DINAMIKA KELOMPOK TANI PADA KEGIATAN REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN DI DAS BILA WALANAE DESA LASIWALA KABUPATEN SIDRAP
Abd. Wahid Staf Pengajar Fakultas Teknik Universitas Tadulako ABSTRACT This research aims to detect farmer group dynamics in forest rehabilitation program execution and tune (RHL) at village lasiwala district pitu riawa regency sidenreng rappang. this research is done in march until may month 2007 at village lasiwala district pitu riawa regency sidrap. This values is seen from dynamics elements in activity rhl that cover; aim, confidence, norm, authority, sanction, part, social stage, and group facilities. openness, character with in execution rhl also be strengths in achieve group aim. therefore, all farmer group members at lasiwala village obedient towards rules that composed in ad/art. menamisnya third farmer group at village lasiwala visible from plantss every farmer group, for example; gmelina, jambu mete, mango, candlenut, brown, and breadfruit that grow well. Key words : Dynamics, farmer group
PENDAHULUAN Kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan merupakan salah satu upaya untuk memperbaiki kondisi hutan yang mengalami degradasi. Kegiatan ini sangat strategis karena dengan menanami lahan-lahan yang tidak produktif akan mengembalikan fungsi dan produktifitas hutan, sehingga dapat memberikan manfaat baik langsung maupun tidak langsung kepada masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya khususnya masyarakat yang bermukim di sekitar kawasan hutan. Disamping itu, keberhasilan rehabilitasi hutan dan lahan juga dapat mengurangi tekanan terhadap hutan yang saat ini cenderung mengalami peningkatan. Banjir di Desa Lasiwala terjadi hampir setiap tahun dan menggenangi lahan persawahan masyarakat seperti halnya yang terjadi tanggal 26 Juni 2007, termasuk jalanan antar kabupaten WajoSidrap digenangi air selama 3 hari.
Naskah Masuk : 18 Mei 2008 Naskah Diterima : 6 Juli 2008
Sebaliknya pada musim kemarau setiap tahunnya juga terjadi kekeringan dan terjadi gagal panen dengan luasan sekitar 325 Ha yang mana mengakibatkan pendapatan masyarakat menurun. Permasalahan tersebut menurut penuturan Kepala Desa Lasiwala, hal ini disebabkan tingginya tingkat sedimentasi di Danau Tempe yang mengalami pendangkalan rata-rata satu cm/tahun. Untuk menanggulangi masalah tersebut pemerintah telah melakukan upaya rehabilitasi hutan di antaranya program reboisasi pada tahun 2000 dan GNRHL yang dimulai pada tahun 2003 sampai 2005 dengan kegiatan penanaman yang di laksanakan pada lahan-lahan kritis di berbagai Dusun di Desa Lasiwala Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap. Rendahnya kerjasama antar kelompok tani dengan masyarakat di Desa Lasiwala dapat berakibat terhadap keselamatan nilai fungsi hutan, yang mana mempengaruhi ekosistem di
149
Jurnal Hutan Dan Masyarakat Vol. III No. 2 Agustus 2008, 111-234
dalamnya. Langkah awal untuk mengenal lebih jauh tentang hubungan kelompok tani dengan masyarakat tersebut adalah melihat “Dinamika Kelompok Tani Dalam Kegiatan Rehabilitasi Hutan Dan Lahan Desa Lasiwala Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap”.
1. Tehnik Pengumpulan Data Pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara mendalam dan penulusuran data sekunder. a. Wawancara mendalam
Penelitian ini bertujuan : Untuk mengetahui Dinamika kelompok tani pada pelaksanaan program Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL). Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai informasi dan bahan pertimbangan dalam penyusunan program RHL di masa yang akan datang di Desa Lasiwala Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan yaitu bulan Maret sampai dengan Mei 2007. Pelaksanaan penelitan ini dilakukan di Desa, Lasiwala Kecamatan Pitu Riawa, Kabupaten Sidenreng Rappang, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan responden dilakukan secara purposife sampling dengan memilih 10 orang responden di tiga kelompok tani atau sebanyak 30 orang responden. Kriteria responden yang dipilih ; a) Kelompok Tani RHL, b) Penduduk asli yang berdomisili sejak kecil hingga sekarang pada lokasi penelitian, c) Mempunyai pekerjaan sebagai petani, d) Tokoh masyarakat pada desa penelitian, e) Masyarakat biasa pada desa penelitian.
Teknik Pengumpulan Data dan Jenis Data
150
Pengumpulan data dilakukan dengan tanya-jawab terhadap masyarakat untuk mengetahui lebih jauh tentang pelaksanaan kegiatan RHL. Wawancara ini bertujuan untuk menggali informasi sebanyak mungkin mengenai kegiatan RHL di Desa Lasiwala dengan pendekatan life history. Metode life history (riwayat hidup) digunakan untuk memperoleh pandangan dari dalam melalui reaksi, tantangan, interpretasi dan penglihatan para anggota kelompok tani bersangkutan. Dengan mempelajari data pengalaman individu dalam kehidupan suatu kelompok, kita dapat memperoleh informasi secara detail dari responden. Data pengalaman individu yang dimaksud adalah keterangan mengenai apa yang telah dialami oleh informan sebagai warga dari suatu kelompok masyarakat dalam kegiatan RHL. b. Penelusuran Data Sekunder Penelusuran Data sekunder dikumpulkan melalui studi kepustakaan dan studi dokumentasi pada instansi atau lembaga yang terkait seperti Kantor Statistik Kabupaten Sidrap, Dinas Kehutanan Sidrap,Dinas Pertanian Sidrap, Kantor Kecamatan Pitu Riawa, Kantor Desa Lasiwala. Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara wawancara langsung dengan petani sampel dengan
Dinamika Kelompok Tani Pada Kegiatan Rehabilitasi Hutan Dan Lahan Di Das Bila Walanae Desa Lasiwala Kabupaten Sidrap Abd. Wahid
menggunakan daftar pertanyaan yang disiapkan sebelumnya. Data primer yang dikumpul adalah data yang berkaitan dengan unsur-unsur dinamika kelompok tani yang meliputi :
Analisis deskriptif diperlukan untuk menjabarkan dengan rinci, jelas dan akurat dalam melihat dinamika kelompok tani dalam pelaksanaan rehabilitasi hutan dan lahan.
1) Tujuan kelompok, yaitu segala sesuatu yang ingin dicapai oleh kelompok. 2) Keyakinan, yaitu pengatahuan atau aspek kognitif yang dimiliki oleh sistem atau kelompok atau segala sesuatu yang di anggap benar oleh sistem atau kelompok. 3) Norma, yaitu perilaku standar yang dapat diterima oleh sistem atau kelompok. 4) Sanksi, yaitu sistem penghargaan atau hukumanterhadap perilaku kelompok atau anggota kelompok. 5) Peranan kedudukan, yaitu hirarki hak dan kewajiban yang harus dilakukan oleh komponen kelompok karena menempati posisi tertentudalam kelompok. Setiap kedudukan memiliki seperangkat peranan yang harus dilaksanakan oleh orang yang bersangkutan. 6) Kewenangan, yaitu menyangkut kewenangan mengontrol orang lain dan kewenangan mengambil keputusan. 7) Jenjang sosial, yakni segala sesuatu yang menyangkut kedudukan dalam kelompok serta prestasi yang menyertai. 8) Fasilitas menyangkut wahana ataupun alat yang perlu untuk mencapai tujuan kelompok. Pengumpulan data sekunder dapat diperoleh dari laporan atau hasil penelitian, data desa, kecamatan serta data dari instansi-instansi lain yang terkait dengan penelitian ini. Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif dari hasil pengumpulan data. Analisis ini akan mendeskripsikan kegiatan kelompok tani yang dikaitkan dengan unsur-unsur dinamika kelompok.
151
Jurnal Hutan Dan Masyarakat Vol. III No. 2 Agustus 2008, 111-234
HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Kelompok Tani Struktur kelompok yaitu pengorganisasian dan pengaturan kelompok dalam upaya pencapaian tujuan. Kelompok Tani Mase-Mase, Kelompok Tani Sipaturue dan Kelompok Tani Bulu Dua sejak awalnya pembentukannya sampai sekarang memiliki sturuktur yang tidak pernah berubah yakni terdiri dari tiga orang pengurus (Ketua, sekertaris dan bendahara). Pemilihan pengurus kelompok tani selalu didasari hasil dari musyawarah mufakat oleh para anggota kelompok. Perbedaan status dalam kelompok tidak merubah asas kegotongroyongan dan kekeluargaan dalam ketiga kelompok tani di Desa Lasiwala Kabupaten Sidrap. Seorang ketua tetap berjalan sesuai anggaran dasar rumah tangga yang mana telah di sepakati bersama dalam rapat anggota. Begitu pula pemegang status lainnya yang juga tetap berjalan berdasarkan AD/ART tiap kelompok. Sikap seorang ketua sebagai panutan tidak terpengaruh oleh adanya perbedan umur, tingkat pendidikan, ataupun hubungan keluarga. Pemilihan pengurus kelompok tani sebenarnya lebih diperhatikan kepada sejauh mana orang tersebut berpengaruh terhadap orang lain. Hal ini dapat dilihat dari kedudukan pengurus setiap kelompok tani dalam masyarakat yang bukan sekedar petani. Mereka semua adalah orang-orang yang di hormati dan disegani di Desa Lasiwala. Dalam lingkungan masyarakat pedesaan selalu terdapat orang-orang tertentu baik petani atau bukan petani yang berpengaruh. Mereka disegani oleh anggota masyarakat lainnya karena kedudukan sosial (pejabat, kaya), karena kepribadian(jagoan, ahli agama), atau karena keberhasilannya dalam kegiatan yang ditanganinya. Orang-orang tersebut
152
biasa disebut pemuka masyarakat, pemimpin (Todaro, 1994).
desa, tokoh desa, dsb
Selama terbentuknya ketiga kelompok ini, belum pernah mengalami pergantian kepengurusan. Ketua Kelompok Tani Mase-mase dan Kelompok Tani Bulu Dua yang meskipun sudah berumur tua tetap dipertahankan untuk menggerakkan kelompoknya, Hal ini disebabkan karena ketua dan pengurus lainnya masih dianggap mampu dalam mengembangkan kelompok taninya masing-masing. Sebenarnya jika pengurus meminta untuk digantikan, anggota kelompok berkumpul dalam suatu acara Tudang Sipulung yang merupakan salah satu bentuk wadah musyawarah membahas masalah pergantian kepengurusan tersebut. Lamanya menjabat seorang ketua kelompok tani sebagai seorang pemimpin juga ditentukan oleh bentuk kepemimpinan serta gaya kepemimpinan yang dijalankan ketua kelompok tani tersebut. Bentuk kepemimpinan ketua kelompok tani yang dijalankan oleh ketua-ketua kelompok tani baik dari Kelompok Tani Sipaturue, Kelompok Tani Mase-mase, dan Kelompok Tani Bulu Dua merupakan bentuk kepemimpinan karismatik dan bentuk kepemimpinan popularitas. Kepemimpinan karismatik adalah suatu bentuk kepemimpinan yang diangkat berdasarkan kepercayaan yang datang dari lingkungannya (Max Weber dalam Santosa, 2004). Sedangkan bentuk kepemimpinan popularitas menurut Whyte dalam Santosa (2004) adalah suatu bentuk kepemimpinan yang diangkat pimpinannya diangkat atas dasar kepopuleran (banyaknya menerima pilihan dari pemilihnya). Sebagaimana telah disebutkan diatas bahwa pemilihan pengurus kelompok tani selalu didasarkan atas mufakat hasil pemilihan oleh para anggota kelompok tani dalam sebuah
Dinamika Kelompok Tani Pada Kegiatan Rehabilitasi Hutan Dan Lahan Di Das Bila Walanae Desa Lasiwala Kabupaten Sidrap Abd. Wahid
musyawarah. Ketua-ketua kelompok tani yang terpilih dari awal terbentuknya hingga saat ini, semuanya merupakan tokoh masyarakat yang populer serta memiliki tingkat kepercayaan dari masyarakat yang tinggi di Desa Lasiwala. Blue dan Mounton dalam Munir (2001), membagi Gaya Kepemimpinan ke dalam lima gaya, yaitu : a. Gaya Tandus atau manajemen lumpuh (invrovished), merupakan gaya kepemimpinan yang rendah orientasi tugas, dan rendah orientasinya pada hubungan antar anggota. b. Gaya Klub atau manajemen hubungan manusia (country club), merupakan gaya kepemimpinan yang rendah orientasi tugas, tapi tinggi orientasinya pada pemeliharaan hubungan antar anggota. c. Gaya Tugas atau manajemen otoriter/manajemen efisiensi (task), merupakan gaya kepemimpinan yang tinggi orientasi tugas, namun rendah orientasinya pada pemeliharaan hubungan antar anggota. d. Gaya Tin atau manajemen demokratis (team), merupakan gaya kepemimpinan yang tinggi orientasi tugas, dan tinggi pula orientasinya pada pemeliharaan hubungan antar anggota. e. Gaya Jalan Tengah atau manajemen hasil karya (middle of the road), merupakan gaya kepemimpinan yang seimbang antaraorientasi tugas dan orientasi pemeliharaan hubungan. Gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh ketua kelompok tani baik Kelompok Tani Sipaturue, Kelompok Tani Mase-mase, dan Kelompok Tani Bulu Dua adalah gaya kepemimpinan jalan tengah, gaya yang seimbang anatara orientasi tugas dan orientasi pemeliharaan hubungan. Ketua-ketua kelompok dalam
menjalankan tugasnya selalu membina hubungan baik antara ketua dengan anggota, pengurus dengan anggota. Keanggotaan Kelompok Tani Keanggotaan dihimpun masyarakat tani yang ada di sekitar lokasi untuk menjadi anggota dan setiap anggota harus patuh kepada aturan yang telah diberlakukan dan apabila ada anggota yang melanggar dari aturan tersebut, maka ada proses pemberhentian yang akan dilakuka oleh kelompok tani melalui rapat anggota. Motivasi utama keikutsertaan petani untuk berkelompok sebagai anggota kelompok tani terutama didorong oleh hasrat meningkatkan kemampuan berusaha tani, serta untuk meningkatkan pendapatan mereka. Kelompok Tani Sipaturue berdiri pada tahun 2000 dengan jumlah anggota 83 orang termasuk tiga orang pengurus mengelola lahan seluas ± 80 ha, Kelompok Tani Mase-mase berdiri pada 19 Juli 2000 beranggotakan 83 orang termasuk tiga pengurus mengelolah lahan seluas 50 ha, sedangkan Kelompok Tani Bulu Dua berdiri 23 Agustus 2000 beranggotakan 86 orang dengan luas lahan ± 120 ha. Dalam kepengurusan ketiga kelompok ini pada dasarnya ada beberapa kriteria untuk menjadi anggota, yaitu : a. Mau bekerja keras dan bekerjasama b. Ada keinginan untuk berkembang/maju c. Mematuhi perturan baik secara tertulis maupun tidak tertulis d. Melakukan pekerjaan di lokasi Lasiwala Dengan kriteria ini, anggota menperoleh keyakinan sebagai sebuah kelompok, mereka mempunyai tujuan yang sama. Setiap saat, anggota yang berhenti bertani di lokasi tersebut akan keluar dari kelompok sehingga sering da
153
Jurnal Hutan Dan Masyarakat Vol. III No. 2 Agustus 2008, 111-234
pergantian anggota. Petani yang berhenti berkelompok biasanya di sebabkan karena usia lanjut sehingga tidak dapat lagi bekerja keras akibat sakit-sakitan, pindah daerah, pinda pekerjaan, dan perkawinan. Berdasarkan hasil wawancara dengan ketiga ketua kelompok tani di Desa Lasiwala mengemukan bahwa semua penduduk yang yang ada di desa dan termasuk anggota kelompok pada khususnya masih mempunyai hubungan kekerabtan. Hal ini berarti, semua anggota kelompok tani juga adalah satu kerabat begitupun antar anggota kelompok tani. Dengan adanya hubungan kekerabatan tersebut, menyebabkan komunikasi baik antar anggota kelompok maupun antar kelompok tani selalu berjalan dengan baik. Hak dan kewajiban seorang anggota kelompok tani juga harus anggota perhatikan. Berikut adalah hak-hak seorang anggota kelompok tani: a. Setiap anggota berhak bicara dan menyampaikan usul, hal ini telah dilakukan oleh ketiga kelompok tani di Desa Lasiwala. b. Setiap anggota mempunyai hak untuk memilih dan dipilih. Kelompok Tani Bulu Dua misalnya, di tahun 2004 telah dilakukan pemilihan ketua baru, tetapi semua anggota Kelompok Tani Bulu Dua masih mengangkat ketua lama tetap tepilih. Semua anggota Kelompok Tani Bulu Dua beralasan bahwa mereka masih butuh figur seorang Haji Puang Hasan Gani. c. Setiap anggota mempunyai hak untuk memperoleh pelayanan. Anggota kelompok tani berhak meminjam an memelihara barangbarang inventaris kelompok. Ini
154
adalah salah satu bentuk pelayanan ketiga kelompok tani. d. Setiap anggota mempunyai hak untuk menapatkan pendidikan dan pelatihan. Lembaga Peemberdayaan Pedesaan Indonesia (LPPI) misalnya, telah melakukan beberapa kali pelatihan kepada para anggota kelompok tani di Desa Lasiwala. e. Setiap anggota kelompok tani berhak memperoleh informasi. Perolehan informasi didapatkan dalam musyawarah seperti halnya yang terjadi di ketiga kelompok tani di Desa Lasiwala. f. Setiap anggota berhak untuk menelaah pembukuan saat Rapat Anggota. Semua anggota juga berhak mengetahui keuangan yang masuk dan keluar di dalam kelompok tani. Kelompok Tani Bulu Dua contohnya, setiap akhir tahun mengadakan rapat keuangan selama satu tahun. Kelompok Tani Mase-mase mengadakan musyawarah tentang perbaikan saluiran air yang tentunya memelukan dana untuk pembelian gorong-gorong. Kewajiban setiap anggota kelompok tani yaitu menjunjung tinggi nama dan kehormatan kelompok tani. Semua anggota wajib mematuhi aturanaturan yang berlaku sesuai dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga kelompok tani. Komunikasi yang jelas antar anggota dalam satu kelompok tani maupun antar anggota dengan kelompok yang berbeda, menimbulkan terjalinnya kejasama yang mantap sehingga tujuan berkelompok dapat tercapai, misalnya, kerjasama dalam pembukan lahan, pemagaran, penyiangan dll. Anggota Kelompok Tani Sipaturue, Kelompok Tani Mase-mase, dan Kelompok Tani Bulu Dua sadar bahwa dengan bekerjasama, ada beberapa keuntungan yang dapat
Dinamika Kelompok Tani Pada Kegiatan Rehabilitasi Hutan Dan Lahan Di Das Bila Walanae Desa Lasiwala Kabupaten Sidrap Abd. Wahid
mereka petik selain memperingan pekerjaan yang harus mereka pikul juga dapt menghemat tenaga dan pikiran. Fasilitas Kelompok Pertemuan dan diskusi lainnya diadakan di pondok kerja yang merupakan fasilitasfasilitas kelompok tani. Dalam pertemuan-pertemuan ini, para anggota kelompok tani berkumpul untuk menerima informasi-informasi baru guna mengembangkan kelompok taninya masing-masing. Pertemuan besar misalnya pada tanggal 20 Mei 2007, di pondok kerja Kelompok Tani Mase-mase yang dihadiri tiga kelompok tani di Desa Lasiwala dan 4 Dinas di Kabupaten Sidrap. Alasan memilih tempat di lokasi tersebut adalah tempatnya yang strategis, akses jalan baik, dan penataan pondok kerja milik Haji Abu Nawas sangat baik dan lengkap serta pemandangan yang enak dipandang mata. Dinas yang hadir pada saat itu adalah Dinas Perkebunan, Dinas Pertanian, Dinas Perikanan, dan Dinas Kehutanan sendiri. Pertemuan ini tidak terlalu menekankan tentang bagaimana mengembangkan kelompok tani seperti biasanya, melainkan selain sebagai wadah dalam membicarakan perkebunan tebu yang akan diadakan di beberapa lokasi yang mana sebagian lahan penanaman tanaman kehutanan juga menjadi areal penanaman tanaman tebu. Di samping itu, pertemuan ini juga merupakan kegiatan refresing bagi pegawai-pegawai dinas di Sidrap. Keterbukaan Keterbukaan merupakan kekuatan anggota setaiap kelompok tani dalam menyatakan keinginan dan kebutuhan secara terus terang. Dalam anggaran
dasar kelompok tani terdapat hak dan kewajiban anggota yang mengatakan bahwa : 1. Setiap anggota berhak berbicara dan menyampaikan usul 2. Setiap anggota berhak untuk memilih dan dipilih 3. Setiap anggota berhak untuk memperoleh pelayanan 4. Setiap anggota berhak mendapatkan pendidikan dan pelatihan 5. Setiap anggota berhak untuk memperoleh informasi 6. Setiap anggota berhak untuk menelaah pembukuan pada saat rapat anggota atau rapat yang dilaksanakan untuk itu. Implementasi penggunaan hak anggota seperti yang tertera di atas dapat kita lihat dari banyak pertemuan-pertemuan kelompok yang telah di lakukan oleh masing-masing kelompok tani. Hal ini menandakan bahwa penerapan tentang hak semua anggota terlaksan dengan baik tampa ada batasan dalam penggunaannya. Kewajiban seorang anggota kelompok tani adalah menjaga nama baik kelompok. Tumbuh dan berkembangnya kelompok tani dalam masyarakat, pada dasarnya karena adanya kepentingan bersama, sedangkan kelompok ini tergantung pada pengikat antara anggota yang dapat menciptakan keakraban individu-individu yang menjadi anggota kelompok. Faktor pengikat yang paling umum dan penting adalah keterbukaan antara pengurus dengan anggota dan anggota dengan anggota lainnya sehingga tercipta keakraban dalam kehidupan berkelompok. Peran Serta Peran serta membahas tentang peran serta dan sumbang saran semua
155
Jurnal Hutan Dan Masyarakat Vol. III No. 2 Agustus 2008, 111-234
anggota. Sejak tahun 2000 anggota kelompok tani telah berperan serta dalam melakukan kegiatan mereka. Hal ini dapat dilihat dari partisipasi anggota untuk ikut dalam rapat /pertemuan dan kerja-kerja kelompok yang dilakukan kelompok. Dalam kelompok ini semua anggota dapat memberikan ide, saran, dan pendapatnya dan pemikiran mereka sebelum melakukan kegiatan sehingga semua kegiatan akan dilakukan melalui suatu perencanaan yang melibatkan semua anggota. Azas dalam bekerjanya pun gotong royong dan kekeluargaan. Peran serta anggota tiap kelompok tani termasuk tinggi karena partisipasi dalam berbagai pertemuan dan kegiatan yang telah dilakukan oleh anggota baik secara gotong royong maupun secara sendirisendiri. Nilai yang menonjol dalam kegiatan RHL Sifat lokal yang mendominasi dalam kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan adalah kegotongroyongan, kebersamaan, dan kekeluargaan. Nilai-nilai yang menonjol dalam kegiatan RH.
156
KESIMPULAN Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada bagian hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Hubungan antara pengurus kelompok tani dengan instansi-instansi terkait dalam hal pelaksanaan kegiatan reboasasi hutan dan lahan (RHL) oleh anggotanya sangat berpengaruh terhadap dinamika kelompok. 2. Kegotong-royongan, kekeluargaan, dan kebersamaan merupakan nilainilai yang menonjol dalam kelompok tani RHL. 3. Kegiatan penyuluhan dan pendampingan dari Instansi terkait perlu diintensifkan untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM) kelompok tani. 4. Pengelokasian dana reboasasi hutan dan lahan dari Instansi terkait diharapkan turun tepat waktu untuk pemeliharaan tanaman.
Dinamika Kelompok Tani Pada Kegiatan Rehabilitasi Hutan Dan Lahan Di Das Bila Walanae Desa Lasiwala Kabupaten Sidrap Abd. Wahid
DAFTAR PUSTAKA Adjid, D.A. 1985. Pola Partisipasi Masyarakat Pedesaan dalam Pembangunan Berencana. Orba Sakti, Bandung. Arif, Mirriam Sofyan. 1986. Organisasi dan Managemen. Universitas Terbuka, Karunia, Jakarta. Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Aliran Sungai. Penerbit Mada University Yogyakarta. _______. 2002. Hidrologi dan Aliran Sungai. Penerbit Mada. University Bulaksumur, Yogyakarta.
Daerah Gadjah Press, Daerah Gadjah Press,
Beddu, Dahlan. 2003. Tesis, Dinamika Kelompok Tani dalam Upaya Peningkatan Produksi Padi. PPS, Makassar. Budi, I. Setiawan, 1999. Land Use And Planning for Cigulung Maribaya Sub Watershed Using ANSWERS Model Procedding of International Workshop on Suistainable Resource Management for Cidanau Watershed. RUBRDUT/IPB, Bogor.
Departemen Kehutanan, 2001. SK Menteri Kehutanan No 52 Tahun 2001 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Daearah Aliran Sungai. Dirjen RLPS dan Dirjen RLKT, Departemen Kehutanan. ________, 2003. Penyusunan Rencana Teknik Lapangan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Daerah Aliran sungai (DAS) Jeneberang Propinsi Sulawesi Selatan. Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutani Sosial BP.DAS JeneberangWalanae, Makassar. _______, 2005. SK Menteri Kehutanan No. SK 272/Menhut – V/2005 Tentang Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL). Jakarta. Donner. Hubert, 1959. Group DinamicsPrinciples and Application. The Ronald Press Company, New York. Iskandar, J. 2003. Ekologi Perladangan Indonesia. Studi Kasus Dari Daerah Badui Banten Selatan, Jawa Barat. Penerbit Jembatan, Jakarta.
157