KINERJA ORGANISASI DAN KEUANGAN KOPERASI KELOMPOK TANI LISUNG KIWARI DESA CIBURUY KECAMATAN CIGOMBONG KABUPATEN BOGOR
SKRIPSI
YONA OCTAVA PURBA H34086101
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
RINGKASAN YONA OCTAVA PURBA. Kinerja Organisasi dan Keuangan Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Agribinis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan LUKMAN M. BAGA). Kontribusi Sektor pertanian dan UMKM terhadap perekonomian dan kesempatan kerja di Indonesia masih lebih tinggi dibanding usaha industri. Sektor pertanian dan UMKM dapat menjadi usaha yang cocok dikembangkan di Indonesia. Koperasi pertanian merupakan bagian dari sektor pertanian dan UMKM. Pengembangan koperasi pertanian diharapakan dapat mendukung sektor pertanian dan UMKM. Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor memanfaatkan keberadaan gabungan kelompok tani dalam menumbuhkan kembali koperasi. Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor telah membina 10 Koperasi Kelompok Tani (KKT). KKT Lisung Kiwari telah melakukan lima kali Rapat Anggota Tahunan (RAT) dan KKT yang masih aktif dibanding dengan KKT lainnya. KKT Lisung Kiwari tumbuh dari Gapoktan Silih Asih sebagai kelembagaan yang berprestasi. Penelitian ini bertujuan menganalisis, membandingkan kinerja organisasi KKT Lisung kiwari dengan kinerja organisasi Poktan, Gapoktan, koperasi dan menganalisis kinerja keuangan KKT Lisung Kiwari. Jumlah Responden yang diambil yaitu 30 responden. Responden yang dipilih adalah anggota koperasi dan merupakan anggota Gapoktan. Untuk mengetahui adanya perbedaan terhadap kinerja organisasi Poktan, Gapoktan, maupun koperasi dengan menggunakan metode statistik nonparametrik. Statistik nonparametrik yang digunakan yaitu uji Friedman. Untuk menganalisis kinerja keuangan menggunakan metode analisis rasio keuangan koperasi. Hasil pembahasan kinerja organisasi menunjukkan kinerja Gapoktan lebih baik dibanding koperasi. Hasil penelitian kinerja keuangan menunjukkan Likuiditas KKT Lisung Kiwari 2005-2009 sesuai angka rasio lancar, rasio cair berada dalam kondisi baik sedangkan rasio kas berada pada kondisi tidak baik karena kemampuan membayar kewajiban lancarnya atas kas sangat rendah. Solvabilitas KKT Lisung Kiwari 2005-2009 sesuai angka rasio kewajiban jangka panjang atas harta, rasio kewajiban jangka panjang atas kapitalisasi berada kondisi baik sedangkan rasio kewajiban jangka panjang atas modal mengalami keadaan yang tidak baik karena kemampuan modal untuk menjamin kewajiban jangka panjang semakin rendah. Profitabilitas KKT Lisung Kiwari 2005-2009 sesuai angka rasio SHU terhadap penjualan berada dalam kondisi baik tetapi pada rasio SHU terhadap modal berada pada kondisi tidak baik karena modal belum dapat meningkatkan SHU. Efektifitas KKT Lisung Kiwari 2005-2009 sesuai angka rasio HPP atas penjualan dan HPP dijumlahkan operasi atas penjualan berada dalam kondisi baik. Kinerja Keuangan masih cenderung bergantung kepada modal dari luar.
KINERJA ORGANISASI DAN KEUANGAN KOPERASI KELOMPOK TANI LISUNG KIWARI DESA CIBURUY KECAMATAN CIGOMBONG KABUPATEN BOGOR
YONA OCTAVA PURBA H34086101
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
Judul
: Kinerja Organisasi dan Keuangan Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor
Nama
: Yona Octava Purba
NIM
: H34086101
Disetujui, Pembimbing
Ir. Lukman M. Baga, MA.Ec NIP. 19640220 198903 1001
Diketahui, Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002
Tanggal Lulus
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Kinerja Organisasi dan Keuangan Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Januari 2011
Yona Octava Purba H34086101
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Parapat pada tanggal 5 Oktober 1987. Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Hiskia Purba dan Ibunda Mintarina Sipayung. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 51 Inpres Parapat pada tahun 1999 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2002 di SMPN 1 Parapat. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMAN 3 Pematang Siantar diselesaikan pada tahun 2005. Penulis melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi di Program Studi Manajemen Agribisnis, Program DIII Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran yang diselesaikan pada tahun 2008 dan selanjutnya tercatat sebagai mahasiswa
Program
Sarjana
Agribisnis
Penyelenggaraan
Khusus
pada
Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala anugerah kasih karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kinerja Organisasi dan Keuangan Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor”. Penelitian ini bertujuan mempelajari proses transformasi Gapoktan Silih Asih menjadi Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari dan menganalisis kinerja keuangan KKT Lisung Kiwari. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya mahasiswa sebagai bahan literatur.
Bogor, Januari 2011 Yona Octava Purba
UCAPAN TERIMA KASIH Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan yang Maha Esa penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada. 1. Ir. Lukman M. Baga, MA.Ec selaku dosen pembimbing atas arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi. 2. Dr. Ir. Ratna Winandi, MS selaku dosen evaluator pada kolokium, dosen penguji utama pada sidang yang telah memberikan banyak saran dan masukan untuk kesempurnaan skripsi. 3. Dra. Yusalina, MSi selaku dosen penguji komisi akademik yang telah memberikan saran untuk kesempurnaan skripsi. 4. Seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis. 5. Pihak Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari Bapak Hari Kuswara sebagai ketua, Bapak Suherman SE sebagai sekretaris, Bapak Heli Permana SP sebagai bendahara, Bapak H. A Zakaria sebagai Pengawas dan Ketua Gapoktan Silih Asih. 6. Orang Tua dan saudara tercinta untuk setiap dukungan, cinta kasih dan doa yang diberikan. Semoga skripsi ini dapat menjadi persembahan yang terbaik. 7. Teman-teman Agribisnis angkatan V, PMKB (Persekutuan Mahasiwa Kristen kota Bogor), dan KK (Kelompok Kecil) atas semangat dan sharing selama penelitian hingga penulisan skripsi, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuannya.
Bogor, Januari 2011 Yona Octava Purba
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL .................................................................................
iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................
iv
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................
v
I
PENDAHULUAN ........................................................................
1
1.1 1.2 1.3 1.4 1.5
Latar Belakang ...................................................................... Perumusan Masalah .............................................................. Tujuan Penelitian .................................................................. Manfaat Penelitian ................................................................. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian ..................................
1 3 4 4 5
TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................
6
2.1 Koperasi sebagai Kelembagaan Sosial Ekonomi Agribisnis .................................................... 2.2 Laporan Keuangan Koperasi ................................................. 2.3 Analisis Kinerja Keuangan .................................................... 2.4 Tinjauan Penelitian Terdahulu ...............................................
6 8 8 9
KERANGKA PEMIKIRAN ........................................................
11
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ................................................. 3.1.1 Kelembagaan Petani ..................................................... 3.1.2 Koperasi ....................................................................... 3.1.3 Pengelompokan Organisasi Swadaya ............................ 3.1.4 Analisis Rasio Keuangan .............................................. 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ..........................................
11 11 11 13 14 17
METODE PENELITIAN .............................................................
19
4.1 4.2 4.3 4.4
Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................ Jenis dan Sumber Data .......................................................... Metode Pengambilan Sampel ................................................ Metode Analisis data ............................................................. 4.4.1 Kinerja Transformasi Organisasi .................................. 4.4.2 Rasio ............................................................................ 4.4.3 Analisis Rasio Keuangan ..............................................
19 19 19 20 20 20 20
GAMBARAN UMUM KKT LISUNG KIWARI .........................
26
5.1 Sejarah KKT Lisung Kiwari .................................................. 5.2 Struktur Organisasi KKT Lisung Kiwari ............................... 5.2.1 Keanggotaan KKT Lisung Kiwari ................................ 5.2.2 Perangkat Organisasi KKT Lisung Kiwari ................... 5.3 Bidang Usaha KKT Lisung Kiwari ........................................ 5.4 Permodalan KKT Lisung Kiwari ...........................................
26 27 27 29 31 32
II
III
IV
V
VI
PEMBAHASAN .......................................................................... 6.1 Kinerja Organisasi terhadap Poktan, Gapoktan Silih Asih dan KKT Lisung Kiwari ........................................................ 6.2 Analisis Kinerja Keuangan KKT Lisung Kiwari .................... 6.2.1 Likuiditas ..................................................................... 6.2.2 Solvabilitas .................................................................. 6.2.3 Profitabilitas ................................................................ 6.2.4 Efektifitas .................................................................... 6.3 Strategi Pengembangan KKT Lisung Kiwari Berdasarkan Kinerja Organisasi dan Kinerja Keuangan ..........
33 33 42 43 47 51 54 56
VII KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................
59
7.1 Kesimpulan ........................................................................... 7.2 Saran .....................................................................................
59 59
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................
61
LAMPIRAN .........................................................................................
64
ii
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Koperasi Kelompok Tani di Kabupaten Bogor ...........................
3
2. Perkembangan Jumlah Anggota KKT Lisung Kiwari ..................
28
3. Jumlah Pertemuan Rapat Anggota KKT Lisung Kiwari ..............
30
4. Perbandingan Laba Usaha dari Bidang Usaha .............................
31
5. Perkembangan Modal Sendiri dan Modal Luar ...........................
32
6. Hasil Uji Friedman terhadap Adanya Pertemuan dan Rapat ........
34
7. Hasil Uji Friedman terhadap Keterlibatan Anggota dalam Pengelolaan ......................................................................
35
8. Hasil Uji Friedman terhadap Keterlibatan Anggota dalam Pengambilan Keputusan ..............................................................
35
9. Hasil Uji Friedman terhadap Keterlibatan Anggota dalam Kegiatan Bersama ......................................................................
36
10. Hasil Uji Friedman terhadap Adanya Usaha yang Berorientasi kepada Kepentingan Anggota ..........................
38
11. Hasil Uji Friedman terhadap Adanya Kemampuan Meningkatkan Kesejahteraan Anggota. ........................................
39
12. Hasil Uji Friedman terhadap Adanya Aktivitas Pendidikan, Pelatihan, Penerangan ...............................................
40
13. Rasio Lancar KKT Lisung Kiwari periode 2005-2009 .................
43
14. Rasio Cair KKT Lisung Kiwari periode 2005-2009......................
44
15. Rasio Kas KKT Lisung Kiwari periode 2005-2009 ......................
45
16. Rasio Kewajiban Jangka Panjang atas Harta KKT Lisung Kiwari periode 2005-2009 .......................................
48
17. Rasio Kewajiban Jangka Panjang atas Modal KKT Lisung Kiwari periode 2005-2009 .......................................
49
18. Rasio Kewajiban Jangka Panjang atas Kapitalisasi KKT Lisung Kiwari periode 2005-2009 .......................................
50
19. Rasio Sisa Hasil Usaha atas Penjualan KKT Lisung Kiwari periode 2005-2009 ......................................
52
20. Rasio SHU atas Modal/Return on Equity (ROE) KKT Lisung Kiwari periode 2005-2009 ........................................
53
21. Rasio HPP atas Penjualan KKT Lisung Kiwari periode 2005-2009 .......................................
54
22. Rasio HPP dan Beban operasi atas Penjualan KKT Lisung Kiwari periode 2005-2009 ........................................
55
iii
DAFTAR GAMBAR Nomor 1.
Halaman Transformasi Gapoktan Silih Asih menjadi KKT Lisung Kiwari ........................................................
4
Peran Koperasi Sebagai Pendukung Sub-sistem Penunjang dalam Sistem Agribisnis yang Terintegrasi .............................................
6
3.
Pengembangan Kelembagaan Petani.............................................
7
4.
Irisan Lingkaran Koperasi ............................................................
12
5.
Pengelompokan Organisasi Swadaya (SHO) ................................
13
6.
Kerangka Pemikiran Operasional .................................................
18
7.
Struktur Organisasi KKT Lisung Kiwari Tahun 2009 ...................
27
8.
Kinerja Organisasi Poktan, Gapoktan dan Koperasi ......................
41
9.
Grafik Rasio Likuiditas tahun 2005-2009 .....................................
47
10. Peran Poktan, Gapoktan dan Koperasi dalam Strategi Pengembangan KKT Lisung Kiwari ......................
57
2.
iv
DAFTAR LAMPIRAN Nomor 1.
Halaman Laporan Keuangan Neraca per 31 Desember 2005,2006,2007,2008 dan 2009 ........................
65
Perhitungan Sisa Hasil Usaha per 31 Desember 2005, 2006, 2007, 2008, dan 2009 ...................
67
3.
Gabungan hasil analisis rasio .......................................................
69
4.
Gapoktan Silih Asih .....................................................................
70
5.
Kantor Koperasi KKT Lisung Kiwari...........................................
71
6.
Kuisioner Penelitian .....................................................................
72
2.
v
I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) berkontribusi terhadap
pembentukan total Produk Domestik Bruto (PDB) non migas tahun 2008 sebesar 62,59 persen sedangkan usaha industri sebesar 50,06 persen. UMKM juga mampu menyerap tenaga kerja 97,04 persen sedangkan usaha industri 2,96 persen1. Perbandingan persentase UMKM dan usaha besar menunjukkan UMKM berperan dalam perekonomian Indonesia dan menciptakan kesempatan kerja. Sektor pertanian juga terbukti masih memiliki peranan yang penting bagi perekonomian Indonesia. PDB sektor pertanian atas dasar harga berlaku pada triwulan II 2008 termasuk dua besar penghasil nilai tambah bruto yaitu Rp 180,6 trilyun atau 14,7 persen dari total PDB nasional yang mencapai Rp 1.230,9 trilyun (Deptan 2008). Lapangan usaha pertanian menyediakan kesempatan kerja yang lebih tinggi dibanding usaha industri. Kesempatan kerja lapangan usaha pertanian tahun 2007, laki-laki 0,41 persen dan perempuan 0,41 persen sedangkan lapangan usaha industri tahun 2007 hanya menyediakan kesempatan kerja untuk laki-laki 0,11 persen dan perempuan 0,14 persen (BPS 2009)2. UMKM dan sektor pertanian merupakan ciri khas sektor dan lapangan usaha di Indonesia. Perpaduan antara UMKM dan sektor pertanian diharapkan semakin meningkatkan perekonomian dan kesempatan kerja. Koperasi Pertanian merupakan bagian dari UMKM yang bergerak dalam sektor pertanian. Pasal 33 UUD 1945 mengamanatkan bahwa badan usaha yang diharapkan berperan penting dalam perekonomian Indonesia adalah koperasi. Usaha kecil dan menengah sektor pertanian dapat bergabung dalam suatu wadah (organisasi), dengan saling membantu dan bekerja sama agar dapat meningkatkan posisi tawar petani (Partomo dan Soejoedono 2002). Peranan pemerintah dalam pembangunan koperasi pertanian kemudian menjadi nyata dengan dikeluarkannya Inpres No.4 Tahun 1984 tentang pembinaan dan 1
http://www.smecda.com/deputi7/menu/files/ Analisis Kinerja Koperasi 2004, 2008, 2009. Diakses tanggal 24 Februari 2010 2 BPS. Berita Resmi Statistik No.11/02/Th. XII,16 Februari 2009. [Terhubung Berkala]. http://www. Google.com//search//PDB Indonesia.html. Diakses tanggal 24 Februari 2010
pengembangan Koperasi Unit Desa (KUD) yang berawal dari Pembinaan Badan Usaha Unit Desa (BUUD). BUUD suatu program terpadu dalam satu sistem kelembagaan, yang memperhatikan aspek sosial, ekonomi, dan budaya sebagai pengikat. Perubahan status BUUD menjadi KUD mengakibatkan KUD bukan lagi sebagai koperasi pertanian tetapi menjadi koperasi serba usaha. Keanggotaan menjadi terbuka bagi semua warga desa yang bidang usahanya sangat beragam. Hal tersebut dinilai menjadi penyebab KUD sulit menjadi organisasi ekonomi yang profesional, karena pada umumnya profesonalisme memerlukan spesialisasi dan bukan generalisasi (Nasution 1990). Menurut Sasono (2010), kegagalan KUD disebabkan oleh pembentukan secara massal, tanpa memperhatikan kesiapan anggota. Fasilitas yang berlimpah menyebabkan KUD sangat bergantung kepada pemerintah, sehingga ketika fasilitas dari pemerintah berhenti, banyak KUD yang tidak berfungsi. Peran pemerintah dalam mendukung pembangunan pertanian tidak berhenti pada kegagalan KUD. Revitalisasi kelembagaan petani merupakan salah satu dari strategi pembangunan Pertanian3. Hal ini dinyatakan dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor:273/Kpts/OT.160/4/2007 yang berisi pedoman penumbuhan dan pengembangan kelompok tani (Poktan) dan gabungan kelompok tani (Gapoktan). Keberadaan Poktan maupun Gapoktan diharapkan menjadi jalan untuk mengaktifkan kembali koperasi pertanian. Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor memanfaatkan keberadaan gabungan kelompok tani dalam menumbuhkan kembali koperasi. Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor telah membina 10 Koperasi Kelompok Tani (KKT) pada Tabel 1.
3 Bayu Krisnamurthi. 6 Juni 2010. Koperasi Pertanian Sebagai Upaya Membangun Daya Saing Perekonomian dalam Era Perdagangan Bebas. Seminar Koperasi Agribisnis Nasional: IPB (hal 1)
2
Tabel 1. Koperasi Kelompok Tani di Kabupaten Bogor No
Kecamatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Parung Panjang Tenjo Jasinga Rancabungur Cariuk Cigombong Caringin Mega Mendung Gunung Sindur Pamijahan
Nama Koperasi Kelompok Tani (KKT) KKT Jawosan KHT Darma Sarana KKT Pangan Balarea KKT Rukun Tani KKT Berkah Mandiri KKT Lisung Kiwari KKT Mandiri KKT Sukses Kerjasama Koptan Bina Tani Koptan Ikhlas
Jumlah RAT (kali) Baru 2 3 3 5 5 1 1 1 Baru
Sumber: Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor (2010)
1.2
Perumusan Masalah KKT Lisung Kiwari telah melakukan lima kali Rapat Anggota Tahunan
(RAT) dibanding dengan KKT lainnya. KKT Lisung Kiwari berasal dari Gapoktan Silih Asih. Gapoktan Silih Asih merupakan gabungan dari Poktan Silih Asih I, Silih Asih II, Manunggal Jaya, Saung Kuring, Tunas Inti, Lisung Kiwari. Unit Usaha Gapoktan Silih Asih yang telah berjalan yaitu budidaya padi sehat dan penangkaran benih padi, budidaya peternakan dan ikan air tawar, pembuatan dan pemasaran pupuk OFER (Organic Fertillizer), pengolahan dan pemasaran beras SAE (Beras Organik Bebas Residu Pestisida Kimia) dan teknologi pembuatan kompos jerami dan pestisida nabati. Pada tahun 2006, Gapoktan Silih Asih sebagai peringkat I Pengelola Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan (DPM LUEP) tingkat Kabupaten Bogor dan pada tahun 2007 sebagai Peringkat I pemberdaya masyarakat petani padi tingkat provinsi, dan peringkat I nasional pengelola DPM LUEP. Anggota membutuhkan kelembagaan yang dapat mengelola modal secara transparan. Hal ini yang melatarbelakangi transformasi Gapoktan Silih Asih menjadi KKT Lisung Kiwari pada Gambar 1. KKT Lisung Kiwari didirikan pada tanggal 25 Oktober 2004. KKT Lisung Kiwari dengan izin badan usaha no: 518/03 BHKPTS/ KANKOP 2006. Tahun 2007 KKT Lisung Kiwari mengelola dana bergulir dari kementrian koperasi.
3
Organisasi berorientasi ekonomi
Organisasi sebelum berbentuk koperasi
Poktan dan Gapoktan Silih Asih
Organisasi yang membuat usaha bersama dan berorientasi kepada anggota Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari
Simpan Pinjam
Pengadaan dan Penjualan Barang
Gambar 1. Transformasi Gapoktan Silih Asih menjadi KKT Lisung Kiwari Perubahan organisasi diharapkan mampu mengelola
modal dan
meningkatkan kinerja organisasi. Berdasarkan uraian tersebut, menarik untuk meneliti KKT Lisung Kiwari sesuai dengan perumusan masalah berikut: 1.
Bagaimana kinerja organisasi KKT Lisung Kiwari?
2.
Bagaimana kinerja keuangan KKT Lisung Kiwari?
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1.
Menganalisis kinerja organisasi KKT Lisung kiwari dan membandingkan dengan kinerja organisasi pada Poktan dan Gapoktan.
2.
Menganalisis kinerja keuangan KKT Lisung Kiwari.
1. 4
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak
yang berkepentingan yaitu: 1.
Bagi Peneliti, menjadi gambaran untuk mengetahui kondisi koperasi dalam organisasi dan keuangan.
4
2.
Pihak KKT Lisung Kiwari mendapat gambaran mengenai kinerja keuangan dari laporan keuangan periode 2005-2009 dan keadaan organisasi.
3.
Bagi pembaca, sebagai bahan literatur untuk penelitian selanjutnya.
1.5
Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian Ruang Lingkup dari penelitian ini adalah membandingkan kinerja
organisasi Poktan, Gapoktan Silih Asih dan KKT Lisung Kiwari. Analisis kinerja keuangan menggunakan analisis rasio laporan keuangan 2005-2009. Batasan penelitian memfokuskan atas perolehan
kinerja organisasi dan keuangan
koperasi.
5
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Koperasi sebagai Kelembagaan Sosial Ekonomi Agribisnis Kelembagaan sosial ekonomi dalam agribisnis adalah kelembagaan yang
memperhatikan aspek sosial dan ekonomi dalam pengembangan pertanian. Bentuk kelembagaan sosial ekonomi yang umumnya dijumpai adalah koperasi4. Koperasi pertanian diharapkan mampu memainkan peranan sebagai sub sistem pendukung agribisnis karena para petani tidak mampu memainkan peranan tersebut jika berjalan sendiri5. Gambar 2 menjelaskan peranan koperasi pertanian dalam sistem agribisnis.
Pupuk Pestisida Peralatan Perlengkapan Benih, Pakan Transportasi
Tanaman Pangan Holtikultura Perkebunan Perikanan Peternakan Kehutanan
Pemanenan Penanganan Pengolahan Pengemasan Penyimpanan
Periklanan Promosi Negoisasi Distribusi
Sub Sistem Jasa Pendukung Riset dan pengembangan, infromasi, pendidikan, pendidikan dan pelatihan, konsultasi, asuransi, peraturan, dll
Gambar 2. Peran Koperasi Sebagai Pendukung Sub-sistem Penunjang dalam Sistem Agribisnis yang Terintegrasi Sumber: Baga et al (2009)
Pelaku yang berpengaruh dalan agribisnis adalah petani. Koperasi pertanian merupakan wadah petani dalam mengaktualisasi diri dan bersamasama anggota dalam mencapai kebutuhan. Menurut Krisnamurthi (2010), Pembentukan kelompok tani (Poktan) maupun gabungan kelompok tani (Gapoktan) merupakan suatu unsur dalam menumbuhkembangkan kembali koperasi pertanian di Indonesia. Pengembangan kelembagaan petani dapat lebih berdaya guna dalam penyediaan sarana produksi 4
Baga et al.2009. Diktat Kuliah Koperasi dan Kelembagaan Agribisnis. Hal 13-16
5
Loc.cit
pertanian, permodalan, peningkatan, atau perluasan usaha tani ke sektor hulu dan hilir, pemasaran serta kerjasama dalam peningkatan posisi tawar. Adapun paradigma pengembangan kelembagaan petani dapat dilihat pada Gambar 3. Dukungan dari Kem.Koperasi
Peran Penyuluh Pertanian
petani
Kelompok Tani
Gabungan Kelompok Tani
Koperasi Pertanian
Kemitraan Usaha
Perbankan
Gambar 3. Pengembangan Kelembagaan Petani Sumber: Krisnamurthi (2010)
Petani sebagai pelaku utama yang bergabung membentuk kelompok yang bergerak demi kepentingan bersama, berjuang memelihara kerjasama baik hubungan internal maupun eksternal untuk mengembangkan usahatani dalam pencapaian kesejahteraan petani. Penumbuhan kelompok tani dapat dimulai dari kelompok-kelompok atau organisasi sosial yang sudah ada di masyarakat yang selanjutnya melalui kegiatan penyuluhan pertanian diarahkan menuju bentuk kelompok tani yang semakin terikat oleh kepentingan dan tujuan bersama dalam meningkatkan produksi dan pendapatan produksi dan pendapatan dari usaha taninya. Penggabungan kelompok tani ke dalam Gapoktan dilakukan agar kelompok tani dapat lebih berdaya guna dalam penyediaan sarana produksi pertanian, permodalan, peningkatan, atau perluasan usaha tani ke sektor hulu dan hilir, pemasaran serta kerjasama dalam peningkatan posisi tawar. Kelompok tani maupun gabungan kelompok tani diharapkan akan tergabung dalam suatu lembaga koperasi pertanian untuk dapat mengelola dana baik yang berasal dari bantuan pemerintah maupun hasil usaha anggota yang terkumpul.
7
2.2
Laporan Keuangan Koperasi Pengurus bertanggung jawab dan wajib melaporkan kepada rapat anggota
segala sesuatu yang menyangkut tata kehidupan koperasi. Aspek keuangan merupakan salah satu dari aspek-aspek yang tercakup dalam tata kehidupan koperasi, sekaligus sebagai salah satu alat evaluasi kemajuan usaha. Menurut Sitio dan Tamba (2001), pengguna utama dari laporan keuangan koperasi yaitu para anggota koperasi, pejabat koperasi, calon anggota koperasi, bank, kreditur, pemerintah, dan lain-lain. Laporan keuangan koperasi berfungsi untuk menilai pertanggungjawaban pengurus, menili prestasi pengurus, menilai manfaat yang diberikan koperasi terhadap anggotanya, menilai kondisi keuangan koperasi, dan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan jumlah sumberdaya dan jasa yang akan diberikan kepada koperasi. Menurut Hanel (1992), Koperasi diharapkan berfungsi sebagai lembaga ekonomi yang berorientasi pada pemberian pelayanan kepada anggota secara langsung. Pelayanan secara langsung yaitu memperoleh kelebihan hasil usaha dan membagikannya kepada anggota sesuai dengan jasa usahanya. 2. 3
Analisis Kinerja Keuangan Menurut Jumingan (2005), prosedur menganalisis kinerja keuangan
menyangkut review data laporan yaitu aktivitas penyesuaian data laporan keuangan terhadap berbagai hal, baik sifat atau jenis perusahaan yang melaporkan sistem akuntansi yang berlaku. Munawir (1997), menganggap maksud dari perlunya mempelajari data secara menyeluruh adalah untuk meyakinkan pada penganalisis bahwa laporan sudah cukup jelas menggambarkan semua data keuangan yang relevan dan telah diterapkannya prosedur akuntansi maupun penilaian yang tepat, sehingga penganalisis akan betul-betul mendapatkan laporan keuangan yang dapat diperbandingkan (comparable), setelah itu dapat menghitung, mengukur, menginterprestasi dan memberi solusi terhadap keuangan badan usaha pada periode tertentu. Kinerja keuangan adalah suatu penilaian terhadap laporan keuangan perusahaan yang menyangkut posisi keuangan perusahaan serta perubahan terhadap posisi keuangan tersebut (Ikatan Akuntansi Indonesia 1999). Penilaian kinerja keuangan yang berlandaskan pada data dan informasi keuangan
8
merupakan suatu tolak ukur yang sering digunakan dalam memperoleh informasi tetang posisi keuangan suatu badan usaha. 2.4
Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian ini akan terpusat pada kelembagaan dan kinerja keuangan
koperasi. Penelitian terdahulu yang pernah meneliti kelembagaan yaitu pada umumnya dengan pendekatan kualitatif. Supandi (2009), meneliti program dan kegiatan yang mampu menguatkan kelembagaan kelompok tani dan koperasi yang bertujuan meningkatkan posisi tawar koperasi terhadap perusahaan inti. Secara kualitatif menghasilkan peran kelompok tani sebagai unit usaha bersama, pola hubungan kelompok tani dan koperasi di Desa Seresam, dan pola pengembangan kemitraan koperasi dan perusahaan inti. Indriana (2010), meneliti kelembagaan pada sistem pertanian padi sehat di Desa Ciburuy untuk mengetahui keberlanjutan kelembagaan dalam sistem pertanian padi sehat menuju pertanian berkelanjutan. Pertanian berkelanjutan dapat diwujudkan dengan adanya teknik-tenik sosial yang mendukung dan mempercepat pengorganisasian sosial. Pengorganisasian sosial merujuk pada terbentuknya kelembagaan dalam sistem pertanian padi sehat. Penelitian terdahulu yang telah meneliti kinerja keuangan koperasi pada umumnya menggunakan laporan keuangan koperasi sebagai data dalam pendekatan kuantitatif. Lismawati (2009), meneliti kinerja keuangan KUD Sumber Alam tahun 2003-2008. Alat analisis yang digunakan untuk analisis kinerja keuangan adalah analisis trend, analisis persentase per komponen, analisis ratio yang meliputi likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan rasio aktivitas usaha. Hasil penghitungan rasio likuiditas menunjukkan keadaan yang kurang baik yaitu berada di bawah standar sedangkan rasio solvabilitas keadaan cukup baik karena memenuhi standar. Hasil perhitungan rasio rentabilitas dan aktivitas usaha menunjukkan keadaan yang tidak baik karena nilai penjualan yang terus menerus menurun menyebabkan SHU yang diperoleh KUD menurun. Penelitian kemampuan pelayanan KUD Sumber Alam dengan analisis Customer Satisfaction Index (CSI) menghasilkan informasi bahwa KUD Sumber Alam masih berada pada tingkatan cukup puas. Kinerja keuangan dan Penelitian kemampuan pelayanan KUD Sumber Alam digunakan peneliti untuk mengetahui informasi kinerja koperasi.
9
Himpuni (2009), memperdalam kinerja KUD Sumber Alam melalui pendekatan BSC dengan hasil prespektif keanggotaan memiliki kinerja yang lebih baik dibanding dengan prespektif keuangan, pembelajaran serta pertumbuhan dan proses bisnis internal. Prespektif keuangan yang digunakan hanya melihat keadaan likuiditas, rentabilitas, solvabilitas dan hanya membandingkan laporan keuangan tahun 2006-2007 saja. Sedangkan Akbar (2009), membandingkan analisis kinerja keuangan dan aktivitas usaha KUD Sumber Alam dengan primkopti menggunakan alat analisis tren dan analisis rasio untuk menilai kinerja keuangan kedua koperasi tersebut. Segi kelembagaan yang dibahas dalam penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Perbedaannya yaitu menggunakan kinerja organisasi untuk mengetahui akibat dari proses perubahan kelembagaan dari Gapoktan menjadi koperasi. Persamaan dengan penelitian terdahulu yaitu dari segi keuangan. Kinerja keuangan menggunakan analisis rasio.
10
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1
Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1 Kelembagaan Petani Konsep kelembagaan lebih terpaku kepada organisasi, baik organisasi formal maupun organisasi
non formal (Suradisastra 2009). Menurut Zakaria
(2008), organisasi adalah kesatuan yang memungkinkan orang-orang (para petani) mencapai satu atau beberapa tujuan yang tidak dapat dicapai individu secara perorangan. Pembentukan sebuah lembaga memerlukan proses yang panjang, terorganisir, dan menyangkut individu dan kelompok yang didasarkan pada norma tertentu. Bentuk dan peran kelembagaan petani masih sangat dipengaruhi oleh tuntunan dan strategi kebijakan pembangunan pertanian. Kelembagaan merupakan suatu elemen penting dalam budaya atau kultur masyarakat, khususnya masyarakat petani. Dimyati (2007) menegaskan permasalahan yang masih melekat pada sosok petani dan kelembagaan petani di Indonesia adalah masih minimnya wawasan dan pengetahuan petani terhadap masalah manajemen produksi maupun jaringan pemasaran. Petani belum terlibat secara utuh dalam kegiatan agribisnis. Aktivitas petani masih terfokus pada kegiatan produksi (on farm). Peran dan fungsi kelembagaan petani sebagai wadah organisasi petani belum berjalan secara optimal. Untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu melakukan upaya pengembangan, pemberdayaan, dan penguatan kelembagaan petani (seperti: kelompoktani, lembaga tenaga kerja, kelembagaan penyedia input, kelembagaan output, kelembagaan penyuluh, dan kelembagaan permodalan) dan diharapkan dapat melindungi posisi tawar petani. 3.1.2 Koperasi Aliansi Koperasi Sedunia (International Cooperatives Alliance/ICA) tahun 1995, mendefenisikan koperasi sebagai Perkumpulan otonom dari orang-orang yang bersatu secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan aspirasi ekonomi, sosial dan budaya bersama melalui perusahaan yang dimiliki bersama dan dikendalikan secara demokratis (berdasarkan terjemahan yang dibuat oleh Lembaga Studi Pengembangan Perkoperasian Indonesia (LSP2I). Menurut Hanel
(1992), koperasi merupakan organisasi ekonomi yang otonom, yang dimiliki oleh para anggota dan ditugaskan untuk menunjang para anggota, sebagai pelanggan dari koperasi dan sebagai pemilik dari koperasi. Prinsip identitas menjadi orientasi koperasi. Prinsip yang menganggap bahwa anggota koperasi adalah pemilik yang sekaligus adalah pelanggan. Koperasi menurut pengertian sosial ekonomi adalah suatu bentuk organisasi swadaya yang bergerak di bidang ekonomi. Jadi organisasi swadaya adalah organisasi yang anggotanya bergabung atas dasar kepentingan bersama untuk memperbaiki keadaan ekonomi dan sosialnya, agar menjadi lebih mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dalam rangka mewujudkan tujuan jangka panjang. Defenisi itu harus dibedakan dari defenisi koperasi dalam arti yuridis. Koperasi dalam arti yuridis mendefenisikan koperasi sebagai organisasi yang terdaftar menurut ketentuan undang-undang koperasi di suatu negara (Hanel 1992). Hanel menggambarkan tiga kategori koperasi yaitu koperasi dalam arti yuridis, koperasi dalam arti yuridis dan sosial ekonomi, dan koperasi dalam arti sosial ekonomi sesuai dengan Gambar 4.
I
II
III
I : Koperasi dalam arti yuridis II : Koperasi dalam arti yuridis dan sosio ekonomi III: Koperasi dalam arti sosial ekonomi Gambar 4. Irisan Lingkaran Koperasi Sumber: Hanel (1992)
Koperasi dalam arti yuridis seharusnya juga adalah koperasi dalam arti sosial ekonomi. Namun masih terjadi perubahan orientasi yaitu organisasiorganisasi koperasi yang didaftar menurut ketentuan undang-undang koperasi suatu negara menyimpang dari tujuan semula. Seharusnya tujuan organisasi
12
adalah menunjang kepentingan para anggotanya melalui pemberian pelayanan tetapi pada kenyataannya koperasi beroperasi sebagai usaha bisnis. Organisasi tersebut dapat dikatakan berada masih pada tahap pembentukan dan belum mampu mempertahankan eksistensinya dan belum berusaha sebagai organisasi swadaya yang mandiri, otonom dan berorientasi pada anggota (Hanel 1992). 3.1.3 Pengelompokan Organisasi Swadaya Menurut
Hanel
(1992),
Organisasi
swadaya
(Self-Help
Organizations/SHO) adalah organisasi yang anggotanya bergabung atas dasar kepentingan bersama. Organisasi swadaya dapat dikelompokkan berdasarkan tujuan yang berbeda sesuai Gambar 5.
SHO tidak berorientasi ekonomi
SHO (Self help Organizations)
Tujuan politik Tujuan keagamaan Tujuan sosial budaya
SHO berorientasi ekonomi
SHO tidak mempunyai usaha bersama
kelompok Gabungan kelompok
SHO yang mempunyai usaha bersama dan keuntungan berorientasi kepada anggota (koperasi)
Keuntung an didapat melalui modal anggota
Anggota sebagai pemilik usaha
Usaha berorientasi kepada pelayanan terhadap anggota
Gambar 5. Pengelompokan Organisasi Swadaya (SHO) Sumber: Hanel (1992)
13
Gambar 5 menjelaskan bahwa SHO (Self Help Organizations) terdiri dari SHO yang berorientasi ekonomi dan yang tidak berorientasi ekonomi. SHO yang tidak berorientasi ekonomi dapat disebabkan oleh tujuan politik, keagamaan atau sosial budaya. SHO yang berorientasi ekonomi terdiri dari usaha yang mempunyai usaha bersama dan yang tidak mempunyai usaha bersama. SHO yang tidak mempunyai usaha bersama dapat berupa kelompok maupun gabungan kelompok atau kelembagaan. Usaha yang mempunyai usaha bersama merupakan usaha yang berorientasi kepada anggota. 3.1.4 Analisis Rasio Keuangan sebagai Alat Analisis Kinerja Keuangan Koperasi Rasmussen (1975) menganggap laporan keuangan menjadi alat yang sangat penting dalam mengatur keuangan usaha yang dijalankan dalam koperasi. Kinerja keuangan menjadi alat untuk merencanakan tujuan kedepannya. Data yang dihasilkan laporan keuangan dapat dianalisis dengan menggunakan salah satu atau kedua analisis antara analisis rasio atau analisis trend. Analisis rasio lebih cepat daripada analisis trend dan lebih sering digunakan. Rassmussen menggunakan perumpamaan untuk menjelaskan perbedaan analisis rasio dan analisis trend. Perumpamaannya yaitu analisis rasio seperti melihat potret ketika gambarnya telah dicetak dan diambil. Analisis trend seperti bagian dari gerakan gambar saat gambar berubah didalam kamera. Hal ini menjelaskan bahwa analisis ratio sebagai hasil dari proses kinerja keuangan sedangkan analisis trend sebagai proses perubahan yang terjadi dalam kinerja keuangan. Melalui perumpamaan Rasmussen menekankan analisis rasio menjadi salah satu dari dua pilihan analisis laporan keuangan. Salah satu cara mendeteksi kesehatan suatu badan usaha dan masalahmasalah yang dihadapi adalah melalui analisis rasio-rasio keuangannya. Analisis rasio akan memudahkan untuk mengetahui dalam hal-hal apa saja badan usaha sedang menghadapi masalah serius bahkan kritis, sehingga dapat dilakukan perbaikan-perbaikan untuk mencegah semakin memburuknya kondisi atau kesehatan badan usaha. Analisis rasio berguna untuk mengetahui kinerja keuangan secara keseluruhan atau dari waktu ke waktu. Analisis rasio adalah cara menganalisis dengan menggunakan perhitungan-perhitungan perbandingan atas
14
data kuantitatif yang ditujukan dalam neraca dan laporan laba rugi badan usaha (Kuswadi 2006). Analisis rasio hanya dapat dilakukan oleh badan usaha yang melaksanakan administrasi keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip atau kaidah-kaidah akuntansi yang benar, sehingga neraca dan laporan laba rugi yang dihasilkannya memiliki data yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Menurut Rasmussen (1975), analisis rasio terdiri dari empat kategori yang cocok untuk badan usaha seperti koperasi yaitu: 1.
Likuiditas Likuiditas menunjukkan kemampuan koperasi untuk membayar kewajiban
lancar yang harus segera dipenuhi pada saat ditagih. Kuswandi (2006) beranggapan bahwa rasio likuiditas bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan
dalam
membayar
kewajiban-kewajiban
jangka
pendeknya.
Kemampuan koperasi untuk membayar utang-utangnya kembali tepat pada waktunya (Amidipraja dan Wirasasmita 1990). Oleh karena itu, rasio ini menjadi penting bagi pimpinan, manajer keuangan, bank, atau para pemasok yang memberikan kredit penjualan. Rasio-rasio likuiditas yang sering digunakan adalah rasio lancar, rasio cair, dan rasio kas. Walaupun tidak ada tolak ukur yang pasti tentang berapa rasio lancar minimal yang harus dimiliki
suatu perusahaan,
umumnya angka (2:1) atau harta lancar dua kali lipat kewajiban jangka pendeknya dianggap cukup aman bagi perusahaan. Standar untuk rasio cair tersebut (1:1) mengandung arti bahwa perusahaan boleh merasa aman jika memiliki harta lancar di luar persediaan dan pembayaran di muka, minimal sebesar kewajiban jangka pendeknya (Rasmussen 1975). Dengan alasan-alasan tertentu, perusahaan masih merasa belum aman jika hanya melihat pada rasio lancar dan rasio cair sehingga kemudian menggunakan rasio kas. Salah satu rasio kas yaitu rasio penjualan atas kas. 2.
Solvabilitas Menurut Kuswandi (2006) solvabilitas adalah kemampuan untuk
membayar utang jangka panjang, baik utang pokok maupun bunganya. Jika koperasi bubar, solvabilitas merupakan kemampuan koperasi untuk membayar semua kewajibannya kepada pihak ketiga (Amidipraja dan Wirasasmita 1990).
15
Rasio-rasio yang dapat digunakan untuk mengukur solvabilitas adalah rasio utang jangka panjang atas harta, rasio utang jangka panjang atas modal, rasio jangka panjang atas kapitalisasi. Nilai rasio-rasio tersebut sebaiknya rendah agar dapat menggambarkan bahwa beban utang perusahaan tidak terlalu berat. Dengan demikian semakin rendah angka rasio, semakin tinggi solvabilitas perusahaan. 3.
Profitabilitas Profitabilitas menunjukkan kemampuan koperasi menggunakan aktiva
secara produktif. Munawir (1993) menyatakan Rasio profitabilitas atau rentabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Selain itu, Kuswandi (2006) menggambarkan kemampuan badan usaha dalam menghasilkan laba secara relatif. Relatif artinya laba tidak diukur dari besarnya secara mutlak, tetapi diperbandingkan dengan unsur-unsur atau tolak ukur lainnya, karena perolehan laba yang besar belum tentu menggambarkan profitabilitas yang besar juga. Setiap usaha menginginkan dan berusaha mengejar laba, semakin besar laba semakin baik. Akan tetapi, laba yang besar tidak cukup menggambarkan bahwa usaha telah dikelola dengan baik. Gambaran perolehan laba yang lebih baik dapat dilihat jika besarnya dibandingkan dengan elemenelemen yang terdapat dalam neraca dan laporan laba rugi. Kemampuan menghasilkan laba antara perusahaan dan koperasi tentunya berbeda. Sebuah perusahaan labanya sangat berpengaruh terhadap investasi sedangkan koperasi sangat dipengaruhi oleh modal sendiri yang bersumber dari anggota (Rasmussen 1975). Menurut Amidipraja dan Wirasasmita (1990), meskipun koperasi tujuannya bukan mengejar untung yang sebesar-besarnya, tetapi pengetahuan keadaan laba koperasi perlu diketahui. Mundur majunya koperasi ditentukan juga adanya rugi dan laba. 4.
Efektivitas Efektivitas penggunaan dana dilihat dari bagaimana dana tersebut
digunakan dalam bentuk beban atau biaya yang dikeluarkan perusahaan (Kuswandi 2006). Rasio yang dipergunakan adalah rasio harga pokok penjualan atas penjualan, harga pokok penjualan, dan beban operasi atas penjualan. Menurut Rasmussen (1975) dan Keown et al (2002), hasil analisis rasio dapat
16
dibandingkan dengan analisis rasio usaha sejenis secara umum untuk melihat hasil kinerja namun karena keterbatasan peneliti mencari rata-rata kinerja keuangan sejenis secara umum, maka hanya dengan membandingkan angka-angka rasio perusahaan sendiri dari tahun ke tahun untuk mendapatkan penilaian kinerja keuangan. 3.2
Kerangka Pemikiran Operasional Keputusan peraturan menteri pertanian (permentan) no.237 tahun 2007
berisi tentang pembentukan kelompok tani (Poktan) maupun Gabungan Kelompok tani (Gapoktan). Hal ini merupakan suatu unsur yang sangat penting dalam menumbuhkembangkan koperasi pertanian di Indonesia. Kementerian pertanian akan mendorong pembentukan koperasi petani dan sangat bermanfaat bagi poktan dan gapoktan guna meningkatkan pendapatan para anggotanya 6. Permodalan Poktan dan Gapoktan bersumber dari mekanisme Penguatan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP), Bantuan Langsung Mandiri (BLM), Desa Mandiri Pangan (DMP), Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Pedesaan (DPM-LUEP) dan lain sebagainya. Permodalan berupa bantuan pemerintah dan modal awal hasil usaha anggota tersebut diharapkan nantinya Koptan maupun Gapoktan akan tergabung dalam suatu lembaga koperasi pertanian untuk dapat mengelola dana dan digunakan untuk kepentingan para petani anggota. KKT Lisung kiwari merupakan koperasi yang tumbuh dari Gapoktan Silih Asih sehingga penting untuk meneliti kinerja organisasi. Analisis rasio sebagai alat untuk mengetahui analisis kinerja keuangan. Proses transformasi organisasi membahas kinerja organisasi dengan menggunakan uji friedman. Kinerja organisasi dan keuangan yang telah dianalisis merekomendasi perbaikan orientasi koperasi. Kerangka pemikiran operasional dapat dijelaskan melalui Gambar 6.
6
Bayu Krisnamurthi. 6 Juni 2010. Koperasi pertanian sebagai upaya membangun daya saing perekonomian dalam era perdagangan bebas. Seminar Koperasi Agribisnis Nasional: IPB (hal 3).
17
Keberadaan kelompok tani (Poktan) maupun gabungan kelompok tani (Gapoktan) menjadi jalan untuk mengaktifkan kembali koperasi pertanian di Indonesia. Koperasi pertanian diharapkan mampu mengelola permodalan yang diperoleh dari dalam atau dari luar.
Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari lahir dari Gapoktan Silih Asih dan telah mengolah modal anggota maupun modal dari luar.
Analisis Kinerja Keuangan KKT Lisung Kiwari periode 2005-2009
Kinerja Organisasi Poktan, Gapoktan Silih Asih dan KKT Lisung Kiwari
Analisis Ratio pada Laporan Keuangan KTT Lisung Kiwari periode 2005-2009
Likuiditas
Solvabilitas
Profitabilitas
Efektivitas
Rekomendasi Perbaikan Orientasi Koperasi Gambar 6. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Kinerja Organisasi dan Keuangan Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor.
18
IV METODE PENELITIAN 4.1
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari Desa
Ciburuy Kecamatan Cigombong. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Alasan pemilihan tempat yaitu didasarkan pada pertimbangan KKT Lisung Kiwari merupakan salah satu KKT yang terbentuk dari gabungan kelompok tani, menyandang prestasi dalam pengelolaan dana dari pemerintah dan tetap menjalankan Rapat Anggota Tahunan. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Agustus 2010. 4.2
Jenis dan Sumber Data Data yang dikumpulkan merupakan data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dan kuisioner. Wawancara langsung terhadap perangkat organisasi (pengurus dan pengawas) koperasi dan anggota. Responden dalam penelitian difokuskan pada anggota koperasi yang sekaligus sebagai anggota Gapoktan. Data sekunder diperoleh dari dokumen yang dimiliki oleh koperasi yaitu laporan neraca dan laporan perhitungan SHU (Sisa Hasil Usaha) menggunakan data laporan keuangan dari tahun 2005-2009. Informasi serta data instansi terkait diperoleh dari Dinas Koperasi
UKM
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor, BPS (Badan Pusat Statistik) Pemerintah Daerah Bogor. Data sekunder dikumpulkan melalui kunjungan ke berbagai instansi, tinjauan dari penelitian sebelumnya, laporan, dokumen, dan website yang terkait dengan topik penelitian. 4.3
Metode Pengambilan Sampel Metode pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode
purposive sampling (sengaja). Responden sebagai sumber informasi dalam menganalisis kinerja organisasi. Menurut Iskandar (2009), ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah minimal 30 responden. Penelitian ini mengambil 30 responden dari 128 anggota koperasi. Tiga puluh Responden yaitu enam ketua kelompok tani, empat anggota Poktan Silih Asih I, empat anggota Poktan Silih Asih II, empat anggota Poktan Manunggal Jaya, empat anggota Poktan Saung
Kuring, empat anggota Poktan Tunas Inti, empat anggota Poktan Lisung Kiwari. Responden harus sebagai anggota koperasi dan Gapoktan. 4.4
Metode Analisis data
4.4.1 Kinerja Transformasi Organisasi Untuk mengetahui adanya perbedaan terhadap kinerja organisasi Poktan, Gapoktan, maupun koperasi yaitu dengan menggunakan metode statistik nonparametrik. Statistik nonparametrik yang digunakan yaitu uji Friedman. Uji Friedman digunakan mengetahui perbedaan lebih dari dua kategori dengan kasus k sampel berpasangan dan mencapai pengukuran ordinal (Pratisto 2009). Data diperoleh berdasarkan hasil perolehan kuisioner. 4.4.2. Rasio Rasio dalam analisis laporan keuangan adalah angka yang menunjukan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan (Jumingan 2005). Hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis sederhana. Pada dasarnya angka-angka rasio itu dapat dikelompokkan menjadi dua golongan. Golongan yang pertama adalah angka-angka rasio yang didasarkan pada sumber data keuangan dan golongan kedua adalah angka-angka rasio yang disusun berdasarkan tujuan penganalisis dalam mengevaluasi suatu perusahaan. Berbagai angka rasio dapat juga dibuat berdasarkan tujuan pihak penganalisis dalam mengevaluasi suatu perusahaan berdasarkan laporan keuangannya. 4.4.3 Analisis Rasio Keuangan Metode analisis kinerja keuangan yang digunakan adalah analisis rasio keuangan. Analisis ini membutuhkan data neraca dan penghitungan SHU. Analisis rasio keuangan digunakan untuk mengetahui kinerja keuangan KKT Lisung Kiwari dilakukan dengan pendekatan akuntansi. Menurut Jumingan (2005), analisis rasio merupakan analisis eksternal yang dilakukan oleh penganalisis yang tidak bisa mendapatkan data yang terperinci mengenai suatu perusahaan. Bagi seorang penganalisis ekstern hanya tersedia laporan keuangan yang lazimnya diumumkan pada khayalak ramai, yaitu neraca dan laporan laba-
20
rugi, sehingga tentu tidak bisa secara mendalam dalam menyinggung masalah dalam perusahaan. Data akan dianalisis dalam bentuk grafik, deskriptif, dan kuantitatif. Proses menganalisis data dengan pendekatan akuntansi yaitu analisis rasio keuangan dan kondisi kesehatan keuangan koperasi dengan model Altman. Analisis kinerja keuangan koperasi menurut Rasmussen (1975) berupa analisis rasio terdiri dari Likuiditas, solvabilitas, profitabilitas dan efisensi. Kuswandi (2006) menjabarkan keempat analisis rasio tersebut dengan menjelaskan fungsi rasionya. 1.
Likuiditas a.
Rasio Lancar (Current Ratio) Harta Lancar
= ... x
Kewajiban Lancar Rasio lancar merupakan perbandingan antara harta lancar dan kewajiban jangka pendek dari kegiatan operasional (Kuswadi 2006). Harta lancar adalah harta yang dianggap perusahaan dapat dicairkan segera atau dalam waktu setahun atau kurang. Kewajiban jangka pendek (utang lancar) adalah kewajiban yang jatuh temponya setahun atau kurang. Rasio lancar biasanya digunakan untuk mengukur sampai sejauh mana kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atas harta lancarnya. Walaupun tidak ada tolak ukur yang pasti tentang berapa rasio lancar minimal yang harus dimiliki suatu perusahaan, umumnya angka dua dibanding satu (2:1) atau harta lancar dua kali lipat kewajiban lancarnya dianggap cukup aman bagi perusahaan. Sebenarnya, pengertian aman ini sangat relatif karena hal tersebut sangat dipengaruhi oleh jenis bisnis dan produknya sehingga untuk lebih amannya dan demi kehati-hatian dapat menggunakan rasio cair. b.
Rasio Cair Harta Lancar - (persediaan + pembayaran di muka)
= ...x
Kewajiban Lancar Angka rasio cair memberikan gambaran yang lebih baik tentang kemampuan harta lancar perusahaan untuk membayar kewajiban lancar karena 21
harta lancar yang diperhitungkan tidak termasuk dalam persediaan dan pembayaran di muka (dikeluarkan dari kelompok harta lancar). Sehubungan dengan hal tersebut, rasio cair dapat memberikan gambaran yang lebih cermat tentang kondisi likuiditas perusahaan. Perhitungan rasio cair, nilai persediaan dan pembayaran muka tidak diikutsertakan. Standar untuk rasio cair adalah (1:1) mengandung arti bahwa perusahaan boleh merasa aman jika memiliki harta lancar diluar persediaan dan pembayaran di muka, minimal sebesar jangka pendeknya (Kuswadi 2006). Untuk lebih menyempurnakan rasio likuiditas ini dapat digunakan rasio yang lebih baik yaitu rasio kas atau rasio tunai. c.
Rasio Kas Uang Kas dan Bank
= ... x
Kewajiban Jangka Pendek Perusahaan masih merasa belum aman jika hanya melihat pada rasio lancar dan rasio cair sehingga kemudian menggunakan rasio kas. Dengan rasio kas, harta lancar yang digunakan untuk perbandingan hanyalah uang kas atau uang tunai, baik yang ada dalam perusahaan maupun yang di bank. Menurut Kuswadi (2006), uang kas dan bank adalah harta yang paling cair yang dimiliki perusahaan karena uang kas dan bank dapat segera dicairkan tanpa harus melalui proses untuk menghasilkan pendapatan atau penjualan terlebih dahulu. 2.
Solvabilitas a.
Rasio Kewajiban Jangka Panjang dan Harta Kewajiban jangka Panjang x 100% Harta
Rasio ini merupakan gambaran tentang berapa persen dana perusahaan yang berasal dari utang jangka panjang dibandingkan dengan harta perusahaan. Angka rasio yang rendah mengidentifikasikan adanya perlindungan yang lebih banyak kepada kreditor jangka panjang. Oleh karena semua pinjaman mengandung resiko, semakin besar presentasinya, semakin besar pula risiko yang ditanggung perusahaan. Rasio ini menunjukkan besarnya utang jangka panjang dalam persen yang berasal dari kreditor dibandingkan dengan harta yang dimiliki perusahaan (Kuswadi 2006). Apabila terlalu banyak berutang, perusahaan dapat 22
mengalami masalah dalam pembayaran angsuran utang beserta bunganya. Rasio ini menggambarkan persentase dana total yang berasal dari para kreditor. Jika angkanya terlalu besar, berarti perusahaan mempunyai banyak utang, yang tentunya akan menimbulkan resiko kesulitan membayar.
b.
Rasio Kewajiban Jangka Panjang atas Modal Kewajiban Jangka Panjang
x 100%
Modal Rasio kewajiban jangka panjang atas modal bertujuan untuk melihat berapa besarnya utang jangka panjang dibandingkan dengan modal perusahaan. Semakin kecil angka rasio semakin baik solvabilitas perusahaan (Kuswadi 2006). Salah satu rasio yang paling banyak digunakan adalah rasio utang jangka panjang atas modal. Besarnya utang yang terdapat dalam struktur modal perusahaan sangat penting untuk memahami perimbangan antara resiko dan laba yang diperoleh. Koperasi tentunya sangat berbeda dengan perusahaan lainnya. Modal koperasi bukan dalam bentuk saham yang berfokus pada naik turunnya laba, tetapi modal dari anggota dan digunakan untuk kesejahteraan anggota dan usaha. c.
Rasio Kewajiban Jangka Panjang atas kapitalisasi Kewajiban Jangka Panjang x 100% Kapitalisasi
Kapitalisasi solvabilitas adalah total sumber dana Jangka Panjang yang terdiri atas utang jangka panjang dan modal (Kuswadi 2006). Rasio ini digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan dalam pengelolaan total sumber dana jangka panjang (utang jangka panjang + modal). Semakin rendah angka rasio, berarti semakin baik solvabilitas usaha. 3.
Profitabilitas a.
Rasio laba Bersih atas Penjualan SHU
x 100%
Total Penjualan Bersih Total laba bersih adalah jumlah dari laba bersih operasi dan laba bersih non-operasi, sedangkan total penjualan adalah total pendapatan dari hasil 23
penjualan bersih baik dari kegiatan operasi maupun non-operasi (Kuswadi 2006). Semakin besar angka rasio, semakin baik profitabilitasnya. rasio laba bersih atas penjualan dapat digunakan untuk menilai kinerja keuangan dari waktu ke waktu dalam profitabilitas. Perusahaan pada umumnya berorientasi kepada laba, sedangkan koperasi berorientasi pada pelayanan kepada anggota. Laba disebut sebagai sisa hasil usaha, perbedaannya SHU akan dibagikan kepada anggota sesuai dengan jasa usaha masing-masing anggota, maupun keperluan koperasi. Oleh karena itu koperasi juga harus tetap memperhatikan dan mengetahui kondisi profitabilitas koperasi. Penentuan profitabilitas antara usaha non koperasi sangatlah berbeda dengan koperasi. Hasil dari rasio ini dapat dilihat lebih jauh dalam mengintrepetasi rasio profitabilitas yang akan dianalisis. b.
Return On Invesment (ROI) SHU
x 100%
Kapitalisasi Penjualan Kapitalisasi
x
SHU Penjualan
Rasio SHU atas kapitalisasi profitabilitas berasal dari perkalian antara rasio penjualan atas kapitalisasi dikali SHU atas penjualan (Rasmussen 1975). Perbandingan terhadap penjualan belum dapat menyimpulkan suatu koperasi dapat mengoperasikan dan menghasilkan SHU. Kapitalisasi merupakan jumlah kekayaan bersih yang bersumber dari simpanan pokok, simpanan wajib, cadangan, donasi, modal sumbangan, modal penyertaan, SHU tidak dibagi, dan SHU tahun berjalan. Investor didalam koperasi sangat berbeda dengan perusahaan. Investasi yang berada di koperasi merupakan modal yang berasal dari anggota dan pembagian SHU sesuai dengan keterlibatan anggota dengan persen pembagian yang telah disepakati. ROI merupakan rasio SHU atas modal sendiri yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih berdasarkan modal sendiri. Semakin tinggi nilai rasio berarti semakin produktif tingkat pemakaian modal dalam menyumbangkan SHU bagi anggota, sehingga semakin tinggi kemampuan koperasi dalam menghasilkan SHU.
24
4.
Efektivitas a. Rasio Harga Pokok Penjualan atas Penjualan Harga Pokok Penjualan x 100% Penjualan Harga Pokok Penjualan disini adalah HPP Operasi, sedangkan penjulan
bersih adalah hasil penjualan bersih operasi (Kuswandi 2006). Walaupun tidak ada standar, semakin rendah persentase HPP terhadap penjualan maka semakin baik efektivitas perusahaan. b. Rasio Harga Pokok Penjualan dan Beban Operasi atas Penjualan Harga Pokok Penjualan + Beban Operasi x 100% Penjualan Semakin kecil rasio ini semakin baik efektivitas perusahaan. Selisih rasio tersebut dengan rasio HPP atas penjualan bersih menunjukkan persentase hasil penjualan yang telah dipergunakan oleh beban atau biaya operasi. Pengertian beban operasi adalah beban penjualan, beban administrasi, dan lain-lain.
25
V GAMBARAN UMUM KKT LISUNG KIWARI 5.1
Sejarah KKT Lisung Kiwari Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari dengan izin badan usaha
no: 518/03 BHKPTS/ KANKOP 2006 merupakan salah satu koperasi yang tumbuh dari kelompok tani. KKT Lisung Kiwari telah memiliki kantor, dapat dilihat pada Lampiran 5. Koperasi ini berada di desa Ciburuy RT 02 RW 02 Kecamatan Cigombong berdiri pada tahun 2004 dimana anggotanya berasal dari anggota Gapoktan Silih Asih yang terdiri dari kelompok tani Silih Asih 1, kelompok tani Silih Asih 2, kelompok tani Manunggal Jaya, kelompok tani Tunas Inti, kelompok tani Harapan Maju, dan kelompok tani Saung kuring. Berdirinya KKT diprakarsai oleh H.A. Zakaria sebagai ketua Gapoktan Silih Asih, dan sampai sekarang beliau tetap menjadi pengawas dalam KKT Lisung Kiwari. Berdirinya koperasi yang berasal dari kelompok tani dilatarbelakangi oleh semakin sulitnya petani dalam memperoleh kredit sarana produksi pertanian, kebutuhan pangan rumah tangga, dengan keberadaan kelembagaan yang belum resmi sulit untuk menerima kepercayaan pengelolaan dana dari pemerintah serta kesulitan proses penjualan gabah dan beras. Prestasi yang telah diperoleh Gapoktan Silih Asih yaitu tahun 2006 peringkat I sebagai Pengelola Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan (DPM LUEP) tingkat Kabupaten Bogor, tahun 2007 peringkat I sebagai pemberdaya masyarakat petani padi tingkat provinsi, dan peringkat I nasional Sebagai pengelola DPM LUEP. Bidang usaha yang dijalankan di KKT Lisung Kiwari yaitu simpan pinjam, pengadaan dan penjualan sembako, Saprotan(sarana produksi pertanian) serta konter. Pada akhir Februari 2006 KKT Lisung Kiwari mendapatkan bantuan dana bergulir konvensional dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah bentuk P3KUM (Program Pembiayaan Produktif Koperasi dan Usaha Mikro) pola konvensional. KKT Lisung Kiwari sudah melakukan Rapat Anggota Tahunan sebanyak lima
kali,
melalui
rutinitas
tersebut
tentunya
merupakan
waktu
pertanggungjawaban koperasi baik keadaan kinerja koperasi maupun kondisi keuangan. KKT Lisung Kiwari bisa tetap berkontribusi sebagai koperasi juga sangat dipengaruhi oleh dukungan penyuluh maupun departemen koperasi dalam
mempertahankan usahanya. Anggota dan pengurus merupakan bagian dari koperasi yang tetap menjadi pemilik dan pelanggan setia sehingga KKT Lisung Kiwari merupakan koperasi yang tetap aktif. 5.2
Struktur Organisasi KKT Lisung Kiwari Pelaksanaan tugas-tugas telah diatur pada bidangnya
masing-masing,
akan tetapi belum sepenuhnya berjalan sesuai dengan peraturan dan anggaran dasar yang ada, sehingga diperlukan adanya penegasan terhadap tugas-tugas sesuai dengan bidang dan keahliannya masing-masing. Kondisi koperasi sampai saat ini belum memiliki manajer yang fulltime seperti halnya tahun-tahun sebelumnya sampai saat ini manajer masih dirangkap oleh pengurus yaitu ketua (Hari Kuswara) dengan karyawan berjumlah dua orang (Iriansah dan A. Solihin). Strukur sesuai dengan Gambar 7 : RAT
Pengurus
Simpan Pinjam
Pengadaan dan Penjualan Barang
Sembako
Saprotan
Konter
Anggota Gambar 7. Struktur Organisasi KKT Lisung Kiwari Tahun 2009 Sumber: KKT Lisung Kiwari
5.2.1 Keanggotaan KKT Lisung Kiwari Persyaratan untuk diterima di KKT Lisung Kiwari yaitu bertempat tinggal di kecamatan Cigombong. Keanggotaan koperasi diperoleh jika persyaratan telah terpenuhi yaitu simpanan pokok telah dilunasi dan yang bersangkutan didaftar serta telah menandatangani buku daftar anggota koperasi. Keanggotan tidak dapat
27
dipindahtangankan kepada siapapun dengan cara apapun. Koperasi secara terbuka dapat menerima anggota lain sebagai anggota luar biasa. Setiap anggota berhak memperoleh pelayanan dari koperasi, menghadiri berbicara dalam rapat, memiliki hak suara yang sama, mengajukan pendapat untuk kemajuan koperasi, dan memperoleh sisa hasil usaha. Kewajiban anggota koperasi yaitu membayar simpanan wajib sesusai ketentuan yang ditetapkan dalam ART atau diputuskan dalam rapat anggota, berpartisipasi dalam kegiatan dalam kegiatan usaha koperasi, mentaati setiap ketentuan dalam koperasi yang berlaku dalam koperasi, dan menjaga nama baik dan kebersamaan dalam koperasi. KTT Lisung Kiwari memiliki jumlah keanggotaan yang dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dapat dillihat dalam Tabel 2. Tabel 2. Perkembangan Jumlah Anggota KKT Lisung Kiwari periode 2005-2009 No. 1. 2. 3. 4. 5.
Tahun 2005 2006 2007 2008 2009
Jumlah 62 58 78 100 124
Sumber : Laporan Pertanggungjawaban pengurus KKT Lisung Kiwari (diolah)
Persyaratan untuk menjadi anggota KKT Lisung Kiwari sebagai berikut: 1. Berada diwilayah desa Ciburuy 2. Menyerahkan foto copy KTP 3. Sanggup membayar simpanan pokok Rp 100.000,- dan Simpanan Wajib Rp 10.000,- per bulan,(Tahun 2010 Simpanan Wajib Harus mengejar simpanan anggota yg paling Lama yaitu Rp 400.0000) dapat diangsur 4 kali angsuran. 4. Jika selama enam bulan berturut-turut anggota tidak memenuhi kewajiban tersebut maka secara otomatis anggota dianggap mengundurkan diri dari keanggotaannya. 5. Berpartisipasi dalam kegiatan usaha koperasi 6. Mentaati ketentuan AD/ART, keputusan rapat anggota dan ketentuan lainnya yang berlaku
28
7. Memelihara nama baik dan kebersamaan koperasi 8. Keanggotaan koperasi tidak bisa dipindahtangankan kepada pihak lain dengan cara apapun 9. Mempunyai kepentingan ekonomi yang sama dalam lingkup usaha koperasi. Hak sebagai anggota adalah menghadiri, menyatakan pendapat dan memberikan suara dalam Rapat Anggota, memilih dan dipilih menjadi anggota Pengurus atau Pengawas, meminta diadakan Rapat Anggota menurut ketentuan dalam AD/ART, mengemukakan pendapat atau saran kepada Pengurus diluar Rapat Anggota baik diminta atau tidak, memanfaatkan jasa koperasi dan mendapatkan pelayanan yang sama antara sesama Anggota, mendapatkan keterangan mengenai perkembangan Koperasi menurut ketentuan AD/ART, mewajibkan pengurus untuk menjalankan kegiatan usaha, menyetujui atau mengubah AD/ART serta keterangan lainnya dan melakukan pengawasan atas jalannya Koperasi dan usaha-usaha koperasi menurut ketentuan AD/ART. Kewajiban sebagai anggota adalah mematuhi AD/ART serta keputusan lainnya yang telah disepakati dalam rapat anggota, berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang diselenggarakan oleh koperasi, mengembangkan dan memelihara kebersamaan berdasarkan atas azas kekeluargaan, membayar simpanan pokok dan simpanan wajib. 5.2.2 Perangkat Organisasi KKT Lisung Kiwari Rapat anggota terdiri dari rapat anggota tahunan, rapat anggota rencana kerja, rencana anggaran pendapatan dan belanja, rapat anggota khusus, rapat anggota luar biasa. Pengendalian intern kegiatan tugas-tugas pengurus, telah dilaksanakan rapat-rapat setiap tahunnya oleh pengurus dan anggota KKT Lisung Kiwari pada Tabel 3 sebagai berikut.
29
Tabel 3. Jumlah Pertemuan Rapat Anggota KKT Lisung Kiwari periode 20052009 Tahun
2005
2006
2007
2008
2009
Rapat Rapat pengurus dan badan pengawas Rapat pengurus dengan anggota Rapat pengurus dengan instansi Rapat anggota tahunan
2 kali
2 kali
1 kali
1 kali
1 kali
8 kali
12 kali
12 kali
12 kali
12 kali
4 kali
5 kali
10 kali
10 kali
10 kali
1kali
1 kali
2 kali
2 kali
2 kali
Sumber : Laporan Pertanggungjawaban pengurus KKT Lisung Kiwari (diolah)
RAT merupakan forum yang sangat penting dan merupakan kekuasaan tertinggi dalam tubuh koperasi. Kesempatan tersebut mendukung pengurus dan badan pengawas menyatakan kewajiban untuk menyampaikan perkembangan baik yang menyangkut organisasi, keanggotaan, usaha dan keuangan. Salah satunya pada RAT tahun 2006 adanya pengakuan kepada anggota atas pergantian tahun pendirian badan usaha yang pada awalnya No.518/03 BHKPTS/ KANKOP 2005 sehingga berubah menjadi No.518/03 BHKPTS/ KANKOP 2006. Pengurus KKT Lisung Kiwari dipilih dari dan oleh anggota melalui musyawarah anggota setiap lima tahun dengan pengangkatan secara demokratis melalui pemilihan langsung oleh anggota. Perjalanan KKT Lisung Kiwari selama lima tahun diketuai oleh Bapak Hari Koswara atas kepercayaan anggota, beliau terpilih kembali menjadi ketua untuk kepengurusan periode 2010-2014. Adapun susunan pengurus KKT Lisung Kiwari periode 2010-2014 adalah sebagai berikut: Ketua :
Hari Kuswara
Sekretaris :
Suherman SE
Bendahara:
Heli Permana SP
Badan Pengawas:
H. A Zakaria
Manajer sangat dibutuhkan dalam perkembangan usaha koperasi, khususnya yang mempunyai wawasan dalam merencanakan, mengorganisir, mengawasi dan mengendalikan agar usaha efektif dan efisien. Khususnya dalam mengkoordinir karyawan melaksanakan tugas bidang usaha, karena belum adanya
30
manajer yang dapat memberi diri bekerja fultime maka manajer masih dirangkap oleh pengurus yaitu bapak Hari Koswara. Karyawan yang masih setia mendampingi yaitu Irwansyah dan A. Solihin. 5.3
Bidang Usaha KKT Lisung Kiwari Pelaksanakan realisasi bidang usaha KKT Lisung Kiwari telah berusaha
seoptimal mungkin agar kelangsungan koperasi ini dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan harapan para anggota. Kegiatan usaha tersebut dilaksanakan dan berjalan secara bertahap disesuaikan dengan sarana dan prasarana yang dimiliki. Walaupun volumenya masih jauh dari target yang direncanakan, diharapkan kegiatan tersebut dapat berjalan lancar. Usaha yang dilaksanakan antara lain unit simpan pinjam, pengadaan dan penjualan sembako, pengadaan dan penjualan sarana produksi pertanian dan usaha konter. Pada tanggal 11 Desember 2006 koperasi Lisung Kiwari mendapatkan Surat Izin Tempat Usaha (SITU) dari Pemerintah Kota Bogor dengan No. 5372 Tahun 2006. Pada tahun 2010, usaha yang dimiliki KKT Lisung Kiwari mengalami penambahan yaitu pelayanan pembayaran listrik dan warung internet (warnet). Perbandingan laba usaha dari masing-masing bidang usaha akhir 2009 dapat dilihat dari Tabel 4 berikut: Tabel 4. Perbandingan Laba Usaha dari masing-masing Bidang Usaha KKT Lisung Kiwari tahun 2009 No 1 2 3 4
Uraian Unit Pengadaan Sembako Unit pengadaan Sarana Produksi Unit Penjualan voucher Jasa Unit Simpan Pinjam
Laba Usaha (Rp) 49.766.000,16.132.600,2.753.800,17.643.500,-
Sumber : Laporan Pertanggungjawaban pengurus KKT Lisung Kiwari (diolah)
Keempat jenis bidang usaha KKT Lisung Kiwari terhitung sejak akhir Desember 2009 memberikan laba yang berbeda. Unit pengadaan sembako menjadi salah satu bidang usaha yang memberi laba yang tinggi kepada anggota, namun jumlah tidak selamanya menentukan kualitas. Bidang usaha lainnya dengan jumlah laba yang lebih kecil mampu memberikan pengaruh kepada anggota. Setiap bidang usaha yaitu berawal dari kebutuhan anggota sehingga
31
KKT Lisung Kiwari berusaha untuk mempertahankan bidang usaha bahkan mengembangkan sesuai dengan permintaan anggota dan menjawab kebutuhan anggota. 5.4
Permodalan KKT Lisung Kiwari Kementerian koperasi dan usaha kecil menengah memberikan berupa
bantuan dari dana bergulir konvensional pada akhir bulan Februari 2006. Hal ini menjadi suatu dukungan pemerintah yang sangat berpengaruh terhadap permodalan KKT Lisung Kiwari dalam menjalankan koperasi. Modal KKT Lisung Kiwari terdiri dari modal sendiri dan modal dari luar. Modal sendiri terdiri dari simpanan pokok, simpanan wajib, cadangan, donasi, modal sumbangan, modal penyertaan, SHU tahun berjalan, dan SHU tidak dibagi. Modal dari luar terdiri dari bantuan pinjaman lunak dan bantuan dana bergulir. Perkembangan permodalan KKT Lisung Kiwari dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Perkembangan Modal Sendiri dan Modal Luar KKT Lisung Kiwari periode 2005-2009 Tahun 2005 2006 2007 2008 2009
Modal Sendiri (000,-) 3.815 7.719 18.519 32.805 98.203
Modal Luar (000,-) 25.815 20.000 120.000 97.500 90.000
Sumber : Laporan Pertanggung Jawaban pengurus KKT Lisung Kiwari (diolah)
Modal sendiri pada awalnya berjumlah sangat kecil dan setiap tahunnya mengalami peningkatan. Peningkatan modal dipengaruhi oleh jumlah simpanan wajib yang terus menerus meningkat dapat dikarenakan jumlah anggota yang terus menerus bertambah. Bagian modal sendiri juga berupa SHU, SHU yang dibagikan 40 persen untuk cadangan, 30 persen jasa anggota sebanding usaha, 10 persen jasa anggota sebanding simpanan, 5 persen untuk dana pengurus dan dana kesejahteraan pengawas, 2,5 persen untuk dana kesejahteraan koperasi, pembangunan daerah kerja, sosial, dan dana pendidikan. Modal luar meningkat melalui bantuan berupa dana bergulir dan pinjaman lunak dari pemerintah.
32
VI PEMBAHASAN 6.1
Kinerja Organisasi terhadap Poktan, Gapoktan Silih Asih dan KKT Lisung Kiwari Kinerja organisasi terhadap Poktan, Gapoktan Silih Asih dan KKT Lisung
Kiwari dapat dilihat melalui penilaian anggota berdasarkan tujuh indikator yaitu: (a) Pertemuan atau rapat; (b) Keterlibatan anggota dalam mengelola; (c) Keterlibatan anggota dalam pengambilan keputusan, (d) Keterlibatan anggota dalam kegiatan bersama; (e) Usaha berorientasi kepada kepentingan anggota; (f) Kemampuan meningkatkan kesejahteraan anggota; dan (g) Adanya aktivitas pendidikan, pelatihan, penerangan untuk meningkatkan pengetahuan anggota dan pengurus. a)
Penilaian anggota terhadap pertemuan dan rapat. Pertemuan dan rapat merupakan waktu dan tempat berdiskusi sesuai
dengan kepentingan anggota. Kuantitas tingkat pertemuan atau rapat sesuai dengan kesepakatan anggota. Poktan mengadakan pertemuan sebelum dan sesudah musim tanam. Gapoktan mengadakan pertemuan sekali dalam sebulan. Koperasi mengadakan pertemuan anggota sekali dalam setahun dalam rapat anggota tahunan. Poktan merupakan wadah yang sangat sulit untuk menjalankan pertemuan sebelum dan sesudah tanam, anggota lebih memilih hadir rutin dalam pertemuan Gapoktan yang dilakukan sekali sebulan dan koperasi sekali dalam setahun. Berdasarkan wawancara hal ini disebabkan oleh di Gapoktan dan koperasi, anggota diwajibkan mengisi absen sebagai bukti kehadiran dalam pertemuan dan rapat. Koperasi memiliki kinerja pertemuan dan rapat yang lebih tinggi dibanding Poktan dan Gapoktan. Hal ini disebabkan oleh kewajiban kehadiran dan pengurus koperasi memberikan penawaran-penawaran menarik dengan adanya door price agar anggota tertarik datang. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan melihat tanggapan responden dari kinerja ketiga wadah melalui pertemuan dan rapat disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Hasil Uji Friedman terhadap adanya pertemuan dan rapat di Koptan, Gapoktan dan koperasi Ranks Kelompok tani Gabungan kelompok tani Koperasi
1.42 2.20 2.38 Test Statisticsa
N Chi-Square Df Asymp. Sig.
30 23.146 2 .000
Pada Tabel 6 dapat dijelaskan nilai mean rank secara berurut dari nilai yang tertinggi hingga yang paling rendah adalah: Koperasi, Gapoktan dan Poktan. Pada test statistics menunjukkan nilai signifikan lebih kecil dari nilai alfa kepercayaan yakni 0,000 < 0,05. Artinya ada perbedaan pendapat responden terhadap ketiga wadah yang melakukan pertemuan dan rapat secara rutin. Koperasi dan gapoktan memiliki nilai mean rank yang tertinggi. b)
Keterlibatan anggota dalam mengelola Keterlibatan anggota sangat tinggi dan tinggi berada pada skala semua
anggota dan setidaknya lebih dari 50 persen dari jumlah anggota terlibat. Keterlibatan anggota dalam Poktan yaitu perencanaan usaha kelompok, melaksanakan, dan penilaian kinerja kelompok demikian pula Gapoktan adanya perencanaan dan evaluasi perencanaan kerja Gapoktan. Perencanaan kerja Gapoktan berupa penyediaan saprotan, penyediaan modal usaha, pemasaran dan pengolahan produk sedangkan koperasi keterlibatan anggota dalam mengelola dan pengambilan keputusan yaitu dengan adanya keterlibatan anggota dalam persetujuan dan pelaksanaan hasil Rapat Anggota Tahunan (RAT). Gapoktan Silih Asih merupakan gabungan enam kelompok tani. Tingkat keterlibatan anggota sangat tinggi yaitu berada pada Gapoktan. Berdasarkan hasil wawancara anggota Poktan lebih memilih terlibat dalam Gapoktan sesuai perencanaan, evaluasi dan kegiatan sesuai dengan keputusan anggota dapat dilihat pada Tabel 7.
34
Tabel 7. Hasil Uji Friedman terhadap Keterlibatan Anggota dalam Pengelolaan Poktan, Gapoktan maupun Koperasi Ranks Kelompok tani Gabungan kelompok tani Koperasi
1.72 2.35 1.93 Test Statisticsa
N Chi-Square Df Asymp. Sig.
30 10.081 2 .006
Berdasarkan Tabel 7 dapat dijelaskan nilai mean rank secara berurut dari nilai yang tertinggi hingga yang paling rendah adalah: Gapoktan, Koperasi dan Poktan. Pada test statistics menunjukkan nilai signifikan lebih kecil dari nilai alfa kepercayaan yakni 0,006 < 0,05. Artinya ada perbedaan keterlibatan anggota dalam mengelola Poktan, Gapoktan maupun koperasi. Gapoktan memiliki nilai mean rank yang tertinggi yang berarti keterlibatan anggota dalam pengelolaan yang lebih tinggi berada pada Gapoktan. c)
Keterlibatan pengambilan keputusan. Demikian pula tanggapan responden terhadap keterlibatan anggota dalam
pengampilan keputusan di Poktan, Gapoktan maupun koperasi yang disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Hasil Uji Friedman terhadap Keterlibatan Anggota dalam Pengambilan keputusan Poktan, Gapoktan maupun Koperasi Ranks Kelompok tani Gabungan kelompok tani Koperasi
1.42 2.37 2.22 Test Statisticsa
N Chi-Square Df Asymp. Sig.
30 21.101 2 .000
35
Berdasarkan Tabel 8 dapat dijelaskan nilai mean rank secara berurut dari nilai yang tertinggi hingga yang paling rendah adalah: Gapoktan, Koperasi dan Poktan. Pada test statistics menunjukkan nilai signifikan lebih kecil dari nilai alfa kepercayaan yakni 0,000 < 0,05. Artinya ada perbedaan keterlibatan anggota dalam pengambilan keputusan Poktan, Gapoktan maupun koperasi. Gapoktan memiliki nilai mean rank yang tertinggi, berarti keterlibatan anggota dalam pengambilan keputusan lebih tinggi yaitu Gapoktan. d)
Keterlibatan anggota dalam kegiatan bersama. Kegiatan bersama Poktan dan Gapoktan Silih Asih yaitu budidaya padi
sehat dan penangkaran benih padi, penggemukan domba, pembuatan dan pemasaran pupuk OFER (Organic Fertillizer), pengolahan dan pemasaran beras SAE ( Beras Organik Bebas Residu Pestisida Kimia) dan teknologi pembuatan kompos jerami. Kegiatan bersama KKT Lisung Kiwari berupa simpan pinjam, penyediaan kebutuhan sembako, dan penyediaan saprotan. Poktan, Gapoktan dan koperasi memiliki tingkat keterlibatan anggota yang sama. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi bahwa setiap anggota ikut dalam kegiatan bersama Gapoktan dan koperasi. Hal tersebut dapat dibuktikan oleh tanggapan dari responden terhadap kinerja tingkat keterlibatan anggota dalam kegiatan bersama Poktan, Gapoktan dan koperasi yang disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Hasil Uji Friedman terhadap Keterlibatan Anggota dalam Kegiatan Bersama Poktan, Gapoktan maupun Koperasi Ranks Kelompok tani Gabungan kelompok tani Koperasi
1.83 2.07 2.10 Test Statisticsa
N Chi-Square Df Asymp. Sig.
30 2.054 2 .358
36
Berdasarkan Tabel 9 pada test statistics menunjukkan nilai signifikan lebih besar dari nilai alfa kepercayaan yakni 0,358 > 0,05. Artinya tingkat keterlibatan anggota dalam kegiatan bersama Poktan, Gapoktan maupun koperasi sama. e)
Usaha berorintasi kepada kepentingan anggota. Petani memiliki kepentingan yang berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan pokok, dan pengembangan dalam usaha pertanian. Berdasarkan wawancara dengan ketua Poktan, sebuah kelompok membutuhkan pertemuan sebagai wadah pertukaran informasi, pencapaian tujuan yang sama dan adanya anggaran bersama untuk saling membantu antar anggota. Gapoktan yang merupakan gabungan kelompok melengkapi kepentingan anggota dengan melakukan fungsi sebagai unit usaha tani, unut usaha pemasaran, unit usaha sarana dan prasarana produksi, unit usaha pemasaran dan unit usaha keuangan. Sedangkan koperasi melalui adanya simpan pinjam, penjualan sembako, dan penjualan sarana dan produksi pertanian. Gapoktan Silih Asih telah melakukan fungsinya yang berorientasi kepada kepentingan anggota. Usaha yang telah dilakukan Gapoktan yaitu oleh adanya budidaya padi sehat dan penangkaran benih padi, penggemukan domba, pembuatan dan pemasaran pupuk OFER (Organic Fertillizer), pengolahan dan pemasaran beras SAE ( Beras Organik Bebas Residu Pestisida Kimia), teknologi pembuatan kompos jerami dan pengelolaan bantuan dana dari pemerintah berupa DPM LUEP. Hal ini didukung oleh pembuktian tanggapan anggota melalui hasil uji friedman pada Tabel 10.
37
Tabel 10. Hasil Uji Friedman terhadap Adanya Usaha yang Berorientasi kepada Kepentingan Anggota dalam Poktan, Gapoktan dan Koperasi. Ranks Kelompok tani Gabungan kelompok tani Koperasi
1.72 2.17 2.12 Test Statisticsa
N Chi-Square Df Asymp. Sig.
30 6.636 2 .036
Berdasarkan Tabel 10 dapat dijelaskan nilai mean rank secara berurut dari nilai yang tertinggi hingga yang paling rendah adalah: Gapoktan, Koperasi dan Poktan. Pada test statistics menunjukkan nilai signifikan lebih kecil dari nilai alfa kepercayaan yakni 0,036 < 0,05. Artinya ada perbedaan pandangan anggota terhadap kemampuan usaha Poktan, Gapoktan maupun koperasi yang berorientasi kepada anggota. Gapoktan memiliki nilai mean rank yang tertinggi, berarti adanya usaha yang berorientasi kepada anggota yang lebih tinggi. f)
Kemampuan meningkatkan kesejahteraan anggota Berdasarkan wawancara kepada anggota, kesejahteraan Poktan bersumber
dari peranan yang didapat anggota melalui kelompok, dan adanya dana yang mendukung usaha pertanian. Kelompok menjadi sumber informasi antar anggota, pengelolaan dana dan penerimaan penerangan melalui ketua Poktan atau Gapoktan, Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), dan lembaga. Demikian pula dalam koperasi, anggota mendapatkan pengembangan melalui adanya pendidikan, pelatihan koperasi. Pendidikan koperasi saat ini masih dinikmati pengurus koperasi. Gapoktan Silih Asih sudah pernah mendapatkan prestasi dalam pengelolaan dana DPM LUEP. Saat ini Gapoktan Silih Asih sedang mengelola dana Gemar (Gerakan Multiaktivitas Agribisnis). Gapoktan Silih Asih telah mengelola dana yang bersumber dari pemerintah dalam mendukung kesejahteraan petani, dan memiliki penerangan, pelatihan yang rutin yang diperoleh dari PPL,
38
Lembaga Swadaya Masyarakat, pemerintah daerah dan pihak universitas. Tanggapan anggota terhadap pemenuhan sumber informasi telah mewakili melalui Gapoktan Silih Asih. Hasil uji friedman merupakan pembuktian tanggapan anggota terhadap adanya kegiatan yang meningkatkan kesejahteraan anggota pada Tabel 11. Adanya pendidikan, pelatihan dan penerangan sebagai sumber informasi kelompok Poktan, Gapoktan dan koperasi dibuktikan melalui uji Friedman pada Tabel 12. Tabel 11. Hasil Uji Friedman terhadap Adanya Kemampuan Poktan, Gapoktan maupun Koperasi dalam Meningkatkan Kesejahteraan Anggota. Ranks Kelompok tani Gabungan kelompok tani Koperasi
1.95 2.35 1.70 Test Statisticsa
N Chi-Square Df Asymp. Sig.
30 14.604 2 .001
Berdasarkan Tabel 11 dapat dijelaskan nilai mean rank secara berurut dari nilai yang tertinggi hingga yang paling rendah adalah: Gapoktan,Poktan dan Koperasi. Pada test statistics menunjukkan nilai signifikan lebih kecil dari nilai alfa kepercayaan yakni 0,001 < 0,05. Artinya ada perbedaan kemampuan Poktan, Gapoktan maupun koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan anggota. Gapoktan memiliki nilai mean rank yang tertinggi yang berarti kemampuan Gapoktan lebih tinggi dalam meningkatkan kesejahteraan anggota. g)
Adanya aktivitas pendidikan, pelatihan, penerangan untuk meningkatkan pengetahuan anggota dan pengurus. Demikian pula hasil uji Friedman melalui tanggapan anggota melalui
adanya pendidikan, pelatihan dan penerangan sebagai sumber informasi kelompok Poktan, Gapoktan dan koperasi dibuktikan melalui uji Friedman pada Tabel 12.
39
Tabel 12. Hasil Uji Friedman terhadap Adanya Aktivitas pendidikan, pelatihan, penerangan Poktan, Gapoktan maupun Koperasi Ranks Kelompok tani Gabungan kelompok tani Koperasi
2.05 2.28 1.67 Test Statisticsa
N Chi-Square Df Asymp. Sig.
30 10.418 2 .004
Berdasarkan Tabel 12 dapat dijelaskan nilai mean rank secara berurut dari nilai yang tertinggi hingga yang paling rendah adalah: Gapoktan, Poktan dan koperasi. Pada test statistics menunjukkan nilai signifikan lebih kecil dari nilai alfa kepercayaan yakni 0,004 < 0,05. Artinya ada perbedaan kemampuan Poktan, Gapoktan dan koperasi menyediakan pendidikan, pelatihan, penerangan yang mendukung anggota. Gapoktan memiliki nilai mean rank yang tertinggi yang berarti Gapoktan memiliki kemampuan menyediakan pendidikan, penerangan yayng lebih tinggi dan sesuai dengan kebutuhan anggota. Hasil uji friedman menunjukkan perbedaan kinerja dari transformasi organisasi. Ketujuh indikator menjelaskan kinerja Poktan, Gapoktan dan koperasi dalam menjalankan organisasi di Desa Ciburuy. Hasil uji Friedman membuktikan kinerja organisasi Gapoktan lebih tinggi dibanding Poktan dan koperasi. Selengkapnya kinerja organisasi Poktan, Gapoktan dan koperasi dapat dilihat pada Gambar 8.
40
Gambar 8. Kinerja Organisasi Poktan, Gapoktan dan Koperasi Berdasarkan Gambar 8 dapat dijelaskan Gapoktan memiliki kinerja organisasi yang lebih baik diantara Poktan dan Koperasi. Tanggapan anggota menunjukkan Gapoktan telah melakukan kelima indikator. Kelima indikator adalah keterlibatan anggota dalam mengelola kelompok (merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi), keterlibatan anggota dalam pengambilan keputusan, usaha berorientasi kepada kepentingan anggota, kemampuan meningkatkan kesejahteraan anggota dan adanya aktivitas pendidikan, pelatihan dan penerangan untuk meningkatkan pengetahuan anggota. Gapoktan Silih Asih mempunyai pertemuan atau rapat yang rutin dilakukan setiap hari jumat. Setiap ketua dan minimal tiga anggota Poktan
41
diwajibkan hadir dengan bukti tandatangan anggota. Kegiatan bersama Poktan dan Gapoktan Silih Asih yaitu budidaya padi sehat dan penangkaran benih padi, penggemukan domba, pembuatan dan pemasaran pupuk OFER (Organic Fertillizer), pengolahan dan pemasaran beras SAE ( Beras Organik Bebas Residu Pestisida Kimia), teknologi pembuatan kompos jerami, penyimpanan beras di gudang, dan pengelolaan dana yang bersumber dari pemerintah maupun lembaga. Hampir 70 persen anggota Gapoktan Silih Asih terdaftar dalam koperasi. Anggota Gapoktan dapat melakukan simpan pinjam dikoperasi. Anggota Gapoktan Silih Asih dapat membeli sarana, prasarana produksi pertanian, sembako melalui koperasi dengan pembayaran setelah panen(yarnen) 7. 6.2
Analisis Kinerja Keuangan KKT Lisung Kiwari Koperasi diharapkan berkembang menjadi suatu organisasi swadaya
koperasi yang kuat keuangannya, mandiri dan berorientasi pada anggota dan otonom. Oleh karena itu perlu mengetahui kinerja keuangan koperasi dan orientasinya. KKT Lisung kiwari merupakan koperasi yang didukung oleh pengelolaan dana dari pemerintah. Kinerja keuangan koperasi perlu diteliti lebih lanjut. Kinerja keuangan menjadi pendukung untuk melihat sejauh mana orientasi KKT Lisung Kiwari dalam pengelolaan modalnya. Analisis rasio merupakan alat analisis yang digunakan untuk mengetahui kinerja keuangan KKT Lisung Kiwari. Kondisi likuiditas, solvabilitas, profitabilitas dan efektifitas mewakili untuk mengetahui kinerja keuangan KKT Lisung Kiwari. Perbandingan setiap elemenelemen laporan keuangan membantu untuk mengetahui bagian keuangan yang arus ditingkatkan maupun dipertahankan. KKT Lisung Kiwari melakukan rapat anggota setiap tahunnya. Laporan keuangan secara rutin dilaporkan kepada anggota. KKT Lisung Kiwari dapat mempergunakan laporan keuangan untuk mengetahui sejauh mana kinerja keuangan koperasi. Analisis rasio memudahkan untuk mengetahui dalam hal-hal apa saja KKT Lisung Kiwari mengalami masalah serius maupun kritis, sehingga dapat dilakukan perbaikan untuk mencegah semakin memburuknya kondisi kinerja keuangan. 7
Istilah masyarakat desa Ciburuy
42
6.2.1 Likuiditas Likuiditas terdiri dari rasio lancar, rasio cair dan rasio kas. Laporan keuangan KKT Lisung Kiwari yang digunakan dalam menganalisis kondisi likuiditas yaitu laporan neraca per 31 Desember dari tahun 2005-2009. Perbandingan rasio yang telah dihitung dibandingkan dari tahun ke tahun. Nilai rasio yang dihasilkan likuiditas berfungsi untuk mengetahui kemampuan KKT Lisung Kiwari dalam menjamin kewajiban lancar yang harus segera dipenuhi pada saat ditagih. a.
Rasio Lancar (Current Ratio) Rasio lancar yaitu perbandingan antara harta lancar atas kewajiban lancar.
Harta lancar terdiri dari kas, piutang uang, piutang barang, ketersediaan barang, dan biaya yang harus dibayar dimuka. Kewajiban lancar terdiri dari hutang barang, simpanan mana suka, dana, biaya yang harus dibayar dan dana penyisihan. Nilai masing-masing harta lancar dan kewajiban lancar tahun 20052009 dapat dilihat pada laporan keuangan neraca dalam Lampiran 1. Hasil rasio lancar dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Rasio Lancar KKT Lisung Kiwari periode 2005-2009 Tahun 2005 2006 2007 2008 2009
Harta Lancar (Rp) Kewajiban Lancar(Rp) 32.436.430 20.050.500 36.151.220 12.631.322 161.066.040 12.631.322 178.832.912 57.118.196 242.353.900 68.071.300
Rasio 1,62 2,86 12,75 3,13 3,56
Sumber: Laporan Keuangan KKT Lisung Kiwari Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor 2006, 2008 dan 2009 (Diolah)
Hasil perhitungan rasio lancar KKT Lisung Kiwari menunjukkan harta lancar koperasi besarnya 1,62 kali utang lancarnya pada tahun 2005. Nilai harta lancar koperasi masih dianggap mampu untuk membayar utang lancarnya. Tahun 2006 harta lancar 2,86 kali kewajiban lancarnya, tahun 2007 terjadi peningkatan yang sangat tinggi kemampuan KKT Lisung Kiwari untuk membayar kewajiban lancar atas harta lancarnya yaitu 12,75 kali dan tahun 2008 rasio lancar menurun menjadi 3,13 kali. Pada tahun 2009 harta lancar koperasi 3,56 kali utang
43
lancarnya masih lebih besar dibandingkan tahun 2005 dan 2006. Walaupun tidak ada standar tentang berapa angka yang paling ideal, rasio lancar yang semakin tinggi akan menunjukkan kondisi likuiditas yang semakin baik. Likuiditas Koperasi KKT Lisung Kiwari dengan rasio lancar masih memenuhi syarat (2:1) nilai rasio lancar dari tahun 2005-2009 nilai rasio lancar masih berada diatas dua. Syarat (2:1) menguatkan pernyataan bahwa likuiditas dalam keadaan baik atau harta lancar masih dianggap mampu membayar kewajiban lancar KKT Lisung Kiwari. b.
Rasio Cair Harta lancar yang diperhitungkan tidak termasuk dalam persediaan dan
pembayaran dimuka. Kewajiban lancar terdiri dari hutang barang, simpanan mana suka, dana, biaya yang harus dibayar dan dana penyisihan. Nilai masing-masing harta, persediaan, pembayaran dimuka dan kewajiban lancar tahun 2005-2009 dapat dilihat pada laporan keuangan neraca dalam lampiran 1. Hasil rasio cair dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Rasio Cair KKT Lisung Kiwari periode 2005-2009 Tahun 2005 2006 2007 2008 2009
Harta-(persediaan + pembayaran Kewajiban Lancar dimuka) (Rp) (Rp) 27.704.100 20.050.500 34.375.933 12.631.322 145.655.763 12.631.322 124.212.415 57.118.196 163.524.900 68.071.300
Rasio 1,38 2,72 11,53 2,17 2,40
Sumber: Laporan Keuangan KKT Lisung Kiwari Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor 2006, 2008 dan 2009 (Diolah)
Rasio Cair yaitu harta lancar dikurangi persediaan dijumlah pembayaran dimuka dan hasil pengurangan tersebut dibagi kewajiban lancar. Kondisi likuiditas KKT Lisung Kiwari melalui rasio cair pada tahun 2005, 2006, 2007, 2008, 2009 berada pada kondisi likuiditas baik yaitu dengan kemampuan untuk membayar kewajiban lancar 1,38 kali, 2,72 kali, 11,53 kali, 2,17 kali, dan 2,40 kali. Rasio cair KKT Lisung Kiwari selama 5 tahun memenuhi syarat (1:1) sehingga kondisi likuiditas melalui rasio cair dalam keadaan baik. Rasio cair KKT Lisung Kiwari Tahun 2007 masih berada pada kondisi rasio cair yang sangat 44
tinggi. Hal ini disebabkan harta lancar walaupun telah mengalami pengurangan terhadap persediaan dan pembayaran dimuka namun masih sangat tinggi sehingga menghasilkan rasio cair yang sangat tinggi dibanding tahun lainnya. c.
Rasio Kas Rasio kas yaitu perbandingan antara kas dijumlah bank dan hasil
penjumlahan tesebut dibagi kewajiban lancar. Harta lancar yang digunakan untuk perbandingan hanyalah uang kas, baik yang ada dalam koperasi maupun di bank. Uang kas dan bank adalah harta yang paling cair yang dimiliki perusahaan karena uang kas dan bank dapat segera dicairkan tanpa harus melalui proses untuk menghasilkan pendapatan atau penjualan terlebih dahulu. Kewajiban lancar terdiri dari hutang barang, simpanan mana suka, dana, biaya yang harus dibayar dan dana penyisihan. Nilai masing-masing kas dan kewajiban lancar tahun 2005-2009 dapat dilihat pada laporan keuangan neraca dalam lampiran 1. Hasil rasio kas dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Rasio Kas KKT Lisung Kiwari periode 2005-2009 Tahun 2005 2006 2007 2008 2009
Kas + Bank (Rp) 6.804.450 2.093.000 24.751.380 24.259.068 35.187.150
Kewajiban Lancar (Rp) 20.050.500 12.631.322 12.631.322 57.118.196 68.071.300
Rasio 0,34 0,16 1,96 0,42 0,52
Sumber: Laporan Keuangan KKT Lisung Kiwari Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor 2006, 2008 dan 2009 (Diolah)
Rasio kas dapat dikatakan rasio tunai. Pada tahun 2005, 2006, 2007, 2008, 2009 menunjukkan bahwa uang kas dan bank yang dimiliki perusahaan besarnya masing-masing 0,34 kali, 0,16 kali, 1,96 kali, 0,42 kali, 0,52 kali utang lancarnya. Kondisi likuiditas melalui rasio kas kondisinya adalah tidak baik, dimana kemampuan KKT lisung Kiwari membayar kewajiban lancarnya dengan menggunakan kas sangat rendah. Perbandingan jumlah kas yang sangat rendah dibandingkan kewajiban lancar menunjukkan ketidakmampuan KKT Lisung Kiwari membayar kewajiban lancar dengan hanya mengandalkan kas saja.
45
Rasio lancar, rasio cair KKT Lisung Kiwari 2005-2009 dalam kondisi baik sedangkan rasio kas berada pada kondisi tidak baik karena kemampuan membayar kewajiban lancarnya atas kas sangat rendah. Peningkatan rasio lancar pada tahun 2007 yang sangat tinggi dipengaruhi oleh dana bantuan pemerintah yang digunakan mengembangkan usaha mengakibatkan piutang barang maupun piutang uang meningkat, sehingga pertambahan jumlah harta lancar sangat memenuhi kemampuan membayar kewajiban lancar. Dana bergulir yang diberikan pemerintah dimanfaatkan pengurus dalam pengembangan unit usaha sehingga harta lancar sangat tinggi disebabkan oleh piutang barang dan uang yang meningkat. Rasio lancar dengan adanya pengurangan dengan tingginya jumlah harta lancar terhadap persediaan dan pembayaran dimuka tidak berpengaruh nyata karena nilai rasio cair yang dihasilkan masih dalam keadaan yang sangat tinggi. KKT Lisung Kiwari meminjamkan harta kepada anggota melalui unit usaha simpan pinjam sehingga sebagian besar harta berada pada piutang. Hal tersebut mengakibatkan kemampuan KKT Lisung Kiwari dalam rasio kas tidak mampu khususnya pada tahun 2005, 2006, 2008, 2009, sedangkan yang berada pada kondisi likuiditas baik melalui rasio kas hanya pada tahun 2007 yaitu kas yang dimiliki KKT Lisung Kiwari dengan 1,96 kali kewajiban lancarnya tetapi kemampuan rasio kas tersebut tidak bertahan baik pada tahun selanjutnya 2008, dan 2009 bahkan menurun. Hal ini menjadi peringatan bagi KKT Lisung Kiwari untuk tetap meningkatkan kas agar tetap menjaga kemampuan membayar kewajiban lancar atas kas yang tersedia, agar dengan kondisi tidak baik, koperasi masih dapat membayar kewajiban lancarnya. Rasio lancar, rasio cair berada pada posisi masih mampu melunasi kewajiban lancarnya bila kewajiban tersebut telah jatuh tempo. Sedangkan rasio kas tidak mampu membayar kewajiban lancar jika hanya mengandalkan kas. Kondisi likuiditas KKT Lisung Kiwari belum dapat dikatakan baik dimana kemampuan membayar kewajiban lancar hanya didukung oleh piutang uang dan piutang barang. Jika terjadi ketidakmampuan anggota dalam mengembalikan piutang yang diakibatkan resiko yang tidak dapat dihindari, hal ini sangat mengakibatkan keadaan keuangan KKT Lisung Kiwari yang sangat buruk. Posisi
46
likuiditas dari rasio lancar, rasio cair dan rasio kas yang tinggi pada tahun 2007 saja dan kembali turun drastis pada tahun 2008-2009 dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 9. Grafik Rasio Likuiditas tahun 2005-2009 6.2.2 Solvabilitas Solvabilitas yaitu cara mengetahui kemampuan KKT Lisung Kiwari untuk membayar kewajiban jangka panjang. Solvabilitas terdiri dari rasio kewajiban jangka panjang atas harta, rasio kewajiban jangka panjang atas modal dan rasio kewajiban jangka panjang atas kapitalisasi. a.
Rasio Kewajiban Jangka Panjang atas Harta Kewajiban jangka panjang yang diperoleh KKT Lisung Kiwari tahun 2005
dan 2006 berupa Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan (DPM LUEP) dan tahun 2007 KKT Lisung Kiwari memperoleh dana bergulir konvensional dari Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah bentuk Program Pembiayaan Produktif Koperasi dan Usaha Mikro (P3KUM). Nilai masing-masing kewajiban jangka panjang dan harta tahun 2005-2009 dapat dilihat pada laporan keuangan neraca dalam lampiran 1. Hasil rasio kewajiban jangka panjang atas harta dapat dilihat pada Tabel 16.
47
Tabel 16. Rasio Kewajiban Jangka Panjang atas Harta KKT Lisung Kiwari periode 2005-2009
Tahun 2005 2006 2007 2008 2009
Kewajiban Jangka Panjang (Rp) 20.050.000 17.000.000 109.000.000 97.500.000 90.000.000
Harta (Rp) 34.036.430 37.351.220 161.866.040 187.235.912 256.274.900
Persen Rasio 59% 46% 67% 52% 35%
Sumber: Laporan Keuangan KKT Lisung Kiwari Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor 2006, 2008 dan 2009 (Diolah)
Rasio kewajiban jangka panjang atas harta tahun 2005 yaitu 59 persen total harta KKT Lisung Kiwari didanai dari kewajiban jangka panjang. Rasio kewajiban jangka panjang atas harta tahun 2006 yaitu 46 persen total harta KKT Lisung Kiwari didanai dari kewajiban jangka panjang. Rasio ini mengalami penurunan 13 persen jika dibanding dengan tahun 2005. Rasio kewajiban jangka panjang atas harta tahun 2007 yaitu 67 persen total harta KKT Lisung Kiwari didanai dari kewajiban jangka panjang. Rasio ini mengalami peningkatan 21 persen jika dibanding dengan tahun 2006. Rasio kewajiban jangka panjang atas harta tahun 2008 yaitu 52 persen total harta KKT Lisung Kiwari didanai dari kewajiban jangka panjang. Rasio tersebut mengalami penurunan 15 persen jika dibanding dengan tahun 2007. Rasio kewajiban jangka panjang atas harta tahun 2007 yaitu 35 persen total harta KKT Lisung Kiwari didanai dari kewajiban jangka panjang. Rasio ini mengalami penurunan 17 persen jika dibanding dengan tahun 2008. Penurunan angka rasio kewajiban jangka panjang atas harta yang semakin rendah mengidentifikasikan adanya perlindungan yang lebih banyak kepada kreditor jangka panjang, apabila terlalu banyak berutang salah satu masalah yang dihadapi adalah pembayaran angsuran utang beserta bunganya. Hasil rasio pada tahun 2007 menunjukkan kewajiban jangka panjang bertambah karena adanya bantuan dana bergulir dari Kementerian Koperasi namun pengembalian cicilan dilakukan setiap tahunnya sesuai kesepakatan dengan lembaga dana bergulir. Dipandang dari perusahaan biasa penurunan rasio menjadi suatu kondisi keuangan yang lebih nyaman. Namun jika dari KKT Lisung Kiwari sebagai koperasi tidak terlalu mempermasalahkan penurunan, karena
48
kenaikan rasio ini juga dapat menjadi keuntungan. Pengurus KKT Lisung Kiwari membutuhkan kewajiban jangka panjang untuk mendukung usaha dan mensejahterakan anggota. Oleh karena itu Harta KKT Lisung Kiwari meningkat karena didanai dari kewajiban jangka panjang. b.
Rasio Kewajiban Jangka Panjang atas Modal Kewajiban jangka panjang yang diperoleh KKT Lisung Kiwari tahun 2005
dan 2006 berupa Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan (DPM LUEP) dan tahun 2007 KKT Lisung Kiwari memperoleh dana bergulir konvensional dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah bentuk Program Pembiayaan Produktif Koperasi dan Usaha Mikro (P3KUM). Modal terdiri dari simpanan pokok, simpanan wajib, cadangan, donasi, modal sumbangan, modal penyertaan, SHU tidak dibagi dan SHU tahun berjalan. Nilai masing-masing kewajiban jangka panjang dan modal tahun 2005-2009 dapat dilihat pada laporan keuangan neraca dalam Lampiran 1. Hasil rasio kewajiban jangka panjang atas modal dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Rasio Kewajiban Jangka Panjang atas Modal KKT Lisung Kiwari periode 2005-2009 Tahun 2005 2006 2007 2008 2009
Kewajiban Jangka Panjang (Rp) 20.050.000 17.000.000 109.000.000 97.500.000 90.000.000
Modal (Rp) 8.472.230 7.719.898 18.854.094 32.617.617 98.203.600
Persen Rasio 237% 220% 578% 299% 92%
Sumber: Laporan Keuangan KKT Lisung Kiwari Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor 2006, 2008 dan 2009 (Diolah)
Modal KKT Lisung Kiwari terdiri dari simpanan pokok, simpanan wajib, cadangan, donasi, modal sumbangan, modal penyertaan, SHU tahun berjalan, dan SHU yang tidak dibagi, jadi sangat berbeda dengan perusahaan pada umumnya yang sumber modal berasal dari saham. Rasio kewajiban jangka panjang atas modal pada tahun 2005, 2006, 2007,2008, dan 2009 masing-masing ialah 273 persen, 220 persen, 578 persen, 299 persen, 92 persen dari kewajiban jangka panjang yang dijamin dengan modal. Bila rasio lebih dari 100 persen maka
49
kemampuan modal untuk menjamin kewajiban jangka panjang semakin rendah. Tahun 2005, 2006, 2007, 2008, kondisi rasio berada diatas 100 persen menandakan kemampuan modal untuk menjamin kewajiban jangka panjang semakin rendah. Sebaliknya tahun 2009 rasio berada dibawah 100 persen maka kemampuan modal sendiri untuk menjamin kewajiban jangka panjang lebih besar, kemampuan ini menunjukkan solvabilitas baik pada rasio ini. Pada tahun-tahun berikutnya KKT Lisung Kiwari sebaiknya meningkatkan modal agar dapat menjamin kewajiban jangka panjang dan menjaga solvabilitas yang baik. c.
Rasio Kewajiban Jangka Panjang atas Kapitalisasi Kewajiban jangka panjang yang diperoleh KKT Lisung Kiwari tahun 2005
dan 2006 berupa Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan (DPM LUEP) dan tahun 2007 KKT Lisung Kiwari memperoleh dana bergulir konvensional dari Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah bentuk Program Pembiayaan Produktif Koperasi dan Usaha Mikro (P3KUM). Kapitalisasi terdiri dari kewajiban jangka panjang dan modal. Nilai masingmasing kewajiban jangka panjang dan kapitalisasi tahun 2005-2009 dapat dilihat pada laporan keuangan neraca dalam lampiran 1. Hasil rasio kewajiban jangka panjang atas kapitalisasi dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Rasio Kewajiban Jangka Panjang atas Kapitalisasi KKT Lisung Kiwari periode 2005-2009 Tahun 2005 2006 2007 2008 2009
Kewajiban Jangka Panjang (Rp) 20.050.000 17.000.000 109.000.000 97.500.000 90.000.000
Kapitalisasi (Rp) 48.522.230 24.719.898 127.854.094 130.117.716 188.203.600
Persen Rasio 41% 69% 85% 75% 48%
Sumber: Laporan Keuangan KKT Lisung Kiwari Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor 2006, 2008 dan 2009 (Diolah)
Kapitalisasi dalam rasio kewajiban jangka panjang atas kapitalisasi bersumber dari jumlah kewajiban jangka panjang ditambah dengan modal. Tahun 2005, 2006, 2007 dengan kondisi rasio masing-masing 41 persen, 69 persen dan 85 persen dimana kinerja perusahaan yang berkaitan dengan pengelolaan total
50
sumber dana jangka panjang kurang baik. Sebaliknya tahun 2008, 2009 dengan rasio masing-masing 75 persen dan 48 persen. Penurunan rasio tersebut menunjukkan adanya perbaikan kinerja perusahaan (manajemen) yang berkaitan dengan pengelolaan total sumber dana jangka panjang. Solvabilitas dengan persen rasio yang meningkat dari 2005 sampai pada tahun 2006 menandakan solvabilitas yang kurang baik. Tahun 2007 hingga 2009 kondisi kinerja keuangan kembali mengalami penurunan persen rasio dari tahun ke tahunnya. Solvabilitas KKT Lisung Kiwari dengan rasio kewajiban jangka panjang atas kapitalisasi menunjukkan penurunan rasio yang berkaitan dengan pengelolaan total sumber dana jangka panjang yang baik. KKT Lisung Kiwari 2005-2009 sesuai angka rasio kewajiban jangka panjang atas harta, rasio kewajiban jangka panjang atas kapitalisasi berada kondisi baik sedangkan rasio kewajiban jangka panjang atas modal mengalami keadaan yang tidak baik karena kemampuan modal untuk menjamin kewajiban jangka panjang semakin rendah. Tahun 2005, 2006 dan 2007 kenaikan rasio yang pada umumnya menandakan tidak baik, bagi KKT Lisung Kiwari menganggap keadaan solvabilitas tersebut merupakan kondisi yang diharapkan karena melalui dana bergulir pemerintah dapat bermanfaat membiayai harta. Tahun 2007, 2008, 2009 penurunan rasio merupakan kondisi solvabilitas yang baik juga karena KKT Lisung Kiwari tidak selamanya bergantung kepada kewajiban jangka panjang untuk mendanai harta, sehingga koperasi diharapkan harus meningkatkan harta melalui pengembangan usaha. Harta yang semakin ditingkatkan dibanding dengan kewajiban jangka panjang tetap atau bahkan menurun menunjukkan keadaan keuangan yang semakin baik dan solvabilitas baik. Solvabilitas KKT Lisung Kiwari dengan rasio kewajiban jangka panjang atas harta berada dalam kondisi yang baik. Kewajiban jangka panjang berperan meningkatkan dan mendanai harta. 6.2.3 Profitabilitas Rasio-rasio dalam profitabilitas terdiri dari rasio SHU atas penjualan, dan rasio SHU atas modal. Perusahaan menganggap profitabilitas yang tinggi menjadi ukuran dalam kondisi yang baik. Pembahasan profitabilitas koperasi tentunya berbeda dengan perusahaan, laba yang besar tidak cukup menggambarkan kinerja
51
keuangan dapat dikatakan baik. Perbandingan dengan elemen-elemen laporan rugi laba sebagai analisis mengetahui profitabilitas sebagai kinerja keuangan. a.
Rasio Sisa Hasil Usaha (SHU) atas Penjualan Nilai masing-masing SHU dan penjualan tahun 2005-2009 dapat dilihat
pada laporan perhitungan sisa hasil usaha
dalam lampiran 2. Hasil rasio
kewajiban jangka panjang atas kapitalisasi dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Rasio Sisa Hasil Usaha atas Penjualan KKT Lisung Kiwari periode 2005-2009 Tahun 2005 2006 2007 2008 2009
Sisa Hasil Usaha (Rp) 4.667.230 1.493.006 6.000.000 8.550.000 9.530.000
Penjualan (Rp) 157.375.800 139.465.900 581.502.540 1.010.465.897 1.220.869.900
Persen Rasio 3% 1% 1% 1% 1%
Sumber: Laporan Keuangan KKT Lisung Kiwari Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor 2005, 2006, 2007, 2008, 2009 (Diolah)
Tahun 2005 rasio SHU atas Penjualan adalah 3 persen artinya setiap Rp 1,- penjualan mampu menghasilkan SHU sebesar Rp 0,03,- dimana margin laba bersih dari hasil penjualan hanya 3 persen selebihnya harga pokok dan penjualan dan biaya. Tahun 2006, 2007, 2008, 2009 rasio SHU atas penjualan adalah 1 persen artinya setiap Rp 1,- penjualan mampu menghasilkan SHU sebesar Rp 0,01,- dimana margin laba bersih dari hasil penjualan hanya 1 persen selebihnya harga pokok penjualan dan biaya. Penurunan rasio SHU atas penjualan dari tahun 2005-2009 menunjukkan kondisi profitabilitas yang semakin baik. Penjualan KKT Lisung Kiwari yang semakin meningkat walaupun tidak seimbang dengan peningkatan SHU menjadi suatu kondisi bahwa koperasi memberikan pelayanan kepada anggota. Hal ini diakibatkan koperasi yang lebih berorientasi kepada pelayanan (service oriented). Penjualan yang semakin tinggi disebabkan oleh pelayanan yang diberikan kepada anggota tanpa memperoleh keuntungan yang tinggi seperti badan usaha/perusahaan lainnya, hal ini yang menyebabkan peningkatan penjualan tidak seimbang dengan peningkatan SHU. Kondisi profitabilitas KKT Lisung Kiwari melalui rasio SHU atas penjualan dapat dikatakan baik namun untuk lebih baik lagi perlu peningkatan SHU melalui aspek
52
lain tanpa harus mengandalkan penjualan untuk peningkatan SHU yang diinginkan. b.
Rasio Sisa Hasil Usaha (SHU) atas Modal/Return on Equity (ROE) Nilai masing-masing SHU dan modal tahun 2005-2009 dapat dilihat pada
laporan perhitungan sisa hasil usaha dalam Lampiran 2. Hasil rasio SHU atas modal dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Rasio SHU atas Modal/Return on Equity (ROE) KKT Lisung Kiwari periode 2005-2009 Tahun 2005 2006 2007 2008 2009
Sisa Hasil Usaha (Rp) 4.667.230 1.493.006 6.000.000 8.550.000 9.530.000
Modal Sendiri (Rp) 8.472.230 7.719.898 18.854.094 32.617.617 98.203.600
Persen Rasio 55% 19% 32% 26% 10%
Sumber: Laporan Keuangan KKT Lisung Kiwari Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor 2005, 2006, 2007, 2008, 2009 (Diolah)
Hasil perhitungan ROE KKT lisung Kiwari pada tahun 2005 senilai 55 persen. Artinya setiap Rp. 1,- modal sendiri KKT Lisung Kiwari mampu menghasilkan SHU sebesar Rp. 0,55,-. Sedangkan tahun 2006 mengalami penurunan ROE sehingga menjadi senilai 19 persen. Artinya setiap Rp. 1,- modal sendiri KKT Lisung Kiwari mampu menghasilkan SHU sebesar Rp. 0,19,-. Tahun 2007 ROE kembali meningkat sebanyak 13 persen menjadi 32 persen. Artinya setiap Rp. 1,- modal sendiri KKT Lisung Kiwari mampu menghasilkan SHU sebesar Rp. 0,32,-. ROE Lisung Kiwari Tahun 2008 kembali menurun senilai 26 persen. Artinya setiap Rp. 1,- modal sendiri KKT Lisung Kiwari mampu menghasilkan SHU sebesar Rp. 0,26,- dan tahun 2009 bahkan lebih menurun lagi yaitu senilai 10 persen. Artinya setiap Rp. 1,- modal sendiri KKT Lisung Kiwari mampu menghasilkan SHU sebesar Rp. 0,10,-. ROE menunjukkan kondisi profitabilitas koperasi semakin tidak baik dari tahun ke tahun. Koperasi merupakan kumpulan dari anggota yang menjadi pelanggan sekaligus pemilik. Sepatutnya koperasi dapat meningkatkan SHU untuk kesejahteraan anggota
sebagai pelanggan, diikuti dengan peningkatan modal
53
sendiri sebagai pemilik. Profitabilitas dengan rasio SHU atas modal sendiri dikatakan baik apabila persen rasio dari tahun ke tahun meningkat. Tabel 20 menunjukkan bahwa terjadi penurunan persen rasio, sehingga kondisi profitabilitas KKT Lisung Kiwari dengan rasio SHU terhadap modal sendiri tidak baik, perlu peningkatan modal sendiri untuk meningkatkan SHU. Modal sendiri dapat berpengaruh besar terhadap SHU salah satunya dalam keberlangsungan usaha koperasi dan hal ini menjadi tujuan koperasi untuk melayani anggota sebagai pelanggan sekaligus pemilik. 6.2.4 Efektifitas Rasio terdiri dari rasio harga pokok penjualan atas penjualan dan beban operasi atas penjualan. Efektifitas penggunaan dana diketahui dalam bentuk beban atau biaya yang dikeluarkan koperasi. a.
Rasio HPP (Harga Pokok Penjualan) atas Penjualan Nilai masing-masing HPP (Harga Pokok Penjualan) dan penjualan tahun
2005-2009 dapat dilihat pada laporan perhitungan sisa hasil usaha
dalam
lampiran 2. Hasil rasio HPP atas penjualan dapat dilihat pada Tabel 21 sebagai berikut. Tabel 21. Rasio HPP atas Penjualan KKT Lisung Kiwari periode 2005-2009 Tahun 2005 2006 2007 2008 2009
Harga Pokok Penjualan (Rp) 144.496.945 131.243.944 557.286.005 951.942.177 1.136.060.000
Penjualan (Rp) 157.375.800 139.465.900 581.502.540 1.010.465.897 1.220.869.900
Persen Rasio 92% 94% 96% 94% 93%
Sumber: Laporan Keuangan KKT Lisung Kiwari Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor 2005, 2006, 2007, 2008, 2009 (Diolah)
KKT Lisung kiwari mengalami penjualan yang semakin meningkat setiap tahunnnya, begitu juga dengan HPP. Kondisinya adalah koperasi melakukan pengembangan usaha sebagai pelayanan anggota. Peningkatan Penjualan masih seimbang dan tidak terlalu jauh dengan dengan peningkatan HPP. Walaupun KKT Lisung kiwari tidak mengambil laba yang tinggi namun tetap menjaga pelayanan terhadap anggota. Tahun 2005 KKT Lisung Kiwari mengalami jumlah rasio
54
senilai 92 persen berarti besarnya HPP adalah 92 persen dari penjualan. Rasio HPP atas penjualan KKT Lisung Kiwari dari tahun 2005 sampai 2007 mengalami peningkatan persen rasio sebanyak 4 persen, dan dari tahun 2007 hingga 2009 mengalami penurunan kembali. Kondisi efektifitas dengan rasio HPP atas penjualan yang menurun tetapi tidak signifikan menunjukkan efektifitas KKT Lisung Kiwari dapat dikatakan baik. Peningkatan rasio HPP atas penjualan tidak terlalu mengganggu koperasi karena keistimewaan koperasi sendiri yang tidak profit oriented namun tetap menjaga service oriented. Koperasi bahkan tidak memprioritaskan harga yang jauh antara HPP dan Penjualan. Perbandingan antara HPP dan penjualan yang tidak terlalu jauh menghasilkan persen rasio yang tinggi namun masih berada pada jalur kondisi efektifitas KKT Lisung Kiwari dapat dikatakan baik. b.
Rasio Harga Pokok Penjualan dan Beban Operasi atas Penjualan Nilai masing-masing HPP (Harga Pokok Penjualan), beban operasi dan
penjualan tahun 2005-2009 dapat dilihat pada laporan perhitungan sisa hasil usaha dalam Lampiran 2. Hasil rasio HPP dan beban operasi atas penjualan dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Rasio HPP dan Beban operasi atas Penjualan KKT Lisung Kiwari periode 2005-2009 Tahun 2005 2006 2007 2008 2009
HPP + Beban operasi (Rp) 154.690.570 138.742.894 590.533.155 1.005.999.897 1.212.825.900
Penjualan (Rp) 157.375.800 139.465.900 581.502.540 1.010.465.897 1.220.869.900
Persen Rasio 98% 99% 101% 99% 99%
Sumber: Laporan Keuangan KKT Lisung Kiwari Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor 2005, 2006, 2007, 2008, 2009 (Diolah)
Tahun 2005 menghasilkan 98 persen rasio HPP ditambah beban operasi atas penjualan. Artinya besarnya HPP ditambah operasi hampir 98 persen dari penjualannya. Tahun 2006 menghasilkan 99 persen rasio HPP ditambah beban operasi atas penjualan. Artinya besarnya HPP ditambah beban operasi hampir 99 persen dari penjualannya. Tahun 2007 menghasilkan 101 persen rasio HPP
55
ditambah beban operasi atas penjualan. Artinya besarnya HPP ditambah beban operasi hampir 101 persen dari penjualannya dan tahun 2008, 2009 menghasilkan 99 persen rasio HPP ditambah beban operasi atas penjualan. Artinya besarnya HPP ditambah beban operasi hampir 99 persen dari penjualannya. Penurunan rasio HPP ditambah beban operasi atas penjualan dari tahun ke tahun walaupun dengan perubahan yang tidak signifikan dapat dikatakan kondisi efektifitas KKT Lisung Kiwari masih baik. Jumlah peningkatan HPP ditambah beban operasi demikian pula penjualan masih tetap seimbang. Hal ini menandakan koperasi tidak mengambil laba yang tinggi terhadap penjualan. Kondisi efektifitas dengan rasio HPP ditambah beban operasi atas penjualan diusahakan dengan nilai persen rasio yang tidak harus rendah. KKT Lisung Kiwari dapat meningkatkan maupun menurunkan rasio tetapi harus memperhatikan keseimbangan jumlah HPP ditambah beban operasi dan jumlah penjualan agar koperasi tidak beriorientasi terhadap laba sehingga tetap menjaga pelayanan kepada anggota. 6.3
Strategi Pengembangan KKT Lisung Kiwari Berdasarkan Kinerja Organisasi dan Keuangan Kinerja Organisasi dan Keuangan menunjukkan adanya peran Poktan,
Gapoktan dan KKT Lisung Kiwari terhadap KKT Lisung Kiwari. Hal ini menjadi kekuatan koperasi dalam strategi pengembangan. Peran Poktan, Gapoktan dan koperasi dapat dilihat pada Gambar 10.
56
POKTAN
Penguatan Pengelolaan Usahatani
GAPOKTAN
Penguatan Pengelolaan Organisasi
KOPERASI
Penguatan Pengelolaan Keuangan
Gambar 10. Peran Poktan, Gapoktan dan Koperasi dalam Strategi Pengembangan KKT Lisung Kiwari KKT Lisung Kiwari merupakan koperasi yang berasal dari Kelompok Tani (Poktan). Berdasarkan hasil wawancara dengan pengurus Gapoktan bahwa dari enam Poktan, hanya 70 persen anggota Poktan yang aktif dalam Gapoktan dan koperasi. Penurunan anggota yang berasal dari poktan tersebut menjadi kelemahan bagi KKT Lisung Kiwari. Poktan adalah anggota yang seharusnya dipertahankan
dalam
KKT
Lisung
Kiwari.
Poktan
berperan
dalam
mengembangkan usahatani dalam mendukung sistem agribisnis. Poktan memiliki kinerja organisasi yang lebih baik dibanding koperasi dengan adanya aktivitas pendidikan, pelatihan dan penerangan.
Hal tersebut disebabkan oleh adanya
Penyuluh Pertanian Lapangan yang secara rutin mengawasi Poktan dan pihak pendidikan dalam bentuk penelitian. KKT Lisung Kiwari menjadikan hal ini menjadi peluang dalam meningkatkan pengetahuan anggota mengelola usahatani. Kinerja Organisasi Gapoktan yang lebih baik dibanding Poktan dan koperasi terdiri dari lima indikator. Lima indikator terdiri dari keterlibatan anggota dalam mengelola kelompok (merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi), keterlibatan anggota dalam pengambilan keputusan, usaha berorientasi
kepada
kepentingan
anggota,
kemampuan
meningkatkan
57
kesejahteraan anggota dan adanya aktivitas pendidikan, pelatihan dan penerangan untuk meningkatkan pengetahuan anggota. Gapoktan Silih Asih mempunyai pertemuan atau rapat yang rutin dilakukan setiap hari jumat. Setiap ketua dan minimal tiga anggota Poktan diwajibkan hadir dengan bukti tandatangan anggota. Kegiatan bersama Gapoktan Silih Asih yaitu budidaya padi sehat dan penangkaran benih padi, penggemukan domba, pembuatan dan pemasaran pupuk OFER (Organic Fertillizer), pengolahan dan pemasaran beras SAE (Beras Organik Bebas Residu Pestisida Kimia), teknologi pembuatan kompos jerami, penyimpanan beras di gudang, dan pengelolaan dana yang bersumber dari pemerintah maupun lembaga. Gapoktan Silih Asih merupakan kekuatan bagi KKT Lisung Kiwari yang berperan dalam penguatan pengelolaan organisasi. KKT Lisung Kiwari berperan dalam penguatan pengelolaan keuangan. Anggota secara transparan dapat mengetahui kinerja keuangan. Anggota dapat melihat kemampuan koperasi dalam mengelola modal anggota dan modal luar. Kinerja keuangan KKT Lisung Kiwari menunjukkan likuiditas, solvabilitas, profitabilitas dan efektifitas mengalami peningkatan drastis pada tahun 2007 dapat dilihat pada lampiran 10. Kinerja keuangan tahun 2007 disebabkan oleh modal dari luar yang mempengaruhi kewajiban jangka panjang. KKT Lisung Kiwari mampu mengelola modal tetapi masih bergantung kepada modal dari luar. Modal sendiri yang sangat kecil menunjukkan tingkat kemandirian koperasi dalam menjalankan usaha sangat kurang. Hal ini menjadi ancaman bagi keberlangsungan KKT Lisung Kiwari. Kelemahan KKT Lisung Kiwari adalah penurunan anggota yang berasal dari poktan dan ancaman berasal dari rendahnya modal sendiri. Kelemahan dan ancaman tersebut dapat menjadi perhatian dalam strategi pengembangan KKT Lisung Kiwari. KKT Lisung Kiwari mempertahankan peran pengelolaan usahatani Poktan, pengelolaan organisasi Gapoktan dan pengelolaan keuangan KKT Lisung Kiwari sebagai kekuatan strategi pengembangan KKT Lisung Kiwari.
58
VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1
Kesimpulan 1. Gapoktan memiliki kinerja organisasi yang lebih baik pada lima indikator. Kelima Indikator ialah keterlibatan anggota dalam mengelola kelompok (merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi), keterlibatan anggota dalam pengambilan keputusan, usaha berorientasi kepada kepentingan anggota, kemampuan meningkatkan kesejahteraan anggota dan adanya aktivitas pendidikan, pelatihan dan penerangan untuk meningkatkan pengetahuan anggota. 2. Kinerja Keuangan KKT Lisung Kiwari masih cenderung dipengaruhi oleh bantuan dari modal luar. Bantuan luar yaitu dari lembaga-lembaga pengembangan swadaya pemerintah maupun semi pemerintah.
7.2
Saran 1. Bagi koperasi yang tumbuh dari Gapoktan diharapkan memperhatikan dan meningkatkan kinerja organisasi koperasi. Koperasi sebaiknya tetap mengutamakan petani sebagai anggota. 2. KKT Lisung Kiwari menentukan tempo pembayaran piutang barang maupun uang yang disediakan bagi anggota agar dapat menjamin pembayaran kewajiban. KKT Lisung Kiwari tidak hanya bergantung kepada piutang barang dan uang dalam meningkatkan harta lancar namun tetap menyediakan kas agar dapat menjamin pembayaran kewajiban. 3. KKT Lisung Kiwari dapat mempergunakan dana dari luar tetapi harus mengurangi ketergantungan atas mdal dari luar. KKT Lisung Kiwari diharapkan dapat meningkatkan penguatan modal sendiri. Modal koperasi KKT Lisung Kiwari yang berasal dari simpanan pokok, simpanan wajib, cadangan, donasi, modal sumbangan, modal penyertaan, SHU tahun berjalan, dan SHU yang tidak dibagi sebaiknya ditingkatkan sesuai kemampuan dan kesepakatan.
4. Bagi penelitian lebih lanjut agar menambah aspek kajian dari non keuangan seperti produksi, pemasaran dan sumber daya manusia serta mempertimbangkan metode lain sehingga diperoleh gambaran yang lebih lengkap terhadap strategi perkembangan koperasi.
60
DAFTAR PUSTAKA
Akbar,
Asep. 2009. Analisis Kinerja Keuangan Dan Aktivitas Usaha KUD Sumber Alam dan Primkopti (Studi Kasus: KUD Sumber Alam dan Primkopti Kabupaten dan Kota Bogor Propinsi Jawa Barat). [Skripsi]. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanaian. Institu Pertanian Bogor.
Ariffin Ramudi. 1997. Ekonomi Koperasi. Jatinangor: IKOPIN. Damyati. 2007. Pembinaan Petani dan Kelembagaan Petani. Balitjeruk Online. Jawa Timur: Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan buah subtropika Tlekung Batu. Djohan, Djabaruddin. 2000. Membangun Koperasi Pertanian Berbasis Anggota. Jakarta: LSP2I. Hanel, Alfred. 1992. Basic Aspects of Cooperative Organizations and Cooperative Organizations and Self-help Promotion in Developing Countries. Marburg: Departement of Economics of the Philips University. Himpuni, Okwan. 2009. Analisis Kinerja Koperasi Unit Desa (KUD) Sumber Alam Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat.[Skripsi]. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Ikatan Akuntansi Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Keuangan per 1 september 2007. Jakarta: Salemba Empat. Indriana, Hana. 2010. Kelembagaan Berkelanjutan Pertanian Organik (Studi Kasus Komunitas Petani Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. [ Tesis]. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian bogor. Iskandar. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kualitatif dan Kuantitatif). Jakarta: GP Press. Ismanto, Nur. 2005. Strategi Penyehatan Keuangan Koperasi Susu Indonesia Daerah Jawa Timur. [Tesis]. Program Magister Manajemen Agribisnis. Institut Pertanian Bogor. Tidak Diterbitkan. Jumingan. 2005. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Keown, et al. 2004. Manajemen Keuangan. Haryandini, penerjemah; Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia. Terjemahan dari: Financial Management. KKT Lisung Kiwari. 2005. Laporan RAT Tahun Buku 2005. Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari Desa Ciburuy Kec. Cigombong Bogor.
KKT Lisung Kiwari. 2006. Laporan RAT Tahun Buku 2006. Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari Desa Ciburuy Kec. Cigombong Bogor. KKT Lisung Kiwari. 2007. Laporan RAT Tahun Buku 2007. Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari Desa Ciburuy Kec. Cigombong Bogor. KKT Lisung Kiwari. 2008. Laporan RAT Tahun Buku 2008. Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari Desa Ciburuy Kec. Cigombong Bogor. KKT Lisung Kiwari. 2009. Laporan RAT Tahun Buku 2009. Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari Desa Ciburuy Kec. Cigombong Bogor. Krisnamurthi, Bayu. 1998. Perkembangan Kelembagaan dan Perilaku Usaha Koperasi Unit Desa di Jawa Barat. [Disertasi]. Bogor: Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Kuswandi. 2006. Memahami Rasio-rasio Keuangan bagi Orang Awam. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Lismawati. 2009. Analisis Kinerja Keuangan dan Pelayanan KUD Sumber Alam (Studi Kasus: KUD Sumber Alam, Desa Dramaga, Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat). [Skripsi]. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanaian. Institut Pertanian Bogor. Munawir. 1993. Analisis Laporan Keuangan, Edisi Ketiga, Liberty. Yogyakarta. Nasution, Muslimin. 1990. Keragaan Koperasi Unit Desa sebagai Organisasi Ekonomi Pedesaan. [Disertasi]. Bogor: Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Partomo dan Soejoedono. 2002. Ekonomi Skala Kecil/Menengah dan koperasi. Jakarta: Ghalia Indonesia. Pratisto, Arif. 2009. Statistik menjadi mudah dengan SPSS 17. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Rasmussen, EA. 1975. Finansial Management in Co-operative Enterprises. Saskatchewan: Co-operative College of Canada. Sasono, Adi. 2010. Perkembangan Koperasi dalam Prespektif Dinamika Pasar Bebas. Seminar Koperasi Agribisnis Nasional. Fakultas Ekonomi dan manajemen. Institut Pertanian Bogor. Sitio dan Tamba. 2001. Koperasi Teori dan Praktik. Jakarta: Erlangga. Soedjono Ibnoe, 2007. Membangun koperasi Mandiri dalam Koridor Jatidiri. Jakarta: LSP2I-ISC.
62
Soraya Ainun. 2010. Analisis Kinerja Keuangan Koperasi Unit Simpan Pinjam (studi kasus pada Koperasi Jasa Sejahtera Semarang [Abstrak]. Undergraduate thesis, FISIP Universitas Diponegoro. Sulistyo. 2010. Analisis Kinerja Keuangan dan Strategi Pengembangan Koperasi Pengembangan Koperasi Perikanan Mina Usaha (Studi Kasus: Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis, Kecamatan Nusawungu, Kabupaten Cilacap, Propinsi Jawa tengah). [Skripsi]. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanaian. Institut Pertanian Bogor. Sunyoto Danang. 2009. Analisis Regresi dan Uji Hipotesis. Yogyakarta: Med Press. Suradisastra Kedi. 2009. Strategi Pemberdayaan Kelembagaan Petani. Jurnal Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor: Departemen Pertanian. Syahyuti. 2007. Kebijakan Pengembangan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sebagai Kelembagaan Ekonomi di Perdesaan. Jurnal Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor: Departemen Pertanian. Zakaria W, Abbas. 2008. Penguatan Kelembagaan Kelompok tani Kunci Kesejahteraan Petani. Jurnal Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor: Departemen Pertanian.
63
LAMPIRAN
64
Lampiran 1. Laporan Keuangan Neraca per 31 Desember 2005,2006,2007,2008 dan 2009 Tahun Aktiva (Rp) HARTA LANCAR Kas dan Stara Kas
2005
2006
2007
2008
2009
6.804.450
2.093.000
24.751.380
24. 258. 068
35.187. 150
8.792.500
24.111.400
83.203.173
72.937.173
97.327.000
Piutang Barang
11.607.105
8.023.533
37.661.210
27.016.174
31.010.750
Persediaan Barang
11.607.150
1.775.287
15.450.277
54.620.497
78.104.000
500.000
148.000
32.436.430
36.151.220
161.066.040
178.832.912
243.353.900
2.000.000
2.000.000
2.000.000
9.603.000
15.521.000
2.000.000
2.000.000
1.200.000
1.600.000
400.000
800.000
800.000
1.200.000
1.600.000
1.600.000
1.200.000
1.200.000
8.403.000
13.912.000
Piutang Uang
Biaya yang Harus Dibayar di Muka Jumlah Harta Lancar
725.000
Investasi Jangka Panjang HARTA TETAP Bangunan Perlengkapan Kantor Peralatan Kantor Nilai Perolehan Akumulasi Penyusutan Nilai Buku
13.921.000 34.036.430
37.351.220
161.866.040
187.235.912
256.274.900
65
Lanjutan Lampiran 1. Tahun Pasiva (Rp) KEWAJIBAN LANCAR Hutang Barang Simpanan Mana Suka
2005
3.852.600
Simpanan Mana Suka Khusus Dana-dana Biaya yang Harus Dibayar
2006
10.664.600
2007
2008
2009
3.780.000
6.304.100
5.554.000
19.798.500
36.295.500
54.597.100
6.485.700
1.500.000
466.722
933.446
1.833.446
3.739.400
1.500.000
1.500.000
4.130.000
4.130.000
8.000.000
8.555.150
2.565.100
Dana Penyisihan Jumlah Kewajiban Lancar
5.514.200
12.631.322
12.631.322
57.118.196
68.071.300
Kewajiban Jangka Panjang Hutang-hutang Kekayaan Bersih Simpanan Pokok
20.050.000
17.000.000
109.000.000
97.500.000
90.000.000
620.000
560.000
3.625.000
5.850.000
8.014.000
2.465.000
3.015.000
5.980.000
12.536.000
20.886.000
1.866.892
2.464.094
4.864.094
8.284.000
785.000
785.000
785.000
785.000
Simpanan Wajib Cadangan Donasi
720.000
Modal Sumbangan
50.000.000
Modal Penyertaan
672.000
SHU Tidak Dibagi SHU Tahun Berjalan
4.667.230
1.493.006
28.522.230
7.719.898
34.036.430
37.351.220
6.000.000
32.622
32.600
8.550.000
9.530.000
98.203.600 161.866.040
187.235.912
256.274.900
Sumber: Laporan Pertanggungjawaban Pengurus Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari (2005, 2006, 2007, 2008, dan 2009)
66
Lampiran 2. Perhitungan Sisa Hasil Usaha per 31 Desember 2005, 2006, 2007, 2008, dan 2009
No
I
Tahun Uraian (Rp) Penjualan barang dan jasa 1.1 Unit Pengadaan Sembako 1.1.1 Penjualan Barang 1.1.2 Harga Pokok Penjualan
2005
2006
2007
2008
2009
150.843.800
135.785.400
505.897.525
899.168.947
1.022.593.300
144.496.945
131.243.944
498.246.505
863.518.327
972.829.300
46.507.060
72.646.950
139.374.100
55.600.500
66.113.900
123. 241.500
13.600.000
23.000.000
42.000.000
12.959.000
21.767.950
39.246.200
15.497.955
15.650.000
16.900.500
1.080.500
542.000
743.000
16.578.455
59.607.720
86.295.900
1.2 Unit Pengadaan Sarana Produksi 1.2.1 Penjualan Barang 1.2.2 Harga Pokok Penjualan 1.3 Unit Penjualan Pocer 1.3.1 Penjualan Barang 1.3.2 Harga Pokok Penjualan Barang II
Pendapatan Jasa 2.1 Jasa Unit Simpan Pinjam 2.2 Jasa Proposisi Laba Kotor I + II
8.514.000
14.860.855
3.680.500
8.221.956
67
Lanjutan Lampiran 2. No
Tahun 2005
III
IV V
Uraian (Rp) Beban Operasi 3.1 Beban Keuangan 3.2 Beban Organisasi - Honor Pengurus dan BP - Rapat-rapat - Perjalanan Dinas - Konsumsi - Honor Karyawan -Biaya RAT 3.3 Beban Administasi - ATK - Sewa Kantor 3.4 Beban dan Lainlain - Listrik - Telepon 3.5 Beban Penyisihan 3.6 Beban Pemasaran - Beban Unit Sembako - Beban Unit Saprodi - Beban Unit saprodi 3.7 Beban Penyusutan 3.8 Biaya Pendidikan 3.9 Biaya insentif Ketua Kelompok 4.0 Biaya lain-lain
Total Seluruh Beban Laba Rugi Operasi Pendapatan Non Operasi 5.1 Jasa DPM LUEP 5.2 Jasa Bank Jumlah Pendapatan Non Operasi SHU Tahun Berjalan
1.950.000 4.244.900
2.891.000
519.900
2006
3.050.000 3.766.550
542.400
140.000
2007
8.000.000 13.447.150
2008
2009
12.896.550
12.000.000
12.000.000
15.600.000
2.000.000 600.000 1.200.000 3.600.000 4.130.000
1.500.000 600.000 1.500.000 7.250.000 4.130.000
6.264.500 600.000
3.499.500 600.000 1.200.000
2.850.000
150.000 500.000 8.000.000
555.150 8.448.695 489.325 323.500 400.000
18.503.500 3.819.000 952.800 600.000 1.000.000 3.600.000 411.100
10.193.625 4.667.230
4.667.230
7.898.950 323.006
33.247.150 3.546.425
54.057.720 5.550.000
1.170.000
2.400.000 53.575 2.453.575
3.000.000
6.000.000
8.550.000
1.493.006
76.765.900 9.530.000
3.000.000 9.530.000
Sumber: Laporan Pertanggungjawaban Pengurus Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari (2005, 2006, 2007, 2008, dan 2009)
68
Lampiran 3. Gabungan hasil analisis rasio Likuiditas Tahun 2005 2006 2007 2008 2009
Rasio Lancar 1,62 2,86 12,75 3,13 3,56
Rasio Cair 1,38 2,72 11,53 2,17 2,40
Rasio Kas 0,34 0,16 1,96 0,42 0,52
Solvabilitas
Tahun 2005 2006 2007 2008 2009
Persen Rasio Kewajiban Jangka Panjang atas Harta 59% 46% 67% 52% 35%
Persen Rasio Kewajiban Jangka Panjang atas modal 237% 220% 578% 299% 92%
Persen Rasio Kewajiban Jangka Panjang atas Kapitalisasi 41% 69% 85% 75% 48%
Profitabilitas
Tahun 2005 2006 2007 2008 2009
Persen Rasio SHU atas Penjualan 3% 1% 1% 1% 1%
Persen Rasio SHU atas modal 55% 19% 32% 26% 10%
Persen Rasio HPP atas penjualan 92% 94% 96% 94% 93%
Persen Rasio HPP + Beban operasi atas penjualan 98% 99% 101% 99% 99%
Efektivitas
Tahun 2005 2006 2007 2008 2009
69
Lampiran 4. Gapoktan Silih Asih
Gambar: Kegiatan pertemuan Gapoktan Silih Asih
70
Lampiran 5. Kantor Koperasi KKT Lisung Kiwari
Gambar: Lokasi Kantor Koperasi KKT Lisung Kiwari Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor
71
Lampiran 6. Kuisioner Penelitian KUISIONER PENELITIAN TRANSFORMASI ORGANISASI TERHADAP KOPERASI KELOMPOK TANI LISUNG KIWARI DESA CIBURUY KECAMATAN CIGOMBONG KABUPATEN BOGOR Saya sangat mengharapkan agar Bapak/Ibu dapat mengisi kuisioner ini dengan benar dan sungguh-sungguh, karena kuisioner ini merupakan alat bantu penelitian yang bermanfaat untuk memperolah data yang akurat dan benar serta dapat menjadi masukkan untuk penulisan tugas akhir (skripsi) Oleh: Yona Octava Purba H340860101
PROGRAM PENYELENGGARAAN KHUSUS SARJANA AGRIBISNIS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
72
Kepada Yth : Responden Kuisioner ini berguna untuk menunjang penelitian mengenai ” Transformasi Organisasi terhadap Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor”, oleh Yona Octava Purba, mahasiswa Program Sarjana Penyelenggaraan Khusus Manajemen Agribisnis, Departemen Agribisnis, Fakultas Eknonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
No. responden : Nama Responden: Nama Kelompok Tani: Anggota Silih Asih: Ya/Tidak Anggota Koperasi Kelompok Tani lisung Kiwari: Ya/Tidak Petunjuk Pengisian : Mohon untuk menjawab dengan penuh kejujuran dan rasa tanggung jawab yang tinggi agar informasi yang akan diperoleh benar dan akurat, sehingga memberikan manfaat dalam penelitian ini. Dimohon untuk memberikan tanda (X) pada kolom kotak yang sesuai dengan pendapat anda
73
No 1
2
3
Variabel Kelompok tani melakukan pertemuan/rapat setiap sebelum dan sesudah tanam Keterlibatan anggota kelompok tani dalam mengelola (merencanakan, melaksanakan dan melakukan penilaian kinerja) kelompok tani
Keterlibatan anggota dalam penyusunan rencana usaha kelompok
Sangat Setuju
Setuju
Skala Ragu-ragu
Tidak Setuju
Sangat tidak setuju
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat Rendah
Semua anggota koptan mengikuti pengelolaan Poktan
>50% dari jumlah anggota koptan mengikuti pengelolaan Poktan
50% dari Jumlah anggota koptan mengikuti pengelolaan Poktan
<50% dari jumlah anggota mengikuti pengelolaan poktan
Tidak ada seorang pun mengikuti pengelolaan kelompok tani
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat Rendah
Semua anggota koptan terlibat dalam penyusunan rencana usaha kelompok
>50% dari jumlah anggota koptan terlibat dalam penyusunan rencana usaha kelompok
50% dari Jumlah anggota koptan terlibat dalam penyusunan rencana usaha kelompok
<50% dari jumlah anggota koptan terlibat dalam penyusunan rencana usaha kelompok
Tidak ada seorang pun anggota koptan terlibat dalam penyusunan rencana usaha kelompok
74
4
5
6
7
Anggota mengerjakan kegiatan secara bersama (kegiatan usaha tani, pengadaan pupuk, obatobatan dan lain-lain)
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat Rendah
Semua anggota koptan mengerjakan kegiatan secara bersama (kegiatan usaha tani, pengadaan pupuk, obat-obatan dan lain-lain)
>50% dari jumlah anggota koptan mengerjakan kegiatan secara bersama (kegiatan usaha tani, pengadaan pupuk, obat-obatan dan lain-lain)
50% dari Jumlah anggota koptan mengerjakan kegiatan secara bersama (kegiatan usaha tani, pengadaan pupuk, obat-obatan dan lain-lain)
<50% dari jumlah anggota koptan mengerjakan kegiatan secara bersama (kegiatan usaha tani, pengadaan pupuk, obat-obatan dan lain-lain)
Tidak ada seorang pun anggota koptan mengerjakan kegiatan secara bersama (kegiatan usaha tani, pengadaan pupuk, obat-obatan dan lain-lain)
Setuju
Ragu-ragu
Tidak Setuju
Sangat tidak setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak Setuju
Sangat tidak setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak Setuju
Sangat tidak setuju
Koptan saya termasuk kepada Sangat Setuju kelompok yang aktif yaitu adanya jadwal pertemuan, 2025 anggota, adanya berita acara, anggaran dasar di kelompok tani saya sudah ada Sangat Setuju pertukaran informasi antar anggota, pembagian subsidi pupuk bersama-sama Kelompok tani saya setia dibimbing oleh penyuluh, adanya jadwal kunjungan penyuluh yang rutin terhadap petani, petani berkonsultasi kepada penyuluh
Sangat Setuju
75
II Kuisioner sebagai Anggota Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) No 1
Variabel Gapoktan Silih Asih melakukan pertemuan/rapat minimal 1 kali sebulan
2
3
Sangat Setuju
Setuju
Skala Ragu-ragu
Tidak Setuju
Sangat tidak setuju
Keterlibatan ketua Poktan, setengah anggota Poktan dan pengurus Gapoktan dalam penyediaan saprotan, penyediaan modal usaha, pemasaran dan pengolahan produk
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat Rendah
Semua anggota yaitu ketua Poktan, setengah anggota Poktan dan pengurus Gapoktan terlibat dalam penyediaan saprotan, penyediaan modal usaha, pemasaran dan pengolahan produk
Sangat Tinggi
50% dari Jumlah ketua Poktan, setengah anggota Poktan dan pengurus Gapoktan terlibat dalam penyediaan saprotan, penyediaan modal usaha, pemasaran dan pengolahan produk Sedang
<50% dari jumlah ketua Poktan, setengah anggota Poktan dan pengurus Gapoktan terlibat dalam penyediaan saprotan, penyediaan modal usaha, pemasaran dan pengolahan produk Rendah
Tidak ada seorang pun ketua Poktan, setengah anggota Poktan dan pengurus Gapoktan terlibat dalam penyediaan saprotan, penyediaan modal usaha, pemasaran dan pengolahan produk
Keterlibatan ketua Poktan, setengah anggota Poktan dan pengurus Gapoktan terlibat dalam perencanaan kerja gapoktan dan setiap akhir pelaksanaan dilaksanakan evaluasi
>50% dari jumlah ketua Poktan, setengah anggota Poktan dan pengurus Gapoktan terlibat dalam penyediaan saprotan, penyediaan modal usaha, pemasaran dan pengolahan produk Tinggi >50% dari jumlah anggota koptan terlibat dalam penyusunan rencana usaha kelompok
50% dari Jumlah anggota koptan terlibat dalam penyusunan rencana usaha kelompok
<50% dari jumlah anggota koptan terlibat dalam penyusunan rencana usaha kelompok
Tidak ada seorang pun anggota koptan terlibat dalam penyusunan rencana usaha kelompok
Semua anggota koptan terlibat dalam penyusunan rencana usaha kelompok
Sangat Rendah
76
4
5
6
7
Anggota Gapoktan Silih Asih mengerjakan kegiatan secara bersama
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat Rendah
Semua anggota Gapoktan Silih Asih mengerjakan kegiatan secara bersama
Tidak ada seorang pun anggota Gapoktan Silih Asih mengerjakan kegiatan secara bersama
Sangat Setuju
50% dari Jumlah anggota Gapoktan Silih Asih mengerjakan kegiatan secara bersama Ragu-ragu
<50% dari jumlah anggota Gapoktan Silih Asih mengerjakan kegiatan secara bersama
Gapoktan Silih Asih telah melakukan fungsinya sebagai unit usaha tani, unit usaha pengolahan, unit usaha sarana dan pransarana produksi, unit usaha pemasaran dan unit usaha keuangan Gapoktan Silih Asih telah mampu mengelola dana bantuan dari pemerintah,koptan telah menerima dan mempergunakan dana di dalam usaha koptan Adanya bimbingan rutin kepada Gapoktan Silih Asih baik dari PPL, Koordinator Penyuluh Pertanian
>50% dari jumlah anggota Gapoktan Silih Asih mengerjakan kegiatan secara bersama Setuju
Tidak Setuju
Sangat tidak setuju
Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak Setuju
Sangat tidak setuju
Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak Setuju
Sangat tidak setuju
77
III Kuisioner sebagai Anggota KKT Lisung Kiwari No 1
2
3
Variabel KKT Lisung kiwari setiap tahun mengadakan Rapat Anggota tahunan dan rutin adanya rapat pengurus dengan badan pengawas, rapat pengurus dengan anggota Keterlibatan Anggota KKT lisung Kiwari dalam pesetujuan hasil rapat anggota tahunan
Keterlibatan anggota KKT lisung Kiwari dalam pelaksanaan rapat anggota tahunan
Sangat Setuju
Setuju
Skala Ragu-ragu
Tidak Setuju
Sangat tidak setuju
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat Rendah
Semua anggota KKT Lisung Kiwari terlibat dalam pesetujuan hasil rapat anggota tahunan
>50% dari jumlah anggota KKT Lisung Kiwari terlibat dalam pesetujuan hasil rapat anggota tahunan
50% dari Jumlah anggota KKT Lisung Kiwari terlibat dalam pesetujuan hasil rapat anggota tahunan
<50% dari jumlah anggota KKT Lisung Kiwari terlibat dalam pesetujuan hasil rapat anggota tahunan
Tidak ada seorang pun anggota KKT Lisung Kiwari terlibat dalam pesetujuan hasil rapat anggota tahunan
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat Rendah
Semua anggota anggota KKT lisung Kiwari dalam pelaksanaan rapat anggota tahunan
>50% dari jumlah anggota KKT lisung Kiwari dalam pelaksanaan rapat anggota tahunan
50% dari Jumlah anggota KKT lisung Kiwari dalam pelaksanaan rapat anggota tahunan
<50% dari jumlah anggota KKT lisung Kiwari dalam pelaksanaan rapat anggota tahunan
Tidak ada seorang pun anggota anggota KKT lisung Kiwari dalam pelaksanaan rapat anggota tahunan
78
4
5
6
7
Keterlibatan anggota KKT lisung Kiwari dalam setiap bidang usaha
Semua anggota KKT lisung Kiwari anggota terlibat menentukan usaha koperasi yang berorientasi kepada anggota KKT lisung Kiwari sudah memberikan sisa hasil usaha (SHU) yang tepat dengan adanya 30% partisipasi anggota KKT Lisung Kiwari telah membukakan kepada masyarakat Desa tentang pentingnya berkoperasi, dan telah adanya pendidikan dan pelatihan koperasi bagi anggota yang telah ditetapkan.
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat Rendah
Semua anggota anggota KKT lisung Kiwari terlibat dalam setiap bidang usaha Sangat Setuju
>50% dari jumlah anggota KKT lisung Kiwari terlibat dalam setiap bidang usaha Setuju
50% dari Jumlah anggota KKT lisung Kiwari terlibat dalam setiap bidang usaha Ragu-ragu
<50% dari jumlah anggota KKT lisung Kiwari terlibat dalam setiap bidang usaha Tidak Setuju
Tidak ada seorang pun anggota KKT lisung Kiwari terlibat dalam setiap bidang usaha
Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak Setuju
Sangat tidak setuju
Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak Setuju
Sangat tidak setuju
Sangat tidak setuju
79