i
ANALISIS KELAYAKAN USAHA ASPARAGUS (Asparagus officionalis) DI KELOMPOK TANI AL’ISTIQOMAH KECAMATAN CIWIDEY KABUPATEN BANDUNG
EDWARD
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
i
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kelayakan Usaha Asparagus (Asparagus officionalis) di Kelompok Tani Al’istiqomah Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2015 Edward NIM H43124041
* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.
i
ABSTRAK EDWARD. Analisis Kelayakan Usaha Asparagus (Asparagus officionalis) di Kelompok Tani Al’istiqomah Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung. Dibimbing oleh RITA NURMALINA. Asparagus merupakan tanaman sub tropis yang dapat diusahakan di dataran tinggi wilayah Indonesia, seperti Ciwidey Bandung yang memiliki syarat tumbuh yang dibutuhkan asparagus. Kelompok tani pertama yang mengusahakan asparagus di Kecamatan Ciwidey adalah kelompok tani Al’istiqomah. Kelompok ini merupakan kelompok tani yang menjadi pelopor untuk mengusahakan asparagus dalam bentuk kelompok tani. Harga bibit yang mahal menjadikan tanaman tersebut menjadi salah satu kendala kelompok dalam mengusahakan tanaman yang umur teknis tanaman yang mencapai lima tahun. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kelayakan usaha di Kelompok Tani Al’istiqomah berdasarkan aspek non finansial dan finansial. Selain itu, penelitian ini juga menganalisis sensitivitas terhadap perubahan kondisi usaha menggunakan switching value. Hasil penelitian akan menunjukan tidak semua kriteria pada aspek non finansial dan finansial dapat layak. Analisis dilakukan dengan dua skenario, skenario I merupakan kondisi aktual usaha dan skenario II merupakan kondisi usaha yang dilakukan pengembangan dengan penambahan greenhouse dilahan. Pada skenario I diperoleh nilai NPV 7 182 684.85, nilai Net B/C sebesar 1.17, nilai IRR 12% dengan diskonto 7% dan payback period skenario I selama 4.48 tahun dan pada skenario II diperoleh nilai NPV 26 012 781.22, nilai Net B/C sebesar 1.51, nilai IRR sebesar 24% dengan diskonto 7% dan dengan payback period usaha selama 4.0 tahun. Kedua skenario tersebut layak untuk dijalankan oleh kelompok tani. Pada dua skenario tersebut juga dilakukan analisis risiko usaha pada beberapa komponen inflow dan outflow. Komponen yang di analisis memiliki tingkat kepekaan tinggi terhadap perubahan adalah penurunan produksi pada skenario I sebesar 10.22% dan pada skenario II juga sebesar 26.41%. Kata kunci : Asparagus, aspek non finansial, aspek finansial, kelompok tani Al’istiqomah
ABSTRACT EDWARD. Feasibility Analysis of Asparagus (Asparagus officinalis) at Farmers Group Al’istiqomah Ciwidey District of Bandung regency. Supervise by RITA NURMALINA Asparagus is a subtropical plant that can be cultivated in the highlands of Indonesia, such as Bandung Ciwidey that have the necessary conditions to grow asparagus. The first farmer groups that cultivates asparagus in District Ciwidey is Al’istiqomah Farmer Group. This group is the first farmer group who became a pioneer in commercializing asparagus. Expensive seedling price is one of the obstacle that the farmers group faces in cultivating these plants, that have a technical life of 5 years. The purpose of this study was to analyze the feasibility of Farmers Group Al’istiqomah in the non-financial and financial aspects. In
ii addition, this study also analyzes the sensitivity to changes in operating conditions using a switching value. The results of the research will show that not all the criteria on financial and non-financial aspects can be feasible. Analyses were performed with two scenarios, the first scenario is the actual condition of the business and the second scenario is the condition of the development work done by adding greenhouse s in the field. In scenario I, the NPV obtained was 7 182 684.85, the value of the Net B / C is 1.17, the IRR value was 12% to a 7% discount rate and the payback period for scenario I is 4.48 years. In scenario II, the NPV obtained 26 012 781.22, the value of the Net B / C is 1.51, the IRR value was 24% at a discount of 7% and the payback period is 4.0 years. These two scenarios are feasible by the farmer groups. A risk analysis on several inflow and outflow components was conducted in these two scenarios. The components that have a high degree of sensitivity to change is the decline of production in the first scenario with the value of 10.22% and also in the second scenario with the value of 26.41%. Keywords: Asparagus, Al’istiqomah farmer groups, financial aspects, nonfinancial aspects.
ANALISIS KELAYAKAN USAHA ASPARAGUS (Asparagus officionalis) DI KELOMPOK TANI AL’ISTIQOMAH KECAMATAN CIWIDEY KABUPATEN BANDUNG
EDWARD
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
iii Judul Skripsi :
Nama NIM
: :
Analisis Kelayakan Usaha Asparagus (Asparagus officionalis) di Kelompok Tani Al’istiqomah Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung Edward H34124041
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS Pembimbing Skripsi
Diketahui Oleh
Dr Ir Dwi Rachmina, MSi Ketua Departemen
Tahun Lulus :
iv
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Yesus Kristus atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2014 ini adalah studi kelayakan bisnis, dengan judul Analisis Kelayakan Usaha Asparagus (Asparagus officionalis) di Kelompok Tani Al’istiqomah Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Rita Nurmalina, MS selaku pembimbing atas bimbingan, arahan, dan waktu yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Muctar selaku penyuluh pertanian di Kecamatan Ciwidey Bandung, Bapak Koswara selaku ketua kelompok tani Al’istiqomah, anggota kelompok tani Al’istiqomah yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada almarhum Ayahanda Tuah Sembiring, SH, Ibunda Fraulina Sinulingga, kakanda Lia Johana Natalina Sembiring S,Th, adik Elyana Sembiring Kembaren, sepupu Erick Raynalta Sinulingga, sahabat kontraker serta teman-teman Alih Jenis Agribisnis angkatan 3 atas motivasi, doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Maret 2015 Edward
v
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Asparagus Syarat Tumbuh Asparagus Metode Tanam Kelayakan Aspek Non Finansial Kelayakan Aspek Finansial KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Studi Kelayakan Bisnis Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis Aspek Pasar Aspek Teknis Aspek Manajemen dan Hukum Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan Aspek Finansial Analisis Switching Value Kerangka Pemikiran Operasional METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengolahan dan Analisis Data Analisis Aspek Pasar Analisis Aspek Teknis Analisis Aspek Manajemen dan Hukum Analisis Aspek Sosial, Ekonomi, dan lingkungan Analisis Aspek Finansial Net Present Value Net Benefit Cost Ratio Internal Rate of Return Payback Period Compounding Factor Analisis Switching Value GAMBARAN UMUM Profil Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung Sejarah dan Perkembangan Usaha HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Aspek Non Finansial
vi vi vii 1 1 4 5 5 6 6 6 6 7 8 9 11 11 11 11 11 12 12 13 13 14 14 17 17 17 17 17 18 18 18 18 18 19 19 20 20 20 21 21 22 22 22
vi Aspek Pasar Aspek Teknis Aspek Manajemen dan Hukum Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan Analisis Aspek Finansial Analisis finansial skenario I (kondisi aktual) Analisis finansial skenario II (pengembangan dengan greenhouse ) KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA
23 26 32 34 35 36 41 46 46 46 47
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 22
Sepuluh negara terbesar produsen asparagus dunia tahun 2010-2012 Ekspor dan impor asparagus Indonesia tahun 2003-2006 Ekspor dan impor sayuran asparagus tahun 2012-2014 Permintaan dan penawaran asparagus bulan November Al’istiqomah Klasifikasi asparagus berdasarkan grade Input yang dibutuhkan untuk budidaya asparagus Pasar tujuan kelompok tani asparagus Al’istiqomah Kebutuhan Input dalam usaha asparagus hingga umur usaha 5 tahun Karakteristik petani asparagus Al’istiqomah Pendapatan kelompok tani Al’istiqomah pada skenario I Nilai sisa pada skenario I (kondisi aktual) Investasi dan penyusutan pada skenario I (kondisi aktual) Biaya tetap usaha asparagus kelompok tani Al’istiqomah Biaya variabel pada skenario I (Sebelum pengembangan) Laba rugi skenario I dan skenario II Kriteria investasi skenario I kelompok tani Al’istiqomah Pendapatan kelompok tani Al’istiqomah pada Skenario II (pengembangan dengan greenhouse) Investasi dan penyusutan Skenario II( dengan greenhouse) Biaya variabel pada skenario II (pengembangan dengan greenhouse) Kriteria investasi skenario II kelompok tani Al’istiqomah Batas toleransi perubahan harga setiap komponen
2 3 3 23 24 27 27 28 32 36 37 38 39 39 40 40 42 43 44 44 46
DAFTAR GAMBAR 1 Hubungan antara penurunan persentase produksi rebung besar dan rebung total selama suatu periode 7 2 Produksi asparagus pada tiap perlakuan tanam 8 3 Kerangka pemikiran operasional penelitian 16 4 Saluran Pemasaran Kelompok Tani Asparagus Al’istiqomah 25 5 Label asparagus kelompok tani Al’istiqomah 26
vii 6 7 8 9
Benih dan bibit kelompok tani asparagus Al’istiqomah Layout lahan Struktur organisasi kelompok tani Al’istiqomah Piagam kelas pemula Al’istiqomah
30 31 33 34
DAFTAR LAMPIRAN 1 Jadwal kegiatan budidaya asparagus kelompok tani Al’istiqomah 2 Cashflow pada skenario I (kondisi aktual) 3 Skenario I penurunan produksi 10.21890055% 4 Skenario I kenaikan harga bibit asparagus 216.1877016% 5 Skenario I kenaikan harga pupuk cair urine kelinci 128.0806612% 6 Skenario I kenaikan harga pupuk kandang ayam 153.69679344% 7 Skenario I kenaikan upah tenaga kerja 41.71027873% 8 Cashflow skenario II (perencanaan pembuatan greenhouse) 9 Skenario II kenaikan harga bibit asparagus 782.9444698% 10 Skenario II kenaikan harga pupuk cair urine kelinci 463.8563832% 11 Skenario II kenaikan harga pupuk kandang ayam 556.6276598% 12 Skenario II kenaikan upah tenaga kerja 151.05776983% 13 Cashflow skenario I (sebelum pengembangan) dengan pajak 1% 14 Cashflow skenario II (sesudah pengembangan) dengan pajak 1% 15 Harga sayuran Oktober 2014
49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor agribisnis yang terpinggirkan oleh sektor industri, karena dianggap tidak komersial dan belum produktif. Jika dilihat dari potensi sumberdaya alam serta sumberdaya manusia, sangat memungkinkan untuk mengembangkan serta meningkatkan kualitas sektor agribisnis. Kegiatan agribisnis diyakini dapat memberikan keuntungan dan pendapatan bagi pelakunya maupun pihak lain serta dapat memberikan kontribusi dalam menyumbang nilai Produk Domestik Bruto Indonesia dan memiliki peran dalam perekonomian nasional dengan kecenderungan pertumbuhan yang meningkat. Salah satunya terlihat pada nilai PDB dari sektor pertanian dari tahun 2011 sebesar Rp 315.0 triliun, tahun 2012 sebesar Rp 328.3 triliun, dan tahun 2013 sebesar Rp 339.9 triliun. Nilai PDB pada tahun 2011 hingga tahun 2013 menunjukan kecenderungan peningkatan yang positif setiap tahunnya. Laju pertumbuhan PDB pada sektor pertanian sebesar 3.54%, ini memperlihatkan bahwa usaha pada sektor agribisnis memiliki prospek dan peluang yang baik untuk dijadikan suatu bisnis (BPS 2014). Salah satu sektor pertanian yang potensial untuk dikembangkan yaitu usaha yang bergerak pada budidaya tanaman hortikultura. Komoditas tanaman hortikultura di Indonesia dikelompokan menjadi 4 kelompok yaitu sayuran, buahbuahan, tanaman hias, serta tanaman biofarmaka. Sayuran menjadi salah satu komoditas yang sering dijadikan bahan pangan karena manfaat dari kandungan gizinya, karena itu peningkatan gizi selalu dianjurkan oleh pemerintah kepada masyarakat, agar sehat jasmani dan rohani. Produk sayuran yang dapat dikembangkan dan diarahkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan memperbaiki keadaan gizi yaitu asparagus. Asparagus (Asparagus offcionalis) merupakan sayuran yang memiliki nilai ekonomis tinggi, sebagai sayuran yang memiliki harga jual tinggi dibandingkan sayuran lain dengan harga berkisar Rp 35 000/kg di tingkat petani (Lampiran 18). Selama ini ketersediaan asparagus di Indonesia tidak terlepas dari impor, walaupun asparagus di Indonesia sudah dibudidayakan oleh petani lokal. Negara China sebagai produsen asparagus terbesar di dunia yang tren produksi tiap tahun mengalami kenaikan, dapat dijadikan indikasi bahwa kebutuhan konsumen akan asparagus terus meningkat (Tabel 1). Asparagus dalam keadaan hijau segar sedikit sulit ditemukan di Indonesia, berbeda dengan sayuran subtropis sejenisnya seperti brokoli yang mudah ditemukan, baik di pasar tradisional maupun modern. Asparagus umumnya hanya dijual pada swalayan/toko sayuran modern tertentu, sehingga kondisi tersebut menyebabkan asparagus tidak terlalu dikenal oleh konsumen di Indonesia. Asparagus merupakan sayuran subtropis yang dibudidayakan dan dikonsumsi dengan mengambil calon batang atau rebung asparagus yang dijadikan bahan pangan, umumnya di Indonesia asparagus diolah menjadi bahan sup di restoran dan hotel berbintang. Rebung asparagus yang dihasilkan terdiri dari dua jenis, rebung berwarna putih dan berwarna hijau. Rebung berwarna putih atau pucat dipanen ketika rebung belum keluar dari tanah sehingga cara memanennya harus menggali tanah kemudian dipotong rebung tersebut dengan pisau, sedangkan
2 rebung hijau yang dipanen saat rebung sudah keluar dari tanah yang mencapai ukuran 30 cm dari permukaan tanah. Tabel 1 Sepuluh negara terbesar produsen asparagus dunia tahun 2010-2012 Negara China Peru Mexico Germany Thailand Spain United state Japang Italy France
2010 7 002 657 335 209 74 66 92 404 63 108 50.4 36.24 31.4 43 973 17 545
Tahun (Ton) 2011 7 252 903 392 306 85 417 103 457 61 891 58 421 38.1 31 732 33 022 23 497
2013 7 350 000 376 645 119 789 102 395 65 45.4 34.52 30 29 914 19.94
Sumber : www.statista.com 2014
Pada penelitian yang dilakukan oleh Herliana Ridhawati tahun 2008 mengatakan dalam penelitian kelayakan finansial investasi usahatani asparagus ramah lingkungan di PT Agro Lestari Bogor hanya dapat memenuhi permintaan pasar sebanyak 30%, tahun 2005 permintaan mencapai 13.37 ton dan tahun 2007 permintaan mencapai 14.70 ton. Pada penelitian Herliana Ridhawati juga terdapat data ekspor dan impor asparagus di Indonesia yang menjelaskan bahwa pada tahun 2003 hingga 2004 ekspor asparagus mengalami peningkatan, akan tetapi pada tahun 2005 ekspor asparagus mengalami penurunan, serta pada tahun 2006 tidak ada asparagus yang diekspor atau jumlah ekspor nol. Sedangkan data mengenai volume impor asparagus ke Indonesia dari tahun 2003 sampai tahun 2006 mengalami peningkatan secara drastis lebih dari 100% (Tabel 2). Berdasarkan data tersebut (Tabel 2) diduga permintaan aspraragus di Indonesia akan asparagus mengalami peningkatan, sehingga peluang ini dapat dijadikan usaha bagi petani Indonesia untuk membudidayakan asparagus di Indonesia. Komoditas asparagus dapat menjadi komoditas sayuran alternatif yang diusahakan petani untuk memperoleh keuntungan, dengan dibudidayakan asparagus di Indonesia akan menutup pintu masuk impor asparagus dari negara lain. Sumber informasi lain yang diperoleh pada tahun 1980 di Indonesia terdapat beberapa perusahaan yang melakukan investasi untuk membudidayakan asparagus, perusahaan tersebut melihat adanya peluang ekspor yang menjanjikan serta untuk memenuhi permintaan domestik yang dikatakan lebih besar dari pada penawaran1. budidaya asparagus secara besar-besaran pada tahun 1980 an ini telah mengalami kegagalan. Penyebab kegagalan tersebut di sebabkan beberapa hal, seperti terjadi sengketa status kepemilikan lahan dengan masyarakat dan kurang profesional manajemen kelembagaan perusahaan yang mengelola kebun asparagus tersebut. Rebung hasil panen belum memenuhi standard Internasional. Padahal pasar yang ditargetkan adalah pasar International. Biaya budidaya 1
www.ukmkecil.com/peluang-usaha/peluang-usaha-budidaya-asparagus
3 produksi rebung asparagus dalam skala perkebunan besar, ternyata tidak mampu bersaing di pasar internasional. Padahal, pada waktu itu semangat para investor rebung asparagus adalah untuk menjangkau pasar ekspor. Akibat dari kendalakendala tersebut, tahun 1990an kebun-kebun asparagus tadi telah tutup dan tidak lagi beroperasi. Tabel 2 Ekspor dan impor asparagus Indonesia tahun 2003-2006 Indikator Ekspor Impor
2003 Vol Nilai (kg) (USD) 1 435 7 189 9 235 11 882
2004 Vol Nilai (kg) (USD) 2 118 576 37 850 57 685
2005 Vol Nilai (kg) (USD) 545 983 66 999 86 786
2006 Vol Nilai (kg) (USD) * * 94 119 80 220
Sumber: BPS 2008
Indonesia yang beriklim tropis mendukung untuk dilakukannya pemanenan aparagus sepanjang tahun. Hal tersebut berbeda dengan tanaman asparagus yang dikembangkan di negara dengan iklim subtropis. Berdasarkan data ekspor dan impor tahun 2012 hingga juni 2014 (Tabel 3) yang diperoleh dari Direktorat Jenderal Hortikultura Kementrian Pertanian, volume rata-rata ekspor Indonesia tahun 2012-2014 mencapai 1741 lebih tinggi dibanding data ekspor pada tahun 2003-2006 yang rata-rata 1366, hal ini dapat menjadi salah satu indikator asparagus dapat dibudidayakan di negara subtropis dan memiliki klasifikasi sesuai standar ekspor. Volume rata-rata impor tahun 2012 hingga juni 2014 juga lebih tinggi dibandingkan data impor tahun 2003-2006, hal ini juga dapat menjadi dasar bahwa pasar di Indonesia potensial untuk usaha asparagus dan menutup pintu impor asparagus Indonesia. Tabel 3 Ekspor dan impor sayuran asparagus tahun 2012-2014 2012 Kegiatan Ekspor Impor
Volume (Kg) 657 830 525
2013 Nilai (US$) 4 509 723 739
Volume (Kg) 3 118 277 385
2014* Nilai (US$) 4 738 252 077
Volume (Kg) 1 448 462 044
Nilai (US$) 2 394 425 569
Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian 2014
Asparagus di negara subtropis biasanya hanya bisa dipanen pada bulan– bulan tertentu yakni bulan April, Mei, dan Juni (Kustara dalam Afifah 1995). Asparagus yang berasal dari daerah subtropis dapat diusahakan di Indonesia dengan syarat tumbuh tertentu, seperti lokasi budidaya yang harus dataran tinggi, curah hujan sedang dan suhu lokasi yang tidak panas. Pada beberapa wilayah di Indonesia memiliki syarat tumbuh yang dibutuhkan untuk usaha asparagus tersebut, diantaranya Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung. Kecamatan Ciwidey Bandung merupakan wilayah yang cocok untuk melakukan budidaya asparagus, wilayah ini memiliki ketinggian berkisar 900-1100 meter dpl (dari permukaan laut) dan suhu rata-rata dari tahun 2000 hingga tahun 2012 berkisar 25.20C, sehingga wilayah ini cocok untuk dilakukan budidaya asparagus. Kelompok tani asparagus Al’istiqomah merupakan kelompok tani pertama di Kabupaten Bandung yang terletak di Kecamatan Ciwidey, kelompok tersebut
4 memulai budidaya asparagus pada tahun 2010 yang dipelopori oleh Pak Koswara, Pak Ade dan Pak Dadang. Harga jual asparagus yang tinggi dan jumlah petani yang membudidayakan asparagus belum banyak, serta situasi budidaya stroberi yang merupakan komoditas andalan Ciwidey yang sulit bersaing karena semakin meningkatnya jumlah petani yang membudidayakan, sehingga mendorong ketiga orang ini untuk memulai usaha budidaya asparagus.
Perumusan Masalah Asparagus (Asparagus officionalis) merupakan salah satu jenis sayuran yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi, di pasar modern seperti supermaket/ swalayan, harga asparagus impor berkisar sebesar Rp120 000/kg dan lokal berkisar Rp 80 000 kg. Asparagus impor yang terdapat di Indonesia pada umumnya berasal dari China dan Amerika Serikat, sedangkan pelaku usaha asparagus di Indonesia masih sedikit jumlahnya. Keadaan ini salah satunya yang menyebabkan harga asparagus mahal dan ketersediaanya hanya dapat ditemukan di pasar modern seperti swalayan/ supermaket, sedangkan di kalangan konsumen pasar tradisional asparagus tidak terlalu dikenal walaupun ada beberapa pasar tradisional yang menjual produk asparagus hasil petani lokal Indonesia. Berdasarkan data ekspor dan impor tahun 2012 hingga juni 2014 (Tabel 3), volume rata-rata ekspor Indonesia tahun 2012-2014 mencapai 1 741 lebih tinggi dibanding data ekspor pada tahun 2003-2006 yang rata-rata 1 366, hal ini dapat menjadi salah satu indikator asparagus dapat dibudidayakan di negara subtropis dan memiliki klasifikasi sesuai standar ekspor. Volume rata-rata impor tahun 2012 hingga Juni 2014 juga lebih tinggi dibandingkan data impor tahun 2003-2006, hal ini juga dapat menjadi dasar bahwa pasar di Indonesia potensial untuk usaha asparagus dan menutup pintu impor asparagus Indonesia. Budidaya asparagus secara teknis memerlukan lokasi lahan pada ketinggian 600-900 dari permukaan laut dan suhu rata-rata 15-250C (ICDF, 2014). Asparagus yang dibudidayakan di Indonesia dapat dipanen sepanjang tahun, berbeda dengan tanaman asparagus yang dikembangkan dengan iklim subtropis. Asparagus di Negara subtropis biasanya hanya bisa dipanen pada bulan–bulan tertentu yakni bulan April, Mei dan Juni (Kustara dalam Afifah, 1995). Potensi pasar dan potensi alam yang ada mendukung asparagus terus dikembangkan didalam negeri dan juga untuk mengurangi ketergantungan pada impor. Lokasi dengan klasifikasi yang dibutuhkan untuk usaha asparagus dapat dilakukan di beberapa wilayah dataran tinggi di Indonesia, salah satunya Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung. Kelompok tani asparagus Al’istiqomah merupakan kelompok tani pertama di Bandung yang membudidayakan asparagus, tanaman asparagus mulai dibudidayakan pada tahun 2010 yang dipelopori oleh Pak Koswara, Pak Ade dan Pak Dadang. Bagi kelompok tani ini kendala yang dihadapi adalah harga benih yang tergolong mahal sekitar Rp 3 000 000/Ons (isi 3000 benih) untuk kwalitas F2 UC 157 atau harga bibit yang sudah disemai ukuran + 30 cm dengan harga Rp 5 000/tanaman. Harga bibit/benih yang mahal, asparagus mulai produktif pada umur tanaman delapan bulan, biaya persiapan lahan dan biaya pupuk yang dibutuhkan memerlukan investasi yang besar bagi kelompok tani asparagus
5 Al’istiqomah. Investasi pada bisnis budidaya asparagus yang dilakukan kelompok tani ini perlu dilakukan analisis kelayakan usaha, sehingga dapat dilihat nilai manfaat yang diperoleh setiap rupiah yang dikeluarkan petani. Analisis kelayakan yang dilakukan nantinya akan memberikan evaluasi kepada kelompok tani asparagus Al’istiqomah yang mana yang akan menghasilkan manfaat yang lebih baik dan di buat Skenario I yang merupakan kondisi aktual usaha asparagus dan Skenario ke II merupakan kondisi perencanaan lahan menggunakan greenhouse yang diharapkan dapat meningkatkan volume hasil panen rebung segar. Kondisi di lapangan yang dapat mengalami perubahan setiap waktu, maka dalam menilai kelayakan dari usaha ini akan dilakukan analisis switching value. Kelompok tani asparagus Al’istiqomah harus memperhatikan perubahan-perubahan yang terjadi yang berdampak pada keuntungan yang akan diperoleh dan kelayakan usahanya. Berdasarkan pengalaman pelaku usaha perubahan-perubahan yang perlu diperhatikan yaitu penurunan harga produk, kenaikan harga benih dan penurunan produksi. Dari analisis tersebut akan diketahui perubahan pada variabel yang bisa diterima agar budidaya asparagus tetap layak untuk dilaksanakan. Berdasarkan uraian yang telah di jelaskan di atas, maka perumusan masalah yang akan dibahas adalah: 1. Bagaimana kelayakan bisnis budidaya sayuran asparagus dari aspek non finansial, seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi dan aspek lingkungan? 2. Bagaimana kelayakan bisnis budidaya sayuran asparagus dari aspek finansial? 3. Bagaimana tingkat kepekaan kelayakan bisnis budidaya dilihat secara finansial?
Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis kelayakan bisnis budidaya asparagus dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, aspek sosial ekonomi, serta aspek lingkungan. 2. Menganalisis kelayakan bisnis budidaya asparagus secara finansial. 3. Menganalisis tingkat kepekaan kelayakan usaha apabila terjadi perubahan pada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi manfaat dan biaya dari usaha tersebut.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan evaluasi bagi kelompok tani budidaya asparagus, sekaligus memberikan gambaran usaha dalam menjalankan budidaya asparagus dan membuktikan informasi yang diperoleh bahwa budidaya asparagus apakah layak atau tidak untuk diusahakan. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan bagi penelitianpenelitian selanjutnya.
6 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung pada kelompok tani Al’istiqomah dengan jumlah responden 6 petani dalam masa tanaman produktif. penelitian mengkaji aspek non finansial dan aspek finansial. Aspek non finansial terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, aspek sosial, aspek ekonomi, dan aspek lingkungan.
TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Asparagus Asparagus yang memiliki istilah botani disebut Asparagus officinalis merupakan jenis sayuran yang dimanfaatkan rebungnnya, asparagus dibedakan menjadi 2 jenis rebung yaitu berwarna putih dan hijau. Jenis ini dibedakan bedasarkan cara panen, rebung putih yang umumnya dipanen sebelum mahkota rebung keluar dari permukaan tanah atau belum terkena sinar matahari dan rebung berwarna hijau yang dipanen ketika rebung sudah keluar dari permukaan tanah sehingga sudah terkena matahari (Rubatzky, 1999; Setiawan, 1995; Suhardiman 1982). Sayuran asparagus ini merupakan salah satu sayuran yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Lembang Kabupaten Bandung Barat merupakan salah satu daerah penanaman sayuran asparagus yang pada 5 tahun terakhir meningkatnya perluasan lahan yang disebabkan permintaan asparagus segar meningkat di kotakota besar di Indonesia (Onggo, 2008).
Syarat Tumbuh Asparagus Asparagus merupakan tanaman dari daerah subtropis, oleh sebab itu asparagus pada daerah tropis sebaiknya ditanam di daerah yang memiliki ketinggian sekitar 600-900 m dpl dengan suhu sekitar 15-25oC dan curah hujan yang merata sepanjang tahun yaitu berkisar 2 500-3 000 mm/tahun. Asparagus sebaiknya ditanam ditanah dengan lapisan yang dalam dan banyak mengandung bahan organik dengan jenis tanah berpasir yang gembur, tanah latosol, andosol maupun podsolik merah kuning dan pH yang berkisar 6.0-6.8 per hektar lahan dapat menampung populasi hingga 15 000 hingga 25 000 tanaman (ICDF, 2014; Setiawan, 1995; Suhardiman, 1982; Rubatzky, 1999). Tanaman asparagus dapat berproduksi dan memiliki masa hidup tanaman yang panjang ketika memiliki masa dorman. Produksi asparagus secara komersial tidak membutuhkan masa dormansi, karena dorman pada tanaman menyebabkan respirasi menjadi kecil sehingga terjadi penyimpanan karbohidrat yang akan tersedia bagi produksi rebung berikutnya. Ketika dorman asparagus cukup toleran terhadap kekeringan. Pada wilayah dengan musim dingin sedang atau tropika, pertumbuhan daun terjadi secara terus menerus sehingga sulit untuk mengurangi respirasi pada tanaman, sehingga tanaman Asparagus tidak mengalami masa dorman dan cadangan makanan yang tersedia relatif sedikit (Rubatzky, 1999).
7
Gambar 1 Hubungan antara penurunan persentase produksi rebung besar dan rebung total selama suatu periode Masa hidup tanaman Asparagus bervariasi antara tiga, empat atau sampai lebih dari 15 tahun. Saat persentase rebung besar yang terus berkurang secara nyata, maka produksi perlu dihentikan. Alasan untuk menghentikan produksi adalah penurunan tingkat keuntungan bersamaan dengan penurunan ukuran rebung besar. Laju penurunan produksi rebung besar biasanya disebabkan oleh periode pemanenan yang terlalu panjang, penyakit, hama dan penyebab lain kerusakan mahkota (Rubatzky, 1999).
Metode Tanam Asparagus dapat ditanam dengan model single row dan double row, metode single row merupakan suatu teknis budidaya dengan menanam tanaman pada 1 baris dalam setiap bedeng. Sedangkan metode double row merupakan suatu teknik budidaya dengan menanam tanaman 2 baris pada setiap bedeng, dengan tujuan untuk dapat meningkatkan populasi tanaman persatuan luas, sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil panen. Pada penelitian (Takori et al. 1975) yang melakukan 4 perlakuan cara tanam yaitu single row, double row, triple row dan broadcast. Perlakuan tersebut menunjukan volume produksi dari tiap perlakuan. Volume populasi tiap perlakuan dari perlakuan 1 hingga 4 dari 40 000, 80 000, 120 000, dan 160 000 tanaman/arce. Perlakuan double row dan triple row hasil produksinya tidak terlalu jauh beda, tetapi hasil grade 1 pada double row lebih banyak dibanding triple row. Kerapatan tanaman pada bedeng mempengaruhi ukuran rebung yang dihasilkan bahkan pada metode triple dan broadcast tanaman pada sisi tengah akan mengalami border effect sehingga tanaman hilang atau mati. Pada pengujian metode ini menggunakan Varietas UC 309.
8
Volume
Produksi Tiap Perlakuan 10000 9000 8000 7000 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0
1968
1969
1970
1971
1972
1 row
1816
2892
1829
4955
6646
2 row
2231
3743
2505
6199
8633
3 row
2526.51
4858.245
3127.53
6551.118
8092.623
Broadcast
2470.86
4325.118
2632.245
5828.781
7561.722
Sumber : Takori et al. 1975 Gambar 2 Produksi asparagus pada tiap perlakuan tanam
Kelayakan Aspek Non Finansial Kelayakan aspek non finansial mencakup aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, aspek sosial, ekonomi, serta aspek lingkungan. Aspek pasar merupakan bagian dari aspek non finansial yang pertama dikaji karena ada tidaknya pasar adalah faktor utama dalam menentukan usaha. Peluang pasar merupakan salah satu kriteria kelayaknya usaha. Hal ini dibuktikan oleh penelitian Ridhawati (2008) tentang Kelayakan finansial investasi usahatani asparagus ramah lingkungan di PT. Agro Lestari Bogor yaitu bahwa peluang pasar masih terbuka dari adanya kelebihan permintaan dibandingkan dengan penawaran oleh usaha tersebut Permintaan Asparagus yang masuk ke perusahaan adalah 50 kg/hari. Namun perusahaan hanya mampu memenuhi sekitar 30% dari keseluruhan permintaan, sehingga baru sebagian permintaan yang dapat dipenuhi oleh perusahaan. Selain itu, usahatani Asparagus juga dinilai layak karena adanya bauran pemasaran yang direncanakan perusahaan. Pada aspek teknis untuk usaha pada bidang budidaya tanaman kesesuaian kondisi iklim dan tanah, ketersediaan sarana produksi, ketersediaan tenaga kerja dan layout lahan. Hal tersebut ditunjukan pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ridhawati (2008) bahwa adanya kesesuaian antara kondisi iklim lahan Desa Cibedug dengan kebutuhan iklim Asparagus yaitu sekitar 22oC, tanaman asparagus akan tumbuh optimal dengan rentang suhu antara 15oC-25oC. maka kondisi iklim di Desa Cibedug dikatakan mendukung untuk budidaya Asparagus. Pada penelitian Ridhawati juga dikatakan terjadi risiko hilangnya hasil produksi sebanyak 40% yang disebabkan oleh cuaca dan hama, metode tanam pada perusahaan tersebut tidak menggunakan greenhouse /naungan. Selain menjalankan usaha budidaya tanaman sayuran, Agro Lestari juga memiliki toko saprotan yang dikelola sendiri oleh pemilik perusahaan, sehingga ketersedian
9 sarana produksi sangat memadai. Desa Cibedug adalah Desa dengan mata pencaharian penduduk terbesar sebagai buruh tani, sehingga memiliki daya dukung untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja dalam usahatani budidaya asparagus, begitu juga pada layout usaha sudah mendukung. Ditunjukan juga oleh penelitian yang dilakukan Mulyawati (2012) yang berjudul analisis kelayakan usaha jamur tiram putih, bahwa pada usaha yang bergerak pada onfarm harus didukung dengan kondisi iklim yang sesuai untuk budidaya jamur tiram, suhu yang diperlukan pada budidaya jamur tiram berkisar antara 26-28oC dengan kelembapan udara diatur sekitar 90%, jika kelembaban kurang dari 90% maka media akan mengering, sedangkan suhu rata-rata di tempat penelitian berkisar antara 24.9-25.8oC, akan tetapi usaha jamur tiram tersebut secara teknis layak dilakukan karena suhu dan kelembaban dapat diatur pada saat pemeliharaan dengan teknik budidaya yang pemilik usaha telah pelajari. Berdasarkan aspek sosial dan lingkungan, usaha yang dilakukan harus memberikan kontribusi positif terhadap masyarakat lingkungan sekitar tempat usaha dan ikut serta dalam melestarikan lingkungan seperti usaha tidak menimbulkan limbah yang dapat mencemari lingkungan sekitar usaha dan mampu menyerap tenaga kerja dari masyarakat di sekitar lokasi usaha. Ditunjukan pada penelitian Zuraida (2008) pada aspek sosial, usaha ini layak untuk diusahakan karena memiliki peran sosial dalam penyediaan kesempatan kerja, peningkatan kesejahteraan masyarakat, serta menyumbang pajak untuk pemerintah daerah. Dari aspek hukum, usaha yang dijalankan tidak menyalahi aturan-aturan hukum di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan adanya Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Selain itu Koperasi Bunut Abadi memiliki izin pendirian usaha dari Menteri Negara Koperasi dan Pengusaha Kecil Menengah dan surat izin usaha perdagangan dari Departemen Perindustrian.
Kelayakan Aspek Finansial Aspek finansial pada usaha yang akan atau sedang dijalankan dinyatakan layak apabila telah memenuhi 4 kriteria investasi yaitu Net B/C > 1, NPV > 0, IRR diatas discount rate dan payback periode yang kurang dari umur proyek. kriteria tersebut dapat ditunjukan pada penelitian Ridhawati (2008) yang berjudul analisis kelayakan finansial investasi usahatani asparagus. Hal ini terlihat dari nilai parameter-parameter kelayakan investasi yang berada pada range layak. NPV sebesar 7 124 166.90 menunjukkan bahwa usahatani Asparagus ramah lingkungan akan memberikan manfaat sebesar 7 124 166.90 kepada perusahaan selama umur proyek. IRR sebesar 10.04% menunjukkan bahwa akan terjadi pengembalian modal pada saat tingkat suku bunga mencapai 10.04%. Net B/C sebesar 1.04 menunjukkan bahwa setiap 1 rupiah biaya yang dikeluarkan perusahaan akan menghasilkan 1.04 manfaat. Payback period sebesar 3.60 menunjukkan bahwa akan terjadi pengembalian modal selama 3 tahun 6 bulan. Sedangkan pada jurnal penelitian yang berjudul analisis kelayakan usahatani padi pada sistem pertanian organik di Kabupaten Bantul (Agus et al. 2006), menggunakan kriteria alat analisis yang berbeda yaitu analisis keuntungan, nilai R/C, nilai produktivitas, dan nilai rentabilitas usaha. Hasilnya menunjukan bahwa usaha padi organik tersebut layak untuk diusahakan, analisis keuntungan
10 menunjukan hasil usaha padi organik menguntungkan, nilai R/C > 1, nilai produktivitas tenaga kerja > dari rata-rata upah perhari, serta nilai rentabilitas > dari nilai suku bunga pinjaman yang digunakan pada penelitian tersebut. Adapun penelitian yang berjudul keragaman dan titik impas usahatani aneka sayuran pada lahan sawah di Kabupaten Karawang, Jawa Barat (Darwis 2013). Untuk melihat tingkat kelayakan usaha tersebut menggunakan alat analisis R/C, titik impas produksi, dan titik impas harga untuk melihat tingkat kelayakan usaha. Hasil dari analisis kelayakan tersebut menunjukan bahwa usahatani aneka sayuran pada lahan sawah di Kabupaten Karawang, Jawa Barat menunjukan usaha tersebut layak untuk dilakukan dilihat dari Titik impas harga penjualan tertinggi terdapat pada usaha tani bawang merah yakni Rp 2 595/kg dan titik impas volume produksi sebesar 7 334 kg. Sedangkan titik impas harga penjualan terendah ada pada komoditas mentimun sebesar Rp 1 623/kg. Usahatani sayuran dilokasi penelitian mengalami keuntungan, hal ini direpresentasikan dari hasil R/C yang lebih dari 1. Berdasarkan hitungan titik impas yang paling tinggi adalah bawang merah yaitu Rp 2 595/kg. Analisis switching value, mengukur seberapa kuat usaha dapat bertahan hingga keuntungan sama dengan 0. Berdasarkan Ridhawati (2008), dengan menggunakan analisis switching value kenaikan kenaikan harga-harga variabel menunjukkan bahwa usahatani akan tetap layak sampai terjadi kenaikan harga pupuk kandang sebesar 45.51% dari Rp 450 per kg atau Rp 9 000 per karung, pupuk organik cair sebesar 170.66% dari Rp 15 000 per liter, pestisida organik sebesar 151.70% dari Rp 30 000 per liter, jerami sebesar 301.04% dari Rp 200 000 per truk, dan harga kemasan sebesar 27% dari Rp 500 per paket kemasan. Uji switcing value menunjukkan bahwa usahatani Asparagus ramah lingkungan akan tetap layak sampai terjadi penurunan volume penjualan sebesar 42.7% per tahun dan penurunan harga jual sebesar 3.87% dari Rp 35 000. Pada penelitian Mulyawati (2012) menggunakan analisis sensitivitas karena besarnya perubahan sudah diketahui secara aktual pada saat penelitian berlangsung, seperti pada penelitian ini penurunan produksi sudah diketahui sebesar 20% dan kenaikan harga serbuk kayu sebesar 10%, besaran persen kedua variabel tersebut sudah pernah terjadi pada tempat penelitian tersebut. Penelitian terdahulu memberikan gambaran pada penelitian penulis yang berjudul analisis kelayakan bisnis asparagus di Kabupaten Bandung mengenai analisis biaya dan manfaat serta laba rugi serta kriteria kelayakan finansial. Juga sebagai acuan referensi terhadap kriteria kelayakan non finansial bisnis asparagus di Kabupaten Bandung. Persamaan dari penelitian terdahulu dengan penelitian penulis adalah penggunaan alat analisis untuk menentukan kelayakan finansial seperti Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Period, dan analisis Switching Value. Kelayakan non finansial membahas mengenai aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, sosial, ekonomi dan lingkungan.
11
KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Bisnis merupakan seluruh kegiatan yang diorganisasikan oleh orang-orang yang berkecimpung di dalam bidang perniagaan (produsen, pedagang, konsumen, dan industri di mana perusahaan berada) dalam rangka memperbaiki standar serta kualitas hidup mereka (Umar 2007). Menurut Suliyanto (2010) bisnis didefinisikan sebagai keseluruhan kegiatan yang direncanakan dan dijalankan oleh perorangan atau kelompok secara teratur dengan cara menciptakan, memasarkan barang maupun jasa, baik dengan tujuan mencari keuntungan maupun tidak bertujuan mencari keuntungan. Secara umum bisnis merupakan suatu kegiatan yang membutuhkan biaya untuk digunakan dalam menghasilkan barang atau jasa dengan harapan akan memperoleh hasil atau keuntungan di kemudian hari. Menurut Suliyanto (2010) kondisi lingkungan usaha yang sangat dinamis dan intensitas persaingan yang semakin ketat membuat seorang pengusaha tidak cukup hanya mengandalkan pengalaman dan intuisi saja dalam memulai usahanya. Sehingga dibutuhkan suatu studi yang bertujuan untuk memutuskan apakah sebuah bisnis layak untuk dilaksanakan atau tidak, dan memberikan manfaat lebih atau tidak. Studi Kelayakan Bisnis Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak bisnis dibangun, tetapi juga saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan (Umar 2007). Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis Dalam menentukan kriteria kelayakan suatu bisnis ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan yaitu aspek non finansial dan aspek finansial dan diantara aspek-aspek tersebut saling berkaitan dalam memenuhi kriteria kelayakan suatu bisnis. Studi kelayakan bisnis dibagi kedalam aspek non finansial yang terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya, aspek lingkungan dan aspek finansial (Nurmalina et al. 2010). Aspek Pasar Aspek pasar adalah aspek yang menganalisis potensi pasar, intensitas persaingan, market share yang dapat dicapai. Aspek pasar dan pemasaran mempelajari tentang permintaan, penawaran, harga, program pemasaran, dan perkiraan penjualan yang bisa dicapai perusahaan (Nurmalina et al. 2010). Aspek pasar dikatakan layak jika pelaku usaha mampu meraih potensi pasar dan peluang pasar dalam menjalankan usahanya. Analisis aspek pasar pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui berapa besar luas pasar, pertumbuhan permintaan, dan market share dari produk yang akan dihasilkan (Umar 2007). Menurut Nurmalina et al (2010), aspek pasar dan pemasaran mencoba mempelajari tentang:
12 a.
b.
c.
d.
e.
Permintaan Permintaan yang diamati baik secara keseluruhan maupun diperinci menurut daerah, jenis konsumen, perusahaan besar pemakai serta memperkirakan proyeksi permintaan tersebut. Penawaran Penawaran dapat berasal dari dalam negeri maupun berasal dari impor. Bagaimana perkembangan di masa lalu dan bagaimana perkiraan di masa yang akan datang. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penawaran ini seperti jenis barang yang dapat menyaingi, kebijakan dari pemerintah, dan sebagainya. Harga Harga ditentukan berdasarkan perbandingan dengan barang-barang impor dan produksi dalam negeri. Apakah ada kecenderungan perubahan harga dan bagaimana polanya. Program pemasaran Program pemasaran mencakup strategi pemasaran yang akan dipergunakan bauran pemasaran (marketing mix). Perkiraan penjualan yang dapat dicapai perusahaan Market share yang bisa dikuasai perusahaan dapat dihitung dengan satuan unit jumlah penjualan perusahaan dibagi jumlah penjualan industri.
Aspek Teknis Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiannya setelah bisnis tersebut selesai dibangun. Menurut Nurmalina et al. (2010) dalam bukunya studi kelayakan bisnis menjelaskan beberapa faktor-faktor yang perlu dianalisis dalam aspek teknis seperti lokasi bisnis, luas produksi, kriteria pemilihan mesin dan equipment, layout yang dipilih, dan jenis teknologi yang tepat. Aspek teknis dikatakan layak jika telah diperoleh lokasi yang layak, dapat mencapai luas produksi yang optimal, tersedia teknologi, dan menyusun layout bisnis secara optimal. Aspek Manajemen dan Hukum Aspek manajemen mempelajari tentang manajemen dalam masa pembangunan bisnis dan manajemen dalam masa operasi, dalam masa pembangunan bisnis hal yang dipelajari yaitu siapa pelaksana bisnis, bagaimana jadwal penyelesaian bisnis, sedangkan manajemen dalam operasi mempelajari bagaimana bentuk badan usaha yang dipilih, bagaimana struktur organisasi, deskripsi masing-masing jabatan, jumlah tenaga kerja yang digunakan, dan tenaga-tenaga inti (Nurmalina et a.l. 2010). Aspek hukum mempelajari tentang bentuk badan usaha yang akan digunakan, jaminan-jaminan yang bisa disediakan bila akan menggunakan sumber dana yang berupa pinjaman, berbagai akta, sertifikat, dan izin. Aspek hukum juga diperlukan untuk mempermudah dan memperlancar kegiatan bisnis pada saat menjalin jaringan kerjasama dengan pihak lain (Nurmalina et al. 2010).
13 Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan Menurut Nurmalina et al. (2010) pada aspek sosial yang dipelajari adalah penambahan kesempatan kerja atau pengangguran, pemerataan kesempatan kerja, dan bagaimana bisnis tersebut terhadap lingkungan sekitar lokasi bisnis seperti semakin ramainya daerah tersebut, lalu lintas yang semakin lancar, adanya penerangan listrik, telepon dan sarana lain. Pada aspek ekonomi suatu bisnis dapat memberikan peluang peningkatan pendapatan masyarakat, pendapatan asli daerah, pendapatan dari pajak, dan pendapatan menambahkan aktivitas ekonomi sehingga dapat memberikan kesejahteraan. Analisis aspek ekonomi digunakan untuk menilai apakah suatu bisnis mampu memberikan peluang peningkatan pendapatan masyarakat, pendapatan asli daerah, pendapatan dari pajak, dan dapat menambah aktivitas ekonomi. Pada aspek lingkungan mempelajari bagaimana pengaruh bisnis tersebut terhadap lingkungan, apakah dengan adanya bisnis menciptakan lingkungan semakin baik atau semakin rusak. Aspek sosial dan lingkungan dinyatakan layak jika kegiatan usaha memberikan manfaat pada masyarakat dan tidak mencemari lingkungan sekitar usaha. Aspek Finansial Tujuan menganalisis aspek finansial dari suatu studi kelayakan proyek bisnis adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan proyek untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai apakah proyek akan dapat berkembang terus, sesuai pernyataan Umar (2007). Pada analisis finansial, selain analisis rugi laba diperlukan juga analisis suatu proyek investasi terhadap kas, hal ini dilakukan agar investor dapat melakukan investasi dan membayar kewajiban finansial. Menurut Nurmalina et al. (2010), cashflow disusun untuk menunjukan perubahan kas selama 1 periode tertentu serta memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukan dari mana sumber-sumber kas dan penggunaannya. Analisis secara finansial menggunakan perhitungan kriteria investasi yang terdiri dari 4 bagian yaitu: a. Net Present Value (NPV) Net Present Value adalah selisih dari total present value manfaat dengan total present value biaya atau jumlah present value dari manfaat bersih tambahan selama umur bisnis. Suatu bisnis dikatakan layak jika jumlah NPV lebih besar dari nol (NPV > 0) yang menunjukkan bahwa jumlah seluruh manfaat yang diterima lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Apabila NPV lebih kecil dari nol (NPV < 0) maka bisnis tersebut tidak layak untuk dijalankan. b. Net Benefit-Cost Ratio Net benefit-cost ratio (Net B/C) adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Suatu bisnis dapat dikatan layak jika Net B/C lebih besar dari 1 dan tidak layak jika Net B/C kurang dari 1. c. Internal Rate of Return (IRR) IRR adalah tingkat discount rate yang menghasilkan NPV sama dengan 0 dan dapat menunjukkan seberapa besar pengembalian bisnis terhadap investasi
14 yang ditanamkan. Sebuah bisnis dikatakan layak jika IRR lebih besar dari discount rate (DR). d. Payback Period Analisis payback period dalam studi kelayakan digunakan untuk mengetahui berapa lama usaha dapat mengembalikan investasi yang ditanamkan. Bisnis yang payback period-nya singkat atau cepat pengembaliannya kemungkinan besar akan dipilih. Usaha ini dikatakan layak jika nilai PP kurang dari umur bisnis (PP < umur bisnis). Analisis Switching Value Gittinger (1986) dalam Nurmalina et al. (2010) menjelaskan bahwa analisis switching value merupakan perhitungan untuk mengukur perubahan maksimum dari perubahan suatu komponen inflow (penurunan harga output, penurunan produksi) atau perubahan komponen outflow (peningkatan harga input atau peningkatan biaya produksi) yang masih dapat ditoleransi agar bisnis masih tetap layak. Oleh karena itu, perubahan jangan melebihi nilai tersebut. Bila melebihi maka bisnis menjadi tidak layak untuk dijalankan. Perhitungan ini mengacu kepada berapa besar perubahan terjadi sampai NPV sama dengan nol (NPV = 0). Analisis switching value dapat dilakukan dengan menghitung secara cobacoba perubahan maksimum yang boleh terjadi akibat perubahan di dalam komponen inflow atau outflow misal kenaikan biaya produksi, penurunan volume produksi, dan penurunan harga output.
Kerangka Pemikiran Operasional Asparagus merupakan tanaman sayuran yang memiliki nilai jual yang tinggi, hanya saja di Indonesia saat ini masih sedikit petani yang melakukan budidaya asparagus tersebut, kebanyakan asparagus di Indonesia dijual dipasar modern seperti supermaket/swalayan dengan mayoritas asparagus impor dengan harga asparagus tersebut berkisar Rp 120 000 per kg dan untuk lokal berkisar harga Rp 80 000 per kg sedangkan dikalangan konsumen pasar tradisional asparagus tidak terlalu dikenal walaupun ada beberapa pasar tradisional yang menjual produk asparagus hasil petani lokal Indonesia. Asparagus impor yang terdapat di Indonesia pada umumnya berasal dari China dan Amerika Serikat. Kelompok tani Al’istiqomah merupakan kelompok tani pertama di Bandung yang membudidayakan asparagus kelompok tani tersebut lokasinya berada di daerah Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung. Kecamatan Ciwidey ini merupakan wilayah yang cocok untuk budidaya asparagus karena memiliki ketinggian berkisar 900-1100 meter dpl (dari permukaan laut) dan suhu rata-rata tahun 2000 hingga tahun 2012 sebesar berkisar 25.20 C dan curah hujan dari tahun 2000 hingga tahun 2012 dengan rata-rata 1246 mm, rekomendasi teknis budidaya asparagus yaitu memerlukan lahan pada ketinggian 600-900 dari permukaan laut dan suhu rata-rata berkisar 15-250C (ICDF, 2014). Tanaman asparagus di kelompok tani Al’istiqomah ini mulai dibudidayakan pada tahun 2010 yang di pelopori oleh Pak Koswara, Pak Ade dan Pak Dadang, hanya saja di kelompok tani ini memiliki masalah terbesar yang di hadapi saat ini yaitu harga benih yang tergolong mahal sekitar Rp 3 000 000,-/Ons (3000 benih) untuk
15 kwalitas F2 UC 157 atau harga bibit yang sudah disemai ukuran + 30 cm dengan harga Rp 5 000,-/tanaman. Masalah lain yang dihadapi kelompok tani ini yaitu proses memindahkan benih persemaian ke lahan produksi hingga dapat dipanen memerlukan waktu yang lama yang mencapai 8 bulan, persiapan lahan untuk siap ditanami, seperti pupuk dasar memerlukan modal yang tidak kecil bagi kelompok tani asparagus Al’istiqomah. Keadaan alam disuatu wilayah juga mempengaruhi pengembangan produksi budidaya asparagus tersebut. Produksi asparagus yang tidak maksimal menyebabkan keuntungan yang diperoleh oleh petani juga tidak maksimal, produksi yang kurang maksimal diduga dapat dipengaruhi salah satunya oleh cara petani membudidayakan asparagus tersebut. Salah satunya adalah penggunaan greenhouse pada budidaya asparagus tersebut yang bertujuan untuk menghindari risiko terhadap hasil panen asparagus, karena tanaman asparagus ini rentan terhadap keadaan alam yang curah hujannya tinggi, tanaman ini akan mudah rusak seperti rebung yang busuk, bengkok dan tidak muncul rebung bila terlalu banyak terkena air hujan, khususnya pada saat musim hujan. Cara yang digunakan dalam penggunaan greenhouse untuk menjaga hasil panen tetap stabil pada tanaman asparagus tersebut dapat menentukan hasil panen dan besarnya keuntungan yang akan diperoleh oleh kelompok tani Al’istiqomah. Oleh karena itu diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai kelayakan usaha baik secara non finansial seperti menganalisis aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, dan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan maupun finansial terhadap kedua jenis pola budidaya asparagus tersebut. Analisis finansial yang akan dilakukan yaitu dengan membandingkan cara budidaya yang dilakukan oleh kelompok tani Al’istiqomah yaitu tanpa menggunakan greenhouse (skenario I), dan menggunakan greenhouse (skenario II). Dari segi aspek finansial kelayakan bisnis budidaya asparagus dianalisis berdasarkan nilai Net present value (NPV), Internal rate return (IRR), Net benefit cost rasio (Net B/C), Payback periode (PP), serta analisis kelayakan dari segi aspek non finansial. Analisis kelayakan yang dilakukan nantinya akan memberikan evaluasi kepada kelompok tani Al’istiqomah cara budidaya asparagus yang mana yang akan menghasilkan manfaat yang lebih baik. Analisis switching value dilakukan mengingat kondisi di lapangan yang dapat mengalami perubahan, kelompok tani Al’istiqomah harus memperhatikan perubahan-perubahan yang terjadi yang berdampak pada keuntungan yang akan diperoleh dan kelayakan usahanya. Berdasarkan pengalaman pelaku usaha perubahan-perubahan yang perlu diperhatikan yaitu penurunan harga produk yaitu penurunan harga rebung asparagus dan kenaikan harga benih. Dari analisis tersebut akan diketahui perubahan pada variabel yang bisa diterima agar budidaya asparagus tetap layak untuk dilaksanakan. Perubahan dari sisi penerimaan, dan perubahan dari sisi pengeluaran. Ringkasan kerangka operasional dapat dilihat pada Gambar 3.
16
Rumusan masalah : Harga benih/bibit asparagus yang mahal, sehingga investasi awal yang besar bagi kelompok tani Al’istiqomah. Asparagus mulai menghasilkan ketika usia tanaman 8 bulan dan memiliki umur teknis usaha sampai 5 tahun, sehingga perlu dilakukan analisis baik non finansial dan finansial usaha asparagus apakah mendatangkan nilai manfaat atau kerugian kelompok tani Al’istiqomah
Analisis kelayakan usaha asparagus
Skenario I (kondisi aktual) dan Skenario II (pengembangan dengan greenhouse)
Aspek non Finansial: Aspek pasar Aspek teknis Aspek manajemen Aspek sosial, ekonomi dan Lingkungan
Tidak Layak Saran dan Perbaikan
Aspek Finansial : Kriteria Investasi meliputi NPV, IRR, Net B/C, PP Analisis Switching Value: Penurunan harga jual dan produksi Kenaikan harga pupuk kandang ayam dan urine kelinci Kenaikan upah tenaga kerja Kenaikan harga bibit asparagus
Layak Usaha bisa dilaksanakan
Gambar 3 Kerangka pemikiran operasional penelitian
17
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kelompok tani asparagus Al’istiqomah yang merupakan kelompok tani yang pertama membudidayakan asparagus di Ciwidey Kabupaten Bandung. Lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan atas pertimbangan bahwa Kabupaten Bandung merupakan salah satu lokasi dataran tinggi yang cocok untuk budidaya asparagus. Pengambilan data pada lokasi penelitian dilaksanakan pada bulan November 2014 sampai Desember 2014.
Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan 6 orang responden serta dengan pengamatan langsung di lapangan dan kuisioner. Data primer tersebut meliputi data-data mengenai kondisi geografis setempat, data aspek non finansial dan finansial dari usaha yang diteliti. Sedangkan data sekunder diperoleh dari studi pustaka hasil riset terdahulu dan berbagai literatur seperti buku, internet yang berkaitan, dan instansi-instansi yang terkait seperti Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, Perpustakaan LSI IPB, Perpustakan FEM IPB, Pusat Kajian Hortikultur IPB, artikel, hasil riset, dan bahan pustaka yang lain.
Metode Pengolahan dan Analisis Data Data primer dan sekunder yang telah didapatkan dalam penelitian ini merupakan data kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan data dan informasi secara kualitatif digunakan untuk keperluan analisis aspek non finansial yang mencakup aspek pasar, teknis, manajemen, sosial dan lingkungan, sedangkan pengolahan data secara kuantitatif dilakukan untuk menganalisis kelayakan aspek finansial dari usaha. Data kuantitatif yang diperoleh diolah dengan menggunakan komputer, yakni menggunakan software Microsoft Excel dimana data disajikan dalam bentuk tabulasi untuk mempermudah dalam melakukan analisis.
Analisis Aspek Pasar Analisis aspek pasar akan melihat pasar potensial, permintaan akan produk asparagus, persaingan, startegi pemasaran, bauran pemasaran yang direncanakan oleh usaha tersebut.
18 Analisis Aspek Teknis Aspek teknis dianalisis secara deskriptif untuk mendapatkan gambaran mengenai lokasi bisnis budidaya asparagus di Kabupaten Bandung, pemilihan jenis teknologi dan peralatan, proses produksi yang dilakukan dalam budidaya asparagus. Aspek teknis dinyatakan layak jika lokasi usaha, teknologi, proses produksi, dan tata letak usaha dapat menghasilkan produk secara optimal serta mendukung kegiatan pengembangan usaha dalam memperoleh laba.
Analisis Aspek Manajemen dan Hukum Aspek manajemen dianalisis mengenai hal-hal yang menentukan deskripsi serta pemegang jabatan pada bisnis budidaya asparagus. Aspek manajemen meliputi bagaimana merencanakan pengolahan usaha. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam aspek ini adalah bentuk usaha yang digunakan, jenis pekerjaan yang diperlukan agar usaha dapat berjalan dengan lancar, persyaratan yang diperlukan untuk menjalankan usaha, struktur organisasi yang digunakan dan penyediaan tenaga kerja yang dibutuhkan. Aspek hukum mempelajari bentuk badan usaha yang akan digunakan, jaminan dalam mengajukan pinjaman. Selain itu aspek hukum dalam kegiatan bisnis diperlukan untuk mempermudah dan memperlancar kegiatan bisnis ada saat bekerjasama dengan pihak lain.
Analisis Aspek Sosial, Ekonomi, dan lingkungan Aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan dinyatakan layak jika kegiatan bisnis memberikan manfaat pada masyarakat sekitar usaha seperti dalam membuka lapangan pekerjaan baru, dan meningkatkan pendapatan masyarakat serta pada aspek lingkungan dapat dilakukan dengan menganalisis perkiraan dampak yang ditimbulkan terhadap berjalannya kegiatan bisnis budidaya asparagus terhadap kondisi lingkungan masyarakat sekitar bisnis.
Analisis Aspek Finansial Analisis finansial diperlukan kriteria investasi yang digunakan untuk menyatakan layak atau tidaknya suatu usaha. Kriteria investasi yang digunakan yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Net Benefi Cost Ratio (Net B/C), Payback Period (PP). Data kuantitatif diolah dengan menggunakan Software Microsoft Excel. Net Present Value Suatu bisnis dapat dinyatakan layak jika jumlah seluruh manfaat yang diterimanya melebihi biaya yang dikeluarkan. Selisih antara manfaat dan biaya disebut dengan manfaat bersih atau arus kas bersih. Net Present Value atau nilai kini manfaat bersih adalah selisih antara total present value manfaat dengan total present value biaya, atau jumlah present value dari manfaat bersih tambahan
19 selama umur bisnis. Nilai yang dihasilkan oleh perhitungan NPV adalah dalam satuan mata uang (Rp). Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut: 𝑛
𝑁𝑃𝑉 = 𝑡=1
𝐵𝑡 − 𝐶𝑡 (1 + 𝑖)𝑡
keterangan: Bt = Manfaat pada tahun ke-t Ct = Biaya (Cost) pada tahun ke-t n = Umur proyek i = Tingkat Discount Rate (%) t = Tahun kegiatan bisnis (t= 1,2,3,4,5), tahun awal bisnis tahun 0 atau tahun 1 tergantung karakteristik bisnisnya. Pada metode NPV terdapat 3 kriteria penilaian investasi yaitu apabila NPV > 0 berarti layak untuk dilakukan. Sebaliknya, apabila nilai NPV < 0 maka usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. NPV = 0 berarti usaha tersebut sulit dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya yang dikeluarkan. Net Benefit Cost Ratio Net Benefit Cost Ratio (B/C) adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Net B/C menunjukkan besarnya tingkat tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar 1 rupiah. Proyek dinyatakan layak untuk dilaksanakan apabila nilai B/C > 1. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut : 𝐵
𝑁𝑒𝑡 𝐶 =
𝑛 𝐵𝑡 −𝐶𝑡 𝑡=1 (1+𝑖)𝑡 𝑛 𝐵𝑡 −𝐶𝑡 𝑡=1 (1+𝑖)𝑡
Keterangan: Bt = Manfaat (Benefit) tahun ke-t Ct = Biaya (Cost) tahun ke-t t = Tahun i = Discount Rate(%) Internal Rate of Return Internal Rate of Return adalah tingkat discount rate (DR) yang menghasilkan NPV sama dengan 0. Besaran yang dihasilkan dari perhitungan ini adalah dalam satuan persentase (%). Sebuah bisnis dikatakan layak apabila IRRnya lebih besar dari opportunity cost of capital-nya (DR). Secara matematis IRR dapat dirumuskan sebagai berikut: 𝐼𝑅𝑅 = 𝑖1
𝑁𝑃𝑉1 𝑥 (𝑖2 − 𝑖1 ) 𝑁𝑃𝑉1 − 𝑁𝑃𝑉2
Keterangan: i1 = Discount rate yang menghasilkan NPV positif i2 = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif NPV1 = NPV yang bernilai positif NPV2 = NPV yang bernilai negatif
20 Kriteria kelayakan investasi berdasarkan IRR, Yaitu: IRR > i, artinya usaha layak untuk dilakukan IRR < i, artinya usaha tidak layak untuk dilakukan Pada penelitian ini IRR dilakukan dengan menggunakan formula yang telah tersedia di Software Microsoft Excel. Payback Period Metode ini mencoba mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali. Bisnis yang payback period-nya singkat atau cepat pengembaliannya kemungkinan besar akan dipilih. Usaha layak untuk dilaksanakan jika payback period lebih kecil dari umur proyek. Secara matematis payback period dapat dirumuskan sebagai berikut: 𝐼 𝑃𝑃 = 𝐴𝑏 Keterangan: PP = jumlah waktu (tahun) yang diperlukan untuk mengembalikan modal investasi yang ditanamkan. I = besarnya biaya investasi yang diperlukan. Ab = manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya. Kriteria kelayakan investasi berdasarkan PP, yaitu PP < 5 tahun, artinya usaha layak untuk dilaksanakan.
Compounding Factor Compounding Factor (F/P)in digunakan untuk meghitung nilai di waktu akan datang (F), jika telah diketahui sejumlah uang disaat sekarang (P) untuk suatu periode waktu tertentu (n) Nilai di masa yang akan datang (Future Value) = F=P(1+i)n Keterangan : P = Present Amount i = Discount rate n = Time period
Analisis Switching Value Analisis switching value merupakan perhitungan untuk mengukur perubahan maksimum dari perubahan suatu komponen inflow (penurunan harga output, penurunan produksi) atau perubahan komponen outflow (peningkatan harga input/peningkatan biaya produksi) yang masih dapat ditoleransi agar bisnis masih tetap layak. Oleh karena itu perubahan jangan melebihi nilai tersebut. Bila melebihi maka bisnis menjadi tidak layak untuk dijalankan. Perhitungan ini mengacu kepada berapa besar perubahan terjadi sampai NPV sama dengan nol (NPV = 0). Perubahan-perubahan yang bisa terjadi dalam menjalankan bisnis
21 umumnya dikarenakan oleh kenaikan dalam biaya, penurunan harga produk, dan lain-lain.
Asumsi Dasar Asumsi-asumsi dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Jenis asparagus yang ditanam adalah benih UC157 F2 yang diperoleh dari Dinas Pertanian Bandung dengan Harga Rp5 000 000/ons dan bibit asparagus Rp5 000/tanaman umur tiga bulan 2. Seluruh modal yang digunakan petani dalam usaha budidaya asparagus ini merupakan modal sendiri milik petani, dengan tingkat discount rate yang digunakan sebesar 7% berdasarkan tingkat suku bunga deposito BCA 15 Oktober 2014, alasan pemilihan tingkat suku bunga deposito tersebut dikarenakan bank yang digunakan oleh mayoritas petani di kelompok tani asparagus Al’istiqomah. 3. Harga-harga yang berlaku merupakan harga yang terjadi pada saat dilakukan penelitian bulan November 2014. 4. Harga seluruh input dan output yang digunakan dalam penelitian ini konstan hingga akhir umur usaha. 5. Asparagus yang di produksi merupakan asparagus hijau dan hasil produksi asparagus semua habis terjual. 6. Produksi asparagus bulan 0 hingga 8, memasuki masa tanaman belum menghasilkan dan pada bulan ke 9 hingga 12 memasuki masa tanaman menghasilkan yang dapat dipanen 2 kali dalam seminggu. Saat memasuki bulan ke 12 hingga 60 asparagus dapat dipanen 3 kali dalam seminggu. Produksi asparagus dari tahun pertama hingga tahun ke 4 akan naik produksinya, hingga pada tahun ke 4 sampai tahun selanjutnya asparagus akan mengalami penurunan produksi rebungnya, maka umur ekonomis tanaman asparagus ditentukan hingga umur 5 tahun (lampiran 3) 7. Penyusutan dihitung berdasarkan metode garis lurus dimana harga beli dikurangi dengan nilai sisa kemudian dibagi dengan umur ekonomis.
GAMBARAN UMUM Profil Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung Kecamatan Ciwidey berada pada ketinggian 900 sampai 1100 meter dari permukaan laut dengan suhu rata-rata dari tahun 2000 sampai tahun 2012 sebesar 25.50C, topografi Kecamatan Ciwidey yang berupa daratan tinggi menjadikan lokasi ini cocok untuk syarat tumbuh asparagus. Kecamatan Ciwidey merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Bandung. Kecamatan Ciwidey merupakan daerah yang dikenal pertanian dan tempat wisatanya, sehingga jalur utama kecamatan tersebut berkembang dengan baik. Akses menuju Kecamatan Ciwidey dapat ditempuh dengan kendaraan pribadi dan umum, dari kota bandung dapat ditempuh menggunakan angkutan umum baik itu bus antar kota atau
22 angkutan dalam kota (angkot) menuju arah terminal Leuwi Panjang, kemudian dilanjutkan dengan menggunakan bus atau colt trayek Bandung-Ciwidey.
Sejarah dan Perkembangan Usaha Kelompok tani Al’istiqomah merupakan kelompok tani di Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung yang budidaya asparagus dan terbentuk tahun 2012 dan mendapat pengakuan resmi dari kepala desa lebak muncang sebagai kelas pemula pada tanggal 22 maret 2012, kelompok ini awalnya terbentuk karena adanya program BLM PPMBK (Bantuan Langsung Masyarakat Pengembangan Perhutanan Masyarakat Pedesaan Berbasis Konservasi) dari kehutanan yang merupakan program 8000 pohon untuk ditanam masyarakat sekitar wilayah Kecamatan Ciwidey. Tanaman asparagus yang diusahakan secara kelompok tersebut, pada awalnya sudah dipelopori untuk dibudidayakan oleh Pak Koswara, Pak Ade dan Pak Dadang pada Tahun 2010. Komoditas asparagus tersebut dipilih karena didorong oleh situasi pembudidaya stroberi di Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung semakin banyak dan harga antara pembudidaya bersaing ketat, sehingga dari situasi demikian muncul pemikiran yang mendorong untuk mencari komoditas alternatif yang bisa menjadi komoditas unggulan. Pada tahun 2010 harga benih yang Pak Koswara beli dengan harga Rp 3 000 000/ons, karena mahalnya benih asparagus Pak Koswara, Pak Ade dan Pak Dadang hanya membeli 0.5 ons untuk benih asparagus UC 157 F2. Kelompok tani Al’istiqomah terdiri dari 19 anggota hingga akhir bulan Desember 2014 yang terdiri dari beberapa petani yang menekuni komoditas berbeda-beda baik pertanian maupun peternakan, sedangkan petani yang membudidayakan asparagus kini sebanyak 12 petani dan petani yang tanaman asparagus sedang dalam masa produktif hingga Desember 2014 hanya 6 petani. Saat ini rata-rata petani kelompok asparagus memiliki lahan sebesar 320 meter persegi, yang tersebar di wilayah Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung. Kelompok Al’istiqomah merupakan kelompok tani pertama di Bandung yang membudidaya asparagus. Kelompok tani Al’istiqomah yang baru diresmikan tahun 2012 sampai tahun 2014 belum memiliki pembukuan yang lengkap, seperti catatan hasil panen harian petani yang belum dilaksanakan dengan disiplin, sehingga masih banyak ditemukan tanggal-tanggal tertentu yang data tidak tersedia/kosong, catatan asparagus yang disalurkan ke konsumen dengan volume yang disalurkan dan catatan-catatan lainya yang membantu kelompok mendokumentasikan kegiatan kelompok tani.
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Aspek Non Finansial Pada penelitian usaha asparagus diperlukan analisis terhadap aspek non finasial dan aspek finansial, untuk memberikan gambaran terhadap usaha yang akan dijalankan diperlukan analisis terhadap aspek non finansial. Penelitian aspek
23 non finansial usaha budidaya asparagus terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajeman dan hukum, aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. Aspek Pasar Aspek non finansial yang pertama kali perlu dilakukan adalah menganalisis aspek pasar, saat memutuskan untuk melakukan usaha budidaya asparagus, maka pengusaha harus mampu mengetahui keadaan pasar yang potensial untuk memasarkan produk. Keadaan pasar yang potensial bagi pengusaha budidaya asparagus adalah keadaan pasar yang belum banyak pelaku usaha sejenis, sehingga produk yang dihasilkan habis terserap oleh pasar dan jumlah pesaing asparagus yang belum banyak. Pada penelitian ini menganalisi permintaan dan penawaran asparagus hijau segar yang di produksi kelompok tani. 1. Permintaan dan penawaran Permintaan asparagus pada kelompok tani dilihat dari banyaknya produk yang diminta konsumen. Hasil panen budidaya asparagus yang dilakukan kelompok tani asparagus Al’istiqomah berkisar 23 Kg per dua hari dari 6 petani asparagus. Penawaran asparagus perbulan selama 1 tahun pada kelompok tani Al’istiqomah jumlahnya berfluktuasi sedangkan permintaan perbulan sebesar 900 kg. Sehingga rata-rata persentase permintaan yang terpenuhi sekitar 38%. Adapun rinciannya dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4 Permintaan dan penawaran asparagus bulan November Al’istiqomah Hari 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 Rata-rata
Penawaran per dua hari kg 22.40 25.40 22.30 21.70 23.45 22.10 21.20 22.80 22.40 24.45 24.35 22.30 24.48 23.20 23.20 23.05
Permintaan per dua hari kg 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
Permintaan yang Terpenuhi (%) 37 42 37 36 39 37 35 38 37 41 41 37 41 39 39 38
Permintaan yang tidak terpenuhi oleh kelompok tani tersebut membuat adanya kekurangan ketersediaan asparagus di pasar, sehingga pembagian hasil panen akan diatur oleh Pak Koswara selaku ketua kelompok tani asparagus Al’istiqomah. Jika dilihat dari Tabel 4, rata-rata permintaan dari konsumen baru terpenuhi sekitar 38%. Keadaan tersebut memperlihatkan bahwa masih adanya
24 peluang bagi kelompok tani untuk dapat memenuhi dan mengembangkan usahanya. 2. Strategi Pemasaran a. Produk Asparagus yang dibudidayakan dibagi 2 jenis, yaitu asparagus putih dan hijau. Perbedaan asparagus ini dibedakan dari proses panen, asparagus putih di panen pada saat rebung masih didalam tanah, sedangkan asparagus hijau dipanen saat rebung sudah muncul dipermukaan tanah dan terkena langsung sinar matahari. Kelompok tani asparagus Al’istiqomah hanya memproduksi asparagus hijau segar yang ukurannya sudah mencapai 30 cm diatas permukaan tanah, jenis asparagus hijau ini lebih mudah dipanen dibanding asparagus putih yang harus menggali tanah untuk panen rebung asparagus. Jenis bibit yang digunakan kelompok adalah bibit UC 157 F2, jenis yang sudah disosialisasikan oleh ICDF (International Cooperation Development Fund) yang cocok dibudidayakan di daerah Bandung. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pada budidaya kelompok tani asparagus Al’istiqomah, kelompok tani tersebut menghasilkan rebung asparagus grade A, B dan baby asparagus yang memiliki klasifikasi masing-masing (tabel 5). Rebung asparagus yang dihasilkan dengan Grade A, B dan baby asparagus oleh kelompok tani Al’istiqomah tidak dibedakan berdasarkan waktu panen, karena hasil panen asparagus dengan waktu yang sama selalu memiliki ukuran rebung yang bervariasi. Asparagus hijau segar semua grade memiliki serat dan rasa yang sama saat konsumis, hanya ukuran rebung yang membedakan. Tabel 5 Klasifikasi asparagus berdasarkan grade Foto Asparagus
Klasifikasi Grade A (Besar) memiliki diameter rebung berkisar 15-20 mm, memiliki bentuk fisik rebung yang lurus dan ujung mahkota belum mekar serta panjang rebung 30 cm
Grade B memiliki diameter rebung berkisar 10-15 mm, memiliki bentuk fisik yang agak lurus dan ujung mahkota belum mekar serta panjang rebung 30 cm
Grade C/Baby Asparagus memiliki diameter 5-10 mm dan panjang rebung 30 cm
25 b. Harga Kelompok tani asparagus Al’istiqomah menjual hasil panen kelompok tani ke ditributor sayuran organik Soreang Kabupaten Bandung yang nantinya akan disalurkan kepada swalayan di Jakarta. Harga yang diberikan kelompok tani sebesar Rp 30 000/Kg untuk semua grade, grading asparagus dilakukan hanya untuk menyeragamkan tiap ikatan asparagus. Harga tersebut ditentukan oleh kelompok karena dianggap sudah mendapatkan keuntungan dari biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk proses budidaya asparagus. Ukuran asparagus tidak mempengaruhi rasa asparagus yang dihasilkan, perbedaan rasa rebung asparagus hanya dapar dibedakan antara rebung asparagus berwarna hijau dan rebung asparagus berwarna putih. Rebung asparagus berwarna hijau (dipanen saat sudah keluar dari permukaan tanah) memiiki fisik lebih keras dibanding rebung asparagus berwarna putih (dipanen sebelum keluar dari dalam tanah) yang cendrung lebih lembut dibanding asparagus hijau. c. Tempat (Saluran Distribusi) Anggota kelompok tani Al’istiqomah
Kelompok tani asparagus Al’istiqomah
Biomedia
Papaya Supermarket
Gambar 4 Saluran Pemasaran Kelompok Tani Asparagus Al’istiqomah Petani asparagus Al’istiqomah tersebar di Kecamatan Ciwidey yang merupakan salah satu kecamatan tujuan wisata diwilayah Bandung, sehingga jalur utama distribusi hingga ke distributor yang terletak di Soreang Kabupaten Bandung dapat tersalurkan dengan baik. Proses distribusi dilakukan setiap dua hari sekali ke distributor sayuran. Proses panen petani dilakukan pada pagi dan sore hari, yang nantinya setiap dua hari hasil panen di ambil oleh ketua kelompok untuk dikumpulkan dan disalurkan tiap dua hari sekali pada jam 17.00 WIB ke Biomedia distributor sayuran di Soreang Kabupaten Bandung. Kemudian Biomedia mendistribusikan asparagus ke supermarket yang berada di Jakarta pada pukul 03.00 WIB. Berdasarkan hasil wawancara kepada ketua kelompok dan pihak Biomedia, hasil panen asparagus yang disalurkan kepada Biomedia selalu dibayar seluruhnya oleh Biomedia kepada kelompok tani, meskipun apabila asparagus mengalami kerusakan pada saat proses pengangkutan atau asparagus tidak habis terjual di supermarket menjadi tanggung jawab Biomedia. 4. Promosi Promosi merupakan kegiatan terpenting untuk mengenalkan produk yang dihasilkan, kegiatan promosi yang dilakukan oleh kelompok tani Al’istiqomah dilakukan dengan cara memberikan contoh rebung hasil panen dari anggota kelompok tersebut kepada distributor, kemudian oleh distributor ditawarkan ke supermarket yang berada di Jakarta, selain memberikan contoh rebung asparagus yang dihasilkan oleh anggota, kelompok tani Al’istiqomah juga menambahkan label dengan nama Al’istiqomah pada kemasan asparagus dengan tujuan konsumen mengetahui asparagus tersebut diproduksi oleh kelompok tani Al’istiqomah (gambar 5).
26
Gambar 5 Label asparagus kelompok tani Al’istiqomah 3. Hasil analisis aspek pasar Hasil dari analisis aspek pasar yang terdiri dari permintaan dan penawaran asparagus hijau segar serta strategi pemasaran yang dilakukan oleh petani asparagus Al’istiqomah budidaya asparagus hijau segar bahwa usaha yang dijalankan di Kecamatan Ciwidey layak untuk dilakukan. Persentase terpenuhinya permintaan rata-rata 38% sehingga masih ada peluang untuk memenuhi permintaan dan mengembangkan usaha budidaya asparagus tersebut. Serta strategi pemasaran yang dilakukan oleh kelompok tani Al’istiqomah dengan memberikan contoh hasil panen dan label menjadikan komoditas mudah diterima. Aspek Teknis Menurut Nurmalina, 2008 aspek teknis adalah aspek mengenai proses pembangunan bisnis secara teknis dan pengoprasiannya setelah usaha tersebut selesai dibangun, oleh karena itu analisis secara teknis menjadi hal yang penting dalam menjalankan budidaya asparagus. Aspek teknis yang dimaksud meliputi lokasi usaha budidaya asparagus, skala usaha, proses produksi dan layout. Aspek teknis tersebut akan dijelaskan sebagai berikut. 1. Lokasi usaha Syarat tumbuh asparagus yang merupakan tanaman dari daerah subtropis, oleh sebab itu asparagus pada daerah tropis sebaiknya ditanam di daerah yang memiliki ketinggian sekitar 900 sampai 1200 meter dpl dengan suhu sekitar 15 sampai 25oC dan curah hujan yang merata sepanjang tahun yaitu berkisar 2.500 sampai 3.000 mm/tahun berdasarkan data dari ICDF, 2014. Lokasi usaha budidaya kelompok tani Al’istiqomah terletak di wilayah Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung, lokasi ini memiliki kriteria yang cocok untuk dilakukan budidaya, Kecamatan Ciwidey yang memiliki ketinggian kisaran 900 sampai 1100 dpl, suhu rata-rata tahun 2000 sampai 2012 berkisar 25.5oC dan curah hujan dari tahun 2000 sampai tahun 2012 sebesar 1246 mm (BPS, 2014), menjadikan lokasi ini mendukung keberhasilan budidaya asparagus. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, untuk memperoleh input seperti Tabel 6 yang dibutuhkan untuk melakukan budidaya asparagus tidak ada kesulitan yang besar.
27 Tabel 6 Input yang dibutuhkan untuk budidaya asparagus Input Pupuk kandang kotoran ayam Pupuk kandang kotoran kambing Pupuk kandang kotoran sapi Kapur dolomite Jerami Tenaga kerja
Ketersediaan Banyak perternakan ayam di wilayah Ciwidey, sehingga mudah diperoleh dan banyak pedagang yang menjual pupuk kandang ayam Banyak perternakan kambing di wilayah Ciwidey, sehingga mudah diperoleh dan banyak pedagang yang menjual pupuk kandang kambing Banyak perternakan sapi di wilayah Ciwidey, sehingga mudah diperoleh dan banyak pedagang yang menjual pupuk kandang sapi Toko Pertanian Banyak sawah dan jerami dapat diperoleh dengan gratis, hanya perlu mengeluarkan biaya penggangkutan Wilayah budidaya asparagus merupakan wilayah pertanian, sehingga tenaga kerja untuk pertanian mudah diperoleh
a. Letak pasar yang dituju Hasil panen asparagus hijau segar yang dibudidayakan petani asparagus Al’istiqomah diambil oleh distributor Biomedika yang kemudian disalurkan kepada Papaya supermarket yang berada di Jakarta, adapun pasar tujuan tersebut seperti pada Tabel 7 Tabel 7 Pasar tujuan kelompok tani asparagus Al’istiqomah Pasar Tujuan
Letak Gd. City Walk Sudirman Tanah Abang Jakarta
One Park Residences Kebayoran Baru
28 Papaya Fresh Gallery PT. Victorry Retailindo cabang Jl. Melawai
b. Ketersediaan bahan baku Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung yang merupakan wilayah sektor pertanian dan peternakan yang umumnya dijadikan sumber penghasilan utama, menjadikan lokasi ini mudah memperoleh bahan baku dan ketersediaanya melimpah, seperti pupuk kandang, jerami, pupuk cair kencing kelinci, bambu dan air untuk menyiram tanaman. Bahan baku input tersebut yang dibutuhkan dalam budidaya tidak selalu diperoleh dari sumber yang sama dan tidak ada sistem mengikat antar pihak. Sistem kerja sama belum dilakukan oleh kelompok, karena kebutuhan akan input seperti pupuk kandang, jerami, pupuk cair urine kelinci belum membutuhkan dalam jumlah besar dan berkelanjutan. Adapun kebutuhan untuk luasan 320 meter persegi dibutuhkan input seperti Tabel 8 . Tabel 8 Kebutuhan Input dalam usaha asparagus hingga umur usaha 5 tahun No Uraian Jumlah Satuan 1 Pupuk Kandang Ayam 16 256 Kg 2 Pupuk Kandang Kambing 4 608 Kg 3 Pupuk Kandang Sapi 2 304 Kg 4 Pupuk Cair Urine Kelinci 4 659 Liter 5 Kapur Dolomite 23 Kg c. Air Lokasi lahan budidaya asparagus memiliki ketersediaan air yang melimpah, lokasi lahan yang dekat dengan irigasi dan saluran air menjadikan lahan tersebut mudah dialiri air untuk memenuhi kebutuhan asparagus terhadap air. d. Suplai tenaga kerja Suplai tenaga kerja yang terlibat dalam budidaya asparagus dari tenaga kerja luar keluarga hanya sebatas untuk pesiapan lahan, membuat bedeng, pemupukan dasar dan penanaman bibit ke lahan. Kegiatan perawatan dan panen pada budidaya asparagus setiap hari masih menggunakan tenaga kerja dalam keluarga. Ketua kelompok yang memiliki pengalaman baik dalam budidaya aparagus sebelum dibentuknya kelompok petani asparagus Al’istiqomah hingga sudah diresmikan kelompok secara legal dan dikirimnya Pak Koswara selaku ketua kelompok tani ke Desa Plaga Bali yang merupakan sentra asparagus untuk mempelajari budidaya asparagus, menjadikan pak Koswara sebagai sumberdaya manusia terlatih dalam bidang asparagus dan disalurkan ilmu budidaya kepada petani asparagus Al’istiqomah. Hasil budidaya asparagus yang di hasilkan kelompok setiap dua hari sekali akan di ambil Pak Koswara dan disalurkan ke distributor sayuran untuk dipasarkan, sehingga kelompok sudah memiliki pasar yang selalu menyerap hasil panen asparagus.
29 e. Iklim Syarat tumbuh asparagus yang merupakan tanaman dari daerah subtropis, oleh sebab itu asparagus pada daerah tropis sebaiknya ditanam di daerah yang memiliki ketinggian sekitar 900 sampai 1200 meter dari permukaan laut dengan suhu sekitar 15 sampai 25oC dan curah hujan yang merata sepanjang tahun yaitu berkisar 2 500 sampai 3 000 mm/tahun berdasarkan ICDF, 2014. Lokasi usaha budidaya anggota asosisasi asparagus Indonesia terletah tersebar di wilayah Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung, lokasi ini memilki kriteria yang cocok untuk dilakukan budidaya, Kecamatan Ciwidey yang memiliki ketinggian kisaran 900 sampai 1100 meter dpl, suhu rata-rata dari tahun 2000 sampai tahun 2012 berkisar 25.2 oC dan curah hujan rata-rata dari tahun 2000 sampai tahun 2012 berkisar 1246 mm/tahun (BPS, 2014). f. Fasilitas transportasi Anggota kelompok yang dominan dalam kegiatan budidaya mengunakan sepeda motor menjadikan kegiatan tersebut semakin mudah dilakukan, hingga ditribusi hasil panen yang dikumpulkan oleh ketua kelompok akan disalurkan ke ditributor menggunakan sepeda motor. Kondisi jalan utama yang merupakan jalur wisata menyebabkan kondisi fisik jalan tersebut beraspal bagus dan lebar, serta jalur masuk ke lahan-lahan budidaya yang tidak terlalu sulit untuk kendaraan sepeda motor walaupun tidak sebagus jalur utama. g. Rencana pengembangan usaha Rencana pengembangan usaha kelompok tani asparagus Al’istiqomah yang perlu dilakukan adalah pengembangan lahan budidaya dengan menggunakan rumah naungan/greenhouse yang bertujuan untuk meningkatkan volume produksi rebung dengan mengurangi frekusensi air hujan yang berlebihan yang dapat menyebabkan rebung kurang maksimal hasilnya. Dampak dari air hujan yang terus-menerus menyebabkan rebung asparagus yang dihasilkan jadi bengkok bahkan hingga tidak mengeluarkan rebung. 2. Skala usaha Luas lahan petani yang menjadi responden sekitar 1920 m2 yang terdiri dari enam orang petani yang sedang dalam masa produktif, dari enam responden kelompok tani Al’istiqomah memiliki luas lahan di bawah satu hektar. Skala usaha budidaya asparagus digolongkan usaha kecil dengan rata-rata lahan dari enam responden sebesar 320 m2. 3. Proses produksi Kegiatan proses produksi yang dilakukan Kelompok tani asparagus Al’istiqomah dalam budidaya asparagus sebagai berikut : a. Bibit Bibit yang digunakan kelompok tani Al’istiqomah merupakan bibit turunan F2 UC 157 (gambar 6), umur bibit yang di beli anggota tani merupakan bibit dengan umur 3 bulan. Umur bibit yang sudah mencapai 3 bulan membuat anggota tani tinggal menanam bibit pada lahan yang sudah di persiapkan untuk budidaya. Media tanama yang digunakan untuk bibit adalah polybag dengan isi tanah yang sudah dicampur dengan kompos. Bibit dibeli dari Pak Koswara ketua kelompok yang juga menyemaikan benih asparagus untuk kebutuhan bibit asparagus bagi kelompok tani Al’istiqomah.
30
Gambar 6 Benih dan bibit kelompok tani asparagus Al’istiqomah b. Persiapan Lahan Bibit yang sudah disemai sebelum ditanam ke lahan diperlukan persiapan, lahan yang akan digunakan digali berbentuk parit sedalam 40 cm, lebar 80 cm dan panjang disesuaikan dengan kondisi fisik lahan. Parit yang sudah digali nantinya dilapisi paling dasar dengan menggunakan jerami setinggi 5 cm, lalu ditambahkan pupuk kompos yang sudah di campur antara pupuk kandang ayam, kambing dan sapi dengan komposisi 2:2:1 hingga 15 cm dari permukaan jerami yang sudah ditaruh dalam parit. Lahan yang akan digunakan sebelumnya diberikan kapur dolomite yang berfungsi mengubah sifat tanah asam menjadi basa dan setelah komposisi jerami, pupuk dasar dan kapur tersebut disiapkan maka lahan didiamkan selama 10 hari dan baru bisa digunakan untuk memindahkan bibit ke lahan. c. Cara Tanam Pada lahan responden menggunakan teknik tanam double row, yang dimana teknik ini dalam satu bedeng ditemukan dua baris tanaman. Bibit asparagus yang sudah disemai berumur 3 bulan dipindahkan ke dalam parit yang sudah diisi dengan jerami dan pupuk kompos, dengan jarak tanam antar baris tanaman 20 cm dan tanaman dengan pinggir parit 20 cm, serta jarak tanaman dalam baris dengan jarak 25 cm. Bibit yang ditanam didalam parit di letakan dan di tanam pada kedalaman 5 cm pada pupuk kandang dan ditambah timbunan pupuk kandang dengan ketinggian 5 cm. d. Perawatan Asparagus masuk masa produktif untuk dapat mulai di panen saaat tanaman sudah berumur 8 bulan dari mulai tanaman tumbuh, saat umur 8 bulan sampai 12 bulan ini adalah masa dimana tanaman masih masuk masa tanaman belajar menghasilkan yang biasanya di panen tiga hari sekali. Perawatan dibagi dua jenis pemupukan, yang pertama pupuk cor yang menggunakan pupuk cair dari urine kelinci yang diberikan tiap dua minggu sekali dan pupuk susulan diberikan tiap 4 bulan sekali mengunakan pupuk kandang ayam yang nantinya akan di beri didalam parit. Perawatan asparagus sejauh ini tidak menggunakan pestisida untuk mengusir hama dan penyakit, dari penelitian yang dilakukan pada kelompok ini ditemukan risiko yang banyak dihadapi saat air hujan yang berlebihan, sehingga produksi asparagus menurun dari biasanya. e. Panen Proses panen saat tanaman sudah berumur satu tahun hingga umur proyek habis selama lima tahun, asparagus dipanen adalah asparagus hijau segar yang muncul dari permukaan tanah. Asparagus dipanen mengunakan pisau dan dipanen
31 ketika rebung sudah mencapai ukuran 30 cm dari pemukaan tanah. Rebung yang terserap pasar adalah rebung segala ukuran grade tetapi harus tetap lurus. Asparagus yang sudah dipanen nantinya akan di sortir ulang kembali oleh kelompok dan distribusikan ke distributor sayuran di Soreang Bandung. 4. Layout Budidaya asparagus yang dilakukan kelompok tani asparagus Al’istiqomah tersebar di wilayah Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung, petani pada umumnya menanam asparagus dengan teknik doble row yang dimana terdapat 2 baris tanaman dalam 1 bedeng, seperti pada gambar 7. Pada gambar 7 bagian sebelah kanan menggambarkan kondisi lubang parit/lubang bedeng yang nanti akan disusun komposisi persiapan lahan, seperti jerami, pupuk kandang kotoran ayam, sapi dan kambing sebagai pupuk dasar. Saat pupuk dasar tersebut sudah diletakan baru bibit asparagus yang sudah berumur 3 bulan di tanam ke dalam lubang bedeng yang berisi pupuk dasar, bibit di tanam kedalaman 5 cm dari permukaan komposisi pupuk dasar baru nanti di timbun dengan tanah lahan sampai ketinggian + 10 cm. Pada luasan lahan 320 m2 dengan panjang 20 m dan lebar 16 m terdapat 8 bedeng dalam lahan tersebut. Lebar tiap bedeng 80 cm, jarak antar tanaman tiap baris yang memanjang 25 cm dan jarak tanaman aspragus kesamping dalam satu bedeng 40 cm. Jika dengan luasan 320 m2 dan asparagus ditanam sesuai prosedur teknis maka lahan tersebut akan menamung 711 bibit asparagus.
Gambar 7 Layout lahan 5. Pemilihan Jenis Peralatan Budidaya asparagus yang dilakukan oleh kelompok tani asparagus Al’istiqomah masih menggunakan peralatan yang masih tradisional, proses pengolahan lahan yang masih menggunakan tenaga manusia, proses panen yang mengunakan pisau dan pengiriman asparagus yang dibawa menggunakan wadah keranjang plastik yang diikat ke motor untuk distribusikan.
32 6. Hasil Analisis Aspek Teknis Analisis yang dilakukan pada kelompok tani asparagus Al’istiqomah disimpulkan bahwa secara teknis tidak menghadapi kendala budidaya yang sangat menghambat budidaya asparagus, hanya saja ketika curah hujan yang berlebihan mengakibatkan hasil panen asparagus menurun dari biasanya. Pemilihan lahan sebagai lokasi budidaya, proses produksi, tata letak bedeng dan kolam penampungan air dan penggunaan teknlogi yang digunakan mendukung kegiatan usaha asparagus dilakukan. analisis terhadap aspek teknis pada kelompok tani asparagus Al’istiqomah untuk dijalankan. Aspek Manajemen dan Hukum Ada beberapa kajian yang perlu dilakukan dalam menganalisis aspek manajemen dan hukum. Aspek manajemen dalam hal ini mengkaji bentuk usaha, pengadaan tenaga kerja, struktur organisasi, dan jumlah tenaga kerja yang akan digunakan dalam menjalankan usaha. Sedangkan dalam aspek hukum kajian yang perlu dilakukan yaitu mengenai kelengkapan dan keabsahan dokumen usaha yang berisi bentuk badan usaha sampai pada izin-izin usaha yang dimiliki suatu usaha. 1. Manajemen Kelompok tani asparagus Al’istiqomah menggunakan tenaga kerja luar keluarga pada saat persiapan lahan dan penanaman bibit ke lahan, sedangkan untuk perawatan hingga pemanenan asaparagus dilakukan oleh tenaga kerja dalam keluarga. Tingkat pendidikan dan jabatan petani dapat dilihat pada tabel 9. Tabel 9 Karakteristik petani asparagus Al’istiqomah No 1 2 3 4 5 6
Nama Pak Nandang Taryana Pak Yuda Pak Ade Pak Deni Pak Iwit Pak Dano
Pendidikan SMP S1 SMP SMA SMP D3
Jabatan Bendahara Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota
Keterangan Pembudidaya Pembudidaya Pembudidaya Pembudidaya Pembudidaya Pembudidaya
Berdasarkan tabel 9 petani asparagus pendidikan paling banyak lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) orang sebanyak tiga orang, sedangkan pendidikan tertinggi petani adalah Strata 1. Kriteria pendidikan petani tidak menjadi penentu untuk memegang jabatan dalam kelompok tani. Kemampuan petani dalam budidaya asparagus diperoleh dari Pak Koswara selaku ketua kelompok yang sudah memiliki pengalaman budidaya serta dibekali pelatihan ke Desa Plaga Bali yang merupakan salah satu sentra produksi asparagus terkenal di Indonesia yang dibina oleh ICDF (International Cooperation Development Fund) melalui program OVOP (One Village One Product). Analisis aspek manajemen di kelompok tani asparagus Al’istiqomah meliputi fungsi-fungsi manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan produksi, dan pengendalian. Fungsi perencanaan budidaya ditentukan oleh masing-masing petani dan pengorganisasian dilakukan oleh musyawarah kelompok. Perencanaan budidaya asparagus melingkupi bagaimana melakukan kegiatan budidaya yang sesuai standart tanam, ketersedian bahan baku, menentukan harga, promosi, pemasaran
33 dan memperoleh modal. Fungsi pengorganisasian bertujuan untuk mengkoordinasikan setiap fungsi dan tugas kepada anggota, sehingga kelompok dapat berjalan dengan baik dan terintegrasi. Pelaksanaan produksi dan pengendalian dilakukan oleh masing-masing petani pada lahan masing-masing yang sudah menerima pelatihan sebelumnya dari ketua kelompok dan dilakukan pendampingan untuk hasil panen mencapai target, persiapan lahan, penggunaan pupuk dasar, bibit yang digunakan, perawatan dan cara panen. Seluruh hasil panen anggota tidak diwajibkan untuk dijual melalui kelompok tani asparagus Al’istiqomah, pemasaran dan distribusi asparagus kelompok menjadi tanggung jawab ketua kelompok. KETUA KELOMPOK Koswara SERKERTARIS Didin Rosyidin
BENDAHARA Nandang Taryana ANGGOTA
PERTANIAN
PERTERNAKAN
Gambar 8 Struktur organisasi kelompok tani Al’istiqomah 2. Hukum Suatu badan usaha pada umumnya harus memiliki izin badan usaha yang legal, sehingga badan usaha tersebut memiliki kekuatan hukum dan mempermudah aktivitas usaha pada saat mengajukan pinjaman ke lembaga keuangan dan menjalin kerjasama dengan pihak lain. Kelompok tani asparagus Al’istiqomah yang digagas di Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung tersebut, sudah memiliki pengakuan yang resmi dari pemerintah setempat, dibuktikan dengan kepemilikan piagam kelas pemula seperti pada gambar 9.
34
Gambar 9 Piagam kelas pemula Al’istiqomah Kelompok tani asparagus Al’istiqomah tersebut muncul karena gagasan dari anggota kelompok tani Al’istiqomah yang sudah legal secara hukum yang merupakan kelompok tani yang mengusahakan beberapa usaha budidaya baik dibidang perternakan dan pertanian. Gagasan tersebut bertujuan supaya dapat lebih fokus dalam budidaya asparagus dan lebih mudah dikenal. Lahan yang digunakan anggota yang menjadi responden penelitian status lahannya sudah berstrifikat resmi dari pemerintah. 3. Hasil analisis aspek manajemen dan hukum Berdasarkan analisis penelitian asparagus terhadap aspek manajeman dan hukum pada kelompok tani asparagus Al’istiqomah layak diusahakan. Organisasi dari segi aspek manajemen kelompok tani asparagus Al’istiqomah masih sederhana, namun sudah dapat mengorganisir kegiatan anggota dengan baik. Dari segi aspek hukum budidaya asparagus yang dilakukan anggota sudah layak, karena pada awalnya budidaya asparagus tersebut saat kelompok tani Al’istiqomah resmi secara hukum didirikan 22 maret 2012 dengan jumlah 19 anggota. Usaha budidaya yang diusahakan tidak menentang hukum dan sudah mendapat izin dari dinas pertanian setempat, sehingga sosialisasi dari penyuluh pertanian dapat diperoleh kelompok. Berdasarkan analisis penelitian di kelompok tani asparagus Al’istiqomah aspek manajemen dan hukum, kegiatan usaha budidaya asparagus tersebut layak untuk dijalankan. Petani asparagus Al’istiqomah yang tergolong petani kecil yang sesuai UU lahan pertanian tidak lebih dari 500 meter persegi. Budidaya asparagus yang dijalankan petani belum berperan aktif dalam membayar pajak penghasilan, baru menjalankan kewajiban bayar pajak lahan kepada pemerintah yang dibayarkan tiap tahun. Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan Aspek sosial dinilai dari segi manfaat yang diberikan usaha tersebut terhadap perkembangan masyarakat seperti terbukanya lapangan pekerjaan, ide usaha komoditas alternatif yang jarang dibudidayakan orang lain sehingga potensial untuk dilakukan. Budidaya asparagus memberikan pengaruh dari segi aspek ekonomi dan budaya dengan meningkatkan pendapatan anggota kelompok yang sebelum menanam asparagus mengalami situasi pasar yang sangat bersaing, seperti budaya anggota sebelumnya yang usaha komoditas stroberi yang jumlah
35 pesaing terus meningkat dan menyebabkan persaingan harga yang dianggap tidak sehat. Aspek lingkungan dalam menjalankan usaha menjadi salah satu aspek yang perlu diperhatikan, terutama dampak yang dapat mempengaruhi kelertarian lingkungan. Budidaya asparagus yang dilakukan anggota mengunakan input yang ramaha lingkungan, baik pupuk dasar dari pupuk kandang ayam, sapi dan kambing, serta pupuk cair dari kencing kelinci yang digunakan tiap dua minggu sekali merupakan input yang ramah lingkungan. Limbah yang dihasilkan berupa hasil sortiran rebung asparagus yang tidak masuk seleksi dapat menjadi kompos bagi lahan budidaya. Proses budidaya asparagus yang mengunakan input yang ramah lingkungan, tanpa pestisida kimia yang berbahaya bagi lingkungan dan rebung yang dihasilkan menjadikan usaha ini layak dilakukan.
Analisis Aspek Finansial Aspek finansial merupakan salah satu bagian yang penting dalam menjalankan usaha budidaya asparagus, sehingga dapat memperhitungkan berapa besar biaya yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha budidaya asparagus. Analisis aspek finansial usaha budidaya asparagus pada kelompok tani asparagus Al’istiqomah akan dilakukan dengan menganalisis kondisi aktual usaha budidaya asparagus (skenario I) dan setelah dilakukan pengembangan dengan membangun naungan/greenhouse yang terbuat dari bambu dan plastik UV dengan tujuan meningkatkan hasil panen pada saat frekuensi hujan terus meningkat (skenario II). Skenario akan dikaji analisis biaya dan nilai manfaat, kriteria dan laba rugi. Analisis biaya dan manfaat dilakukan untuk mengidentifikasi berbagai jenis biaya yang dikeluarkan serta nilai manfaat yang akan diterima selama lima tahun usaha dijalankan dan hasil analisis tersebut menghasilkan analisis laba rugi. Skala usaha budidaya petani asparagus yang dijalankan tergolong kecil, luas lahan yang dibawah satu hektar menjadikan usaha ini tidak dikenakan pajak. Komponen yang dianalisis tersebut digunakan untuk menyususn cashflow, sehingga diperoleh perhitungan kriteria investasi. Kriteria investasi yang digunakan dalam usaha budidaya asparagus, meliputi NPV, IRR, Net B/C, Payback Period (PP). Analisis menggunakan kriteria investasi akan menunjukkan usaha budidaya tersebut layak atau tidak layak untuk dijalankan dari aspek finansial. Usaha budidaya asparagus yang dijalankan kelompok tani asparagus Al’istiqomah tentunya selama menjalankan usahanya mengalami perubahan pada beberapa komponen, sehingga perlu dilakukan analisis switching value untuk mengetahui sejauh mana kelayakan usaha jika terjadi perubahan pada arus tunai. Penelitian ini menggunakan dua skenario, skenario I merupakan dimana situasi aktual usaha dan skenario II merupakan situasi dimana dilakukan pengembangan budidaya asparagus di lahan dengan menggunakan greenhouse. Skenario II dipilih dengan pengembangan greenhouse dengan tujuan mengantisipasi volume curah hujan yang berlebihan pada usaha asparagus, dampak dari volume hujan berlebihan ditemukan dilapangan bahwa rebung asparagus menjadi bengkok dan kurang diminati konsumen, serta produksi menurun. Skenario I dan II nantinya akan di analisis apakah setelah dilakukan pengembangan menggunakan greenhouse usaha tersebut tetap layak dijalankan dengan perbedaan hasil produksi
36 pada skenario II dinaikan 40% dari skenario I, karena ada penelitian terdahulu dengan cara tanam yang sama tidak menggunakan greenhouse hasil panen berkurang 40%, sehingga diasumsikan dengan penggunaan greenhouse akan mengembalikan 40% kehilangan hasil panen. Analisis finansial skenario I (kondisi aktual) Budidaya asparagus yang dilakukan kelompok tani asparagus Al’istiqomah memproduksi asparagus dengan rata-rata luasan lahan 320 m2 dan hasil panen asparagus sebesar 101.6 kg pada tahun pertama dan akan terus meningkat hasil panen hingga umur teknis habis ditahun kelima yang mencapai 762 kilogram. Produktivitas asparagus tiap tahunnya mengalami peningkatan yang tahun pertama 40%, tahun kedua asparagus mencapai 80%, tahun ketiga 95%, tahun keempat dan kelima 100%. a. Arus penerimaan Penerimaan budidaya kelompok tani asparagus Al’istiqomah berasal dari penjualan asparagus hijau segar dan nilai sisa dari investasi yang diperhitungkan pada akhir usaha. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, hasil panen asparagus terpengaruh produksi ketika volume air hujan yang terus meningkat, sehingga hasil panen tidak maksimal dikarenakan rembung tidak muncul dan bengkok. Tahun pertama asparagus hanya mulai menghasilkan dari umur tanaman delapan bulan hingga satu tahun, setelah itu asparagus akan menghasilkan rebung setiap harinya yang dipanen dan didistribusikan setiap dua hari sekali ke ditributor sayuran. Harga asparagus di tingkat petani sebesar Rp 30 000, Berdasarkan catatan hasil produksi kelompok tani asparagus Al’istiqomah diperoleh penerimaaan usaha pada tahun pertama sebesar Rp 3 048 000 (tabel 10). Tabel 10 Pendapatan kelompok tani Al’istiqomah pada skenario I Uraian Komponen INFLOW Penjualan Asparagus Nilai Sisa Total Inflow
Tahun 1
2
3
4
5
3 048 000
18 288 000
21 717 000
22 860 000
22 860 000 28 504 395
3 048 000
18 288 000
21 717 000
22 860 000
51 364 395
Penerimaan usaha asparagus pada tahun kedua hingga tahun kelima diperoleh dari hasil penjulan panen asparagus selama 12 bulan. Hasil Panen usaha asparagus kelompok tani Al’istiqomah yang setiap tahun mengalami peningkatan tentunya meningkatkan penerimaan dari usaha tersebut, tahun kedua mencapai Rp 18 288 000 dari hasil panen sebanyak 609.6 kg, tahun ketiga dengan penjualan Rp 21 717 000 dari hasil panen 723.9 kg, tahun keempat dan kelima yang masingmasing mencapai Rp 22 860 000 yang diperoleh dari penjualan 762 kg asparagus. Nilai sisa yang di peroleh dari beberapa komponen yang masih memiliki nilai sisa diakhir usaha,seperti lahan, drum, motor dan handphone yang total nilai sisa 28
37 504 395. Total inflow usaha budidaya asparagus hingga tahun kelima sebesar 51 364 395 (tabel 11). Tabel 11 Nilai sisa pada skenario I (kondisi aktual) No
Biaya Investasi
6 Drum 11 Lahan 12 Motor 13 Handphone Total Nilai Sisa
Jumlah
Satuan
1 320 1 1
Unit m² Unit Unit
Harga Harga Total Satuan (Rp) (Rp) 187 500 58 900 9 700 000 458 000
187 500 18 848 000 9 700 000 458 000
Umur Pakai (Tahun) 5 5 5
Nilai Sisa (Rp) 37 500 26 435 295 1 940 000 91 600 28 504 395
b. Nilai sisa Nilai sisa adalah nilai barang atau peralatan yang tidak habis selama usaha berjalan. Perhitungan nilai sisa dilakukan dengan cara penaksiran. Nilai sisa tersebut menjadi tambahan manfaat bagi usaha. Nilai sisa skenario I (kondisi aktual) sebelum dilakukan pengembangan terhadap investasi usaha budidaya asparagus sebesar Rp 28 504 395. Investasi yang dilakukan pada budidaya asparagus hingga umur proyek habis ditahun kelima beberapa komponen memiliki nilai sisa. Lahan merupakan investasi yang tidak mengalami penyusutan, bahkan nilai lahan pada umumnya mengalami peningkatan nilai jual tiap tahunnya. Nilai lahan diperhitungkan menggunakan Compounding Factor untuk memperkirakan nilai lahan pada tahun kelima dengan discount factor (DF) 7% (Tabel 11). Lahan yang pada tahun pertama memiliki nilai Rp 18 848 000 untuk luasan 320 m2, pada tahun kelima saat usaha berakhir memiliki nilai Rp 26 435 295. c. Arus biaya (outflow) Arus biaya merupakan aliran kas yang dikeluarkan oleh usaha budidaya asparagus. Arus biaya pada usaha budidaya asparagus kelompok tani Al’istiqomah terdiri dari biaya investasi, biaya reinvestasi dan biaya operasional. Biaya yang dikeluarkan merupakan biaya yang dikeluarkan usaha dalam mengembangkan usaha dan menjalankan operasional budidaya asparagus selama umur usaha budidaya asparagus. Biaya investasi Berdasarkan analisis yang dilakukan pada usaha asparagus di kelompok tani Al’istiqomah meliputi cangkul, semprotan, koret, golok, emrat, drum, gacok, ember, selang, bibit, motor, lahan dan handphone. Total biaya investasi usaha asparagus kelompok tani Al’istiqomah Rp 33 641 750 dan total penyusutan Rp 2 795 422 (Tabel 12).
38 Tabel 12 Investasi dan penyusutan pada skenario I (kondisi aktual) No
Biaya Investasi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Cangkul Semprotan Koret Golok Emrat Drum Gacok Ember Selang Bibit Lahan Motor Handphone
Jumlah 2 1 1 1 1 1 1 3 25 711 320 1 1 Total
Satuan Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Meter Bibit m² Unit Unit
Harga Harga Total Satuan (Rp) (Rp) 71 250 247 500 26 250 35 000 22 500 187 500 51 600 25 300 30 000 5 000 58 900 9 700 000 458 000
142 500 247 500 26 250 35 000 22 500 187 500 51 600 75 900 750 000 3 555 000 18 848 000 9 700 000 458 000 33 641 750
Umur Penyusutan/ Pakai tahun(Rp) (Tahun) 2 71 250 3 82 500 2 13 125 3 11 667 3 7 500 5 30 000 3 17 200 1 75 900 5 150 000 5 711 000 5 5
1 552 000 73 280 2 795 422
Biaya operasional Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan selama usaha asparagus berjalan. Biaya operasional dibagi menjadi dua kelompok yaitu biaya operasional tetap dan biaya variabel. Biaya tetap sebagai berikut : i. Biaya tetap Biaya tetap dikeluarkan setiap periode produksi dan besarnya tidak berhubungan langsung dengan jumlah hasil lahan. Biaya tetap tidak berubah walaupun volume hasil panen bertambah atau berkurang. Biaya tetap yang dikeluarkan kelompok tani asparagus Al’istiqomah sebelum pengembangan sama meliputi biaya telpon, pajak bumi bangunan (PBB) dan perawatan motor. biaya tetap yang dikeluarkan kelompok tani Al’istiqomah sebelum adanya pengembangan usaha. Total biaya tetap yang dikeluarkan kelompok tani asparagus Al’istiqomah sebesar Rp 1 976 200,- ditahun pertama hingga umur proyek selesai pada tahun kelima. Persamaan biaya tiap tahun karena biaya tersebut yang dikeluarkan besarnya tetap sama walaupun asparagus mulai produktif saat berumur 8 bulan. Biaya telpon, PBB, dan perawatan motor diasumsikan sama dari tahun pertama usaha hingga umur usaha berakhir ditahun kelima, biaya tiap tahun terdiri dari biaya telepon sebesar Rp 850 000, biaya pajak bumi dan bangunan sebesar Rp 152 800 dan biaya perawatan motor sebesar Rp 973 400 (Tabel 13)
39 Tabel 13 Biaya tetap usaha asparagus kelompok tani Al’istiqomah No
Biaya Per Tahun
Uraian Tahun 1
1 2 3
Telepon PBB Perawatan Motor
Total Biaya
Tahun 2
Tahun 3
Tahun 4
Tahun 5
850 000 152 800
850 000 152 800
850 000 152 800
850 000 152 800
850 000 152 800
973 400
973 400
973 400
973 400
973 400
1 976 200
1 976 200
1 976 200
1 976 200
1 976 200
ii.
Biaya variabel Biaya variabel dikeluarkan tergantung besar kecil volume produksi, total biaya variabel yang digunakan kelompok tani Al’istiqomah sebelum dan sesudah pengembangan tentu memiliki perbedaan. Komponen biaya variabel yang digunakan kelompok tani asparagus Al’istiqomah yaitu pupuk kandang ayam, pupuk kandang sapi, pupuk kandang kambing, pupuk cair urine kelinci, jerami, kapur dolomite, tenaga kerja, persiapan lahan dan transport. Total biaya variabel yang dikeluarkan skenario I sebesar Rp 12 780 850 pada tahun pertama, sedangkan pada tahun kedua hingga tahun kelima biaya variabel yang dikeluarkan untuk usaha asparagus sebesar Rp 9 711 200. Perbedaan pada tahun pertama dan tahun kedua hingga tahun umur teknis habis, karena pada usaha asparagus ini pada tahun pertama memerlukan pupuk dasar, jerami, kapur dolomite dan biaya persiapan lahan yang hanya dikeluarkan satu kali selama umur teknis pada tahun pertama (tabel 14). Tabel 14 Biaya variabel pada skenario I (kondisi aktual) No
Uraian
1 Pupuk Dasar Pupuk Kandang (Ayam) Pupuk Kandang (Kambing) Pupuk Kandang (Sapi) 2 Pupuk Peremajaan Pupuk Kandang (Ayam) 3 Pupuk Cair Urine Kelinci 4 Jerami 5 Kapur Dolomite 6 Tenaga Kerja 7 Transport 8 Persiapan Lahan Total Biaya
Tahun 1
Tahun 2
Biaya Per Tahun Tahun 3 Tahun 4
Tahun 5
2 304 000 1 152 000 864 000 448 000 537 600 130 000 8 000 4 199 900 2 554 500 582 850 12 780 850
1 344 000 1 612 800
1 344 000 1 612 800
1 344 000 1 612 800
1 344 000 1 612 800
4 199 900 2 554 500
4 199 900 2 554 500
4 199 900 2 554 500
4 199 900 2 554 500
9 711 200
9 711 200
9 711 200
9 711 200
d. Analisis laba rugi usaha Analisis rugi laba digunakan untuk mengetahui perkembangan usaha asparagus dalam kurun waktu tertentu. Komponen rugi laba terdiri dari penerimaan, biaya operasional, biaya penyusutan dan biaya lain diluar usaha. Pada penelitian ini digunakan dua skenario usaha asparagus, sehingga dalam laporan
40 rugi laba akan diketahui keuntungan maksimum dari kedua skenario usaha yang akan dijalankan. Analisis laba rugi yang dilakukan menunjukan pada skenario ke I total laba bersih sebesar Rp 13 289 242 diakhir umur usaha, dengan nilai negatif pada tahun pertama sebesar Rp 14 504 472 (tabel 15). Tabel 15 Laba rugi skenario I dan skenario II Tahun 1 2 3 4 5 Total
Skenario I (14 504 472) 3 805 178 7 234 178 8 377 178 8 377 178 13 289 242
Skenario II (17 830 359) 9 935 291 14 735 891 16 336 091 16 336 091 39 513 004
e. Analisis kelayakan finansial skenario I Analisis yang dilakukan pada finansial berdasarkan kriteria investasi seperti net present value (NPV), net benefit cost ratio (Net B/C), internal rate of return (IRR), dan discounted payback period (DPP). Kelompok tani asparagus Al’istiqomah dalam melakukan usaha budidaya asparagus menggunakan modal pribadi, sehingga digunakan discount rate sebesar 7% berdasarkan tingkat suku bunga deposito BCA 15 Oktober 2014. Analisis kelayakan finansial pada skenario I, yaitu menganalisis asparagus di kelompok tani Al’istiqomah sebelum adanya pengembangan usaha dengan greenhouse . Pada skenario ini discount rate yang digunakan sebesar 7 % (tabel 16) Tabel 16 Kriteria investasi skenario I kelompok tani Al’istiqomah Kriteria Investasi NPV Net B/C IRR PP
Nilai 7 182 684.85 1.17 12% 4.48
Berdasarkan analisis finansial dengan kriteria investasi yang telah dilakukan pada umur usaha lima tahun, nilai NPV yang diperoleh sebesar Rp 7 182 684.85. Nilai tersebut menunjukan keuntungan yang diperoleh kelompok usaha asparagus selama lima tahun dengan tingkat diskonto 7%. Nilai NPV lebih besar dari pada nol, sehingga berdasarkan kriteria NPV usaha asparagus kelompok tani Al’istiqomah skenario I layak untuk dijalankan. Nilai NPV jika dibagi 5 tahun umur usaha maka tiap tahun kelompok tani Al’istiqomah akan memperoleh Rp 1 436 536.97. Berdasarkan kriteria NPV lebih besar dari nol usaha dikatakan layak, dengan nilai manfaat yang diperoleh tiap tahun sebesar Rp 1 436 536.97 maka bagi kebutuhan aktual kehidupan kelompok tani nilai tersebut keci. Perhitungan Net B/C menghasilkan nilai 1.17 satuan rupiah, angka ini menunjukan bahwa usaha asparagus mendapatkan keuntungan Rp1.17 untuk setiap Rp 1 yang dikeluarkan. Nilai Net B/C lebih besar dari 1, sehingga menurut
41 kriteria Net B/C usaha asparagus kelompok tani Al’istiqomah layak untuk dijalankan. Nilai IRR kelompok tani Al’istiqomah pada skenario I sebesar 4.48%. Hal ini menunjukan tingkat pengembalian terhadap investasi yang ditanamkan sebesar 12%, sehingga usaha asparagus dengan kriteria IRR layak untuk dijalankan, karena setiap investasi yang ditanamkan pada usaha ini akan mendapat tingkat pengembalian yang lebih besar dibandingkan menyimpan dana investasi untuk ditabung atau didepositkan. Nilai Payback Period (PP) usaha ini selama 4.48 tahun. Nilai ini menunjukkan bahwa seluruh biaya investasi yang ditanamkan dalam usaha asparagus kelompok tani Al’istiqomah sebelum adanya pengembangan akan dapat dikembalikan pada tahun keempat dan bulan kelima. Hasil ini menunjukkan DPP usaha asparagus kelompok tani Al’istiqomah pada skenario I masih kurang dari lima tahun, sehingga masih dikatakan layak untuk dijalankan. Dilihat dari keempat kriteria kelayakan investasi yakni NPV, Net B/C, IRR, dan PP maka usaha kelompok tani Al’istiqomah layak secara finansial. f. Analisis switching value usaha asparagus kelompok tani Al’istiqomah Berdasarkan analisis switching value usaha asparagus dilakukan kepada beberapa komponen seperti penurunan produksi asparagus, kenaikan harga pupuk kandang ayam, kenaikan harga pupuk cair urine kelinci, kenaikan upah tenaga kerja dan kenaikan harga bibit asparagus. Analisis switching value dilakukan untuk mengetahui batas kenaikan atau penurunan harga komponen tersebut untuk menghasilkan nilai NPV 0, sehingga usaha masih layak untuk dijalankan. Berdasarkan hasil analisis switching value pada beberapa komponen penurunan produksi pada skenario I merupakan komponen yang paling peka terhadap perubahan, dengan penurunan produksi 10.22% maka NPV usaha asparagus akan nol. Komponen kedua yang peka terhadap perubahan adalah komponen kenaikan upah tenaga kerja yang pada skenario I menghasilkan NPV nol jika usaha tersebut mengalami kenaikan upah tenaga kerja sebesar 41.71%(tabel 22) Analisis finansial skenario II (pengembangan dengan greenhouse ) Skenario II pada budidaya asparagus direncanakan pengembangan usaha budidaya dengan menambahkan greenhouse /naungan dan pengembangan tersebut dipilih karena dari observasi yang dilakukan dilapangan, bahwa volume air hujan yang tinggi mempengaruhi hasil panen asparagus sehingga salah satu dampak yang hasilkan rebung asparagus menjadi bengkok. Kondisi fisik rebung yang bengkok menyebabkan asparagus tidak laku dipasarkan, sehingga perlu dilakukan pengembangan usaha yang dapat meningkatkan hasil produksi asparagus dengan membuat greenhouse . a. Arus penerimaan Kondisi arus penerimaan pada skenario ke II (pengembangan usaha asparagus dengan greenhouse /naungan) berbeda dengan skenario I (kondisi aktual asparagus tanpa greenhouse), hasil produksi meningkat 40%, persentase tersebut diperoleh karena pada penelitian terdahulu yang dilakukan Ridhawati (2008) pada Agro Lestari yang mengatakan hasil produksi hilang karena risiko cuaca dan hama 40%, hal tersebut sama dengan kondisi aktual yang diperoleh saat penelitian. Kondisi usaha yang dilakukan petani Al’istiqomah dan Agro lestari yang sama-sama tidak menggunakan greenhouse /naungan, sehingga tanaman
42 asparagus tersebut kehilangan produksi, salah satunya akibat hujan yang berlebih. Produksi asparagus pada skenario ke II tahun pertama sebesar 142.42 kg, tahun kedua mencapai 853.44 kg, tahun ketiga sebesar 1013.46 dan tahun ke empat dan tahun kelima sebesar 1066.8 kg. Harga jual asparagus pada skenario II sama dengan skenario I sebesar Rp 30 000 per kilogram. Nilai sisa pada skenario II masih sama dengan skenario I karena tidak ada komponen yang di tambahkan untuk membuat greenhouse yang memiliki nilai sisa di akhir usaha, seperti bambu, paku dan plastik UV (tabel 17). Tabel 17 Pendapatan kelompok tani Al’istiqomah pada Skenario II (pengembangan dengan greenhouse) Uraian Komponen INFLOW Penjualan Asparagus Nilai Sisa Total Inflow
1
2
Tahun 3
4
5
4 272 000
25 632 000
30 438 000
32 040 000
32 040 000 28 504 395
4 272 000
25 632 000
30 438 000
32 040 000
60 544 395
Pendapatan tahun pertama usaha asparagus pada skenario II sebesar Rp 4 272 000 karena asparagus baru mulai menghasilkan saat umur asparagus 8 bulan, sedangkan tahun ke 2 hingga tahun ke 5 mengunakan data aktual yang disesuaikan dengan literatur budidaya asparagus yang mengatakan produksi asparagus selama 5 tahun akan meningkat dari 40% tahun pertama, 80% tahun kedua, 95% tahun ketiga dan 100% pada tahun keempat dan kelima. Komponen yang diinvestasikan pada skenario II sama Dengan skenario I, hanya drum, lahan, motor dan handphone yang memiliki nilai sisa hingga akhir umur usaha (tabel 11). b. Nilai sisa Berdasarkan tabel 12 dan 18 terdapat biaya bibit yang dimasukan kedalam biaya investasi, hal tersebut karena asparagus termasuk jenis tanaman tahunan yang selama umur proyek lima tahun hanya dikeluarkan satu kali. Umur proyek usaha asparagus yang dilakukan berdasarkan umur teknis asparagus yang mencapai produksi maksimum pada tahun kelima. luasan lahan rata-rata kelompok tani Al’istiqomah 320 m2, dengan kebutuhan bibit sesuai syarat tanam 0.45 meter/tanaman maka membutuhkan 711 bibit. Analisis usaha asparagus yang dilakukan pada skenario ke II (kondisi usaha budidaya sesudah pengembangan) memiliki tiga komponen biaya berbeda dengan skenario ke I, tiga komponen tersebut diantaranya plastik UV, bambu dan paku. Komponen tersebut untuk merupakan biaya investasi yang digunakan untuk membuat greenhouse /naungan sebanyak 6 unit dengan luasan masing-masing 50m2. Nilai sisa antara skenario I dan skenario II memilki nilai sisa yang sama, karena 3 komponen yang ditambahkan untuk membuat greenhouse diumur akhir usaha tidak memiliki nilai sisa (tabel 11). c. Arus biaya (outflow) Arus biaya merupakan aliran kas yang dikeluarkan oleh usaha budidaya asparagus. Arus biaya pada usaha budidaya asparagus kelompok tani
43 Al’istiqomah terdiri dari biaya investasi, biaya reinvestasi dan biaya operasional. Biaya yang dikeluarkan merupakan biaya yang dikeluarkan usaha dalam mengembangkan usaha dan menjalankan operasional budidaya asparagus selama umur usaha budidaya asparagus. Biaya investasi Berdasarkan analisis yang dilakukan akan diberikan gambaran yang terkait biaya investasi usaha asparagus dengan rencana pengembangan usaha membuat greenhouse /naungan (skenario II). Analisis yang dilakukan pada skenario ke II dengan rencana membuat greenhouse pada lahan dengan luas 320 meter pesegi akan dibuat greenhouse sebanyak 6 unit dengan luasan 50 meter persegi. Komponen biaya yang digunakakan skenario ke II terdapat 3 komponen biaya investasi tambahan dari biaya investasi skenario ke I, seperti plastik UV, bambu dan paku. Komponen biaya tambahan tersebut digunakan untuk membuat greenhouse. Total biaya investasi usaha asparagus kelompok tani Al’istiqomah Rp 40 675 850 (Tabel 18). Tabel 18 Investasi dan penyusutan Skenario II( dengan greenhouse) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Biaya Investasi Cangkul Semprotan Koret Golok Emrat Drum Gacok Ember Selang Bibit Lahan Motor Handphone Plastik UV Bambu Paku
Jumlah 2 1 1 1 1 1 1 3 25 711 320 1 1 456 864 60 Total
Harga Harga Total Umur Pakai Penyusutan/ Satuan (Rp) (Rp) (Tahun) tahun(Rp) Unit 71 250 142 500 2 71 250 Unit 247 500 247 500 3 82 500 Unit 26 250 26 250 2 13 125 Unit 35 000 35 000 3 11 667 Unit 22 500 22 500 3 7 500 Unit 187 500 187 500 5 30 000 Unit 51 600 51 600 3 17 200 Unit 25 300 75 900 1 75 900 Meter 25 300 632 500 5 126 500 Bibit 5 000 3 555 000 5 711 000 m² 58 900 18 848 000 Unit 9 700 000 9 700 000 5 1 552 000 Unit 458 000 458 000 5 73 280 Meter 6 000 2 736 000 5 547 200 Meter 3 400 2 937 600 5 587 520 Kilogram 17 000 1 020 000 5 204 000 40 675 850 4 110 642 Satuan
i. Biaya tetap Biaya tetap yang dikeluarkan kelompok tani asparagus Al’istiqomah sesudah pengembangan meliputi biaya telpon, pajak bumi bangunan (PBB) dan perawatan motor. Biaya tetap yang dikeluarkan kelompok tani Al’istiqomah sesudah ada pengembangan usaha sama dengan biaya tetap skenario I, karena dalam komponen biaya tetap tidak terpengaruh dengan dilakukan pembangunan greenhouse dengan luasan lahan yang sama (Tabel 13). ii. Biaya variabel Komponen biaya variabel skenario ke II kelompok tani asparagus Al’istiqomah memiliki perbedaan dengan komponen biaya variabel skenario ke I, perbedaan tersebut merupakan biaya tenaga kerja untuk pembuatan greenhouse
44 Rp 3 360 000. Total biaya variebal pada skenario ke II sebesar Rp 16 140 850 pada tahun pertama, sedangkan total biaya variabel pada tahun kedua hingga tahun kelima tetap sama dengan tahun kedua dan kelima pada skenario ke I sebesar Rp 9 711 200 (tabel 19). Hal tersebut karena pada pengembangan usaha pada skenario ke II menggunakan greenhouse untuk menjaga kwalitas asparagus tetap terjaga dari air hujan yang berdampak rebung menjadi bengkok dan tidak maksimal berproduksi. Tabel 19 Biaya variabel pada skenario II (pengembangan dengan greenhouse) No
Uraian
1 Pupuk Dasar Pupuk Kandang (Ayam) Pupuk Kandang (Kambing) Pupuk Kandang (Sapi) 2 Pupuk Peremajaan Pupuk Kandang (Ayam) 3 Pupuk Cair Urine Kelinci 4 Jerami 5 Kapur Dolomite 6 Tenaga Kerja 7 Transport 8 Persiapan Lahan 9 Pembuatan Greenhouse Total Biaya
Tahun 1
Biaya Per Tahun Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4
Tahun 5
1 344 000 1 612 800
1 344 000 1 612 800
1 344 000 1 612 800
1 344 000 1 612 800
4 199 900 2 554 500
4 199 900 2 554 500
4 199 900 2 554 500
4 199 900 2 554 500
9 711 200
9 711 200
9 711 200
9 711 200
2 304 000 1 152 000 864 000 448 000 537 600 130 000 8 000 4 199 900 2 554 500 582 850 3 360 000 16 140 850
d. Analisis laba rugi usaha Analisis rugi laba digunakan untuk mengetahui perkembangan usaha asparagus dalam kurun waktu tertentu. Komponen rugi laba terdiri dari penerimaan, biaya operasional, biaya penyusutan, dan biaya lain diluar usaha. Pada skenario ke II total laba sebesar Rp 39 055 004. Laba pada skenario ke II lebih besar karena hasil produksi diasumsikan naik sebesar 40% dan investasi bertambah dari skenario I, sehingga biaya negatif pada skenario ke II pada tahun pertama lebih besar pada skenario ke II sebesar Rp 17 921 959 (tabel 15). e. Analisis kelayakan finansial skenario II Kelompok tani asparagus Al’istiqomah dalam melakukan usaha budidaya asparagus menggunakan modal pribadi, sehingga digunakan discount rate sebesar 7% berdasarkan tingkat suku bunga deposito BCA 15 Oktober 2014. Analisis finansial skenario II dengan perencanaan pembuatan greenhouse pada lahan budidaya dengan luas 320 m2. Tabel 20 Kriteria investasi skenario II kelompok tani Al’istiqomah Kriteria Investasi NPV Net B/C IRR PP
Nilai 26 012 781.22 1.51 24% 4.0
45 Berdasarkan analisis finansial skenario II (tabel 20) dengan kriteria investasi yang telah dilakukan pada umur usaha lima tahun, nilai NPV yang diperoleh sebesar Rp 26 012 781.22. Nilai tersebut memberikan nilai manfaat yang diperoleh kelompok usaha asparagus selama lima tahun dengan tingkat diskonto 7%. Nilai ini lebih besar dari pada 0, sehingga berdasarkan kriteria NPV usaha asparagus kelompok tani Al’istiqomah sesudah dilakukan pengembangan usaha (skenario II) layak untuk dijalankan. Perhitungan Net B/C menghasilkan nilai 1.51 satuan rupiah, angka ini menunjukan bahwa usaha asparagus mendapatkan keuntungan Rp1.51 untuk setiap Rp 1 yang dikeluarkan. Nilai Net B/C lebih kecil dari 1, sehingga menurut kriteria Net B/C usaha asparagus kelompok tani Al’istiqomah skenario II layak untuk dijalankan. Nilai IRR kelompok tani Al’istiqomah pada skenario II sebesar 24%. Hal ini menunjukan tingkat pengembalian terhadap investasi yang ditanamkan sebesar 24%, sehingga usaha asparagus dengan kriteria IRR layak untuk dijalankan, karena setiap investasi yang ditanamkan pada usaha ini akan hanya mendapat tingkat pengembalian yang lebih besar dibandingkan menyimpan dana investasi untuk ditabung atau didepositkan pada bank. Nilai Payback Period (PP) usaha ini selama 4.0 tahun. Nilai ini menunjukkan bahwa seluruh biaya investasi yang ditanamkan dalam usaha asparagus kelompok tani Al’istiqomah sesudah adanya pengembangan akan dapat dikembalikan pada tahun keempat dan bulan satu. Hasil ini menunjukkan DPP usaha asparagus kelompok tani Al’istiqomah pada skenario II dibawah lima tahun dan dari kriteria NPV, IRR dan Net B/C layak, sehingga dikatakan pengembangan tersebut layak untuk dijalankan. Dilihat dari keempat kriteria kelayakan investasi yakni NPV, Net B/C, IRR dan PP maka usaha kelompok tani Al’istiqomah layak secara finansial. f. Analisis switching value usaha asparagus kelompok tani Al’istiqomah Berdasarkan hasil analisis switching value pada beberapa komponen, dari beberapa komponen tersebut dalam menjalankan usaha penurunan produksi pada skenario ke II peka terhadap perubahan sebesar 26.41% maka NPV usaha asparagus akan nol. Penurunan produksi menjadi komponen paling peka karena budidaya asparagus kelompok tani Al’istiqomah mudah terpengaruh oleh cuaca seperti hujan yang menurunkan produksi (tabel 22). Pada skenario II dari komponen yang di Switching value, komponen kenaikan harga bibit menjadi komponen yang paling tidak peka terhadap perubahan harga. Dari lima komponen yang di analisis pada skenario II hanya satu komponen yang memiliki nilai kepekaan dibawah 100%, sedangkan 4 diantaranya seperti kenaikan harga bibit asparagus, kenaikan pupuk kandang kotoran ayam, dan pupuk cair urine kelinci merupakan komponen yang tidak peka terhadap perubahan. Berbeda pada skenario I, dari 5 komponen yang di analisis switching value terdapat 2 komponen yang peka terhadap perubahan yaitu penurunan produksi dan kenaikan upah tenaga kerja.
46 Tabel 21 Batas toleransi perubahan harga setiap komponen Uraian Penurunan Produksi Asparagus Kenaikan Harga Bibit Asparagus Kenaikan Upah Tenaga Kerja Kenaikan Harga Pupuk Kandang (Ayam) Kenaikan Pupuk Cair Urin Kelinci
Skenario I 10.22% 216.19% 41.71% 153.70% 128.08%
Skenario II 26.41% 782.94% 151.06% 556.63% 463.86%
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan diantaranya : 1. Berdasarkan analisis pada aspek non finansial yang terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial ekonomi budaya dan aspek lingkungan usaha asparagus layak untuk dijalankan. 2. Berdasarkan analisis aspek finansial dengan kriteria kelayakan investasi usaha asparagus kelompok tani Al’istiqomah, baik untuk skenario I (kondisi aktual) usaha asparagus layak dijalankan. Analisis skenario II sesudah dilakukan pengembangan greenhouse menunjukan usaha tersebut layak untuk dilakukan, nilai NPV Rp 26 012 781.22 dengan diskonto 7%, Net B/C menghasilkan nilai 1.51 satuan rupiah, Nilai IRR sebesar 24% dan payback period 4.0 tahun. 3. Analisis switching value usaha asparagus skenario I dan skenario II dilakukan pada beberapa komponen input dan output seperti penurunan produksi asparagus, kenaikan harga pupuk kandang kotoran ayam, kenaikan harga pupuk cair urine kelinci dan kenaikan harga bibit asparagus. Pada beberapa komponen tersebut, komponen penurunan produksi merupakan komponen paling sensitif mengalami penurunan. Batas toleransi mengalami penurunan sebesar 10.22% pada skenario I dan pada skenario II sebesar 26.41%, komponen kedua yang paling sensitif jika terjadi perubahan adalah komponen kenaikan tenaga kerja dengan batas toleransi kenaikan 41.71% pada skenario I. Saran Berdasarkan hasil dari analisis penelitian ini, ada beberapa saran yang dapat dijadikan rekomendasi, diantaranya: 1. Usaha asparagus yang dilakukan kelompok tani Al’istiqomah sebaiknya mulai melakukan pembukuan usaha yang meliputi data penjualan, data pengeluaran usaha dan data produksi agar diketahui secara pasti angka penjualan, pemasukan dan pengeluaran dari usaha tersebut. 2. Usaha yang dilaksanakan kelompok tani asparagus Al’istiqomah perlu memperhatikan hasil panen asparagus, karena usaha asparagus sensitif terhadap penurunan produksi pada skenario I sebesar 10.24% yang mendatangkan kerugian bagi pengusaha. Berdasarkan analisis yang dilakukan
47 pada usaha budidaya asparagus diperoleh informasi bahwa produksi asparagus dapat dipengaruhi jumlah hujan yang berlebihan, sehingga diperlukan antisipasi yang dapat menekan risiko produksi asparagus dengan naungan/greenhouse.
DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Statistik Indonesia 2012. Badan Pusat Statistik. Jakarta. [BPS] Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Jenis lapangan Usaha [Diunduh 2014 Mei 24] Jakarta (ID): Badan Pusat Statistik Republik Indonesia: Tersedia pada: http://www.bps.go.id/download_file/ IP_Februari_2014.pdf. [Diperta.jabarprov] Harga Sayuran. [Diunduh 2014 September 7] Jawa Barat (ID) : Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat : Tersedia pada : http://diperta.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/528 [ICDF] International Cooperation Development Fund. 2014. Budidaya Asparagus. Bogor (ID). [Statista] Global top 10 asparagus producing countries from 2010 to 2012.[ Diunduh 2014 Agustus 28] New York (US): Statista, Inc : Tersedia pada : http://www.statista.com/statistics/279556/global-top-asparagus-producingcountries/ Afifah, A.1995. Upaya Peningkatan Kapasitas Terpakai Perusahaan Pengolah Asparagus PT Asparagus Nusantara Menuju Optimaliasasi. Skripsi. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Agus, Suyono, Hermawan. 2006. Analisis Kelayakan Usahatani Padi Pada Sistem Pertanian Organik di Kabupaten Bantul. [Jurnal]. Yogyakarta: Jurusan Penyuluh Pertanian Yogyakarta, Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Magelang. Arifin B. 2004. Analisis Ekonomi Pertanian Indonesia. Jakarta (ID) : Kompas Jakarta. Darwis, Muslim. 2013. Keragamaan Dan Titik Impas Usaha Tani Aneka Sayuran Pada Lahan Sawah Di Kabupaten Karawang Jawa Barat. [Jurnal]. Peneliti di Pusat Sosial Ekonomi Dan Kebijakan Pertanian. Gittinger JP. 1986. Analisis Ekonomi proyek-proyek pertanian. Jakarta : UI-preJohn Hopkins. Muliyawati D. 2012. Analisis Kelayakan Usaha Jamur Tiram Putih (pleurotus ostreatus) Studi Kasus Kumbung D & D Kecamatan Bojonggede Kabupaten Bogor Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor (ID): Departemen Agribinis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A. 2010. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor: Departemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor.
48 Onggo, Tino M. 2008 Kualitas Bibit Dan Potensi Hasil Sembilan Kultivar Introduksi Aparagus Di Lembang, Jawa Barat. [Jurnal] Bandung : Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Ridhawati H. 2008. Kelayakan Finansial Investasi Usahatani Asparagus (Asparagus Offisionalis) Ramah Lingkungan, PT. Agro Lestari, Bogor. [Skripsi]. Bogor (ID): Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Rubatzky, VE., Mas Yamaguchi. 1999. Sayuran Dunia: Prinsip, Produksi dan Gizi. Jilid Ketiga. Institut Teknologi Bandung. Bandung. Setiawan AI. 1995. Budidaya Dan Pengaturan Panen Sayuran Dataran Tinggi. Jakarta (ID): PT Penebar Swadaya. Suhardiman P. 1982. Bertanam Asparagus. Jakarta (ID): PT Penebar Swadaya. Suliyanto. 2010. Studi Kelayakan Bisnis Pendekatan Praktis. Yogyakarta: Andi. Takatori F. H, Souther F, Stillman J. 1975. Influence Of High Density Planting On Yield And Quality Of Green Asparagus, California. [Jurnal] US: California Agriculture. Umar, Husein. 2007. Studi Kelayakan Bisnis. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Zuraida R. 2008. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Pembibitan Acasia Crassicarpa di Koperasi Bunut Abadi Kabupaten Siak Riau sebagai salah satu Program Pengembangan Masyarakat PT Arara Abadi Riau. [Skripsi]. Bogor (ID): Program Studi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
49
Lampiran 1 Jadwal kegiatan budidaya asparagus kelompok tani Al’istiqomah Kegiatan
1 2 3
4 5
Tahun 2 6 7 8
4 5
Tahun 4 6 7 8
9 10 11 12 1
2 3
4 5
Tahun 2 6 7 8 9 10 11 12 1
4 5
Tahun 5 6 7 8 9 10 11 12
2
3
4
5
Tahun 3 6 7 8 9 10 11 12
Penyemaian Persiapan Lahan Penanaman Asparagus Ke Lahan Pupuk Kandang Ayam (4 Bulan Sekali) Pupuk Cair Urine Kelinci (2 minggu Sekali) Panen Penjualan
Kegiatan
1 2 3
9 10 11 12 1
2 3
Penyemaian Persiapan Lahan Penanaman Asparagus Ke Lahan Pupuk Kandang Ayam (4 Bulan Sekali) Pupuk Cair Urine Kelinci (2 minggu Sekali) Panen Penjualan
49
50 Lampiran 2 Cashflow pada skenario I (kondisi aktual) No
Uraian Komponen
A INFLOW Penjualan Asparagus Nilai Sisa Total Inflow B OUTFLOW 1. BIAYA INVESTASI Lahan Bibit ( sebanyak 711) Cangkul Semprotan Koret Golok Emrat Drum Gacok Ember Selang Motor Handphone TOTAL INVESTASI 2. BIAYA VARIABEL Pupuk Cair Urine Kelinci (Per Dua Minggu) Pupuk Kandang (Ayam) per 4 bulan Pupuk Kandang (Ayam) Untuk Pupuk Dasar Pupuk Kandang (Kambing) Untuk Pupuk Dasar Pupuk Kandang (Sapi) Untuk Pupuk Dasar Kapur Dolomite Jerami Tenaga Kerja Persiapan Lahan Transportasi TOTAL VARIABEL 3. BIAYA TETAP Telepon PBB Pemeliharaan Motor TOTAL BIAYA TETAP TOTAL BIAYA OPERASIONAL TOTAL BIAYA OUTFLOW Net benefit DF= 1/(1+i)t dengan i=7% PV/ tahun PV negatif PV positif NPV Net B/C IRR PP
1
2
Tahun 3
4
3 048 000
18 288 000
21 717 000
22 860 000
3 048 000
18 288 000
21 717 000
22 860 000
18 848 000 3 555 000 142 500 247 500 26 250 35 000 22 500 187 500 51 600 75 900 750 000 9 700 000 458 000 34 099 750 537 600 448 000 2 304 000 1 152 000 864 000 8 000 130 000 4 199 900 582 850 2 554 500 12 780 850
142 500
5 22 860 000 28 504 395 51 364 395
142 500 247 500
26 250
26 250 35 000 22 500
75 900
75 900
51 600 75 900
75 900
244 650
432 500
244 650
1 612 800 1 344 000
1 612 800 1 344 000
1 612 800 1 344 000
1 612 800 1 344 000
4 199 900
4 199 900
4 199 900
4 199 900
2 554 500 9 711 200
2 554 500 9 711 200
2 554 500 9 711 200
2 554 500 9 711 200
75 900
850 000 850 000 850 000 850 000 850 000 152 800 152 800 152 800 152 800 152 800 973 400 973 400 973 400 973 400 973 400 1 976 200 1 976 200 1 976 200 1 976 200 1 976 200 14 757 050 11 687 400 11 687 400 11 687 400 11 687 400 48 856 800 11 763 300 11 932 050 12 119 900 11 932 050 (45 808 800) 6 524 700 9 784 950 10 740 100 39 432 345 0.93 0.87 0.82 0.76 0.71 (42 811 962.62) 5 698 925.67 7 987 433.91 8 193 570.87 28 114 717.02 (42 811 962.62) 49 994 647.47 7 182 684.85 1.17 12% 4.48
51 Lampiran 3 Skenario I penurunan produksi 10.21890055% No
Uraian Komponen
A INFLOW Penjualan Asparagus Nilai Sisa Total Inflow B OUTFLOW 1. BIAYA INVESTASI Lahan Bibit ( sebanyak 711) Cangkul Semprotan Koret Golok Emrat Drum Gacok Ember Selang Motor Handphone TOTAL INVESTASI 2. BIAYA VARIABEL Pupuk Cair Kencing Kelinci (Per Dua Minggu) Pupuk Kandang (Ayam) per 4 bulan Pupuk Kandang (Ayam) Untuk Pupuk Dasar Pupuk Kandang (Kambing) Untuk Pupuk Dasar Pupuk Kandang (Sapi) Untuk Pupuk Dasar Kapur Dolomite Jerami Tenaga Kerja Persiapan Lahan Transportasi TOTAL VARIABEL 3. BIAYA TETAP Telepon PBB Pemeliharaan Motor TOTAL BIAYA TETAP TOTAL BIAYA OPERASIONAL TOTAL BIAYA OUTFLOW Net benefit DF= 1/(1+i)t dengan i=7% PV/ tahun PV negatif PV positif NPV Net B/C IRR PP
1
2
Tahun 3
4
2 736 528
16 419 167
19 497 761
20 523 959
2 736 528
16 419 167
19 497 761
20 523 959
18 848 000 3 555 000 142 500 247 500 26 250 35 000 22 500 187 500 51 600 75 900 750 000 9 700 000 458 000 34 099 750 537 600 448 000 2 304 000 1 152 000 864 000 8 000 130 000 4 199 900 582 850 2 554 500 12 780 850
142 500
5 20 523 959 28 504 395 49 028 354
142 500 247 500
26 250
26 250 35 000 22 500
75 900
75 900
51 600 75 900
75 900
75 900
244 650
432 500
244 650
1 612 800 1 344 000
1 612 800 1 344 000
1 612 800 1 344 000
1 612 800 1 344 000
4 199 900
4 199 900
4 199 900
4 199 900
2 554 500 9 711 200
2 554 500 9 711 200
2 554 500 9 711 200
2 554 500 9 711 200
850 000 850 000 850 000 850 000 850 000 152 800 152 800 152 800 152 800 152 800 973 400 973 400 973 400 973 400 973 400 1 976 200 1 976 200 1 976 200 1 976 200 1 976 200 14 757 050 11 687 400 11 687 400 11 687 400 11 687 400 48 856 800 11 763 300 11 932 050 12 119 900 11 932 050 (46 120 272) 4 655 867 7 565 711 8 404 059 37 096 304 0.93 0.87 0.82 0.76 0.71 (43 103 058.03) 4 066 614.96 6 175 874.13 6 411 416.63 26 449 152.31 (43 103 058.03) 43 103 058.03 0.00 1.00 7% 4.7
52 Lampiran 4 Skenario I kenaikan harga bibit asparagus 216.1877016% No
Uraian Komponen
A INFLOW Penjualan Asparagus Nilai Sisa Total Inflow B OUTFLOW 1. BIAYA INVESTASI Lahan Bibit ( sebanyak 711) Cangkul Semprotan Koret Golok Emrat Drum Gacok Ember Selang Motor Handphone TOTAL INVESTASI 2. BIAYA VARIABEL Pupuk Cair Urine Kelinci (Per Dua Minggu) Pupuk Kandang (Ayam) per 4 bulan Pupuk Kandang (Ayam) Untuk Pupuk Dasar Pupuk Kandang (Kambing) Untuk Pupuk Dasar Pupuk Kandang (Sapi) Untuk Pupuk Dasar Kapur Dolomite Jerami Tenaga Kerja Persiapan Lahan Transportasi TOTAL VARIABEL 3. BIAYA TETAP Telepon PBB Pemeliharaan Motor TOTAL BIAYA TETAP TOTAL BIAYA OPERASIONAL TOTAL BIAYA OUTFLOW Net benefit DF= 1/(1+i)t dengan i=7% PV/ tahun PV negatif PV positif NPV Net B/C IRR PP
1
2
Tahun 3
4
3 048 000
18 288 000
21 717 000
22 860 000
3 048 000
18 288 000
21 717 000
22 860 000
18 848 000 11 240 473 142 500 247 500 26 250 35 000 22 500 187 500 51 600 75 900 750 000 9 700 000 458 000 41 785 223 537 600 448 000 2 304 000 1 152 000 864 000 8 000 130 000 4 199 900 582 850 2 554 500 12 780 850
142 500
5 22 860 000 28 504 395 51 364 395
142 500 247 500
26 250
26 250 35 000 22 500
75 900
75 900
51 600 75 900
75 900
75 900
244 650
432 500
244 650
1 612 800 1 344 000
1 612 800 1 344 000
1 612 800 1 344 000
1 612 800 1 344 000
4 199 900
4 199 900
4 199 900
4 199 900
2 554 500 9 711 200
2 554 500 9 711 200
2 554 500 9 711 200
2 554 500 9 711 200
850 000 850 000 850 000 850 000 850 000 152 800 152 800 152 800 152 800 152 800 973 400 973 400 973 400 973 400 973 400 1 976 200 1 976 200 1 976 200 1 976 200 1 976 200 14 757 050 11 687 400 11 687 400 11 687 400 11 687 400 56 542 273 11 763 300 11 932 050 12 119 900 11 932 050 (53 494 273) 6 524 700 9 784 950 10 740 100 39 432 345 0.93 0.87 0.82 0.76 0.71 (49 994 647.47) 5 698 925.67 7 987 433.91 8 193 570.87 28 114 717.02 (49 994 647.47) 49 994 647.47 0.00 1.00 7% 4.7
53 Lampiran 5 Skenario I kenaikan harga pupuk cair urine kelinci 128.0806612% No
Uraian Komponen
A INFLOW Penjualan Asparagus Nilai Sisa Total Inflow B OUTFLOW 1. BIAYA INVESTASI Lahan Bibit ( sebanyak 711) Cangkul Semprotan Koret Golok Emrat Drum Gacok Ember Selang Motor Handphone TOTAL INVESTASI 2. BIAYA VARIABEL Pupuk Cair Urine Kelinci (Per Dua Minggu) Pupuk Kandang (Ayam) per 4 bulan Pupuk Kandang (Ayam) Untuk Pupuk Dasar Pupuk Kandang (Kambing) Untuk Pupuk Dasar Pupuk Kandang (Sapi) Untuk Pupuk Dasar Kapur Dolomite Jerami Tenaga Kerja Persiapan Lahan Transportasi TOTAL VARIABEL 3. BIAYA TETAP Telepon PBB Pemeliharaan Motor TOTAL BIAYA TETAP TOTAL BIAYA OPERASIONAL TOTAL BIAYA OUTFLOW Net benefit DF= 1/(1+i)t dengan i=7% PV/ tahun PV negatif PV positif NPV Net B/C IRR PP
1
2
Tahun 3
4
3 048 000
18 288 000
21 717 000
22 860 000
3 048 000
18 288 000
21 717 000
22 860 000
18 848 000 3 555 000 142 500 247 500 26 250 35 000 22 500 187 500 51 600 75 900 750 000 9 700 000 458 000 34 099 750 1 226 162 448 000 2 304 000 1 152 000 864 000 8 000 130 000 4 199 900 582 850 2 554 500 13 469 412
142 500
5 22 860 000 28 504 395 51 364 395
142 500 247 500
26 250
26 250 35 000 22 500
75 900
75 900
51 600 75 900
75 900
244 650
432 500
244 650
3 678 485 1 344 000
3 678 485 1 344 000
3 678 485 1 344 000
3 678 485 1 344 000
4 199 900
4 199 900
4 199 900
4 199 900
2 554 500 11 776 885
2 554 500 11 776 885
2 554 500 11 776 885
2 554 500 11 776 885
75 900
850 000 850 000 850 000 850 000 850 000 152 800 152 800 152 800 152 800 152 800 973 400 973 400 973 400 973 400 973 400 1 976 200 1 976 200 1 976 200 1 976 200 1 976 200 15 445 612 13 753 085 13 753 085 13 753 085 13 753 085 49 545 362 13 828 985 13 997 735 14 185 585 13 997 735 (46 497 362) 4 459 015 7 719 265 8 674 415 37 366 660 0.93 0.87 0.82 0.76 0.71 (43 455 478.16) 3 894 676.47 6 301 219.71 6 617 669.74 26 641 912.24 (43 455 478.16) 43 455 478.16 0.00 1.00 7% 4.7
54 Lampiran 6 Skenario I kenaikan harga pupuk kandang ayam 153.69679344% No
Uraian Komponen
A INFLOW Penjualan Asparagus Nilai Sisa Total Inflow B OUTFLOW 1. BIAYA INVESTASI Lahan Bibit ( sebanyak 711) Cangkul Semprotan Koret Golok Emrat Drum Gacok Ember Selang Motor Handphone TOTAL INVESTASI 2. BIAYA VARIABEL Pupuk Cair Urine Kelinci (Per Dua Minggu) Pupuk Kandang (Ayam) per 4 bulan Pupuk Kandang (Ayam) Untuk Pupuk Dasar Pupuk Kandang (Kambing) Untuk Pupuk Dasar Pupuk Kandang (Sapi) Untuk Pupuk Dasar Kapur Dolomite Jerami Tenaga Kerja Persiapan Lahan Transportasi TOTAL VARIABEL 3. BIAYA TETAP Telepon PBB Pemeliharaan Motor TOTAL BIAYA TETAP TOTAL BIAYA OPERASIONAL TOTAL BIAYA OUTFLOW Net benefit DF= 1/(1+i)t dengan i=7% PV/ tahun PV negatif PV positif NPV Net B/C IRR PP
1
2
Tahun 3
4
3 048 000
18 288 000
21 717 000
22 860 000
3 048 000
18 288 000
21 717 000
22 860 000
18 848 000 3 555 000 142 500 247 500 26 250 35 000 22 500 187 500 51 600 75 900 750 000 9 700 000 458 000 34 099 750 537 600 1 136 562 2 304 000 1 152 000 864 000 8 000 130 000 4 199 900 582 850 2 554 500 13 469 412
142 500
5 22 860 000 28 504 395 51 364 395
142 500 247 500
26 250
26 250 35 000 22 500
75 900
75 900
51 600 75 900
75 900
75 900
244 650
432 500
244 650
1 612 800 3 409 685
1 612 800 3 409 685
1 612 800 3 409 685
1 612 800 3 409 685
4 199 900
4 199 900
4 199 900
4 199 900
2 554 500 11 776 885
2 554 500 11 776 885
2 554 500 11 776 885
2 554 500 11 776 885
850 000 850 000 850 000 850 000 850 000 152 800 152 800 152 800 152 800 152 800 973 400 973 400 973 400 973 400 973 400 1 976 200 1 976 200 1 976 200 1 976 200 1 976 200 15 445 612 13 753 085 13 753 085 13 753 085 13 753 085 49 545 362 13 828 985 13 997 735 14 185 585 13 997 735 (46 497 362) 4 459 015 7 719 265 8 674 415 37 366 660 0.93 0.87 0.82 0.76 0.71 (43 455 478.16) 3 894 676.47 6 301 219.71 6 617 669.74 26 641 912.24 (43 455 478.16) 43 455 478.16 0.00 1.00 7% 4.7
55 Lampiran 7 Skenario I kenaikan upah tenaga kerja 41.71027873% No
Uraian Komponen
A INFLOW Penjualan Asparagus Nilai Sisa Total Inflow B OUTFLOW 1. BIAYA INVESTASI Lahan Bibit ( sebanyak 711) Cangkul Semprotan Koret Golok Emrat Drum Gacok Ember Selang Motor Handphone TOTAL INVESTASI 2. BIAYA VARIABEL Pupuk Cair Urine Kelinci (Per Dua Minggu) Pupuk Kandang (Ayam) per 4 bulan Pupuk Kandang (Ayam) Untuk Pupuk Dasar Pupuk Kandang (Kambing) Untuk Pupuk Dasar Pupuk Kandang (Sapi) Untuk Pupuk Dasar Kapur Dolomite Jerami Tenaga Kerja Persiapan Lahan Transportasi TOTAL VARIABEL 3. BIAYA TETAP Telepon PBB Pemeliharaan Motor TOTAL BIAYA TETAP TOTAL BIAYA OPERASIONAL TOTAL BIAYA OUTFLOW Net benefit DF= 1/(1+i)t dengan i=7% PV/ tahun PV negatif PV positif NPV Net B/C IRR PP
1
2
Tahun 3
4
3 048 000
18 288 000
21 717 000
22 860 000
3 048 000
18 288 000
21 717 000
22 860 000
18 848 000 3 555 000 142 500 247 500 26 250 35 000 22 500 187 500 51 600 75 900 750 000 9 700 000 458 000 34 099 750 537 600 448 000 2 304 000 1 152 000 864 000 8 000 130 000 5 951 690 582 850 2 554 500 14 532 640
142 500
5 22 860 000 28 504 395 51 364 395
142 500 247 500
26 250
26 250 35 000 22 500
75 900
75 900
51 600 75 900
75 900
75 900
244 650
432 500
244 650
1 612 800 1 344 000
1 612 800 1 344 000
1 612 800 1 344 000
1 612 800 1 344 000
5 951 690
5 951 690
5 951 690
5 951 690
2 554 500 11 462 990
2 554 500 11 462 990
2 554 500 11 462 990
2 554 500 11 462 990
850 000 850 000 850 000 850 000 850 000 152 800 152 800 152 800 152 800 152 800 973 400 973 400 973 400 973 400 973 400 1 976 200 1 976 200 1 976 200 1 976 200 1 976 200 16 508 840 13 439 190 13 439 190 13 439 190 13 439 190 50 608 590 13 515 090 13 683 840 13 871 690 13 683 840 (47 560 590) 4 772 910 8 033 160 8 988 310 37 680 555 0.93 0.87 0.82 0.76 0.71 (44 449 149.53) 4 168 844.44 6 557 451.46 6 857 138.67 26 865 714.97 (44 449 149.53) 44 449 149.53 0.00 1.00 7% 4.7
56 Lampiran 8 Cashflow skenario II (perencanaan pembuatan greenhouse) No
Uraian Komponen
A INFLOW Penjualan Asparagus Nilai Sisa Total Inflow B OUTFLOW 1. BIAYA INVESTASI Lahan Bibit ( sebanyak 711) Cangkul Semprotan Koret Golok Emrat Drum Gacok Ember Selang Motor Handphone Plastik UV Bambu Paku TOTAL INVESTASI 2. BIAYA VARIABEL Pupuk Cair Urine Kelinci (Per Dua Minggu) Pupuk Kandang (Ayam) per 4 bulan Pupuk Kandang (Ayam) Untuk Pupuk Dasar Pupuk Kandang (Kambing) Untuk Pupuk Dasar Pupuk Kandang (Sapi) Untuk Pupuk Dasar Kapur Dolomite Jerami Tenaga Kerja Persiapan Lahan Pembuatan Greenhouse Transportasi TOTAL VARIABEL 3. BIAYA TETAP Telepon PBB Pemeliharaan Motor TOTAL BIAYA TETAP TOTAL BIAYA OPERASIONAL TOTAL BIAYA OUTFLOW Net benefit DF= 1/(1+i)t dengan i=7% PV/ tahun PV negatif PV positif NPV Net B/C IRR PP
1
Tahun 3
2
4
5
4 272 000
25 632 000
30 438 000
32 040 000
4 272 000
25 632 000
30 438 000
32 040 000
18 848 000 3 555 000 142 500 247 500 26 250 35 000 22 500 187 500 51 600 75 900 750 000 9 700 000 458 000 2 736 000 2 937 600 1 020 000 40 793 350 537 600 448 000 2 304 000 1 152 000 864 000 8 000 130 000 4 199 900 582 850 3 360 000 2 554 500 16 140 850
142 500
32 040 000 28 504 395 60 544 395
142 500 247 500
26 250
26 250 35 000 22 500
75 900
75 900
51 600 75 900
75 900
75 900
244 650
432 500
244 650
1 612 800 1 344 000
1 612 800 1 344 000
1 612 800 1 344 000
1 612 800 1 344 000
4 199 900
4 199 900
4 199 900
4 199 900
2 554 500 9 711 200
2 554 500 9 711 200
2 554 500 9 711 200
2 554 500 9 711 200
850 000 850 000 850 000 850 000 850 000 152 800 152 800 152 800 152 800 152 800 973 400 973 400 973 400 973 400 973 400 1 976 200 1 976 200 1 976 200 1 976 200 1 976 200 18 117 050 11 687 400 11 687 400 11 687 400 11 687 400 58 910 400 11 763 300 11 932 050 12 119 900 11 932 050 (54 638 400) 13 868 700 18 505 950 19 920 100 48 612 345 0.93 0.87 0.82 0.76 0.71 (51 063 925.23) 12 113 459.69 15 106 367.69 15 196 948.91 34 659 930.15 (51 063 925.23) 77 076 706.45 26 012 781.22 1.51 24% 4.0
57
57 Lampiran 9 Skenario II kenaikan harga bibit asparagus 782.9444698% No
Uraian Komponen
A INFLOW Penjualan Asparagus Nilai Sisa Total Inflow B OUTFLOW 1. BIAYA INVESTASI Lahan Bibit ( sebanyak 711) Cangkul Semprotan Koret Golok Emrat Drum Gacok Ember Selang Motor Handphone Plastik UV Bambu Paku TOTAL INVESTASI 2. BIAYA VARIABEL Pupuk Cair Urine Kelinci (Per Dua Minggu) Pupuk Kandang (Ayam) per 4 bulan Pupuk Kandang (Ayam) Untuk Pupuk Dasar Pupuk Kandang (Kambing) Untuk Pupuk Dasar Pupuk Kandang (Sapi) Untuk Pupuk Dasar Kapur Dolomite Jerami Tenaga Kerja Persiapan Lahan Pembuatan Greenhouse Transportasi TOTAL VARIABEL 3. BIAYA TETAP Telepon PBB Pemeliharaan Motor TOTAL BIAYA TETAP TOTAL BIAYA OPERASIONAL TOTAL BIAYA OUTFLOW Net benefit DF= 1/(1+i)t dengan i=7% PV/ tahun PV negatif PV positif NPV Net B/C IRR PP
1
Tahun 3
2
4
5
4 272 000
25 632 000
30 438 000
32 040 000
4 272 000
25 632 000
30 438 000
32 040 000
18 848 000 31 388 676 142 500 247 500 26 250 35 000 22 500 187 500 51 600 75 900 750 000 9 700 000 458 000 2 736 000 2 937 600 1 020 000 68 627 026 537 600 448 000 2 304 000 1 152 000 864 000 8 000 130 000 4 199 900 582 850 3 360 000 2 554 500 16 140 850
142 500
32 040 000 28 504 395 60 544 395
142 500 247 500
26 250
26 250 35 000 22 500
75 900
75 900
51 600 75 900
75 900
75 900
244 650
432 500
244 650
1 612 800 1 344 000
1 612 800 1 344 000
1 612 800 1 344 000
1 612 800 1 344 000
4 199 900
4 199 900
4 199 900
4 199 900
2 554 500 9 711 200
2 554 500 9 711 200
2 554 500 9 711 200
2 554 500 9 711 200
850 000 850 000 850 000 850 000 850 000 152 800 152 800 152 800 152 800 152 800 973 400 973 400 973 400 973 400 973 400 1 976 200 1 976 200 1 976 200 1 976 200 1 976 200 18 117 050 11 687 400 11 687 400 11 687 400 11 687 400 86 744 076 11 763 300 11 932 050 12 119 900 11 932 050 (82 472 076) 13 868 700 18 505 950 19 920 100 48 612 345 0.93 0.87 0.82 0.76 0.71 (77 076 706.45) 12 113 459.69 15 106 367.69 15 196 948.91 34 659 930.15 (77 076 706.45) 77 076 706.45 0.00 1.00 7% 4.6
58 Lampiran 10 Skenario II kenaikan harga pupuk cair urine kelinci 463.8563832% No
Uraian Komponen
A INFLOW Penjualan Asparagus Nilai Sisa Total Inflow B OUTFLOW 1. BIAYA INVESTASI Lahan Bibit ( sebanyak 711) Cangkul Semprotan Koret Golok Emrat Drum Gacok Ember Selang Motor Handphone Plastik UV Bambu Paku TOTAL INVESTASI 2. BIAYA VARIABEL Pupuk Cair Urine Kelinci (Per Dua Minggu) Pupuk Kandang (Ayam) per 4 bulan Pupuk Kandang (Ayam) Untuk Pupuk Dasar Pupuk Kandang (Kambing) Untuk Pupuk Dasar Pupuk Kandang (Sapi) Untuk Pupuk Dasar Kapur Dolomite Jerami Tenaga Kerja Persiapan Lahan Pembuatan Greenhouse Transportasi TOTAL VARIABEL 3. BIAYA TETAP Telepon PBB Pemeliharaan Motor TOTAL BIAYA TETAP TOTAL BIAYA OPERASIONAL TOTAL BIAYA OUTFLOW Net benefit DF= 1/(1+i)t dengan i=7% PV/ tahun PV negatif PV positif NPV Net B/C IRR PP
1
2
Tahun 3
4
4 272 000
25 632 000
30 438 000
32 040 000
4 272 000
25 632 000
30 438 000
32 040 000
18 848 000 3 555 000 142 500 247 500 26 250 35 000 22 500 187 500 51 600 75 900 750 000 9 700 000 458 000 2 736 000 2 937 600 1 020 000 40 793 350 3 031 292 448 000 2 304 000 1 152 000 864 000 8 000 130 000 4 199 900 582 850 3 360 000 2 554 500 18 634 542
142 500
5 32 040 000 28 504 395 60 544 395
142 500 247 500
26 250
26 250 35 000 22 500
75 900
75 900
51 600 75 900
75 900
75 900
244 650
432 500
244 650
9 093 876 1 344 000
9 093 876 1 344 000
9 093 876 1 344 000
9 093 876 1 344 000
4 199 900
4 199 900
4 199 900
4 199 900
2 554 500 17 192 276
2 554 500 17 192 276
2 554 500 17 192 276
2 554 500 17 192 276
850 000 850 000 152 800 152 800 973 400 973 400 1 976 200 1 976 200 20 610 742 19 168 476 61 404 092 19 244 376 (57 132 092) 6 387 624 0.93 0.87 (53 394 478.43) 5 579 198.40 (53 394 478.43) 53 394 478.43 0.00 1.00 7% 4.7
850 000 850 000 850 000 152 800 152 800 152 800 973 400 973 400 973 400 1 976 200 1 976 200 1 976 200 19 168 476 19 168 476 19 168 476 19 413 126 19 600 976 19 413 126 11 024 874 12 439 024 41 131 269 0.82 0.76 0.71 8 999 581.44 9 489 672.04 29 326 026.54
59
59
Lampiran 11 Skenario II kenaikan harga pupuk kandang ayam 556.6276598% No
Uraian Komponen
A INFLOW Penjualan Asparagus Nilai Sisa Total Inflow B OUTFLOW 1. BIAYA INVESTASI Lahan Bibit ( sebanyak 711) Cangkul Semprotan Koret Golok Emrat Drum Gacok Ember Selang Motor Handphone Plastik UV Bambu Paku TOTAL INVESTASI 2. BIAYA VARIABEL Pupuk Cair Urine Kelinci (Per Dua Minggu) Pupuk Kandang (Ayam) per 4 bulan Pupuk Kandang (Ayam) Untuk Pupuk Dasar Pupuk Kandang (Kambing) Untuk Pupuk Dasar Pupuk Kandang (Sapi) Untuk Pupuk Dasar Kapur Dolomite Jerami Tenaga Kerja Persiapan Lahan Pembuatan Greenhouse Transportasi TOTAL VARIABEL 3. BIAYA TETAP Telepon PBB Pemeliharaan Motor TOTAL BIAYA TETAP TOTAL BIAYA OPERASIONAL TOTAL BIAYA OUTFLOW Net benefit DF= 1/(1+i)t dengan i=7% PV/ tahun PV negatif PV positif NPV Net B/C IRR PP
1
2
Tahun 3
4
4 272 000
25 632 000
30 438 000
32 040 000
4 272 000
25 632 000
30 438 000
32 040 000
18 848 000 3 555 000 142 500 247 500 26 250 35 000 22 500 187 500 51 600 75 900 750 000 9 700 000 458 000 2 736 000 2 937 600 1 020 000 40 793 350 537 600 2 941 692 2 304 000 1 152 000 864 000 8 000 130 000 4 199 900 582 850 3 360 000 2 554 500 18 634 542
142 500
5 32 040 000 28 504 395 60 544 395
142 500 247 500
26 250
26 250 35 000 22 500
75 900
75 900
51 600 75 900
75 900
75 900
244 650
432 500
244 650
1 612 800 8 825 076
1 612 800 8 825 076
1 612 800 8 825 076
1 612 800 8 825 076
4 199 900
4 199 900
4 199 900
4 199 900
2 554 500 17 192 276
2 554 500 17 192 276
2 554 500 17 192 276
2 554 500 17 192 276
850 000 850 000 850 000 850 000 850 000 152 800 152 800 152 800 152 800 152 800 973 400 973 400 973 400 973 400 973 400 1 976 200 1 976 200 1 976 200 1 976 200 1 976 200 20 610 742 19 168 476 19 168 476 19 168 476 19 168 476 61 404 092 19 244 376 19 413 126 19 600 976 19 413 126 (57 132 092) 6 387 624 11 024 874 12 439 024 41 131 269 0.93 0.87 0.82 0.76 0.71 (53 394 478.43) 5 579 198.40 8 999 581.45 9 489 672.04 29 326 026.54 (53 394 478.43) 53 394 478.43 0.00 1.00 7% 4.7
60 Lampiran 12 Skenario II kenaikan upah tenaga kerja 151.05776983% No
Uraian Komponen
A INFLOW Penjualan Asparagus Nilai Sisa Total Inflow B OUTFLOW 1. BIAYA INVESTASI Lahan Bibit ( sebanyak 711) Cangkul Semprotan Koret Golok Emrat Drum Gacok Ember Selang Motor Handphone Plastik UV Bambu Paku TOTAL INVESTASI 2. BIAYA VARIABEL Pupuk Cair Urine Kelinci (Per Dua Minggu) Pupuk Kandang (Ayam) per 4 bulan Pupuk Kandang (Ayam) Untuk Pupuk Dasar Pupuk Kandang (Kambing) Untuk Pupuk Dasar Pupuk Kandang (Sapi) Untuk Pupuk Dasar Kapur Dolomite Jerami Tenaga Kerja Persiapan Lahan Pembuatan Greenhouse Transportasi TOTAL VARIABEL 3. BIAYA TETAP Telepon PBB Pemeliharaan Motor TOTAL BIAYA TETAP TOTAL BIAYA OPERASIONAL TOTAL BIAYA OUTFLOW Net benefit DF= 1/(1+i)t dengan i=7% PV/ tahun PV negatif PV positif NPV Net B/C IRR PP
1
2
Tahun 3
4
5
4 272 000
25 632 000
30 438 000
32 040 000
4 272 000
25 632 000
30 438 000
32 040 000
18 848 000 3 555 000 142 500 247 500 26 250 35 000 22 500 187 500 51 600 75 900 750 000 9 700 000 458 000 2 736 000 2 937 600 1 020 000 40 793 350 537 600 448 000 2 304 000 1 152 000 864 000 8 000 130 000 10 544 175 582 850 3 360 000 2 554 500 22 485 125
142 500
32 040 000 28 504 395 60 544 395
142 500 247 500
26 250
26 250 35 000 22 500
75 900
75 900
51 600 75 900
75 900
75 900
244 650
432 500
244 650
1 612 800 1 344 000
1 612 800 1 344 000
1 612 800 1 344 000
1 612 800 1 344 000
10 544 175
10 544 175
10 544 175
10 544 175
2 554 500 16 055 475
2 554 500 16 055 475
2 554 500 16 055 475
2 554 500 16 055 475
850 000 850 000 850 000 850 000 850 000 152 800 152 800 152 800 152 800 152 800 973 400 973 400 973 400 973 400 973 400 1 976 200 1 976 200 1 976 200 1 976 200 1 976 200 24 461 325 18 031 675 18 031 675 18 031 675 18 031 675 65 254 675 18 107 575 18 276 325 18 464 175 18 276 325 (60 982 675) 7 524 425 12 161 675 13 575 825 42 268 070 0.93 0.87 0.82 0.76 0.71 (56 993 154.46) 6 572 123.96 9 927 549.26 10 356 931.68 30 136 549.56 (56 993 154.46) 56 993 154.46 0.00 1.00 7% 4.7
61
61
Lampiran 13 Cashflow skenario I (sebelum pengembangan) dengan pajak 1% No
Uraian Komponen
A INFLOW Penjualan Asparagus Nilai Sisa Total Inflow B OUTFLOW 1. BIAYA INVESTASI Lahan Bibit ( sebanyak 711) Cangkul Semprotan Koret Golok Emrat Drum Gacok Ember Selang Motor Handphone TOTAL INVESTASI 2. BIAYA VARIABEL Pupuk Cair Urine Kelinci (Per Dua Minggu) Pupuk Kandang (Ayam) per 4 bulan Pupuk Kandang (Ayam) Untuk Pupuk Dasar Pupuk Kandang (Kambing) Untuk Pupuk Dasar Pupuk Kandang (Sapi) Untuk Pupuk Dasar Kapur Dolomite Jerami Tenaga Kerja Persiapan Lahan Transportasi TOTAL VARIABEL 3. BIAYA TETAP Telepon PBB Pemeliharaan Motor TOTAL BIAYA TETAP TOTAL BIAYA OPERASIONAL Pajak 1% (UU 146 Tahun 2013) TOTAL BIAYA OUTFLOW Net benefit DF= 1/(1+i)t dengan i=7% PV/ tahun PV negatif PV positif NPV Net B/C IRR PP
1
2
Tahun 3
4
3 048 000
18 288 000
21 717 000
22 860 000
3 048 000
18 288 000
21 717 000
22 860 000
18 848 000 3 555 000 142 500 247 500 26 250 35 000 22 500 187 500 51 600 75 900 750 000 9 700 000 458 000 34 099 750 537 600 448 000 2 304 000 1 152 000 864 000 8 000 130 000 4 199 900 582 850 2 554 500 12 780 850
142 500
5 22 860 000 28 504 395 51 364 395
142 500 247 500
26 250
26 250 35 000 22 500
75 900
75 900
51 600 75 900
75 900
75 900
244 650
432 500
244 650
1 612 800 1 344 000
1 612 800 1 344 000
1 612 800 1 344 000
1 612 800 1 344 000
4 199 900
4 199 900
4 199 900
4 199 900
2 554 500 9 711 200
2 554 500 9 711 200
2 554 500 9 711 200
2 554 500 9 711 200
850 000 850 000 850 000 850 000 850 000 152 800 152 800 152 800 152 800 152 800 973 400 973 400 973 400 973 400 973 400 1 976 200 1 976 200 1 976 200 1 976 200 1 976 200 14 757 050 11 687 400 11 687 400 11 687 400 11 687 400 30 480 182 880 217 170 228 600 228 600 48 887 280 11 946 180 12 149 220 12 348 500 12 160 650 (45 839 280) 6 341 820 9 567 780 10 511 500 39 203 745 0.93 0.87 0.82 0.76 0.71 (42 840 448.60) 5 539 191.20 7 810 158.50 8 019 173.02 27 951 728.38 (42 840 448.60) 49 320 251.10 6 479 802.50 1.15 12% 4.5
62 Lampiran 14 Cashflow skenario II (sesudah pengembangan) dengan pajak 1% No
Uraian Komponen
A INFLOW Penjualan Asparagus Nilai Sisa Total Inflow B OUTFLOW 1. BIAYA INVESTASI Lahan Bibit ( sebanyak 711) Cangkul Semprotan Koret Golok Emrat Drum Gacok Ember Selang Motor Handphone Plastik UV Bambu Paku TOTAL INVESTASI 2. BIAYA VARIABEL Pupuk Cair Urine Kelinci (Per Dua Minggu) Pupuk Kandang (Ayam) per 4 bulan Pupuk Kandang (Ayam) Untuk Pupuk Dasar Pupuk Kandang (Kambing) Untuk Pupuk Dasar Pupuk Kandang (Sapi) Untuk Pupuk Dasar Kapur Dolomite Jerami Tenaga Kerja Persiapan Lahan Pembuatan Greenhouse Transportasi TOTAL VARIABEL 3. BIAYA TETAP Telepon PBB Pemeliharaan Motor TOTAL BIAYA TETAP TOTAL BIAYA OPERASIONAL Pajak 1% (UU 146 Tahun 2013) TOTAL BIAYA OUTFLOW Net benefit DF= 1/(1+i)t dengan i=7% PV/ tahun PV negatif PV positif NPV Net B/C IRR PP
1
Tahun 3
2
4
5
4 272 000
25 632 000
30 438 000
32 040 000
4 272 000
25 632 000
30 438 000
32 040 000
18 848 000 3 555 000 142 500 247 500 26 250 35 000 22 500 187 500 51 600 75 900 750 000 9 700 000 458 000 2 736 000 2 937 600 1 020 000 40 793 350
142 500
32 040 000 28 504 395 60 544 395
142 500 247 500
26 250
26 250 35 000 22 500
75 900
75 900
51 600 75 900
75 900
75 900
244 650
432 500
244 650
537 600 448 000 2 304 000 1 152 000 864 000 8 000 130 000 4 199 900 582 850 3 360 000 2 554 500 16 140 850
1 612 800 1 344 000
1 612 800 1 344 000
1 612 800 1 344 000
1 612 800 1 344 000
4 199 900
4 199 900
4 199 900
4 199 900
2 554 500 9 711 200
2 554 500 9 711 200
2 554 500 9 711 200
2 554 500 9 711 200
850 000 152 800 973 400 1 976 200 18 117 050 42 720 58 953 120 (54 681 120) 0.93 (51 103 850.47) (51 103 850.47) 76 131 489.49 25 027 639.02 1.49 23% 4.1
850 000 152 800 973 400 1 976 200 11 687 400 256 320 12 019 620 13 612 380 0.87 11 889 579.88
850 000 152 800 973 400 1 976 200 11 687 400 304 380 12 236 430 18 201 570 0.82 14 857 902.95
850 000 152 800 973 400 1 976 200 11 687 400 320 400 12 440 300 19 599 700 0.76 14 952 517.29
850 000 152 800 973 400 1 976 200 11 687 400 320 400 12 252 450 48 291 945 0.71 34 431 489.38
63 Lampiran 15 Harga sayuran Oktober 2014 No
Komoditas
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Kentang ABC Tomat Buncis Blumkol Petsai/Siampo Cabe Kriting Wortel Saledri Labu Siam Sosin/Caisin Kentang Bawang Merah Cabe Merah Besar Bawang Putih Bawang Daun Jagung Kedele Kacang Tanah Kacang Hijau Jagung Muda Kubis
14 15 16 17 18 19 20 21
Kota Bogor 7 000 9 600 9 000 13 000 6 000 18 000 7 300 25 000 8 000 7 000 10 000 14 000 17 300 12 300 11 000 5 000 10 000 19 600 19 300 8 000 12 000
Harga(Rp)/kg Sentra Sentra ProduksiProduksi-STA Lembang Ciamis 6 500 6 700 5 000 4 500 2 000 2 000 1 800 1 000 1 000 8 500 9 000 13 000 4 500
-
Kabupaten Cirebon 10 000 8 000 8 000 20 000 4 000 14 000 7 600 14 000 4 000 4 000 9 000 15 000 16 000 14 000 16 000 8 000 8 500 18 500 6 000
Sumber : Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat 2014
64
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta Provinsi DKI Jakarta pada tanggal 21 Mei 1990 dari Alm Bapak Tuah Sembiring dan Ibu Fraulina Sinulingga. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dengan kakak bernama Lia Johana Natalina Sembiring Kembaren dan adik bernama Elyana Sembiring Kembaren. Tahun 2008 penulis lulus dari SMA PGRI 3 Purwakarta Provinsi Jawa Barat dan pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa di Direktorat Program Diploma Institut Pertanian Bogor pada Program Keahlian Ekowisata melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) dan lulus tahun 2011. Tahun 2012 penulis diterima dan melanjutkan studi di Program Sarjana Alih Jenis Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Selama mengikuti perkuliahan baik pada saat pendidikan Program Diploma maupun Program Sarjana, penulis aktif di berbagai kegiatan organisasi internal kampus. Tahun 2008-2009 penulis aktif sebagai Anggota Magang Departemen Sosial Politik Badan Eksekutif Mahasiswa Diploma IPB. Tahun 2009-2010 penulis aktif sebagai Anggota Departemen Kebijakan Politik Badan Eksekutif Mahasiswa Diploma IPB dan tahun 2010-2011 penulis aktif sebagai Anggota Departemen Kesejahteraan Mahasiswa Badan Eksekutif Mahasiswa Diploma IPB. Tahun 2013-2014 penulis aktif sebagai anggota Departemen Kewirausahaan Forum of Agribusiness Transfer Program Student (FASTER) IPB.