PROSIDING
SEMINAR NASIONAL LAHAN BASAH TAHUN 2016 JILID 1
Penyunting: Mochamad Arief Soendjoto Dharmono Maulana Khalid Riefani
Lambung Mangkurat University Press Banjarmasin
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LAHAN BASAH TAHUN 2016 JILID 1 Potensi, Peluang, dan Tantangan Pengelolaan Lingkungan Lahan Basah Secara Berkelanjutan Banjarmasin, 05 November 2016
Penyunting/Editor:
Mochamad Arief Soendjoto Dharmono Maulana Khalid Riefani
Pendesain Sampul:
Halimudair
Penyelenggara:
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Lambung Mangkurat Jalan Hasan Basri, Kayutangi, Banjarmasin 70123
Mitra Penyelenggara: Himpunan Mahasiswa Pacasarjana Pendidikan Biologi, Universitas Lambung Mangkurat
Diterbitkan oleh: Lambung Mangkurat University Press, 2017 d/a Pusat Pengelolaan Jurnal dan Penerbitan Unlam Jl. H.Hasan Basry, Kayu Tangi, Banjarmasin 70123 Gedung Rektorat Unlam Lt 2 Telp/Faks. 0511-3305195 ——————————————————————————————————————————————— Hak cipta dilindungi oleh Undang-undang Dilarang memperbanyak Buku ini sebagian atau seluruhnya, dalam bentuk dan cara apa pun, baik secara mekanik maupun elektronik, termasuk fotocopi, rekaman dan lain-lain tanpa izin tertulis dari penerbit ——————————————————————————————————————————————— xii + 436 h 20 x 28 cm Cetakan pertama, April 2017 ISBN: 978-602-6483-33-1
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, Prosiding Seminar Nasional Lahan Basah Tahun 2016, Universitas Lambung Mangkurat telah selesai diterbitkan. Prosiding ini bisa jadi ditunggu-tunggu oleh para pemakalah, karena sebagai bukti bahwa para pemakalah ini telah menjalankan tugas menyampaikan, mentransfer, menyebarluaskan, mengomunikasikan, atau berbagi (berandil, sharing) ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (ipteks) yang dikuasainya dengan komunitas pemakalah atau orang lain yang memiliki bidang ilmu sama atau bahkan berbeda sama sekali. Pada sisi lain, prosiding ini menjadi petunjuk bahwa banyak hal terkait dengan lahan basah yang perlu menjadi perhatian semua kalangan, baik di Kalimantan Selatan maupun di luar Kalimantan Selatan. Lahan basah bukan sekedar perairan dan seterusnya seperti yang didefinisikan dalam Konvensi Ramsar. Lahan basah adalah potensi, peluang, dan tantangan untuk kesejahteraan manusia atau lebih daripada itu, lahan basah adalah kehidupan alam. Prosiding ini memang tidak bisa diterbitkan pada tahun 2016, tahun penyelenggaraan seminar. Seperti diketahui, seminar nasional ini tepatnya diselenggarakan pada tanggal 05 November 2016. Tidak cukup waktu bagi para penyunting atau editor untuk menyelesaikan suntingannya sampai akhir tahun 2016. Selain harus menyelesaikan tugas rutinnya pada akhir tahun, para penyunting harus mengerjakan tugas lain yang tidak kalah pentingnya, yaitu membenahi secara hati-hati banyak hal terkait dengan makalah yang telah disampaikan pada seminar nasional, terutama format makalah atau kebahasaan. Saya pikir hal ini wajar, apabila kemudian prosiding baru bisa diterbitkan pada tahun 2017. Prosiding ini dibuat dalam format cetakan dua jilid. Pembagian dua jilid ini lebih ditekankan pada (1) kepraktisan agar para pembaca tidak mengalami kesulitan ketika membawa prosiding dengan ketebalan seluruhnya hampir 1.000 halaman dan (2) ketidak-mudahan jilidannya untuk rusak, karena prosiding dibukatutup selama pembaca menikmati makalah (artikel prosiding). Prosiding jilid 1 memuat fokus (1) Konservasi dan Biodiversitas, (2) Pertanian dan Ketahanan Pangan, (3) Bioteknologi, (4) Hukum dan Kebijakan, serta (5) Sosial, Masyarakat, dan Ekonomi, sedangkan jilid 2 memuat (6) Seni dan Budaya, (7) Kedokteran, Obatobatan, dan Kesehatan, (8) Teknik, Industri, dan Pertambangan, (8) Sumber Daya Alam dan Energi Alternatif Terbaharukan, serta (10) Pendidikan dan Pembelajarannya. Selain itu, prosiding juga dibuat dalam format elektronik (pdf). Format ini diunggah dalam laman www.lppm.ulm.ac.id. Dalam format ini, setiap artikel dimunculkan terpisah dari artikel lain. Selaku Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat, saya menyampaikan terima kasih kepada (1) para penyunting yang bekerja keras menyelesaikan prosiding, (2) para mahasiswa yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Pascasarjana Pendidikan Biologi Universitas Lambung Mangkurat yang membantu mensukseskan penyelenggaraan seminar, serta (3) staf LPPM Universitas Lambung Mangkurat yang memfasilitasi urusan administrasi. Semoga Prosiding Seminar Nasional Lahan Basah Tahun 2016 ini bermanfaat. Banjarmasin, Maret 2017 Ketua LPPM Universitas Lambung Mangkurat Prof. Dr. M. Arief Soendjoto, M.Sc.
© 2017. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat
iii
DAFTAR ISI Laporan Ketua Panitia Seminar Nasional Lahan Basah Tahun 2016 Universitas Lambung Mangkurat ……………………………………………………………………………………………………
ix
Sambutan Rektor Universitas Lambung Mangkurat …………………………………………………….
x
Panitia Seminar Nasional Lahan Basah Tahun 2016 …………………………………………………...
xi
Petunjuk Umum Seminar Nasional Lahan Basah Tahun 2016 ………………………………………...
xii
JILID 1 (dari 2) MAKALAH UTAMA …………………………………………………………………………………………
1
Ekowisata di Lahan Basah ………………………………………………………………………………… Hadi S. Alikodra
2-6
Lahan Basah, Kearifan Lokal dan Teknologi …………………………………………………………… Gusti Muhammad Hatta
7-13
Potensi, Eksploitasi, dan Konservasi Lahan Basah Indonesia Berkelanjutan ……………………… Mohamad Amin
14-22
MAKALAH PANEL …………………………………………………………………………………………
23
Kemelimpahan Tegakan di Kawasan Bantaran Sungai Barito Desa Simpang Arja, Kecamatan Rantau Badauh, Kabupaten Barito Kuala ……………………………………………………………… Agustina Ambar Pertiwi, Dharmono, Sri Amintarti
24-31
Jarak Jelajah Harian dan Aktivitas Pergerakan Bekantan (Nasalis larvatus Wurmb) di Pulau Bakut, Kabupaten Barito Kuala …………………………………………………………………………… Amalia Rezeki, Zainudin
32-36
Identifikasi Plankton pada Saluran Pencernaan Teripang Keling (Holothuria atra) di Pantai Bama, Taman Nasional Baluran ………………………………………………………………………………… Darmawan Setia Budi, Muhammad Faizal Ulkhaq, Hapsari Kenconojati, Muhammad Hanif Azhar
37-40
Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Mangrove di Kawasan Pesisir Tabulo Selatan, Kabupaten Bualemo, Provinsi Gorontalo …………………………………………………………………………… Dewi Wahyuni K. Baderan
41-44
Spesies Kelelawar pada Kawasan Lahan Basah di Desa Simpang Arja, Kecamatan Rantau Badauh, Kabupaten Barito Kuala ………………………………………………………………………… Muhammad Rezha Fahlevi, Dharmono, Kaspul
45-53
Upaya Konservasi dan Rehabilitasi Lahan Gambut melalui Pengembangan Industri Perkebunan Sagu ………………………………………………………………………………………………………… Herman
54-61
Keanekaragaman Rotan di Sekitar Air Terjun Rampah Menjangan Loksado Kabupaten Hulu Sungai Selatan ……………………………………………………………………………………………… Hery Fajeriadi, Dharmono, Muchyar
62-65
Keragaman Burung Air di Rawa Aopa, Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai …………………. Indra A. S. L. P. Putri
66-73
Kerapatan dan Pola Disribusi Teratai (Nymphaea Sp.) di Padang Penggembalaan Kerbau Rawa Desa Pandak Daun, Kabupaten Hulu Sungai Selatan …………………………………………………. Muhammad Arsyad
74-79
Keragaman Jenis Penyusun Tegakan Pada Beberapa Kedalaman Gambut di Kalimantan ……… Muhammad Abdul Qirom , Nurul Silva Lestari
80-85
© 2017. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat
iv
Kerapatan dan Pola Distribusi Kancil (Tragulus Javanicus) di Kawasan Air Terjun Rampah Menjangan, Loksado, Kabupaten Hulu Sungai Selatan ………………………………………………... Muhammad Erza Yunizarrakha, Kaspul, Mahrudin
86-88
Capung di Kawasan Rawa Desa Sungai Lumbah, Kabupaten Barito Kuala ………………………… Muhammad Lutvi Ansari, Mochamad Arief Soendjoto, Dharmono
89-95
Kerapatan Populasi Bekantan (Nasalis larvatus) di Kawasan Gunung Kentawan, Loksado, Kabupaten Hulu Sungai Selatan ………………………………………………………………………….. Lozmy Abrary, Kaspul, Mahrudin
96-98
Aktivitas Makan dan Jenis Pakan Bekantan (Nasalis larvatus) di Pulau Bakut, Kabupaten Barito Kuala ………………………………………………………………………………………………………… Zainudin, Amalia Rezeki
99-104
Jenis Pisang yang Diperjualbelikan di Pasar Terapung Banjarmasin ………………………………… 105-108 Ramlah, Vijay Hendrik Dewantara, Maulana Khalid Riefani Keanekaragaman Kupu-Kupu di Kawasan Air Terjun Rampah Menjangan, Loksado, Kabupaten Hulu Sungai Selatan …………………………………………………………………………………… Pahrian Noor, Dharmono, Muchyar
109-112
Kerapatan Populasi Singapuar (Tarsius bancanus) di Kawasan Air Terjun Rampah Menjangan, Loksado, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Indonesia ...……………………………………………… Irwandi, Kaspul, Mahrudin
113-116
Keragaman Udang di Sungai Desa Pengambau Hulu, Kabupaten Hulu Sungai Tengah ………… Saidatun Ni’mah, Maudatil Ristiyani
117-122
Struktur Populasi Tumbuhan Sagu (Metroxylon sagu) di Kawasan Air Terjun Rampah Menjangan, 123-124 Loksado, Kabupaten Hulu Sungai Selatan ……………………………………………………………… M. Fitriansyah, Dharmono, Muchyar Kontribusi Arthropoda Kanopi dalam Menjaga Stabilitas Ekosistem pada Kebun Berbasis Sengon 125-134 Laut (Paraserianthes Falcataria L.) dengan Budidaya Porang (Amorphophallus muelleri Blumei) (Schott) di Jember ………………………………………………………………………………………….. Ivone Wulandari Budiharto, Amin Setyo Leksono Eksploitasi Reptil di DAS Mahakam Kalimantan Timur ………………………………………………… 135-140 Teguh Muslim Jenis Tumbuhan Paku di Kawasan Rawa Sungai Lumbah, Kabupaten Barito Kuala ……………… Mukti Hastuti Nurinayah, Mochamad Arief Soendjoto, Dharmono
141-145
Odonata di Hutan Kota Tanjung Persada, Tanjung, Provinsi Kalimantan Selatan ………………… Mochamad Arief Soendjoto, Maulana Khalid Riefani, Yudha Pahing Perdana
146-149
Pengendalian Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus Hampei Ferr.) pada Tanaman Kopi Arabika (Coffea Arabica L.) di Kebun Rante Karua, Tana Toraja, Sulawesi Selatan ……………… Ade Astri Muliasari, Suwarto, Nurfaaqna Syamsir
150-155
Daya Saing Agribisnis dan Potensi Pengembangan Cabe Hiyung di Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan ………………………………………………………………………………………… Hamdani, Umi Salawati, Rusmin Nuryadin
156-163
Potensi dan Kelayakan Tanaman Sagu untuk Konversi Perkebunan Kelapa Sawit di Lahan 164-169 Gambut …………………………………………………………………………………………………….. Herman Hama Serangga Utama Padi di Lahan Rawa Pasang Surut …………………………………………... 170-179 Maulia Aries Susanti, Muhammad Thamrin, Syaiful Asikin Daun Kelor Sumber Mineral Seng (Zn) untuk Meningkatkan Libido dan Kualitas Semen Pejantan © 2017. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat
180-186 v
Sapi Bali ……………………………………………………………………………………………………… Nursyam Andi Syarifuddin, Abdul Latief Toleng, Djoni Prawira Rahardja, Ismartoyo, Muhammad Yusuf Keragaan 25 Galur Mutan M7 Varietas Lokal Padi di Lahan Pasang Surut Barito Kuala, Kalimantan Selatan …………………………………………………………………………………………………. Raihani Wahdah, Gusti Rusmayadi, Rahmi Zulhidiani
187-194
Pengukuran Keefisienan Teknis Usaha Tani Padi Sawah di Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan ……………………………………………………………………………………………………… Rifiana, Sadik Ikhsan
195-199
Komparatif Pemanfaatan Mekanisasi Pertanian Usahatani Padi di Desa Tabing Rimbah, Kecamatan Mandastana, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan …………………………… Rosalyne Clara Veronica Panjaitan, Maryani, Husaini
200-204
Waktu Tanam Padi Sawah Rawa Pasang Surut Pulau Kalimantan di Tengah Perubahan Iklim Nur Wakhid, Haris Syahbuddin
205-212
Anatomi Akar dan Sifat Agronomi Empat Kultivar Jagung pada Kondisi Tercekam Genangan …… 213-216 Sri Endang Agustina Rahayuningsih, Didik Indradewa, Endang Sulistyaningsih, Azwar Maas Kematian Mencit Putih Jantan (Mus musculus) yang Diberi Berbagai Jenis Umpan Mengandung 217-221 Larutan Umbi Gadung (Dioscorea Hispida) di Laboratorium ………………………………………...... Arnisa Irawan, Tuti Heiriyani, Gt. M. Sugian Noor Pengaruh Pemberian Natrium Benzoat terhadap Keawetan Gula Palm Cair (Liquid Sugar) ……… 222-225 Hj. Arfa Agustina Rezekiah, Rosidah R. Radam Uji Mutu Fisik Mie dengan Penambahan Serbuk Daun Jinten pada Konsentrasi yang Berbeda … Budi Wibowotomo, Laili Hidayati, Mazarina Devi, Sadha Tri Bakti, Hamid Faishal
226-230
Penggunaan Silase Keong Rawa dalam Ransum yang Disimpan Selama 2, 4, dan 6 Minggu 231-238 terhadap Keragaan Itik Alabio Fase Layer ……………………………………………………………… Siti Dharmawati, Nordiansyah Firahmi, Neni Widaningsih, Nely Yanur Mengurangi Beban Pencemaran Limbah Kolam Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) dengan 239-243 Mengkonversi Limbah Menjadi Biomas Bloodworm (Larva Chironomidae) ……………………….. Bambang Sulistiyarto, Restu Respon Pertumbuhan Mikroalga Indigenous Synechococcus sp. dan Penurunan Konsentrasi 244-249 Logam Berat Fe pada Media Kultur ………………………………………………………………………. Gunawan, Totok Wianto Penyisihan Logam Berat dan COD dalam Limbah Elektroplating pada Reaktor Evaporasi 250-254 Tertutup Sistem Batch dengan Menggunakan Kayu Apu (Pistia stratiotes L) ……………………….. Badrus Zaman, Pertiwi Andarani, Maulina Cahyani, Septiani Hapsari Pengaruh Pemberian Infusa Buah Rambai (Sonneratia caseolaris) terhadap Pertumbuhan 255-259 Bakteri Escherichia coli Secara in Vitro ………………………………………………………………….. Norhaida Lutfiasari, Sri Aminarti, Aulia Ajizah Kandungan Gizi Bulu Babi (Diadema setosum) dan Potensi Cangkangnya sebagai Antibakteri Sugeng Hadinoto, Ignacius Dhani Sukaryono, Yessy Siahay
260-265
Daya Hambat Kitosan dari Cangkang Limbah Budidaya Kepiting “Soka” terhadap Empat Isolat Bakteri Pembentuk Histamin pada Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) ………………………………… Siti Aisyah, Agustiana, Rabiatul Adawyah, Candra
266-272
Interpretasi Pola Grafik Hubungan Temperatur dan Waktu pada Pirolisis CPO Parit ………………. 273-277 Abdullah, Badruzsaufari, Ahmad Budi Junaidi, Afdaliyah Hasibuan Daya Proteksi Minyak Atsiri Zodia (Euvodia suaveolens) dalam Bentuk Spray terhadap Tempat 278-282 Hinggap Nyamuk Aedes aegypti L. dan Culex quinquefasciatus ……………………………………… © 2017. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat
vi
Muhamat , Tri Wahyuni, Rusmiati, Jumar Pengujian Formula Inokulum Mikroba Pengoksida Pirit pada Tanah Sulfat Masam ………………... 283-286 Yulia Raihana, Muhammad Saleh Tanggung Jawab Pemerintah dalam Menjaga Kualitas Lingkungan di Wilayah Penambangan 287-296 Intan Tradisional Cempaka ………………………………………………………………………………… Abdul Halim Barkatullah, Ifrani, Dadang Abdullah Sengketa Pertanahan Hak Masyarakat Adat dengan Hak Guna Usaha (HGU) Perkebunan Sawit di Kalimantan Selatan ………………………………………………………………………………… Fathul Achmadi Abby, Ifrani
297-305
Eksistensi Hak Ulayat (Bescikkingsrecht) dalam Otonomi Daerah …………………………………… 306-314 Alinapia Kearifan Lokal Masyarakat Desa Cemara Labat dalam Pelestarian Hutan Mangrof ……………….. 315-318 Muhamad Tito Strategi Komunikasi dalam Penguatan Kapasitas Kelembagaan pada Pengelolaan Lahan Gambut Melalui Peningkatan Sumberdaya Manusia di Sektor Pertanian Kalimantan Selatan Hairi Firmansyah, Mira Yulianti, Muhammad Alif
319-322
Pengembangan Key Indicator Sosial Ekonomi Perikanan Laut Tangkap Berbasis Manajemen 323-331 Ekosistem di Kabupaten Lamongan ……………………………………………………………………… Achmadi Dampak Pola Asuh Permisif terhadap Penyimpangan Perilaku Seksual Remaja di Kecamatan 332-337 Simpang Empat ……………………………………………………………………………………………... Miranda Seftiana, Windy Daisy Maulidina Pengaruh Interest Rate Risk, Kurs Risk, dan Finansial Risk terhadap Return Saham Perusahaan 338-342 Farmasi ………………………………………………………………………………………………………. Ali Sadikin, M. Ziad Analisis Kualitas Desain Ruang Publik Kota Tepi Air. Studi Kasus: Siring Tendean Banjarmasin Dila Nadya Andini, Indah Mutia
343-349
Analisis Kinerja Kelompok Tani Nelayan di Pesisir Kota Bontang ……………………………………. 350-355 Gusti Haqiqiansyah, Dayang Diah Fidhiani, Erwan Sulistianto Biaya Reklamasi dan Revegetasi Lahan Bekas Tambang Batubara di Kalimantan Timur ………… 356-361 Syamsu Eka Rinaldi, Suryanto, Ishak Yassir Peran Sungai Pattunuang dalam Pengembangan Ekowisata di Obyek Wisata Alam Pattunuang 362-367 Assue, Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung ……………………………………………………. Indra A. S. L. P. Putri Strategi Pengembangan Agribisnis Komoditi Gula Aren Semut pada Koperasi Usaha Bersama 368-374 (KUB) Mitra Mandala, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten ............................................................... Is Eka Herawati Studi tentang Motif Perilaku Masyarakat Pinggiran Sungai Martapura dalam Kegiatan MCK 375-378 (Mandi-Cuci-Kakus) ………………………………………………………………………………………… Sukma Noor Akbar, Jehan Safitri Model Inovasi Produk Perbankan Syariah Berbasis Nilai untuk Pengembangan Ekonomi 379-388 di Lingkungan Lahan Basah ……………………………………………………………………………….. Siti Aliyati Albushairi, Nuril Huda, Ahmad Rifani Tataniaga dan Peluang Pengembangan Gemor (Nothaphoebe Coriacea Kosterm.) di Kalimantan 389-394 Selatan dan Kalimantan Tengah ………………………………………………………………………….. Susy Andriani, Wawan Halwany, Fajar Lestari, Sudin Panjaitan
© 2017. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat
vii
Dinamika Pengetahuan Lokal Petani Banjar dalam Sistem Pertanian Modern di Lahan Rawa 395-401 Pasang Surut ………………………………………………………………………………………………... Taufik Hidayat IbM pada Kelompok Pedagang Oleh-oleh Khqas Tanah Laut untuk Memperkuat Citra Tanah Laut 402-407 sebagai Kota Pariwisata di Kalimantan Selatan ………………………………………………………… Nuryati, Nina Hairiyah, Meldayanoor Nilai Manfaat Ekonomi dan Pengelolaan Waduk (Studi Kasus Waduk Ir. H. Juanda) ……………… 408-414 Ahyar Ismail Perbedaan Pola Perilaku Higienitas antara Masyarakat di Komplek Perumahan dan Masyarakat 415-419 di Pinggiran Sungai …………………………………………………………………………………………. Gregorius Edrik Lawanto Respon Penawaran Padi di Kalimantan Selatan ………………………………………………………... 420-425 Morista Hernawaty P., Abdurrahman, Nuri Dewi Yanti Pemanfaatan Potensi Danau Limboto dengan Mengoptimalkan Peran Ibu Rumah Tangga untuk 436-430 Meningkatkan Kreatifitas Keluarga Sejahtera (KKS) dan Pendapatan Masyarakat di Kecamatan Tilango, Gorontalo ………………………………………………………………………………………….. Muhammad Sayuti, Hasanuddin Analisis Rantai Nilai Industri Komoditas Kelapa Sawit di Kalimantan Selatan ………………………. 431-436 Dahniar, Arief Budiman, Rano Wijaya -----
© 2017. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat
viii
LAPORAN KETUA PANITIA SEMINAR NASIONAL LAHAN BASAH TAHUN 2016 UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT Assalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh. Salam sejahtera untuk kita semua. Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala berkah, rahmat, dan hidayah-Nya, sehingga pada hari ini kita dapat berkumpul bersama di tempat ini untuk menghadiri atau melaksanakan Seminar Nasional Lahan Basah Tahun 2016. Seminar Nasional Lahan Basah 2016 ini merupakan wadah temu ilmiah yang diadakan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarat (LPPM) Universitas Lambung Mangkurat, sebagai fórum interaksi, kolaborasi, dan integrasi antara pendidik, peneliti, dan praktisi. Melalui seminar nasional ini kita dapat memberikan kontribusi positif terhadap kemajuan ilmu pengetahuan di Indonesia dan berbagi melalui penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang berbasis pada lahan basah. Seminar yang bertemakan “Potensi, Peluang, dan Tantangan Pengelolaan Lingkungan Lahan Basah Secara berkelanjutan” ini menghadirkan tiga pembicara utama, yaitu 1). Prof. Dr. Ir. Hadi S Alikodra (Guru Besar Ekologi Satwa, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB); 2). Prof. Dr. Ir. H Gusti Muhammad Hatta, MS (Guru Besar Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat), dan 3). Prof. Dr. agr. Mohamad Amin, S.Pd, M.Si (Guru Besar Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang). Alhamdulillah, seminar ini disambut antusias oleh para akademisi dan praktisi dari seluruh Indonesia. Catatan kami menunjukkan bahwa jumlah makalah yang diterima dan akan dipresentasikan sebanyak 273 dengan topik kajian meliputi: 1). Konservasi dan Biodiversitas; 2). Pertanian dan Ketahanan Pangan; 3). Bioteknologi; 4). Hukum, dan Kebijakan; 5). Sosial, Masyarakat, dan Ekonomi; 6). Seni dan Budaya; 7). Kedokteran, obat-obatan dan Kesehatan; 8). Teknik, industri, dan pertambangan; 9). Sumber Daya Alam dan energy Alternatif Terbaharukan; 10). Pendidikan dan Pembelajarannya. Peserta pemakalah berasal dari berbagai perguruan tinggi, lembaga pendidikan, dan instansi di seluruh Indonesia; antara lain Universitas Andalas.Universitas Lancang Kuning (Pekanbaru), Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan, Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat, Universitas Esa Unggul Jakarta, Universitas Terbuka (UPBJJUT SERANG), Institut Pertanian Bogor, Universitas Diponegoro, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada, Universitas Negeri Malang, Universitas Airlangga PDD (Banyuwangi), Institut Teknik Surabaya, Universitas Mulawarman,Universitas Palangka Raya, IAIN Antasari Banjarmasin,Universitas Islam Kalimantan MAB, Politeknik Negeri Tanah Laut, Universitas Achmad Yani Banjarmasin,zdc STKIP PGRI Banjarmasin, Universitas Kristen Palangka Raya, ATPN Banjarbaru, Universitas Hasanuddin, Universitas Negeri Makassar, Universitas Sam Ratulangi, Politeknik Negeri Manado, Universitas Papua (Manokwari), Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Makassar, Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Banjarbaru), Universitas Negeri Gorontalo, Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam,Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa,PT Riset Perkebunan Nusantara, Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu, Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam Samboja,Balai Riset dan Standardisasi Industri Ambon,SMPN 1 Paramasan,MTsN Amuntai Utara,dan SMA Muhammadiyah Kuala Kapuas. Universitas Brawijaya, dan tentu saja Universitas Lambung Mangkurat sebagai tuan rumah. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada Rektor Universitas Lambung Mangkurat, Ketua dan staf LPPM Universitas Lambung Mangkurat, dosen dan mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat, serta seluruh pengurus Himpunan Mahasiswa Magister Pendidikan Biologi (HIMPABIO) Universitas Lambung Mangkurat yang memberikan dukungan dan kontribusi guna terselenggaranya seminar ini. Kami mohon maaf apabila dalam penyelenggaraan seminar ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Salam sejahtera, Wassalamu’alaikum Warrahmatullah Wabarakatuh. Banjarmasin 05 November 2016 Ketua Panitia Seminar Nasional Lahan Basah Tahun 2016 Universitas Lambung mangkurat, Dr. Dharmono, M.Si. © 2017. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat
ix
SAMBUTAN REKTOR UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT Assalamu alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh Yang saya hormati Prof. Dr. H. Hadi S. Alikodra, M.S. (Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor), Prof. Dr. Muhammad Amin (Pendidikan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang), Prof. Dr. H. Gusti Muhammad Hatta (Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat), Ibu/Bapak/Saudara pemakalah dan peserta seminar nasional yang berbahagia/ Pertama, selaku Rektor Universitas Lambung Mangkurat saya mengucapkan Selamat Datang para pemakalah dan peserta Seminar Nasional Lahan Basah ini di Banjarmasin, bumi Lambung Mangkurat. Penghargaan bagi saya bahwa seminar nasional ini dihadiri oleh pemakalah atau peserta dari seluruh Indonesia, seperti yang telah disampaikan oleh Ketua Panitia sekitar 200-an orang hadir. Ibu/bapak/saudara dari luar Kalimantan Selatan mungkin berpendapat bahwa Banjarmasin sama dengan kota tempat tinggal. Ibu/bapak/saudara menginjak tanah dan dapat berjalan leluasa dari satu tempat ke tempat lain. Perlu diketahui bahwa kondisi ini bukan hal yang sebenarnya. Ibu/bapak/saudara berada di tanah urugan. Banjarmasin adalah ibukota Kalimantan Selatan yang sejatinya berada di bawah permukaan air laut. Kedua, penetapan Universitas Lambung Mangkurat sebagai universitas dengan unggulannya Lingkungan Lahan Basah tidak dilakukan hanya dalam semalam, seminggu, sebulan, atau bahkan setahun. Banyak hal yang dipertimbangkan oleh dosen-dosen kita, senat, atau pemimpin mulai dari program studi hingga ke tingkat universitas, sehingga akhirnya universitas tertua ini menetapkan lingkungan lahan basah sebagai unggulannya. Ceritanya cukup panjang. Namun, satu hal yang pasti adalah sebagian besar Kalimantan Selatan berupa lahan basah dan dapat dikatakan, hampir semua penduduknya bergantung pada lahan basah. Tidak ada seorang pun di Kalimantan Selatan tidak mengenal baras gambut, baras unus, atau baras karang dukuh. Tidak juga seorang pun tidak mengenal haruan, papuyu, patin. Berbagai bahan pangan ini adalah hasil dari lahan basah. Satu kelompok adalah hasil budidaya dan kelompok lainnya dipanen dari alam. Pendek kata, lahan basah dan potensinya sudah menyatu dengan urang Banua, sebutan untuk orang Banjar atau orang yang bermukim di Kalimantan Selatan. Lingkungan lahan basah harus dimanfaatkan secara lestari. Urang Banua telah mengembangkan rumah panggung, rumah tradisional yang konstruksinya mengatasi kondisi lahan basah. Urang Banjar (Haji Idak) juga mengembangkan sistem pertanian khusus dalam kerangka mengatasi lahan yang selalu tergenang air. Pemanfaatan lahan basah memang tidak boleh sembarangan. Pada satu sisi, kondisi lingkungan lahan basah adalah peluang, tetapi pada sisi lain merupakan tantangan. Dengan kalimat lain, lingkungan lahan basah itu sendiri dan pengelolaannya memiliki resiko. Resiko yang ditimbulkan atau dampak negatif dari pengelolaan lingkungan itu tentu harus diminimalkan. Minimal ini istilah yang bernuansa pembenaran yang menegaskan bahwa pasti ada resiko yang tidak dapat dihindari, ketika kita memanfaatkan lahan basah. Saya tidak perlu berpanjang-panjang tentang hal ini. Kita akan mendapatkan pengetahuan tentang lahan basah, lingkungan, dan pengelolaannya dalam seminar ini. Terima kasih dan penghargaan saya sampaikan kepada Panitia Seminar yang dengan luar biasa menyiapkan kegiatan ini. Hanya Allah yang membalas kerja keras Panitia. Akhir kata, dengan mengucap Bismillahirrahmanirrahim, saya nyatakan Seminar Nasional Lahan Basah 2016 Universitas Lambung Mangkurat dengan tema “Potensi, Peluang, dan Tantangan Pengelolaan Lingkungan Lahan Basah Secara Berkelanjutan” dibuka. Selamat berseminar, saling bertukar pikiran, berkomunikasi, dan saling berbagi ilmu terutama terkait dengan lahan basah. Banjarmasin, 05 November 2016 Rektor Universitas Lambung Mangkurat Prof. Dr. H. Sutarto Hadi, M.Si, M.Sc.
© 2017. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat
x
PANITIA SEMINAR NASIONAL LAHAN BASAH TAHUN 2016 (Dicuplik dari SK Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Lambung Mangkurat Nomor 390c/UN8.2/KP/2016 Tanggal 24 Oktober 2016 tentang Panitia Seminar Nasional Lahan Basah Tahun 2016 Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat) Pengarah Penanggungjawab Ketua Sekretaris Bendahara
: : : : :
Kesekretariatan
:
Acara
:
Makalah dan Persidangan
:
Publikasi dan Dokumentasi
:
Perlengkapan
:
Konsumsi
:
Prof. Dr. Sutarto Hadi, M.Si., M.Sc. Prof. Dr. M. Arief Soendjoto, M.Sc. Dr. Dharmono, M.Si. Maulana Khalid Riefani, S.Si., M.Sc. Dra. Sa’adaturrahmi Dra. Hj, Sri Mariani, M.M. Dwi Mulyaningsih, S.Pd. H.M. Irfansyah Rifani, S.A.P. Halimudair, S.Pd. Hery Fajeriadi, S.Pd. Riza Arisandi, S.Pd. Rezky Ari Setiawan, S.Pd. Noor Syahdi, S.Pd. Wahyudi Aldo Rahadian Wicaksono Misbah, M.Pd. Laila Azkia, S.Sos., M.Si. Asdini Sari, M.Pd. Al Mubarak, M.Pd. Rakhman Farisi, S.T. M. Fuad Sya’ban, M.Pd. M. Wira Yudha, A.Md. Ilhamsyah Darusman M. Wahyu Firmansyah, M.A.P. M. Lutvi Ansari, S.Pd. M. Fitriansyah, S.Pd. Mahdiani Yenny Miratriana Hesty, S.P. Nurul Hidayati Utami, M.Pd. Saiyidah Mahtari, M.Pd. Riya Irianti, M.Pd. Ahmad Yani Ketua LPPM M. Arief Soendjoto
© 2017. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat
xi
PETUNJUK UMUM SEMINAR NASIONAL LAHAN BASAH TAHUN 2016 Makalah Utama 1. Makalah utama disajikan secara pleno di Ruang SIdang Utama. 2. Pemakalah Utama: Prof. Dr. H. Hadi S. Alikodra, M.S., Prof. Dr. Muhammad Amin, Prof. Dr. H. Gusti Muhammad Hatta). 3. Moderator: Prof. Dr. Mochamad Arief Soendjoto, M.Sc. 4. Peserta penyajian makalah utama terdiri atas a. pemakalah panel yang akan menyajikan makalah secara paralel, b. bukan pemakalah yang telah memenuhi atau melengkapi syarat administrasi, c. tamu undangan dari panitia seminar. 5. Alokasi waktu 2 jam: 0,5 jam untuk setiap pemakalah dan 0,5 jam untuk diskusi (tanya jawab).
Makalah Panel 1. Makalah panel terdiri atas 10 fokus dan disajikan secara paralel (terpisah) di ruang-ruang sidang kecil. 2. Setiap ruang sidang panel dilengkapi dengan laptop dan LCD proyektor. 3. Pemakalah panel adalah peserta seminar yang telah mengirim/menyerahkan makalah dan kelengkapannya serta mendapat undangan resmi sebagai pemakalah panel dari panitia. 4. Penyajian makalah panel dipandu oleh moderator yang ditetapkan oleh panitia. 5. Moderator dibantu oleh seorang notulis dan seorang operator laptop. 6. Pemakalah diminta menyerahkan soft file materi presentasi kepada operator sebelum penyajian dimulai. 7. Alokasi waktu setiap pemakalah untuk menyajikan makalahnya 7 menit (termasuk diskusi). 8. Penyajian makalah dapat dilaksanakan perorangan atau panel per tiga orang (disesuaikan). 9. Pemakalah diwajibkan mengisi lembar tanya jawab yang disediakan panitia, untuk merekap pertanyaan dan jawaban yang ada selama diskusi. 10. Pemakalah, moderator, notulis, dan operator wajib mengisi dan atau menandatangani daftar hadir (presensi) yang disediakan di setiap ruang paralel. 11. Setelah selesai sidang, moderator, notulis, dan operator segera mengumpulkan notulen dan berkas lain terkait dengan penyajian makalah dan menyerahkannya kepada panitia.
© 2017. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat
xii
Prosiding Seminar Nasional Lahan Basah Tahun 2016 Jilid 1: 343-349
ISBN: 978-602-6483-33-1
ANALISIS KUALITAS DESAIN RUANG PUBLIK KOTA TEPI AIR (STUDI KASUS: SIRING TENDEAN BANJARMASIN) Analysis of Design Qualities of Urban Waterfront Public Space (Case Study: Tendean Riverside Quay Banjarmasin) Dila Nadya Andini *, Indah Mutia Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Lambung Mangkurat, Jalan A. Yani Km 35, Banjarbaru, Indonesia *Surel korespondensi:
[email protected] Abstract. Since 2005, Banjarmasin has started developing some formal public open spaces in the city center. This development focuses on the riverside areas to strengthen the image of Banjarmasin as the riverfront city. Tendean riverside quay is part of the city‟s master plan project of the flood embankment and waterfront open spaces along 7 km from the Old Market Bridge to R.K Ilir Bridge that is built gradually. As part of Martapura Riverside Quays, this quay is a segment that has supporting public space facilities and often used for public activities so that the place becomes an interesting destination for the citizens. This paper aims at analyzing design qualities of Tendean riverside quay as urban waterfront public space based on the criteria – 10 qualities of a great waterfront destination – developed by the organization called Project for Public Spaces (PPS). Descriptive-qualitative method is used to describe physical and nonphysical conditions of the quay that serves as urban waterfront public space today. Based on the analysis, this riverside quay meets 6 criteria out of 10 criteria for a great waterfront destination; (1) this area is no longer be used as residential areas and settlements, (2) high intensity of public activities happen on the quay throughout the year, (3) the quay is accessible, (4) some activities and facilities triggered by local culture, (5) the river itself is the centerpiece of the public space, and (6) iconic and historical buildings along the quay support public activities. Meanwhile, based on remaining qualities, the condition of the quay as urban waterfront public space needs improvement to be a better destination. The results of this study may give a better understanding on how to improve qualities of urban waterfront public space in Banjarmasin. Keywords: public space, waterfront, Tendean riverside quay, Banjarmasin
1. PENDAHULUAN Saat ini, kota-kota tepi air di dunia, mulai mengembangkan kawasan tepian airnya sebagai ruang terbuka publik kota. Pengembangan area tepian air kota mulai disorot demi perkuatan citra atau image sebuah kota, salah satunya melalui desain ruang terbuka publik kota. Ruang terbuka publik tepi air dapat berupa promenade, dermaga, atau taman hijau kota di sepanjang tepi badan air. Sebagai domain publik, ruang-ruang publik kota seperti jalan, taman, pasar,area bermain anak-anak, dan ruang terbuka tepi air merupakan „panggung‟ kehidupan publik kota, yaitu tempat bertemunya warga kota sehingga terjadi interaksi sosial diantara mereka (Cattel et al., 2008). Ruang publik kota menjadi sebuah tempat pertemuan; dimana warga kota saling bertemu, bertukar informasi, dan menyelenggarakan kegiatan komunal seperti pameran dan festival kota (Gehl, 2003). Kualitas ruang publik sebuah kota menjadi cerminan dari kualitas kehidupan kota tersebut (Carr et al., 1992; Cattell et al., 2008). Interaksi ruang
publik dan manusia sebagai pelaku didalamnya adalah proses dua arah; ruang mampu mempengaruhi kegiatan dan perilaku manusia, sebaliknya, manusia pun mampu memodifikasi atau mengubah ruang tersebut (Carmona et al., 2003). Oleh sebab itu, keberhasilan ruang publik kota tidak dapat diukur dari kualitas arsitektural fisiknya saja, namun juga kemampuannya mengundang warga kota untuk berkunjung. Interaksi dan aktivitas sosial sebagai target utama keberadaan ruang publik kota hanya akan terjadi dengan kedatangan warga kota selaku „aktor‟ ruang publik kota. Mengingat pentingnya fungsi ruang publik kota, ruang ini perlu didesain dengan pendekatan yang terfokus pada manusia sebagai aktor, hubungan interaksi antar manusia, dan hubungan manusia dengan ruang atau lingkungan – peopleoriented approach. Melalui pendekatan inilah, dimensi fisik ruang publik kota tidak hanya dirancang bagus secara arsitektural, tetapi rancangannya pun memperhatikan aspek sosiospasialnya. Salah satu organisasi non-profit yang memiliki perhatian besar terhadap keberhasilan
© 2017. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat
343
Prosiding Seminar Nasional Lahan Basah Tahun 2016 Jilid 1: 343-349
ruang publik kota adalah Project for Public Spaces (PPS). PPS yang berpusat di Amerika dibentuk untuk memperluas gagasan dari William (Holly) Whyte, penulis buku The Social Life of Small Urban Spaces, tentang faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi penggunaan ruang publik kota. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pemahaman mengenai bagaimana manusia menggunakan dan ingin menggunakan ruang sangat penting agar sebuah desain memiliki potensi-potensi yang mendukungnya menjadi tempat yang berfungsi sekaligus bermakna bagi warga kota. Berdasarkan hasil evaluasi dan pendampingan proses desain ruang publik kota-kota di dunia, PPS merumuskan bahwa keberhasilan ruang publik kota dipengaruhi oleh faktor (a) akses dan koneksi, (b) kenyamanan dan citra ruang, (d) fungsi dan aktivitas, dan (d) kemampuan untuk membuat orang berinteraksi satu sama lain (sociability). Faktorfaktor ini kemudian dijabarkan dalam bentuk “The Place Diagram” sebagai alat untuk membantu memberikan penilaian terhadap sebuah ruang publik, apakah baik atau buruk. Untuk ruang publik terbuka tepi air, PPS merumuskan lebih lanjut dalam 10 kriteria keberhasilan ruang publik tepi air sebagai sebuah destinasi, yaitu (1) bangunan-bangunan sekitar mendukung fungsi ruang publik, (2) pembatasan pengembangan fungsi perumahan, (3) program aktivitas yang kontinu sepanjang waktu, (4) desain fleksibel untuk kemudahan adaptasi, (5) fasilitas yang kreatif, (6) kemudahan akses, (7) identitas lokal sebagai daya tarik, (8) air sebagai pusat perhatian, (9) bangunan ikonik dengan fungsi publik, dan (10) manajemen baik. Siring Tendean di Banjarmasin adalah ruang terbuka formal kota yang merupakan bagian dari master plan proyek pembuatan tanggul penahan banjir dan ruang terbuka kota dari Jembatan Pasar Lama hingga Jembatan R.K Ilir yang dibangun secara bertahap sejak tahun 2005. Kawasan Siring Tendean pada awalnya merupakan kawasan permukiman tepi sungai dengan rumah panggung, rumah lanting, dan titian-titian kayu sebagai jalan penghubung air dan darat. Pembangunan ruang publik Siring Tendean dimulai sejak tahun 2009 secara bertahap pula. Penelitian tentang Siring Tendean berkaitan dengan aspek sosio-spasial pada tahun 2011 dilakukan saat siring masih minim fasilitas fisiknya sebagai ruang publik. Di awal pembangunannya, saat siring beton sudah mulai ada, warga kota dan masyarakat sekitar siring khususnya sudah mulai mengunjungi kawasan ini walaupun belum ada fasilitas pendukung lainnya – khususnya di sore hari dimana pedagang kaki lima mulai menggelar dagangannya (Andini, 2013). Saat
ISBN: 978-602-6483-33-1
ini, Siring Tendean sepanjang ± 1,1 km dari Jembatan Pasar Lama hingga Jembatan A. Yani merupakan segmen yang memiliki fasilitas pendukung sebagai ruang publik kota cukup banyak dan paling sering digunakan untuk kegiatankegiatan publik warga kota. Tulisan ini bertujuan untuk melihat sejauh mana tingkat keberhasilan Siring Tendean sebagai ruang publik kota tepi sungai berdasarkan kriteria yang dikembangkan oleh PPS. Hasilnya diharapkan menjadi masukan bermanfaat untuk peningkatan kualitas ruang publik kota melalui pendekatan placemaking yang dirumuskan PPS, mengingat Banjarmasin masih memiliki rencana pengembangan ruang publik kota di tepi sungai.
2. METODE Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus. Eksplorasi difokuskan di satu lokasi, yaitu Siring Tendean Banjarmasin. Eksplorasi studi kasus meliputi program, peristiwa, aktivitas, proses, atau individu yang saling terkait oleh waktu dan aktivitas (Stake, 1995 dalam Creswell, 2009). Metode deskiptif-kualitatif digunakan untuk menjelaskan kondisi kawasan Siring Tendean yang berfungsi sebagai ruang publik kota tepi sungai, baik fisik maupun non-fisik, dalam kerangka 10 kriteria kualitas ruang publik tepi air yang dirumuskan PPS (Tabe 1). Berdasarkan 10 kriteria kualitas tersebut, parameter fisik dan non-fisik yang menjadi bahan observasi meliputi (1) tata guna lahan / fungsi bangunan sekitar, (2) desain dan fasilitas, (3) program dan aktivitas (4) aksesibilitas, dan (5) manajemen. Untuk memudahkan analisis dan pembahasan, lokasi pengamatan dibagi dalam 4 (empat) segmen (lihat Gambar 1). Pada setiap segmen, data primer dikumpulkan melalui observasi lapangan yang menghasilkan foto-foto dan gambar analisis. Sedangkan, data sekunder berupa informasi umum dikumpulkan dari berbagai sumber (koran lokal, media sosial) terkait dengan Siring Tendean dan dilakukan analisis konten terhadap data tersebut. Data kemudian dianalisis untuk menjelaskan pencapaian kriteria kualitas Siring Tendean sebagai ruang publik tepi air berdasarkan rumusan PPS. Tabel 1. Sepuluh (10) kriteria kualitas ruang publik tepi air menurut PPS No Kualitas 1 Bangunan sekitar meningkatkan fungsi ruang publik Bangunan sekitar mendukung aktivitas publik Bangunan dengan berbagai fungsi tanpa
© 2017. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat
344
Prosiding Seminar Nasional Lahan Basah Tahun 2016 Jilid 1: 343-349 No
2
3
4
5
6
7
8
9
Kualitas penghalang interaksi antara ruang luar dan dalam Gedung tinggi tanpa kegunaan publik pada lantai dasar dihindari Pembatasan pembangunan bagi perumahan Area tepi air sebaiknya tidak diperuntukkan sebagai area perumahan karena akan membatasi akses warga kota ke tepian airnya. Aktivitas sepanjang waktu 3 Program kreatif perlu dilaksanakan dalam berbagai situasi Fasilitas yang baik sebagai pendukung aktivitas dalam cuaca apapun Pencahayaan yang cukup untuk menghidupkan kegiatan publik malam hari Desain fleksibel untuk mendorong adaptabilitas Ruang seharusnya dapat digunakan oleh semua orang di waktu berbeda Desain fleksibel perlu disediakan, seperti tempat penyimpanan di dalam site untuk kursi dan meja yang dapat dipindahkan, payung-payung peneduh, dll. Fasilitas kreatif untuk kesenangan setiap orang Fasilitas kreatif perlu disediakan di ruang publik seperti fasilitas untuk duduk, tempat membuang sampah di lokasi yang tepat, pencahayaan untuk memperkuat ruang dan aktivitas di dalamnya, public art, dll. Kemudahan akses baik dari darat maupun air Ruang publik seharusnya dapat diakses oleh moda transportasi publik Aksesibilitas memperkuat karakter dan pengalaman ruang tepian air Lalu lintas yang padat dan area parkir yang banyak dapat membuat pengunjung tidak nyaman Jalan-jalan dibuat dengan pertimbangan keselamatan pejalan kaki dan bisa ditutup untuk kegiatan publik Identitas lokal ditonjolkan Identitas lokal, sejarah, dan budaya mejadi bagian penting dalam desain untuk meningkatkan sense of place Kesempatan yang luas diberikan bagi kesenian lokal, musik dan pertunjukan Air adalah fokus utama Air harus menjadi fokus utama dalam pembuatan program dan aktivitas. Contohnya, adanya terminal air, taksi air, tur menggunakan kapal, area makan yang dekat dengan air, area memancing dan berenang. Kegunaan alamiah tepian air perlu ditingkatkan, seperti diadakannya program tematik seperti festival kapal, pasar ikan and pertunjukan diatas panggung terapung. Bangunan ikonik dengan berbagai fungsi Adanya bangunan ikonik berskala ramah manusia, berfungsi publik, dan tidak terpisah dari
ISBN: 978-602-6483-33-1
No
Kualitas lingkungannya dapat menjadi daya tarik Bangunan-bangunan ikonik tersebut perlu bersifat fleksibel dan publik 10 Manajemen yang baik dalam menjaga visi masyakarat Kerja sama dalam sistem manajemen dapat dibuat antara pihak pemerintah, pemilik properti, pelaku bisnis, dan kelompok komunitas di sekitar ruang publik untuk mengatur berbagai program dan pelaksanaan aktivitas publik
Sumber: Project for Public Space (PPS)
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Tata Guna Lahan / Fungsi Bangunan Sekitar Permukiman penduduk yang cukup padat (kampung) merupakan tata guna lahan yang mendominasi kawasan di sekeliling siring. Hal ini mengingat bahwa pada awalnya area siring pun merupakan permukiman tepian sungai. Kawasan tepian sungai di Banjarmasin pada umumnya berupa permukiman dengan akses terbatas bagi warga kota menuju tepian sungainya. Saat ini, pembangunan permukiman di tepian sungai di Banjarmasin dibatasi mengingat kondisi tepian sungai yang sudah padat. Sejak rencana pembangunan siring, rumah-rumah tepian air di kawasan Tendean „dibersihkan.‟ Ada 3 buah bangunan yang dipertahankan, yaitu Langgar AlHinduan, Rumah Anno 1925, dan Rumah Hijau. Fungsi langgar tetap, sedangkan Rumah Anno dan Rumah Hijau direnovasi dan dialihfungsikan untuk kegiatan publik. Kawasan ini dipilih untuk dikembangkan sebagai ruang publik kota karena lokasinya yang berada di pusat kota sehingga berpotensi sebagai ruang publik kota untuk menghidupkan kembali citra kota Banjarmasin sebagai kota sungai. Pada baris pertama bangunan sepanjang Jalan Tendean, di sisi timur di seberang kawasan siring, terdapat beberapa fungsi bangunan perkantoran, pendidikan (sekolah Kana‟an), komersial (ruko-ruko, toko kelontong, dan penginapan), gedung olahraga (Surya Futsal), bangunan peribadatan (Klenteng Tempekong Soejti Nurani), dan penginapan kecil dengan ketinggian berkisar 1-3 lantai menghadap jalan yang sudah berdiri sebelum siring dibangun sebagai bentuk tanggapan terhadap keberadaan jalan. Saat ini, baris pertama inilah yang mengalami cukup banyak alih fungsi bangunan/lahan dengan adanya siring, seperti Taher Square yang dikembangkan sebagai food square dan munculnya mini market-mini market. Namun, kondisi spasialnya belum
© 2017. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat
345
Prosiding Seminar Nasional Lahan Basah Tahun 2016 Jilid 1: 343-349
sepenuhnya terintegrasi dengan desain kawasan siring. Selain Taher Square yang fungsinya publik dan komersil sehingga interaksi antara area tersebut dan area siring cukup kuat walaupun terpisah jalan, bangunan-bangunan yang lain masih belum terkoneksi secara spasial dengan desain Siring Tendean.
3.2 Desain dan Fasilitas Siring Tendean merupakan ruang terbuka linier dengan promenade siring beton di sepanjang batas tepi sungai Martapura dan ruang-ruang terbuka dengan naungan pepohonan yang dilengkapi fasilitas penunjang ruang publik. Pada segmen A, terdapat dermaga klotok dilengkapi dengan bangku dan atap, Langgar Al-Hinduan, toilet wisata, akses ke sungai (anak tangga), dan tempat-tempat duduk. Pada segmen B, terdapat akses ke sungai (anak tangga), area wifi corner, tempat-tempat duduk di bawah pepohonan, dan menara pandang 4 lantai. Pada segmen C, terdapat rumah hijau, rumah Anno dan pendoponya, toilet wisata, wifi corner dan tempat-tempat duduk, dermaga pasar terapung, dan dermaga klotok. Setelah melewati promenade kayu di bawah Jembatan Merdeka sebagai penghubung siring beton, pada segmen D, terdapat 2 buah lapangan basket dan maskot patung Bekantan. Setiap segmen juga dilengkapi dengan furniture pelengkap seperti lampu taman dan bak-bak sampah. Secara umum, fasilitas penunjang ruang publik pada kawasan siring sudah cukup banyak dan variatif sehingga banyak bentuk aktivitas publik dapat dilakukan melalui penyesuaian dan modifikasi ruang. Dari segi desain, ada usaha untuk memberikan sentuhan lokal dengan adanya dermaga pasar terapung dan dermaga-dermaga klotok, dipertahankannya rumah Anno dan rumah hijau yang merupakan bentuk rumah panggung tradisional, dan maskot patung Bekantan. Yang perlu menjadi perhatian adalah masalah perawatan dan kondisi kebersihan kawasan. Banyak elemenelemen dari fasilitas penunjang ruang publik rusak dan perlu perbaikan.
3.3 Program dan Aktivitas Berdasarkan hasil pengamatan, intensitas kegiatan publik di kawasan ini semakin tinggi dan variatif sejak pembangunannya. Saat ini, Siring Tendean menjadi ruang rekreasi dan wisata bagi warga kota. Seperti ruang publik pada umumnya, kawasan Siring Tendean cukup padat di akhir pekan, hari-hari libur, dan saat ada kegiatan-
ISBN: 978-602-6483-33-1
kegiatan temporer yang dilaksanakan di siring. Banyak kegiatan-kegiatan publik baik formal dan informal seperti festival jukung hias, pertunjukan rakyat, expo-expo, pasar terapung yang terprogram rutin dilaksanakan di kawasan Siring Tendean. Berdasarkan hasil pengamatan pada hari kerja dan akhir pekan serta antara pagi, siang, dan soremalam hari, ruang ini memiliki waktu aktif pada minggu pagi dan sore-malam serta hari kerja pada sore hari. Pengunjung dan aktivitas paling sedikit ditemukan pada siang hari, kecuali ada acara-acara tertentu. Pada hari-hari kerja, promenade menjadi jalur jogging dan jalan kaki di pagi hari. Beberapa orang yang umumnya warga di sekitar siring terlihat duduk-duduk santai dan mengobrol di dalam kawasan. Pada sore hari, kawasan ini menjadi area bermain basket, skateboard, dan sepeda. Keberadaan maskot patung Bekantan yang menyemburkan air juga cukup banyak menarik pengunjung untuk berfoto baik pada pagi ataupun sore-malam hari. Pada akhir pekan, khususnya minggu pagi, kawasan ini menjadi tujuan warga kota. Banyak hal yang menjadi daya tarik, seperti berkumpulnya pedagang-pedagang berjukung yang menjual berbagai jenis makanan, minuman dan buahbuahan di dermaga pasar terapung, klotok-klotok wisata untuk susur sungai, pedagang kaki lima dengan berbagai jenis barang dagangan (jajanan pasar, kuliner tradisional, mainan, dll), pertunjukan seni, dan kegiatan-kegiatan temporer di area menara pandang. Konsentrasi pengunjung paling padat ada di segmen B dan C karena kegiatankegiatan tersebut berpusat di sana.
3.4 Aksesibilitas Siring Tendean dapat diakses baik melalui jalan darat maupun sungai. Dari jalan darat, siring berbatasan langsung dengan Jl. Tendean yang menjadi akses masuk dari beberapa jalan, yaitu dari Jalan A. Yani, Jembatan Merdeka-Veteran, Jembatan Pasar Lama-Jalan Pahlawan, dan beberapa jalan pintas dari Jl. Nasution. Antara Jalan Tendean dengan taman tidak ada batas pagar, hanya ada perbedaan level sehingga pengunjung dengan mudah masuk. Dari jalan sungai, pengunjung dapat memasuki kawasan melalui dermaga-dermaga klotok, dermaga pasar terapung, dan anak-anak tangga yang ada di beberapa titik area promenade. Jalur pejalan kaki tersedia di sepanjang ruang terbuka pada kedua sisi sungai dan jalan. Di beberapa titik kawasan disediakan areal parkir, namun saat kegiatan padat, tepi sepanjang jalan menjadi wadah parkir.
© 2017. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat
346
Prosiding Seminar Nasional Lahan Basah Tahun 2016 Jilid 1: 343-349
3.5 Manajemen Seperti ruang publik kota pada umumnya di Indonesia, pengelolaan sepenuhnya berada dalam tanggung jawab pemerintah. Pengelolaan fasilitas Siring Tendean merupakan tanggung jawab Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kota Banjarmasin. Kerjasama dengan asosiasi PKL Siring Tendean dan masyarakat dilakukan sebatas kaitannya dengan pelaksanaan kegiatan.
3.6 Analisis Pencapaian Kriteria Kualitas menurut PPS Berdasarkan pada hasil pengamatan dari parameter di atas, ada 6 (enam) poin kriteria keberhasilan Siring Tendean sebagai destinasi ruang publik kota tepi air yang tercapai dan 4 (empat) poin yang tidak tercapai atau memerlukan perbaikan dan peningkatan. Enam kriteria kualitas yang tercapai meliputi sebagai berikut. 1. Kawasan siring tidak lagi merupakan area permukiman. Menurut PPS, perlu adanya pembatasan pembangunan bagi perumahan pada area tepian air karena dapat membatasi akses warga kota dan potensi besarnya sebagai ruang aktivitas publik. Sejak menjadi ruang publik, Siring Tendean telah menjadi ruang koneksi warga kota untuk menikmati sungainya. Promenade sepanjang tepi sungai menjadi ruang publik bagi warga menikmati suasana sungai di pusat kota. 2. Intensitas aktivitas publik yang tinggi sepanjang tahun. Menurut PPS, ruang publik tepian air dikatakan berhasil jika intensitas kegiatan publiknya tinggi sepanjang tahun. Sejak dibangun, intensitas kegiatan publik di kawasan ini semakin tinggi dan variatif. Program kegiatan publik baik formal (festival, pasar terapung, pameran, lomba) maupun informal, seperti penjual makanan, kegiatan komunitas (peer group) ditunjang oleh fasilitas (menara pandang, area bermain, lapangan olah raga), suasana yang teduh karena cukup banyak pepohonan dan pemandangan sungai menjadi alasan bagi warga kota untuk datang berkunjung. Semakin banyak pengunjung yang datang, akan menarik warga kota yang lain untuk datang. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Whyte (1980): “what attracts people most, it would appear, is other people.” 3. Siring dapat diakses dengan mudah baik dari jalan darat maupun dari jalur sungai. Menurut
ISBN: 978-602-6483-33-1
PPS, ruang publik tepi air yang berhasil adalah ruang publik yang mudah untuk diakses. Siring Tendean, karena bersebelahan langsung dengan jalan, memudahkan pengunjung untuk masuk. Selain itu, di area promenade disediakan dermaga-dermaga klotok dan anak-anak tangga yang memudahkan pengunjung masuk melalui jalur sungai. PPS juga menekankan kemudahan akses bagi pengunjung yang menggunakan transportasi umum. Namun, seperti banyak ditemukan di kota-kota lain di Indonesia, ruang publik lebih sering dipadati oleh kendaraan pribadi sehingga diperlukan kantong-kantong parkir yang memadai. Tepi jalan akhirnya menjadi area parkir saat banyak warga datang ke ruang publik kota. Hal inilah salah satu yang membedakan kondisi ruang publik di negaranegara maju – umumnya mereka datang dengan sepeda, berjalan kaki, atau menggunakan transportasi umum – dan negara-negara sedang berkembang. 4. Aktivitas publik dan fasilitas siring mengapresiasi budaya dan identitas lokal. Menurut PPS, identitas lokal, sejarah, dan budaya perlu ditonjolkan baik dari segi desain fisik maupun program kegiatannya. Dari segi desain, ada usaha untuk memberikan sentuhan lokal dengan adanya dermaga kayu pasar terapung, dermaga-dermaga klotok dengan bentuk atap lokal, detail ornamen, dipertahankannya rumah Anno dan rumah hijau yang merupakan bentuk rumah panggung tradisional, dan dibuatnya maskot patung Bekantan. Akan lebih baik lagi jika desain memiliki muatan yang filosofis tentang sejarah dan budaya lokal sehingga, seperti yang ditekankan Carr et al. (1992), ruang publik akan semakin bermakna bagi warganya. Dari segi program kegiatan, pasar terapung yang diselenggarakan setiap akhir pekan menunjukkan budaya lokal masyarakat Banjar yang kuat. Kegiatan ini yang menjadi magnet utama kedatangan warga kota ke Siring Tendean. Selain itu, klotok-klotok wisata mengajak warga kota untuk menikmati kembali sungainya. Kehadiran pertunjukan seni lokal juga ikut memeriahkan suasana ruang publik kota ini. Kegiatan-kegiatan sejenis yang merupakan bentuk apresiasi terhadap budaya lokal perlu lebih banyak dihadirkan untuk menghidupan suasana ruang publik, karena menurut Gehl (2010), dua faktor dari tiga faktor utama yang mempengaruhi kehidupan ruang publik di banyak negara berkembang adalah tradisi dan budaya.
© 2017. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat
347
Prosiding Seminar Nasional Lahan Basah Tahun 2016 Jilid 1: 343-349
5. Sungai Martapura menjadi bagian dari pusat perhatian. Menurut PPS, sebagai ruang publik tepi air, unsur airnya harus menjadi fokus atau bintang utama. Air merupakan salah satu elemen natural yang menjadi daya tarik di ruang publik – selain pepohonan yang memberikan naungan. Pada Siring Tendean, Sungai Martapura menjadi fokus utama dalam kegiatan pasar terapung dan wisata susur sungai. Warga kota dapat merasakan langsung berbelanja dari pedagangpedagang berjukung dan menikmati pemandangan kota melalui transportasi sungai. Dari atas siring dan menara pandang, pengunjung juga dapat menikmati pemandangan sungai dan aktivitas yang terjadi di atasnya – klotok yang hilir mudik, jukung yang sesekali lewat, aktivitas pasar terapung, dll. 6. Terdapat bangunan ikonik pendukung aktivitas publik. Menurut PPS, keberadaan bangunan ikonik pada ruang publik tepi air dapat menjadi daya tarik sepanjang bangunan tersebut berfungsi publik. Siring Tendean memiliki menara pandang berlantai 4 (empat) dengan bentuk ikonik dimana lantai dasarnya menjadi wadah aktivitas publik temporer (pameran, kumpul kominitas, dll), sedangkan lantai atasnya menjadi ruang pandang bagi warga kota meninkmati kotanya dari ketinggian. Rumah Anno dan Rumah Hijau yang dipertahankan keberadaannya juga difungsikan untuk kegiatan publik. Empat kriteria yang belum tercapai sehingga perlu perbaikan dan peningkatan kualitas adalah sebagai berikut. 1. Bangunan di sekitar siring didominasi oleh permukiman. Menurut PPS, bangunanbangunan di sekitar ruang publik tepi air harus mendukung fungsinya sebagai ruang aktivitas publik dan interaksi sosial. Bangunan yang dimaksud dapat berupa retail-retail, seperti toko, etalase dengan display menarik, dan penanda yang membuat orang tertarik untuk datang (Whyte, 1980). Melihat kondisi tata guna lahan pada kawasan siring, kriteria ini masih belum sepenuhnya tercapai. Bangunan pada baris pertama yang berhadapan langsung dengan Jalan Tendean memang mulai banyak mengalami perubahan dan alih fungsi karena keberadaan siring, seperti Taher Square sebagai food square dan bermunculannya mini-market. Namun, dari segi desain spasialnya, belum terintegrasi dengan baik dengan desain kawasan siring. Perlu upaya untuk menyatukan desain spasial antara bangunan-bangunan yang
ISBN: 978-602-6483-33-1
sifatnya komersial di area seberang jalan dengan kawasan Siring Tendean. 2. Desain masih belum mendorong adaptabilitas. Menurut PPS, desain ruang publik seharusnya fleksibel sehingga mudah diadaptasi oleh berbagai jenis pengunjung dan aktivitasnya. Secara umum, desain Siring Tendean belum mendorong adaptabilitas. Desain terdiri dari promenade, area terbuka atau taman dengan tempat-tempat duduk yang didesain langsung menyatu pada lantai sehingga tidak bisa dipindah. Ruang-ruang terbuka dan taman diantara promenade dan jalur pejalan kaki di sisi jalan memang memberikan peluang untuk berbagai aktivitas, – area untuk berjualan, pameran, olah raga, dll. – tetapi tidak didukung oleh desain elemen-elemen yang fleksibel sehingga pengunjung dapat memodifikasi ruang dengan mudah. Untuk memodifikasi ruang, pengunjung atau pedagang perlu membawa dan mengangkut sendiri perlengkapan yang mereka perlukan. 3. Fasilitas penunjang yang kreatif masih perlu peningkatan untuk kesenangan pengunjung. Menurut PPS, ruang publik perlu dilengkapi dengan fasilitas yang kreatif untuk kesenangan semua orang. Fasilitas yang kreatif memberikan banyak kesempatan bagi pengunjung untuk memilih bagaimana mereka ingin menikmati ruang publiknya. Fasilitas yang tersedia di Siring Tendean secara umum sudah cukup baik, seperti adanya menara pandang, promenade, toilet wisata, wifi corner, lapangan basket, tersedianya tempat-tempat duduk, tempat sampah, dan lampu-lampu untuk penerangan malam hari. Namun, elemen-elemen seperti bangku, lampu, tempat sampah dapat dibuat lebih kreatif dan variatif. Misalnya, bentuk desain bangku di area taman tidak variatif, hanya berupa bangku beton menyerupai batang pohon. Sebenarnya, area untuk duduk tidak harus selalu berbentuk bangku, tetapi bisa berupa bagian dari elemen-elemen lain yang memungkinkan orang untuk duduk (Whyte, 1980) – seperti anak-anak tangga di area promenade atau pot-pot tanaman yang dibuat lebar sehingga bisa digunakan untuk duduk. 4. Manajemen pengelolaan masih belum maksimal. Menurut PPS, perlu sistem manajemen yang baik untuk mengelola ruang publik, baik dari segi perawatan fisik maupun pelaksanaan program sehingga keberlangsungan dapat terjaga. PPS juga menganjurkan agar ada kerjasama dalam manajemen pengelolaan antara pihak
© 2017. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat
348
Prosiding Seminar Nasional Lahan Basah Tahun 2016 Jilid 1: 343-349
pemerintah, pihak swasta, dan masyarakat kota. Seperti ruang publik di Indonesia pada umumnya, pengelolaan fisik dan program kegiatan serta perawatan berada dalam tanggung jawab pemerintah. Untuk program kegiatan publik, kerjasama sudah terjalin antara pemerintah dan pihak-pihak terkait, seperti pengelolaan PKL yang bekerjasama dengan asosiasi PKL Siring Tendean. Pengelolaan dirasa kurang khususnya dalam masalah pengelolaan fisik dan kebersihan; masalah yang umumnya ditemukan di ruang-ruang publik kota di Indonesia. Padahal, kualitas perawatan merupakan kualitas untuk membuat sebuah ruang dapat berfungsi baik, selain aksesibilitas dan inklusivitas (Demsey, 2009). Isu bahwa manajemen dan pengelolaan siring akan diserahkan ke pihak swasta sebenarnya membuka peluang perbaikan dan peningkatan fisik Siring Tendean. Namun, yang perlu diperhatikan, Siring Tendean adalah milik warga kota tanpa terkecuali. Bentuk pengelolaan sebaiknya berupa kerjasama antara pemerintah, pihak swasta dan masyarakat.
ISBN: 978-602-6483-33-1
1. Desain spasial bangunan-bangunan di sekitar kawasan, khususnya bangunan publik yang menghadap langsung Jalan Tendean, perlu merespon keberadaan Siring Tendean sebagai ruang publik. 2. Desain fasilitas dan elemen-elemen ruang publik harus adaptif, kreatif, dan variatif. 3. Perlu manajemen pengelolaan yang baik melalui kerjasama pemerintah, swasta, dan warga kota dalam pengelolaan fisik maupun program kegiatan demi keberlangsungan kehidupan publik kota yang baik.
5. DAFTAR PUSTAKA Andini, D.N (2013). Exploring the social life of urban riverfront public space: A case study of Sudirman and Tendean Riverfront quay in Banjarmasin‟, Jurnal Lanting: 61-75. Carr, S., Francis, M., Rivlin, L.G. & Stone, A.M. (1992) Public space. Cambridge: Cambridge University Press. Cattell et al. (2007). Mingling, observing, and lingering: Everyday public spaces and their implications for well-being and social relations‟, Health and Place 14:544-561 ELSEVIER [online]. Available at: www.elsevier.com/locate/healthplace (Accessed on: 13-05-2010). Creswell, J.W. (2009). Research design: qualitative, quantitative, and mixed methods approaches. 3rd ed. USA: Sage publications. Dempsey, N. (2009) Are good-quality environments socially cohesive? Measuring quality and cohesion in urban neighbourhoods, Town Planning Review 80(3):315-345. Gehl, J. (2003) Winning back the public spaces. Conference lectured at the symposium "(In)visible Cities. Spaces of Hope, Spaces of Citizenship". Centre of Contemporary Culture of Barcelona, 2527 July 2003. [online]. Available at: http://www.publicspace.org/ (Accessed: 15-072011) Gehl, J. (2010) Cities for people. Washington, DC: Island press. Whyte, W.H. (1980). The Social Life of Small Urban Spaces. New York: Project for Public Spaces.
4. SIMPULAN Siring Tendean memenuhi 6 poin dari 10 poin kriteria keberhasilan ruang publik tepi air ditinjau dari segi intensitas kegiatan publik yang tinggi, aksesibilitas yang mudah, program kegiatan yang mengacu pada identitas dan budaya lokal, Sungai Martapura sebagai daya tarik utama, dan adanya bangunan ikonik yang mendukung aktivitas publik. Empat poin kriteria yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan kualitasnya, meliputi desain spasial bangunan-bangunan di sekitar yang masih belum terintegrasi dengan desain ruang publik, desain yang kurang adaptif, fasilitas yang bisa dirancang lebih kreatif dan variatif, dan manajemen pengelolaan yang masih belum maksimal. Saran dan rekomendasi untuk perbaikan dan peningkatan fungsi Siring Tendean sebagai ruang publik tepi air adalah sebagai berikut. -----
© 2017. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat
349