Cerita dan Mimpi Kita Peluncuran Hasil Penelitian Akses Terhadap Keadilan
“Kendala Biaya Sebabkan Perempuan Kepala Keluarga Sulit Akses Keadilan” center Lodan Doe - NTT Sudah ada karyawan Lho!!! Kunjungan ke Family Court (Pengadilan Keluarga) di Australia
Edisi Oktober 2010
Peni Yuliarti Ceritaku Di Jepang ” atnice Award a g r a c h a g i n r “PBeest P ard”pdaangr SebuahPraecmteicrientAawh Jeng “Besdtari P rintah Jepa lidli22010010 d Peme a S a h S a SaSpaaprainrinah h a r h e a g r AnAunuge
Anggota Pekka menjadi korban tenggelam kecelakaan kapal di Flores Timur-NTT
Keluarga Besar PEKKA Berduka Cita yang Mendalam
1
Sekapur Sirih dari Kornas PEKKA
Daftar isi • Sekapur Sirih dari Kornas PEKKA Peluncuran Hasil Penelitian Akses Terhadap Keadilan “Kendala Biaya Sebabkan Perempuan Kepala Keluarga Sulit Akses Keadilan” 4 • Profil Kader Peni Yuliarti Ceritaku Di Jepang 6 • Cerita dari Lapang Belajar Sepanjang Hayat 9 • Capaian • Sebuah “Best Practice Award” dari Pemerintah Jepang 10 • Anugerah Saparinah Sadli 10 • Center Lodan Doe - NTT 11 Karyawan Center 13 • Seknas Punya Cerita • Kunjungan ke Family Court (Pengadilan Keluarga) di Australia 15 • FORWIL JAWA BARAT DI GELAR di 2010 19 • Semua Harga Larang (Mahal) Di Kecamatan Larangan 21 • Berita Duka Pekka Tenggelam dalam Kecelakaan Kapal di Flores Timur 23 2 • Foto - foto Kegiatan Pekka 24
Waktu memang tak pernah kompromi dan waktu terus berdetak mengikuti irama hukum alam. Tanpa terasa, tiga tahun telah berlalu sejak edisi terakhir buletin “Cermin” PEKKA diterbitkan pada April 2007 yang lalu. Di Cermin itu kita bicara soal pemberdayaan ekonomi di PEKKA. Meskipun tidak terbit, bukan berarti cerita Pekka berhenti begitu saja. Peristiwa kehidupan Pekka baik suka maupun duka terus terjadi seiring perjalanan waktu. Tak semua cerita memang dapat diabadikan dalam rangkaian kata-kata dan tulisan seperti yang termuat dalam “Cermin” sebelumnya. Namun, tetap saja peristiwa demi peristiwa yang dialami ibu-ibu Pekka di seluruh Indonesia mengukir sejarah perjalanan pemberdayaan perempuan Indonesia. Hal ini membuat keinginan serta semangat untuk secara berkesinambungan menerbitkan “Cermin” tetap menyala di Seknas PEKKA. Setelah melalui penantian yang panjang, akhirnya, Tim Publikasi dan Dokumentasi Seknas PEKKA berhasil menerbitkan kembali “Cermin” sebagai arena berbagi cerita kehidupan Pekka. Pada kuartal akhir tahun 2010 ini, kami persembahkan “Cermin” kembali dihadapan pembaca dengan lebih berwarna.
Pemimpin umum & Penanggung Jawab Nani Zulminarni Pemimpin Redaksi Kodar Triwusananingsih Editor Tulisan Adam Saputra Desain Chairil Anwar Penanggung jawab Artikel Ferryana Kontributor Seluruh anggota Pekka Seknas Pekka Alamat redaksi JL. Lapangan 1, No.2A Rawa Domba, Duren Sawit Jakarta Timur 13440 Telp. 021 - 860 9325, 8660 3787 email:
[email protected] website: www.pekka.or.id
Beberapa peristiwa besar dan berskala Internasional dan Nasional mewarnai perjalanan Pekka beberapa tahun terakhir ini. Pada akhir tahun 2009, program PEKKA mendapatkan penghargaan dari Pemerintah Jepang sebagai salah satu program dengan pencapaian yang baik. Maka mewakili Pekka seluruh Indonesia, Peni Yuliarti selaku ketua federasi serikat Pekka, didampingi Kornas Pekka melakukan perjalanan ke Jepang untuk menerima penghargaan itu secara langsung. Peny menuliskan ceritanya dalam Cermin kali ini. Selain itu, Pekka juga mendapatkan penghargaan secara nasional yaitu melalui Anugrah Saparinah Sadli yang diterima oleh Kornas Pekka pada Agustus 2010 yang lalu. Penghargaan-penghargaan ini tentu saja merupakan pengakuan keberadaan Pekka dan pencapaiannya. Oleh karena itu kita patut bersyukur pada Tuhan yang Maha Kuasa atas semua ini. Dan tentu saja penghargaan ini selayaknya menjadi penyemangat bagi kita semua, keluarga besar Pekka untuk terus berkarya dan bekerja berkontribusi pada proses membangun kehidupan yang lebih baik. Memang roda kehidupan tak selalu membawa berita gembira. Pada tahun 2010 ini keluarga besar Pekka juga ditimpa musibah yang cukup menyedihkan yaitu meninggalnya tiga orang kader terbaik Pekka di NTT dalam kecelakaan kapal motor di Lembata, NTT. Kisah duka ini menorehkan trauma dan kesedihan yang mendalam bagi segenap keluarga besar Pekka di seluruh Indonesia. Begitu berat perjuangan hidup Pekka dalam menghidupi keluarganya, bahkan nyawa pun menjadi taruhannya. Warna-warni cerita di “Cermin” kali ini dilengkapi pula dengan gambaran pencapaian Pekka di beberapa daerah termasuk perkembangan “Center” di NTT dan tentang kegiatan pendidikan. “Cermin” ini hanya akan terus hidup jika kita mau merangkai kata menuliskan cerita dan peristiwa yang kita lalui. Oleh karena itu, saya tidak akan pernah lelah dan bosan untuk terus mengajak dan mengingatkan kita semua agar menulislah, walaupun hanya beberapa baris, agar “Cermin” dapat terus terbit. Semoga “Cermin” kali ini mampu membangkitkan semangat pembaca untuk kembali menulis, membagi kisah, cerita dan peristiwa nya. Jakarta, 27 September 2010 Nani Zulminarni Kornas Pekka
3
Peluncuran Hasil Penelitian Akses Terhadap Keadilan
“Kendala Biaya Sebabkan Perempuan Kepala Keluarga Sulit Akses Keadilan” Siti Masriyah Ambara
“Sembilan dari sepuluh Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA) tidak dapat mengakses pengadilan untuk perkara perceraian mereka. Dan satu pertiga perempuan kepala keluarga yang hidup di bawah garis kemiskinan Indonesia tidak dapat mengakses program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)” Temuan itu hanya satu dari sekian temuan penting yang muncul dari hasil penelitian yang dipaparkan oleh Nani Zulminarni, Kordinator Nasional PEKKA, dalam acara launching hasil penelitian Akses Terhadap Keadilan : Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga di Indonesia yang digelar 19 Juli 2010 di Jakarta. Serangkaian temuan penting lain yang terkait dengan bagaimana masyarakat miskin, terutama kelompok perempuan, dalam mengakses keadilan yang seharusnya menjadi hak semua warga negara berjalan di Indonesia dipaparkan dalam acara yang dihadiri langsung oleh Ketua Mahkamah Agung, Harifin A. Tumpa yang sekaligus menjadi keynote speaker.
4
Akses untuk mengurus perkara perceraian adalah salah satu isu penting dalam bidang hukum keluarga yang kerap dihadapi oleh perempuan kepala keluarga. Sayangnya, 9 dari 10 perempuan kepala keluarga yang di survei mengaku tidak mampu mengakses pengadilan untuk mengurus perkara perceraian mereka. Hal ini tidak terlepas dari persoalan keuangan
untuk membayar biaya perkara dan biaya transportasi untuk ke pengadilan. Padahal, bagi banyak perempuan, kepemilikan akta cerai yang sah sangat penting sebagai alat pembelaan hukum resmi untuk anak-anak mereka dan diri mereka sendiri terhadap kemungkinan tindak pidana kekerasan baik dari mantan pasangannya maupun pihak lain. Kendala ini menyebabkan tingginya siklus perkawinan dan perceraian tidak sah yang terjadi pada perempuan kepala keluarga. Kegagalan memperoleh dokumen hukum sah yang terkait dengan perkawinan dan perceraian terkait erat dengan rendahnya jumlah akta kelahiran anak. Terkait hal ini, penelitian yang dilakukan oleh tim Sekretariat Nasional PEKKA dan tim dari SMERU yang didukung oleh Indonesia Australia Legal Development Facility menunjukkan ada 56% anak perempuan kepala keluarga yang tidak memiliki akta kelahiran. Angka ini bahkan meningkat sampai 87% di wilayah Nanggroe Aceh Darussalam. Temuan ini menjadi sebuah fakta yang mengenaskan mengingat akta kelahiran merupakan identitas hukum sekaligus dokumen yang menjamin akses
anak terhadap pelayanan sosial. Akibatnya jelas, tanpa ada akta kelahiran, hak anak akan terabaikan misalnya hak mereka untuk menyelesaikan wajib belajar 9 tahun yang tidak dapat mereka akses karena ketiadaan dokumen hukum ini. Dua puluh dua temuan penting ini yang kemudian mendorong PEKKA mengusulkan sejumlah rekomendasi kerja, baik yang harus dilakukan oleh PEKKA selaku lembaga sosial maupun oleh lembaga negara terkait seperti Mahkamah Agung, Kementrian Koordinator Kesejahteraan Rakyat, Kementrian Pendidikan Nasional maupun BAPPENAS. Perwakilan dari keempat lembaga terkait itu pun hadir dalam acara launching sekaligus memberikan tanggapan mereka terhadap hasil temuan penelitian yang dipaparkan Nani Zulminarni. Secara umum, perwakilan dari 4 lembaga pemerintah menyatakan komitmennya untuk memperbaiki mekanisme layanan sehingga perempuan kepala keluarga sebagai salah satu kelompok yang termarjinal dapat mengakses hak mereka untuk mendapat layanan hukum yang sama dengan warga negara lainnya.
5
Ceritaku di Jepang Peni Yuliarti
Ketika dapat telepon dari mbak Min agar segera membuat paspor untuk berangkat ke Jepang bulan Oktober 2009, untuk memenuhi undangan dari JSDF. Bank Dunia harus mempertanggungjawabkan programprogramnya pada pemerintah Jepang yang selama ini sudah mendanai, sehingga Bank Dunia harus membuktikan program-program yang dianggap sukses di antaranya adalah PEKKA. Yang mana seorang adalah Bunda Nani sebagai perintis,pendiri,pengelola dan penyemangat hidup atau sebut saja seorang yang menyebabkan lahirnya PEKKA. Dan seorang lagi adalah saya sebagai masyarakat PEKKA. Saya kaget,merinding,senang,takut bercampur jadi satu. “Dari masyarakat PEKKA berapa orang?” pertanyaanku spontan dan penasaran. Dan jawab mbak Min “Dari masyarakat PEKKA seorang dan dari SEKNAS seorang”. Mulailah aku mengurus paspor, NPWP,dan menyiapkan semuanya hingga tiba waktunya………
6
Tiba di kota Tokyo yang sangat indah,bersih dan mengagumkan. Sesekali aku sentuh tangan Bunda Nani …. batinku mengatakan “ Ya! Benar-benar tanganku bisa merasakan
ada orang...” tapi aku masih belum percaya sehingga aku cubit tanganku sendiri “ Aduh! Sakit!… ini pasti benar-benar bukan mimpi!” Aku memang telah melewati perjalanan yang sangat jauh sampai ke Jepang yang mana kalau bukan karena aku Perempuan Kepala Keluarga dan kalau Bunda Nani bukan orang hebat, pasti seumur hidupku tidak mungkin dan tidak akan pernah aku bisa sampai ke Jepang. Ketika memasuki sebuah hotel Imperial di Tokyo maka aku semakin yakin kalau ini bukan mimpi belaka tetapi sebuah fakta yang tak pernah terduga sebelumnya. Karena jadwal presentasinya baru keesokan harinya,terlebih dulu kami jalan-jalan melihat-lihat kota yang tidak saja indah tetapi juga bersih kotanya, ramah penduduknya,tertib lalu lintasnya sangat berbeda dengan Jakarta. Kami juga sempatkan jalan-jalan ke pasar, sungguh luar biasa! Sekalipun pasar ikan tetapi tidak berbau amis,tidak becek dan tidak ada sampah, tidak seperti di Tanah Abang,Jatinegara atau pasar Tradisional lainnya. Biasanya di Indonesia kalau jalan-jalan paling praktis dengan mobil ataupun motor, tapi di Jepang jalan-jalan memang benar - benar
jalan kaki. Sudah menjadi tradisi jalanan ramai oleh pejalan kaki. Jadi kami juga harus menyesuaikan. Kami berjalan dan berjalan terus. Hanya sesekali aku berhenti sejenak melepas lelah tanpa sepengetahuan Bunda Nani karena langkahku selalu di belakang, aku selalu berusaha menyesuaikan langkah Bunda tetapi sulit …. Aku hanya membatin “Wah! Bunda Nani benar - benar hebat, perempuan tangguh yang tidak kenal lelah , aku salut dengannya. Malam harinya kami kembali ke hotel dan memasuki kamar masing-masing. Semua bantal di kamarku tak satupun yang aku taruh di bawah kepala tetapi semuanya aku pakai buat mengganjal kakiku agar pegal - pegal di kakiku hilang buat persiapan keesokan harinya buat melakukan perjalanan ke gedung atau ruang presentasi. Tidak hanya kami narasumber yang diundang tetapi juga dari Ecuador, Columbia, Egyp dan Senegal. Sedang peserta yang mengikuti dari pemerintahan Jepang, pelajar dan LSM. Masing-masing harus mempresentasikan programnya, menunjukkan melalui video, kemudian Tanya jawab. Semua narasumber terdiri dari satu tim, termasuk kami, kami dari Indonesia berempat Bapak Sujana Royat, Mr.Scot, Bunda Nani dan aku. Dengan santun,ramah dan sesekali lucu layaknya pemimpin yang ideal, Bunda Nani menjelaskan tentang PEKKA dan menunjukkan melalui
video. Pada saat dialog kami berempat semua bergantian untuk bicara baik menjawab pertanyaan, melengkapi jawaban ataupun menghimbau. Dari Tim PEKKA hanya aku yang memakai bahasa Indonesia, maklum bahasa Inggrisnya minim dan tidak bias diwujudkan dalam sebuah kalimat. Tetapi ada penerjemah karena di forum tersebut ada beberapa bahasa kalau tidak salah Inggris, Spanyol, Prancis, Jepang dan Indonesia. Presentasi dari PEKKA mendapat sambutan yang cukup bagus. Rencananya ke depan PEKKA akan direplikasikan ke beberapa Negara. Banyak hal yang membuat saya terkesan dengan pemerintahan Jepang, kok bisa menghidupkan suasana masyarakat yang tertib. Bagaimana dan dari mana awal ditertibkannya?. Aktivitas masyarakat selalu dibiasakan dengan budaya antri. Pemerintah selalu berpikir dan bertindak untuk kesejahteraan rakyatnya. Sehingga masyarakatnya juga sadar untuk mematuhi aturan-aturan Pemerintah. Jadi selalu ada hubungan imbal balik. Nah! Bagaimana dengan kita, Indonesia? Sangat jauh berbeda. Kami juga punya pengalaman menarik mengenai makanan. Saya penasaran dengan makanan yang namanya sushi, seperti nama perempuan. Ternyata satu sendok nasi yang dikepal kepal di atasnya ditaruh ikan mentah, bisa juga telurnya ikan, cumi-cumi ,udang dan jenis ikan lainnya. Disajikan beberapa
7
kepalan dan ditaruh di atas piring besar. Aku mengamati dan membayangkan kalau aku makan apa gak perutnya mual kemudian muntah – muntah?. Tetapi aku memang harus mencoba di samping memang lapar, kan kesempatan mumpung bisa berada di Jepang harus tau yang aneh - aneh menurut kita. Ternyata enak juga tidak berbau amis banget seperti yang kita bayangkan, apalagi nasinya pulen dan kenyal. Ada juga rumah makan khas dari Tofu atau tahu Jepang. Minumnya dari tofu, kuahnya dari tofu, buburnya campuran nasi dengan tofu. Semuanya serba tofu dan rasanya benar - benar hambar! Aku malahan membayangkan kalau tofunya digoreng kemudian ditaburi sedikit garam dan di makan dengan cabe rawit. Hmm… nikmat!...Tapi ada yang benar - benar nikmat namanya Tempura. Nasi garing yang pulen di atasnya dikasih udang goreng, ubi goreng, sayuran goreng seperti wortel dan paprika. Disajikan dalam porsi yang cukup banyak dengan mangkuk jumbo. Menurutku seharusnya untuk porsi 2 orang dimakan satu orang. Dan inginnya dihabisin buat persediaan satu hari gak usah makan, habis harganya selangit. Kata Bunda jangan dilihat harganya. Benar juga kalau dilihat harganya bias - bisa gak jadi makan habis aqua sebotol aja Rp.30.000 itu yang paling murah. Di kita dapat sate kambing 20 tusuk. Di Jepang pelayan - pelayan di Rumah makan sangat ramah dan mereka sangat mencintai bahasa sendiri. Anehnya sekalipun mereka sudah mengerti kalau kita tidak tahu apa yang mereka ucapkan namun mereka dengan senangnya selalu mengajak kita bicara disertai dengan isyarat tubuhnya. Aku jadi ingat pelajaran di sekolah, katanya Indonesia dikenal keramahannya? Benarkah? Mengapa kita tidak seramah mereka?
Obat Sariawan untuk Anak-anak.
8
Tips
Ambil sebuh tomat matang, seduh dengan air panas, lalu kupas kulitnya. Haluskan tomat tersebut dengan menggunakan sendok, dan tambahkan sedikit gula. Berikan kepada Anak, minuman sari tomat tersebut.
Belajar sepanjang hayat Kalau kita dengar anak mencoret-coret ditembok mungkin itu tidak asing lagi, namun jika ada salah seorang ibu peserta belajar KF di Pekka yang bernama inaq Mahsun, umur 60 tahun pekerjaan buruh tani, Inaq Mahsun adalah anggota kelompok Pekka Berjuang Desa Gapuk dusun Batu Mulik, agar tetap selalu ingat dengan membuat coretan hurufhuruf yang diajarkan oleh fasilitator KF pada tembok kamarnya dengan alasan agar setiap saat ingat ketika mau tidur membacanya, dan setiap masuk kamar selalu disempatkan untuk melirik tembok kemudian membaca secara berulang-ulang. Ina Mahsun meskipun usianya sudah tua dan mempunyai kesibukan kerja tapi Inaq Mahsun mempunyai semangat yang tinggi untuk bisa membaca. Inaq Mahsun sadar betul bahwa dirinya akan sulit mengingat sehingga membuat cara-cara agar selalu ingat. Kedengarannya lucu jika orang tua dianggap mencoret-coret tembok Inaq Mahsun menyadari bahwa usianya yang sudah tua sangat sulit untuk bisa mengingat. Untuk mengatasi kelemahannya Inaq Mahsun tanpa merasa malu dianggap seperti anak kecil karena mencoret-coret tembok. Berkat belajar keras Inaq Mahsun menampakkan hasilnya saat ini sudah bisa menulis huruf demi huruf dan tanda tangan.
Cerita Dari Lapang
Saat ditanya tentang perasaannya Inaq Mahsun mengungkapkan” saat ini saya sudah bisa baca tulis rasanya senang, sebenarnya dulu pernah belajar baca tulis di PKBM, namun setelah uangnya habis sebentar saja lupa yang diajarkan sudah hilang, saya selalu mengulang pelajaran agar tidak lupa” begitu ungkap Inaq dengan menampakkan wajah ceria. Inaq Hurme begitu biasa dipanggil ibu Pekka yang belajar KF juga, menceritakan pengalamannya bahwa dirinya sebenarnya pernah sekolah sampai kelas IV tapi berhenti karena dia harus duduk di bangku sekolah bersama anak laki-laki karena bangku terbatas. Kemudian gurunya mencari Inaq Hurme untuk meneruskan sekolah karena seminggu lagi kenaikan kelas. Gurunya selalu mendorong agar Inaq Hurme bisa sampai menjadi guru, namun tidak terbujuk. Saat ini Inaq Hurme sudah lanjut usia dan tidak bisa baca –tulis lagi karena sejak meninggalkan bangku sekolah Inaq Hurme sibuk dengan pekerjaan untuk mempertahankan hidupnya. Pada saat di Pekka ada kegiatan KF Inaq Hurme tergelitik untuk ikut belajar membaca. Inaq Hurme tidak perlu lama belajar karena begitu mulai mengenal huruf teringat lagi dan bisa membaca lagi dengan lancar.
9
Para Pekka di NTB saat ini semangat belajar, ibu-ibu Pekka pada malam hari keluar menenteng buku menuju tempat salah satu anggota Pekka yang dijadikan tempat belajar. Saat musim panen ibu Pekka belajar pada malam hari, Semangat ibu Pekka luar biasa dahulu hidup terpencil tanpa mimpi, saat ini ibu-ibu Pekka banyak teman dan belajar berbagai hal, Mesti perlu waktu lama dan kesabaran, namun ibu Pekka menjalaninya dengan ceria. Ketika tidak ada alat tulis untuk belajar para Inaq dengan senang hati mengeluarkan koceknya untuk membeli alat tulis. Belajar sudah menjadi kebutuhan ibu-ibu belajar bersama dengan anak SD dan SMP mereka saling menguatkan tidak ada rasa malu untuk belajar bersama. Menurut ibu Pekka NTB dengan bisa membaca dunia terasa lebih luas.
center Lodan Doe - Klubagolit,NTT ORING PEKKA LODAN DOE Oleh Nani Zulminarni
Peresmian Center
Sebuah “Best Practice Award” dari Pemerintah Jepang PEKKA menerima sebuah “Best Practice Award” dari Pemerintah Jepang selaku penyandang dana JSDF. Penghargaan ini diberikan khusus kepada beberapa proyek yang dianggap sangat baik atau “outstanding” dalam pencapaian tujuannya. Salah satu proyek itu adalah Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA). Dari sekitar 200 proyek yang didanai JSDF di seluruh dunia PEKKA terpilih bersama tiga proyek lainnya dari negara Mesir (tentang buruh anak), Ecuador (tentang hukum dan keadilan), dan Senegal (tentang pemberdayaan paska konflik). Tim JSDF menilai PEKKA berhasil mengembangkan pendekatan pemberdayaan yang komprehensif dalam menjangkau kelompok termiskin di Indonesia yaitu perempuan kepala keluarga.
PEKKA menerima Anugerah Saparinah Sadli 2010 Nani Zulminarni selaku Koordinator Nasional PEKKA menerima Anugerah Saparinah Sadli 2010 yang merupakan lambang penghargaan masyarakat sipil bagi perjuangan keadilan untuk perempuan. nama “Saparinah Sadli”, anugerah ini menginspirasikan teladan Ibu Sap (begitu 10 Mengambil sapaan akrab kita), dalam upaya: Pertama, membangkitkan kepedulian publik pada persoalan
“ketidakadilan pada perempuan”. Kedua, mengambil inisiatif tindakan berdasarkan semata-mata panggilan nurani keadilan dan kemanusiaan.
Suara irama musik yang berasal dari gong dan gendang memecah kesunyian Desa Rodentena , Klubagolit, Flores Timor, disuatu Senin, 7 Juli 2008. Sekelompok perempuan paruh baya, berkebaya dan bersarung tenun khas Nusa Tenggara Timur, terlihat memainkan alat musik tersebut dengan terampil. Mereka terlihat rapi dengan penampilan terbaiknya. Mata mereka terlihat berbinar memancarkan wibawa dan karisma perempuan di usia matang. Sesekali, beberapa orang di antara mereka terlihat menari bergandeng tangan dalam lingkaran mengikuti irama musik tersebut. Irama hentakan kaki ditingkahi gemerencing gelang kaki dan teriakan suara bersemangat seolah membakar semangat semua yang mendengarkannya. Tenda berwarna biru terhampar di depan sebuah bangunan baru di pinggir jalan utama desa Hinga. Ratusan kursi berjajar rapi di bawah tenda. Daun janur yang dibiarkan menjuntai di gerbang sederhana di depan tenda itu menandakan bahwa sedang ada hajat besar di situ. Sebuah meja tamu yang dijaga beberapa perempuan semakin memperjelas bahwa mereka sedang menggelar pesta. Satu persatu dari kejauhan terlihat perempuan bersarung khas NTT mulai berdatangan menuju tempat itu. Ada yang datang sendiri, berdua dan berombongan. Semua terlihat rapi, bersarung dengan wajah
gembira. Mereka lalu duduk dengan tertib menikmati alunan musik yang dimainkan oleh sesama rekannya. Sebagian terlihat “menyirih” sambil berbincang dengan kawan di sekitarnya mengisi waktu menunggu acara dimulai. Di halaman rumah bersebelahan dengan tenda tersebut, terlihat sekelompok perempuan lain sedang sibuk menghidupkan tungku besar. Sebagian lagi terlihat lalu lalang membawa perlengkapan masak dan bahanbahan makanan seperti kelapa, pisang , beras dan bahkan kayu bakar. Mereka adalah tim sibuk yang sedang mempersiapkan jamuan di pesta tersebut. Sesekali terdengar gelak tawa mereka diiringi dengan suara piring dan gelas yang beradu. Sekelompok anak muda terlihat membantu membenahi kabel-kabel pengeras suara dan menambah kursi yang dirasa masih kurang. Ini bukanlah suasana di hajatan sebuah pesta perkawinan, melainkan suatu pemandangan yang terjadi pada acara peresmian Center Pekka di wilayah Klubakgolit, Flores Timur. Para perempuan yang berkumpul di hari itu adalah sebagian besar anggota kelompok Pekka di wilayah Klubakgolit. Ada 26 kelompok Pekka dengan 623 anggota di sini dan hampir semua menghadiri acara tersebut. Yah.., hari itu memang hari yang sangat
11
penting dan bersejarah bagi mereka. Hari yang menjadi puncak dari simbol perjuangan kelompok Pekka di wilayah ini. Memiliki sebuah Center Pekka yang berfungsi sebagai rumah dan pusat kegiatan Pekka dan masyarakat sekitar memang telah menjadi cita-cita bersama mereka sejak awal bergabung dalam kelompok Pekka. Sebagai kelompok perempuan termiskin di masyarakatnya, tentu saja impian memiliki “rumah bersama” tersebut seolah sangat sulit untuk dicapai. Namun, tekad, kerja keras, dan semangat gotong-royong yang mereka bangun, akhirnya membuahkan hasil. Sejak tahun 2006, mereka mulai merintis pembangun Center tersebut. Mereka mengumpulkan rupiah demi rupiah dari keuntungan kegiatan simpan pinjam untuk membeli sebidang tanah dan bahan-bahan bangunan. Mereka bergotong-royong menyumbangkan tenaga untuk membersihkan lahan yang mereka beli agar dapat didirikan bangunan di situ. Mereka secara bergiliran ikut terlibat dalam membangun rumah tersebut. Perempuanperempuan perkasa ini akhirnya melihat hasil kerja keras mereka. Sebuah bangunan berukuran 300 meteran itu terlihat tegak megah berdiri di atas tanah seluas 750 meter itu. “Center Pekka ini lebih megah dari pada kantor kepala desanya”, seorang ibu berbisik kepadaku sambil tersenyum jenaka. Hari ini mereka mengundang berbagai pihak termasuk pemerintah dan tokoh adat, anggota Pekka kecamatan lainnya serta anggota masyarakat lainnya untuk ikut merasakan kegembiraan dan rasa syukur mereka tas berdirinya rumah tersebut.
12
“Oring Pekka Lodan Doe Kelubagolit”, demikianlah rumah tersebut mereka namai. “Orin Pekka” berarti lumbung Pekka yang menurut mereka tidak hanya berfungsi menyimpan makanan untuk kebutuhan dasar hidup ke depan, namun juga berfungsi menghimpun kebersamaan, semangat, perjuangan yang tulus dan bersih. “Lodan” dalam bahasa setempat merupakan nama sejenis perhiasan kalung emas yang unik, antik dan ajaib yang konon dapat bergerak seperti ular. Lodan hanya dimiliki oleh orang tertentu saja. Oleh karena itu sebagaimana layaknya sebuah Lodan mereka berharap
Pekka dapat bergerak terus menjaga kebersamaan, kekompakan, kesatuan, kekuatan, keuletan, keharmonisan, kesetaraan dan kedamaian. “Doe” artinya menjalar dan melilit sesuai harapan mereka bahwa Center ini akan menjadi tempat berkembang pesatnya Pekka ke seluruh wilayah tersebut dengan tetap memiliki akar yang kuat namun mencari tempat yang setinggi-tingginya dalam masyarakat. “Semakin tinggi kita mendaki semakin luas pandangan kita” begitu tutur Indur dalam sambutannya sebagai ketua panitia peresmian Center tersebut. Sebuah spanduk berwarna merah cerah berisi tulisan tulisan tema acara tersebut “Bergerak dari yang kecil tuk meraih yang besar”. Perempuan-perempuan istimewa tersebut tidak bergeming sedikitpun, mereka tetap duduk dengan setia dan tenang meskipun acara peresmian tertunda hingga 4 jam. Hal ini karena mereka menunggu kehadiran pejabat daerah setempat yang terlambat. Mereka tetap menunjukkan semangat yang tinggi dengan senyum ceria yang tulus ketika acara akhirnya digelar pada pukul satu siang. Dalam laporannya, Indur sang ketua pembangunan Center mengatakan bahwa membangun Center ini merupakan langkah awal mereka untuk membangun berbagai rumah lagi yaitu rumah jompo, rumah sehat dan sekolah yang diperuntukkan bagi inaina Pekka di wilayah tersebut. Indur juga menegaskan Center yang sudah tegak berdiri tersebut akan mereka hidupkan dengan berbagai kegiatan termasuk menjadi pusat informasi, pusat pelatihan dan pengembangan bakat dan budaya, pusat kegiatan ekonomi, dan rumah aman bagi korban kekerasan dalam rumah tangga. Menurut laporan panitia, mereka telah menghabiskan dana Rp 123,860,000 yang semuanya hasil swadaya kelompok untuk mewujudkan Center tersebut. Tentu saja ini merupakan hal yang sangat spektakuler dan mematahkan mitos kemalasan dan ketergantungan orang miskin pada orang lain. Tentu saja mereka juga menghargai semua dukungan yang telah mereka terima. Dalam sambutannya, Indur menyebutkan semua pihak yang telah memberikan dukungan baik dari kalangan pemerintah setempat, tokoh
adat dan masyarakat setempat. Sekecil apapun bantuan yang mereka peroleh di apresiasi dengan sangat baik oleh mereka. Pihak pemerintah setempat, tokoh-tokoh adat dan anggota masyarakat lain yang menghadiri acar ini menyatakan penghargaan dan rasa hormatnya pada kelompok Pekka yang telah berhasil membangun Center mereka. Suara musik dari gong dan gendang yang memberikan kesan magis, menutup rangkaian acara penutupan itu. Setelah semua tamu pulang, ibu-ibu Pekka mulai mengemasi sisasisa pesta. Mereka bekerja sambil tertawa dan bernyanyi bersama. Sesekali mereka menari dolo-dolo dan berpantun bersahutan menggambarkan semangat kebersamaan mereka yang sangat tinggi. Rumah merupakan simbol keberadaan dan martabat tertinggi yang mereka miliki. Di rumah inilah berbagai kegiatan dalam rangka memperkuat Pekka dan juga memberi manfaat bagi masyarakat lain akan mereka selenggarakan. Mereka pantas berbangga. Sekali lagi, kelompok Pekka di Klubagolit, telah berhasil mengajarkan pada kita semua bagaimana bergerak dari sebuah “proyek pembangunan” menjadi “sebuah gerakan melawan kemiskinan dan ketidakadilan” dalam kerangka gerakan perempuan di Indonesia. Rasanya belum lama berselang ketika kepada mereka ditanyakan tentang mimpi mereka dalam sebuah pelatihan membangun visi Pekka di wilayah ini. “Ingin punya usaha yang menguntungkan”, “Ingin punya tempat kegiatan”, “ingin punya tempat belajar”, “ingin punya rumah sakit”, dan beberapa keinginan lain mereka lontarkan dengan penuh semangat. Waktu itu agak kecut juga perasaan mengingat miskinnya kondisi mereka umumnya. Sebuah tantangan besar mereka hadapkan ketika program PEKKA baru saja dimulai. Dimulai dengan ratusan rupiah saja sebagai modal awal melalui kegiatan simpan pinjam yang wajib dikembangkan di program ini, mereka akhirnya mampu tahap demi tahap mewujudkan mimpinya. Center untk berkegiatan merupakan salah satu mimpi yang rasanya cukup sulit untuk dicapai waktu itu. Namun brkat keteguhan hati dan ketekunan,
akhirnya mereka mampu menjawab tantangan yang tidak ringan itu. Para Perempuan Kepala Keluarga ini telah bergerak dari sebagai penerima manfaat sebuah program pembangunan, menjadi pemimpin dalam gerakan mereka; gerakan perempuan kepala keluarga.
Karyawan Center Kodar Triwusananingsih
Hari Kamis diawal bulan Juli 2010, adalah hari yang teristimewa bagiku. Aku bangun tidur lebih pagi dari biasanya. Aku cepat memulai pekerjaan rutinku di pagi hari seperti menyiapkan sarapan untuk diriku dan tidak lupa pula memberi makan kambingku. Perasaan aneh mulai menjalar dihatiku…. Karena, hari ini aku akan mulai kerja sebagai karyawan di center Serikat Pekka Lodan Doe, sebenarnya ini adalah centerku sendiri. Namun sejak pengurus Serikat memberi kepercayaan tugas ini kepadaku, aku tidak bisa menolaknya. Hari ini adalah hari pertama aku bekerja di Center Pekka sesuai kesepakatan rapat Serikat Pekka Lodan Doe. Aku sempat tersenyum tersipu membayangkan hal ini. Cepat kusambar handuk dan bergegas ke kamar mandi. Aku berpakaian rapi dan kurias diriku sedikit agar terlihat segar. Sambil mematut diriku di depan cermin aku bernyanyi kecil sebuah lagu
13
yang tidak berjudul. Aku lihat dari jendela seseorang memasuki halaman center. Dia juga seperti aku yang baru saja dinobatkan menjadi karyawan center Lodan Doe. Kami berdua dipilih dan dipercaya Serikat Pekka menjadi “karyawan center” demikian mereka menyebutnya. Aneh juga kedengarannya. Dia memasuki ruangan dengan langkah yang santun dan rapi tersenyum kepadaku. Akupun jadi spontan ingin menirunya berlaku santun dan rapi seperti dirinya. Bergegas aku meniru penampilannya dan aku tertawa dalam hati. “Selamat pagi teman, bagaimana kabarnya hari ini?” sapaku sesopan mungkin kepadanya. Dia menjawab: “Pagi…..ayo cepat kurang lima belas menit kita harus mulai kerja, sesuai kesepakatan”. Selesai berdoa, ternyata waktu sudah menunjukkan jam 9 tepat, saatnya kami berdua harus mulai bekerja. Terpaksa sarapan pagi yang aku siapkan tadi aku lewatkan karena tidak sempat lagi. Padahal biasanya aku paling tidak tahan melewatkan sarapan pagi. Meskipun center ini milik Serikatku, dan aku tinggal di center ini, namun aku berusaha untuk disiplin. Aku yang biasanya bangun siang, karena tugas ini aku berjanji bangun pagi, namun tetap saja tidak bisa dan akhirnya sedikit kesiangan.
14
Aku mulai dengan membersihkan ruangan, meja dan kursi, merapihkan buku-buku dan duduk di kursi. Aku bingung apa yang harus aku lakukan. Aku tidak tahu harus memulai darimana. Akhirnya tidak tahan, aku berteriak kepada empat temanku lainnya yang sama-sama tinggal di center ini. Mereka tertawa meledekku sambil memegang perutnya menahan geli. Salah satu diantara mereka berkata: “Sudahlah teman…….kau pantasnya kerja dilapangan saja menggembala kambingmu, sepertinya tidak cocok duduk dibalik meja seperti itu”. “Iya nih…..aku rasa begitu, enakkan di lapangan bebas bergerak….”. Akhirnya pecahlah derai tawa kami bersama-sama. Memecah kesunyian di pagi hari itu. Seorang teman berdiri dibelakangku menyodorkan sehelai kertas sambil berkata : “Cepat kau selesaikan tugas
ini. Rekap nama-nama kader dari tahun 2002 ini sampai sekarang”. Kuterima pekerjaan itu dengan senang hati dan bersyukur akhirnya aku dapat pekerjaan. Waduh….ternyata kerja dibalik meja begini gampang-gampang susah ya…..apalagi kalau di kantor beneran seperti orang-orang di kota besar ya. Baiklah…aku coba jalani dahulu amanat ini. Sore hari saatnya akhir dari jam kerjaku, akhirnya semua berjalan dengan lancar sebagaimana mestinya. Lega benar rasanya......
Seknas punya CERITA Kunjungan ke Family Court (Pengadilan Keluarga) di Australia Kodar Triwusananingsih
Itulah sepenggal tulisan ungkapan perasaan seorang kader (Kamsina) Pekka dari Kecamatan Lodan Doe, NTT yang dipercaya oleh Serikat Pekka untuk menjadi “karyawan” di center
mereka. Serikat Pekka Lodan Doe mulai serius dalam mengelola center. Mereka memilih lima orang kader terbaiknya dan memberi amanat untuk menjalankan tugas administrasi di center Serikat Pekka. Serikat Pekka menyisihkan biaya dari dana operasionalnya untuk membayar lima orang kader ini untuk bekerja di center. Sementara itu, orang yang tinggal di center dan mengurus segala sesuatunya diberikan imbalan satu karung beras per orang per bulan. Dana operasional center diperoleh dari swadaya yaitu dari berbagai sumber seperti keuntungan usaha menyewakan terpal, kursi, mesin parut kelapa, uang sewa kios pasar senja, jasa simpan pinjam LKM, dan iuran dari kelompok Pekka yang menjadi anggota Serikat Pekka.
Pada tanggal 3-10 Juli Seknas Pekka mendapat kesempatan ikut berkunjung ke Family Court di Melbourne, Australia. Kunjungan ini didukung sepenuhnya oleh Pemerintah Australia (AusAID) melalui program Australia Indonesia Partnership for Justice Transition (AIPJT). Rombongan berjumlah 21 orang yang terdiri dari utusan Mahkamah Agung, Bappenas, organisasi profesi PERADI (Perhimpunan Advokat Indonesia), LSM (Pekka, YLBHI, LBH Apik), AUSAID, dan konsultan dari Universitas Indonesia. Acara cukup padat, setiap hari rombongan berkunjung ke instansi pemerintah atau lembaga yang terkait dengan pelayanan hukum keluarga di Melbourne. Acara dimulai jam 9.00 sampai sekitar pukul 4 - 5 sore. Bulan Juli merupakan musim dingin di Australia, sehingga saat acara selesai walaupun jam 5 sore cuaca agak gelap dengan udara yang cukup dingin sekitar belasan derajat celsius. Tujuan dari studi banding ke Family Court Australia untuk belajar sistem dan mekanisme pengadilan keluarga di Australia. Melalui
kunjungan ini diharapkan pemerintah dapat menerapkan sistem serupa itu di Indonesia. Begitu banyak pengetahuan dan informasi baru dan menarik dapat dipetik dari kunjungan ini. Misalnya sistem pengecekan yang ketat setiap kantor pengadilan. Di pintu utama, setiap orang yang masuk harus melewati mesin X-ray seperti yang kita lihat di bandar udara di Indonesia. Ini merupakan pengamanan bagi karyawan, hakim dan pengacara di kantor pengadilan. Sehingga kejadian seperti di Indonesia di mana seorang hakim ditembak mati oleh orang yang tidak bertanggung jawab dapat dicegah. Atau pengadilan bagi korban KDRT, pengadilan anak-anak, dll. Dalam tulisan ini diceritakan dua hal yang sedikit banyak terkait dengan permasalahan yang dihadapi ibu-ibu anggota Serikat Pekka yaitu tentang pelayanan Posbakum dan pelayanan pengadilan khususnya bagi perempuan yang mengalami KDRT.
15
Posbakum Saat ini Mahkamah Agung (MA) sedang mengembangkan mekanisme dan strategi program Pos Bantuan Hukum (Posbakum) yaitu pos layanan yang disediakan di setiap pengadilan baik Pengadilan Agama (PA) atau Pengadilan Negeri (PN) untuk membantu masyarakat memperoleh bantuan hukum dalam mengajukan perkaranya ke pengadilan. Rancangan Undang-undang tentang Posbakum ini sedang dalam proses penggodokan, sehingga diharapkan kunjungan ini dapat menyempurnakan peraturan yang sedang dipersiapkan. Posbakum ini terletak di dalam kantor pengadilan. Orang yang bertugas di Posbakum bukan pegawai kantor pengadilan, mereka adalah orang disewa khusus untuk bekerja di posbakum. Karena pada prinsipnya pegawai pengadilan harus bersifat netral dan tidak boleh memberikan masukkan atau saran kepada pencari keadilan. Dengan demikian keputusan yang diambil dalam sidang akan lebih adil bagi kedua pihak baik bagi penggugat ataupun tergugat. Pemerintah Australia memiliki sistim Posbakum yang sangat baik dan sangat membantu masyarakat pencari keadilan khususnya masyarakat miskin dan kaum marjinal termasuk perempuan dan anak serta orang berkebutuhan khusus seperti orang cacat baik fisik maupun mental.
16
Rombongan berkunjung ke posbakum di Kantor Pengadilan Dandenong. Posbakum di sini dikelola oleh 3 pihak yaitu Universitas Monash, LSM, dan pemerintah lokal. Universitas Monash melibatkan mahasiswa
dalam pelayanan posbakumnya. LSM memiliki tenaga pengacara/advokat yang bertugas di posbakum, demikian juga organisasi pemerintah lokal. Karena kasus yang ditangani cukup banyak setiap harinya, maka posbakum ini buka setiap hari. Ketiga pihak ini bergiliran membuka pelayanan posbakum, sehingga setiap hari paling tidak terdapat satu lembaga yang piket dalam posbakum. Di Posbakum, setiap hari ada “pengacara piket” yang bertugas melayani masyarakat dalam menyelesaikan kasus hukumnya. Posbakum ini gratis dan terbuka bagi siapa saja, melayani orang yang tidak mampu secara ekonomi maupun tidak mampu dalam pengetahuan hukum. Orang yang tidak mampu dalam pengetahuan hukum bisa jadi orang yang mampu secara ekonomi untuk membayar perkara. Dilihat dari sejarahnya di Australia, Posbakum lahir dalam situasi di mana ada kelompok masyarakat yang secara ekonomi tidak miskin dan mampu membayar biaya perkara namun mereka tidak cukup kaya untuk membayar pengacara. Di posbakum ini masyarakat didorong untuk dapat menyelesaikan kasusnya tanpa melalui sidang melainkan dengan cara damai. Namun apabila kasusnya termasuk berat atau keadilan harus ditegakkan maka dilanjutkan ke proses pengadilan. Pada tahap ini pengacara piket di posbakum akan membantu masyarakat menyusun permohonan beperkara. Apabila perkara dibawa ke sidang maka akan dilakukan tes untuk menilai apakah yang bersangkutan memerlukan pembebasan biaya atau tidak. Dan apakah yang bersangkutan memerlukan pengacara atau tidak dalam proses persidangan. Jika memerlukan dan yang bersangkutan tidak mampu membayar biaya pengacara maka yang bersangkutan dapat mengajukan permohonan pengacara
gratis. Untuk mendapatkan pengacara gratis yang akan mendampingi dalam sidang maka dilakukan test yang menilai apakah yang bersangkutan memenuhi syarat mendapatkan pengacara gratis. Penilaian lebih kepada kondisi ekonomi yaitu pendapatan dan harta yang dimilikinya. Pengacara piket dalam posbakum dan pengacara yang mendampingi dalam sidang tidak dibayar oleh masyarakat yang dibantunya tetapi dibayar oleh pihak lain misalnya LSM atau universitas. LSM dan universitas ini mendapatkan dana dari pemerintah. Posbakum di Australia sangat bermanfaat dalam menyediakan bantuan hukum bagi masyarakat khususnya bagi mereka yang tidak memiliki pengetahuan tentang hukum dan juga bagi masyarakat yang tidak mampu secara ekonomi. Suasana pengadilan dan posbakum sangat nyaman, bersih dengan ruang ber AC, terjaga kerahasiaan pribadinya, karena proses konsultasi dilakukan dalam kamar-kamar tertutup. Setiap hari posbakum selalu sibuk melayani masyarakat yang datang. Pemerintah Australia mengalokasikan dana cukup besar bagi posbakum ini sehingga dapat mewujudkan hak warganya untuk mendapatkan keadilan. Di Indonesia, Posbakum ini rencananya akan disediakan di setiap pengadilan baik Pengadilan Negeri (PN) maupun Pengadilan Agama (PA) di seluruh Indonesia. Namun karena dana dan tenaga manusianya terbatas maka dalam pelaksanaannya kemungkinan akan dilakukan
bertahap. Bentuk layanan posbakum ini misalnya konsultasi tentang kasus hukum yang sedang dihadapi, meminta masukkan dan saran-saran solusinya, menyusun permohonan seperti surat permohonan cerai/gugat cerai, permohonan itsbat nikah, permohonan prodeo atau sidang keliling, dll. Pelayanan hukum bagi korban KDRT Hal yang tidak kalah menariknya adalah saat rombongan berkunjung ke Kantor Pengadilan Negeri (Magistrar Court) di pusat kota Melbourne. Setelah mendapatkan penjelasan secara umum sistim peradilan di Australia dan khususnya pengadilan keluarga, maka rombongan dibagi dua yaitu satu tim melihat pengadilan khusus bagi korban KDRT dan tim lainnya melihat pengadilan anak-anak. Sesuai dengan topiknya, maka Seknas Pekka mengunjungi pengadilan bagi korban KDRT. Begitu masuk kantor pengadilan ada ruang besar dengan banyak sofa di mana orang yang berperkara menunggu gilirannya. Di sekitarnya terdapat beberapa ruang berukuran 2x3 meter yaitu tempat pengacara piket biasa melayani masyarakat. Juga beberapa ruang sidang di mana proses sidang berlangsung. Ada loket pendaftaran untuk mengambil formulir dan mendapatkan informasi umum. Di depan loket ini ada rak yang berisi dengan leaflet yang memberikan banyak informasi terkait isu hukum. Berikut ini adalah pelayanan yang terjadi di
17
pengadilan kasus KDRT. 1. Formulir yang diambil dari loket pendaftaran diisi dan kemudian dibaca oleh panitera untuk mengetahui isinya dan kasus yang dihadapi. 2. Wawancara terhadap korban: untuk memperjelas informasi yang ada di formulir. Mencari tahu apa keinginan korban terhadap kasusnya, solusi seperti apa yang diinginkan korban. Panitera juga mencari tahu apakah mempertemukan korban dan pelaku mengancam jiwa korban. Apabila mempertemukan mereka berbahaya, maka proses wawancara kepada korban dan pelaku dilakukan di ruang terpisah. Ruang khusus ini sangat nyaman, tersedia sofa, TV, CD player, mainan anakanak. Pada tahap ini panitera memberi nasihat pada korban untuk memecahkan masalahnya. 3. Dilakukan juga wawancara anggota keluarganya, anaknya atau orang lain dalam keluarganya. Hal ini untuk mengetahui apakah ada dampak ancaman fisik/psikologis pada mereka. Juga dijelaskan kepada anaknya situasi yang terjadi pada orangtua mereka. 4. Pelaku diwawancara untuk mengetahui permasalahannya. Korban dan pelaku diwawancara oleh orang yang berbeda untuk menghindari konflik kepentingan. 5. Apabila kasusnya tergolong emergency (berbahaya) dan dapat mengancam jiwa korban atau anaknya, maka proses persidangan diprioritaskan/dipercepat.
18
Bentuk KDRT baik fisik dan non fisik, tetapi sebagian besar adalah fisik. Apabila selama proses pengadilan korban terancam maka pihak pengadilan akan mencarikan rumah aman. Pihak pengadilan merujuk ke pihak lain misalnya LSM atau salvation Army (semacam yayasan sosial). Jika sulit menemukan
rumah aman, maka korban ditempatkan di penginapan untuk 2-3 hari, sambil mencari rumah aman untuk mereka. Biaya penginapan ditanggung oleh negara. Apabila penetapan pengadilan sudah dijatuhkan hakim, kemudian pelaku melanggar penetapan tsb, maka kasus berubah menjadi kasus pidana dan kasus ini akan ditangani oleh polisi. Di hari terakhir kunjungan dilakukan diskusi rencana tindak lanjut yang akan dilaksanakan di Indonesia. Sesampainya di Indonesia, serentetan pertemuan dilakukan oleh pihak MA secara sendiri, dan juga MA bersama rombongan yang ikut studi banding ke Australia untuk mendiskusikan program jangka pendek yang dapat dilakukan. Sebagai realisasi MA menyusun Surat Edaran akses terhadap Prodeo, Sidang Keliling dan Posbakum yang akan menjadi pedoman bagi PA di Indonesia. Untuk merealisasikannya, Badilag akan bekerjasama dengan LSM dan lembaga lain terkait termasuk salah satu di dalamnya PEKKA. Selama ini PEKKA sudah bekerjasama dengan PA di Cianjur untuk melakukan sidang keliling bagi anggota PEKKA dan masyarakat sekitarnya yang tidak mampu. Melalui program ini, akses masyarakat tidak mampu terhadap keadilan semakin terbuka dan hak mereka memperoleh keadilan dapat diwujudkan. Menyimak pengalaman kunjungan ke Family Court Australia di atas, kita bertanya-tanya kapan ya sistem peradilan di Indonesia seperti mereka, dapat memberi pelayanan optimal dan mewujudkan hak warganya untuk mendapatkan keadilan? Kita semua menunggu peradilan di Indonesia berbenah diri menuju ke sana. Dan hanya dengan niat yang kuat dari pemerintah dan para penegak hukum yang ada maka upaya ke arah sana akan terbuka dan dapat diwujudkan.
FORWIL JAWA BARAT DI GELAR di 2010 Mien Rianingsih
Di tahun 2010 Forwil Pekka yang biasa digelar tiap tahun di semua wilayah, nampaknya tahun ini para Pekka tengah disibukkan dengan pembangunan Center dan konsolidasi tim dalam proses kemandirian. Namun di Jawa Barat meskipun tengah sibuk dengan kegiatan tersebut tapi tetap menyelenggarakan Forwil. Tanggal 6-7 Agustus 2010 Pekka Jawa Barat menggelar Forum Wilayah bertempat di Bandung. Forum wilayah ini diselenggarakan oleh Pemerintah Jawa Barat yaitu BPPKB (Biro Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana) diikuti oleh 20 kabupaten yang telah mengembangkan kelompok Pekka dengan mengirimkan masing-masing Kabupaten 5 orang terdiri dari 3 orang Pekka dan 2 orang dari Pemerintah SKPD Kabupaten. Pekka Jawa Barat dimulai di 4 Kabupaten yaitu Cianjur, Sukabumi, Karawang dan Subang yang difasilitasi oleh Seknas Pekka Jakarta, kemudian Pemerintah Jawa Barat mereplikasi program Pekka dengan membentuk kelompok Pekka di 16 kabupaten lainnya. Untuk mengoordinasikan kegiatan Pekka antar kabupaten maka Pemerintah daerah Propinsi Jawa Barat menganggarkan dana APBD untuk menggelar forum secara rutin setiap tahun, Agenda Forum tahun ini di mulai pada hari pertama mengadakan lomba kreativitas yang diikuti oleh Pekka dari 20 kabupaten dengan spesifikasi produk makanan dan non makanan dalam rangka memperkenalkan Pekka kepada khalayak luas di selenggarakan di kantor BPPKB, agenda hari kedua adalah laporan perkembangan kegiatan Pekka di 4 kabupaten wilayah lama dan sosialisasi serikat Pekka yang telah dibentuk di 4 kabupaten tersebut di atas. Perkembangan program Pekka di 4 kabupaten wilayah cukup menggembirakan berbagai kegiatan tematik seperti hukum, pendidikan, politik dan ekonomi berjalan dengan baik hal ini menimbulkan keinginan para Pekka dari
kabupaten lain agar ada kegiatan yang sama di 16 kabupaten lainnya karena kegiatan yang baru berjalan di 16 kabupaten baru simpan pinjam . Selain itu ketua Serikat Pekka Jawa Barat yaitu ibu Euis juga mempresentasikan tentang serikat Pekka Jawa barat yang telah mempunyai badan hukum dan kegiatan Serikat Pekka yang aktif mengadakan hearing atau dialog dengan anggota dewan (DPRD) ataupun dengan Pemerintah seperti Dinas Pendidikan, Pengadilan Agama, Dinas Koperasi dan perdagangan, dll. Beberapa Pekka yang berasal dari 16 kabupaten lainnya berkeinginan untuk menjadi anggota serikat Pekka Jawa Barat. Salah seorang peserta mencucurkan air matanya saat menghampiri Seknas Pekka
19
yang memfasilitasi pertemuan tersebut sambil menyampaikan “ ibu saya terharu melihat para ibu-ibu Pekka yang selama ini hidupnya tidak jauh dari dapur, sumur bisa dialog dengan anggota dewan ataupun dengan Pemerintah, saya ingin seperti itu bu” begitu ungkapnya . Untuk memfasilitasi keinginan tersebut dibuatlah rencana kegiatan memfasilitasi pembentukan serikat yang mana dari kelompok Pekka menjadi Serikat Pekka yang dimulai dari para pengurus Pekka yang hadir di Forwil tersebut untuk mensosialisasikan AD/ART Pekka di anggota kelompoknya, kemudian membentuk serikat di tingkat desa dan Kecamatan. Untuk Serikat Pekka di tingkat Kabupaten akan difasilitasi oleh Pengurus Serikat Jawa Barat yaitu ibu Euis dan anggota pengurus lainnya yang akan dimulai setelah lebaran ini yaitu bulan Oktober 2010 sampai dengan bulan Desember 2010. Yang selanjutnya setelah terbentuk serikat Pekka di tingkat kabupaten akan terdaftar sebagai anggota serikat Pekka tingkat propinsi. Dengan demikian jika serikat Pekka di 16 kabupaten telah terbentuk diharapkan ada wakil dari tiap kabupaten hadir pada musyawarah Nasional Federasi Pekka yang digelar setiap 3 tahun sekali, dan jika ada kegiatan Pengembangan kapasitas Pekka Jawa barat para Pekka di 16 kabupaten dapat dilibatkan.
Alamku Alangkah inda hnya panorama alamku Berselubung ca haya fajar mer ah jingga Bersama kicau riang burung-b Yang senantia urung sa terbang men jelajah angkasa Alangkah semp urna kesetiaan Mu Menghitung ba ris-baris musim Dan biarlah k ehidupan ini Jadi indah pa da saatnya
20
Di sinilah ...... ... Kudapatkan se galanya Suka..........duk a Silih berganti yang jadi tema n setia Menemani keh idupan ini Karya nn –
KPD Nisanu
lan
Larang (Mahal) Di Kecamatan Larangan
Semua Harga Romlawati
Brebes, 17 – 19 Juni 2010 Aula kecamatan Larangan dengan luas sekitar 10 kali 15 meter ditata dengan meja plastik yang dipinjam dari kelurahan Larangan. Bapak Camat dan istrinya cukup dekat dengan ibu-ibu Pekka dan membantu agar kegiatan yang akan dilaksanakan berjalan lancar. Sofa di rumahnya dipinjam dan diletakkan di aula untuk tamu yang akan datang pada acara “Kunjungan Media ke Pekka Brebes”. Acara ini merupakan rangkaian kegiatan sampho Dave dalam program ‘dove sisterhood”. Melalui program DOVE Sisterhood, Dove ingin mempersembahkan dukungan kepada sesama perempuan dengan memberikan donasi kepada perempuan kepala keluarga di bawah asuhan Yayasan/SEKNAS PEKKA. Donasi yang diberikan senilai 100 juta untuk Pekka di empat wilayah yaitu; Brebes-JATENG, Kubu Raya-KALBAR, Lombok Barat-NTB, dan Flores Timur-NTT. Pada hari Jum’at bertepatan dengan tanggal 18 Juni, Lody Lukmanto selaku DOVE Brand Manager mengajak media masa dari Jakarta datang ke Brebes untuk melihat kegiatan Pekka dan melakukan acara prosesi penyerahan dana tersebut pada Pekka. Acara ini juga dihadiri oleh wakil bupati dengan jajaran pemerintah Brebes. Dalam sambutannya bapak wakil bupati, H. Agung Widyantoro SH menyampaikan ucapan terima kasih pada Dave Sisterhood yang telah memperhatikan perempuan kepala keluarga di Brebes dengan memberikan dana untuk usaha dan pelatihan. Selesai sambutan, Hestia dari Stratcom memandu acara diskusi antara tiga pihak yaitu; Dave, SEKNAS PEKKA, dan pemerintah Brebes. Proses diskusi dilakukan dengan menggunakan model talkshow. Pada kesempatan tersebut ibu pekka juga mendapat kesempatan menceritakan rencana usaha yang akan dilakukan dan materi pelatihan management usaha yang telah diperoleh
sehari sebelumnya. Sehari sebelum acara kunjungan media masa ke Brebes, 17 perempuan kepala keluarga yang mewakili 10 kelompok Pekka di kabupaten Brebes mendapatkan pelatihan manajemen Usaha. Pelatihan diselenggarakan di centre Pekka di desa Larangan, dengan fasilitator Romlawati dari SEKNAS PEKKA. Sebagian besar peserta pelatihan adalah kader yang sudah lama aktif mengorganisir perempuan kepala keluarga di Brebes. Materi yang dibahas pertama adalah Pemilihan Usaha. Pada sesi ini peserta berpraktek memilih dua jenis usaha kelompok yang rencananya akan dikembangkan di Brebes yaitu; penjualan bibit, dan bakulan bawang. Kedua usaha tersebut mempunyai kekuatan dan kelemahan masing-masing untuk dikembangkan menjadi sebuah usaha kelompok. Oleh karena itu peserta dibagi dalam dua kelompok untuk menganalisa masing-masing usaha dengan menggunakan kerangka “Memulai Usaha dengan Empat Kursi”. Proses diskusi berjalan dinamis, dimana setiap peserta mengeluarkan pendapatnya secara kritis. Selesai diskusi masing-masing perwakilan kelompok mempresentasikan hasilnya. Dari hasil presentasi kedua usaha tersebut pantas untuk dipilih menjadi usaha kelompok.
21
dan LKM (lembaga keuangan mikro) Karya Annisa selaku pemilik modal. Kelompok usaha ‘bakulan bawang” bersepakat akan melakukan pembagian 80 persen untuk tim usaha dan 20 persen untuk LKM. Mereka beralasan semua biaya adalah tanggungan mereka, jadi LKM akan terima keuntungan bersih. Sementara tim usaha ‘bibit” akan berbagi 40 % keuntungan untuk LKM dan 60 % untuk tim usaha. Pembagiannya lebih besar dari usaha ‘bakulan bawang’, karena biaya-biaya usaha akan ditanggung bersama antara LKM dan tim usaha. Artinya keuntungan 40 % adalah sebelum dikurangi biaya-biaya usaha. Masih di kelompok yang sama, pada sesi berikutnya peserta menghitung kelanyakan dari usaha masing-masing. Kedua usaha tersebut juga lanyak untuk dikembangkan karena menghasilkan keuntungan yang lumayan. Usaha bakulan bawang bisa menghasilkan keuntungan lebih dari 5 juta dalam dua minggu, sedangkan usaha bibit bisa memperoleh untung lebih dari 500 ribu dalam waktu kurang dari seminggu. Keuntungan senilai tersebut dengan perhitungan menggunakan modal 15 juta rupiah. Dilihat dari keuntungannya, usaha bakulan terlihat lebih menjanjikan. Namun peserta yang telah berpengalaman dalam usaha perbawangan memberi masukan bahwa usaha tersebut ada kesulitannya jika dikembangkan setelah akhir Juni yaitu sebagian besar lahan bawang sudah dijual dan petani sudah mulai mempersiapkan untuk tanam periode berikutnya. Jadi pekka harus berani mencari lahan pertanian bawang ke kampung lain. Sementara usaha bibit, saat ini harga bibit sedang mahal. Namun usaha ini cukup aman dari resiko rugi, dan kelompok bisa menyediakan tidak hanya bibit bawang, tapi bisa juga bibit jagung atau padi sesuai dengan jenis tanaman yang ditanam oleh petani disana.
22
Pada hari kedua, peserta belajar tentang cara mengontrol usaha, mengorganisir usaha dengan melakukan pembagian tugas diantara anggota tim usaha yang terlibat, dan Pencatatan dan Pembukuan Usaha. Sebelum berakhir, peserta membuat rencana usaha yang akan dikelola, dan kesepakatan tentang pembagian hasil antara tim usaha
Selesai membahas rencana usaha, peserta berpindah tempat ke aula kecamatan Larangan. Di aula kecamatan; ibu-ibu berbagi tugas untuk membersihkan lantai, memasang taplak dan menata meja, serta memasang foto-foto kegiatan pekka. Saat sedang menata foto Pekka di papan yang diletakkan di luar aula, langit mendung menjatuhkan beban air ke bawah menjadi hujan. Ibu-ibu segera memindahkan papan ke tempat yang tertutup genting. Ibu-ibu terlihat gelisah, bukan karena hujan rupanya tapi karena belum makan siang. Masyarakat di Brebes biasa makan pagi sebelum jam 7 pagi, sehingga jam 12 siang perutnya sudah keroncongan. Nasi kotak sudah disiapkan di centre Pekka, tapi belum bisa dibawa ke aula kecamatan karena tidak ada kendaraan yang mau membawa barang dalam keadaan hujan. Setelah menawari beberapa tukang becak dan mereka menolak, akhirnya ada sopir angkot yang bersedia dengan bayaran ekstra. Kata ibu-ibu “ini kan daerah Larangan jadi semua harga larang (mahal)”. Sekitar setengah jam sebelum tamu datang, Pekka menerima kardus dan mulai menikmati makan siang mereka.
Jika si Kecil Perutnya Kembung.
Tips
Parut bawang merah dan tambahkan minyak telon, tempelkan parutan bawang di bagian pusar. Bisa juga menggunakan daun jarak pagar yang dihangatkan. Olesi dengan minyak kelapa, pilin-pilin, lalu tempelkan di pusar.
BERITA DUKA Anggota Pekka Menjadi Korban Tenggelam Kecelakaan Kapal di Flores Timur - NTT Pada hari Senin tanggal 9 Agustus 2010, keluarga besar Serikat Perempuan Kepala Keluarga (Pekka) Flores Timur berduka. Tiga orang anggota kelompok PEKKA yaitu Beatriks Lipat, Marina Ose, Ina Tuto Boli, dan seorang anak anggota KPD Indahyana ikut tenggelam bersama kapal KM Hasnita dalam perjalanan dari desa Boleng di pulau Adonara menuju pulau Lembata. Selain meninggal, 5 pekka dan 8 anak pekka mengalami luka-luka dan trauma dalam peristiwa tersebut. Proses pencarian korban berlangsung hingga lebih dari seminggu. KM Asnita membawa 90 penumpang, di luar anak buah kapal. Jumlah tersebut terdiri dari 77 orang penumpang asal Pulau Adonara, 12 orang dari Pulau Lembata dan seorang berasal Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS). Selain penumpang kapal juga mengangkut barangbarang berupa hasil kebun dan lainnya, 5 buah sepeda motor, dan 2 ekor kambing. Hari itu bertepatan dengan hari pasar di Lembata. Saat hari pasar ibu-ibu Pekka biasa menjual hasil bumi dan produk lain termasuk tenun ke Lembata. Semua barang dan sebagian penumpang berada di atas, sementara sisa penumpang khususnya ibu-ibu duduk di bagian bawah kapal bersama nahkoda. Jika berat kapal saat itu ditimbang, muatan di atas lebih berat dari bagian bawah. Kecelakaan kapal berawal dari lepasnya tali pengikat sepeda motor, dan merobohkannya. Sehingga kapal oleng dan miring ke salah satu bagian. Melihat kejadian tersebut, penumpang yang berada di atas panik dan berlarian ke bagian atas, dan mengakibatkan kapal terbanting. Kapal naas ini tenggelam sesaat setelah mesin kapal mati, dan angin serta arus menghantamnya. Menurut informasi, sebenarnya tiupan angin saat itu tidak terlalu kencang, Total korban meninggal adalah 10 penumpang, termasuk anggota serikat Pekka.
Turut Berduka Cita Atas Meninggalnya Beatriks Lipat, Marina Ose, Ina Tuto Boli, (anggota kelompok PEKKA) dan Indahyana (anak anggota KPD)
Bagi Korban yang Selamat diBerikan Kesembuhan Segera Keluarga Besar PEKKA Serikat PEKKA Seknas PEKKA
23
fotokegiatanPEKKA
Kornas PEKKA Nani Zulminarni menerima donasi dari program Dove Sisterhood 26 Maret 2010
Pekka Aceh Singkil-NAD foto bersama saat monitoring Maret 2010
Pekka Jateng sedang Ice breaker pada pertemuan Monitoring Seknas bulan April 2010
Calung yang dibawakan Pekka Karawang-Jabar pada acara Peluncuran Laporan Hasil Penelitian Akses Terhadap Keadilan PEKKA Balai Kartini 19 Juli 2010
24
Bazar produk-produk Pekka pada Forwil Jawa Barat 6-7 Agustus 2010
ya... u ungg uruh kami t dari sel KA PEK tulisan anggota