KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SILO JAGUNG DI GAPOKTAN RIDO MANAH KECAMATAN NAGREG KABUPATEN BANDUNG
ELVYRISMA T. NAINGGOLAN
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa Karya Tugas Akhir “ Kelayakan dan Strategi Pengembangan Usaha Silo jagung di Gapoktan Rido Manah Kecamatan Nagreg Kabupaten Bandung” adalah karya sendiri, serta belum pernah diajukan dalam forum apapun dan dimanapun, serta berdasarkan arahan pembimbing. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir Tugas Akhir ini.
Jakarta, September 2009
Elvyrisma T. Nainggolan NRP. F35207495
ABSTRACT ELVYRISMA T.NAINGGOLAN. The Feasibility and Strategy Development of Corn Silo Business of Rido Manah Farmer Groups at Kecamatan Nagreg, Kabupaten Bandung. Supervised by H. MUSA HUBEIS as committee chairman, and H. DEDDY MUCHTADI as member. Corn silo business of Rido Manah Farmer Groups is one of 56 units of corn silo that was developed by the Department of Agriculture. This research aimed to (1) identify and analyze the feasibility of business development in corn silo of Rido Manah Farmer Groups, (2) identify the internal and external factors affecting business development in the corn silo of Rido Manah Farmer Groups, (3) determining the appropriate strategy of business development of corn silo at farmer group. Data collection method used was the primary data collection through field surveys an interviews. The collection of secondary data was conducted through literature search, documents and reports of related institutions. Analysis reveals that of average farm productivity of farmers obtained from Farmers Group was slightly higher (4.59 tons/ha) compared to non-member farmers group (4.29 tons/ha). Size of farm management efficiency could be viewed by using the coefficient of revenue and expense ratio (R/C). R/C Farmer Groups (1.82) as well as non members (1.71) was greater than one, this indicated whether or not affiliated with Farmer Groups, Corn farming remain efficient and profitable, because the reward obtained was still higher than the costs. Corn silo business of Rido Manah farmer groups had been well implemented. BEP was 1.646,38 tons/year; B/C ratio was 1.07; PBP was 2,78 years; NPV with Discount Factors (DF) 14% was Rp. 127.019.755,6 and IRR was 21%. Those values showed that the corn silo business managed by Rido Manah Farmer Group was feasible. Sensitivity analysis showed that investment in the business unit of corn silo was vulnerable to an increase and decrease in corn prices where the value of eligibility criteria was not feasible. The total value of internal strategic matrix 3.013,meaning that the business unit of Corn silo Rido Manah Gapoktan had this high internal factors and external strategic matrix in total of 3.019 showed the response given by the corn silo business of Rido Manah farmer groups to the external environment was high. The best strategic alternative analysis obtained 6 most effective strategic business performed by silo corn as follows (1) establishing partnerships with the feed industry while maintaining the brand image of products, (2) increasing the role of managers in developing business unit of corn silo, (3) developing of process of corn products in the face of price fluctuations, (4) active collaborating with relevant stakeholders in dealing with problems of corn, (5) increasing the capacity of equipment and machinary to increase production and development of processed corn products, (6) increasing production and productivity of corn farmers in the face of growing demand for corn. Keyword : corn silo, Rido Manah Farmer Groups, strategy
RINGKASAN ELVYRISMA T. NAINGGOLAN. Kelayakan dan Strategi Pengembangan Usaha Silo jagung di Gapoktan Rido Manah Kecamatan Nagreg Kabupaten Bandung. Di bawah bimbingan H. MUSA HUBEIS sebagai Ketua dan H. DEDDY MUCHTADI sebagai Anggota. Unit usaha silo jagung Gapoktan Rido Manah merupakan salah satu dari 56 unit silo jagung yang dikembangkan oleh Departemen Pertanian. Pengembangan unit usaha silo jagung perlu ditelaah lebih lanjut apakah layak atau tidak dikelola oleh Gapoktan Rido Manah. Biaya yang dikeluarkan oleh Departemen Pertanian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi Gapoktan. Bertolak dari hal tersebut penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui dan menganalisis kelayakan usaha pengembangan silo jagung di Gapoktan Rido Manah, (2) mengidentifikasikan faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pengembangan usaha silo jagung di Gapoktan Rido Manah, (3) menentukan alternatif strategi yang tepat bagi pengembangan usaha silo jagung di tingkat Gapoktan. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara dengan ketua Gapoktan, pengelola, manajer industri pakan ternak, petugas Dinas Pertanian dan LPPM IPB. Penyebaran kuesioner dilakukan kepada 75 petani untuk mendapatkan data pendukung dengan metode purposive sampling. Pengumpulan data sekunder melalui penelusuran pustaka, dokumen dan laporan instansi terkait. Dari analisis usahatani diperoleh produktivitas rataan petani anggota Gapoktan sedikit lebih tinggi (4,59 ton/ha) dibandingkan petani bukan anggota Gapoktan (4,29 ton/ha). Ukuran efisiensi pengelolaan usahatani dapat dilihat dengan menggunakan koefisien perbandingan penerimaan dan biaya (R/C). R/C petani anggota (1,82) maupun petani bukan anggota (1,71) lebih besar dari satu, ini menunjukkan tergabung maupun tidak dengan Gapoktan, usahatani jagung tetap efisien dan menguntungkan, karena imbalan yang diperoleh masih lebih tinggi bila dibandingkan dengan biaya yang harus dikeluarkan. Hasil analisis kelayakan usaha menunjukkan bahwa Net Present Value (NPV) dengan Discount Factor (DF) 14 % adalah Rp 127.019.755,6, Internal Rate Return (IRR) 21%, Pay Back Period (PBP) 2,78 tahun, titik impas 1.646,38 ton/tahun atau 9 ton per hari dan Benefit Cost Ratio (BCR) 1,07. Nilai-nilai ini menunjukkan bahwa unit usaha Silo jagung layak dikelola oleh Gapoktan Rido Manah. Hasil analisa sensitivitas pada tingkat 3% menunjukkan bahwa investasi pada unit usaha silo jagung ini rentan terhadap kenaikan dan penurunan harga jagung, dimana nilai kriteria kelayakan menjadi tidak layak.Total nilai pada matriks strategik internal 3,013, menunjukkan unit usaha silo jagung Gapoktan Rido Manah memiliki faktor internal tergolong tinggi dan total matriks strategik eksternal 3,019 memperlihatkan respon yang diberikan oleh unit usaha silo jagung Gapoktan Rido Manah kepada lingkungan eksternal tergolong tinggi Faktor-faktor strategik internal dan eksternal dalam pengembangan unit usaha silo jagung adalah :(1) Kekuatan terdiri dari Mutu Jagung lebih baik, Jaringan Pemasaran Sederhana, Manajer Silo Profesional, Lokasi Silo Strategik, Gapoktan Mandiri dan Ketersediaan lahan;(2) Kelemahan terdiri dari Biaya Produksi Lebih Besar, Akses Permodalan Lemah, Kapasitas Alsin tidak seimbang, Kemampuan SDM Gapoktan terbatas, Bahan Baku Musiman dan Tingkat Pengembalian Modal Lambat; (3) Peluang terdiri dari Pangsa Pasar yang Potensial, Hubungan yang Baik dengan Pembeli, Permintaan Jagung Meningkat, Kebijakan Pemerintah (Pengadaan), Kesempatan bermitra dengan industri pakan ternak dan Dukungan pemerintah daerah; (4) Ancaman terdiri dari Perubahan Cuaca dan Iklim, Fluktuasi Harga Jagung, Tingkat persaingan usaha, Tingkat Suku Bunga Kredit, Tingginya Impor Jagung dan Perubahan Kultur Masyarakat
Berdasarkan analisis alternatif strategik terbaik diperoleh 6 (enam) strategik yang paling efektif dilakukan oleh unit usaha silo jagung yaitu (1) menjalin kemitraan dengan industri pakan ternak dengan tetap menjaga mutu produk, (2) meningkatkan peran manager dalam pengembangan unit usaha Silo jagung, (3) pengembangan produk olahan Jagung dalam menghadapi fluktuasi harga, (4) aktif menjalin kerjasama dengan stakeholder terkait dalam menghadapi permasalahan jagung,(5) meningkatkan kapasitas alsin untuk peningkatan produksi dan pengembangan produk olahan Jagung, (6) meningkatkan produksi dan produktivitas jagung petani anggota dalam menghadapi permintaan jagung yang semakin meningkat. Alternatif strategi tersebut diimplementasikan pada aspek (1) Produksi: Meningkatkan kapasitas Alsin untuk peningkatan produksi dan pengembangan produk olahan jagung, serta peningkatan produksi dan produktivitas jagung petani sebagai bahan baku Silo Jagung; (2) SDM: Peran manager dalam merencanakan, mengorganisasikan, mengaktualisasikan dan mengontrol semua kegiatan usaha Silo Jagung. Aktif menjalin kerjasama dengan stake holder terkait dalam menghadapai permasalahan jagung; (3) Pemasaran: perlu dibangun kemitraan usaha pemasaran yang merupakan kerjasama usaha antara Gapoktan dengan pengusaha industri hilir seperti industri pakan ternak yang diserta pemberian bimbingan teknis dan manajemen; (4) Pengembangan: pengembangan produk olahan Jagung dalam menghadapi fluktuasi harga. Strategi pengembangan lanjutan adalah membangun suatu kawasan terpadu yang terdiri dari unit usaha Silo Jagung, pakan ternak dan industri ternak.
Kata kunci : silo jagung, Gapoktan Rido Manah, strategi
@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2009 Hak Cipta dilindungi Undang-undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SILO JAGUNG DI GAPOKTAN RIDO MANAH KECAMATAN NAGREG KABUPATEN BANDUNG
ELVYRISMA T. NAINGGOLAN
Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil Menengah
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
Judul Tugas Akhir : Nama Mahasiswa : Nomor Pokok : Program Studi :
Kelayakan dan Strategi Pengembangan Usaha Silo jagung di Gapoktan Rido Manah Kecamatan Nagreg Kabupaten Bandung Elvyrisma T. Nainggolan F352074095 Industri Kecil Menengah
Menyetujui,
September 2009
Komisi Pembimbing
Prof.Dr.Ir. H. Musa Hubeis, MS,Dipl.Ing,DEA Ketua
Prof. Dr.Ir. H. Deddy Muchtadi, MS Anggota
Mengetahui,
Ketua Program Studi Industri Kecil Menengah
Prof.Dr.Ir. H. Musa Hubeis, MS,Dipl.Ing,DEA
Tanggal Ujian :
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof. Dr.Ir. H. Khairil A. Notodiputro, MS
Tanggal Lulus :
PRAKATA Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga Tugas Akhir yang berjudul “Kelayakan dan Strategi Pengembangan Usaha Silo jagung di Gapoktan Rido Manah Kecamatan Nagreg Kabupaten Bandung” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil Menengah (PS MPI), Sekolah Pascasarjana (SPs), Institut Pertanian Bogor (IPB) dapat diselesaikan. Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini tidak akan tersusun tanpa bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Prof.Dr.Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA selaku ketua Komisi Pembimbing atas pengarahan, bimbingan dan dorongan dalam penyusunan dan penyelesaian tugas akhir. 2. Prof. Dr.Ir. H. Deddy Muchtadi, MS selaku anggota Komisi Pembimbing yang telah mengorbankan waktu dan pikirannya dalam memberikan bimbingan dan perhatiannya dalam penyusunan tugas akhir ini. 3. Dr. Ir. Sapta Rahardja DEA, sebagai dosen penguji 4. Ibu Anni (Distan), Bapak Ade (Ketua Gapoktan), Bapak Endang (Manager Silo) beserta seluruh jajaran pengurus Gapoktan Rido Manah atas korbanan waktu dan informasi yang diberikan. 5. Suami dan anak tercinta, serta orangtua dan seluruh keluarga yang selalu memberikan do’a restu, dukungan dan semangat. 6. Seluruh teman-teman MPI Angkatan 10 dan Tim PS sekretariat MPI atas segala dukungannya, seluruh rekan-rekan Direktorat Penanganan Pasca Panen, khususnya Subdit Pasca Panen Tanaman Pangan atas pengertian dan kesempatan yang diberikan selama proses perkuliahan dan penyusunan tugas akhir. 7. Seluruh pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan laporan akhir ini, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan satu persatu Penulis berharap bahwa laporan akhir ini dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi semua pihak yang berkepentingan. Bogor, September 2009 Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tarutung Sumatera Utara pada tanggal 29 Januari 1975 sebagai anak kedua dari sembilan bersaudara dari Bapak M.S Nainggolan dan Ibu M. Lumban Tobing. Pendidikan Sarjana ditempuh di Jurusan Teknologi Pertanian Universitas Sumatera Utara dan lulus pada tahun 1998. Pada tahun 2008 diterima di Program Studi Industri Kecil Menengah, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Sejak Februari Tahun 1999 hingga Desember 2002 penulis bekerja di PT Neotek Maju Mandiri. Kemudian pada Desember 2002, penulis diterima bekerja di instansi pemerintah, yaitu di Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Departemen Pertanian. Penulis menikah pada tahun 2001 dengan Ebsan Debataraja dan dikaruniai 2 orang anak, yaitu Eliason Noel Rambe dan Eliana Anastasia Nauli Rambe.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL.....................................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................ xiv I. PENDAHULUAN.................................................................................................. 1.1 Latar Belakang................................................................................................. 1.2 Perumusan Masalah......................................................................................... 1.3 Tujuan...............................................................................................................
1 1 3 3
II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................
4
2.1 Tanaman Jagung ............................................................................................. 2.2 Penanganan Pascapanen ................................................................................. 2.3 Unit Usaha Silo Jagung .................................................................................. 2.4 Kelembagaan Petani ....................................................................................... 2.5 Kemitraan Usaha ............................................................................................ 2.6 Kelayakan Usaha ............................................................................................. 2.7 Strategi Pengembangan Usaha ........................................................................
4 9 12 15 18 20 24
III. METODE KAJIAN .............................................................................................
29
3.1 Lokasi dan Waktu........................................................................................... 3.2 Pengumpulan Data.......................................................................................... 3.3 Pengolahan dan Analisis Data ........................................................................
29 29 30
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...........................................................................
43
4.1 Keadaan Umum .............................................................................................. 4.2 Analisis Usaha Tani Jagung ............................................................................ 4.3 Analisis Kelayakan Usaha Silo Jagung......................................................... .... 4.4 Strategi Pengembangan Usaha Silo Jagung........................................................
43 47 49 59
KESIMPULAN .........................................................................................................
79
1. Kesimpulan ....................................................................................................... 2. Saran ...................................................................................................................
79 80
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
81
LAMPIRAN ..............................................................................................................
83
DAFTAR TABEL No
Halaman
1. Produksi dan ketersediaan komoditas Jagung dari tahun 2004-2008....................
2
2. Mutu Jagung pipil kering.......................................................................................
12
3. Penilaian bobot faktor strategik perusahaan metode matriks banding berpasangan. 25 4. Matriks IE Model GE ........................................................................................... ... ... 26 5. Matriks SWOT....................................................................................................... ..... 27 6. Penilaian bobot faktor strategik internal..................................................................... 37 7. Penilaian bobot faktor strategik eksternal................................................................... 37 8. Matriks IFE........................................................................................................... ....
38
9. Matriks EFE......................................................................................................... ....
39
10. Matriks IE ............................................................................................................ ....
40
11. Matriks SWOT .................................................................................................... ..... 41 12. Perkembangan luas tanam, luas panen, produksi dan produktivitas jagung di Kabupaten dari tahun 2005 – 2008 .................................................................... ....
43
13. Analisis pendapatan rataan usahatani Jagung per musim...................................
47
14. Posisi dan jumlah pekerja di Unit Usaha Silo Jagung.........................................
51
15. Perkiraan biaya operasional Unit Usaha Silo Jagung.........................................
55
16. Perhitungan biaya pokok Unit Usaha Silo Jagung..............................................
56
17. Analisis sensitivitas............................................................................................
59
18. Faktor strategik internal unit Usaha Silo Jagung Gapoktan Rido Manah..........
67
19. Faktor strategik Eesternal Unit Usaha Silo Jagung...........................................
69
20. Matriks IE strategik unit usaha Silo Jagung Gapoktan Rido Manah................
71
21. Matriks SWOT Unit Usaha Silo Jagung...........................................................
72
22. Tingkat kepentingan unsur SWOT pada unit usaha Silo Jagung.......................
74
23. Penentuan Alternatif Strategik terbaik pada Unit Usaha Silo Jagung Gapoktan Rido Manah.........................................................................................................
75
DAFTAR GAMBAR No
Halaman
1. Perlengkapan Silo Jagung Gapoktan Rido Manah................................................... 13 2. Esensi organisasi internal Agribisnis .................................................................. .... 15 3. Model revitalisasi Gapoktan................................................................................ .... 16 4. Gapoktan Jagung .................................................................................................
17
5. Model kemitraan agroindustri Silo Jagung dengan Petani/Gapoktan industri Pakan Ternak........................................................................................................... 19 6. Langkah-langkah dalam pengolahan dan analisis data........................................
31
DAFTAR LAMPIRAN No
Halaman
1. Kuesioner kelayakan usaha .................................................................................... ..83 2. Kuesioner strategi pengembangan usaha ................................................................. ..93 3. Biaya tenaga kerja unit usaha Silo Jagung ......................................................... ..101 4. Perhitungan NPV dan IRR ..................................................................................... ..102 5. Perhitungan B/C, BEP dan PBP ......................................................................... ..104 6. Rekapitulasi bobot faktor strategik internal unit usaha Silo Jagung ........................... ..105 7. Rekapitulasi bobot faktor strategik eksternal unit usaha Silo Jagung ......................... ..106 8. Rekapitulasi Rating faktor strategik internal unit usaha Silo Jagung .......................... ..107 9. Rekapitulasi Rating faktor strategik eksternal unit usaha Silo Jagung ........................ ..108 10. Perhitungan Matriks IFE unit usaha Silo Jagung ..................................................... ..109 11. Perhitungan Matriks EFE unit usaha Silo Jagung ..................................................... ..110 12. Tingkat kepentingan unsur SWOT pada unit usaha Silo Jagung ................................ ..111
I. PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang
Jagung merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang mulai ditingkatkan nilai tambahnya melalui pengembangan agroindustri pedesaan. Jagung sangat penting dalam memelihara stabilitas ekonomi, sosial dan keamanan nasional. Hal ini disebabkan Jagung sebagai bahan pangan yang merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras. Di samping itu Jagung juga dimanfaatkan sebagai bahan baku industri makanan dan pakan ternak. Pengguna Jagung yang terbesar adalah untuk bahan baku pabrik pakan ternak, menyusul kebutuhan untuk industri makanan dan kemudian untuk konsumsi langsung manusia (Ditjen PPHP, 2006). Permintaan Jagung cenderung terus meningkat, untuk pakan ternak, kebutuhan rataan 5 juta ton/tahun atau meningkat 10 – 15% per tahun. Di sisi lain, produksi Jagung dalam negeri juga terus meningkat. Menurut Angka Sementara (ASEM) produksi Jagung tahun 2008 sebesar 16,32 juta ton pipilan kering. Dibandingkan produksi tahun 2007 (ATAP), terjadi kenaikan sebesar 3,04 juta ton (22,85 %). Kenaikan produksi terjadi karena peningkatan luas panen seluas 372,99 ribu hektar (10,27%) dan produktivitas sebesar 4,18 kuintal/hektar (11,42%). Angka Ramalan I (ARAM I) produksi Jagung tahun 2009 diperkirakan sebesar 16,48 juta ton pipilan kering. Dibandingkan produksi tahun 2008 (ASEM), terjadi kenaikan sebesar 154,32 ribu ton (0,95%). Kenaikan produksi tahun 2009 diperkirakan terjadi karena naiknya luas panen seluas 5,87 ribu hektar (0,15%) dan produktivitas 0,32 kuintal/hektar (0,78 persen) (BPS, 2009). Dilihat dari angka produksi Jagung nasional , sebenarnya jumlah produksi Jagung dapat mencukupi kebutuhan Jagung untuk pakan ternak. Namun demikian, kenyataannya industri pakan ternak masih melakukan rataan impor 1 juta ton per tahun. Sebenarnya industri pakan ternak lebih menyukai Jagung lokal, karena proteinnya inggi namun karena terkendala mutu dan kondisi di atas, industri pakan ternak melakukan impor untuk memenuhi kebutuhannya. Data produksi dan ketersediaan komoditas Jagung dapat dilihat dalam Tabel 1.
1
2
Tabel 1. Produksi dan ketersediaan komoditas Jagung dari tahun 2004 – 2008 Tahun
Produksi
Jumlah Tersedia
Total Permintaan
(a)
(b)
Surplus/ Defisit (c)*
Impor
Ekspor
(d)
(e)
2004
11.225.243,00
9.888.436
10.944.685
(1,056,249)
1.088.928,00
32.679,00
2005
12.523.894,00
11.038.745
11.170.333
(131,588)
185.597.00
54.009,00
2006
11.609.463,00
10.234.259
11.981.506
(1,747,247)
1.775.321,00
28.074,00
2007
13.287.527,00
11.713.547
12.049.647
(336,100)
342.268,00
6.169,00
2008
16.323.922,00
13.981.560
14.247.675
(266,115)
333.691,00
67.577,.00
Sumber : Badan Ketahanan Pangan, 2009; *) = (a)-(b) Jagung umumnya dihasilkan oleh petani/kelompok tani secara musiman, dengan skala usaha kecil dan tersebar di berbagai wilayah. Kondisi ini menyebabkan industri pakan ternak kesulitan dalam proses pengumpulannya, sehingga pasokan Jagung tidak terjamin kuantitas, mutu maupun kontinuitas dan harga yang tidak bersaing. Hal ini menyebabkan para industri pakan ternak cenderung melakukan impor Jagung . Bertitik tolak dari kondisi tersebut, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran
Hasil
Pertanian,
Departemen
Pertanian
mengembangkan
program
pembangunan Silo Jagung di daerah sentra produksi Jagung. Pada tahun 2006-2008, telah dibangun Silo Jagung di 18 Provinsi sebanyak 56 unit dengan kapasitas 200 ton sebanyak 2 unit dan 50 ton sebanyak 54 unit, dimana salah satu Silo dengan kapasitas 50 ton dialokasikan di Kabupaten Bandung Propinsi Jawa Barat yang dikelola oleh Gapoktan Rido Manah. Silo Jagung ini diharapkan berfungsi sebagai pusat pengumpulan, penanganan pascapanen, penyimpanan dan pusat pemasaran Jagung yang diharapkan dapat menjadi solusi permasalaha Jagung di Indonesia. Program pengembangan Silo Jagung adalah suatu proses konsolidasi usaha agroindustri Jagung, khususnya di bidang penangan pascapanen dan pemasaran Jagung yang disertai dengan kemitraan usaha antara Gapoktan Jagung dengan industri pakan ternak serta koordinasi vertikal di antara seluruh tahapan sistem agroindustri yang terpadu mulai dari penyediaan sarana produksi, pembiayaan, usahatani, panen dan pascapanen, kemitraan usaha dan pemasaran Jagung Dengan keberadaan Silo Jagung ini diharapkan Gapoktan dapat mewujudkan sistem dan usaha agroindustri yang terpadu antara pengembangan kawasan produksi
3 Jagung di bagian hulu (on farm) dengan industri pakan ternak dan industri makanan di bagian hilir (off farm).
1.2
Perumusan Masalah Unit usaha Silo Jagung yang mandiri dan profesional adalah unit usaha Silo Jagung yang dikelola oleh pengelola (manajer) secara profesional yang dicirikan dengan berorientasi bisnis yang sehat, baik secara teknis, ekonomi, sosial, layak dan menguntungkan, serta berkelanjutan. Dengan demikian, pengembangan usaha Silo Jagung perlu ditelaah lebih lanjut apakah layak atau tidak dikelola oleh Gapoktan Rido Manah. Biaya yang dikeluarkan oleh Deptan diharapkan dapat memberikan manfaat kepada Gapoktan, tidak hanya manfaat finansial, akan tetapi manfaat-manfaat lainnya. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang mendasari kajian ini adalah : 1. Apakah pengembangan usaha Silo Jagung di lokasi penelitian layak dikelola oleh Gapoktan Rido Manah ? 2. Faktor-faktor strategik apakah yang mempengaruhi pengembangan usaha Silo Jagung Gapoktan Rido Manah ? 3. Bagaimana bentuk strategi pengembangan usaha Silo Jagung yang tepat di tingkat Gapoktan ?
1.3
Tujuan Tujuan kajian ini adalah : 1.
Mengkaji kelayakan usaha pengembangan Silo Jagung di Gapoktan Rido Manah
2.
Mengidentifikasikan
faktor
internal
dan
eksternal
yang
mempengaruhi
pengembangan usaha Silo Jagung di Gapoktan Rido Manah 3.
Menentukan alternatif strategi yang tepat bagi pengembangan usaha Silo Jagung di Gapoktan Rido Manah
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Tanaman Jagung
2.1.1 Deskripsi Komoditas Jagung Tanaman Jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan Afrika melalui kegiatan bisnis orang-orang Eropa ke Amerika. Sekitar abad ke-16 orang Portugal menyebarluaskannya ke Asia termasuk Indonesia. Orang Belanda menamakannya mais dan orang Inggris menamakannya corn. Tanaman Jagung merupakan bahan baku industri pakan dan pangan serta sebagai makanan pokok di beberapa daerah di Indonesia. Dalam bentuk biji utuh, Jagung dapat diolah misalnya menjadi tepung Jagung, beras Jagung dan makanan ringan (pop corn dan Jagung marning). Jagung dapat pula diproses menjadi minyak goreng, margarin, dan formula makanan. Pati Jagung dapat digunakan sebagai bahan baku industri farmasi dan makanan seperti es krim, kue dan minuman. Karena cukup beragamnya kegunaan dan hasil olahan produksi tanaman Jagung tersebut di atas, dan termasuk sebagai komoditi tanaman pangan yang penting, maka perlu ditingkatkan produksinya secara kuantitas, mutu, ramah lingkungan dan berkelanjutan (Pramono, 2008). Tanaman Jagung cocok ditanam di Indonesia, karena kondisi tanah dan iklim yang sesuai. Disamping itu tanaman Jagung tidak banyak menuntut persyaratan tumbuh serta pemeliharaannya pun lebih mudah, maka wajar jika petani selalu mengusahakan lahannya dengan tanaman Jagung ( Suprapto, 1993)
2.1.2 Budidaya Jagung Tanaman Jagung mempunyai adaptasi yang luas dan relatif mudah dibudidayakan, sehingga komoditas ini ditanam oleh petani di Indonesia pada lingkungan fisik dan ekonomi yang sangat beragam. Jagung dapat ditanam pada lahan kering, lahan sawah, lebak dan pasang surut, dengan berbagai jenis tanah, pada berbagai tipe iklim, dan pada ketinggian tempat 0-2.000 m dari permukaan laut (dpl) (Annas, 2007).
5 Jenis Jagung dapat dikelompokkan menurut umur dan bentuk biji. Menurut umur Jagung dibagi menjadi 3 (tiga) golongan : a. Berumur pendek (genjah): 75-90 hari, contoh; Genjah Warangan, Genjah Kertas, Abimanyu dan Arjuna. b. Berumur sedang (tengahan) : 90-120 hari, contoh; Hibrida C 1, Hibrida CP 1 dan CPI 2, Hibrida IPB 4, Hibrida Pioneer 2, Malin, Metro dan Pandu. c. Berumur panjang : lebih dari 120 hari, contoh; Kania Putih, Bastar, Kuning, Bima dan Harapan (Annas, 2007). Sedangkan menurut bentuk bijinya, Jagung dibagi menjadi 7 (tujuh) golongan ( Suprapto, 1997), yaitu : a. Dent Corn ( Zea mays identata = Jagung gigi kuda ) Biji Jagung berbentuk gigi kuda ini telah berkembang di ladang Amerika Selatan, Meksiko Utara dan terjadi peningkatan usaha setelah Jagung tersebut masuk ke Eropa. Bentuk biji Jagung jenis ini terjadi akibat pengerutan lapisan bertepung saat biji mengering, sedangkan bagian samping biji mengalami pengerasan sehingga bagian tengah atau
bagian atas biji mengalami
penyusutan. Tanaman Jagung jenis ini di Indonesia kurang tahan hama bubuk dan mudah hancur bila di tumbuk. Di Amerika jenis ini banyak digunakan sebagi pakan ternak. b. Flint Corn (Zea mays indurata = Jagung mutiara) Jagung jenis ini mempunyai biji dengan warna bersinar dan agak keras (horny starch). Kandungan zat tepung yang lunak hanya sedikit dan letaknya di dalam (tengah). Jenis ini bersifat tahan terhadap serangan hama (insekta). Banyak digunakan sebagai sebagai bahan makanan ternak. Jenis Jagung flint corn banyak ditanam, karena memiliki tingkat kemasakan yang lebih cepat dan mutu konsumsi serta pengolahan yang lebih baik. Hal ini bukan saja untuk memenuhi kebutuhan manusia juga diperlukan sebagai pakan ternak. Di Amerika Serikat dan Argentina, sebagian besar hasil produksinya untuk pakan ternak. c. Sweet Corn (Zea mays L. Saccharata = Jagung manis) Jagung manis mempunyai kandungan gula tinggi, sehingga terasa manis. Biji yang masih muda bercahaya dan berwarna jernih seperti kaca, sedangkan biji yang telah masak dan kering akan menjadi keriput/berkerut).
6 d. Pop Corn ( Zea mays L, atau enerta sturt = Jagung berondong) Jagung ini mempunyai biji lebih kecil dari kelompok flint corn. Bila dipanaskan dapat mengembang, karena di dalam biji terkandung zat pati yang penuh/cukup sehingga bijinya menjadi keras. e. Flour Corn
atau soft corn (Zea mays L. Atau amylacea sturt = Jagung
tepung). Tanaman Jagung jenis ini sangat berarti di Amerika Selatan, sebagian Peru, Bolivia dan di Afrika. Jenis Jagung ini banyak mengandung zat pati/tepung. Bijinya bersifat lunak dan pada endosperm (cadangan makanan) dalam biji biasanya berisi tepung lunak, sehingga orang mengenalnya dengan Jagung tepung dan merupakan Jagung yang tertua. f. Pod Corn ( Zea mays L.tunicara start = Jagung bungkus). Mahkota menyelubungi setiap biji pada janggel, sedangkan tongkolnya terselubung oleh kelobot besar, sehingga bijinya tidak tampak. Jenis ini kurang menguntungkan bila diusahakan. g. Waxy Corn (Zea mays L. Ceratina Kulesch) Biji Jagung jenis ini berwarna jernih seperti lilin, sehingga sering disebut waxy corn. Zat pati yang dibentuk mengandung erythrodextrine, tepung dan substansi keras lain, mempunya nilai ekonomis yang tinggi. Kini telah banyak benih varitas unggul Jagung yang dipasarkan. Dari segi jenisnya dikenal dua jenis Jagung yakni hibrida dan komposit (bersari bebas). Dibanding jenis komposit, Jagung hibrida umumnya mempunyai kelebihan dalam hal potensi hasil yang lebih tinggi dan pertumbuhan tanaman lebih seragam. Meskipun potensi hasilnya lebih rendah dibanding hibrida, Jagung komposit unggul yang dilepas oleh Balai Penelitian Tanaman Serealia (Balitsereal) berdaya hasil cukup tinggi, mencapai 7,6 – 8,4 ton/ha. Kelebihan dari Jagung komposit adalah produksi benihnya dapat dilakukan dengan mudah oleh petani/kelompok tani. Dari beberapa varitas Jagung komposit yang dihasilkan Balitsereal, yang populer dewasa ini adalah Lamuru dan Sukmaraga. Varitas Lamuru relatif toleran kekeringan. Varitas Sukmaraga direkomendasikan penggunaanya pada tanah masam, termasuk lahan pasang surut. Varitas dengan mutu protein triptofan dan lisin yang tinggi adalah Srikandi Kuning-1 dan Srikandi Putih-1. Keduanya lebih sesuai dikembangkan didaerah rawan gizi dan dapat pula digunakan untuk ternak
7 bukan pemamah biak (monogastrik) seperti ayam dan babi (Akil dan Dahlan, 2006). Penggunaan benih Jagung hibrida biasanya akan menghasilkan produksi yang lebih tinggi. Tetapi harga benihnya yang lebih mahal dan hanya dapat digunakan maksimal 2 kali turunan dan tersedia dalam jumlah terbatas. Beberapa varitas unggul Jagung untuk dipilih sebagai benih adalah Hibrida C 1, Hibrida C 2, Hibrida Pioneer 1, Pioneer 2, IPB 4, CPI-1, Kaliangga, Wiyasa, Arjuna, Baster kuning, Kania Putih, Metro, Harapan, Bima, Permadi, Bogor Composite, Parikesit, Sadewa, Nakula. Selain itu, jenis-jenis unggul yang belum lama dikembangkan adalah: CPI-2, BISI-1, BISI-2, P-3, P-4, P-5, C-3, Semar 1 dan Semar 2 yang semuanya jenis Hibrida (Annas, 2007). Beberapa pola tanam yang biasa diterapkan petani dalam budidaya Jagung adalah a. Tumpang sari (intercropping), melakukan penanaman lebih dari 1 tanaman (umur sama atau berbeda) contoh, tumpang sari sama umur seperti Jagung dan kedelai; tumpang sari beda umur seperti Jagung, Ketela pohon dan Padi gogo. b. Tumpang gilir (Multiple Cropping), dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat keuntungan maksimum. Contoh, Jagung muda, Padi gogo, Kedelai, Kacang tanah, dan lain-lain. c. Tanaman Bersisipan (Relay Cropping), pola tanam dengan menyisipkan satu atau beberapa jenis tanaman selain tanaman pokok (dalam waktu tanam yang bersamaan atau waktu yang berbeda). Contoh, Jagung disisipkan Kacang tanah dan waktu Jagung menjelang panen disisipkan Kacang panjang. d. Tanaman Campuran (Mixed Cropping), penanaman terdiri beberapa tanaman dan tumbuh tanpa diatur jarak tanam maupun larikannya, semua tercampur jadi satu. Lahan efisien, tetapi riskan terhadap ancaman hama dan penyakit. Contoh; tanaman campuran seperti Jagung, Kedelai dan Ubi kayu (Pramono, 2008). Pola tanam jagung yang bisa diterapkan petani di Kecamatan Nagreg adalah dengan tumpang sari. Tumpangsari merupakan suatu usaha menanam beberapa jenis tanaman pada lahan dan waktu yang sama, yang diatur sedemikian rupa dalam barisan-barisan tanaman. Penanaman dengan cara ini bisa dilakukan pada dua atau lebih jenis tanaman yang relatif seumur, misalnya Jagung dan Kacang
8 tanah atau bisa juga pada beberapa jenis tanaman yang umurnya berbeda-beda. Untuk dapat melaksanakan pola tanam tumpangsari secara baik perlu diperhatikan beberapa faktor lingkungan yang mempunyai pengaruh, diantaranya ketersediaan air, kesuburan tanah, sinar matahari dan hama penyakit (Warsana, 2009). Pada pola tanam tumpangsari sebaiknya dipilih dan dikombinasikan antara tanaman yang mempunyai perakaran relatif dalam dan tanaman yang mempunyai perakaran relatif dangkal. Sebaran sinar matahari penting, karena bertujuan untuk menghindari persiangan antar tanaman yang ditumpangsarikan dalam hal mendapatkan sinar matahari, sehingga perlu diperhatikan tinggi dan luas antar tajuk tanaman yang ditumpangsarikan. Tinggi dan lebar tajuk antar tanaman yang ditumpangsarikan akan berpengaruh terhadap penerimaan cahaya matahari, lebih lanjut akan mempengaruhi hasil sintesa (glukosa) dan muara terakhir akan berpengaruh terhadap hasil secara keseluruhan. Antisipasi adanya hama penyakit tidak lain adalah untuk mengurangi resiko serangan hama maupun penyakit pada pola tanam tumpangsari. Sebaiknya ditanam tanam-tanaman yang mempunyai hama maupun penyakit berbeda, atau tidak menjadi inang dari hama maupun penyakit tanaman lain yang ditumpangsarikan (Warsana, 2009). Sistem tanam tumpangsari mempunyai banyak keuntungan yang tidak dimiliki pada pola tanam monokultur. Beberapa keuntungan pada pola tumpangsari antara lain (1) akan terjadi peningkatan efisiensi (tenaga kerja, pemanfaatan lahan maupun penyerapan sinar matahari), (2) populasi tanaman dapat diatur sesuai yang dikehendaki, (3) dalam satu areal diperoleh produksi lebih dari satu komoditas, (4) tetap mempunyai peluang mendapatkan hasil manakala satu jenis tanaman yang diusahakan gagal dan (5) kombinasi beberapa jenis tanaman dapat menciptakan beberapa jenis tanaman dapat menciptakan stabilitas biologis sehingga dapat menekan serangan hama dan penyakit, serta mempertahankan kelestarian sumber daya lahan dalam hal ini kesuburan tanah (Warsana, 2009).
2.1.3 Manfaat Tanaman Jagung Tanaman Jagung sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan hewan. Di Indonesia, Jagung merupakan komoditi tanaman pangan kedua terpenting setelah Padi. Berdasarkan urutan bahan makanan pokok di dunia, Jagung menduduki
9 urutan ke-3 setelah Gandum dan Padi. Di Daerah Madura, Jagung banyak dimanfaatkan sebagai makanan pokok. Akhir-akhir ini tanaman Jagung semakin meningkat penggunaannya. Tanaman Jagung banyak sekali gunanya, sebab hampir seluruh bagian tanaman dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan (Annas, 2007), yaitu : 1. Batang dan daun muda : pakan ternak 2. Batang dan daun tua (setelah panen) : pupuk hijau atau kompos 3. Batang dan daun kering : kayu bakar 4. Batang Jagung : lanjaran (turus) 5. Batang Jagung : pulp (bahan kertas) 6. Buah Jagung muda : sayuran, bergedel, bakwan dan sambal goreng 7. Biji Jagung tua : pengganti nasi, marning, brondong, roti Jagung, tepung, bihun, bahan campuran kopi bubuk, biskuit, kue kering, pakan ternak, bahan baku industri bir, industri farmasi, dextrin, perekat, industri, bahan baku pakan ternak dan biofuel.
2.2
Penanganan Pascapanen 2.2.1 Panen Penanganan pascapanen secara garis besar dapat meningkatkan daya gunanya sehingga lebih bermanfaat bagi kesejahteraan manusia. Hal ini dapat ditempuh dengan cara mempertahankan kesegaran atau mengawetkannya dalam bentuk asli maupun olahan, sehingga dapat tersedia sepanjang waktu sampai ke tangan konsumen dalam kondisi yang dikehendaki konsumen (Kristanto, 2007). Dua hal yang mempengaruhi waktu panen Jagung, derajat masak dan iklim/cuaca. Derajat masak waktu panen merupakan aktivitas yang paling baik untuk memanen Jagung. Tanda-tanda visual yang dapat dipakai sebagai petunjuk bahwa Jagung sudah dapat dipanen, yang biasa disebut dengan tingkat kematangan optimal, antara lain
(1) Biji nampak kering dan mengkilat (2)
Apabila biji ditusuk dengan kuku, tidak nampak bekasnya dan (3) Klobot telah menguning (Ditjen BPPHP, 2003). Pemanenan dilakukan pada saat Jagung telah mencapai masak fisiologis, yaitu 100 hari setelah tanam (tergantung varitas). Pada umur demikian biasanya daun Jagung/klobot telah kering dan berwarna kekuning-kuningan. Selanjutnya
10 dipisahkan antara Jagung yang layak jual dengan Jagung yang busuk, muda dan berjamur untuk dilakukan proses pengeringan (Pramono, 2008). Pengeringan merupakan usaha untuk menurunkan kadar air (KA) sampai batas tertentu (14-16 %) sehingga reaksi biologis terhenti dan mikrorganisme, serta serangga tidak bisa hidup di dalamnya. Pengeringan Jagung dapat dibedakan menjadi dua tahapan, yaitu pengeringan dalam bentuk gelondong dan pengeringan butiran setelah Jagung dipipil. Pada pengeringan Jagung gelondong dilakukan sampai kadar air mencapai 18-20 % untuk memudahkan pemipilan. Pemipilan merupakan kegiatan memisahkan biji Jagung dari tongkolnya. Pemipilan dapat dilakukan dengan cara tradisional atau dengan cara lebih modern. Secara tradisional pemipilan Jagung dapat dilakukan dengan tangan maupun alat bantu lain yang sederhana seperti kayu, pisau dan lain-lain sedangkan yang lebih modern menggunakan mesin yang disebut Corn sheller yang dijalankan dengan motor. Butiran Jagung hasil pipilan masih terlalu basah untuk dijual atau disimpan. Untuk itu diperlukan satu tahapan proses, yaitu pengeringan akhir. Pada pengeringan butiran, kadar air Jagung diturunkan sampai kadar air sesuai mutu Jagung yang dikehendaki. Proses pengeringan ini dapat dilakukan melalui penjemuran di bawah terik sinar matahari atau menggunakan mesin pengering Butiran Jagung yang telah melalui proses pengeringan perlu dibersihkan dan dipisahkan dalam beberapa kelompok mutu I ,II, III maupun IV untuk selanjutnya dijual atau disimpan (Pramono, 2008). Penyimpanan Jagung pipilan dapat dilakukan seperti penyimpanan beras di Depot Logistik (DOLOG) dalam karung yang disusun secara teratur atau dapat pula disimpan dalam bentuk curah dengan sistem Silo. Penyimpanan ini dapat berfungsi sebagai pengendali harga pada saat harga di pasar jatuh karena kelebihan stok. Setelah harga jual membaik, barulah Jagung yang disimpan dilepas ke pasaran (Pramono, 2008). . 2.2.2 Kerusakan Selama Penyimpanan Di antara penyebab terjadinya kerugian pasca panen pada jagung adalah cemaran senyawa beracun aflatoksin. Upaya menekan pencemaran aflatoksin pada jagung untuk konsumsi dan perdagangan menjadi sangat penting apalagi berbagai lembaga PBB dan internasional maupun nasional lainnya telah
11 menetapkan batas maksimal kandungan aflatoksin biji jagung untuk konsumsi (Anonymous, 2009) World Health Organization (WHO), Food Agriculture Organization (FAO) dan United Nation Children’s Fund (UNICEF) menetapkan batas toleransi kandungan aflatoksin dalam makanan sumber karbohidrat yang dikonsumsi paling tinggi 30 part per billion (ppb). Di Uni Eropa ketentuannya jauh lebih ketat. Untuk serealia (termasuk jagung) Komisi Eropa menetapkan hanya boleh paling tinggi 4 ppb. Ketatnya peraturan tersebut bisa dipahami karena aflatoksin yang diproduksi cendawan Aspergillus flavus merupakan senyawa karsinogenik yang dapat menimbulkan kanker hati pada manusia dan hewan (Anonymous, 2009) . Kebutuhan jagung yang di Indonesia terus meningkat telah mendorong peningkatan produksi dalam negeri. Produksi masih perlu terus pula bertambah agar Indonesia lepas dari tergantung pada jagung impor. Upaya peningkatan produksi perlu pula dibarengi peningkatan mutu, termasuk menekan kandungan aflatoksin sesuai persyaratan kesehatan dan pasar. Untuk jagung, perhatian khusus perlu diberikan pada teknologi penyimpanan karena fase penyimpanan merupakan fase yang sangat rentan terhadap serangan cendawan A.flavus (Anonymous, 2009) . Balai Besar Penelitian Pascapanen Pertanian telah melakukan penelitian yang menghasilkan paket teknologi penyimpanan jagung yang dapat menekan serangan A.flavus dan cemaran aflatoksin terhadap jagung yang disimpan. Selain itu telah disiapkan pula dokumen rencana pengendalian mutu Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP) bagi penanganan jagung sejak panen hingga saat penyimpanan (Anonymous, 2009) . Pengamatan dan pengukuran kandungan aflatoksin dan kadar air dilakukan pada setiap tahap penanganan. Pengendalian aflatoksin membutuhkan sistem penanganan yang baik pada setiap tahap yang dilakukan secara cepat tanpa penundaan (Anonymous, 2009) Pada penyimpanan biji jagung jangka pendek dengan maksud distribusi yang cepat atau jarak dekat, penyimpanan dalam karung polyprophilene dinilai cukup aman untuk penyimpanan selama dua (2) bulan. Kandungan aflatoksin jenis B1 bisa ditekan sampai kurang dari 3 ppb dengan kerusakan fisik di bawah 5%, serta kadar pati, lemak dan protein relatif stabil (Anonymous, 2009).
12
2.2.3 Standar Mutu Persyaratan mutu Jagung untuk perdagangan menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu persyaratan kualitatif dan persyaratan kuantitatif. Persyaratan kualitatif (Kristanto, 2008) meliputi : 1.
Produk harus terbebas dari hama dan penyakit
2.
Produk terbebas dari bau busuk maupun zat kimia lainnya (berupa asam)
3.
Produk harus terbebas dari bahan dan sisa-sisa pupuk maupun pestisida
4.
Memiliki suhu normal Persyaratan mutu Jagung pipil kering seperti dicantumkan dalam Tabel 2. Tabel 2. Mutu Jagung pipil kering No.
Komponen Utama
1. Kadar Air 2. Butir Rusak 3. Butir Warna Lain 4. Butir Pecah 5. Kotoran Sumber : Kristanto, 2008. 2.3
Persyaratan Mutu (% maks) I 14 2 1 1 1
II 14 4 3 4 1
III 15 6 7 3 2
IV 17 8 10 5 2
Unit Usaha Silo Jagung Pengembangan agroindustri untuk meningkatkan nilai tambah usaha tani terus digalakkan. Sejalan dengan itu, peran inovasi teknologi dan kelembagaan makin strategiks dalam upaya peningkatan produktifitas dan efisiensi sistem produksi. Pengembangan agroindustri tidak terlepas dari pemanfaatan teknologi mekanisasi, baik di dalam maupun di luar usaha tani. Penumbuhan agroindustri pedesaan yang mandiri dan didukung oleh teknologi mekanisasi merupakan pijakan dalam mewujudkan industri pertanian yang efisien, berdaya saing dan berkelanjutan. Hasil penelitian dan perekayasaan teknologi mekanisasi pertanian sudah dikembangkan di berbagai wilayah di Indonesia, namun pemanfaatannya masih lamban karena berkaitan erat dengan sistem usaha tani, pranata sosial-budaya, kelembagaan dan pembangunan wilayah. Permasalahan dan kendala dalam pengembangan mekanisasi pertanian antara lain adalah sempitnya kepemilikan lahan, lemahnya modal
13 usaha tani, rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan petani, budaya, sistem usaha tani yang masih subsistem dan tradisional, belum memadainya prasarana penunjang khususnya jalan ke lokasi usahatani, belum berkembangnya bengkel mekanisasi di pedesaan serta belum
memadainya kelembagaan penunjang terutama lembaga
penyuluhan dan jasa (Fakultas Pertanian UGM, 2008). Silo Jagung adalah paket alat mesin pascapanen Jagung yang terintegrasi untuk proses pemipilan, pengeringan dan penyimpanan Jagung. Silo Jagung (Gambar 1) merupakan paket alat mesin pascapanen Jagung (Ditjen PPHP, 2008) yang terdiri dari : 1. Alat mesin pemipil Jagung (corn sheller) 2. Alat mesin ayakan (cleaner) kapasitas 3. Alat mesin pengering (mix flow continous dryer) 4. Alat mesin pemasok udara panas baik dari minyak tanah (karosine burner) maupun tungku sekam, limbah dan kayu bakar (cyclonic husk burner) 5. Alat mesin penampungan Jagung kering sementara (tempering) 6. Alat mesin penyimpanan (Silo/ tank product) Bahan baku Jagung yang akan diolah di Silo Jagung untuk menjadi Jagung pipilan kering yang bermutu, sumber utamanya dari petani/kelompok tani binaan, apabila tidak mencukupi dapat diperoleh dari kelompok tani non binaan. Bahan baku dapat berbentuk tongkol atau pipilan dari petani/kelompok tani pada berbagai tingkatan mutu, minimal sesuai dengan mutu tertentu yang disepakati (Ditjen PPHP, 2008) .
a. Pemipil Jagung
b. Tungku sumber energi pengering
Gambar 1. Perlengkapan Silo Jagung Gapoktan Rido Manah
14 Lanjutan Gambar 1. Perlengkapan Silo Jagung Gapoktan Rido Manah
c. Bucket elevator ke mesin pembersih
e. Mesin pengering
d. Mesin pembersih
f. Tangki penyimpanan
15 2.4
Kelembagaan Petani Organisasi adalah kesatuan yang memungkinkan orang-orang (para petani) mencapai suatu tujuan yang tidak dapat dicapai individu secara perorangan. Sistem organisasi ekonomi petani terdiri dari beberapa unsur (subsistem), seperti (1) unsur kelembagaan (aturan main), (2) partisipan (sumber daya manusia atau SDM), (3) teknologi, (4) tujuan dan (5) lingkungan (alam, sosial dan ekonomi). Kelompok para petani yang berada di suatu kawasan dapat dipandang sebagai suatu sistem organisasi ekonomi petani, hubungan antara unsur-unsur organisasi dan keragaan seperti dimuat pada Gambar 2. Gambar 2, menunjukkan bahwa kelima unsur atau subsistem organisasi ekonomi petani saling berinteraksi dan pada akhirnya akan menghasilkan keragaan organisasi. Unsur lingkungan merupakan bagian dari sistem organisasi yang menentukan keragaan organisasi, namun berada di luar kendali organisasi. Terdapat dua jenis pengertian kelembagaan, yaitu kelembagaan sebagai aturan main dan kelembagaan sebagai organisasi.
Sebagai aturan main, kelembagaan merupakan perangkat aturan yang
membatasi aktifitas anggota dan pengurus dalam mencapai tujuan organisasi.
TEKNOLOGI - Teknis Budidaya - Karakteristik komoditi - Asset Fixity dan specificity
KELEMBAGAAN Batas wilayah produksi Hak pemilikan Pengambilan keputusan Penegakan hukum TUJUAN - Keuntungan atau surplus usaha yang tinggi - Meningkatkan Pendapatan
-
PARTISIPAN: Kepribadian Umur dan jenis kelamin Kekayaan Kesehatan Kosmopolit Nilai Pendidikan
LINGKUNGAN ALAM, SOSIAL DAN EKONOMI
Gambar 2. Esensi organisasi internal Agribisnis (Pakpahan, 1990)
KINERJA ORGANISASI - Keuntungan atau surplus usaha - Pendapatan organisasi dan partisipan meningkat
16
Gapoktan adalah gabungan dari beberapa kelompok tani yang melakukan usaha agribisnis dalam kebersamaan/kemitraan, sehingga mencapai peningkatan produksi dan pendapatan usahatani bagi anggotanya dan petani lainnya. Untuk membentuk dan atau mengaktifkan kembali, serta memperkuat kelembagaan petani yang ada, maka Departemen Pertanian telah mencanangkan Revitalisasi Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani pada tahun 2007. Dengan pola ini diharapkan pembinaan pemerintah kepada petani akan semakin terfokus dengan sasaran yang jelas. Model revitalisasi Gapoktan sebagaimana dimuat pada Gambar 3.
Gambar 3. Model revitalisasi Gapoktan (Syarief dan Fatika, 2006) Keterangan : UPJA = Unit Pelayanan Jasa Alsintan Alsintan = Alat Mesin Pertanian Pembentukan Gapoktan merupakan proses penggabungan dari kelompokkelompok tani yang bidang usaha taninya sejenis. Dalam hal ini gabungan kelompok tani yang mengusahakan komoditas Jagung sebagai komoditas utama dalam proses usahatani setiap tahunnya. Dengan basis Gapoktan posisi tawar dan efisiensi dapat ditingkatkan, Gapoktan ditingkatkan menjadi pemasok (supplier) yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan pendapatan sekaligus kesejahteraan petani di pedesaan. Secara skematis pembentukan Gapoktan Jagung dapat dilihat pada Gambar 4.
17 Kegiatan Gapoktan Jagung tidak hanya di bidang budidaya tetapi lebih dikembangkan kepada kegiatan, seperti : 1. Usaha Sarana Produksi dan Pembiayaan a. Penyediaan sarana produksi seperti benih/bibit unggul, pupuk dan obat-obatan (pestisida) b. Penyediaan alat-alat mesin pertanian c. Memfasilitasi akses permodalan/ pembiayaan dan penyuluhan 2. Usaha Pascapanen a. Pengembangan penanganan pascapanen mulai dari pemipilan, pengeringan dan penyimpanan sementara Jagung pipil kering serta pengarungan. b. Menerapkan manajemen mutu sehingga sesuai dengan permintaan pasar,baik industri pakan ternak maupun industri makanan. c. Pengembangan diversifikasi produk Jagung dan hasil hasil samping Jagung. 3. Usaha Pemasaran dan Kemitraan a. Pembelian Jagung dari petani/ kelompok tani. b. Memfasilitasi terbentuknya sistem informasi pasar. c. Memfasilitasi temu usaha pemasaran Jagung. d. Promosi dan menyusun pola distribusi Jagung. e. Memfasilitasi kemitraan usaha
Kel. Tani Jagung 20-25 Petani 30-50 Ha
Kel. Tani Jagung 20-25 Petani 30-50 Ha
Kel. Tani Jagung 20-25 Petani 30-50 Ha
GAPOKTAN JAGUNG (5-10 Kel. Tani) dan luas 500-1000 Ha
Unit Usaha Saprotan dan Pembiayaan
Unit Usaha Pascapanen Gambar 4. Gapoktan Jagung (Ditjen PPHP, 2008)
Pemasaran dan Kemitraan
18 2.5
Kemitraan Usaha Kemitraan usaha mengandung pengertian adanya hubungan kerja sama usaha antara badan usaha sinergik yang bersifat sukarela dan dilandasi oleh prinsip saling membutuhkan, menghidupi, memperkuat dan menguntungkan yang hasilnya bukanlah zero sum game melainkan positive sum game atau win-win solution. Dalam kemitraan usaha jangan sampai ada pihak yang diuntungkan di atas kerugian pihak lain yang merupakan mitra usahanya. Semua pihak yang bermitra harus merasakan keuntungan dan manfaat yang diperoleh dari kemitraan (Badan Agribisnis, 1999). Unit usaha Silo Jagung akan berkelanjutan apabila usaha tersebut dapat menghasilkan keuntungan. Oleh karena itu harus diupayakan kemitraan usaha dengan berbagai industri hilir untuk memperoleh jaminan pasar bagi produk yang dihasilkan. Pemasaran produk yang terjamin dengan harga yang layak dapat menjadi motivasi dan landasan bagi Gapoktan untuk meningkatkan produktifitas, efektifitas dan efisiensi dalam pemakaian sumber daya (Ditjen PPHP, 2008). Tujuan kemitraan usaha Silo Jagung adalah untuk meningkatkan pendapatan, kesinambungan usaha, meningkatkan mutu SDM dan peningkatan skala usaha, dalam rangka
meningkatkan
kemampuan
dan
keterampilan
Gapoktan
di
bidang
pengembangan Silo Jagung. Kemitraan usaha ini dilakukan misalnya dengan industri pakan ternak berdasarkan azas persamaan kedudukan, keselarasan dan antara Gapoktan dengan indusri pakan ternak melalui perwujudan sinergi kemitraan usaha. Dalam rangka pengembangan Silo Jagung, kemitraan usaha pemasaran dilakukan dengan petani/kelompok tani sebagai pemasaran dengan
sumber bahan baku dan kemitraan usaha
pengusaha menengah/besar sebagai konsumen, seperti pada
Gambar 5. Tambunan (1996) menyatakan bahwa penyebab timbulnya kemitraan di Indonesia ada dua macam, yaitu : 1. Kemitraan yang didorong oleh pemerintah. Kemitraan menjadi isu penting karena telah disadari bahwa pembangunan ekonomi selama ini selain meningkatkan pendapatan nasional per kapita, juga telah memperbesar kesenjangan ekonomi dan sosial di tengah masyarakat. 2. Kemitraan yang muncul dan berkembang secara alamiah. Hal ini disebabkan oleh adanya keinginan untuk meningkatkan efisiensi dan tingkat fleksibilitas dalam meningkatkan keuntungan.
19
Gambar 5. Model Kemitraan Agroindustri Silo Jagung dengan Petani/Gapoktan dan Industri Pakan Ternak (Ditjen PPHP, 2008). Model kemitraan tersebut pada intinya membahas hubungan yang mengikat para petani untuk bersedia menyediakan sejumlah produk pertanian sekaligus membebani para petani dengan kriteria mutu, kuantitas dan harga disertai dengan bantuan teknis. Model kelembagaan organisasi sebagai wadah koordinasi vertikal antara para petani dan perusahaan mengambil salah satu atau gabungan dari beberapa model di atas atau sama sekali mengambil pola lain yang berbeda dari model di atas. Pola
kemitraan
usaha
berdasarkan
Keputusan
Menteri
Pertanian
No.
940/Kpts/OT.210/10/97 (Ditjen PPHP, 2008) adalah : 1. Pola inti-plasma Pola inti-plasma merupakan hubungan kemitraan usaha antara beberapa Gapoktan Jagung dengan industri pakan ternak, dimana industri pakan ternak bertindak sebagai inti dan Gapoktan Jagung sebagai plasma. 2. Pola sub kontrak Pola sub kontrak merupakan hubungan kemitraan usaha antara beberapa Gapoktan Jagung dengan industri pakan ternak, dimana Gapoktan Jagung tersebut
20 menyediakan Jagung pipilan kering sebagai bahan baku yang diperlukan industri pakan ternak sebagai bagian dari produksinya dengan sistem kontrak. 3. Pola dagang umum Pola dagang umum merupakan hubungan kemitraan usaha antara beberapa Gapoktan Jagung dengan industri pakan ternak, dimana perusahaan pakan ternak bertindak sebagai pemasar hasil produksi atau Gapoktan memasok kebutuhan Jagung pipil kering yang diperlukan industri pakan ternak. 4. Pola keagenan Pola keagenan merupakan hubungan kemitraan usaha antara beberapa Gapoktan dengan industri pakan ternak, dimana Gapoktan diberi hak khusus untuk memasarkan pakan ternak dari industri pakan ternak. 5. Pola lainnya Pola lainnya yang telah berkembang antara lain adalah pola kerjasama operasional agribisnis (KOA). Pola KOA merupakan hubungan kemitraan usaha antara beberapa Gapoktan dengan industri pakan ternak, dimana Gapoktan menyediakan lahan, sarana dan tenaga, sedangkan industri pakan ternak menyediakan biaya, modal usaha dan sarana untuk pembuatan pakan ternak dengan pembagian hasil sesuai kesepakatan (Ditjen PPHP, 2008)
2.6
Kelayakan Usaha. Analisis kelayakan finansial dalam persiapan dan analisis proyek menerangkan pengaruh-pengaruh finansial dari suatu proyek yang diusulkan terhadap peserta yang tergabung di dalamnya. Tujuan utama analisis finansial terhadap usaha pertanian (farms) menurut Gittinger (1996) adalah untuk menentukan berapa banyak keluarga petani yang menggantungkan kehidupannya kepada usaha pertanian tersebut. Salah satu cara untuk melihat kelayakan finansial adalah dengan metode Cash Flow Analysis. Metode ini dilakukan setelah komponen-komponen biaya dan manfaat tersebut dikelompokkan dan diperoleh nilainya. Komponen-komponen tersebut dikelompokkan menjadi dua, yaitu manfaat atau penerimaan (benefit; inflow) dan biaya atau pengeluaran (cost; outflow). Selisih antara keduanya disebut manfaat bersih (net benefit) dan untuk tingkat investasi menggunakan beberapa kriteria penilaian kelayakan seperti Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) (Gittinger, 1996).
21 Analisis finansial dilakukan untuk melihat apakah usaha yang dijalankan tersebut layak atau tidak dengan melihat kriteria-kriteria investasi, yaitu PBP, Net B/C, BEP, NPV dan IRR. 1. PBP PBP merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu (periode) pengembalian investasi suatu proyek atau usaha. PBP adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas (Zubir, 2006), dihitung menurut persamaan :
Nilai Investasi PBP (tahun) =
x 1 tahun Kas Masuk Bersih
Metode ini sangat sederhana, sehingga memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan utamanya adalah tidak memperhatikan aliran kas masuk setelah payback, sehingga metode ini umumnya hanya digunakan sebagai pendukung metode lainnya. 2. Net B/C Net B/C merupakan perbandingan jumlah nilai bersih sekarang yang positif dengan jumlah nilai bersih sekarang yang negatif. Angka ini menunjukkan tingkat besarnya tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu satuan. Jika diperoleh nilai net B/C > 1, maka proyek layak dilaksanakan, tetapi jika nilai B/C<1, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan. 3. BEP BEP merupakan suatu gambaran kondisi penjualan produk yang harus dicapai untuk melampaui titik impas. Proyek dikatakan impas jika jumlah hasil penjualan produknya pada suatu periode tertentu sama dengan jumlah biaya yang ditanggung sehingga proyek tersebut tidak menderita kerugian tetapi juga tidak memperoleh laba. Jika hasil penjualan produk tidak dapat melampaui titik ini maka proyek yang bersangkutan tidak dapat memberikan laba (Sutojo, 1996). Total Biaya (Rp) = Volume Penjualan (unit) x Harga Jual (Rp) Perhitungan volume penjualan pada saat BEP dapat dihitung dengan persaman :
22 Total Biaya Tetap BEP (unit) = (Harga Jual/unit - Biaya Peubah/unit)
Total Biaya Tetap BEP (Rp) = 1
4.
-
Biaya Peubah per Unit Harga Jual
NPV NPV atau nilai bersih sekarang merupakan perbandingan PV (Present Value) kas bersih dengan PV investasi selama umur investasi. Selisih antara PV tersebut disebut NPV (Zubir, 2006). NPV merupakan perbedaan antara nilai sekarang (present value) dari manfaat dan biaya NPV = Σ
Bt - Ct (1 + i) t
dimana ; Bt = manfaat (penerimaan) bruto pada tahun ke- t ( Rp) Ct = biaya bruto pada tahun ke- t (Rp) i = tingkat suku bunga (%) t = periode investasi (i = 1,2,3,.........n) Kriteria NPV sebagai berikut : a.
NPV > 0, maka proyek menguntungkan dan layak dilaksanakan
b.
NPV = 0, maka proyek tidak untung dan tetapi juga tidak rugi (manfaat diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya yang dikeluarkan, sehingga pelaksanaan proyek berdasarkan penilaian subyektif pengambilan keputusan)
c. 5.
NPV < 0, maka proyek rugi dan lebih baik untuk tidak dilaksanakan.
IRR IRR merupakan alat untuk mengukur tingkat pengembalian hasil internal (Kasmir dan Jakfar, 2007). IRR adalah salah satu metode untuk mengukur tingkat investasi. Tingkat investasi adalah suatu tingkat bunga dimana seluruh net cash flow setelah dikalikan discount factor atau setelah dipresent value kan, nilainya sama dengan initial investment (biaya investasi).
IRR = i’ +
NPV ' (i” – i’) ( NPV '− NPV " )
23 dimana ; NPV ’ NPV ” i’ i” 6.
= nilai NPV Positif (Rp) = nilai NPV Negatif (Rp) = discount rate nilai NPV positif (%) = discount rate nilai NPV negatif (%)
Analisis Sensitivitas Apabila suatu rencana proyek sudah diputuskan untuk dilaksanakan dengan didasarkan pada perhitungan-perhitungan dan hasil evaluasi (NPV, BC Ratio dan IRR), dalam kenyataannya terjadi perhitungan yang meleset yang disebabkan oleh fluktuasi harga baik pada saat proyek mulai dikerjakan maupun pada saat proyek mulai berproduksi. Dengan adanya kemungkinan tersebut harus diadakan analisis kembali untuk mengetahui sampai dimanakah dapat dilakukan penyesuaian (adjustment) sehubungan dengan adanya perubahan tersebut. Tindakan ini dinamakan analisis sensitivitas (Gittinger, 1996). Suatu proyek pada dasarnya menhadapi ketidakpastian karena dipengarhui perubahan-perubahan baik dari sisi penerimaan atau pengeluaran yang akhirnya akan mempengarui tingkat kelayakan proyek. Analisis sensitivitas bertujuan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisa proyek jika ada suatu kesalahan atau perubahan-perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya atau manfaat (Kadariah dkk, 1999). Pada umumnya proyek-proyek yang dilaksanakan sentitif berubah-ubah akibat empat masalah utama, yaitu harga, kenaikan biaya, keterlambatan pelaksanaan dan hasil (Gittinger, 1996). Suatu variasi dari analisis sensitivitas adalah nilai pengganti (switching value). Menurut Gittinger (1996), pengujian ini dilakukan sampai dicapai tingkat minimum dimana proyek dapat dilaksanakan dengan menentukan berapa besarnya proporsi manfaat yang akan turun akibat manfaat bersih sekarang menjadi nol (NPV=0). NPV sama dengan nol akan membuat IRR sama dengan tingkat suku bunga dan Net B/C sama dengan satu. Analisis dilakukan pada perubahan harga input dan output yang terdiri dari empat perubahan harga, yaitu: 1.
Penurunan harga output
2.
Kenaikan biaya total
3.
Kenaikan biaya investasi
4.
Kenaikan biaya operasional
24 2.7
Strategi Pengembangan Usaha Penyusunan strategik perusahaan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang secara sistematis mempengaruhi perusahan. Tujuan utama perencanaan strategiks adalah agar perusahaan dapat melihat secara obyektif kondisi-kondisi internal dan eksternal, sehingga perusahaan dapat mengantisipasi perubahan lingkungan yang dihadapi (Rangkuti, 2006). Perencanaan strategis sangat penting untuk memperoleh keunggulan bersaing dan memiliki produk yang sesuai dengan keinginan konsumen dengan dukungan yang optimal dari sumber daya yang ada. Perumusan strategik perusahaan dapat dilakukan dengan analisis Streghts, Weaknesses, Opportunities dan Threats (SWOT). Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategik perusahaan (Rangkuti, 2006). Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), dan secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Kinerja perusahaan dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perusahaan. Analisis faktor internal dan eksternal dilakukan dengan menggunakan matriks Internal Strategic Factor Analysis Summary (IFAS), External Strategic Factor Analysis Summary (EFAS) dan matriks profil kompetitif. Tahapan kerja pada matriks IFAS dan EFAS (Rangkuti, 2006) adalah : 1. Menentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan serta
yang
menjadi peluang dan ancaman perusahaan. 2. Masing-masing faktor diberi bobot berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap posisi strategiks perusahaan (Tabel 3). Penentuan bobot dilakukan dengan memberikan bobot numerik dan membandingkan antara satu peubah dengan peubah lainnya. Untuk menentukan bobot setiap peubah digunakan skala 1, 2 dan 3. Skala yang digunakan adalah : 1 = jika indikator horisontal kurang penting daripada indikator vertikal. 2 = jika indikator horisontal sama penting daripada indikator horisontal. 3. = jika indikator horisontal lebih penting daripada indikator vertikal.
25 Tabel 3. Penilaian bobot faktor strategik perusahaan metode matriks banding berpasangan Faktor Strategik
A
B
C
...
Bobot
internal/eksternal A B C ... Total Sumber : Rangkuti , 2006.
1. Masing-masing faktor kemudian diberi rating dengan skala 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor) berdasarkan kondisi perusahaan yang bersangkutan. Peubah yang bersifat positif (peubah yang termasuk kategori kekuatan dan peluang) diberi nilai mulai dari 1 sampai dengan 4 (sangat baik). Sedangkan peubah yang bersifat negatif, diberi nilai mulai dari 1 (jika nilai ancaman/kelemahannya sangat besar) sampai dengan 4 (jika nilai ancaman/kelemahannya sedikit). 2. Masing-masing bobot dikalikan dengan rating, sehingga diperoleh nilai untuk masing-masing faktor. 3. Nilai masing-masing faktor dijumlahkan untuk memperoleh nilai total pembobotan bagi perusahaan bersangkutan. Selanjutnya nilai yang diperoleh dianalisis dengan matriks Internal-External (IE) model General Electric (GE-Model) yang ditunjukkan pada Tabel 4. Hasil pada matriks IE dapat digunakan untuk menentukan posisi perusahaan, sehingga dapat diketahui arah strategik yang akan diterapkan.
Total skor strategik internal
menunjukkan kekuatan bisnis perusahaan, sedangkan total skor strategik eksternal menunjukkan kemenarikan industri
26
Tabel 4. Matriks IE Model GE TOTAL SKOR FAKTOR STRATEGIK INTERNAL
TOTAL SKOR FAKTOR STRATEGIKK EKSTERNAL RENDAH MENENGAH TINGGI
4.0
3.0
KUAT
RATAAN
LEMAH
3.0
2.0
1.0
1
2
3
PERTUMBUHAN
PERTUMBUHAN
PENCIUTAN
Konsentrasi
Konsentrasi
Turnaround
melalui integrasi
melalui integrasi
vertikal
horizontal 5 PERTUMBUHAN Konsentrasi melalui integrasi
4
vertikal
6
STABILITAS
STABILITAS
PENCIUTAN
Hat-hati
Tak ada perubahan
Captive Company
strategik, profit
atau divestment
2.0
1.0
7
8
9
PERTUMBUHAN
PERTUMBUHAN
PENGURANGAN
Diversifikasi
Diversifikasi
Bangkrut/Likuidasi
Konsentrik
konglomerasi
Sumber : Rangkuti, 2006
Hasil analisis dengan
menggunakan
IFAS dan EFAS disusun untuk
menggambarkan faktor strategik perusahaan dengan menggunakan matriks SWOT. Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya (Rangkuti, 2006). Matriks SWOT dapat menghasilkan empat sel kemungkinan alternatif strategik seperti di muat dalam Tabel 5. Kombinasi dari keempat faktor dapat dirumuskan sebagai berikut :
27 1. Strategik SO : Strategik ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan yaitu dengan menggunakan seluruh kekuatan untuk memanfaatkan peluang. 2. Strategik ST : Strategik untuk menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan dengan cara menghindari ancaman. 3. Strategik WO : Strategik ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada, dengan cara mengatasi kelemahan-kelemahan yang dimiliki. 4. Strategik WT : Strategik ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat bertahan dan ditujukan untuk meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
Tabel 5. Matriks SWOT IFAS
STRENGHTS (S)
EFAS
Strategik SO
OPPORTUNITIES (O)
Strategik WO
Strategik yang
Strategik yang
menggunakan kekuatan
meminimalkan
untuk memanfaatkan
kelemahan untuk
peluang
memanfaatkan peluang
Strategik ST
THREATS (T)
WEAKNESSES (W)
Strategik WT
Strategik yang
Strategik yang
menggunakan kekuatan
meminimalkan
untuk mengatasi ancaman
kelemahan dan menghindari ancaman
Sumber : Rangkuti, 2006
Untuk mengetahui alternatif strategik yang paling efektif diterapkan oleh perusahaan, diberikan bobot oleh pihak manajemen usaha dengan skala 1, 2, 3 dan 4 yang didasarkan atas kepentingan dari alternatif-alternatif strategik yang ada, dimana skala nilai yang digunakan adalah : 1 = Sangat tidak penting 2 = Tidak penting 3 = Penting 4 = Sangat Penting
28 Tingkat kepentingan alternatif strategik dilihat berdasarkan keterkaitan antara kondisi usaha pada saat ini dengan efektifitas strategik yang ada. Selanjutnya diberikan ranking berdasarkan nilai terbesar pada alternatif strategik yang ada, nilai kepentingan tertinggi merupakan alternatif strategik paling efektif yang dapat dilakukan oleh manajemen perusahaan . Tahapan penting setelah perumusan strategik selesai adalah implementasi strategik. Tahapan ini merupakan tahapan yang kritis karena banyak organisasi mampu menyusun perumusan strategik yang baik namun tidak mampu mengimplementasikannya dengan baik. Implementasi adalah proses ketika rencana direalisasi. Implementasi membutuhkan keterampilan manajerial yang berbeda dengan perumusan strategik. Dalam implementasi strategik, ada beberapa hal penting yang harus dilakukan perusahaan (Hubeis dan Najib, 2008), yaitu : 1) Penetapan tujuan tahunan 2) Perumusan kebijakan 3) Memotivasi pekerja 4) Alokasi sumber daya
III. 3.1
METODE KAJIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lokasi unit usaha Silo Jagung Gapoktan Rido Manah yang terletak di Kecamatan Nagreg – Kabupaten Bandung. Kelembagaan tani yang menjadi subyek penelitian ini adalah Gapoktan Rido Manah yang berlokasi di Kecamatan Nagrek.
Gapoktan Rido Manah terdiri atas 40 kelompok tani yang
tersebar di 6 desa. Saat ini petani yang menjadi anggota Gapoktan Rido Manah sebanyak 800 orang, anggota aktif sebayak 200 orang dengan potensi lahan 2.000 Hektar. Pengambilan data contoh petani anggota Gapoktan maupun non Gapoktan di dilakukan di lokasi ini. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu didasarkan pada pertimbangan : (1) Unit usaha Silo Jagung Gapoktan Rido Manah merupakan salah satu dari 56 unit Silo bantuan Deptan yang dinyatakan telah beroperasi dengan baik (2) adanya ketersediaan data yang diperlukan dan kesediaan manajemen unit usaha Silo Jagung Gapoktan Rido Manah menjadikan unit usaha Gapoktan tersebut menjadi lokasi kajian. Waktu kajian dilakukan selama 3 bulan, yaitu bulan Maret sampai Mei 2009. Tahap pengolahan data sampai penyelesaian akhir laporan penelitian dilaksanakan pada Bulan Juni sampai dengan September 2009.
3.2
Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam kajian ini adalah data primer dan sekunder yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Metode pengambilan data dilakukan dengan cara : 1. Data sekunder diperoleh dari Studi Kepustakaan (Library Research) yang merupakan dasar untuk memperkuat landasan teori dan merupakan cara pengumpulan data secara teoritis. Data tersebut diperoleh dari buku-buku maupun literatur, terutama yang berhubungan dengan karakteristik dan potensi produksi Jagung , dan lain–lain. 2. Data primer berupa karakteristik dan kinerja petani anggota Gapoktan sebagai pemasok bahan baku, pihak – pihak yang terkait dalam pengelolaan unit usaha Silo Jagung, biaya produksi dan penerimaan, persepsi pakar atas faktor–faktor yang paling berpengaruh terhadap pengembangan usaha Silo Jagung sebagai bahan
perumusan strategi pengembangan usaha, seluruh data tersebut diperoleh dari penelitian lapangan untuk mengumpulkan data yang mempunyai hubungan langsung dengan masalah yang diteliti langsung dari sumbernya. Cara pengumpulan data primer diperoleh dengan cara 1.
Interview (Lampiran 1), yaitu suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan tanya jawab antara dua pihak, dimana satu pihak sebagai pencari informasi. Sedangkan pihak lainnya sebagai pemberi informasi lisan maupun tertulis.
Sumber informasi adalah pihak-pihak yang berkompeten
terhadap masalah yang ada. 2.
Observasi, yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung terhadap obyek yang diteliti berupa kegiatan proses produksi dan pemasaran Jagung
3.
Kuesioner (Lampiran 2), yaitu daftar pertanyaan terhadap obyek yang sedang diteliti kepada pihak yang terkait langsung dengan penelitian, seperti petani anggota Gapoktan Rido Manah dan bukan anggota, Pengelola Silo, Ketua Gapoktan, Pabrik Pakan ternak, Dinas Pertanian dan LPPM IPB. Responden di tingkat pengelola adalah Manajer Silo yang tentunya sangat memahami operasionalisasi unit usaha.
Sedangkan di tingkat Gapoktan,
responden terdiri atas Ketua Gapoktan Rido Manah. Responden dari stake holders terkait terdiri dari industri pakan ternak sebagai mitra dari unit usaha Silo Jagung, LPPM IPB dan Dinas Pertanian Kabupaten. Responden di tingkat petani adalah petani Jagung yang menjadi anggota Gapoktan Rido Manah yang dan petani Jagung dilokasi yang sama, namun bukan anggota Gapoktan Rido Manah dan. Jumlah seluruh responden petani yang digunakan adalah 75 orang, yaitu 40 petani anggota Gapoktan dan 35 petani bukan anggota.
3.3
Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh, baik data primer maupun sekunder selanjutnya dianalisis secara kualitatif maupun kuantitatif. Analisis usahatani dilakukan untuk mengetahui dampak
bergabung
dalam
Gapoktan
maupun
tidak
bergabung
terhadap
pendapatan/keuntungan usaha. Pengolahan data dilakukan dengan program Microsoft Excel. Analisis kelayakan usaha dilakukan untuk melihat kelayakan usaha Silo Jagung dengan melihat indikator-indikator kelayakan usaha seperti BEP, NPV, IRR,
PBP dan BCR . Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel. Analisis terhadap strategi pengembangan unit usaha Silo Jagung dilakukan dengan analisis Strengths, Weaknesses, Oportunities dan Threats (SWOT).
Karakteristik Gapoktan dan Unit Usaha Silo Jagung
Kajian Terhadap: - Kondisi Umum - Aspek Kelayakan - Identifikasi Faktor-Faktor Strategik Internal dan Eksternal - Aspek Kajian Strategi
Analisis Kualitatif dan Kuantitatif
Interpretasi Hasil Analisa
Kelayakan Usaha (1)
Strategi Pengembangan Usaha (2)
Alternatif Strategik Pengembangan Unit Usaha Silo Jagung prospektif
Gambar 6. Langkah-langkah dalam pengolahan dan analisis data
Adapun Tahapan dari pengolahan dan analisa data dalam kajian ini adalah sebagai berikut :
3.3.1
Analisis Pendapatan Usahatani Analisis pendapatan usahatani memerlukan dua keterangan pokok, yaitu keadaan penerimaan dan keadaan pengeluaran selama usahatani dijalankan selama jangka waktu yang ditetapkan. Secara umum pendapatan usahatani dapat didefinisikan sebagai sisa dari pengurangan nilai-nilai penerimaan usahatani dengan biaya-biaya yang dikeluarkannya. Dari jumlah pendapatan ini kemudian dapat dinyatakan besarnya balas jasa atas penggunaan tenaga kerja petani dan keluarganya, modal sendiri dan keahlian pengelolaan petani (Tjakrawiralaksana dan Soeriaatmadja, 1983). Penerimaan usahatani merupakan nilai produksi yang diperoleh dari produk total dikalikan dengan harga jual di tingkat petani. Pengeluaran atau biaya usahatani adalah nilai penggunaan sarana produksi dan lain-lain yang mungkin diperoleh dengan membeli, sehingga pengeluaran atau biayanya berbentuk tunai, tetapi ada pula sarana produksi yang digunakan berasal dari hasil usahatani sendiri, sehingga pada keadaan demikian pengeluaran merupakan nilai yang diperhitungkan. Biaya lain yang perlu diperhitungkan adalah pajak resmi yang dibayar petani, seperti Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Selanjutnya perhitungan biaya tenaga kerja petani, serta anggota keluarga dinilai berdasarkan upah yang harus dibayarkan, apabila pekerjaan tersebut dilakukan orang lain (Tjakrawiralaksana dan Soeriaatmadja,1983). Biaya tunai merupakan pengeluaran tunai usahatani yang dilakukan oleh petani sendiri. Pengeluaran tunai usahatani ini secara umum meliputi biaya tetap dan biaya variabel.
Biaya tetap adalah biaya untuk sarana
produksi yang dipakai dalam proses produksi yang tidak langsung mempengaruhi jumlah produksi dan sifat penggunaannya tidak habis terpakai dalam satu kali proses produksi. Biaya tetap antara lain pajak lahan dan pajak air. Sedangkan biaya variabel adalah biaya untuk sarana produksi yang dipakai dalam proses produksi yang langsung mempengaruhi jumlah
produksi dan sifat penggunaannya habis terpakai dalam satu kali proses produksi. Untuk menghitung pendapatan petani Jagung, baik petani anggota maupun bukan anggota digunakan rumus berikut :
PB = Hy.Y - Hx.X - Bt Keterangan
:
PB : Pendapatan bersih dari produksi Jagung (Rp/ha/musim) Y
: Total produksi Jagung dalam bentuk Jagung pipil Kering Panen (Kg/Ha/musim)
Hy : Harga jual Jagung (Rp/kg) X
: Jumlah faktor produksi yang digunakan untuk memproduksi Jagung pipil
Hx : Harga dari setiap faktor produksi yang digunakan untuk memproduksi Jagung Bt
: Biaya tetap untuk memproduksi Jagung
Untuk mengukur efisiensi masing-masing usahatani terhadap setiap penggunaan satu unit input dapat digambarkan oleh nilai rasio antara jumlah penerimaan dengan jumlah biaya yang secara sederhana (Kadariah, dkk., 1999) dapat diturunkan dari rumus berikut :
Penerimaan Rasio R/C (Revenue/Cost) = Biaya
Jika nilai rasio R/C di atas satu maka menunjukkan bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memperoleh manfaat, sehingga penerimaan meningkat lebih dari satu rupiah.
3.3.2
Analisis Kelayakan Usaha Analisis kuantitatif terutama bertujuan untuk melihat kelayakan usaha dari investasi yang telah dilakukan untuk pembukaan. Analisis ini dilakukan
dengan menggunakan metode perhitungan kelayakan investasi melalui PBP, NPV, IRR, Net B/C dan perhitungan BEP. Analisis profitabilitas ini diperlukan untuk mengetahui kelayakan usaha dilihat dari kriteria seperti lazimnya yang digunakan untuk mengevaluasi suatu proyek, yaitu : a) PBP PBP dihitung dengan rumus : Total investasi PBP = -------------------------- x 1 tahun Laba Setelah Pajak + Penyusutan b) NPV NPV dihitung dengan rumus berikut : n
NPV=
At
∑ (1 + k )
t
t =1
Keterangan: n
= periode/tahun terakhir aliran kas/ cash flow.
At = aliran kas pada periode t k
= tingkat keuntungan yang diharapkan atau discount rate yang digunakan
c) IRR IRR dihitung dengan rumus berikut : NPV1 IRR =
il + ------------------------- (i2-i1) (NPV 1 - NPV2)
Keterangan. lRR = Nilai Internal Rate of Return. NPV1= Net Present Value pertama. NPV2 = Net Present Value kedua. i
1
= Tingkat suku bunga/discount rate pertama.
i
2
= Tingkat suku bunga/discount rate kedua.
d)
B/C
Perhitungan B/C dengan rumus berikut :
PV benefit BC = -----------------------------------PV cost
Keterangan : PV benefit = PV dari total benefit selama periode analisa dimana benefit adalah laba setelah pajak ditambah penyusutan. PV cost = Present value of capital (biaya pertama atau modal diluar biaya untuk operasi dan produksi).
e)
BEP
BEP atau titik impas dihitung dengan rumus
Total Biaya Tetap BEP = --------------------------------------------------------Harga jual satuan - Biaya Variabel/satuan
3.3.3 Analisis Strategi Pengembangan Usaha Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisa ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Stregths) dan peluang (Opportunities) namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencanaan strategik (strategic planner) harus menganalisa faktorfaktor strategik perusahaan dalam kondisi yang ada saat ini (Rangkuti, 2006). Tahapan dalam pembuatan analisis SWOT agar keputusan yang diperoleh lebih tepat perlu melalui beberapa tahapan berikut (Rangkuti, 2006) adalah :
1. Tahap pengumpulan data Tahap ini meliputi kegiatan pengumpulan data, pengklasifikasian dan pra analisis. Pada tahap ini data dibedakan menjadi dua, yaitu data eksternal dan data internal. Data internal diperoleh di dalam perusahaan, sementara data eksternal dapat diperoleh dari lingkungan di luar perusahaan, seperti analisis pasar, analisis pesaing, analisis komunitas, analisis pemasok, analisis pemerintah atau analisis kelompok kepentingan tertentu. Model yang dipakai pada tahap ini adalah Matriks Faktor Strategik Eksternal (EFAS) dan Matriks Faktor Strategik Internal ((IFAS). Kedua matriks tersebut diolah dengan menggunakan langkah berikut : a. Identifikasi faktor internal dan eksternal Langkah awal dari identifikasi faktor internal, adalah mendaftarkan semua kelemahan dan kekuatan organisasi. Pertama, daftarkan kekuatan lalu kelemahan dari sisi SDM, organisasi, fasilitasi, modal, dan hubungan kemitraan.
Daftar
dibuat
spesifik
dengan
menggunakan
angka
perbandingan. Selanjutnya dilakukan identifikasi faktor eksternal perusahaan, dengan melakukan pendaftaran semua peluang dan ancaman. b. Penentuan bobot setiap peubah Penentuan bobot dilakukan dengan jalan mengajukan identifikasi faktorfaktor strategik eksternal dan internal tersebut kepada pihak manajemen atau pakar. Pihak Manajemen atau pakar yang digunakan sebagai responden dalam penelitian ini adalah Ketua Gapoktan Rido Manah, Pengelola Silo, Manajer Pabrik Pakan Ternak, Dinas Pertanian Kabupaten Bandung dan LPPM IPB dengan menggunakan metode perbandingan berpasangan (paired comparison). Metode tersebut digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal dan eksternal. Untuk menentukan bobot setiap peubah digunakan skala 1, 2, dan 3. Skala yang digunakan untuk pengisian kolom adalah : 1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = Jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal 3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal
Bentuk penilaian pembobotan dapat dilihat pada Tabel 6 dan 7. Tabel 6. Penilaian bobot faktor strategik internal unit usaha Faktor Strategik Internal
A
B
C
D
E
Total
A B C D …….. Total Sumber : David, 1998.
Tabel 7. Penilaian bobot faktor strategik eksternal perusahaan Faktor Strategik Eksternal
A B C D …….. Total Sumber : David, 1998.
A
B
C
D
E
Total
Bobot setiap peubah diperoleh dengan menentukan nilai rataan (5 pakar) dari setiap
peubah
terhadap
jumlah
nilai
keseluruhan
peubah
dengan
menggunakan rumus : Dimana : a i = Bobot peubah ke-i xi = Nilai peubah ke-i i = 1, 2, 3, ….., n c. Penentuan (rating). n = peringkat Jumlah peubah
x ai = n i
∑ Xi i =1
Penentuan peringkat (rating) oleh kelima pakar atas peubah-peubah dari hasil analisis unit usaha Silo Jagung. Untuk mengukur pengaruh masing-masing peubah terhadap kondisi usaha masing-masing digunakan nilai peringkat dengan skala 1, 2, 3 dan 4 terhadap masing-masing faktor strategik yang menandakan seberapa efektif strategik usaha dari masing-masing pihak saat ini. Nilai IFE dikelompokkan dalam Tinggi ( 3,0 – 4,0 ), Sedang ( 2,0 – 2,99 ) dan Rendah (1,0 – 1,99 ). Sedangkan nilai-nilai EFE dikelompokkan dalam Kuat ( 3,0 – 4,0), Rataan (2,0 – 2,99), dan Lemah (1,0 – 1,99) (David, 1998).
Tabel 8. Matriks IFE Faktor Strategik Internal Kekuatan : 1.
10. Kelemahan : 1.
10. Total Sumber : David, 1998.
Tabel 9. Matriks EFE Faktor Strategik Eksternal Peluang : 1.
10. Ancaman : 1.
10.
Total Sumber : David, 1998.
d.
Matriks Internal Eksternal Gabungan kedua matriks tersebut menghasilkan matriks Internal - Eksternal (IE) yang berisikan sembilan macam sel yang memperlihatkan kombinasi total nilai terboboti dari matriks-matriks IFE dan EFE (Tabel 10). Tujuan penggunaan matriks ini adalah untuk memperoleh strategi bisnis yang lebih detail. Diagram tersebut dapat mengidentifikasikan 9 sel strategi perusahaan, tetapi pada prinsipnya kesembilan sel itu dapat dikelompokkan menjadi tiga strategi utama, yaitu : 1) Strategi pertumbuhan (growth strategy) yang merupakan pertumbuhan perusahaan itu sendiri (sel 1, 2 dan 5) atau upaya diversifikasi (sel 7, 8) 2) Stability Strategy, adalah strategi yang diterapkan tanpa mengubah arah strategi yang sudah ditetapkan. 3) Retrechment Strategy adalah usaha memperkecil atau mengurangi usaha yang dilakukan perusahaan (sel 3, 6 dan 9)
Tabel 10. Matriks Internal dan Eksternal (IE) Total Skor EFI 4.0
Kuat
3.0
2.0
I
Tinggi Total Skor EFE
Sedang
3.0
Pertumbuhan
Lemah
II Pertumbuhan
1.0 III
Penciutan
V IV
Menengah 2.0
Stabilitas
Rendah 1.0
Pertumbuhan/ Stabilitas
VI Penciutan
VII
VIII
IX
Pertumbuhan
Pertumbuhan
Likuidasi
Sumber : David, 1998.
e. Matriks SWOT Alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategik perusahaan adalah matriks SWOT. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan untuk disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.
Matriks ini dapat
menghasilkan empat kemungkinan alternatif strategi (Tabel 11). 1) Strategi SO, dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. 2) Strategi ST, dibuat berdasarkan kekuatan perusahaan untuk mengatasi ancaman. 3) Strategi WO, diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. 4) Strategi WT, dibuat berdasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada, serta menghindari ancaman.
Tabel 11. Matriks SWOT Strength (S)
Weakness (W)
Faktor Internal Menentukan 5-10 faktor Menentukan 5-10 faktor Kekuatan internal Kelemahan internal Faktor Eksternal Opportunities (O) Menentukan 5 -10 faktor peluang eksternal
Strategi (S-O) Menciptakan strategi menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
Threats (T)
Strategi (S-T)
Menententukan 5-10 faktor ancaman eksternal
Menciptakan strategi menggunakan kekuatan dan menghindari ancaman
Strategi (W-O) Menciptakan strategi meminimalkan kemahan untuk memanfaatkan peluang Strategi (W-T) Menciptakan strategi meminimalkan kelemahan untuk mengatasi ancaman
Sumber : Rangkuti, 2006.
Setelah memperoleh gambaran yang jelas mengenai kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan, maka selanjutnya dapat dipilih alternatif strategi yang akan diterapkan perusahaan dalam mengembangkan usahanya. Dengan pilihan strategi yang tepat, perusahaan diharapkan dapat memanfaatkan kekuatan dan peluangnya untuk mengurangi kelemahan dan menghadapi ancaman yang ada. Melalui matrik SWOT didapatkan alternatif strategi untuk menentukan critical decision, agar perusahaan dapat menerapkan strategi yang tepat.
f.
Pemilihan alternatif strategik terbaik Untuk mengetahui alternatif strategi yang paling efektif diterapkan oleh perusahaan, maka diberikan bobot oleh pihak manajemen usaha dengan skala 1, 2, 3 dan 4 yang didasarkan atas kepentingan dari alternatif-alternatif strategi yang ada, dimana skala nilai yang digunakan, yaitu : 1 = Sangat tidak penting 2 = Tidak penting
3 = Penting 4 = Sangat Penting Tingkat kepentingan alternatif strategik dilihat berdasarkan keterkaitan antara kondisi usaha pada saat ini dengan efektifitas strategik yang ada.
Selanjutnya
diberikan ranking berdasarkan nilai terbesar pada alternatif strategi yang ada, nilai kepentingan tertinggi merupakan alternatif strategi paling efektif yang dapat dilakukan oleh manajemen perusahaan
g.
Implementasi Strategik Implementasi strategik mempengaruhi organisasi dari atas ke bawah dan mempengaruhi semua area fungsional dan divisional sebuah bisnis. Rencana strategik yang secara teknis paling sempurna pun akan memberikan sumbangan kecil bagi pencapaian tujuan jika tidak diimplementasikan. Isu-isu manajemen seputar implementasi strategik ( Hubeis dan Najib, 2008), antara lain meliputi : 1) Menyusun tujuan tahunan 2) Membuat kebijakan 3) Mengalokasikan sumber daya 4) Mengubah struktur organisasi yang ada 5) Retrukturisasi dan desain ulang 6) Merevisi rencana insentif dan pemberian imbalan kepada karyawan 7) Meminimalkan resistensi terhadap perubahan 8) Menyelaraskan manajer dengan strategi 9) Mengembangkan budaya yang mendukung strategi 10) Mengadaptasikan proses produksi/operasi 11) Mengembangkan fungsi sumber daya manusia yang efektif 12) Melakukan penyusutan perusahaan 13) Alokasi sumber daya
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1
Keadaan Umum Ditinjau dari sumberdaya lahan dan ketersediaan teknologi, Kabupaten Bandung memiliki peluang untuk menjadi salah satu pemasok Jagung terbesar di Jawa Barat. Upaya peningkatan produksi Jagung dapat ditempuh melalui perluasan areal tanam dan peningkatan produktivitas. Perluasan areal tanam diarahkan pada lahan-lahan potensial seperti lahan sawah irigasi, lahan sawah tadah hujan dan lahan kering yang belum dimanfaatkan untuk pertanian. Selain perluasan areal tanam dan peningkatan produktivitas, upaya pengembangan Jagung juga memerlukan peningkatan efisiensi produksi, penguatan kelembagaan petani, peningkatan mutu produk, peningkatan nilai tambah, perbaikan sistem permodalan, pengembangan infrastruktur serta pengaturan tataniaga dan insentif usaha. Sampai saat ini penawaran Jagung belum dapat mengimbangi
permintaan.
Semakin
bertambah
luasnya
penawaran
Jagung,
menunjukkan bahwa minat petani untuk mengusahakan Jagung cukup besar Dilihat dari rata - rata hasil per hektar, produktivitas Jagung cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan oleh semakin banyaknya penggunaah benih Jagung yang bermutu serta penerapan teknologi budidaya yang semakin baik. Kondisi ini menunjukkan bahwa usaha tani Jagung di Kabupaten Bandung semakin berkembang dan memberikan prospek yang cerah di masa mendatang.
Tabel. 12. Perkembangan luas tanam, luas panen, produksi dan produktivitas Jagung di Kabupaten Bandung dari tahun 2005 – 2008 : Tahun
Luas
Luas
Produksi
Produktivitas
Tanam
Panen
(ton)
(kuintal/ha)
(ha)
(ha)
2005*)
16.050
17.658
85.076
48,18
2006*)
15.780
13.677
66.402
48,55
2007**)
12.127
6.266
32.958
52,98
2008**)
12.329
7.092
38.267
53,96
Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat, 2009 *) Dengan wilayah Kabupaten Bandung Barat, sebelum dimekarkan (45 kecamatan) **) Setelah pemekaran Kabupaten Bandung (30 kecamatan)
44 Dari Tabel 12 terlihat bahwa terjadi peningkatan luas tanam, luas panen, produksi dan produktivitas Jagung di Kabupaten Bandung. Secara umum lokasi produksi Jagung di Kabupaten Bandung tersebar merata di seluruh kecamatan, namun secara kuantitas penyebaran Jagung yang utama ada di Kecamatan Soreang, Nagreg, Pangalengan, Cicalengka, Cikancung dan Arjasari. Masalah yang banyak dihadapi oleh petani Jagung adalah penanganan pasca panen dan pemasarannya. Pada umumnya petani menjual Jagung baik dalam bentuk pipilan maupun tongkolan kepada pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul memiliki posisi yang cukup kuat untuk menentukan harga sehingga harga di tingkat petani menjadi rendah. Dengan adanya kegiatan pengolahan dan pemasaran hasil seperti yang sudah berjalan di Gapoktan Rido Manah memberikan kepastian harga dan pasar bagi petani Jagung serta memutus rantai tataniaga Jagung yang biasanya melalui bandar/ pengumpul. Keberadaan Silo Jagung di Gapoktan Rido Manah, Kecamatan Nagreg telah membantu petani mengatasi masalah penanganan pasca panen, sehingga kualitasnya meningkat dan dapat diterima pasar (pabrik pakan ternak). 4.1.1 Sejarah dan Perkembangan Unit Usaha Silo Jagung Lokasi Unit Usaha Silo Jagung yang dijadikan obyek kajian terletak di Kecamatan Nagreg Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat. Unit usaha yang dijadikan obyek kajian adalah Unit Usaha Gapoktan Rido Manah yang memiliki 1 unit alat pemipil (corn sheller) kapasitas 1–1,5 ton/jam , 1 unit pembersih (corn cleaner) kapasitas 7-8 ton/jam, 1 unit pengering (dryer) kapasitas 10 ton per proses dan 1 unit penyimpanan Jagung ( Silo ) berkapasitas 50 ton. Lokasi unit usaha Silo Jagung Gapoktan Rido Manah memiliki lahan seluas 700 m2 yang terdiri dari bangunan tempat Silo dan perlengkapannya, lantai jemur dan perkantoran. Lokasi usaha ini strategik karena berada di Sentra pertanaman Jagung di Kabupaten Bandung dan letaknya berada di pinggir jalan raya Nagreg dengan sarana dan prasarana yang memadai. Munculnya berbagai peluang dan hambatan sesuai dengan lingkungan sosial ekonomi setempat membutuhkan adanya pengembangan kelompok tani ke dalam suatu organisasi yang jauh lebih besar. Beberapa kelompok tani bergabung ke dalam Gapoktan. Penggabungan dalam Gapoktan dapat dilakukan oleh kelompok tani yang berada dalam satu wilayah administrasi pemerintahan
45 untuk menggalang kepentingan bersama secara kooperatif. Wilayah kerja Gapoktan sedapat mungkin di wilayah administratif Desa/Kecamatan, tetapi sebaiknya tidak melewati batas wilayah Kabupaten/Kota. Penggabungan kelompok tani ke dalam Gapoktan dilakukan agar kelompok tani dapat lebih berdaya dan berhasil guna, dalam penyediaan sarana produksi pertanian, permodalan, peningkatan atau perluasan usahatani ke sektor hulu dan hilir, pemasaran serta kerja sama dalam peningkatan posisi tawar (Peraturan Menteri Pertanian
No.273/Kpts/OT.160/4/2007
tentang
Pedoman
Pembinaan
Kelembagaan Petani). Gapoktan diharapkan mampu melakukan fungsi-fungsi berikut : a. Satu kesatuan unit produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar b. Penyediaan sarana produksi pertanian (saprotan) dan menyalurkannya kepada para petani melalui kelompoknya c. Penyediaan modal usaha dan menyalurkan secara kredit/pinjaman kepada para petani yang memerlukan d. Melakukan proses pengolahan produk para anggota (penggilingan, grading, pengepakan dan lainnya) yang dapat meningkatkan skor tambah e. Menyelenggarakan perdagangan, memasarkan/menjual produk petani kepada pedagang/industri hilir. Gapoktan Rido Manah merupakan sebuah organisasi petani Jagung. Petani yang bergabung dalam Gapoktan Rido Manah seluruhnya berlokasi di Kecamatan Nagreg yang terdiri dari 40 kelompok tani dari 6 Desa. Jumlah petani yang tergabung dalam Gapoktan Rido Manah berjumlah 800 petani dan yang aktif berjumlah 250 petani, dengan potensi lahan 2.000 Ha. Beberapa prestasi yang pernah diraih oleh Gapoktan Rido Manah adalah : a. Penghargaan Bupati Dalam Pengembangan Teknologi Jagung pada Tahun 2007 b. Kelompok Tani Terbaik Intensifikasi Jagung Tingkat Kabupaten Tahun 2007 c. Juara I Kelompok Tani Jagung Tingkat Kabupaten Tahun 2008 d. Penghargaan Bupati dalam Budidaya Jagung Tahun 2008 e. Juara II Kelompok Tani TK Nasional Tahun 2008 Sebagaimana
dinyatakan
dalam
Peraturan
Menteri
Pertanian
No.273/Kpts/OT.160/4/2007 tentang Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani, Gapoktan yang kuat dan mandiri dicirikan sebagai berikut :
46 a. Adanya pertemuan/rapat anggota/rapat pengurus yang diselenggarakan secara berkala dan berkesinambungan b. Disusunnya rencana kerja Gapoktan secara bersama dan dilaksanakan oleh para pelaksana sesuai dengan kesepakatan bersama dan setiap akhir pelaksanaan dilakukan evaluasi secara partisipasi. c. Memiliki aturan/norma tertulis yang disepakati dan ditaati bersama. d. Memiliki pencatatan/pengadministrasian setiap anggota organisasi yang rapih. e. Memfasilitasi kegiatan–kegiatan usaha bersama di sektor hulu dan hilir. f. Menfasilitasi usahatani secara komersial dan berorientasi pasar. g. Sebagai sumber, serta pelayanan informasi dan teknologi untuk usaha para petani umumnya dan anggota kelompoktani khususnya. h. Adanya jalinan, kerjasama antara Gapoktan dengan pihak lain. i. Adanya pemupukan modal usaha baik iuran dari anggota atau penyisihan hasil usaha/kegiatan Gapoktan. Mengacu pada kriteria di atas, maka Gapoktan Rido Manah dapat dikategorikan sebagai Gapoktan kuat dan mandiri, karena : a. Gapoktan sudah menyusun aturan norma tertulis (AD/ART), dan pengadministrasian anggota Gapoktan terlaksana dengan baik bahkan telah dibentuk wadah koperasi Rido Manah b. Gapoktan
memberikan
pelayanan
penuh
dalam
menunjang
usaha
anggotanya, baik dalam penyediaan saprodi maupun sarana pengolahan c.
Keanggotaan petani dalam Gapoktan saat ini hanya terbatas pada diwajibkannya petani menggunakan input produksi sesuai kesepakatan dengan Gapoktan, kewajiban untuk menjual hasil panennya kepada Gapoktan, serta pemupukan modal melalui iuran atau simpanan anggota.
Struktur organisasi unit usaha Silo Jagung adalah: Nama Ketua
:
Ade Samanudin
Sekretaris
:
Agus Yani
Bendahara
:
H. Ara Koswara
Manajer
:
Drs. Endang
Kabid Bahan Baku
:
Maman
47
4.2
Kabid Administrasi dan Keuangan
:
Asep
Kabid Teknik/Operasi
:
Dafa
Kabid Pemasaran
:
Aceng
Analisis Usahatani Jagung Analisis usahatani Jagung dilakukan kepada petani Anggota Gapoktan Rido Manah dan bukan anggota yang lokasinya berdekatan dengan anggota Gapoktan. Analisis ini bertujuan untuk melihat berapa besar keuntungan petani bila melakukan usahatani Jagung. Untuk melihat sejauh mana keuntungan yang diperoleh petani bila bergabung dalam Gapoktan dan bukan, maka dilakukan analisis terhadap petani anggota dan bukan anggota seperti terlihat dalam Tabel 13
Tabel 13. Analisis pendapatan rataan Usahatani Jagung per musim No Deskripsi
Satuan
Anggota Gapoktan
A B C1
Ha Kg Kg/Ha
1.15 5,221 4,593
Kontribu si thdp Non Anggota biaya (%) 0.9 3,837 4,292
Kg/Ha
6,706
6,267
Rp/Kg Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
1,928 10,064,200 5,520,913 628,188 1,842,256 60,750 116,219 2,661,625 211,875 4,543,288 1.823 1,057
1,846 7,082,269 4,151,393 506,286 1,427,714 47,429 98,393 1,878,000 193,571 2,930,877 1.706 1,082
C2 D E F
G H I
Luas tanam Produksi Produktivitas (tumpang sari) Jarak tanam 40 x 70 cm Produktivitas (Monokultur) Jarak tanam 25 x 60 cm Harga jual Penerimaan Biaya Total - Benih - Pupuk - Pestisida - Sewa lahan -Tenaga kerja - Biaya lain-lain Pendapatan R/C atas biaya total (E/F) Biaya pokok (F/B)
Rp
Kontribusi thdp biaya (%)
11.4 33.4 1.1 2.1 48.2 3.8
12.2 34.4 1.1 2.4 45.2 4.7
Berdasarkan data hasil penelitian terlihat bahwa produktivitas rataan petani anggota Gapoktan sedikit lebih tinggi (4,59 ton/Ha) dibandingkan petani bukan anggota Gapoktan (4,29 ton/Ha). Produktivitas rataan petani ini lebih rendah bilah dibandingkan dengan produktivitas jagung hibrida pada umumnya diakibatkan pola tanam tumpang
48 sari. Jarak tanam jagung bila ditanam secara tumpang sari adalah 40 x 70 cm sedangkan bila ditanam secara monokultur, maka jarak tanam yang biasa dilakukan 25 x 60 cm sehingga terjadi kenaikan jarak tanam 46% yang mengakibatkan berkurangnya produktivitas jagung. Dengan asumsi ini bila jagung ditanam secara monokultur, maka produktivitas rataan jagung anggota Gapoktan (6,70 Ton/Ha) dan bukan anggota Gapoktan (6,26 Ton/Ha). Produktivitas Jagung ini mendekati produktivitas jagung hibrida 7-8 Ton/Ha. Perbedaan produktivitas Jagung petani anggota dan bukan anggota ini utamanya disebabkan oleh faktor yaitu (1) penggunaan benih unggul bermutu (2) penggunaan pupuk sesuai anjuran. Penggunaan benih hibrida Bisi-2 dan Bisi-16 dengan jadwal tanam 2 (dua) kali setahun. Penggunaan pupuk oleh petani anggota berpengaruh terhadap produktivitas Jagung. Pola tanam petani Jagung di Kecamatan Nagreg adalah tumpang sari dengan tanaman palawija seperti Ubikayu dan Kacang Kedelai. Penjualan hasil panen petani anggota Gapoktan dilakukan kepada Ketua kelompok tani dalam bentuk pipilan ataupun tongkolan. Jagung bentuk pipil kering petani (KA 20-22%) harga Rp 1.800–1.950 per kg. Pembayaran dilakukan sesuai dengan mutu Jagung pipil terutama penilaian terhadap KA dan kadar kotoran. Jagung tongkolan (KA 20-22%) dengan harga 1.200 – 1.300 per kg . Penjualan Jagung oleh petani bukan anggota umumnya dilakukan kepada pedagang pengepul dengan rataan harga yang sedikit berbeda dibandingkan dengan petani anggota Gapoktan. Dengan harga Jagung yang lebih tinggi, maka rataan penerimaan petani anggota Gapoktan (Rp 1.928/kg) lebih tinggi dibandingkan petani bukan anggota (Rp 1.846/kg). Ukuran efisiensi pengelolaan usahatani dapat dilihat dengan menggunakan koefisien perbandingan penerimaan dan biaya (rasio R/C). Tabel 13 menunjukkan bahwa nilai rasio R/C petani anggota (1,82) maupun petani bukan anggota (1,71) lebih besar dari satu, ini menunjukkan bergabung dengan Gapoktan maupun tidak, usahatani Jagung tetap efisien dan menguntungkan, karena imbalan yang diperoleh masih lebih tinggi dibandingkan biaya yang harus dikeluarkan. Nilai rasio R/C atas biaya total petani anggota sedikit berbeda dibandingkan petani bukan anggota. Nilai rasio R/C atas biaya total petani anggota 1,82 dan petani bukan anggota 1,71. Nilai-nilai tersebut dapat diartikan bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan dalam usahatani Jagung akan menghasilkan tambahan penerimaan Rp 1,82 untuk petani anggota Gapoktan dan bagi petani yang tidak tergabung dalam Gapoktan hanya mendapatkan tambahan penerimaan Rp 1,71. Hal ini menunjukkan bahwa dengan bergabung dalam Gapoktan, petani anggota hanya menerima keuntungan
49 6,4% lebih tinggi daripada petani bukan anggota namun dengan Silo Jagung kepastian pasar sudah ada yang menampung dibandingkan sebelum ada. Harga pembelian Jagung di tingkat petani berfluktuasi antara Rp 1.800 – 1.950/kg,Jagung pipil kering petani (KA 20-22%). Dari perhitungan biaya pokok usahatani Jagung dimana biaya pokok merupakan perbandingan total pengeluaran usahatani Jagung (Rp) dengan jumlah produksi Jagung (kg). Nilai ini menunjukkan bahwa petani anggota Gapoktan akan rugi bila menjual Jagung pipilnya dibawah Rp 1.057 per kg sedangkan petani bukan anggota akan rugi bila menjual Jagung pipilnya dibawah Rp.1.082 per kg, seperti dicantumkan dalam Tabel 13.
4.3
Analisis Kelayakan Usaha Silo Jagung Untuk melihat prospek atau kelayakan usaha Silo Jagung diperlukan pembahasan yang mencakup aspek-aspek berikut :
4.3.1
Aspek Teknis Produksi Untuk melihat prospek atau kelayakan unit usaha Silo Jagung diperlukan
pembahasan yang mencakup aspek-aspek berikut :
1.
Fasilitas Produksi dan Peralatan a. Bangunan Bangunan digunakan untuk tempat menampung bahan baku, melakukan proses
produksi
dengan
penempatan
mesin-mesin
pengolahan
dan
penyimpanan produksi sementara. Bangunan seluas 180 m2 diperoleh dari bantuan dari Departemen Pertanian . Dilihat dari kondisi ruangan yang sekaligus tempat produksi dan gudang sementara, maka ruangan tersebut terlalu kecil sebagi tempat alat dan bahan baku. b. Elevator Elevator merupakan alat yang berfungsi untuk menaikkan/mengangkat Jagung pipil dari corong masuk ke dryer dengan arah vertikal. c. Alat Pemipil Jagung (Corn Sheller) Alat Pemipil Jagung yang dimiliki Gapoktan Rido Manah 1 unit dengan kapasitas 1-1,5 ton per jam sementara untuk 1 kali proses dibutuhkan Jagung pipil 10 ton ( KA 20-22 %). Untuk mengatasi permasalahan ini maka unit Silo Jagung membeli bahan baku dari petani melalui ketua kelompok dalam bentuk
50 Jagung pipil kering petani (KA 20-22%). Kondisi ini akan menjadi masalah bila panen raya bertepatan pada musim hujan dimana petani tidak bisa melakukan penjemuran dengan sinar matahari, sehingga menjual Jagung tongkolan (KA lebih besar dari 30%). d. Alat Pembersih Jagung (Corn Cleaner) Corn cleaner adalah mesin pembersih Jagung pipil (KA 20–22%) yang dirancang sedemikian rupa agar Jagung pipil dapat dibersihkan dari kotorankotoran yang menyertainya secara optimal, kapasitas 7–8 ton per jam. Pembersihan ditujukan untuk memisahkan pipilan Jagung dari tumpi, pecahan tongkol dan kotoran lainnya. Penggunaan Corn Cleaner ini sangat bermanfaat bagi petani karena mutu yang dihasilkan lebih bagus (Kadar kotoran 1-2 %). Bila KA Jagung pipil yang diterima dari petani sudah memnuhi standar penerimaan (KA 14 -16%) maka unit usaha Silo Jagung hanya melakukan pembersihan untuk menyeragamkan dan mengurangi kadar kotoran Jagung dengan menggunakan corn cleaner. e. Pengering (Dryer ) Mesin pengering Jagung vertikal untuk mengeringkan Jagung pipil dengan jalan mendistribusikan udara panas dan udara dingin secara merata. Kapasitas Dryer 10 ton per proses, mesin ini akan lebih efektif bila KA Jagung yang masuk 20 – 22% dan keluar KA 14 -16 %. Dryer dilengkapi tungku dengan sekam atau kayu bakar sebagai pemasok udara panas yang suplainya dapat diatur melalui panel kontrol, sehingga memudahkan operasinya. Unit usaha Silo Jagung Gapoktan Rido Manah menggunakan kayu bakar sebagai pemasok udara panas. Bila panas matahari cukup untuk mengeringkan, maka pengeringan akan dilakukan dengan lantai jemur, karena lebih menghemat biaya. Dryer digunakan sebentar untuk menyeragamkan KA . f. Tangki Penampungan Sementara/Silo Silo dengan kapasitas 50 ton berfungsi sebagi penampung sementara, sebelum dikemas, kondisi ini menjadi kelemahan bagi unit usah Silo Jagung dimana jumlah produksi 20 ton per hari sementara kapasitas Silo hanya 50 ton yang dapat menampung Jagung pipil kering (KA 14 -16 %) hasil produksi 2-3 hari, sehingga fungsi Silo sebagai tempat penyimpanan masih kurang efektif
51 g. Timbangan Timbangan duduk dengan kapasitas 100 kg berfungsi untuk menimbang bahan baku sebelum dan sesudah proses. Jagung pipil kering dikemas dalam karung kemudian ditimbang untuk mengontrol berat Jagung per karung.
2.
Bahan Baku Sumber utama bahan baku dari anggota Gapoktan berupa Jagung tongkol kering panen atau Jagung pipil kering petani (KA 20-22 % ) yang kemudian diolah di Silo Jagung menjadi Jagung pipil kering (KA 14-16%). Namun bila jumlah pasokan bahan baku dari anggota tidak mencukupi maka diperoleh dari petani bukan anggota. Jumlah bahan baku Jagung pipil kering petani (KA 20-22%) dibutuhkan kira-kira 20 ton atau 2 - 3 kali proses per hari .
3.
Tenaga Kerja Posisi dan jumlah pekerja di Unit Usaha Silo Jagung seperti tercantum dalam Tabel 14. Tabel 14. Posisi dan jumlah pekerja di unit usaha Silo Jagung Posisi
Jumlah (orang)
Tenaga Kerja tak Langsung Manager Petugas Lapangan Administrasi Security Sub Total
1 1 1 1
Tenaga Kerja langsung Tenaga Operator Kuli Sub Total
3 3
Total
10 Tenaga kerja yang dibutuhkan dalam operasionalisasi silo jagung adalah
seorang manajer, 1 orang staf administrasi, 1 orang petugas lapangan, 1 orang security, 3 orang bagian produksi dan 3 kuli secara rinci dapat dilihat pada Tabel
52 14. Kemampuan SDM pengelola masih rendah, dimana setiap bagian belum bekerja sesuai dengan tugas dan fungsinya disamping keterbatasan tenaga kerjanya sendiri. Peran anggota gapoktan terlihat dalam pembelian bahan baku Jagung pipil kering petani (KA 20 – 22%). Ketua kelompok tani melakukan pembelian Jagung langsung kepada petani anggota dan dijual ke unit usaha Silo Jagung untuk dikeringkan dan dibersihkan agar layak dijual ke industri pakan ternak. 4. Proses Produksi Urutan pekerjaan diawali dengan proses pengumpulan bahan baku Jagung, mengukur KA dan kadar kotoran. Apabila bahan baku berupa Jagung tongkol kering panen, maka dilakukan pemipilan sehingga menghasilkan Jagung pipil (KA 20 -22 %) yang merupakan bahan baku unit Silo Jagung. Pembersihan Jagung dilakukan dengan alat pembersih (corn cleaner). Pembersihan dilakukan dalam 2 tahap. Tahap pertama menggunakan hisapan (blower) dan aspirator untuk menghilangkan kotoran. Tahap kedua dialirkan ke dalam ayakan untuk mendapatkan Jagung pipil benar-benar bersih. Jagung pipil yang bersih kemudian dialirkan ke elevator untuk dibawa ke mesin pengering dengan kapasitas 10 ton per proses. Mesin ini dilengkapi dengan tungku sekam atau kayu bakar sebagai pemasok udara panas yang suplainya dapat diatur melalui panel kontrol. Bila KA Jagung pipil kering sudah tercapai (14-16%), maka Jagung oleh conveyor getar dibawa ke elevator ke tangki penampungan/Silo dengan kapasitas 50 ton. Dengan kapasitas Silo 50 ton, maka penyimpanan Jagung hanya mampu menampung hasil proses pengeringan 2–3 hari. Selanjutnya Jagung dikemas dalam karung agar mudah ditumpuk secara teratur selama disimpan di ruang penyimpanan dan memudahkan pengangkutan.
5.
Kapasitas Produksi dan Mutu Produk Kapasitas dryer 10 ton per proses atau 20 ton Jagung pipil kering petani (KA 20 -22%) menjadi Jagung pipil kering (KA 14-16%) penyusutan kira-kira 5 % sehingga dalam 1 kali proses dihasilkan Jagung pipil kering 9.500 kg atau 19 ton per hari. Kapasitas Silo 50 ton mampu menyimpan hasil produksi 2 -3 hari.
53 Mutu Jagung yang dihasilkan dari proses pengeringan Jagung KA 14 -16 %, penampakan Jagung pipil kering lebih cerah dan seragam (kadar kotoran 1– 2%). Jagung pipil kering yang dihasilkan dengan mutu lebih baik, karena adanya pemisahan Jagung dari tumpi, pecahan tongkol dan kotoran lainnya dengan alat corn cleaner. Mutu Jagung pipil kering yang baik menjadi persyaratan penting dalam pemasaran Jagung. Kebanyakan pabrik pakan ternak menerima Jagung pipil kering dengan KA paling tinggi 17%, kadar kotoran 1-2% dengan penampakan yang seragam. Permasalahan mutu Jagung petani Gapoktan Rido Manah dapat diatasi dengan adanya unit usaha Silo Jagung.
4.3.2 Aspek Pemasaran Aspek pemasaran meliputi kondisi permintaan,
penawaran, persaingan,
harga dan proyeksi permintaan pasar.
1.
Permintaan Permintaan Jagung mengalami peningkatan tiap tahunnya, mengingat manfaat sebagai bahan makanan pangan, bahan baku pakan ternak dan akhirakhir ini banyak digunakan sebagai bahan baku biofuel sehingga telah menciptakan peluang pasar yang sangat luas, baik untuk dipasarkan dalam negeri maupun luar negeri. Permintaan Jagung secara nasional untuk bahan baku industri makanan, konsumsi langsung manusia dan terbesar untuk bahan baku industri pakan ternak yang mencapai 5 juta ton/tahun dengan laju kenaikan sekitar 1015% per tahun. Total Permintaan Jagung tahun 2008 sebesar 13,6 juta ton. Namun demikian permintaan Jagung nasional belum dapat memenuhi kebutuhan industri dalam negeri. Impor Jagung jumlahnya cukup besar, terutama untuk memenuhi kebutuhan industri pakan ternak yang makin berkembang saat ini.
2.
Penawaran Angka Sementara (ASEM) produksi Jagung nasional tahun 2008 sebesar 16,32 juta ton pipilan kering. Dibandingkan produksi tahun 2007 (ATAP), terjadi kenaikan 3,04 juta ton (22,85 %). Kenaikan produksi terjadi karena peningkatan luas panen seluas 372,99 ribu hektar (10,27%) dan
54 produktivitas sebesar 4,18 kuintal/hektar (11,42%). Angka Ramalan I (ARAM I) produksi Jagung tahun 2009 diperkirakan 16,48 juta ton pipilan kering. Dibandingkan produksi tahun 2008 (ASEM), terjadi kenaikan 154,32 ribu ton (0,95 %). Kenaikan produksi tahun 2009 diperkirakan terjadi karena naiknya luas panen seluas 5,87 ribu hektar (0,15%) dan produktivitas 0,32 kuintal/hektar (0,78 %). 3.
Harga Harga jual Jagung pipil kering petani pada saat kajian berkisar Rp.1.800 - Rp 1.950 (KA 20–22 %) sedangkan Jagung pipil kering di unit usaha Silo Jagung Rp 2.100 – Rp 2.200 (KA 14-16%). Perbedaan harga ini disebabkan perbedaan mutu terutama KA dan kotoran.
4.3.3 Aspek Keuangan Untuk melakukan analisis aspek keuangan diperlukan adanya beberapa asumsi sebagai dasar perhitungan dalam kajian aspek keuangan. Dalam hal ini, asumsi yang digunakan ditentukan berdasarkan hasil penilitian terhadap unit usaha Silo Jagung dan acuan pustaka. Asumsi tersebut disajikan dalam Tabel 15. Pada dasarnya, ada dua modal yang diperlukan untuk melakukan usaha , yakni modal tetap dan modal variabel. Modal tetap dalam hal ini adalah modal yang diperlukan untuk mengadakan fasilitas berupa peralatan dan bangunan tempat produksi. Sedangkan modal berjalan atau modal variabel adalah modal yang diperlukan untuk kegiatan operasional proses produksi selama kegiatan usaha tersebut berlangsung hingga periode waktu tertentu. Dasar untuk menilai kelayakan suatu proyek investasi dilakukan dengan menggunakan kriteria yang lazim digunakan dalam mengevaluasi layak dan tidak layaknya suatu proyek dijalankan dengan melihat kriteria-kriteria investasi. Dari analisis perkiraan biaya operasional unit usaha Silo Jagung seperti dicantumkan dalam Tabel 15 diperoleh biaya tetap Rp 241.521 per jam atau Rp 97 per kg dan biaya variabel Rp 4.986.556 per jam atau Rp 1.995 per kg seperti ditunjukkan dalam Tabel 16. Dari nilai biaya tetap dan variabel yang diperoleh, maka biaya pokok usaha pengeringan Jagung Rp. 5.228.077 tiap jam atau Rp 2.091,23 tiap kg Jagung pipil
55 kering. Biaya pokok merupakan penjumlah biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan oleh unit usaha Silo Jagung.
Tabel 15. Perkiraan biaya operasional Unit Usaha Silo Jagung No. Komponen Kelayakan
Keterangan
1
Harga Paket Silo dan Motor Penggerak
Rp
857.600.000
2
Nilai akhir = 10% x harga awal (1)
Rp
85.760.000
3
Kapasitas Alat Pengering (10 ton/4 jam)
4
Kapasitas Alat Pengering per hari (2 x proses)
20.000
kg/hari
5
Daya Motor Penggerak
60
HP
6
Umur Ekonomis Penggunaan Dryer
5
tahun
7
Harga Bangunan
Rp
200.000.000
8
Nilai akhir bangunan = 10% x harga awal (7)
Rp
20.000.000
9
Umur ekonomis bangunan
10
Jam kerja per hari
8
jam/hari
11
Hari kerja per bulan
25
hari/bulan
12
Bulan kerja per tahun
7
bulan
13
Hari kerja per tahun
175
hari/tahun
14
Harga bahan bakar per liter
Rp
4.500
(2,5 l/jam)
15
Harga oli/ pelumas per liter
Rp
25.000
10 l/200 jam
16
Harga Kayu bakar/kubik
Rp
40.000
0,3 m3/jam
17
Karung
Rp
166.667
per proses
18
Bunga modal per tahun
14
%
19
Bahan Baku Jagung Pipil (20-22%) di gudang Rp
1.950
per kg
20
Harga Jual Jagung Pipil Kering( KA 14-16 %)
Rp
2.200
per kg
21
Hasil penjualan per proses
Rp
22
Jumlah Jagung hasil pengeringan per proses
2.500
15
kg/jam
tahun
20.900.000 9.500
kg
56
Tabel 16. Perhitungan biaya pokok Unit Usaha Silo Jagung No I
Komponen
Keterangan
Biaya Tetap - Penyusutan alat per tahun
Rp
224.824.292,5
per tahun
- Penyusutan bangunan per tahun
Rp
29.305.613
per tahun
- Biaya gaji/TK Tak Langsung
Rp
84.000.000
per tahun
- Biaya tetap per tahun
Rp
338.129.906
per tahun
Biaya tetap per jam (a)
Rp
241.521
per jam
97
per kg
Biaya Tetap per kg II
III
Biaya Variabel - Biaya Bahan Baku
Rp
4.875.000,0
per jam
- Biaya bahan bakar
Rp
11.250,0
per jam
- Biaya kayu bakar
Rp
12.000,0
per jam
- Biaya Pelumas/ oli
Rp
1.250,0
per jam
- Biaya Kemasan
Rp
55.555,6
per jam
- Biaya pemeliharaan dan perawatan
Rp
1.500,0
per jam
- Biaya TK Langsung kerja per jam
Rp
10.000,0
per jam
- Biaya lain-lain
Rp
20.000,0
per jam
Biaya Variabel per jam (b)
Rp
4.986.556
per jam
Biaya Variabel per kg (c)
Rp
1.995
per kg
Biaya Variabel per ton (d)
Rp
1.994.622
per ton
Biaya Pokok ( a+b )
Rp
5.228.077
per jam
Biaya Pokok
Rp
2.091,23
per kg
Dari analisis perhitungan komponen-komponen biaya seperti dicantumkan dalam Tabel 15 dan 16 didapatkan nilai kriteria kelayakan usaha unit usaha Silo Jagung Gapoktan Rido Manah sebagai berikut :
1. NPV NPV merupakan nilai sekarang dari sejumlah uang di masa mendatang dan dikonversikan ke masa sekarang dengan menggunakan tingkat bunga terpilh.
57 Produk yang memberikan nilai sekarang bersih positif layak dikelola. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan DF 14 % (Lampiran 4), maka nilai NPV unit usaha Silo Jagung Rp 127.019.755,6 selama 5 tahun investasi. Nilai NPV positif mengindikasikan bahwa unit usaha Silo Jagung layak dikelola oleh Gapoktan Rido Manah.
2. IRR IRR merupakan alat untuk mengukur tingkat pengembalian hasil internal. Usulan tingkat bunga pengembalian (IRR) yang lebih tinggi dari pada bunga modal yang diminta yang diminta merupakan hasil-hasil yang dapat dipilih. Nilai IRR unit usaha Silo Jagung dari perhitungan NPV1; DF 14 % dan nilai NPV2; DF 18% (Lampiran 4) diperoleh IRR 21% dimana nilai ini lebih besar dari suku bunga bank komersial yang berlaku saat penelitian (14%). IRR lebih besar dari bunga bank komersial mengindikasikan bahwa unit usaha Silo Jagung Gapoktan Rido Manah layak dilaksanakan.
3. PBP PBP merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu (periode) pengembalian investasi suatu proyek atau usaha. Berdasarkan analisis perhitungan, PBP usaha Silo Jagung Gapoktan Rido Manah 2,78 tahun atau 487 hari (Lampiran 5). Total investasi Rp 1.057.600.000, dengan umur ekonomis paket Silo Jagung selama 5 (lima) tahun, maka proyek ini dapat dikembalikan melalui Cash flow selama 2,78 tahun, lebih pendek dari jangka waktu umur ekonomis proyek investasi. Hal ini mengindikasikan bahwa usaha Silo Jagung layak dikembangkan.
4. B/C Ratio ( BCR) Perbandingan untung dan biaya dapat ditentukan sebagai perbandingan nilai keuntungan ekuivalen terhadap nilai biaya ekuivalen. Berdasarkan analisis perhitungan BCR (Lampiran 5) diperoleh nilai BCR 1,07 (lebih besar dari 1). Nilai BCR lebih besar dari 1 menunjukkan bahwa unit usaha Silo Jagung Gapoktan Rido Manah layak dilaksanakan bila dilihat dari dampak sosial yang ditimbulkannya maupun dari segi finansialnya. Namun nilai BCR 1,07 sangat sensitif dengan perubahan biaya-biaya tetap maupun variabel. Hal ini disebakan waktu kerja silo jagung yang hanya 7 (tujuh) bulan dalam setahun, untuk itu perlu dikaji
58 pemanfaatan pengering untuk komoditi serealia lainnya dengan mepertimbangkan waktu kerja silo tidak beroperasi, sehingga BCR lebih besar.
5. Titik Impas Analisis Titik Impas (BEP) merupakan suatu gambaran kondisi produksi yang harus dicapai untuk melampaui titik impas. Proyek dikatakan impas jika jumlah hasil penjualan produknya pada suatu periode tertentu sama dengan jumlah biaya yang ditanggung sehingga proyek tersebut tidak menderita kerugian, tetapi juga tidak memperoleh laba. Berdasarkan analisis perhitungan BEP (Lampiran 5) dapat diketahui bahwa titik impas untuk usaha Silo Jagung pada kapasitas produksi minimal 1.646,38 ton/tahun atau 9 ton per hari. Bila dikonversikan dengan luas panen gapoktan Rido Manah
dibutuhkan luas panen 358 ha per tahun atau 179 Ha per musim
( produktivitas rataan 4,6 ton/ha). Dari nilai tersebut maka potensi lahan Gapoktan Rido Manah seluas 2.000 Ha sangat mendukung pengembangan unit usaha Silo tersebut.
6. Analisis Sensitivitas Untuk mengetahui sampai sejauh mana kemampuan finansial usaha terhadap perubahan pada komponen biaya maupun komponen pendapatan, dilakukan analisa sensitivitas. Kemungkinan perubahan yang terjadi adalah perubahan yang kurang diharapkan di masa depan dibandingkan dengan keadaan sekarang seperti yang diuraikan dalam analisis finansial. Di antara komponen biaya dan pendapatan yang dinilai paling sensitif adalah harga bahan baku utama jagul pipil kering petani (KA 20-22% ) dan harga jual produk Jagung pipil kering (KA 14-16%). Untuk kepentingan analisa sensitivitas ini digunakan asumsi kemungkinan terjadinya peningkatan (1) harga bahan baku utama 3 % dari harga sekarang (Hb) atau (2) terjadinya penurunan harga jual 3 % (Hj). Pada Tabel 17 dapat dilihat hasil analisa sensitivitas dimaksud berdasarkan kemungkinan perubahan Hb dan Hj. Hasil analisa sensitivitas menunjukkan bahwa investasi pada unit usaha Silo Jagung ini sangat rentan terhadap kenaikan harga bahan baku utama (Hb+3%) dimana NPV negatif menunjukkan usaha tidak layak, BCR 1,04, IRR 89%, BEP 2.302 ton/tahun dan PBP menjadi lebih besar dari umur investasi alat (6,01 tahun).
59 Silo Jagung juga sangat rentan terhadap penurunan harga jual Jagung pipil kering (Hj-3%), NPV negatif, IRR 98% , BCR 1,04, BEP 2.426 ton/tahun dan PBP menjadi lebih besar dari umur investasi Alsin (7,07 tahun). Setiap kondisi yang bersangkutan dapat dilihat pada Tabel 17. Dari analisa tersebut maka bila harga beli bahan baku naik sebaiknya harga jual Jagung pipil kering harus dinaikkan. Tabel 17. Analisis sensitivitas Kondisi
NPV (Rp)
IRR
BCR
PBP Tahun
Normal
127.019.755,59
21% 1,07
1.646,38
2,78
Hb + 3%
(367.982.070,86)
89% 1,04
2.302,12
6,01
2.426,00
7,07
Hj - 3% (403.520.663,52) 98% 1,04 Keterangan : Hb = harga bahan baku utama naik 3% (+) Hj = harga jual turun 3% (-)
4.4
BEP Ton/tahun
Strategi Pengembangan Usaha Silo Jagung
4.4.1
Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal unit usaha Silo Jagung berupa
kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) serta kondisi eksternal unit usaha Silo Jagung yang meliputi peluang (opportunities) dan ancaman (threats) yang berpengaruh terhadap pengembangan usaha unit Silo Jagung. Dari hal tersebut dapat diidentifikasi faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancamannya.
Hasil
analisis tersebut akan digunakan untuk menetapkan posisi unit usaha Silo Jagung dengan menggunakan matriks (IE), dipetakan posisi suatu perusahaan dalam suatu diagram. Setelah mengetahui posisi perusahaan, selanjutnya hasil analisis tersebut digunakan untuk merumuskan alternatif starategik bisnis ke dalam analisis SWOT. Berikut ini dianalisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman unit usaha Silo Jagung Gapoktan Rido Manah, yaitu : 1. Kekuatan a. Mutu Jagung Lebih Baik Jagung pipil kering yang dihasilkan unit usaha Silo Jagung mempunyai mutu yang lebih baik dan dapat bersaing di pasaran, hal ini dapat dilihat dari KA yang
60 dihasilkan 14-16% dengan penampakan, keseragaman dan kebersihan Jagung pipil kering lebih baik (kadar kotoran 1-2%). Hasil tersebut erat kaitannya dengan proses penanganan pascapanen yang dilakukan, dengan pemanfaatan teknologi yang dimiliki sangat mendukung untuk menghasilkannya produk dengan mutu Jagung pipil kering yang lebih baik. Mutu Jagung Pipil Kering yang dihasilkan unit usaha silo jagung yang diterima oleh pabrik pakan ternak masuk dalam kategori Mutu II dan III ( KA 14-16% dengan kadar kotoran 1-2 %). b. Jaringan Pemasaran Sederhana Unit usaha Silo Jagung Gapoktan Rido Manah memperoleh bahan baku dari petani anggota Gapoktan melalui ketua kelompok tani. Pengeringan dan perbaikan mutu Jagung dilakukan di unit usaha Silo Jagung. Jagung pipil kering yang dihasilkan diambil oleh mitra perusahaan pakan ternak, seperti PT Malindo dan Wonokoyo. Bila bahan baku Jagung kurang, bagian pemasaran turun ke lapangan untuk melakukan pembelian Jagung dari petani bukan anggota. c. Manajer Silo Profesional Seiring dengan meningkatnya jumlah anggota, skala usaha dan jumlah unit kegiatan organisasi, maka peran seorang manajer profesional merupakan kekuatan bagi pengembangan unit usaha Silo Jagung. Manajer Silo Jagung ini telah lama menekuni bisnis perJagungan dan telah dikenal baik oleh mitra kerja perusahaan pakan ternak. Dalam hal ini, Gapoktan diharapkan mampu menerapkan manajemen korporasi (farmer enterprise) untuk menjalankan sistem usaha agribisnis Jagung. d. Lokasi Silo Strategik Lokasi unit usaha Silo Jagung yang terletak di sentra pertanaman Jagung, lokasi gudang terletak dipinggir jalan raya Nagreg dengan sarana dan prasarana yang bagus telah menjadikan unit usaha Silo Jagung menjadi pusat agribisnis Jagung di Kecamatan Nagreg. e. Gapoktan Mandiri Gapoktan Rido Manah dapat dikategorikan sebagai Gapoktan kuat dan mandiri, karena : 1. Gapoktan Rido Manah sudah menyusun aturan norma tertulis (AD/ART), dan pengadministrasian anggota Gapoktan terlaksana dengan baik, bahkan telah dibentuk wadah koperasi Rido Manah
61 2. Gapoktan memberikan pelayanan dalam menunjang usaha anggotanya, baik dalam penyediaan saprodi maupun sarana pengolahan, 3. Keanggotaan petani dalam Gapoktan saat ini hanya terbatas pada diwajibkannya petani menggunakan input produksi dan jadwal tanam sesuai kesepakatan dengan Gapoktan, kewajiban untuk menjual hasil panennya kepada Gapoktan dan pemupukan modal melalui iuran atau simpanan anggota f. Ketersediaan lahan Lahan untuk pertanaman Jagung di Kecamatan Nagreg masih terbuka luas, potensi lahan yang dimiliki 2.000 Ha. Pola tanam Jagung di Kecamatan Nagrek 2 (dua) kali musim tanam dalam setahun dengan pola tanam tumpang sari dengan tanaman
palawija.
Ketersediaan
lahan
ini
sangat
mendukung
potensi
pengembangan jagung di Kecamatan Nagrek secara khusus.
2.
Kelemahan a. Biaya Produksi Lebih Besar Biaya produksi dalam hal ini pengeringan untuk menghasilkan Jagung pipil kering (KA 14–16%) dari Jagung pipil kering petani (KA 20-22%) dengan menggunakan dryer Rp 150 per kg untuk biaya operasional. Nilai ini diperoleh dari selisih biaya pokok Rp 2.092 per kg dengan bahan baku Jagung pipil kering petani (Tabel 16). Dari asumsi tersebut maka biaya pengeringan dengan menggunakan dryer lebih besar bila dibandingkan dengan
pengeringan
menggunakan sinar matahari. b. Akses Permodalan Lemah Akses permodalan unit usaha Silo Jagung ke perbankan atau penyedia jasa keuangan lainnya masih lemah, sementara modal usaha yang dibutuhkan sangat besar. Pihak perbankan masih sulit untuk mencairkan dana kepada petani walaupun dalam bentuk lembaga Gapoktan karena pengalaman masa lalu. Jenis kredit untuk petani memang sudah tersedia namun kenyataan dilapangan, Gapoktan tetap sulit mendapatkan akses ke perbankan. Pengembangan agribisnis Jagung ini membutuhkan dukungan dari lembaga keuangan baik untuk petani, pedagang, maupun industri. Oleh karena itu Kredit Ketahanan Pangan (KKP) yang selama ini ditekankan pada beras dan gula juga sudah masanya dikembangkan untuk Jagung.
62 c. Kapasitas Alsin tidak seimbang Kapasitas dryer 10 ton per proses dan kapasitas Silo 50 ton, dengan demikian fungsi Silo sebagai alat penyimpan belum kelihatan jelas. Silo hanya dapat menampung hasil produksi selama 2 -3 hari. Disamping itu jumlah corn sheller 1 unit dengan kapasitas 1-1,5 ton per jam Jagung tongkol (KA 20 - 22%) sementara bahan baku Jagung pipil kering yang dibutuhkan sebanyak 20 ton hari. Hal ini menjadi kelemahan karena tidak dapat mengatasi permasalahan Jagung bila panen bertepatan dengan musim hujan, dengan produksi yang melimpah maka petani biasanya menjual Jagung dalam bentuk tongkolan sementara kapasitas Alsin yang tersedia tidak memenuhi. Dilihat dari konsep pengembangan Silo Jagung oleh Deptan dimana unit usaha Silo Jagung diharapkan sebagai pusat penanganan pasca panen dan agribisnis Jagung maka keberadaan unit usaha Silo Jagung di Kecamatan Nagrek menjadi model dalam pengembangan Agribisnis Jagung. Yang nantinya diharapkan dapat memberi d. Kemampuan SDM Gapoktan terbatas Kemampuan SDM Gapoktan Rido Manah masih terbatas, baik dalam budidaya, pasca panen dan manajemen usaha. Untuk menjamin kelancaran produksi, perlu ditingkatkan ketrampilan petani dan pengelola melalui pelatihan. Pengelola perlu mendapatkan pelatihan teknis maupun manajemen untuk meningkatkan ketrampilan para operator dalam mengelola Alsin tersebut. Masalah keselamatan kerja juga harus mendapatkan perhatian yang serius. Pengamanan tidak hanya diberikan kepada mesin, tetapi juga terhadap pekerja. e. Bahan Baku Musiman Bahan baku Jagung yang sifatnya musiman menyebabkan pasokan bahan baku ke unit usaha Silo Jagung tidak kontinyu sehingga unit usaha Silo Jagung tidak dapat beroperasi penuh dalam setahun. Bahan baku musiman menjadi kelemahan penting dalam pengembangan Unit Usaha Silo Jagung, karena Silo hanya beroperasi pada musim-musim tertentu. f. Tingkat Pengembalian Modal Lambat Biaya yang dikeluarkan pada unit usaha Silo Jagung digolongkan ke dalam dua kelompok, yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap (variabel). Penggolongan biaya ini didasarkan pada perubahan volume kegiatan. Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tidak berubah dalam volume kegiatan. Biaya tetap yang
63 dibutuhkan dalam unit usaha Silo Jagung, diantaranya modal pembelian Alsin dan bangunan unit usaha. Besarnya modal untuk pembelian alat dan bangunan yang sangat tinggi (Rp 1.057.600.000) dengan kondisi unit Silo tidak dapat berproduksi sepanjang tahun. Dari perhitungan PBP diperoleh pengembalian modal setelah 2,78 tahun dengan asumsi unit usaha Silo Jagung melakukan pengeringan 20 ton per hari. Bila pengeringan 10 ton per hari, maka tingkat pengembalian modalnya menjadi 5,56 tahun
3.
Peluang a. Pangsa Pasar yang Potensial Pangsa pasar Jagung dalam negeri masih terbuka luas, mengingat kebutuhan Jagung dalam negeri meningkat terus menerus, diperkirakann meningkat 10-15% per tahun. Jagung digunakan untuk bahan baku industri makanan, konsumsi langsung manusia dan terbesar untuk bahan baku industri pakan ternak. Pangsa pasar Jagung untuk unit usaha Silo Jagung ini sangat potensial mengingat lokasinya yang dekat dengan ibukota Provinsi dan Jakarta, dimana terdapat industri makanan dan industri pakan ternak seperti PT Malindo, PT Wonokoyo, PT Charoed Phophand, PT Shierad dan lain-lain. b. Hubungan yang Baik dengan Pembeli Hubungan yang baik antara unit usaha Silo Jagung dengan pembeli (PT Malindo lewat mitranya) memberikan manfaat dan nilai tambah dalam pengembangan usaha Silo Jagung yang dikelola sehingg perlu ada keterkaitan usaha utama (core business) antara kedua pihak. Adanya hubungan yang baik antara unit usaha Silo Jagung dengan PT Malindo dapat menciptakan kondisi saling membutuhkan. Keterkaitan
ini
merupakan
modal
utama
untuk
menciptakan
saling
ketergantungan dan saling membutuhkan. Faktor ini menjadi kekuatan, karena bidang usaha utama unit usaha Silo Jagung dan bidang usaha utama PT Malindo saling melengkapi. Unit Usaha Gapoktan Rido Manah memasok bahan baku Jagung pipil kering kepada PT Malindo. Sedangkan PT Malindo melalui mitranya aktif melakukan pembelian Jagung dan melakukan pelatihan dan pendampingan kepada anggota Gapoktan untuk dapat menghasilkan Jagung dengan mutu baik. Hubungan ini masih sebatas saling percaya, belum dituangkan dalam bentuk kontrak kerjasama.
64 c. Permintaan Jagung Meningkat Permintaan Jagung cenderung terus meningkat untuk bahan baku industri makanan, konsumsi langsung manusia dan pakan ternak. Permintaan terbesar adalah untuk industri pakan ternak dengan kebutuhan rataan 5 juta ton/tahun atau meningkat 10–15% per tahun. d. Kebijakan Pemerintah (Pengadaan) Kebijakan pemerintah dalam pengadaan bantuan kepada petani baik berupa benih, saprodi dan Alsin menjadi peluang bagi pengembangan unit usaha Silo Jagung. Dalam pengelolaan unit usaha Silo, peran pemerintah sangat besar dalam mendukung kemajuan Gapoktan Rido Manah dalam bisnis Jagung. Bantuan kepada Gapoktan baik berupa alat dan modal usaha telah dilakukan pemerintah baik melalui APBN maupun APBD dengan harapan unit usaha Silo Jagung ini dapat menjadi pusat agribisnis Jagung di Kabupaten Bandung. e. Kesempatan bermitra dengan industri pakan ternak. Unit Usaha Silo Jagung Gapoktan Rido Manah akan berkelanjutan apabila dapat menghasilkan keuntungan oleh karena itu harus diupayakan kemitraan usaha dengan berbagai industri hilir untuk memperoleh jaminan pasar dengan harga layak. Adanya kesempatan ini harus dimanfaatkan unit usaha Silo Jagung dalam mengembangkan usahanya. Untuk itu dukungan pemerintah dan peran manajer sangat penting dalam memanfaatkan kesempatan ini. f. Dukungan Pemerintah daerah Jagung bisa ditanam hampir di seluruh wilayah Indonesia, tapi sentra Jagung hanya di beberapa provinsi. Oleh karenanya peranan pemerintah daerah di sentra produksi sangat penting untuk memfasilitasi bertumbuhnya sistem agribisnis bersinergi. Peranan pemerintah daerah yang sangat penting adalah menyediakan infrastruktur lokal seperti jalan, irigasi, lembaga keuangan daerah, dan pasar. Dukungan pemerintah daerah yang kondusif dalam pengembangan agribisnis Jagung di Kabupaten Bandung merupakan peluang bagi unit usaha Silo Jagung Pendampingan yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam hal ini dilakukan oleh
Dinas
Pertanian
di
tingkat
Provinsi
maupun
Kabupaten
dalam
pengembangan agribisnis Jagung di Provinsi Jawa Barat. Petugas lapangan aktif dalam membimbing petani Jagung, baik budidaya maupun penaganan pascapanen Jagung.
65 4.
Ancaman a. Perubahan Cuaca dan Iklim Perubahan cuaca dan iklim yang semakin sulit diprediksi menjadi ancaman bagi pengembangan unit usaha Silo Jagung karena dapat menyebabkan pergeseran musim tanam sehingga waktu panen juga sulit diprediksi. Kondisi pengairan Jagung di kecamatan Nagreg adalah non irigasi, sehingga petani sangat tergantung dengan alam. Petani mulai menanam Jagung bila musim hujan mulai tiba. Panen raya bertepatan pada musim hujan akan mengahsilkan mutu Jagung yang rendah karena KA yang dihasilkan lebih tinggi. Disamping itu Jagung yang tidak segera dikeringkan akan menyebabkan tumbuhnya jamur aflatoxin. Kadar aflatoxin menjadi persyaratan mutu penting dalam pemasaran Jagung, bila kadar aflatoxin lebih dari 50 ppb maka Jagung tidak layak digunakan lagi. b. Fluktuasi Harga Jagung Harga Jagung sepenuhnya ditetapkan oleh pasar sehingga posisi petani masih sangat lemah dalam penetapan harga Jagung. Jagung umumnya dihasilkan petani secara musiman, skala usaha kecil dan tersebar diberbagai wilayah telah menyebabkan industri pakan ternak kesulitan dalam pengumpulan pasokan yang menyebabkan para industri pakan ternak cenderung melakukan impor Jagung. Bila impor Jagung dilaksanakan, maka harga Jagung akan turun drastis, bahkan sebelum kapal tiba di Indonesia gejolak ini telah mempengaruhi pasar. Panen raya Jagung yang pada umumnya di musim hujan dengan produksi melimpah, penanganan pasca panen masih tradisional, sehingga mutu turun berdampak pada turunnya harga. c. Tingkat persaingan usaha Tingkat persaingan usaha Silo Jagung Gapoktan Rido Manah biasanya terjadinya dengan pedagang pengumpul setempat maupun dari luar daerah. Pedagang pengumpul dengan cara tidak sehat akan memberikan pinjaman modal kepada petani, sehingga petani terikat dengan pedagang pengumpul tersebut. d. Tingkat Suku Bunga Kredit Tingkat suku bunga kredit untuk produk pertanian yang tinggi merupakan ancaman dalam pengembangan unit usaha Silo Jagung. Unit Silo Jagung membutuhkan modal besar dalam pembelian bahan baku dari petani. Untuk
66 sekali proses dibutuhkan dana Rp. 20.000.000 untuk bahan baku. Dengan kondisi ini, unit usaha Silo Jagung sangat terancam dengan kenaikan tingkat suku bunga. e. Tingginya Impor Jagung Impor Jagung yang tinggi oleh pabrik pakan ternak merupakan ancaman dalam pengembangan unit usaha Silo Jagung, karena adanya impor akan sangat berpengaruh langsung dengan harga Jagung. Harga Jagung di tingkat petani akan turun drastis bila impor Jagung dilakukan bahkan sebelum Jagung tiba di pelabuhan. f. Perubahan Kultur Masyarakat Perubahan Kultur Masyarakat merupakan ancaman dalam agribisnis Jagung, semakin berkurangnya minat masyarakat untuk menekuni usaha pertanian, Lahan pertanian yang berlaih fungsi baik menjadi perumahan maupun untuk sarana lainnya.
4.4.2 Analisis Matriks IFE Faktor yang dianalisis dengan matriks ini adalah faktor-faktor strategik internal perusahaan. Faktor-faktor strategik ini merupakan faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan unit usaha. Hasil identifikasi kekuatan dan kelemahan dimasukkan sebagai faktor-faktor strategik internal, kemudian diberi bobot dan rating, sehingga diperoleh hasil identifikasi seperti Tabel 18. Pembobotan dan pemberian rating tiap-tiap faktor strategik internal tersebut dapat dilihat pada Lampiran 6 dan 8. Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 18, mutu Jagung lebih baik diakui sebagai faktor kekuatan paling penting yang dimiliki unit usaha Silo Jagung dalam pengembangan usahanya (skor 0,363). Mutu Jagung yang lebih baik dengan penggunaan teknologi pasca panen terkait dengan jaringan pemasaran Jagung yang sederhana (skor 0,348) didukung peran manajer Silo Jagung (skor 0,335) yang memiliki pengalaman dalam bisnis Jagung selama 5 (lima) tahun. Lokasi Silo yang strategik (skor 0,292) yang terletak di sentra Jagung di Kabupaten Bandung dengan sarana dan prasarana yang memadai menjadikan unit Silo Jagung menjadi pusat penanganan pasca panen dan pemasaran Jagung di Kecamatan Nagrek dan daerah
67 sekitarnya. Gapoktan Rido Manah yang mandiri (skor 0,259) merupakan kekuatan yang dimiliki dalam pengembangan usahanya. Tabel 18. Faktor Strategik Internal unit Usaha Silo Jagung Gapoktan Rido Manah Bobot (a) Faktor Strategik Internal
Rating (b)
Skor (axb)
Kekuatan (A) Mutu Jagung baik
0,1008
3,600
0,363
Jaringan pemasaran sederhana
0,0871
4,000
0,348
Manajer Silo profesional
0,0932
3,600
0,335
Lokasi Silo strategik
0,0811
3,600
0,292
Gapoktan mandiri
0,0924
2,800
0,259
Ketersediaan lahan
0,0720
3,400
0,245
Biaya produksi lebih besar
0,0773
3,000
0,232
Akses permodalan lemah
0,0848
2,600
0,221
Kapasitas Alsin tidak seimbang
0,0765
2,800
0,214
Kemampuan SDM Gapoktan terbatas
0,0765
2,600
0,199
Bahan baku musiman
0,0826
2,400
0,198
Tingkat pengembalian modal lambat
0,0758
2,600
0,197
Kelemahan (B)
Total (A+B)
1
3,103
Faktor kelemahan utama dalam pengembangan unit usaha Silo Jagung adalah biaya produksi yang dikeluarkan lebih besar (skor 0,232), biaya pengeringan bila menggunakan dryer Rp 141,23 per kg dengan asumsi Jagung yang dikeringkan KA 20 - 22% menjadi KA 14 -16%. Kondisi ini dipersulit dengan lemahnya akses permodalan (skor 0,221). Sementara kapasitas Alsin yang tidak seimbang (skor 0,214), jumlah alat pemipil yang tersedia hanya 1 unit kapasitas 1-1,5 ton/jam, kondisi ini menyebabkan banyak Jagung yang tidak tertangani bila musim panen bertepatan dengan musim hujan dan juga kapasitas Silo 50 ton tidak seimbang dengan kapasitas dryer 10 ton per proses atau 20 ton per hari sehingga Gapoktan belum dapat menyimpan Jagung bila panen raya karena harga saat panen raya biasanya turun. Kemampuan SDM Gapoktan yang terbatas, yaitu kemampuan manajerial dan teknis (skor 0,199) merupakan
68 kelemahan yang harus diatasi. Ketersediaan bahan baku musiman (skor 0,193) merupakan kelemahan unit usaha Silo Jagung dimana unit usaha Silo Jagung tidak dapat berproduksi sepanjang tahun. Tingkat pengembalian modal lambat (skor 0,197) yang ditunjukkan dengan tingginya modal awal yang digunakan untuk pembelian paket Silo Jagung dan bangunan Rp.1.057.600.00. Dari hasil perhitungan kelayakan usaha diperoleh pengembalian modal setelah 2,78 tahun dengan asumsi unit usaha Silo Jagung beroperasi sebanyak 2 (dua) kali sehari. Hasil evaluasi matriks pada Tabel 18 selanjutnya akan digabungkan dengan hasil evaluasi matrik eksternal dan dengan menggunakan Matriks IE akan dipetakan posisi unit usaha Silo Jagung Gapoktan Rido Manah dalam suatu diagram untuk mempermudah perumusan alternatif strategi bisnis.
4.4.3
Analisis Matriks EFE Faktor yang dianalisis dengan matriks ini adalah faktor-faktor strategik eksternal perusahaan. Faktor-faktor strategik ini merupakan faktor-faktor yang menjadi ancaman dan peluang unit usaha. Hasil identifikasi kekuatan dan kelemahan dimasukkan sebagai faktor-faktor strategik eksternal, kemudian diberi bobot dan rating, sehingga diperoleh hasil identifikasi seperti Tabel 19. Pembobotan dan pemberian rating tiap-tiap faktor strategik tersebut dapat dilihat pada Lampiran 7 dan 9. Peluang utama yang diakui dalam pengembangan unit usaha Silo Jagung adalah pangsa pasar yang potensial (skor 0,308). Pangsa pasar potensial ini menciptakan hubungan unit usaha Silo Jagung dengan pembeli (skor 0,293) merupakan peluang yang harus dimanfaatkan dengan tetap menjaga kepercayaan karena kemitraan dijalin belum dituangkan secara tertulis. Permintaan
akan
Jagung yang meningkat dari tahun ke tahun (skor 0,291) merupakan peluang dalam pengembangan unit usaha Silo Jagung. Demikian juga halnya dengan kebijakan pemerintah terutama pengadaaan (skor 0,274) baik pengadaan Alsin maupun benih dan Saprodi merupakan peluang yang harus dimanfaatkan mengingat unit usaha Silo Jagung menjadi usaha yang perlu dibina. Peluang lainnya yang dapat dimanfaatkan oleh Gapoktan Rido Manah adalah terbukanya kesempatan bermitra dengan industri pakan ternak (skor 0,272) yang diikuti
69 dukungan pemerintah daerah (skor 0,259) terhadap unit usaha Silo Jagung baik dalam membuka pasar maupun dalam pendampingan . Tabel 19. Faktor Strategik Eksternal Unit Usaha Silo Jagung Bobot (a) Rating (b) Faktor Strategik Eksternal A. Peluang Pangsa pasar potensial Hubungan yang baik dengan pembeli Permintaan Jagung meningkat Kebijakan pemerintah (Pengadaan) Kesempatan bermitra dengan industri pakan ternak Dukungan Pemerintah Daerah B. Ancaman Perubahan Cuaca dan Iklim Fluktuasi Harga Jagung Tingkat persaingan usaha Tingkat suku bunga kredit Tingginya Impor Jagung Perubahan kultur masyarakat Total A + B
Skor (axb)
0,0856 0,0917 0,0909 0,0856 0,0848 0,0864
3,600 3,200 3,200 3,200 3,200 3,000
0,308 0,293 0,291 0,274 0,272 0,259
0,0924 0,0811 0,0833 0,0674 0,0803 0,0705 1
3,000 3,400 2,800 3,000 2,400 2,000
0,277 0,276 0,233 0,202 0,193 0,141 3,019
Ancaman utama dalam pengembangan unit usaha Silo Jagung adalah perubahan cuaca dan iklim (skor 0,277), maka perlu disiasati untuk menjamin ketersediaan bahan baku.
Fluktuasi harga Jagung (skor 0,276) yang sulit
diprediksi merupakan ancaman bagi pengembangan unit usaha. Oleh karena itu, diharapkan adanya kebijakan pemerintah dalam menetapkan HMR (Harga Minimum Regional) Jagung, sehingga tingkat persaingan usaha (skor 0,233) dapat dikurangi. Tingginya suku bunga kredit menjadi ancaman bagi pengembangan unit usaha Jagung hal ini berhubungan dengan modal yang dibutuhkan untuk pembelian bahan baku Jagung pipil petani (KA 20 -22%) untuk 1 hari sebesar 39.000.000 dengan jumlah bahan baku 20 ton per hari. Tingginya impor Jagung oleh industri pakan ternak (skor 0,193) karena kebutuhan rataan Jagung oleh industri pakan ternak 5 juta ton/tahun atau meningkat 10–15% per tahun. Dimana menurut ASEM) produksi Jagung tahun 2008 16,32 juta ton pipilan kering. Dilihat dari angka produksi Jagung, sebenarnya jumlah produksi Jagung nasional dapat mencukupi kebutuhan Jagung untuk pakan ternak. Ketersediaan Jagung yang musiman, mutu rendah dan
70 tersebar telah menyebabkan kesulitan bagi pabrik pakan ternak untuk mendapatkan Jagung lokal. Disamping itu perubahan kultur masyarakat (skor 0,141) merupakan ancaman bagi pengembangan agribisnis Jagung dimana perubahan kultur masyarakat yang semakin modern telah menyebabkan petani enggan untuk melakukan usaha tani.
4.4.4
Matriks IE Matriks IE disusun untuk mengetahui strategi apa yang sebaiknya digunakan. Untuk menentukan strategi tersebut, dipetakan skor rataan dari matrik IFE (3,103) dan EFE (3,019) seperti dimuat pada Tabel 20. Dari hasil evaluasi dan analisis yang telah dilakukan, selanjutnya dilakukan analisis IE yang menghasilkan matriks IE untuk mengetahui posisi perusahaan dalam pemilihan alternatif strategi. Pemetaan posisi usaha sangat penting bagi pemilihan alternatif strategi untuk menghadapi persaingan dan perubahan yang terjadi dalam unit usaha Silo Jagung. Total nilai pada matriks internal 3,013, maka unit usaha Gapoktan Rido Manah memiliki faktor internal tergolong tinggi untuk melakukan agribisnis Jagung dan total matriks eksternal 3,019 memperlihatkan respon yang diberikan oleh unit usaha Silo Jagung Gapoktan Rido Manah kepada lingkungan eksternal tergolong tinggi. Apabila masing-masing total skor dari faktor internal maupun eksternal dipetakan dalam matriks, maka posisi unit usaha saat ini berada pada kuadran pertama. Pada sel ini, strategi pertumbuhan dimaksud melalui konsentrasi integrasi vertikal, dengan cara backward integration (mengambil alih fungsi supplier) atau dengan cara forward integration (mengambil alih fungsi distributor). Agar dapat meningkatkan kekuatan bisnisnya maka unit usaha Silo Jagung harus melaksanakan upaya meminimalkan biaya dan operasi yang tidak efisien untuk mengontrol mutu dan distribusi produk. Integrasi vertikal dapat dicapai, baik melalui sumber daya internal maupun eksternal. Unit usaha Silo Jagung dapat mengembangkan usahanya dengan meningkatkan kelembagaan petani Jagung Petani sebagai pemasok Jagung, dibina dan dilatih untuk meningkatkan produksinya melalui penyediaan sarana produksi, fasilitasi prasarana produksi seperi tali air dan pengaturan pola tanam sehingga ketersediaan Jagung sepanjang
71 musim selalu tersedia. Unit usaha Silo Jagung dapat juga mengembangkan usahanya dengan mendirikan pabrik pakan ternak dan peternakan dalam satu kawasan. Tabel 20. Matriks IE Strategik unit usaha Silo Jagung Gapoktan Rido Manah
Total Skor EFI Rata-rata
Kuat 4.0
Tinggi
3.0
Lemah 1.0
2.0
I
II
III
Pertumbuhan
Pertumbuhan
Penciutan
IV
V
VI
Total Skor EFE
3.0
Menengah
Stabilitas 2.0
Rendah
Penciutan
VII
Pertumbuhan / Stabilitas VIII
IX
Pertumbuhan
Pertumbuhan
Likuidasi
1.0
4.4.5 Analisis Matriks SWOT Penajaman alternatif strategi pengembangan unit usaha Silo Jagung dapat dirumuskan berdasarkan analisis Matriks SWOT. Penyusunan formulasi strategi dilakukan dengan mengkombinasikan berbagai faktor yang telah diidentifikasi dan dikelompokkan. Hasil formulasi dikelompokkan menjadi empat kelompok formulasi strategi yang terdiri dari strategi Kekuatan – Peluang (S – O), strategi Kekuatan – Ancaman (S – T), strategi Kelemahan – Peluang (W – O) dan strategi Kelemahan – Ancaman (W – T), seperti yang dimuat dalam Tabel 21.
72 Tabel 21. Matriks SWOT Unit Usaha Silo Jagung Faktor Internal
Kekuatan(S) 1. Mutu Jagung lebih baik 2. Jaringan pemasaran sederhana 3. Manajer Silo profesional 4. Lokasi Silo strategik 5. Gapoktan mandiri 6. Ketersediaan lahan
Kelemahan (W) 1. Biaya produksi lebih besar 2. Akses permodalan lemah 3. Kapasitas Alsin tidak seimbang 4. Kemampuan SDM Gapoktan terbatas 5. Bahan baku musiman 6. Tingkat pengembalian modal lambat
Strategi SO ( agresif)
Strategi WO ( diversifikasi)
1. Membangun kemitraan dengan industri pakan ternak dengan tetap mempertahankan mutu produk ( S1,S3,S5, O1,O2,O3,O4,O5,O6) 2. Meningkatkan peran manajer dalam mengembangkan unit usaha Silo Jagung (S1,S3,S4, S5,O1, O2,O5) 3. Meningkatkan produksi dan produktivitas dalam memanfaatkan permintaan Jagung yang semakin meningkat (S5,S6,O1,O2,O3,O5) Strategi ST( diferensiasi)
1. Meningkatkan efisiensi usaha unit Silo Jagung (W1,W2,W6,O1,O2,O5) 2. Meningkatkan kemampuan SDM Gapoktan dengan memanfaatkan dukungan pemerintah dan mitra usaha (W2,W4,W5,O1,O6) 3. Meningkatkan kapasitas Alsin untuk meningkatkan produksi dan pengembangan produk olahan (W1,W3, W5,W6, O1,O3,O4,O6)
1. Pengembangan produk olahan Jagung dalam menghadapi fluktuasi harga (S1,S3,S4,S5,S6,T2,T3) 2. Memanfaatkan peran manajer Silo dalam menghadapi tingkat persaingan usaha (S1,S3,S5,T1,T3) 3. Mengembangkan kelembagaan Gapoktan dalam menghadapi persaingan usaha dan perubahan kultur masyarakat ( S1,S5,S6,T3, T6)
1. Aktif menjalin kerjasama dengan stake holder terkait dalam menghadapi permasalahan Jagung (W2,W3,W4,W6,T2,T3,T4,T5) 2. Meningkatkan kemampuan SDM Gapoktan melalui pelatihan dan magang (W4,W5,T1,T3,T6) 3. Mendorong anggota untuk meningkatkan sistem usaha tani ( W4,W5,T1, T2,T5)
Faktor Eksternal Peluang (O) 1. Pangsa pasar potensial 2. Hubungan yang baik dengan pembeli 3. Permintaan Jagung meningkat 4. Kebijakan pemerintah (Pengadaan) 5. Kesempatan bermitra dengan industri pakan ternak 6. Dukungan Pemerintah Daerah
Ancaman (T) 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Perubahan Cuaca dan Iklim Fluktuasi Harga Jagung Tingkat persaingan usaha Tingkat suku bunga kredit Tingginya Impor Jagung Perubahan Kultur Masyarakat
1.
Strategi WT ( defensif)
Strategi S – O Strategi S – O adalah strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengambil keuntungan dari peluang yang ada dengan menggunakan strategik berikut : a. Membangun
kemitraan
dengan
mempertahankan mutu produk
industri
pakan
ternak
dengan
tetap
73 b. Meningkatkan peran manajer dalam mengembangkan unit usaha Silo Jagung c. Meningkatkan produksi dan produktivitas dalam memanfaatkan permintaan
Jagung yang semakin meningkat. 2. Strategi S – T Strategi ini dilakukan dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki dengan cara menghindari ancaman, dengan menggunakan : a. Pengembangan produk olahan Jagung dalam menghadapi fluktuasi harga b. Memanfaatkan peran manajer Silo dalam menghadapi tingkat persaingan usaha c. Mengembangkan kelembagaan Gapoktan dalam menghadapi persaingan usaha dan perubahan kultur masyarakat 3. Strategi W – O Strategi ini dilakukan dengan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan. Dalam hal ini unit usaha sebaiknya tetap berproduksi untuk mendapatkan keuntungan, dengan menggunakan strategi berikut : a. Meningkatkan efisiensi usaha unit Silo Jagung b. Meningkatkan kemampuan SDM Gapoktan dengan memanfaatkan dukungan pemerintah dan mitra usaha c. Meningkatkan
kapasitas
Alsin
untuk
meningkatkan
produksi
dan
pengembangan produk olahan 4. Strategi W – T Strategi ini bersifat bertahan, sehingga ditujukan untuk meminimalkan kelemahan yang ada dan menghindari ancaman melalui strategi berikut : a. Aktif menjalin kerjasama dengan stake holder terkait dalam menghadapi permasalahan Jagung. b. Meningkatkan kemampuan SDM Gapoktan melalui melalui pelatihan dan magang c. Mendorong anggota untuk meningkatkan sistem usaha tani
4.4.6 Pemilihan Alternatif Strategik Setelah diperoleh beberapa alternatif strategik yang diterapkan oleh manajemen usaha, selanjutnya dilakukan pemilihan alternatif strategik paling efektif untuk diimplementasikan. Pemilihan alternatif strategik tersebut dilakukan dengan cara memberikan bobot pada setiap unsur SWOT yang telah diidentifikasi sesuai dengan
74 tingkat kepentingannya. Tingkat kepentingan unsur SWOT diberi bobot 1, 2, 3 dan 4 (Tabel 22). Tabel 22. Tingkat kepentingan unsur SWOT pada unit usaha Silo Jagung SWOT Kekuatan (S) S1. Mutu Jagung baik S2. Jaringan pemasaran sederhana S3. Manajer Silo profesional S4. Lokasi Silo strategis S5. Gapoktan mandiri S6. Ketersediaan lahan Kelemahan (W) W1. Biaya produksi lebih besar W2. Akses permodalan lemah W3. Kapasitas Alsin tidak seimbang W4. Kemampuan SDM gapoktan terbatas W5. Bahan baku musiman W6. Tingkat pengembalian modal lambat Peluang (O) O1. Pangsa pasar yang potensial O2. Hubungan yang baik dengan pembeli O3.Permintaan Jagung meningkat O4. Kebijakan pemerintah (Pengadaan) O5. Kesempatan bermitra dengan industri pakan ternak O6. Dukungan Pemerintah Daerah Ancaman (T) T1. Perubahan Cuaca dan Iklim T2. Fluktuasi Harga Jagung T3. Tingkat persaingan usaha T4. Tingkat suku bunga kredit T5. Tingginya Impor Jagung T6. Perubahan Kultur Masyarakat Keterangan ; 1 = Sangat tidak penting 3 = Penting
Peringkat 21 4 4 4 4 3 3 16 3 3 3 3 2 3 19 4 3 3 3 3 3 17
2 = Tidak penting 4 = Sangat penting
3 3 3 3 2 2
75 Tabel 23. Penentuan Alternatif Strategi terbaik pada Unit Usaha Silo Jagung Gapoktan Rido Manah Alternatif Strategi SWOT Strategi S-O 1. Membangun kemitraan dengan industri pakan ternak dengan tetap mempertahankan mutu produk 2. Meningkatkan peran manajer dalam mengembangkan unit usaha Silo Jagung 3. Meningkatkan produksi dan produktivitas dalam menghadapi permintaan Jagung yang semakin meningkat Strategi W-O 1. Meningkatkan efisiensi usaha unit Silo Jagung 2. Meningkatkan kemampuan SDM Gapoktan dengan memanfaatkan dukungan pemerintah dan mitra usaha 3. Meningkatkan kapasitas alsin untuk meningkatkan produksi dan pengembangan produk olahan Strategi S-T 1. Pengembangan produk olahan Jagung dalam menghadapi fluktuasi harga 2. Memanfaatkan peran manajer Silo dalam menghadapi tingkat persaingan usaha 3. Mengembangkan kelembagaan Gapoktan dalam menghadapi persaingan usaha dan perubahan kultur masyarakat Strategi W-T 1. Aktif menjalin kerjasama dengan stake holder terkait dalam menghadapi permasalahan Jagung 2. Meningkatkan kemampuan SDM Gapoktan melalui pelatihan, study banding dan magang 3. Mendorong anggota untuk meningkatkan sistem usaha tani untuk mengurangi impor dan fluktuasi harga
Keterkaitan
( S1,S3,S5, O1,O2,O3,O4,O5,O6)
Kepentingan
Rangking
29
1
27
2
(S5,S6,O1,O2,O3,O5)
19
6
(W1,W2, W6,O1,O2,O6) (W2,W4,W5,O1, O3,O6)
18 17
(W1,W3,W5,W6,O1,O3, O4,O6)
21
5
(S1,S3,S4, S5,S6,T2,T3)
24
3
(S1,S3,S5,T1,T3)
16
( S1,S5,S6,T1, T3, T6)
18
(W2,W3,W4,W6,T2,T3, T4,T5)
22
(W4, W5, T1,T3,T6)
13
(W4,W5,T1, T2,T5)
14
(S1,S3,S4,S5,O1, O2,O5)
4
Berdasarkan analisis tersebut, strategi yang paling efektif dilakukan oleh unit usaha Silo Jagung (Tabel 23) adalah (1) Menjalin kemitraan dengan industri pakan ternak dengan tetap menjaga mutu produk, (2) Meningkatkan peran manager dalam pengembangan unit usaha Silo Jagung, (3) Pengembangan produk olahan Jagung dalam menghadapi fluktuasi harga, (4) Aktif menjalin kerjasama dengan stakeholder
76 terkait dalam menghadapi permasalahan Jagung (5) Meningkatkan kapasitas alsin untuk peningkatan produksi dan pengembangan produk olahan Jagung (6) Meningkatkan produksi dan produktivitas dalam menghadapi permintaan Jagung yang semakin meningkat. Setelah pembobotan terhadap unsur-unsur SWOT dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah menentukan skor kepentingan dari setiap alternatif strategik yang diperoleh dalam analisis SWOT berdasarkan jumlah akumulasi keterkaitan antar unsur SWOT yang menghasilkan strategik tersebut (Tabel 23). Selanjutnya dari hasil penjumlahan itu, masing-masing alternatif strategik diberi peringkat (ranking) yang merupakan urutan strategik terbaik berdasarkan kondisi usaha saat ini. Dari 12 alternatif strategik yang diperoleh dalam analisis SWOT dipilih alternatif strategik untuk diimplementasikan dari 6 rangking tertinggi, yaitu ranking 1, 2, 3, 4, 5 dan 6
4.4.7 Implementasi Strategik Strategi yang telah dirumuskan pada analisis SWOT tersebut perlu diimplementasikan pada kebijakan usaha. Langkah-langkah tersebut diimplementasi pada aspek produksi, Sumber Daya Manusia (SDM), pemasaran dan pengembangan. Uraian implementasi strategi yang dimaksud adalah : 1. Produksi Alternatif strategik yang dapat dilakukan oleh
unit usaha Silo Jagung
antara lain dengan meningkatkan kapasitas alsin untuk peningkatan produksi dan pengembangan produk olahan Jagung. Penambahan jumlah Corn Sheller dapat dilakukan dengan pengadaan Corn Sheller di tiap kelompok tani sehingga keterlibatan petani dalam unit usaha semakin nyata sehingga bahan baku Jagung yang diterima di Silo sudah dalam bentuk Jagung pipil kering petani (KA 20-22 %) diolah menjadi Jagung pipil kering (KA 14-16%). Untuk dapat menyimpan Jagung pipil kering saat musim panen raya maka strategi yang perlu diimplementasikan adalah penambahan kapasitas Silo, sehingga unit usaha dapat menyimpan Jagung lebih lama sesuai dengan fungsi Silo sebenarnya untuk menyimpan Jagung pipil kering. Dari segi produksi bahan baku untuk unit usaha Silo Jagung perlu dilakukan peningkatan produksi dan produktivitas Jagung petani. Rataan produktivitas Jagung petani masih di bawah 5 ton/ha perlu ditingkatkan dengan
77 penggunaan benih unggul dan pupuk berimbang. Peningkatan produksi dapat dilakukan dengan penambahan luas tanam mengingat potensi lahan yang masih luas (2.000 Ha). Pemanfaatan alat pengering untuk komoditi biji-bijian lainnya perlu dikaji dan dikembangkan untuk meningkatkan kapasitas produksi unit silo jagung. Waktu kerja silo jagung yang musiman dapat diantisipasi dengan memanfaatkan alat pengering jagung bila tidak digunakan untuk itu perlu dipertimbangkan komoditi yang sesuai untuk diproses pada saat silo tidak beroperasi, sehingga silo semakin bernilai ekonomis .
2. SDM Implementasi alternatif strategi pada aspek SDM adalah memberdayakan peran manager dalam merencanakan, mengorganisasikan, mengaktualisasikan dan mengontrol semua kegiatan usaha Silo Jagung. Unit usaha Silo Jagung harus aktif menjalin kerjasama dengan stakeholder terkait dalam menghadapai permasalahan Jagung. SDM pengelola dan Gapoktan perlu ditingkatkan melalui pelatihan,
magang
maupun
studi
banding.
Implementasi
strategik
ini
membutuhkan uluran tangan pemerintah mengingat petani memiliki kemampuan yang sangat terbatas baik dari segi modal maupun kerjasama dengan stakeholder terkait. Kemampuan teknis maupun manajemen anggota perlu dibina secara berkelanjutan sehingga keberadaan Gapoktan Rido Manah semakin nyata. Petani didik menjadi petani yang berorientasi bisnis bukan sekedar memenuhi kebutuhan sendiri, sehingga peran kelembagaan petani yang kuat makin nyata dalam usaha tani dan agribisnis Jagung petani anggota.
3. Pemasaran Pemasaran merupakan suatu konsep dasar dari proses kegiatan usaha yang dilakukan oleh unit usaha Silo Jagung. Pemasaran yang dilakukan selama ini adalah penjualan ke pabrik pakan ternak melalui mitranya yang langsung terjun ke lokasi. Unit usaha Silo Jagung akan berkelanjutan apabila usaha tersebut dapat menghasilkan keuntungan. Alternatif strategi yang perlu diimplementasikan terkait pemasaran Jagung adalah perlu dibangun kemitraan usaha pemasaran yang merupakan kerjasama usaha antara Gapoktan dengan pengusaha industri hilir,
78 seperti industri pakan ternak yang diserta pemberian bimbingan teknis dan manajemen. Diupayakan agar kemitraan dijalankan dengan berlandaskan prinsipprinsip saling membutuhkan, saling memperkuat dan saling membutuhkan. Kerjasama yang dilaksanakan oleh Unit usaha Silo Jagung selama ini belum dinyatakan dalam bentuk tertulis untuk itu perlu dijalin kemitraan dengan pabrik pakan ternak.
4. Pengembangan Pengembangan unit usaha Silo Jagung merupakan salah satu upaya untuk mendukung program peningkatan produksi Jagung. Implementasi Alternatif Strategi adalah pengembangan produk olahan Jagung dalam hal ini Jagung giling dalam menghadapi fluktuasi harga. Pengembangan produk olahan Jagung giling sebagai bahan baku pakan ternak, dimana dapat menjadi solusi dalam menghadapi fluktuasi harga Jagung. Jagung giling sebagai bahan baku pakan ternak dijual ke pengusaha ternak lokal maupun luar. Strategi pengembangan lanjutan adalah membangun suatu kawasan terpadu yang terdiri dari unit usaha Silo Jagung, pakan ternak dan industri ternak. Untuk dapat mewujudkan strategi tersebut maka dari sisi Gapoktan masih perlu melakukan konsolidasi ke dalam (internal Gapoktan), khususnya penguatan manajemen atau kepengurusan Gapoktan serta kesiapan kontribusi petani anggota guna penguatan kelembagaan Gapoktan dan unit – unit usahanya.
KESIMPULAN DAN SARAN
1.
Kesimpulan a. Unit usaha silo Jagung layak dikelola oleh Gapoktan Rido Manah karena dari hasil perhitungan analisa kelayakan usaha yaitu biaya investasi Rp. 1.057.600.000 pada nilai NPV DF 14% Rp 127.019.755,6 ; IRR 21% ; PBP 2,78 tahun atau 487 hari, BCR 1, 07 dan titik impas 1.646,38 ton/tahun atau 9 ton per hari. Hal lainnya analisis sensitivitas menunjukkan bahwa unit usaha silo jagung sangat rentan terhadap kenaikan harga bahan baku maupun penurunan harga jual. b. Faktor-faktor strategik internal dan eksternal dalam pengembangan unit usaha silo jagung adalah :(1) Kekuatan terdiri dari Mutu Jagung lebih baik, Jaringan Pemasaran Sederhana, Manajer Silo Profesional, Lokasi Silo Strategik, Gapoktan Mandiri dan Ketersediaan lahan;(2) Kelemahan terdiri dari Biaya Produksi Lebih Besar, Akses Permodalan Lemah, Kapasitas Alsin tidak seimbang, Kemampuan SDM Gapoktan terbatas, Bahan Baku Musiman dan Tingkat Pengembalian Modal Lambat; (3) Peluang terdiri dari Pangsa Pasar yang Potensial, Hubungan yang Baik dengan Pembeli, Permintaan Jagung Meningkat, Kebijakan Pemerintah (Pengadaan), Kesempatan bermitra dengan industri pakan ternak dan Dukungan pemerintah daerah; (4) Ancaman terdiri dari Perubahan Cuaca dan Iklim, Fluktuasi Harga Jagung, Tingkat persaingan usaha, Tingkat Suku Bunga Kredit, Tingginya Impor Jagung dan Perubahan Kultur Masyarakat c. Diperoleh strategik yang paling efektif dilakukan oleh unit usaha Silo Jagung berdasarkan faktor internal dan eksternal seperti (1) menjalin kemitraan dengan industri pakan ternak dengan tetap menjaga mutu produk (2) Meningkatkan peran manager dalam pengembangan unit usaha Silo Jagung (3) Pengembangan produk olahan Jagung dalam menghadapi fluktuasi harga (4), aktif menjalin kerjasama dengan stake holder terkait dalam menghadapi permasalahan jagung (5) meningkatkan kapasitas alsin untuk peningkatan produksi dan pengembangan produk olahan jagung (6) Meningkatkan produksi dan produktivitas jagung petani anggota dalam menghadapi permintaan jagung yang semakin meningkat. Alternatif strategi tersebut diimplementasikan pada aspek (1) Produksi:
Meningkatkan
kapasitas
Alsin
untuk
peningkatan
produksi
dan
pengembangan produk olahan jagung, serta peningkatan produksi dan produktivitas jagung petani sebagai bahan baku Silo Jagung; (2) SDM: Peran manager dalam merencanakan, mengorganisasikan, mengaktualisasikan dan mengontrol semua kegiatan
usaha Silo Jagung. Aktif menjalin kerjasama dengan stake holder terkait dalam menghadapai permasalahan jagung; (3) Pemasaran: perlu dibangun kemitraan usaha pemasaran yang merupakan kerjasama usaha antara Gapoktan dengan pengusaha industri hilir seperti industri pakan ternak yang diserta pemberian bimbingan teknis dan manajemen; (4) Pengembangan: pengembangan produk olahan Jagung dalam menghadapi fluktuasi harga. Strategi pengembangan lanjutan adalah membangun suatu kawasan terpadu yang terdiri dari unit usaha Silo Jagung, pakan ternak dan industri ternak.
2. Saran a
Dalam pengembangan unit usaha Silo Jagung di masa mendatang, Gapoktan Rido Manah
diharapkan
dapat
mengimplementasikan
alternatif-alternatif
strategi
pengembangan usaha yang telah diformulasikan dengan cara meningkatkan kelembagaan petani agar tetap bertahan dalam persaingan usaha dan adanya komitmen dari pihak pengurus untuk membenahi pengelolaan usaha. b
Diharapkan peran pemerintah dalam pengembangan agribisnis Jagung, mengingat kemampuan organisasi petani masih lemah, sehingga perlu dilindungi dan dibina secara khusus, karena organisasi petani masih belum mampu berperan dengan baik. Dukungan pemerintah dalam
kebijakan khusus seperti penetapan Harga Minimum Regional,
kebijakan impor, fasilitasi akses permodalan, penyediaan infrastruktur, pembinaan dan pengawalan, serta subsidi guna penguatan modal organisasi petani. c
Untuk meningkatkan produktivitas Silo Jagung perlu dilakukan alternatif pengeringan untuk biji-bijian lainnya untuk mengoptimalkan kinerja Silo Jagung, yaitu melakukan kajian jenis komoditi yang sesuai.
d
Sebagai perbandingan terhadap kelayakan Silo Jagung yang dikelola Gapoktan, maka perlu dilakukan kajian tentang kelayakan Silo Jagung yang dkelola oleh pihak lain misalnya swasta.
DAFTAR PUSTAKA Akil, M. dan H.A. Dahlan, 2006. Jagung Teknik Produksi dan Pengembangan. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros. Annas. 2007. Budidaya Jagung. 09 November 2007. http://insidewinme.blogspot.com/2007/ 11/budidaya-jagung.html Anonymous. 2009. Menekan Alfltoxin pada Jagung. Tabloid Sinar Tani. 08 September 2009 Badan Agribisnis. 1999. Kebijaksanaan dan Pola Kemitraan Usaha Pertanian. Badan Agribisnis Departemen Pertanian RI, Jakarta. (BPS) Badan Pusat Statistik. 2009. Berita Resmi Statistik No. 17/03/Th. XII, 2 Maret 2009. Badan Pusat Statistik, Jakarta Badan Ketahanan Pangan. 2009. Produksi dan Ketersediaan Komoditi Pangan Penting Tahun 2004 – 2008. Departemen Pertanian RI, Jakarta Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat, 2009. Laporan Tahunan. Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat, Bandung. Ditjen BPPHP. 2003. Pedoman Penanganan Pasca Panen Jagung. Departemen Pertanian RI, Jakarta Ditjen PPHP. 2008. Pedoman Manajemen Usaha Silo Jagung. Departemen Pertanian RI, Jakarta . 2006. Pedoman Penanganan Pasca Panen Tanaman Pangan. Departemen Pertanian RI, Jakarta David, F. R. 1998. Strategic Management. Prentice Hall International Inc., New Jersey. Fakultas Pertanian UGM. 2008. Evaluasi Pengembangan Silo Jagung di Wilayah Timur, Yogyakarta Glueck dan Jauch. 1999. Strategi dan Kebijakan Perusahaan (Terjemahan). Erlangga, Jakarta. Gittinger, J.P. 1996. Analisis Ekonomi Proyek Pertanian (Terjemahan). Universitas Indonesia Press, Jakarta Hubeis, M dan M. Najib. 2008. Manajemen Strategik dalam Pengembangan Daya Saing Organisasi. PT Elex Media Komputindo, Jakarta Kadariah, L. Karlina dan C. Gray. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Kasmir dan Jakfar. 2007. Studi Kelayakan Bisnis.( Edisi Kedua ). Kencana Prenada Media Group, Jakarta.
Kristanto, A. 2008 .Teknologi Pasca Panen untuk Peningkatan Mutu Jagung. PT. BISI. http://www.tanindo.com/abdi11/hal0901.htm; Tgl 21 Maret 2009 Pakpahan, A. 1990. Permasalahan dan Landasan Konseptual dalam Rekayasa Institusi (Koperasi). PSE Departemen Pertanian, Bogor. Pramono, B.R. 2008. Budidaya Jagung, 27 Maret budidaya.blogspot.com/2007/10budiiiiiiya-jagung.html
2009.
http://teknis-
Rangkuti, F. 2006. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Sutojo, S. 1996 . Studi Kelayakan Proyek, Teori dan Praktik. Pustaka Binaman, Jakarta. Suprapto. 1993. Seri Budidaya Jagung. Kanisius, Yogyakarta Syarief, R. dan Y.H Fatika. 2006. Pengembangan Model Kemitraan Agroindustri dan Pemasaran Terpadu Komoditi Pertanian disampaikan pada Acara Seminar Bulan Mutu tanggal 29 Nopember 2006. Departemen Pertanian, Jakarta. Tambunan, T. 1996. Kemitraan Usaha Kecil (Policy Paper). Lokakarya Kebijakan untuk Mendukung Strategi Kemitraan Usaha di Indonesia. Badan Litbang Depkop dan PKK. AKATIGA, Bandung. Tjakrawiralaksana, A dan Soeriaatmadja. 1983. Usahatani. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta. Warsana, 2009. Introduksi Teknologi Tumpang Sari Jagung dan Kacang Tanah. Tabloid Sinar Tani, 25 Februari 2009. Zubir, Z. 2006. Studi Kelayakan Usaha. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
LAMPIRAN
83
Lampiran 1. Kuesioner kelayakan usaha
KUESIONER PENELITIAN
KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SILO JAGUNG di GAPOKTAN RIDO MANAH KECAMATAN NAGREK KABUPATEN BANDUNG
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
84
Lanjutan Lampiran 1. A.
Kuesioner untuk Petani
I.
Data Responden
II.
Nomor
:................................................................................................
Tanggal
:................................................................................................
Nama
:................................................................................................
Jabatan di Gapoktan
:................................................................................................
Alamat
:................................................................................................
Usia
:................................................................................................
Pendidikan
:................................................................................................
Pengadaan Jagung Oleh Petani 1.
Pengalaman bertani
:.............................................................................. tahun
2.
Luas Lahan Jagung
:......................................................... ha/musim tanam
3.
Jumlah Produksi jagung per musim tanam (khusus/sela) : ......................................... kg
4.
Jumlah tanam jagung dalam 1 (satu) tahun adalah: .......................................... x setahun.
5. 6.
7.
Bagaimana pola tanam jagung yang dilakukan ? .............................................................................................................................. Bagaimana proses Budidaya Jagung yang dilaksanakan selama ini ? .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. ............................................................................................................................... Dari mana benih jagung diperoleh oleh petani ? Perbanyakan sendiri Beli benih komersial: merek .......................... beli dari .............................
8.
Apakah ada permasalahan dalam budidaya jagung seperti pengadaan benih, Saprodi, dll ? Ya, sebutkan....................................................................................................... ..........................................................................................................................
Tidak
85
Lanjutan Lampiran 1. 9.
10.
Bagaimana proses panen dan pasca panen jagung yang dilakukan ? ........................................................................................................................................... ........................................................................................................................................... Adakah manfaat yang diperoleh bila melakukan proses panen dan pasca panen jagung selama ini ? Ya, sebutkan....................................................................................................... ........................................................................................................................... Tidak
11.
Apakah permasalahan yang dihadapi dalam proses panen dan pasca panen jagung ?
12.
........................................................................................................................................... ........................................................................................................................................... Dalam bentuk apa jagung biasanya dijual? Jagung segar dengan harga.................................... Rp/. Jagung kering tongkol dengan harga...........................Rp/ Jagung kering pipil dengan harga................................Rp/
13.
Kemana jagung biasanya dipasarkan ? ........................................................................................................................................
14.
Biaya produksi jagung per musim tanam. : khusus/tanaman sela
Uraian Benih jagung Sewa Lahan Pupuk - Urea - SP 36 - KCl - Kompos Pestisida Tenaga Kerja Pengolahan lahan Penanaman Penyiangan dan Pembumbunan Pemupukan Pemeliharaan lain Panen Biaya lain-lain
Unit
Satuan kg ha kg/ha kg kg kg kg liter OH OH OH OH OH OH OH OH
Harga/Unit (Rp)
Total
86
Lanjutan Lampiran 1. B.
Kuesioner untuk Gapoktan
I. Data Responden
II.
Nomor
:................................................................................................
Tanggal
:................................................................................................
Nama
:................................................................................................
Jabatan di Gapoktan
:................................................................................................
Alamat
:................................................................................................
Usia
:................................................................................................
Pendidikan
:................................................................................................
Data Umum Gapoktan 1. Nama Gapoktan
:.........................................................................................
2. Nama Ketua Gapoktan
:.........................................................................................
3. Tahun Pendirian Gapoktan :.................................................................................... 4. Jumlah anggota Gapoktan : ...................... kelompok tani...........................petani 5. Luas Panen jagung seluruh petani yang tergabung dalam Gapoktan: ..................... ha 6. Produktivitas rataan jagung :......................................ha/ton 7. Produksi jagung per musim tanam (khusus/sela)* :............................ton 8. Bagaimana keterlibatan Gapoktan dalam pengelolaan Silo jagung ? Sebutkan. ........................................................................................................................... .......................................................................................................................... ........................................................................................................................... 9. Manfaat apakah yang dirasakan anggota Gapoktan dengan adanya Silo jagung ini ? .................................................................................................................................. ................................................................................................................................... ................................................................................................................................... *) coret yang tidak perlu
87
Lanjutan Lampiran 1. 10. Permasalahan apakah yang dirasakan anggota Gapoktan dengan adanya Silo jagung ini ? .................................................................................................................................... ................................................................................................................................... ................................................................................................................................... ...................................................................................................................................
11. Bagaimana rencana Gapoktan kedepan dalam pengembangan unit usaha Silo jagung yang dimiliki ? ............................................................................................................................................ ............................................................................................................................................. ............................................................................................................................................. ............................................................................................................................................ ...............................................................................................................................................
88
Lanjutan Lampiran 1.
C.
Kuesioner untuk Pengelola Silo
I.
Data Responden Tanggal
:................................................................................................
Nama
:................................................................................................
Jabatan
:................................................................................................
Alamat
:................................................................................................
Usia
:................................................................................................
Pendidikan
:................................................................................................
Pengalaman dalam mengelola fasilitas pasca panen: 1. Sebelum menjadi pengelolal Silo, jelaskan ! ................................................................................................................................ ................................................................................................................................ 2. Menjadi pengelola penyimpanan produk pangan selain jagung, jelaskan ! ................................................................................................................................ ................................................................................................................................ 3. Lainnya, sebutkan ! ................................................................................................................................ ................................................................................................................................ II.
Pengadaan Jagung oleh Unit Usaha Silo Jagung 1. Nama Unit Usaha
:.................................................................................................
2. Lokasi unit Usaha
:.................................................................................................
89
Lanjutan Lampiran 1. 3. Struktur Organisasi (gambar skema, jabatan dan nama personalia)
4. Modal Awal (Rp)
:...........................................................................................
5. Nilai Aset (Rp) :........................................................................................................ 6. Jenis Modal
:
Modal Sendiri
Pinjaman dari Koperasi
Pinjaman dari Bank
Bantuan Pemerintah
Lainnya
7. Kapasitas produksi/bulan : ............................................................................................... 8. Tahun berdiri usaha
:...................................................................................................
9. Sumber Bahan baku jagung berasal dari : Petani anggota Gapoktan.........................................ton..............................Rp/kg Petani anggota non Gapoktan............................... ton................................Rp/kg
90
Lanjutan Lampiran 1. 10. Apakah ada kesulitan dalam pengadaan bahan baku dari petani anggota Gapoktan ? Ya, sebutkan....................................................................................................... Tidak 11. Apakah ada kesulitan dalam pengadaan bahan baku dari petani non Gapoktan ? Ya, sebutkan....................................................................................................... ........................................................................................................................... .......................................................................................................................... Tidak 12. Bagaimana proses pembelian jagung oleh Unit Usaha Silo Jagung dari petani anggotanya ? Pembayaran langsung Pembayaran setelah dikeringkan Pembayaran setelah dipasarkan Lainnya, sebutkan.................................................................................................... 13. Bagaimana proses pembelian jagung oleh Unit Usaha Silo Jagung dari petani non anggotanya? Pembayaran langsung Pembayaran setelah dikeringkan Pembayaran setelah dipasarkan Lainnya, sebutkan......................................................................................................
14. Bagaimana penetapan harga pembelian jagung dari petani anggota Gapoktan dan non Gapoktan? Anggota : ..................................................................................................................... Non Anggota: ...............................................................................................................
91
Lanjutan Lampiran 1. 15. Berapa biaya sewa pengeringan jagung tiap kg jagung pipil ? Anggota .....................................................................Rp/kg Non Anggota.....................................................................Rp/kg
16. Apakah ada kesulitan dalam pengoperasian Alsin Silo jagung ? Ya, sebutkan....................................................................................................... ........................................................................................................................... ............................................................................................................................. Tidak 17. Bagaimana mekanisme pemasaran jagung oleh
unit usaha Silo jagung ke pasar ?
Sebutkan. ....................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... ........................................................................................................................................ 18. Apakah ada kesulitan dalam pemasaran jagung pipil kering hasil pengeringan unit usaha Silo jagung ke pasar ? Ya, sebutkan....................................................................................................... .......................................................................................................................... ........................................................................................................................... Tidak 19. Apakah Unit Usaha Silo Jagung Gapoktan Rido Manah telah melakukan kemitraan dengan pihak lain? Ya, sebutkan....................................................................................................... ............................................................................................................................ ... ........................................................................................................................ ................................................................................................................... Tidak 20. Jumlah produksi Silo jagung per per hari
:.............................................ton
21. Bulan Kerja per tahun :...............................................................................bulan 22. Hari kerja per bulan
:.............................................................................. hari
92
Lanjutan Lampiran 1.
23. Jam kerja per hari
:............................................................................... jam
24. Nilai Investasi paket Silo Jagung:.Rp............................................................, dengan nilai penyusutan/tahun adalah .................................................................................... 25. Bagaimana rencana bapak kedepan sebagai pegelola dalam pengembangan unit usaha Silo jagung ? ............................................................................................................................................. ............................................................................................................................................. ............................................................................................................................................. 26. Biaya operasional Silo per hari/minggu/bulan (pilih yang paling cocok) No.
Uraian
Satuan
Volume Satuan
1 A B C D E F
Biaya Bahan Langsung Bahan Baku BBM Oli Listrik Kayu Bakar Perawatan
2 A B C D 3
Biaya Tenaga kerja Manager Operator
A B 4 A B 5 A B C 6 7 8 9
Biaya tidak langsung pabrik
Biaya komersial (penjualan/promosi dll)
Biaya lain-lain
Biaya Total ( 1 s/d 5) Harga Jual Pajak Keuntungan (6-7)
Biaya Jumlah
Keterangan
93 Lampiran 2. Kuesioner strategi pengembangan usaha
KUESIONER PENELITIAN
KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SILO JAGUNG di GAPOKTAN RIDO MANAH KECAMATAN NAGREK KABUPATEN BANDUNG
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
94 Lanjutan Lampiran 2. Kuesioner penelitian untuk penilaian bobot dan rating faktor strategik internal dan eksternal Tujuan : Mendapatkan penilaian para responden mengenai tingkat kepentingan dari masing – masing faktor strategik baik internal maupun eksternal dalam menentukan atau mempengaruhi keberhasilan pengembangan unit usaha Silo jagung untuk merumuskan alternatif strategi pengembangan usaha.
Petunjuk umum : 1. Pengisian kuesioner dilakukan secara tertulis oleh responden 2. Jawaban merupakan pendapat pribadi dari masing – masing responden 3. Dalam pengisian kuesioner, responden diharapkan untuk melakukannya secara sekaligus (tidak menunda) untuk menghindari inkonsistensi jawaban
I.
DATA RESPONDEN
Nomor
: ......................................................................................
Tanggal Pengisian
: …………………………………………………………………….
Nama responden
: …………………………………………………………………….
Jabatan responden
: …………………………………………………………………….
Lokasi Kerja
: …………………………………………………………………….
Alamat & Telp
: …………………………………………………………………….
II.
PEMBOBOTAN EKSTERNAL
TERHADAP
FAKTOR
STRATEGIK
INTERNAL
DAN
Petunjuk khusus 1. Pembobotan dilakukan dengan metode Paired comparison yaitu penilaian bobot (weight) dengan membandingkan setiap faktor strategik internal dan eksternal perusahaan. Dalam menentukan bobot setiap variabel digunakan skala 1, 2 dan 3 dengan keterangan sebagai berikut :
95 Lanjutan Lampiran 2. 1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 =Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal 3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal 2. Penentuan bobot merupakan pandangan masing-masing responden terhadap setiap faktorfaktor strategik internal dan eksternal perusahaan.
TABEL FAKTOR STRATEGIK INTERNAL Faktor Penentu
A B C D E F
Ketersediaan lahan
(A)
Lokasi Silo strategik
(B)
Mutu jagung lebih baik
(C)
Manajer Silo profesional
(D)
Gapoktan mandiri
(E)
Jaringan pemasaran sederhana
(F)
Bahan baku musiman
(G)
Kemampuan SDM Gapoktan terbatas
(H)
Akses permodalan lemah
(I)
Kapasitas Alsin tidak seimbang
(J)
Biaya produksi lebih besar
(K)
Tingkat pengembalian modal lambat
(L)
G H I
J
K L
Contoh Pengisian : 1. “Lokasi Silo strategik” (B pada baris / vertikal) kurang penting daripada “Ketersediaan lahan (A pada kolom/horizontal), maka nilainya = 1 2. “Lokasi Silo strategik” (B pada baris / vertikal) sama penting daripada “Ketersediaan lahan (A pada kolom/horizontal), maka nilainya = 2 3. “Lokasi Silo strategik” (B pada baris / vertikal) lebih penting daripada “Ketersediaan lahan (A pada kolom/horizontal), maka nilainya = 3 Catatan : Cara membaca perbandingan dimulai dari variabel pada baris 1 (huruf cetak miring) terhadap kolom 1 (huruf cetak tegak) dan harus konsisten.
96 Lanjutan Lampiran 2.
TABEL FAKTOR STRATEGIK EKSTERNAL
A
Faktor Penentu Pangsa pasar yang potensial
(A)
Kebijakan pemerintah (Pengadaan)
(B)
Dukungan Pemerintah Daerah
(C)
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
Kesempatan bermitra dengan industri pakan ternak
(D)
Permintaan jagung meningkat
(E)
Hubungan yang baik dengan pembeli
(F)
Tingkat persaingan usaha
(G)
Perubahan Cuaca dan iklim
(H)
Perubahan Kultur masyarakat
(I)
Fluktuasi Harga Komoditas
(J)
Tingkat suku bunga kredit
(K)
Tingginya Impor Jagung
(L)
Contoh : 1. “Kebijakan pemerintah (Pengadaan)” (B pada baris / vertikal) kurang penting daripada “pangsa pasar yang potensial (A pada kolom/horizontal), maka nilainya = 1 2. “Kebijakan pemerintah (Pengadaan)” (B pada baris / vertikal) sama penting daripada “pangsa pasar yang potensial (A pada kolom/horizontal), maka nilainya = 2 3. “Kebijakan pemerintah (Pengadaan)” (B pada baris / vertikal) lebih penting daripada “pangsa pasar yang potensial (A pada kolom/horizontal), maka nilainya = 3
Cara membaca perbandingan dimulai dari variabel pada baris 1 (huruf cetak miring) terhadap kolom 1 (huruf cetak tegak) dan harus konsisten.
97
Lanjutan Lampiran 2 III.
PEMBERIAN NILAI PERINGKAT/RATING TERHADAP FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK INTERNAL Menurut bapak/ibu, seberapa besar tingkat kepentingan yang diberikan masing-masing faktor Strategik lingkungan internal berdasarkan kategori tersebut terhadap unit usaha Silo jagung Gapoktan Rido Manah pada saat ini?
Petunjuk Pengisian Kuesioner Alternatif pemberian angka terhadap faktor-faktor strategik internal yang tersedia untuk kuesioner ini adalah 1= kurang penting
2= cukup penting
3= penting
4= sangat penting
Pemberian angka masing-masing faktor strategik internal dilakukan dengan pemberian tanda (x) pada tingkat penting (1-4) yang paling sesuai menurut responden Faktor Strategik Internal
Peringkat 1
Kekuatan (Strenght) Ketersediaan lahan Lokasi Silo strategic Mutu jagung lebih baik Manajer Silo professional Gapoktan mandiri Memiliki jaringan pemasaran yang baik Kelemahan (Weakness) Bahan baku musiman Kemampuan SDM Gapoktan terbatas Akses permodalan lemah Kapasitas Alsin tidak seimbang Biaya produksi lebih besar Tingkat pengembalian modal lambat
2
3
4
98
Lanjutan Lampiran 2 IV.
PEMBERIAN NILAI PERINGKAT/RATING TERHADAP FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK EKSTERNAL
Menurut bapak/ibu, seberapa besar tingkat kepentingan yang diberikan masing-masing faktor Strategik eksternal tersebut terhadap unit usaha Silo jagung Gapoktan Rido Manah pada saat ini?
Petunjuk Pengisian Kuesioner Alternatif pemberian bobot terhadap faktor-faktor strategik eksternal yang tersedia untuk kuesioner ini adalah 1= sangat lemah
2 = Lemah
3 = Kuat
4 = Sangat kuat
Pemberian rating masing masing faktor strategik dilakukan dengan pemberian tanda (x) pada urutan intensitas (1-4) yang paling sesuai menurut responden Faktor Strategik Eksternal
Peringkat 1
Peluang (Opportunities) Pangsa pasar potensial Kebijakan pemerintah (Pengadaan) Dukungan Pemerintah Daerah Kesempatan bermitra dengan industri pakan ternak Permintaan jagung meningkat Hubungan yang baik dengan pembeli
Ancaman (Threats) Tingkat persaingan usaha Perubahan Cuaca dan iklim Perubahan Kultur masyarakat Fluktuasi Harga Jagung Tingkat suku bunga kredit Tingginya Impor Jagung
2
3
4
99
Lanjutan Lampiran 2. V.
PEMBERIAN NILAI PERINGKAT/RATING TERHADAP FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK INTERNAL Menurut bapak/ibu, seberapa efektif masing-masing faktor Strategik dengan efektifitas strategik yang ada saat ini terhadap unit usaha silo jagung Gapoktan Rido Manah pada saat ini?
Petunjuk Pengisian Kuesioner Pemberian rating masing masing faktor strategik dilakukan dengan pemberian tanda (x) pada urutan intensitas (1-4) yang paling sesuai menurut responden
1
= Sangat tidak penting
2
= Tidak penting
3
= Penting
4
= Sangat Penting
100
Lanjutan Lampiran 2. Tingkat kepentingan unsur SWOT pada unit usaha Silo Jagung SWOT 1 Kekuatan (S) S1. Mutu Jagung baik S2. Jaringan pemasaran sederhana S3. Manajer Silo profesional S4. Lokasi Silo strategis S5. Gapoktan mandiri S6. Ketersediaan lahan Kelemahan (W) W1. Biaya produksi lebih besar W2. Akses permodalan lemah W3. Kapasitas Alsin tidak seimbang W4. Kemampuan SDM gapoktan terbatas W5. Bahan baku musiman W6. Tingkat pengembalian modal lambat Peluang (O) O1. Pangsa pasar yang potensial O2. Hubungan yang baik dengan pembeli O3.Permintaan Jagung meningkat O4. Kebijakan pemerintah (Pengadaan) O5. Kesempatan bermitra dengan industri pakan ternak O6. Dukungan Pemerintah Daerah Ancaman (T) T1. Perubahan Cuaca dan Iklim T2. Fluktuasi Harga Jagung T3. Tingkat persaingan usaha T4. Tingkat suku bunga kredit T5. Tingginya Impor Jagung T6. Perubahan Kultur Masyarakat
Peringkat 2 3
4
Lampiran 3. Perhitungan Analisis Kelayakan Usaha Silo Jagung
Biaya Tenaga Kerja Unit Usaha Silo Jagung Posisi
Jumlah (orang)
Tenaga Kerja tak Langsung Manager Petugas Lapangan Admisnistrasi Security Sub Total
Upah per 8 jam
Gaji per bulan per orang Gaji per tahun (Rp)
1
2,500,000
30,000,000
1 1 1
2,000,000 1,500,000 1,000,000 7,000,000
24,000,000 18,000,000 12,000,000 84,000,000
Tenaga Operator
3 40,000
1,040,000
7,280,000
Kuli
3 40,000
280,000
1,960,000
80,000
1,320,000
9,240,000
8,320,000
93,240,000
Tenaga Kerja langsung
Sub Total
Total
10
101
Lanjutan Lampiran 3. Perhitungan Analisis Kelayakan Usaha Silo Jagung I. NET PRESENT VALUE (NPV) Discount Factor =
14 %
N
Biaya
Pendapatan
Benefit
DF
Nilai Kini
TH
(Rp)
(Rp)
(Rp)
14%
(Rp)
0
1
1.057.600.000 0
6.825.000.000
7.315.000.000
(1.057.600.000)
490.000.000
1 (1.057.600.000)
0,88
429.824.561
2
6.825.000.000
7.315.000.000
490.000.000
0,67
330.736.043
3
6.825.000.000
7.315.000.000
490.000.000
0,46
223.237.408
4
6.825.000.000
7.315.000.000
490.000.000
0,27
132.174.467
5
6.825.000.000
7.315.000.000
490.000.000
NPV =
0,14
68.647.276
127.019.755,6
102
103
Lanjutan. Lampiran 3 Perhitungan Analisis Kelayakan Usaha Silo Jagung NPV
Discount Factor =
18%
N
Biaya
Pendapatan
Benefit
DF
Nilai Kini
TH
(Rp)
(Rp)
(Rp)
18%
(Rp)
1
-1057600000
0
1.057.600.000 0
-1.057.600.000
1
6.825.000.000 7.315.000.000
490.000.000
0,85
415.254.237
2
6.825.000.000 7.315.000.000
490.000.000
0,61
298.229.128
3
6.825.000.000 7.315.000.000
490.000.000
0,37
181.511.454
4
6.825.000.000 7.315.000.000
490.000.000
0,19
93.621.589
5
6.825.000.000 7.315.000.000
490.000.000
0,08
40.922.859
NPV =
NPV1 II. IRR = i1 + i2 − i1 NPV − NPV 1 2
= 21%
(28.060.732,8)
104 Lanjutan Lampiran 3. Perhitungan Analisis Kelayakan Usaha Silo Jagung
Komponen III
Nilai
Satuan
Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) B/C Rati o
'=
PV benefit 1,07 PV Cost
IV
Break Even Point (Ton/Tahun) - BEP =
Total Biaya tetap
(Harga jual satuan - Biaya Variabel/satuan)
- BEP ( Hektar/ Tahun)
V
1.646,38
Ton/Tahun
823
Ton/musim
358
Ha/tahun
179
Ha/musim
Pay Back Period (PBP) = Total investasi x 1 tahun Laba - Investasi
Rp.1.057.600.000
- Laba
Rp.380.692.316,37
PBP
2,78
Tahun
486,17
Hari
102 Lampiran 4. Rekapitulasi bobot faktor strategik internal unit usaha silo jagung
Faktor Strategik Internal
Bobot Ketua Gapoktan
Pakan Ternak
Pengelola
Akademisi
Distan
Jumlah
Rataan
Ketersediaan lahan
0.0871
0.0455
0.0871
0.0530
0.0871
0.3598
0.0720
Lokasi Silo strategik
0.0833
0.0720
0.0909
0.0644
0.0947
0.4053
0.0811
Mutu jagung lebih baik
0.0909
0.1250
0.0871
0.0985
0.1023
0.5038
0.1008
Manajer silo profesional
0.0682
0.0947
0.0871
0.1136
0.1023
0.4659
0.0932
Gapoktan mandiri
0.0833
0.0795
0.0985
0.1061
0.0947
0.4621
0.0924
Jaringan pemasaran sederhana
0.0758
0.0795
0.1023
0.0833
0.0947
0.4356
0.0871
Bahan baku musiman
0.0795
0.0720
0.0985
0.0909
0.0720
0.4129
0.0826
Kemampuan SDM Gapoktan terbatas
0.0720
0.1023
0.0758
0.0909
0.0417
0.3826
0.0765
Akses permodalan lemah
0.0833
0.0871
0.0795
0.0795
0.0947
0.4242
0.0848
Kapasitas Alsin tidak seimbang
0.0871
0.0795
0.0606
0.0720
0.0833
0.3826
0.0765
Biaya produksi lebih besar
0.0909
0.0871
0.0606
0.0833
0.0644
0.3864
0.0773
Tingkat pengembalian modal lambat
0.0985
0.0758
0.0720
0.0644
0.0682
0.3788
0.0758
Total
1.0000
1.0000
1.0000
1.0000
1.0000
5.0000
1.0000
103 Lanjutan Lampiran 4 Rekapitulasi bobot faktor strategik eksternal unit usaha silo jagung
Faktor Strategik Eksternal
Bobot Ketua Gapoktan
Pakan Ternak
Pengelola Akademisi Distan
Jumlah
Rataan
Pangsa pasar yang potensial
0.0720
0.0833
0.0909
0.1061 0.0758
0.4280
0.0856
Kebijakan pemerintah (Pengadaan)
0.0568
0.0758
0.1023
0.0758 0.1174
0.4280
0.0856
Dukungan Pemerintah Daerah
0.0682
0.0720
0.0985
0.0758 0.1174
0.4318
0.0864
Kesempatan bermitra dengan industri pakan ternak
0.0758
0.0758
0.0947
0.0985 0.0795
0.4242
0.0848
Permintaan jagung meningkat
0.0871
0.0833
0.0985
0.1136 0.0720
0.4545
0.0909
Hubungan yang baik dengan Pembeli
0.0795
0.0909
0.0985
0.0909 0.0985
0.4583
0.0917
Tingkat persaingan usaha
0.0871
0.0871
0.0644
0.1061 0.0720
0.4167
0.0833
Perubahan Cuaca dan iklim
0.1061
0.1212
0.1023
0.0530 0.0795
0.4621
0.0924
Perubahan Kultur masyarakat
0.0871
0.0758
0.0795
0.0682 0.0417
0.3523
0.0705
Fluktuasi Harga Jagung
0.0909
0.0909
0.0606
0.0909 0.0720
0.4053
0.0811
Tingkat suku bunga kredit
0.0909
0.0644
0.0568
0.0568 0.0682
0.3371
0.0674
Tingginya Impor Jagung
0.0985
0.0795
0.0530
0.0644 0.1061
0.4015
0.0803
Total
1.0000
1.0000
1.0000
1.0000 1.0000
5.0000
1.0000
104 Lanjutan Lampiran 4. Rekapitulasi Rating faktor Strategik Internal Unit usaha Silo Jagung
Faktor Strategik Internal
Rating Ketua Gapoktan Pakan Ternak
Pengelola
Akademisi
Jumlah
Rataan
Distan
Ketersediaan lahan
4.000
2.000
4.000
3.000
4.000
17.000
3.400
Lokasi Silo strategik
3.000
4.000
3.000
4.000
4.000
18.000
3.600
Mutu jagung lebih baik
3.000
4.000
4.000
3.000
4.000
18.000
3.600
Manajer silo profesional
2.000
4.000
4.000
4.000
4.000
18.000
3.600
Gapoktan mandiri
2.000
3.000
3.000
3.000
3.000
14.000
2.800
Jaringan pemasaran sederhana
4.000
4.000
4.000
4.000
4.000
20.000
4.000
Bahan baku musiman
2.000
3.000
3.000
1.000
3.000
12.000
2.400
Kemampuan SDM Gapoktan terbatas
1.000
4.000
4.000
2.000
2.000
13.000
2.600
Akses permodalan lemah
2.000
3.000
3.000
1.000
4.000
13.000
2.600
Kapasitas Alsin tidak seimbang
4.000
2.000
3.000
2.000
3.000
14.000
2.800
Biaya produksi lebih besar
1.000
3.000
4.000
4.000
3.000
15.000
3.000
Tingkat pengembalian modal lambat
3.000
3.000
2.000
2.000
3.000
13.000
2.600
39.000
41.000
33.000
41.000
185.000
3.083
Total
31.000
105
Lampiran 4. Rekapitulasi Rating faktor strategik eksternal unit usaha silo Jagung
Faktor Strategik Eksternal
Peringkat Ketua Gapoktan
Pakan Ternak
Rataan
Pengelola Akademisi
Distan
Pangsa pasar yang potensial
3.000
4.000
4.000
4.000 3.000
18.000
3.600
Kebijakan pemerintah (Pengadaan)
2.000
3.000
4.000
3.000 4.000
16.000
3.200
Dukungan Pemerintah Daerah Kesempatan bermitra dengan industri pakan ternak
2.000
3.000
3.000
3.000 4.000
15.000
3.000
1.000
3.000
4.000
4.000 4.000
16.000
3.200
Permintaan jagung meningkat
4.000
3.000
4.000
2.000 3.000
16.000
3.200
Hubungan yang baik dengan pembeli
3.000
4.000
3.000
2.000 4.000
16.000
3.200
Tingkat persaingan usaha
4.000
2.000
4.000
2.000 2.000
14.000
2.800
Perubahan Cuaca dan iklim
2.000
4.000
4.000
2.000 3.000
15.000
3.000
Perubahan kultur masyarakat
2.000
1.000
3.000
2.000 2.000
10.000
2.000
Fluktuasi harga Jagung
3.000
3.000
4.000
3.000 4.000
17.000
3.400
Tingkat suku bunga kredit
4.000
4.000
3.000
1.000 3.000
15.000
3.000
Tingginya Impor Jagung
2.000
3.000
2.000
1.000 4.000
12.000
2.400
37.000
42.000
29.000 40.000
180.000
3.000
Total
32.000
106
Lanjutan Lampiran 4. Perhitungan matriks IFE unit usaha Silo Jagung
Faktor Strategik Internal
Bobot (a)
Rating (b)
Skor (axb) Peringkat
Kekuatan (A) Mutu jagung baik
0.1008
3.600
0.363
1
Jaringan pemasaran sederhana
0.0871
4.000
0.348
2
Manajer silo profesional
0.0932
3.600
0.335
3
Lokasi Silo strategik
0.0811
3.600
0.292
4
Gapoktan mandiri
0.0924
2.800
0.259
5
Ketersediaan lahan
0.0720
3.400
0.245
6
Biaya produksi lebih besar
0.0773
3.000
0.232
1
Akses permodalan lemah
0.0848
2.600
0.221
2
Kapasitas Alsin tidak seimbang
0.0765
2.800
0.214
3
Kemampuan SDM Gapoktan terbatas
0.0765
2.600
0.199
4
Bahan baku musiman
0.0826
2.400
0.198
5
Tingkat pengembalian modal lambat
0.0758
2.600
0.197
6
Kelemahan (B)
Total (A+B)
1
3.103
107
Lanjutan 11. Perhitungan matriks EFE unit usaha Silo Jagung
Faktor Strategik Eksternal
Bobot (a)
Rating (b)
Skor (axb)
Peringkat
A. Peluang Pangsa pasar potensial
0.0856
3.600
0.308
1
Hubungan yang baik dengan pembeli
0.0917
3.200
0.293
2
Permintaan Jagung meningkat
0.0909
3.200
0.291
3
Kebijakan pemerintah (Pengadaan)
0.0856
3.200
0.274
4
Kesempatan bermitra dengan industri pakan ternak
0.0848
3.200
0.272
5
Dukungan Pemerintah Daerah
0.0864
3.000
0.259
6
Perubahan Cuaca dan iklim
0.0924
3.000
0.277
1
Fluktuasi Harga Jagung
0.0811
3.400
0.276
2
Tingkat persaingan usaha
0.0833
2.800
0.233
3
Tingkat suku bunga kredit
0.0674
3.000
0.202
4
Tingginya Impor Jagung
0.0803
2.400
0.193
5
Perubahan kultur masyarakat
0.0705
2.000
0.141
6
B. Ancaman
Total A + B
1
3.019
111
Lampiran 12. Tingkat kepentingan unsur SWOT pada unit usaha silo Jagung
SWOT
Peringkat
Kekuatan (S)
21
1. Mutu jagung baik
4
2. Jaringan pemasaran sederhana
4
3. Manajer silo profesional
4
4. Lokasi Silo strategis
4
5. Gapoktan mandiri
3
6. Ketersediaan lahan
3
Kelemahan (W)
16
W1. Biaya produksi lebih besar
3
W2. Akses permodalan lemah
3
W3. Kapasitas Alsin tidak seimbang
3
W4. Kemampuan SDM gapoktan terbatas
3
W5. Bahan baku musiman
2
W6. Tingkat pengembalian modal lambat Peluang (O) O1. Pangsa pasar yang potensial O2. Hubungan yang baik dengan pembeli O3.Permintaan jagung meningkat O4. Kebijakan pemerintah (Pengadaan) O5. Kesempatan bermitra dengan industri pakan ternak O6. Dukungan Pemerintah Daerah Ancaman (T) T1. Perubahan Cuaca dan Iklim T2. Fluktuasi Harga Jagung T3. Tingkat persaingan usaha T4. Tingkat suku bunga kredit T5. Tingginya Impor Jagung T6. Perubahan Kultur Masyarakat
3 19 4 3 3 3 3 3 17 3 3 3 3 2 2
Keterangan; 1 = Sangat tidak penting 2 = Tidak penting 3 = Sedang 4 = Penting