LAMPIRAN - LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1 No. Responden :…………........... LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI PEMBERI ASUHAN PERAWATAN PADA PENDERITA SKIZOFRENIA DI DESA BIREM PUNTONG KOTA LANGSA Saya bernama Edi Syahputra / 081121006, mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang “ Pengalaman Keluarga Sebagai Pemberi Asuhan Perawatan Pada Penderita Skizofrenia di Desa Birem Puntong Kota Langsa” sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini akan bermanfaat untuk informasi bagi perawat jiwa komunitas dalam meningkatkan pelayanan perawatan bagi penderita skizofrenia di masyarakat. Untuk keperluan tersebut saya memohon kesediaan saudara/i untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Selanjutnya saya memohon kesediaan saudara/i memberikan jawaban berdasarkan kuesioner dengan jujur apa adanya. Jika bersedia, silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan saudara/i. Terima kasih atas partisipasi saudara/i dalam penelitian ini. Medan, Agustus 2009 Peneliti,
Edi Syahputra
Responden,
.................................
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2
PANDUAN WAWANCARA Pengalaman Keluarga Sebagai Pemberi Asuhan Perawatan Pada Penderita Skizofrenia di Desa Birem Puntong Kota Langsa I. Data Demografi Partisipan - Nama partisipan - Jenis kelamin partisipan - Usia partisipan - Suku bangsa partisipan - Status partisipan - Latar belakang pendidikan partisipan - Riwayat pekerjaan partisipan II. Daftar pokok-pokok pertanyaan wawancara mendalam psikiatrik (Shea, 1996) 1. Fase Perkenalan -
Peneliti memperkenalkan diri mencakup nama, asal, status, tujuan penelitian
-
Peneliti memberi kesempatan untuk memberi tanggapan pada
partisipan 2. Fase Pembukaan -
Coba anda ceritakan pada saya apa yang menyebabkan anggota
keluarga
menderita penyakit skizofrenia?
3. Fase isi wawancara -
Sudah berapa lama anggota keluarga anda menderita penyakit
skizofrenia? -
Coba anda ceritakan suka dan duka merawat anggota keluarga yang menderita penyakit skizofrenia?
Universitas Sumatera Utara
- Coba anda ceritakan tentang pengalaman-pengalaman khusus yang anda alami selama merawat anggota keluarga yang menderita penyakit skizofrenia? - Apakah ada dampak dari penyakit skizofrenia yang diserita anggota keluarga terhadap fungsi keluarga anda sehari-hari? - Coba anda ceritakan kebutuhan apa sajakah yang diperlukan keluarga selama merawat anggota keluarga yang menderita penyakit skizofrenia
4. Fase penutup wawancara - Coba anda ceritan bagaimana kondisi penyakit anggota keluarga anda yang menderita penyakit skizofrenia sekarang? 5. Fase mengakhiri wawancara - Terimakasih atas partisipasi anda dalam wawancara ini. Saya akan datang kembali untuk bertemu dengan anda dalam waktu yang dapat kita tentukan bersama. Terima kasih atas partisipasinya.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3 TRANSKRIP DATA PENELITIAN
RESPONDEN 1 Wawancara dilakukan: 07 Agustus 2009. Pkl. 14.00 Wib.
No. 1.
FASE WAWANCARA Fase Pembukaan
Peneliti
HASIL WAWANCARA : Coba wawak perempuan ceritakan bagaimana pertama kali anak perempuan wawak sakit? Responden : Pertama kali yang ada dia minta kuliah, saya bilang kita tidak punya uang, semenjak itu dia sering termenung-menung
2.
Fase Isi Wawancara
Peneliti
: Berapa lama sakit anak wawak? Responden : Sakitnya sudah tiga tahun Peneliti
: Coba wawak perempuan cerita bagimana suka duka merawat anak yang sakit jiwa? Responden : Maksud anak, apa yang saya alami ya? Begini, duka saya waktu pertama kali adsa perasaan rendah diri karena anak saya sakit jiwa. Peneliti : Lain lagi apa ada? Responden : Ada, hancur hati kalau melihat anak yang sebaya dengan dia sudah berhasil, kalau lihat anak saya sudah begini. Bagaimana namanya anak ya tetap diurus.
Universitas Sumatera Utara
Peneliti
: Coba wawak perempuan cerita apa ada pengalaman khusus selama merawat anak yang sakit di rumah? Responden : Kalau bisa ada waktu berobat untuk kami lebih khusus jangan digabung dengan pasien yang normal, namanya aja sakit jiwa kan sudah tau sendiri. Kalau bisa ada perawat yang lebih khusus yang lebih mengerti tentang bimbingan rohani karena kalau obat aja tidak akan berhasil). 3.
Fase Penutup Wawancara
Peneliti
: Coba wawak perempuan cerita bagaimana sakitnya sekarang? Sekarang sudah Responden : Alhamdulillah, tapi sesekali masih ada seperti dulu. Peneliti
: Kalau seperti itu apa yang dilakukan. Responden : Biasa saya bercerita tentang yang baik-baik
Universitas Sumatera Utara
RESPONDEN 2 Wawancara dilakukan: 08 Agustus 2009. Pkl 10.00 Wib.
No. 1.
FASE WAWANCARA Fase Pembukaan
HASIL WAWANCARA Peneliti : Coba adik ceritakan bagaimana ibu bisa sakit jiwa. Responden : Pertama kali tidak tahu kalau ibu menderita gangguan jiwa, baru tahu ada abang perawat yang bilang: Coba bawa ibu ke dokter jiwa, disitu saya baru tahu kalau ibu sakit jiwa dan mengapa terjadi. Ibu bilang: ini semua gara-gara ayah mu yang suka berbuat yang tidaktidak sudah saya larang tapio masih dibuat juga. Lama kelamaan ibu sering menyendiri dan marahmarah, kalau bapak pulang pasti berantam aja dirumah.
2.
Fase Isi Wawancara
Peneliti
: Sudah berapa lama ibu sakit? Responden : Sakitnya sudah 4 tahun. Peneliti
: Sebelumnya sudah pernah berobat kemana aja? Responden : Waktu itu aku tidak mengerti ibu sakit apa, jadi aku bawa aja ke dukun. Aku kira ibu di guna-guna orang karena kebiasaan bapak... Coba adik ceritakan bagaimana suka dan dukanya merawat ibu yang sakit jiwa? Responden : Pertama kali ya bagaimana Peneliti
:
Universitas Sumatera Utara
ya hancur, malas, khawatir, pokoknya campur aduk. Peneliti
: Kenapa adik ada perasaan seperti itu? Responden : Bagaimana tidak bang, saya kan masih muda, abang tau sendiri kalau ada kawan mau kerumah terpaksa saya larang, lamalama mereka mau ngerti kok. Sukanya aku lebih menyayangi orang tua ku. Apakah ada dampak terhadap perkembangan sosial ibu? Responden : Biasa aja bang, orangorang disini sekarang sering ke rumah untuk bercerita dengan ibu dan mengajak ibu ikut ke pengajian rasanya tidak ada masalah bang. Peneliti
:
Apa ada pengalaman khusus selama merawat ibu di rumah? Responden : Semua terasa enak bang dan terasa istimewa, saya jadi lebih mengerti arti hidup, banyak orang yang sayang. Peneliti
:
Peneliti
: Selama merawat ibu apa yang adik lakukan? Responden : kebetulan dulu aku pernah sekolah di pesantren walaupun sebentar. Jadi apa yang ku dapat ku bilang sama ibu yang baikbaik kalau sekarang orang bilang bimbingan rohani, do’a dan zikir.
Universitas Sumatera Utara
Peneliti
:
Ada tidak hubungan memberikan bimbingan rohani dengan kesembuhan ibu? Responden : Saya rasa ada bang, sekarang ibu lebih sehat dibandingkan dengan dulu karena saya dibantu oleh orang-orang yang memang mengerti tentang agama sehingga apa yang saya bilang ke ibu mudahmudahan diterima oleh ibu. : Coba adik cerita apa yang perlu selama merawat ibu di rumah? Responden : Yang perlu menurut aku, harus ada perawat khusus yang ahli dibidangnya. Kalau sekarang belum khusus walaupun ada. Peneliti
3.
Fase Penutup Wawancara
Peneliti
: Bagaimana kondisi ibu sekarang sesudah di rawat di rumah? Responden : Ya Alhamdulillah, sudah banyak kemajuan. Coba abang lihat wajah ibu lebih cerah kan dan ibu sekarang sudah sering ke pengajian pokoknya apa saja yang ada hubungan sosial ibu pasti ikut.
Universitas Sumatera Utara
RESPONDEN 3 Wawancara dilakukan: 09 Agustus 2009. Pkl. 10.00 Wib.
No. 1.
FASE WAWANCARA Fase Pembukaan
HASIL WAWANCARA Peneliti :Coba bapak ceritakan bagaimana ibu bisa sakit jiwa? Responden : Saya sebenarnya malu menerangkan kepada adeuk (adek) mengapa isteri saya sakit jiwa. Sebernarnya ini isteri saya yang ke empat sebelum saya kawin dengan dia, saya sudah tahu dia “menderita” tapi tidak saya sakit apa, setelah kawin baru tahu. : Kira-kira bapak tahu tidak kenapa isteri bapak bisa sakit jiwa? Responden : Dulu dia pernah cerita, walaupun sama suami pertamanya dia suka dipukul dan keluarga laki-laki juga tidsak senang dengan dia. Padahal anaknya sudah 2 orang disitulah dia minta cerai sama suaminya. Lamakelamaan kata keluarganya dia sering termenung, kalau ditanya cuma tanya: mana anak saya, itulah sebab pertama kenapa dia jadi pue ngoe (gila) karena dijauhkan sama anaknya. Peneliti
2.
Fase Isi Wawancara
Peneliti
: Sudah berapa lama bapak merawat isteri yang sakit jiwa? Responden : Ya semenjak saya menikah dengan dia 5 tahun yang lalu. Peneliti : Sebelumnya ibu pernah
Universitas Sumatera Utara
berobat kemana saja, pak? Responden : saya kurang tahu, tapi semenjak jadi isteri saya, saya selalu membawanya ke Rumah Sakit Umum Langsa. Apa ada pengalaman khusus selama merawat isteri di rumah? Responden : Kalau pengalaman khusus, semua terasa khusus disini lebih mengenal diri ternyata harta benda yang banyak bukan segalanya. Bapak jadi banyak belajar dengan kejadian yang menimpa isteri saya. Peneliti
:
: Kalau isteri lagi kambuh apa yang bapak lakukan? Responden : Yang biasa bapak lakukan kalau lagi seperti ini ya berdo’a pada Allah semoga isteri saya cepat sembuh, bercerita tentang yang baik-baik ya apa yang dia suka. Kalau habis shalat bapak sering melakukan do’a dan zikir untuk keselamatan dan kesembuhan isteri saya. Ini rajin saya lakukan. Peneliti
Peneliti
:
Dampak terhadap perkembangan sosial istri? Responden : Biasa aja, dia pergi wirid dan pengajian ya tidak ada masalah yang saya tahu karena kalau dada acara tertentu isteri selalu ikut makanya saya bilang tidak ada.
Peneliti
: Apa yang paling bapak
Universitas Sumatera Utara
butuhkan sekarang ini untuk merawat isteri. Responden : Kalau bagi bapak, mohon ditambah petugas yang ahli dibidangnya. Peneliti
: Memangnya ahli tentang apa, pak? Dan sekarang bagaimana? Responden : Ahli bagaimana seorang petugas memperlakukan pasien dengan gangguan jiwa, sekarang masih kurang. : Tadi bapak ada cerita tentang masihat-nasihat yang baik apakah ada hubungan dengan kesembuhan isteri? Ya Alhamdulilah Responden : banyaklah kurangnya sekarang. Peneliti
3.
Fase Penutup Wawancara
Peneliti
:
Coba bapak ceritakan bagaimana kondisi ibu sekarang. Responden : Sekarang adik bisa lihat sendiri bagaimana isteri saya sekarang. Lihat wajahnya lebih bersih, bersinar tidak kusam lagi kan. Isteri juga sekarang aktif di lingkungantempat tinggal dengan ikut kegiatan sosial yang dilakukan di mayarakat.:
Universitas Sumatera Utara
RESPONDEN 4 Wawancara dilakukan: 14 Agustus 2009. Pkl. 11.00 Wib.
No. 1.
FASE WAWANCARA Fase Pembukaan
HASIL WAWANCARA Peneliti : Coba ibu ceritakan bagaimana adik ibu bisa sakit jiwa? Responden : Dulunya dia pernah kerja di Malaysia, karena kontraknya sudah habis dia pulang ke Indonesia. Semenjak itu dia sering termenung dan menyadari saya kira kenapa dia, asal saya tanya selalu diam.
2.
Fase Isi Wawancara
Peneliti
: Sudah berapa lama adik ibu sakit seperti ini? Responden : Kurang lebih 2 tahun semenjak pulang dari Malaysia. Peneliti
: Sebelumnya pernah dibawa berobat kemana saja? Responden : Karena saya tidak mengerti ya ibu bawa ke dukun, saya kira “diguna-gunain” Peneliti : Hasilnya bagaimana, bu? Responden : Ya tetap tidak ada berubah, semenjak ibu bawa ke rumah sakit ya ada perubahan sedikit. Peneliti
: Bagaimana perasaan ibu selama merawat keluarga yang sakit jiwa? Responden : Ya bagaimana la dik, smuanya bercampur jadi satu ada malas, sedih dan susah pada awal-awalnya. Sukanya ya ada namanya keluarga sendiri tau sedikit kan dek.
Universitas Sumatera Utara
Peneliti
:
Coba ibu ceritakan pengalaman khusus apa yang ibu miliki selama merawat adik ibu. Responden : Pengalaman khusus rasanya tidak ada karena semua terasa khusus, mulai disayangi orang, palingpaling saya memberikan nasiat kepada adik ibu yang sakit. Peneliti
:
Ada hubungan antara kesembuhan adik ibu dengan nasihat yang ibu berikan atau bimbingan rohani. Responden : Ada, sekarang dia lebih bersemangat lagi untuk cepat sembuh. : Apa manfaat yang ibu rasakan selama memberikan bimbingan rohani? Responden : Saya lebih menyadari siapa diri saya, timbul rasa percaya diri. Peneliti
Apakah ada dampak terhadap perkembangan lainnya? Responden : Biasa aja, semuanya kami lalui bersama-sama anggota keluarga yang lain, sehingga ibu tidak merasa sendirian dalam merawat adik ibu, walaupun dia tinggal bersama ibu. Peneliti
:
Peneliti
: Coba ibu ceritakan apa sajakah yang diperlukan selama merawat adik ibu di rumah. Responden : Yang paling perlu menurut saya adanya perawat
Universitas Sumatera Utara
khusus yang mengerti tentang gangguan jiwa karena obat aja tidak akan membantu tanpa adanya bimbingan rohani 3.
Fase Penutup Wawancara
Peneliti
:
Coba ibu ceritakan bagaimana kondisi adik ibu sekarang. Responden : Alhamdulillah, sekarang dia sudah banyak kemajuan itu bisa diliha dengan aktifitasnya seharihari yang aktif di tempat pengajian dan kegiatan sosial lainnya.
Universitas Sumatera Utara
RESPONDEN 5 Wawancara dilakukan: 15 Agustus 2009. Pkl. 14.00 Wib.
No. 1.
FASE WAWANCARA Fase Pembukaan
HASIL WAWANCARA Peneliti : Coba kakak ceritakan bagaimana ibu kakak bisa kena gangguan jiwa. Responden : Mula-mula ibu mulai sakit semenjak ditinggal bapak meninggal dunia, waktu itu ibu masih termenungmenung dan tinggal ditempat abang, karena abang pun kerjanya serabutan jadi jarang ditumah sehingga ibu kurang terawat dan sering mengeluh ke tetangga tentang keadaannya karena sering kesepian lama-lama ibu jadi stress.
2.
Fase Isi Wawancara
Peneliti : Berapa lama kakak sudah Responden merawat ibu? : Kurang lebih 4 tahun semenjak kejadian ibu sering mengeluh tempat tetangga, karena tempat tinggal saya agak jauh dari tempat ibu. Peneliti
: Sebelumnya ibu pernah di bawa kemana aja? Responden : Ya ke mantri-manti di kampung baru kemudian di suruh ke dokter jiwa. : Tanyo (Tanya) kenapa dibawa ke dokter jiwa? Responden : Ada, abang itu bilang biar lebih cepat sembuh. Peneliti
Universitas Sumatera Utara
Peneliti
: Bagaimana perasaan kakak selama merawat ibu? Responden : Maksud adik, suka dukanya? Ya bagaimana ya dik, dukanya ya ada perasaan macam-macam lah. Ada perasaan hancur, sedih, patah semangat karena sudah 4 tahun ibu belum sembuh-sembuh Kalau sukanya, ya juga ada ya namanya orang tua ya harus diurus, dan bisa cerita lagi sama ibu yang dulu pernah kakak lakukan sama ibu. Ya menyenangkan lah walaupun ibu seperti itu. Peneliti
:
Coba kakak ceritakan pengalaman khusus selama merawat ibu. Responden : Kalau pengalaman khusus ya paling berdo’a, berzikir dan bercerita yang baikbaik atau memberikan bimbingan rohani karena biasanya orang yang sakit jiwa memorinya harus sering di asah lagi begitu kata orang. Peneliti
:
Jadi apa yang kakak lakukan? Responden : Pada waktu lagi enak diajak bicara biasanya kakak mengakjak ibu untuk mengingat masa-masa kecil kakakdulu, di situ ibu sering tertawa. Peneliti
: Apa manfaat bagi kakak setelah berceriita/memberikan bimbingan rohani? Responden : Menambah rasa percaya diri lebih menyayangi dan
Universitas Sumatera Utara
adanya rasa sadar diri yang lebih besar. Peneliti
: Apakah ada dampak sosial terhadap keluarga dengan kondisi ibu? Responden : Biasa aja, orang-oran disini malah sering kemari (ke rumah) untuk bertanyatanya baik tentang keadaan ibu maupun bercerita tentang keluarga mereka. : Apa saja yang kakak rasa perlu selama merawat ibu? Responden : kalau bisa ada perawat yang mengerti tentang gangguan jiwa lebih banyak lagi karena sekarang ini ada kecenderungan pening katanya. Peneliti
3.
Fase Penutup Wawancara
Peneliti
:
Coba kakak ceritakan bagaimana kondisi ibu sekarang. Responden : Ya Alhamdulillah sekarang sudah jauh lebih baik. Semua itu berkat do’a orang semuanya ibu sudah dapat beraktifitas, walau masih terbatas pada hal-hal yang ringan saja.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4
CURRICULUM VITAE
Nama
: EDI SYAHPUTRA
Tempat/Tanggal Lahir : Langsa/21 Oktober 1973 Jenis Kelamin
: Laki-laki
Kewarganegaraan
: Indonesia
Agama
: Islam
Status
: Kawin
Alamat
: Jl. A. Yani Lor. Utama RT. 03 Desa Paya Bujuk Seuleumak
Riwayat Pendidikan 1. 1980 – 1986 2. 1987 – 1989
: : SD Inpres Desa Birem Puntong. SMP Negeri 6 Langsa.
3. 1990 – 1993
: SPK Yayasan Dayah Bustanul Ulum Langsa.
4. 1999 – 2001
: Akper Dr. Rusdi Medan
5. 2008 – 2010
: Fakultas Keperawatan USU Medan.
Universitas Sumatera Utara