Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 08-09 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9
Partisipasi dan Kinerja Kelompoktani peserta Program Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM) di Lahan Suboptimal (Kasus di Desa Rejosari, Kec.Muara Sugihan, Kab.Banyuasin) Participation and Performance of Farmergroups Participant on Institution Distribution Food Community Programs (LDPM) in Suboptimal Area (Case in Rejosari village, Muara Sugihan district, Banyuasin Regency) Sriati1*), Nukmal Hakim11, M. Arby1 Fakultas Pertanian-Universitas Sriwijaya *) Tel./Faks. +62711442806/+62711580276, Corresponding author:
[email protected] 1
ABSTRACT Empowerment activity for The Institution of Food Community Distribution Institution (abbreviated LDPM) is an empowerment program that was developed by government to facilitate distribution of mainfood raw material. In this program, The Government gave the Social Funding Asistant (namely “dana bantuan sosial”) to the cluster of famers group (abbreviated: Gapoktan) and guidance by Agricultural Extension Workers. The research was aimed to : (1) find out the participation level of famers LDPM Program; (2) find out the performance of farmergroup LDPM Program; and (3) to analyze the corelation between participation level with farmergroups performance. Research was conducted by survey method, consisted of 70 responden from 7 farmergroups of Gapoktan Suka Makmur. The result showed that : (1) the participation level of farmers was on medium catagory; (2) the farmergoups performance was on high catagory; and (3) there was a Rank Spearman correlation coeficient (Rs) = 0,89 between the participation level with farmergroups performance with significant level 0,05. Key words: farmergroups, performance, LPDM program, participation. ABSTRAK Kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM) merupakan suatu upaya memberdayakan Gabungan Kelompoktani (Gapoktan) dalam usaha distribusi pangan pokok. Dalam program LDPM Pemerintah memberikan dana bantuan sosial, pembinaan dan bimbingan kepada Gapoktan melalui Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL). Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengetahui tingkat partisipasi petani peserta Program LDPM, (2) mengetahui kinerja kelompoktani peserta Program LDPM,dan (3) menganalisis hubungan antara partisipasi petani dengan kinerja kelompoktani peserta Program LDPM. Penelitian menggunakan metode survey, dengan analisis deskriptif dan analisis korelasi. Sampel terdiri dri 70 petani responden, dari 7 kelompok tani Gapoktan Suka Makmur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) tingkat partisipasi petani termasuk katagori sedang; (2) kinerja kelompoktani termasuk dalam katagori tinggi; dan (3) terdapat hubungan positif signifikan antara partisipasi petani dengan kinerja kelompoktani LDPM dengan nilai koefisien korelasi Rank Spearman (Rs) = 0,89 pada 0,05. Kata kunci : kelompoktani, kinerja, program LDPM, partisipasi. PENDAHULUAN Masalah marginalisasi pertanian saat ini lebih banyak disebabkan oleh kualitas SDM yang lemah dan tatanan kelembagaan yang mendukung sistem usaha pertanian di pedesaan
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 08-09 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9 yang rapuh (Tri Pranaji, 2003). Terkait dengan peran kelembagaan dalam pembangunan ekonomi pedesaan, Gabungan Kelompoktani (Gapoktan) adalah organisasi yang memperkuat kelembagaan petani yang ada, sehingga pembinaan pemerintah terhadap petani akan terfokus dengan sasaran yang jelas. Gapoktan menjadi gateway institutions yang menjadi penghubung petani satu desa dengan lembaga –lembaga diluarnya. Gapoktan merupakan kumpulan dari kelompoktani yang ada pada suatu wilayah, yang mempunyai fungsi sebagai : wahana belajar, unit usaha, dan wahana kerjasama. Upaya pemberdayaan petani secara operasional dan terarah di Indonesia sebenarnya telah berlangsung puluhan tahun, meskipun istilah pemberdayaan mulai populer tahun 1990an. Kunci keberhasilan pembangunan dan pemberdayaan bukan hanya terletak pada keserasian kerjasama antar seluruh unsur stakeholder, melainkan juga pada paradigma baru pemberdayaan yang diantaranya tercakup dalam 12 prinsip berikut : (1) debirokratisasi, (2) partisipasi, (3) privatisasi, (4) transparasi, (5) akuntabilitas, (6) desentralisasi, (7) pemberdayaan yang bertumpu pada penguatan kapasitas lokal, (8) meningkatan aspirasi hidup, (9) program yang berskala besar, (10) program yang integralistik, (11) melibatkan perempuan, dan (12) pemanfaatan organisasi sosial (Nasdian, 2014). Ini berarti bahwa semua stakeholder dalam program pemberdayaan masyarakat dituntut memiliki kinerja kelembagaan yang tinggi. Kelembagaan merupakan modal sosial yang penting dalam pembangunan (Tjondronegoro, 2005). Kinerja adalah prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, atau penampilan kerja dari seseorang berkenaan dengan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya (Werther dan Davis (1996). Sementara menurut Gary John (1996) dan Prawirosentono (1999) kinerja adalah besarnya tingkat hasil dari anggota organisasi atau pegawai dalam memberikan kontribusi dalam capaian tujuan organisasi. Kinerja perorangan (individual performance) dengan kinerja lembaga (institutional performance) atau kinerja organisasi (corporate performance) terdapat hubungan yang erat. Dengan kata ain bila kinerja pegawai baik maka kemungkinan besar kinerja organisasi baik, Kinerja seorang pegawai akan baik bila mereka mempunyai keahlian (skill) yang tinggi dan mempunyai harapan (expectation) masa depan lebih baik (Prawirosentono, 1999) Penilaian kinerja (performance appraisal) adalah proses evaluasi seberapa baik pegawai mengerjakan, ketika dibandingkan dengan satu set standar dan kemudian mengkomunikasikannya dengan para pegawai (Mathis dan Jackson, 2002). Penilaian kinerja menurut Amstrong (1998) adalah : (1) ukuran yang dihubungkan dengan hasil, (2) hasil harus dapat dikontrol oleh pemilik pekerjaan, (3) ukuran obyektif dan konkret, (4) data harus dapat diukur, dan (5) ukuran dapat digunakan dimanapun, Menurut Hatry (dalam Dwiyanto, 1995) penilaian kinerja organisasi pemerintah ada 2 ukuran utama, yaitu : (1) ukuran produktivitas, dan (2) ukuran kualitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya dipahami sebagai rasio input dengan output, dan ukuran kualitas pelayanan mengukur sejauhmana kualitas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat, yang dapat diukur dari kepuasan masyarakat (pelanggan). Kinerja kelompoktani dalam penelitian ini dapat diukur salah satunya melalui pelaksanaan fungsinya sebagai wahana belajar. Sejauhmana kelompoktani dapat memberikan pelayanan kepada anggotanya akan menjadi perangsang bagi anggota untuk berpartisipasi. Partisipasi merupakan keikutsertaan atau keterlibatan seseorang dalam suatu kelompok sosial untuk mengambil bagian dari kegiatan masyarakatnya di luar pekerjaan/profesinya (Theodorson dalam Mardikanto, 1993). Menurut Rogers dalam Levis (1996), partisipasi adalah proses pengambilan keputusan. Dalam hal ini pengambilan keputusan memiliki pengertian yang luas, yaitu meliputi proses : perencanaan, pengambilan keputusan, pelaksanaan, evaluasi serta menikmati hasil pembangunan itu sendiri. Menurut Slamet (1994) partisipasi dalam pembangunan dapat
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 08-09 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9 dibedakan atas 3 tahap, yaitu : partisipasi pada tahap perencanaan, partisipasi pada tahap pelaksanaan, dan partisipasi pada tahap pemanfaatan dan Kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM) merupakan suatu upaya memberdayakan Gabungan Kelompoktani (Gapoktan) dalam usaha distribusi pangan pokok. Dalam program LDPM Pemerintah memberikan dana bantuan sosial, pembinaan dan bimbingan kepada Gapoktan melalui Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL). Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengetahui tingkat partisipasi petani peserta Program LDPM, (2) mengetahui kinerja kelompoktani peserta Program LDPM,dan (3) menganalisis hubungan antara partisipasi petani dengan kinerja kelompoktani peserta Program LDPM. BAHAN DAN METODE Desain Penelitian. Penelitian dilakukan dengan metode survey (Explanatory Survey) dengan maksud menganalisis hubungan/pengaruh antar variabel penelitian dan menguji hipotesis. Survey dilakukan di Desa Rejosari Kecamatan Muara Sugihan, dengan pertimbangan bahwa di lokasi tersebut merupakan salah satu wilayah dilaksanakannya Program Kegiatan Penguatan LDPM. Populasi dan Sampel. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat dan stakeholder Program LDPM di Kecamatan Muara Sugihan. Dari 8 Gapoktan yang ada di Kecamatan Muara Sugihan dipilih satu Gapoktan yang melaksanakan Pogram LDPM. Dari Gapoktan tersebut dipilih 7 kelompoktani, dari dari setiap kelompok dipilih 10 anggota kelompok tani sebagai responden penelitian. Variabel penelitian dan Definisi Operasional. Variabel penelitian meliputi : karakteristik reponden, tingkat partisipasi petani dalam program pemberdayaan, kinerja kelompoktani yang diukur dari efektifitas kelompok sebagai wahana/media kegiatan transfer teknologi. Karakteristik responden meliputi : umur, tingkat pendidikan, pengalaman, luas lahan, dan jumlah tanggungan keluarga. Partisipasi petani adalah keikutsertaan petani dalam setiap tahap kegiatan program pemberdayaan. Tingkat partisipasi diukur dari tahap : persiapan, pelaksanaan, serta evaluasi dan pemantauan. Selanjutnya kinerja kelompok tani diukur dari efektifitas kelompok sebagai wahana belajar (media transfer teknologi), yang indikatornya meliputi : pelatihan, temu teknologi, demplot, pengembangan media, lokakarya lapangan, jaringan kemitraan dan dokumentasi. Jenis dan teknik pengumpulan data. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer meliputi data tentang variabel : karakteristik petani, partisipasi petani, dan kinerja kelompoktani. Sementara data sekunder terdiri atas dokumen pendukung, baik dari intansi pemerintah maupun non pemerintah yang relevan dengan penelitian. Metode Analisis Data. Anlisis data dilakukan secara deskriptif, disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis secara mendalam. Untuk menganalisis hubungan antar variabel dilakukan dengan uji koefisien korelasi Rank Spearman. Pengukuran untuk variabel partisipasi anggota dan kinerja kelompoktani dilakukan dengan pemberian skor untuk setiap indikator (pertanyaan) dengan mengikuti pola skala Likert. HASIL Deskripsi Responden. Responden berjumlah 70 orang , berusia 31-63 tahun dengan rata-rata 44,8 tahun. Sebagian besar berpendidikan Sekolah Dasar yaitu 74,30% Sekolah Lanjutan Pertama 14,30% dan Sekolah Menengah Atas/Perguruan Tinggi 11,40 % .Pengalaman bertani berkisar 6 – 20 tahun dengan rata-rata 11,7 tahun, dengan luas lahan yang dimiliki berkisar dari 1,5 sampai 5 Ha dengan rata-rata 2,7 Ha, dengan produkdi padi berkisar 2 sampai 4 ton/Ha dengan rata-rata 3,33 ton/Ha. Gambaran terinci tentang karakteristik petani dari 7 kelompoktani peserta Program LDPM seperti pada Tabel 1.
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 08-09 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9 Tabel 1. Karakteristik Responden. Karakteristik Nama Kelompoktani TM GR 1 GR 2 JM MR Umur (th) Kisaran 31-54 34-53 32-60 34-61 31-65 Rata-rata 41,4 44,9 40,9 47,5 45,9
TH
SM 1
Total
34-63 45,5
36-63 47,4
31-65 44,8
Pendidikan SD SLP SLA/PT
(org) 7 2 1
9 1 0
7 1 2
5 2 3
9 0 1
6 3 1
9 1 0
52 10 8
Pangalaman bertani (th) Kisaran Rata-rata
8-14 11,2
9-15 12,9
6-20 11,5
6-15 11,4
6-18 11,0
7-16 11,5
6-15 12,2
6-20 11,7
Luas lahan Kisaran Rata-rata
(Ha) 1,5-4 2,45
2-4 2,60
2-4 2,95
2-4 2,90
2-5 2,90
2-6 2,95
1,5-3 2,40
1,5-6 2,7
2-5 3,29
2-4 3,37
2-5 3,39
2-4 3,32
2-4 3,35
2-5 3,30
2-5 3,33
Produksi padi (ton/Ha) Kisaran 2-5 Rata-rata 3,27
Tingkat Partisipasi Petani. Tingkat partisipasi petani dalam Program Pemberdayaan (LPDM) terdiri atas partisipasi pada tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap pemantauan dan evaluasi. Hasil penelitian menunjukkan tingkat partisipasi dari 7 kelompok petani berada pada katagori sedang, dengan skor yang bervariassi. sedang. Data secara terinci diperlihatkan pada Tabel 2. Tabel 2. Tingkat Partisipasi Petani dalam program pemberdayaan Tahapan Nama Kelompoktani Partisipasi TM GR 1 GR 2 JM MR TH 7,1 7,2 7,0 7,1 7,2 7,2 Persiapan
SM 1 7,1
Total 7,1 (T)
(skor maks 9)
10,4
10,3
14,5
14,7
13,4
14,2
12,0
12,5 (S)
(skor maks 9)
6,1
6,0
6,9
6,2
6,2
6,0
6,2
6,2 (S)
Total
23,6 (S)
23,5 (S)
28,4 (T)
28,0 (T)
26,8 (S)
27,4 (S)
25,1 (S)
26,1 (S)
Pelaskanaan (skor maks 18)
Pemantauan
(skor maks 36)
Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa partisipasi petani pada tahap persiapan termasuk katagori tinggi skore 7,1atau 78,8 % dari nilai maksimum. Sementara untuk tahap
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 08-09 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9 pelaksanaan dan juga pemantauan termasuk katagori sedang, masing-masing dengan skor 12,5 atau 69,4 % dari nilai maksimum, dan skore 6,2 atau 68,9 % dari nilai maksimum. Dari 7 kelompoktani terdapat 2 kelompok yang tingkat partisipasinya tinggi yaitu Kelompoktani Gotong Royong 2 dan Kelompoktani Jaya Mulya, dan 5 kelompok lainnya tingkat partisipasinya termasuk katagori sedang. Kinerja Kelompoktani. . Kinerja Kelompoktani diukur dari fungsi kelompok sebagai wahana belajar dan kelas usaha, yang dilihat dari efektifitas program pemberdayaan dalam kegiatan tranfer teknologi. Indikatornya meliputi : pelatihan, temu teknologi, demplot, pengembangan media, lokakarya lapangan, jaringan kemitraan, dan dokumentasi. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Kinerja Kelompoktani termasuk katagori tinggi (skor 31,53 atau 75,07% dari skor maksimum). Untuk setiap kegiatan indikator kinerja, setiap kelompok memiliki nilai berdeda, secara terinci diperlihatkan pada Tabel 3. Tabel 3. Deskrispi skor Kinerja Kelompok Tani Indikator Nama Kelompoktani Ratakinerja TM GR 1 GR 2 JM MR TH SM 1 rata kelompoktani Pelatihan 3,6 5,0 5,2 5,0 4,7 5,0 4,8 4,8 (T) (skore maks 6) Temu teknologi (skor maks 6)
4,8
5,0
5,3
5,1
5,0
5,0
5,0
5,0 (T)
(skore maks 6)
4,3
4,0
4,5
4,5
4,3
4,3
4,3
4,3 (S)
Pengembang an media
4,2
4,0
4,7
4,3
4,2
4,3
4,1
4,26 (S)
4,2
4,0
4,6
4,1
4,2
4,2
4,2
4,19 (S)
4,1
5,1
5,1
5,0
4,8
5,2
4,9
4,9 (T)
4,1
4,2
4,3
4,0
4,1
4,0
4,1
4,1 (S)
31,3 (T)
33,7 (T)
32,0 (T)
31,3 (T)
32,0 (T)
31,3 (T)
31,53 (T)
Demplot
(skore maks 6)
Lokakarya lapangan (skore maks 6)
Jaringan kemitraan (skore maks 6) Dokumentasi (skore maks 6) Total kinerja
29,3 (skore mak 42) (S)
Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa dari 7 kelompoktani, 6 kelompok mempunyai tingkat kinerja tinggi sedangkan satu kelompok tingkat kinerjanya rendah. Jika dilihat dari indikator kinerjanya, maka yang berada pada katagori tinggi adalah : pelatihan, temu teknologi, dan jaringan kemitraan. Sementara 4 indikator lainnya berada pada katagori sedang, yaitu : demplot, pngembangan media, lokakarya lapangan dan dokumentasi.
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 08-09 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9 Hubungan antara partisipasi dengan kinerja kelompoktani. Hubungan antara tingkat partisipasi anggota dengan kinerja kelompoktani dapat diperlihatkan pada Tabel 4. No. Kelompoktani 1 2 3 4 5 6 7
Tani Makmur Gotong Royong 1 Gotong Royong 2 Jaya Mulyo Margo Rukun Tunas Harapan Sumber Mulyo
Tingkat partisipasi anggota Skor /kriteria Peringkat 23,6 /sedang 2 23,5 / sedang 1 28,4 /tinggi 7 28,0 /tinggi 6 26,8 / sedang 4 27,1/sedang 5 25,1/ sedang 3
Kinerja Kelompoktani Skor /kriteria Peringkat 29,3 / sedang 1 31,3 /sedang 2 33,7 /tinggi 7 32,0/ sedang 5,5 31,3/sedang 4 32,0/sedang 5,5 31,3/sedang 3
Keterangan : 1.Skor tingkat partisipasi berkisar 12-36, Rendah =12-20, sedang = 20,1-28 dan Tinggi = 28,1 – 36. 2. Skor kinerja kelompok berkisar 14- 42; rendah = 14-23,3; sedang = 23,4-32,6, dan tinggi = 32,7 -42.
. PEMBAHASAN Berdasarkan deskripsi responden (Tabel 1) tampak bahwa karakteristik responden bervariasi, walaupun ada kecenderungan memiliki pola sama. Misalnya umur berkisar dari 31 sampai 65 tahun, dan rata-rata semuanya adalah lebih dari 40 tahun. Sebagian besar berpendidikan SD (semuanya lebih dari 60 persen). Luas lahan rata-rata, lebih 2,4 Ha. Dan produksi padi rata-rata lebih dari 3,25 ton. Karakeristik reponden ini akan menentukan perilakunya di dalam kehidupan bermasyarakat, termasuk perilaku dalam berusahatani. Selain itu karakteristik individu juga akan menentukan tingkat partisipasinya dalam pembangunan termasuk partisipasinya program pemberdayaan yang ada di wilayahnya, tempat mereka terlibat didalamnya. Tingkat partisiasi anggota kelompoktani dalam program pemberdayaan seperti tertera pada Tabel 2, menunjukkan bahwa partisipasi petani umumnya termasuk kriteria sedang , dengan skore 26,1 (72,5% dari nilai maksimum). Bila dicermati per kelompok maka dari 7 kelompok tani yang mempunyai pertisipasi tinggi hanya 2 kelompok, dan 5 lainnya termasuk kriteria sedang. Dilihat dari tahapan partisipasi, maka pada tahap persiapan, termasuk katagori tinggi (78,8% dari nilai maksimum), sementara untuk tahap pelaksanaan dan pemantauan termasuk kriteria sedang, masing-masing : pelaksanaan 69,4% dan pemantauan 68,9% ari nilai maksimum. Hasil penelitian ini sedikit berbeda dengan penelitian Berliana ( 2012), yang menunjukkan bahwa partisiasi petani dalam program pemberdayaan (FEATI) termasuk katagori tinggi, dan untuk setiap tahapan diperoleh hasil bahwa untuk tahap persiapan termasuk katagori tinggi, tahap pelaksanaan termasuk katagori sedang, dan tahap pemantauan/evaluasi termasuk katagori tinggi. Hal ini bisa dipahami, karena tingkat partisipasi seseorang dalam suatu kegiatan/program dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain karakteristik individu, jenis program/kegiatan, sistem sosial budaya setempat dan gencarnya agen pembaharu (Roger dan Shomaker, 1971). Tingkat partisipasi seseorang dalam kegiatan kelompok akan berdampak pada pengetahuan dan wawasanya, serta pengalamannya terkait dengan kegiatan kelompok , yang pada akhirnya tingkat partisipasi akan mempengaruhi penilaiannya terhadap kinerja kelompok. Dengan kata lain tingkat partisipasi diduga berkorelasi dengan kinerja kelompok. Hal ini didukung dengan data penelitian seperti yang terlihat pada Tabel 4.
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 08-09 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9 Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa ada kecenderungan bahwa peringkat tingkat partisipasi anggota kelompoktani sejalan dengan pringkat tingkat kinerja kelompok. Dengan menggunakan analisis koefisien Korelasi peringkat Spearman diperoleh nilai koefisien korelasi Spearman Rs = 0,89, signifikan pada α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang tinggi antara tingkat pertisipasi anggota kelompoktani dengan kinerja kelompoknya. Hal ini berimplikasi pada upaya peningkatan kinerja kelompok dapat dilakukan melalui peningkatan partisipasi anggota, baik pada tahap persiapan, pelaksanaan, maupun tahap pemantauan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Novita, et al (2013), tentang partisipasi dan kinerja perempuan pada program FEATI, hasilnya menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara tingkat partisipasi dengan kinerja perempuandengan koefisien korelasi Rs =0,69. Hal serupa juga terlihat pada tingkat partisipasi, berdasarkan tahapannya menunjukkan bahwa pada semua tahapan (perencanaan, persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi), semuanya berada pada katagori sedang. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Novita adalah bahwa dalam penelitian ini kinerja yang diukur adalah kinerja kelompok sebagai wahana belajar anggotanya. Sementara pada penelitian sebelumnya yang diukur adalah kinerja individu dalam kegiatan kelompok. Perbedaan ini akan berdampak pada pengukuran dan analisis datanya. Penelitian tentang hubungan kinerja kelompok dengan ketahanan pangan rumah tangga (Firdausi, et al, 2014), menunjukkan bahwa kinerja kelompok berkorelasi positif dengan tingkat ketahanan pangan rumah tangga petani dengan koefisien korelasi 0. 532. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kinerja kelompok berdampak pada kesejahtaeraan anggotanya. Oleh karena itu terkait dengan penelitian yang saya lakukan bahwa partisipasi anggota berkorelasi dengan kinerja kelompok, nantinya juga akan menunjang kesejahteraan pangan keluarga. Implikasi dari penelitian ini adalah bahwa tingkat partisipasi individu dalam kegiatan/program pemberdayaan dapat dijadikan pertimbangan dalam menentukan upaya peningkatan kinerja kelompok. Karena pada dasarnya perilaku individu dalam kelompok akan berdampak pada dinamika kelompok yang tercermin dari kinerja kelompok dalam menjalankan fungsinya. Dalam tahapan berikutnya kinerja kelompok akan berdampak pada kesejahteraan anggotanya, dan ini merupakan tujuan dari program-program pemberdayaan pada umumnya. KESIMPULAN 1. Tingkat partisipasi petani peserta Program LDPM termasuk pada katagori sedang (72,5 % dari skor maksimum) 2. Kinerja kelompoktani termasuk katagori tinggi (75,1 % dari skor maksimum). 3. Terdapat hubungan positif signifikan antara tingkat partisipasi dengan kinerja kelompok, dengan nilai koefisien korelasi peringkat Spearman Rs = 0,89..
DAFTAR PUSTAKA Amstrong M, Baron. 1998. A Hand Book of Personal Management Parctice, Fouth Edition. London: Kogan Page. Berlian M. 2014. Peran Peyuluh Pertanian Lapangandan Partisipasi Petani dalam Program FEATI serta Pengaruhnya terhadap Pendapatan Petani di Kecamatan Banyuasin III Kabupaten Banyuasin. Jurnal Matematika, Saint dan Teknologi 15(1): 52-62. Davis, J. And Goldberg. 1996. A Concept og Agribusiness. Harvard University. Boston.
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 08-09 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9 Dwiyanto, 1995. Firdausi A, Kustiono D, dan Muhaimin AW. 2014. Analisis Tingkat Kinerja Kelompoktani serta Hubungannya dengan Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga petani (Studi Kasus di Kecamatan Rasanae Timur Kota Bima). Jurnal AGRISE 14 (2) : 118-126. Levis, L.R. 1996. Komunikasi Penyuluhan Pertanian Pedesaan. PT. Citra Aditing Bakti. Bandung. Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret University Press. Surakarta. Mathis, RL. Dan Jakson, JH. 2002. Manajemen Sumberdaya Manusia. Salemba Empat. Jakarta. Nasdian, FT. 2014. Pengembangan Masyarakat. Yayasan Pustaka Obor Ondonesia. Jakarta. Novita R, Koestiono D, dan Purnomo M. 2013. Ti ngkat Partisipasi dan Kinerja perempuan pada Program FEATI (Farmer Empowerment Throught Agricultural Technology and Information) di Kabupaten Malang. Habitat 24(2):133-140. Pranaji, T. 2003. Diagnosa Kerapuhan kelembagaan Perekonomian Pedesaan. Forum Penelitian Agroekonomi 21(2) :126-142. Prawirosentono. 1999. Kebijakan Kinerja Karyawan. BPFE. Yogyakarta. Rogers, EM. and FF.Shoemaker. 1971. Communication of Innovation. New York Free Press. Siegel, S. 1954. Non Parametric Statistics for Behavioral Sciences. McGraw-Hill Book Company. New York. Slamet, Y. 1994. Pembangunan Masyarakat berwawasan Partisipasi. UNS Press. Surakarta. Sriati. 2012. Metode Penelitian Sosial. Penerbit Universitas Sriwijaya. Palembang. Tjondronegoro, SMP. 2005. Pembangunan, Modal dan modal Sosial, Jurnal Sosiologi Indonesia No 07/2005 : 10-14.