KODE JUDUL : N.50
LAPORAN AKHIR INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA
PENERAPAN TEKNOLOGI PITA VOLUME POHON BERDIRI DALAM PEMANFAATAN KALIWO DI KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
KEMENTERIAN KEHUTANAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN
1. 2. 3. 4.
PENELITI: S. AGUNG SRI RAHARJO HERY KURNIAWAN EKO PUJIONO AZIZ UMRONI
INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA
KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI 2012
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kabupaten Sumba Barat Daya merupakan salah satu kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Sumba Barat. Membentang antara 900 18’ – 1000 20’ Lintang Selatan (LS) dan 11800 55’ – 12000 23’ Bujur Timur (BT). Luas wilayah daratan mencapai 1.445,32 kilometer persegi dengan populasi sebanyak 255.961 jiwa.
Batas wilayah Kabupaten ini yakni
sebelah utara berbatasan dengan Selat Sumba, sebelah selatan adalah Samudera Indonesia, sebelah barat berbatasan dengan Samudera Indonesia dan sebelah timur berbatasan dengan wilayah Kabupaten Sumba Barat. Secara administrasi berdasarkan data statistik tahun 2007 terbagi atas 8 kecamatan, 94 desa, 2 kelurahan. Sebagai daerah baru kegiatan
pemerintahan
masih
didominasi
penyediaan
infrastruktur
pemerintahan, sehingga aktifitas pembangunan masyarakat masih belum optimal.
Di Kabupaten Sumba Barat Daya berkembang pengelolaan lahan secara agroforestri, masyarakat setempat menyebutnya Kaliwo. Masyarakat memanfaatkan ruang tumbuh secara optimal, kombinasi tanaman yang beragam mampu
memaksimalkan ruang tumbuh vertikal maupun
horisontal. Pada ruang tumbuh vertikal, strata tajuk atas terdapat jenisjenis tanaman kehutanan seperti Mahoni (Switenia macrophyla), Kemiri (Eleurites mollucana), Jati Putih (Gmelina arborea), Jati (Tectona grandis) sedangkan pada strata tajuk menengah terdapat tanaman Pinang (Areca Catechu), Kopi (Coffea sp), Coklat (Theobroma cacao) dan pada strata tajuk terbawah terdapat tanaman Nanas (Ananas bracteatus) dan Umbiumbian.
Pemanfaatan komoditas dari Kaliwo selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan subsisten juga untuk dijual ke pasar. Komoditi yang lazim dijual adalah kemiri, kopi, kakao dan pinang. Selain komoditas pertanian komoditi kehutanan juga dimanfaat langsung oleh masyarakat terutama kayu bakar. Sedangkan kayu pertukangan yang didominasi jenis Mahoni dijual dan memiliki pasar yang sangat tinggi.
Kayu bakar yang menjadi kebutuhan sebagian besar masyarakat miskin sebenarnya merupakan peluang bagi masyarakat yang memiliki Kaliwo untuk mendapatkan income tambahan dengan menjual kayu bakar. Menurut Sumardjani dan Waluyo (2009) konsumsi kayu bakar meningkat berbanding lurus dengan kesejahteraan masyarakat. Masyarakat miskin menggantungkan kebutuhan energinya pada ketersediaan sumber energi yang ada di lingkungannya terutama kayu bakar. Kebutuhan kayu bakar masyarakat adalah 2,54 m3.jiwa/tahun. Jumlah masyarakat miskin di NTT mencapai 623.071 jiwa, maka jumlah kebutuhan kayu bakar untuk masyarakat di NTT mencapai 1.582.600,34 m3/tahun. Hal ini merupakan peluang pasar bagi petani Kaliwo.
Penjualan kayu pertukangan khususnya jenis Mahoni mampu memberikan tambahan penghasilan bagi masyarakat namun seringkali kemampuan tawar masyarakat lemah karena ketidaktepatan dalam melakukan estimasi volume kayu yang akan dijual. Kelemahan ini dimanfaatkan oleh pedagang kayu untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Optimalisasi pemanfaatan komoditi kehutanan menjadi sangat penting untuk menunjang peningkatan pendapatan petani Kaliwo, hal ini dapat dilakukan dengan memberikan input teknologi yang tepat sehingga dapat meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memanfaatkan komoditas dari Kaliwo nya. Oleh karena itu diperlukan pengkajian terhadap beberapa aspek dalam pemanfaatan komoditas kehutanan yang dihasilkan dari Kaliwo.
B. Pokok Permasalahan Kemampuan masyarakat untuk melakukan pemanfaatan SDA yang efektif dan
efisien
dapat
meningkatkan
kesejahteraannya.
Peningkatan
kesejahteraan masyarakat akan meningkatkan konsumsi yang mendorong bergeraknya sistem ekonomi di daerah. Salah satu SDA yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat Sumba Barat Daya adalah Kayu.
Peningkatan
kemampuan
masyarakat
dalam
eksploitasi
menjadi
permasalahan tersendiri, masyarakat tidak dapat secara pasti mengetahui volume kayu yang akan mereka tebang sehingga lemah dalam bernegosiasi dengan pedagang kayu. Diperlukan sebuah alat sederhana yang dapat digunakan oleh masyarakat dalam melakukan penaksiran volume kayu berdiri sehingga kemampuan tawar masyarakat meningkat.
C. Maksud dan Tujuan Kegiatan Tujuan kegiatan ini adalah untuk menerapkan teknologi pita volume pohon berdiri untuk jenis mahoni di hutan rakyat di Kabupaten Sumba Barat Daya. Sasaran penelitian adalah mengetahui potensi kayu dalam hutan rakyat sebagai sumber pendapatan masyarakat dan membuat pita ukur volume kayu untuk memperkuat posisi tawar masyarakat dalam penjualan kayu
D. Metodologi Pelaksanaan
1. Lokus Kegiatan Lokasi penelitian di Desa Malimada dan Desa Populo Kecamatan Wewewa Utara Kabupaten Sumba Barat.
2. Fokus Kegiatan Kegiatan difokuskan pada penyusunan pita volume pohon berdiri jenis Mahoni dan pengukuran potensi hutan rakyat Mahoni di Desa Malimada.
3. Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian ini meliputi penyusunan pita volume pohon berdiri dan potensi kayu mahoni di Desa Malimada
4. Bentuk Kegiatan Kegiatan dalam penelitian ini berupa survey, wawancara, pengukuran potensi (tinggi, keliling dan jumlah mahoni), penyusunan pita volume pohon berdiri.
BAB II PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan A.1. Perkembangan Kegiatan Kegiatan penelitian sampai dengan bulan September 2012 adalah pengambilan data primer berupa pegukuran tinggi dan keliling pohon berdiri, pengukuran volume pohon (komersiil dan total) dan penyusunan pita volume pohon berdiri jenis Mahoni. Hasil perkembangan kegiatan dalat dilihat pada Lampiran 1. A.2. Kendala dan Hambatan Pelaksanaan Kegiatan Kendala yang dihadapi dalam penelitian ini adalah pencairan anggaran yang tidak sesuai dengan rencana kegiatan yang telah dilaksanakan. Sedangkan
hambatan
teknis
dalam
pengumpulan
primer
adalah
perubahan kesepakatan dengan masyarakat. Pada awalnya masyarakat Desa Malimada telah sepakat untuk menebang pohon sample sebanyak 18 pohon namun akhirnya hanya 2 batang pohon yang diijinkan untuk ditebang. Hal ini dikarenakan sebagian pohon yang mereka rencanakan untuk ditebang sudah ditebang sebelum peneliti datang, beberapa masyarakat mengubah rencananya untuk menebang pohon karena rencana pembangunan rumah mereka diundur. Untuk mengatasi hal tersebut sebagian pohon sample untuk penebangan dicarikan di Desa Populo. Namun di Desa Populo tidak ditemukan ukuran pohon sample sesuai kebutuhan (ukuran kelas keliling) sehingga hanya 5 pohon sample saja yang ditebang di Desa Populo. B. Pengelolaan Administrasi Manajerial B.1. Perencanaan Anggaran Anggaran yang digunakan dalam penelitian ini sebesar Rp 200.000.-. Porsentase rencana penggunaan anggaran adalah sebagai berikut honor
sebesar 60 %, bahan dan peralatan sebesar 5 %, perjalanan dinas sebesar 34,55 % dan lain-lain sebesar 0,45 %. Rencana anggaran tersebut telah disesuaikan dengan Panduan Penyusunan Proposal PKPP tahun 2012.
Kegiatan penelitian akan dilaksanakan sesuai dengan termin pencairan anggaran dari Kemenristek. Sampai dengan bulan Mei 2012 telah dicairkan sebesar 30 % atau sebesar Rp. 60.000.000,-. Anggaran ini telah digunakan untuk persiapan dan survey awal penelitian. Pada pencairan anggaran Termin II sebesar 50 % atau sejumlah Rp 100.000.000,- akan dimanfaatkan untuk pengumpulan data primer, pengolahan data, dan pencetakan pita volume pohon berdiri, honor peneliti dan tenaga pembantu di lapangan. Pencairan anggaran Termin III sebesar 20 % atau sejumlah Rp 40.000.000,- akan digunakan untuk kegiatan penyusunan laporan, sosialisasi hasil penelitian dan honor peneliti B.2. Mekanisme Pengelolaan Anggaran Mekanisme pengelolaan anggaran mengikuti peraturan yang berlaku di Balai Penelitian Kehutanan Kupang. Secara manajerial pelaksanaan penelitian di bawah pengawasan dari Pejabat Pelaksana Teknis. Pejabat Pelaksana Teknis secara struktural merupakan pimpinan Balai Penelitian Kehutanan Kupang. Selain itu juga dibantu oleh satu orang bendahara dan satu orang sekertaria. Pejabat Pelaksana Teknis, Sekertaris dan Bendahara kegiatan ditetapkan berdasar SK Kepala Balai Penelitian Kehutanan Kupang No 06/Kpts/VIII/BPKK/2012
Dalam perkembangannya SK ini mengalami perubahan yaitu Surat Keputusan No 08/Kpts/VIII/BPKK/2012 perubahan anggota tim peneliti dan SK No 09/Kpts/VIII/BPKK/2012 perubahan sekertaris kegiatan. Hal ini dikarenakan anggota tim dan sekertaris terdahulu melaksanakan Tuga Belajar mulai bulan Agustus 2012.
B.3. Rancangan dan Perkembangan Pengelolaan Aset Aset yang dihasilkan dari penelitian ini berupa Pita Volume Pohon berdiri yang akan dihibahkan kepada masyarakat di Desa Malimada dan Desa Populo,
Kecamatan Wewewa Utara, Kabupaten Sumba Barat Daya,
Dinas Kehutanan Kabupaten Sumba Barat Daya, Dinas Kehutanan Kabupaten Sumba Barat dan Balai Penelitian Kehutanan Kupang. Sampai dengan bulan September 2012 aset yang telah dihasilkan dari penelitian ini adalah informasi dan prototype pita volume pohon berdiri jenis mahoni.
Direncanakan pita volume pohon berdiri akan selesai di cetak pada akhir bulan September sehingga pada bulan Oktober sudah bisa diserahkan kepada pengguna (Dinas Kehutanan dan masyarakat).
B.4. Kendala dan Hambatan Pengelolaan Administrasi Manajerial Kendala yang dihadapi dalam pengelolaan administrasi manajerial antara lain adalah keterbatasan waktu. Hal ini dikarenakan pencairan anggaran yang tidak sesuai dengan rencana, disisi lain kegiatan membutuhkan biaya operasional yang besar mengingat lokasi penelitian yang jauh dan memerlukan banyak bahan serta tenaga kerja.
BAB III METODE PENCAPAIAN TARGET KINERJA
A. Metode Pencapaian Target Kinerja A. 1. Kerangka-Rancangan Metode Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Tabel Volume Kayu Pertukangan Jenis Mahoni , (2) Pembuatan Pita Ukur Kayu Mahoni., (3) potensi kayu dalam sistem kaliwo. Metode untuk mengetahui hal tersebut adalah sebagai berikut A.1.a. Pengukuran Tabel Volume Mahoni A.1.a.1. Pemilihan Sample Penelitian Penelitian pembuatan pita volume pohon ini menggunakan pohon mahoni (Sweitenia macrophylla) pada hutan rakyat di Kab. Sumba Barat Daya sebanyak 50 pohon. Sedangkan penyusunan pita volume pohon menggunakan bahan berupa frontlite. A.1.a.2. Pengumpulan Data Penyusunan Tabel Volume Lokal Pohon sampel diambil sebanyak 50 pohon yang ditentukan secara purposive sesuai dengan kriteria pohon sampel. Dimensi pohon yang diukur adalah diameter setinggi dada (1,3 m dari permukaan tanah) dan tinggi total pohon. Selanjutnya pohon ditebang dan dibagi ke dalam seksi-seksi sepanjang 1 - 2 meter sampai batas diameter ujung 10 cm. Dimensi batang yang diukur adalah diameter seksi batang serta panjang tunggak. A.1.a.3. Analisis Data A.1.a.3.a. Penentuan volume pohon contoh Volume setiap pohon contoh diperoleh dengan menjumlahkan volume dari seksi batang yang membentuknya. Volume pohon setiap seksi dihitung dengan menggunakan rumus Smalian (Simon, 1996 ):
Vs i
Gpi Gu i Li ………………………………………………… 2
Vj Vs i ………………………………………………………… Keterangan: 3
Vs = volume seksi batang ke-i (m ) i
(1) (2)
2
Gp = luas bidang dasar bagian pangkal batang ke-i (m ) i
2
Gu = luas bidang dasar bagian ujung batang ke-i (m ) i
L
i
= panjang seksi batang ke-i (m) 3
Vj = volume pohon ke-j (m ) A.1.a.3.b. Model pendugaan volume pohon Penyusunan tabel volume pohon melalui pendugaan volume batang pohon sampai batas diameter ujung 10 cm. Untuk menyusun tabel volume tersebut, digunakan model/persamaan regresi berikut: b
…………………………………………………………
(3)
V = aD T …………………………………………………………
(4)
V = a + bD ......................................................................................
(5)
V = a + bD + cT …………………………………………………..
(6)
V = aD b c
Keterangan: 3
V = volume batang pohon sampai batas diameter ujung 10 cm (m ) D = diameter setinggi dada (cm) T = tinggi total pohon (m) a,b,c = konstanta/parameter Pendugaan parameter model menggunakan metode Jumlah Kuadrat Terkecil (Least Square Method), yakni dengan meminimalkan kuadrat simpangan data pengamatan terhadap model. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program computer SPSS. Tabel volume yang akan dihasilkan dari penelitian ini adalah tabel volume pohon sampai batas diameter ujung 10 cm.
Analisis regresi dilakukan terhadap seluruh model yang dicobakan, selanjutnya dilakukan pemilihan model terbaik dengan kriteria yang memperhatikan aspek statistika dan aspek kepraktisan penggunaan model (Ahmad, 2007). Kriteria dalam pemilihan model regresi adalah: 1. Ketelitian model, dilihat dari besarnya Koefisien Determinasi (R2) yang menunjukkan persentase besarnya variasi peubah volume pohon yang dapat diterangkan oleh peubah diameter dan atau tinggi pohon. 2. Kesederhanaan model, yang ditunjukkan oleh jumlah peubah penduga yang disertakan. 3. Kepraktisan, yakni tingkat kemudahan dan pengorbanan dalam penerapan model, khususnya untuk mengukur peubah penduganya.
A.1.b. Inventarisasi Potensi Kayu dalam Sistem Kaliwo Sistem pola tanam model Kaliwo memiliki beberapa ciri khas berupa; (1). Lokasi yang terintegrasi dengan pemukiman, sehingga mirip dengan pekarangan rumah yang diperluas (2).
Unit pengelolaan dipisahkan atas kepemilikan lahan. (3).
Digunakan untuk produksi, konservasi dan fungsi kultural, (4) Diterapkannya zonasi; pemukiman, kebun, dan zona inti Kaliwo, (5). Pada zona inti Kaliwo diusahakan pola tanam campuran antara kayu keras dengan HHBK.
Penerapan metode inventarisasi untuk pola tanam yang demikian, dapat dilakukan dengan purposive sampling, terkait dengan penempatan petak ukur serta kebutuhan data yang akan di Inventarisasi. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif melalui survey lapangan secara langsung. Sampling ditentukan secara purposive berdasarkan kepentingan yang terkait dengan habitat dan sebaran Kaliwo yang terdapat di lahan masyarakat di Kabupaten Sumba Barat. Petak ukur utama ditempatkan secara sengaja pada lokasi Kaliwo. Petak ukur yang dibuat adalah sebagai berikut : - Semai (seedlings (Sd)) dengan ukuran petak 2 x 2 m - Sapihan (saplings (Sp)) dengan ukuran petak 5 x 5 m - Tiang (poles (P)) dengan ukuran petak 10 x 10 m - Pohon (trees (T)) dengan ukuran petak 20 x 20 m
T
20m
20 m P 10 m
5m Sp Sd 2m
Gambar 1. Petak ukur untuk pengambilan data di lapangan
Pada setiap lokasi Kaliwo di lahan masyarakat dimana ditemukan kayu pertukangan (sapihan, tiang dan pohon) akan dilakukan sampling pada lokasi target,
dan
untuk pengambilan
data
potensi
permudaan,
biofisik
dan
pertumbuhan dibuat petak ukur seperti gambar di atas dengan intensitas sampling minimal 5%. Sedangkan bentuk petak ukurnya adalah fleksibel mengikuti bentuk lahan yang ada tidak harus sama dengan gambar di atas.
A.2. Indikator Keberhasilan Pencapaian Berdasarkan metode penelitian diatas maka indicator keberhasilan pencapaian adalah : A.2.a. Pengukuran Tabel Volume Mahoni
Indikator
keberhasilan
pengukuran
Tabel
Volume
Mahoni
adalah
tersedianya data dan informasi dimensi pohon berdiri maupun pohon rebah, ditemukannya persamaan model pendugaan volume pohon Mahoni dan terwujudkannya pita volume pohon berdiri untuk jenis mahoni. A.2.b. Inventarisasi Potensi Kayu dalam Sistem Kaliwo Indikator keberhasilan inventarisasi potensi kayu dalam sistem kaliwo adalah tersedianya data potensi kayu pada kaliwo di Desa Malimada.
A.3. Perkembangan dan Hasil Pelaksanaan Penelitian Sampai dengan bulan September 2012 penelitian telah mencapai 80 persen. Pencapaian tersebut berupa tersedianya data dan informasi dimensi pohon berdiri maupun pohon rebah, model pendugaan volume pohon mahoni dan pita volume pohon mahoni. Selain itu juga telah diketahui potensi kayu mahoni pada sistem Kaliwo di Desa Malimada, Kecamatan Wewewa Utara, Kabupaten Sumba Barat Daya. Hasil penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1.
B. Potensi Pengembangan Ke Depan B.1. Kerangka Pengembangan Ke Depan Beberapa kerangka pengembangan ke depan adalah menerapkan teknologi pita volume pohon berdiri untuk jenis-jenis tanaman hutan yang potensial di Kabupaten Sumba Barat Daya. Menyusun pita volume pohon berdiri jenis mahoni untuk Kabupaten lain di Provinsi Nusa Tenggara Timur sehingga validitas dan reliabilitas pita volume pohon berdiri jenis mahoni terjamin. B.2. Strategi Pengembangan Ke Depan Strategi
dalam
pembuatan
pita
pengembangan volume
pohon
kedepan
adalah
berdiri
Mahoni.
sosialisasi
hasil
Mengembangkan
kerjasama dan komunikasi dengan pemerintah daerah untuk penyusunan pita volume untuk jenis-jenis prioritas Pemda Kabupaten Kota yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
BAB IV SINERGI PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program A.1. Kerangka Sinergi Koordinasi Sinergi koordinasi kelembagaan-program dilakukan dengan melakukan komunikasi dengan petugas Dinas Kehutanan Kabupaten Sumba Barat Daya, Desa Malimada dan Desa Populo Kecamatan Wewewa Utara Kabupaten Sumba Barat Daya. A.2. Indikator Keberhasilan Sinergi Koordinasi Indikator koordinasi sinergi koordinasi adalah terlaksananya kegiatan penelitian dengan dukungan dari petugas Dinas Kehutanan Kabupaten Sumba Barat Baya, Petugas Desa Malimada dan Desa Populo serta dukungan masyarakat setempat terhadap proses pengumpulan data penelitian. A.3. Perkembangan Sinergi Koordinasi Sampai dengan bulan September 2012 kegiatan pengambilan data telah dilakukan dengan bantuan penuh petugas lapangan dari Dinas Kehutanan Kabupaten Sumba Barat Daya, Masyarakat Desa Malimada dan Desa Populo. B. Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa B.1. Kerangka dan Strategi Pemanfaatan Hasil penelitian berupa pita volume pohon berdiri yang dihasilkan dari penelitian ini akan diserahkan kepada masyarakat dan Dinas Kehutanan Kabupaten Sumba Barat Daya. B.2. Indikator Keberhasilan Pemanfaatan Indikator keberhasilan pemanfaatan hasil penelitian adalah masyarakat dan Dinas Kehutanan Kabupaten Sumba Barat Daya memiliki pita volume pohon berdiri untuk jenis Mahoni. Selain itu masyarakat dan petugas Dinas Kehutanan Kabupaten Sumba Barat Daya mampu menggunakan pita volume pohon berdiri.
B.3. Perkembangan Pemanfaatan Sampai dengan bulan September 2012 belum ada pemanfaatan hasil penelitian karena masih dalam proses analisis dan pencetakkan pita volume pohon berdiri.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan A.1. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan dan Anggaran Tahapan pelaksanaan kegiatan dan anggaran yang telah direncanakan tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Hal ini dikarenakan proses pertanggungjawaban penggunaan anggaran yang tidak serentak di tingkat kementerian. A.2. Metode Pencapaian Target Kinerja Metode pencapaian kinerja berjalan cukup lancar sampai dengan adanya perubahan kesepakatan dengan masyarakat. Hal ini mengakibatkan jumlah sample penelitian tidak sesuai dengan yang direncanakan, khususnya untuk jumlah pohon yang di tebang. A.3. Potensi Pengembangan Ke Depan Pengembangan hasil penelitian kedepan masih terbuka luas karena banyak jenis-jenis potensial di Kabupaten Sumba Barat Daya yang belum memiliki table volume local dan pita volumenya. Pengembangan juda dapat dilakukan dengan menerapkan teknologi pita volume pohon berdiri jenis mahoni di kabupaten lain di Propinsi Nusa Teggara Timur. A.4. Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program Sinergi yang dilakukan dalam penelitian ini salah satunya adalah pembuatan table volume hanya dibatasi pada keliling pohon 90 cm keatas. Hal ini mengingat Pemerintah Daerah Kabupaten Sumba Barat Daya telah menetapkan larangan penebangan mahoni yang diameternya kurang dari 30 cm. A.5. Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa Pemanfaatan hasil litbangyasa dapat mendukung upaya pengelolaan hutan rakyat yang lestari. Dengan pengetahuan masyarakat terhadap potensi mahoni yang mereka miliki maka mayarakat akan lebih sadar untuk mengelola hutan rakyatnya dengan lebih bijak.
B. Saran B.1. Keberlanjutan Pemanfaatan Hasil Kegiatan Pemerintah daerah Kabupaten Sumba Barat Daya dapat menggunakan pita volume pohon berdiri hasil dari penelitian ini untuk melakukan inventarisasi
potensi
hutan
rakyat
dan
melakukan
pengendalian
penebangan sesuai dengan peraturan daerah yang telah ditetapkan. B.2. Keberlanjutan Dukungan Program Ristek Dukungan program ristek dapat dilanjutkan dengan pembuatan pita volume pohon berdiri jenis Mahoni di kabupaten lain di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Selain itu juga dapat dilanjutkan dengan membuat pita volume pohon berdiri jenis lain (Gmelina, Jati) di Kabupaten Sumba Barat Daya.
Lampiran 1. Perkembangan Kegiatan dan Hasil Pelaksanaan Penelitian A. Kondisi Tegakan Mahoni secara Umum Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan yang disajikan dalam Tabel 1 dan 2, diketahui bahwa sebaran tingkat pertumbuhan tegakan mahoni cukup normal, dengan jumlah semai adalah terbanyak, kemudian diikuti oleh jumlah sapihan, tiang dan pohon. Kondisi demikian sejalan dengan fakta di lapangan, bahwa maasyarakat Desa Malimada pada umumnya tidak melakukan pemeliharaan khusus seperti penjarangan. Sehingga kondisi tegakan mahoni yang ada saat ini relatif identik dengan kondisi hutan alam dengan tegakan monokultur. Masyarakat mengandalkan permudaan alami dan hanya mengambil pohon-pohon besar yang laku di pasaran sebagai sumber pendapatan pada waktu-waktu khusus, saat mereka membutuhkan dana cukup besar, atau sekedar memanfaatkan hasil panen tersebut sebagai kayu konstruksi untuk bangunan tempat tinggal. Tabel 1. Rata-rata diameter dan tinggi pada tiap PU No. PU I Semai Sapihan
Rata-rata
No. PU
Diameter
Tinggi
n
-
-
17
II Semai
4.8
5
5
Sapihan
Tiang
13.5
11.4
8
Pohon
39.7
19.4
5
Rata-rata
No. PU
Diameter
Tinggi
-
-
n
III
113
4.1
5.4
15
Tiang
13.4
15.5
8
Pohon
38.0
26.4
7
Semai Sapihan
Rata-rata Diameter
Tinggi
n
-
-
59
4.8
6.1
17
Tiang
12.6
11.3
6
Pohon
48.1
20.5
4
Pada Tabel 2, dapat dilihat bahwa mahoni memang terlihat cukup dominan pada tiap tingkatan pertumbuhannya. Hal yang cukup menarik adalah, pada tingkat pohon rata-rata diameternya adalah cukup besar yakni 42 cm, dengan rata-rata tingginya 22,1 m. Kondisi ini cukup menjanjikan mengingat ukuran pohon yang laku di pasaran, dan sesuai dengan Perda yang ada adalah 30 cm. Kondisi demikian menunjukkan bahwa potensi keberlangsungan ketersediaan stok (sustainability) dapat dicapai pada saat ini. Secara lebih detail dijelaskan pada table perhitungan Indeks Nilai Penting (INP). Potensi permudaan mahoni yang tumbuh di Desa Malimada sangat berlimpah dan menjanjikan untuk dapat melakukan regenerasi dengan baik. Hal ini sejalan pula dengan kebiasaan dan keyakinan masyarakat bahwa permudaan alami mampu tumbuh jauh lebih baik dengan permudaan buatan. Itulah sebabnya mengapa hamper seluruh areal kondisi tegakannya sangat rapat dengan potensi permudaan yang sangat tinggi.
Tabel 2. Rata-rata seluruh PU dan potensi tingkat pertumbuhan per ha Rerata PU
Tingkat Diameter Semai
n/ha
Tinggi
n
-
-
63
1575
4.6
5.5
12.3
308.3
Tiang
13.2
12.7
7.3
183.3
Pohon
42.0
22.1
5.3
133.3
Sapihan
Sementara apabila dibuat suatu perbandingan maka, perbandingan untuk tingkat pertumbuhan semai : sapihan : tiang : pohon adalah sekitar 15 : 3 : 2 : 1. Kondisi demikian dapat diartikan relatif proporsional dan normal, dengan tingkat keberhasilan semai mencapai tingkatan pohon adalah sekitar seperlimabelas atau sekitar 7 %. Sehingga dalam satu hektar areal pertanaman mahoni, setidaknya mampu dihasilkan minimal 110 pohon dengan daur kurang lebih 20-30 tahun, maka dengan kemampuan tanam per keluarga apabila diasumsikan sekitar 1 hektar, maka pertahun tiap keluarga dapat memanen pohon mahoni sebanyak 110 pohon, tergantung luas kepemilikan lahannya. Dapat dimaklumi betapa masyarakat sangat terbantu secara ekonomi dengan keberadaan tegakan cendana yang mana merupakan hasil jerih payah mereka dengan dukungan dan fasilitasi dari Pemerintah setempat, khususnya Dinas Kehutanan dan Pemerintah desa. Lebih jauh lagi hutan ataupun tegakan mahoni yang mampu mencapai tingkat suksesi normal ini memiliki nilai yang sangat tinggi dalam perspektif ekologi dan pelestarian lingkungan, mengingat kondisi lahannya yang sangat curam dan bertebing, sehingga membutuhkan tutupan vegetasi yang mampu bertahan dan relative mudah serta cepat pula pertumbuhannya.
B. Indeks Nilai Penting INP suatu jenis menentukan apakah jenis tersebut mendominasi suatu areal atau kawasan tertentu. Semakin tinggi nilai INP maka, semakin tinggi pula kelimpahan jenis tersebut pada suatu areal tertentu. Tabel 3. Perhitungan analisa vegetasi tingkatSapihan (luas PU : 5x5m=25m2) N o
Jenis
∑ PU berisi jenis i
2
3
1
F
FR
∑ bata ng jenis i
4
5
6
Luas seluru h PU (m2) 7
K
KR
Total Lbds
DR
INP
8
9
11
12
1
Mahoni
3
1.00
60
37
75
0.4933
86.0
0.055
0.00073
70.513
216.559
2
Pulai
1
0.33
20
2
75
0.0267
4.7
0.011
0.00015
14.103
38.754
3
Mangga Hutan
1
0.33
20
4
75
0.0533
9.3
0.012
0.00016
15.385
44.687
1.67
100
0.573
100
0.078
0.00104
100
300
Jumlah
10
D
13
Secara keseluruhan, berdasarkan hasil penghitungan menunjukkan mahoni memiliki INP yang sangat tinggi pada setiap tingkat pertumbuhannya di wilayah Desa Malimada. Untuk tingkat sapihan mahoni memiliki INP 216,559, dibandingkan dengan jenis lainnya yakni Pulai dan Mangga Hutan yang berturut-turut memiliki INP 38,754 dan 44,687. Pada tingkatan tiang mahoni memiliki nilai INP 240, 591, nilai ini semakin tinggi dibandingkan jenis lainnya yakni Lamme (nama lokal) dan nangka yang berturut-turut memiliki INP hanya 28,597 dan 30,812. Tabel 4. Perhitungan analisa vegetasi tingkat Tiang (luas PU : 10x10m=100m2) No
Jenis
∑ PU berisi jenis i
1
2
3
F
4
FR
∑ bata ng jenis i
Luas selur uh PU (m2)
K
KR
Total Lbds
D
DR
5
6
7
8
9
10
11
12
INP
13
1
Mahoni
3
1.00
60
22
300
0.0733
91.7
0.281
0.00094
88.924
240.591
2
Lamme
1
0.33
20
1
300
0.0033
4.2
0.014
0.00005
4.430
28.597
3
Nangka
1
0.33
20
1
300
0.0033
4.2
0.021
0.00007
6.646
30.812
1.67
100
0.080
100
0.316
0.00105
100
300
Jumlah
Sementara pada tingkat pertumbuhan pohon nilai INP untuk mahoni lebih tinggi lagi yakni 241,483. Jenis lainnya yakni Elo (nama lokal) dan Kemiri berturutturut hanya memiliki nilai INP 27,356 dan 31,161. Hasil penghitungan ini semakin memperkuat dugaan awal, bahwa mahoni memang sudah menjadi komoditas utama yang sangat penting bagi masyarakat Desa Malimada dalam memenuhi kebutuhan ekonomi maupun untuk kepentingan lingkungan. Nilai penting mahoni bagi
masyarakat Desa Malimada secara ekonomi perlu didukung dengan peningkatan kemampuan teknis dalam memanfaatkan produk kayu dan turunannya, agar kemanfaatannya dapat dicapai secara maksimal. Tabel 5. Perhitungan analisa vegetasi tingkat Pohon (luas PU : 20x20m=400m2) No
Jenis
∑ PU berisi jenis i
1
2
3
F
4
FR
∑ bata ng jenis i
Luas selur uh PU (m2)
K
KR
Total Lbds
D
DR
5
6
7
8
9
10
11
12
INP
13
1
Mahoni
3
1.00
60
16
1200
0.0133
88.9
2.263
0.00189
92.594
241.483
2
Elo
1
0.33
20
1
1200
0.0008
5.6
0.044
0.00004
1.800
27.356
3
Kemiri
1
0.33
20
1
1200
0.0008
5.6
0.137
0.00011
5.606
31.161
1.67
100
0.015
100
2.444
0.00204
100
300
Jumlah
Namun demikian perlu pula untuk dipahami tentang tingginya INP tanaman mahoni, agar tidak menimbulkan kesalahan dalam penarikan kesimpulan terutama di wilayah lain yang juga memiliki potensi mahoni yang tinggi, namun masyarakat tidak atau kurang bisa memanfaatkannya untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi dengan alas an tertentu. Seperti di kawasan hutan lindung, dan sebagainya. Pada kondisi demikian maka mahoni akan tetap memiliki INP yang tinggi, dikarenakan terdapat peraturan tertentu yang membatasi, atau bisa juga alasan lainnya yang bersifat ilmiah. Sebagaimana diketahui bahwa mahoni memiliki zat alelopati, yang dapat menekan pertumbuhan tanaman lain yang ada di sekitar lokasi tumbuhnya. Itulah sebabnya
mengapa
mahoni
mampu
mendominasi
pada
seluruh
tingkat
pertumbuhan dan mencapai INP yang tinggi. Pada kondisi demikian tingginya INP mahoni harus diartikan secara berbeda pula. C. Analisis Regresi pada Hubungan Antara Diameter dan Tinggi Mahoni Perhitungan dan analisis statistik dilakukan dengan menggunakan bantuan program komputer. Analisis dilakukan dengan mengajukan beberapa model persamaan yang diduga kuat sesuai dengan sebaran data yang diperoleh. Untuk regresi diameter dan tinggi mahoni, dapat diajukan lima persamaan yang diduga kuat sesuai dengan bentuk sebaran data yang ada, yakni persamaan model Linear, Quadratic, Power, Growth dan Exponential.
Tabel 6. Hasil analisis regresi pada Diameter dan Tinggi Std.Error of The Estimate
Parameter Estimates Equation R Square
F
Sig.
Constant
b1
b2
Linear
0.668
126,885
.000
5,501
0,399
4,706
Quadratic
0.850
175,909
.000
0,554
1,170
Power
0.868
414,405
.000
1,907
0,699
0,282
Growth
0.548
76,246
.000
1,662
0,034
0,522
Exponential
0.548
76,246
.000
5,269
0,034
0,522
-0.013
3,188
Variabel bebas : diameter Variabel bergantung : tinggi
Seluruh perhitungan menggunakan satuan sentimeter
(cm) untuk diameter
setinggi dada (dbh), dan meter (m) untuk tinggi pohon. Berdasarkan hasil perhitungan yang disajikan pada Tabel 6, diketahui ada tiga persamaan yang memiliki koefisien determinasi tertinggi yakni Linear, Quadratic dan Power. Ketiga model persamaan ini memiliki koefisien determinasi , dan standart error of estimation (SEE) yang berbeda seperti disajikan dalam Tabel 6. Maka untuk model persamaan Linear dan Quadratic dimana memiliki nilai SEE yang relatif tinggi dapat dikeluarkan. Dengan demikian dapat dipilih satu dari ketiga persamaan yakni model persamaan power, yang memiliki nilai koefisien determinasi paling tinggi yakni 0,868 dan nilai SEE terendah 0,282.
Pada Gambar 1, disajikan sebaran
data,
garis
kecenderungan dan persamaan regresi untuk diameter dan tinggi mahoni. Untuk alasan kepraktisan dalam
penggunaannya,
berdasarkan
inferensi
statistik,
maka dipilih persamaan power sebagai model regresi yang baik Gambar 1. Grafik regresi diameter dan tinggi dengan model persamaan Power
untuk menggambarkan hubungan antara
diameter
dan
tinggi
mahoni. Hasil analisis regresi menunjukkan nilai konstanta sebesar 1,907 dan koefisien slope persamaan adalah 0,699. Dengan demikian bentuk persamaan
regresinya adalah Y = 1,907X0,699. Nilai signifikansi 0,000 menunjukkan bahwa koefisien korelasi yang dihasilkan adalah signifikan secara statistik. Koefisien determinasi yang diperoleh adalah 0,868 ini menunjukkan bahwa sekitar 86,8% varian dari sebaran data dapat dijelaskan oleh persamaan tersebut. Selain kedua indikator di atas yakni koefisien determinasi dan nilai signifikansi, terdapat satu kriteria lagi untuk memilih model regresi terbaik yakni nilai sisaan, atau standart error of estimation. Sebagaimana dikemukakan oleh Walpole (1993), model regresi terbaik dipilih dengan memperhatikan standar kriteria perbandingan model, yaitu : koefisien determinasi (R2), nilai sisaan (s). Terlihat pada Gambar 1, garis persamaan yang dihasilkan sangat mewakili dari sebaran data yang ada. Dengan nilai koefisien determinasi yang tinggi, standart error of estimation yang rendah, serta nilai signifikansi yang jauh lebih kecil dari 0,05, maka model persamaan ini dapat diajukan sebagai persamaan regresi penduga hubungan diameter dan tinggi mahoni yang terdapat di Desa Malimada, Kecamatan Pala, Kabupaten Sumba Barat Daya.
D. Hubungan Keliling dan Volume Total Pohon Mahoni Berdasarkan sebaran data yang ada selanjutnya diajukan lima model persamaan yang diduga memenuhi bentuk persamaannya, yakni Model Linear, Logaritmik, Kuadratik, ,Power function, dan model Pertumbuhan (Growth). Keempat model persamaan ini memiliki koefisien determinasi dan standart error of estimation (SEE) yang berbeda-beda. Berdasarkan hasil perhitungan statistik regresi, model persamaan power memiliki nilai SEE lebih kecil dibandingkan dengan keempat model lainnya, yakni 0,180. Standart error of estimation menerangkan seberapa besar nilai sisaan yang tidak mampu dijelaskan oleh persamaan. Nilai koefisien regresi juga menunjukkan angka cukup tinggi yakni 0,915. Maka untuk model persamaan power dimana memiliki nilai SEE yang lebih kecil dan R2 yang cukup tinggi dapat dipilih untuk mewakili model persamaan terbaiknya. Hasil perhitungan statistik secara keseluruhan ditampilkan dalam Tabel 7 di bawah. Tabel 7. Hasil analisis regresi Keliling dengan Volume Total Model Summary
Std.Error of The Estimate
Persamaan R Square
F
df1
df2
Sig.
Linear
0,894
406,577
1
-
0,00
347306,207
Logaritmik
0,828
230,756
1
-
0,00
443510,725
Kuadratik
0,919
265,624
2
-
0,00
307934,825
Power
0,915
516,410
1
-
0,00
0,180
Growth
0,882
360,492
1
-
0,00
0,212
Variabel bebas : Keliling Variabel tak bebas : Volume Total
Pada gambar 2, disajikan sebaran data, garis kecenderungan dan persamaan regresi antara Keliling dan Volume total. Hasil analisis regresi menunjukkan nilai konstanta sebesar 23,82 dan koefisien slope persamaan adalah 2,202. Dengan demikian bentuk persamaan regresinya adalah Y = 23,82x2,202. Nilai signifikansi 0,000 (< 0,05) menunjukkan bahwa koefisien korelasi yang dihasilkan adalah signifikan secara statistik. Koefisien determinasi yang diperoleh adalah 0,915 ini menunjukkan bahwa sekitar 91% varian dari sebaran data dapat dijelaskan oleh persamaan tersebut. Selain kedua indikator di atas yakni koefisien determinasi dan nilai signifikansi, terdapat satu kriteria lagi untuk memilih model regresi terbaik yakni
nilai sisaan, atau standart error of estimation. Sebagaimana dikemukakan oleh Walpole (1993), model regresi terbaik dipilih dengan memperhatikan standar kriteria perbandingan model, yaitu : koefisien determinasi (R2), nilai sisaan (s). Terlihat pada Gambar 2, garis persamaan yang dihasilkan mewakili dari sebaran data yang ada. Dengan nilai koefisien determinasi yang tinggi, standart x
error
of
estimation
yang
rendah, serta nilai signifikansi yang jauh lebih kecil dari 0,05, maka model persamaan ini dapat diajukan sebagai penduga hubungan Keliling pohon
Gambar 2. Sebaran data dan persamaan yang dihasilkan pada hubungan Keliling dan Volume total
Mahoni dengan volume totalnya.
E. Hubungan Keliling dan Volume Komersil Pohon Mahoni Pada hubungan Keliling dan Volume komersil pohon mahoni, berdasarkan gambaran sebaran data yang diperoleh, dicoba lima model persamaan yakni, Model Linear, Logaritmik, Kuadratik, Power function, dan model Pertumbuhan (Growth). Berdasarkan analisis regresi diperoleh hasil sebagaimana disajikan pada Tabel 8. Diketahui, nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan adalah berbeda-beda. Untuk model power, memiliki nilai koefisien determinasi yang cukup tinggi yakni 0,842 dengan nilai standart error of estimate yang lebih kecil dibandingkan keempat model lainnya yakni 0,232.
Tabel 8. Hasil analisis regresi Keliling dengan Volume Komersil Model Summary
Std.Error of The Estimate
Persamaan R Square
F
df1
df2
Sig.
Linear
0,884
364,233
1
-
0,00
198701,049
Logaritmik
0,815
212,115
1
-
0,00
250143,341
Kuadratik
0,910
237,080
2
-
0,00
176719,996
Power
0,843
257,293
1
-
0,00
0,232
Growth
0,830
234,589
1
-
0,00
0,241
Variabel bebas : Keliling Variabel tak bebas : Volume Komersil
Pada Gambar 3 dapat dilihat persamaan
beserta
garis
yang
dihasilkannya. Sama dengan hubungan keliling dengan volume total, maka untuk hubungan
keliling
dengan
volume
komersil dapat dipilih persamaan model power
yang
digunakan
untuk
penduganya. Nilai koefisien determinasi yang dihasilkan adalah 0,842. Nilai ini tidak setinggi pada hubungan keliling Gambar 3. Sebaran data dan persamaan yang dihasilkan pada hubungan Keliling dan Volume komersil
dan volume total, namun cukup tinggi secara statistik untuk dapat digunakan dalam
pendugaan.
Nilai
signifikansi
sebesar 0,000 menunjukkan bahwa koefisien korelasi yang ada sangatlah signifikan. Garis persamaan yang dihasilkan cukup mewakili dari sebaran datanya. Dengan demikian dapat dipilih persamaan model power y = 38,83x2,001, sebagai persamaan untuk penduga hubungan keliling dengan volume komersil yang dihasilkan dari pohon mahoni. F. Hubungan Volume Total dengan Volume Komersil Selanjutnya, untuk hubungan antara Volume total dengan Volume komersil dapat dilihat pada Tabel 9, terdapat dua persamaan berdasarkan perhitungan
statistik yang memiliki nilai koefisien determinasi tinggi dan SEE yang rendah. Persamaan tersebut diwakili oleh model Linear dan Power function. Tabel 9. Hasil analisis regresi Volume Total dan Komersil Model Summary
Std.Error of The Estimate
Persamaan R Square
F
df1
df2
Sig.
Linear
0,857
287,267
1
-
0,00
220331,254
Power
0,795
185,650
1
-
0,00
0,265
Variabel bebas : Volume Total Variabel tak bebas : Volume Komersil
Meskipun untuk model persamaan quadratic memiliki nilai koefisien regresi yang tinggi, namun standart error of estimation yang dimiliki lebih tinggi daripada ynag dihasilkan oleh persamaan linear. Sedangkan model persamaan growth memiliki nilai standart error of estimation yang lebih rendah, namun nilai koefisien determinasinya jauh lebih kecil. Pada model persamaan linear yang dihasilkan, nilai konstantanya adalah 13314, dan nilai koefisien slope persamaan adalah 0,504. Nilai signifikansi yang jauh lebih kecil dari 0,05 menunjukkan bahwa koefisien korelasi yang dihasilkan adalah sangat signifikan. Garis persamaan yang dihasilkan cukup mewakili sebaran datanya. Dalam
kasus
ini,
pertimbangan kepraktisan serta nilai koefisien determinasi yang tinggi dijadikan dasar dalam pemilihan modelnya. Dengan demikian dapat dipilih model persamaan linear y = 0,504x + 13314, sebagai penduga hubungan Volume komersil dengan Volume totalnya. Pada Gambar 4, terlihat model persamaan linear dan Gambar 4. Sebaran data dan persamaan yang dihasilkan pada hubungan Volume total dengan Volume komersil Mahoni
garis regresi yang dihasilkannya. Garis regresi terlihat cukup mewakili sebaran
datanya
dengan
nilai
koefisien determinasi sebesar 0.856.