LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS
Pelatihan Pemantapan Pendidikan Karakter dalam Proses Pembelajaran bagi Guru-Guru Bahasa Inggris di Kabupaten Manggarai Barat Flores Nusa Tenggara Timur
Oleh: Prof. Dr. Ni Nyoman Padmadewi, M.A. NIP 196202021988032001 Dra. Luh Putu Artini, M.A., Ph.D. NIP 196407141988102001 Dewa Ayu Eka Agustini, S.Pd., M.S. NIP 198108142009122002
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA 2016
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 ANALISIS SITUASI
Manggarai merupakan salah satu dari 21 kabupaten di provinsi Nusa Tenggara Timur. Luas wilayah Kabupaten Managgarai adalah 1,669,42 km2 atau sekitar 166.942 ha. Secara administratif terbagi menjadi 9 kecamatan, 132 desa dan 17 kelurahan, dengan pusat pemerintahan Kabupaten Manggarai di kota Ruteng Kecamatan Langke Rembong. Jumlah guru di Manggarai Barat adalah sebagai berikut: 1) Taman Kanak-Kanak 43 orang, 2) Sekolah Dasar/MI 2.476, 3) SMTP Umum /MTS 974 orang, 4) SMA/MA Negeri 357 orang, 5) SMA/MA Swasta 145 orang, SMK Negeri 148 orang dan SMK pelayaran 10 orang (Badan Pusat Statistik Kabupaten Barat, manggaraibaratkab.bps.go.id). Kondisi ini mengisyaratkan bahwa kabupaten Manggarai masih kekurangan guru yang tentunya bisa mengarah pada kurang efektifnya pelaksanaan pembelajaran. Seperti halnya daerah lain di Nusa Tenggara Timur, kondisi pelaksanaan pembelajaran secara umum di Kabupaten Manggarai tidak semaju di dearah Indonesia bagian Barat seperti Bali. Banyak keterbatasan yang dialami oleh para guru di daerah NTT, di samping masalahmasalah keterbatasan fasilitas sarana pendukung pembelajaran, keterbatasan jumlah guru-guru, juga sangat kurangnya pelatihan-pelatihan pengembangan professional guru. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru dan dosen di Manggarai, dinyatakan bahwa guru-guru sangat membutuhkan pencerahan-pencerahan akademik, terutama tentang pelatihan tentang Pendidikan Karakter. Pendidikan karakter masih dianggap membingungkan terutama karena guru-guru belum memahami dengan jelas bagaimana implementasi pendidikan karakter dalam perencanaan, proses pembelajaran dan dalam asesmen. Permohonan dari Manggarai
1
tentang perlunya diadakan pelatihan tentang pendidikan karakter dilampirkan di bagian akhir laporan ini. Berdasarkan hasil wawancara tersebut dan mencermati pelaksanaan pendidikan yang sempat penulis cermati selama di Flores, keterampilan mengimplemntasikan Pendidikan Karakter dalam praktek pembelajaran di kelas sangat dibutuhkan oleh para guru di Indonesia terlebih oleh mereka yang ada di Manggarai Nusa Tenggara Timur. Meskipun beberapa guru dan beberapa sekolah sudah mendapatkan sosialisasi Pendidikan Karakter tetapi pelatihan dan seminar sebagian besar bersifat teoritis normatif. Padahal yang dibutuhkan guru-guru adalah contoh-cotoh nyata yang implementatif di lapangan. Pentingnya pendidikan karakter juga didorong dengan adanya kesepakatan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang dimulai tahun 2015 yang akan berdampak pada dorongan arus investasi dari luar masuk ke Indonesia yang akan menciptakan multi effect dalam berbagai sektor termasuk pendidikan yang akan mengarah pada persaingan bebas diantara negara-negara yang tergabung di dalamnya. Oleh sebab itu, guru harus mempersiapkan para siswa agar mampu mengembangkan karakter tangguh, karakter untuk selalu mau meningkatkan diri, mengglobal, kesadaran dan pemahaman multikultural termasuk karakter-karakter lain agar siswa siap bersaing secara nasional dan internasional. Sehubungan dengan hal tersebut, dengan keterbatasan yang dimiliki oleh para guru di Manggarai dibandingkan dengan di Bali, dan pentingnya pendidikan karakter dalam membentuk generasi muda dan pembangunan bangsa,
dipandang sangat perlu dan mendesak untuk
memberikan pengembangan profesional guru melalui pelatihan pendidikan karakter dan bagaimana menyisipkannya dalam pembelajaran bagi guru-guru Bahasa Inggris di Manggarai NTT.
2
1.2 TUJUAN Berdasarkan analisis situasi di atas, maka tujuan dari P2M ini adalah untuk memberikan pemahaman tentang pemantapan pendidikan karakter kepada guru-guru Bahasa Inggris seKabupaten Manggarai Barat, sehingga mereka memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang bagaimana menyisipkan pendidikan karakter dalam pembelajaran.
1.3 MANFAAT Manfaat kegiatan ini bisa diuraikan sebagai berikut: a.
Meningkatnya pemahaman dan keterampilan guru-guru tentang pendidikan karakter.
b.
Meningkatnya pemahaman dan keterampilan guru tentang strategi menyisipkan pendidikan Karakter dalam pembelajaran Bahasa Inggris.
c.
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru-guru Bahasa Inggris tentang strategi mengases pelaksanaan pendidikan karakter.
3
BAB II. METODE PELAKSANAAN 2.1 Kerangka Pemecahan Masalah Sehubungan dengan masalah dipaparkan di depan, kerangka pemecahan masalah yang dikembangkan digambarkan dengan alur pelaksanaan kegiatan sebagai berikut.
ANALISIS SITUASI: Guru di Manggarai, NTT kurang paham dalam memantapkan pendidikan karakter di kelas.
KONDISI RIIL: Pemahaman dan keterampilan guru tentang Pend. Karakter perlu ditingkatkan Guru tidak paham serta tidak terampil tentang bagaimana memantapkan pendidikan karakter dalam pembelajaran
Pemecahan Masalah Guru Bahasa Inggris diberikan tentang pendidikan karakter dalm pembalajaran
Pelatihan mengenai pemantapan pendidikan karakter
Wawasan dan keterampilan tentang pendidikan karakter lebih baik
Guru yg terampil dan mampu menyisipkan pend karaktr
Pendidikan Karakter membudaya
4
2.2 Metode Pelaksanaan Kegiatan Pelaksanaannya diawali dengan
mengidentifikasi masalah yang dialami
kelompok
masyarakat (khalayak sasaran). Dengan mengidentifikasi masalah yang dialami, kemudian dirancang kegiatan. Metode pelaksanaannya dilaksanakan dalam bentuk pelatihan yang diikuti oleh para guru-guru Bahasa Inggris sekabupaten Manggarai Barat Flores NTT.
2.3 INFORMASI TENTANG SUBJEK SASARAN Subjek sasaran adalah guru-guru Bahasa Inggris yang ada di Kabupaten Manggarai Barat. Mengingat pelatihan pendidikan itu begitu penting dan mendesak dan dibutuhkan oleh semua guru di semua tingkat pendidikan, maka pelatihan pendidikan karakter ini melibatkan guru-guru di semua tingkat. Karena jumlah guru yang terlalu banyak, maka subjek sasaran dipilih berdasarkan perwakilan dari semua tingkat pendidikan dan diharapkan mereka dapat memberikan pengimbasan kepada yang lain di sekolah/gugus masing-masing. Pelatihan ini bermaksud memberikan semacam orientasi profesional agar mereka memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk memantapkan Pendidikan Karakter dalam proses pembelajaran Bahasa Inggris. Diharapkan dengan keterampilan ini, guru memiliki pemahaman yang lebih jelas tentang pendidikan karakter agar mereka mampu menyisipkan dalam pembelajaran di kelas.
2.4 JUSTIFIKASI PEMILIHAN OBJEK Pemantapan pendidikan karakter dalam pembelajaran Bahasa Inggris masih belum dipahami oleh para guru di Kabupaten Manggarai, NTT. Pendidikan karakter diprioritaskan dalam P2M ini karena pendidikan karakter merupakan fondasi dasar yang dibutuhkan generasi
5
muda penerus bangsa agar mereka mampu mengisi kehidupan ini dengan hal-hal yang bermanfaat dalam upaya membangun negara dan bangsa ini menjadi lebih baik. Dengan terbentuknya karakter yang baik, maka peningkatan kompetensi dalam bidang lain akan menjadi lebih mudah. Keterlambatan dalam pembentukan karakter bisa mengarah pada munculnya masalah-masalah lain. Oleh karena itu, maka pelatihan tentang pemantapan Pendidikan Karakter dianggap sangat perlu diberikan kepada para guru-guru Bahasa Inggris se-Kabupaten Manggarai.
2.5 KETERKAITAN Keterkaitan program dengan pihak terkait dapat dipaparkan dengan tabel berikut. Tabel 2.1 : Keterkaitan Program dengan Pihak terkait. No 1
2
Institusi Peran dan Manfaat Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris STKIP St. Menghubungkan pihak Paulus Ruteng Manggarai dan Diknas Pendidikan pemberi P2M dengan Ruteng pihak Diknas Pendidikan yang membawahi guruguru Bahasa Inggris di Manggarai Barat NTT. Sekolah se-Kab. Manggarai Sebagai pihak yang melaksanakan pend. Karakter di sekolah.
2.6 RANCANGAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN EVALUASI a. Persiapan 1.
Menyusun program kerja dan diskripsi kerja untuk anggota tim.
2.
Penyusunan indikator dan instrumen program.
3.
Penetapan tim pelaksana program sesuai dengan kepakarannya.
4.
Diskusi/pembekalan tim dalam hal pelaksanaan teknis.
6
b. Pelaksanaan 1. Pelatihan pemantapan Pendidikan Karakter. 2. Evaluasi dan indikator Pencapaian. Adanya peningkatan pemahaman dari guru-guru bahasa Inggris tentang pendidikan karakter serta bagaimana memantapan penyisipan pendidikan karakter dalam proses pembelajaran.
7
BAB III. HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
3.1 Pelaksanaan Kegiatan Pelaksanaan pengabdian masayarakat di Manggarai berlangsung dengan sangat serius. Masyarakat melakukan kegiatan dengan antusias; hal ini ditunjukkan dengan jumlah peserta yang membludak untuk mengikuti kegiatan pelatihan ini. Pada awalnya, kegiatan direncanakan diikuti oleh 50 orang guru saja, tetapi kenyataaanya kegiatan diikuti oleh lebih dari 100 peserta baik itu pihak guru, dosen maupun mahasiswa. Deskripsi pelaksanaan kegiatan bisa digambarkan sebagai berikut. Pada tahap pertama dilakukan tahap pengenalan. Kegiatan pemantapan pendidikan karakter dilakukan dengan cara memberikan orientasi dan penjelasan tentang pendidikan karakter. Terdapat beberapa poin yang diberikan dalam tahapan ini. Slide berikut memberikan penjelasan tentang apa tujuan, fungsi, dan media pendidikan karakter.
8
Topik tentang hal ini sangat perlu untuk dijelaskan terlebih dahulu agar peserta pelatihan memahami hakekat dari pendidikan karakter yang dilakukan dan apa media untuk memperkenalkan pendidikan karakter. Hal ini merupakan pemahaman mendasar sebelum peserta memahami bagaimana pendidikan karakter ini disisipkan dalam pembelajaran Bahasa Inggris. Slide berikut menunjukkan bahwa pemantapan tentang pendidikan karakter disampaikan untuk memantapkan pemahaman peserta tentang komponen pendidikan karakter. Dijelaskan bahwa ada tiga komponen pendidikan karakter yang dikutip dari pendapat Lickona (2013) yang terdiri dari komponen tentang pengetahuan moral. Dalam komponen ini, terkandung unsur-unsur yang meliputi kesadaran moral, pengetahuan nilai moral, penentuan perspektif, pemikiran moral, pengambilan keputusan dan pengetahuan pribadi. Komponen pengetahuan ini begitu penting sebagai dasar bagi seseorang untuk mengetahui tentang apa dan bagaimana perilaku yang baik dan bermoral. Dengan kata lain, sebagai dasar untuk bisa memilah antara perilaku yang baik dan buruk. Komponen yang kedua adalah perasaan moral yang mencakup di dalamnya hati nurani, harga diri, empati, mencintai hal yang baik, kendali diri dan kerendahan hati. Sedangkan komponen
yang
terakhir
adalah
tindakan
moral
yang
mencakup
di
dalam
kompetensi/kemampuan untuk melakukan/menunjukkan perilaku berkarakter, yang didasari oleh keiinginan dan dimanifestasikan dalam bentuk kebiasaan-kebiasaan.
9
Penjelasan tentang konsep ini tampaknya memperjelas pemahaman peserta tentang pendidikan karakter karena peserta menunjukkan antusiasme yang tinggi dalam membahas konsep ini. Banyak yang bertanya dan memberikan ilustrasi tentang konsep ini ketika tim memberikan kesempatan untuk bertanya. Untuk memantapkan pemahaman tentang pendidikan karakter, peserta diberikan paparan tentang nilai-nilai karakter yang diperkenalkan oleh pemerintah Indonesia, dan dibandingkan dengan nilai karakter universal yang dipakai oleh Lickona (2013).
10
Memberikan perbandingan antara nilai-nilai karakter universal dan nilai-nilai karakter yang tercantum dalam kurikulum 2013 ternyata memberikan pemahaman baru bagi peserta. Bahkan ada peserta yang merasa lebih nyaman dengan nilai-nilai karakter yang lebih sedikit (seperti yang diperkenalkan Lickona dibandingkan dengan menggunakan 18 nilai karakter seperti yang dinyatakan dalam Kurikulum 2013). Menurut mereka ada beberapa nilai karakter yang diperkenalkan dalam Kurikulum 2013 itu tumpang tindih, misalnya nilai karakter tentang cinta tanah air dan semangat kebangsaan. Di samping itu, masalah yang dinyatakan oleh peserta tentang nilai-nilai karakter ini adalah mereka mengakui bahwa tidak semua nilai-nilai karakter tersebut bisa disisipkan dalam dalam pembelajaran. Dengan kata lain, mereka merasa sulit untuk menyisipkan nilai-nilai karakter yang ada di kurikulum dalam pembelajaran Bahasa Inggris. Oleh sebab itu, peserta perlu diberikan contoh-contoh nyata dan praktis bagaimana nilai karakter itu disisipkan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah.
11
Slide berikut ini memberikan pemahaman kepada peserta tentang desain penyisipan pendidikan karakter. Ditekankan melalui slide ini bahwa nilai-nilai karakter merupakan kristalisasi nilai-nilai luhur yang dinyatakan dalam agama, UUD atau aturan hokum laiinya, yang ada dalam mata pelajaran dan diambil dari praktek-praktek baik dalam kehidupan nyata. Proses pengenalannya harus didasarkan atas intervensi dari pihak yang berwenang (Kepala sekolah atau Rektor) melalui surat keputusan atau aturan-aturan yang mengatur perilaku setiap orang anggota masayarakat yang ada di lingkungan tersebut.
Aturan tersebut harus dilaksanakan oleh setiap insan dalam satuan pendidikan baik itu sekolah/kampus, masyarakat atau keluarga yang dilakukan secara berulang-ulang sampai terbentuknya pembiasaan-pembiasaan. Pembiasaan ini harus didukung oleh perangkat pendukun sarana prasarana, komitmen dari pemangku kepentingan. Konsep ini disadari sebagai sesuatu yang baru oleh peserta karena selama ini mereka mengakui bahwa pelaksanaan pendidikan karakter belum didukung oleh sistem yang jelas dan tidak ada aturan secara khusus yang bisa dipakai sebagai acuan oleh guru agar mereka merasa wajib harus melakukan suatu nilai karakter tertentu.
12
Gambar berikut adalah contoh yang diberikan oleh tim kepada peserta tentang contoh praktis untuk memperkenalkan karakter hidup bersih. Contoh gambar berikut menunjukkan bahwa gambar yang sederhana ini dicontohkan sebagai upaya untuk mengejawantahkan aturan yang ditetapkan oleh sekolah. Agar terbentuk pembiasaan, aturan ini harus ditempel di tempat siswa melakukan cuci tangan sehingga mereka terbiasa melakukannya. Di samping itu, pernyataan dalam Bahasa inggris juga menunjukkan bahwa terjadi proses “pheriperal learning” dimana siswa secara tidak langsung akan belajar menggunakan Bahasa Inggris secara otentik.
Contoh strategi sederhana ini bisa juga digunakan untuk nilai-nilai karakter yang lain. Gambar berikut adalah contoh poster yang diperkenalkan kepada peserta untuk ditempel di tembok sekolah. Poster ini memberikan pemahaman tentang bagaimana sikap siswa yang harus dipupuk untuk menjadi kreatif. Pemasangan poster seperti ini, memberikan contoh kepada peserta bahwa kreativitas itu perlu dilatih dan proses melatih untuk kreatif, para guru harus mengiklaskan siswa untuk berani membuat kesalahan karena dengan berani membuat kesalahan dan sesuatu yang berbeda dengan yang lain, bibit-bibit kreativitas akan muncul dan berkembang.
13
Poster sederhana ini memberi makna bahwa karakter kreatif itu dilatih untuk berani membuat salah atau melakukan sesuatu yang berbeda. Contoh-contoh praktis begini ternyata lebih mudah diterima peserta dalam pelatihan karena mereka pada prinsipmya lebih banyak memerlukan contoh-contoh nyata. Contoh yang lain adalah bagaimana melatih siswa untuk bisa membedakan sampah.
14
Contoh foto di atas menunjukan contoh yang diberikan kepada guru untuk melatih karakter peduli lingkungan. Guru harus memberi contoh untuk bisa memisahkan tempat sampah yang plastik, kertas atau sampah sisa-sisa makanan. Meskipun contoh yang diberikan begitu sederhana dan praktis ternyata tidak gampang bagi guru untuk mengungkapkan ide ini. Hal ini disebabkan karena guru belum terbiasa untuk memisahkan sampah di sekolahnya dan semua sampah masih dicampur dalam satu tempat sampah. Strategi lain yang bisa dipakai untuk memantapkan pendidikan karakter adalah memberikan penghargaan /rewards secara inovatif. Foto berikut adalah contoh yang diberikan sebagai bahan diskusi bagaimana cara memberikan “reward” secara inovatif kepada siswa. Contoh ini merupakan hal yang sangat baru bagi guru peserta pelatihan karena mereka belum pernah melakukan sebelumnya. Mereka sangat tertarik untuk bisa menerapkan hal ini dalam pelajaran Bahasa inggris di kelas mereka. Guru dilatih secara rinci bagaimana teknis memberikan penghargaan kepada siswa dan apa jenis penghargaan yang harus diberikan agar bermakna mendidik tetapi tetap efisien dan terjangkau bagi guru dan sekolah.
15
Contoh strategi lain yang diberikan kepada peserta adalah jenis penghargaan yang berbentuk kreatif dan juga diberikan secara inovatif. Contoh yang disampaikan bisa dilihat dalam foto berikut. Ini adalah contoh sertifikat yang ditunjukkan kepada peserta untuk memberikan penghargaan kepada peserta yang suka membaca dengan rajin. Hal ini sangat perlu dilakukan untuk menghargai perilaku suka membaca yang telah dilakukan oleh siswa. Berdasarkan pengakuan peserta yang kebanyak guru-guru dinyatakan bahwa mereka sangat jarang memberikan sertifikat seperti contoh berikut kepada siswa mereka. Penghargaan yang diberikan lebih banyak berupa hadiah berupa buku atau alat alat tulis, biasanya hanya diberikan kepada siswa-siswa mereka yang mendapat nilai akademis tertinggi. Dengan kata lain, perubahan perilaku-perilaku tidak mendapat perhatian guru sehingga tidak pernah diberikan penghargaanpenghargaan seperti yang dicontohkan dalam pelatihan.
Contoh-contoh sertifikat lain yang dicontohkan dalam pelatihan bisa dinyatakan dalam foto berikut. Contoh sertifikat diberikan sebagai contoh kepada para guru peserta pelatihan bahwa perilaku berkarakter yang mulai berkembang dan sudah ditunjukkan oleh siswa perlu dinotifikasi dan diberikan penghargaan. Contoh yang ditunjukkan saat pelatihan memberikan contoh konkrit kepada peserta pelatihan bahwa perubahan perilaku yang kecil sekalipun sangat penting untuk diberikan penghargaan. 16
Seperti dicontohkan dalam foto, perilaku berbagi kepada teman adalah perilaku yang mulai tumbuh dan berkembang pada siswa yang bernama Hikam. Contoh tersebut membuat pemahaman peserta pelatihan menjadi lebih mantap. Pemberian contoh-contoh nyata dengan membawa contoh-contoh nyata dan memberikan kesempatan kepada peserta pelatihan untuk memahami dengan menunjukkan contoh-contoh nyata membuktikan bahwa pemantapan pendidikan karakter dalam pembelajaran Bahasa Inggris menjadi lebih gampang bagi peserta pelatihan dan terbukti dipahami dengan lebih cepat dan lebih mudah.
3.2 Hasil Pelaksanaan Pelatihan Hasil pelaksanaan pelatihan bisa dicermati dari kegiatan pada tahap tahap berikutnya yaitu pemantapan proses pembelajaran bahasa Inggris yang dilakukan dengan mengadakan simulasi-simulasi dan melatih guru melakukan pembelajaran yang berbasis pendidikan karakter. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan adanya peningkatan kemampuan peserta dalam mengikuti pelatihan.
17
Tabel 3.1: Peningkatan Kemampuan Peserta setelah Pelatihan Pendidikan Karakter Peserta
Kelompok 1 (10 orang guru) Kelompok 2 (10 orang guru) Kelompok 3 (10 orang guru) Kelompok 4 (10 orang guru) Kelompok 5 (10 orang guru)
Sebelum Pelatihan (berdasarkan hasil wawancara) -Tidak banyak tahu tentang teknik menyisipkan karakter. -Tidak inovatif dalam mengelola kelas berbasis pendidikan karakter. - sulit menilai
Setelah Pelatihan (berdasarkan hasil observasi) Kelompok memiliki keterampilan bervariasi tentang menyisipkan pendidikan karakter Para guru lebih terampil dalam mengelola kelas: pembagian kelompok dilakukan secara bervariasi Mampu mengembangkan permainan dalam mengajar berbasis karakter Mampu menembangkan teknik-teknik sederhana menyisipkan karakter Mampu membuat cara inovatif untuk menilai karakter.
Foto-foto berikut adalah suasana saat simulasi yang dilakukan oleh peserta pelatihan yang dibimbing oleh tim/nara sumber.
. Foto di atas merupakan salah satu peragaan tentang teknik mengelola kelas agar siswa disiplin tetapi tetap kreatif dalam berkespresi dalam Bahasa Inggris.
18
Dalam gambar tampak bagaimana peserta sangat girang ketika melaksanakan permainan bahasa dalam pembelajaran Bahasa Inggris. Nara sumber memperagakan contoh melatih peserta didik agar melakukan kegiatan secara kooperatif dan inovatif. Inovasi kegiatan terlihat dari cara yang diperkenalkan dalam membagi kelompok yang dilakukan sambil bermain. Dampak dari perilaku ini adalah guru dilatih untuk bisa membuat anak kooperatif tetapi dilakukan sambil bermain, dimana siswa tetap bergembira dan kreatif dalam bersimulasi/melaksanakan kegiatan tetapi tetap kooperatif dalam melaksakanakan tugas. Selanjutnya peserta mensimulasikan pengelolaan kelas mereka dibawah bimbingan nara sumber.
19
Gambar di atas memberikan contoh kepada guru/peserta pelatihan tentang bagaimana cara menangani kelas yang besar untuk pembelajaran keterampilan berbicara. Biasanya guru merasa kesulitan ketika harus mengajar keterampilan berbicara untuk kelas di atas 50 orang. Tetapi melalui pelatihan ini, guru sebagai peserta pelatihan mendapatkan contoh dan model pembelajaran keterampilan berbicara khusus untuk kelas besar. Penyisipan pendidikan karakter nya dilakukan secara “blended” tidak eklpisit. Misalnya bagaimana seorang guru harus memberikan aturan bermain di dalam kelas agar selama melakukan permainan, setiap anak mampu tetap disiplin, tidak rebut dan tetap saling menghargai. Di samping itu, penyisipan pendidikan karakter dilakukan “on-going” dimana siswa harus tetap mengikuti aturan berkomunikasi meskipun dalam bermain. Kemampuan guru untuk mengendalikan kelas besar tidak hanya menunjukkan keterampilan guru dalam mengelola kelas dan mengajar Bahasa Inggris tetapi juga menunjukkan kematangan guru dalam mengelola suasana kelas agar tidak gaduh, siswa tetap tertib mengikuti aturan saling toleransi dalam mengungkapkan ide tetapi tetap dalam suasana bermain. 20
Foto-foto berikut adalah suasana peserta pelatihan ketika harus memperagakan strategi pembelajaran berbasis pendidikan karakter yang ditunjukkan secara langsung oleh mereka dan diberikan masukan secara langsung oleh nara sumber.
Gambar-gambar berikut adalah saat peserta kelompok besar dibagi dalam beberapa kelompok dan meeka harus mampu mengelola kelas atas suasana tetap dispilin dan tidak gaduh.
21
Foto berikut adalah peragaan dari peserta
pelatihan dalam satu kelompok yang
mensimulasikan jenis permaian untuk melatih konsentrasi dan kerjasama dalam kelompok secara inovatif. Semua peserta tampak serius dan melakukan dengan baik.
Secara umum, dapat dinyatakan bahwa semua peserta sangat antusias dalam melaksanakan pelatihan. Mereka semua aktif dan “on-task” dari awal sampai akhir kegiatan. Setiap peserta terlibat secara aktif, dan mereka mengikutinya dengan antusias. Dari simulasi dan presentasi yang dilakukan oleh seluruh peserta sangat nyata bahwa mereka telah mampu menunjukkan peningkatan keterampilan melaksanakan pembelajaran Bahasa Inggris yang berbasis karakter. Peserta mampu mengelola kelas yang besar dan mampu menekankan nilai-nilai karakter yang harus dikembangkan dalam pembelajaran yang mereka laksanakan. Dengan kata lain, pelatihan yang dikuti berlangsung dengan sangat sukses dan peserta merasakan manfaat mengikuti pelatihan yang sangat berguna untuk tidak saja meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berbahasa Inggris tetapi juga menumbuhkan karakter mereka agar siap bersaing di dunia kerja dan mampu menunjukkan diri sebagai insan berkarakter.
22
BAB 1V. SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan paparan di atas, dapat dipaparkan simpulan dan saran-saran sebagai berikut. 4.1 Simpulan Dengan mengikuti pelatihan yang telah diberikan dapat disimpulkan bahwa para peserta pelatihan telah mampu menunjukkan adanya peningkatan pemahaman dan keterampilan mereka tentang menyisipkan pendidikan karakter dalam pembelajaran Bahasa Inggris. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan kemampuan guru dalam mengimplementasikan strategi pembelajaran berbasis pendidikan karakter yang ditunjukkan secara berkelompok lewat simulasi di dalam kelas. Di smaping itu, peningkatan keterampilan dan kemampuan peserta didik juga ditunjukkan dengan kemampuan mereka dalam menyisipkan pendidikan karakter yang ditunjukkan dalam praktek pengelolaan kelas yang inovatif dan kreatif lewat simulasi secara berkelompok.
4..2 Saran Meskipun pelatihan berjalan sangat sukses, beberapa kendala berikut perlu diperhatikan dalam pelaksanaan P2M di Manggarai. 1. Waktu pelaksnaan P2M perlu diatur lebih baik agar tidak bersamaan dengan waktuwaktu sibuk di sekolah. 2. Jumlah peserta perlu diatur lebih tertib dibatasi untuk sejumlah yang memadai sehingga perhatian kepada tiap-tiap peserta menjadi lebih intensif.
23
DAFTAR PUSTAKA
Dokumen Kurikulum (2013). Diunduh 4 Agustus 2014 dari (http://muna.staff.stainsalatiga.ac.id/wp-content/uploads/sites/65/2013/03/dokumenkurikulum-2013.pdf) Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2016. Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Dasar. http://perpustakaan.kemdikbud.go.id:9090/id/eprint/40 Diakses tanggal 30 April 2016. Haryanti, T. Jambore Taman Bacaan Masayarakat http://www.triniharyanti.id/2014/02/membangun-budaya-literasi-dengan.html Jumat, 15 April 2016. Indoensia PISA Centre. Hasil PISA 2012. www.indonesiapisacentre.com/2013/12/hasil-pisa-2012.html Diakses 19 April 2016 Lickona, T.(2012). Educating for Character. Mendidik untuk Membentuk Karakter. Bagaimana Sekolah Dapat Mengajarkan Sikap Hormat dan Tanggung Jawab. Jakarta. PT. Bumi Aksara. Lickona, T. (2013). Pendidikan Karakter Panduan Lengkap Mendidik Siswa Menjadi Pintar dan Baik. Bandung: Penerbit Nusa Media. Kusmana, S. 2016. Membangun Budaya Literasi . http://suherlicentre.blogspot.com Diakses tanggal 15 April 2016. Padmadewi, N.N. 2016. Techniques of promoting learning uutonomy in the classroom. Journal of Education and Social Science. 3: 45-52. Panduan Pendidikan Karakter di sekolah Menengah Pertama Kementrian Pendidikan Nasional Direktorat jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama 2010). Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter Kementrian Pendidikan Nasional Badan penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan. (2011). Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter Kementrian Pendidikan Nasional .Badan penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan, (2011). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 104 Tahun 2014 24
Tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Purcell-Gates, V., Anderson1, J.; Gagne1 M., Kristy J.; Lenters2, K.; and McTavish1, M. 2012. Measuring Situated Literacy Activity: Challenges and Promises. Journal of Literacy Research 44(4) 396–425 http://www.sagepub.com/journalsPermissions.nav DOI: 10.1177/1086296X12457167. Diakses 19 April 2016. Sekolah Menulis INSPIRASI Literacy Based Education. Gerakan Literasi Sekolah. http://sekolah-inspirasi.net/?page_id=22 Diakses 19 April 2016. Sri Suryatini.(2011). Pendidikan Karakter. (buku elektronik diunduh pada tanggal 13 Januari 2012). Wibowo, A. (2012). Pendidikan Karakter. Strategi Berperadaban. Yogjakarta: Pustaka Belajar.
Membangun
Karakter
Bangsa
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025.
25