. Selain itu di Kecamatan di Kelobagolit, NTT Pemda berjanji akan mengalihkan anggaran rutin untuk PKK yang tidak aktif ke kelompok Pekka. Di Tobelo, Maluku Utara kelompok Pekka membangun hubungan baik dengan pemerintah dan lembaga dana sehingga mereka mendapat bantuan pelatihan
21
Laporan Tahun 2005 P E K K A
VCO dan peralatannya, mendapat peralatan pembuatan garam pati (abon ikan) dan catering. Di Sultra pemerintah daerah mendukung kelompok Pekka dan membantu dalam pelaksanaan Forum wilayah Pekka. Di NTB kelompok Pekka dilibatkan oleh pemerintah untuk mengikuti pameran NTB Expo. Selain membangun organisasi melalui berbagsi pelatihan, kelompok juga membuat bangunan fisik untuk organisasi tersebut berupa sekretariat yang sekaligus berfungsi sebagai tempat pertemuan kelompok dan kantor LKM. Di Klubagolit NTT telah dibangun 5 sekretariat kelompok, di Ile Boleng, NTT satu sekretariat, di Aceh ada 3 sekretariat, dan di Sultra ada satu sekretariat. 3.4.
Advokasi
Advokasi Pekka dilakukan dalam rangka menyoal berbagai ketidakadilan yang dihadapi Pekka dengan mengadvokasi berbagai perubahan baik berkaitan dengan kebijakan positif maupun tatanan nilai yang berlaku. Upaya ini tentu saja tidak segera memberikan hasil perubahan yang nyata. Meskipun demikian proses yang terjadi dapat dilihat sebagai hasil pemberdayaan Pekka. Berbagai aktivitas telah terjadi di tingkat kelompok Pekka dalam advokasi. Guna mengkampanyekan persoalan dan keprihatinan mereka terhadap tatanan nilai yang cenderung mendiskriminasi dan mendeskreditkan mereka, kelompok Pekka di NTT melakukan berbagai aktivitas seperti mengadakan kampanye anti kekerasan terhadap perempuan pada peringatan hari kekerasan terhadap perempuan sedunia, mengadakan karnaval dan perlombaan gerak jalan pada acara tujuhbelasan, dan menggelar dialog dengan tokoh adat di wilayah tersebut untuk menyederhanakan tradisi yang memberatkan dan mengajukan usul perempuan terlibat dalam mengambil keputusan adat. Dialog dengan pengambil kebijakan merupakan langkah awal yang dilakukan banyak kelompok Pekka untuk perubahan berbagai kebijakan yang berdampak pada mereka. Di NTT kelompok mengangkat isu anggaran belanja daerah untuk kepentingan orang miskin dan pekka pada khususnya. Di Jawa Barat dan Kalbar mereka menyoal alokasi anggaran untuk pendidiakn dan kesehatan perempuan. Sementara itu di Sultra dan Jawa Tengah kelompok Pekka mengajukan protes tentang pelaksanaan kompensasi BBM yang tidak sampai ke rakyat miskin. Masih di Jawa Tengah, kelompok Pekka juga mengajukan protes dengan kepada penegak hukum yang tidak memberikan keadillan pada kasus perkosaan anak perempuan dibawah umur yang terjadi di wilayah tersebut. Di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Barat, dimana pilot program penguatan hukum perempuan dikembangkan, upaya penegakan hukum dimulai dengan membangun kesadaran kritis pekka tentang hak mereka dimata hukum, dan membangun pemahaman mereka tentang berbagai undang-undang terkait dengan hal tersebut, misalnya UUPKDRT (Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga). Berbagai kasus kekerasan telah pula diajukan ke meja hijau dan Pekka melakukan pendampingan untuk pemenangan hak perempuan. Selain itu kerjasama dengan penegak hukum terus dijalin dengan baik di ketiga wilayah ini.
22
Laporan Tahun 2005 P E K K A
IV.
RAGAM WILAYAH
4.1.
Di Jawa Tengah
Trik Mengorganisir Pekka yang Buta Huruf Kemiskinan struktural merupakan salah satu sebab mengapa sekitar 60% anggota kelompok Pekka di Jawa Tengah buta huruf. Tentu saja hal ini menyulitkan proses pengembangan kelompok dan kepemimpinan di wilayah ini. Tidak seorang anggotapun yang memiliki keberanian dan kepercayaan diri untuk berbicara dan mengemukakan pendapat apalagi memimpin kelompoknya. Di kelompok Bulu Indah, desa Bulu, Kecamatan Pemalang semua pengurus kelompok yang terpilih buta huruf. Sebagai akibatnya kelompok ini pada awalnya kesulitan melakukan pembukuan untuk kegiatan simpan pinjam mereka. Pencatatan diandalkan pada kekuatan daya ingat pengurusnya. Menyadari hal ini, diputuskan untuk anak pengurus atau anak anggota kelompok yang berpendidikan SMP untuk mengerjakan pembukuan kelompok. Pendamping Lapang juga menuliskan peraturan kelompok dalam bentuk gambar. Cara ini berhasil meningkatkan kepercayaan diri dan daya kritis anggota, hal ini terlihat dari dinamisnya setiap pertemuan yang dilaksanakan di perempuan kepala keluarga. Dan proses pengambilan keputusan tetap berada pada pengurus dan anggota kelompok tanpa dipengaruhi oleh anak atau PL yang membantu menuliskan pembukuan mereka. Kemudian secara perlahan mereka mulai belajar baca tulis.
Tanpa BLM mereka juga bisa Keberadaan bantuan langsung masyarakat (BLM) dalam program Pekka umumnya menjadi kontraproduktif untuk proses pengorganisasian dan pengembangan keswadayaan masyarakat. Hal ini terlihat ketika membandingkan wilayah Pekka yang memperoleh BLM diawal dan yang dikembangkan tanpa bantuan BLM seperti Jawa Tengah. Sri Urianti, PL Pemalang, Jawa Tengah, mulai mengorganisir Pekka dengan serangkaian kegiatan orientasi, sosialisasi dan persiapan sosial. Proses ini merupakan kunci utama dalam membangun keswadayaan masyarakat. Urianti memulainya dengan mengidentifikasi permasalahan ibu-ibu yang menjadi kepala keluarga kemudian mendiskusikan bersama untuk mencari jalan keluar. Umumnya kesulitan yang diungkapkan kelompok Pekka berkaitan dengan kesulitan permodalan dalam mengembangkan usaha kecil mereka. Menyadarai bahwa tidak akan ada bantuan dari orang lain, mereka kemudian dimotivasi untuk membangun keswadayaan dengan simpan pinjam. Kegiatan ini cukup berhasil, misalnya yang terjadi di kelompok Mekar Jaya ataupun Kenanga, dalam jangka waktu dua tahun telah terkumpul modal swadya sebesar Rp 4.652.500,- . Jumlah ini tentu saja sangat besar dan berarti bagi kelompok masyarakat yang sangat miskin seperti mereka. Dari modal tersebut telah bergulir dengan total perguliran pinjaman sebesar Rp 38.485.000,- dan telah diangsur sebesar Rp 32.417.800,-. Pinjaman kelompok sebagian besar digunakan untuk mengembangkan usahanya, karena anggota kelompok sebagian besar pedagang kecil.
23
Laporan Tahun 2005 P E K K A
Tantangan mengorganisir buruh Banyak perempuan di Jawa Tengah yang menjadi anggota kelompok Pekka bekerja sebagai buruh tani yang bekerja saat musim tanam dan musim panen, buruh petik bunga melati yang bekerja memetik melati di kebun-kebun melati, buruh pabrik, buruh cuci, dll. Kebanyakan mereka semata-mata menggantungkan hidupnya dari pekerjaan tersebut. Sebagai akibatnya pada masa-masa tertentu mereka harus menganggur misalnya saat tidak musim tanam atau panen atau pada saat paceklik. Hal ini menyebabkan mereka tidak berpenghasilan dan harus berhutang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Situasi akan bertambah buruk jika musim hajatan tiba dimana mereka harus menambah hutang untuk menutupi pengeluaran menghadiri hajatan tersebut. PL berupaya meningkatkan kesejahteraan mereka dengan mengajak mereka untuk mengembangkan usaha alternatif atau usaha tambahan guna meningkatkan pendapatan mereka baik dilakukan secara perorangan ataupun kelompok. Namun hal ini ternyata tak mudah untuk dilakukan. Walaupun pekerjaan yang ada sebagai buruh hasilnya tidak mencukupi, tetapi tidak ada keberanian untuk mencoba usaha lain. Bagi mereka usaha yang ada walau sedikit hasilnya tetapi sudah pasti. Sedangkan usaha baru hasilnya tidak ada kepastian. Hal ini menyebabkan sangat sulit bagi PL untuk melakukan pengembangan usaha pada kelompok dengan anggota yang mayoritas bekerja sebagai buruh.
4.2.
Di Sulawesi Tenggara
Lembaga Keuangan Mikro atasi kemacetan pinjaman Pada tahun 2004, sekitar 25 % pinjaman kegiatan usaha ekonomi produktif (UEP) dari dana BLM di kecamatan Pasar Wajo macet. Dua kelompok yaitu Beringin dan Kupukupu di desa Lapanda bahkan sama sekali tidak mau mengembalikan dana pinjaman tersebut karena menganggap dana tersebut adalah dana hibah sebagaimana program lainnya. Wa Ode Salawati pendamping lapang yang bertanggungjawab mendampingi kelompok Pekka di wilayah ini hampir putus asa bahkan sempat hendak mengundurkan diri dari Pekka. Menjelang akhir tahun 2004 dia kemudian memfasilitasi kelompokkelompok Pekka untuk membentuk Lembaga Keuangan Mikro (LKM). Lembaga ini berfungsi untuk memberikan pelayanan keuangan mikro melalui simpanan, pinjaman, dan asuransi mikro pada seluruh kelompok di wilayah ini. Modal usaha LKM berasal dari dana UEP-BLM, simpanan pokok dan wajib setiap kelompok Pekka. Sebagai pemilik, maka seluruh anggota Pekka bertanggung jawab terhadap maju dan mundurnya lembaga ini. Menyadari peran tersebut, selanjutnya mereka merumuskan peraturan pinjaman yang ketat antara lain dengan sistem ’tanggung renteng’, dimana anggota kelompok harus bersama-sama menanggung tunggakan pinjaman. Artinya jika ada anggota yang menunggak pinjaman, maka simpanan anggota lain akan dipergunakan untuk mengangsur. Cara ini ternyata cukup efektif untuk mengurangi kemacetan pinjaman karena anggota kelompok akan saling mengingatkan. Dengan cara ini hingga kini kemacetan pinjaman UEP BLM tinggal 15 %, dan kemacetan pinjaman di LKM 0 %.
24
Laporan Tahun 2005 P E K K A
Berjaya di laut Sebelum terorganisir dalam kelompok Pekka, ibu-ibu di desa Lagili, Kecamatan Mawasangka, Sultra bertanam rumput lain dan menjualnya secara sendiri-sendiri. Hal ini menyebabkan mereka menjadi tergantung pada tengkulak dan dipermainkan oleh tengkulak dalam menentukan harga jualnya. Dalam kelompok mereka kemudian menyadari jika bekerjasama mereka akan memperkuat posisi tawar terhadap tengkulak. Oleh karena itu, mereka kemudian mengembangkan usaha kelompok sebagai pengumpul hasil rumput laut anggota. Mereka kemudian mengembangkan kerjasama dengan seorang pengusaha lokal yang akan mengekspor rumput laut tersebut. Selain memperoleh harga yang jauh lebih baik, anggota juga masih mendapatkan sisa hasil keuntungan usaha kelompok di akhir tahun. Hal ini membuat mereka semakin bersemangat dalam usaha dan kegiatan Pekka. Keadaan ini memotivasi masyarakat lain untuk ikut menjual rumput laut mereka melalui kelompok Pekka pula. Saat ini kelompok sedang memperkuat permodalan mereka dengan meminjam di LKM agar dapat menampung hasil rumput laut masyarakat lain.
Dari sampan kecil menjadi kapal motor Wa Ode Sahana masih berduka ketika kami temui beberapa tahun yang lalu di awal dibentuknya kelompok Pekka di Batauga. Suaminya meninggal dalam tugas di Irian. Dia kemudian bertanam rumput laut dibantu oleh adiknya untuk menyambung hidup diri dan anak-anaknya yang masih kecil. Waktu itu dia bermimpi ingin memiliki perahu motor agar dapat menanam rumput laut lebih ke tengah lagi supaya hasilnya lebih maksimal. Selain itu, perahu motor juga akan dipergunakan untuk mengambil hasil laut lain seperti tiram dan ikan. Akhir tahun 2005, kami bertemu lagi dengan Wa Sahana di acara forum Pekka wilayah Sultra. Dia terlihat gembira ketika menceritakan bahwa saat ini dia telah memiliki kapal motor. Dengan meminjam Rp 6.000.000 dari kelompok Pekka, dia membeli kapal tersebut. Dia juga merekrut saudaranya untuk membantu mengelola usaha rumput lautnya yang sudah berkembang itu. ”Pinjamannya juga sudah lunas”, katanya dengan berbinar. ”Saya senang sekali karena tidak pernah mimpi punya kapal motor”, matanya menerawang, mungkin teringat sampan kecilnya tiga tahun yang lalu. Sahana juga menjadi inspirasi beberapa kelompok di wilayah ini untuk memiliki kapal laut yang besar yang akan dipergunakan sebagai sarana transportasi bagi mereka dan produk usaha mereka.
Kegagalan menghadapi Kepala Desa korup Entah untuk ke berapa kalinya tim Seknas Pekka menemui kepala desa Gumanano di kecamatan Mawasangka, yang telah beberapa kali menyalahgunakan dana BLM untuk kepentingan pribadinya. Hasilnya tidak memuaskan dan tidak juga menyelesaikan masalah. Dominasi kepala desa dan lemahnya posisi tawar masyarakat dalam tatanan sosial budaya di wilayah ini telah menyebabkan masalah serius di kelompok Pekka. “Hal ini biasa terjadi di desa” begitu kata kepala desa ketika seknas menanyakan
25
Laporan Tahun 2005 P E K K A
mengapa dana BLM dipakai untuk pribadi. Kepala desa juga menyebarkan informasi kepada masyarakat bahwa dana yang ada di Pekka adalah dana hibah bagi masyarakat miskin sehingga semua orang miskin boleh mengaksesnya begitu saja. Hal ini sangat menyulitkan proses pendampingan di wilayah ini. Saat ini yang dilakukan adalah memperkuat kelompok Pekka agar suatu saat berani menghadapi kepala desanya dan menuntut haknya. Namun hal ini tidak mudah mengingat sistem adat budaya di wilayah ini yang menempatkan perempuan pada posisi tawar yang hampir tidak ada, dan menempatkan kuasa kepala desa diatas segala-galanya. Tapi perubahan pasti terjadi, hanya tinggal menunggu waktu.
4.3.
Di Maluku Utara
Pekka untuk perdamaian Pertikaian dua kelompok masyarakat Islam dan Kristen/Katolik di Maluku Utara tahun 2001 masih membersitkan luka yang dalam di hati masyarakat. Apalagi sebagian anggota keluarga mereka terbunuh dalam kerusuhan berdarah tersebut. Di tengah ini semua kelompok-kelompok Pekka di wilayah ini mencoba mengorganisir diri, dan menjadi pelopor perdamaian diantara mereka. Diawali dengan saling kunjung dua kelompok Pekka yang berbeda keyakinan, melalui kegiatan pertemuan rutin Pekka. Kegiatan ini juga dilanjutkan dengan acara piknik bersama atau mengadakan kegiatan kesenian bersama. Mereka mencoba saling menyembuhkan luka meskipun mereka sama-sama janda korban konflik tersebut. Marta seorang anggota kelompok di Tobelo menyatakan : ’saya bisa akrab dengan mereka yang dulunya tak kenal dan setelah ada kelompok kita menjadi berani pergi kemana saja dan kapan saja’. Rencananya awal tahun 2006 kelompok-kelompok Pekka di dua kecamatan ini akan mendirikan Lembaga Keuangan Mikro bersama dan pengurus yang akan dipilih nantinya merupakan perwakilan dari kelompok Pekka di dua kecamatan ini.
Sulitnya mencari PL di Malut “Numaira mengundurkan diri karena akan bersekolah” demikian informasi yang disampaikan oleh koordinator program dalam rapat koordinasi di Seknas. Numaira adalah PL di Maluku Utara yang baru saja bekerja sekitar dua bulan di lapangan. Dia sebetulnya menggantikan Amir, PL lama yang dipecat karena menyalahgunakan wewenangnya. Wilayah ini paling sering berganti PL, sudah lima kali selama Pekka mulai bekerja. Pergantian PL menyebbakan terhambatnya perkembangan Pekka di wilayah ini. Proses pencarian PL pengganti membutuhkan waktu. Apalagi mereka harus dilatih dari awal, menyesuaikan dengan perkembangan kelompok yang sudah berjalan dan terbentuk, serta menyesuaikan tim kerja dengan PL lain. Sebagai akibatnya, perkembangan kelompok dan Pekka di wilayah ini memnag termasuk lamban. Keterbatasan sumberdaya manusia yang ada di Maluku Utara yang bersedia kerja sebagai PL Pekka tampaknya harus di siasati dengan pendekatan lain, misalnya mendatangkan PL dari luar. Namun, Seknas saat ini sedang mengkaji hal ini dengan cermat.
26
Laporan Tahun 2005 P E K K A
Mengakses sumberdaya dari luar Pekka Kelompok Pekka di Tobelo pernah mengikuti pameran usaha kecil yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah dan UNDP. Setelah pameran ini “kelompok Sarilaha” yang mengembangkan usaha catering, mendapat pesanan kue untuk salah satu acara pemerintah daerah, dan pesanan ini terus berlanjut. Pekka kemudian menjadi dikenal sebagai kelompok masyarakat yang potensial. Karena itu UNDP bermaksud membantu kelompok dalam pengembangan usaha. Namun, awalnya Pemda keberatan karena menganggap Pekka tidak pernah koordinasi dengan mereka. Dengan pendekatan intensif dan menunjukkan kualitas kelompok yang sudah terbentuk, UNDP kemudian membuka akses Pekka untuk berbagai pelatihan seperti produksi minyak kelapa murni VCO (Virgin Cocomut Oil) dan produksi pakan ikan. Memang kerjasama ini belumlah berjalan lancar. Misalnya pada pelatihan produksi minyak kelapa murni baru sebatas pelatihan tehnis produksinya, tetapi pemasaran hasil produksi dari pelatihan ini belum difasilitasi. Memang sudah ada produksi yang dibeli langsung oleh staf UNDP, tetapi skalanya masih kecil karena lebih dipakai untuk kebutuhan pribadi. Jika kelompok ingin memasarkan produk dalam jumlah besar, mereka belum tahu akan memasarkan kemana. Meskipun demikian, bentuk kerjasama seperti ini sangat membantu perkembangan Pekka dimasa mandatang.
4.4.
Di Kalimanatan Barat
Melawan stereotipe etnis Madura Ada pandangan umum yang mengatakan bahwa etnis Madura adalah orang yang kasar, mau menang sendiri, sulit diorganisir, sulit membaur atau eksklusif. Banyak organisasi baik dari pemerintah maupun non pemerintah yang menyerah melakukan pengorganisasian masyarakat Madura. Sehingga meskipun konflik antar etnis di Kalimantan Barat telah berlalu lebih dari lima tahun namun kondisi masyarakat Madura di wilayah relokasi di kecamatan Sungai Raya masih belum terlalu banyak perubahan. Sebagian besar masyarakat Madura di relokasi tidak bisa berbahasa Indonesia dan buta huruf. Untuk mengatasi kendala ini maka Seknas menempatkan seorang PL dari etnis Madura yang mampu berkomunikasi dengan bahasa Madura di daerah ini. Meskipun berasal dari etnis yang sama, PL membutuhkan waktu lebih dari enam bulan untuk melakukan pendekatan pada perempuan kepala keluarga agar mau berkelompok. Melalui metode dan media kreatif yang dipergunakan dalam pendampingan dan pelatihan, akhirnya mereka mulai memahami tujuan dan manfaat bergabung dalam kelompok. Sekarang mereka rajin menghadiri pertemuan dan menyimpan secara rutin termasuk simpanan sukarela yang jarang dilakukan oleh anggota kelompok di wilayah lain. Meskipun sudah mau diorganisir dalam kelompok Pekka, namun Seknas masih kesulitan mengintegrasikan mereka dengan masyarakat yang lebih luas. Mereka masih kesulitan membaur dengan masyarakat lain.
27
Laporan Tahun 2005 P E K K A
Dinamika di wilayah urban “Aduh mba gimana ya……kelompok pekka yang saya dampingi sulit sekali diajak pertemuan rutin kelompok, jika pertemuan hanya beberapa orang saja yang datang dengan alasan sibuk karena ibu-ibu pekka bekerja sebagai buruh nyuci dan nyetrika baju di beberapa rumah yang dilakukan seharian. Saya juga sulit untuk memilih pengurus kelompok karena sebagian besar banyak yang tidak bisa baca tulis meskipun mereka tinggal dikota dan saya juga sulit dalam menentukan keanggotaan pekka dengan persyaratan tidak punya suami karena ibu-ibu pekka disini meskipun punya suami tapi suaminya jarang ada ditempat sehingga pencari nafkah utama keluarganya adalah ibuibu. Pekerjaan suami sebagai buruh bangunan yang tidak tetap. Suami bekerja dalam sebulan tidak lebih dari 10 hari sehingga semua kebutuhan ibu-ibu pekka yang memikirkan.” Begitu keluhan Dhany, pendamping lapang di Pontianak. Wilayah ini merupakan salah satu perkotaan yang diorganisir melalui Pekka. Tentu saja kondisi masyarakat urban dan pedesaan sangat berbeda. Kemiskinan di kota menghadapi tantangan yang lebih kompleks karena akses mereka terhadap sumberdaya sangat kecil sementara kebutuhan hidup di kota jauh lebih besar disbanding di desa. Sebagai akibatnya, mereka harus kerja keras dan hampir tidak memiliki waktu luang. Selain itu pilihan kerja di kota hanya terbatas pada menjual jasa tenaga sebagai buruh di rumah tangga. Dalam proses pendampingan ibu-ibu pekka di kota diperlukan strategi yang berbeda dengan ibu-ibu pekka di desa. Saat ini PL tengah berproses bersama mereka dengan memahami lebih jauh tentang kondisi dan karakteristik kota untuk menemukan strategi yang tepat. PL juga tengah memfasilitasi mereka agar ibu-ibu pekka dapat survive, juga mengajak mereka untuk keluar dari lingkaran kemiskinan. Study banding ke kelompok yang mengorganisir masyarakat miskin kota lainnya tampaknya akan dibutuhkan guna membuka wawasan mereka.
4.5.
Di Jawa Barat
Ranjau sistem pengkaderan terfokus “Saya sebagai pengurus kelompok mengucapkan banyak-banyak terimakasih sama ibu Nunik yang telah meminjamkan uang pada kelompok untuk menebus mobil hadiah dari Bank BRI. Jika tidak mendapat pinjaman dari ibu Nunik kelompok akan sulit mengambil mobil” Hal ini diucapkan oleh salah seorang pengurus kelompok di Cianjur ketika memperoleh pinjaman dari LKM. Ibu Nunik adalah ketua LKM di wilayah ini. Pernyataan ini mengkhawatirkan karena kelompok menganggap ketua LKM sebagai pemilik LKM. Setelah ditelusuri lebih jauh di lapangan, memang sudah mulai terjadi proses yang tidak demokratis dan menyalahi semangat LKM di wilayah ini. Dominasi ketua LKM membuat banyak keputusan berkaitan dengan peminjaman dilakukan hanya oleh ketua tanpa musyarawah dengan anggota pengurus lainnya. Tidak jarang keputusan yang diambil bahkan bertentangan dengan kesepakatan LKM. Misalnya ketua dapat meminjamkan dana LKM kepada individu yang dekat dengan dirinya padahal LKM hanya meminjamkan pada kelompok secara kolektif. Selain itu anggota pengurus lain segan untuk menegur. Kondisi ini memaksa kami merefleksi strategi pengembangan
28
Laporan Tahun 2005 P E K K A
kader yang terfokus pada sekelompok kecil orang saja. Ternyata ini merupakan salah satu kelemahan yang menyebabkan terbentuknya kader elit yang dominan. Oleh karena itu, perlu diperbanyak jumlah kader dan tidak memberikan kekuasaan penuh pada salah seorang kader tertentu.
Kader lokal untuk kesinambungan program “Mba saya ini tengah proses penyapihan kelompok biar cepat mandiri, saya membagi kader saya untuk melakukan peran-peran pendampingan yang selama ini saya lakukan, seperti; Teh Nani saat ini berperan mengelola LKM dan membangun hubungan dengan Pemerintah, Teh Yayah mendampingi kelompok dalam kegiatan simpan-pinjam, ibu Inoh melakukan pendekatan awal untuk pembentukan awal. Sedangkan peran saya saat ini lebih ke kontrol dan memikirkan rencana ke depan untuk penguatan kelompok dalam aspek usaha dan rencana strategis dalam membangun gerakan perempuan lewat kelompok Pekka”, demikian kabar yang diterima dari Diah Pitaloka, PL di Subang Jawa Barat. Membagi tugas kader merupakan salah satu strategi untuk menjaga kesinambungan Pekka di wilayah yang bersangkutan. Keberhasilan pendampingan terjadi jika masyarakat yang diorganisirnya telah mandiri dan memiliki kepemimpinan dari kalangan mereka sendiri. Ketika peran yang dilakukan PL telah beralih pada masyarakat dampingan, maka PL dapat melakukan peran-peran baru yang lebih strategis. Kemandirian kelompok tidak bisa instant, proses yang baik yang dilakukan secara bertahap dan membangun sistem yang kuat di kelompok adalah merupakan salah satu keberhasilah dalam proses pemberdayaan masyarakat.
Mengakses sumberdaya di pemerintah daerah Beberapa kali PL Pekka diundang pemerintah Jabar untuk menghadiri diskusi atau workshop dan berbagi pengalaman dalam mendampingi kelompok Pekka. Dari proses pertemuan dan diskusi antara keduanya pemerintah Jabar menganggap metode yang diterapkan program Pekka unik dan tepat untuk mewujudkan pemberdayaan bagi perempuan miskin. Hal ini membuat pemerintah Jabar tertarik dengan program ini dan kepedulian mereka diwujudkan dengan adanya alokasi dana khusus bagi kegiatan kelompok Pekka dalam APBD. Kegiatan yang dibiayai oleh pemerintah Jabar adalah kegiatan forwil tahun 2004 & 2005 serta pelatihan usaha kecil bagi anggota kelompok Pekka. Selain itu 70 orang Pekka Cianjur telah mendapat pelatihan usaha yang didanai oleh Pemda. Pemda juga memberikan penghargaan kepada kelompok pekka senilai 19 juta rupiah yang dipergunakan oleh kelompok untuk mengembangkan modal usaha mereka.
29
Laporan Tahun 2005 P E K K A
4.6.
Di Nusa Tenggara Timur
Saling membantu “Tenun saya sudah tidak luntur lagi saya akan memasarkan hasil tenun saya lebih luas dan akan kerja sama dengan dinas pariwisata” begitu ungkapan salah seorang anggota kelompok Klubagolit dengan bangga. Rupanya kelompok telah meningkatkan mutu tenunnya dengan belajar pada kelompok pekka di kecamatan Larantuka tentang pewarnaan benang hingga tidak luntur. Salah satu strategi pendekatan yang diterapkan program Pekka adalah membangun jaringan baik dalam kelompok maupun diluar kelompok pekka. Antar kelompok dalam satu kecamatan ataupun dengan kecamatan lain telah dimanfaatkan untuk saling belajar dan berbagi pengalaman, salah satunya soal pencelupan benang tenun agar tidak luntur yang dilakukan oleh kelompok Pekka di Kelobagolit pada kelompok Pekka di Kecamatan Larantuka. Selain itu kelompok pekka di Ile Boleng juga belajar administrasi dan pembukuan serta pengembangan LKM pada kelompok Klubagolit. Jaringan yang telah dibangun diantara kelompok cukup baik, mereka mempunyai semangat bahwa keberhasilan pekka tidak dicapai oleh individu atau kelompok di tingkat Kecamatan tapi lebih luas di tingkat NTT. Dengan semangat tersebut mereka saling belajar dan berbagi pengalaman. Berbagai pertemuan mereka lakukan dari mulai pertemuan rutin tingkat kelompok, pertemuan antar kelompok, antar pengurus dan kader di tingkat kecamatan, pertemuan tahunan yang disebut forum wilayah,dsb. Dengan pihak luar juga para pekka tengah membangun jaringan yaitu dengan dinas terkait yaitu dinas pariwisata, dinas perindustrian juga Bupati Larantuka mendukung sepenuhnya untuk perkembangan program Pekka.
“Kami ada, diakui atau tidak”; Pekka Flores Timur meraih posisi politiknya. Simon Hayon berlinang airmata ketika memberi sambutan pada malam pembukaan forum wilayah Pekka NTT yang diadakan oleh Ibu Pekka pada 8-10 September 2005 Ini merupakan kegiatan resmi pertamanya setelah dilantik menjadi bupati terpilih melalui pilkada yang baru saja berlalu di wilayah flores timur. “Pekka memberi saya inspirasi kemana program pembangunan wilayah ini sesungguhnya harus saya fokuskan; pemberdayaan masyarakat miskin”, begitu komitmennya. Simon belum tentu bisa memenangkan pilkada jika anggota pekka tidak mengorganisir suara mereka untuknya. Setelah mengorganisir diri lebih dari 3 tahun Pekka di wilayah ini memang memiliki posiis politik yang cukup strategis. Merasa mengontrol paling tidak 20% suara dalam pilkada, mereka melakukan kontrak politik dengan Simon sebelum pemilihan berlangsung. Jika Simon berjanji memasukkan agenda pemberdayaan Pekka khususnya dan masyarakat miskin umumnya maka mereka akan mendukung Simon. Pilihan terhadap Simon juga bukan tanpa dasar, melalui analisa sederhana terhadap visi dan misi Simon yang diutarakannya pada acara dialog dengan Pekka, ibu-ibu menilai Simon cukup memiliki keberfihakan yang tinggi terhadap rakyat miskin umumnya dan perempuan khususnya. Pekka Flores Timur telah berhasil mengangkat posisi politiknya. Kini program Pekka menjadi salah satu program kebanggaan pemerintah daerah Flores Timur dan akan dikembangkan menjadi program rutin.
30
Laporan Tahun 2005 P E K K A
Memecat PL yang korup Terlihat wajah sendu para anggota yang hadir saat monitoring di kecamatan Ile Boleng dan dibacakan surat keputusan Koordinator Nasional Pekka tentang alasan pemberhentian PL Pekka kecamatan tersebut yang telah dengan sengaja memakai uang LKM dalam jumlah besar. Ada kesedihan, bingung dan sedikit putus asa. Peristiwa itu menandakan betapa berat beban mereka menerima kenyataan pahit bahwa PL yang selama ini mereka percaya sepenuhnya dan dianggap sebagai orang yang berjasa mendampingi mereka ternyata telah mengecewakan. Sementara mereka merasa belum cukup mampu untuk mandiri dan masih memerlukan peran PL dalam kegiatan kelompok. Memang peran PL sangat besar dalam perkembangan kelompok Pekka. Kreativitas dan inovasi PL dalam melakukan pendampingan sangat berpengaruh pada perkembangan kelompok. Demikian sebaliknya PL yang bertingkah dan berbuat tidak baik dapat menghambat kelompok dalam mewujudkan cita-citanya. Seknas telah memecat PL Pekka Ile Boleng pada tahun 2005 dan mendapatkan penggantinya. Saat ini kelompok telah bersemangat lagi dengan PL yang baru.
4.7.
Di Nanggro Aceh Darussalam
Peugeot; Pekka Aceh membangun kembali kehidupannya setelah Tsunami. “Saya ingin membuktikan saya bisa membangun rumah, bisa mengorderkan barangbarang, nggak seperti orang laki-laki bilang orang perempuan itu nggak bisa apa-apa, buktinya kami bisa kok” (Suryani, pengurus kelompok Pekka di Jeunib) Ada kesibukan yang tidak biasa di desa Lancang, Kecamatan Jeunib, Kabupaten Biereun, ketika kami memasuki wilayah ini. Terdengar ketok palu yang bersahutan, suara gergaji yang sedang memotong kayu dan sesekali suara kayu yang terbanting di tingkahi suara burung liar dan serangga pohon yang bersahutan. Desa ini tidak lagi sunyi mencekam seperti beberapa bulan lalu setelah Tsunami memporak porandakannya. Di pinggir jalan desa ini juga sudah terlihat ladang garam yang terolah dan tungku-tungku pembuatan garam yang sedang menyala, pertanda roda ekonomi mulai pula berputar. Sekelompok ibu-ibu terlihat sedang mengawasi sebuah rumah yang sedang di bangun sementara beberapa orang ibu-ibu yang mengenakan topi lebar dari daun sedang berbincang serius dengan seorang tukang bangunan tersebut. Mereka adalah ibu-ibu anggota kelompok PEKKA beserta pengurus dan kader di wilayah ini.Dengan senyum bahagia mengembang di bibir, mereka menyapa rombongan kami, mengucapkan selamat datang sambil memeluk kami dengan hangat. Hampir tak terlihat lagi gurat duka di wajah mereka. Ya…., mereka memang sedang bahagia, mereka sedang membangun rumahnya kembali. Berbekal sumbangan dari berbagai fihak untuk korban Tsunami sebesar 150 juta rupiah mulailah hari-hari sibuk itu mereka jalan, membangun 9 rumah berukuran 6 x 7 m. Cukup gampang mengenali para panitia proyek kecil ini, karena mereka mengenakan topi lebar anyaman pandan bertuliskan PEKKA ketika sedang menjalankan tugas, mereka terlihat serius dan sibuk mondar-mandir, mengamati, mengawasi, dan mengecek kualitas
31
Laporan Tahun 2005 P E K K A
kerja tukang, memesan bahan bangunan, mengecek barang yang datang ke tempat penyimpanan, mencatat, mengecek kualitas barang apakah sesuai pesanan, dan membayar tukang. Sementara itu, para pemilik rumah juga sibuk membantu dan mengawasi pembangunan rumah mereka masing-masing, sesekali mereka mengangkut air untuk mengaduk semen, menyediakan minuman bagi tukang, dan ikut mengerjakan pekerjaan ringan yang dapat mereka lakukan seperti membersihkan tanah dan memadatkannya. “Meskipun gubuk, kami ingin kembali ke rumah kami sendiri karena akan lebih leluasa untuk mengaturnya dan dekat dengan ladang garam kami” demikian kata mereka dengan bersemangat. Ini tentu saja sesuatu yang baru tidak hanya bagi mereka, namun juga bagi masyarakat dan aparat pemerintahan di wilayah ini. Masyarakat umumnya meragukan kemampuan ibu-ibu untuk melaksanakan proyek seperti ini mengingat pekerjaan tersebut biasanya dilakukan melalui proyek yang dikelola oleh laki-laki. Sebagai akibatnya, sejak pendamping lapang dan para kader mengurus perijinan membangun rumah ini mereka mulai didekati berbagai fihak yang menawarkan jasanya untuk pengadaan berbagai kebutuhan pembangunan rumah tersebut, mengerjakannya, dan mengawasi tukangnya. Namun mereka dengan tegas mengatakan bahwa mereka akan mengekplorasi sendiri dimana akan membeli bahan yang dibutuhkan, memilih tukang dan mengawasi pekerjaan tukang-tukang tersebut. Mereka cukup professional dengan pembagian tugas yang jelas. Ada gambar rancang bangunan yang dibuat oleh Pendamping Lapang lengkap dengan denah lokasi rumah, anggaran, catatan pembelanjaan dan keluar masuk bahan bangunan. Mereka juga mempunyai sistem pengawasan dan pertanggungjawaban. Pekerja diambil dari masyarakat setempat yang semuanya tentu saja laki-laki, “agar masyarakat lain dapat manfaat juga dari upah mengerjakan proyek ini” begitu kata mereka. Panitia pembangunan ini tidak dibayar, hanya memperoleh uang makan dan transport saja. Padahal mereja juga korban Tsunami yang rumahnya juga butuh dibangun dan diperbaiki. “Biarlah, giliran kami belakangan aja jika memang ada rezeki lain dan kami masih punya pemasukkan dari kegiatan ekonomi kami”, kata mereka ketika ditanya kenapa mereka mau jadi panitia untuk membangun rumah temannya tanpa dibayar. Target mereka tiga puluh hari rumah itu harus selesai. Ketika kami datangi, pembangunan rumah baru berjalan 10 hari. Namun hasilnya sudah terlihat. Beberapa rumah sudah memasuki tahap penyelesaian akhir seperti pemlesteran dan pemadatan tanah untuk di “floor”, meskipun ada juga yang baru setengah jalan. “Masalah terberatnya adalah menjaga bahan-bahan bangunan ini supaya tidak hilang dicuri orang” begitu kata mereka. Memang saat itu sedang marak pencurian di daerah ini. Selain itu mereka juga kadang harus berhadapan dengan oknum aparat keamanan yang dengan berbagai dalih seperti menanyakan asal kayu dan sebagainya, mencoba meminta uang dari mereka. “kalau sudah begitu kami berlagak bodoh aja, pura-pura tidak mengerti apa yang mereka minta. Atau kami bilang kami tidak pegang uang hanya dikasi bahan yang diambil di toko yang sudah dibayar oleh pimpro di Jakarta. Jika mau kami akan kasi no hp pimpro di Jakarta. Biasanya oknum tersebut langsung pergi” begitu penjelasan mereka ketika ditanya bagaimana menghadapi hal tersebut.
32
Laporan Tahun 2005 P E K K A
Terlibat secara aktif dalam proses pembangunan seperti ini, membantu korban menghilangkan perasaan duka dan trauma, serta membuat mereka bersemangat menyongsong kembali hari depannya, “aku senang sekali, mendengar rencananya aja sudah senang, apalagi saat ini ikut dalam membangunnya” begitu kata Hendon salah seorang yang rumahnya dibangun. Kegiatan ini juga sangat efektif membangun kapasitas kelompok perempuan yang selama ini terpinggirkan dalam berbagai hal termasuk manajemen dan pengambilan keputusan. “Kami belajar banyak dari proses ini. Sekarang kami tau bagaimana kualitas bahan dan bangunan yang baik, bagaimana mengelola dana terbatas agar manfaatnya maksimal. Kami sekarang sudah bisa dan lebih berani untuk membangun lagi jika nanti ada dananya”. Proyek kecil ini telah memberikan pelajaran berarti bagi kita semua. Jika para perempuan kepala keluarga yang umumnya janda miskin, berpendidikan formal terbatas, mampu “peugoet rumah” dengan sangat efisien, transparan tanpa kebocoran, bagaimana mungkin yang lain tidak???
Kader lokal menjadi sekretaris desa Bagi Hastini, perjalanan hidupnya kini mungkin tidak seperti yang ia bayangkan. Jika dahulu ia tidak bergabung menjadi anggota kelompok pekka, maka kini ia hanya akan menjadi perempuan biasa seperti kebanyakan perempuan di desanya. Ya, ia pun dulu hanyalah perempuan biasa yang sibuk memasarkan obat tradisional buatan keluarganya dan tidak pernah aktif dalam kegiatan di desanya. Namun segalanya kini telah berubah, ia kini bahkan dipercaya menjadi Sekretaris Desa – suatu jabatan di bawah kepala desa dan biasanya dipegang laki-laki. Tentu saja jabatan ini tidak diberikan begitu saja jika orang tidak percaya kepadanya. Orang di desanya kini telah mengenal dan tahu kiprahnya setelah ia bergabung dengan program Pekka di desa Blang Gelumpang, di kecamatan Idi Rayeuk, Kab.Aceh Timur. Sejak ia bergabung ia memang aktif dalam kegiatan Pekka tidak hanya di kelompoknya, tetapi juga aktif kegiatan pekka di kecamatan. Ia menjadi salah satu pengurus di kelompoknya. Setelah mengikuti forum nasional di Jakarta rasa percaya dirinya semakin meningkat. Menyebabkan ia makin aktif di kelompok dan masyarakat. Hingga akhirnya ia terpilih sebagai ketua LKM Idi Rayeuk. Tak hanya itu ia juga aktif di desanya. Saat wilayahnya terkena musibah tsunami ia banyak turun melakukan pendataan. Mungkin karena hal itulah akhirnya orang mengenal dan mempercayainya sebagai Sekdes. Menjangkau Mereka yang Terlupakan Desa Pante Rawa di Kec.Suka Makmur, Aceh Besar bukanlah desa yang mudah dikunjungi. Letaknya yang jauh dari jalan utama menyebabkan orang tidak tahu keberadaanya ataupun tak tertarik untuk mengunjunginya. Bahkan buat yang tahu desa ini pun mereka ragu bahkan cenderung menghindari untuk datang ke desa ini, karena desa ini dulunya adalah tempat pengasingan orang yang menderita kaki gajah. Tambahan lagi di jaman konflik masih berlangsung, desa ini adalah termasuk wilayah yang cukup rawan. Maka tak heran jika di desa ini tidak ada program pemerintah yang masuk.
33
Laporan Tahun 2005 P E K K A
Sejalan dengan masuknya program Pekka di wilayah ini telah berdiri satu kelompok pekka dengan nama Bunga Teratai – sesuai dengan banyaknya bunga teratai yang tumbuh di desa ini. Karena Pekka merupakan satu-satunya program yang mau masuk ke wilayah ini tentu saja program ini mendapat sambutan yang sangat baik dari para perempuan kepala keluarga yang ada. Bagi mereka inilah program yang menjangkau dan memperhatikan mereka. Hingga kini kelompok yang beranggotakan 17 orang ini terus berkembang kegiatannya. Bahkan usaha anggota yang didanai dari dana UEP BLM tampak cukup berhasil. Sebelas orang anggota kini mempunyai usaha ternak sapi, sementara yang lain mengembangkan usaha jahit, anyam tikar, dll. Kelompok pun kini telah berhasil membangun balai pertemuan dari dana hibah BLM yang ada. Tempat ini sudah mulai digunakan untuk pertemuan rutin kelompok dan juga kegaiatan shalawatan
4.8.
DI Nusa Tenggara Barat (NTB)
“Sistem Gadai” – membangun kontrol pada sumber kehidupan Anggota kelompok Pekka di NTB termasuk yang paling miskin. Umumnya mereka tidak punya sumberdaya kehiudpan seperti tanah garapan. Melalui Pekka mereka memperoleh dana BLM yang diputrakan melalui kelompok. Karena sumber pendapatan keluarga yang utama dari kegiatan bertani, maka kelompok memutuskan untuk memanfaatkan dana BLM mengembangkan usaha kolektif dengan sistem “Gadai”. Di wilayah ini memang ada tradisi gadai tanah yang menjadi potensi kelompok miskin untuk dapat mengelola tanah secara lebih leluasa. Ada 2 macam usaha gadai yang dilakukan yaitu usaha gadai sawah dan gadai kebun. Namun kelompok umumnya lebih banyak melakukan usaha gadai sawah. Pada usaha gadai sawah, kelompok membayar uang kepada pemilik sawah dan membuat perjanjian berapa lama sawah tersebut akan digadaikan kepada kelompok. Mislanya 5 tahun. Selanjutnya kelompok dengan melibatkan anggotanya akan mengolah tanah yang ada, menanaminya dengan padi hingga panen. Hasil panen setelah dipotong berbagai pengeluaran menjadi pendapatan kelompok. Sejauh ini kelompok telah 2 kali panen padi dari sawah gadai tersebut. Pada panen pertama umumnya hasilnya sangat bagus. Namun sayang pada panen kedua hasilnya tidak sebaik yang pertama. Hal ini tidak lepas dari musim kemarau yang terlalu cepat datang. Akibatnya ada kelompok yang merugi, ada yang pas sesuai pengeluaran dan ada yang untung walau sangat tipis. Tanah sawah akan dikembalikan kepada pemiliknya ketika masa perjanjian gadai telah selesai dan pemilik tanah mengembalikan dana gadai sejumlah tertentu tersebut. Sementara untuk usaha gadai kebun – setelah dibuat perjanjian & uang dibayar kepada pemilik kebun, maka kelompok tinggal menunggu hasil dari panen buah-buahan yang ada di kebun tersebut. Hasil kebun langsung dijual atau diolah dahulu sebelum dijual (seperti gula dari aren). Hasil penjualan ini langsung masuk sebagai pendapatan kelompok. Keuntungan dari gadai ini sebagian dipergunakan untuk membayar angsuran pokok dan jasa dan selebihnya disimpan oleh kelompok. Jika masa gadai berakhir uang gadai akan dikembalikan oleh pemilik sawah/kebun. Uang tersebut dipergunakan untuk membayar sisa angsuran pinjaman UEP. Sisanya akan menjadi modal kelompok.
34
Laporan Tahun 2005 P E K K A
Sosialisasi PKDRT dalam Khutbah Nikah Wa Alimin - Kader Hukum Kecamatan Lingsar berhasil mensosialisasikan UU PKDRT (Undang-Undang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga) melalui kegiatan pengajian di mesjid-mesjid sehingga pada salah satu acara akad nikah di kampungnya Ustadz yang memberikan khutbah nikah memasukan sosialisasi penghapusan kekerasan dalam rumah tangga dalam khutbah nikahnya. Menuru Wa Alimin dulu dia tidak pernah dianggap oleh masyarakat. Pembawaannya yang pendiam dan biasa saja sempat mengundang ejekan masyarakat ketika dia terpilih sebagai kader hukum dan mengikuti pelatihan di Jakarta. Banyak masyarakat khususnya laki-laki yang memberikan komentar sinis “Paling-paling hanya nyampe Bali trus kerja jadi TKW”. Sepulangnya dari Jakarta, Wa Alimin membuktikan bahwa kepergiannya ke Jakarta adalah benar. Dia langsung aktif menyambangi kepala desa dan pemuka masyarakat dan tokoh agama dengan membawa foto Pelatihan Paralegal yang diikutinya serta buku UU PKDRT dan beberapa bacaan hukum lainnya. Wa Alimin mulai mensosialisasikan bahwa “jangan sembarangan memperlakukan perempuan” katanya, “perempuan sekarang sudah dilindungi dengan UU”. Meskipun pemahaman tentang UU PKDRT belum begitu tepat, tapi paling tidak Wa Alimin berhasil membuat laki-laki di desanya takut untuk memperlakukan istri atau perempuan dengan seenaknya. Dan dia merasa bahagia dan bangga karena saat ini masyarakat bisa menghargai dan mengakui keberadaannya
Sosialisasi UU PKDRT di atas “Cidomo” Kasirah – Kader Hukum Kecamatan Gerung. Berbeda dengan Wa Alimin, Kasirah memang sosok yang dikenal berani dan tegas. Sebelum menjadi kader hukum pun Kasirah sudah menjadi penggerak di kelompoknya. Kasirah aktif mensosialisasikan pengetahuan yang didapatkannya dari pelatihan paralegal di Jakarta. Salah satunya dengan memanfaatkan perjalanan dari desanya ke kantor desa untuk menyampaikan materi dan sosialisasi UU PKDRT. Sosialisasi ini dilakukan di atas ‘Cidomo’ (Delman) selama kurang lebih 30 menit. Menurut Kasirah “untuk memanfaatkan waktu agar banyak orang lain yang tahu tentang UU PKDRT”.
35
Laporan Tahun 2005 P E K K A
V.
SEKRETARIAT NASIONAL
5.1.
Struktur Organisasi
Untuk mendukung seluruh kegiatan Pekka di lapangan, dilakukan penyesuaian struktur organisasi di Seknas pada tahun 2005. Koordinator Nasional dibantu oleh 3 orang koordinator program yaitu pengembangan organisasi dan kepemimpinan, pengembangan usaha kecil mikro, dan pengembangan lembaga keuangan mikro. Di Seknas juga ada seorang koordinator proyek penguatan hukum Pekka yang berada di bawah koordinator pengembangan organisasi dan kepemimpinan. Manajemen kantor dipimpin oleh seorang office manager dengan 6 orang staf administrasi dan keuangan serta 3 orang bagian rumah tangga (office person, driver dan security). Untuk kepentingan khusus, Kornas dibantu oleh seorang koordinator untuk pendokumentasian dan tenaga ahli lain sesuai kebutuhan. Kornas yang juga ketua Yayasan Pekka mempertanggungjawabkan tugasnya pada dewan pengurus Yayasan Pekka yang terdiri dari seorang Pembina, pengawas, sekretaris dan bendahara. Di lapangan ada 30 orang pendamping lapang (PL). Seorang PL bertanggungjawab terhadap paling sedikit satu kecamatan. Di setiap wilayah tim PL mengangkat seorang koordinator wilayah atau fokal point yang dijabat secara bergilir oleh mereka. Dalam tahun 2005 terjadi empat kali pergantian yaitu di Jawa Barat, NTT, Maluku Utara dan Sultra. Pergantian dilakukan karena PL sebelumnya mengundurkan diri untuk kepentingan keluarga atau lainnya, dan juga diberhentikan oleh Seknas karena melakukan penyelewengan. Sehubungan dengan persoalan khusus yang dihadapi Aceh paska Tsunami maka Aceh memperoleh dana khusus yang juga membutuhkan pengelolaan khusus. Oleh karena itu mulai Oktober 2005 Seknas membetuk sekretariat Pekka NAD yang berkedudukan di Biereun. SekWil NAD ini dipimpin oleh seorang korwil dengan 4 pendamping lapang, dan tiga orang staf administrasi keuangan dan seorang bagian rumah tangga. Tim Pengarah
Koordinator Nasional
Tim Ahli
Office
Tim supporting
Koordinator Pengembanga organisasi dan Pemimpin
NAD • Koordinator • Suporting staff • Tim PL • Assisten PL
JABAR
KorProg LKM
JATENG
KALBAR
Korprog UKM
NTB
NTT
SULTRA
MALUT
36
Laporan Tahun 2005 P E K K A
5.2.
Manajemen; SOP, financial management
Untuk memperkuat sistem manajemen keuangan di seknas telah dikembangkan komputerisasi sistem pembukuan Pekka. Kebutuhan komputerisasi diidentifikasi bersama dengan tim keuangan Bank Dunia. Dengan komputerisasi maka akan lebih memudahkan seknas dalam pencatatan pengeluaran keuangan di seknas yang pada akhirnya membantu dalam pengambilan keputusan. Selain itu akuntabilitas seknas dalam pengelolaan keuangan akan lebih meningkat. Seknas mempergunakan jasa lembaga konsultansi manajemen keuangan bernama Synergy dalam hal ini. Seknas juga telah mengembangkan SOP yang lebih komprehensif. SOP mengatur mekanisme kerja dan manajemen di Seknas hingga ke tingkat lapangan. SOP menjadi acuan dalam mengambil keputusan praktis dan mendukung dalam pengambilan keputusan strategis. SOP dikembangkan berdasarkan proses yang telah berjalan dengan menyempurnakan dibagianbagian tertentu. Penulisan draft di lakukan oleh OM dan kornas kemudian dibaca dan didiskusikan untuk kemudian disepakati bersama. 5.3. Misi supervisi dan moneva Seknas secara rutin setiap tiga bulan melakukan misi supervisi ke lapangan. Hal ini dilakukan untuk melihat secara langsung perkembangan program di lapangan dan memberikan bantuan tekhnis kepada pendamping lapang. Selain itu misi supervisi ini kerap juga di pergunakan untuk memfasilitasi pelatihan ataupun pertemuan tingkat kelompok. Selama tahun 2005 telah dilakukan 26 (dua puluh enam) kali misi supervisi ke semua wilayah Pekka. Biasanya kunjungan supervisi dilakukan oleh dua orang koordinator program, namun untuk wilayah sulit dan banyak jumlah desanya dilakukan secara kolektif oleh tim koordinator.
37
Laporan Tahun 2005 P E K K A
VI.
PEMBIAYAAN
6.1.
Total budget
Pembiayaan Pekka sepenuhnya berasal dari dana hibah grant Japan Social development Fund (JSDF) melalui bank dunia dengan nomor grant TF 053442-IND Total dana program adalah US $ 1,106,700.00,- atau IDR 11,067,000.029.- dengan alokasi peruntukkan : TF 053442-IND / PEKKA-2
Budget Year 2005-07
Category Descriptions USD IDR Part B: Sub-grants for Training and Capacity Development Programs I Training 228,470.50. 2,284,705,000. Total Part B 228,470.50. 2,284,705,000. Part C : Organizing and Training Female Heads of Households I Training 67,129,50. 671,294,979. II Incremental Operating Costs 739,600.00. 7,396,000,050. III Consultant Services 61,500.00. 615.000.000. Total Part C 868,229.50. 8,682,295,029. Part D : Audit I Consultant Services (Audit) Total Part D Grand Total
10,000.00. 10,000.00.
100,000,000. 100,000,000.
1,106,700.00.
11,067,000,029.
Kurs Budget IDR 10,000.-
Dalam rangka ikut berkontribusi dalam proses membangun Aceh kembali paska Tsunami dan paska perjanjian RI dan GAM, maka JSDF memberikan dana hibah melalui TF 055749-IND dengan total dana sejumlah US $ 1,683,800.00. atau IDR 16,838,000,000.- kurs @ IDR 10,000.- dengan alokasi peruntukkan : TF 055749-IND / PEKKA-3
Budget Year 2005-07
Category
USD
Descriptions
IDR
Part A: Aceh Recovery Grants I Sub-Grants 1,385,000.00. Total Part A 1,385,000,00. Part B : Training and Implementation Supports I Goods 17,500.00. II Training and Workshops 42,800,00. III Operating Costs 183,500.00. IV Services 55,000.00. Total Part B 298,800.00.
175,000,000. 428,000,000. 1,835,000,000. 550,000,000. 2,988,000,000.
Grand Total
16,838,000,000
1,683,800.00.
,850,000,000. ,850,000,000.
38
Laporan Tahun 2005 P E K K A
6.2.
Total Pengeluaran
Budget Pekka 2 untuk tahun 2005 sejumlah IDR 3,446,089.293. Sampai akhir 2005 realisasi budget adalah IDR 2,985,922.243. (86.65%). Terjadi surplus dana sebesar IDR 460,167,051 atau 13.35%. Surplus terjadi karena beberapa kegiatan yang telah direncanakan tidak dapat dilaksanakan seperti pelatihan di tingkat kelompok yang juga menyebabkan berkurangnya beberapa pembiayaan pendukung lainnya. Misalnya di wilayah Aceh, hampir semua pelatihan tertunda dan gagal dilaksanakan menyusul bencana Tsunami, yang memaksa Pekka mengubah strategi kerja menjadi kerja emergensi dengan pendanaan hibah dan donasi sesaat dari berbagai fihak. Selain itu penggantian PL di beberapa wilayah seperti Jawa Barat, NTT, Maluku dan Sultra, telah menyebabkan tertundanya berbagai kegiatan di wilayah yang bersangkutan. Budget Pekka 3 untuk tahun 2005 sejumlah IDR 345,960,000., sedangkan realisasinya adalah IDR 209,365,975 (60.52%) Ada beberapa kegiatan yang tertunda karena secara efektif dana baru di terima oleh seknas pada bulan November 2005. Selain itu, komponen terbesar dari pendanaan Pekka 3 adalah untuk BLM. Saat ini masyarakat sedang membuat perencanaan menyeluruh terhadap penggunaan dana tersebut.
VII.
HAMBATAN, TANTANGAN DAN PELAJARAN BERHARGA
Berbagai hambatan dan tantangan dihadapi Pekka selama tahun 2005 yang mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung perkembangannya di lapangan. Ada hal-hal yang khas daerah tertentu, namun ada juga yang secara umum dialami oleh hampir semua wilayah. 7.1.
Kelompok secara umum
Pendapatan pekka yang telah meningkat bahkan hingga 100% setelah terorganisir selama lebih dari 3 tahun, tidak berarti apa-apa ketika harga BBM dinaikkan yang diikuti dengan naiknya kebutuhan pokok lainnya. Karena sebagian pekka berusaha di sektor ekonomi mikro, usaha mereka juga terimbas dengan menurunnya daya beli masyarakat pelanggan mereka dan mahalnya harga bahan baku. Jerat kemiskinan ini mengembalikan kondisi pekka pada titik awal ketika didampingi beberapa tahun yang lalu. Selain itu dampak lama kemiskinan struktural yaitu ketiadaan akses terhadap pendidikan yang menyebabkan rendahnya kemampuan aksara sebagian besar anggota kelompok menyebabkan sulitnya proses kaderisasi dan pengembangan pemimpin di kalangan mereka. Kelompok yang mempunyai kegiatan utama simpan-pinjam kesulitan dalam sistem pencatatan dan manajemennya karena tidak ada yang mampu melakukannya dengan baik. Sebagai jalan keluarnya mereka memberikan jabatan rangkap pada orang tertentu misalnya sebagai kader, merangkap bendahara kelompok atau pemimpin kelompok. Hal ini berpotensi tidak baik karena memberikan peluang pada yang bersangkutan untuk menjadi orang nomor satu dan menyalahgunakan wewenangnya, karena lemahnya kontrol.
39
Laporan Tahun 2005 P E K K A
Pengembangan usaha kelompok dan individu juga menghadapi tantangan yang berat. Rendahnya motivasi dan jiwa kewirausahaan membuat sulitnya memotivasi mereka untuk berusaha keras memanfaatkan potensi yang ada. Ketidak beranian untuk mencoba dan menanggung resiko merupakan salah satu faktor. Selain itu kelelahan dan keterbatasan waktu juga menjadi penghambat karena mereka memang harus bekerja keras terutama yang menjadi buruh bagi orang lain. Umumnya anggota mengikuti tradisi dan pasrah serta apatis dengan kondisi kehidupannya saat ini meskipun mereka memiliki potensi untuk lebih berkembang.
7.2. •
Di Wilayah NAD
Keamanan masih merupakan masalah di sebagian besar wilayah NAD. Meskipun keamanan meningkat namun praktek “pungli” dari pihak yang tidak berhak terhadap uang kelompok masih kerap terjadi, bahkan paska perjanjian perdamaian sekalipun. Hambatan sosial politik dan kultural menyebabkan proses membangun kesadaran kritis anggota kelompok sangat lambat dan sulit. Visi dan misi pekka belum dipahami dan diinternalisir oleh sebagian besar kelompok pekka, sehingga kelompok belum menjadi wadah gerakan perempuan yang dinamis. Di lain fihak, berbagai program yang dikembangkan oleh lembaga-lembaga yang bekerja di NAD paska Tsunami, yang umumnya berbeda dengan pendekatan Pekka, telah mempengaruhi perkembangan kelompok Pekka. Pendekatan charity tanpa proses penguatan dan pemberdayaan telah menumbuhkan ketergantungan kelompok terhadap sumbangan dan pendanaan hibah dari luar dan mengabaikan potensi yang ada dan upaya yang telah terbangun selama ini. Sebagai organisasi dengan kegiatan simpan-pinjam, sebagian besar kelompok di NAD belum melakukan pertanggungjawaban pengurus melalui rapat tahunan anggota dengan rutin. Hal ini dapat berdampak tidak baik bagi akuntabilitas kelompok dalam pengelolaan dana publik. •
KALBAR
Sebagian kelompok Pekka di Kalbar berada di wilayah urban. Karakteristik masyarakat urban umumnya menyulitkan perkembangan Pekka. Sebagai akibatnya tingkat keluar masuk anggota di wilayah ini cukup tinggi. Pemahaman anggota terhadap fungsi kelompok masih terfokus pada simpan-pinjam sedangkan visi keseluruhan belum terinternalisir dengan baik. Hingga saat ini berbagai strategi telah dicoba, namun belum ditemukan yang paling efektif untuk mengatasi persoalannya. Sementara itu, wilayah kerja lainnya yaitu di relokasi korban kerusuhan, medannya sangat berat. Kondisi jalan yang rusak parah terutama pada musim hujan menyebabkan sulitnya wilayah ini dijangkau oleh PL yang juga harus bekerja di wilayah lain. •
NTB
Tantangan terberat yang dihadapi di wilayah ini adalah kuatnya nilai patriarki yang diterapkan melalui kebiasaan dan sistem sosial dengan meminggirkan perempuan dan mengabaikan hak perempuan. Sebagai akibatnya perempuan termasuk anggota pekka di wilayah ini sangat
40
Laporan Tahun 2005 P E K K A
apatis dan sulit untuk dibangun kesadaran kritisnya. Selain itu sangat rendahnya tingkat pendapatan anggota pekka menyebabkan kegiatan simpan-pinjam berjalan sangat lambat. Dalam pengembangan usaha kelompok dengan sistem gadai, pekka belum membuat perjanjian hitam atas putih karena sangat percaya dengan tradisi lisan yang sudah berjalan di wilayah ini. Hal ini dikhawatirkan akan menyulitkan pekka jika terjadi sengketa pada suatu saat nanti. •
NTT
Perkembangan simpan-pinjam di wilayah ini sangat pesat, namun tidak diimbangi dengan kemampuan pengurusnya dalam mengelola dan membukukan perputaran tersebut. Sebagian besar anggota mampu menenun dan menjadikan tenun sebagai sumberdaya kehidupan yang utama. Namun demikian, mereka hanya belajar secara tradisioanl dan memegang tradisi bahwa perempuan tidak diperkenankan mengembangkan atau membuat corak tenun. Akibatnya, mereka tidak bisa mnegembangkan kreativitasnya, motif dan jenis tenun tidak berkembang dan pasar hanya terbatas. Dalam kehidupan sosial, pekka harus juga mengikuti kewajiban adat yaitu berperan aktif dalam setiap kegiatannya yang umumnya menyita waktu dan memakan banyak biaya. Hal ini membuat pekka berat secara ekonomi dan juga dalam dedikasi waktunya. Selain itu, potensi sumberdaya alam yang ada juga belum mampu dimanfaatkan secara optimal. •
JAWA BARAT
Beberapa usaha kelompok yang sudah jalan mengalami penurunan karena kesulitan bahan baku. Hingga saat ini, masih ada anggota kelompok yang menganggap dana usaha ekonomi produktif yang digulirkan melalui BLM ke kelompok dalam dana hibah yang tidak harus dikembalikan dan diputarkan secara lebih luas di LKM. Hal ini memang terbentuk sejak lama karena pendekatan pembangunan yang selalu memberikan bantuan tanpa pemberdayaan.
•
JAWA TENGAH
Sebagian anggota kelompok di wilayah ini bekerja sebagai buruh. Mental untuk mengubah nasib dan mengembangkan usaha mandiri sangat rendah karena mereka sudah terlalu lelah dan puas dengan apa yang diperoleh. Padahal wilayah ini cukup punya potensi sumberdaya alam yang memadai. 7.3.
Pendamping Lapang
Secara umum pendamping lapang masih lemah dalam melakukan kontrol dalam pengelolaan sumberdaya kelompok berkaitan dengan administrasi dan pembukuan kegiatan simpan pinjam. Selain itu sebagian PL juga masih belum maksimal dalam memanfaatkan pertemuan rutin menjadi wadah untuk membangun kesadaran kritis dan pengembangan kapasitas para pekka. Inovasi dan kreativitas di lapang sangat terbatas sehingga menyebabkan kegiatan tidak
41
Laporan Tahun 2005 P E K K A
dikembangkan kearah yang lebih strategis dan hanya terfokus pada rutinitas. Pengkaderan di tingkat kelompok juga lambat sebagai akibatnya jumlah kader terbatas dan sebagian kader harus bekerja lebih banyak mendampingi PL. Kapasitas PL masih terbatas sehingga belum maksimal dan intensif dalam melakukan pendampingan. PL yang memilki kepercayaan dan kekuasaan di wilayahnya berpotensi menyalahgunakan hal tersebut untuk memperkaya diri sendiri. Hal ini terjadi di NTT yang menyebabkan hilangnya kepercayaan kelompok pada program dan terganggunya kegiatan kelompok cukup lama, serta tersitanya perhatian dan energy seknas dalam menyelesaikan persoalan ini. 7.4.
Tim di Seknas
Jumlah koordinator program di seknas masih terbatas padahal wilayah kerja sangat luas. Sulitnya menemukan orang yang mau bekerja dengan kondisi yang ada menyebabkan seknas kesulitan dalam menambah tim koordinasi. Selain itu, koordinator juga masih terjebak pada hal rutin yang cukup menyita waktu seperti koordinasi dan supervisi, yang pada akhirnya menghambat dalam mengembangkan inovasi dan gagasan program. Keterbatasan latar belakang konseptual dan kemampuan menterjemahkan temuan lapang dalam kerangka besar program dan kerangka makro menyebabkan pengembangan program menjadi tidak progresif. Sementara itu, kornas yang mempunyai tanggung jawab overal dan harus menjaga kelangsungan lembaga, juga masih harus terlibat dalam berbagai kegiatan terkait lainnya seperti berjaringan dan membangun relasi makro. Sebagai akibatnya waktu untuk secara intensif mensupervisi seluruh program sangat terbatas. Sumberdaya manusia di sekretariat juga merupakan salah satu tantangan yang dihadapi. Kapasitas yang ada belum maksimal untuk mendukung program sebesar Pekka. Ketidakmampuan seknas menggaji profesional menyebabkan seknas tergantung pada sumberdaya manusia yang tersedia dengan membangun strategi peningkatan kapasitas sambil bekerja. Sebagai akibatnya masih sering terjadi kendala-kendala tekhnis dalam pelaksanaan tugasnya.
VIII. RENCANA TAHUN 2006 Berdasarkan perkembangan yang terjadi di lapangan, tantangan dan hambatan yang dihadapi selama tahun 2005 maka tahun 2006 tetap akan difokuskan pada : Penguatan visi dan misi melalui kegatan pelatihan, lokakarya, diskusi kelompok terfokus, dan pendekatan individu. Peningkatan kapasitas akan ditekankan pada kapasitas usaha dan pengelolaan kelompok. Kemampuan individu juga akan ditingkatkan melalui latihan-latihan dan studi banding ke wilayah di luar kelompoknya. Pengembangan organisasi akan terus dilakukan dengan pembentukan kelompok baru, penambahan jumlah anggota, dan dinamisasi kegiatan kelompok. Kaderisasi akan ditingkatkan dengan melakukan pelatihan dan tutorial terfokus pada anggota potensial. Kegiatan forum akan terus dilakukan dengan menggilir tempat penyelenggaraan. Upaya advokasi akan dilakukan dengan meningkatkan intensitas dialog dengan berbagai pihak yang dapat mempercepat proses perubahan sosial dalam masyaraat.
42
Laporan Tahun 2005 P E K K A
Selain itu kampanye melalui berbagai media akan terus dilakukan. Di tingkat pendamping lapang akan dilakukan pelatihan spesialisasi bagi anggota tim di setiap wilaayh agar pengembangan program dapat lebih intensif mengingat setiap PL memiliki kapasitas tertentu. Selain itu, pelibatan langsung koordinator wilayah dalam kegiatan misi supervisi ke lapang akan di lakukan tahun ini agar kapasitas dapat diturunkan pada mereka sehingga beban kordinator program dapat dialihkan pada upaya yang lebih strategis. Peningkatan kapasitas koordinator program akan dilakukan dengan memberikan pelatihan, magang dan studi banding sesuai dengan relefansi tugas. Selain itu, seknas juga akan meningkatkan kapasitas tim pendukung dengan memberikan kursus terkait yang praktis. •
Buget 2006 Pekka 2+3
TF 053442-IND / PEKKA-2
Budget Year 2006
Category
USD
Descriptions
IDR
Part B: Sub-grants for Training and Capacity Development Programs I Training 122,807.50 1,228,070,000. Total Part B 122,807.00. 1,228,070,000. Part C : Organizing and Training Female Heads of Households I Training 27,865.07. II Incremental Operating Costs 303,496.78. III Consultant Services 33,900.00. Total Part C 365,261.85 Part D : Audit I Consultant Services (Audit) Total Part D Grand Total
278,650,746. 3,034,967,800. 339.000.000. 3,652,618,546.
3,333.33. 3,333.33.
33,333,333. 33,333,333.
491,402.18.
4,914,021,879.
Kurs IDR 10,000.-
TF 055749-IND / PEKKA-3
Budget Year 2005
Category
USD
Descriptions
Part A: Aceh Recovery Grants I Sub-Grants Total Part A
IDR 689,499.84. 689,499.84.
6,894,998,400. 6,894,998,400.
Part B : Training and Implementation Supports I Goods 00 II Training and Workshops 20,070.00. III Operating Costs 79,240.00. IV Services 33,000.00. Total Part B 132,310.00.
0 200,700,000. 792,400,000. 330,000,000. 1,323,100,000.
Grand Total
8,218,098,400.
821,809.84.
Kurs IDR 10,000.-
43
KANTOR AKUNTAN PUBLIK
Drs. Haryo Tienmar & Rekan Klien Per tanggal
: Yayasan PEKKA : 31 Desember 2005
JURNAL KOREKSI DAN REKLASIFIKASI Deskripsi
No. 1
2
3
D
Beban Adm. Bank Bank BRI - IDR PEKKA Bank BRI - USD PEKKA 2 Pendapatan Bunga Kas (mengkoreksi beban adm. Bank, dan pendapatan bunga)
161,511.00 173,755.00 315,082.00
Beban Adm. Bank Bank BRI - IDR PEKKA 3 Bank BRI - USD PEKKA 3 Pendapatan bunga (mengkoreksi beban adm. Bank, dan pendapatan bunga)
458,954.80 55,543.00 883,525.20
Kas
620,348.00 30,000.00
1,398,023.00
3,977,399.50
Hutang usaha - PPSW (mengkoreksi saldo kredit hutang usaha - PPSW) 6
Beban Depresiasi - Beban PEKKA Akumulasi Depresiasi - Peralatan Kantor (mengkoreksi Beban Depresiasi)
K
3,977,399.50
200,000.00 200,000.00
AUDIT TRIAL BALANCE as of December 31, 2005 Akun AKTIVA Kas dan Setara Kas Kas di tangan Bank BRI - IDR Bank BRI - USD
Debit
1,905,067.97 660,216,276.00 1,212,848,442.65 1,874,969,786.62
Piutang Usaha
Kredit
3,977,399.50 229,298.00 1,198,607.20
30,000.00
Audit 31-Dec-05
5,852,467.47 660,445,574.00 1,214,047,049.85 1,880,345,091.32
-
Aktiva Tetap Peralatan Kantor Kendaraan
-
29,039,000.00 51,513,400.00 80,552,400.00 8,445,613.34 72,106,786.66
Akumulasi Depresiasi Nilai Buku TOTAL AKTIVA
200,000.00
1,947,076,573.28
HUTANG DAN AKTIVA BERSIH Hutang lancar PPSW
Aktiva bersih Tidak Dibatasi Dibatasi Sementara
TOTAL HUTANG DAN AKTIVA BERSIH Account PERUBAHAN AKTIVA BERSIH YANG TIDAK DIBATAS PENDAPATAN Dana dari WB kepada PEKKA 2 Jasa konsultansi - PEKKA Pendapatan bunga Lain-lain TOTAL PENDAPATAN BEBAN dan KERUGIAN Beban PEKKA 2 Bagian B Training dalam kelas Forum Regional Pembinaan kemampuan kader lokal Total Bagian B Bagian C Beban Training Beban Operasi Tambahan Beban Fasilitas Lapangan Beban Sekretariat Nasional Beban Perjalanan Dinas Beban Pembuatan Laporan Beban Publikasi & Dokumentasi Beban Konsultansi
Penyesuaian
Per klien 31-Dec-05
29,039,000.00 51,513,400.00 80,552,400.00 8,645,613.34 71,906,786.66 1,952,251,877.98
536,388,680.50 536,388,680.50
3,977,399.50
540,366,080.00 540,366,080.00
37,790,535.98 1,372,897,356.80 1,410,687,892.78
38,049,372.98 1,373,836,425.00 1,411,885,797.98
1,947,076,573.28
1,952,251,877.98
Per klien 31-Dec-05
2,950,770,000.00 114,199,017.58 3,912,903.10 17,432,980.00 3,086,314,900.68
Penyesuaian Debit
Kredit
620,348.00
Audit 31-Dec-05
2,950,770,000.00 114,199,017.58 4,533,251.10 17,432,980.00 3,086,935,248.68
126,962,750.00 73,717,600.00 60,815,535.00 261,495,885.00
126,962,750.00 73,717,600.00 60,815,535.00 261,495,885.00
235,820,300.00
235,820,300.00
756,995,865.00 1,268,001,323.43 303,550,850.00 3,726,500.00 38,681,750.00 2,370,956,288.43
756,995,865.00 1,268,001,323.43 303,550,850.00 3,726,500.00 38,681,750.00 2,370,956,288.43
Video Training & Dokumentasi Komputerisasi Sistem Keuangan Total bagian C
87,769,920.00 29,985,000.00 117,754,920.00 2,724,531,508.43
87,769,920.00 29,985,000.00 117,754,920.00 2,724,531,508.43
Total Beban PEKKA 2
2,986,027,393.43
2,986,027,393.43
30,254,804.00 24,126,900.00 6,409,897.02 60,791,601.02
30,254,804.00 24,126,900.00 6,609,897.02 60,991,601.02
Beban PEKKA Beban Administrasi dan umum Jamsostek Beban Depresiasi Beban Lain-lain Beban Adm.Bank TOTAL BEBAN dan KERUGIAN KENAIKAN TOTAL AKTIVA BERSIH YG TDK DIBATAS
1,705,370.25
200,000.00
161,511.00
1,866,881.25
3,048,524,364.70
3,048,885,875.70
37,790,535.98
38,049,372.98
PERUB. AKTIVA BERSIH YG DIBATASI SEMENTARA PENDAPATAN Dana dari WB ke PEKKA 3 - Proyek Recovery Aceh Interest Income TOTAL PENDAPATAN BEBAN dan KERUGIAN Beban PEKKA 3 Beban Training Beban Implementasi Perlengkapan Beban Operasi Tambahan Beban Sekretariat Biereun Beban Sekretariat Nasional Beban Konsultansi Total Beban PEKKA 3 Beban lain-lain Beban Adm. Bank
TOTAL BEBAN dan KERUGIAN KENAIKAN AKTIVA BERSIH YG DIBATASI SEMENTARA Aktiva Bersih awal tahun Aktiva Bersih yang tidak dibatasi Aktiva Bersih yang dibatasi sementara Total Aktiva bersih awal tahun Aktiva Bersih akhir tahun Aktiva Bersih yang tidak dibatasi Aktiva Bersih yang dibatasi sementara Total Aktiva bersih akhir tahun
1,600,800,000.00 18,383.60 1,600,818,383.60
1,398,023.00
1,600,800,000.00 1,416,406.60 1,602,216,406.60
6,895,000.00
6,895,000.00
134,511,750.00
134,511,750.00
19,253,900.00 47,224,245.00 20,000,000.00
19,253,900.00 47,224,245.00 20,000,000.00
227,884,895.00
227,884,895.00
36,131.80 36,131.80
458,954.80
495,086.60 495,086.60
227,921,026.80
228,379,981.60
1,372,897,356.80
1,373,836,425.00
-
37,790,535.98 1,372,897,356.80 1,410,687,892.78
-
6,225,770.50
6,225,770.50
38,049,372.98 1,373,836,425.00 1,411,885,797.98
YAYASAN PEKKA Laporan Posisi Keuangan Per 31 Desember 2005
HUTANG DAN AKTIVA BERSIH
AKTIVA
AKTIVA LANCAR Kas dan Setara Kas Piutang Usaha
Notes
2005 IDR
2b, 3
1,880,345,091.32 -
Total Aktiva Lancar
AKTIVA TETAP Peralatan Kantor Kendaraan
Akumulasi Depresiasi Nilai Buku
TOTAL AKTIVA
Notes
HUTANG LANCAR Hutang Usaha
1,880,345,091.32
2c, 4 29,039,000.00 51,513,400.00
Total Hutang lancar
AKTIVA BERSIH Tidak dibatasi Dibatasi Sementara - Dana World Bank untuk Aceh Recovery
80,552,400.00 (8,645,613.34) 71,906,786.66
1,952,251,877.98
Total Aktiva Bersih
TOTAL HUTANG DAN AKTIVA BERSIH
Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Yang Merupakan Bagian Yang Tidak Terpisahkan dari Laporan Keuangan Secara Keseluruhan
2
5
2005 IDR
540,366,080.00
540,366,080.00
38,049,372.98 1,373,836,425.00
1,411,885,797.98
1,952,251,877.98
YAYASAN PEKKA Laporan Aktivitas Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2005 Notes Perubahan Aktiva Bersih yang Tidak Dibatasi Pendapatan dan Keuntungan Dana dari WB kepada PEKKA 2 Jasa konsultansi - PEKKA Pendapatan bunga Lain-lain
2d 2,950,770,000.00 114,199,017.58 4,533,251.10 17,432,980.00
Total Pendapatan dan Keuntungan yang tidak dibatasi Beban dan Kerugian Beban PEKKA 2 Bag. B : Beban training dan program pengembangan kemampuan Bag. C : Beban training dan mengorganisir perempuan kepala keluarga
2005 IDR
3,086,935,248.68 2d
6
261,495,885.00
7
2,724,531,508.43
Total Beban PEKKA 2
2,986,027,393.43
Beban PEKKA Beban Administrasi dan umum Jamsostek Beban Depresiasi
30,254,804.00 24,126,900.00 6,609,897.02
Total Beban PEKKA
60,991,601.02
Beban Lain-lain
8
Total Beban dan Kerugian
1,866,881.25 3,048,885,875.70
Kenaikan (penurunan) total aktiva bersih yang tidak dibatasi Perubahan Aktiva Bersih yang Dibatasi Sementara Pendapatan dan Keuntungan Dana dari WB ke PEKKA 3 - Proyek Recovery Aceh Pendapatan bunga
38,049,372.98
2d 1,600,800,000.00 1,416,406.60
Total pendapatan dan keuntungan yang dibatasi sementara Beban dan Kerugian Beban PEKKA 3 Beban Training Beban Implementasi Beban Konsultansi
1,602,216,406.60 2d 9 10
6,895,000.00 200,989,895.00 20,000,000.00
Total Beban PEKKA 3
227,884,895.00
Beban Lain-Lain
11
495,086.60
Total Beban dan Kerugian
228,379,981.60
Kenaikan (penurunan) total aktiva bersih yang dibatasi sementara
1,373,836,425.00
Aktiva bersih awal tahun Aktiva bersih yang tidak dibatasi Aktiva bersih yang dibatasi sementara
-
Total Aktiva bersih awal tahun
-
Aktiva bersih akhir tahun Aktiva bersih yang tidak dibatasi Aktiva bersih yang dibatasi sementara
38,049,372.98 1,373,836,425.00
Total Aktiva bersih akhir tahun
1,411,885,797.98
Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Yang Merupakan Bagian Yang Tidak Terpisahkan dari Laporan Keuangan Secara Keseluruhan
3