LAPORAN AKHIR PELATIHAN PENINGKATAN PENGUASAAN TEKNOLOGI PERTANIAN LAHAN KERING KABUPATEN DONGGALA
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SULAWESI TENGAH BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN DEPARTEMEN PERTANIAN 2006
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN AKHIR 1. Judul Kegiatan
:
2. Unit Kerja
:
3. Alamat 4. Penanggungjawab Kegiatan a. Nama b.Jenis Kelamin c. Pangkat/Golongan c.1 Struktural c.2 Fungsional 5. Lokasi Kegiatan 6. Status Kegiatan 7. Tahun Dimulai 8. Tahun Ke
: : : : : : : : : :
9. Biaya Kegiatan TA 2006
:
10. Sumber Dana
:
Pelatihan Peningkatan Penguasaan Teknologi Pertanian Lahan Kering Kabupaten Donggala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah Jl. Lasoso No. 62 Biromaru Ir. Caya Khairani Perempuan Pembina/IVa Penyuluh Pertanian Madya Kabupaten Donggala, Propinsi Sulawesi Tengah Lanjutan (L) I 2005 II 2006 Rp. 140.400.000,- (Seratus Empat Puluh Juta Empat Ratus Ribu Rupiah) Satker Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian T.A. 2006
Mengetahui : Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah,
Penanggung Jawab Kegiatan,
Dr. Ir. Amran Muis, MS NIP. 080 079 474
Ir. Caya Khairani NIP. 080 072 315
2
RINGKASAN Hasil litkaji BPTP sudah merupakan paket teknologi spesifik lokasi yang perlu ditransfer kepada petani pada ekosistem yang sama, namun sebagian besar teknologi pertanian rakitan BPTP belum teradopsi oleh pengguna (stakeholder dan beneficieris). Kendala di tingkat petani berupa rendahnya rata-rata pendidikan formal yang diperoleh, sedangkan pada penyuluh kurangnya tenaga, sarana dan prasarana penyuluhan Sehingga diperlukan usaha penyampaian teknologi secara informatif, aplikatif dan efektif. Pelatihan merupakan salah satu bentuk media komunikasi dalam usaha pengembangan informasi pada kegiatan diseminasi yang bertujuan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petugas dan petani khususnya dalam penguasaan teknologi lahan kering di Kabupaten Donggala. Sebanyak 30 orang petugas dan 100 orang petani Kabupaten Donggala telah mengikuti Pelatihan Peningkatan Penguasaan Teknologi Pertanian Lahan Kering. Hasil post test menunjukkan terjadi peningkatan jumlah peserta yang memperoleh kriteria nilai sangat baik, yaitu pada pelatihan untuk petugas sebesar 27 % sedang pada pelatihan untuk petani sebesar 60% di Kecamatan Sigi Biromaru, 50% di Kecamatan Balaesang, 67% di Kecamatan Dolo dan 33% di Kecamatan Palolo. Hasil review pelatihan terhadap petani menunjukkan teknologi yang banyak diterapkan adalah budidaya kakao (71,11%) sedang hasil review pelatihan terhadap petugas menunjukkan teknologi yang paling banyak disampaikan adalah pemanfaatan kotoran ternak (100%). Telah dilakukan pertukaran informasi di Sulawesi Selatan pada 3 - 9 Agustus 2006 dengan jumlah peserta 8 orang yang terdiri atas petani, petugas, dan Kepala BPP yang bertugas di daerah P4MI Kabupaten Donggala. Kata kunci : pelatihan,teknologi lahan kering. I. LATAR BELAKANG Sesuai dengan SK Mentan 798/1994 maka tugas Pokok BPTP/LPT adalah melakukan penelitian pertanian spesifik lokasi, pengujian dan perakitan teknologi hasilhasil penelitian, penyajian umpan balik untuk penyempurnaan program penelitian, penyempurnaan paket teknologi hasil pengujian perakitan sebagai bahan materi penyuluhan. Sejak tahun 1995 Badan Litbang Pertanian khususnya BPTP Sulteng sesuai dengan tugas dan fungsinya telah melakukan pengkajian terhadap beberapa komoditi andalan dan spesifik daerah. Dari kegiatan tersebut telah dihasilkan 25 paket teknologi rekomendasi dan akan dikembangkan menjadi lebih banyak informasi teknologi. Sebagian besar teknologi pertanian rakitan BPTP belum teradopsi oleh pengguna (stakeholder dan beneficieris). Hal ini di sebabkan oleh adanya beberapa kendala di pihak petani maupun penyuluh yang mempunyai tugas untuk mentransfer teknologi. Kendala di tingkat petani berupa rendahnya rata-rata pendidikan formal yang diperoleh, sedangkan pada penyuluh kurangnya tenaga, sarana dan prasarana penyuluhan.
Pada tingkat
3
pelaksanaan di lapangan yang menjadi kendala adalah rendahnya kemampuan petani dalam penyediaan sarana produksi dan pemasaran hasil panen. Hasil pelatihan diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan petani dalam penerapan paket teknologi unggulan spesifik pada lahan kering di Kabupaten Donggala. Berdasarkan hasil kegiatan tahun 2005 telah dilaksanakan pelatihan di empat kecamatan di Kabupaten Donggala yang meliputi 21 desa poor farmer. Sedangkan jumlah desa poor farmer di Kabupaten Donggala sebanyak 239 desa, sehingga pada tahun 2006 petani di desa poor farmer lainnya yang belum mengikuti pelatihan berkesempatan untuk memperoleh peningkatan pengetahuan melalui kegiatan pelatihan. Pelatihan berupa penyampaian teknologi dan praktek di lapangan. Teknologi yang dilatihkan merupakan teknologi sederhana yang spesifik lokasi secara biofisik sesuai dengan kondisi daerah, secara ekonomi menguntungkan dan secara sosial dapat diterima oleh petani, dengan demikian petani dapat lebih mudah mengadopsi teknologi tersebut. Disamping itu dilaksanakan pula pertukaran informasi melalui kegiatan tukar kunjungan ke daerah yang sudah lebih maju.
II. TUJUAN 1. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan peserta pelatihan (30 orang petugas dan 100 orang petani) dalam penguasaan teknologi pertanian lahan kering di Kabupaten Donggala. 2. Meningkatkan pengetahuan dan motivasi petugas dalam penerapan teknologi melalui tukar informasi (kunjungan). III. KELUARAN 1. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan peserta pelatihan (30 orang petugas dan 100 orang petani) tentang teknologi pertanian lahan kering di Kabupaten Donggala. 2. Peningkatan pengetahuan dan motivasi petugas dalam penerapan teknologi melalui pertukaran informasi.
4
IV. TINJAUAN PUSTAKA Sebagian besar petani yang ada di Kabupaten Donggala adalah petani miskin yang membutuhkan sentuhan inovasi teknologi yang sederhana, tepat guna, spesifik lokasi, dan mudah diadopsi serta dapat dijangkau petani miskin, untuk memperbaiki taraf kesejahteraan hidupnya. Pada tahun 2004 penduduk miskin di Sulawesi Tengah berjumlah 486.300 jiwa (BPS, 2004). Keberhasilan kegiatan penelitian dan pengkajian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian ditentukan oleh tingkat pemanfaatan informasi dan penerapan teknologi yang telah dihasilkan oleh masyarakat tani di wilayah kerjanya. Agar hasil-hasil penelitian dan pengkajian tersebut dapat dimanfaatkan oleh pengguna akhir, maka diperlukan upaya diseminasi melalui mekanisme dan metode yang tepat (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2003). Tugas pokok penyuluh pertanian adalah melakukan kegiatan penyuluhan pertanian untuk mengembangkan kemampuan petani-nelayan dalam menguasai, memanfaatkan dan menerapkan teknologi sehingga mampu bertani lebih baik, lebih menguntungkan serta meningkatkan pendapatannya (Pusat Manajemen Pengembangan SDM Pertanian, 2005). Salah satu jalur pembinaan bagi penyuluh pertanian untuk lebih meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan serta memperluas wawasan adalah melalui pelatihan. Pelatihan merupakan salah satu bentuk media komunikasi dalam usaha pengembangan informasi pada kegiatan diseminasi (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2001). Kegiatan pelatihan merupakan salah satu metode pendekatan kelompok yang digunakan untuk dapat memberikan informasi yang lebih terperinci tentang sesuatu teknologi atau praktek, sehingga dapat membantu seseorang dari tahap menginginkan ke tahap mencoba atau bahkan ke tahap menerapkan (Badan Diklat dan Penyuluhan Pertanian, 1985). Fungsi utama dari pertukaran informasi adalah memotivasi peserta dengan memperlihatkan apa yang telah dicapai orang lain. Program bisa berupa kunjungan ke tempat petani, lembaga penelitian, badan usaha milik swasta, dan lain-lain (Lestari, dkk., 2001). Agar suatu kegiatan mencapai keberhasilan dalam proses adopsinya dengan lancar atau baik maka suatu teknologi perlu diperdengarkan, diperlihatkan, dan dilakukan, sehingga dalam pelaksanaan pelatihan selain pemberian informasi dalam bentuk ceramah
5
dan diskusi perlu dilanjutkan dengan kegiatan praktek. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Hasmosoewignyo dan Atilla Garnadi dalam Kartasapoetra (1994) bahwa hasil penangkapan dari mendengarkan saja sebesar 10 %, melihat saja 50 %, sedangkan dengan melihat, mendengarkan dan mengerjakan sendiri adalah 90 %. V. PENYELENGGARAAN KEGIATAN
KEGIATAN
UNTUK
MENCAPAI
TUJUAN
1. Waktu dan Tempat A. Pelatihan dilaksanakan sebanyak lima kali, yang terdiri atas : a. Pelatihan untuk Petugas sebanyak 1 kali selama 3 hari (30 jam pelajaran) berlangsung dari tanggal 11-13 Mei 2006 di Balai Pendidikan dan Latihan Kesehatan Jl. Moh. Yamin Palu dan di lokasi pengkajian BPTP Sulawesi Tengah , diikuti oleh 30 orang peserta. b. Pelatihan untuk Petani dilakukan sebanyak 4 kali masing-masing selama 2 hari (20 jam pelajaran). Pelatihan dilaksanakan di Kecamatan Sigi Biromaru (tanggal 13-14 Juli 2006), Kecamatan Balaesang (18-19 Juli 2006), Kecamatan Dolo (20-21 Juli 2006), dan Kecamatan Palolo (25-26 Juli 2006) dengan total jumlah peserta 100 orang. Pelatihan berupa pemberian materi teknologi pertanian dalam bentuk komunikasi tatap muka dengan metode ceramah dan diskusi diikuti pelaksanaan praktek lapangan dengan komposisi 20 % teori dan 80 % praktek. B. Pertukaran informasi dilaksanakan sebanyak satu kali selama tujuh hari (3 – 9 Agustus 2006) di Sulawesi Selatan, diikuti 8 orang peserta. 2. Materi Latihan a. Materi-materi yang disajikan pada pelatihan petugas adalah : 1. Usahatani Padi Sawah 2. Usahatani Hortikultura (Bawang Merah Lokal Palu) 3. Pemanfaatan Limbah Pertanian (Jerami Padi; Brangkasan Jagung, Kedelai, Kacang Tanah; Kulit BuahKakao) untuk Pakan Sapi Potong dan Kotoran Ternak Sebagai Pupuk Kandang 4. Analisis Finansial Usahatani 5. Pasca Panen dan Pengolahan Hasil Ubi Kayu, Ubi Jalar, Talas dan Pisang
6
b. Materi-materi yang disajikan pada pelatihan petani adalah : Kecamatan Sigi Biromaru : Budidaya
Tanaman
Jagung,
Pemanfaatan
Limbah Pertanian Sebagai Pakan Ternak, PTT Padi Sawah dan Penangkaran Benih, Budidaya Tanaman Kakao dan Usaha Konservasi Lahan Kecamatan Balaesang
: Budidaya Kakao, PTT Padi Sawah, Pengendalian Penyakit
Ternak,
Konservasi
Lahan
(Padi
Ladang). Kecamatan Dolo
: Budidaya Kakao, PTT Padi Sawah, Pengendalian Penyakit Ternak, Budidaya Tanaman Tomat dan Cabe.
Kecamatan Palolo
: Usahatani Kakao, PTT Padi Sawah, Penangkaran Benih
Padi,
Sosialisasi
Penyakit
Hewan,
Pengendalian Lalat Buah, Pengolahan Hasil Jagung. c. Materi-Materi yang disajikan pada kegiatan pertukaran informasi adalah : 1. Tugas dan Fungsi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Luwu, Propinsi Sulawesi Selatan 2. Prima Tani di Desa Kamanre, Kecamatan Belopa, Kabupaten Luwu, Propinsi Sulawesi Selatan 3. Tugas dan Fungsi Loka Penelitian Penyakit Tungro di Kabupaten Sidrap, Propinsi Sulawesi Selatan 4. Perbenihan di PT. Sang Hyang Seri Kabupaten Sidrap 5. Alat dan Mesin Pertanian pada Bengkel Pertanian Chandue di Kabupaten Pinrang, Propinsi Sulawesi Selatan 6. Kelembagaan dan Pemupukan Modal Gabungan Kelompoktani Sikatutui di Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan 7. Hasil Penelitian Balai Penelitian Serealia di Kabupaten Maros, Propinsi Sulawesi Selatan
7
VI.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan Pelatihan Peningkatan Penguasaan Teknologi Pertanian Lahan
Kering Kabupaten Donggala Tahun Anggaran 2006 telah dilaksanakan sebanyak lima kali, dengan uraian sebagai berikut : a. Pelatihan Untuk Petugas Pelatihan untuk petugas berlangsung
di Balai Pendidikan dan Latihan
Kesehatan Jl. Moh. Yamin Palu pada 11-13 Mei 2006 dengan jumlah peserta 30 orang yang terdiri atas Kepala Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) 7 orang, Kepala Cabang Dinas Pertanian Perkebunan dan Peternakan (KCD) 4 orang, Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) 7 orang serta Staf Lembaga Swadaya Masyarakat Kecamatan (SLK) 12 orang. Pelatihan berupa pemberian materi di ruang kelas dan dilanjutkan dengan praktek lapang di lokasi pengkajian BPTP Sulawesi Tengah (di Kecamatan Banawa dan Kecamatan Sigi Biromaru), dengan persentase kehadiran peserta 99 %. Guna mengukur tingkat pengetahuan para petugas maka dalam pelatihan ini juga diberikan evaluasi berupa pre test dan post test menyangkut materi yang diperoleh. Persentase rata-rata jumlah peserta yang memperoleh nilai dengan masing-masing kriteria nilai evaluasi ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1.
Persentase Rata-Rata Jumlah Peserta Pelatihan untuk Petugas pada Nilai Pre Test dan Post Test serta Kriteria Nilainya Jumlah Peserta
Nilai
Kriteria
Jumlah Peserta
Pre Test
Post Test
Pre Test
Post Test
(orang)
(orang)
(%)
(%)
Selisih
0-40
Kurang
10
2
45
9
-36
41-60
Sedang
4
3
18
14
-4
61-80
Baik
5
8
23
36
13
81-100
Sangat
3
9
14
41
27
22
22
100
100
Baik Jumlah
8
Jumlah peserta yang mengikuti pre test dan post test adalah 30 orang, 8 orang tidak mengumpulkan pre test ataupun post test, maka data kemajuan berlatih diperoleh dari nilai 22 orang peserta saja.
Hasil evaluasi menunjukkan terjadi peningkatan jumlah peserta
yang memperoleh nilai dengan kriteria sangat baik sebesar 41 %, dengan demikian terlihat bahwa terjadi peningkatan pengetahuan dan keterampilan pada peserta pelatihan setelah memperoleh pelatihan. Setelah mengikuti pelatihan para petugas menjadi semakin tahu tentang ilmu dan teknologi yang diberikan karena seorang petugas atau penyuluh pertanian perlu penguasaan ilmu dan teknologi. Kartasapoetra (1994) menyatakan bahwa seorang penyuluh harus memiliki sifat mau belajar, melatih ketrampilan dan kecakapan sehubungan dengan keadaan pertanian yang terus berkembang. Untuk mengetahui kemajuan berlatih tentang suatu topik, diperlukan tes akhir, hasil tes akhir dibandingkan dengan hasil tes awal, bila ternyata hasil tes akhir lebih baik dari hasil tes awal berarti peserta mengalami kemajuan (Pusdiklat Pertanian, 1997). Setelah dilakukan test akhir jumlah peserta yang memperoleh nilai kurang menjadi 9 % dibandingkan pada waktu tes awal sebesar 45 %. Upaya untuk meningkatkan kemampuan, keterampilan, penambahan ilmu pengetahuan dan teknologi perlu terus dikembangkan sebagai strategi pemberdayaan Sumber Daya Manusia (Munandar, 2000). b. Pelatihan Untuk Petani Pelatihan untuk petani berlangsung di empat kecamatan yaitu di Kecamatan Sigi Biromaru (tanggal 13-14 Juli 2006), Kecamatan Balaesang (18-19 Juli 2006), Kecamatan Dolo (20-21 Juli 2006), dan Kecamatan Palolo (25-26 Juli 2006) dengan jumlah peserta 100 orang yang terdiri atas Pengurus Komite Investasi Desa (KID), Fasilitator Desa (FD), Kepala Desa, Kelompoktani dan Kelompok Wanita Tani. Pelatihan berupa pemberian materi di ruang kelas dan dilanjutkan dengan praktek. Hasil evaluasi yang diberikan kepada peserta di empat kecamatan Kabupaten Donggala ditampilkan pada Tabel 2, 3, 4, dan 5.
9
Tabel 2.
Persentase Jumlah Peserta Pelatihan untuk Petani di Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Donggala pada Nilai Pre Test dan Post Test serta Kriteria Nilainya Jumlah Peserta
Nilai
Kriteria
Jumlah Peserta
Pre Test
Post Test
Pre Test
Post Test
(orang)
(orang)
(%)
(%)
Selisih
0-40
Kurang
5
0
25
0
-25
41-60
Sedang
8
1
40
5
-35
61-80
Baik
7
7
35
35
0
81-100
Sangat
0
12
0
60
60
20
20
100
100
Baik Jumlah
Tabel 3.
Persentase Jumlah Peserta Pelatihan untuk Petani di Kecamatan Balaesang, Kabupaten Donggala pada Nilai Pre Test dan Post Test serta Kriteria Nilainya Jumlah Peserta
Nilai
Kriteria
Jumlah Peserta
Pre Test
Post Test
Pre Test
Post Test
(orang)
(orang)
(%)
(%)
Selisih
0-40
Kurang
6
0
30
0
-30
41-60
Sedang
4
4
20
20
0
61-80
Baik
3
6
15
30
15
81-100
Sangat
7
10
35
50
15
20
20
100
100
Baik Jumlah
10
Tabel 4.
Persentase Jumlah Peserta Pelatihan untuk Petani di Kecamatan Dolo, Kabupaten Donggala pada Nilai Pre Test dan Post Test serta Kriteria Nilainya Jumlah Peserta
Nilai
Kriteria
Jumlah Peserta
Pre Test
Post Test
Pre Test
Post Test
(orang)
(orang)
(%)
(%)
Selisih
0-40
Kurang
6
1
25
4
-21
41-60
Sedang
11
2
46
8
-38
61-80
Baik
6
5
25
21
-4
81-100
Sangat
1
16
4
67
63
24
24
100
100
Baik Jumlah
Tabel 5.
Persentase Jumlah Peserta Pelatihan untuk Petani di Kecamatan Palolo, Kabupaten Donggala pada Nilai Pre Test dan Post Test serta Kriteria Nilainya Jumlah Peserta
Nilai
Kriteria
Jumlah Peserta
Pre Test
Post Test
Pre Test
Post Test
(orang)
(orang)
(%)
(%)
Selisih
0-40
Kurang
7
1
33
5
-28
41-60
Sedang
7
4
33
19
-14
61-80
Baik
5
9
24
43
19
81-100
Sangat
2
7
10
33
23
21
21
100
100
Baik Jumlah
Dari tabel 2, 3, 4 dan 5 dapat dilihat jumlah peserta yang mendapatkan kriteria nilai sangat baik pada post test mengalami peningkatan yaitu di Kecamatan sigi Biromaru sebesar 60%, Kecamatan Balaesang sebesar 50%, Kecamatan Dolo 67% dan Kecamatan Palolo sebesar 33%. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan dan keterampilan setelah peserta mengikuti pelatihan, yang dapat disebabkan oleh karena peserta memperhatikan dengan seksama hal-hal yang disajikan oleh pemateri sehingga apa yang disampaikan oleh pemateri dapat mereka serap dengan baik. Ditunjang pula oleh
11
umur para peserta yang rata-rata berusia 35 tahun sehingga masih mudah untuk menyerap informasi yang disampaikan. Selain itu menurut Rodiah (2006) peningkatan daya serap disebabkan materi yang disajikan terkait dengan kehidupan sehari-hari dan bermanfaat. Sebelum memperoleh materi pelatihan peserta belum tahu ataupun sudah tahu tetapi hanya sedikit mengenai teknologi yang akan disajikan, namun setelah mendengar, melihat serta mengerjakannya secara langsung maka peserta menjadi tahu lebih banyak dan lebih baik dibandingkan sebelum memperoleh materi. Agar suatu kegiatan mencapai keberhasilan dalam proses adopsinya dengan lancar atau baik maka suatu teknologi perlu diperdengarkan, diperlihatkan, dan dilakukan melalui praktek. Menurut mekanisme diterimanya materi oleh para petani, maka penyuluhan (dalam hal ini pelatihan) dapat digolongkan sebagai metode yang dapat didengar, dilihat dan diperagakan. Jika petani memperhatikan apa yang didengar dan dilihatnya berarti petani telah mulai dengan proses penerapannya (Kartasapoetra, 1994). Sebagai rangkaian kegiatan pelatihan dilakukan kegiatan review pelatihan guna memperoleh umpan balik hasil pelaksanaan pelatihan. Kegiatan review pelatihan dilakukan di Kecamatan palolo terhadap 9 orang petani dan 12 orang penyuluh. Setelah kegiatan review diperoleh hasil bahwa peserta (petani dan petugas) telah melaksanakan beberapa teknologi yang diperoleh dari pelatihan. Tabel 7. Hasil Review Pelatihan pada Petani Materi Budidaya Kakao Pemangkasan Pemupukan Penanaman Pelindung Sarungisasi Pengolahan Hasil PTT Padi Sawah Penggunaan Benih Bermutu/Baru Pemilihan benih bermutu Penggunaan BWD Penggunaan Pestisida sesuai tingkat serangan
Tidak Tidak Tidak Tidak Dilakukan Dilakukan dilakukan Menjawab dilakukan Menjawab (orang) (%) (orang) (orang) (%) (%) 9 7 9
0 2 0
0 0 0
100 77,78 100
0 22,22 0
0 0 0
5 4
0 2
44,44 33,33 71,11
55,56 44,44 24,44
0 22,23 4,45
3
4
2
33,33
44,44
22,23
2
7
0
22,22
77,78
0
2 4
5 4
2 1
22,22 44,44
55,56 44,44
22,22 11,12
4 3 Rataan
12
Materi Pesemaian (Tapin) Sanitasi Sisa Tanaman Pengaturan Air
Tidak Tidak Tidak Tidak Dilakukan Dilakukan dilakukan Menjawab dilakukan Menjawab (orang) (%) (orang) (orang) (%) (%) 3 4 2 33,33 44,44 22,23 3 5 1 33,33 55,56 11,11
3 5 Rataan Pemanfaatan Limbah Pertanian Sebagai Pakan Fermentasi Jerami 1 8 sebagai Pakan Penggunaan Pakan 2 7 Campuran (gamal,rumput,KBK) Pengandangan 1 8 Ternak Pengeringan Jerami Rataan Pemanfaatan Kotoran Ternak Pembuatan 3 6 Kompos dari ternak Rataan Pengolahan Jagung dan Ubi Kayu Pembuatan Jagung 3 6 Marning Pembuatan Keripik 7 2 Pembuatan 6 3 Makanan Basah Rataan Pengendalian Hama Lalat Buah Penggunaan Alat 5 3 Pengendalian Lalat Buah Rataan Penyakit Hewan Vaksinasi Hewan 5 3 Rataan Rataan Total
1
33,33 31,74
55,56 53,97
11,11 14,29
0
11,11
88,89
0
0
22,22
77,78
0
0
11,11
88,89
0
11,11 13,89
66,67 80,56
22,22 5,56
33,33
66,67
0
33,33
66,67
0
0
33,33
66,67
0
0 0
77,78 66,67
22,22 33,33
0 0
59,26
40,74
0,00
55,56
33,33
11,11
55,56
33,33
11,11
55,56 55,56 43,43
33,33 33,33 48,99
11,11 11,11 7,58
0
1
1
Pada tingkat pelaksanaannya di lapangan, rata-rata para petani telah melaksanakan teknologi budidaya kakao (pemangkasan, pemupukan, penanaman pohon pelindung) khusus untuk sarungisasi 55,55% petani tidak melakukan dikarenakan selain tidak memiliki modal dan peralatan juga karena adanya serangan busuk buah terhadap buah yang disarung.
Oleh karena itu diperlukan penyuluhan mengenai pentingnya
pemangkasan dan sanitasi kebun untuk menghindari serangan busuk buah. Untuk materi
13
PTT Padi Sawah, petani umumnya (44,44%) menerapkan pemakaian pestisida sesuai dengan tingkat serangan.
Sedang untuk penggunaan benih bermutu dan penggunaan
BWD belum semua melakukannya dengan alasan kekurangan modal dan tidak memiliki alat.
Petani umumnya tidak memanfaatkan limbah sebagai pakan ternak karena
ketersediaan rumput alam masih mencukupi. Sedang penggunaan alat perangkap lalat buah dan vaksinasi hewan umumnya telah dilakukan. Pelaksanaan teknologi pasca panen dan pengolahan hasil masih dalam skala rumah tangga. Hasil dari review pelatihan terhadap petugas (penyuluh) dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8. Hasil Review Pelatihan pada Petugas No.
Materi
1
PTT Padi Sawah Penangkaran Benih Usaha Tani Bawang Merah Pasca Panen dan Pengolahan Ubi kayu dan Jagung Pemanfaatan Kotoran Ternak Pengolahan Limbah pertanian sebagai Pakan Sapi
2 3
4
5
6
Penyuluh Penyuluh Penyuluh Penyuluh yang yang Tidak yang yang Tidak Menyampaikan Menyampaikan Menyampaikan Menyampaikan (%) (orang) (orang) (%) 11 1 91,67 8,33 10
2
83,33
16,67
3
9
25
75
10
2
83,33
16,67
12
0
100
0
7
5
58,33
41,67
Para petugas telah menyampaikan teknologi PTT Padi Sawah, Penangkaran Benih, Usahatani Bawang Merah, Pemanfaatan Kotoran Ternak, Pengolahan Limbah Pertanian Sebagai Pakan Sapi dan Pasca Panen dan Pengolahan Ubi Kayu dan Jagung kepada petani di wilayah kerjanya.
Ini berarti bahwa pelatihan telah mendukung penyuluh dalam
melakukan salah satu perannya. Sesuai yang dikemukakan oleh Nuryanto (2000) bahwa secara garis besar ada dua peran penyuluh yaitu sebagai transfer teknologi atau
14
menyampaikan inovasi dan mempengaruhi sasaran, agar sasarannya dapat mengadopsi inovasi yang disampaikan dan sebagai jembatan penghubung antara pemerintah dengan masyarakat sasarannya. Adapun beberapa penyuluh yang tidak menyampaikan materimateri tertentu disebabkan materi tersebut tidak sesuai dengan kondisi wilayah binaan. Sebagian teknologi yang disampaikan pada pelatihan untuk petani dijadikan rencana kerja kelompok untuk kegiatan pembuatan demplot pada tahun 2007. Diperlukan waktu yang lama antara saat pertama kali petani mendengar suatu inovasi dengan periode melakukan adopsi. Diperlukan waktu empat tahun bagi petani untuk menerapkan suatu teknologi rekomendasi secara utuh (van den Ban dan Hawkins, 1999).
c. Pertukaran Informasi Pertukaran informasi dilakukan di Sulawesi Selatan pada 3 - 9 Agustus 2006 dengan jumlah peserta 8 orang yang terdiri atas petani, petugas, dan Kepala BPP yang bertugas di daerah P4MI Kabupaten Donggala. Kunjungan diawali ke Kantor Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Luwu, yang diterima oleh Kepala Dishutbun Luwu. Peserta memperoleh penjelasan mengenai keberadaan kantor Dishutbun, tugas dan visi misinya, serta kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan. Kunjungan dilanjutkan ke Laboratorium Lapangan Prima Tani BPTP Sulawesi Selatan Desa Kamanre, Kecamatan Belopa, Kabupaten Luwu seperti usaha pengendalian hama PBK dilakukan antara lain dengan cara sarungisasi buah kakao (pod sleeping), dan feromon sex; integrasi kakao dan kambing meliputi pembuatan pakan dari kulit buah kakao dan pembuatan pupuk bokasi dari kotoran kambing. Dilakukan kunjungan ke Loka Penelitian Penyakit Tungro Kabupaten Sidrap, untuk melihat berbagai jenis varietas dan galur harapan padi yang tahan terhadap penyakit tungro. Peserta juga dapat membandingkan perbedaan dari beberapa cara dan jadwal tanam padi serta akibat yang ditimbulkannya, melihat mesin pasca panen padi dan jagung, serta mengikuti acara Ekspose Hasil Penelitian Lolit Tungro. Acara dilanjutkan dengan berkunjung ke Bengkel Mesin Pertanian Chandue milik kelompok tani di Kabupaten Pinrang berupa alat panen padi dan alat pembajak/traktor. Peserta memperoleh informasi tentang sejarah terbentuknya usaha perbengkelan tersebut, mesin-mesin yang dipoduksi, dan langsung mencoba beberapa mesin tersebut. Peserta juga mengujungi Gabungan Kelompok tani Sikatutui di Desa Bontomanai, Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa yang merupakan kelompok tani Binaan P4K
15
Kabupaten Gowa. Kelompok ini adalah peraih Juara II Tingkat Nasional dalam penilaian kelompok tani. Peserta memperoleh penjelasan mengenai pertumbuhan awal kelompok yang bermula dari gabungan kelompok kecil petani yang mempunyai tambahan penghasilan di luar usaha pertanian, cara penumbuhan kelompok, metode pembinaan kelompok, modal awal kelompok dan hasil usaha yang diperoleh. Kelompok tersebut juga telah membina dan memodali usaha masyarakat di sekitarnya. Hari berikutnya dilakukan kunjungan ke Balai Penelitian Seralia Maros. Peserta mendapat penjelasan dan mengunjungi unit kerja yang terdapat pada balai tersebut. Antara lain melihat alat tanam, penyiang/pembajak,alat pemipil dan alat pengering jagung. Peserta juga mendapat informasi dan melihat cara memperoleh varietas jagung. Kemudian peserta juga berkunjung ke PT. Sang Hyang Seri (SHS) untuk melihat dan bertukar informasi mengenai proses perlakuan terhadap benih padi, jagung dan kedelai sebelum dipasarkan, dimulai dari pengeringan dengan menggunakan lantai jemur (kapasitas 50 ton, tebal 3-5 cm) serta mesin pengering, pembersihan benih (seed cleaner), dan pengepakan. PT. SHS bekerjasama dengan kelompok tani dengan luas lahan 1600 ha, petani memperoleh benih pokok yang dibayar setelah panen dan PT. SHS membeli gabah dengan tambahan harga 5% dari harga GKP. Kemudian perjalanan dilanjutkan menuju Sulawesi Tengah. Fungsi utama dari pertukaran informasi adalah memotivasi peserta dengan memperlihatkan apa yang telah dicapai orang lain (Lestari, dkk., 2001). Beberapa rencana tindak lanjut yang dibuat peserta setelah melakukan kegiatan pertukaran informasi ini adalah : 1. Membina petani agar mampu mengakses informasi melalui internet 2. Membina petani melalui temu usaha 3. Menyebarkan informasi mengenai beberapa teknologi yang dilakukan di kegiatan Prima Tani Sulawesi Selatan usaha pengendalian hama PBK dengan cara sarungisasi buah kakao (pod sleeping), dan penggunaan feromon sex; integrasi kakao dan kambing meliputi pembuatan pakan dari kulit buah kakao dan pembuatan pupuk bokasi dari kotoran kambing, serta pembuatan VCO. 4. Menyebarkan informasi mengenai varietas padi yang tahan terhadap penyakit tungro. 5. Menyebarkan informasi mengenai kegiatan Bengkel Mesin Pertanian Chindue kepada petani, kelompoktani dan pengusaha atau koperasi yang mengelola alsintan di Sulawesi Tengah, khususnya di Kabupaten Donggala.
16
6. Mengadakan kerjasama dengan Bengkel Mesin Pertanian Chindue untuk membuat alat panen padi. 7. Memperkuat kelembagaan kelompoktani di daerah binaan seperti yang dilakukan oleh kelompoktani Sikatutui, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. 8. Menyebarkan informasi mengenai varietas yang telah dihasilkan oleh Balai Penelitian Serealia di Kabupaten Maros, Sulawesi Tengah dan menjadi penangkar benih jagung.
VII.
KESIMPULAN
1. Telah dilakukan pelatihan terhadap 30 orang petugas dan 100 orang petani dengan materi usahatani padi sawah, usahatani hortikultura, pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan ternak, analisis finansial, pasca panen dan pengolahan hasil dimana hasil post test menunjukkan terjadi peningkatan jumlah peserta yang memperoleh kriteria nilai sangat baik yaitu pada pelatihan untuk petugas sebesar 27 % sedang pada pelatihan untuk petani sebesar 60% di Kecamatan Sigi Biromaru, 50% di Kecamatan Balaesang, 67% di Kecamatan Dolo dan 33% di Kecamatan Palolo. Dengan kata lain telah terjadi peningkatan pengetahuan baik bagi petugas maupun petani peserta pelatihan. 2. Hasil review pelatihan terhadap petani menunjukkan teknologi yang banyak diterapkan adalah budidaya kakao (71,11%) sedang hasil review pelatihan terhadap petugas menunjukkan teknologi yang paling banyak disampaikan adalah pemanfaatan kotoran ternak (100%).
Sehingga dapat dikatakan bahwa hasil pelatihan telah
diterapkan oleh petani. 3. Telah dilakukan pertukaran informasi di Sulawesi Selatan pada 3 - 9 Agustus 2006 dengan jumlah peserta 8 orang yang terdiri atas petani, petugas, dan Kepala BPP yang bertugas di daerah P4MI Kabupaten Donggala dan rencana tindak lanjut peserta adalah menyebarkan informasi yang mereka peroleh.
17
VIII. DAFTAR PUSTAKA Badan Pendidikan, Latihan dan Penyuluhan Pertanian. 1985. Pedoman Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian. Departemen Petanian. Jakarta.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2001. Pedoman Penyelenggaraan Kegiatan Diseminasi Teknologi dan Informasi Pertanian. Peragaan Teknologi dan Informasi Pertanian, Komunikasi Tatap Muka, dan Pengembangan Informasi. Departemen Pertanian. Jakarta. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2003. Panduan Umum Penelitian dan Pengkajian (Litkaji) dan Diseminasi Teknologi Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta. BPS. 2004. Sulawesi Tengah dalam Angka. Badan Pusat Statistik Propinsi Sulawesi Tengah. Kartasapoetra, A.G. 1994. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta. Lestari, Sri Budhi., Susi Mindarti, Made Ratnada, Jon Husdi, Dasmin Sidu, Khadija El Ramija, L. M. Gufroni, 2001. Manajemen dan Komunikasi Penyuluhan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Munandar, Sinis. 2000. Catur Gatra Landasan Filosofi Pengembangan SDM dan Penyuluhan Pertanian dalam Ekstensia Volume 12 Tahun VII Sepetember 2000. Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia dan Penyuluhan Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta. Nuryanto, Bambang. 2000. dalam Ekstensia Volume 12 Tahun VII Sepetember 2000. Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia dan Penyuluhan Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta. Pusat Pendidikan dan Latihan Pertanian. 1997. Metodologi Penyuluhan Pertanian Berwawasan Jender. Bagian Proyek Pembinaan Diklat Kelompok Wanita Taninelayan Pusat. Badan Pendidikan dan Latihan Pertanian.. Departemen Pertanian. Jakarta. Rodiah, 2006. Perakitan Materi Penyuluhan Pertanian. Pusat Manajemen Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian, Bogor. van den Ban, A.W. dan HS. Hawkins. 1999. Penyuluhan Pertanian (Terjemahan). Penerbit Kanisius. Jogjakarta.
18