PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT DAN DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Sidamulih, Kecamatan Pamarican, Kabupaten Ciamis)
HAQQI ANNAZILI
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013
PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT DAN DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Sidamulih, Kecamatan Pamarican, Kabupaten Ciamis)
HAQQI ANNAZILI
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013
RINGKASAN HAQQI ANNAZILI. Pengelolaan Hutan Rakyat dan Dinamika Kelompok Tani Hutan (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Sidamulih, Kecamatan Pamarican, Kabupaten Ciamis). Dibimbing oleh SONI TRISON. Pada saat ini hutan rakyat terbukti memiliki manfaat yang besar bagi pemilik, masyarakat, serta lingkungannya (Darusman dan Hardjanto 2006). Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pengelolaan hutan rakyat adalah pembentukan kelembagaan Kelompok Tani Hutan (KTH) (Diniyati 2003). Dalam perjalanannya diharapkan sudah memiliki hubungan yang nyata dan positif terhadap pengelolaan hutan rakyat. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengelolaan hutan rakyat dan dinamika KTH Girimukti, Desa Sidamulih, Kecamatan Pamarican, Kabupaten Ciamis dalam pengelolaan hutan rakyat. Populasi penelitian adalah anggota KTH Girimukti, Desa Sidamulih, Kecamatan Pamarican, Kabupaten Ciamis. Pemilihan responden dilakukan melalui metode Purposive Sampling. Kegiatan pengelolaan hutan rakyat yang dilakukan KTH Girimukti dijelaskan sebagai berikut: Sub sistem produksi mencakup, persiapan lahan, persiapan bibit, pananaman, pemeliharaan tanaman, dan pemanenan. Sub sistem pengolahan hasil dilakukan dengan menjalin kerjasama dengan beberapa penggergajian kayu di Desa Sidamulih. Sub sistem pemasaran hasil terdiri dari hasil hutan kayu yang dijual oleh anggota ke penggergajian kayu atau ke tengkulak dan hasil hutan bukan kayu yang dijual oleh anggota ke tengkulak. Dinamika KTH Girimukti dilihat dari 8 unsur dinamika kelompok, dijelaskan sebagai berikut: Kelompok telah memiliki tujuan yang tertulis dan dipahami oleh anggota. Masing-masing anggota telah mendapatkan serta memahami peran/tugas masing-masing. Kelompok telah melakukan fungsi tugasnya yaitu, memberikan kepuasan/kemudahan bagi anggota dalam pengelolaan hutan rakyat. Anggota dilibatkan dalam penentuan kepentingan bersama termasuk perencanaan kegiatan kelompok. Dalam hal kekompakan kelompok, anggota memiliki rasa kesetiaan terhadap pimpinan kelompok. Suasana yang dibangun di dalam kelompok sudah bagus, terbukti melalui pertemuan-pertemuan kelompok selalu berlangsung tertib dan lancar. Tekanan dari luar kelompok, misalnya datang dari pemerintah Kabupaten Ciamis melalui BP3K Pamarican. Dalam hal efektivitas kelompok, tingkat peran serta anggota dalam kegiatan kelompok tergolong tinggi yang ditandai dengan sebagian besar responden berperan dalam kegiatan rutin maupun kegiatan insidental kelompok. Berdasarkan hasil uji korelasi, dinamika KTH Girimukti memiliki hubungan yang nyata dan positif terhadap pengelolaan hutan rakyatnya. (Kata kunci: Hutan rakyat, pengelolaan hutan rakyat, kelompok tani hutan, dinamika kelompok)
SUMMARY HAQQI ANNAZILI. Community Forest Management and Forest Farmers Group Dynamic (Case on Forest Farmers Group in the Sidamulih Village, Pamarican Sub District, Ciamis Regency). Supervised by SONI TRISON. At this time the community forest has been proved to give great benefit for owner, society, and environment (Darusman and Hardjanto 2006). One of the factors that determine the successness of community forest management is the establishment of institutional Forest Farmers Group (FFG) (Diniyati 2003). By the process, it is expected to have a significant and positive relationship with the community forest management. This research aimed to describe community forest management and the dynamic of FFG Girimukti, Sidamulih Village, Pamarican Sub District, Ciamis Regency for community forest management. The population of this study was the members of FFG Girimukti. The method for selecting of respondents was purposive sampling. Community forest management activities that were carried out at FFG Girimukti will be described as follows: Sub system of production included, land preparation, seed preparation, planting, plant maintenance, and harvesting. Sub system of yield processing was done by cooperation with some of the sawmills in the Sidamulih Village. Sub system of yield marketing was consisted of timber that being sold by members to the sawmill or to the middlemen and non timber forest products that being sold by members to the middlemen. The dynamic of FFG Girimukti can be viewed by 8 elements of group dynamic, it will be described as follows: The group has had purposes that tobe written and understood by members. Each member has received and understood him/her role/task. The group has done its function of assignment that was, to give satisfaction/convenience for members of community forest management. Members were participated in the determination of the common interest like the planning group activities. In the group cohesiveness, members have had a sense of loyalty to the group leader. They built a fine atmosphere inside the group, it’s proved by the group meetings always take place smoothly. The pressure came from outside of the group, such as from government of Ciamis District by BP3K Pamarican. In the group effectiveness, the level of the members participation in the group activities was high which that was characterized by a majority of respondents participated in routine activities of the group or incidental one. Based on the result of the correlation test, the dynamic of FFG Girimukti has a real and positive relationship with its community forest management. (Keyword: Community forest, community forest management, forest farmers group, group dynamic)
PERNYATAAN Dengan ini Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Pengelolaan Hutan Rakyat dan Dinamika Kelompok Tani Hutan (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Sidamulih, Kecamatan Pamarican, Kabupaten Ciamis) adalah karya Saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Pada bagian Daftar Pustaka telah disebutkan teks sumber informasi yang berasal dari atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain.
Bogor, Januari 2013
Haqqi Annazili NRP. E14080065
Judul Skripsi : Pengelolaan Hutan Rakyat dan Dinamika Kelompok Tani Hutan (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Sidamulih, Kecamatan Pamarican, Kabupaten Ciamis) Nama
: Haqqi Annazili
NRP
: E14080065
Menyetujui: Dosen Pembimbing
Dr. Soni Trison, S. Hut, M. Si NIP. 19771123 200701 1 002
Mengetahui: Ketua Departemen Manajemen Hutan
Dr. Ir. Didik Suharjito, MS NIP.19630401 199403 1 001
Tanggal Lulus:
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kecamatan Batang Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 16 Januari 1990 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara pasangan bapak Zulkarnain dan ibu Dahrani. Pada tahun 2008 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Plus Matauli Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Provinsi Sumatera Utara dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Melalui program mayor-minor penulis masuk ke Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB pada tahun ajaran 2008/2009. Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di organisasi kemahasiswaan dan kepanitiaan. Organisasi kemahasiswaan dan kepanitiaan yang pernah diikuti yakni sebagai pengurus himpunan profesi Departemen Manajemen Hutan IPB (Forest Management Student Club) tahun 2010–2011, panitia divisi komisi disiplin Bina Corps Rimbawan Fakultas Kehutanan IPB tahun 2010, dan panitia divisi komisi disiplin Temu Manajer Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB tahun 2010. Penulis pernah mengikuti kegiatan magang mandiri di Taman Nasional Ujung Kulon Provinsi Banten tahun 2011. Penulis juga pernah menjadi perwakilan mahasiswa Fakultas Kehutanan IPB pada kegiatan International Forest Summer Program selama 21 hari di Kangwon National University Korea Selatan pada tahun 2012. Penulis telah melaksanakan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) pada tahun 2010 di daerah Pangandaran-Gunung Sawal Ciamis Jawa Barat, Praktik Pengelolaan Hutan (PPH) pada tahun 2011 di Gunung Walat Sukabumi Jawa Barat, di KPH Cianjur Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten, dan di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak, serta Praktik Kerja Lapang (PKL) pada tahun 2012 di Koperasi Wana Lestari Menoreh, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Pengeloaan Hutan Rakyat dan Dinamika Kelompok Tani Hutan (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Sidamulih, Kecamatan Pamarican, Kabupaten Ciamis) untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan yang dibimbing oleh Dr. Soni Trison, S. Hut, M. Si.
UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan rangkaian kegiatan perkuliahan sampai terselesaikannya skripsi ini dengan baik. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Ayahanda, ibunda, kakek, nenek, adik Muhammad Hamdi dan Novita Wahyuni atas kasih sayang dan untaian doa yang tulus di sepanjang helaian nafasnya. Paman Mahmulsyah, paman Saepul, tante Nur Asyura, tante Herlinawati, tante Masrawati, tante Efridawati, mas Ilham, adik Desy Permatahati, dan seluruh keluarga Saya atas doa dan dukungannya. 2. Bapak Dr. Soni Trison, S. Hut, M. Si selaku pembimbing yang dengan ketulusan dan keikhlasan beliau dalam membimbing, memberikan ilmu, dan nasehat kepada penulis dalam penyelesaian skripsi. 3. Bapak Dr. Ir. Yulius Hero, MSc selaku ketua sidang dan Bapak Dr. Ir. Iwan Hilwan, MS selaku dosen penguji dari Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB. 4. Keluarga besar Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Ciamis, Badan Pusat Statistik Kabupaten Ciamis, Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Wilayah Pamarican Kabupaten Ciamis, dan Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (BP4K) Kabupaten Ciamis atas bantuan data dan informasi yang diberikan selama pelaksanaan penelitian. 5. Bapak Ghaniyy Fahmi Basyah, S. Hut selaku pendamping lapang penulis dari pihak BP3K Pamarican, bapak Eka dan ibu Bhekti selaku informan dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Ciamis, serta keluarga besar bapak Wawan dan bapak Ahen, selaku ketua dan sekretaris KTH Girimukti, dan seluruh responden atas kerjasamanya. 6. Bapak Dr. Ir. Didik Suharjito, MS selaku ketua Departemen Manajemen Hutan, bapak/ibu para staf tata usaha Departemen Manajemen Hutan (bapak
Edi, bapak Syaiful, ibu Sularsih, dan staf lainnya), serta seluruh keluarga besar Departemen Manajemen Hutan IPB. 7. Sahabat penulis, Didin, Ikrima, Dahlan, Sandi, Oki, Erni, Destika, Muhibudin, Esa, Ruli, Rima, Ane, Bayu, Zainur, Sholeh, Opi, Agum, Agung, Dedew, Yunensi, Nensi, Ria, keluarga besar Manajemen Hutan 45, E 45, E 42, E 43, E 44, dan E 46 atas bantuan dan kebersamaannya dalam suka/duka bersama penulis selama menjalani studi di Fakultas Kehutanan IPB. 8. Bapak Ikhsan, bapak Suwardi, bapak Zulfakar, bapak Hendri, abang Septian, abang Tio, abang Iqbal, Nazar, Ashari, dan seluruh keluarga besar Wisma Galih Desa Babakan Lebak Kampus Dalam IPB Kecamatan Darmaga, atas persahabatan yang dibangun dengan penulis. 9. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang selalu memberikan doa dan perhatian sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
i
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini, yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor (IPB). Tulisan ini berjudul “Pengelolaan Hutan Rakyat dan Dinamika Kelompok Tani Hutan (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Sidamulih, Kecamatan Pamarican, Kabupaten Ciamis)”. Penulis sangat menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan, namun demikian hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pengelolaan hutan rakyat dan dinamika kelompok tani hutan, serta hubungan antara dinamika kelompok terhadap pengelolaan hutan rakyat tersebut. Bogor, Januari 2013
Haqqi Annazili
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR………………………………………………………..
i
DAFTAR ISI ............………………………………………………………… ii DAFTAR TABEL ............................................................................................ iv DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... v DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... vi BAB I
PENDAHULUAN .......................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah ................................................................... 2 1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................... 3 1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................... 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 4 2.1 Pengertian Hutan Rakyat ........................................................... 4 2.2 Sub Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat ..................................... 5 2.3 Dinamika Kelompok dan Kelompok Tani Hutan ...................... 6
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 10 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian.................................................... 10 3.2 Alat dan Sasaran Penelitian ....................................................... 10 3.3 Metode Pengumpulan Data ....................................................... 10 3.4 Metode Pemilihan Responden ................................................... 10 3.5 Kerangka Pemikiran Penelitian ................................................. 11 3.6 Metode Analisis Data ................................................................ 11 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN .................................. 15 4.1 Kondisi Geografis ...................................................................... 15 4.2 Topografi ................................................................................... 15 4.3 Iklim........................................................................................... 15 4.4 Pemerintahan dan Kependudukan ............................................. 16 BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 17 5.1 Pengelolaan Hutan Rakyat di KTH Girimukti ......................... 17 5.2 Dinamika KTH Girimukti ........................................................ 30
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 48
iii
6.1 Kesimpulan ............................................................................... 48 6.2 Saran ......................................................................................... 49 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 51 LAMPIRAN ..................................................................................................... 53
iv
DAFTAR TABEL No. 1.
Halaman Tetapan nilai kuesioner dinamika kelompok terhadap pilihan jawaban responden ................................................................................................ 12
2.
Skor pengelolaan hutan rakyat di KTH Girimukti ................................. 17
3.
Data bantuan bibit di KTH Girimukti ..................................................... 20
4.
Produktivitas tanaman agroforestri anggota KTH Girimukti ................. 27
5.
Kegiatan yang pernah dilakukan KTH Girimukti ................................... 31
6.
Distribusi responden berdasarkan usia .................................................... 33
7.
Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan ............................ 33
8.
Distribusi responden berdasarkan jenis pekerjaan utama dan pekerjaan sampingan ............................................................................................... 34
9.
Distribusi responden berdasarkan ukuran keluarga .............................
34
10.
Distribusi responden berdasarkan masa keanggotaan ............................. 35
11.
Distribusi responden berdasarkan pendapatan per bulan ........................ 35
12.
Distribusi responden berdasarkan pengeluaran per bulan ....................... 35
13.
Distribusi responden berdasarkan luas kepemilikan lahan. .................. 36
14.
Skor dinamika kelompok ........................................................................ 36
15.
Hubungan dinamika kelompok dengan pengelolaan hutan rakyat ......... 45
v
DAFTAR GAMBAR No.
Halaman
1.
Hubungan dinamika kelompok dengan pengelolaan hutan rakyat ......... 11
2.
Kegiatan pembersihan lahan di hutan rakyat anggota KTH Girimukti... 19
3.
Lori pada salah satu penggergajian kayu di Desa Sidamulih .................. 27
4.
Limbah penggergajian kayu berupa sebetan kayu (kiri) dan serbuk gergaji (kanan) ........................................................................................ 29
5.
Kegiatan pertemuan anggota KTH Girimukti ....................................... 44
vi
DAFTAR LAMPIRAN No.
Halaman
1.
Hasil uji validitas dan reliabilitas pengelolaan hutan rakyat ............................. 54
2.
Hasil uji validitas dan reliabilitas dinamika kelompok ...................................... 61
3.
Identitas responden ............................................................................................ 68
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini hutan rakyat terbukti memiliki manfaat yang besar bagi pemilik, masyarakat, serta lingkungannya (Darusman dan Hardjanto 2006). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Prabowo (2000) tentang manfaat ekonomis hutan rakyat yang ternyata memberikan efek pengganda yang besar terhadap industri rumah tangga dan mempunyai kontribusi rata-rata terhadap pendapatan petani sebesar 21,68%. Pengelolaan hutan rakyat di Indonesia pada umumnya masih dikelola dengan metode yang sederhana, lebih menggantungkan terhadap alam dengan teknik silvikultur yang minim, kurang mengutamakan kelestarian hasil, serta masih dijadikan sebagai usaha sampingan (Rengganis 2003). Sementara itu, pengelolaan hutan rakyat di Jawa pada umumnya mempunyai karakteristik yang berbeda dengan di luar Jawa, baik dari teknik silvikultur maupun status kepemilikannya. Teknik silvikultur dan pengelolaan hutan rakyat di Jawa pada umumnya lebih intensif dan lebih baik daripada di luar Jawa. Selain itu, hutan rakyat di Jawa memiliki status kepemilikan lahan dengan tata batas yang lebih jelas, luas lahan yang relatif sempit, pasar, informasi, dan aksessibilitas yang relatif lebih baik (Darusman dan Hardjanto 2006). Salah satu bentuk pengelolaan hutan rakyat di Pulau Jawa dilaksanakan oleh Kelompok Tani Hutan (KTH) Girimukti yang berada di Desa Sidamulih, Kecamatan Pamarican, Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Diniyati (2003) yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pengelolaan hutan rakyat adalah dengan membentuk kelembagaan KTH. Pengelolaan hutan rakyat oleh KTH Girimukti telah dilakukan sejak tahun 1982. Berdasarkan tingkat kemampuan kelompok, KTH Girimukti sudah tergolong kelas madya dan merupakan salah satu KTH percontohan di Kecamatan Pamarican (BP3K Pamarican 2011). Dalam kehidupan suatu KTH akan mengalami dinamika kelompok yang menunjukkan keragaan dari kelompok tersebut, misalnya dalam hal pelaksanaan
2
program kelompok. Dalam perjalanannya diharapkan dinamika kelompok sudah memiliki hubungan yang nyata dan positif terhadap pengelolaan hutan rakyat, sehingga perlu diadakan penelitian untuk menjelaskan dinamika kelompok tani hutan dalam pengelolaan hutan rakyat di lokasi penelitian. 1.2 Perumusan Masalah Keberadaan kelompok tani hutan merupakan suatu faktor pendewasaan sistem pengelolaan hutan rakyat karena sifat dari sebuah kelembagaan kelompok tani hutan seharusnya bottom-up. Pada kasus-kasus tertentu sistem yang memiliki sifat bottom-up sangat diperlukan agar muncul berbagai kreativitas dari anggota kelompok tersebut, sebab kreativitas tidak akan muncul apabila petani terlalu diatur oleh pemerintah (Purwanto 2011). Mengacu pada penelitian Yunasaf et al. (2008) menyatakan bahwa faktor mekanisme pembangunan selama ini lebih menjadikan petani sebagai objek pembangunan sehingga berdampak tidak berkembangnya para petani. Kemudian hal ini juga diungkapkan oleh Purwanto (2011) yang menyatakan bahwa besarnya peran pemerintah dalam kegiatan-kegiatan KTH menyebabkan adanya bias motivasi anggota untuk mengikuti kegiatan yang diselenggarakan oleh KTH, misalnya mengharapkan bantuan langsung dari pemerintah apabila mengikuti kegiatan KTH. Bahkan alasan tersebut dapat menjadi alasan utama bagi anggota KTH dan melupakan tujuan pendirian KTH yaitu untuk mengorganisir kepentingan petani dalam jangka panjang. Suatu KTH pasti mengalami dinamika kelompok. Dinamika kelompok tani hutan yang ada pada daerah penelitian memberikan suatu hubungan terhadap pengelolaan hutan rakyatnya. Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Sejauh mana pengelolaan hutan rakyat di KTH Girimukti, Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican, Kabupaten Ciamis? 2. Sejauh mana dinamika KTH Girimukti, Desa Sidamulih, Kecamatan Pamarican, Kabupaten Ciamis dalam pengelolaan hutan rakyat?
3
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: 1. Menjelaskan pengelolaan hutan rakyat di KTH Girimukti, Desa Sidamulih, Kecamatan Pamarican, Kabupaten Ciamis. 2. Menjelaskan dinamika KTH Girimukti, Desa Sidamulih, Kecamatan Pamarican, Kabupaten Ciamis dalam pengelolaan hutan rakyat. 1.4 Manfaat Penelitian Dari hasil kajian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi upaya pemberdayaan kelompok tani hutan, yaitu: 1. Bagi masyarakat Desa Sidamulih, Kecamatan Pamarican, Kabupaten Ciamis, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan untuk pengembangan KTH Girimukti. 2. Bagi anggota KTH Girimukti, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan untuk memperbaiki sistem di KTH Girimukti agar lebih efektif. 3. Bagi pengembangan ilmu, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan untuk kepentingan penelitian lebih lanjut.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Hutan Rakyat Menurut Undang-Undang Kehutanan No. 41 Tahun 1999 Pasal 1 (E), hutan rakyat atau disebut juga hutan hak adalah hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak atas tanah. Pengertian hutan rakyat berdasarkan pasal tersebut digunakan untuk membedakan hutan berdasarkan statusnya yang terdiri dari hutan negara dan hutan hak. Berdasarkan pengertian tersebut, maka walaupun hutan adat dikelola oleh rakyat tetapi tidak dapat disebut sebagai hutan hak atau hutan rakyat, karena status kepemilikan lahannya dimiliki oleh negara. Hutan rakyat dapat dimiliki oleh seluruh lapisan masyarakat, sehingga walaupun hutan tersebut dimiliki oleh pegawai pemerintah maka tetap disebut hutan rakyat (Suharjito 2000). Istilah hutan rakyat belum lazim bagi sebagian masyarakat Indonesia. Hutan rakyat bagi sebagian masyarakat dikenal dengan sebutan, talun, tombak, wono, leuweung, simpukng, repong, limbo, dan lain-lain sebutan (Suharjito 2000). Luas pemilikan hutan rakyat umumnya tidak seluas hutan negara seperti yang dinyatakan oleh Hardjanto (2003), luasan hutan rakyat yang dimiliki oleh petani, baik golongan petani kecil, menengah, maupun besar, sebagian besar relatif sempit (kurang dari 1 hektar). Walaupun tidak seluas hutan negara, namun hutan rakyat telah mampu menyumbangkan manfaat yang sangat besar bagi sektor perdagangan, pertanian, lingkungan, dan sosial-budaya. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Hardjanto (2003) yang menyatakan bahwa usaha hutan rakyat merupakan usaha kecil dan menengah. Usaha hutan rakyat dapat memberikan pengaruh positif bagi banyak sektor seperti, rumah tangga, ketenagakerjaan, industri, keuangan, angkutan, serta sektor lingkungan hidup. Kepastian hak pemilikan lahan sebagaimana halnya hak kepemilikan hutan rakyat akan meningkatkan motivasi masyarakat untuk mengusahakan lahannya menjadi lebih produktif (Tjondronegoro 1999). Kepastian pemilikan lahan di Jawa sudah tidak merupakan masalah yang besar dibandingkan dengan di luar Jawa. Selain itu, pemodelan dan peta tata guna lahannya sudah tersedia, walaupun
5
perubahan-perubahannya belum diawasi dengan sangat baik (Tjondronegoro 1999). Hal ini berbeda dengan keadaan di luar Pulau Jawa, yang umumnya belum pernah diadakan penataan batas tanah secara menyeluruh, dan belum tersedia pola dan peta tata guna lahan yang berskala besar, kecuali daerah sekitar kota, pemukiman transmigran, dan perkebunan (Tjondronegoro 1999). 2.2 Sub Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat Pengelolaan hutan rakyat dapat dibagi menjadi tiga sub sistem yang saling terkait, yaitu sub sistem produksi, sub sistem pengolahan hasil, dan sub sistem pemasaran hasil (KWLM 2010). Sub sistem produksi meliputi kegiatan persiapan lahan, persiapan bibit, penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan (KWLM 2010). Kegiatan persiapan lahan meliputi pengolahan tanah dan pembersihan lahan (Prabowo 2000). Persiapan bibit di hutan rakyat umumnya diupayakan dengan cara menyemai sendiri atau mengambil anakan alami. Dalam proses ini, petani tidak melakukan seleksi yang baik dalam memilih benih ataupun anakan alami karena keterbatasan jumlah benih ataupun anakan alami tersebut, sehingga tidak semua bibit yang terkumpul kualitasnya baik (Prabowo 2000). Penanaman terdiri dari pengaturan jarak tanam, waktu penanaman, dan penetapan daur (Pramono 2010). Pemeliharaan terdiri dari kegiatan penyiangan, pendangiran, pemupukan, pemangkasan cabang, dan pemberantasan hama dan penyakit (Pramono 2010). Pemanenan pada hutan rakyat umumnya diserahkan kepada tengkulak atau lembaga yang berusaha menanganinya seperti koperasi kayu, walaupun sudah ada juga kelompok tani hutan yang melakukan kegiatan tersebut secara mandiri. Pemanenan terdiri dari penebangan, penyaradan ke tempat penimbunan kayu, dan pengangkutan ke penggergajian atau pabrik kayu (Pramono 2010). Sub sistem pengolahan hasil adalah proses untuk menghasilkan produk akhir yang akan dijual atau dipakai sendiri. Kebanyakan petani hutan rakyat saat ini masih jarang yang melakukan pengolahan hasil hingga ke produk yang bernilai tinggi karena kebanyakan masih berfikir praktis untuk meyerahkan kegiatan pengolahan hasil kepada tengkulak. Hal ini juga didorong oleh keterbatasan dana (Hardjanto 2003).
6
Sub sistem pemasaran hasil adalah kegiatan penjualan kayu rakyat dari petani (produsen) kepada pembeli (konsumen). Proses ini dapat dilakukan baik melalui perantara tengkulak ataupun tanpa perantara tengkulak (Hardjanto 2003). 2.3 Dinamika Kelompok dan Kelompok Tani Hutan 2.3.1 Dinamika Kelompok Dinamika kelompok diartikan sebagai suatu studi ilmiah tentang interaksi dalam kelompok (Sudjarwo 2011). Dinamika kelompok juga diartikan sebagai suatu keadaan di dalam sebuah kelompok yang terdiri dari dua individu atau lebih yang mempunyai hubungan psikologis yang jelas antara satu dengan yang lain dalam suatu waktu yang bersamaan. Perkembangan ilmu dinamika kelompok erat hubungannya dengan sifat manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri untuk memenuhi kebutuhannya (Santoso 2006). Pendekatan terhadap dinamika kelompok dapat dilakukan dengan dua cara yaitu, a) Pendekatan sosiologis dan b) Pendekatan psikologis (Santosa 2006). Secara sosiologis disebutkan bahwa, dinamika kelompok terjadi karena antara anggota kelompok dipastikan memiliki jarak sosial. Seberapa jauh jarak sosial tersebut ditentukan oleh beberapa hal seperti, keakraban antara masing-masing anggota, pilihan setiap anggota, dan sikap setiap anggota (Santosa 2006). Sedangkan menurut peninjauan psikologis, dinamika kelompok diamati karena dinamika kelompok memiliki pengaruh terhadap proses kejiwaan yang terjadi pada individu di dalam kelompok dan selanjutnya memberikan pengaruh terhadap efektivitas kelompok (Santosa 2006). Unsur-unsur dinamika kelompok berdasarkan pendekatan sosiologis antara lain: 1) tujuan, 2) keyakinan, 3) norma, 4) sanksi, 5) peranan kedudukan, 6) kewenangan atau kekuasaan, 7) jenjang sosial, dan 8) fasilitas (Wahid 2008). Idealnya suatu kelompok harus memiliki kedelapan unsur tersebut, masingmasing unsur akan mempengaruhi interaksi anggota dalam kelompok, juga akan mempengaruhi perilaku individu dan perilaku kelompok (Wahid 2008). Analisis dinamika kelompok menurut pendekatan psikologis unsurunsurnya antara lain: 1) tujuan kelompok, 2) struktur kelompok, 3) fungsi tugas, 4) pembinaan dan pemeliharaan kelompok, 5) kekompakan kelompok, 6) Suasana
7
kelompok, 7) ketegangan/tekanan kelompok, dan 8) efektivitas kelompok (Sudjarwo 2011). Dari kedua pendekatan tersebut, pendekatan psikologis dipilih karena berdasarkan pendekatan ini, dinamika kelompok memiliki pengaruh terhadap kejiwaan masing-masing individu sebagai anggota kelompok yang selanjutnya akan memberikan pengaruh terhadap efektivitas kelompok (Santosa 2006). Berdasarkan pendekatan psikologis, uraian unsur-unsur dinamika kelompok menurut Sudjarwo (2011) adalah sebagai berikut: 1) Tujuan kelompok berarti hal yang ingin dicapai oleh kelompok. Tujuan kelompok
harus
mewakili
seluruh
keinginan
anggota
agar
tercipta
produktivitas kelompok. 2) Struktur kelompok didefinisikan sebagai model hubungan antar peran/status di dalam kelompok dalam hal wewenang mengambil keputusan. Serta berperan juga sebagai jaringan komunikasi untuk menyampaikan informasi baik dari atas ke bawah maupun dari bawah ke atas. 3) Fungsi tugas kelompok diartikan sebagai seperangkat tugas yang harus dikerjakan oleh kelompok menyangkut bidang: 1) kepuasan anggota; 2) informasi; 3) koordinasi; 4) klarifikasi aturan-aturan kelompok; dan 5) komunikasi di dalam kelompok. 4) Pembinaan dan pemeliharaan kelompok adalah sejumlah hal yang harus dimiliki dan dipelihara oleh kelompok, yang terdiri dari: 1) spesialisasi kerja yang merata dan sesuai dengan peran dan kemampuan anggota; 2) kegiatan rutin yang sesuai dengan rencana dan aturan main yang telah ditetapkan di dalam kelompok; 3) norma kelompok; 4) sosialisasi norma kelompok; 5) penambahan anggota baru dan pemeliharaan kesetiaan anggota lama; dan 6) tersedianya fasilitas kelompok untuk kegiatan yang telah direncanakan atau yang akan dilakukan. 5) Kekompakan kelompok atau kesatuan kelompok adalah tingkat keterikatan antar anggota kelompok dalam mempertahankan struktur dan mekanisme keanggotaan. 6) Suasana kelompok adalah salah satu parameter bagi anggota kelompok untuk merasa senang atau tidak senang tinggal di dalam kelompok. Suasana
8
kelompok mendorong seseorang untuk melakukan kerja sama di dalam kelompok. Secara psikologis, nilai suasana kelompok berbeda bagi setiap anggota kelompok. Oleh karena itu, suasana kelompok harus diukur berdasarkan batas-batas yang akan diamati. 7) Tekanan kelompok adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan desakan dalam kelompok yang berfungsi mengupayakan ketaatan anggota terhadap aturan kelompok dan sebagai faktor yang mempengaruhi keutuhan kelompok serta penyemangat bagi anggota. 8) Efektivitas kelompok adalah keberhasilan sistem di dalam kelompok untuk mencapai tujuannya, yang dapat dilihat pada tercapainya keadaan atau perubahan-perubahan (fisik maupun non fisik) yang memuaskan anggotanya. 2.3.2 Kelompok Tani Hutan (KTH) Kelompok adalah tempat beberapa orang bergaul satu dengan yang lain dengan tujuan tertentu (Santosa 2006). Dalam hal ini kelompok tani hutan berarti orang yang bergaul satu dengan yang lain dengan tujuan utama memajukan hutan yang mereka kelola. Santosa (2006) menyatakan, kelompok dapat bersifat terorganisir dan tidak terorganisir. Kelompok yang terorganisir memiliki struktur organisasi yang jelas untuk mengorganisir tugas-tugas tertentu. Sebagai contoh, kelompok awak pesawat yang bertugas menyukseskan suatu penerbangan. Berbeda dengan kelompok yang tidak terorganisir. Kelompok ini sering terbentuk dalam kehidupan sehari-hari, seperti pada kelompok yang terdiri dari beberapa orang yang sedang makan malam bersama di restoran. Proses pembentukan kelompok ada dua macam, yaitu psikhe group dan socio group. Psikhe group artinya suatu kelompok yang terbentuk atas dasar rasa senang atau tidak, perhatian, atau antipati antar anggota kelompok. Socio group artinya suatu kelompok yang terbentuk atas dasar dorongan dari pihak luar (Santosa 2006). Kelompok tani hutan pada dasarnya sama dengan kelompok yang lain, memiliki kelas sosial dan stratifikasi sosial. Kelas sosial dan stratifikasi sosial terbentuk karena dalam sebuah kelompok ada perbedaan tanggung jawab dan
9
tingkatan nilai kekuatan (Santosa 2006). Maka dalam kelompok tani hutan ada ketua, sekretaris, dan pengurus yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok tani hutan juga mengalami dinamika kelompok. Santosa (2006) menyatakan bahwa, kepemimpinan dalam kelompok dapat dibagi kedalam tiga macam bentuk kepemimpinan, yaitu otokrasi, demokrasi, dan liberal. Kepemimpinan otokrasi ditandai dengan peranan pimpinan dalam hal membuat jejak peraturan kelompok, program atau kegiatan yang akan dilakukan kelompok, pemberian tugas kepada setiap anggota, dan pimpinan juga dapat mengkoreksi pekerjaan anggota secara subjektif. Kepemimpinan demokrasi ditandai dengan peranan pimpinan untuk memimpin musyawarah penentuan kegiatan kelompok, kebebasan antar anggota untuk bekerja dengan siapa saja, pimpinan mengkoreksi pekerjaan anggota secara objektif, pimpinan merakyat dalam berusaha, bersikap, dan bertingkah laku. Sedangkan kepemimpinan liberal ditandai dengan peranan pimpinan yang minim dalam kelompok, pimpinan berusaha menyiapkan kebutuhan anggota, agenda spesialisasi tugas diserahkan sepenuhnya kepada anggota, pimpinan tidak memberi komentar tentang kinerja tugas anggota apabila tidak diminta. Pengetahuan mengenai komunikasi kepemimpinan juga diperlukan dalam pembinaan dan pemeliharaan kelompok, khususnya bagi pengurus kelompok. Kemampuan
komunikasi
seorang
pemimpin
untuk
mengorganisasi
tim
membutuhkan strategi yang kompleks. Karena pengurus organisasi atau kelompok menduduki tempat yang lebih tinggi daripada anggota yang lain, sehingga dia akan dianggap sebagai gambaran dari seluruh anggota kelompok (Barrett 2008).
Karisma dan image yang baik sangat dibutuhkan untuk keberhasilan
komunikasi kepemimpinan, yakni komunikasi antar pengurus, pengurus ke anggota kelompok, dan pengurus ke pihak luar kelompok. Karisma memiliki pengertian suatu kemampuan mengajak khalayak untuk memperhatikan dirinya. Beberapa contoh figur yang memiliki karisma yang bagus adalah Mahatma Gandhi, John F. Kennedy, Martin Luther King, dan Susilo Bambang Yudhoyono. Istilah image hampir mirip dengan ilusi. Tanpa disadari image akan membangun persepsi terhadap seorang pemimpin berkarakter atau tidak. Karisma dan image dapat digunakan untuk mengenali pribadi seorang pemimpin (Barrett 2008).
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Sidamulih, Kecamatan Pamarican, Kabupaten Ciamis. Pengumpulan data dilakukan pada Bulan Desember 2011 dan Bulan Juni 2012. 3.2 Alat dan Sasaran Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian antara lain kuesioner, kamera digital, seperangkat komputer, Software Statistic Programme for Social Science (SPSS) 17.0, dan Software Microsoft Excel. Sasaran penelitiannya adalah KTH Girimukti di Desa Sidamulih, Kecamatan Pamarican, Kabupaten Ciamis. 3.3 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan survei. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari responden terpilih melalui wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan untuk mengumpulkan data kuantitatif. Data sekunder diperoleh dari data sekunder KTH Girimukti, data statistik Desa Sidamulih, data Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis, dan data Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Ciamis. 3.4 Metode Pemilihan Responden Populasi penelitian adalah anggota KTH Girimukti, Desa Sidamulih, Kecamatan Pamarican, Kabupaten Ciamis. Pemilihan responden dilakukan melalui metode Purposive Sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan seseorang atau pertimbangan peneliti dengan menggunakan pendekatan non probability. Jumlah responden yang diwawancarai sebanyak 30 responden.
11
3.5 Kerangka Pemikiran Penelitian Dinamika kelompok yang merupakan peubah bebas akan memiliki hubungan dengan pengelolaan hutan rakyat yang merupakan peubah terpengaruh. Hubungan tersebut disajikan pada Gambar 1. Dinamika Kelompok Dilihat dari unsur-unsur: 1. Tujuan kelompok 2. Struktur kelompok 3. Fungsi tugas kelompok 4. Pembinaan dan pemeliharaan kelompok 5. Kekompakan kelompok 6. Suasana kelompok 7. Tekanan kelompok 8. Keefektivan kelompok
Pengelolaan Hutan Rakyat Dilihat dari sub sistem: 1. Produksi (persiapan lahan, persiapan bibit, penanaman, pemeliharaan, serta pemanenan) 2. Pengolahan Hasil 3. Pemasaran Hasil
Gambar 1. Hubungan dinamika kelompok dengan pengelolaan hutan rakyat Unsur-unsur dinamika kelompok tani hutan seperti yang disajikan pada Gambar 1 mengacu pada Sudjarwo (2011) yang meliputi: 1) tujuan kelompok; 2) struktur kelompok; 3) fungsi tugas kelompok; 4) pembinaan dan pemeliharaan kelompok; 5) kekompakan kelompok; 6) suasana kelompok; 7) tekanan kelompok; dan 8) keefektivan kelompok. Aspek yang dikaji dalam pengelolaan hutan rakyat yang optimal bisa dilihat dari kualitas sub sistem produksi (persiapan lahan, persiapan bibit, penanaman, pemeliharaan, serta pemanenan), sub sistem pengolahan hasil, dan sub sistem pemasaran hasil, sebagaimana disajikan pada Gambar 1. 3.6 Metode Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini dilakukan ke dalam empat tahap, yaitu 1) pengukuran terhadap unsur dinamika kelompok dan pengelolaan hutan rakyat, 2) uji validitas dan reliabilitas, 3) pengukuran tingkat kedinamisan kelompok dan tingkat keberhasilan pengelolaan hutan rakyat, dan 4) uji korelasi Spearman. Berikut akan dijelaskan keempat metode di atas.
12
Pengukuran Unsur Dinamika Kelompok dan Pengelolaan Hutan Rakyat Pengukuran terhadap dinamika KTH dan pengelolaan hutan rakyat digunakan statistik deskriptif yaitu terhadap unsur-unsur dinamika kelompok dan pengelolaan hutan rakyat dengan menggunakan opsi jawaban model skala Likert, dengan kuantifikasi penilaian: Tabel 1. Tetapan nilai kuesioner dinamika kelompok terhadap pilihan jawaban responden Nilai/Skor Jawaban Responden 4 Sangat setuju 3 Setuju 2 Tidak Setuju 1 Sangat Tidak Setuju Tetapan nilai kuesioner pengelolaan hutan rakyat terhadap pilihan jawaban responden yaitu, diberikan nilai/skor 1 apabila jawaban responden ya dan diberikan nilai/skor 0 apabila jawaban responden tidak. Uji Validitas dan Reliabilitas Uji Validitas Uji validitas menunjukkan tingkat keakuratan suatu instrumen penelitian dalam mengukur sesuatu. Ananto (2010) mengungkapkan seringkali peneliti sosial tidak membicarakan di dalam laporan penelitiannya tentang alat pengumpul data yang digunakannya, memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi atau tidak. Tanpa informasi tersebut, peneliti akan kurang yakin tentang data yang dikumpulkan, karena validitas menggambarkan fenomena yang sedang diukur. Dalam penelitian ini, uji validitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17. Hasil uji coba kuesioner menunjukkan nilai koefisien validitas lebih besar dari r tabel, hal ini berarti kuesioner yang digunakan valid (Ananto 2010). Uji Reliabilitas Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur dalam mengukur gejala yang sama. Mengacu pada Ananto (2010), apabila suatu alat ukur dipakai berulang-ulang kepada kelompok yang sama dan menghasilkan data yang sama, maka alat ukur tersebut reliable.
13
Dalam penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17. Hasil uji coba kuesioner menunjukkan nilai koefisien reliabilitas lebih besar dari 0,6, hal ini berarti kuesioner sudah reliable dan layak untuk digunakan. Ananto (2010) menyatakan bahwa instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi jika nilai koefisien yang diperoleh >0,60. Pengukuran Tingkat Kedinamisan Kelompok dan Keberhasilan Pengelolaan Hutan Rakyat Tahapan pengukuran tingkat kedinamisan dan keberhasilan pengelolaan hutan rakyat disebut juga tahapan scoring. Skor yang diperoleh distandarisasi sehingga diperoleh skor minimum adalah nol dan skor maksimum adalah 100. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Y=
X − Nilai Min X × 100 Nilai Maks X − Nilai Min X
Keterangan: Y= skor dalam persen (%) X= skor yang diperoleh untuk setiap contoh Pengkategorian yang digunakan adalah interval kelas dengan kategori rendah (0-33,33), sedang (33,34-66,67) dan tinggi (66,68-100). Kategori rendah, sedang, dan tinggi diperoleh dengan menggunakan teknik scoring dengan menggunakan rumus berikut (Slamet 1993): Interval Kelas (IK) =
Skor Maksimum − Skor Minimum Jumlah Kategori
Kategori: a. Rendah: skor minimum ≤ x ≤ skor minimum + IK b. Sedang: skor minimum + IK < x ≤ skor minimum + 2 IK c. Tinggi: skor minimum + 2 IK < x ≤ skor maksimum
14
Analisis Hubungan Antar Peubah Analisis hubungan antar peubah dilakukan untuk melihat keterkaitan antara peubah yang satu dengan peubah yang lainnya. Peubah yang dimaksud yaitu dinamika kelompok dengan pengelolaan hutan rakyat. Pengujian hubungan (korelasi) antara satu peubah dengan peubah lainnya tersebut didasarkan atas hipotesis sebagai berikut: H0
: Tidak terdapat hubungan (korelasi) antara satu peubah dengan peubah lainnya.
H1
: Terdapat hubungan (korelasi) antara satu peubah dengan peubah lainnya. Spearman telah menemukan cara mengetahui nilai keeratan hubungan
antara dua peubah yang selanjutnya dikenal dengan uji korelasi peringkat Spearman dengan statistik uji sebagai berikut:
rs=1-
6∑ d i
n (n² − 1)
Keterangan: r s = Koefisien korelasi peringkat Spearman d i = Selisih antara peringkat bagi X i dan Y i n = banyaknya pasangan data Dua peubah dikatakan memiliki hubungan yang nyata antara satu dengan yang lainnya apabila dapat dibuktikan bahwa tolak H0 jika angka probabilitas (Asymp. Sig.) < nilai α (Alpha), dan dikatakan tidak memiliki hubungan yang nyata antara satu peubah dengan peubah lainnya apabila dapat dibuktikan bahwa terima H0 jika angka probabilitas (Asymp. Sig.) > nilai α (Alpha).
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Berdasarkan data monografi Desa Sidamulih tahun 2010, Desa Sidamulih terletak di Kecamatan Pamarican, Kabupaten Ciamis. Luas daerah untuk peruntukan lahan di Desa Sidamulih adalah: 1) sawah seluas 172 hektar; 2) perkebunan seluas 19 hektar; 3) tanah kehutanan 998,5 hektar; 4) tanah kering 37 hektar; dan 5) fasilitas sosial seluas 3 hektar. Jarak pemerintahan desa ke pusat kecamatan sejauh 11 km, ke pusat kabupaten/kota sejauh 51 km, dan ke pusat provinsi sejauh 173 km. Desa Sidamulih terdiri dari dua dusun, yaitu Dusun Cibayawak dan Dusun Legok Menol. Adapun batas-batas Desa Sidamulih secara administratif adalah sebagai berikut: a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Margajaya b. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Neglasari c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Mekarmulya d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sukasari 4.2 Topografi Desa Sidamulih memiliki topografi yang tidak seragam. Seperempat daerah Desa Sidamulih adalah datar berombak, sedangkan tiga perempatnya datar berbukit dengan ketinggian 400 m dpl. Daerah datar berbukit ada yang memiliki kemiringan 40-45% dengan kondisi berbukit sangat curam. Daerah yang memiliki topogrofi datar berombak ditanami padi, tebu, dan sayuran sedangkan daerah yang datar berbukit ditanami kelapa, kopi, mahoni, sengon, dan jati (Pemerintah Desa Sidamulih 2010). 4.3 Iklim Desa Sidamulih memiliki iklim tipe A (sangat basah) berdasarkan kategorisasi iklim Schmidt Fergusson, dengan nilai Q = 4,314%. Rata-rata curah
16
hujan mencapai 211,13 mm/bulan. Dengan demikian Desa Sidamulih merupakan daerah yang kaya akan air. Mata air yang besar dan dapat digunakan untuk umum yang ada di desa ini sebanyak sebelas titik (BP3K Pamarican 2011). 4.4 Pemerintahan dan Kependudukan Berdasarkan data monografi Desa Sidamulih tahun 2010, penduduk di desa ini sebanyak 3.404 jiwa yang terdiri dari 1.686 jiwa laki-laki dan 1.718 jiwa perempuan, dengan jumlah kepala keluarga 1.213 KK. Semua penduduk di desa ini adalah warga negara Indonesia asli. Berdasarkan data Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Pamarican 2011, kelompok umur masyarakat di Desa Sidamulih terdiri dari: 1) 21,99% umur 0-14 tahun; 2) 59,99% umur 15-64 tahun; 3) 18,01% di atas umur 65 tahun. Tingkat pendidikan masyarakat di Desa Sidamulih terdiri dari: 1) 5,00% belum sekolah; 2) 40,00% SD; 3) 29,99% SLTP; 4) 19,99% SLTA; 5) 3,00% akademi; dan 6) 2,00% perguruan tinggi. Mata pencaharian di Desa Sidamulih didominasi petani sebesar 66,50%, kemudian diikuti buruh sebesar 25,70%, pegawai swasta sebesar 3,90%, pedagang sebesar 1,70%, wiraswasta sebesar 1,24%, dan Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebesar 0,50% (Pemerintah Desa Sidamulih 2010). Kelembagaan yang ada di desa ini terdiri dari 7 Badan Permusyawaratan Desa (BPD), 10 Lembaga Masyarakat Peduli Desa (LMPD), 12 Karang Taruna, 9 Rukun Warga (RW), 31 Rukun Tetangga (RT), 31 Dasa Wisma, dan 23 Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK). Lembaga keuangan yang ada di Desa Sidamulih terdiri dari koperasi simpan pinjam sebanyak 6 unit. Tidak ada bank dan Koperasi Unit Desa (KUD), sedangkan industri rumah tangga sebanyak 20 unit (Pemerintah Desa Sidamulih 2010).
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengelolaan Hutan Rakyat di KTH Girimukti Pengelolaan hutan rakyat dapat dikelompokkan ke dalam tiga sub sistem, yaitu sub sistem produksi, sub sistem pengolahan hasil, dan sub sistem pemasaran hasil (KWLM 2010). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan pengelolaan hutan rakyat di KTH Girimukti mencakup ketiga sub sistem di atas. Berikut adalah deskripsi pengelolaan hutan rakyat di KTH Girimukti. Tabel 2. Skor pengelolaan hutan rakyat di KTH Girimukti Persentase Dimensi Pengelolaan Hutan Rakyat (%)* 1. Sub Sistem Produksi 71,1 a. Persiapan Lahan 73,4 b. Persiapan Bibit 66,9 c. Penanaman 81,4 d. Pemeliharaan Tanaman 89,5 e. Pemanenan 61,7 2. Sub Sistem Pengolahan Hasil 52,5 3. Sub Sistem Pemasaran Hasil 55,0 Total 65,4
Kategori Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Sedang Sedang Sedang
Keterangan: * Persentase pencapaian skor rataan terhadap skor maksimum
5.1.1 Sub Sistem Produksi Sub sistem produksi yang dilakukan di KTH Girimukti terdiri dari: persiapan lahan, persiapan bibit, penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan. Temuan ini sejalan dengan penelitian Djajapertjunda (2003) yang menyatakan bahwa dalam pengelolaan hutan rakyat terdapat beberapa teknik silvikultur yang dilakukan oleh petani antara lain, persiapan lahan, persiapan bibit, penanaman, pemeliharaan, serta penebangan. Berikut dideskripsikan kegiatan-kegiatan sub sistem produksi yang dilakukan di KTH Girimukti. Persiapan Lahan Kegiatan persiapan lahan merupakan langkah awal dalam membangun sebuah hutan rakyat dan tergolong ke dalam sub sistem produksi. Berikut dideskripsikan kegiatan persiapan lahan yang dilakukan di KTH Girimukti.
18
Kegiatan persiapan lahan yang dilakukan di KTH Girimukti terdiri dari pembersihan lahan dan pengolahan tanah. Dari data penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruh responden telah melakukan persiapan lahan sebelum penanaman sesuai dengan kesepakatan bersama di dalam kelompok. Alat persiapan lahan yang digunakan anggota pada pembersihan lahan dan pengolahan tanah adalah cangkul, garpu, dan sabit. Apabila kegiatan persiapan lahan diupahkan kepada orang lain atau buruh tani, maka upah yang harus dikeluarkan adalah sebesar Rp 20.000,- per hari per orang. Kegiatan persiapan lahan di hutan rakyat berbeda metodenya dengan yang diterapkan di unit manajemen kehutanan lain, seperti di Hutan Tanaman Industri (HTI). Dalam membersihkan lahan, anggota KTH Girimukti hanya melakukannya pada sekitar areal yang akan ditanami karena penanaman bibit pohon umumnya tidak dilakukan sekaligus, seperti yang disajikan pada Gambar 2. Hal ini sejalan dengan penelitian Djajapertjunda (2003) yang mengungkapkan bahwa lahan hutan rakyat yang akan ditanami umumnya sudah berupa kebun yang memiliki tanaman lain dan relatif tidak mengandung tumbuhan liar. Oleh karena itu sebelum dilakukan penanaman, lahan hutan rakyat tidak perlu dibersihkan secara keseluruhan. Hampir seluruh responden menyatakan, kelompok peduli terhadap kegiatan persiapan lahan. Hal ini dilakukan kelompok melalui pembentukan bagian atau seksi di dalam kelompok yang mengurusi masalah persiapan lahan. Hampir seluruh responden merasakan adanya kerjasama di antara sesama anggota kelompok dalam persiapan lahan anggota. Hal ini dilakukan dengan kerja bakti dalam pembersihan lahan. Kelompok telah membuat penentuan waktu yang terbaik untuk persiapan lahan anggota, sehingga efektif untuk dilakukan kegiatan penanaman setelah persiapan lahan. Berdasarkan kondisi tersebut dan hasil olah data, kegiatan persiapan lahan yang dilakukan kelompok termasuk ke dalam kategori tinggi (73,4%), seperti yang disajikan pada Tabel 2.
19
Gambar 2. Kegiatan pembersihan lahan di hutan rakyat anggota KTH Girimukti Persiapan Bibit Persiapan bibit merupakan bagian dari sub sistem produksi. Dari data penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden merasakan manfaat kelompok dalam kegiatan persemaian bibit yang dilakukan bersama di dalam kelompok. Usaha persemaian bibit di dalam kelompok pernah dilakukan, namun pada saat ini usaha persemaian tersebut memerlukan pemeliharaan, karena ada sebagian bibit yang tumbuh menjadi pepohonan di lokasi persemaian. Sebagian besar responden menyatakan telah merasakan adanya kerjasama di antara sesama anggota kelompok dalam persiapan bibit. Manfaat lain keberadaan kelompok yang dirasakan anggota dalam hal persiapan bibit adalah adanya bantuan bibit. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari hampir seluruh responden pernah menerima bantuan bibit dari pihak luar yang disalurkan melalui kelompok. Bantuan bibit terakhir diperoleh pada tahun 2011 berupa bibit sengon sebanyak 10.000 bibit dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Ciamis, seperti yang disajikan pada Tabel 3. Anggota KTH Girimukti melakukan persiapan bibit dengan beberapa cara, yaitu: 1) membeli bibit ke pedagang bibit tanaman kehutanan; 2) memperoleh bantuan bibit dari pihak lain yang disalurkan melalui kelompok; 3) mengambil benih langsung dari pohon yang telah layak dijadikan pohon benih; dan atau 4) memelihara tunas yang tumbuh dari pohon tertentu yang dikenal dengan istilah trubusan.
20
Tabel 3. Data bantuan bibit di KTH Girimukti Jenis tanaman Jumlah bantuan Tahun cengkeh
1200 bibit
2002
kapulaga
Rp 30 juta
2010
mahoni dan sengon
25.000 bibit
2010
sengon
10.000 bibit
2011
Sumber bantuan bibit Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Ciamis Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Ciamis Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Ciamis
Sumber: data sekunder KTH Girimukti
Pedagang yang menjual bibit ke anggota KTH Girimukti antara lain, beberapa penggergajian kayu yang berada di sekitar Desa Sidamulih dan PT. Albasia Parahyangan yang terletak di Kota Banjar atau sekitar 15 km dari Desa Sidamulih. Harga bibit sengon dengan ukuran panjang 30 cm berkisar Rp 700,- sampai Rp 1.000,- per bibit, bibit mahoni ukuran panjang 30 cm seharga Rp 1000,- per bibit, dan bibit jati ukuran panjang 20 cm seharga Rp 3.000,- per bibit. Pemilihan metode persiapan bibit yang dilakukan oleh anggota KTH Girimukti dilakukan berdasarkan beberapa pertimbangan. Salah satunya adalah berdasarkan sifat dan jenis tanaman. Hal ini sejalan dengan penelitian Djajapertjunda (2003) yang mengungkapkan bahwa, pengadaan bibit secara vegetatif dapat dilakukan dengan beberapa cara, misalnya stek atau cangkokan, sedangkan persiapan bibit secara generatif dilakukan dengan langsung menanamkan biji di lapangan atau di persemaian. Pemilihan metode ini tergantung pada sifat dan jenis tanaman. Berdasarkan kondisi di atas dan hasil olah data, kegiatan persiapan bibit yang dilakukan kelompok termasuk ke dalam kategori tinggi (66,9%), sebagaimana disajikan pada Tabel 2.
21
Penanaman Kegiatan penanaman merupakan bagian dari kegiatan produksi. Dari data penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden merasakan manfaat dari adanya sosialisasi pengurus tentang pentingnya kegiatan penanaman serta adanya kesepakatan bersama di dalam kelompok untuk aktif melakukan penanaman. Hampir seluruh responden menyatakan telah melakukan penanaman berdasarkan kesepakatan kelompok tentang waktu/musim tanam yang tepat bagi anggota agar bibit yang ditanam tumbuh dengan baik. Waktu tanam yang disepakati di dalam kelompok adalah pada Bulan Desember hingga Bulan Maret dengan alasan pada bulan-bulan tersebut kondisi air untuk penyiraman tanaman mencukupi. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Hadi dan Napitupulu (2010) yang menyatakan bahwa waktu terbaik untuk penanaman tanaman kehutanan seperti sengon dan jati adalah pada saat musim hujan. Hampir seluruh responden merasakan adanya kerjasama di antara anggota kelompok dalam kegiatan penanaman, misalnya melalui saling tukar informasi tentang jenis bibit yang sebaiknya ditanam serta cara-cara penanamannya. Namun sebaiknya kelompok perlu membuat jadwal kerja bakti penanaman di lahan anggota yang membutuhkan bantuan tenaga kerja. Himbauan kelompok kepada anggota tentang jarak tanam rata-rata untuk tanaman kehutanan adalah sebesar 2 m x 5 m, namun kenyataannya anggota lebih memilih menggunakan jarak tanam sebesar 2 m x 3 m dan 3 m x 3 m. Penentuan jarak tanam sangat ditentukan oleh komposisi tanaman. Hal ini sejalan dengan penelitian Djajapertjunda (2003) yang menjelaskan bahwa, apabila tanaman kehutanan akan ditanami homogen maka jarak tanam yang digunakan lebih rapat misalnya 3 m x 3 m. Namun apabila akan dilakukan tumpang sari dengan jenis tanaman lain, maka dapat dipilih jarak tanam yang lebih lebar, misalnya 4 m x 5 m, sedangkan di antara dua larikan pohon masih ada ruang untuk ditanami palawija atau tanaman agroforestri lainnya sebagai tanaman campuran. Dengan jarak tanam yang benar, maka pertumbuhan tanaman yang dibudidayakan secara campuran tidak akan saling mengganggu. Daur tanaman kehutanan di KTH Girimukti belum sepenuhnya ditaati, karena motivasi menebang yang sangat bervariasi. Sebagian anggota KTH
22
Girimukti akan menebang pohonnya jika kebutuhan mendesak seperti membeli kendaraan, berobat, dan naik haji. Namun pada umumnya anggota KTH Girimukti menerapkan daur sengon 3-5 tahun, jati 10-15 tahun, mahoni 10-15 tahun, dan suren 10 tahun. Pemilihan jenis tanaman yang ditanam di hutan rakyat oleh anggota KTH Girimukti umumnya berdasarkan alasan ekonomis. Jenis tanaman bukan kayu yang dipilih anggota KTH Girimukti umumnya adalah tanaman kapulaga (Amomum cardamomum), kopi (Coffea sp.), jahe (Zingiber officinale), dan pisang (Musa sp.). Tanaman kayu yang ditanam di hutan rakyat anggota umumnya adalah sengon (Paraserianthes falcataria), mahoni (Swietenia mahagoni), jati (Tectona grandis), dan suren (Toona sureni). Pemilihan jenis tanaman sengon, mahoni, dan jati dikarenakan tanaman-tanaman kayu tersebut memiliki daur finansial dan permintaan pasar yang baik. Hal ini sejalan dengan penelitian Hadi dan Napitupulu (2010) yang menyatakan bahwa, jati, mahoni, sengon, jabon, pinus, meranti, kemenyan, kemiri, gaharu, dan kayu manis sebagai tanaman investasi pendulang rupiah. Sementara itu untuk pemilihan jenis tanaman suren dilakukan, karena pohon suren memiliki fungsi ganda yaitu selain sebagai penghasil kayu juga sebagai anti hama bagi tanaman kehutanan (BPDAS 2010). Berdasarkan kondisi di atas dan hasil olah data, kegiatan penanaman yang dilakukan kelompok termasuk ke dalam kategori tinggi (81,4%), sebagaimana disajikan pada Tabel 2. Pemeliharaan Tanaman Pemeliharaan tanaman hutan rakyat termasuk ke dalam bagian sub sistem produksi. Kegiatan pemeliharaan tanaman yang dilakukan di KTH Girimukti antara lain: Kegiatan penyiangan, pendangiran, pemupukan, penjarangan, dan pemberantasan hama/penyakit. Dari data penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruh responden menyatakan sudah melakukan pemeliharaan tanaman sesuai dengan arahan dan kesepakatan bersama di dalam kelompok. Arahan yang dilakukan kelompok terkait pemeliharaan tanaman antara lain tentang frekuensi, dosis, serta cara pelaksanaannya.
23
Kegiatan penyiangan dilakukan tergantung kondisi lapangan. Umumnya pada umur satu hingga dua tahun disiangi sebanyak setahun dua kali, setelah umur dua tahun intensitas penyiangan dikurangi menjadi satu tahun sekali. Hal ini sejalan dengan penelitian Djajapertjunda (2003) yang menyatakan bahwa tanaman kayu yang masih muda harus dijaga dari gulma yang berlebihan seperti, semak dan alang-alang. Salah satu metode untuk mengurangi gulma adalah dengan menanam palawija yang tidak mengganggu, seperti kacang tanah, jagung, kedelai, kacang wijen, dan lain-lain. Pemeliharaan tanaman dengan melakukan penyiangan akan sangat membantu pertumbuhan tanaman kayu yang masih kecil. Kegiatan pendangiran yang bertujuan untuk menggemburkan sekaligus membersihkan lahan di sekitar tanaman yang dipelihara dilakukan setahun sekali dengan menggunakan cangkul dan garpu. Kegiatan pemupukan yang dilakukan anggota KTH Girimukti adalah dua kali setahun. Pemupukan pada tanaman yang masih kecil biasanya dilakukan dengan membuat lubang di sekitar tanaman lalu dimasukkan pupuknya sedangkan pada tanaman yang sudah besar, pupuk cukup ditabur saja. Jenis pupuk yang digunakan adalah Urea, TSP, dan NPK. Selain pupuk-pupuk kimia tersebut anggota juga lazim menggunakan pupuk kandang, seperti kotoran kambing. Pupuk kimia dapat diperoleh di pasar Desa Sidamulih yang terletak di tengah-tengah Desa Sidamulih. Penjarangan pohon yang dilakukan pada pohon milik anggota KTH Girimukti akan dijelaskan sebagai berikut: 1) pohon sengon umumnya dijarangi pada umur tiga tahun; 2) pohon mahoni dan jati umumnya dijarangi pada umur lima hingga tujuh tahun; dan 3) pohon suren hanya akan dijarangi apabila ada yang terkena penyakit berat. Hal ini dikarenakan jumlah pohon suren yang ditanam di lahan hutan rakyat anggota KTH Girimukti umumnya hanya dua hingga lima pohon saja. Jenis pepohonan yang dominan di hutan rakyat milik anggota KTH Girimukti adalah jenis sengon, jati, dan mahoni. Kelompok dibantu penyuluh kehutanan Kecamatan Pamarican juga telah mengadakan upaya pemeliharaan tanaman secara bersama, seperti mengadakan diskusi tentang penanggulangan hama ulat pada tanaman sengon. Anggota KTH Girimukti menggunakan pestisida pastak untuk menanggulangi hama ulat di luar permukaan pohon dan pestisida furadan untuk menanggulangi hama ulat di dalam
24
pohon. Furadan dapat dibeli seharga Rp 24.000,- per kemasan (2 kg). Kemudian untuk mengatasi masalah gulma, mereka menggunakan herbisida merek roundup yang dapat dibeli seharga Rp 65.000,- per liter. Berdasarkan kondisi di atas dan hasil olah data, kegiatan pemeliharaan tanaman yang dilakukan kelompok termasuk ke dalam kategori tinggi (89,5%), sebagaimana disajikan pada Tabel 2. Pemanenan Setelah pemeliharaan, kegiatan sub sistem produksi selanjutnya adalah pemanenan. Dari data penelitian menunjukkan bahwa kegiatan pemanenan sudah termasuk ke dalam tujuan kelompok, sehingga kelompok mengupayakan pemanenan yang semakin efektif. Sebagian besar responden menyatakan kelompok telah memberikan kemudahan bagi anggota untuk melakukan pemanenan, misalnya kelompok membantu anggota yang kesulitan untuk mengurus surat izin tebang. Sebagian besar responden menyatakan adanya kerja sama di antara sesama anggota KTH Girimukti dalam kegiatan pemanenan. Kelompok juga memfasilitasi penanaman kembali pada lahan bekas tebangan milik anggota. Hal ini didukung kuatnya minat masyarakat Desa Sidamulih untuk melestarikan lingkungan. Diniyati (2009) menyatakan bahwa, hampir tidak ada lahan kosong di Desa Sidamulih, sebagian besar lahan darat petani ditanami dengan tanaman kayu-kayuan. Sistem pemanenan hasil hutan rakyat yang dilakukan di KTH Girimukti umumnya adalah kelompok bermitra dengan penggergajian kayu di sekitar kelompok. Pada saat ini ada tiga penggergajian kayu yang dijadikan mitra kelompok. Keuntungan yang diperoleh kelompok adalah pihak penggergajian kayu akan memberikan bantuan materi secara cuma-cuma untuk memenuhi keperluan kelompok, misalnya pada saat ada kegiatan di kelompok, pihak penggergajian kayu akan memberikan bantuan dana atau barang agar acara tersebut dapat berlangsung lancar. Ukuran pohon yang ditebang untuk jenis sengon, mahoni, dan jati umumnya berdiameter 20–30 cm. Alat penebangan yang digunakan adalah tali tambang untuk mengarahkan jatuhnya pohon dan chainsaw untuk menebang pohon dan membagi batang. Dalam kegiatan penebangan, diperlukan 2 orang
25
pekerja dengan upah sebesar Rp 210.000,- per hari untuk dua orang pekerja. Teknik pengangkutan pohon dilakukan dengan menggunakan motor dan ada juga yang menggunakan tenaga manusia dengan cara dipikul. Efektivitas kayu yang diangkut menggunakan motor akan lebih tinggi daripada dipikul oleh buruh tani, namun pemilihan alat pengangkutan yang dilakukan berdasarkan beberapa pertimbangan, seperti pertimbangan ekonomi, sosial, dan lingkungan. Besarnya
upah
yang
dikeluarkan
untuk
kegiatan
pengangkutan
menggunakan motor adalah Rp 130.000,- per hari per motor, sedangkan untuk pengangkutan menggunakan tenaga manusia dengan cara dipikul adalah Rp 35.000,- per hari untuk satu orang pekerja. Pengangkutan pohon yang dilakukan di KTH Girimukti diangkut melewati jalan desa, apabila melintasi pekarangan orang lain sudah tidak perlu minta izin, hanya saja akan dikenakan ganti rugi jika merusak tanaman atau bangunan di atas pekarangan yang dilewati tersebut. Berdasarkan kondisi di atas dan hasil olah data, kegiatan pemanenan yang dilakukan kelompok termasuk ke dalam kategori sedang (61,7%), sebagaimana disajikan pada Tabel 2. 5.1.2 Sub Sistem Pengolahan Hasil Pengolahan hasil merupakan kegiatan untuk meningkatkan mutu produk yang dihasilkan pada sub sistem produksi. Dari data penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden merasakan manfaat kelompok dalam mengatasi masalah pengolahan hasil hutan rakyat, misalnya kelompok membangun komunikasi yang baik dengan penggergajian kayu yang sudah menjadi mitranya agar mengolah hasil hutan rakyat anggota dengan pelayanan yang memuaskan. Namun sebaiknya, keterlibatan petani semakin besar dalam pengolahan hasil produknya. Petani seharusnya mampu mengolah kayunya menjadi produk yang lebih berkualitas, seperti papan, balok, reng, kaso, dan bentuk hasil olahan lainnya secara mandiri. Hal ini sejalan dengan penelitian Hardjanto (2003) yang menyatakan bahwa keterlibatan petani hutan rakyat dalam pengolahan hasil hutan rakyatnya masih kecil. Pengolahan hasil umumnya masih didominasi oleh pelaku industri kecil dan industri besar.
26
Sebagian besar responden menyatakan adanya kerja sama di dalam kelompok dalam pengolahan hasil hutan rakyat, misalnya untuk kasus tertentu beberapa anggota bekerja sama mengolah kayunya menjadi papan dengan menggunakan chainsaw. Hal ini sejalan dengan penelitian Hardjanto (2003) yang menyatakan bahwa, petani hutan rakyat umumnya mampu membuat papan atau kaso dengan menggunakan peralatan sederhana seperti, kapak dan chainsaw baik untuk digunakan sendiri maupun untuk dijual. Hasil hutan rakyat anggota KTH Girimukti terdiri dari dua macam, yaitu hasil hutan kayu dan hasil hutan bukan kayu. Pengolahan hasil hutan kayu yang dilakukan oleh sebagian besar anggota KTH Girimukti adalah dengan menyerahkannya ke penggergajian kayu. Keterbatasan kemampuan kelompok untuk membangun industri kayu/hasil hutan dan latar belakang ekonomi anggota yang belum mendukung menjadi beberapa alasan sehingga kayu anggota diolahkan ke penggergajian kayu. Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik penggergajian kayu Dua Sekawan, yaitu sebuah penggergajian kayu yang terletak di sekitar Desa Sidamulih, sekaligus mitra KTH Girimukti menyebutkan bahwa kayu yang masuk ke penggergajian kayu ini terdiri dari: jati, mahoni, sengon, dan kayu rimba campuran. Jika tidak ada pesanan khusus maka log jati tidak akan diolah di penggergajian kayu ini karena pertimbangan analisis biaya usaha. Log jati akan dijual tanpa diolah ke pabrik yang lebih besar di Kota Surabaya dan Semarang. Sementara itu, jenis kayu yang lain akan diolah menjadi papan, reng, balok, palet, dan kaso. Apabila ada pemesanan akan dibuat juga kusen. Sebelum potongan pohon diolah di mesin penggergajian kayu yang disebut bensaw, maka dilakukan scalling dan grading ulang oleh pegawai penggergajian kayu. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menggergaji kayu di bensaw umumnya dua orang. Satu pekerja mendorong kayu ke bensaw dan satu lagi menarik kayu pada arah yang berhadapan. Namun jika kayu yang akan digergaji melebihi kekuatan si pendorong dan penarik kayu, maka digunakan alat bantu yang disebut lori, seperti yang disajikan pada Gambar 3. Lori berfungsi sebagai pembawa kayu besar ke mata bensaw. Lori biasanya didorong oleh dua orang atau lebih.
27
Setelah potongan pohon diolah maka akan dihasilkan papan, balok, reng, kaso, kayu sisa gergajian, dan serbuk gergaji. Seluruh hasil ini bermanfaat bagi pemilik penggergajian kayu walaupun sebenarnya kayu sisa gergajian dan serbuk gergaji adalah limbah pabrik. Rendemen sengon sebesar 70% dan mahoni 55%. Artinya dalam setiap 1 m³ sengon yang digergaji akan dihasilkan 0,7 m³ papan, reng, balok, atau kaso dan 0,3 m³ lagi limbah pabrik. Demikian halnya dengan mahoni, dalam setiap 1 m³ mahoni yang digergaji akan dihasilkan 0,55 m³ papan, reng, balok, atau kaso dan 0,45 m³ lagi limbah pabrik.
Gambar 3. Lori pada salah satu penggergajian kayu di Desa Sidamulih Hasil tanaman agroforestri di KTH Girimukti adalah kapulaga, kopi, jahe, dan pisang. Seluruh hasil tanaman agroforestri ini belum dapat diolah oleh anggota KTH, tetapi langsung dijual ke tengkulak di pasar Pamarican atau dikonsumsi sendiri. Produktivitas dari beberapa tanaman agroforestri tersebut dijelaskan pada Tabel 4 berikut. Tabel 4. Produktivitas tanaman agroforestri anggota KTH Girimukti Jenis Produktivitas kapulaga Satu rumpun kapulaga berumur 2 tahun dengan luasan 1 m2 menghasilkan 3 kg buah kapulaga kopi Satu pohon kopi mulai umur 2-3 tahun menghasilkan 0,5 kg buah kopi per tahun jahe Satu rumpun jahe berumur 9-12 bulan dengan luasan 1 m2 menghasilkan 0,5 kg jahe pisang Satu tanaman pisang menghasilkan 7,5 kg buah pisang per tahun Sumber: hasil wawancara dengan anggota KTH Girimukti
28
Tanaman agroforestri merupakan salah satu tanaman yang digunakan sebagai penutup permukaan tanah dari terpaan air hujan secara langsung, sehingga akan mengurangi laju erosi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Muslich dan Krisdianto (2006), yang menyatakan bahwa sistem agroforestri pada hutan rakyat telah mampu mencegah erosi dan banjir serta meningkatkan kesuburan lahan dan upaya konservasi sumber air. Berdasarkan kondisi di atas dan hasil olah data, sub sistem pengolahan hasil yang dilakukan kelompok termasuk ke dalam kategori sedang (52,5%), sebagaimana disajikan pada Tabel 2. 5.1.3 Sub Sistem Pemasaran Hasil Setelah kegiatan pengolahan hasil, kegiatan selanjutnya dalam pengelolaan hutan rakyat adalah pemasaran hasil. Dari data penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan anggota lebih terarahkan untuk memasarkan kayunya. Hal ini disebabkan kelompok telah menjalin kerjasama dengan beberapa penggergajian kayu di Desa Sidamulih yang juga merupakan salah satu tempat pemasaran kayu anggota. Kegiatan pemasaran hasil sudah dimasukkan ke dalam tujuan kelompok, sehingga kelompok akan mengupayakan pemasaran hasil yang semakin efektif. Sebagian besar responden menyatakan adanya kerjasama di dalam kelompok dalam pemasaran hasil hutan rakyat, misalnya sesama anggota KTH saling membantu untuk memberikan informasi harga dan hal lain yang dapat mempercepat bahkan meningkatkan nilai kayu tersebut di pasar. Saluran pemasaran pohon/kayu yang ada di KTH Girimukti pada umumnya adalah anggota/petani hutan rakyat menjual kayunya ke penggergajian kayu yang sudah menjadi mitra kelompok, kemudian dari penggergajian kayu, dilanjutkan ke pembeli kedua/berikutnya. Pembeli kedua/berikutnya adalah pabrik kayu yang lebih besar seperti pabrik kayu yang berada di Kota Surabaya, Semarang, Banjar, Tegal, dan Bekasi. Selain pabrik kayu yang lebih besar, pembeli kedua/berikutnya juga merupakan pembeli yang datang langsung ke industri penggergajian kayu untuk membeli produk secara borongan atau eceran, seperti papan, balok, reng, kaso, palet, dan lain-lain.
29
Selain dijual ke penggergajian kayu, sebagian anggota ada yang menjual pohonnya secara borongan ke tengkulak. Hal ini sejalan dengan penelitian tentang petani hutan rakyat yang dilakukan Andayani (2003) yang menyatakan bahwa penjualan pohon/kayu oleh petani di beberapa kecamatan di wilayah Kabupaten Wonosobo masih dijual dalam bentuk pohon berdiri. Hasil hutan bukan kayu digunakan sendiri untuk kebutuhan pribadi atau ada juga yang menjualnya ke tengkulak yang berada di pasar Kecamatan Pamarican tanpa diolah terlebih dahulu. Dengan demikian, pada saluran pemasaran hasil, posisi petani hutan rakyat masih lemah. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Hardjanto (2003) yang menyatakan bahwa, lembaga perantara (pedagang penebas, pedagang pengumpul, pedagang besar, dan industri) merupakan pihak yang lebih diuntungkan dalam saluran pemasaran hasil hutan rakyat. Sementara petani, masih berada pada posisi yang lemah. Kegiatan penggergajian kayu akan menghasilkan limbah berupa sebetan kayu dan serbuk gergaji, seperti yang disajikan pada Gambar 4. Limbah berupa sebetan kayu dimanfaatkan oleh pembeli sebagai bahan bakar industri gula nira kelapa. Harga sebetan kayu sengon per pick up atau setara dengan 4 m³ adalah Rp 50.000,- sedangkan untuk mahoni dihargai sebesar Rp 100.000,-. Sementara itu limbah penggergajian kayu berupa serbuk gergaji dimanfaatkan sebagai bahan bakar pembuatan tempe dan tahu. Selain itu digunakan juga sebagai media pertumbuhan jamur. Setiap karung serbuk gergaji dihargai sebesar Rp 2.500,-.
Gambar 4. Limbah penggergajian kayu berupa sebetan kayu (kiri) dan serbuk gergaji (kanan)
30
Seluruh limbah kehutanan ini laku terjual di Desa Sidamulih dan desa-desa di sekitar Desa Sidamulih. Berdasarkan kondisi di atas dan hasil olah data, sub sistem pemasaran hasil yang dilakukan kelompok termasuk ke dalam kategori sedang (55%), sebagaimana disajikan pada Tabel 2. 5.2 Dinamika KTH Girimukti 5.2.1 Karakteristik KTH Girimukti Sejarah KTH Girimukti dibentuk untuk memperbaiki kehidupan ekonomi petani hutan rakyat di Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis. Keadaan ini didukung oleh potensi hutan rakyat di Desa Sidamulih yang sangat besar disebabkan minat masyarakat yang tinggi dalam menanam pohon. Hal ini sejalan dengan penelitian Diniyati (2009) yang menyatakan bahwa hampir seluruh lahan kosong di Desa Sidamulih telah ditanami pepohonan dan tanaman agroforestri. Tujuan umum dibentuknya KTH Girimukti adalah “meningkatkan kerjasama petani dalam melakukan kegiatan pengelolaan hutan rakyat”. Tujuan khususnya adalah: 1) meningkatkan pengetahuan dan keterampilan anggota dalam bertani; 2) meningkatkan pendapatan keluarga anggota; dan 3) memupuk kerjasama anggota dalam pemenuhan sarana produksi dan pemasaran hasil produksi. Struktur Anggota KTH Girimukti adalah petani hutan rakyat yang mengajukan diri sebagai anggota dan berdomisili di Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis. Sampai saat ini anggota KTH Girimukti telah mencapai 84 orang. KTH Girimukti memiliki ketua, sekretaris, dan bendahara. Pembagian tugas ke tingkat seksi-seksi dalam kegiatan pengelolaan hutan rakyat dilakukan apabila ada pembentukan kepanitian sesuai dengan kebutuhan anggota. Misalnya, pada kegiatan pemeliharaan tanaman dan kegiatan persiapan bibit. Pada kegiatan pemeliharaan tanaman, belakangan ini dibentuk panitia yang mengurusi program
31
pembuatan pupuk organik/kompos oleh KTH Girimukti. Pada kegiatan persiapan bibit, KTH Girimukti membentuk panitia penerimaan bantuan bibit. Program dan Kegiatan yang Pernah Dilakukan Program kerja KTH Girimukti untuk saat ini antara lain, melakukan pertemuan rutin sebulan sekali, membuat pupuk organik/kompos tiga bulan sekali dalam jumlah yang besar untuk kebutuhan anggota kelompok dan untuk diperjualbelikan, menjalankan usaha peminjaman alat pengaduk semen (mesin molen) untuk menambah pemasukan kelompok, dan menyelesaikan proyekproyek insidental yang datang dari pemerintah Desa Sidamulih, BP3K Kecamatan Pamarican, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Ciamis, dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat. Kelompok telah melakukan beberapa upaya untuk meningkatkan kualitas pengelolaan hutan rakyat anggota. Salah satunya adalah peningkatan kualitas bibit anggota yang dilakukan melalui penerimaan bantuan bibit sengon pada tahun 2010 dan tahun 2011, sebagaimana disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Kegiatan yang pernah dilakukan KTH Girimukti Jenis Kegiatan Jumlah Periode - Bantuan bibit cengkeh 1200 bibit 2002
-
Bantuan pemeliharaan cengkeh
-
Membeli mesin pembuat pupuk organic Bantuan bibit kapulaga
-
-
Bantuan bibit mahoni dan sengon
pupuk dan sprayer (alat penyiram bibit di lokasi persemaian) 1unit
2002
2006
Rp 30 juta
2010
25.000 bibit
2010
Sumber Dana Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Ciamis Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Ciamis Kas KTH Girimukti Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Ciamis
32
Tabel 5. Kegiatan yang pernah dilakukan KTH Girimukti (Lanjutan) Jenis Kegiatan Jumlah Periode Sumber Dana - Bantuan bibit sengon 10.000 bibit 2011 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Ciamis - Pembuatan pupuk Kondisional 3 bulan Kas KTH organic sekali Girimukti - Usaha peminjaman alat 1 unit Setiap hari Kas KTH pengaduk semen Girimukti - Pertemuan/rapat Sering Minimal 1 Kas KTH bulan sekali Girimukti - Mengelola lahan 0,14 hektar 2012 Pemerintah pemberian Pemerintah Desa Sidamulih Desa Sidamulih ke KTH Girimukti untuk kegiatan hutan rakyat secara bersama di dalam kelompok Sumber: data sekunder KTH Girimukti
Fasilitas Kelompok Kelompok memiliki beberapa fasilitas, antara lain mesin pembuat pupuk organik/kompos, mesin pengaduk semen, sprayer (alat penyiram bibit di lokasi persemaian), dan saung kelompok yang letaknya di sekitar rumah ketua KTH Girimukti. Kelompok juga memiliki persemaian, namun untuk saat ini tidak difungsikan dengan optimal. KTH Girimukti merupakan kelompok yang sangat berjasa melestarikan lingkungan di Desa Sidamulih, kelompok ini pernah meraih penghargaan dari presiden RI di bidang lingkungan. Dalam rangka meningkatkan motivasi pengurus, setiap akhir tahun pengurus mendapatkan insentif dari sisa hasil tutup buku kas kelompok. 5.2.2 Karakteristik Anggota KTH Girimukti Karakteristik contoh anggota KTH Girimukti (responden) yang diamati meliputi: usia anggota, tingkat pendidikan, pekerjaan utama dan sampingan, ukuran keluarga, masa keanggotaan, pendapatan dan pengeluaran keluarga, serta luas kepemilikan lahan yang akan dijelaskan sebagai berikut.
33
Usia Berdasarkan data yang diperoleh, umur responden paling banyak berada pada selang (41-49) tahun (40%) dengan sebaran usia antara 29-60 tahun dan ratarata usia 43,9 tahun, seperti yang disajikan pada Tabel 6. Mengacu pada Statistik Indonesia (2006) usia di bawah 15 tahun umunya dianggap belum produktif dan di atas 65 tahun sudah tidak produktif lagi karena sudah melewati usia pensiun (56 tahun). Sebagian besar jumlah anggota KTH Girimukti berada pada usia produktif sehingga diharapkan dapat meningkatkan kemandirian. Tabel 6. Distribusi responden berdasarkan usia Usia (tahun) 1. 20-40 2. 41-49 3. 50-59 4. ≥ 60 Total
N 9 12 8 1 30
% 30,00 40,00 26,67 3,33 100,00
Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan responden paling banyak (70%) hanya sampai tingkat Sekolah Dasar (SD), dan sebanyak 13,33% menamatkan SMP, serta 3,33% menamatkan perguruan tinggi, seperti yang disajikan pada Tabel 7. Tingkat pendidikan formal bukanlah satu-satunya faktor yang berpengaruh positif terhadap kegiatan pengelolaan hutan rakyat, karena petani dapat menambah pengetahuan atau keterampilan melalui pendidikan non formal seperti pelatihan dan penyuluhan (Witantriasti 2010). Tabel 7. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan Tingkat Pendidikan 1. Sekolah Dasar (SD) 2. Sekolah Menengah Pertama (SMP) 3. Sekolah Menengah Atas (SMA) 4. Perguruan Tinggi Total
N 21 4 4 1 30
% 70,00 13,33 13,33 3,33 100,00
Pekerjaan Jenis pekerjaan utama responden paling banyak (63,33%) sebagai petani dan terdapat 23,33% buruh tani, sisanya pedagang, dan lain-lain (guru SD dan perangkat desa). Sebanyak 50% responden tidak memiliki pekerjaan sampingan. Sementara itu, jenis pekerjaan sampingan responden paling banyak (20%) adalah
34
buruh tani dan sisanya petani, buruh bangunan, pedagang, dan lain-lain (buruh pabrik, supir, dan pengurus PNPM), seperti yang disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Distribusi responden berdasarkan jenis pekerjaan utama dan pekerjaan sampingan Pekerjaan N % Pekerjaan Utama 1. Petani 19 63,33 2. Buruh Tani 7 23,33 3. Pedagang 2 6,67 4. Lain-lain (Guru SD, Perangkat Desa) 2 6,67 Total 30 100,00 Pekerjaan Sampingan 1. Tidak Ada Pekerjaan Sampingan 15 50,00 2. Petani 3 10,00 3. Buruh Tani 6 20,00 4. Buruh Bangunan 2 6,67 5. Pedagang 1 3,33 6. Lain2 (Buruh Pabrik,Supir, Pengurus PNPM) 3 10,00 Total 30 100,00 Ukuran Keluarga Menurut BKKBN (1998), pengelompokan besar rumah tangga keluarga dikelompokkan sebagai berikut: 1) keluarga kecil (≤ 4 orang); 2) keluarga sedang (5-7 orang); dan 3) keluarga besar (> 7 orang). Ukuran keluarga responden paling banyak (93,33%) tergolong keluarga kecil dan sisanya keluarga sedang, seperti yang disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Distribusi responden berdasarkan ukuran keluarga Ukuran Keluarga 1. Keluarga Kecil (≤ 4 orang) 2. Keluarga Sedang (5-7 orang) 3. Keluarga Besar (> 7 orang) Total
N 28 2 0 30
% 93,33 6,67 0,00 100,00
Masa Keanggotaan Salah satu bentuk pemeliharaan kelompok adalah adanya upaya mendapatkan anggota baru. Hal ini menyebabkan adanya perbedaan masa keanggotaan kelompok. Masa keanggotaan responden didominasi (90%) oleh anggota yang baru bergabung ≤ 5 tahun, seperti yang disajikan pada Tabel 10.
35
Tabel 10. Distribusi responden berdasarkan masa keanggotaan Masa Keanggotaan N 1. ≤ 5 tahun 27 2. 6-10 tahun 1 3. > 10 tahun 2 Total 30
% 90,00 3,33 6,67 100,00
Pendapatan Pendapatan adalah sejumlah dana yang dihasilkan responden per bulan yang dinilai dalam bentuk uang. Sebanyak 50% responden memiliki jumlah pendapatan per bulan sebesar >Rp 800.000,- sampai Rp 1.600.000,-. Namun ada 10% responden yang memiliki pendapatan di atas Rp 3.200.000,- seperti yang disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Distribusi responden berdasarkan pendapatan per bulan Pendapatan (Rp) N 1. ≤ 800.000 8 2. > 800.000 – 1.600.000 15 3. > 1.600.000 – 2.400.000 3 4. > 2.400.000 - 3.200.000 1 5. > 3.200.000 3 Total 30
% 26,67 50,00 10,00 3,33 10,00 100,00
Pengeluaran Pengeluaran adalah sejumlah dana yang dikeluarkan responden per bulan yang dinilai dalam bentuk uang. Sebanyak 63,33% responden memiliki jumlah pengeluaran per bulan sebesar >Rp 500.000,- sampai Rp 1.000.000,-. Namun ada 6,67% responden yang memiliki pengeluaran di atas Rp 1.500.000,- seperti yang disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. Distribusi responden berdasarkan pengeluaran per bulan Pengeluaran (Rp) N 1. ≤ 500.000 3 2. > 500.000 – 1.000.000 19 3. > 1.000.000 – 1.500.000 6 4. > 1.500.000 2 Total 30
% 10,00 63,33 20,00 6,67 100,00
Luas Kepemilikan Lahan Luas kepemilikan lahan responden sebagian besar (63,33%) seluas (>0,10–0,50) hektar. Namun ada 3,33% responden yang memiliki luas
36
kepemilikan lahan lebih besar dari 1 hektar, seperti yang disajikan pada Tabel 13. Hal ini sejalan dengan penelitian Hardjanto (2003) yang menyatakan bahwa luasan hutan rakyat yang dimiliki oleh petani kecil, menengah, maupun besar, sebagian besar relatif sempit (kurang dari 1 hektar). Tabel 13. Distribusi responden berdasarkan luas kepemilikan lahan Luas Lahan (hektar) N 1. ≤ 0,10 4 2. > 0,10 – 0,50 19 3. > 0,50 – 1,00 6 4. > 1,00 1 Total 30
% 13,33 63,33 20,00 3,33 100,00
5.2.3 Unsur dinamika KTH Unsur-unsur dinamika kelompok yang diteliti terdiri dari: 1) tujuan kelompok; 2) struktur kelompok; 3) fungsi tugas kelompok; 4) pembinaan dan pemeliharaan kelompok; 5) kekompakan kelompok; 6) suasana kelompok; 7) tekanan kelompok; dan 8) efektivitas kelompok. Komponen-komponen ini memiliki hubungan dalam mencapai tujuan kelompok secara efektif. Skor dinamika KTH yang diteliti dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Skor dinamika kelompok Dimensi Dinamika Kelompok 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Tujuan Kelompok Struktur Kelompok Fungsi Tugas Kelompok Pembinaan dan Pemeliharaan Kelompok Kekompakan Kelompok Suasana Kelompok Tekanan Kelompok Efektivitas Kelompok Total
Persentase (%)* 86,2 85,1 86,3 81,6 88,4 84,0 79,2 81,5 84,0
Kategori Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
Keterangan: * Persentase pencapaian skor rataan terhadap skor maksimum
Tujuan Kelompok Tujuan kelompok yang dimiliki oleh KTH Girimukti dapat dijelaskan sebagai berikut: Ada 2 sub indikator yang digunakan untuk melihat tujuan
37
kelompok, yaitu: 1) sifat dan kejelasan tujuan kelompok dan 2) kesesuaian rencana kerja dengan keinginan dan kebutuhan anggota kelompok. Kelompok sudah merumuskan tujuan bersama secara tertulis. Sebagian besar responden menyatakan bahwa tujuan kelompok ditetapkan melalui musyawarah dan sudah dipahami oleh anggota. Tujuan umum dibentuknya KTH Girimukti adalah meningkatkan kerja sama petani dalam melakukan kegiatan pengelolaan hutan rakyat. Tujuan khususnya adalah: meningkatkan pengetahuan dan keterampilan anggota dalam bertani, meningkatkan pendapatan keluarga anggota dan memupuk kerja sama anggota dalam pemenuhan sarana produksi dan pemasaran hasil produksi. Dengan demikian, KTH Girimukti akan lebih dinamis. Hal ini sesuai dengan penelitian Yunasaf (2008) yang menyatakan bahwa, kelompok tani yang memiliki tujuan yang lebih spesifik akan mendorong kedinamisan kelompok tani tersebut. Kelompok telah memiliki rencana kerja dan rencana kebutuhan yang sejalan dan sesuai dengan keinginan anggota. Sebagian besar responden menyatakan rencana kerja dan rencana kebutuhan merupakan keinginan para anggota. Program kelompok sebagaimana dijelaskan sebelumnya telah ada dan telah berjalan, salah satunya adalah kegiatan pemeliharaan tanaman yaitu membentuk usaha pembuatan pupuk organik/kompos setiap tiga bulan sekali. Kegiatan yang terjadwal telah diketahui oleh sebagian besar anggota, terbukti dari data penelitian hampir seluruh responden menyatakan bahwa penetapan waktu kegiatan telah ditetapkan bersama kelompok. Kebutuhan kelompok dipenuhi berdasarkan skala prioritas yang diputuskan bersama di dalam musyawarah, terbukti dari data penelitian, sebagian besar responden menyatakan kelompok memiliki daftar kebutuhan yang ingin dipenuhi untuk menjamin kemajuan kelompok. Pada saat ini kelompok telah memenuhi kebutuhan anggota dalam hal penyediaan saung, alat pembuatan pupuk kompos, dan alat pengaduk semen yang disewakan kepada masyarakat yang membutuhkan dan menjadi uang masuk kas kelompok. Berdasarkan kondisi tersebut dan hasil olah data, tujuan kelompok yang dimiliki oleh KTH Girimukti termasuk ke dalam kategori tinggi (86,2%), seperti yang disajikan pada Tabel 14.
38
Struktur Kelompok Struktur kelompok yang dimiliki oleh KTH Girimukti dapat dijelaskan sebagai berikut: Ada 3 sub indikator yang digunakan untuk melihat struktur kelompok, yaitu: 1) struktur pengambilan keputusan di dalam kelompok; 2) struktur tugas di dalam kelompok; dan 3) struktur komunikasi. Kelompok memiliki struktur pengambilan keputusan yang jelas, terbukti dari data penelitian sebagian besar responden menyatakan semua anggota kelompok memiliki kesempatan yang sama dalam proses pengambilan keputusan di dalam kelompok. Salah satunya yaitu pembuatan pupuk organik yang merupakan hasil kesepakatan bersama di dalam kelompok. Pengurus sering berinteraksi dengan anggota pada kegiatan rutin maupun kegiatan insidental dalam hal pelaksanaan perannya di dalam kelompok, seperti pada kegiatan penerimaan bantuan bibit sengon pada tahun 2011 yang lalu. Hal ini dibuktikan dari temuan, hampir seluruh responden menyatakan sering berinteraksi dengan pengurus kelompok, mulai dari ketua, sekretaris, dan bendahara kelompok. Kelompok sudah mengadakan pembagian tugas dengan jelas. Sebagai contoh, sekretaris kelompok memiliki tugas tertentu dan tidak mengurusi tugas ketua jika tidak dibutuhkan, demikian sebaliknya dengan ketua. Hal ini sejalan dengan temuan, sebagian besar responden menyatakan setiap anggota termasuk pengurus telah mendapatkan serta memahami peran/tugas masing-masing di dalam kelompok. Salah satu peran ketua kelompok adalah menjalin komunikasi dengan pihak luar seperti pemerintah Kabupaten Ciamis terkait usaha pengelolaan hutan rakyat. Sehingga KTH Girimukti sering mengikuti kegiatan di luar kelompok maupun dikunjungi oleh pihak lain. Berdasarkan informasi dari pengurus kelompok, pada tahun 2004 KTH Girimukti dikunjungi oleh Pemda Provinsi Lampung terkait usaha pengelolaan hutan rakyat. KTH Girimukti terus menjaga kekuatannya secara struktural dengan melakukan komunikasi yang efektif. Hal ini sejalan dengan temuan, sebagian besar responden menyatakan kelompok selalu mengadakan pertemuan rutin minimal sebulan sekali sehingga ada komunikasi di antara pengurus dan anggota.
39
Berdasarkan kondisi tersebut dan hasil olah data, struktur kelompok yang dimiliki oleh KTH Girimukti termasuk ke dalam kategori tinggi (85,1%), seperti yang disajikan pada Tabel 14. Fungsi Tugas Kelompok Fungsi tugas kelompok yang dimiliki oleh KTH Girimukti dapat dijelaskan sebagai berikut: Ada 3 sub indikator yang digunakan untuk melihat fungsi tugas kelompok, yaitu: 1) pemberian kepuasaan/kemudahan dalam berkelompok; 2) proses mendapatkan dan penyebaran informasi di dalam kelompok; dan 3) pemberian penjelasan oleh kelompok. Kelompok memberikan kemudahan dalam memperoleh bibit, kemudahan memperoleh informasi mengenai pemeliharaan tanaman, dan kemudahan dalam sub sistem pemasaran melalui mitra kelompok yaitu penggergajian kayu yang berada di sekitar Desa Sidamulih. Hal ini sejalan dengan temuan, sebagian besar responden menyatakan kelompok telah berhasil memberikan kemudahan dan manfaat kepada anggota-anggotanya dalam pengelolaan hutan rakyat. Sebagian besar responden menyatakan, kelompok juga memotivasi anggota untuk melaksanakan tugas dan perannya sebagai anggota dan pengurus. Hal ini dilakukan misalnya dengan memberikan insentif kepada pengurus pada akhir tahun dan memberikan gambaran keuntungan yang besar bagi anggota jika mengelola hutan rakyatnya dengan baik, seperti menerapkan daur serta jarak tanam. Selain itu, hampir seluruh responden menyatakan, kelompok telah berusaha memberikan solusi terbaik terhadap masalah-masalah yang dialami dalam kelompok. Solusi tentang permasalahan tata batas lahan milik anggota diselesaikan dengan musyawarah dan solusi masalah penyaradan pohon yang melintasi lahan milik anggota lain diselesaikan dengan ganti rugi terhadap kerusakan yang terjadi pada lahan milik yang dilewati. Kelompok telah menjalin komunikasi yang efektif dengan pemerintah daerah, misalnya dengan BP3K Kecamatan Pamarican, sehingga anggota mendapatkan banyak informasi tentang pengelolaan hutan rakyat. Selain itu, kelompok juga menggunakan sarana-sarana komunikasi kelompok, seperti undangan, papan pengumuman, pertemuan, rapat, dan lain-lain dalam penyebaran
40
informasi. Hal ini sejalan dengan data penelitian, sebagian besar responden menyatakan informasi baru hampir selalu tersosialisasi dengan cepat dan tepat kepada seluruh anggota kelompok. Kelompok berusaha menjelaskan usaha-usaha yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan kelompok, misalnya menjelaskan perlunya kerjasama kelompok dalam usaha pemupukan dana (modal) kelompok, pengadaan sarana produksi, dan kegiatan pemasaran hasil secara bersama-sama. Berdasarkan kondisi tersebut dan hasil pengolahan data, fungsi tugas kelompok yang dimiliki oleh KTH Girimukti termasuk ke dalam kategori tinggi (86,3%), seperti yang disajikan pada Tabel 14. KTH Girimukti harus tetap mempertahankan fungsi dan tugasnya bahkan kalau perlu ditingkatkan melalui pelatihan kepemimpinan bagi pengurus kelompok. Pelayanan yang baik kepada anggota kelompok akan meningkatkan kepuasan anggota, sehingga anggota akan merasa memiliki kelompok (Muhsinin 2000). Pembinaan dan Pemeliharaan Kelompok Pembinaan dan pemeliharaan kelompok yang dilakukan oleh KTH Girimukti dapat dijelaskan sebagai berikut: Ada 4 sub indikator yang digunakan untuk melihat pembinaan dan pemeliharaan kelompok, yaitu: 1) upaya kelompok dalam menumbuhkan aktivitas; 2) upaya kelompok dalam menyediakan fasilitas; 3) penciptaan norma kelompok; dan 4) upaya mendapatkan anggota baru. Kegiatan yang dilaksanakan kelompok telah sesuai dengan kebutuhan anggota. Sebagaimana disampaikan pada bagian tujuan kelompok, anggota selalu dilibatkan dalam musyarawah yang menyangkut kepentingan bersama termasuk pelaksanaan kegiatan kelompok. Hal ini sejalan dengan temuan, sebagian besar responden merasa butuh dan selalu hadir dalam kegiatan kelompok. Hal ini dikarenakan penentuan kegiatan berdasarkan keinginan bersama. Anggota tidak hanya hadir ketika ada bantuan, namun ketika ada masalahpun anggota tetap peduli terhadap kelompok. Kelompok telah berupaya dalam menyediakan fasilitas kelompok. Sebagian besar responden menyatakan, kelompok telah menyediakan berbagai kemudahan bagi anggota, seperti tempat penampungan sementara hasil usaha para
41
anggota, saung (tempat pertemuan), bantuan bibit dan pupuk, serta fasilitas lainnya yang bertujuan untuk membina dan memelihara fungsi kelompok. Selain itu, kelompok juga telah membuat ketentuan yang berfungsi untuk memelihara kehidupan berkelompok, misalnya membuat aturan tentang syarat-syarat keanggotaan dalam kelompok dan membuat ketentuan pertemuan rutin kelompok. Kelompok terus berupaya melakukan regenerasi keanggotaan secara berkala. Sosialisasi kelompok ke masyarakat dilakukan melalui rapat desa dan ajakan langsung baik oleh pengurus maupun anggota kepada masyarakat Desa Sidamulih yang belum bergabung menjadi anggota KTH Girimukti. Upaya ini terbukti membuahkan hasil dilihat dari adanya peningkatan jumlah anggota kelompok pada beberapa periode belakangan ini, seperti dijelaskan pada bagian masa keanggotaan. Berdasarkan kondisi tersebut dan hasil olah data, pembinaan dan pemeliharaan kelompok yang dimiliki oleh KTH Girimukti termasuk ke dalam kategori tinggi (81,6%), seperti yang disajikan pada Tabel 14. Upaya peningkatan peran kelompok dalam membuat ketentuan yang mengatur harga sarana produksi dan upaya kelompok membuat model kerjasama yang lebih baik dengan pihak lain masih perlu dilakukan dalam pembinaan dan pemeliharaan kelompok. Dengan demikian anggota akan semakin senang berada dalam kelompok (Santosa 2006). Kekompakan Kelompok Kekompakan kelompok yang dimiliki oleh KTH Girimukti dapat dijelaskan sebagai berikut: Ada 3 Sub indikator yang digunakan untuk melihat kekompakan kelompok, yaitu: 1) kepemimpinan kelompok; 2) nilai tujuan kelompok; dan 3) kerukunan dan kerjasama kelompok. Dalam hal kepemimpinan kelompok, hasil penelitian menunjukkan hampir seluruh responden menyatakan pengurus mampu mengorganisir kelompok dengan baik. Pengurus bertanggung jawab karena terpilih melalui musyawarah dan mufakat. Hal ini menunjukkan telah terbentuk kekompakan kelompok dalam menjalankan peran/tugas masing-masing. Dalam hal nilai tujuan kelompok, sebagian besar responden menyatakan, tujuan kelompok sangat bernilai bagi mereka dan akan diusahakan agar tujuan
42
tersebut dapat tercapai. Kemudian dalam hal kerukunan dan kerjasama kelompok, yaitu sebagian besar responden menyatakan sudah terjalin kerjasama yang bagus di antara anggota, di antara pengurus serta di antara pengurus dan anggota. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan fungsi dan efektivitas kelompok. Berdasarkan kondisi tersebut dan hasil olah data, kekompakan kelompok yang dimiliki oleh KTH Girimukti termasuk ke dalam kategori tinggi (88,4%), seperti yang disajikan pada Tabel 14. Suasana Kelompok Suasana kelompok yang dimiliki oleh KTH Girimukti dapat dijelaskan sebagai berikut: Ada 2 sub indikator yang digunakan untuk melihat suasana kelompok, yaitu: 1) interaksi di dalam kelompok dan 2) lingkungan fisik kelompok. Dalam hal interaksi di dalam kelompok, sebagian besar responden menyatakan suasana dalam setiap pertemuan berlangsung tertib dan lancar. Hal ini diperjelas dengan keterangan sekretaris kelompok yang menyatakan keseriusan anggota dan pengurus dalam mengikuti pertemuan, mulai dari pertemuan rutin kelompok sampai pada pelatihan pengelolaan hutan rakyat selalu dibuatkan daftar hadir dan dihadiri oleh sebagian besar anggota. Anggota KTH Girimukti merasakan kekeluargaan dalam kelompok. Hal ini berhubungan dengan kondisi sosial di Desa Sidamulih yang masih sangat menjaga tradisi kebersamaan dan gotong royong. Hal ini sejalan dengan penelitian Kusumawati (2006) yang menyatakan bahwa, suasana kelompok dapat berupa rasa kekeluargaan, setia kawan, saling mewaspadai, sikap saling menerima apa adanya, dan sebagainya. Dalam hal lingkungan fisik kelompok, sebagian besar responden menyatakan bahwa wilayah pelayanan kelompok terletak tidak jauh dari rumah/tempat tinggal anggota. Hal ini sangat penting untuk meningkatkan efektivitas kelompok. Saung dan lokasi persemain kelompok yang letaknya berada di tengah-tengah Desa Sidamulih (anggota KTH Girimukti) diharapkan dapat mempercepat akses pelayanan terhadap anggota kelompok. Sekretariat KTH Girimukti juga dekat dengan sarana umum seperti kantor Desa Sidamulih dan pasar Desa Sidamulih. Jalan raya yang menghubungkan Desa Sidamulih dengan
43
pusat kecamatan juga relatif bagus. Berdasarkan kondisi tersebut dan hasil olah data, suasana kelompok yang dimiliki oleh KTH Girimukti termasuk ke dalam kategori tinggi (84%), seperti yang disajikan pada Tabel 14. Tekanan Kelompok Tekanan kelompok yang dimiliki oleh KTH Girimukti dapat dijelaskan sebagai berikut: Sebagian besar responden menyatakan adanya tekanan kelompok dari pihak luar kelompok, misalnya kelompok selalu mendapat pengawasan dari pemerintah daerah melalui BP3K Kecamatan Pamarican yang mengunjungi kelompok secara periodik dan insidental, baik itu memberikan pelatihan maupun mengawasi kegiatan proyek yang dilakukan kelompok. Kelompok juga pernah dikunjungi pihak lain sebagai acuan dalam pengelolaan hutan rakyat. Sebagaimana diinformasikan sebelumnya bahwa pada tahun 2004 Pemda Provinsi Lampung mengadakan studi banding tentang pengelolaan hutan rakyat ke Desa Sidamulih dan ke KTH Girimukti. Hal ini tentunya akan menjadi tekanan bagi kelompok untuk meningkatkan kinerjanya. Berdasarkan kondisi tersebut dan hasil olah data, tekanan kelompok yang dimiliki oleh KTH Girimukti termasuk ke dalam kategori tinggi (79,2%), seperti yang disajikan pada Tabel 14. Kelompok perlu melakukan beberapa kegiatan yang akan memberikan tekanan dari dalam kelompok. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, kelompok belum pernah memberikan penghargaan bagi anggota yang berdedikasi tinggi pada kelompok. Penerapan sanksi bagi anggota yang pasif atau lalai dalam mengerjakan peran/tugasnya juga sering tidak diterapkan karena merasa sungkan terhadap pelanggar. Efektivitas Kelompok Efektivitas kelompok yang dimiliki oleh KTH Girimukti dapat dijelaskan sebagai berikut: Ada 3 sub indikator yang digunakan untuk melihat efektivitas kelompok, yaitu: 1) tingkat peran serta anggota dalam kegiatan kelompok; 2) tingkat keberhasilan kegiatan kelompok; dan 3) moral anggota kelompok. Dalam hal tingkat peran serta anggota dalam kegiatan kelompok, sebagian besar responden menyatakan mereka selalu berperan serta dalam kegiatan rutin
44
kelompok, beberapa anggota juga diikut sertakan dalam kegiatan di luar kelompok sebagai perwakilan kelompok, misalnya pertemuan di tingkat kabupaten. Selain itu, sebagian besar responden menyatakan bertanggung jawab atas terlaksananya kegiatan pertemuan berkala maupun pertemuan lainnya yang diselenggarakan oleh kelompok. Dalam hal tingkat keberhasilan kegiatan kelompok, sebagian besar responden menyatakan pertemuan yang diadakan kelompok baik rutin maupun insidental dapat dikatakan selalu berlangsung tertib dan lancar, seperti yang dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Kegiatan pertemuan anggota KTH Girimukti Kemudian dalam hal moral anggota kelompok, sebagian besar responden menyatakan bahwa manfaat kelompok bagi mereka adalah sebagai tempat bergaul dan belajar bersama, khususnya dalam kegiatan pengelolaan hutan rakyat. Selain itu, sebagian besar responden menyatakan bahwa mereka sangat peduli terhadap perkembangan kelompok dan merasa bangga atas keberhasilan dan prestasi kelompok yang dicapai selama ini. Berdasarkan kondisi tersebut dan hasil olah data, efektivitas kelompok yang dimiliki oleh KTH Girimukti termasuk ke dalam kategori tinggi (81,5%), seperti yang disajikan pada Tabel 14. 5.2.4 Hubungan dinamika KTH dengan pengelolaan hutan rakyat Hubungan antara unsur-unsur dinamika KTH dengan pengelolaan hutan rakyat, yang terdiri dari sub sistem produksi, sub sistem pengolahan hasil, dan sub sistem pemasaran hasil dapat dilihat pada Tabel 15.
45
Tabel 15. Hubungan dinamika kelompok dengan pengelolaan hutan rakyat Produksi PS PHR PH PL PB PN PT PM Tot ,227 TUJ ,230 ,377** ,455** ,406** ,442** ,339* ,409** ,368** STR ,032 -,060 -,013 ,215 -,048 ,031 ,069 -,192 -,011 ,282 ,302 ,282 FGS ,448** ,435** ,312* ,404** ,393** ,435** * ** *** *** ** *** ,351 ,301 ,251 BIN ,470 ,482 ,430 ,464 ,403 ,414** ** -,029 ,103 -,092 -,224 ,005 -,134 -,025 ,265 KPK ,389 -,182 -,183 ,118 ,265 -,077 -,023 -,085 -,167 -,080 SUA -,115 -,050 ,122 ,339* ,161 ,105 -,027 ,045 ,081 TEK ** ,115 ,277 ,214 ,202 EFT ,490*** ,324* ,376** ,134 ,460 ,132 ,350* TOTAL ,272 ,282 ,515*** ,380** ,434** ,252 ,474*** Keterangan: ***) Signifikan pada α = 1%; **) Signifikan pada α = 5%; *) Signifikan pada α 10%; DK = Dinamika Kelompok; PL = Persiapan Lahan; PB = Persiapan Bibit; PN = Penanaman; PT = Pemeliharaan Tanaman; PM = Pemanenan; Tot = Total Sub Sistem Produksi; PH = Sub Sistem Pengolahan Hasil; PS = Sub Sistem Pemasaran Hasil; PHR = Total Pengelolaan Hutan Rakyat; TUJ = Tujuan Kelompok; STR = Struktur Kelompok; FGS = Fungsi Tugas Kelompok; BIN = Pembinaan dan Pemeliharaan Kelompok; KPK = Kekompakan Kelompok; SUA = Suasana Kelompok; TEK = Tekanan Kelompok; EFT = Efektivitas Kelompok DK
Hubungan antara dinamika KTH Girimukti dengan pengelolaan hutan rakyat sub sistem produksi adalah nyata karena hubungan antara keduanya signifikan pada α < 0,05, seperti yang disajikan pada Tabel 15. Hal ini menunjukkan bahwa penetapan unsur-unsur dinamika kelompok menentukan sub sistem produksi berjalan, akan tetapi unsur-unsur dinamika kelompok yang berhubungan nyata dengan sub sistem produksi hanya tujuan kelompok, fungsi tugas kelompok, pembinaan dan pemeliharaan kelompok, serta efektivitas kelompok (p<0,05). Tujuan, fungsi tugas, pembinaan dan pemeliharaan kelompok, serta efektivitas kelompok memiliki hubungan yang nyata dan positif dengan pengelolaan hutan rakyat disebabkan sub sistem produksi telah tertuang dalam tujuan kelompok, kelompok telah memberikan berbagai kemudahan dalam sub sistem produksi, seperti bantuan bibit dan penyuluhan dari kelompok bekerjasama dengan BP3K Pamarican, kelompok telah melakukan upaya pemupukan aktivitas dan penyediaan fasilitas terkait sub sistem produksi, serta keberhasilan kelompok pada sub sistem produksi, seperti pada acara penyuluhan pemeliharaan tanaman yang dilakukan kelompok bekerjasama dengan BP3K Pamarican yang berlangsung lancar. Hubungan antara dinamika KTH Girimukti dengan pengelolaan hutan rakyat sub sistem pengolahan hasil tidak berhubungan nyata karena hubungan
46
antara keduanya signifikan pada α > 0,1, akan tetapi ada unsur-unsur dinamika kelompok yang memiliki hubungan nyata dan positif dengan sub sistem pengolahan hasil yaitu tujuan kelompok, fungsi tugas kelompok, dan pembinaan dan pemeliharaan kelompok (p<0,1). Hal ini menunjukkan bahwa penetapan tujuan kelompok, fungsi tugas kelompok, serta pembinaan dan pemeliharaan kelompok menentukan sub sistem pengolahan hasil berjalan yang akan dijelaskan sebagai berikut. Adanya hubungan antara tujuan kelompok dengan sub sistem pengolahan hasil yaitu, sesuai dengan temuan bahwa alasan sebagian besar responden bergabung dengan KTH Girimukti salah satunya adalah agar mempermudah kegiatan pengolahan hasil hutan rakyat anggota kelompok. Hubungan antara fungsi tugas kelompok dengan pengolahan hasil yaitu, anggota kelompok sudah merasakan manfaat kelompok dalam mengatasi masalah pengolahan hasil hutan rakyat, misalnya kelompok membangun komunikasi yang baik dengan penggergajian kayu yang sudah menjadi mitranya agar mengolah hasil hutan rakyat anggota dengan pelayanan yang memuaskan. Sementara itu, hubungan antara pembinaan dan pemeliharaan kelompok dengan sub sistem pengolahan hasil yaitu, kelompok telah melakukan upaya pemupukan aktivitas kerjasama di antara anggota dalam mengolah hasil hutan rakyatnya. Hubungan antara dinamika KTH Girimukti dengan pengelolaan hutan rakyat sub sistem pemasaran hasil tidak berhubungan nyata karena hubungan antara keduanya signifikan pada α > 0,1, akan tetapi ada unsur dinamika kelompok yang memiliki hubungan nyata dan positif dengan sub sistem pemasaran hasil yaitu fungsi tugas kelompok (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa fungsi tugas kelompok menentukan sub sistem pemasaran hasil berjalan. Kelompok memberikan kemudahan dalam sub sistem pemasaran hasil melalui mitra kelompok yaitu penggergajian kayu yang berada di sekitar Desa Sidamulih. Hal ini sejalan dengan temuan, sebagian besar responden menyatakan, kelompok telah berhasil memberikan kemudahan dan manfaat kepada anggotanya dalam pengelolaan hutan rakyat termasuk pada sub sistem pemasaran hasil. Hubungan antara dinamika KTH Girimukti dengan pengelolaan hutan rakyat berhubungan nyata karena hubungan antara keduanya signifikan pada
47
α < 0,1. Hal ini menunjukkan bahwa penetapan unsur-unsur dinamika kelompok menentukan pengelolaan hutan rakyat berjalan, akan tetapi unsur-unsur dinamika kelompok yang berhubungan nyata dengan pengelolaan hutan rakyat hanya tujuan kelompok, fungsi tugas kelompok, serta pembinaan dan pemeliharaan kelompok (p<0,05). Tujuan, fungsi tugas, dan pembinaan dan pemeliharaan kelompok memiliki hubungan yang nyata dan positif dengan pengelolaan hutan rakyat disebabkan kegiatan pengelolaan hutan rakyat telah tertuang dalam tujuan kelompok, kelompok telah memberikan berbagai kemudahan serta penjelasan bagi anggota kelompok, serta kelompok telah melakukan upaya pemupukan aktivitas dan penyediaan fasilitas kelompok.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1. Kegiatan pengelolaan hutan rakyat yang dilakukan di KTH Girimukti antara lain: a. Sub sistem produksi dijelaskan sebagai berikut: Persiapan lahan yang dilakukan terdiri dari pengolahan tanah dan pembersihan lahan. Persiapan bibit anggota dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: membeli ke pedagang bibit, bantuan dari pihak luar, menyemai sendiri, dan trubusan. Penanaman dilakukan pada waktu tertentu dengan menggunakan jarak tanam. Pemeliharaan tanaman yang terdiri dari, kegiatan penyiangan, pendangiran, pemupukan, penjarangan, dan pemberantasan hama/penyakit. Pemanenan kayu anggota umumnya dilakukan oleh penggergajian kayu yang telah menjadi mitra kelompok. b. Sub sistem pengolahan hasil di KTH Girimukti dilakukan dengan menjalin kerjasama dengan beberapa penggergajian kayu di Desa Sidamulih. Keuntungan yang diperoleh antara lain, bagi penjual (anggota KTH Girimukti) yaitu, mendapatkan pelayanan yang baik dalam mengolah kayunya serta kelompok juga mendapatkan bantuan dana secara cuma-cuma dari penggergajian kayu jika ada kegiatan kelompok. Bagi pembeli (pemilik penggergajian kayu) yaitu, mendapatkan persediaan bahan baku pengolahan kayu dari anggota KTH Girimukti. c. Sub sistem pemasaran hasil yang dilakukan di KTH Girimukti yaitu, pemasaran hasil hutan kayu dilakukan anggota dengan menjualnya ke penggergajian kayu atau ke tengkulak, sedangkan untuk hasil hutan bukan kayu dijual ke tengkulak. Berdasarkan kondisi tersebut dan hasil olah data, maka pengelolaan hutan rakyat di KTH Girimukti tergolong sedang.
49
2. Dinamika KTH Girimukti dijelaskan sebagai berikut: Dalam hal tujuan kelompok, KTH Girimukti telah memiliki tujuan yang tertulis dan dipahami oleh anggota. Struktur kelompok dipenuhi melalui pembagian peran/tugas bagi setiap anggota. Kelompok telah melakukan fungsi tugasnya
yaitu,
memberikan
kepuasan/kemudahan
bagi
anggota.
Pembinaan dan pemeliharaan kelompok telah dilakukan dengan cara melibatkan anggota dalam penentuan kepentingan bersama termasuk perencanaan kegiatan kelompok. Dalam hal kekompakan kelompok, anggota memiliki rasa kesetiaan terhadap pimpinan kelompok. Suasana yang dibangun di dalam kelompok sudah baik, terbukti melalui pertemuan-pertemuan kelompok selalu berlangsung tertib dan lancar. Tekanan dari luar kelompok datang dari BP3K Pamarican serta kelompok tani hutan lain. Dalam hal efektivitas kelompok, tingkat peran serta anggota dalam kegiatan kelompok tergolong tinggi yang ditandai dengan sebagian besar responden berperan dalam kegiatan rutin maupun kegiatan insidental kelompok. Berdasarkan kondisi tersebut dan hasil olah data, maka dinamika KTH Girimukti tergolong tinggi. 3. Hubungan antara dinamika KTH Girimukti dengan pengelolaan hutan rakyat berhubungan nyata karena hubungan antara keduanya signifikan pada α<0,1. Hal ini menunjukkan bahwa penetapan unsur-unsur dinamika kelompok menentukan pengelolaan hutan rakyat berjalan, akan tetapi unsur-unsur dinamika kelompok yang berhubungan nyata dengan pengelolaan hutan rakyat hanya tujuan kelompok, fungsi tugas kelompok, serta pembinaan dan pemeliharaan kelompok (p<0,05). 6.2 Saran Sebaiknya kelompok melakukan peningkatan peran kelompok pada pengelolaan hutan rakyat sub sistem pengolahan hasil dan sub sistem pemasaran hasil. Hal ini dapat dilakukan dengan mengumpulkan dana baik dari dalam kelompok maupun dari luar kelompok, menjalin kerjasama dengan lembaga terkait, serta membangun unit koperasi yang mampu menampung serta memasarkan hasil hutan rakyat anggota KTH Girimukti dengan harga yang lebih
50
baik. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang mengkaji faktor-faktor peningkatan peran KTH dalam pengelolaan hutan rakyat sub sistem pengolahan hasil dan sub sistem pemasaran hasil.
DAFTAR PUSTAKA Ananto EG. 2010. Metodologi Penelitian untuk Public Relations. Bandung: Simbiosa Rekatama. Andayani W. 2003. Efesiensi Pemasaran Kayu Sengon Rakyat di Daerah Sentra Produksi Kabupaten Wonosobo. Jurnal Hutan Rakyat. Volume V No. 1 Tahun 2003. Hal 35-75. Barret DJ. 2008. Leadership Communication. Singapore: Mc Graw Hill. [BKKBN]. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. 1998. Pengelompokan Besar Rumah Tangga. Jakarta: BKKBN. [BPDAS]. Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. 2010. Manfaat Pohon Suren. http://www. bpdas-pemalijratun. net/index. php?option=corr. [20 Nov. 2012]. [BP3K Pamarican]. Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan, Pamarican. 2011. Program Kerja BP3K Kecamatan Pamarican 2011. Ciamis: BP3K Pamarican. Darusman D, Hardjanto. 2006. Tinjauan Ekonomi Hutan Rakyat. Paper disampaikan pada Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan, diselenggarakan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, tanggal 21 September 2006 di Bogor. Diniyati D. 2003. Dinamika Kelompok Tani Hutan Rakyat: Studi kasus di Desa Kertayasa, Boja, dan Sukorejo. Bogor: Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Kehutanan. ________. 2009. Usaha Hutan Rakyat Dalam Menciptakan Kemandirian Desa Sidamulih, Kecamatan Pamarican. Jurnal Al-Basia. Ciamis: Balai Kehutanan Camis. Vol. 6 No.2 Desember 2009, hal 33-40. Djajapertjunda S. 2003. Mengembangkan Hutan Milik di Jawa. Bandung: Alqaprint Jatinangor. Hadi QA, Napitupulu RM. 2010. 10 Tanaman Investasi Pendulang Rupiah. Jakarta: Penebar Swadaya. Hardjanto. 2003. Keragaan dan Pengembangan Usaha Kayu Rakyat di Pulau Jawa [Disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Kusumawati S. 2006. Dinamika Kelompok Lanjut Usia di Panti Werdha [Skripsi]. Bogor: Program Sarjana Institut Pertanian Bogor. [KWLM]. Koperasi Wana Lestari Menoreh. 2010. Rencana Pengelolaan Hutan Rakyat: 2010–2014 Koperasi Wana Lestari Menoreh Kabupaten Kulon Progo, Jogjakarta, Indonesia. Kulonprogo: KWLM. Muhsinin. 2000. Dinamika Kelompok dan Kemandirian santri Mahasiswa [Tesis]. Bogor: Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Muslich M, Krisdianto. 2006. Upaya Peningkatan Kualitas Kayu Hutan Rakyat Sebagai Bahan Baku Industri. Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan, diselenggarakan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan di Bogor. Pemerintah Desa Sidamulih. 2010. Data Monografi Desa Sidamulih, Kecamatan Pamarican, Kabupaten Ciamis 2010. Ciamis: Pemerintah Desa Sidamulih. Prabowo SA. 2000. Hutan Rakyat: Sistem Pengelolaan dan Manfaat Ekonomis (Kasus di Desa Sumberejo, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah). Di Dalam
52
Suharjito. Editor. Hutan Rakyat di Jawa: Perannya dalam Perekonomian Desa. Bogor: P3KM, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Pramono AA, Fauzi MA, Widyani N, Heriansyah I, Roshetko JM. 2010. Pengelolaan Hutan Jati Rakyat Panduan Lapangan untuk Petani. Bogor: Center for International Forestry Research. Purwanto S. 2011. Dinamika Kelompok Dalam Pengelolaan Hutan Rakyat (Kasus Pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor) [skripsi]. Bogor: Program Sarjana Institut Pertanian Bogor. Rengganis. 2003. Perbandingan Profil Hutan Milik di Jepang dan Hutan Rakyat di Indonesia [skripsi]. Bogor: Program Sarjana Institut Pertanian Bogor. Santosa S. 2006. Dinamika Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara. Slamet Y. 1993. Analisis Kuantitatif Untuk Data Sosial. Solo: Debara Publisher. Statistik Indonesia. 2006. Rasio Ketergantungan. http://www. data statistik indonesia. com/content/view/608/608/. [20 Sept. 2012]. Sudjarwo. 2011. Dinamika Kelompok. Bandung: Mandar Maju. Suharjito D. 2000. Hutan Rakyat: Kreasi Budaya Bangsa. Di Dalam Suharjito. Editor. Hutan Rakyat di Jawa: Perannya dalam Perekonomian Desa. Bogor: Program Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Masyarakat (P3KM) Institut Pertanian Bogor. Tjondronegoro, S.M.P. 1999. “Property Rights” Dalam Pengelolaan Hutan. Di Dalam: Suharjito D Editor: Hak-Hak Penguasaan Atas Hutan di Indonesia. Bogor: Program Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Masyarakat (P3KM) Institut Pertanian Bogor. Undang-Undang Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan. Wahid A. 2008. “Dinamika Kelompok Tani Pada Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan di DAS Bila Walanae Desa Lasiwala Kabupaten Sidrap” Jurnal Hutan dan Masyarakat Vol. III No.2 Agustus 2008, pp 111-234. Witantriasti T. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Inetnsitas Pengelolaan Hutan Rakyat di Desa Gunung Sari Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor [Skripsi]. Bogor: Program Sarjana Institut Pertanian Bogor. Yunasaf U, Ginting B, Slamet M, Tjiptopranoto P. 2008. Peran Kelompok Peternak Dalam Mengembangkan Keberdayaan Peternak Sapi Perah (Kasus di Kabupaten Bandung) [Jurnal Penyuluhan]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
68
LAMPIRAN
54
Lampiran 1. Hasil uji validitas dan reliabilitas pengelolaan hutan rakyat 1 A. Pengelolaan hutan rakyat sub sistem produksi (persiapan lahan) Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items ,793 8 Item Statistics PRO_LHAN1 PRO_LHAN3 PRO_LHAN4 PRO_LHAN7 PRO_LHAN8 PRO_LHAN9 PRO_LHAN10 PRO_LHAN12
Mean ,97 ,90 ,30 ,83 ,90 ,33 ,93 ,70
Std. Deviation ,183 ,305 ,466 ,379 ,305 ,479 ,254 ,466
N 30 30 30 30 30 30 30 30
Item-Total Statistics Corrected Item- Cronbach's Scale Mean if Scale Variance Total Alpha if Item Item Deleted if Item Deleted Correlation Deleted PRO_LHAN1 4,90 3,266 ,408 ,788 PRO_LHAN3 4,97 3,068 ,381 ,787 PRO_LHAN4 5,57 2,599 ,500 ,774 PRO_LHAN7 5,03 2,723 ,560 ,760 PRO_LHAN8 4,97 2,792 ,670 ,749 PRO_LHAN9 5,53 2,671 ,425 ,790 PRO_LHAN10 4,93 2,961 ,621 ,762 PRO_LHAN12 5,17 2,420 ,642 ,745 Scale Statistics Mean 5,87
Variance 3,568
Std, Deviation 1,889
N of Items 8
1 B. Pengelolaan hutan rakyat sub sistem produksi (persiapan bibit) Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items ,878 12
55
Item Statistics Mean ,77 ,63 ,50 ,43 ,50 ,73 ,77 ,47 ,90 ,70 ,87 ,77
PRO_BBIT1 PRO_BBIT2 PRO_BBIT3 PRO_BBIT4 PRO_BBIT5 PRO_BBIT6 PRO_BBIT7 PRO_BBIT8 PRO_BBIT9 PRO_BBIT13 PRO_BBIT16 PRO_BBIT18
Std, Deviation ,430 ,490 ,509 ,504 ,509 ,450 ,430 ,507 ,305 ,466 ,346 ,430
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Item-Total Statistics
PRO_BBIT1 PRO_BBIT2 PRO_BBIT3 PRO_BBIT4 PRO_BBIT5 PRO_BBIT6 PRO_BBIT7 PRO_BBIT8 PRO_BBIT9 PRO_BBIT13 PRO_BBIT16 PRO_BBIT18 Scale Statistics Mean 8,03
Corrected Item- Cronbach's Scale Mean if Scale Variance Total Alpha if Item Item Deleted if Item Deleted Correlation Deleted 7,27 11,030 ,479 ,873 7,40 10,593 ,549 ,870 7,53 9,982 ,730 ,858 7,60 10,317 ,622 ,865 7,53 10,051 ,706 ,859 7,30 10,493 ,648 ,864 7,27 10,685 ,610 ,866 7,57 10,806 ,456 ,876 7,13 11,706 ,377 ,878 7,33 11,195 ,376 ,880 7,17 11,040 ,620 ,867 7,27 10,409 ,717 ,860
Variance 12,585
Std, Deviation 3,548
N of Items 12
56
1 C. Pengelolaan hutan rakyat sub sistem produksi (penanaman) Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items ,755 7 Item Statistics Mean ,87 ,90 ,90 ,77 ,77 ,83 ,67
PRO_TNAM1 PRO_TNAM3 PRO_TNAM9 PRO_TNAM10 PRO_TNAM11 PRO_TNAM13 PRO_TNAM14
Std, Deviation ,346 ,305 ,305 ,430 ,430 ,379 ,479
N 30 30 30 30 30 30 30
Item-Total Statistics
PRO_TNAM1 PRO_TNAM3 PRO_TNAM9 PRO_TNAM10 PRO_TNAM11 PRO_TNAM13 PRO_TNAM14 Scale Statistics Mean 5,70
Corrected Item- Cronbach's Scale Mean if Scale Variance Total Alpha if Item Item Deleted if Item Deleted Correlation Deleted 4,83 2,213 ,626 ,696 4,80 2,510 ,385 ,743 4,80 2,372 ,543 ,716 4,93 2,202 ,461 ,729 4,93 2,271 ,401 ,743 4,87 2,189 ,574 ,703 5,03 2,171 ,407 ,747
Variance 2,976
Std, Deviation 1,725
N of Items 7
1 D. Pengelolaan hutan rakyat sub sistem produksi (pemeliharaan tanaman) Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items ,769 6 Item Statistics PRO_PLH5 PRO_PLH6 PRO_PLH9 PRO_PLH11
Mean ,97 ,97 ,90 ,87
Std, Deviation ,183 ,183 ,305 ,346
N 30 30 30 30
57
Item Statistics (Lanjutan) Mean ,90 ,77
PRO_PLH12 PRO_PLH15
Std, Deviation ,305 ,430
N 30 30
Item-Total Statistics
PRO_PLH5 PRO_PLH6 PRO_PLH9 PRO_PLH11 PRO_PLH12 PRO_PLH15 Scale Statistics Mean 5,37
Corrected Item- Cronbach's Scale Mean if Scale Variance Total Alpha if Item Item Deleted if Item Deleted Correlation Deleted 4,40 1,214 ,754 ,710 4,40 1,214 ,754 ,710 4,47 1,154 ,463 ,747 4,50 1,086 ,478 ,746 4,47 1,085 ,586 ,715 4,60 1,007 ,415 ,788
Variance 1,551
Std, Deviation 1,245
N of Items 6
1 E. Pengelolaan hutan rakyat sub sistem produksi (pemanenan) Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items ,883 16 Item Statistics PRO_PNEN1 PRO_PNEN2 PRO_PNEN4 PRO_PNEN5 PRO_PNEN6 PRO_PNEN7 PRO_PNEN12 PRO_PNEN14 PRO_PNEN15 PRO_PNEN16 PRO_PNEN17 PRO_PNEN18 PRO_PNEN20 PRO_PNEN21
Mean ,57 ,37 ,37 ,37 ,57 ,63 ,77 ,67 ,83 ,63 ,73 ,73 ,70 ,77
Std, Deviation ,504 ,490 ,490 ,490 ,504 ,490 ,430 ,479 ,379 ,490 ,450 ,450 ,466 ,430
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
58
Item Statistics (Lanjutan) Mean ,63 ,53
PRO_PNEN22 PRO_PNEN24
Std, Deviation ,490 ,507
N 30 30
Item-Total Statistics
PRO_PNEN1 PRO_PNEN2 PRO_PNEN4 PRO_PNEN5 PRO_PNEN6 PRO_PNEN7 PRO_PNEN12 PRO_PNEN14 PRO_PNEN15 PRO_PNEN16 PRO_PNEN17 PRO_PNEN18 PRO_PNEN20 PRO_PNEN21 PRO_PNEN22 PRO_PNEN24 Scale Statistics Mean 9,87
Corrected Item- Cronbach's Scale Mean if Scale Variance Total Alpha if Item Item Deleted if Item Deleted Correlation Deleted 9,30 17,872 ,613 ,872 9,50 17,776 ,659 ,871 9,50 18,121 ,570 ,874 9,50 18,259 ,535 ,876 9,30 18,217 ,527 ,876 9,23 17,564 ,715 ,868 9,10 18,852 ,456 ,879 9,20 17,821 ,664 ,870 9,03 19,275 ,397 ,881 9,23 18,116 ,571 ,874 9,13 19,085 ,370 ,882 9,13 18,602 ,499 ,877 9,17 19,040 ,365 ,883 9,10 18,162 ,653 ,872 9,23 18,323 ,519 ,877 9,33 18,851 ,370 ,883
Variance 20,740
Std, Deviation 4,554
2. Pengelolaan hutan rakyat sub sistem pengolahan hasil Reliability Statistics Cronbach's Alpha ,842
N of Items 16
N of Items 12
Item Statistics OLH_PHR1 OLH_PHR2 OLH_PHR3 OLH_PHR6
Mean ,30 ,23 ,30 ,50
Std, Deviation ,466 ,430 ,466 ,509
N 30 30 30 30
59
Item Statistics (Lanjutan) Mean ,37 ,47 ,57 ,53 ,83 ,73 ,80 ,67
OLH_PHR7 OLH_PHR11 OLH_PHR12 OLH_PHR13 OLH_PHR14 OLH_PHR15 OLH_PHR17 OLH_PHR20
Std, Deviation ,490 ,507 ,504 ,507 ,379 ,450 ,407 ,479
N 30 30 30 30 30 30 30 30
Item-Total Statistics
OLH_PHR1 OLH_PHR2 OLH_PHR3 OLH_PHR6 OLH_PHR7 OLH_PHR11 OLH_PHR12 OLH_PHR13 OLH_PHR14 OLH_PHR15 OLH_PHR17 OLH_PHR20 Scale Statistics Mean 6,30
Scale Mean if Scale Variance Item Deleted if Item Deleted 6,00 9,517 6,07 10,064 6,00 9,655 5,80 9,821 5,93 9,651 5,83 9,316 5,73 9,926 5,77 9,771 5,47 10,257 5,57 9,840 5,50 10,190 5,63 9,895
Variance 11,528
Corrected Item- Cronbach's Total Alpha if Item Correlation Deleted ,624 ,821 ,468 ,833 ,571 ,825 ,454 ,835 ,537 ,828 ,631 ,820 ,424 ,837 ,472 ,833 ,464 ,834 ,526 ,829 ,451 ,834 ,465 ,833
Std, Deviation 3,395
3. Pengelolaan hutan rakyat sub sistem pemasaran Reliability Statistics Cronbach's Alpha ,887
N of Items 12
N of Items 12
60
Item Statistics Mean ,37 ,30 ,30 ,47 ,83 ,50 ,57 ,63 ,77 ,63 ,60 ,63
PSR_PHR1 PSR_PHR2 PSR_PHR3 PSR_PHR5 PSR_PHR9 PSR_PHR10 PSR_PHR11 PSR_PHR12 PSR_PHR13 PSR_PHR16 PSR_PHR17 PSR_PHR18
Std, Deviation ,490 ,466 ,466 ,507 ,379 ,509 ,504 ,490 ,430 ,490 ,498 ,490
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Item-Total Statistics
PSR_PHR1 PSR_PHR2 PSR_PHR3 PSR_PHR5 PSR_PHR9 PSR_PHR10 PSR_PHR11 PSR_PHR12 PSR_PHR13 PSR_PHR16 PSR_PHR17 PSR_PHR18 Scale Statistics Mean 6,60
Corrected Item- Cronbach's Scale Mean if Scale Variance Total Alpha if Item Item Deleted if Item Deleted Correlation Deleted 6,23 11,978 ,720 ,870 6,30 12,424 ,615 ,876 6,30 12,493 ,592 ,878 6,13 12,120 ,647 ,874 5,77 13,426 ,393 ,887 6,10 12,093 ,653 ,874 6,03 12,654 ,489 ,884 5,97 12,309 ,614 ,876 5,83 12,971 ,486 ,883 5,97 11,895 ,747 ,869 6,00 12,483 ,548 ,880 5,97 12,516 ,550 ,880
Variance 14,662
Std, Deviation 3,829
N of Items 12
61
Lampiran 2. Hasil uji validitas dan reliabilitas dinamika kelompok 1. Tujuan kelompok Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items ,888 9 Item Statistics Mean 3,43 3,33 3,57 3,67 3,27 3,27 3,60 3,57 3,33
TUJ_SFT1 TUJ_SFT2 TUJ_JAB1 TUJ_JAB2 TUJ_JAB3 TUJ_JAB4 TUJ_JAB5 TUJ_RDK1 TUJ_RDK2
Std, Deviation ,679 ,758 ,679 ,661 ,980 ,868 ,855 ,626 ,844
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Item-Total Statistics
TUJ_SFT1 TUJ_SFT2 TUJ_JAB1 TUJ_JAB2 TUJ_JAB3 TUJ_JAB4 TUJ_JAB5 TUJ_RDK1 TUJ_RDK2 Scale Statistics Mean 31,03
Scale Mean if Item Deleted 27,60 27,70 27,47 27,37 27,77 27,77 27,43 27,47 27,70 Variance 26,033
2. Struktur kelompok Reliability Statistics Cronbach's Alpha ,806
Corrected ItemScale Variance Total if Item Deleted Correlation 22,317 ,507 21,666 ,537 21,361 ,671 22,033 ,574 17,909 ,863 18,599 ,892 19,702 ,738 22,326 ,560 21,803 ,446 Std, Deviation 5,102
Cronbach's Alpha if Item Deleted ,886 ,884 ,874 ,881 ,854 ,852 ,867 ,882 ,893 N of Items 9
N of Items 7
62
Item Statistics Mean 3,67 3,53 3,40 3,37 3,37 3,40 3,10
STR_PTS1 STR_PTS2 STR_PTS3 STR_TGS1 STR_TGS2 STR_TGS4 STR_KOM4
Std, Deviation ,802 ,730 ,894 ,615 ,718 ,855 ,923
N 30 30 30 30 30 30 30
Item-Total Statistics
STR_PTS1 STR_PTS2 STR_PTS3 STR_TGS1 STR_TGS2 STR_TGS4 STR_KOM4 Scale Statistics Mean 23,83
Scale Mean if Item Deleted 20,17 20,30 20,43 20,47 20,47 20,43 20,73
Corrected Item- Cronbach's Scale Variance Total Alpha if Item if Item Deleted Correlation Deleted 10,144 ,711 ,749 11,390 ,506 ,787 9,840 ,673 ,754 12,326 ,397 ,803 11,292 ,541 ,782 10,737 ,527 ,784 10,823 ,452 ,801
Variance 14,420
Std, Deviation 3,797
3. Fungsi tugas kelompok Reliability Statistics Cronbach's Alpha ,863
N of Items 7
N of Items 8
Item Statistics FSG_PUAS1 FSG_PUAS2 FSG_PUAS3 FSG_INFO1 FSG_INFO2 FSG_INFO4 FSG_JELS2 FSG_JELS3
Mean 3,40 3,43 3,63 3,37 3,40 3,33 3,57 3,50
Std, Deviation ,724 ,568 ,718 ,615 ,968 ,711 ,774 ,682
N 30 30 30 30 30 30 30 30
63
Item-Total Statistics
FSG_PUAS1 FSG_PUAS2 FSG_PUAS3 FSG_INFO1 FSG_INFO2 FSG_INFO4 FSG_JELS2 FSG_JELS3 Scale Statistics Mean 27,63
Corrected Item- Cronbach's Scale Mean if Scale Variance Total Alpha if Item Item Deleted if Item Deleted Correlation Deleted 24,23 12,875 ,759 ,829 24,20 14,855 ,494 ,858 24,00 12,897 ,762 ,829 24,27 13,720 ,713 ,837 24,23 12,254 ,612 ,851 24,30 12,838 ,785 ,826 24,07
14,271
,423
,868
24,13
14,602
,436
,864
Variance 17,344
Std, Deviation 4,165
4. Pembinaan dan pemeliharaan kelompok Reliability Statistics Cronbach's Alpha ,911
N of Items 8
N of Items 15
Item Statistics BIN_AKTV1 BIN_AKTV2 BIN_AKTV3 BIN_AKTV6 BIN_FASL2 BIN_FASL3 BIN_FASL4 BIN_NORM1 BIN_NORM2 BIN_NORM3 BIN_NORM4 BIN_NORM5 BIN_NORM6 BIN_REKRUT1 BIN_REKRUT2
Mean 3,33 3,43 3,13 3,30 3,00 3,37 3,27 3,37 3,33 2,90 3,10 2,90 3,83 3,23 3,47
Std, Deviation ,758 ,504 ,819 ,952 ,910 ,999 ,980 ,809 ,661 ,995 ,885 1,062 ,592 ,971 ,776
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
64
Item-Total Statistics Scale Mean if Scale Variance Item Deleted if Item Deleted BIN_AKTV1 45,63 66,999 BIN_AKTV2 45,53 70,257 BIN_AKTV3 45,83 64,351 BIN_AKTV6 45,67 65,264 BIN_FASL2 45,97 64,585 BIN_FASL3 45,60 60,041 BIN_FASL4 45,70 64,493 BIN_NORM1 45,60 65,283 BIN_NORM2 45,63 67,964 BIN_NORM3 46,07 60,961 BIN_NORM4 45,87 67,499 BIN_NORM5 46,07 63,995 BIN_NORM6 45,13 70,051 BIN_REKRUT1 45,73 60,064 BIN_REKRUT2 45,50 64,397 Item Statistics Scale Statistics Mean Variance 48,97 74,240 5. Kekompakan Kelompok Reliability Statistics Cronbach's Alpha ,900
Corrected Item-Total Correlation ,537 ,441 ,701 ,524 ,604 ,852 ,558 ,635 ,536 ,791 ,410 ,537 ,387 ,879 ,742
Std, Deviation 8,616
Cronbach's Alpha if Item Deleted ,908 ,911 ,903 ,909 ,906 ,896 ,908 ,905 ,908 ,899 ,913 ,909 ,912 ,895 ,902
N of Items 15
N of Items 9
Item Statistics KPK_PIMP1 KPK_PIMP2 KPK_PIMP3 KPK_PIMP4 KPK_NILA2 KPK_NILA3 KPK_RUKU2 KPK_RUKU3 KPK_RUKU4
Mean 3,67 3,27 3,43 3,50 3,60 3,70 3,47 3,53 3,67
Std, Deviation ,547 ,785 ,626 ,731 ,621 ,651 ,681 ,819 ,547
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30
65
Item-Total Statistics
KPK_PIMP1 KPK_PIMP2 KPK_PIMP3 KPK_PIMP4 KPK_NILA2 KPK_NILA3 KPK_RUKU2 KPK_RUKU3 KPK_RUKU4
Scale Mean if Scale Variance Item Deleted if Item Deleted 28,17 17,178 28,57 15,771 28,40 17,628 28,33 15,954 28,23 16,599 28,13 15,982 28,37 15,482 28,30 14,907 28,17 17,523
Scale Statistics Mean 31,83
Variance 20,420
Corrected Item- Cronbach's Total Alpha if Item Correlation Deleted ,649 ,891 ,647 ,891 ,457 ,903 ,673 ,888 ,678 ,888 ,771 ,881 ,834 ,875 ,765 ,881 ,568 ,896
Std, Deviation 4,519
6. Suasana kelompok Reliability Statistics Cronbach's Alpha ,793
N of Items 9
N of Items 5
Item Statistics Mean 3,47 3,30 3,43 3,30 3,30
SUA_INTR2 SUA_INTR4 SUA_FISK1 SUA_FISK2 SUA_FISK3
Std, Deviation ,629 ,952 ,728 ,596 ,837
N 30 30 30 30 30
Item-Total Statistics
SUA_INTR2 SUA_INTR4 SUA_FISK1 SUA_FISK2 SUA_FISK3
Scale Mean if Item Deleted 13,33 13,50 13,37 13,50 13,50
Scale Variance if Item Deleted 5,678 4,810 5,068 5,914 5,086
Corrected Item- Cronbach's Total Alpha if Item Correlation Deleted ,606 ,748 ,520 ,784 ,699 ,713 ,559 ,762 ,557 ,760
66
Scale Statistics Mean 16,80
Variance 7,890
Std, Deviation 2,809
7. Tekanan kelompok Reliability Statistics Cronbach's Alpha ,724
N of Items 5
N of Items 3
Item Statistics Mean 3,23 3,23 3,03
TEK_LUAR2 TEK_LUAR3 TEK_LUAR4
Std, Deviation ,679 ,898 ,850
N 30 30 30
Item-Total Statistics
TEK_LUAR2 TEK_LUAR3 TEK_LUAR4 Scale Statistics Mean 9,50
Corrected Item- Cronbach's Scale Mean if Scale Variance Total Alpha if Item Item Deleted if Item Deleted Correlation Deleted 6,27 2,202 ,586 ,612 6,27 1,789 ,521 ,676 6,47 1,844 ,554 ,626
Variance 3,845
8. Efektivitas kelompok Reliability Statistics Cronbach's Alpha ,915
Std, Deviation 1,961
N of Items 3
N of Items 14
Item Statistics EFT_PARTS1 EFT_PARTS3 EFT_PARTS4 EFT_BHASL1 EFT_BHASL2 EFT_BHASL3 EFT_BHASL4 EFT_BHASL8
Mean 3,27 3,07 3,23 3,20 3,37 3,07 3,33 3,30
Std, Deviation ,691 ,828 ,774 ,961 ,809 1,048 ,884 ,915
N 30 30 30 30 30 30 30 30
67
Item Statistics (Lanjutan) EFT_BHASL9 EFT_BHASL10 EFT_BHASL11 EFT_MRAL1 EFT_MRAL3 EFT_MRAL4
Mean 3,43 2,93 3,13 3,50 3,40 3,40
Std, Deviation ,971 1,081 1,008 ,777 ,675 ,770
N 30 30 30 30 30 30
Item-Total Statistics Scale Mean if Scale Variance Item Deleted if Item Deleted EFT_PARTS1 42,37 64,516 EFT_PARTS3 42,57 63,357 EFT_PARTS4 42,40 64,662 EFT_BHASL1 42,43 61,495 EFT_BHASL2 42,27 61,030 EFT_BHASL3 42,57 59,495 EFT_BHASL4 42,30 61,734 EFT_BHASL8 42,33 61,264 EFT_BHASL9 42,20 60,028 EFT_BHASL10 42,70 63,114 EFT_BHASL11 42,50 58,948 EFT_MRAL1 42,13 65,913 EFT_MRAL3 42,23 66,806 EFT_MRAL4 42,23 64,530 Scale Statistics Mean 45,63
Variance 72,171
Corrected Item-Total Correlation ,646 ,617 ,555 ,647 ,830 ,716 ,695 ,703 ,744 ,459 ,789 ,448 ,445 ,570
Std, Deviation 8,495
Cronbach's Alpha if Item Deleted ,909 ,910 ,912 ,909 ,903 ,906 ,907 ,907 ,905 ,917 ,903 ,915 ,915 ,911
N of Items 14
68
Lampiran 3. Identitas Responden No. Res.
Umur (tahun)
Lama bergabung (tahun)
1 2 3 4 5 6 7
43 46 42 41 29 33 32
2 18 2 1 3 1 3
8 9 10
31 59 36
11
Keluarga Pendidikan
Σ Anggota
Σ Tanggungan
SLTA SLTP SD SD SMP SLTA SD
4 3 3 4 3 3 3
3 2 2 3 2 2 2
3 1 2
SMP SD SD
3 4 3
2 3 2
41
2
SD
4
3
12 13
31 55
1 1
SD SD
3 4
2 3
14
56
2
SD
4
3
15
51
2
SD
3
2
Pekerjaan Utama
Sampingan
Perangkat Desa Petani Petani Peternak Buruh Petani Buruh Petani Petani Buruh Buruh Petani Petani Buruh Penyadap Petani Aren Petani Buruh Petani Buruh Penyadap Petani Aren Supir, Petani Pedagang Petani Penyadap Petani Aren Pedagang Petani
Pendapatan (Rp/Bln)
Pengeluaran (Rp/Bln)
Luas Hutan Rakyat (hektar)
2.300.000,2.900.000,1.000.000,1.000.000,600.000,800.000,750.000,-
955.000,608.400,653.400,745.000,470.000,402.000,1.378.500,-
1,00 0,70 0,35 0,30 0,02 0,14 0,28
1.500.000,800.000,1.500.000,-
553.500,720.000,590.500,-
0,20 0,10 0,50
1.500.000,-
511.000,-
0,50
1.000.000,800.000,-
528.500,658.500,-
0,20 0,30
900.000,-
815.000,-
0,50
4.000.000,-
843.500,-
0,70
69
Lampiran 3. Identitas Responden (Lanjutan) No. Res.
Umur (tahun)
Lama bergabung (tahun)
Keluarga Pendidikan
Σ Anggota
Σ Tanggungan
Pekerjaan Utama
16
36
4
STM
3
2
Pedagang Kayu
17
43
3
SMP
4
3
Petani
18
52
3
SD
4
3
Petani
19 20 21 22
54 40 60 49
6 3 18 1
SD SMA SD SD
3 4 4 4
2 3 3 3
Petani Buruh Petani Petani
23 24
55 41
2 3
SD SD
3 4
2 3
Petani Buruh
25 26 27
36 46 43
1 1 2
SD SD SD
3 5 4
2 4 3
Petani Buruh Petani
28
43
4
PGSD
5
4
Guru SD
Sampingan
PNPM Penyadap Aren Buruh Bangunan Buruh Bangunan Petani Buruh Buruh Penyadap Aren Petani Buruh Pabrik Petani Pedagang Petani dan Pedagang
Pendapatan Pengeluaran Luas Hutan (Rp/Bln) (Rp/Bln) Rakyat (hektar)
2.350.000,-
1.368.500,-
0,50
1.070.000,-
833.000,-
1,14
1.500.000,-
679.000,-
0,50
8.00.000,1.350.000,600.000,1.400.000,-
545.000,104.500,1.062.000,1.622.000,-
0,60 0,30 0,40 1,00
1.300.000,1.300.000,-
875.000,1.280.000,-
1,00 0,10
900.000,1.000.000,3.500.000,-
957.000,1.177.000,1.197.000,-
0,50 0,09 0,15
3.360.000,-
1.750.000,-
0,35
70
Lampiran 3. Identitas Responden (Lanjutan)
Total Ratarata
Pekerjaan
Pendidikan
51 42
2 2
SD SD
Σ Anggota 4 3
-
-
-
-
-
-
43,90
3,30
SD
3,60
2,60
Petani
No. Umur Res. (tahun) 29 30
Keluarga
Lama bergabung (tahun)
Σ Tanggu- Utama ngan 3 Petani 2 Buruh
Pendapatan (Rp/Bln)
Pengeluaran (Rp/Bln)
Luas Hutan Rakyat (hektar)
Petani
500.000,1.700.000,-
504.000,725.000,-
0,28 0,42
Petani dan Buruh
43.980.000,-
25.111.800,-
13
1.466.000,-
837.060,-
0,44
Sampingan