STRATEGI PENGEMBANGAN UNIT USAHA BERAS “SAE” (SEHAT, AMAN, DAN ENAK) GAPOKTAN SILIH ASIH DESA CIBURUY, KECAMATAN CIGOMBONG KABUPATEN BOGOR
SKRIPSI
JIHAN KARTIKA DEWI H34070029
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
1
RINGKASAN JIHAN KARTIKA DEWI. Strategi Pengembangan Unit Usaha Beras SAE (Sehat, Aman, dan Enak) Gapoktan Silih Asih, Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor”. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan JOKO PURWONO). Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar penduduk Indonesia bermata pencarian sebagai petani. Sektor pertanian memiliki empat subsektor yaitu tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan perikanan. Di Indonesia, komoditas pangan utama masyarakat adalah beras. Beras merupakan bahan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia sehingga menjadi peluang bagi petani beras untuk mengembangkan usahanya. Salah satu produsen beras di Kabupaten Bogor yang memilliki potensi adalah Gapoktan Silih Asih. Gapoktan Silih Asih terletak di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor. Gapoktan Silih asih menerapkan sistem produksi dan pasca panen sesuai dengan SOP dibawah bimbingan Dirjen Tanaman Pangan Departemen Pertanian. Gapoktan tersebut memproduksi beras sehat yang dikenal masyarakat adalah beras SAE yang artinya beras yang Sehat, Aman, dan Enak. Beras SAE adalah produk beras yang tidak mengandung residu pestisida berbahaya (dibawah ambang batas kandungan pestisida yang boleh dikonsumsi manusia), Aman karena bebas residu dari pestisida yang berbahaya, Enak karena rasa nasinya yang pulen dan mempunyai aroma pandan. Kendala yang dihadapi Gapoktan Silih Asih masih rendah dalam administrasi terbukti dari visi dan misi yang belum tertulis. Pencatatan tentang keuangan masih belum rapi sehingga administrasinya pun masih rendah. Administrasi yang dilakukan Gapoktan masih belum terlalu modern sehingga masih butuh penataan administrasi yang lebih baik lagi. Tingkat pendidikan petani pada Gapoktan Silih Asih termasuk golongan yang rendah yaitu lulusan SD, SMP. Kompetensi petani pun kurang kompeten yang dimiliki petani masih terbatas. Kurangnya ketersediaan air juga masih kendala karena pengembangan beras ini masih tergantung cuaca. jadi ketika musim kemarau, air yang didapat sangatlah terbatas sehingga dapat mengganggu pola tanam padi. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan dalam pengembangan usaha beras “SAE” Gapoktan Silih Asih, mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan eksternal yang menjadi peluang dan ancaman dalam pengembangan usaha beras “SAE” Gapoktan Silih Asih serta menentukan alternatif strategi pengembangan usaha dan prioritas yang dilakukan pada usaha beras “SAE” Gapoktan Silih Asih. Penelitian ini dilakukan di Gapoktan Silih Asih yang berlokasi di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Penelitian Pengumpulan data dan penelitian dilakukan pada Maret sampai September 2011. Penentuan responden dilakukan dengan purposive sampling. Metode pengolahan dan analisis data terdiri atas analisis deskriptif dan analisis tiga tahap formulasi strategi. Adapun alat bantu analisis yang digunakan dalam merumuskan strategi perusahaan adalah matriks faktor eksternal dan internal (matriks EFE dan IFE), matrik SWOT, matriks IE dan Matriks QSP (QSPM).
2
Peluang utama yang dihadapi oleh Gapoktan Silih Asih adalah ketersediaan bahan baku sedangkan ancaman utama adalah perubahan cuaca tak menentu. Kekuatan utama yang dimiliki adalah yang berjiwa wirausaha tinggi, disiplin dan bertanggung jawab sedangkan kelemahan yang utama adalah kurangnya ketersediaan air. Berdasarkan hasil matriks IE, unit usaha Gapoktan Silih Asih berada pada sel ke V yaitu dalam menjaga dan mempertahankan (penetrasi pasar dan pengembangan produk). Total skor bobot pada matriks IFE adalah 2,935 sedangkan pada matriks EFE adalah 2,903. Berdasarkan matriks SWOT terdapat enam strategi yang dapat diterapkan meliputi meningkatkan promosi beras SAE, meningkatkan pengembangan produk beras SAE, meningkatkan keterampilan SDM petani Gapoktan Silih Asih, meningkatkan kualitas dan kuantitas beras SAE, mengefisiensi fasilitas Gapoktan untuk perbaikan ketersediaan air serta memperbaiki sistem administrasi. Berdasarkan matriks QSPM yang menjadi prioritas utama adalah meningkatkan pengembangan produk beras SAE. Dalam pengembangan produk yaitu mengupayakan peningkatan penjualan dengan cara memperbaiki atau memodifikasi jasa atau produk saat ini.
3
STRATEGI PENGEMBANGAN UNIT USAHA BERAS “SAE” (SEHAT, AMAN, DAN ENAK) GAPOKTAN SILIH ASIH DESA CIBURUY, KECAMATAN CIGOMBONG KABUPATEN BOGOR
JIHAN KARTIKA DEWI H34070029
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
4
Judul Skripsi
: Strategi Pengembangan Unit Usaha Beras SAE (Sehat, Aman, dan Enak)
Gapoktan Silih Asih, Desa
Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor Nama
: Jihan Kartika Dewi
NIM
: H34070029
Disetujui, Pembimbing
Ir. Joko Purwono, MS NIP. 19600606 198601 1 002
Diketahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002
Tanggal Lulus :
5
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Strategi Pengembangan Unit Usaha Beras SAE (Sehat, Aman, dan Enak) Gapoktan Silih Asih, Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Oktober 2011
Jihan Kartika Dewi H34070029
6
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 21 Desember 1989, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Anwar Syamir dan Ibu Sukaesih. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 2001 di SDN Sindangrasa dari kelas satu sampai dengan kelas tiga kemudian kelas empat sampai kelas enam mengikuti seleksi siswa teladan di SDN Unggulan Gunung Batu dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2004 di SMPN 4 Bogor. Pada tahun 2007 penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMAN 5 Bogor. Pada tahun 2007, Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI), dan diterima di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Selama mengikuti pendidikan penulis tercatat sebagai anggota D’Prime Hipma (Himpunan mahasiswa peminat agribisnis) periode 2009-2010. Penulis juga aktif mengikuti kepanitiaan-kepanitiaan yang dilaksanakan oleh organisasiorganisasi di kampus. Kepanitian yang pernah diikuti penulis antara lain anggota humas MPKMB periode 2008-2009, divisi acara MPF atau MPD periode 20092010, bendahara Agrination periode 2009-2010 serta divisi Ekstravaganza periode 2009-2010.
7
KATA PENGANTAR Puji Syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan karuniaNya sehingga penulis
dapat
menyelesaikan skripsi
yang
berjudul
“Strategi
Pengembangan Unit Usaha Beras SAE (Sehat, Aman, dan Enak) Gapoktan Silih Asih, Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor” . Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan dalam pengembangan usaha beras “SAE” Gapoktan Silih Asih, mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan eksternal yang menjadi peluang dan ancaman dalam pengembangan usaha beras “SAE” Gapoktan Silih Asih serta menentukan alternatif strategi pengembangan usaha dan prioritas yang dilakukan pada usaha beras “SAE” Gapoktan Silih Asih. Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, Oktober 2011 Jihan Kartika Dewi
8
UCAPAN TERIMA KASIH Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada : 1. Ir. Joko Purwono, MS selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, petunjuk, waktu yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 2. Dr. Ir. Heny K Daryanto, M.Ec selaku dosen penguji utama yang telah memberikan arahan serta saran dalam perbaikan skripsi ini. 3. Febriantina Dewi, SE, MM selaku dosen penguji komdik yang telah memberikan arahan serta saran dalam perbaikan skripsi ini. 4. Ir Lusi Fausia yang telah menjadi pembimbing akademik dan seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis. 5. Orang tua dan keluarga tercinta yang telah memberikan motivasi, dukungan yang sangat berharga. Ayah, Mama, Sarah Herlina Putri dan Rahman Army semoga ini menjadi persembahan yang terbaik. 6. Pihak Gapoktan Silih Asih Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor yaitu Bapak H. Ahmad Zakaria sebagai Ketua, Bapak Harry sebagai ketua Koperasi Lisung Kiwari, Bapak Amir sebagai manajer produksi serta semua anggota yang terlibat dalam pembuatan skripsi penulis yang memberikan data-data sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini 7. Bapak Junaedi sebagai pelaksana Dinas Pertanian Kabupaten Bogor yang telah memberikan arahan dan petunjuk dalam penyusunan skripsi ini. 8. Warga Ciletuh Girang, Desa Wates Jaya, Kecamatan Cigombong yang telah membantu dan memberi motivasi dalam penyusunan skripsi ini. 9. Beasiswa Karya Salemba Empat yang telah membantu pendanaan dalam penyusunan skripsi ini. 10.
Keluarga Nafisa Muthmainnah, Betsi Atrisia, Bapak Deden, Fithriani
Rahayu, dan semua pihak yang telah membantu pendanaan dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
9
11.
Teman-teman agribisnis 44 yang telah membantu dalam penulisan skrispsi
saya ini khususnya (Putri, Anten, Agy, Venty, Azi, Tami, Haqi, Deci, Dinar, Octia, Fia) dan semuanya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang sangat berjasa dalam penyusunan skripsi ini. Bogor, Oktober 2011 Jihan Kartika Dewi
10
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ..............................................................................
v
DAFTAR GAMBAR
.........................................................................
vi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................
vii
I
PENDAHULUAN ..................................................................... 1.1. Latar Belakang ..................................................................... 1.2. Perumusan Masalah .............................................................. 1.3. Tujuan Penelitian .................................................................. 1.4. Manfaat Penelitian ................................................................. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian .....................................................
1 1 4 7 7 7
II
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 2.1. Gambaran Umum Komoditas Beras……………………… ... 2.2. Varietas Unggul ......................................... ........................... 2.3. Pertanian Sehat ……………………………........................... 2.4. Beras “SAE” ………………………………………………...
8 8 9 11 12
III
KERANGKA PEMIKIRAN ..................................................... 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ............................................... 3.1.1 Konsep Strategi ......................................................... 3.1.2 Hirarki Strategi …....................................................... 3.1.3 Model Manajemen Strategis komprehensif ................. 3.1.4 Foormulasi Strategi ………………………………….. 3.1.5 Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan ............................. 3.1.6 Audit Eksternal …………………………. ................... 3.1.7 Audit Internal …………………… ............................ 3.1.8 Menetapkan Tujuan Jangka Panjang………………… 3.1.9 Merumuskan, Menetapkan, dan Memilih Strategi....... 3.1.9.1 Matrisk IFE dan EFE ………………………… 3.1.9.2 Matriks IE ........................................................ 3.1.9.3 Matriks SWOT ………………………………. 3.1.10Matriks QSPM …………………………………......... 3.2. Hasil Penelitian yang Relevan ....................................... 3.3 Kerangka Pemikiran Operasional ………………………… ..
13 13 13 13 14 15 16 16 19 21 21 21 22 22 22 22 33
IV
METODE PENELITIAN ......................................................... 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................ 4.2. Data dan Instrumentasi ........................................................ 4.3. Metode Pengumpulan Data ................................................ 4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ................................ 4.4.1 Analisis Deskriptif ..................................................... 4.4.2 Analisis Perumusan Strategi ...................................... 4.4.2.1 Tahap Input (Input Stage) ............................. 4.4.2.2 Tahap Pencocokan (Matching Stage) ........... 4.4.2.3 Tahap Keputusan (Decision Stage) ..............
35 35 35 35 37 37 38 38 40 44 iii
V GAMBARAN UMUM GAPOKTAN SILIH…………………... ... 5.1 Gapoktan Silih Asih ………………………………………… 5.2 Visi dan Misi Gapoktan ……………………………………. . 5.3 Lokasi dan Letak Geografis ………………………………… 5.4 Sejarah Gapoktan ………………………………………….... 5.5 Lingkup Kegiatan Produksi ………………………………… 5.6 Organisasi ……………………………………………………
46 46 46 46 48 49 49
VI ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN ………………….. 6.1 Analisis Lingkungan Internal ……………………………… 6.1.1 Manajemen …………………………………………….. 6.1.2 Proses Produksi ………………………………………... 6.1.3 Pemasaran ……………………………………………… 6.1.4 Keuangan ……………………………………………… 6.1.5 Penelitian dan Pengembangan ………………………… 6.16 Sistem Informasi Manajemen …………………………. . 6.2 Lingkungan Eksternal 6.2.1 Ekonomi ……………………………………………….. 6.2.2 Sosial, Budaya, Demografi dan lingkungan …………… 6.2.3 Politik,Kebijakan Pemerintah dan Hukum ……………. 6.2.4 Teknologi ……………………………………………… 6.2.5 Kompetitif ……………………………………………… 6.3 Identifikasi Faktor Kekuatan, kelemahan, Peluang dan Ancaman ……………………………………………….. 6.3.1 Identifikasi Kekuatan dan kelemahan …………………. 6.3.2 Identifikasi Peluang dan Ancaman …………………….
51 51 51 53 57 59 60 60
VII PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA …… 7.1 Tahap Pemasukan Data ……………………………………… 7.1.1 Matriks IFE ……………………………………………. 7.1.2 Matriks EFE ……………………………………………. 7.2 Tahap Pencocokkan …………………………………………. 7.2.1 Matriks IE ……………………………………………… 7.2.2 Matriks SWOT ………………………………………… 7.3 Tahap Keputusan ……………………………………………. 7.3.1 Matriks QSPM ………………………………………….
73 73 73 74 75 75 76 78 79
VIII KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………… 8.1 Kesimpulan………………………………………………….. 8.2 Saran ………………………………………………………….
80 80 81
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………
82
LAMPIRAN …………………………………………………………..
83
61 62 63 64 65 67 67 70
iv
DAFTAR TABEL Nomor 1.
Halaman PDB Triwulan Atas Dasar Harga Berlaku (Milyar Rp) Tahun 2005-2009 ……………………………………………………
2.
Luas Lahan, Produktivitas, Produksi dan Pertumbuhan Produksi Padi Nasional tahun 2003-2010 ………………… …
3.
1 2
Deskripsi Gabungan Kelompok Tani Silih Asih di Desa Ciburuy………………………………………………………...
5
4.
Jenis dan Sumber Data ………………………………………...
36
5.
Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Perusahaan ………
38
6.
Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Perusahaan ………..
38
7.
Penilaian Rating dari Faktor-Faktor Eksternal ……………….
39
8.
Penilaian Rating dari Faktor-Faktor Internal ………………
…
40 9.
Matriks SWOT ………………………………………………..
42
10.
Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif (QSPM) …………..
45
11.
Daftar Harga Beras SAE ………………………………………
58
12.
PDRB per kapita (juta rupiah) tahun 2007-2009 ………………. 61
13.
PDRB Kabupaten Bogor atas dasar harga berlaku tahun 2006-2009……………………………………………..
62
14.
Jumlah penduduk Kabupaten Bogor …………………………..
63
15.
Matriks IFE pada unit usaha Beras SAE Gapoktan Silih Asih … 73
16.
Matriks EFE pada unit usaha Beras SAE Gapoktan Silih Asih …. 74
17.
Matriks SWOT Gapoktan Silih Asih ……………………………. 76
v
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1.
Model Manajemen Strategis Komprehensif …………………..
15
2.
Kerangka Pemikiran Operasional …………………………….
34
3.
Matriks Internal-eksternal …………………………………….
44
4.
Alur proses produksi beras SAE ………………………………
55
5.
Matriks IE ……………………………………………………..
75
vi
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1.
Struktur Organisasi Gapoktan Silih Asih …………………..
83
2.
Daftar Wawancara …………………………………………
84
3.
Kuisioner Penelitian ……………………………………….
88
4.
Gambar …………………………………………………...
107
vii
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar penduduk Indonesia bermata pencarian sebagai petani. Sektor pertanian memiliki empat subsektor yaitu tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan perikanan. Di Indonesia, komoditas pangan utama masyarakat adalah beras. Beras merupakan bahan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia sehingga menjadi peluang bagi petani beras untuk mengembangkan usahanya. Peran sektor pertanian dalam perekonomian nasional berpengaruh terhadap pembentukan PDB nasional. PDB merupakan salah satu indikator ekonomi makro untuk mengetahui peranan dan kontribusi yang diberikan oleh suatu produk terhadap pendapatan nasional. Peran tersebut tertuang dalam kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang cenderung terus mengalami peningkatan setiap tahunnya (Tabel 1). Tabel 1. PDB Triwulanan Atas Dasar Harga Berlaku (Milyar Rp) Tahun 20052009 Sektor
2005
2006
2007
2008*
2009*
Pertanian
364.169,3
433.223,4
541.931,5
716,065.3
858,252.0
Pertambangan dan Penggalian
309.014,1
366.520,8
440.609,6
540,605.3
591,531.7
Industri Pengolahan
760.361,3
919539,3
1.068.653,9
1,380,713.1
1,480,905.4
26.693,8
30.354,8
34.723,8
40.846,1
46.823,1
195.110,6
251.132,3
304.996,8
419.642,4
554.982,2
431.620,2
501.542,4
592.304,1
691.494,7
750.605
180.584,9
231.523,5
264.263,3
312.190,2
352.407,2
Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan
230.522,7
269.121,4
305.213,5
368.129,7
404.116,4
Jasa-jasa
276.204,2
336.258,9
398.196,7
481.669,9
573.818,7
PDB
2.774.281,1
3.339.216,8
3.950.893,2
4.951.356,7
5.613.441,7
PDB Tanpa migas
2.458.234,3
2,967,040.3
3.534.406,5
4.427.193,3
5.146.512,1
Listrik,Gas dan Air Bersih Konstruksi Perdagangan, Restoran
Hotel
Pengangkutan Komunikasi
dan dan
Sumber : Badan Pusat Statistik (2010) Ket : *) Angka Ramalan
Untuk memenuhi kebutuhan akan beras, pemerintah selalu memantau perkembangan produksi, luas lahan dan produktivitas akan padi nasional tetap seimbang. Tabel 2. Luas Lahan, Produktivitas, Produksi dan Pertumbuhan Produksi Padi Nasional Tahun 2003-2010 Tahun Luas lahan (Ha) Produktivitas Produksi (ton) (Ku/Ha) 2003
11.488.034
45,38
52.137.604
2004
11.922.974
45,36
54.088.468
2005
11.839.060
45,74
54.151.097
2006
11.786.430
46,20
54.454.937
2007
12.147.637
47,05
57.157.435
2008 2009 2010*
12.327.425 12.883.576 13.118.120
48,94 49,99 50,30
60.325.925 64.398.890 65.980.670
Sumber : Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Keterangan : *) Angka Ramalan II
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa proyeksi produksi padi pada tahun 2010 terus meningkat sampai dengan 65.980.670 ton dengan luas panen 13.118.120 Ha, dilihat dari data- data sebelumnya dari tahun 2003 sampai 2010 yang mengalami peningkatan produksi. Pada tahun 2003-2010 rata-rata tingkat produktivitas padi di Indonesia adalah sebesar 47,37 Ton/Ha. Begitu juga dengan produksi padi secara nasional di Indonesia dari tahun 2003-2010 mengalami peningkatan produksi dengan rata-rata sebesar 51.319.677 Ton. Jumlah penduduk Indonesia yang semakin meningkat menyebabkan kebutuhan akan pangan terutama beras juga akan meningkat. Jumlah penduduk disini adalah jumlah penduduk yang peduli akan pentingnya kesehatan yaitu penduduk kalangan menengah ke atas. Trend peningkatan kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan berdampak pada sektor pertanian. Gaya hidup sehat menunjukkan bahwa mengkonsumsi beras bukan hanya sekedar dikonsumsi melainkan melihat manfaat yang dihasilkan dari mengkonsumsi beras tersebut. Gaya hidup ini menjadi pedoman baru agar mencegah timbulnya penyakit, pencemaran dan kesadaran terhadap lingkungan. Oleh karena itu masayarakat mencari pangan yang lebih aman dan sehat untuk dikonsumsi. 2
Memasuki era globalisasi, masyarakat mulai sadar bahaya yang ditimbulkan oleh pemakaian bahan kimia sintetis dalam pertanian. Orang semakin bijaksana dalam memilih bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan. Slogan back to nature telah menjadi tren baru meninggalkan pola hidup lama yaitu menggunakan bahan kimia non alami, seperti pupuk, pestisida kimia sintetis dan hormon tumbuh dalam produksi pertanian. Produk pertanian harus beratribut aman dikonsumsi, kandungan nutrisi tinggi dan ramah lingkungan. Perkembangan pertanian ramah lingkungan menunjukkan kesadaran petani dan berbagai pihak yang bergelut dalam sektor pertanian akan pentingnya kesehatan dan keberlanjutan lingkungan. Revolusi hijau dengan input bahan kimia memberi bukti bahwa lingkungan pertanian menjadi hancur dan tidak lestari. Pertanian sehat merupakan suatu sistem karena memiliki satu kesatuan dan ketergantungan antar subsistem lainnya dalam mencapai tujuannya yaitu menghasilkan produk sehat yang meningkatkan pendapatan petani secara mandiri dan berkelanjutan. Dalam prosesnya sistem pertanian sehat membangun aspek ekonomi, social dan ekologi. Dengan adanya pertanian sehat merupakan sebuah pengembangan masyarakat untuk meningkatkan kemakmuran masyarakat setempat. Beras “SAE” memiliki urgensi ditinjau dari masyarakat dan pemerintah. Bagi masyarakat urgensi beras “SAE” merupakan beras sehat kandungan gizi dan vitamin yang tinggi karena tidak menghilangkan seluruh lapisan kulit arinya dan aman karena bebas dari kandungan bahan berbahaya beracun yang dihasilkan dari padi yang ditanam tanpa menggunakan pupuk dan pestisida kimia. Bagi pemerintah, urgensi beras “SAE” termasuk dalam sektor pertanian sebagai penggerak ekonomi nasional dalam menciptakan ketahanan pangan, menyumbang hasil devisa negara dan mempunyai kontribusi besar terhadap pembangunan ekonomi. Sistem pertanian sehat memiliki nilai yang lebih baik secara kualitas dan bernilai tinggi di pasar. Tujuan dari pengembangan masyarakat berbasiskan pertanian sehat adalah untuk mensejahterakan petani dengan adanya peningkatan pendapatan petani. Pemberian pupuk dan pestisida kimia yang berlebihan
3
mengakibatkan lahan menjadi tidak subur dan terjadi polusi. Oleh karena itu, para petani mulai menerapkan cara budidaya yang alami dan menggunakan bahanbahan alami melalui pertanian sehat yang bebas dari bahan kimia dan tidak merugikan kesehatan. Keunggulan beras hasil pertanian sehat dibandingkan beras pertanian konvensional lebih tinggi sehingga keuntungan yang didapat petani lebih besar juga. Dengan pemakain pupuk dan pestisida organik dapat memperbaiki kesuburan tanah sehingga petani tidak ketergantungan dengan pupuk dan pestisida kimia yang semakin mahal. Penggunaan bahan kimia yang berlebihan mempengaruhi kesehatan sedangkan dengan mengkonsumsi beras dari pertanian sehat akan meningkatkan kesehatan konsumen. Salah satu produsen beras di Kabupaten Bogor yang memilliki potensi adalah Gapoktan Silih Asih. Gapoktan Silih Asih terletak di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor. Gapoktan Silih asih menerapkan sistem produksi dan pasca panen sesuai dengan SOP dibawah bimbingan Dirjen Tanaman Pangan Departemen Pertanian. Gapoktan tersebut memproduksi beras organik yang dikenal masyarakat adalah beras SAE yang artinya beras yang Sehat, Aman dan Enak. Beras SAE adalah produk beras yang tidak mengandung residu pestisida berbahaya (dibawah ambang batas kandungan pestisida yang boleh dikonsumsi manusia), Aman karena bebas residu dari pestisida yang berbahaya, Enak karena rasa nasinya yang pulen dan mempunyai aroma pandan. Kebutuhan masyarakat akan beras sehat merupakan harapan yang besar terhadap perkembangan beras sehat di kalangan masyarakat. Oleh karena itu dipelukan strategi pengembangan usaha beras “SAE” pada Gapoktan Silih Asih agar dapat mengetahui faktor internal dan eksternal guna mengevaluasi perkembangan usahanya dan prioritas pengembangan usaha beras “SAE”. 1.2 Perumusan masalah Gapoktan Silih Asih adalah gabungan kelompok tani yang ada di Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor. Gapoktan ini berdiri sejak tahun 2002, terdiri dari 6 kelompok tani yaitu kelompok tani Silih Asih I, Silih
4
Asih II, Manunggal Jaya, Saung Kuring, Tunas Inti dan Lisung Kiwari. Komoditi unggulan gabungan kelompok tani ini adalah beras. Tabel 3. Deskripsi Gabungan Kelompok Tani Silih Asih di Desa Ciburuy Nama
Jumlah
Rata – rata
Luas Lahan ( ha )
produksi
Anggota
( ton/tahun GKP ) Silih Asih I
23
11,7
204,3
Silih Asih II
21
15,9
262,3
Manunggal Jaya
15
14
168
Saung Kuring
10
13,5
230,8
Tunas Inti
16
7,1
106,5
Lisung Kiwari
39
16,8
282,2
Sumber : Gapoktan Silih Asih 2009
Berdasarkan tabel diatas Gapoktan Silih Asih yang terdiri dari enam Kelompok Tani memiliki lahan sebesar 79 ha dengan anggota sebanyak 124 orang menghasilkan rata- rata hasil padi dari Gapoktan pengelola tanaman pangan mencapai 4 sampai 7 ton per hektar. Komoditi unggulan gabungan kelompok tani ini adalah beras. Hampir 51,56 persen lahan subur di daerah Ciburuy berupa sawah, dengan 90 persen ditanami padi. Perkembangan lingkungan industri yang dinamis menjadi pendorong bagi perusahaan-perusahaan
untuk
menggali
potensi
yang
dimiliki
dan
mengidentifikasi lingkungan eksternal dan internal sebagai faktor keberhasilan agar memenangkan persaingan yang semakin kompetitif. Usaha-usaha yang dilakukan pada akhirnya diarahkan untuk memberikan produk yang terbaik kepada konsumen. Untuk menawarkan produk menarik dengan harga yang bersaing, setiap perusahaan menekan biaya tanpa menurunkan kualitas, sehingga konsumen memperoleh manfaat yang lebih tinggi. Kendala yang dihadapi produsen beras “SAE” terdapat pada faktor internal dan eksternal. Gapoktan Silih Asih menerapkan perubahan pola pikir kepada petani yang tadinya hanya mengandalkan kondisi alam dan teknologi rendah menjadi petani yang modern. Sehingga petani tidak hanya mengandalkan 5
budidaya melainkan kegiatan agribisnisnya pun baik. Dalam proses budidaya pun, petani belum disiplin mengolah produknya. Lahan yang kurang produktif pun menjadi alasan karena lahan-lahan di sekitar daerah Ciburuy sudah banyak dijadikan lahan perumahan dan kawasan industry. Kurangnya ketersediaan air juga masih kendala karena pengembangan beras ini masih tergantung cuaca. jadi ketika musim kemarau, air yang didapat sangatlah terbatas sehingga dapat mengganggu pola tanam padi. Dalam pengembangan usaha beras “SAE”, Gapoktan Silih Asih masih rendah dalam administrasi terbukti dari visi dan misi yang belum tertulis. Pencatatan tentang keuangan masih belum rapi sehingga administrasinya pun masih rendah. Administrasi yang dilakukan Gapoktan masih belum terlalu modern sehingga masih butuh penataan administrasi yang lebih baik lagi. Tingkat pendidikan petani pada Gapoktan Silih Asih termasuk golongan yang rendah yaitu lulusan SD, SMP. Kompetensi petani pun kurang kompeten yang dimiliki petani masih terbatas. Berdasarkan permasalahan dan tantangan yang ada, beras “SAE” membutuhkan strategi pengembangan usaha yang tepat agar mampu bertahan dan terus dikembangkan. Untuk mengetahui strategi yang paling tepat adalah mengetahui dengan jelas faktor- faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan,
kelemahan,
peluang
dan
ancaman
tersebut,
sehingga
dapat
memanfaatkan peluang dan kekuatan serta meminimalkan kelemahan dan ancaman. Adapun rumusan permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah : 1. Faktor-faktor lingkungan internal apa saja yang menjadi kekuatan dan kelemahan dalam pengembangan usaha beras “SAE” Gapoktan Silih Asih ? 2. Faktor-faktor lingkungan eksternal apa saja yang menjadi peluang dan ancaman dalam pengembangan usaha beras “SAE” Gapoktan Silih Asih ? 3. Alternatif strategi pengembangan usaha apa saja dan bagaimana prioritas yang dilakukan pada usaha beras “SAE” Gapoktan Silih Asih ?
6
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan, tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan dalam pengembangan usaha beras “SAE” Gapoktan Silih Asih. 2. Megidentifikasi faktor-faktor lingkungan eksternal yang menjadi peluang dan ancaman dalam pengembangan usaha beras “SAE” Gapoktan Silih Asih. 3. Menentukan alternatif strategi pengembangan usaha dan prioritas yang dilakukan pada usaha beras “SAE” Gapoktan Silih Asih. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini adalah : 1. Bagi Gapoktan, sebagai salah satu bahan pertimbangan Gapoktan dalam membuat kebijakan tentang strategi pengembangan usaha. 2. Bagi masyarakat akademik, diharapkan menambah pengalaman dan wawasan tentang strategi pengembangan usaha dan sebagai bahan penelitian selanjutnya. 3. Pemerintah, sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam program pengembangan agribisnis pertanian organik di Indonesia. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian ini mencakup pengkajian formulasi strategi pengembangan unit usaha Beras “SAE” Gapoktan Silih Asih yang meliputi gambaran umum Gapoktan yaitu analisis eksternal dan internal sedangkan tahap implikasi strategi diserahkan sepenuhnya kepada pengambil keputusan dari manajemen Gapoktan. Objek Kajian skripsi ini hanya mencakup beras SAE pada Gapoktan Silih Asih.
7
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Komoditas Beras Tumbuhan padi memiliki karakteristik tanaman-tanamannya anak-beranak sehingga disebut juga merumpun. Bibit yang hanya sebatang saja ditanamkan dalam waktu singkat telah membentuk 20-30 atau lebih anakan atau tunas baru. Kecepatan anak-beranak yang begitu cepat dapat menimbulkan kesulitan untuk mengetahui batang utamanya dan batang dari tunas baru. Beras adalah gabah yang bagian kulitnya sudah dibuang dengan cara digiling dan disosoh menggunakan alat pengupas dan penggiling serta penyosoh. Gabah yang hanya terkupas bagian kulit luarnya disebut beras pecah kulit. Sedangkan beras pecah kulit yang seluruh atau sebagian dari kulit arinya telah dipisahkan dalam proses penyosohan, disebut beras giling. Tujuan penggilingan dan penyosohan beras adalah untuk: memisahkan sekam, kulit ari, katul dan lembaga dari endosperm beras, meningkatkan derajat putih dan kilap beras, menghilangkan kotoran dan benda asing, serta sedapat mungkin meminimalkan terjadinya beras patah pada produk akhir. Berdasarkan kandungan amilosanya, beras dibagi menjadi empat golongan yaitu beras ketan yang sangat pulen dengan kandungan amilosa sekitar 1-2 persen, beras pulen dengan kandungan amilosa sekitar 7-20 persen, beras sedang dengan kandungan amilosa 20-25 persen, dan beras pera dengan kandungan amilosa lebih dari 25 persen. Beras yang mengeluarkan aroma wangi bila ditanak misalnya beras cianjur, pandan wangi atau rojolele. Secara biologi, beras adalah bagian biji padu yang terdiri dari aleuron, endospermae, dan embrio. Aleuron, lapis terluar yang sering kali ikut terbuang dalam proses pemisahan kulit. Endospermae, tempat sebagian besar pati dan protein beras. Embrio, calon tanaman baru dalam beras tidak dapat tumbuh lagi, kecuali dengan bantuan teknik kultur jaringan. Warna beras yang berbeda-beda menurut genetik, akibat perbedaan yang mengatur warna aleuron, endospermia dan komposisi padi. Beras putih
merupakan beras yang berwarna putih agak transparan karena hanya memiliki sedikit aleuron. Beras merah mengandung gen yang memproduksi antosianin yang merupakan sumber warna merah atau ungu. Beras hitam disebabkan aleuron dan endospermae memproduksi antosianin dengan intensitas tinggi. Ketan berwarna putih, tidak transparan, seluruh atau hamper seluruh patinya merupakan amilopektin. Ketan hitam merupakan versi ketan dari beras hitam. Kandungan yang terdapat dalam beras yaitu protein, vitamin, mineral dan air. Pati beras tersusun dari amilosa dan amilopektin. Beras dimanfaatkan untuk diolah menjadi nasi, makanan pokok. Beras memiliki rasa yang enak sesuai dengan selera masyarakat Indonesia. Beras merupakan komoditas strategis karena ketahanan pangan Indonesia bertumpu pada produksi beras yang mempunyai kandungan gizi. 2.2 Varietas Unggul Varietas unggul merupakan salah satu komponen yang terpenting untuk meningkatkan produksi dan pendapatan usahatani padi. Varietas unggul adalah galur hasil pemuliaan yang mempunyai satu atau lebih keunggulan khusus, yaitu potensi hasil tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit, toleran terhadap cekaman lingkungan dan mutu produk tinggi. Menurut Balai Besar penelitian Tanaman Padi (2008)1 varietas unggul terdiri dari : 1) Inpari 1 Varietas ini dilepas berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 952/Kpts/SR.120/7/2008 Tanggal 17 Juli 2008. Ciri-ciri varietas ini bentuk tanaman tegak, dengan tinggi tanaman 93 cm, jumlah anakan produktif mencapai 16 anakan, dan tekstur nasi pulen. Keunggulan varietas ini adalah ketahanan terhadap wereng batang coklat biotipe 2, serta agak tahan terhadap wereng coklat biotipe 3, selain itu varietas Inpari 1 mempunyai ketahanan terhadap penyakit Hawar Daun Bakteri, serta 1
http://wildanm.wordpress.com/2009/08/05/varietas-varietas-baru-tanaman-padi
9
tahan rebah. Umur tanaman yang relatif pendek (108 hari) adalah keunggulan lain dari varietas ini. Yang paling penting dari suatu varietas unggul adalah potensi produksi
yang cukup
tinggi, rata-rata produksi
varietas
Inpari 17,32
ton/ha Gabah Kering Giling (GKG) serta mempunyai potensi produksi 10 ton/ha GKG.
2) Inpari 2 Varietas Inpari 2 termasuk golongan cere, dengan umur tanaman 115 hari, bentuk tanaman tegak, tinggi tanaman 85-95 cm, dengan jumlah anakan 15 anakan. Potensi hasil Varietas ini adalah 7,30 ton/ha dengan rata-rata hasil 5,83 ton/ha. Varietas ini cocok ditanam di ekosistem sawah dataran rendah sampai ketinggian 600 m dpl. Varietas Inpari 2 agak tahan terhadap hama wereng batang coklat, penyakit hawar daun bakteri, penyakit virus tungro. Varietas ini dilepas berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No.951/Kpts/SR.120/7/2008 Tanggal 17 Juli 2008. 3) Inpari 3 Varietas Inpari 3 cocok ditanam pada lahan irigasi dengan ketinggian sampai 600 m dpl. Varietas ini termasuk dalam golongan cere, dengan umur tanaman 110 hari. Potensi hasil varietas yang dilepas berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 953/Kpts/SR.120/7/2008 Tanggal 17 Juli 2008 ini mencapai 7,52 ton/ha dengan rata-rata hasil 6,05 ton/ha. Varietas ini tahan terhadap hama wereng batang coklat dan agak tahan terhadap penyakit Hawar daun bakteri,dan penyakit virus tungro inokulum variasi 073, 013 dan 031. 4) Inpari 4 Inpari 4 juga memiliki ketahanan terhadap hama wereng batang coklat, dan agak tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri, serta agak tahan penyakit virus tungro inokulum varian 073 dan 031. Potensi hasil 8,80 ton/ha dengan ratarata hasil 6,04 ton/ha. Varietas ini termasuk dalam golongan cere dengan umur tanaman 115 hari, tinggi tanaman 95-105 cm, dan 16 jumlah anakan. 5) Inpari 5 Merawu
10
Varietas Inpari 5 dilepas berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 955/Kpts/SR.120/7/2008 tanggal 17 Juli 2008. Varietas ini termasuk golongan cere, dengan umur tanaman 115 hari, tinggi tanaman 100-105 cm, dan jumlah anakan 15 anakan. Varietas Inpari 5 agak rentan terhadap hama wereng batang coklat Biotipe I, 2, dan 3, tetapi varietas ini agak tahan terhadap penyakit hawar daun
bakteri,
dan
penyakit
virus
tungro
inokulum
varian
073
dan
031. Pada umumnya varietas inpari 5 cocok ditanam pada lahan irigasi dengan ketinggian sampai dengan 600 m dpl. 6) Inpari 6 Jete Termasuk golongan cere indica dengan umur tanaman 118 hari, tinggi tanaman 100 cm, jumlah anakan 15 batang. Inpari 6 memiliki tekstur nasi sangat pulen dengan kadar amilosa 18 persen. Potensi produksi varietas Inpari 6 produktivitas 8,60 ton/ha GKG; 12 ton/ ha GKG. Varietas ini tahan rebah, serta tahan terhadap hama wereng batang coklat biotipe 2 dan 3 serta tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri strain III, IV dan strain VIII. Varietas INPARI 6 JETE
diiepas
berdasarkan
Keputusan
Menteri
Pertanian
No.
956/
Kpts/SR.120/7/2008 Tanggal 17 Juli 2008. Inbrida Padi Rawa (IN PARA) Inbrida Padi Rawa adalah varietas-varietas unggul padi yang baik dibudidayakan pada kondisi lahan rawa, tahan terhadap rendaman, serta daya adaptasi pada kondisi lahan masam.
2.2 Pertanian Sehat Pertanian sehat merupakan proses budidaya tanaman yang mengutamakan pada penggunaan bahan-bahan alami yang ramah lingkungan, mudah dan murah untuk mendapatkannya dengan tetap menjaga produktifitas dan hasil pertanian. Tujuan dari pengembangan pola pertanian sehat ini kepada petani yaitu menghilangkan ketergantungan petani terhadap penggunaan sarana pertanian kimia
sintetik
dengan
tetap
menjaga
tingkat
produktifitas
pertanian,
mengembalikan kesuburan dan kesehatan lahan pertanian, melestarikan
11
keanekaragaman hayati pada ekosistem pertanian, dan mengembangkan kreatifitas dan kemampuan petani dalam mengelola usahataninya. 2 Teknologi pembuatan pupuk organik dengan memanfaatkan limbah pertanian dan peternakan adalah teknologi yang mudah, sederhana, dan murah. Pemanfaatan pestisida botani dan hayati untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman sehingga pertanian ramah lingkungan menjadi layak diterapkan dibandingkan pertanian konvensional. Secara umum ada dua aspek dalam pertanian sehat yaitu teknologi dan pembangunan sistem komunitas. Pertanian sehat merupakan pertanian yang menanamkan karakter sehat dalam setiap bagian input, proses, output maupun petani sebagai pelakunya. Input yang sehat yaitu pupuk, benih, dan pestisida yang memiliki aspek kesehatan dan kelestarian lingkungan. Proses yang sehat adalah budidaya, pengorganisasian, pembiayaan yang bersifat sehat. Output yang sehat adalah produk pertanian yang dihasilkan sehat untuk dikonsumsi, tidak mengandung residu kimia dan berkelanjutan dalam menyediakan produk-produk yang dibutuhkan pasar. Petani sebagai pengelola harus sehat baik secara jasmani dan rohani.
2.3 Beras “SAE” Beras sebagai bahan pangan utama yang kita konsumsi setiap hari sangat berpotensi mengandung residu pestisida berbahaya. Sebab menurut hasil analisa laboratorium menunjukkan bahwa sebagian besar beras yang dihasilkan dari jalur Pantura - Jawa Barat telah tercemar 5 jenis residu insektisida berbahaya, yaitu Klorporifos, Lindan, Endosulfan, BPMC, dan Karbofuran dengan residu yang telah melebihi batas aman. Residu pestisida kimia yang terdapat dalam bahan pangan yang dikonsumsi akan terakumulasi dalam tubuh kita dan dapat membahayakan kesehatan. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan aktif yang bersifat racun dari pestisida kimia tidak terbuang ke luar tubuh, tetapi akan terakumulasi di dalam jaringan dan dapat memicu timbulnya kangker, penurunan kesuburan, gangguan fungsi syaraf, kerusakan hati, ginjal, dan paru-paru. 2
Samsudin.2010.Menimbang Kelayakan Pertanian Sehat Ramah Lingkungan. Dalam Semai : Tumbuh Berkembang Bersama Petani. Edisi 4 hlm 04.
12
Beras “SAE” merupakan beras yang diproduksi dengan teknologi ramah lingkungan. BERAS SAE (Sehat Aman Enak) dinyatakan bebas pestisida berdasarkan uji laboratorium BB BIOGEN BOGOR No. 080/LB/VII/2006. Merek Terdaftar No. DOO 2007005776 Dinas Kesehatan Bogor P-IRT No. 215320119. Beras SAE diproduksi dengan menggunakan teknologi pertanian yang ramah lingkungan. Beras SAE bebas residu pestisida golongan Organoklorin, Organophospate, Karbanet, dan Piretoid. Beras SAE memiliki karakteristik yang khas yaitu memiliki warna nasi yang putih, pulen, dan wangi.
13
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Strategi Pengertian strategi ada beberapa macam sebagaimana dikemukakan oleh para ahli. Menurut Stephanie K. Marrus, strategi didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai. Strategi merupakan rumusan perencanaan komprehensif tentang bagaimana mencapai misi dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dengan memaksimalkan keunggulan kompetitif dan mamaksimalkan keterbatasan (Wheelen dan Hunger, 2003). Strategi adalah aksi potensial yang membutuhkan keputusan manajemen puncak dan sumber daya perusahaan dalam jumlah yang besar. Strategi mempunyai konsekuensi multifungsional atau multidivisional serta perlu mempertimbangkan, baik faktor eksternal maupun internal yang dihadapi perusahaan. Strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi. Terjadi kecepatan inovasi pasar yang baru dan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti (David, 2009). 3.1.2 Hirarki Strategi Suatu perusahaan bisnis mempunyai tiga tingkatan level strategi yaitu korporasi, divisiona,l dan fungsional (Hunger dan Wheelen, 2003). Pertama, strategi korporasi merupakan arah perusahaan secara keseluruhan mengenai sikap perusahaan secara umum terhadap arah pertumbuhan dan manajemen berbagai bisnis dan lini produk untuk mencapai keseimbangan portofolio produk dan jasa. Strategi korporasi juga meliputi pola keputusan yang berkenaan dengan tipe-tipe bisnis perusahaan, arus keuangan, dan hubungan antara perusahaan dengan kelompok utama dalam lingkungan perusahaan. Kedua, strategi fungsional merupakan strategi yang memaksimalkan pada sumber daya produktivitas. Strategi fungsional mengembangkan strategi untuk mengumpulkan berbagai kompetensi guna memperbaiki kinerja. Ketiga, strategi divisional merupakan strategi yang dikembangkan pada level divisi dan
menunjukkan pada perbaikan posisi persaingan produk barang atau jasa perusahaan dalam industry atau segmen pasar yang dilayani oleh divisi tersebut. Strategi divisional mengarah pada peningkatan laba dalam produksi dan penjualan barang dan jasa yang dihasilkan. Strategi ini pun mengintegrasikan berbagai kegiatan fungsional untuk mencapai tujuan divisi. Tiga level strategi tersebut membentuk hirarki strategi dalam suatu perusahaan. Pelaksanaan khusus hirarki strategi sangat bervariasi dalam suatu perusahaan. Menurut hirarki strategi, Gapoktan Silih Asih berada pada tingkatan level strategi divisional karena memiliki divisi-divisi tertentu meliputi beras “SAE”, pupuk offer, peternakan, dan perikanan. Penelitian ini hanya terbatas pada divisi beras “SAE”. 3.1.3. Model Manajemen Strategis Komprehensif Manajemen strategis merupakan sebagai seni dan pengetahuan dalam merumuskan, mengimplementasikan, serta mengevaluasi keputusan-keputusan lintas fungsional yang memampukan sebuah organisasi mencapai tujuannya. Manajemen strategis berfokus pada usaha untuk mengintegrasikan manajemen, pemasaran, keuangan/akuntansi, produksi, penelitian dan pengembangan, serta sistem informasi komputer untuk mencapai keberhasilan organisasi (David,2009).
15
Menjalankan Audit Eksternal
Mengembangkan Pernyataan Visi dan Misi
Menetapkan Tujuan Jangka Panjang
Merumuskan Mengevaluasi dan Memilih Strategi
Implementasi Strategi-isu Manajemen
Implementasi strategi isu-isu pemasaran, keuangan, akutansi, penelitian dan pengembangan, sistem informasi
Mengukur dan Mengevaluasi Kinerja
Menjalankan Audit Internal
Formulasi Strategi
Implementasi Strategi
Evaluasi Strategi
Gambar 1 . Model Manajemen Strategis Komprehensif Sumber : David (2009)
3.1.4 Formulasi Strategi Model manajemen strategis komprehensif menurut David tahun 2009 terdiri dari tiga unsur utama yaitu formulasi strategi, implementasi strategi, dan evaluasi strategi. Penelitian ini hanya dibatasi pada tahap formulasi strategi. Formulasi strategi merupakan suatu proses untuk merancang, menyeleksi, dan memilih strategi yang lebih tepat untuk diterapkan dan serangkaian strategi yang disusun untuk mencapai tujuan organisasi. Gapoktan Silih Asih dipandang sebagai perusahaan, oleh karena itu untuk memformulasikan strategi dapat dilakukan dengan mengaudit faktor internal dan eksternal, mengembangkan visi dan misi, menetapkan tujuan jangka panjang dan dijadikan dasar dalam membuat dan mengevaluasi strategi.
16
3.1.5 Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan Visi merupakan pernyataan tentang cita-cita yang ingin dicapai di masa depan dan misi merupakan pernyataan tentang alasan keberadaan organisasi. Sebuah pernyataan visi yang jelas menjadi dasar bagi pengembangan pernyataan visi yang komprehensif. Pernyataan visi haruslah singkat, diharapkan satu kalimat, dan sebanyak mungkin manajer diminta masukannya dalam proses pengembangannya. Pernyataan misi menjelaskan ingin menjadi apa suatu organisasi dan siapa sajakah yang coba dilayaninya. Pernyataan visi dan misi yang disiapkan secara cermat diakui secara luas baik oleh praktisi maupun akademisi sebagai langkah pertama dalam manajemen strategis. Menurut David (2006), enam alasan pentingnya menetapkan pernyataan visi dan misi yaitu : 1. Memastikan adanya kesatuan tujuan dalam organisasi 2. Menjadi landasan dalam mengalokasikan sumberdaya organisasi 3. Menciptakan iklim organisasi yang sama 4. Sebagai acuan bagi setiap individu dalam memahami tujuan dan arah organisasi 5. Memfasilitasi penerjemahan tujuan organisasi ke struktur kerja 6. Menjelaskan tujuan organisasi dalam menerjemahkan tujuan menjadi beberapa sasaran kegiatan Tujuan mendasar yang membedakan suatu perusahaan dari perusahaan lain yang sejenis dan yang menjelaskan cakupan operasinya dalam bentuk produk dan pasar didefinisikan sebagai misi perusahaan. Misi ini mengandung filosofi bisnis dari para pengambil keputusan strategik perusahaan, menyiratkan citra yang ingin dipancarkan perusahaan, mencerminkan konsep diri perusahaan, dan mengidentifikasikan bidang produk atau jasa utama perusahaan serta kebutuhan utama pelanggan yang akan dipenuhi perusahaan ( Pierce dan Robinson, 1997) 3.1.6 Audit Eksternal Analisis lingkungan eksternal diperlukan untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat memberikan peluang dan ancaman bagi perusahaan. Pada umumnya lingkungan eksternal berada di luar kontrol perusahaan. Interaksi lingkungan
17
eksternal akan berpengaruh terhadap realisasi misi perusahaan karena pada hakikatnya kondisi lingkungan ekternal berada di luar kendali perusahaan. Lingkungan eksternal dibagi ke dalam dua kategori, yaitu : 1) Lingkungan Jauh Lingkungan jauh perusahaan terdiri dari faktor-faktor yang pada dasarnya di luar dan terlepas dari perusahaan. Faktor-faktor utama yang diperhatikan adalah faktor Politik, Ekonomi, Sosial, dan Teknologi (PEST). a) Faktor Politik Faktor penting bagi para pengusaha untuk terus berusaha diantaranya adalah arah, kebijakan, dan stabilitas politik pemerintah. Situasi politik yang tidak kondusif dapat menimbulkan dampak bagi perkembangan usaha, begitu pula sebaliknya. Hal yang harus diperhatikan adalah undangundang
tentang
lingkungan
dan
perburuhan,
peraturan
tentang
perdagangan luar negeri, stabilitas pemerintahan, peraturan tentang keamanan dan kesehatan kerja, sistem perpajakan, dan sebagainya. b) Faktor Ekonomi Kondisi ekonomi suatu daerah atau negara dapat mempengaruhi iklim bisnis suatu perusahaan. Semakin buruk kondisi ekonomi, semakin buruk pula iklim berbisnis. Pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat hendaknya
mempertahankan
dan
meningkatkan
kondisi
ekonomi
daerahnya. Beberapa faktor kunci yang perlu diperhatikan dalam menganalisis ekonomi suatu daerah atau negara adalah siklus bisnis, ketersediaan energi, suku bunga, inflasi, investasi, harga produk dan jasa, produktivitas, dan tenaga kerja. c) Faktor Sosial Budaya, Demografi dan Lingkungan Berubahnya kondisi sosial masyarakat yang terjadi harus dapat diatasi oleh perusahaan karena hal tersebut akan memengaruhi keberlangsungan perusahaan. d) Faktor Teknologi Kemajuan teknologi yang semakin baik akan mendorong dalam perkembangan suatu bisnis ataupun bidang yang mendukung kegiatan bisnis. Teknologi tidak hanya mencakup penemuan-penemuan baru tetapi
18
juga meliputi cara-cara pelaksanaan atau metode-metode baru dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Setiap kegiatan usaha yang akan dijalankan selalu mengikuti perkembangan teknologi yang diterapkan pada produk dan jasa. 2) Lingkungan Industri Analisis lingkungan industri dilakukan dengan menggunakan konsep competitive strategy yang dikemukakan oleh Michael E. Porter. Competitive strategy menganalisis persaingan bisnis berdasarkan lima aspek utama yang disebut Lima Kekuatan Bersaing, yaitu : 1.
Ancaman masuknya pendatang baru Ancaman masuknya pendatang baru ke dalam industri tergantung pada
rintangan masuk yang ada, digabung dengan reaksi dari para pesaing yang sudah ada yang dapat diperkirakan oleh pendatang baru. Jika rintangan atau hambatan ini besar atau pendatang baru memperkirakan akan ada perlawanan yang keras dari pelaku usaha lama, maka ancaman masuknya pendatang baru akan menjadi rendah. Ketika perusahaan baru dapat dengan mudah masuk ke dalam industri tertentu, intensitas persaingan antar perusahaan meningkat. 2.
Ancaman produk pengganti
Perusahaan dalam suatu industri akan bersaing dengan produk pengganti. Meskipun karakteristiknya berbeda, barang substitusi dapat memberikan fungsi atau jasa yang sama. Ancaman produksi kuat apabila konsumen dihadapkan pada switching cost yang lebih rendah dan jika produksi substitusi harganya lebih murah atau kualitasnya sama, bahkan lebih tinggi dari produk industri. 3.
Kekuatan tawar-menawar pembeli Pembeli menjadi pesaing suatu industri dengan cara tawar-menawar untuk
harga yang lebih rendah, mutu yang lebih tinggi dan pelayanan yang lebih baik, semuanya dengan mengorbankan kemampulabaan industri. Kekuatan dari tiaptiap kelompok pembeli yang penting dalam industri tergantung pada sejumlah karakteristik situasi pasarnya dan pada kepentingan relatif pembeliannya dari industri yang bersangkutan dibandingkan dengan keseluruhan dari bisnis pembeli tersebut.
19
4.
Kekuatan tawar-menawar pemasok Pemasok dapat mempengaruhi industri lewat kemampuan menaikkan
harga atau pengurangan kualitas produk atau jasa. Pemasok dapat menggunakan kekuatan tawar-menawar terhadap para peserta industri dengan mengancam akan menaikkan harga atau menurunkan mutu produk atau jasa yang dibeli. Pemasok yang kuat dapat menekan kemampulabaan industri yang tidak mampu mengimbangi kenaikan harganya. Kondisi yang membuat pemasok kuat cenderung serupa dengan kondisi yang membuat pembeli kuat. 5.
Tingkat persaingan di antara pesaing yang ada (perusahaan sejenis) Rivalitas di kalangan pesaing yang ada berbentuk perlombaan untuk
mendapatkan posisi dengan menggunakan taktik-taktik seperti perang iklan, persaingan harga, introduksi produk, dan meningkatkan pelayanan atau jaminan kepada pelanggan. Persaingan terjadi karena satu atau lebih pesaing merasakan adanya tekanan atau melihat peluang untuk memperbaiki posisi. Pada sebagian besar industri, gerakan persaingan oleh satu perusahaan mempunyai pengaruh yang besar terhadap para pesaingnya dan dengan demikian dapat mendorong perlawanan atau usaha untuk menandingi gerakan tersebut, artinya perusahaanperusahaan saling tergantung satu sama lain. 3.1.7 Audit Internal Analisis lingkungan internal merupakan analisis yang dilakukan terhadap situasi dalam perusahaan, dan tahap pengkajian faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan dalam suatu perusahaan. Lingkungan internal terbagi menjadi enam bagian yakni manajemen; pemasaran; keuangan atau akuntansi; produksi atau operasi; penelitian dan pengembangan; dan sistem informasi komputer. Perusahaan yang menjalankan strategi pengembangan produk harus mempunyai orientasi litbang yang kuat (David 2009). Landasan penting dari anlisis lingkungan internal adalah pengertian mengenai pemikiran pencocokan kekuatan dan kelemahan internal dengan peluang dan ancaman yang ada di lingkungan .
20
1. Manajamen Fungsi Manajemen terdiri dari lima aktivitas dasar, perencanaan, pengorganisasian, pemberian motivasi, pengendalian, dan pengolahan staf. Manajemen dilakukan pada struktur organisasi perusahaan secara keseluruhan. Manusia merupakan sumber daya yang penting bagi perusahaan. 2. Pemasaran Proses mendefinisikan, mengantisipasi, menciptakan serta memenuhi kebutuhan dan keinginan atas barang dan jasa. Adapun tujuh fungsi pemasaran yaitu analisis pelanggan, penjualan produk dan jasa, penetapan harga, perencanaan produk dan jasa, distribusi, riset pemasaran, dan analisa peluang. 3. Keuangan Indikator terbaik posisi kompetitif dan daya tarik perusahaan. Likuiditas, solvabilitas, modal kerja, keuntungan, pemanfaatan harta, arus kas, dan modal saham dapat mengurangi sejumlah hal yang dianggap feasible atau dapat dilaksanakan. Fungsi keuangan terdiri dari tiga keputusan yaitu investasi, finansial dan deviden. Keputusan keuangan berkaitan dengan struktur modal terbaik untuk perusahaan dan meneliti berbagai metode yang meningkatkan modal 4. Produksi atau operasi Kegiatan produksi operasi perusahaan dapat dilihat dari keteguhan dalam prinsip efisiensi, produktivitas, dan efektivitas. Fungsi produksi dari suatu usaha terdiri dari semua aktivitas yang mengubah masukan barang dan jasa. 5. Penelitian dan Pengembangan Perusahaan membutuhkan penelitian dan pengembangan yang kuat agar dapat bertahan dan berkembang. Anggaran Litbang diarahkan pada pengembangan
produk
baru
sebelum
pesaing
melakukannya
dan
memperbaiki proses manufaktur untuk mengurangi biaya. 6. Sistem Informasi Manajemen Informasi menghubungkan semua fungsi bisnis menjadi satu dan menyediakan dasar untuk semua keputusan manajerial. Tujuan dari sistem
21
manajemen informasi adalah meningkatkan kinerja perusahaan dengan cara meningkatkan kualitas keputusan kerja. 3.1.8 Menetapkan Tujuan Jangka Panjang Strategi merepresentasikan tindakan yang akan diambil untuk mencapai tujuan jangka panjang. Hal ini berarti tujuan jangka panjang merupakan hasil yang diharapkan dari penerapan strategi saat ini. Sifat dari tujuan jangka panjang ialah kuantitatif, terukur, realistis, dapat dimengerti, menantang, hierarkis, dapat dicapai, dan selaras antar unit organisasi. Tujuan biasanya dinyatakan dalam bentuk pertumbuhan aset, pertumbuhan penjualan, profitabilitas, pangsa pasar, tingkat dan sifat diversivikasi, tingkat dan sifat integrasi vertikal, laba bersih per saham, dan tanggung jawab sosial. 3.1. 9 Merumuskan, Menetapkan dan Memilih Strategi Analisis dan pilihan strategi berguna untuk menentukan alternatif tindakan untuk mencapai misi dan tujuan dengan cara yang terbaik. Strategi, tujuan, dan misi perusahaan digabungkan dengan informasi audit internal dan eksternal sehingga memberikan dasar untuk menghasilkan dan mengevaluasi strategi yang layak. Alternatif strategi diturunkan dari visi, misi, tujuan, audit eksternal, audit internal perusahaan dan konsisten dengan strategi masa lalu yang telah berhasil dijalankan. Beberapa alat analisis yang dapat digunakan dalam perumusan, penetapan dan pemilihan strategi antara lain: 3.1.9.1 Matriks EFE dan IFE Matriks EFE digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor eksternal perusahaan. Data eksternal dikumpulkan untuk menganalisis hal yang menyangkut
ekonomi,
sosial,
budaya,
demografi,
politik,
lingkungan,
pemerintahan, hukum, teknologi, persaingan di pasar industri dimana perusahaan berada dan data eksternal lainnya yang relevan. Sedangkan Matriks IFE digunakan untuk mengetahui faktor-faktor internal perusahaan berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dianggap penting. Data dan informasi dapat dilakukan dari beberapa fungsional perusahaan yaitu aspek manajemen, keuangan, SDM, pemasaran, sistem informasi, dan produksi.
22
3.1.9.2 Matriks IE (Internal-Eksternal) Matriks Internal-Eksternal (IE) merupakan matriks yang digunakan pada tahap pencocokan (The Matching Stage) pada proses manajemen strategi. Matriks IE merupakan matriks yang memadukan atau mencocokan hasil pembobotan IFE dan EFE. Pada Matriks IE, terdapat dua dimensi dengan total skor dari matriks IFE pada sumbu X dan total skor dari Matriks EFE pada sumbu Y. Hasil dari pencocokan tersebut akan terangkum dalam matriks IE yang mempunyai sembilan sel yang akan menunjukkan posisi perusahaan di dalam industri. 3.1.9.3 Matriks SWOT Matriks SWOT adalah sebuah pencocokan yang penting yang membantu para manajer mengembangkan empat tipe
strategi yaitu Strategi S-O
memanfaatkan kekuatan internal perusahaan untuk menarik keuntungan dari peluang eksternal. Strategi W-O bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan cara mengambil keuntungan dari peluang eksternal. Strategi S-T menggunakan kekuatan sebuah perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak dari ancaman eksternal. Strategi W-T adalah taktik defensive yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman eksternal (David, 2009). 3.1.9.4 Matriks QSP (QSPM) QSPM adalah alat yang direkomendasikan bagi para ahli strategi untuk melakukan evaluasi pilihan strategi alternative secara objektif, berdasarkan key success factors internal-eksternal yang telah diidentifikasi. Jadi, secara konseptual, tujuan QSPM adalah untuk menetapkan kemenarikan relatif (relative attractiveness) dari strategi-strategi yang bervariasi yang telah dipilih, untuk menentukan strategi mana yang dianggap paling baik untuk diimplementasikan. (Umar, 2008) 3.2 Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian mengenai strategi pengembangan usaha sudah cukup banyak dilakukan tetapi Analisis Strategi Pengembangan Usaha Beras Organik di Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor belum ada. Pada umumnya
23
tujuan
dalam
penelitian
strategi
pengembangan
usaha
adalah
untuk
mengidentifikasi faktor-faktor internal dan ekternal yang mempengaruhi perusahaan, merumuskan alternatif strategi yang paling sesuai, dan penting bagi pengembangan usaha. Rohmiatin (2006) melakukan penelitian dengan judul Analisis Strategi Pengembangan Usaha Beras Organik Lembaga Pertanian Sehat di Desa Pasir Buncir
Kecamatan
Caringin
Kabupaten
Bogor.
Faktor
internal
yang
mempengaruhi yaitu : 1) Manajemen Fungsi manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, pergerakan dan pengawasan dibuat berdasarkan musyawarah, program keja, penilaian hasil kerja yang dilakukan oleh manajemen DD-Republika secara langsung maupun tidak langsung. 2) Pemasaran Pemasaran yang dikoordinir oleh manajer umum ke agen-agen penjual beras sehat/organik sekaligus memasarkan produk saprotan ke outlet pertanian yang tersebar di Jakarta dan Bogor, ketetapan harga jual disepakati oleh petani maupun LPS. 3) Keuangan Sumber dana berasal dari bantuan/subsidi yang berasal dari Dompet Dhuafa Republika, laporan keuangan LPS masih belum terkomputerisasi secara lengkap. 4) Produksi Produk input pertanian yaitu berupa pupuk organic dengan nama VIR-X dan pupuk OFER. 5) Penelitian dan pengembangan Teknologi sarana produksi pertanian yang ramah lingkungan yaitu produk saprotan pupuk dan pestisida alami, transfer teknologi pembuatan pupuk LPS dilakukan melalui pembinaan petani kader yang dapat memanfaatkan sumber daya local, LPS membantu uji laboratorium bahan baku yang dihasilkan.
24
Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi yaitu : 1) Faktor ekonomi Permintaan beras organik dipengaruhi oleh peningkatan kesadaran akan bahaya pestisida, inflasi harga-harga kebutuhan pokok menjadi naik namun penjualan beras LPS tidak merugikan petani. 2) Faktor lingkungan Usaha beras organik rentan terhadap pengaruh iklim dan cuaca. Faktor kebijakan pemerintah meliputi Adanya program Go Organik 2010 yang dicanangkan Pemerintah,acuan mengenai pertanian organic diatur oleh SBI No. 01-6729-2002. 3) Faktor teknologi Teknologi yang digunakan LPS belum cukup modern artinya teknologi yang dipakai masih manual dan saprotan yang dibuat LPS masih terbatas karena bahan bakunya terbatas 4) Faktor pesaing Pesaing yang dihadapi LPS adalah dari hasil pertanian non organik, pesaing yang sudah dikenal di masyarakat adalah beras organic UFO, beras organic raos dan pulen, beras organic pelopor dari sragen. Identifikasi terhadap faktor-faktor internal menghasilkan rumusan kekuatan dan kelemahan yang dihadapi perusahaan. Kekuatan-kekuatan yang dimiliki perusahaan yaitu memiliki prospek usaha yang baik dan ramah lingkungan, produk memiliki nilai ekonomis dan berdaya saing tinggi, memiliki jejaring DDR di berbagai daerah, dan memiliki dukungan produksi saprotan yang cukup lengkap. Sedangkan yang menjadi kelemahan yaitu sarana dan prasarana yang terbatas, harga jual lebih mahal disbanding beras non organik, jumlah sumber daya manusia yang terbatas, promosi yang belum intensif, modal kerja terbatas. Identifikasi terhadap faktor-faktor eksternal menghasilkan rumusan peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan. Peluang-peluang yang ada pada perusahaan yaitu terbatasnya suplai pangan yang ramah lingkungan di pasar, tren pertanian organik, kemanan produk pangan, kerjasama dengan pihak pemerintah daerah, dan permintaan pasar terhadap beras organik masih terbuka luas. Sedangkan yang menjadi ancaman yaitu adopsi teknologi ramah lingkungan
25
belum berkesinambungan, adanya kompetior pangan organik, dan daya beli masyarakat rendah. Alat analisis yang digunakan adalah matriks IFE, EFE, SWOT dan QSPM. Dudiagunoviani (2009) melakukan penelitian dengan judul Analisis Strategi Pengembangan Usahatani Beras Organik Kelompok Tani Cibeureum Jempol. Faktor internal yang mempengaruhi yaitu : 1) SDM Kelompok tani Cibeureum Jempol terdiri dari seorang ketua sekaligus pendiri yaitu Bapak Amin, Kelompok tani ini memiliki 40 anggota, sistem kerja di kelompok tani Mulyaharja ini adalah sistem padat karya, sehingga keharmonisan didalamnya sangat diperlukan dalam proses kerjanya. 2) Keuangan Modal awal kelompok tani Cibeureum Jempol berasal dari milik Bapak Amin selaku pendiri dan modal pinjaman. Pada sistem keuangannya, kelompok tani ini masih digunakan sistem keuangan yang sederhana. 3) Produksi dan operasi Kelompok tani Cibeureum Jempol memiliki kelompok tani yang terdiri dari petani penggarap dan petani pemilik sekaligus penggarap. Bibit
yang
dikembangkan adalah bibit yang berasal dari saran pemerintah (Dinas Agribisnis Bogor). 4) Penelitian dan pengembangan Kelompok tani Cibeureum Jempol melakukan uji coba terlebih dahulu untuk jenis produk yang akan dikembangkan. Uji coba dilakukan diatas lahan milik ketua kelompok seluas 2.500 m2. 5) Pemasaran Produk yang dihasilkan kelompok tani ini yaitu beras organik dengan harga
Rp 6.500-12.000 per kg, sistem penetapan harga didasarkan pada harga
pasar sehingga produk yang dihasilkan kelompok tani ini dapat bersaing dengan sehat dengan produk yang ada di pasar, saluran distribusi kelompok tani ini pendek karena dari kelompok tani langsung ke swalayan kemudian ke konsumen akhir atau dari kelompok tani langsung ke konsumen akhir, dan kelompok tani ini
26
juga melakukan promosi dengan membagikan brosur serta dari mulut ke mulut melalui para konsumennya. Sedangkan yang mempengaruhi factor eksternal yaitu : 1) Faktor ekonomi Kontribusi sektor pertanian terhadap tingkat PDB masih cukup besar. Pada triwulan III tahun 2008 terhadap triwulan III tahun 2007 tingkat PDB pertanian tumbuh sehingga memberi kontribusi sebesar 2,4 persen terhadap PDB nasional. 2) Faktor teknologi Kelompok tani Cibeureum Jempol terus dikembangkan teknik budidaya beras organik secara tepat. 3) Kebijakan pemerintah Adanya
program Go organic yang dicanangkan
pemerintah melalui
Departemen Pertanian secara tidak langsung dapat membangun gairah para petani kelompok tani Cibeureum Jempol untuk tetap mengembangkan usahanya dalam memproduksi beras organik. 4) Faktor Sosial dan budaya Usaha beras merupakan usaha agribsinis yang sangat rentan terhadap pengaruh iklim dan cuaca. Komoditas pertanian termasuk beras yang memiliki sifat yang mudah rusak. 5) Demografi Semakin bertumbuhnya peningkatan penduduk maka permintaan akan bahan pangan utama ini yaitu beras semakin meningkat juga. Identifikasi terhadap faktor-faktor internal menghasilkan rumusan kekuatan dan kelemahan yang dihadapi perusahaan. Kekuatan-kekuatan yang dimiliki yaitu memiliki pimpinan yang berjiwa sosial dan bertanggung jawab, memiliki produk
yang
ekonomis
dan
bersertifikasi
organik
dengan
nomor
215A/RSS/MK/DN/VIII/07, memiliki dukungan penggilingan yang cukup baik dan lengkap, sudah mampu dilakukannya uji coba dan pengembangan terhadap komoditas padi organik unggulan pada lahan milik sendiri. Sedangkan yang menjadi kelemahan yaitu terjadinya konversi lahan dari pertanian ke non pertanian sehingga lahan yang masih produktif semakin menyempit, kurangnya pendidikan SDM yang
27
dimiliki, sarana dan prasarana yang masih terbatas, sistem keuangan yang masih sederhana, modal kerja yang terbatas. Identifikasi terhadap faktor-faktor eksternal menghasilkan rumusan peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan. Peluang-peluang yang dimiliki adalah adanya program pemerintah Go Organik, meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi untuk hidup sehat, adanya dukungan pemerintah, tersedianya pasar beras organik yang masih luas dan ketersediaan air yang cukup banyak sedangkan yang menjadi ancaman adalah tingkat daya beli masyarakat yang masih rendah, banyaknya beredar produk organik palsu, perubahan cuaca, lahan produksi yang menyempit. Alat analisis yang digunakan adalah matriks IFE, EFE, SWOT dan QSPM. Mustika (2009) melakukan penelitian dengan judul Formulasi Strategi Pengembangan Bisnis Kentang pada PT Dafa Teknoagro Mandiri Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Faktor internal yang mempengaruhi yaitu : 1) Pemasaran Daerah pemasaran perusahaan lebih terkonsentrasi disekitar wilayah Bogor sebab daya beli konsumen di wilayah ini masih besar. Selain itu jarak transportasi yang relatif dekat menyebabkan biaya transportasi lebih murah sehingga penerimaan perusahaan lebih maksimal. 2) Keuangan Setiap transaksi keluar dan masuknya uang hanya dicatat dalam buku keuangan dan terkadang ada transaksi-transaksi yang tidak tercatat dan untuk mendapatkan modal jangka pendek berupa pinjaman dari Bank, karena bentuk badan usaha yang dimiliki oleh perusahaan telah berbentuk Perseroan Terbatas (PT). 3) Produksi Dalam proses produksi, semua proses dilakukan secara manual sebab tidak ada kebutuhan mesin tertentu untuk membantu proses produksi. Produktivitas perusahaan ini rata-rata tiap harinya dapat menyediakan 900-1.200 kg kentang per hari.
28
4) Penelitian dan pengembangan Saat ini perusahaan masih fokus pada kegiatan utamanya yaitu penyediaan dan pemasaran bibit kultur jaringan. 5) SDM Saat ini jumlah tenaga kerja tetap perusahaan berjumlah 29 orang, dengan alokasi jumlah yang berbeda-beda pada setiap bagian. Tingkat pendidikannya pun sudah tinggi sehingga karyawan telah memiliki keterampilan yang baik 6) Struktur prusahaan Sejak tahun 2001, perusahaan telah berbadan hukum yang kuat karena telah berbentuk Peseroan Terbatas (PT) sehingga pembagian kerja telah tersusun rapi dan tidak terjadi tumpang tindih pekerjaan Hal ini merupakan kekuatan bagi perusahaan. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi : 1) Kebijakan pemerintah Sektor pertanian dapat dijadikan tumpuan harapan karena upaya kembali pada kegiatan yang mengandalkan sumberdaya domestik. Bagi PT. DaFa Teknoagro Mandiri kebijakan pemerintah tersebut akan berdampak pada adanya jaminan bagi prospek pengembangan bisnis kentang. 2) Ekonomi Kondisi ekonomi yang semakin membaik yang diiringi dengan peningkatan daya beli masyarakat memungkinkan adanya peningkatan pasar kentang. Selain itu, Pertumbuhan ekonomi yang semakin membaik memicu tumbuhnya iklim investasi khususnya dalam usaha retail berupa munculnya pasar, swalayan dan rumah makan baru yang memasarkan atau menggunakan kentang sebagai bahan bakunya. 3) Demografi Di Indonesia pertambahan jumlah penduduk mengalami peningkatan dari tahun ke tahun sehingga menjadi peluang untuk pengembangan produk kentang dalam penjualannya.
29
4) Sosial Adanya slogan “back to nature” mengindikasikan adanya peluang bagi perusahaan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini ditandai dengan munculnya kafe-kafe atau rumah makan vegetarian yang khusus menyediakan masakan sayur-sayuran. 5) Tekonolgi Teknologi dalam kegiatan produksi yang telah diterapkan oleh perusahaan adalah teknologi kultur jaringan yaitu suatu teknik pembiakan tanaman yang lahir seiring dengan revolusi dalam bidang bioteknologi. Pada awalnya teknik kultur jaringan hanya digunakan pada proses pemuliaan tanaman untuk memperoleh jenis-jenis tanaman yang unggul. Tetapi teknik ini kemudian dimanfaatkan pula pada proses produksi bibit secara massal dan komersial. Identifikasi terhadap faktor-faktor eksternal menghasilkan rumusan peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan. Peluang-peluang yang ada pada lingkungan eksternal diantaranya kebijakan pemerintah yang mendukung perkembangan usaha agribisnis, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semakin membaik, bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, munculnya kafe-kafe atau rumah makan vegetarian yang khusus menyediakan masakan sayur-sayuran, meningkatnya tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya nilai gizi, kemajuan teknologi yang semakin pesat serta kekuatan tawar menawar petani kentang yang lemah. Ancaman yang dihadapi perusahaan diantaranya adalah perdagangan bebas antar negara, banyaknya perusahaan sejenis di Jawa Barat, adanya produk substitusi dengan fungsi yang sama, bargaining power perusahaan terhadap pembeli lemah serta kekuatan tawar menawar pemasok saprotan tinggi. Identifikasi terhadap faktor-faktor internal menghasilkan rumusan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan. Kekuatan-kekuatan yang dimiliki perusahaan yaitu kualitas kentang yang akan dipasarkan sangat baik dan kontinuitas barang sangat terjamin, perusahaan telah memiliki pelanggan tetap, memiliki relasi luas serta baik dengan pihak pemasok, jalur pemasaran yang pendek, adanya sistem pembayaran langsung dan tepat waktu, memiliki tenaga kerja yang terampil, perusahaan telah berbadan hukum, kentalnya suasana
30
kekeluargaan dan sifat gotong royong mulai dari karyawan hingga pimpinan. Sedangkan kelemahan yang dimiliki perusahaan antara lain penggunaan lahan dan kapasitas produksi belum optimal, pengimputan data keuangan belum menggunakan sistem akuntansi yang baik, kondisi alam yang kurang sesuai dengan syarat tumbuh kentang, kegiatan penelitian dan pengembangan masih belum
dilakukan
oleh
pihak
perusahaan,
kurang
agresifnya
dalam mempromosikan produk, dan belum teratur dalam pemberian pelatihan kepada karyawan baru. Alat analisis yang digunakan adalah matriks IFE, EFE, IE dan QSPM. Siahaan
(2009)
melakukan
penelitian
dengan
judul
Strategi
Pengembangan Padi Organik Kelompok Tani Sisandi Desa Babuara Kabupaten Toba Samosir Sumatera Utara. Faktor internal yang mempengaruhi yaitu : 1) Manajemen Proses perencanaan dalam kelompok tani lebih didominasi oleh ketua, pengorganisasian di Kelompok Tani Sisandi masih sangat terpusat pada ketua. motivasi anggota kelompok tani berdasarkan hasil pengamatan masih rendah, fungsi pengendalian dilakukan oleh ketua, terutama dalam hal kegiatan produksi. 2) Pemasaran Berdasarkan pengamatan harga penjualan padi di daerah Kabupaten Tobasa saat ini (Mei 2009) adalah
Rp 3.300 per kg. Saluran
pemasaran
kelompok ini belum efisien. Para petani masih memasarkan padinya secara individu kepada para pengumpul kemudian pengumpul akan memasarkan lagi
kepada
pedagang
besar
dan
selanjutnya pedagang besar akan
memasarkan kepada konsumen 3) Keuangan Sumber keuangan kelompok tani ada dua yaitu: dari luar kelompok tani berupa bantuan pemerintah atau pinjaman dan dari dalam kelompok tani berupa iuran anggota. Kelompok Tani Sisandi telah mendapat bantuan modal KUT sejak tahun1992-2000. Bantuan modal yang diperoleh berkisar dua juta rupiah hingga 20 juta rupiah.
31
4) Produksi Petani anggota Kelompok Tani Sisandi mengusahakan tanaman padi di lahan sendiri dan lahan sewa dan Proses produksi padi terdiri dari kegiatan pengolahan lahan hingga pemanenan. 5) Penelitian dan pengembangan Kegiatan yang telah dilakukan dalam kelompok tani masih berupa uji multilokasi atau demplot Sedangkan factor eksternal yang mempengaruhi adalah 1) Politik Program operasional pengembangan pertanian organik yang lebih dikenal dengan slogan Go Organic 2010 telah dimulai sejak tahun 2001. Program ini memberikan pedoman dan persyaratan kepada petani tentang cara bertani secara organik yang telah disepakati secara internasional 2) Ekonomi Tahun 2007 pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 6,30 persen dengan nilai PDB sebesar 1.964,0 triliun. Pertumbuhan ekonomi yang baik akan mendukung kelancaran usaha termasuk pengembangan padi organik. 3) Sosial dan budaya Proses produksi beras sangat rentan terhadap pengaruh iklim dan cuaca. Beras memiliki sifat yang mudah rusak. Proses produksi ini terdiri dari pengolahan lahan hingga pemanenan. Proses ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti tingkat kesuburan tanah, curah hujan, dan ketersediaan air. 4) Teknologi Pemerintah daerah juga sudah pernah mengikutsertakan ketua Kelompok Tani Sisandi pelatihan pertanian ramah lingkungan yang dilakukan di daerah lain seperti Brastagi dan Sukabumi. Untuk
mendukung
pengembangan
padi
organik di Kelompok Tani Sisandi di Kabupaten Tobasa telah tersedia sarana pertanian organik seperti bibit, pupuk, dan pestisida organik dalam jumlah yang cukup dan sudah bersertifikat. Adapun faktor-faktor internal yang menjadi kekuatan adalah memiliki peralatan pertanian yang mendukung, memiliki ketua kelompok tani yang aktif dan dinamis, telah mengikuti pelatihan teknologi budidaya pertanian ramah
32
lingkungan, telah mengikuti pelatihan budidaya padi yang baik, dan lokasi usaha yang strategis. Sedangkan yang menjadi kelemahan yaitu
modal kerja yang
terbatas, mayoritas lahan petani merupakan lahan sewa, petani kurang mampu mengimplementasikan budidaya padi organik, pemasaran yang kurang efisien, dan kurang konsistensinya anggota organisasi terhadap tugas-tugasnya . Faktor eksternal yang menjadi peluang yaitu hubungan baik dengan Dinas Pertanian setempat, adanya konsultan pertanian yang memahami pertanian organik dan mau membina petani, tersedianya sarana produksi pertanian organik seperti pupuk, bibit, dan pestisida organik yang sudah bersertifikat, meningkatnya pendidikan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi untuk hidup sehat , peluang pasar yang masih luas baik domestik maupun mancanegara, adanya program pemerintah Go Organic 2010 sedangkan yang menjadi ancaman yaitu perubahan cuaca yang tidak menentu,banyaknya peredaran produk padi organik palsu, maraknya konversi lahan pertanian. Alat analisis yang digunakan adalah matriks SWOT, QSPM, dan rancangan arsitektur Penelitian terdahulu digunakan sebagai bahan rujukan dalam penelitian ini. Diperkirakan faktor internal yang ada meliputi manajemen, produksi, pemasaran, keuangan, penelitian dan pengembangan. Manajemen meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian, program kerja dan penilaian hasil kerja. Pemasaran meliputi product, price, place, promotion, saluran distribusi. Keuangan meliputi buku keuangan, system keuangan, modal awal, modal pinjaman. Produksi meliputi produk input pertanian, bibit yang dikembangkan, lahan produksi. Penelitian dan pengembangan meliputi riset dan teknologi Pada faktor eksternal meliputi lingkungan industri yaitu analisis lima kekuatan Porter dan lingkungan jauh yaitu faktor ekonomi, sosial budaya, demografi, politik, hukum dan pesaing. Faktor ekonomi meliputi keadaan ekonomi secara umum, permintaan beras dan inflasi. Teknologi meliputi teknologi yang digunakan dan teknik budidaya. Kebijakan pemerintah meliputi Tren back to nature. Sosial dan budaya meliputi iklim dan cuaca, sifat komoditas. Demografi meliputi laju pertumbuhan penduduk.
33
3.3 Kerangka Pemikiran Operasional Potensi untuk mengembangkan beras SAE belum direspon secara maksimal oleh gapoktan Silih Asih karena adanya beberapa masalah dalam perkembangannya. Permasalahan yang dihadapi oleh Gapoktan adalah lahan produktif yang semakin menyempit, kurangnya ketersediaan air, manajemen SDM yang rendah terlihat dari visi dan misi yang masih tersirat, sistem administrasi yang rendah pula. Dengan adanya masalah tersebut, dan utnuk menghadapi persaingan maka perlu dirumuskan strategi pengembangan usaha yang tepat untuk Gapoktan. Untuk memformulasikan strategi dalam pengembangan usaha beras SAE, maka terlebih dahulu dilakukan identifikasi visi dan misi. Hal ini perlu dilakukan karena penerapan strategi membutuhkan kecocokan visi misi dengan serangkaian tindakan yang akan dijalankan untuk mencapai tujuanyang ditentukan. Analisis lingkungan internal dan eksternal perlu dilakukan sebagai input untuk merumuskan
alternatif
strategi.
Dalam
analisis
lingkungan
internal
mencakupmanajemen, pemasaran, keuangan atau akuntansi, produksi atau operasi, penelitian dan pengembangan dan sistem informasi komputer. Analisis lingkungan eksternal mencakup ekonomi, sosial budaya, demografi, hukum dan politik, sedangkan lingkungan industri terdiri dari pendatang baru, pembeli, pemasok, pesaing dan produk pengganti. Alternatif-altrenatif strategi unit usaha beras SAE Gapoktan Silih Asih dapat diperoleh melalui matriks evaluasi faktor internal (IFE) dan matriks evaluasi faktor eksternal (EFE). Selanjutnya menggunakan matriks Internal-Eksternal (IE) dan matriks strength, weakness, opportunities, threats (SWOT) untuk merumuskan alternative strategi. Hasil dari matriks IE kemudian diintegrasikan dengan matriks SWOT. Untuk menentukan prioritas strategi pengembangan usaha, dapat dilakukan melalui analisis QSP (quantitative strategic planning). Berdasarkan uraian tersebut, alur operasional dalam gambar dapat dilihat pada gambar 2.
34
Lahan produktif menyempit
Administrasi yang rendah
SDM yang rendah
Formulasi Strategi
Audit Internal 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Audit Eksternal
Majanemen Produksi dan Operasi Pemasaran Keuangan Penelitian dan Pengembangan Sistem informasi manajemen
1. Politik, kebijakan pemerintah dan hukum 2. Ekonomi 3. Sosial budaya, demografi dan lingkungan 4. Teknologi 5. Kompetitif
Matriks IFE (input stage)
Ancaman pendatang baru Persaingan sesama perusahaan dalam industri Ancaman produk substitusi Daya tawar menawar pembeli Daya tawar menawar pemasok
Matriks EFE (input stage)
Matriks IE (matching stage)
Matriks SWOT (matching stage)
Matriks QSPM (decision stage)
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional
35
IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Gapoktan Silih Asih yang berlokasi di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang sedang melakukan pengembangan pada beras “SAE” dalam rangka meningkatkan kinerja. Pelaksanaan penelitian dilakukan selama dua bulan dari bulan Maret sampai September 2011. 4.2 Data dan Instrumentasi Data yang digunakan dalam penelitian terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung, diskusi dan observasi di lokasi. Wawancara dilakukan dengan pihak-pihak yang terkait yaitu pihak manajemen Gapoktan Silih Asih dan Dinas Pertanian. Data primer yang diperoleh berupa factor-faktor internal dan eksternal yang dihadapi Gapoktan. Data sekunder diperoleh dari sumber informasi berupa laporan tertulis yang ada pada Gapoktan Silih Asih dan melalui studi literatur buku-buku yang relevan, jurnal ilmiah, skripsi, Badan Pusat Statisika (BPS), Dinas Pertanian Kabupaten Bogor dan world wide web. 4.3 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan di lokasi penelitian yaitu pada Gapoktan Silih Asih yang berada di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor. Data yang dibutuhkan didapatkan dari wawancara langsung dengan pihak terkait, observasi ke instansi yang terkait dengan subjek dan objek penelitian. Responden yang diwawancarai untuk strategi ada tiga responden yaitu ketua, manajer keuangan dan pemasaran, pelaksana bagian beras pada Dinas Pertanian Kabupaten Bogor. Jenis data yang dikumpulkam dalam analisis lingkungan eksternal dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Jenis dan Sumber Data Rincian Data
Jenis Data
Sumber Data
1) Manajemen a) Perencanaan b) Pengorganisasian c) Pelaksanaan d) Pengendalian e) Program kerja f) SDM 2) Pemasaran a) Product b) Price c) Place d) Promotion e) Saluran distribusi 3) Keuangan a) Sistem keuangan b) Sumber modal c) Modal pinjaman d) Modal awal e) Buku keuangan 4) Operasi dan Produksi a) Produk input pertanian b) Bibit yang digunakan c) Lahan produksi d) Proses produksi 5) Penelitian dan Pengembangan a) Riset b) Teknologi Audit Eksternal
Primer dan sekunder
Ketua
Primer dan sekunder
Manajer pemasaran
Primer dan sekunder
Manajer keuangan
Primer dan sekunder
Manajer produksi
Primer dan sekunder
Ketua
1) Ekonomi a) Keadaan umum ekonomi b) Permintaan beras c) Inflasi 2) Teknologi a) Teknologi yang digunakan b) Teknik budidaya 3) Sosial dan Budaya a) Iklim dan cuaca b) Sifat komoditas
Primer dan sekunder
Dinas Pertanian Kab Bogor
Primer dan sekunder
Literatur
Primer dan sekunder
Literatur
Audit Internal
36
4) Demografi a) Jumlah pertumbuhan penduduk 5) Kebijakan Pemerintah a) Trend Back to nature b) Regulasi pemerintah
Primer dan sekunder
Dinas Pertanian kab Bogor
Primer dan sekunder
Dinas Pertanian Kab Bogor
6) Kompetitif Ancaman pendatang baru Persaingan sesama perusahaan dalam industri Ancaman produk substitusi Daya tawar menawar pembeli Dya tawar menawar pemasok
Primer dan sekunder
Dinas Pertanian Kab Bogor
Perumusan Alternatif strategi
Primer
Ketua
Pemilihan strategi
Primer
Ketua
4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif meliputi tahap pengolahan data dan interpretasi data secara objektif. Data kualitatif diperoleh melalui analisis lebih lanjut dari data-data yang diperoleh selama pengumpulan data yang bertujuan untuk memberikan gambaran dan penjelasan mengenai permasalahan yang terjadi. 4.4.1 Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan dalam mendefinisikan visi, misi, dan tujuan perusahaan, karakteristik produk yang dihasilkan, tingkat pencapaian target, kegiatan pemasaran, Sumber Daya Manusia (SDM) produksi dan operasi, penelitian dan pengembangan serta sistem informasi yang digunakan perusahaan.
37
4.4.2 Analisis Perumusan Strategi Teknik perumusan strategi didasarkan kepada keputusan tiga tahap formulasi strategi yang terdiri dari tahap input (input stage), tahap pencocokan (matching stage), dan tahap keputusan (decision stage). Ketiga tahap analisis formulasi strategi tersebut terdiri atas analisis lingkungan eksternal dan internal (EFE dan IFE), analisis IE, analisis SWOT, dan analisis QSPM. 4.4.2.1 Tahap Input Tahap input merupakan tahap mengumpulkan data dan informasi yang relevan dengan permasalahan yang terjadi. Tahap input meliputi identifikasi dari faktorfaktor eksternal dan internal perusahaan, pemberian bobot, dan penentuan rating. 1) Pemberian bobot Dalam Kinnear dan Taylor (1992), penentuan bobot pada analisis internal dan eksternal perusahaan dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan kepada pihak manajemen dan ahli strategi dengan menggunakan paired comparison. Metode tersebut digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu eksternal dan eksternal. Tabel 5. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Perusahaan Faktor Strategis Eksternal
A
B
…..
Total
Bobot
Tabel 6 . Penilaian Bobot Faktor Startegis Internal Perusahaan Faktor Strategis Internal A B ….. Total
Bobot
A B ….. Total Sumber : David (2009)
A B ….. Total Sumber : David (2009)
38
Bobot setiap variabel diperoleh dengan membagi jumlah nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan rumus : αi
=
∑ =1
Keterangan : αi = Bobot variabel ke-i xi = Nilai variabel ke-i i = 1,2,3, … n n
= Jumlah variabel
Penentuan nilai bobot adalah sebagai berikut : a) bobot = 1, jika indikator horizontal kurang penting pengaruhnya (terhadap keberhasilan perusahaan dalam industri) daripada indikator vertikal. b) bobot = 2, jika indikator horizontal sama penting pengaruhnya (terhadap keberhasilan perusahaan dalam industri) daripada indikator vertikal. c) bobot = 3, jika indikator horizontal lebih penting pengaruhnya (terhadap keberhasilan perusahaan dalam industri) daripada indikator vertikal. 2) Penentuan rating Penentuan peringkat atau rating oleh manajemen atau pakar dari perusahaan dilakukan terhadap variabel-variabel dari hasil analisis perusahaan. Pengukuran rating menggunakan nilai peringkat dengan menggunakan skala 1,2,3, dan 4 terhadap masing-masing faktor strategis perusahaan pada saat ini. Tabel 7 . Penilaian Rating dari Faktor-faktor Eksternal Faktor-faktor Eksternal Utama Bobot Rating Skor (Bobot x Rating) Peluang : 1. …. Ancaman : 1. …. Total Sumber : David (2009)
39
Tabel 8. Penilaian Rating dari Faktor-faktor Internal Faktor-faktor Internal Utama Bobot Rating
Skor (Bobot x Rating)
Kekuatan : 1. …. Kelemahan 1. …. Total Sumber : David (2009)
Skala nilai peringkat yang digunakan untuk matriks EFE dan IFE, yaitu : a) Nilai 1, jika faktor tersebut dinilai sangat lemah b) Nilai 2, jika faktor tersebut dinilai lemah c) Nilai 3, jika faktor tersebut dinilai kuat d) Nilai 4, jika faktor tersebut dinilai sangat kuat Untuk faktor kelemahan sama dengan faktor kekuatan, dimana skala 1 berarti lemah dan skala 4 berarti sangat kuat. Kemudian nilai dari pembobotan dengan peringkat pada setiap faktor dan semua hasil kali dijumlahkan secara vertikal untuk memperoleh total skor pembobotan. Total skor pembobotan pada matriks EFE dan IFE berkisar antara 1 sampai 4 dengan rata-rata 2,5. Klasifikasi total skor untuk matriks EFE dan IFE adalah : Skor 3,0 – 4,0= Kondisi eksternal/internal perusahaan tinggi atau kuat Skor 2,0 – 2,99= Kondisi eksternal/internal perusahaan rata-rata atau sedang Skor 1,0 – 1,99= Kondisi eksternal/internal perusahaan rendah atau lemah 4..4.2.2 Tahap Pencocokan Tahap pencocokan bersandar pada informasi yang diturunkan dari tahap input untuk mencocokkan peluang dan ancaman eksternal dengan kekuatan dan kelemahan internal. Mencocokkan faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal adalah kunci untuk menghasilkan alternatif strategi yang layak secara efektif (David, 2006). 40
Matriks SWOT merupakan alat yang dipakai untuk menyusun faktorfaktor strategis perusahaan yang dapat menggambarkan peluang dan ancaman ekternal yng dihadapi perusahaan sehingga dapat dilakukan penyesuaian terhadap kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Matriks SWOT merupakan matching tool yang penting untuk membantu para manajer mengembangkan empat tipe strategi, yaitu : 1. Strategi SO (Strength – Opportunity). Strategi ini menggunakan kekuatan internal perusahaan dalam meraih peluang yang ada di luar perusahaan. Jika perusahaan memiliki banyak kelemahan, maka perusahaan harus mengatasi kelemahan itu agar menjadi kuat. Sedangkan, jika perusahaan menghadapi banyak ancaman, perusahaan harus berusaha menghindarinya dan berkonsentrasi pada peluang yang ada. 2. Strategi WO (Weakness –Opportunity). Strategi ini bertujuan memperkecil kelemahan internal perusahaan dengan memanfaatkan peluang eksternal. Perusahaan menghadapi kesulitan untuk memanfaatkan peluang karena adanya kelemahan internal. Alternatif untuk mengatasi masalah kesenjangan teknologi ini adalah mengadakan suatu kerja sama dengan perusahaan lain yang lebih kompeten. 3. Strategi ST (Strength – Threat). Strategi ini bertujuan untuk menghindari dampak ancaman eksternal. 4. Strategi WT (Weakness – Threat). Strategi ini bertujuan untuk bertahan dengan cara mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman. Perusahaan yang dihadapkan pada sejumlah kelemahan internal dan ancaman eksternal berada dalam posisi yang berbahaya. David (2009), menjelaskan delapan langkah dalam membuat matriks SWOT, yaitu : 1. Membuat daftar peluang eksternal perusahaan 2. Membuat daftar ancaman eksternal perusahaan 3. Membuat daftar kekuatan kunci internal perusahaan 4. Membuat daftar kelemahan kunci internal perusahaan 5. Cocokkan kekuatan-kekuatan internal dan peluang-peluang eksternal dan mencatat hasilnya dalam sel strategi SO
41
6. Cocokkan kelemahan-kelemahan internal dan peluang-peluang eksternal dan mencatat hasilnya dalam sel strategi WO 7. Cocokkan kekuatan-kekuatan internal dan ancaman-ancaman eksternal dan mencatat hasilnya dalam sel strategi ST 8. Cocokkan kelemahan-kelemahan internal dan ancaman-ancaman eksternal dan mencatat hasilnya dalam sel strategi WT Kegunaan dari setiap alat pada Matching stage untuk membangkitkan strategi alternative yang fisibel untuk dilaksanakan, bukan untuk memilih atau menentukan strategi mana yang terbaik. Tabel 9. Matriks SWOT
Peluang (Opportunities – O) 1. …. 2. …. 3. Dsb Ancaman (Threats – T) 1. …. 2. …. 3. Dsb
Kekuatan (Strengths – S) Kelemahan (Weakness – W) 1. …. 1. …. 2. …. 2. …. 3. Dsb 3. Dsb Strategi SO Strategi WO Memanfaatkan kekuatan Memperbaiki kelemahan untuk menarik dengan mengambil keuntungan dari peluang keuntungan dari peluang Strategi ST Menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman
Strategi WT Mengurangi kelemahan serta menghindari ancaman
Sumber : David (2009)
Selain matriks SWOT, ada matriks lain yang digunakan pada tahap pencocokan (matching stage) adalah matriks IE. Pada tahap ini merupakan tahap pemaduan atau pencocokan dengan memasukkan hasil pembobotan EFE dan IFE ke dalam matriks IE yang mempunyai sembilan sel strategi dapat dikelompokan menjadi tiga sel strategi utama, yaitu: 1) Growth and Build (Tumbuh dan Membangun), untuk sel I, II, atau IV. Strategi yang paling sesuai adalah strategi integratif atau intensif. Strategi intensif meliputi strategi integrasi ke depan, integrasi ke belakang dan integrasi horizontal. Strategi Integrasi ke Depan (Fordward Integration Strategy) merupakan strategi yang menghendaki agar perusahaan mempunyai
42
kemampuan yang besar terhadap pengendalian para distributor atau pengecer mereka, bila perlu dengan memilikinya. Strategi Integrasi ke Belakang (Backward Integration Strategy) merupakan strategi perusahaan untuk memperoleh pengawasan terhadap para pemasok bahan baku agar produk-produk yang dapat didaur ulang tersebut aman untuk dipasok. Strategi Integrasi Horizontal (Horizontal Integration Strategi) merupakan strategi yang dimaksudkan agar perusahaan meningkatkan pengawasan terhadap para pesaing perusahaan walaupun harus dengan memilikinya. Sedangkan pada strategi intensif meliputi strategi penetrasi pasar, pengembangan produk dan pengembangan pasar.
Strategi Penetrasi Pasar
(Market Penetration Strategy) merupakan strategi yang berusaha untuk meningkatkan market share suatu produk atau jasa melalui usaha-usaha pemasaran yang lebih besar. Strategi Pengembangan Produk (Product Development Strategy) merupakan strategi yang bertujuan untuk memperkenalkan produk-produk atau jasa yang ada sekarang ke daerah-daerah yang secara geografis merupakan daerah baru.Strategi Pengembangan Pasar (Market Development Strategy) merupakan strategi yang bertujuan agar perusahaan dapat meningkatkan penjualan dengan cara meningkatkan atau memodifikasi produkproduk atau jasa-jasa yang ada sekarang. 2)
Hold and Maintain (Jaga dan Pertahankan), untuk sel III, V, atau VII. Strategi umum yang digunakan adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk.
3)
Harvest or Divest (Tuai atau Divestasi), untuk sel VI, VIII, atau IX. Strategi yang cocok untuk diterapkan adalah strategi penciutan dan divestasi. Strategi Penciutan (Retrenchment Strategy) merupakan strategi yang dapat
dilaksanakan melalui reduksi biaya dan aset perusahaan Strategi Divestasi (Divestiture Strategy) merupakan strategi yang dapat dilaksanakan dengan cara menjual satu divisi atau bagian dari perusahaan. Matriks IE didasarkan pada dua dimensi kunci: skor bobot IFE total pada sumbu x dan skor bobot EFE pada sumbu y. Pada sumbu x pada matriks IE, skor bobot IFE total 1,0 sampai 1,99 menunjukkan posisi internal yang lemah; skor 2,0 sampai 2,99 diangap sedang; dan skor 3,0 sampai 4,0 adalah kuat. Pada sumbu y,
43
skor bobot EFE total 1,0 sampai 1,99 dipandang rendah; skor 2,0 sampai 2,99 dianggap sedang; dan skor 3,0 hingga 4,0 adalah tinggi (David, 2009) Total Rata-rata Tertimbang IFE Tumbuh dan membangun
Kuat 3,0 – 4,0
3,0
Rata-rata 2,0 – 2,99
2,0
Lemah 1,0 – 1,99
Menjaga dan mempertahan 1,0
4,0
Total Ratarata tertimbang EFE
Tinggi 3,0 – 4,0
I
II
IV
V
III
3,0
Menengah 2,0 – 2,99
VI
2,0
Rendah 1,0 – 1,99
VII
VIII
XI
1,0
Gambar 3. Matriks Internal – Eksternal Sumber : David (2009)
4.4.2.3
Panen atau divestasi
Tahap Keputusan Teknik QSPM yaitu teknik yang dipakai pada tahap tiga dari kerangka
kerja analisis formulasi strategi. Teknik ini menunjukkan strategi alternatif mana yang paling baik untuk dipilih. QSPM menggunakan input dari analisis pada stage satu dan matching results pada stage dua yang memberikan informasi untuk analisis selanjutnya melalui QSPM di stage tiga. QSPM merupakan alat yang direkomendasikan untuk para ahli strategi melakukan evaluasi pilihan strategi alternatif secara objektif, berdasarkan key success factors internal-eksternal yang telah diidentifikasi sebelumnya. Tujuan QSPM adalah menetapkan kemenarikan relatif dari strategi yang bervariasi untuk menentukan strategi mana yang dianggap paling baik untuk diimplementasikan. Secara konsep, QSPM menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi berdasarkan seberapa jauh faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal dimanfaatkan atau diperbaiki (David, 2009). Langkah dalam mengembangkan QSPM adalah sebagai berikut :
44
1. Membuat daftar peluang, ancaman, kelemahan dan kekuatan perusahaan di kolom sebelah kiri QSPM. Informasi diambil dari EFE dan IFE matriks. Minimal sepuluh eksternal dan internal critical success factors yang dimasukkan kedalam QSPM. 2. Memberi Weight pada masing-masing eksternal dan internal key success factors. Weight ini sama dengan yang ada di EFE dan IFE matriks. 3. Teliti matriks-matriks pada stage dua dan mengidentifikasi strategi alternatif yang pelaksanaannya dipertimbanngkan. Catatlah strategi di bagian atas baris QSPM. Kelompokkan strategi ke dalam kesatuan yang mutually exclusive jika memungkinkan. 4. Tetapkan alternativeness score (AS) merupakan nilai yang menunjukkan kemenarikan
relatif
untuk
masing-masing
strategi
yang
dipilih.
alternativeness score ditetapkan dengan cara meneliti masing-masing eksternla dan internal key success factors. Menentukan bagaimana peran dari tiap fkctor dalam proses pemilihan strategi yang dibuat. Batasan nilai alternativeness score yaitu 1 = tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = menarik, 4 = sangat menarik. 5. Menghitung total attractiveness score. 6. Menghitung Sum total attractiveness score. Menjumlahkan semua total attractiveness score pada masing-masing kolom QSPM. Dari bebrerapa nilai TAS dari alternative strategi yang tertinggilah yang menunujkkan bahwa alternative strategi menjadi pilihan utama. Nilai TAS terkecil menunjukkan bahwa alternatif strategi ini menjadi pilihan terakhir. Tabel 10. Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif (QSPM) Faktor-faktor Kunci
Bobot
Alternatif Strategi Strategi 1 AS TAS
Strategi 2 AS TAS
Faktor-faktor Kunci Eksternal Faktor-faktor Kunci Internal Jumlah Total Daya Tarik Keterangan : AS Sumber : David (2009)
= Nilai daya tarik , TAS = Total nilai daya tarik
45
V GAMBARAN UMUM GAPOKTAN SILIH ASIH
5.1 Gapoktan Silih Asih Gapoktan Silih Asih terletak di Kampung Ciburuy rt 02 rw 02, Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, 16470. Gapoktan ini terdiri dari enam kelompok tani yaitu Kelompok Tani Silih Asih I, Silih Asih II, Manunggal Jaya, Saung Kuring, Tunas Inti, dan Lisung Kiwari. Gapoktan ini berdiri pada 20 Desember 2002, yang diketuai oleh Bapak Haji Ahmad Zakaria dengan luas lahan 79 ha dan jumlah anggota 124 orang. Keberhasilan pembangunan masyarakat di pedesaan banyak dipengaruhi oleh kemampuan dan keberhasilan petani dalam usaha bidang ekonomi berbasis agribisnis. Kecamatan Cigombong khususnya Desa Ciburuy di mana Gapoktan Silih Asih berada adalah merupakan salah satu Desa non pertanian akan tetapi usaha sektor pertanian di Desa ini masih tetap menjadi satu usaha pilihan bagi masyarakat ( Petani ). 5.2 Visi dan Misi Gapoktan Pernyataan visi dipandang sebagai langkah pertama dari membuat misi agar tujuan yang ditargetkan tercapai. Sedangkan misi merupakan pernyataan tujuan yang secara jelas membedakan satu bisnis dengan bisnis lainnya. Manfaat terbesar dari dua pernyataan ini dapat dijadikan sebagai alat manajemen strategis yang berasal dari spesifikasi mereka terhadap tujuan akhir organisasi. Visi dan Misi Gapoktan Silih Asih masih dalam bentuk tersirat belum memiliki visi dan misi yang tertulis. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua Gapoktan, visi Gapoktan adalah ingin tersenyum bersama antara pengurus, petani, dan semua yang terlibat. Misi Gapoktan ini adalah mengubah brand image petani dari tradisional menjadi modern yang sejajar dengan pelaku bisnis lainnya. Walaupun demikian, kegiatan yang ada pada Gapoktan Silih Asih sudah terarah sesuai tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. 5.3 Lokasi dan letak geografis Gapoktan
Penelitian ini dilakukan pada Gapoktan Silih Asih yang berada di desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor. Desa Ciburuy memiliki iklim yang cukup sejuk dikarenakan berada di kaki gunung salak. Desa Ciburuy terletak pada ketinggian 1300 meter di atas permukaan laut. Suhu rata-rata sepanjang tahun di Desa Ciburuy berkisar antara 230-320 Celcius dan memiliki curah hujan rata-rata sepanjang tahun sebesar 3000-4000 mm. Desa Ciburuy memiliki luas wilayah sebesar 160 Ha, terdiri dari lahan darat seluas 73 Ha dan lahan pertanian seluas 87 Ha. Penggunaan lahan pertanian di Desa Ciburuy digunakan untuk persawahan dengan komoditas utama yang diusahakan petani adalah padi sawah sehat sebesar 90 persen atau seluas 78,3 Ha. Sisanya dimanfaatkan untuk budidaya peternakan dan ikan air tawar serta penangkaran benih padi. Pemanfaatan lahan darat di Desa Ciburuy digunakan untuk pemukiman, fasilitas publik, sekolah dan bangunan-bangunan usaha seperti lahan processing beras SAE, lantai penjemuran serta lahan usaha pembuatan pupuk kompos OFER. Luas wilayah Desa Ciburuy adalah 160 ha, dengan penggunaan luas sawah 79 ha, taman seluas 0,03 ha, permukiman atau perumahan umum seluas 50 ha, perkantoran seluas 6 ha, tanah wakaf 0,1 ha, bangunan umum 15 ha, kolam 0,3 ha, perubahan penggunaan tanah 8,8 ha dan luas prasarana umum lainnya 0,08 ha. Berdasarkan luas wilayah, daerah ciburuy potensi untuk lahan pertanian khusunya padi. Batas wilayah Sebelah Utara
: Desa Ciadeg
Sebelah Selatan
: Desa Cigombong
Sebelah Timur
: Desa Srogol
Sebelah Barat
: Desa Cisalada
Jarak desa dengan ibukota Kabupaten atau Kota adalah 50 km, lama jarak tempuh ke ibu kota kabupaten dengan kendaraan bermotor dapat ditempuh dengan waktu 2 jam, lama jarak tempuh ke ibu kota kabupaten dengan berjalan kaki atau kendaraan non bermotor dapat ditempuh dengan waktu 24 jam. jarak dengan ibukota Propinsi adalah 165 km, lama jarak tempuh ke ibu kota provinsi dengan 47
kendaraan bermotor dapat ditempuh dengan waktu 12 jam, lama jarak tempuh ke ibu kota provinsi dengan berjalan kaki atau kendaraan non bermotor 3x24 jam. 5.4 Sejarah Gapoktan Keberhasilan pembangunan pertanian pada suatu daerah umumnya selalu dikuti dengan isu meningkatnya kemampuan peran dan fungsi Kelompok Tani dalam menggerakkan partisispasi petani anggota Kelompok Tani pada pelaksanaan peningkatan produktifitas pertanian. Pada tahun 1978, terdapat53 orang petani melakukan musyawarah di Balai Desa dengan dihadiri oleh Kepala Desa, KCD Perikanandan Peternakan Cijeruk, Kepala BPP pamoyanan Kecamatan Cijeruk untuk membentuk suatu kelompok tani dengan semangat yang tinggi dan akhirnya terbentuklah Kelompok Tani Silih Asih yang beranggotakan 56 petani, kemudian pada tahun 2001, dengan adanya issue Go organic dan pencemaran lingkungan, ketua kelompok tani dari desa Petir, Dramaga itu masih menggunakan kearifan lokal dalam pengembangan berasnya yang tidak bisa kontinu. Pada tahun 2002, ketua kelompok tani tersebut bekerjasasama dengan bapak Haji Zakaria untuk pengembangan berasnya. Gapoktan Silih Asih mulai menjalin mitra dengan LPS di bawah Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan Dompet Dhuafa Republika. Gapoktan Silih Asih merupakan gabungan dari 11 kelompok tani di Desa Ciburuy yang bergerak di bidang usahatani padi bebas pestisida yang digarap oleh 6 kelompok tani dan sisanya bergerak pada bidang perikanan serta benih padi. Pada tahun 2003, menyewa lahan seluas 3 ha yang dikelola oleh para petani duafa yang beranggotakan 10 orang untuk pengembangan Gapoktan tersebut dan pada tahun 2004 bertambah menjadi 40 ha dengan beranggotakam 149 tenaga kerja. Pada tahun 2006 kemudian dibina untuk mandiri dan akhirnya tahun 2007 Gapoktan Silih Asih mandiri. Kebutuhan dan tuntutan petani semakin meningkat sementara kemampuan kelompok tani sebagai organisasi non formal yang senantiasa mewadahi aspirasi,
48
prakarsa dan dinamika kehidupan petani anggotanya semakin terbatasi dengan ketidakmampuan merespon segala bentuk keinginan petani. Terbentuknya Gabungan Kelompok Tani ( Gapoktan ) Silih Asih merupakan solusi untuk dapat membawa petani kearah tujuan bersama yang ingin dicapai. 5.5 Lingkup kegiatan produksi Komoditi unggulan dari Gapoktan silih Asih adalah Beras (Beras SAE, Gemar, dan Lisung Kiwari), benih ikan ( ikan lele, emas dan nila), benih padi, pupuk organik yang diberi nama pupuk offer, ternak, jamur tiram, dan sayur. Pada skripsi ini akan membahas pada komoditi unggulan sebagai satuan unit bisnis yaitu beras SAE. Beras “SAE” merupakan beras yang diproduksi dengan teknologi ramah lingkungan. Beras SAE bebas residu pestisida golongan Organoklorin,
Organophospate, Karbanet, dan Piretoid. Beras SAE (Sehat
Aman Enak) dinyatakan bebas pestisida berdasarkan uji laboratorium BB BIOGEN BOGOR No. 080/LB/VII/2006. Merek Terdaftar No. DOO 2007005776 Dinas Kesehatan Bogor P-IRT No. 215320119. Beras SAE memiliki karakteristik yang khas yaitu memiliki warna nasi yang putih, pulen, dan wangi. Gapoktan Silih Asih terdiri dari KKT Lisung kiwari yang menangani bagian pemasaran dan keuangan, P4S Silih Asih (pusat pelatihan pertanian pedesaan swadaya) yang menangani bagian SDM, UPJA (unit pelayanan jasa alsintan) yang menangani bagian produksi dan P3A Mitra Cai (perkumpulan petani pemakai air) yang menangani bagian distribusi. Dengan adanya KKT Lisung Kiwari, P4S Silih Asih, UPJA, dan P3A mitra Cai dapat saling mebantu kegiatan di masing-masing bidang sehingga hasilnya pun terarah dan berjalan sesuai peraturan. Gapoktan silih asih juga melakukan kemitraan dengan Gapoktan lain yang berada pada kecamatan Cigombong, Caringin, dan Cijeruk yang berada di Kabupaten Bogor yaitu Gapoktan Harapan Maju, Muara Jaya, Dukuh Jaya, Dewi Sri, Wanti Asih, mekar Sejahtera, Tumeeka, Bersaudara, dan Hurip Jaya. Dengan melakukan kemitraan maka Gapoktan Silih Asih mempererat tali persaudaraan dan ingin menjaga kesinambungan akan bahan baku.
49
5.6 Organisasi Organisasi dan manjemen merupakan faktor yang penting bagi setiap perusahaan dalam mencapai tujuannya. Susunan struktur organisasi terdiri atas ketua yang membawahi sekretaris, bendahara dan masing-masing unit kerja. Ketua bertugas untuk memantau semua kegiatan yang berada pada Beras SAE dari mulai hulu sampai ke hilir dan membina keahlian dan keterampilan para anggota. Ketua pun dibantu oleh para pengurus dan anggota. Tuga para pengurus adalah menyelenggarakan rapat kelompok, melakukan pekerjaan yang dianggap penting semata-mata atas nama dan atau untuk kepentingan petani/Kelompok Tani Anggota Gapoktan, menjalin hubungan baik dengan pihak lain, menetapkan keputusan dan kebijakan di tingkat Gapoktan atas dasar segala masukan dan aspirasi dari petani atau Kelompok Tani Anggota Gapoktan, menyelenggarakan tertib administrasi di tingkat Gapoktan, memfasilitasi penerapan usaha tani Kelompok Tani sesuai dengan rencana. Bentuk struktur organisasi dapat dilihat pada lampiran 1.
50
VI. ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN
Analisis lingkungan merupakan tahap awal dalam manajemen strategi yang bertujuan untuk memantau lingkungan Gapoktan. Lingkungan Gapoktan mencakup semua faktor yang berpengaruh terhadap Gapoktan baik secara langsung dan tidak langsung. Lingkungan Gapoktan terdiri dari lingkungan internal dan eksternal Gapoktan. 6.1 Analisis Lingkungan Internal 6.1.1 Manajemen
Perencanaan Perencanaan merupakan investasi di depan untuk meraih suatu
keberhasilan dan membantu sebuah perusahaan mencapai pengaruh maksimal dari suatu usahanya. Perencanaan yang dilakukan Gapoktan Silih Asih masih belum memiliki perencaan yang tertulis dalam jangka pendek, menengah, dan panjang dilihat dari belum mepunyai visi dan misi yang tertulis. Peran ketua sangat penting, karena dengan adanya ketua dapat membantu pengembangan usaha dalam unit bisnis beras SAE. Manajemen yang dilakukan oleh Gapoktan adalah manajemen sederhana. Keputusan yang diambil adalah demokrasi. Demokrasi merupakan suatu sistem atau mekanisme yang berdasarkan atas kedaulatan rakyat. Demokrasi yang dilakukan oleh Ketua Gapoktan adalah keputusan-keputusan yang dilakukan untuk kepentingan Gapoktan tidak semata-mata untuk keuntungan pribadi melainkan ketua mempercayakan kepada pengurus dan anggota demi keberhasilan Gapoktan itu sendiri. Perencaanaan dilakukan oleh para pengurus dan kemudian disepakati oleh anggota. Ketua Gapoktan merupakan ketua yang berjiwa wirausaha yang tinggi, disiplin dan tanggung jawab untuk meningkatkan produktivitas beras SAE dan memenangkan persaingan. Ketua Gapoktan tersebut sangatlah pekerja keras dan ulet dalam mengelola Gapoktannya.
Pengorganisasian
51
Tujuan pengorganisasian adalah mencapai upaya yang terkoordinasi dengan cara menentukan tugas dan hubungan otoritas. Sejak didirikannya Gapoktan Silih Asih, usaha beras SAE telah menjadi bagian dari salah satu unit usaha yang terdapat didalamnya. Kegiatan usaha yang dilakukan Gapoktan Silih Asih dalam Beras SAE adalah dari budidaya yang dilakukan dengan SOP dimulai dari kualiti control yang dipegang oleh masing-masing ketua sampai penggilingan. Kemudian menjemur, mengayak, menampi dan packing. Struktur Organisasi KKT untuk pemasaran, P4S meningkatkan SDM dalam hal teknologi, UPJA untuk meningkatkan sesuai tepat waktu dalam penolahan lahan sampai prosessing beras. P3A mitra cai untuk mendistribusikan air. Pendekatan yang dilakukan adalah top down, kepala Gapoktan tidak menganggap anggota sebagai bawahan melainkan sebagai rekan kerja. Karena peran serta anggota terlibat dalam kegiatan Beras SAE sehingga antara ketua dan pengurus lainnya serta dengan anggota saling membantu untuk meningkatkan kesejahteraan Gapoktan Silih Asih. Administrasi yang ada di Gapoktan Silih Asih masih rendah dengan terlihat belum rapi dalam pengelolaan system administrasi yang ada pada Gapoktan Silih Asih.
Pemotivasian Proses
mempengaruhi
orang
untuk
meraih
tujuan-tujuan
tertentu.Pemberian motivasi terhadap karyawan penting dilakukan karena terkait dengan loyalitas para karyawan terhadap unit usaha Beras SAE sehingga para karyawan tetap merasa nyaman selama bekerja. Merubah pola pikir para petani dari cangkul nanam panen menjadi meproduk hasil sesuai keinginan pasar. Memberikan motivasi “Tuhan tidak akan merubah suatu kaum apabila kaum itu tidak mau berubah”. Motivasi untuk petani agar aktif menjadi pengusaha dalam sektor pertanian. Dalam Gapoktan silih Asih Ketua dengan para anggota membina hubungan baik agar terciptanya Gapoktan yang maju dan menampung saran-saran dari anggota untuk menuju perbaikan.
Pengelolaan Staff Secara umum, perekrutan tenaga kerja pada unit usaha beras SAE tidak
melalui prosedur yang formal dan terstruktur. Selain itu, tidak ada persyaratan atau kualifikasi khusus yang mengharuskan setiap calon tenaga kerja memiliki
52
keterampilan tentang cara pembuatan beras SAE. Satu hal terpenting yang harus dimiliki oleh calon tenaga kerja unit usaha Beras SAE adalah semangat kerja yang tinggi, ulet, dan cekatan dalam melakukan setiap pekerjaan. Anggota yang direkrut untuk Gapoktan adalah orang yang produktif dan mau mengikuti aturan. Komunikasi yang terjalin antara ketua dan anggota tidak kaku sehingga memudahkan dalam kegiatan Gapoktan. Rekrutmen anggota sederhana dan tidak sulit. Anggota dikasihtau peraturaannya hak dan kewajibannya, yang memilih ketua kelompok tani. Dilakukannya wawancara semi resmi. Gaji dan upah onfarm dijual lebih tinggi dari harga pasar. Namun demikian kompetensi SDm masih rendah.
Pengendalian Pengendalian merujuk pada semua aktivitas yang diarahkan. Ketua
Gapoktan memantau apa saja yang terjadi terhadap aktivitas anggota dalam menerapkan program yang telah direncanakan. Penetapan standar kinerja menearpkan SOP dan sesuai aturan yang diterapkan untuk masing-masing tugasnya. Penilaian kinerja dilakukan oleh pemantauan ketua agar dapat dilihat anggota mana saja yang baik. 6.1.2 Proses produksi Dalam kegiatan beras SAE, awalnya dari budidaya padi sehat yaitu :
Pengolahan tanah Pengolahan lahan pada tanah gembur dan subur, perkembangan biota
tanah yang baik menjamin system perakaran tanaman yang sempurna serta memudahkan pengaturan air pada tingkat lahan usaha tani. Kemudian dibajak satu kali dan digaru satu kali. Kamalir sedalam mata cangkul dengan lebar 30 cm.
Penggunaan benih Benih berlabel biru (ES) bercap BPSB dan tidak kadaluarsa sehingga daya
tahan minimum 90 % dan kebutuhan benih 8-15 kgatauha.
Bercocok tanam Dengan bercocok tanam, maka diperoleh tanaman yang tetap tejamin
kesegarannya, sehat dan menjamin anakan yang lebih produktif, serta membuat
53
jarak tanam larikan untuk memudahkan pemeliharaan dan penghematan penggunkan pupuk serta cakupan unsure hara menjadi luas. Jarak tanam dalam barisa 12,5 antar barisan 25 cm. Jarak kelompok barisan tanaman 50 cm (sistem legowo)
Pengaturan air Pada saat tanam, keadaan air hanya ada di parit untuk memperoleh aerasi
dan pertumbuhan biota tanah yang sempurna serta kulaitas tani hemat air. Kelemahan yang ada adalah kurangnya ketersediaan air karena dipengaruhi oleh cuaca yang tak menentu.
Pemupukan Dalam proses pemupukan menggunkan pupuk kompos sebagai pupuk
dasar dengan dosis 2-5 tonatauha yang disebarkan secara merata sebelum tanam, kemudian diberikan pupuk pertama pada umur 20-25 HST dan pupuk susulan kedua pada umur 40-50 HST.
Pengendalian hama Menggunakan pupuk suplemen organic agar penggunaan varietas yang
tahan hama penyakit dan menggunakan varietas agensi hayati dan peneyediaan pestisida nabati dari jenis tanaman yang mengandung racun.
Pemeliharaan Pemeliharaan dilakukan dengan penyiangan, penggemburan tanah,
menekan ersaingan pemakaian unsur hara dan tanaman tumbuh sehat dan anakan lebih produktif. Penyiangan pertama dilakukan pada umur 20-22 HST sambil melakukan penyulaman dan penyiangan kedua dilakukan pada 15 hari.
Panen dan pasca panen Pemanenan dilakukan setelah padi menguning diatas 90 % atatu cukup
umur. Umur panen tergantung varietas dan ketinggian tempat agar kualitas beras bagus. Pemanenan dilakukan dengan menggunkan sabit bergerigi, menggunakan alas yang lebar, alat perontok atau bating bertirai dan menggunakan karung yang baik atau tidak bocor.
54
Produksi yang dilakukan dalam beras SAE adalah sebagai berikut :
Panen padi kemudian padi itu dijemur dalam waktu 2,5 hari di tempat penggilingan
Kemudian di giling dalam mesin penggiling agar pecah kulitnya kemudian memakai pemutih
Diayak, agar terpisah gabah dan beras
Kemudian dimasukkan ke dalam mesin selip
Kemudian dimasukkan dalam karung dalam ukuran 50 kg per karungnya
Setelah itu, dibawa ke lumbung beras SAE dan di sana diayak lagi biar menir dan berasnya terpisah
Kemudian ditampi ( dibuang gabah dan beras mati)
Dicampur dengan pandan wangi dan IR
Kemudian dikemas dalam proses pengemasan Pengadaan kering panen (GKP) bebas pestisida
Penjemuran gabah selama 2 hari (3-4 jam) kadar air 14-15 %
Giling 1 pecah kulit gabah dan penyaringan gabah pecah kulitatautidak
Giling 2 Sosoh beras
Proses pengayakan beras
Penyortiran beras kepala
Penimbangan dan pengemasan
Pengepresan pengepakan dan pengangkutan
Gambar4. Alur proses produksi beras SAE
55
Saprotan yang digunakan untuk proses produksi adalah benih label biru, pupuk organik, NPK, PPC, pestisida nabati, agensi hayati. Dalam proses produksi beras SAE memiliki tenaga kerja sebanyak delapan perempuan yang tugasnya mengayak dan menapi, satu laki-laki yang tugasnya mengemas kemasan beras SAE, di tempat lumbung beras SAE, sementara di tempat penggilingan empat laki-laki dan satu perempuan. Sehingga semua tenaga kerja di tempat proses produksi adalah empat belas orang. Produk yang dihasilkan oleh Gapoktan silih asih adalah produk yang ekonomis dan berdaya saing tinggi. Fasilitas yang dimiliki dalam proses produksi adalah mesin press sebanyak satu buah, timbangan 0-50 kg sebanyak satu buah, timbangan 5 kg sebanyak satu buah, mesin ayak sebanyak satu buah dan mesin jahit karung sebanyak satu buah. Rata-rata satu minggu menghasilkan tiga atau dua kali borongan. Tenaga kerja digaji sesuai kecepatannya dalam menapi dan mengayak, semakin banyak beras SAE yang ditapi dan diayak semakin banyak gaji yang dihasilkan. Dalam menyelesaikan satu karung beras, tenaga kerja mendapatkan gaji Rp 5000atau karung. Dalam satu hari biasanya menghasilkan 1,6 ton beras. Dengan adanya fasilitas yang ada itu merupakan kekuatan yaitu ketersediaan sarana dan prasarana. Prospek usaha ini pun baik dan ramah lingkungan karena menngunakan teknologi ramah lingkungan. Inovasi dan variasi produk dari beras Gapoktan Silih Asih meliputi beras lisung kiwari dan beras gemar. SOP peraturan kerja penggilingan dan pengayakan beras SAE 1. Setiap pekerja atau penampi beras harus menggunakan pakaian seragam yang bersih, sopan, berlengan panjang dan berukuran pas 2. Setiap pekerja atau penampi beras tidak diperbolehkan menggunakan perhiasan selama dalam proses pekerjaan 3. Selama bekerja bagi laki-laki tidak diperkenankan memakai kaos singlet 4. Pekerja di penggilingan dan penyortiran beras sebaiknya menggunakan penutup hidung selama bekerja 5. Setiap pekerja harus menjaga kebersihan tangan 6. Setiap pekerja tidak diperkenankan berkuku panjang 7. Setiap pekerja yang sakit menular diperkenankan untuk tidak masuk
56
8. Pekerja disarankan melakukan pemeriksaan kesehatan umum setiap 6 bulan sekali 9. Tidak boleh meludah di lingkungan kerja SOP pengemasan beras SAE 1. Ambil kantong 57lastik atau karung. Kantong plasticataukarung yang bermerk beras sehat dan cek kondisi kantong atau karung lihat bagian bawah 2. Masukkan beras campuran ke kantongataukarung. Gunakan takaran dari plastic dan beras rata dengan permukaan 3. Timbang beras dalam kantongataukarung. Gunakan timbangan dan posisi jarum harus sesuai dan tepat dengan berat isi bersih yang tertera di kantong atau karung 4. Press kantong atau jahit karung beras. Gunakan alat sealer 30 cmatau mesin jahit dan cek kerekatan plastic setelah dipress. SOP Penggilingan dan pengayakan beras SAE 1. Pilih dan ambil karung berisi gabah bebas pestisida yang telah kering giling. 2. Giling gabah pecah kulit dan giling ulang gabah yang belum pecah 3. Giling beras sebanyak dua kali dan tamping dalam beras khusus 4. Beras hasil giling ayak 5. Beras hasil pengayakan ditampi dan disortir dari kotoranataukulit gabah SOP penjemuran gabah kering simpan beras SAE 1. Ambil karung berisi gabah kering panen (GKP) 2. Jemur gabah dan ratakan dengan ketebalan yang sama 3. Gabah setiap beberapa jam dibolak balik secara merata 4. Gabah diangkat dan dimasukkan ke dalam karung
6.1.3 Pemasaran Pemasaran merupakan pendefinisian, pengantisipasian, penciptaan serta kebutuhan dan keinginan konsumen akan barang dan jasa. Pemasaran terkait dengan 4P, yaitu aspek produk, harga, distribusi, dan aspek promosi.
57
Produk Beras SAE merupakan beras yang diproduksi dengan menggunakan
teknologi pertanian yang ramah lingkungan. Beras SAE bebas residu pestisida golongan Organoklorin,
Organophospate, Karbanet, dan Piretoid. Beras SAE
memiliki karakteristik yang khas yaitu memiliki warna nasi yang putih, pulen dan wangi. Beras SAE memiliki surat izin PIRT yaitu keputusan kepala dinas kesehatan kabupaten bogor P-IRT NO. 215320101119 dengan pemberian sertifikasi produksi pangan industri rumah tangga.
Harga
Tabel 11. Daftar harga beras SAE adalah sebagai berikut : No
Item
Harga Agen
Retail 1
HET
1.
Beras SAE (2,5 kg)
22.500
26.000
30.000
2.
Beras SAE (5 kg)
43.500
51.000
59.000
3.
Beras SAE (20 kg)
170.000
196.000
226.000
4.
Beras SAE (25 kg)
210.000
242.000
279.000
5.
Beras SAE (50 kg)
405.000
467.000
538.000
Harga berlaku di wilayah JABODETABEKPUNJUR, selain wilayah itu dikenakan biaya transportasiatauangkut pengiriman sesuai tarif.
Tempat Beras SAE yang diproduksi Gapoktan Silih Asih terletak di Desa Ciburuy,
Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor.
Distribusi Saluran distribusi. Sebagian mengandalkan LPS. Jadi
lebih besar
koperasi.ke perusahaan .koperasi oryza sativa, STPP,BBPKH, peruamahan depok Jakarta, bogor, dinas. Rumah sakit pmi, cibinong. Jadi ada agen-agen. Adapun tiga saluran pemasaran yang dilakukan Gapoktan koperasi yaitu dari koperasi ke LPS ke distributor ke konsumen. Kemudian koperasi ke LPS ke konsumen dan yang ketiga dari koperasi ke konsumen.
58
Saluran pemasaran 1 Koperasi
LPS
Distributor
konsumen
Saluran pemasaran 2 Koperasi
LPS
Konsumen
Saluran pemasaran 3 Koperasi
Konsumen
Promosi Promosi yang dilakukan masih terbatas, yaitu dari mulut ke mulut, serta
mengandalkan bantuan dari LPS. LPS sebagai sarana untuk pelayanan dan pemasaran beras sehat. Promosi yang dilakukan lagi adalah mengikuti pameranpameran beras dan setiap hari jumat mengikuti pameran di Departemen Pertanian, Jakarta. Adapun bauran pemasaran yang terdiri dari segmentasi, target dan positioning.
Segmentation Segmentasi yang ditawarkan beras SAE Gapoktan Silih Asih adalah
semua konsumen dan tidak membedakan jenis kelamin karena beras merupakan konsumsi bagi setiap orang karena beras merupakan pangan yang selalu dikonsumsi masyarakat Indonesia.
Targeting Target beras SAE yaitu kepada kalangan menengah ke atas, tetapi tidak
menutup kemungkinan menengah ke bawah juga mengkonsumsi beras SAE karena harganya lumayan diatas harga beras konvensional.
Positioning
59
Kesan yang ditawarkan adalah beras sehat yang berkualitas dan praktis dan bebas dari pestisida dan rasanya pun enak, pulen, wangi. Beras SAE merupakan konsumsi pangan sebagian besar masyarakat Indonesia. 6.1.4 Keuangan Keuangan merupakan salah satu aspek penting dalam suatu perusahaan. Sumber keuangan yang dimiliki Gapoktan adalah modal sendiri dan modal pinjaman. Modal awal untuk mengembangakan unti usaha beras SAE adalah 5 juta rupiah kemudian mendapatkan pinjaman dari LUEP (lembaga usaha ekonomi pedesaan) sebesar 200 juta per 7 bulan. Dengan bunga 1 % per tahun sehingga harus mengembalikan 214 juta. Dana pinjaman yang diperoleh dari LUEP sekitar tahun 2006-2008. Kemudian dari LPS juga mendapatkan modal sebesar 70 juta pada tahun 2005-2006. Setelah itu, Gapoktan Silih Asih mendapatkan dana pinjaman dari modal Gemar sebesar 600 juta untuk usaha beras SAE dan 400 juta untuk usaha yang lainnya. Dana semuanya adalah 1 milyar rupiah. Dana pinjaman modal Gemar diberikan pada tahun 2010-2011. Jangka waktu pengembalian adalah 10 tahun dan tidak menggunakan bunga. Gemar adalah gerakan multiaktivitas agribisnis yang diberikan pemerintah. Dengan adanya modal seperti itu maka Gapoktan Silih Asih mempunyai kekuatan yaitu ketersediaan modal. Sistem keuangan yang dilakukan Gapoktan Silih Asih menggunakan computer dan manual untuk mencatat pengeluaran, pendapatan, permintaan, produksi beras dll. Bukti keuangan yang dimiliki adalah bukti pembelian, bukti penjualan, bukti pengeluaran, bukti pemasukan dan bukti penerimaan kas. 6.1.5 Penelitian dan Pengembangan Penelitian dan pengembangan yang dilakukan adalah dengan adanya pengendalian hama yaitu menggunakan jamur bufferia untuk menginfeksi hama dan NPS agar memakan larva kupu-kupu putih. Penetapan varietas padi yang akan ditanam, sehingga dapat mengidentifikasi hamaataupenyakit yang dominan dan menggunkan benih label biru tahan tungro yaitu bondoyuda, kalmias, membramo
60
dan tukak tunda. Pelembagan benih padi menggunkan bahan desinfektan (larutan garaatauabu dapur). Sistem tanam yang dilakukan untuk beras SAE yaitu system tanam legowo (jarak kelompok barisan tanaman 50 cm). Kemudian dengan adanya agensi hayati dan teknis biimbingan pasar yang dilakukan Gapoktan. Beras “SAE” merupakan beras yang diproduksi dengan teknologi ramah lingkungan. BERAS SAE (Sehat Aman Enak) dinyatakan bebas pestisida berdasarkan
uji
laboratorium
BB
BIOGEN
BOGOR
No.
080atauLBatauVIIatau2006. Merek Terdaftar No. DOO 2007005776 Dinas Kesehatan Bogor P-IRT No. 215320119. Pelatihan yang diajarkan kepada petani yang dilakukan adalah teknik tekonogi budidaya, pemuatan pupuk, pestisida, dan motivasi untuk anggota. 6.1.6 Sistem informasi manajemen Informasi menghubungkan semua fungsi bisnis dan menyediakan landasan bagi semua keputusan manjerial. Tujuan sistem informasi manajemen adalah meningkatkan kinerja sebuah bisnis dengan cara meningkatkan kualitas keputusan manajerial. Sistem Informasi yang digunakan Gapoktan Silih Asih adalah computer dan internet. Dengan menggunakan computer dan internet memudahkan Gapoktan untuk menjalankan tugasnya. 6.2 Lingkungan Eksternal Analisis lingkungan eksternal merupakan analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi dan mengetahui apa saja yang mempengaruhi perusahaan dari lingkungan luar seperti peluang dan ancaman. Penerapan strategi yang dilakukan perusahaan yaitu untuk mengambil peluang yang ada dan mengatasi ancaman dari luar. Untuk menganalisis faktor eksternal perusahaan, harus mengetahui informasi tentang faktor-faktor seperti ekonomi, sosial, budaya, lingkungan, demografi, politik, pemerintah, hukum, dan teknologi.
61
6.2.1 Ekonomi Tabel 12. PDRB per kapita (juta rupiah) tahun 2007-2009 Tahun Harga berlaku Harga konstan 2007 11.363,43 6.238,19 2008 12.477,36 6.351,30 2009 13.660,14 6.398,10 Pendapatan per kapita merupakan hasil bagi antara pendapatan regional dengan jumlah penduduk. Saat ini indicator ekonomi makro yang menyajikan perolehan pendapatan wilayah, baru terbatas pada PDRB. PDRB merupakan indicator yang menunjukkan kemampuan daerah tersebut untuk menghasilkan nilai tambah. Dengan demikian PDRB per kapita merupakan pendekatan yang masih valid terhadap pendapatan perkapita. PDRB per kapita mengalami peningkatan dari tahun ke tahun kondisi ini menggambarkan bahwa kemampuan daya beli masyarakat pun meningkat.meningkat. Permintaaan pasar akan beras sehat pun terbuka luas dengan meningkatnya permintaan dari konsumen. Tabel 13. PDRB Kabupaten Bogor atas dasar harga berlaku tahun 2006-2009 No 1.
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Lapangan usaha Pertanian, perkebunan, Peternakan, Kehuatanan dan Perikanan Pertambangan dan penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air bersih Bangunan Perdagangan, hotel dan restoran Pengangkutan dan komunikasi Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan Jasa-jasa
2006 2.091.009,87
2007 2.439.762,17
2008 2.662.442,43
2009 2.904.499,04
510.672,58
583.972,74
705.284,45
800.324,90
28.800.577,71 1.463.090,42
32.304.257,86 1.660.347.05
36.063.100,58 1.936.331,22
40.428.260 2.059.574,60
1.444.729,87 6.935.058,45
1.687.648,42 8.037.785,30
2.079.205,89 9.674.902,80
2.465.044,65 11.435.852,36
1.835.578,16
2.049.535,56
2.396.127,48
2.798.037,98
662.988,12
751.008,09
875.666,95
992.733,03
1.575.325,41
1.765.902,49
1.996.349,64
2.199.461,99
Dari data di atas PDRB Kabupaten Bogor yang memiliki peranan penting yaitu Industri pengolahan kemudian Perdagangan, hotel dan restoran serta pertanian yang memberikan sumbangan besar terhadap PDRB.
Ketersediaan
bahan baku merupakan peluang yang termasuk dalam faktor ekonomi dengan melakukan kemitraan untuk bahan baku dengan gapoktan lainnya.
62
6.2.2 Sosial budaya, demografi dan lingkungan Usaha beras merupakan usaha agribisnis yang rentan terhadap pengaruh iklim dan cuaca karena sifat komoditas pertanian adalah mudah rusak. Perubahan cuaca yang tak menantu mempengaruhi produksi beras SAE. Proses produksi padi dimulai dari tanam hingga panen tidak dijamin berhasil semuanya yang dipengaruhi oleh kesuburan tanah, curah hujan dan ketersediaan air. Jika dalam musim kemarau, maka ketersediaan air sangat rendah. Budaya masyarakat kita menjadikan beras sebagai pangan utama, sehingga sering sekali kita mendengar masyarakat bilang “belum makan sebelum mengkonsumsi nasi” padahal dalam kenyataannya mereka sudah makan jagung, singkong, roti atapu sebagainya. Kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan terlihat dari konsumsi masyrakat yang melihat kandungan gizi dari makanan tersebut. Demografi atau kependudukan ilmu yang mempelajari kependudukan manusia, yang didalamnya meliputi ukuran, struktur, distribusi penduduk serta bagaimana jumlah penduduk berubah setiap waktu akibat kelahiran, kematian, migrasi serta penuaan. Trend back to nature ini adalah trend kembali ke alam termasuk ke dalam faktor lingkungan. Trend back to nature ini, gaya hidup sehat dan mementingkan kesadaran akan kesehatan dengan mengkonsumsi makanan-makanan sehat. Tabel 14. Jumlah penduduk Kabupaten Bogor No. Tahun Jumlah penduduk 1. 2007 4.251.838 2. 2008 4.340.520 3. 2009 4.477.344 Jumlah penduduk Kabupaten Bogor dati tahun ke tahun mengalami peningkatan. Semakin tumbuhnya peningkatan penduduk maka permintaan akan beras semakin meningkat juga. 6.2.3 Politik, kebijakan pemerintah dan hukum Stabilitas politik dan keamanan merupakan aspek yang penting untuk keberlangsungan suatu usaha karena pelaku usaha akan nyaman atau tidak nyaman terhadap usaha yang dijalankannya. Beberapa kebijakan pemerintah tentang beras adalah GO organic 2010 yang dicanangkan pemerintah melalui departemen Pertanian. Program ini memberikan pedoman dan persyaratan kepada 63
para petani untuk tata cara bertani secara organic yang telah disepakati secara internasional oleh CAC (Codex Alimentarius Commision) dan IFOAM (International federation of Organic agriculture Movement), sehingga akhirnya produk pertanian Indonesia dapat diakui secara Internasional (Ditjen BPPHDeptan
2002).
Program
tersebut
mewujudkan
pembangunan
agribisnis
berwawasan lingkungan dengan visis mewujudkan Indonesia sebagai salah satu produsen pangan organic sesuai SNI. Gapoktan Silih Asih ini masih dalam proses untuk menuju organic karena belum mempunyai sertifikasi organik. Program pemerintah yang diberikan kepada Gapoktan Silih Asih
Bantuan pupuk organic UPT
Penunjukkan kluster untuk kecamatan Caringin, Cigombong, dan Cijeruk
Pelatihan pertanian organic, pertanian agensi hayati dan pestisida nabati
Pameran produk yang difasilitasi oleh Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor Program sosial
Pelatihan manajemen, teknis, MPM dan SOP
Jika ada anggota Gapoktan yang sakit, maka ada cadangan uang untuk biaya pengobatan
Perbaikan jalan
Penyuluhan pengolahan limbah Rumah Tangga Kerjasama dengan Pemerintah Daerah dan bermitra dengan beberapa
Gapoktan merupakan peluang dalam kebijakan pemerintah untuk menjaga kesinambungan ketersediaan bahan baku dan menjaga hubungan baik dengan Gapoktan lainnya dan pemerintah setempat. Peranan LPS pun dalam bidang pemasaran sangat membantu Gapoktan Silih Asih untuk memasarkan produknya ke tempat-tempat yang lebih banyak lagi. 6.2.4 Teknologi Teknologi
yang digunakan
dalam
beras
SAE
adalah
teknologi
PTT(pengelolaan tanaman terpadu) dan ICM (integrated croop management). Metode PTT ayng dilakukan adalah pengolahan lahan, panen dan pasca panen, PCC, tanam dangkal, tanam tunggal, dan benih muda aerob. Sedangkan ICM tanaman dibuat untuk kebutuhan konsumen dan keinginan memproduksi beras.
64
Teknologi yang digunakan dalam ICM adalah panca usaha, sapta usaha, metode SRI, dan IPAT BO. Panca usaha terdiri dari pengolahan lahan, bibit unggul, pengairan, pemupukan dan pemberantasan hama serta sapta usaha ditambah dengan panen dan pasca panen. Metode SRI yaitu penggunaan pupuk organic, benih muda, tanam dangkal, benih tunggal dan penggunaan air. IPAT BO yaitu intensifikasi padi aerob terkendali bahan organik. 10 unsur teknologi padi yang akan digunakan untuk unit usaha beras adalah 1. Benih berlabel biru (benih sebar) 2. Pengolahan lahan yang sempurna sampai melumpur dan kedap air 3. Tata guna air 4. Poloulasi tanam sebanyak 200 ribu rumpunatau ha 5. Pola tanam yaitu padi, padi dan palawija 6. Pergiliran varietas. Misalnya tahun ini padi ciherang tahun berikutnya padi pandan wangi 7. Pemupukan berimbang 8. Pengendalian hama terpadu menggunakan IPM (integrated pest management) dengan penggunaan pestisida yang bijaksana 9. Penggunaan PPC (pupuk pelengkap cair) dan ZPT (Zat perangsang tumbuh) 10. Panen dan pasca panen 6.2.5 Kompetitif Portensi dan ancaman pendatang baru 1. Skala Ekonomis Banyaknya pendatang baru yang ingin mengusahakan beras semi organic dengan tumbuh kembangnya kelompok tani atau Gapoktan dengan skala yang kecil, karena pendatang baru yang ingin masuk ke dalam pasar harus memiliki persyaratan yang khusus untuk beras sehat kerana beda dengan beras konvensional yang mudah untuk masuk ke pasarnya. Beras sehat mempunyai target tersendiri untuk konsumen-konsumennya. Sehingga pendatang baru sulit untuk masuk industry beras semi organic karena harus mengeluarkan biaya per unit yang lebih besar.
65
2. Differensiasi produk. Differensiasi produk yaitu menciptakan merk karena dengan menciptakan merk harus mengeluarkan pengeluaran yang jauh lebih besar guna mencari pelanggan yang loyal akan produk si pendatang baru. Karakteristik beras sehat yaitu ramah lingkungan sehingga sulit untuk pendatang baru masuk 3. Kebutuhan Modal Kebutuhan modal yang ada pada Gapoktan Silih Asih yaitu cukup besar sehingga ketika para Gapotan atau kelompok tani ingin masuk ke dalam pasar ini harus mempunyai modal yang cukup besar untuk bersaing dengan Gapoktan Silih Asih 4. Hambatan biaya bukan karena skala Gapoktan Silih Asih bermitra dengan LPS DD Republika yang memberikan keuntungan yaitu dalam segi pemasaran dan pembuatan teknologi saprotan yang ramah lingkungan. Gapoktan Silih asih pun bekerjasama dengan Pemerintah daerah dalam segi pameran untuk mempromosikan produknya sehingga akan sulit pendatang baru untuk masuk 5. Akses ke saluran distribusi Akses Saluran distribusi Gapoktan ini mudah karena bekerjasama dengan Gapoktan lain untuk pengadaan bahan baku untuk perkembangan Gapoktan tersebut. Akses saluran distribusi untuk pendatang baru masih rendah 6. Kebijakan Pemerintah Pemerintah dapat membatasi atau bahkan melarang masuknya pendatang baru ke dalam industri melalui tindakan pembatasan akses ke bahan baku, sehingga pendatang baru harus mengurus surat perizinan yang cukup sulit Persaingan sesama perusahaan dalam industri Tingkat persaingan yang ada di kecamatan Cigombong masih merupakan pesaing yang mencoba untuk masuk ke dalam industry beras sehat lumayan banyak karena dengan adanya slogan Back to nature, pengusaha beras semakin sadar akan pentingnya kesehatan sehingga dengan adanya pesaing merupakan ancaman bagi Gapoktan Silih Asih. Contohnya adalah Gapoktan Suka Galih. Gapoktan Suka Galih berdiri tanggal 30 november 2007, di Kampung citugu Rt 04atau11 Desa Tugu Jaya Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor. Gapoktan
66
Suka Galih terdiri dari Kelompok Tani Suka Galih 1, Suka Galih 2, Berkah Jaya, Waluya, Cibogo, Benteng Barokah Jaya dan Warga Saluyu. Kegiatan yang ada pada Gapoktan tersebut adalah beras sehat dan beras tersebut masih belum ada merk tersendiri. Produksi beras sehatnya sebagian besar masih untuk konsumsi, pemasarannya sangat terbatas dan promosi yang dilakukan pun masih sangat rendah. Keuangan Gapoktan Silih Asih terdapat pada modal PUAP sebesar Rp 100 juta rupiah. Gapoktan Suka Galih diketuai oleh Bapak Haji Ujang Supanda. Gapoktan ini memiliki visi dan misi yang tertulis. Visinya adalah terciptanya kesejahteraan para petani. Misinya adalah mewujudkan para petani yanf terampil dan peduli terhadap pertanian. Produk substitusi Komoditas beras memiliki produk substitusi pangan yang setara yaitu jagung, ubi, singkong, roti. Namun beras masih menjadi budidaya masyarakat Indonesia jika belum makan nasi sama saja dengan belum makan. Daya tawar menawar pembeli Permintaan beras SAE dari tahun ke tahun mengalami peningkatan sedangkan persediaan beras masih kurang. Posisi tawar-menawar antara pembeli yang tinggi akan meningkatkan harga beras SAE sendiri Daya tawar menawar pemasok Keberadaan pemasok mempunyai peranan yang penting dalam kelancaran proses produksi suatu Gapoktan. Gapoktan Silih asih mempunyai banyak pemasok dengan harga kesepakatan kedua belah pihak. Pada Beras SAE Gapoktan Silih Asih, pemasok memiliki daya tawar-menawar yang tidak terlalu kuat karena Gapoktan Silih Asih tidak hanya bergantung pada satu pemasok melainkan banyak pemasok. Artinya, jika pasokan dari satu gapoktan kurang memenuhi standar maka Gapoktan Silih Asih masih mempunyai pasokan lainnya untuk memenuhi kebutuhan pasokan. 6.3
Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman
Gapoktan 6.3.1 Identfikasi Kekuatan dan Kelamahan Berdasarkan analisis internal didapatkan faktor kunci sukses, kemudian ditentukan yang termasuk kedalam kekuatan dan kelemahan. Kekuatan merupakan sumberdaya, keterampilan, atau keunggulan terhadap pesaing dan 67
kebutuhan pasar sedangkan kelemahan merupakan keterbatasan dalam sumberdaya, keterampilan, dan kapabilitas yang menghambat kinerja Gapoktanm Kekuatan-kekuatan yang dimiliki Gapoktan Silih Asih antara lain : 1. Ketua yang berjiwa wirausaha tinggi, disiplin dan bertanggung jawab Gapoktan Silih Asih memiliki ketua yang berjiwa wirausaha yang tinggi, disiplin dan bertanggung jawab untuk mengembangkan usaha beras SAE dan meningkatkan kesejahteraan petani sehingga merubah image petani dari yang petani tradisional menjadi petani modern yang bisa disejajarkan dengan pelaku usaha lainnya. Ketua menjaga kontinuitas beras dengan cara bermitra dengan Gapoktan agar ketersediaan bahan baku terus berkesinambungan. Walaupun latar belakang pendidikan Bapak Haji Zakaria sebagai ketua sangat rendah, hanya lulusan SD namun Beliau sangat cerdas dan mencari ilmu dari pengalaman. Pengalaman Pengetahuan Beliau sangat luas dan pintar berbahasa inggris. Beliau sangat banyak dan Beliau dikenal oleh masyarakat setempat dan pengusaha-pengusaha lainnya di Bogor. Gapoktan ini mendapat dukungan dari berbagai pihak diantaranya dari Desa, Kecamatan, Dinas Pertanian Kabupaten Bogor, LPS. Ketua Gapoktan Silih Asih sangat berwibawa dan tebuka dalam menjalankan tugasnya karena Beliau sangat sopan terhadap anggota-anggotanya sehingga dalam menjalankan tugasnya sebagai ketua tidak terlepas dari semua partisipasi pengurus dan anggota untuk memajukan Gapoktan Silih Asih. Beliaupun mempunyai banyak relasi dalam bidang usaha yang dijalankan agar dapat bekerjasam dengan para relasi bisnisnya. 2. Produk yang memiliki nilai ekonomis dan berdaya saing tingggi Beras SAE merupakan beras yang bebas pestisida dan menggunakan teknologi ramah lingkungan sehingga nilai ekonomisnya tinggi dibandingkan beras konvensional. 3. Prospek usaha yang baik dan ramah lingkungan Pertanian sehat merupakan proses budidaya yang memprioritaskan pada bahan-bahan alami yang ramah lingkungan untuk menjaga kualitas hasil pertanian. Gapoktan Silih Asih dalam mengembangkan beras SAE adalah prospek usaha yang baik dan ramah lingkungan, karena tidak menggunakan pestisida dan
68
bahan-bahan kimia lainnya yang dapat mengganggu kesuburan tanamannya. Dengan adanya teknologi ramah lingkungan menghilangkan ketergantungan petani akan bahan-bahan kimia, mengembalikan kesuburan dan kesehatan lahan pertanian, melestarikan keanekaragaman hayati dan mengembangkan kreatifitas petani dalam mengelola usaha taninya. 4. Inovasi dan variasi produk Inovasi dan variasi produk yang ada dalam Gapoktan Silih Asih merupakan kekuatan dalam pengembangan beras SAE. Dengan adanya inovasi, maka produk itu tidak stuck terhadap satu produk saja. 5. Surat izin PIRT Gapoktan Silih Asih menghasilkan beras SAE yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi karena Gapoktan tersebut selalu berusaha untuk menyediakan bibit unggul. Beras “SAE” merupakan beras yang diproduksi dengan teknologi ramah lingkungan. BERAS SAE (Sehat Aman Enak) dinyatakan bebas pestisida berdasarkan uji laboratorium BB BIOGEN BOGOR No. 080atauLBatauVIIatau2006. Merek Terdaftar No. DOO 2007005776 Dinas Kesehatan Bogor P-IRT No. 215320119. 6. Ketersediaan sumber modal Modal yang digunakan Gapoktan untuk mengembangkan usaha unit bisnis beras SAE cukup tersedia, karena Gapoktan mendapatkan dana gemar sebanyak 1 milyar rupiah yang akan dikembangkan untuk Gapoktan. Modal tersebut digunakan untuk meningkatkan produksi beras SAE 7. Ketersediaan Sarana dan prasarana Sarana dan prasarana yang ada sudah cukup untuk melakukan usaha beras SAE. Tempat produksi yang cukup dan dengan didukung oleh beberapa peralatan yang cukup untuk membuat usaha beras SAE. Sarana dan prasarana yang dimiliki untuk membuat produksi beras SAE yaitu mesin penggilingan, ayakan beras, mesin pengayak beras, mesin siller, kemasan beras, mesin jahit dan timbangan serta tempat balai pertemuan untuk mengadakan rapat-rapat, tempat penggilingan, tempat pengayakan serta adanya koperasi yang berguna untuk pemasaran Gapoktan. Kelemahan-kelemahan yang dimiliki Gapoktan Silih Asih antara lain : 1. Administrasi yang masih rendah
69
Gapoktan Silih asih masih rendah dalam administrasi terbukti dari visi dan misi yang belum tertulis. Pencatatan tentang keuangan masih belum rapi sehingga administrasinya pun masih rendah. Administrasi yang dilakukan Gapoktan masih belum terlalu modern sehingga masih butuh penataan administrasi yang lebih baik lagi. 2. Kurangnya ketersediaan air Air yang digunakan tergantung pada musim, jadi ketika musim kemarau, air yang didapat sangatlah terbatas sehingga dapat mengganggu pola tanam padi. 3. Manajemen SDM petani yang masih rendah Tingkat pendidikan petani pada Gapoktan Silih Asih termasuk golongan yang rendah yaitu lulusan SD, SMP. Kompetensi petani pun kurang kompeten sehingga manajemen yang dimiliki petani masih terbatas. 6.3.2 Identifikasi Peluang dan Ancaman Berdasarkan analisis lingkungan eksternal didapatkan faktor kunci sukses kemudian ditentukan peluang dan ancaman tersebut. Peluang merupakan situasi penting yang menguntungkan dalam lingkungan Gapoktan sedangkan ancaman merupakan situasi yang tidak menguntungkan dalam lingkungan Gapoktan. Peluang-peluang yang dihadapi oleh Gapoktan Silih Asih antara lain : 1. Trend Back to nature Gaya hidup sehat telah menjadi trend baru masyarakat dunia dengan slogan “Back to Nature”. Orang makin menyadari bahwa penggunaan bahanbahan kimia non-alami, seperti pupuk dan pestisida kimia sintetis serta hormon tumbuhan, dalam produksi pertanian ternyata berdampak negatif terhadap kesehatan manusia dan lingkungan hidup. Gaya hidup yang demikian ini telah mensyaratkan adanya penjaminan bahwa produk pertanian harus mempunyai atribut aman dikonsumsi (food safety attributes), memiliki kandungan nutrisi tinggi (nutritional attributes) dan ramah terhadap lingkungan (eco-labelling attributes). 2. Jumlah penduduk yang meningkat Dengan adanya jumlah penduduk yang meningkat di Indonesia dan kabupaten Bogor maka akan meningkatkan pula konsumsi akan pangan sehingga jumlah penduduk yang meningkat menjadi peluang
70
3. Kerjasama dengan Pemerintah Daerah setempat dan bermitra dengan beberapa Gapoktan lain Dinas Pertanian merupakan suatu instansi yang bertanggung jawab dalam sector pertanian dan Dinas Pertanian Kabupaten Bogor bertanggung jawab terhadap keadaan dan perkembangan Gapoktan Silih Asih. Gapoktan Silih Asih berhubungan baik dengan Dinas Pertanian. Hal ini dapat dilihat dari interkasi antara keduanya, Gapoktan Silih Asih memasarkan Beras SAE nya kepada Dinas Pertanian, dan Dinas pertanian membantu Gapoktan Silih Asih dalam pameranpameran yang ada di Kabupeten Bogor. Gapoktan tersebut banyak mendapatkan pelatihan dan penyuluhan tentang padi sehat. 4. Ketersediaan bahan baku Bahan baku yang diterima pemasok merupakan peluang bagi Gapoktan silih asih untuk kesinambungan pasokan karena bahan baku berasal dari mitra Gapoktan Silih asih yang ingin bekerjasama. Jadi ketersediaan bahan baku dari banyak pasokan akan menjamin kelangsungan untuk Gapoktan Silih Asih 5. Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi hidup sehat “kesehatan adalah harta yang paling berharga dalam hidup ini". Sehat dan bugar adalah dua kunci yang sebaiknya dimiliki oleh setiap orang agar hidup ini menjadi lebih bermakna. Untuk mewujudkannya antara lain dapat kita lakukan melalui pengaturan makanan.Seiring dengan makin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat, maka tuntutan konsumen terhadap bahan pangan juga kian bergeser. Bahan pangan yang kini mulai banyak diminati konsumen bukan saja yang mempunyai komposisi gizi yang baik serta penampakan dan cita rasa yang menarik, tetapi juga harus memiliki fungsi fisiologis tertentu bagi tubuh. Fungsi yang demikian dikenal sebagai fungsi tertier (tertiary function). Semakin tinggi tingkat kemakmuran dan kesadaran seseorang terhadap kesehatan, maka tuntutan terhadap fungsi bahan pangan tersebut akan semakin tinggi pula. 6. Permintaan pasar terhadap beras sehat semakin terbuka luas Keterbatasan persediaan beras yang ramah lingkungan menyebabkan terjadinya peningkatan permintaan yang belum terpenuhi oleh beberapa produsen beras sehat termasuk Gapoktan Silih Asih
71
7. Peranan LPS dalam pemasaran LPS merupakan lembaga yang membantu dalam segi pemasaran Gapoktan Silih Asih. LPS membantu memasarkan beras SAE ke daerah-daerah Jakarta, Bogor dan sekitarnya. LPS sangat membantu Gapoktan dalam mencari daerah pemasaran. Ancaman-ancaman yang dihadapi Gapoktan Silih Asih antara lain : 1. Perubahan cuaca yang tak menentu Kabupaten Bogor merupakan Kabupaten yang tidak menentu cuacanya karena Bogor dikatakan kota hujan, sehingga dengan tidak menentunya cuaca akan mempengaruhi keberlangsungan produksi beras SAE. Sehingga terlihat bagaimana produksi beras di saat musin kemarau dan hujan, dan hasilnya pun tidak dapat diperkirakan dengan baik. 2. Persaingan dalam industri Persaingan dalam industryimerupakan ancaman untuk gapoktan Silih Asih karena dengan adanya pesaing dapat menjadikan Gapoktan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas beras SAEdan memenangkan persaingan. 3. Adanya diversifikasi produk pangan Meskipun beras merupakan makanan pokok sebagian masyarakat Indonesia tetapi dengan adanya diversifikasi produk pangan menjadi ancaman untuk Gapoktan Silih Asih agar terus mempertahankan produknya agar tidak tergantikan oleh produk pangan yang lainnya.
72
VII PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA 7.1 Tahap pemasukan data ( The Input Stage ) Tahap pertama setelah identifikasi faktor internal dan eksternal yang dirumuskan menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman Gapoktan Silih Asih kemudian menyusun matriks EFE dan IFE. 7.1.1 Matriks IFE Analisis matriks IFE dilakukan terhadap faktor-faktor internal unit bisnis Beras SAE pada Gapoktan Silih Asih. Dari matriks IFE diperoleh kekuatan yaitu ketua yang berjiwa wirausaha tinggi, disiplin, dan bertanggung jawab, produk yang memiliki nilai ekonomis dan berdaya saing tingggi, prospek usaha yang baik dan ramah lingkungan, Inovasi dan variasi produk, surat izin PIRT, ketersediaan sumber modal, ketersediaan sarana dan prasarana serta kelemahan yang ada adalah administrasi yang masih rendah, kurangnya ketersediaan air, dan kompetensi SDM petani yang masih rendah. Tabel 15. Matriks IFE pada unit usaha Beras SAE Gapoktan Silih Asih No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Faktor-faktor Strategis Internal Kekuatan Ketua yang berjiwa wirausaha tinggi, disiplin dan bertanggung jawab Produk yang memiliki nilai ekonomis dan berdaya saing tingggi Prospek usaha yang baik dan ramah lingkungan Inovasi dan variasi produk Surat izin PIRT Ketersediaan sumber modal Ketersediaan Sarana dan prasarana Kelemahan Administrasi yang masih rendah Kurangnya ketersediaan air Kompetensi SDM petani yang masih rendah Jumlah
Bobot
rating
total
0.107
4
0.428
0.078
3.333
0.26
0.089 0.094 0.104 0.098
3.333 3 3.667 4
0.297 0.282 0.381 0.392
0.113
3.333
0.377
0.105 0.081
2 1.667
0.21 0.135
0.13
1.333
0.173 2.935
Tabel diatas menunjukkan faktor strategis internal apa saja yang menjadi kekuatan kelemahan utama bagi unit bisnis Beras SAE Gapoktan Silih asih. Kekuatan utama unit bisnis Beras SAE adalah variable kekuatan dengan nilai bobot skor rata-rata terbesar sedangkan kelemahan utama yaitu variabel kelemahan dengan nilai terkecil. Kekuatan utama unit bisnis beras SAE adalah Pemilik yang berjiwa wirausaha yang tinggi dengan skor 0,428 sehingga dengan variable kekuatan utama tersebut dapat mendukung faktor strategis internal lainnya untuk mengembangkan unit bisnis beras SAE. Sedangkan kelemahan utamanya yaitu kurangnya ketersediaan air untuk budidaya padi sehat tersebut. 7.1.2 Matriks EFE Analisis matriks EFE dilakukan terhadap faktor-faktor eksternal unit bisnis Beras SAE pada Gapoktan Silih Asih. Peluang yang ada meliputi trend back to nature, jumlah penduduk yang meningkat, kerjasama dengan Pemerintah Daerah setempat dan bermitra dengan beberapa Gapoktan lain, ketersediaan bahan baku, meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi hidup sehat, permintaan pasar terhadap beras sehat semakin terbuka luas, peranan LPS dalam pemasaran. Ancaman yang ada meliputi perubahan cuaca yang tak menentu, persaingan dalam industri dan adanya diversifikasi produk pangan. Tabel 16. Matriks EFE Unit Usaha Beras SAE Gapoktan Silih Asih No
Faktor-faktor Strategis Eksternal
Bobot
Rating
Total
Peluang 1
Tren back to nature
0.085
3.333
0.283
2
Jumlah penduduk yang meningkat
0.106
3
0.318
3
Kerjasama dengan Pemerintah Daerah setempat dan bermitra dengan beberapa Gapoktan lain Ketersediaan bahan baku
0.095
3.667
0.348
0.128
3.333
0.427
0.085
3.333
0.283
0.113
3.667
0.414
0.089
3.333
0.297
4 5 6 7
Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi hidup sehat Permintaan pasar terhadap beras sehat semakin terbuka luas Peranan LPS dalam pemasaran
74
Ancaman 8
Perubahan cuaca yang tak menentu
0.117
2
0.234
9
Persaingan dalam industri
0.102
1.333
0.136
Adanya diversifikasi produk pangan
0.081
2
0.162
10
Jumlah
2.903
Tabel diatas menunjukkan faktor strategis eksternal apa saja yang menjadi peluang dan ancama utama bagi unit bisnis Beras SAE Gapoktan Silih asih. Peluang utama unit bisnis beras SAE. Peluang utama yang dihadapi Gapoktan Silih Asih adalah ketersediaan bahan baku sedangkan ancaman yang utama adalah perubahan cuaca yang tak menentu. 7.2Tahap Pencocokkan 7.2.1 Matriks IE Setelah matriks IFE dan IFE selesai dianalisis, dilanjutkan dengan analisis matriks IE (internal-eksternal). Total skor bobot rata-rata yang diperoleh dari matriks IFE dan EFE digunakan untuk menempatkan Gapoktan ke dalam salah satu dari Sembilan sel yang tersedia. Total skor bobot rata- rata matriks IFE sebesar 2,935 dan matiks EFE 2,903. Kuat
Rata-rata
Lemah
3,0 – 4,0
2,0-2,99
1,0-1,99
II
III
Tinggi 3,0-4,0
I
Menengah
IV
V
VI
VII
VIII
IX
2,0-2,99 Rendah 1,0-1,99
Gambar 5. Matriks IE unit usaha beras SAE Gapoktan Silih Asih
75
Berdasarkan matriks IE, Gapoktan silih asih terdapat pada sel V yaitu dalam menjaga dan mempertahankan (penetrasi pasar dan pengembangan produk). Strategi penetrasi pasar yaitu meningkatkan pangsa pasar produk perusahaan yang ada saat ini melalui kegiatan pemasaran yang lebih gencar. Penetrasi pasar meliputi meningkatkan jumlah tenaga penjual, menawarkan promosi yang lebih luas lagi dan meningkatkan usaha publisitas pemasaran. Pengembangan produk yaitu strategi meningkatkan penjualan produk dengan perbaikan produk yang sudah ada atau mengembangkan produk yang baru.
76
7.2.2 Matriks SWOT Tabel 17. Matriks SWOT Gapoktan Silih Asih Kekuatan (Strenght)
Peluang (Opputunities) 8. Trend Back to nature 9. Jumlah penduduk yang meningkat 10. Kerjasama dengan Pemerintah Daerah setempat dan bermitra dengan beberapa Gapoktan lain 11. Ketersediaan bahan baku 12. Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi hidup sehat 13. Permintaan pasar terhadap beras sehat semakin terbuka luas 14. Peranan LPS dalam pemasaran Ancaman (Threath) 4. Perubahan cuaca yang tak menentu dalam 5. Persaingan industri 6. Adanya diversifikasi produk pangan
Kelemahan (Weakness)
8. Ketua yang berjiwa wirausaha tinggi, disiplin dan bertanggung jawab 9. Produk yang memiliki nilai ekonomis dan berdaya saing tingggi 10. Prospek usaha yang baik dan ramah lingkungan 11. Inovasi dan variasi produk 12. Surat izin PIRT 13. Ketersediaan sumber modal 14. Ketersediaan Sarana dan prasarana
4. Administrasi keuangan yang masih rendah 5. Kurangnya ketersediaan air 6. Kompetensi SDM petani yang masih rendah
S1. Meningkatkan promosi beras SAE untuk memenuhi kebutuhan pasar (S1,S2,S3,S4,S5,S6,O2,O3,O6,O7)
S3. Meningkatkan keterampilan SDM petani Gapoktan Silih Asih untuk menghasilkan SDM yang kompeten (W1,W3,O3,O7)
S2. Meningkatkan pengembangan produk beras SAE untuk memenuhi permintaan pasar (S1,S2,S4,S5,S7,O1,O3,O4,O5,O6 )
S4. Meningkatkan kualitas dan kuantitas beras SAE untuk memenangkan persaingan (S2,S4,S6,T1,T2,T3)
S5. Mengefisienkan fasilitas Gapoktan untuk perbaikan ketersediaan air (W2,T1,T3) S6. Memperbaiki sistem administrasi untuk kelancaran Gapoktan (W1,T2)
77
Berdasarkan faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang diperoleh, kemudian diformulasikan alternative strategi dengan menggunakan matriks SWOT. Alternatif strategi yang dapat diterapkan unit usaha beras SAE Gapoktan Silih Asih antara lain 1) Strategi SO Strategi SO merupakan strategi yang memanfaatkan kekuatan internal Gapoktan untuk menarik keuntungan dari peluang eksternal. Strategi yang dilakukan adalah meningkatkan promosi beras SAE (S1) untuk memenuhi kebutuhan pasar. Selain promosi dari mulut ke mulut, pameran maka Gapoktan Silih Asih harus dapat meningkatkan kegiatan promosi dengan cara membuat selebaran, pamplet yang lebih banyak yang disebarkan ke wilayah-wilayah dengan adanya penghargaan-penghargaan yang didapat oleh Gapoktan agar lebih memberikan kualitas beras SAE tersebut. Adapun strategi yang lain adalah meningkatkan
pengembangnan
produk
beras
SAE
(S2).
Meningkatkan
pengembangan produk beras untuk memenuhi permintaan pasar yang semakin meningkat.
Dengan
adanya
pengembangan
produk
beras
SAE
dapat
meningkatkan penjualan beras SAE dengan adanya produk baru yang akan dikembangkan. 2) Strategi WO Strategi WO merupakan strategi yang bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan cara mengambil keuntungan dari peluang eksternal. Strategi yang dilakukan adalah meningkatkan keterampilan SDM petani Gapoktan Silih Asih (S3) dengan cara penyuluhan, pendampingan dengan penyuluh, pemberian motivasi dan lain-lain agar petani mempunyai keterampilan yang baik dalam mengusahakan beras SAE sehingga hasil dari beras SAE pun lebih baik. 3) Strategi ST
78
Strategi ST merupakan strategi yang menggunakan kekuatan sebuah Gapoktan untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. Strategi meningkatkan kualitas dan kuantitas beras SAE (S4). Kualitas yang ditingkatkan adalah dari segi produk, standar mutu, kemasan dan kalau perlu sampai menggunakan ke tahap sertifikasi organic sehingga konsumen pun tidak ragu akan kualitas beras SAE. Kuantitas produk pun harus ditingkatkan agar penjualannya pun meningkat seiring dengan permintaan yang meningkat juga. 4) Strategi WT Strategi merupakan strategi yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman eksternal. Strategi yang dilakukan adalah mengefisienkan fasilitas Gapoktan untuk perbaikan ketersediaan air (S5). Jadi dengan
adanya pengefisienan fasilitas Gapoktan untuk perbaikan air dapat
menjadikan Gapoktan untuk lebih memperhatikan tentang ketersediaan air untuk produksi beras SAE. Strategi yang lain adalah memperbaiki sistem administrasi (S6) untuk memenangkan persaingan. Administrasi yang dijalankan Gapoktan lebih dirapikan lagi agar tidak membingungkan dalam menjalankan tugasnya masing-masing.
a. Tahap Keputusan 7.3.1 Matriks QSPM Tahap akhir dari perumusan strategi adalah pemilihan strategi tebaik dengan menggunakan alat analisis matriks QSPM yang berdasarkan matriks SWOT. Tujuan dari matriks QSPM adalah memperoleh alternative strategi yang terbaik yang dapat diterapkan Gapoktan Silih Asih dalam pengembangan unit usaha beras SAE. Berdasarkan matriks QSPM diperoleh prioritas strategi yang disarankan berdasarkan urutan pertama dengan nilai STAS tertinggi sampai urutan akhir dengan nilai STAS terendah : 1) Meningkatkan pengembangan produk beras SAE (S2 ; 6,4) 2) Meningkatkan kualitas dan kuantitas beras SAE (S4 ; 6,07) 3) Meningkatkan promosi beras SAE (S1 ; 5,83)
79
4) Meningkatkan keterampilan SDM petani Gapoktan Silih Asih (S3 ; 5,05) 5) Mengefisienkan fasilitas Gapoktan untuk perbaikan ketersediaan air (S5 ; 4,67) 6) Memperbaiki system administrasi (S6 ; 4,23) Strategi
yang
menempati
urutan
tertinggi
adalah
meningkatkan
pengembangan produk beras SAE. Dalam pengembangan produk yaitu mengupayakan
peningkatan
penjualan
dengan
cara
memperbaiki
atau
memodifikasi jasa atau produk saat ini.
80
VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1
Kesimpulan
1. Faktor-faktor internal yang mempengaruhi pengembangan unit usaha beras SAE Gapoktan Silih Asih terbagi ke dalam kekuatan dan kelemahan. Kekuatan yang dimiliki adalah ketua yang berjiwa wirausaha tinggi, disiplin dan bertanggung jawab, produk yang memiliki nilai ekonomis dan berdaya saing tingggi, prospek usaha yang baik dan ramah lingkungan, Inovasi dan variasi produk, surat izin PIRT, ketersediaan sumber modal, ketersediaan sarana dan prasarana. Kekuatan terbesar adalah ketua yang berjiwa wirausaha tinggi, disiplin dan bertanggung jawab. Kelemahan yang dimiliki adalah administrasi yang masih rendah, kurangnya ketersediaan air, dan manajemen SDM petani yang masih rendah. Yang menjadi kelemahan utama adalah kurangnya ketersediaan air. 2.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan unit usaha beras SAE
Gapoktan Silih Asih terbagi ke dalam peluang dan ancaman. Peluang yang dimiliki adalah tren back to nature, jumlah penduduk yang meningkat, kerjasama dengan Pemerintah Daerah setempat dan bermitra dengan beberapa Gapoktan lain, ketersediaan bahan baku, meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi hidup sehat, permintaan pasar terhadap beras sehat semakin terbuka luas, peranan LPS dalam pemasaran. Peluang yang terbesar adalah ketersediaan bahan baku. Ancaman yang dimiliki adalah perubahan cuaca yang tak menentu, persaingan dalam industry dan adanya diversifikasi produk pangan. Ancaman utama adalah perubahan cuaca yang tak menentu. 3.
Berdasarkan hasil analisis matriks IFE, EFE dan IE menggambarkan
bahwa unit usaha beras SAE berada pada sel V yaitu dalam menjaga dan mempertahankan (penetrasi pasar dan pengembangan produk). Dari matriks SWOT terdapat enam alternatif strategi yang dapat diterapkan. Enam alternatif strategi tersebut diantaranya meningkatkan promosi beras SAE, meningkatkan pengembangan produk beras SAE, meningkatkan keterampilan SDM petani Gapoktan Silih Asih, meningkatkan kualitas dan kuantitas beras SAE, mengefisiensi fasilitas Gapoktan untuk perbaikan ketersediaan air, memperbaiki
sistem administrasi. Berdasarkan matriks QSPM yang menjadi prioritas utama adalah meningkatkan pengembangan produk beras SAE. 8.2 Saran 1) Gapoktan Silih Asih sebaiknya memperbaiki sistem administrasi dan kompetensi petani yang kurang kompeten. Sistem administrasi yang digunakan agar lebih rapi dalam pembuatannya sehingga tidak tercecer antara bagian satu dengan bagian lainnya. 2) Gapoktan
Silih
Asih
dapat
memprioritaskan
untuk
meningkatkan
pengembangan beras SAE agar lebih mengembangkan usaha beras SAE.
82
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni. 2010. Strategi Pengembangan Usaha Tanaman Hias Tropis Pada CV Bunga Indah Farm. [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Armidin. 2007. Strategi Pengembangan Usaha Gerai Pangan Organic Vegetables Kemang Timur Jakarta Selatan. [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Luas Lahan, Produktivitas, Produksi dan Pertumbuhan Produksi Padi Nasional Tahun 2003-2010. Bogor: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Produk Domestik Bruto (PDB) Tahun 20032008. Jakarta: Badan Pusat Statistik Kota Jakarta. David FR. 2009. Manajemen Strategis: Konsep, Edisi 12. Dono S, penerjemah; Jakarta: Salemba Empat. Terjemahan dari: Strategic Management, 12th ed. Dudiagunoviani Y. 2009. Analisis Strategi Pengembangan Usahatani Beras Organik Kelompok Tani Cibeureum Jempol. [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Fitri. 2006. Strategi Pengembangan Usaha Sayuran Organik pada Kelompok Tani Usahatani Bersama Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat. [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Hunger JD, Wheelen TL. 2003. Manajemen Strategis. Agung J, penerjemah; Yogyakarta: Andi. Terjemahan dari: Strategic Management 5th Edition. Mustika. 2009. Formulasi Strategi Pengembangan Bisnis Kentang pada PT. Dafa Teknoagro Mandiri Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor Jawa Barat. [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Rohmiatin E. 2006. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Beras Organik Lembaga Pertanian Sehat di Desa Pasir Buncit Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor. [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Siahaan. 2009. Strategi Pengembangan Padi Organik Kelompok Tani Sisandi, Desa Babuara, Kabupaten Toba Samosir Sumatera Utara. [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Umar H. 2008. Strategic in Action. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Struktur Organisasi Gapoktan Silih Asih Struktur Organisasi Gapoktan Silih Asih
Penasehat
Pembina
Ketua
1.
Camat Cigombong
2.
Kades Ciburuy
1. Dinas
Haji Ahmad Zakaria
Pertanian
dan
Kehutanan Kab Bogor 2. Disnakkan Kab Bogor 3. BBDAPK Cinagara 4. Kankop Kab Bogor 5. Dinkes Kab Bogor 6. LPS DD Republika
Sekretaris
Unit kerja jasa dan alsintan
Bendahara
1.
Jurita
1.
Suherman
2.
Edi Darma
2.
Helly permana
Unit kerja bidang pangan (beras SAE)
Unit kerja pengkajian teknologi
Unit kerja
Unit
kerja
peternakan
pengolahan
Unit
kerja
pembenihan
Unit
pemberdaya an
pupuk
kerja wanita,
pengembang -manajer keuangan dan pemasaran
an
SDM,
pemuda
-manajer produksi -manajer SDM
83
Lampiran 2. Daftar Wawancara DAFTAR WAWANCARA Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal Beras “SAE” Gapoktan Silih Asih
Dalam rangka penelitian untuk skripsi dengan judul : ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN UNIT USAHA BERAS “SAE” (SEHAT, AMAN, ENAK) GAPOKTAN SILIH ASIH (Studi Kasus : Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor)
PENELITI : JIHAN KARTIKA DEWI H34070029
DEPARTEMEN AGRIBISNIS 84
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
Profil dan Gambaran Umum Gapoktan Silih Asih 1) Siapa pendiri Gapoktan Silih Asih? 2) Kapan Gapoktan Silih Asih berdiri? 3) Dimana lokasi Gapoktan Silih Asih? 4) Bagaimana sejarah dan perkembangan usaha Beras “SAE” Gapoktan Silih Asih? 5) Bagaimana visi dan misi Gapoktan Silih Asih? 6) Bagaimana kegiatan usaha yang ada pada Gapoktan Silih Asih? 7) Bagaimana struktur organisasi Gapoktan Silih Asih? Analisis lingkungan internal Manajemen 1) Apakah Gapotan Silih Asih mempunyai perencanaan tertulis untuk jangka pendek, menengah dan jangka panjang? 2) Bagaimana pengorganisasian yang dilakukan Gapoktan Silih Asih dalam usaha beras “SAE”? 3) Bagaimana pelaksanaan manajemen yang diterapkan oleh Gapoktan Silih Asih? 4) Pengendalian dalam bidang apa saja yang dilakukan oleh Gapoktan Silih Asih? 5) Apa saja yang menjadi program kerja Gapoktan Silih Asih? 6) Berapa jumlah tenaga kerja yang dimiliki Gapoktan Silih Asih? 7) Bagaimana sistem perekrutan karyawan yang dipilih oleh Gapoktan Silih Asih? Pemasaran 1) Jenis produk apa yang dipasarkan oleh Gapoktan Silih Asih? 2) Berapa harga beras “SAE” yang dipasarkan Gapoktan Silih Asih?
85
3) Kemana saja daerah pemasaran beras “SAE”? 4) Bagaimana promosi yang dilakukan Gapoktan Silih Asih? 5) Seperti apa saluran distribusi yang ada pada Gapoktan Silih Asih? 6) Bagimana tingkat penjualan beras “SAE”? Keuangan 1) Bagaimana sistem keuangan yang dijalankan Gapoktan Silih Asih? 2) Bagaimana Gapoktan Silih Asih mendapatkan sumber modal? 3) Apakah Gapoktan Silih Asih memiliki modal pinjaman dan berasal dari mana modal pinjaman tersebut? 4) Berapa modal awal yang dimiliki Gapoktan Silih Asih? 5) Bagaimana buku keuangan yang dimiliki Gapoktan Silih Asih? Operasi dan Produksi 1) Produk apa yang dihasilkan oleh Gapoktan Silih Asih? 2) Sarana dan prasarana apa saja yang dimiliki Gapoktan Silih Asih? 3) Bagaimana cara pengadaan sarana dan prasarana yang ada pada Gapoktan Silih Asih? 4) Apa saja produk input pertanian yang dikembangkan untuk Beras “SAE”? 5) Bibit apa saja yang digunakan dalam usaha Beras “SAE”? 6) Dimana lokasi produksi beras “SAE”? 7) Bagaimana proses produksi beras “SAE”? 8) Bagaimana jadwal produksi beras “SAE”? Penelitian dan Pengembangan 1) Bagaimana riset yang dikembangkan untuk usaha beras “SAE”? 2) Bagimana teknologi yang digunakan dalam usaha beras “SAE”? SIM 1) Apakah dalam pelaksanaan kegiatan Gapoktan Silih Asih menggunakan komputer? 2) Apakah dalam pelaksanaan kegiatan Gapoktan Silih Asih menggunakan internet?
Analisis Lingkungan Eksternal Ekonomi 86
1) Bagaimana pertumbuhan ekonomi secara umum mempengaruhi usaha beras “SAE”? 2) Bagaimana permintaan beras “SAE” dari tahun ke tahun? 3) Apakah inflasi mempengaruhi usaha beras “SAE”? 4) Bagaimana pola konsumsi masyarakat terhadap beras “SAE”? 5) Bagaimana tingkat pendapatan masyarakat Indonesia?
Teknologi 1) Bagaimana teknologi yang digunakan dalam usaha beras “SAE”? 2) Bagaimana teknik budidaya yang dilakukan dalam usaha beras “SAE”? Sosial, budaya dan politik 1) Bagaimana iklim dan cuaca di daerah Gapoktan Silih Asih mempengaruhi pengembangan beras “SAE”? 2) Bagaimana sifat komoditas beras “SAE”? 3) Apa saja program sosial yang ada pada Gapoktan Silih Asih? 4) Bagaimana stabilitas politik mempengaruhi beras “SAE” Gapoktan Silih Asih? Demografi 1) Bagaimana laju pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia? Kebijakan Pemerintah 1) Bagaimana pengaruh trend Back to nature terhadap beras “SAE”? 2) Bagaimana regulasi pemerintah tentang beras “SAE” Gapoktan Silih Asih? 3) Apakah ada program pemerintah dalam mengembangkan usaha beras “SAE” secara nasional, provinsi Jawa Barat, dan di Kabupaten Bogor? Kompetitif Ancaman pendatang baru 1) Hambatan apa saja yang dihadapi pendatang baru yang akan masuk ke dalam industri beras dari segi skala ekonomi, diferensiasi produk,kebutuhan modal, keunggulan biaya, dan akses saluran distribusi? Persaingan sesama perusahaan dalam industri 1) Ada berapa pesaing yang mengusahakan beras “SAE” di tingkat Desa, Kecamatan, Kabupaten?
87
Ancaman produk substitusi 1) Produk seperti apa yang dapat digolongkan menjadi produk pengganti atau substitusi bagi beras “SAE” Gapoktan Silih Asih? Pemasok 1) Apa bahan baku utama yang diperlukan Gapoktan Silih Asih untuk berproduksi? 2) Berapa jumlah bahan baku yang dibutuhkan? 3) Ada berapa pemasok yang memasokkan barangnya ke Gapoktan Silih Asih?
88
Lampiran 3. Kuisioner Penelitian KUISIONER PENELITIAN Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal Beras “SAE” Gapoktan Silih Asih
Dalam rangka penelitian untuk skripsi dengan judul : ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN UNIT USAHA BERAS “SAE” (SEHAT, AMAN, ENAK) GAPOKTAN SILIH ASIH (Studi Kasus : Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor)
PENELITI : JIHAN KARTIKA DEWI H34070029
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
89
KUISIONER PENELITIAN Analisis Lingkungan Internal Beras “SAE” Gapoktan Silih Asih
Identitas Responden Nama : Pekerjaan/ jabatan
:
Nomor Responden
:
PENDAHULUAN Faktor internal merupakan faktor-faktor di dalam Gapoktan yang berpengaruh terhadap penentuan strategi yang akan disusun dalam penelitan ini. Lingkungan internal pada Gapoktan Silih Asih meliputi infrastruktur organisasi, manajer, pengurus, anggota sebagai pemilik Gapoktan. Tujuan dalam tahap ini untuk menentukan faktor-faktor strategis yang akan dimasukkan ke dalam kekuatan dan kelemahan dalam pengembangan strategi Beras “SAE” Gapoktan Silih Asih. Proses analisis internal terdiri dari dua tahap yaitu tahap penentuan rating dan penentuan bobot. Tahap penentuan peringkat menunjukkan untuk mengetahui efektifitas strategi perusahaan dalam merespon faktor internal. Tahap penentuan bobot dimaksudkan untuk mengetahui seberapa penting pengaruh masing-masing variabel terhadap variabel lainnya dalam lingkungan internal.
90
Penentuan Rating terhadap Faktor Internal Petunjuk pengisian : berikan tanda (v) pada kolom yang sesuai 1. Faktor strategis internal yang menjadi kekuatan jika faktor tersebut merupakan kompetensi unggul Beras “SAE” Gapoktan Silih Asih. 2. Faktor strategis internal yang menjadi kelemahan jika faktor tersebut merupakan faktor yang harus diatasi 3. Tentukan nilai peringkat atau rating terhadap faktor-faktor kekuatan dan kelemahan berdasarkan keterangan berikut: a) Rating = 1, jika strategi Beras “SAE” saat ini belum merespons faktor internal tersebut b) Rating = 2, jika strategi Beras “SAE” saat ini merespons rata-rata faktor internal tersebut c) Rating = 3, jika strategi Beras “SAE” saat ini merespons di atas rata-rata faktor internal tersebut d) Rating = 4, jika strategi Beras “SAE” saat ini sangat merespons faktor internal tersebut Tabel 1. Penentuan Rating Terhadap Faktor Strategis Internal No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Faktor-faktor Strategis Internal Pemilik yang berjiwa wirausaha yang tinggi Produk memiliki nikai ekonomis dan berdaya saing tinggi Prospek usaha yang baik dan ramah lingkungan Inovasi dan variasi produk
Kekuatan
Kelemahan
4
3
2
1
Surat izin PIRT
ketersediaan sumber modal Ketersediaan sarana dan prasarana Administrasi yang masih rendah Kurangnya ketersediaan air kompetensi SDM petani yang masih rendah
91
Penentuan Bobot Terhadap Faktor Internal Petunjuk Pengisian 1. Penilaian terhadap bobot dilakukan dengan metode paired comparison yaitu penentu bobot dengan membandingkan faktor strategis internal. Setiap variabel digunakan skala 1, 2 dan 3 untuk menentukan bobot. 2. Bobot yang diberikan mengindikasikan bahwa tingkat penting relatif dari faktor terhadap keberhasilan perusahaan didalam industri. 3. Tentukan nilai peringkat atau rating terhadap faktor-faktor peluang dan ancaman berdasarkan keterangan berikut: d) bobot = 1, jika indikator horizontal kurang penting pengaruhnya (terhadap keberhasilan perusahaan dalam industri) daripada indikator vertikal. e) bobot = 2, jika indikator horizontal sama penting pengaruhnya (terhadap keberhasilan perusahaan dalam industri) daripada indikator vertikal. f) bobot = 3, jika indikator horizontal lebih penting pengaruhnya (terhadap keberhasilan perusahaan dalam industri) daripada indikator vertikal. Tabel 2. Penentuan Bobot Terhadap Faktor Strategis Internal Faktor strategis internal A B C D E F G H I J Total
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
Total
Bobot
92
Keterangan : 15. Ketua yang berjiwa wirausaha tinggi, disiplin dan bertanggung jawab 16. Produk yang memiliki nilai ekonomis dan berdaya saing tingggi 17. Prospek usaha yang baik dan ramah lingkungan 18. Inovasi dan variasi produk 19. Surat izin PIRT 20. Ketersediaan sumber modal 21. Ketersediaan Sarana dan prasarana 22. Administrasi yang masih rendah 23. Kurangnya ketersediaan air 24. Kompetensi SDM petani yang masih rendah
93
KUISIONER PENELITIAN Analisis Lingkungan Eksternal Beras “SAE” Gapoktan Silih Asih
Identitas Responden Nama : Pekerjaan/ jabatan
:
Nomor Responden
:
PENDAHULUAN Faktor eksternal merupakan faktor-faktor di luar Gapoktan yang berpengaruh terhadap penentuan strategi yang akan disusun dalam penelitan ini. Lingkungan eksternal pada Gapoktan Silih Asih meliputi faktor ekonomi, sosial, budaya, politik, demografi, kebijakan pemerintah, lingkungan, teknologi, dan persaingan. Tujuan dalam tahap ini untuk menentukan faktor-faktor strategis yang akan dimasukkan ke dalam peluang dan ancaman dalam pengembangan strategi Beras “SAE” Gapoktan Silih Asih. Proses analisis eksternal terdiri dari dua tahap yaitu tahap penentuan rating dan penentuan bobot. Tahap penentuan peringkat menunjukkan untuk mengetahui efektifitas strategi perusahaan dalam merespon faktor eksternal. Tahap penentuan bobot dimaksudkan untuk mengetahui seberapa penting pengaruh masing-masing variabel terhadap variabel lainnya dalam lingkungan eksternal.
94
Penentuan Rating terhadap Faktor Eksternal Petunjuk pengisian : berikan tanda (v) pada kolom yang sesuai 1. Faktor strategis eksternal yang menjadi peluang jika faktor tersebut merupakan peluang dalam pengembangan usaha Beras “SAE” Gapoktan Silih Asih dibandingkan dengan Gapoktan yang lain. 2. Faktor strategis eksternal yang menjadi ancaman jika faktor tersebut merupakan ancaman dalam pengembangan usaha Beras “SAE” Gapoktan Silih Asih. 3. Tentukan nilai peringkat atau rating terhadap faktor-faktor peluang dan ancaman berdasarkan keterangan berikut: a) Rating = 1, jika faktor tersebut dinilai sangat lemah b) Rating = 2, jika faktor tersebut dinilai lemah c) Rating = 3, jika faktor tersebut dinilai kuat d) Rating = 4, jika faktor tersebut dinilai sangat kuat e) Tabel 3. Penentuan Rating Terhadap Faktor Strategis Eksternal No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Faktor-faktor Strategis Eksternal Trend back to nature Jumlah penduduk yang meningkat Kerjasama dengan Pemerintah Daerah Ketersediaan bahan baku Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi hidup sehat Permintaan pasar terhadap beras sehat terbuka luas Peranan LPS dalam pemasaran Perubahan cuaca yang tak menentu Persaingan dalam industri Adanya diversifikasi produk pangan
Peluang
Ancaman
4
3
2
1
95
Penentuan Bobot terhadap Faktor Eksternal Petunjuk Pengisian 1. Penilaian terhadap bobot dilakukan dengan metode paired comparison yaitu penentu bobot dengan membandingkan faktor strategis eksternal. Setiap variabel digunakan skala 1, 2 dan 3 untuk menentukan bobot. 2. Bobot yang diberikan mengindikasikan bahwa tingkat penting relatif dari faktor terhadap keberhasilan perusahaan didalam industri. 3. Tentukan nilai peringkat atau rating terhadap faktor-faktor peluang dan ancaman berdasarkan keterangan berikut: a) bobot = 1, jika indikator horizontal kurang penting pengaruhnya (terhadap keberhasilan perusahaan dalam industri) daripada indikator vertikal. b) bobot = 2, jika indikator horizontal sama penting pengaruhnya (terhadap keberhasilan perusahaan dalam industri) daripada indikator vertikal. c) bobot = 3, jika indikator horizontal lebih penting pengaruhnya (terhadap keberhasilan perusahaan dalam industri) daripada indikator vertikal. Tabel 4. Penentuan Bobot Terhadap Faktor Strategis Eksternal
A Faktor strategis eksternal A B C D E F G H I J Total
B
C
D
E
F
G
H
I
J
Total
Bobot
96
Keterangan : A. Trend back to nature B. Jumlah penduduk yang meningkat C. Kerjasama dengan Pemerintah Daerah D. Ketersediaan bahan baku E. Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya F. Permintaan pasar terhadap beras sehat terbuka luas G. Peranan LPS dalam pemasaran H. Perubahan cuaca yang tak menentu I.
Persaingan dalam industri
J. Adanya diversifikasi produk pangan
97
Penentuan Alternatif Strategi Dengan Matriks QSPM Penentuan slternatif strategi dengan matiks QSPM dilakukan untuk menetapkan kemenarikan relatif (Relatif Attractiveness) dan alternatif strategi yang paling tepat untuk dilaksanakan terlebih dahulu oleh Gapoktan Silih Asih. Alternatif strategi yang dihasilkan dari analisis SWOT : 1. Meningkatkan promosi beras SAE 2. Meningkatkan pengembangan produk beras SAE 3. Meningkatkan keterampilan SDM petani Gapoktan Silih Asih 4. Meningkatkan kualitas dan kuantitas beras SAE 5. Mengefisiensi fasilitas Gapoktan untuk perbaikan ketersediaan air 6. Memperbaiki sistem administrasi Petunjuk Pengisian : Urutkan strategi mana yang paling menarik dari 1 sampai 4, penilaian dilakukan sebagai berikut : 1= tidak memiliki daya tarik 2=daya tariknya rendah 3=daya tariknya sedang 4=daya tariknya kuat Contoh : Untuk menanggapi peluang trend back to nature maka strategi mana yang paling dianggap menarik? kemudian diurutkan hingga strategi yang paling tidak menarik.
98
Hasil Pengisian Kuesioner Penelitian Responden 1 Rating untuk matriks EFE dan IFE No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Faktor-faktor Strategis Internal Pemilik yang berjiwa wirausaha yang tinggi Produk memiliki nikai ekonomis dan berdaya saing tinggi Prospek usaha yang baik dan ramah lingkungan Inovasi dan variasi produk Surat izin PIRT
Ketersediaan sumber modal Ketersediaan sarana dan prasarana Administrasi yang masih rendah Kurangnya ketersediaan air Kompetensi SDM petani yang masih rendah Faktor-faktor Strategis Eksternal Trend back to nature Jumlah penduduk yang meningkat Kerjasama dengan Pemerintah Daerah Ketersediaan bahan baku Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi hidup sehat Permintaan pasar terhadap beras sehat terbuka luas Peranan LPS dalam pemasaran Perubahan cuaca yang tak menentu Persaingan dalam industri Adanya diversifikasi produk pangan
Kekuatan
Kelemahan
4
3
2
Peluang
1
Ancaman
4
3
2
1
99
Responden 2 Rating untuk matriks EFE dan IFE No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Faktor-faktor Strategis Internal Pemilik yang berjiwa wirausaha yang tinggi Produk memiliki nikai ekonomis dan berdaya saing tinggi Prospek usaha yang baik dan ramah lingkungan Inovasi dan variasi produk Surat izin PIRT
kETERSEdiaan sumber modal Ketersediaan sarana dan prasarana Administrasi yang masih rendah Kurangnya ketersediaan air Manajemen SDM petani yang masih rendah Faktor-faktor Strategis Eksternal Trend back to nature Jumlah penduduk yang meningkat Kerjasama dengan Pemerintah Daerah Ketersediaan bahan baku Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi hidup sehat Permintaan pasar terhadap beras sehat terbuka luas Peranan LPS dalam pemasaran Perubahan cuaca yang tak menentu Persaingan dalam industri Adanya diversifikasi produk pangan
Kekuatan
Kelemahan
4
3
1
Peluang
2
Ancaman
4
3
2
1
100
Responden 3 Rating untuk matriks EFE dan IFE No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Faktor-faktor Strategis Internal Pemilik yang berjiwa wirausaha yang tinggi Produk memiliki nikai ekonomis dan berdaya saing tinggi Prospek usaha yang baik dan ramah lingkungan Inovasi dan variasi produk Surat izin PIRT
ketersediaan sumber modal Ketersediaan sarana dan prasarana Administrasi yang masih rendah Kurangnya ketersediaan air Kompetensi SDM petani yang masih rendah Faktor-faktor Strategis Eksternal Trend back to nature Jumlah penduduk yang meningkat Kerjasama dengan Pemerintah Daerah Ketersediaan bahan baku Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi hidup sehat Permintaan pasar terhadap beras sehat terbuka luas Peranan LPS dalam pemasaran Perubahan cuaca yang tak menentu Persaingan dalam industri Adanya diversifikasi produk pangan
Kekuatan
Kelemahan
4
3
2
Peluang
1
Ancaman
4
3
2
1
101
Nilai total Rating No
Faktor-faktor Strategis Internal
pakar 1
pakar 2
pakar Jumlah Nilai 3
Kekuatan 1 Pemilik yang berjiwa wirausaha yang tinggi
4
4
4
12
2 Produk memiliki nikai ekonomis dan berdaya saing tinggi
3
4
3
10 3.333
3 Prospek usaha yang baik dan ramah lingkungan 4 Inovasi dan variasi produk
3
3
4
10 3.333
3
3
3
5 Surat izin PIRT
4
4
3
11 3.667
6 Ketersediaan sumber modal
4
4
4
12
7 Ketersediaan sarana dan prasarana
3
3
4
10 3.333
8 Administrasi yang masih rendah
2
2
2
6
9 Kurangnya ketersediaan air
2
2
1
5 1.667
1
1
2
4 1.333
9
4
3 4
Kelemahan
10 Kompetensi SDM yang masih rendah
No
Faktor-faktor Strategis Eksternal
pakar 1
pakar 2
pakar jumlah 3
2
nilai
Peluang 1 Trend back to nature
4
3
3
10 3.333
2 Jumlah penduduk yang meningkat
3
3
3
3 Kerjasama dengan Pemerintah Daerah
4
4
3
11 3.667
4 Ketersediaan bahan baku
3
3
4
10 3.333
5 Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi hidup sehat
3
3
4
10 3.333
6 Permintaan pasar terhadap beras sehat terbuka luas 7 Daya beli masyarakat yang rendah
4
4
3
11 3.667
4
3
3
10 3.333
8 Perubahan cuaca yang tak menentu
2
2
2
6
9 Persaingan dalam industry
1
1
2
4 1.333
2
2
2
6
9
3
Ancaman
10 Adanya diversifikasi produk pangan
102
2 2
Responden 1 Bobot untuk matriks EFE dan IFE Faktor strategis internal A B C D E F G H I J Total
A
1 1 2 2 1 1 1 1 1
B
C
D
E
F
G
H
I
J
Total
Bobot
3
3 1
2 1 1
2 2 2 1
3 3 3 1 1
3 2 2 2 1 1
3 2 3 2 2 2 3
3 3 3 2 2 2 3 3
3 2 1 1 1 1 2 1 2
25 17 19 17 16 15 21 15 13 22 180
0.139 0.094 0.106 0.094 0.089 0.083 0.117 0.083 0.072 0.122 1
3 3 2 1 2 2 1 2
3 2 1 2 1 1 3
3 3 2 2 2 3
3 3 2 2 3
3 2 2 3
1 1 2
1 3
2
A Faktor strategis eksternal
B
C
D
E
F
G
H
I
J
Total
Bobot
A B C D E F G H I J Total
1
2 1
2 1 1
3 2 1 3
1 3 2 3 2
2 3 2 1 1 3
3 3 3 2 1 3 1
2 2 3 3 1 2 1 1
2 2 2 3 2 3 1 3 3
18 20 19 23 14 20 15 16 20 15 180
0.1 0.111 0.106 0.128 0.078 0.111 0.083 0.089 0.111 0.083 1
3 2 2 1 3 2 1 2 2
3 3 2 1 1 1 2 2
3 3 2 2 1 1 2
1 1 3 2 1 1
2 3 3 3 2
1 1 2 1
3 3 3
3 1
1
103
Responden 2 Bobot untuk matriks EFE dan IFE A Faktor strategis internal
B
C
D
E
F
G
H
I
J
Total
Bobot
A B C D E F G H I J Total
3
2 3
2 2 1
1 1 1 1
1 1 1 1 3
1 1 2 3 3 1
2 1 1 1 1 1 1
2 1 3 2 3 2 2 3
1 1 1 1 1 1 3 1 1
15 12 13 16 23 18 19 24 15 25 180
0.083 0.067 0.072 0.089 0.128 0.1 0.106 0.133 0.083 0.139 1
1 2 2 3 3 3 2 2 3
1 2 3 3 3 3 3 3
3 3 3 2 3 1 3
3 3 1 3 2 3
1 1 3 1 3
3 3 2 3
3 2 1
1 3
3
A Faktor strategis eksternal
B
C
D
E
F
G
H
I
J
Total
Bobot
A
3
2
1
1
1
2
1
3
1
15
0.083
1
1
1
1
2
3
2
2
14
0.078
1
1
1
2
1
3
2
16
0.089
1
3
2
1
3
3
22
0.122
1
2
1
3
3
22
0.122
3
1
1
3
21
0.117
1
3 1
1 3
16 23
0.089 0.128
1
14
0.078
17
0.094
180
1
B
1
C
2
3
D
3
3
3
E
3
3
3
3
F
3
3
3
1
3
G H
2 3
2 3
2 3
2 3
2 1
1 3
3
I
1
2
1
1
1
3
1
3
J
3
2
2
1
1
1
3
1
Total
3
104
Responden 3 Bobot untuk matriks EFE dan IFE A Faktor strategis internal
B
C
D
E
F
G
H
I
J
Total
Bobot
A
3
3
2
1
1
1
2
2
3
18
0.1
2
2
1
1
1
2
2
1
13
0.072
2
2
2
2
2
2
1
16
0.089
3
2
2
1
3
1
18
0.1
1
1
3
2
1
17
0.094
2
1
2
2
20
0.111
1
3
2
21
0.117
1
1
18
0.1
1
16
0.089
23
0.128
180
1
B
1
C
1
2
D
2
2
2
E
3
3
2
1
F
3
3
2
2
3
G
3
3
2
2
3
2
H
2
2
2
3
1
3
3
I
2
2
2
1
2
2
1
3
J
1
3
3
3
3
2
2
3
3
Total A Faktor strategis eksternal
B
C
D
E
F
G
H
I
J
Total
Bobot
A
1
1
1
2
1
1
1
2
3
13
0.072
3
1
3
3
3
1
3
3
23
0.128
1
3
1
2
1
1
3
16
0.089
3
3
2
2
3
2
24
0.133
1
1
1
1
1
10
0.056
3
2
1
3
20
0.111
1
1
3
17
0.094
2
3
24
0.133
3
21
0.117
12
0.067
180
1
B
3
C
3
1
D
3
3
3
E
2
1
1
1
F
3
1
3
1
3
G
3
1
2
2
3
1
H
3
3
3
2
3
2
3
I
2
1
3
1
3
3
3
2
J
1
1
1
2
3
1
1
1
Total
1
105
Nilai total Bobot No
Faktor-faktor Strategis Internal
pakar 1 (pak jaka)
pakar 2( pak edi)
0.139
0.083
Pakar3 jumlah Nilai (deptan)
Kekuatan 1 Pemilik yang berjiwa wirausaha yang tinggi 2 Produk memiliki nikai ekonomis dan berdaya saing tinggi
0.1
0.322 0.107
0.072
0.233 0.078
0.089
0.267 0.089
0.094
0.067
0.106
0.072
0.094
0.089
0.1
0.283 0.094
5 Surat izin PIRT
0.089
0.128
0.094
0.311 0.104
6 Ketersediaan sumber modal
0.083
0.1
0.111
0.294 0.098
7 Ketersediaan sarana dan prasarana
0.117
0.106
0.117
0.34 0.113
8 Administrasi yang masih rendah
0.083
0.133
0.1
0.316 0.105
9 Kurangnya ketersediaan air
0.072
0.083
0.089
0.244 0.081
0.122
0.139
0.128
0.389
pakar 3
jumlah
3 Prospek usaha yang baik dan ramah lingkungan 4 Inovasi dan variasi produk
Kelemahan
10 Kompetensi SDM petani yang masih rendah No
Faktor-faktor Strategis Eksternal
Pakar 1
pakar2
0.13
nilai
Peluang 1 Trend back to nature
0.1
2 Jumlah penduduk yang meningkat
0.111
3 Kerjasama dengan Pemerintah Daerah
0.106
4 Ketersediaan bahan baku
0.128
5 Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi hidup sehat
0.083 0.072 0.078 0.128
0.255 0.085
0.089 0.089 0.122 0.133
0.284 0.095
0.056
0.256 0.085
0.317 0.106 0.383 0.128
0.078
0.122
0.111
0.117
0.111
0.339 0.113
0.083
0.089 0.094
0.266 0.089
8 Perubahan cuaca yang tak menentu
0.089
0.35 0.117
9 Persaingan dalam industri
0.111
0.128 0.133 0.078 0.117
0.306 0.102
0.083
0.094 0.067
0.244 0.081
6 Permintaan pasar terhadap beras sehat terbuka luas 7 Daya beli masyarakat yang rendah Ancaman
10 Adanya diversifikasi produk pangan
Keterangan Faktor Strategis Internal
106
A. Ketua yang berjiwa wirausaha tinggi, disiplin dan bertanggung jawab B. Produk yang memiliki nilai ekonomis dan berdaya saing tingggi C. Prospek usaha yang baik dan ramah lingkungan D. Inovasi dan variasi produk E. Surat izin PIRT F. Ketersediaan sumber modal G. Ketersediaan Sarana dan prasarana H. Administrasi yang masih rendah I. Kurangnya ketersediaan air J. Kompetensi SDM petani yang masih rendah Keterangan Faktor Strategis Eksternal A. Trend back to nature B. Jumlah penduduk yang meningkat C. Kerjasama dengan Pemerintah Daerah D. Ketersediaan bahan baku E. Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya F. Permintaan pasar terhadap beras sehat terbuka luas G. Peranan LPS dalam pemasaran H. Perubahan cuaca yang tak menentu I. Persaingan dalam industri J. Adanya diversifikasi produk pangan
107
108
Matriks QSPM
Strategi S1
Faktor-faktor
Bobot
AS
S2
S3
S4
S5
S6
TAS
AS
TAS
AS
TAS
AS
TAS
AS
TAS
AS
TAS
Internal 1
A
0.107 2.333
0.25
3.3333
0.357
1.333
0.143
3
0.321
2
0.214
1.667
0.178
2
B
0.078
4
0.312
3
0.234
1.333
0.104
3
0.234
1.333
0.104
2
0.156
3
C
0.089
4
0.356
4
0.356
2
0.178
3.3333
0.297
2
0.178
1
0.089
4
D
0.094 2.333 0.219
3.3333
0.313
1
0.094
4
0.376
2
0.188
1.667
0.157
5
E
0.104
3
0.312
3.6667
0.381
1.667
0.173
3.3333
0.347
2.667
0.277
1.667
0.173
6
F
0.098
3
0.294
4
0.392
3
0.294
3
0.294
2
0.196
2
0.196
7
G
0.113
4
0.452
2
0.226
2
0.226
3
0.339
1
0.113
2
0.226
8
H
0.105 1.667 0.175
2
0.21
2
0.21
2.6667
0.28
4
0.42
1.333
0.14
9
I
0.081
3
0.243
3.3333
0.27
3
0.243
4
0.324
1.667
0.135
2
0.162
10
J
0.13
2
0.26
3
0.39
2
0.26
2.3333
0.303
2.333
0.303
1
0.13
Eksternal 1
A
0.085
3.33
0.28
4
0.34
3
0.26
2.667
0.23
3
0.26
3.667
0.31
2
B
0.106
4
0.42
3.667
0.39
3.67
0.39
4
0.42
2.333
0.25
2
0.21
3
C
0.095
3
0.29
3
0.29
3
0.29
2.333
0.22
3
0.29
3
0.29
109
4
D
0.128
3
0.38
4
0.51
2.67
0.34
2.333
0.3
1.667
0.21
1.667
0.21
5
E
0.085
3.33
0.28
3.333
0.28
3
0.26
2.667
0.23
1
0.09
1
0.09
6
F
0.113
3
0.34
4
0.45
3
0.34
3
0.34
2
0.23
3
0.34
7
G
0.089
3
0.27
3
0.27
3
0.27
2.333
0.21
4
0.36
3.333
0.3
8
H
0.117
2.33
0.27
1.667
0.2
4
0.47
3.333
0.39
2.333
0.27
4
0.47
9
I
0.102
3
0.31
3
0.31
2
0.2
4
0.41
4
0.41
1.667
0.17
10
J
0.081
1.33
0.11
3
0.24
4
0.32
2.667
0.22
2.333
0.19
3
0.24
Total
5.83
6.4
5.05
6.07
4.67
4.23
110
Lampiran 4. Gambar
109