Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2016, Palembang 20-21 Oktober 2016 ISBN .........................
Perbaikan Varietas Dapat Meningkatkan Produktivitas Cabai Merah dan Pendapatan Petani di Lahan Kering (Studi Kasus di Desa Lubuk Saung Kecamatan Banyuasin III, Kabupaten Banyuasin) Improvement of Red Chili Varieties to Increasing of Red Chili Productivity and Farmers Income in DryLand Area (Case Study in LubukSaung Village, Sub-District Banyuasin II, Banyuasin Regency) Dedeh Hadiyanti *), Maya Dhania Sari, Suri Emma¹) ¹ Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Selatan *) Korespodensi Email:
[email protected] )
ABSTRACT Red chili is one of horticulture crops that have high economic value. One of component technology that can increase of red chili productivity is the use of Superior varieties. The aim of this reasearch for inform that using superior varieties can increase of red chili produktivity and farmers income. This Project has been done in lubuk saung village, Banyuasin III. Banyuasin at 2015 in the area of 2500 m2, used two studies that Kencana Varieties and Local Varieties. The result showed that the production of red pepper which used Kencana Varieties was 1.8 ton/2500 m2, as while the production which using Local Varieties was 625 ton/2500 m2. By the fact the Kencana Varieties was adaptive to be apllicated and can increasing farmers income Rp. 20.147.000 was higher than using Local Varieties Rp. 6.578.750. Key words: Red chili, Income, Superior varieties
ABSTRAK Cabai merah merupakan salah satu tanaman hortikultura yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Salah satu komponen teknologi yang berperan dalam meningkatkan produksi cabai merah adalah penggunaan varietas unggul. Tulisan ini bertujuan untuk menginformasikan penggunaan teknologi varietas unggul dalam budidaya cabai merah dapat meningkatkan produksi dan pendapatan petani. Kajian dilaksanakan bulan April Desember 2015 di Desa Lubuk Saung Kecamatan Banyuasin III, Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan pada lahan petani seluas 2500 m2, menggunakan metode kajian 2 varietas cabai merah, yakni varietas Kencana dan varietas Lokal. Hasil kajian menunjukkan produksi varietas Kencana mencapai 1,8 ton/2500 m² lebih tinggi dibandingkan varietas lokal yang hanya mencapai 625 kg/2500 m². Dengan demikian varietas kencana adaptif dan dapat meningkatkan produksi dan pendapatan petani, dimana varietas kencana memberi keuntungan Rp.20.147.000,- lebih besar dibandingkan varietas lokal yang biasa digunakan petani yang hanya mencapai Rp. 6.578.750,-. Kata Kunci: Cabai merah, Pendapatan, Varietas unggul
649
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2016, Palembang 20-21 Oktober 2016 ISBN .........................
PENDAHULUAN Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan tanaman hotikultura yang buahnya
memiliki rasa pedas. Pemanfaatannya sebagai bumbu masak atau sebagai bahan baku berbagai industri makanan, minuman dan obat-obatan membuat cabai merah semakin menarik untuk diusahakan (Sumarni et al. , 2005). Beberapa alasan penting pengembangan komoditas cabai merah besar, antara lain adalah (1) tergolong sebagai komoditas bernilai ekonomi tinggi, (2) merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan nasional, (3) menduduki posisi penting dalam hampir seluruh menu masakan di Indonesia, (4) memiliki prospek ekspor yang baik, (5) mempunyai daya adaptasi yang luas, dan (6) bersifat intensif dalam menyerap tenaga kerja. (Saptana et al, 2010). Komoditas yang memiliki nilai ekonomis tinggi ini, di Indonesia biasanya ditanam pada lahan bekas sawah dan lahan kering. Propinsi Sumatera Selatan memiliki lahan kering yang luasnya 410,381 hektar. 5,56 % lahan kering di Sumatera Selatan di Kabupaten Banyuasin. (Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, 2014). Lahan kering di Provinsi Sumsel termasuk ke dalam lahan kering yang bersifat masam (Soehendi, R et al, 2012). Bertambahnya jumlah penduduk mengakibatkan kebutuhan cabai merah juga meningkat, hal ini dapat mendorong petani untuk meningkatkan hasil panen cabai merah. Produksi cabai merah di Sumatera Selatan hanya 0,5 % dari produksi nasional (BPS, 2015). Kendala utama penyebab rendahnya produksi cabai pada umumnya adalah keterbatasan teknologi budidaya yang dimiliki petani karena kurangnya informasi teknologi (Arief, T dan Mahdalena, 2014). Pelaku usahatani cabai merah dalam hal ini petani masih belum sepenuhnya menerapkan teknologi yang dianjurkan dalam melaksanakan usahatani cabai merah, sehingga tingkat produksi cabai merah yang dihasilkan masih di bawah potensi produksinya. Jika usaha budidaya cabai merah dilaksanakan dengan menggunakan teknologi yang telah dianjurkan, tingkat produktivitas potensial cabai merah bisa mencapai 12-15 ton/ha (Duriat, A. dan Agus, M. 2003). Rendahnya produksi di Sumatera Selatan disebabkan karena sebagian petani masih menggunakan benih varietas lokal. Sumarni, N dan Muharam, A (2003) juga menyatakan bahwa penggunaan benih berkualitas merupakan kunci utama memperoleh hasil yang tinggi. Lebih lanjut Wahyuni et.el., (2008) menyatakan bahwa kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh penggunaan benih yang berkualitas, benih berkualitas merupakan benih yang jelas asal usulnya dan diproduksi oleh penangkar benih yang telah terdaftar di instansi terkait. Selain itu benih berkualitas adalah benih yang murni secara genetik sebagai pembawa potensi genetik suatu varietas, matang secara fisiologis dan memenuhi persyaratan mutu fisik berdasarkan prosedur pengujian untuk mendapatkan sertifikat. Penggunaan varietas unggul merupakan salah satu teknik untuk meningkatkan produksi maupun produktivitas cabai merah. Varietas Kencana merupakan salah satu varietas Litbang yang mempunyai keunggulan dengan potensi hasil 18,4 ton/ha. Oleh karena itu dengan pengenalan varietas unggul kepada petani diharapkan dapat meningkatkan hasil cabai merah, sehingga pendapatan petani juga bertambah. Tujuan pengkajian untuk mengetahui sejauh mana penggunaan varietas unggul pada usahatani cabai merah dapat meningkatkan produksi dan pendapatan keluarga. 650
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2016, Palembang 20-21 Oktober 2016 ISBN .........................
METODE PENELITIAN Pengkajian dilaksanakan di Desa Lubuk Saung, Kecamatan Banyuasin III, Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan pada bulan April - Desember 2015. Pengkajian ini melibatkan petani kooperator dan petani non kooperator di lahan kering dataran rendah dengan luasan 2500 m2 dengan menggunakan metode kajian di lapangan, yaitu menggunakan 2 varietas, yakni varietas Kencana dan varietas Lokal. Dalam pengkajian ini petani kooperator menerapkan paket teknologi anjuran dengan penggunaan varietas unggul (varietas Kencana) dan petani non kooperator menerapkan teknologi cara petani setempat dengan menggunakan varietas local yang biasa mereka tanam. Secara rinci teknologi anjuran dan teknologi petani budidaya cabai merah dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Komponen tekologi budidaya cabai merah di Desa Lubuk Saung, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan No. Komponen teknologi Teknologi anjuran Teknologi cara petani 1. 2. 3.
Benih Varietas Pengolahan tanah
4. 5.
Penanaman Pemupukan (kg/ha)
6. 7.
Pupuk kandang Penyiangan gulma
8.
Pengedalian OPT
Berlabel/Bermutu Kencana Tanah diolah + bedengan
Petani Lokal Tanah diolah + bedengan Jarak tanam 60 x 60 cm Jarak tanam 60 x 60 cm 100 kg urea, 100 kg sp- 37,5 kg urea, 50 kg SP36, 50 kg KCL, 50 kg 36, 50 kg KCL, 100 kg NPK NPK 175 kg/ha 5000 kg Penyiangan dilakukan 2- 2-3 kali 3 kali/tergantung kondisi lapang Sistem monitoring Kadang-kadang
Persiapan lahan dilakukan dengan membersihkan sisa tanaman dan rumput. Kemudian tanah diolah sebanyak dua kali sedalam 30-40 cm dan dibuat guludan setinggi ±30 cm dengan jarak antar guludan ±50 cm. Penanaman dilakukan dengan jarak tanam 60 x 60 cm. Penyiraman dilakukan sesuai kebutuhan. Penyiangan dilakukan 3 kali pada umur 2, 4 dan 8 minggu setelah tanam, dengan cara manual/mencabut gulma. Penyiangan ini biasanya dilakukan bersamaan dengan pembumbunan Pupuk kandang diberikan seminggu sebelum tanam disebarkan merata di atas garitan, dicampur pada tanah bedengan atau diberikan pada lubang tanam sebagai pupuk dasar. Pemberian pupuk urea dilakukan pada saat tanam dan pada waktu tanaman berumur satu bulan, sedangkan pupuk SP-36, NPK dan KCl diberikan seluruhnya pada tanaman umur satu minggu setelah tanam. Pengendalian terhadap organisme pengganggu tanaman (OPT) dilakukan sesuai dengan jenis dan tingkat kerusakan yang ditimbulkan hama dan penyakit tersebut. Data dianalisis disusun secara tabulasi dan dianalisis secara kuantitatif dan deskriptif.
651
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2016, Palembang 20-21 Oktober 2016 ISBN .........................
Analisis Data Parameter yang diamati pada pengkajian ini meliputi produktivitas cabai merah, sarana produksi dan tenaga kerja. Analisis yang digunakan yaitu analisis pendapatan dan analisis imbangan pendapatan atas biaya (B/C) (Malian, 2004). (RAVC) B C ratio = ------------TVC Dimana: BC ratio P
= Nisbah pendapatan terhadap biaya = Harga jual (Rp/kg)
TVC RAVC Q
= Biaya Total (Rp/ha/musim) = (QxP) – TVC = Total produksi (kg/ha/musim)
Dengan keputusan: BC Ratio > 1, usahatani secara ekonomi menguntungkan BC Ratio = 1, usahatani secara ekonomi berada pada titik impas BC Ratio < 1, usahatani secara ekonomi tidak menguntungkan Untuk melihat tingkat kelayakan teknologi dilakukan analisis marginal benefit cost ratio (MBCR) yang digunakan sebagai berikut: MBCR = Pendapatan usahatani pola perbaikan – pendapatan usahatani pola petani dibagi dengan biaya usahatani pola perbaikan – biaya usahatani pola petani. HASIL Karakteristik cabai merah Varietas Kencana. Varietas Kencana mempunyai daya adaptasi yang sangat luas dapat ditanam pada berbagai ketinggian tempat, baik di dataran rendah (0–200 m dpl.), medium (200–700 m dpl.) sampai ke dataran tinggi (> 700 m dpl.) dan pada berbagai tipe lahan (sawah - tegalan) tipe tanah mulai tanah Andisol sampai dengan tanah Gambut pada berbagai musim tanam (basah, kemarau basah, kering, dan ekstrim kering). Pada kondisi tersebut produktivitas yang dapat dicapai berkisar antara 15,0– 21,23 ton/ha. (Setiawati, W et al, 2016). Pertumbuhan vegetatif. Pertumbuhan vegetatif tanaman yang ditunjukkan dari rata-rata tinggi tanaman menunjukkan bahwa varietas lokal lebih tinggi dibandingkan dengan varietas Kencana baik pada umur 14 HST maupun pada umur 50 HST. Pertumbuhan tinggi tanman dapat dilihat pada tabel 2.
652
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2016, Palembang 20-21 Oktober 2016 ISBN .........................
Tabel 2. Pertumbuhan tinggi tanaman cabai merah varietas Kencana dan varietas Lokal di Desa Lubuk Saung Banyuasin III Tahun 2015 Sampel tanaman 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Rerata
Tinggi Tanaman (cm) Varietas kencana Umur 14 HST 50 HST 14,5 51 16 27 15 27 15,5 49 15 52 15 38 16 42 14,5 48 14,5 52 13,7 42,9
Varietas lokal Umur 14 HST 50 HST 26 35 15 72 17 39 20 59 16,5 61 17,5 47 18 52 24 56 25 43 16,1 51,6
Sumber : Data primer, 2015 Peningkatan pendapatan petani. Untuk mengetahui sejauh mana teknologi anjuran dapat meningkatkan pendapatan petani di Desa Lubuk Saung, Kecamatan Banyuasin III, Kabupaten Banyausin, maka dilakukan analisa usahatani seperti pada tabel 3. Tabel 3 . Hasil analisis usahatani cabai merah dengan luasan 2.500 m2 di Desa Lubuk Saung Kecamatan Banyuasin III Kaupaten Banyuasin, tahun 2015. No I
II
Uraian Kebutuhan Saprodi Benih Urea Sp-36 KCL NPK ponska Pupuk Kandang Pestisida Total A (Rp) Tenaga kerja Pengolahan lahan Persemaian Penanaman Pemupukan Penyiangan Pengendalian Hama Penyakit Pemanenan Total B (Rp) Total A + B (Rp) Hasil cabai (kg) Harga cabai (Rp/kg) Penerimaan
Teknologi Anjuran Nilai (Rp) %
Teknologi Petani Nilai (Rp) %
75.000 220.000 28.000 400.000 425.000 3.000.000 255.000 4.403.000
1,0 3,0 0,4 5,5 5,9 41,3 3,5 60,6
8.750 62.500 102.500 380.000 200.000 175.000 182.500 1.111.250
0,4 2,7 4,4 16,5 8,7 7,6 7,9 47,9
600.000 50.000 200.000 300.000 100.000 600.000
2,1 0,2 0,7 1,0 0,3 2,1
400.000 50.000 200.000 200.000 100.000 500.000
4,3 0,5 2,2 2,2 1,1 5,4
9.600.000 11.450.000 15.853.000 1.800 20.000 36.000.000
33,0 39,4 100
3.360.000 4.810.000 5.921.250 625 20.000 12.500.000
36,4 52,1 100
653
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2016, Palembang 20-21 Oktober 2016 ISBN ......................... Pendapatan BC ratio MBCR
20.147.000 1,27 1,4
6.578.750 1,1
PEMBAHASAN Varietas Kencana merupakan cabai keriting unggul baru yang di lepas oleh Litbang tahun 2011 yang harus dikembangkan dan diintroduksikan ke berbagai sentra produksi cabai karena mempunyai karakteristik yang menonjol seperti toleran terhadap genangan dan berdaya hasil tinggi berkisar 12-22 ton/ha. Introduksi cabai varietas Kencana diharapkan mampu memenuhi pasokan cabai sepanjang tahun untuk mengatasi gejolak harga cabai yang selalu terjadi terutama pada musim basah dan kemarau basah sehingga kebijakan swasembada cabai yang diinginkan dapat terpenuhi. (Setiawati, W et al, 2016). Pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti ketersediaan air, cekaman panas, ketersediaan unsur hara dan tingkat keasaman tanah, namun perlu diperhatikan pula faktor-faktor pembatas pertumbuhan lainnya seperti topografi lahan karena tidak semua tanaman mampu tumbuh pada setiap topografi lahan (Sutapradja, 2008). Tabel pertumbuhan vegetatif tanaman cabai merah menunjukkan bahwa tinggi tanaman varietas lokal lebih tinggi dibandingkan dengan varietas kencana. Rata-rata tinggi varietas lokal pada umur 50 hari setelah tanam 51,6 cm, sedangkan tinggi tanaman cabai merah varietas kencana hanya 42,9 cm. Hal ini disebabkan karena ada perbedaan keragaan di setiap varietas dan juga dipengaruhi oleh pemberian pupuk juga iklim yang mendukung pada pertanaman tersebut. Selain itu karena kemampuan tanaman untuk tumbuh dan berkembang secara optimal saat pertumbuhan vegetative bukan merupakan satu-satunya indicator keberhasilan dalam menunjukkan potensi produksinya yang merupakan hasil interaksi antara factor genetic dan factor lingkungan dimana tanaman tersebut tumbuh. Menurut Suparwoto (2009) dengan menggunakan teknologi anjuran berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah cabang, lebar kanopi, jumlah buah/tanaman, berat 10 buah, dan berat buah segar/0,1 ha kecuali tinggi tanaman. Walaupun tinggi tanaman lebih rendah, namun produksi tanaman cabai varietas kencana 1,8 Ton lebih tinggi dibandingkan dengan varietas lokal 0,625 Ton. Varietas cabai unggul memiliki banyak keunggulan dibandingkan varietas lain, seperti produksi tinggi, tahan hama dan penyakit, umur genjah dan tahan lama setelah dipanen (Sepwanti, C et al, 2016). Tingginya produksi sebanding lurus dengan biaya produksi yang dikeluarkan dalam budidaya cabai merah. Biaya produksi usahatani cabai merah dengan menggunakan varietas kencana sebesar Rp. 15.853.000,- jauh lebih besar dibandingkan biaya produksi usahatani dengan varietas lokal. Besarnya hasil dari usahatani dengan teknologi anjuran menyebabkan meningkatnya pendapatan petani. Dengan harga jual cabai merah saat panen Rp. 20.000,-, petani memperoleh pendapatan sebesar Rp. 20.147.000,-. Besarnya pendapatan ini menunjukkan bahwa teknologi anjuran layak diusahakan dengan nilai MBCR 1,4.. KESIMPULAN Dari hasil kegiatan ini dapat disimpulkan: 1. Perbaikan varietas dengan menggunakan cabai Varietas Kencana pada usahatani cabai merah dapat meningkatkan produksi cabai merah 2. Teknologi penggunaan varietas unggul layak untuk diterapkan, dan meningkatkan pendapatan petani di Desa Lubuk Saung, Kecamatan Banyuasin III, Kabupaten Banyuasin. 654
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2016, Palembang 20-21 Oktober 2016 ISBN .........................
DAFTAR PUSTAKA Arief, T dan Mahdalena. 2014. Petunjuk Teknin Teknologi Budidaya Cabai Secara Benar. Palembang. Badan
Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal www.pertanian.go.id/Data5tahun/Horti/BEM2015
Hortikultura.
2015.
Duriat, A. dan Agus, M. 2003. Pengenalan Penyakit Penting Pada Cabai dan Pengendaliannya Berdasarkan Epidemologi Terapan. Lembang: Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Malian AH. 2004. Analisis ekonomi usahatani dan kelayakan finansial teknologi pada skala pengkajian. Makalah disajikan dalam Pelatihan Analisis Finansial dan Ekonomi bagi Pengembangan Sistem Usahatani Agribisnis Wilayah. Bogor, 29 Nov – 9 Des 2004. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. 2014. Statistik Lahan Pertanian Tahun 20092013. Kementerian Pertanian. Saptana; Daryanto, A; Daryanto, H.K; dan Kuntjoro. 2010. Analisis Efisiensi Teknis Produksi Usahatani Cabai Merah Besar dan Perilaku Petani Dalam Menghadapi Resiko. Jurnal Agro Ekonomi, Volume 28 No.2, Oktober 2010 : 153 – 188. Sepwanti, C; Rahmawati, M; Kesumawati, E. 2016. Pengaruh Varietas dan Dosis Kompos yang Diperkaya Trichoderma harzianum Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Cabai Maerah (Capsicum annuum L.). Jurnal Kawista 1(1);68-74. Setiawati, W; Koesandriani, Y; Hasyim, A. 2016. Sumbangsih Cabai Keriting Varietas Kencana Dalam Menghadapi Kebijakan Swasembada Cabai. http://hortikultura.litbang.pertanian.go.id/Buku_Inovasi/4557.Wiwin%20S%20sumbangsih%20cabai%20keriting.pdf 15 Oktober 2016. Sumarni, N dan Muharam, A. 2003. Budidaya Cabai Merah, Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Lembang. Sutapradja, H. 2008. Penggunaan Pupuk Multihara Lengkap PML-Agro terhadap Pertumbuhan dan Hasil Cabai Merah. J. Hort., 18(2): 141-147 Wahyuni, S., A. Ruskandar, dan I. W. Mulsanti. 2008. Peran Produsen Benih dalam Diseminasi Varietas Unggul di Jawa Barat. Prosiding Seminar Apresiasi Hasil Penelitian Padi Menunjang P2BN. Buku 2:889-899
655