LAPORAN AKHIR INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA
“Penguatan Kapasitas Daerah dan Sinergitas Pemanfaatan Metode Pendeteksian Struktur Geologi Berbasiskan Data Penginderaan Jauh (Optik dan SAR) untuk Optimalisasi Kawasan Tambang di Kabupaten Tabalong dan Kabupaten Paser”
KEMENTERIAN/ LEMBAGA: LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL
Peneliti : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Atriyon Julzarika, S. T. Siti Hawariyyah, S. Si. Ir. Wiji Ir. Ita Carolita, M. Si. Drs. Susanto, M. Si. Heru Noviar, S. Si., M. Si. Ahmad Sutanto, S. Si.
INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA KEMENTRIAN RISET DAN TEKNOLOGI 2012 1
2
Lembar Pengesahan Judul Penelitian: Penguatan kapasitas daerah dan sinergitas pemanfaatan metode pendeteksian struktur geologi berbasiskan data penginderaan jauh (optik dan SAR) untuk optimalisasi kawasan tambang di Kabupaten Tabalong dan Kabupaten Paser. Fokus Bidang Prioritas: Teknologi Energi Kode Produk Target: 3.1 Kode Kegiatan: 3.1 Lokasi Penelitian: Kabupaten Tabalong dan Kabupaten Paser Penelitian Tahun Ke: 1 Keterangan Lembaga Pelaksana/Pengelola Penelitian A. Lembaga Pelaksana Penelitian Nama Peneliti Utama Atriyon Julzarika Nama Lembaga/Institusi Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Unit Organisasi Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh (PUSFATJA) Alamat Jl. LAPAN No.70, Pekayon Pasar Rebo, Jakarta 13710, Indonesia Telepon/HP/Faksimil/e-mail 021-8722733/ 081328019261/
[email protected] B. Lembaga lain yang terlibat (dapat lebih dari satu) Nama Koordinator Nama Lembaga Alamat Telepon/Faksimile/e-mail Jangka Waktu Kegiatan : 1 tahun Biaya Tahun-1 : Rp 250.000.000 Biaya Tahun-2 : Rp -. Total Biaya : Rp 250.000.000 Kegiatan (baru/lanjutan) : Baru Rekapitulasi Biaya Tahun yang Diusulkan : No. 1. 2. 3. 4.
Uraian Gaji dan Upah Bahan Habis Pakai Perjalanan Dinas Lain-lain Jumlah biaya tahun yang diusulkan
Jumlah (Rp) 151.800.000 4.135.000 80.555.100 13.509.900 250.000.000
Setuju diusulkan: Kepala Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh
Peneliti Utama
(Ir. Agus Hidayat, M.Sc.)
(Atriyon Julzarika, S.T.) 3
DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan 1. Latar belakang
………………………………………………………….. 5 ………………………………………………………….. 5
2. Pokok permasalahan
………………………………………………….. 22
3. Maksud dan tujuan ………………………………………………………….. 23 4. Metodologi pelaksanaan
………………………………………………….. 24
BAB II Perkembangan pelaksanaan kegiatan 1. Tahapan pelaksanaan kegiatan
.………………………… 28
…………………………………………. 28
2. Pengelolaan administrasi manajerial
BAB III Metode pencapaian target kinerja
……………………………….… 32
………………………………… 37
1. Metode-proses pencapaian target kinerja
………………………… 37
2. Potensi pengembangan ke depan
………………………………… 60
BAB IV Sinergi pelaksanaan kegiatan
………………………………… 62
1. Sinergi koordinasi kelembagaan program 2. Pemanfaatan hasil litbangyasa
BAB V Penutup
………………………… 62
………………………………………… 65
………………………………………………………………… 67
1. Kesimpulan ………………………………………………………………… 67 2. Saran
Lampiran
………………………………………………………………… 68
……………………………………………………………………….... 69
4
BAB I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) mempunyai tugas dan fungsi antara lain menghasilkan informasi geospasial berbasis data satelit penginderaan jauh kepada institusi terkait, masyarakat, perguruan tinggi, dan lainlain. Salah satu kegiatan dari Kedeputian Penginderaan Jauh-LAPAN adalah melakukan pengembangan dan pemanfaatan data penginderaan jauh untuk berbagai aplikasi keteknikan dan non keteknikan. Salah satu dari aplikasi tersebut adalah untuk pertambangan dan struktur geologi. Data yang digunakan berupa data optik dan SAR. Salah satu manfaat pada aplikasi ini adalah dapat mengetahui struktur geologi sehingga dapat digunakan untuk optimalisasi kawasan tambang berupa dugaan kandungan tambang maupun untuk reklamasi penghijauan pasca penambangan. Pada penelitian ini, lebih difokuskan pada tambang batubara dan tambang yang memiliki kedekatan khusus terhadap batubara seperti bijih besi dan granit. Selain itu juga untuk tambang lain yang berada di sekitar batubara seperti minyak bumi. Struktur geologi adalah bentukan pola struktur yang terbentuk secara alamiah berdasarkan proses geologi dalam jangka waktu yang lama. Oleh karena itu, pendeteksian struktur geologi ini tidak memerlukan data dengan akuisisi terbaru, akan tetapi bisa menggunakan data yang lama. Pendeteksian struktur geologi dapat dilakukan dengan data optik dan SAR. Selain itu juga dapat menggunakan data model 3D untuk meningkatkan akurasi dan presisi suatu struktur geologi. Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 27 tahun 1980 mengenai pembagian bahan-bahan tambang terbagi atas tiga golongan: a. Golongan bahan tambang strategis bahan tambang strategis meliputi minyak bumi, bitumen cair, lilin bumi, gas alam, bitumen padat, aspal, antrasit, batubara, batubara muda, nikel, kobalt, timah, uranium, radium, thorium dan bahan-bahan galian radioaktif lainnya. b. Golongan bahan tambang vital bahan tambang vital meliputi besi, mangan, molibden, khrom, wolfram, vanadium, titan, bauksit, tembaga, timbal, seng, emas, berillium, korundum, zirkon, kristal kwarsa, kriolit, fluorpar, barit, 5
yodium, brom, khlor, belerang, platina, perak, air raksa, intan, arsin, antimon, bismut, yitrium, rhutenium, cerium dan logam-logam langka lainnya. c. Golongan bahan tambang yang tidak termasuk golongan a atau b adalah: bahan galian tambang jenis ini meliputi nitrat, pospat, garam batu (halite), asbes, talk, mika, grafit, magnesit, yarosit, leusit, tawas (alum), oker, batu permata, batu setengah permata, pasir kwarsa, kaolin, feldspar, gips, bentonit, batu apung, tras, obsidian, perlit, tanah diatome, tanah serap (fullers earth), marmer, batu tulis, batu kapur, dolomit, kalsit, granit, andesit, basal, trakhit, tanah liat, dan pasir sepanjang tidak mengandung unsur-unsur mineral golongan a maupun golongan b dalam jumlah yang berarti ditinjau dari segi ekonomi pertambangan.
Arti penggolongan bahan-bahan tambang tersebut, yaitu : a. Bahan tambang strategis berarti strategis untuk pertahanan dan keamanan serta perekonomian negara; b. Bahan tambang vital berarti bahan tambang yang dapat menjamin hajat hidup orang banyak; c. Bahan tambang yang tidak termasuk bahan tambang strategis dan vital berarti karena sifatnya tidak langsung memerlukan pasaran yang bersifat internasional.
Dasar penggolongan bahan-bahan galian, yaitu : a. Nilai strategis/ekonomis bahan galian terhadap negara b. Terdapatnya sesuatu bahan galian dalam alam (genese) c. Penggunaan bahan galian bagi industri d. Pengaruhnya terhadap kehidupan rakyat banyak e. Pemberian kesempatan pengembangan pengusaha
1.1.
Pengenalan Batubara
Batubara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsurunsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen. Batubara juga adalah batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang dapat
6
ditemui dalam berbagai bentuk. Analisa unsur memberikan rumus formula empiris seperti C137H97O9NS untuk bituminus dan C240H90O4NS untuk antrasit. Pembentukan batubara memerlukan kondisi-kondisi tertentu dan hanya terjadi pada era-era tertentu sepanjang sejarah geologi. Zaman Karbon, kira-kira 340 juta tahun yang lalu (jtl), adalah masa pembentukan batubara yang paling produktif dimana hampir seluruh deposit batubara (black coal) yang ekonomis di belahan bumi bagian utara terbentuk. Pada Zaman Permian, kira-kira 270 jtl, juga terbentuk endapan-endapan batubara yang ekonomis di belahan bumi bagian selatan, seperti Australia, dan berlangsung terus hingga ke Zaman Tersier (70 - 13 jtl) di berbagai belahan bumi lain. Hampir seluruh pembentuk batubara berasal dari tumbuhan. Jenis-jenis tumbuhan pembentuk batubara dan umurnya menurut Diessel (1982) adalah sebagai berikut: Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga Ordovisium dan bersel tunggal. Sangat sedikit endapan batubara dari perioda ini. Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan dari alga. Sedikit endapan batubara dari perioda ini. Pteridofita, umur Devon Atas hingga Karbon Atas. Materi utama pembentuk batubara berumur Karbon di Eropa dan Amerika Utara. Tetumbuhan tanpa bunga dan biji, berkembang biak dengan spora dan tumbuh di iklim hangat. Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman Permian hingga Kapur Tengah. Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, semisal pinus, mengandung kadar getah (resin) tinggi. Jenis Pteridospermae seperti gangamopteris dan glossopteris adalah penyusun utama batubara Permian seperti di Australia, India, dan Afrika. Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan modern, buah yang menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga, kurang bergetah dibanding gimnospermae sehingga, secara umum, kurang dapat terawetkan.
Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan, panas dan waktu, batubara umumnya dibagi dalam lima kelas: antrasit, bituminus, sub-bituminus, lignit dan gambut. 7
Antrasit adalah kelas batubara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan (luster) metalik, mengandung antara 86% - 98% unsur karbon (C) dengan kadar air kurang dari 8%. Bituminus mengandung 68 - 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-10% dari beratnya. Kelas batubara yang paling banyak ditambang di Australia. Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh karenanya menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan bituminus. Lignit atau batubara coklat adalah batubara yang sangat lunak yang mengandung air 35-75% dari beratnya. Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang paling rendah.
Proses perubahan sisa-sisa tanaman menjadi gambut hingga batubara disebut dengan istilah pembatubaraan (coalification). Secara ringkas ada 2 tahap proses yang terjadi: Tahap Diagenetik atau Biokimia, dimulai pada saat material tanaman terdeposisi hingga lignit terbentuk. Agen utama yang berperan dalam proses perubahan ini adalah kadar air, tingkat oksidasi dan gangguan biologis yang dapat menyebabkan proses pembusukan (dekomposisi) dan kompaksi material organik serta membentuk gambut. Tahap Malihan atau Geokimia, meliputi proses perubahan dari lignit menjadi bituminus dan akhirnya antrasit.
1.2.
Batubara di Indonesia
Di Indonesia, endapan batubara yang bernilai ekonomis terdapat di cekungan Tersier, yang terletak di bagian barat Paparan Sunda (termasuk Pulau Sumatera dan Kalimantan),
pada
umumnya
endapan
batubara
ekonomis
tersebut
dapat
dikelompokkan sebagai batubara berumur Eosen atau sekitar Tersier Bawah, kirakira 45 juta tahun yang lalu dan Miosen atau sekitar Tersier Atas, kira-kira 20 juta tahun yang lalu menurut Skala waktu Geologi. Batubara ini terbentuk dari endapan gambut pada iklim purba sekitar khatulistiwa yang mirip dengan kondisi kini. Beberapa diantaranya tegolong kubah gambut yang terbentuk di atas muka air tanah 8
rata-rata pada iklim basah sepanjang tahun. Dengan kata lain, kubah gambut ini terbentuk pada kondisi dimana mineral-mineral anorganik yang terbawa air dapat masuk ke dalam sistem dan membentuk lapisan batubara yang berkadar abu dan sulfur rendah dan menebal secara lokal. Hal ini sangat umum dijumpai pada batubara Miosen. Sebaliknya, endapan batubara Eosen umumnya lebih tipis, berkadar abu dan sulfur tinggi. Kedua umur endapan batubara ini terbentuk pada lingkungan lakustrin, dataran pantai atau delta, mirip dengan daerah pembentukan gambut yang terjadi saat ini di daerah timur Sumatera dan sebagian besar Kalimantan.
1.3.
Endapan batubara Eosen
Endapan ini terbentuk pada tatanan tektonik ekstensional yang dimulai sekitar Tersier Bawah atau Paleogen pada cekungan-cekungan sedimen di Sumatera dan Kalimantan. Ekstensi berumur Eosen ini terjadi sepanjang tepian Paparan Sunda, dari sebelah barat Sulawesi, Kalimantan bagian timur, Laut Jawa hingga Sumatera. Dari batuan sedimen yang pernah ditemukan dapat diketahui bahwa pengendapan berlangsung mulai terjadi pada Eosen Tengah. Pemekaran Tersier Bawah yang terjadi pada Paparan Sunda ini ditafsirkan berada pada tatanan busur dalam, yang disebabkan terutama oleh gerak penunjaman Lempeng Indo-Australia. Lingkungan pengendapan mula-mula pada saat Paleogen itu non-marin, terutama fluviatil, kipas aluvial dan endapan danau yang dangkal. Di Kalimantan bagian tenggara, pengendapan batubara terjadi sekitar Eosen Tengah - Atas namun di Sumatera umurnya lebih muda, yakni Eosen Atas hingga Oligosen Bawah. Di Sumatera bagian tengah, endapan fluvial yang terjadi pada fasa awal kemudian ditutupi oleh endapan danau (non-marin). Berbeda dengan yang terjadi di Kalimantan bagian tenggara dimana endapan fluvial kemudian ditutupi oleh lapisan batubara yang terjadi pada dataran pantai yang kemudian ditutupi di atasnya secara transgresif oleh sedimen marin berumur Eosen Atas. Endapan batubara Eosen yang telah umum dikenal terjadi pada cekungan berikut: Paser dan Asam-asam (Kalimantan Selatan dan Timur), Barito (Kalimantan Selatan), Kutai Atas (Kalimantan Tengah dan Timur), Melawi dan Ketungau (Kalimantan Barat), Tarakan (Kalimantan Timur), Ombilin (Sumatera Barat) dan Sumatera Tengah (Riau). Tabel 1 ini adalah kualitas rata-rata dari beberapa endapan batubara Eosen di Indonesia. 9
Tabel 1. Kualitas rata-rata beberapa endapan batubara eosin di Indonesia Tambang
Kadar air Cekungan Perusahaan total (%ar)
Satui
Asamasam
PT Arutmin 10.00 Indonesia
7.00
8.00
41.50
0.80
6800
Senakin
Paser
PT Arutmin Indonesia
9.00
4.00
15.00
39.50
0.70
6400
Petangis
Paser
PT BHP 11.00 Kendilo Coal
4.40
12.00
40.50
0.80
6700
Ombilin
Ombilin
PT Asam
6.50
<8.00
36.50
0.50 0.60
6900
Bukit
Kadar air inheren (%ad)
12.00
Kadar Zat Belerang Nilai energi abu terbang (%ad) (kkal/kg)(ad) (%ad) (%ad)
PT Allied 10.00 37.30 4.00 0.50 (ar) 6900 (ar) Indo Coal (ar) (ar) (ar) - as received, (ad) - air dried, Sumber: Indonesian Coal Mining Association, 1998
Parambahan Ombilin
Gambar 1. Penambangan batubara pada endapan Eosen
1.4.
Endapan batubara Miosen
Pada Miosen Awal, pemekaran regional Tersier Bawah - Tengah pada Paparan Sunda telah berakhir. Pada Kala Oligosen hingga Awal Miosen ini terjadi transgresi marin pada kawasan yang luas dimana terendapkan sedimen marin klastik yang tebal dan perselingan sekuen batugamping. Pengangkatan dan kompresi adalah kenampakan yang umum pada tektonik Neogen di Kalimantan maupun Sumatera. Endapan batubara Miosen yang ekonomis terutama terdapat di Cekungan Kutai bagian bawah (Kalimantan Timur), Cekungan Barito (Kalimantan Selatan) dan Cekungan Sumatera bagian selatan. Batubara Miosen juga secara ekonomis ditambang di Cekungan Bengkulu. Batubara ini umumnya terdeposisi pada 10
lingkungan fluvial, delta dan dataran pantai yang mirip dengan daerah pembentukan gambut saat ini di Sumatera bagian timur. Ciri utama lainnya adalah kadar abu dan belerang yang rendah. Namun kebanyakan sumberdaya batubara Miosen ini tergolong sub-bituminus atau lignit sehingga kurang ekonomis kecuali jika sangat tebal (PT Adaro) atau lokasi geografisnya menguntungkan. Namun batubara Miosen di beberapa lokasi juga tergolong kelas yang tinggi seperti pada Cebakan Pinang dan Prima (PT KPC), endapan batubara di sekitar hilir Sungai Mahakam, Kalimantan Timur dan beberapa lokasi di dekat Tanjungenim, Cekungan Sumatera bagian selatan. Tabel dibawah ini menunjukan kualitas rata-rata dari beberapa endapan batubara Miosen di Indonesia. Tabel 2. Kualitas rata-rata dari beberapa endapan batubara Miosen di Indonesia Tambang Cekungan Perusahaan
Kadar Kadar Kadar air air total abu inheren (%ar) (%ad) (%ad)
Zat Belerang Nilai energi terbang (%ad) (kkal/kg)(ad) (%ad)
Prima
Kutai
PT Kaltim Prima Coal
9.00
-
4.00
39.00
0.50
6800 (ar)
Pinang
Kutai
PT Kaltim Prima Coal
13.00
-
7.00
37.50
0.40
6200 (ar)
Roto South
Paser
PT Kideco Jaya Agung
24.00
-
3.00
40.00
0.20
5200 (ar)
Binungan Tarakan
PT Berau Coal
18.00
14.00
4.20
40.10
0.50
6100 (ad)
Lati
Tarakan
PT Berau Coal
24.60
16.00
4.30
37.80
0.90
5800 (ad)
Air Laya
Sumatera bagian PT Bukit Asam selatan
24.00
-
5.30
34.60
0.49
5300 (ad)
Paringin Barito PT Adaro 24.00 18.00 4.00 40.00 0.10 5950 (ad) (ar) - as received, (ad) - air dried, Sumber: Indonesian Coal Mining Association, 1998
Gambar 2. Penambangan batubara pada endapan Miosen
11
Tabel 3. Cadangan batubara dunia pada akhir 2005 (dalam juta ton) Bituminus (termasuk antrasit)
Subbituminus
Lignit
TOTAL
Amerika Serikat
115.891
101.021
33.082
249.994
Rusia
49.088
97.472
10.450
157.010
Republik Rakyat Cina
62.200
33.700
18.600
114.500
India
82.396
2.000
84.396
Australia
42.550
37.700
82.090
Jerman
23.000
43.000
66.000
Afrika Selatan
49.520
Ukraina
16.274
Kazakhstan Polandia
Negara
Serbia dan Montenegro
1.840
49.520 15.946
1.933
34.153
31.000
3.000
34.000
20.300
1.860
22.160
14.732
16.256
64
1.460
Brasil
11.929
11.929 6.648
Kolombia
6.267
381
Kanada
3.471
871
2.236
6.578
Republik Ceko
2.114
3.414
150
5.678
Indonesia
790
1.430
3.150
5.370
Botswana
4.300
Uzbekistan
1.000
4.300
278
Turki
761
Yunani 13
Bulgaria
233
3.000
4.000
2.650
3.689
2.874
2.874
2.465
2.711
2.265
Pakistan Iran
1.710
Britania Raya
1.000
2.265 1.710 500
1.500
Tabel 4. Negara pengekspor batubara utama (dalam juta ton) Negara
2003
2004
Australia
238,1
247,6
Amerika Serikat
43,0
48,0
Afrika Selatan
78,7
74,9
Rusia (Uni Soviet)
41,0
55,7
Polandia
16,4
16,3
Kanada
27,7
28,8
Republik Rakyat China
103,4
95,5
57,8
65,9
200,8
131,4
713,9
764,0
Amerika Selatan Indonesia Total
12
1.5.
Minyak bumi
Minyak bumi atau emas hitam adalah cairan kental, coklat gelap, atau kehijauan yang mudah terbakar, yang berada di lapisan atas dari beberapa area di kerak bumi. Minyak bumi terdiri dari campuran kompleks dari berbagai hidrokarbon, sebagian besar seri alkana, tetapi bervariasi dalam penampilan, komposisi, dan kemurniannya. Minyak bumi diambil dari sumur minyak di pertambanganpertambangan minyak. Lokasi sumur-sumur minyak ini didapatkan setelah melalui proses studi geologi, analisis sedimen, karakter dan struktur sumber, dan berbagai macam studi lainnya. Setelah itu, minyak bumi akan diproses di tempat pengilangan minyak dan dipisah-pisahkan hasilnya berdasarkan titik didihnya sehingga menghasilkan berbagai macam bahan bakar, mulai dari bensin dan kerosin sampai aspal dan berbagai reagen kimia yang dibutuhkan untuk membuat plastik dan obatobatan. Minyak bumi digunakan untuk memproduksi berbagai macam barang dan material yang dibutuhkan manusia.
Gambar 3. Penambangan minyak Bumi di Riau dan Tabalong, Indonesia
1.6.
Bijih besi
Biji besi terdiri atas oksigen dan atom besi yang berikatan bersama dalam molekul. Besi didapatkan dalam bentuk magnetit (Fe 3O4), hematit (Fe2O3), goethite, limonit, dan siderit. Bijih besi mengandung besi oksida dan memiliki banyak warna mulai dari kelabu tua, kuning muda, ungu tua, hingga merah karat. Menurut Lester Brown dari Worldwatch Institute telah memperkirakan bahwa bijih besi bisa habis dalam waktu 64 tahun berdasarkan pada ekstrapolasi konservatif dari 2% pertumbuhan per tahun. Bijih besi adalah bahan baku yang digunakan untuk membuat pig iron, yang merupakan salah satu bahan baku utama untuk membuat baja. 98% dari bijih besi ditambang digunakan untuk membuat baja. 13
Gambar 4. Penambangan bijih besi di Sumatera dan Kalimantan, Indonesia
1.7.
Struktur Geologi
Struktur geologi yang dimaksud pada penelitian ini meliputi: a. Kekar (Joint) adalah rekahan/patahan pada lapisan batuan yang terjadi akibat pengaruh gaya-gaya endogen baik tekanan maupun tarikan, tanpa mengalami perpindahan tempat. Kekar memiliki beberapa jenis, yaitu: - Kekar Gerus (Shear Joint) adalah Kekar pada batuan yang terjadi akibat tekanan - Kekar Tarik (Tension Joint) adalah Kekar pada batuan yang terjadi akibat tarikan b. Sesar (Faults) adalah rekahan/patahan pada lapisan batuan yang terjadi akibat pengaruh gaya-gaya endogen baik tekanan maupun tarikan dan mengalami perpindahan tempat/dislokasi/pergeseran. Sesar memiliki beberapa jenis, yaitu: - Sesar Normal / Turun (Normal / Gravity Fault) - Sesar Naik (Reverse / Thrust Fault) - Sesar Mendatar / Geser (Horizontal / Strike-Slip Fault) - Sembul (Horst) - Terban (Graben) c. Lipatan (Folds) adalah struktur lapisan batuan sedimen berbentuk lipatan/ gelombang/ lengkungan yang terbentuk akibat gaya endogen berupa tekanan. Lipatan memiliki beberapa jenis, yaitu: - Lipatan Tegak/Setangkup (Upright Fold / Symmetrical Fold) - Lipatan Tidak Setangkup (Asymmetrical Fold) - Lipatan Miring / Menggantung (Inclined Fold / Overturned Fold) 14
- Lipatan Rebah (Recumbent Fold) - Antiklin (Anticline) - Sinklin (Syncline) Struktur geologi dapat diketahui jika telah mengetahui jenis deformasi yang terjadi pada wilayah kajian. Konsep deformasi ini dapat didekati secara ilmiah melalui hitung perataan atau geomatematik.
1.8.
Pembuatan height model (model 3D)
Pembuatan height model ini bertujuan untuk pembuatan kenampakan data 3D dari data optik dan SAR. Height model yang dibuat dari data optik menggunakan metode stereo dan depth cue perceptive, sedangkan height model dari data SAR menggunakan metode stereo, perbedaan fase, dan depth cue perceptive. Height model yang dihasilkan masih berbentuk Digital Surface Model (DSM) sehingga perlu dilakukan koreksi model 3D untuk mengubah bentuk DSM menjadi Digital Elevation Model (DEM) atau ke Digital Terrain Model (DTM). Berikut ini gambaran konsep sistem tinggi geodesi.
Gambar 5. Sistem tinggi geodesi
15
Selain itu juga perlu dilakukan koreksi Bull Eye’s yang bertujuan untuk menghilangkan anomali tinggi baik berupa peak maupun pit terhadap delapan arah sekitarnya. Berikut height model yang dibuat dari data SAR SRTM C dengan X SAR dan ALOS Palsar dengan menggunakan metode integrasi.
Gambar 6. Height model (XSAR+SRTM C+ALOS Palsar)
Selain height model, juga diperlukan citra optik dan SAR untuk mengetahui perkiraan volume tambang. Citra optik yang digunakan adalah Landsat. Citra satelit ini dibuat oleh United States of Geological Survey USA dengan tujuan utama untuk memudahkan pemetaan geologi dan pertambangan di seluruh dunia. Menurut standar USGS dan Prost, citra Landsat yang digunakan mempunyai kombinasi red (3/1):green (5/4):blue (5/7). Berikut contoh tampilan citra Landsat untuk pemanfaatan geologi dan pertambangan (dangkal).
Gambar 7. Landsat (R: (3/1) G: (5/4) B: (5/7))
16
Sedangkan untuk citra SAR bisa menggunakan berbagai alternatif data, seperti ALOS Palsar, TerraSAR X, CosmoSky Med, RadarSat, Envisat. Standar data SAR yang digunakan untuk pemanfaatan geologi dan pertambangan berupa terrain mapping adalah dual dan quadpol dan HV (single), struktur geologi dengan HV karena lebih terang pada fraktur dan sesar. Sedangkan untuk aplikasi litologi menggunakan HH/HV atau VV/HV.
Gambar 8. Palsar (R: HH G: HV B: (HH+HV)/2 )
1.9.
GRACE (Gravity Recovery And Climat Experiment)
GRACE (Gravity Recovery And Climat Experiment) merupakan sistem satelit gravimetri hasil kerjasama antara NASA (National Aeronautics and Space Administration) dengan DLR (Deutsches Zentrum fur Luft-und Raumfahrt). Tujuan utama dari misi GRACE ini yaitu untuk menyediakan informasi yang cukup akurat dari model gravity field bumi untuk jangka waktu proyek selama 5 tahun. Estimasi secara temporal berkala dari gravity field bumi dapat diperoleh berikut variasinya yang terjadi. Tujuan lainnya (secondary mission) dari misi GRACE yaitu menyediakan informasi mengenai besaran bias ionosfer dan troposfer yang dapat memperlambat dan melengkungkan sinyal pengukuran GPS. Alat yang dipasang pada satelit GRACE untuk penyediaan informasi ini berupa Lim Sounding. Alat ini dapat memberikan besaran TEC (Total Electron Content) dan atau refraktivitas dalam ionosfer dan troposfer. Teknik dari GRACE ini yaitu mendeteksi perubahan Gravity filed bumi dengan cara memonitor perubahan jarak yang terjadi antara pasangan 2 satelit GRACE pada 17
orbitnya. Kedua satelit ini saling melaju pada track orbit dengan jarak satelit satu ke satelit kedua sekitar 220 kilometer.
Kedua satelit ini terkoneksi oleh K-band
microwave link untuk menghitung perbedaan jaraknya secara pasti, dan seberapa besar perubahannya dengan akurasi lebih baik dari 1um/s. Untuk melihat precise attitude dan pergerakan akibat gaya non gravitasi dari satelit, untuk itu kedua satelit dilengkapi dengan star camera dan akselerometer. Sementara itu posisi dan kecepatan satelit ditentukan dari sistem GPS yang ikut
terpasang di kedua
pasangan satelit GRACE tersebut.
1.10. GOCE (Gravity field and steady-state Ocean Circulation Explorer) GOCE (Gravity field and steady-state Ocean Circulation Explorer) adalah misi satelit dari ESA dalam bidang geodesi dan geodinamik berupa kombinasi dari SGG (Satellite Gravity Gradiometry) dan SST (Satellite-to-Satellite Tracking). Misi ini merupakan salah satu misi utama dari ESA Earth Explorer Programe yang dicanangkan di pertemuan Granada pada tanggal 12-14 oktober 1999. Kontrak misi dimulai pada bulan november tahun 2001. Obyektif dari misi GOCE yaitu untuk menentukan gravity field statis berupa geoid dan gravity anomali dengan akurasi 1 sentimeter untuk tinggi geoid, dan 1 miligal untuk gravity anomali, pada spasial grid 100 kilometer dipermukaan bumi bahkan kurang. Data dari GOCE menyediakan model yang unik dari gravity field bumi dan juga dalam hal representasi bidang ekipotensial yang diwakili oleh geoid. Misi GOCE memberikan support terhadap berbagai kepentingan aplikasi dari multi disiplin ilmu. Misi GOCE yang dilakukan merupakan misi yang melengkapi misi-misi satelit lainnya dalam bidang yang sama yaitu CHAMP (diluncurkan 15 juli 2000) dan GRACE (diluncurkan pada tanggal 17 maret 2002). Misi GOCE ini diharapkan dapat membantu Earth Science (ilmu kebumian) untuk memahami lebih baik dari proses dinamika bumi yang terjadi dalam interior bumi dan permukaan bumi. Contohnya, pengetahuan akan geoid yang baik akan bermanfaat bagi studi distribusi masa di bumi padat, intepretasi perubahan muka laut (sea level change), studi arus laut, ocean heat transport, studi iklim, dan prediksi dari dinamika bumi.
18
1.11. Deformasi Proses deformasi adalah perubahan bentuk dan ukuran pada batuan akibat dari gaya (force) yang terjadi di dalam bumi. Gaya tersebut pada dasarnya merupakan proses tektonik yang terjadi di dalam bumi. Di dalam pengertian umum, geologi struktur adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk batuan sebagai bagian dari kerak bumi serta menjelaskan proses pembentukannya. Kekuatan Tektonik dan orogenik yang membentuk struktur geologi itu berupa stress (Tegangan). Berdasarkan keseragaman kekuatannya,Stress dapat dibedakan menjadi 2 yaitu : A. Uniform stress (Confining Stress) Yaitu tegangan yang menekan atau menarik dengan kekuatan yang sama dari atau ke segala arah B. Differential Stress Yaitu tegangan yang menekan atau menarik dari atau ke satu arah saja dan bisa juga dari atau ke segala arah,tetapi salah satu arah kekuatannya ada yang lebih dominan. Pengenalan struktur geologi secara tidak langsung dapat dilakukan melalui cara-cara berikut ini: a. Pemetaan geologi dengan mengukur strike dan dip. b. Interprestasi peta topografi,yaitu dari penampakan gejala penelusuran sungai,penelusuran morfologi dan garis kontur serta pola garis konturnya. c. Foto udara. d. Pemboran. e. Geofisika,yang didasarkan pada sifat-sifat yang dimiliki oleh batuan,yaitu dengan metode: Gravfity, Geolectrik, Seismik,dan Magnetik.
Umumnya struktur geologi terbentuk oleh differential stress. Dari aspek arah kerjanya,ada 3 macam Differential stress,yaitu : 1. Compressional stress 2. Tensional stress 3. Shear stress
Tahapan-tahapan Deformasi adalah sebagai berikut : 1. Elastic Deformation (Deformasi sementara) 19
formasi sementara ini terjadi jika kerja stress tidak melebihi batas elastis batuan.Begitu stress terhenti,maka bentuk atau posisi batuan kembali seperti semula. 2. Ductile Deformation Yaitu deformasi yang melampaui batas elastis batuan.Mengakibatkan batuan berubah bentuk dan volume secara permanen,sehingga bentuknya berlainan dengan bentuk semula. 3. Fracture Deformation Yaitu deformasi yang sangat melampaui batas elastis batuan,sehingga mengakibatkan pecah. Seperti diketahui,bumi terdiri dari berbagai bagian yang
paling
luar
(kerak
bumi),
tersusun
oleh
berbagai
lapisan
batuan.Kedudukan daripada batuan-batuan tersebut pada setiap tempat tidaklah
sama,bergantung
dari
kekuatan
tektonik
yang
sangat
mempengaruhiya.
1.12. Sekilas tentang Lempeng tektonik Lempeng tektonik adalah segmen keras kerak bumi yang disokong oleh magma di bawahnya. Disebabkan ini maka lempeng tektonik ini bebas untuk menggesek satu sama lain. Pergerakan antara lempeng tektonik ini tidak berjalan secara perlahan-lahan. Sebaliknya pergeseran antara tanah dan batu yang membentuk lempeng tektonik menyebabkan pergeseran itu berjalan tersentaksentak. Pergerakan inilah yang menyebabkan terjadinya gempa bumi. Daratan dan juga dasar lautan akan secara perlahan-lahan dibawa ke arah kedudukan baru apabila lempeng beralih.
Gambar 9. Lempeng tektonik
20
Batas lempeng ditandai oleh lingkaran gempa bumi dan rangkaian gunung berapi. Teori lempeng tektonik muncul setelah Alfred Wegener dalam bukunya The Origin of Continents and Oceans (1915) mengemukakan bahwa benua yang padat sebenarnya terapung dan bergerak di atas massa yang relatif lembek (continental drift). Gravitasi dianggap sebagai penyebab utama dari semua pergerakan lempeng. Gaya gravitasi menarik lempeng yang tersubduksi karena bagian itu meman lebih tua dan lebih berat bobotnya. Kemudian karena tertarik, ada celah di tengah punggung samudera yang kemudian terisi material dari dalam mantel.Tektonik artinya “to build”(dalam bahasa Yunani), dengan kata lain “Teori Tektonik Lempeng” (Theory of Plate Tetonics) adalah Teori tentang membangun bumi atau Lempeng Bumi. Kerak Bumi terdiri dari lempeng - lempeng yang membungkus Bumi. • –
Bumi terdiri dari 3 lapisan konsentris secara kimiawi Inti Bumi (Core)
•
Inti Bumi padat (Solid Core) ------ 1100 km
•
Inti Bumi cair (Liquid Core) ------ 2400 km
–
Mantel Bumi (Mantle) -------------- 2900 km
–
Kerak Bumi (Crust) ---------------- 5 – 65 km
•
Bahwa bumi itu berlapis-lapis, dideduksi dari 2 kumpulan data geofisis:
–
Data gelombang akustik yang dibangkitkan oleh gempa
–
Data medan gayaberat bumi: densitas bumi bertambah menurut kedalaman
Gambar 10. Lapisan kulit bumi, dengan radius : 6.378.000 m
Analisa tektonik suatu wilayah yang didasarkan pada konsep tektonik lempeng, dapat disusun dengan cara : 21
a. Jalur Tunjaman pada umumnya akan dicirikan oleh adanya batuan “melange”, batuan ofiolit, endapan turbidit, endapan longsoran gaya berat di bawah air (olistostrom), batuan malihan fasies sekis hijau dan sekis biru (green/blue schist metamorphics). Beberapa batuan di atas, di pulau Jawa ditemukan di daerah Ciletuh, Sukabumi, Karangsambung, Kebumen, serta di Bayat, Klaten. b. Di atas jalur benioff (benioff zone), yang menunjukkan adanya lempeng yang menukik dan menusuk di sinilah tempat di mana pusat atau sumber gempa tektonik itu berada. Tempat ini disebut sebagai “Hiposentrum”, berada di bawah permukaan tanah. Bila diproyeksikan dipermukaan tanah, disebut sebagai episentrum. Di tempat ini biasanya akan dijumpai batuan- batuan beku dengan susunan kalk-al- kali, beserta kegiatan gunung api. c. Cekungan muka busur (force arc basin), yang diisi oleh endapan-endapan klastik dan volkanoklastik, yang sumbernya berasal dari busur magmatis. Cekungan ini terletak antara palung lautan dan busur magma. Karena sifat cekungan yang labil, jenis endapan umumnya berupa turbidit (lapisan batuan selang- seling pasirlempung). Palung laut yang terbentuk pada saat tabrakan dua lempeng inilah yang menyedot air laut secara besar-besaran, untuk kemudian melemparkan kembali disertai tekanan yang sangat tinggi, beberapa saat setelah tabrakan itu berhenti. Inilah yang disebut sebagai gelombang tsunami, seperti bencana yang terjadi di Nangro Aceh Darussalah (NAD), juga di daerah pantai selatan Jawa, menyusul gempa tektonik di selatan Pangandaran. d. Cekungan belakang busur (back arc basin), dengan endapan-endapan klastik yang tebal.
2. Pokok Permasalahan f. Pemerintah
Indonesia
memerlukan
informasi
potensial
tentang
pendeteksian struktur geologi untuk optimalisasi kawasan tambang di Indonesia. g. Data penginderaan jauh berupa citra optik dan SAR dapat digunakan untuk deteksi struktur geologi untuk optimalisasi kawasan tambang sehingga memerlukan biaya rendah dan efisien. Deteksi ini hanya pada jenis tambang dangkal dan di sekitar tambang terbuka. h. height model akurasi dan presisi tinggi yang tersedia sangat terbatas. 22
i. Penginderaan jauh untuk aplikasi pertambangan bisa menjadi alternatif untuk permasalahan pertambangan di Indonesia. Penginderaan jauh bisa untuk meminimalkan kerusakan lingkungan terutama dalam eksplorasi dan eksploitasi tambang di Indonesia. j. Kementrian ESDM baru mampu membuat peta struktur dan formasi geologi skala 1:200.000, dengan penelitian ini mampu membuat peta struktur geologi skala 1:25.000 – 1:100.000 dengan metode dan data yang efisien dan berbiaya rendah.
3. Maksud dan Tujuan Kegiatan ini bertujuan untuk pengembangan dan pemanfaatan metode pendeteksian struktur geologi untuk optimalisasi kawasan tambang dari data optik dan SAR. Struktur geologi adalah bentukan pola struktur yang terbentuk secara alamiah berdasarkan proses geologi dalam jangka waktu yang lama. Oleh karena itu, pendeteksian struktur geologi ini tidak memerlukan data dengan akuisisi terbaru, akan tetapi bisa menggunakan data yang lama. Pendeteksian struktur geologi dapat dilakukan dengan data optik dan SAR. Selain itu juga dapat menggunakan data model 3D untuk meningkatkan akurasi dan presisi suatu struktur geologi.
3.1.
Tujuan
a. Pengembangan
metode
pendeteksian
struktur
geologi
dengan
data
penginderaan jauh (optik dan SAR). b. Pengembangan metode pemodelan untuk optimalisasi kawasan tambang dengan data penginderaan jauh (optik dan SAR). Penelitian hanya difokuskan pada kawasan tambang dangkal dan terbuka. c. Pemanfaatan
metode
pendeteksian
struktur
geologi
dengan
data
penginderaan jauh (optik dan SAR). d. Pemanfaatan metode pemodelan untuk optimalisasi kawasan tambang dengan data penginderaan jauh (optik dan SAR). Penelitian hanya difokuskan pada kawasan tambang dangkal dan terbuka. e. Pembuatan petunjuk teknis/bahan ajar untuk sosialisasi dan atau kuliah umum yang dilakukan di pemerintah daerah dan atau perguruan tinggi. 23
3.2.
Sasaran
a. Tersedia metode pendeteksian struktur geologi dengan data penginderaan jauh (optik dan SAR). b. Tersedia metode pemodelan untuk optimalisasi kawasan tambang dengan data penginderaan jauh (optik dan SAR). Penelitian hanya difokuskan pada kawasan tambang dangkal dan terbuka. c. Tersedia informasi spasial struktur geologi wilayah penelitian. d. Tersedia informasi spasial pemodelan untuk optimalisasi kawasan tambang wilayah penelitian. e. Tersedia petunjuk teknis/bahan ajar untuk sosialisasi dan atau kuliah umum yang dilakukan di pemerintah daerah dan atau perguruan tinggi.
3.3.
Hasil yang diharapkan
a. Metode pendeteksian struktur geologi dengan data penginderaan jauh (optik dan SAR). b. Metode pemodelan untuk optimalisasi kawasan tambang dengan data penginderaan jauh (optik dan SAR). Penelitian hanya difokuskan pada kawasan tambang dangkal dan terbuka. c. Informasi spasial struktur geologi wilayah penelitian. d. Informasi spasial pemodelan untuk optimalisasi kawasan tambang wilayah penelitian. e. Sosialisasi dan atau kuliah umum yang dilakukan di pemerintah daerah dan atau perguruan tinggi.
4. Metodologi Pelaksanaan Penelitian penginderaan jauh untuk aplikasi geologi dan pertambangan telah dilakukan di Indonesia dan berbagai negara maju. Salah satunya di LAPAN, UGM, ITB, dan lain-lain. Kegiatan yang di LAPAN berupa klasifikasi berbasis objek untuk deteksi penutup lahan (pada tahun 2009-2012). Selain itu juga ada kegiatan pemanfaatan data ALOS Palsar untuk deteksi gambut (pada tahun 2011). Kegiatan lain berupa pembuatan height model dari berbagai data (pada tahun 2010). Sedangkan di UGM dan ITB telah dilakukan juga berbagai penelitian penginderaan 24
jauh untuk geologi dan pertambangan berupa klasifikasi berbasis objek, pembuatan height model, deteksi gambut, batubara, dan berbagai jenis tambang lainnya. Penelitian ini akan digunakan untuk kegiatan di LAPAN untuk tahun-tahun berikutnya, seperti untuk deformasi, vulkanologi, hubungan penutup lahan dengan potensi tambang dan geologi.
4.1.
Lokus Kegiatan
Kabupaten Tabalong (Kalimantan Selatan) dan Kabupaten Paser (Kalimantan Timur). Khusus pada wilayah ini, lokasi penelitian mencakup dua wilayah perbatasan antara Kalimantan Selatan dengan Kalimantan Timur. Hal ini disebabkan oleh batas potensi tambang, formasi, dan struktur geologi tidak bisa dipisahkan berdasarkan batas administrasi. Pada lokasi ini terdapat formasi Tanjung, Berai, Montalat, Warukin, Dahor, dan Pitap. Berikut ini penjelasan masing-masing formasi tersebut: 1. Formasi Tanjung Bagian bawah perselingan antara Batu Pasir, Serpih, Batu Lanau dan Konglomerat aneka bahan, sebagian bersifat gampingan. Komponen Konglomerat antara lain Kuarsa, Feldsfar, Granit, Sekis, Gabro dan Basal. Di dalam Batu Pasir Kuarsa dijumpai komponen Glaukonit. Bagian Atas, perselingan antara Batu Pasir Kuarsa bermika, Batu Lanau, Batu Gamping dan Batubara. Batu Lanau berfosil foram Plangton, antara lain: Globiferina Tripartite
KOCH,
Globigerina
Ochitaensis
HOWE
&
WALLACE,
Globigerina spp. Dan Globorotalia spp, yang menunjukkan umur Eosen– Oligosen (P16–N3); sedang Batu Gampingnya berforam besar, antara lain: Operculina sp, Discocyclina sp, dan Biplanispira, yang berumur Eosen Akhir (Tb). Formasi ini tidak selaras di atas batuan Mesozoikum, terlipat hampir utara selatan dengan kemiringan lapisan umumnya 20°, serta mempunyai tebal sekitar 1300 meter, serta tersebar diatas perbukitan. 2. Formasi Berai Batu Gamping berlapis dengan Batu Lempung, Napal dan Batubara, sebagian tersilikakan dan mengandung Limolit. Batu Gamping berfosil foram besar antara lain Spiroclypeous sp, Lepidocyclina (Eulepidina), ephipiodes
JONES
&
CHAPMAN,
Operculina
sp,
Spiroclypeous
Tidoengenesis VAN DER VLERK, Heterostegina sp dan Amphisiegina sp, 25
yang menunjukan umur Oligosen tengah – Oligosen Akhir (Td – e). Selain itu juga ada berfosil foram Bentos. Formasi ini diendapkan di laut dangkal dengan tebal mencapai 1250 meter, serta menempati morfologi perbukitan karst yang terjal. 3. Formasi Montalat Batu Pasir Kuarsa Putih, berstruktur silang siur, sebagian Gampingan, bersisipan Batu Lanau/Serpih dan Batubara. Berfosil foram kecil, antara lain: Globigerina Venezuelana HEDBERG, Globigerina Tripartite KOCH, Globigerina Selli (BOR SETTI), Globigerina Praebulloides BLOW, Globigerina Angustiumbilicata BOLLI, Globigerina Officinalis Suboptima, Globigerina
sp.,
Globigerina
spp.
Globorotalia
Optima
BOLLI,
Globorotaliana BOLLI dan Cassigerinella Chipolensis (CUSHMAN & POTTON), yang berumur Oligosen (P19 – N3). Formasi ini diendapkan dilaut dangkal terbuka, dengan tebal mencapai 1400 meter. Formasi ini menjemari dengan Formasi Berai dan selaras di atas Formasi Tanjung. Jenis perlipatan mirip dengan Formasi Tanjung tetapi lebih sedikit terbuka. Formasi Montalat menempati morfologi perbukitan. 4. Formasi Warukin Batu Pasir kasar–sedang, sebagian Konglomeratan, bersisipan Batu Lanau dan Serpih, setengah padat berlapis dan berstruktur perairan silang-siur dan lapisan bersusun. Struktur lipatan terbuka dengan kemiringan lapisan batuan sekitar 10°. Formasi ini berumur Miosen Tengah–Miosen Atas, dengan tebal bisa mencapai 500 meter, dan diendapkan di daerah transisi. Formasi Warukin berada selaras di atas Formasi Berai dan Montalat. Sesuai dengan sifat fisiknya formasi ini menempati daerah morfologi dataran menggelombang landai. 5. Formasi Dahor Batu Pasir kurang padat sampai lepas, bersisipan Batu Lanau, Serpih, Lignit dan Limonit. Terendapkan dalam lingkungan peralihan dengan tebal mencapai 300 meter. Umurnya diduga Plio–Plistosen, formasi ini tidak selaras di atas formasi-formasi dibawahnya, dan umumnya berada pada morfologi dataran rendah yang kadang-kadan sulit dipisahkan dengan endapan permukaan. 26
6. Formasi Pitap Batuan sedimen dan vulkanik yang terdiri bertingkat tak terpisahkan. Batuan sedimen dalam bentuk Batu Lanau abu-abu tua, Batu Gamping kristalin abu-abu gelap, Batu Pasir halus abu-abu, Serpih merah dan Napalan Serpih, ketebalan antara 20 cm - 300 cm, sebagian dilipat. Batuan Andesit, Basal dan Amfibolit. Leleran Andesit dan bentuk Basalt abu-abu, hijau, berubah menjadi mineral Lempung, Kalsit atau Klorit, berpiroksen dan Porfiritik. Pilotaksit bertekstur Basal dan Amigdaloid. Amfibolit retak lensa dalam bentuk Basalt, ketebalan mencapai 40 cm. Unit ini menempati daerah perbukitan yang tinggi, dan morfologi kasar. Ketebalan dapat mencapai 100 meter Kapur Akhir (KSP).
4.2.
Fokus Kegiatan: teknologi energi
4.3.
Bentuk Kegiatan: riset terapan
27
BAB II. PERKEMBANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan ini meliputi 5 tahap utama, yaitu penyiapan data, pembuatan algorithma pendeteksian struktur geologi, pendefinisian hasil algorithma terhadap standar geologi, pemodelan dan optimalisasi kawasan tambang, prediksi ekonomi hasil model deteksi wilayah kandungan tambang. Prediksi ini disesuaikan dengan kondisi cut & fill wilayah kajian serta juga dilakukan uji akurasi dan presisi terhadap model deteksi wilayah kandungan tambang yang telah dihasilkan sebelumnya. Berikut penjelasan setiap tahap kegiatan yang ditampilkan pada gambar 7 tentang desain riset. 1. Penyiapan data Penyiapan data ini meliputi pembuatan model 3D (DSM, DEM, DTM, EGM), koreksi geometrik dan radiometrik citra optik dan SAR. Selain itu juga dilakukan koreksi model 3D dan koreksi undulasi geoid. 2. Pembuatan algorithma pendeteksian struktur geologi Algorithma yang dibuat menggunakan konsep deformasi dan dilakukan dengan pendekatan secara hitung perataan atau geomatematik. Algorithma ini meliputi koreksi model 3D, koreksi undulasi geoid, deteksi struktur geologi, segmentasi formasi geologi. Struktur geologi memiliki pengaruh besar dalam deteksi wilayah kandungan tambang serta dalam perbedaan batuan pada kemiringan lereng tertentu di wilayah tambang. Berikut ini merupakan gambar pengaruh struktur geologi dan perbedaan batuan pada kemiringan lereng.
Gambar 11. Pengaruh struktur geologi dan perbedaan batuan pada kemiringan lereng
28
3. Pendefinisian hasil algorithma terhadap standar geologi. Pendefinisian hasil algorithma ini meliputi definisi standar terhadap jenis formasi, penyusun, endapan, sejarah bentukan formasi sesuai dengan standar dalam geologi. Misal hasil segmentasi formasi yang dihasilkan dari algorithma yang dibuat pada tahap kedua, dilakukan pendefinifian standar geologi berupa jenis formasi (seperti formasi Maau, Endapan Alluvium, dan lain-lain), penyusun formasi (sediment clastic fine, sediment clastic alluvium, dll), Endapan (Littoral, Terrestrial alluvial, dll), sejarah bentukan formasi (Oligosen akhir, Miosen awal, Holosen, dan lain-lain).
Gambar 12. Desain riset
4. pemodelan dan optimalisasi kawasan tambang Pemodelan ini menggunakan algorithma deformasi yang dibuat berdasarkan hitung perataan atau geomatematik. Pembuatan algorithma ini memperhitungkan berbagai jenis model dan data masukan. Pemodelan ini akan menghasilkan dugaan sementara kandungan tambang yang ada di sekitar wilayah tersebut. Deteksi ini 29
hanya pada wilayah tambang dangkal dan di sekitar tambang terbuka. Hasil yang diperoleh dari pemodelan ini digunakan untuk optimalisasi kawasan tambang, baik berupa dugaan kandungan tambang maupun untuk reklamasi penghijauan pasca penambangan. 5. Prediksi ekonomi hasil model deteksi wilayah kandungan tambang Prediksi yang dimaksud pada kegiatan ini adalah perkiraan produksi tambang sesuai dengan kondisi cut and fill wilayah tersebut. Model 3D digunakan sebagai data masukan untuk pembuatan cut and fill dengan model deteksi dari hasil algorithma berdasarkan hitung perataan. Prediksi ini hanya berlaku sesuai dengan jenis data yang digunakan, yaitu data penginderaan jauh bukan didasarkan atas data pengukuran lapangan.
30
Berikut ini diagram alir penelitian ini.
Gambar 13. Diagram alir penelitian
31
a. Perkembangan Kegiatan Tahun 2012 Kegiatan F
M A
M
J
J
A
S
Target (%) 100
1.
Pengumpulan referensi
2.
Penyiapan data
100
3.
Koreksi geometrik dan radiometrik
100
4.
Koreksi model 3D
100
5.
Koreksi undulasi geoid
100
6.
100
7.
Deteksi struktur geologi (algorithma deformasi secara hitung perataan) Segmentasi formasi geologi
8.
Pendefinisian hasil terhadap standar geologi
100
9.
Pemodelan dan optimalisasi kawasan tambang
100
10. Prediksi ekonomi (cut & fill) hasil model deteksi
100
11. Survei lapangan
100
12. Uji akurasi dan presisi
100
13. Konsultasi dan diskusi
100
14. Pembuatan laporan dan juknis
100
15. Sosialisasi/kuliah umum
100
16. Presentasi dan laporan
100
100
b. Kendala-Hambatan Pelaksanaan Kegiatan Hanya permasalahan pada bagian administrasi sedangkan dalam pencapaian target kinerja belum menemui kendala-hambatan
2. Pengelolaan Administrasi Manajerial a. Perencanaan Anggaran/Rencana Anggaran Biaya (RAB) 1. GAJI DAN UPAH 1.1. Personil No.
1 2 3
Pelaksana Atriyon Julzarika, S. T. (Peneliti Utama) Siti Hawariyyah, S. Si. (Peneliti 1) Ir. Wiji (Peneliti 2)
Jumlah jam/bulan
Jumlah bulan
80
8
78 0
Honor (Rp) OJ
Biaya/ bulan
Biaya/ tahun
35.000
2.800.000
22.400.000
8
35.000
2.730.000
21.840.000
0
30.000
0
0
OB
32
Drs. Susanto, M. Si. (Peneliti 3) Ir. Ita Carolita, M. Si. (Peneliti 4) Heru Noviar, M. Si. (Peneliti 5) Ahmad Sutanto, S. Si. (Peneliti 6) Tenaga Administrasi
3 4 5 6 7
58
8
50.000
2.900.000
23.200.000
59
8
50.000
2.950.000
23.600.000
68
8
40.000
2.720.000
21.760.000
80
8 8
30.000
2.400.000 300.000 TOTAL
19.200.000 2.400.000 134.400.000
300.000
1.2. Narasumber No. 1 2 3 4. 5
Nama Bahan
Volume
Narasumber (Eselon I) Narasumber (Eselon II) Narasumber (Eselon III) Narasumber (Eselon IV) Narasumber luar
Satuan
1 1 7 1 8 TOTAL
Biaya Satuan
OJ OJ OJ OJ OJ
Total
1.300.000 900.000 800.000 800.000 800.000
1.300.000 900.000 5.600.000 800.000 6.400.000 15.000.000
1.3 Pembantu lapangan No. 1 2
Nama Bahan Pembantu lapangan (survei 1) (2 orang, 5 hari) Pembantu lapangan (survei 2) (4 orang, 5 hari)
Volume
Satuan
Biaya Satuan
Total
10
OH
80000
800000
20
OH
80000
1600000
TOTAL
2400000
2. BAHAN HABIS PAKAI Uraian
Volume
Kertas HVS A4 80 gram DVD+RW CD/DVD Label Tinta HP F735 Black Tinta HP F735 Color
15 rim 3 box 2 pak 10 set 10 set
Biaya Satuan (Rp) 45.000 130.000 35.000 150.000 150.000 JUMLAH
Biaya 675.000 390.000 70,000 1.500.000 1.500.000 4.135.000
3. PERJALANAN DINAS 3.1. Survei lapangan pertama No. 1 2
Kota Asal –Tujuan Transport (Pesawat) Jakarta-Balikpapan (Kaltim) Uang Saku (Lumpsum) (2 orang, 5 hari)
Volume
Satuan
Biaya Satuan
3 10
OT OH
2376000 415000
Total 7128000 4150000 33
3 4 5 6 7 8 9 10 11
Uang Saku (Lumpsum) (1 orang, 5 hari) Transport Balikpapan-Tabalong (pp) Taxi Jakarta-Bandara (pp) Taxi Balikpapan-Bandara Penginapan (2orang, 2hari)-Balikpapan, Kaltim Penginapan (2 orang, 2 hari)-Tabalong, Kalsel Penginapan (1orang, 2hari)-Balikpapan, kaltim Penginapan (1 orang, 2 hari)-Tabalong, Kalsel Airport Tax 3 orang (pp)
5 3 3 1 4 4 2 2 6
OH OT OT OT OH OH OH OH OT
425000 750000 340000 290000 500000 500000 750000 720000 40000
TOTAL
2125000 2250000 1020000 290000 2000000 2000000 1500000 1440000 240000 24143000
3.2. Survei lapangan kedua (termasuk bimtek) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Kota Asal –Tujuan Transport (Pesawat) Jakarta-Balikpapan (Kaltim) Uang Saku (Lumpsum) (2 orang, 5 hari) Uang Saku (Lumpsum) (2 orang, 5 hari) Transport Balikpapan-paser-Tabalong (pp) Taxi Jakarta-Bandara (pp) Taxi Balikpapan-Bandara Penginapan (2orang, 1hari)-Balikpapan, Kaltim Penginapan (2 orang, 3 hari)-Tabalong, Kalsel Penginapan (2orang, 1hari)-Balikpapan, Kaltim Penginapan (2 orang,3 hari)-Tabalong, Kalsel Airport Tax 4 orang (pp)
Volume
Satuan
Biaya Satuan
4 10 10 4 4 2 2 6 2 6 8
OT OH OH OT OT OT OH OH OH OH OT
1319200 415000 425000 1275000 340000 290000 550000 500000 720000 704000 40000
TOTAL
Total 5276800 4150000 4250000 5100000 1360000 580000 1100000 3000000 1440000 4224000 320000 30800800
3.3 Kuliah umum dan diskusi ilmiah (Teknik Geodesi dan Geomatika dan Fakultas Geografi UGM) Biaya No. Kota Asal –Tujuan Volume Satuan Satuan Total 1 Transport (Kereta Api) Jakarta-Yogyakarta-Sleman (DIY) 6 OT 840100 5040600 2 Uang Saku (Lumpsum) (4 orang, 5 hari) 20 OH 405000 8100000 3 Uang Saku (Lumpsum) (2 orang, 5 hari) 10 OH 415000 4150000 4 Penginapan (4 kamar, 4 hari)-Yogya-Sleman, DIY 16 OH 520000 8320000 TOTAL
25610600
4. BIAYA LAIN-LAIN No. 1 2 3 4 5
Kegiatan Biaya rapat koordinasi (konsumsi, dll) Sewa alat (survey 1) Sewa alat (survey 2) Konsumsi Bimtek Transport lokal lainnya/kendaraan operasional TOTAL
Volume 12 1 1 1
Satuan kali paket paket Paket
Biaya Satuan 335000 3000000 4000000 2000000
Total 4020000 3000000 4000000 2000000
1
Paket
489900
489900 13509900 34
TOTAL BIAYA No. 1 2 3 4
Tahun I 151.800.000 4.135.000 80.555.100 13.509.900
Jenis Pengeluaran Gaji dan Upah Bahan Habis Pakai Perjalanan Dinas Lain-lain
Total (Rp.) II 151.800.000 4.135.000 80.555.100 13.509.900
TOTAL
250.000.000
b. Mekanisme Pengelolaan Anggaran Personil menurut SK Menristek No 1.
2.
3.
4.
5.
Nama Atriyon Julzarika, S.T. (Peneliti pertama) Siti Hawariyyah, S.Si. (Peneliti pertama) Ir. Wiji (Perekayasa pertama) Drs. Susanto, M.Si. (Peneliti madya) Ir. Ita Carolita, M.Si. (Peneliti madya)
Unit Kerja
Bidang keahlian dan tugas penelitian
Pusfatja
Geodesi (Perataan) Peneliti Utama
Pusfatja
Pustekdata
Pusfatja
Pusfatja
Pendidikan Lembaga terakhir
Geomatika
S1
LAPAN
Matematika, Segmentasi Peneliti
S1
LAPAN
Penginderaan Jauh Perekayasa
S1
LAPAN
S2
LAPAN
S2
LAPAN
Matematika, Jauh Peneliti Statistika, Jauh Peneliti
Penginderaan
Penginderaan
Personil tambahan No 1. 2. 3.
Nama Heru Noviar, M.Si. (Peneliti) Ahmad Sutanto, S. Si. Tenaga Administrasi
Unit Kerja Pusfatja
Bidang keahlian dan tugas penelitian Geofisika Peneliti
Pusfatja
Geofisika Perekayasa
Pusfatja
Administrasi
Pendidikan terakhir
Lembaga
S2
LAPAN
S1
LAPAN LAPAN
Penggunaan anggaran Termin I (30%): dua bulan gaji dan upah, survei lapangan (satu kali) kaltim-kalsel, lain-lain, bahan habis pakai, gaji narasumber. Termin II (50%): empat bulan gaji dan upah, survei lapangan (satu kali) kalsel-kaltim Termin III (20%): dua bulan gaji dan upah, diskusi ilmiah dan kuliah umum di UGM, lain-lain, gaji narasumber.
35
c. Rancangan dan Perkembangan Pengelolaan Aset Total biaya No.
Tahun I
Jenis Pengeluaran
1
Gaji dan Upah
2
Bahan Habis Pakai
3 4
Total (Rp.) II
151.800.000
151.800.000
4.135.000
4.135.000
Perjalanan Dinas
80.555.100
80.555.100
Lain-lain
13.509.900
13.509.900
TOTAL
250.000.000
d. Kendala – Hambatan Pengelolaan Administrasi Manajerial Pencairan anggaran termin I sangat lama sehingga menghambat kemajuan penelitian dan kegiatan. Sedangkan pada termin II dan III tidak ada permasalahan administrasi.
36
BAB III. METODE PENCAPAIAN TARGET KINERJA
1. Metode-Proses Pencapaian Target Kinerja Perkembangan Pencapaian Target Kinerja hingga pertengahan September 2012: a. Telah melakukan kajian literatur dan diskusi ilmiah. b. Telah melakukan pengumpulan data sekunder/data lapangan. c. Telah bersinergi dengan Pemkab Tabalong, Pemkab Tanah Datar, Pemprov Nusa Tenggara Barat, Pemprov Sumatera Selatan, Kementrian Pekerjaan Umum (Lampung), Pemkab Dharmasraya, Pemkab Ogan Komering Ulu Selatan, Pemkab Tanggamus, Kementerian ESDM. d. Telah melakukan sosialisasi di Bapeda Tabalong. e. Telah melakukan bimbingan teknis (tahap 1) untuk Pemkab Tabalong dan 64 Kabupaten/Kota lainnya. f. Telah melakukan bimbingan teknis (tahap 2) untuk Pemkab Tabalong yang meliputi berbagai dinas seperti Bappeda, Pertambangan, PU, Lingkungan, dan lain-lain. g. Telah melakukan pengembangan cara deteksi struktur geologi dengan metode dip and strike, geomatematik/perataan. h. Telah melakukan pengembangan cara deteksi dan penghitungan mineral karbon dengan metode gravimetrik relatif, geomatematik/perataan, geodesi fisis, profil melintang, cut and fill. i.
Telah melakukan pembuatan Juknis pemanfaatan metode deteksi struktur geologi untuk dimanfaatkan oleh LAPAN, Pemkab Tabalong, Paser, Tanah Datar, NTB, Sumsel, Lampung, dan Pemerintah RI.
j.
Telah melakukan pembuatan Juknis pemanfaatan metode deteksi dan penghitungan mineral karbon untuk dimanfaatkan oleh LAPAN, Pemkab Tabalong, Paser, Tanah Datar, NTB, Sumsel, Lampung, dan Pemerintah RI
k. Pemanfaatan hasil defleksi vertikal dan model gaya berat bumi untuk penentuan batas Indonesia-Malaysia. l.
Telah melakukan pendeteksian struktur dan formasi geologi serta deteksi dan volume bahan tambang (batubara) meliputi: 1. Penyiapan citra SAR (XSAR, SRTM C, ALOS Palsar, Grace, dan altimetri) 37
2. Pembuatan model gaya berat bumi (Grace dan altimetri) 3. Pembuatan defleksi vertikal 4. Pembuatan height model (XSAR, SRTM C, ALOS Palsar) dengan metode integrasi 5. Koreksi bull eye’s dan koreksi undulasi geoid 6. Pendeteksian lempeng tektonik 7. Pembuatan algoritma deteksi struktur geologi 8. Deteksi struktur geologi dengan metode dip and strike 9. Deteksi formasi geologi 10. Deteksi prediksi bahan tambang (batubara) 11. Perhitungan perkiraan volume bahan tambang
a. Kerangka Metode-Proses c. Deteksi struktur geologi: metode dip and strike d. Deteksi tambang: perataan, gravimetrik relatik, deformasi (geodinamika) e. Volume tambang: cut and fill
b. Indikator keberhasilan Perkembangan Pelaksanaan Strategi Pencapaian Target Kinerja: 1. Telah melakukan pembuatan informasi spasial struktur dan formasi geologi 2. Telah melakukan pembuatan informasi spasial lempeng tektonik 3. Telah melakukan pembuatan model gaya berat bumi 4. Telah melakukan pembuatan defleksi vertikal 5. Telah melakukan perkiraan pendeteksian bahan tambang (batubara) 6. Telah melakukan perhitungan volume hasil deteksi bahan tambang (batubara)
c. Perkembangan dan Hasil Pelaksanaan Litbangyasa Kegiatan yang telah dilakukan berupa diskusi, bimbingan teknis, survei lapangan bersama dan pemanfaatan hasil penelitian untuk menunjang kegiatan di instansi terkait.
38
Gambar 14. Diskusi dengan sekretaris Bappeda Kabupaten Tabalong
Gambar 15. Diskusi dengan sekretaris Bappeda Kota Balikpapan
Gambar 16. Survei lapangan dengan staf Bappeda Kabupaten Tabalong
39
Gambar 17. Survei lapangan di kawasan Adaro
Gambar 18. Kawasan pertambangan Adaro
Gambar 19. Survei struktur geologi di Kabupaten Tabalong
40
Gambar 20. Survei struktur geologi di Kabupaten Paser
Gambar 21. Bimbingan teknis 65 Kabupaten/Kota (Kemendagri)
Gambar 22. Bimbingan teknis 65 Kabupaten/Kota (Kemendagri)
41
Gambar 23. Rapat batas darat Indonesia-Malaysia
Gambar 24. Diskusi tentang potensi tambang yang telah diketahui Pemkab Tabalong dan yang diketahui dari kegiatan ini
Gambar 25. Pembukaan bimtek tahap 2 (LAPAN-Kemenristek dan Bappeda Kab. Tabalong)
42
Gambar 26. Foto bersama narasumber dan peserta bimtek penginderaan jauh untuk geologipertambangan
Gambar 27. Survei lapangan bersama (struktur geologi)
Gambar 28. Survei lapangan bersama (deteksi batubara)
43
Pemanfaatan hasil dan validasi model-metode penelitian untuk beberapa instansi terkait
Kegiatan ini lebih difokuskan di Kabupaten Tabalong dan Kabupaten Paser. Sedangkan wilayah lain digunakan juga sebagai wilayah pengujian pemodelan pemanfaatan penginderaan jauh untuk deteksi struktur geologi dan potensi serta volume tambang. Wilayah yang dijadikan pengujian model ini meliputi Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Lampung, Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Tanggamus, dan Provinsi Nusa Tenggara Barat. Berikut ini penjelasan untuk masing-masing instansi terkait. 1. Pemkab Tabalong (Bappeda, Dinas Pertambangan, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pengawasan dan Pengendalian)
Gambar 29. Peta struktur dan formasi geologi Kab. Tabalong
44
Gambar 30. Peta gaya berat bumi dan potensi mineral Kab. Tabalong
2. Pemerintah Indonesia (Kemenhan, Kemendagri, Kemenlu, LAPAN, BIG, TNI, BIN, Dittopad, dll)
Gambar 31. Height model wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia
45
Gambar 32. Gaya berat bumi Indonesia dan Malaysia
Gambar 33. Defleksi vertikal (xi) Indonesia dan Malaysia
Gambar 34. Defleksi vertikal (eta) Indonesia dan Malaysia
46
Gambar 35. Deteksi lempeng tektonik
3. Pemkab Paser (Bappeda)
Gambar 36. Peta struktur dan formasi geologi Kab. Paser
47
Gambar 37. Peta gaya berat bumi dan potensi mineral Kab. Paser
4. Pemkab Tanah Datar (Bappeda dan Dinas PU)
Gambar 38. Peta struktur dan formasi geologi Kab. Tanah Datar
48
Gambar 39. Peta gaya berat bumi dan potensi mineral Kab. Tanah Datar
5. Pemprov NTB (Dinas Pekerjaan Umum), untuk perencanaan dan pemetaan irigasi.
Gambar 40. Peta struktur geologi Prov. NTB
49
Gambar 41. Peta gaya berat bumi dan potensi mineral Prov. NTB
6. Pemprov Sumbar (Bappeda dan Dinas PU)
Gambar 42. Peta struktur dan formasi geologi Prov. Sumbar
50
Gambar 43. Peta gaya berat bumi dan potensi mineral Prov. Sumbar
7. Pemkab Dharmasraya (Dinas Pertambangan)
Gambar 44. Peta struktur dan formasi geologi Kab. Dharmasraya
51
Gambar 45. Peta gaya berat bumi dan potensi mineral Kab. Dharmasraya
8. Pemprov Sumsel (Dinas Lingkungan Hidup)
Gambar 46. Peta struktur geologi Prov. Sumsel
52
Gambar 47. Peta gaya berat bumi dan potensi mineral Prov. Sumsel
9. Pemkab Ogan Komiring Ulu Selatan (Dinas Pekerjaan Umum), untuk perencanaan dan pemetaan jaringan jalan
10. Kementerian PU (Lampung), untuk perencanaan dan pemetaan irigasi
Gambar 48. Peta struktur geologi Prov. Lampung
53
Gambar 49. Peta gaya berat bumi dan potensi mineral Prov. Lampung
11. Pemkab Tanggamus (Dinas Pertambangan)
Gambar 50. Peta geologi Kab. Tanggamus
54
Gambar 51. Peta gaya berat bumi dan potensi mineral Kab. Tanggamus
12. Universitas Gadjah Mada (Teknik Geodesi Geomatika dan Fakultas Geografi) dan Universitas Diponegoro (Teknil Geodesi)
Gambar 52. Peta struktur geologi Prov. Jateng dan DIY
55
Gambar 53. Peta gaya berat bumi dan potensi mineral Prov. Jateng dan DIY
13. Diskusi Ilmiah dengan dosen-dosen Fakultas Teknik dan dosen-dosen Fakultas Geografi UGM
Gambar 54. Diskusi ilmiah dengan dosen-dosen Fakultas Teknik UGM
56
Gambar 55. Diskusi ilmiah dengan dosen-dosen Fakultas Geografi UGM
14. Kuliah Umum di Fakultas Geografi UGM dengan tema pemanfaatan penginderaan
jauh
untuk
geologi
dan
pertambangan,
pemanfaatan
penginderaan jauh untuk eksplorasi panas bumi, klasifikasi tree algorithm berbasis objek, synthetic aperture radar (SAR)
Gambar 56. Kuliah umum di Fakultas Geografi UGM tentang pemanfaatan penginderaan jauh untuk geologi dan pertambangan
57
Gambar 57. Kuliah umum di Fakultas Geografi UGM tentang pemanfaatan penginderaan jauh untuk eksplorasi panas bumi
Gambar 58. Kuliah umum di Fakultas Geografi UGM tentang klasifikasi tree algorithm berbasis objek
58
Gambar 59. Kuliah umum di Fakultas Geografi UGM tentang Synthetic Aperture Radar (SAR)
Gambar 60. Diskusi dengan peserta kuliah umum Fakultas Geografi UGM
15. Kuliah umum di Jurusan Teknik Geodesi dan Geomatika (JTGG) UGM dengan
tema
pemanfaatan
penginderaan
jauh
untuk
geologi
dan
pertambangan.
59
Gambar 61. Kuliah umum di Jurusan Teknik Geodesi dan Geomatika (JTGG) UGM tentang pemanfaatan penginderaan jauh untuk geologi dan pertambangan
Gambar 62. Diskusi dengan peserta kuliah umum di JTGG UGM
2. Potensi Pengembangan Ke Depan a. Kerangka Strategi Pengembangan Ke Depan 1. Pengembangan metode deteksi struktur dan formasi geologi di lingkungan LAPAN dan perguruan tinggi 60
2. Pengembangan metode deteksi lempeng tektonik di lingkungan LAPAN dan perguruan tinggi 3. Pengembangan metode perkiraan deteksi dan volume bahan tambang di lingkungan LAPAN dan perguruan tinggi
b. Strategi Pengembangan Ke Depan Rencana Pengembangan Ke Depan setelah Paket PKPP selesai dilaksanakan: 1. Pemanfaatan metode untuk pendeteksian struktur dan formasi geologi bagi Pemkab/kota selain Tabalong dan Tanah Datar 2. Pemanfaatan metode untuk deteksi lempeng tektonik bagi pihak yang membutuhkan. 3. Pemanfaatan prediksi deteksi dan volume bahan tambang untuk pihak yang membutuhkan.
61
BAB IV. SINERGI PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program a. Telah bersinergi dengan Pemkab Tabalong dan Instansi terkait di Tabalong yang berpotensi memanfaatkan metode deteksi struktur geologi dan pertambangan dari penginderaan jauh. b. Telah bersinergi dengan Pemkab Tanah Datar dan Instansi terkait di Tanah Datar yang berpotensi memanfaatkan metode deteksi struktur geologi dan pertambangan dari penginderaan jauh. c. Telah bersinergi dengan Pemprov NTB dan Instansi terkait di NTB yang berpotensi memanfaatkan metode deteksi struktur geologi dan pertambangan dari penginderaan jauh. d. Telah bersinergi dengan Pemprov Sumsel dan Instansi terkait di Sumsel yang berpotensi memanfaatkan metode deteksi struktur geologi dan pertambangan dari penginderaan jauh. e. Telah bersinergi dengan Pemkab Paser dan Instansi terkait di Paser yang berpotensi memanfaatkan metode deteksi struktur geologi dan pertambangan dari penginderaan jauh. f. Telah bersinergi dengan Kementrian PU (Lampung) dan Instansi terkait di Lampung yang berpotensi memanfaatkan metode deteksi struktur geologi dan pertambangan dari penginderaan jauh. g. Telah bersinergi dengan Pemkab Dharmasraya dan Instansi terkait di Dharmasraya yang berpotensi memanfaatkan metode deteksi struktur geologi dan pertambangan dari penginderaan jauh. h. Telah bersinergi dengan Pemkab Tanggamus dan Instansi terkait di Tanggamus yang berpotensi memanfaatkan metode deteksi struktur geologi dan pertambangan dari penginderaan jauh. i.
Telah bersinergi dengan Pemkab Ogan Komering Ulu Selatan dan Instansi terkait yang berpotensi memanfaatkan metode deteksi struktur geologi dan pertambangan dari penginderaan jauh.
j.
Telah bersinergi dengan Kementrian ESDM.
k. Telah bersinergi dengan perguruan tinggi: UGM, ITB, UNIB, UNDIP
62
l.
Telah bersinergi dengan LAPAN-Kemenhankam-BNPP-BIG-Dittopad-Mabes TNI-Kemendagri-Kemenlu dalam pemanfaatan data defleksi vertikal dan model gaya berat (EGM 2008) untuk penentuan batas Indonesia-Malaysia.
a. Kerangka Sinergi Koordinasi Bentuk Pelaksanaan Koordinasi dengan Kelembagaan-Program Terkait: 1. Pemkab Tabalong: sinergi kegiatan, survei lapangan, bimtek, sosialisasi 2. Pemkab Paser: sinergi kegiatan 3. Pemkab Tanah Datar: sinergi kegiatan 4. Pemprov NTB: sinergi kegiatan 5. Pemprov Sumsel: sinergi kegiatan 6. Kementrian PU (Lampung): sinergi kegiatan 7. Pemkab Dharmasraya: sinergi kegiatan 8. Pemkab Tanggamus: sinergi kegiatan 9. Pemkab Ogan Komering Ulu Selatan: sinergi kegiatan 10. Perguruan tinggi: diskusi ilmiah, kuliah umum 11. Pemerintah Indonesia: diskusi, rapat, sinergi kegiatan
b. Indikator keberhasilan 1. Metode pendeteksian struktur geologi serta deteksi tambang dan prediksi volumenya dimanfaatkan bagi kepentingan berbagai instansi terkait dan berbagai wilayah di Indonesia. 2. Bimbingan teknis tentang deteksi struktur geologi, potensi tambang dan volumenya. 3. juknis deteksi struktur geologi, potensi dan volume tambang telah digunakan diberbagai instansi 4. penggunaan perangkat lunak open source untuk deteksi struktur geologi, potensi, dan volume tambang.
c. Perkembangan Sinergi Koordinasi Perkembangan Koordinasi dengan Kelembagaan - Program Terkait sampai September 2012:
63
a. Pemkab Tabalong: telah melakukan sinergi kegiatan, bimtek tahap 1, bimtek tahap 2, survei lapangan bersama, sosialisasi kegiatan, pemanfaatan hasil penelitian untuk kepentingan pemkab Tabalong berupa informasi spasial struktur dan formasi geologi, deteksi gambut, serta deteksi batubara dan prediksi volume tambang. b. Telah melakukan koordinasi untuk pelaksanaan bimtek tahap 2 dan survei lapangan bersama. c. Pemkab Tanah Datar: telah melakukan sinergi kegiatan, pemanfaatan hasil penelitian untuk kepentingan pemkab Tanah Datar berupa informasi spasial struktur, formasi geologi, dan lempeng tektonik, deteksi batubara. d. Pemprov NTB: telah melakukan sinergi kegiatan, pemanfaatan hasil penelitian untuk kepentingan pemprov NTB berupa informasi spasial struktur, formasi geologi. e. Pemkab Dharmasraya: telah melakukan sinergi kegiatan, pemanfaatan hasil penelitian untuk kepentingan pemkab Dharmasraya berupa informasi spasial struktur, formasi geologi, deteksi batubara. f. Pemkab Paser: telah melakukan sinergi kegiatan, pemanfaatan hasil penelitian untuk kepentingan pemkab Paser berupa informasi spasial struktur, formasi geologi, deteksi gambut, serta deteksi batubara dan prediksi volume tambang. g. Pemkab Tanggamus: telah melakukan sinergi kegiatan, pemanfaatan hasil penelitian untuk kepentingan pemkab Tanggamus berupa informasi spasial struktur, formasi geologi, deteksi batubara. h. Pemprov Sumsel: telah melakukan sinergi kegiatan, pemanfaatan hasil penelitian untuk kepentingan pemprov Sumsel berupa informasi spasial struktur, formasi geologi, deteksi batubara, dan gambut. i.
Kementrian PU (Lampung): telah melakukan sinergi kegiatan, pemanfaatan hasil penelitian untuk kepentingan Kementrian PU (Lampung) berupa informasi spasial struktur, formasi geologi.
j.
Pemkab Ogan Komering Ulu Selatan: telah melakukan sinergi kegiatan, pemanfaatan hasil penelitian untuk kepentingan pemkab Ogan Komering Ulu Selatan berupa informasi spasial struktur, formasi geologi.
64
k. Perguruan tinggi: telah melakukan diskusi ilmiah. Selain itu juga telah melakukan koordinasi untuk diskusi imiah untuk mendapatkan feedback, telah melakukan kuliah umum bagi mahasiswa di Jurusan Teknik Geodesi dan Geomatika (JTGG) dan Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. l.
Pemerintah Indonesia: telah melakukan sinergi kegiatan, pemanfaatan hasil penelitian berupa model gaya berat bumi dan defleksi vertikal.
2. Pemanfaatan Hasil Litbangyasa a. Kerangka dan Strategi Pemanfaatan Hasil Bentuk Pemanfaatan Hasil Litbangyasa: 1. Informasi spasial lempeng tektonik, struktur dan formasi geologi serta perkiraan deteksi dan volume tambang, juga gaya berat bumi, arah geodinamika, dan defleksi vertikal 2. Bimbingan teknis 3. Sosialisasi 4. Diskusi ilmiah 5. Kuliah umum 6. Publikasi ilmiah a. Poster Ilmiah deteksi geologi dari data X SAR dan ALOS Palsar pada acara seminar ALOS (23 Februari 2012) b. pembuatan EGM2008 secara gravimetrik relatif dari citra Grace dan Altimetri. masih tahap pengajuan di Jurnal Geomatika Bakosurtanal c. Pemodelan Citra Satelit Tunggal 2D menjadi Citra Satelit 3D dengan Metode Depth Cue Perceptive majalah inderaja d. Pendeteksian lempeng tektonik dari data penginderaan jauh seminar geomatika e. Teknik pendeteksian struktur geologi, prediksi batubara dan volume dengan data optik dan SAR majalah inderaja
b. Indikator Keberhasilan Pemanfaatan 1. Metode pendeteksian struktur geologi serta deteksi tambang dan prediksi volumenya dimanfaatkan bagi kepentingan berbagai instansi terkait dan berbagai wilayah di Indonesia. 65
2. Bimbingan teknis tentang deteksi struktur geologi, potensi tambang dan volumenya. 3. Juknis deteksi struktur geologi, potensi dan volume tambang telah digunakan diberbagai instansi 4. Penggunaan perangkat lunak open source untuk deteksi struktur geologi, potensi, dan volume tambang.
c. Perkembangan Strategi Pemanfaatan Hasil Litbangyasa 1. Informasi spasial stuktur dan formasi geologi telah dimanfaatkan oleh pemkab Tabalong, Tanah Datar, dan LAPAN 2. Informasi spasial lempeng tektonik telah dimanfaatkan oleh pemkab Tanah Datar dan LAPAN 3. Bimbingan teknis tahap 1 telah dilakukan untuk pemkab Tabalong dan 64 Kabupaten/Kota
lainnya.
Materi
bimbingan
teknis
adalah
tentang
penginderaan jauh dan pemaanfaatannya untuk geologi dan tambang. 4. Sosialisasi kegiatan telah dilakukan kepada pemkab Tabalong 5. Telah melakukan pembuatan informasi spasial struktur dan formasi geologi 6. Telah melakukan pembuatan informasi spasial lempeng tektonil 7. Telah melakukan pembuatan model gaya berat bumi 8. Telah melakukan pembuatan defleksi vertikal 9. Telah melakukan perkiraan pendeteksian bahan tambang (batubara) 10. Telah melakukan perhitungan volume hasil deteksi bahan tambang (batubara) 11. Informasi spasial gaya berat bumi dan defleksi vertikal telah dimanfaatkan pemerintah Indonesia untuk penentuan batas Indonesia-Malaysia 12. Diskusi ilmiah dan kuliah umum di Jurusan Teknik Geodesi dan Geomatika (JTGG) dan Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM).
66
BAB V. PENUTUP
1. Kesimpulan a. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan dan Anggaran Anggaran termin I digunakan untuk gaji dan upah (2 bulan), 1 kali survei lapangan, bahan habis pakai. Sedangkan anggaran termin II digunakan untuk gaji dan upah (3 bulan), 1 kali bimbingan teknis dan survei lapangan, 1 kali kuliah umum. b. Metode Pencapaian Target Kinerja Secara keseluruhan, target kinerja sudah sekitar 95%. Kegiatan ini awalnya hanya untuk melakukan sinergitas dengan Pemkab Tabalong dan Pemkab Paser, namun pada waktu kegiatan berlangsung, metode-metode tersebut juga dimanfaatkan oleh pemerintah Indonesia, Pemkab Tanah Datar, Pemkab Dharmasraya, Pemprov NTB, Pemprov Sumsel, Kementerian PU (Lampung), Pemkab Tanggamus, Pemkab Ogan Komering Ulu Selatan c. Potensi Pengembangan Ke Depan Metode pendeteksian struktur geologi, deteksi tambang (batubara dan karbon lainnya) beserta prediksi volumenya dari data penginderaan jauh bisa dimanfaatkan oleh kementerian ESDM, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, instansi pusat lainnya, perguruan tinggi, BUMN, swasta nasional, dan swasta asing. d. Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program Sinergi berupa pembuatan informasi spasial struktur dan formasi geologi, pendeteksian tambang dan prediksi volumenya, bimbingan teknis, sosialisasi, kuliah umum, dan diskusi ilmiah serta survei lapangan bersama. e. Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa i.
Informasi spasial lempeng tektonik, struktur dan formasi geologi serta perkiraan deteksi dan volume tambang, juga gaya berat bumi, arah geodinamika, dan defleksi vertikal.
ii.
Bimbingan teknis
iii. Sosialisasi iv. Diskusi ilmiah v.
Kuliah umum 67
vi. Publikasi ilmiah 2. Saran a. Keberlanjutan Pemanfaatan Hasil Kegiatan Kegiatan ini diharapkan berlanjut pada tahun depan. Pemkab Tanah Datar, Pemkab Tabalong, Pemprov NTB, Pemprov Sumsel, Pemkab Ogan Komering Ulu Selatan, dan beberapa instansi lainnya menginginkan agar kegiatan ini bisa dilanjutkan tahun depan dan seterusnya. Kegiatan ini bermanfaat untuk berbagai kepentingan seperti deteksi struktur geologi, deteksi tambang, prediksi volume tambang, pergerakan lempeng, deformasi vertikal, mitigasi bencana, pemetaan gambut, arah geodinamika, perencanaan dan pemetaan irigasi, perencanaan dan pemetaan jalan, dan berbagai potensi lainnya.
b. Keberlanjutan Dukungan Program Ristek Kegiatan PKPP ini diharapkan bisa dilanjutkan pada tahun berikutnya karena banyak perintah daerah (provinsi, kabupaten, kota), bahkan instansi pusat yang memerlukan berbagai metode dari kegiatan ini untuk mendukung kegiatan internalnya. Selain itu, juga ada beberapa pihak yang siap bersinergi dalam pemanfaatan hasil penelitian ini.
68
LAMPIRAN
69
Petunjuk Teknis Pendeteksian Struktur Geologi, Perhitungan Luas, Volume, dan Tampilan Model 3D dengan Perangkat Lunak MicroDEM Atriyon Julzarika, Siti Hawariyyah, Wiji, Susanto, Ita Carolita, Heru Noviar, Ahmad Sutanto E-Mail:
[email protected] 1. Buka perangkat lunak MicroDEM sampai menghasilkan tampilan seperti gambar berikut.
2. Buka data height model melalui menu FileOpenOpen DEM
3. Pilih data height model yang akan dibuka. Usahakan format height model berbentuk GeoTiff karena merupakan format data universal dan open.
4. Kemudian tampil height model dengan kelas tinggi tertentu. 70
5. Lakukan pengecekan kesalahan bull eye’s terhadap height model. Bull eye’s adalah kesalahan nilai tinggi yang terjadi terhadap 8 piksel sekitar yang berupa pits dan spires atau fill dan sink. Usahakan nilai kesalahan tersebut mendekati 0 atau minimal sebesar 3σ.
6. Tentukan batas radius pengecekan terhadap pits dan spires, missal dalam jarak 100 m.
7. Kemudian akan tampil hasil pengecekan pits dan spires. 71
8. Setelah itu dilakukan pendeteksian struktur geologi dengan metode dip and strike. Pilih menu OverlayGeologyStructural Geology Computations
9. Pendeteksian struktur geologi dengan metode dip and strike ini bisa dilakukan dengan pendekatan three point, plane contact, strike from map, retrace, parallel contact.
10. Pada penentuan dengan three point, dapat dilakukan dengan cara penentuan tiga titik lokasi terdapatnya struktur geologi. Kemudian akan diperoleh kondisi struktur geologi berdasarkan tiga titik tersebut.
11. Hasil yang diperoleh berupa nilai strike, bearing dip, koordinat tiga titik. 72
12. Selain dengan metode dip and strike jenis three point, bisa juga dilakukan dengan jenis plane contact.
13. Hasil yang diperoleh berupa nilai strike, bearing dip, koordinat tiga titik.
14. Selain dengan metode dip and strike jenis three point dan plane contact, bisa juga dilakukan dengan jenis strike from map. Metode ini dilakukan dengan pembuatan struktur geologi secara manual.
73
15. Selain dengan metode dip and strike jenis three point, plane contact, dan strike from map bisa juga dilakukan dengan jenis Retrace.
16. Selain dengan metode dip and strike jenis three point, plane contact, strike from map, dan retrace bisa juga dilakukan dengan jenis parallel contact.
17. Selain pendeteksian struktur geologi, juga bisa dilakukan perhitungan luas area. Cara yang dilakukan adalah dengan digitasi area kajian.
74
18. Penentuan volume dengan metode cut and fill. Cara yang dilakukan adalah dengan menentukan basis level elevasi.
19. Penentuan terrain blowup atau vektor arah kemiringan bisa ditentukan dengan memilih menu terrain blowup.
20. Pembuatan model 3D dapat dilakukan dengan memilih menu anaglyph.
75