LAPORAN AKHIR PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
HIBAH KKN-PPM
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BALI AGA TRUNYANSONGAN DALAM MENGEMBANGKAN DESA WISATA DI KAWASAN GEOTOURISM GUNUNG BATUR KINTAMANI-BANGLI
OLEH: Drs. Anjuman Zukhri, M.Pd (NIDN: 0012055302) I Putu Gd Parma, S.St.Par., M.Par (NIDN. 0019087703) Drs. Ida Bagus Mardana, M.Si (NIDN:0027086402) Dibiayai oleh: Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penugasan Program Pengabdian kepada Masyarakat Nomor:436/UN48.15/LPM/2014
LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA TAHUN 2014 i
LEMBAR PENGESAHAN ============================================================== 1. Judul KKN-PPM
2. Lokasi (Kec/kab/prop) 3. Penanggung Jawab Nama NIP Jabatan/pangkat/gol Alamat
4. 5.
6. 7. 8.
9.
: Pemberdayaan Masyarakat Bali Aga Trunyan-Songan dalam Mengembangkan Desa Wisata di Kawasan Geotourism Gunung Batur Kintamani-Bangli : Kecamatan Kintamani/Bangli/Bali : : : :
Drs. Anjuman Zukri, M.Pd 195305121980031001 Lektor Kepala/Pembina Tk I/IVB Jl. Pandawa 10 Singaraja-Bali
Telepon/HP
:
Fax e-mail Lembaga/Pusat Studi/Fak/Jur Pengusul Lembaga/institusi mitra Nama Lembaga Penanggung Jawab Alamat & Telp/Fax Bidang Kerja/Usaha DPL yang diusulkan (Nama dan Fakultas) Jumlah Mahasiswa Biaya yang Diusulkan Dikti Mahasiswa Pemkab. Bangli : DIPA Undiksha Periode Pelaksanaan
: : :
(0362)25890/ - /081808861848 (0362)25072/(0362)25335
[email protected] Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat (LPM) Undiksha.
Mengetahui, Ketua LPM Undisha
Prof. Dr. Ketut Suma, M.S NIP. 195901011984031003
: : : : :
Pemkab. Bangli I Made Gianyar, S.H, M.Hum Jln. Kapten Muka 16 kabupaten Bangli Bupati Bangli 1. I Putu Gd Parma, S.St.Par.,M.Par 2. Drs. Ida Bagus Putu Mardana, M.Si : 30 orang : Rp 170.000.000,: Rp. 70. 000.000,: Rp. 40.000.000,Rp. 50.000.000,: Rp. 10.000.000,Mei-Oktober 2014 Singaraja, 9 November 2014 Penanggung jawab,
Drs. Anjuman Zukri, M.Pd NIP.195305121980031001
ii
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BALI AGA TRUNYANSONGAN DALAM MENGEMBANGKAN DESA WISATA DI KAWASAN GEOTOURISM GUNUNG BATUR KINTAMANI-BANGLI oleh, Anjuman Zukhri Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Ganesha ABSTRAK
Kawasan geowisata Kintamani-Bangli di Provinsi Bali merupakan obyek wisata yang bersandarkan pada daya tarik panorama kaldera gunung Batur dan danau Batur, beserta obyek ritual yang melekat dalam hidup dan kehidupan masyarakat Bali Aga KintamaniBangli. Kedua desa ini memiliki potensi wisata pegunungan dengan keindahan fanorama kaldera gunung Batur, danau batur dengan latar belakang vegetasi hutan, dan keunikan sosio-budaya-religius masyarakat pedesaan Bali Aga, yang sangat potensial untuk dikembangkan menjadi desa wisata berbasis pada rural-geotourism. Walaupun terletak pada posisi yang vital dan strategis dalam peta kepariwisataan di KintamaniBali, ternyata desa Trunyan dan desa Songan masih bergulat dengan masalah kemiskinan, eksklusivitas-wisata, angka pengangguran, buta aksara, putus sekolah, konflik sosio-ekonomi-politik, derajat kesehatan dan pendidikan masyarakat yang rendah bagi kabupaten Bangli. Kondisi faktual masyarakat di kawasan ini, mendorong Undiksha bekerjasama dengan Pemkab Bangli untuk melaksanakan kegiatan KKNPPM untuk memberdayakan masyarakat Bali aga Trunyan-Songan dalam mengembangkan desa wisata rural-geotourism. Metode pelaksanaan KKN-PPM menggunakan pendekatan SLA (The Sustainable Livelihood Approach), yang meliputi tahap persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi/monitoring. Target luaran yang akan dihasilkan dari KKN-PPM ini adalah , (1) peningkatan sadar wisata masyarakat Bali Aga di desa Trunyan dan Songan, khususnya dalam mengintegrasikan aktivitas pariwisata dengan pertanian/peternakan, dan budaya lokal menuju kawasan ruralgeotourism culture, (2) diversifikasi produk wisata desa berbasis rural-geotourism, (3) terwujudnya managemen usaha dan pemasaran produk wisata desa, pertanian, peternakan, kerajinan kreatif, produk dan jasa di desa Trunyan dan Songan, dan (4) publikasi ilmiah hasil kegiatan KKN-PPM pada jurnal nasional terakreditasi. Kata kunci: pemberdayaan masyarakat , desa wisata, bali aga, desa Trunyan-Songan, rural-geotourism, SLA, KKN-PPM.
iii
COMMUNITY DEVELOPMENT BALI AGA-SONGAN TRUNYAN VILLAGE IN DEVELOPING TOURISM IN MOUNTAIN AREA GEOTOURISM BATUR KINTAMANI-BANGLI by, Anjuman Zukhri Faculty of Economics and Business University of Ganesha Education
ABSTRACT Geotourism region Kintamani-Bangli in Bali is a tourist attraction that rests on the appeal panorama of Mount Batur caldera and lake Batur, ritual objects and their inherent in life and the lives of the people of Bali Aga-Bangli Kintamani. Both villages have tourism potential beauty of the mountains with fanorama caldera of Mount Batur, Lake Batur with a backdrop of forest vegetation, and the unique socio-cultural-religious rural communities Bali Aga, the potential to be developed into a tourist village in the rural-based geotourism. Although located in a vital and strategic position in the tourism map in Kintamani, Bali, turns Trunyan and villages Songan still grappling with the problem of poverty, exclusivity-tourism, unemployment, illiteracy, dropouts, conflict socio-economic-political, health status and low public education for Bangli district. Factual condition of society in this region, encourage UNDIKSHA cooperation with Bangli regency to implement KKN PPM activities to empower the people of Bali aga Trunyan-Songan in developing rural tourism village-geotourism. KKN-PPM implementation method using SLA approach (The Sustainable Livelihood Approach), which includes the preparation, implementation, and evaluation/monitoring. Target outcomes that would result from KKN PPM is, (1) an increase in tourism awareness in the community of Bali Aga village Trunyan and Songan, particularly in integrating tourism activities with agriculture/livestock, and local culture towards rural areasGeotourism culture, (2) diversification of tourism products based rural villagegeotourism, (3) the realization of business management and marketing of rural tourism products, agriculture, animal husbandry, creative crafts, products and services in Trunyan and Songan, and (4) the results of the scientific publications in journals KKN-PPM nationally accredited. Key words: community empowerment, tourist village, bali aga, Terunyan-Songan, rural-geotourism, SLA, KKN-PPM.
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, kaena atas berkat-NYA pelaksanaan kegiatan P2M Program KKN-PPM DP2M Dikti ini dapat dilaksanakan dan diselesaikan tepat pada waktunya. Terlaksananya kegiatan P2M KKN-PPM ini adalah berkat bantuan dan kerjasama yang baik dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada Yth: 1. Direktur P2M Dirjen Dikti Kementerian Pendidikan Nasional, Jakarta 2. Rektor Universitas Pendidikan Ganesha 3. Ketua LPM Universitas Pendidian Ganesha 4. Ir. Gatot Murdjito, MP atas bimbingannya 5. Dosen dan mahasiswa KKN-PPM Undiksha, dan Pemerintah kabupaten Bangli atas peran sertanya Semoga kerjasama yang baik ini dapat dipelihara dan ditingkatkan pada waktu yang akan datang, dan semoga pula hasil kegiatan KKN-PPM ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di desa Bali Aga Terunyan-Songan.
Singaraja, 9 November 2014 Tim Pelaksana
v
DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL HALAMAN PENGESAHAN ABSTRAK ABSTRACT DAFTAR ISI
i ii iii iv v
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Potensi Unggulan 1.2 Permasalahan 1.3 Upaya untuk Mengatasi Masalah
1 1 4 6
BAB 2. TARGET LUARAN
9
BAB 3. METODE PELAKSANAAN 3.1 Persiapan 3.2 Pelaksanaan 3.3 Rencana Keberlanjutan Program 3.4 Monitoring dan Evaluasi Program
10 10 12 15 15
BAB 4. KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI
17
BAB 5. HASIL KEGIATAN PROGRAM KKN-PPM 5.1 Sosialisasi dan Pembekalan KKN 5.2 Observasi dan Penerjunan KKN-PPM 5.2 Program Aksi Mahasiswa KKN-PPM
18 18 18 20
DAFTAR PUSTAKA Lampiran 1. Artikel Ilmiah Lampiran 2. Dokumentasi Kegiatan KKN-PPM
vi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Potensi Unggulan Kintamani, yang terletak di kabupaten Bangli, provinsi Bali, dikenal sebagai salah satu obyek wisata di Bali yang banyak mendapat kunjungan dari wisatawan domestik dan manca negara. Salah satu potensi daya tarik kecamatan Kintamani adalah kawasan geowisata dengan keindahan fanorama kaldera gunung Batur, gunung Abang, danau batur dengan latar belakang vegetasi hutan, dan keunikan sosio-budaya-religius masyarakat Bali Aga di desa Songan dan desa Trunyan. Wilayah Kintamani, khususnya desa Songan dan desa Trunyan merupakan tourism zone yang sangat strategis dan memegang peranan penting bagi pengembangan wisata desa, agrowisata, kerajinan kreatif-inovatif, pertanian dan peternakan sebagai sumber kehidupan
masyarakat.
Walupun terletak pada posisi yang vital dan strategis, ternyata kedua desa ini menyumbangkan jumlah angka kemiskinan, kebodohan, angka pengangguran, buta aksara, putus sekolah, rawan bencana yang cukup besar, derajat kesehatan masyarakat, dan kualitas pendidikan yang rendah bagi kabupaten Bangli, yang nampaknya perlu mendapat penanganan segera dalam upaya mewujudkan kawasan wisata mandiri (Rencana Strategis Kecamatan Kintamani, 2008-2013).
Gambar 1. Kondisi Eksisting Wilayah KKN-PPM
1
Secara umum, kondisi eksisting desa Songan dan desa Trunyan
merupakan
kawasan yang berada pada zonasi geowisata, pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan konservasi hutan (RPJMD desa Trunyan, 2013; RPJMD desa Songan, 2013), sehingga pada kawasan ini dicanangkan berbagai fasilitas wisata, agrowisata konservasi hutan, yang didukung aktivitas pertanian, peternakan dan industri kerajinan kreatif terpadu sebagai penyangga aktivitas pengembangan kawasan hutan kawasan pariwisata, dan kawasan industri pertanian dalam arti luas, seperti ditunjukkan pada gambar 1. Di kawasan ini juga diperuntukan sebagai areal konservasi hutan, pertanian dan peternakan, wisata untuk menunjang ekonomi masyarakat, sekaligus sebagai pusat pengembangan industri pariwisata yang dapat mengintegrasikan aktivitas masyarakat pedesaan, pertanian, peternakan dan keindahan potensi alam. Kedua desa ini merupakan wilayah perbukitan dan pegunungan dengan panorama natural gunung Batur, gunung Abang dan danau batur yang mempesona, beriklim tropis, dengan curah hujan yang relatif cukup tinggi. Keadaan tanahnya sebagian subur dan basah yang ditanami vegetasi hutan, tanaman hortikultura, palawija, perkebunan, dan persawahan, dan sebagian lagi kering dan tandus yang terletak di zonasi kaldera gunung Batur. Lapisan top soil tanah relatif tebal dengan tingkat kesuburan yang tinggi (BPPT, 2010). Pada musim hujan, maupun musim kemarau wilayah kedua desa ini nampak subur dan menghijau, sehingga perbukitan dan pegunungan ini merupakan aset wisata yang eksotik di kawasan geowisata ini. Kondisi SDM penduduk desa Trunyan dan desa Songan mengacu pada profil kecamatan dan potensi desa (RPJMD desa Trunyan dan Songan, 2013) banyak penduduk yang tidak bersekolah, dan warga yang menamatkan pendidikan SMP, dan SMA dalam jumlah yang relatif kecil, hanya sebagian kecil dari jumlah penduduk yang bisa menamatkan pendidikan tinggi. Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan pendidikan yang sangat tajam. Sebagian besar pancaharian penduduk sebagai petani sekaligus peternak (65%), 15% PNS, dan 5% wiraswasta/pedagang, 5% pelayan, dan sisanya 10% pengganguran, hanya sebagain kecil dari komunitas masyarakat di kawasan geowisata ini terpusar dalam dinamika aktivitas pariwisata, artinya meski banyak dolar yang bisa diraup oleh segmen praktisi pariswisata dari luar desa Trunyan dan Songan, tapi masyarakat di kawasan ini
tetap termarginalisasi dalam kirprah 2
kepariwisataan. Sepanjang musim, masyarakat di kawasan ini selalu dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari melalui pertanian, dan peternakan, namun budidaya pertanian dan peternakan masih bersifat tradisional, yang miskin dengan sentuhan ipteks, dan terfragmentasi dari balutan tali-temali gejolak aktivitas pariwisata. Pengembangan peternakan tradisional yang tidak ramah lingkungan, sering menimbukan persoalan sanitasi lingkungan dan sumber wabah penyakit. Padahal limbah pertanian dan peternakan, melalui penerapan ipteks dapat dirubah menjadi sumber pakan ternak, pupuk organik dan sumber energi bakar alternatif sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup dan kemandirian masyarakat. Dengan daya dukung luas wilayah yang cukup memadai dan panorama alam yang indah, dengan kuantitas jumlah petani dan peternak yang cukup signifikan, wilayah kecamatan ini sangat berpotensi
untuk jadi zona rural-geotourism, dimana
pertanian/peternakan/perkebunan dapat dijadikan mayor-driven yang bisa mendukung divergensi produk wisata yang mampu mengakomodasi/mengasimilasi budaya masyarakat setempat sehingga dapat meningkatkan kondisi sosio-ekonomi masyarakat.
1.2 Permasalahan Berdasarkan uraian potensi, propek dan problematika wilayah desa Songan dan Trunyan di kecamatan Kintamani dapat dirumuskan permasalahan utama yang akan ditangani dalam program KKN-PPM, yakni: (1) Rendahnya kesadaran, pengetahuan, keterampilan, dan keterlibatan elemen masyarakat dalam praksis kepariwisataan secara holistik berbasis pada wisata alam, wisata budaya, wisata religi, wisata kuliner dan pertanian/peternakan. Pariwisata yang hanya tersegmentasi dan terbelenggu pada keindahan panorama alam gunung Batur, gunung Abang dan danau batur kurang dapat mengagetasi dinamika aktivitas sosioekonomi masyarakat menuju peningkatan kualitas hidup dan kenyamanan masyarakat. Aset geowisata dan keindahan fanorama danau batur yang eksostik (SDA), tanpa dibarengi dengan peningkatan kualitas SDM yang memadai akan menimbulkan stigmatisasi sosial-ekonomi dalam pengelolaan wisata. Marginalitas masyarakat desa Trunyan dan desa Songan dalam tourism bussines sebagian besar disebabkan oleh rendahnya kesadaran wisata, kurangnya penguasaan bahasa asing, keterampilan
3
pariwisata (tourism skill), dan rendahnya penguasaan teknologi informasi dan komunikasi (ICT). (2) Rendahnya budaya kerja dan produktivitas ekonomi masyarakat menyebabkan rendahnya pendapatan perkapita dan pendapatan keluarga. Hasil penelitian Pursika (2009), menunjukkan bahwa ditengah-tengah derasnya arus dolar pariwisata yang mengalir ke wilayah Kintamani, namun tingkat kehidupan masyarakat lokal Kintamani masih di bawah garis kemiskinan. Hampir 25% pengemis di Bali berasal dari wilayah ini. Pedahal potensi alam dan dukungan program pembangunan pemerintah Bangli dan institusi lain untuk mendorong simpul-simpul aktivitas ekonomi relatif cukup tinggi. Selain itu, rendahnya income masyarakat juga diakibatkan oleh belum terberdayanya lembaga-lembaga ekonomi masyarakat, UKM dan industri kerajinan kreatif-inovatif rumah tangga, dan usaha tani-ternak yang link dan match dengan derasnya dinamika tourism geowisata di kawasan ini. (3) Masih rendahnya kualitas kesehatan masyarakat, kondisi kesehatan lingkungan, terutama yang menyangkut sanitasi dasar, dan perilaku masyarakat yang kurang mendukung pola hidup bersih dan sehat
telah memberi kontribusi pada
rendahnya status penduduk miskin dan kesehatan masyarakat. Peluang terjangkitnya penyakit demam berdarah dan penyakit endemik lainnya di wilayah Songan, dan Trunyan sangat tinggi, karena aktivitas produktif masyarakat tidak ramah lingkungan. Danau batur yang menjadi salah satu label kepariwisataan Kintamani sering digunakan sebagai tempat muara saluran limbah rumah tangga, pertanian/peternakan, dan industri yang merusak ekosistem, kebersihan dan keindahan danau Batur, sehingga berpotensi mengancam pilar-pilar kepariwisataan. Dari sisi kewilayahan, desa Songan dan desa Trunyan merupakan daerah pegunungan konservasi hutan yang sangat potensial dikembangkan menjadi varietas produk wisata tracking, cycling, dan adventuring. Kepedulian masyarakat dalam menjaga kelestarian konservasi hutan di kawasan geowisata relatif masih kurang, terbukti intensitas perambasan hutan masih tinggi, yang berpotensi mendatangkan malapetaka longsor, dan banjir. (6) Minimnya terapan teknologi tepat guna di masyarakat dalam pengolahan hasil pertanian, peternakan, dan perikanan yang dapat mengantarkan desa Trunyan dan desa Songan sebagai desa mandiri pangan dan energi. Budi daya pariwisata, pertanian, peternakan, dan perikanan yang ada saat ini masih bersifat tradisional, monokultur, 4
dengan
pengagarapan
menumbuhkembangkan
yang dinamika
parsial,
dan
perekonomian
kurang
profesional
yang
masyarakat
(RPJMD,
2013).
Masyarakat belum mampu mentransfusi aktivitas pertanian, peternakan, dan perikanan sebagai mayor-driven
kedalam
domain
aktivitas
pariwisata,
sehingga
dapat
mewujudkan kawasan yang mampu mengintegrasikan budaya bertani, beternak secara simultan dengan pariwisata, sehingga dapat mewujudkan kawasan rural-geotourism. 1.3 Upaya untuk Mengatasi Masalah Berdasarkan paparan potensi dan permasalahan yang yang ada di desa Trunyan dan desa Songan,
maka solusi yang visible dan relevan dikedepankan adalah
memberdayakan masyarakat Bali Aga untuk mengembangkan desa wisata berbasis rural-geotourism bertitik tolak dari potensi unggul masyarakat melalui program KKNPPM. Model rural-geotourism merupakan kreasi wisata yang memadukan pesona eksotik geology/geomorphology pegunungan dengan nuansa dinamika way of life kehidupan masyarakat dalam membangun, melindungi, dan melestarikan potensi wisata secara harmoni, holistik dan terintegrasi (Tokes AM, 2003; Torres, Rebecca and Momsen, 2004). Secara imlementatif, rural-geotourism termanifestasi dalam kesadaran dan partisipasi individu di tingkat keluarga, kelompok sadar wisata, banjar, pranata sosial lainnya, serta kesadaran masyarakat secara komunal dalam mengejewantahkan aktivitas kepariwisataan dalam derap langkah hidup kesehariannya Potensi unggulan yang menjadi prioritas program aksi KKN-Bali Aga di desa Trunyan dan Songan adalah potensi pariwisata yang diarahkan pada pengembangan rural-agrotourism culture/rural-geotoruism yang didukung oleh fanorama alam, situs religi, area dan produk pertanian, peternakan, dan perikanan, yang dapat mendiversifikasi kawasan geowisata agrowisata,
sebagai
wisata-alam,
wisata-budaya,
wisata-kuliner,
wisata-relegi,
dan kerajinan handycraft dan souvernir dengan corak lokal Bali Aga
masyarakat Trunyan dan Songan. Solusi yang ditawarkan untuk menangani permasalahan
di desa Trunyan dan
Songan adalah (i) Program aksi peningkatan kepariwisataan yang mengarah pada ruralagrowisata culture sebagai pengintegrasian dinamika pariwisata, pertanian, peternakan, dan budaya lokal masyarakat untuk mendiversifikasi kawasan geowisata di Kitamani, melaui diklat sadar wisata, kursus bahasa asing, dan pelatihan ICT; (ii) Program aksi peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam desain, diversifikasi produk, 5
managemen, dan pemasaran seni kerajinan tangan, sebagai souvernir wisata bercorak lokal melalui pelatihan, (iv) Program aksi peningkatan pengetahuan dan keterampilan pengolahan aneka makanan tradisional dan modern berbasis hasil pertanian, perkebunan, dan perikanan, (v) Program peternakan melalui demplot peternakan terpadu yang ramah lingkungan (zero waste), pengolahan limbah ternak menjadi pupuk organik dan energi bakar biogas sebagai bagian integral dari upaya penyediaan energi alternatif bagi masyarakat Bali Aga, baik di musim hujan maupun musim kemarau.
6
BAB 2 TARGET LUARAN
Secara umum, hasil yang diharapkan dapat diperoleh dari pelaksanaan KKNPPM “ Pemberdayaan Masyarakat Bali Aga Trunyan-Songan dalam Mengembangkan Desa Wisata di Kawasan Geotourism Gunung Batur Kintamani-Bangli” adalah terwujudnya desa wisata rural-geotourism di desa Trunyan dan desa Songan. Target luaran yang akan dihasilkan dari KKN-PPM ini adalah , (1) peningkatan sadar wisata masyarakat Bali aga di desa Trunyan dan Songan, khususnya dalam mengintegrasikan aktivitas pariwisata dengan pertanian/peternakan, dan budaya lokal menuju kawasan rural-geotourism culture, yang secara operasional ditujukkan oleh gain score uji pemahaman kepariwisataan, (2) diversifikasi produk wisata desa berbasis ruralgeotourism, yang secara operasional ditunjukkan oleh terwujudnya 5 paket wisata pedesaan, meliputi tracking, cycling, adventuring, agrowisata, dan kuliner, (3) terwujudnya managemen usaha dan pemasaran produk wisata desa, pertanian, peternakan, dan kerajinan kreatif yang ditunjukkan oleh 10 varietas souvernir wisata bercorak lokal di desa Trunyan dan Songan, (4) publikasi ilmiah hasil kegiatan KKNPPM pada jurnal nasional terakreditasi, dan (5) rumusan kebijakan dan rekomendasi bagi Undiksha dan Pemkab Bangli dalam menindaklajuti program KKN-PPM desa wisata di desa Trunyan dan Songan secara swadana dan swakelola. Secara keseluruhan, hasil pelaksanaan KKN-PPM ini diharapkan dapat mentransformasi budaya masyarakat bali aga di desa Trunyan dan desa Songan sebagai pelaku partisipatif aktif yang progresif dalam dinamika usaha kepariwisataan di wilayah Kintamani. Masyarakat Bali aga tidak saja sebagai pemilik pasif objek wisata keindahan alam, keunikan budaya, sosio-religius tetapi terberdayakan dalam kiprah kepariwisataan rural-geotourism sebagai upaya mengatasi masalah kronis masyarakat, seperti kemiskinan,
pengangguran,
kesehatan,
dan
pendidikan.
Keberhasilan
dalam
memberdayakan masyarakat Bali aga di desa Trunyan dan desa Songan dalam pengembangan kawasan desa wisata mandiri berbasis rural-geotourism diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat Trunyan dan Songan, sehingga dapat menurunkan angka kemiskinan di kawasan wisata ini.
7
BAB 3 METODE PELAKSANAAN
5.2 Persiapan 1.
Penetapan Kelompok Sasaran (a) Kelompok sasaran program KKN-PPM mencakup: (i) 30 keluarga miskin di
wilayah KKN-PPM, masing-masing 15 keluarga miskin per desa, yang ada di desa Trunyan dan desa Songan di kecamatan Kintamani kabupaten Bangli, dan (ii) 2(dua) sekehe teruna teruni dan atau kelompok sadar wisata di wilayah KKN-PPM, 2(dua) kelompok poktan, dan 2(dua) kelompok pengrajin handicraft souvernir wisata di desa Trunyan dan Songan. (b) Mahasiswa berjumlah 30 orang yang bertugas: (1) memberikan pemahaman dan praktek langsung untuk bekerja secara
interdisipliner dan lintas sektoral serta
mendewasakan cara berfikir, bertindak dan berkomunikasi untuk berbaur dan berpartisapasi dalam pusaran aktivitas pembangunan sosial-ekonomi masyarakat, (2) mengoptimalkan pemberdayaan potensi aset
masyarakat
untuk meningkatkan
kesejahteraan hidup, (3) memahami dan dapat merasakan permasalahan yang ada di pedesaan, khususnya yang bertautan dengan pengembangan desa wisata mandiri berbasis rural-geotourism, (4) membentuk sikap dan rasa cinta, kepedulian sosial, dan tanggung jawab mahasiswa terhadap kemajuan masyarakat dalam kontes pengentasan kemiskinan, (5) memberikan ketrampilan kepada mahasiswa untuk melaksanakan program-program pengembangan dan pembangunan, (6) membimbing mahasiswa agar menjadi seorang inovator, motivator, dan problem solver, dan (7) memberikan pengalaman dan ketrampilan kepada mahasiswa sebagai kader pembangunan. (c) Pemerintah daerah Bantuan pikiran dan tenaga untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, khususnya bertautan dengan aspek pengentasan kemiskinan melalui pengintegrasian aktivitas bertani, beternak, dan eksotik keindahan kaldera gunung batur dan danau batur secara holistik dalam rural-geotourism, meningkatkan ketajaman analisis perumusan dan pelaksanaan kebijakan dalam pengembangan desa wisata mandiri berbasis ruralgeotourism di desa Trunyan dan desa Songan, memperoleh ide baru yang diperlukan
8
dalam program pengembangan masyarakat mandani menuju komunitas masyarakat yang mandiri, dan menyiapkan kader penerus pembangunan di tingkat desa. (d) Perguruan tinggi (1) Adanya umpan balik sebagai hasil integrasi mahasiswa dengan masyarakat dapat dijadikan rujukan dalam penyusunan kurikulum yang disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan daerah, kearifan lokal masyarakat, sehingga dapat dijadikan pijakan dalam pengajuan usulan penelitian dan pengabdian yang berbasis pada kebutuhan dan permasalahan yang ada di masyarakat, (2) Terjalinnya kerjasama antara instansi pemerintah atau departemen lainnya dengan Perguruan Tinggi, dan (3) IPTEK yang bermanfaat dalam pengelolaan dan penyelesaian berbagai masalah pembangunan dapat dilakukan oleh perguruan tinggi. 2.
Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi partisipatif KKN–PPM Perencanaan KKN-PPM meliputi aktivitas (1) persiapan, (2) pembekalan, (3)
penerjunan ke lokasi. Persiapan KKN-PPM akan meliputi kegiatan (i) sosialisasi program KKN-PPM secara horizontal (mahasiswa dan masyarakat sasaran) dan vertikal (instansi struktural terkait di lingkungan Undiksha dan pemkab.Bangli), (ii) koordinasi dengan kelompok sasaran, dan (iii) penyiapan kelengkapan administrasi dan perlengkapan baik bagi panitia pelaksana maupun mahasiswa peserta KKN-PPM. Tahap pembekalan mahasiswa akan meliputi kegiatan (i) pemberikan pengetahuan umum terkait dengan kompetensi sosial, budaya, tatakrama, etika, dan komunikasi dan proses adaptasi dan asimilasi di desa, (ii) pelatihan penguasaan ipteks yang bertautan dengan pengembangan rural-geotourism, (iii) evaluasi pembekalan KKN-PPM. Tahap penerjunan ke lokasi meliputi kegiatan (i) pelepasan dan penyerahan mahasiswa KKNPPM dari Undiksha ke aparat desa secara resmi, (ii) pengangkutan mahasiswa KKN ke desa, dan (iii) penempatan mahasiswa di masing-masing keluarga miskin sasaran. Pelaksanaan kegiatan KKN-PPM akan terstratifikasi menjadi tiga, yakni (1) tingkat keluarga miskin binaan, (2) tingkat kelompok sadar wisata/sekehe teruna-teruni, dan (3) tingkat desa. Di masing-masing desa, yakni desa Trunyan, dan desa Songan akan diterjunkan masing-masing 15 mahasiswa. Di setiap desa, seorang mahasiswa wajib memberdayakan 1(satu) KK miskin, dan 15 (lima belas) mahasiswa di setiap desa secara kolektif wajib memberdayakan kadarwis/poktan/kelompok masyarakat desa 9
dalam rural-geotourism sebagai program pokok KKN-PPM dan program bantu KKNPPM dibawah bimbingan dan pengawasan dosen pembimbing (DPL). Pada akhir kegiatan KKN-PPM dilakukan evaluasi, yang meliputi evaluasi terhadap (1) untuk kelompok sasaran dilihat dari aspek (i) jumlah masyarakat dan mitra yang terlibat (partisipasi) pada setiap kegiatan yang dilakukan, (ii) jumlah demplot fisik yang dihasilkan, (iii) peningkatan pendapatan masyarakat, (2) untuk mahasiswa peserta KKN-PPM dilihat dari aspek (i) laporan pelaksanaan KKN-PPM sebagai dasar untuk menilai jejak rekam aktivitas mahasiswa melaksanakan KKN-PPM, (ii) catatan harian, (iii) ujian akhir presentasi dan klarifikasi aktivitas KKN-PPM mahasiswa dan (3) tim pelaksana KKN-PPM yang meliputi aspek (i) input, output dan outcome dan kegiatan KKN-PPM, (ii) keterserapan dana, dan (iii) publikasi ilmiah dan rekomendasi kebijakan/keberlanjutan.
5.3 Pelaksanaan 1.
Persiapan dan Pembekalan (a) Mekanisme pelaksanaan KKN–PPM Rangkaian mekanisme pelaksanaan kegiatan KKN-PPM meliputi survei lokasi
KKN, negosiasi mitra, penandatanganan nota kesepakatan kerjasama, pengurusan perizinan, pembekalan mahasiswa, penerjunan mahasiswa, pelaksanaan program, monitoring dan evaluasi, penarikan mahasiswa serta pembuatan laporan, (b) Materi Persiapan dan pembekalan KKN-PPM yang perlu diberikan kepada mahasiswa, yakni : (i) materi persiapan, meliputi pengetahuan dan keterampilan teknis dalam ruralgeotourism, dan (ii) materi pembekalan. Pembekalan dilaksanakan sebanyak 2 kali yaitu: (a) pembekalan umum yang meliputi orientasi umum program KKN PPM, lembaga kemasyarakatan dan pemerintahan desa, etika dan tata krama masyarakat desa, dan (b) Pembekalan Khusus Tematik meliputi (i) diversifikasi paket wisata berbasis rural-geotouris, bahasa asing dan ICT (ii) agrowisata pengejawantahan dari pertanianpeternakan multikultur, instalasi biogas, pengolahan pupuk organik, dan pengawetan pakan ternak, (iii) handycraft dan souvenir wisata. Jadwal pelaksanaan kegiatan KKNPPM. 1. Pembekalan umum dilaksanakan pada 22-34 Juni 2014. 2. Pembekalan khusus dilaksanakan pada 28-29 Juni 2014. 10
3. Penerjunan/Pelaksanaan KKN-PPM pada 1 Juli-7 September 2014 4. Monitoring dan Evaluasi KKN-PPM 9 September-12 September 2014 2.
Pelaksanaan di Lapangan
a.
Metode Pelaksanaan Metode pelaksanaan KKN-PPM menggunakan pendekatan SLA (The Sustainable
Livelihood
Approach),
yang
meliputi
tahap
persiapan,
pelaksanaan,
dan
evaluasi/monitoring. Pemberdayaan masyarakat dengan metode the Sustainable Livelihood
Approach
(SLA)
pada
dasarnya
masyarakat/keluarga/komunitas masyarakat
upaya
pelibatan
(partisipasi)
untuk belajar dan beraktivitas secara
berkelanjutan dengan cara unik mereka menjalani hidup dalam rangka meningkatkan kualitas hidup mereka melalui integrasi potensi wisata denganusaha tani-ternak multikultur berbasis zero waste.
Menurut Ellis (1998), the sustainable livelihood
approach (SLA) is the process by which rural families construct a diverse portfolio of activities and social support capabilities in their struggle for survival and in order to improve their standards of livings. Hal ini didukung oleh Olivier Serrat ( 2008), yang menyatakan bahwa “ The sustainable livelihoods approach is a way of thinking about the objectives, scope, and priorities for development activities. It is based on evolving thinking about the way the poor and vulnerable live their lives and the importance of policies and institutions. b. Langkah-langkah Operasional Langkah-langkah operasional
yang perlu dilakukan untuk
mengatasi
permasalahan di desa Trunyan dan desa Songan adalah sebagai berikut: (1) Sosialisasi dan edukasi sadar wisata (geotourism) untuk menumbuh-kembangkan partisipasi aktif masyarakat dalam geliat pariwisata yang dapat terintegrasi dengan aktivitas pertanianpeternakan sebagai roda miskin
untuk
penggerak aktivitas kehidupan sosio-ekomoni masyarakat
menyadarkan
(awareness)
masyarakat
miskin
desa
dalam
mengoptimalkan pemberdayaan aset lahan dan potensi wisata, tani-ternak yang dimiliki masyarakat secara fungsional, (2) Mengedukasi kelompok sasaran KKN-PPM tentang pendidikan Ipteks dalam rangka pengkapasitasan (capaciting) masyarakat untuk mengembangkan desa wisata berbasis rural-geotourism, (3) Mendampingi (scaffolding) masyarakat dalam merekayasa diversifikasi produk wisata rural-geotourism, (4) 11
Memotivasi
masyarakat
dalam
membentuk
lembaga
pranata
sosial-ekonomi
(institutionalization) dalam bidang kepariwisataan yang dapat memayungi legalitas aktivitas sosio-ekonomi-wisata masyarakat miskin dalam rural-geotourism , seperti yang ditunjukkan pada gambar 2. Pemberdayaan Masyarakat
Wisata desa, wisata alam, kuliner, oleholeh, wisata kuliner, kesehatan, bencana alam,produktivitas, buta aksara, kemiskinan
SDA,SDM, Kelompok, Lembaga Sosial, kearifan lokal, Lembaga Pendidikan
PARIWISATA PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN, INDUSTRI KREATIF
Gambar 2. Model rural-geotourism c. Volume Pekerjaan dalam bentuk Jam Kerja Efektif Mahasiswa (JKEM) Setiap mahasiswa harus melakukan pekerjaan sebanyak 190 JKEM dengan rincian 142 JKEM guna melaksanakan program pokok KKN-PPM, dan 48 JKEM guna melaksanakan program pendukung atau tambahan program KKN-PPM selama 2 bulan. Tabel 1. Jam Kerja Efektif Mahasiswa (JKEM) No 1. 1.1
Nama Pekerjaan
1.2
Persiapan KKN-PPM Sosialisasi program kepada kelompok sasaran Jaring aspirasi
1.3
Koordinasi
1.4 2 2.1
Persiapan pelaksanaan kegiatan Pelaksanaan KKN-PPM Sadar wisata
2.2
Kursus bahasa asing dan ICT
Program
Sosialisasi di masing-masing desa Jaring aspirasi di masingmasing desa Koordinasi dengan mitra/narasumber/sasaran Pembekalan KKN Desa wisata berbasis ruralgeotourism Diklat bahasa Asing
Volume (JKEM)
Keterangan
6
Undiksha
6
Undiksha
6
Undiksha
14 24 16
Lokasi KKN-PPM Lokasi
12
2.3
Kursus ICT
Diklat ICT
16
2.4
Kerajinan sourvernir wisata kreanova Desa wisata berbasis geotourism
Pelatihan Kerajinan sourvernir
12
2.5
2.6 2.7
rural
Demplot agrowisata berbasis pada integrated farming Pembinaan keluarga asuh, kebersihan lingkungan, dan pengolahan hasil tani-ternak yang mendukung wisata kuliner pedesaan
3 Monev & Pelaporan Total Volume Pekerjaan
wisata kreanova Diversifikasi desa wisata: trackcing, cycling, climbing, advenuring, fishing, local/traditional entertaining
38
Agrowisata-Simantri
24
Keluarga Asuh
24
Monev & Pelaporan
4 nx JKEM 30x190= 5700JKE M
KKN-PPM Lokasi KKN-PPM Lokasi KKN-PPM Lokasi KKN-PPM Lokasi KKN-PPM Lokasi KKN-PPM Undiksha n = jumlah mahasiswa
5.4 Rencana Keberlanjutan Program Rencana jangka panjang dari kegiatan ini adalah sinergisitas pencanangan KKNPPM Undiksha dengan Pemerintah kabupaten Bangli, dan pihak swasta secara swadana dan swakelola dan terus menerus setiap tahun untuk mengawal proses partisipasi masyarakat dalam pengembangan desa wisata di kawasan geowisata Kintamani, khusunya di desa Trunyan-Songan. Atas dasar hasil kegiatan KKN-PPM, Pemerintah kabupaten Bangli akan memiliki dokumen yang mengindikasikan potensi asset wisata masyarakat di kawasan geowisata, dan kawasan wisata lainnya di kabupaten Bangli secara lengkap dengan informasi yang valid tentang profil kemiskinan, diversifikasi produk wisata desa, model partisipasi masyarakat dalam pembangunan termasuk pelaksanaan program desa wisata untuk dapat menghantarkan suatu kawasan wisata yang mempertautkan situs wisata sebagai obyek destinasi wisata dengan aktivitas dinamika hidup dan kehidupan masyarakat sebagai subyek dari wisata tersebut, sehingga dapat memberikan kebermanfaat yang maksimal bagi kesejahteraan masyarakat. 5.5 Monitoring dan Evaluasi Program Untuk memonitoring dan evaluasi pelaksanaan KKN-PPM “Pemberdayaan Masyarakat Bali Aga Trunyan-Songan dalam Mengembangkan Desa Wisata di Kawasan Geotourism Gunung Batur Kintamani-Bangli” dilakukan oleh (i) tim monev 13
internal Undiksha dan pemkab. Bangli, (ii) tim monev DP2M Dikti dengan melihat hasil kegiatan dari:
A. Mahasiswa: (1) Pembagian alokasi waktu pelaksanaan Program KKN PPM: Pelaksanaan program KKN-PPM di desa Trunyan dan desa Songan terdiri dari program Pokok (70%) dan program bantu (30%). Program pokok adalah pengembangan desa wisata berbasis rural-geotourism di setiap desa yang menjadi sasaran KKN PPM mencakup aktivitas (i) edukasi sadar wisata dan diversifikasi produk rural-geotourism, (ii) diklat bahasa asing, (iii)diklat ICT, (iv) diklat kerajinan souvernir. Program bantu (30%) meliputi (a) agrowisata /intergrated farming, (b) reboisasi kawasan hutan, (c) edukasi keluarga asuh; (2) Pembuatan buku harian yang meliputi tiga buku yaitu: Buku Program Pokok, Buku Program Bantu; (3) Kunjungan ke lokasi KKN PPM oleh Dosen Pembimbing Lapangan untuk melihat pelaksanaan program KKN PPM pada awal bulan kedua, dan (4) Pembuatan laporan rencana kegiatan dan laporan pelaksanaan kegiatan. B. Masyarakat dan Pemda: (1) Jumlah masyarakat yang terlibat dalam setiap pelaksanaan program kerja KKNPPM, (2) Jumlah aparatur yang terlibat dalam setiap pelaksanaan program kerja KKN PPM, dan (3) Dampak secara teknis yakni meningkatnya partisipasi masyarakat di wilayah KKN-PPP di desa Trunyan dan Songan sebagai akibat penyelenggaraan kegiatan KKN PPM. C. Perguruan Tinggi (1) Jumlah Pelaksanaan Tridarma Perguruan Tinggi oleh Dosen, dan (2) Adanya introduksi inovasi dan edukasi iptes dari Perguruan Tinggi ke Pemerintah Daerah dan masyarakat.
14
BAB 4
KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI
Universitas Pendidikan Ganesha memiliki motivasi kuat dalam mengembangkan diri sebagai sebuah universitas yang turut berperan aktif dalam meningkatkan daya saing produk lokal baik di bidang pendidikan dan pengajaran maupun bidang nonkependidikan untuk mampu berkontribusi dalam meningkatkan daya saing bangsa. Melalui berbagai hibah kompetitif yang dimenangkan Undiksha, Universitas negeri satu-satunya di Bali utara ini, di samping sedang memperkuat kapasitas lembaga, Undiksha juga mengembangkan berbagai program unggulan dan rintisan seperti pengembangan komunitas (community development) yang diharapkan mampu menghasilkan aktivitas-aktivitas yang mendatangkan revenue sendiri (self generating revenue activities), pengembangan pusat-pusat kajian yang dikoordinasikan oleh Lembaga Penelitian Undiksha diantaranya adalah Pusat Kajian Lingkungan Hidup dan pusat-pusat layanan yang dikoordinasikan oleh Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat (LPM) Undiksha diantaranya adalah Pusat Layanan Pendidikan Sekolah dan Masyarakat, Pusat layanan Penerapan IPTEK dan Dampak Lingkungan, Pusat layanan KKN dan KKL, dan Pusat Layanan Kewirausahaan dan Konsultasi Bisnis. Dengan program-program tersebut diharapkan motivasi Undiksha untuk dapat turut mensinergikan pemberdayaan sumberdaya (SDM dan good practices) yang ada di Undiksha dengan pemberdayaan potensi stakeholder dan masyarakat sekitar dapat diwujudkan. Berkaitan dengan usulan program KKN-PPM ini, Undiksha memiliki komitmen dan dorongan moril yang tinggi untuk turut membantu dan mendampingi Pemerintah Kabupaten Bangli dalam meningkatkan taraf hidup masyarakatnya dengan pengerahan potensi kepakaran yang dimiliki. Kelayakan dan komitmen Undiksha dalam mensinergikan potensi masyarakat baik dalam dunia pendidikan maupun bidang-bidang lainnya di bawah koordinasi LPM Undiksha dan Lembaga Penelitian Undiksha cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari pembentukan pusat-pusat layanan yang dapat melayani kebutuhan stakeholder dan masyarakat terhadap penerapan ipteks, yakni (1) pusat layanan pendidikan masyarakat,
15
(2) pusat layanan pengembangan SDM/SDA, (3) pusat layanan KKN/KKL, (4) pusat layanan penerapan ipteks, dan (5) pusat layanan kewirausahaan dan konsultasi bisnis. Di lain pihak, kelayakan Undiksha dalam kaji-tindak terhadap pemberdayaan potensi masyarakat terwadahi dalam pusat kajian yang ada di lembaga penelitian, yaitu: (1) pusat kajian lingkungan hidup, (2) pusat kajian sains, (3) pusat kajian pembangunan pedesaan dan pusat kajian pemberdayaan wanita. Semua pusat layanan dan pusat kajian dikomandani oleh dosen yang memiliki kapabilitas akademik bergelar master, doktor, dan profesor sesuai dengan bidangnya masing-masing. Undiksha mulai tahun ajaran 2009/2010 telah mencanangkan program kuliah kerja nyata PPM (pemberdayaan dan pembelajaran masyarakat), dan telah berulang kali memenangkan hibah KKN PPM yang dicanangkan Dikti, yakni KKN-PPM-Keaksaraan(2012) dan KKN-PPM-Mandiri Energi (2013). Kemampuan dan pengalaman LPM Undiksha sebagai garda terdepan dalam pengejawantahan dharma ketiga dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, yakni pengabdian kepada masyarakat relatif sudah cukup teruji. Beberapa program P2M LPM Undiksha dalam bentuk penerapan ipteks yang sudah berhasil dan dirasakan manfaatnya di masyarakat diantaranya adalah (1) Pengembangan managemen administrasi pemkab Buleleng berbasis GIS (Geographical Information Systems), (2) Program desa dan sekolah binaan di kecamatan sawan, (3) program kuliah kerja nyata keaksaraan dan mandiri energi, (4) program diklat ipteks pendampingan bidang pendidikan maupun non-pendidikan, (5) program IbW Gerokgak, IbW Kubutambahan, IbW Tejakula, IbK, IbIKK, IbM, Hi-Link dan (5) bantuan dan bhakti sosial di daerah bencana alam di desa Tejakula, Sukada, Busungbiu dan Buleleng.
16
BAB 5 HASIL PELAKSANAAN KKN-PPM Program KKN di Universitas Undiksha pada tahun 2014 diklasifikasikan menjadi 2(dua), yakni KKN-reguler, dan KKN-PPM. Baik KKN-reguler maupun KKNPPM diterjunkan di kabupaten Bangli dan kabupaten Karangasem. Khusus mahasiswa peserta KKN-PPM diterjunkan di desa Terunyan dan desa Songan, kabupaten Bangli. Seluruh mekanisme rekruitmen dan proses pendaftaran, penempatan, dan komunikasi KKN di Undiksha dilakukan secara on line. Pengadaan kostum lapangan dan kelengkapan administrasi untuk mahasiswa KKN-PPM dan KKN-reguler dilakukan oleh panitia KKN dibawah pengawasan Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat (LPM) Undiksha. Secara prinsip, tidak ada perbedaan perlakuan dan tuntutan bobot akademik dari KKN reguler dan KKN-PPM, hanya karakteristik dan substansi kegiatan yang menjadi penciri dari masing-masing program. KKN-PPM diarahkan pada pemberdayaan masyarakat dalam mengembangkan Desa Wisata di Kawasan Geotourism Gunung Batur Kintamani-Bangli Berikut adalah hasil kemajuan pelaksanaan program kerja yang telah dilaksanakan dalam program hibah KKN-PPM Undiksha di desa Terunyan dan desa Songan di Kecamatan Kintamani, kabupaten Bangli tahun 2014. 5.1 Sosialisasi dan Pembekalan KKN Mahasiswa Undiksha yang ikut terdaftar dalam program KKN-PPM Undiksha sebanyak 40 orang yang berasal dari seluruh fakultas di Undiksha, kemudian didistribusikan masing-masing 20 mahasiswa di setiap desa dari 2(dua) desa yang menjadi tempat pelaksanaan KKN-PPM. Sebelum mahasiswa diterjunkan ke desa, diberikan pembekalan umum, dengan substansi materi (1) Filosofi KKN, (2) Pendekatan sosio-ekonomi-budaya pada masyarakat, (3) Etika moral dan komunikasi di masyarakat, (4) Teknologi Tepat Guna, dan (5) Penyusunan program KKN. Pembekalan diberikan kepada semua mahasiswa KKN, baik reguler maupun PPM. Pembekalan umum dilaksanakan selama 2 hari mulai dari pagi sampai sore, jam 8.00-16.00, dari tanggal 21-22 Juni 2014. Selanjutnya bagi mahasiswa KKN-PPM, diberikan pembekalan khusus, sesuai dengan karakteritik dan sasara yang ingin dicapai dalam program ini, yakni materi teori dan praktek berkaitan dengan pengembangan desa 17
Wisata di Kawasan Geotourism Gunung Batur Kintamani-Bangli. Pembekalan khusus berlangsung selama 2 hari mulai dari pagi sampai sore, jam 8.00-16.00, yang dilaksanakan dari tangal 28-29 Juni 2014. Materi pembekalan khusus meliputi (1) konsep desa wisata, (2) wisata geotourism: managemen dan pemasarannya, (3) English dan etiket guiding, dan (4) budaya dan produk seni. Pelaksanaan pembekalan umum dan khusus seperti terdokumentasi pada gambar 3.
Pembekalan Umum
Pembekalan khusus Gambar 3. Pelaksanaan pembekalan umum dan khusus KKN-PPM 5.2 Observasi dan Penerjunan KKN-PPM Setelah selesai pembekalan, mahasiswa diterjunkan ke lapangan. Prosesi penyerahan mahasiswa secara formal dilakukan di masing-masing kantor desa yang disaksikan pembimbing, aparat desa dan pemuka adat masyarakat. Selama durasi waktu kegiatan KKN, mahasiswa wajib tinggal di desa selama 24 jam dengan mengambil tempat tinggal di mes kantor desa. Segmen masyarakat yang akan menjadi garapan mahasiswa KKN-PPM adalah (1) kelompok masyarakat yang terkabung dalam kelompok Pordarwis, sekehe teruna-teruni, dan KK-miskin. Di setiap desa, kelompok 18
mahasiswa KKN-PPM wajib memberdayakan 1(satu) kelompok pordarwis, dan sekehe teruna-teruni, dan 10(sepuluh) KK miskin. Jadi program kelompok akan menyasar pada pordarwis dan sekehe teruna-teruni, sedangkan program individual akan menyasar KK miskin, sehingga dua orang mahasiswa akan mendampingi satu KK miskin. Dokumentasi penerjunan mahasiswa KKN seperti ditunjukkan pada gambar 4.
Penerjunan Mahasiswa KKN-PPM
Tempat pemodokan mahasiswa KKN-PPM
Pembahasan dan Bimbingan program kerja Gambar 4. Penerjunan mahasiswa KKN-PPM di desa Terunyan dan desa Songan
19
5.3 Program Aksi Mahasiswa KKN-PPM 1. Pemetaan potensi Program aksi mahasiswa KKN-PPM di desa Terunyan dan desa Songan diawali pemetaan, pemotretan, dan
pendataan potensi wisata yang menjadi obek wisata,
kemudian dilakukan proses sosialisasi kepada masyarakat, praktisi pariwisata (pordarwis), sekehe teruna-teruni dan tokoh-tokoh masyarakat untuk mendapatkan informasi dan masukan yang dapat dijadikan dasar dalam pengembangan desa wisata berbasis geo-tourism. Potensi objek wisata di desa Terunyan dan desa Songan meliputi: (1) keindahan panorama alam danau batur, (2) situs religi dan pura bali aga, (3) kuburan mayat Terunyan, (4) lintasan tracking perbukitan, (5) kuliner ikan mujair, dan (6) wisata air danau batur. Data potensi wisata yang sudah terkumpul digunakan sebagai pijakan untuk melaksanakan program aksi dalam revitalisasi dan labeling situs wisata, pembuatan brosus promosi/WEB, dan materi pelatihan bahasa asing dan guiding.
Observasi, pemetaan dan sosialisasi di desa Terunyan dan desa Songan Gambar 5. Pemetaan potensi dan sosialisasi 2. Pelatihan Bahasa Asing Dalam rangka mendukung upaya pengebangan desa wisata di desa Terunyan dan desa Songan, maka salah satu program KKN-PPM adalah mengkapasitasi masyarakat dalam menguasai kompetensi bahasa asing, khususnya bahasa Inggris dan Jepang. Data 20
kunjungan wisata ke desa Terunyan dan desa Songan di dominasi oleh turis dari Eropa, Amerika, Australia dan Jepang. Materi kursus bahasa Inggris difokuskan pada konten English/Jepang guiding, dan praktek memandu wisata ke situs-situs wisata di desa Terunyan dan desa Songan. Peserta kursus adalah anggota dan pengurus pordarwis, teruna-teruni, dan anak sekohan. Aktivitas pelatihan dan praktek guiding bagi praktisi wisata seperti ditunjukkan pada gambar 6. Durasi waktu pelatihan bahasa Inggris selama 2 minggu, dengan waktu sekali tatap muka selama 3 jam. Dalam pelatihan ini juga diserahkan 20 unit kamus bahasa Inggris, dan 20 unit kamus bahasa Jepang bagi 20 peserta kursus di masing-masing desa, yakni di desa Terunyan dan desa Songan.
Pelatihan Bahasa Inggris dan Jepang bagi pemandu wisata desa Terunyan
Pelatihan Bahasa Inggris dan Jepang bagi pemandu wisata desa Terunyan
21
Pelatihan bahasa Inggris dan Jepang bagi pemandu wisata di desa Songan Gambar 6. Pelatihan bahasa Asing dan praktek guiding 3. Penataan lingkungan asri di lingkungan desa dan Labeling objek wisata Salah satu unsur dasar bagi pencintraan kawasan wisata yang menjadi prioritas penggarapan mahasiswa KKN-PPM adalah kebersihan, keasrian lingkungan desa, dan labeling objek wisata yang berisikan informasi objek wisata heritage di desa Terunyan dan Songan. Kegiatan penataan lingkungan asri di lingkungan desa dilakukan setiap hari sabtu dan minggu, dengan melibatkan komunitas anak sekolah, sekehe terunateruni, dan masrakat di masing-masing desa. Pemberian identitas (labeling) situs religus (bangunan pura) adalah kegiatan KKN-PPM mahasiswa untuk memberikan informasi tentang identitas bangunan, dewa yang dipuja, dan latar belakang filosofi-histori dari situs pura. Tersedianya informasi ini diharapkan dapat menyediakan pengetahuan wisata yang memadai kepada visitor tentang produk cultur-religius masyarakat Terunyan dan Songan.
Penataan lingkungan bersih pura dan pemasangan plakat informasi situs religius
22
Penataan sanitasi dan lingkungan bersih di lingkungan desa Songan
Penataan lingkungan bersih di kawasan desa Wisata Songan Gambar 7. Penataan lingkungan asri /bersih di kawasan desa dan objek wisata 4. Revitalisasi aktivitas budaya, sosial dan religius Keunikan sosio-culture religius masyarakat Bali Aga di desa Terunyan dan desa Songan merupakan modalitas wisata yang harus direvitalisasi dalam rangka mengakselerasi jumlah kunjungan wisata dan waktu tinggal wisata di desa Bali Aga ini. Aktivitas program aksi KKM-PPM yang dilakukan adalah (1) pendataan dan pendokumentasian aktivitas sosio-culture religius yang berlangsung setiap tahun di desa Terunyan dan desa Songan, (2) publikasi event-event budaya melalui penyebaran brosur, (3) pewarisan dan pengkapasitasan generasi penerus dalam menguasai kreasi seni sakral dan kontemporer, dan (4) pelatihan dalam penguasaan keterampilan budaya yang terkait dengan proses penyiapan sarana upakara religius keagamaan. Dengan melibatkan tokoh-tokoh budaya dan agama,
setiap hari purnama/tilem dan hari
piodalan, mahasiswa KKN-PPM melakukan edu-culturisasi pada semua komponen masyarakat di masing-masing desa. Hal ini penting dilakukan untuk meliterasi 23
masyarakat generasi baru Bali Aga tentang keunikan budaya yang dimilikinya sehingga dapat mengkomunikasikan dengan baik filosofi, rasionalisasi, dan pemaknaan dari aktivitas sosio-culture-religius masyarakat di desa Terunyan dan Songan kepada masyarakat luar domestik dan manca negara. Di samping pemberdayaan masyarakat dlam kontes sosio-culture-religius, KKN-PPM juga mengkapasitasi anak-anak dan generasi muda dalam menguasai keterampilan seni tari-tarian, sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam pengembangan derap kepariwisataan di desa Terunyan dan desa Songan. Jenis taritarian yang dilatihkan adalah (1) legong keraton (tarian religi), (2) pendet, (3) panyembrahma, (3) oleg, dan (4) baris/jauk. Latihan tari dilakukan setiap hari, mulai dari jam 4 sampai jam 6 sore, selama 2 bulan.
Penguatan Budaya lokal dan prosesi seremonial keagamaan
Pelatihan Kesenian melalui pewarisan seni tari pada generasi muda
24
Gambar 8. Penguatan budaya, sosial, seni, dan keagamaan 5) Diversifikasi produk wisata di desa Terunyan dan desa Songan Terletak di kawasan tepi danau Batur, dan di kelilingi oleh Gunung Batur dan Bukit pegunungan Abang, desa Terunyan dan desa Songan memiliki daya tarik wisata eksostik yang dapat menyedot visitor lokal dan manca negara untuk menikmati keindahan panorama alam danau Batur, kontur lereng/tebing perbukitan gunung Abang dan kekayaan vegetasinya. Data faktual menunjukkan waktu kunjung wisata di desa Bali Aga Terunyan dan Songan relatif sangat singkat, karena produk wisata yang dinikmati hanya objek religi, budaya dan keunikan kremasi penguburan mayat, dimana mayat hanya diletakkan di permukaan tanah di sekitar pohon Taru Menyan, tanpa menimbulkan aroma bau busuk. Upaya kreatif program aksi KKN-PPM dalam pengembangan desa wisata berbasis geotourism adalah menggagas wisata adventure tracking dengan mengambil pilihan lintasan (1) short-term trecking: start di area desa, naik mendaki ke perbukitan gunung Abang, berputar mengelilingi bukit, dan kembali ke area desa, dengan waktu tempuh sekitar 1 jam perjalanan, dan (2) long-term trecking: berangkat dari area desa, naik ke perbukitan gung Abang, melintasi area perbukitan, turun ke perbukitan arah barat, dan kembali ke area desa, dengan waktu tempuh sekitar 2 jam perjalanan. Tim mahasiswa KKN di desa Terunyan dan desa Songan juga melakukan pemasangan plakat arah tanda jejak trecking yang dapat memandu wisatawan adveture-trecking ke jalur tracking yang telah ditetapkan sekaligus membuka jalan baru pada lintasan trecking yang menantang. Penyiapan jalur trecking, pemasangan plakat dan brosur wisata trecking dilakukan selama 2 minggu baik di desa Terunyan maupun di desa Songan. Tim KKN-PPM Undiksha juga menyerahkan bantuan peralatan dan perlegkapan trecking, yakni 20 unit tongkat trecking, 10 unit payung, dan 20 unit paket perlengkapan botol minum dan P3K. Pada tanggal 1 Agustus dilakukan simulasi tracking dengan mengajak pordarwis (kelompok sadar wisata) baik di desa Terunyan dan desa Songan, sekaligus mengedukasi kelompok untuk mampu memberikan informasi dan penjelasan yang memadai kepada calon wisata adventure-trecking.
25
Pengembangan wisata Trecking di desa Terunyan dan Songan
Pengembangan produk Wisata Trecking di desa Songan Gambar 9. Wisata Tracking di desa Terunyan dan desa Songan 6. Penataan Objek Wisata di desa Terunyan dan desa Songan Objek wisata yang menjadi ikon wisata di Terunyan adalah kuburan mayat Bali Aga Terunyan. Proses penguburan sedemikian rupa dimana mayat diletak di atas permukaan tanah yang hanya dipagari dengan anyaman bambu untuk melindungi mayat dari binatang-binatang liar. Aktivitas yang dilakukan mahasiswa KKN-PPM di desa Terunyan, khususnya di area kuburan ini adalah (1) penempatan tulang belulang, dan tengkorak manusia pada stage yang telah disiapkan, (2) pemasangan labeling/plakat tentang informasi kuburan unik Bali Aga-Terunyan, dan (3) mengkapasitasi sopir boat/guiding untuk bisa memandu wisatawan yang berkunjung ke kuburan dengan ramah dan mematuhi standar pelayanan minimum. Di lain pihak, penataan objek wisata di desa Songan, mahasiswa KKN-PPM melaksanakan kegiatan pembersihan di sekitar kawasan kolam pemandian air panas belerang, dan pemasangan banner wisata untuk memikat kunjungan wisatawan di desa Songan.
26
Penataan objek wisata kuburan Terunyan
Pengadaan dan pemasangan label wisata di kawasan desa Songan Gambar 10. Pengadaan dan penataan objek wisata
7. Peningkatan kesehatan Masyarakat 27
Persoalan kesehatan nampaknya merupakan permasalahan yang cukup serius dihadapi oleh komunitas penduduk di desa Terunyan dan desa Songan.
Sanitasi
lingkungan yang jelek akibat rendahnya kesadaran masyarakat dalam membuang sampah sembarangan, kebiasaan MCK di pinggir danau/selokan, intensitas debu akibat lalu-lalang mobil berat pengangkut eksplorasi galian C yang sangat masif, dan pola hidup kurang bersih menyebabkan masyarakat sangat mudah diserang berbagai macam penyakit, seperti diare, penyakit kulit, pernapasan, batuk, disentri, dan penyakit lainnya. Jarak Puskermas Pembantu (Pustu) yang relatif cukup jauh dan secara geografis sulit diakses, maka pelayanan dan penanganan kesehatan masyarakat sering terabaikan. Berangkat dari permasalahan aktual ini, KKN-PPM memprogramkan kegiatan penyuluhan dan pelayanan kesehatan gratis bagi masyakat di desa Terunyan dan desa Songan yang dilakukan setiap bulan selama durasi kegiatan KKN-PPM, yakni bulan Juli dan bulan Agustus 2014.
Peningkatan kesehatan masyarakat melalui layanan pengobatan gratis di desa
Terunyan
28
Peningkatan kesehatan melalui layanan pengobatan gratis di desa Songan Gambar 11. Pelayanan Kesehatan dan Pengobatan Gratis
8. Pendidikan Literasi ICT, Calistung, dan Bina Keluarga miskin Kondisi yang relatif terisolasi secara geografis dari desa lainya dan dunia luar merupakan kendala yang mengkotribusi terseok-seoknya proses edukasi di kalangan masyarakat, baik dalam domain pendidikan formal, informal dan non-formal, mulai dari pendidikan tingkat dasa sampai pendidikan tingkat lanjut. Akses informasi yang terbatas ditengarai sebagai penyebab lambatnya pergerakan dinamika kehidupan masyarakat Bali Aga di desa Terunyan dan Songan. Upaya kreatif-inovatif yang diprogramkan mahasiswa KKN-PPM dalam memberdayakan masyarakat di desa Terunyan dan desa Songan adalah mengedukasi masyarakat dalam menguasai kompetensi ICT dan Calistung, serta melakukan pendampingan terhadap keluarga miskin dalam pengentasan buta aksara. Dalam mendukung program ini, Tim Pelaksana KKN-PPM juga menghibahkan masing-masing 1(satu) unit komputer di desa Terunyan dan desa Songan. Keterampilan ICT yang dilatihkan adalah penguasaan software aplikasi office (word processig, excel, dan powerpoint), dan askes internet (browsing, email, facebook, chatting dan twitter). Pelatihan ICT selain menyasar anak sekolahan, juga diprioritas bagi kelompok sadar wisata (pordarwis) untuk mengakses dunia global demi kepentingan memajukan pariwisata di desa Terunyan dan desa Songan.
29
Pembinaan/bimbingan belajar bagi anak sekolah KK-miskin
Pelatihan komputer dan ICT bagi generasi muda dan anak usia sekolah
Pendidikan kesehatan mulut dan bimbingan belajar bagi siswa sekolah Gambar 12. Pelatihan ICT, bimbingan belajar dan bina keluarga Di sisi yang lain, pembinaan dan bimbingan belajar bagi anak-anak SD menjadi salah satu bidang garapan individual mahasiswa peserta KKN-PPM. Banyak siswasiswa SD harus diberikan ekstra waktu bimbingan belajar yang sistematis di luar jam sekolah. Hal ini dikarenakan guru-guru SD yang bertugas di desa Terunyan dan desa Songan sebagian besar berasal dari luar desa, sehingga waktu belajar di sekolah yang dikelola guru secara intensif sangat terbatas. Bimbingan belajar anak sekolah SD dilakukan setiap hari dari jam 4- 6 sore di posko KKN maupun di rumah keluarga asuh.
30
9. Penguatan Sektor Pertanian Komoditas pertanian yang sangat populer di desa Tenganan dan desa Songan adalah bawang merah, cabe lokal dan cabe lombok,
tomat, sayuran kubis, sawi,
kentang, dan wortel. Secara konvensional, masyarakat tani terbiasa bertani secara mono-kultur, jadi selama durasi waktu terntentu hanya menanam bawang merah saja, atau cabe saja, sehingga saat panen raya, sering harga produk tani anjlok, karena persaingan harga yang saling menjatuhkan. Atas dasar itu, program KKN-PPM yang dilakoni mahasiswa berusaha membimbing masyarakat tani untuk bertani hortikultural secara multi-kultur dengan sistem tumpang sari, sehingga ketersediaan produk tani yang terdiversifikasi diharapkan dapat menekan fluktuasi harga pasar ekstrim saat panen raya. Intesifikasi dan ektensifikasi pertanian di sekitar pinggiran danau batur baik di desa Terunyan dan desa Songan dapat dilakukan sepanjang musim, baik musim hujan maupun musim kemarau, karena kebutuhan penyiram dapat mengoptimalkan air danau yang tersedia melimpah. Tapi masyarakat tani yang ada di daerah perbukitan, ketersediaan air untuk menyiram menjadi permasalahan yang sangat sulit, sebab harus mengangkat air danau melewati perbukitan, yang membutuhkan investasi sangat besar.
Pendampingan budi daya tanam bawang merah dan hortikultural Gambar 13. Pendampingan budi daya tanam holtikultural 31
10. Brosur promosi dan WEB Kurangnya aspek promosi merupakan salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat kunjungan wisata ke desa Terunyan dan Songan, pedahal kedua desa ini memiliki modalitas wisata yang cukup eksotik. Mahasiswa KKN-PPM telah berkreasi untuk merancang brosur dan Web promosi wisata untuk desa wisata Terunhyan dan Songan. Rancangan brosus wisata seperti ditujukan pada gambar 12. Brosur wisata ini telah disebar ke biro-biro perjalanan wisata, travel agent, dan bandara Ngurah Rai serta hotel-hotel terkemuka yang tersebar di seanteto Bali. Promosi wisata berbasis WEB masih dalam rekonstruksi dan uji coba.
Brosur promosi wisata desa Terunyan Gambar 14. Brosur promosi wisata dan WEB
32
BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Pelaksanaan program KKN-PPM “Pemberdayaan Masyarakat Bali Aga Trunyan-Songan dalam Mengembangkan Desa Wisata di Kawasan Geotourism Gunung Batur Kintamani-Bangli” oleh mahasiswa Undiksha yang ditugaskan di desa Terunyan dan desa Songan melalui program kelompok dan program individual telah mampu menghasilkan hal-hal sebagai berikut: (1) Peningkatan sadar wisata masyarakat Bali aga di desa Trunyan dan Songan, khususnya dalam mengintegrasikan aktivitas pariwisata dengan pertanian/peternakan, dan budaya lokal menuju kawasan ruralgeotourism culture; (2) Diversifikasi produk wisata desa berbasis rural-geotourism, yang secara operasional ditunjukkan oleh terwujudnya 5 paket wisata pedesaan, meliputi tracking, cycling, adventuring, agrowisata, dan kuliner,
(3) Terwujudnya
managemen usaha dan pemasaran produk wisata desa, pertanian, peternakan,
dan
kerajinan kreatif yang ditunjukkan oleh 10 varietas souvernir wisata bercorak lokal di desa Trunyan dan Songan, dan (4) Publikasi ilmiah hasil kegiatan KKN-PPM pada jurnal Nasional Ngayah. 6.2 Saran-saran Meskipun batas waktu yang ditetapkan lembaga LPM Undiksha berkenaan dengan sistem mekanisme regulasi program KKN di Undiksha telah bisa dipatuhi, namun beberapa aspek kegiatan KKN-PPM di desa Terunyan dan desa Songan masih harus dilanjutkan. Maka dari itu disarankan hal-hal sebagai berikut. (1) Mahasiswa KKN-PPM dan tim pelaksana KKN-PPM disarankan untuk terjun ke desa melanjutkan program penataan kawasan wisata religius berkolaborasi dengan praktisi wisata dan tokoh masyarakat setempat. (2) Mengukuhkan lembaga wisata yang akan memayungi kegiatan kepariwisataan di desa Terunyan da desa Songan. (3) Merumuskan rekomendasi kebijakan untuk pemerintah kabupaten Bangli dalam rangka memajukan kepariwisataan di desa Bali Aga, Terunyan-Songan.
33
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2013. RPJM Desa Trunyan. Kec. Kintamani. Kabupaten Bangli:Bali Anonim. 2013. RPJM Desa Songan. Kec. Kintamani. Kabupaten Bangli:Bali Anonim. 2013. Panduan Pelaksanaan KKN Undiksha. Penerbitan Undiksha Irawan, P.B. dan Romdiati. H, 2000. The Impact of Economic Crisis on Povertyand its Implication for Development Strategies, Paper Presented at National Workshop on Food and Nutrition VII. LIPI, 29 Febuari – 2 Maret 2000, Jakarta Kartasasmita, Ginandjar. 1995. Pemberdayaan Masyarakat: Sebuah Tinjauan Administrasi; Universitas Brawijaya; Malang. 1995. Michael Sherraden. 2006. Aset untuk Orang Miskin: Perspektif Baru Usaha Pengentasan Kemiskinan. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta. Olivier Serrat. 2008. The Sustainable Livelihoods Approach. Asean Development Bank Shadi Hamadeh. 2009. The Sustainable Livelihoods Approach (SLA) In Mena:A Bitter Sweet Experience. Environment and Sustainable Development Unit Faculty of Agricultural and Food Sciences American University of Beirut. Shojaee Siuki Hassan. 2012. A tourism demand based method of geosites assessment on geotourism prioritization modeling: The case of Razavi Khorasan Province. Journal of Hospitality Management and Tourism Vol. 3(5), September 2012 Supriatna, Tjahya, 2000, Strategi Pembangunan Dan Kemiskinan, Rineka Cipta, Jakarta Torres, Rebecca and Momsen, Janet Henshall. 2004. Challenges and Potential for Linking Tourism and Agriculture to Achieve Pro-poor Tourism Objectives, Progress in Development Studies 4, 4, pp.294-318 Tokes AM, Cook SD, Drew, D . 2003. Geotourism: The New Trend in Travel. Travel Industry America and National Geographic Traveler. Yasuo Ohe. 2007. Multifunctionality and rural tourism: A perspective on farm diversification. Journal of International Farm Management, 4(1).1-23
34
Lampiran 1. Dokumentasi Kegiatan KKN-PPM Lampiran 2. Artikel Ilmiah
-1-
Lampiran 1. Dokumentasi Kegiatan KKN-PPM
Pembekalan Umum
Pembekalan khusus
Penerjunan Mahasiswa KKN-PPM
Tempat pemodokan mahasiswa KKN-PPM
-2-
Pembahasan dan Bimbingan program kerja
Observasi, pemetaan dan sosialisasi di desa Terunyan dan desa Songan
Pelatihan Bahasa Inggris dan Jepang bagi pemandu wisata desa Terunyan
-3-
Pelatihan Bahasa Inggris dan Jepang bagi pemandu wisata desa Terunyan
Pelatihan bahasa Inggris dan Jepang bagi pemandu wisata di desa Songan
Penataan lingkungan bersih pura dan pemasangan plakat informasi situs religius -4-
Penataan sanitasi dan lingkungan bersih di lingkungan desa Songan
Penataan lingkungan bersih di kawasan desa Wisata Songan
Penguatan Budaya lokal dan prosesi seremonial keagamaan -5-
Pelatihan Kesenian melalui pewarisan seni tari pada generasi muda
Pengembangan wisata Trecking di desa Terunyan dan Songan
Pengembangan produk Wisata Trecking di desa Songan
-6-
Penataan objek wisata kuburan Terunyan
Pengadaan dan pemasangan label wisata di kawasan desa Songan
-7-
Peningkatan kesehatan masyarakat melalui layanan pengobatan gratis di desa
Terunyan
Peningkatan kesehatan melalui layanan pengobatan gratis di desa Songan
Pembinaan/bimbingan belajar bagi anak sekolah KK-miskin
-8-
Pelatihan komputer dan ICT bagi generasi muda dan anak usia sekolah
Pendidikan kesehatan mulut dan bimbingan belajar bagi siswa sekolah
Pendampingan budi daya tanam bawang merah dan hortikultural
-9-
Brosur promosi wisata desa Terunyan
- 10 -
Lampiran 2. Artikel Ilmiah
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BALI AGA TRUNYANSONGAN DALAM MENGEMBANGKAN DESA WISATA DI KAWASAN GEOTOURISM GUNUNG BATUR KINTAMANI-BANGLI oleh, Anjuman Zukhri Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Ganesha ABSTRAK
Kawasan geowisata Kintamani-Bangli di Provinsi Bali merupakan obyek wisata yang bersandarkan pada daya tarik panorama kaldera gunung Batur dan danau Batur, beserta obyek ritual yang melekat dalam hidup dan kehidupan masyarakat Bali Aga KintamaniBangli. Kedua desa ini memiliki potensi wisata pegunungan dengan keindahan fanorama kaldera gunung Batur, danau batur dengan latar belakang vegetasi hutan, dan keunikan sosio-budaya-religius masyarakat pedesaan Bali Aga, yang sangat potensial untuk dikembangkan menjadi desa wisata berbasis pada rural-geotourism. Walaupun terletak pada posisi yang vital dan strategis dalam peta kepariwisataan di KintamaniBali, ternyata desa Trunyan dan desa Songan masih bergulat dengan masalah kemiskinan, eksklusivitas-wisata, angka pengangguran, buta aksara, putus sekolah, konflik sosio-ekonomi-politik, derajat kesehatan dan pendidikan masyarakat yang rendah bagi kabupaten Bangli. Kondisi faktual masyarakat di kawasan ini, mendorong Undiksha bekerjasama dengan Pemkab Bangli untuk melaksanakan kegiatan KKN-PPM untuk memberdayakan masyarakat Bali aga Trunyan-Songan dalam mengembangkan desa wisata rural-geotourism. Metode pelaksanaan KKN-PPM menggunakan pendekatan SLA (The Sustainable Livelihood Approach), yang meliputi tahap persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi/monitoring. Target luaran yang akan dihasilkan dari KKN-PPM ini adalah , (1) peningkatan sadar wisata masyarakat Bali Aga di desa Trunyan dan Songan, khususnya dalam mengintegrasikan aktivitas pariwisata dengan pertanian/peternakan, dan budaya lokal menuju kawasan rural-geotourism culture, (2) diversifikasi produk wisata desa berbasis rural-geotourism, (3) terwujudnya managemen usaha dan pemasaran produk wisata desa, pertanian, peternakan, kerajinan kreatif, produk dan jasa di desa Trunyan dan Songan, dan (4) publikasi ilmiah hasil kegiatan KKN-PPM pada jurnal nasional terakreditasi. Kata kunci: pemberdayaan masyarakat , desa wisata, bali aga, desa Trunyan-Songan, rural-geotourism, SLA, KKN-PPM.
- 11 -
ABSTRACT Geotourism region Kintamani-Bangli in Bali is a tourist attraction that rests on the appeal panorama of Mount Batur caldera and lake Batur, ritual objects and their inherent in life and the lives of the people of Bali Aga-Bangli Kintamani. Both villages have tourism potential beauty of the mountains with fanorama caldera of Mount Batur, Lake Batur with a backdrop of forest vegetation, and the unique socio-cultural-religious rural communities Bali Aga, the potential to be developed into a tourist village in the rural-based geotourism. Although located in a vital and strategic position in the tourism map in Kintamani, Bali, turns Trunyan and villages Songan still grappling with the problem of poverty, exclusivity-tourism, unemployment, illiteracy, dropouts, conflict socio-economic-political, health status and low public education for Bangli district. Factual condition of society in this region, encourage UNDIKSHA cooperation with Bangli regency to implement KKN PPM activities to empower the people of Bali aga Trunyan-Songan in developing rural tourism village-geotourism. KKN-PPM implementation method using SLA approach (The Sustainable Livelihood Approach), which includes the preparation, implementation, and evaluation/monitoring. Target outcomes that would result from KKN PPM is, (1) an increase in tourism awareness in the community of Bali Aga village Trunyan and Songan, particularly in integrating tourism activities with agriculture/livestock, and local culture towards rural areasGeotourism culture, (2) diversification of tourism products based rural villagegeotourism, (3) the realization of business management and marketing of rural tourism products, agriculture, animal husbandry, creative crafts, products and services in Trunyan and Songan, and (4) the results of the scientific publications in journals KKNPPM nationally accredited. Key words: community empowerment, tourist village, bali aga, Terunyan-Songan, rural-geotourism, SLA, KKN-PPM.
1. Pendahuluan Kintamani, yang terletak di kabupaten Bangli, provinsi Bali, dikenal sebagai salah satu obyek wisata di Bali yang banyak mendapat kunjungan dari wisatawan domestik dan manca negara. Salah satu potensi daya tarik kecamatan Kintamani adalah kawasan geowisata dengan keindahan fanorama kaldera gunung Batur, gunung Abang, danau batur dengan latar belakang vegetasi hutan, dan keunikan sosio-budaya-religius masyarakat Bali Aga di desa Songan dan desa Trunyan. Wilayah Kintamani, khususnya desa Songan dan desa Trunyan merupakan tourism zone yang sangat strategis dan memegang peranan penting bagi pengembangan wisata desa, agrowisata, kerajinan kreatif-inovatif, pertanian dan peternakan sebagai sumber kehidupan
masyarakat.
Walupun terletak pada posisi yang vital dan strategis, ternyata kedua desa ini menyumbangkan jumlah angka kemiskinan, kebodohan, angka pengangguran, buta - 12 -
aksara, putus sekolah, rawan bencana yang cukup besar, derajat kesehatan masyarakat, dan kualitas pendidikan yang rendah bagi kabupaten Bangli, yang nampaknya perlu mendapat penanganan segera dalam upaya mewujudkan kawasan wisata mandiri (Rencana Strategis Kecamatan Kintamani, 2008-2013). Kedua desa ini merupakan wilayah perbukitan dan pegunungan dengan panorama natural gunung Batur, gunung Abang dan danau batur yang mempesona, beriklim tropis, dengan curah hujan yang relatif cukup tinggi. Keadaan tanahnya sebagian subur dan basah yang ditanami vegetasi hutan, tanaman hortikultura, palawija, perkebunan, dan persawahan, dan sebagian lagi kering dan tandus yang terletak di zonasi kaldera gunung Batur. Lapisan top soil tanah relatif tebal dengan tingkat kesuburan yang tinggi (BPPT, 2010). Pada musim hujan, maupun musim kemarau wilayah kedua desa ini nampak subur dan menghijau, sehingga perbukitan dan pegunungan ini merupakan aset wisata yang eksotik di kawasan geowisata ini. Dengan daya dukung luas wilayah yang cukup memadai dan panorama alam yang indah, dengan kuantitas jumlah petani dan peternak yang cukup signifikan, wilayah kecamatan ini sangat berpotensi untuk jadi zona ruralgeotourism, dimana pertanian/peternakan/perkebunan dapat dijadikan mayor-driven yang
bisa
mendukung
mengakomodasi/mengasimilasi
divergensi budaya
produk masyarakat
wisata setempat
yang sehingga
mampu dapat
meningkatkan kondisi sosio-ekonomi masyarakat. Berdasarkan uraian potensi, propek dan problematika wilayah desa Songan dan Trunyan di kecamatan Kintamani dapat dirumuskan permasalahan utama yang akan ditangani dalam program KKN-PPM, yakni: (1) Rendahnya kesadaran, pengetahuan, keterampilan, dan keterlibatan elemen masyarakat dalam praksis kepariwisataan secara holistik berbasis pada wisata alam, wisata budaya, wisata religi, wisata kuliner dan pertanian/peternakan. bahasa asing, keterampilan pariwisata (tourism skill), dan rendahnya penguasaan teknologi informasi dan komunikasi (ICT). (2) Rendahnya budaya kerja dan produktivitas ekonomi masyarakat menyebabkan rendahnya pendapatan perkapita dan pendapatan keluarga. Hasil penelitian Pursika (2009), menunjukkan bahwa ditengah-tengah derasnya arus dolar pariwisata yang mengalir ke wilayah Kintamani, namun tingkat kehidupan masyarakat lokal Kintamani masih di bawah garis kemiskinan. Hampir 25% pengemis di Bali berasal dari wilayah ini. (3) Masih rendahnya kualitas kesehatan masyarakat, kondisi kesehatan lingkungan, - 13 -
terutama yang menyangkut sanitasi dasar, dan perilaku masyarakat yang kurang mendukung pola hidup bersih dan sehat telah memberi kontribusi pada rendahnya status penduduk miskin dan kesehatan masyarakat. Peluang terjangkitnya penyakit demam berdarah dan penyakit endemik lainnya di wilayah Songan, dan Trunyan sangat tinggi, karena aktivitas produktif masyarakat tidak ramah lingkungan. Danau batur yang menjadi salah satu label kepariwisataan Kintamani sering digunakan sebagai tempat muara saluran limbah rumah tangga, pertanian/peternakan, dan industri yang merusak ekosistem, kebersihan dan keindahan danau Batur, sehingga berpotensi mengancam pilar-pilar kepariwisataan. (6) Minimnya terapan teknologi tepat guna di masyarakat dalam pengolahan hasil pertanian, peternakan, dan perikanan yang dapat mengantarkan desa Trunyan dan desa Songan sebagai desa mandiri pangan dan energi. Budi daya pariwisata, pertanian, peternakan, dan perikanan
yang ada saat ini masih bersifat
tradisional, monokultur, dengan pengagarapan yang parsial, dan kurang profesional yang menumbuhkembangkan dinamika perekonomian masyarakat (RPJMD, 2013). Masyarakat belum mampu mentransfusi aktivitas pertanian, peternakan, dan perikanan sebagai mayor-driven
kedalam
domain
aktivitas
pariwisata,
sehingga
dapat
mewujudkan kawasan yang mampu mengintegrasikan budaya bertani, beternak secara simultan dengan pariwisata, sehingga dapat mewujudkan kawasan rural-geotourism. Berdasarkan paparan potensi dan permasalahan yang yang ada di desa Trunyan dan desa Songan,
maka solusi yang visible dan relevan dikedepankan adalah
memberdayakan masyarakat Bali Aga untuk mengembangkan desa wisata berbasis rural-geotourism bertitik tolak dari potensi unggul masyarakat melalui program KKNPPM. Model rural-geotourism merupakan kreasi wisata yang memadukan pesona eksotik geology/geomorphology pegunungan dengan nuansa dinamika way of life kehidupan masyarakat dalam membangun, melindungi, dan melestarikan potensi wisata secara harmoni, holistik dan terintegrasi (Tokes AM, 2003; Torres, Rebecca and Momsen, 2004). Secara imlementatif, rural-geotourism termanifestasi dalam kesadaran dan partisipasi individu di tingkat keluarga, kelompok sadar wisata, banjar, pranata sosial lainnya, serta kesadaran masyarakat secara komunal dalam mengejewantahkan aktivitas kepariwisataan dalam derap langkah hidup kesehariannya Solusi yang ditawarkan untuk menangani permasalahan
di desa Trunyan dan
Songan adalah (i) Program aksi peningkatan kepariwisataan yang mengarah pada rural- 14 -
agrowisata culture sebagai pengintegrasian dinamika pariwisata, pertanian, peternakan, dan budaya lokal masyarakat untuk mendiversifikasi kawasan geowisata di Kitamani, melaui diklat sadar wisata, kursus bahasa asing, dan pelatihan ICT; (ii) Program aksi peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam desain, diversifikasi produk, managemen, dan pemasaran seni kerajinan tangan, sebagai souvernir wisata bercorak lokal melalui pelatihan, (iv) Program aksi peningkatan pengetahuan dan keterampilan pengolahan aneka makanan tradisional dan modern berbasis hasil pertanian, perkebunan, dan perikanan, (v) Program peternakan melalui demplot peternakan terpadu yang ramah lingkungan (zero waste), pengolahan limbah ternak menjadi pupuk organik dan energi bakar biogas sebagai bagian integral dari upaya penyediaan energi alternatif bagi masyarakat Bali Aga, baik di musim hujan maupun musim kemarau.
2. Metode Pelaksanaan Pengabdian Metode pelaksanaan KKN-PPM menggunakan pendekatan SLA (The Sustainable Livelihood Approach), yang meliputi tahap (1) persiapan, (2) pelaksanaan, dan (3) evaluasi/monitoring. Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap persiapan adalah
(a)
penetapan kelompok sasaran. Kelompok sasaran program KKN-PPM mencakup: (i) 30 keluarga miskin di wilayah KKN-PPM, masing-masing 15 keluarga miskin per desa, yang ada di desa Trunyan dan desa Songan di kecamatan Kintamani kabupaten Bangli, dan (ii) 2(dua) sekehe teruna teruni dan atau kelompok sadar wisata di wilayah KKNPPM, 2(dua) kelompok poktan, dan 2(dua) kelompok pengrajin handicraft souvernir wisata di desa Trunyan dan Songan. (2) Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi partisipatif KKN–PPM, yakni perencanaan KKN-PPM meliputi aktivitas (1) persiapan, (2) pembekalan, (3) penerjunan ke lokasi. Kagiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan adalah (1) Persiapan dan Pembekalan, dan (2) Pelaksanaan di lapangan. Langkah-langkah operasional pelaksanaan di lapangan meliputi: 1) Sosialisasi dan edukasi sadar wisata (geotourism) untuk menumbuh-kembangkan partisipasi aktif masyarakat dalam geliat pariwisata yang dapat terintegrasi dengan aktivitas pertanian-peternakan sebagai roda
penggerak
aktivitas kehidupan sosio-ekomoni masyarakat miskin untuk menyadarkan (awareness) masyarakat miskin desa dalam mengoptimalkan pemberdayaan aset lahan dan potensi wisata, tani-ternak yang dimiliki masyarakat secara fungsional, (2) Mengedukasi - 15 -
kelompok sasaran KKN-PPM tentang pendidikan Ipteks dalam rangka pengkapasitasan (capaciting) masyarakat untuk mengembangkan desa wisata berbasis rural-geotourism, (3) Mendampingi (scaffolding) masyarakat dalam merekayasa diversifikasi produk wisata rural-geotourism, (4) Memotivasi masyarakat dalam membentuk lembaga pranata sosial-ekonomi (institutionalization) dalam bidang kepariwisataan yang dapat memayungi legalitas aktivitas sosio-ekonomi-wisata masyarakat miskin dalam ruralgeotourism. Setiap mahasiswa harus melakukan pekerjaan sebanyak 190 JKEM dengan rincian 142 JKEM guna melaksanakan program pokok KKN-PPM, dan 48 JKEM guna melaksanakan program pendukung atau tambahan program KKN-PPM selama 2 bulan. Untuk memonitoring dan evaluasi pelaksanaan KKN-PPM “Pemberdayaan Masyarakat Bali Aga Trunyan-Songan dalam Mengembangkan Desa Wisata di Kawasan Geotourism Gunung Batur Kintamani-Bangli” dilakukan oleh (i) tim monev internal Undiksha dan pemkab. Bangli, (ii) tim monev DP2M Dikti dengan melihat hasil kegiatan KKN-PPM.
3. Hasil dan Pembahasan Program KKN di Universitas Undiksha pada tahun 2014 diklasifikasikan menjadi 2(dua), yakni KKN-reguler, dan KKN-PPM. Baik KKN-reguler maupun KKN-PPM diterjunkan di kabupaten Bangli dan kabupaten Karangasem. Khusus mahasiswa peserta KKN-PPM diterjunkan di desa Terunyan dan desa Songan, kabupaten Bangli. Seluruh mekanisme rekruitmen dan proses pendaftaran, penempatan, dan komunikasi KKN di Undiksha dilakukan secara on line. Pengadaan kostum lapangan dan kelengkapan administrasi untuk mahasiswa KKN-PPM dan KKN-reguler dilakukan oleh panitia KKN dibawah pengawasan Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat (LPM) Undiksha. Secara prinsip, tidak ada perbedaan perlakuan dan tuntutan bobot akademik dari KKN reguler dan KKN-PPM, hanya karakteristik dan substansi kegiatan yang menjadi penciri dari masing-masing program. KKN-PPM diarahkan pada pemberdayaan masyarakat dalam mengembangkan Desa Wisata di Kawasan Geotourism Gunung Batur Kintamani-Bangli Mahasiswa Undiksha yang ikut terdaftar dalam program KKN-PPM Undiksha sebanyak 40 orang yang berasal dari seluruh fakultas di Undiksha, kemudian didistribusikan masing-masing 20 mahasiswa di setiap desa dari 2(dua) desa yang - 16 -
menjadi tempat pelaksanaan KKN-PPM. Sebelum mahasiswa diterjunkan ke desa, diberikan pembekalan umum, dengan substansi materi (1) Filosofi KKN, (2) Pendekatan sosio-ekonomi-budaya pada masyarakat, (3) Etika moral dan komunikasi di masyarakat, (4) Teknologi Tepat Guna, dan (5) Penyusunan program KKN. Pembekalan diberikan kepada semua mahasiswa KKN, baik reguler maupun PPM. Pembekalan umum dilaksanakan selama 2 hari mulai dari pagi sampai sore, jam 8.00-16.00, dari tanggal 21-22 Juni 2014. Selanjutnya bagi mahasiswa KKN-PPM, diberikan pembekalan khusus, sesuai dengan karakteritik dan sasara yang ingin dicapai dalam program ini, yakni materi teori dan praktek berkaitan dengan pengembangan desa Wisata di Kawasan Geotourism Gunung Batur Kintamani-Bangli. Pembekalan khusus berlangsung selama 2 hari mulai dari pagi sampai sore, jam 8.00-16.00, yang dilaksanakan dari tangal 28-29 Juni 2014. Materi pembekalan khusus meliputi (1) konsep desa wisata, (2) wisata geotourism: managemen dan pemasarannya, (3) English dan etiket guiding, dan (4) budaya dan produk seni. Setelah selesai pembekalan, mahasiswa diterjunkan ke lapangan. Prosesi penyerahan mahasiswa secara formal dilakukan di masing-masing kantor desa yang disaksikan pembimbing, aparat desa dan pemuka adat masyarakat. Selama durasi waktu kegiatan KKN, mahasiswa wajib tinggal di desa selama 24 jam dengan mengambil tempat tinggal di mes kantor desa. Segmen masyarakat yang akan menjadi garapan mahasiswa KKN-PPM adalah (1) kelompok masyarakat yang terkabung dalam kelompok Pordarwis, sekehe teruna-teruni, dan KK-miskin. Di setiap desa, kelompok mahasiswa KKN-PPM wajib memberdayakan 1(satu) kelompok pordarwis, dan sekehe teruna-teruni, dan 10(sepuluh) KK miskin. Jadi program kelompok akan menyasar pada pordarwis dan sekehe teruna-teruni, sedangkan program individual akan menyasar KK miskin, sehingga dua orang mahasiswa akan mendampingi satu KK miskin. Program aksi mahasiswa KKN-PPM di desa Terunyan dan desa Songan diawali pemetaan, pemotretan, dan
pendataan potensi wisata yang menjadi obek wisata,
kemudian dilakukan proses sosialisasi kepada masyarakat, praktisi pariwisata (pordarwis), sekehe teruna-teruni dan tokoh-tokoh masyarakat untuk mendapatkan informasi dan masukan yang dapat dijadikan dasar dalam pengembangan desa wisata berbasis geo-tourism. Potensi objek wisata di desa Terunyan dan desa Songan meliputi: (1) keindahan panorama alam danau batur, (2) situs religi dan pura bali aga, (3) kuburan - 17 -
mayat Terunyan, (4) lintasan tracking perbukitan, (5) kuliner ikan mujair, dan (6) wisata air danau batur. Data potensi wisata yang sudah terkumpul digunakan sebagai pijakan untuk melaksanakan program aksi dalam revitalisasi dan labeling situs wisata, pembuatan brosus promosi/WEB, dan materi pelatihan bahasa asing dan guiding. Dalam rangka mendukung upaya pengebangan desa wisata di desa Terunyan dan desa Songan, maka salah satu program KKN-PPM adalah mengkapasitasi masyarakat dalam menguasai kompetensi bahasa asing, khususnya bahasa Inggris dan Jepang. Data kunjungan wisata ke desa Terunyan dan desa Songan di dominasi oleh turis dari Eropa, Amerika, Australia dan Jepang. Materi kursus bahasa Inggris difokuskan pada konten English/Jepang guiding, dan praktek memandu wisata ke situs-situs wisata di desa Terunyan dan desa Songan. Peserta kursus adalah anggota dan pengurus pordarwis, teruna-teruni, dan anak sekohan. Aktivitas pelatihan dan praktek guiding bagi praktisi wisata seperti ditunjukkan pada gambar 6. Durasi waktu pelatihan bahasa Inggris selama 2 minggu, dengan waktu sekali tatap muka selama 3 jam. Dalam pelatihan ini juga diserahkan 20 unit kamus bahasa Inggris, dan 20 unit kamus bahasa Jepang bagi 20 peserta kursus di masing-masing desa, yakni di desa Terunyan dan desa Songan. Salah satu unsur dasar bagi pencintraan kawasan wisata yang menjadi prioritas penggarapan mahasiswa KKN-PPM adalah kebersihan, keasrian lingkungan desa, dan labeling objek wisata yang berisikan informasi objek wisata heritage di desa Terunyan dan Songan. Kegiatan penataan lingkungan asri di lingkungan desa dilakukan setiap hari sabtu dan minggu, dengan melibatkan komunitas anak sekolah, sekehe teruna- teruni, dan masrakat di masing-masing desa. Pemberian identitas (labeling) situs religus (bangunan pura) adalah kegiatan KKN-PPM mahasiswa untuk memberikan informasi tentang identitas bangunan, dewa yang dipuja, dan latar belakang filosofi-histori dari situs pura. Tersedianya informasi ini diharapkan dapat menyediakan pengetahuan wisata yang memadai kepada visitor tentang produk cultur-religius masyarakat Terunyan dan Songan. Keunikan sosio-culture religius masyarakat Bali Aga di desa Terunyan dan desa Songan merupakan modalitas wisata yang harus direvitalisasi dalam rangka mengakselerasi jumlah kunjungan wisata dan waktu tinggal wisata di desa Bali Aga ini. Aktivitas program aksi KKM-PPM yang dilakukan adalah (1) pendataan dan pendokumentasian aktivitas sosio-culture religius yang berlangsung setiap tahun di desa - 18 -
Terunyan dan desa Songan, (2) publikasi event-event budaya melalui penyebaran brosur, (3) pewarisan dan pengkapasitasan generasi penerus dalam menguasai kreasi seni sakral dan kontemporer, dan (4) pelatihan dalam penguasaan keterampilan budaya yang terkait dengan proses penyiapan sarana upakara religius keagamaan. Dengan melibatkan tokoh-tokoh budaya dan agama,
setiap hari purnama/tilem dan hari
piodalan, mahasiswa KKN-PPM melakukan edu-culturisasi pada semua komponen masyarakat di masing-masing desa. Hal ini penting dilakukan untuk meliterasi masyarakat generasi baru Bali Aga tentang keunikan budaya yang dimilikinya sehingga dapat mengkomunikasikan dengan baik filosofi, rasionalisasi, dan pemaknaan dari aktivitas sosio-culture-religius masyarakat di desa Terunyan dan Songan kepada masyarakat luar domestik dan manca negara. Di samping pemberdayaan masyarakat dlam kontes sosio-culture-religius, KKNPPM juga mengkapasitasi anak-anak dan generasi muda dalam menguasai keterampilan seni tari-tarian, sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam pengembangan derap kepariwisataan di desa Terunyan dan desa Songan. Jenis tari-tarian yang dilatihkan adalah (1) legong keraton (tarian religi), (2) pendet, (3) panyembrahma, (3) oleg, dan (4) baris/jauk. Latihan tari dilakukan setiap hari, mulai dari jam 4 sampai jam 6 sore, selama 2 bulan. Terletak di kawasan tepi danau Batur, dan di kelilingi oleh Gunung Batur dan Bukit pegunungan Abang, desa Terunyan dan desa Songan memiliki daya tarik wisata eksostik yang dapat menyedot visitor lokal dan manca negara untuk menikmati keindahan panorama alam danau Batur, kontur lereng/tebing perbukitan gunung Abang dan kekayaan vegetasinya. Data faktual menunjukkan waktu kunjung wisata di desa Bali Aga Terunyan dan Songan relatif sangat singkat, karena produk wisata yang dinikmati hanya objek religi, budaya dan keunikan kremasi penguburan mayat, dimana mayat hanya diletakkan di permukaan tanah di sekitar pohon Taru Menyan, tanpa menimbulkan aroma bau busuk. Upaya kreatif program aksi KKN-PPM dalam pengembangan desa wisata berbasis geotourism adalah menggagas wisata adventure tracking dengan mengambil pilihan lintasan (1) short-term trecking: start di area desa, naik mendaki ke perbukitan gunung Abang, berputar mengelilingi bukit, dan kembali ke area desa, dengan waktu tempuh sekitar 1 jam perjalanan, dan (2) long-term trecking: berangkat dari area desa, naik ke - 19 -
perbukitan gung Abang, melintasi area perbukitan, turun ke perbukitan arah barat, dan kembali ke area desa, dengan waktu tempuh sekitar 2 jam perjalanan. Tim mahasiswa KKN di desa Terunyan dan desa Songan juga melakukan pemasangan plakat arah tanda jejak trecking yang dapat memandu wisatawan adveture-trecking ke jalur tracking yang telah ditetapkan sekaligus membuka jalan baru pada lintasan trecking yang menantang. Penyiapan jalur trecking, pemasangan plakat dan brosur wisata trecking dilakukan selama 2 minggu baik di desa Terunyan maupun di desa Songan. Tim KKN-PPM Undiksha juga menyerahkan bantuan peralatan dan perlegkapan trecking, yakni 20 unit tongkat trecking, 10 unit payung, dan 20 unit paket perlengkapan botol minum dan P3K. Pada tanggal 1 Agustus dilakukan simulasi tracking dengan mengajak pordarwis (kelompok sadar wisata) baik di desa Terunyan dan desa Songan, sekaligus mengedukasi kelompok untuk mampu memberikan informasi dan penjelasan yang memadai kepada calon wisata adventure-trecking. Objek wisata yang menjadi ikon wisata di Terunyan adalah kuburan mayat Bali Aga Terunyan. Proses penguburan sedemikian rupa dimana mayat diletak di atas permukaan tanah yang hanya dipagari dengan anyaman bambu untuk melindungi mayat dari binatang-binatang liar. Aktivitas yang dilakukan mahasiswa KKN-PPM di desa Terunyan, khususnya di area kuburan ini adalah (1) penempatan tulang belulang, dan tengkorak manusia pada stage yang telah disiapkan, (2) pemasangan labeling/plakat tentang informasi kuburan unik Bali Aga-Terunyan, dan (3) mengkapasitasi sopir boat/guiding untuk bisa memandu wisatawan yang berkunjung ke kuburan dengan ramah dan mematuhi standar pelayanan minimum. Di lain pihak, penataan objek wisata di desa Songan, mahasiswa KKN-PPM melaksanakan kegiatan pembersihan di sekitar kawasan kolam pemandian air panas belerang, dan pemasangan banner wisata untuk memikat kunjungan wisatawan di desa Songan. Persoalan kesehatan nampaknya merupakan permasalahan yang cukup serius dihadapi oleh komunitas penduduk di desa Terunyan dan desa Songan.
Sanitasi
lingkungan yang jelek akibat rendahnya kesadaran masyarakat dalam membuang sampah sembarangan, kebiasaan MCK di pinggir danau/selokan, intensitas debu akibat lalu-lalang mobil berat pengangkut eksplorasi galian C yang sangat masif, dan pola hidup kurang bersih menyebabkan masyarakat sangat mudah diserang berbagai macam penyakit, seperti diare, penyakit kulit, pernapasan, batuk, disentri, dan penyakit lainnya. - 20 -
Jarak Puskermas Pembantu (Pustu) yang relatif cukup jauh dan secara geografis sulit diakses, maka pelayanan dan penanganan kesehatan masyarakat sering terabaikan. Berangkat dari permasalahan aktual ini, KKN-PPM memprogramkan kegiatan penyuluhan dan pelayanan kesehatan gratis bagi masyakat di desa Terunyan dan desa Songan yang dilakukan setiap bulan selama durasi kegiatan KKN-PPM, yakni bulan Juli dan bulan Agustus 2014. Kondisi yang relatif terisolasi secara geografis dari desa lainya dan dunia luar merupakan kendala yang mengkotribusi terseok-seoknya proses edukasi di kalangan masyarakat, baik dalam domain pendidikan formal, informal dan non-formal, mulai dari pendidikan tingkat dasa sampai pendidikan tingkat lanjut. Akses informasi yang terbatas ditengarai sebagai penyebab lambatnya pergerakan dinamika kehidupan masyarakat Bali Aga di desa Terunyan dan Songan. Upaya kreatif-inovatif yang diprogramkan mahasiswa KKN-PPM dalam memberdayakan masyarakat di desa Terunyan dan desa Songan adalah mengedukasi masyarakat dalam menguasai kompetensi ICT dan Calistung, serta melakukan pendampingan terhadap keluarga miskin dalam pengentasan buta aksara. Dalam mendukung program ini, Tim Pelaksana KKN-PPM juga menghibahkan masing-masing 1(satu) unit komputer di desa Terunyan dan desa Songan. Keterampilan ICT yang dilatihkan adalah penguasaan software aplikasi office (word processig, excel, dan powerpoint), dan askes internet (browsing, email, facebook, chatting dan twitter). Pelatihan ICT selain menyasar anak sekolahan, juga diprioritas bagi kelompok sadar wisata (pordarwis) untuk mengakses dunia global demi kepentingan memajukan pariwisata di desa Terunyan dan desa Songan. Di sisi yang lain, pembinaan dan bimbingan belajar bagi anak-anak SD menjadi salah satu bidang garapan individual mahasiswa peserta KKN-PPM. Banyak siswasiswa SD harus diberikan ekstra waktu bimbingan belajar yang sistematis di luar jam sekolah. Hal ini dikarenakan guru-guru SD yang bertugas di desa Terunyan dan desa Songan sebagian besar berasal dari luar desa, sehingga waktu belajar di sekolah yang dikelola guru secara intensif sangat terbatas. Bimbingan belajar anak sekolah SD dilakukan setiap hari dari jam 4- 6 sore di posko KKN maupun di rumah keluarga asuh. Komoditas pertanian yang sangat populer di desa Tenganan dan desa Songan adalah bawang merah, cabe lokal dan cabe lombok,
tomat, sayuran kubis, sawi, - 21 -
kentang, dan wortel. Secara konvensional, masyarakat tani terbiasa bertani secara mono-kultur, jadi selama durasi waktu terntentu hanya menanam bawang merah saja, atau cabe saja, sehingga saat panen raya, sering harga produk tani anjlok, karena persaingan harga yang saling menjatuhkan. Atas dasar itu, program KKN-PPM yang dilakoni mahasiswa berusaha membimbing masyarakat tani untuk bertani hortikultural secara multi-kultur dengan sistem tumpang sari, sehingga ketersediaan produk tani yang terdiversifikasi diharapkan dapat menekan fluktuasi harga pasar ekstrim saat panen raya. Intesifikasi dan ektensifikasi pertanian di sekitar pinggiran danau batur baik di desa Terunyan dan desa Songan dapat dilakukan sepanjang musim, baik musim hujan maupun musim kemarau, karena kebutuhan penyiram dapat mengoptimalkan air danau yang tersedia melimpah. Tapi masyarakat tani yang ada di daerah perbukitan, ketersediaan air untuk menyiram menjadi permasalahan yang sangat sulit, sebab harus mengangkat air danau melewati perbukitan, yang membutuhkan investasi sangat besar. Kurangnya aspek promosi merupakan salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat kunjungan wisata ke desa Terunyan dan Songan, pedahal kedua desa ini memiliki modalitas wisata yang cukup eksotik. Mahasiswa KKN-PPM telah berkreasi untuk merancang brosur dan Web promosi wisata untuk desa wisata Terunhyan dan Songan. Rancangan brosus wisata seperti ditujukan pada gambar 12. Brosur wisata ini telah disebar ke biro-biro perjalanan wisata, travel agent, dan bandara Ngurah Rai serta hotel-hotel terkemuka yang tersebar di seanteto Bali. Promosi wisata berbasis WEB masih dalam rekonstruksi dan uji coba. 4. Penutup Pelaksanaan program KKN-PPM “Pemberdayaan Masyarakat Bali Aga Trunyan-Songan dalam Mengembangkan Desa Wisata di Kawasan Geotourism Gunung Batur Kintamani-Bangli” oleh mahasiswa Undiksha yang ditugaskan di desa Terunyan dan desa Songan melalui program kelompok dan program individual telah mampu menghasilkan hal-hal sebagai berikut: (1) Peningkatan sadar wisata masyarakat Bali aga di desa Trunyan dan Songan, khususnya dalam mengintegrasikan aktivitas pariwisata dengan pertanian/peternakan, dan budaya lokal menuju kawasan ruralgeotourism culture; (2) Diversifikasi produk wisata desa berbasis rural-geotourism, yang secara operasional ditunjukkan oleh terwujudnya 5 paket wisata pedesaan, - 22 -
meliputi tracking, cycling, adventuring, agrowisata, dan kuliner,
(3) Terwujudnya
managemen usaha dan pemasaran produk wisata desa, pertanian, peternakan,
dan
kerajinan kreatif yang ditunjukkan oleh 10 varietas souvernir wisata bercorak lokal di desa Trunyan dan Songan, dan (4) Publikasi ilmiah hasil kegiatan KKN-PPM pada jurnal Nasional Ngayah. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2013. RPJM Desa Trunyan. Kec. Kintamani. Kabupaten Bangli:Bali Anonim. 2013. RPJM Desa Songan. Kec. Kintamani. Kabupaten Bangli:Bali Anonim. 2013. Panduan Pelaksanaan KKN Undiksha. Penerbitan Undiksha Irawan, P.B. dan Romdiati. H, 2000. The Impact of Economic Crisis on Povertyand its Implication for Development Strategies, Paper Presented at National Workshop on Food and Nutrition VII. LIPI, 29 Febuari – 2 Maret 2000, Jakarta Kartasasmita, Ginandjar. 1995. Pemberdayaan Masyarakat: Sebuah Tinjauan Administrasi; Universitas Brawijaya; Malang. 1995. Michael Sherraden. 2006. Aset untuk Orang Miskin: Perspektif Baru Usaha Pengentasan Kemiskinan. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta. Olivier Serrat. 2008. The Sustainable Livelihoods Approach. Asean Development Bank Shadi Hamadeh. 2009. The Sustainable Livelihoods Approach (SLA) In Mena:A Bitter Sweet Experience. Environment and Sustainable Development Unit Faculty of Agricultural and Food Sciences American University of Beirut. Shojaee Siuki Hassan. 2012. A tourism demand based method of geosites assessment on geotourism prioritization modeling: The case of Razavi Khorasan Province. Journal of Hospitality Management and Tourism Vol. 3(5), September 2012 Supriatna, Tjahya, 2000, Strategi Pembangunan Dan Kemiskinan, Rineka Cipta, Jakarta Torres, Rebecca and Momsen, Janet Henshall. 2004. Challenges and Potential for Linking Tourism and Agriculture to Achieve Pro-poor Tourism Objectives, Progress in Development Studies 4, 4, pp.294-318 Tokes AM, Cook SD, Drew, D . 2003. Geotourism: The New Trend in Travel. Travel Industry America and National Geographic Traveler. Yasuo Ohe. 2007. Multifunctionality and rural tourism: A perspective on farm diversification. Journal of International Farm Management, 4(1).1-23. - 23 -