PROSIDING
SEMINAR NASIONAL LAHAN BASAH TAHUN 2016 JILID 2
Penyunting: Mochamad Arief Soendjoto Aminuddin Prahatamaputra Maulana Khalid Riefani
Lambung Mangkurat University Press Banjarmasin
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LAHAN BASAH TAHUN 2016 JILID 2 Potensi, Peluang, dan Tantangan Pengelolaan Lingkungan Lahan Basah Secara Berkelanjutan Banjarmasin, 05 November 2016
Penyunting/Editor:
Mochamad Arief Soendjoto Aminuddin Prahatamaputra Maulana Khalid Riefani
Pendesain Sampul:
Halimudair
Penyelenggara:
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Lambung Mangkurat Jalan Hasan Basri, Kayutangi, Banjarmasin 70123
Mitra Penyelenggara: Himpunan Mahasiswa Pacasarjana Pendidikan Biologi, Universitas Lambung Mangkurat
Diterbitkan oleh: Lambung Mangkurat University Press, 2017 d/a Pusat Pengelolaan Jurnal dan Penerbitan Unlam Jl. H.Hasan Basry, Kayu Tangi, Banjarmasin 70123 Gedung Rektorat Unlam Lt 2 Telp/Faks. 0511-3305195 ——————————————————————————————————————————————— Hak cipta dilindungi oleh Undang-undang Dilarang memperbanyak Buku ini sebagian atau seluruhnya, dalam bentuk dan cara apa pun, baik secara mekanik maupun elektronik, termasuk fotocopi, rekaman dan lain-lain tanpa izin tertulis dari penerbit ——————————————————————————————————————————————— xii + 437 h 20 x 28 cm Cetakan pertama, April 2017 ISBN: 978-602-6483-34-8
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, Prosiding Seminar Nasional Lahan Basah Tahun 2016, Universitas Lambung Mangkurat telah selesai diterbitkan. Prosiding ini bisa jadi ditunggu-tunggu oleh para pemakalah, karena sebagai bukti bahwa para pemakalah ini telah menjalankan tugas menyampaikan, mentransfer, menyebarluaskan, mengomunikasikan, atau berbagi (berandil, sharing) ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (ipteks) yang dikuasainya dengan komunitas pemakalah atau orang lain yang memiliki bidang ilmu sama atau bahkan berbeda sama sekali. Pada sisi lain, prosiding ini menjadi petunjuk bahwa banyak hal terkait dengan lahan basah yang perlu menjadi perhatian semua kalangan, baik di Kalimantan Selatan maupun di luar Kalimantan Selatan. Lahan basah bukan sekedar perairan dan seterusnya seperti yang didefinisikan dalam Konvensi Ramsar. Lahan basah adalah potensi, peluang, dan tantangan untuk kesejahteraan manusia atau lebih daripada itu, lahan basah adalah kehidupan alam. Prosiding ini memang tidak bisa diterbitkan pada tahun 2016, tahun penyelenggaraan seminar. Seperti diketahui, seminar nasional ini tepatnya diselenggarakan pada tanggal 05 November 2016. Tidak cukup waktu bagi para penyunting atau editor untuk menyelesaikan suntingannya sampai akhir tahun 2016. Selain harus menyelesaikan tugas rutinnya pada akhir tahun, para penyunting harus mengerjakan tugas lain yang tidak kalah pentingnya, yaitu membenahi secara hati-hati banyak hal terkait dengan makalah yang telah disampaikan pada seminar nasional, terutama format makalah atau kebahasaan. Saya pikir hal ini wajar, apabila kemudian prosiding baru bisa diterbitkan pada tahun 2017. Prosiding ini dibuat dalam format cetakan dua jilid. Pembagian dua jilid ini lebih ditekankan pada (1) kepraktisan agar para pembaca tidak mengalami kesulitan ketika membawa prosiding dengan ketebalan seluruhnya hampir 1.000 halaman dan (2) ketidak-mudahan jilidannya untuk rusak, karena prosiding dibukatutup selama pembaca menikmati makalah (artikel prosiding). Prosiding jilid 1 memuat fokus (1) Konservasi dan Biodiversitas, (2) Pertanian dan Ketahanan Pangan, (3) Bioteknologi, (4) Hukum dan Kebijakan, serta (5) Sosial, Masyarakat, dan Ekonomi, sedangkan jilid 2 memuat (6) Seni dan Budaya, (7) Kedokteran, Obatobatan, dan Kesehatan, (8) Teknik, Industri, dan Pertambangan, (8) Sumber Daya Alam dan Energi Alternatif Terbaharukan, serta (10) Pendidikan dan Pembelajarannya. Selain itu, prosiding juga dibuat dalam format elektronik (pdf). Format ini diunggah dalam laman www.lppm.ulm.ac.id. Dalam format ini, setiap artikel dimunculkan terpisah dari artikel lain. Selaku Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat, saya menyampaikan terima kasih kepada (1) para penyunting yang bekerja keras menyelesaikan prosiding, (2) para mahasiswa yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Pascasarjana Pendidikan Biologi Universitas Lambung Mangkurat yang membantu mensukseskan penyelenggaraan seminar, serta (3) staf LPPM Universitas Lambung Mangkurat yang memfasilitasi urusan administrasi. Semoga Prosiding Seminar Nasional Lahan Basah Tahun 2016 ini bermanfaat. Banjarmasin, Maret 2017 Ketua LPPM Universitas Lambung Mangkurat Prof. Dr. M. Arief Soendjoto, M.Sc.
© 2017. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat
iii
DAFTAR ISI Laporan Ketua Panitia Seminar Nasional Lahan Basah Tahun 2016 Universitas Lambung Mangkurat ……………………………………………………………………………………………………
ix
Sambutan Rektor Universitas Lambung Mangkurat …………………………………………………….
x
Panitia Seminar Nasional Lahan Basah Tahun 2016 …………………………………………………...
xi
Petunjuk Umum Seminar Nasional Lahan Basah Tahun 2016 ………………………………………...
xii
JILID 2 (dari 2) Konseptualisasi Pengetahuan Lokal Masyarakat Banjar dalam Membangun di Lingkungan Lahan 437-452 Basah ………………………………………………………………………………………………………… Naimatul Aufa, Bani Noor Muchamad, Ira Mentayani Potensi Budaya Suku Mandar untuk Mendukung Pengembangan Ekowisata di Pulau Kerayaan 453-460 Kabupaten Kotabaru Provinsi Kalimantan Selatan ……………………………………………………… Rochgiyanti, Dafiuddin Salim, Syahlan Mattiro Identitas dan Eksistensi Permukiman Tepi Sungai di Banjarmasin …………………………………… 461-466 Ira Mentayani Mengenang Kembali Peradaban Sungai (Kajian Terhadap Simbol Harian Banjarmasin Post) …… 467-473 Nasrullah Pengaruh Perendaman Larutan Alkalin Peroksida terhadap Perubahan Warna pada Dua Jenis Resin Termoplastik Nilon …………………………………………………………………………………. Muhammad Amiril Nur Pratama, Debby Saputera, Dewi Puspitasari
474-478
Analisis Proksimat dan Aktivitas Antioksidan Minuman Fungsional Sari Rimpang Rumput Teki 479-485 (Cyperus rotundus L.) Rasa Buah ………………………………………………………………………… Mazarina Devi, Soenar Soekopitojo, Desiana Merawati Pemanfaatan Tumbuhan yang Berkhasiat Obat oleh Masyarakat di Kabupaten Tanah Bumbu, 486-492 Kalimantan Selatan …………………………………………………………………………………………. Rosidah Radam, Mochamad Arief Soendjoto, Eva Prihatiningtyas Pemanfaatan Tumbuhan Obat Tradisional oleh Masyarakat Suku Dayak di Lingkungan Lahan 493-496 Basah Kalimantan Tengah ………………………………………………………………………………… Fathul Zannah, Mohamad Amin, Hadi Suwono, Betty Lukiati Profil Total Protein Plasma, Albumin dan Globulin Darah Mencit Setelah Pemberian Ekstrak 497-500 Minyak Ikan Patin (Pangasius hypopthalmus) …………………………………………………………... Hidayaturrahmah, Kamilia Mustikasari Studi In Silico Epicatechin Theobroma Cacao dengan Reseptor PPAR-γ sebagai Kandidat Obat 501-505 Anti-Diabetik Tipe II ………………………………………………………………………………………… Juliyatin Putri Utami, Diana Lyrawati Faktor Predisposisi Stomatitis Aftosa Rekuren Masyarakat Banjarmasin di RSGM Gusti Hasan 506-508 Aman …………………………………………………………………………………………………………. Maharani Laillyza Apriasari, Dewi Puspitasari Instrumen Pengukuran Penerapan Biosekuriti Rumah Pemotongan Ayam Gelang Tani di 509-511 Kabupaten Sidoarjo ………………………………………………………………………………………… Faisal Fikri, Bambang Sektiari Lukiswanto, Nenny Harijani Kualitas Saus Tomat pada Jajanan Pentol Berdasarkan Uji Mikrobiologis, Kimiawi, dan 512-518 Organoleptik di Banjarmasin ………………………………………………………………………………. Maedy Ripani, Sri Amintarti, Aminuddin Prahatamaputra
© 2017. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat
iv
Profil Kandungan Ekstrak Kasar Alga Cokelat (Turbinaria ornata) sebagai Antibakteri pada 519-525 Penyakit Tifus ……………………………………………………………………………………………….. Naning Dwi Lestari, Nur ‘Azizah Charir Penyakit Menular di Lahan Basah ………………………………………………………………………… 526-530 Syarif Hidayat, Deni Fakhrizal, Budi Hairani, Juhairiyah Efek Daun Kelakai (Stenochlaena palustris) terhadap Jumlah Eritrosit, Bentuk Eritrosit dan Kadar 531-538 Hemoglobin (Hb) pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Anemia ……………………………………… Noor Cahaya, Rahmina Aulia, Nurlely Korelasi Kejadian Infeksi Saluran Nafas Akut (Ispa) dengan Perilaku Merokok pada Masyarakat 539-544 Kepulauan Seribu Jakarta …………………………………………………………………………………. Widaningsih, Titta Novianti, Yana Zahara Analisis Usia Persalinan Pertama di Kalimantan Selatan (Analisis Data Survei Demografi dan 545-549 Kesehatan Indonesia 2012) ……………………………………………………………………………….. Norma Yuni Kartika, Muhajir Darwin, Sukamdi Analisis Sifat Fisikokimia dan Aktivitas Antioksidan Nori Berbahan Baku Daun Cincau Hijau (Premna oblongifolia Merr.) ……………………………………………………………………………….. Soenar Soekopitojo, Budi Wibowotomo, Awan Nurzaman, Yusuf Tri Basuki
550-555
Penentuan Umur Simpan Jamu Serbuk Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) dengan Metode Accelerated Shelf Life Test (ASLT) ………………………………………………………………………. Fatimah, Dwi Sandri, Kartika
556-560
Kenyamanan Termal Bangunan Sekolah dengan Orientasi yang Berbeda di Kabupaten 561-567 Mojokerto …………………………………………………………………………………………………….. Lutfi Lailatul Rizki, Haris Anwar Syafrudie, Imam Alfianto Perancangan Ulang Tata Letak Departemen dan Penerapan 5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, 568-571 Shitsuke) pada UD Sumber Urip ………………………………………………………………………….. R. Rizki Amalia Penerapan Teknologi Biodrying dalam Pengolahan Sampah High Water Content Menuju Zero 572-576 Leachate ………………………………………………………………………………………..…………… Wiharyanto Oktiawan, Purwono, Mochtar Hadiwidodo, Arya Rezagama Desain dan Fabrikasi Modul Sensor Tgs4160 sebagai Alat Ukur Kadar Gas Karbondioksida pada 577-582 Permukaan Lahan Gambut ……………………………………………………………………………….. Iwan Sugriwan, Muhammad Ikhsan, Fajar Soekarno, Arfan Eko Fahrudin Pengujian Prototipe Penentu Nilai Rendemen dan Asam Lemak Bebas dari Tandan Buah Segar 583-586 (TBS) Kelapa Sawit Pelaihari Kalimantan Selatan ……………………………………………………… Yuki Yama Wulandari, Ade Agung Harnawan, Yudhi Ahmad Nazari Studi N-lapis Oktahedral terhadap Sifat Feroelektrik Oksida Logam Aurivillius Sr(N-2)Bi3TinO(3n+3) (N 587-594 = 3, 4, 5 dan 6) ……………………………………………………………………………………………… Edi Mikrianto *, Dwi Rasy Mujiyanti Kenyamanan Termal dan Evaluasi Fisik Kain Katun Hasil Pewarnaan Alam dari Sabut Kelapa Anik Dwiastuti
595-600
Kajian Tata Ruang dan Zonasi Pengelolaan pada Hutan Lindung di Daerah Gambut Kabupaten 601-604 Banjar dan Kota Banjarbaru sebagai Peluang Lokasi Pengelolaan Lahan Basah Univeritas Lambung Mangkurat ……………………………………………………………………………………….. Ahmad Jauhari 605-609 Pola Hujan Daerah Minahasa Selatan dan Minahasa Tenggara ……………………………………… Jeffry Swingly Frans Sumarauw Potensi, Peluang, dan Tantangan Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu di Kalimantan dan © 2017. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat
610-613 v
Sumatera …………………………………………………………………………………………………….. Maskulino, Sudin Panjaitan Penanggulangan Bencana Alam untuk Mendukung Pengelolaan Lingkungan dan Lahan (Studi 614-617 Kasus: Pulau Kalimantan dan Pulau Sumatera) ………………………………………………………… Maskulino, Sudin Panjaitan Pengaruh Campuran Limbah Kayu Rambai dan Api-Api Terhadap Kualitas Briket Arang sebagai 618-624 Energi Alternatif dari Lahan Basah Kalimantan Selatan ……………………………………………….. Muhammad Faisal Mahdie, Darni Subari, Sunardi, Diana Ulfah Pengaruh Kecepatan Aliran Udara dan Jumlah Kolom Nosel terhadap Kinerja Wet Scrubber 625-627 sebagai Pereduksi Polusi Udara ………………………………………………………………………….. Muhammad Rizali Respon Fragmen Acropora Formosa (Dana, 1846) terhadap Gradien Pengaruh Daratan Kabupaten Tanah Bumbu ………………………………………………………………………………… Suhaili Asmawi, Noor Arida Fauzana
628-632
Kelayakan Tambak Budidaya Udang Vaname (Litopenaeus Vannamei) Semi Intensif Berbasis 533-637 Biofisik ……………………………………………………………………………………………………….. Suciyono, Bambang Suprakto, Ichsan Rusdy Pemetaan Energi Biogenik pada Formasi Alluvial Di Pulau Topang dan Perairan Utara Pulau Merbau Menggunakan Sistem Akustik Seismik Dangkal ……………………………………………… Pareng Rengi, Ulil Amri
638-646
Pemanfaatan Serat Kelapa Sawit untuk Pembuatan Gasohol (Premium-Bioetanol) dengan Pretreatment Lignocelulotic Material dan Fermentasi dengan Menggunakan Ragi Tape dan NPK Lailan Ni’mah, Abdul Ghofur, Achmad Kusairi Samlawi
647-653
Pengaruh Oksigen Terlarut dan Ketebalan Substrat terhadap Tinggi Batang dan Akar Rhyzophora mucronata ……………………………………………………………………………………. Halidah
654-657
Kajian Sifat Fisik dan Kimia Tanah pada Lahan Gambut Pasca-kebakaran ………………………… Ahmad Yamani, Syaifur Bahri
658-661
Penggunaan Lahan Berdasarkan Kemampuannya untuk Pengendalian Banjir di Sub-Das Martapura, Kabupaten Banjar ……………………………………………….……………………………. Syarifuddin Kadir, Karta Sirang, Badaruddin, Ichsan Ridwan
662-669
Ipteks bagi Masyarakat (I bm) Desa Tualango melalui Teknologi Pemanfaatan Eceng Gondok sebagai Energi Alternatif dan Pupuk Organik (Bokashi) ………………………………………………. Hasanuddin, Hendra Uloli
670-673
Dinamika Kualitas Air sebagai Dasar Pengelolaan Air di Lahan Rawa Pasang Surut ……………… 674-679 Khairil Anwar, Ani Susilawati Pendugaan Cadangan Karbon dan Penyerapan Emisi C02 pada Tanaman Jelutung Rawa (Dyera 680-683 Pollyphylla Miq. Steenis) dengan Beberapa Kelas Umur di Kalimantan Tengah …………………… Damaris Payung, Daniel Itta, Eny Dwi Pujawati 684-688 Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Lingkungan Bantaran Sungai Barito untuk Melatihkan Keterampilan Proses Sains Siswa ………………………………………………………………………... Abdul Salam, Sarah Miriam, Muhammad Arifuddin, Imam Nor Ihsan 689-694 Validitas Media Pembelajaran Interaktif Keanekaragaman Jenis Burung di Panjaratan pada Konsep Keanekaragaman Hayati SMA/MA ……………………………………………………………… Faizal Rizali Rahman, Mochamad Arief Soendjoto, Dharmono Keterampilan Proses dan Keterampilan Kinerja Siswa dalam Pembelajaran Konsep 695-702 Archaebacteria dan Eubacteria Kelas X Madrasah Aliyah …………………………………………….. © 2017. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat
vi
Aulia Misniyati, Muhammad Zaini, Kaspul Pembelajaran IPS di Sekolah Menengah Pertama melalui Pengembangan Bahan Ajar dan 703-709 Asesmen Berbasis Potensi Lokal …………………………………………………………………………. Dwi Atmono, Muhammad Rahmattullah Kepraktisan Bahan Ajar Reptilia di Kawasan Wisata Air Terjun Bajuin sebagai Media 710-712 Pembelajaran Biologi ………………………………………………………………………………………. Ema Lestari, Mochamad Arief Soendjoto, Dharmono Lahan Basah sebagai Objek Pembelajaran Geografi ………………………………………………….. Farina Amelia
713-718
Keterampilan Proses dan Keterampilan Kinerja Siswa Kelas XI Madrasah Aliyah dalam Pembelajaran Konsep Sistem Sirkulasi melalui Penelitian Pengembangan Lembar Kerja Siswa Hairiani, Kaspul, Muhammad Zaini
719-724
Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa 725-729 Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Anjir Pasar pada Konsep Sistem Reproduksi Manusia ……………….. Iin Andini, Rezky Nefianthi Wahab, Rabiatul Adawiyah Pembuatan dan Pendistribusian Alat Praktikum Sederhana Materi Fluida Statis Berbasis Lahan Basah untuk SMP Negeri di Kota Banjarmasin …………………………………………………….………… Misbah,Saiyidah Mahtari, Mustika Wati , Zainuddin
730-733
Aplikasi Indonesia Pintar Berbasis Mobile Android …………………………………………………… Muhammad Ardi Deswanto, Diky Lesmana, Dandi Pangestu
734-740
Sumber Belajar dalam Pembelajaran IPA Terpadu Lahan Gambut ………………………………… Muhammad Fuad Sya’ban, Winda Puspitalia
741-745
Pelatihan Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis Prezi yang Memberdayakan Lingkungan di 746-749 Sekolah Tepian Sungai …………………………………………………….……………………………… Mustika Wati, Dewi Dewantara, Misbah, Syubhan An’nur, Sri Hatini Pendidikan Religius terhadap Pecandu Narkoba di Pondok Pesantren Inabah, Kota Banjarmasin Nor Ainah
750-757
Pengintegrasian Pola Divergen dalam Pembelajaran Sains di Sekolah Dasar Menggunakan Lingkungan Lahan Basah sebagai Sumber Belajar …………………………………………………… Nurul Hidayati Utami
758-762
Pembentukan Perilaku Pro Lingkungan Peduli Sungai melalui Simbolik Modelling di SDN Mekar Martapura Timur …………………………………………………….……………………………………… Rika Vira Zwagery, Neka Erlyani
763-768
Optimalisasi Lahan Basah sebagai Sumber Belajar Utama Berbasis Setting Outdoor Activities pada Pembelajaran Biologi di SMK Berbasis Kesehatan …………………………………… Riya Irianti
769-774
Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Virus Melalui Model Pembelajaran Problem Solving …………………………………………………….……………………………………… Siti Mardiah, St. Wahidah Arsyad, Kaspul
775-780
Potensi Plagiasi pada Tugas Akhir Mahasiswa Program Diploma - Institut Pertanian Bogor 781-786 dengan Menggunakan Plagiarism Checker X Versi 5.0.0 ……………………………………………… Wien Kuntari, Faranita Ratih L. Pengembangan Model Pembelajaran bagi Anak Berkebutuhan Khusus di SLTP 14 Kota 787-792 Banjarmasin …………………………………………………….…………………………………………… Hamsi Mansur, Ahmad Sofyan Pengembangan Metakognisi dan Karakter dalam Pembelajaran Kimia Berbasis Keunggulan © 2017. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat
793-799 vii
Lokal ………………………………………………….……………………………………………………… Syahmani Kajian tentang Pendidikan Masyarakat Pesisir di Kabupaten Tanah Laut ………………………… Wahyu, Moh. Yamin, Mariatul Kiptiah, Herry Porda Nugroho
800-805
Menangkis Perilaku Tawuran Pelajar melalui Sekolah (Studi Konseptual) ………………………… Ahmad Lahmi
806-816
Identifikasi Ekosistem Lahan Basah di Kecamatan Paramasan, Kabupaten Banjar sebagai 817-823 Alternatif Sumber Belajar …………………………………………………………………………………... Dyah Febria Wardhani Materi Ajar Membaca Bahasa Inggris untuk Tujuan Khusus Berbasis Pembelajaran Kooperatif … Grace H. Pontoh, Maya Munaiseche, Marike Kondoj
824-827
Pembelajaran Bina Diri Bagi Anak Tunagrahita Di Sekolah …………………………………………… 828-835 Mirnawati Validitas Bahan Ajar Jenis Fitoplankton di Sungai Panjaratan, Kabupaten Tanah Laut pada Konsep Protista Sma Kelas X …………………………………………………….……………………… Nurul Aulia, Mochamad Arief Soendjoto, Dharmono
836-840
Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Terhadap Konsep Struktur Jaringan Penyusun Organ Pada Sistem Gerak Melalui Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ……………………………………… Yuliani Astuti, Aminuddin Prahatamaputra, Muhammad Zaini
841-845
Pola Pendidikan Anak Masyarakat Dayak Daerah Aliran Sungai Barito, Kabupaten Barito Kuala di 846-853 Era Globalisasi …………………………………………………….………………………………………. Darmiyati, Ma'ruful Kahri, Sutiyarso Pemerolehan Kosakata Anak Usia Dini di Kota Banjarmasin ……………………………….. M. Rafiek, Rusma Noortyani
854-860
Dilema Moral dalam Permasalahan Bantaran Sungai ………………………………………………… Aminuddin Prahatamaputra, Muhammad Zaini, Aulia Azijah
861-869
Strategi Pengembangan Ekowisata Lahan Basah Pesisir Pantai Batakan di Kabupaten Tanah 870-873 Laut Kalimantan Selatan …………………………………………………………………………………... Noor Mirad Sari, Zainal Abidin, Lusyiani, Khairun Nisa
© 2017. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat
viii
LAPORAN KETUA PANITIA SEMINAR NASIONAL LAHAN BASAH TAHUN 2016 UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT Assalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh. Salam sejahtera untuk kita semua. Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala berkah, rahmat, dan hidayah-Nya, sehingga pada hari ini kita dapat berkumpul bersama di tempat ini untuk menghadiri atau melaksanakan Seminar Nasional Lahan Basah Tahun 2016. Seminar Nasional Lahan Basah 2016 ini merupakan wadah temu ilmiah yang diadakan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarat (LPPM) Universitas Lambung Mangkurat, sebagai fórum interaksi, kolaborasi, dan integrasi antara pendidik, peneliti, dan praktisi. Melalui seminar nasional ini kita dapat memberikan kontribusi positif terhadap kemajuan ilmu pengetahuan di Indonesia dan berbagi melalui penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang berbasis pada lahan basah. Seminar yang bertemakan “Potensi, Peluang, dan Tantangan Pengelolaan Lingkungan Lahan Basah Secara berkelanjutan” ini menghadirkan tiga pembicara utama, yaitu 1). Prof. Dr. Ir. Hadi S Alikodra (Guru Besar Ekologi Satwa, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB); 2). Prof. Dr. Ir. H Gusti Muhammad Hatta, MS (Guru Besar Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat), dan 3). Prof. Dr. agr. Mohamad Amin, S.Pd, M.Si (Guru Besar Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang). Alhamdulillah, seminar ini disambut antusias oleh para akademisi dan praktisi dari seluruh Indonesia. Catatan kami menunjukkan bahwa jumlah makalah yang diterima dan akan dipresentasikan sebanyak 273 dengan topik kajian meliputi: 1). Konservasi dan Biodiversitas; 2). Pertanian dan Ketahanan Pangan; 3). Bioteknologi; 4). Hukum, dan Kebijakan; 5). Sosial, Masyarakat, dan Ekonomi; 6). Seni dan Budaya; 7). Kedokteran, obat-obatan dan Kesehatan; 8). Teknik, industri, dan pertambangan; 9). Sumber Daya Alam dan energy Alternatif Terbaharukan; 10). Pendidikan dan Pembelajarannya. Peserta pemakalah berasal dari berbagai perguruan tinggi, lembaga pendidikan, dan instansi di seluruh Indonesia; antara lain Universitas Andalas.Universitas Lancang Kuning (Pekanbaru), Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan, Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat, Universitas Esa Unggul Jakarta, Universitas Terbuka (UPBJJUT SERANG), Institut Pertanian Bogor, Universitas Diponegoro, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada, Universitas Negeri Malang, Universitas Airlangga PDD (Banyuwangi), Institut Teknik Surabaya, Universitas Mulawarman,Universitas Palangka Raya, IAIN Antasari Banjarmasin,Universitas Islam Kalimantan MAB, Politeknik Negeri Tanah Laut, Universitas Achmad Yani Banjarmasin,zdc STKIP PGRI Banjarmasin, Universitas Kristen Palangka Raya, ATPN Banjarbaru, Universitas Hasanuddin, Universitas Negeri Makassar, Universitas Sam Ratulangi, Politeknik Negeri Manado, Universitas Papua (Manokwari), Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Makassar, Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Banjarbaru), Universitas Negeri Gorontalo, Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam,Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa,PT Riset Perkebunan Nusantara, Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu, Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam Samboja,Balai Riset dan Standardisasi Industri Ambon,SMPN 1 Paramasan,MTsN Amuntai Utara,dan SMA Muhammadiyah Kuala Kapuas. Universitas Brawijaya, dan tentu saja Universitas Lambung Mangkurat sebagai tuan rumah. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada Rektor Universitas Lambung Mangkurat, Ketua dan staf LPPM Universitas Lambung Mangkurat, dosen dan mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat, serta seluruh pengurus Himpunan Mahasiswa Magister Pendidikan Biologi (HIMPABIO) Universitas Lambung Mangkurat yang memberikan dukungan dan kontribusi guna terselenggaranya seminar ini. Kami mohon maaf apabila dalam penyelenggaraan seminar ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Salam sejahtera, Wassalamu’alaikum Warrahmatullah Wabarakatuh. Banjarmasin 05 November 2016 Ketua Panitia Seminar Nasional Lahan Basah Tahun 2016 Universitas Lambung mangkurat, Dr. Dharmono, M.Si. © 2017. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat
ix
SAMBUTAN REKTOR UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT Assalamu alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh Yang saya hormati Prof. Dr. H. Hadi S. Alikodra, M.S. (Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor), Prof. Dr. Muhammad Amin (Pendidikan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang), Prof. Dr. H. Gusti Muhammad Hatta (Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat), Ibu/Bapak/Saudara pemakalah dan peserta seminar nasional yang berbahagia/ Pertama, selaku Rektor Universitas Lambung Mangkurat saya mengucapkan Selamat Datang para pemakalah dan peserta Seminar Nasional Lahan Basah ini di Banjarmasin, bumi Lambung Mangkurat. Penghargaan bagi saya bahwa seminar nasional ini dihadiri oleh pemakalah atau peserta dari seluruh Indonesia, seperti yang telah disampaikan oleh Ketua Panitia sekitar 200-an orang hadir. Ibu/bapak/saudara dari luar Kalimantan Selatan mungkin berpendapat bahwa Banjarmasin sama dengan kota tempat tinggal. Ibu/bapak/saudara menginjak tanah dan dapat berjalan leluasa dari satu tempat ke tempat lain. Perlu diketahui bahwa kondisi ini bukan hal yang sebenarnya. Ibu/bapak/saudara berada di tanah urugan. Banjarmasin adalah ibukota Kalimantan Selatan yang sejatinya berada di bawah permukaan air laut. Kedua, penetapan Universitas Lambung Mangkurat sebagai universitas dengan unggulannya Lingkungan Lahan Basah tidak dilakukan hanya dalam semalam, seminggu, sebulan, atau bahkan setahun. Banyak hal yang dipertimbangkan oleh dosen-dosen kita, senat, atau pemimpin mulai dari program studi hingga ke tingkat universitas, sehingga akhirnya universitas tertua ini menetapkan lingkungan lahan basah sebagai unggulannya. Ceritanya cukup panjang. Namun, satu hal yang pasti adalah sebagian besar Kalimantan Selatan berupa lahan basah dan dapat dikatakan, hampir semua penduduknya bergantung pada lahan basah. Tidak ada seorang pun di Kalimantan Selatan tidak mengenal baras gambut, baras unus, atau baras karang dukuh. Tidak juga seorang pun tidak mengenal haruan, papuyu, patin. Berbagai bahan pangan ini adalah hasil dari lahan basah. Satu kelompok adalah hasil budidaya dan kelompok lainnya dipanen dari alam. Pendek kata, lahan basah dan potensinya sudah menyatu dengan urang Banua, sebutan untuk orang Banjar atau orang yang bermukim di Kalimantan Selatan. Lingkungan lahan basah harus dimanfaatkan secara lestari. Urang Banua telah mengembangkan rumah panggung, rumah tradisional yang konstruksinya mengatasi kondisi lahan basah. Urang Banjar (Haji Idak) juga mengembangkan sistem pertanian khusus dalam kerangka mengatasi lahan yang selalu tergenang air. Pemanfaatan lahan basah memang tidak boleh sembarangan. Pada satu sisi, kondisi lingkungan lahan basah adalah peluang, tetapi pada sisi lain merupakan tantangan. Dengan kalimat lain, lingkungan lahan basah itu sendiri dan pengelolaannya memiliki resiko. Resiko yang ditimbulkan atau dampak negatif dari pengelolaan lingkungan itu tentu harus diminimalkan. Minimal ini istilah yang bernuansa pembenaran yang menegaskan bahwa pasti ada resiko yang tidak dapat dihindari, ketika kita memanfaatkan lahan basah. Saya tidak perlu berpanjang-panjang tentang hal ini. Kita akan mendapatkan pengetahuan tentang lahan basah, lingkungan, dan pengelolaannya dalam seminar ini. Terima kasih dan penghargaan saya sampaikan kepada Panitia Seminar yang dengan luar biasa menyiapkan kegiatan ini. Hanya Allah yang membalas kerja keras Panitia. Akhir kata, dengan mengucap Bismillahirrahmanirrahim, saya nyatakan Seminar Nasional Lahan Basah 2016 Universitas Lambung Mangkurat dengan tema “Potensi, Peluang, dan Tantangan Pengelolaan Lingkungan Lahan Basah Secara Berkelanjutan” dibuka. Selamat berseminar, saling bertukar pikiran, berkomunikasi, dan saling berbagi ilmu terutama terkait dengan lahan basah. Banjarmasin, 05 November 2016 Rektor Universitas Lambung Mangkurat Prof. Dr. H. Sutarto Hadi, M.Si, M.Sc.
© 2017. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat
x
PANITIA SEMINAR NASIONAL LAHAN BASAH TAHUN 2016 (Dicuplik dari SK Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Lambung Mangkurat Nomor 390c/UN8.2/KP/2016 Tanggal 24 Oktober 2016 tentang Panitia Seminar Nasional Lahan Basah Tahun 2016 Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat) Pengarah Penanggungjawab Ketua Sekretaris Bendahara
: : : : :
Kesekretariatan
:
Acara
:
Makalah dan Persidangan
:
Publikasi dan Dokumentasi
:
Perlengkapan
:
Konsumsi
:
Prof. Dr. Sutarto Hadi, M.Si., M.Sc. Prof. Dr. M. Arief Soendjoto, M.Sc. Dr. Dharmono, M.Si. Maulana Khalid Riefani, S.Si., M.Sc. Dra. Sa’adaturrahmi Dra. Hj, Sri Mariani, M.M. Dwi Mulyaningsih, S.Pd. H.M. Irfansyah Rifani, S.A.P. Halimudair, S.Pd. Hery Fajeriadi, S.Pd. Riza Arisandi, S.Pd. Rezky Ari Setiawan, S.Pd. Noor Syahdi, S.Pd. Wahyudi Aldo Rahadian Wicaksono Misbah, M.Pd. Laila Azkia, S.Sos., M.Si. Asdini Sari, M.Pd. Al Mubarak, M.Pd. Rakhman Farisi, S.T. M. Fuad Sya’ban, M.Pd. M. Wira Yudha, A.Md. Ilhamsyah Darusman M. Wahyu Firmansyah, M.A.P. M. Lutvi Ansari, S.Pd. M. Fitriansyah, S.Pd. Mahdiani Yenny Miratriana Hesty, S.P. Nurul Hidayati Utami, M.Pd. Saiyidah Mahtari, M.Pd. Riya Irianti, M.Pd. Ahmad Yani Ketua LPPM M. Arief Soendjoto
© 2017. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat
xi
PETUNJUK UMUM SEMINAR NASIONAL LAHAN BASAH TAHUN 2016 Makalah Utama 1. Makalah utama disajikan secara pleno di Ruang SIdang Utama. 2. Pemakalah Utama: Prof. Dr. H. Hadi S. Alikodra, M.S., Prof. Dr. Muhammad Amin, Prof. Dr. H. Gusti Muhammad Hatta). 3. Moderator: Prof. Dr. Mochamad Arief Soendjoto, M.Sc. 4. Peserta penyajian makalah utama terdiri atas a. pemakalah panel yang akan menyajikan makalah secara paralel, b. bukan pemakalah yang telah memenuhi atau melengkapi syarat administrasi, c. tamu undangan dari panitia seminar. 5. Alokasi waktu 2 jam: 0,5 jam untuk setiap pemakalah dan 0,5 jam untuk diskusi (tanya jawab).
Makalah Panel 1. Makalah panel terdiri atas 10 fokus dan disajikan secara paralel (terpisah) di ruang-ruang sidang kecil. 2. Setiap ruang sidang panel dilengkapi dengan laptop dan LCD proyektor. 3. Pemakalah panel adalah peserta seminar yang telah mengirim/menyerahkan makalah dan kelengkapannya serta mendapat undangan resmi sebagai pemakalah panel dari panitia. 4. Penyajian makalah panel dipandu oleh moderator yang ditetapkan oleh panitia. 5. Moderator dibantu oleh seorang notulis dan seorang operator laptop. 6. Pemakalah diminta menyerahkan soft file materi presentasi kepada operator sebelum penyajian dimulai. 7. Alokasi waktu setiap pemakalah untuk menyajikan makalahnya 7 menit (termasuk diskusi). 8. Penyajian makalah dapat dilaksanakan perorangan atau panel per tiga orang (disesuaikan). 9. Pemakalah diwajibkan mengisi lembar tanya jawab yang disediakan panitia, untuk merekap pertanyaan dan jawaban yang ada selama diskusi. 10. Pemakalah, moderator, notulis, dan operator wajib mengisi dan atau menandatangani daftar hadir (presensi) yang disediakan di setiap ruang paralel. 11. Setelah selesai sidang, moderator, notulis, dan operator segera mengumpulkan notulen dan berkas lain terkait dengan penyajian makalah dan menyerahkannya kepada panitia.
© 2017. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat
xii
Prosiding Seminar Nasional Lahan Basah Tahun 2016 Jilid 2: 467-473
ISBN: 978-602-6483-34-8
MENGENANG KEMBALI PERADABAN SUNGAI (KAJIAN TERHADAP SIMBOL HARIAN BANJARMASIN POST) Remembering the River Civilization (A Study of Banjarmasin Post Newspaper Symbol) Nasrullah *
Program Studi Pendidikan Sosiologi dan Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lambung Mangkurat, Jalan Brigjen H. Hasan Basri , Banjarmasin , Indonesia *Surel korespondensi:
[email protected]) Abstract. The discourse about river in culture is supported by activist non-government organization. Mr Ibnu Sina, the Major of Banjarmasin, has policy to maintain the river by designing the identity of Banjarmasin as “Banjarmasin Baiman” as abbreviation of barasih (clean) and nyaman (comfort). However, they maintain the river is not only for physical side but also Banjarese mindset because they forget the river ecology. Banjarmasin Post, one of the biggest newspapers in South Borneo, has a symbol a Banjarese traditional house and traditional boat of Banjarese or Jukung Tambangan. The symbol of Banjarmasin Post resembles the river civilization. Thus, the purpose of this paper is to describe of river civilization, embedded in Banjarese and Dayakese life or to be a part of their daily activities for a long time ago. This research used ethnography method which more emphasized on library research. Banjarmasin Post is primary data, and the other literature as secondary data. Therefore, the results of my research are: (1) Banjarmasin Post Newspaper has symbol about river civilization, such as picture Rumah Bubungan Tinggi or traditional house and traditional boat or Jukung Tambangan. The Banjarmasin Post has the symbol at column Pandiran di Getek (the conversation on traditional boat); (2) From the symbol of Banjarmasin Post, we know interconnection which a part of the local newspaper and in has interrelation with river culture as the character of Banjarese People. The analysis will explain that we have symbol about river culture as the river civilization embedded in Banjarmasin Post. The symbol gives meaning that the river ecology is close to the reader. Finally, this paper describes that river culture is our blue print, but sometimes it is reduced by social change and disoriented minded. Hopefully, the Banjarmasin Post symbol can bring back our imagination about it. Keywords: symbol, river, mindset, civilization.
1. PENDAHULUAN Sejak lama Banjarmasin dikenal karena memiliki kekhasan sebagai kota sungai yang disebut sebagai “Venisie van Indie” dan secara hiperbolis terkenal dengan julukan “Kota Seribu Sungai”. Banjarmasin mungkin di masa itu boleh disejajarkan denga Venesia (Italia), Bangkok (Muangthai) dan mungkin Amsterdam di negeri Belanda. Bukan dalam hal kemewahan, keramaian dan kepadatan penduduknya (tahun 1865, Banjarmasin baru berpenduduk 32.154 jiwa), tetapi dalam hal keseimbangan antara tata guna air dan tata guna tanahnya (Aditjondro, 2003:31). Lambat laun identitas Banjarmasin sebagai kota sungai yang mendunia mulai terlupakan, akibat terbukanya akses jalan darat antar propinsi, dengan kabupaten lain hingga pelosok kota. Di sisi lain, pada tingkat masyarakat paling bawah, daya beli masyarakat akan moda transportasi darat yakni sepeda motor sangat tinggi dan proses kredit dengan uang muka yang rendah menjadi daya tarik para pembeli untuk mendapatkan sepeda motor.
Masyarakat Banjarmasin mulai kehilangan orientasi sungai sebagai sarana transportasi dan lebih mengutamakan jalan darat sebagai akses transportasi (land oriented). Pada saat bersamaan, pemukiman penduduk yang pada mulanya memang didirikan di tepi sungai, kian hari semakin menyempitkan sungai bahkan sungai-sungai kecil menjadi tertutup akibat berdirinya berbagai bangunan rumah, atau pertokoan di atas sungai itu. Masalah lain adalah sungai dijadikan tempat pembuangan akhir baik oleh perusahan maupun domestik atau sampah rumah tangga. Dua hal ini membuat Kota Banjarmasin nyaris kehilangan identitas. Meskipun demikian, akhir-akhir ini kesadaran dan kepedulian untuk merawat sungai mulai mendapatkan momentum yang tepat. Pembangunan siring sungai di tepi jalan Piere Tendean dengan pemandangan sungai Martapura, kemudian adanya pasar terapung Sungai Martapura yang membelah Kota Banjarmasin, serta berbagai bangunan pendukung seperti menara pandang mengembalikan kesadaran akan fungsi sungai lebih dari sekedar sarana transportasi. Keseriusan pemerintah kota
© 2017. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat
467
Prosiding Seminar Nasional Lahan Basah Tahun 2016 Jilid 2: 467-473
dalam mengelola sungai dapat dilihat dari proyek rehabilitasi dan pemeliharaan sungai besar maupun sungai kecil melalui, penataan sungai, normalisasi dan pengerukan sungai, atau revalitalisasi dan penataan bantaran (lihat Anonim, 2015:53-63). Keseriusan pemerintah kota merawat sungai juga dimanifestasikan dengan kebijakan publik walikota terpilih Ibnu Sina pada tahun 2015 dengan motto Banjarmasin Baiman (Barasih wan Nyaman/bersih dan nyaman) yang berimplikasi pada upaya perawatan lingkungan sungai. Pada tataran wacana, pemerintah Kota Banjarmasin telah mengundang Emha Ainun Nadjib pada perayaan hari jadi Kota Banjarmasin yang ke 490 tahun untuk menggugah kesadaran terhadap sungai. “Menurut Cak Nun, panggilan Emha Ainun Nadjib, melalui tafsir dan tadabbur yang kontekstual, Cak Nun bertanya kota apa yang paling banyak disebut al-Alquran. Menurut Beliau adalah Banjarmasin melalui kata nahar dan anhar. Kata yang dipakai untuk menggambarkan surga. Karena sering disebut, maka masyarakat Banjarmasin harus terus-menerus mencari makna, pesan, dan hal-hal baik yang mengembangkan kehidupan di sini. Mereka, orang-orang Banjarmasin, akan terlatih menjadi penghuni surga, karena terlatih hidup di dalam aliran-aliran, seperti hal ibu-ibu pedagang di Pasar Terapung Lok Baintan” (Adn, 2016). Di tingkat masyarakat, upaya merawat sungai disambut baik melalui kehadiran kelompok aktivis masyarakat. Berbagai aksi LSM dan elemen masyarakat mengembalikan kesadaran sungai melalui kegiatan lomba maharagu (merawat) sungai. “Selain itu sebagian warga lagi membersihkan sungai dari tanaman gulma, semak belukar yang menutupi sebagian badan sungai disamping ada juga warga yang melakukan penghijauan dengan menanam pohon putat, pohon jingah, dan pohon rambai pagi maksudnya agar menciptakan keindahan dan kesejukan di sungai tersebut” (Zainuddin, 2016). Dari berbagai aktivitas kepedulian dan merawat sungai tersebut, agaknya perlu dimaksimalkan melalui penanaman nilai kesadaran terhadap upaya mempertahankan peradaban sungai yang sebenarnya telah dilakukan. Namun persoalannya terletak pada daya tanggap kita untuk melihat kembali berbagai simbol tentang sungai yang ada di hadapan publik. Banjarmasin Post (BPost) salah satu koran harian terbesar di Kalimantan Selatan memiliki simbol yang sangat berkaitan dengan sungai, simbol tersebut yakni logo rumah Banjar bubungan tinggi dan jukung tambangan. Logo yang dicetak warna hitam itu, ternyata mampu menghidupkan imaginasi penulis waktu kecil tentang bayangan kehidupan orang Banjar di masa lalu. Begitupula terdapat kolom
ISBN: 978-602-6483-34-8
Pandiran di Getek (perahu tradisional untuk angkutan penumpang) dan cerita si Palui yang terbit setiap hari seolah-olah bagi penulis rumah Banjar itu adalah milik Palui dan dia senang berbicara di getek. Pengalaman ini setidaknya menunjukkan kaitan bahwa simbol merupakan alat yang kuat untuk memperluas penglihatan kita, merangsang daya imajinasi kita, dan memperdalam pemahaman kita (Dillistone, 2002:20). Berdasarkan pengertian simbol secara sederhana sebagai sesuatu yang dimaknai, sesuatu yang mengacu pada sesuatu yang lain lagi (Artha & Ahimsa-Putra, 2004:29) maka rumah Banjar, jukung tambangan, dan getek, adalah simbol peradaban sungai selalu ditampilkan di BPost dan terus dilihat oleh para pembaca. Meskipun tidak ada jaminan bahwa simbol tersebut terus diperhatikan dan menjadi inspirasi bagi generasi selanjutnya, apabila simbol itu tidak lagi dimaknai dan tidak lagi menjadi acuan masyarakat pemilik kebudayaan atau peradaban itu. Hal tersebut tidak mustahil terjadi, sebagaimana catatan seorang peneliti yang meneliti rumah limas di Palembang. “Ternyata pada umumnya penghuni rumah tersebut tidak menguasai lagi hal-hal yang peneliti tanyakan. Ini disebabkan sebagian besar penghuni rumah limas tersebut merupakan generasi penerus dari rumah pertama. Hanya generasi pertama dan kedua dari penghuni rumah tersebut yang menguasai tentang struktur bangunan arsitektur rumah limas tersebut beserta makna-makna yang terkandung di dalamnya” (Purnama, 2000:30). Oleh karena itu, momentum kepedulian pemerintah dan masyarakat terhadap sungai inilah menjadi penting untuk mengingatkan kembali bahwa kepedulian terhadap sungai sudah ada sejak era keemasan transportasi sungai di kota Banjarmasin dan simbol tersebut bertahan sampai sekarang.
2. METODE Makalah ini merupakan hasil dari riset kajian yang menggunakan pendekatan etnografi. Penulis melakukan deskripsi untuk menjelaskan simbol BPost sebagai bentuk peradaban sungai dari (1) Rumah Banjar bubungan tinggi dan jukung tambangan; dan (2) Kolom Pandiran di getek. Data primer yang penulis gunakan adalah berasal dari BPost versi cetak yang karena pola dan fomat simbol tidak berubah maka edisi terbit dapat diambil secara acak, sedangkan data sekunder berasal dari website banjarmasinpost.co.id, buku-buku atau dokumentasi tentang kebudayaan Banjar. Untuk menganalisa data, penelitian menggunakan analisa strukturalisme Levi-Strauss,
© 2017. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat
468
Prosiding Seminar Nasional Lahan Basah Tahun 2016 Jilid 2: 467-473
ISBN: 978-602-6483-34-8
yang mengacu kepada upaya membuat narasi dari pada masing-masing simbol dalam bentuk miteme dan ceriteme. Ceriteme adalah sebuah unit yang mengandung pengertian tertentu yang seperti halnya miteme hanya dapat diketahui makna atau “pengertiannya” setelah ditempatkan dalam hubungan dengan ceriteme-ceriteme yang lain (Ahimsa-Putra, 2006:206). Setelah terlihat alur ceriteme pada rangkaian kalimat kemudian dicari miteme pada tingkat kalimat, tentu saja miteme yang memperlihatkan suatu relasi suatu hubunganhubungan, miteme kemudian disusun secara diakronis dan sinkronis atau mengikuti sumbu sintagmatis pragmatis (Ahimsa-Putra, 2006:208). Penulis menyadari upaya menggunakan analisa ini tidak mudah dilakukan, tetapi setidaknya terdapat alur analisa yang jelas yakni melakukan binari oposisi dan transformasi untuk menemukan struktur.
tersebut yang masih bertahan sekarang koran Metro Banjar dan tabloid Serambi Ummah. Dilihat dari kepemilikan BPost ini, padamulanya adalah usaha pribumi, tetapi perkembangan selanjutnya BPost menjadi bagian dari grup koran daerah Tribunnews, yang merupakan jaringan Kompas Gramedia. Bergabungnya BPost tersebut membuat perkembangan media ini berimplikasi merespon kemajuan bidang teknologi informasi sehingga BPost dapat diakses di dunia maya melalui website Banjarmasinpost.co.id serta dalam bentuk epaper. Di bawah jejaring Kompas Gramedia membuat Gedung Djok Mentaya selain menjadi perkantoran BPost, Metro Banjar dan Serambi Ummah, juga sebagai kantor Koran Kompas, Kompas TV, K-Vision, Smart FM dan BPost Radio.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Profil Singkat Banjarmasin Post
BPost secara reguler terbit sebanyak 24 halaman, kecuali ada momentum tertentu BPost terbit 28 halaman. Bagian halaman depan terdapat lambang BPost yang dicetak tebal, di antara kata Banjarmasin dan Post itulah terdapat gambar rumah bubungan tinggi dan jukung tambangan. Di bawah logo terdapat motto yang dicetak huruf kapital DEMI KEADILAN, KEBENARAN DAN DEMOKRASI. Halaman depan ini memuat headline atau berita utama, analisa tokoh terdapat isu yang diangkat, berita tentang artis hingga masyarakat biasa. Di bagian paling bawah halaman utama terdapat kolom SI Paluli dan Pandiran di Getek. Setelah itu BPost menyajikan berbagai judul halaman tertentu yang penempatan halamannya dapat berubah-ubah. Bagian halaman tersebut memuat (1) Tribun Shooping berisi berita tentang ekonomi; (2) Otto Trend berisi berita tentang aktivitas para pengguna sepeda motor; (3) Inter-Nas merupakan halaman yang menggabungkan berita nasional dan internasional; (4) Tribun Forum memuat Tajuk Rencana, Opini, Surat Pembaca disebut Vox Populi, Alamat BPost, jajaran pimpinan, redaktur hingga nama-nama wartawan daerah; (5) Tribune Jual beli terdiri dari empat halaman yang memuat informasi harga rumah, kendaraan bermotor, dan bermacam iklan. Iklan selain terdapat pada halaman ini, juga terdapat hampir pada setiap halaman BPost; (6) Tribune Borneo memuat berbagai macam berita daerah khususnya Kalimantan Selatan, dan juga memuat berita dalam wilayah pulau Kalimantan; (7) Tribune Kronika, memuat sambungan berita yang dimuat pada halaman pertama; (8) BanjarmasinBlitz memuat berita seputar Banjarmasin dalam berbagai isu; (9) Banjar Region memuat berita dari Marabahan, Banjarmasin, Banjarbaru dan Martapura;
BPost didirikan pada tanggal 2 Agustus 1971 oleh tiga orang pendiri yakni Drs. H. J Djok Mentaya (1935-1994), Drs. H. Yustan Aziddin (1933-1996) dan HG (P) Rusdi Effendi AR. Liputan hari jadi BPost ke 45 tahun pada Selasa 2 Agustus 2016, ditampilkan kembali keberadaan tiga pendiri Bpost. “Tiga dedengkot tokoh pers Banua. Djok Mentaya dan Yustan Azidin, HG Pangeran Rusdi Effendi AR jatuh bangun membangun BPost. Kombinasi tiga dedengkot pers Kalsel itu menghasilkan kombinasi yang ideal. Tak salah memang jika dikaitkan dengan perjuangan, karena ide dan niat di awal pendiriannya era 70-an, Bpost sendiri sebagai alat perjuangan para pendirinya, mantan aktivis eksponen 66 untuk melawan tirani kala itu. BPost ibarat penggabungan militansi seorang Djok Mentaya, inspirasi jenius Yustan Azidin dan kemampuan manajerial yang mumpuni HG (P) Rusdi Effendi AR. Sepeninggal keduanya, Rusdi yang kini duduk sebagai pemimpin umum BPost Group terus melanjutkan perjuangan, membawa koran BPost terdepan mengawal keadilan, kebenaran dan demokrasi sesuai mottonya” (RMD, 2016:29) Ketika masih berkantor di jalan Haryono MT, BPost mengembangkan anak usaha di bawah BPost Group dengan percetakan Graffika Wangi, serta dua tabloid yakni Tabloid Bebas dan Tabloid Serambi Ummah dan koran Metro Banjar. Ketika kantor BPost Group pindah ke Gedung H J Djok Mentaya Jl AS Musyaffa No 16 Banjarmasin, kode pos 70111, terdapat satu terbitan lagi yakni Spirit Kalsel sebagai suplemen dari Harian BPost. Dari keempat terbitan
3.2 Anatomi Harian Banjarmasin Post
© 2017. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat
469
Prosiding Seminar Nasional Lahan Basah Tahun 2016 Jilid 2: 467-473
(10) Tribun Activity memuat berita ceremonial di berbagai daerah Kalimantan Selatan; (11) Yuppies memuat berita tentang aktivitas anak muda; (12) Community memuat berita kegiatan berbagai komunitas yang ada di Kalimantan Selatan; Selain itu terdapat halaman olahraga dengan beragam judul halaman yakni (13) Futsal Mania, sebagaimana judulnya menampilkan berita tentang futsal meski ditemukan berita dengan tema lain; (14) Banua Sport memuat berbagai jenis berita olahraga dari berbagai daerah; (15) Sport Style memuat .berita atlet olahraga dunia; (16) Soccer Hot Style, memuat berita olahraga sepakbola dengan isu aktual; (17) Super Ball juga memuat berita olahraga sepakbola. BPost terbitan hari minggu, selain menampilkan halaman-halaman di atas, juga berisi tentang (18) Tribune Smart berisi berbagai tips keseharian; (19) Culinary Guide tentang pentunjuk berbagai jenis makanan; (20) Mom and Kids membahas perawatan bayi dan ibu yang baru melahirkan; (21) Beauty and Healty, berisi berita tentang kesehatan dan kecantikan; (22) Book lover diperuntukkan bagi kalangan pencinta buku; (23) Balai aksara berisi liputan sastra terdiri essay, puisi, dan cerpen.
3.3 Simbol Peradaban Sungai dalam Banjarmasin Post
ISBN: 978-602-6483-34-8
Mempertahankan warna hitam, jenis huruf yang tidak berubah, dan rumah adat Banjar tipe bubungan tinggi dan jukung tambangan agaknya menjadi brand image BPost agar mudah diingat pembaca. Pemilihan pada rumah bubungan tinggi berdasarkan pilihan strategis dibandingkan jenis rumah Banjar tradisional yang lain yakni Gajah Baliku, Gajah Manyusu, Balai Laki, Balai Bini, Palimasan, Palimbangan, Cacak Burung, Tadah Alas, Joglo dan Lanting. Alasan pertama adalah pada status sosial rumah jenis tinggi yakni sebagai bangunan istana sultan Banjar. Tipe ini merupakan arsitektur tertua yang mengandung sejarah dalam kerajaan Banjar. Bentuk bubungan tinggi yang melancip ke atas, menyebabkan bangunan ini diberi nama bangunan tinggi (Seman & Irhamna, 2001:10). Selain itu arsitektur tradisional rumah Banjar Bubungan Tinggi itu dijadikan pula untuk pusat bangunan dari keraton Banjar yang terakhir dikembangkan di Martapura oleh kerajaan Banjar, maka kandungan arsitektur itu pula dengan falsafah kehidupan orang Banjar yang sangat dominan didasari Islam. Sedangkan bangunan tradisional lainnya berorientasi pada rumah Banjar Bubungan Tinggi ini (Brotomoeljono, Azidin, Kasuma, Johansyah, A, & Hermantendo, 1986:110). Penegasan posisi rumah Bubungan Tinggi adalah seperti peribahasa orang zaman dulu. Bubungan tinggi wadah Radja Palimasan wadah amas perak Balai laki wadah penggawa mantri Gadjah Manyusu wadah warit Radja (Bondan, 1953:140)
Peradaban sungai yang dimaksud dalam tulisan ini terdapat pada BPost yang menampilkan simbol berupa rumah adat bubungan tinggi, jukung Selain dari sisi kesejarahan dan filosofi, bentuk tambangan, dan getek. Berikut ini paparannya. bubungan tinggi agaknya lebih memudahkan tampilan visual sehingga mudah terlihat oleh 3.3.1 Logo Banjarmasin Post: Rumah Banjar pembaca BPost. Elemen dari rumah Banjar yang Bubungan Tinggi dan Jukung terlihat dari logo BPost itu adalah (1) Bubungan atap Tambangan tinggi melancip disebut sebagai bubungan tinggi; (2) bangunan atap yang memanjang ke depan disebut Logo BPost dalam ukuran besar dan cetak sindang langit. (3) Anjung kiri dan anjung kanan yang tebal dapat dilihat pada halaman utama BPost. masing-masing memiliki satu lalongkang (jendela); Terdapat Rumah Adat Banjar tipe bubungan tinggi (4) Sepasang lawang hadapan (pintu depan); (5) dan jukung tambangan berada di antara tulisan Palataran (pelataran) dan tangga untuk naik rumah; Banjarmasin dan Post. Menariknya logo ini tidak (6) Tiang-tiang atau tongkat rumah yang menancap berubah baik dari sisi warna dan bentuk. Di masa ke tanah. lalu dapat dimaklumi, percetakan belum secanggih Perahu tradisional yakni jukung tambangan sekarang terutama dalam hal pewarnaan yakni dengan ciri khas bagian ujung melengkung ke atas menggunakan cetak hitam pada hurup atau gambar. dan memiliki atap yang menutupi sebagian jukung tersebut. Jukung tambangan berasal dari kata tambang yang berarti angkutan untuk membawa barang dan penumpang dengan cara dikayuh. Dari Gambar 1 diketahui bagian haluan dan buritan atau belakang jukung dapat dilihat dari posisi atap. Bagian jukung yang dinaungi atap biasanya adalah bagian Gambar 1. Logo BPost yang terdapat Rumah Banjar belakang, sedangkan bagian depan lebih terbuka Bubungan Tinggi dan Jukung Tambangan atau tanpa atap, sehingga jukung tambangan pada logo BPost berarti terlihat dari samping kiri, © 2017. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat
470
Prosiding Seminar Nasional Lahan Basah Tahun 2016 Jilid 2: 467-473
sedangkan pergerakan jukung, meskipun tidak terlihat penumpangnya, dari arah kanan ke arah kiri. Jika ilustrasi arus air di bawahnya yang cenderung miring ke kanan, kemungkinan besar jukung tersebut bergerak melawan arus atau menuju ke arah hulu.
3.3.2 Kolom Pandiran di Getek Selain logo BPost seperti telah dijelaskan, terdapat simbol peradaban sungai melalui kolom Pandiran di Getek (Pembicaraan di getek). Getek adalah perahu tradisional tetapi menggunakan mesin atau disebut kelotok, fungsinya hampir sama dengan jukung tambangan, tetapi getek masih bertahan sampai sekarang karena mengalami modernisasi yakni digerakkan mesin diesel. Getek tak ubahnya dengan angkutan kota, metromini, dan lain sebagainya di jalan raya. Di kota Banjarmasin, keberadaan getek masih ada hingga sekarang yang beroperasi dari dermaga Pasar Lima dengan tujuan berbagai daerah di kabupaten Barito Kuala dan Kabupaten Banjar (Anonim, 2015:327). Sebenarnya getek lebih tepat kalau diasumsikan sebagai angkutan kota atau angkutan jarak dekat, sebab berlangsungnya Pandiran (pembicaraan) hanya akan dapat dilakukan apabila tingkat kebisingan suara mesin diesel pada kelotok tidak terlalu tinggi. Oleh karena itu, ada yang menyebutkan istilah getek diambil dari bunyi kelotok “tek...tek...tek” yang berarti kelotok bergerak perlahan-lahan karena sering menaikkan dan menurunkan penumpang. Berikut ini salah satu contoh Pandiran di Getek.
Gambar 2. Pandiran di Getek ditunjukkan oleh tanda panah. Repro dari BPost, Selasa 20 September 2016
Kolom Pandiran di Getek pada BPost sepintas lalu tidak ubahnya dengan media cetak lain yang hanya berbeda namanya saja. Harian Radar Banjarmasin menamakannya Surawin, Harian Barito Post menamakannya Arus dan Anang Gondang
ISBN: 978-602-6483-34-8
pada Harian Media Kalimantan. Pembedanya adalah pada BPost dan Barito Post tanpa ilustrasi aktor pelaku, sedangkan Surawin dan Anang Gondang terdapat ilustrasi. Meskipun demikian, BPost memiliki kekhasan yakni pertama pada latar lokasi berlangsungnya pembicaraan yakni di getek tersebut. Kedua, aktor utama yang berbicara dinamakan Anang Gayam. Nama Anang atau nanang menunjukkan panggilan pada anak laki-laki yang belum memiliki nama, tetapi kemudian panggilan itu bisa melekat sebagai nama tambahan di depan nama asli yang diberikan orang tua (Daud, 1997:67). Namun nama Gayam sendiri tidak lazim sebagai nama asli yang diberikan orang tua Banjar pada anaknya, sehingga kemungkinan besar nama ini adalah nama samaran. Kolom Anang Gayam juga seperti kolom yang sama di media cetak lain bertujuan merespon secara singkat tetapi tepat atau menohok isu atau persoalan utama yang diangkat media cetak. Sebagaimana gambar 2 yang berisi percakapan Anang Gayam. Polresta Banjarmasin bangun rutan mewah, Lak – ai Mudahan kada jadi alasan banyak nang handak tinggal di sana, Nang ai (Mudahan tidak jadi banyak (orang) yang ingin tinggal di sana, Nang ai) Pembicaran Anang Gayam tersebut merespon berita berikut ini: “Para tahanan senyum-senyum ketika masuk rutan. Namanya tahanan, siapa yang mau masuk penjara tapi kondisi hunian yang nyaman sejak menginjakkan kaki di lantai membuat tahanan antusias” (Kur, 2016:1) Jika dicermati sebenarnya posisi Anang Gayam dalam percakapan tersebut bukan sebagai aktor utama, dua contoh berikut ini menguatkan anggapan demikian. Pandiran di Getek, BPost 11 Agustus 2016 Pembalap kita tersingkir matan F1, Lak-ai (Pembalak kita tersingkir dari F1, Lak-ai) + Kalah diuncui, Nang ai (Kalah pendanaan, Nang ai) Berikut ini Pandiran di Getek, BPost, Jumat 14 Oktober 2016. Masih ada haja nang mambuang limbah medis sembarangan, Lak-ai. (Masih saja ada yang membuang limbah medis sembarang, Lak-ai) + Suntik aja mun ketahuan urangnya, Nang-ai (Suntik saja kalau orangnya ketahuan Nang ai). +
Sebagaimana tiga contoh di atas, Anang Gayam dalam percakapan yang bertanda “-“ (minus) adalah orang yang pertama kali membuka pembicaraan kepada seseorang yang dipanggil Lakai. Tanda „+” (plus) merupakan idenditas Lak-ai untuk merespon pernyataan dari Anang Gayam yang dipanggil Nang-ai. Biasanya panggilan Lak-ai dalam sistem kekerabatan pada suku-bangsa Banjar yaitu julak untuk saudara ayah atau ibu yang paling tua (Daud, 1997:70). Panggilan Lak-ai atau Lak saja
© 2017. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat
471
Prosiding Seminar Nasional Lahan Basah Tahun 2016 Jilid 2: 467-473
adalah semacam nickname untuk ucapan ringkas dari istilah julak. Meskipun tidak diketahui secara pasti, apakah julak sebagai lawan bicara Anang Gayam memiliki hubungan kekerabatan secara langsung yakni saudara tua dari pihak ayah atau pihak ibu, tetapi dalam kehidupan sehari-hari panggilan julak juga digunakan dengan orang yang lebih tua atau seusia orang tua. Melalui Pandiran di Getek, Anang Gayam seolah-olah menjadi orang pertama yang mendapatkan informasi. Namun informasi yang didapatkannya selalu disampaikan dalam pernyataan satiris “Polresta Banjarmasin bangun rutan mewah, Lak – ai”, pernyataan apatis “Pembalap kita tersingkir matan F1, Lak-ai”, atau pernyataan yang ironis “Masih ada haja nang mambuang limbah medis sembarangan, Lak-ai.” Anang Gayam seolah-olah subyek yang kehilangan inspirasi dan hanya memberikan informasi kepada lawan bicaranya. Selain itu, posisi Anang Gayam semakin menegaskan hubungan kekerabatannya sebagai kamanakan yakni sebutan untuk anak dari saudara ego atau disebut keponakan karena dia cenderung menyampaikan persoalan sosial kepada tokoh julak. Respon dari Julak atau dipanggil Lak, justru tidak sebanding dengan kesan adanya beban psikologis yang dialami Anang Gayam. Julak memberikan tanggapan atas pernyataan satiris Anang Gayam dengan satiris juga “+ Mudahan kada jadi alasan banyak nang handak tinggal di sana, Nang ai”. Julak menanggapi rasa apatis Anang Gayam dengan cara pragmatis “+ Kalah diuncui, Nang ai” dan julak juga menanggapi pernyataan ironis Anang Gayam secara praktis “+ Suntik aja mun ketahuan urangnya, Nang-ai”. Dengan demikian, Anang Gayam seolah menjadi aktor atau subyek penderita, sedangkan posisi Julak adalah orang yang tidak mau ambil pusing persoalan. Jawaban yang disampaikan Julak untuk persoalan sulit bagi Anang Gayam ternyata sangat sederhana, atau praktis, tetapi terasa sangat tepat sasaran dan sebenarnya merupakan refleksi bagi pembaca.
3.4 Relasi Oposisi Antar Simbol Struktur Peradaban Sungai
dan
Hal terpenting bagian ini menghubungkan atau menemukan relasi antar simbol. Pertama dalam logo BPost yakni Rumah Bubungan Tinggi (RBT) dengan Jukung Tambangan (JT). Kedua, dalam kolom Pandiran di Getek (PdG) antara Anang Gayam (AG) dan Julak (JL). Ketiga, menghubungkan Logo BPost dan kolom PdG. Guna lebih memudahkan penyampaian, penulis menggunakan tiga skema untuk memperlihatkan relasi tersebut.
Logo BPost
ISBN: 978-602-6483-34-8
RBT → Pemukiman → Darat
Ekologi Sungai
JT → Transportasi → Sungai Skema 1. Relasi oposisi berlawanan dalam Logo BPost antara simbol Rumah Bubungan Tinggi (RBT) dan Jukung Tambangan (JT)
Logo BPost memiliki pasangan oposisi antara RBT dan JT, sebagaimana paparan sebelumnya posisi RBT merupakan simbol pemukiman high class bersifat statis karena berada pemukiman di daratan, sedangkan JT merupakan alat transportasi yang digunakan masyarakat kebanyakan. Antara RBT dan JT terlihat berada pada satu tempat yang sama karena berada pada satu areal yang sama secara garis vertikal. RBT berada pada posisi di atas (darat), sedangkan JT berada posisi di bawah (sungai). JT tidak menampilkan simbol kelas tertentu dan hanya sebagai alat transportasi, tetapi bersifat dinamis dan sebenarnya melintasi RBT. Perbedaan antara RBT yang statis dan elitis dan JT yang dinamis disatukan oleh gambaran dominasi ekologi sungai oleh ilustrator secara nirsadar pada logo BPost tersebut. Jika RBT dan JT adalah oposisi kebendaan tanpa kehadiran manusia secara langsung dalam logo BPost tersebut, berbeda halnya pada relasi oposisi dalam kolom Pandiran di Getek (PdG). AG → Keponakan → Mengadu Kolom PdG Skema 2.
Keluarga JL → Paman
→ Menanggapi
Relasi oposisi berpasangan dalam Kolom Panderan di Getek (PdG) antara simbol Anang Gayam (AG) dan Julak (JL)
Pada kolom PdG seolah yang menjadi aktor utama adalah AG apalagi namanya tertulis secara lengkap. Ternyata AG hanyalah seorang keponakan yang stratifikasi dalam hubungan kekerabatan lebih rendah dari pada JL sebagai paman. AG dalam praktek PdG menjadi individu yang aktif dalam memberikan informasi kepada JL, sedangkan JL sendiri adalah individu yang menunggu atau pasif, tetapi selalu memberikan respon atau tanggapan terhadap apa yang disampaikan AG. Relasi antara AG dan JL adalah oposisi berpasangan yang saling melengkapi dalam hubungan kekerabatan antar dua generasi yang berhubungan ikatan darah dari seseorang dengan pihak ayah maupun pihak ibu. Relasi ini dipertemukan dalam suasana yang dinamis yakni di dalam sarana transportasi sungai. Setelah memaparkan relasi oposisi berlawanan pada skema 1 dan relasi oposisi berpasangan pada
© 2017. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat
472
Prosiding Seminar Nasional Lahan Basah Tahun 2016 Jilid 2: 467-473
skema 2, berikut ini adalah struktur simbol pada harian BPost sebagai bentuk peradaban sungai. Hal ini terwujud karena sistem berfikir manusia mengelompokkan pasangan saling bertentangan pasangan selanjutnya dihubungkan satu sama lain mewujudkan unsur sistem yang dapat digunakan untuk “berfikir” (Kuper, 1996) Logo : Benda → Gambar → Citra BPost Kolom PdG : Manusia → Teks → Wacana
Darat Sungai
ISBN: 978-602-6483-34-8
Keempat, meskipun relatif mudah memberikan sebab musabab merosot dan matinya suatu bentuk simbolis khusus, tetapi sama sekali tidak mudah menerangkan bagaiman sebuah simbol yang baru atau diperbaharui menguasai imajinasi dan mengilhami orang bertindak secara dramatis (Dillistone, 2002:13). Namun upaya menceritakan kembali, membahas ulang, atau mengkontekstualisasikan simbol menjadi upaya yang penting menghidupkan kembali simbol sungai agar hadir dalam imajinasi masyarakat pembaca.
5. DAFTAR PUSTAKA
Skema 3. Struktur Simbol BPost
Terdapat tiga proses transportasi pada masingmasing simbol baik BPost maupun pada kolom PdG. Transformasi sebagai bentuk alih rupa, pada logo BPost adalah melihat peradaban sungai dalam bentuk RBT dan JT adalah sebagai benda sebagai tempat pemukiman dan alat transportasi yang dijadikan gambar sebagai pasangan oposisi berlawanan. Komposisi RBT dan JT dalam gambar tersebut menghasilkan citra estetika bagi para pembaca. Kolom PdG menangkap fenomena kehidupan manusia dalam aktivitas di sungai melalui teks. Teks tersebut menggambar percakapan yang membentuk wacana sesuai berdasarkan isu aktual. Logo BPost dan kolom PdG dipertemukan pada ekologi sungai. Di satu pihak menunjukkan kekuatan estetika. Di pihak lain adalah setting wacana yang diperbincangkan berdasarkan aktivitas di sungai.
4. SIMPULAN Pertama, ketika isu sungai tengah mengemuka dan kesadaran segenap elemen masyarakat dan pemerintah tengah bergairah, upaya mengangkat kembali simbol peradaban sungai pada BPost merupakan salah satu upaya agar sungai tidak hanya dekat di mata juga dekat dalam pemikiran. Kedua, peradaban sungai pada BPost merupakan upaya mempertemukan sungai sebagai arena wacana percakapan melalui transportasi juga menampilkan citra ekologi dengan segala obyek materi peradaban berupa sungai jukung tambangan dan rumah Bubungan Tinggi. Ketiga, simbol peradaban sungai pada BPost melalui visual dan teks sesungguhnya tidak hanya sebagai upaya merawat sungai, tetapi juga merawat ingatan pembaca dan mengembangkan imajinasi terhadap masa lalu.
Aditjondro, G.J. (2003). Pola-pola Gerakan Lingkungan Refleksi untuk Menyelamatkan Lingkungan dari Ekspansi Modal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Adn, H.D. (2016). Maiyahan. Retrieved 10 29, 2016, from CAKNUN.COM: https://caknun.com/2016/innalanharo-fi-banjarmasin-yuhibbuna-wa-nuhibbuhum/ Ahimsa-Putra, H.S. (2006). Strukturalisme Levi-Strauss Mitos dan Karya Sastra. Yogyakarta: Kepel Press. Anonim. (2015). Banjarmasin dalam Angka 2015. Banjarmasin: Badan Pusat Statistik Kota Banjarmasin. Artha, A.T. & Ahimsa-Putra, H.S. (2004). Jejak Masa Lalu, Sejuta Warisan Budaya. Yogyakarta: Kunci Ilmu. Bondan, A.H. (1953). Suluh Sedjarah Kalimantan. Banjarmasin: Fadjar. Brotomoeljono, Azidin, Y., Kasuma, A., Johansyah, A.A. & Hermantendo, S. (1986). Arsitektur Tradisional Kalimantan Selatan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah. Daud, A. (1997). Islam dan Masyarakat Banjar; Deskripsi dan Analisa Kebudayaan Banjar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Dillistone, F. (2002). Daya Kekuatan Simbol. (A. Widyamartaya, Trans.) Yogyakarta: Kanisius. Kuper, A. (1996). Pokok dan Tokoh Antropologi. (A. F. Saifuddin, Trans.) Jakarta: Bhratara. Kur. (2016, September 20). 150 Tahanan Dipindah Ke 'Rumah Baru' Rutan Antikabur Dipantau 28 Purnama, D.H. (2000). Rumah Limas dan Struktur Pemikiran Orang Palembang. Yogyakarta: Program Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada. RMD. (2016, Agustus 2). Terus Berjuang Hingga Kini. 45 Tahun Banjarmasin Post, pp. 29-40. Seman, S. & Irhamna. (2001). Arsitektur Tradisional Banjar Kalimantan Selatan. Banjarmasin: Ikatan Arsitek Indonesia Daerah Kalimantan Selatan. Zainuddin, H. (2016, Mei 3). Antara Kalsel. Retrieved 10 23, 2016, from http://www.antarakalsel.com/berita/36024/lombamaharagu-sungai-diapresiasi
-----
© 2017. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat
473