Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 08-09 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9 Dampak Ameliorasi Tanah Sawah terhadap Emisi Gas CO2, CH4 dan N2O serta Produksi Padi (Oryza sativa, L) Impact Amelioration Paddy Soil to Gas Emissions of CO2, CH4 and N2O and also Production of Rice (Oryza sativa, L) Etik Puji Handayani 1*) 1 Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIPER) Dharma Wacana Metro-Lampung *) Telp: 082176138360/081574004775 *) Corresponding author:
[email protected] ABSTRACT Healthy food sovereignty should be pursued seriously by all parties involved in agriculture. Paddy soil amelioration with materials other than manure and dolomit which is a material that has been used ameliorant is necessary to overcome the constraints of increasingly gently sloping current rice production. Rice straw as natural waste in paddy soil let remain pursued as a source of C-Organic in paddy soil, rather than changing their use of compost into animal feed. Therefore, a series of experiments aimed at producing a package of technological innovation paddy soil amelioration appropriate in reducing Green House Gas emissions (CO2, CH4 and N2O) without ignoring the increased productivity of soil and crop productivity needs to be studied further. Experimental design first stage using a completely randomized design of the 10 treatments amelioration, namely: Without Ameliorant (a0), Manure 10 tons / ha: Zeolit 1 ton / ha: Dolomit 1 ton / ha (a1), Rice straw Fresh 50 tonnes / ha: Zeolit 1 ton / ha: Dolomit 1 ton / ha (a2), Rice straw compost 25 tons / ha: Zeolit 1 ton / ha: Dolomit 1 ton / ha (a3), Manure 20 tons / ha: Zeolit 2 tonnes / ha: Dolomit 2 tonnes / ha (a4), Rice straw Fresh 100 tons / ha: Zeolit 2 tonnes / ha: Dolomit 2 tonnes / ha (a5), Manure 30 tons / ha: Zeolit 3 tonnes / ha: Dolomit 3 tonnes / ha (a7), Rice straw Fresh 150 ton / ha: Zeolit 3 tonnes / ha: Dolomit 3 tonnes / ha (a8), Rice straw compost 75 tons / ha: Zeolit 3 tonnes / ha: Dolomit 3 tonnes / ha (a9). Each treatment was repeated three times, so there are 30 experimental unit. The results showed that the type and dose of ameliorant materials contribute to the dynamics of the magnitude of the measurement gas emissions CO2, CH4 and N2O, growth and yield of rice. Gas emissions were higher in ameliorant material that has not decomposed. In general, the addition of straw compost and manure provide equally good improvement on the growth and yield of rice. At the variable 1000 grain weight, treatment a4 (Manure 20 tons / ha: Zeolit 2 tonnes / ha: Dolomit 2 ton / ha) and a7 (Manure 30 tons / ha: Zeolit 3 tonnes / ha: Dolomit 3 ton / ha) give the highest weight, but the number of productive tillers and yield per hill, treatment a6 (straw compost 50 tons / ha: Zeolit 2 tonnes / ha: Dolomit 2 ton / ha) and a9 (straw compost 75 tons / ha: Zeolit 3 ton / ha: Dolomit 3 ton / ha) gives the same results with the treatment of high a4 and a7. Key words: Amelioration, paddy soil, emissions of CO2, CH4 and N2O, Growth and Yield of rice. ABSTRAK Kemandirian pangan sehat harus diupayakan secara serius oleh semua fihak yang terlibat dalam dunia pertanian. Ameliorasi tanah sawah dengan bahan selain pupuk kandang dan dolomit yang merupakan bahan amelioran yang sudah biasa digunakan perlu diupayakan untuk mengatasi kendala semakin melandainya produksi padi saat ini. Jerami padi sebagai
limbah alami tanah sawah hendaklah tetap diupayakan sebagai sumber C-Organik pada tanah sawah, bukan malah dialih-fungsikan dari kompos menjadi pakan ternak. Oleh karena itu, serangkaian percobaan yang bertujuan untuk menghasilkan inovasi berupa paket teknologi ameliorasi tanah sawah yang tepat dalam mereduksi emisi GRK (CO2, CH4 dan N2O) tanpa mengabaikan peningkatan produktivitas tanah dan produktivitas tanaman perlu dikaji lebih lanjut. Rancangan Penelitian tahap pertama menggunakan Rancangan Acak Lengkap terhadap 10 perlakuan ameliorasi, yaitu: Tanpa Ameliorant (a0), Pupuk Kandang 10 ton/ha : Zeolit 1 ton/ha : Dolomit 1 ton/ha (a1), Jerami Segar 50 ton/ha : Zeolit 1 ton/ha : Dolomit 1 ton/ha (a2), Jerami Kompos 25 ton/ha : Zeolit 1 ton/ha : Dolomit 1 ton/ha (a3), Pupuk Kandang 20 ton/ha : Zeolit 2 ton/ha : Dolomit 2 ton/ha (a4), Jerami Segar 100 ton/ha : Zeolit 2 ton/ha : Dolomit 2 ton/ha (a5), , Pupuk Kandang 30 ton/ha : Zeolit 3 ton/ha : Dolomit 3 ton/ha (a7), Jerami Segar 150 ton/ha : Zeolit 3 ton/ha : Dolomit 3 ton/ha (a8), Jerami Kompos 75 ton/ha : Zeolit 3 ton/ha : Dolomit 3 ton/ha (a9). Masing-masing perlakuan diulang tiga kali, sehingga terdapat 30 satuan percobaan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa jenis dan dosis bahan amelioran berkontribusi dalam dinamika besarnya hasil pengukuran emisi gas CO2, CH4 dan N2O, pertumbuhan dan hasil padi. Emisi gas lebih tinggi pada bahan amelioran yang belum terdekomposisi. Secara umum penambahan jerami kompos dan pupuk kandang memberikan peningkatan yang sama baiknya terhadap pertumbuhan dan hasil padi. Pada peubah bobot 1000 butir, perlakuan a4 (Pupuk Kandang 20 ton/ha : Zeolit 2 ton/ha : Dolomit 2 ton/ha) dan a7 (Pupuk Kandang 30 ton/ha : Zeolit 3 ton/ha : Dolomit 3 ton/ha) memberikan bobot tertinggi, namun pada jumlah anakan produktif dan hasil per rumpun, perlakuan a6 (Jerami Kompos 50 ton/ha : Zeolit 2 ton/ha : Dolomit 2 ton/ha) dan a9 (Jerami Kompos 75 ton/ha : Zeolit 3 ton/ha : Dolomit 3 ton/ha) memberikan hasil yang sama tingginya dengan perlakuan a4 dan a7. Kata kunci: Ameliorasi, tanah sawah, emisi gas CO2, CH4 dan N2O, Pertumbuhan dan Hasil padi. PENDAHULUAN Kajian tentang ameliorasi sudah sering dilakukan pada tanah sawah dalam menghadapi kendala utama pada budidaya padi yaitu rendahnya bahan organik, kurang tersedianya kation basa (K+, Ca2+, Mg2+, dan NH4+), namun kelarutan kation asam (Al3+ dan Fe3+) tinggi. Ameliorasi berkorelasi positif terhadap pertumbuhan dan hasil padi, namun dalam implementasinya, aplikasi berbagai jenis amelioran pada tanah sawah akan berkontribusi dalam produksi gas gas karbondioksida (CO2), metana (CH4), dan dinitrogen oksida (N2O ) dalam tanah yang dapat diemisikan ke atmosfer baik secara difusi, ebolusi dan transport vaskuler. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian lebih lanjut tentang jenis dan dosis bahan amelioran yang mampu memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah sawah sehingga terjadi peningkatan pertumbuhan dan produksi padi sekaligus dapat mereduksi potensi produksi gas tersebut, sehingga isu Indonesia sebagai pengemitor gas rumah kaca tidak akan terjadi walaupun upaya peningkatan produksi padi baik secara intensifikasi maupun ekstensifikasi terus dilakukan dalam mewujudkan kemandirian pangan. Munculnya gas N2O pada proses denitrifikasi dalam siklus Nitrogen sangat memungkinkan dan harus kita waspadai, karena masa hidup gas ini relatif lama 114 tahun dan kemampuan memperkuat radiasi hingga 206 kali dibandingkan dengan gas CO2. Demikian juga dengan kehidupan bakteri metanogen pada tanah sawah yang dapat memproduksi CH4. Kemampuan memperkuat radiasi CH4 adalah 23 kali gas CO2.
Tanaman padi dapat berperan sebagai media transportasi gas (CO2, CH4, dan NO2) yang terbentuk dalam tanah sawah dari dalam tanah ke atmosfer, karena memiliki jaringan aerenkim. Besarnya emisi CO2 dan CH4 sangat dipengaruhi oleh karakteristik lahan seperti kedalaman muka air tanah CH4 (Nyman dan DeLaune, 1991; Moore dan Dalva, 1993; Klemedtsson et al,.1997). Kedalaman muka air tanah menentukan suasana oksidasi dan reduksi yang sangat berkaitan erat dengan laju dekomposisi dan menentukan regulasi emisi gas CO2 dan CH4. Daerah perakaran padi merupakan bagian penting yang memberikan pengaruh dalam emisi CO2, CH4, dan NO2. Jenis amelioran yang digunakan harus disesuaikan dengan karakteristik lahan seperti amelioran tanah sawah berbeda dengan tanah gambut. Bahan amelioran yang mengandung kation polivalen seperti Fe3+ merupakan jenis amelioran yang dapat menekan emisi CH4 pada lahan gambut, sumber energi untuk bakteri metanogen, namun amelioran ini tidak baik digunakan pada tanah sawah apalagi pada jenis tanah Ultisol dan Oxisol yang kandungan Fe3+ sudah tinggi dan dapat bersifat toksik untuk pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu jenis amelioran yang tepat untuk tanah sawah harus dikaji lebih lanjut. Selain jenis amelioran, berapa banyaknya dosis amelioran berpengaruh terhadap perubahan karakteristik fisik, kimia dan biologi tanah yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap ketersediaan hara untuk pertumbuhan dan produksi padi, namun pemanfaatan limbah organik dalam kegiatan budidaya (on-farm) dan pengolahan hasil (offfarm) akan berdampak pada peningkatan produksi gas CO2, CH4 dan N2O sebagai hasil akhir dari proses dekomposisi dan pembakaran. Hal yang sangat perlu dikaji secara mendalam teknologi praktis yang mudah dilakukan oleh petani, mampu meningkatkan produksi padi sekaligus mampu mereduksi emisi gas CO2, CH4 dan N2O. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Mempelajari pengaruh jenis dan dosis bahan amelioran terhadap fluks gas CO2, CH4 dan N2O pada tanah sawah. 2. Mempelajari pengaruh jenis dan dosis bahan amelioran terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi. 3. Menentukan amelioran terbaik. BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro, Desa Rejomulyo Kecamatan Metro Selatan Kota Metro mulai bulan April 2015 sampai dengan bulan Juli 2015. Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain: sungkup, alat Gas Chromatographi (GC), syringe, bak, ember, cangkul, sabit, golok, kantong plastik berbagai ukuran, gelas ukur, meteran, timbangan analitik, alat tulis dan alat dokumentasi, sedangkan bahan yang digunakan antara lain: benih padi varietas ciherang, pupuk kandang, jerami segar, jerami kompos, zeolit, dolomit, insektisida dengan bahan aktif Klorantraniliprol. Percobaan disusun menggunakan rancangan acak lengkap (RAL), terdiri dari 10 perlakuan yaitu: tanpa amelioran (a0), pupuk kandang 10 ton/ha : zeolit 1 ton/ha : dolomit 1 ton/ha (a1), jerami segar 50 ton/ha : zeolit 1 ton/ha : dolomit 1 ton/ha (a2), jerami kompos 25 ton/ha : zeolit 1 ton/ha : dolomit 1 ton/ha (a3), pupuk kandang 20 ton/ha : zeolit 2 ton/ha : dolomit 2 ton/ha (a4), jerami segar 100 ton/ha : zeolit 2 ton/ha : dolomit 2 ton/ha (a5), jerami kompos 50 ton/ha : zeolit 2 ton/ha : dolomit 2 ton/ha (a6), pupuk kandang 30 ton/ha : zeolit 3 ton/ha : dolomit 3 ton/ha (a7), jerami segar 150 ton/ha : zeolit 3 ton/ha : dolomit 3 ton/ha (a8), jerami kompos 75 ton/ha : zeolit 3 ton/ha : dolomit 3 ton/ha (a9), Masing-masing perlakuan diulang tiga kali.
Pengukuran emisi gas CO2, CH4 dan N2O dilakukan dengan metode sungkup (close chamber). Sampel gas diambil dengan menggunakan syringe berukuran 5 ml, dengan frekuensi pengambilan sampel gas 0, 10, 20 dan 30 menit setelah tutup sungkup dipasang. Sampel gas di analisis di Laboratorium gas rumah kaca Balingtan Jakenan-Pati dengan alat Gas Chromatographi (GC). Dari data perubahan konsentrasi CO2, CH4, dan N2O antar waktu pengambilan sampel gas akan diperoleh gradien perubahan konsentrasi per satuan waktu (dc/dt). Dengan diketahuinya gradien ini dan dengan diukurnya data suhu, dan ketinggian efektif sungkup akan dapat dihitung nilai fluks CO2, CH4, dan N2O. Perhitungan fluks gas CO2, CH4, dan N2O didasarkan pada rumus: F = m/A/t F = ρ x H x dc/dt (mg CO2-C m-2 jam-1 atau mg CH4- C m-2 jam-1) Dengan lambang notasi: F = ρ = H = dc/dt = t =
fluks CO2 atau CH4 (mg CH4-C m-2 jam-1 atau mg CH4-C m-2 jam-1) kerapatan CO2-C atau CH4-C pada suhu absolut (g dm-3), tinggi efektif sungkup (m) perubahan konsentrasi CO2 atau CH4-C antar waktu (ppm jam-1) rata-rata suhu dalam sungkup (oC)
Pengamatan pertumbuhan dan hasil padi dilakukan menggunakan 8 sampel dari masing-masing perlakuan yang diambil secara acak, peubah yang diamati meliputi: tinggi tanaman, jumlah anakan produktif, jumlah gabah isi per malai, bobot 1000 butir dan hasil per rumpun. Data hasil pengamatan pertumbuhan dan hasil padi diuji homogenitasnya dengan uji Barlett dan ketidakaditifan data diuji dengan uji Tuckey kemudian dianalisis dengan sidik ragam dan dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT), semua pengujian dilakukan pada taraf 5%. Percobaan dilaksanakan di rumah kaca, diawali dengan pengambilan tanah sawah untuk media tanam dalam bak berdiameter 45 cm. Tanah sawah dalam bak diberi air kemudian dihancurkan sampai menjadi lumpur, dibiarkan seminggu, baru diberi ameioran sesuai dengan perlakuan. Bibit padi varietas ciherang hasil persemaian di tanam dalam bak sebanyak 3 buah per lubang tanam. Pupuk diberikan sebanyak 3 kali, yaitu: 150 kg/ha Ponska pada saat tanaman berumur 14 hst, 150 kg/ha Ponska + 50 kg/ha Urea pada 21 hst dan 50 kg/ha Urea pada 35 hst. Pemeliharaan meliputi pemberian air dilakukan secara rutin pada bak-bak percobaan, penyemprotan insektisida berbahan aktif Klorantraniliprol 50 g/l dilakukan saat terjadi serangan penyakit dan penyiangan gulma secara manual. HASIL Pengukuran konsentrasi dan fluks CO2, CH4, dan N2O dilakukan setelah pemupukan ke-dua yaitu pada 30 hari setelah tanam (hst). Hasil analisis ketiga gas disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Dampak ameliorasi terhadap besarnya konsentrasi dan fluks CO2, CH4 dan N2O pada tanaman padi umur 30 hst.
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Perlakuan A0 A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9
Konsentrasi CO2
Fluks CO2
(ppm/jam)
(kg C-CO2/ ha/th)
24.8 44.9 82.6 65.8 73.4 76.9 59.1 73.0 22.4 5.9
970.3 1788.1 3310.7 2651.7 2867.4 2962.7 2322.6 2863.5 877.0 229.7
Konsentrasi CH4
Fluks CH4
(ppm/jam)
(kg C-CH4/ ha/th)
4.5 1.6 19.7 2.4 15.5 13.2 14.4 16.8 54.4 33.4
176.3 63.8 790.9 97.3 604.4 509.3 565.9 657.5 2124.5 1304.8
Konsentrasi N 2O
Fluks N2O
ppb/jam
kg N-N2O/ ha/th
56.5 60.0 23.3 96.6 189.8 55.9 57.6 23.3 59.0 55.1
5.2 5.6 2.2 9.1 17.3 5.0 5.3 2.1 5.4 5.0
Hasil analisis ragam pengaruh ameliorasi terhadap pertumbuhan dan hasil padi menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman padi dan jumlah gabah isi per malai, namun berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan produktif, bobot 1000 butir, dan hasil per rumpun. Hasil analisis lanjut dari peubah yang diamati dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Uji BNT Dampak ameliorasi terhadap pertumbuhan dan hasil padi No
Perlakuan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A0 A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9
Rata-rata tinggi tanaman (Cm) 132,69 a 132,76 a 132,26 a 133,43 a 134,09 a 132,73 a 136,69 a 132,03 a 131,73 a 132,53
Rata-rata anakan produktif (Buah) 15.37 a 19.83 b 15.33 a 19.50 b 21.30 c 16.37 a 22.10 c 21.87 c 15.90 a 21.47 c
Rata-rata jumlah gabah isi per malai (Buah) 119.23 a 123.27 a 118.00 a 124.70 a 123.53 a 119.03 a 126.03 a 123.63 a 118.77 a 124.70 a
Rata-rata bobot 1000 butir (Buah) 26.77 ab 26.52 a 25.47 a 27.83 b 27.99 c 26.43 a 27.80 b 28.14 c 26.32 a 27.76 b
Rata-rata hasil per rumpun (Gram) 25.58 a 30.19 ab 25.55 a 36.31 b 36.70 b 26.21 a 40.51 b 36.74 b 25.35 a 38.97 b
Keterangan: A0 : Tanpa Ameliorant A1 : Pupuk kandang 10 ton/ha : zeolit 1 ton/ha : dolomit 1 ton/ha A2 : Jerami segar 50 ton/ha : zeolit 1 ton/ha : dolomit 1 ton/ha A3 : Jerami kompos 25 ton/ha : zeolit 1 ton/ha : dolomit 1 ton/ha A4 : Pupuk kandang 20 ton/ha : zeolit 2 ton/ha : dolomit 2 ton/ha A5 : Jerami segar 100 ton/ha : zeolit 2 ton/ha : dolomit 2 ton/ha A6 : Jerami kompos 50 ton/ha : zeolit 2 ton/ha : dolomit 2 ton/ha A7 :Pupuk kandang 30 ton/ha : zeolit 3 ton/ha : dolomit 3 ton/ha A8 : Jerami segar 150 ton/ha : zeolit 3 ton/ha : dolomit 3 ton/ha A9 : Jerami kompos 75 ton/ha : zeolit 3 ton/ha : dolomit 3 ton/ha PEMBAHASAN Tanah sawah merupakan salah satu sumber antropogenik utama gas CO2, CH4, dan N2O yang memberikan kontribusi terhadap pemanasan global. Emisi CH4 dari area
persawahan merupakan hasil produksi CH4 dalam tanah oleh bakteri metanogen dan pengangkutan gas tersebut dalam tanah ke atmosfer melalui rongga vaskuler tanaman padi (Mitra et al., 2012). Metana dapat dioksidasi menjadi gas CO2. Sedangkan gas N2O secara alami dihasilkan dalam tanah melalui proses mikrobiologis, denitrifikasi dan nitrifikasi (Klemedtsson et al., 1988). Proses produksi gas tersebut diperikan sebagai fungsi ketersediaan substrat organik, oksidan-oksidan, pasokan nitrat dan beberapa sifat fisikokimia tanah (seperti kemasaman tanah, potensial redoks, tekstur tanah, suhu) dan kehadiran tanaman (Hansen and Bakken 1993) Pada percobaan ini, aplikasi jerami padi segar berdampak pada nilai fluks CO2 lebih tinggi dibandingkan dengan aplikasi jerami yang telah dikomposkan, dan peningkatannya seiring dengan meningkatnya dosis jerami. Jenis dan dosis amelioran juga memberikan pengaruh terhadap dinamika pada fluks N2O dan CH4. Dosis amelioran berkaitan erat dengan semakin banyaknya suplai ketersediaan substrat organik yang merupakan sumber makanan bagi biota tanah termasuk bakteri metanogen yang mampu memproduksi gas CH4 pada tanah sawah. Kondisi penggenangan dan pengeringan selama pertumbuhan padi berpengaruh terhadap pola atau dinamika emisi gas N2O. Xiong et al. (2007) menjelaskan bahwa kondisi tergenang merupakan kondisi ideal bagi pembentukan gas CH4 (source) dan rosot (sink) bagi gas N2O, sedangkan kondisi kering berfungsi sebagai rosot CH4, dan sumber bagi gas N2O. Ketersediaan oksigen dapat menyebabkan gas CH4 teroksidasi menjadi gas CO2. Penambahan dosis jerami padi dikombinasi dengan bahan amelioran lain (zeolit dan dolomit) berpengaruh jelas terhadap perubahan sifat fisiko kimia tanah terutama kemasaman tanah dan potensial redoks yang berakibat langsung maupun tidak langsung terhadap kehidupan beberapa mikroorganisme tanah yang mampu menghasilkan gas N2O yaitu bakteri nitrifikasi, bakteri denitrifikasi, bakteri non denitrifikasi pereduksi nitrat, jamur pereduksi nitrat atau jamur lain. Bakteri nitrifikasi (Nitrosomonas dan Nitrobacter) yang merupakan bakteri kemoautotrofik berperan dalam proses nitrifikasi dan denitrifikasi yang bertanggung jawab terhadap hilangnya N dari lahan sawah. Pada kondisi tanah reduktif, bakteri anaerobik fakultatif denitrifikasi mengubah nitrat menjadi molekul nitrogen berupa N2O dan N2 (Yoshida 1978). Peran bakteri nitrifikasi adalah mengoksidasi amonia menjadi nitrit atau nitrat, sedangkan bakteri denitrifikasi akan mereduksi nitrat atau nitrit menjadi N2O atau gas N2 (Klemedtson et al., 1988). Pada percobaan ini respon tinggi tanaman dan jumlah gabah isi per malai terhadap aplikasi jenis dan dosis ameliorant tidak menunjukkan perbedaan nyata. Hal ini diduga karena tinggi tanaman lebih ditentukan oleh faktor genetik dari varietas yang ditanam, sedangkan ameliorasi itu terkait dengan upaya memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah sawah sebagai media tanam padi. Disamping itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis dan dosis amelioran berpengaruh nyata pada peubah bobot 1000 butir, jumlah anakan produktif dan hasil per rumpun. Pada perlakuan a4 (pupuk kandang 20 ton/ha : zeolit 2 ton/ha : dolomit 2 ton/ha) dan a7 (pupuk kandang 30 ton/ha : zeolit 3 ton/ha : dolomit 3 ton/ha) memberikan bobot 1000 butir tertinggi, dan menunjukkan hasil yang sama baiknya dengan perlakuan a6 (jerami kompos 50 ton/ha : zeolit 2 ton/ha : dolomit 2 ton/ha) dan a9 (jerami kompos 75 ton/ha : zeolit 3 ton/ha : dolomit 3 ton/ha) pada jumlah anakan produktif dan hasil per rumpun. Hal ini mengindikasikan bahwa pemanfaatan jerami dalam bentuk dikomposkan terlebih dahulu akan memberikan hasil yang sama dengan amelioran pupuk kandang. Penambahan zeolit dan dolomit pada penelitian ini bersinergi dengan pengaruh positif dari bahan organik (jerami segar, jerami kompos maupun pupuk kandang). Pengaruh dolomit sudah tidak diragukan lagi dalam meningkatkan nilai pH tanah yang berkorelasi dengan meningkatnya ketersediaan hara untuk tanaman. Rasyid (2012) menjelaskan bahwa
penambahan zeolit dalam pembuatan kompos dapat mengurangi bau yang menyengat dari gas ammonia, dapat meningkatkan kadar nitrogen kompos, dan memperbaiki sifat fisik kompos. Hal ini terjadi melalui penjerapan nitrogen oleh zeolit, karena zeolit mempunyai kemampuan yang sangat baik untuk menjerap dan menukarkan kation. Menurut Jufri dan Rosjidi (2013), penggunaan zeolit dapat menghemat penggunaan pupuk anorganik sebesar 20-25%. Hasil penelitian ini didukung oleh Sufardi dkk (2013) juga menyatakan bahwa bahan amelioran berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan produktif dan luas daun. Jamilah dan Safridar (2012) melaporkan bahwa pemberian urea, arang aktif dan zeolit berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil padi, hasil terbaik pada dosis urea 200 kg/ha, arang aktif 40 kg/ha dan zeolit 200 kg/ha. Hasil penelitian Nurjaya dkk (2006) menunjukkan bahwa penambahan zeolit, bahan organik dan karbon aktif tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil, namun dapat menurunkan serapan Pb pada umbi bawang merah. Jika dilihat dampaknya terhadap emisi GRK, tindakan pengomposan jerami juga akan mereduksi fluks CO2, CH4, dan N2O. Dengan demikian, jerami kompos 50 ton/ha : zeolit 2 ton/ha : dolomit 2 ton/ha merupakan amelioran terbaik dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil padi sekaligus upaya untuk mereduksi emisi gas rumah kaca yang mungkin timbul akibat antropogenik selama budidaya tanaman padi. Kombinasi amelioran ini digunakan sebagai alternatif untuk menggantikan aplikasi pupuk kandang 30 ton/ha : zeolit 3 ton/ha : dolomit 3 ton/ha. KESIMPULAN Dari hasil dari percobaan dapat disimpulkan bahwa: 1. Jenis dan dosis bahan amelioran berkontribusi dalam dinamika fluks gas CO2, CH4 dan N2O. Fluks gas meningkat lebih tinggi pada bahan amelioran yang belum terdekomposisi 2. Jenis dan dosis bahan amelioran berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil padi, terlihat pada peubah bobot 1000 butir, jumlah anakan produktif dan hasil per rumpun. 3. Jerami kompos 50 ton/ha : zeolit 2 ton/ha : dolomit 2 ton/ha merupakan amelioran terbaik. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kemenristek Dikti atas bantuan biaya penelitian pada skim Hibah Bersaing Tahun Anggaran 2015. DAFTAR PUSTAKA Hansen, S. and Bakken, LR. 1993. N2O, CO2 and O2 concentrations in soil air influenced by organic and inorganic fertilizers and soil compaction. J. Agric. Sci. 7 : 1- 10. Jamilah dan Safridar, N. 2012. Pengaruh dosis urea, arang aktif dan zeolite terhadap pertumbuhan dan hasil padi sawah (Oryza sativa, L.). Jurnal Agrista 16(3):153-162. Jufri, A dan Rosjidi, M. 2013. Pengaruh zeolit dalam pupuk terhadap pertumbuhan dan produksi padi sawah di Kabupaten Badung Provinsi Bali. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia 14(3):161-166 Klemedtsson, L., Svensson, BH and Rosswall, T. 1988. Relationship between soil moisture content and nitrous oxide production during nitrification and denitrification. Biol. Fertil. Soils 6 : 106-111.
Klemedtsson A.K, Klemedtsson, L, Berglund, K., Martikainen, P, Silvola, J., dan Oenema, O. 1997. Greenhouse gas emissions from farmed organic soils: a review. Soil Use and Management, 13: 245-250. Mitra, S. Mejumdar, D., dan Wassmann, R. 2012. Methene production and emission in surface and subsurface rice soil and their blends. Journal of Agriculture, Ecosystem, and Environment, 158:94-102. Moore T. L. dan M. Dalva. 1993. The influence of temperature and water table position on carbon dioxide and methane emissions from laboratory columns of peatland soils. Soil Sci. 44: 651- 664. Nurjaya, Zihan, E., dan Saeni, M.S. 2006. Pengaruh amelioran terhadap kadar Pb tanah, serapannya serta hasil tanaman bawang merah pada Inceptisol. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia 8(2):110-119. Nyman, J.A. dan DeLaune, R.D. 1991. CO2 emission and soil Eh responses to different hydrological conditions in fresh, brackish, and saline marsh soils. Limnol. Oceanogr, 36 (7): 1406-1414. Rasyid, B. 2012. Aplikasi kompos kombinasi zeolit dan fosfat alam untuk meningkatkan kualitas tanah Ultisol dan produktivitas tanaman jagung. Jurnal Agrisistem 8(1): 1322. Xiong, ZQ., Xing, GX. and Zhu, ZL. 2007. Nitrous oxide and methane emissions as affected by water, soil and nitrogen. Pedosphere 17(2) : 146-155. Yoshida, T. 1978. Microbial metabolism in rice soil. Dalam : Soil and Rice. International Rice Research Institute. Los Banos, Philippines. 445-463.