LAPORAN AKHIR GELAR TEKNOLOGI PEMELIHARAAN KAMBING PADA LAHAN KERING DI LOMBOK TIMUR
Oleh : Achmad Sauki Nurul HiImiati Achmad Muzani Sri Hastuti Farida Sukmawati M
DEPARTEMEN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN NUSA TENGGARA BARAT 2007
LEMBAR PENGESAHAN 1. Judul kegiatan
: Gelar Teknologi Pemeliharaan Kambing pada Lahan Kering di Lombok Timur
2. Uni tKerja
: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Provinsi Nusa Tenggara Barat
3. Alamat
: Jln. Raya Peninjauan – Narmada
4. Penanggung Jawab a. Nama b. Pangkat/Golongan c. Jabatan
: Ir. Achmad Sauki : Penata Muda/IIIc : Fungsional Penyuluh
5. Lokasi Kegiatan
: Desa Pemongkong, Lombok Timur
6. Status Kegiatan
: Baru
7. Tahun Dimulai
: 2007
8. Tahun
: I
9. Biaya Kegiatan
: Rp. 100.300.000,- (Seratus juta tiga ratus ribu rupiah)
10. Sumber Dana
: Poor Farmer (P4MI) Kabupaten Lombok Timur TA. 2007
Mengetahui : Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB
Penanggung jawab Kegiatan
Dr. Ir. Dwi Prapatomo S, MS NIP. 080 065 973
Ir. Achmad Sauki NIP. 080 078 381
KATA PENGANTAR Puji dan shukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas jjinNya, Laporan Gelar Teknologi Pemeliharaan Kambing pada Lahan Kering di Kabupaten Lombok timar dapat diselesaikan. Berlangsungnya kegiatan gelar ini dengan baik berkat kerjasama dari anggota tim, untuk itu kami ucapkan tarima kasih yang sebesar-besarnya. Terima kasih juga kami sampaikan kepada Bapak Kepala Balai BPTP NTB yang telah mendukung berlansungnya kegiatan ini. Mengingat keterbatasan yang ada tentu laporan ini masih kurang sempurna, untuk itu saran dan perbaikan akan kami terima dengan senang hati. Semoga laporan ini bermanfaat bagi yang memerlukan.
Mataram,
Juni 2007
Dr. Ir. Dwi Praptomo S, MS NIP 080 065 973
i
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ....................................................................................................
i
DAFTAR ISI...................................................................................................................
ii
RINGKASAN .................................................................................................................
1
I. PENDAHULUAN ....................................................................................................
1
1.
Latar Belakang ................................................................................................
1
2.
Dasar Pertimbangan .......................................................................................
2
3.
Tujuan .............................................................................................................
3
4.
Keluaran Yang Diharapkan.............................................................................
3
5.
Perkiraan Manfaat dan Dampak......................................................................
3
II. METODOLOGI........................................................................................................
4
1.
Pendekatan .....................................................................................................
4
2.
Ruang Lingkup Kegiatan ................................................................................
4
3.
Lokasi Petani Koopertaor dan Waktu Pelaksanaan ........................................
5
4.
Teknik Diseminasi ..........................................................................................
6
5.
Data/Variabel yang Dikumpulkan ..................................................................
6
III. HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................................
7
1.
Hasil ................................................................................................................
7
2.
Pembahasan.....................................................................................................
7
IV. KESIMPULAN.........................................................................................................
9
DAFTAR ISI...................................................................................................................
9
ii
RINGKASAN Kegiatan Gelar Teknologi Pemeliharaan Kambing pada Lahan Kering dilakasnakan di Dusun Serumbung, Desa Pemongkong, Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur tahun 2007 pada kelompok tani “Suka Maju”. Anggota kelompok yang terlibat dalam kegiatan ini sebanyak 12 orang terdiri dari: 8 orang laki-laki dan 4 orang perempuan. Masing-masing petani peternak mendapatkan 2 ekor kambing betina. Kegiatan yang dilaksanakan yaitu: pembuatan/rehab kandang berlantai tanah menjadi kandang panggung sebanyak 12 buah, penanaman hijauan makanan ternak (HMT), pembuatan kompos dan pengobatan scabies menggunakan obat tradisional/alternatif.
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Ternak kambing merupakan jenis ternak yang cukup potensial dan lebih cocok dikembangkan di wilayah agro ekosistem lahan kering (Wildan Arif dkk, 2005) antara lain karena sistem pemeliharaannya yang realtif mudah dan murah serta merupakan ternak yang efisien memanfaatkan lahan marginal (Sharma et al., 1992). Selain itu kambing mampu beradaptasi dengan baik terhadap iklim kering serta dapat memanfaatkan berbagai macam tanaman sebagai sumber pakan (Panjaitan et al., 1996). Diantara 239.225 ekor populasi kambing di NTB, 236.998 ekor diantaranya dipelihara di wilayah lahan kering (Bappeda, 2002). Kabupaten Lombok Timur adalah salah satu kabupaten dengan populasi kambing terbanyak di NTB dimana kantungkantung ternak kambing sebagian besar berada di wilayah lahan kering. Secara berurutan populasi kambing terbanyak berada di Kecamatan Keruak, Jerowaru, Sakra, Sambelia dan Pringgabaya (BPS Lombok Timur, 2004). Selain keunggulan-keunggulan tersebut di atas, kambing juga berperan penting dalam menopang ekonomi petani. Kambing umumnya dipelihara sebagai investasi cadangan bila terjadi kegagalan panen dan sebagai tabungan yang akan pertama kali dijual apabila petani membutuhkan uang secara mendesak. Sebuah survei menyebutkan bahwa pemeliharaan kambing dalam setahun rata-rata menyumbang 82% dari pendapatan petani atau sekitar 6,83% per bulan (Sarwono et al., 1993). Gambaran ini menunjukkan potensi pengembangan ternak kambing sebagai penghasil income yang lebih besar. Kegiatan gelar teknologi pengembangn budidaya kambing ini akan dilaksanakan di Kecamatan
Keruak. Kecamatan ini merupakan kantung ternak
1
kambing terbesar di Lombok Timur dengan populasi sekitar 9.500 ekor (BPS Lombok Timur, 2004). Daerah ini termasuk dalam lahan kering iklim kering. Pada musim kemarau hanya pohon legum yang mampu bertahan hidup. Hal ini merupakan potensi untuk pengembangan kambing karena kambing sangat efisien memanfaatkan pakan hijauan yang tersedia. Umumnya kambing masih dipelihara secara tradisional. Kandang biasanya berada di belakang rumah dengan atap rendah dan terkadang menempel dengan rumah pemilik. Lantai kandang umumnya masih dari tanah dengan pagar yang dibuat rapat dari bambu dan semak-semak untuk lasan keamanan. Dengan model seperti ini, kandang menjadi lembab karena kurangnya cahaya yang bisa masuk dan pada saat musim hujan kandang menjadi becek dan kotor oleh kotoran dan sisa pakan. Kondisi ini merupakan faktor predileksi akan munculnya berbagai macam penyakit seperti mencret, busuk teracak, scabies (koreng), sakit mata, cacingan dll. Dengan kegiatan gelar, praktek-praktek pemeliharaan kambing yang kontra produktif seperti tersebut di atas diperbaiki. Disamping petani juga akan dibimbing dalam manajemen beternak kambing yang berorientasi bisnis sehingga petani bisa mengandalkan usaha ternak kambing sebagai salah satu sumber income yang handal.
2. Dasar Pertimbangan Usaha ternak kambing sebenarnya berpotensi untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga, namun masih dilakukan sebagai usaha sampingan. Sistem pemeliharaan kambing yang dipraktekkan oleh kebanyakan peternak adalah sistem pemeliharaan tradisional. Padahal menurut Arif (2005), apabila pemeliharaan kambing skala
rumah
tangga
(1
jantan
:
4
betina)
menerapkan
teknologi
yang
direkomendasikan dan disinergiskan dengan kelembagaan pemasaran, maka selama dua tahun pendapatan petani akan meningkat sebanyak dua juta rupiah. Namun karena kemampuan ekonomi petani lahan kering masih sangat rendah menyebabkan tingkat penggunaan teknologi anjuran relatif kurang. Dengan kegiatan gelar teknologi budidaya kambing ini diharapkan peternak kooperator
bisa
mempraktekkan
teknologi-teknologi
yang
tersedia
untuk
meningkatkan produktifitas serta merasakan langsung manfaatnya. Bila petani kooperator sudah bisa merasakan langsung manfaatnya maka besar kemungkinan
2
petani sekitar akan mengikuti karena petani di desa mempunyi kecenderungan untuk mengikuti segala sesuatu yang mereka anggap menguntungkan serta terbukti dengan praktek di lapangan. Teknologi-teknologi yang akan digelar dalam kegiatan ini (manajeman kandang, pakan, pembuatan kompos dan pengobatan scabies) sangat berpeluang untuk diadopsi oleh peternak. Hal ini berdasar pada kegiatan uji coba sebelumnya di desa lain dengan agroekosistem yang sama dengan lokasi gelar, petani kooperator mempraktekkan dan merasakan sendiri manfaat adopsi teknologi-teknologi anjuran serta sangat antusias untuk menginformasikan petani lain tentang teknologi tersebut (Hilmiati dkk, tidak dipublikasikan).
3. Tujuan Tujuan dari kegiatan gelar ini antara lain : •
Mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya-sumberdaya di desa setempat yang potensial mendukung pengembangan usaha ternak kambing.
•
Mengatasi permasalahan-permasalahan yang sering dihadapi petani dalam pemeliharaan kambing dengan penerapan-penerapan teknologi tepat guna.
•
Mendekatkan teknologi-teknologi pemeliharaan ternak kambing yang baik pada tingkat petani dengan metode gelar sehingga petani langsung terlibat di dalam pelaksanaannya.
•
Perbaikan tatalaksana usaha ternak kambing.
4. Keluaran Yang Diharapkan Hasil ahir yang diharapkan dari kegiatan ini adalah : c. Tersebar dan teradopsinya teknologi - teknolgi pemeliharaan kambing yang tepat guna dan sesuai dengan kondisi petani. d. Model manajemen pemeliharaan kambing yang sehat dan produktif. e. Alternatif pemanfaatan lahan-lahan marginal untuk pakan kambing.
5. Perkiraan Manfaat dan Dampak Perkiraan manfaat yang diharapkan dari kegiatan gelar ini adalah : •
Sebagai percontohan bagi petani dalam manajemen pemeliharaan kambing.
3
•
Teknologi yang akan digelar telah di coba di Desa Sukaraja dan petani merasakan langsung manfaatnya.
•
Diperkirakan teknologi-teknologi tersebut juga akan bermanfaat bagi petani di lokasi gelar mengingat kondisi peternakan kambing yang mirip dengan Desa Sukaraja.
•
Petani dapat belajar langsung untuk menerapkan teknologi baru yang sesuai dengan kebutuhan setempat.
•
Petani dapat mengatasi penyakit scabies yang merupakan penyakit yang secara ekonomis paling merugikan.
•
Diharapkan petani kambing di lingkup desa setempat akan mencontoh manajemen pemeliharaan kambing seperti yang digelar. Dampaknya diharapkan mampu meningkatkan produktivitas peternakan kambing dengan tujuan ahir meningkatkan kesejahteraan petani.
II. METODOLOGI
1. Pendekatan Pendekatan yang akan digunakan adalah pendekatan partisipatif dimana peternak dilibatkan langsung sebagai pelaksana utama kegiatan. Untuk memahami permasalahan yang dihadapi dalam beternak kambing serta teknologi yang memungkinkan untuk diterapkan maka dilakukan survey awal.
2. Ruang Lingkup Kegiatan Kegiatan meliputi : persiapan, koordinasi dengan PPL setempat dan kelompok tani, pemilihan petani kooperator, penerapan teknologi percontohan pada petani terpilih, evaluasi kegiatan, field day, pelaporan. Komponen dalam kegiatan gelar teknologi yang akan dilaksanakan antara lain : a. Perbaikan sanitasi kandang dan manajemen pemeliharaan kambing : 1. kandang panggung menggantikan kandang berlantai tanah. 2. Pembuatan kompos dari kotoran di kandang. 3. Pengumpulan kotoran kambing untuk dibuat kompos 4. Penggunaan scabies menggunakan obat-obatan alternatif
4
Ada beberapa bahan alternatif yang dapat digunakan untuk mengobati scabies pada kambing. Bahan-bahan tersebut antara lain : •
Campuran oli bekas dan belerang 3% (97 ml oli bekas dicampurkan dengan 3 gram serbuk belerang).
•
Campuran vaselin dan belerang 3% (97 gram vaselin dicampurkan dengan 3 gram serbuk belerang).
•
Campuran oli bekas, cuka dan bawang merah (97 ml oli bekas dicampurkan dengan 3 ml cuka dan 5 siung bawang merah).
Cara pengobatan : • Kambing yang menderita scabies dimandikan terlebih dahulu, bagian yang koreng disikat menggunakan sabut kelapa atau sikat halus. • Setelah air bekas mandi kering, oleskan salah satu campuran obat di atas pada bagian yang koreng dua kali sehari yaitu pagi dan sore. • Pemberian obat hendaknya dilakukan rutin sampai kambing sembuh. • Selama pengobatan kambing-kambing jangan dimandikan. • Kesembuhan ditandai dengan mengelupasnya keropeng, kulit yang merah teriritasi karena koreng berubah menjadi coklat dan mulai tumbuh bulu menutupi bagain yang botak karena koreng. b. Pemanfaatan lahan nganggur untuk penanaman HMT (turi, lamtoro, gamal dll). c. Pembuatan kompos dari limbah ternak kambing Cara pembuatan : • Kotoran kambing yang sudah dukumpulkan dicampur merata dengan dekomposer (Stardec) sebanyak 250 gr setiap 100 kg bahan. • Dalam waktu ± 4 minggu kompos sudah jadi dan bisa digunakan untuk pupuk. d. Pendampingan petani dalam penerapan manajemen pemeliharaan dan kesehatan ternak kambing yang baik. e. Pembinaan petani melalui pertemuan-pertemuan kelompok dan kunjungankunjungan.
3. Lokasi Petani Kooperator dan Waktu Pelaksanaan a. Kegiatan gelar pemeliharaan kambing pada lahan kering dilaksanakan di Dusun Serunbung Desa Pemongkong Kecamatan Jerowaru Kabupaten Lombok Timur.
5
b. Petani kooperator yang terlibat dalam gelar ini sebanyak 12 orang petani yang sudah biasa memelihara kambing dan mempunyai lahan untuk penanaman Hijauan Makanan Ternak (HMT). c. Pelaksanaan kegiatan gelar dimulai bulan Januari sampai dengan bulan Desember 2007.
4. Teknik Diseminasi Teknik diseminasi yang akan dilakukan adalah percontohan langsung, pertemuan dan diskusi kelompok tani serta pembinaan petani secara individual. Dalam pelaksanaannya, kegiatan gelar ini akan bekerja sama dengan PPL dan KID setempat. Selain itu akan diadakan field day dimana petani kooperator akan menceritakan sendiri pengalaman mereka dalam menerapkan teknologi kepada para petani lainnya. Sasarannya adalah petani di desa setempat, untuk percontohan kandang akan dilibatkan 12 petani kooperator yang memiliki kambing dan lahan untuk menanam HMT (hijauan makanan ternak).
5. Data/Variabel yang Dikumpulkan •
Data kejadian penyakit sepanjang waktu kegiatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya dan dibandingkan juga dengan petani kontrol (tanpa perbaikan manajemen).
•
Data reproduksi ternak pada tahun kegiatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
•
Data kontribusi crop – livestock system dalam penyediaan pakan bagi ternak termasuk input dan output penerapan system tersebut.
•
Data input dan output usaha ternak pada tahun tersebut. Metode / Analisis : -
Analisa deskriptif
-
Analisa manfaat.
6
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Gelar teknologi pemeliharaan kambing pada lahan kering dilaksanakan di Dusun Serumbung, Desa Pemongkong, Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur dengan melibatkan petani kooperator sebanyak 12 orang terdiri dari: 8 orang laki-laki dan 4 orang perempuan. Dari 24 ekor induk kambing yang dipelihara 17 ekor sudah beranak dengan jumlah anak sebanyak 24 ekor. Rehab/pembuatan kandang panggung menggantikan kandang berlantai tanah sudah dilaksnakan sebanyak 12 buah kandang. Pembuatan kompos belum dilaksankan, baru tahap mengumpulkan kotoran karena jumlah kotoran sedikit disebabkan kambing siang harinya digembalakan. Pengobatan scabies dengan menggunakan campuran oli bekas dan serbuk belerang sudah dilaksanakan pada 5 ekor kambing dengan tingkat kesembuhan >70%. Hijauan makanan ternak (HMT) berupa pohon gamal dan turi yang sudah ditanam tidak bisa hidup karena terjadi kekeringan yang berkepanjangan. Pertemuan kelompok dilaksanakan sebulan sekali.
2. Pembahasan Kegiatan gelar teknologi pemeliharaan kambing pada lahan kering dilaksanakan pada kelompok tani ternak ”Suka Maju” Dusun Serumbung, Desa Pemongkong, Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur dengan melibatkan 12 orang kooperator yang terdiri dari 8 orang laki-laki dan 4 orang perempuan. Masing-masing orang anggota mendapatkan 2 ekor kambing betina dang jumlah 24 ekor dan 1 ekor pejantan. Dari 24 ekor betina sudah beranak sebanyak 17 ekor dengan jumlah anak 20 ekor dengan rincian sebagai berikut:
7
Tabel 1.
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Perkembangan Ternak Kambing pada Kelompok ”Suka Maju” Dusun Serumbung, Desa Pemongkong, Kec. Jerowaru, Kab. Lombok Timur. Nama Petani
Delah Munalih Iq. Mahli Iq. Seman Iq. Mahyuni Iq. Genuh Aq. Nasrudin Aq. Rika Aq. Muhaidi Aq. Romi Aq. Iskandar Aq. Sadli Jumlah
Terima (ekor) Pejantan Betina 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 24
Anak (ekor) 3 2 4 2 1 1 1 1 1 2 1 1 20
Jumlah (ekor) 5 5 6 4 3 3 3 3 3 4 3 3 45
Keterangan
Pembuatan/rehap kandang berlantai tanah menjadi kandang panggung sebanyak 12 kandang12 buah kandang yang sebelumnya direhab kadang becek/kotor sehingga kambing yang diperlihara sering terkena penyakit dan dan setelah direhab, kandan menjadi bersih dan ternak tidak terserang penyakit juga kotoran dan bekas/sisa pakan mudah dibersihkan. Pembuatan kompos belum bisa dilaksanakan, baru tahap pengumpulan kotoran karena jumlah kotoran sedikit disebabkan kambing-kabing siang harinya digembalakan sehingga kotorannya sulit untuk dikumpulkan. Pengobatan scabies dilaksanakan pada 5 ekor kambing yang terserang scabies dengan menggunakan obat alternatif yaitu: 1. campuran oli bekas, cuka dan bawang merah (97ml oli bekas dicampurkan dengan 3 ml cuka dan 5 siung bawang merah); 2. campuran vaselin dan belerang 3% (97 gr vaselin dicampur dengan 3 gr serbuk belerang). Petani yang kesulitan mendapatkan vaselin dan belerang, maka penggunaan campuran ole + bawang merah + cuka merupakan alternatif pilihan untuk mengobati scabies pada ternak kambing. Perbandingan biaya pengobatan menggunakan ivermectin dan pengobatan alternatif/tradisional sebagai berikut: -
Pengobatan dengan invermectin (2x injeksi) : Rp. 20.000 – 40.000.
-
Pengobatan menggunakan vaselin dan belerang (3 minggu) : Rp. 18.000.
-
Pengobatan menggunakan oli, bawang merah, cuka (6 minggu) : Rp. 7.992. Dari perbandingan biaya dan waktu yang dibutuhkan untuk kesembuahn, tampak
bahwa bahan-bahan alternatif jauh lebih ekonomis dibandingkan dengan penggunaan obat standar (invermectin) untuk pengobatan scabies. Penanaman HMT berupa phon gamal 8
dan turi 97% mati karena pada saat penanaman terjadi kekeringan yang berkepanjangan. Pertemuan/pembinaan kelompok dilaksanakan setiap bulan.
IV. KESIMPULAN
-
Penanaman HMT pada lahan kering dilakukan pada waktu musim hujan
-
Pengobatan scabies menggunakan invermectin (ejeksi) terbukti lebih cepat memberikan kesembuhan dibandingkan menggunakan obat-obatan alternatif, namun secara ekonomis penggunaan bahan altertnatif jauh lebih murah. Diantara beberapa bahan alternatif yang digunakan, campuran bawang merah + oli + cuka terbukti paling epektif untk mengobati scabies yang diikuti dengan campuran oli belerang dan vaselin belerang.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi NTB. 2002. Laporan Akhir Rencana Strategis Pembangunan Wilayah Lahan Kering Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2003-2007. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi NTB Bekerjasama dengan Pusat Pengkajian Lahan Kering dan Rehabilitasi Lahan (P2LKRL) Fakultas Pertanian Unram, Mataram. Badan Pusat Statistik Lombok Timur. 2004. Lombok Timur Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Lombok Timur. P 262. Hilmiati, N, Awaluddin, Kaharudin, Mashur. 2006. Tidak dipublikasikan. Laporan Hasil Kegiatan. Panjaitan, T.S., B. Tiro dan A. Bamualim. 1996. Tatalaksana Reproduksi untuk Meningkatkan Produktivitas Ternak Kambing di Pulau Timor. Prosiding Seminar Hasil-hasil Penelitian Pertanian Nusa Tenggara. BPTP Naibonat – Kupang. Sharma, K., J. L. Ogra an N. K. Bhattackarya. 1992. Development of Agro. Silvispastur on Goats. In: R. R. Lokeshwer. Research in Goats. Indian Experience. CIGR. Mathura, India. Pp. 66-73. Sarwono, B.D., Dwipa, I B. G., Media, I G. L., Poerwoto, H, 1993. Goat Production in Rice Based Farming System in Lombok. In : Advances in Small Ruminant Research in Indonesia. Edited by: Subandryo an Gatenbay, R, M. Gaya Teknik, Bogor, Indonesia. Pp: 65-82. Wildan Arief, A. Muzani, Yohanes G. Bulu, Mashur, Sasongko WR., Awaludin Hipi, Kaharudin, Awaludin. 2005. Laporan Pengkajian. Sistem Agribisnis Ternak Kambing di Lahan Kering. BPTP NTB. Libang Pertanian. Mataram.
9