MENYIBAK PEREMPUAN KEPALA KELUARGA Ernawati Penulis Adalah Pegiat Gender di Malang
[email protected]
Abstract: This study departs from the reality of the increasing number of families are headed by women, but society and the government has not been paying attention and protection against them. This condition occurs because the patriarchal culture that assumes that women do not have the right to be the head of household. Standardization of gender roles, in which the male head of the household, the breadwinner and the wife is a housewife, dianggab be something natural, not a social construction that can and may at any time change, so it is very detrimental to women. Especially if the woman had to carry the load, to meet the economic needs of the whole family, as has happened in the lives of poor families.
Keywords: Head of the Family, Gender Relations, Women Abstrak : Penelitian ini berangkat dari realitas meningkatnya jumlah keluarga yang dikepalai oleh perempuan, tetapi masyarakat dan pemerintah belum memberikan perhatian dan perlindungan terhadap mereka. Kondisi ini terjadi karena budaya patriarki yang menganggap bahwa perempuan tidak memiliki hak untuk menjadi kepala rumah tangga. Standardisasi peran gender, di mana kepala laki-laki dari rumah tangga, pencari nafkah dan istri adalah ibu rumah tangga, dianggab menjadi sesuatu yang alami, bukan konstruksi sosial yang dapat dan dapat setiap perubahan waktu, sehingga sangat merugikan perempuan. Apalagi jika wanita harus membawa beban, untuk memenuhi kebutuhan ekonomi seluruh keluarga, seperti yang terjadi dalam kehidupan keluarga miskin Kata Kunci: Kepala Keluarga, Relasi Gender, Perempuan Perubahan bisa terjadi karena kehendak
Pendahuluan Dunia ini tidak konfergen, sering berubah begitu juga kehidupan sosial. 154 |
manusia
(human
construstion),
yang
secara sadar dikehendaki oleh manusia itu
MUWÂZÂH, Volume 5, Nomor 2, Desember 2013
sendiri atau secara alamiah karena sebab-
budaya kita ( Indonesia) dan bukan
sebab tertentu yang manusia kadang tidak
budaya orang-orang Barat.
menyadarinya. Perubahan dalam suatu masyarakat bisa diterima sebagai
Kendati ada variasi dalam struktur
suatu
keluarga dan semakin banyaknya rumah
hal positif dan negatif. Semua itu tinggal
tangga yang kepalai perempaun, akan
bagaimana
aktor
tetapi masyarakat masih berharap institusi
perubahan menyikapinya. Sikap menerima
keluarga yang dianggab “normal” adalah
atau menolak terhadap suatu perubahan
yang dikepalai oleh laki-laki. Dengan kata
adalah wajar. Hal tersebut terjadi karena
lain, Dengan kata lain, seorang manusia
dipengaruhi oleh budaya yang sudah
yang berjenis kelamin biologis (seks) laki-
mengejawantah
laki, secara otomatis akan melekat peran
masyarakat
dan
sebagai
terpola
dalam
kehidupan masyarakat.
gendernya sebagai pencari nafkah dan
Pemikiran di atas hanya sebagai pandangan awal, dimana dengan
kepala keluarga, sebaliknya perempuan
pola
dengan jenis kelamin biologisnya, juga
pikir dan kondisi sosial yang semakin
melekat peran gendernya sebagai Ibu
berubah
Rumahtangga. Dalam hal ini, konsep seks
bukan
tidak
mungkin
ada
perubahan, meskipun tidak secara frontal,
yang
pada struktur masyarakat dus struktur
disamakan dengan konsep gender, yang
keluarga, dimana kepala rumahtangga
merupakan kontruksi sosial. Oleh karena
bergeser
itu, mengidentikan antara kedua konsep
pada
perempuan
(
istri).
sebenarnya
merupakan
kodrat,
Sehingga kata ”tabu” atau melanggar
tersebut
norma masyarakat tidak lagi terdengar
ketidakadilan dan ketimpangan gender
ketika seorang perempuan berkiprah di
antara
dunia publik dan laki-laki berkiprah di
Sehingga dalam konteks ini, apabila ada
sektor domestik. Ini bukan dunia yang
keluarga yang dikepalai oleh perempuan,
sudah mendekati kiamat atau terbalik,
tanpa kecuali dan tidak boleh tidak tetap
karena itulah fenomena masyarakat yang
dianggab sebagai sesuatu yang melanggar
senantiasa
alur
kodrat. Inilah kontruksi sosial yang telah
perkembangan dan pola pikir yang juga
mengejawantah dalam realitas kehidupan
semakin
berubah.
kita yang memang belum berpihak pada
struktur
masyarakat
berubah
mengikuti Bukankah matrilinial
dalam hal
akan laki-laki-laki
berdampak dan
pada
perempuan.
perempuan.
tersebut sudah biasa terjadi, dan itu adalah
Peran gender yang melekat pada kaum laki-laki sebagai pencari nafkah dus
Menyibak Perempuan Kepala Keluarga (Ernawati)
| 155
kepala keluarga, sedangkan perempuan
memikul
adalah ibu rumah tangga, adalah format
menghidupi keluarganya (Julia Cleves
baku yang masih melekat erat dalam pola
Mosses, 2007:55). Pengertian ini linier
pikir masyarakat dan seakan-akan sulit
dengan pengertian kepala keluarga itu
untuk diitembus oleh realitas zaman yang
sendiri, yaitu orang yang mempunyai
semakin berubah. Dampak dari itu semua
tanggungjawab baik secara ekonomi
adalah kontrol terhadap peran reproduksi
maupun sosial terhadap keluarganya.
perempuan tetap pada posisi semula, yaitu
Menurut Undang-undang No. 1 Tahun
apapun bentuk pekerjaan yang dilakukan
1974 tentang
oleh perempuan, berapapun besar gaji
kepala keluarga identik dengan pencari
perempuan,
nafkah
kerja
tetap saja dinilai sebagai
sembilan
tambahan,
dan
meski
pencari hasilnya
untuk
dikaji
ketika
Perkawinan dan KHI,
dan
memenuhi
semua
kebutuhan hidup anggota keluarganya.
untuk
Oleh karena itu, yang dimaksud dengan
menjadi menarik budaya
tunggal
uang
memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari. Kondisi tersebut
tanggungjawab
perempuan
kepala
keluarga
dalam
konteks ini adalah perempuan yang
belum
memikul tanggungjawab tunggal untuk
mengakui keberadaan perempuan kepala
menghidupi keluarganya, sehingga dia
keluarga dan disisi lain, nilai-nilai agama
adalah pencari nafkah utama dan juga
(Islam) juga dipahami oleh masyarakat
harus
telah melarang perempuan untuk menjadi
hidup anggota keluarganya.
memenuhi semua kebutuhan
kepala keluarga. Padahal rumah tangga
Berangkat dari pengertian di
yang dikepalai oleh perempuan menjadi
atas, maka apabila dalam realitasnya
realitas yang tidak bisa dihindari. Inilah
sebuah
yang menjadi fokus kajian ini.
perempuan atau isteri maka tentu
keluarga
dihidupi
oleh
secara konsep, perempuan tersebutlah
Pembahasan
yang
A. Siapa Perempuan Kepala Keluarga?
Berdasarkan hasil survei dilapangan
Istilah yang dipakai oleh Julia
yang
menjadi dilakukan
kepala oleh
keluarga. PEKKA
(
Cleves terhadap perempuan kepala
Perempuan Kepala Keluarga), secara
keluarga adalah women headed (yang
riil,
dikepalai oleh perempuan) atau women
menjadi kepala keluarga ini,
perempuan
–perempuan
yang antara
oleh
lain: janda yang suaminya meninggal
perempuan), yaitu perempuan yang
dunia, janda cerai, perempuan yang
maintained
156 |
(yang
dijaga
MUWÂZÂH, Volume 5, Nomor 2, Desember 2013
ditinggal suaminya dalam jangka waktu
maupun negara miskin berkembang. Di
lama
nafkah,
negara maju, perempuan kepala rumah
perempuan lajang dari keluarga yang
tangga rata-rata adalah perempuan
tidak mampu dan perempuan yang
mandiri terutama dari segi ekonomi
suaminya sedang sakit atau cacat (Nani
atau para perempuan karier yang
Zulminarni, 2009 :1). Sedangkan data
notabene berpendidikan tinggi. Akan
lain yang berhasil ditemukan adalah,
tetapi sebaliknya di negara miskin,
para
perempuan
dan
tidak
perempuan
diberi
yang
suaminya
kepala
rumahtangga,
penganggguran, baik karena di PHK,
justeru mereka yang berpendidikan
malas bekerja atau sulit mencari kerja,
rendah dengan status ekonomi yang
juga memikul tanggungjawab tunggal
rendah pula. Hal ini sejalan dengan
bagi keluarganya (laporan identifikasi
teori yang menyatakan
PSG STAIN Pekalongan, 2008 ). Para
korelasi linier
antara kemiskinan
perempuan kepala keluarga ini rata-rata
perempuan
perempuan
berasal dari keluarga miskin dan
rumah tangga (Julia Cleves, 2007:56).
berpendidikan rendah. Pekerjaan yang
Artinya
mereka
perempuan hidup dalam kemiskinan
lakukan
pekerjaan
sektor
pembantu
adalah
pekerjaan-
informal,
rumahtangga,
dan adalah,
bahwa,
ketika
ada
kepala seorang
seperti
maka dia akan semakin berperan untuk
buruh
menghidupi keluarganya atau mencari
sanggan, pedagang kecil dan pekerjaan
nafkah bagi anggota keluargaanya.
–pekerjaan lain yang tentunya tidak
Dari
hasil
penelitian
yang
membutuhkan sklil. Ini lah realitas
dilakukan oleh Tim WHO PBB pada
bahwa perempuan miskin memang
tahun 2005, tercatat bahwa
mengalami miserisasi, dimana
Perempuan Kepala Rumah Tangga (
dia
jumlah
yang paling menderita menanggung
PKRT),
setiap tahun semakin
beban
meningkat.
Di
berat
akibat
kemiskinan
keluarganya.
jumlah
Perempuan Kepala Rumah Tangga sebanyak
B. Perempuan
Karibia
Kepala
Keluarga:
Kepala
(21%), Sub Sahara Afrika (20%), Asia Tengah ( 17%), Afrika Utara , Asia
Realitas Yang Terabaikan Perempuan
( 35%), Amerika Latin
Rumah
Barat dan Asia Selatan
(12%-13%),
Tangga, merupakan realitas yang tidak
India (11,7 %), bahkan di kawasan
bisa dihindari baik di negara modern
Amerika Tengah
Menyibak Perempuan Kepala Keluarga (Ernawati)
sebanyak (90 %)
| 157
keluarga
pengungsi
dihidupi
oleh
perempuan.
meninggalkan rumah ( bekerja di luar
Di Indonesia, 1 (satu) dari 10 (sepuluh)
meninggal dunia, perceraian, suami
kepala
keluarga
miskin
kota, luar daerah ataupun luar negeri) dan
suami sakit. Faktor ini banyak
adalah kepala rumahtangga perempuan,
dialami oleh Perempuan Kepala Rumah
yang diperkirakan jumlahnya 1,2 – 1,5
Tangga di Indonesia. Selain beberapa
juta jiwa dan rata–rata berpendidikan
faktor tersebut, meningkatnya jumlah
tidak tamat SD. Hal ini dipertegas
PKRT juga disebabkan oleh keinginan
dengan data dari Badan Pusat Statistik
dan
tahun 1999, yang menyebutkan bahwa
membebaskan diri
13,2% rumahtangga di Indonesia di
yang lebih represif dalam kultur yang
kepalai oleh perempuan ( Zaitunah
tidak berpihak (Momsenn J. Hens hall ,
Subhan, 2008 :94). Sedangkan menurut
1991: 26).
kesadaran
data dari LSM PEKKA ( Perempuan
perempuan
Meskipun
untuk
dari aspek-apek
jumalah
PKRT
Kepala Rumah Tangga), dikemukakan
semankin
bahwa jumlah PKRT di Indonesia
pembangunan
setiap tahun meningkat sebanyak 13%-
mendiskriminasikan
17 % ( Nani Zulminarni, 2009 :1).
diatur sedemikian rupa agar PKRT
Meningkatnya
jumlah
meningkat,
akan
tetapi tetap
mereka.
Dunia
tetap tidak tampak dan hanya sebagai
Perempuan Kepala Rumah Tangga
bayang-bayang
terutama
miskin
keberadaannya dianggab tidak pernah
disebabkan antara lain karena: (1).
ada. Pembakuan peran gender, dimana
Migrasi. Migrasi berpengaruh nyata
laki-laki kepala rumahtangga, pencari
terhadap perempuan yang ditinggal.
nafkah
Bagi perempuan desa dengan perginya
rumahtangga, menjadi sesuatu yang
suami, tanggungjawab tunggal atas
dianggab taken for granted, alamiah,
ladang, tidak adanya tenaga kerja laki-
bukan kontruksi sosial yang setiap saat
laki dan
rendahnya sumber nafkah
bisa dan boleh rubah atau berubah.
pertanian, menyebabkan produktivitas
Sehingga yang terjadi, dampak dari
menjadi
pembakuan tersebut sangat merugikan
dinegara-negara
sangat
rendah.
Akibatnya
dan
semu
istri
adalah
yang
ibu
perempuan melakukan kerja sambilan
kaum
di luar pekerjaan sebagai petani yang
perempuan tersebut harus mennggung
bernilai
beban untuk memenuhi kebutuhan
158 |
ekonomi;
(2).
Suami
perempuan.
Apalagi
jika
MUWÂZÂH, Volume 5, Nomor 2, Desember 2013
ekonomi seluruh anggota keluarganya,
rumah
sebagaimana
produksi pangan, perempuan tetap
yang
terjadi
dalam
taangga
dan
manaajemen
kehidupan keluarga miskin. Hal ini
tersubordinat
membuktikan bahwa, meskipun banyak
dikarenakan
perempuan memikul tanggung jawab
penghasilan uang tunai dan hak si
tunggal
suami atas taaah.
manghidupi
keluarganya,
tterhadap
suaminya
ketergantungan
pada
Beberapa unit
mereka jarang menerima pengakuan
kkeluarga biasanya tidak mendapat
hak dan kekuasaan yang sma seperti
kirinan ataau kiriman berhenti sehingga
kepala keluarga laki-laki.
perempuan
Secara paradoks , perempuan
terpaksa
menghidupi
dirinya dan anak-anaknya.
yang menghidupi rumah tangganya memilki lebih banyak kekuasaan atas keputusannya
sendiri,
sehingga
C. Perempuan Kepala Keluarga Dalam Ragam Perspektif
keamanan ekonomi mereka lebih besar.
Sebenarnya,
perempuan
Akan tetapi di sisi lain, kegiatan
mempunyai peran yang sama dengan
ekonomi perempuan harus digabngkan
laki-laki, namun sebagian masyarakat
dnegananggungjawab
pengasuhan
belum mengakui perempuan sebagai
anak, maka pemasukan yang dihasilkan
kepala keluarga dalam rumah tangga,
pperempuan
sediikit
dan perempuan yang demikian juga
ketimbang laki-laki. Kenyataan ini
belum mendapatkan perhatian dan
diperburuk
bahwa
perlindungan dari pemerintah. Bahkan,
perempuan masih meneia uapah lebih
di dalam undang-undang pun juga
rendah dari laki-laki untuk pekerjaan
belum
ynag sma. Janet Momsen menjelaskan
perempuan sebagai kepala keluarga.
bahwa
Misalnya dalam Undang-Undang RI
juga oleh
lebh keadaan
pembangunan
kemunduran kerjasama kelom[ok
dalam
disertai kewajiban
kkekeluuargaan keluarga
dalm
tambahan
,
Nomor
mengakui
1
tahun
keberadaan
1974
tentang
Perkawinan, pasal 31 ayat (3) yang secara
tegas
menyebutkan
bahwa
akibatnya perempauan akan bekerja
“suami sebagai kepala keluarga dan
sendiri.
isteri sebagai ibu rumah tangga”, serta
.
pasal 34 “suami wajib melindungi isteri
Menurut laporan Minority Right
Group,
kendati
ada
peningkatan
dan isteri wajib mengatur rumah
kekuasaan pembuatan keputusan dalam
tangga sebaik-baiknya”. Pasal tersebut
Menyibak Perempuan Kepala Keluarga (Ernawati)
| 159
memberi justifikasi bahwa kedudukan
kerja domestik tersebut, karena hanya
suami sebagai kepala rumah tangga
layak
(pemimpin)
tanggung
perempuan.Perempuan memiliki peran
keluarganya,
ganda dalam rumah tangga. Yang
sehingga tugas mereka adalah di ranah
secara fisik lemah justru dibebani
publik. Sedangkan isteri adalah sebagai
dengan tugas berat. Selain sebagai ibu
ibu rumah tangga bertugas di ranah
rumah tangga, ia juga sebagai kepala
domestik, mengurusi anak dan suami.
keluarga. Apabila suami tidak dapat
Kebijakan
mencukupi
jawab
mempunyai
nafkah
atas
pemerintah
pada
pasal
dikerjakan
oleh
kebutuhan
keluarga,
tersebut semakin melegitimasi berbagai
otomatis si istri turut serta mencukupi
bentuk ketidakadilan bagi perempuan.
kebutuhan keluarganya.
Pembagian tugas publik dan domestik
sangat penting dalam keluarga, yang
dianggap bentuk diskriminasi terhadap
mengatur dan membuat rumah tangga
perempuan,
kurang
menjadi tempat yang nyaman dan
penghargaan
terhadap
tentram untuk anggota keluarganya.
domestik.
Adanya
adanya
ditambah
pekerjaan domestifikasi
ini
lagi
Untuk
mencapai
Perempuan
kebahagiaan
dan
mendudukkan
keharmonisan dalam rumah tangga,
perempuan sebagai makhluk nomor
dibutuhkan seorang istri yang dapat
dua (the second sex).
menjaga anak-anak, serta suaminya.
Pasal
tersebut
semakin
Faktor
yang
menyebabkan
menguatkan budaya patriarkhi yang
seorang perempuan menjadi kepala
beranggapan bahwa perempuan tidak
keluarga di dalam rumah tangga, antara
memiliki hak untuk menjadi pemimpin
lain:
dalam rumah tangga, sebaliknya ia
merantau, suami cacat, serta karena
berhak
Pekerjaan
suami meninggal dunia. Tidak mudah
domestik yang dibebankan kepada
jika seorang perempuan menjadi kepala
perempuan dilakukan bersama-sama
rumah
dengan fungsi reproduksi haid, hamil,
beban dan tanggungan yang berat
menyusui dan sebagainya. Sementara
untuk keluarganya, ia juga harus
laki-laki
mengurusi
untuk
menurut
dengan
peran
kebiasaan
(konstruksi bertanggungjawab
160 |
diatur.
publiknya
karena
tangga.
penceraian,
Selain
suami
mempunyai
keluarga
secara
masyarakat
total. Ia memikul beban ganda dalam
tidak
rumah tangga, yakni mengurus rumah
sosial), terhadap
beban
tangga sekaligus mencari nafkah.
MUWÂZÂH, Volume 5, Nomor 2, Desember 2013
Pasal 31 ayat 3 UU Perkawinan
peran gender, dimana laki-laki kepala
sebagimana di atas, juga mengatur
rumahtangga, pencari nafkah dan istri
tentang pembagian tugas-tugas dalam
adalah ibu rumahtangga, menjadi sesuatu
keluarga, namun
pembagian tugas
yang dianggab taken for granted, alamiah,
tersebut dirasa masih terkesan kaku.
bukan kontruksi sosial yang setiap saat
Oleh karena itu, Undang-Undang yang
bisa dan boleh rubah atau berubah.
mengatur tentang perkawinan harus
Sehingga yang terjadi, dampak dari
dikaji ulang, agar pihak perempuan
pembakuan tersebut sangat merugikan
memiliki hak-hak keadilan dan tidak
kaum perempuan. Apalagi jika perempuan
merugikan pihak perempuan. Sehingga,
tersebut harus mennggung beban untuk
kaum
kepala
memenuhi kebutuhan ekonomi seluruh
keluarga mendapatkan pengakuan yang
anggota keluarganya, sebagaimana yang
baik dari masyarakat dan perempuan
terjadi dalam kehidupan keluarga miskin.
yang jadi kepala keluarga terlindungi
Hal ini membuktikan bahwa, meskipun
hak-haknya.
banyak perempuan memikul tanggung
perempuan
sebagai
jawab tunggal manghidupi keluarganya, mereka jarang menerima pengakuan hak
Penutup Perempuan kepala keluarga adalah women headed ( Keluarga yang dikepalai
dan kekuasaan yang sama seperti kepala keluarga laki-laki.
oleh perempuan) atau women maintained DAFTAR PUSTAKA
(yang dijaga oleh perempuan), yaitu perempuan yang memikul tanggungjawab tunggal
menghidupi
keluarganya.
Vangelis, Anita L. 2004, Handbook of
Meskipun jumalah Perempuan Kepala
Family
Rumah Tangga semankin meningkat, akan
Lawrence Elbraum
tetapi
pembangunan
tetap
Comunication,
USA:
Mosse, Julia Cleves, 2007, Gender Dan
mendiskriminasikan mereka, bahkan tidak
Pembangunan,
ada hukum yang memayungi hak hak
Pustaka Pelajar
Yogyakarta
:
mereka. Hal tersebut terjadi karena, dunia
Nurmila, Nina, 2002, “Ketika Perempuan
diatur sedemikian rupa agar PKRT tetap
Mencari Nafkah” , Jurnal HARKAT-
tidak tampak dan hanya sebagai bayang-
Media Komunikasi Gender, Jakarta,
bayang
PSW UIN Syarif Hidayatullah ,Vol
semu
yang
keberadaannya
dianggab tidak pernah ada. Pembakuan Menyibak Perempuan Kepala Keluarga (Ernawati)
2. No.2 April 2002,
| 161
Richard R Clayton,
2003, The Family,
Mariage
and
Social
Tderique
Holdert
dan
Change Gerrit
Antonides, “Family Type Effects on Household
Members
Decision
Making”, Advances in Consumer Research Volume 24 (1997), eds.
MacInnis, Provo, UT : Association for Consumer Research Internet : www.antaranews.com/berita/.../banyakperempuan-jadi-kepala-keluarga www.pekka.or.id/8/index.php?option=com_co ntent&view.
Merrie Brucks and Deborah J.
162 |
MUWÂZÂH, Volume 5, Nomor 2, Desember 2013