a se la m t me
aca b m
Panduan Inventarisasi
Lahan Basah ASIA Versi 1.0 (Indonesia) Copyright © 2003, Wetlands International
PUBLIKASI INI MERUPAKAN TERJEMAHAN DARI BUKU ASLI: Finlayson CM, Begg GW, Howes J, Tagi K & Lowry J. 2002. A Manual for An Inventory of Asian Wetlands: Version 1.0. Wetlands International Global Series 10, Kuala Lumpur, Malaysia. Finlayson CM (
[email protected]), Begg GW (
[email protected]) & Lowry J (
[email protected]), National Centre for Tropical Wetland Research, c/o Environmental Research Institute of the Supervising Scientist, GPO Box 461, Darwin, NT, 0801, Australia. Howes J (
[email protected]) & Davies J (
[email protected]), Wetlands International-Asia Regional Programme Office, 3A39, Block A, Kelana Centre Point, Jalan SS7/19, 47301 Petaling Jaya, Selangor, Malaysia Tagi K (
[email protected]), Wetlands International - Japan, 402 Axes Nishishinjuku, 8-5-3 Nishishinjuku Shinjuku-Ku, Tokyo 160-0023, Japan.
Panduan Inventarisasi Lahan Basah ASIA Versi 1.0 (Indonesia) CM Finlayson, G W Begg, J Howes, J Davies, K Tagi dan J Lowry
ETLAND S Indonesia Programme
Asian Wetland Inventory
national centre for tropical wetland research
Ministry of the Environment, Japan
Panduan Inventarisasi
Lahan Basah ASIA Versi 1.0 (Indonesia) CM Finlayson, GW Begg, J Howes, J Davies, K Tagi dan J Lowry
Indonesia Programme September, 2003
Edisi isi diterjemahkan dan diproduksi atas dukungan dana dari ASEAN Regional CENTRE for Biodiversity Conservation (ARCBC), kerjasama antara the Association of South East Asian Nations (ASEAN) dan The European Union (EU) Translation and production of this edition was funded by the ASEAN Regional CENTRE for Biodiversity Conservation (ARCBC), a joint cooperation between the Association of South East Asian Nations (ASEAN) and the European Union (EU).
Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
i
Panduan Inventarisasi
Lahan Basah ASIA Copyright
Versi 1.0 (Indonesia)
© 2003, Wetlands International
Publikasi ini dapat disalin kembali baik keseluruhan atau sebagian dalam berbagai bentuk kepentingan pendidikan atau non-profit, tanpa ijin tertentu dari pemegang hak cipta, dengan syarat sumbernya harus disebutkan. Wetlands International akan sangat menghargai jika menerima salinan tersebut yang menggunakan publikasi ini sebagai sumbernya. Publikasi ini tidak digunakan untuk diperjualbelikan atau tujuan tertentu yang bersifat komersial tanpa seijin dari Wetlands International. ISBN: 90 5882 981 2 Publikasi ini merupakan terjemahan dari buku asli: Finlayson CM, Begg GW, Howes J, Tagi K & Lowry J. 2002. A Manual for An Inventory of Asian Wetlands: Version 1.0. Wetlands International Global Series 10, Kuala Lumpur, Malaysia. Finlayson CM (
[email protected]), Begg GW (
[email protected]) & Lowry J (
[email protected]), National Centre for Tropical Wetland Research, c/o Environmental Research Institute of the Supervising Scientist, GPO Box 461, Darwin, NT, 0801, Australia Howes J (
[email protected]) & Davies J (
[email protected]), Wetlands InternationalAsia Regional Programme Office, 3A39, Block A, Kelana Centre Point, Jalan SS7/19, 47301 Petaling Jaya, Selangor, Malaysia Tagi K (
[email protected]), Wetlands International - Japan, 402 Axes Nishishinjuku, 8-5-3 Nishishinjuku Shinjuku-Ku, Tokyo 160-0023, Japan Foto cover: Cover depan: Foto udara Sungai Mekong, Kamboja Utara (T. Mundkur) Anak dengan tangkapan ikannya (J. Davies)
Cover belakang: Nelayan di areal hutan mangrove, Indramayu (Wetlands International - IP) Ilustrasi: Ben Bayliss Publikasi ini dapat diperoleh di: Wetlands International - Asia Regional Programme Office 3A39, Block A, Kelana Centre Point, Jalan SS7/19 47301, Petaling Jaya, Selangor, Malaysia Tel: +603 7804 6770 Fax: +603 7804 6772 Email:
[email protected] www.wetlands.org Perhatian: Seluruh pendapat dan pernyataan yang disajikan dalam publikasi ini tidaklah selalu mencerminkan pendapat dan kebijakan Wetlands International, tetapi disesuaikan pada status hukum disetiap negara, wilayah teritorial, atau disesuaikan pada perbatasan wilayah.
ii Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
Prakata
S
aya sangat senang melihat program The Asian Wetlands Inventory (AWI) mengalami kemajuan yang pesat, terutama dengan adanya pembuatan buku panduan ini yang dapat melengkapi tahap awal perkembangan AWI.
Inventarisasi lahan basah adalah salah satu faktor utama dalam konvensi dengan pihakpihak yang mengadakan perjanjian. Hingga kini, pihak-pihak tersebut menyiapkan inventarisasi secara ilmiah di tempatnya masing-masing. Namun pada pelaksanaan konvensi dalam bentuk yang sistematis dan efektif masih ada kekurangan dan masih terbatasnya pemahaman tentang luas dan status sumber-sumber lahan basah di muka bumi ini.
Untuk itu AWI melahirkan resolusi VII.20 dalam menentukan skala prioritas inventarisasi lahan basah yang diambil dalam Ramsar COP terbaru di tahun 1999, terutama paragraf 1.5 yang menyatakan “permintaan-permintaan secara teknis dan ilmiah dari kelompok peninjau, bekerja sama dengan Wetlands International, The Ramsar Bureau dan organisasiorganisasi lain yang terkait meninjau kembali dan mengembangkan bentuk-bentuk yang telah ada dalam inventarisasi lahan basah dan mengelola data termasuk penggunaan remote sensing dan low cost serta pengguna sistem-sistem informasi geografis, juga untuk menyampaikan penemuan-penemuan mereka pada pertemuan ke-8 dengan pihak-pihak yang mengadakan perjanjian dalam rangka mengembangkan standar umum internasional. Sesuai dengan permintaan COP Ramsar, program AWI ini telah dikembangkan secara lengkap dan disesuaikan dengan kebutuhan konvensi dan perkembangannya, serta telah membantu pembentukan diskusi yang berkelanjutan dan isu-isu yang diangkat pada Forthcoming COP pada bulan November 2002, semoga saja pengajuan kerangka kerja Ramsar dari inventarisasi lahan basah ini disetujui. Saya yakin buku panduan AWI ini adalah sebagai alat untuk mengembangkan protokol inventarisasi yang telah dibakukan dan dapat memberikan informasi dalam melakukan pengkajian, evaluasi dan pengawasan lahan basah di Asia, dan akan membuktikan kalau ini benar-benar berguna untuk para pembuat kebijakan lahan basah dan para praktisi di daerah dan di mana saja.
Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
iii
Program AWI ini telah disahkan oleh Standing Committee Ramsar dan telah menerima dukungan yang kuat dan perhatian dari negara-negara di Asia. Saya sangat berharap dengan adanya buku panduan ini akan lebih mendorong negara-negara untuk menjalankan inventarisasi lahan basah secara nasional dengan menggunakan protokol yang telah dibakukan, hal ini penting sekali untuk melakukan perbandingan dan kecenderungan yang terjadi dalam studi ini. Saya juga bahagia AWI memberikan dukungan secara langsung mengenai konsep dan petunjuk yang berisi draft kerangka kerja Ramsar untuk diperimbangkan oleh Ramsar COP8 pada Bulan November 2002. dalam hal ini AWI harus sanggup memberikan kepemimpinan dalam kerangka kerja Ramsar, yang tidak menyatakan secara langsung kalau pendekatan-pendekatan lain tidak harus timbul secara bersamaan. Cirri-ciri utama AWI adalah mempunyai potensi yang jelas untuk megembangkan kapasitas kelembagaaan di negara-negara dengan harapan bisa menjalankan pekerjaan lahan basah secara serius dengan memberikan inter alia di tempat tersebut sebagai alat-alat yang bermanfaat. Selain itu, AWI juga sedang membuat kontribusi pada konvensi di tingkat global karena di dalamnya terdapat alat yang bisa digunakan secara umum. Walaupun tidak ada judul program di dalamnya yang mengkhususkan untuk Asia, namun dapat disajikan sebagai dasar dalam pendekatan-pendekatan inventarisasi lain, yang telah disesuaikan dengan syarat-syarat nasional atau daerah. Buku panduan AWI adalah sebagai pelopor buku panduan yang lebih khusus membahas mengenai teknis untuk mengumpulkan informasi pada bidang data spesifik misalnya penggambaran kimia air, tanah, populasi burung air dan sebagainya. Saya berterima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam pembuatan buku panduan ini dan mengharapkan perkembangan komponen-komponen tambahan pada program yang sangat penting ini.
Delmar Blasco Sekretaris Umu Konvensi Wetlands (Ramsar Iran, 1971) Juni 2002
iv Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
I
nformasi yang dapat dipercaya dalam mengelola sumber daya alam merupakan dasar dari semua keputusan mengenai konservasi dan perkembangan yang telah dibuat. Pada tahun 1999, Wetlands International melakukan peninjauan secara global tentang inventarisasi lahan basah atas nama konvensi wetlands (Ramsar, Iran, 1971). Peninjauan ini menunjukan dasar inventarisasi yang ada tidak mencukupi. terbatasnya standarisasi, pendekatan secara sistematis pada inventarisasi lahan basah, bertentangan dengan wilayah Asia yang telah mengkaji luas, penekanan, dan tingkat degradasi lahan basah di Asia. Mengetahui akan kebutuhan penting ini, pihak-pihak yang mengadakan perjanjian dari Konvensi Ramsar mengajak partisipasi pemerintah untuk bekerja sama dengan Wetlands International dalam meninjau dan mengembangkan lebih jauh bentuk-bentuk inventarisasi lahan basah. Menanggapi hal ini, program AWI telah diresmikan oleh Wetlands International pada tahun 1999 dengan mendapat dukungan awal dari Menteri Lingkungan Hidup Jepang dan pengesahannya dilakukan oleh Standing Committee dari konvensi Ramsar. Dua tahun kemudian, sumber-sumbernya juga disediakan oleh AEON Foundation, dana dari Jepang untuk lingkungan hidup secara global dan Menteri Luar Negeri Belanda. AWI memberikan alat yang efektif untuk mengumpulkan informasi mengenai pengaturan sumber-sumber alam yang diperoleh dari atau bergantung pada lahan basah. Lebih jauh, AWI memberikan kerangka kerja untuk menentukan habitat-habitat secara individu dan wilayah-wilayah dalam dan luar, juga untuk menentukan batas-batas yuridis. Pendekatan AWI baru-baru ini memberikan kerangka kerja dalam pengembangan protokol inventarisasi lahan basah dari Konvensi Ramsar. Wetlands International bekerja sama dengan NCTWR dan WIMSC bertanggung jawab atas pengembangan awal dari proyek ini. Tim ahli dari internasional maupun nasional berada di bawah kepepimpinan Dr. Max Finlayson, termasuk Dr. George Begg, Dr. Jon Davies, Mr. John Howes, Mr. John Lawry dan Mr. Koji Tagi juga telah bertanggung jawab atas pengembangan buku panduan ini dalam dua dua tahun terakhir. Kami bangga atas usaha mereka dan kerja kerasnya. Pada bulan April 2002 kerja sama dengan Menteri Lingkungan Hidup Kambodia, diadakan lokakarya wilayah yang mewakili pemerintah, organisasi internasional dan ahli-ahli teknis untuk meninjau kembali program AWI ini. Pertemuan ini sangat penting untuk menetapkan dasar dalam menyelesaikan metodologi dan buku panduan ini. Buku panduan ini adalah produk dan alat pertama dalam inventarisasi lahan basah di Asia. Hal ini benar-benar akan merubah pihak lain yang ingin mengembangkan inventarisasi untuk tujuan-tujuan yang berbeda atau memperbaharui detail pada setiap level. Alat-alat tambahan akan dikembangkan untuk membantu mengumpulkan data-data spesifik yang dibutuhkan. Biaya dari produksi buku panduan ini telah didanai oleh Menteri Luar Negeri Belanda dan kami berterim kasih atas dukungannya.
Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
v
Kami juga menghargai minat yang kuat dan dukungan yang berkelanjutan dari Ramsar Beaurea, Mr. Delmar Blasco, sekertaris umum, yang dengan senang hati telah memberikan sepatah kata untuk publikasi panduan ini dan Dr. Bick Davidson, Deputi Sekretaris umum yang memberikan saran dan petunjuk teknis. Wetlands International berusaha keras mengembangkan konservasi dan penggunaan lahan basah di seluruh dunia secara berkelanjutan. Empat tahun ke depan Wetlands International akan memfokuskan empat program wilayah tematis, mencakup inventarisasi lahan basah, konservasi spesies, penggunaan kebijakan dan pengembangan kapasitas (http:/ www.wetlands.org.aboutWI/strategy.htm). Dengan adanya perkembangan alat-alat dan pengadaan latihan yang didasarkan pada ketrampilan, kami berharap bisa memberikan saran dan penyajian untuk pemerintah-pemerintah di daerah, konvensi-konvensi dan pihakpihak lain untuk mengembangkan dan menyediakan informasi yang lengkap berdasarkan konservasi lahan basah. Program AWI telah didukung dan disahkan oleh sejumlah pemerintah dan partner-partner lain di daerah lebih dari setahun yang lalu. Kami berharap bisa mengembangkan minat dan dukungan ini untuk memperbanyak kumpulan infomasi yang berkualitas tinggi mengenai lahan basah yang tersedia secara luas. Hal ini dapat meningkatkan pengelolaan dan kebijakan lahan basah untuk melindungi keanekaragaman hayati dan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Mudah-mudahan panduan praktis ini dapat berguna dan bermanfaat bagi anda semua. Kami mengharapkan saran dan kritik untuk memperbaharui informasi yang disampaikan dalam buku panduan ini sehingga bisa melaksanakan program AWI di daerah-daerah.
Dr. Taej Mundkur Regional Programme Director (Asia) Wetlands International June 2002
vi Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
Kata Pengantar
M
ekanisme dalam mengembangkan database inventarisasi lahan basah secara lengkap untuk Asia telah dikerjakan di bawah bantuan Wetland Inventory dan Monitoring Specialist Group (WIMSG) yang merupakan bagian dari organisasi internasional non-pemerintah. Lembaga ini menangani program perencanaan konservasi secara lengkap, termasuk memberikan pengkajian dan pengawasan pada berbagai lahan basah di seluruh Asia. Tujuan dari mekanisme ini adalah untuk menetapkan status lahan basah di Asia pada abad 21 dan mengembangkan database Inventarisasi Lahan Basah Asia (Asian Wetland Inventory (AWI)). Mekanisme ini telah disahkan oleh Standing Committee dari konvensi lahan basah (Ramsar Convention) yang baru-baru ini telah membantu dalam menganalisa inventarisasi lahan basah secara global. Dari analisa tersebut ditemukan banyak informasi menarik tentang inventarisasi lahan basah, termasuk diantaranya di Asia. Buku Panduan untuk inventarisasi lahan basah ini telah di sahkan dalam pertemuan ke tujuh pada konferensi pertemuan lembaga-lembaga yang berkaitan dengan lahan basah di Costa Rica, yang diselenggarakan pada bulan Mei 1999 (http://www.ramsar.org/keycriteria.htm). Buku Panduan Asian Wetland Inventory (AWI) ini dikembangkan dengan menggunakan strategi dan pendekatan secara hirarki dalam mengumpulkan dan mengatur data inti lahan basah. Sistem panduan ini bersifat fleksibel dan terus ditinjau sehingga bila diperlukan dapat segera direvisi sesuai dengan pengalaman dalam menangani inventarisasi lahan basah di Asia (version 1.0). untuk lebih lanjut, panduan ini tidak dimaksudkan untuk mengganti teks-teks secara detail yang dapat menggambarkan cara-cara mengumpulkan informasi tertentu yang tercantum dalam inventarisasi. Pembaca disarankan agar mengacu pada buku-buku teknis khusus. Namun, diberikan keleluasaan para pembaca di Asia dalam inventarisasi lahan basah ini, untuk memberikan saran dan tanggapan dalam bentuk laporanlaporan atau dokumen untuk melengkapi metoda buku panduan ini.
Dr. CM Finlayson Direktur, National Centre For Tropical Wetland Research Presiden, Wetland International
Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
vii
Ucapan Terima Kasih
K
ami ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada kementrian lingkungan hidup Jepang yang memberikan bantuan dana awal yang dibutuhkan oleh AWI. Proyek ini juga berjalan atas bantuan dana dari kementrian luar negeri Belanda (DGIS) dengan the conservation and Wise Use of Wetlands – Global Programme yang di kelola oleh Wetlands International (2001-2002), The Japan Fund for Global Environment (JFGE) (2001-2002) dan the AEON Foundation (2001-2002). Kami juga sangat berterima kasih pada The Environmental Research Institute of The Supervising Scientist (Lingkungan hidup Australia) atas dukungan penyediaan berbagai fasilitas secara berkesinambungan. Kami berterima kasih pada Tim Manajemen AWI, Dr Douglas Taylor, Ms Kaori Matsui dan Mr Matt Wheeler, atas perannya dalam menjamin dana yang dibutuhkan oleh proyek ini, begitu juga terhadap Ms Robin Shaap, Dr Arthur Mitchel, Mr Scot Frazier dan Dr, taej Mundkur (dari Wetlands International) atas dukungan dan sarannya. Secara khusus kamipun mengucapkan terima kasih pada Mr Alvin Lopez atas kerja kerasnya dalam mengkoordinasi komponen dana dari DGSI untuk program AWI. Ucapan terima kasih yang mendalam juga kami tujukan pada berbagai kalangan yang telah menyumbangkan tenaga dan waktunya dalam mempersiapkan buku panduan ini. Khususnya buat Mr Ben Bayliss (Environmental Research Institute of The Supervising Scientist), yang telah berperan baik dalam mengatur tata letak buku panduan ini. Kami juga berterimakasih pada sejumlah orang yang telah membaca dan memberikan tanggapan pada versi buku panduan sebelumnya. Dengan segala hormat ucapan terima kasih juga kami tujukan pada Mr Gordon Claridge, Dr John Mackinnon (wakil direktur EU, ASEAN Regional Centre For Biodiversity Conservation), MR Mam Kosal (Wetland International – Kantor Lower Mekong), Mr Robson Ivan (WI – Kantor Wilayah Selatan Asia), Mr Reza Lubis (WI – Kantor Indonesia) dan Mr Koji Shiguchi (Divisi Perlindungan Cagar Alam, Kantor Konservasi alam, Kementrian Lingkungan Hidup, Jepang). Juga atas bantuan dan dukungan dari semua orang yang terlibat, khususnya para ahli lahan basah yang diikutsertakan secara khusus dalam menangani konsep akhir dari buku panduan ini (Dr Luis Costa, Dr Chris Gordon dan Mr Sigid hariyadi). Kamipun berterima kasih pada para pendukung utama yang telah melaksanakan lokakarya di Jepang (Mr Kojiro Mori, Menteri Lingkungan Hidup, Jepang) dan Dr Yoshiki Yamagata
viii Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
(National Institute of Environmental Studies) dan di Kamboja (perwakilan dari pemerintahan Kamboja, Cina, Lao P.D.R, Malaysia, Philipina, Thailand dan Vietnam), begitu juga pejabatpejabat pemerintahan jepang (Mr H Chiba, Mr H Eguchi, Mr K Kokubu, Dr M Komoda, Mr A Takamatsu dan Mr T Toru). Gambaran program hasil lokakarya ini ditangani oleh Ms Robin Schaap, yang kemudian diajukan untuk mendapatkan dukungan bagi terselenggaranya Komite ke 24 di bulan Desember 1999. Sebagai penutup, ucapan terima kasih kami tujukan kepada Wetlands International atas dukungannya pada Wetland Inventory & Monitoring Specialist Group dan kantor Ramsar Convention, atas visi jangka panjangnya dalam meningkatkan pengembangan kegiatan hasil inventarisasi lahan basah. Tanggung jawab ini ditangani khusus oleh Dr Michael Moser, Dr Nicholas Davidson dan Dr Bill Phillips. Ms Khadijah Ahmad dan Ms Flora George dari Wetlands International juga perlu diberikan penghargaan atas upayanya dalam menangani masalah administrasi dan keuangan demi perkembangan buku panduan ini.
Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
ix
Ringkasan Eksekutif
P
anduan Asian Wetland Inventory (AWI) ini bertujuan untuk mengembangkan protokol inventarisasi yang telah dibakukan ini secara lengkap sehingga dapat memberikan informasi dalam pengkajian, evaluasi dan pengawasan lahan basah di Asia.
Protokol AWI ini dibuat berdasarkan protokol-protokol inventarisasi sebelumnya yang telah berhasil dikembangkan dan dipergunakan di seluruh dunia. Protokol ini juga dibuat berdasarkan pada berbagai rekomendasi dengan memperhatikan inventarisasi lahan basah secara umum yang dipimpin oleh Wetlands International atas nama Ramsar Convention Bureu serta beberapa dukungan pada ketentuan-ketentuan yang digunakan dalam kerangka kerja dari Ramsar Convention untuk melakukan inventarisasi lahan basah. Sejak berdirinya AWI tahun 1999 (dengan mendapat bantuan dana dari kementrian lingkungan hidup, Jepang) AWI kemudian dikembangkan menjadi suatu konservasi alam dan pengembangan program secara regional. Beberapa hasil penting yang telah dicapai oleh AWI antara lain :
•
Meningkatkan kesadaran akan pentingnya lahan basah serta membangun kesadaran kelembagaan pemerintah nasional yang relevan di Asia akan perlunya inventarsiasi yang dibakukan.
•
Dengan adanya System Informasi Geografis (GIS) yang dinamis dan telah dibakukan ini bertujuan untuk dapat menggabungkan database sehingga bisa memberikan informasi/data inti mengenai lahan basah di Asia serta sebagai acuan dalam perencanaan upaya-upaya perlindungan alam baik ditingkat pemerintah, konvensi Internasional, lembaga swadaya masyarakat maupun di tempat lainnya.
•
Memperluas jaringan kerja mengenai tehnik-tehnik dan ketrampilan-ketrampilan untuk mengumpulkan data yang telah terlatih dalam pelaksanaan AWI di tingkat nasional atau daerah.
•
Mengembangkan program inventarisasi nasional dan database di semua negaranegara yang ikut berpartisipasi.
•
Mengembangkan program pelatihan jaringan kerja di tingkat daerah dalam melakukan inventarisasi lahan basah.
•
Adanya program pengawasan untuk melakukan revisi dalam memperbaharui informasi mengenai inventarisasi lahan basah di tingkat daerah.
x Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
Berdasarkan cakupan geografisnya, negara-negara yang termasuk dalam kelompok “Asia” adalah negara-negara yang telah tercantum dalam buku Directory of Asian Wetlands termasuk didalamnya negara-negara yang terletak di Asia Tengah, Rusia bagian timur dimana terdapat pegunungan Ural dan sebagian negara-negara teritorial yang wilayah geografisnya saling berbatasan. Tujuan utama dari AWI adalah untuk menggambarkan dan memetakan sumber daya lahan basah di Asia, mengingat akan banyaknya habitat-habitat lahan basah yang terletak mulai dari wilayah pasang surut sampai bagian hulu lembah-lembah sungai utama, dan menyimpan informasi ini dalam format Sistem Informasi Geografi (GIS). Melalui GIS ini akan disajikan skala yang berbeda beserta rinciannya tergantung pada kepentingan dalam melakukan inventarisasi secara eksplisit dan ukuran serta seberapa pentingnya nilai lahan basah tersebut. Pada dua level pertama akan menyajikan segi kontekstual dasar bagi penginventarisasian dan menetapkan kerangka kerja yang selanjutnya dilengkapi dengan inventarisasi lahan basah dan pengkajiannya. Pada tingkat ketiga akan disajikan informasi atribut-atribut data utama lahan basah yang kompleks dan lokasi-lokasi yang luas, dan pada tingkat ke-empat akan disajikan informasi lebih lanjut pada suatu lokasi atau pada tingkat habitat.
Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
xi
Daftar Isi
Prakata ............................................................................................................................................. iii Kata Pengantar ................................................................................................................................. vii Ucapan Terima Kasih ....................................................................................................................... viii Ringkasan Eksekutif ............................................................................................................................ x 1.
Pendahuluan ............................................................................................................................. 1
2.
Tujuan ...................................................................................................................................... 4 2.1
3.
Cakupan Geografis .................................................................................................. 4
Metoda .................................................................................................................................... 5 3.1
Definisi Lahan Basah .......................................................................................... 5
3.2
Klasifikasi Lahan Basah ..................................................................................... 6
3.3
Pemetaan Lahan Basah ..................................................................................... 7
3.4
Gambaran Tentang Lahan Basah ................................................................... 10
4.
Pengelolaan Informasi ............................................................................................................ 12
5.
Pengumpulan Data Utama ........................................................................................................ 11 5.1
Data Level 1 : Lembah Sungai Utama, Daerah Pesisir dan Kepulauan ............................................................................................................ 11
xii Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
5.2
5.3
5.1.1
Nama dan kode lembah sungai utama, daerah pesisir atau kepulauan ............................................................................................. 14
5.1.2
Geologi ................................................................................................... 14
5.1.3
Iklim ........................................................................................................ 15
5.1.4
Wilayah Ekologi .................................................................................... 15
5.1.5
Vegetasi ................................................................................................. 15
5.1.6
Area dan Tipe Lahan Basah ............................................................. 15
5.1.7
Potensi dan Manfaat Lahan Basah .................................................. 16
5.1.8
Penanganan Permasalahan dan Ancaman ..................................... 16
5.1.9
Lembar Data Penyelesaian ............................................................... 17
Data Level 2 – Sub - Lembah-Lembah Sungai dan Sub – Wilayah Pesisir .................................................................................................................. 18 5.2.1
Nama dan Kode Sub – Lembah atau Sub – Daerah .................. 18
5.2.2
Lokasi Geografis ................................................................................. 18
5.2.3
Karakteristik Alam ............................................................................... 19
5.2.4
Ciri-Ciri Fisik ........................................................................................ 19
5.2.5
Vegetasi ................................................................................................ 20
5.2.6
Potensi dan Manfaat Lahan Basah ................................................. 20
5.2.7
Penaganan Permasalahan dan Ancaman ....................................... 21
5.2.8
Hukum Perbatasan Wilayah .............................................................. 22
5.2.9
Lembar Data Penyelesaian ............................................................... 23
Data Level 3 :
Kompleks Lahan Basah ....................................................... 23
5.3.1
Nama dan Kode kompleks lahan Basah ......................................... 23
5.3.2
Lokasi Geografis ................................................................................. 24
5.3.3
Karakteristik Iklim ................................................................................ 24
5.3.4
Karakteristik Ekologi ........................................................................... 24
5.3.5
Populasi Demografis ........................................................................... 27
5.3.6
Penggunaan Lahan dan Air .............................................................. 28
5.3.7
Batas Wilayah ...................................................................................... 28
5.3.8
Penanganan isu-isu dan Ancaman-Ancaman ................................. 29
5.3.9
Penyelesaian Lembar Data ............................................................... 30
Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
xiii
5.4
Data Level 4 :
Habitat Lahan Basah ........................................................... 31
5.4.1
Nama dan kode habitat lahan basah .............................................. 31
5.4.2
Lokasi geografi .................................................................................... 31
5.4.3
Karakteristik iklim ................................................................................ 31
5.4.4
Karakteristik ekologis ......................................................................... 32
5.4.5
Pengelompokkan habitat .................................................................... 46
5.4.6
Potensi dan manfaat lahan basah ................................................... 47
5.4.7
Penggunaan lahan dan air ............................................................... 48
5.4.8
Penanganan permasalahan dan ancaman-ancaman .................... 48
5.4.9
Program-program monitoring dan penanganan ............................. 48
5.4.10
Lembar data penyelesaian ................................................................ 48
Daftar Pustaka ................................................................................................................................ 49
Daftar Lampiran Lampiran A
Resolusi-resolusi dari Konferensi San Jose .............................................. 55
Lampiran B
Pengklasifikasian jenis-jenis lahan basah berdasarkan Ramsar ........... 59
Lampiran C
Pemberian Nama dan Kode untuk Lembah Sungai Besar dan Kepulauan-Kepulauan di Asia ....................................................................... 61
Lampiran D
Lembar Data Level 1 – Lembah-Lembah Sungai Besar Daerah Daerah Pesisir Pantai dan Kepulauan ....................................................... 63
Lampiran E
Lembar Data Level 2 – Sub-Lembah Sungai dan Sub- Daerah Pesisir Pantai .................................................................................................. 65
Lampiran F
Lembar Data Level 3 – Kompleks-Kompleks Lahan Basah ................... 67
Lampiran G
Lembar Data Level 4 – Habitat Lahan Basah .......................................... 71
xiv Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
Daftar Tabel Tabel 1.
Pengelompokan berbagai Potensi dan manfaat daerah lahan basah ..... 16
Tabel 2.
Pendorong utama penanganan permasalahan dan ancaman ................... 17
Tabel 3.
Area permukaan lahan basah ......................................................................... 19
Tabel 4.
Pengelompokan berbagai fungsi dan manfaat lahan basah ..................... 21
Tabel 5.
Perkiraan faktor pendorong terhadap penanganan permasalahan dan ancaman ...................................................................................................... 22
Tabel 6.
Tingkat pengikisan sepanjang pesisir pantai dan kompleks lahan basah ................................................................................................................... 25
Tabel 7.
Pengelompokan daerah pesisir pantai berdasarkan jangkauan pasang surut air ................................................................................................ 25
Tabel 8.
Tingkat pengaruh penampungan air buangan terhadap kualitas air ...... 26
Tabel 9.
Kategori kepadatan penduduk ........................................................................ 28
Tabel 10.
Klasifikasi penggunaan lahan dan air ........................................................... 29
Tabel 11.
Penanganan permasalahan dan ancaman terhadap keragaman lahan basah ........................................................................................................ 30
Tabel 12.
Pengelompokkan struktur tanah yang membentuk lahan basah .............. 32
Tabel 13.
Pengelompokkan struktur tanah yang membentuk lahan basah di wilayah pesisir pantai ................................................................................... 33
Tabel 14.
Ketentuan untuk menetapkan luas daerah lahan basah ........................... 34
Tabel 15.
Pengelompokkan tekstur lapisan tanah ......................................................... 36
Tabel 16.
Pengelompokkan daerah yang tidak tergenang air pasang dan dapat di jadikan lahan basah ......................................................................... 37
Tabel 17.
Pengelompokkan karakteristik arus panas berdasarkan perbedaan jenis pencampurannya ...................................................................................... 38
Tabel 18.
Pengelompokkan kadar garam ........................................................................ 38
Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
xv
Tabel 19.
Pengelompokkan kadar asam berdasarkan satuan PH .............................. 39
Tabel 20.
Pengelompokan transparansi yang diukur dengan secchi disc ................ 40
Tabel 21.
Kaitan umum mengenai produktifitas lahan basah untuk memperkirakan konsentrasi total kandungan fosfor di dalamnya ............ 40
Tabel 22.
Contoh format berdasarkan pengelompokan kumpulan vegetasi ............. 41
Tabel 23.
Contoh format pengelompokan spesies vegetasi ........................................ 42
Tabel 24.
Contoh format dokumen pengumpulan spesies vegetasi dari suatu konservasi yang signifikan ............................................................................... 43
Tabel 25.
Contoh format dokumen pengumpulan species binatang dari suatu konservasi yang signifikan ............................................................................... 44
Tabel 26.
Contoh format tabulasi data populasi yang berlimpah (a) dan informasi tentang populasi perkembangbiakan (b) ..................................... 45
Tabel 27.
Contoh format daftar binatang taxa yang penting, digabungkan dengan setiap habitat utama disertai dengan penyediaan petunjuk informasinya ........................................................................................................ 45
Tabel 28.
Ringkasan daftar standar lahan basah yang penting untuk dunia berdasarkan Ramsar Convention ................................................................... 46
Tabel 29.
Pengelompokkan 13 kategori dasar dari lahan basah yang dibentuk oleh kombinasi bentuk dan sifat hydroperiod .............................................. 47
xvi Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
1
Pendahuluan
S
ecara garis besar buku panduan inventarisasi lahan basah ini bertujuan untuk menyediakan alat bantu yang efektif dalam mengumpulkan informasi untuk mengelola sumber daya alam yang berasal dari lahan basah. Mekanisme ini menggunakan strategi dan pendekatan hirarkis dalam mengumpulkan informasi mengenai lahan basah, sementara itu dalam proses pengumpulan, penyimpanan, dan penyebaran datanya menggunakan tekhnologi terbaru. Untuk penyusunan buku A Directory of Asian Wetlands yang menyediakan ringkasan informasi mengenai status, ancaman, keanekaragaman hayati yang penting dari 947 tempat lahan basah di 24 negara Asia (scott & Poole 1989: Scott 1989) dibuat berdasarkan pada inventarisasi yang sebagian besar dibuat pada pertengahan akhir tahun 1980-an). Namun,dengan adanya persamaan-persamaan dalam inventarisasi yang disalurkan pada tempat-tempat lain di dunia ini menunjukan bahwa analisa ini tidak lengkap dan pada saat ini sudah ketinggalan jaman sehingga perlu untuk direvisi (Watkins dan Parish 1999: Finalyson et. al. 1999).
Adanya kekurangan dalam inventarisasi lahan basah seperti yang diuraikan dalam beberapa International fora ( Finlayson & Davidson 2001, Finlayson et al 1999,2001) telah menghasilkan sebuah dokumen resmi yang disahkan oleh Ramsar Convention untuk Wetlands di Costa Rica, pada bulan Mei 1999 (http://ramsar.org/cop7_doc_19.4_e.htm). Dokumen ini berhasil melahirkan suatu resolusi yang mendorong berkembangnya suatu pendekatan sistematis dan standarisasi bagi inventarisasi lahan basah yang berdasarkan pada keputusan awal dari pihak-pihak yang mengadakan perjanjian terhadap konvensi untuk mengembangkan inventarisasi lahan basah nasional sebagai rencana kerja nasional dalam pengelolaan lahan basah. karena begitu pentingnya menjalankan inventarisasi lahan basah yang tersusun secara baik, maka terbentuklah lokakarya Wetlands International yang diadakan di Dakar, Senegal, bulan November 1998 ( Finlayson et al 2001). Lokakarya ini menghasilkan beberapa rekomendasi dan protokol awal dalam merencanakan inventarisasi lahan basah secara garis besar (Finlayson 2001). Beberapa rekomendasi dalam lokakarya ini tercantum dalam latar belakang dokumen resmi untuk kepentingan pertemuan Ramsar Convention di Costa Rica. Pertemuan ini menghasilkan suatu draft kerangka kerja perencanaan inventarisasi lahan basah atas nama konvensi; kerangka kerja tersebut akan di bahas secara khusus pada konferensi pertemuan yang akan di laksanakan mendatang bagi pihak-pihak yang mengadakan perjanjian dalam konvensi ini. (Valencia, Spanyol, November 2002). Finlayson (1996) membedakan antara inventarisai lahan basah dengan yang tertera pada buku petunjuk mengenai lahan basah, sebagai berikut:
Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
1
Sebuah buku petunjuk dan inventarisasi, biasanya digunakan untuk menyusun jenis informasi yang sama, namun yang pertama hanya terbatas pada informasi terkini & pembahasannya tidak secara luas. Umumnya suatu inventarisasi mencakup langkahlangkah penelitian untuk mendapatkan informasi lanjutan, dan dengan demikian dapat menyajikan suatu ulasan yang lebih luas. Kemudian Finlayson (1996) menambahkan lebih lanjut Dalam kenyataannya, syarat-syarat yang sering digunakan tidak dapat diubah, dan oleh sebab itu batasannya menjadi lebih menonjolkan sisi keilmuannya & tidak dapat diganggu gugat pada pembahasan selanjutnya mengenai invetarisasi lahan basah secara luas. Dalam konteks ini, kitapun menyadari bahwa inventarisasi lahan basah dapat memberikan suatu dasar dalam mengumpulkan ilmu pengetahuan yang bisa diandalkan serta memberikan informasi yang bisa dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan mengenai konservasi & kegunaan lahan basah secara bijaksana (Dugan 1990, Finlayson 1996). Inventarisasi lahan basah juga dapat membantu pemerintah mengidentifikasi lahan-lahan basah untuk kepentingan nasional maupun internasional & memprioritaskan konservasi alam & pengembangannya bersamaan dengan pengelolaan sumber-sumber kekayaan alam, khususnya air, perikanan dan/ atau perhutanan. Ramsar Convention telah mengembangkan inventarisasi lahan basah untuk tujuan :
•
Pengidentifikasian fungsi & nilai-nilai lahan basah, termasuk masalah ekologis, sosial & nilai-nilai budaya.
•
Mengembangkan suatu ukuran dasar, fungsi serta nilai bagi lahan basah apabila mengalami perubahan di kemudian hari.
•
Pengidentifikasian keberadaan lahan basah, untuk kepentingan konservasi
•
Penyediaan peralatan untuk perencanaan & pengaturan, yang keduanya berlaku untuk kepentingan praktis dan/atau politik ; serta
•
Memberikan suatu perbandingan antara pemerintah yang melaksanakan suatu prosedur penanganan tertentu terhadap lahan-lahan basah itu sendiri dengan pengelola khusus (yang bersifat lokal, nasional maupun internasional) dengan tingkat kesulitan yang berbeda.
Pihak-pihak yang menjalankan perjanjian Ramsar, telah terdorong untuk melaksanakan inventarisasi lahan basah secara lebih baik dan efisien serta menetapkan dan mempertahankan inventarisasi nasional dan pengidentifikasian semua lahan basah yang memenuhi kriteria untuk kepentingan dunia internasional (http://www.ramsar.org/key_criteria.htm). Selanjutnya, penginventarisasian lahan basah dapat memberikan informasi untuk mendukung berbagai program nasional dan memenuhi keperluan laporan berbagai risalah internasional, seperti konvensi keanekaragaman hayati, perpindahan spesies, desertifikasi, peninggalan alam & perubahan iklim. Pada saat yang bersamaan, strategi regional, seperti strategi konservasi perpindahan burung air di wilayah Asia-Pasifik (http://www.wetlands.org/ iwc/awc/ waterbirdstrategy/default.htm) sangatlan bergantung pada informasi yang bisa di akses melalui sistem inventarisasi, untuk perencanaan dan prioritas penanganannya serta tindakan pengawasannya.
2 Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
Lebih lanjut lagi, dengan terbentuknya suatu konsensus yang luas & berkembang bagi kepentingan lahan-lahan basah tersebut yang juga merupakan suatu ekosistem yang benarbenar penting, serta dapat memberikan manfaat yang signifikan bagi lingkungan kehidupan sosial dan perekonomian baik secara lokal maupun global. Maka, suatu inventarisasi harus dapat menyediakan informasi bagi berbagai kepentingan serta melibatkan peran serta yang berbeda bagi para stakeholder (organisasi yang terkait). Sangatlah penting untuk diingat, bahwa suatu inventarisasi itu menyediakan informasi yang lengkap bagi kepentingan tertentu, dalam suatu bentuk yang siap dipergunakan oleh para stakeholder. Agar hal ini berhasil, para stakeholder dan pengguna informasi ini disarankan untuk berkonsultasi terlebih dahulu sebelum melakukan pengembangan dan pelaksanaan inventarisasi ini. Maka sangatlah ditekankan bahwa cara serta kegunaan suatu inventarisasi yang dapat mengakses kebutuhan informasi, haruslah di sepakati terlebih dahulu sebelum pengumpulan data dimulai. Dari beberapa alasan yang saling berkaitan sebagaimana disebutkan di atas, berguna untuk membentuk suatu inventarisasi yang baik seperti digambarkan dalam forum diskusi yang diadakan oleh Wetlands International dalam lokakaryanya di Senegal (Finlayson 2001, Finlayson & Davidson 2001). Berdasarkan pada analisis sebelumnya, khususnya yang telah didiskusikan dalam lokakarya Senegal, dasar dari mekanisme tersebut berada dalam Inventory of Asian wetlands, tergambar dalam buku panduan ini. bagian terpenting dari hal-hal tersebut di atas dibuat secara hirarkis dan peta dasar yang dijabarkan dalam empat tingkatan secara rinci. Detail tiap tingkatan dihubungkan dengan skala pemetaan yang didalamnya memuat format standar dari Geographis Information System (GIS) dengan perangkat data inti yang maximun. Mekanisme tersebut diatas juga mengacu pada bermacam-macam rekomendasi yang dibuat pada tinjauan sumber-sumber lahan basah yang kemudian disalurkan melalui Ramsar Convention ( http://www.ramsar.org/key_res-vii.20e.thm ) dan dapat dilihat pada Lampiran A. Satu hal penting dalam pendekatan ini adalah untuk pengadopsian tindakan sistem multi-scalar (hirarkis) guna memungkinkannya data utama mengenai lahan-lahan basah yang dikumpulkan pada skala yang berbeda untuk kepentingan yang berbeda pula. Namun didalamnya memuat suatu gabungan sistem pengaturan data untuk mendukung penggunaan informasi yang maksimum.
Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
3
2
Tujuan
B •
erdasarkan pada penjelasan sebelumnya, inventarisasi lahan basah oleh AWI, bertujuan untuk mengembangkan suatu standarisasi dan penyeragaman metodologi yang dapat dipergunakan secara regional maupun global untuk kepentingan: Pengembangan standarisasi pengumpulan data lapangan;
•
Penyediaan sumber data/informasi tentang lahan basah di Asia untuk pemerintah nasional maupun untuk mendukung konvensi internasional dan berbagai risalah tentang lahan basah, perubahan iklim, keanekaragaman hayati, perpindahan spesies dan desertifikasi, serta pelaksanaannya yang dilakukan oleh pihak pemerintah;
•
Penganalisaan untuk jangka panjang tentang kecenderungan lahan basah di Asia dan sumber-sumber kekayaan alamnya;
•
Adanya kemungkinan untuk merevisi secara teratur, serta memperbaharui informasi penting tentang lahan basah di lingkungan nasional maupun internasional di seluruh Asia; dan
•
Penyebaran berbagai analisa yang terkumpul untuk perluasan kepentingan yang dapat dipergunakan untuk mendukung pengembangan serta konservasi sumber-sumber lahan basah.
Maksud dibuatnya buku panduan ini adalah untuk menuntun penyusunan inventarisasi lahan basah yang dilakukan secara bertahap dalam mencapai tujuan-tujuan tersebut di atas.
2.1 Cakupan Geografis Sasaran AWI adalah negara-negara/daerah-daerah teritorial termasuk negara-negara Asia seperti yang tertera dalam Directory of Asian wetlands, dan negara-negara yang termasuk dalam wilayah Asia Tengah, Rusia Timur di daerah pegunungan Ural serta daerah-daerah lainnya yang secara regional geografisnya saling berdekatan.
4 Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
3
Metoda
C
iri-ciri utama dalam pendekatan yang dilakukan oleh AWI adalah menghasilkan peta-peta, mengumpulkan data, dan menganalisa kategori data yang standar dengan menggunakan kerangka kerja hirarki dan dalam bentuk skala. Kerangka kerja ini menghubungkan skala pemetaan dan detail dari setiap level yang diketahui.
3.1
Definisi Lahan Basah
Lahan basah di Asia terdiri dari bermacam-macam jenis, seperti habitat alami dan buatan (Scott 1989; Watkins & Parish 1999) termasuk:
•
Daerah inter-tidal dan muara, seperti danau, pesisir, batu karang yang berada di daerah terbuka, endapan lumpur dan pasir, danau air asin (di daerah yang bertemperatur rendah) dan hutan bakau (di daerah tropis dan sub-tropis);
•
Sungai dan rawa yang terbentuk dari genangan banjir, anak sungai dan danau;
•
Danau air tawar dan hamparan ilalang baik yang bersifat temporer maupun permanen
•
Hutan rawa gambut dan hutan rawa air tawar, serta
•
Gambut dan lumpur
Sedikit sekali jenis lahan basah yang termasuk dalam jenis musiman, seperti danau air asin dan/atau yang mengandung alkalin. Di Asia juga memiliki lahan basah buatan, seperti sawah yang bersifat musiman, ladang garam, kolam aquakultur dan waduk. Dari contoh tersebut di atas, dapat terlihat bahwa betapa sulitnya dalam mendefinisikan lahan basah. Hal ini telah berlangsung sejak lama (Finlayson & Van der Valk 1995), yang sebagian terkait dengan masalah penjelasan habitatnya yang sering kali dianggap sebagai ecotones antara habitat air dan darat. Satu hal yang sangat penting tentang lahan basah, bahwa lahan basah sudah diterima dan mendapat pengakuan dunia berkat Ramsar Convention. Meskipun demikian, ketika ditegaskan oleh Finlayson (1999) saat mengembangkan protokol untuk inventarisasi lahan basah di Australia, definisi tentang lahan basah ini cenderung meluas, seperti lahan basah di pesisir pantai dan laut, mengingat keduanya berada dalam perairan dalam dan terjadi karena adanya penggenangan air secara musiman dan sporadis. Namun pencantuman daerah laut telah menimbulkan banyak perdebatan. Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
5
Catatan, situasi ini tidak pernah ada dalam definisi yang dihasilkan dan disetujui oleh Ramsar sebagai dasar dari inventarisasi ini. Maka : Lahan basah adalah wilayah-wilayah rawa, daratan rendah, gambut atau air, baik alami atau buatan, permanen atau temporer, dengan air tenang atau mengalir, tawar, payau atau asin, termasuk area laut dengan kedalaman air yang tidak melebihi 6 meter pada saat air surut. Artikel 2.1 dari Ramsar Convention menetapkan tentang lahan basah, yaitu : ‘Daerah pesisir pantai dan riparian yang berbatasan dengan lahan basah dapat dimasukkan dalam inventarisasi, begitu pula pulau-pulau atau daerah laut yang memiliki kedalaman lebih dari 6 meter pada saat air surut. Definisi tersebut di atas untuk mendukung kepentingan resmi pihak nasional dan internasional berkaitan dengan Ramsar Convention, namun secara cukup luas juga membantu penganalisaan lahan basah yang dalam melakukan inventarisasi menggunakan definisi yang lebih sempit.
3.2
Klasifikasi Lahan Basah
Tipologi habitat dan ekosistem lahan basah yang didasarkan pada ketentuan Ramsar (lampiran B) sangat bermanfaat dan sudah digunakan secara luas, tipologi habitat dan ekosistem lahan basah tersebut didasarkan pada penggabungan antara vegetasi, tanah, penggenangan air dan ciri-ciri bentuk tanah yang tidak selalu sama dan agak membingungkan (Semeniuk dan semeniuk 1995, 1997). Analisa dan review terbaru mengenai klasifikasi lahan basah telah menggarisbawahi kepentingan untuk mengatasi ketidakstabilan dalam klasifikasi ini. Disimpulkan oleh Finlayson dan Davidson (1990) bahwa klasifikasi yang stabil dan baik adalah didasarkan pada bentuk tanah dan airnya kedua cir-ciri dasar tersebut menentukan keberadaan setiap tipe lahan basah, tanpa menitik beratkan pada faktor iklim, jenis tanah, tumbuhan atau asal usulnya. Beberapa klasifikasi lahan basah telah dikembangkan di USA (Brinson 1993) dan Australia (Semeniuk dan Semeniuk 1995) yang diusulkan untuk dimasukkan kedalam kategori standarisasi sistem inventarisasi nasional Australia (Finlayson 1999). AWI bertujuan untuk memanfaatkan berbagai pendekatan yang lebih stabil dan modern, seperti yang akan diuraikan dibawah ini. Dengan demikian, AWI membantu pengklasifikasian yang didasarkan pada 5 kelengkapan bentuk tanah, serta 4 karakteristik hidrologis yang menghasilkan 13 kategori lahan basah (Tabel 29). Kesemuanya merupakan kategori yang bersifat eksklusif satu sama lain dan memberikan dasar yang stabil dalam mengidentifikasi lahan basah. Hal ini akan memudahkan adanya suatu pendekatan skala klasifikasi inventarisasi lahan basah tanpa terjebak pada permulaannya, sebagai contoh, keberadaan utama suatu tumbuhan yang tidak dipengaruhi oleh iklim dan bentuk tanah. Pendekatan ini menghasilkan kesamaan lahan basah yang meliputi keadaan iklim, geomorfis, tanah, dan tumbuhan berdasarkan pada alasan karakteristik
6 Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
bentuk tanah dan air, baik yang bersifat dominan dan/atau umum untuk semua lahan basah, tanpa memperhatikan lingkungannya. Pengklasifikasian dapat diuraikan secara luas, dengan menambahkan penggambaran tentang kadar garam, tumbuhan yang menutupinya, bentuk dan ukuran, sebagaimana digambarkan dibawah. Pengklasifikasian lahan basah tertentu dapat diperoleh dari informasi yang dimuat dalam kumpulan data selama melakukan inventarisasi dan, khususnya informasi tentang bentuk tanah dan air tersebut di atas, berdasarkan pada klasifikasi hidrogeomorfis. Penting untuk diingat bahwa pengkategorian lahan basah berdasarkan tipologi yang ditetapkan oleh Ramsar, tidaklah semudah seperti yang diambil dari data pusat yang tertera dalam lembar data yang merefleksikan adanya ketidakstabilan dalam melakukan klasifikasi. Ditambah pula bahwa data pusat yang dikumpulkan dalam lembaran data dapat dipergunakan untuk membantu atau memperoleh klasifikasi yang dapat digunakan untuk tujuan tertentu.
3.3
Pemetaan Lahan Basah
Tujuan utama AWI memetakan lahan basah adalah untuk menyajikan peta dan pemetaan sumber-sumber lahan basah di Asia, dengan mengambil habitat-habitat lahan basah di sepanjang wilayah intertidal sampai masuk kedalam, dan menampilkan informasi tersebut melalui pemetaan dengan GIS. Dengan demikian akan menghasilkan jenis skala peta yang berbeda-beda serta jumlah rinciannya akan tergantung pada kepentingan inventarisasi dan ukuran lahan basah itu sendiri. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut dikemukakanlah suatu hirarki pemetaan empat skala seperti berikut : 1. 1 : 500.000 – 1 : 1000 000 skala peta untuk lembah-lembah sungai besar, wilayah pesisir pantai atau kepulauan, 2. 1 : 250.000 – 1 500.000 skala peta untuk sub-lembah sungai dan sub-wilayah pesisir pantai, 3. 1 : 100.000 – 1 250.000 skala peta untuk komplek-kompleks lahan basah, 4. 1 : 10.000 – 1 : 50 000 skala peta untuk habitat lahan basah. Lembah sungai, wilayah pesisir pantai dan pulau besar sebaiknya digunakan untuk penentuan regionalisasi geografis di Asia, karena hal tersebut tidak hanya melintasi batas politik akan tetapi memiliki perbedaan topografi dan hidrologi. Daerah pesisir pantai dapat terdiri dari beberapa sungai kecil dan lembah sungai utama yang mengalir diantara benua seperti barisan pegunungan yang terbentang pendek dan paralel dari pantai. Sebuah sub-daerah pesisir pantai dapat terdiri dari satu lembah sungai kecil yang kemudian diasosiasikandalam lahan basah pantai. Keempat skala di atas dikembangkan kedalam sistem hirarki, hal tersebut akan memberikan perbedaan informasi dalam pengelolaan lahan basah. Adanya hubungan inter-link data lapangan pada setiap skala, sangat membantu untuk pengumpulan inventarisasi baik dari atas ke bawah maupun dari bawah ke atas, tergantung pada kepentingan inventarisasi itu sendiri. Informasi dari setiap skala dapat menghasilkan kebutuhan laporan yang berbeda pula. Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
7
Gambar 1:
Empat level bentang daratan (multi-scale) yang dikembangkan AWI. Detail level yang berbeda dengan skala penempatan dalam satu hirarki dari keseluruhan lembah sungai / catchment level (1) ke level habitat (4).
Sumber : Level 1 diadaptasi dari WRI (2001 a) dan WRI (2001 b), level 2 dan 3 dari ESRI (1993), level 4 dari USGS, 2001.
8 Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
Lembah sungai utama, daerah pesisir pantai dan kepulauan di Asia (seperti terlihat sebagian di Gambar 2) dibuat berdasarkan pada hasil pemetaan dan akan disertai dengan teks penjelasan seperti, ciri-ciri utama, faktor geologis, iklim dan vegetasi. Peta ini akan dimuat dalam sistem informasi geografi (SIG) dan informasi pada setiap bagian ini dapat diperlihatkan baik pada skala kepulauan maupun lembah sungai.
Gambar 2:
Peta skematis lembah sungai utama dan kepulauan di Asia, menunjukan bermacam kode dan daerah lembah sungai utama maupun daerah pesisir pantai yang masih perlu ditetapkan (daerah yang berwarna gelap), nama dan kode dapat dilihat pada Lampiran C.
(Sumber : diadaptasi dari WRI 2001 a)
Keberadaan lembah sungai menentukan konteks geografis untuk penggambaran dan pemetaan daerah lahan basah pada masing-masing lembah itu sendiri. Dalam hal ini, daerah-daerah pada setiap lembah sungai yang memiliki kesamaan struktur tanah dan air yang ditentukan oleh ciri-ciri topografi suatu lahan, hidrologi serta iklimnya, curah hujan, akan digambarkan dan ditunjukkan pada peta (skala (1:250 000 – 1:1000 000). Peta regional dapat menunjukan gambaran umum dan pemetaan ( skala (1:100 000 – 1:250 000) kompleks-kompleks lahan basah yang memiliki persamaan-persamaan sub-catchment, yang mana kesamaan-kesamaan daerah ini selanjutnya dapat dipisah menjadi habitat tersendiri berdasarkan pada penjelasan ciri-ciri topografisnya secara detail (skala (1:10 000 – 1:50 000)
Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
9
Pendekatan secara hirarki dengan skala pemetaan dapat memberikan perkembangan yang cukup logis, dengan demikian diharapkan penggambaran skala dan pemetaan habitat dikerjakan secara berurutan, karena terbatasnya detail analisis yang ditunjukkan oleh perwakilan lembaga nasional, baik mengenai spesifikasi lokasi pusat (site-base) dengan pengaturan regional & prioritas konservasi. Sebagai contoh, analisa berbagai sumber air atau hutan pada tingkat propinsi atau nasional, atau pengkajian dampak-dampak perubahan secara global di tingkat nasional atau tingkat propinsi. Dengan demikian, pendekatan secara hirarki ini mengikuti pengkajian strategis akan kebutuhan-kebutuhan informasi dalam menghubungkan skala-skala ruang. Lebih lanjut hal ini memberikan kerangka kerja sebagai pertimbangan tersendiri bagi habitat lahan basah & lokasinya baik didalam maupun diluar jangkauan jalur hukum perbatasan wilayah.
3.4
Gambaran Tentang Lahan Basah
Tujuan AWI selanjutnya adalah untuk menggambarkan keberadaan sumber lahan basah dengan menggunakan data pusat. Sejak informasi lahan basah di Asia dikumpulkan sepanjang tahun 1980-an melalui buku panduan inventarisasi lahan basah Asian Wetland directory (Scott 1989:Scott&Poole1989), tidak ditemukan adanya pembaharuan sampai pada dekade terakhir ini (Watkins&Parish 1999). Informasi yang terkandung dalam inventarisasi dan sumber-sumber lain yang diidentifikasi oleh Spiers (1999) Watkins dan Parish (1999) diperkirakan sesuai dengan kebutuhan pada setiap langkah pengumpulan informasi yang dilakukan oleh AWI. Pada permulaan analisa (level 1) mencakup sebuah gambaran umum, dengan mengggunakan situasi global dan peta regional Asia, yang didasarkan pada regionalisasi geografis pada lembah-lembah sungai utama, daerah pesisir pantai dan kepulauan utama, meliputi suatu gambaran ciri-ciri geologis, iklim dan ekologis pada tiap daerah, berdasarkan pada informasi yang ada. Pembagian regional didasarkan pada pemetaan dan disajikan pada sistem informasi geografis (SIG/GIS). Pembagian sub-lembah pada setiap lembah sungai utama, sub-daerah pada daerah pesisir pantai dan kepulauan kecil lepas pantai (level 2) digambarkan berdasarkan pada kesamaan karakteristik dasar, seperti iklim, geologis, hidrologis dan vegetasi. Setiap sub-lembah dan sub-daerah pantai, selanjutnya dapat menjadi sub-cabang dari beberapa kompleks lahan (level 3) yang berisi kesamaan karakteristik serta nilai-nilai ekologis secara luas. Pengumpulan pulau-pulau kecil lepas pantai menjadi sub-cabang yang sama berdasarkan pada ciri-ciri geografis pulau-pulau itu sendiri, atau kedalam kelompok pulau-pulau kecil. Pengumpulan data berikutnya difokuskan untuk menggambarkan karakteristik habitat lahan basah (level 4) yang diuraikan pada level 3. Penggambaran tersebut harus dilakukan oleh orang yang memiliki ketrampilan yang sesuai dan memiliki kemudahan dalam mengakses berbagai sumber data pada institusi dan perwakilan-perwakilan yang relevan untuk mengidentifikasi sumber-sumber informasi. Penggunaan semua informasi perlu dikaji dan digunakan sebagai dasar dalam menentukan luas dari analisa lebih lanjut termasuk untuk pengumpulan data dan pekerjaan teknis. Secara umum gambaran yang diambil dalam setiap tingkatan adalah sebagai berikut :
•
level 1
: Penelaahan dengan menggunakan informasi yang ada untuk menggambarkan
10 Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
tiap lembah sungai utama, daerah pesisir dan pulau utama.
•
level 2 : Penelaahan dengan menggunakan informasi yang ada untuk mengidentifikasi dan menggambarkan daerah sub-lembah, sub-wilayah pesisir dan sekumpulan kepulauan kecil lepas pantai;
•
level 3 : Kegiatan yang bersifat teknis dan analisa untuk mengidentifikasi dan menerangkan setiap kompleks lahan basah pada setiap sub-lembah sungai, subdaerah pesisir dan sekumpulan kepulauan kecil lepas pantai;
•
level 4 : Penjelasan secara rinci pekerjaan teknis dan analisa untuk menggambarkan setiap habitat didalam kompleks lahan basah.
Lembaran data dan database yang berada di komputer (lihat bab 4) untuk setiap level secara hirarki, telah dikembangkan. Lembaran data yang menunjukkan keberadaan data inti setiap level dianggap penting untuk penjabaran dan penggambaran lahan basah, serta dapat menyediakan format yang standar dalam proses pencatatan dan penyajian informasi. Buku panduan ini tidak menguraikan berbagai metode untuk pengumpulan data secara spesifik, untuk selanjutnya diperlukan buku panduan yang secara khusus memberikan rekomendasi untuk berbagai metode, sebagai contoh, untuk menggambarkan suatu garis batas suatu lahan basah atau mengkaji potensi serta perbaikan lahan basah. Untuk pengembangan buku panduan berikutnya diharapkan bisa lebih lengkap.
Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
11
4
Pengelolaan Informasi
P
enekanan yang dititikberatkan pada penggunaan sekumpulan data spasial, beberapa database dan teknologi GIS (http://ramsar.org/cop7_doc_19.4_e.htm) menunjukan bahwa pengelolaan informasi adalah komponen yang sangat penting dalam proses Invetarisasi lahan basah di Asia (Asean Wetlands Inventory (AWI)). Pada proses inventarisasi lahan basah di Asia diberikan panduan untuk memasukan data-data melalui lembar data yang telah dibakukan. Pada saat mengambil, menganalisa dan mengelola informasi, dibutuhkan suatu analisia dan pengelolaan terhadap informasi itu sendiri yang disusun pada setiap level, dimana sistem pengelolaan informasi terdiri dari tiga kesatuan, namun beberapa unsur yang berbeda telah dikembangkan, seperti : 1.
Interaktifitas antara pemakai (user) dan database yang menyimpan informasi aktual inventarisasi pada setiap level seperti yang ditunjukan dalam metodologi AWI;
2.
Perangkat lunak (software) dan data-data GIS, terdiri dari data-data spasial untuk inventarisasi lahan basah se Asia.
3.
Metadatabase, menjelaskan data-data yang di-inventarisasi. Merekam berbagai item sesuai kerangka kerja yang dikembangkan untuk metadatabase inventarisasi lahan basah berdasarkan Ramsar.
Inti dari sistem inventarisasi AWI adalah sebuah database yang terkomputerisasi dengan bantuan antarmuka (interface) untuk mengisi metadabase dan melakukan qury, dan GIS yang mampu memberikan berbagai informasi. Hal ini dapat membantu dalam mengelola data primer/merekam/mencari komponen-komponen project-nya. Sistem ini dirancang dengan mengacu pada database MedWet (Tomas-Vivas et al.1996, Costa et al.2000) yang mempunyai beberapa perbedaan yanng cukup signifikan, antara lain:
•
Penambahan kemampuan query untuk memenuhi keperluan yang bersifat umum,
•
Kemampuan untuk meng-import data dari berbagai format dan sumber lainnya,
•
Kemampuan untuk meng-eksport data,
•
Sejalan dengan metodologi AWI, data disusun dan disimpan kedalam bentuk hirarki, dan ditegaskan oleh skala ruang dan tingkat/luas.
Database AWI versi pertama dikembangkan dalam format MS ACCESS 97. Selama proses pemasukan data pemakai (user) dibantu dengan menu yang interaktif. Versi database yang ada saat ini dan yang akan datang dapat mempermudah proses pengelolaan database
12 Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
populasi dengan menggunakan beragam Tabel/skema yang lengkap, dan memberikan keleluasaan bagi pemakai dalam memilih bagaimana untuk menjumlah beragam bagian database. Pada saat yang sama pemakai juga dapat memberikan penjelasan khusus pada suatu bidang tertentu berupa ‘free-text’. Database versi selanjutnya akan di-release sebagai suatu sistem yang berdiri sendiri tanpa memerlukan Access atau paket database lainnya yang diinstal pada komputer. Versi database yang ada saat ini tidak mendukung penggabungan dengan perangkat lunak (software) GIS, pada versi berikutnya akan dikembangkan lagi sehingga dapat mendukung perangkat lunak (software) GIS, seperti ArcView. Pada tahap pengembangan sistem pengelolaan informasi, database ini akan dikembangkan dan dikelola dengan menggunakan bahasa Inggris. Untuk selanjutnya diharapkan dapat mendukung pengembangan kedalam multi-bahasa – sebagai contoh, dengan menggunakan Microsoft MultiLanguage Pack (untuk Access). Fleksibelitas tersebut memberikan kemudahan dalam perubahan bahasa pada database. Walaupun database versi awal ini dikembangkan dalam format Access 97, tidak menutup kemungkinan untuk dikembangkan pada versi Access berikutnya, tergantung pada kebutuhan dan rating dalam program-program ini. Pada database pengelolaan AWI memuat berbagai bidang yang direkomendasikan. Berbagai bidang dan protokol yang digunakan dalam pengembangan sistem pengelolaan informasi disesuaikan dengan standar database internasional. Kerangka kerja database AWI sangat memungkinkan untuk dikembangkan keadalam database sub-regional atau nasional, yang dikembangkan pada sistem dua bahasa dan tetap dapat bersatu dengan database yang digunakan oleh pemakai lain yang menggunakan pendekatan AWI. Penambahan data kedalam database secara terus-menerus akan menambah kapasitas dokumen/pencatatan metadata, kutipan dan query, dan menambah kapasitas hubungan data-data dengan software GIS yang menyimpan dan mencatat informasi GIS. Selama pemasukan (entry) dan pengelolaan inventarisasi data bisa dipertanggung jawabkan, baik oleh organisasi maupun perwakilan nasional, Wetlands International dapat memberikan bantuan untuk keperluan sistem informasi dengan cara berkonsultasi dengan partner organisasi serta berbagai perwakilan yang bersangkutan. Lembaran data AWI seperti yang tertera pada lampiran D-G menunjukan jenis dan format informasi yang dihasilkan dan dicatat pada setiap level telah ditentukan oleh AWI. Lembaran data tersebut tersedia dalam format database (Microsoft Access 97). Informasi dari lembaran data ini akan digunakan untuk data-data GIS selanjutnya. Pada versi database yang ada saat ini, output yang berdasarkan pada peta disimpan dalam GIS dan pada database versi berikutnya akan memungkinkan penyimpanan output didalam database itu sendiri. Pada saat ini, situs http://www.wetlands.org/awi/ berfungsi sebagai media komunikasi, seperti sarana pemberitaan dan diskusi yang dikelola oleh Wetlands International. Hal ini menunjukan bahwa sistem informasi pengelolaan AWI pada waktu yang akan datang dapat dimanfaatkan melalui internet, dengan mengizinkan para web browser melihat informasi yang ada, serta diarahkan ke berbagai sumber data project inventarisasi. Di masa yang akan datang website AWI ini berharap dapat menyediakan data-data GIS untuk level 1 dan 2, guna membantu para user dalam menginventarisasi lahan basah pada level tersebut. Inventarisasi pada level 3 dan 4 diharapkan dapat dilakukan oleh perwakilan nasional dan/atau organisasi tersendiri dan hanya akan dapat diperoleh melalui situs AWI dengan izin dari perwakilan serta organisasi yang bersangkutan. Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
13
5
Pengumpulan Data Utama
5.1
Data Level 1 : Lembah Sungai Utama, Daerah Pesisir Dan Kepulauan
D
ata lapangan yang direkomendasikan untuk inventarisasi pada level satu ini (lihat gambar 1) akan digambarkan seperti pada uraian di bawah, untuk format Tabel dapat dilihat pada lampiran D. Tabel-Tabel tersebut akan disertakan untuk melengkapi data atau informasi basemap - GIS (skala 1:500000 – 1:1000000) untuk setiap lembah sungai, daerah pesisir atau kepulauan dalam penyusunan invetarisasi lahan basah.
Informasi mengenai lembah sungai, daerah pesisir pantai dan kepulauan di Asia, dapat diperoleh dari berbagai sumber, seperti database Land Oceans Interactions in the Coastal Zone (LOICZ) pada situs http://www./nioz.nl/loicz, dan World Resources Institute (WRI) pada situs http:// www.wri.org/wri/watersheds/watershed.html. Beragam peta dapat di-download dari situs tesebut, disertai dengan profil setiap lembah sungai, termasuk informasi mengenai: wilayah lembah, kepadatan penduduk; jumlah total jenis ikan, spesies ikan yang selalu berada pada daerah tertentu (endemis), ancaman terhadap jenis ikan tertentu, dan spesies burung endemis; jumlah lokasi (site) Ramsar, wilayah yang dilindungi, lahan basah dan jenis habitat atau tipe-tipe vegetasinya; hilang/berkurangnya hutan primer; sejumlah waduk-waduk besar.
5.1.1
Nama dan kode lembah sungai utama, daerah pesisir atau kepulauan
Untuk keperluan dalam pengidentifikasian, sebaiknya setiap lembah sungai, daerah pesisir atau kepulauan diberi nama dan kode yang unik. Untuk pemberian nama dan kode ini bisa diambil dari Tabel nama dan kode yang telah direkomendasikan (lihat lampiran C), pada situs database LOICZ (http://www.nioz.nl/loicz) atau ditentukan sendiri. Satu hal penting dalam memberikan nama dan kode untuk setiap lembah sungai sebaiknya menggunakan nama dan kode yang merefleksikan nama sungai utama yang mengaliri areanya.
5.1.2
Geologi
Gambaran umum zona geologi utama dari Asia tersedia pada situs interaktiv Cornell pada situs tersebut pemakai diperbolehkan Situs tersebut memiliki catatan metadata geologis wilayah Asia-Pasifik.
14 Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
lembah sungai, daerah pesisir dan kepulauan di University (http://atlas.geo.cornell.edu/ima.html), untuk men-download peta dalam format gambar. yang lengkap untuk kumpulan data (datasets)
5.1.3
Iklim
Lembah-lembah sungai utama, daerah pesisir dan kepulauan di Asia dapat dibagi kedalam satu atau beberapa kelompok iklim dengan menggunakan klasifikasi iklim Koeppen. Penjelasan tiap zona iklim (curah hujan perbulan dan data teperatur) lembah-lembah sungai besar dan kepulauan tersedia pada situs United Nations Food and Agricultureral Organisation (FAO). http://www.fao.org/waicent/faoinfo/sustdev/EIdirectc/climate/EIsp0002.htm.
5.1.4
Wilayah Ekologi
Pembagian wilayah biogeografis secara umum yang dikembangkan oleh World Wildlife Fund for Nature (WWF) dapat digunakan untuk menggambarkan lembah-lembah sungai besar, daerah-daerah pesisir, dan kepulauan. Setiap unit biogeografis atau wilayah ekologis dalam sistem WWF merupakan unit daratan atau perairan yang luas yang memiliki sekumpulan komunitas alami yang berbeda, disertai dengan keberadaan spesies mayoritas yang dinamis dan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan itu sendiri. Peta-peta wilayah ekologis (khususnya wilayah-wilayah Paleartic dan Indo-Malay) dapat di-donload dari situs WWF (http://www.wwfus.org/ ecoregions/index.htm). Setiap wilayah ekologis mengandung informasi detail tentang lokasinya, iklim, geografis, keadan vegetasi umum, biodiversity khusus (termasuk spesies endemik) status dan ancaman-ancaman yang tersedia secara online.
5.1.5
Vegetasi
Data-data yang dapat digunakan untuk menerangkan wilayah-wilayah geografi vegetasi dapat diperoleh dari database United Nations Evironmet Program – Global Resource Information (UNEP – GRID). Database tersebut menyertakan dua sumber informasi: the Global Vegetation Map yang produksi oleh Murai et.al. (1990) dan satunya diproduksi oleh Matthews (1983). Untuk lebih detail, kedua informasi tersebut dapat diakses melalui situs UNEP-GRID ( http:/ /www.grid.unep.ch/data/)
5.1.6
Area dan Tipe Lahan Basah
Catatlah luas daerah lahan basah (dalam km 2) dan proporsi areanya (dalam %) untuk setiap lembah sungai utama, daerah pesisir, dan kepulauan. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan tekhnik remote sensing yang dapat dikembangkan untuk memetakan penyebaran lahan basah baik pada skala regional maupun global. Data-data untuk area dan tipe lahan basah ini sudah diberikan oleh Matthews dan Fung (1987) yang dapat diakses pada website UNEP-GRID (http://www.grid.unep.ch/data/). Data-data tersebut dapat dipertanggungjawabkan sebagai sumber informasi umum pada lahan basah yang melimpah. Namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan , karenan adanya ketidaksamaan tentang definisi lahan basah dan adanya hal-hal yang menyangkut keadaan, seperti perbedaan wilayah, perkiraan secara umum tentang luas dan tipe lahan basah pada suatu wilayah,
Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
15
seperti asia tentunya sangat berbeda. Sumber-sumber informasi lainnya dapat diperoleh pada Digital Chart of the World yang dibuat oleh US Defense Mapping Agency (Danko 1992), dan bisa dibeli di kantor Environmental Systems Research Institute Ltd. (ESRI) terdekat atau penyedia perangkat lunak (software) setempat. Sumber informasi lain tentang luas lahan basah dapat diperoleh di website peta ecoregion WWF untuk Asia (http://www.wwfus.org/ecoregions/index.htm.) dan website WRI maps of primary river basins (http://www.wri.org/wri/watersheds/ watersheds.html). Proyek e-atlas sumber-sumber air dan lahan basah yang akan segera dikembangkan oleh UNEP-GRID (http://www.grid.unep.ch/ activities/ sustainable/wateratlas/index.html) dapat dijadikan sebagai informasi tambahan.
5.1.7
Potensi dan Manfaat Lahan Basah
Terangkan potensi dan manfaat yang dapat diberikan oleh suatu daerah lahan basah dengan menggunakan informasi yang telah dikembangkan oleh Millenium Ecosystem Assessment (MA) (http://www.millenniumassessment.org) sebagai panduannya (lihat Tabel 1). Potensi dan manfaat utama lahan basah mungkin akan berbeda-beda, hal tersebut tergantung pada wilayah yang akan dikembangkan, tidak dikembangkan atau sedang dikembangkan. Informasi ini dapat digunakan dalam analisa-analisa yang akan datang untuk menerangkan tingkat degradasi lahan basah dan hilangnya potensi serta manfaat lahan basah pada skala lokal, regional dan global (Mitsch dan Gosselink 1986). Tabel 1.
Pengelompokan macam-macam potensi dan manfaat yang diberikan lahan basah (sumber : kelompok kerja Millenium Ecosystem Assesment, http:// www.milleniumassessment.org/en/workgroups/index.html)
Potensi dan Manfaat Air tawar Makanan, serabut dan bahan bakar Produksi biologis lain Regulasi biologis lain Perputaran bahan gizi dan kesuburan tanah Regulasi atmosfir dan iklim Kontrol Kesehatan manusia Proses pembuangan dan detoxifikasi Perlindungan terhadap banjir, badai dan erosi Perbaikan kultural dan fasilitas
5.1.8
Penanganan Permasalahan dan Ancaman
Gunakan informasi yang diperoleh pada peta wilayah ekologis WWF untuk Asia (http:// www.wwfus.org/ecoregions/indexs.htm.) dan konsep kerangka kerja dari Millenium Ecosystem
16 Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
Assessment (MA) (http://www.millenniumassessment.org), untuk mengidentifikasi sebab-sebab utama hilang dan menurunnya suatu daerah lahan basah di suatu wilayah. Identifikasi beragam ancaman atau tekanan yang mengkhawatirkan bisa mengacu pada pendorong utama dalam kerangka kerja MA dan dianggap sebagai suatu kekuatan utama yang mempengaruhi satu atau lebih dari yang dinamakan “proximate drivers” seperti yang tergambar dalam level 2 (Tabel 5). Tabel 2.
Pendorong utama dari managemen pokok permasalahan dan sejumlah ancaman (Sumber : Konseptual kerangka kerja MA, www. Milleniumassessment.org)
Pendorong Utama
Contoh
Demografis
Pertumbuhan populasi dan struktur demografis: jarak penyebaran populasi
Ekonomi
Kebijakan perdagangan dan globalisasi : struktur dan pertumbuhan ekonomi; pola konsumsi; distribusi pemasukan dan kekayaan; agrikultur, kebijakan kehutanan dan perikanan.
Sosio-Politik
Tindakan bersama/pemerintah; demokrasi; penempatan keseimbangan; sikap terhadap perbedaan gender; keterlibatan dalam konflik/perang.
Teknologi
Inovasi pertanian; teknologi informasi, kecepatan perubahan teknis; akses menuju informasi/undang-undang hak intelektual.
Biofisika
Iklim, kedalaman laut
Sebagai catatan bahwa perbedaan antara pokok permasalahan dan bermacam-macam ancaman telah di tetapkan oleh Ntiamo Baidu et al (2001) :
•
Pokok permasalahan yang dihadapi oleh suatu lahan basah yang paling mendasar adalah faktor sosial-ekonomi dan/atau politik (contohnya: urbanisasi, tekanan tingkatan populasi penduduk, sektor struktural) yang dapat menuntun ke arah perubahan yang bersifat merugikan pada karakter ekologis dari lahan basah itu sendiri.
•
Yang dikatakan ancaman bagi suatu lahan basah adalah faktor alamiah yang bersifat spesifik atau yang disebabkan oleh manusia (contohnya: tanah longsor, letusan gunung berapi, polusi air, pengendapan lumpur, perluasan lahan pertanian, over-exploitasi/ sehingga dapat mengakibatkan suatu kerugian pada karakter ekologis lahan basah atau bahkan menyebabkan hilangnya karakter ekologis tersebut.
5.1.9
Lembar Data Penyelesaian
•
Nama dan alamat penyusun/pengisi : sertakan nama dan alamat penyusun seperti yang diperlihatkan pada Tabel (lihat lampiran D).
•
Lembar Tanggal penyelesaian/perubahan : sertakan tanggal penyelesaian/ perubahan lembar data (misalnya, 02 October 2001).
Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
17
5.2
Data Level 2 – Sub - Lembah-lembah Sungai Dan Sub – Wilayah Pesisir
Pengumpulan data level-2 difokuskan pada sub-sub lembah sungai dan sub-sub daerah pesisir (gambar 1) yang telah ditetapkan pada level-1. Dalam beberapa kasus, sekelompok pulau kecil lepas pantai dapat disertakan pada level-2, tergantung pada luas area yang diperhatikan, satu atau lebih sub-sub lembah sungai utama atau kepulauan dapat dianggap sebagai satu kesatuan. Lembar data level-2 (Lampiran E) sebaiknya disertakan pada basmapp-GIS (perkiraan skala 1 : 250.000 – 1.500.000) sub – lembah atau sub – wilayah pesisir dalam penyususnan inventarisasi lahan basah. Data-data beberapa wilayah lahan basah dapat diperoleh dari World Resources Institute (WRI) melalui situs (www.igc.org/wri/watersheds/index). Situs ini menyediakan informasi tentang luas sub–lembah pada sebuah lembah sungai utama (contoh : seperti dalam kasus Amur, Lena atau Ob) atau dari sebuah pulau utama (contoh : dalam kasus di Borneo (Kalimantan) atau New Gulnea). Dalam beberapa kasus ada hal-hal yang harus didefinisikan secara manual seperti, batas DAS setiap sub-lembah dan menentukan ada atau tidaknya perbedaan suatu daerah lahan basah, apakah membutuhkan subdivisi lebih lanjut, atau apakah perlu pengelompokan sub – lembah secara bersamaan. Dalam membuat keputusan tersebut, dibutuhkan suatu akses pemetaan topografi atau suatu digital elevation model (DEM) dari suatu lembah sungai utama.
5.2.1
Nama dan Kode Sub – Lembah atau Sub – Daerah
Setiap sub–lembah atau daerah pesisir sebaiknya diidentifikasi dengan nama tersendiri (menggunakan nama sungai besar yang mengaliri daerah bersangkutan) dan kode tersendiri (contoh : menurut urutan angka). Gunakan kode awal untuk menunjukan nama lembah sungai atau pulau utama (level-1, bagian 5.1.1) dimana sub–lembah atau daerah pesisir berada.
5.2.2
Lokasi Geografis
Lokasi sub–lembah atau sub–daerah pesisir ditetapkan dengan menggunakan standar koordinat geografis. Dengan peta yang sesuai, titik koordinat dapat ditentukan dengan cara mengambil garis lintang paling luar dari bagian utara dan selatan serta garis bujur paling luar dari bagian timur dan barat pada suatu daerah tertentu. Sebaiknya sertakan pula identifikasi pusat geometris (centroid) dari sub-lembah atau sub-daerah pesisir. Penentuan centroid ini dapat diperoleh melalui pemetaan dengan GIS yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi lokasi suatu daerah dengan cepat.
18 Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
5.2.3
Karakteristik Alam
Gunakan sub-sub kelas dari metode pengklasifikasian Koeppen sebagai dasar untuk menggambarkan penyebaran curah hujan serta suhu di daerah sub-lembah sungai atau sub-daerah pesisir, catat pula nama tempat resmi pencatat/perekamnya. Informasi karakteristik alam (seperti jarak dan jumlah hujan rata-rata pertahun, temperatur udara) sebaiknya diperoleh dari pelayanan pencatatan yang resmi. Informasi rata-rata temperatur udara dan perkiraannya dapat diperoleh pada database LOICZ coastal topology (http://www.nioz.nl/loicz).
5.2.4 ii)
Ciri-Ciri Fisik Tipe daerah
Berikut adalah pembagian daerah yang terpenting;
•
Sub-lembah (atau sekumpulan sub-lembah) dari lembah sungai atau pulau utama
•
Sub-daerah pesisir,atau
•
Sekumpulan pulau-pulau kecil lepas pantai
ii)
Jarak ketinggian dari permukaan laut
Jarak ketinggian suatu daerah didefinisikan dengan memberikan data ketinggian minimum dan maksimum di atas (atau dibawah) ketinggian lokal (dapat diperoleh dari pelaksanaan survey lahan nasional). Data-data ini dicatat dalam satuan meter (m) dan biasanya diperoleh dari peta topogeografis dan atau penyelenggaraan informasi lahan nasional dan regional. iii)
Area dan tipe lahan basah
Dengan menggunakan Tabel 3 sebagai panduan, catat luas spasial lahan basah (dalam satuan Km2) dan hitung pula proporsi area lahan basahnya (dalam %). Gunakan petapeta pada situs WWF (http://www.wwfus.org/ecoregions/index.htm) dan World Resources Institute (http://www.wri.org/wri/watersheds/watersheds.html) atau dengan mencari pengganti data dalam bentuk peta-peta topografis, peta tanah atau peta unit kapabilitas lahan yang biasanya dimiliki oleh organisasi pemerintah dan agen-agen pembantu lainnya. Perhitungan area dapat diperoleh dengan bantuan planimeter, dari jaringan yang diletakan di atas peta pada skala yang tepat, atau dengan cara elektronis dengan bantuan GIS. Tabel 3.
Area permukaan lahan basah Kategori
Luas (%)
Sangat luas
> 75
Luas
50 – 75
Sedang
25 – 50
Kecil
<26
Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
19
Pada kasus lahan basah yang diasumsikan sebagai sebuah bentuk linier (ciri-ciri aliran seperti yang terdapat pada sungai dan alirannya) catat panjang komulatif saluran (dalam satuam Km), jika memungkinkan buat perbedaan diantara luas aliran-aliran yang layak untuk diperhatikan (perbandingan ukuran setiap sungai pada daerah tertentu). Sungaisungai kecil yang tidak memiliki anak sungai disebut aliran tingkat pertama, saat ada dua aliran tingkat pertama bersatu maka terbentuklah aliran tingkat kedua, dan ketika dua aliran tingkat kedua bersatu maka terbentuklah aliran urutan ketiga, dan begitulah seterusnya. iv)
Karakteristik geologis
gambarkan secara spesifik untuk daerah geologis atau ciri-ciri dari suatu daerah, dalam pencatatan informasi tersebut sebaiknya diperdetail oleh sub-sub informasi yang ditunjukan pada lembar data level-1. v)
Kedudukan air
Dengan adanya referensi yang diterbitkan atau berbagai sumber seperti yang diberikan oleh database LOICZ tentang tipologi pesisir (http://www.nioz.nl/loicz) ketersediaan data tentang “rata-rata aliran air yang mengalir pertahunnya” dan “air yang masuk permusimnya” cukup terpenuhi. Untuk sub-daerah pesisir dan kepulauan, database LOICZ dapat digunakan untuk menggali informasi tentang ketinggian pasang surut dan pengaliran air sungai.
5.2.5
Vegetasi
Gambarkan zona vegetasi utama atau ciri-ciri khusus suatu daerah secara lebih detail daripada informasi yang disajikan pada level-1. Sumber-sumber data dapat diperoleh dari internet (UNEP-GRID), peta vegetasi atau peta-peta area vegetasi lokal, dan berbagai keterangan dari organisasi-organisasi yang berkompeten seperti Space Application Center (di India) dan sumber-sumber lainnya. (databse LOICZ tentang tipologi pesisir)
5.2.6
Potensi dan Manfaat Lahan Basah
Untuk mempertingi nilai lahan basah yang diedintifikasi pada level-1 (Tabel 1) terangkan potensi dan manfaat yang diberikan oleh suatu lahan basah dengan menggunakan informasi yang ditunjukan pada Tabel 4 sebagai panduan. Apabila memungkinkan, buatkan daftar potensi dan manfaat penting pada suatu daerah (jika diperlukan gunakan metode hearsay), susun apa saja perbedaan potensi dan manfaat dari suatu daerah dengan daerah lainnya.
20 Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
Tabel 4.
Pengelompokan berbagai potensi dan manfaat daerah lahan basah.
Potensi dan Manfaat
Contoh
Air tawar
Tempat penyimpanan air, regulasi aliran arus, pengisian air tanah, bantuan musim kemarau
Makanan, serabut, bahan bakar
Beras, alang-alang, tanah subur
Produksi biologis lain
CaC03 dari batu karang, pertukaran margasatwa, sumber-sumber yang dapat dipanen (kolam ikan/udang, ternak yang makan rumput, kayu)
Regulasi biologis
Penyangga rantai makanan, penyerbukan, kontrol terhadap berbagai gangguan
Perputaran bahan gizi dan kesuburan tanah
Hasil pertanian
Regulasi atmosfir dan iklim
Regulasi perputaran karbon secara global
Kontrol kesehatan manusia
Perbaikan kualitas air
Proses pembuangan dan detoxifikasi
Dentrifikasi, pembersihan bakteri patagon dan asimilasi pembuangan
Perlindungan terhadap banjir, badai dan erosi
Pengurangan banjir dan kontrol erosi (garis pantai dan asimilasi tepian pantai/sungai)
Perbaikan kultural dan fasilitas
Warisan budaya, hiburan, ekoturisme dan pendidikan, angkutan air
5.2.7
Penaganan Permasalahan dan Ancaman
Perluaslah informasi penanganan permasalahan dan berbagai ancaman yang telah diidentifikasi pada level-1 (Tabel 2) dengan mengidentifikasi alasan-alasan yang lebih spesifik atas perubahan dan hilangnya suatu daerah lahan basah pada suatu daerah yang ditetapkan. Ancaman-ancaman yang harus diperhatikan memrujuk pada “perkiraan faktor pendorong” pada kerangka kerja MA (Tabel 5) dan dianggap sebagai faktor utama yang berpengaruh langsung untuk manfaat ekosistem.
Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
21
Tabel 5.
Perkiraan faktor pendorong penanganan masalah dan ancaman
Pendorong utama
Faktor pendorong
Contoh
Geofisikal
Perubahan iklim
Erosi garis pantai, naiknya suhu permukaan air laut, pencampuran air garam.
Desertifikasi
Pengeringan bagian dalam lahan basah yang sebelumnya digunakan sebagai wilayah penyimpanan air.
Masuknya beragam spesies dan invansi biotik
Serbuan tanaman dan binatang yang dinyatakan sebagai rumput liar, hama pengganggu atau kutu.
Ekonomi
Penggalian sumber alam
Pertambangan, perikanan, penebangan kayu, pemulihan ladang garam, pasir, kerikil dan pengambilan kerang.
Teknologi
Industrialisasi dan urbanisasi
Penebangan hutan bakau, pengeringan rawa, pengembangan perumahan tepi laut, pengerukan.
Polusi
Polusi air dan udara, hujan asam, berbagai pelepasan, beragam racun, penggunaan pestisida.
Sistem pembuangan
Penanganan tumbuhan ganggang laut, penjagaan, tempat pembuangan kotoran yang berasal dari tanah garapan.
Penggunaan tanah dan air
Pemetakan lahan, perubahan permukaan, perairan
Sistem produksi pertanian
Irigasi, pemupukan, degradasi tanah, penanaman padi
Adanya penyakit dan obat penangkal
Penyebaran malaria, schistosomiasis, cacing hati, onchocersiasis, penggunaan pestisida.
Demografi
Sosio politik
5.2.8
Hukum Perbatasan Wilayah
Setiap sub-lembah sungai atau sub daerah pesisir sebaiknya digambarkan sesuai dengan peraturan perbatasan nasional dan lokal. Kode negara seperti yang tertera pada International Organisation (ISO) (www.iso.org) sebaiknya digunakan untuk menunjukan hukum perbatasan wilayah nasional, nama setiap propinsi, kabupaten serta kota administrasi.
22 Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
5.2.9
Lembar Data Penyelesaian
•
Nama dan alamat penyusun/pengisi : sertakan nama dan alamat penyusun seperti yang diperlihatkan pada Tabel (lihat lampiran D).
•
Lembar Tanggal penyelesaian/perubahan : sertakan tanggal penyelesaian/ perubahan lembar data (misalnya, 02 October 2001).
5.3
Data Level 3 : Cakupan Lahan Basah
Pengumpulan data pada level-3 difokuskan untuk mendefiniskan dan menggambarkan “cakupan lahan basah” pada suatu sub-lembah atau sub-daerah pesisir yang telah didefinisikan pada level-2. Semakin besar suatu lembah sungai, akan semakin banyak pula jumlah sub-lembahnya (atau sub-catcments). Cakupan lahan basah dapat terbentuk dari gabungan beberapa sub-catcments (gambar 1), area lahan basah tersendiri atau gabungan beberapa area lahan basah yang memiliki ciri-ciri tersendiri dan memiliki hubungan hidrologi karena berada pada sub-catchment yang sama. Batas perairan diantara cakupan lahan basah tersebut sangat berguna untuk membedakan sub-catchment yang berada didalamnya. Lembar data pada level-3 ini (lampiran F) sebaiknya disertai pemetaan-GIS (skala 1 : 100.000 – 1 : 250.000). Setiap lembah sungai maupun daerah pesisir dapat dibentuk menjadi beberapa cakupan lahan basah. Perlu diketahui bahwa lembah sungai maupun daerah pesisir menunjukan adanya beberapa perbedaan mendasar dan membutuhkan data lapangan maupun bidang data yang berbeda pula. Banyak sekali data yang dibutuhkan pada level ini, disarankan agar dalam pengumpulan data tersebut didasarkan pada skala prioritas dan dilakukan bersama-sama antara berbagai kelompok dengan pihak wetlands programme. Suatu daerah lahan basah dapat terdiri dari beberapa cakupan lahan basah, oleh karena itu dalam pengumpulan data sebaiknya dilakukan dengan efisien karena setiap cakupan lahan basah akan membutuhkan pengumpulan data yang sama.
5.3.1
Nama dan Kode Cakupan Lahan Basah
Dengan mengikuti prosedur pada level-1 dan level-2, setiap cakupan lahan basah di-identifikasi dengan menggunakan nama dan kode yang unik. Penambahan kode (menggunakan tingkat desimal) dapat digunakan untuk menentukan kode utama selanjutnya pada level-3. Nama dan kode dapat diperoleh dari peta setempat dengan mengadopsi nama sungai utama yang mengairi kompleks tersebut. Jika tidak ada gunakan nama propinsi, kabupaten atau unit administratif lainnya dimana lokasi kompleks tersebut berada.
Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
23
5.3.2
Lokasi Geografis
Ukuran dan lokasi suatu cakupan lahan basah memiliki peran yang sangat penting dalam pencatatan lokasi geografis. Titik koordinat sisi terluar kiri atas dan kanan bawah suatu cakupan lahan basah sebaiknya dicatat untuk mewakili lokasi geografis. Gunakan sistem koordinat Universal Transverse Marcator (UTM) sebagai contoh 211396E 8489624N. Dengan sistem koordinat tersebut dapat mempertinggi akurasi penentuan batas suatu kompleks lahan basah dan dapat membantu dalam perhitungan jarak dan luasnya.
5.3.3
Karakteristik Iklim
Informasi karakteristik iklim yang perlu dicatat meliputi : penentuan lokasi (nama, garis lintang dan garis bujur, dan ketinggian), rata-rata curah hujan, tinggi suhu (termasuk suhu rata-rata), kelembaban relatif (jam 9 pagi dan jam 3 pagi), udara pada umumnya dan penguapan (pan kelas A)
5.3.4
Karakteristik Ekologi
Karakter ekologis adalah sejumlah komponen biologis, fisik dan kimia dari suatu ekosistem lahan basah, serta interaksinya dalam memelihara lahan basah berikut potensi-potensinya, fungsi-fungsinya dan juga atribut-atributnya. Berdasarkan hal tersebut karakter ekologis cakupan lahan basah sebaiknya dikelompokan berdasarkan pada tiga penjelasan utama yaitu ciri fisik, psiko-kimia dan biologis. i).
Ciri-ciri fisik
Jarak garis lintang Pencatatan jarak garis lintang suatu cakupan lahan basah dapat didefinisikan dengan menentukan tingkat ketianggian minimum dan maksimum di atas atau di bawah kedalaman laut (m). Biasanya informasi ini dapat diperoleh dari peta topografi, orthofotografi atau hasil survey nasional dan regional dari lembaga pemetaan. Untuk cakupan-cakupan lahan basah yang berlokasi di daerah pesisir dapat menggunakan informasi yang terdapat pada database tipologi pesisir dari LOICZ (http://www.nioz.nl.LOICZ) Spasial (spatial) Penentuan luas spasial suatu kompleks lahan basah (Km2). Pergerakan sedimen, arus dan gelombang di daerah pesisir Cakupan lahan basah yang berada dalam di sub-daerah pesisir memiliki empat faktor penting (arus, pasang, angin dan gelombang) yang sangat berpengaruh terhadap pergerakan sedimen pada area tersebut (contoh : timbunan sedimen laut disekitar pelabuhan. Oleh sebab itu catatlah setiap informasi penyebaran dari keempat faktor-faktor tersebut. Informasi tentang
24 Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
arah dominan suatu gelombang dan arah angin dapat diperoleh dari lembaga yang berwenang di sekitar pelabuhan setempat, Departemen transportasi atau dapat pula diperoleh dari database tipologi pesisir dari LOICZ (http://www.nioz.nl.LOICZ) Keadaan Erosi (pengikisan) Untuk menerangkan kerentanan cakupan-cakupan lahan basah di daerah pesisir terhadap pengikisan (gelombang, angin, badai, atau yang disebabkan oleh arus) dapat menggunakan pengelompokan yang disarankan oleh Heydorn dan Tinley (1980) seperti yang terlihat pada Tabel 6. Tabel 6.
Tingkat pengikisan deretan pesisir pantai dan cakupan-cakupan lahan basah.
Status Erosional
Definisi/contoh
Pengikisan
Suatu area dimana gerakan air laut mengikis bagian daratan, sebagai contoh batubatuan karang, bukit-bukit pasir, atau pantai.
Pengendapan
Area dimana struktur daratan utama menjadi mengendap. Contohnya : pantai, lumpur tanah, dataran-intertidal dan terjadinya sedimen secara aktif.
Stabil
Area dimana terjadi keseimbangan pada struktur daratan utama, antara erosi dan penimbunan.
Jenis-jenis tanah Terangkan jenis-jenis tanah dominan yang berada pada suatu cakupan dengan menggunakan klasifikasi standar pada suatu area. Peta tanah digital sedunia milik FAO (http://www.FAO.org/ ag/guides/subject/p.htm) dan databse tipologi pesisir LOICZ (http://www.nioz.nl/LOICZ) bisa digunakan sebagai sumber informasi tambahan. Kedudukan air Untuk cakupan lahan basah yang berada di daerah pesisir, tingkat pasang surut air laut sebaiknya dicatat berdasarkan data pasang surut air laut setempat. Dari data-data tersebut daerah pesisir dapat diklasifikasikan kedalam sektor-sektor yang terjangkau pasang surut baik kecil, sedang, atau luas (Tabel 7) Tabel 7.
Pengelompokan daerah pesisir pantai berdasarkan jangkauan pasang surut air Kategori
Jangkauan air pasang
Micro – tidal
<2m
Meso – tidal
2–4m
Macro-tidal
>4m
Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
25
Untuk cakupan lahan basah yang berada di daratan, jelaskan aliran rata-rata tiap tahunnya yang dihasilkan oleh catcment-nya. Jika tidak tersedia dinding pengontrol aliran air, gunakan skala perkiraan untuk mengestimasi aliran air, untuk melakukan hal tersebut diperlukan waktu dan keahlian tersendiri. Catat panjang komulatif sungai utama dan sungai yang mengaliri kompleks (Km). Buatkan daftar perbedaan diantara sungai-sungai yang menjadi fokus perhatian. Air Tanah Peranan air tanah pada hidrologi lahan basah, menunjukan adanya hubungan yang sangat penting antara hidrologi lahan basah dan jumlah cakupan lahan basah yang berada pada lokasi dimana keluarnya air tanah, oleh sebab itu cari dan catat setiap informasi tentang hidrologi pada suatu area lahan basah. Beberapa data pada umumnya dapat ditemukan pada laporan-laporan tentang geologis (lithology dan stratigrafi) daerah yang bersangkutan termasuk didalamnya tentang informasi sistem aquifer seperti berikut; aliran air kecil di bawah tanah, pusat aliran sungai yang mengairi suatu daerah, mata air dan daerah rembesan air. ii).
Ciri-ciri psiko-kimia
Kualitas Air Apabila data kualitas air tersedia, berikan keterangan yang jelas tentang kebersihan sungai disertai dengan referensi yang spesifik dan berikan beberapa penekanan pada tingkat bahan gizi atau tingkat racun (selama arus rendah), permukaan sedimen (selama waktu arus tinggi), kadar keasaman, dan kadar garam. Data-data tersebut dapat diperoleh dari laporan-laporan yang ada dan melalui wawancara dengan masyarakat setempat atau kantor kementrian (industri, pertanian, pertambangan) yang berwenang tentang perairan. Apabila memungkinkan sertakan sumber-sumber yang memberikan nutrient (contohnya : pupuk penyubur atau padang rumput, saluran pembuangan), bahan-bahan beracun (pertambangan, dampak perindustrian dan sedimentasi (lahan panen, hasil irigasi air). Buatkan kategori pemasukan sedimen seperti tingkat pemasukan yang masih dapat diabaikan, tingkat pertengahan, tingkat tertinggi pada lokasi adanya penampungan air buangan yang dapat mengkontaminasi aliran air sungai. Cobalah untuk mengestimasi proporsi air buangan terhadap aliran sungai dengan berpedoman pada Tabel 8. Biasanya penampungan yang memenuhi standar jarang sekali dijumpai di negara-negara berkembang. Apabila datadata yang tersedia tidak cukup sebaiknya dijelaskan. Tabel 8.
Tingkat pengaruh penampungan air buangan terhadap kualitas air (menurut Kotze et.al. 1994)
Pemasukan air buangan (%)
Pemenuhan standar penampungan
< 5
Rendah
5 – 20
Sedang
> 20
Tinggi
26 Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
iii).
Ciri-ciri biologis
Ciri-ciri biologis pada suatu cakupan lahan basah sebaiknya digambarkan dengan menggunakan petunjuk yang sudah umum sehingga dapat memberikan keterangan yang lebih luas tentang daerah penting keanekaragaman hayati. Yang dimaksud dengan petunjuk umum meliputi hamparan vegetasi, jenis vegetasi dominan, dan unsur-unsur biologis penting bagi lahan basah dan spesies-spesies penting lainnya. (endemis atau spesies flora dan fauna langka). Keadaan biologis cakupan lahan basah Gunakan laporan-laporan atau peta-peta yang tersedia, terangkan tentang penutupan vegetasi di dalam kompleks lahan basah, dengan cara memperkirakan perbandingan relatif tipe vegetasi dominan yang tumbuh pada suatu lahan. Terangkan kecenderungan-kecenderungan terakhir dalam hal status atau kondisi vegetasi (dengan referensi spesifik) dan populasi fauna. Sebutkan pula jika ada data yang tidak sesuai. Macam-macam spesies dan unsur-unsur spesies penting Gunakan informasi yang ada pada situs WWF (http://www.wcn.org/redlist/ 2000/indext.html) dan IUCN (http://wwwiucn.org/2000/index.html) untuk mengkaji keberadaan spesies-spesies biologis yang penting pada cakupan lahan basah. Buatlan daftar semua tumbuhan dan spesies-spesies hewan langka yang memiliki ketergantungan pada lahan basah, dan tentukan status dan habitat keberadaaanya. sebagai tambahan, jika cakupan lahan basah mendukung keberadaan populasi dari spesies-spesies yang terancam sebesar 1%, juga harus disebutkan. Database keanekaragaman hayati (biodiversity) lainnya yang memuat informasi tentang status spesies-spesies yang terancam dapat dilihat pada 2000 IUCN Red List of threatened Species termasuk untuk ikan (http://www.fishbone.org/search) dan tumbuh-tumbuhan (pada database UNEP-WCMC Threatened Plant). Untuk menentukan spesies tingkat nasional dapat dilihat pada sumber-sumber data lain termasuk National Red Data Books (jika ada) dan ahli-ahli setempat. Habitat Untuk mempersiapkan atau pemberlakuan level-4 pada prosedur AWI, buatlah daftar habitat yang ada pada suatu cakupan lahan basah, gunakan klasifikasi Ramsar sebagai panduan dan tetapkan daerah setiap habitat dalam satuan hektar (ha). Jika sistem pengklasifikasian habitat yang digunakan berbeda dengan klasifikasi dengan Ramsar, penentuan bibliografis secara detail dan tanggal harap dicantumkan. Jika tidak terdapat klasifikasi yang dibutuhkan, kelompokkanlah kumpulan vegetasi yang sejenis sebagaimana diketahui hal ini bisa mendukung spesies fauna yang sejenis juga.
5.3.5
Populasi Demografis
Dengan bantuan data statistik pemerintah (data sensus), jelaskan karakteristik penduduk yang berada di sekitar cakupan lahan basah dan catatlah sebagai data populasi dan demografis secara resmi seperti pada pendataan di wilayah-wilayah pada umumnya, data kepadatan
Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
27
penduduk dapat diperoleh dengan cara mengetahui jumlah desa-desa/kota-kota kecil/kotakota besar pada suatu wilayah yang penduduknya lebih besar dari jumlah sebenarnya (teori ini dikembangkan oleh hecker et al 1996 dengan inventarisasi MedWet dimana kotakota kecil dengan jumlah populasinya <1000; 1000 – 10.000; 10.000 – 100.000; > 100.000) atau dengan mengetahui jumlah penduduk per-km2 (Tabel 9). Informasi kepadatan penduduk untuk cakupan lahan basah di daerah pesisir pantai gunakan database tipologi pesisir LOICZ (http://www.nioz.nl/loicz). Jika memungkinkan, jelaskan jumlah penduduk (populasi, struktur, jumlah musim yang ada, kecenderungan-kecenderungan yang terjadi dalam jangka panjang), dan aktivitas umum masyarakat (pertanian, peternakan, dll) yang hidup di dalam wilayah lahan basah tersebut. Tabel 9.
Kategori kepadatan penduduk (dengan menggunakan jumlah penduduk per-km2) Kepadatan penduduk Sangat padat
> 500
Padat
200 – 500
Sedang
100 – 200
Rendah
20 – 100
Jarang
1 – 20
Tidak berpenduduk
5.3.6
Penduduk per-km2
<1
Penggunaan Lahan dan Air
Jelaskan, dan jika memungkinkan petakan kebiasan yang dilakukan penduduk setempat dalam mengelola lahan basah. Beberapa kategori yang ditunjukan dalam Tabel 10 dapat digunakan sebagai panduan. Terangkan pula apakah kebiasaan yang dilakukan oleh penduduk tersebut dilakukan untuk kepentingan orang banyak atau komersial, apakah menggunakan teknik tradisional atau modern.
5.3.7
Batas Wilayah
Jelaskan pengaturan batas wilayah disekitar cakupan lahan basah dan jika diperlukan, wilayah tersebut diatur oleh satu atau batas wilayah lain secara proporsional. Kategori batas wilayah ini meliputi: hak/wewenang yang bersifat lokal, nasional dan propinsi, kepemilikan pribadi, dan perangkat-perangkat hukum lainnya yang berlaku (seperti, perundang-undangan dan atau kebijakan).
28 Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
Tabel 10. Klasifikasi penggunaan lahan dan air Penggunaan lahan air
Contoh
Ladang hasil panen
Tebu, biji-bijian
Tanah pengembalaan
Ternak, kambing, kuda, unta
Peternakan yang hasilnya dapat ditingkatkan
Padang rumput untuk ternak sapi penghasil susu
Hortikultura
Sayue-mayur, pisang, bunga
Urban
Infrastruktur (jalan, rel kereta)
Perkampungan
Area perumahan
Konstruksi
Pemotongan alang-alang, danau-danau mangrove
Perikanan
Persediaan bibit, kerang, ikan bersirip
Aquakultur
Kerang, udang, ikan
Kehutanan
Kayu, kayu bakar kecil, ampas kayu
Bahan bakar
Gambut, kayu/arang
Perburuan
Invertebrata, kodok, reptil, burung, mamalia
Persedian air
Tangki penyimpanan, pengisian, penyaluran air tanah
Transportasi
Kapal tongkang, fery, rumah perahu, pelabuhan
Industri bahan baku garam
Mineral, gambut, minyak, gas, pasir, kerikil atau penyulingan
Energi
Tenaga hidro-elektrik, pertanian gambut
Konservasi
Warisan budaya atau kekayaan alam
Rekreasi
Aktif (klub golf) atau pasif (pengamatan burung)
5.3.8
Penanganan isu-isu dan Ancaman-Ancaman
Gunakan Tabel 5 sebagai panduan untuk setiap cakupan lahan basah, kemudian jelaskan penanganan isu-isu terutama menghadapi komunitas setempat sebagai pengguna sistem ini (Tabel 11) (contoh; penangkapan ikan yang berlebihan, perburuan ilegal, berkurangnya hasil produksi agrikultur atau perikanan), ancaman manusia terhadap penggunaan lahan secara terus menerus sehingga tidak terkontrol lagi (contoh; penggunaan herbida/pestisida disekitar ladang penghasil panen, eutrofikasi, penggunaan sistem persediaan air untuk mengairi kompleks dengan melalui hulu sungai). Jelaskan rencana (jika ada) yang akan dilakukan oleh pihak pemerintah. Catat jumlah orang yang telah diwawancarai, berikut nama dan statusnya.
Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
29
Jelaskan resiko pemanfaatan cakupan lahan basah yang berlebihan terhadap kesehatan manusia, jenis penyakit yang ditimbulkan oleh organisme (misalnya; nyamuk, cacing pita, keong) dan jumlah prosentase (dalam %) penduduk yang terjangkit penyakit tersebut. Apabila cakupan lahan basah menjadi subyek ancaman yang bersifat alamiah (contoh: perubahan cuaca, pasang surut air, gelombang badai, erosi), jelaskam alasannya dan berapa luas habitat yang hilang atau terkena degradasi akibat kejadian tersebut. Tabel 11. Penanganan isu-isu dan ancaman-ancaman terhadap cakupan lahan basah. Faktor pendorong
Contoh penanganan isu-isu dan ancaman
Perubahan iklim
Banjir pada area pemukiman, jalan-jalan dan sarana infrastruktur, erosi/ endapan lumpur, kadar garam pada tempat persediaan air.
Desertifikasi
Irigasi, reklamasi, pengalihan laju air dan pembuangan air dari lahan basah.
Pengenalan spesies dan invasi biotik
Invasi spesies asing dan lingkungan rerumputan, kutu dan hama.
Industrialisasi dan urbanisasi
Erosi/mengontrol erosi, banjir/mengontrol banjir, jarak antara tanaman dan api, sedimentasi, infrastruktur/perumahan, penggalian tambang/pengerukan pasir, gangguan dari perburuan, aktivitas hiburan, pembukaan lahan pertanian.
Polusi
Perluasan dari keberadaan dan pengembangan berbagai industri baru tanpa regulasi yang memadai dan kontrol perencanaan.
Sistem pembuangan kotoran
Kotoran padat, endapan lumpur, kontaminasi feacal, sisa pertambangan, pestisida, pupuk dan kadar garam.
Penggunaan lahan dan air
Kurangnya tingkat kesadaran komunitas umum dan dan pembuat kebijakan terhadap nilai-nilai lahan basah, rendahnya tingkat partisifasi komunitas dalam hal konservasi alam.
Sistem produksi pertanian
Kepemilikan serta akses pada lahan dan sumber, hak-hak tradisional dan sikap pendatang.
Timbulnya penyakit dan obat penangkalnya
Peningkatan populasi penduduk dan adanya tekanan kemiskinan; ekspansi diperkotaan dan pedesaan, devisa pemerintah yang buruk, kurangnya tenaga terlatih, konflik dengan pihak lain, sistem perundang-undangan yang lemah atau tidak adanya dukungan politik.
5.3.9
Penyelesaian Lembar Data
•
Nama dan alamat penyusun/pengisi : sertakan nama dan alamat penyusun seperti yang diperlihatkan pada Tabel (lihat lampiran D).
•
Lembar Tanggal penyelesaian/perubahan : sertakan tanggal penyelesaian/ perubahan lembar data (misalnya, 02 October 2001).
30 Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
5.4
Data Level 4 : Habitat Lahan Basah
Pengumpulan data pada level-4 difokuskan untuk mendefinisikan dan menggambarkan “habitathabitat lahan basah” (gambar 1) pada setiap cakupan lahan basah yang telah ditetapkan pada level-3. Meskipun habitat-habitat tersebut berada pada cakupan yang sama belum tentu memiliki karakteristik yang sama. Sebagai contoh setiap habitat lahan basah belum tentu memiliki kesamaan keadan air atau kesamaan karakteristik ekologi. Akan tetapi habitathabitat tersebut mungkin memiliki potensi dan perbaikan yang sama, atau membutuhkan bentuk penanganan yang sama. Lembar data level-4 (lampiran G) sebaiknya disertai dengan pemetaan yang berdasarkan pada Sistem Informasi Geografi (SIG/GIS) dengan skala yang sesuai. (contoh : 1 : 10.000 – 1 : 50.000 tergantung pada luas habitat yang diperhatikan). Pengumpulan data-data habitat harus dilaksanakan dengan efisien karena informasi yang sama diperlukan untuk setiap habitat pada kompleks lahan basah atau daerah tertentu. Oleh sebab itu diperlukan adanya validasi lapangan, analisa pada peta-peta yang ada, dan butuh referensi yang banyak. Data level-4 ini akan menjadi “lembar data utama” bagi para pngelola habitat lahan basah atau perorangan.
5.4.1
Nama dan kode habitat lahan basah
Tentukan nama dan kode untuk setiap habitat, untuk pemberian nama habitat dapat diperoleh dari komunitas setempat atau menurut referensi yang ada. Jika tidak ada nama habitat lahan basah, gambaran seperti pemberi sifat (qualifier) atau tipologi yang ditetapkan pada Ramsar Convetion (lampiran B) dapat digunakan bersamaan dengan pengklasifikasian lahan basah seperti yang ditunjukan pada Tabel 29.
5.4.2
Lokasi geografi
Lokasi geografis sangat penting untuk mendefinisikan luas suatu habitat lahan basah dengan akurat. Paling sedikit koordinat yang dicatat diwakili oleh ujung bagian kiri-atas dan kanan bawah. Serangkaian titik koordinat yang membentuk habitat lahan basah dapat dicatat untuk menentukan lokasi geografisnya. Gunakan sistem proyeksi koordinat Universal Transverse Mercator (UTM). Sistem koordinat UTM memiliki kemampuan yang lebih akurat pada saat melakukan perhitungan luas wilayah. Operator yang bertanggungjawab memasukan data sebaiknya menyertakan sistem koordinat yang dipakai, misalnya proyeksi WGS 1984 UTM .
5.4.3
Karakteristik iklim
Lokasi pencatatan disekitar stasiun pencatat meteorologi (nama stasiun, garis lintang dan garis bujur, ketinggian, periode pencatatan) menggambarkan rata-rata dan jangkauan curah hujan, catat bulan-bulan terbasah dan terkering; tingkat suhu perbulan, catat bulan terpanas Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
31
dan terdingin, tingkat relativitas kelembaban (pukul 9 pagi dan pukul 3 malam) serta bulan yang paling lembab dan tidak lembab; jangkauan penguapan pertahun (klas A pan); angin yang biasa bertiup dan kapan kedudukan angin berubah.
5.4.4 i)
Karakteristik ekologis Ciri-ciri fisik
Keadaan geomorfis Terangkan struktur tanah dari suatu habitat dengan menggunakan syarat-syarat yang diberikan pada Tabel 12. Secara umum terdapat 5 jenis tipe tanah yang dapat menentukan terjadinya lahan basah, dan masing-masing jenis tersebut merupakan integradational., Keadaan geomorfis sangat penting untuk menerangkan struktur tanah dimana habitat tersebut berada (Semeniuk dan Semeniuk 1995). Tabel 12. Pengelompokkan struktur tanah yang membentuk lahan basah (diadaptasi dari Semeniuk dan Semeniuk 1995) Struktur tanah
Definisi
Lembah
Lembah merupakan daerah cekung yang membentuk lembah lembah pada suatu lahan tanpa adanya aliran air keluar, bisa dangkal atau dalam dan memiliki dasar yang rata atau cekung. Biasanya lembah-lembah ini memiliki garis tepi yang jelas
Saluran
Saluran, berkenaan dengan alur aliran air, bisa dangkal atau dalam dan memiliki garis tepi yang jelas
Dataran
Daerah datar memiliki lereng kurang dari 1 %. Sedikit relief atau bahkan tidak memiliki relief dan memiliki garis tepi yang luas. Tanah datar dapat ditoreh oleh saluran sehingga memberikan ketinggian yang dinamakan “saluran datar”
Lereng
Lereng merupakan area dengan tingkat kecuraman lebih dari 1 % yang dapat berbentuk cekung atau ceuruk.
Bukit dataran tinggi
Perbukitan/dataran tinggi, umumnya memiliki area yang cekung dan terdapat di puncak gunung, perbukitan atau macam-macam area yang berada pada suatu ketinggian.
32 Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
Habitat lahan basah yang berada pada daerah pesisir pantai, struktur tanahnya lebih kompleks dan pengelompokkannya tidak semudah lahan basah di daratan. Syarat-syarat yang diberikan pada Tabel 13 (menurut Heydorn dan Tinley 1980) dapat digunakan untuk sementara. Tabel 13. Pengelompokkan struktur tanah yang membentuk lahan basah di daerah pesisir pantai (diadaptasi dari Heydorn dan Tinley 1980) Struktur tanah
Definisi
Terbentang rendah
Perairan pesisir teluk yang luas, bagian pantai yang berpasir, rawa air asin, danau, hutan bakau, delta, laguna dan muara, seringkali diasosiasikan dengan daerah-daerah yang selat benuanya besar.
Curam/bergunung-gunung
Pantai-pantai curam berbatu, teluk yang dalam dan melekuk ke dalam, batu karang laut, batu koral pantai, kerap diasosiasikan dengan daerah-daerah yang memiliki selat benua yang sempit.
Jangkauan ketinggian Pencatatan ketinggian suatu habitat (dalam satuan meter dari Above Height Datum (AHD)) dilakukan dengan menentukan batas minimum dan maksimum baik di atas maupun di bawah kedalaman laut. Informasi ini biasanya berada pada peta-peta topografis, ortopografi dan atau survey tanah nasional serta regional.
Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
33
Spasial/keruangan (spatial) Definisikan luas daerah habitat dengan menggunakan skala yang ditunjukan pada Tabel 14. Sebagai tambahan dapat, data keruang berikut dapat dijadikan sebagai acuan :
•
Area permukaan – ukur area permukaan dengan menggunakan sebuah planimeter, jaringan diletakan di atas peta dengan skala yang sesuai; atau gunakan aplikasi GIS dan catat luas area dalam satuan hektar. Tetapkan indikasi luas daerah lahan basah yang mungkin akan mengalami perubaha dari satu musim ke musim lainnya. Setelah terjadi banjir, peta genangan air dapat dijadikan sebagai sumber informasi tentang variasi luas lahan basah, foto udara dapat digunakan sebagai referensi yang sangat bermanfaat.
•
Panjang – ukur panjang maksimum suatu habitat lahan basah dalam satuan kilo meter.
•
Lebar – ukur lebar maksimum dan lebar rata-rata suatu habitat lahan basah dalam satuan meter atau kilometer. Lebar rata-rata dapat dicatat menjadi lima segmen yang gambarkan tegak lurus dengan arus.
Tabel 14. Ketentuan untuk menetapkan luas area lahan basah (diadaptasi dari Semeniuk 1995) Klasifikasi
Susunan referensi untuk semua kategori kecuali saluran
Susunan referensi untuk suatu saluran (lebar-panjang)
Sangat besar
> 10 x 10 km
> beberapa km lebarnya, ratusam km panjangnya
Besar
1000 x 1000 m – 10 x 10 km
Beberapa ratus m lebarnya , beberap puluh km panjangnya
Sedang
500 x 500 m – 1000 x 1000 m
Lebarnya ratusan m, dengan panjang ribuan m
Kecil
100 x 100 m – 500 x 500 m
Lebar puluhan m, dengan panjang ratusan m
Sangat kecil
> 100 x 100 m
Beberapa m lebarnya, puluhan m panjangnya
Morpologi lembah Bathymetry Catat setiap informasi tentang kedalaman lembah (misal : kedalaman maksimum dan lokasi ditemukannya kedalaman rata-rata). Jika tidak ada data yang tersedia sebaiknya diperoleh dengan cara pengukuran dengan menggunakan alat pendeteksi kedalamam yang bisa berbunyi atau dengan memancang seutas tali tegak lurus yang dibagi dalam satuan meter.
34 Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
Stabilitas teluk kecil Catat informasi lebar dan posisi estuary amouth tersebut, catat apakah estuary amouth tersebut terbuka secara permanen atau periodik. Melalui bantuan foto udara dapat diperoleh informasi terjadinya banjir, atau pasang surut air di daerah delta (contoh, ambang sungai dalam dan luar) pada suatu daerah muara, tanda-tanda perubahan pasang surut pada sistem yang terkonsentrasi dapat terlihat dengan jelas. Apabila muara tersebut tertutup secara normal (contohnya seperti pada kasus laguna) berikan informasi tentang tinggi dan lebar ambang sungai tersebut, kemudian tanyakan pada penduduk setempat apakah pernah terjadi pemutusan ambang sungai buatan atau tidak. Arus, gelombang dan gerakan sedimen pada daerah pesisir pantai Catat informasi arah gelombang yang dominan pada tempat tertentu dan arah relatif tiupan arah angin yang umum terhadap garis pantai. Foto udara dapat menggambarkan posisi dan bentuk teluk kecil, beting dan daerah tanjung berpasir (daerah pengangkutan pasir pantai0 pada daerah yang bersangkutan. Status pengikisan Terangkan kerentanan suatu habitat terhadap pengikisan (erosi) (yang disebabkan oleh gelombang, angin, atau arus) dengan menggunakan klasifikasi yang ditunjukan pada Tabel 1 (level 3). Jenis-jenis tanah Dengan menggunakan peta tanah yang ada dan atau laporan-laporan, terangkan jenisjenis tanah yang dominan pada setiap habitat. Sertakan pula sistem pengklasifikasian tanah yang digunakn, dan tanggal pengumpulan data tersebut (jika diketahui). Skema pengklasifikasian tanah milik FAO (Purnel et al. 1984) adalah salah satu sistem yang paling umum digunakan untuk penamaan tanah secara konsisten dan direkomendasikan pula untuk daerah-daerah yang menyediakan keterangan cukup memadai tentang keterangan umum keadaan lapisan tanah, dan telah teruji dengan baik di lapangan. Apabila tersedia data hasil penginderaan jauh, hal ini dapat digunakan sebagai sumber informasi tentang kadar kejenuhan tanah pada suatu habitat. Sedimen bawah/substrat Cari dan catat informasi tentang sifat dasar sedimen-sedimen yang berada pada dasar lahan basah. Sedimen yang dimaksud mencakup partikel-partikel organik dan mineral dalam berbagai ukuran dan komposisi. Apabila tidak tersedia data, melalui visualisasi yang sederhana atau metoda pengklasifikasian jaringan subtrata di dalam danau dapat digunakan, pencatatan sampel-sampel utama mungkin diperlukan ketika kedalaman air lebih dari 1.5 m (Tabel 15). Kedudukan air Pada habitat lahan basah di daerah pesisir pantai, jangkauan pasang surut air laut sebaiknya dicatat dengan menggunakan grafik pasang surut air laut yang tersedia dilokasi tersebut, sehingga diperoleh informasi pada tingkat maksimum dan minimum variasi pasang surut. Untuk habitat lahan basah yang terletak di daratan, terangkan kedudukan air dengan menggunakan satu atau lebih dari empat persyaratan seperti yang tertera pada Tabel 16.
Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
35
Kedudukan air dapat dijelaskan lebih lanjut melalui penyediaan informasi; menurut musim dan kedalaman pertahun (inter manual) (maksimum, minimum dan rata-rata), pola aliran masuk dan keluar dari lahan basah, periode banjir dan area yang digenangi banjir. Sumber masuknya air sebaiknya dicatat (misalnya : laut, sungai air tanah, mata air, curah hujan, hujan buatan) catat pula apakah air yang masuk dan keluar tersebut bersifat permanen, musiman, hujan yang turun sebentar-sebentar atau periodik, episodik atau yang lainnya. Air tanah Jika tersedia, catat informasi kedalaman pada Tabel air dan vareasi musim pada Tabel kedalaman air di sekitar habitat lahan basah. Tabel 15. Klasifikasi tekstur lapisan bawah (diadaptasi dari Begg 1984)
Presentasi komponen Kategori tekstur
Tekstur/penampakan umum
Bebatuan
% tanah liat
%pasir
Kasar atau berpasir, menunjukan adanya bebatuan kecil dan kerikil
n/a
n/a
Pasir kasar
Mudah dihancurkan, tiap butiran pasir mudah dilihat dan diraba. Pecahan kulit kkerang merupakan hal yang biasa terlihat
n/a
80
Pasir halus
Mudah dipadatkan, bersih, mudah dihancurkan dan setiap butiran pasirnya susah untuk dipisahkan
10
90
Lumpur pasir
Material berpasir terlihat dikotori lumpur.
20
80
Pasir berlumpur
Material berlumpur dengan kuantitas yang sama antara pasir dan lumpur
50
50
Endapan/lumpur
Material endapan atau berlumpur, hilang saat keadaan lembab
70
30
Endapan tanah lempung
Pasir hampir tidak jelas terlihat, biasanya berwarna abu-abu
90
10
Tanah liat
Tidak mengandung oasir. Materialnya kaku dan kuat, berminyak saat lembab, berwarna abu-abu – biru keabu-abuan dan sangat padat
100
n/a
Gambut
Secara organis mengandung subtrata yang mengandung sisa-sisa tanaman yang membusuk. Sperti bunga karang/spon pada saat basah
n/a
n/a
lumpur
Hitam legam, secara organis mengandung kotoranyang berbentuk endapan lumpur, umumnya berbau senyawa hidrogen sulfida
n/a
n/a
Catatan:
n/a : tidak dapat digunakan
36 Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
Tabel 16. Klasifikasi kedudukan air pada habitat lahan basah yang tidak terkena air pasang (diadaptasi dari semeniuk dan semeniuk 1995) Kedudukan air
Definisi
Penggenangan permanen
Sebuah area dimana permukaan tanah ditutupi oleh air (kecuali pada tahun-tahun yang mengalami kekeringan)
Penggenangan musiman
Area dimana permukaan tanah dibanjiri air secara semi permanen, saat permukaan air menyusut, permukaan air dibawah tanah naik atau mendekati permukaan.
Penggenangan/banjir yang terjadi sewaktu-waktu
Suatu area dimana permukaan tanahnya dibanjiri air secara temporer. Permukaan air berada pada periode singkat selama tahun tertentu.
Benar-benar penuh pada musimmusim tertentu
Suatu area yang permukaan tanahnya penuh dengan air pada periode yang lama, tetapi air yang berada sampai pada permukaan jarang sekali muncul
Catatan: • Penggenangan adalah tanah yang ditutupi oleh air, pada situasi ini tanah berada di bawah permukaan (waterlooged). • Benar-benar penuh berarti tanah yang dipenuhi oleh air, tetapi air tersebut tidak membanjiri permukaan tanah.
ii)
Ciri-ciri psiko-kimia
Cirri-ciri berikut ini menjelaskan kualitas air pada habitat lahan basah dan jika diketahui, diukur dengan menggunakan teknik standar sebagaimana yang diberikan dalam standar methods for the wxamination of water and wastewater (Clesceri at al 1998) dan naskah umum mengenai limnologi seperti yang sarankan oleh Moss (1980) Wetzel dan Likesn (1991) dan Wetzel (2001) Permukaan air Temperatur Jelaskan jangkauan temperatur air pertahunnya pada wilayah yang dibanjiri air dan juga tingkat rata-rata suhu pertahun di daerah tersebut. Catat secara detail dalam alat perekam/ pencatat mengenai pengukuran kedalaman dan waktunya. Jika data tersedia, keterangan tersebut dicatat tiap musim atau tiap bulan dalam setahun sehingga bisa didapatkan nilai suhu rata-rata pertahunnya. Jika ada data yang tidak mencukupi/lengkap sebaiknya disebutkan. Bila memungkinkan kelompokanlah susunan air menurut karakteristik arus panas (thermal) seperti yang terlihat pada Tabel 17.
Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
37
Tabel 17. Kategori karakteristik arus panas berdasarkan perbedaan jenis pencampurannya (diadaptasi dari Bayly dan Williams 1981) Kategori
Definisi
Amictic
Tidak pernah tercampur (tetap ditutup es secara permanen)
Oligomictic
Jarang tercampur (tetap hangat di kedalaman berapapun)
Monomictic
Tercampur setahun sekali
Dimictic
Tercampur dua tahun sekali
Polymictic
Dalam setahun seringkali tercampur
Kadar Garam Sediakan tingkat rata-rata kadar garam pertahun dari bagian wilayah yang terkena banjir, jelaskanlah alat perekam yang digunakan, pengukuran kedalaman dan waktu. Jika data yang tersedia dapat dicatat setiap musim atau setiap bulan dalam setahun sehingga diperoleh nilai rata-rata pertahunnya. Jika ada data yang tidak mencukupi/lengkap harus disebutkan. Bila memungkinkan kelompakanlah susunan air menurut karakteristik salinitas) seperti yang terlihat pada tabel 18. Tabel 18. Klasifikasi kadar garam Penggolongan
Kadar garam (g.L 1)
Air tawar
< 0,5
Air payau
0,5 – 18.0
Semi asin
18.0 – 30.0
Berkadar garam
30.0 – 40.0
Berkadar garam tinggi
40.0 - 100
Berkadar garam sangat tinggi
> 100
Habitat-habitat lahan basah yang memiliki kadar garam yang berubah-ubah berdasarkan musim, dikategorikan dengan cara menghitung status kadar garam yang ada disepanjang tahun. Sebagai contoh lahan basah yang berasal dari tingkat air tawar selama sepanjang tahun. Untuk air payau selama musim kering yang pendek dapat digolongkan sebagai air tawar. Pada tahap selanjutnya kadar garam dapat digambarkan sebagai sesuatu yang konstan (kadar garam tetap dalam satu tingkat salinitas) atau fluktuatif (kadar garam yang berubah-ubah sepanjang tahun). Pada kasus data yang tidak tersedia mengenai kadar garam, pengukuran daya konduksi dapat digunakan untuk menghitung kadar garam dengan memakai faktor konversi.
38 Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
pH (Konsentrasi ion hydrogen) Tetapkanlah kadar pH pertahunnya pada bagian penting area yang dibanjiri air. Catatlah secara detil dari alat perekam mengenai pengukuran kedalaman serta waktunya. Jika data tersedia, keterangan ini dapat dicatat tiap musim atau tiap bulan dalam setahunnya. Sehingga bisa didapat nilai rata-rata pertahunnya. Jika data yang tersedia tidak mencukupi, harus diuraikan dengan jelas. Bila memungkinkan kelompokkanlah susunan air dengan menggunakan skala seperti yang terlihat dalam Tabel 19, dengan uraian singkat bisa diketahui bahwa kadar pH 6.6 – 7.5 disebut “netral” angka yang lebih rendah dari itu menjadi lebih asam dan angka yang lebih tinggi menjadi “alkaline”. Transparansi Tetapkanlah keadaan transparansi air pertahunnya seperti yang dicatat pada diameter secci dengan kedalaman 20-30 cm, pada bagian penting area yang dibanjiri air. Catatlah secara detail alat perekam serta pengukuran kedalaman dan waktunya. Jika data tersedia, keterangan ini dapat dicatat tiap musim atau tiap bulan dalam setahunnya, sehingga bisa diketahui nilai rata-rata pertahunnya. Jika data yang tersedia tidak mencukupi, harus diuraikan dengan jelas. Bila menungkinkan pengelompokkan susunan air menurut kategori tarnsparansi seperti yang dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 19. Klasifikasi kadar asam berdasarkan satuan pH
Penggolongan
Tingkatan (pH)
Amat sangat asam
1.0 – 2.9
Sangat asam
3.0 – 3.9
Asam
4.0 – 4.9
Tidak asam
5.0 - 6.5
Netral
6.6 – 7.5
Tidak mengandung alkaline
7.6 – 8.5
Alkalin
8.6 – 9.9
Mengandung banyak alkalin Sangat banyak mengandung alkalin
10.0 – 11.5 11.5+
Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
39
Tabel 20. Pengelompokkan transparansi yang diukur dengan secchi disc (diadaptasi dari informsi yang ditetapkan menurut Moss 1980) Kategori Tidak tembus cahaya
Kedalaman dengan SEcchi disc (m) < 0.05
Sangat keruh
0.05 – 0.25
Keruh
0.25 – 2.50
Jernih
2.5 – 25.0
Sangat jernih
>25
Supaya istilah warna tidak tertukar dengan istilah transparansi sebaiknya dicatat dalam kategori tidak tembus cahaya yang dapat dibagi menjadi:
•
Air hitam yang berwarna seperti teh – menandakan adanya noda/zat warna karena gambut yang berada di dalam “catchment”.
•
Air yang kehijauan – menandakan suatu produktifitas yang relatif tinggi.
•
Coklat yang keruh – menandakan adanya konsentrasi yang tinggi dari penundaan pembentukan zat-zat padat.
Bahan-bahan gizi Berikan cakupan pertahun konsentrasi hydrogen (nitrat dan total nitrogen) dan fosfor (ortho phospat dan total fosfor) pada area penting yang dibanjiri air. Catat dengan detail pada stasiun pencatat pengukuran kedalaman dan waktunya. Jika datanya tersedia hala-hal tersebut di atas dapat dicatat untuk kepentingan tiap-tiap musim atau tiap bulannya dalam setahun menurut kategorisasi yang terlihat dalam Tabel 21. Jika data yang tersedia tidak mencukupi hal tersebut di atas sebaiknya diuraikan dengan jelas. Tabel 21. Kaitan umum mengenai produktifitas lahan basah untuk memperkirakan konsentrasi total kandungan fosfor di dalamnya (dari Wetzel 2001) Kategori Ultra - oligotropik
P total (u gm/l) <5
Oligotropik
5 - 10
Meso - Eutropik
10 - 30
Eutropik
30 - 100
Hyper - eutropik
40 Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
>100
Suatu perangkat uji coba juga dapat digunakan untuk menentukan status tropic suatu lahan basah. Dalam kasus lahan basah yang mengandung unsur fosfor, pengujian didasarkan pada uji coba klasik dari colorimetric molybdenum biru untuk mengetahui koordinat terlemah unsur fosfat atau yang lebih dikenal sebagai orthophosphate atau filterable reactive phosphorus (FRP). Gunakan spectrophotometer, sebagai suatu perbandingan warna sederhana yang dibuat menggunakan disc. Air tanah Jika tersedia data, berikan informasi mengenai komposisi kimiawi di dalam air tanah pada kantong air dangkal yang tidak dibatasi untuk area umum.
iii).
Ciri-ciri biologis
Tumbuh-tumbuhan Kelompok dominan Dengan menggunakan Tabel 22 sebagai pedoman, daftar tumbuhan yang ada, gunakan pengklasifikasian yang digunakan selama mempelajari keberadaan vegetasi pada suatu tempat dan jika memungkinkan klasifiasikan tumbuhan pada tingkat regional/negara yang stabil missal apakah badan air didominasi oleh macrophyte atau phytoplankton. Tabel 22. Contoh format berdasarkan pengelompokkan kumpulan vegetasi (contoh di dapat dari tasek bera, Malaysa) Kumpulan tumbuhan
Total area dalam lahan basah
Total area dalam % yang ditanami
Keadaan fisik/hidrografik
Hutan danau air tawar
4100
67
Digenangi tanah mineral secara musiman pada beberapa area gambut
Rawa pandanus lepironia
2050
32
Pinggiran area perairan terbuka jarang mengalami kekeringan
(Perairan terbuka)
100 Total: 6250
Spesies Dominan Berikan daftar spesies (seperti dijelaskan pada tabel 23) yang menunjukan strategi pertumbuhan (tiap tahun, bertahun-tahun, geophytic tahunan) bentuk pertumbuhan (spesies tanah atau air) dan struktur jenis (rerumputan, tumbuh-tumbhuan jamu, semak-semak, pakis, palem, pepohonan). Untuk spesies air (tumbuhan yang memiliki bagian-bagian vegetatif yang secara permanent atau musiman tergenang air) tunjukan bagaimana pohon-pohon tersebut mumcul memiliki dedaunan yang mengembang, mengambang di atas air, akarnya berada di bawah permukaan air atau mengambang bebas di bawah permukaan air.
Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
41
Sebaiknya diperhatikan juga bahwa Specht (1981), Walker dan Hopkins (1984) mendefinisikan sebuah pohon adalah suatu tanaman kayu dengan sebuah batang yang menancap di tanah pada kedalaman 2m; semak adalah tanaman yang tumbuh bertahun-tahun dan memiliki banyak batang yang muncul dari kedalaman 2 m di bawah tanah, rerumputan merupakan tanaman herbaceous yang masuk dalam keluarga poaceaea; sedges adalah tanaman, bentuknya berumbai-umbai dan berasal dari family cyperaceae atau restionceae; forbs merupakan juga tanaman herbaceous yang bukan rerumputan atau sedges dan isltialh aquatic mengndung arti tanaman hebaceouos yang hanya tinggal di dalam air. Tabel 23. Contoh format pengelompokkan spesies vegetasi (menunjukan strategi pertumbuhan, bentuk dan strukutr jenis secara detail menurut Finlayson et al 1989) catatan: spesies yang berada di Asia tidak perlu di data. Nama dan spesies umum
Strategi pertumbuhan
Bentuk pertumbuhan
Eleocharis Sphacelata cyperus plattystylis fimbristylis denudata
Bertahun-tahun
Sedge yang muncul di air
Eleocharis Indica
Geophitic tahunan
Sedge yang muncul di air
Myriophyllum dicoccum Dysophyllia stellata limnophila gratioloides
Bertahun-tahun
Tumbuhan bumbu yang daunnya mengmbang di air
Oryza meridionalis
Tiap tahun
Rerumputan yang tumbuh di air
Sesbania cannabina
Tiap tahun
Semak-semak yang tumbuh di air
Melaleuca cajuputi
Bertahun-tahun
Pohon yang tumbuh di tanah/air
Spesies asing dan lingkungan rumput liar Daftarlah spesies asing dan lingkungan spesies rumput liar yang menunjukan bermacammacam spesies dan juga mememberikan penilaian terhadap rumput-rumput yang menutupi tipe wilayah dalam satuan hektar (ha) atau presentase (%). Spesies dan kelompok penting untuk perlindungan/konservasi Gunakanlah Tabel 24 sebagai acuan dari spesies vegetasi atau kelompoknya sesuai dengan statusnya (terancam, rentan, jarang, mengncam) tingkatannya dengan perundang-undangan yang dapat dipakai untuk setiap tingkatan yang sewaktu kelompok tersebut mengalami kesamaan dapat dicatat secara berbeda dalam survey berikutnya.
42 Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
Tabel 24. Contoh format untuk pencatatan spesies vegetasi dan pengelompokkan konservasi signifikan (contoh berasal dari tasek Bera, Malasya) Taxon
Taxonomic Group
Distribusi
Status
Cryptocoryne purpurea
Araceae
Endemik di Tasek Bera
Tidak di tetapkan
Tingkat
UNEP-WCMC Threatened Plants Database : (http://www.wcmc.org.uk.spesiea/ plants.by.taxon.htm). Situs tersebut merupakan sumber referensi yang bermanfaat di dalamnya berisi informsi tentang status spesies vegetasi dari konservasi penting seluruh dunia. Vegetasi penutupan lahan Dengan mengggunakan tehnik foto udara atau peta yang meliputi keseluruhan habitat. Biasanya diperoleh dari kantor perencanaan tata ruang kota setempat yang berwenang dan atau departemen pertanian atau dinas kehutanan. Jelaskan vegetasi yang menutupi lahan dengan memperhitungkan proporsi relatif dari keadaan tersebut dan keadaan perairan terbuka dengan menggunakan pengelompokkan yang dikemukakan oleh Semeniuk dan Semeniuk (1995). Pengelompokkan tersebut diperlihatkan dalam gambar 3 di bawah ini. Perlu di ingat bahwa perubahan alamiah terhadap vegetasi yang menutupi lahan dapat mengganggu proses pengelompokkan terhadap tingkat penutupan. Jika luas areal lahan yang ditutupi tumbuhan lebih besar dari 90% maka penutupan lahan tersebut dapat dianggap sempurna.
Gambar 3:
Pengelompokkan tumbuhan yang menutupi lahan (menurut Semeniuk et al 1990)
Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
43
Fauna Spesies dominan dan pengelompokkannya Dengan pengamatan yang bertujuan untuk memberikan sebuah data kekayaan spesies dan keanekaragaman setiap kelompok taxonomi utama yang ada (invertabrata, Vertebrata – mamalia, burung, ikan dan sebagainya). Berikan sebuah dafatar spesies binatang dengan lokasinya (termasuk spesies kutu dan hama). Buatlah referensi yang spesifik tentang beragam spesies yang mungkin dapat berkurang atau bertambah setiap saat. Spesies penting untuk perlindungan alam Gunakan Tabel 25 sebagai panduan, urutkan spesies penting untuk perlindungan alam (spesies yang terancam terlebih dahulu, diikuti oleh spesies yang rentan dan langka) termasuk yang tercantum dalam perundang-undangan nasional atau negara sebagai spesies yang terancam atau berpindah-pindah dan sebagainya. Seperti yang telah dilakukan pada spesies penting untuk perlindungan alam pada level 3, gunakan 2000 IUCN Red List of Treathened Species (http://www.iucn.org/redlist/2000/index.html) untuk menentukan kepentingan secara internasional dan membantu kehidupan spesies yang terancam dari habitatnya. Untuk spesies ikan dapat digunakan (http:// www.fishbone.org.search). Untuk keperluan penetapan spesies nasional yang penting dan terancam dari habitatnya, informasinya dapat diperoleh dari sumber data setempat termasuk nasional Red Data Books (jika ada) dan para ahli setempat. Tabel 25. Contoh format pengumpulan spesies dan kumpulan binatang yang penting untuk perlindungan alam (contoh diambil dari Tasek Bera, Malaysa) Taxon
Taxonomic group
Distribusi
Status
Tingkat
Scleropages formasus
Pisces Osteoglossideae
Asia Tenggara
Terancam
Global (IUCN 2000)
Balantiochellos melanopterus
Pisces Cyprinidae
Asia Tenggara
Terancam
Global (IUCN 2000)
Populasi Apabila terdapat banyak data, tabulasikan rat-rata dan perkiraan maksimum jumlah populasi yang ada sebagaimana yang dapat dilihat pada tabel 26 a. Jelaskan tentang fauna yang ada (spesies utama, konsentrasi terbesar dan sebagainya). Berikan keterangan-keterangan untuk perkembangbiakkan populasi (tabulasi data terdapat dalam tabel 26 b). Perpindahan populasi (missal burung, ikan) dan periode utama perpindahan dalam lahan basah. Apabila terdapat data, jelaskan dengan seksama mengenai populasi spesies pada lahan basah yang mungkin dapat berkurang atau bertambah sepanjang waktu. Jika terdapat banyak data, jelaskan suatu indikasi mengenai keberadaan spesies yang dikhawatirkan (missal A= berlimpah, C= biasa, U= tidak biasa, R=jarang) dan juga statusnya (seperti B=perkembangbiakkan, W= memasui musim dingain, R=kediaman, V=dari suatu tempet ke tempat lain.
44 Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
Tabel 26. Contoh format tabulasi data untuk populasi yang berlimpah (a) dan informasi perkembangbiakkan populasinya (b) (a) Spesies
Status
Jumlah rata-rata
Jumlah maksium
Data sensus (bulan/tahun)
(b) Spesies
Jumlah catatan akan perkembangbiakan
Invasi spesies asing dan kutu/hama Urutkan danjelaskan masuknya spesies asing dan hama pada tiap habitat untuk mengindikasikan spesies apa saja yang sudah masuk. Habitat Dengan menggunakan skema pengklasifikasian habitat (lampiran B) tabulasikan habitahabitat yang ada pada lahan basah tersebut, dan seperti yang bisa dilihat pada Tabel 27. Buatlah daftar kelompok penting keberadaan fauna pada tiap habitat. Satu hal penting yang harus diperhatikan adalah mengenai habitat yang harus benar-benar dipertimbangkan keberadaannya untuk perkembangbiakaan fauna setempat atau untuk keberadaan spesies penting dan sebagi indikasi apakah habitat-habitat tersebut mengalami kenaikan atau penurunan kualitas jumlahnya setiap waktu. Jelaskan karaktristik fauna tiap habitat dengan menggunakan data kekayaan spesies sehingga diperoleh indikasi seberapa pentingnya habitat tersebut untuk pemeliharaan keanekaragaman hayati. Tabel 27. Contoh format untuk mengurutkan binatang taxa yang penting, digabungkan dengan setiap habitat utama bersama dengan penyediaan petunjuk informasinya. Jenis habitat
Binatang taxa penting
Perairan terbuka
Informasi yang diproleh September 1992, Desember 1996 sangat terbatas beragam survey (50=) telah dilakukan selama periode 1965-sekarang
Pinggiran aliran sungai dan ilalang
Burung air
Beragam survey (50=) telah dilakukan selama periode 1965 - sekarang
Terusan sungai
Ikan
Agustus 1994
Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
45
Unsur bilogis penting untuk suatu habitat Gunakan kriteria dalam mengidentifikasi lahan basah yang memiliki kepentingan internasional seperti yang telah ditetapkan oleh konvensi Ramsar (http//www.ramsar.org/keycreiteria.htm) untuk menjelaskan pentingnya unsur biologis pada suatu habitat. Konvensi Ramsar telah memberikan delapan kriteria untuk menilai pentingnya suatu habitat lahan basah dengan penekanan yang spesifik pada keberadaan burung dan ikan (Tabel 28). Tabel 28. Ringkasan daftar criteria lahan basah yang memiliki kepentingan Internasional berdasarkan Konvensi Ramsar Kriteria
Penjelasan
1
Ditemukannya perwakilan, keanehan atau contoh keunikan tipe lahan basah atau mendekati alami dam lingkungan biegeografis yang tepat.
2
Mendukung spesies yang mudah diserang, terancam, hamper punah atau yang terancam komunita ekologis
3
Mendukung populasi spesies tanaman dan atau binatang penting untk memelihara keanekaragaman hayati pada suatu wilayah beigeografis secara khusus
4
Menyokong spesies tanaman dan atau binatang yang berada pada tingkat kritis dalam perkembangbiakkannya, atau mencari tempat yang memberikan perlindungan selama kondisinya tidak sesuai
5
Secara regular menyokong 20.000 atau lebih burung air
6
Secara regular menyokong sebanyak 1% bagi satu spesies tersendiri atau subspecies dari burung air
7
Mendukung proporsi yang signifikan dari sub spesies ikan, atau tingkat perkembangannya. Populasi dan atau intraksi spesies yang mewakili manfaat dan atau nilai lahan basah dan oleh kerannya memerikan andil dalam keanekaragaman hayati secara global.
8
Merupakan sumber makanan penting untuk ikan, tempat memijah, pembiakan dan atau jalur migrasi di mana ikan berukmpul baik didaalam lahan basah itu sendri ataupun disekitarnya.
Gunakan waterfowl Population Estimates (http//:www.wetlands.org/IWC/W PEZtochtm) untuk menetapkan perkiraan jumlah populasi burung air yang memenuhi kritria internasional yang penting bagi suatu tempat.
5.4.5
Pengelompokkan habitat
Buku panduan AWI menitikberatkan pada pengumpulan data yang sangat diperlukan dalam berbagai hal, seperti untuk mengklasifikasikan habitat lahan basah. Para pengguna buku panduan ini berhak meggunakan sistem perngklasifikasian apapun yang mereka kehendaki. Namun sangat direkomendasikan agar pada tahap awal setiap lokasi haruslah diklasifikasi
46 Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
dengan menggunakan istilah yang ditetapkan dalam Tabel 29, digabungkan dengan jenis struktur tanah (Tabel 12) berikut tatanan airnya (Tabel 16). Jika diperlukan kandungan senyawa kimiawi di dalam air (seperti kadar garam), beragam matrial alamiah (seperti pasir, lumpur, tanah liat) dan tumbuhan seperti pengaturannya struktur dan penanamannya) dapat digunakan pada tahap selanjutnya untuk menambah arti unit-unit primer dalam suatu lahan basah. Tabel 29. Pengelompokkan 13 kategori dasar lahan basah yang diperoleh dengan menggabungkan sifat-sifat struktur tanah hydroperioede (menurut Semeniuk dan Semeniuk 1995) Hydroperiode/struktur tanah Lembah sungai yang tergenangi air secara permanent Lembah sungai yang tergenangi air secara musiman Lembah sungai yang tergenangi air secara sebentar-sebentar Lembah sungai yang berisi air secara dengan penuh secara musiman Terusan sungai yang tergenangi air secara secara permanent Terusan yang tergenangi air secara musiman Terusan yang tergenangi air secara secara sebentar-sebentar Terusan yang berisi air dengan penuh secara musiman Lahan datar sungai yang tergenangi air secara permanent Lahan datar sungai yang tergenangi air secara musiman Lahan datar sungai yang berisi air dengan penuh secara musiman Lereng yang berisi air dengan penuh secara musiman Dataran tinggi yang brisi air dengan penuh secara musiman Teknik dasar yang dikemukakan pada sistem pengklasifikasian tersebut di atas sudah diterima secara luas. Tehnik dasar tersebut memberikan serangkaian unit pemetaan yang berguna dan berbagai hal penting mengenai penanganan atas sumber-sumber kekayaan alam, agar terciptanya suatu penghematan terhadap tiap jenis lahan tertentu (Semeniuk dan Semeniuk 1995). Pengklasifikasian dimaksudkan untuk memperoleh kerangka kerja yang bersifat nongenetik yang menjadi dasar bagi kerja selanjutnya dan cukup untuk mencatat factor-faktor penentu yang kerap berubah seperti perbedaan iklim di sepanjang wilayah geografis Asia. 5.4.6
Potensi dan manfaat lahan basah
Jelaskan potensi dan manfaat (good and service) lahan basah dengan menggunakan informasi yang terdapat pada Tabel 4 sebagai petunjuk, penambahan secara detil akan lokasi yang spesifik mungkin tidak kelihatan pada level-level sebelumnya. Terangkan potensi dan manfaat yang diperoleh dari habitat serta hasil-hasil yang diuraikan secara langsung oleh lahan basah seperti mata air sebagai pelayanan nyata yang tidak sedikit pada nilai-nilai social atau kebudayaaan. Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
47
5.4.7
Penggunaan lahan dan air
Jelaskan dan jika memungkinkan petakan habitat mana saja yang digunakan oleh penduduk setempat, catatlah beberapa hal seperti hasil yang didapat dari lahan penghasil panen atau perikanan, apakah lahan basah itu digunakan secara musiman atau sepanjang tahun: luas area yang diolah dan ditanami; jenis alat yang digunakan untuk memancing, apakah terdapat konflik-kinflik sosial; ekonomi dan politik (seperti perubahan terhadap lahan pertanian, kontruksi bendungan (dam) dll). Jelaskan lahan atau air suatu habitat yang dibuat untuk digunakan oleh komunitas setempat dengan berdasarkan pada penyaringa/perluasan penyusunan data terdahulu seperti yang terlihat pada pencatatan level-3 (Tabel 10), apakah hal-hal tersebut dilakukan untuk emnyambung hidup komunitas local atau untuk kepentingan komersial dan apakah menggunakan teknik-teknik moder atau tradisional.
5.4.8
Penanganan permasalahan dan ancaman-ancaman
Jelaskan penanganan permasalahan pokok untuk setiap habitat yang dihadapi oleh komunitas setempat sebagai pengguna suatu habitat, berdasarkan pada suatu penyaringan penyusunan data terdahulu seperti pada level-3 (Tabel 11). Garisbawahi hal-hal manajemen praktis/rencanarencana (jika ada) yang ditetapkan oleh perwakilan-perwakilan yang bekerja di wilayah tersebut dan catatlah nama orang yang diwawancarai beserta nama dan statusnya. Begitu juga halnya dengan pemanfaatan lahan basah yang dapat menimbulkan resiko terhadap kesehatan manusia. Jenis penyakit yang dibawa oleh organisme hidup di dalam lahan basah dan peristiwa terjadinya suatu penyakit dalam populasi manusia sebaikanya dijelaskan dengan rinci.
5.4.9
Program-program monitoring dan penanganan
Berikanlah detil rencana penanganan dan program-progam monitoring yang ada bagi habitat yang bersangkutan. Termasuk nama-nama perwakilan pemerintah, LSM-LSM atau kelompok lain yang terlibat dan petunjuk laporan singkat mengenai program-program aktif (nama proyek, sasaran, kerangka waktu, aplikasi penanganan lahan basah dan orang lain atau organisasi yang bertanggung jawab.
5.4.10
Lembar data penyelesaian
•
Nama dan alamat penyusunan : nama dan alamat penyusunan sebaiknya dicantumkam seperti yang tertera di dalam lembar data (lampiran C).
•
Tanggal lembar data telah selesai/diperbaharui: pencantuman tanggal penyelesaian lembar data sebaiknya dicantumkan pula (contoh 02 Oktober 2001)
48 Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
Daftar Pustaka
Bayly, lAB & Williams, WD (1981). Inland waters and their ecology. Longman, Cheshire Pty Ltd, Melbourne. 1-314. Begg, G W(1984). The comparative ecology of Natal’s smaller estuaries. Natal Town and Regional Planning Report, 62. Pietermaritzburg, South Africa: 1-182. Brinson, MM (1993). A hydrogeomorphic classification for wetlands. Wetland research programme technical report WRP-DE-4. US Army Engineer Waterways Experiment Station, Vicksburg, USA. Clesceri, LS, Greenberg, AE & Eaton, AD (eds.) (1998). Standard methods for the examination of water and wastewater. American Public Health Association, Washington. Costa, LT, Farinha, JC, Hecker, N & Tomas-Vives, P (1996). Mediterranean Wetland Inventory. Reference Manual. MedWet Publication, ICN/Wetlands International. Costa, LT, Barbosa, A ~Perennou, C (2000). The MedWet Database 2000. User’s manual. ICNfTour du Valat.Danko DM. 1992. Global data: The Digital Chart of the World. GeoInfo Systems 1 (1): 29-36. Dugan, PJ (ed) (1990). Wetland conservation: a review of current issues and required action. IUCN, Gland, Switzerland. Finlayson, CM, Bailey, BJ & Cowie, ill (1989). Macrophyte vegetation of the Magela Creek floodplain, Alligator Rivers Region, Northern Territory. Research report 5, Supervising Scientist for the Alligator Rivers Region, AGPS, Canberra. Finlayson, CM & van der Valk, AG (1995). Classification and inventory of the world’s wetlands: a summary. In Classification and Inventory of the World’s Wetlands, (eds.CM Finlayson & AG van der Valk) Advances in Vegetation Science 16, Kluwer Academic Press, Dordrecht, The Netherlands: 185-192. Finlayson, CM (1996). Information required for wetland management in the South Pacific. In Wetland conservation in the Pacific Islands Region. (ed. Jaensch R) Proceedings of the regional workshop on wetland protection and sustainable use in Oceania, Port Moresby, Papua New Guinea, June 1994. Wetl~ds International- Asia/Pacific, Canberra: 185-201.
Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
49
Finlayson, CM (1999). Protocols for an Australian national wetland inventory. In Techniques for enhanced wetland inventory and monitoring. (eds. CM Finlayson & AG Spiers) Supervising Scientist Report 147, Canberra: 119-145. Finlayson, CM & Davidson,.. NC (1999). Summary report. In Global review of wetland resources and priorities for wetland inventory (eds. CM Finlayson & AG Spiers). Supervising Scientist Report 144, Supervising Scientist Group, Environment Australia, Canberra: 1-13. Finlayson, CM, Davidson, NC, Spiers, AG & Stevenson, NJ (1999). Global wetland inventory -status and priorities. Marine and Freshwater Research 50: 717-727. Finlayson, CM (2001). Considerations for undertaking a wetland inventory. In Wetland inventory, assesssment and monitoring: practical techniques and identification of major issues (eds. Finlayson CM, Davidson NC & Stevenson NJ). Supervising Scientist Report 161, Supervising Scientist, Darwin, Australia: 11-22. Finlayson, CM & Davidson, NC’ ‘(2001). Wetland inventory, assessment and monitoring: practical techniques and identification of major issues. Introduction and review of past recommendations. In Wetland inventory, assesssment and monitoring: practical techniques and identification of major issues (eds. Finlayson CM, Davidson NC & Stevenson NJ). Supervising Scientist Report 161, Supervising Scientist, Darwin, Australia: 1-10. Finlayson, CM, Davidson, NC & Stevenson, NJ (eds). 2001. Wetland inventory, assesssment and monitoring: practical techniques and identification of major issues. Supervising Scientist Report 161, Supervising Scientist, Darwin, Australia: 1-10. Hayes, MO (1977). Morphology of sand accumulation in estu~es : an introduction to the symposium. In: Estuarine research (Vol 2): geology and engineering (ed. Cronin LE). Academic Press, New York: 1-587. Hecker, N, Costa, LT, Farinha, JC & Tomas-Vives, P (1996). Mediterranean wetland inventory: data recording. Volume II. Wetlands International, Slimbridge, UK & Instituto da Conservaca0 da Natura, Lisboa, Portugal: 1-99. Heydorn, AEF and Tinley, KL (1980). Estuaries of the Cape (Part 1) Synopsis of the Cape Coast,. natural features, dynamics and utilisation. CSIR Research Report 380. Kotze, DC, Breen, CM & Klug, JR (1994). Wetland-use. A wetland management decision support system for the KwaZulu/Natal midlands. Water Research Commission report No. 501/2/94. Matthews, E (1983). Global vegetation and land use: new high resolution data bases for climate studies. Journal of Climate and Applied Meteorology, 22: 474-487.
50 Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
Matthews, E and Fung, I (1987). Methane emission from natural wetlands: global distribution, area and environmental characteristics of sources. Global Biochemical Cycles 1 (1): 61-86. Mitsch, WJ and Gosselink, JG (1986). Wetlands. Van Nostrand Reinhold Company Inc., New York. Moss, N(1980). Ecology of Freshwaters. Blackwell Scientific PUblications, Oxford. Murai, S, Honda, Y, Asakura, K & Goto, S (1990). An Analysis of Global Environment by Satellite Remote Sensing. Institute of Industrial Science, University of Tokyo. Ntiamoa-Baidu, Y, Finlayson, CM & Gordon, C (2001). A participatory approach to develop a monitoring programme for Ghana’s coastal wetlands. Unpublished report to Ghana Coastal Wetlands Managem.ent Project (CWMP), Ghana Wildlife Department, Accra, Ghana. PUrnell, MF, Nachtergaele, FO, Spaargaren, OC & Hebel, A (1994). A practical topsoil classification -FAO proposal. In: Transactions 15th World Congress of Soil Science (ed. BJD Etchevers). Instituto Nacional de Estadistica, Geografia e Informatica, Mexico. Scott, DA (comp) (1989). A Directory of Asian Wetlands. IUCN, Gland, Switzerland, and Cambridge, United Kingdom. Scott, D and Poole, C (1989). A Status Overview of Asian Wetlands. A WB Publication No. 53, Kuala Lumpur, Malaysia. Semeniuk, CA (1987). Wetlands ‘of ‘the Darling system -a geomorphic approach to habitat classification. Journal of the Royal Society of Western Australia 69 (3):95- 112. Semeniuk, CA, Semeniuk, V, Cresswell, ill & Marchant, NG (1990). Wetlands of the Darling system, Southwestern Australia: a descriptive classification using vegetation and form. Journal of the Royal Society of Western Australia 72 (4): 109-121. Semeniuk, CA and Semeniuk, V (1995). A geomorphic approach to global classification for inland wetlands. Vegetatio 118: 103-124. Kluwer Academic Publishers, Belgium. Semeniuk, V and Semeniuk, CA (1997). A geomorphic approach to global classification for natural wetlands and rationalization of the system used by the Ramsar Convention a discussion. Wetlands Ecology and Management 5: 145- 158. Specht, R L (1981). Projective foliage cover and standing biomass. In: Vegetation classification in Australia (eds. Gillison AN & Anderson DJ): 10-21, CSIRO, Canberra. Spiers, AG (1999). Review of international/continental wetland resources. In Global review of wetland resources and priorities for inventory (eds. CM Finlayson & AG Spiers). Supervising Scientist Report 144, Canberra: 63-104.
Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
51
Tomas-Vives, P, Frazier, S, Suyatno, N, Hecker, N, Farinha, JC, Costa, LT, and Silva, EP (1996). MedWet Database MWD, version 1. User’s Manual. MedWet Publication, ICN/ W etlands International. Walker, J and Hopkins, MJ (1984). Vegetation. In Australian Soil and Land Survey Field Handbook (eds. McDonald RC, Isbell RS, Speight JG, Walker J & Hopkins NJ). Inkata Press, Melbourne. Watkins, D and Parish, F (1999). Review of wetland inventory information in Oceania. In Global review of wetland resources and priorities for inventory (eds CM Finlayson & AG Spiers). Supervising Scientist Report 144, Canberra: 201-244. Wetzel, RG (2001). Limnology -lake and river ecosystems (3rd edition). Academic Press, San Diego California. Wetzel, RG and Likens, GE (1991). Limnological Analyses (2nd edition). Springer Verlag, New York. Wood, A, Stedman-Edwards, P & Mang J (eds) (2000). The root causes of biodiversity loss. Earthscan Publications Ltd., London: 1-399. World Resources Institute. (2001a). Water resources and freshwater ecosystems, Watersheds: Asia Profiles, www.wri.org/watersheds/ww-asia.htmi. World Resources Institute. (2001b). Water resources and freshwater ecosystems, Watersheds: Asia Profiles, Mekong Watershed. www.wri.org/watersheds/ww- asia.html. [VVG4 V 6B 8. pdt]
52 Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
LAMPIRAN - LAMPIRAN
Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
53
54 Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
LAMPIRAN A Resolusi-resolusi dari Konferensi San Jose Resolusi VII.20 untuk Inventarisasi Lahan Basah People and Wetlands: Pertemuan7th The Vital Link konferensi pihak-pihak yang mengadakan perjanjian pada lonvensi lahan basah (Ramsar, Iran, 1971), San Jose, Coasta Rica, 10-18 Mei 1999.
Prioritas-prioritas dalam melakukan inventarisasi lahan basah 1.
MENGINGAT rekomendasi 1.5 pihak-pihak yang mengadakan perjanjian sebagaimana disebutkan di atas dalam mempersiapkan inventarisasi lahan basah “sebagai bantuan formulasi dan implementasi dari kebijakan lahan basah nasional” juga untuk membantu meningkatkan pemanfaatan lahan basah secara bijaksana di wilayah mereka.
2.
MENGINGAT rekomendasi 4.6. Resolusi 5.3 dan VI.12 dan tindakan 6.1.2. dalam perencanaan strategis 1997-2002 yang dikenal dengan inventarisasi nasional yang bernilai ilmiah untuk mengidentifikasi wilayah yang sesuai untuk dicantumkan dalam list of Wetands of Internatinoal Importance” (Daftar Ramsar) menurut kebijakan konvensi:
3.
MENGETAHUI akan tindakan 6.1.3. dari perencanaan strategis tahun 1997-2002 yang memperbolehkan Ramsar Bureau dan sejumlah mitra kerja dari organisasi internasional untuk menggunakan informasi dari buku petunjuk inventarisasi lahan di tingkat regional, melakukan inventarisasi lahan basah secara ilmiah di tingkat nasional dan melakukan inventarisasi melalui sumber-sumber lainnya, untuk memulai pengembangan sumbersumber lahan basah yang dihitung secara global, sebagai informasi dasar dalam menentukan kecenderungan yang terjadi dalam konservasi lahan basah atau hilangnya lahan basah.
4.
MENCATAT laporan dengan judul Global review of wetland resources and priorities for wetland inventory dan sejumlah rekomendasinya sebagaimana yang disiapkan dan disampaikan oleh Wetlands International untuk Technical Session dari konferensi ini dalam menindaklanjuti tindakan 6.1.3 dari perencanaan strategis tahun 1997-2002.
5.
MENGHARGAI dukungan dana yang disediakan untuk persiapan laporan yang disebutkan di atas untuk pemerintah Belanda, Norwegia dan Inggris.
Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
55
6.
MENCATAT DENGAN MEMPERHATIKAN penemuan-penemuan yang dilaporkan Wetlands International berdasarkan informasi yang dikumpulkan dalam batasan-batasan tertentu dari proyek ini, beberapa negara, jika ada yang memiliki inventarisasi nasional secara lengkap melalui sumber-sumber lahan basahnya, dan untuk itu tidak mungkin untuk menetapkan suatu garis dasar atas sumber-sumber lahan basah secara lengkap.
7.
MEMPERKENALKAN berbagai skala prioritas inventarisasi lahan basah dikemudian hari baik dalam hal tipe dan daerahnya, sebagaimana yang diidentifikasikan dalam laporan dan disahkan oleh Konferensi Internasional ke-II lahan basah dan pengembangannya (Dakar, Senegal, November, 1998)
8.
MENIMBANG bahwa konferensi ini juga telah mengangkat “Guideline for developing and implementing National Wetlands Policies (Resolusi VII.6). Wetlands Risk Assesment Framework (Resolusi VII.10), strategis Framewrok and Guidelines for the future development of the list of wetlands of International Importance (Resolusi VV.11) dan resolusi V11,17 akan Restoration as an element of national planning for wetland conservation and wise use yang kesemuanya dicatat menurut resolusi-resolusi dan rekomendasi-rekomendasi sebelumnya berkenaan dengan paragraph 1 dan 2 diatas akan sangat baik jika dibantu dalam penyediaan inventarisasi nasional secara ilmiah.
9.
MEMPERHATIKAN penemunan-penemuan yang diberikan dalam laporan yang disiapkan oleh World Conservation Monitoring Centre dan dituangkan dalam COP7 Technical Session IV yang diberi judul Shared wetlands and river basins of the world . dan
10.
MENCATAT ruang lingkup yang dikemukakan Millenium Assessment of the World’s Ecosystem’s yang pada saat ini dalam pengembangan yang bertujuan menghantarkan informasi terkait yang bernilai untuk pengaplikasian konvensi ini.
Konferensi-konferensi dari Pihak-pihak yang Mengadakan Penjanjian 11.
MENDORONG semua pihak yang mengadakan perjanjian untuk melengkapi inventarisasi sumber-sumber lahan nasional mereka secara lengkap, jika memungkinkan melakukan restorasi pada lahan basah yang potensial dan lahan basah yang mengalami kerugian (resoulsi VII.17), memberikan skala prioritas dalam tiga tahun kedepan untuk melakukan kompilasi inventarisasi nasional secara lengkap, untuk berbagai tindakan yang saling berhubungan seperti pengembangan kebijakan dan penunjukan wilayah Ramsar agar dapat dilaksanakan dengan tepat berdasarkan informasi yang benar.
12.
SELANJUTNYA MENDORONG pihak-pihak yang mengadakan perjanjian dalam melakukan ikegiatan inventarisasi untuk menetapkan ketentuan-ketentuan agar bisa mengupayakan skala prioritas tipe-tipe lahan basah yang teridentifikasi sebagai hal-hal yang paling beresiko dan informasinya paling sedikit seperti dalam laporan yang berjudul “Global review of wetland resources and priorities for wetland inventory”
56 Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
13.
MEMINTA pihak-pihak yang mengadakan perjanjian untuk menetapkan ketentuanketentuan dalam kegiatan inventarisasi untuk mengangkat protokol yang telah dibakukan dan sesuai untuk penanganan dan pengumpulan data seperti yang ditetapkan oleh “Mediterrranean Wetlands Initiative (Medwet) dengan menggunakan standarisasi biaya yang rendah serta pengguna yang baik dari metode GIS.
14.
MENGUSULKAN pihak-pihak yang mengadakan perjanjian agar masalah pembagian lahan basah atau lembah sungai dalam mengumpulkan informasi inventarisasi manajemen yang terkait harus dikerjakan secara bersamaan sebagaimana tercantum dalam “Guidelines for international cooperation under the Ramsar Convention (Resolusi VII.19)
15.
MEMINTA para ahli dan Technical Review Panel dalam kerjasamanya dengan Wetlands International, Ramsar Bureau dan organisasi-organisasi lainnya untuk meninjau kembali dan mengembangkan model-model inventarisasi lahan basah lebih lanjut dan juga penanganan data termasuk penggunaan remote sensing dan biaya yang rendah serta pengguna GIS dan melaporkan penemuan-penemuan mereka pada pertemuan ke-8 bagi pihak-pihak yang mengadakan perjanjian dengan tujuan untuk meningkatkan standar yang sama secara internasional.
16.
MENGIJINKAN pihak-pihak yang mengadakan perjanjian untuk meninjau kembali rencanarencana yang mereka miliki pada wilayah masing-masing untuk menempatkan dan memelihara inventarisasi lahan basah yang ada dan mencoba untuk mengembangkan pusat penyimpanan data atau memastikan bahwa akses menuju sumber informasi tersebut bisa diperoleh para pembuat keputusan, para stakeholder dan pihak-pihak lainnya dan memungkinkan informasi tersebut didapat melalui format situs global atau CD-ROM;
17.
MENGUSULKAN pihak-pihak yang mengadakan perjanjian dan organisasi-organisasiorganisasi yang terkait dan organisasi penyandang dana agar memberikan sumbersumber penghasilannya untuk hal-hal yang berkenaan dengan Wetlands International dengan melengkapi dan membuat dokumen yang sesuai dengan protokol yang dibakukan untuk mengumpulkan dan menangani data seperti pengkajian yang lengkap pada informasi inventarisasi lahan basah, untuk mengembangkan bermacam-macam prosedur untuk memperbaharui informasi yang dibutuhkan secara regular yang dapat digunakan melalui format-format situs global atau CD-ROM
18.
LEBIH JAUH MENGIJINKAN donator-donatur yang bersifat bilateral dan multirateral untuk menentukan skala prioritas pada bantuan proyek-proyek inventarisasi lahan basah yang dianjurkan untuk negara-negara berkembang dan negara-negara yang tengah mengamali masa peralihan ekonomi, sebagaimana disebutkan di atas.
19.
MEMINTA panitia tetap agar memberikan perhatian khusus pada proyek-proyek inventarisasi lahan basah dalam mempertimbangkan secara tepat proyek yang diajukan pada Ramsar Small Grants Fund.
Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
57
58 Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
LAMPIRAN B Pengklasifikasian jenis-jenis lahan basah berdasarkan Ramsar
(Sumber Ramsar Convention Bureaur: http//www/ramsar.org/key ris types/htm)
Lahan-lahan basah di pesisir pantai A.
—
laut dangkal permanen: kedalamanya kurang dari enam meter pada saat air surut termasuk teluk laut dan selat.
B.
—
Tanaman air laut yang terkena subtidal : termasuk tanaman kelp, rumput laut padang rumput yang berada di dasar laut tropis.
C.
—
Batu batu karang
D.
—
Pantai berbatu; termasuk kepulauan lepas pantai yang berbatu; karang terjal
E.
—
Pantai berpasir; termasuk pasir bars;spits dan kepulauan berpasir juga system bukit pasir dan bukit pasir yang mudah hancur serta lembab.
F.
—
Perairan estuaria; perairan muara yang bersifat permanen dan system kerja muara delta.
G.
—
Lumpur intertidal; pasir atau dataran rendah berpasir.
H.
—
Rawa intertidal; termasuk rawa asin, padang rumput diperairan asin, wilayah yang terkena asin, rawa air asin yang ditinggikan; termasuk payau yang terkena asin, rawa asin yang ditinggikan temasuk payau yang mengalami pasang surut naik serta rawa air tawar.
I.
—
Lahan basah pasang surut; termasuk rawa hutan bakau, rawa-rawa nipah dan hutan rawa air tawa.
J.
—
Pantai payau; dari payau asin paling sedikit memiliki jalur penghubung menuju laut yang relatif sempit.
K.
—
Laguna air tawar yang berada di pesisir pantai; termasuk delta dari laguna air tawar.
Zk(a)
—
Karts dan system-sistem hidrologis di bawah tanah; lautan/pesisir
Lahan basah di daerah pedalaman L.
—
Delta daratan permanen
M.
—
Sungai permanen, anak sungai permanent termasuk air terjun.
N.
—
Sungai, anak sungai musiman
O.
—
Danau air tawar permanen (lebih dari 8 ha); termasuk danau oxbow yang luas.
P.
—
Danau air tawar musiman (lebih dari 8ha); termasuk danau yang timbul akibat banjir.
Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
59
Q.
—
Danau asin. Payau permanen
R.
—
Danau asin/payau musiman
Sp.
—
Rawa herba air asin/payau permanent
Ss.
—
Rawa herba air asin/payau musiman
Tp.
—
Rawa herba/kolam air tawar permanent; kolam-kolam (di bawah 8 ha) rawa-rawa dan payaupayau yang menempati tanah inorganic, dengan munculnya tumbuhan yang dipenuhi air selama musim pertumbuhannya.
Ts.
—
Rawa-rawa air tawar dan menempati tanah inorganic; termasuk payau-payau, lubang-lubang di jalan, padang rumput yang digenangi air secara musiman, rawa-rawa sedge.
U.
—
Lahan gambut bukan hutan; termasuk semak belukar atau tanah terbuka berlumpur, rawarawa,
Va.
—
Lahan basah alpine; termasuk padang rumput di pegunungan tinggi, air yang bersifat sementara berasal dari salju yang mencair.
Vt.
—
Lahan basah tundra; termasuk kolam-kolam tundra. Air yang bersifat sementra karena berasal dari salju yang mencair.
W.
—
Lahan basah yang didominasi semak berlukar rawa-rawa yang dipenuhi semak berlukar, belukar alder yang tumbuh di atas tanah inorganic
Xf.
—
Lahan basah air tawar yang didominasi oleh pepohonan; termasuk hutan rawa tawar, hutanhutan yang digenangi air secara musiman, rawa-rawa yang ditumbuhi pohon-pohon dan tumbuhan di atas tanah organic.
Xp.
—
Lahan gambut berhutan; hutan-hutan rawa gambut
Y.
—
Mata air tawar; oasis
Zg.
—
Lahan-lahan basah geothermal
Zk(b)
—
karat dan sistem-sistem hidrologi lainnya yang berada di bawah tanah, daerah pedalaman.
Lahan-lahan basah buatan 1.
—
Kolam-kolam aquator; (seperti kolam udang/ikan)
2.
—
Kolam-kolam dialiri air; termasuk kolam-kolam pertanian, kolam-kolam bibit, tangki-tangki air (umumnya di bawah 8ha)
3.
—
Lahan yang dialiri air; termasuk saluran irigasi dan persawahan
4.
—
Lahan pertanian yang tergenang banjir (termasuk yang dikelola secara intensif atau padang rumput)
5.
—
Lokasi ekspoiltasi garam; ladang garam, semua yang berhubungan dengan garam dan sebagainya.
6.
—
Area penampungan air; waduk air/pembatas air buatan yang berada di sepanjang sungai/ bendungan air (umumnya lebih dari 8 ha)
7.
—
Penggalian; penggalian batu bara/tanah lempung; lubang-lubang sementara, kolam pertambangan.
8.
—
Lahan pengolahan limbah; tempat pembuangan kotoran, kolam pengendapan dan sebagainya.
9.
—
Kanal dan saluran drainase, parit.
Zk(c)
—
Karst dan system-sistem hidrologis lainnya yang berada di bawah tanah, adalah buatan.
60 Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
LAMPIRAN C Pemberian Nama dan Kode untuk Lembah Sungai Besar dan Kepulauan-Kepulauan di Asia
Pemberian nama dan kode yang digunakan untuk lembah sungai besar, daerah pesisir pantai serta kepulauan di Asia sebaiknya dibaca sambil melihat gambar 2. Bilamana diketahui, ukuran dan kepadatan populasi lembah, daerah pesisir atau kepulauan juga diberikan. Nama-nama pulau besar ditunjukan dengan huruf miring. Kode-kode untuk daerah pesisir juga perlu ditambahkan. (Sumber data WRI, The Times Atlas of the world; PNG Resources information systems (ANU), situs Lonely planet; situs MSN; Wood at al 2000; K Tagi prs. Comm)
Nama sungai/kepulauan besar
Kode
Ukuran (km2)
Kepadatan penduduk (per km2)
Amuir
Am
1 929 981
35
Amur daya
AD
534 764
33
Borneo
BO
745 561
n/r
Brahmaputra
BM
651334
174
Chiang Jiang (Yangtze)
CJ
1 772 155
224
Chao Phrya
CP
178 754
118
Don
Do
458 703
48
Dnieper
Dn
531 817
67
Eats Timor
ET
153 870
5
Ganges
Ga
1 016 104
375
Godavari
Gd
319 808
195
Hainan
Hn
34 000
50
Halmahera
Ha
n/r
n/r
Hokaido
Hk
78 073
72
Hong (red)
Ho
170 977
180
Honshu
Hs
227 414
757
Huang He
Hs
954 065
162
Indigirka
Id
274 818
<1
Indus
In
1 081 733
145
Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
61
Nama sungai/kepulauan besar
Kode
Ukuran (km2)
Kepadatan penduduk (per km2)
Irrawaddy
Ir
431 674
80
Java
Ja
132 188
907
Kolyma
Ko
679 908
<1
Krishna
Ks
226 026
248
Kura – Araks
KA
205 040
72
Kuril kepulauan
Ku
15 590
n/r
Kyushu
Ky
36 728
361
Luzon dan Mindoro (philipine)
Lm
114 935
202
Ob – Irtish
OI
2 972 497
9
Ozero (danau) Balkash
OB
512 101
11
Mekong
Me
805 627
78
Mindanao
Md
97 630
202*
Mahanadi
Mh
145 818
192*
Narmada
Nm
96 260
192
Neva
Ne
204 467
35
New Britain
Nb
35 862
11
New Guinea
NG
824 931
8
North Duina
ND
357 052
5
Sakhalin
Sa
76 400
n/r
Salween
Sw
271 866
76
Seram
Se
17 100
n/r
Sri lanka
Sl
65 610
n/r
Sulawesi (celebos)
Sw
189 216
75
Sumatera
Su
473 606
n/r
Syr Darya
SD
782 669
26
Taiwan
Tw
35 873
627
Tapti
Tp
74 260
233
Tarim
Ta
1 152 447
10
Tigris dan Euprates
TE
765 280
58
Ural
Ur
224 280
13
Visayas-kepulauan
Vs
65 004
202*
Volga
Vo
1 410 994
42
Yalu Jiang
Yj
48 328
117
Yenisey – OzeroBykal (danau Baikal)
YB
2 554 482
2
Xi Jiang (mutiara)
XJ
409 458
210
n/r = no record (tidak ada catatannya)
62 Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
*= rata-rata nasional untuk Philipina (wood et al 2000)
LAMPIRAN D Lembar Data Level 1 – Lembah-Lembah Sungai Besar Daerah-Daerah Pesisir dan Kepulauan
1.
Nama dan kode lembah sungai besar, wilayah pesisir atau pulau besar Nama: Kode :
2.
Geologi: Nama zona (zona-zona) geologgis Deskripsi tentang geologi: Sumber informasi :
3.
Iklim Nama/kode penggolongan iklim (klasifikasi koeppen) Deskripsi tentang iklim : Sumber informasi :
4.
Ekoregional Nama ekoregional : Deskripsi tentang ekoregional : Sumber informasi :
5.
Vegetasi Nama zona (daerah-daerah) vegetasi : Deskripsi tentang vegetasi:
6.
Wilayah dan jenis lahan basah Daftar jenis lahan basah Deskripsi tentang wilayah dan jenis lahan basah Sumber informasi :
Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
63
7.
Jenis dan manfaat lahan basah Buatlah daftar jenis dan manfaat lahan basah: Deskripsi tentang potensi manfaat lahan basah: Sumber informasi :
8.
Penanganan isu-isu dan ancaman-ancaman Deskripsi tentang penanganan isu-isu dan ancaman-ancaman : Sumber informasi :
9.
Lembar data penyelesaian Nama dan alamat penyususn : Nama keluarga (family name) Nama lain: Judul (ms/nona), Mrs. (nyonya), Mr. (tuan), Dr array Prof. Institusi/perwakilan.organisasi : Alamat pos (nama jalan dan nomor, kota besar/kota kecil, Negara, kode pos) : Nomor Telepon (kode Negara, kode wilayah, nomor) : Nomor fax : Alamat email : Tanggal penyelesaian lembar data/diperbaharui :
64 Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
LAMPIRAN E Lembar Data Level 2 – Sub-Lembah Sungai dan Sub- Daerah Pesisir
1.
Nama dan kode sub lembah atau sub wilayah pesisir Nama : Kode :
2.
Lokasi geografis Titik koordinat geografis :
•
Garis lintang pada titik paling utara dan selatan:
•
Garis bujur pada titik paling timur dan barat:
•
Titik pusat :
Tanggal dan sumber informasi : 3.
Karakteristik-karakteristik iklim Nama sub kelas iklim (pengklasifikasian Koeppen) :
•
Rata-rata dan jangkauan (mm) hujan pertahun:
•
Rata-rata dan jangkauan (0C) suhu udara
•
Lokasi dan nama resmi tempat pencatatan :
Deskripsi tentang iklim : Tanggal dan sumber informasi : 4.
Ciri-ciri fisik 4.1. Tipe wilayah : (sub lembah, wilayah pesisir pantai, sekumpulan kepulauan lepas pantai) 4.2. Jangkauan ketinggian (dari permukaan laut)Lmaks/min – dalam MAHD) penjabaran tentang tinggi jangkauan, sumber informasi 4.3. Jenis dan area lahan basah ; (pengelompokkan ukuran, area dalam Km2, proporsi wilayah (%) panjang dalam km; urutan aliran) penjabaran tentang tipe dan area lahan basah, sumber informasi
Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
65
4.4. Karakteristik-karakteristik geologis: daftar ciri-ciri geologis, penjabaran tentang geologi, sumber informasi 4.5. Sistem air Rata-rata aliran air pertahun (m3 x 106) Jangkauan air pasang (jika dapat diaplikasi): Deskripsi tentang tentang ilmu air: Sumber informasi : 5.
Vegetasi Daftar jenis-jenis vegetasi : Deskripsi tentang vegetasi: Sumber informasi:
6.
Potensi dan manfaat lahan basah: Kategorikan potensi dan manfaat lahan basah serta kepentingan relatifnya: Deskripsi tentang potensi dan manfaat lahan basah: Sumber informasi:
7.
Penanganan isu-isu dan ancaman-ancaman: Kategorikan penyebab-penyebabnya dan kepentingan relatifnya: Deskripsi tentang penyebab-penyebabnya: Sumber informasi:
8.
Batas Wilayah Nasional atau lokal: Kepemilikan (umum atau pribadi) Deskripsi: Sumber informasi:
9.
Lembar data penyelesian Nama dan alamat penyusun: Tanggal penyelesaian lembar data:
66 Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
LAMPIRAN F Lembar Data Level 3 – Cakupan-Cakupan Lahan Basah
1.
Nama dan kode cakupan lahan basah Nama : Kode:
2.
Lokasi geografis
•
garis lintang: pada titik paling utara dan selatan
•
garis bujur: pada titik paling timur dan barat
•
titik pusat:
•
proyeksi:
Tanggal dan sumber informasi: 3.
Kakarteristik-karaktersitik iklim Nama resmi dan lokasi tempat pencatatan (nama, garis lintang dan garis bujur serta ketinggian dari permukaan air/bumi)
•
periode pencatatan (tahun)
•
jangkauan dan rata-rata curah hujan pertahun (mm)
•
jangkauan maks-min suhu (0C) perbulan:
•
jangkauan kelembabab relatif ( 9 pagi – 3 malam)
•
jangkauan penguapan pertahun (mm) berdasarkan class A pan:
•
angin yang berhembus:
Deskripsi: Sumber informasi :
Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
67
4.
Karakteristik-karakteristik ekologis 4.1. Cirri-ciri fisik 4.1.1
Jangkauan ketinggian
•
maks – min (dalam satuan m menurut AHD)
Deskripsi: Sumber informasi:
4.1.2
Spasial/ruang
•
wilayah (dalam satuam Km2)
Deskripsi: Sumber informasi:
4.1.3
Pergerakan aliran, gelombang dan sedimen
•
sistem gelombang:
•
sistem angin:
•
arah arus di daerah pesisir:
•
posisi dan bentuk teluk kecil, tebing (dilepas pantasi) dan daerah tanjung berpasir:
Deskripsi: Sumber informasi:
4.1.4
Status pengikisan (erosi) Status (mengikis, mengalami pertambahan atau stabil)
4.1.5
Tipe tanah
•
Daftar kategori tanah:
Deskripsi: Sumber informasi:
4.1.6
Sistem air
•
untuk sistem pesisir pantai, jangkauan air pasang (air pasang micro, meso-macro)
•
untuk sistem pedalaman : rata-rata aliran pertahun (cumecs); panjang sungai dan aliran; perbedaan urutan aliran
68 Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
Deskripsi: Sumber informasi:
4.1.7
Air tanah
•
maks – min dari kedalaman permukaan air di bawah tanah
•
sumber-sumber masuknya air (artesian, aquifers)
Deskripsi: Sumber informasi:
4.2
Ciri-ciri pisika kimia 4.2.1.
Kualitas air
•
tingkat kontaminasi (dapat diabaikan; harus ditindaklanjuti, tinggi)
Penjelasan secara luas: (sumber-sumber bahan bergizi, kadar asam atau kadar garam dan dampak dari pembuangan air kotor) Sumber informasi:
•
tingkat sedimentasi (dapat diabaikan, harus ditindaklanjuti, diberi perhatian penuh, tinggi)
Deskripsi: (sumber-sumber sedimen) Sumber informasi:
4.3
Ciri-ciri biologis 4.3.1
Kondisi biologis Penjelasan secara luas: proporsi relatif dari tumbuhan yang tertutup (%); kecenderungan yang timbul dalam status/kondisi tumbuhan, kecenderungan yang timbul dalam populasi hewan: Sumber informasi:
4.3.2
Bermacam-macam spesies dan gabungan unsur-unsur biologis yang penting Perkiraan unsur bilogis yang penting (dengan data WWF dan IUCN) Deskripsi: Sumber informasi:
Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
69
4.3.3
Tipe habitat Daftar jenis habitat Deskripsi: Sumber informasi/pengklasifikasian habitat:
5.
Populasi demografis Jumlah penduduk (kepadatan populasi) Aktifitas utama: Penjelasan secara luas tentang ciri-ciri populasi dan aktifitasnya di dalam cakupan lahan: Sumber informasi:
6.
Kegunaan lahan dan air Daftar kegunaan lahan dan air: Deskripsi tentang manfaat utama dari lahan dan air: Sumber informasi:
7.
Batas Wilayah Deskripsi tentang batas wilayah dan kepemilikan kompleks tanah: Sumber informasi:
8.
Penanganan isu-isu dan ancaman-ancaman Daftar penanganan isu-isu dan ancaman-ancaman Deskripsi tentang isu-isu dan ancaman-ancaman Sumber informasi:
9.
Lembar data penyelesaian Nama dan alamat penyusun: Tanggal penyelesaian lembar data:
70 Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
LAMPIRAN G Lembar Data Level 4 – Habitat Lahan Basah
1.
Nama dan kode habitat lahan basah Nama : Kode :
2.
Lokasi geografi
•
Garis lintang : pada titik paling utara dan selatan:
•
Garis bujur : pada titik paling timur dan barat:
•
Titik pusat :
•
Proyeksi :
Sumber informasi :
3.
Karakteristik-karakteristik iklim Nama dan lokasi kantor tempat pencatatan :
•
Periode pencatatan :
•
Rata-rata dan jarak curah hujan pertahun (mm) :
•
Jarak maksimal-minimal temperatur per bulan (oC) :
•
Jarak kelembaban relatif (9 am and 3 pm) :
•
Jarak penguapan rata-rata ClassA pan (mm) :
Angin yang berhembus: Sumber informasi:
4.
Karakteristik ekologi 4.1
Gambaran fisik 4.1.1
Mengatur geomorfic
•
mengatur kepulaun : (lembah;saluran;datar, lereng; atau dataran tinggi)
•
mengatur pesisir pantai :
(curam; tinggi)
Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
71
Deskripsi : Sumber informasi :
4.1.2
Ketinggian
•
Masimum-minimum (m di atas AHD) :
Deskripsi : Sumber informasi :
4..1.3
Spasial
•
Area (ha/km2) :
•
Ukuran kelas : (sangat kecil; kecil; sedang; luas; sangat luas)
•
Panjang (m/km) :
•
Lebar (m/km) :
Deskripsi : Sumber informasi :
4.1.4
Morphologi lembah
•
Batimetri : (Jarak dan rata-rata kedalaman air)
Deskripsi : Sumber informasi :
•
Stabilitas inlet : (kondisi gerbang, posisi dan lebar, data-data pasang surut delta; tinggi dan lebar daerah pasir.... )
Deskripsi : Sumber informasi :
4.1.5
Pergerakan gelombang dan sedimen : ( sistem gelombang; sistem angin;arah daerah pesisir; posisi dan bentuk inlet, tebing dan daerah tanjung berpasir) Deskripsi : Sumber informasi :
•
Status erosi : (mengikis, menimbun, tetap/tidak berubah)
72 Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
4.1.6
Tipe tanah Daftar tipe tanah : Deskripsi : Sumber informasi :
4.1.7
Sedimen/subtrata bawah Kelas subtrat : (bebatuan, pasir kasar, pasir tajam, pasir berlumpur, lumpur berpasir, endapan, tanah liat endapan, tanah liat, gambut, lumpur) Deskripsi : Sumber informasi :
4.1.8
Sistem perairan
•
Untuk sistem pesisir pantai : jarak antara mata air dan air pasangperbani.
•
Untuk sistem kepulauan : Periode air (dibanjiri secara permanen, musiman, sebentar-sebentar, penuh berisi secara musiman)
Sumber-sumber masuknya air : (aliran air, melalui darat, curah hujan, air tanah) Sumber-sumber keluarnya air : (permanen, musiman, sebentar-sebentar: episodik /tidak sama sekali) Deskripsi : Sumber informasi : 4.1.9
Air bawah tanah
•
Kedalaman maksimal-minimal permukaan air bawah tanah :
•
Sumber-sumber masuknya air :
Deskripsi: Sumber informasi:
4.2
Ciri-ciri psiko-kimia 4.2.1
Permukaan air
•
Suhu
Jarak antara suhu rata-rata dan suhu permukaan air pertahunnya: (0C) Tempat pencatatan, kedalaman dan waktu pengukuran: Klasifikasi temal: (amictic;oligomictic;monomictic;dimictic;polymictic) Deskripsi: Sumber informasi:
Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
73
•
Kadar garam
Jarak min-max pada musim tertentu: Klasifikasi kadar garam: (tawar; sedikit asin; agak asin; sangat asin; sangat sangat asin) Tempat pencatatan, kedalaman dan waktu pengukuran: Deskripsi: Sumber informasi:
•
PH
Jarak pertahunnya: Tempat pencatatan:, kedalaman dan waktu pengukuran: Klasifikasi PH: (sangat asam; asam; sedikit asam; netral; sedikit mengandung alkalin; mengandung alkalin; sangat mengandung alkalin) Deskripsi: Sumber informasi:
•
Transparansi
Tempat pencatatan, kedalaman dan waktu pengukuran: Klasifikasi transparansi: ( tidak tembus cahaya, sangat gelap; gelap; jelas; sangat jelas) Deskripsi: Sumber informasi:
•
Nutrisi
Jarak N pertahunnya (total N dan nitrat): (u gm/I) Jarak P pertahunnya (total P dan orto-P); (u gm/I) Tempat pencatatan:, kedalaman dan waktu pengukuran: Klasifikasi status nutrisi: (unltra-oligotropik; oligotropik; mesoeutropik; eutropik;hipertropik) Deskripsi: Sumber informasi:
4.2.2
Air tanah Deskripsi mengenai komposisi kimiawi: Sumber informasi:
74 Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
4.3
Ciri-Ciri Biologis 4.3.1
Vegetasi
•
Kelompok dominan
Daftar kelompok vegetasi besar : Deskripsi kelompok vegetasi besar : (luas wilayah (ha), proporsi dari area lahan basah (%), keadaan fisik/hidologis, bagian yang menetap) Sumber informasi :
•
Spesies dominan
Daftar spesies : (cara pertumbuhannya, bentuk pertumbuhannya dan jenis strukturnya) Deskripsi ciri-ciri utama : Sumber informasi :
•
Invansi spesies lain dan lingkungan rumput liar
Daftar spesies lain dan lingkungan rumput liar : Deskripsi : Sumber informasi :
•
Spesies dan kelompok alam
yang penting untuk perlindungan
Daftar spesies dan pengelompokkan yang penting (dengan mencantumkan informasi status, level, dan penerapan perundang-undangannya) Deskripsi : Sumber informasi
•
Vegetasi penutup
Proporsi relatif jumlah vegetasi penutup (sekeliling area, berblok-blok atau menyeluruh) (%) : Deskripsi : Sumber informasi :
Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
75
4.3.2
Fauna
•
Spesies dan kelompok fauna dominan
Daftar spesies dan kelompok fauna dominan : Deskripsi tentang ciri-ciri utama : Sumber informasi :
•
Spesies penting untuk konservasi
Daftar spesies penting dan pengelompokkannya : (berikut status apakah spesies tersebut termasuk kategori terancam, rentan atau jarang) Deskripsi: Populasi Bualtah daftar populasi data: Deskripsi: (spesies penting, populasi perkembangbiakan, periode-periode penting pada waktu melakukan migrasi) Sumber informasi:
•
Invasi hama dan spesies asing lainnya
Buatlah daftar hama dan spesies asing lainnya: Deskripsi: Sumber informasi:
4.3.3
Habitat Buatlah daftar habitat-habitat yang penting: (”taxa” utama digabungkan dengan setiap habitat, sediakanlah informasi mengenai ini) Deskripsi: Sumber informasi:
4.3.4
Unsur biologis suatu habitat Pengkajian dari unsur biologis suatu habitat yang menggunakan kriteria menurut Ramsar: Deskripsi: Sumber informasi:
76 Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
5.
Klasifikasi habitat Tipe lahan basah: (lembah sungai yang tergenangi air baik secara permanen, musiman atau sementara; saluran yang tergenangi air baik secara permanen, musiman atau sementara; saluran yang dipenuhi dengan air secara musiman; dataran yang tergenangi air secara permanen atau musiman: dataran yang dipenuhi dengan air secara musiman, lereng atau tebing) Deskripsi: Sumber informasi:
6.
Keanekaragaman barang dan jasa di lahan basah Buatlah daftar barang dan jasa yang terdapat di lahan basah ; Deskripsi: Sumber informasi:
7.
Pemanfaatan tanah dan air Buatlah daftar habitat yang dihubungkan dengan pemanfaatan tanah dan air; Deskripsi; Sumber infomasi;
8.
Penanganan isu-isu dan ancaman-ancaman Buatlah daftar isu-isu dan ancaman-ancaman; Deskripsi: Sumber informasi:
9.
Program-progam pengawasan dan pengelolaan Program-program pengawasan: Deskripsi: Sumber informasi:
10.
Lembar data penyelesaian
•
nama dan alamat penyusun:
•
lembar data yang diselesaikan/diperbaharui
Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
77
78 Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
Wetlands International Wetlands international adalah suatu organisasi di bidang konservasi lahan basah yang mempunyai kantor di 16 negara dan mempunyai pengalaman di bidang konservasi lahan basah selama lebih dari 40 tahun. Misi wetlands international adalah memelihara dan mempertahankan lahan basah, termasuk keanekaragaman hayatinya untuk generasi mendatang melalui penelitian, pertukaran informasi dan kegiatan konservasi secara global. Aktifitas-aktifitas yang dilakukan oleh Wetlands International adalah menitik beratkan pada peningkatan kesadaran melalui publikasi-publikasi, seperti internet www.wetlands.org dan media lainnya. Sasaran utamanya adalah para pembuat kebijakan dan pembuat keputusan pada khususnya, dalam rangka membantu pengembangan kebijakan, pengembangan kapasitas dan pelatihan. Sebagaimana diketahui, Berjuta-juta orang sangat bergantung pada kelangsungan hidup lahan basah dan saat ini orang masih tidak memperdulikan keberadaannya terutama di daerah yang mengalami penipisan lahan secara global, hal ini menggugah perhatian orang untuk menyediakan informasi yang bersifat ilmiah tentang lahan basah sebanyak mungkin. Informasi ilmiah ini tidak hanya menyajikan suatu dasar untuk mengembangkan kebijakan di tingkat nasional maupun internasional tapi juga memberikan informasi tehnis secara detail yang dapat digunakan di tingkat masyarakat, dan bertujuan untuk mendukung aktifitas-aktifitas konservasi seperti restorasi lahan basah. Selain itu, informasi ini tidak hanya dapat memberikan informasi yang berharga, tetapi juga membantu para praktisi untuk memberikan program-program pelatihan dan membantu dalam melaksanakan dan mengelola proyek-proyek yang sedang dikembangkan. Hal-hal tersebut di atas hanya bisa dikerjakan melalui kerjasama dengan organisasi-organisasi lain.
National Center for Tropical Wetlands Research (NCTWR) The National Center for Tropical Wetlands Research (NCTWR) bertempat di Darwin, Australia bagian Timur. Organisasi ini didirikan oleh pemerintah Australia yang bertujuan untuk mengabungkan program pelatihan dan penelitian yang berhubungan dengan lahan basah tropis. Organisasi-organisasi yang bergabung dengan NCTRW adalah sebagai berikut:
• • • •
environmental Research Institute of the Supervising Scientist James Cook University Northern Territory University, dan Western Australia University
Misi dari NCTWR adalah untuk meningkatkan pemanfataan lahan basah tropis secara bijaksana. Hal ini dicapai melalui program-program pelatihan dan penelitian secara luas dan efektif dengan semua stakeholder.
Informasi yang bisa dihubungi: National Center for Tropical Wetlands Research (NCTWR), dengan alamat Environmental Research Institue of the Supervising Scientist, GPO Box 461, Darwin, NT, 0801, Australia www.nctwr.org.au
Panduan Inventarisasi Lahan Basah Asia
79
Misi: Memelihara dan mempertahankan lahan basah, termasuk sumberdaya dan keanekaragaman hayatinya untuk generasi mendatang melalui penelitian, pertukaran informasi, dan kegiatan konservasi secara global.
Protokol inventarisasi lahan basah yang dibakukan ini telah dikembangkan melalui The Asian Wetlands Inventory (AWI) dan bertujuan untuk memberikan sumber-sumber informasi dalam melakukan pengkajian dan pemantauan lahan basah. Pembuatan AWI ini mengacu pada protokol inventarisasi sebelumnya yang telah berhasil dikembangkan. Selain itu, AWI juga telah memberikan dukungan dalam pengembangan protokol inventarisasi lahan basah yang diajukan oleh Ramsar. Adapun hasil-hasil yang akan dicapai melalui program ini adalah sebagai berikut: r
Meningkatkan kesadaran akan pentingnya lahan basah serta membangun kesadaran kelembagaan pemerintah nasional yang relevan di Asia akan perlunya inventarisasi yang dibakukan.
r
Dengan adanya System Informasi Geografis (GIS) yang dinamis dan telah dibakukan ini bertujuan untuk dapat menggabungkan database sehingga bisa memberikan informasi/data inti mengenai lahan basah di Asia serta menjadi acuan dalam perencanaan upaya-upaya perlindungan alam baik ditingkat pemerintah, konvensi-konvensi internasional, lembaga-lembaga non-pemerintah dan lainnya.
r
Memperluas jaringan kerja mengenai tehnik-tehnik dan ketrampilan mengumpulkan data dalam pelaksanaan AWI di tingkat nasional atau daerah.
r
Mengembangkan program inventarisasi nasional dan database di semua negara-negara yang ikut berpartisipasi.
r
Mengembangkan program pelatihan jaringan kerja di tingkat daerah dalam melakukan inventarisasi lahan basah.
r
Adanya program pengawasan untuk melakukan revisi dalam memperbaharui informasi mengenai inventarisasi lahan basah di tingkat daerah.
http://www.wetlands.org/awi/
ETLAND S
Untuk informasi lebih lanjut, hubungi: Wetlands International 3A39, Block A, Kelana Centre Point 47301 Petaling Jaya, Selangor Malaysia Tel: +60-3-7804-6770 Fax: +60-3-7804-6772 Email:
[email protected]
Wetlands International Indonesia Programme Jl. A. Yani No. 53 Bogor 16161 Jawa Barat - INDONESIA Tel: +62-251-312189 Fax: +62-251-325755 Email:
[email protected]
Wetland Inventory & Monitoring Specialist Group C/- NCTWR, PO Box 461 Darwin NT 0801 Australia Tel: +61-8-8920-1100 Fax: +61-8-8920-1199 Email:
[email protected]
Edisi isi diterjemahkan dan diproduksi atas dukungan dana dari ASEAN Regional CENTRE for Biodiversity Conservation (ARCBC), kerjasama antara the Association of South East Asian Nations (ASEAN) dan The European Union (EU) Translation and production of this edition was funded by the ASEAN Regional CENTRE for Biodiversity Conservation (ARCBC), a joint cooperation between the Association of South East Asian Nations (ASEAN) and the European Union (EU). www.arcbc.org Seluruh pendapat dan pernyataan yang disajikan dalam publikasi ini adalah semata-mata pendapat dan pernyataan dari penulis dan penyadur, dan tidak selalu mencerminkan pendapat serta kebijakan dari ARCBC, ASEAN maupun EU. The views expressed herein are those of the authors and contributors and do not necessarily reflect the views of ARCBC, the ASEAN or the EU. ISBN: 90 5882 981 2