BAB IV Pemecahan Masalah (Strategi Komunikasi / Konsep Desain)
4.1. Konsep Umum Pesan yang ingin disampaikan adalah bahwa tidak semua informasi yang ada pada media sinetron dan film bioskop itu benar. Para pemirsa TV dan bioskop harus mulai belajar menyaring dan memilih informasi dan pengaruh seperti belajar membaca kembali saat TK. Pemirsa harus disadarkan bahwa media itu penuh dengan: -
Kebohongan
-
Hal yang dibuat-buat
-
Hal yang dilebih-lebihkan
-
Penyederhanaan dan simbolisasi
-
Impian dan harapan filmmaker
-
Khayalan dan imajinasi pribadi filmmaker
-
Pengadaptasian langsung dari budaya lain
-
Psikologi dan sosiologi fiktif
-
Ide, gagasan, idealisme
-
Propaganda dan politik
-
Komersialisme dan kepentingan lainnya
Pesan bagi para filmmaker adalah, jangan membuat film yang tidak berisi, atau bahkan tidak memiliki pesan apapun (tujuan komersil semata). Buatlah film yang menyampaikan kebenaran, sejarah, dan harapan-harapan atas pola pikir masyarakat yang lebih baik. Karena fungsi utama media adalah sebagai saksi pembangunan, dan harapan atas pembangunan ke depan.
Media yang akan saya gunakan (seperti yang telah disebut-sebut sebelumnya) adalah film pendek berdurasi 3 menit TV sized. Yang akan ditayangkan di TV pada jam-jam primetime secara berangsur dengan jadwal tertentu. Juga akan ditayangkan pada awal pemutaran film bioskop sebelom film dimulai. Di bioskop, film ini akan tampil seperti halnya trailer film, tapi lebih mengacu kepada film pendek Animatrix yang ditayangkan di setiap awal film bioskop. 31
Proses syuting akan memakai aktor dan aktris, juga setting tempat yang sesungguhnya. Untuk opening dan ending akan menggunakan grafis dan efek yang diperlukan. Dan kemungkinan untuk pencapaian teknik tertentu akan menggunakan efek sesuai keperluan.
Target sasaran adalah remaja SMA, kuliah, sampai batas maksimal 25 tahun. Mengapa begini, karena film-film yang ditayangkan dalam sinetron menggunakan minimal cerita SMA sebagai settingnya. Sekalipun ada sinetron SD seperti Heart (anak-anak) tapi akan disisihkan karena perbedaan pemahaman yang terlalu jauh dengan umur lainnya.
4.2. Konsep Khusus 4.2.1. Konsep Verbal (Positioning, Slogan, Kata Kunci) Positioning akan menempatkan film pendek ini sebagai film hiburan singkat yang menarik perhatian tapi sarat makna dan pesan. Film ini akan dilihat sebagai film favorit yang akan layak ditonton berulang-ulang, tapi meninggalkan makna dan tidak asal lewat begitu saja.
Film ini akan menjadi film remaja dengan tema umum. Menempatkan dirinya sebagai film layak tonton yang tidak menggurui tapi mengajak penonton untuk terlibat di dalamnya dan hanyut dalam pesan-pesannya.
Film ini akan mirip film iklan layanan masyarakat, tapi pesan tidak disampaikan secara gamblang. Film ini juga mirip film pendek Lux, tapi pesan yang disampaikan tidak nyleneh seperti Lux namun dikonsep dengan riset yang mendalam.
Bentuk film sendiri tidak akan terlalu banyak bercerita secara langsung karena durasi yang pendek, cerita pun tidak akan terlalu rumit dengan berpindah-pindah setting tapi memakai satu nuansa setting dalam setiap episodenya.
32
Slogan yang dipakai sebagai satu sistem dalam seri film pendek ini adalah: “Karena Media, Kadang Merekayasa”
Slogan akan ditampilkan pada akhir setiap episode film. Maksud dari slogan itu adalah bahwa jangan menjalani kehidupan yang ada pada cerita pada layar film, tapi jalanilah kehidupanmu yang sebenarnya. Keluar dan lihatlah! Kehidupan yang sebenarnya berbeda dari apa yang kau lihat pada layar TV atau layar bioskop. Sekalipun kehidupan nyata lebih berat dan keras, tapi kehidupan nyata selalu akan lebih menyenangkan jika dijalani dengan benar. Jika mengacu pada cerita di TV maka kehidupan anda akan terdikte.
Pesan yang ingin disampaikan adalah: “Hidupmu bukan Cerita”
Kata kuncinya adalah: Media Literasi, atau Media Awareness. Atau dalam bahasa Indonesianya adalah Melek Media.
4.2.2. Konsep Visual Visual akan menggunakan objek, aktor, aktris, dan setting nyata.
Tempat-tempat yang dipilih adalah Potluck Café, Tobucil (Toko buku kecil), dan Kantin Bengkok ITB, dan jalanan umum.
Sinematografi Pada film pendek ini saya akan menampilkan gambar hitam-putih untuk memberi kesan sebuah penglihatan yang yang tidak sempurna, mewakili seseorang yang belum melek media, atau tidak memiliki kemampuan untuk menyaring informasiinformasi yang terdapat dalam media yang dia baca atau tonton.
33
Fotografi Kamera kadang menampilkan gestur pemain dan kadang menampilkan ekspresi pemain sesuai kebutuhan. Pertimbangan juga didasarkan pada background yang kadang menjadi noise.
Permainan Kamera Saya sengaja menggunakan gaya ‘kamera goyang’ untuk membuat adegan yang dinamis, namun tetap steady dan stabil.
Gaya Film Film ini akan berjenis film bisu dengan penggunaan teks sebagai pengganti dialog yang seharusnya diucapkan para pemain. Hal ini adalah salahsatu bagian dari studi multimedia yang saya gunakan.
Pemilihan Pemain Aktor dan Aktris dipilih yang tidak begitu ganteng atau cantik, tapi memiliki wajah menarik. karena sebisa mungkin saya tidak ingin menyamai sinetron atau film bioskop yang selalu memakai aktor dan aktris ganteng cantik atau bahkan bule.
Pemilihan Kostum Kostum yang digunakan sederhana dan tidak terlalu aneh, kecuali untuk pemeran wanita yang memang digambarkan sebagai orang yang terlalu mudah terpengaruh.
Pemilihan Set Tempat Tempat yang digunakan untuk shoot adalah sebuah restoran, toko buku, jalanan umum, dan sebuah meja yang berada di tempat terbuka.
34
4.2.2.1. Studi Karakter Sang Wanita
Para tokoh sengaja dibiarkan tidak bernama agar masing-masing penonton dapat berkaca dari masing-masing tokoh dan dari diri masing-masing.
Sang wanita adalah seorang yang berpenampilan agak menyolok, hal ini dikarenakan pengaruh dari lingkungan di sekitar dia. Dia memakai kacamata dengan frame warna menyolok juga.
Kostum yang ia kenakan saat di restoran adalah penampilan dia yang berbeda dari penampilan dia sehari-hari.
Sifat sang wanita ini sebetulnya baik, dan dia juga bukan tipe cewek matre, tapi dia terlalu terpengaruh dengan cerita, sehingga ia mengharapkan sang kekasih akan bersikap seperti tokoh dalam novel yang ia baca.
Tapi setelah itu, ia menyadari kesalahannya, dan berusaha memperbaikinya.
35
Sang Pria
Sang kekasih adalah orang yang berpenampilan kurang keren, berpakaian sederhana, juga berpenghasilan pas-pasan dari pekerjaannya. Sehingga ia tak mampu membelikan cincin berlian untuk melamar.
Setelah menyadari bahwa sang cewek kecewa karena dilamar tanpa cincin berlian, dia pun berusaha untuk memberikannya di lain waktu.
Sifatnya baik, dan pengertian, juga humoris.
36
Sang Penulis Novel
Sang penulis novel adalah seorang yang tampak keras, tapi dia menuliskan kisahkisah romantis dalam novel yang ia tulis.
Jika ia sedang menulis, dia akan memakai kacamata.
Penampilannya cukup sederhana yaitu baju hitam lengan panjang.
Setelah menyadari bahwa kehidupan ia yang sebenarnya sangatlah berbeda jauh dengan kisah romantis fiksi yang ia buat, ia pun sadar dan ingin memperbaiki tulisannya.
4.3. Konsep Media 4.3.1. Proses Kerja
4.3.1.1. Pencarian Talent Pencarian talent saya lakukan meliputi lingkungan kampus ITB dan Unpad Dipatiukur. Hal ini dikarenakan untuk mendapatkan aktor/aktris mahasiswa yang memenuhi syarat secara penampilan dan kepribadian. Selain itu juga dilihat kesibukan mereka.
37
Proses seleksi dan casting meliputi pengamatan secara fisik dan penampilan. Lalu perkenalan untuk mengetahui kepribadian dan kesiapan untuk berakting. Berikutnya adalah penyesuaian jadwal syuting.
Untuk imbalan bagi mereka (para talent), saya menyediakan bujet di bawah nominal Rp.100.000,- per orang.
4.3.1.2. Pencarian Kru Untuk kru saya membutuhkan: -
Kameramen
-
Gaffer (lighting)
-
Casting
-
Asisten Sutradara 1
-
Wardrobe
Untuk kru saya menyediakan imbalan dengan bujet di bawah Rp.50.000,- per orang, atau tidak dibayar samasekali.
4.3.1.3. Kostum Untuk kostum saya menyediakan baju-baju yang biasa dipakai aktor/aktrisnya sehari-hari, dengan tambahan: -
Baju gaun malam
-
Kemeja formal
-
Jaket
-
Kacamata
4.3.1.4. Properti Untuk properti saya menyediakan: 38
-
Buku “Keabadian Cinta” yang dibuat sendiri
-
Bunga (untuk film ke-3)
-
Kotak cincin (untuk film ke-3)
-
Diary (untuk film ke-2 dan ke-3)
-
Laptop
-
Lilin
4.3.1.5. Set - Potluck Cafe - Toko Buku Kecil - Jalanan depan Bioskop Regent Jl. Veteran - Kantin Tambang
4.3.1.6. Peralatan Syuting - Kamera Sony Handycam Mini DV - Kamera JVC dengan media HDD - Kamera Sony Handycam media DVD - Kamera Digital Canon 5 Megapixels - Emergency Lamp (sebagai lampu sorot) - Lampu kuning - Lampu neon biru 21 watt - Reflektor - Tripod - Clip-on (tidak dipakai karena pertimbangan film bisu) - Kabel ekstensi - Kaset Mini DV Sony 60 menit
4.3.1.7. Peralatan Editing Komputer: -
Prosesor setara Intel Pentium 4 39
-
Memori RAM minimal 1 GB
-
HDD minimal 40 GB
-
Graphic Card minimal 64 MB
-
CD/DVD Burner (CD/DVD kosong)
Software: -
Microsoft Office Word
-
Corel Draw
-
Adobe Photoshop
-
Adobe Premiere
-
Adobe After Effect
-
Particle Illusion
Juga kabel untuk capture (IEEE 1394)
Setelah talent disetujui, mereka diminta menghafal naskah dan akan diadakan beberapa kali pertemuan untuk membahas peran, cerita, dan jadwal syuting.
Setelah itu akan disyuting secara bertahap untuk setiap episode. Karena setiap episode memang hanya akan memakai satu setting dan tidak berpindah-pindah. Setelah itu masuk offline editing dan jika dirasa ada yang kurang, maka akan diadakan syuting ulang. Proses ini diharap dapat selesai dalam waktu 2 minggu.
Lalu berikutnya memasuki tahap editing online. Sekaligus penambahan efek dan suara + musik. Untuk opening dan ending akan dibuat setelahnya dengan software yang diperlukan. Baru setelah itu hasilnya diekspor ke DVD dan dibuat versi mpeg-nya untuk preview.
40
4.3.2. Hasil Karya
4.3.2.1. Skenario Film Pertama (”Ceritanya Berbeda”) Seorang wanita sedang menunggu kekasihnya di sebuah restoran. Sambil menunggu, dia bermonolog seolperah-olah kekasihnya sudah melamar dan memberinya cincin berlian seperti adegan di novel kesayangannya yang berjudul “Keabadian Cinta”
Tapi begitu kekasihnya datang dan melamarnya, ternyata sang kekasih melamarnya dengan tangan kosong. Sang wanita pun kecewa. Sekaliipun begitu, dia tetap menerima lamaran sang kekasih.
Film Ke-2 (”Ceritanya akan Berubah”) Sang wanita yang sedang dalam kesedihan berjalan-jalan melihat-lihat buku dan mengingat-ingat lagi kisahnya. Sekaligus merenungkan kenapa hidupnya tidak bisa seperti cerita yang ada di dalam novel.
Di waktu yang lain, sang penulis novel “Keabadian Cinta” pun sedang berjalanjalan dan merenungi buku yang ia tulis. Ia sudah muak menulis kisah percintaan fiktif sementara ia sendiri adalah orang yang kehidupan percintaannya kacau. Sang penulis novel berencana untuk berhenti menulis novel atau membuat cerita lain yang lebih realistis.
Film Ke-3 (”Keabadian Cinta?”) Sang wanita yang sudah tersadarkan bahwa kehidupannya selama ini terlalu terdikte dengan cerita novel, ingin membaiki kesalahannya. Dia memanggil kekasihnya ke suatu tempat, dan ia akan memperbaiki keadaan.
41
4.3.2.2. Skrip
Adegan untuk film pertama:
Dinda: (monolog) kok telat? Dinda: nggak, nggapapa kok. Mesen dulu gih, aku udah mesen minuman. Dinda: iya? (tiba2 kaget) Dinda: bagus banget… untukku? Dinda: iya aku mau. Aku mau jadi istrimu… Ilham datang. Ilham: sori telat, tadi angkotnya ngetem lama… Dinda: hehehe nggapapa kok. Mesen dulu gih, aku udah mesen minuman. Ilham: eh, kamu tampak beda banget malem ini…? Dinda: iya soalnya kamu juga tumben ngajak makan di tempat mahal gini… Ilham: nah itu dia. Sebetulnya aku mau ngomong sesuatu yg penting. Dinda: … Ilham: Kamu… mau nggak kamu jadi istriku? Dinda: (senyum2 menunggu sesuatu) Ilham: din? Dinda: eh apa? Ilham: kamu mau nggak jadi istriku? Dinda: … Dinda: oh, tentu saja aku mau. Dinda: oya aku ke kamar mandi bentar Ilham: …
42
4.3.2.3. Logo, warna, dan Font Logo
Saya menggunakan gambar mata untuk menggambarkan keseluruhan tema “Melek Media”. Dimaksudkan “Melek Media” berarti pasang mata - pasang telinga - pasang hati - pasang pikiran. Tetapi akan diwakilkan dengan satu objek saja yaitu mata.
Gambar mata dibuat dengan lukisan tangan lalu di-scan untuk membuat gaya artistik yang tidak bisa dihasilkan dengan program seperti Corel Draw.
Kenapa mata dan alis? Karena penggunaan “mata saja” sudah sangat umum dalam dunia logo, sehingga saya menambahkan alis untuk membuatnya berbeda dari yang lain.
Tulisan “Melek Media” yang ada di bawahnya dibuat seperti Handwriting dan terintegrasi dengan logo.
Tulisan “Melek Media” juga sengaja digabung agar didapatkan bentuk yang kompak termasuk dengan logonya.
Warna Warna Hitam Putih dipilih agar sesuai dengan Sinematografi film. 43
Font Font yang dipakai adalah “Freestyle Script” untuk Logo
Times New Roman untuk Slogan dan teks dalam film
Slogan “Karena Media, Kadang Merekayasa”
Pesan “Hidupmu bukan Cerita”
Maksud pesan adalah agar jangan terlalu terpengaruh dengan cerita novel, sinetron, atau film, karena film biografi sekalipun kadang dimodifikasi untuk membuatnya oke.
44