KAJIAN RENCANA ……..(28): 332-337
KAJIAN RENCANA TEKNIK REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN DI DAS BATULICIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Oleh KARTA SIRANG & SYARIFUDDIN KADIR Program Studi Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat
ABSTRACT Hutan merupakan salah satu sumber daya yang memiliki nilai ekonomi, ekologi dan sosial yang tinggi. Hutan alam tropika juga berfungsi sebagai paru-paru dunia dan sistem penyangga kehidupan sehingga kelestariannya harus dijaga dan dipertahankan dengan pengelolaan hutan yang tepat. Proses degradasi sumber daya hutan yang telah berlangsung dalam kurun waktu yang cukup lama tidak terlepas dari persoalan yang menyangkut sistem pengelolaan hutan. Ini ditandai dengan proses pengelolaan yang tidak transparan, tidak mengikuti prinsip pengelolaan hutan yang lestari (sustainable), tidak mengindahkan prinsip-prinsip keadilan serta tidak mampu menumbuh kembangkan ekonomi rakyat terutama mereka yang sangat tergantung kehidupannya dengan sumberdaya hutan. Berdasarkan data dari Badan Planologi Kehutanan tahun 2008, Laju deforestasi di Indonesia sejak tahun 2003 - 2006 pada Hutan konservasi seluas 55,6 ribu ha/tahun, pada Hutan Lindung seluas 391,0 ribu ha/tahun dan pada Hutan Produksi seluas 575,3 ribu ha/tahun. Di Provinsi Kalimantan Selatan, laju kerusakan hutan di indikasikan dengan bertambahnya luas lahan kritis baik di dalam maupun diluar kawasan hutan. Berdasarkan data tahun 2003, luas lahan kritis di Kalimantan Selatan tercatat seluas 555.983 Ha, dimana seluas 364,850.72 berada di Dalam Kawasan Hutan dan 191,132.28 Ha berada di Luar Kawasan Hutan. Berdasarkan hasil updating pada tahun 2009, luas lahan kritis di Kalimantan Selatan meningkat menjadi 761,042.6 Ha yang tersebar baik di dalam maupun di luar kawasan hutan. Metode kajian rencana teknik RHL mengcu; Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 76 Tahun 2008 tentang Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan, Permenhut No. P.70/Menhut-II/2008 tentang pedoman teknis RHL, dan Permenhut No. P.32/Menhut-II/2009 tentang Tata cara Penyusunan rencana tenik RHL DAS. Berdasarkan hasil kajian diperoleh bahwa DAS Batulicin mempunyai luas secara keseluruhan sebesar 158.807,3 Ha, berdasarkan analisis tingkat kekritisan lahan diperoleh bahwa lahan kritis seluas 13.982,5 Ha dan lahan agak kritis sebagai seluas 61.546,5 Ha maka rencan teknik RHL terdiri lahan kritis sebagai prioritas I dan lahan agak kritis sebagai Prioritas II. Selanjutnya masing-masing kegitan RTk-RHL DAS; pada prioritas I yaitu kegiatan Reboisasi 10.686,7 Ha dan kegiatan penghijauan Ha 13.995,4 Ha, sedangkan prioritas II yaitu kegiatan Reboisasi 9.459,5 Ha dan kegiatan penghijauan Ha 61.546,5 Ha Kata Kunci: Lahan kritis, Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL), Daerah Aliran Sungai (DAS) Rencana Teknik RHL (RTk-RHL) DAS Batulicin
Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 10 No. 28, Edisi Desember 2009
332
KAJIAN RENCANA ……..(28): 332-337
PENDAHULUAN Hutan merupakan salah satu sumber daya yang memiliki nilai ekonomi, ekologi dan sosial yang tinggi. Hutan alam tropika juga berfungsi sebagai paru-paru dunia dan sistem penyangga kehidupan sehingga kelestariannya harus dijaga dan dipertahankan dengan pengelolaan hutan yang tepat Proses degradasi sumber daya hutan yang telah berlangsung dalam kurun waktu yang cukup lama tidak terlepas dari persoalan yang menyangkut sistem pengelolaan hutan. Ini ditandai dengan proses pengelolaan yang tidak transparan, tidak mengikuti prinsip pengelolaan hutan yang lestari (sustainable), tidak mengindahkan prinsip-prinsip keadilan serta tidak mampu menumbuh kembangkan ekonomi rakyat terutama mereka yang sangat tergantung kehidupannya dengan sumberdaya hutan Berdasarkan data dari Badan Planologi Kehutanan tahun 2008, Laju deforestasi di Indonesia sejak tahun 2003 - 2006 pada Hutan konservasi seluas 55,6 ribu ha/tahun, pada Hutan Lindung seluas 391,0 ribu ha/tahun dan pada Hutan Produksi seluas 575,3 ribu ha/tahun. Di Provinsi Kalimantan Selatan, laju kerusakan hutan di indikasikan dengan bertambahnya luas lahan kritis baik di dalam maupun diluar kawasan hutan. Berdasarkan data tahun 2003, luas lahan kritis di Kalimantan Selatan tercatat seluas 555.983 Ha, dimana seluas 364,850.72 berada di Dalam Kawasan Hutan dan 191,132.28 Ha berada di Luar Kawasan
Hutan. Berdasarkan hasil updating pada tahun 2009, luas lahan kritis di Kalimantan Selatan meningkat menjadi 761,042.6 Ha yang tersebar baik di dalam maupun di luar kawasan hutan Upaya penanggulangan kerusakan hutan dan lahan pada DAS DAS yang prioritas untuk ditangani dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun 2010 sampai dengan 2014. Berdasarkan surat keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 328/MenhutII/2009 tentang penetapan daerah aliran sungai prioritas dalam rangka rencana pembangunan jangka menengah (RPJM) Tahun 2010 - 2014, ditetapkan bahwa DAS Barito dan Batulicin yang terdapat di wilayah kerja BPDAS Barito termasuk dalam DAS-DAS yang prioritas untuk ditangani dari 108 DAS di seluruh Indonesia Sehubungan dengan hal tersebut, maka Balai Pengelolaan DAS Barito melaksanakan penyusunan RTkRHL-DAS diseluruh wilayah kerja, dengan memanfaatkan data-data yang mencerminkaan kondisi hutan dan lahan saat ini. RTKRHL-DAS ini digunakan untuk jangka waktu 15 tahun, namun tidak menutup kemungkinan sebelum mencapai 15 tahun akan direview kembali. Kajian ini yang dilaksanakan di DAS Batulicin bertujuan untuk mengetahui kondisi tingkat kekritisan lahan dan menyusun Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan dan lahan di DAS Batulicin (RTk-RHL DAS).
METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di DAS Batulicin Kabupaten Kotabaru Provinsi Kalimantan Selatan, penelitian dilaksanakan pada tahun 2009.
Agar diperoleh hasil secara kuantitatif maupun kualitatif, data dan informasi yang telah diperoleh akan dilakukan analisis. Terdapat 3 (tiga) kegiatan analisis yaitu (a) Analisis Citra
Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 10 No. 28, Edisi Desember 2009
333
KAJIAN RENCANA ……..(28): 332-337
Satelit untuk mendapatkan informasi zonasi penutupan lahan terbaru dengan metode interpretasi citra; (b) Analisis GIS tumpang susun (overlay) untuk mendapatkan informasi baru yang dibutuhkan secara kuantitatif terhadap beberapa informasi tertentu dari peta tematik; (c) Analisis parameter
penentuan tingkat kekeritisan lahan untuk menentukan prioritas kegiatan RHL; dan (d) Analisis kualitatif deduktifanalitik, yang dilakukan dalam rangka mendapatkan kesimpulan berdasarkan sebaran informasi yang ada secara keruangan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penyusunan (LMU)
Land
Mapping
Unit
Satuan lahan adalah bagian dari lahan yang mempunyai karakteristik yang spesifik, satuan lahan dibuat dalam rangka membentuk informasi dasar yang akan digunakan untuk suatu aplikasi di bidang kehutanan. satuan lahan dalam hal ini disebut dengan land mapping unit. Untuk mendapatkan data LMU maka dilakukan overlay terhadap Peta Lahan Kritis (Sangat kritis, Kritis,Agak kritis), DAS Prioritas (I, II, III, IV), Fungsi
Kawasan Hutan (HL, HK, HP, KL,KB), dan Morfologi DAS (hulu, tengah, hilir). Dengan overlay terhadap keempat peta ini maka menghasilkan peta baru berupa peta satuan lahan (land mapping unit) yang menjadi dasar penentuan satuan lahan RTkRHL-DAS. Selanjutnya untuk memprioritaskan penanganan sasaran RHL, dipilih LMU dengan Kriteria Kritis dan Sangat Kritis sebagai RHL Prioritas I dan Agak Kritis sebagai RHL Prioritas II. Luas keseluruhan LMU terpilih pada RHL Prioritas disajikan sebgai berikut.
Tabel 1. Data LMU terpilih di SWP DAS Batulicin No RHL PRIORITAS I RHL PRIORITAS II LMU Luas (Ha) LMU Luas (Ha) 1 K1Hi-HP 196,0 AKIHi-HK 19,3 2 K1Hi-KB 788.1 AKIHi-KB 13.826,9 3 KIHu-HL 1.171,2 AKIHu-HL 779,2 4 KIHu-HP 3.018,7 AKIHu-HP 1.632,4 5 KIHu-KB 345,9 AKIHu-KB 1.454,4 6 KITg-HL 7,5 AKITg-HL 53,0 7 KITg-HP 3.649,5 AKITg-HP 6.975,6 8 KITg-KB 1.172,8 AKITg-KB 36.805,7 9 SK1Hi-HP 12,9 10 SK1Hi-KB 59,1 11 SK1Hu-HL 879,8 12 SK1Hu-HP 1.198,4 13 SK1Hu-KB 86,9 14 SK1Tg-HP 539,8 15 SK1Tg-KB 855,7 Total 13.982,5 61.546,5 Keterangan : Tingkat Kekritisan Lahan = SK : Sangat Kritis, K : Kritis, AK : Agak Kritis DAS Prioritas = I , II, III, IV/Non Prioritas; Morfologi DAS = Hu : Hulu, Tg : Tengah, Hi : Hilir Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 10 No. 28, Edisi Desember 2009
334
KAJIAN RENCANA ……..(28): 332-337
Berdasarkan pada Tabel 1 di atas terlihat bahwa kegiatan RHL di rencanakan akan dilaksanakan terdiri atas prioritas I dan II, hal ini sesuai dengan tingkat kekritisan lahan. Setiap tahapan proritas pelaksanaan kegiatan RHL secara vegetatif masing-masing terdiri atas Reboisasi dan penghijajuan dengan luasan seperti pada tabel di atas, hal ini karena sesuai dengan fungsi kawasan yaitu kawasan lindung dan kawasan budidaya.
Rencana Teknik RHL – DAS Vegetatif Berdasarkan analisis data spasial serta ground cek lapangan maka rekomendasi rencana teknik RHL secara vegetatif pada LMU pada RHL Prioritas I dan II di wilayah SWP DAS Batulicin secara rinci disajikan pada matrik sebagaimana Tabel 2 dan 3.
Tabel 2. Matrik Rencana Teknik RHL DAS Dalam Kawasan Hutan pada SWP DAS Batulicin berdasarkan RHL Prioritas I MORFOLOGI DAS
HULU ( H )
Luas (ha)
DALAM KAWASAN HUTAN HK
HL RL-HHL-Bc.I - Jlh tan. reb. awal 1.110 btg/Ha - Tan. Kayu2an camp jenis meranti, mahoni min. 666 Btg/Ha - Tan.MPTS jenis karet, gaharu, durian, kemiri maks. 444 btg/Ha 2.051,0
TENGAH (T)
RL-THL-Bc.I - Jlh tan.reb. awal 1.110 btg/Ha - Tan. Kayu2an camp jenis meranti,mahoni min. 666 Btg/Ha - Tan.MPTS jenis karet, gaharu, durian, kemiri maks. 444 btg/Ha
Luas (ha)
7,5
HILIR (L)
Luas (ha) Total
2.058,5
HP RP-HHP-Bc.I - Jlh tan. Reb. awal 400 btg/Ha - Tan. Kayu2an jenis sengon,akasia dll Min.360 btg/Ha - Tan. MPTS jenis karet, sukun, cempedak dll maks. 40 btg/Ha 4.217,1 RP-THP-Bc.I - Jlh tan. Reb. awal 400 btg/Ha - Tan. Kayu2an jenis durian,sengon, akasia dll Min.360 Btg/Ha - Tan. MPTS jenis gaharu, karet, sukun, cempedak dll maks.40 btg/Ha 4.189,3 RK-LHK-Bc.I RP-LHP-Bc.I - Jlh tan. Reb. - Jlh tan. Reb. awal 400 awal 400 btg/Ha btg/Ha - Tan. kayu- Tan. Kayu2an jenis kayuan camp. sengon, akasia dll jenis endemik Min.360 Btg/Ha Min.360 Btg/Ha - Tan. MPTS jenis karet, - Tan.MPTS maks. durian,sukun, 40 btg/Ha cempedak dll maks. 40btg/Ha 12,9 208,9 12,9 8.615,3
Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 10 No. 28, Edisi Desember 2009
335
KAJIAN RENCANA ……..(28): 332-337
Berdasarkan pada Tabel 2 di atas terlihat bahwa pada prioritas I ini terlihat bahwa RHL akan dilaksanakan di dalam kawasan hutan baik pada hutan lindung, mupun hutan produksi dilaksanakan penanaman jenis kayuan dan MPTS, hal ini dilakukan agar selain dapat berfungsi sebagai pengatur tata air juga dapat
berfungsi meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan analisis data spasial maka rekomendasi rencana teknik secara vegetatif berdasarkan RHL Prioritas II pada SWP DAS Batulicin disajikan pada matrik sebagaimana Tabel 3.
Tabel 3. Matrik Rencana Teknik RHL DAS pada SWP DAS Batulicin berdasarkan RHL Prioritas II MORFOLOGI DALAM KAWASAN HUTAN LUAR KAWASAN HUTAN DAS HL HK HP BUDIDAYA(B) RL-HHLRK-HHKRP-HHPHULU ( H ) PB-HKB-Bc.II Bc.II Bc.II Bc.II Luas (ha) 779.2 1,632.4 1,454.4 RL-THLRK-THKRP-THPTENGAH (T) PB-TKB-Bc.II Bc.II Bc.II Bc.II Luas (ha) 53.0 6,975.6 36,805.7 RL-LHLRK-LHKRP-LHPHILIR (L) PB-LKB-Bc.II Bc.II Bc.II Bc.II Luas (ha) 19.3 13,826.9 Total 832.2 19.3 8,608.1 52,086.9
Berdasarkan pada Tabel 3 terlihat bahwa pada prioritas II ini terlihat bahwa RHL akan dilaksanakan di dalam kawasan hutan dan di luar kawasan hutan dilaksanakan penanaman jenis kayuan dan MPTS, hal ini dilakukan agar selain dapat berfungsi sebagai pengtur tata air juga dapat berfungsi meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sipil teknis Rekomendasi kegiatan Konservasi Tanah dan Air berupa bangunan sipil teknis dalam Rencana Teknik RHL DAS, diberikan dengan pertimbangan sebagai berikut. Rekomendasi kegiatan Konservasi Tanah dan Air berupa bangunan sipil teknis dalam Rencana Teknik RHL DAS, diberikan dengan pertimbangan sebagai berikut; 1. LMU lahan kritis di DAS Prioritas I, direkomendasikan sipil teknis
dengan pertimbangan bahwa DAS tersebut perlu ditangani secara intensif untuk pengendalian bencana alam seperti banjir dan tanah longsor serta adanya bangunan vital di tengah dan hilir DAS. 2. DAS Prioritas II, III dan IV / Non Prioritas direkomendasikan kegiatan sipil teknis dengan pertimbanganpertimbangan khusus misalnya adanya kerawanan bencana alam dan lain sebagainya. Rencana Teknik RHL secara Sipil Teknis di wilayah kerja BPDAS Barito berdasarkan SWP DAS serta pada cakupan tiap Kabupaten disajikan sebagaimana Tabel 4.
Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 10 No. 28, Edisi Desember 2009
336
KAJIAN RENCANA ……..(28): 332-337
Tabel 4. Rencana teknik rehabilitasi hutan dan lahan secara sipil teknis selama 15 tahun. Jenis Bangunan Konservasi Tanah Jumlah (Sipil Teknis) No SWP DAS KABUPATEN DPi DPn GP SRA/B Embung (buah)
1
Batulicin
BATULICIN Total Keterangan : Dpi = DPn = GP = SRA/B
Tanah Bumbu
10
4
10
24
10
4
10
24
Dam Pengendali Dam Penahan Gully plug / Pengendali jurang = Sumur resapan air/Biopori
PENUTUP
Kesimpulan Hasil analisis tingkat kekritisan lahan diperoleh bahwa lahan kritis seluas 13.982,5 Ha dan lahan agak kritis sebagai seluas 61.546,5 Ha Rencana teknik kehutanan RHL (RTk-RHL DAS) secara vegetatif pada prioritas I yaitu kegiatan Reboisasi 10.686,7 Ha dan kegiatan penghijauan Ha 13.995,4 Ha, sedangkan prioritas II yaitu kegiatan Reboisasi 9.459,5 Ha dan kegiatan penghijauan Ha 61.546,5 Ha. Rencana teknik kehutanan RHL (RTk-RHL DAS) secara sipil teknis Dam Pengendali sebanyak 10 buah, Dam
Penahan sebanyak 4 buah dan Gully plug / Pengendali jurang sebanyak 10 buah. Saran Dalam rangka pelaksanaan kegiatan RHL di DAS Batulicin diharapkan mengacu kepada RTk-RHL yang telah disusun ini. Untuk memperoleh hasil yang lebih optimal, maka pelaksanaan kegiatan penanaman diharapkan menyesuaikan pada musim hujan. Sebelum pelaksanaan kegiatan RHL, diharapakan dilakukan sosialisasi kepada masyarakat di dalam DAS dan sekitarnya.
Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 10 No. 28, Edisi Desember 2009
337