Memperluas Jangkauan, Memperluas Manfaat
LAPORAN TAHUNAN (2010) SEKRETARIAT NASIONAL
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA KELUARGA (PEKKA) Dur e n S a wi t As r i K a v .I N o. 2 A, J l. La p a ng a n 1 , J ak - T im 134 4 0 , J ak a rta - In d o nes i a T el.( + 6 22 1) 8 6 60 37 8 7 86 0 9 3 25 , F ax .( +6 2 2 1) 8 66 0 3 7 87 e- m ai l: p ek k a@c b n. n et .i d we b. ww w. p ek k a.or .i d
laporanAkhir2010|PEKKA
0
Daftar isi LAPORAN TAHUNAN SEKRETARIAT NASIONAL PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA KELUARGA (PEKKA)
I.
PENDAHULUAN ...................................................................................................................................... 5 1. AWAL SEBUAH INISIATIF ..................................................................................................................... 5 2. PROFIL PEREMPUAN KEPALA KELUARGA ........................................................................................... 6 3. MEMBANGUN CITA-CITA BERSAMA PEKKA ........................................................................................ 7 4. WILAYAH KERJA................................................................................................................................. 10
II. PERKEMBANGAN DAN PENCAPAIAN PEKKA SECARA KOMPREHENSIF ............................................. 11 1. Pencapaian Tujuan (Misi) .................................................................................................................. 11 2. Eksistensi dan Kontribusi .................................................................................................................. 18 III. PERKEMBANGAN DAN PENCAPAIAN PEKKA DALAM KERANGKA PROYEK ........................................ 22 1. TF 55749 – IND JSDF “Support for Female Headed Households during Aceh Reconstruction” ....... 23 2. TF 055900 – IND, JSDF. “Education for Very Poor Children”. .......................................................... 30 3. TF 91171 – IND, JSDF. “Proverty Reduction and Women’s Leadership; The PRIME” ..................... 35 4. TF 095058 – IND. JSDF. Sustaining Women’s Leadership Project. ................................................... 40 5. TF 96440 – IND “Building Public Demand for Legal and Judicial Reform, Women’s Legal Empowerment”................................................................................................................................. 42 IV. REFLEKSI DAN PELAJARAN PENTING ................................................................................................... 48 1. Kekuatan berbasis di akar rumput .................................................................................................... 48 2. Kesetiaan pada proses yang diyakini bersama ................................................................................. 49 3. Pentingnya investasi pengembangan sumberdaya manusia pemimpin di tingkat lokal .................. 49 4. Yang terbaik untuk sang ujung tombak ............................................................................................ 50 5. Kemewahan dukungan proyek ......................................................................................................... 50 6. Kekuatan berbagi sumberdaya berbagi pengetahuan dengan masyarakat lainnya......................... 50 7. Kekuatan kelembagaan sebagai pendamping dan pembangun kapasitas ....................................... 51 V. TANTANGAN DAN STRATEGI TAHUN 2011 ......................................................................................... 52 1. Desentralisasi untuk memperkuat kelembagaan lokal dan mengurangi ketergantungan pada pusat .......................................................................................................................................................... 52 2. Memperkuat keberadaan Serikat Pekka sebagai kekuatan sosial politik yang otonom .................. 53 3. Memperluas wilayah kerja dan pengembangan Serikat Pekka ........................................................ 53
laporanAkhir2010|PEKKA
1
LAPORAN TAHUNAN SEKRETARIAT NASIONAL PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA KELUARGA (PEKKA)
Memperluas Jangkauan, Memperluas Manfaat 2010
PETRONELA PENI LOLI
Memimpin Desa Nisanulan ala PEKKA Walaupun aku sudah cukup lama mengenal ibu Nela – begitu beliau dipanggil, namun perjalanan bersamanya ke Washington DC, memberiku peluang untuk mengenal bu Nela secara lebih dalam. Bu Nela lahir di Dusun Walang, Desa Nisa Nulan pada 9 Oktober 1968. Dia sekolah SD di desa Nisa Nulan, kemudian melanjutkan SMP di kota kecamatan Waiwerang, menumpang di rumah saudaranya. Setamat SMA dia berkesempatan melanjutkan SMA swasta di kota Kabupaten, Larantuka dan tinggal di asrama putri di sana. Dari kampungnya ada 11 yang melanjutkan ke SMA di saat itu dan 8 di antaranya perempuan. Sesungguhnya Ibu Nela dibesarkan oleh seorang janda. Ayahnya yang seorang petani meninggal dunia saat dia masih berusia 5 tahun. Dan sejak itu ibunya menjanda dengan membesarkan 6 orang anak seorang diri sebagai petani. Keluarganya termasuk miskin dan di masyarakatnya jika tidak memiliki suami maka akan sulit dipercaya oleh masyarakat ketika membutuhkan pinjaman uang untuk kebutuhan sehari-hari dan sekolah. Mereka juga tidak bisa pinjam dari bank karena tidak ada jaminan. Ibu Nela adalah anak bungsu dari 6 bersaudara; 5 perempuan dan 1 laki-laki. Dua kakak perempuan Ibu Nela membantu ibunya mencari nafkah untuk biaya sekolah adikadiknya. Dari 6 bersaudara, 4 anak sekolah sampai lulus SMA dibiayai kedua kakak perempuannya tersebut.
laporanAkhir2010|PEKKA
2
Ibu Nela menikah di Larantuka pada tahun 1996, dan dikaruniai seorang anak lelaki yang saat ini berusia 14 tahun. Kehidupan yang dijalani dengan tenang bersama suami tercinta – yang menurutnya sangat gagah, besar tinggi, harus berubah secara drastis ketika sang suami dibunuh dengan kejam oleh sekelompok orang yang hingga hari ini tidak pernah berhasil diungkap oleh Polisi. “Hari itu saya, suami, dan bapak Mertua, seperti biasanya kerja kebun di ladang. Siang hari saya pulang ke rumah untuk ambil makanan. Ketika kembali suami dan Bapak Mertua sudah dibunuh. Mayat mereka penuh luka seperti di potong-potong. Leher suami saya putus. Kepala Bapa Mertua terpisah h jauh dari badannya” Bu Nela menerawang lirih mengingat kembali kejadian hari naas itu. “Sudah pasti pembunuhnya tidak sendiri karena suami dan Bapak Mertua saya gagah orangnya, kalau Cuma sendiri pasti bisa lawan”, lanjutnya dengan getir. “Saya juga membayangkan kalau saya tidak ke rumah ambil nasi itu, pasti saya juga ikut menjadi korban” katanya lagi, masih tersisa kengerian yang dia rasakan. Hingga saat ini Bu Nela tidak pernah tau apa penyebab suaminya terbunuh. Namun dia memang mendengar bahwa mertuanya memiliki musuh di kampung itu. “Saya tidak ingin balas dendam, karena saya ingin melanjutkan hidup saya. Biarlah Tuhan yang membalas semuanya dengan setimpal”. Begitu ucapnya dengan bijak. Bu Nela kemudian meninggalkan desa suaminya, kembali ke desanya dengan membawa serta anaknya. Sejak itu dia menjadi janda. Bu Nela mulai bergabung dengan Pekka tahun 2006, dan menjadi kader Pekka yang potensial. Beberapa pelatihan tingkat nasional yang diadakan seknas PEKKA pernah diikutinya, membuat dia berkembang secara wawasan dan pengetahuan. Dia terlihat tenang dan berhati-hati dalam bicara dan terkesan pendiam. Namun aku menangkap semangat juang yang kuat dan juga jiwa kepemimpinan yang semakin berkembang. Suatu hari, dia terlibat dalam pembicaraan dengan masyarakat desanya tentang kepala desa yang berkasus dengan anak gadis di situ yang menyebabkan sang kepala desa harus di lengserkan oleh para tetua dan masyarakat. Agar kepemimpinan desa tidak vakum, maka akan diadakan pemilihan kepala desa lagi. Mendengar ini, bu Nela berpikir, apakah mungkin dia mengamalkan pengetahuan dan pengalamannya di PEKKA untuk memimpin desa. Hal ini di ungkapannya kepada Dete, pendamping Pekka untuk wilayah Klubagolit. Dete mendukung secara penuh dan ikut memotivasi Bu Nela untuk mendaftar menjadi calon. Meskipun belum pernah ada dalam sejarah mereka kepala desa perempuan, apa lagi janda; tak ada salahnya mencoba – begitu pikir Dete dan juga Bu Nela.
laporanAkhir2010|PEKKA
3
Lalu mulailah dia mempersiapkan mendaftar sebagai calon. “Wah.. bunda, persyaratannya sangat banyak. Mulai dari bukti pendidikan, surat sehat, kelakuan baik, dsb.” Urainya sambil tersenyum. “Saya juga lampirkan semua sertifikat pelatihan PEKKA tingkat Nasional yang pernah saya ikuti itu. Dan ini ternyata cukup menguatkan. Pencalonan saya diterima” katanya dengan bahagia. Ada tiga kandidat waktu itu, yang dua-nya laki-laki tentu saja. Mulailah Bu Nela mempersiapkan kampanyenya, dengan dukungan dari komunitas Pekka dan pendamping di wilayah itu. “Dalam berkampanye saya tidak pernah menjanjikan apapun bunda. Saya hanya bilang ke masyarakat untuk membangun visi dan misi bersama lalu, bersama pula mengusahakan mencapainya. Semua masyarakat harus terlibat untuk mencapai mimpi kita bersama. Hanya itu yang saya katakan bunda”, Bu Nela bercerita dengan antusias. Sebetulnya dia tidak terlalu yakin akan menang karena dia perempuan dan janda. Namun, betapa terkejutnya dia ketika hasil perhitungan suara di pemilihan itu, Bu Nela mendapatkan suara sekitar 260 sedangkan lawannya sekitar 60-an suara dari 320-an pemilih. Wah.., kemenangan yang cukup mutlak dan menunjukkan bahwa pemilih beliau tidak hanya perempuan dan Pekka, namun juga laki-laki. Tentu saja ini sebuah perubahan yang sangat besar di komunitas ini. Setelah dilantik, mulailah Bu Nela memimpin desanya. Seperti yang dialaminya di Pekka, tahap pertama adalah mengajak seluruh masyarakat membangun visi bersama. Berbagai pertemuan tingkat kampung dan desa di lakukan untuk membangun visi dan misi, mengeksplorasi sumberdaya dan membuat rencana. Desa Nisanulan merupakan salah satu desa yang tertinggal di wilayah ini. Tidak ada listrik, tidak ada sumber air bersih yang memadai dan tidak ada pelayanan kesehatan. Selain itu penduduk umumnya miskin karena tidak ada sumber penghasilan. Bu Nela punya PR besar dan ini menjadi tantangan tersendiri. Desa ini berhasil mendapatkan dana pembangunan dan PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat) sebesar 400 juta-an rupiah. Mereka mencoba merencanakannya dengan cermat. Prioritas utama membuat pengerasan jalan dan membangun Pos Yandu untuk pelayanan kesehatan. “Jalan sepanjang 900 m dan dua buah Pos Yandu berhasil di bikin, dan masih tersisa uang sekitar 50 juta yang sebetulnya untuk alokasi upah pekerjanya.” Ceirta bu Nela. Dia lalu mengundang seluruh masyarakat dan mengajak mereka merundingkan penggunaan dana upah tersebut. “Desa kita belum ada listrik meskipun sudah 65 tahun merdeka. Apakah kalian mau jika
laporanAkhir2010|PEKKA
4
dana upah ini tidak dibagikan namun kita himpun jadi dana bersama untuk memasukkan listrik ke desa kita ini” Bu Nela memotivasi masyarakatnya. Dan ternyata masyarakat bersetuju. Akhirnya dipergunakanlah dana itu untuk memasukkan listrik ke desanya. Sekarang desa ini sudah terang karena masuk listrik. Masyarakat semua berbahagia, dan merasa mendapatkan manfaat maksimal dari dana 400 juta ini. Tidak itu saja, bu Nela juga berhasil membawa masuk air bersih melalui akses pembangunan pemerintah daerahnya. “Saya heran bunda kenapa orang berebut untuk jadi kepala desa. Pengalaman saya selama ini tidaklah mudah jadi kepala desa apalagi desa miskin seperti kami. Tidak ada uang berlebih. Gaji juga hanya diterima setiap empat bulan. Saya kesulitan sekali, padahal masyarakat sering datang, dan kalau datang pasti harus dikasih makan”. Bu Nela sedikit curhat, namun juga tertawa geli. Aku menjelaskan ke Bu Nela, bahwa banyak kepala desa memanfaatkan dana pembangunan untuk kepentingan pribadinya, makanya bisa kaya. Karena bu Nela mengelola dana dengan transparan – dan itu memang seharusnya – dan semua untuk kepentingan masyarakat, maka bu Nela gak punya apa-apa. “Iya ya bunda.., tapi saya akan terus melakukan ini. Karena saya ingin jadi kepala desa memang karena saya ingin berbuat sesuatu untuk desa dan wilayah saya. Pengetahuan dan pengalaman saya di Pekka ingin saya praktekkan di masyarakat agar dampaknya lebih luas”. Ujarnya dengan penuh keyakinan. Petronela Peni Loli, hanyalah seorang kepala desa miskin dan terpencil. Namun kisahnya kurasa sangat menginspirasi. Ibu Sri Mulyani, mantan Menteri Keuangan Indonesia yang sekarang menjadi Managing Direktur di Bank Dunia, menyatakan kekagumannya pada Bu Nela. “Iya bu, kita memang harus punya visi untuk menyejahterakan masyarakat seberapapun besarnya uang publik yang kita kelola. Ibu Nela mengelola 400 juta, saya pernah mengelola 1000 triliun, namun, cara harus tetap sama, transparan dan untuk kepentingan orang banyak. Namun tentu saja ini tidak mudah. Akan banyak pihak yang tidak menyenangi kita terutama yang jadi tidak bisa untung karena itu”, inilah kata-kata Sri Mulyani ketika berkesempatan berbincang selama 40 menit dengan aku dan bu Nela di ruang kerjanya di Washington Januari 2011 yang lalu, yang pastinya terus akan diingat oleh ibu Nela. Jika saja banyak pemimpin di berbagai level mulai dari tingkat desa hingga nasional, memiliki keinginan yang sama dengan Bu Nela dan Sri Mulyani, aku yakin negara ini akan segera terbebas dari kemiskinan.
laporanAkhir2010|PEKKA
I.
5
PENDAHULUAN
1. AWAL SEBUAH INISIATIF
PEKKA mulai digagas pada akhir tahun 2000 dari rencana awal KOMNAS PEREMPUAN yang ingin mendokumentasikan kehidupan janda di wilayah konflik dan keinginan Bank Dunia melalui Program Pengembangan Kecamatan (PPK) merespons permintaan janda korban konflik di Aceh untuk memperoleh akses sumberdaya agar dapat mengatasi persoalan ekonomi dan trauma mereka. Semula upaya ini diberi nama “Widows Project” yang sepenuhnya didukung dana hibah dari Japan Social Development Fund (JSDF) melalui Trust Fund Bank Dunia. KOMNAS PEREMPUAN kemudian bekerjasama dengan Pusat Pengembangan Sumberdaya Wanita (PPSW), membentuk Seknas PEKKA untuk mengembangkan gagasan awal ini. Melalui proses refleksi dan diskusi intensif dengan berbagai pihak, kedua gagasan ini kemudian diintegrasikan ke dalam sebuah upaya pemberdayaan yang lebih komprehensif. Untuk itu “Widows Project” atau “ Proyek untuk Janda” diubah tema dan judulnya menjadi lebih provokatif dan ideologis, yaitu dengan menempatkan janda lebih pada kedudukan, peran, dan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga. Selain itu, upaya ini diharapkan mampu pula membuat perubahan sosial dengan mengangkat martabat janda dalam masyarakat yang selama ini terlanjur mempunyai Stereotype negatif. Judul Program Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga atau disingkat Program PEKKA kemudian ditetapkan dan disepakati untuk menamai inisiatif baru ini. Selanjutnya kata Pekka juga dipergunakan untuk menyebut secara singkat istilah Perempuan Kepala Keluarga. Data Susenas Indonesia tahun 2007 menunjukkan bahwa jumlah rumah tangga yang dikepalai perempuan mencapai 13.60% atau sekitar 6 juta rumah tangga yang mencakup lebih dari 30 juta penduduk. Dan pada tahun 2010 Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan 14% atau sekitar 9 juta rumah tangga di Indonesia di kepalai oleh Perempuan. Jika dibandingkan data tahun 2001 ketika Seknas PEKKA pertama digagas
laporanAkhir2010|PEKKA
6
yang kurang dari 13%, data ini menunjukkan kecenderungan peningkatan rumah tangga yang dikepalai perempuan rata-rata 0.1% per tahun. Berdasarkan Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 tahun 1974, dalam kehidupan sosial politik dan kemasyarakatan di Indonesia, kepala keluarga adalah suami atau laki-laki. Selain itu, nilai sosial budaya umumnya juga masih menempatkan perempuan dalam posisi subordinat. Oleh karena itu keberadaan perempuan sebagai kepala keluarga tidak sepenuhnya diakui baik dalam sistem hukum yang berlaku maupun dalam kehidupan sosial masyarakat. Sebagai akibatnya perempuan kepala keluarga menghadapi diskriminasi hak dalam kehidupan sosial politiknya. 2. PROFIL PEREMPUAN KEPALA KELUARGA Seknas PEKKA mendampingi Perempuan miskin yang melaksanakan peran dan tanggung jawab sebagai pencari nafkah, pengelola rumah tangga, dan pengambil keputusan dalam keluarga yang mencakup:
Perempuan yang ditinggal/dicerai hidup Perempuan yang suaminya meninggal dunia Perempuan yang membujang atau tidak menikah Perempuan bersuami, tetapi oleh karena suatu hal, suaminya tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai kepala keluarga Perempuan bersuami, tetapi tidak mendapatkan nafkah lahir dan batin karena suaminya bepergian lebih dari satu tahun.
Rumah tangga yang dikepalai perempuan umumnya miskin dan merupakan kelompok termiskin dalam strata sosial ekonomi di Indonesia. Hal ini sangat terkait dengan kualitas sumberdaya perempuan kepala keluarga (Pekka) yang rendah. Data dasar Sekretariat Nasional PEKKA di 8 provinsi menunjukkan bahwa Pekka umumnya berusia antara 20 – 60 tahun, lebih dari 38.8% buta huruf dan tidak pernah duduk di bangku sekolah dasar sekalipun. Mereka menghidupi antara 1-6 orang tanggungan, bekerja sebagai
laporanAkhir2010|PEKKA
7
buruh tani dan sektor informal dengan pendapatan rata-rata kurang dari Rp 10,000 per hari. Riset Seknas PEKKA tahun 2009 menunjukkan bahwa 55% Pekka hidup di bawah garis kemiskinan Indonesia dan sepertiga komunitas Pekka tidak bisa mendapatkan akses jamkesmas dan BLT. Paling tidak 78% Pekka yang bercerai mengalami kekerasan dalam rumah tangga dan kurang dari 50% Pekka sesungguhnya mencatatkan perkawinannya.
Buta Huruf 44,4 % Tanggungan 2-5
Petani dan Pedagang 56%
3. MEMBANGUN CITA-CITA BERSAMA PEKKA Seknas PEKKA mempunyai visi untuk pemberdayaan perempuan kepala keluarga dalam rangka ikut berkontribusi membangun tatanan masyarakat yang sejahtera, adil gender, dan bermartabat. Untuk mewujudkan visi tersebut, Seknas PEKKA mengemban misi untuk: Meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan Perempuan Kepala Keluarga Membuka akses perempuan kepala keluarga terhadap berbagai sumberdaya Membangun kesadaran kritis Perempuan Kepala Keluarga baik terhadap kesetaraan peran, posisi, dan status mereka, maupun terhadap kehidupan sosial politiknya. Meningkatkan partisipasi perempuan kepala keluarga dalam berbagai proses kehidupan sosial, ekonomi, politik dan budaya Meningkatkan kontrol perempuan terhadap proses pengambilan keputusan mulai di tingkat rumah tangga hingga negara. Untuk mencapai cita-cita ini Seknas PEKKA mengembangkan strategi Empat Pilar Pemberdayaan Pekka. Membangun Visi; pada dasarnya membangun kesadaran kritis Pekka terhadap hak sebagai manusia, perempuan dan warga negara, menumbuhkan motivasi untuk memperbaiki kehidupan, dan pada akhirnya memfasilitasi mereka untuk membangun visi dan misi kehidupan. Visi dan Misi menjadi landasan utama Pekka untuk bergerak selanjutnya.
laporanAkhir2010|PEKKA
8
Peningkatan kemampuan; meningkatkan kapasitas Pekka untuk mengatasi berbagai persoalan kehidupan melalui pendampingan intensif, berbagai pelatihan dan lokakarya terkait dengan membangun kepercayaan diri, meningkatkan keterampilan teknis dan manajerial. Melatih dan mengembangkan pemimpin dan fasilitator masyarakat dari kalangan Pekka. Pengembangan Organisasi dan Jaringan; melalui penumbuhan, pengembangan dan penguatan kelompok berbasis di masyarakat yang diberi nama Kelompok Perempuan Kepala Keluarga (Kelompok Pekka) di seluruh wilayah program. Kelompok-kelompok ini kemudian difasilitasi untuk mengembangkan organisasinya menjadi Serikat Pekka yang mandiri dan berjaringan mulai dari tingkat kecamatan hingga nasional, serta berjaringan dengan lembaga lain yang dapat mendukung kerja-kerja mereka. Advokasi untuk Perubahan; Fokus pada akses terhadap informasi, sumberdaya kehidupan dan pengambilan keputusan serta akses terhadap keadilan hukum. Perubahan tata nilai negatif terhadap perempuan dan perempuan kepala keluarga melalui kampanye dan pendidikan pada masyarakat luas.
Strategi Seknas PEKKA di operasionalkan ke dalam program-program PEKKA yang dikembangkan berdasarkan kebutuhan, kondisi dan sumberdaya yang tersedia.
a. Pemberdayaan Ekonomi Pengembangan sumberdaya keuangan bersama Pekka melalui kegiatan simpan pinjam dengan sistem koperasi Peningkatan sumber pendapatan keluarga Pekka melalui pengembangan usaha individu dan usaha bersama b. Pendidikan Sepanjang Hayat Pemberantasan buta huruf dan angka bagi keluarga Pekka melalui kelas keaksaraan fungsional dan akses program Penyetaraan Pendidikan Akses pendidikan yang murah dan berkualitas termasuk akses beasiswa bagi anak-anak Pekka yang putus sekolah 9 tahun Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini, Mengorganisir Kelas Belajar anak-anak Pekka. c. Pemberdayaan Hukum Kegiatan penyadaran tentang hak dan perlindungan hukum bagi Pekka Melatih kader Pekka menjadi Kader Hukum agar mampu mendampingi akses proses hukum yang adil bagi Pekka dan keluarganya dalam penyelesaian kasus kekerasan dalam rumah tangga Advokasi reformasi hukum dan proses hukum yang adil gender
laporanAkhir2010|PEKKA
9
d. Pemberdayaan Politik Penyadaran kritis akan hak politik Pekka Mengorganisir Pekka untuk terlibat dan mengawasi proses pengambilan keputusan di berbagai tingkatan dan terlibat dalam proses politik di berbagai tingkatan
e. Hak Kesehatan Sepanjang Masa Gerakan hidup sehat dan berkualitas melalui kegiatan penyadaran kritis akan hak dan kesehatan khususnya kesehatan reproduksi Mengembangkan kader-kader kesehatan dari kalangan Pekka agar dapat mengorganisir akses pelayanan kesehatan yang murah dan berkualitas Advokasi kebijakan terkait hak pelayanan kesehatan yang mudah, murah dan berkualitas bagi masyarakat miskin f. Media Komunitas Sistem pendukung kegiatan pengorganisasian Pekka dan memperjuangkan hak akses teknologi informasi bagi masyarakat miskin Melatih dan mengembangkan kader-kader pengelola dan pengembang media rakyat termasuk radio komunitas, video komunitas, fotografi, dan penulisan Mengembangkan penggunaan media komunitas untuk kegiatan pendidikan bagi rakyat, kampanye perubahan sosial, dan advokasi kebijakan GAMBAR KERANGKA KERJA PEKKA
laporanAkhir2010|PEKKA
10
4. WILAYAH KERJA Kerja Seknas Pekka di awali di empat wilayah yaitu: Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) : Aceh Bireun, Aceh Barat Daya, Aceh Besar, Pidie, Aceh Timur, Aceh Jaya, Singkil, Aceh Selatan, Nagan Raya Jawa Barat (JABAR) : Cianjur, Subang, Sukabumi, Karawang Nusa Tenggara Timur (NTT) : Flores Timur Sulawesi Tenggara (SULTRA) : Buton Kemudian berkembang ke 4 provinsi berikutnya yaitu: Kalimantan Barat (KALBAR) : Kodya Pontianak, Kubu Raya Jawa Tengah (JATENG) : Batang, Pemalang, Brebes Nusa Tenggara Barat (NTB) : Lombok Barat, Lombok Tengah Maluku Utara - (MALUT) : Halmahera Utara Pada akhir tahun 2010, Seknas PEKKA memperluas wilayah kerja ke 6 provinsi lagi yaitu: Sumatra Utara (SUMUT) : Asahan Sumatra Selatan (SUMSEL) : Ogan Komering Ilir Jawa Timur (JATIM) : Bangkalan Sulawesi Selatan (SULSEL) : Bone Sulawesi Utara (SULUT) : Bolaang Mongondow Bali
laporanAkhir2010|PEKKA
II.
11
PERKEMBANGAN DAN PENCAPAIAN PEKKA SECARA KOMPREHENSIF
Dalam kurun waktu 9 tahun perjalanannya, PEKKA memiliki rekam jejak yang dapat dijadikan acuan untuk melihat sejauh mana keberadaan Seknas PEKKA ikut berkontribusi pada upaya pemberdayaan masyarakat miskin khususnya perempuan kepala keluarga (Pekka) di Indonesia. Untuk memudahkan melihat rekam jejaknya, maka dapat dilihat dari perubahan yang terjadi terkait dengan pencapaian misi, eksistensi dan kontribusi keberadaan Pekka dalam gerakan perempuan serta gerakan sosial politik masyarakat sipil. 1. Pencapaian Tujuan (Misi) Misi Seknas PEKKA untuk memberdayakan perempuan kepala keluarga, dikembangkan dengan mempergunakan kerangka pemberdayaan perempuan Sarah Longwe yaitu fokus pada lima aspek kehidupan yang harus berubah ketika seorang perempuan “berdaya”. A. Meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan perempuan kepala keluarga
Sembilan tahun Seknas PEKKA bekerja di lapangan tentu saja belum mampu menjawab masalah kemiskinan yang dihadapi oleh perempuan kepala keluarga karena persoalan kemiskinan merupakan persoalan struktural yang tidak serta-merta selesai dengan sebuah proyek. Seknas PEKKA juga tidak memiliki kemampuan untuk melakukan sebuah riset untuk menyajikan data kuantitatif terkait hal ini karena lemahnya data dasar yang dimiliki oleh Seknas PEKKA. Oleh karena itu, Seknas PEKKA melihat pencapaian tujuan yang pertama ini dari tiga sumber data yang cukup kuat dimiliki yaitu data simpanan dan data pinjaman anggota Pekka, serta akumulasi aset dana di Lembaga Keuangan Mikro Koperasi yang dikembangkan dan dimiliki oleh Serikat PEKKA di lapangan. Hingga akhir Desember 2010, kemampuan menabung anggota Pekka cukup stabil. Walaupun dalam perjalanannya terjadi fluktuasi, namun secara umum tabungan Pekka dari tahun ke tahun cenderung meningkat rata-rata 50%. Hingga saat ini total dana yang mampu di mobilisir oleh Serikat Pekka dalam bentuk tabungan secara bersama mencapai Rp.3.793.980.895,-. Dan Pada tahun 2010, tabungan kumulatif seorang anggota Pekka yang tertinggi mencapai Rp.10.456.000,- dengan rata-rata simpanan setiap anggota selama setahun mencapai Rp.900,000,- Kemampuan menabung merupakan salah satu indikator positif dari meningkatnya taraf hidup anggota Pekka. Selain itu, kemampuan menabung juga
laporanAkhir2010|PEKKA
12
merupakan salah satu perubahan perilaku yang dapat membantu menuju ke arah kesejahteraan anggota.
TABEL DAN GRAFIK DATA SIMPANAN PEKKA PERKEMBANGAN SIMPANAN 2002 – 2010 No
Wilayah
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
1
NAD
7.998.700
22.113.100
38.561.400
58.295.200
75.109.650
86.296.400
254.887.542
375.780.430
489.878.280
2
JABAR
7.200.500
84.687.000
50.040.550
100.102.750
61.354.900
76.538.050
107.772.650
129.874.250
926.545.440
3
JATENG
-
3.785.500
12.258.300
21.156.050
19.007.250
37.057.350
68.159.750
64.647.200
124.097.000
4
KALBAR
-
191.000
19.151.600
22.728.000
50.830.600
38.232.450
38.232.450
97.578.600
120.313.775
5
NTB
-
3.763.800
10.251.750
22.961.450
27.717.550
24.628.100
38.791.200
76.013.750
90.121.600
6
NTT
23.439.300
61.191.225
105.202.835
188.846.735
376.832.040
577.840.359
901.763.580
1.387.958.888
1.806.595.800
7
SULTRA
7.625.450
19.568.400
51.566.450
61.512.450
87.323.725
124.704.525
148.240.475
168.856.225
187.798.500
8
MALUT
-
5.293.000
23.416.500
38.510.500
6.854.012
41.036.500
48.541.500
47.295.000
48.630.500
46.263.950 200.593.025
310.449.385
514.113.135
705.029.727
1.006.333.734 1.606.389.147
2.348.004.343
3.793.980.895
334%
55%
66%
37%
46%
62%
Jumlah Prosentase Peningkatan
4.000.000.000
43%
60%
Simpanan
3.500.000.000 3.000.000.000 2.500.000.000 2.000.000.000 Simpanan
1.500.000.000 1.000.000.000 500.000.000 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Simpanan tertinggi tahun 2010 adalah Maria Abon Boli dari Klubagolit NTT dengan jumlah Simpanan Rp. 10.456.000,-. Pada tahun 2009 simpanan Maria Abon Boli Rp. 30.050.000,Rata-rata simpanan per anggota Rp. 900.000,SHU 2010 tertinggi adalah Maria Abon Boli dari Klubagolit – NTT Rp. 2.345.071 Pinjaman tertinggi di NTT sebesar Rp. 25.000.000,Rata-rata pinjaman per anggota Rp. 2.500.000,-
laporanAkhir2010|PEKKA
13
Indikator lain yang juga cukup signifikan adalah meningkatnya pinjaman anggota di LKM Koperasi mereka. Sebagian besar anggota Pekka meminjam untuk keperluan pengembangan usaha ekonomi produktif, meskipun tidak tertutup kemungkinan pinjaman juga dipergunakan untuk kepentingan mendesak lainnya seperti pendidikan, kesehatan bahkan konsumsi. Secara kumulatif jumlah pinjaman anggota Pekka meningkat rata-rata 20% pertahun dengan pinjaman seorang anggota Pekka yang tertinggi dapat mencapai Rp.25,000,000,- dengan rata-rata pinjaman per anggota mencapai Rp.1,500,000,- per tahun. Pada tahun 2010, tercatat akumulasi perputaran pinjaman anggota Pekka secara kolektif mencapai Rp.27,869,858,370,Secara kolektif, perubahan juga dapat dilihat dari berkembangnya aset LKM Koperasi serikat Pekka. Hingga akhir tahun 2010 ada 35 LKM milik PEKKA yang tersebar di 8 provinsi dengan total aset mencapai Rp.11.353.326.970,- (sebelas miliar tiga ratus lima puluh tiga juta tiga ratus dua puluh enam ribu rupiah). Setiap akhir tahun sebagian LKM ini melakukan rapat tahunan dan menghitung dana sisa hasil usaha (SHU) yang sebagiannya dibagikan pula kepada anggota. Hingga saat ini, SHU tertinggi yang diberikan kepada seorang anggota bisa mencapai Rp.2.345.071,- yaitu yang diterima oleh seorang orang anggota di Flores Timur.
laporanAkhir2010|PEKKA
14
laporanAkhir2010|PEKKA
15
B. Membuka akses perempuan kepala keluarga terhadap berbagai sumberdaya Akses Pekka terhadap berbagai sumberdaya tidak hanya bersifat materi, namun juga informasi, keadilan dan perlindungan merupakan salah satu indikator penting untuk melihat pencapaian pemberdayaan yang dilakukan. Akses sumber daya terbesar yang diterima oleh kelompok Pekka selama ini tentu saja dari Japan Social Development Funds (JSDF) melalui proyek-proyek yang dikelola oleh Seknas PEKKA. Dalam tahun 2010 kelompok-kelompok Pekka memperoleh dana bantuan langsung sejumlah Rp.6,560,000,000 yang telah dipergunakan untuk berbagai kegiatan pendidikan dan pembelajaran di kalangan Pekka dan masyarakat lainnya. Selain itu, tidak kurang dari Rp.161,000,000 telah pula di terima secara langsung oleh kelompok-kelompok Pekka dari pihak lain termasuk pemerintah daerah, lembaga donor, dan sumbangan individu yang tidak mengikat, yang secara langsung memberi manfaat pada 2,131 anggota serikat Pekka. Selain dalam bentuk uang tunai, kelompok Pekka juga mendapatkan akses sumberdaya ekonomi lainnya dalam bentuk in kind seperti peralatan dan bahan-bahan produksi. Akses peningkatan kapasitas melalui berbagai pelatihan yang digelar oleh lembaga-lembaga pemerintah, LSM dan lembaga pelatihan di luar Seknas PEKKA juga telah terbuka bagi Serikat Pekka. Selama tahun 2010 ada 34 jenis kegiatan peningkatan kapasitas yang diselenggarakan oleh pihak ketiga yang di ikuti oleh 358 anggota serikat Pekka.
laporanAkhir2010|PEKKA
16
Akses keadilan melalui proses peradilan juga menjadi salah satu indikator perkembangan PEKKA. Melalui program pemberdayaan hukum, anggota Pekka dan masyarakat miskin lain di sekitarnya telah mampu mengakses proses peradilan untuk mendapatkan dokumendokumen negara yang mereka butuhkan untuk sebagai hak dasar mereka sebagai perempuan dan anak-anaknya. Selama kurun waktu 2010 ada 24 kasus gugat cerai dan 252 kasus Itsbat nikah telah diakses melalui fasilitas sidang keliling dan prodeo yang difasilitasi oleh pengurus Serikat Pekka. Selain itu ada 1,689 akte kelahiran telah didapatkan oleh anakanak Pekka dan keluarga miskin lainnya pada tahun 2010 ini.
C. Membangun kesadaran kritis Perempuan Kepala Keluarga baik terhadap kesetaraan peran, posisi, dan status mereka, maupun terhadap kehidupan sosial politiknya.
Kesadaran kritis Pekka dibangun melalui proses pembelajaran bersama baik dalam bentuk pelatihan dalam kelas, diskusi kelompok terfokus maupun diskusi non formal yang dilakukan dalam pertemuan-pertemuan mereka serta pendampingan intensif yang dilakukan selama ini. Salah satu perubahan yang dapat dilihat dari terbangunnya kesadaran kritis ini adalah berkembangnya wawasan anggota Pekka terhadap berbagai bidang aspek kehidupan yang pada akhirnya berpengaruh dalam cara mereka menghadapi persoalan kehidupan yang dihadapi. Pada tahun 2010 ini ada 25 jenis pelatihan yang diberikan pada anggota Pekka termasuk membangun visi dan misi yang mencakup analisa sosial, motivasi bekerja dalam kelompok yang mencakup prinsip kerja sama dan keswadayaan, kepemimpinan transformatif, manajemen kelompok, pembukuan kelompok dan akuntabilitas, lembaga keuangan mikro filosofis dan manajemennya, dan berbagai keterampilan usaha. Selain itu berbagai materi seperti hak kesehatan reproduksi, hukum dan hak perempuan, gender budget, advokasi, kesadaran gender, ke-asertifan, perilaku efektif, dan topik lain yang terkait dengan pengembangan diri telah pula diberikan baik dalam pertemuan rutin maupun dalam
laporanAkhir2010|PEKKA
17
kunjungan individu. Jumlah anggota Pekka yang ikut dalam pelatihan selama tahun 2010 adalah 2,907 orang. Pengakuan keberadaan Serikat Pekka telah cukup merata di dalam masyarakat di wilayah mereka berada. Dengan pengakuan ini, para pemimpin dan kader Serikat Pekka terbuka peluang dan kesempatan yang lebih luas untuk ikut berpartisipasi dalam berbagai proses kehidupan di dalam masyarakat baik sebagai pemimpin maupun sebagai anggota masyarakat yang setara dengan lainnya. Dibanding tahun 2009, pada tahun 2010 ini terlihat peningkatan yang cukup berarti dari keterlibatan pemimpin dan kader Pekka dalam kegiatan di publik. Selama tahun 2010, paling tidak ada 553 orang kader, pemimpin dan anggota serikat Pekka memimpin di berbagai aktivitas publik, sosial kemasyarakatan termasuk sebagai pengurus ormas, pengelola program pembangunan seperti PNPM, pengurus RT/RW, staf di kantor pemerintahan desa, pengurus PKK dan kegiatan sosial dan keagamaan lainnya.
D. Meningkatkan kontrol perempuan terhadap proses pengambilan keputusan mulai di tingkat rumah tangga hingga negara. Kontrol perempuan kepala keluarga dilihat dari keaktifan sekitar 2,997 orang anggota, kader dan pemimpin serikat Pekka yang terlibat secara aktif dalam berbagai proses di tingkat masyarakat termasuk dalam musrenbang hingga ke tingkat kabupaten dan dialog-dialog dengan pemerintah lokal membahas berbagai persoalan sosial ekonomi masyarakat. Kontrol Pekka juga dapat dilihat dari tumbuh dan berkembangnya kelompok kepentingan yang dirintis Pekka di dalam masyarakat. Selama tahun 2010 ada 8 jenis kelompok kepentingan yang telah dikembangkan di seluruh wilayah Pekka termasuk kelompok sadar hukum, kelompok pengembangan pendidikan, kelompok pendidikan politik, dan kelompok peduli Pekka. Kelompok kepentingan ini memerankan peranan cukup efektif dalam masyarakat baik dalam mengontrol proses sosial kemasyarakatan maupun mengampanyekan pesan-pesan untuk perbaikan dalam masyarakat terkait dengan fokus kepentingannya. Misalnya kelompok sadar hukum mengampanyekan kesadaran hukum dalam masyarakat dan seterusnya. Kontrol dalam masyarakat juga ditunjukkan dengan adanya kasus yang diadukan ke pengurus serikat Pekka dan kemudian difasilitasi penyelesaiannya oleh kader serikat Pekka. Dalam tahun 2010, Pekka memfasilitasi penyelesaian 4 kasus
laporanAkhir2010|PEKKA
18
yang terjadi dalam masyarakat. Kasus-kasus ini umumnya terkait dengan tindak kekerasan dalam rumah tangga. 2. Eksistensi dan Kontribusi Eksistensi dan kontribusi Pekka dalam proses sosial politik di masyarakat dapat dilihat dari beberapa indikator seperti perkembangan kelembagaan atau organisasi dan kepemimpinannya, perluasan manfaat dan jangkauan, serta penyebaran informasi dan pembelajaran. A. Pengembangan kelembagaan dan Kepemimpinan Hingga akhir tahun 2010, telah ditumbuh kembangkan 497 kelompok Pekka dengan 12,028 anggota di 351 desa, 77 kecamatan dan 23 kabupaten. Dari seluruh kelompok yang telah terbentuk, sebagian besar telah tergabung dalam Serikat Pekka yang merupakan organisasi pengembangan kelompok-kelompok Pekka sebagai organisasi masyarakat sipil yang mandiri. Ada 473 Kelompok Pekka dengan keanggotaan aktif mencapai 10,008 orang yang telah tergabung dalam 8 Serikat Pekka di 8 Provinsi yaitu NAD, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalbar, NTB, NTT, Sultra dan Malut.
Dalam rangka menjaga kesinambungan perkembangan Serikat Pekka, maka pada tahun 2010, telah pula dilakukan perluasaan wilayah kerja Seknas PEKKA melalui kegiatan survei dan penumbuhan kelompok-kelompok Pekka. Ada 6 Provinsi baru termasuk Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara yang telah di survei oleh Seknas PEKKA meliputi 83 desa, 20 Kecamatan dan 5 Kabupaten. Melalui survei ini telah pula dilakukan penumbuhan kelompok Pekka di wilayah ini yang berjumlah 39 kelompok dengan anggota 684 orang tersebar di 28 desa, 12 Kecamatan dan 5 kabupaten. Kelompok-kelompok ini ke depannya akan berproses mengembangkan serikat Pekka di wilayahnya masing-masing. Berkembangnya kepemimpinan dari kalangan Pekka merupakan salah satu pencapaian penting lainnya mengingat rendahnya status dan kedudukan perempuan kepala keluarga di dalam masyarakat selama ini. Meskipun telah ribuan kader dan pemimpin Pekka yang dilatih Seknas PEKKA selama ini tidak semuanya bisa bertahan, pada tahun 2010 ini jumlah kader dan pemimpin Pekka yang aktif dalam kegiatan Pekka cukup banyak yaitu 1,275 Orang meningkat 4% dibandingkan dari tahun sebelumnya.
laporanAkhir2010|PEKKA
19
B. Perluasan manfaat dan jangkauan Selain fokus pada pengembangan Serikat Pekka, melalui sumberdaya yang ada Seknas PEKKA juga menjangkau kelompok-kelompok masyarakat lainnya khususnya kelompok perempuan miskin yang berada di wilayah pengembangan Pekka. Mereka juga di organisir ke dalam kelompok swadaya yang diberi nama Kelompok Non Pekka. Hingga akhir tahun 2010, ada 57 kelompok non Pekka dengan anggota 1,602 perempuan miskin yang tersebar di 25 Desa, 10 Kecamatan dan 6 Kabupaten di Indonesia. Kelompok-kelompok Non Pekka ini telah menerima pendampingan secara intensif dari kader-kader Pekka dan mengakses berbagai kegiatan dan informasi yang dikembangkan oleh Seknas PEKKA. Selain melalui pengembangan kelompok non Pekka, perluasan manfaat juga dilakukan oleh Seknas PEKKA dengan memberikan akses peningkatan kapasitas dan pengembangan program bagi kelompok perempuan lain yang telah ditumbuhkan dan didampingi oleh lembaga mitra Seknas PEKKA seperti PPSW. Dalam tahun 2010, Seknas PEKKA melalui program-program yang dikembangkan memberikan manfaat pada 234 kelompok perempuan basis dampingan PPSW dengan jumlah anggota 4,749 orang yang tersebar di 93 desa dan kelurahan, 24 kecamatan dan 7 Kabupaten di 4 Provinsi termasuk Banten, Jakarta, Jawa Barat, dan Kalimantan Barat. Pengembangan pusat-pusat belajar dilakukan Seknas PEKKA sebagai bagian dari upaya memperluas manfaat. Hingga akhir tahun 2010, telah ada 88 buah pusat-pusat kegiatan atau Center dengan berbagai ukuran dan kapasitas yang tersebar di tingkat desa dan kecamatan di wilayah Pekka. Di Center - Center inilah berbagai kegiatan pembelajaran secara reguler dan terbuka untuk anggota Pekka dan anggota masyarakat lainnya telah dikembangkan. Beberapa subyek pembelajaran antara lain ekonomi, komputer, politik, hukum, PAUD (pendidikan anak usia dini), Kelompok Belajar Anak, Kesehatan dan Pengasuhan (parenting). Selama tahun 2010, secara total kelas-kelas pembelajaran ini diikuti oleh tidak kurang dari 6,680 orang yang 10%-nya adalah laki-laki. Sebagai kontribusi untuk mencerdaskan masyarakat, di Center ini juga dikembangkan taman bacaan Pekka yang mengoleksi berbagai buku dan bahan bacaan yang dapat diakses oleh masyarakat secara luas. Hingga tahun 2010 ada 26 taman bacaan Pekka dengan jumlah koleksi buku mencapai 4,288 buah yang telah dikembangkan di wilayah Pekka. C. Penyebaran informasi dan pembelajaran Kontribusi Seknas PEKKA lainnya adalah dalam penyebaran informasi dan pembelajaran kepada berbagai kalangan dan masyarakat luas. Hal ini dilakukan melalui berbagai upaya termasuk pengembangan media komunitas seperti radio, video, dan foto memproduksi video dokumentasi, penerbitan buku,
laporanAkhir2010|PEKKA
20
pengembangan panduan dan manual, peliputan berita di media massa, dan sebagainya. Pengembangan media-media komunitas yang dikelola oleh para kader dan pemimpin Pekka, merupakan upaya Seknas PEKKA untuk memperluas penyebaran informasi dan pembelajaran di tingkat masyarakat. Ada dua macam media komunitas yang dikembangkan di Center Pekka yaitu video komunitas dan radio komunitas. Hingga tahun 2010 telah dikembangkan 9 stasiun radio komunitas di 5 provinsi. Dari ( stasiun radio tersebut, yang sangat aktif mengembangkan programnya di tahun 2010 ada 6 stasiun dengan durasi penyiaran perhari rata-rata 8.5 jam dan jangkauan pendengar setia mencapai tidak kurang dari 7,700 orang. Stasiun radio ini menyiarkan informasi yang mengandung pengetahuan, hiburan dan juga berita dalam masyarakat.
Selain itu, hingga tahun 2010 telah dikembangkan 7 studio video komunitas yang dikelola oleh Kader Pekka. Tim video komunitas Pekka sangat aktif membuat film dokumenter dan dokumentasi kehidupan sosial masyarakat. Hasil produksi mereka kemudian dijadikan alat pemicu diskusi terfokus bersama masyarakat luas untuk melihat secara kritis kondisi kehidupan mereka dan menggali lebih jauh gagasan untuk meningkatkan kehidupan sosial kemasyarakatannya. Pada tahun 2010, ada 20 video dokumenter yang diproduksi oleh 7 stasiun ini dan telah disaksikan dan didiskusikan secara luas di masyarakatnya. Seknas PEKKA juga melatih kader-kader menjadi fotografer lokal untuk merekam berbagai informasi di masyarakat dalam bentuk foto. Ada 10 kader foto yang selama tahun 2010 cukup aktif melaksanakan perannya membuat foto-foto yang dapat dijadikan bahan diskusi dalam masyarakat terkait kondisi dan persoalan sosial kemasyarakatannya. Tidak kurang dari 2,378 foto telah dibuat oleh kader foto dan sebagian telah dipamerkan di tingkat lokal dan juga ada yang telah dipublikasikan dalam bentuk buku. Produksi video juga dilakukan oleh Seknas PEKKA selama tahun 2010 meskipun tidak seintensif tahun-tahun sebelumnya yaitu hanya 3 buah video saja sehingga menambah koleksi produksi Seknas selama 7 tahun terakhir menjadi 59 buah. Pengalihan kapasitas produksi video dan dokumentasi kepada tim Pekka di tingkat wilayah, menuntut supervisi yang penuh sehingga hampir seluruh alokasi waktu dan sumberdaya manusia di divisi Pubdok Seknas PEKKA difokuskan untuk mensupervisi di lapangan. Hal ini tentu saja sangat positif sebagai indikator proses pemberdayaan yang berjalan baik. Penyebaran informasi dan pembelajaran juga dilakukan Seknas PEKKA dengan menerbitkan buku dan buletin. Pada tahun 2010 telah di terbitkan satu buah buku foto berjudul “Dari Balik Lensa” merupakan hasil kerja sama dengan PSF Bank Dunia untuk PNPM Mandiri, dan satu buah buletin dengan tema “Kendala Biaya Sebabkan Perempuan Kepala Keluarga Sulit Akses Keadilan” yang berisi kumpulan tulisan staf dan kader Pekka. Liputan media massa cetak dan elektronik tentang Pekka,
laporanAkhir2010|PEKKA
21
merupakan salah satu kesempatan baik bagi Seknas PEKKA untuk menyebarkan informasi dan pembelajaran secara luas dan di ranah yang mainstream publik. Selama tahun 2010 tidak kurang dari 26 liputan berita tentang dan terkait Pekka telah dimuat di berbagai media massa Nasional. Fokus liputan umumnya menyangkut perkembangan Pekka, profil dan cerita-cerita realitas dari lapangan. Melalui pemberitaan ini, Seknas PEKKA mendapatkan banyak umpan balik dan dukungan dari berbagai kalangan, termasuk keinginan dari masyarakat lain untuk didampingi dan diberdayakan melalui PEKKA.
laporanAkhir2010|PEKKA
III.
22
PERKEMBANGAN DAN PENCAPAIAN PEKKA DALAM KERANGKA PROYEK
Pencapaian Seknas PEKKA yang telah diuraikan di atas tidak terlepas dari alat dan pintu masuk proyek-proyek yang dilaksanakan selama ini. Seknas PEKKA memang mengembangkan program-program yang dalam implementasinya dilaksanakan melalui dukungan pendanaan proyek terkait pemberdayaan perempuan kepala keluarga. Selama tahun 2010, ada beberapa proyek yang dilaksanakan oleh Seknas PEKKA dari beberapa sumber pendanaan, yang umumnya diperoleh dari Trust Fund Bank Dunia. Meskipun demikian, pada tahun ini telah mulai dirintis beberapa kerjasama terbatas dengan sumber pendanaan baru khususnya melalui program bantuan Australia untuk Indonesia. Selama tahun 2010, Seknas PEKKA melaksanakan lima proyek yang saling berkaitan dan mendukung pencapaian komprehensif Seknas di lapangan. Proyek tersebut adalah: 1. Proyek Dukungan bagi Perempuan Kepala Keluarga selama Rekonstruksi Aceh atau “Support for Female Headed Households during Aceh Reconstruction”. Proyek ini merupakan Trust Fund Bank Dunia dengan nomor TF 55749 – IND, hibah dari Japan Social Development (JSDF). Proyek ini telah berjalan sejak 27 September 2005 dan berakhir 31 Desember 2010. 2. Proyek Pendidikan untuk Anak-anak Paling Miskin atau “Education for Very Poor Children”. Proyek ini diberikan melalui Pusat Pengembangan Sumberdaya Wanita (PPSW) lembaga induk Seknas PEKKA oleh Trust Fund Bank Dunia dengan nomor TF 055900 – IND, dari Japan Social Development (JSDF). Proyek ini telah berjalan sejak tahun 2006 dan akan berakhir pertengahan 2011. 3. Proyek Pengurangan Kemiskinan dan Pengembangan Kepemimpinan Perempuan atau “Proverty Reduction and Women’s Leadership; The PRIME”. Proyek ini merupakan Trust Fund Bank Dunia dengan nomor TF 91171 – IND, hibah dari Japan Social Development (JSDF). Proyek ini telah berjalan sejak 5 Juni 2008 dan akan berakhir pada 5 Juni 2012. 4. Proyek Pengembangan Kepemimpinan Perempuan secara Berkesinambungan atau Sustaining Women’s Leadership Project. Proyek ini merupakan Trust Fund Bank Dunia dengan nomor TF 095058 – IND, hibah dari Japan Social Development (JSDF). Proyek ini telah berjalan sejak 26 April 2010 dan akan berakhir pada 26 April 2014. 5. Proyek Membangun Kepentingan Publik untuk Reformasi Hukum dan Peradilan, Pemberdayaan Hukum bagi Perempuan, atau “Building Public Demand for Legal and Judicial Reform, Women’s Legal Empowerment”. Proyek ini merupakan Trust Fund Bank Dunia dengan nomor TF 96440 – IND, hibah dari Pemerintah Belanda. Proyek ini telah berjalan sejak 17 Mei 2010 dan akan berakhir pada 30 Juni 2011. Meskipun semua proyek sesungguhnya saling melengkapi dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam strategi Seknas PEKKA di lapangan, ada baiknya pula untuk melihat
laporanAkhir2010|PEKKA
23
perkembangan setiap proyek mengingat perbedaan fokus yang khusus dari setiap proyek di Seknas PEKKA. Berikut ini uraian perkembangan setiap proyek yang dikelola Seknas PEKKA. 1. TF 55749 – IND JSDF “Support for Female Headed Households during Aceh Reconstruction” Proyek ini merupakan Dukungan bagi Perempuan Kepala Keluarga selama Rekonstruksi Aceh pasca bencana Tsunami di akhir tahun 2004 yang lalu. Proyek ini telah berjalan sejak 27 September 2005 dan berakhir 31 Desember 2010. A. Latar belakang proyek Program Pekka di Aceh dimulai awal tahun 2002, dan pada akhir tahun 2004 telah ada 55 kelompok Pekka di 53 Desa di 8 kecamatan, dan lima kabupaten di Aceh dengan anggota mencapai. Saat 1264 rumah tangga dengan lebih dari 6,000 jiwa penerima manfaat program. Pada tanggai 26 Desember 2004, provinsi Aceh dilanda gempa dan Tsumani yang menghancurkan sebagian wilayah tersebut, lebih dari 300,000 orang meninggal dan hilang. Ada tiga Kabupaten wilayah Pekka yang terkena dampak langsung Tsunami cukup buruk yaitu Kabupaten Aceh Timur (Kecamatan Idi Rayeuk), Kabupaten Bireun (Kecamatan Jeunib, Pelimbangan, Samalanga) dan Kabupaten Pidie (Mutiara Timur, Kembang Tanjong). Sedangkan wilayah Kabupaten Aceh Selatan dan Aceh Besar tidak langsung terkena Tsunami, namun ada di antara mereka yang menjadi korban karena mencari nafkah di Banda Aceh. Namun demikian, buruknya situasi kehidupan ekonomi di Aceh, secara tidak langsung juga mempengaruhi seluruh wilayah terutama bagi mereka yang memang miskin. Mereka kehilangan jiwa, anggota keluarga, rumah tinggal dan kehilangan sumber mata pencaharian. Mereka saat itu harus mendiami camp-camp pengungsi sementara yang tersebar di kawasan tersebut, atau di rumah-rumah keluarganya. Sebagian kembali ke rumah pada siang hari dan tidur di tempat orang lain pada malam harinya karena masih trauma dan takut.
laporanAkhir2010|PEKKA
24
Lima belas orang anggota Pekka meninggal dalam musibah ini dan seorang tidak diketahui nasibnya. Lebih dari seratus anggota kehilangan rumah dan tempat usahanya, serta ratusan anggota rumahnya mengalami rusak berat. Sebagian besar mengalami kesulitan ekonomi karena efek domino musibah ini. Sebagian mereka juga mengalami kehilangan anggota keluarga besarnya, serta didera perasaan takut akan musibah susulan. Selain anggota Pekka, di wilayah - wilayah ini banyak korban lainnya yang juga dalam kondisi sama memprihatinkannya. Lebih jauh lagi, desa lain dan kecamatan lain di sekitar wilayah ini yang sebelumnya sudah diidentifikasi untuk pengembangan wilayah Pekka termasuk yang terkena dampak kedahsyatan bencana ini dengan korban jiwa dan harta yang tidak sedikit. Pasca Tsunami, anggota Pekka menghadapi berbagai masalah seperti kehilangan rumah tinggal, Kerusakan berat rumah tinggal, Kehilangan sumber pendapatan (warung, perahu, lahan garam,hewan peliharaan), berkurangnya pendapatan dan menurunnya daya beli, kehilangan anggota keluarga, trauma dan perasaan tidak aman, kesedihan yang mendalam kebingungan dalam kesendirian, ketidakpastian kehidupan selanjutnya, proses belajar mengajar yang terganggu bahkan tidak dapat diselenggarakan bagi anak-anak sekolah serta kesehatan dan gizi buruk. Tentu saja saat itu cukup banyak bantuan tanggap darurat yang datang dari berbagai pihak guna meringankan beban mereka termasuk pengadaan tempat pengungsian sementara di sekolah, masjid, rumah keluarga, pos keamanan, dan kantor kecamatan; menyediakan bahan-bahan makanan pokok seperti beras, mie instan, dan telur untuk konsumsi dapur umum; pakaian layak pakai, obat-obatan, makanan dsb; pengobatan keliling oleh paramedis dan dokter dan lain-lain. Namun demikian, Seknas PEKKA pada saat itu telah
laporanAkhir2010|PEKKA
25
mengidentifikasi potensi masalah yang akan muncul selanjutnya dalam jangka lebih panjang. Dari sekian banyak potensi masalah tersebut, Seknas PEKKA mengidentifikasi beberapa hal yang khusus dihadapi oleh ibu-ibu Pekka antara lain: Penumbuhan kembali kegiatan ekonomi produktif yang menjadi sumber penghidupan keluarga Pekka Pengadaan kebutuhan perumahan yang memadai bagi anggota Pekka yang kehilangan rumah tinggal. Akses pendidikan bagi anak-anak yang berada di tempat pengungsian, yang kehilangan orang tua dan sumbar pembiayaan, dalam berbagai tingkatan, mulai dari SD hingga SMA. Penanganan trauma, kesedihan dan rasa kesendirian, dan mengatasi perasaan takut. Berdasarkan analisa kondisi yang telah diuraikan di atas, maka Seknas PEKKA mengajukan usulan program ke JSDF guna mengembangkan strategi yang berkelanjutan dalam pengembangan Pekka pasca bencana Tsunami di Aceh. Persetujuan JSDF untuk mendanai upaya ini kemudian mengharuskan Seknas mengembangkan secara khusus Pekka di Aceh dengan pendekatan yang khusus pula.
B. Tujuan Secara umum program ini bertujuan untuk memberdayakan anggota Pekka pada khususnya, dan masyarakat pada umumnya yang selamat dari Tsunami agar mereka mampu membangun kembali kehidupan yang lebih baik, adil dan bermartabat. Secara khusus program ini bertujuan untuk: Memberikan bantuan langsung untuk pemenuhan kebutuhan dasar anggota Pekka dan masyarakat sekitar yang selamat dari Tsunami
laporanAkhir2010|PEKKA
26
Membantu proses rehabilitasi masyarakat dengan memberikan bantuan modal usaha, perbaikan dan pembangunan rumah, pembangunan sarana prasarana untuk pemberdayaan masyarakat. Memberikan bantuan beasiswa untuk pendidikan anak Memfasilitasi proses pemulihan kondisi psikis berbasis komunitas. Mengembangkan pemimpin, organisasi dan jaringan Pekka Mengembangkan usaha mikro dan lembaga keuangan mikro Pekka Mengembangkan forum-forum dialog kelompok Pekka dengan pengambil kebijakan di berbagai tingkatan. Mengembangkan jaringan komunikasi antar kelompok Pekka dan lembaga lain Mengampanyekan persoalan yang berkaitan dengan hak Pekka dan korban Tsunami Mendokumentasikan dan memublikasikan kisah kehidupan dan perjuangan Pekka
C. Strategi Program ini dilaksanakan dalam beberapa tahap sesuai dengan perkembangan yang terjadi di tingkat lapangan. Pentahapan dilakukan untuk memudahkan proses pengorganisasian yang dilakukan oleh tim Seknas PEKKA di lapangan Tahap pertama (6 bulan)adalah tahap persiapan dan tanggap darurat di camp pengungsian, rumah tinggal sementara dan wilayah korban. Tahap kedua (1-2 tahun) merupakan tahap rehabilitasi dan pembangunan Tahap ketiga (1-3 tahun) adalah tahapan pengembangan dan pemberdayaan yang berkesinambungan serta proses integrasi dengan program lainnya di wilayah ini
D. Kegiatan dan perkembangannya. Berbagai kegiatan telah dilakukan selama lima tahun terakhir ini dan membawa perubahan yang cukup signifikan di tingkat masyarakat. Berikut ini adalah uraian kegiatan dan pencapaian yang telah dicapai Pekka melalui kegiatan proyek TF 55749 –IND JSDF E. Tahap Persiapan dan Tanggap darurat Tahapan ini diawali dengan membentuk sekretariat Pekka Aceh di wilayah Bireun. Wilayah ini dipilih karena salah satu wilayah yang cukup strategis untuk mencakup seluruh wilayah Pekka yang terkena dampak Tsunami langsung seperti Pidie dan Idi Rayeuk. Sekretariat Pekka Aceh mengontrak sebuah ruko di tengah kota Bireun hingga akhir tahun 2005.Setelah itu sekretariat dipindahkan ke Aceh Besar guna merespons perkembangan yang terjadi. Sekwil Pekka Aceh berada di Aceh besar dari tahun 2006 hingga tahun 2010. Sekretariat di pimpin oleh seorang koordinator wilayah yang berasal dari Aceh dan tiga orang staf pendukung untuk mengurus administrasi dan keuangan.
laporanAkhir2010|PEKKA
27
Dalam masa ini juga kemudian dilakukan berbagai persiapan sosial dan pendekatan pada masyarakat untuk pelaksanaan tahap selanjutnya. Di antara hal-hal yang dilakukan untuk persiapan sosial ini antara lain pendekatan pada berbagai komponen masyarakat, musyawarah dan dialog masyarakat, pembentukan komite-komite di tingkat masyarakat untuk mengelola bantuan langsung, melakukan identifikasi kebutuhan, jumlah dan jenis serta frekuensi penyaluran bantuan kebutuhan pangan, sandang dan kesehatan, identifikasi lokasi pembelian, dan pengembangan mekanisme distribusi. Tidak kurang dari 1,685 orang anggota Pekka dan tokoh masyarakat terlibat dalam proses persiapan sosial ini melalui berbagai workshop analisa sosial yang dilakukan Seknas Pekka. Sebagaimana layaknya kegiatan tanggap darurat, maka pada tahap ini Seknas juga menyalurkan berbagai bantuan langsung yang dibutuhkan tidak hanya bagi anggota Pekka namun juga anggota masyarakat miskin lainnya. Bantuan yang disalurkan termasuk pengadaan suplemen paket makanan sehat berupa sumber karbohidrat, protein nabati dan protein hewani, serta vitamin untuk keluarga, pengadaan perangkat sekolah bagi siswa untuk bersekolah seperti pakaian sekolah, sepatu, alat tulis dan tas, pengadaan dan penyebaran paket informasi tantang bencana alam, penyebab dan penanggulangannya, pengadaan dan penyabaran paket-paket informasi siraman rohani yang membangkitkan semangat serta pengadaan sandang untuk perempuan berupa pakaian dalam, jilbab dan mukena dll. Kegiatan tanggap darurat ini menghabiskan dana sekitar Rp.211,300,900 dengan jumlah penerima manfaat sebanyak 1,639 orang.
1) Tahap kedua (1-2 tahun) merupakan tahap rehabilitasi dan pembangunan Secara perlahan tahapan tanggap darurat kemudian diarahkan pada proses rehabilitasi dan pembangunan di mana Seknas PEKKA memfasilitasi kader, pemimpin dan anggota Pekka untuk mengorganisir proses-proses rehabilitasi dan pembangunan baik fisik maupun psikis. Rehabilitasi dan pembangunan fisik difokuskan pada perbaikan dan pembangunan rumah tinggal bagi korban dan juga pembangunan saran yang dibutuhkan oleh anggota Pekka untuk berkumpul dan melakukan kegiatan pembelajaran. Selama periode proyek ini ada 284
laporanAkhir2010|PEKKA
28
rumah yang telah direnovasi dan dibangun dengan mempergunakan dana sebesar Rp.1,520,740,200 serta 14 buah Center atau pusat kegiatan Pekka sebagai fasilitas masyarakat dengan total dana sebesar Rp.2,209,701,657 Proses pembangunan sepenuhnya diorganisir oleh kader-kader Pekka yang sekaligus menjadi proses pembelajaran yang sangat penting bagi mereka terkait dengan bagaimana mengidentifikasi kebutuhan bahan bangunan, membuat rancangan bangunan, menentukan lokasi, menghitung biaya yang dibutuhkan, mengawasi pembangunan dan menjaga kualitas serta menghadapi pihak - pihak ketiga yang ingin menarik keuntungan dari proses yang mereka lakukan.
Selain bangunan, proses rehabilitasi dan pembangunan juga dilakukan untuk pemulihan kegiatan ekonomi produktif dengan fokus pada menghidupkan kembali usaha yang mati dan hilang serta menumbuhkan usaha baru melalui bantuan permodalan. Ada 513 usaha individu dan 27 usaha kelompok yang telah dikembangkan yang mencakup jenis usaha pertanian, penampungan usaha padi, konveksi, pengolahan hasil pertanian dan industri kerajinan, makanan serta perdagangan. Pemberian modal usaha dilakukan melalui kelompok simpan pinjam Pekka yang memang telah dikembangkan sebelum bencana Tsunami terjadi. Hingga akhir tahun 2010 telah disalurkan dana sebesar Rp.2,811,547,850 yang diterima pada periode sebelum Tsunami sebesar Rp.1,582,147,500 dan yang diterima setelah Tsunami sebesar Rp.1,229,607,350 untuk pengembangan kegiatan ekonomi produktif melalui kegiatan simpan pinjam yang dikelola oleh 10 Lembaga Keuangan Mikro (LKM) Pekka yang tersebar di Aceh. Selain dana proyek, LKM juga mengumpulkan simpanan atau tabungan anggota yang hingga akhir tahun 2010 mencapai Rp.489,878,280 serta dana dari sumber lain sebesar Rp.391,900,000. Semua dana tersebut di atas dipinjamkan kepada anggota melalui kegiatan simpan pinjam dengan total pinjaman mencapai Rp.5,147,212,520 dan penerimaan jasa LKM mencapai Rp.249,997,550. Fokus lain dalam rehabilitasi dan pembangunan adalah pada kegiatan pendidikan dengan cara memberikan beasiswa bagi anak-anak Pekka dan keluarga miskin lainnya serta beasiswa kepada anggota Pekka untuk mendapatkan berbagai bentuk proses pendidikan dan pelatihan. Hingga akhir tahun 2010, proyek ini telah memberikan beasiswa kepada 2,367 anak dengan berbagai jenjang pendidikan mulai dari SD hingga SMA dengan total beasiswa mencapai Rp.1,169,454,900. Sementara itu, anggota Pekka yang menerima beasiswa pendidikan dan pelatihan berjumlah 3,505 orang dengan total nilai Rp.3,684,185,094
laporanAkhir2010|PEKKA
29
2) Tahap ketiga (1-3 tahun) adalah tahapan pengembangan dan pemberdayaan yang berkesinambungan serta proses integrasi dengan program lainnya di wilayah ini. Tahap ini difokuskan pada pengembangan wilayah kerja Seknas PEKKA, penumbuhan dan pengembangan kelompok-kelompok baru, perluasan manfaat, pengembangan kader dan pemimpin, pengembangan jaringan kerja, keterlibatan masyarakat secara luas dan kegiatan advokasi. Hingga akhir tahun 2010, Seknas PEKKA telah mengembangkan 133 kelompokPekka dengan anggota mencapai 3,573 yang tersebar di 121 desa, 33 Kecamatan dan 9 Kabupaten. Sejalan dengan pengembangan kelompok ini telah pula dilatih dan dikembangkan kaderkader dan pemimpin Pekka yang mandiri yang hingga akhir tahun 2010 berjumlah 226 orang. Dari sejumlah kader tersebut, ada 100 orang kader Pekka di Aceh yang juga terlibat secara aktif di ranah publik sebagai pemimpin masyarakat. Mereka berperan dalam memimpin di bidang-bidang penting termasuk pemerintahan lokal, sosial, kegiatan ekonomi dan kemasyarakatan lainnya. Dalam rangka memperluas manfaat pemberdayaan yang dilakukan oleh Seknas PEKKA ke masyarakat di sekitar wilayah Pekka berada, maka dikembangkan media komunitas populer sebagai alat komunikasi dan penyebaran informasi yang dilakukan oleh Pekka. Ada 4 radio komunitas yang telah dikembangkan di wilayah Aceh yang menjangkau tidak kurang dari 2,900 pendengar setia melalui rata-rata 10 jam siaran per harinya. Mereka telah menyiarkan sekitar 1,942 berita, 286 iklan layanan masyarakat, 141 acara talk show, 21 sandiwara radio dan 220 features; terkait dengan pengetahuan dan wawasan yang menjadi misi Seknas PEKKA selama ini. Di Aceh juga telah dikembangkan 4 studio video komunitas yang telah memproduksi 24 judul video tentang kehidupan dan persoalan sosial kemasyarakatan. Video ini telah ditayangkan dan dijadikan bahan diskusi di tingkat komunitas sebagai upaya pemberdayaan masyarakat menuju perubahan sosial. Selain video yang diproduksi oleh tim video komunitas Aceh, Seknas PEKKA di lain sisi juga telah membuat secara intensif dokumentasi video Pekka Aceh. Hingga akhir tahun 2010, Seknas PEKKA telah memproduksi 8 judul video dokumenter tentang program dan juga kehidupan Pekka di Aceh. Video ini telah tersebar luas dan disaksikan oleh berbagai pihak hingga tingkat Internasional. Selain itu, telah pula dilatih kader-kader foto di wilayah Aceh yang melakukan kegiatan pendokumentasian foto kegiatan dan kondisi sosial masyarakat agar menjadi pembuka informasi, diskusi dan analisa tentang kehidupan dan persoalan masyarakat secara luas. Hingga akhir tahun 2010 sekitar 345 foto telah dibuat dan sebagian besar telah dipamerkan pada publik serta di cetak dalam bentuk buku.
laporanAkhir2010|PEKKA
30
2. TF 055900 – IND, JSDF. “Education for Very Poor Children”.
Salah satu persoalan mendasar yang dihadapi oleh masyarakat miskin adalah masalah pendidikan bagi anak-anaknya. Sebagian besar anak-anak terpaksa putus sekolah dasar karena ketiadaan biaya ataupun harus membantu orang tuanya bekerja. Melalui dana bantuan langsung yang pernah diterima melalui Pekka, sebagian kecil mereka memperoleh beasiswa pendidikan secara terbatas. Namun, program ini tidak dapat dilanjutkan karena terbatasnya dana yang tersedia. Keprihatinan ini disampaikan oleh perwakilan Pekka dari 8 provinsi kepada Scott Guggenheim sebagai perwakilan Bank Dunia dalam acara dialog forum nasional Pekka di Jakarta pada Agustus 2004. Berdasarkan hal tersebut, Bank Dunia kemudian mengembangkan program Pendidikan bagi Anak-anak Miskin terutama yang berada di Wilayah Pekka. Proses yang panjang menyebabkan program ini baru dapat direalisasikan pada tahun 2006. Program ini dikelola oleh Pusat Pengembangan Sumberdaya Wanita (PPSW) bekerjasama dengan Pekka. Oleh karena itu, sistem yang akan dipakai adalah sistem yang telah terbangun selama ini. Kelompok Pekka di setiap wilayah pemanfaat program akan memimpin pelaksanaan program, dengan melibatkan anggota dan unsur masyarakat lainnya. A. Tujuan Secara umum program ini bertujuan untuk membantu meningkatkan partisipasi dan kualitas pendidikan bagi anakanak miskin di dalam masyarakat di Indonesia. Secara khusus program ini bertujuan untuk: Meningkatkan partisipasi dan prestasi anak-anak miskin dalam pendidikan dasar minimal 9 tahun Meningkatkan mutu pendidikan dasar bagi anak-anak miskin
laporanAkhir2010|PEKKA
31
Mengembangkan forum belajar dan kerjasama bagi orang tua murid Mengembangkan forum orang tua murid, komite sekolah dan BPD.
B. Penerima Manfaat Penerima manfaat baik langsung maupun tak langsung program ini adalah: Anak-anak miskin yang akan memperoleh beasiswa pendidikan. Anggota Pekka yang buta huruf dan tidak menamatkan jenjang pendidikan formalnya Orang tua murid penerima biaya pendidikan yang akan mendapatkan berbagai pelatihan Sekolah tempat anak-anak mengikuti proses belajar yang akan mendapatkan dukungan operasional sekolah. Komite sekolah yang akan memperoleh pelatihan dan biaya operasionalnya Masyarakat umum yang akan memperoleh akses informasi melalui taman bacaan, kegiatan publikasi dan dokumentasi. Pemerintah daerah dalam hal ini dinas pendidikan yang akan memperoleh masukan untuk sistem pendidikannya. Pemerintah pusat yang akan memperoleh masukan bagi sistem pendidikan nasional. Lembaga-lembaga terkait pemerhati pendidikan yang akan memperoleh pembelajaran berharga dari proses program. C. Strategi Sebagai bagian dari pemberdayaan Pekka secara keseluruhan, maka empat pilar pengorganisasian Pekka akan di pakai sebagai strategi program ini Pertama; membangun fondasi dengan penguatan visi Pekka dan membangun misi khusus program pendidikan Pekka dengan pemahaman mendalam tentang kondisi sosial, ekonomi dan budaya yang menjadi dasar dikembangkannya program ini. Kedua; meningkatkan kemampuan anggota kelompok Pekka khususnya dan masyarakat miskin pada umumnya untuk mengatasi berbagai persoalan pendidikan dan dampaknya dalam masyarakat, melalui berbagai pelatihan. Ketiga; mengembangkan organisasi dan jaringan yang akan bekerja khusus menangani persoalan yang berkaitan dengan pendidikan di wilayah yang bersangkutan. Keempat; melakukan advokasi kebijakan terkait pendidikan agar lebih berpihak pada rakyat miskin dan bermutu, serta kampanye perubahan sikap dan perilaku masyarakat dalam memandang pentingnya pendidikan.
laporanAkhir2010|PEKKA
32
Selain itu, agar program ini menjadi lebih strategis maka dibangun juga sistem pendukung di tingkat nasional termasuk pengembangan rancangan program, dokumentasi seluruh proses, dan advokasi serta kampanye tingkat nasional. D. Kegiatan Selama tahun 2010 telah dilakukan berbagai kegiatan untuk mencapai tujuan yang dicanangkan. 1) Kegiatan di tingkat wilayah Pertama; membangun fondasi dengan penguatan visi Pekka dan membangun misi khusus program pendidikan Pekka dengan pemahaman mendalam tentang kondisi sosial, ekonomi dan budaya yang menjadi dasar dikembangkannya program ini, mencakup proses: Persoalan pendidikan bukan hanya persoalan anggota kelompok Pekka tetapi juga masalah anggota masyarakat lainnya. Untuk itu, perlu adanya pelibatan masyarakat dalam pelaksanaan program pendidikan ini yaitu dengan cara membentuk suatu komite yang terdiri dari wakil anggota kelompok Pekka ditambah dengan anggota masyarakat lainnya yang disebut dengan Komite Pendidikan Desa (KPD). Diharapkan dengan pembentukan KPD ini maka persoalan pendidikan menjadi masalah bersama yang akan dicari solusinya secara bersama pula. Pembentukan KPD diawali dengan Musdes (Musyawarah Desa) yang dihadiri oleh wakil berbagai elemen anggota masyarakat. Pada pertemuan ini didiskusikan masalah pendidikan yang dihadapi, tujuan program, menyusun rencana kegiatan bersama khususnya dalam isu pendidikan. Setelah KPD terbentuk, maka dilakukan sosialisasi kegiatan program, diawali dengan membangun visi misi di antara anggota kelompok Pekka dan anggota KPD. Penguatan visi misi ini dilakukan dengan berbagai cara yaitu saat pertemuan rutin kelompok melalui diskusi. Pertemuan rutin ini dihadiri anggota kelompok dan difasilitasi oleh kader ataupun Koordinator Lapang. Di beberapa propinsi seperti NTT, Kalbar, NTB, Sultra, pengurus serta anggota KPD bergabung dalam pertemuan rutin kelompok Pekka. Pada saat pertemuan ini mereka mendiskusikan berbagai isu yang dihadapi masyarakat di antaranya isu pendidikan. Juga dilakukan melalui pelatihan visi misi dan motivasi kelompok saat kelompok baru saja terbentuk. Dalam pelatihan dasar ini dilakukan analisa sosial kondisi yang dihadapi anggota Pekka dan masyarakat sekitarnya. Output dari pelatihan ini adalah rencana kerja mereka ke depan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Dalam pelaksanaan program, diskusi isu pendidikan dilakukan melibatkan anggota KPD ini. Misalnya dalam hal penyaluran beasiswa bagi pendidikan wajib belajar 9 tahun. Karena penerima beasiswa tidak terbatas pada anak anggota Pekka saja tetapi juga anak anggota masyarakat lainnya yang membutuhkan. Anggota kelompok Pekka bersama anggota KPD mendiskusikan mulai dari penentuan kriteria para penerima beasiswa, menyusun prioritas para penerima beasiswa, mengatur mekanisme penyaluran dan sampai kepada realisasi pemberian beasiswa. Kedua; meningkatkan kemampuan anggota kelompok masyarakat miskin umumnya dan Pekka pada khususnya untuk mengatasi berbagai persoalan pendidikan dan dampaknya dalam masyarakat, mencakup kegiatan:
laporanAkhir2010|PEKKA
33
Salah satu upaya meningkatkan kemampuan anggota masyarakat miskin dan anggota kelompok Pekka dalam menjawab persoalan pendidikan yaitu dengan menyediakan beasiswa bagi anaknya. Beasiswa ini diberikan untuk pendidikan wajib belajar 9 tahun. Beasiswa diberikan mulai dari pembayaran iuran sekolah, bagi sekolah yang masih memungut biaya sekolah, pembelian perlengkapan sekolah seperti buku cetak, buku dan alat tulis, seragam sekolah ataupun tas dan sepatu. Dana yang diberikan terbatas antara Rp. 100.000 – Rp. 300.000 untuk satu tahun untuk anak SD dan SMP, maka penggunaan dana beasiswa benar-benar diseleksi menurut prioritas kebutuhan. Permasalahan lain yang dihadapi anak-anak dalam belajar adalah perlunya bimbingan mata pelajaran yang mereka terima dari sekolah. Kurikulum sekolah saat ini sangat menuntut anak untuk aktif mencari informasi sendiri. Banyaknya tugas dan PR dari sekolah yang harus dikerjakan di rumah menuntut orangtua untuk aktif mendampingi anaknya dalam belajar. Keterbatasan orangtua dalam hal ini, menyebabkan adanya kebutuhan untuk diselenggarakannya kelompok belajar anak di luar jam pelajaran sekolah. Para pengurus kelompok dan kader menjawab kebutuhan ini dengan menyediakan waktu dan tenaga mengadakan kelompok belajar bersama di sore hari. Pelajaran yang umumnya dibahas menyangkut pelajaran eksakta yang merupakan pelajaran utama seperti: matematika, Bahasa Inggris, dan IPA. Atau juga anak yang sudah duduk di kelas 3 atau 4 SD tetapi belum bisa membaca dan menulis maka mereka belajar membaca tulis dalam kegiatan ini. Anak-anak putus sekolah yang tidak lulus SD, SMP atau SMA, atau anak yang lulus SD atau SMP tetapi tidak dapat melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi yaitu masuk ke SMP atau SMA, mereka bergabung membentuk kelompok anak remaja. Dengan difasilitasi oleh kelompok Pekka mereka mengadakan kegiatan sesuai dengan minat misalnya belajar keterampilan usaha seperti di NTT anak remaja ini membuat piring lidi dan kemudian hasilnya dijual. Selain itu juga belajar musik, belajar komputer atau olahraga. Atau belajar menjahit dan setelah lulus mereka bekerja menjadi buruh jahit di pabrik garmen. Informasi dan pengetahuan menjadi hal yang sangat penting dalam upaya peningkatan kapasitas anggota kelompok Pekka dan masyarakat sekitarnya. Ketersediaan bahan bacaan dan informasi menjadi penting untuk memberi kesempatan kepada mereka mengakses informasi dan pengetahuan ini. Demi menjawab kebutuhan ini maka Pekka mencoba membuka aktivitas Taman Bacaan Masyarakat (TBM) yaitu dengan cara memfasilitasi tersedianya bahan bacaan yang diperlukan masyarakat. Upaya yang dilakukan yaitu mencari sumber-sumber dari pihak ketiga yang dapat memberikan sumbangan kepada kelompok Pekka. Pada tahun 2010 ada satu penerbit yang memberikan sumbangan dalam bentuk buku dalam berbagai isu dan judul kepada Seknas Pekka, kemudian Seknas Pekka meneruskan sumbangan tersebut kepada kelompok Pekka. Bagi Pekka yang sudah memiliki bangunan Center maka buku-buku ini disimpan di Center dan kemudian masyarakat yang memerlukannya mengakses ke Center Pekka.
Ketiga; mengembangkan organisasi dan jaringan yang akan bekerja khusus menangani persoalan yang berkaitan dengan pendidikan di wilayah yang bersangkutan, mencakup kegiatan:
laporanAkhir2010|PEKKA
34
Pengembangan organisasi dan jaringan dilakukan antara anggota kelompok Pekka dan anggota KPD serta orangtua. Dalam pertemuan rutin, mereka melakukan diskusi dan pembahasan permasalahan pendidikan yang dihadapi kemudian mereka mendiskusikannya dengan pihak pemerintah dengan cara melakukan kunjungan kepada pemerintah daerah yaitu dengan Dinas Pendidikan setempat. Selain itu juga diadakan dialog dengan cara mengundang para pemangku kepentingan terkait isu pendidikan seperti DPRD selaku pengambil keputusan tingkat kabupaten dan juga Dinas Pendidikan untuk menyampaikan masalah pendidikan yang dihadapi masyarakat dan kebutuhan yang diperlukan.
Keempat; melakukan advokasi kebijakan terkait pendidikan agar lebih berpihak pada rakyat miskin dan bermutu, serta kampanye perubahan sikap dan perilaku masyarakat dalam memandang pentingnya pendidikan. Kegiatan yang akan dilakukan mencakup: Kampanye dan advokasi dalam isu pendidikan dilakukan langsung dengan cara berkunjung ke Dinas Pendidikan, menyampaikan informasi yang dihadapi masyarakat dan menanyakan program pemerintah yang dapat diakses oleh masyarakat. Hasilnya kelompok Pekka dipercaya untuk mengelola program pendidikan kesetaraan Paket A dan Paket C di NTT. Sedangkan di wilayah lain, kelompok Pekka mendapatkan dana bantuan operasional tutor PAUD dan program penyelenggaraan pemberantasan buta huruf melalui program Keaksaraan Fungsional. Advokasi di tingkat masyarakat dilakukan melalui diskusi rutin dalam pertemuan kelompok. Hasilnya banyak anggota masyarakat yang terdaftar dalam program KF yang diselenggarakan oleh Pekka, juga memasukkan anak-anaknya ke sekolah PAUD atau kelompok belajar anak di sore hari. 2) Kegiatan di tingkat nasional Pengembangan sistem pendukung dan koordinasi seluruh wilayah program, mencakup kegiatan: Mengembangkan modul dan manual berbagai program terkait isu pendidikan seperti modul pemberantasan buta huruf dengan metode Keaksaraan Fungsional, panduan pelaksanaan evaluasi peserta KF, mengembangkan modul dan panduan Pendidikan Anak Usia Dini yang berwawasan gender. Memfasilitasi tim media komunitas kelompok Pekka membuat video pendidikan Keaksaraan Fungsional dan pendidikan sepanjang hayat. Video ini menggambarkan program KF yang dilakukan oleh Pekka dan manfaatnya yang dirasakan oleh para peserta KF. Dengan video ini kelompok Pekka dapat mensosialisasikan kepada anggota masyarakat lainnya. Mengevaluasi, Mendokumentasikan dan mempublikasikan hasil, dan pelajaran berharga dari program ini sebagai masukan bagi sistem pendidikan yang lebih luas. Sosialisasi hasil penelitian terkait isu pendidikan dilakukan di tingkat kabupaten dengan mempresentasikan masalah pendidikan dan akses masyarakat terhadap pendidikan khususnya fokus pada pendidikan wajib belajar 9 tahun yang merupakan hak dasar warga negara untuk mendapatkan pendidikan. Dari hasil penelitian yang dilakukan
laporanAkhir2010|PEKKA
35
Pekka diperoleh kenyataan bahwa 24 % anggota Pekka tidak pernah bersekolah dan 34% tidak pernah menyelesaikan sekolah dasar. Jika dibandingkan dengan angka nasional maka di bawah capaian nasional. Demikian juga yang terjadi pada tanggungan anggota Pekka di mana 28% tidak pernah bersekolah, 63% tanggungan anggota Pekka dapat menyelesaikan sekolah dasar, 34 % menyelesaikan sekolah lanjutan pertama dan 11 % menyelesaikan sekolah lanjutan tingkat atas. Angka ini lebih rendah dibandingkan angka capaian nasional. Rendahnya pencapaian pendidikan anggota Pekka dan tanggungannya tersebut di atas terkait dengan mahalnya biaya pendidikan yang harus mereka bayar. Sebagai gambaran dari hasil penelitian Pekka, pengeluaran anggota Pekka untuk menyekolahkan anaknya ke tingkat SD menghabiskan 51 % pendapatan perkapita per tahun sedangkan untuk menyekolahkan anak ke tingkat SMP menghabiskan 140 % pendapatan per kapita per tahun. Untuk menyekolahkan anak ke tingkat SMA menghabiskan dana 178 % pendapatan perkapita per tahun. Tentu saja biaya sebesar itu sangat memberatkan mereka.
3. TF 91171 – IND, JSDF. “Proverty Reduction and Women’s Leadership; The PRIME”
Proyek ini telah berjalan sejak 5 Juni 2008 dan akan berakhir pada 5 Juni 2011 mengembangkan misiuntuk: Mengembangkan potensi sumberdaya manusia khususnya perempuan sebagai pemimpin, pengorganisir masyarakat, dan perintis perdamaian. Mengembangkan kelembagaan dan institusi di akar rumput yang dapat berkontribusi memenuhi kebutuhan kehidupan masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraannya. Memperkuat sistem kemasyarakatan yang lebih terbuka dan demokratis. Mengembangkan konsep dan model pemberdayaan masyarakat dalam rangka mengatasi berbagai persoalan yang muncul termasuk kemiskinan dan konflik. Untuk mencapai tujuan yang telah diuraikan di atas maka melalui PRIME dikembangkan berbagai kegiatan seperti diuraikan berikut ini.
laporanAkhir2010|PEKKA
36
A. Mengembangkan dan memperkuat organisasi, pemimpin dan kader-kader perempuan di tingkat wilayah sehingga mampu memfasilitasi masyarakat di wilayahnya Fokus kegiatan untuk mencapai tujuan ini mencakup: Pengaderan diawali dengan mengidentifikasi anggota Pekka yang potensial untuk dilatih secara intensif lewat pelatihan yang dilakukan di dalam kelas maupun diluar kelas. Selanjutnya dari mereka yang dilatih tersebut tumbuh komitmen dan berkembang kapasitasnya dalam mengembangkan Pekka yang kemudian disebut sebagai kader. Kader-kader inilah yang merupakan ujung tombak dalam pengorganisasian Pekka. Ada sekitar 2.907 kader yang dilatih, namun dalam perjalanannya kader-kader yang telah dilatih tersebut berguguran dengan berbagai sebab, seperti; menikah lagi yang mengharuskan mereka pergi meninggalkan tempat tinggalnya, menyalahgunakan keuangan kelompok yang kemudian dikeluarkan dari kelompoknya, dan berbagai sebab lainnya. Jumlah kader yang saat ini masih aktif dalam mengorganisir Pekka dari 8 Propinsi lama, yaitu: NAD, NTT, NTB,Jabar, Jateng, Kalbar, Sultra, Malut. Total sebanyak 1275 orang.
Dalam perkembangannya kelompok Pekka tidak lagi kelompok yang eksklusif di masyarakat, namun menjadi kelompok yang inklusif atau terbuka. Berbagai kegiatan yang diadakan di kelompok Pekka juga diminati dan diakses oleh masyarakat. Dalam pelibatan masyarakat tersebut terlebih dahulu membangun visi bersama, agar visi yang diperjuangkan oleh Pekka juga bisa dipahami dan bahkan menjadi visi bersama. Masyarakat difasilitasi untuk bersama-sama memahami berbagai persoalan yang ada dilingkungannya, seperti persoalan kesehatan lingkungan, persoalan kekerasan dalam rumah tangga, persoalan tingginya anak putus sekolah, persoalan ekonomi, dan berbagai persoalan lainnya dengan mengundang nara sumber dari dinas-dinas terkait, anggota dewan atau nara sumber ahli. Dengan kegiatan ini masyarakat dapat menyampaikan permasalahan yang dialaminya dan menanyakan komitmen pemerintah ataupun anggota dewan dalam mengatasi permasalahan di masyarakat. Dengan kegiatan tersebut mulai tumbuh kelompok-kelompok kepentingan seperti; kelompok belajar, komite pendidikan desa, kelompok sadar hukum,dll.
B. Membangun dan mengembangkan sentra kegiatan pemberdayaan masyarakat sebagai sarana untuk pemberdayaan masyarakat secara umum. Fokus kegiatan untuk mencapai tujuan termasuk: Membangun sentra menjadi sebuah kebutuhan kelompok Pekka untuk memfasilitasi berbagai kegiatan dalam melakukan pemberdayaan masyarakat. Pengembangan sentra
laporanAkhir2010|PEKKA
37
ini dilakukan diberbagai tingkatan baik di tingkat desa maupun di tingkat kecamatan dengan mengerahkan sumberdaya yang ada. Di tingkat Kecamatan sebagian besar Pekka memiliki bangunan sendiri yang disebut dengan Center” atau “rumah Pekka” dan sebagian kecil memiliki Center di tingkat desa. Status pemilikan sebagian besar milik Pekka dan dibeberapa tempat masih sewa, jumlah Center atau rumah Pekka saat ini sebanyak 88 buah. Dengan adanya Center ini memberikan motivasi bagi Pekka untuk lebih meningkatkan aktivitasnya. Mereka tertantang untuk mengoptimalkan tempat ini agar dipergunakan untuk berbagai kegiatan. Tempat ini juga dimanfaatkan oleh masyarakat umum untuk kegiatan pertemuan masyarakat. Pengelola sentra atau Center Pekka dilakukan dengan merujuk pada kepengurusan serikat Pekka. Ketua serikat adalah yang bertanggungjawab dalam pengelolaan CenterPekka. Kegiatan Pekka di Center yang bertanggungjawab divisi kegiatan Pekka, seperti divisi ekonomi, divisi pendidikan, divisi hukum, divisi politik dan divisi media rakyat. Untuk pengawasan harian dibuat bagian rumah tangga, bagian ini biasanya dengan menunjuk anggota Pekka yang tempat tinggalnya tidak jauh dari Center Pekka, selain itu juga melibatkan masyarakat untuk bersama-sama menjaga keamanan Center. Masyarakat sekitar diajak bersama-sama untuk menjaga dan merawat Center dan mengajak mereka untuk mengikuti kegiatan di Center. Dengan adanya Center Pekka kegiatan pelatihan tidak lagi menyewa tempat pelatihan di luar. Hampir semua kegiatan pelatihan dari tingkat desa, kecamatan ataupun kabupaten menggunakan CenterPekka. Bangunan Center tidaklah seperti Diklat yang dimiliki Pemerintah yang dilengkapi sarana pelatihan kamar tidur dan ruang pelatihan, CenterPekka hanya memiliki sekitar 2 kamar sebagai tempat ganti pakaian dan tempat kantor sekretariat serikat dan ruang kelas yang cukup besarnya dimanfaatkan siang hari untuk kelas belajar sedangkan malam hari untuk tidur peserta. Center Pekka cukup fungsional untuk berbagai kegiatan Pekka, seperti; sekretariat LKM, sekretariat serikat, kegiatan pelatihan para Pekka atau masyarakat lain, kegiatan pertemuan rutin bulanan atau tahunan, kegiatan kursus atau belajar anak-anak, studio rakom atau vikom sebagai kegiatan dari mediakom, tempat dialog dengan para dinas pemerintah atau anggota dewan, belajar KF bagi ibu-ibu dan lain-lainnya.
C. Mengembangkan “kelas-kelas pembelajaran” bagi masyarakat terkait dengan berbagai persoalan sosial, ekonomi, dan politik Fokus kegiatan untuk mencapai tujuan termasuk: Dalam pemberdayaan Pekka dan juga masyarakat umum untuk memahami kebutuhan peserta terlebih dahulu dilakukan dengan Ansos. Dalam Ansos melibatkan unsur-unsur masyarakat, untuk bersama-sama mengidentifikasi berbagai persoalan, seperti; persoalan ekonomi, persoalan pendidikan, persoalan KDRT, hukum keluarga, persoalan rendahnya partisipasi masyarakat dalam politik atau ketidak pedulian masyarakat pada kinerja pemerintah, kesehatan masyarakat, dan lain sebagainya. Untuk berkontribusi dalam mengatasi berbagai persolan tersebut beberapa kegiatan yang dikembangkan di Pekka, seperti; Penguatan ekonomi, Pengembangan pendidikan, Penyadaran hukum, Penguatan politik. Kegiatan penyadaran dan penguatan masyarakat dilakukan dengan berbagai cara seperti; pelatihan, dialog dan hearing dengan para pemangku kepentingan,
laporanAkhir2010|PEKKA
38
mengadakan kelas-kelas belajar atau kursus-kursus untuk memahami lebih mendalam tentang persoalan-persoalan masyarakat, ataupun penyampaian materi yang terkait dengan tematik dalam tiap pertemuan. Untuk kegiatan ini tidak saja hanya melibatkan Pekka juga masyarakat sekitar untuk belajar bersama-sama Pekka. Berbagai modul, bahan bacaan, media telah dikembangkan dan diterapkan untuk memfasilitasi kegiatan tersebut. Kegiatan yang dikembangkan memberikan kesadaran pada Pekka atau masyarakat guna menyikapi berbagai persolan yang berada di sekitarnya. Tumbuhnya kelompokkelompok kepentingan yang ada di masyarakat seperti kelompok sadar hukum, kelompok pendidikan atau komite pendidikan, kelompok seni, kelompok advokasi anggaran, kelompok ekonomi dan kelompok-kelompok lainnya. Kelompok ini terbuka untuk berbagai kalangan. Kelompok ini seperti forum-forum guna merespons persoalan-persoalan yang muncul untuk melakukan berbagai aksi seperti melakukan dialog dengan para pemangku kepentingan, berbagi informasi kepada masyarakat, melakukan advokasi berbagai kebijakan seperti tentang hukum kekeluargaan dalam pengurusan Itsbat nikah, akte kelahiran, pengurusan SKTM (surat keterangan tidak mampu), mendapatkan biaya prodeo dan sidang keliling dalam pengurusan perceraian atau gugat cerai, pengurusan jamkesmas atau jamkesda.
D. Mengembangkan sistem pelibatan masyarakat dalam proses pengelolaan sumberdaya, pengambilan keputusan dan mengontrol pengelolaan sumberdaya pembangunan di wilayahnya untuk mengatasi berbagai persoalan kemiskinan. Fokus kegiatan untuk mencapai tujuan ini mencakup: Untuk mengadvokasi persoalan di masyarakat melalui wadah yang disebut dengan komite. Komite yang ada saat ini adalah komite pendidikan, komite pemantau program pembangunan desa, komite pemberdayaan hukum, dsb. Masing-masing wilayah keaktifan komitenya berbeda-beda tergantung persoalan yang berkembang di masyarakat. Berbagai persoalan telah dapat difasilitasi dengan keikut sertaan Pekka dalam musrenbang untuk memperjuangkan anggaran, adanya alokasi anggaran untuk kegiatan PAUD, pelatihan ekonomi produktif, alokasi anggaran untuk memfasilitasi persoalan hukum para ibu Pekka sehingga ada kegiatan sidang keliling dan prodeo. Guna meningkatkan pemahaman dan daya kritis komite diberikan pelatihan seperti pelatihan hukum, pelatihan pendidikan politik, cara menganalisis anggaran, pendidikan sepanjang hayat dan melengkapi buku-buku bacaan dan panduan. Anggota komite juga melakukan pertemuan secara rutin guna mendiskusikan berbagai hal untuk agenda advokasi. E. Mengembangkan forum masyarakat dan pemangku kepentingan di wilayah terkait dengan persoalan khusus masyarakat termasuk aspek ekonomi, sosial dan hukum. Fokus kegiatan pada beberapa hal sebagai berikut: Kelompok kepentingan adalah merupakan forum antara Pekka dan masyarakat dalam mendiskusikan berbagai persoalan kemiskinan. Secara berkala forum ini mengadakan dialog. Hearing dengan pengambil keputusan dengan mengundang para pemangku kepentingan ataupun datang ke kantor dinas-dinas terkait, anggota dewan. Hasil pertemuan kemudian
laporanAkhir2010|PEKKA
39
ditindaklanjuti dengan membangun komunikasi untuk menanyakan tentang janji yang disampaikan dan juga mendesak untuk realisasinya. F. Mengembangkan sistem masyarakat miskin
informasi
dan
komunikasi
bagi
pemberdayaan
Fokus kegiatan akan meliputi: Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan minat baca masyarakat telah dikembangkan taman bacaan yang disediakan di Center Pekka ada sekitar 1550 jumlah jenis buku. Selain itu juga agar informasi dan pengetahuan dapat diakses orang banyak berbagai sistem informasi dan komunikasi dicoba untuk dikemas secara sederhana dalam bentuk cetak seperti; buku saku, manual atau panduan, Pin, kaos, pamlet, brosur, website, buletin yang diterbitkan secara berkala, kumpulan cerita Pekka yang ditulis oleh Pekka sendri yang dicetak dalam bentuk buku. Media ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan daya kritis masyarakat dalam pemberdayaan masyarakat miskin.
Penyebaran informasi tidak saja dalam bentuk media cetak, juga dikembangkan dalam bentuk media video dan Audio. Pengalaman Pekka didokumentasikan dalam bentuk video yang diproduksi oleh Pekka sendiri ataupun Seknas Pekka. Jumlah video yang telah diproduksi sampai saat ini sebanyak59 video.Media ini dimanfaatkan untuk penyebaran informasi tentang materi-materi yang disampaikan Pekka sebagai media penyadaran, pembelajaran dan juga kampanye yang disebut dengan mediakom (Media Komunitas). Media komunitas diproduksi oleh ibu-ibu Pekka, Mediakom yang ada di Pekka terdiri dari; Vikom (video Komunitas), Rakom (Radio Kumunitas) dan Photo. Ketiga jenis media tersebut diproduksi oleh para Pekka yang meliput berbagai persoalan atau kegiatan di masyarakat yang perlu diselesaikan ataupun disebarluaskan. Studio radio komunitas Pekka sampai saat ini ada 9 buah dan studio video komunitas ada 7 buah.
G. Mengembangkan sistem pendukung berupa pusat pendidikan dan pelatihan di tingkat nasional yang akan mendidik dan melatih para pelatih dan tutor bagi Prime di tingkat wilayah. Fokus kegiatan akan meliputi:
Dalam memfasilitasi Pekka berbagai kurikulum, manual, panduan, modul dan materi atau bahan bacaan, juga media populer yang digunakan untuk memfasilitasi
laporanAkhir2010|PEKKA
40
pelatihan telah dibuat, ada sekitar 50 modul, manual dan panduan telah dimanfaatkan. Modul dan panduan ini selalu direfleksi dan disesuaikan dengan kebutuhan. Pengembangan kapasitas kader selalu ditingkatkan, secara berkala kader mendapat pelatihan untuk menjadi Pelatih atau TOT baik sekala nasional ataupun dtingkat propinsi. Secara rutin dilakukan pertemuan kader. Dalam pertemuan tersebut kader berlatih memfasilitasi dan pengembangan kepemimpinan Monitoring dilakukan secara rutin rata-rata minimal setahun dua kali, untuk kondisi-kondisi tertentu lebih dari dua kali, evaluasi, refleksi dan kajian dilakukan secara rutin minimal setahun sekali di tingkat nasional, sedangkan di tingkat propinsi minimal setahun dua kali. Dalam rangka untuk memfasilitasi kegiatan di tingkat wilayah, Seknas Pekka di tingkat Nasional melakukan pengembangan kelembagaan dengan mengembangkan pusat dokumentasi dan publikasi (Pubdok). Dokumentasi tersebut disimpan dalam bentuk video dokumenter, buku cetak. Publikasi dilakukan dengan video, booklet, buku cetak. Ditingkat Nasional telah dilakukan kajian dan evaluasi oleh lembaga penelitian WRI (women Research Indonesia) tahun 2009. Data base anggota dan profil kelompok Pekka telah disimpan dalam bentuk computerize.
4. TF 095058 – IND. JSDF. Sustaining Women’s Leadership Project. Proyek ini telah berjalan sejak sejak 26 April 2010 dan akan berakhir pada 26 April 2014, dengan tujuan untuk ikut berkontribusi pada pengurangan kemiskinan dan kerentanan perempuan kepala keluarga di wilayah miskin di Indonesia.Oleh karena ituprogram ini juga melatih pemimpin-pemimpin perempuan dan mengembangkan kapasitas organisasi perempuan agar mampu mengembangkan program khusus bagi perempuan kepala keluarga di wilayah miskin di Indonesia. Implementasi program ini akan menerapkan strategi yang berbeda dari strategi pengembangan Pekka selama ini, terutama dalam hal pendampingan di tingkat lapangan. Dalam hal ini Seknas Pekka tidak lagi melaksanakan secara langsung kegiatan di lapangan, tetapi hanya akan mensupervisi proses kegiatan di lapangan yang secara langsung harus dilakukan oleh organisasi ataupun kader di tingkat lokal. Selain itu, program ini juga akan dijadikan landasan awal bagi Seknas Pekka untuk melakukan transformasi peran dan fungsinya di masa mendatang, serta memperkuat peran dan fungsi Federasi Serikat Pekka. A. Komponen Proyek Proyek ini memiliki beberapa komponen dengan target yang terukur baik kuantitatif maupun kualitatif. 1) Komponen A; pengembangan kepemimpinan perempuan Komponen ini memiliki target khusus untuk mengembangkan kapasitas kepemimpinan pemimpin perempuan yang bekerja dengan perempuan kepala keluarga di wilayah pedesaan Indonesia
laporanAkhir2010|PEKKA
41
Aspek-aspek penting komponen ini adalah: Menyediakan bantuan teknis untuk perempuan yang berasal dari wilayah terpilih untuk mengembangkan program membantu perempuan kepala keluarga di wilayahnya Melibatkan diri dalam proses pengembangan kebijakan dalam PNPM Karena kegiatan ini baru berjalan, maka selama tahun 2010, fokus kegiatan komponen ini adalah pada konsolidasi bahan dan materi untuk pengembangan kurikulum dan modul pelatihan-pelatihan yang akan dikembangkan Seknas PEKKA di tingkat Nasional. 2) Komponen B; Pengorganisasian Perempuan Kepala Keluarga (Pekka) Tujuan khususnya untuk mengembangkan serikat Pekka dan kegiatannya di tingkat provinsi dan kabupaten melalui pengembangan pengorganisir di tingkat lokal. Hingga akhir tahun 2010, pengorganisasian Pekka melalui proyek ini difokuskan pada pengembangan kelompok di wilayah baru. Meskipun masih tahap awal, hingga akhir tahun 2010 telah ditumbuhkan dan dikembangkan 39 kelompok dengan anggota 684 orang tersebar di 28 desa, 12 Kecamatan dan 5 kabupaten di 6 Provinsi baru termasuk Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara dan Bali. Sebagian besar kelompok ini telah pula memulai kegiatan simpan pinjam dengan swadaya mereka sendiri. Proses pengembangan kelompok dilakukan oleh Tim Seknas PEKKA yang sekaligus mengidentifikasi kader lokal potensial dari kalangan Pekka dan masyarakat sekitar. Kegiatan ini akan ditindak lanjuti lebih jauh pada masa mendatang dengan melatih kaderkader potensial di tingkat Nasional sehingga dapat lebih efektif mengembangkan kegiatannya. 3) Komponen C; Bantuan kepada serikat Pekka Tujuan khususnya membantu serikat Pekka mulai mengembangkan kegiatannya termasuk mengembangkan lembaga keuangan mikro melalui simpan pinjam, forum-forum dialog dengan penguasa di tingkat lokal, guna menjamin kesinambungan program. Hingga akhir tahun 2010 fokus bantuan yang diberikan masih pada bantuan teknis berupa pendampingan. Kegiatan simpan pinjam yang dikembangkan di tingkat kelompok saat ini menggunakan dana swadaya agar anggota Pekka sejak dini terhindar dari ketergantungan dan harapan terhadap bantuan. Sub grant untuk dana berputar untuk kegiatan dan dana berputar hanya akan diberikan jika kelompok sudah benar-benar stabil. Hingga saat ini diantisipasi perkembangan dan pertumbuhan kelompok masih pada tahapan yang kritis. Kemungkinan kelompok bubar atau berkurang motivasinya masih sangat besar. 4) Komponen D; mempergunakan hasil evaluasi dan riset untuk mengupayakan proses integrasi Pekka ke PNPM dan upaya lainnya Tujuan khususnya untuk secara sistematis melakukan evaluasi dan dokumentasi progres dan hasil serta menyebarluaskannya untuk kepentingan replikasi. Pada tahun 2010, fokus kegiatan komponen ini adalah pada pengumpulan data dasar anggota di wilayah yang telah tumbuh kelompok baru. Selama proses penumbuhan kelompok, Seknas PEKKA telah melakukansurvei di 83 desa, 20 Kecamatan dan 5 Kabupaten. Ada ... unit data anggota
laporanAkhir2010|PEKKA
42
kelompok yang telah dikumpulkan namun belum di olah karena masih menunggu perkembangan setiap anggota. Data dasar ini akan dijadikan acuan untuk melihat perubahan yang terjadi pada anggota setelah beberapa tahun intervensi proyek dilakukan nantinya. 5. TF 96440 – IND “Building Public Demand for Legal and Judicial Reform, Women’s Legal Empowerment”. Proyek ini telah berjalan sejak 17 Mei 2010 dan akan berakhir pada 30 Juni 2011.Secara umum Program ini bertujuan untuk Pemberdayaan hukum perempuan sehingga dapat memperkuat akses dan kontrol perempuan di tingkat lokal terhadap hukum dan keadilan
A. Secara Khusus Tujuan Program adalah: Mengembangkan dan memperkuat pemimpin-pemimpin dan kader-kader perempuan sehingga mampu memfasilitasi masyarakat di wilayahnya dalam proses penyadaran kritis terhadap penegakan hak dan keadilan. Mengembangkan pusat informasi, pelatihan dan pelayanan hukum Mengembangkan forum masyarakat dan pemangku kepentingan (Multi-Stakeholder Forum) di tingkat wilayah untuk memfasilitasi penyelesaian persoalan hukum dan ketidakadilan di masyarakat. Mengembangkan sistem pendokumentasian dan publikasi serta pengembangan kurikulum/materi hukum.
B. Strategi Implementasi Ada tiga strategi yang dikembangkan Seknas PEKKA untuk melaksanakan proyek ini yaitu:
1) Membangun kesadaran kritis terhadap persoalan ketidakadilan dengan fokus kegiatan: Penyadaran kritis Pekka terhadap persoalan ketidakadilan
Anggota Pekka diajak untuk memahami akar persoalan yang menyebabkan berbagai persoalan kehidupan yang mereka hadapi khususnya persoalan hukum, kekerasan, ketidakadilan dan diskriminasi kepada melalui diskusi dan workshop. Selama tahun 2010 Pendidikan dan kesadaran kritis tentang hak dan hukum dilakukan melalui pertemuan rutin
laporanAkhir2010|PEKKA
43
kelompok dengan memberikan materi dan diskusi tentang hukum yang diberikan oleh Paralegal yang telah mengikuti pelatihan. Peningkatan pemahaman dan pengetahuan Pekka terhadap hukum Anggota Pekka dan masyarakat diajak untuk mengenali berbagai aspek kehidupan termasuk sistem hukum Indonesia dan relasi kuasa yang mereka hadapi agar dapat melakukan suatu perubahan melalui pelatihan dan diskusi di tingkat kelompok hingga tingkat kecamatan.
2) Peningkatan kapasitas untuk mengakses keadilan Pengembangan kelas-kelas hukum
Untuk meningkatkan kesadaran, pemahaman dan informasi hukum terhadap hak dan persoalan hukum yang ada akan dikembangkan sebuah kelas pemberdayaan hukum yang dapat diikuti oleh masyarakat secara luas. Dalam tahun 2010, kelas hukum dilakukan di seluruh wilayah kerja Pekka dengan warga belajar mencapai 956 orang terdiri dari anggota kelompok Pekka dan anggota masyarakat lainnya. Kegiatan ini juga diintegrasikan dengan kegiatan lainnya, misalnya di Karawang kelas pembelajaran hukum diikuti oleh para orangtua murid PAUD. Pada saat anak-anak PAUD belajar di dalam kelas, orangtua yang mengantar dan menunggu anak-anak diberikan materi hukum. Umumnya diskusi sekitar masalah yang mereka hadapi seperti nikah sirri, kebutuhan mendapatkan buku nikah atau akta kelahiran bagi anak-anaknya. Di NTT kelas pembelajaran hukum wajib diikuti oleh para peserta kursus paket A dan paket C yang diadakan di Center Pekka. Ketentuan ini mampu memotivasi para peserta untuk belajar isu hukum dan selanjutnya kesadaran mereka untuk mendapatkan identitas status perkawinan ataupun akta kelahiran bagi anak-anaknya. Pengembangan Paralegal Paralegal dalam program WLE Pekka dikenal dengan sebutan kader hukum. Pengembangan kader hukum merupakan salah satu strategi kesinambungan program WLE yang diterapkan selama ini. Pemilihan kader hukum ini berdasarkan keaktifan kader dalam proses pengorganisasian kelompok Pekka dan kegiatan masyarakat di wilayahnya serta punya kepedulian untuk memperjuangkan hak dan keadilan perempuan. Selama tahun 2010 telah dilakukan satu putaran pelatihan dasar bagi Paralegal baru secara Nasional di Jakarta. Tujuan dari pelatihan ini adalah untuk memberi bekal kepada Paralegal dalam mendampingi kelompok Pekka dan masyarakat sekitarnya khususnya dalam penyelesaian terkait isu hukum. Pelatihan ini diikuti oleh 35 orang peserta yang berasal dari 9 propinsi wilayah kerja Pekka. Peserta pelatihan terdiri dari para kader hukum, calon kader hukum yang dipilih dari anggota kelompok Pekka, dan beberapa orang Koordinator Lapang. Materi pelatihan mencakup pengertian hukum, sistem hukum, pengertian Paralegal, peran dan fungsi Paralegal, keterampilan yang harus dimiliki Paralegal. Di akhir sessi pelatihan peserta praktek melakukan fungsi Paralegal dengan cara bermain peran. Hasil dari pelatihan ini, para peserta menyatakan mendapatkan ilmu dan bekal sebagai Paralegal. Keterampilan yang diperoleh selama pelatihan dapat membantu mereka dalam memfasilitasi
laporanAkhir2010|PEKKA
44
penyelesaian kasus hukum yang dihadapi di kelompok Pekka dan masyarakat. Klinik Hukum Perempuan yang mengalami kasus kekerasan dapat mengonsultasikan kasusnya ke klinik hukum. Klinik hukum ini akan bekerja sama dengan lembaga bantuan hukum, yang akan menghadirkan stafnya untuk menerima pengaduan dan konsultasi perempuan terhadap kasus yang dihadapi secara berkala. Tahun 2010 kasus yang dibawa ke klinik hukum Pekka menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu hanya 4 kasus saja. Namun demikian kasus-kasus ini dapat diselesaikan dengan baik oleh kader. Rumah Aman Berbasis Komunitas Selain memberikan konsultasi dan memfasilitasi penyelesaian kasus, pengadaan rumah aman dan nyaman sangat dibutuhkan bagi perempuan dan anak korban kekerasan khususnya korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Pengembangan rumah aman ini tidak hanya mengandalkan pembangunan secara fisik namun lebih mempersiapkan masyarakat yang ada di sekitar untuk memberikan perlindungan secara kolektif terhadap korban, memberikan rasa nyaman, bahkan dapat memberikan intervensi tindakan pada saat keadaan darurat yaitu yang membahayakan jiwa si korban, misalnya membawa ke rumah sakit. Pengembangan informasi, media dan pemberdayaan hukum Kegiatan ini difokuskan pada upaya mengadakan manual dan media yang mudah dipahami bagi masyarakat luas terkait proses-proses hukum khususnya hukum keluarga yang mereka butuhkan. Tahun 2010, ada dua jenis produk yang diproduksi yaitu media cetak dan CD interaktif. Ada 8 judul manual yang telah diterbitkan dan disebarluaskan serta 4 judul berbentuk CD interaktif yaitu panduan pengajuan gugatan cerai di pengadilan agama dan negeri, itsbat nikah, permohonan prodeo di pengadilan agama dan negeri, pelaksanaan sidang keliling, permohonan penetapan pengesahan perkawinan bagi non muslim di pengadilan negeri serta pembuatan akte kelahiran. 3) Pengembangan Jaringan Multistakeholder Forum (MSF) Multi - Stakeholder Forum (MSF) Penegak hukum adalah Forum Pemangku Kepentingan yang terdiri dari aparat penegak hukum, pemerintah daerah, dinas-dinas/instansi terkait dengan penegakan hukum dan keadilan, Lembaga swadaya masyarakat, organisasi dan tokoh masyarakat yang mempunyai peran, tugas dan kepedulian terhadap penegakan hukum dan keadilan bagi perempuan khususnya dan masyarakat miskin dan kelompok marjinal lainnya. Fokus kegiatannya antara lain:
laporanAkhir2010|PEKKA
45
Dialog Hukum MSF dan Masyarakat
Selain untuk memberikan informasi hukum bagi masyarakat, keterlibatan aparat penegak hukum dan instansi terkait sebagai narasumber tersebut juga bertujuan agar masyarakat dapat lebih mengenal secara dekat aparat penegak hukum dan instansi terkait tersebut serta dapat menyampaikan secara langsung permasalahan yang mereka hadapi. Selama tahun 2010 telah digelar satu kali forum dialog hukum MSF dengan tokoh masyarakat yang menjadi rangkaian workshop tokoh masyarakat tersebut. Forum dilaksanakan di 8 wilayah
kerja Seknas PEKKA diikuti oleh 357 peserta terdiri dari 178 laki-laki dan 179 perempuan dengan nara sumber aparat penegak hukum setempat termasuk Polres, Pengadilan Agama, Pengadilan Negeri, Kantor Catatan Sipil, Biro Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana, Biro Hukum. Pada kesempatan ini para peserta bertanya tentang isu terkait permasalahan hukum yang dihadapi oleh masyarakat. Pengembangan dan Pertemuan Forum Koordinasi MSF Pertemuan Forum koordinasi antar MSF dilakukan setelah proses dialog di tingkat kecamatan dan desa berlangsung. Peserta forum ini adalah anggota MSF yang secara aktif menjadi narasumber dialog hukum, ditambah dengan kader hukum yang aktif memfasilitasi penyadaran hukum di tingkat kelompok dan masyarakat. Tahun 2010, pengembangan MSF difokuskan pada upaya pelibatan tokoh masyarakat dalam program pemberdayaan hukum yang dilakukan oleh Pekka. Kegiatan yang dilakukan berupa pelatihan yang diberi tema “Kepemimpinan yang Berwawasan Keadilan”. Pelatihan bagi tokoh masyarakat ini dilakukan selama Oktober – Desember 2010 di 8 propinsi wilayah kerja Seknas PEKKA. Peserta pelatihan adalah tokoh formal seperti kepala desa dan aparat desa, Petugas Pencatat Nikah (PPN) serta tokoh informal seperti tokoh agama, tokoh adat dan kader masyarakat. Peserta terdiri dari laki-laki (60 %) dan perempuan (40 %). Peserta campuran ini bertujuan agar terjadi sharing informasi dan persepsi antara peserta laki-laki dan perempuan, terutama dalam hal isu gender. Ada 235 tokoh; 127 tokoh laki-laki dan 108 tokoh perempuan yang berpartisipasi dalam kegiatan ini.
laporanAkhir2010|PEKKA
46
Pelatihan yang didisain 2 hari efektif dari pagi sampai malam ini ternyata dirasakan oleh peserta kurang lama. Dalam evaluasi pelatihan para peserta mengusulkan agar pelatihan seperti ini dilakukan lebih lama dan mencakup materi yang lebih luas. Mereka memerlukan lebih banyak pengetahuan karena selama ini mereka tidak pernah mendapatkan materi serupa. Nampak bahwa para peserta sangat haus akan informasi tentang hukum. Pada hari ketiga, peserta pelatihan menyusun rencana kegiatan yang akan dilakukan oleh kelompok Pekka bersama tokoh masyarakat yang menjadi peserta pelatihan. 4) Advokasi untuk perubahan Kebijakan dan Tata Nilai yang Lebih Adil Kegiatan advokasi hukum dilakukan di dua tingkatan yaitu di tingkat Nasional dan Tingkat Lokal, serta pengembangan informasi dan media pemberdayaan hukum bagi masyarakat. Advokasi di tingkat Nasional Kegiatan ini difokuskan pada akses anggota Pekka dan masyarakat miskin terkait hukum keluarga yaitu akses beperkara secara prodeo dan pengadaan sidang keliling di wilayah Pekka. Terkait dengan upaya ini, Seknas PEKKA bekerjasama dengan Smeru dan Ausaid telah melakukan penelitian tentang akses keadilan bagi Pekka. Dan hasil riset tersebut telah di launching pada tahun 2010 yang lalu oleh Ketua Mahkamah Agung. Hasil penelitian ini kemudian di tindak lanjuti melalui upaya advokasi di tingkat Nasional. Dalam hal ini Seknas PEKKA melakukan pendekatan dan membangun kerjasama dengan Mahkamah Agung (MA) khususnya Badilag untuk mengalokasikan dana prodeo dan sidang keliling di kantor Pengadilan Agama (PA) di wilayah Pekka berada. Hal ini dimaksudkan untuk membantu anggota Pekka dan masyarakat miskin lainnya dalam mengakses keadilan. Untuk tujuan ini kader Pekka mengumpulkan data kebutuhan terkait kasus hukum keluarga yaitu gugat cerai, itsbat nikah dan meminta Badilag untuk menggunakan data ini dalam mengalokasikan dana prodeo dan sidang keliling untuk anggaran tahun 2011. Hingga akhir tahun 2010, telah di kumpulkan data kebutuhan (demand side data) sejumlah 9,341 terdiri dari gugat cerai 206, Itsbat nikah 1,515, akte kelahiran anak 7,418, dan pencatatan pengesahan perkawinan 202 yang telah secara bertahap di upload di website yang telah dikembangkan khusus untuk ini. Advokasi ini sangat efektif dalam membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh ibu Pekka dan perempuan miskin lainnya dalam mengakses keadilan. Pada akhir tahun 2010, Badilag merespons kebutuhan dari anggota Pekka dan masyarakat pencari keadilan khususnya di Cianjur dan Karawang. Dalam waktu 3 bulan Badilag melakukan sidang keliling di dua wilayah Pekka ini dan dapat menyelesaikan 118 kasus itsbat nikah di Cianjur dengan dana prodeo dan sidang keliling. Sementara di Karawang dapat menyelesaikan 82 kasus itsbat nikah dan 10 gugat cerai dengan dana prodeo dan sidang keliling. Secara kumulatif selama tahun 2010, kader Pekka telah memfasilitasi akses bagi 24 kasus gugat cerai dan 252 kasus Itsbat nikah melalui fasilitas sidang keliling dan prodeo
laporanAkhir2010|PEKKA
47
Advokasi di tingkat lokal Fokus kegiatan ini adalah akses pembuatan Akta Kelahiran secara gratis. Selama tahun 2010 di Jawa Barat, data permohonan pembuatan Akta Kelahiran mencapai hampir 900 anak. Biaya pembuatan 1 Akta Kelahiran sebesar Rp. 21.000, maka total dana yang dibutuhkan hampir mencapai 17 juta rupiah. Pekka mencoba mengajukan usulan kepada Bupati setempat untuk menanggung biaya pembuatan Akta Kelahiran ini dan Bupati menyetujuinya. Melihat keberhasilan di Pekka Cianjur, Pekka di Subang mencoba mengirimkan proposal dan mengajukan usulan ke Bupati. Namun belum berhasil, karena Bupati sendiri sedang terkena kasus, dan disarankan agar Pekka mengomunikasikan hal ini ke Wakil Bupati. Di NTT advokasi dilakukan ke Kantor Catatan Sipil untuk pembuatan Akta Kelahiran di di Center Pekka. Kantor Catatan Sipil Kabupaten Flores Timur merespons dengan baik dan datang ke center Pekka melayani langsung pembuatan Akta Kelahiran di Center Pekka Lodan Doe di Kecamatan Kelubagolit. Pembuatan Akta Kelahiran dilakukan dua hari dan dapat menyelesaikan 300 buah, meskipun permintaannya jauh melebihi 300 buah. Sebagian permintaan belum dapat dipenuhi karena pada saat itu petugas hanya membawa 300 blanko, sehingga permohonan yang tersisa diselesaikan di Kantor Catatan Sipil di Larantuka.
Hingga akhir tahun 2010, kader Pekka telah berhasil memfasilitasi 1,689 anggota masyarakat untuk mendapatkan Akte Kelahiran anak mereka secara gratis.
laporanAkhir2010|PEKKA
IV.
48
REFLEKSI DAN PELAJARAN PENTING
Memasuki tahun ke 10 Program Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA) dikembangkan, sangatlah penting untuk melihat secara kritis dan cermat berbagai faktor penting yang mengantarkan Pekka pada tahapan di mana berada saat ini. Pencapaian Pekka pada tahap ini tidaklah mulus dan mudah. Begitu banyak hal yang harus dihadapi baik secara internal maupun eksternal. Refleksi kritis terhadap semua faktor tersebut tentu dapat menjadi pelajaran berharga baik pengembangan Pekka ke depan baik yang akan terus dilakukan oleh Seknas PEKKA maupun oleh lembaga-lembaga lain termasuk pemerintah daerah. Ada beberapa aspek penting dalam Pekka yang menjadi faktor penentu perkembangannya hingga tahap ini. 1. Kekuatan berbasis di akar rumput Mengorganisir komunitas di tataran akar rumput merupakan hal yang sangat prinsipiil dan mendasar dalam pemberdayaan masyarakat. Sebagai ujung tombak proses perubahan sosial, komunitas akar rumput menjadi awal dan akhir sebuah kekuatan melawan berbagai bentuk ketidakadilan dan kekuasaan yang menindas baik yang sifatnya nyata maupun tidak nyata yang terbungkus format nilai sosial budaya. Sejak awal Seknas PEKKA memang memilih secara sadar mendedikasikan waktu dan menginvestasikan sumberdaya pada komunitas Pekka yang memang berada pada strata terendah sosial ekonomi masyarakat di pedesaan umumnya. Ini menjadi kekuatan yang sekaligus elemen penting penjaga kesinambungan gerakan Pekka. Meskipun tidak dominan di dalam masyarakatnya, keberadaan kelompok Pekka di banyak wilayah cukup menjadi inspirasi bagi kelompok masyarakat akar rumput lainnya. Jika hal ini terus bergulir, maka pada akhirnya diharapkan apapun yang dikerjakan oleh komunitas Pekka untuk membuat diri dan masyarakatnya
laporanAkhir2010|PEKKA
49
menjadi lebih baik dapat menjadi awal proses membangun kekuatan sosial masyarakat untuk melakukan perubahan secara luas. 2. Kesetiaan pada proses yang diyakini bersama Kesetiaan seluruh tim termasuk komunitas Pekka di akar rumput dan tim pendamping dari Seknas PEKKA terhadap nilai-nilai dan proses yang harus ada dan dilalui dalam keseharian pemberdayaan memberikan dampak positif terhadap semua pihak. Dibutuhkan kesabaran yang luar biasa menjalani hal ini di tengah derasnya upaya-upaya lain yang hadir di tengah masyarakat yang menerapkan pendekatan yang lebih instan. Penekanan pada swadaya dan tidak berharap pada bantuan di tahap awal misalnya, sesungguhnya melawan arus semua program pengentasan kemiskinan yang mengalir deras dalam bentuk bantuan dana di tingkat akar rumput. Selain itu, karena menempatkan proses sama pentingnya dengan hasil, pemberdayaan Pekka terasa lambat dengan tingkat kehati - hatian cukup tinggi. Pekka tidak serta-merta dapat dikembangkan dengan skala yang masif di usianya memasuki 10 tahun ini, karena tidak terlalu banyak masyarakat yang serta-merta mau terlibat dalam sebuah proses panjang pemberdayaan. Namun demikian, di tahapan ini, komunitas Pekka yang sabar dan setia pada proses ini telah mulai memetik hasil. Terlihat dari uraian pencapaian di atas. 3. Pentingnya investasi pengembangan sumberdaya manusia pemimpin di tingkat lokal Investasi terbesar Seknas PEKKA selama ini adalah pada pengembangan kader dan pemimpin di tingkat lokal sebagai tenaga penggerak dan pengorganisir masyarakat. Tantangan rendahnya tingkat pendidikan formal mereka, harus dapat diatasi dengan berbagai upaya agar ketergantungan pada ahli dari luar dapat dikurangi. Pemberdayaan masyarakat tidak bisa sekedar melaksanakan proyek yang terbatas waktu, tenaga dan tempatnya. Pemberdayaan masyarakat adalah proses kehidupan yang seharusnya secara berkesinambungan dilakukan oleh masyarakat secara bersama. Dan untuk hal ini, keberadaan pemimpin dari kalangan mereka sendiri menjadi sangat strategis. Dengan kesadaran ini, salah satu strategi Seknas PEKKA sejak dari awal adalah melatih kader dan pemimpin dari kalangan Pekka. Tingkat kegagalan memang sangat tinggi. Di tahap awal tingkat keberhasilan perkembangan kader tidak lebih dari 20%. Artinya dari sekian banyak yang dilatih, yang mampu berkembang dan bertahan hanya sekitar 20%. Meskipun lambat, terjadi perbaikan dalam tingkat perkembangannya. Saat ini keberhasilan pengembangan kader dapat mencapai 35%. Kader-kader dan pemimpin yang telah dilatih dan didampingi secara intensif merupakan aset wilayah karena mereka dapat berkontribusi secara signifikan pada berbagai upaya pemberdayaan masyarakat lainnya. Data-data yang ditampilkan dalam laporan ini memberikan gambaran betapa luasnya kiprah para kader yang telah berkembang. Peran konsultan dalam upaya pemberdayaan biasanya berorientasi pada proyek sehingga ketika pendanaan proyek habis maka konsultan akan pergi dan proses pemberdayaan yang bergantung pada tenaga konsultan juga akan berhenti. Namun jika investasi pada kader
laporanAkhir2010|PEKKA
50
telah dilakukan, maka kader dapat terus melakukan pengorganisasian dengan pendampingan yang minimal. 4. Yang terbaik untuk sang ujung tombak Dalam pemberdayaan Pekka, garda terdepan pada akhirnya dilakukan oleh kader dan pemimpin Pekka di tingkat lokal. Agar mereka dapat melaksanakan peran dan tanggung jawabnya secara efektif, maka mereka membutuhkan bekal yang memadai. Pelatihan dalam berbagai bentuk harus terus menerus diberikan untuk mereka oleh pelatih dan nara sumber yang utama. Selama ini kelompok akar rumput sering hanya mendapatkan kesempatan terbatas dan dilatih di jenjang yang paling akhir. Dengan peran begitu penting dan strategis, Seknas PEKKA selalu menurunkan tim utama yang terdiri dari Kornas dan Tim Koordinator untuk melatih para kader. Hal ini dapat mengurangi distorsi yang terjadi serta memberikan ruang bagi Seknas PEKKA untuk terus menerus mengembangkan materi, metode dan media guna merespons secara langsung perkembangan yang terjadi di tingkat akar rumput. 5. Kemewahan dukungan proyek Tidak dapat dipungkiri, bahwa dukungan proyek yang diterima Seknas PEKKA selama ini menjadi faktor yang sangat penting yang menunjang perkembangan Pekka hingga di tahap ini. Investasi terbesar yang diterima Seknas PEKKA adalah untuk pelatihan dan pendidikan yang merupakan kegiatan utama di lapangan. Namun demikian, Seknas PEKKA berupaya untuk secermat mungkin agar seluruh proses pemberdayaan ini tidak bermewah-mewah menggunakan dana proyek. Misalnya Seknas PEKKA berusaha untuk tidak mengadakan kegiatan di hotel berbintang. Di tingkat akar rumput hal ini di wujudkan oleh komunitas Pekka dengan perilaku sehemat mungkin dalam mengelola sumber dana mereka. Dan dalam banyak kegiatan pelatihan di tingkat akar rumput, mereka terus menerus menumbuhkan pula budaya swadaya dan gotong-royong. Sebagai akibatnya, hampir semua pendanaan proyek di Seknas PEKKA diperpanjang masanya karena dananya dapat di kelola untuk jangka yang lebih panjang. 6. Kekuatan berbagi sumberdaya berbagi pengetahuan dengan masyarakat lainnya Melalui beberapa proyek yang diterima oleh Seknas PEKKA, upaya berbagi dengan anggota masyarakat miskin lainnya di luar komunitas Pekka di latihkan pada mereka. Mulai dari pemberian beasiswa Pekka pada anak-anak tidak mampu hingga membuka kelas-kelas pembelajaran di Center - Center mereka, secara langsung telah melatih komunitas Pekka untuk juga sensitif terhadap kondisi dan kebutuhan anggota masyarakat lainnya. Nilai-nilai ini akan terus terinternalisir melalui proses dan menjadikan pemimpin-pemimpin Pekka memiliki nilai yang kuat ketiak berkiprah di masyarakat. Selain itu, hal ini telah mengurangi tingkat eksklusivisme komunitas Pekka yang telah terorganisir ini. Kemampuan mengorganisir bantuan dan penyelenggaraan kelas belajar bagi kelompok masyarakat lainnya menjadi arena latihan kepemimpinan yang sangat efektif bagi kader-kader Pekka.
laporanAkhir2010|PEKKA
51
7. Kekuatan kelembagaan sebagai pendamping dan pembangun kapasitas Keberadaan Seknas PEKKA yang melembaga sebagai sistem pendukung berkesinambungan bagi serikat Pekka di akar rumput adalah sangat penting. Dengan perangkat organisasi yang telah dikembangkan selama ini Seknas PEKKA memberikan dukungan dalam berbagai bentuk termasuk peningkatan kapasitas, akses sumberdaya, kekuatan hukum dan eksistensi Serikat Pekka hingga ke tingkat Internasional. Memiliki dukungan Seknas PEKKA dan jaringannya di tingkat Nasional telah memberikan kepercayaan dan kekuatan tersendiri bagi serikat Pekka dalam menghadapi tantangan kekuasaan yang mereka hadapi di tingkat komunitas dan wilayahnya. Namun demikian, yang harus terus menerus dijaga jangan sampai keberadaan Seknas PEKKA menumbuhkan ketergantungan dan perilaku paternalistik di tingkat komunitas.
laporanAkhir2010|PEKKA
52
V. TANTANGAN DAN STRATEGI TAHUN 2011
Sejalan dengan perkembangannya saat ini, Seknas PEKKA dan Serikat Pekka menghadapi tantangan yang harus di respons dengan mengembangkan strategi yang efektif. Tantangan terbesar yang dihadapi di tahap ini adalah ketergantungan komunitas Pekka pada Seknas PEKKA di tingkat Nasional, belum kuatnya posisi Serikat Pekka sebagai kekuatan sosial politik yang otonom serta setara dengan organisasi lainnya, dan perluasan wilayah Pekka guna merespons kebutuhan dan permintaan yang berkembang di masyarakat. 1. Desentralisasi untuk memperkuat kelembagaan lokal dan mengurangi ketergantungan pada pusat Serikat Pekka masih sangat tergantung pada Seknas PEKKA dalam banyak aspek termasuk peningkatan kapasitas, sumber pendanaan kegiatan dan juga perlindungan keberadaan. Hal ini dapat dimaklumi karena memang selama ini sebagai kelompok yang sangat rentan di akar rumput, Seknas PEKKA cukup protektif dalam mendampingi Serikat Pekka. Menyadari hal ini, pada tahun 2011, Seknas PEKKA akan merintis pengembangan Sekwil PEKKA sebagai embrio lembaga pemberdayaan otonom di tingkat wilayah. Keberadaan Sekwil PEKKA diharapkan dapat menurunkan kelembagaan pendukung Serikat Pekka di tingkat yang paling dekat dengan mereka. Sekwil PEKKA akan di perkuat dengan perangkat organisasi sebagaimana layaknya Seknas namun tentu saja dalam skala wilayah sesuai dengan keberadaannya. Sekwil PEKKA akan dirintis tim pendamping lapang dan koordinator wilayah Pekka yang selama ini memang sudah berkiprah di lapangan. Selain untuk kepentingan Serikat Pekka, keberadaan Sekwil PEKKA juga diharapkan menyumbang pada pertumbuhan dan perkembangan lembaga yang meningkatkan kapasitas masyarakat dan mendampingi proses pemberdayaan masyarakat. Sekwil PEKKA akan mengemban mandat perluasan wilayah dan jangkauan keanggotaan Serikat PEKKA di wilayahnya serta menjadi pionir dalam proses pengorganisasian kelompok masyarakat marjinal lainnya yang selama ini masih luput dari jangkauan kegiatan pemberdayaan oleh berbagai pihak.
laporanAkhir2010|PEKKA
53
2. Memperkuat keberadaan Serikat Pekka sebagai kekuatan sosial politik yang otonom Serikat Pekka telah dibentuk sejak tahun 2009 dan dikembangkan hingga ke tingkat Nasional sebagai sebuah federasi. Namun hingga saat ini, keberadaan Federasi Serikat Pekka belum tersosialisasi dengan baik sehingga belum menjadi kekuatan sosial politik yang setara dengan organisasi lainnya. Padahal Federasi Serikat Pekka memiliki kapasitas dan kaderkader yang sangat kuat dan tentunya mampu berkiprah lebih banyak dalam gerakan sosial kemasyarakatan. Untuk menghadapi tantangan ini, pada tahun 2011, Seknas PEKKA akan memfokuskan mengembangkan Federasi Serikat Pekka dengan mulai merintis pengadaan sekretariatnya di tingkat nasional. Tentu saja tantangan terbesarnya adalah mengidentifikasi kader yang sepenuhnya dapat mengembangkan Serikat Pekka di tingkat Nasional ini. Diharapkan kepengurusan Federasi Serikat Pekka dapat mengelola sekretariat mereka di tingkat Nasional dan menjadi perwakilan Serikat Pekka untuk terlibat aktif dalam prosesproses yang terjadi di tingkat Nasional. 3. Memperluas wilayah kerja dan pengembangan Serikat Pekka Tingginya jumlah Pekka di seluruh Indonesia memotivasi Seknas PEKKA untuk terus menerus menumbuhkan kelompok-kelompok Pekka sebagai cikal bakal Serikat Pekka ke depannya. Target untuk menjangkau seluruh wilayah Indonesia tentu saja tidak dapat dilakukan oleh Seknas PEKKA secara langsung. Oleh karena itu, mulai tahun 2010 telah dirintis pola baru pengembangan Pekka yaitu dengan model kerjasama lembaga atau kader yang berkomitmen mengembangkan Pekka. Seknas PEKKA akan mendukung lembaga maupun individu dan organisasi lain yang ingin melakukan pemberdayaan dalam bentuk fasilitasi pelatihan dan pengadaan materi dan media untuk pengorganisasian. Diharapkan dengan pendekatan ini, penumbuhan dan pengembangan Pekka ke depannya akan lebih cepat menjangkau seluruh wilayah Indonesia.
laporanAkhir2010|PEKKA
VI.
54
RAGAM CERITA DARI LAPANG
Yu Maryati dari Brebes; Membangun Center Pekka, Membangun Aset Bersama Ibu Maryati dengan wajah serius memimpin rapat antar kader untuk mendiskusikan pembangunan Center yang di idam-idamkan para Pekka di Jawa Tengah. Rapat diawali dengan paparan ibu Maryati menjelaskan rancangan gambar bangunan dan anggaran pembangunan Center dan dana yang dimiliki. Ibu Maryati adalah ketua pembangunan Center yang ditunjuk oleh temannya bersama ibu Daryati dan ibu Tawed pada rapat setahun yang lalu. Ibu Maryati di targetkan agar pembangunan Center dapat selesai pada Juni 2010. Untuk mewujudkan mimpinya tersebut para ibu-ibu Pekka menyisihkan dana SHU-nya baik SHU tingkat kelompok dan juga SHU LKM, dana-dana sosial yang dikumpulkan jika ada pertemuan kelompok terkumpul cukup “lumayan” meski yang masuk ke kotak bunyi “klotak” karena recehan yang masuk, pengumpulan dana ini berlangsung cukup lama. Setelah dana terkumpul dan mencukupi untuk membeli tanah, Ibu Maryati meminta bersama-sama mencari tanah. Kriteria tanah yang akan dibeli diskusikan bersama, di antaranya tanah terletak tidak jauh dari tempat tinggal anggota Pekka, transportasi terjangkau, bisa untuk buka usaha. Hasil gerilya para ibu Pekka akhirnya menemukan tanah tersebut. Tanah yang sesuai dengan kriteria harganya mahal, dari hasil negosiasi yang cukup alot dengan pemilik tanah dengan memberikan berbagai penjelasan tentang peruntukan tanah untuk kegiatan sosial dan pembelajaran masyarakat miskin sebagai Pekka, akhirnya disepakati dengan luas tanah 160 M2 harga Rp. 37.500.000,Setelah tanah terbeli menjadikan ibu-ibu Pekka lebih giat lagi mencari sumber-sumber
dana lain dan juga mengerahkan dana swadaya dengan bantuan setiap orang minimal membantu senilai satu sak semen, ada juga yang menyumbang dalam bentuk bahan bangunan yaitu Pasir yang dikumpulkan dari sungai dekat rumahnya, bambu, makanan untuk tenaga pembangunan dan juga dana program sarana - prasarana untuk membantu pembangunan Center. Wajah senyum gembira ibu Maryati menatap bangunan yang telah 70 % selesai dibangun. Lelah, tegang, stres, kesal telah dilalui dengan cukup berat. Saat ini Center telah dimanfaatkan meskipun kondisi bangunan belum jadi belum keramik belum dipasang, tembok belum dilepas atau disemen, beberapa jendela belum ada daun jendelanya, namun Center telah digunakan untuk pertemuan para ibu Pekka dengan gembira. Demam pembangunan Center semarak di wilayah Pekka, yang diawali dari sharing para Pekka lain yang telah lebih dulu memiliki Center kemudian memicu dan memotivasi Pekka wilayah lainnya untuk memiliki Center. Setiap saat obrolan para Pekka tidak lepas dari harga bangunan, model pintu, sepiting, dll. Berbagai rencana telah tergambar dalam benak Pekka untuk mengisi berbagai kegiatan yang akan dikembangkan di Center. Center merupakan pusat kegiatan para Pekka dalam pengembangan kapasitas untuk meningkatkan wawasan, keterampilan teknis dan pengembangan kegiatan lainnya. Center sebagai sebuah tempat atau wadah dalam mengorganisir masyarakat. Center juga merupakan sarana pendukung dalam pengembangan kelembagaan.
laporanAkhir2010|PEKKA
55
Ina Uba dari Flores Timur, memberdayakan diri menggapai kesetaraan martabat Ina Uba begitu biasa dipanggil oleh anggota Pekka yang lain nama lengkapnya Yuliana Uba meskipun usianya tua sekitar 71 tahun tapi mempunyai semangat kuat yang dapat memberikan inspirasi bagi Pekka yang lain. Ina Uba dianggap cukup berhasil dalam mengembangkan usahanya. Saat ini memiliki satu buah mobil angkut penumpang dan 3 buah sepeda motor untuk usaha ojek, Usaha pembelian hasil bumi dan juga Usaha tenun yang masih digelutinya hingga kini dan semakin meningkat. Sebelum masuk Pekka Ina Uba hidup sendiri terpencil karena dia merupakan istri kedua yang tidak pernah didatangi lagi oleh suaminya. Menurut kebiasaan masyarakat setempat jika istri kedua hidupnya miskin biasanya suami kedua tidak mau tinggal bersama , sebagai istri kedua Ina Uba ditelantarkan begitu saja. Dari hasil perkawinan tersebut Ina Uba mempunyai 4 anak. Anak laki-lakinya semula kerja di Malaysia, namun karena melihat keprihatinan hidup ibunya anaknya tidak bekerja lagi di Malaysia, dia berniat membantu ibunya untuk mengembangkan usahanya. Untuk bertahan hidup Ina Uba bekerja keras membuat tenun sarung dan menanam jagung sebagai ganjal perut dirinya dan anak-anaknya yang selalu kelaparan. Dengan kegigihan dalam memperbaiki kehidupannya Ina Ubah saat ini dapat tersenyum gembira dalam menjalani hari tua. Perubahan kehidupannya ini diawali dengan masuknya Ina Uba dalam kelompok Pekka. Ina Uba masuk Pekka sejak kelompok Pekka baru terbentuk di tahun 2002 di desa Horinara. Kesuksesannya saat ini diawali dengan pinjaman dana BLM. Ina Pinjam pertama sebesar Rp. 1000.000,- untuk usaha tenun dan kelapa yang dibuat kopra, lama pinjaman 1 tahun, tapi Ina Uba dapat melunasinya dalam waktu 10 bulan. Kemudian pinjam yang kedua sebesar Rp. 6.000.000,-. Pinjaman kedua digunakan untuk
membeli sepeda motor bekas yang kemudian diperbaikinya dan menambah modal usahanya untuk mengembangkan usaha tenun dan hasil bumi. Motor ojek digunakan oleh anaknya yang tidak lagi kembali ke negeri Jiran, tapi memutuskan untuk membantu mengembangkan usaha ibunya. Ina Uba mengembangkan usahanya tidak saja kelapa yang dibuat Kopra, tapi dengan memiliki timbangan sendiri, Ina Uba dengan dibantu anaknya berkeliling memasuki desa ke desa membeli hasil bumi seperti kacang mete, kelapa, kakao, dll. Pendapatan dari ojek dan hasil bumi Ina Uba dapat melunasi pinjaman lebih cepat yaitu 6 bulan yang seharusnya dilunasi 1 tahun. Kemudian Ina mengajukan pinjaman lebih besar lagi yaitu pinjaman ke 3 sebesar 15 juta. Uang tersebut untuk membeli motor secara cash dengan tujuan mengembangkan usaha ojek seharga 13 jt, sisanya untuk menambah modal usaha. Ina Uba telah memiliki dua sepeda motor yang satunya di ojekan oleh anaknya dan satunya lagi oleh tetangganya. Namun sepeda motor yang di ojek tetangganya mengalami kecelakaan tabrakan sampai motornya rusak. Anak Ina Uba tidak putus asa, kecelakaan dijadikan pelajaran. Setelah motornya diperbaiki dijual kemudian membeli lagi. Meskipun usahanya sudah berkembang Ina Uba dan anaknya tidak hidup berpoya-poya uang yang didapat selalu di tabung. Setiap hari Ina uba menabung di celengan setelah terkumpul satu bulan kurang lebih sekitar 1 juta uangnya di tabung di kelompok. Ina Uba dan anaknya mempunya naluri bisnis yang kuat, usaha hasil bumi dan ojek semakin berkembang kemudian melirik usaha lainnya. Karena melihat transportasi di Kelubagolit sulit maka Ina Uba dan anaknya melirik ke usaha transportasi. Kebetulan ada orang yang menjual mobil angkutan desa, Ina Uba dan anaknya tertarik membeli mobil tersebut dengan modal pinjam ke LKM sebesar 15 jt,
laporanAkhir2010|PEKKA
mengambil tabungan di kelompok dan pinjam ke saudara, Ina uba dan anaknya membeli mobil angkutan desa tersebut seharga sekitar 50 jt lebih. Mobil tersebut dikendarai sendiri oleh anaknya untuk angkutan desa, kebetulan anak Ina Uba bisa memperbaiki kendaraan sehingga kendaraan terawat dengan baik. Ina Uba dan anaknya saat ini terkenal sebagai orang sukses di desanya dengan memiliki 3 buah motor ojek, 1 buah mobil angkutan desa, usaha hasil bumi semakin besar, meskipun demikian Ina Uba tidak meninggalkan usaha turun-menurun yang menjadi lambang kehidupan yaitu tenun. Bahkan tenunnya semakin dikembangkan benang sulam disimpan cukup banyak sehingga muda jika diperlukan dan juga Ina uba mempunyai beberapa tenaga untuk membuat tenun. Ina Uba dan anaknya yang semula terpinggirkan, ditinggalkan oleh suaminya karena dianggap tidak membuat kehidupan suaminya menjadi lebih baik
56
secara ekonomi telah membuktikan bahwa Ina Uba dapat merubah dunia tanpa suami.
laporanAkhir2010|PEKKA
57
Pekka Klubagolit; mencegah kenakalan remaja melalui pengembangan Band Center Pekka Suara MC terdengar lantang penuh dengan kebanggaan saat mempersilahkan Band untuk tampil di panggung pada acara peresmian Center, tidak lama kemudian para anak-anak remaja dengan percaya diri menaiki panggung sambil membawa peralatan dapur, alat-alat tersebut kemudian dimainkan. Perpaduan dari berbagai alat menimbulkan bunyi indah. Jika terdengar dari jauh tidak menyangka jika bunyi yang indah tersebut keluar dari alat-alat yang dipukul anak remaja berasal dari berbagai alat dapur yang sudah rusak, seperti panci bocor, tutup panci, wajan, dll yang dipadukan dengan botol Aqua menjadi drum band, gendang menggunakan kayu dengan tali-tali yang cara memainkannya di betot. Penonton, para undangan dan yang lainnya memandang haru. Tepuk tangan bergemuruh saat musik berakhir. Dalam perjalanan waktu alat-alat dapur saat ini sudah berganti dengan alat band elektronik berkat kegigihan anak remaja dan ibu-ibu Pekka. Kehidupan remaja sebelumnya kerap nongkrong di pinggir jalan, mengganggu orang lewat, kadang suka minum-minum sampai mabuk, malakin orang lewat dan juga kerap membuat onar. Melihat kondisi tersebut para ibu Pekka mendatangi mereka untuk ngobrol dari hati-ke hati kemudian diajak kegiatan pendidikan. Selanjutnya para anak remaja diberikan pelatihan visi - misi. Dari pelatihan tersebut mereka mengemukakan mimpinya. Mimpi mereka cukup tinggi ada yang bermimpi jadi presiden, dokter, bupati, pemain musik dengan memiliki band sendiri bahkan ada yang bercita-cita sederhana yaitu menjadi supir, tukang kayu. Setelah pelatihan visi - misi lalu anak-anak dikelompokkan sesuai dengan minat. Pada suatu hari program P2DTK (program percepatan daerah tertinggal) menyewa tempat Center untuk pelatihan teknis seperti perbengkelan dengan memperbaiki sepeda motor, dan pelatihan perkayuan membuat mebel dengan peserta utusan dari desa. Ibu
Pekka menggunakan momen tersebut agar anak remaja yang ingin belajar keterampilan teknis dapat diikut sertakan belajar. Karena para remaja bukanlah peserta langsung sehingga hanya melihat proses pelatihan saja. Pelatihan tersebut hanya satu hari sehingga tidaklah banyak ilmu yang didapat tapi cukup untuk memberikan pengetahuan dasar dan memotivasi mereka untuk memperdalamnya. Bagi remaja yang senang musik dilatih belajar musik oleh ibu Pekka yang bekerja sebagai guru musik di sekolahan namanya ibu Boi dan juga di latih vokal. Alat-alat musik memakai organ milik ibu Boi sedangkan gitar didapat dengan cara membeli gitar bekas yang uangnya diperoleh dari penghematan bukubuku beasiswa anak-anak. Karena buku yang dibeli secara bersamaan dalam jumlah banyak maka dapat diskon. Uang diskon ini dibelikan gitar bekas untuk latihan band anak remaja. Selain itu juga dilatih merancang alat musik drum dari panci bekas dan dandang bekas. Untuk meningkatkan kepercayaan diri remaja setiap Pekka ada acara diminta untuk tampil. Jumlah anak-anak remaja yang ikut latihan musik ada 8 orang dan yang belajar vokal ada 2 orang. Latihan Band seminggu 2x setiap malam Minggu dan malam Kamis. Untuk melengkapi alat musiknya setiap tampil di acara Pekka mendapat sumbangan, seperti dari wakil bupati mendapat sumbangan 1 juta yang kemudian dibelikan gitar listrik, pada kunjungan gubernur band remaja mendapat sumbangan 1 juta lalu dibelikan 1 buah gitar elektronik, tampil saat forwil mendapat sumbangan Rp 500,000,- yang kemudian dibelikan gitar bekas sehingga ada 3 gitar. Pada Desember 2009 program pendidikan mendapat bantuan dari Dinas Pendidikan untuk biaya peralatan belajar kejar paket A, KF dan C. Dana tersebut tidak semuanya dibelikan alat tulis tapi sebagian dari swadaya warga belajar, sehingga dari penghematan tersebut dibelikan alat musik drum band yang cukup bagus seharga Rp 5.000.000,- Maka peralatan Band cukup
laporanAkhir2010|PEKKA
lengkap. Anak-anak remaja sangat semangat belajar untuk menggapai mimpinya. Kebanggaan terlihat di raut wajahnya saat anak-anak remaja berlatih. Keinginan keras dibuktikan dengan prilaku yang baik yang mana setiap ada sumbangan dari penampilannya tidak ingin menggunakan uang tersebut untuk dibagi atau membeli di luar kebutuhan musik. Impian untuk mempunyai band sendiri telah tergapai, citacita ke depan agar menjadi musisi yang profesional dan bisa masuk dapur rekaman langkah berikutnya yang akan digapai. Center Pekka saat ini menjadi sebuah wadah untuk pengembangan diri baik ibu Pekka atau remajanya dalam mengembangkan bakat, mereka menyebutnya “ Program Bina Bakat ” Center Pekka sangat bermanfaat untuk belajar berbagai kalangan tidak saja ibu-ibu Pekka tapi juga anak-anak Pekka dan non Pekka baik remaja ataupun anak-anak SD. Anak SD setiap pulang sekolah berlari ke Center untuk belajar komputer. Bagi yang telah bisa komputer diteruskan dengan belajar menulis ataupun puisi. Sebuah bangunan megah yang berada di tengahtengah perkampungan yang sunyi - sepi adalah sebuah tempat atau institut bagi masyarakat Kelubagolit yang haus belajar. Keberadaannya memberikan penerangan, sehingga Center tersebut dapat disebut sebagai sebuah tempat untuk merubah dunia “Habis Gelap Terbitlah Terang”.
58
laporanAkhir2010|PEKKA
59
Inaq Mahsun dari NTB; melawan potret muram angka buta huruf perempuan di NTB Kalau kita dengar anak mencoret-coret ditembok mungkin itu tidak asing lagi, namun jika ada salah seorang ibu peserta belajar KF di Pekka yang bernama inaq Mahsun, umur 60 tahun pekerjaan buruh tani, Inaq Mahsun adalah anggota kelompok Pekka Berjuang Desa Gapuk dusun Batu Mulik, agar tetap selalu ingat dengan membuat coretan hurufhuruf yang diajarkan oleh fasilitator KF pada tembok kamarnya dengan alasan agar setiap saat ingat ketika mau tidur membacanya, dan setiap masuk kamar selalu disempatkan untuk melirik tembok kemudian membaca secara berulang-ulang. Ina Mahsun meskipun usianya sudah tua dan mempunyai kesibukan kerja tapi Inaq Mahsun mempunyai semangat yang tinggi untuk bisa membaca. Inaq Mahsun sadar betul bahwa dirinya akan sulit mengingat sehingga membuat cara-cara agar selalu ingat. Kedengarannya lucu jika orang tua dianggap mencoret-coret tembok Inaq Mahsun menyadari bahwa usianya yang sudah tua sangat sulit untuk bisa mengingat. Untuk mengatasi kelemahannya Inaq Mahsun tanpa merasa malu dianggap seperti anak kecil karena mencoret-coret tembok. Berkat belajar keras Inaq Mahsun menampakkan hasilnya saat ini sudah bisa menulis huruf demi huruf dan tanda tangan. Saat ditanya tentang perasaannya Inaq Mahsun mengungkapkan” saat ini saya sudah bisa baca tulis rasanya senang, sebenarnya dulu pernah belajar baca tulis di PKBM, namun setelah uangnya habis sebentar saja lupa yang diajarkan sudah hilang, saya selalu mengulang pelajaran agar tidak lupa” begitu ungkap Inaq dengan menampakkan wajah ceria. Inaq Hurme begitu biasa dipanggil ibu Pekka yang belajar KF juga, menceritakan pengalamannya bahwa dirinya sebenarnya pernah sekolah sampai kelas IV tapi berhenti karena dia harus duduk di bangku sekolah
bersama anak laki-laki karena bangku terbatas. Kemudian gurunya mencari Inaq Hurme untuk meneruskan sekolah karena seminggu lagi kenaikan kelas. Gurunya selalu mendorong agar Inaq Hurme bisa sampai menjadi guru, namun tidak terbujuk. Saat ini Inaq Hurme sudah lanjut usia dan tidak bisa baca –tulis lagi karena sejak meninggalkan bangku sekolah Inaq Hurme sibuk dengan pekerjaan untuk mempertahankan hidupnya. Pada saat di Pekka ada kegiatan KF Inaq Hurme tergelitik untuk ikut belajar membaca. Inaq Hurme tidak perlu lama belajar karena begitu mulai mengenal huruf teringat lagi dan bisa membaca lagi dengan lancar. Para Pekka di NTB saat ini semangat belajar, ibu-ibu Pekka pada malam hari keluar menenteng buku menuju tempat salah satu anggota Pekka yang dijadikan tempat belajar. Saat musim panen ibu Pekka belajar pada malam hari, Semangat ibu Pekka luar biasa dahulu hidup terpencil tanpa mimpi, saat ini ibu-ibu Pekka banyak teman dan belajar berbagai hal, Mesti perlu waktu lama dan kesabaran, namun ibu Pekka menjalaninya dengan ceria. Ketika tidak ada alat tulis untuk belajar para Inaq dengan senang hati mengeluarkan koceknya untuk membeli alat tulis. Belajar sudah menjadi kebutuhan ibuibu belajar bersama dengan anak SD dan SMP mereka saling menguatkan tidak ada rasa malu untuk belajar bersama. Menurut ibu Pekka NTB dengan bisa membaca dunia terasa lebih luas.
laporanAkhir2010|PEKKA
60
Duka Pekka di Adonara, Resiko Perjuangan Hidup Pekka Cuaca pagi ini sangat cerah tanpa diselimuti oleh suatu tanda-tanda bahaya. Cuaca di laut pun sangat tenang tidak ada laut yang mengamuk di pagi ini sehingga membuat warga masyarakat Ile Boleng untuk takut menyeberang ke Lembata. Hari ini adalah hari Senin 9 Agustus 2010 di Lembata hari ini adalah hari pasar sehingga membuat warga masyarakat di Ile Boleng yang biasa jualan/ papalele di Lembata mereka akan menyeberang ke Lembata melalui jembatan penyeberangan di desa Boleng. Hari ini tidak seperti biasanya, banyak sekali penumpang yang akan menyeberang ke Lembata. Biasanya penumpang motor penyeberangan para pedagang papalele. Tetapi karena ada seremonial adat rumah baru untuk salah satu pegawai di Lembata berasal dari desa Gayak, maka sekitar 35 orang dari desa Gayak ikut menyeberang untuk mengikuti kegiatan seremonial adat tersebut. Salah satunya adalah Beatrix Lipa kader pengorganisasian pertama dari Ile Boleng bersama anaknya Eduardo yang biasa di panggil Edu. Sisanya adalah penumpang yang mau ke pasar di Lembata. Kapal motor Asnita Indah ini belum genap satu bulan berlayar dari pelabuhan Boleng ke pelabuhan Waijarang Lembata. Kapal ini masih baru, dan pada hari ini muatan sangat sarat atau melebihi batas tanpa memikirkan keselamatan penumpang mereka telah mengangkut semua penumpang tanpa memberikan kesempatan kepada kapal motor yang lain. Sang nakhoda Kapal ini menganggap bahwa kapalnya masih baru sehingga bisa memuat penumpang yang sangat banyak. Hari ini semua masyarakat Adonara berduka, dengan tenggelamnya kapal Asnita Indah yang telah menelan korban. Kami Pekka sangat kehilangan 3 orang anggota kami dan salah satu anak Pekka yang duduk di SMP yaitu Beatrix Lipa, Ina Martina Ose dan Tuto Boli (salah satu anggota KPD Boleng) dan Indah Yana. Sedangkan sekitar 6 orang anggota Pekka lainnya yang selamat dari bahaya naas ini karena mereka bisa menyelamatkan diri
dengan berenang. Mereka bisa berenang karena mereka tinggal di pesisir pantai desa Boleng. Tidak hanya anggota Pekka yang lolos tetapi ada sekitar puluhan anak Pekka yang tidak teridentifikasi lolos dari bahaya maut ini. Ini suatu di luar dugaan kita semua, walaupun manusia sudah merencanakan semua dengan baik dan indah namun Tuhan lebih berkuasa dalam hidup ini alias manusia merencanakan Tuhan yang menentukan nasib orang. Walaupun kami sangat kehilangan namun kami selalu berdoa untuk arwah mereka sehingga arwahnya diterima Tuhan yang Maha Kuasa. Mereka (Beti, Ina Ose, dan Boli) sapaan kami mereka adalah perempuan perkasa bagi kami Pekka dan bagi keluarga mereka yang selama ini mereka bekerja siang malam demi anak, keponakan dan saudara-saudaranya. Mereka adalah penopang hidup keluarga. Tapi kini apa yang terjadi? Kini mereka pergi untuk selama-lamanya, mungkin hari ini mereka, kapan kita juga belum tahu entah di mana ajal kita. Beti meninggalkan Edu yang masih duduk di SMPN Ile Boleng kelas III, yang kini tidak punya siapa-siapa. Beti menjadi Pekka karena suaminya meninggal, selama ini dia merawat 2 anaknya. Anak perempuan pertama sudah menikah tinggal Edu yang masih sekolah Kini Beti meninggal dunia Edu ke mana? Sedih rasanya melihat Edu yang periang, baik dan suka menyapa orang yang sudah dikenal lewat mamanya kini seorang diri tanpa bapak dan mama alias yatim piatu. Setiap kali Edu melihat saya bersama ina-ina Pekka, atau berpapasan selalu dia memanggil namun dengan raut sedih mengingat mamanya yang selalu berkumpul dan tertawa bersama kami semua. Edu sekarang masih tetap mengakses dana beasiswa karena dia adalah anak Pekka yang harus dibantu untuk melanjutkan sekolah sampai tamat SMP. Selanjutnya nanti akan dibiayai oleh pamannya. Kami semua tidak bisa berbuat apa-apa karena manusia merencanakan Tuhan yang menentukan. Semoga arwah teman-teman Pekka dan korban yang telah meninggal diterima oleh Tuhan yang maha kuasa di sisiNya. Amin.
laporanAkhir2010|PEKKA
61
Inisiatif masyarakat mengorganisir Pekka di NTB Saat Korlap Lingsar sedang berada di suatu masjid menghadiri acara maulidan di antara banyak anggota masyarakat, datang seorang perempuan muda lajang berusia sekitar 29 tahun yang memperkenalkan dirinya bernama Sumarni. “ Bu Reni, saya ingin masuk dalam kelompok Pekka, dari dulu saya sudah minta, tapi katanya karena orangtua saya masih ada makanya saya tidak boleh. Saya ingin ikut Pekka karena melihat ibu Pekka kok jadi pinter-pinter, tidak tamat SD saja dapat pegang komputer, saya jadi iri, saya merasa kalah dengan mereka, saya berkata dalam hati bahwa saya ini tamat SMA tetapi saya tidak bisa seperti ibu Pekka ini. Saya mau bu Reni...... kerjaan saya selama ini cuma mengajar di PAUD saja. Saya mau aktif bersama ibu Pekka lainnya. Nanti jika boleh, saya mau mengajak janda-janda muda di sini untuk ikut. Kalau tidak mau...... kok bodoh sekali dia tidak mau ikut, saya saja yang masih gadis mau ikut....”, ungkap Sumarni sambil memegang dadanya menunjukkan betapa besar hatinya ingin terlibat aktif dalam kegiatan kelompok Pekka. Keesokan harinya, Reni sedang dalam perjalanan ke kelompok Pekka untuk menjalankan pendampingan rutin. Dalam perjalanan, kembali dia bertemu dengan Sumarni. Dia memanggil dan mulai bercerita: “Bu.... saya sudah ajak 3 orang janda muda di sana dan mereka bilang mau ikut kelompok Pekka. Katanya dari dulu sebenarnya mereka mau ikut kelompok Pekka, tetapi malu karena dirinya masih muda sedangkan ibu Pekka lainnya sudah tua-tua.....”. Demi mendengar penuturan Sumarni, Korlap tersenyum dan memberikan isyarat bahwa pintu Serikat Pekka terbuka bagi dia dan temannya. Dengan senyum bahagia, Sumarni mengizinkan Korlap untuk meneruskan perjalanannya. Desa di mana Sumarni tinggal ada kelompok Pekka yang bernama Satu Hati. Seperti yang disampaikan Sumarni, anggotanya sebagian besar sudah tua-tua, tetapi memiliki semangat tinggi. Dari kegiatan simpan pinjam mereka rajin menyetor, taat mengikuti peraturan.
Hanya saja terbatas dalam pemberian materi mungkin karena usia mereka yang tergolong tua-tua. Permintaan untuk membentuk kelompok atau menjadi anggota kelompok Pekka datang juga dari staf desa. Suatu hari Korlap bertemu dengan 2 staf desa yang masih tergolong usia muda antara 25 – 28 tahunan, ibu muda dengan anak 1. Mereka juga bilang bangga dengan ibu Pekka, di saat ada rapat desa di kantor desa, ibu Pekka rajin datang dan selalu mengusulkan sesuatu. “Ibu Pekka kalau bicara di rapat tidak pernah malu, mereka beraniberani..... Pokoknya mbak,....kalau ada perempuan yang bicara di rapat desa... pasti dah ibu Pekka itu. Apalagi itu tuh....Inaq Nardina, dia selalu membuat orang tertawa karena lucu cara ngomongnya, tetapi pendapatnya bagus.... Saya mau ikut berkelompok Mbak. Apakah saya boleh ikut menjadi anggota kelompok Pekka Mbak.....?”, tanya kedua staf desa tersebut dengan antusias penuh harap yang kemudian diiyakan oleh Korlap. Jawaban Korlap membuat matanya berbinar-binar bahagia. Itu pengalaman yang dialami Korlap Lingsar di lapangan, yang juga dialami beberapa Korlap lainnya. Permintaan membentuk kelompok atau ingin ikut menjadi anggota kelompok terus berdatangan. Di satu sisi, Korlap merasa senang di mana ada antusiasme anggota masyarakat untuk masuk kelompok karena ingin pintar seperti anggota Pekka yang sudah didampingi selama ini. Berarti kehadiran Pekka semakin diakui dan dampaknya sudah dirasakan oleh masyarakat. Disisi lain, terbayang kesibukan yang harus dihadapi oleh Korlap, karena di awal pembentukan kelompok baru maka akan banyak kegiatan yang harus dilakukan. Namun Korlap tidak ingin mengecewakan semangat mereka untuk berkelompok, ini juga pertanda satu keberhasilan pendampingan kepada ibu Pekka selama ini. Kesulitan 8 tahun yang lalu saat mensosialisasikan Pekka sirna sudah, kesulitan demi kesulitan yang dihadapi mulai dari
laporanAkhir2010|PEKKA
sindiran, pandangan meremehkan, dan senyuman negatif tidak ditemuinya lagi
62
sekarang.
Ramlah dari NTB; “Terimakasih Pekka, hidupku berubah” “Saya berterimakasih kepada Pekka, karena sejak masuk kelompok saya banyak perubahan, banyak masyarakat bilang, kok hidup sendirian tidak ada yang bantuin cariin uang tapi inaq Ramlah bisa menyekolahkan 2 anak laki-lakinya sampai SMP dan SMA ya.... Dia saja bisa, artinya kita juga bisa menyekolahkan anak kita”, demikian Ramlah mengawali ceritanya kepada Korlap Pekka bagaimana masyarakat sekitarnya menilai dirinya. Ramlah adalah salah satu kader Pekka di NTB khususnya dari kecamatan Lingsar. Ramlah meneruskan ceritanya : “Sekarang ini mbak Reni, saya PD jalan ke mana saja, ke rumah anggota untuk melihat usaha kolam ikan mereka. Biarpun saya ketemu mantan suami, saya tersenyum dan pandangan saya tetap lurus ke depan. Tidak ada rasa sedih atau minder lagi. Justru sekarang mantan suami saya yang nunduk dan tidak negur saya. Beda dengan dulu, kalau dulu saya ketemu mantan suami saya nunduk, malu, benci, sedih, perasaan terhina dan perasaan dibuang”. Perasaan demikian begitu mengganggunya sampai-sampai Ramlah tidak berani keluar rumah, dia pikir-pikir dulu bila hendak keluar rumah. Takut bertemu dengan mantan suaminya atau istri suaminya yang baru. Mantan suami Ramlah adalah sopir angkot, namun selama menjadi suaminya tidak pernah memberikan uang belanja, apalagi uang sekolah bagi anaknya. Sedangkan Ramlah sendiri adalah buruh petik kangkung dengan pendapatan pas-pasan. Pakaiannya tidak pernah ganti, walaupun bersih tapi jelekjelek. Ramlah sangat minder, namun mengingat anaknya harus makan maka mau tidak mau Ramlah keluar rumah mencari lahan kangkung untuk dipetik. “Saya malu...terlebih bila ketemu istri baru mantan suami, dengan dandanan yang jauh lebih bagus dari saya. Karena saya dekil, hitam, tidak punya baju ganti. Sepanjang jalan saya
menunduk, merasa terhina. Saya sering cari jalan lain agar tidak bertemu dengan mantan suami dan istrinya. Tapi sekarang...... besar sekali perubahan saya. Alhamdulillah... sekarang kalau saya keluar rumah di kampung ini dan ketemu istri baru suami justru sebaliknya, giliran dia yang nunduk, tidak menyapa saya, dan nampaknya dia malu mengangkat muka saking malunya dia”, ungkap Ramlah menerawang jauh kepada kenangan masa lalunya. Ramlah yang sekarang sudah beda. Dia kelihatan PD, bajunya bagus-bagus, tidak kumel lagi seperti dulu, masyarakat menyapanya dengan baik dan ramah. Banyak anggota masyarakat yang bangga pada perubahan yang terjadi pada dirinya dan bangga dengan kelompok Pekka-nya. Bila Ramlah sedang jalan di kampungnya, kadang kala terdengar sepintas komentar orang yang dia temui di jalan saat hendak ke kelompok Pekka “Eh....itu kan pengurus Pekka, hebat dia....berpengalaman, biar pakai kain atau sarung, dia suka ke Jakarta, ke pemerintah Mataram, semua anggotanya punya usaha, kalah kita yang laki-laki”. Ramlah tersenyum mendengar komentar mereka. Tebersit rasa senang demi mendengarnya. Sekarang, hatinya berseri-seri menyongsong matahari bersinar kembali........ merasakan kehangatan menusuk- nusuk kulitnya dibalik kain sarung yang dia kenakan.
laporanAkhir2010|PEKKA
63
Kak Yun; kekecewaan terhadap janji manis aparat pemerintah Kak Yun, demikian biasa teman - teman memanggilnya. Awal tahun merupakan saat yang penting di mana kader Pekka terlibat dalam kegiatan musrenbang di kecamatannya. Bersama dua orang kader lainnya Kak Yun menghadiri proses musrenbang di tingkat kecamatan. Dia sebagai wakil perempuan khususnya Pekka mengusulkan untuk mendapatkan jamkesmas bagi masyarakat kurang mampu khususnya bagi ibu Pekka. Dalam musrenbang kecamatan saat itu hadir staf dari Dinas Kesehatan yang memberikan respons dengan segera. “Ibu, tanggal 15 kami akan melakukan pendataan ulang, tolong ibu datang saja ke kantor kami. Ibu bisa memperbaiki data yang akan kami ajukan”. Demi mendengar jawaban staf Dinas Kesehatan tersebut, kak Yun sangat senang dan membayangkan ibu-ibu Pekka akan sangat bahagia karena impiannya memperoleh jamkesmas akan segera terwujud. Sehingga kesulitannya selama ini dalam hal kesehatan akan segera tertangani. Selesai pertemuan, kak Yun dengan semangatnya pergi ke Korlap dan memberitahukan informasi yang baru diperolehnya. Bersama Korlap dia merencanakan pengumpulan data anggota kelompok Pekka yang belum memiliki jamkesmas. Dalam beberapa hari dia dan beberapa kader lainnya berkeliling ke kelompok mendatangi ibu Pekka untuk mendata mereka yang belum memiliki jamkesmas. Berkat kerja keras dan semangat kuat, kak Yun bersama beberapa kader berhasil mengumpulkan nama-nama anggota kelompok Pekka yang belum memiliki jamkesmas. Dengan mantap dan keyakinan penuh, data yang terkumpul dibawanya ke kantor Dinas Kesehatan. Sesampainya di sana, bertemu dengan seorang staf yang bertanggung jawab mengurus Jamkesda. Sambil menunggu bapak yang dituju, kak Yun berbincang tentang
jamkesda secara kemungkinan ibu jamkesda dan mendapatkannya.
panjang lebar dan Pekka memperoleh bagaimana cara
Dari perbincangan ini dapat disimpulkan bahwa upaya mereka membawa data ke Dinas Kesehatan nihil. Karena data yang dipakai oleh Dinas Kesehatan dalam menentukan anggota masyarakat untuk dapat jamkesda adalah data yang diperolehnya dari kepala desa di masing-masing desa. Plafon per desa berbeda-beda tergantung pada jumlah masyarakat yang sudah menerima jamkesmas. Sebagai informasi jamkesmas bersumber dari dana pemerintah pusat, sedangkan dana jamkesda berasal dari APBD. Per desa sudah ada plafon maksimum jumlah peserta yang berhak memperoleh jamkesda. Bila masyarakat yang mendapat jamkesmas sudah banyak maka hanya sedikit anggota masyarakat yang dapat memperoleh jamkesda, demikian juga sebaliknya. Demi mendengar jawaban staf yang baru dikenalnya ini tidaklah menjanjikan apa-apa, terbayang bahwa belum tentu mereka berhasil mendapatkannya. Akhirnya rombongan kader Pekka dapat bertemu dengan staf yang ditunggu-tunggu selama beberapa jam. Saat bertemu, kak Yun sebagai juru bicara mengutarakan maksud kedatangannya untuk menyampaikan data tentang ibu Pekka yang belum mempunyai jamkesmas. Staf yang ditemuinya berbicara sebentar dan menyarankan kak Yun untuk menemui staf yang bertanggung jawab mengurus jamkesmas ini. Mereka diantar ke ruangan staf lain, sesampainya di ruang yang dituju ternyata staf yang dimaksud adalah staf yang tadi telah mereka temui sebelumnya. Demi melihat yang dimaksud, lemas sudah harapan kader Pekka ini untuk mendapatkan jamkesda. Karena sebelumnya mereka telah berbincang-bincang dan hasilnya nihil. Benar saja, jawaban staf tersebut seperti yang sudah dijelaskan panjang lebar sebelumnya. Dengan
laporanAkhir2010|PEKKA
kecewa mereka pulang ke rumah, harapan mendapatkan jamkesmas hilang sudah. Beberapa waktu berselang, Kak Yun mendapat undangan dari JARI (LSM yang fokus pada advokasi anggaran) dalam acara Workshop yang bertema Penguatan jejaring untuk pemantauan MDGs. Kabupaten Kubu Raya. Dia bertemu dengan staf Dinas Kesehatan yang dia kenal di musrenbang. Dia berusaha untuk tersenyum dan menyapanya saat bertemu. Namun Bapak yang disapanya terlihat begitu gugup dan pucat demi melihat Kak Yun. Apakah mungkin karena takutnya dia akan ditanya tentang jamkesda yang pernah dia usulkan? Atau apakah dia takut karena kak Yun akan menanyakan hal jamkesda kepada Bapak Bupati yang saat itu bertindak sebagai narasumber workshop?. Selama workshop berlangsung, bapak yang dikenalnya itu bolak balik ke kamar mandi dan terlihat tidak tenang takut bertemu dengan dirinya. Saat diskusi kelompok,ternyata kak Yun satu kelompok dengannya. Melihat sikap dan perilaku bapak tersebut, Kak Yun sebenarnya merasa iba dan kasihan dengannya. Tapi apa boleh buat, nasi sudah menjadi bubur, tidak ada yang bisa Kak Yun lakukan. “Ini bukan salahku...... Aku kan hanya menjalankan sesuai apa yang dia sampaikan. Kenapa pula dia menjanjikan hal itu kalau akhirnya tidak bisa dia penuhi. Apa dia berkata manis kepadanya karena dia waktu itu berada di depan para pejabat daerah dan di depan banyak orang?” demikian Kak Yun berkata kepada dirinya sendiri untuk menghiburnya saat perasaan tidak enak mengusik hatinya.
64
laporanAkhir2010|PEKKA
65
“Hari Pertama Kerja di Center Pekka....” Hari Kamis adalah hari yang teristimewa bagiku. Aku bangun tidur lebih pagi dari biasanya. Aku cepat memulai pekerjaan rutinku di pagi hari seperti menyiapkan sarapan untuk diriku dan tidak lupa pula memberi makan kambingku. Perasaan aneh mulai menjalar di hatiku …. Karena, hari ini aku akan mulai kerja sebagai karyawan di Center Serikat Pekka Lodan Doe, sebenarnya ini Centerku sendiri. Namun sejak pengurus Serikat memberi kepercayaan tugas kepadaku, aku tidak bisa menolaknya. Hari ini, hari pertama aku bekerja di Center Pekka sesuai kesepakatan rapat Serikat Pekka Lodan Doe. Aku sempat tersenyum tersipu membayangkan hal ini. Cepat kusambar handuk dan bergegas ke kamar mandi. Aku berpakaian rapi dan kurias diriku sedikit agar terlihat segar. Sambil mematut diriku di depan cermin aku bernyanyi kecil sebuah lagu yang tidak berjudul. Aku lihat dari jendela seseorang memasuki halaman center. Dia juga seperti aku yang baru saja dinobatkan menjadi karyawan Center Lodan Doe. Kami berdua dipilih dan dipercaya Serikat Pekka menjadi “karyawan Center” demikian mereka menyebutnya. Aneh juga kedengarannya. Dia memasuki ruangan dengan langkah yang santun dan rapi tersenyum kepadaku. Akupun jadi spontan ingin menirunya berlaku santun dan rapi seperti dirinya. Bergegas aku meniru penampilannya dan aku tertawa dalam hati. “Selamat pagi teman, bagaimana kabarnya hari ini?” sapaku sesopan mungkin kepadanya. Dia menjawab: “Pagi….. ayo cepat kurang lima belas menit kita harus mulai kerja, sesuai kesepakatan”. Selesai berdoa, ternyata waktu sudah menunjukkan jam 9 tepat, saatnya kami berdua harus mulai bekerja. Terpaksa sarapan pagi yang aku siapkan tadi aku lewatkan karena tidak sempat lagi. Padahal biasanya aku paling tidak tahan melewatkan sarapan pagi. Meskipun Center ini milik Serikatku, dan aku tinggal di Center ini, namun aku berusaha untuk disiplin. Aku yang biasanya bangun siang, karena tugas ini aku berjanji bangun pagi, namun tetap saja sedikit kesiangan. Aku mulai dengan membersihkan ruangan, meja dan kursi, merapikan buku-buku dan
duduk di kursi. Aku bingung apa yang harus aku lakukan. Aku tidak tahu harus memulai dari mana. Akhirnya tidak tahan, aku berteriak kepada empat temanku lainnya yang samasama tinggal di Center ini. Mereka tertawa meledekku sambil memegang perutnya menahan geli. Salah satu di antara mereka berkata: “Sudahlah teman.…. kau pantasnya kerja di lapangan saja menggembala kambingmu, sepertinya tidak cocok duduk dibalik meja seperti itu”. “Iya nih….. aku rasa begitu, enakkan di lapangan bebas bergerak….”. Akhirnya pecahlah derai tawa kami bersamasama. Memecah kesunyian di pagi hari itu. Seorang teman berdiri di belakangku menyodorkan sehelai kertas sambil berkata: “Cepat kau selesaikan tugas ini. Rekap namanama kader dari tahun 2002 ini sampai sekarang”. Kuterima pekerjaan itu dengan senang hati dan bersyukur akhirnya aku dapat pekerjaan. Waduh…. ternyata kerja dibalik meja begini gampang-gampang susah ya….. apalagi kalau di kantor beneran seperti orangorang di kota besar ya. Baiklah .… aku coba jalani dahulu amanat ini. Sore hari saatnya akhir dari jam kerjaku, akhirnya semua berjalan dengan lancar sebagaimana mestinya. Lega benar rasanya...... Itulah sepenggal tulisan ungkapan perasaan seorang kader Pekka dari Kecamatan Lodan Doe, NTT yang dipercaya oleh Serikat Pekka untuk menjadi “karyawan” di Center mereka. Serikat Pekka Lodan Doe mulai serius dalam mengelola Center. Mereka memilih lima orang kader terbaiknya dan memberi amanat untuk menjalankan tugas administrasi di Center Serikat Pekka. Serikat Pekka menyisihkan biaya dari dana operasionalnya untuk membayar lima orang kader ini untuk bekerja di Center. Sementara itu, orang yang tinggal di Center dan mengurus segala sesuatunya diberikan imbalan satu karung beras per orang per bulan. Dana operasional Center diperoleh dari berbagai sumber seperti keuntungan usaha menyewakan terpal, kursi, mesin parut kelapa, uang sewa kios pasar senja, jasa simpan pinjam LKM, dan iuran dari kelompok Pekka yang menjadi anggota Serikat Pekka.
laporanAkhir2010|PEKKA
66
Abdi ka sakolah deui......... (Saya sekolah lagi) Pingsan setelah dialog dengan Dewan Di rumah pak Aep di desa Sindang Jaya, Cianjur Jawa Barat, terlihat begitu ramai dipadati banyak anak-anak dan ibunya yang berpakaian rapi dan beberapa orang nampak berpakaian baru. Di dalam rumah begitu masuk pintu depan, di satu dinding yang menghadap ke pintu keluar dihias cantik dengan kain satin warna putih di sana sini dihiasi bunga dengan daun yang masih segar baru dipetik dari kebun. Terlihat juga beberapa orang nenek-nenek berusia di atas 55 tahun ikut hadir di tengah-tengah mereka. Wajah nenek inipun terlihat bahagia. Wajah mereka yang hadir di rumah tersebut nampak cerah dan memancarkan kebahagiaan. Hari itu adalah hari “samen” begitu biasanya orang Sunda menyebutnya. Samen adalah hari wisuda bagi yang lulus sekolah atau hari kenaikan kelas. Yah...hari itu adalah hari wisuda anak PAUD Pekka yang sudah selesai mengikuti pelajaran selama 1-2 tahun. Mereka siap untuk memasuki Sekolah Dasar. Sementara itu, nenek-nenek yang hadir juga akan diwisuda karena telah selesai mengikuti program KF yang dikelola Serikat Pekka. Mereka dinyatakan selesai karena sudah dapat membaca dan menulis. “Abdi sakolah deui euy...... dinten ieuy samen. Belum pernah saya ikut samen, tapi sekarang ini bisa ikutan. Rasanya seneng sekali bisa ikut samen seperti anak sekolah”, demikian ungkapan salah satu peserta KF dengan bahagianya. Berdiri berdampingan di depan bersama anak-anak PAUD yang sedang diwisuda. Suatu kebanggaan baginya yang tidak pernah ikut acara wisuda semasa dirinya muda dahulu.
Seorang ibu anggota Serikat Pekka Larantuka yang berasal dari Kecamatan Demon Pagong pingsan setelah mengikuti acara dialog dengan anggota DPRD Flores Timur, NTT. Anggota Pekka lainnya sempat dibuat panik saat mengetahui bahwa seorang ibu Pekka pingsan, takut terjadi hal yang serius dan fatal. Dengan berbagai cara diupayakan untuk membantu ibu yang pingsan ini agar terbangun dari pingsannya. Akhirnya mereka berhasil membuat ibu tersebut kembali siuman. Sewaktu ditanya kenapa dia pingsan, terkejutlah seluruh anggota yang mendengarnya dan hilanglah kekhawatiran yang sedari tadi menyelimuti wajah-wajah mereka. Ternyata dia pingsan karena saking senangnya bisa ikut dialog dengan anggota DPRD dan merasakan duduk di kantor DPRD, bertatap muka dan berdiskusi dengan mereka. “Bagaimana aku tidak senang, selama ini aku hanya bisa membayangkan seperti apa sih kantor DPRD itu. Aku tidak pernah bermimpi bisa ke sana. Saking bahagianya sampai aku tidak bisa menahan diri, akhirnya membuat aku tidak sadar”, demikian akunya sambil tersenyum tersipu. Tertawa keras pecah saat ibu tersebut selesai berbicara. Ternyata pingsannya karena rasa bahagia yang terlalu berlebihan. “Ada - ada saja.....kami semua sudah khawatir bukan kepalang dibuatnya. Lain kali kalau mengadakan acara dialog seperti ini harus hati-hati dan siap-siap, siapa tahu ada yang pingsan lagi. Tetapi apabila terjadi lagi paling tidak sudah tahu dan bisa mengantisipasi”, celetuk salah satu pengurus Serikat yang tadi sempat pucat wajahnya karena khawatir.
laporanAkhir2010|PEKKA
67
Calon ketua RT
Aku tidak punya siapa-siapa lagi.........
Ibu Bainah dari Kalimantan Barat direkomendasikan warganya untuk menjadi ketua RT. Warga berinisiatif membuat surat permohonan yang ditanda tangani oleh seluruh warga dan mengusulkan Ibu Bainah menjadi ketua RT yang baru. Warga mempercayakan ini kepada Ibu Bainah karena mereka menganggap Ibu Bainah memiliki wawasan yang lebih luas dibandingkan warga lainnya. Dan dia pantas untuk dijadikan pemimpin dibandingkan ketua RT yang sekarang.
Hari itu merupakan hari pertama masuk anakanak dalam kelompok belajar anak. Kegiatan diawali dengan pertemuan menggali bakat. Anak-anak diminta untuk menuliskan namanya, nama orangtua, cita-cita dan keinginannya. Secara bergiliran, anak-anak maju ke depan membacakan apa yang dituliskannya di hadapan teman-teman lainnya.
Namun sayang, Ibu Bainah menolak untuk dijadikan ketua RT karena merasa tidak nyaman jika harus menghadapi warganya yang laki-laki pada waktu malam hari. Karena dia tinggal berdua dengan anak laki-lakinya yang masih kecil. Ibu Bainah merasa tidak nyaman dan takut orang akan membicarakan dirinya jika ada warga laki-laki yang datang ke rumahnya di malam hari untuk mengurus halhal yang berkaitan dengan jabatannya sebagai ketua RT. Begitulah budaya yang masih ada di lingkungan Ibu Bainah tinggal. Sebagai seorang perempuan dia merasa tidak nyaman jika harus berurusan dengan laki-laki dan dirinya ingin menjaga agar tidak menjadi bahan pergunjingan warga sekitarnya. Budaya seperti inilah yang sering kali harus dipertimbangkan oleh anggota Pekka saat mereka dipercaya menjadi pemimpin lokal di wilayahnya. Meskipun dirinya mampu untuk jadi pemimpin, namun budaya sekitarnya belum sepenuhnya mendukung.
Giliran jatuh pada satu anak laki-laki yang bernama Opin. Dia maju ke depan dengan membawa kertasnya yang masih kosong. Dia terlihat ragu untuk memulai berkata-kata. Terlihat wajahnya begitu sedih dengan mata berkaca-kaca. “Kak....saya tidak tahu apa yang harus saya tulis di kertas ini. Saya tidak tahu siapa orangtua saya, tanggal lahir saya. Saya sejak kecil diasuh nenek. Saya hanya tahu nenek saya saja. Sekarang nenek sayapun sudah meninggal. Saya tidak punya siapasiapa lagi. Saya hidup menumpang dari satu rumah ke rumah yang lain. Betul Kak....saya tidak tahu siapa orangtua saya....”. Selesai mengungkapkan perasaannya Opinpun tidak kuasa menahan air matanya, dia menangis sedih dengan air mata jatuh bercucuran. Demi melihat Opin seperti itu, kader dan PL yang hadir dan memfasilitasi pertemuan anakanak ini ikut prihatin dan hanya bisa menarik nafas panjang. Dengan berat hati dan menahan sekuat tenaga agar air mata tidak ikut jatuh maka seorang kader berkata menenangkan Opin: “Jangan khawatir Opin, suatu saat orangtuamu akan datang dan mencarimu. Walaupun kamu tidak ada orangtua janganlah bersedih karena di Center ini kamu punya banyak teman dan banyak ibu Pekka. Anggaplah mereka sebagai keluargamu. Yang penting kamu belajar dengan baik dan tidak boleh bersedih lagi. Kakak yakin kamu dapat berhasil, sehingga apabila bertemu dengan orangtuamu, mereka akan bangga dengan dirimu”. Terlihat Opin mengangguk perlahan mengiyakan. Mata Opin kembali berbinar menatap ke depan penuh harapan.
laporanAkhir2010|PEKKA
68
Membangun Center, Kekuatan Tekad dan Gotong Royong Uang seribu rupiah yang tidak berarti banyak saat ini, ternyata oleh kelompok Pekka dapat membangun sebuah Center. Dengan tekat yang bulat untuk memiliki satu tempat berkumpul yang besar dan memadai maka kelompok Pekka di NTB sepakat untuk berswadaya mengumpulkan uang 1.000 per bulan per orang. Hal ini dilakukan mencontoh dari pengalaman kelompok Pekka di NTT. Uang yang dikumpulkan dipakai untuk membeli bahan bangunan dan membayar tukang. Setiap proses pembangunan selalu saja membuat panitia dan pengurus kelompok serta kader deg-degan dengan tagihan bahan bangunan dan upah tukang, yang mau tidak mau memeras pikiran dari mana harus mencari dana. Akhirnya pilihan terakhir adalah berhutang. Pada saat pembangunan dinding selesai dan memulai membangun atap dana habis. Kayu usuk untuk atap belum ada dananya. Panitia tidak kehabisan akal, mencari kawan kawan saat mereka menjadi buruh bangunan. Teman sesama buruh ini dapat membantu mencarikan toko untuk berhutang kayu, kaca jendela, grendel dan pegangan kunci. Berkat rekomendasi seorang anak ibu Pekka yang menjadi penjaga di sebuah toko bangunan akhirnya dapat berhutang dengan dasar kepercayaan. Pada saat memulai atap bangunan, kepala tukang meminta agar dilakukan upacara adat selamatan yang merupakan kepercayaan masyarakat bahwa jika bangunan telah sampai pada pengerjaan atap bangunan, maka harus memotong ayam di atap bangunan yang akan dipasang, pemotongan dilakukan oleh tukang. Tujuan dari ritual ini adalah untuk mengganti nyawa yang akan hilang, sehingga tukang bangunan yang akan mengerjakan bagian atap terhindar dari bahaya terjatuh dari atap. Walaupun tidak setuju dengan alasan tersebut, namun demi ketenangan hati para tukang, dilaksanakan juga acara pemotongan ayam di atas atap.
Dan tentu saja pengeluaran ini menjadi dana ekstra di luar dugaan. Pengerjaan terakhir dari pembangunan adalah pemasangan plafon, lagi-lagi panitia bingung mencari dana. Sebenarnya hanya sedikit sekitar 1.000.000. Di tengah kebingungan ada sebuah toko dekat Center yang menawarkan diri memasang plafon dengan cara berhutang. Dengan malu-malu panitia meminta hutang bahan bangunan lain seperti daun pintu. Selama pembangunan berjalan, banyak masyarakat berdecak kagum tidak percaya dan berkomentar “Mengapa Pekka bisa membangun Center sebesar ini ya….. Mengapa Pekka bisa punya kantor ya, padahal dia kelompok perempuan, janda pula, tetapi bisa ya. Satu –satunya kelompok masyarakat yang dapat membuat kantor adalah kelompok Pekka. Wah… kantor desa kalah nih… “. Kader lain menambahkan, “Mba Reni, banyak masyarakat tidak percaya dengan kita bahwa kita membangun Center ini dengan dana kita sendiri. Masyarakat berkata: masak sih tanah seluas itu pekka beli sendiri. Masak sih bangunan sebesar itu Pekka swadaya. Tidak percaya.... pasti ada dana dikasih pemerintah”. Lalu dijawab kader: “Ada bantuan 60 juta, tapi mana cukup dana segitu, tanah itu saja kita beli dengan dana kita sendiri. Memang sih dana kita dulu dikasi pinjam untuk diputar di kelompok sekecamatan. Hasil perputaran dana tersebut berkembang dan menjadi besar. Hasil dari perkembangan dana itu dipakai untuk membeli tanah dan sebagian kita pakai untuk membangun. Selain itu juga setiap anggota Pekka mengumpulkan uang Rp 500-1.000 tiap bulan. Nah....dana ini yang dipakai untuk membangun Center kami ini..........“. ”Mba, sejak dibangunnya Center kita ini, banyak yang menyapa saya dengan hormat, mereka bangga dengan kelompok Pekka, dan saya merasa tersanjung. Masyarakat bilang: oh…. ternyata Pekka ini tidak hanya sekedar
laporanAkhir2010|PEKKA
berkelompok ya. Ternyata Pekka - Pekka ini pikirannya jauh sekali, mereka tidak hanya sekedar berkelompok, tetapi mereka benarbenar berjuang dan memikirkan 10 tahun ke depan”. Ungkap kader bangga meniru ucapan masyarakat. Ada satu ibu anggota Pekka yang berusia lanjut, dengan semangatnya bertanya pada Koordinator Lapang: “Mba..kapan kita diajak ke pembangunan kantor? Walaupun saya sudah tua, tapi saya ingin datang ke sana sekedar membantu mengangkut tanah urug. Bawa kami semua ke sana dalam 1 mobil mbak. Saya ingin lihat kantor kita, biar kami bayar ongkos sendiri kami mau..”. Ternyata anggota yang tua ini juga ingin melihat kantor Pekka. Mungkin karena dia termasuk yang dimintai sumbangan uang dan pasir 1 karung sebelum mulai pembangunan dan 2 karung saat pembangunan berjalan. Tidak heran jika banyak anggota yang penasaran dan ingin melihat kantor mereka. Walau babak-belur dan bermodal nekat membangun Center, banyak pelajaran berharga yang diperoleh pengurus dan kader. Di saat dana tidak ada sama sekali, sementara pembangunan harus berjalan, kebersamaan amatlah berharga, kepedulian seluruh anggota kelompok sangat terasa, masingmasing anggota kelompok berduyun-duyun menyerahkan dana swadaya untuk pembangunan Center. Pembangunan fisik sebagai simbul kekuatan kelompok, menunjukkan eksistensi kelompok dan menumbuhkan kepercayaan masyarakat akan tujuan kelompok. Pembelajaran bagi masyarakat bahwa dana swadaya dapat diwujudkan. Ini menjadi contoh bagi mereka, agar mereka mau bergerak, berkegiatan, saling menghormati dan menghargai. Ibu Pekka dengan kemampuan sendiri dapat berjuang untuk diri sendiri merubah kehidupan menjadi lebih baik.
69
laporanAkhir2010|PEKKA
70
Pengalaman Mengurus Akta Kelahiran “Saya beberapa kali mondar-mandir ke kantor Catatan Sipil Mbak. Mengurus akte kelahiran anak-anak yang mau masuk sekolah. Sekarang akte kelahiran menjadi syarat masuk ke sekolah. Hari ini saya diminta tetangga untuk mengurus Akte Kelahiran anaknya. Tetangga saya ini suami istri bekerja jadi tidak sempat mengurus sendiri dan mereka meminta saya menguruskannya”, ujar Ibu Imas sambil menyerahkan berkas yang akan dibuat akta kelahirannya kepada petugas di loket penerimaan. Ibu Imas sebagai salah satu kader Pekka Cianjur sibuk mengurus berbagai aktivitas Serikat Pekka. Pada hari itu, sambil menemani Seknas berkunjung ke Kantor Catatan Sipil Cianjur, Ibu Imas membawa berkas permohonan akta kelahiran yang akan diurusnya. Sejak ada sosialisasi tentang pentingnya Akta Kelahiran sebagai dokumen diri bagi setiap warga negara Indonesia di anggota kelompok Pekka dan masyarakat sekitarnya, maka mereka berminat mengurus Akta Kelahiran anak-anak mereka. Mereka meminta pengurus Serikat Pekka untuk mengoordinir pembuatan Akta Kelahiran ini. Karena selain mereka tidak tahu prosedur dan ke mana harus pergi, transpor juga menjadi salah satu pertimbangan penting. Mereka berhitung, jika diurus secara kolektif maka biaya transpor bisa ditanggung bersama sehingga terasa ringan. Ibu Imas bertugas mengurus pembuatan Akta Kelahiran secara kolektif ini karena dia sudah biasa pergi ke kantor catatan Sipil dan mengetahui prosedurnya. Sejak dia terlibat aktif dalam kegiatan MSF Hukum di Kabupaten Cianjur, dia kenal dengan staf dari kantor pemerintahan dan tidak sungkan lagi
keluar masuk kantor pemerintahan untuk berbagai urusan. “Sejak ada MSF ini Mbak, kami masyarakat miskin terutama ibu Pekka sangat terbantu, tidak hanya dalam hal urusan terkait Akta Kelahiran tetapi juga dalam mengurus surat perkawinan melalui sidang keliling”, kata Ibu Imas sambil meninggalkan loket dan menerima Akta Kelahiran anak tetangganya yang sudah jadi. Sambil berjalan meninggalkan halaman Kantor Catatan Sipil, Ibu Imas melanjutkan kata-katanya: “Coba Mbak, ini saya bisa mengurus Akta Kelahiran hanya dalam waktu 1 hari saja. Mudah kan..... itulah Mbak, kami merasa beruntung sekali MSF di sini sangat perhatian. Kami Serikat Pekka berharap ini terus terjadi, sehingga masyarakat tidak kesulitan dalam mengurus Akta Kelahiran dan surat-surat lainnya terkait dengan perkawinan mereka”. Pada periode ini ibu Pekka sibuk mengurus Akta Kelahiran bagi anaknya. Karena Juni – Juli merupakan tahun ajaran baru sekolah di berbagai jenjang. Di pihak lain, kader dan pengurus Serikat Pekka terus melakukan pendataan terhadap anggota Serikat Pekka dan masyarakat sekitarnya yang perlu mengurus Akta Kelahiran bagi anak-anaknya. Kegiatan lain yang dilakukan adalah pemberian materi hukum kepada anggota Serikat Pekka dan masyarakat sekitarnya, pelatihan, dialog, pengumpulan data permohonan gugat cerai, itsbat nikah melalui prodeo dan sidang keliling.
laporanAkhir2010|PEKKA
71
Buah dari suami yang pencemburu Tiah, warga dukuh Wangon, Kecamatan Ketanggungan, Brebes. Tiah sudah menikah dan seorang laki-laki yang berbeda usia cukup jauh. Wajah cantik dan usia muda inilah rupanya yang menyebabkan suaminya menjadi sangat cemburu. Suaminya melarang dia keluar rumah hanya karena begitu cemburunya terhadap dirinya. Bahkan saat adiknya meninggal dunia, Tiah tidak diizinkan pulang menengok jenazah adiknya. Dia nekat pulang ke rumah orangtuanya tanpa mendapat izin dari suaminya. Dia sekarang tinggal bersama orangtuanya dengan tujuan menenangkan dan mengamankan diri. Tiah tinggal di rumah orangtuanya dan pisah ranjang dari suaminya. Suatu hari dia datang kembali ke rumahnya di Subang atas permintaan suaminya karena ada beberapa hal yang harus dibicarakan bersama. Ketika Tiah meminta suaminya agar datang ke rumah orangtuanya, suaminya mengatakan dia yang harus datang ke rumah suami di Subang karena pekerjaan suami tidak bisa ditinggalkan. Beberapa saat setelah di Subang, suaminya mengajak Tiah untuk berbicara di dalam kamar dengan alasan menghindar dari anak-anak. Karena merasa tidak aman, Tiah menolak, namun suaminya meyakinkan dirinya dengan berkata: ”Memangnya kenapa? Toh kita masih berstatus suami-istri kan”. Akhirnya Tiah mengikuti kemauan suaminya, agar semua permasalahan segera dapat diselesaikan. Setelah mereka berdua masuk, suaminya segera mengunci pintu kamar dan melemparkan kunci tersebut ke bawah tempat tidur. Perasaan Tiah mulai tidak karuan dan khawatir akan keselamatan dirinya. Suaminya kemudian mencekik dirinya dengan tangan
yang satu dan tangan yang lain mencengkeram lengan korban dengan kuat. Kemudian suami dengan paksa meminta korban untuk melucuti pakaiannya sambil mengancam akan membunuhnya. Dalam kondisi terjepit tersebut dan membayangkan kematian sudah didepan mata, korban menuruti perintah suaminya. Satu hal yang terpikir dibenaknya, ”Semoga dengan menuruti perintah suaminya, dia terhindar dari kematian yang akan dilakukan suaminya dan masih bisa bertemu dengan anak-anak dan orangtuanya”. Walaupun sudah kembali ke rumah orangtuanya, Tiah tidak dapat beraktivitas dengan normal karena peristiwa itu masih menyisakan trauma mendalam dalam dirinya. Keinginannya untuk bercerai sudah bulat, dan mertuanyapun mendukungnya dan berkata : “Kalau kamu meninggalkan anak laki-lakiku ya pantas saja, aku maklum dengan keputusanmu, karena dia memang sudah seharusnya mendapat ganjaran seperti itu”. Tiah tidak tahu caranya mengurus perceraian dirinya dengan suaminya. “Saya sudah tidak tahan, saya sudah terlalu sakit hati dibuatnya. Saya datang ke sini untuk minta saran bagaimana cara mengurus perceraian saya ini. Bisa tidak saya urus dari sini dan tidak harus ke Subang. Terus bagaimana dengan anak saya yang besar, bisa tidak dia ikut dengan saya?” demikian ungkap Tiah sambil tersedusedu menahan kesedihan yang begitu lama dia pendam. Anaknya yang besar seorang perempuan dan saat ini duduk di bangku SMA dan tinggal dengan ayahnya. Anak gadisnya ini sebenarnya memilih ikut ibunya jika orangtuanya terpaksa harus berpisah.
laporanAkhir2010|PEKKA
72
Apakah tidak bisa kita bicara baik-baik? Suasana hari raya Idul Fitri masih terasa. Pagi itu ibu Pekka terlihat berpakaian rapih, mereka mengenakan pakai terbaik yang mereka miliki. Hari itu adalah hari yang mereka tunggu-tunggu. Jarang mereka memiliki kesempatan seperti ini. Hari itu adalah acara silaturahmi dan dialog antara ibu Pekka dan anggota DPRD Kabupaten Batang. Narasumber yang hadir dalam dialog ada 2 orang. Acarapun dimulai, dibuka oleh narasumber secara langsung dan kemudian mempersilahkan wakil dari Pekka untuk memperkenalkan diri dan menyatakan maksud dan tujuan mereka datang berkunjung ke kantor DPR. Seorang ibu Pekka yang telah ditunjuk sebagai wakil dari mereka memperkenalkan rombongan dan mengutarakan maksudnya yaitu ingin menyampaikan permasalahan yang mereka hadapi. Acara langsung kepada intinya yaitu dialog dengan membuka kesempatan beberapa peserta bertanya. Pertanyaan yang dilemparkan terkait dengan anggaran APBD untuk kaum perempuan. Seorang anggota Pekka bertanya: ”Kenapa selama ini DPRD sepertinya tidak memperhatikan kami kaum perempuan khususnya perempuan miskin
yang menjadi kepala keluarga seperti kami ini. Padahal kalau dilihat dari jumlahnya, jumlah perempuan ini banyak”. Narasumber yang duduk di depan menanggapi pertanyaan ibuibu Pekka dan berkata: “Dana untuk masyarakat hanya sedikit, karena sebagian besar anggaran dipakai untuk kebutuhan pemerintah”. Ibu Pekka kembali bertanya: “Kalau begitu... kenapa tetap disetujui oleh DPR?”. Alasan yang dikemukakan anggota DPR tersebut adalah dalam proses pengambilan keputusan itu banyak pihak terlibat. Kadang pihak yang setuju itu hanya sedikit, maka berlakulah suatu aturan tersebut meskipun tidak memihak rakyat. Untuk itu, narasumber menyarankan agar ibu-ibu Pekka melakukan demo ke kantor DPRD dan membawa banyak orang, sehingga orang DPRD takut. Dalam perjalanan pulang, salah satu ibu yang bertanya tadi dengan heran bertanya pada kader dan PL : “Kenapa ya mbak.....kita malah disuruh demo ke DPRD? Orang tua-tua seperti kita ini masak disuruh demo ke DPRD? Bukannya dia itu orang DPRD mbak...? Apa tidak bisa kita duduk bersama dan bicara baikbaik tentang satu hal dan kemudian menyelesaikan secara baik-baik? Saya tuh tidak ngerti mbak...”
laporanAkhir2010|PEKKA
73
Kendala Bahasa Penghalang Buat Ti hajar Keringat Ti Hajar bercucuran, dia berupaya keras mempelajari materi Rapat Anggota Tahunan. Setelah istirahat sholat Ashar, dia akan berpraktek memfasilitasi materi Rapat anggota Tahunan di depan teman-temannya sesama peserta pelatihan kepemimpinan dan pengorganisasian masyarakat. Meskipun sudah membaca bahan berulang kali, Ti Hajar masih tetap grogi dan gemetaran. Ini merupakan pengalaman pertama buat dia memfasilitasi pertemuan kelompok di luar kelompoknya sendiri. Selain merasa kurang menguasai materi, Ti Hajar juga kurang percaya diri dengan kemampuan bahasa Indonesianya. Meskipun pernah sekolah dasar, namun Ti hajar tidak lancar berbahasa Indonesia.Sehari-hari dia hanya menggunakan bahasa Aceh sebagai alat komunikasi dengan keluarga, warga masyarakat dan lainnya. Kendala bahasa merupakan penghalang utama buat Ti Hajar untuk mengikuti berbagai kegiatan Pekka di luar wilayahnya terutama di luar Aceh. Dia adalah kader yang aktif, punya komitmen untuk kemajuan Pekka, dan mau bekerja keras tanpa memikirkan imbalan. Namun dia kesulitan menangkap, dan membalas komunikasi orang lain yang menggunakan bahasa Indonesia. Kendala bahasa Indonesia ternyata tidak hanya dialami oleh Ti Hajar sendiri. Ismiati, kader Pekka dari Bireun yang telah mengikuti berbagai kegiatan Pekka di tingkat propinsi dan nasional juga menghadapi masalah yang sama dengan tingkat kesulitan yang berbeda. Kata Ismi; “saat mengikuti kegiatan di tingkat nasional saya ingin berbicara, tapi takut nanti bahasa Indonesia saya tidak lancar. Karena saya berpikir menggunakan bahasa Aceh, dan
susah menerjemahkan ke bahasa Indonesia”. Dari 9 kabupaten wilayah kerja Pekka di Aceh, hanya dua kabupaten yang sebagian besar kader, pengurus dan anggota kelompoknya memiliki kemampuan berbahasa Indonesia yang baik yaitu; Aceh Barat Daya dan Aceh Timur. Penduduk di Aceh Barat Daya sebagian besar adalah pendatang dari wilayah lain seperti; Sumatera Barat dan Pidie. Sehingga ibu kota di kabupaten ini diberi nama “Blang Pidie” yang berarti ladangnya orang Pidie. Sementara Aceh Timur, berada di daerah perbatasan dengan Sumatera Utara. Banyak penduduk daerah ini yang berdagang hingga ke Sumatera Utara dan orang dari luar juga datang ke daerah ini, sehingga penggunaan bahasa Indonesia sudah cukup biasa bagi masyarakat di daerah ini. Menimbang kesulitan Pekka dalam berbahasa Indonesia, saat evaluasi, Ida dari Pidie mengusulkan agar setiap pertemuan kelompok menggunakan bahasa Indonesia. Awalnya usul tersebut tidak disetujui oleh semua peserta, mereka khawatir anggota kelompok akan memprotes. Karena sebagian besar anggota kelompok di Aceh belum bisa berbahasa Indonesia, sehingga dikhawatirkan malah akan menghambat kelancaran pertemuan serta diprotes anggota terutama yang berusia lanjut. Namun mengingat bahasa telah menjadi hambatan buat Pekka di Aceh untuk mengungkapkan ide, pengalaman dan perasaannya pada Pekka dan masyarakat lainnya di luar Aceh, maka peserta pelatihan bersepakat akan menggunakan bahasa Indonesia setiap pertemuan kelompok.
laporanAkhir2010|PEKKA
74
Pembangunan Center di Aceh Pada hari Kamis tanggal 3 Juni 2010, wajah anggota Serikat Pekka Aceh Barat Daya tampak berseri-seri. Mereka berbagi tugas untuk menjadi panitia peresmian Center Pekka di kecamatan Kuala Batee. Bapak Akmal Ibrahim, selaku bupati Aceh Barat Daya menggunting pita sebagai tanda peresmian Center Pekka. Setelah bergelut dengan kotoran dari pasir, semen dan batu bata, akhirnya ibu-ibu bisa menatap dan menggunakan rumahnya dengan bangga. Pembangunan Center memakan waktu sekitar dua setengah bulan. Ibu-ibu anggota serikat bergantian tugas mengawasi proses pembangunan. Mereka juga bergotongroyong mengangkut debu dari kilang padi sebagai timbunan di halaman Center. Kemudian atasnya baru ditimbun dengan pasir. Mereka bukanlah arsitek atau orang yang memahami bangunan, dengan menjadi pengawas bangunan mereka jadi paham cara membangun rumah yang kokoh dengan dana minimal. Guna menutupi pembiayaan pembangunan Center, pengurus serikat Pekka mendapat dukungan dana dari JSDF melalui bank dunia, dan swadaya anggota, serta sumbangan dari tokoh masyarakat dalam bentuk barang yang jika diuangkan berkisar 2 juta rupiah. Serikat juga mengajukan usulan pada pemerintah kabupaten, tapi belum mendapatkan tanggapan. Dengan keterbatasan tersebut Pekka belum menyelesaikan pembangunan tersebut, mereka memfokuskan penyelesaian ruangan untuk radio komunitas dan LKM. Sementara jendela dan plester bagian luar belum dilakukan. Sebelumnya, serikat Pekka mengontrak rumah sebagai Center atau pusat kegiatan Pekka di kecamatan Kuala Batee - Aceh Barat
Daya dan sekitarnya. Di tempat tersebut, Pekka melakukan berbagai kegiatan seperti; siaran radio komunitas, pertemuan serikat Pekka tingkat desa dan kecamatan, pertemuan LKM, pelatihan, usaha kaos dan lain sebaginya. Anggota Pekka cukup bangga dengan adanya Center ini, mereka merasa memiliki kantor seperti organisasi lainnya. Sehingga mereka berharap suatu hari nanti agar Center tersebut berada di bangunan yang dimiliki sendiri, dan mereka tidak perlu berpindah-pindah tempat lagi. Pertengahan tahun 2009, mulai mendiskusikan tentang pembangunan Center pada pertemuan perwakilan serikat di tingkat kecamatan. Motivasi membangun Center juga didorong oleh serikat Pekka di tiga kecamatan lain (Setia, Manggeng, dan Tangan-tangan) di Aceh Barat Daya yang telah terlebih dahulu membangun Center di Tangan-tangan. Selanjutnya ibu-ibu mulai mencari informasi tentang lokasi yang strategis untuk dijangkau oleh anggota serikat. Jika dapat info tentang tanah dijual, ibu-ibu bilang tanah tersebut akan dipergunakan mereka pribadi. Jika masyarakat khususnya pemilik tanah tahu yang akan membeli adalah serikat Pekka, mereka akan menaikkan harga tanah. Masyarakat beranggapan Pekka memiliki uang banyak, karena bisa meminjami uang dan memiliki sarana seperti; radio komunitas, peralatan mesin jahit untuk produksi kaos dll. Padahal dana tersebut selain berasal dari pihak lain juga sebagian berasal dari simpanan swadaya anggota yang harus diputarkan. Sebenarnya Serikat Pekka termasuk LKM Pekka tidak memiliki dana banyak di rekeningnya. Setiap bulan banyak anggota Pekka yang harus mengantre untuk mendapatkan pinjaman karena jumlah dana di LKM Khairatunnissa terbatas.
laporanAkhir2010|PEKKA
75
Mahkamah Syariah Dua puluh orang ibu-ibu duduk menunggu para hakim dan panitera dari Mahkamah Syariah Aceh Jaya di tempat pertemuan desa Jabi. Hari itu merupakan jadwal pertama diadakannya sidang keliling di dusun Jabi-Lhok Timon. Mahkamah Syariah melaksanakan sidang keliling atas permintaan masyarakat yang difasilitasi oleh Pekka untuk mengurus Itsbat nikah. Kedua puluh ibu-ibu telah kehilangan surat nikah yang terbawa arus tsunami dan sebagian lagi saat konflik antara TNI dan GAM terjadi di Aceh. Mereka harus mengurus surat tersebut untuk memproses pengurusan akte lahir anak-anaknya. Pada bulan Mei hingga Juni, kader Pekka mengidentifikasi anggota Pekka yang kesulitan dalam mengakses hukum keluarga seperti; tidak punya surat nikah, akta cerai, dan akte kelahiran. Ternyata sebagian besar anak pekak tidak memiliki akte kelahiran. Selain pekak, masyarakat miskin di mana pekak berada juga banyak yang tidak memiliki akte kelahiran. Mengacu pada permasalahan tersebut, Pekka melakukan dialog dengan KUA dan Mahkamah Syariah di rumoh (Center) Pekka. Pekka mengungkapkan persoalan tersebut, pemerintah khususnya ketua mahkamah Syariah cukup tanggap menghadapi permasalahan tersebut. Bahkan bapak ketua menyebut; “ibu-ibu ini sudah melakukan tugas bupati, seharusnya bupati Aceh Jaya mengupayakan agar semua warganya bisa memiliki akte lahir”. Mengetahui banyaknya masyarakat yang kehilangan surat nikah, menurut bapak ketua proses persidangannya bisa dilakukan melalui sidang keliling agar biayanya bisa lebih ringan. Dia meminta pada Pekka untuk membuat surat resmi ke Mahkamah Syariah tentang permohonan Itsbat. Menindak lanjuti hasil dialog, pengurus serikat dan kader Pekka membuat permohonan pada Mahkamah Syariah untuk melakukan itsbat nikah disertai permohonan dari 50 orang lebih. Kader beberapa kali melakukan perbaikan yang salah, sebelum akhirnya semua permohonan masuk. Kader beberapa
kali menanyakan ke mahkamah Syariah tentang jadwal sidang keliling dan tempat sidangnya. Setelah menunggu dan menanyakan beberapa kali. Mahkamah Syariah Aceh Jaya memutuskan kasus Itsbat nikah permohonan Pekka akan disidangkan di tiga desa yaitu; Lhok Timon, Sawang Lageun, dan Pante Kuyun. Di desa Lhok Timon, Mahkamah Syariah melakukan sidang dua kali, di Lageun tiga kali sidang, di desa Pante Kuyun satu kali sidang di desa Kuyun dan sekali di dusun Sapek. Jumlah kasus Itsbat yang disidangkan di ketiga desa adalah 48 kasus. Dari semua kasus yang difasilitasi tersebut hanya 15 % pemohon yang berasal dari anggota Pekka. Total biaya yang dikeluarkan untuk mengurus Itsbat nikah melalui sidang keliling adalah sekitar Rp. 200.000,- per orang. Hasil Itsbat nikah dari Mahkamah Syariah, selanjutnya akan dibawa ke KUA kecamatan guna mendapatkan buku nikah baru. KUA Kecamatan Setia Bhakti telah menginformasikan bahwa mereka hanya akan dimintai biaya administrasi Rp. 10.000,- untuk pembuatan buku nikah baru setelah ada surat Itsbat nikah dari Mahkamah Syariah. Upaya Pekka memfasilitasi masyarakat melakukan Itsbat nikah didengar oleh anggota masyarakat di wilayah lain termasuk di desa Paya Laot. Ada 15 orang di desa ini yang mengajukan permohonan Itsbat nikah. Serikat Pekka sudah memfasilitasi kelompok belajar anak di desa ini selama 5 bulan. Beberapa bulan sebelumnya Ibu-ibu Pekka di desa ini juga sudah pernah berkumpul dan mendengarkan sosialisasi Pekka yang disampaikan oleh koordinator lapang dan kader Pekka. Tanggapan mereka saat itu cukup baik dan menyatakan minatnya untuk membentuk kelompok. Namun karena bulan berikutnya adalah musim turun ke sawah, mereka menunda pertemuan berikutnya terutama untuk membentuk kelompok hingga waktu turun ke sawah usai.
Daftar isi Lampiran I. Profil Anggota dan Kelompok PEKKA .......................................................................................... 2 1. Perkembangan Kelompok Pekka ............................................................................................ 2 2. 3.
Jumlah Penerima Manfaat PEKKA .......................................................................................... 2 Perkembangan Kelompok Non Pekka dan Penerima manfaat Program PEKKA ....................... 2
4. 5.
Data Kelompok Pekka Perluasan Wilayah 2010 ..................................................................... 3 Data Kader Pekka yang Mandiri dan 2010 .............................................................................. 4
1.
Data Program Pemberdayaan Ekonomi .................................................................................. 5 LKM dan Aset Pendanaan Pekka ; tahun 2009 dan tahun 2010 ............................................... 5
II. 2. 3. III. 1. 2. 3. IV. 1. V.
Pusat Kegiatan (Center) Pekka Tahun 2010 ............................................................................ 6 Modul dan Kurikulum yang Dikembangkan Seknas Pekka....................................................... 6 Data Program Pemberdayaan Politik & CO ............................................................................. 7 Data Pelatihan,Study Banding dan DialogKader selama tahun 2010 ....................................... 7 Keterlibatan Pemimpin dan Kader Pekka di Publik.................................................................. 7 Kegiatan,Kunjungandan Arena Dialog Pekka dg Pemimpin dan Kegiatan Publik ...................... 8 Pemberdayaan hukum ........................................................................................................... 9 Data kasus yang ditangani atau diselesaikan 9akte, sidang ekliling, kekerasan, dsb) ............... 9 Pendidikan ........................................................................................................................... 10
1. 2.
Data Pendidikan per Desember 2010 ................................................................................... 10 Taman Bacaan Pekka ........................................................................................................... 10
3. 4. 1. 2.
Kursus dan Kelas Belajar PRIME 2010 ................................................................................... 10 Jaringan Seknas PEKKA ......................................................................................................... 11 Data Media Komunitas PEKKA .............................................................................................. 12 Stasiun Radio Komunitas Pekka ............................................................................................ 12 Produksi Radio Komunitas 2010 ........................................................................................... 12
3. 4. 5. 6.
Daftar Studio Video Komunitas Pekka .................................................................................. 12 Produksi video komunitas Pekka tahun 2010? ...................................................................... 12 Daftar Koleksi Video Di Seknas Pekka produksi tahun 2010 .................................................. 13 Rekap Produksi Video Seknas PEKKA 2003-2010 .................................................................. 13
7. VII. 1.
PEKKA dalam berita ............................................................................................................. 14 KHUSUS ACEH ...................................................................................................................... 15 Data jumlah orang yang telah dilatih—berdasarkan jenis latihan ......................................... 15
2. 3.
Jumlah dana RF yang tersalurkan’Jumlah perputaran ........................................................... 16 Jumlah Peserta dan jenis kursus atau kelas prime ................................................................ 16
4. 5.
Aktifitas dan Produksi Rakom Aceh 2010.............................................................................. 17 Produksi Video Aceh ............................................................................................................ 17
6. 7. VIII. 1.
Video Aceh Produksi Seknas Pekka....................................................................................... 17 Produksi Tim Video Komunitas Aceh .................................................................................... 18 Pendanaan ....................................................................................................................... 20 Sumber Pendanaan PEKKA tahun 2010 ................................................................................ 20
2.
Alokasi pendanaan PEKKA 2010 ........................................................................................... 21 Modul dan Kurikulum yang Dikembangkan Seknas Pekka..................................................... 22
VI.
IX.
1
Lampiran LAPORAN TAHUNAN 2010 I.
Profil Anggota dan Kelompok PEKKA 1. Perkembangan Kelompok Pekka No
Keterangan
1 2 3 4 5 6
Propinsi Kabupaten Kecamatan desa/kelurahan Kelompok Anggota
2010 8 23 77 325 473 10008
2009 2008 8 8 23 23 69 56 325 281 455 400 9883 9492
Total 2007 2006 2005 2004 2003 8 8 8 8 4 21 19 26 19 11 53 39 40 27 15 259 248 213 186 101 367 344 269 239 139 8204 7798 6572 5482 3547
2. Jumlah Penerima Manfaat PEKKA No 1 2 3 4 5 6 7 8
Wilayah
Penerima Manfaat
NAD Jabar Jateng Kalbar NTB NTT Sultra Malut TOTAL
3573 1788 778 916 1122 2201 1096 554 12028
Kelompok 133 82 38 41 38 84 46 35 497
Jumlah Desa Kecamatan Kabupaten 121 33 9 43 10 4 23 6 3 19 7 2 24 4 2 50 8 1 40 3 1 31 6 1 351 77 23
3. Perkembangan Kelompok Non Pekka dan Penerima manfaat Program PEKKA No 1 2 3 4 5 6 7
Wilayah
Penerima Manfaat
DKI Jaya Jabar Banten Jateng Kalbar NTB NTT TOTAL
1146 780 2284 147 617 1271 106 6351
Kelompok 116 25 59 9 37 40 5 291
Jumlah Desa Kecamatan 10 6 13 4 41 11 7 4 31 5 11 2 5 2 118 34
Kabupaten 2 2 2 2 3 1 1 13
2
4. Data Kelompok Pekka Perluasan Wilayah 2010 No 1
Prop./Kab.
Kecamatan
Kelurahan/ Desa
Sumatera Selatan Kab.Ogan Komering Ilir
Sirah Pulau padang Tanjung Lubuk Padamaran
Total 2
Sumatera Utara Kab.Asahan
Total Jawa Timur Kab. Bangkalan
Sulawesi Utara Kab.Bolaang Mongondow
6
2 Tanah Merah
Total 4
Sinar Harapan Mufakat Mawar Melati Bunga Bangsah Cinta Jaya
Bagan Asahan Baru Sie Apung Asahan Mati Sie Jaya Apung Air Joman Baru Pasar Lembu Subur
Air Joman
3
Awal Terusan Terusan Laut Pulau Gemantung Ilir Pangarayan Serinanti Harapan Jaya
3 Tanjung Balai
Nama Kelompok
7 Desa Bunddan Dsn Bundan Jaya Desa Jangkar Dsn Jangkar Tengah Dsn Pukoran Dsn Puray Dsn Pao Desa Tanah Merah Dejeh Dsn Kampung Pos Dsn Kampung Pos Desa Petrah Dsn Bereh Elah 5.Desa Tlomar
2 Lolak
Sulawesi Selatan Kab.Bone
Mongkoinit Inobonto
Bolaang Timur
Inobonto II Desa Lolan
3 Awang Pone
Total Grand Total
2 12
21
Maju Terus Maju Bersama Blok Puray Mawar Melati
42 56 47 44
Janur kuning Bunga Berkembang
13 12
Maju Jaya Tlomar Jaya
19 22 222 13 11 10 9 11 11 14 13 11 20 123
9
7 Mallari Dusun Awang Nipa Dusun Cempalagi Dusun Bacu Bajoe Link Macedde Link Appasareng Lonrae Lingk Lonrae Lingk Benteng
Tenete Riatang Timur
Tani Muljeh
Sejalan Tolom Boyan Sehati Melati Flamboyan Yuliande Mawar Sejati Pantai Wisata Anggrek Ungu Masuinsau
Bantik 5
7
5 Diat Lolak
Bolaang
Total
6 Bina Wanita Perempuan Sukses Maju Bersama Kerangka Jaya Kasih Ibu An-Nisa Subur Jaya
Jumlah Anggota 13 26 13 26 13 13 91 13 12 12 19 16 8 9 89
3 28
10 Mekar Asseddingenge Mattirodeceng
14 14 24
Mamminasa Sipakainge
11 12
Topaccing Mamase-mase
21 9 105 684
7 39
3
5. Data Kader Pekka yang Mandiri dan 2010 No I II III IV V VI VII VIII IX X
Wilayah JABAR JATENG NAD KALBAR NTB NTT SULTRA MALUKU UTARA JAKARTA BANTEN TOTAL KADER
2009
172
2010 144 64 240 70 72 124 86 66 232 118
1275
1216
260 68 246 72 68 160 70 42 125
4
II.
Data Program Pemberdayaan Ekonomi
1. LKM dan Aset Pendanaan Pekka ; tahun 2009 dan tahun 2010 No
Nama LKM
I
NAD LKM PEKKA Mandiri- Aceh Bireun LKM Mawar Delima - Aceh Barat Daya LKM Khairatunnisa - Aceh Barat Daya LKM Udeep Beusaree - Aceh Besar LKM PEKKA II – Pidie LKM Idi Rayeuk - Aceh Timur LKM Aceh Jaya LKM Malahayati - Aceh Selatan LKM Hidayatullah - Nagan Raya LKM Aceh Singkil Total JABAR LKM PEKKA Sartika - Sukabumi LKM PEKKA Kencana – Cianjur LKM PEKKA Harapan Perempuan -Subang LKM Sri Rejeki – Karawang Total JATENG LKM Perempuan Mandiri - Batang LKM Wanita Mandiri – Pemalang LKM Karya Anisa – Brebes Total KALBAR LKM Sejahtera- Kota Pontianak LKM Mandiri - Kubu Raya LKM PEKKA Mulia Jaya - Kubu Raya Total NTB LKM Pekka Bersatu - Lombok Barat LKM Nurfalah Inaq - Lombok Barat LKM Jonggat - Lombok Tengah Total NTT LKM Gurun Gawak - Flores Timur LKM Limu Tapo - Flores Timur LKM Mawar Gaib - Flores Timur LKM Mawar Berduri - Flores Timur LKM Waibalun - Larantuka LKM Demon Pagong Total SULTRA LKM Sama Jaya – Buton LKM PEKKA Laguba Jaya - Buton LKM Tunas Harapan – Buton Total MALUT LKM Tobelo – Halmahera LKM Malka – Halmahera LKM Mia Loha – Halmahera Total TOTAL Keseluruhan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 II 1 2 3 4 III 1 2 3 IV 1 2 3 V 1 2 3 VI 1 2 3 4 5 6 VII 1 2 3 VIII 1 2 3
Wilayah (Kecamatan)
Aset (IDR)2010
Jeunib, Kec. Plimbang Tangan-Tangan, Setia, Mageng Kuala Batee Suka Makmur Mutia Timur, Kumbang Tanjung Idi Rayeuk, Darul Ihsan, Pendawa Rayeuk Setia Bakti Labuhan Haji Barat Darul Makmur Gunung Meriah,Kec. Singkil
363.219.000 770.275.500 467.543.280 468.429-850 691.359.500 406.162.500 108.486.000 273.906.000 152.939.000 10.199.000 3.712.519.630
Cibadak, Cicantayan, Parung Kuda Pacet, Cipanas, Sukaresmi Tanjung Siang, Cisalak Telagasari, Tempuran
243.589.700 264.761.340 193.591.100 358.195.200 1.060.137.340
Tulis, Kandeman Petarukan Larangan, Ketanggungan
148.585.600 142.183.600 208.867.726 499.636.926
Pontianak Timur, Siantan, Pontianak Utara Sei Raya Rasau Raya
39.716.850 230.385.400 144.839.937 414.942.187
Gerung, Labu Api Lingsar Jonggat
327.600.700 395.373.263 277.827.540 1.000.801.503
Larantuka Titehena Kelubagolit, Adonara Ile Boleng Larantuka Demon Pagong
612.117.150 378.505.500 1.207.054.860 1.096.532.347 59.416.628 65.606.999 3.419.233.484
Batauga, Sampolawa Mawasangka Timur, Mawasangka Pasar Wajo, Wolowa, Siontapina
Tobelo Kao, Malifut Galela Selatan, Galela Barat, Galela Induk
283.431.460 296.930.400 311.257.600 891.619.460 146.061.000 134.253.471 89.688.500 370.003.721 11.353.326.970
5
2. Pusat Kegiatan (Center) Pekka Tahun 2010 No 1 2 3 4 5 6 7 8
Lokasi Jabar (Cianjur, Sukabumi, Karawang dan Subang) Jateng (Brebes, Batang) NTB (Lingsar, Gerung, Jonggat) SULTRA (Pawosi, Mawasangka) NTT (Ile Boleng, Kelubagolit, Titehena) Malut (Kao) Kalbar (Sei Raya, Kotamadya, Rasau Jaya) NAD (Aceh Besar, Pidie, Bireun, Nagan Raya, Kuala Batee, Semata, Aceh Selatan, Aceh Barat Daya TOTAL
Jumlah 8 4 10 7 21 2 4 16
Status center Milik sendiri, numpang Milik sendiri, numpang Milik sendiri , numpang Milik sendiri, numpang Milik sendiri, numpang Milik sendiri, numpang Milik sendiri, numpang Milik sendiri, sewa, numpang
72
3. Modul dan Kurikulum yang Dikembangkan Seknas Pekka No 1 2 3 4
5 6 7
8 9
Judul Modul/Manual Konsep & manual pengembangan usaha Manual fasilitasi pengembangan usaha di kelompok Modul pelatihan usaha
Target Paham arah pengembangan usaha pekka Paham arah dan cara pengembangan usaha pekka Memiliki gambaran untuk pengembangan usaha yang dilakukannya Modul manajemen usaha bersama Memiliki cara melakukan pengelolaan usaha bersama yang dilakukan dalam kelompok/gabungan kelompok/LKM Panduan fasilitasi program UKM BLM bagi PL PL paham cara melakukan fasilitasi UKM Modul pelatihan peningkatan kapasitas kader Kader UKM paham tentang langkah UKM pengembangan usaha Aneka informasi pengembangan usaha Berbagai informasi untuk mendukung pengembangan usaha LKM/KOPERASI Manual Pengembangan Koperasi Melatih para pengurus LKM dan pengurus kelompok tentang pembukuan koperasi Panduan MS Excel dan keuangan komputer Mampu melakukan pembukuan keuangan koperasi koperasi dengan komputer
6
III.
Data Program Pemberdayaan Politik & CO 1. Data Pelatihan,Study Banding dan DialogKader selama tahun 2010 No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Fokus Pelatihan
Jumlah Kader
Lokasi
Pelatihan Visi Misi Pelatihan Motivasi Berkelompok Pelatihan CO TOT Kepemimpinan Pelatihan Kepemimpinan Pelatihan managemen dan ADM kelompok TOT Hukum Pelatihan Paralegal Pelatihan Hukum untuk tokoh masyarakat
NAD, Jabar, Kalbar, Sultra, NTT Kalbar, Sultra, NTT Jakarta, Kalbar, Sultra, NTT Jakarta, Jabar, Banten NAD, Kalbar, Sultra, NTT Kelubagolit, NTT Ile Boleng Rasau Jaya, Kubu Raya, Kalbar NAD, Jabar,Jateng, Kalbar, Jabar, NTT, Malut Pelatihan pengembangan bakat anak Kelubagolit, NTT Pelatihan Tutor untuk fasilitasi kelompok belajar anak Kelubagolit, NTT Pelatihan Tutor PAUD Kalbar, Jabar, Jateng, NTB TOT Pembukuan NAD, Jabar, Kalbar, Sultra, NTT Pelatihan internet Cianjur, Jabar Pelatihan Kesehatan Reproduksi Kuala Batee, NAD Pelatihan Manajemen, Keterampilan, studi banding NAD, Jabar,Jateng, Kalbar, NTT, Sultra Usaha Pelatihan Pertanian& perternakan NAD, Jateng Pelatihan penulisan NAD, Jabar Pelatihan Rakom Kalbar, Jabar Dialog dengan jaringan Rakom Jabar Total
463 152 119 223 278 45 5 1 232 50 46 96 253 4 50 303 310 73 4 200 2.907
2. Keterlibatan Pemimpin dan Kader Pekka di Publik NO 1
2
DESKRIPSI Kegiatan sosial di masyarakat Kader Posyandu / Kesehatan Desa / Kader Poslansia/Kader KB/ Kader BKB, Pengurus Dasa Wisma/ PKK desa & kecamatan, Anggota LPM, Pengurus KPI Desa, Pengurus Kelompok Tani/ Koperasi, Kader Polmas Kader PNPM / UPK/ PPK/ P2TK
3
Pengurus RT & RW
4 5
Staf Desa atau Kelurahan Anggota Badan Perwakilan Desa (BPD) / Tuha Peut / Badan Permusyawaratan Gampong (di NAD) Kepala Desa Calon Kepala Desa / Kepala Dusun Peserta MUSRENBANG
6 7. 8. 9. 10 11
Panitia KPPS (Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara) PILPRES 2009, PILKADA 2009 & 2010 Calon Anggota Legislatif dalam PEMILU LEGISLATIF 2009 Kegitan Pendidikan Pengurus HIMPAUDI, Pengelola KEJAR PAKET A & C, KF
WILAYAH NAD,Jabar, Jateng, Kalbar, NTB, NTT, Sultra
JUMLAH 253
NAD,Jabar, Jateng, Kalbar, NTB, NTT, Sultra NAD,Jabar, Jateng, Kalbar, NTB, NTT NAD, NTT, Sultra NAD, NTT, Sultra
70
NTT NTB, NTT Jabar, Jateng, Kalbar, NTB, NTT NAD,Jabar, Jateng, Kalbar, NTB, NTT NAD, Kalbar, Jateng, Jabar, Malut, Sultra NAD, Jabar, Jateng, Kalbar, NTB
1 3 99
17 10 13
41 14 32
TOTAL JUMLAH
553
7
3. Kegiatan,Kunjungandan Arena Dialog Pekka dg Pemimpin dan Kegiatan Publik NO 1.
2.
3 4 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12
DESKRIPSI WILAYAH Peserta Musyawarah Perencanaan dan Pengembangan (Musrenbang) Tingkat Desa Jabar,Jateng, NTT 51 Tingkat Kecamatan Kalbar, Jateng, NTT 21 Tingkat Kabupaten NAD, Jabar, Jateng, NTT 24 Pertemuan SKPD Jabar 3 Dialog dengan Pemerintah Eksekutif – Kunjungan/Dialog/Audiensi ke PEMDA/ DINAS/ INSTANSI BUPATI, Wakil Bupati NAD 407 Badan Pemberdayaan Perempuan, Anak, Masyarakat NAD, Jateng 121 dan Keluarga Berencana BPMD / BPM/ BAPERMAS NAD 150 BAPPEDA Aceh Timur 64 Kantor Dinas Kabupaten tingkat II NAD,Jabar, Jateng, Kalbar, NTT 386 Dialog dengan Anggota Legislatif – Kunjungan/ Hearing NAD, Jabar, Jateng, Kalbar 184 Dialog dengan Aparat Penegak Hukum dan Intansi NAD, Jabar, Sultra 1346 terkait persoalan hukum Dialog dengan LD Hasmin Ilimis. SOS Dapil 1 Sultra 22 Dialog dengan calon Bupati NTT 100 Kunjungan pra dialog ke DPRD NAD 4 Pertemuan dg forum lintas Agama NTT 4 Kunjungan reses anggota Dewan Jabar 30 Diskusi Mengenai anggaran APBD Jakarta, Jabar 102 Advokasi kesehatan Jakarta 25 TOTAL 2.997
8
IV.
Pemberdayaan hukum
1. Data kasus yang ditangani atau diselesaikan 9akte, sidang ekliling, kekerasan, dsb) No Wilayah Kasus Perlakuan Hasil 1
Cianjur, Jabar
Seorang istri yang berprofesi sebagai TKW mengajukan gugat cerai, dan malah digugat balik oleh suami 50 juta. Istri seorang TKW masih di Arab Saudi. Seorang perempuan anak ibu pekka mengajukan gugat cerai ke PA
Kader pekka memediasi penggugat dan tergugat kemudian menginformasikan hal ini kepada PA.
Kasus belum selesai, masih dalam proses.
2
Sukabumi, Jabar
Pekka memediasi antara penggugat dan tergugat, menemani ke PA
Kuala Batee, NAD
Kasus KDRT, ibu tiri menganiaya anak tirinya yang berumur 3 tahun
Pekka menyelamatkan anak tsb dan diamankan di rumah abang kru radio komunitas Pekka
Kuala Batee, NAD
Perkosaan anak dibawah umur (7 tahun) yang dilakukan oleh tetangganya (40 tahun), dilakukan selama 3 tahun.
Pekka mendampingi anak dan ibu, memvisum, membawa ke polsek dan polres, membawa BAP ke kejaksaan dan mendesak kejaksaan.
Kasus sudah putus, mantan suami harus memberikan nafkah bagi anaknya 1,5 juta/ bulan, sudah berjalan 6 bulan Anak diserahkan kepada ayah kandungnya dan dibawa pindah ke kabupaten lain. Hukuman sudah dijatuhkan, pelaku divonis 9 tahun penjara
3
4
9
V.
Pendidikan 1. Data Pendidikan per Desember 2010 No I II III IV V VI VII VIII
Wilayah Jabar NTT Sultra NTB Jateng Kalbar NAD Malut Total
PAUD Anak lulus 675 203 133 0 64 0 0 159 146 344 35 181 16 33 0 1.589
400
Peserta KF 142 320 41 1.846 29 132 436 7
Kelp belajar Anak 30 220 35 4 0 512 43
Peserta Ketrampilan 55 45 0 0 0 15 0
2.953
844
115
4 43 0 4 0 0 0
PAKET B 9 0 0 3 0 0 0
51
12
A
C 10 101 0 2 0 8 0 121
2. Taman Bacaan Pekka No I
II
III
IV
Lokasi
Jumlah koleksi bacaan
Jabar Cianjur Subang Sukabumi Karawang NTT Kelubagolit Ile Boleng Larantuka Sultra Pawosi Batalawa Mawasangka Jateng Batang Brebes Pemalang
Lokasi
V
NAD Aceh Barat Daya Kuala Batte Aceh Selatan Pidie Bireun Aceh Besar Idi Rayeuk
500 300 150 100 750 461 85
Jumlah koleksi bacaan
No
VI
NTB Lingsar Gerung Jonggat
80 175 140
VII
150 100 30 178 50 125 120 50 70 25
65 280
KALBAR Kota Pontianak Rasau Jaya Sei Raya
144
Total
40 50 70 4288
3. Kursus dan Kelas Belajar PRIME 2010 No 1 2 3 4 5 6 7 8
9
Wilayah Jabar Jateng NTB SULTRA NTT Malut Kalbar NAD DKI Jakarta – PPSW Total I-XI
Ekonomi 60 60
Komputer
politik 93
11 6
8 102
60 30 180
47
15 4 100 322
Hukum 83 84 500 69 40 180 956
10
4. Jaringan Seknas PEKKA No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nama Jaringan Alimaat – Gerakan Keadilan Keluarga Indonesia SEAPCP – South East Asia Popular Communication Program ASPBAE – Asia South Pacific Bureau for Adult Education JASS – Just Associates Sosial Watch PKM Pengembangan Usaha Kecil Mikro Perempuan - KPPA Suara Komunitas Satu Dunia
Cakupan Nasional
ICT4W (Information Communication Technology For Women)
Nasional
Regional Asia Tenggara Regional Asia Pacific Global Global Nasional Nasional Nasional Nasional
Fokus Advokasi hukum keluarga berbasis agama Islam Pengorganisasian Basis Hak Pendidikan Sepanjang Hayat Hak perempuan dan nilai - nilai feminis Advokasi hak-hak dasar manusia Pengembangan Ekonomi Pengembangan UKM Perempuan Penguatan Kapasitas Radio Komunitas Berbagi pengetahuan dan informasi untuk pemanfaatan teknologi Penguatan akses perempuan terhadap Teknologi Informasi Komunikasi (TIK)
11
VI.
Data Media Komunitas PEKKA 1. Stasiun Radio Komunitas Pekka No
Nama Stasiun
Tanggal Berdiri
Wilayah
1. 2. 3.
Suara Baru FM Khairatunnisa FM Srikandi FM
4 Agustus 2008 4 Agustus 2008 4 Agustus 2008
4. 5. 6. 7. 8. 9.
Barona FM Pekka Jaya FM Suara Seroja FM Khatulistiwa FM Pekka FM Maiandea FM
4 Agustus 2008 1 Januari 2009 19 Oktober 2008 25 Nopember 2008 25 Nopember 2008 26 Januari 2008
Keteranan
Kec. Darul Makmur, Nagan Raya - NAD Tutup Kec. Kuala Batee, Aceh Barat Daya - NAD Kec. Tangan-Tangan, Aceh Barat Daya – NAD Kec. Labuhan Haji, Aceh Selatan – NAD Kec. Tanjung Siang, Subang Jabar Kec. Larangan, Brebes, Jateng Pindah Kec. Rasau Jaya, Kubu Raya, Kalbar Kec. Pasar Wajo, Buton, Sultra Kec. Gerung, NTB Vakum
2. Produksi Radio Komunitas 2010 No
Nama Stasiun Radio
1. 2. 3. 4. 6. 7. 5. 8. 9
Khairatunnisa FM Srikandi FM Barona FM Pekka Jaya FM Khatulistiwa FM Pekka FM Suara Seroja FM Maiandea FM Suara Baru FM
Berita
ILM
96 1750 96 104
24 250 12 24 1 50
600
Produksi 2010 Durasi Siaran Sandiwara Talkshow Feature (per hari) Radio 24 1 0 11 jam 102 20 220 10 jam 15 0 0 10 jam 24 2 0 9 jam 1 0 0 5 jam 5 0 0 5 jam Pindah Vakum Tutup
Jml Pendengar 1000 1500 400 2400 600 1800
3. Daftar Studio Video Komunitas Pekka No
Nama Tim Video
Lokasi
1 2 3 4 5 6 7
Sukma Production Kembang Production Jeumpa Production Irak Production Lodaya Production Lelani Production Lolon Lae Production
Aceh Besar – NAD Pidie – NAD Bireuen – NAD Aceh Timur – NAD Karawang – Jabar Lingsar – NTB Kelubagolit – NTT
4. Produksi video komunitas Pekka tahun 2010? No 1 2 3 4 5 6 7
Nama Tim Video Sukma Production Kembang Production Jeumpa Production Irak Production Lodaya Production Lelani Production Lolon Lae Production Total
Lokasi Aceh Besar – NAD Pidie – NAD Bireuen – NAD Aceh Timur – NAD Karawang – Jabar Lingsar – NTB Kelubagolit – NTT
Jumlah Produksi 1 video 3 Video 7 Video 2 Video 2 Video 5 Video 20
12
5. Daftar Koleksi Video Di Seknas Pekka produksi tahun 2010 No 1
Judul Video Sidang Keliling
2
Keadilan Untuk Semua
3
Forum Nasional PEKKA 2007
Durasi Sinopsis 11’36 Informasi tentang mekanisme sidang keliling yang dilakukan oleh Pengadilan Agama RI 20’59 Peluncuran Laporan Hasil Penelitian Akses Terhadap Keadilan Penyelenggaraan Forum Nasional PEKKA ke 2
Kategori Program Dokumentasi Dokumentasi
6. Rekap Produksi Video Seknas PEKKA 2003-2010 No
Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Total
Produksi Program
Dokumenter 3 2 2 1 0 0 0 0 8
Dokumentasi 0 6 4 2 3 1 2 1 19
0 0 5 5 9 4 7 2 32
Total 3 8 11 8 12 5 9 3 59
Total Produksi Video 2003-2010 14 12
12
11
10 8
8
9
8
6
5
4
3
2
3
0 1
2 2003
3 2004
4 2005
5 2006
6 2007
7 2008
8 2009
2010
Produksi Video 2003-2010 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
Dokumenter Program Dokumentasi
1 20032 20043 20054 20065 2007 6 2008 7 2009 8 2010
13
7. PEKKA dalam berita NO
TOPIK
MEDIA
TANGGAL TERBIT
2010 1 2 3 4 5 6 7 8
PEKKA: Lejitkan Potensi Kaum Janda Nani Zulminarni, Koordinator PEKKA yang Peduli Janda PEKKA, Memang Bukan Main Improving women's access to justice in Indonesia Outreach (Families in Women's Hands) Nani Zulminarni -Pemimpin Para Janda Ketika Ibu-Ibu Memotret PNPM Mandiri Beri Motivasi Kaum Perempuan
9 10 11 12 13
Perempuan Kepala Keluarga Dari Balik Lensa PNPM Mandiri luncurkan buku perempuan Nani Zulminarni: Dare to be a woman Women’s activists decry conservatism SAPARINAH SADLI AWARD 2010 Zulminarni Membumikan MDGs Akses Keadilan dan Martabat Perempuan Anatomi Pengguna Pengadilan Agama Dibedah Kembali Zulminarni - Membongkar Ketakberdayaan
14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Mimpi Mereka, Mimpi Saya Sembako Gratis Untuk Seribu Janda DOVE Sisterhood Serahkan Donasi Sebesar Rp 100 Juta untuk Bantu Perempuan Kepala Keluarga Pertemuan Serikat PEKKA dengan Pelaku PNPM dan BAPPEDA Abdya Dove Sisterhood Gelar Aksi Sosial Just me and my baby Menggalang Delapan Ribu Janda Serikat Pekka Aceh Luncurkan Buku 'Sebuah Dunia tanpa Suami' Menuju Janda Bermartabat dan Berdaya Dare to be a Women
Majalah Ummi Web Badilag.net Web Badilag.net Web www.ausaid.gov.au TEMPO Magazine Majalah Pesona Web Jurnal Perempuan Web www.sigapbencanabansos.info Web Kominfo-Newsroom Web Bisnis Indonesia Web The Jakarta Post Web The Jakarta Post Cetak Kompas
Desember 15 Desember 14 Desember 10 Desember 23 November November 21 Oktober 20 Oktober 20 Oktober 20 Oktober 13 September 26 Agustus 27 Agustus 23 Juli
Cetak Kompas Web www.badilag.net Cetak Kompas Cetak Kompas Web www.kompas.com Web www.perempuan.com Web www.suarakomunitas.net Web www.lifestyle.okezone.com Web The Jakarta Post Majalah Elshinta Web www.suarakomunitas.net koran Pendidikan , Malang The Jakarta Post
20 Juli 13 Juni 13 Juni 16 Mei 29 Maret 28 Maret 26 Maret 25 Februari 2 Februari 26 Januari 4 Januari
14
VII.
KHUSUS ACEH 1. Data jumlah orang yang telah dilatih—berdasarkan jenis latihan
No 1 2 3 4 5 6
a. b. c. d. 7 8
a. b. c. d. e. f. g. 9 10
a. b. c. d. 11
a. b. c. d. 12
a. b.
Jenis Pelatihan Ansos (Persiapan Sosial) Visi Misi dan Motivasi Menejemen, Pembukuan dan LKM Pelatihan Kader di Nasional Pelatihan kader di Propinsi Pelatihan Tematik Hukum Politik Pendidikan Persamaan (Paket A, B, C) Kepemimpinan Pengembangan Usaha Budidaya bebek Teknis pertanian Pembuatan kaos dan Sablon Menejemen Usaha Pengemasan Produk Studybanding usaha Pengolahan makanan Kesehatan Reproduksi Pembentukan Serikat Refleksi Kelompok Pekka Pembentukan di kabupaten Pembentukan di Propinsi Pembentukan Federasi Media Komunitas Radio Komunitas Video komunitas Photografi Penulisan Forum Pekka Tingkat propinsi Tingkat Nasional (FORNAS)
2005 344 318 35 12
2006 2007 2008 2009 1341 106 91 60 10 9 31 40 50 8 72 96 64 76 67
103
2010
Jumlah 1.685 56 631 128 2.094 20 118 180 33
23 2
36
2 166
136 6 10
119 24
25
200 20 22 71
29 50 39 295
12 21
14 118
200 70
147
136 319 30 55 22 71 29 50 39 295 147 8
147 8 131 12
97 76 90 4 305
292
131 24 21 14 757 70
15
2. Jumlah dana RF yang tersalurkan’Jumlah perputaran No
UEP BLM Wilayah
BLM PEKKA1
BLM PEKKA3
20.471.500
330.770.000
117.188.350
468.429.850
764.283.000
27.849.000
50.626.500
341.442.000
299.291.000
691.359.500
684.572.500
23.380.900
3
LKM PEKKA II - Pidie LKM Pekka Mandiri – Bireun
15.587.500
270.435.500
77.196.000
363.219.000
264.088.500
4.845.050
4
LKM Irak - Aceh Timur
27.871.500
240.000.000
138.291.000
406.162.500
417.899.000
13.321.400
5
LKM Aceh Singkil LKM Malahayati Aceh Selatan LKM Mawar Delima Aceh Barat Daya LKM Khairatunnisa Aceh Barat Daya LKM Darul Makmur Nagan Raya
10.199.000
10.199.000
22.900.000
555.000
273.906.000
346.169.000
90.195.000
751.289.000
1.571.263.000
18.986.500
1 2
6 7 8 9 10
Simpanan
Aceh LKM Udep Besare Aceh Besar
61.776.000 51.398.000
82.000.000 399.500.000
Dana Lain
130.130.000
300.391.000
TOTAL
Pinjaman
Jasa
211.618.280
114.155.000
141.770.000
467.543.280
397.884.520
51.740.200
22.844.000
10.095.000
120.000.000
152.939.000
527.415.000
11.222.000
LKM Aceh Jaya
17.486.000
91.000.000
108.486.000
150.738.000
7.902.500
Jumlah
489.878.280
3.693.533.130
5.147.212.520
249.997.550
1.582.147.500
1.229.607.350
391.900.000
3. Jumlah Peserta dan jenis kursus atau kelas prime Jumlah Peserta No VIII 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Wilayah NAD Aceh Timur Aceh Jaya Pidie Setia, Manggeng, Abdya Aceh Besar Bireun Kuala Batee Labuhan haji – Aceh Selatan Aceh Singkil Total VIII
Ekonomi
Komputer
politik
20
Hukum
PAUD
KF
100
13 148 21 13
43 130 100
22
5
30
80 50
4
180
217
Kesehatan
100 193 50
20
57
15 75 20
124 436
453
20
4 10
KLP B Anak
16
4. Aktifitas dan Produksi Rakom Aceh 2010 No 1. 2. 3. 4.
Berita
ILM
96
24
Produksi 2010 Talkshow Sandiwara Radio 24 1
1750 96
250 12
102 15
Nama Stasiun Radio Khairatunnisa FM Srikandi FM Barona FM Suara Baru
20 0
0
Durasi Siaran (per hari) 11 jam
1000
220 0
10 jam 10 jam
1500 400
Feature
Jml Pendengar
Tutup
5. Produksi Video Aceh No
Produksi
Jumlah
1
Seknas Pekka
8
2
Tim Video Komunitas
24
Total
32
6. Video Aceh Produksi Seknas Pekka No
Judul Video
Tahun
1
Korban Yang Tidak Dihitung
2004
2
2004
3
Banyak Persoalan, Satu PemecahanChapter NAD Beudeoeh
4
Peugoet
2005
5
Sang Penyintas Dari Aceh Sampoe Niet
2005
Beudeoeh Pekka Aceh Ta Samboet Pekka Yang Ade Ngoen Bermartabat
6
7 8
Sinopsis
Kategori
Menceritakan tentang 3 org perempuan yang terpaksa menjadi kepala keluarga akibat konflik di Aceh. Forum Wilayah NAD Pertama
Dokumenter
Dampak tsunami di wilayah dampingan PEKKA Kisah tentang bagaimana ibu-ibu Pekka mengorganisir pembangunan rumah di wilayah Aceh paska tsunami Profil tentang Aisyah Sabi
Program
Dokumenter
2005
Profil tentang 3 orang anggota Pekka setelah beberapa tahun bergabung dengan Pekka Forum Wilayah NAD II
2007
Forum Wilayah NAD III
Dokumentasi
2005
2005
Dokumentasi
Program
Dokumenter
Dokumentasi
17
7. Produksi Tim Video Komunitas Aceh No
Judul Video
Output
1
Udeep di Lapak (Hidup di Lapak)
2
Saboh Glah Ie Kupie 2008 (Segelas Air Kopi)
3
Toeh Ek Koen Bak Tempat Droe (Buang Kotoran Sembarangan) Sikula Masa Depan Loen (Sekolah Masa Depanku) Hana Ie Hanjeut Taudeep (Tak Ada Air, Tak Ada Kehidupan) Meureunoe Hana Eu Umue (Belajar tak Mengenal Batas Usia) Kaween Loom (Kawin Lagi..)
2008
8
4
2008
Sinopsis Kisah perseteruan para pedagang kaki lima dengan Satpol PP. Kisah tentang kebiasaan para di lelaki aceh yang gemar menghabiskan waktunya di warung kopi. Potret salah satu sudut kota idi Rayeuk di mana masyarkatnya masih sering buang air besar sembarangan.
Jeumpa Production. Bireuen Sukma Production, Aceh Besar Irak Production, Idi Rayeuk
2008
Kisah tentang pentingnya ketersediaan air sebagai tonggak utama kehidupan.
Kembang Production Pidie Sukma Producton Aceh Besar
2008
Mengangkat tentang kisah para wanita lanjut usia yang masih semangat dalam menimba ilmu.
Kembang Production Pidie
2008
Cerita tentang tradisi laki-laki di Bireuen yang ‘gemar’ berpoligami.
Dialog Dengan PP
2009
9
Dialog Dengan Kapolres
2009
Sosialisasi PEKKA dengan PP, di mana Ibu Zahra selaku Kepala PP sangat senang dengan kehadiran Pekka dan mengharapkan Pekka dan PP bisa saling bekerjasama. Sosialisasi Pekka dan tanya jawab tentang narkoba, KDRT, Qanun
Jeumpa Production Bireuen Jeumpa Production Bireuen
10
Dialog dengan Mahkamah Syariah
2009
11
Deklarasi Serikat PEKKA Aceh
2010
Dokumentasi kegiatan Forum Wilayah Aceh & Deklarasi Serikat PEKKA Aceh
12
Musrenbang
2010
13
Putus Sekolah
2010
Kegiatan Musrenbang di wilayah Bireuen yg berlangsung ricuh karena beberapa peserta yang tidak menyetujui hasil keputusan instansi. Profil Sulaiman, Nuarani, dan Neung. Kisah tentang anak-anak putus sekolah karena ketiadaan biaya. Saat ini mereka bekerja
5
6
7
2008
Tim Produksi
Jeumpa Production, Bireuen Jeumpa Production, Bireuen Tim Vikom Aceh (Sukma, Kembang, Jeumpa, Irak) Jeumpa Production, Bireuen
Jeumpa Production, Bireuen
18
14
PAUD Pekka ‘Cahaya’
2010
15
Keaksaraan Fungsional
2010
16
Kue Pekka
2010
17
Kunjungan ke Mahkamah Syariah
2010
18
Dialog Sosial
2010
19
Perempuan Tangguh Penjual Ikan
2010
20
Anak Miskin Juga Berhak Sekolah
2010
21
Akte Lahir
2010
22
Dialog Dengan KUA & Mahkamah Syariah
2010
23
Dialog Dengan Dinas Pertanian
2010
24
Profil Rohamah
sebagai buruh tani. Aktifitas PAUD ‘Cahaya’ dengan ragam kegiatannya, seperti Membaca, Menghitung, Menyanyi, dan Bahasa Arab Kisah tentang Bu Nurma, seorang tutor KF yang menggunakan sistem pengenalan bahan-bahan kue dalam proses belajar, agar ibu-ibu lebih cepat mengingat. Praktek pembuatan kue kering dan kue basah di Center oleh klp Rahmat Mulia, dengan tutor Ibu Suryani. Dialog dengan Ketua, Wakil, hakim, dan Panitera. Ibu-ibu bertanya tentang Itsbat Nikah, Prodeo, dan Harta Warisan. Sosialisasi pekka dan dialog dengan SKB, PKBM, dan Sekcam. Dinas Sosial meminta ibu-ibu untuk membuat proposal. Profil tentang seorang perempuan penjual ikan keliling yang harus rebutan ikan dengan kaum lelaki di tempat penampungan ikan. Pekerjaan ini sangat jarang dilakukan oleh perempuan, terutama di wilayah Idi Rayeuk. Kisah tentang anak-anak miskin yang mendapatkan beasiswa dari Pekka. Orang tua mereka sangat gembira karena anak-mereka bisa melanjutkan sekolah melalui beasiswa.
Mengenai pentingnya buku nikah, Gugat cerai, Itsbat Nikah, dan mengenai prodeo Mengenai cara bertani yang baik, dan cara mengatasi hama dan permasalahan pertanian lainnya. Perjuangan hidup Ibu Rohamah hingga mampu menyekolahkan anak-anaknya
Jeumpa Production, Bireuen Jeumpa Production, Bireuen
Jeumpa Production, Bireuen Jeumpa Production, Bireuen Jeumpa Production, Bireuen Irak Production, Idi Rayeuk
Irak Production, Idi Rayeuk
Kembang Production Pidie Kembang Production Pidie Kembang Production Pidie Sukma Production, Aceh Besar
19
VIII.
Pendanaan
1. Sumber Pendanaan PEKKA tahun 2010 No. Sumber Pendanaan 1. TF 055749 (JSDF Grant for Support for Female Headed Households during Aceh Reconstruction) 2. TF 091171 – Proverty Reduction and Women’s Leadership (The PRIME) 3. TF 055900 – Education for the Poor Children 4. TF 095058 – JSDF for Sustaining Women’s Leadership Project 5. TF 096440 – Trust Fund for the Building Public Demand for Legal and Judicial Reform, Women’s Legal Empowerment Projet 6. GRM International TOTAL
2010 5,130,638,988.00 3,634,384,558.00 2,507,759,617.00 597,729,982.00 702,068,653.00 610,648,000.00 13,183,229,798.00
Sumber Pendanaan PEKKA 2010 0,7 M
0,6 M
0,6 M
TF 055749 5,1 M
2,5 M
TF 091171 TF 055900
3,6 M
TF 095058 TF 096440 GRM Intl
20
2. Alokasi pendanaan PEKKA 2010
No. 1. 2. 3. 4. 5.
Kategori Subgrant (BLM) Training and Workshop Consultant Services Goods Operational Cost
Jumlah (Rp.) 6,499,126,406.00 2,142,785,017.00 2,863,601,433.00 132,748,000.00 1,544,968,942.00
TOTAL
13,183,229,798.00
Kategori Pendanaan PEKKA 2010 0.1 M 1.5 M
6.5 M 2.8 M
Subrant (BLM) Training & Workshop Consultant Services Goods
2.1 M
Operational Costs
21
IX. No
Modul dan Kurikulum yang Dikembangkan Seknas Pekka Judul Modul/Manual
Target CO
1
Panduan pengorganisasian masyarakat – perempuan kepala keluarga
3
Modul pelatihan pengorganisasian masyarakat
5 6 7
Panduan pembentukan kelompok Modul membangun visi misi Modul motivasi berkelompok
9
Panduan perencanaan partisipatif
10
Modul manajemen kelompok
11 12
Panduan penguatan dan pengembangan kelompok Panduan memfasilitasi pertemuan rutin
13
Modul administrasi dan pembukuan kelompok
14 15 16
Panduan Rapat Anggota Tahunan (RAT) Modul kepemimpinan untuk perempuan Panduan pengembangan kader
17
Panduan Pengembangan Jaringan
18
Pelatihan lobby dan advokasi
19
Kumpulan permainan (games) untuk ice breaker
Mampu melakukan langkah-langkah pengorganisasian perempuan kepala keluarga Mampu melakukan pengorganisasian masyarakat dengan materi kespro, hukum, atau pendidikan Mampu melakukan pembentukan kelompok Tersusunnya visi misi kelompok pekka Memotivasi perempuan kepala keluarga untuk membentuk kelompok Paham melakukan perencanaan yang partisipatif Pengurus memahami cara melakukan pengelolaan kelompoknya Mampu melakukan penguatan dan pengembangan terhadap kelompok Mampu memfasilitasi pertemuan rutin di kelompok Paham administrasi dan pembukuan yang benar Paham cara melakukan RAT yang benar Sadar dan mau menjadi pemimpin Paham cara melakukan pengembangan kader Paham cara melakukan pengembangan jaringan Paham cara melakukan lobby dan advokasi
GAMES
20 21 22 23
24 25 26
27
Mempunyai pilihan permainan untuk mendukung suasana pelatihan
EKONOMI Konsep & manual pengembangan usaha Paham arah pengembangan usaha pekka Manual fasilitasi pengembangan usaha di Paham arah dan cara pengembangan usaha kelompok pekka Modul pelatihan usaha Memiliki gambaran untuk pengembangan usaha yang dilakukannya Modul manajemen usaha bersama Memiliki cara melakukan pengelolaan usaha bersama yang dilakukan dalam kelompok/gabungan kelompok/LKM Panduan fasilitasi program UKM BLM bagi PL PL paham cara melakukan fasilitasi UKM Modul pelatihan peningkatan kapasitas kader Kader UKM paham tentang langkah UKM pengembangan usaha Aneka informasi pengembangan usaha Berbagai informasi untuk mendukung pengembangan usaha LKM/KOPERASI Manual Pengembangan Koperasi Melatih para pengurus LKM dan pengurus kelompok tentang pembukuan koperasi Panduan MS Excel dan keuangan komputer Mampu melakukan pembukuan keuangan
22
No
Judul Modul/Manual
Target koperasi dengan komputer PENDIDIKAN Manual Evaluasi KF Dapat mengevaluasi capaian para peserta KF Modul TOT PAUD yang berwawasan Gender Tutor PAUD paham menyusun kurikulum yang berwawasan gender Manual pelaksanaan program pendidikan bagi Paham cara melaksanakan program anak-anak miskin dan pemberdayaan orang tua pendidikan pekka murid Panduan pendidikan keaksaraan fungsional (KF) Paham cara melakukan pendidikan KF untuk perempuan Modul keaksaraan fungsional (KF) bagi Kader pekka mampu melakukan pendidikan kelompok pekka KF Pelatihan keaksaraan fungsional (KF) Mampu baca tulis dengan metode KF Pelatihan pendidikan anak usia dini (PAUD) bagi Kader pekka mampu melakukan pendidikan kader pekka PAUD Panduan teknis pencairan subgrant program Paham teknis pencairan dana pendidikan pendidikan bagi anak-anak miskin dan pemberdayaan orang tua murid di wilayah pekka HUKUM Seri panduan PA & PN Memberikan informasi cara mengakses keadilan bagi masyarakat, tokoh masyarakat, PA & PN Modul Kepemimpinan yang berwawasan Memberikan penyadran hukum kepada keadilan tokoh masyarakat dan agama, agar dapat memfasilitasi penyelesaian hukum dengan masyarakat Modul kursus paralegal Program pemberdayaan Paham cara melakukan kursus paralegal hukum pekka dan perempuan marjinal Kursus hukum/paralegal bagi perempuan kepala Peserta mampu menjadi paralegal keluarga (pekka) dan perempuan marjinal Modul pelatihan penyadaran hukum tingkat Peserta sadar akan hukum dan kelompok permasalahannya POLITIK Modul pelatihan Gender Budget Melatih masyarakat agar mengetahui cara melakukan advokasi Gender Budget Modul kepemimpinan transformatif lanjutan Melatih para pengurus serikat tentang kepemimpinan Modul advokasi anggaran responsive gender Peserta paham cara melakukan advokasi anggaran yang responsive gender Pendidikan politik advokasi anggaran Peserta paham tentang advokasi anggaran KESEHATAN Modul kesehatan reproduksi Peserta paham pentingnya kesehatan reproduksi Modul penyadaran kesehatan reproduksi Peserta paham pentingnya kesehatan reproduksi PENGEMBANGAN DIRI Kepemimpinan diri Peserta mempunyai motivasi untuk meningkatkan kualitas hidupnya Bahan bacaan pelatihan peningkatan motivasi Peserta lebih paham akan materi hidup peningkatan motivasi hidup SUB-GRANT koperasi
28
29 30 31 32 33
34 35 36
37 38 39 40
41 42
23
No Judul Modul/Manual Target 43 Panduan teknis pencairan bantuan langsung Paham tahapan cara melakukan pencairan masyarakat bagi kelompok pekka di 7 propinsi BLM di 7 propinsi 44 Panduan teknis pencairan bantuan langsung Paham tahapan cara melakukan pencairan masyarakat bagi kelompok pekka di NAD BLM di NAD MONITORING 45 Manual monitoring dan evaluasi partisipatif Paham cara melakukan monitoring dan program pemberdayaan perempuan kepala evaluasi partisipatif program pemberdayaan keluarga (PEKKA) perempuan kepala keluarga MEDIAKOM Modul pelatihan pengembangan Media Pengurus mediakom agar dapat memasukan Komunitas (Mediakom) materi tematik dalam Mediakom
24